plagiat merupakan tindakan tidak terpujiiv karya sederhana ini kupersembahkan untuk tuhan yme untuk...

107
i SIKAP MASYARAKAT YOGYAKARTA TERHADAP KAUM METROSEKSUAL (Studi kuantitatif-deskriptif) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : JELLY SHINTA SULANDARY NIM : 019114178 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 01-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    SIKAP MASYARAKAT YOGYAKARTA TERHADAP KAUM

    METROSEKSUAL

    (Studi kuantitatif-deskriptif)

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Oleh :

    JELLY SHINTA SULANDARY

    NIM : 019114178

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2009

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    Karya sederhana ini kupersembahkan untuk

    Tuhan YME

    Untuk kesempatan dan berkat pada setiap hembusan nafasku

    Bapak dan mama

    Untuk kasih yang tidak berkesudahan, dukungan dan kepercayaan

    Orang-orang yang mengasihiku

    Untuk dukungan dan semangat mu

    Bukan awalnya atau akhirnya tapi proses bagaimana semua itu berjalan yang

    pada akhirnya berbicara….

    (none)

    Bukan masalah-masalahmu yang mengganggumu, tetapi cara Anda

    memandang masalah-masalah itu. Semuanya bergantung pada cara Anda

    memandang sesuatu .

    (-- Epictetus)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    ABSTRAK

    SIKAP MASYARAKAT YOGYAKARTA TERHADAP KAUM METROSEKSUAL

    Jelly Shinta SulandaryUniversitas Sanata Dharma

    Yogyakarta 2009

    Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sikap masyarakat Yogyakarta terhadap kaum metroseksual. Kaum metroseksual adalah pria dengan orientasi seks yang normal yang suka dengan gaya hidup perkotaan, suka merawat diri, bersosialisasi, penampilan cenderung rapi. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif.

    Penelitian dilakukan di Yogyakarta dengan subyek sebanyak 100 orang yang tinggal di wilayah Yogyakarta. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap yang dibuat sendiri oleh peneliti. Keseluruhan item berjumlah 61 aitem. Seleksi item menggunakan Product Moment Pearson dengan korelasi item berkisar 0,300 - 0,645. Estimasi reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha yang menghasilkan koefesien reliabilitas sebesar 0,941. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum, nilai minimum, mean teoritis, mean empiris dan standar deviasi serta perhitungan prosentase.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empirik dari sikap terhadap kaum metroseksual p=0.005 (p

  • vii

    ABSTRACT

    THE ATTITUDE OF PEOPLE IN YOGYAKARTA TOWARDS METROSEXUAL

    Jelly Shinta SulandarySanata Dharma of University

    Yogyakarta2009

    This research was descriptive research which aimed to obtainan illustration about the attitude of people in Yogyakarta towards metrosexual. Metrosexual aremen with a normal sex orientation. They have an urban lifestyle, they do care about their appearance and body and they like to build social relationship. The method used was descriptive quantitative.

    The research was done in Yogyakarta with 100 people as the subjects. The instrument used in this research was attitude scale made by the researchers. All items were 61 items. Items were selected by using Product Moment Pearson and resulted correlated item 0.300 – 0.645. Reliability estimation was done by usingCronbach Alpha technique and resulted reliability coefficient 0.941. The method to analyze the data was descriptive statistic method which included presenting data through table, maximum score, minimum score, theoretical mean, empirical mean, deviation standard, and counting the precentage.

    The results of the research showed that there is a significance difference between empirical mean and the attitude towards metrosexuals which is p = 0.005 (p< 0.05), in which the empirical mean is lower than theoritical mean. Therefore, it can be concluded that people in Yogyakarta have negative attitude towards metrosexual.

    Key Words : attitudes, Yogyakarta Public, Metrosexual

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah memberikan berkat

    dan kekuatan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis

    menyadari terselesaikannya karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai

    pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

    kepada :

    1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi. M.Si, selaku Dekan dan dosen

    pembimbing akademik, terima kasih atas bimgbingan dan dukungannya.

    2. Ibu Aquilina Tanti Arini, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi

    yang telah memberikan waktu, dukungan dan perhatian selama proses

    penyelesaian skripsi ini, juga untuk diskusi dan semangatnya yang

    menginspirasi, serta membantu disaat saya membutuhkannya.

    3. Ibu Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si selaku Kaprodi Psikologi. Tanpa

    bantuannya saya tidak mungkin sampai di tahap ini.

    4. Mas Gandung, mas Muji, mas Doni dan also pak Gi’, terima kasih atas

    keramahan kalian dan kesabaran kalian untuk membantu saat mengurus

    administrasi.

    5. Buat Bapak dan Mama yang selalu mendukung saya dengan doa kalian. I

    Love You so Much.

    6. Buat ‘ogah’ terima kasih mau menemani kakak mu yang cerewet dan suka

    marah-marah ini, serta mengantar sista kemana saja. I Love You gah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    7. Buat anak-anak ‘kost kejora’ mbak nisa ‘ceriwis’, devi ‘kemayu’, mbak

    arum ‘kepala suku’, diyah ‘seksi sibuk’, mbak fitri ‘bu pendeta’, rini ‘bu

    dosen’, mbak ani ‘pinky’, n jenk jenk. Terima kasih atas kebersamaan,

    kegembiraan, dan persahabatan ini. Kita selalu tertawa walaupun dimarahi

    bapak kost. Daku sangat kangen suasana kita bersama, di setiap saat. Saya

    bisa merasakan namanya kehidupan ini bersama kalian. Lop u all.

    8. Buat mas Iwan ‘kuyusku’ terkasih, thanx atas segala dukungannya.

    9. Buat anak psi 01 prima, thanks jeng dah mau menyuport aku bahkan

    memarahiku bila ku da salah. Buat rome thanks ya dah mau

    membimbingku dalam mengerjakan skripsi nie. Buat jaja, thanks yah kau

    dah mau mendengarkan keluh kesahku dan menyuportku, dion n etha mari

    kita sama-sama berjuang. Buat devi thanks ya dah mau menemani

    menyebar angket penelitian ku, n buat seto koordinator Psi ‘01 yang

    tersisa hehehe thanks ya.

    10. Buat anash (si perempuan panikan), silva (si perempuan tambah panikan),

    mimi mira (si wanita super), hehehehe Peace!!!!… kita berjuang bersama-

    sama ya… Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita selama kita

    berusaha n tidak pernah berputus asa, dan tentu saja ditambah doa…

    terima kasih atas sebulan terakhir ini… kenapa yak kok baru dekatnya

    terakhir-akhir ini.

    11. Teman-teman bermain ku yang selalu mengingatkanku atas keisengan

    kalian bang zendi, bang ignas, bang mail, mas koko, pay, bang yul, Pak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    Eko. Terima kasih atas lelucon kalian, dan keisengan kalian, betapa ku

    rindu ulah kalian.

    12. Buat Melly SMU 5 teman seperjuanganku ke Yogyakarta terima kasih atas

    segalanya, atas kegembiraan walaupun kita sering dimarahi ibu kost.

    13. Dan buat lapiku walaupun bermasalah tapi kau tetap menemaniku di setiap

    malam.

    Serta kepada semua pihak yang tidak tersebutkan namun turut

    mendukung dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam

    penelitian ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kasih senantiasa melimpahkan

    rahmat dan karunianya kepada mereka.

    Yogyakarta, 24 Oktober 2009

    Jelly Shinta Sulandary

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. v

    ABSTRAK ................................................................................................. vi

    ABSTRACT ............................................................................................... vii

    HALAMAN PESETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... viii

    KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

    DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv

    BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

    BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 7

    A. Sikap ................................................................................................ 7

    1. Definisi Sikap ............................................................................. 7

    2. Aspek Sikap dan Interaksi antar Sikap ........................................ 8

    3. Pembentukan Sikap .................................................................... 9

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    B. Metroseksual .................................................................................... 13

    1. Definisi Metroseksual ................................................................. 13

    2. Karakteristik Pria Metroseksual .................................................. 14

    C. Maskulinitas ..................................................................................... 16

    1. Definisi Maskulin ....................................................................... 16

    2. Tipologi Maskulin ....................................................................... 16

    D. Sikap Masyarakat Yogyakarta Terhadap Kaum Metroseksual ........... 19

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 23

    A. Jenis Penelitian ................................................................................. 23

    B. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 24

    C. Definisi Operasional ......................................................................... 24

    D. Subjek Penelitian .............................................................................. 25

    E. Prosedur ........................................................................................... 26

    F. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 26

    G. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 29

    1. Uji Validitas ............................................................................... 29

    2. Seleksi Item ................................................................................ 29

    3. Reliabilitas ................................................................................. 31

    4. Metode Analisis Data ................................................................. 32

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 34

    A. Persiapan Penelitian ......................................................................... 34

    B. Hasil Penelitian ................................................................................ 34

    1. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................... 34

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    a. Usia Subjek .......................................................................... 35

    b. Jenis Kelamin Subjek ............................................................ 35

    c. Pendidikan Subjek ................................................................ 35

    d. Pekerjaan Subjek .................................................................. 35

    2. Hasil Pengujian .......................................................................... 36

    a. Uji Normalitas ...................................................................... 36

    b. Deskripsi Data Penelitian ...................................................... 36

    c. Uji t ...................................................................................... 37

    d. Analisis secara Khusus ......................................................... 38

    1) Aspek Sikap .................................................................... 38

    2) Indikator Kaum Metroseksual ......................................... 40

    e. Analisis Tambahan ................................................................ 41

    C. Pembahasan ..................................................................................... 43

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 49

    A. Kesimpulan ...................................................................................... 49

    B. Saran ................................................................................................ 50

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51

    LAMPIRAN ............................................................................................... 54

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. : Nilai / skor Berdasarkan Kategori Jawaban ................................. 27

    Tabel 2. : Blue Print Skala Sikap Terhadap Kaum Metroseksual ................. 28

    Tabel 3. : Spesifikasi Skala Sikap Terhadap Kaum

    Metroseksual ............................................................................... 28

    Tabel 4. : Distribusi Item (setelah uji coba) ................................................. 30

    Tabel 5. : Distribusi Item Skala Sikap Terhadap

    Kaum Metroseksual .................................................................... 31

    Tabel 6. : Usia Subjek ................................................................................. 35

    Tabel 7. : Jenis Kelamin Subjek .................................................................. 35

    Tabel 8. : Pendidikan Terakhir Subjek ........................................................ 35

    Tabel 9. : Pekerjaan Subjek ......................................................................... 35

    Tabel 10. : Uji Normalitas ........................................................................... 36

    Tabel 11. : Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 37

    Tabel 12. : Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik ...................................... 38

    Table 13. : Hasil Analisis Teoritik dan Empirik Aspek Kognitif .................. 38

    Tabel 14. : Hasil Analisis Teoritik dan Empirik Aspek Afektif .................... 39

    Tabel 15. : Hasil Analisis Teoritik dan Empirik Aspek Konatif ................... 39

    Tabel 16. : Hasil Analisis Teoritik dan Empirik

    Indikator Gaya hidup ................................................................ 40

    Tabel 17. : Hasil Analisis Teoritik dan Empirik

    Indikator Penampilan Diri ......................................................... 41

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    Tabel 18. : Hasil Analisis Teoritik dan Empirik

    Indikator Perawatan Diri ........................................................... 41

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dalam 10 tahun terakhir ini terdapat perkembangan dan perubahan

    segmentasi dalam dunia periklananan. Hal ini dapat dilihat pada iklan-iklan

    kosmetik yang awal mulanya ditujukan pada kaum wanita, sekarang tidak

    hanya wanita saja tapi juga ditujukan pada kaum pria misalnya iklan sabun

    wajah, sampoo, dan parfum. Tidak hanya itu, hal tersebut nampak pada

    merebaknya salon-salon kecantikan yang tidak hanya ditujukan untuk kaum

    wanita saja akan tetapi ditujukan juga untuk kaum pria.

    Banyak pria sekarang memperhatikan dirinya untuk tampil trendi dan

    rapi sehingga tidak jarang mereka pergi ke salon untuk melakukan facial,

    manicure, pedicure, creembath, dan melakukan perawatan tubuh di spa.

    Perilaku pria yang memperhatikan penampilan lebih dengan melakukan

    perawatan diri, dan pemanjaan diri disebut pria metroseksual (Arifin, 2004).

    Saat ini yang menjadi lambang pria metroseksual adalah David

    Beckham. Beckham merupakan olahragawan terkenal di bidangnya yang

    terkenal dengan penampilan flamboyannya, suka bergonta-ganti rambut, dan

    warnanya, serta waktu dan biaya yang dihabiskan tidaklah sedikit bisa berjam-

    jam dan berjuta-juta (dalam Arifin, 2004).

    Salah seorang pria metroseksual yang tergolong pengusaha muda

    melakukan rutinitas pagi harinya, berawal dari mandi, olahraga ringan,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    memilih baju yang sesuai, memakai face moisturaiser, bedak tipis, lip gloss,

    parfum, dan mengoleskan jel rambut, memakan waktu 1,5 jam. Di tas kerja

    pun tidak ketinggalan dengan bedak, lip gloss, penyegar mulut, sikat gigi,

    parfum serta perlengkapan bisnisnya. Biaya yang dikeluarkan untuk

    kebutuhan perawatan tubuh yaitu 2-5 juta perbulan (dalam Baroto, 2008).

    Pria yang suka memperhatikan dirinya sendiri, atau mencintai dirinya

    sendiri, bukan merupakan wacana yang baru. Sejak dahulu pria juga selalu

    memperhatikan dirinya sendiri. Menurut Tika Bisono fenomena metroseksual

    telah ada sejak tahun 1960-an, ketika kaum adam mulai dilibatkan dalam

    peragaan busana, dan juga adanya tren gaya hidup yang mapan. Istilah “pria

    metroseksual” di Indonesia baru muncul 5 tahun terakhir ini (dalam Tjahyadi,

    & Kusumo, 2007)

    Menurut Kartajaya (2004) istilah pria metroseksual berkembang pada

    tahun 1995 diperkenalkan oleh Simpson, kolumnis fashion Inggris, untuk

    menggambarkan kelompok anak muda berkocek tebal yang hidup di kota

    besar (metropolis) atau di sekitarnya, sangat menyayangi bahkan cenderung

    memuja diri sendiri (narcisstic), serta sangat tertarik pada fashion dan

    perawatan dirinya sendiri. Istilah metroseksual berasal dari etimologi Yunani,

    yaitu ‘metro’, yang menandakan tipe pria ini mempunyai gaya hidup urban

    yang modern (perkotaan), dan ‘seksual’, yang berasal dari istilah homoseksual

    yang menandakan bahwa tipe pria ini biasanya normal, tetapi memiliki

    citarasa atau selera yang cenderung diasosiasikan dengan tipe lelaki gay.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Ronaldo (2008) memaparkan tumbuhnya kecenderungan metroseksual

    di kehidupan masyarakat dilihat dari wacana budaya populer merupakan suatu

    cerminan dari perubahan sosial yang diakibatkan oleh globalisasi ekonomi dan

    informasi yang melenyapkan batas-batas teritorial misalnya negara, bangsa,

    kesukuan, kepercayaan, politik, dan budaya. Luruhnya batasan-batasan ini

    berimbas secara signifikan pada pola berpikir dan stereotip yang dibentuk oleh

    pola pemikiran modern tentang maskulinitas.

    Hal tersebut dipertegas oleh Henry E Wirawan (dalam Tjahyadi &

    Kusumo) dari Universitas Tarumanegara, menurutnya modernisasi dan

    industrialisasi menyebabkan munculnya jenis manusia baru. Hal ini merubah

    gaya hidup menjadi lebih maju seiring dengan zaman. Modernisasi juga

    meninggalkan nilai yang lama, sehingga mengharuskan perubahan sikap dan

    mental dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan yang baru.

    Menurut Jean-Marc Carriol, direktur perusahaan fashion Trimex

    (dalam Sarnianto, 2004), Perilaku metroseksual merupakan efek dari gerakan

    feminisme. Secara mendasar mengubah cara pria dan wanita berinteraksi

    dalam lingkungan kerja sehingga penampilan dan perawatan menjadi sangat

    penting yaitu adanya persamaan dalam dunia kerja. Berubahnya peran wanita

    membawa konsekuensi berubah pula peran-peran pria.

    Peran-peran yang terbentuk merupakan harapan budaya pada diri pria

    dan wanita. Laki-laki digambarkan sebagai sosok yang maskulin dan wanita

    sebagai sosok yang feminin. Nauly (2002) mendefinisikan maskulin adalah

    sifat-sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri yang ideal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    bagi pria. Terranova, Nurseto & Mahatmaji (2008) memaparkan secara umum,

    maskulinitas tradisional menganggap tinggi nilai-nilai, antara lain kekuatan,

    kekuasaan, ketabahan, aksi, kendali, kemandirian, kepuasan diri,

    kesetiakawanan laki-laki dan kerja. Ciri-ciri tersebut antara lain seorang laki-

    laki harus kuat secara fisik, gagah, keras, disiplin, lebih pintar, lebih cocok

    untuk bekerja di luar. Barker (dalam Terranova dkk, 2008) memaparkan di

    antara yang dipandang rendah adalah hubungan interpersonal, kemampuan

    verbal, kehidupan domestik, kelembutan, komunikasi, perempuan, dan anak-

    anak.

    Masyarakat Yogyakarta masih memegang tinggi nilai-nilai lokal dan

    budayanya. Hal tersebut dapat dilihat pada budaya pewarisan dalam keluarga,

    dalam prosesi perkawinan masih menggunakan ritual adat, dalam acara-acara

    tertentu masyarakatnya masih menggunakan keris, blangkon, batik, kebaya,

    dan juga terdapat kegiatan kebudayaan yang diadakan tiap tahun seperti

    sekatenan dan labuhan. Dilihat dari indikator tersebut memungkinkan bila

    masyarakatnya masih memegang nilai-nilai maskulinitas tradisional.

    Meskipun demikian, Sahni (dalam Ronaldo, 2008) mengatakan

    sebagian besar masyarakat Yogyakarta begitu menjunjung tinggi nilai

    tradisional Jawa dan sekaligus terbuka terhadap akulturasi dengan nilai dan

    budaya luar. Ronaldo (2008) menjabarkan bahwa ketika suatu kebudayaan

    baru muncul dalam suatu masyarakat, baik yang menyerap dari kebudayaan

    luar maupun budaya yang berasal dari inovasi kreatif masyarakat lokal, akan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    dapat dengan mudah diterima jika kebudayaan baru tersebut tidak

    bertentangan dengan mainstream yang ada di dalam masyarakat.

    Oleh karena itu, adanya fenomena metroseksual yang gaya hidup

    prianya bertolak belakang dengan harapan masyarakat terhadap pria. Hal

    tersebut akan menimbulkan suatu sikap tertentu mengenai fenomena

    metroseksual baik yang positif maupun negatif, dikatakan positif jika

    masyarakat menerima kaum metroseksual dan negatif jika masyarakat tidak

    menyukai kaum metroseksual. Hal tersebut dipertegas oleh Thurstone, Likert,

    dan Osgood (dalam Azwar,1995) yang menyatakan sikap merupakan suatu

    bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau tidak mendukung pada

    suatu objek tersebut. Hal ini menarik untuk diteliti karena dengan adanya

    kaum metroseksual membawa efek pembentukan sikap masyarakat. Sikap

    positif masyarakat akan membawa dampak merasa diterimanya pria yang

    menganut gaya hidup metroseksual, akan tetapi bila masyarakat memiliki

    sikap negatif dampaknya pria metroseksual akan merasa tidak diterima, dan

    tidak nyaman sehingga tidak bebas dalam mengekspresikan dirinya.

    Dari uraian tersebut peneliti ingin melihat bagaimana sikap masyarakat

    Yogyakarta terhadap kaum metroseksual.

    B. Rumusan Masalah

    Bagaimana gambaran sikap masyarakat Yogyakarta terhadap kaum

    metroseksual apakah menerima atau menolak ?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    C. Tujuan Penelitian

    Untuk mendapat gambaran tentang sikap masyarakat terhadap kaum

    metroseksual.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan

    informasi dalam bidang ilmu psikologi, khususnya dalam bidang

    psikologi sosial, mengenai sikap masyarakat terhadap kaum metroseksual

    hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi peneliti lain.

    2. Manfaat Praktis

    a. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi pembaca

    mengenai sikap masyarakat terhadap kaum metroseksual.

    b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi kaum

    metroseksual mengenai sikap masyarakat terhadap keberadaan

    mereka sehingga mereka dapat membangun strategi konstruktif

    dalam menghadapi sikap masyarakat terhadap mereka.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Sikap

    1. Definisi Sikap

    Menurut Mar’at (1982), dalam studi kepustakaan mengenai sikap

    merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi

    sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Sikap mengarah pada objek

    tertentu yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk

    bereaksi dari orang tersebut terhadap objek. Manifestasi sikap tidak dapat

    langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai

    tingkah laku yang masih tertutup.

    Sikap menurut Thurstone, Likert, dan Osgood (dalam Azwar,

    1995) adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang

    terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau tidak memihak

    (favorable) maupun perasaan mendukung atau tidak memihak

    (unfavorable) pada objek tersebut. Menurut skema triadic (triadic

    schema) Secord & Backman (dalam Azwar, 1995) mendefinisikan sikap

    sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

    (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu

    aspek di lingkungan sekitarnya.

    Dari definisi-definisi di atas peneliti mengambil arti sikap yang

    merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, yaitu perasaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung atau tidak

    memihak dari objek tersebut.

    2. Aspek dan Interaksi Sikap

    a. Aspek Sikap

    Tiga aspek sikap menurut Mann (dalam Azwar,1998), yaitu :

    1). Aspek Kognisi

    Aspek kognisi berhubungan dengan belief, ide, konsep, dengan

    kata lain aspek kognisi berisi pengetahuan, persepsi, kepercayaan

    dan stereotipe seseorang mengenai sesuatu.

    2). Aspek Afeksi

    Aspek afeksi menyangkut kehidupan emosional seseorang,

    dengan kata lain aspek afeksi merupakaan perusahaan individu

    terhadap objek sikap dan perasaan menyangkut masalah

    emosional.

    3). Aspek Konasi

    Aspek konasi merupakan kecenderungan bertingkah laku,

    biasanya berakar paling dalam sebagai aspek sikap dan

    merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-

    pengaruh yang mungkin merubah sikap seseorang.

    b. Interaksi antar Sikap

    Ketiga aspek sikap, yaitu kognisi, aspek afeksi, dan aspek

    konasi, tidak berdiri sendiri, akan tetapi menunjukkan bahwa manusia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    merupakan suatu sistem kognitif. Ini berarti bahwa yang dipikirkan

    seseorang tidak akan lepas dari perasaannya. Masing-masing aspek

    tidak dapat berdiri sendiri, namun merupakan interaksi dari aspek-

    aspek sikap secara kompleks.

    3. Pembentukan Sikap

    Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola

    sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.

    Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap (dalam Azwar,

    1998) adalah :

    a. Pengalaman pribadi

    Apa yang dialami akan membentuk dan mempengaruhi

    penghayatan individu terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan

    menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mempunyai

    tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai

    pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah

    penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataukah

    sikap negatif akan tergantung pada berbagai faktor lain. Akan tetapi,

    Middlebrook (dalam Azwar, 1988), mengatakan bahwa tak adanya

    pengalaman sama sekali dengan sesuatu objek psikologis cenderung

    akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

    Pembentukan kesan atau ungkapan terhadap objek

    merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk,

    dan atribut atau ciri-ciri objek yang dimiliki oleh stimulus.

    Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

    pribadi harus melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih

    mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

    situasi yang melibatkan faktor emosional.

    b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

    Orang lain di sekitar individu merupakan salah-satu diantara

    komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu. Seseorang

    yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya

    bagi setiap gerak tingkah dan pendapat individu, seseorang yang

    tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi

    individu, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap

    sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi

    individu adalah orang tua, orang yang statusnya tinggi, teman

    sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-

    lain.

    Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap

    konformitas atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

    Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

    berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang

    yang dianggap penting tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    c. Pengaruh budaya

    Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan

    mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa

    disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap

    individu terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai

    sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayan pula lah yang

    memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota

    kelompok masyarakat asuhannya, dan hanya kepribadian individu

    yang kuat saja lah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan

    dalam pembentukan sikap individual.

    d. Media massa

    Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

    seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. Mempunyai

    pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

    Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media

    massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

    mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai

    sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

    sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh

    informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif

    dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

    Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai sistem

    mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

    keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

    individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara

    sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari

    pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajarannya-ajarannya.

    Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat

    menentukan system kepercayaan, maka tidaklah mengherankan

    kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam

    menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat

    sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan

    mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau

    mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak.

    Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga

    pendidikan atau dari agama seringkali menjadi determinan tunggal

    yang menentukan sikap.

    f. Pengaruh faktor emosional

    Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan

    dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk

    sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang

    berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau penglihatan

    bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang,

    akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persesiten dan

    bertahan lama.

    B. Metroseksual

    1. Definisi Metroseksual

    Kata metroseksual berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2

    kata, yaitu ‘metro’, yang menandakan bahwa tipe pria ini mempunyai

    gaya hidup urban yang modern (perkotaan); dan ‘seksual’, berasal dari

    istilah homoseksual yang menandakan bahwa tipe pria ini biasanya

    normal, tetapi memliki citarasa atau selera yang cenderung diasosiasikan

    dengan tipe lelaki gay. Menurut Simpson (dalam Kartajaya dkk, 2004)

    mendeskripsikan pria metroseksual sebagai laki-laki yang cinta setengah

    mati tak hanya terhadap dirinya, tetapi juga gaya hidup kota besar yang

    dijalaninya.

    Secara lebih jauh menurut Kartajaya (2004), pria metroseksual

    adalah pria yang pada umumnya hidup di kota besar, gaya hidup yang

    mewah, dan juga pesolek tulen yang suka merawat dirinya sendiri, serta

    selalu mengikuti tren busana yang ada, dengan alasan untuk memperbaiki

    penampilan luarnya. Pria metroseksual digambarkan sebagai sosok yang

    normal atau straight, sensitif dan terdidik, hanya saja mereka lebih

    mengedepankan sisi feminin yang mereka miliki (Jones, 2003).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Lebih lanjut, Iskandar (2005) mendefinisikan pria metroseksual

    sebagai pria yang suka merawat diri (dandy) dan mengikuti trend terbaru.

    Mereka biasa pergi ke klinik atau ke salon, butik, fitness centre, gaul di

    kafe/mall. Umumnya mereka berada di kota-kota besar, royal, menikmati

    hidup. Penampilan mereka cenderung rapi, menawan, stylist, fashionable,

    tetapi mereka tetaplah pria sejati dengan orientasi seks yang normal.

    Metroseksual merupakan gaya hidup sehingga para penganut gaya hidup

    ini tidak hanya berasal dari kota besar saja, akan tetapi terdapat juga pada

    kota-kota kecil yang tidak termasuk dalam kota metropolitan.

    Dari definisi-definisi di atas penulis mendefinisikan pria

    metroseksual sebagai pria sejati dengan orientasi seks yang normal yang

    suka dengan gaya hidup urban (perkotaan), suka merawat diri dengan

    biasa pergi ke klinik atau ke salon, butik, fitness centre, bersosialisasi di

    kafe/ mall dan mengikuti trend terbaru. Penampilan mereka cenderung

    rapi, menawan, dengan bergaya ala sendiri, dan menggunakan busana

    terbaru.

    2. Karakteristik Pria Metroseksual

    Beberapa ciri pria metroseksual dikemukakan oleh Kartajaya dkk

    (2004), yaitu :

    a. Pada umumnya hidup dan tinggal di kota besar dimana hal ini tentu

    saja berkaitan dengan kesempatan akses informasi, pergaulan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    gaya hidup yang dijalani dan secara jelas akan mempengaruhi

    keberadaan mereka,

    b. Berasal dari kalangan berada dan memiliki banyak uang karena

    banyaknya materi yang dibutuhkan sebagai penunjang gaya hidup

    yang dijalani,

    c. Memiliki gaya hidup urban dan hedonis,

    d. Secara intens mengikuti perkembangan fesyen di majalah-majalah

    mode pria agar dapat mengetahui perkembangan fesyen terakhir yang

    mudah diikuti, dan

    e. Umumnya memiliki penampilan yang klimis, dandy dan sangat

    memperhatikan penampilan serta perawatan tubuh.

    Dilihat dari karakteristik tersebut kaum metroseksual tidak hanya

    terdapat di daerah perkotaan saja, hal ini berkaitan dengan perkembangan

    modernisasi yang begitu cepat sehingga kesempatan akses informasi

    dapat saja pria yang berada bukan di kawasan perkotaan mengikuti gaya

    hidup perkotaan.

    Berdasarkan dari karakteristik dan definisi di atas dapat

    disimpulkan bahwa ciri-ciri pria metroseksual adalah:

    a. Menyukai gaya hidup urban, hedonis, bersosialisasi di kafe/ mall

    b. Menyukai untuk tampil rapi, klimis dan dandy, dan mengikuti

    perkembangan mode terbaru.

    c. Merawat diri dengan pergi ke salon untuk melakukan luluran, facial,

    spa, perawatan kuku dan tangan, perawatan kuku dan kaki, dan fitness.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    C. Maskulinitas

    1. Definisi Maskulin

    Maskulin adalah sifat-sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh

    budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi pria (Nauly, 2002). Terranova,

    Nurseto, & Mahatmaji (2008) memaparkan secara umum maskulinitas

    tradisional menganggap tinggi nilai-nilai, antara lain kekuatan, kekuasaan,

    ketabahan, aksi, kendali, kemandirian, kepuasan diri, kesetiakawanan

    laki-laki, dan kerja.

    2. Tipologi Maskulin

    Beynon (dalam Terranova dkk, 2008)) membagi bentuk maskulin

    dengan ide tren perkembangan zaman, sebagai berikut:

    a. Maskulin sebelum tahun 1980-an

    Sosok maskulin yang muncul adalah figur-figur laki-laki kelas

    pekerja dengan bentuk tubuh mereka dan perilaku mereka sebagai

    dominator, terutama atas perempuan. Citra laki-laki semacam ini

    memang kental dengan awal industrialisasi pada masa itu, laki-laki

    bekerja di pabrik sebagai buruh berlengan baja. Mereka terlihat sangat

    ‘bapak’, sebagai penguasa dalam keluarga dan sosok yang mampu

    memimpin perempuan serta pembuat keputusan utama.

    Menurut Levine (ensiklopedi Wikipedia, 1998) Terdapat empat

    aturan yang memperkokoh sifat maskulinitas, yaitu:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    No sissy stuff : sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang berbau

    feminine dilarang, seorang laki-laki sejati harus menghindari

    perilaku yang bersosialisasi dengan perempuan.

    Be a big wheel : maskulinitas dapat diukur dari kesuksesan,

    kekuasaan, dan penggaguman dari orang lain. seseorang harus

    mempunyai kekayaan, ketenaran, dan status yang sangat lelaki.

    Be a sturdy oak : kelelakian membutuhkan rasionalitas, kekuatan,

    dan kemandirian. Seorang laki-laki harus tetap bertindak kalem

    dalam berbagai situasi, tidak menunjukkan emosi, dan tidak

    menunjukkan kelemahannya.

    Give ‘em hell : lelaki harus mempunyai aura keberanian dan

    agresi, serta harus mampu mengambil resiko walaupun alasan dan

    rasa takut menginginkan sebaliknya.

    Dalam ketradisionalitasan yang dikembangkan oleh kebudayaan

    jawa lebih mirip dengan poin kedua bahwa laki-laki must be a big

    wheel. Seorang laki-laki dikatakan sukses jika berhasil memliki

    “garwo” (istri), “bondo”(harta), “turronggo” (kendaraan), “kukilo”

    (burung peliharaan), dan “pusoko” (senjata atau kesaktian) (Darwin,

    2005).

    b. Maskulin tahun 1980-an

    Beynon (2002) menunjukkan dua buah konsep maskulinitas yaitu

    anggapan-anggapan bahwa new man as nurture dan new man as

    narcissist. New man as nurturer merupakan gelombang awal reaksi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    laki-laki terhadap feminism. Laki-laki menjalani sifat alamiahnya

    seperti perempuan sebagai makhluk yang mempunyai rasa perhatian.

    Laki-laki mempunyai kelembutan sebagai seorang bapak, misalnya

    untuk mengurus anak. Keinginan mereka untuk menyokong gerakan

    perempuan juga melibatkan peran penuh mereka dalam arena

    domestik. Kelompok ini biasanya berasal dari kelas menengah,

    berpendidikan baik, dan intelek.

    Anggapan kedua adalah bahwa new man as narcissist. Hal ini

    berkaitan dengan komersialisme terhadap maskulinitas dan

    konsumerisme semenjak akhir perang dunia II. Mereka adalah anak-

    anak dari generasi zaman hippies (tahun 60-an) yang tertarik pada

    pakaian dan music pop. Banyak produk-produk komersil untuk laki-

    laki yang bermunculan, bahkan laki-laki sebagai objek seksual menjadi

    bisnis yang amat luar biasa.

    Di sini, laki-laki menunjukkan maskulinitas mereka dengan gaya

    hidup “yuppies” yang flamboyan dan perlente. Laki-laki semakin suka

    memanjakan dirinya dengan produk-produk komersial yang membuat

    mereka “tampak sukses”. Properti, mobil, pakaian, atau artefak

    personal merupakan wujud dominan dalam gaya hidup ini. Kaum

    maskulin yuppies ini dapat dilihat dari penampilannya berpakaian, juga

    Porsche mereka. Kaum yuppies mengganggap laki-laki pekerja

    industri yang loyal dan berdedikasi sebagai sosok yang ketinggalan

    zaman dalam pengoperasian modal.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    c. Maskulin tahun 1990-an

    Laki-laki kembali bersifat tidak perduli lagi terhadap yang

    dilakukan kaum maskulin yuppies di tahun 80-an. The new land ini

    berasal musik pop dan football yang mengarah kepada sifat-kelaki-

    lakian yang macho, kekerasan, dan hooliganism. Mereka kemudian

    menyatakan dirinya dalam label konsumerisme dalam bentuk yang

    lebih ‘macho’, seperti membangun kehidupannya di sekitar sepak bola

    dan dunia minum-minum, juga sex dan hubungan dengan para

    perempuan. Pada dekade 1990-an ini kaum laki-laki masih

    mementingkan leisure time mereka sebagai masa untuk bersenang-

    senang, mereka menikmati hidup bebas seperti apa adanya. Kebebasan

    mereka menjauhkan dari hubungan yang bersifat domestik yang

    membutuhkan loyalitas dan dedikasi.

    Hal tersebut mengindikasikan seiring dengan perkembangan zaman

    pengertian maskulin mengalami perubahan di setiap zamannya.

    D. Sikap Masyarakat Yogyakarta Terhadap Kaum Metroseksual

    Kota Yogyakarta mengalami perkembangan dalam segi bisnis,

    perdagangan, tempat perbelanjaan, dengan gaya hidup masyarakatnya. Hal ini

    nampak pada mall-mall yang banyak dibangun, salon-salon, butik-butik,

    tempat bisnis yang dikembangkan, dan perumahan yang berkembang cukup

    pesat. Hal tersebut berdampak pada berkembangnya budaya metroseksual di

    kota Yogyakarta ini yang mana pria suka merawat dirinya dengan pergi ke

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    klinik atau ke salon, ke butik, fitness center, senang bersosialisasi di kafe/

    mall serta mengikuti perkembangan trend terbaru (Kartajaya, 2004). Menurut

    Jones (dalam Rahardjo, 2007) kaum metroseksual lebih mengedepankan sisi

    feminin mereka.

    Disisi lain, Kota Yogyakarta terkenal dengan budaya keratonnya

    dianggap masih memegang nilai-nilai leluhurnya. Hal tersebut nampak dari

    kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh masyarakatnya antara lain sekatenan

    dan labuhan, serta acara pernikahan, dan juga pada acara-acara tertentu

    masyarakat juga masih mengunakan batik, kebaya, blangko, keris dan lain-

    lain. Begitu juga halnya dengan peran-peran yang terbentuk dari budaya

    setempat seperti maskulinitas dan feminitas, dimana laki-laki dianggap

    maskulin bila mempunyai kekuatan, ketabahan, aksi, kendali, kepuasan diri,

    kesetiakawanan laki-laki dan kerja (Terranova dkk, 2007). Meskipun

    demikian, menurut Sahni (2003) sebagaian besar masyarakat Yogyakarta

    yang begitu menjunjung tinggi nilai tradisional Jawa terbuka terhadap

    akulturasi dengan nilai dan budaya luar. Berdasarkan hal tersebut peneliti

    ingin melihat sikap masyarakat Yogyakarta terhadap kaum metroseksual.

    Sikap akan memberikan warna atau corak pada tingkah laku atau

    perbuatan individu. Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu, kognisi, afeksi,

    dan konasi. Thurstone (dalam Azwar, 1995) merupakan salah seorang ahli

    yang menyatakan bahwa komponen afeksi merupakan komponen yang

    berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.

    Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu

    positif atau negatif.

    Munculnya sikap dalam suatu situasi bersifat subjektif dan berdasarkan

    atas perasaan individu yang bersangkutan terhadap objek yang dihadapinya.

    Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapatkan individu terhadap

    objek bisa juga menjadi perbedaan sikap antara seseorang dengan orang lain,

    walapun objek yang dihadapi tidak berbeda.

    Peranan sikap dalam kehidupan individu sangat besar, sebab apabila

    sudah dibentuk pada diri individu maka sikap tersebut akan turut menentukan

    cara-cara tingkah lakunya terhadap objek-objek sikapnya. Sikap masyarakat

    terhadap kaum metroseksual dapat juga dipengaruhi oleh faktor budaya,

    karena kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai

    pengaruh besar terhadap pembentukan sikap individu.

    Media massa mempunyai pengaruh terhadap berkembangnya

    metroseksual di Yogyakarta, karena media massa membawa pesan-pesan

    yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini individu. Adanya informasi

    baru mengenai metroseksual memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya

    sikap terhadap hal tersebut.

    Individu cenderung untuk memiliki sikap searah dengan sikap orang

    yang dianggap penting. Kecenderungan ini dikarenakan untuk menghindari

    konflik dengan orang yang dianggap penting. Pemahaman akan baik dan

    buruk, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-

    ajarannya. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    umumnya individu akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi

    sikapnya atau mungkin individu tersebut tidak mengambil sikap untuk

    memihak.

    Berdasarkan hal tersebut yang dimaksud dengan sikap masyarakat

    Yogyakarta terhadap kaum metroseksual adalah bagaimana kecenderungan

    masyarakat Yogyakarta dalam berpikir, merasakan, dan berperilaku apakah

    mendukung atau tidak mendukung terhadap pria metroseksual. Jika

    mempunyai sikap yang positif, mereka akan menunjukkan sikap mendukung/

    memihak/ setuju terhadap kaum metroseksual. Sedangkan jika mempunyai

    sikap yang negatif yaitu tidak mendukung/ tidak memihak/ tidak setuju

    terhadap kaum metroseksual.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini mengunakan jenis penelitian deskriptif yaitu

    penelitian yang digunakan untuk mendeskriptifkan atau memberi

    gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

    sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

    yang berlaku secara umum (Sugiyono, 1999). Mardalis (dalam Meinita,

    2003) menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

    bertujuan mendeskripsikan, mencatat, menganalisa, dan

    menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian

    ini tidak menguji atau tidak menggunakan hipotesa tetapi hanya

    mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai variabel yang diteliti.

    Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini menggunakan

    data kuantitatif mengenai variabel yang diperoleh melalui skor jawaban

    subyek pada skala sebagaimana adanya. Metode ini digunakan untuk

    mengetahui dan menggambarkan sikap masyarakat berdasarkan skor item

    yang disusun oleh peneliti.

    Dengan demikian, jenis penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti

    adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu gambaran secara umum

    mengenai sikap masyarakat terhadap kaum metroseksual.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    B. Identifikasi Variabel Penelitian

    Variabel penelitian ini adalah sikap masyarakat terhadap kaum

    metroseksual.

    C. Definisi Operasional

    Sikap masyarakat terhadap kaum metroseksual adalah bentuk

    evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau postif atau perasaan tidak

    mendukung atau negatif terhadap kaum metroseksual.

    Sikap dilihat dari jawaban subjek terhadap skala yaitu dari hasil

    jawaban skor total skala penelitian sikap subjek, bila menunjukkan skor

    total yang tinggi memiliki arti bahwa sikap masyarakat Yogyakarta

    terhadap kaum metroseksual tergolong positif, dan bila menunjukkan hasil

    skor yang rendah memiliki arti bahwa sikap masyarakat Yogyakarta

    terhadap kaum metroseksual tergolong negatif. Aspek sikap yang

    digunakan untuk menyusun skala ini adalah :

    1. Aspek Kognitif : pengetahuan, kepercayaan, atau pikiran yang

    didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan kaum

    metroseksual

    2. Aspek Afektif : dimensi emosional dari sikap yang berhubungan

    dengan kaum metroseksual

    3. Aspek Konatif : kesiapan seseorang dalam bertingkah laku yang

    berhubungan derngan kaum metroseksual

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Pria metroseksual yaitu pria sejati dengan orientasi seks yang

    normal/ heteroseksual yang suka dengan gaya hidup urban (perkotaan),

    suka merawat diri dengan biasa pergi ke klinik atau ke salon, butik, fitness

    centre, bersosialisasi di kafe/ mall dan mengikuti trend terbaru.

    Penampilan mereka cenderung rapi, menawan, dengan bergaya ala sendiri,

    dan menggunakan pakaian mode terbaru. Indikator perilaku metroseksual :

    1. Gaya hidup : menyukai gaya hidup urban, hedonis, bersosialisasi di

    kafe/ mall.

    2. Penampilan diri : menyukai untuk tampil rapi, klimis dan dandy, dan

    mengikuti perkembangan mode terbaru.

    3. Perawatan diri : merawat diri dengan pergi ke salon untuk melakukan

    luluran, facial, spa, perawatan kuku dan tangan, perawatan kuku dan

    kaki, dan fitness.

    D. Subjek Penelitian

    Sampel penelitian diambil secara purposive sampling dipilih

    berdasarkan ciri-ciri yang telah ditentukan yaitu :

    1. Masyarakat yang tinggal di Yogyakarta, alasannya karena peneliti

    ingin melihat sikap dari masyarakat yang diasumsikan masih

    memegang nilai-nilai dari generasi sebelumnya.

    2. Minimal memiliki pendidikan SMU, alasannya karena masyarakat

    tersebut diasumsikan telah memiliki pengalaman untuk berinteraksi

    dengan masyarakat yang lebih luas, kemudahan akses informasi yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    datangnya dari lingkungan luar, sehingga lebih memahami kondisi dan

    situasi yang ada.

    E. Prosedur

    Prosedur/ langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah :

    1. Membuat skala sikap dengan metode rating yang dijumlahkan

    (summated rating),

    2. Melakukan uji kesahihan butir dan reliabilitas skala untuk

    mendapatkan butir yang sahih dan data yang reliabel.

    3. Menentukan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria dan

    kemudian mengukur sikap masyarakat Yogyakarta dengan cara subjek

    mengisi skala yang telah diuji kesahihannya dan kereliabelannya.

    4. Menganalisis data yang masuk dengan uji statistik deskriptif

    (penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum, nilai

    minimum, mean teoritis, mean empiris, dan standar deviasi serta

    perhitungan prosentase) untuk melihat sikap masyarakat Yogyakarta

    terhadap kaum metroseksual.

    5. Membuat kesimpulan berdasarkan analisis tersebut.

    F. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan

    skala kepada responden secara langsung yaitu pada anggota masyarakat

    Yogyakarta. Skala sikap ini dibuat dengan skala Likert untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    pengumpulan data dengan metode rating yang dijumlahkan (Summated

    Ratings Method). Respon yang digunakan dalam skala ini terdiri dari

    empat kategori pilihan jawaban yaitu : SS (sangat setuju), S (setuju), TS

    (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju).

    Menurut Hadi (1991) modifikasi terhadap skala Likert perlu

    dilakukan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala

    lima tingkat, yaitu (1) adanya arti ganda pada kategori jawaban yang

    terletak di tengah, dapat diartikan ragu-ragu atau netral. Kategori ganda

    arti ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrument; (2) Tersedianya

    pilihan tengah tersebut menimbulkan kecenderungan untuk menjawab

    pilihan tersebut terutama bagi mereka yang ragu-ragu untuk kearah setuju

    atau tidak setuju, atau yang disebut central tendering effect (Hadi, 2000);

    (3) Maksud kategorisasi jawaban SS – S – TS – STS adalah terutama

    untuk melihat kecenderungan pendapat responden, kearah setuju atau tidak

    setuju.

    Dalam pengukuran, setiap butir item pernyataan kemungkinan

    mendapatkan skor/nilai skala dilakukan dengan cara menentukan

    kontinum skor antara 1 sampai 4 berdasarkan kategori pernyataan

    favorabel dan unfavorabel (lihat tabel 1).

    Tabel 1.Nilai / Skor Berdasarkan Kategori Jawaban

    Jawaban SkorFavorabel Unfavorabel

    Sangat Setuju 4 1Setuju 3 2

    Tidak Setuju 2 3Sangat Tidak Setuju 1 4

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Banyaknya item dalam penelitian ini adalah berjumlah 72 butir

    item, berikut ini (tabel 2) akan menunjukkan secara jelas tabulasi tabel

    mengenai aspek-aspek yang digunakan dengan pertimbangan

    keseimbangan jumlah item pada setiap aspek sikap, sebagai berikut:

    Tabel 2.Blue Print

    Skala Sikap Terhadap Kaum Metroseksual

    No Sikap

    Perilaku MetroseksualTotal(%)

    Gaya hidup PenampilanDiri

    Perawatan Diri

    Fav Un fav Fav Un fav Fav Un fav

    1. Kognitif 4 4 4 4 4 4 24(33,33%)

    2. Afektif 4 4 4 4 4 4 24(33,33%)

    3. Konatif 4 4 4 4 4 4 24(33,33%)

    12 12 12 12 12 12 72(100%)

    Tabel 3.Spesifikasi Skala Sikap Terhadap Kaum Metroseksual

    No SikapPerilaku Metroseksual

    Total(%)

    Gaya Hidup Penampilan Diri Perawatan DiriFav Un fav Fav Un fav Fav Un fav

    1 Kognitif 1, 19, 37, 55

    10, 28, 46, 64

    2, 20, 38, 56

    11, 29, 47, 65

    3, 21, 39, 57

    12, 30, 48, 66

    24(33,33 %)

    2 Afektif 13, 31, 49, 67

    4, 22, 40, 58

    14, 32, 50, 68

    5, 23, 41, 59

    15, 33, 51, 69

    6, 24, 42, 60

    24(33,33 %)

    3 Konatif 7, 25, 43, 61

    16, 34, 52, 70

    8, 26, 44, 62

    17, 35, 53, 71

    9, 27, 45, 63

    18, 36, 54, 72

    24(33,33 %)

    12 12 12 12 12 12 72(100 %)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    G. Uji Validitas dan Reliabilitas

    1. Uji Validitas

    Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan

    suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000).

    Menurut Hadi (1995), suatu alat ukur dianggap baik dalam

    mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan tujuan

    penelitian jika alat tes tersebut memiliki validitas yang tinggi.

    Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

    Validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian

    terhadap isi skala dengan analisis rasional / profesional judgement,

    yaitu penilaian validitas terhadap suatu alat ukur yang diberikan oleh

    orang-orang yang dianggap ahli dan profesional di bidangnya, dalam

    hal ini adalah dosen pembimbing (Azwar, 2003).

    2. Seleksi Item

    Seleksi item dilakukan dengan cara melihat koofesien korelasi

    tiap item yaitu dengan mengkorelasikan skor masing-masing item

    dengan skor total keseluruhan item. Besarnya koefesien korelasi

    item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif

    atau negatif. Semakin mendekati angka 1 yang bertanda positif

    maka daya diskriminasi itemnya semakin baik. Sebagai kriteria

    seleksi item berdasarkan korelasi item total maka biasanya diberikan

    batasan rix > 0,30. Jadi item yang memiliki korelasi item total

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    minimal 0,30 dianggap layak menjadi sebuah item (Azwar, 2003).

    Teknik korelasi item yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    formula koefesien korelasi produk moment Pearson. Pengolahan

    data akan dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS

    for windows 15. Dari pengolahan data tersebut terdapat 11 item yang

    gugur. Korelasi item berkisar antara 0,300 – 0,645. Item-item yang

    gugur (tabel 4) antara lain: 6, 7, 17, 20, 36, 52, 57, 60, 64, 65, 70.

    Tabel 4.Distribusi Item (setelah uji coba)

    No Sikap Perilaku Metroseksual

    TotalGaya Hidup Penampilan Diri Perawatan DiriFav Un fav Fav Un fav Fav Un fav

    1. Kognitif 1, 19, 37, 55

    10, 28, 46, 64*

    2 , 20*, 38, 56

    11, 29, 47,65*

    3, 21, 39, 57*

    12, 30, 48, 66

    20 (32.78 %)

    2. Afektif 13, 31, 49, 67

    4, 22, 40, 58

    14, 32, 50, 68

    5, 23, 41, 59

    15, 33, 51, 69

    6*, 24, 42, 60*

    22(33,33 %)

    3. Konatif 7*, 25, 43, 61

    16, 34, 52*,70*

    8, 26, 44, 62

    17*, 35, 53, 71

    9, 27, 45, 63

    18, 36*, 54, 72

    19(33,33 %)

    11 9 11 10 11 9 61(100 %)

    Item setelah uji coba digunakan dalam penelitian, karena

    menggunakan metode item terpakai. Jadi item-item yang sahih atau

    tidak gugur, langsung digunakan untuk penelitian. Distribusi skala

    sikap setelah dilakukan uji coba menjadi sebagai berikut :

    Keterangan yang diberi tanda * adalah item gugur

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Tabel 5.Distribusi Item Skala Sikap Masyarakat Terhadap

    Kaum Metroseksual

    No Sikap

    Indikator Perilaku Metroseksual

    TotalGaya Hidup Penampilan Diri Perawatan DiriFav Un fav Fav Un fav Fav Un fav

    1 Kognitif 1, 19, 37, 55

    10, 28, 46,

    2 , 38, 56

    11, 29, 47,

    3, 21, 39,

    12, 30, 48, 66

    20 (32.78 %)

    2 Afektif 13, 31, 49, 67

    4, 22, 40, 58

    14, 32, 50, 68

    5, 23, 41, 59

    15, 33, 51, 69

    24, 42, 22(33,33 %)

    3 Konatif 25, 43, 61

    16, 34, 8, 26, 44, 62

    35, 53, 71

    9, 27, 45, 63

    18, 54, 72

    19(33,33 %)

    11 9 11 10 11 9 61(100 %)

    3. Reliabilitas

    Alat ukur penelitian juga harus teruji reliabilitasnya. Reliabilitas

    mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang

    mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang

    tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya

    karena perbedaan skor yang terjadi antar individu lebih ditentukan

    oleh faktor error (kesalahan) dari pada faktor perbedaan yang

    sesungguhnya (Azwar, 1999). Reliabilitas dinyatakan oleh koefesien

    reliabilitas (rxx3) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai

    dengan 1,00 berarti semakin tinggi koefesien reliabilitas.

    Sebaliknya, semakin rendah koefesien reliabilitas mendekati angka

    0, semakin rendah reliabilitasnya.

    Jadi tujuan dari pengujian reliabilitas adalah untuk melihat sejauh

    mana alat ukur yang digunakan dalam penelitian memberikan hasil

    ukur yang konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    hal yang sama. Reliabilitas skala pada penelitian ini adalah 0,941.

    Diukur dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, program

    SPSS versi 15.00 for windows.

    4. Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui

    tabel, perhitungan nilai maksimum, nilai minimum, mean teoritis,

    mean empiris dan standar deviasi serta perhitungan prosentase.

    Kelompok subjek dibedakan ke dalam sikap yang positif atau

    negatif dengan cara melakukan uji perbandingan mean antara mean

    empirik dengan mean teoritik. Apabila mean empirik lebih besar

    dari mean teoritik, maka sikap subjek positif, namun jika mean

    empirik lebih kecil dari mean teoritik maka sikap subjek adalah

    negatif.

    Keterangan :

    Skor maksimum teoritik: Skor paling tinggi yang diperoleh sebjek

    pada skala.

    Skor minimum teoritik: Skor paling rendah yang diperoleh subjek

    pada skala.

    Skor maksimum empirik: Skor paling tinggi yang diperoleh subjek

    pada penelitian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Skor minimum empirik: Skor paling rendah yang diperoleh subjek

    pada penelitian.

    Mean teoritik : Rata-rata teoritik dari skor masksimum dan

    minimum.

    Mean empirik : Rata-rata dari skor subjek penelitian.

    Median : Nilai tengah yang dihasilkan.

    Modus : Skor subjek yang sering muncul.

    SD : Simpangan baku menunjukkan variasi

    jawaban subjek.

    Varians : Kuadrat standar deviasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Persiapan Penelitan

    Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Juni sampai tanggal 24

    Juni 2009. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara menyebar skala

    penelitian kepada masyarakat di Yogyakarta dengan kriteria subjek

    penelitian. Skala penelitian yang digunakan merupakan skala try out

    terpakai.

    Peneliti menyebar skala di beberapa wilayah bagian Yogyakarta

    diantaranya wilayah Seturan, wilayah perumahan Minomartani, wilayah

    jalan Kaliurang, Mall Galeria, dan melalui surat elektronik (e-mail).

    Pengembalian skala tidak dapat dilakukan pada hari itu juga, oleh karena

    itu peneliti memberikan waktu 2-4 hari untuk subjek mengembalikan

    kembali skala tersebut. Dari 140 skala yang disebar, 40 skala tidak

    dikembalikan kepada peneliti sehingga jumlah keseluruhan subjek

    sebanyak 100 orang.

    B. Hasil Penelitian

    1. Karaketristik Subjek Penelitian

    Berdasarkan data identitas pada skala penelitian yang diperoleh,

    maka dibuat rangkuman gambaran subjek penelitian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    a. Usia Subjek

    Tabel 6.Usia Subjek

    Usia Jumlah PresentaseRemaja 16 16%

    Dewasa awal 77 77%Dewasa tengah 5 5%

    Total 100 100%Keterangan usia subjek berkisar antara 17-50 tahun

    b. Jenis Kelamin Subjek

    Tabel 7.Jenis Kelamin Subjek

    Jenis kelamin Jumlah PresentaseLaki-laki 52 52 %

    Perempuan 48 48 %Total 100 100 %

    c. Pendidikan Terakhir Subjek

    Tabel 8.Pendidikan Terakhir Subjek

    Pendidikan terkahir Jumlah ProsentaseSMU 64 64 %

    S1 30 30 %S2 6 6 %

    Total 100 100 %

    d. Pekerjaan Subjek

    Tabel 9.Pekerjaan Subjek

    Pekerjaan Jumlah ProsentaseMahasiswa 36 36 %

    Pegawai Swasta 36 36 %Wirausaha 16 16 %

    Tidak bekerja 12 12 %Total 100 100 %

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    2. Hasil Pengujian

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran

    skor pada kelompok sampel mengikuti distribusi normal. Jika p >

    0,05 maka sebaran skor dinyatakan normal. Sebaliknya jika p <

    0,05 maka sebaran skor dinyatakan tidak normal.

    Uji normalitas dilakukan dengan one sample Kosmogorov-

    Smirnov dengan program SPSS 15.00 for Windows. Hasil uji

    normalitas menghasilkan probabilitas sebesar 0,117. Hal tersebut

    berarti bahwa p > 0,05 sehingga distribusi skor adalah normal.

    Tabel 10.Uji Normalitas

    SkorKosmogorov-Smirnov 1,191Asymp. Sig. (2-tailed) 0,117

    b. Deskripsi Data Penelitian

    Berdasarkan penelitian deskriptif dengan perhitungan

    program SPSS for windows versi 15.00, menunjukkan mean

    empirik lebih kecil dari pada mean teoritik 146,5 < 152,5. Hal ini

    menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok penelitian lebih kecil

    dari rata-rata teoritik, maka dapat diartikan bahwa secara umum

    subjek dari penelitian ini memiliki sikap yang negatif terhadap

    kaum metroseksual.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Tabel 11.Deskripsi Data Penelitian

    Keterangan Teoritik EmpirikN 100

    Minimum 61 98Maksimum 244 241

    Mean 152,5 146,41SD 30,5 21,39

    Median 147Modus 153Range 143

    Varians 457,881

    c. Uji t

    Uji perbedaan atau uji t untuk melihat signifikansi

    perbedaan antara mean empirik dan mean teoritik dari sikap

    masyarakat terhadap kaum metroseksual. Jika p ≥ 0,05 maka antara

    mean empirik dan mean teoritik tidak ada perbedaan yang

    signifikan. Sebaliknya, jika p < 0,05 maka mean empirik dan mean

    teoritik ada perbedaan yang signifikan.

    Pengujian ini menggunakan one sample T-test melalui

    program SPSS ver 15.00 for widows. Hasil uji perbedaan

    menghasilkan taraf signifikansi sebesar 0,005 (p < 0,05), sehingga

    antara mean empirik dan mean teoritik ada perbedaan secara

    signifikan. Artinya sikap masyarakat negatif secara signifikan

    terhadap kaum metroseksual.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Tabel 12.Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik

    One-Sample Statistics

    N MeanStd.

    DeviationStd. Error

    MeanVAR00062 100 146.4100 21.39815 2.13981

    d. Analisis Secara Khusus

    1) Aspek Sikap

    a) Aspek Kognitif

    Pada aspek kognitif, mean empirik = 47,08 < mean

    teoritik = 50, dan hasil uji t yang menunjukkan nilai t = -

    0,846 dengan p = 0,00 (p < 0,05). Secara signifikan terdapat

    perbedaan antara mean teoritik dengan mean empiris,

    artinya pada aspek kognitif, sikap subjek negatif secara

    signifikan terhadap kaum metroseksual

    One-Sample Test

    -2.846 99 .005 -6.09000 -10.3359 -1.8441VAR00062t df Sig. (2-tailed)

    MeanDifference Lower Upper

    95% ConfidenceInterval of the

    Difference

    Test Value = 152.5

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Tabel 13.Hasil Analisis Teoritik dan Empirik

    Aspek KognitifTeoritik Empirik

    N 100 100Minimum 20 29Maximum 80 80

    Mean 50 47,08Std. deviasi 10 7,75

    b) Aspek Afektif

    Dari hasil analisis diketahui bahwa mean empirik =

    53,11 > mean teoritik = 52,5 dan hasil analisis uji –t

    diperoleh skor t = 0,736, dan p = 0,464 (p > 0,05), artinya

    tidak ada perbedaan yang signifikan antara mean teoritis

    dan mean empiris. Pada aspek afektif, sikap masyarakat

    tidak dapat dipastikan apakah memiliki sikap positif atau

    negatif terhadap kaum metroseksual.

    Tabel 14.Hasil Analisis Teoritik dan Empirik

    Aspek AfektifTeoritik Empirik

    N 100 100Minimum 21 33Maximum 84 85

    Mean 52,5 53,11Std. deviasi 10,5 6,98

    c) Aspek Konatif

    Pada aspek konatif, mean empirik = 46,20 < mean

    teoritik = 50, hasil uji – t diperoleh skor t = - 5,437 dengan

    p = 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut mean

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    empirik berbeda dengan mean teoritik secara signifikan.

    artinya pada aspek konatif, sikap subjek negatif secara

    signifikan terhadap kaum metroseksual

    Tabel 15.Hasil Analisis Teoritik dan Empirik

    Aspek KonatifTeoritik Empirik

    N 100 100Minimum 20 28Maximum 80 76

    Mean 50 46,20Std. deviasi 10 6,98

    2) Indikator Kaum Metroseksual

    a) Gaya Hidup

    Pada indikator gaya hidup, mean empirik = 45,69 <

    mean teoritik = 50, dan hasil uji – t diperoleh skor p =

    0,000 (p < 0,05) dengan t = -5,784. Berdasarkan hasil

    tersebut terdapat perbedaan secara signifikan antara mean

    teoritik dengan mean empirik, artinya sikap subjek negatif

    secara signifikan terhadap gaya hidup kaum metroseksual.

    Tabel 16.Hasil Analisis Teoritik dan Empirik

    Indikator Gaya HidupTeoritik Empirik

    N 100 100Minimum 20 29Maximum 80 77

    Mean 50 45,69Std. deviasi 10 7,452

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    b) Penampilan Diri

    Pada indikator penampilan diri, mean empirik =

    51,28 < mean teoritik = 52,5, dan hasil uji -t diperoleh skor

    t = -1,638 dengan p = 0,105 (p > 0,05). Berdasarkan hasil

    tersebut, tidak ada perbedaan secara signifikan antara mean

    teoritik dan mean empirik. Artinya sikap subjek terhadap

    penampilan diri kaum metroseksual tidak dapat dipastikan

    apakah positif atau negatif.

    Tabel 17.Hasil Analisis Teoritik dan Empirik

    Indikator Penampilan DiriTeoritik Empirik

    N 100 100Minimum 21 28Maximum 84 80

    Mean 52,5 51,28Std. deviasi 10,5 7,449

    c) Perawatan Diri

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean empirik

    = 47,01 < mean teoritik = 50 dengan uji-t menghasilkan

    skor t = -3,797 dan p = 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil

    tersebut terdapat perbedaan yang signifikan antara mean

    empirik dan mean teoritik, artinya sikap subjek negatif

    secara signifikan terhadap perawatan diri kaum

    metroseksual.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Tabel 18.Hasil Analisis Teoritik dan Empirik

    Indikator Perawatan DiriTeoritik Empirik

    N 100 100Minimum 20 28Maximum 80 80

    Mean 50 47,01Std. deviasi 10 7,87

    e. Analisis Tambahan

    1). Usia

    Peneliti menggunakan uji korelasi product moment Pearson

    untuk menguji hubungan sikap masyarakat dengan usia

    terhadap kaum metroseksual. Hasil penelitian menunjukkan

    skor p = 0,012 (p ≥ 0,05) dengan korelasi 0,250, artinya bahwa

    terdapat hubungan secara signifikan antara usia dan sikap

    masyarakat terhadap kaum metroseksual.

    2). Jenis Kelamin

    Peneliti menggunakan T-test independent sample tes untuk

    menguji perbedaan sikap antara laki-laki dan perempuan

    terhadap kaum metroseksual. Hasil yang didapat adalah mean

    laki-laki lebih besar daripada mean perempuan (177,56 >

    174,73) dengan skor p = 0,391 (p > 0,05), artinya laki-laki dan

    perempuan sama-sama tidak memiliki perbedaan sikap

    terhadap kaum metroseksual.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    3). Pendidikan Terakhir

    Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis

    perbandingan mean yaitu one way ANOVA untuk menguji

    apakah pendidikan terakhir mempengaruhi sikap masyarakat

    terhadap kaum metroseksual. Hasil yang didapat adalah mean

    S2 lebih besar dibandingkan dengan mean S1, dan mean S1

    lebih besar daripada mean SMU (215.20 > 181.03 > 170.81)

    dengan p = 0.000 (p < 0,05), artinya terdapat perbedaan secara

    signifikan antar jenjang pendidikan pada sikap subjek terhadap

    kaum metroseksual.

    4). Pekerjaan

    Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis

    perbandingan mean yaitu one way ANOVA untuk menguji

    apakah ada pengaruh antara pekerjaan dan sikap masyarakat

    kaum metroseksual. Hasil yang didapat adalah mean wirausaha

    = 182.62, mean tidak bekerja = 180.50, mean pekerja =

    175.93, dan mean mahasiswa = 171.42 dengan p = 0.360 (p >

    0,05), artinya bahwa pekerjaan subjek tidak memiliki pengaruh

    yang signifikan pada sikap subjek terhadap kaum

    metroseksual.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    C. Pembahasan

    Yogyakarta terkenal sebagai kota budaya. Hal tersebut nampak dari

    ritual budaya yang diadakan tiap tahun, dalam perkawinan masih

    menggunakan ritual adat, berdirinya keraton, serta memandang raja

    keraton sebagai pemimpin mereka. Tidak hanya itu saja nilai-nilai dari

    leluhur ikut diwariskan kepada penerusnya antara lain harapan-harapan

    atau peran-peran terhadap pria, dimana pria menjadi sosok maskulin.

    Barker (Dalam terannova, 2008) memaparkan bahwa pria diharapkan

    mempunyai kekuatan, kekuasaan, ketabahan, aksi, kendali, pekerja keras,

    dan dianggap lemah bila menyentuh kehidupan domestik, perempuan, dan

    kelembutan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan pria metroseksual,

    dimana pria suka merawat dirinya dengan pergi ke salon, pergi ke butik,

    berpenampilan rapi dan suka menghabiskan waktu di mall/ kafe. Oleh

    karena itu, peneliti ingin melihat sikap masyarakat terhadap kaum

    metroseksual.

    Dari hasil uji perbandingan mean diketahui bahwa mean empirik

    lebih kecil dari mean teoritik (146,41< 152,5). Hal tersebut berarti bahwa

    masyarakat Yogyakarta pada penelitian ini memliki sikap yang cenderung

    negatif secara signifikan terhadap kaum metroseksual. Dengan kata lain

    meskipun modernisasi semakin berkembang di wilayah Yogyakarta akan

    tetapi masyarakat Yogyakarta pada penelitian ini cenderung menolak pria

    metroseksual. Masyarakat cenderung masih memegang nilai-nilai

    maskulinitas tradisional yang di pegang, yaitu laki-laki dikatakan sukses

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    bila mempunyai kekayaan, ketenaran dan status yang sangat laki-laki. Hal

    tersebut mengindikasikan bahwa laki-laki dilarang mendekati hal-hal yang

    berbau feminin (Levine dalam ensiklopedia Wikipedia, 1998).

    Sikap berisi tiga aspek yang saling berhubungan, yaitu kognitif,

    afektif dan konatif. Dari hasil analisis sikap terhadap aspek kognitif

    diketahui bahwa mean empirik lebih kecil mean teoritik ( 47,08 < 50),

    yang artinya subjek memiliki sikap negatif terhadap kaum metroseksual.

    Pada tataran konsep pemikiran, dari apa yang ketahui dan yakini pada

    dasarnya mereka menolak atau tidak menerima pria yang mempunyai gaya

    hidup yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diwariskan.

    Pada aspek kognitif terlihat meskipun terdapat perkembangan di

    segala aspek kehidupan pada masyarakat Yogyakarta sikap masyarakat

    masih memegang nilai-nilai yang diturunkan oleh generasi sebelumnya.

    Seperti dijelaskan oleh Azwar (1995) bahwa kebudayaan merupakan

    faktor yang dapat membentuk sikap seseorang.

    Aspek selanjutnya dari sikap adalah aspek afektif. Aspek ini

    mengungkap dimensi emosional dari sikap, merupakan dimensi yang

    berhubungan dengan sikap (Azwar, 1995). Jika dilihat dari hasil uji

    perbedaan mean diketahui bahwa mean empirik lebih besar dari mean

    teoritik (53,11 > 52,5), artinya subjek dalam penelitian ini tidak bisa

    dipastikan apakah mereka memiliki sifat negatif atau positif terhadap

    kaum metroseksual.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    Hal tersebut dikarenakan oleh sebagian masyarakat Yogyakarta

    masih menjunjung tinggi nilai tradisional akan tetapi sekaligus terbuka

    terhadap akulturasi dengan nilai budaya luar (Sahni, 2005), sehingga

    metroseksual yang merupakan budaya dari luar mengalami perkembangan

    di wilayah Yogyakarta.

    Aspek terakhir dari sikap adalah aspek kognitif, yang memberikan

    gambaran mengenai kecenderungan berperilaku dalam diri seseorang. Dari

    hasil penelitian ini diketahui bahwa mean empirik lebih kecil dari mean

    teoritik (46,20 < 50), artinya subjek memiliki sikap negatif yang

    signifikan. Subjek cenderung menghindar terhadap kaum metroseksual.

    Pada tataran konsep mereka nampaknya mereka memegang nilai-nilai

    maskulinitas yang diwariskan kepada mereka sehingga mereka cenderung

    bereaksi menghindar bila bertemu dengan kaum metroseksual. Reaksi ini

    merupakan kecenderungan subjek untuk bertindak secara negatif terhadap

    kaum metroseksual.

    Pada indikator gaya hidup kaum metroseksual, dari hasil analisis

    diketahui bahwa mean empirik lebih kecil dari pada mean teoritik (45,69

  • 47

    mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap individu. Dalam

    hal ini masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai yang diwariskan oleh

    leluhurnya.

    Pada indikator perilaku penampilan diri kaum metroseksual, dari

    hasil analisis diketehui bahwa mean empirik lebih besar dari pada mean

    teoritik (52,5 < 51,28). Artinya bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

    antara mean teoritik dan empiris. Dari hasil tersebut tidak dapat dipastikan

    apakah mereka memiliki sikap negatif atau positif terhadap kaum

    metroseksual. Hal ini dikarenakan pada masa sekarang penampilan

    menjadi sangat penting dalam dunia kerja sehingga berpenampilan rapi

    sangat diperlukan. Azwar (1995) menyebutkan bahwa media massa

    sebagai sarana penyampaian informasi juga berpengaruh terhadap

    pembentukan sikap seseorang. Media massa seringkali membawa pesan-

    pesan yang mengandung sugesti dimana pria sangat menarik bila

    berpenampilan rapi (Kartajaya, 2004).

    Pada indikator perawatan diri, dari hasil analisis diketahui bahwa

    mean empirik lebih kecil dari pada mean teoritik (47,01 < 50). Hal ini

    berarti masyarakat memiliki sikap negatif secara signifikan. Dengan

    demikian, masyarakat tidak menyetujui bila para pria merawat diri dengan

    pergi ke salon dengan melakukan perawatan kuku, tangan, dan kaki,

    melakukan luluran, spa dan facial. Azwar (1995) mempertegas bahwa

    sikap dapat dipengaruhi oleh faktor budaya dimana subjek berada dan

    dibesarkan. Levine (dalam Terranova,1998) memaparkan bahwa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    masyarakat masih memandang pria tidak semestinya berada pada area

    yang dianggap masih didominasi oleh wanita.

    Peneliti melakukan uji tambahan terhadap demografi subjek (usia,

    jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan). Hasil yang didapat

    adalah usia dan pendidikan terakhir subjek yang berpengaruh terhadap

    sikap terhadap kaum metroseksual. Dari hasil uji tambahan terdapat

    hubungan antara usia dan sikap subjek terhadap kaum metroseksual ( p =

    0,012 dan koefisien korelasi 0,250). Middlebrook ( dalam Azwar, 1995)

    mengatakan bahwa tak adanya pengalaman sama sekali dengan sesuatu

    objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek

    tersebut. Azwar (1995) mengatakan lebih lanjut bahwa sikap akan lebih

    mudah terbentuk apabila pengalaman terjadi dalam situasi yang

    melibatkan emosional. Metroseksual merupakan fenomena yang baru

    berada di masyarakat Yogyakarta, sehingga subjek bersikap negatif

    terhadap gaya hidup metroseksual ini. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh

    kebudayaan dimana subyek berada, laki-laki diharapkan untuk menjauhi

    area yang di dominasi oleh kalangan wanita.

    Pada hasil uji terhadap jenjang pendidikan terakhir, terdapat

    perbedaan yang signifikan antara jenjang pendidikan pada sikap subjek

    terhadap kaum metroseksual. Hal tersebut dapat dilihat dari hasilnya

    bahwa pendidikan S2 > pendidikan S1 > pendidikan SMU (215,20 >

    181,03 > 170,81). Azwar (1995) menjelaskan bahwa pendidikan

    meletakkan dasar pengertian dalam diri individu. Pada umumnya subjek

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya, semakin

    tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin terbuka sikapnya terhadap

    gaya hidup kaum metroseksual. Keterbukaan seseorang pada pemikiran

    baru, menjadikan konsep atau nilai-nilai baru menjadi dapat diterima oleh

    seseorang.

    Dari keseluruhan pembahasan terhadap sikap masyarakat dapat

    dilihat bahwa masyarakat Yogyakarta dalam penelitian ini cenderung

    menolak kaum metroseksual. Hal tersebut memperlihatkan bagaimana

    nilai-nilai yang ditanam dari generasi sebelumnya masih mengakar dalam

    diri seseorang melalui proses sosialiasi, dimana sifat-sifat maskulinitas

    tradisional masih diharapkan ada pada diri pria.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Masyarakat Yogyakarta pada penelitian ini memiliki sikap yang

    negatif terhadap kaum metroseksual. Hal tersebut dapat berarti mereka

    cenderung menolak kaum metroseksual.

    2. Berdasarkan analisis terhadap aspek kognitif, subjek memiliki sikap

    negatif yang signifikan. Hal itu artinya pada tataran konsep pemikiran

    pada dasarnya mereka menolak atau tidak menerima kaum

    metroseksual.

    3. Pada aspek afektif subjek tidak ada perbedaan yang signifikan antara

    menerima atau menolak. Hal tersebut berarti tidak dapat dipastikan

    apakah mereka memiliki sikap negatif atau positif terhadap kaum

    metroseksual.

    4. Pada aspek konatif diketahui bahwa masyarakat memiliki sikap yang

    negatif secara signifikan. Hal tersebut berarti subjek cenderung untuk

    menolak.

    5. Pada indikator gaya hidup, masyarakat pada penelitian ini memiliki

    sikap negatif yang signifikan, artinya mereka menolak jika pria

    mempunyai kegiatan yang sering menghabiskan waktu di mall/ kafe.

    6. Pada indikator penampilan diri, tidak ada perbedaan yang signifikan

    antara menerima atau menolak. Hal tersebut dapat berarti, sikap

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    mereka tidak dapat dipastikan apakah mereka memiliki sikap negatif

    atau positif terhadap kaum metroseksual.

    7. Pada indikator perawatan diri, masyarakat memiliki sikap negatif

    secara signifikan, artinya mereka menolak perawatan diri pada kaum

    metroseksual.

    8. Pada analisis tambahan demografi subjek, terhadap hubungan antara

    usia dan sikap terhadap kaum metroseksual.

    9. Pada demografi pendidikan terakhir, terdapat perbedaan sikap

    masyarakat terhadap kaum metroseksual, antara subyek yang memiliki

    jenjang pendidikan S2, dengan subyek yang memiliki jenjang

    pendidikan S1, dan dengan subyek yang memiliki jenjang pendidikan

    SMU.

    B. Saran

    1. Saran untuk penelitian selanjutnya,

    Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini

    karena keterbatasan waktu melakukan penelitian ini hendaknya

    penelitian berikutnya dapat menggunakan skala yang digunakan oleh

    peneliti agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Subjek penelitian

    juga hendaknya lebih banyak lagi agar hasil yang dicapai lebih

    terukur.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    2. Saran untuk masyarakat,

    Masyarakat perlu menyadari bahwa nilai-nilai yang diturunkan

    bukan hal yang kodrati, melainkan suatu harapan budaya terhadap

    kaum pria. Walaupun demikian pria mempunyai pilihan bebas untuk

    menunjukkan siapa dirinya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53

    DAFTAR PUSTAKA

    Arifin, S. (2004). Metroseksual. Diunduh 11 November, 2008 dari http://www.ipin4u.esmartstudent.com/mapres.htm

    Azwar, S. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar offset : Yogyakarta.

    Baroto, A. (2008). Metroseksual. Diunduh 20 Desember, 2008, dari http://bbawor.blogspot.com/2008_05_01_archive.html

    Iskandar, F. (2005). Apresiasi Pria Metroseksual di Kota Surabaya Terhadap Tayangan Iklan Produk Kosmetik Khusus Pria di Stasiun Televisi Nasional. Diunduh 17 November, 2008, dari http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_6786.html

    Kartajaya, et al. (2004). Metrosexual in Venus: Pahami Perilakunya, Bidik Hatinya, Menangkan Pasarnya. Jakarta : Mark Plus & Co Productions.

    Nauly, M. (2006). Konflik Peran Gender pada Pria : Teori dan Pendekatan Empirik. Diunduh 14 desember, 2008, dari http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-Meutia.pdf

    Rahardjo, W., & Silalahi, B.Y. (2007). Perilaku Konsumtif pada Pria Metroseksual Serta Pendekatan dan Strategi yang Digunakan Untuk Mempengaruhinya. Diunduh 7 Desember, 2008, dari http://repository.gunadarma.ac.id:8000/169/1/Wahyu_R_Perilaku_konsumtif.pdf

    Ronaldo, J.E.(2008). Proses Internalisasi Nilai Pada Remaja Punk di Yogyakarta.Diunduh 17 April, 2009, dari http://one.indoskripsi.com/node/3383

    Sarnianto, P. (2004). Pasang Naik Gaya Hidup Metroseksual. Diunduh 2 februari, 2009, dari http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=40&pageNum=3

    Terranova, Nurseto, H.E., & Mahatmaji, J. (2008). Being Masculine Ketika Kelelakian Tertanam di Benak. Diunduh 5 Januari, 2009, dari http://phadli23.multiply.com/journal/item/270/Being_Masculine

    Tjahyadi, D., & Kusumo D.W. (2007). Studi Deskriptif : Profil Aktivitas Leisure Pria Metroseksual di Kota Surabaya. Diunduh 5 Desember, 2008, dari http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/mpar/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 54

    35403012-6790-leisure_pria-chapter1.pdf+fenomena+metroseksual+tika+bisono&hl=id&gl=id&sig=AFQjCNGiZkkqvFmMLmtBoWKW7Aj3JkWUSA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 55

    LAMPIRAN

    Skala Penelitian

    Skor Jawaban Subjek

    Reliabilitas

    Analisis Item

    Uji Tambahan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Skala Penelitian

    Salam sejahtera,

    Yang terhormat Bapak, Ibu, Saudara/i, saya memohon kesediaan Anda untuk

    mengisi kuisioner ini. Kuisioner ini berisi pernyataan mengenai gaya hidup pria di

    masa sekarang. Tujuan kuisioner ini adalah untuk kepentingan penelitian skripsi.

    dimana membutuhkan respon anda dalam menyikapi gaya hidup pria pada masa

    sekaran