plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - · pdf filemakna kerendahan hati santo vincentius a...
TRANSCRIPT
MAKNA KERENDAHAN HATI SANTO VINCENTIUS A PAULO BAGI HIDUP PERSAUDARAAN SUSTER KASIH YESUS DAN MARIA
BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Belinha Da costa Monteiro
NIM: 091124040
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Tarekatku KYM yang tercinta, tempatku ditempa dan
diajari untuk belajar rendah sebagai salah satu keutamaan
yang dipegang teguh oleh St. Vincentius a Paulo
Kedua orangtuaku sebagai orang yang pertama yang telah
mengajarkan kerendahan hati!
Semua orang yang telah mendukung panggilanku menjadi
pengikut Kristus yang sejati secara khusus melalui
pengabdian hidup di tarekat KYM
Semua yang telah berjasa dalam hidupku, terimakasih atas
segalanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Kita tak perlu mengamati dan memperhatikan secara khusus kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri kita; sebaliknya kita harus berusaha mengenal apa saja yang tidak
baik dan penuh cacat yang terdapat dalam diri kita, dan bahwa inilah sarana yang ampuh untuk memelihara kerendahan hati.”
(Santo Vincentius a Paulo, 2010 hlm 77)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “MAKNA KERENDAHAN HATI ST. VINCENTIUS A PAULO BAGI HIDUP PERSAUDARAAN SUSTER KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM).” Hal yang melandasi penulisan skripsi ini adalah fenomena dalam masyarakat yang semakin hari semakin mengedepankan kekerasan dalam berbagai bentuk. Para suster KYM yang mengikrarkan ketiga kaul hidup dalam zaman ini sehingga terbuka peluang dapat merasakan kekerasan seperti yang terjadi dalam masyarakat.
Penulis menyadari pentingnya kerendahan hati untuk bisa hidup di zaman seperti ini. Tanpa kerendahan hati, maka setiap orang akan hidup dengan mengedepankan kekerasan dalam meraih segala hal yang diinginkan. Manusia akan hidup dalam keegoisan dan tidak mengenal kasih sayang terhadap sesama. Dalam konteks inilah kerendahan hati sangat diperlukan. Kerendahan hati ini perlu dimulai dan dihidupi dalam persaudaraan para suster KYM di komunitas kecil yang pada akhirnya menyebar luas ke dalam dunia. Kerendahan hati dalam hidup dan pelayanan para suster KYM akan menjadikan dunia sekitarnya menjadi sebuah tempat yang damai.
Penulis mengawali skripsi ini dengan memaparkan makna kerendahan hati dari berbagai aspek terutama pemahaman Injili dan pemahaman kepribadian yang rendah hati. Selanjutnya, penulis memaparkan kerendahan hati yang dihidupi oleh Santo Vincentius a Paulo sebagai model. Penulis sadar bahwa tidak mudah bagi kita untuk sampai pada kerendahan hati seperti yang kita harapkan. Kita masih perlu belajar dan menghidupi kerendahan hati karena dunia luar kita semakin penuh dengan berbagai tindak kekerasan yang seringkali mendorong kita untuk melakukan pembalasan.
Secara khusus kepada para suster KYM, Santo Vincentius a Paulo mengatakan bahwa Kita tak perlu mengamati dan memperhatikan secara khusus kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri kita; sebaliknya kita harus berusaha mengenal apa saja yang tidak baik dan penuh cacat yang terdapat dalam diri kita, dan bahwa inilah sarana yang ampuh untuk memelihara kerendahan hati. Dengan begitu, menyadari kekurangan dan semua hal yang tidak baik dalam diri kita, merupakan sarana untuk belajar kerendahan hati bagi para suster KYM. Pribadi yang rendah hati, akan lebih cenderung mengenal dan melihat hal-hal buruk dalam dirinya daripada menyombongkan kelebihan-kelebihan dalam diri sendiri. Dengan kerendahan hati, maka para suster KYM akan mampu menghadapi kekerasan yang terjadi di sekitarnya dengan melawannya dengan keutamaan kerendahan hati. Karena itu, para suster KYM diharapkan untuk semakin mampu menghidupi keutamaan kerendahan hati karena dengan semangat rendah hati dunia ini akan penuh damai dan terhindar dari berbagai bentuk kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
The title of this writing is "THE MEANING OF HUMILITY ST. VINCENTIUS DE PAULO IN THE SISTERHOOD OF THE SISTER OF LOVE OF JESUS AND MARY MOTHER OF GOOD HELP (KYM)." Thing that underlies this paper is the phenomenon in a society that is increasingly prioritized violence in many forms. The KYM Sisters three vows are pledged to live in this era so there are opportunities to feel the violence that occurs in the community.
The authors recognize the importance of humility to be able to live in times like these. Without humilit, then everyone would live by promoting violence to achieve everything desired. Humans will live in selfishness and knows no compassion for others. In this context, humility is needed. This humility should be initiated and the sisterhood of the sister of love of Jesus and Mary Mother of Good help lived in a small community that eventually spread to the world. Humility in the life and ministry of the KYM sisters will make the surrounding world into a peaceful place.
Researcher begins this work by describing the meaning of humility, especially understanding the various aspects of evangelical and low understanding of personal humility. Furthermore, the researcher describes humility lived by St. Vincent a Paulo as models. The writer is aware that it is not easy for us to arrive at humility as we expect. We still need to learn and live out humility because our outer world increasingly filled with acts of violence that often encourages us to take vengeance.
To the members of KYM sisters, St. Vincentius a Paulo said that we do not need to observe and pay particular attention to the virtues that exist within us; instead we should try to know what is not good and full of defects that are within us, and that this is a powerful tool to maintain humility . By doing so, aware of the shortcomings and all the things that are not good in us, a means to learn humility for the KYM sisters. Personal humility, would be more likely to know and see the bad things in themselves rather than boast advantages in yourself. With humility, then the KYM sisters will be able to deal with the violence surrounding the fight with the virtue of humility. Because of that, the KYM sisters expected to increasingly able to support the primacy of humility because the humble spirit of this world will be full of peace and avoid the various forms of violence.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang penuh kasih, karena
penulis merasakan betapa besar kasih-Nya yang dilimpahkan secara khusus selama
penulisan skripsi ini berlangsung, hingga sampai selesai dikerjakan. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program
Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik.
Judul skripsi ini adalah “MAKNA KERENDAHAN HATI SANTO
VINCENTIUS A PAULO BAGI HIDUP PERSAUDARAAN SUSTER KASIH
YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM).” Banyak
hal dapat penulis rasakan selama penulisan skripsi ini berlangsung. Pentingnya
disipilin diri, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, menyeimbangkan hidup
doa, kepentingan komunitas atau persaudaraan dengan tetap mengutamakan penulisan
skripsi ini bukanlah suatu hal yang mudah. Ada kalanya penulis jatuh pada godaan
lebih mengutamakan yang satu, namun di saat yang bersamaan muncul tuntutan yang
juga tidak kalah penting. Berkat doa dan selalu berpengharapan bahwa Allah selalu
menyelenggarakan hidup penulis, maka semua masalah dan kendala bisa diatasi dan
penulisan skripsi ini juga akhirnya bisa terselesaikan. Dukungan dari berbagai pihak
menjadi salah satu energi positif bagi penulis untuk selalu bersemangat meneruskan
penulisan skripsi ini, khususnya dosen pembimbing yang sedemikian besar memberi
perhatian dengan menyediakan waktu yang cukup, tenaga dan pikiran, untuk
membimbing penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung. Kebaikan dosen
pembimbing untuk menjadi pendengar dan juga sebagai “problem solver” ketika
penulis mengalami drop/down selama penulisan skripsi ini berlangsung, sungguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
menjadi kekuatan bagi penulis dalam melalui masa-masa yang sulit ini. Dukungan
dari pimpinan KYM dan semua saudara sekomunitas dengan cara mereka masing-
masing sungguh menjadi daya kekuatan bagi penulis. Tidak lupa juga persaudaraan
dari segenap anggota dari Lembaga Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang memberikan dukungan
sepenuhnya kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
Berkat bantuan dari berbagai pihak tersebut, maka penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan
waktu, tenaga, pikiran yang tak ternilai kepada penulis selama penulisan skripsi ini
berlangsung.
2. P. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A sebagai pembaca II yang telah memberikan
masukan dan saran yang sangat berharga demi penyempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Y. Supriyati, M. Pd., Sebagai dosen Wali yang setia mendampingi penulis
sampai selesainya penulisan skripsi ini.
4. Segenap staf dosen program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik
Universitas Sanata Dharma.
5. Pimpinan tarekat KYM beserta dewannya yang memberikan kesempatan untuk
studi.
6. Segenap anggota komunitas KYM Louisa de Marillac Yogyakarta yang
memberikan dukungan, semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini
berlangsung.
7. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan dan perhatian selama
penulisan skripsi ini berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii
PERSEMBAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ xviii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
E. Metode Penulisan ................................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 6
BAB II. KERENDAHAN HATI MENURUT SANTO VINCENTIUS ........ 8
A. Pengertian Kerendahan Hati .................................................................... 8
B. Kerendahan Hati Menurut Vicentius ....................................................... 12
1. Pengertian Kerendahan Hati menurut Vincentius ............................. 12
a. Pengenalan Diri Sendiri ............................................................... 13
b. Kasih kepada Kristus yang sering mendapat penghinaan ........... 15
2. Sarana-sarana untuk Memperoleh Kerendahan Hati
menurut St. Vincentius ...................................................................... 18
a. Doa .............................................................................................. 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
b. Kerasulan ..................................................................................... 19
c. Hidup Persaudaraan ..................................................................... 21
C. Makna Kerendahan hati Vincentius dalam hidup para
Suster KYM ............................................................................................ 22
1. Kerendahan hati dalam hubungan dengan Allah .............................. 23
2. Kerendahan hati dalam karya kerasulan ........................................... 25
3. Kerendahan hati dalam hidup persaudaraan ..................................... 26
D. Tantangan Zaman .................................................................................... 28
1. Gaya Konsumtif ................................................................................ 29
2. Berpusat pada diri ............................................................................. 30
3. Kesombongan ................................................................................... 31
BAB III. KERENDAHAN HATI DALAM PERSAUDARAAN TAREKAT KYM ............................................................................. 32
A. Pengertian Persaudaraan ......................................................................... 32
1. Persaudaraan Kristiani ...................................................................... 32
2. Spiritualitas Persaudaraan KYM....................................................... 38
3. Persaudaraan dalam Komunitas ........................................................ 40
4. Persaudaraan dalam Karya ................................................................ 47
5. Persaudaraan dalam Kerjasama ........................................................ 49
B. Kerendahan Hati ...................................................................................... 50
1. Kerendahan Hati Dalam Kaul ........................................................... 51
a. Kaul Kemiskinan ......................................................................... 53
b. Kaul Kemurnian .......................................................................... 53
c. Kaul Ketaatan .............................................................................. 55
2. Kerendahan Hati dalam Komunitas .................................................. 57
3. Kerendahan Hati dalam Doa ............................................................. 61
4. Kerendahan Hati dalam Kerasulan ................................................... 63
5. Kerendahan hati dalam Kepemimpinan ............................................ 64
C. Kerendahan Hati Vincentian dalam Dinamika Persaudaraan ................. 66
1. Kerendahan Hati orang miskin dalam persaudaraan ........................ 66
2. Allah Mengangkat orang miskin ....................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Kuasa Allah dalam derita Manusia ................................................... 70
4. Kerendahan Hati buah kedewasaan iman melalui usaha
terus-menerus .................................................................................... 71
D. Masalah-masalah dalam Penerapan Kerendahan hati
“Vincentius” dalam hidup para suster KYM ......................................... 72
1. Kurangnya keteladanan dari komunitas ............................................ 73
2. Kurangnya keteladanan dari senior dengan yuinor ........................... 74
3. Kerendahan hati yang dianggap tidak relevan zaman
Sekarang ............................................................................................ 77
BAB IV. PROGRAM PEMBINAAN SUSTER KYM DALAM ON GOING FORMATION DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS .................................................... 79
A. Gambaran Umum Katekese .................................................................... 79
1. Pengertian Katekese .......................................................................... 79
2. Prinsip-prinsip Katekese ................................................................... 82
3. Tujuan Katekese ................................................................................ 84
4. Tugas Konkret Katekese ................................................................... 85
a. Menyuburkan dan membangkitkan pertobatan ........................... 85
b. Membimbing umat beriman untuk memahami misteri
Kristus ......................................................................................... 86
c. Mendorong umat beriman bertindak aktif dalam Gereja
dan masyarakat ............................................................................ 86
5. Unsur-unsur Katakese ....................................................................... 88
a. Pengalaman Hidup/Praktik Hidup ............................................... 88
b. Komunukasi Pengalaman Hidup ................................................. 88
c. Komunikasi dengan Tradisi kristiani ........................................... 88
d. Arah Keterlibatan Baru ................................................................ 89
B. Proses Katekese dalam On Going Formation ......................................... 89
1. Kemampuan Intelektualitas .............................................................. 80
2. Kemampuan Sosialitas ...................................................................... 89
3. Kemampuan Rasa Merasa rohani ..................................................... 90
4. Kemampuan Kesehatan Jasmani ....................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
5. Kemampuan Mental-Psikologis ........................................................ 90
6. Kenyataan Kebutuhan Masyarakat ................................................... 90
C. Peranan Katekese dalam On Going Formation bagi
pembentukan pribadi yang berhati kerendahan hati ................................ 92
D. Pemilihan Metode Katekese .................................................................... 93
1. Model: Shared Christian Prakxis (SCP) ........................................... 93
2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Katekese Model (SCP) ................... 95
a. Pengungkapan Praksis Faktual .................................................... 95
b. Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman hidup
Faktual ......................................................................................... 95
c. Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani
Lebih Terjangkau ........................................................................ 96
d. Interpretasi Tafisr Dialektis antara Tradisi dan Visi
Kristiani tradisi dan visi Peserta dengan Tradisi
dan Visi Peserta ........................................................................... 96
e. Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya
Kerajaan Allah Di Dunia ............................................................. 97
E. Usulan Program Pembinaan Suster KYM ............................................... 98
1. Pengertian Program Pembinaan ........................................................ 98
2. Latar Belakang Program Pembinaan ................................................ 99
3. Tujuan Program Pembinaan .............................................................. 101
4. Tema-Tema Dalam Program Pembinaan .......................................... 102
5. Penjabaran Program .......................................................................... 105
BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 129
A. Kesimpulan .............................................................................................. 129
B. Saran ........................................................................................................ 130
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 132
LAMPIRAN ....................................................................................................... 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan singkat. (Dipersembahkan kepada
Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik
Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para Uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
DKU : Direktorium Kateketik Umum, direktorium yang dikeluarkan di Roma pada 11 April 1971.
EN : Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Paus Paulus VI tentang Pewartaan Injil 8 Desember 1975.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II. 25 Januari 1983.
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 4 Desember 1963.
C. Singkatan lain
Art : Artikel BBEV : Butir-butir Emas Vincentius Bdk : Bandingkan Direktorium KYM : Direktorium Kongregasi suster Kasih Yesus dan Maria
Bunda Pertolongan Baik yang dikeluarkan pada Kapitel Umum 2009 di Pematang Siantar.
HaVin : Hari Vincentius Kan : Kanon Konstitusi KYM : Konstitusi Kongregasi suster Kasih Yesus dan Maria
Bunda Pertolongan yang Baik dikeluarkan di Pematang Siantar 29 Juni 2003.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
No : Nomor PPK KYM : Pedoman Pembinaan Kongregasi suster Kasih Yesus dan
Maria Bunda Pertolongan yang Baik. Dikeluarkan pada kapitel Umum 2009 di Pematang Siantar.
Psl : Pasal SCP : Shared Christian Praxis Sr : Suster St : Santo/Santa Stat KYM : Statuta Kongregasi suster Kasih Yesus dan Maria Bunda
Pertolongan Baik dikeluarkan di Pematang Siantar 1 November 2003.
SV : Surat Vincentius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kerendahan hati merupakan salah satu keutamaan yang diajarkan Kristus
kepada para murid-murid dan para pengikutNya. Kerendahan hati yang dicontohkan
Kristus ini jugalah yang seharusnya dicontoh dan diteladani oleh para pendiri tarekat
religius dan kemudian menganjurkan kepada anggota tarekatnya untuk melakukan hal
yang sama. Kerendahan hati yang dimaksudkan Yesus seperti dikemukakan pada Mat
11:29, “Belajarlah padaKu karena Aku lemah lembut dan rendah hati.” Hanya Tuhan
Yesus yang telah mengatakan dan yang telah dapat mengatakan: Discite a me quia
mitis sum et humilis corde. Belajarlah padaKu, bukan pada orang lain, bukan pada
seorang manusia, melainkan kepada Allah, belajarlah padaKu. Belajar rendah hati
atau kerendahan hati diwarisi dari Tuhan itu sendiri.
Keutamaan kerendahan hati telah dianjurkan Tuhan kepada manusia oleh Dia
sendiri: Belajarlah padaKu, Aku yang rendah hati. Rendah hati yang diajarkan oleh
Yesus bukan hanya secara lahiriah saja, untuk pamer dan membanggakan diri,
melainkan rendah hati di dalam hati; bukan dengan kerendahan hati yang dangkal dan
sementara melainkan dengan hati yang benar-benar direndahkan di hadapan Bapak-
Ku abadi, dengan hati yang senantiasa direndahkan di hadapan manusia-manusia dan
demi orang-orang berdosa dengan terus memandang hal-hal yang hina dan rendah,
dan senantiasa merangkulnya dengan sepenuh hati, secara aktif maupun pasif.
Belajarlah padaKu betapa saya rendah hati dan belajarlah menjadi rendah hati seperti
itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kerendahan hati pada kesempatan lain diajarkan oleh Yesus dalam Mat 23:12,
“Barangsiapa merendahkan dirinya akan ditinggikan.” Ajakan untuk rendah hati
tersebut merupakan sebuah ajaran mengenai keselamatan yang telah datang dari
surga. Yesus dalam kesempatan lain mengatakan bahwa “Yang merendahkan diri
akan ditinggikan, dan yang meninggikan diri akan direndahkan.” Hal ini
dikemukakan berkaitan dengan adanya beberapa orang yang mau tampil sebagai
manusia yang pandai, sebagai pribadi yang kuat dan bijaksana, sebagai orang yang
cerdas, sebagai superior yang baik dan petugas yang waspada. Justru orang-orang
inilah yang akan direndahkan dan dihina. Paus Paulus VI dalam Evangelii Nuntiandi
art. 76 menulis demikian:
Dunia mengundang dan mengharapkan dari kita kesederhanaan hidup, semangat doa cintakasih kepada semua, khususnya kepada yang lemah dan miskin, ketaatan dan kerendahan hati, lepas bebas dan pengorbanan diri. Tanpa ada kesucian ini, dunia kita akan sulit menyentuh hati orang-orang modern. Ini beresiko menjadi sia-sia dan hampa.
Kerendahan hati menjadi salah satu perhatian Paus untuk kita yang hidup
dalam dunia modern, sebab dengan dan dalam kerendahan hatilah kita bisa mencapai
dan dicapai orang lain, kita berani membuka diri dan membiarkan orang lain masuk.
Yesus sang Guru bahkan pernah mengatakan, Belajarlah dari pada-Ku, sebab
Aku ini lembut dan rendah hati” (Vincentius, 2008: 130). Kata-kata Yesus tentang
kelembutan dan kerendahan hati inilah yang melatarbelakangi penulisan Skripsi ini.
Ia memperkenalkan diriNya sebagai pribadi yang lembut dan rendah hati yang
seharusnya dimiliki seorang religius termasuk suster KYM, seperti yang
diteladankan atau dihidupi oleh Santo Vincentius a Paulo pelindung KYM. Dengan
kerendahan hati “kita akan belajar dengan ketekunan yang besar pelajaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
diberikan oleh Kristus kepada kita, “Belajarlah dari padaKu karena aku lemah lembut
dan rendah hati”. Sebab seperti Dia sendiri yang katakan, dengan kelembutan hati
kita akan memiliki tanah. Dengan menghayati keutamaan ini kita akan memenangkan
hati orang agar berpaling kepada Tuhan. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh
mereka yang keras hatinya kepada sesama. Dan dengan kerendahan hati kita akan
mendapatkan surga.” Karena kecintaan kita akan kerendahan hati kita, kita akan
perlahan-lahan, melangkah dengan keutamaan ini ke sana, ke surge.’’ (Vincentius,
2008: 131). Yesus pernah mengatakan “Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah
padaKu, karena Aku lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan” Mat 5:5 kiranya pantas kalau tema kerendahan hati ini dihidupkan terus-
menerus dalam situasi zaman yang semakin penuh kekerasan hampir di bidang
kehidupan dalam masyarakat. Dalam pengalaman hidup para suster khususnya dalam
hidup persudaraan KYM, kadang mengabaikan prinsip kerendahan hati. Sering
sesama suster saling menuntut dan bahkan mengungkapkan kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan yang lain. Seakan kerendahan hati tidak lagi mengambil peran
dalam pembentukan kepribadian yang matang dan membangun dalam hidup
persaudaraan. Sesungguhnya kerendahan hati ini menjadi salah satu keutamaan yang
harus dimiliki oleh seorang suster KYM, dan ini yang belakangan ini nampak
semakin menipis dan suram. Zaman yang serba maju ikut menggilas peradaban
hidup persaudaraan para suster KYM, kerendahan hati yang sering juga disebut
mendengarkan ternyata sekarang menjadi sesuatu yang sepertinya sangat sulit
dipraktekkan manusia dan para suster lebih gampang mengungkapkan sebuah kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yang tidak membangun dibandingkan kata yang lembut yang mendamaikan hati dan
menyejukkan jiwa ketika mendengarnya, jiwa yang hampa menjadi segar. Menyadari
situasi dan kondisi zaman ini (yang begitu penuh dengan egoisme), maka kerendahan
hati yang diteladankan oleh St. Vincentius, sangat perlu untuk diingatkan kembali
para suster KYM, jika hal ini diabaikan maka satu keutamaan yang paling berarti
dalam membangun pribadi seorang suster KYM menjadi pribadi yang rendah hati
akan terkikis dan terbaikan, hanya akan tinggal dalam kata-kata tanpa tindakan nyata.
Ini sangat penting dalam menjawab panggilan Allah. Panggilan untuk hadir menjadi
pilihan yang rendah hati sehingga mampu menghadirkan pribadi Allah yang begitu
teramat rendah hati.
Bertolak dari situasi di atas dan terdorong oleh niat untuk semakin mendalami
salah satu ajaran St. Vinsensius dalam hidup panggilan sebagai seorang KYM, maka
judul skripsi ini penulis beri “Makna kerendahan hati St. Vincentius a Paulo Bagi
hidup persaudaraan suster kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan baik (KYM).”
B. Rumusan Masalah
Secara garis besar penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan
yang akan dibahas dalam karya tulis ini:
1. Apa makna kerendahan hati bagi para suster KYM?
2. Bagaimana para suster KYM menjalani dan mengusahakan kerendahan hati
dalam hidup persaudaraan mereka?
3. Usaha apa yang harus dilakukan untuk menciptakan dan menumbuhkan
kerendahan hati bagi para suster KYM?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
C. Tujuan Penulisan
1. Membantu dan menyadarkan para suster KYM untuk dapat mengerti dan
memaknai kerendahan hati bagi hidup persaudaraan
2. Memberikan bahan refleksi bagi para suster KYM tentang pentingnya
kerendahan hati dalam hidup persaudaraan
3. Membantu para suster KYM supaya dapat bersikap rendah hati dalam hidup
persaudaraan dalam kongregasi KYM.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan masukan (sebuah wacana) kepada tarekat KYM agar semakin
mengenal dan mengetahui bagaimana seharusnya sikap dan pribadi seorang
suster KYM seturut semangat St. Vincentius a Paulo.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis betapa pentingnya
bertumbuh menjadi pribadi yang rendah hati sehingga semakin mampu
menunjukkan wajah Allah yang begitu Agung dan penuh dan
kelembutan.
Bagi para pembaca dapat mengetahui betapa pentingnya karakter kerendahan
hati dalam hidup persaudaraan.
E. Metode penulisan
Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan metode penulisan
studi kepustakaan yakni dengan menyerap dan membaca buku-buku dari berbagai
sumber. Selain itu, penulis juga memperkaya karya tulis ini dengan ilustrasi dari
para suster KYM serta pengalaman dan penghayatan pribadi yang dialami oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
penulis sendiri pada setiap perjumpaan dan dalam kebersamaan dengan suster-suster
KYM.
F. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini mengambil judul “Makna Kerendahan hati St. Vincentius a
Paulo bagi hidup persaudaraan Suster kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan
yang baik (KYM)”. Dari judul ini penulis mengembangkannya menjadi lima bab.
Pada bab I (Pendahuluan) penulis akan memberikan gambaran secara umum
penulisan skripsi ini. Gambaran umum mencakup: latar belakang penulisan skripsi,
rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, serta
sistematika penulisan.
Pada bab II penulis akan berbicara atau menguraikan tentang: Pengertian
Kerendahan Hati, Kerendahan hati menurut Vincentius yang mencakup: Doa,
Kerasulan, Hidup persaudaraan. Selanjutnya dijelaskan mengenai makna Kerendahan
hati “Vincentius” dalam hidup para suster KYM yang mencakup: Kerendahan hati
dalam hubungan dengan Allah, Kerendahan hati dalam karya kerasulan, dan
Kerendahan hati dalam hidup persaudaraan, masalah-masalah dalam Penerapan
Kerendahan hati “Vincentius” dalam hidup para suster KYM yang mencakup:
kurangnya keteladanan dari komunitas, kurangnya keteladanan dari senior dengan
yuinor, dan kerendahan hati yang dianggap tidak relevan zaman sekarang
Bab III akan berbicara tentang “kerendahan hati dalam persaudaraan KYM
yang dibahas dalam dua bagian yakni: hidup persaudaraan yang meliputi
persaudaraan religius, tahap-tahap pembinaan hidup persaudaraan, dan bagian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kedua mengenai kerendahan hati dalam hidup persaudaraan KYM dibagi atas dua
bagian yakni: langkah-langkah membina kerendahan hati mencakup doa, kehidupan
bersama, dan kaul-kaul serta bagian kedua mengenai tantangan ke depan.
Usulan program pembinaan suster KYM-Model Shared Christian Praxis
“SCP” akan diuraikan pada bab IV yang akan dibagi dalam dua bagian yakni: usulan
program Pembinaan Suster KYM-Model SCP dan contoh SCP dengan integrasi
unsur-unsur kerendahan hati berdasarkan keutamaan St. Vinsentius a Paulo bagi
persaudaraan KYM yang meliputi jadwal pelaksanaan SCP dan contoh perisapan
SCP.
Pada bagian akhir karya tulis sebagai bab V, penulis akan memberikan
simpulan secara keseluruhan dan memberikan saran yang diperhatikan oleh tarekat
KYM bahwa makna kerendahan hati sangat penting bagi para suster dalam menjalani
panggilan hidup dalam tarekat religius tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KERENDAHAN HATI MENURUT SANTO VINCENTIUS
A. Pengertian Kerendahan Hati
Istilah kerendahan hati sering dipahami sebagai sikap yang mengatakan bahwa
“saya tidak memiliki apa-apa, penuh dosa, serba kekurangan, penuh kelemahan, dan
tidak dapat menyumbangkan apa-apa” (Madya Utama, 2003: 36) Pemahaman seperti
ini sebenarnya lama-kelamaan justru akan membawa orang kepada sebuah rasa
rendah diri. Pengertian dan makna kerendahan hati harus dipahami sesuai dengan
yang diajarkan oleh Yesus Kristus sendiri dalam hidupNya.
Istilah kerendahan hati itu sendiri cukup banyak disebut dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru. Untuk mendapatkan pemahaman yang benar mengenai kerendahan
hati, perlu bercermin pada Yesus seperti diungkapkan dalam Kidung Filipi 2:5-11
Kerendahan hati menurut Kidung Filipi ini dimaksudkan sebuah sikap penuh rasa
syukur karena kepenuhan (segala rahmat dan charisma) yang telah kita terima dari
Allah. Kesadaran bahwa kita telah menerima kharisma dari Allah akan mendorong
kita untuk mengembangkan kharisma-kharisma tersebut, bukan untuk kepentingan
kita sendiri melainkan untuk kesejahteraan bersama (Vincentius, 2010: 135). Selain
itu, menurut Madya Utama (2003: 36). kerendahan hati merupakan dorongan untuk
memberikan anugerah Allah demi kepentingan bersama ini, dalam situasi tertentu
yang dapat menuntut suatu pengorbanan luar biasa, dan kadang kala hidup kita
sendiri menjadi taruhannya.
Kerendahan hati menurut Kidung Filipi menggarisbawahi beberapa hal
yang mencerminkan kerendahan hati seperti mengosongkan diri. Kidung Filipi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2:7 menggarisbawahi pentingnya kesediaan untuk mengosongkan diri sebagai
aspek dari kerendahan hati agar dapat mengosongkan diri, manusia perlu
mengalami kepenuhan, sebab mengosongkan diri tidak identik dengan penolakan
diri. Mengosongkan diri juga bukan sikap yang terus-menerus menolak dan
mengingkari apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, apa yang kita
inginkan, apa yang sedang menjadi keprihatinan kita, maupun sejarah hidup kita.
Mengosongkan diri seperti dikemukakan Jonas adalah sebuah sikap untuk
setapak demi setapak berani melepaskan diri dari aspek-aspek kehidupan kita
yang paling dangkal, paling superficial (Madya Utama, 2003: 37). Lebih lanjut
Jonas mengemukakan bahwa mengosongkan diri adalah sebuah tindakan untuk
memasuki jatidiri kita yang semakin dalam dan semakin otentik. Karena jatidiri
kita itu juga mengandung baik unsur-unsur positif maupun negatif, maka
mengosongkan diri juga berarti cara kita merangkul baik segi-segi yang kita
senangi maupun yang tidak kita senangi di dalam diri kita. Dengan demikian,
mengosongkan diri berarti melihat seluruh hidup kita dengan perspektif yang
lebih luas, yakni perspektif Yesus sendiri bahwa kita benar-benar dicintai oleh
Allah tanpa syarat (Madya Utama, 2003: 37).
Kerendahan hati menurut Kidung Filipi juga diartikan sikap lepas bebas.
Sikap lepas bebas bukan berarti sikap acuh tak acuh, tidak peduli, malas, dan
sembrono. Sikap lepas bebas juga tidak identik dengan sikap kaum nihilis yang
tidak mau mempercayai sesuatupun yang konkret. Sikap lepas bebas juga
bukan sikap yang menggunakan kebebasan untuk hanya mencukupi kebutuhan
diri sendiri, yang oleh santo Paulus dikecam sebagai tidak bermoral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Sikap lepas bebas adalah sikap merindukan kehadiran Allah secara aktif,
sekaligus membiarkan bagaimana Allah akan menampakkan diriNya pada saat ini.
Bahkan Allah dapat hadir di dalam rasa-perasan kita yang sering kita beri cap negatif:
rasa malu, cemburu, iri hati, marah, serakah, takut, jengkel (Madya Utama, 2003: 38).
Namun dengan sikap lepas bebas yang kita miliki, kita tidak boleh hanya berhenti
pada rasa-perasaan negatif tersebut serta menolaknya karena kita anggap jelek. Sikap
lepas bebas justru mendorong kita untuk menyadari dampak negatif dari rasa-
persaaan tersebut atas hidup kita dan orang lain. Menghadapi segala sesuatu dengan
sikap lepas bebas pertama-tama berarti, kita memiliki kesadaran bahwa kita tidak
dapat mengontrol Allah (Madya Utama, 2003: 38). Kesadaran semacam ini pada
gilirannya akan menghasilkan keterbukaan terhadap Allah dalam segala hal.
Kerendahan hati juga diartikan sebagai sebuah sikap hidup seseorang yang
berpusat pada Allah, mengakui kebutuhannya akan Allah dan mempercayai Allah
dengan seluruh hidupnya (Vincentius, 2010: 136). Dengan kata lain, kerendahan hati
yang dimaksud adalah selalu menyerahkan hidup kita dengan penuh kepercayaan
kepada Allah dan membiarkan Allah menjadi pusat dan arah hidup. Kerendahan hati
seperti ini muncul dari pengenalan kita secara personal akan Kristus serta komitmen
kita untuk mengikuti Dia. Penekanannya terdapat dalam kualitas afektif cinta kita
kepada Kristus. Demi cinta kita kepada Kristus inilah kita bersedia mengalami apa
yang dialami oleh Kristus agar hidup kita semakin menyerupai Dia, dengan tujuan
akhir supaya dalam segala hal nama Allah dipuji dan dimuliakan.
Kerendahan hati ini juga yang dicontoh dan diteladani oleh para pendiri tarekat
religius dan kemudian menganjurkan kepada anggota tarekatnya untuk melakukan hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
yang sama. Pengertian kerendahan hati yang dimaksudkan Yesus seperti
dikemukakan pada Mat 11:29, “Belajarlah padaKu karena Aku lemah lembut dan
rendah hati.” Hanya Tuhan Yesus yang telah mengatakan dan yang telah dapat
mengatakan: Discite a me quia mitis sum et humilis corde. Belajarlah padaKu, bukan
pada orang lain, bukan pada seorang manusia, melainkan kepada Allah, belajarlah
padaKu. Belajar rendah hati atau kerendahan hati diwarisi dari Tuhan itu sendiri
(Vincentius, 2010: 130). Keutamaan kerendahan hati telah dianjurkan Tuhan kepada
manusia oleh Dia sendiri: Belajarlah padaKu, Aku yang rendah hati. Rendah hati
yang diajarkan oleh Yesus bukan hanya secara lahiriah saja, untuk pamer dan
membanggakan diri, melainkan rendah hati di dalam hati; bukan dengan kerendahan
hati yang dangkal dan sementara melainkan dengan hati yang benar-benar
direndahkan di hadapan BapakKu abadi, dengan hati yang senantiasa direndahkan di
hadapan manusia-manusia dan demi orang-orang berdosa dengan terus memandang
hal-hal yang hina dan rendah, dan senantiasa merangkulnya dengan sepenuh hati,
secara aktif maupun pasif (Vincentius, 2010: 131). “Belajarlah padaKu betapa Saya
rendah hati dan belajarlah menjadi rendah hati seperti itu”(Mat 11:29).
Kerendahan hati pada kesempatan lain diajarkan oleh Yesus dalam Mat 23:12
“Barangsiapa merendahkan dirinya akan ditinggikan.” Ajakan untuk rendah hati
tersebut merupakan sebuah ajaran mengenai keselamatan yang telah datang dari
surga. Yesus dalam kesempatan lain mengatakan bahwa “Yang merendahkan diri
akan ditinggikan, dan yang meninggikan diri akan direndahkan.” Hal ini
dikemukakan berkaitan dengan adanya beberapa orang yang mau tampil sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
manusia yang pandai, sebagai pribadi yang kuat dan bijaksana, sebagai orang yang
cerdas, sebagai superior yang baik dan petugas yang waspada. Justru orang-orang
inilah yang akan direndahkan dan dihina (Vincentius, 2010: 133).
B. Kerendahan Hati menurut Vincentius
1. Pengertian Kerendahan Hati menurut Vincentius
Kerendahan hati merupakan salah satu keutamaan yang sangat dicintai dan
selalu menyemangati St. Vincentius a Paulo dalam melaksanakan karya
pelayanannya. Dalam bagian ini akan diuraikan apa kerendahan hati itu menurut St.
Vincentius a Paulo yang juga merupakan semangat tarekat KYM dalam hidup dan
karya. Kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo diartikan sebagai:
(a) mengenal dan menerima diri sendiri seperti apa adanya, juga dari segi negatif, (b) tidak merasa ragu-ragu bila orang lain sudah tahu kelemahan dan kekurangan kita. Orang lain boleh mengenal diri kita seperti apa adanya, dan (c) jangan mempromosikan diri sendiri dengan membicarakan suksesmu dan memamerkan kehebatanmu. Suksesmu dan kehebatanmu adalah rahmat (Vincentius, 2003: 12). Kerendahan hati yang dimaksudkan oleh St. Vincentius a Paulo ialah:
pertama, memandang diri sendiri dalam seluruh kejujuran kita bahwa kita adalah
manusia-manusia yang tidak pantas; kedua, bergembira tatkala orang lain melihat
ketidakpantasan diri kita dan merendahkan kita; ketiga, tidak menganggap diri sebisa
mungkin, semata-mata karena ketidakpantasan diri kita, bahwa Tuhan telah bekerja di
dalam diri kita, atau kebaikan Tuhan telah mengalir kepada orang lain lewat kita.
Intinya, St. Vincentius a Paulo mau menyampaikan bahwa kerendahan hati itu sama
artinya bahwa kebaikan itu berasal dari belas kasih Allah saja, dan karena jasa orang
lain (Reksosusilo, 1987: 94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Kerendahan hati seperti yang disampaikan St. Vincentius a Paulo seperti di
atas tidak boleh diartikan atau disamakan dengan sikap “kecil hati” atau minder.
Santo vincentius a Paulo sama sekali tidak memaksudkan hal tersebut. Dengan
keutamaan kerendahan hati ini, St. Vincentius a Paulo mau menyadarkan kita bahwa
hidup kita merupakan anugerah kasih Allah. Kita sungguh-sungguh tergantung hanya
pada Allah. Tidak ada sesuatu yang tidak berasal dari padaNya. Apapun diri manusia,
apa saja yang dilakukan, dan apa saja yang dimiliki, semuanya berasal dari Allah.
Oleh karena itu, bagi orang yang rendah hati tidak ada alasan untuk menyombongkan
diri, juga tidak ada alasan untuk memandang kesuksesan sebagai melulu usaha
manusia. Semua hal yang ada dipandang semata-mata sebagai anugerah Allah
(Vincentius, 2010: 137).
Menurut St. Vincentius a Paulo, orang rendah hati juga senantiasa terbuka
untuk mengakui segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan demikian, orang yang
rendah hati sadar bahwa dirinya memerlukan orang lain dan tidak dapat bekerja tanpa
mereka. Hal ini merupakan wujud konkret dari ketergantungan manusia dengan Allah
(Reksosusilo, 1987: 95).
Terkait dengan kerendahan hati, St. Vincentius a Paulo mengajarkan bahwa
sumbernya dapat berasal dari: pengenalan diri sendiri dan kasih kepada Kristus yang
sering mendapat penghinaan. Sumber kerendahan hati tersebut seperti dijelaskan berikut.
a. Pengenalan diri sendiri
Contoh pengenalan diri yang paling baik adalah pengenalan Bunda Maria
seperti tertulis dalam Luk 1:26-38 yakni: “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
menurut perkataanmu.” Kutipan tersebut memperlihatkan kerendahan hati dari
Bunda Maria yang menyebut dirinya sebagai “Hamba Tuhan.” Kutipan ini
merupakan tanggapan Maria dengan rendah hati mentaati kehendak atau perintah
Allah (Vincentius, 2008: 76). Orang yang rendah hati dan taat adalah orang
menggembirakan bagi banyak orang. Pengenalan terhadap diri menjadi sumber
kerendahan hati seperti dicontohkan Bunda Maria melalui pengenalan dirinya
sebagai seorang hamba. Seorang hamba adalah pelayan Tuhan namun memiliki
posisi yang tinggi di mata Tuhan.
Contoh pengenalan diri yang diberikan Bunda Maria ini juga
menginspirasikan kerendahan hati bagi St. Vincentius a Paulo. St. Vincentius a
Paulo melakukan pengenalan terhadap dirinya sendiri sebagai seorang yang hina
dan tidak berarti di mata Tuhan. Hal ini memperlihatkan bahwa salah satu sumber
kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo adalah dengan pengenalan diri
sendiri. Siapa saja yang berusaha mengenali dirinya dengan baik akan menyadari
bahwa sungguh tepat dan logis menganggap dirinya hina. Bila kita berusaha sekuat
tenaga untuk mengenali diri, kita akan menemukan bahwa dalam segala sesuatu
yang kita pikirkan, kita katakan, dan kita lakukan baik secara substansial maupun
dalam hal sampingan kita mempunyai alasan yang berlimpah untuk merasa pantas
dicela dan dihina. Kalau kita tidak mau menipu diri dengan rayuan gombal, kita
akan melihat diri kita bukan hanya paling jelek di antara semua manusia,
melainkan juga dalam arti tertentu lebih jelek daripada setan-setan yang ada di
neraka (Vincentius 2008: 59).
Sikap pengenalan terhadap diri sendiri yang hina ini, dapat tercermin dari
sikap sehari-hari yang mengosongkan diri terhadap penyelenggaraan Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Seorang yang mengenal dirinya hina dan merendahkan diri di hadapan Tuhan,
namun percaya bahwa dirinya dicintai oleh Allah.
b. Kasih kepada Kristus yang sering mendapat penghinaan
Salah satu sumber lain kerendahan hati adalah kasih kepada Kristus yang
sering mendapat penghinaan. Kristus meskipun tidak berdosa namun banyak
mendapat hinaan. Dengan belajar kepada kasih Kristus ini, maka manusia dapat
belajar kerendahan hati sebagaimana yang diajarkan Kristus sendiri. Hal itu
dilakukan St. Vincentius a Paulo seperti dikutip (Vincentius, 2010: 34). berikut.
Oh kerendahan hati yang suci dan indah, betapa engkau berkenan di mata Allah, karena Tuhan kita Yesus Kristus sendiri mau turun di bumi untuk mengajarkannya dengan teladan maupun dengan kata. Oh para romo dan para bruderku, semoga Tuhan berkenan menanamkan baik-baik keutamaan ini dalam hati kita. Ya, kasih akan penghinaan, merasa senang kalau kita ditertawakan, kalau kita dianggap kecil, tidak diperhitungkan, kalau semua orang menilai kita manusia yang tidak mempunyai keutamaan, yang bodoh, yang tak mampu berbuat apa-apa.
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa St. Vincentius a Paulo menjadikan
kerendahan hati Yesus yang banyak mendapat hinaan sebagai sumber kerendahan
hati. Kerendahan hati yang dicontohkan Yesus sendiri merupakan keutamaan yang
mendasari kerendahan hati para anggota religius seperti yang dimiliki St.
Vincentius a Paulo (Vincentius, 2010: 44).
Kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo memiliki tiga unsur utama
yakni: pertama, merasa dirinya secara jujur pantas untuk mendapat penghinaan. Hal
itu seperti dikemukakan St. Vincentius a Paulo
Kita harus senantiasa mengakui diri kita tak mampu melakukan apapun yang bermutu. Karena itu pikirkan, puteri-puteriku, bila kalian belum menyadari sungguh-sungguh bahwa kalian adalah miskin, tak bernilai, tak mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
berbuat apapun yang baik, dan kalau kalian belum merasa senang kalau memang dinilai demikian, kalian tak pernah akan mencapai kesempurnaan. Setelah merenungkan bahwa kalian memang tidak pantas, kalian harus bangkit dengan mengarahkan kasih kepada Allah dan berkata “Meskipun saya tidak pantas melakukan hal itu, karena Allah menghendakinya dan menginginkannya dari saya, maka saya akan melakukannya untuk berkenan kepadaNya (Vincentius, 2010: 129).
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa St. Vincentius a Paulo menegaskan
kepada para anggota tarekat untuk menyadari diri sebagai orang yang tidak sempurna
sehingga perlu mengarahkan seluruh perhatiannya kepada kasih Allah.
Kedua, merasa senang kalau orang lain mengenal kelemahan kita dan
karenanya kita dihina. Unsur kerendahan hati lainnya menurut St. Vincentius a Paulo
adalah dengan mengenal kelemahan diri. Hal itu seperti dijelaskan berikut “Tingkat
kedua kerendahan hati ialah merasa senang kalau orang lain mengenal kelemahan-
kelemahan kita dan karenanya kita dicela.” (Vincentius, 2008: 208). Ketiga,
menyembunyikan, bagi kita juga, segala kebaikan yang kita lakukan dan menganggap
itu hasil dari kebaikan Tuhan dan doa-doa orang lain. Unsur kerendahan hati ini
seperti dijelaskan (Vincentius, 2008: 205) bahwa “Bila Tuhan berkenan melakukan
sesuatu kebaikan dalam diri kita atau melalui kita, kita harus menyembunyikannya,
dengan memusatkan perhatian kita pada ketidakmampuan kita; dan kalau itu tidak
mungkin, kita harus memandang kebaikan itu sendiri sebagai hasil belaskasihan ilahi
dan jasa orang lain” (Vincentius, 2002: 35).
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa kebaikan dalam diri harus
disembunyikan sebagai wujud kerendahan hati. Kerendahan hati dengan sikap
menyembunyikan kebaikan dalam diri sendiri sebagai bentuk keteladanan kerendahan
hati seperti yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo, yakni: suka hidup tersebunyi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menghindari kecenderungan sikap lain dari yang lain, dan selalu memiliki tempat
yang terakhir. (1). Suka hidup tersembunyi. Hal itu seperti dijelaskan “Marilah
meneladani kerendahan hati suster itu dengan menumbuhkan keinginan menjadi
orang yang tak dikenal dan tak diperhitungkan; hendaknya kita beranggapan bahwa
kalau kita mengumumkan kebaikan yang kita lakukan, kita akan kehilangan nilainya
di hadapan Allah’ (Vincentius, 2007: 53). (2). Menghindari kecenderungan bersikap
lain dari yang lain. Hal itu seperti dijelaskan Adi Sapto Widodo (2008: 7) bahwa:
Kerendahan hati dipelihara melalui usaha untuk menyesuaikan diri dengan cara bertindak yang biasa seperti orang lain. Kerendahan hati itu bermusuhan dengan keinginan untuk tampil lain dari yang lain. Seorang suster yang tidak mengikuti cara bertindak yang biasa seperti orang lain, lambat laun akan mendapat hukuman dari Allah, karena dia sombong, dan itulah sifar buruk setan sendiri yang telah diusir Allah dari surga karena kesombongannya. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa bersikap lain dari yang lain merupakan
salah satu sikap yang bertentangan dengan kerendahan hati dan tidak sesuai dengan
kerendahan hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo; (3). Selalu memilih tempat
yang terakhir. Hal itu seperti dijelaskan (Vincenitus, 2008: 114) bahwa:
kita harus selalu memilih barisan terakhir, sadar bahwa kita adalah yang terkecil Putera Allah berkata kepada murid-muridNya: bila salah seorang dinatara kalian mau menjadi yang pertama, harus menjadi yang terkecil Seorang suster adalah rendah hati bila… selalu ingin menjadi yang terakhir (bila) dia melaporkan segala yang baik tentang temannya agar temannya itu dipilih sebagai suster Abdi, sedangkan dia sendiri merendahkan dirinya agar tidak terpilih. Inilah suster-susterku, tanda kerendahan hati yang sejati. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa kerendahan hati salah satunya
ditunjukkan dari sikap para anggota yang mau memilih menjadi yang terkecil
sehingga setiap orang dituntut untuk merendahkan dirinya.
Sifat-sifat rendah hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo juga
ditunjukkan beberapa hal lainnya, yakni: selalu memilih yang paling jelek bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dirinya, selalu menyerah pada pendapat orang lain, kurang percaya pada
kemampuannya sendiri, dan dengan demikian menghormati kemahakuasaan Allah,
tidak takut mendapat penghinaan di muka umum, merendahkan diri baik kalau
disanjung maupun kalau dihina, dan mencintai kemiskinan karena merupakan sumber
penghinaan (Vincentius, 2008: 7).
2. Sarana-sarana untuk Memperoleh Kerendahan Hati menurut St. Vincentius
Kerendahan hati dapat diwujudkan melalui berbagai cara. Menurut St.
Vincentius a Paulo, sarana-sarana memperoleh kerendahan hati dapat dilakukan
melalui doa, kerasulan, dan hidup persaudaraan. Sarana-sarana memperoleh
kerendahan hati tersebut dapat dijelaskan seperti berikut.
a. Doa
Doa merupakan sarana komunikasi manusia dengan Tuhan. Melalui doa,
setiap orang dapat membina hubungan yang baik dengan Sang Pencipta. Bagi St.
Vincentius a Paulo doa merupakan salah satu sarana untuk memperoleh
kerendahan hati (Adi Sapto Widodo, 2008: 7). Dengan menggantungkan diri
sepenuhnya terhadap penyelenggaraan Allah, maka seseorang telah menunjukkan
kerendahan hati yang benar-benar tergantung pada Allah.
Doa sebagai sarana kerendahan hati sebagaimana yang dimaksudkan St.
Vincentius a Paulo dapat dilihat dari kutipan Adi Sapto Widodo (2008: 7) berikut.
Marilah berkata kepada Tuhan: Penyelamatku, berilah aku rahmat mengasihi kehinaan saya dan rahmat agar saya tak pernah mencari pujian orang lain, melainkan mengasihi tugas yang paling rendah dan tempat yang terakhir… Ya Penyelamatku, Engkau rela menjadi teladan kami dalam kelahiranMu sebagai manusia, Engkau telah memberikan teladan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kerendahan hati sepanjang hidupMu… Engkaulah sumber kerendahan hati sepanjang dan semua keutamaan lain. Engkaulah sumber kerendahan hati dan semua keutamaan lain. Kepada siapa lagi kami dapat pergi minta tolong? Kepada siapa lagi kami dapat datang untuk memperoleh keutamaan-keutamaan ini, kecuali kepada Engkau, ya Tuhan? Engkaulah pencipta semua keutamaan. Berilah agar kami mendapat bagian dalam keutamaan-keutamaan ini (Vincentius, 2007: 58).
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa St. Vincentius a Paulo
mengajarkan bahwa doa merupakan salah satu sarana penting untuk memperoleh
kerendahan hati. Dalam kutipan tersebut tercemin bahwa manusia tidak memiliki
tempat untuk meminta pertolongan selain kepada Allah. Tersirat dengan jelas
adanya ketergantungan manusia kepada Allah. Sikap ketergantungan yang
diungkapkan melalui doa merupakan sebuah perwujudan kerendahan hati manusia.
Artinya, manusia mengandalkan semata-mata kekuatan Tuhan. Tanpa Tuhan
memberikan kekuatan manusia tidak mampu melakukan apa-apa.
Selain itu, melalui kutipan tersebut juga dijelaskan bahwa melalui doa
manusia menyadari bahwa hanya Allah yang menjadi sumber kerendahan hati.
Manusia memohon kepada Allah agar diberi keutamaan yang sesuai dengan
kehendakNya. Manusia benar-benar mengalami ketergantungan kepada Allah
karena manusia tidak berdaya bila terlepas dari Allah.
b. Kerasulan
Kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo salah satunya dapat dilihat
atau diwujudkan dalam karya kerasulan.
Hidup yang dipandang sebagai anugerah Allah semata mendorong
seseorang untuk senantiasa bersyukur. Oleh karena itu, bersyukur menjadi ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
orang yang rendah hati. Wujud konkret dari orang yang bersyukur jika orang
tersebut tidak suka membanding-bandingkan. Ciri lainnya dari orang yang rendah
hati adalah jika orang tersebut mau bekerja keras dan mau melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang dianggap rendah hati. Sikap ini dengan jelas nampak dalam diri
seorang pelayan (Adi Sapto Widodo, 2008: 7).
Terkait dengan kerasulan, St. Vincentius a Paulo menghabiskan hidupnya
dengan memberikan pelayanan kepada orang miskin. Bagi St. Vincentius
kerasulan atau pelayanan sebagai wujud dari kerendahan hati karena dalam diri
kaum miskin ditemukan kehadiran Tuhan. Hal itu seperti dijelaskan dalam De
Armen “Hormatilah, hargailah, cintailah, layanilah setiap orang. Tuhan Yesus
hadir dalam setiap orang yang kamu hadapi. Pernyataan tersebut menunjukkan
kecintaan St. Vincentius a Paulo yang demikian dalam kepada kaum miskin. Sikap
inilah yang menjadi sikap yang paling dicintainya dan menonjol dalam semua
karya usaha pengabdiannya.
Di samping itu iman dan cinta kasih yang mendalam pada Tuhan
mendorongnya menghasilkan suatu pernyataan dalam kata-kata sebagai berikut
“Evangelizare pauberibus misit me” Luk 4:18 artinya Ia mengutus aku untuk
mewartakan Injil kepada kaum miskin. Pernyataan ini adalah satu-satunya yang
diinginkan St. Vincentius dalam hidupnya dan ungkapan ini merupakan titik tolak
segala karya kerasulannya dan penjelasan dari semua saja yang ia jalankan di
dalam pengabdiannya terhadap Gereja Kristus (Adi Sapto Widodo, 2008: 7).
Karya kerasulan St. Vincentius a Paulo juga dilakukan untuk mengatasi
dan menangani situasi masyarakat yang terlantar imannya akaibat dari macam-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
macam pergolakan yang merusak dalam abad itu, dan untuk memberi akhir pada
keadaan masyarakat yang dilanda penderitaan. St. Vincentius a Paulo menghimpun
gembala-gembala yang sanggup melaksanakan Sabda Kristus “Akulah gembala
yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal
Aku” (Yoh 10:14)
Kerendahan hati dalam kerasulan menurut St. Vincentius a Paulo sebagai
wujud semangat yang membuka hati untuk mencari kehendak Allah dengan
sungguh-sungguh. Semangat kerendahan hati sangat membantu dalam melayani
sesama sebagai hamba dan saudara dan menunjukkan belas kasih kepada mereka.
c. Hidup Persaudaraan
Hidup persaudaraan merupakan salah satu sarana untuk memperoleh
kerendahan hati sebagaimana yang diajarkan oleh St. Vincentius a Paulo itu
sendiri. Hidup persaudaraan menurut St. Vincentius dapat melatih dan
menumbuhkan kerendahan hati bagi anggota tarekat. Hidup bersama orang lain
membutuhkan adanya sikap mengalah, mau berkorban demi orang lain yang ada
dalam persaudaraan.
Kerendahan hati dapat dicapai dalam hidup persaudaraan menurut St.
Vincentius a Paulo dapat diperoleh melalui beberapa hal, yakni: (a) sering
melakukan tindakan untuk merendahkan diri. Hal itu seperti dijelaskan bahwa
“marilah berusaha melakukan dengan senang hati tindakan yang mewujudkan
kerendahan hati, baik dalam batin maupun dalam tindakan yang kelihatan”
(Vincentius, 2002: 59). Seni mengasihi Allah dikembangkan dengan mengasihi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Allah secara nyata; demikian pula seni menghayati kerendahan hati dikembangkan
dengan merendahkan diri secara nyata (Vincentius, 2010: 26). Menurut S.
Bernardus, kebiasaan merendahkan diri merupakan sarana yang tepat untuk menjadi
rendah hati (Vincentius, 2010: 81). (b) mencintai penghinan kecil-kecil. Dalam
hidup persaudaraan setiap anggota harus mampu mencintai penghinaan kecil-kecil;
(c) memerangi kecenderungan kodrat kita untuk meninggalkan diri. Dalam hidup
persaudaraan setiap orang harus mampu memerangi kecenderungan kodrat untuk
meninggikan diri sendiri di antara para anggota tarekat lainnya; dan (d) jangan
segan-segan menyampaikan di depan umum detail-detail yang memalukan kita.
Dalam hidup persaudaraan setiap orang dituntut untuk mau dan mampu
menyampaikan di depan umum detail-detail yang dianggap memalukan diri sendiri.
C. Makna Kerendahan Hati Vincentius dalam Hidup Para Suster KYM
Kerendahan hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo merupakan dasar
kerendahan hati yang dipraktikkan oleh tarekat KYM. Keutamaan kerendahan hati ini
memungkinkan rahmat Tuhan terus mengalir dan berkarya dalam diri para anggota
tarekat KYM. Dalam salah satu konferensinya, St. Vincentius a Paulo mengatakan
“bagi orang yang memiliki kerendahan hati, segala kebaikan akan mengalir dan
dianugerahkan kepadanya. Kebalikannya, bagi dia yang tidak memilikinya, segalanya
bahkan kebaikan yang ada padanya akan diambil darinya.”
Terkait dengan keutamaan kerendahan hati yang sangat dibutuhkan para
suster, St. Vincentius a Paulo pernah mengingatkan para suster seperti yang
dijelaskan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Beberapa kali saya telah mengunjungi komunitas suster-suster dan sering saya telah bertanya kepada beberapa di antara mereka mana keutamaan yang paling mereka hargai, dan untuk keutamaan mana mereka merasa paling tertarik. Dan saya menanyakan hal ini juga kepada suster yang paling tak suka menerima penghinaan. Ternyata di antara 20 suster, mungkin hanya satu tidak menjawab bahwa keutamaan yang paling disukai ialah kerendahan hati. Itulah tandanya bahwa semua menghargai keutamaan ini sebagai keutamaan yang indah dan patut dicintai (Vincentius, 2010: 54). Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa kerendahan hati bagi para suster
merupakan keutamaan yang paling disukai. Dalam hal yang sama, bagi tarekat KYM
kerendahan hati seperti yang dimaksudkan oleh St. Vincentius a Paulo merupakan
keutamaan yang paling dihargai. Hal itu dikarenakan kerendahan hati dapat melandasi
perbuatan-perbuatan lain baik dalam doa, karya kerasulan, maupun dalam hidup bersama.
1. Kerendahan Hati dalam Hubungan dengan Allah
Doa berarti bersatu dengan Tuhan, mendekatkan diri pada tuhan dan
menjalin hubungan dengan Tuhan. Kesatuan dengan Tuhan dalam doa disadari
sebagai hal yang sangat penting dalam hidup sebagai seorang religius khususnya
dalam mengolah pengalamannya. Mengucapkan doa tidak cukup tetapi kita sendiri
menjadi doa dalam segala perhatian kita (De Armen, 2003: 29). Namun dalam
kenyataannya kesadaran akan pentingnya doa tersebut tidak selalu mudah untuk
dilaksanakan dalam hidup sehari-hari.
Kesulitan dalam membina hubungan antara doa dengan sikap hidup
disebabkan oleh padatnya kegiatan sehari-hari. Akibatnya para suster menemukan
kesulitan dalam membagi waktu antara doa dan tugas. Banyak sekali demi tugas
tertentu suster mudah mengabaikan doa. Hambatan lain dalam doa adalah pribadi
yang kurang mampu menyangkal diri atau membiarkan diri dikuasai oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kemalasan. Selama itu doa dirasa kurang efisien karena masih dikuasai oleh
perasaan. Ini disebabkan karena kurang mampu mengolah pengalamannya sampai
ke akar-akarnya sehingga tingkah laku kurang menampakkan buah dari doa. Orang
dapat lupa bahwa doa yang tekun dan dilandasi sikap kerendahan hati memiliki
kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi dan mengatasi segala masalah
(Darminta, 1997: 27).
Para suster menyadari bahwa Tuhan Mahapengampun sehingga kadangkala
ketika ada masalah atau bentrokan dengan sesama dibiarkan berlarut-larut. Pada
salah satu kesempatan sharing pengalaman suster-suster KYM mengatakan bahwa
mereka terkadang memandang doa sebagai pemenuhan aturan karena merasa
dikejar-kejar oleh waktu untuk mengerjakan tugas dan tanggungjawab lain.
Kurang bergairah dalam menjalankan doa karena hanya sebagai sesuatu yang rutin
dan aturan yang harus dijalankan tetapi tidak dengan sepenuh hati.
Kenyataan hidup doa seperti ini memang dialami oleh suster karena itu
diberi himbauan baik bagi seluruh tarekat maupun bagi anggota komunitas, karena
doa merupakan kebutuhan utama dalam hidup, tanpa doa yang tak henti-hentinya
tak ada pewartaan yang sejati. Hanya ada satu menuju jalan keselamatan yaitu
keselamatan dari Allah yang membawa perubahan situasi dalam hidup. Orang
sering mengharapkan terjadinya penyelesaian tuntas sekarang ini sehingga tidak
perlu lagi ada masalah dalam hidup (Darminta, 1997: 25-26).
2. Kerendahan Hati dalam Karya Kerasulan
Karya kerasulan merupakan salah satu tugas perutusan anggota tarekat
religius. Setiap anggota dipanggil untuk melakukan kerasulan sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
bidangnya masing-masing. KYM sebagai salah satu tarekat religius, diwajibkan
para anggotanya untuk melakukan karya kerasulan seperti diterangkan dalam
Konstitusi Tarekat seperti berikut.
Dalam menerima tugas perutusan, suasana hatiku tidak seperti biasanya, tidak menentu dan rasa cemas menyelubungi hatiku. Apalagi ke tempat yang asing dan orangnya pun belum kukenal. Sementara itu muncul pertanyaan, apa yang harus saya siapkan agar bisa menjalankan tugas yang diberikan? Dalam kecemasan saya berusaha untuk diam sejenak sambil merenungkan perutusan tersebut. Saya menemukan bahwa saya diutus untuk membaharui dunia, seperti yang tertulis dalam Konstitusi (Konstitusi KYM, art. 1).
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap anggota tarekat religius
dipanggil untuk melakukan karya kerasulan yakni untuk membaharui dunia. Dalam
menerima tugas ini suster kadang kurang percaya diri dan kecemasan selalu ada dalam
diriku juga tidak percaya akan talenta-talenta yang disediakan Tuhan dalam dirinya.
Serahkanlah kecemasan kepada Tuhan, Dialah yang tahu apa yang perlu dan apa yang tidak
perlu. Dengan kata-kata ini kecemasan suster dapat berkurang dan percaya bahwa Tuhan
selalu menemani dan mendampinginya dimanapun berada. Prajusta (2007: 107)
mengatakan bahwa menghadapi masalah perlu keberanian untuk mengubah apa yang dapat
diubah, ketabahan untuk menerima apa yang tidak dapat diubah, dan kebijaksanaan untuk
dapat membedakannya. Namun dengan perpindahan komunitas di tempat yang baru
bukanlah sesuatu yang mudah untuk diterima. Penugasan yang baru menimbulkan
pergulatan batin untuk meningggalkan mereka yang telah menjadi bagian hidup.
3. Kerendahan Hati dalam Hidup Persaudaraan
Dalam menjalani hidup persaudaraan seperti yang ada di tarekat KYM,
dibutuhkan keutamaan kerendahan hati. Setiap anggota tarekat KYM memiliki sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dan keinginan yang berbeda-beda. Untuk dapat memahami perbedaan dari masing-
masing anggota tarekat tersebut, setiap orang diharapkan memiliki kerendahan hati
sehingga mampu mengalahkan egoisme pribadi dan hanya ingin mendahulukan
kepentingan tarekat sesuai dengan visi dan misinya yang terlibat dalam membangun
Gereja. Semangat kerendahan hati ini dapat dibina melalui tinggal bersama di
komunitas-komunitas kecil bersama beberapa orang suster yang tidak diikat
berdasarkan hubungan darah tetapi karena dipanggil Allah dan dipersatukan. Dalam
komunitas kecil ini, para suster melatih kerendahan hati untuk saling menerima
segala kelebihan dan kekurangan para anggota komunitas lain.
Kerendahan hati merupakan wujud dari kasih terhadap sesama anggota
tarekat. Kasih itu kreatif sampai akhir demikianlah persaudaraan akan tercipta
rukun jika setiap individu berusaha untuk menciptakan kasih yang kreatif hingga
akhir, sehingga suasana hidup bersama mengundang suasana yang membuat orang
merasa nyaman merasa kerasan dan setiap suster bertumbuh dalam panggilan,
mendapatkan perhatian dari semua pihak. Sikap ini ditumbuhkembangkan oleh
sikap hormat terhadap keunikan setiap suster, oleh tanggung jawab bersama satu
terhadap yang lain singkatnya oleh kepercayaan satu sama lain atas dasar iman.
Mengambil inisiatif dan menerima inisiati dari orang lain menjadi bagian dalam
memperhatikan suasana hidup komunitas. Untuk hal ini, dibutuhkan kerendahan
hati dari setiap anggota untuk menerima setiap keunikan dari masing-masing
anggota tarekat (Direktorium KYM, art. 16).
Dalam KHK yang dicanangkan pada tanggal 25 januari 1983 ada sebuah kanon yang dikhususkan untuk hidup persaudaraan dalam seksi hidup religius. Pada KHK kanon 602 dikatakan: “oleh hidup persaudaraan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menjadi ciri masing-masing tarekat, semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga khusus dalam Kristus. Hendaknya hidup persaudaraan itu ditentukan sedemikian rupa, sehingga semua saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing. Dengan persatuan persaudaraan itu, yang berakar dan berdasar dalam cinta kasih, para anggota hendaknya menjadi gambar dari pendamaian menyeluruh dalam Kristus. Sebelum berbicara lebih jauh tentang persaudaraan KYM, langkah-langkah
pembinaan persaudaraan dan relevansi kerendahan hati dalam hidup persaudaraan,
penulis mencoba untuk melihat tujuan pembentukan persaudaraan dalam
komunitas religius. Komunitas religius (dalam hal ini KYM) dapat menjalankan
tugas perutusannya secara bersama-sama. Sebab hakekat komunitas adalah
kebersamaan atau dalam bahasa lain disebut persaudaraan.
Yang menjadi landasan hidup persaudaraan para suster KYM dalam hidup
berkomunitas adalah Kis 4:32 “kumpulan orang yang telah percaya itu hidup sehati
sejiwa, dan tidak seorangpun berkata bahwa suatu dari kepunyaan adalah miliknya
sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama” dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa para suster KYM senantiasa diajak untuk hidup seturut
cara hidup jemaat perdana.
D. Tantangan Zaman
Pembinaan kerendahan hati dalam tarekat KYM salah satunya dilakukan
melalui refleksi tantangan ke depan. Tantangan ke depan dimaksudkan bahwa tarekat
KYM sebagai salah satu tarekat religius ke depan akan memiliki tantangan yang
semakin berat. Para anggota tarekat KYM akan semakin banyak terjun dalam dunia
nyata seperti dalam karya kerasulan. Hal ini dapat semakin menjauhkan setiap
anggota tarekat satu dengan yang lain. Setiap anggota tarekat merasa bahwa karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kerasulan yang dimiliki merupakan hal yang utama sehingga setiap orang merasa diri
menjadi yang lebih penting dibandingkan dengan anggota tarekat yang lain.
Seiring dengan perkembangan jaman, semangat kerendahan hati menjadi
semakin sulit diperjuangkan. Kerendahan hati dalam bersikap dan bertingkah laku
misalnya: sikap mengalah, tidak menonjolkan diri sendiri, rela berkorban demi
kebahagiaan orang lain menjadi semakin menonjol di antara anggota tarekat religius.
Kerendahan hati menjadi semakin sulit karena setiap anggota tarekat dihadapkan pada
semakin besarnya tuntutan dari karya yang ditanganinya.
Selain itu, tantangan di masa depan kecenderungan anggota tarekat untuk
menonjolkan diri, mencari popularitas diri sendiri akan menjadi salah satu tantangan
yang sulit dihindari. Anggota tarekat yang diberikan jabatan atau pekerjaan dengan
wewenang tertentu seringkali justru dijadikan sebagai ajang menonjolkan diri,
mencari popularitas diri sendiri sehingga sikap dan perilaku suster tersebut jauh dari
kerendahan hati.
Kondisi dan tantangan ke depan tersebut menjadi salah satu kesempatan bagi
tarekat KYM untuk melakukan pembinaan kerendahan hati terhadap para anggota
tarekat. Hal ini perlu dilakukan agar sejak dini para anggota disadarkan akan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai seorang anggota tarekat KYM yang harus tetap menjaga
kerendahan hati seperti yang dihidupi St. Vincentius a Paulo.
1. Gaya Konsumtif
Sikap konsumtif merupakan salah satu tantangan yang dialami oleh para
suster dewasa ini. Para suster juga ikut tergoda dengan barang-barang duniawi
seperti HP, dan berbagai fasilitas mewah yang bersifat duniawi. Seiring dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi, perilaku konsumptif
manusia semakin tinggi.
Tidak bisa dipungkiri bahwa godaan untuk hidup konsumtif di kalangan para suster
juga semakin tinggi. Terkait dengan barang-barang duniawi, misalnya seperti barang-
barang elektonik para suster juga ikut menginginkannya. Tidak hanya itu, godaan untuk
menikmati hidup mewah, juga dapat melanda para suster di jaman sekarang.
Kecenderungan untuk bergaya konsumtif ini, para suster tidak jarang berusaha untuk
membenarkan diri dengan alasan karena kebutuhan untuk menunjang pelaksanaan karya
kerasulan, menunjang studi atau perkuliahan, atau tugas-tugas lainnya.
Kecenderungan gaya konsumtif di kalangan pada suster mencerminkan
memudarnya semangat kerendahan hati yang dimiliki. Para suster tidak lagi
merasa nyaman dengan fasilitas yang sederhana. Hal ini membuatnya sering
menjadi gelisah terutama bila kebutuhan-kebutuhan yang diinginkannya tidak
dapat terpenuhi (Darminta, 2010: 12).
2. Berpusat pada diri
Setiap orang seakan-akan berlomba-lomba untuk menonjolkan diri, merasa
diri paling hebat, ingin dianggap paling mampu. Sikap-sikap semacam ini
dianggap sebagai suatu hal yang lumrah dan wajar di tenag-tengah persaingan
yang semakin ketat dalam menarik simpati-simpati duniawi. Pada kondisi seperti
ini, kerendahan hati tidak lagi dianggap penting karena hal itu hanya akan
memasung sikap-sikap dan perilaku sombong dari manusia yang semakin
menonjol Kondisi duniawi seperti dijelaskan tersebut juga seringkali melanda dan
mempengaruhi hidup para anggota tarekat religius sehingga mudah terbawa arus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Untuk menghadapi situasi yang demikian, maka sangat diperlukan kaum religius
yang sungguh mau menghayati kerendahan hati.
Kerendahan hati di jaman sekarang sebagai suatu hal yang ketinggalan
jaman karena justru saat ini setiap orang berlomba-lomba menonjolkan diri dan
mencari popularitas diri sendiri. Hal itu juga terjadi di kalangan anggota tarekat
bahwa suster yang diberikan jabatan atau pekerjaan dengan wewenang tertentu
seringkali justru dijadikan sebagai ajang menonjolkan diri, mencari popularitas diri
sendiri sehingga sikap dan perilaku suster tersebut jauh dari kerendahan hati
(Aniceta KYM, 2013: 34).
Salah satu tantangan berat para suster dewasa ini adalah adanya
kencenderungan dalam diri untuk menjadi pusat perhatian. Apapun yang
dilakukannya semata-mata bertujuan untuk kemuliaan diri sendiri. Ciri-ciri dari
keinginan suster untuk berpusat pada diri sendiri ditunjukkan dengan sikap
ekshibisi (pamer, tampil): membuat kesan, membuat orang terpesona, terkesima,
meluap gembira, mengejutkan, membangkitkan gairah, menumbuhkan daya tarik,
membuat orang kagum dan memikat orang lain untuk terpesona dengan dirinya
sendiri. Selain itu, para suster memiliki keinginan untuk diperhatikan: agar
kebutuhannya dipenuhi oleh bantuan simpatik orang lain yang disukainya. Ingin
dirawat, didukung, ditopang, dilindungi, dicintai, dinasihati, dibimbing, dimanja,
dimaafkan, dihibur, dan ingin selalu mempunyai pendukung.
3. Kesombongan
Godaan duniawi yang demikian kuat dewasa ini menjadi salah satu
penyebab kerendahan hati sering tidak bisa diwujudkan dalam kehidupan nyata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(Darminta, 2010: 12). Para suster dalam menjalankan peran, tugas dan
tanggungjawabnya menganggap bahwa melalui jabatan atau pekerjaan yang
dimilikinya membuatnya semakin tidak menyadari sudah jauh dari kerendahan
hati. Hal ini mengakibatkan para suster menjadi sering tidak jauh berbeda dari
masyarakat yang bukan anggota tarekat yang umumnya mendewa-dewakan
pemilikan harta kekayaan, kekuasaan, kenikmatan duniawi, popularitas diri yang
semuanya itu bertolak belakang dengan kerendahan hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
KERENDAHAN HATI DALAM PERSAUDARAAN TAREKAT KYM
A. Pengertian Persaudaraan
Persaudaraan KYM didasari persaudaraan kristiani yang diikat dan didasarkan
pada cinta kasih bukan terutama karena atas dasar hubungan darah atau hubungan
keluarga. Persaudaraan dalam KYM dilandasi oleh cinta kasih yang sebagaimana
yang diajarkan oleh Yesus sendiri yakni: saudara dan saudariku adalah mereka yang
melaksanakan Firman Allah.
1. Persaudaraan Kristiani
Persaudaraan KYM mengambil pola persaudaraan seperti yang dijelaskan
oleh Yesus sendiri dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru, persaudaraan sejati
yang meliputi semua orang baru terwujud dalam Yesus Kristus. Dalam Gereja
sebagai kelanjutan Kristus sendiri persaudaraan itu memang belum sempurna, namun
merupakan suatu tanda nyata dari perkembangan perwujudannya. Universalitas
persaudaraan sejati seperti dikehendaki Allah dapat kita dengar dari Yesus sendiri
yang berkata, “Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga dialah
saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku Mat 12:50; Luk
8:21 Bila dalam Perjanjian Lama persaudaraan masih lebih dibatasi oleh unsur
kebangsaan (nasionalisme) dan keagamaan dalam Perjanjian Baru batas-batas itu
diatasi, sehingga sungguh universal (Martasujita, 2000: 26). Perbedaan persekutuan
antara yang menurut bangsa dan yang menurut agama/iman yang masih ada dalam
zaman ketika Yesus tampil ditolak secara tegas oleh-Nya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah mengira bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abrahan adalah Bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini (Mat 3:7-9). Persaudaraan yang semula hanya timbul dari kelahiran menurut kodrat
(daging) kini juga timbul dari kelahiran kembali. Persaudaraan kodrati dapat hancur
seperti dalam cerita tentang Kain dan Habel, sedangkan persaudaraan sejati
berlandaskan keputraan Allah 1Yoh 3 Persaudaraan yang semula hanya berdasarkan
Abraham, dalam Perjanjian Baru mencapai puncaknya dan kepenuhannya dalam
Yesus Kristus sehingga anak-anak Abraham sejati ialah mereka yang percaya akan
Yesus Gal 3:7-29; Rm 4:11 Dalam Perjanjian Baru, dijelaskan bahwa dengan
kematian-Nya sebagai silih, Kristus mengadakan persaudaraan yang sebenarnya Ef
2:11-18 Persaudaraan sejati bukan timbul melulu atas kehendak baik untuk bersatu;
bukan pula karena orang ingin mengikuti teladan hidup Yesus, melainkan karena
orang mau memasuki persekutuan yang nyata dan tampak untuk diselamatkan.
Kristus adalah sebab, dasar dan tujuan persaudaraan yang dikehendaki Allah
(Martasujita, 2000: 26). Inti persaudaraan dan perwujudannya ialah kasih. Sebab
dalam kasih persaudaraanlah kita sungguh dilahirkan kembali 1 Ptr 1:22 Dalam kasih
ini seseorang tidak terikat dengan sesamanya melainkan akan Allah. Sapaan kepada
saudara ialah “terkasih” atau “saudara yang dikasihi Allah” 1 Tes 1:4 Kelehaman-
kelehaman saudara harus dipikul Rm 15:1 Apabila mereka sungguh tak mau “berdosa
terhadap Kristus” (1 Kor 8:12).
Berdasarkan pengertian tentang saudara dalam Kitab Suci (khususnya dalam
Perjanjian Baru), secara teologis-biblis dapat diketahui ciri-ciri persaudaraan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dikehendaki Yesus. Persaudaraan bukanlah sesuatu yang teoritis atau abstrak,
melainkan konkret dan terwujud, suatu kenyataan. Persaudaraan adalah suatu
persekutuan secara pribadi dengan saudara-saudara dalam Kristus. Dimana ada relasi,
ada hubungan nyata, di situ persaudaraan dapat berkembang menjadi lebih erat dan
kuat (Kis 28:15).
Persaudaraan universal mengatasi segala batas namun dalam pelaksanaannya
terikat juga oleh waktu dan tempat, justru karena harus konkret. Secara konkret
persaudaraan harus terwujud dalam kesatuan Gereja. Gereja adalah Tubuh Kristus
yang merupakan kesatuan dalam keanekaragaman namun sekaligus sebagai
keanekaragaman dalam kesatuan. Ciri khas persaudaraan kristiani ialah bahwa orang
menjadi saudara sejati satu sama lain hanya dalam Yesus Kristus. Sebab berkat
kematianNya di salib Yesus menjadi anak Allah “yang sulung di antara banyak
saudara’ Rm 8:29 Kemudian sesudah bangkit, Kristus menyebut murid-murid-Nya
“saudara-saudara-Ku” Yoh 20:17; Mat 28:10 Yang menerima Yesus Kristus menjadi
anak Allah, saudara Kristus, bukan atas dasar keturunan Abraham melalui daging
melainkan karena iman kepada Kristus dank arena menjalankan kehendak Bapa Mat
12: 46:50 Sebagai anak Allah kita dapat menyebut Allah sebagai Abba, Bapa, dan
karenanya juga menjadi ahli waris janji-janji Allah bersama Kristus Rm 8:14-17
Ciri lain dari persaudaraan ialah bahwa suatu persaudaraan harus merupakan
suatu persekutuan bukan hanya dengan Kristus, tetapi juga sekaligus persekutuan
satu sama lain sebagai saudara dalam Kristus (Martasujita, 2000: 26). Hubungan
antara mereka harus dijiwai dengan perintah Yesus seperti misalnya dalam Mat
5:21-26. Ada kewajiban saling menegur Mat 18:15 meskipun harus tetap terbuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
terhadap semua orang Mat 5:47 terutama diminta kasih kepada orang-orang yang
paling “kecil” sebab dalam diri mereka itu mereka menjumpai Kristus sendiri Mat
25:40
Ciri paling khas persaudaraan kristiani ialah kasih. Kedatangan Yesus
mengubah dasar tatasusila dan tatanilai orang-orang Yahudi yang tergantung pada
Taurat. Isi pokok ajaran Yesus ialah kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia
sebagai perintah utama. Kebenaran ajaran-Nya itu dibuktikannya sendiri dalam
kedatangan-Nya sebagai Putera Allah, yang mengutus-Nya untuk menyelamatkan
manusia berdosa. Perintah utama itu merupakan perintah rangkap, yakni kasih kepada
Allah dan kepada manusia yang disamakan. Seluruh hukum Taurat dan ajaran para
nabi bergantung pada perintah utama itu (Mat 22:40)
Letak kebaruan dasar persaudaraan kristiani sejati menurut kasih Yesus adalah
sebagai berikut (Martasujita, 2000 :34):
1. Kasih kepada Allah dan kepada manusia diikatkan satu sama lain dan tak terpisahkan;
2. Seluruh hukum Taurat dikembalikan kepada perintah utama rangkap itu; dan 3. Kasih kepada sesama adalah universal
Kasih sesama yang universal itu mengalir dari kasih Allah sendiri yang
merangkul semua tanpa perbedaan. Ikatan erat antara kasih kepada Allah dan kepada
sesama diajarkan Yesus dalam Mat 5:23-24. Orang harus berdamai dahulu dengan
sesama sebelum menghadap Allah. Dan orang tidak dapat mohon ampun kepada
Allah sebelum bersedia mengampuni sesamanya. Demikian penting hal ini sehingga
termasuk dalam doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus kepada kita. Kasih kepada
sesama bukan hanya dibuktikan dalam saling mengambpuni, melainkan juga dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
saling menolong, sebagai saluran belaskasih Allah. Inti persaudaraan sejati adalah
kasih, maka kasih kepada Allah dan sesama harus murni.
Berdasarkan pengertian persaudaraan menurut Kitab Suci khususnya dalam
Perjanjian Baru, anggota tarekat religius mewujudkan persaudaraan ini dalam bentuk
komunitas religius. Komunitas adalah sebuah kehidupan bersama. Kehidupan
bersama adalah suatu anugerah dan karunia Allah. Ciri khas dari suatu karunia adalah
diberikan, dihadiahkan. Komunitas sebagai karunia berarti bahwa komunitas yang
dimiliki anggota tarekat religius bukanlah hasil daya upaya mereka, bukan pula hasil
jerih payah mereka (Martasujita, 2000: 26). Anggota tarekat religius tidak
mempunyai suatu jasa apapun terhadap komunitas. Setiap anggota komunitas religius
yang ada dipandang dan diterima sebagai anugerah dan karunia Tuhan dan bukan
sebagai milik atau bawahan yang bisa dimanfaatkan. Semua anggota tarekat religius
adalah karunia Tuhan. Anggota tarekat religius tidak pernah merencanakan siapa-
siapa yang akan menjadi teman komunitas mereka. Anggota tarekat tidak bisa
memprogram siapa-siapa yang akan menemaninya dalam komunitas. Hal tersebut
seperti dikemukakan Martasudjita (1999: 88) seperti berikut:
Kita tidak bisa memprogram siapa-siapa yang akan menemani kita dalam keluarga ataupun komunitas. Siapa yang menjadi ayah dan ibu saya tidak pernah bisa saya rencanakan sebelumnya. Mereka tiba-tiba adalah orang tua saya. Siapa yang akan menjadi kaka dan adik saya tidak bisa saya program sebelumnya. Tahu-tahu kakak dan adik saya adalah mereka. Mereka ya seperti itu. Siapa yang akan menjadi pemimpin komunitas saya tidak dapat saya atur dan program. Tahu-tahu ya dia itu pemimpin kita. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa persaudaraan yang terwujud dalam
komunitas religius tidak bisa diprogram atau direncanakan. Anggota tarekat religius
tidak pernah bisa merencanakan siapa yang menjadi anggotanya, siapa yang menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
pemimpin, dan siapa yang menjadi teman komunitasnya. Dalam hal ini tampak
bahwa persaudaraan dalam tarekat religius seperti KYM merupakan persaudaraan
sejati yang dipersatukan karena Kristus.
Hal senada dikemukakan (Darminta, 1982 :7). bahwa hidup bersama dalam
suatu komunitas merupakan salah satu ciri pokok hidup religius. Penghayatan konkret
hidup religius sehari-hari terlaksana dalam suatu komunitas. Dalam komunitas itu
hidup bersama mendapatkan bentuk konkret dan pengaturan yang menunjang tumbuh
dan perkembangan hidup rohani maupun terlaksananya tugas perutusan.
Hidup bersama dalam suatu komunitas merupakan tuntutan mutlak bagi
seorang religius. Tidak mengherankan bahwa salah satu syarat untuk dapat bergabung
dan diterima dalam suatu tarekat religius adalah tidak adanya hambatan yang berat
untuk membangun dan menghayati hidup bersama. Tegasnya, dituntut adanya
kemampuan dan kemudahan untuk hidup bersama. Dalam hidup bersama di suatu
komunitas religius, terjadilah suatu pertemuan dalam iman, dimana orang menghayati
spiritualitas dan charisma tarekat yang asma, mengikuti Kristus bersama-sama,
merasul dalam kebersamaan, berdoa bersama, berbagi rasa hidup dan pengalaman,
berbagi milik dan harta, berbagi kesedihan dan kemauan untuk mengabdi Kristus.
Menurut Konsili Vatikan II, hidup religius yang diterima oleh Gereja sebagai
anugerah Allah, hidup dalam lingkup persekutuan Gereja, sejauh digerakkan oleh
Roh Kudus, prinsip persekutuan dan kesatuan Gereja. Hidup religius secara khusus
dipanggil untuk menampakkan persekutuan hidup Gereja. Diharapkan bahwa di
dalam komunitas-keomunitas religius terpuruk dan terpelihara persaudaraan sebagai
cirri khas hidup bersama (Darminta, 1982: 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Di lain pihak orang juga semakin sadar dan mengalami bahwa dirinya tidak
dapat hidup dan berkembang secara penuh tanpa orang lain. Hanya dalam
kebersamaan dalam suatu komunitas orang akan mendapatkan kepenuhan. Saling
berkontak dan berjumpa merupakan salah satu aspek penting. Di dalam Tuhan orang
menemukan hubungan persaudaraan dan kesamaan antara sesama manusia. Setiap
anggota tarekat sadar bahwa ikatan-ikatan yang mengikat persaudaraan bersumber
pada Tuhan dan dari Tuhan mendapatkan arti dan kekuatan (Darminta, 1982: 9).
2. Spiritualitas Persaudaraan KYM
Spiritualitas KYM didasarkan pada spiritualitas Vincentius. Spiritualitas
Vincentius mulai ditanamkan kepada para suster sejak awal, yaitu sejak masa
pembinaan di Postulat lewat studi. Pada tahap pembinaan selanjutnya di Novisiat,
para suster mulai mengikuti kegiatan HaVin (Hari Vincentius). Para novis pergi ke
lorong-lorong untuk menemukan orang miskin. Dengan ini kepekaan dan kepedulian
novis mulai terasah dan akan membantunya untuk menemukan jati dirinya sebagai
Vinsensian yang tanggap akan kebutuhan orang-orang di sekitarnya. Ada juga
program Live in yang dilaksanakan saat novis dan menjelang Kaul Kekal dengan
tujuan untuk meneguhkan panggilannya sebagai seorang suster sekaligus sebagai
Vinsensian. Pada kegiatan tersebut, para suster tinggal langgsung bersama umat dan
mengalami secara langsung pahit getirnya kehidupan di luar. Kegiatan ini menempa
pribadi para suster untuk menjadi suster yang tangguh dan mampu menghadapi
zaman (Laura, 2010: 34).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Spiritualitas Santo Vincentius kini masih hidup dan berkembang dalam jiwa
suster-suster KYM. Vincentius hidup di zamannya begitu juga dengan Pastor van Erp
dan suster-suster KYM. Berangkat dari spiritualitas yang sama kita dipanggil juga
untuk mengaktualisasikan semangat ini sesuai dengan konteksnya. Sebagaimana
Vincentius dan Pastor Antonius Van Erp berani peka dan tanggap akan kepribadian
dan kebutuhan masyarakat pada zamannya begitu juga dengan para suster KYM
(Laura, 2010: 35).
Spiritualitas St. Vincentius a Paulo berrati meresapkan dan menggemakan
semangat Yesus kristus dalam hidup. Spritualitas tidak bertumbuh begitu saja jika
tidak digali, dipikirkan, direnungkan, dan dihayati dalam kenyataan hidup konkret
setiap hari. Tentu saja spiritualitas bukanlah sesuatu yang kaku, tetapi bentuk, roh
atau jiwa dari sebuah kehidupan yang dipengaruhi oleh kebudayaan dan
perkembangan zaman.
Sebagai salah satu anggota Vinsensian, para suster KYM juga menjadi
pewaris 5 keutamaan Santo Vincentius yakni: kesederhanaan, kerendahan hati,
kelembutan hati, matiraga, dan penyelamatan jiwa-jiwa bersumber dari Yesus
kristus sendiri. Demikianlah pendiri Bapak Antonius Van Erp mewariskannya
bagi para Suster KYM, sebagaimana ia telah menghidupinya dengan semangat St.
Vincentius a Paulo. Semua teladan itu adalah sebuah sikap yang mendalam dan
keintiman dengan Tuhan sendiri yang Maha lembut (Sumaji, 2004: 85).
Peraturan yang diwariskan oleh Vincentius adalah Yesus kristus sendiri,
dengan jelas yaitu perkataan atau ajaran Yesus tentang kerendahan hati.
Kerendahan hati itu harus didasarkan pada Pribadi Yesus Kristus sendiri yang rela
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
merendahkan diri dengan wafat di kayu salib, demikianlah peraturan ini menjadi
milik semua pewaris semangat St. Vincentius dalam hal ini termasuk KYM,
kerendahan hati itu harus dittai bahkan dengan jelas Vincentius mengatakan
bahwa sumbernya dapat berasal dari: pengenalan diri sendiri dan kasih kepada
Kristus yang sering mendapat penghinaan. Dalam salah satu konferensinya, St.
Vincentius a Paulo mengatakan “bagi orang yang memiliki kerendahan hati,
segala kebaikan akan mengalir dan dianugerahkan kepadanya. Kebalikannya, bagi
dia yang tidak memilikinya, segalanya bahkan kebaikan yang ada padanya akan
diambil darinya.”
3. Persaudaraan dalam Komunitas
Menurut (Darminta, 1982: 7). hidup bersama merupakan hidup dalam
persekutuan, dimana orang sanggup dan rela untuk saling membantu, menopang,
menghibur, dan memberi semangat maupun saling memberi koreksi. Dasar dari
semua itu adalah cinta, sebab manusia dipanggil untuk hidup cinta. Pada dasarnya
hidup bersama ada persaudaraan, yang dibangun oleh Roh Kudus dalam iman yang
sama, harapan yang sama dan cinta kasih yang sama. Menurut (Darminta, 1982: 11).
hidup bersama secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut: suatu
perjumpaan tetap dari pribadi-pribadi yang dipersatukan dalam suatu keluarga sejati
atas nama Tuhan. Hidup bersama ikut ambil bagian pada charisma yang sama, dijiwai
oleh cinta kasih, diperkuat oleh kehadiran Kristus dan sekaligus diikat oleh ikatan-
ikatan hukum oleh Gereja dan sanggup untuk menyerahkan segala-galanya untuk
saling melayani dan membangun tubuh Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Hidup bersama kaum religius yang dipersatukan menjadi saudara merupakan
usaha untuk menghayati secara penuh hidup kristiani dengan memberi nilai secara
khusus kepada aspek kebersamaan hidup secara radikal. Persekutuan hidup
diungkapkan dengan adanya perlakuan sosial yang sama, meski berbeda tugas, aturan
dan wajib yang mengikat semua dalam hidup komunitas, struktur hidup yang
disepakati yang mengatur perjumpaan antara sesama anggota dan antar anggota dan
komunitas, sehingga semua anggota dapat hidup, berdoa dan bekerja bersama-sama.
Semua hasil kerja menjadi milik bersama. Dengan begitu, Kristus menjadi pusat
komunitas religius, pusat pertemuan anggota-anggota komunitas. Komunitas religius
menjadi ekspresi yang belih bermakna dari Gereja sebagai persekutuan umat Allah
(Darminta, 1982: 11).
Menurut (Darminta, 1982: 12) faktor-faktor pemersatu persaudaraan dalam
komunitas religius, yakni: (1) Kristus, (2) kekuatan anggota-anggota, (3) struktur dan
pengaturan, dan (4) pimpinan. Kristus menjadi pemersatu utama dimaksudkan adalah
bahwa pertama-tama tali pemersatu ialah Kristus sendiri sebab Kristuslah yang
merupakan titik pertemuan dan ikatan yang mempersatukan anggota-anggota
komunitas. Secaca khas hidup bersama yang dipersatukan dalam persaudaraan
tumbuh dan berkembang dalam persatuan dengan misteri paskah. Komunitas menjadi
religius sejauh persaudaraan dan persahabatan yang mengikat anggota-anggota itu
diresapi oleh kehadiran Kristus, sebab cinta kasih sejati menyatakan kehadiran
Kristus.
Pemersatu lainnya hidup bersama adalah kekuatan anggota-anggota. Menurut
(Darminta, 1982: 12) kekuatan anggota-anggota itu sendiri juga memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
kekuatan dan daya hidup kepada komunitas dan anggota-anggota dalam komunitas.
Hidup bersama dibangun dari hari ke hari oleh anggota-anggotanya. Hidup bersama
menjadi kuat, bila masing-masing menyumbangkan milik dan pribadi. Persatuan hati
dan budi dihayati dalam hidup bersama dengan saling memberi diri. Setiap anggota
saling membuka diri dalam persaudaraan yang penuh cinta kasih. Hidup bersama
menjadi pengalaman hidup dalam persatuan dan kasih yang didasarkan atas
kemerdekaan, kepercayaan, keterbukaan satu sama lain dan komunikasi. Setiap
peristiwa sehari-hari merupakan kesempatan untuk mengungkapkan dan
menunjukkan kebaikan, cinta, saling menghornati, saling melayani, saling
mempercayai, saling memberi nasehat, saling membangun dan saling memberi
semangat (Darminta, 1982: 13).
Memberikan diri dalam sebuah komunitas membuat orang mampu untuk
menerima anggota komunitas lainnya dengan sepenuh hati, sepenuh budi, sepenuh
jiwa dan sepenuh tenaga. Ikatan persaudaraan semakin dirasakan dan karenanya
terjamin dan terbina. Kalau demikian hidup bersama tidak lagi hanya dilihat sebagai
hidup laku tapa tetapi ungkapan hidup persatuan dengan Allah sendiri.
Hidup bersama membutuhkan struktur dan pengaturan yang menunjang
terlaksananya kesatuan dan persekutuan hidup. Oleh karena itu, wajar bila di dalam
setiap komunitas religius, sesuai dengan ciri khas tarekat masing-masing. Dibentuk
pengaturan dan disiplin hidup bersama yang harus diterima oleh setiap anggota
sebagai bagian dari kenyataan hidup bersama sehari-hari.
Pengaturan hidup seperti doa bersama, bekerja, makan bersama, rekreasi,
istirahat ataupun menetapkan saat-saat hening dimaksudkan untuk membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
anggota-anggotanya menjadi manusia rohani, mempertahankan persatuannya dengan
Tuhan lewat integrasi semua kemampuan, pemurnian pikiran, pengrohanian perasaan-
perasaan, untuk semakin mempunyai hormat yang makin dalam atas hidup di dalam
Tuhan (Darminta, 1982: 13).
Struktur hidup dalam komunitas merupakan sarana untuk menjalin hubungan
cinta antar anggota, sebab struktur dan pengaturan hidup tidak mengganti hukum hati
dan hukum cinta, tetapi mempermudah dan memperjelas penghayatannya dalam cara
hidup, berdoa dan bekerja bersama-sama. Struktur sendiri perlu terbuka tidak beku,
untuk selalu diperbaharui dan ditinjau, supaya selalu merupakan sarana yang
menunjang hidup bersama erat dalam persaudaraan dan dengan kerohanian dan
charisma tarekat.
Dalam KHK yang dicanangkan pada tanggal 25 Januari 1983 ada sebuah
kanon yang dikhususkan untuk hidup persaudaraan dalam seksi hidup religius. Pada
kanon 602 dikatakan oleh hidup persaudaraan yang menjadi ciri masing-masing
tarekat, semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga khusus dalam
Kristus. Hendaknya hidup persaudaraan itu ditentukan sedemikian rupa, sehingga
semua saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing. Dengan
persatuan persaudaraan itu, yang berakar dan berdasar dalam cinta kasih, para
anggota hendaknya menjadi gambar dari pendamaian menyeluruh dalam Kristus
Komunitas religius dalam hal ini KYM dapat menjalankan tugas perutusannya
secara bersama-sama. Sebab hakekat komunitas adalah kebersamaan atau dalam
bahsa lain disebut persaudaraan. Yang menjadi landasan hidup persaudaraan para
suster KYM dalam hidup berkomunitas adalah Kis 4:32 “kumpulan orang yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
percaya itu hidup sehati sejiwa, dan tidak seorangpun berkata bahwa suatu dari
kepunyaan adalah miliknya sendiri, tapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka
bersama” dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para suster KYM senantiasa
diajak untuk hidup seturut cara hidup jemaat perdana.
Dalam Konstitusi KYM art. 44 dikatakan:
Persekutuan dibentuk oleh orang-orang yang meniru teladan dari kesatuan Yesus Kristus bersama murid-muridNya; orang-orang yang seraya mengakui perbedaan pandangan, watak dan sikap, satu sama lain mencari tujuan bersama dan menggumulinya bersama; orang-orang yang saling memberi perhatian, sehingga setiap orang didengar, setiap orang berhak berbicara, setiap orang merasa aman satu sama lain; orang-orang yang menerima diri sendiri dan orang lain karena setiap hari menyadari bahwa mereka diterima oleh Allah Dalam komunitas itulah terjadi komunikasi cinta serta perhatian satu terhadap
yang lain. “Inilah perintahKu yaitu supaya kamu saling menghasihi, seperti Aku telah
mengasihi kamu. Inilah perintahKu kepadamu: kasihilah seorang akan yang lain”
Yoh 15:12-17 sebab dalam komunitas kita menghayati kesatuan di dalam perbedaan
dan menjalankan prioritas-prioritas untuk melakukan evangeliassi dan pelayanan
kepada kaum miskin dan mengadakan doa bersama.
Dalam komunitas kita bertekun untuk pendidikan dan pengajaran serta
pengembangan diri, kita menjadi saling percaya, kita mempunyai sense of belonging;
kita melakukan share diri bersama, kita bergembira bersama dengan saling
menguatkan sebagai saudara serta percaya bahwa orang/pribadi yang dihadapi
memiliki nilai-nilai kepribadian yang harus dihormati, kita selalu bersatu hati dalam
pujian dan doa bersama Kis 2:41-47
Persaudaraan religius yang terbentuk tidaklah bersifat homogen tetapi
heterogen baik pribadi maupun sasaran pelayanan mereka yang mencakup orang dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
bangsa dan budaya yang lain. Dalam heterogenitas (kemajemukan) ini kiranya makna
kerendahan hati itu menjadi hidup dan konkret.
Hidup religius selalu dihayati di dalam hidup persaudaraan dalam sebuah
hidup orang-orang yang hidup bersama sebagai saudara dan demi Yesus Kristus ini,
kita menemukan rahmat yang juga kita rasakan dalam hati kita masing-masing. Untuk
mengikuti Yesus kita bergabung dalam satu persaudaraan. Seterusnya kedua
kenyataan selalu disebut bersama: Allah dan sesama/saudara sekomunitas (Louf,
1987 :22-25).
Fraterna Komunio (berbagi hidup dalam semangat persaudaraan) adalah
sebuah ungkapan yang sangat tua di dalam tulisan monastic. Ketika hidup komunitas
dalam arti sempit muncul pertama kali, menurut studi-studi historis masa kini berasal
dari Pakhomeus pada abad ke-4 maka pengelompokan monastic diberi nama berasal
dari Perjanjian Baru: Hagia Koinonia, yang berarti persaudaraan kudus atau
persekutuan kudus. Kata koinonia diambil dari Kis 2:42 Istilah ini merupakan suatu
penjelasan perihal Gereja Perdana yang paling dikenal: “mereka bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan (koinonia). Mereka saling berkumpul
untuk memecahkan roti dan berdoa.”
Koinonia ini diterangkan dalam kalimat-kalimat berikut ini: menyerahkan
semua barang mereka sebagai dana bersama, pergi ke kenisah sebagai stau kesatuan
tubuh, suatu semangat yang sehati, makan bersama dengan gembira dan berhati tulus
satu dengan yang lain. Lukas menambahkan: “mereka disukai semua orang”
maksudnya: kelompok ini menyebarkan pendalamaian dalam Kristus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Menurut teladan Gereja Perdana, hendaknya kehidupan bertekun dalam ajaran
Injil, dalam liturgi suci dan terutama dalam perayaan Ekaristi, dalam doa serta
persekutuan semangat yang sama Kis 2:4-20. “Berkomunitas, dan menjadi komunitas
secara baru, akan merupakan suatu anugerah dan tugas: ini tidak datang dengan
sendirinya, tetapi kita harus mengupayakannya. Kita akan mengalami saat-saat jatuh
bangun. Akan ada saat-saat gembira dan sedih dalam pengalaman hidup bersama.
Dengan melaksanakannya kita akan belajar bagaimana menanganinya (Konstitusi
KYM art. 45). Sebagai seorang KYM dalam menjalankan hidup persaudaraannya
dalam komunitas hendaknya memiliki kemampuan untuk hidup berkomunitas
tersebut yang dirumuskan dalam beberapa hal berikut: PPK KYM, 2008: 10-11.
a. Mampu hidup sehati dan sejiwa dan memberi kesaksian mengenai kehadiran Tuhan serta mengenai cinta kasihNya yang meyakinkan
b. Mampu mengabdikan diri penuh cinta kasih satu sama lain c. Mampu menghayati satu cita-cita dan tujuan bersama untuk menumbuhkan usaha
untuk selalu mengembangkan kebersamaan. d. Mampu menghayati satu tubuh meski banyak anggota, berusaha saling
mengindahkan karena semua berharga dan ambil bagian di dalamnya 1 Kor 12:12-31
e. Tekun dan terbuka untuk terus-menerus belajar dan diajar oleh pengalaman hidup komunitas dan pelayanan serta mampu hidup dalam kasih, damai, keadilan, dan kebenaran.
f. Mampu menghayati visi, misi, tujuan, dan charisma Kongregasi serta tujuan yang sama
g. Mampu menghayati kesatuan hati, gerak, budi, dalam komunitas meski bermacam-macam watak, perangai, sifat, sikap, kemampuan, dan bakat
h. Mampu menghatai hidup bersama dengan sikap sederhana, rela berkorban, jujur dan setia
i. Mampu mengosongkan diri seperti Kristus, mencintai Tuhan dan sesama secara radikal.
j. Sanggup merefleksikan pengalaman hidup sebagai orang beriman k. Menerima diri sendiri dan orang lain serta situasi apa adanya dan tidak menuntut
lebih l. Mengakui dan menggunakan bakat yang dimiliki dengan baik m. Memiliki rasa kesetiakawanan yang tulus dan menjalankan pengabdian dengan
gembira.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Hidup dalam persaudaraan KYM juga berarti senantiasa bersatu dengan
charisma Kongregasi KYM, yakni charisma kesederhanaan dalam pola hidup, tutur
kata dan perbuatan yang digerakkan oleh keterpautan kasih dengan Bapa yang
mengasihi pribadi Yesus Kristus yang terarah kepada tindakan kasih kepada sesama
yang menderita karena penindasan dan ketidakadilan, membela dan memberdayakan
mereka. Nilai-nilai charisma itu mewujudkan diri secara personal, relasional dan
tatanan sosial (PPK KYM, 2008: 12).
Hidup dalam komunikasi akan mengalami tahap yang membangun kearah
yang lebih baik apabila setiap orang menyadari dirinya sebagai yang paling lemah di
dalam komunitas. Karena orang-orang yang paling lemahlah yang selalu ada di hati
dan pusat sebuah komunitas Kristiani. Hal itu memberi ciri khas pada komunitas
Kristiani, suatu iklim yang khas. Walaupun demikian kita kerap berhadapan dengan
komunitas yang di dalamnya terdapat pengelompokan manusiawi dimana terdapat
serangkaian keinginan dan ambisi yang saling bertabrakan, yang sering saling tidak
cocok, dan membutuhkan usaha untuk hidup dalam harmoni (Louf, 1987: 21).
4. Persaudaraan dalam Karya
Karya kerasulan merupakan salah satu tugas perutusan anggota tarekat
KYM. Setiap suster KYM dipanggil untuk melakukan kerasulan sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Terkait dengan karya kerasulan tersebut, dapat dilihat
dari misi dan kerasulan Kongregasi KYM. Praktik kerasulan kita sebagai
Kongregasi dan sebagai suster di dalamnya adalah: siap sedia bagi Kerajaan Allah
dengan kemampuan yang ada pada diri para suster. Tujuan Kongregasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
spiritualitas St. Vincentius A Paulo menentukan arah para suster KYM. Dalam
karya tersebut, setiap suster KYM saling bahu membahu demi tercapainya cita-cita
pendiri tarekat. Adapun bidang-bidang konkrit kegiatan para suster adalah misi dan
pembangunan masyarakat; mengurus pendidikan kaum muda; merawat orang
jompo; sakit dan cacat, mengurus orang-orang yang kekurangan dan kelompok-
kelompok yang diabaikan di dalam masyarakat.
Dalam menjalankan karya ini, para suster harus tetap menjalankannya
dalam semangat persaudaraan. Artinya, setiap suster harus mampu menghargai
setiap karya yang dimiliki para suster sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dalam
hal ini, tidak boleh ada suster yang beranggapan bahwa karya yang dimilikinya
lebih berharga dibandingkan dengan karya yang dimiliki oleh suster lainnya.
Setiap karya suster adalah sebagai kelengkapan satu dengan yang lain dan saling
membutuhkan.
Dalam menjalankan karya para suster tersebut, setiap suster juga harus
mampu saling menolong satu dengan yang lain sebagai wujud dari persaudaraan
yang telah diikat dan dipersatukan atas dasar cinta kasih seperti yang diajarkan
oleh Yesus sendiri. Dalam hal ini setiap suster hendaknya bekerja menurut
kemampuannya; berdoa dan bekerja. Bila sakit dan menjadi tua, para suster juga
akan berupaya untuk memahami kerasulan penderitaan sebagai misi. Kerasulan
harus berakar pada perhatian dan kehadiran bagi orang-orang yang hidup, didorong
oleh rasa iklhas satu sama lain.
Ketika para suster menjalankan karya, para suster harus selalu didasari
oleh semangat spiritualitas yang sama dari St. Vincentius a Paulo. Hal itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
ditunjukkan dengan pakaian atau jubah yang dikenakan para suster adalah sama
sebagai saudara. Semua suster selalu memakai cincin Kongregasi dengan
tulisan YMYV (Yesus-maria-Yosef-Vinsensius) sebagai kesaksian dan simbol
hidup religius menurut spiritualitas Vinsensian (Konstitusi KYM, art. 29).
5. Persaudaraan dalam Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu bagian penting yang harus dimiliki oleh
para anggota tarekat dalam hidup berkomunitas. Dalam kesehariannya, para suster
KYM diserahi sebuah tugas dan tanggungjawab masing-masing. Pelaksanaan
karya ini merupakan perwujudan dari semangat St. Vincentius yang mewajibkan
para pengikutnya untuk berkarya.
Dalam melaksakan tugas dan tanggungjawab masing-masing suster,
kerjasama merupakan hal sangat penting. Setiap para suster meskipun memiliki
karya yang berbeda namun satu sama lain harus mampu mempertahankan
kerjasama. Hal itu terkait dengan kerjasama sebagai salah satu bagian dari
persaudaraan dalam komunitas.
Kerjasama dalam persaudaraan memiliki makna, bahwa susah dan senang
sama-sama ditanggung bersama. Seorang suster yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya, maka suster lainnya wajib membantu memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh suster tersebut. Hal ini merupakan perwujudan
dari semangat persaudaraan dalam tarekat KYM bahwa para suster yang meskipun
tidak merupakan saudara berdasarkan hubungan keluarga, namun karena ikatan
cinta kasih, telah menjadi bagian dari dirinya sendiri. Terkait dengan itu, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dalam setiap kesulitan para suster wajib saling membantu satu sama lain layaknya
dengan saudara kandung sendiri.
B. Kerendahan Hati
Kerendahan hati dalam persaudaraan KYM merupakan salah satu keutamaan
yang diajarkan oleh Santo vincentius. Dalam salah satu konferensinya, St. Vincentius
a Paulo mengatakan “bagi orang yang memiliki kerendahan hati, segala kebaikan
akan mengalir dan dianugerahkan kepadanya. Kebalikannya, bagi dia yang tidak
memilikinya, segalanya bahkan kebaikan yang ada padanya akan diambil darinya.
(Vincentius, 2010: 53).
Terkait dengan keutamaan kerendahan hati yang sangat dibutuhkan para
suster, St. Vincentius a Paulo pernah mengingatkan para suster seperti yang
dijelaskan berikut:
Beberapa kali saya telah mengunjungi komunitas suster-suster dan sering saya telah bertanya kepada beberapa di antara mereka mana keutamaan yang paling mereka hargai, dan untuk keutamaan mana mereka merasa paling tertarik. Dan saya menanyakan hal ini juga kepada suster yang paling tak suka menerima penghinaan. Ternyata di antara 20 suster, mungkin hanya satu tidak menjawab bahwa keutamaan yang paling disukai ialah kerendahan hati. Itulah tandanya bahwa semua menghargai keutamaan ini sebagai keutamaan yang indah dan patut dicintai (Vincentius, 2008: 54)
Kerendahan hati bagi para suster merupakan keutamaan yang paling disukai.
Dalam hal yang sama, bagi tarekat KYM kerendahan hati seperti yang dimaksudkan
oleh St. Vincentius a Paulo merupakan keutamaan yang paling dihargai. Hal itu
dikarenakan kerendahan hati dapat melandasi perbuatan-perbuatan lain baik dalam
kaul, dalam komunitas, dalam doa, dalam kerasulan, dan dalam kepemimpinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Kerendahan hati yang harus dimiliki anggota tarekat KYM adalah kerendahan
hati seperti yang dimaksudkan oleh St. Vincentius a Paulo, yakni: (a) memandang diri
sendiri dalam seluruh kejujuran kita bahwa kita adalah manusia-manusia yang tidak
pantas; (b) bergembira tatkala orang lain melihat ketidakpantasan diri kita dan
merendahkan kita; (c) tidak menganggap diri sebisa mungkin, semata-mata karena
ketidakpantasan diri kita, bahwa Tuhan telah bekerja di dalam diri kita, atau kebaikan
Tuhan telah mengalir kepada orang lain lewat kita. Kerendahan hati yang
disampaikan St. Vincentius a Paulo adalah kerendahan hati yang artinya bahwa
kebaikan itu berasal dari belas kasih Allah saja, dan karena jasa orang lain (Roman,
1993: 55).
Kerendahan hati penting bagi anggota tarekat KYM agar para suster selalu
menyadari, bahwa: (a) suster mampu memandang dirinya sebagai manusia yang tidak
pantas di hadapan Tuhan; (b) para suster atau anggota tarekat KYM bergembira
tatkala orang lain melihat ketidakpantasan dirinya dan merendahkan dirinya; (c)
suster atau anggota tarekat KYM tidak menganggap dirinya orang yang serba bisa,
tapi suster semata-mata merasakan atas ketidakpantasan dirinya, bahwa Tuhan telah
bekerja di dalam diri para suster KYM, atau kebaikan Tuhan telah mengalir kepada
orang lain lewat diri para suster KYM (Roman, 1993: 56).
1. Kerendahan Hati Dalam Kaul
Dalam menjalani hidup bersama sebagai saudara, setiap anggota religius
dituntut mampu menghayati dan menghidupi kaul-kaul yang diucapkannya. Dalam
mewujudkan hal tersebut, anggota tarekat KYM yang telah diikat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
persaudaraan bersama Kristus harus saling mendukung dan menguatkan. Dalam
tarekat religius seperti KYM, pengikraran kaul-kaul merupakan salah satu sarana
untuk merendahkan diri di hadapan Allah. Dengan mengucapkan kaul, maka
anggota tarekat religius tidak lagi bertindak sesuai dengan kehendak diri sendiri
tetapi ingin bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini memperlihatkan
bahwa melalui kaul-kaul, para anggota tarekat dapat belajar dan menghidupi
keutamaan kerendahan hati. Bersedia dipimpin dan diarahkan Allah sebagaimana
yang dihidupi oleh pendiri tarekat merupakan salah satu wujud nyata kerendahan
hati dari para suster.
Sebagai seorang religius yang dipanggil secara khusus yang mau
membaktikan diri seutuhnya dengan ikatan ketiga kaul, yaitu: kemiskinan,
keperawanan, dan ketaatan. Hidup religius berarti hidup sebagai manusia
kristiani yang menerima permandian dan memilih hidup berkaul sebagai jalan
khusus yang dapat membantu kedekatannya kepada Kristus. Sebagai seorang
religius, kaul merupakan sarana yang utama untuk mencapai persatuan dengan
Allah.
Kaul merupakan sarana dalam hakekat hidup membiara sekaligus ciri khas
religius yang membedakan dari orang kristiani pada umumnya. Hidup berkaul
merupakan cara hidup yang ditempuh melalui nasihat-nasihat Injili. Nasihat Injili
tersebut adalah hidup miskin, murni, dan taat. Dalam Kitab Hukum Kanonik
(KHK) Kanon 668, pengertian kaul dijelaskan:
Kaul adalah hidup yang dibaktikan dengan kaul atas nasihat-nasihat Injili, dimana orang beriman dengan mengikuti Kristus secara lebih dekat atas dorongan Roh Kudus, dipersembahkan secara utuh kepada Tuhan yang dicintai, demi kehormatan bagi-Nya dan demi pembangunan Gereja serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
keselamatan dunia. Mereka dilingkupi dengan dasar baru dan khusus mengejar kesempurnaan cinta kasih dalam pelayanan Kerajaan Allah, dan sebagai tanda unggul dalam Gereja mewartakan kemuliaan surgawi.
Dengan demikian hidup dan kegiatan para religius memiliki nilai sebagai
tanda eskatologis: mereka memaklumkan nilai-nilai kekudusan dan keselamatan
manusia yang sudah datang ke dunia. Kaul-kaul yang diucapkan oleh para religius
merupakan tantangan yang terus-menerus, baik bagi diri mereka sendiri maupun
bagi orang lain. Melalui kaul-kaul hidup mereka diarahkan kepada pewartaan
Kabar Baik dan secara kenabian menolak pemilikan berlebihan, cinta diri dan
sikap membebani orang lain yang mewujud dalam kedagingan manusia (Darminta,
2003: 48). Maka pembaktian diri menjadi inti panggilan yang diungkapkan melalui
ketiga kaul yakni: kaul kemiskinan, kemurnian, dan kaul ketaatan yang
diwujudkan dalam hidup hariannya, artinya dengan komitmen dan pemberian diri
secara total kepada Allah. Pembaktian diri dalam kaul-kaul ini juga membuat para
religius lebih bebas untuk melaksanakan karya cinta kasih yang menjadi
tanggungjawab dari kaul-kaul tersebut.
Kaul-kaul sangat membantu menyerahkan diri para anggota tarekat
kepada Allah dan sesama. Kaul kemiskinan merupakan kesadaran sebagai
orang yang berkaul sungguh miskin di hadapan Tuhan. Sadar bahwa para suster
berkaul kemiskinan memampukan mereka untuk membuat prioritas dalam
memiliki barang-barang duniawi. Juga membuat para suster rela menyerahkan
segala tenaga, waktu, dan kemampuan untuk mengabdi Tuhan dan sesama.
Tetapi kadang sulit mengendalikan diri sehingga membeli barang yang
dibutuhkan atau menggunakan barang yang diterima tanpa sepengetahuan
pimpinan (Konstitusi KYM, art. 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pentingnya anggota tarekat religius bertumbuh dalam kerohanian
khususnya dalam kaul seperti:
a. Kaul Kemiskinan
Kaul kemiskinan merupakan salah satu tuntutan untuk merendahkan diri di
hadapan Tuhan dan sesama anggota tarekat. Melalui kaul kemiskinan, setiap
anggota tarekat menghayati kebersamaannya dengan anggota-anggota terekat
lainnya sebagai saudara. Tidak ada anggota tarekat yang kaya atau miskin tapi di
hadapan Tuhan semuanya sama.
Pentingnya anggota tarekat religius menghayati kaul kemiskinan karena dalam
diri manusia terdapa kecenderungan untuk memiliki harta benda, baik yang sangat
berharga maupun yang kurang berharga. Pemenuhan kecenderungan akan harta sering
kali justru menimbulkan hasrat lebih besar lagi, yang kadang-kadang membuat orang
menjadi buta akan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai injili (KOPTARI, 2008 :54).
Kaum religius demi kaul kemiskinan melepaskan kepemilikan pribadi atas harta benda
dan menjadikannya milik bersama. Kaum religius seperti KYM demi kaul kemiskinan
membuat dirinya hidup miskin seperti kaum miskin. Komitmen ini merupakan salah
satu sarana penting untuk membangun komunitas persaudaraan, suatu komunitas yang
terbuka, baik antara anggota komunitas maupun terhadap masyarakat sekitar,
khususnya kaum miskin dan tersisih.
b. Kaul Kemurnian
Anggota tarekat religius juga dapat bertumbuh dalam kerohanian yang
utuh dalam persaudaraan melalui penghayatannya pada kaul kemurnian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dalam Konstitusi KYM, art. 29 dikatakan “sebagai pilihan pribadi suster
menerima panggilan ini untuk memberi dan menerima cinta dalam selibat,
tanpa pasangan hidup yang khusus”. Kesendirian yang menyertainya membuat
suster lebih siap bagi Allah dan bagi sesamanya. Dalam hal ini, setiap anggota
tarekat harus saling mendukung untuk mewujudkan hidup murni. Hidup
bersama dalam sebuah sebuah komunitas, para anggota telah diikat sebagai
saudara satu sama lain. Dalam persaudaraan tersebut, para anggota tarekat
memiliki cita-cita yang sama yakni memurnikan dan mensucikan dirinya
setiap hari.
Dalam kehidupan sehari-hari penghayatan terhadap kaul kemurnian
tidaklah selalu mudah dilaksanakan. Setiap anggota tarekat menyadari bahwa
dalam dirinya ada daya tarik tertentu terhadap lawan jenis, sehingga hal
tersebut membuat para anggota tarekat seperti suster waspada dalam
pergaulan. Juga sebagai manusia memang dalam diri ada keinginan untuk
memiliki dan dimiliki oleh orang tertentu terutama lawan jenis. Tetapi
kesadaran sebagai orang berkaul selibat membantu suster untuk mengatur
sikap dan terus-menerus untuk saling menyemangati satu sama lain dalam
persaudaraan agar suster sungguh setia pada pilihannya (Konstitusi KYM, art.
33). Saling mendukung dalam persaudaran seperti menghidupi kaul
kemurnian, merupakan hal prinsip yang harus ditunjukkan setiap anggota
tarekat religius. Dengan demikian, para anggota dapat bertumbuh dalam
kerohanian yang utuh dalam persaudaraan khususnya dalam penghayatan kaul
kemurnian yang diikrarkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
c. Kaul Ketaatan
Anggota tarekat religius juga dapat bertumbuh dalam kerohanian yang utuh
dalam persaudaraan melalui penghayatan kaul ketaatan. Kaul ketaatan merupakan
salah satu bentuk kerendahan hati, dimana dirinya tidak lagi dengan bebas
melakukan apa yang menurutnya baik dan menyenangkan untuk dirinya sendiri
tetapi melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Allah melalui hidup bersama
dengan anggota tarekat lainnya. Ketaatan yang ditunjukkan oleh anggota tarekat
merupakan perwujudan dari ketaatan Kristus pada Bapa-Nya. Ketika Yesus
dicobai dan pada saat tergantung di kayu salib, Yesus menunjukkan ketaatan-Nya
yang sempurna kepada Bapa (Martasudjita, 1999: 71). Ketaatan Yesus ini menjadi
dasar penghayatan kaul ketaatan anggota tarekat religius seperti KYM.
Kaul ketaatan yang diikrarkan anggota tarekat religius, memiliki
konsekuensi hilangnya kepentingan-kepentingan pribadi seperti keinginan untuk
mempertahankan sesuatu seperti benda, harta sebagai hak milik. Ketika pimpinan
melihat hal itu dibutuhkan untuk kepentingan bersama, maka anggota tarekat harus
merelakannya dengan mentaati apa yang dianjurkan oleh pimpinan tersebut. Hal
yang sama juga dalam hal mempertahankan komunitas atau karya yang dimiliki
anggota tarekat. Apabila pimpinan menilai seorang anggota tarekat harus pindah
komunitas, maka anggota tersebut harus tunduk dan taat pada anjuran pimpinan
(KOPTARI, 2008: 54).
Ketaatan sering begitu mudah dilaksanakan dalam hidup persaudaraan
karena suster sadar bahwa suster yang berkaul dan setiap suster wajib mentaati
aturan-aturan dan ketetapan yang disepakati bersama dalam komunitas
(Kongregasi KYM, 2003: 10). Tetapi kadang dalam diri suster tidak ada
pengontrolan diri sehingga dapat berbuat sesuka hati. Ketaatan sulit diwujudkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dalam hidup jika berhadapan dengan orang yang hanya bisa memberi perintah saja
(Kongregasi KYM, 2003:.10).
Ketaatan dalam tarekat seperti yang ada dalam tarekat KYM dapat
dicontohkan dalam majalah “Taat pada keputusan bersama” seorang mantan
pimpinan yang taat pada komunitasnya mengatakan sebagai berikut:
Warga komunitas susteran Mamamia sangat kagum dengan Suster Teladania. Suster Teladania adalah mantan provincial dan sekarang memegang karya pendidikan yang cukup besar. Ia punya banyak kenalan orang-orang besar dan orang-orang dihormati oleh orangtua siswa. Ia pun sangat sibuk dengan karya yang dipercayakan tarekat kepadanya. Namun dalam setiap pertemuan komunitas ia hadir. Ia dengan senang hati ikut menjalankan hasil pertemuan rumah, termasuk hal-hal kecil dalam hidup bersama yang harus diabaikan atau diremehkan. Bila ia berjanji apapun, selalu menepati. Dan yang lebih mengensankan lagi, perhatiannya pada setiap anggota komunitas sangat besar. Pada hari ulang tahun teman-temannya, ia tidak lupa memberi kartu ucapan (Suparno, 2005: 39).
Pengalaman tersebut dapat menyadarkan para suster dalam sebuah tarekat
untuk dapat mencontoh cara hidup suster yang ada dalam cerita di atas. Orang
sibuk mencintai diri dan segala sesuatu hanya dilakukan berdasarkan perhitungan
untung rugi bagi dirinya. Seharusnya jika suster memiliki askese batin maka ia
tetap stabil dalam mencintai, ia tetap sanggup mencintai meskipun disakiti dan
tidak membalas dendam.
Dari pengalaman dan pergulatan batin suster KYM, dapat dilihat bahwa
penghayatan panggilan sangat dipengaruhi oleh situasi batin seseorang. Jika situasi
batin tidak enak, suster tidak akan mewujudkan kesadarannya akan sesuatu yang
baik. Dapat dikatakan bahwa penghayatan panggilan sangat dipengaruhi oleh
daya-daya dan kebutuhan psikologis yang ada pada diri setiap orang (Mardi
Prasetya, 1993: 68).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Daya-daya atau unsur kepribadian dalam diri seseorang terdiri dari pikiran,
perasaan dan kehendak yang mendorong seseorang dalam bertindak. Kebutuhan
psikologis dalam diri seseorang tidak selamanya mendukung penghayatan
panggilan. Kebutuhan psikologis yang tidak mendukung penghayatan panggilan,
kebutuhan yang mendukung tujuan realisasi diri maupun bersifat netral.
Kebutuhan yang bersifat netral artinya dapat mendukung penghayatan panggilan
atau sebaliknya, tergantung dari motivasi yang menggerakkan pribadi dalam
bertindak (Mardi Prasetya, 1992: 72).
Penghayatan kaul-kaul oleh para anggota tarekat bukanlah suatu hal yang
mudah dan dapat dilaksanakan secara otomatis. Uraian tersebut di atas telah
memperlihatkan bahwa penghayatan kaul-kaul membutuhkan proses yang terus-
menerus dan selalu mendapat dukungan dari anggota tarekat lainnya yang hidup
dalam komunitas persaudaraan. Melalui kaul kemiskinan, ketaatan, dan kemurnian
para anggota tarekat berusaha untuk selalu berlatih untuk selalu menghidupinya
dengan dengan keutamaan kerendahan hati (Mardi Prasetya, 2001: 50).
2. Kerendahan Hati dalam Komunitas
Hidup persaudaraan merupakan salah satu sarana untuk memperoleh
kerendahan hati sebagaimana yang diajarkan oleh St. Vincentius a Paulo itu
sendiri. Hidup persaudaraan menurut St. Vincentius dapat melatih dan
menumbuhkan kerendahan hati bagi anggota tarekat. Hidup bersama orang lain
membutuhkan adanya sikap mengalah, mau berkorban demi orang lain yang ada
dalam persaudaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Kerendahan hati dapat dicapai dalam hidup persaudaraan menurut St.
Vincentius a Paulo dapat diperoleh melalui beberapa hal, yakni: (a) sering
melakukan tindakan untuk merendahkan diri. Hal itu seperti dijelaskan bahwa
“marilah berusaha melakukan dengan senang hati tindakan yang mewujudkan
kerendahan hati, baik dalam batin maupun dalam tindakan yang kelihatan”
(Vincentius, 2010: 59). Seni mengasihi Allah dikembangkan dengan mengasihi
Allah secara nyata; demikian pula seni menghayati kerendahan hati dikembangkan
dengan merendahkan diri secara nyata (Vincentius 2008: 76). Kebiasaan
merendahkan diri merupakan sarana yang tepat untuk menjadi rendah hati
(Vincentius, 2007: 181). (b) mencintai penghinan kecil-kecil. Dalam hidup
persaudaraan setiap anggota harus mampu mencintai penghinaan kecil-kecil; (c)
memerangi kecenderungan kodrat kita untuk meninggalkan diri. Dalam hidup
persaudaraan setiap orang harus mampu memerangi kecenderungan kodrat untuk
meninggikan diri sendiri di antara para anggota tarekat lainnya; dan (d) jangan
segan-segan menyampaikan di depan umum detail-detail yang memalukan kita.
Dalam hidup persaudaraan setiap orang dituntut untuk mau dan mampu
menyampaikan di depan umum detail-detail yang dianggap memalukan diri
sendiri.
Kehidupan bersama dalam tarekat KYM merupakan suatu hal penting.
Kehidupan bersama seperti terjadi dalam komunitas-komunitas bukan sekedar
kumpulan orang-orang yang hidup bersama, tetapi satu kesatuan dari orang-orang
yang hidup bersama menurut pola interaksi yang baik dan mengembangkan
(Martasujita, 2001: 26).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Komunitas religius seperti yang ada pada tarekat KYM merupakan
kesatuan orang-orang oleh ikatan panggilang yang sama, dan mengikuti semangat
pribadi yang sama. Komunitas itu juga memiliki visi-misi yang sama atau tujuan
hidup yang satu dan sama. Komunitas juga merupakan medan atau lingkungan
hidup yang diwarnai oleh interaksi antar pribadi yang saling meneguhkan hidup
dan panggilan, saling memperkuat dan memperkaya satu sama lain atau
berpartisipasi dalam panggilan yang satu dan sama yaitu mengikuti Yesus Kristus.
Komunitas religius secara istimewa bernilai sebagai tanda. Yang pokok
bukanlah pelayanan-pelayanan professional para anggotanya, tetapi tanda yang
mereka berikan kepada dunia bahwa Kerajaan Persaudaraan telah dating, meski
dunia penuh dengan persaingan, dan bahwa selibat mempersiapkan seorang
religius untuk mencintai Allah dan sesama secara penuh (Darminta, 2003: 25).
Komunitas dalam tarekat KYM juga memiliki arti yang demikian yakni
dipanggil secara khusus untuk membaktikan diri seutuhnya demi kemuliaan Allah
dan pelayanan cinta kasih dapat dilihat bagaimana komunitas KYM terbentuk.
Dalam komunitas KYM, sikap rendah hati sangat dibutuhkan khususnya dalam
menjalin kerjasama dengan sesama anggota komunitas lainnya. Di dalam
komunitas kerjasama harus bersumber pada persatuan. Karena dalam persatuan,
orang terpanggil untuk selalu bersama, saling peduli, menuju tujuan yang sama,
sehingga akan selalu bekerja sama. Kerjasama tanpa persatuan akan menimbulkan
ketegangan dan perselisihan (Vanier, 2006: 32).
Orang-orang yang berbeda dalam satu komunitas religius biasanya tidak
mempunyai ikatan darah tetapi karena dipanggil Allah dan dipersatukan. Maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
diharapkan semua anggota dapat mengakui dan menerima seluruh perbedaan yang
ada dalam diri setiap anggota. Akan ada saat-saat gembira dan sedih dalam
pengalaman hidup bersama dan ini menjadi milik bersama artinya suka dan duka
sama-sama mengalami karena dipanggil menjadi saudara satu dengan yang lain.
Anggota komunitas harus menciptakan situasi dan lingkungan hidup yang
memungkinkan untuk bersatu dan bertumbuh dalam seluruh aspek hidup. Dalam
Konstitusi KYM, dijelaskan:
Hal-hal yang membantu hidup berkomunitas adalah: bimbingan yang diberi dan diterima; rapat-rapat yang terarah kepada pertemuan sejati; minta nasihat dan kesepakatan-kesepakatan bersama; rasa hormat terhadap rahasia pribadi dan terhadap kebersamaan; rasa hormat terhadap keheningan dan percakapan yang perlu; saat-saat perayaan untuk meneguhkan dan memurnikan komunitas; evaluasi yang teratur mengenai apa yang kita buat bersama (Konstitusi KYM, art. 47).
Hidup persaudaraan dalam komunitas religius bukanlah sekedar
sekelompok orang yang hanya mau melayani saja tetapi komunitas religius adalah
orang yang dipanggil oleh Allah agar mereka dapat menikmati anugerah rahmat
khusus dalam hidup Gereja (LG, art. 43). Oleh karena itu, hidup religius bercirikan
mengikuti Kristus.
Dalam menjalani hidup persaudaraan tersebut, dibutuhkan keutamaan
kerendahan hati. Setiap anggota tarekat KYM memiliki sikap dan keinginan
yang berbeda-beda. Untuk dapat memahami perbedaan dari masing-masing
anggota tarekat tersebut, setiap orang diharapkan memiliki kerendahan hati
sehingga mampu mengalahkan egoisme pribadi dan hanya ingin mendahulukan
kepentingan tarekat sesuai dengan visi dan misinya yang terlibat dalam
membangun Gereja. Kerendahan hati para anggota tarekat ini harus dibina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
secara terus-menerus sehingga setiap suster mampu mengalahkan egoisme
pribadi masing-masing. Semangat kerendahan hati ini dapat dibina melalui
tinggal bersama di komunitas-komunitas kecil bersama beberapa orang suster
yang tidak diikat berdasarkan hubungan darah tetapi karena dipanggil Allah dan
dipersatukan. Dalam komunitas kecil ini, para suster melatih kerendahan hati
untuk saling menerima segala kelebihan dan kekurangan para anggota
komunitas lain.
3. Kerendahan Hati dalam Doa
Doa merupakan salah satu sarana untuk membangun kerendahan hati dalam
diri para anggota tarekat KYM. Sebagai salah satu tarekat religius, KYM dalam
menjalankan misi dan visinya di dunia selalu akan diwarnai dengan doa. Karena
hidup tarekat KYM tanpa doa yang terus-menerus akan menjadi kering dan tidak
membawa kebahagiaan. Maka dalam setiap komunitas religius akan diatur
sedemikian jadwal doa bersama maupun pribadi seperti: doa-doa ibadat harian, doa
Rosario, rekoleksi, retret, penyembahan Sakreman Maha Kudus dan doa-doa
lainnya. Semua diatur dengan baik agar semua anggota komunitas dapat hidup
dengan baik dan dengan relasi yang intim dengan Allah melalui doa-doa yang
selalu dilakukan dan diusahakan.
Doa yang dimiliki oleh setiap anggota tarekat KYM menunjukkan hubungan
khusus dirinya dengan Allah. Dalam berdoa tersebut, para suster harus
mengosongkan dirinya sebagai lambang kerendahan hatinya yang tidak berdaya
apa-apa tanpa adanya hubungan yang sangat dekat dengan Allah. Pengosongan diri
pada saat hadir di hadapan Allah adalah simbol kerendahan hati. Agar para suster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mampu ke tahap tersebut, maka sejak awal dalam pembinaan di tarekat KYM
sudah diajarkan dan dibina hidup doa sejak masuk atau bergabung dengan tarekat
KYM.
Terkait dengan doa sebagai sarana kerendahan hati, maka setiap anggota
tarekat KYM harus memiliki semangat doa yang tinggi. Hal itu seperti dijelaskan
dalam (Konstitusi KYM, art. 38). bahwa “Hidup dalam kaul berarti hidup dalam
iman. Iman tidak datang dengan sendirinya, tetapi merupakan anugerah yang harus
kita mohon. Hidup religius kita akan teguh atau jatuh tergantung dari doa-doa di
dalam hidup nyata, di dalam misi kita di dunia.” Setiap anggota komunitas KYM
harus memberi waktu yang cukup untuk berdoa dalam membina relasi dengan Allah.
Karena doa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hidup seorang religius
maka dalam Konstitusi KYM, art. 38-42. yang menjelaskan tentang hidup doa:
Setiap suster membutuhkan doa. Harus ada waktu untuk itu, yakni untuk keheningan dan refleksi. Yesus memberi kita suatu teladan dalam doa. Dia berdoa dengan bermacam-macam cara: berdiri, dengan para muridNya, saat bekerja, menempatkan segala sesuatu dalam hubungan dengan Bapa-Nya. Meskipun ia selalu siap sedia kepada semua orang, Ia Tuhan bagaimana menyendiri. Ia membawa orang kepada Allah dan membawa Allah kepada orang. Dalam cara ini, bagi kitapun akan ada pengaruh timbal balik antara karya dan doa, sehingga karya kita menjadi lebih ikhlas dan doa kita menjadi lebih jujur. Setiap orang harus hadir dalam refleksi pada waktu yang ditentukan; dia harus tahu dia sedang sibuk dengan apa. Dalam keheningan doa, kita sampai kepada keheningan yang perlu, agar diilhami dan mengilhami orang lain (Konstitusi KYM, art. 39).
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa doa merupakan nafas dari tarekat
religius. Tanpa doa, maka segala karya yang dimiliki tarekat tidak akan berguna.
Hal ini memperlihatkan bahwa setiap anggota tarekat KYM harus sungguh-
sungguh memperhatikan baik doa pribadi maupun doa bersama. Cara-cara doa
pribadi diatur masing-masing. Setiap ornag harus menemukan caranya sendiri dari
pengalaman dan bimbingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kerendahan hati melalui doa dibutuhkan oleh semua anggota tarekat atau
semua suster. Oleh karena itu, apabila ada suster yang tidak lagi peduli dengan
doa, maka dapat dikatakan semangat rendah hati dalam diri suster tersebut sudah
tidak ada lagi. Suster yang meninggalkan hidup doa merupakan gambaran
kesombongan diri karena merasa karya kerasulan yang dimiliki menjadi lebih
penting daripada menjalin hubungannya secara khusus dengan Tuhan. Para suster
menjadi lebih fokus pada karya yang dipegangnya. Doa seakan-akan menjadi
sebuah rutinitas dan kewajiban dan bukan lagi sebagai sebuah kebutuhan. Anggota
tarekat KYM sebagian menjadi kurang waktu yang dimilikinya untuk berdoa.
Kecenderungan mengabaikan hidup doa tersebut, membuat para suster merasa diri
sudah tidak lagi membutuhkan doa dan ini menjadi gambaran kesombongan diri
yang merasa bahwa kesuksesan yang dimiliki dalam karya kerasulan merupakan
kekuatan dan kehebatan yang dimilikinya.
4. Kerendahan Hati dalam Kerasulan
Karya kerasulan merupakan salah satu cirri dari tarekat KYM. Semua
anggota dipanggil untuk terlibat dalam salah satu bentuk karya pelayanan
sebagaimana yang dimiliki oleh tarekat. Hal tersebut seperti dijelaskan dalam
Konstitusi KYM bahwa KYM sebagai salah satu tarekat religius, diwajibkan para
anggotanya untuk melakukan karya kerasulan seperti diterangkan dalam Konstitusi
Tarekat seperti berikut.
Dalam menerima tugas perutusan, suasana hatiku tidak seperti biasanya, tidak menentu dan rasa cemas menyelubungi hatiku. Apalagi ke tempat yang asing dan orangnya pun belum kukenal. Sementara itu muncul pertanyaan, apa yang harus saya siapkan agar bisa menjalankan tugas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
diberikan? Dalam kecemasan saya berusaha untuk diam sejenak sambil merenungkan perutusan tersebut. Saya menemukan bahwa saya diutus untuk membaharui dunia, seperti yang tertulis dalam Konstitusi (Konstitusi KYM, art. 1).
Setiap anggota tarekat religius dipanggil untuk melakukan karya kerasulan
yakni untuk membaharui dunia. Dalam menjalankan karya kerasulan tersebut,
setiap suster KYM diharapkan mampu mencerminkan keutamaan kerendahan hati
seperti yang diwariskan oleh St. Vincentius (Vincentius, 2002: 29). Dalam
Konstitusi KYM dijelaskan juga bahwa jabatan atau karya kerasulan yang dimiliki
oleh setiap anggota tarekat hanyalah sebagai sarana untuk memberikan pelayanan
kepada orang miskin dan terpinggirkan. Oleh karena itu, setiap karya kerasulan
harus didasarkan pada kerendahan hati, yakni menyadari bahwa para suster hanya
sebagai perantara.
Setiap suster yang dipercayakan sebuah karya kerasulan tidak boleh
melekat dengan karya tersebut. Karya kerasulan yang dimiliki bukanlah milik
pribadinya. Oleh karena itu, setiap suster harus rela melepaskan dan
meninggalkannya bila suatu saat pimpinan menilai karya kerasulan tersebut dapat
diteruskan oleh suster lainnya.
5. Kerendahan hati dalam Kepemimpinan
Pimpinan memiliki peran sentral dalam sebuah komunitas religius.
Seornag pimpinan harus mampu mengayomi semua anggota tarekat KYM dengan
latar belakang suku, etnis, budaya yang berbeda. Dapat dikatakan bahwa pimpinan
merupakan pemersatu persaudaraan dalam komunitas religius. Pimpinan dalam
komunitas, betatapun kecilnya komunitas itu merupakan syarat mutlak untuk
terbentuknya komunitas religius. Bila komunitas hidup bersama religius itu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dasarnya merupakan persekutuan hidup dalam cinta dan pelayanan, pimpinan
sebagaimana struktur dan pengaturan, merupakan manifestasi ikatan cinta dan
pelayanan dalam kharisma dan kerohanian bersama. Pimpinan hidup religius
merupakan tanda kekuatan ikatan antar anggota dengan komunitas, tarekat,
charisma, Gereja dan Kristus, sekaligus merupakan tanda kesatuan dalam
pelayanan (Darminta, 1982: 14).
Pimpinan tidak hanya bertanggungjawab atas terlaksananya hidup
bersama-sama sehari-hari, maupun kerasulan, tetapi juga bertanggungjawab atas
pertumbuhan dan perkembangan kesucian masing-masing dalam kerohanian dan
charisma tarekat. Dari pimpinan diharapkan adanya penyemangatan, penyatuan,
pembinaan dan bimbingan atas komunitas dan anggota untuk mencari dan
mengenal kehendak Allah dan melaksanakannya dengan kesatuan hati dan budi.
Sementara dari anggota komunitas dituntut adanya keterbukaan dan kepercayaan
kepada pimpinan religius, karena ia akan membantu untuk mengarahkan hidup
bersama dan hidup setiap anggotanya dalam mengejar kesucian dan kesempurnaan
hidup. Pimpinan ada demi terwujudnya hidup bersama, demi terlaksananya
penghayatan kaul, dalam pelayanan dan kerasulan. Dengan kata lain, pimpinan
merupakan kekuatan hidup religius sendiri.
Dalam melaksanakan tugas dan perannya sebagai pemimpin, seorang
pimpinan harus memiliki semangat rendah hati. Menjadi pemimpin bukan berarti
memposisikan diri sebagai penguasa atau memiliki kuasa atas anggota tarekat.
Seorang pemimpin adalah seorang pelayan terhadap anggota tarekat religius.
Kerendahan hati dalam diri seorang pemimpin yang demikian merupakan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
tuntutan dalam kepemimpinan tarekat KYM. Pemimpin harus memiliki keutamaan
kerendahan hati seperti yang diwariskan oleh St. Vincentius A Paulo.
Seorang pemimpin dalam persaudaraan sering disebut gembala yang
merupakan sosok yang meninggalkan ke-99 ekor dombanya dan yang mencari
seekor yang hilang untuk dibawanya pulang di atas pundaknya. Seorang pemimpin
adalah dia yang dapat memberi cinta dan mampu mengajarkan kerendahan hati
kepada anggotanya, dia yang dapat menjadikan dirinya kecil dan rendah, yang
dapat berbuat apa yang pernah dilakukan oleh Yesus, yaitu berlutut untuk mencuci
kaki sesamanya (Vincentius, 2002: 67).
C. Kerendahan Hati Vincentian dalam Dinamika Persaudaraan
Rendah hati merupakan keutamaan yang selalu ada dan bisa dilihat pada diri
Vincentius. Ia mempunyai sikap pasrah kepada penyelenggaraan Ilahi. Bagi
Vincentius rendah hati itu terletak pada sikap yang mencintai yang dihina, yang tidak
disenangani oleh orang lain, menghendaki direndahkan dan dihina bergembiralah
demin cinta kepada Yesus Kristus (Tondowidjojo, 2003: 95).
1. Kerendahan Hati orang miskin dalam persaudaraan
Salah satu pembinaan kerendahan hati pada tarekat KYM adalah melalui
kehidupan bersama atau berkomunitas. Tujuan hidup bersama KYM adalah
menguduskan para anggotanya dengan hidup bersumber pada Yesus Kristus sesuai
dengan nasihat Injili dan membaktikan diri pada pelayanan cinta kasih yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
konkret kepada sesama terutama mereka yang lemah, kecil, dan miskin demi
terciptanya dunia yang layak dihuni dengan semboyan Ora et Labora.
Setiap anggota tarekat ditekankan untuk dapat meneladan atau meniru
kesatuan Kristus bersama para murid-Nya seperti dimuat dalam Konstitusi:
Persekutuan dibentuk oleh orang-orang yang meniru teladan dari kesatuan Yesus Kristus bersama murid-muridNya; orang yang seraya mengakui perbedaan pandangan, watak dan sikap satu sama lain. Mencari tujuan bersama dan menggumulinya bersama; orang-orang yang saling memberi perhatian, sehingga setiap orang didengar, setiap orang berhak berbicara, setiap orang merasa aman satu sama lain; orang-orang yang menerima diri sendiri dan orang lain, karena setiap hari menyadari bahwa mereka diterima oleh Allah (Konstitusi KYM, art. 44).
Oleh karena itu, demi tujuan bersama yaitu membantu orang-orang yang
miskin dan menderita dalam membangun dunia yang lebih baik sangat penting
membangun relasi yang baik dengan siapa saja terutama dengan anggota
komunitas agar pelayanan bagi orang miskin dan menderita sungguh dapat
menjawab kebutuhan mereka. Benar untuk membangun komunikasi, masing-
masing pribadi harus dapat saling mengerti dan dapat bekerjasama dengan orang
lain. Dengan demikian tujuan yang telah disetujui bersama dapat menjawab
kebutuhan mereka yang dilayani.
Rendah hati merupakan keutamaan yang selalu ada dan bisa dilihat pada
diri Vincentius. Ia mempunyai sikap pasrah kepada penyelenggaraan Ilahi. Bagi
Vincentius rendah hati itu terletak pada sikap yang mencintai yang dihina, yang
tidak disenangi oleh orang lain, menghendaki direndahkan dan dihina
bergembiralah demi cinta kepada Yesus Kristus (Tondowidjojo, 1984: 95). Sikap
seperti ini dimiliki oleh orang miskin yakni merasa diri serba kekurangan dan tidak
berdaya tanpa pertolongan Tuhan. Semangat seperti ini menjadi sarana untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mendekatkan diri para anggota tarekat KYM dengan sesamanya. Keterbatasan ini
mencerminkan kerendahan hati bahwa dalam setiap suster KYM menyadari
keterbatasannya dan selalu membutuhkan orang lain dalam Kongregasi.
2. Allah Mengangkat orang miskin
Dalam buku Pauperibus Misit Me disebutkan: Vincentius dan kelompok
imam yang dipimpinnya itu memberikan pelayanan kepada orang-orang miskin,
anak-anak yang ditelantarkan oleh orangtuanya, orang-ornag sakit, dan sebagainya.
Kemudian ia juga membentuk organisasi para suster untuk melakukan kegiatan
amal. Santo Vincentius diangkat oleh Gereja sebagai pelindung segala karya amal
kasih. Para pendiri berharap agar Vincensian terus-menerus berusaha meneladan
hidup dan karya Santo Vincentius yang pada pokoknya adalah:
a. Mengasihi Allah, Bapa kita, dengan mencucurkan keringat kita dan lengan baju tersingsing
b. Melihat Kristus dalam diri orang miskin dan orang miskin dalam Kristus; c. Ambil bagian dalam belaskasih dan kasih yang membebaskan dari Kristus
penginjil dan pelayan orang miskin; d. Mendengarkan bimbingan Roh Kudus (Ruth, 2010: 3).
Kerendahan hati para Vinsensian dengan cara melayani orang miskin, juga
dijelaskan bahwa mereka adalah raja dan penguasa kita, karena Tuhan kita berada
dalam kaum miskin. Kaum miskin itu tuan kita, raja kita, kita haruslah
mentaatinya. Oleh sebab itu bukan merupakan suatu yang berlebihan menyebut
mereka demikian, karena Tuhan kita berada di dalam mereka. Mereka
menghadirkan pribadi Tuhan kita, yang mengatakan: lalu merekapun akan
menjawab, katanya: Tuhan bilamana kami melihat Engkau lapar, atau sebagai
orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Engkau. Mat 25:37. Sebagai konsekuensinya Tuhan kita benar-benar berada
bersama orang miskin. Melayani orang miskin itu juga melanjutkan perutusan
Kristus sendiri di dunia. Tuhan juga melindungi secara materiil meeka yang
mencintai kaum miskin. Kristus mencintai kaum miskin dan sebagai
konsekuensinya ia mencintai mereka yang mencintai kaum msikin. Sebab bila kita
banyak mencintai seorang pribadi maka kita juga tersentu untuk mencintai teman-
temannya. Sedangkan kaum miskin adalah teman-teman Kristus.
Orang miskin adalah raja dan penguasa kita, karena Tuhan kita berada
dalam kaum miskin. Kaum miskin itu tuan kita, raja kita, kita harus mentaatinya.
Oleh sebab itu, tidak berlebihan menyebut mereka demikian karena Tuhan kita
berada dalam mereka.
Pelayanan itu diberikan kepada Tuhan kita dan lagi ia memandangnya
sebagai suatu kenyataan “cum ipso sum in tribulation”: saya dengan Dia dalam
kesulitan “Jika ia sakit, Aku juga sakit, bila ia berada dalam penjara, Aku juga
dipenjara, jika ia menderita luka pada kakinya, AKu juga seperti dia menderita”
(Mat 25:36).
Para suster KYM juga diingatkan untuk meneladani sikap St. Martinus
orang suci ini meskipun masih katekumen meliat minta sedekah, lalu ia
menghunus pedangnya, lalu separoh dari mantolnya dipotong dan diberikannya
kepada si miskin. Perbuatan cinta kasih semacam ini benar-benar berkenan pada
Tuhan. Sehingga pada malam berikutnya Tuhan Yesus menamppakan diri
kepadanya terselubung dengan mantol yang diberkan kepada si miskin tadi. Gereja
menaroh penghargaan dan penghormatan yang besar pada perbuatan cinta kasih St.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Martinus bukannya sebagai Uskup atau Uskup Agung, meskipun jabatan itu begitu
luhur (Tondowijdojo, 1990 : 11).
Orang-orang miskin adalah majikan-majikan kita, penguasa kita. Kita harus
mentaati mereka. Bukannya sesuatu yang berlebihan jika menyebutnya demikian,
karena dalam orang-orang miskin kita memiliki Tuhan dalam diri kita. Sungguh
konsep majikan yang biasanya melekat pada orang-orang kaya kini diberikan pada
orang-orang kecil. Vincentius membuat sesuatu yang luar biasa. Kerendahan
hatinya ternyata mampu mengubah pandangan kita akan orang-orang kecil.
3. Kuasa Allah dalam Derita Manusia
Allah berkuasa sepenuhnya atas hidup manusia. Apabila manusia
mengalami pasang surut, ketika merasa tidak berdaya, Tuhan sanggup memulihkan
keadaan manusia tersebut. Demikian juga pada suster KYM bila sedang
mengalami masalah, merasa berat dalam menjalankan karya kerasulan yang
dimiliki, atau mengalami jatuh sakit, Allah dapat memulihkan para suster KYM
untuk kuat kembali.
Para Vinsensian yang memiliki semangat spiritualitas St. Vincentius
dituntut untuk hanya mengandalkan kekuatan Tuhan. Dalam setiap penderitaan,
permasalahan, suka dan duka yang dialami oleh para suster, hanya Tuhanlah yang
menjadi tempat mengadu dan berpasrah. Allah berkuasa atas penderitaan yang
dialami oleh para suster dan Allah juga sanggup memulihkan para suster dari
setiap penderitaan yang dialaminya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
sejengkalpun para suster mampu keluar dari deritanya tanpa adanya kuasa Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
yang dilimpahkan kepadanya. Kepercayaan kepada kuasa Allah yang sanggup
membawa para suster keluar dari setiap derita ini, akan membuat para suster
belajar berpasrah dan semakin memiliki kerendahan hati dalam menjalani hidup
persaudaraan.
4. Kerendahan Hati Buah Kedewasaan Iman melalui Usaha Terus-menerus
Kerendahan hati sebagai salah satu keutamaan yang diwariskan oleh St.
Vincentius a Paulo tidaklah terjadi dengan sendirinya dimiliki oleh para suster
KYM. Kerendahan hati tersebut merupakan buah dari kedewasaan iman melalui
usaha terus-menerus dari setiap suster KYM melalui pengabdian dirinya pada
tarekat.
Para suster ketika memutuskan untuk bergabung ke dalam Kongregasi
KYM, banyak belajar dari spiritualitas St. Vincentius salah satunya mengenai
kerendahan hati. Kerendahan hati ini diperoleh seiring dengan semakin matangnya
perjalanan suster dalam kongregasi. Panggilan para suster yang semakin
bertumbuh dan berkembang dalam ikatan cinta Kristus, juga akan disertai dengan
bertumbuhnya semangat rendah hati seperti yang diwariskan oleh St. Vincentius
kepada para Vinsensian.
Hal ini memperlihatkan bahwa semnagat rendah hati berkembang
bersama seiring dengan bertumbuhnya iman para suster yang digali secara
terus-menerus. Artinya, terkait dengan kerendahan hati hanya karena iman
yang semakin matanglah yang dapat membuat seorang suster KYM memiliki
kerendahan hati. Iman yang semakin dewasa yang dimiliki oleh suster yang
diperoleh melalui banyak hak seperti doa, karya kerasulan, dan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
berkomunitas dapat mengarahkan sikap suster untuk semakin rendah hati
yakni merasa bahwa dirinya tidak dapat terlepas dari Allah yang selalu
memberikan kekuatan dan dukungan dalam karya-karyanya. (Vincentius,
2010: 37).
D. Masalah-masalah dalam Penerapan Kerendahan Hati “Vincentius” Dalam
Hidup Para Suster KYM
Kerendahan hati seperti yang dihidupi oleh Santo Vincentius merupakan
salah satu keutamaan yang berasal dari Allah yang harus diwarisi oleh manusia
sebagai perwujudan diri anak-anak Allah. Meskipun kerendahan hati tersebut
merupakan keutamaan Allah namun dalam praktiknya, tidak selalu mudah
dilaksanakan. Hal yang sama juga bisa terjadi pada para anggota tarekat religius
seperti KYM. Hal itu terkait dengan cara menghayati dari kerendahan hati yang
sangat sulit karena setiap orang dituntut untuk memiliki sikap mengalah,
bersedia mengutamakan orang lain, dan rela berkorban demi kebahagiaan orang
lain.
Para anggota tarekat religius seperti para suster KYM juga menyadari bahwa
menghayati kerendahan hati itu sebagai suatu hal yang sulit sehingga dalam
kehidupan sehari-hari para suster dapat merasakan bahwa sikap dan perilakunya
masih jauh dari kerendahan hati yang dimaksudkan oleh St. Vincentius a Paulo.
Kerendahan hati yang dimaksud dalam hal ini berkaitan dengan bersikap, bertingkah
laku dan berperilaku para suster.
Adapun masalah-masalah yang dihadapi para suster dalam penerapan
kerendahan hati yang dimaksudkan St. Vincentius dalam hidup para suster KYM
adalah seperti diuraikan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
1. Kurangnya Keteladanan dari Komunitas
Komunitas memiliki peranan penting dalam memberikan contoh
kerendahan hati bagi para anggota tarekat, karena mutu hidup komunitas sangat
mempengaruhi perkembangan panggilan religius mereka. “Hidup bersama yang
makin memperkembangkan kebersamaan merupakan rahmat dan tugas, tidak
muncul dengan sendirinya tetapi kita harus mengusahakannya (Vincentius, 2007:
336). Oleh karena itu apapun yang menjadi harapan dan cita-cita dalam komunitas
religius, tidak mungkin tercapai tanpa adanya usaha dari setiap pribadi untuk
saling mengerti, saling membantu, dan saling mengembangkan. Kehidupan
komunitas akan sangat mempengaruhi anggota komunitas lain. Dalam komunitas
diharapkan semua anggota saling membantu untuk memelihara dan
mengembangkan pribadi yang lain. Untuk itu tidak ada keinginan untuk
menjatuhkan dan menghancurkan orang lain dengan sikap maupun kata-kata.
Pada kenyataan dalam kehidupan para anggota tarekat religius seperti para
suster KYM, makna komunitas seringkali masih jauh dari harapan yang dicita-
citakan para pendiri tarekat misalnya sebagai wadah untuk mewujudkan dan
mempraktikkan berbagai keutamaan injili seperti kerendahan hati sebagaimana
yang dihidupi oleh pendiri tarekat (Aniceta KYM, 2009: 42). Komunitas para
suster yang ditempati masih jauh dari situasi komunitas selayaknya yang dicita-
citakan pendiri tarekat. Komunitas para anggota tarekat seperti yang ditempati para
suster sering masih menjadi ajang persaingan dan ajang balas dendam serta unjuk
popularitas.” Komunitas yang seharusnya menjadi tempat yang damai dengan
orang-orang sederhana, seringkali menjadi tempat ornag-orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
mementingkan dirinya sendiri tanpa mau tahu akan kepentingan orang lain. Dalam
kondisi seperti ini kerendahan hati sebagaimana yang dihidupi oleh St. Vincentius
belum sepenuhnya menjadi nyata dalam komunitas-komunitas (Aniceta KYM,
2009: 42).
Kondisi komunitas seperti dijelaskan tersebut, memperlihatkan bahwa
peran pemimpin komunitas tidak begitu berpengaruh, karena ada anggota
komunitas yang merasa diri lebih mampu dan lebih senior yang menjadi lebih
berperan dalam komunitas. Hal ini mengakibatkan para suster yang tinggal di
komunitas tersebut sering merasa tertekan dengan perlakuan suster lainnya yang
lebih merasa diri lebih tahu dan lebih berkuasa (Aniceta KYM, 2009 :46).
Kondisi komunitas para suster yang demikian, memperlihatkan bahwa
praktik kerendahan hati yang seharusnya ditemukan di dalam komunitas para
suster tidak bisa dirasakan oleh para anggota komunitas. Para suster hanya
menemukan persaingan, kemarahan, kesombongan, sikap mau menonjolkan diri
sendiri, ketidakpedulian satu sama lain yang sama sekali tidak menggambarkan
kerendahan hati seperti yang dihidupi oleh pendiri tarekat tersebut.
2. Kurangnya keteladanan dari senior dengan yuinor
Keteladanan merupakan salah satu hal penting yang harus ditunjukkan oleh
para anggota tarekat religius dalam kehidupan nyata sehari-hari. Di kalangan para
anggota tarekat religius salah satunya keteladanan kerendahan hati seperti yang
dimaksudkan St. Vincentius dapat dilihat dari keteladanan yang diberikan para
suster senior kepada para suster yunior. Sebagai anggota tarekat, para suster senior
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
sudah dididik lebih dulu bagaimana cara menghidupi dan mempraktikkan
kerendahan hati dalam tarekat (Aniceta KYM, 2009 :62). Oleh karena itu, para
suster senior memiliki tanggungjawab yang besar untuk memberikan contoh
kerendahan hati yang dimulai dari diri sendiri kepada para suster yunior.
Sebaliknya, para suster yunior yang relatif masih baru sebagai anggota tarekat
memiliki keinginan untuk mendapatkan contoh dari para suster senior bagaimana
cara kerendahan hati dalam tarekat diwujudkan.
Contoh atau keteladanan kerendahan hati yang harus diberikan oleh para
suster senior kepada suster yunior merupakan hal penting diterapkan dalam sebuah
tarekat. Ketika para suster senior mampu memberikan contoh kerendahan hati
kepada para suster yunior, maka para suster yunior juga akan mencontohkan hal
yang sama kepada yuniornya ketika dirinya sudah menjadi suster senior.
Pentingnya contoh keteladanan oleh para suster senior ini kepada suster yunior
menunjukkan adanya keterlibatan dua arah dalam menghidupi kerendahan hati
seperti yang dimaksud oleh pendiri tarekat. Iman tidak mungkin tumbuh dan
berkembang tanpa keterlibatan orang lain, demikian juga dengan kerendahan hati
itu sendiri (Aniceta KYM, 2009 :31). Dalam perkembangan penghayatan
kerendahan hati ini, suster yunior ini membutuhkan keteladanan dari para suster
senior. Disinilah letak pentingnya contoh yang harus diberikan oleh para suster
senior. Para suster senior adalah orang-orang yang seharusnya memberikan contoh
kepada suster yunior karena mereka telah terlebih dahulu mendapatkan pembinaan
dari pemimpin tarekat untuk menghidupi nilai-nilai rohani yang harus
diperjuangkan setiat anggota tarekat seperti yang ada di tarekat KYM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Para suster senior adalah orang-orang yang diharapkan menjadi pendorong
dan sumber informasi bagi para yunior dalam mengembangkan pribadinya. Hal ini
kiranya perlu disadari oleh para suster senior untuk meningkatkan peran serta dan
keteladanan yang sangat penting dalam memberikan contoh kerendahan hati
kepada para yuniornya.
Pada kenyataan para suster senior seringkali belum mampu memberikan
keteladanan kerendahan hati kepada para yuniornya. Para suster yunior juga
belum merasakan keteladanan kerendahan hati yang diberikan oleh para suster
seniornya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Kerendahan hati yang dihidupi
oleh pendiri tarekat seperti yang dicontohkan oleh St. Vincentius justru tidak
diwujudkan oleh para suster senior itu sendiri. Para suster senior yang seharusnya
menjadi tumpuan harapan para suster yunior untuk mendapat keteladanan
kerendahan hati namun justru tidak ditemukan sehingga dapat mengecewakan
suster-suster yunior (Aniceta KYM 2009: 34). Suster-suster yunior seringkali
menemukan suster senirnya bersikap sombong, mau menang sendiri, dan ingin
menonjolkan diri. Sikap dan perilaku seperti ini justru berbanding terbalik
dengan kerendahan hati yang seharusnya dicontohkan kepada para suster yunior.
Suster yunior itu sendiri sering dituntut untuk bersikap rendah hati, taat, terbuka,
namun suster senior justru sebaliknya tidak menunjukkan kerendahan hati dalam
bersikap dan berperilaku.
Kondisi seperti dijelaskan di atas, seringkali membuat para suster yunior
merasa kehilangan contoh dan keteladanan khususnya dalam tarekat. Kerendahan
hati yang dihidupi oleh pendiri tarekat menjadi tidak nyata dalam kehidupan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
suster sehingga terkesan hanya bersifat teori semata. Suster senior yang seharusnya
memberikan keteladanan kerendahan hati untuk para suster yunior namun dalam
praktiknya tidaklah demikian. Para suster yunior dalam tarekat seringkali ingin
melihat lebih banyak praktik kerendahan hati yang dicontohkan oleh para suster
senior sehingga suster yunior semakin yakin bahwa semangat kerendahan hati
merupakan nilai-nilai hidup yang harus diperjuangkan, dipertahankan, dan
dihidupi secara trus-menerus oleh semua anggota tarekat baik suster senior
maupun suster yunior.
3. Kerendahan hati yang dianggap tidak relevan zaman sekarang
Dalam situasi seperti sekarang ini dimana masyarakat cenderung mengejar
dan mendewakan pemilikan harta kekayaan, kekuasaan, kenikmatan duniawi,
popularitas diri, maka kerendahan hati semakin sulit untuk dipraktikkan. Setiap
orang seakan-akan berlomba-lomba untuk menonjolkan diri, merasa diri paling
hebat, ingin dianggap paling mampu. Sikap-sikap semacam ini dianggap sebagai
suatu hal yang lumrah dan wajar di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat
dalam menarik simpati-simpati duniawi. Pada kondisi seperti ini, kerendahan hati
tidak lagi dianggap penting karena hal itu hanya akan memasung sikap-sikap dan
perilaku sombong dari manusia yang semakin menonjol (Aniceta KYM, 2009 :34).
Kondisi duniawi seperti dijelaskan tersebut juga seringkali melanda dan
mempengaruhi hidup para anggota tarekat religius sehingga mudah terbawa arus.
Untuk menghadapi situasi yang demikian, maka sangat diperlukan kaum religius
yang sungguh mau menghayati kerendahan hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pada kenyataan, kerendahan hati seperti yang dihidupi pendiri tarekat
sering menjadi terbaikan. Kerendahan hati dalam bersikap dan bertingkah laku
misalnya: sikap mengalah, tidak menonjolkan diri sendiri, rela berkorban demi
kebahagiaan orang lain dapat dianggap menjadi kurang relevan di jaman sekarang
termasuk di kalangan para anggota tarekat religius. Kerendahan hati di jaman
sekrang sebagai suatu hal yang ketinggalan jaman karena justru saat ini setiap
orang berlomba-lomba menonjolkan diri dan mencari popularitas diri sendiri. Hal
itu juga terjadi di kalangan anggota tarekat bahwa suster yang diberikan jabatan
atau pekerjaan dengan wewenang tertentu seringkali justru dijadikan sebagai ajang
menonjolkan diri, mencari popularitas diri sendiri sehingga sikap dan perilaku
suster tersebut jauh dari kerendahan hati (Aniceta KYM, 2009: 54).
Godaan duniawi yang demikian kuat dewasa ini menjadi salah satu
penyebab kerendahan hati sering tidak bisa diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Para suster dalam menjalankan peran, tugas dan tanggungjawabnya menganggap
bahwa melalui jabatan atau pekerjaan yang dimilikinya membuatnya semakin tidak
menyadari sudah jauh dari kerendahan hati. Hal ini mengakibatkan para suster
menjadi sering tidak jauh berbeda dari masyarakat yang bukan anggota tarekat
yang umumnya mendewa-dewakan pemilikan harta kekayaan, kekuasaan,
kenikmatan duniawi, popularitas diri yang semuanya itu bertolak belakang dengan
kerendahan hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
PROGRAM PEMBINAAN SUSTER KYM DALAM ON GOING FORMATION
DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS
A. Gambaran Umum Katekese
Untuk membantu para suster KYM menemukan makna Kerendahan hati
SantoVincentius dalam hidup persaudaraan, penulis menawarkan katekese model
Shared Christian Praxsis. Dengan katekese ini, diharapkan kerendahan hati Santo
Vincentius dapat menjiwai seluruh hidup pun karya para suster KYM dimanapun
berada, berkomunitas dan berkarya. Namun untuk memberi gambaran katekese
secara menyeluruh, penulis tetap menjelaskan katekese secara umum.
1. Pengertian Katekese
Kata katekese berasal dari kata catechein (kt, Kerja) dan catechesis (kt.
Benda). Akar katanya adalah kat dan echo. Kat artinya keluar, ke arah luas dan
echo artinya gema/gaung. Berarti makna dari katekese adalah suatu gema yang
diperdengarkan/disampaikan ke arah luas/keluar. Gema dapat terjadi jika ada
suara yang penuh dengan keyakinan dan gema tidak pernah berhenti pada satu
arah, maka katekese juga harus dilakukan dengan penuh keyakinan dan tidak
pernah berhenti pada satu arah. Dalam kitab suci juga terdapat kata katekese,
terutama pada: Luk 1:4, Kis 18:25, Kis 21:21, Rm 2.18, 1 Kor 14:19 dan Gal 6:6
Dalam konteks ini katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman,
dam pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman, jadi
(http://www.imankatolik.or.id)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
katekese biasanya diperuntukkan baik orang-orang yang sudah dibaptis di tengah
umat yang sudah Kristen. Namun pada prakteknya, terutama pada masa Gereja
Purba, katekese dimengerti sebagai pengajaran bagi para calon baptis ini
merupakan arti sempit dari kastekese. Sedangkan Gereja masa kini menempatkan
katekese untuk pengertian yang lebih luas (http://www.imankatolik.or.id).
Dalam direktorium kateketik Umum (1971) disebutkan bahwa:
a. Katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda, yang bertujuan membuat
iman umat hidup, dasar, dan aktif lewat cara pengajaran (DKU art. 17).
b. Dalam ruang lingkup kegiatan pastoral, istilah katekese diartikan sebagai karya
gerejani, yang menghantarkan kelompok maupun perorangan kepada iman yang
dewasa (DKU art. 21).
c. Katekese terpadu dengan karya-karya pastoral Gereja yang lain, tetapi sifat
khasnya, yakni sebagai inisiasi, pendidikan, dan pembinaan, tetap dipertahankan
(DKU art. 31).
d. Isi katekese adalah wahyu Allah, misteri Allah dan karya-karya-Nyayang
menyelamatkan, yang terjadi dalam sejarah umat manusia (DKU art. 37).
(http://www.imankatolik.or.id).
Katekese juga diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman
iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian
para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing
diteguhkan dan dihayati secara sempurna. Dalam katekese tekanan terutama
diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan.
Katekese mengandaikan ada perencanaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Komunikasi yang dimaksud dalam katekese umat, bukan saja antara
pendamping dengan peserta tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta sendiri
sehingga mampu mengungkapkan diri demi pengembangan hidup lebih baik bagi
para peserta, dan yang ditukarkan adalah:penghayatan iman dan bukan
pengetahuan tentang rumusan iman tetapi para peserta diharapkan mengenal
penghayatan iman sendiri di dalam rumusan-rumusan resmi Gereja (Lalu, 2007:
12).
Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae, memberikan
pengertian katekese sebagai berikut: “Katekese adalah pembinaan anak-anak,
kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup
penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan
sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan
hidup Kristen” (CT, art.18).
Dalam Evangelii Nuntiandi juga disebutkan perihal katekese yakni:
a. Evangelisasi adalah rahmat dan panggilan khas Gereja, merupakan jati dirinya
yang paling dasar. Gerejaada untuk mewartakan Injil (EN, art.14).
b. Bagi Gereja penginjilan berarti membawa kabar Baik kepada segala tingkat
kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil mengubah umat manusia dari dalam dan
membuatnya menjadi manusia baru (EN, art.18)
c. Injil harus diwartakan melalui kesaksian hidup (EN, art. 21).
d. Kabar Baik yang diwartakan dengan kesaksian hidup cepat atau lambat haruslah
diwartakan dengan Sabda Kehidupan. Dan segi yang penting dari pewartaan Sabda
Kehidupan adalah kotbah dan katekese (EN, art. 22).
Dalam Catechesis Tradendae dijelaskan mengenai katekese sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
a. Penyelenggaraan katekese oleh Gereja selalu dipandang sebagai salah satu tugas
yang amat penting, yang disadarioleh tugas perutusan dari Yesus sendiri kepada
para murid-Nya (CT, art. 1).
b. Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman,
yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya
diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar
memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18).
Dasar katekese adalah “penugasan Kristus kepada para rasul dan pengganti-
pengganti mereka”. Dalam Mat 28:19-20, Yesus mengutus para rasul untuk “pergi”,
“menjadikan semua bangsa murid-Ku”, “baptislah mereka dalam nama Bapa dan
Anak dan Roh Kudus”, dan “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
kuperintahkan kepadamu.” Dalam tafsir Injil Matius dijelaskan bahwa tugas para
rasul mencakup pewartaan awal kepada orang yang belum mengenal Tuhan,
pengajaran kepada para katekumen, dan pengajaran kepada orang yang telah menjadi
anggota Gereja agar iman mereka lebih mendalam (http://www.imankatolik.or.id).
2. Prinsip-Prinsip Katekese
Prinsip-prinsip katekese meliputi (http://www.imankatolik.or.id):
a. Usaha katekese merupakan tanggung jawab seluruh umat sebagai Gereja b. Usaha katekese mementingkan “proses” (bukian hasil yang
langsung/”instan”). Dengan kata lain: yang lebih utama adalah bukan “target”/”hasil” yang sudah dicapai, melainkan “proses” menuju/memperoleh hasil yang sudah dicapai, melainkan “proses” menuju/memperoleh hasil.
c. Peserta katekese sebagai “subjek”/pelaku yang berperan dalam proses. d. Katekese membantu orang menghayati imannya dalam situasi actual (orang
mampu mewujudkan imannya secara konkrit dalam hidup/ada integritas antara iman dan hidup bersama orang lain).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
e. Katekese berupaya mendorong umat untuk membantu relasi yang harmonhis dengan Tuhan, sesame maupun lingkungannya. Dalam hal ini, proses katekese yang bertujuan mematangkan dan mendewasakan iman harus dilaksanakan secara sadara dan terencana dengan penuh tanggung jawab (tidak “improvisasi”)
f. Katekese harus memperhitungkan situasi peserta (latar belakang psikologi, minat, kebutuhannya). Katekese harus menjadi lebih kontekstual.
g. Proses katekese adalah proses pendidikan iman yang membebaskan. Dalam proses katekese setiap pribadi dihargai martabatnya sederajat, dimana setiap orang bebas mengungkapkan iman dari masing-masing pribadi harus dilihat sebagai pengalaman yang dapat memperkaya sesamanya dalam proses berkatekese.;
h. Katekese diharapkan membangun iman yang “terlibat” (mendorong “aksi”)
i. Pendamping katekese sebagai “fasilitator” yang memudahkan terjadinya komunikasi iman. Untuk itu, tidak tepatlah kalau pendamping bertindak sebagai orang yang ‘maha tahu’ apalgi sebagai penceramah yang mendominasi proses pertemuan.
j. Proses katekese harus mampu “menjemput/menyentuh” pengalaman hidup ataupun pengalaman iman peserta, sebagai medan pertemuan manusia dengan Allah.
Sarana maupun metode katakese yang diupayakan, semuanya
bertujuan untuk memudahkan terjadinya komunikasi iman. Pemikiran bahwa
dalam pertemuan katakese “yang penting asal diisi dengan banyak kegiatan
bagi umat” bertentangan dengan prinsip suatu proses katakese yang
bertanggung jawab (http://www.imankatolik.or.id). Katakese hanya salah
satu dari upaya-upaya pastoral secara menyeluruh. Proses perkembangan
iman haru dilengkapi dengan upaya-upaya pastoral secara menyeluruh.
Proses perkembangan iman harus dilengkapi dengan upaya-upaya pastoral
yang lain.
Jadi dapat diambil pengertian secara menyeluruh bahwa katakese adalah
usaha-usaha dari pihak gereja untuk menolong umat agar semakin memahami,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-sehari. Usaha ini
mengandung unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan,
pengukuhan serta serta pendewasaan iman.
(Adisusanto, 2003: 33). berpendapat bahwa: katekese merupakan suatu
aspek dalam pewataan Injil yakni warta gembira keselamatan untuk pembinaan
iman banyak orang. Katekese adalah pelayan sabda Allah, ia mesti sadar akan
hakikat dan tugasnya. Katekese menolong manusia dengan memberitakan sabda
pembebasan dan penyelamatan Allah.
3. Tujuan katekese
a. Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita
sehari-hari.
b. Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiranNya
dalam kenyataan hidup sehari-hari.
c. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta
kasih dan semakin dikukuhkan hidup kristiani kita.
d. Kita semakin bersatu dalam kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan
tugas Gereja setempat dan mengokohkan gereja semesta.
e. Sehinggga kitsa sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita
di tengah dunia dalam semangat kerendahan hati (Lalu, 2007: 97).
Catechesi Tradendae mengatakan bahwa tujuan khas katekese adalah berkat
bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari-kehari
memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perhidup Kristen umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
beriman, muda maupun tua. Kenyataannya itu berarti: merangsang, pada taraf
pengetahuan maupun penghayatan, pertumbuhan benih iman yang ditaburkan oleh
Roh Kudus melalui pewartaan awal, dan yang dikaruniakan secara efektif melalui
baptis. Dengan kata lain, maksud katekese adalah mengembangkan pengertian
tentang misteri Kristus dalam cahaya firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia
diresapi oleh firman itu.
Hakikat dan tujuan katekese di Indonesia dirumuskan oleh para Uskup
sebagai berikut: Katekese salah usaha saling menolong terus menerus dari setiap
orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut
pola Kristen menuju hidup kristiani yang dewasa penuh (Naskah Kerja MAWI)
1976).
4. Tugas Konkret Katekese
a. Menyuburkan dan membangkitkan pertobatan
Pertobatan sebagai momen fundamental dan pemersatu dinamisme iman
termasuk bidang katekese sekalipun pertobatan itu pada dirinya adalah sasaran
evangelisasi dalam arti sempit. Akan tetapi kenyataan menunjukkan terutama
dalam gereja yang telah bertradisi kristiani bahwa penyerahan diri secara
menyeluruh pada awal satu katekese tidak mungkin terjadi.
Hal ini sebagian disebabkan oleh kebiasaan pembabtisan pada usia kanak-
kanak dan sebagian lagi oleh kekurangan pelayanan pastoral. Yang berakibat
bahwa terhambatnya perkembangan iman secara teratur dan tidak tercapainya
pertobatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
b. Membimbing umat beriman untuk memahami misteri Kristus
Katekese yang berfungsui sebagai media pendidikan iman tidak boleh
melupakan aspek pengetahuan iman dan juga sikap iman. Tugasnya adalah
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan lengkap perihal Misteri
Kristus sebagai objek sentral iman.
c. Mendorong umat beriman bertindak aktif dalam Gereja dan masyarakat
Dalam proses pendidikan iman yang terarah pada kedewasaan harus
dikembangkan pula komponen operatif, yakni berbuat sesuatu bagi Gereja dan
masyarakat sesuai dengan situasi dan pola hidup. Dalam konteks ini dapat
dikatakan bahwa katekese berupa inisiasi ke dalam suatu proses yang mengubah
manusia secara intern. Dasar teologi perubahan ini adalah kebersamaan dalam
kematian dan kebangkitan Kristus.
Dalam seluruh proses evangelisasi tujuan katekese adalah: menjadi tahap
pengajaran dan pendewasaan, artinya masa orang Kristen sesudah dalam iman
menerima pribadi Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan, dan sesudah
menyerahkan diri utuh-utuh kepadaNya melalui hati yang jujur, berusaha makin
mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan kepercayaannya: mengerti “misteri-
misteriNya”, kerajaan Allah yang diwartakan olehNya, tuntutan-tuntutan maupun
janji-janji yang tercantum dalam amanat InjilNya, dan jalan yang telah
digariskanNya bagi siapapun yang ingin mengikutiNya (CT, art. 20).
Secara singkat tugas-tugas katekese dapat dipadukan dalam fungsi dan
aktivitas gereja (http://www.imankatolik.or.id).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
1) Katekese berupa inisiasi untuk tugas diakonia
Bentuknya: memberikan kesaksian di dunia, mendidik melakukan karya kasih dan
melayani kaum tersingkir dari masyarakat, berjuang demi keadilan dan
kedamaian.
2) Katekese berupa inisasi untuk tugas Koinonia
Katekese berkaitan dengan persekutuan gerejawi hendaknya diusahakan semangat
persaudaraan dan setia kawan, kemampuan berkomunikasi, berdialog dan
berpartisipasi dalam hidup menggereja, sikap taat yang wajar dan dewasa
terhadap pemerintah.
3) Katekese berupa inisiasi untuk mendengar dan mewartakan sabda (kerygma).
Katekese bertugas membangkitkan semangat umat untuk ikut aktif dalam fungsi
profetis Gereja termasuk mengusahakan: pembacaan Kitab Suci, pendidikan
dalam mendengar sabda Allah, penyiapan orang-orang untuk merasul dan
aktif dalam karya misioner.
4) Katekese berupa inisiasi kedalam liturgi
Katekese mempersiapkan umat untuk menerima sakramen-sakramen dengan
layak dan bermanfaat, untuk mencintai dan dan meditasi, untuk menghayati
kebaktian-kebaktian liturgi lainnya.
5) Katekese berupa inisiasi untuk panggilan hidup menggereja
Termasuk dalam kegiatan ini mengungkapkan pelayanan dan peranan pribadi-
pribadi dalam hidup menggereja, memberitakan pengarahan dan pembinaan
panggilan imamat dan hidup membiara.
6) Menumbuhkan dan mendewasakan sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Pendidikan sikap harus juga menjadi sasaran katekese, bahkan tugas ini jauh lebih
menentukan. Pengetahuan agama dan perilaku kristiani tidak menjamuin
pertumbuhan iman, jika tidak padu dengan pendewasaan sikap iman.
Sehingga pendewasaan sikap iman dijadikan tujuan sentral dari kegiatan
katekese. Untuk memahami tujuan sental perlu dipahami konsep biblis dan
tradisi yang menempatkan pada pusat hidup seorang Kristen sikap dasariah
ini, iman pengharapan dan cinta kasih, dalam proses pendidikan iman
ketiganya tidak terpisahkan, sebab pada dasarnya pengharapan dan cinta
adalah dimensi yang tidak terpisahkan dari sikap iman.
5. Unsur-unsur Katakese
a. Pengalaman Hidup/Praktek Hidup
Proses kesaksian yang berpangkal pada pengalaman yang sungguh-sungguh dialami
termasuk situaso beriman actual dalam masyarakat. Pengalaman ini menyangkut
keseluruhan fungsi dan kegiatan umat dengan macam-macam pandangan dan
sikap hidup.
b. Komunikasi pengalaman iman
Pengalaman konkret tersebut dikomunikasikan dan diolah oleh peserta katekese
umat. Dalam komunikasi ini diungkapkan keprihatinan maupun kegembiraan
iman yang merupakan keadaan dan sikap umat pada saat itu.
c. Komunikasi Dengan Tradisi Kristiani
Iman kita didasari oleh Yesus Kristus dan iman para rasul akan Dia sebagai
penyelamat dunia. Maka komunikasi iman tidak dapat dilepaskan dari kesaksian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
hidup para rasul yang terungkap dalam Kitab Suci yang dihayati Gereja
sepanjang masa. Komunikasi iman ini menyangkut ajaran Gereja yang secara
resmi diteruskan oleh Hirarki. Ajaran Kristiani harus dimengerti secara luas
(Tradisi, Spiritualitas, Liturgi dan segala praktek hidup Gereja yang
menampakkan Kristus).
d. Arah Keterlibatan Baru
Katakese umat sebagai komunikasi iman harus menolong para peserta katakese
umatuntuk mengalami panggilan mereka dan menjalankan pengutusan mereka.
Untuk itu komunikasi iman terarah kepada pembaharuan hidup dan keterlibatan
kelompok umat dalam pengembangan masyarakat, maka diungkapkan dalam
bentuk perencanaan yang konkret dan kemudian perencanaan itu dijalankan
sehingga terdapat pengalaman dan praktek baru dialami oleh kelompok peserta.
B. Proses Katekese Dalam On Going Formation
Hal-hal yang kiranya dapat membantu untuk menemukan panggilan hidup,
perlu memahami (http://www.imankatolik.or.id):
1. Kemampuan Intelektualitas
Kemampuan intelektualitas perlu didugai secermat sejauh bias, sebab
panggilan hidup dasar dan panggilan hidup profesi itu menuntut syarat-syarat
kemampuan intelektualitas yang berbeda-beda. Dalam hal ini test bakat dan minat
dapat membantu, disamping pengamatan diri sendiri yang jujur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
2. Kemampuan Sosialitas
Potensi seseorang dalam pergaulan sosial itu berbeda-beda. Sedangkan
panggilan hidup dasar dan panggilan hidup profesi itu juga menuntut kemampuan
dan ketrampilan pergaulan social yang berbeda-beda.
3. Kemampuan Rasa Merasa Rohani
Dalam hidup manusia ada rasa-perasaan jasmani-manusiawi, namun juga
ada rasa perasaan rohani, seperti: rasa kagum terhadap kebesaran Allah melalui
ciptaan, rasa sesal dan tobat kepada Allah. Panggilan-panggilan hidup dasar
maupun panggilan-panggilan hidup profesi itu juga membutuhkan rasa-merasa
rohani yang berbeda-beda (http://www.imankatolik.or.id).
4. Kemampuan Kesehatan Jasmani
Kesehatan jasmani fisik perlu juga dilihat secara nyata-objektif. Sebab panggilan
hidup dasar maupun panggilan hidup profesi itu membutuhkan syarat-syarat
kesehatan jasmani berbeda-beda.
5. Kemampuan mental-psikologis
Kesehatan mental psikologis pada dasarnya berarti kekuatan keseimbangan
kepribadian. Artinya antara lain: orang mampu mengendalikan nafsu-nafsunya.
6. Kenyataan kebutuhan masyarakat
a. Kebutuhan Nasional (bangsa Indonesia):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Suatu bangsa, di mana seseorang lahir, hidup dan bekerja, ada aneka kebutuhan
kehidupan, baik kebutuhan kehidupan, baik kebutuhan-kebutuhan
materiil,maupun kebutuhan-kebutuhan non materiil (rohaniah). Kebutuhan-
kebutuhan tersebut sangat diperlukan oleh bangsa untuk dilengkapi/diatasi.
Panggilan hidup dasar dan panggilan hidup profesi bisa terkait dengan
kebutuhan-kebutuhan tersebut (http://www.imankatolik.or.id).
b. Kebutuhan Internasional
Bisa terjadi orang tertarik untuk melihat kebutuhan-kebutuhan internasional, entah
kebutuhan rohaniah (mis: kebutuhan tenaga misionaris, kebutuhan perwakilan-
perwakilan Indonesia di luar negeri), entah kebutuhan jasmaniah. Panggilan
hidup dasar maupun panggilan hidup profesi bisa terkait dengan kebutuhan-
kebutuhan internasional (http://www.imankatolik.or.id).
c. Kenyataan kebutuhan gereja Katolik
1) Kebutuhan Gereja Katolik Indonesia
Gereja Katolik yang tesebar di Indonesia mempunyai aneka
kebutuhan yang perlu dilengkapi, baik kebutuhan-kebutuhan materiil,
maupun kebutuhan-kebutuhan rohaniah (seperti:katekis-katekis, kader-kader
Awam Katolik dalam bidang: Sosial-politik-ekonomi-hukum-budaya-
keamanan-iptek). Bisa terjadi panggilan hidup dasar maupun panggilan
hidup profesi terkait dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut di atas.
2) Kebutuhan Gereja Katolik Internasional
Gereja Katolik dipelbagai bangsa, dalam hidup dan karyanya, membutuhkan
aneka kebutuhan materiil maupun kebutuhan rohaniah. Panggilan hidup
dasar, maupun panggilan hidup profesi, bisa terjadi terkait dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
kebutuhan-kebutuhan Gereja Katolik internasional tersebut (mis: Gereja
katolik di Afrika) (http://www.imankatolik.or.id).
C. Peranan Katekese Dalam On Going Formation bagi pembentukan pribadi
yang berhati kerendahan hati
Selama hidup para biarawati hendaknya dengan tekun mengikuti
pengembangan rohani, ilmiah dan praktis, para pemimpin hendaknya
memikirkann kemudahan dan waktu untuk itu (KHK, 661). Tujuan diadakannya
On Going Formation adalah membantu para suster menjadi sanggup menghayati
panggilannya menurut Injil dalam dalam keadaan masyarakat dan kongregasi
yang terus menerus berubah.
Semua suster berkaul kekal mempunyai hak dan kewajiban menjalani
pembinaan lanjut seperti yang digariskan dalam program pembinaan. Sebab
pembinaan lanjut merupakan perwujudan terus-menerus panggilan kita.
Pembinaan lanjut meliputi:
1. Pemantapan rohani agar tetap segar dan sanggup menanggapi perkembangan baru
dalam gereja, kongregasi dan masyarakat.
2. Pendalaman persaudaraan agar makin rela mempersembahkan diri demi
pertumbuhan bersama.;
3. Pengalaman karya dengan setia dan bakti menjadi sumber kegembiraan
4. Peningkatan keahlian agar makin tepat guna dalam menjawab tantangan
masyarakat dan kebudayaan yang berubah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Pembinaan lanjut berlangsung seumur hidup, sebab kita ditantang untuk
terus menerus setia pada panggilan hidup kita dalam keadaan majemuk dan
konkrit Gereja dan masyarakat (PPK KYM, 2008: 16).
Peranan katekese mengambil tempat yang sangat tepat dan penting bagi
pembinaan Lanjut. Beberapa program yang ditawarkan meliputi: Rekoleksi
bulanan, Ret-ret Tahunan, Hari-hari studi (pendalaman Kitab Suci, Konstitusi,
Direktorium, Statuta, spiritualitas dan hal-hal lain yang dianggap aktual), kursus,
week end, kursus medior, senior, KPR dan studi formal lainnya, bimbingan.
Pelaksanaan pembinaan lanjut hendaknya terprogram baik dari pimpinan
maupun dari suster yang bersangkutan (PPK KYM, 2008: 16). Dalam hal ini
dikhususkan pembinaan lanjut dalam bentuk katekese model SCP guna
membentuk pribadi suster KYM yang memiliki kerendahan hati dalam hidup
panggilannya.
D. Pemilihan Model Katekese
1. Model: Shared Christian Praxis “SCP”
Shared Christian Praxis merupakan suatu model katekese yang
menekankan keterlibatan peserta. Model ini menekankan peserta untuk
mengkomunikasikan pengalaman hidup mereka sebagai suatu pengalaman iman
secara pribadi atau bersama, sehingga mampu mengambil keputusan demi
terwujudnya Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia (Groome, 1997: 1).
Model ini diawali dengan refleksi kritis pengalaman hidup peserta yang
dikonfrontasikan dengan pengalaman hidup iman dan visi kristiani, supaya muncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
kesadaran dan keterlibatan baru. Dalam model ini dialog tidak hanya terjadi antara
pendamping dengan peserta, tetapi juga antara peserta dengan peserta (groome,
1997: 1). Tiga komponen pokok yang perlu didalami dari SCP adalah:
a. Praksis
Praksis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk
tercapainya suatu informasi kehidupan. Dalam tindakan itu terkandung proses
kesatuan dialektis antara praktek dan teori yaitu kreativitas, antara kesadaran historis
dan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru. Praksis mempunyai tugas komponen yakni:
aktivitas, refleksi dan kreativitas, yang berfungsi membangkitkan berkembangnya
imajinasi, meneguhkan kehendak, dan mendorong praksisbaru yang secara etis dan
moral dapat dipertanggungjawabkan (Groome, 1997: 2).
b. Kristiani
Katekese ini mencoba mengusahakan supayakekayaan iman Kristiani
sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk
kehidupan peserta pada zamannya sekarang. Dengan proses ini diharapkan
kekayaan iman gereja sepanjang sejarah berkembang menjadi pengalaman iman
jemaat pada zaman sekarang. His-tory menjadi my own story. Yang meliputi dua
unsur yakni: pengalaman hidup iman kristiani sepanjang sejarah (tradisi) dan
visinya (Groome, 1997: 3).
c. Shared
Istilah ini menunjuk pengetian komunikasi yang timbal balik, sikap
partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta, sikap egalitarian, terbuka (inklusif)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
baik untuk kedalaman diri pribadi, kehadiran sesama, maupun untuk rahmat
Tuhan. Istilah ini juga menekankan proses katekese yang menggarisbawahi aspek
dialog, kebersamaan, keterlibatan,dan solidaritas.
Dalam “sharing” semua peserta diharapkan secara terbuka siap mendengar
dengan hati dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Dalam kata lain ‘sharing”
juga terkandung hubungan dialekti, antar pengalaman hidup faktual peserta
dengan tradisi dan visi kristiani (Groome, 1997: 4).
2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Katekese Model “SCP”
a. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Praksis Faktual
Dalam langkah ini mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman
hidup dan keterlibatan mereka entah dalam bentuk cerita, puisi, tarian, nyanyian,
drama pendek, lambang dll. Dalam proses pengungkapan itu, peserta dapat
menggunakan perasaan mereka, menjelaskan nilai,sikap kepercayaan, dan
keyakinan yang melatarbelakanginya (Groome, 1997: 5).
b. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
Dalam langkah kedua ini mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis, dan
kreatif dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup mereka sendiri (tema-
tema dasar) maupun masyarakatnya. Peserta diajak untuk menggunakan sarana
baik analisa sosial maupun analisa cultural. Segio pemahaman, pengenangan,
serta imajinasi akan berguna sekali apabila dimanfaatkan.
Tujuan langkah ini adalah memperdalam refleksi dan mengantar peserta
pada keadasaran kritis akan keterlibatan mereka, akan asumsi dan alas an
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
(pemahaman), motivasi, sumber historis (pengenangan), kepentingan dan
konsekuensi yang disadari dan hendak diwujudkan (imajinasi).
Dengan refleksi kritis pada pengalaman konkret peserta diharapkan
sampai pada nilai dan visinya yang pada langkah keempat akan dikonfrontasikan
dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah (tradisi) dan visi kristiani.
Langkah ini bersifat analisis yang kritis (Groome, 1997: 5 & 6).
c. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih Terjangkau
Inti dari langkah ini adalah: mengusahakan supaya tradisi dan visi
kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat, dan relevan bagi peserta pada
zaman sekarang, peranan pendamping mendapat tempat pada langkah ini.
Diharapkan pendamping dapat membuka jalan selebar-lebarnya,
menghilangkan segala macam hambatan sehingga semua peserta mempunyai
peluang besar untuk menemukan nilai-nilaidari tradisi dan visi kristiani
(Groome, 1997: 6)
d. Langkah IV: Interpretasi/tafsir Dialektis antara tradisi dan Visi Kristiani dengan
Visi dengan Tradisi dan Visi Peserta
Langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan,
mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-
pokok penting yang telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua.
Kemudian pokok-pokok penting itu dikonfrontasikan dengan hasil
interpretasi tradisi dan visi kristiani dari langkah ketiga. Diharapkan
peserta dapat secara aktif menemukan kesadaran atau sikap-sikap baru
yang hendak diwujudkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
e. Langkah V: Keterlibatan Baru Demi makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia
Langkah kelima bertujuan mendorong peserta sampai pada tindakan dan
niat baru menyangkut pribadi maupun bersama. Mendorong peserta sebagai orang
Kristen yang mengusahakan pertobatan terus menerus, membantu peserta
mengambil keputusan secara moral, social dan politis sesuai dengan nilai iman
kristiani (Sumarno Ds, 2009: 22).
Kekhasan pada langkah kelima ini ialah mendorong peserta supaya sampai
pada keputusan konkrit yakni menghidupi dan menghayati iman kristiani yang
telah dipahami, direfleksikan dan mempertanggungjawabkannya dalam hidup
ditengah masyarakat. Dalam pengambilan keputusan hendaknya dipengaruhi oleh
topik utama yang menjadi pokok renungan dan oleh konteks pribadi dan sosial
peserta . artinya pertobatan yang merangkum segi personal meliputi intelektual,
moral dan mental, sedangkan segi sosial meliputi solidaritas. Berpihak pada yang
miskin dan tertindas demi mewujudkan kerajaan Allah ditengah masyarakat
(Groome, 1997: 36).
Peran pendamping pada langkah ini perlu mengusahakan aktivitas yang
partisipatif dengan mempersiapkan beberapa pertanyaan yang berorientasi pada
tindakan praktis. Pendamping sendiri hendaknya mendorong peserta untuk
memanfaatkan imajinasi mereka (Groome, 1997: 37).
Peserta diharapkan semakin terlibat dan aktif mewujudkan keputusanya
secara konkrit demi terwujutnya kerajann Allah. Peserta diajak untuk merayakan
liturgy sederhana dan mendoakan bersama keputusan yang telah mereka buat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
medorong mereka konsiste dengan keputusan yang mereka ambil (Groome, 1997:
50).
E. Usulan Program Pembinaan Suster KYM
1. Pengertian Program Pembinaan
Suhardiyanto (2008 :4) mengatakan bahwa korban adalah suatu landasan
untuk menentukan isi dan urutan-urutan rencana yang akan dilakukan. Kata program
itu sendiri mengandung bermacam-macam makna dan arti.
Program ini dibuat bertitik tolak pada keadaan hidup membiara yang hidup
pada zaman penuh kekerasan. Bukan saja secara fisik bahkan juga non fisik.
Sabda Yesus juga menyatakan suatu kebenaran, bahwa sesungguhnya didalam
setiap manusia ada hukum perkembangan, yang diletakkan Allah. Maka setiap
manusia harus berkembang dari waktu ke waktu dalam seluruh perjalanan
hidupnya, sampai saat kematianya. Yesus penuh menyadari, bahwa manusia tidak
mungkin menyamai kesempurnaan pribadi Allah Bapa. Kalau begitu mengapa
Yesus masih juga menyatanya? Karena Yesus sangat mau menekankan, bahwa
sesungguhnya setiap manusia harus mengikuti hukum perkembangan yang
menyempurnakannya dari ke waktu, meskipun tidak akan mungkin sama
sempurna dengan pribadi Allah Bapa.
Yesus menyatakan, bahwa manusia yang benar seturut kehendak Allah,
menciptakanya, adalah manusia yang putus asa, manusia yang pemalas, manusia yang
tidak suka belajar terus-menerus, manusia yang tak punya daya juang adalah
manusia-manusia yang tidak selaras dengan gambaran manusia dalam berpikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Allah. Dalam pengapdiaNya, Allah akan sungguh meminta pertanggangjawaban
manusia atas pengelolaan hukum perkembangan tersebut (pembentukan terus
menerus (diupdate:20/05/0912:36:42) oleh Romo. I. Warna Binarja, SJ).
Pemebinaan para suster KYM Indonesia ialah segala usaha pembinaan untuk
pengembangan diri setiap anggota kongregrasi (PPK KYM , art. 1).
2. Latar Belakang Program Pembinaan
Pedoman pembinaan dalam lembaga religius yang dikeluarkan kongregasi
untuk lembaga Hidup Bakti dan Serikat Kerasulan, Roma: 1990, artikel 66
menyebutkan: “Selama hidup para religius hendaknya dengan tekum mengikuti
pengembangan rohani, ilmiah, dan praktis: para Pemimpin hendaknya memikirkan
kemudahan dan waktu untuk itu” (KHK, 661). “karena itu setiap lembaga religius
merencanakan dan mewujudkan suatu program pembinaan yang tetap, yang cocok
bagi semua anggotanya.
Program ini hendaknya merupakan suatu program yang tidak hanya diarahkan
pada pembinaan intelek saja, melalui juga pada pembinaan seluruh pribadi,
teristimewa dalam perutusan rohaninya….” Vita Consecrata artikel 69 mengenai
Pembinaan Terus Menerus menegaskan bahwa, “pembinaan awal harus berkaitan erat
dengan pembinaan terus menerus, dan sementara itu menciptakan kesediaan pada
siapapun untuk mempersilahkan diri dibina setiap hari hidupnya… Tidak seorangpun
dikecualikan dari Kewajiban bertumbuh secara manusiawi sebagai religius.”
Pembentukan diri terus menerus merupakan konsekwensi diri dari kepribadian
manusia yang berhukum kodrat perkembangan. Tidak mau berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
menyempurna secara kualitatif berarti bertengtangan dengan hukum kodrat yang
ditanamkan Allah dalam diri orang tersebut. Karena manusia adalah ciptaan allah
yang merupakan kesatuan jiwa-badan, maka hukum perkembangan yang ada dalam
dirinya menghaeuskan manusia mengembangkan kejiawaan-kerohanian dan
kejasmaianya. Yesus menegaskan “manusia itu hanya hidup dari roti saja, tetapi juga
hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat 4:4).
Hidup jasmani harus dipelihara disempurnakan dari hari kehari. Apa saja arti-
arti kongkritnya? Demikian pun hidup rohani manusia harus dipelihara dan
disempurnakan dari hari-kehari. Apa saja arti-arti kongkritnya? Kelalain dalam
mengurus perkembangan jasmani dan rohani, berarti hidup jasmani semakin merosot-
memburuk, demikian pun hidup rohaninya juga akan semakin merosot menuju
kehancuran-kekacaubalauan.
Zaman yang semakin keras ternyata tidak hanya mempengaruhi pola hidup
masyarakat biasa dalam hal mereka yang non religius. Kerasnya zaman juga
menggilas dan masuk kedalam kebiasaan orang-orang yangmengikat diri dalam tiga
kual yang tinggal dalam biara. Manusia sekarang cenderung mengabaikan orang lain
bahkan dengan cara yangtidak baik dan sewajarnya, bukan saja dengan kekerasan
semata tetapi juga melebihi aturan moral yang berlaku.
Religius KYM yang juga hidup pada zaman ini juga menghadapi tantangan
yang sama. Perbedaan watak antara anggota juga menjadi tantangan untuk
menghadirkan kerajaan Allah yang penih kelembutan. Kepribadian yang berbeda,
latar belakang yang berbeda, situasi zaman yang semakin menantang dengan segala
tawaranyapun masuk dan mempengaruhi pola hidup bagi kaum berjubah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Apa yang dilihat, dialami dan dirasakan juga sungguh mempengaruhi pribadi
para suster, jika ternyata diperoleh perlakuan yang baik, maka otomatis juga akan
memberikan yang baik, jika setiap saat disuguhkan kekerasan maka hatipun perlahan
akan terbiasa dengan kekerasan, manusia sering bukan menjadi dirinya karena
sesuatu pembiasaan, terbiasa mengantuk maka akan mengantuk terus, terbiasa
terlambat maka akan sesering terlambat, walaupunsebenarnya pribadinya yang
sesungguhnya bukanlah demikian. Sesuatu dibiasakan akan menciptakan pribadi yang
sedemikian rupa. Demikian pula dalam hal kekerasan, pribadi yang terbiasa kasar
akan dengan mudah kasar terhadap sesamanya, terbiasa lembut maka akan terbiasa
lembut dengan sesamanya, terbiasa tersenyum akan selalu terbiasa tersenyum kepada
siapa saja.
Program ini merupakan salah satu usulan, sebagai salah satu kemungkinan
agar para pembina, dan pemimpin kongregasi mulai dari dini mencoba untuk
membiasakan para susternya untuk senantiasa membentuk dirinya menjadi pribadi
yang lembut hati seperti Vincentius. Program ini perlu dikaji lebih dalam agar dari
dini dalam proses pembinaan para suster KYM gaung kerendahan hati mendapatkan
prioritas yang cukup, sehingga dengan demikian terbentuklah pribadi KYM yang siap
hidup dalam persaudaraan dan pelayanan dengan semangat kerendahan hati.
3. Tujuan Program Pembinaan
Pembinaan para calon,yang langsung bertujuan memperkenalkan mereka
dengan hidup religius dan membuat mereka menyadari cirri khasnya di dalam gereja,
terutama ditujukan untuk membantu para religius pria dan wanita menyadari kesatuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
hidup mereka dalam Kristus melalui Roh, dengan memadukan secara harmonis
unsur-unsur rohani, apostolik doctrinal dan praktis (PPK KYM, hal. 7).
Tujuan pembinaan para suster KYM ialah agar hidup setiap anggota makin
hari semakin sesuai dengan Injil Suci seturut semangat St. Vincentius a Paulo.
4. Tema-Tema Dalam Program Pembinaan
Mengingat bahwa kerendahan hati merupakan salah satu keutamakan yang
diwariskan oleh Santo Vincentius dalam membangun pribadi seorang religius dalam
karya pelayanannya dan kehidupanya sehari-hari, demi pertumbuhan panggilanya
menuju kepada kekudusan yang sejati maka penulis mengusulkan program
pembinaan dengan tema umum “KERENDAHAN HATI PARA SUSTER KYM
DALAM PERSAUDARAAN DAN PELAYANAN”. Kelembutan dan keramahan
membuka pintu hati. Dalam jalan Vincentius dikatakan “kerendahan hati! Oh
kerendahan hati, oh betapa indah keutamaan ini. Kelembutan dan kerendahan hati
bagaikan dua saudara kembar yang sangat rukun dan tak terpisahkan, seperti halnya
ketulusan dan kebijaksanaan (Vincentius, 2007: 184).
Tumbuh dalam cinta merupakan tujuan terdalam hidup dalam komunitas,
yaitu cinta kepada diri sendiri, kepada Allah, dan kepada sesama manusia sebagai
saudara dan saudari. Ajakan pertumbuhan itu memang sangat menantang untuk
zaman yang kerap kali dikuasai oleh indivualisme, yang menjurus kehidup yang
bagaikan tidak memerlukan sesame dan Allah (PPK KYM, : 27). Suster KYM akan
bertumbuh dengan subur apabila senantiasa bertumbuh menjadi pribadi yang berhati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
lembut. Tidak ada orang yang lebih tekun dan kuat dalam kebaikan daripada mereka
yang lembut dan ramah (Vincentius, 2002: 85).
Dalam (PPK KYM, 2008: 10). dikatakan pembinaan kepribadian dan
kebudayaan, yaitu pembinaan bagi setiap suster menuju kematangan sebagai pribadi
dan penyadaran diri sebgai bagian masyarakat dimana dia hidup dan berkarya. Pribadi
KYM yang matang tentunya apabila warisan 5 keutamaan yang diwariskan
Vincentius telah menjadi bagian dari hidup yang takterpisahkan dan satu diantaranya
itu adalah kerendahan hati. Pribadi yang matang tentulah pribadi yang memiliki
kematangan hidup dalam hidup dalam hal kerendahan hati. Maka dengan demikian
semakin matang pulalah menjadi seorang pelayan kasih bagi kaum miskin.
Memngingat bahwa pertumbuhan pribadi para suster adalah sesuatu berubah
setiap saat, maka pertemuan akan dilaksanakan dalam bulan-bulan penting
kongregasi, dan tepatnya dilaksakan ketika banyak para suster dari segala umur dan
tingkatan yang dapar berkumpul, berbagi bersama. Maka lewat ini ada baiknya
pertemuan ini dilaksanakan pada ret-ret kongregasi sehingga lebih efisien dan tepat.
Dan satu pertemuan lainya diberikan pada saat parasuster novis akan mengikrarkan
kaul perdana dalam kongregrasi yakni pada awal bulan Mei atau ketika para suster
tersebut sedang mengadakan ret-ret persiapan untuk pengikraran kaul perdana.
Dengan demikian para suster dibeklai dengan satu keutamaan yang sangat penting
yang akan menjadi minyak bagi lentera panggilan yang bersinar akan kelembutan.
Dengan ususlan program ini diharapkan agar para suster KYM memperoleh
gambaran seorang suster KYM yang berhati rendah hati seturut semangat bapak
pelindung St. Vincentius a Paulo. Sehingga terbantu untuk bertumbuh menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
pribadi KYM yang bersemngat kerendahan hati dalam hidup persaudaraan yang
akhirnya akan bergaung juga dalam hidup pelayaan terhadap orang-orang miskin.
Dengan demikian semakin nyatalah keutamaan kerendahan hati tersebut
menghadirkan kerajaan Allah ditengah dunia yang keras.
Bahan yang ditawarkan dalam prigram ini akan diolah dalam beberapa
pertemuan dengan model SCP (Shared Christion Praxis.). Dengan menggunakan
model ini pertemuan lebih diwarnai oleh sharing bersama untuk membangun
persaudaraan yang semakin berhati rendah hati dan refleksi pribadi yang menguatkan
pribadi para suster untuk meningkatkan keutamaan kerendahan hati dalam hidup
persaudaraan, khusunya membentuk diri menjadi pribadi yang berhati rendah hati.
Dengan demikian perpaduan dua hal ini akan semakin mendorong para suster KYM
saling menghargai satu dengan yang lain, berbagi satu dengan yang lain, dan
sekaligus menemukan cara yang terbaik bagi tebentunya seorang pribadi KYM yang
berhati lembut dalam hidup persaudaraan. Jika tiap-tiap pribadi menyumbangkan
gagasan yang terbaik maka kedepanya program ini akan membangun kehidupan
persaudaraan KYM yang semakin menghadirkan kerajaan Allah yang teramat rendah
hati.
Atas dasar pertimbangan di atas penulis membagi tema yang akan menjadi
tema umum dan dua sub tema yang terdiri dari:
Tema umum : Kerendahan hati para suster KYM dalam persaudaraan dan
pelayanan
Tujuan umum : Membantu para suster KYM bertumbuh dan berkembang menjadi
pribadi religius yang rendah hati sehingga dapat hidup dalam
persaudaraan dan pelayanan
Tema I : Menjadi pribadi religius KYM yang memiliki kerendahan hati
dalam persaudaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tujuan I : Supaya para suster KYM dapat menyadari dan bertumbuh dalam
salah satu keutamaan yang sangat berguna dan penting dalam
mewujudkan persaudaraan yang sejati.
Tema II : Menjadi suster KYM yang rendah hati dalam persaudaraan
Tujuan II : Mendorong dan membantu para suster KYM agar semakin
menyadari arti suster KYM yang memiliki kerendahan hati dalam
persaudaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. PENJABARAN PROGRAM Tema Umum : “KERENDAHAN HATI PARA SUSTER KYM DALAM PERSAUDARAAN DAN PELAYANAN” Tujuan Umum : Membantu para suster KYM bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi religius yang rendah hati dalam hidup
persaudaraan dan pelayanan
No Sub Tema Tujuan Judul Pertemuan Tujuan Materi Metode Sarana Sumber bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Menjadi
pribadi religius KYM yang memiliki rendahhati dalam persaudaraan
Supaya para suster KYM dapat menyadari dan bertumbuh dalam salah satu keutamaan yang sangat berguna dan penting dalam mewujudkan persaudaraan yang sejati
a. Aku dipanggil menjadi suster KYM yang rendah hati dalam persaudaraan
- mendorong dan membantu para suster KYM agar semakin menyadari akan panggilan Tuhan dan mampu menjadi sosok religius yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan dan melayani mereka yang miskin sebagai
- Pengertian kerendahan hati
- Teladan kerendahan hatiyang diwariskan oleh St. Vicentius
- Belajar dari Yesus sang Guru kerendahan hati
- Manfaat kerendahan hati dalam hidup persaudaraan KYM
- Sharing kelompok
- Diskusi kelompok
- Refleksi pribadi - Tanya Jawab
- Teks lagu,
kasih - Teks doa
pembukaan dan doa penutup
- Slide, kecantikan sejati seorang wanita
- Teks pertanyaan pendalaman
- Kolose 3: 12-15
- Statuta (KYM) art. 1-2
- Directorium (KYM, art. 48
- Konstitusi (KYM) art. 45-46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) majikan. - teks Kitab
Suci perjanjian Baru
b. Menjadi pribadi KYM yang rendah hati dalam melayani kaum papa sebagai majikan
- Mengajak para suster KYM untuk melayani kaum papa dengan rendah hati
- Meneladan sikap Vincentius dalam melayani kaum miskin sebagai majikan dengan semangat kerendahan hati
- Siapa itu religius KYM yang menyatakan orang miskin sebagai majikan.
- Panggilan suster KYM sebagai hamba dalam melayani orang miskin
- Informsasi - Kerja kelompok - Menonton film - Share - Pleno
- Film - Alat tulis - Kitab Suci
- Luk. 12: 13-20 - PPK KYM, hlm
12-13 - Panitia
KOPTARI, hlm. 1-6
c. Bantuan katekese model SCP dalam meningkatkan perkembangan
Membantu para suster KYM menemukan
- Pengertian
SCP - Langkah-
- Informasi - Menonton
- Alat tulis
- Groome, Thomas H. (Shared Christian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) kerendahan hati
para suster KYM cara untuk bertumbuh menjadi pribadi yang rendah hati dalam hidup persaudaraan
- langkah SCP, hakikat, prinsip dan tujuan SCP
- Metode katekese
- SCP membantu kita siap menanggapi panggilan Tuhan menjadi pribadi yang rendah hati
- Kerja kelompok - Tanya jawab
(share) - Pleno
- Film - Kitab Suci
Praksis: Suatu Berkatekese
- (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Katekese Puskat (buku asli diterbitkan 1991)
- Lalu, (2005) Ketekese Umat. Komisi Kateketik KWI. Jakarta: Obor
- Yak 1; 19) d. doa dalam
usaha bagi para suster KYM dalam membentuk rendah hati
Melalui katekese model SCP para suster KYM diajak untuk menyadari
- Pengertian doa
- Menggali pengalaman hidup rohani bersama dengan Tuhan dalam keheningan
- Informasi - Tanya jawab - Kerja kelompok - Pleno
- Alat tulis - Kitab Suci
- Konstitusi KYM. art 38-43
- Luk 6: 22-26)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) pentingnya
hidup doa dalam pembentukan pribadi yang rendah hati
dan hubungan yang intim dengan Tuhan
2 Pengaruh kerendahan hati dalam pelayanan terhadap kaum miskin sebagai majikan
Mendorong dan membantu para suster KYM untuk menjadi sosok religius yang memiliki rendah hati dalam melayani mereka yang miskin sebagai majikan
e. Pengaruh kerendahan hati dalam menumbuhkan kesetiaan terhadap panggilan lewat kaul-kaul religius
Mengajak para suster KYM untuk menyadari dan menggali makna kerendahan hati demi menumbuhkan kesetiaan terhadap panggilan lewat kaul-kaul religius
- Menggali makna kaul kemiskinan, keperawanan, dan ketaatan
- Pengaruh kerendahan hati dalam mewujudkan ketiga kaul religius
- Informasi - Refleksi - Sharing - Pleno
- Alat tulis - Kitab Suci
- Mat. 11: 29 - Konstitusi
KYM. art. 49-56,
f. Pengaruh kerendahan hati para suster KYM terhadap pelaksanaan karya kasih
Membantu para suster KYM untuk membentuk dan mengolah diri menjadi pribadi yang rendah hati
- Teladan hidup dan karya Tuhan yang rendah hati dalam mencinta kaum miskin
- Tawaran kerajaan Allah yang rendah hati
- Informasi - Kerja kelompok - Pleno
- Alat tulis - Video - Kitab Suci
- Luk 1: 51-53 - Konstitusi
KYM, Hal. 26-27
- Louf. Andre. Hidup di dalam komunitas. hal. 22-25.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) lewat hidup
karya sehingga karya Tuhan yang rendah hati sungguh dapat dirasakan oleh semua orang khususnya kaum miskin
lewat para suster KYM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
6. Contoh Persiapan Katekese
a. Identitas
1) Tema : Menjadi suster KYM yang rendah hati dalam persudaraan
2) Tujuan : Mendorong dan membantu para suster KYM agar semakin
menyadari arti menjadi suster KYM yang memiliki
kerendahan hati dalam persaudaraan
3) Peserta : Para calon suster KYM (Postulan)
4) Tempat : Postulan KYM Pematang Siantar
5) Hari/tgl : Satu minggu sebelum penerimaan jubah Postulan
6) Waktu : Pkl 19: 00 -21: 00: WIB
7) Metode :
- Sharing kelompok
- Diskusi kelompok
- Refleksi pribadi
- Tanya jawab
8) Model : SCP (Shared Christian Praxis)
9) Sarana :
- Teks lagu Jiwaku memuliakan Tuhan
- Teks lagu Cinta Kasih Tuhan dan Kasih
- Teks doa pembukaan
- Teks doa Penutup
- Slide singkat “Kecantikan sejati seorang wanita”
- Teks pertanyaan pendalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
- Teks Kitab Suci Perjanjian Baru
1. Sumber bahan :
- Kol 3: 12 – 15
- Statuta KYM art. 1-2
- Directorium KYM art. 48
- Konstitusi KYM art. 45-46
b. Pemikiran Dasar
Dewasa ini, panggilan untuk menjadi sosok seorang suster yang rendah
hati sudah sangat sulit karena sudah banyak dipengaruh olehi perkembangan
zaman ini. semua orang pada sibuk untuk mencari apa yang diinginkan agar bisa
menenangkan dan membahagiakan diri tanpa peduli dengan yang lain. Di
masyarakat pada umumnya bahkan di biarapun sudah sangat sulit untuk
menghayati salah satu keutamaan yang sangat penting ini yaitu kerendahan hati.
Karena masing-masing orang berusaha untuk menjadi orang yang terpandang
orang yang populer pekerjaan apapun yang di lalukan hanya untuk mencari
popularitas diri tanpa memperhatikan orang di sekitar.
Sebelum kita membicarakan perubahan yang begitu sensitif ini, kita harus
mempunyai gagasan yang jelas tentang kerendahan hati. Secara sederhana, yang
bermaksud dengan kerendahan hati adalah kepudulian terhadap kaum miskin dan
kepedulian terhadap mereka yang sakit atau kesedihan pribadi untuk mencintai
itulah yang sangat diharapkan pada bagi semua orang secara khusus para suster
KYM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
St. Paulus secara khiusus berkata : “sekalipun aku dapat berbicara dengan
semua bahasa manusia dan bahasa malaikat tapi jika aku tidak mempunyai kasih,
aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing, jika
aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.” Bahasa cinta kasih
yang ditawar oleh Tuhan adalah sebuah bahasa yang syarat dengan kerendahan
hati. Hal tersebut semakiin ditegaskan dalam Kol 3:12-15 menjadi seorang
manusia baru, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan
dikasihiNya, kenakalan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah
lembutan dan kesabaran.
Sabda yang lebih jelas dan lebih radikal itulah yang dibutuhkan. Santo
Paulus mengikuti jejak Yesus. Yesus sendiri menjawab pertanyaan orang-orang
Farisi tentang perintah yang terbesar dari seluruh hukum dengan berkata: “kamu
harus mencintai Tuhan Allahmu, dengan segenap hati, dengan segenap jiwamu
dengan dengan seluruh akal budimu. Inilah perintah pertama yang tersebar
terutama. Perintah yang kedua, kamu harus mencintai sesamamu seperti engkau
mencintai dirimu sendiri. Seluruh hukum dan perintah nabi tertuang dalam
perintah ini, dan untuk semua itu kita sabagai orang yang dipanggil diajak untuk
belajar dari padaNya yang lemah lembut dan rendah hati dalam persaudaraan.
c. Pengembangan Langkah-langkah dalam Pelaksanaan
1) Pembukaan
a) Pengantar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Para yang terkasih pada pertemuan doa kita kali ini kita akan menimba bersama-
sama kekayaan rohani yang telah diwariskan oleh bapak spiritualitas kita Santo
Vincentius a Paulo. Salah satu keutamaan yang ditawarkanya kepada kita adalah
hati yang rendah hati “kerendahan hati”. Tidak mudah, karena hal tersebut juga
merupakan sebuah perjuangan berat yang telah dilaluinya. Diapun berguru dari
banyak pribadi selain Kristus dia pun terpesona dan terdorong untuk disposisi
bathinnya yang keras dengan kelembutan lewat teladan hidup yang penuh
kelembutan yang diteladankan oleh Santo Fransiskus dari Sales. Dia mengajarkan
kepada kita kerendahan hati adalah kunci keberhasilan untuk menjadikan
persaudaraan dan pelayanan dapat menuai banyak buah yang berlimpah dan
menjadikan dunia untuk layak huni.
b) Lagu Pembukaan: Jiwaku Muliakan Tuhan
Refren : Yang rendah hatinya ditinggikan Allah yang lapar berkelimpahan Solis : Jiwaku muliakan Tuhan dan rohku sukacita dalam Allah selamatku
Karena kerahimanNya turun-temurun dan semua bangsa sebut aku bahagia
Ditunjukkanya kekuatan tanganNya yang congkak hati di cerai beraikannya
yang hina dina ditinggikannya yang lapar dilimpahinya dengan harta
(Kembali Ke Refren)
c) Doa Pembukaan
Allah Bapa yang baik kami bersyukur atas rahmat kesehatan yang masih
Engkau berikan kepada kami, kami syukuri juga atas rahmat kesempatan ini Engkau
masih hadiahkan bagi kami untuk merenungkan bahwa aku dipanggil untuk menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
suster KYM yang rendah hati dalam persaudaraan. kami ini manusia lemah dan rapuh
yang kadang kurang menyadari panggilan ini maka berkatilah kami dan utuslah Roh
KudusMu untuk menerangi hati dan pikiran kami agar kesempatan ini kami
pergunakan dengan baik untuk membenahi diri kami lewat pendalaman iman ini
sehingga kami menjadi orang yang memiliki kerendahan hati dalam persudaraan dan
juga kami menjadi sosok religius yang memiliki kerendahan hati dalam melayani
mereka yang miskin sebagai majikan
Bapa Sang Guru kelembutan dan kerendahan hati kami bersyukur padaMu atas
semua anugrahMu yang tak terbatas bagi kami hingga saat ini khususnya dalam
perjalanan panggilan kami. Datanglah dan penuhilah hati kami dalam kebersamaan
kasih ini, dalam doa yang memohonkan rahmat kelembutan dan kerendahan hati ini.
PadaMu kami hantarkan hidup kami yang rapuh ini, mohon agar Engkau dengan
kasihMu yang teramat lembut dan rendah hati menganugrahi kami hati seperti hatiMu,
hingga kami mampu membangun persaudaraan yang sejati seperti yang Engkau damba
dari kami semua. Bersama engkau kami pasti akan mampu. Engkau kami puji karena
kasihMu tiada akan pernah berhenti kini dan sepanjang segala masa. Amin.
2) Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Praksis Hidup Faktual
Para suster yang terkasih marilah kita sekarang melihat kembali
pengalaman-pengalaman yang kita alami sehubungan dengan karakter hidup yang
penuh kelemahlembutan dan rendah hati.
a) Mengajak peserta untuk menyaksikan/menonton sebuah slide singkat “Kecantikan
Sejati Seorang Wanita” durasi 5 menit (terlampir dalam bentuk CD).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
b) Penceritaan kembali isi slide singkat: pedamping meminta beberapa peserta
mencoba menceritakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari slide
“Kecantikan Sejati Seorang Wanita”.
c) Intisari slide “Kecantikan Sejati Seorang Wanita” tersebut adalah:
Dalam slide tersebut dikisahkan seorang wanita yang bernama Audrey
Hepbrun yang memiliki kecantikan sejati tidak terletak hanya pada fisik semata
tetapi lebih dari inner beauty yang mendukung kecantikan fisik yang dimilikinya.
Dalam slide dilukiskan bagaimana ia dengan segala daya pesona yang dimilikinya
mampu merangkul banyak orang dalam kelembutan dan kerendahan hatinya
sebagai seorang wanita.
Dia mengajarkan bagaimana menjadikan mata sebagai sarana hanya
untuk melihat hal-hal yang baik dalam kehidupan ini, bagaimana jari-jemarinya
digunakan dengan penuh kelembutan untuk mengasihi anak-anak yang terlantar,
korban bencana alam, yang membutuhkan belaian kasih seorang ibu. Dia juga
membagikan trik bagaimana mempergunakan mulut untuk mengucapkan kata-kata
lembut dan rendah hati yang menyenangkan hati dan membuat orang lain bahagia
dan lega.
Dia mengajak semua untuk menyadari bahwa usia yang semakin tua
adalah suatu proses dimana buah yang kita peroleh tentunya semakin manis dalam
kehidupan. Demikianlah seluruh langkah-langkahnya dipenuhi dengan kecantikan
seorang wanita yang sejati.
d) Mengungkapkan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami slide tersebut
dengan tuntunan beberapa pertanyaan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
1) Ceritakanlah hal-hal apa yang dilakukan oleh Audrey Hepburn dalam
membentuk dirinya menjadi pribadi yang rendah hati dalam persaudaraan
2) Ceritakanlah hal-hal apa yang anda lakukan dalam membentuk pribadi menjadi
pribadi yang rendah hati dalam persaudaraan?
e) Suatu Contoh Arah Rangkuman
Dalam slide tersebut sebagai seorang wanita Audrey Hepburn telah
mencoba menciptakan dirinya sebagai sosok yang tampil cantik hingga masa
tuanya. Tidak mudah tetapi tahap demi tahap dilaluinya dengan langkah-
langkah tepat serta jitu yang menjadikanya wanita yang cantik luar dan dalam.
Hatinya bersinar memancarkan ketulusan hatinya dari dalam. Dia
mengembangkan sifat-sifat kewanitaannya dengan pilihan kegiatan yang tepat.
Dia membagikan hidupnya seorang wanita yang sungguh berhati lembut dan
rendah hati
Selain itu dia juga melatih hal-hal positif yang dikembangkan dari seluruh
anggota tubuhnya. Semua bagian fisiknya dilatihnya untuk menjadi bagian yang
terpenting dalam menjadikannya sosok wanita yang cantik sekaligus sejati. Positif
thingking dan bervisi pada belas kasih dan kerendahan hati.
Demikian juga dalam kehidupan kita sehari-hari kitapun masing-masing
sudah mencoba sedaya mampu kita untuk menjadikan diri kita cantik luar dan
dalam. Menjadikan kita sosok wanita yang sejati penuh kasih sayang dan rendah
hati.. Memang tidak mudah, butuh proses yang panjang tetapi kita selalu diajak
untuk mengusahakannya agar menjadi lebih baik dari hari kehari. Kadang kita
gagal dan menyerah adalah sebuah bagian dari proses hidup dan ketika kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
mandeg untuk mewujutkanya maka kita menjadi kurang membantu diri kita sendiri
lebih maju dan berkembang menjadi pribadi yang berkarakter rendah hati.
3) Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
a) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau slide diatas dengan
dibantu pertanyaan sebagai berikut:
1) Mengapa Audrey Hepburn mampu menjadi sosok yang dikenal sebagai pribadi
yang rendah hati?
2) Mengapa anda berusaha menjadikan diri anda menjadi pribadi yang rendah
hati?
b) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta,pendamping memberikan
rangkuman singkat.
c) Suatu contoh arah rangkuman:
Seorang wanita yang sejati memang sepatutnya belajar untuk
mengembangkan dan membina sifat-sifat hakiki yang dimilikinya sebagai wanita
agar semakin lemah lembut dan rendah hati. Wanita dengan sifat-sifat alaminya
mempunyai daya tarik untuk lebih mudah untuk berempati terhadap sesamanya
dan hal itu akan semakin lebih baik apabila dibiasakan untuk mengembangkanya
lewat sikap-sikap setiap hari yang mendukung terbentuknya hal tersebut. Perhatian
pada hal-hal sederhana akan menjadikan karakter kewanitaannya semakin sejati
dan semakin dapat menghasilkan buah-buah yang baik yaitu memiliki sikap lemah
lembut dan rendah hati dalam kehidupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
4) Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih
Terjangkau.
a) Pendamping meminta salah satu Postulan untuk membaca teks Kitab Suci dari
Kol 3:12-15
b) Setelah itu peserta diberi kesempatan untuk merefleksikan teks tersebut dengan
dibantu oleh pertanyaaan penuntun sebagai berikut:
1) Ayat-ayat manakah yang menunjukan tentang sikap kerendahan hati?
mengapa?
2) Nilai-nilai seperti seperti apakakah yang dapat kamu ambil dari teks kitab suci
tersebut agar anda menjadi orang yang rendah hati dalam persaudaraan?
mengapa?
c) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menentukan pesan inti perikope
sehubungan dengan jawaban atas 2 (dua) pertanyaan diatas.
d) Pendamping memberikan interpretasi atau tafsir dari bacaan Kitab Suci dari
hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya, sbb:
Para suster yang terkasih, untuk menjadi sebuah komunitas yang
menghadirkan Kerajaan Allah yang layak dihuni tidak dituntut untuk melakukan
sesuatu yang luar biasa, hanya hal-hal sederhana yang diajarkan untuk
dilaksanakan dalam hidup panggilan dan pelayanan setiap hari, salah satunya
adalah sikap bathin yang lemah lembut dan rendah hati. Kolose 3:12-15 telah
menunjukan hal-hal pokok yang harus kita miliki agar terciptalah sebuah
komunitas kasih yang akan menjadikan hidup persaudaraan dan pelayanan lebih
bermakna dan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Dalam hal ini ayat ke 12 sebagai pondasi yang ditawarkan adalah
bahwa sebagai orang-orang pilihan Allah hendaknya mengenakan belas
kasih, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
Perikope tersebut sesungguhnya menawarkan sebuah wujud transformasi
hidup. Transformasi hanya bisa terjadi bila identifikasi terjadi.
Identifikasi yang terus menerus dengan Kristus akan menyebabkan
transformasi akan menyerupai Kristus. Kedua hal ini tidak terpisahkan.
Pada prikop ini dapat dilihat bagaimana transformasi itu diteruskan
dengan menerapkan tingkah laku yang mulia dan menumbuhkan karakter
Ilahi (ayat 12-15) karakter-karakter yang dijabarkan dalam ayat 12-15
adalah karakter Kritikus yang di praktikan-Nya sepanjang hidup dalam
pelayananNya didunia ini.
Dalam perikope ini Paulus memaparkan kehidupan lama dan kehidupan
baru yang sungguh-sungguh kontras, tidak ada sifat dan perilaku yang dapat
berjalan seiring, maka yang lama harus ditinggalkan dan yang baru
menggantikanya. Paulus juga menekankan bahwa panduan untuk mengurangi
hidup Kristen adalah dipenuhi belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati,
kelemahlembutan dan kesabaran (ayat 12). Serta hati penuh pengampunan (ayat
13), kasih (ayat 14) dan damai sejahtera (ayat 15). Sungguh sebagai anak-anak
pilihan Allah umatnya dianjurkan untuk mengenakan seluruh pakaian kekudusan
tersebut. Kristen yang sejati menurut paulus adalah seseorang yang
mempraktikkan perbuatan baik yang sejalan dengan karakter yang sudah
diubahkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
5) Langkah IV: Interpretasi/tafsir Dialektis antara tradisi dan Visi Kristiani dengan
tradisi dan visi Peserta
a) Pengantar
Dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan sikap-sikap
mana yang harus kita lakukan yang ditawarkan oleh Yesus agar kita bertumbuh
menjadi umat pilihanya dalam hal ini sebgai seorang yang dipanggil untuk menjadi
suster KYM. Tawaran-tawaran yang disampaikan oleh Yesus hendak menjadikan
kita sososk wanita yang hadir menjadi manusia baru yang selama ini kita kurang
memberikan diri kita untuk dibentuk menjadi sosok sejati sebagai seorang wanita
dalam hal ini sosok yang berhati rendah hati. Masuknya saudari dalam lembaga
religius ini menjadi pondasi awal bagi anda untuk membentuk pribadi sebagai
sosok wanita yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan. Dan sebagai
umat pilihan-Nya kita pun diajak untuk meneladani Dia Sang Guru kerendahan
hati, dan hal itu telah ditawarkanya dengan cara-cara yang patut kita kembangkan
dalam menjadikan diri kita pribadi yang sejati lewat langkah-langkah konkrit.
b) Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menhayati dan menyadarkan dari
pada Allah satu-satunya sang Guru kerendahan hati dalam menapaki awal baru
panggilan hidup kita ini, kita akan melihat situasi konkrit dunia sekitar kita dengan
mencoba merenungkan beberapa pertanyaan berikut:
1) Sikap-sikap mana yang bisa kita perjuangkan agar kita dapat semakin
bertumbuh dan berkembang dalam kerendahan hati sebagai suster KYM agar
kita menjadi sosok yang rendah hati dalam persudaraan KYM?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
2) Apakah saudari-saudari semakin disadarkan, dalam panggilan sebagai seorang
calon suster KYM yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan?
mengapa?
Saat hening diiringi dengan music instrument dan sebuah lagu “you
are beautiful” dari “cherry bell” untuk mengiringi renungan secara pribadi
akan pesan Injil sesuai dengan situasi konkrit peserta sebagai calon suster
KYM dengan pengaduan tiga (3) pertanyaan diatas. Kemudian diberi
kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya itu. Sebelum
suasana hening dimulai pendamping membacakan isi Directorium KYM Bab
VI art sebagi sumber inspirasi. Directorium KYM Bab VI art. 16
3) Pembacaan Directorium KYM Bab VI art. 16
Perhatian suasana Komunitas
Art 16: Suasana yang membuat orang merasa kerasan dan setiap suster bertumbuh dalam panggilan, hendaknya mendapat perhatian dari pemimpin. Suasana ini ditumbuhkembangkan oleh sikap hormat terhadap keunikan setiap suster, oleh tanggungjawab bersama satu terhadap lainnya.singkatnya, oleh kepercayaan satu sama lainya atas dasar iman. Mengambil inisiatif dari orang lain menjadi bagian dalam memperhatikan suasana hidup komunitas.
Sebagai bahan renungan dalam langkah konfrontasi ini dapat diberi
rangkuman singkat dari hasil-hasil renungan pribadi mereka misalnya, sbb:
4) Suatu contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta:
Dalam perikope diatas telah banyak menawarkan nilai-nilai yang akan
sangat berguna bagi kita selaku calon suster. Marilah kita kembali menyadari,
bahkan berani meninggalkan hal-hal yang menghambat panggilan kita sebagai
seorang calon suster. Kita hendaknya semakin berani melihat kelemahan pun
kekuatan kita sebagai seorang wanita dan memohonya pada Tuhan agar dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
bantuanNya mampu mengubah hati kita seturut kehendakNya, menjadi sosok
wanita yang sejati penuh kelemahlembutan. Tidaklah mudah membentuk diri
kita menjadi sosok wanita yang sejati dalam hal ini wanita yang penuh
kelemahlembutan, dan tidak mudah melaksanakan semua tawaran yang
diberikan oleh Yesus agar kita menjadi sosok yang sungguh-sungguh pilihan.
Namun dengan kekuatan sendiri kita pasti tidak mampu untuk meneladani
Yesus, tetapi hanya denganrahmatNya dengan kekuatan Allah sendiri, maka
Dialah yang sanggup memampukan kita meneladani semua sikapNya dalam
hal ini teladannya dalam kerendahan hati.
6) Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di
Dunia ini
a) Pengantar
Saudari-saudari yang terkasih dalam Kristus Sang Guru kelembutan dan
rendah hati, setelah kita bersama-sama menggali pengalaman kita sebagai seorang
calon suster lewat sebuah slide yang mengisahkan sosok Audrey Hepburn yang
memiliki kecantikan sejati seorang wanita. Dia dengan tekun membentuk dirinya
menjadi sosok yang mengembangkan segala kekuatan fisiknya dengan kedalaman
inner beauty yang semakin membuatnya memiliki kecantikan dan memiliki
kerendahan hati sejati untuk memeluk banyak orang yang membutuhkan perhatian
dan kasih sayang khususnya bagi mereka yang miskin. Demikian kita sebagai
suster KYM kita juga belajar untuk mengemabangkan diri kita dan membina diri
kita agar kita menjadi sosok suster KYM yang memiliki sikap kerendahan hati
dalam persaudaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Dari perikope yang telah kita dengarkan dan renungkan bersama Tuhan
juga menawarkan kepada kita hal-hal apa yang kita usahakan untuk kita memiliki,
agar kita menjadi manusia baru dan sungguh-sungguh menjadi umat pilihan-Nya
yang telah dipanggil-Nya untuk bekerja diladang anggur-Nya. Sebelum kita diajak
untuk mengusahakan semuanya itu kita diingatkan kembali bahwa Yesus Sang
Guru kelemahlembutan dan rendah hati itu sendiri telah menjadi teladan bagi kita
untuk hal itu, Dia telah terlebih dahulu berjuang untuk setia menjadi pribadi yang
rendah hati dalam mencintai semuanya. Maka kita diajak untuk tidak putus asa
karena Dia yang akan mencurahkan berkatNya bagi kita jika kita dengan sunggug-
sungguh mau menjadikanya bagian dari hidup kita dalam persaudaraan dan
pelayanan kita. Untuk membentuk pribadi yang cantik dan rendah hati tidaklah
mudah tetapi kita tetap berusaha lewat niat-niat kita yang sudah kita bangun dan
kita percaya bahwa bersama dengan Yesus sang Guru kerendahan hati tetap
membimbing kita agar kita mampu membentuk diri kita menjadi sosok seorang
suster KYM yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan maupun
pelayanan kita kepada orang miskin sebagai majikan kita.
b) Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi, kelompok
atau bersama) untuk lebih meningkatkan pelayanan kita, khususnya dalam tugas
kita sebagai calon suster KYM sesuai dengan teladan Yesus Kristus Sang Guru
kerendahan yang sejati.
Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu membuat niat-niat:
1) Niat apa yang hendak kita lakukan untuk semakin menjadi suster KYM yang
memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-niat
tersebut?
Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening
memikirkan sendiri-sendiri tentang niat-niat pribadi/bersama yang akan
dilakukan. Sambil merumuskan niat tersebut, dapat diputarkan music
instrument. Kemudian niat-niat kelompok bersama, kalau ada bisa dibicarakan
dan didiskusikan bersama guna menentukan niat bersama agar mereka
semakin memperharui sikap kelompok sebagai seorang calon suster dalam
persaudaraan dan pelayanan.
7) Penutup
a) Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, kemudian semua bisa
menyanyikian bersama lagu “Kasih Dari Surga”: oleh Nikita.
Kasih dari surga memenuhi tempat ini
Kasih dari Bapa surgawi
Kasih dari Yesus mengalir di hatiku
Membuat damai di jiwiku
Mengalir kasih dari tempat tinggi
Mengalir kasih tahta Allah Bapa
Mengalir…..mengalir…mengalir…dan mengalir
Mengalir memenuhi hatiku
b) Kesempatan hening sejak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin
dan salib dapat diletakkan ditengah pserta untuk kemudian dinyalakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
c) Kesempatan doa umat spontan yang diawali oleh pendamping dengan
menghubungkan dengan kebutuhan dan situasi hidup religius dalam persaudaraan
pun pelayanan. Setelah itu doa umat diusulkan secara spontan dari pendamping
yang merangkum keseluruhan langkah dalam SCP ini dalam kelima langkah ini
d) Doa penutup
Bapa sumber kasih kerendahan hati, kami bersyukur kepadaMu karena
Engkau telah menyertai kami dan hadir bersama kami dalam doa ini. Kami sudah
melihat dan mendalami bersama tentang seorang wanita cantik yaitu Audrey
Hepbum, dia berusaha membuat dirinya cantik bukan hanya fisik tetapi sampai ke
kedalaman hatinya sehingga ia menjadi cantik tetapi juga memiliki sikap lamah
lembut dan rendah hati sehingga menjadi berkat bagi banyak orang.
Bapa lewat sabdaMu juga kami merasa diingatkan dan ditegur semoga
segala yang baik yang telah kami dengarkan dari sabdaMu, dan segala kekuatan
yang telah kami bagikan dan sharingkan bersama membuat kami semakin
menyadari dari dan tujuan hidup kami yang sejati. Menjadi rendah hati untuk
menghasilkan buah-buah yang baik untuk dinikmati oleh siapa saja dalam hidup
kami, terutama dalam hidup panggilan persaudaraan dan pelayanan kami. Kami
sudah melihat bersama contoh yang telah diteladankan oleh wanita cantik Audrey
Hepburn, semuanya mengajak kami untuk semakin berani mengembangkan
pribadi kewanitaan kami yang mempuyai keunggulan.
Bapa kami juga sudah melihat perjuanagn dan pengalaman kami dalam
mewujudkan dalam hidup kami, tidak mudah untuk menemukan pribadi yang
demikian tetapi kami diberi tawaran rahmatMu semakin diteguhkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
beberapa hal yang harus kami wujutkan sebagai orang yang dipanggil untuk
mejadi suster KYM yang memiliki sosok rendah hati dalam persaudaraan kami.
Tuhan, perjalanan kami selanjutnya dalam panggilan suci ini hendak kami
persembahkan kepadaMu, semoga Engkau senantiasa sudi menyertai kami, dalam
perjuangan hidup ini, hingga kami alatMu untuk menghadirkan kerajaan Allah
yang teramat rendah hati.
Bapa, tanpa Engkau kami tidak akan sanggup untuk mengubah segala
disposisi bathin kami yang kurang baik dan mengembangkan diri kami dengan
semakin sempurna. Maka kami mohon bantulah kami ya Tuhan untuk
mewujudkan nyatanya dalam hidup kami sebagai bibit awal bagi kami untuk
semakin maju melangkah dalam panggilanMu ini karena kami percaya bahwa
bersama Engkau ya Bapa kami dimampukan untuk semakin setia.
Bapa, kami telah membuat niat-niat kami sebagai sarana untuk membantu
kami dalam mengusahakan apa yang menjadi cita-cita kami yaitu menjadi pribadi
yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan dan pelayanan kami, berkati
dan tuntun kami agar kami berjuang terus-menerus untuk menjadi orang yang
rendah hati dalam persaudaraan dan pelayanan kami. Engkaulah kekuatan kami
dan teladan kerendahan hati yang kami imani kini dan sepanjang segala masa.
Amin.
e) Lagu Penutup : Cinta Kasih Tuhan
Puji Syukur 1031
Cinta Kasih Tuhan
Dasar Persatuan Kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Marilah Kawan Kita Satukan
Dalam Keluarga Allah
Reff : Marilah Satukan Hatimu dalam pengabdianmu
Wartakanlah Cinta Kasihnya Dalam Karya dan Karsa
Kebenaran Tuhan Pokok keselamatan kita
seluruh umat menyembah Tuhan
Dalam Roh dan Kekudusan (Kembali ke Refren)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
LAMPIRAN
Jiwaku memuliakan Tuhan
Refren : Yang rendah hatinya ditinggikan Allah yang lapar berkelimpahan Solis : Jiwaku muliakan Tuhan dan rohku sukacita dalam Allah selamatku
Karena kerahimanNya turun-temurun dan semua bangsa sebut aku bahagia
Ditunjukkanya kekuatan tanganNya yang congkak hati di cerai beraikannya
yang hina dina ditinggikannya yang lapar dilimpahinya dengan harta
(Kembali Ke Refren)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Kasih dari Surga
Kasih dari surga memenuhi tempat ini
Kasih dari Bapa surgawi
Kasih dari Yesus mengalir di hatiku
Membuat damai di jiwiku
Mengalir kasih dari tempat tinggi
Mengalir kasih tahta Allah Bapa
Mengalir…..mengalir…mengalir…dan mengalir
Mengalir memenuhi hatiku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Cinta Kasih Tuhan
Cinta Kasih Tuhan
Dasar Persatuan Kita
Marilah Kawan Kita Satukan
Dalam Keluarga Allah
Reff : Marilah Satukan Hatimu dalam pengabdianmu
Wartakanlah Cinta Kasihnya Dalam Karya dan Karsa
Kebenaran Tuhan Pokok keselamatan kita
seluruh umat menyembah Tuhan
Dalam Roh dan Kekudusan (Kembali ke Refren)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Bab ini merupakan bagian yang menutup seluruh penulisan skripsi yang
dibagi dalam dua bagian pertama berupa kesimpulan atas seluruh pikiran yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Kemudian bagian kedua berupa saran untuk
mendalami makna kerendahan hati santo Vincentius a Paulo dalam hidup
persaudaraan para suster KYM.
A. Kesimpulan
Pada bagian kesimpulan ini, penulis hendak menegaskan kembali hal-hal perlu
diperkembangkan sehubungan dengan salah satu keutamaan hidup yang diwariskan
oleh St. Vincentius a Paulo. Hal itu dimaksudkan agar para suster KYM semakin
berkembang dan bertumbuh menjadi pribadi yang rendah hati dalam hidup
persaudaraan dalam berkomunitas. Ada beberapa kesimpulan yang dapat diberikan
seperti berikut:
1. Pemersatu utama dalam hidup persaudaraan religius, khususnya persaudaraan
KYM adalah Kristus sendiri yang berseru: “Belajarlah kepadaKu sebab Aku
lembut dan rendah hati.” Kerendahan hati hendaknya menjadi sumber kesaksian
bagi segenap suster KYM sebagai bagian dari aksi panggilannya dalam
masyarakat.
2. Komunitas persaudaraan KYM merupakan “Sekolah” kerendahan hati
sebagaimana ditegaskan oleh Santo Vincentius a Paulo. Dalam persaudaraan itulah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
setiap pribadi saling memberi diri untuk melenurkan kepentingan pribadi tanpa
kehilangan jati dirinya dan membentuk karakter kepribadian bersama yang
menjadi cirri khas persaudaraan religius. Peleburan jati diri untuk membentuk
karakter persaudaraan yang rendah hati dapat dilakukan dalam program bina lanjut
atau on going formation persaudaraan KYM.
3. On going formation hanya bisa berlangsung dengan efektif jika para anggotanya
(suster KYM) terbiasa melakukan refleksi pribadi dan komunal. Refleksi ini
menjadi media bagi tumbuhkembangkan roh kerendahan hati sebagaimana yang
diajarkan oleh Santo Vincentius A. Paulo sendiri. Refleksi juga menjadi media
menyembuhkan “luka-luka batin” akibat kerendahan hati yang diperoleh dari
persaudaraan.
4. Pribadi yang lemah lembut terbentuk dalam proses yang berkesinambungan. Salah
satu prose situ adalah dengan metode katekese. Tentu saja katekese yang berkaitan
serta bertujuan untuk mengembangkan kerendahan hati seorang pribadi religius
pada jaman ini.
B. Saran
Setelah melihat beberapa simpulan di atas, berikut beberapa saran yang bisa
dilakukan khususnya oleh para suster KYM dalam upaya mengembangkan
kepribadian yang rendah hati.
1. Memperkenalkan sedini mungkin keutamaan-keutamaan Vincentian yang menjadi
charisma persaudaraan KYM sesuai dengan maksud pendiri. Perkenalan charisma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
tarekat ini hendaknya dilakukan secara periodic khususnya dalam masa on going
formation, tidak saja hanya kepada para aspiran, postulant, dan novis.
2. Membuat program-program pembinaan yang tepat sejak masuk menjadi calon
suster hingga jenjang yang paling atas secara berkesinambungan dan secara
continue. Dalam hal ini, misalnya di tahap awal dimulai dengan mengolah latar
belakang hidup “background hidup” calon suster tersebut sehingga memampukan
si calon di tahap awal dengan mudah mengenal diri dan menerima diri dengan
segala kelebihan dan kekurangan sehingga mulai menapaki panggilan dengan
langkah pasti.
3. Menanggapi kemajuan dan tuntuan jaman, para suster KYM hendanya diberi
kebebasan yang bertanggungjawab untuk menjadi media dan sarana kesaksian
kerendahan hati dalam masyarakat. Untuk maksudnya ini hendaknya diadakan
kegiatan live-in bersama seluruh persaudaraan Vinsentian, agar mereka saling
memperkaya keutamaan-keutamaan Injili ini sesuai dengan kehendak Santo
Vincentius a Paulo sendiri.
4. Pada masa juniorat diberi 2 kali kesepakatan untuk mengadakan live ini di tempat-
tempat yang menantang (background yang keras), misalnya di tengah
perkampungan masyarakat kumuh, di kota-kota besar yang menantang, dan
tempat-tempat yang cocok untuk melatih diri menjadi sarana kerendahan hati.
5. Kerendahan hati hendaknya menjadi trade mark, karakter yang membedakan
persaudaraan KYM dengan persaudaraan religius lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adisusanto, F.X. (2003). Katekese sebagai Pendidikan Iman. (Seri Puskat 372). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat.
Adi Sapto Widodo CM. (2008). Kerendahan Hati Dalam Temu Kaum Muda Vinsensian ( Ed. ). Kumpulan Materi 5 Keutamaan Vinsensian. Hasil Pertemuan Kaum Muda Vinsensian berlangsung di Malang pada 7-9 November 2008.
Aniceta KYM. (2009). Laporan Kapitel KYM. Ditulis Kapitel umum 13 Maret 2009 Pematang Siantar.
Darminta, J. (1982). Dasar-dasar Hidup Religius. Berbagai Segi Penghayatan Hidup Religius Sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius.
-----------. (2003). Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius. -----------. (2010). Perspektif Hati dalam Pendidikan Etika. Girisonta: Pusat
Spiritualitas Girisonta. De Armen, (2003). Butir-butir Vincentius Bapa kaum miskin. Medan: Bina Media. Didik Bagiyowinadi, F.X. http://www.imankatolik.or.id, diakses tanggal 21 Juli
2013. Groome, Thomas H. (1997). Share Christian Praksis: Suatu Model Berkatekese (F.X.
Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan 1991).
Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). (1983). (Kartosiswoyo Pr, Koordinator Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan November 1983).
Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985.
Kongregasi KYM. (2003a). Konstitusi Kongregasi Suster kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik (KYM). Pematang Siantar: Aneka Guna.
-----------. KYM. (2003b). Statuta Kongregasi Suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik (KYM). Pematang Siantar: Aneka Guna.
-----------. (2008). Pedoman Pembinaan Kongregasi Suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik (KYM). Pematang Siantar: Aneka Guna.
-----------. (2009). Directorium Kongregasi Suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan baik (KYM). Pematang Siantar: Aneka Guna.
Kongregasi Suci untuk para Klerus. ( 1991). Direktorium Kateketik Umum. (Thom Wingnyata & Lukas Lege, Penerjemah). Ende: Nusa Indah. (Dokumen asli diterbitkan 1971).
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardowiryana, Penerjemah ). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan 1966).
KOPTARI. (2008). Membangun Komunitas Formatif. Yogyakarta: Kanisius. Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Obor. Laura. (2011). Spiritualitas Vincentius. Rohani, 2 hal. 34-35. Louf, Andre. (1987). Hidup di dalam Komunitas. Seri Gedono 1 (R. Harjodinono,
Penerjemah). Surabaya: Dioma. (buku asli diterbitkan 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Madya Utama, L. (2003). Kerendahan Hati: Bercermin pada Yesus. Rohani, 2 hal. 36-37.
Mardi Prasetya, F. (1992). Psikologi Hidup Rohani Jilid 1. Yogyakarta: Kanisius. ------------. (1993a ). Psikologi Hidup Rohani Jilid. 2. Yogyakarta: Kanisius. ------------. (1993b). Psikologi Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Jilid 1.
Yogyakarta: Kanisius. ------------. (2001). Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Jilid 2. Yogyakarta:
Kanisius. Martasudjita. (1999). Pedoman Kepemimpinan Partisipatif dalam Gereja. Malang:
Keuskupan Malang. -----------. (2000). Komunitas Peziarah Sebuah Spiritualitas Hidup Bersama.
Ygyakarta: Kanisius. Paulus VI (2013) Pewartaan Injil. (Hadiwikarta, J. Penejermah). Jakarta: Dokpen
KWI (Dokumen asli diterbitkan 1975). Prajusta, A. (2007). Problem Solving Strategies. London: Springer. Purwono Adhi, Nugroho. http://www.imankatolik.or.id, diakses tanggal 21 Juli 2013. Reksosusilo, S. (1987). Reksa Pastoral dalam Situasi Dewasa ini. Surabaya: Dioma. Roman, M. J. (1993). HidupPanggilan dan Spiritualitasnya. Surabaya: Dioma. Ruth, KYM. (2010). Pauperibus Misit Me. Yogyakarta: Bina Utama. Suhardiyanto, H.J. (2008). Sejarah Pendidikan Agama Katolik Indonesia. Diktat
Mata Kuliah Semester IV, Prodi IPPAK, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sumaji, K. (2004). Pendidikan Berparadigma Profetik. Yogyakarta: Kanisius. Sumarno Ds., M. (2009). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Semester VI, Prodi IPPAk, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Suparmono Paul, (2005). Taat Pada Keputusan Bersama. Rohani, 2 hal. 39 Tondowidjojo, John. (1984). St. Vinsensius de Paul terhadap Orang Miskin.
Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama. -----------. (1990). Menyimak Keutamaan St. Vinsensius. Surabaya: Yayasan Sanggar
Bina Tama. -----------. (2003). Kerendahan Hati Menurut St. Vintencius. Surabaya: Bina Tama. Van Winsen, G, (2002). Dibimbing oleh St. Vinsensius a Paulo dalam Semangat
Belaskasih. Manado: Komisi Spiritualitas CMM Indonesia Tomohon. Vanier, J. (2006). An Excerpt from Becoming Human. Surabaya: Dioma. Vincentius, (2002). Surat-surat Vincenitus I (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya:
Dioma. (Buku asli diterbitlan 1667) -----------. (2003). Surat-surat Vincentius II (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya:
Dioma. (Buku asli diterbitkan 1668) -----------. (2007a). Kerendahan Hati Terhadap Pujian dan Tepuk Tangan. (Ponticelli,
S. Penerjemah). Surabaya: Dioma. (Buku asli diterbitkan 1967). -----------. (2007b). Surat-surat Vincentius VII (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya:
Dioma. (Buku asli diterbitkan 1669) -----------. (2008). Surat-surat Vincentius VIII (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya:
Dioma. (Buku asli diterbitkan 1671 -----------. (2010). Surat-surat Vincentius IX (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya:
Dioma. (Buku asli diterbitkan 1673) Warna Binarja, I. (2010). Panggilan Hidup. Klaten: Rumah Retret Panti Semedi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Wignyosumarta, F.X. Sukendar. http://www.imankatolik.or.id, diakses tanggal 21 Juli 2013.
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan 1979).
-----------. (1996) Vita Consectrata. Seri Dokumen Gerejawai No. 69. Jakarta: SMT Mardi Yuano.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI