plagiat merupakan tindakan tidak terpuji abstract dewangkara, robertus. 2011. “difference of...

122
PERBEDAAN BUNYI PADA KATA DALAM ANTOLOGI TEMPO DOELOE DENGAN KATA DALAM BAHASA BETAWI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Robertus Dewangkara G. Anggara NIM: 054114009 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA April 2011 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: hatram

Post on 18-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

PERBEDAAN BUNYI PADA KATA

DALAM ANTOLOGI TEMPO DOELOE

DENGAN KATA DALAM BAHASA BETAWI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Robertus Dewangkara G. Anggara

NIM: 054114009

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

April 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

i

PERBEDAAN BUNYI PADA KATA

DALAM ANTOLOGI TEMPO DOELOE

DENGAN KATA DALAM BAHASA BETAWI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Robertus Dewangkara G. Anggara

NIM: 054114009

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

April 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

vi

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan

tepat pada waktunya.

Rasa penuh syukur dan terima kasih penulis haturkan kepada:

(1) Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum selaku pembimbing I yang telah

membantu dengan sabar kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

(2) Ibu S.E. Peni Adji, S.S., M. Hum selaku pembimbing II yang telah

membantu dengan sabar kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

(3) Drs. B. Rahmanto, M. Hum, Drs. Hery Antono, M. Hum, Dr. I. Praptomo

Baryadi, M. Hum, S.E. Peni Adji, S.S, M. Hum, dan Dra. Fr. Tjandrasih

Adji, M. Hum selaku Bapak / Ibu dosen pengampu mata kuliah di Program

Studi (Prodi) Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang telah

mengajar dengan sabar dan penuh kasih sayang kepada penulis.

(4) Staf Sekretariat Sastra Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

pelayanan dengan baik.

(5) Petugas perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

pelayanan dengan baik.

(6) Bapak P.Y Tri Sudaryatno dan Ibu V. Evi Kristiani selaku orang tua yang

telah memberikan dukungan doa dan semangat kepada penulis.

(7) Christiana Sepi, orang yang penulis cintai, yang telah memberikan

dorongan semangat kepada penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

viii

MOTTO

• Hidup tak semudah membalikkan telapak tangan.

• Kebahagiaan ada di depan mata, tinggal bagaimana caranya

mendapatkan kebahagiaan itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

ix

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk

Orang yang penulis cinta, kedua orang tua,

dan saudara-saudara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

x

ABSTRAK Dewangkara, Robertus. 2011. “Perbedaan Bunyi pada Kata dalam Antologi

Tempo Doeloe dengan Kata dalam Bahasa Betawi”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Skripsi ini membahas perbedaan bunyi pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. Pertama, aneka jenis perbedaan bunyi pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi. Kedua, kategori kata yang maknanya sama tetapi berbeda bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi. Tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan perbedaan bunyi pada kata yang maknanya sama tetapi berbeda bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi. Kedua, mendeskripsikan kategori kata yang maknanya sama tetapi berbeda bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap strategis yang berurutan: pengumpulan data, penganalisisan data, dan penyajian hasil analisis data. Ketiga tahapan itu membutuhkan metode dan teknik, yaitu metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode penyajian hasil analisis data. Dalam metode pengumpulan data, metode yang digunakan adalah metode simak, dan teknik yang digunakan adalah teknik catat. Dalam metode analisis data, metode yang digunakan adalah metode agih, dan teknik yang digunakan adalah teknik ganti, teknik padan referensial, dan teknik perluas. Dalam penyajian hasil analisis data, metode yang digunakan adalah metode informal. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kata yang berakhir bunyi [a] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang berakhir bunyi [e] dalam bahasa Betawi, kata yang berakhir bunyi [ah] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang berakhir bunyi [e] dalam bahasa Betawi, bunyi [h], [i], [s], dan [ə] pada awal kata dan menjadi hilang dalam bahasa Betawi, kata yang mempunyai bunyi tengah [a] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang mempunyai bunyi [ə] dalam bahasa Betawi, kata yang mempunyai diftong [ai] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang mempunyai bunyi [e] dalam bahasa Betawi, kata yang mempunyai bunyi tengah [i] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang mempunyai bunyi tengah [ε] dalam bahasa Betawi, kata yang mempunyai diftong [au] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang mempunyai bunyi [o] dalam bahasa Betawi, bunyi [h] pada akhir kata dan menjadi hilang dalam bahasa Betawi, bunyi pada antologi Tempo Doeloe berbeda dengan bunyi dalam bahasa Betawi, dan kata yang mempunyai bunyi tengah [u] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang mempunyai bunyi tengah [ò] dalam bahasa Betawi. Kedua, kata yang sama maknanya tetapi berbeda bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

xi

dimasukkan ke dalam beberapa kategori kata. Kategori itu meliputi kata ganti (pronomina), kerja (verba), keterangan (adverbia), benda (nomina), sambung (konjungsi), sifat (adjektif), bilangan (numeralia), dan depan (preposisi). Perbedaan bunyi pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi mempunyai dua hal penting. Pertama, bunyi vokal dan konsonan yang berubah bunyi, dan kedua, bunyi vokal dan konsonan yang hilang. Bunyi vokal dan konsonan yang mengalami perubahan bunyi yaitu bunyi [a], [ah], dan [ai] menjadi [e], bunyi tengah [a] menjadi [ə], bunyi tengah [i] menjadi [ε], bunyi [au] menjadi [o], dan bunyi [u] menjadi [ò]. Bunyi vokal dan konsonan yang hilang yaitu bunyi [h], [i], [s], dan [ə].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

xii

ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo

Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis on Indonesian Literature Studies Program, Faculty of Letters, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This thesis discusses the difference of speech in words in the Tempo

Doeloe antology with the words in Betawi language. Issues discussed in this paper are as follows. First, various kinds of sound difference on the word in the Tempo Doeloe antology with the word in Betawi language. Second, the category of words whose meaning is similar but different sounds in the Tempo Doeloe antology with the words in Betawi language. The goal of this thesis is as follows. First, describe the difference of speech in the word whose meaning is similar but different sounds in the Tempo Doeloe antology with the words in Betawi language. Second, describe the category of words same with similar meanings but different speech in the Tempo Doeloe antology with words in Betawi language. This research was conducted through three strategic phase’s sequence: collecting data, analyzing data, and presenting the results of data analysis. The three stages that require the methods and techniques, the methods and techniques of data collection methods and data analysis techniques, and methods of presenting the results of data analysis. In the data collection method, the method used is the method of observe, and the techniques used are the technique of note. In the method of data analysis, the method used is allot methods, and techniques used is the technique of substitute, referential frontier techniques, and techniques expand. In presenting the results of data analysis, the method used is the informal method. The results of this study are as follows. First, a word that ends the speech [a] in the Tempo Doeloe antology becomes a word that ends the speech [e] in Betawi language, a word that ends the speech [ah] in the Tempo Doeloe antology becomes word that ends the speech [e] in Betawi language, the speech [h], [i], [s], and [ə] at the beginning of the word and become lost in Betawi language, words that have a speech middle of [a] in the Tempo Doeloe antology become a word that has the speech [ə] in Betawi language, word which has the diphthongs [ai] in the Tempo Doeloe antology become a word that has the speech [e] in Betawi language, words that have a speech middle [i] in the Tempo Doeloe antology become into a speech middle of a word that has the speech [ε] in Betawi language, words that have diphthongs [au] in the Tempo Doeloe antology become words that have the speech [o] in Betawi language, the speech [h] at the end of the word and become lost in Betawi language, the speech of the Tempo Doeloe antology is different from Betawi language speechs, and words that have middle speech [u] in the Tempo Doeloe antology become into words that have a speech middle [ò] in Betawi language. Second, the words with similar meanings but different speech in the Tempo Doeloe antology with words in the Betawi language can be incorporated into a few categories of words. Categories include pronouns

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

xiii

(pronouns), work (verb), description (adverb), object (noun), connecting (conjunctions), properties (adjectives), numbers (numeralia), and front (preposition). Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by the word in Betawi language have two important thing. First, speech vocal and consonant which change of speech, and, second, speech vocal and consonant lost. Speech vocal and consonant which to experience change of speech there are speech [a], [ah], and [ai] become [e], middle speech [a] become [ə], middle speech [i] become [ε], speech [au] become [o], and speech [u] become [ò]. Speech of vocal and consonant which lost are speech [h], [i], [s], and [ə].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………………….... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………………………………. v

KATA PENGANTAR………………………………………………….. vi

MOTTO………………………………………………………………..... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….. ix

ABSTRAK…………………………………………………………….... x

ABSTRACT …………………………………………………………….. xii

DAFTAR ISI………………………………………………………….... xiv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………... 4

C. Tujuan Penelitian……………………………………………. 4

D. Manfaat Penelitian………………………………………….. 5

E. Tinjauan Pustaka……………………………………………. 5

F. Landasan Teori…………………………………………….... 5

G. Metode Penelitian…………………………………………... 17

H. Sistematika Penyajian………………………………………. 21

BAB II PERBEDAAN BUNYI KATA DALAM ANTOLOGI TEMPO

DOELOE DAN KATA DALAM BAHASA BETAWI……….. 23

A. Pengantar…………………………………………………… 23

B. Kata yang Berakhir Bunyi [a] dalam Antologi Tempo Doeloe

Menjadi Kata yang Berakhir Bunyi [e] dalam Bahasa

Betawi……………………………………………………….. 23

C. Kata yang Berakhir Bunyi [ah] dalam Antologi Tempo Doeloe

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

xv

Menjadi Kata yang Berakhir Bunyi [e] dalam Bahasa

Betawi………………………………………………………. 28

D. Bunyi [h], [i], [s], dan [ə] Pada Awal Kata dan Menjadi

Hilang dalam Bahasa Betawi……………………………….. 29

E. Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [a] dalam Antologi

Tempo Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi [ə]

dalam Bahasa Betawi………………………………………. 31

F Kata yang Mempunyai Diftong [ai] dalam Antologi Tempo

Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi [e] dalam

Bahasa Betawi……………………………………………… 34

G. Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [i] dalam Antologi

Tempo Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi

Tengah [ε] dalam Bahasa Betawi…………………………... 36

H. Kata yang Mempunyai Diftong [au] dalam Antologi Tempo

Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi [o] dalam

Bahasa Betawi……………………………………………… 37

I. Bunyi [h] Pada Akhir Kata dan Menjadi Hilang dalam

Bahasa Betawi……………………………………………… 37

J. Bunyi Pada Antologi Tempo Doeloe Berbeda dengan Bunyi

Bahasa Betawi……………………………………………… 40

K. Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [u] dalam Antologi

Tempo Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi

[ò] dalam Bahasa Betawi…………………………………… 43

BAB III KATEGORI KATA YANG SAMA MAKNANYA TETAPI

BERBEDA BUNYINYA DALAM ANTOLOGI TEMPO

DOELOE DENGAN KATA DALAM BAHASA BETAWI…. 45

A. Pengantar…………………………………………................ 45

B. Kata Ganti (Pronomina)…………………………………….. 45

C. Kata Kerja (Verba)………………………………………….. 47

D. Kata Keterangan (Adverbia)………………………………... 51

E. Kata Benda (Nomina)……………………………………….. 52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

xvi

F. Kata Sambung (Konjungsi)………………………………….. 60

G. Kata Sifat (Adjektif)………………………………………... 60

H. Kata Bilangan (Numeralia)…………………......................... 64

I. Kata Depan (Preposisi)……………………………………... 65

BAB IV PENUTUP…………………………………………………..... 66

A. Kesimpulan…………………………………………………. 66

B. Saran………………………………………………………... 67

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 68

LAMPIRAN……………………………………………………………. 69

BIODATA……………………………………………………………… 105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tempo Doeloe adalah antologi sastra pra-Indonesia yang ditulis oleh

empat pengarang dengan delapan cerita: F. Wiggers (Dari Boedak Sampe Djadi

Radja), Tio Ie Soei (Pieter Elberveld), F.D.J. Pangemanann (Tjerita Rossina

dan Tjerita si Tjonat), G. Francis (Tjerita Njai Dasima), dan H. Kommer (Tjerita

Kong Hong Nio dan Tjerita Nji Paina).

Cerita-cerita dalam antologi ini bukan tergolong cerita Indonesia

sekalipun terjadi di bumi Nusantara, tetapi dimasukkan ke dalam golongan

Melayu lingua franca, sastra assimilatif atau pra-Indonesia (A. Toer, 2003:18). Di

bidang bahasa, bukan bahasa Melayu, tetapi Melayu yang terjadi karena

pertemuan antar berbagai bangsa dan suku di Nusantara, yang pada mulanya

hanya dipergunakan secara lisan. Melayu lingua franca merupakan fenomena

tunggal di Asia Tenggara yang dipergunakan dan dikembangkan oleh orang-orang

asing sewaktu memasuki Nusantara dari Malaka sebagai pangkalan (A. Toer,

2003:18).

Salah satu hal yang menarik perhatian penulis dari antologi Tempo Doeloe

adalah penggunaan bahasanya. Bahasa yang digunakan dalam antologi Tempo

Doeloe adalah bahasa Melayu. Setelah penulis cermati, ternyata bahasa Melayu

dalam antologi Tempo Doeloe memiliki kemiripan kata dengan bahasa Betawi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

2

Dalam bahasa Melayu pada antologi Tempo Doeloe digunakan kata-kata yang

maknanya sama, tetapi bunyinya berbeda. Berikut ini contohnya:

(1) Rossina tiada brani berbantah pada kehendak nyonyanya. (hal 200)

(2) “Ada apa Sarina? Mengapa kau begini?” (hal 129)

(3) Soeda tiga malem ampir tida dapet tidoer sama sekali, ampir tenga malem

Sarina telah djadi poeles di pangkoean iboenda. (hal 138)

Kata nyonya, apa, dan tiga dalam kalimat (1), (2), dan (3) memiliki

padanan makna dengan kata dalam bahasa Betawi nyonye, ape, dan tige.

(1a) Rossine kagak brani bantah kehendak nyonyenye.

(2a) “ Ade ape Sarine? Mengapa ente begini?”

(3a) Ude tige malem kagak dapet tidur ame sekali, Sarine telah pules di

pangkuan ibunda.

Kata nyonya dan nyonye memiliki persamaan makna, tetapi berbeda

bunyi. Kata nyonya, memiliki bunyi akhir [a], sedangkan nyonye, memiliki bunyi

akhir [e]. Kata apa dan ape memiliki persamaan makna, tetapi berbeda bunyinya.

Kata apa, memiliki bunyi akhir [a], sedangkan ape, memiliki bunyi akhir [e]. Kata

tiga dan tige memiliki persamaan makna, tetapi berbeda bunyi. Kata tiga,

memiliki bunyi akhir [a], sedangkan tige memiliki bunyi akhir [e].

Persoalan pertama yang dibicarakan dalam penelitian ini adalah aneka

jenis perbedaan bunyi pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam

bahasa Betawi. Perhatikan contoh berikut:

(4) Kaloe toewan maoe simpan, baik, akoe kasih. (hal 60)

(5) Dia dengar dalam atinja soewara opsir memarentah. (hal 89)

(6) “Diam-diam, Raden Ajoe, diam! Berkata ia dengan pelahan. (hal 100)

Kata simpan, dengar, dan diam memiliki padanan makna dengan simpen,

denger, dan diem dalam bahasa Betawi.

(4a) Kalo tuan mau simpen, aye kasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

3

(5a) Die denger dalem atinye suare memerentah.

(6a) “Raden Ayu diem!” Ia berkate dengan pelahan.

Kata simpan, dengar, dan diam dengan kata simpen, denger, dan diem

memiliki persamaan makna tetapi berbeda bunyinya. Kata simpan, dengar, dan

diam memiliki bunyi tengah [a], sedangkan kata simpen, denger, dan diem

memiliki bunyi tengah [ə].

Persoalan kedua yang dibahas dalam skripsi ini adalah kategori kata yang

maknanya sama tetapi berbeda bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan

kata dalam bahasa Betawi. Perhatikan contoh berikut:

(7) “Kenapa loe djatoin Sinjo?” (hal 152)

(8) “Ach! Nona tida taoe begimana hatikoe ini, soedah lama ada tjinta pada

nona.” (hal 178)

(9) Apa betoel si Sa-oedin boleh di pertjaja? (hal 340)

Kata kenapa, cinta, dan percaya memiliki padanan makna dengan kenape,

cinte, dan percaye dalam bahasa Betawi.

(7a) “Kenape ente jatoin Sinyo?”

(8a) “Ah, None kagak tau begimane ati aye ni, yang ude lama cinte none.”

(9a) Ape betul si Saudin bisa dipercaye?

Kata kenapa, cinta, dan percaya dengan kata kenape, cinte, dan percaye

memiliki persamaan makna tetapi berbeda bunyinya. Kata kenapa, cinta, dan

percaya memiliki bunyi akhir [a], sedangkan kata kenape, cinte, dan percaye

memiliki bunyi akhir [e]. Kata kenapa, cinta, dan percaya termasuk kategori kata

ganti penanya, kata sifat, dan kata kerja.

Selain karena ingin menjawab persoalan tersebut, perbedaan bunyi pada

kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi dipilih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

4

sebagai objek penelitian ini karena perbedaan bunyi pada kata dalam antologi

Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi belum ada yang membahas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat kata yang sama maknanya

dalam bahasa Betawi, tetapi berbeda bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe

dengan kata dalam bahasa Betawi, maka rumusannya dapat dirinci sebagai

berikut:

1.2.1 Perbedaan bunyi apa saja kata yang sama maknanya tetapi berbeda

bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa

Betawi?

1.2.2 Kategori kata apa saja kata yang sama maknanya tetapi berbeda

bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa

Betawi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan perbedaan bunyi pada kata yang maknanya

sama tetapi berbeda bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe

dengan kata dalam bahasa Betawi.

1.3.2 Mendeskripsikan kategori kata yang maknanya sama tetapi berbeda

bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa

Betawi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

5

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang kata-kata dalam bahasa

tertentu mirip dengan bahasa lain tetapi mempunyai persamaan makna. Selain itu,

hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan bidang ilmu fonologi dan

semantik. Dalam bidang fonologi, hasil penelitian ini menjelaskan perbedaan

bunyi pada kata dalam Melayu dan bahasa Betawi. Dalam bidang semantik, hasil

penelitian ini menerangkan kata yang maknanya sama dalam bahasa Melayu dan

bahasa Betawi

1.5 Tinjauan Pustaka

Dalam buku Tata Bahasa Melayu Betawi (1988), Kay Ikranagara

menjelaskan kata-kata yang sering dipakai oleh masyarakat Betawi tetapi tidak

menjelaskan perbedaan bunyi pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan

kata dalam bahasa Betawi. Hal serupa juga dijelaskan oleh Muhajir dalam

bukunya yang berjudul Morfologi Dialek Jakarta (1984). Dalam bukunya,

Muhajir juga menjelaskan kata-kata apa saja yang sering dipakai oleh masyarakat

Betawi, sehingga kesimpulannya belum ada yang membahas perbedaan bunyi

pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi.

1.6 Landasan Teori

Persoalan yang dibahas dalam skripsi ini adalah kategori kata yang

maknanya sama tetapi berbeda bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

6

kata dalam bahasa Betawi. Jadi, dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai

bahasa Melayu, kategori kata dan bunyi.

1.6.1 Bahasa Betawi

1.6.1.1 Penduduk

Para ahli mengungkapkan bahwa inti penduduk kota Jakarta pada masa

lampau bukanlah ‘asli’, dalam arti bukan penduduk yang menetap sejak sebelum

kota dan masyarakat Jakarta terbentuk. Pada awal abad ke-19, unsur terpenting

penduduk Jakarta adalah golongan budak dan golongan Cina. Pada akhir abad ke-

19, golongan budak telah bercampur menjadi satu kelompok penduduk yang

dikenal sebagai “Orang Betawi”, atau penduduk asli Jakarta (Depdikbud, 1979:1).

1.6.1.2 Bahasa

Dialek Jakarta dapat dibagi menjadi 2 subdialek sosial, yaitu: (1) dialek

Jakarta modern, dan (2) dialek konvensional. Yang pertama, ditandai oleh

pemakaian vokal /e/ yang hanya terbatas pada kata-kata tertentu saja, yakni kata-

kata yang termasuk perbendaharaan kata dasar saja, sedang yang kedua, ditandai

oleh pengucapan vokal /e/ akhir secara konsisten untuk setiap kata yang dalam

bahasa Indonesia berakhir dengan vokal /a/ (Depdikbud, 1979:5).

1.6.1.3 Fungsi

Pada akhir abad ke-19, dialek Jakarta merupakan bahasa pergaulan di

antara penduduk kota Jakarta. Dewasa ini, dialek Jakarta bukan saja dipergunakan

sebagai bahasa pergaulan di pasar, antartetangga, dan di tempat bekerja, atau

dalam kesenian tradisional, melainkan juga mulai dipakai untuk berbagai

keperluan dalam media massa (Depdikbud, 1979:5).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

7

1.6.2 Bahasa Melayu

1.6.2.1 Pengantar

Bahasa Melayu ialah bahasa yang dituturkan oleh penduduk Sumatra

Tengah dari pantai Timur ke pantai Barat, jazirah (semenanjung) Malaka

(Malaya) dengan dua kepulauan yang terletak di sebelah selatannya dan di

pemukiman-pemukiman Melayu di pantai Barat Kalimantan. Bahasa Melayu

Sumatra Barat dinamakan bahasa Minangkabau, sedangkan bahasa Melayu

lainnya disebut bahasa Johor atau Riau.

Bahasa Melayu yang tak murni oleh khalayak ramai diberi nama Melayu

Rendah berlawanan dengan bahasa Melayu murni yang bernama Melayu Tinggi.

Penamaan ini diberikan dengan mencontoh ungkapan yang tidak khusus yaitu

bahasa Jawa Tinggi dan bahasa Jawa Rendah. Bahasa Jawa Tinggi (krama) ialah

bahasa yang dipakai oleh bawahan kepada atasannya, maka dinamakan bahasa

khidmat dan hormat. Bahasa Jawa Rendah (ngoko) dituturkan oleh atasan kepada

bawahan. Meskipun nama tinggi dan rendah untuk bahasa Jawa kurang tepat,

tetapi paling tidak mengungkapkan sesuatu, artinya membedakan dua jenis bahasa

yang digunakan oleh bawahan dan oleh atasan (Van Wijk, 1985:XVIII).

Dalam bahasa Melayu, berbeda dari bahasa Jawa. Bahasa Melayu tidak

terdapat gejala bahwa seorang bawahan agar dapat mengungkapkan suatu

pengertian, menggunakan kata lain dari orang atasan atau mengubah bentuk kata

yang dipakai oleh atasannya. Ini tidak terjadi meskipun bahasa Melayu

mempunyai sejumlah kecil kata yang mula-mula hanya dapat digunakan mengenai

raja, tetapi lambat laun mendapat arti yang lebih luas dan diterapkan pada para

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

8

atasan pada umumnya, apakah atasan dalam hal kedudukan dalam masyarakat,

atau lebih tua umurnya (Van Wijk, 1985:XIX).

1.6.2.2 Asal-usul Melayu

Asal-usul nama Melajoe telah diadakan bermacam-macam terkaan, tetapi

belum terdapat kepastian mengenai soal itu. Dalam kitab Sadjarah Malajoe, nama

Soengai Malajoe ‘sungai deras’, sebuah sungai kecil di Palembang dicantumkan.

Daerah alirannya bernama tanah Malajoe. Penduduknya bernama orang Malajoe,

dan bahasanya disebut bahasa Malajoe (Van Wijk, 1985:XX).

Beberapa orang menjelaskan arti orang Malajoe dengan ‘orang yang lari,

pelarian’ yaitu imigran, pemboyong ke negeri lain. Orang lain dalam kata Malajoe

dianggap oleh Dr. van der Tuuk sebagai ‘penyeberang’, yaitu ke agama Islam.

Agama Islam di Kepulauan Hindia Timur (Indonesia) pertama-tama secara umum

diterima baik oleh orang Melayu. Dalam waktu singkat, mereka menjadi pengikut

ajaran Nabi Muhammad S.A.W. yang sebegitu rajin sehingga nama orang Malajoe

mendapat hati yang sama dengan orang Islam (Van Wijk, 1985:XX).

1.6.2.3 Bunyi

• Konsonan

Dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Melayu, Van Wijk (1985:3)

menjelaskan bahwa semua bunyi dalam bahasa Melayu digambarkan dengan 23

bunyi, yaitu 18 konsonan dan 5 vokal. Menurut alat yang bertugas untuk

mengucapkan konsonan-konsonan, maka bunyi-bunyi dapat dibagi menjadi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

9

Tajam Lembut Nasal Huruf cair Aspirasi

Sengau (Huruf getar) (Huruf tiup)

Huruf kerongkongan k g ng r h

Huruf langit-langit tj dj nj

Huruf gigi t d n l

Huruf bibir p b m

Huruf desis s

Tengah vokal j dan w, di antaranya bunyi [j] termasuk huruf langit-

langit, huruf w termasuk huruf bibir.

Bunyi [h] pada awal kata kebanyakan tidak kedengaran. Pada akhir bunyi

[h] bertugas untuk membuat bunyi pendahulunya lebih pendek dan lebih redup,

tetapi tetap ditahan di belakang mulut. Dalam ucapan, hadir atau tidaknya huruf

ini sebagai penutup perlu diperhatikan. Antara dua vokal yang berlainan, bunyi [h]

lenyap sama sekali dalam ucapan (Van Wijk, 1985:4).

Bunyi [w] sangat bersifat vokal pada awal kata dan lebih sesuai dengan

bunyi [w] dalam bahasa Inggris.

Bunyi [k] akhir hampir tidak terdengar karena tertahan dalam bagian

belakang mulut. Bunyi [k] tidak terjadi pada akhir kata saja, melainkan juga pada

akhir suku kata yang bukan suku akhir kata bunyinya jauh kurang jelas terdengar

dibandingkan dengan bunyinya dalam bahasa Belanda.

Bunyi [p] dan [t] pada akhir kata sering menjadi kurang tegas dalam

ucapan dan dalam logat beralih menjadi [b] dan [d]. Bunyi [b] dan [d] dalam

bahasa Melayu tidak pernah terdapat sebagai penutup kata, kecuali dalam kata

Arab.

Bunyi [r] dalam beberapa daerah diucapkan secara uvular (pada anak

tekak) dan lunak, hingga bunyinya sebagai penutup sesudah vokal [ə] hampir

tidak atau sama sekali tidak terdengar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

10

Bunyi [s] selalu tegas, dan bila terdapat di antara dua vokal, ucapannya

tidak boleh dicampuradukkan dengan bunyi [z] yang tidak ditemukan dalam

bahasa Melayu seperti yang sering dilakukan oleh orang Belanda.

• Vokal

Dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Melayu, Van Wijk (1985:6)

menjelaskan bahwa bunyi vokal dasar dalam bahasa Melayu ialah [a], [e], [i], [o],

dan [oe], ditambah dengan bunyi [e] bisu yang sesuai dengan bunyi [e] bahasa

Belanda. Tentang ucapannya, bunyi bahasa Melayu selalu sedikit kurang panjang

dan kurang bulat dibanding bahasa Belanda.

Bunyi [a] terbuka pada akhir kata sesuai dengan bunyi [a] dalam bahasa

Belanda dan diucapkan.

Bunyi [e] dalam suku kata terbuka sama bunyinya dengan bunyi [e] dalam

suku kata pertama kata Belanda. Dalam suku kata tertutup, bunyi [e] asal bukan

pepet mendapat bunyi terakhir.

Bunyi [i], dan [o] sama dengan bunyi [ie], dan [o] dalam bahasa Belanda.

Bunyi [oe] sesuai dengan bunyi [oe] dalam bahasa Belanda juga dalam

suku kata tertutup bunyi tersebut dipertahankannya tetapi agak kurang bulat dan

sering sedikit banyak cenderung ke bunyi [o].

Van Wijk (1985:8) menjelaskan bahwa diftong hanya ada dua buah dalam

bahasa Melayu, yaitu [ai], dan [au] yang hanya tampil pada akhir kata.

1.6.3 Kategori Kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

11

Secara umum, kategori kata (kelas kata) dapat dibedakan menjadi kata

ganti, kerja, keterangan, benda, sambung, sifat, bilangan, depan, interogatif,

demonstratif, artikula, fatis, dan interjeksi.

1.6.3.1 Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti (pronomina) adalah segala kata yang dipakai untuk

menggantikan kata benda atau yang dibendakan (Keraf, 1984:65). Menurut

Kridalaksana (2007:76), kata ganti adalah kategori yang berfungsi untuk

menggantikan nomina. Kata ganti dapat dibedakan menjadi: kata ganti orang,

penunjuk, dan penanya.

Kata ganti orang (pronomina persona) adalah kata yang biasa digunakan

untuk menggantikan kata ganti orang yang asli (Keraf, 1984:65). Moeliono

(1997:172) berpendapat bahwa kata ganti orang adalah pronomina yang dipakai

untuk mengacu ke orang. Kata ganti penunjuk (pronomina penunjuk) adalah kata-

kata yang menunjuk dimana terdapat sesuatu benda (Keraf, 1984 : 68). Kata ganti

penanya (pronomina penanya) adalah kata yang menanyakan tentang benda,

orang, atau sesuatu keadaan (Keraf, 1984:70). Menurut Moeliono (1997:184), kata

ganti penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan.

1.6.3.2 Kata Kerja (Verba)

Kata kerja (verba) adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau

laku (Keraf, 1984:63). Menurut Kridalaksana (2007:51), kata kerja adalah (1) kata

yang kemungkinan dapat didampingi partikel tidak dalam konstruksi, dan (2)

tidak dapat didampingi dengan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel sangat,

lebih, atau agak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

12

1.6.3.3 Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan (adverbia) adalah kata yang memberi keterangan pada

verba, adjektiva, nomina, predikatif, atau kalimat (Moeliono, 1997:223),

sedangkan kata keterangan menurut Kridalaksana (2007:81) adalah kategori yang

dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis.

1.6.3.4 Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah nama dari semua benda, dan segala yang

dibendakan (Keraf, 1984:62). Menurut Kridalaksana (2007:68), kata benda adalah

kategori yang secara sintaksis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung

dengan partikel tidak, dan (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel

dari.

1.6.3.5 Kata Sambung (Konjungsi)

Kata sambung (konjungsi) menurut Kridalaksana (2007:102) adalah

kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi

hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam

konstruksi, sedangkan kata sambung adalah kata yang menghubungkan kata-kata,

bagian-bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat (Keraf, 1984:78).

1.6.3.6 Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat

atau keadaan orang, benda, atau binatang (Moeliono, 1997:209). Kridalaksana

(2007:59) berpendapat bahwa kata sifat adalah kategori yang ditandai oleh

kemungkinannya untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

13

nomina, (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai cirri-

ciri morfologis, dan (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks.

1.6.3.7 Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung

banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang), dan konsep (Moeliono,

1997:192). Menurut Kridalaksana (2007:79), kata bilangan adalah kategori yang

dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai

potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan

tidak atau dengan sangat.

1.6.3.8 Kata Depan (Preposisi)

Kata depan (preposisi) adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau

bagian-bagian kalimat (Keraf, 1984:79). Kata depan menurut Kridalaksana

(2007:95) adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina)

sehingga terbentuk frase eksosentris direktif.

1.6.3.9 Kata Interogativa

Kata Interogativa (Kridalaksana, 2007:88) adalah kategori dalam kalimat

interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh

pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara.

1.6.3.10 Kata Demonstratif (Demonstrativa)

Kata demonstratif (demonstrativa) adalah kategori yang berfungsi untuk

menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana (Kridalaksana, 2007:92).

1.6.3.11 Kata Artikula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

14

Kata artikula adalah kategori yang mendampingi nomina dasar, nomina

deverbal, pronomina, dan verba pasif dalam konstruksi eksosentris yang

berkategori nominal (Kridalaksana, 2007:93)

1.6.3.12 Kategori Fatis

Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan,

atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan kawan bicara (Kridalaksana,

2007:114)

1.6.3.13 Kata Interjeksi

Kridalaksana (2007:120) berpendapat bahwa kata interjeksi adalah kata

yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara; dan secara sintaktis tidak

berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran.

1.6.4 Bunyi

Dalam bukunya yang berjudul Fonetik, Marsono dapat mengklasifikasi

bunyi menjadi (1) Vokal, Konsonan, dan Semi-vokal, (2) Nasal dan Oral, (3)

Keras (Fortes) dan Lunak (Lenes), (4) Bunyi Panjang dan Pendek, (5) Bunyi

Rangkap dan Tunggal, (6) Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring, dan (7) Bunyi

dengan Arus Udara Egresif dan Bunyi dengan Arus Ingresif.

1.6.4.1 Vokal, Konsonan, dan Semi vokal

Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita

suara tanpa penyempitan atau penutupan apa pun pada tempat pengartikulasian

mana pun (Verhaar, 2004:38). Konsonan menurut Verhaar (2004:33) adalah bunyi

yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

15

bicara, sedangkan Marsono (1999:16) berpendapat bahwa bunyi semi-vokal

adalah bunyi yang pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni.

1.6.4.2 Nasal dan Oral

Nasal adalah bunyi yang jika udara keluar disertai keluarnya udara melalui

rongga hidung dengan cara menurunkan langit-langit lunak beserta ujung anak

tekaknya. Oral adalah bunyi yang jika langit-langit lunak beserta ujung anak tekak

menaik menutupi rongga hidung sehingga udara hanya melalui rongga mulut saja

(Marsono, 1999:17).

1.6.4.3 Keras (Fortes) dan Lunak (Lenes)

Pembedaan Keras (Fortes) dan Lunak (Lenes) didasarkan pada ada

tidaknya ketegangan kekuatan arus udara pada waktu bunyi itu diartikulasikan.

Bunyi bahasa disebut keras bila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan

kekuatan arus udara, sedangkan bunyi bahasa disebut lunak bila pada waktu

diartikulasikan tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara (Marsono, 1999:18).

1.6.4.4 Bunyi Panjang dan Pendek

Pembedaan bunyi panjang dan pendek didasarkan pada lamanya bunyi itu

diucapkan, atau lamanya bunyi itu diartikulasikan (Marsono, 1999:19).

1.6.4.5 Bunyi Tunggal dan Rangkap

Bunyi tunggal adalah bunyi yang terdapat dua suku kata yang berbeda,

sedangkan bunyi rangkap adalah bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat

dalam satu suku kata. Bunyi rangkap vokal disebut diftong. Diftong adalah huruf

yang menghasilkan bunyi sengau (huruf kembar) (Yasyin, 1997:115). Ciri diftong

ialah keadaan posisi lidah dalam mengucapkan bunyi vokal yang satu dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

16

yang lain saling berbeda (Marsono, 1999:19). Diftong dapat dibedakan atas

diftong naik (rising diphtongs), turun (falling diphtongs), dan memusat (centering

diphtongs)

Diftong naik (rising diphtongs) adalah diftong yang posisi lidah lebih

tinggi saat vokal kedua diucapkan daripada yang pertama (Marsono, 1999:50).

Marsono (1999:56) berpendapat bahwa diftong turun (falling diphtongs) adalah

diftong yang apabila posisi lidah yang kedua diucapkan lebih rendah dari yang

pertama. Diftong memusat (centering diphtongs) adalah diftong yang diucapkan

dengan menggerakkan lidah ke vokal tengah sentral (Marsono, 1999:58).

1.6.4.6 Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring

Pembedaan bunyi berdasarkan bunyi nyaring dan tidak nyaring itu adalah

tinjauan menurut aspek auditoris. Derajat kenyaringan itu ditentukan oleh luas

sempitnya atau besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan.

Semakin luas ruang resonansi saluran bicara yang dipakai semakin tinggi derajat

kenyaringannya. Sebaliknya, semakin sempit ruang resonansinya semakin rendah

derajat kenyaringannya (Marsono, 1999:20).

1.6.4.7 Bunyi dengan Arus Udara Egresif dan Bunyi dengan Arus Ingresif

Egresif adalah pembentukan bunyi yang dilaksanakan dengan arus udara

keluar dari paru-paru. Ingresif adalah bunyi yang terbentuk dengan arah udara

masuk ke dalam paru-paru (Marsono, 1999:23). Arus udara egresif dibagi menjadi

dua, yaitu egresif pulmonik dan egresif glotalik. Arus udara ingresif dibagi

menjadi dua, yaitu ingresif glotalik dan ingresif velarik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

17

Egresif pulnomik adalah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif

(keluar) dengan mekanisme pulmonik. Mekanisme udara pulmonik adalah udara

dari paru-paru sebagai sumber utamanya dihembuskan keluar dengan cara

mengecilkan ruangan paru-paru oleh otot paru-paru, otot perut, dan rongga dada.

Egresif glotalik adalah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif

(keluar) dengan mekanisme glotalik. Mekanisme glotalik terjadi dengan cara

merapatkan pita-pita suara sehingga glotis dalam keadaan tertutup rapat sekali

(Marsono, 1999:23).

Ingresif glotalik adalah bunyi bahasa yang terbentuk dengan arus udara

ingresif (masuk) dengan mekanisme glotalik. Bunyi dengan arus udara ingresif

mekanisme glotalik ini prosesnya sama dengan agresif glotalik di atas.

Ingresif velarik adalah bunyi yang terbentuk dengan arus udara ingresif

(masuk) dengan mekanisme velarik. Mekanisme udara velarik terjadi dengan

menaikkan pangkal lidah ditempelkan pada langit-langit lunak (Marsono,

1999:24).

1.7 Metode Penelitian

Dalam menjawab masalah, diperlukan tiga tahap strategis yang berurutan:

pengumpulan data, penganalisisan data, dan penyajian hasil analisis data. Untuk

itu, diperlukan metode dan teknik untuk setiap tahap, yaitu metode dan teknik

pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode penyajian hasil

analisis data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

18

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari antologi Tempo Doeloe

dan bahasa Betawi yang diteruskan peneliti sebagai penutur asli. Objek penelitian

ini adalah bunyi pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam

bahasa Betawi, adapun data penelitiannya berupa kalimat. Metode yang dipakai

dalam pengumpulan data adalah metode simak. Metode simak adalah metode

yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133).

Penggunaan bahasa yang dimaksud adalah penggunaan bahasa (dalam hal ini

bunyi) pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi.

Teknik yang diterapkan adalah teknik catat, yaitu pencatatan data pada kartu data.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul, dianalisis dengan metode agih. Metode agih

adalah metode analisis yang alat penentunya berupa bagian atau unsur dari bahasa

objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata, fungsi sintaktis, klausa, silabe

kata, titinada, dan yang lain (Sudaryanto, 1993:16).

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik ganti. Menurut

Sudaryanto (1993:37), teknik ganti adalah teknik yang dilaksanakan dengan

menggantikan unsur tertentu dalam satuan lingual yang bersangkutan dengan

“unsur” tertentu yang lain di luar satuan lingual yang bersangkutan.

Dalam penelitian ini, teknik ganti digunakan untuk membuktikan bunyi

pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi.

Contohnya sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

19

(10) Fabriek itu djatoehlah di tangannja lain orang, administrateur di kasi lepas

dan djoeroe pegang boekoe poen menoeroet administrateur pergi tjari

pekerdjahan di lain tempat. (hal 378)

(11) Ia naik di tangga kali, dan baroe ia maoe peres ramboetnja, tiba-tiba ia

denger orang bersoeit, soeitan itoe orang Djawa, ketjinta-an hatinja.

(hal 158)

(12) Di loer tjelananja ia ada pakei lagi satoe kain saroeng, akan tetapi, ini kain

oedjoeng bawahnja ada terangkat di balik ka atas dan di selepken dalem

angkin peroetnja. (hal 300)

Kata lain, naik, dan kain dalam kalimat (10), (11), dan (12) memiliki

padanan makna dengan kata dalam bahasa Betawi laen, naek, dan kaen.

(10a) Pabrik ntu jatoh ke tangan orang laen, administrator dilepas dan juru

pegang buku pun pegi cari pekerjaan di tempat laen.

(11a) Ia naek di tangga kali dan mau peres rembutnye, tiba-tiba ia denger orang

bersiul. Siulan ntu orang Jawa pujaan atinye.

(12a) Di luar celananye, ade pake atu kaen sarung, akan tetapi ukung bawah

kaennye terangkat ke atas dan diselipkan dalem perutnye.

Kata lain dan laen, naik dan naek, kain dan kaen memiliki persamaan

makna, tetapi berbeda bunyi. Kata lain, naik, dan kain mempunyai bunyi tengah

[i]. Bunyi [i] diganti dengan bunyi [ε] sehingga menjadi laen, naek, dan kaen.

Dalam penelitian ini, juga digunakan teknik padan referensial dan teknik perluas

dalam novel Tempo Doeloe.

Teknik padan referensial adalah teknik yang digunakan untuk

membuktikan kategori kata dari segi maknanya. Kategori dalam penelitian

menurut Moeliono, Keraf, dan Kridalaksana ini, meliputi kata ganti (pronomina),

kerja (verba), keterangan (adverbia), benda (nomina), sambung (konjungsi), sifat

(adjektif), bilangan (numeralia), kata depan (preposisi), interogatif, demonstratif,

artikula, fatis, dan interjeksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

20

Teknik perluas adalah teknik yang digunakan untuk membuktikan kategori

kata dari struktur frasanya. Contohnya sebagai berikut:

Kata Kerja

(13) Djem poekoel anem ia telah berdjalan poelang dari kantor dan tinggalken

Niti di kantor. (hal 381)

(13a) Djem poekoel anem ia telah berdjalan tidak poelang dari kantor dan

tinggalken Niti di kantor.

Kata pulang dalam kalimat (13) merupakan kata kerja. Kata kerja pulang

dalam kalimat (13) dapat ditambah dengan partikel tidak, sehingga perubahannya

tampak dalam kalimat (13a) di atas. Kata kerja tidak dapat didampingi dengan

partikel di. Perhatikan contoh berikut:

(13b) * Djem poekoel anem ia telah berdjalan di poelang dari kantor dan

tinggalken Niti di kantor.

Kalimat (13b) di atas tidak termasuk kata kerja, karena apabila didampingi

dengan pertikel di, kalimat tersebut tidak berterima.

Kata Benda

(14) Ia sedeng tida senang hati. (hal 118)

(14a) Ia sedeng tida senang dari hati.

Kata hati dalam kalimat (14) merupakan kata benda. Kata benda hati

dalam kalimat (14) dapat ditambah dengan partikel dari, sehingga perubahannya

tampak dalam kalimat (14a) di atas. Kata benda tidak dapat didampingi dengan

partikel tidak. Perhatikan contoh berikut:

(14b) * Ia sedeng tida senang tidak hati.

Kalimat (14b) di atas tidak termasuk kata benda, karena apabila

didampingi dengan pertikel tidak, kalimat tersebut tidak berterima.

Kata Sifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

21

(15) Orang jang doestain akoe begitoe, sekarang ada djaoeh sekali. (hal 70)

(15a) Orang jang doestain akoe begitoe, sekarang ada sangat djaoeh sekali.

Kata jauh dalam kalimat (15) merupakan kata sifat. Kata sifat jauh dalam

kalimat (15) dapat ditambah dengan partikel sangat, sehingga perubahannya

tampak dalam kalimat (15a) di atas.

Kata Bilangan

(16) Sarina tiada ditahan, tapi iboenja dan doea boedak prempoean laen ditahan

djoega di dalem boei. (hal 141)

(16a) * Sarina tiada ditahan, tapi iboenja dan sangat doea boedak prempoean

laen ditahan djoega di dalem boei. (hal 141)

Kata dua dalam kalimat (16) merupakan kata bilangan. Kata bilangan dua

dalam kalimat (16) tidak dapat ditambah dengan partikel sangat, sehingga

kalimatnya tidak berterima dan perubahannya tampak dalam kalimat (16a) di atas.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Data yang sudah dianalisis, disajikan secara informal. Penyajian hasil

analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan

menggunakan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya.

(Sudaryanto, 1993:145).

1.8 Sistematika Penyajian

Skripsi ini disusun dalam empat bab, yaitu bab I, bab II, bab III, dan bab

IV. Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,

metode penelitian, dan sistematika penyajian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

22

Bab II berisi pembahasan perbedaan bunyi pada kata yang sama maknanya

tetapi berbeda bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa

Betawi. Bab III berisi pembahasan kategori kata yang sama maknanya tetapi

berbeda bunyinya dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa

Betawi. Bab IV berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

23

BAB II

PERBEDAAN BUNYI KATA DALAM ANTOLOGI TEMPO DOELOE

DAN KATA DALAM BAHASA BETAWI

2.1 Pengantar

Perbedaan bunyi pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam

bahasa Betawi meliputi: kata yang berakhir bunyi [a] dalam antologi Tempo

Doeloe menjadi kata yang berakhir bunyi [e] dalam bahasa Betawi, kata yang

berakhir bunyi [ah] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang berakhir

bunyi [e] dalam bahasa Betawi, bunyi [h], [i], [s], dan [ə] pada awal kata dan

menjadi hilang dalam bahasa Betawi, kata yang mempunyai bunyi tengah [a]

dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang mempunyai bunyi [ə] dalam

bahasa Betawi, kata yang mempunyai diftong [ai] dalam antologi Tempo Doeloe

menjadi kata yang mempunyai bunyi [e] dalam bahasa Betawi, kata yang

mempunyai bunyi tengah [i] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang

mempunyai bunyi tengah [ε] dalam bahasa Betawi, kata yang mempunyai diftong

[au] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang mempunyai bunyi [o]

dalam bahasa Betawi, bunyi [h] pada akhir kata dan menjadi hilang dalam bahasa

Betawi, bunyi pada antologi Tempo Doeloe berbeda dengan bunyi dalam bahasa

Betawi, dan kata yang mempunyai bunyi tengah [u] dalam antologi Tempo Doeloe

menjadi kata yang mempunyai bunyi tengah [ò] dalam bahasa Betawi

2.2 Kata yang Berakhir Bunyi [a] dalam Antologi Tempo Doeloe Menjadi

Kata yang Berakhir Bunyi [e] dalam Bahasa Betawi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

24

Dalam Antologi Tempo Doeloe terdapat kata yang berakhir bunyi [a] dan

menjadi [e] dalam bahasa Betawi. Contohnya sebagai berikut:

(17) Dia diam sadja telentang di itoe tikar. (hal 64)

(18) Ia bikin sa-olah olah itoe harta peninggalan dari ajah kita sebagai poenjanja

sendiri. (hal 330)

(19) Dengan moeka bengis ia pandang Njai Saipa. (hal 211)

(20) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(21) “Akoe poenja iboe.” (hal 59)

(22) “Ach! Nona tida taoe begimana hatikoe ini, soedah lama ada tjinta pada

nona.” (hal 178)

(23) Malem Senin dari itoe tanggal djoga, 28 Desember 1721, G.G Zwaardecroon

ada trima banjak tetamoe dalem astananja di Jacatra. (hal 133)

(24) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi

lemas. (hal 153)

(25) Toean Briot itoe waktoe ada doedoek di roemahnja iang amat mesum

adanja, pakei tjelana dan telandjang badan. (hal 386)

(26) “Alie! kata Sarina, “kau ada seorang baek dan omonganmoe poen patoet.

(hal 124)

(27) Saja harep nona soeka berpikir doeloe. (hal 179)

(28) “Ada apa Sarina? Mengapa kau begini?” (hal 129) (29) “Kenapa loe djatoin Sinjo?” (hal 152)

(30) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi lemas. (hal 153)

(31) Liem Hok Kan sebelomnja berangkat, pergi doeloe ka tempat dimana Mas

Redjo ada tidoer. (hal 351)

(32) Begimana dengen Sarina? (hal 142)

(33) Sarina keabisan akal. (hal 133)

(34) “Mana si Rossina?” (hal 152)

(35) “Ja!” sahoet si Siman. (hal 181)

(36) Pada soeatoe hari, koetika matahari baroe menerangken langit di sebla

Timoer, maka adalah saorang berdjalan tjepat menoedjoe ka kota Betawi.

(hal 182)

(37) Hatinja soedah senang kerna ia piker si Saipa soedah ada jang piara dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

25

kantongnja sekarang soedah penoeh. (hal 216)

(38) Hadji Salihoen tanja kepada ma Boejoeng, hal ichwal keidoepannja itoe

Njai Dasima dan Toeannja.

(39) Tjoema ada satoe perkata-an jang dia tiada bisa loepa iaitoe apa jang

didengarnja di Soerabaija. (hal 64)

(40) Sarina tiada ditahan, tapi iboenja dan doea boedak prempoean laen ditahan

djoega di dalem boei.

(41) Njonja van der Ploegh soeroe gelar satoe tiker, dimana njonja ini doedoek

besila sebagi orang kampoeng. (hal 157)

(42) Ia ini tentoe lebih soeka trima Pangeranmoe dari orang Olanda. (hal 54)

(43) “Ach, engkau tiada maoe akoe bitjara!” (hal 78)

(44) Di Pinggir tembok kamar jang di pake boewat kantornja ada di pan

pandjang. (hal 51)

(45) “Ampoen Goesti ampoen! Itoelah boekan maksoednja Pangeran Adipati.

Ianja tjoema minta Goesti poenja pikiran.” (hal 54)

(46) Soeda tiga malem ampir tida dapet tidoer sama sekali, ampir tenga malem

Sarina telah djadi poeles di pangkoean iboenda. (hal 138)

(47) Ratoe bersama-sama anaknja pada tjari akal aken membinasa-in Goesti,

dan aken membinasain itoe anak moeda jang dia orang sangka anaknja

nona Suzanna. (hal 85)

(48) Kawan-kawannja itoe orang toea, jang ada dalem itoe kamar, jang taroe

kepertjajaan pada Pieter Elberveld sebagi orang soetji dan sakti,

mendenger itoe perkataan-perkataan dari itoe orang toea kapala

pembrontak. (hal 131)

(49) Ia minta pada si Djojo soepaja ia dianter poelang karoemah orang-toeahnja

sertapoen ia berdandji aken kasih oewang peneboes padanja, aken tetapi

sia-sia saja. (hal 178)

(50) Kira-kira soeda liwat 1 boelan poenja lama tiada sekali Njai Dasima

omongken perkara beladjar agama, dan tiada sekali-kali dia bentji kepada

Toeannja. (hal 279)

(51) Besok paginja dia berdoea pegi ka Pekodjan, dan tanja Goeroe disitoe, apa

misti bikin boeat mendapet keampoenan dosa besar, ibarat boenoe orang.

(hal 290)

(52) Sebelonnja tjerita teroes, perloelah di tjeritaken doeloe dari njonja Kong

Hong Nio, bagimana ia soedah djadi saorang hartawan. (hal 310)

(53) Kira kira satoe taon, sasoedahnja baba Liem Tek Kan meninggal doenia,

pada soeatoe hari ada sa-orang Tjina moeda berdjalan di kampoeng

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

26

Mandjangan, dengen menoenggang koeda belang iang amat tjakep dan

bagoes. (hal 318)

(54) Dalem sakedjap mata prampoean ini soedah di pegang oleh itoe tiga orang,

moeloetnja di toetoep dengen satoe sapoetangan hingga ia tiada bisa

bertereak. (hal 322)

(55) Apa betoel si Sa-oedin boleh di pertjaja? (hal 340)

(56) Itoe orang-orang Tengger jang di pendjara pada di lepas semoewa dengan

titah aken pegi poelang itoe ari djoega kagoenoeng.

(57) Ach soedahlah baekan djoega begitoe! Boewat apa ini negri tinggal berdiri

kaloe misti diprentahken oleh Pengantin, Nitro, Lembono, Soenan Mas dan

Sjeikh Abdoellah? Lebih baik orang Olanda rampas dan piarah itoe negri.

(hal 86)

(58) Baek, Raden Cartadria. (hal 119)

(59) Ia-poenja tabeat ada djelek sekali, gila hormat dan selamanja ingin besar,

tapi ia ada mempoenjai banjak kekajaan. (hal 137)

(60) Pada besok harinja satoe kawanan soldadoe brangkat ka Moeara Antjol

aken mengepoeng kawanan perampok jang ada di tempat itoe. (hal 177)

(61) Sesoenggoehnja ia rasa takoet apa lagi kerna moesinnja orang merampok.

(hal 182)

Kata dia, kita, muka, terima, punya, cinta, Jakarta, suara, celana, kata,

nona, apa, kenapa, siapa, dimana, bagaimana, Sarina, Rossina, ya, pada, Saipa,

Dasima, Surabaya, dua, nyonya, Belanda, bicara, ada, cuma, tiga, Suzanna,

kepala, supaya, lama, tanya, cerita, muda, mata, percaya, semua, piara, Cartadria,

gila, Muara, dan rasa memiliki bunyi akhir [a]. Kata yang mempunyai bunyi akhir

[a] dalam antologi Tempo Doeloe dapat menjadi bunyi [e] dalam bahasa Betawi.

(17a) Die diem aje telentang di tikar ntu.

(18a) Ia bikin seolah-olah harta ntu peninggalan dari babe kite sebage

punyenye ndiri.

(19a) Dengan muke bengis, ie pandang Nyai Saipe.

(20a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe ame juge seperti aye

berkhianat ame negri aye.

(21a) “Aye punye enyak.”

(22a) “Ah, None kagak tau begimane ati aye ni, yang ude lama cinte none.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

27

(23a) Malem Senen tanggal 28 Desember 1721, Gubernur Jendral Zwaardecroon

trime banyak tamu di dalem istananye di Jakarte.

(24a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendengar suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(25a) Tuan Briot duduk di rumenye, pake celane dan telanjang badan.

(26a) “Alie, kate Sarine ente baek dan omongan ente pun patut.”

(27a) Aye arep, none berpikir dulu.

(28a) “ Ade ape Sarine? Mengapa ente begini?”

(29a) “Kenape ente jatoin Sinyo?”

(30a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendenger suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(31a) Sebelom berangkat, Liem Hok Kan pegi dulu ke tempat dimane Mas Rejo

tidur.

(32a) Begimane dengan Sarine?

(33a) Sarine keabisan akal.

(34a) “Mane si Rossine?”

(35a) “Ye!” sahut si Siman.

(36a) Pade suatu hari, ketika matahari baru menyinari langit di sebelah timur,

ade seorang yang berjalan cepat menuju ke kota Betawi.

(37a) Atinye ude seneng karena ie piker, si Saipe ude ade yang jaga dan

kantongnye sekarang ude penuh.

(38a) Haji Salihun tanye kepade Buyung tentang keidupannye Nyai Dasime dan

tuannye.

(39a) Cume ade atu perkataan yang die kagak bisa lupe yaitu ape yang

didengernye di Surabaye.

(40a) Sarine kagak ditahan, tapi enyaknye, dan due budak prempuan laen

ditahan juge di dalem penjara.

(41a) Nyonye Van der Plugh suruh gelar atu tiker, dimane nyonye ni duduk

bersila sebage orang kampung.

(42a) Ia tentu lebi suka trime Pangeran ente dari pade orang Belande.

(43a) “Ah, ente kagak mau aye bicare!”.

(44a) Di Pinggir tembok kamar yang dipake buat kantornye, ade dipan panjang.

(45a) “Ampun Gusti, ampun! Ntu bukan maksudnye Pangeran Adipati. Ia cume

minta Gusti punye pemikiran.

(46a) Ude tige malem kagak dapet tidur ame sekali, Sarine telah pules di

pangkuan ibunda.

(47a) Ratu bersame anaknye cari akal binasain Gusti, dan akan membinasain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

28

anak mude yang die sangka anaknye none Suzanne.

(48a) Temen orang tua -yang taro kepercayaan pade Pieter Elberveld itu sebage

orang suci dan sakti-, mendengar perkataan dari kepale pembrontak ntu.

(49a) Ia minta si Joyo supaye ia dianter balik ke rume orang tuanye serta

berjanji akan kasi duit penebus padenye, tetapi sia-sia aje.

(50a) Kire-kire 1 bulan lamenye, Nyai Dasime omongkan perkara belajar

agama, dan kagak sekali-kali die benci kepade tuannye.

(51a) Besok pagi, die berdue pegi ke Pekojan, dan tanye guru, ape musti dapet

ampunan dosa besar bunuh orang?

(52a) Sebelonnye cerite, perlu diceritakan dulu dari nyonye Kong Hong Nio,

begimane ia jadi seorang yang memiliki banyak duit.

(53a) Kire-kire atu taon suede baba Liem Tek Kan meninggal dunia, ade

seorang Cina mude berjalan di kampung Menjangan dengan menunggang

kuda.

(54a) Dalem sekejap mate, prempuan ni ude dipegang oleh tige orang ntu,

mulutnye ditutup dengan atu sapu tangan hingga ia kagak bisa bertreak.

(55a) Ape betul si Saudin bisa dipercaye?

(56a) Orang-orang Tengger yang di penjara ntu pade dilepas semue dengan

prentah akan balik ari ntu juge ke gunung.

(57a) Ah, baekan juge gitu! Buat ape negri ni berdiri kalo musti diprentah oleh

Pengantin, Nitro, Lembono, Sunan Mas, dan Syekh Abdullah? Lebi baek

Orang Belande rampas dan piare negri ntu.

(58a) Baek, Raden Cartadrie.

(59a) Ia punye tabiat jelek, gile hormat dan selamanye ingin besar, tapi ia

mempunyai banyak kekayaan.

(60a) Esok arinye, atu kawanan serdadu brangkat ke Muare Ancol untuk

mengepung kawanan perampok yang ade di tempat ntu.

(61a) Sesunggunye, ia rase takut karna musimnye orang merampok.

2.3 Kata yang Berakhir Bunyi [ah] dalam Antologi Tempo Doeloe

Menjadi Kata yang Berakhir Bunyi [e] dalam Bahasa Betawi

Dalam Antologi Tempo Doeloe terdapat kata yang berakhir fonem [ah]

dan menjadi [e] dalam bahasa Betawi. Contohnya sebagai berikut:

(62) Roemahnja si Bohong ada berderet dengen roemahnja si Tjonat. (hal 192)

(63) Sabermoela di tjeritaken, adalah satoe roemah ketjil di desa Poerwo di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

29

tanah Djawa Wetan, poenjanja seorang Djawa, bernama Niti Atmodjo,

joeroetoelis fabriek goela, dan roemah itoe ada terdiri di bawah satoe

boekit, iang adanja di pinggir kali, iang tiada dalem aernja. (hal 377)

(64) Dari ini beklahian di dalem roema, Samioen pikirken berhari-hari, sebab

dia soeda djadi takoet boeat oeroesin hartanja, serta dia rasa soesa boeat

boeang Njonja Hajati, sebab dilarang oleh Manja, dan Njonja Hajati soeda

taoe semoea resia djahatnja Samioen dari perkara menadah barang glap.

(hal 290)

(65) Dia tiada ada kepoeteren dalam istana djadi tiada oesah koewatir terima

orang laki-laki. (hal 52)

(66) Pangeran-pangeran pada marah, adapoen marahnja sia-sia sadja sebab

ayandanya tiada perdoeli-in aken kasi katerangan dari pada

perboewatannja. (hal 74)

Kata rumah, tanah, susah, usah, dan marah memiliki fonem akhir [ah].

Kata yang mempunyai bunyi akhir [ah] dalam antologi Tempo Doeloe, dapat

menjadi bunyi [e] dalam bahasa Betawi.

(62a) Rumenye si Bohong berderet dengan rumenye si Conet.

(63a) Awalnye diceritakan, ade atu rume kecil di desa Purwo di tane Jawa

Timur, punyanye seorang Jawa, yang bernama Niti Atmodjo – sekretaris

pabrik gula. Rume ntu ade di bawah bukit, pinggir kali, dan kagak dalem

aernye

(64a) Di dalem rume, Samiun pikirkan berhari-hari buat urusin hartanye serta

die rasa suse buat buang Nyonye Hayati, sebab dilarang Ma’nye, dan

Nyonye Hayati yang ude tau semua rasia jahatnye Samiun dari perkara

menadah barang gelap.

(65a) Die kagak ade prempuan dalem istana, jadi kagak use kuatir terime laki-

laki.

(66a) Pangeran-pangeran pade mare. Marenye sia-sia aje, sebab ayahandanye

kagak kasi keterangan dari perbuatannye.

2.4 Bunyi [h], [i], [s], dan [ə] Pada Awal Kata dan Menjadi Hilang dalam

Bahasa Betawi

Dalam Antologi Tempo Doeloe terdapat bunyi [h], [i], [s], dan [ə] pada

awal kata dan menjadi hilang dalam bahasa Betawi. Contohnya sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

30

(67) “Ach! Nona tida taoe begimana hatikoe ini, soedah lama ada tjinta pada

nona.” (hal 178)

(68) Akoe tida poenja doeit satoe cent pun kerna itu angkaoe misti toeloeng

djoealin itoe kerbo. (hal 198)

(69) Ia sedeng tida senang hati. (hal 118)

(70) Broentoeng sekali di itoe malem, tatkala si Tjonat merampok di roemah

baba Lie A. Tjip, akoe ada di sitoe, djika tiada nistjaja roemahnja soedah

habis di makan api. (hal 240)

(71) Tiga hari kamoedian, sasoedahnja Liem Hok Kan bitjara dengan si Merak

bapa Oedin, tatkala matahari soedah soeroep, sekoenjoeng koenjoeng ada

satoe kareta pa lankijn, pakei ampat koeda, dating brenti di moeka satoe

roemah ketjil di kampoeng Mendjangan. (hal 322)

(72) Dengen hati berdebar toean Kramer masoek ka dalem roemah di mana

istrinja soedah hampir mati. (hal 177)

(73) Pada besok harinja satoe kawanan soldadoe brangkat ka Moeara Antjol

aken mengepoeng kawanan perampok jang ada di tempat itoe. (hal 177)

(74) Koetika itu djoega ia telah boeka tali tjelananja laloe iket hidoeng si

Doengkoel dan tiada berapa lama ia soedah toentoen kerbo itoe, ambil satoe

djalan simpang ka kali Mentjere. (hal 195)

(75) Orang-orang dessa pada koetika itoe terpaksa semboeni dalem goeboeknja,

tetapi pertjoema, kerna ada banjak goeboek soeda roeboe lantaran kerasnja

angin, jang lain soedah hanjoet terbawa bandjir. (hal 214)

(76) Si Tjonat ia liatin dengen koerang senang, aken tetapi koetika Kaenoen liat

si Tjonat ada bawa banjak orang dan barang mas inten, maka hilang

maranja. (hal 218)

(77) Banjak bangsa Tjina di tempo dahoeloe kala telah dateng tinggal di loear-

loear kota Betawi, di mana marika itoe hidoep dengen pentjarian mengebon

dan berniaga. (hal 221)

(78) Dengen ini pestol soedah lama akoe bisa boenoeh dan bikin hantjoer

kepalamoe, aken tetapi akoe tida maoe boeang satoe pelor boeat satoe

bangsat sebagi kau. (hal 261)

Kata ini, satu, hati, habis, empat, hampir, hari hidung, hanyut, hilang,

hidup, dan hancur mempunyai bunyi [h], kata ini, mempunyai bunyi [i], kata satu,

mempunyai bunyi [s], kata empat, mempunyai bunyi [ə]. Bunyi [h], [i], [s], dan

[ə] dihilangkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

31

(67a) “Ah, None kagak tau begimane ati aye ni, yang ude lama cinte none.”

(68a) Aye kagak punye duit atu sen pun, kerna ntu tolong jualin kebo ntu.

(69a) Ia sedang kagak enak ati.

(70a) Beruntung skali di malem ntu ketika si Conat merampok di rume Baba Lie

A. Tjip, aye ade di situ. Jika kagak, niscaya rumenye ude abis di makan

api.

(71a) Tige hari suede Liem Hok Kan bicare dengan si Merak bapa Udin, ade atu

kereta tandu pake mpat kuda brenti di atu rume kecil di kampung

Menjangan.

(72a) Dengan ati berdebar, tuan Kramer masuk ke dalem rume dimane bininye

ude ampir mati.

(73a) Esok arinye, atu kawanan serdadu brangkat ke Muare Ancol untuk

mengepung kawanan perampok yang ade di tempat ntu.

(74a) Ketika ntu ia ude buka tali celananye lalu iket idung si Dungkul, dan

kagak berape lame ia ude tuntun kebo ntu ambil jalan simpang ke kali

Mencere.

(75a) Orang desa waktu ntu terpaksa sembunyi dalem gubuknye, tetapi percume

karna ade banyak gubuk ude roboh lantaran kerasnye angina, dan yang

laen ude anyut terbawa banjir.

(76a) Si Conat liatin dengan kurang seneng, akan tetapi ketika Kaenun liat si

Conat bawa banyak duit dan mas inten, ilang maranye.

(77a) Bangsa Cina tempo dulu ketika dateng, tinggal di luar kota Betawi

dimane mereka idup dengan mengebon dan berniaga.

(78a) Dengan pestol ni, aye bisa bunu dan bikin ancur kepale ente, akan tetapi

aye kagak mu buang atu pelor buat atu bangsat seperti ente.

2.5 Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [a] dalam Antologi Tempo

Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi [ə] dalam bahasa

Betawi

Dalam Antologi Tempo Doeloe terdapat kata yang mempunyai bunyi

tengah [a] dan menjadi [ə] dalam bahasa Betawi. Contohnya sebagai berikut:

(79) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi

lemas. (hal 153)

(80) Dia dengar dalam atinja soewara opsir memarentah. (hal 89)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

32

(81) Akoe poenja hati tiada senang, liat roepamoe seperti orang mengandoeng

soesah. (hal 158)

(82) Pada soewaktoe hari tatkala soedah soreh, maka saja pergi di deket moeara

Antjol, tiba-tiba saja lihat satoe goeboek ketjil. Maka oleh kerna amat lapar

sigrah saja pergi ka goeboek itoe laloe ketoek pintoe. (hal 168)

(83) Hari katiga, ka-empat dan ka-lima poen lewat begitoe sadja hingga Rossina

mendjadi kesal hati, terlebih lagi sedeng si Djojo di waktoe malem belon

pernah ada di goeboek, tjoema siang dia keliatan, tapi boeat sebentarin

sadja. (hal 172)

(84) Pada malem tanggal 3 September taon 1853, bebrapa orang soedah dateng

berkoempoel di satoe gardoe lama di dekat djembatan di Passar Bediel.

(hal 243)

(85) Baba Tio Lk Ho sigrah lontjat dari tandoenja troes tjari si Basman jang ada

berdjalan dengen orang-orang penganter, aken tetapi si Basman tiada ada,

maka Baba Tio Lok Ho troes kasi prentah semoea orang-orang

penganternja aken datang berkoempoel dan djaga tandoe-tandoe, aken

tetapi saorang poen tiada bergerak malahan dia orang liatin Baba Tio Lok

Ho dengen ketawa. (hal 253)

(86) Dia ingat itoe boengkoesan jang Robert alias Sidin serahken padanja.

(hal 63)

(87) Anak, perkata-anmoe soenggoe benar, serta sanget ia meloekaken atikoe!

(hal 70)

(88) “Akoe djoega ada poenja meriam; tetapi kendatipoen ilang akoe poenja

benteng-benteng masih djoega soesah moesoeh itoe madjoe sebab akoe

soeda ambil atoeran lebi doeloe.” (hal 82)

(89) Kemaren malam ada orang di kolong tempat tidoerkoe memegang keris.

(hal 86)

(90) Akoe kepingin soenggoe aken tinggalin bagimoe, soedara, sa-orang gantikoe

jang pantas dan tjakep dihormatin didengar prentahnja. (hal 105)

(91) Pieter Elberveld bersama kontjo-kontjonja di dalem kamar sembajang,

blon moelai sembajang, koetika Sarina dengan ramboet teriap moeka

poetjat, mata bengoel, lakoe bingoeng dan djidat penoe keringet dingin lari

terbirit-birit masoek di itoe kamar. (hal 129)

(92) Kamoedian dengen tjepat si Djojo djalan pergi ka roemah sakit dimana si

Siman soedah lama bernanti di bawah poehoen bamboe. (hal 176)

(93) Sambil gemeter marika itoe pikir jang dia orang sekarang di antjam oleh si

si Tjonat, kepala rampok yang soedah kesohor keliling negri. (hal 227)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

33

(94) Dengen kaget akoe liat di atap ada satoe obor jang sedeng menjala, maka

sigrah djoega akoe pandjet ka atas, troes ambil dan boeang itoe obor ka

bawah. (hal 241)

(95) Kira-kira tiga djam kita orang misti berendam dalem kali, baroe bisa hilang

baoenja. (hal 241)

(96) Besok paginja Toean W, tjerita kepada Njainja jang semalem dia soeda

mengimpi satoe oelar itam besar soeda lilit badan Njainja. (hal 273)

(97) Di itoe djaman ada idoep satoe pemboenoe jang soeda tersohor brani, dan

koeat dan banjak orang, serta djoega Politie Islam takoet kepada dianja,

maka perboeatannja jang djahat orang tiada brani boeka, tambahan orang

tiada brani tangkap sama dia, sebab orang takoet kakoeatannja dan

balesannja. (hal 291)

(98) Besok paginja ia dateng di tempat pekerdja-annja dengan berasa amat

tjapei dan badan tiada segar. (hal 385)

Kata lemas, dalam, senang, lapar, kesal, dekat, datang, ingat, benar,

meriam, malam, pantas, pucat, cepat, ancam, atap, rendam, ular, tangkap, dan

segar memiliki bunyi tengah [a]. Kata yang mempunyai bunyi tengah [a] dalam

antologi Tempo Doeloe dapat menjadi bunyi [ə] dalam bahasa Betawi.

(79a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendenger suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(80a) Die denger dalem atinye suare memerentah.

(81a) Aye punye ati kagak seneng, liat muke ente seperti orang susah.

(82a) Pade suatu hari tatkala ude sore, aye pegi di deket muara Ancol, tiba-tiba

aye liat gubuk kecil. Karna amat laper, aye pegi ke gubuk ntu lalu ketuk

pintu

(83a) Hari ketige, keempat, dan kelima lewat begitu aje hingga Rossine jadi kesel

ati, terlebi si Joyo di waktu malem belon perna di gubuk, cuma siang

keliatan, tapi buat sebentar aje.

(84a) Pade malem tanggal 3 September taon 1853, beberape orang ude dateng

berkumpul di atu gardu lama di deket jembatan di pasar senjata.

(85a) Baba Tio Lok Ho loncat dari tandunye trus cari si Basman yang berjalan

dengan orang penganter, akan tetapi si Basman kagak ade, maka Baba Tio

Lok Ho trus kasi prentah semua orang penganternye dateng berkumpul

dan jage tandu, akan tetapi seorang pun kagak bergerak, malah dia liat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

34

Baba Tio Lok Ho dengan ketawa.

(86a) Die inget bungkusan yang Robert alias Sidin serahkan padenye ntu.

(87a) Anak, perkataan ente sunggu bener, ia melukai ati aye.

(88a) “Aye juge punye meriem, tetapi meskipun ilang, aye masi punye benteng

suse untuk musu ntu maju, sebab aye ude ambil aturan lebi dulu.

(89a) Kemaren malem, ade orang di kolong tempat tidur aye megang keris.

(90a) Aye kepingin tinggalin bagi ente sodara yang pantes dihormatin dan

didenger prentahnye.

(91a) Pieter Elberveld bersama temennye di dalem kamar sembahyang. Ia blon

mule sembahyang ketika Sarine dengan rambut kaco, muke pucet, mate

bengkak, jalan bingung, dan penu kringet dingin lari terbiri-birit masuk

ke kamar ntu.

(92a) Kemudian, dengan cepet si Joyo jalan pegi ke rume sakit dimane si Siman

ude lame menanti di bawah pohon bambu.

(93a) Sambil gemeter, mereka piker sekarang diancem si Conat – kepale rampok

yang ude kesohor di seluruh negri.

(94a) Dengan kaget, aye liat di atep ade atu obor yang sedang menyala, dan aye

panjat ke atas trus ambil dan buang obor ntu ke bawah.

(95a) Kire-kire tige jam, kite musti berendem dalem kali baru bisa ilang baunye.

(96a) Besok paginye, Tuan W cerite kepade Nyainye, semalem die ngimpi atu

uler item besar ude lilit badan Nyainye.

(97a) Di jaman ntu ade atu pembunu yang terkenal brani, kuat, serta Polisi

Islam takut kepadanye, maka perbuatannye yang jahat, orang kagak

brani buka, dan kagak brani tangkep die lantaran orang takut

kekuatannye dan balesannye.

(98a) Besok paginye, ia dateng di tempat kerjanye dengan rase cape dan badan

kagak seger.

2.6 Kata yang Mempunyai Diftong [ai] dalam Antologi Tempo Doeloe

Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi [e] dalam Bahasa Betawi

Dalam Antologi Tempo Doeloe terdapat kata yang mempunyai diftong [ai]

dan menjadi [e] dalam bahasa Betawi. Contohnya sebagai berikut:

(99) Njonja van der Ploegh soeroe gelar satoe tiker, dimana njonja ini doedoek

besila sebagi orang kampoeng. (hal 157)

(100) Toean Briot itoe waktoe ada doedoek di roemahnja iang amat mesum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

35

adanja, pakei tjelana dan telandjang badan. (hal 386)

(101) Djalannja meliwatken rawah dan tanah batjek, dan bebrapa soengei dan

empang misti diliwatnja atawa dipasangin djembatan hingga bebrapa

orang mendjadi sakit, ka koerangan makan dan minoem. (hal 96)

(102) Menoeroet pendengaran Alie, bilang blas riboe orang telah berdjandji

atawa bermoefaket dengen Pieter Elberveld, jang soeda pastiken, pada 1

Januari 1722 nanti moelai djadi radja di poeloe Djawa. (hal 135)

(103) Koesirnja ia-itoe satoe boedak iang amat pandei bawa karetanja. (hal 322)

(104) “Ach, ajandakoe!” berkata Robert seperti orang jang mabok meliat segala

kabesaran bagei dirinja. (hal 87)

(105) Saja piker, baik njonja soeroeh ia pergi ka Betawi boeat oeroes itoe padi

iang belon didjoewal dan masih ada tersimpen di dalem goedang di sana.

Apabila soedah seleseh, saja nanti soeroeh si Sanoedin pergi ambil itoe

orang Betawi. (hal 304)

(106) Liem Hok Kan liat harlodjinja dan liat betoel baroe poekoel ampat soreh.

Kemoedian maka Liem Hok Kan dengan soedarah-soedarahnja teroes

doedoek dan tiada berapa lama angklong soedah ramei bermain. (hal 336)

(107) Besok paginja ia dateng di tempat pekerdja-annja dengan berasa amat

tjapei dan badan tiada segar. (hal 385)

Kata sebagai, pakai, sungai, mulai, pandai, bagai, selesai, ramai, dan capai

memiliki diftong [ai]. Kata yang mempunyai diftong [ai] dalam antologi Tempo

Doeloe dapat menjadi bunyi [e] dalam bahasa Betawi.

(99a) Nyonye Van der Plugh suruh gelar atu tiker, dimane nyonye ni duduk

bersila sebage orang kampung.

(100a) Tuan Briot duduk di rumenye, pake celane dan telanjang badan.

(101a) Jalannye melewati rawa dan tane becek, beberape sunge, dan empang

musti dilewatinye ato dipasangin jembatan hingga beberape orang jadi

sakit,kekurangan makan dan minum.

(102a) Menurut pendengaran Ali, ribuan orang ude berjanji ato bermufakat

dengan Pieter Elberveld, yang pade 1 Januari 1722 ntar mule jadi raje di

Pulo Jawa.

(103a) Kusirnye atu budak yang pande bawa keretanye.

(104a) “Ah, ayahanda aye!” Robert berkate seperti orang yang mabok meliat

kebesaran bage dirinye.

(105a) Aye piker, nyonye suru ia pegi ke Betawi buat urus padi yang belon dijual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

36

ntu dan masi tersimpen di dalem gudang, serta apabila ude selese, aye ntar

suru Sanudin pegi bawa orang Betawi ntu.

(106a) Liem Hok Kan liat arlojinye baru pukul mpat sore, kemudian Liem Hok

Kan dengan sodara-sodaranye duduk, dan kagak berape lama ude rame

bermaen angklung.

(107a) Besok paginye, ia dateng di tempat kerjanye dengan rase cape dan badan

kagak seger.

2.7 Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [i] dalam Antologi Tempo

Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [ε] dalam

Bahasa Betawi

Dalam Antologi Tempo Doeloe terdapat kata yang mempunyai bunyi

tengah [i] dan menjadi [ε] dalam bahasa Betawi. Contohnya sebagai berikut:

(108) Fabriek itu djatoehlah di tangannja lain orang, administrateur di kasi lepas

dan djoeroe pegang boekoe poen menoeroet administrateur pergi tjari

pekerdjahan di lain tempat. (hal 378)

(109) Ia naik di tangga kali, dan baroe ia maoe peres ramboetnja, tiba-tiba ia

denger orang bersoeit, soeitan itoe orang Djawa, ketjinta-an hatinja.

(hal 158)

(110) Di loer tjelananja ia ada pakei lagi satoe kain saroeng, akan tetapi, ini kain

oedjoeng bawahnja ada terangkat di balik ka atas dan di selepken dalem

angkin peroetnja. (hal 300)

(111) Koetika Tjeng San dan ke Tjoan soedah sampei oemoer, maka kadoea anak

ini di nikahken. Semantara itoe Tan Kim Nio, anaknja Kong Hong Nio

soedah djadi prawan, maka Kong Hong Nio pikir baik anaknja di djadiken

istrinja si Hok Kan. (hal 316)

(112) Malem Senin dari itoe tanggal djoga, 28 Desember 1721, G.G Zwaardecroon

ada trima banjak tetamoe dalem astananja di Jacatra. (hal 133)

Kata lain, naik, kain, baik, dan senin memiliki bunyi tengah [i]. Kata yang

mempunyai bunyi tengah [i] dalam antologi, dapat menjadi bunyi [ε] dalam

bahasa Betawi.

(108a) Pabrik ntu jatoh ke tangan orang laen, administrator dilepas dan juru

pegang buku pun pegi cari pekerjaan di tempat laen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

37

(109a) Ia naek di tangga kali dan mau peres rembutnye, tiba-tiba ia denger orang

bersiul. Siulan ntu orang Jawa pujaan atinye.

(110a) Di luar celananye, ade pake atu kaen sarung, akan tetapi ukung bawah

kaennye terangkat ke atas dan diselipkan dalem perutnye.

(111a) Ketika Tjeng San dan Tjoan ude berumur, kedua anak ni dinikahkan.

Sementara ntu, Tan Kim Nio anaknye Kong Hong Nio ude jadi prawan,

maka Kong Hong Nio piker, baeknye anaknye dijadikan bininye Hok Kan.

(112a) Malem Senen tanggal 28 Desember 1721, Gubernur Jendral Zwaardecroon

trime banyak tamu di dalem istananye di Jakarte.

2.8 Kata yang Mempunyai Diftong [au] dalam Antologi Tempo Doeloe

Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi [o] dalam Bahasa Betawi

Dalam Antologi Tempo Doeloe terdapat kata yang mempunyai diftong

[au] dan menjadi [o] dalam bahasa Betawi. Contohnya sebagai berikut:

(113) Djalannja meliwatken rawah dan tanah batjek, dan bebrapa soengei dan

empang misti diliwatnja atawa dipasangin djembatan hingga bebrapa

orang mendjadi sakit, ka koerangan makan dan minoem. (hal 96)

(114) Menoeroet pendengaran Alie, bilang blas riboe orang telah berdjandji

atawa bermoefaket dengen Pieter Elberveld, jang soeda pastiken, pada 1

Januari 1722 nanti moelai djadi radja di poeloe Djawa. (hal 135)

(115) “Akoe tiada ada soedara”. (hal 62)

Kata atau, pulau, dan saudara memiliki diftong [au]. Kata yang

mempunyai diftong [au] dalam antologi, dapat menjadi bunyi /o/ dalam bahasa

Betawi.

(113a) Jalannye melewati rawa dan tane becek, beberape sunge, dan empang

musti dilewatinye ato dipasangin jembatan hingga beberape orang jadi

sakit, kekurangan makan dan minum.

(114a) Menurut pendengaran Ali, ribuan orang ude berjanji ato bermufakat

dengan Pieter Elberveld, yang pade 1 Januari 1722 ntar mule jadi raje di

Pulo Jawa.

(115a) “Aye kagak ade sodara”.

2.9 Bunyi [h] Pada Akhir Kata dan Menjadi Hilang dalam Bahasa Betawi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

38

Dalam Antologi Tempo Doeloe terdapat bunyi [h] pada akhir kata dan

menjadi hilang dalam bahasa Betawi. Contohnya sebagai berikut:

(116) “Apa engkau masih inget, Rossina, nama orang toeamoe?” (hal 160)

(117) Ia minta pada si Djojo soepaja ia dianter poelang karoemah orang-toeahnja

sertapoen ia berdandji aken kasih oewang peneboes padanja, aken tetapi

sia-sia saja. (hal 178)

(118) “Baba, seperti Baba liat dan mengarti Baba sekarang ada di tangankoe,

baik Baba boleh troeskan Baba poenja perdjalanan ka Pasar Bediel”.

(hal 254)

(119) Dia kira jang dia hendak memaksa kami dengan djandji orang-orang

Olanda itoe maka salah soenggoe doega-annja. (hal 54)

(120) Orang jang doestain akoe begitoe, sekarang ada djaoeh sekali. (hal 70)

(121) Dia bawa sa-orang pembesar negrinja, atawa pangeran Mangkota, iaitoe

Mas Pengantin aken doedoek di sebelahnja dan doeloe-doeloe orang liat Kiai

Hemboong, atawa Raden Amirang Koesoema dia poenja mertoewa. Tetapi

sekarang jang ada doedoek di sitoe sa-orang asing tiada terkenal serta

pakejannja poen sederhana sadja pakejan itam dan poetih. (hal 74)

(122) Dia poekoel satoe gong perak jang ketjil dan soeroeh boedaknja jang dateng

masoek itoe panggil sama toewan Sidin, ia itoelah namanja Robert di dalem

astananja Soerapati. (hal 85)

(123) Apol lantes dapat tjemboeroean hati serta ia terkah djangan-djangan

kombali njonjanja soedah siksa pada istrinja hingga ia brangkali soedah

lari, barangkali ia telah di boenoeh dan maijitnja soedah diboeang dimana-

mana. (hal 162)

(124) Satoe boedak jang ada djaga di roemahnja toean Kramer dalem sekedjap

mata soedah tergletak mati dengen berloemoeran darah, di toesoek oleh si

Djojo. (hal 176)

(125) Di tenga sawah ia brenti sakoetika lamanja, aken melepasken tjapenja

kamoedian ia brangkat menoedjoe ke Betawi, mengikuti djalan besar.

(hal 206)

(126) Ia balik lagi ka waroeng di mana ia blanja makanan sepoeloeh doeit.

(hal 207)

(127) Si Kaenoen, jang belon pernah pegang wang begitoe banjak, tiada terbilang

girangnja, maka oewangnja si Tjengkao ia trima. (hal 216)

(128) Inget? Itoe soedah njata sekali, sedeng saban djika akoe seboet namamoe

moekanja djadi merah dan bersorot manis. (hal 237)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

39

(129) Soedah tentoe badan dan kepala kita orang diinjek oleh babi hingga penoeh

loempoer. (hal 240)

(130) Girangnja Tio Sing Sang tatkala itoe kita tiada bisa tjerita lagi, maka Tio

Sing Sang sigrah mengoetjap banjak sjoekoer pada Toehan Jang Maha

Koeasa jang soedah atoerken djalannja hingga bisa ketemoe jang di tjari,

iaitoe kekasihnja dan moesoehnja. (hal 259)

(131) Ia denger lagi seperti ada binatang berdjalan di tengah glagah. (hal 360)

Kata masih, kasih, boleh, salah, jauh, putih, suruh, bunuh, darah, sawah,

sepuluh, pernah, merah, penuh, musuh, dan tengah memiliki bunyi akhir [h].

Bunyi [h] pada akhir kata dihilangkan.

(116a) “Ape ente masi inget nama orang tua ente Rossine?”

(117a) Ia minta si Joyo supaye ia dianter balik ke rume orang tuanye serta

berjanji akan kasi duit penebus padenye, tetapi sia-sia aje.

(118a) “Baba, seperti Baba liat dan mengerti, Baba sekarang ade di tangan aye

dan jangan melawan. Baba bole truskan perjalanan ke pasar senjata”.

(119a) Die kire yang hendak memaksa kami orang Belande, tapi sala dugaannye.

(120a) Orang yang dustain aye sekarang jau.

(121a) Die bawa seorang pembesar negrinye (Pangeran Mahkota) yaitu Mas

Pengantin yang akan duduk di sebelanye, dan dulu orang liat Kiai

Hemboong (Raden Amirang Kusuma) punye mertua, tetapi sekarang yang

duduk di situ seorang asing kagak terkenal yang pekeannye sederhana,

hanya pake item dengan puti.

(122a) Die pukul atu gong perak yang kecil, dan suru budaknye yang dateng

masuk ntu panggil tuan Sidin yaitu namenye Robert di dalem istananye

Suropati.

(123a) Apol cemburuan serta ia terka, jangan-jangan nyonyenye ude siksa

bininye hingga lari, ato barangkali ia telah dibunu dan mayitnye ude

dibuang dimane-mane.

(124a) Atu budak yang jaga di rumenye tuan Kramer dalem sekejap mate ude

tergletak mati dengan berlimuran dara ditusuk oleh Joyo.

(125a) Di tenga sawa ia brenti sejenak untuk melepaskan capenye, kemudian ia

brangkat menuju Betawi mengikuti jalan besar.

(126a) Ia balik ke warung tempat ia blanja makanan sepulu duit lagi.

(127a) Si Kaenun – yang belon perna pegang duit gitu banyak – kagak kebayang

senengnye, maka duitnye Cengkao ia trime.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

40

(128a) Inget? Ntu ude nyata jika aye sebut nama ente, mukenye jadi mera dan

bersorot manis.

(129a) Badan dan kepale kite diinjek babi hingga penu lumpur.

(130a) Senengnye To Sing Sang waktu ntu kagak bisa cerite lagi, maka Tio Sing

Sang mengucap syukur pade Tuhan Yang Maha Kuasa yang ude atur

jalannye hingga bisa ketemu yang dicari, yaitu kekasihnye, dan musunye.

(131a) Ia denger lagi seperti ade binatang berjalan di tenga glaga.

2.10 Bunyi Pada Antologi Tempo Doeloe Berbeda dengan Bunyi dalam

Bahasa Betawi

Dalam Antologi Tempo Doeloe terdapat bunyi yang berbeda dengan bunyi

dalam bahasa Betawi. Contohnya sebagai berikut:

(132) “Akoe belon beristeri.” (hal 62)

(133) “Ada apa Sarina? Mengapa kau begini?” (hal 129)

(134) “Djadi kau tiada nanti kawin sama saja adan tiada nanti toeroet saja lari,

kaloe tiada dapet permisie dari toean.” (hal 128) (135) “Akoe poenja iboe.” (hal 59)

(136) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(137) “Sekarang nona ada di tangankoe, dan kerna saja ada amat tjinta pada

nona, maka itoe saja harep nona akan soedi djadi istrikoe.” (hal 178)

(138) Boeat apa? Biar akoe simpen sendiri, jika akoe serahken sekarang akoe

koeatir kaoe bikin hilang itoe oewang. (hal 201)

(139) Djem poekoel anem ia telah berdjalan poelang dari kantor dan tinggalken

Niti di kantor. (hal 381)

(140) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(141) Soeda tiga malem ampir tida dapet tidoer sama sekali, ampir tenga malem

Sarina telah djadi poeles di pangkoean iboenda. (hal 138)

(142) Saja harep nona soeka berpikir doeloe. (hal 179)

(143) Njonja Van der Ploegh moelai koewatir, djangan-djangan achirnja Rossina

dapet bikin birahi djoega soeaminja. Kerna ini, maka njonja Van der

Ploegh pikir, baek si Rossina lekas dibriken soeami. (hal 149)

(144) Di tiker ia soeroeh bawa roepa-roepa makanan, jang ia maloe makan di

hadepan soewaminja, seperti roejak, doerean dan sebaginja. (hal 157)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

41

(145) Delapan taoen soedah laloe sesoedahnja Rossina soedah minggat dari kebon

Bintang Mas. (hal 165)

(146) Hari katiga, ka-empat dan ka-lima poen lewat begitoe sadja hingga Rossina

mendjadi kesal hati, terlebih lagi sedeng si Djojo di waktoe malem belon

pernah ada di goeboek, tjoema siang dia keliatan, tapi boeat sebentarin

sadja. (hal 172)

(147) Dari ini beklahian di dalem roema, Samioen pikirken berhari-hari, sebab

dia soeda djadi takoet boeat oeroesin hartanja, serta dia rasa soesa boeat

boeang Njonja Hajati, sebab dilarang oleh Manja, dan Njonja Hajati soeda

taoe semoea resia djahatnja Samioen dari perkara menadah barang glap.

(hal 290)

(148) Soerapati pandang lama sekali padanja kaja orang maoe priksa itoe moeka;

abis Soerapati kasi tanda aken tinggalin doeloe orang-orang toetoepan jang

lain. (hal 58)

(149) Dia bawa sa-orang pembesar negrinja, atawa pangeran Mangkota, iaitoe

Mas Pengantin aken doedoek di sebelahnja dan doeloe-doeloe orang liat

Kiai Hemboong, atawa Raden Amirang Koesoema dia poenja mertoewa.

Tetapi sekarang jang ada doedoek di sitoe sa-orang asing tiada terkenal

serta pakejannja poen sederhana sadja pakejan itam dan poetih. (hal 74)

(150) Ach soedahlah baekan djoega begitoe! Boewat apa ini negri tinggal berdiri

kaloe misti diprentahken oleh Pengantin, Nitro, Lembono, Soenan Mas dan

Sjeikh Abdoellah? Lebih baik orang Olanda rampas dan piarah itoe negri.

(hal 86)

(151) Di itoe djaman ada idoep satoe pemboenoe jang soeda tersohor brani, dan

koeat dan banjak orang, serta djoega Politie Islam takoet kepada dianja,

maka perboeatannja jang djahat orang tiada brani boeka, tambahan orang

tiada brani tangkap sama dia, sebab orang takoet kakoeatannja dan

balesannja. (hal 291)

(152) Ia belom dengar orang poekoel titir dari itoe pemboenoehan. (hal 366)

(153) Kawan-kawannja itoe orang toea, jang ada dalem itoe kamar, jang taroe

kepertjajaan pada Pieter Elberveld sebagi orang soetji dan sakti,

mendenger itoe perkataan-perkataan dari itoe orang toea kapala

pembrontak. (hal 131)

Kata aku menjadi aye, kau menjadi ente, nanti menjadi ntar, ibu menjadi

nyak, papa menjadi babe, istri menjadi bini, uang menjadi duit, pulang menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

42

balik, sama menjadi ame, tidak menjadi kagak, harap menjadi arep, suami menjadi

laki, durian menjadi duren, dan saja menjadi aje, rahasia menjadi rasia, periksa

menjadi preksa, hitam menjadi item, begitu menjadi gitu, sebab menjadi lantaran,

belum menjadi belon, dan taruh menjadi taro.

(132a) “Aye belon beristri.”

(133a) “Ade ape Sarine? Mengapa ente begini?”

(134a) “Jadi, ente ntar kawin ame aye dan ikut aye, kalo kagak dapet ijin dari

tuan.”

(135a) “Aye punye enyak.”

(136a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe ame juge seperti aye

berkhianat ame negri aye.

(137a) “Sekarang, none ade di tangan aye dan aye amat cinte pade none, maka

aye arep none mau jadi bini aye.”

(138a) Buat ape? Biar aye simpen ndiri. Jika aye serahkan sekarang, aye kuatir

ente bikin ilang duit ntu.

(139a) Jam enam, ia ude balik dari kantor dan tinggalkan Niti di kantor.

(140a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe, ame juge seperti aye

berkhianat ame negri aye.

(141a) Ude tige malem kagak dapet tidur ame sekali, Sarine telah pules di

pangkuan ibunda.

(142a) Aye arep, none berpikir dulu.

(143a) Nyonye Van der Plugh mule khawatir, jangan-jangan Rossine dapet bikin

birahi lakinye, karena ni nyonye Van der Plugh berpikir, baeknye si

Rossine lekas dibrikan laki.

(144a) Di tiker, ia suruh bawa makanan yang ia malu makan di adepan lakinye,

seperti rujak, duren, dan sebagenye.

(145a) Delapan taon seudenye, Rossine minggat dari kebon Bintang Mas.

(146a) Hari ketige, keempat, dan kelima lewat begitu aje hingga Rossine jadi kesel

ati, terlebi si Joyo di waktu malem belon perna di gubuk, cuma siang

keliatan, tapi buat sebentar aje.

(147a) Di dalem rume, Samiun pikirkan berhari-hari buat urusin hartanye serta

die rasa suse buat buang Nyonye Hayati, sebab dilarang Ma’nye, dan

Nyonye Hayati yang ude tau semua rasia jahatnye Samiun dari perkara

menadah barang gelap.

(148a) Suropati pandang lame skali kaye orang mau preksa muke ntu, abis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

43

Suropati kasi tanda akan tinggalin orang-orang.

(149a) Die bawa seorang pembesar negrinye (Pangeran Mahkota) yaitu Mas

Pengantin yang akan duduk di sebelanye, dan dulu orang liat Kiai

Hemboong (Raden Amirang Kusuma) punye mertua, tetapi sekarang yang

duduk di situ seorang asing kagak terkenal yang pekeannye sederhana,

hanya pake item dengan puti.

(150a) Ah, baekan juge gitu! Buat ape negri ni berdiri kalo musti diprentah oleh

Pengantin, Nitro, Lembono, Sunan Mas, dan Syekh Abdullah? Lebi baek

Orang Belande rampas dan piare negri ntu.

(151a) Di jaman ntu ade atu pembunu yang terkenal brani, kuat, serta Polisi

Islam takut kepadanye, maka perbuatannye yang jahat, orang kagak

brani buka, dan kagak brani tangkep die lantaran orang takut

kekuatannye dan balesannye.

(152a) Ia belon denger orang pukul kentongan dari pembunuan ntu.

(153a) Temen orang tua -yang taro kepercayaan pade Pieter Elberveld itu sebage

orang suci dan sakti-, mendengar perkataan dari kepale pembrontak ntu.

2.11 Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [u] dalam Antologi Tempo

Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [ò] dalam

Bahasa Betawi

Dalam Antologi Tempo Doeloe terdapat kata yang mempunyai bunyi

tengah [u] dan menjadi [ò] dalam bahasa Betawi. Contohnya sebagai berikut:

(154) Disatoe tempat di dalem keboen itoe Raden dapet liat, toean roema sedeng

djalan moendar-mandir zonder kerdja satoe apa dan lakoenja ada sedeng

keras berpikir. (hal 118)

(155) Di pinggir laoet, deket moeara Antjol, toean! Di sitoe ada satoe tempat jang

koelilingnja di pager dengan poehoen-poehoen bamboe. (hal 167)

Kata kebun, dan laut memiliki fonem tengah [u]. Kata yang mempunyai

bunyi tengah [u] dalam antologi Tempo Doeloe dapat menjadi bunyi [ò] dalam

bahasa Betawi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

44

(154a) Di atu tempat di dalem kebon ntu, Raden dapet liat tuan rume sedang

jalan mondar-mandir kerja dan berpikir keras.

(155a) Di pinggir laot deket muara Ancol, tuan! Di situ ade atu tempat yang

sekelilingnye di pager dengan pohon-pohon bambu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

45

BAB III

KATEGORI KATA YANG SAMA MAKNANYA TETAPI BERBEDA

BUNYINYA DALAM ANTOLOGI TEMPO DOELOE DENGAN KATA

DALAM BAHASA BETAWI

3.1 Pengantar

Kata yang sama maknanya tetapi berbeda bunyinya dalam antologi Tempo

Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi meliputi: kata ganti (pronomina), kerja

(verba), keterangan (adverb), benda (nomina), sambung (konjungsi), sifat

(adjektif), bilangan (numeralia), dan depan (preposisi).

3.2 Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda

atau yang dibendakan (Keraf, 1984:65), sedangkan menurut Kridalaksana

(2007:76), kata ganti adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina.

Kata ganti dapat dibedakan menjadi: kata ganti orang, penunjuk, dan penanya.

3.2.1 Kata Ganti Orang (Pronomina Persona)

Kata ganti orang (pronomina persona) adalah kata yang biasa digunakan

untuk menggantikan kata ganti orang yang asli (Keraf, 1984:65), sedangkan

Moeliono (1997:172) berpendapat bahwa kata ganti orang adalah pronomina yang

dipakai untuk mengacu ke orang. Contohnya sebagai berikut:

(156) “Akoe belon beristeri.” (hal 62)

(157) Dia diam sadja telentang di itoe tikar. (hal 64)

(158) “Ada apa Sarina? Mengapa kau begini?” (hal 129)

(159) Ia bikin sa-olah olah itoe harta peninggalan dari ajah kita sebagai poenjanja

sendiri. (hal 330)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

46

(160) Sasoedahnja dia bales djahat begitoe roepa sama Soerapati, maka Herman

de Wilde baroe senang dan dikatakennja soedah tjoekoeplah pekerdja-

annja. (hal 109)

Kata aku, kau, dia, kita, dan -nya dalam kalimat (156), (157), (158), (159),

dan (160) berpadanan dengan kata aye, ente, die, kite, dan -nye dalam bahasa

Betawi.

(156a) “Aye belon beristri.”

(157a) Die diem aje telentang di tikar ntu.

(158a) “Ade ape Sarine? Mengapa ente begini?” (159a) Ia bikin seolah-olah harta ntu peninggalan dari babe kite sebage

punyenye ndiri.

(160a) Seude die bales jahat ame Surapati, Herman de Wilde seneng, dan

dikatakan ude cukup pekerjaannye.

3.2.2 Kata Ganti Penunjuk (Pronomina Penunjuk)

Kata ganti penunjuk (pronomina penunjuk) adalah kata-kata yang

menunjuk dimana terdapat sesuatu benda (Keraf, 1984:68). Contohnya sebagai

berikut:

(161) Dia diam sadja telentang di itoe tikar. (hal 64)

(162) “Ach! Nona tida taoe begimana hatikoe ini, soedah lama ada tjinta pada

nona.” (hal 178)

Kata itu, dan ini dalam kalimat (161), dan (162) memiliki padanan dalam

bahasa Betawi ntu, dan ni.

(161a) Die diem aje telentang di tikar ntu.

(162a) “Ah, None kagak tau begimane ati aye ni yang ude lama cinte none.”

3.2.3 Kata Ganti Penanya (Pronomina Penanya)

Kata ganti penanya (pronomina penanya) adalah kata yang menanyakan

tentang benda, orang, atau sesuatu keadaan (Keraf, 1984:70), sedangkan menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

47

Moeliono (1997:184), kata ganti penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai

pemarkah pertanyaan. Contohnya sebagai berikut:

(163) “Lari ka mana, Sarina?” kata Elberveld pada ia- poenja anak mas. (hal 131)

(164) Begimana dengen Sarina? (hal 142)

(165) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi lemas. (hal 153)

(166) Liem Hok Kan sebelomnja berangkat, pergi doeloe ka tempat dimana Mas

Redjo ada tidoer. (hal 351)

Dalam bahasa Betawi, kata, kemana, bagaimana, siapa, dan dimana dalam

kalimat (163), (164), (165), dan (166) berpadanan dengan kata kemane, begimane,

sape, dan dimane.

(163a) “Lari kemane Sarine?” kate Elberveld pade anaknye. (164a) Begimane dengan Sarine? (165a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendenger suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(166a) Sebelom berangkat, Liem Hok Kan pegi dulu ke tempat dimane Mas Rejo

tidur.

3.3 Kata Kerja (Verba)

Kata kerja (verba) adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau

laku (Keraf, 1984:63). Menurut Kridalaksana (2007:51), kata kerja adalah (1) kata

yang kemungkinan dapat didampingi partikel tidak dalam konstruksi, dan (2)

tidak dapat didampingi dengan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel sangat,

lebih, atau agak. Contohnya sebagai berikut:

(167) Di Pinggir tembok kamar jang di pake boewat kantornja ada di pan

pandjang. (hal 51)

(168) Dia tiada ada kepoeteren dalam istana djadi tiada oesah koewatir terima

orang laki-laki. (hal 52)

(169) Soerapati pandang lama sekali padanja kaja orang maoe priksa itoe moeka;

abis Soerapati kasi tanda aken tinggalin doeloe orang-orang toetoepan jang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

48

lain. (hal 58)

(170) “Akoe poenja iboe.” (hal 59)

(171) Kaloe toewan maoe simpan, baik, akoe kasih. (hal 60)

(172) Dia ingat itoe boengkoesan jang Robert alias Sidin serahken padanja. (hal 63)

(173) “Ach, engkau tiada maoe akoe bitjara!” (hal 78)

(174) Ach soedahlah baekan djoega begitoe! Boewat apa ini negri tinggal berdiri

kaloe misti diprentahken oleh Pengantin, Nitro, Lembono, Soenan Mas dan

Sjeikh Abdoellah? Lebih baik orang Olanda rampas dan piarah itoe negri.

(hal 86)

(175) Dia dengar dalam atinja soewara opsir memarentah. (hal 89)

(176) “Diam-diam, Raden Ajoe, diam! Berkata ia dengan pelahan. (hal 100)

(177) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(178) Menoeroet pendengaran Alie, bilang blas riboe orang telah berdjandji

atawa bermoefaket dengen Pieter Elberveld, jang soeda pastiken, pada 1

Januari 1722 nanti moelai djadi radja di poeloe Djawa. (hal 135)

(179) Ia naik di tangga kali, dan baroe ia maoe peres ramboetnja, tiba-tiba ia

denger orang bersoeit, soeitan itoe orang Djawa, ketjinta-an hatinja.

(hal 158)

(180) Apol lantes dapat tjemboeroean hati serta ia terkah djangan-djangan

kombali njonjanja soedah siksa pada istrinja hingga ia brangkali soedah lari,

barangkali ia telah di boenoeh dan maijitnja soedah diboeang dimana-mana.

(hal 162)

(181) Ia minta pada si Djojo soepaja ia dianter poelang karoemah orang-toeahnja

sertapoen ia berdandji aken kasih oewang peneboes padanja, aken tetapi

sia-sia saja. (hal 178)

(182) Saja harep nona soeka berpikir doeloe. (hal 179)

(183) Orang-orang dessa pada koetika itoe terpaksa semboeni dalem goeboeknja,

tetapi pertjoema, kerna ada banjak goeboek soeda roeboe lantaran kerasnja

angin, jang lain soedah hanjoet terbawa bandjir. (hal 214)

(184) Baba Tio Lk Ho sigrah lontjat dari tandoenja troes tjari si Basman jang ada

berdjalan dengen orang-orang penganter, aken tetapi si Basman tiada ada,

maka Baba Tio Lok Ho troes kasi prentah semoea orang-orang penganternja

aken datang berkoempoel dan djaga tandoe-tandoe, aken tetapi saorang

poen tiada bergerak malahan dia orang liatin Baba Tio Lok Ho dengen

ketawa. (hal 253)

(185) Kaloe di lihat moekanja, nyata sekali Kong Hong Nio ada saorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

49

prampoean iang brani, gagah perkasa dan tabah hati. (hal 301)

(186) Sambil gemeter marika itoe pikir jang dia orang sekarang di antjam oleh si

si Tjonat, kepala rampok yang soedah kesohor keliling negri. (hal 227)

(187) Kira-kira tiga djam kita orang misti berendam dalem kali, baroe bisa hilang

baoenja. (hal 241)

(188) Di itoe djaman ada idoep satoe pemboenoe jang soeda tersohor brani, dan

koeat dan banjak orang, serta djoega Politie Islam takoet kepada dianja,

maka perboeatannja jang djahat orang tiada brani boeka, tambahan orang

tiada brani tangkap sama dia, sebab orang takoet kakoeatannja dan

balesannja. (hal 291)

(189) Liem Hok Kan sebelomnja berangkat, pergi doeloe ka tempat dimana Mas

Redjo ada tidoer. (hal 351)

(190) Fabriek itu djatoehlah di tangannja lain orang, administrateur di kasi lepas

dan djoeroe pegang boekoe poen menoeroet administrateur pergi tjari

pekerdjahan di lain tempat. (hal 378)

(191) Toean Briot itoe waktoe ada doedoek di roemahnja iang amat mesoem

adanja, pakei tjelana dan telandjang badan. (hal 386)

(192) Dengen ini pestol soedah lama akoe bisa boenoeh dan bikin hantjoer

kepalamoe, aken tetapi akoe tida maoe boeang satoe pelor boeat satoe

bangsat sebagi kau. (hal 261)

(193) Si Tjonat ia liatin dengen koerang senang, aken tetapi koetika Kaenoen liat

si Tjonat ada bawa banjak orang dan barang mas inten, maka hilang

maranja. (hal 218)

(194) Saja piker, baik njonja soeroeh ia pergi ka Betawi boeat oeroes itoe padi

iang belon didjoewal dan masih ada tersimpen di dalem goedang di sana.

Apabila soedah seleseh, saja nanti soeroeh si Sanoedin pergi ambil itoe

orang Betawi. (hal 304)

Padanan kata ada, usah, periksa, punya, simpan, ingat, bicara, piara,

dengar, diam, terima, mulai, naik, bunuh, kasih, harap, hanyut, datang, lihat,

ancam, rendam, tangkap, pergi, jatuh, pakai, hancur, hilang, dan selesai kalimat

(167), (168), (169), (170), (171), (172), (173), (174), (175), (176), (177), (178),

(179), (180), (181), (182), (183), (184), (185), (186), (187), (188), (189), (190),

(191), (192), (193), dan (194) adalah ade, use, preksa, punye, simpen, inget,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

50

bicare, piare, denger, diem, trime, mule, naek, bunu, kasi, arep, anyut, dateng, liat,

ancem, rendem, tangkep, pergi, jatoh, pake, ancur, ilang, dan selese.

(167a) Di Pinggir tembok kamar yang dipake buat kantornye, ade dipan panjang.

(168a) Die kagak ade prempuan dalem istana, jadi kagak use kuatir terime laki-

laki.

(169a) Suropati pandang lame skali kaye orang mau preksa muke ntu, abis

Suropati kasi tanda akan tinggalin orang-orang.

(170a) “Aye punye nyak.”

(171a) Kalo tuan mau simpen, aye kasi.

(172a) Die inget bungkusan yang Robert alias Sidin serahkan padenye ntu.

(173a) “Ah, ente kagak mau aye bicare!”.

(174a) Ah, baekan juge gitu! Buat ape negri ni berdiri kalo musti diprentah oleh

Pengantin, Nitro, Lembono, Sunan Mas, dan Syekh Abdullah? Lebi baek

Orang Belande rampas dan piare negri ntu.

(175a) Die denger dalem atinye suare memerentah.

(176a) “Raden Ayu diem!” Ia berkate dengan pelahan.

(177a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe ame juge seperti aye berkhianat

ame negri aye.

(178a) Menurut pendengaran Ali, ribuan orang ude berjanji ato bermufakat

dengan Pieter Elberveld, yang pade 1 Januari 1722 ntar mule jadi raje di

Pulo Jawa.

(179a) Ia naek di tangga kali dan mau peres rembutnye, tiba-tiba ia denger orang

bersiul. Siulan ntu orang Jawa pujaan atinye.

(180a) Apol cemburuan serta ia terka, jangan-jangan nyonyenye ude siksa bininye

hingga lari, ato barangkali ia telah dibunu dan mayitnye ude dibuang

dimane-mane.

(181a) Ia minta si Joyo supaye ia dianter balik ke rume orang tuanye serta berjanji

akan kasi duit penebus padenye, tetapi sia-sia aje.

(182a) Aye arep, none berpikir dulu.

(183a) Orang desa waktu ntu terpaksa sembunyi dalem gubuknye, tetapi percume

karna ade banyak gubuk ude roboh lantaran kerasnye angina, dan yang

laen ude anyut terbawa banjir.

(184a) Baba Tio Lok Ho loncat dari tandunye trus cari si Basman yang berjalan

dengan orang penganter, akan tetapi si Basman kagak ade, maka Baba Tio

Lok Ho trus kasi prentah semua orang penganternye dateng berkumpul

dan jage tandu, akan tetapi seorang pun kagak bergerak, malah dia liat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

51

Baba Tio Lok Ho dengan ketawa.

(185a) Kalo diliat mukenye, nyata sekali Kong Hong Nio seorang perempuan yang

brani, gagah perkasa, dan tabah hati.

(186a) Sambil gemeter, mereka piker sekarang diancem si Conat – kepale rampok

yang ude kesohor di seluruh negri.

(187a) Kire-kire tige jam, kite musti berendem dalem kali baru bisa ilang baunye.

(188a) Di jaman ntu ade atu pembunu yang terkenal brani, kuat, serta Polisi Islam

takut kepadanye, maka perbuatannye yang jahat, orang kagak brani buka,

dan kagak brani tangkep die lantaran orang takut kekuatannye dan

balesannye.

(189a) Sebelom berangkat, Liem Hok Kan pegi dulu ke tempat dimane Mas Rejo

tidur.

(190a) Pabrik ntu jatoh ke tangan orang laen, administrator dilepas dan juru

pegang buku pun pegi cari pekerjaan di tempat laen.

(191a) Tuan Briot duduk di rumenye, pake celane dan telanjang badan.

(192a) Dengan pestol ni, aye bisa bunu dan bikin ancur kepale ente, akan tetapi

aye kagak mu buang atu pelor buat atu bangsat seperti ente.

(193a) Si Conat liatin dengan kurang seneng, akan tetapi ketika Kaenun liat si

Conat bawa banyak duit dan mas inten, ilang maranye.

(194a) Aye piker, nyonye suru ia pegi ke Betawi buat urus padi yang belon dijual

ntu dan masi tersimpen di dalem gudang, serta apabila ude selese, aye ntar

suru Sanudin pegi bawa orang Betawi ntu.

3.4 Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan (adverbia) adalah suatu kata atau kelompok kata yang

menduduki suatu fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja, sifat,

keterangan yang masing-masing menduduki suatu jabatan atau fungsi dalam

kalimat (Keraf, 1984:71), sedangkan kata keterangan menurut Kridalaksana

(2007:81) adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau

preposisi dalam konstruksi sintaksis.

(195) Soeda tiga malem ampir tida dapet tidoer sama sekali, ampir tenga malem

Sarina telah djadi poeles di pangkoean iboenda. (hal 138)

(196) Ia belom dengar orang poekoel titir dari itoe pemboenoehan. (hal 366)

(197) Dengen hati berdebar toean Kramer masoek ka dalem roemah di mana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

52

istrinja soedah hampir mati. (hal 177)

(198) “Tadi pagi-pagi, koetika meriam di kota baroe boenji ada satoe orang, maoe

bitjara padakoe, tapi akoe piker, baik kita orang doea denger apa kabar ia

maoe sampeken.” (hal 183)

(199) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi

lemas. (hal 153)

Padanan kata tidak, belon, hampir, dan mau dalam kalimat (195), (196),

(197), (198), dan (199) adalah kagak, belon, ampir, dan mu

(195a) Ude tige malem kagak dapet tidur ame sekali, Sarine telah pules di

pangkuan ibunda.

(196a) Ia belon denger orang pukul kentongan dari pembunuan ntu.

(197a) Dengan ati berdebar, tuan Kramer masuk ke dalem rume dimane bininye

ude ampir mati.

(198a) “Tadi pagi ketika meriem di kota baru bunyi, ade atu orang mu bicare pade

aye, tapi aye piker, kite denger ape yang mu ia sampekan.

(199a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendengar suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

3.5 Kata Benda (Nomina)

Kata benda adalah nama dari semua benda, dan segala yang dibendakan

(Keraf, 1984:62). Menurut Kridalaksana (2007:68), kata benda adalah kategori

yang secara sintaksis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan

partikel tidak, dan (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.

Contohnya sebagai berikut:

(200) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi

lemas. (hal 153)

(201) Roemahnja si Bohong ada berderet dengen roemahnja si Tjonat. (hal 192)

(202) Toean Briot itoe waktoe ada doedoek di roemahnja iang amat mesum adanja,

pakei tjelana dan telandjang badan. (hal 386)

(203) “Alie! kata Sarina, “kau ada seorang baek dan omonganmoe poen patoet.

(hal 124)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

53

(204) Saja harep nona soeka berpikir doeloe. (hal 179)

(205) “Akoe poenja iboe.” (hal 59)

(206) Sabermoela di tjeritaken, adalah satoe roemah ketjil di desa Poerwo di tanah

Djawa Wetan, poenjanja seorang Djawa, bernama Niti Atmodjo, joeroetoelis

fabriek goela, dan roemah itoe ada terdiri di bawah satoe boekit, iang adanja

di pinggir kali, iang tiada dalem aernja. (hal 377)

(207) Sarina keabisan akal. (hal 133)

(208) “Mana si Rossina?” (hal 152)

(209) “Sekarang nona ada di tangankoe, dan kerna saja ada amat tjinta pada nona,

maka itoe saja harep nona akan soedi djadi istrikoe.” (hal 178)

(210) Boeat apa? Biar akoe simpen sendiri, jika akoe serahken sekarang akoe

koeatir kaoe bikin hilang itoe oewang. (hal 201)

(211) Hatinja soedah senang kerna ia piker si Saipa soedah ada jang piara dan

kantongnja sekarang soedah penoeh. (hal 216)

(212) Hadji Salihoen tanja kepada ma Boejoeng, hal ichwal keidoepannja itoe Njai

Dasima dan Toeannja. (hal 274)

(213) Ratoe bersama-sama anaknja pada tjari akal aken membinasa-in Goesti, dan

aken membinasain itoe anak moeda jang dia orang sangka anaknja nona

Suzanna. (hal 85)

(214) Kawan-kawannja itoe orang toea, jang ada dalem itoe kamar, jang taroe

kepertjajaan pada Pieter Elberveld sebagi orang soetji dan sakti, mendenger

itoe perkataan-perkataan dari itoe orang toea kapala pembrontak. (hal 131)

(215) Njonja Van der Ploegh moelai koewatir, djangan-djangan achirnja Rossina

dapet bikin birahi djoega soeaminja. Kerna ini, maka njonja Van der Ploegh

pikir, baek si Rossina lekas dibriken soeami. (hal 149)

(216) Di tiker ia soeroeh bawa roepa-roepa makanan, jang ia maloe makan di

hadepan soewaminja, seperti roejak, doerean dan sebaginja. (hal 157)

(217) Toean W. soeda dapet dari dianja satoe anak prampoean terlaloe bagoes,

namanya Nanci, jang Toean W. terlaloe sajang sekali, maka toean W. tiada

rasa roegi boeat beliken dan kasi Njainja simpen segala roepa barang-

barang, jaitoe toesoek konde Roos, Peniti Intan, Selepai, dan koentji-koentji

mas. (hal 270)

(218) Di loer tjelananja ia ada pakei lagi satoe kain saroeng, akan tetapi, ini kain

oedjoeng bawahnja ada terangkat di balik ka atas dan di selepken dalem

angkin peroetnja. (hal 300)

(219) Dalem sakedjap mata prampoean ini soedah di pegang oleh itoe tiga orang,

moeloetnja di toetoep dengen satoe sapoetangan hingga ia tiada bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

54

bertereak. (hal 322)

(220) “Akoe tiada ada soedara”. (hal 62)

(221) Dia boewang dirinja di koersi dengan memegang itoe potret di tangannja

jang satoe, dan itoe doewit-doewitan di tekepnja di medja. (hal 63)

(222) “Akoe djoega ada poenja meriam; tetapi kendatipoen ilang akoe poenja

benteng-benteng masih djoega soesah moesoeh itoe madjoe sebab akoe soeda

ambil atoeran lebi doeloe.” (hal 82)

(223) Baek, Raden Cartadria. (hal 119)

(224) Apol lantes dapat tjemboeroean hati serta ia terkah djangan-djangan

kombali njonjanja soedah siksa pada istrinja hingga ia brangkali soedah lari,

barangkali ia telah di boenoeh dan maijitnja soedah diboeang dimana-mana.

(hal 162)

(225) Satoe boedak jang ada djaga di roemahnja toean Kramer dalem sekedjap

mata soedah tergletak mati dengen berloemoeran darah, di toesoek oleh si

Djojo. (hal 176)

(226) Pada besok harinja satoe kawanan soldadoe brangkat ka Moeara Antjol

aken mengepoeng kawanan perampok jang ada di tempat itoe. (hal 177)

(227) Koetika itu djoega ia telah boeka tali tjelananja laloe iket hidoeng si

Doengkoel dan tiada berapa lama ia soedah toentoen kerbo itoe, ambil satoe

djalan simpang ka kali Mentjere. (hal 195)

(228) Sebelonnja tjerita teroes, perloelah di tjeritaken doeloe dari njonja Kong

Hong Nio, bagimana ia soedah djadi saorang hartawan. (hal 310)

(229) Besok paginja dia berdoea pegi ka Pekodjan, dan tanja Goeroe disitoe, apa

misti bikin boeat mendapet keampoenan dosa besar, ibarat boenoe orang.

(hal 290)

(230) Dengen kaget akoe liat di atap ada satoe obor jang sedeng menjala, maka

sigrah djoega akoe pandjet ka atas, troes ambil dan boeang itoe obor ka

bawah. (hal 241)

(231) Girangnja Tio Sing Sang tatkala itoe kita tiada bisa tjerita lagi, maka Tio

Sing Sang sigrah mengoetjap banjak sjoekoer pada Toehan Jang Maha

Koeasa jang soedah atoerken djalannja hingga bisa ketemoe jang di tjari,

iaitoe kekasihnja dan moesoehnja. (hal 259)

(232) Besok paginja Toean W, tjerita kepada Njainja jang semalem dia soeda

mengimpi satoe oelar itam besar soeda lilit badan Njainja. (hal 273)

(233) Ia denger lagi seperti ada binatang berdjalan di tengah glagah. (hal 360)

(234) “Ach, ajandakoe!” berkata Robert seperti orang jang mabok meliat segala

kabesaran bagei dirinja. (hal 87)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

55

(235) Ia ini tentoe lebih soeka trima Pangeranmoe dari orang Olanda. (hal 54)

(236) Kaloe dia maoe berdami dengan Compagnie, biar dia bitjaraken halnja

seperti Soenan djangan dia bitjarain hal ini sama oetoesan orang Tjina,

tetapi sama pemarentah besar sendiri. (hal 54)

(237) Dia bawa sa-orang pembesar negrinja, atawa pangeran Mangkota, iaitoe

Mas Pengantin aken doedoek di sebelahnja dan doeloe-doeloe orang liat

Kiai Hemboong, atawa Raden Amirang Koesoema dia poenja mertoewa.

Tetapi sekarang jang ada doedoek di sitoe sa-orang asing tiada terkenal

serta pakejannja poen sederhana sadja pakejan itam dan poetih. (hal 74)

(238) Malem Senin dari itoe tanggal djoega, 28 Desember 1721, G.G

Zwaardecroon ada trima banjak tetamoe dalem astananja di Jacatra.

(hal 133)

(239) Disatoe tempat di dalem keboen itoe Raden dapet liat, toean roema sedeng

djalan moendar-mandir zonder kerdja satoe apa dan lakoenja ada sedeng

keras berpikir. (hal 118)

(240) Di pinggir laoet, deket moeara Antjol, toean! Di sitoe ada satoe tempat jang

koelilingnja di pager dengan poehoen-poehoen bamboe. (hal 167)

(241) Kemaren malam ada orang di kolong tempat tidoerkoe memegang keris.

(hal 86)

(242) Inget? Itoe soedah njata sekali, sedeng saban djika akoe seboet namamoe

moekanja djadi merah dan bersorot manis. (hal 237)

(243) Pada besok harinja satoe kawanan soldadoe brangkat ka Moeara Antjol

aken mengepoeng kawanan perampok jang ada di tempat itoe. (hal 177)

(244) “Djadi kau tiada nanti kawin sama saja adan tiada nanti toeroet saja lari,

kaloe tiada dapet permisie dari toean.” (hal 128)

(245) Menoeroet pendengaran Alie, bilang blas riboe orang telah berdjandji

atawa bermoefaket dengen Pieter Elberveld, jang soeda pastiken, pada 1

Januari 1722 nanti moelai djadi radja di poeloe Djawa. (hal 135)

(246) Dari ini beklahian di dalem roema, Samioen pikirken berhari-hari, sebab

dia soeda djadi takoet boeat oeroesin hartanja, serta dia rasa soesa boeat

boeang Njonja Hajati, sebab dilarang oleh Manja, dan Njonja Hajati soeda

taoe semoea resia djahatnja Samioen dari perkara menadah barang glap.

(hal 290)

(247) Djalannja meliwatken rawah dan tanah batjek, dan bebrapa soengei dan

empang misti diliwatnja atawa dipasangin djembatan hingga bebrapa

orang mendjadi sakit, ka koerangan makan dan minoem. (hal 96)

(248) Malem Senin dari itoe tanggal djoega, 28 Desember 1721, G.G

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

56

Zwaardecroon ada trima banjak tetamoe dalem astananja di Jacatra.

(hal 133)

(249) Tjoema ada satoe perkata-an jang dia tiada bisa loepa iaitoe apa jang

didengarnja di Soerabaija. (hal 64)

(250) Di tenga sawah ia brenti sakoetika lamanja, aken melepasken tjapenja

kamoedian ia brangkat menoedjoe ke Betawi, mengikuti djalan besar.

(hal 206)

(251) Di itoe djaman ada idoep satoe pemboenoe jang soeda tersohor brani, dan

koeat dan banjak orang, serta djoega Politie Islam takoet kepada dianja,

maka perboeatannja jang djahat orang tiada brani boeka, tambahan orang

tiada brani tangkap sama dia, sebab orang takoet kakoeatannja dan

balesannja. (hal 291)

(252) Kawan-kawannja itoe orang toea, jang ada dalem itoe kamar, jang taroe

kepertjajaan pada Pieter Elberveld sebagi orang soetji dan sakti,

mendenger itoe perkataan-perkataan dari itoe orang toea kapala

pembrontak. (hal 131)

Dalam bahasa Betawi, kata suara, rumah, celana, kata, nona, ibu, tanah,

Sarina, Rossina, istri, uang, Saipa, Dasima, Suzanna, kepala, suami, durian, kunci,

kain, mata, saudara, kursi, meriam, Cartadria, mayat, darah, hari, hidung, cerita,

tanya, atap, musuh, ular, tengah, bagai, Belanda, damai, hitam, Jakarta, kebun,

laut, malam, merah, Muara, nanti, pulau, rahasia, sungai, senin, Surabaya, sawah,

sebab, dan taruh dalam kalimat (200), (201), (202), (203), (204), (205), (206),

(207), (208), (209), (210), (211), (212), (213), (214), (215), (216), (217), (218),

(219), (220), (221), (222), (223), (224), (225), (226), (227), (228), (229), (230),

(231), (232), (233), (234), (235), (236), (237), (238), (239), (240), (241), (242),

(243), (244), (245), (246), (247), (248), (249), (250), (251), dan (252) berpadanan

dengan kata suare, rume, celane, kate, none, enyak, tane, Sarine, Rossine, bini,

duit, Saipe, Dasime, Suzanna, kepale, laki, duren, konci, kaen, mate, sodara, korsi,

meriem, Cartadrie, mayit, dara, ari, idung, cerite, tanye, atep, musu, uler, tenga,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

57

bage, Belande, dame, item, Jakarte, kebon, laot, malem, mera, Muare, ntar, pulo,

rasia, sunge, senen, Surabaye, sawa, lantaran, dan taro.

(200a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendengar suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(201a) Rumenye si Bohong berderet dengan rumenye si Conet.

(202a) Tuan Briot duduk di rumenye, pake celane dan telanjang badan.

(203a) “Alie, kate Sarine ente baek dan omongan ente pun patut.”

(204a) Aye arep, none berpikir dulu.

(205a) “Aye punye enyak.”

(206a) Awalnye diceritakan, ade atu rume kecil di desa Purwo di tane Jawa Timur,

punyanye seorang Jawa, yang bernama Niti Atmodjo – sekretaris pabrik

gula. Rume ntu ade di bawah bukit, pinggir kali, dan kagak dalem aernye.

(207a) Sarine keabisan akal.

(208a) “Mane si Rossine?”

(209a) “Sekarang, none ade di tangan aye dan aye amat cinte pade none, maka aye

arep none mau jadi bini aye.”

(210a) Buat ape? Biar aye simpen ndiri. Jika aye serahkan sekarang, aye kuatir

ente bikin ilang duit ntu.

(211a) Atinye ude seneng karena ie piker, si Saipe ude ade yang jaga dan

kantongnye sekarang ude penuh.

(212a) Haji Salihun tanye kepade Buyung tentang keidupannye Nyai Dasime dan

tuannye.

(213a) Ratu bersame anaknye cari akal binasain Gusti, dan akan membinasain

anak mude yang die sangka anaknye none Suzanne.

(214a) Temen orang tua -yang taro kepercayaan pade Pieter Elberveld itu sebage

orang suci dan sakti-, mendengar perkataan dari kepale pembrontak ntu.

(215a) Nyonye Van der Plugh mule khawatir, jangan-jangan Rossine dapet bikin

birahi lakinye, karena ni nyonye Van der Plugh berpikir, baeknye si

Rossine lekas dibrikan laki.

(216a) Di tiker, ia suruh bawa makanan yang ia malu makan di adepan lakinye,

seperti rujak, duren, dan sebagenye.

(217a) Tuan W. ude dapet atu anak prempuan bagus namanye Nenci, yang Tuan

W. sayang sekali, maka tuan W kagak rugi buat belikan dan kasi Nyainye

segala rupa barang, yaitu tusuk konde, peniti inten, selepa, dan konci mas.

(218a) Di luar celananye, ade pake atu kaen sarung, akan tetapi ukung bawah

kaennye terangkat ke atas dan diselipkan dalem perutnye.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

58

(219a) Dalem sekejap mate, prempuan ni ude dipegang oleh tige orang ntu,

mulutnye ditutup dengan atu sapu tangan hingga ia kagak bisa bertreak.

(220a) “Aye kagak ade sodara”.

(221a) Die buang dirinye di korsi dengan memegang potret ntu di tangannye yang

atu, dan duit-duitan di taronye di meja.

(222a) “Aye juge punye meriem, tetapi meskipun ilang, aye masi punye benteng

suse untuk musu ntu maju, sebab aye ude ambil aturan lebi dulu.

(223a) Baek, Raden Cartadrie.

(224a) Apol cemburuan serta ia terka, jangan-jangan nyonyenye ude siksa bininye

hingga lari, ato barangkali ia telah dibunu dan mayitnye ude dibuang

dimane-mane.

(225a) Atu budak yang jaga di rumenye tuan Kramer dalem sekejap mate ude

tergletak mati dengan berlimuran dara ditusuk oleh Joyo.

(226a) Esok arinye, atu kawanan serdadu brangkat ke Muare Ancol untuk

mengepung kawanan perampok yang ade di tempat ntu.

(227a) Ketika ntu ia ude buka tali celananye lalu iket idung si Dungkul, dan kagak

berape lame ia ude tuntun kebo ntu ambil jalan simpang ke kali Mencere.

(228a) Sebelonnye cerite, perlu diceritakan dulu dari nyonye Kong Hong Nio,

begimane ia jadi seorang yang memiliki banyak duit.

(229a) Besok pagi, die berdue pegi ke Pekojan, dan tanye guru, ape musti dapet

ampunan dosa besar bunuh orang?

(230a) Dengan kaget, aye liat di atep ade atu obor yang sedang menyala, dan aye

panjat ke atas trus ambil dan buang obor ntu ke bawah.

(231a) Senengnye To Sing Sang waktu ntu kagak bisa cerite lagi, maka Tio Sing

Sang mengucap syukur pade Tuhan Yang Maha Kuasa yang ude atur

jalannye hingga bisa ketemu yang dicari, yaitu kekasihnye, dan musunye.

(232a) Besok paginye, Tuan W cerite kepade Nyainye, semalem die ngimpi atu

uler item besar ude lilit badan Nyainye.

(233a) Ia denger lagi seperti ade binatang berjalan di tenga glagah.

(234a) “Ah, ayahanda aye!” Robert berkate seperti orang yang mabok meliat

kebesaran bage dirinye.

(235a) Ia tentu lebi suka trime Pangeran ente dari pade orang Belande.

(236a) Kalo die mau berdame dengan Kompeni, jangan bicarain hal ni ame

utusan orang Cina, tetapi ame Dewan Hindia.

(237a) Die bawa seorang pembesar negrinye (Pangeran Mahkota) yaitu Mas

Pengantin yang akan duduk di sebelanye, dan dulu orang liat Kiai

Hemboong (Raden Amirang Kusuma) punye mertua, tetapi sekarang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

59

duduk di situ seorang asing kagak terkenal yang pekeannye sederhana,

hanya pake item dengan puti.

(238a) Malem Senen tanggal 28 Desember 1721, Gubernur Jendral Zwaardecroon

trime banyak tamu di dalem istananye di Jakarte.

(239a) Di atu tempat di dalem kebon ntu, Raden dapet liat tuan rume sedang

jalan mondar-mandir kerja dan berpikir keras.

(240a) Di pinggir laot deket muara Ancol, tuan! Di situ ade atu tempat yang

sekelilingnye di pager dengan pohon-pohon bambu.

(241a) Kemaren malem, ade orang di kolong tempat tidur aye megang keris.

(242a) Inget? Ntu ude nyata jika aye sebut nama ente, mukenye jadi mera dan

bersorot manis.

(243a) Esok arinye, atu kawanan serdadu brangkat ke Muare Ancol untuk

mengepung kawanan perampok yang ade di tempat ntu.

(244a) “Jadi, ente ntar kawin ame aye dan ikut aye, kalo kagak dapet ijin dari

tuan.”

(245a) Menurut pendengaran Ali, ribuan orang ude berjanji ato bermufakat

dengan Pieter Elberveld, yang pade 1 Januari 1722 ntar mule jadi raje di

Pulo Jawa.

(246a) Di dalem rume, Samiun pikirkan berhari-hari buat urusin hartanye serta

die rasa suse buat buang Nyonye Hayati, sebab dilarang Ma’nye, dan

Nyonye Hayati yang ude tau semua rasia jahatnye Samiun dari perkara

menadah barang gelap.

(247a) Jalannye melewati rawa dan tane becek, beberape sunge, dan empang

musti dilewatinye ato dipasangin jembatan hingga beberape orang jadi

sakit, kekurangan makan dan minum.

(248a) Malem Senen tanggal 28 Desember 1721, Gubernur Jendral Zwaardecroon

trime banyak tamu di dalem istananye di Jakarte.

(249a) Cume ade atu perkataan yang die kagak bisa lupe yaitu ape yang

didengernye di Surabaye.

(250a) Di tenga sawa ia brenti sejenak untuk melepaskan capenye, kemudian ia

brangkat menuju Betawi mengikuti jalan besar.

(251a) Di jaman ntu ade atu pembunu yang terkenal brani, kuat, serta Polisi

Islam takut kepadanye, maka perbuatannye yang jahat, orang kagak

brani buka, dan kagak brani tangkep die lantaran orang takut

kekuatannye dan balesannye.

(252a) Temen orang tua -yang taro kepercayaan pade Pieter Elberveld itu sebage

orang suci dan sakti-, mendengar perkataan dari kepale pembrontak ntu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

60

3.6 Kata Sambung (Konjungsi)

Kata sambung adalah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian

kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat (Keraf, 1984:78). Kata sambung

(konjungsi) menurut Kridalaksana (2007:102) adalah kategori yang berfungsi

untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu

menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Contohnya sebagai

berikut:

(253) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(254) Djalannja meliwatken rawah dan tanah batjek, dan bebrapa soengei dan

empang misti diliwatnja atawa dipasangin djembatan hingga bebrapa

orang mendjadi sakit, ka koerangan makan dan minoem. (hal 96)

(255) Ia minta pada si Djojo soepaja ia dianter poelang karoemah orang-toeahnja

sertapoen ia berdandji aken kasih oewang peneboes padanja, aken tetapi

sia-sia saja. (hal 178)

(256) “Ja!” sahoet si Siman. (hal 181)

Kata kalau, atau, supaya, dan ya dalam kalimat (253), (254), (255), dan

(256) memiliki padanan kalo, ato, supaye, bage, dan ya dalam bahasa Betawi.

(253a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe ame juge seperti aye

berkhianat ame negri aye.

(254a) Jalannye melewati rawa dan tane becek, beberape sunge, dan empang

musti dilewatinye ato dipasangin jembatan hingga beberape orang jadi

sakit, kekurangan makan dan minum.

(255a) Ia minta si Joyo supaye ia dianter balik ke rume orang tuanye serta

berjanji akan kasi duit penebus padenye, tetapi sia-sia aje.

(256a) “Ye!” sahut si Siman.

3.7 Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat adalah kata yang memberi keterangan atau yang menerangkan

nama benda (Keraf, 1984:64). Kridalaksana (2007:59) berpendapat bahwa kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

61

sifat adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1) bergabung

dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, (3) didampingi partikel seperti

lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis, dan (5) dibentuk menjadi

nomina dengan konfiks. Contohnya sebagai berikut:

(257) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi

lemas. (hal 153)

(258) Roepanja ada kelihatan lebih tjakep lagi dengan berpakei pakean iang aneh

itoe. (hal 301)

(259) Dia dengar dalam atinja soewara opsir memarentah. (hal 89)

(260) Akoe poenja hati tiada senang, liat roepamoe seperti orang mengandoeng

soesah. (hal 158)

(261) Kira-kira soeda liwat 1 boelan poenja lama tiada sekali Njai Dasima

omongken perkara beladjar agama, dan tiada sekali-kali dia bentji kepada

Toeannja. (hal 279)

(262) Dari ini beklahian di dalem roema, Samioen pikirken berhari-hari, sebab

dia soeda djadi takoet boeat oeroesin hartanja, serta dia rasa soesa boeat

boeang Njonja Hajati, sebab dilarang oleh Manja, dan Njonja Hajati soeda

taoe semoea resia djahatnja Samioen dari perkara menadah barang glap.

(hal 290)

(263) Koetika Tjeng San dan k e Tjoan soedah sampei oemoer, maka kadoea anak

ini di nikahken. Semantara itoe Tan Kim Nio, anaknja Kong Hong Nio

soedah djadi prawan, maka Kong Hong Nio pikir baik anaknja di djadiken

istrinja si Hok Kan. (hal 316)

(264) Kira kira satoe taon, sasoedahnja baba Liem Tek Kan meninggal doenia,

pada soeatoe hari ada sa-orang Tjina moeda berdjalan di kampoeng

Mandjangan, dengen menoenggang koeda belang iang amat tjakep dan

bagoes. (hal 318)

(265) Koesirnja ia-itoe satoe boedak iang amat pandei bawa karetanja. (hal 322)

(266) Pada malem tanggal 3 September taon 1853, bebrapa orang soedah dateng

berkoempoel di satoe gardoe lama di dekat djembatan di Passar Bediel.

(hal 243)

(267) Dia bawa sa-orang pembesar negrinja, atawa pangeran Mangkota, iaitoe

Mas Pengantin aken doedoek di sebelahnja dan doeloe-doeloe orang liat Kiai

Hemboong, atawa Raden Amirang Koesoema dia poenja mertoewa. Tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

62

sekarang jang ada doedoek di sitoe sa-orang asing tiada terkenal serta

pakejannja poen sederhana sadja pakejan itam dan poetih. (hal 74)

(268) Akoe kepingin soenggoe aken tinggalin bagimoe, soedara, sa-orang gantikoe

jang pantas dan tjakep dihormatin didengar prentahnja. (hal 105)

(269) Ia-poenja tabeat ada djelek sekali, gila hormat dan selamanja ingin besar,

tapi ia ada mempoenjai banjak kekajaan. (hal 137)

(270) Soedah tentoe badan dan kepala kita orang diinjek oleh babi hingga penoeh

loempoer (hal 240).

(271) Liem Hok Kan liat harlodjinja dan liat betoel baroe poekoel ampat soreh.

Kemoedian maka Liem Hok Kan dengan soedarah-soedarahnja teroes

doedoek dan tiada berapa lama angklong soedah ramei bermain. (hal 336)

(272) Besok paginja ia dateng di tempat pekerdja-annja dengan berasa amat

tjapei dan badan tiada segar. (hal 385)

(273) Besok paginja ia dateng di tempat pekerdja-annja dengan berasa amat

tjapei dan badan tiada segar. (hal 385)

(274) Pada soewaktoe hari tatkala soedah soreh, maka saja pergi di deket moeara

Antjol, tiba-tiba saja lihat satoe goeboek ketjil. Maka oleh kerna amat lapar

sigrah saja pergi ka goeboek itoe laloe ketoek pintoe. (hal 168)

(275) Fabriek itu djatoehlah di tangannja lain orang, administrateur di kasi lepas

dan djoeroe pegang boekoe poen menoeroet administrateur pergi tjari

pekerdjahan di lain tempat. (hal 378)

(276) Anak, perkata-anmoe soenggoe benar, serta sanget ia meloekaken atikoe!

(hal 70)

(277) Pangeran-pangeran pada marah, adapoen marahnja sia-sia sadja sebab

ayandanya tiada perdoeli-in aken kasi katerangan dari pada

perboewatannja. (hal 74)

(278) Dia kira jang dia hendak memaksa kami dengan djandji orang-orang

Olanda itoe maka salah soenggoe doega-annja. (hal 54)

Dalam bahasa Betawi, kata lemas, lebih, dalam, senang, lama, susah, baik,

muda, pandai, dekat, putih, pantas, gila, penuh, ramai, capai, segar, lapar, lain,

benar, marah, dan salah dalam kalimat (257), (258), (259), (260), (261), (262),

(263), (264), (265), (266), (267), (268), (269), (270), (271), (272), (273), (274),

(275), (276), (277), dan (278) berpadanan dengan kata lemes, lebi, dalem, seneng,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

63

lame, suse, baek, mude, pande, deket, puti, pantes, gile, penu, rame, cape, seger,

laper, laen, bener, mare, dan sala.

(257a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendenger suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(258a) Mukenye keliatan lebi cakep lagi dengan pakean yang aneh ntu.

(259a) Die denger dalem atinye suare memerentah.

(260a) Aye punye ati kagak seneng, liat muke ente seperti orang susah.

(261a) Kire-kire 1 bulan lamenye, Nyai Dasime omongkan perkara belajar

agama, dan kagak sekali-kali die benci kepade tuannye.

(262a) Di dalem rume, Samiun pikirkan berhari-hari buat urusin hartanye serta

die rasa suse buat buang Nyonye Hayati, sebab dilarang Ma’nye, dan

Nyonye Hayati yang ude tau semua rasia jahatnye Samiun dari perkara

menadah barang gelap.

(263a) Ketika Tjeng San dan Tjoan ude berumur, kedua anak ni dinikahkan.

Sementara ntu, Tan Kim Nio anaknye Kong Hong Nio ude jadi prawan,

maka Kong Hong Nio piker, baeknye anaknye dijadikan bininye Hok Kan.

(264a) Kire-kire atu taon suede baba Liem Tek Kan meninggal dunia, ade

seorang Cina mude berjalan di kampung Menjangan dengan menunggang

kuda.

(265a) Kusirnye atu budak yang pande bawa keretanye.

(266a) Pade malem tanggal 3 September taon 1853, beberape orang ude dateng

berkumpul di atu gardu lama di deket jembatan di pasar senjata.

(267a) Die bawa seorang pembesar negrinye (Pangeran Mahkota) yaitu Mas

Pengantin yang akan duduk di sebelanye, dan dulu orang liat Kiai

Hemboong (Raden Amirang Kusuma) punye mertua, tetapi sekarang yang

duduk di situ seorang asing kagak terkenal yang pekeannye sederhana,

hanya pake item dengan puti.

(268a) Aye kepingin tinggalin bagi ente sodara yang pantes dihormatin dan

didenger prentahnye.

(269a) Ia punye tabiat jelek, gile hormat dan selamanye ingin besar, tapi ia

mempunyai banyak kekayaan.

(270a) Badan dan kepale kite diinjek babi hingga penu lumpur.

(271a) Liem Hok Kan liat arlojinye baru pukul mpat sore, kemudian Liem Hok

Kan dengan sodara-sodaranye duduk, dan kagak berape lama ude rame

bermaen angklung.

(272a) Besok paginye, ia dateng di tempat kerjanye dengan rase cape dan badan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

64

kagak seger.

(273a) Besok paginye, ia dateng di tempat kerjanye dengan rase cape dan badan

kagak seger.

(274a) Pade suatu hari tatkala ude sore, aye pegi di deket muara Ancol, tiba-tiba

aye liat gubuk kecil. Karna amat laper, aye pegi ke gubuk ntu lalu ketuk

pintu.

(275a) Pabrik ntu jatoh ke tangan orang laen, administrator dilepas dan juru

pegang buku pun pegi cari pekerjaan di tempat laen.

(276a) Anak, perkataan ente sunggu bener, ia melukai ati aye.

(277a) Pangeran-pangeran pade mare. Marenye sia-sia aje, sebab ayahandanye

kagak kasi keterangan dari perbuatannye.

(278a) Die kire yang hendak memaksa kami orang Belande, tapi sala dugaannye.

3.8 Kata Bilangan

Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung

banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang), dan konsep (Moeliono,

1997:192). Menurut Kridalaksana (2007:79), kata bilangan adalah kategori yang

dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai

potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan

tidak atau dengan sangat. Contohnya sebagai berikut:

(279) Akoe tida poenja doeit satoe cent pun kerna itu angkaoe misti toeloeng

djoealin itoe kerbo. (hal 198)

(280) Tiga hari kamoedian, sasoedahnja Liem Hok Kan bitjara dengan si Merak

bapa Oedin, tatkala matahari soedah soeroep, sekoenjoeng koenjoeng ada

satoe kareta pa lankijn, pakei ampat koeda, dating brenti di moeka satoe

roemah ketjil di kampoeng Mendjangan. (hal 322)

(281) Itoe orang-orang Tengger jang di pendjara pada di lepas semoewa dengan

titah aken pegi poelang itoe ari djoega kagoenoeng.

(282) Ia balik lagi ka waroeng di mana ia blanja makanan sepoeloeh doeit.

(hal 207)

Kata satu, empat, semua, dan sepuluh dalam kalimat (279), (280), (281),

dan (282) memiliki padanan atu, mpat, semue, dan sepulu dalam bahasa Betawi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

65

(279a) Aye kagak punye duit atu sen pun, kerna ntu tolong jualin kebo ntu.

(280a) Tige hari suede Liem Hok Kan bicare dengan si Merak bapa Udin, ade atu

kereta tandu pake mpat kuda brenti di atu rume kecil di kampung

Menjangan.

(281a) Orang-orang Tengger yang di penjara ntu pade dilepas semue dengan

prentah akan balik ari ntu juge ke gunung.

(282a) Ia balik ke warung tempat ia blanja makanan sepulu duit lagi.

3.9 Kata Depan (Preposisi)

Kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian

kalimat (Keraf, 1984:79). Kata depan menurut Kridalaksana (2007:95) adalah

kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga

terbentuk frase eksosentris direktif. Contohnya sebagai berikut:

(283) Pada soeatoe hari, koetika matahari baroe menerangken langit di sebla

Timoer, maka adalah saorang berdjalan tjepat menoedjoe ka kota Betawi.

(hal 182)

(284) Njonja van der Ploegh soeroe gelar satoe tiker, dimana njonja ini doedoek

besila sebagi orang kampoeng. (hal 157)

Kata pada, dan sebagai dalam kalimat (283), dan (284) berpadanan dengan

kata pade, dan sebage.

(283a) Pade suatu hari, ketika matahari baru menyinari langit di sebelah timur,

ade seorang yang berjalan cepat menuju ke kota Betawi.

(284a) Nyonye Van der Plugh suruh gelar atu tiker, dimane nyonye ni duduk

bersila sebage orang kampung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

66

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, perbedaan bunyi pada kata dalam antologi

Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi dapat disimpulkan sebagai

berikut: Pertama, kata yang berakhir bunyi [a] dalam antologi Tempo Doeloe

menjadi kata yang berakhir bunyi [e] dalam bahasa Betawi, kata yang berakhir

bunyi [ah] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang berakhir bunyi [e]

dalam bahasa Betawi, bunyi [h], [i], [s], dan [ə] pada awal kata dan menjadi

hilang dalam bahasa Betawi, kata yang mempunyai bunyi tengah [a] dalam

antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang mempunyai bunyi [ə] dalam bahasa

Betawi, kata yang mempunyai diftong [ai] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi

kata yang mempunyai bunyi [e] dalam bahasa Betawi, kata yang mempunyai

bunyi tengah [i] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang mempunyai

bunyi tengah [ε] dalam bahasa Betawi, kata yang mempunyai diftong [au] dalam

antologi Tempo Doeloe menjadi kata yang mempunyai bunyi [o] dalam bahasa

Betawi, bunyi [h] pada akhir kata dan menjadi hilang dalam bahasa Betawi, bunyi

pada antologi Tempo Doeloe berbeda dengan bunyi dalam bahasa Betawi, dan

kata yang mempunyai bunyi tengah [u] dalam antologi Tempo Doeloe menjadi

kata yang mempunyai bunyi tengah [ò] dalam bahasa Betawi.

Kedua, kata yang sama maknanya tetapi berbeda bunyinya dalam antologi

Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi dapat dimasukkan ke dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

67

beberapa kategori kata. Kategori itu meliputi kata ganti (pronomina), kerja

(verba), keterangan (adverbia), benda (nomina), sambung (konjungsi), sifat

(adjektif), bilangan (numeralia), dan depan (preposisi).

Selain itu, perbedaan bunyi pada kata dalam antologi Tempo Doeloe

dengan kata dalam bahasa Betawi mempunyai dua hal penting. Pertama, bunyi

vocal dan konsonan yang berubah bunyi , dan kedua, bunyi vokal dan konsonan

yang hilang. Bunyi vokal dan konsonan yang mengalami perubahan bunyi yaitu

bunyi [a], [ah], dan [ai] menjadi [e], bunyi tengah [a] menjadi [ə], bunyi tengah [i]

menjadi [ε], bunyi [au] menjadi [o], dan bunyi [u] menjadi [ò]. Bunyi vokal dan

konsonan yang hilang yaitu bunyi [h], [i], [s], dan [ə]

4.2 Saran

Masih banyak aspek kebahasaan yang dapat diteliti lebih lanjut tentang

bahasa Melayu dan bahasa Betawi. Misalnya aspek gramatikal dalam dua bahasa

tersebut dapat dikaji agar dapat ditemukan dan dirumuskan perbedaan dan

persamaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

68

DAFTAR PUSTAKA

Ananta Toer, Pramoedya (Editor). 2003. Tempo Doeloe. Jakarta: Lentera Dipantara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1979. Fungsi dan Kedudukan Dialek

Jakarta. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama. Ikranagara, Kay. 1988. Tata Bahasa Melayu Betawi. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Marsono. 1999. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Moeliono, Anton. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.

Muhajir. 1984. Morfologi Dialek Jakarta. Jakarta: Djambatan Anggota IKAPI.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Van Wijk, D. Gerth. 1985. Tata Bahasa Melayu. Jakarta: Djambatan Anggota IKAPI.

Verhaar, J.W.M. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yasyin, Sulchan. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

69

LAMPIRAN

Lampiran dalam skripsi yang berjudul Perbandingan bunyi pada kata

dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam bahasa Betawi adalah sebagai

berikut:

1) Perbedaan Bunyi Kata dalam Antologi Tempo Doeloe dan Kata dalam

Bahasa Betawi

Perbedaan bunyi kata yang terdapat dalam skripsi yang berjudul

Perbandingan bunyi pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan kata dalam

bahasa Betawi adalah sebagai berikut:

1.1 Kata yang Berakhir Bunyi [a] dalam Antologi Tempo Doeloe Menjadi

Kata yang Berakhir Bunyi [e] dalam Bahasa Betawi

Dalam antologi Tempo Doeloe

(1) Dia diam sadja telentang di itoe tikar. (hal 64)

(2) Ia bikin sa-olah olah itoe harta peninggalan dari ajah kita sebagai poenjanja

sendiri. (hal 330)

(3) Dengan moeka bengis ia pandang Njai Saipa. (hal 211)

(4) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(5) “Akoe poenja iboe.” (hal 59)

(6) “Ach! Nona tida taoe begimana hatikoe ini, soedah lama ada tjinta pada

nona.” (hal 178)

(7) Malem Senin dari itoe tanggal djoga, 28 Desember 1721, G.G Zwaardecroon

ada trima banjak tetamoe dalem astananja di Jacatra. (hal 133)

(8) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi

lemas. (hal 153)

(9) Toean Briot itoe waktoe ada doedoek di roemahnja iang amat mesum

adanja, pakei tjelana dan telandjang badan. (hal 386)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

70

(10) “Alie! kata Sarina, “kau ada seorang baek dan omonganmoe poen patoet.

(hal 124)

(11) Saja harep nona soeka berpikir doeloe. (hal 179)

(12) “Ada apa Sarina? Mengapa kau begini?” (hal 129) (13) “Kenapa loe djatoin Sinjo?” (hal 152)

(14) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi lemas. (hal 153)

(15) Liem Hok Kan sebelomnja berangkat, pergi doeloe ka tempat dimana Mas

Redjo ada tidoer. (hal 351)

(16) Begimana dengen Sarina? (hal 142)

(17) Sarina keabisan akal. (hal 133)

(18) “Mana si Rossina?” (hal 152)

(19) “Ja!” sahoet si Siman. (hal 181)

(20) Pada soeatoe hari, koetika matahari baroe menerangken langit di sebla

Timoer, maka adalah saorang berdjalan tjepat menoedjoe ka kota Betawi.

(hal 182)

(21) Hatinja soedah senang kerna ia piker si Saipa soedah ada jang piara dan

kantongnja sekarang soedah penoeh. (hal 216)

(22) Hadji Salihoen tanja kepada ma Boejoeng, hal ichwal keidoepannja itoe

Njai Dasima dan Toeannja.

(23) Tjoema ada satoe perkata-an jang dia tiada bisa loepa iaitoe apa jang

didengarnja di Soerabaija. (hal 64)

(24) Sarina tiada ditahan, tapi iboenja dan doea boedak prempoean laen ditahan

djoega di dalem boei.

(25) Njonja van der Ploegh soeroe gelar satoe tiker, dimana njonja ini doedoek

besila sebagi orang kampoeng. (hal 157)

(26) Ia ini tentoe lebih soeka trima Pangeranmoe dari orang Olanda. (hal 54)

(27) “Ach, engkau tiada maoe akoe bitjara!” (hal 78)

(28) Di Pinggir tembok kamar jang di pake boewat kantornja ada di pan

pandjang. (hal 51)

(29) “Ampoen Goesti ampoen! Itoelah boekan maksoednja Pangeran Adipati.

Ianja tjoema minta Goesti poenja pikiran.” (hal 54)

(30) Soeda tiga malem ampir tida dapet tidoer sama sekali, ampir tenga malem

Sarina telah djadi poeles di pangkoean iboenda. (hal 138)

(31) Ratoe bersama-sama anaknja pada tjari akal aken membinasa-in Goesti,

dan aken membinasain itoe anak moeda jang dia orang sangka anaknja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

71

nona Suzanna. (hal 85)

(32) Kawan-kawannja itoe orang toea, jang ada dalem itoe kamar, jang taroe

kepertjajaan pada Pieter Elberveld sebagi orang soetji dan sakti,

mendenger itoe perkataan-perkataan dari itoe orang toea kapala

pembrontak. (hal 131)

(33) Ia minta pada si Djojo soepaja ia dianter poelang karoemah orang-toeahnja

sertapoen ia berdandji aken kasih oewang peneboes padanja, aken tetapi

sia-sia saja. (hal 178)

(34) Kira-kira soeda liwat 1 boelan poenja lama tiada sekali Njai Dasima

omongken perkara beladjar agama, dan tiada sekali-kali dia bentji kepada

Toeannja. (hal 279)

(35) Besok paginja dia berdoea pegi ka Pekodjan, dan tanja Goeroe disitoe, apa

misti bikin boeat mendapet keampoenan dosa besar, ibarat boenoe orang.

(hal 290)

(36) Sebelonnja tjerita teroes, perloelah di tjeritaken doeloe dari njonja Kong

Hong Nio, bagimana ia soedah djadi saorang hartawan. (hal 310)

(37) Kira kira satoe taon, sasoedahnja baba Liem Tek Kan meninggal doenia,

pada soeatoe hari ada sa-orang Tjina moeda berdjalan di kampoeng

Mandjangan, dengen menoenggang koeda belang iang amat tjakep dan

bagoes. (hal 318)

(38) Dalem sakedjap mata prampoean ini soedah di pegang oleh itoe tiga orang,

moeloetnja di toetoep dengen satoe sapoetangan hingga ia tiada bisa

bertereak. (hal 322)

(39) Apa betoel si Sa-oedin boleh di pertjaja? (hal 340)

(40) Itoe orang-orang Tengger jang di pendjara pada di lepas semoewa dengan

titah aken pegi poelang itoe ari djoega kagoenoeng.

(41) Ach soedahlah baekan djoega begitoe! Boewat apa ini negri tinggal berdiri

kaloe misti diprentahken oleh Pengantin, Nitro, Lembono, Soenan Mas dan

Sjeikh Abdoellah? Lebih baik orang Olanda rampas dan piarah itoe negri.

(hal 86)

(42) Baek, Raden Cartadria. (hal 119)

(43) Ia-poenja tabeat ada djelek sekali, gila hormat dan selamanja ingin besar,

tapi ia ada mempoenjai banjak kekajaan. (hal 137)

(44) Pada besok harinja satoe kawanan soldadoe brangkat ka Moeara Antjol

aken mengepoeng kawanan perampok jang ada di tempat itoe. (hal 177)

(45) Sesoenggoehnja ia rasa takoet apa lagi kerna moesinnja orang merampok.

(hal 182)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

72

Dalam bahasa Betawi

(1a) Die diem aje telentang di tikar ntu.

(2a) Ia bikin seolah-olah harta ntu peninggalan dari babe kite sebage

punyenye ndiri.

(3a) Dengan muke bengis, ie pandang Nyai Saipe.

(4a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe ame juge seperti aye

berkhianat ame negri aye.

(5a) “Aye punye enyak.”

(6a) “Ah, None kagak tau begimane ati aye ni, yang ude lama cinte none.”

(7a) Malem Senen tanggal 28 Desember 1721, Gubernur Jendral Zwaardecroon

trime banyak tamu di dalem istananye di Jakarte.

(8a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendengar suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(9a) Tuan Briot duduk di rumenye, pake celane dan telanjang badan.

(10a) “Alie, kate Sarine ente baek dan omongan ente pun patut.”

(11a) Aye arep, none berpikir dulu.

(12a) “ Ade ape Sarine? Mengapa ente begini?”

(13a) “Kenape ente jatoin Sinyo?”

(14a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendenger suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(15a) Sebelom berangkat, Liem Hok Kan pegi dulu ke tempat dimane Mas Rejo

tidur.

(16a) Begimane dengan Sarine?

(17a) Sarine keabisan akal.

(18a) “Mane si Rossine?”

(19a) “Ye!” sahut si Siman.

(20a) Pade suatu hari, ketika matahari baru menyinari langit di sebelah timur,

ade seorang yang berjalan cepat menuju ke kota Betawi.

(21a) Atinye ude seneng karena ie piker, si Saipe ude ade yang jaga dan

kantongnye sekarang ude penuh.

(22a) Haji Salihun tanye kepade Buyung tentang keidupannye Nyai Dasime dan

tuannye.

(23a) Cume ade atu perkataan yang die kagak bisa lupe yaitu ape yang

didengernye di Surabaye.

(24a) Sarine kagak ditahan, tapi enyaknye, dan due budak prempuan laen

ditahan juge di dalem penjara.

(25a) Nyonye Van der Plugh suruh gelar atu tiker, dimane nyonye ni duduk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

73

bersila sebage orang kampung.

(26a) Ia tentu lebi suka trime Pangeran ente dari pade orang Belande.

(27a) “Ah, ente kagak mau aye bicare!”.

(28a) Di Pinggir tembok kamar yang dipake buat kantornye, ade dipan panjang.

(29a) “Ampun Gusti, ampun! Ntu bukan maksudnye Pangeran Adipati. Ia cume

minta Gusti punye pemikiran.

(30a) Ude tige malem kagak dapet tidur ame sekali, Sarine telah pules di

pangkuan ibunda.

(31a) Ratu bersame anaknye cari akal binasain Gusti, dan akan membinasain

anak mude yang die sangka anaknye none Suzanne.

(32a) Temen orang tua -yang taro kepercayaan pade Pieter Elberveld itu sebage

orang suci dan sakti-, mendengar perkataan dari kepale pembrontak ntu.

(33a) Ia minta si Joyo supaye ia dianter balik ke rume orang tuanye serta

berjanji akan kasi duit penebus padenye, tetapi sia-sia aje.

(34a) Kire-kire 1 bulan lamenye, Nyai Dasime omongkan perkara belajar

agama, dan kagak sekali-kali die benci kepade tuannye.

(35a) Besok pagi, die berdue pegi ke Pekojan, dan tanye guru, ape musti dapet

ampunan dosa besar bunuh orang?

(36a) Sebelonnye cerite, perlu diceritakan dulu dari nyonye Kong Hong Nio,

begimane ia jadi seorang yang memiliki banyak duit.

(37a) Kire-kire atu taon suede baba Liem Tek Kan meninggal dunia, ade

seorang Cina mude berjalan di kampung Menjangan dengan menunggang

kuda.

(38a) Dalem sekejap mate, prempuan ni ude dipegang oleh tige orang ntu,

mulutnye ditutup dengan atu sapu tangan hingga ia kagak bisa bertreak.

(39a) Ape betul si Saudin bisa dipercaye?

(40a) Orang-orang Tengger yang di penjara ntu pade dilepas semue dengan

prentah akan balik ari ntu juge ke gunung.

(41a) Ah, baekan juge gitu! Buat ape negri ni berdiri kalo musti diprentah oleh

Pengantin, Nitro, Lembono, Sunan Mas, dan Syekh Abdullah? Lebi baek

Orang Belande rampas dan piare negri ntu.

(42a) Baek, Raden Cartadrie.

(43a) Ia punye tabiat jelek, gile hormat dan selamanye ingin besar, tapi ia

mempunyai banyak kekayaan.

(44a) Esok arinye, atu kawanan serdadu brangkat ke Muare Ancol untuk

mengepung kawanan perampok yang ade di tempat ntu.

(45a) Sesunggunye, ia rase takut karna musimnye orang merampok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

74

1.2 Kata yang Berakhir Bunyi [ah] dalam Antologi Tempo Doeloe

Menjadi Kata yang Berakhir Bunyi [e] dalam Bahasa Betawi

Dalam antologi Tempo Doeloe

(46) Roemahnja si Bohong ada berderet dengen roemahnja si Tjonat. (hal 192)

(47) Sabermoela di tjeritaken, adalah satoe roemah ketjil di desa Poerwo di

tanah Djawa Wetan, poenjanja seorang Djawa, bernama Niti Atmodjo,

joeroetoelis fabriek goela, dan roemah itoe ada terdiri di bawah satoe

boekit, iang adanja di pinggir kali, iang tiada dalem aernja. (hal 377)

(48) Dari ini beklahian di dalem roema, Samioen pikirken berhari-hari, sebab

dia soeda djadi takoet boeat oeroesin hartanja, serta dia rasa soesa boeat

boeang Njonja Hajati, sebab dilarang oleh Manja, dan Njonja Hajati soeda

taoe semoea resia djahatnja Samioen dari perkara menadah barang glap.

(hal 290)

(49) Dia tiada ada kepoeteren dalam istana djadi tiada oesah koewatir terima

orang laki-laki. (hal 52)

(50) Pangeran-pangeran pada marah, adapoen marahnja sia-sia sadja sebab

ayandanya tiada perdoeli-in aken kasi katerangan dari pada

perboewatannja. (hal 74)

Dalam bahasa Betawi

(46a) Rumenye si Bohong berderet dengan rumenye si Conet.

(47a) Awalnye diceritakan, ade atu rume kecil di desa Purwo di tane Jawa

Timur, punyanye seorang Jawa, yang bernama Niti Atmodjo – sekretaris

pabrik gula. Rume ntu ade di bawah bukit, pinggir kali, dan kagak dalem

aernye

(48a) Di dalem rume, Samiun pikirkan berhari-hari buat urusin hartanye serta

die rasa suse buat buang Nyonye Hayati, sebab dilarang Ma’nye, dan

Nyonye Hayati yang ude tau semua rasia jahatnye Samiun dari perkara

menadah barang gelap.

(49a) Die kagak ade prempuan dalem istana, jadi kagak use kuatir terime laki-

laki.

(50a) Pangeran-pangeran pade mare. Marenye sia-sia aje, sebab ayahandanye

kagak kasi keterangan dari perbuatannye.

1.3 Bunyi [h], [i], [s], dan [ə] Pada Awal Kata dan Menjadi Hilang dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

75

Bahasa Betawi

Dalam antologi Tempo Doeloe

(51) “Ach! Nona tida taoe begimana hatikoe ini, soedah lama ada tjinta pada

nona.” (hal 178)

(52) Akoe tida poenja doeit satoe cent pun kerna itu angkaoe misti toeloeng

djoealin itoe kerbo. (hal 198)

(53) Ia sedeng tida senang hati. (hal 118)

(54) Broentoeng sekali di itoe malem, tatkala si Tjonat merampok di roemah

baba Lie A. Tjip, akoe ada di sitoe, djika tiada nistjaja roemahnja soedah

habis di makan api. (hal 240)

(55) Tiga hari kamoedian, sasoedahnja Liem Hok Kan bitjara dengan si Merak

bapa Oedin, tatkala matahari soedah soeroep, sekoenjoeng koenjoeng ada

satoe kareta pa lankijn, pakei ampat koeda, dating brenti di moeka satoe

roemah ketjil di kampoeng Mendjangan. (hal 322)

(56) Dengen hati berdebar toean Kramer masoek ka dalem roemah di mana

istrinja soedah hampir mati. (hal 177)

(57) Pada besok harinja satoe kawanan soldadoe brangkat ka Moeara Antjol

aken mengepoeng kawanan perampok jang ada di tempat itoe. (hal 177)

(58) Koetika itu djoega ia telah boeka tali tjelananja laloe iket hidoeng si

Doengkoel dan tiada berapa lama ia soedah toentoen kerbo itoe, ambil satoe

djalan simpang ka kali Mentjere. (hal 195)

(59) Orang-orang dessa pada koetika itoe terpaksa semboeni dalem goeboeknja,

tetapi pertjoema, kerna ada banjak goeboek soeda roeboe lantaran kerasnja

angin, jang lain soedah hanjoet terbawa bandjir. (hal 214)

(60) Si Tjonat ia liatin dengen koerang senang, aken tetapi koetika Kaenoen liat

si Tjonat ada bawa banjak orang dan barang mas inten, maka hilang

maranja. (hal 218)

(61) Banjak bangsa Tjina di tempo dahoeloe kala telah dateng tinggal di loear-

loear kota Betawi, di mana marika itoe hidoep dengen pentjarian mengebon

dan berniaga. (hal 221)

(62) Dengen ini pestol soedah lama akoe bisa boenoeh dan bikin hantjoer

kepalamoe, aken tetapi akoe tida maoe boeang satoe pelor boeat satoe

bangsat sebagi kau. (hal 261)

Dalam bahasa Betawi

(51a) “Ah, None kagak tau begimane ati aye ni, yang ude lama cinte none.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

76

(52a) Aye kagak punye duit atu sen pun, kerna ntu tolong jualin kebo ntu.

(53a) Ia sedang kagak enak ati.

(54a) Beruntung skali di malem ntu ketika si Conat merampok di rume Baba Lie

A. Tjip, aye ade di situ. Jika kagak, niscaya rumenye ude abis di makan

api.

(55a) Tige hari suede Liem Hok Kan bicare dengan si Merak bapa Udin, ade atu

kereta tandu pake mpat kuda brenti di atu rume kecil di kampung

Menjangan.

(56a) Dengan ati berdebar, tuan Kramer masuk ke dalem rume dimane bininye

ude ampir mati.

(57a) Esok arinye, atu kawanan serdadu brangkat ke Muare Ancol untuk

mengepung kawanan perampok yang ade di tempat ntu.

(58a) Ketika ntu ia ude buka tali celananye lalu iket idung si Dungkul, dan

kagak berape lame ia ude tuntun kebo ntu ambil jalan simpang ke kali

Mencere.

(59a) Orang desa waktu ntu terpaksa sembunyi dalem gubuknye, tetapi percume

karna ade banyak gubuk ude roboh lantaran kerasnye angina, dan yang

laen ude anyut terbawa banjir.

(60a) Si Conat liatin dengan kurang seneng, akan tetapi ketika Kaenun liat si

Conat bawa banyak duit dan mas inten, ilang maranye.

(61a) Bangsa Cina tempo dulu ketika dateng, tinggal di luar kota Betawi

dimane mereka idup dengan mengebon dan berniaga.

(62a) Dengan pestol ni, aye bisa bunu dan bikin ancur kepale ente, akan tetapi

aye kagak mu buang atu pelor buat atu bangsat seperti ente.

1.4 Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [a] dalam Antologi Tempo

Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi [ə] dalam Bahasa

Betawi

Dalam antologi Tempo Doeloe

(63) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi

lemas. (hal 153)

(64) Dia dengar dalam atinja soewara opsir memarentah. (hal 89)

(65) Akoe poenja hati tiada senang, liat roepamoe seperti orang mengandoeng

soesah. (hal 158)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

77

(66) Pada soewaktoe hari tatkala soedah soreh, maka saja pergi di deket moeara

Antjol, tiba-tiba saja lihat satoe goeboek ketjil. Maka oleh kerna amat lapar

sigrah saja pergi ka goeboek itoe laloe ketoek pintoe. (hal 168)

(67) Hari katiga, ka-empat dan ka-lima poen lewat begitoe sadja hingga Rossina

mendjadi kesal hati, terlebih lagi sedeng si Djojo di waktoe malem belon

pernah ada di goeboek, tjoema siang dia keliatan, tapi boeat sebentarin

sadja. (hal 172)

(68) Pada malem tanggal 3 September taon 1853, bebrapa orang soedah dateng

berkoempoel di satoe gardoe lama di dekat djembatan di Passar Bediel.

(hal 243)

(69) Baba Tio Lk Ho sigrah lontjat dari tandoenja troes tjari si Basman jang ada

berdjalan dengen orang-orang penganter, aken tetapi si Basman tiada ada,

maka Baba Tio Lok Ho troes kasi prentah semoea orang-orang

penganternja aken datang berkoempoel dan djaga tandoe-tandoe, aken

tetapi saorang poen tiada bergerak malahan dia orang liatin Baba Tio Lok

Ho dengen ketawa. (hal 253)

(70) Dia ingat itoe boengkoesan jang Robert alias Sidin serahken padanja.

(hal 63)

(71) Anak, perkata-anmoe soenggoe benar, serta sanget ia meloekaken atikoe!

(hal 70)

(72) “Akoe djoega ada poenja meriam; tetapi kendatipoen ilang akoe poenja

benteng-benteng masih djoega soesah moesoeh itoe madjoe sebab akoe

soeda ambil atoeran lebi doeloe.” (hal 82)

(73) Kemaren malam ada orang di kolong tempat tidoerkoe memegang keris.

(hal 86)

(74) Akoe kepingin soenggoe aken tinggalin bagimoe, soedara, sa-orang gantikoe

jang pantas dan tjakep dihormatin didengar prentahnja. (hal 105)

(75) Pieter Elberveld bersama kontjo-kontjonja di dalem kamar sembajang,

blon moelai sembajang, koetika Sarina dengan ramboet teriap moeka

poetjat, mata bengoel, lakoe bingoeng dan djidat penoe keringet dingin lari

terbirit-birit masoek di itoe kamar. (hal 129)

(76) Kamoedian dengen tjepat si Djojo djalan pergi ka roemah sakit dimana si

Siman soedah lama bernanti di bawah poehoen bamboe. (hal 176)

(77) Sambil gemeter marika itoe pikir jang dia orang sekarang di antjam oleh si

si Tjonat, kepala rampok yang soedah kesohor keliling negri. (hal 227)

(78) Dengen kaget akoe liat di atap ada satoe obor jang sedeng menjala, maka

sigrah djoega akoe pandjet ka atas, troes ambil dan boeang itoe obor ka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

78

bawah. (hal 241)

(79) Kira-kira tiga djam kita orang misti berendam dalem kali, baroe bisa hilang

baoenja. (hal 241)

(80) Besok paginja Toean W, tjerita kepada Njainja jang semalem dia soeda

mengimpi satoe oelar itam besar soeda lilit badan Njainja. (hal 273)

(81) Di itoe djaman ada idoep satoe pemboenoe jang soeda tersohor brani, dan

koeat dan banjak orang, serta djoega Politie Islam takoet kepada dianja,

maka perboeatannja jang djahat orang tiada brani boeka, tambahan orang

tiada brani tangkap sama dia, sebab orang takoet kakoeatannja dan

balesannja. (hal 291)

(82) Besok paginja ia dateng di tempat pekerdja-annja dengan berasa amat

tjapei dan badan tiada segar. (hal 385)

Dalam bahasa Betawi

(63a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendenger suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(64a) Die denger dalem atinye suare memerentah.

(65a) Aye punye ati kagak seneng, liat muke ente seperti orang susah.

(66a) Pade suatu hari tatkala ude sore, aye pegi di deket muara Ancol, tiba-tiba

aye liat gubuk kecil. Karna amat laper, aye pegi ke gubuk ntu lalu ketuk

pintu

(67a) Hari ketige, keempat, dan kelima lewat begitu aje hingga Rossine jadi kesel

ati, terlebi si Joyo di waktu malem belon perna di gubuk, cuma siang

keliatan, tapi buat sebentar aje.

(68a) Pade malem tanggal 3 September taon 1853, beberape orang ude dateng

berkumpul di atu gardu lama di deket jembatan di pasar senjata.

(69a) Baba Tio Lok Ho loncat dari tandunye trus cari si Basman yang berjalan

dengan orang penganter, akan tetapi si Basman kagak ade, maka Baba Tio

Lok Ho trus kasi prentah semua orang penganternye dateng berkumpul

dan jage tandu, akan tetapi seorang pun kagak bergerak, malah dia liat

Baba Tio Lok Ho dengan ketawa.

(70a) Die inget bungkusan yang Robert alias Sidin serahkan padenye ntu.

(71a) Anak, perkataan ente sunggu bener, ia melukai ati aye.

(72a) “Aye juge punye meriem, tetapi meskipun ilang, aye masi punye benteng

suse untuk musu ntu maju, sebab aye ude ambil aturan lebi dulu.

(73a) Kemaren malem, ade orang di kolong tempat tidur aye megang keris.

(74a) Aye kepingin tinggalin bagi ente sodara yang pantes dihormatin dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

79

didenger prentahnye.

(75a) Pieter Elberveld bersama temennye di dalem kamar sembahyang. Ia blon

mule sembahyang ketika Sarine dengan rambut kaco, muke pucet, mate

bengkak, jalan bingung, dan penu kringet dingin lari terbiri-birit masuk

ke kamar ntu.

(76a) Kemudian, dengan cepet si Joyo jalan pegi ke rume sakit dimane si Siman

ude lame menanti di bawah pohon bambu.

(77a) Sambil gemeter, mereka piker sekarang diancem si Conat – kepale rampok

yang ude kesohor di seluruh negri.

(78a) Dengan kaget, aye liat di atep ade atu obor yang sedang menyala, dan aye

panjat ke atas trus ambil dan buang obor ntu ke bawah.

(79a) Kire-kire tige jam, kite musti berendem dalem kali baru bisa ilang baunye.

(80a) Besok paginye, Tuan W cerite kepade Nyainye, semalem die ngimpi atu

uler item besar ude lilit badan Nyainye.

(81a) Di jaman ntu ade atu pembunu yang terkenal brani, kuat, serta Polisi

Islam takut kepadanye, maka perbuatannye yang jahat, orang kagak

brani buka, dan kagak brani tangkep die lantaran orang takut

kekuatannye dan balesannye.

(82a) Besok paginye, ia dateng di tempat kerjanye dengan rase cape dan badan

kagak seger.

1.5 Kata yang Mempunyai Diftong [ai] dalam Antologi Tempo Doeloe

Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi [e] dalam Bahasa Betawi

Dalam antologi Tempo Doeloe

(83) Njonja van der Ploegh soeroe gelar satoe tiker, dimana njonja ini doedoek

besila sebagi orang kampoeng. (hal 157)

(84) Toean Briot itoe waktoe ada doedoek di roemahnja iang amat mesum

adanja, pakei tjelana dan telandjang badan. (hal 386)

(85) Djalannja meliwatken rawah dan tanah batjek, dan bebrapa soengei dan

empang misti diliwatnja atawa dipasangin djembatan hingga bebrapa

orang mendjadi sakit, ka koerangan makan dan minoem. (hal 96)

(86) Menoeroet pendengaran Alie, bilang blas riboe orang telah berdjandji

atawa bermoefaket dengen Pieter Elberveld, jang soeda pastiken, pada 1

Januari 1722 nanti moelai djadi radja di poeloe Djawa. (hal 135)

(87) Koesirnja ia-itoe satoe boedak iang amat pandei bawa karetanja. (hal 322)

(88) “Ach, ajandakoe!” berkata Robert seperti orang jang mabok meliat segala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

80

kabesaran bagei dirinja. (hal 87)

(89) Saja piker, baik njonja soeroeh ia pergi ka Betawi boeat oeroes itoe padi

iang belon didjoewal dan masih ada tersimpen di dalem goedang di sana.

Apabila soedah seleseh, saja nanti soeroeh si Sanoedin pergi ambil itoe

orang Betawi. (hal 304)

(90) Liem Hok Kan liat harlodjinja dan liat betoel baroe poekoel ampat soreh.

Kemoedian maka Liem Hok Kan dengan soedarah-soedarahnja teroes

doedoek dan tiada berapa lama angklong soedah ramei bermain. (hal 336)

(91) Besok paginja ia dateng di tempat pekerdja-annja dengan berasa amat

tjapei dan badan tiada segar. (hal 385)

Dalam bahasa Betawi

(83a) Nyonye Van der Plugh suruh gelar atu tiker, dimane nyonye ni duduk

bersila sebage orang kampung.

(84a) Tuan Briot duduk di rumenye, pake celane dan telanjang badan.

(85a) Jalannye melewati rawa dan tane becek, beberape sunge, dan empang

musti dilewatinye ato dipasangin jembatan hingga beberape orang jadi

sakit,kekurangan makan dan minum.

(86a) Menurut pendengaran Ali, ribuan orang ude berjanji ato bermufakat

dengan Pieter Elberveld, yang pade 1 Januari 1722 ntar mule jadi raje di

Pulo Jawa.

(87a) Kusirnye atu budak yang pande bawa keretanye.

(88a) “Ah, ayahanda aye!” Robert berkate seperti orang yang mabok meliat

kebesaran bage dirinye.

(89a) Aye piker, nyonye suru ia pegi ke Betawi buat urus padi yang belon dijual

ntu dan masi tersimpen di dalem gudang, serta apabila ude selese, aye ntar

suru Sanudin pegi bawa orang Betawi ntu.

(90a) Liem Hok Kan liat arlojinye baru pukul mpat sore, kemudian Liem Hok

Kan dengan sodara-sodaranye duduk, dan kagak berape lama ude rame

bermaen angklung.

(91a) Besok paginye, ia dateng di tempat kerjanye dengan rase cape dan badan

kagak seger.

1.6 Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [i] dalam Antologi Tempo

Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [ε] dalam

Bahasa Betawi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

81

Dalam antologi Tempo Doeloe

(92) Fabriek itu djatoehlah di tangannja lain orang, administrateur di kasi lepas

dan djoeroe pegang boekoe poen menoeroet administrateur pergi tjari

pekerdjahan di lain tempat. (hal 378)

(93) Ia naik di tangga kali, dan baroe ia maoe peres ramboetnja, tiba-tiba ia

denger orang bersoeit, soeitan itoe orang Djawa, ketjinta-an hatinja.

(hal 158)

(94) Di loer tjelananja ia ada pakei lagi satoe kain saroeng, akan tetapi, ini kain

oedjoeng bawahnja ada terangkat di balik ka atas dan di selepken dalem

angkin peroetnja. (hal 300)

(95) Koetika Tjeng San dan ke Tjoan soedah sampei oemoer, maka kadoea anak

ini di nikahken. Semantara itoe Tan Kim Nio, anaknja Kong Hong Nio

soedah djadi prawan, maka Kong Hong Nio pikir baik anaknja di djadiken

istrinja si Hok Kan. (hal 316)

(96) Malem Senin dari itoe tanggal djoga, 28 Desember 1721, G.G Zwaardecroon

ada trima banjak tetamoe dalem astananja di Jacatra. (hal 133)

Dalam bahasa Betawi

(92a) Pabrik ntu jatoh ke tangan orang laen, administrator dilepas dan juru

pegang buku pun pegi cari pekerjaan di tempat laen.

(93a) Ia naek di tangga kali dan mau peres rembutnye, tiba-tiba ia denger orang

bersiul. Siulan ntu orang Jawa pujaan atinye.

(94a) Di luar celananye, ade pake atu kaen sarung, akan tetapi ukung bawah

kaennye terangkat ke atas dan diselipkan dalem perutnye.

(95a) Ketika Tjeng San dan Tjoan ude berumur, kedua anak ni dinikahkan.

Sementara ntu, Tan Kim Nio anaknye Kong Hong Nio ude jadi prawan,

maka Kong Hong Nio piker, baeknye anaknye dijadikan bininye Hok Kan.

(96a) Malem Senen tanggal 28 Desember 1721, Gubernur Jendral Zwaardecroon

trime banyak tamu di dalem istananye di Jakarte.

1.7 Kata yang Mempunyai Diftong [au] dalam Antologi Tempo Doeloe

Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi [o] dalam Bahasa Betawi

Dalam antologi Tempo Doeloe

(97) Djalannja meliwatken rawah dan tanah batjek, dan bebrapa soengei dan

empang misti diliwatnja atawa dipasangin djembatan hingga bebrapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

82

orang mendjadi sakit, ka koerangan makan dan minoem. (hal 96)

(98) Menoeroet pendengaran Alie, bilang blas riboe orang telah berdjandji

atawa bermoefaket dengen Pieter Elberveld, jang soeda pastiken, pada 1

Januari 1722 nanti moelai djadi radja di poeloe Djawa. (hal 135)

(99) “Akoe tiada ada soedara”. (hal 62)

Dalam bahasa Betawi

(97a) Jalannye melewati rawa dan tane becek, beberape sunge, dan empang

musti dilewatinye ato dipasangin jembatan hingga beberape orang jadi

sakit, kekurangan makan dan minum.

(98a) Menurut pendengaran Ali, ribuan orang ude berjanji ato bermufakat

dengan Pieter Elberveld, yang pade 1 Januari 1722 ntar mule jadi raje di

Pulo Jawa.

(99a) “Aye kagak ade sodara”.

1.8 Bunyi [h] Pada Akhir Kata dan Menjadi Hilang dalam Bahasa Betawi

Dalam antologi Tempo Doeloe

(100) “Apa engkau masih inget, Rossina, nama orang toeamoe?” (hal 160)

(101) Ia minta pada si Djojo soepaja ia dianter poelang karoemah orang-toeahnja

sertapoen ia berdandji aken kasih oewang peneboes padanja, aken tetapi

sia-sia saja. (hal 178)

(102) “Baba, seperti Baba liat dan mengarti Baba sekarang ada di tangankoe,

baik Baba boleh troeskan Baba poenja perdjalanan ka Pasar Bediel”.

(hal 254)

(103) Dia kira jang dia hendak memaksa kami dengan djandji orang-orang

Olanda itoe maka salah soenggoe doega-annja. (hal 54)

(104) Orang jang doestain akoe begitoe, sekarang ada djaoeh sekali. (hal 70)

(105) Dia bawa sa-orang pembesar negrinja, atawa pangeran Mangkota, iaitoe

Mas Pengantin aken doedoek di sebelahnja dan doeloe-doeloe orang liat Kiai

Hemboong, atawa Raden Amirang Koesoema dia poenja mertoewa. Tetapi

sekarang jang ada doedoek di sitoe sa-orang asing tiada terkenal serta

pakejannja poen sederhana sadja pakejan itam dan poetih. (hal 74)

(106) Dia poekoel satoe gong perak jang ketjil dan soeroeh boedaknja jang dateng

masoek itoe panggil sama toewan Sidin, ia itoelah namanja Robert di dalem

astananja Soerapati. (hal 85)

(107) Apol lantes dapat tjemboeroean hati serta ia terkah djangan-djangan

kombali njonjanja soedah siksa pada istrinja hingga ia brangkali soedah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

83

lari, barangkali ia telah di boenoeh dan maijitnja soedah diboeang dimana-

mana. (hal 162)

(108) Satoe boedak jang ada djaga di roemahnja toean Kramer dalem sekedjap

mata soedah tergletak mati dengen berloemoeran darah, di toesoek oleh si

Djojo. (hal 176)

(109) Di tenga sawah ia brenti sakoetika lamanja, aken melepasken tjapenja

kamoedian ia brangkat menoedjoe ke Betawi, mengikuti djalan besar.

(hal 206)

(110) Ia balik lagi ka waroeng di mana ia blanja makanan sepoeloeh doeit.

(hal 207)

(111) Si Kaenoen, jang belon pernah pegang wang begitoe banjak, tiada terbilang

girangnja, maka oewangnja si Tjengkao ia trima. (hal 216)

(112) Inget? Itoe soedah njata sekali, sedeng saban djika akoe seboet namamoe

moekanja djadi merah dan bersorot manis. (hal 237)

(113) Soedah tentoe badan dan kepala kita orang diinjek oleh babi hingga penoeh

loempoer.

(114) Girangnja Tio Sing Sang tatkala itoe kita tiada bisa tjerita lagi, maka Tio

Sing Sang sigrah mengoetjap banjak sjoekoer pada Toehan Jang Maha

Koeasa jang soedah atoerken djalannja hingga bisa ketemoe jang di tjari,

iaitoe kekasihnja dan moesoehnja. (hal 259)

(244) Ia denger lagi seperti ada binatang berdjalan di tengah glagah. (hal 360)

Dalam bahasa Betawi

(100a) “Ape ente masi inget nama orang tua ente Rossine?”

(101a) Ia minta si Joyo supaye ia dianter balik ke rume orang tuanye serta

berjanji akan kasi duit penebus padenye, tetapi sia-sia aje.

(102a) “Baba, seperti Baba liat dan mengerti, Baba sekarang ade di tangan aye

dan jangan melawan. Baba bole truskan perjalanan ke pasar senjata”.

(103a) Die kire yang hendak memaksa kami orang Belande, tapi sala dugaannye.

(104a) Orang yang dustain aye sekarang jau.

(105a) Die bawa seorang pembesar negrinye (Pangeran Mahkota) yaitu Mas

Pengantin yang akan duduk di sebelanye, dan dulu orang liat Kiai

Hemboong (Raden Amirang Kusuma) punye mertua, tetapi sekarang yang

duduk di situ seorang asing kagak terkenal yang pekeannye sederhana,

hanya pake item dengan puti.

(106a) Die pukul atu gong perak yang kecil, dan suru budaknye yang dateng

masuk ntu panggil tuan Sidin yaitu namenye Robert di dalem istananye

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

84

Suropati.

(107a) Apol cemburuan serta ia terka, jangan-jangan nyonyenye ude siksa

bininye hingga lari, ato barangkali ia telah dibunu dan mayitnye ude

dibuang dimane-mane.

(108a) Atu budak yang jaga di rumenye tuan Kramer dalem sekejap mate ude

tergletak mati dengan berlimuran dara ditusuk oleh Joyo.

(109a) Di tenga sawa ia brenti sejenak untuk melepaskan capenye, kemudian ia

brangkat menuju Betawi mengikuti jalan besar.

(110a) Ia balik ke warung tempat ia blanja makanan sepulu duit lagi.

(111a) Si Kaenun – yang belon perna pegang duit gitu banyak – kagak kebayang

senengnye, maka duitnye Cengkao ia trime.

(112a) Inget? Ntu ude nyata jika aye sebut nama ente, mukenye jadi mera dan

bersorot manis.

(113a) Badan dan kepale kite diinjek babi hingga penu lumpur.

(114a) Senengnye To Sing Sang waktu ntu kagak bisa cerite lagi, maka Tio Sing

Sang mengucap syukur pade Tuhan Yang Maha Kuasa yang ude atur

jalannye hingga bisa ketemu yang dicari, yaitu kekasihnye, dan musunye.

(115a) Ia denger lagi seperti ade binatang berjalan di tenga glaga.

1.9 Bunyi Pada Antologi Tempo Doeloe Berbeda dengan Bunyi dalam

Bahasa Betawi

Dalam antologi Tempo Doeloe

(116) “Akoe belon beristeri.” (hal 62)

(117) “Ada apa Sarina? Mengapa kau begini?” (hal 129)

(118) “Djadi kau tiada nanti kawin sama saja adan tiada nanti toeroet saja lari,

kaloe tiada dapet permisie dari toean.” (hal 128) (119) “Akoe poenja iboe.” (hal 59)

(120) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(121) “Sekarang nona ada di tangankoe, dan kerna saja ada amat tjinta pada

nona, maka itoe saja harep nona akan soedi djadi istrikoe.” (hal 178)

(122) Boeat apa? Biar akoe simpen sendiri, jika akoe serahken sekarang akoe

koeatir kaoe bikin hilang itoe oewang. (hal 201)

(123) Djem poekoel anem ia telah berdjalan poelang dari kantor dan tinggalken

Niti di kantor. (hal 381)

(124) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

85

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(125) Soeda tiga malem ampir tida dapet tidoer sama sekali, ampir tenga malem

Sarina telah djadi poeles di pangkoean iboenda. (hal 138)

(126) Saja harep nona soeka berpikir doeloe. (hal 179)

(127) Njonja Van der Ploegh moelai koewatir, djangan-djangan achirnja Rossina

dapet bikin birahi djoega soeaminja. Kerna ini, maka njonja Van der

Ploegh pikir, baek si Rossina lekas dibriken soeami. (hal 149)

(128) Di tiker ia soeroeh bawa roepa-roepa makanan, jang ia maloe makan di

hadepan soewaminja, seperti roejak, doerean dan sebaginja. (hal 157)

(129) Delapan taoen soedah laloe sesoedahnja Rossina soedah minggat dari kebon

Bintang Mas. (hal 165)

(130) Hari katiga, ka-empat dan ka-lima poen lewat begitoe sadja hingga Rossina

mendjadi kesal hati, terlebih lagi sedeng si Djojo di waktoe malem belon

pernah ada di goeboek, tjoema siang dia keliatan, tapi boeat sebentarin

sadja. (hal 172)

(131) Dari ini beklahian di dalem roema, Samioen pikirken berhari-hari, sebab

dia soeda djadi takoet boeat oeroesin hartanja, serta dia rasa soesa boeat

boeang Njonja Hajati, sebab dilarang oleh Manja, dan Njonja Hajati soeda

taoe semoea resia djahatnja Samioen dari perkara menadah barang glap.

(hal 290)

(132) Soerapati pandang lama sekali padanja kaja orang maoe priksa itoe moeka;

abis Soerapati kasi tanda aken tinggalin doeloe orang-orang toetoepan jang

lain. (hal 58)

(133) Dia bawa sa-orang pembesar negrinja, atawa pangeran Mangkota, iaitoe

Mas Pengantin aken doedoek di sebelahnja dan doeloe-doeloe orang liat

Kiai Hemboong, atawa Raden Amirang Koesoema dia poenja mertoewa.

Tetapi sekarang jang ada doedoek di sitoe sa-orang asing tiada terkenal

serta pakejannja poen sederhana sadja pakejan itam dan poetih. (hal 74)

(134) Ach soedahlah baekan djoega begitoe! Boewat apa ini negri tinggal berdiri

kaloe misti diprentahken oleh Pengantin, Nitro, Lembono, Soenan Mas dan

Sjeikh Abdoellah? Lebih baik orang Olanda rampas dan piarah itoe negri.

(hal 86)

(135) Di itoe djaman ada idoep satoe pemboenoe jang soeda tersohor brani, dan

koeat dan banjak orang, serta djoega Politie Islam takoet kepada dianja,

maka perboeatannja jang djahat orang tiada brani boeka, tambahan orang

tiada brani tangkap sama dia, sebab orang takoet kakoeatannja dan

balesannja. (hal 291)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

86

(136) Ia belom dengar orang poekoel titir dari itoe pemboenoehan. (hal 366)

(137) Kawan-kawannja itoe orang toea, jang ada dalem itoe kamar, jang taroe

kepertjajaan pada Pieter Elberveld sebagi orang soetji dan sakti,

mendenger itoe perkataan-perkataan dari itoe orang toea kapala

pembrontak. (hal 131)

Dalam bahasa Betawi

(116a) “Aye belon beristri.”

(117a) “Ade ape Sarine? Mengapa ente begini?”

(118a) “Jadi, ente ntar kawin ame aye dan ikut aye, kalo kagak dapet ijin dari

tuan.”

(119a) “Aye punye enyak.”

(120a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe ame juge seperti aye

berkhianat ame negri aye.

(121a) “Sekarang, none ade di tangan aye dan aye amat cinte pade none, maka

aye arep none mau jadi bini aye.”

(122a) Buat ape? Biar aye simpen ndiri. Jika aye serahkan sekarang, aye kuatir

ente bikin ilang duit ntu.

(123a) Jam enam, ia ude balik dari kantor dan tinggalkan Niti di kantor.

(124a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe, ame juge seperti aye

berkhianat ame negri aye.

(125a) Ude tige malem kagak dapet tidur ame sekali, Sarine telah pules di

pangkuan ibunda.

(126a) Aye arep, none berpikir dulu.

(127a) Nyonye Van der Plugh mule khawatir, jangan-jangan Rossine dapet bikin

birahi lakinye, karena ni nyonye Van der Plugh berpikir, baeknye si

Rossine lekas dibrikan laki.

(128a) Di tiker, ia suruh bawa makanan yang ia malu makan di adepan lakinye,

seperti rujak, duren, dan sebagenye.

(129a) Delapan taon seudenye, Rossine minggat dari kebon Bintang Mas.

(130a) Hari ketige, keempat, dan kelima lewat begitu aje hingga Rossine jadi kesel

ati, terlebi si Joyo di waktu malem belon perna di gubuk, cuma siang

keliatan, tapi buat sebentar aje.

(131a) Di dalem rume, Samiun pikirkan berhari-hari buat urusin hartanye serta

die rasa suse buat buang Nyonye Hayati, sebab dilarang Ma’nye, dan

Nyonye Hayati yang ude tau semua rasia jahatnye Samiun dari perkara

menadah barang gelap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

87

(132a) Suropati pandang lame skali kaye orang mau preksa muke ntu, abis

Suropati kasi tanda akan tinggalin orang-orang.

(133a) Die bawa seorang pembesar negrinye (Pangeran Mahkota) yaitu Mas

Pengantin yang akan duduk di sebelanye, dan dulu orang liat Kiai

Hemboong (Raden Amirang Kusuma) punye mertua, tetapi sekarang yang

duduk di situ seorang asing kagak terkenal yang pekeannye sederhana,

hanya pake item dengan puti.

(134a) Ah, baekan juge gitu! Buat ape negri ni berdiri kalo musti diprentah oleh

Pengantin, Nitro, Lembono, Sunan Mas, dan Syekh Abdullah? Lebi baek

Orang Belande rampas dan piare negri ntu.

(135a) Di jaman ntu ade atu pembunu yang terkenal brani, kuat, serta Polisi

Islam takut kepadanye, maka perbuatannye yang jahat, orang kagak

brani buka, dan kagak brani tangkep die lantaran orang takut

kekuatannye dan balesannye.

(136a) Ia belon denger orang pukul kentongan dari pembunuan ntu.

(137a) Temen orang tua -yang taro kepercayaan pade Pieter Elberveld itu sebage

orang suci dan sakti-, mendengar perkataan dari kepale pembrontak ntu.

1.10 Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [u] dalam Antologi Tempo

Doeloe Menjadi Kata yang Mempunyai Bunyi Tengah [ò] dalam

Bahasa Betawi

Dalam antologi Tempo Doeloe

(138) Disatoe tempat di dalem keboen itoe Raden dapet liat, toean roema sedeng

djalan moendar-mandir zonder kerdja satoe apa dan lakoenja ada sedeng

keras berpikir. (hal 118)

(139) Di pinggir laoet, deket moeara Antjol, toean! Di sitoe ada satoe tempat jang

koelilingnja di pager dengan poehoen-poehoen bamboe. (hal 167)

Dalam bahasa Betawi

(138a) Di atu tempat di dalem kebon ntu, Raden dapet liat tuan rume sedang

jalan mondar-mandir kerja dan berpikir keras.

(139a) Di pinggir laot deket muara Ancol, tuan! Di situ ade atu tempat yang

sekelilingnye di pager dengan pohon-pohon bambu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

88

2) Kategori Kata yang Sama Maknanya tetapi Berbeda Bunyinya

dalam Antologi Tempo Doeloe dengan Kata dalam Bahasa Betawi

Kategori kata yang sama maknanya tetapi berbeda bunyinya dalam skripsi

yang berjudul Perbedaan bunyi pada kata dalam antologi Tempo Doeloe dengan

kata dalam bahasa Betawi adalah sebagai berikut:

2.1 Kata Ganti (Pronomina)

Dalam antologi Tempo Doeloe

(140) “Akoe belon beristeri.” (hal 62)

(141) Dia diam sadja telentang di itoe tikar. (hal 64)

(142) “Ada apa Sarina? Mengapa kau begini?” (hal 129)

(143) Ia bikin sa-olah olah itoe harta peninggalan dari ajah kita sebagai poenjanja

sendiri. (hal 330)

(144) Sasoedahnja dia bales djahat begitoe roepa sama Soerapati, maka Herman

de Wilde baroe senang dan dikatakennja soedah tjoekoeplah pekerdja-

annja. (hal 109)

(145) Dia diam sadja telentang di itoe tikar. (hal 64)

(146) “Ach! Nona tida taoe begimana hatikoe ini, soedah lama ada tjinta pada

nona.” (hal 178)

(147) “Lari ka mana, Sarina?” kata Elberveld pada ia- poenja anak mas. (hal 131)

(148) Begimana dengen Sarina? (hal 142)

(149) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi lemas. (hal 153)

(150) Liem Hok Kan sebelomnja berangkat, pergi doeloe ka tempat dimana Mas

Redjo ada tidoer. (hal 351)

Dalam bahasa Betawi

(140a) “Aye belon beristri.”

(141a) Die diem aje telentang di tikar ntu.

(142a) “Ade ape Sarine? Mengapa ente begini?” (143a) Ia bikin seolah-olah harta ntu peninggalan dari babe kite sebage

punyenye ndiri.

(144a) Seude die bales jahat ame Surapati, Herman de Wilde seneng, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

89

dikatakan ude cukup pekerjaannye.

(145a) Die diem aje telentang di tikar ntu.

(146a) “Ah, None kagak tau begimane ati aye ni yang ude lama cinte none.”

(147a) “Lari kemane Sarine?” kate Elberveld pade anaknye. (148a) Begimane dengan Sarine? (149a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendenger suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(150a) Sebelom berangkat, Liem Hok Kan pegi dulu ke tempat dimane Mas Rejo

tidur.

2.2 Kata Kerja (Verba)

Dalam antologi Tempo Doeloe

(151) Di Pinggir tembok kamar jang di pake boewat kantornja ada di pan

pandjang. (hal 51)

(152) Dia tiada ada kepoeteren dalam istana djadi tiada oesah koewatir terima

orang laki-laki. (hal 52)

(153) Soerapati pandang lama sekali padanja kaja orang maoe priksa itoe moeka;

abis Soerapati kasi tanda aken tinggalin doeloe orang-orang toetoepan jang

lain. (hal 58)

(154) “Akoe poenja iboe.” (hal 59)

(155) Kaloe toewan maoe simpan, baik, akoe kasih. (hal 60)

(156) Dia ingat itoe boengkoesan jang Robert alias Sidin serahken padanja. (hal 63)

(157) “Ach, engkau tiada maoe akoe bitjara!” (hal 78)

(158) Ach soedahlah baekan djoega begitoe! Boewat apa ini negri tinggal berdiri

kaloe misti diprentahken oleh Pengantin, Nitro, Lembono, Soenan Mas dan

Sjeikh Abdoellah? Lebih baik orang Olanda rampas dan piarah itoe negri.

(hal 86)

(159) Dia dengar dalam atinja soewara opsir memarentah. (hal 89)

(160) “Diam-diam, Raden Ajoe, diam! Berkata ia dengan pelahan. (hal 100)

(161) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(162) Menoeroet pendengaran Alie, bilang blas riboe orang telah berdjandji

atawa bermoefaket dengen Pieter Elberveld, jang soeda pastiken, pada 1

Januari 1722 nanti moelai djadi radja di poeloe Djawa. (hal 135)

(163) Ia naik di tangga kali, dan baroe ia maoe peres ramboetnja, tiba-tiba ia

denger orang bersoeit, soeitan itoe orang Djawa, ketjinta-an hatinja.

(hal 158)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

90

(164) Apol lantes dapat tjemboeroean hati serta ia terkah djangan-djangan

kombali njonjanja soedah siksa pada istrinja hingga ia brangkali soedah lari,

barangkali ia telah di boenoeh dan maijitnja soedah diboeang dimana-mana.

(hal 162)

(165) Ia minta pada si Djojo soepaja ia dianter poelang karoemah orang-toeahnja

sertapoen ia berdandji aken kasih oewang peneboes padanja, aken tetapi

sia-sia saja. (hal 178)

(166) Saja harep nona soeka berpikir doeloe. (hal 179)

(167) Orang-orang dessa pada koetika itoe terpaksa semboeni dalem goeboeknja,

tetapi pertjoema, kerna ada banjak goeboek soeda roeboe lantaran kerasnja

angin, jang lain soedah hanjoet terbawa bandjir. (hal 214)

(168) Baba Tio Lk Ho sigrah lontjat dari tandoenja troes tjari si Basman jang ada

berdjalan dengen orang-orang penganter, aken tetapi si Basman tiada ada,

maka Baba Tio Lok Ho troes kasi prentah semoea orang-orang penganternja

aken datang berkoempoel dan djaga tandoe-tandoe, aken tetapi saorang

poen tiada bergerak malahan dia orang liatin Baba Tio Lok Ho dengen

ketawa. (hal 253)

(169) Kaloe di lihat moekanja, nyata sekali Kong Hong Nio ada saorang

prampoean iang brani, gagah perkasa dan tabah hati. (hal 301)

(170) Sambil gemeter marika itoe pikir jang dia orang sekarang di antjam oleh si

si Tjonat, kepala rampok yang soedah kesohor keliling negri. (hal 227)

(171) Kira-kira tiga djam kita orang misti berendam dalem kali, baroe bisa hilang

baoenja. (hal 241)

(172) Di itoe djaman ada idoep satoe pemboenoe jang soeda tersohor brani, dan

koeat dan banjak orang, serta djoega Politie Islam takoet kepada dianja,

maka perboeatannja jang djahat orang tiada brani boeka, tambahan orang

tiada brani tangkap sama dia, sebab orang takoet kakoeatannja dan

balesannja. (hal 291)

(173) Liem Hok Kan sebelomnja berangkat, pergi doeloe ka tempat dimana Mas

Redjo ada tidoer. (hal 351)

(174) Fabriek itu djatoehlah di tangannja lain orang, administrateur di kasi lepas

dan djoeroe pegang boekoe poen menoeroet administrateur pergi tjari

pekerdjahan di lain tempat. (hal 378)

(175) Toean Briot itoe waktoe ada doedoek di roemahnja iang amat mesoem

adanja, pakei tjelana dan telandjang badan. (hal 386)

(176) Dengen ini pestol soedah lama akoe bisa boenoeh dan bikin hantjoer

kepalamoe, aken tetapi akoe tida maoe boeang satoe pelor boeat satoe

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

91

bangsat sebagi kau. (hal 261)

(177) Si Tjonat ia liatin dengen koerang senang, aken tetapi koetika Kaenoen liat

si Tjonat ada bawa banjak orang dan barang mas inten, maka hilang

maranja. (hal 218)

(178) Saja piker, baik njonja soeroeh ia pergi ka Betawi boeat oeroes itoe padi

iang belon didjoewal dan masih ada tersimpen di dalem goedang di sana.

Apabila soedah seleseh, saja nanti soeroeh si Sanoedin pergi ambil itoe

orang Betawi. (hal 304)

Dalam bahasa Betawi

(151a) Di Pinggir tembok kamar yang dipake buat kantornye, ade dipan panjang.

(152a) Die kagak ade prempuan dalem istana, jadi kagak use kuatir terime laki-

laki.

(153a) Suropati pandang lame skali kaye orang mau preksa muke ntu, abis

Suropati kasi tanda akan tinggalin orang-orang.

(154a) “Aye punye nyak.”

(155a) Kalo tuan mau simpen, aye kasi.

(156a) Die inget bungkusan yang Robert alias Sidin serahkan padenye ntu.

(157a) “Ah, ente kagak mau aye bicare!”.

(158a) Ah, baekan juge gitu! Buat ape negri ni berdiri kalo musti diprentah oleh

Pengantin, Nitro, Lembono, Sunan Mas, dan Syekh Abdullah? Lebi baek

Orang Belande rampas dan piare negri ntu.

(159a) Die denger dalem atinye suare memerentah.

(160a) “Raden Ayu diem!” Ia berkate dengan pelahan.

(161a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe ame juge seperti aye berkhianat

ame negri aye.

(162a) Menurut pendengaran Ali, ribuan orang ude berjanji ato bermufakat

dengan Pieter Elberveld, yang pade 1 Januari 1722 ntar mule jadi raje di

Pulo Jawa.

(163a) Ia naek di tangga kali dan mau peres rembutnye, tiba-tiba ia denger orang

bersiul. Siulan ntu orang Jawa pujaan atinye.

(164a) Apol cemburuan serta ia terka, jangan-jangan nyonyenye ude siksa bininye

hingga lari, ato barangkali ia telah dibunu dan mayitnye ude dibuang

dimane-mane.

(165a) Ia minta si Joyo supaye ia dianter balik ke rume orang tuanye serta berjanji

akan kasi duit penebus padenye, tetapi sia-sia aje.

(166a) Aye arep, none berpikir dulu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

92

(167a) Orang desa waktu ntu terpaksa sembunyi dalem gubuknye, tetapi percume

karna ade banyak gubuk ude roboh lantaran kerasnye angina, dan yang

laen ude anyut terbawa banjir.

(168a) Baba Tio Lok Ho loncat dari tandunye trus cari si Basman yang berjalan

dengan orang penganter, akan tetapi si Basman kagak ade, maka Baba Tio

Lok Ho trus kasi prentah semua orang penganternye dateng berkumpul

dan jage tandu, akan tetapi seorang pun kagak bergerak, malah dia liat

Baba Tio Lok Ho dengan ketawa.

(169a) Kalo diliat mukenye, nyata sekali Kong Hong Nio seorang perempuan yang

brani, gagah perkasa, dan tabah hati.

(170a) Sambil gemeter, mereka piker sekarang diancem si Conat – kepale rampok

yang ude kesohor di seluruh negri.

(171a) Kire-kire tige jam, kite musti berendem dalem kali baru bisa ilang baunye.

(172a) Di jaman ntu ade atu pembunu yang terkenal brani, kuat, serta Polisi Islam

takut kepadanye, maka perbuatannye yang jahat, orang kagak brani buka,

dan kagak brani tangkep die lantaran orang takut kekuatannye dan

balesannye.

(173a) Sebelom berangkat, Liem Hok Kan pegi dulu ke tempat dimane Mas Rejo

tidur.

(174a) Pabrik ntu jatoh ke tangan orang laen, administrator dilepas dan juru

pegang buku pun pegi cari pekerjaan di tempat laen.

(175a) Tuan Briot duduk di rumenye, pake celane dan telanjang badan.

(176a) Dengan pestol ni, aye bisa bunu dan bikin ancur kepale ente, akan tetapi

aye kagak mu buang atu pelor buat atu bangsat seperti ente.

(177a) Si Conat liatin dengan kurang seneng, akan tetapi ketika Kaenun liat si

Conat bawa banyak duit dan mas inten, ilang maranye.

(178a) Aye piker, nyonye suru ia pegi ke Betawi buat urus padi yang belon dijual

ntu dan masi tersimpen di dalem gudang, serta apabila ude selese, aye ntar

suru Sanudin pegi bawa orang Betawi ntu.

2.3 Kata Keterangan

Dalam antologi Tempo Doeloe

(179) Soeda tiga malem ampir tida dapet tidoer sama sekali, ampir tenga malem

Sarina telah djadi poeles di pangkoean iboenda. (hal 138)

(180) Ia belom dengar orang poekoel titir dari itoe pemboenoehan. (hal 366)

(181) Dengen hati berdebar toean Kramer masoek ka dalem roemah di mana

istrinja soedah hampir mati. (hal 177)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

93

(182) “Tadi pagi-pagi, koetika meriam di kota baroe boenji ada satoe orang, maoe

bitjara padakoe, tapi akoe piker, baik kita orang doea denger apa kabar ia

maoe sampeken.” (hal 183)

(183) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi

lemas. (hal 153)

Dalam bahasa Betawi

(179a) Ude tige malem kagak dapet tidur ame sekali, Sarine telah pules di

pangkuan ibunda.

(180a) Ia belon denger orang pukul kentongan dari pembunuan ntu.

(181a) Dengan ati berdebar, tuan Kramer masuk ke dalem rume dimane bininye

ude ampir mati.

(182a) “Tadi pagi ketika meriem di kota baru bunyi, ade atu orang mu bicare pade

aye, tapi aye piker, kite denger ape yang mu ia sampekan.

(183a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendengar suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

2.4 Kata Benda

Dalam antologi Tempo Doeloe

(184) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi

lemas. (hal 153)

(185) Roemahnja si Bohong ada berderet dengen roemahnja si Tjonat. (hal 192)

(186) Toean Briot itoe waktoe ada doedoek di roemahnja iang amat mesum adanja,

pakei tjelana dan telandjang badan. (hal 386)

(187) “Alie! kata Sarina, “kau ada seorang baek dan omonganmoe poen patoet.

(hal 124)

(188) Saja harep nona soeka berpikir doeloe. (hal 179)

(189) “Akoe poenja iboe.” (hal 59)

(190) Sabermoela di tjeritaken, adalah satoe roemah ketjil di desa Poerwo di tanah

Djawa Wetan, poenjanja seorang Djawa, bernama Niti Atmodjo, joeroetoelis

fabriek goela, dan roemah itoe ada terdiri di bawah satoe boekit, iang adanja

di pinggir kali, iang tiada dalem aernja. (hal 377)

(191) Sarina keabisan akal. (hal 133)

(192) “Mana si Rossina?” (hal 152)

(193) “Sekarang nona ada di tangankoe, dan kerna saja ada amat tjinta pada nona,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

94

maka itoe saja harep nona akan soedi djadi istrikoe.” (hal 178)

(194) Boeat apa? Biar akoe simpen sendiri, jika akoe serahken sekarang akoe

koeatir kaoe bikin hilang itoe oewang. (hal 201)

(195) Hatinja soedah senang kerna ia piker si Saipa soedah ada jang piara dan

kantongnja sekarang soedah penoeh. (hal 216)

(196) Hadji Salihoen tanja kepada ma Boejoeng, hal ichwal keidoepannja itoe Njai

Dasima dan Toeannja. (hal 274)

(197) Ratoe bersama-sama anaknja pada tjari akal aken membinasa-in Goesti, dan

aken membinasain itoe anak moeda jang dia orang sangka anaknja nona

Suzanna. (hal 85)

(198) Kawan-kawannja itoe orang toea, jang ada dalem itoe kamar, jang taroe

kepertjajaan pada Pieter Elberveld sebagi orang soetji dan sakti, mendenger

itoe perkataan-perkataan dari itoe orang toea kapala pembrontak. (hal 131)

(199) Njonja Van der Ploegh moelai koewatir, djangan-djangan achirnja Rossina

dapet bikin birahi djoega soeaminja. Kerna ini, maka njonja Van der Ploegh

pikir, baek si Rossina lekas dibriken soeami. (hal 149)

(200) Di tiker ia soeroeh bawa roepa-roepa makanan, jang ia maloe makan di

hadepan soewaminja, seperti roejak, doerean dan sebaginja. (hal 157)

(201) Toean W. soeda dapet dari dianja satoe anak prampoean terlaloe bagoes,

namanya Nanci, jang Toean W. terlaloe sajang sekali, maka toean W. tiada

rasa roegi boeat beliken dan kasi Njainja simpen segala roepa barang-

barang, jaitoe toesoek konde Roos, Peniti Intan, Selepai, dan koentji-koentji

mas. (hal 270)

(202) Di loer tjelananja ia ada pakei lagi satoe kain saroeng, akan tetapi, ini kain

oedjoeng bawahnja ada terangkat di balik ka atas dan di selepken dalem

angkin peroetnja. (hal 300)

(203) Dalem sakedjap mata prampoean ini soedah di pegang oleh itoe tiga orang,

moeloetnja di toetoep dengen satoe sapoetangan hingga ia tiada bisa

bertereak. (hal 322)

(204) “Akoe tiada ada soedara”. (hal 62)

(205) Dia boewang dirinja di koersi dengan memegang itoe potret di tangannja

jang satoe, dan itoe doewit-doewitan di tekepnja di medja. (hal 63)

(206) “Akoe djoega ada poenja meriam; tetapi kendatipoen ilang akoe poenja

benteng-benteng masih djoega soesah moesoeh itoe madjoe sebab akoe soeda

ambil atoeran lebi doeloe.” (hal 82)

(207) Baek, Raden Cartadria. (hal 119)

(208) Apol lantes dapat tjemboeroean hati serta ia terkah djangan-djangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

95

kombali njonjanja soedah siksa pada istrinja hingga ia brangkali soedah lari,

barangkali ia telah di boenoeh dan maijitnja soedah diboeang dimana-mana.

(hal 162)

(209) Satoe boedak jang ada djaga di roemahnja toean Kramer dalem sekedjap

mata soedah tergletak mati dengen berloemoeran darah, di toesoek oleh si

Djojo. (hal 176)

(210) Pada besok harinja satoe kawanan soldadoe brangkat ka Moeara Antjol

aken mengepoeng kawanan perampok jang ada di tempat itoe. (hal 177)

(211) Koetika itu djoega ia telah boeka tali tjelananja laloe iket hidoeng si

Doengkoel dan tiada berapa lama ia soedah toentoen kerbo itoe, ambil satoe

djalan simpang ka kali Mentjere. (hal 195)

(212) Sebelonnja tjerita teroes, perloelah di tjeritaken doeloe dari njonja Kong

Hong Nio, bagimana ia soedah djadi saorang hartawan. (hal 310)

(213) Besok paginja dia berdoea pegi ka Pekodjan, dan tanja Goeroe disitoe, apa

misti bikin boeat mendapet keampoenan dosa besar, ibarat boenoe orang.

(hal 290)

(214) Dengen kaget akoe liat di atap ada satoe obor jang sedeng menjala, maka

sigrah djoega akoe pandjet ka atas, troes ambil dan boeang itoe obor ka

bawah. (hal 241)

(215) Girangnja Tio Sing Sang tatkala itoe kita tiada bisa tjerita lagi, maka Tio

Sing Sang sigrah mengoetjap banjak sjoekoer pada Toehan Jang Maha

Koeasa jang soedah atoerken djalannja hingga bisa ketemoe jang di tjari,

iaitoe kekasihnja dan moesoehnja. (hal 259)

(216) Besok paginja Toean W, tjerita kepada Njainja jang semalem dia soeda

mengimpi satoe oelar itam besar soeda lilit badan Njainja. (hal 273)

(217) Ia denger lagi seperti ada binatang berdjalan di tengah glagah. (hal 360)

(218) “Ach, ajandakoe!” berkata Robert seperti orang jang mabok meliat segala

kabesaran bagei dirinja. (hal 87)

(219) Ia ini tentoe lebih soeka trima Pangeranmoe dari orang Olanda. (hal 54)

(220) Kaloe dia maoe berdami dengan Compagnie, biar dia bitjaraken halnja

seperti Soenan djangan dia bitjarain hal ini sama oetoesan orang Tjina,

tetapi sama pemarentah besar sendiri. (hal 54)

(221) Dia bawa sa-orang pembesar negrinja, atawa pangeran Mangkota, iaitoe

Mas Pengantin aken doedoek di sebelahnja dan doeloe-doeloe orang liat

Kiai Hemboong, atawa Raden Amirang Koesoema dia poenja mertoewa.

Tetapi sekarang jang ada doedoek di sitoe sa-orang asing tiada terkenal

serta pakejannja poen sederhana sadja pakejan itam dan poetih. (hal 74)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

96

(222) Malem Senin dari itoe tanggal djoega, 28 Desember 1721, G.G

Zwaardecroon ada trima banjak tetamoe dalem astananja di Jacatra.

(hal 133)

(223) Disatoe tempat di dalem keboen itoe Raden dapet liat, toean roema sedeng

djalan moendar-mandir zonder kerdja satoe apa dan lakoenja ada sedeng

keras berpikir. (hal 118)

(224) Di pinggir laoet, deket moeara Antjol, toean! Di sitoe ada satoe tempat jang

koelilingnja di pager dengan poehoen-poehoen bamboe. (hal 167)

(225) Kemaren malam ada orang di kolong tempat tidoerkoe memegang keris.

(hal 86)

(226) Inget? Itoe soedah njata sekali, sedeng saban djika akoe seboet namamoe

moekanja djadi merah dan bersorot manis. (hal 237)

(227) Pada besok harinja satoe kawanan soldadoe brangkat ka Moeara Antjol

aken mengepoeng kawanan perampok jang ada di tempat itoe. (hal 177)

(228) “Djadi kau tiada nanti kawin sama saja adan tiada nanti toeroet saja lari,

kaloe tiada dapet permisie dari toean.” (hal 128)

(229) Menoeroet pendengaran Alie, bilang blas riboe orang telah berdjandji

atawa bermoefaket dengen Pieter Elberveld, jang soeda pastiken, pada 1

Januari 1722 nanti moelai djadi radja di poeloe Djawa. (hal 135)

(230) Dari ini beklahian di dalem roema, Samioen pikirken berhari-hari, sebab

dia soeda djadi takoet boeat oeroesin hartanja, serta dia rasa soesa boeat

boeang Njonja Hajati, sebab dilarang oleh Manja, dan Njonja Hajati soeda

taoe semoea resia djahatnja Samioen dari perkara menadah barang glap.

(hal 290)

(231) Djalannja meliwatken rawah dan tanah batjek, dan bebrapa soengei dan

empang misti diliwatnja atawa dipasangin djembatan hingga bebrapa

orang mendjadi sakit, ka koerangan makan dan minoem. (hal 96)

(232) Malem Senin dari itoe tanggal djoega, 28 Desember 1721, G.G

Zwaardecroon ada trima banjak tetamoe dalem astananja di Jacatra.

(hal 133)

(233) Tjoema ada satoe perkata-an jang dia tiada bisa loepa iaitoe apa jang

didengarnja di Soerabaija. (hal 64)

(234) Di tenga sawah ia brenti sakoetika lamanja, aken melepasken tjapenja

kamoedian ia brangkat menoedjoe ke Betawi, mengikuti djalan besar.

(hal 206)

(235) Di itoe djaman ada idoep satoe pemboenoe jang soeda tersohor brani, dan

koeat dan banjak orang, serta djoega Politie Islam takoet kepada dianja,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

97

maka perboeatannja jang djahat orang tiada brani boeka, tambahan orang

tiada brani tangkap sama dia, sebab orang takoet kakoeatannja dan

balesannja. (hal 291)

(236) Kawan-kawannja itoe orang toea, jang ada dalem itoe kamar, jang taroe

kepertjajaan pada Pieter Elberveld sebagi orang soetji dan sakti,

mendenger itoe perkataan-perkataan dari itoe orang toea kapala

pembrontak. (hal 131)

Dalam bahasa Betawi

(184a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendengar suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(185a) Rumenye si Bohong berderet dengan rumenye si Conet.

(186a) Tuan Briot duduk di rumenye, pake celane dan telanjang badan.

(187a) “Alie, kate Sarine ente baek dan omongan ente pun patut.”

(188a) Aye arep, none berpikir dulu.

(189a) “Aye punye enyak.”

(190a) Awalnye diceritakan, ade atu rume kecil di desa Purwo di tane Jawa Timur,

punyanye seorang Jawa, yang bernama Niti Atmodjo – sekretaris pabrik

gula. Rume ntu ade di bawah bukit, pinggir kali, dan kagak dalem aernye.

(191a) Sarine keabisan akal.

(192a) “Mane si Rossine?”

(193a) “Sekarang, none ade di tangan aye dan aye amat cinte pade none, maka aye

arep none mau jadi bini aye.”

(194a) Buat ape? Biar aye simpen ndiri. Jika aye serahkan sekarang, aye kuatir

ente bikin ilang duit ntu.

(195a) Atinye ude seneng karena ie piker, si Saipe ude ade yang jaga dan

kantongnye sekarang ude penuh.

(196a) Haji Salihun tanye kepade Buyung tentang keidupannye Nyai Dasime dan

tuannye.

(197a) Ratu bersame anaknye cari akal binasain Gusti, dan akan membinasain

anak mude yang die sangka anaknye none Suzanne.

(198a) Temen orang tua -yang taro kepercayaan pade Pieter Elberveld itu sebage

orang suci dan sakti-, mendengar perkataan dari kepale pembrontak ntu.

(199a) Nyonye Van der Plugh mule khawatir, jangan-jangan Rossine dapet bikin

birahi lakinye, karena ni nyonye Van der Plugh berpikir, baeknye si

Rossine lekas dibrikan laki.

(200a) Di tiker, ia suruh bawa makanan yang ia malu makan di adepan lakinye,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

98

seperti rujak, duren, dan sebagenye.

(201a) Tuan W. ude dapet atu anak prempuan bagus namanye Nenci, yang Tuan

W. sayang sekali, maka tuan W kagak rugi buat belikan dan kasi Nyainye

segala rupa barang, yaitu tusuk konde, peniti inten, selepa, dan konci mas.

(202a) Di luar celananye, ade pake atu kaen sarung, akan tetapi ukung bawah

kaennye terangkat ke atas dan diselipkan dalem perutnye.

(203a) Dalem sekejap mate, prempuan ni ude dipegang oleh tige orang ntu,

mulutnye ditutup dengan atu sapu tangan hingga ia kagak bisa bertreak.

(204a) “Aye kagak ade sodara”.

(205a) Die buang dirinye di korsi dengan memegang potret ntu di tangannye yang

atu, dan duit-duitan di taronye di meja.

(206a) “Aye juge punye meriem, tetapi meskipun ilang, aye masi punye benteng

suse untuk musu ntu maju, sebab aye ude ambil aturan lebi dulu.

(207a) Baek, Raden Cartadrie.

(208a) Apol cemburuan serta ia terka, jangan-jangan nyonyenye ude siksa bininye

hingga lari, ato barangkali ia telah dibunu dan mayitnye ude dibuang

dimane-mane.

(209a) Atu budak yang jaga di rumenye tuan Kramer dalem sekejap mate ude

tergletak mati dengan berlimuran dara ditusuk oleh Joyo.

(210a) Esok arinye, atu kawanan serdadu brangkat ke Muare Ancol untuk

mengepung kawanan perampok yang ade di tempat ntu.

(211a) Ketika ntu ia ude buka tali celananye lalu iket idung si Dungkul, dan kagak

berape lame ia ude tuntun kebo ntu ambil jalan simpang ke kali Mencere.

(212a) Sebelonnye cerite, perlu diceritakan dulu dari nyonye Kong Hong Nio,

begimane ia jadi seorang yang memiliki banyak duit.

(213a) Besok pagi, die berdue pegi ke Pekojan, dan tanye guru, ape musti dapet

ampunan dosa besar bunuh orang?

(214a) Dengan kaget, aye liat di atep ade atu obor yang sedang menyala, dan aye

panjat ke atas trus ambil dan buang obor ntu ke bawah.

(215a) Senengnye To Sing Sang waktu ntu kagak bisa cerite lagi, maka Tio Sing

Sang mengucap syukur pade Tuhan Yang Maha Kuasa yang ude atur

jalannye hingga bisa ketemu yang dicari, yaitu kekasihnye, dan musunye.

(216a) Besok paginye, Tuan W cerite kepade Nyainye, semalem die ngimpi atu

uler item besar ude lilit badan Nyainye.

(217a) Ia denger lagi seperti ade binatang berjalan di tenga glagah.

(218a) “Ah, ayahanda aye!” Robert berkate seperti orang yang mabok meliat

kebesaran bage dirinye.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

99

(219a) Ia tentu lebi suka trime Pangeran ente dari pade orang Belande.

(220a) Kalo die mau berdame dengan Kompeni, jangan bicarain hal ni ame

utusan orang Cina, tetapi ame Dewan Hindia.

(221a) Die bawa seorang pembesar negrinye (Pangeran Mahkota) yaitu Mas

Pengantin yang akan duduk di sebelanye, dan dulu orang liat Kiai

Hemboong (Raden Amirang Kusuma) punye mertua, tetapi sekarang yang

duduk di situ seorang asing kagak terkenal yang pekeannye sederhana,

hanya pake item dengan puti.

(222a) Malem Senen tanggal 28 Desember 1721, Gubernur Jendral Zwaardecroon

trime banyak tamu di dalem istananye di Jakarte.

(223a) Di atu tempat di dalem kebon ntu, Raden dapet liat tuan rume sedang

jalan mondar-mandir kerja dan berpikir keras.

(224a) Di pinggir laot deket muara Ancol, tuan! Di situ ade atu tempat yang

sekelilingnye di pager dengan pohon-pohon bambu.

(225a) Kemaren malem, ade orang di kolong tempat tidur aye megang keris.

(226a) Inget? Ntu ude nyata jika aye sebut nama ente, mukenye jadi mera dan

bersorot manis.

(227a) Esok arinye, atu kawanan serdadu brangkat ke Muare Ancol untuk

mengepung kawanan perampok yang ade di tempat ntu.

(228a) “Jadi, ente ntar kawin ame aye dan ikut aye, kalo kagak dapet ijin dari

tuan.”

(229a) Menurut pendengaran Ali, ribuan orang ude berjanji ato bermufakat

dengan Pieter Elberveld, yang pade 1 Januari 1722 ntar mule jadi raje di

Pulo Jawa.

(230a) Di dalem rume, Samiun pikirkan berhari-hari buat urusin hartanye serta

die rasa suse buat buang Nyonye Hayati, sebab dilarang Ma’nye, dan

Nyonye Hayati yang ude tau semua rasia jahatnye Samiun dari perkara

menadah barang gelap.

(231a) Jalannye melewati rawa dan tane becek, beberape sunge, dan empang

musti dilewatinye ato dipasangin jembatan hingga beberape orang jadi

sakit, kekurangan makan dan minum.

(232a) Malem Senen tanggal 28 Desember 1721, Gubernur Jendral Zwaardecroon

trime banyak tamu di dalem istananye di Jakarte.

(233a) Cume ade atu perkataan yang die kagak bisa lupe yaitu ape yang

didengernye di Surabaye.

(234a) Di tenga sawa ia brenti sejenak untuk melepaskan capenye, kemudian ia

brangkat menuju Betawi mengikuti jalan besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

100

(235a) Di jaman ntu ade atu pembunu yang terkenal brani, kuat, serta Polisi

Islam takut kepadanye, maka perbuatannye yang jahat, orang kagak

brani buka, dan kagak brani tangkep die lantaran orang takut

kekuatannye dan balesannye.

(236a) Temen orang tua -yang taro kepercayaan pade Pieter Elberveld itu sebage

orang suci dan sakti-, mendengar perkataan dari kepale pembrontak ntu.

2.5 Kata Sambung (Konjungsi)

Dalam antologi Tempo Doeloe

(237) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(238) Djalannja meliwatken rawah dan tanah batjek, dan bebrapa soengei dan

empang misti diliwatnja atawa dipasangin djembatan hingga bebrapa

orang mendjadi sakit, ka koerangan makan dan minoem. (hal 96)

(239) Ia minta pada si Djojo soepaja ia dianter poelang karoemah orang-toeahnja

sertapoen ia berdandji aken kasih oewang peneboes padanja, aken tetapi

sia-sia saja. (hal 178)

(240) “Ja!” sahoet si Siman. (hal 181)

Dalam bahasa Betawi

(237a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe ame juge seperti aye

berkhianat ame negri aye.

(238a) Jalannye melewati rawa dan tane becek, beberape sunge, dan empang

musti dilewatinye ato dipasangin jembatan hingga beberape orang jadi

sakit, kekurangan makan dan minum.

(239a) Ia minta si Joyo supaye ia dianter balik ke rume orang tuanye serta

berjanji akan kasi duit penebus padenye, tetapi sia-sia aje.

(240a) “Ye!” sahut si Siman.

2.6 Kata Sifat (Adjektif)

Dalam antologi Tempo Doeloe

(241) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara

Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi

lemas. (hal 153)

(242) Roepanja ada kelihatan lebih tjakep lagi dengan berpakei pakean iang aneh

itoe. (hal 301)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

101

(243) Dia dengar dalam atinja soewara opsir memarentah. (hal 89)

(244) Akoe poenja hati tiada senang, liat roepamoe seperti orang mengandoeng

soesah. (hal 158)

(245) Kira-kira soeda liwat 1 boelan poenja lama tiada sekali Njai Dasima

omongken perkara beladjar agama, dan tiada sekali-kali dia bentji kepada

Toeannja. (hal 279)

(246) Dari ini beklahian di dalem roema, Samioen pikirken berhari-hari, sebab

dia soeda djadi takoet boeat oeroesin hartanja, serta dia rasa soesa boeat

boeang Njonja Hajati, sebab dilarang oleh Manja, dan Njonja Hajati soeda

taoe semoea resia djahatnja Samioen dari perkara menadah barang glap.

(hal 290)

(247) Koetika Tjeng San dan k e Tjoan soedah sampei oemoer, maka kadoea anak

ini di nikahken. Semantara itoe Tan Kim Nio, anaknja Kong Hong Nio

soedah djadi prawan, maka Kong Hong Nio pikir baik anaknja di djadiken

istrinja si Hok Kan. (hal 316)

(248) Kira kira satoe taon, sasoedahnja baba Liem Tek Kan meninggal doenia,

pada soeatoe hari ada sa-orang Tjina moeda berdjalan di kampoeng

Mandjangan, dengen menoenggang koeda belang iang amat tjakep dan

bagoes. (hal 318)

(249) Koesirnja ia-itoe satoe boedak iang amat pandei bawa karetanja. (hal 322)

(250) Pada malem tanggal 3 September taon 1853, bebrapa orang soedah dateng

berkoempoel di satoe gardoe lama di dekat djembatan di Passar Bediel.

(hal 243)

(251) Dia bawa sa-orang pembesar negrinja, atawa pangeran Mangkota, iaitoe

Mas Pengantin aken doedoek di sebelahnja dan doeloe-doeloe orang liat Kiai

Hemboong, atawa Raden Amirang Koesoema dia poenja mertoewa. Tetapi

sekarang jang ada doedoek di sitoe sa-orang asing tiada terkenal serta

pakejannja poen sederhana sadja pakejan itam dan poetih. (hal 74)

(252) Akoe kepingin soenggoe aken tinggalin bagimoe, soedara, sa-orang gantikoe

jang pantas dan tjakep dihormatin didengar prentahnja. (hal 105)

(253) Ia-poenja tabeat ada djelek sekali, gila hormat dan selamanja ingin besar,

tapi ia ada mempoenjai banjak kekajaan. (hal 137)

(254) Soedah tentoe badan dan kepala kita orang diinjek oleh babi hingga penoeh

loempoer. (hal 240)

(255) Liem Hok Kan liat harlodjinja dan liat betoel baroe poekoel ampat soreh.

Kemoedian maka Liem Hok Kan dengan soedarah-soedarahnja teroes

doedoek dan tiada berapa lama angklong soedah ramei bermain. (hal 336)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

102

(256) Besok paginja ia dateng di tempat pekerdja-annja dengan berasa amat

tjapei dan badan tiada segar. (hal 385)

(257) Besok paginja ia dateng di tempat pekerdja-annja dengan berasa amat

tjapei dan badan tiada segar. (hal 385)

(258) Pada soewaktoe hari tatkala soedah soreh, maka saja pergi di deket moeara

Antjol, tiba-tiba saja lihat satoe goeboek ketjil. Maka oleh kerna amat lapar

sigrah saja pergi ka goeboek itoe laloe ketoek pintoe. (hal 168)

(259) Fabriek itu djatoehlah di tangannja lain orang, administrateur di kasi lepas

dan djoeroe pegang boekoe poen menoeroet administrateur pergi tjari

pekerdjahan di lain tempat. (hal 378)

(260) Anak, perkata-anmoe soenggoe benar, serta sanget ia meloekaken atikoe!

(hal 70)

(261) Pangeran-pangeran pada marah, adapoen marahnja sia-sia sadja sebab

ayandanya tiada perdoeli-in aken kasi katerangan dari pada

perboewatannja. (hal 74)

(262) Dia kira jang dia hendak memaksa kami dengan djandji orang-orang

Olanda itoe maka salah soenggoe doega-annja. (hal 54)

Dalam bahasa Betawi

(241a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendenger suare Rossine

pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(242a) Mukenye keliatan lebi cakep lagi dengan pakean yang aneh ntu.

(243a) Die denger dalem atinye suare memerentah.

(244a) Aye punye ati kagak seneng, liat muke ente seperti orang susah.

(245a) Kire-kire 1 bulan lamenye, Nyai Dasime omongkan perkara belajar

agama, dan kagak sekali-kali die benci kepade tuannye.

(246a) Di dalem rume, Samiun pikirkan berhari-hari buat urusin hartanye serta

die rasa suse buat buang Nyonye Hayati, sebab dilarang Ma’nye, dan

Nyonye Hayati yang ude tau semua rasia jahatnye Samiun dari perkara

menadah barang gelap.

(247a) Ketika Tjeng San dan Tjoan ude berumur, kedua anak ni dinikahkan.

Sementara ntu, Tan Kim Nio anaknye Kong Hong Nio ude jadi prawan,

maka Kong Hong Nio piker, baeknye anaknye dijadikan bininye Hok Kan.

(248a) Kire-kire atu taon suede baba Liem Tek Kan meninggal dunia, ade

seorang Cina mude berjalan di kampung Menjangan dengan menunggang

kuda.

(249a) Kusirnye atu budak yang pande bawa keretanye.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

103

(250a) Pade malem tanggal 3 September taon 1853, beberape orang ude dateng

berkumpul di atu gardu lama di deket jembatan di pasar senjata.

(251a) Die bawa seorang pembesar negrinye (Pangeran Mahkota) yaitu Mas

Pengantin yang akan duduk di sebelanye, dan dulu orang liat Kiai

Hemboong (Raden Amirang Kusuma) punye mertua, tetapi sekarang yang

duduk di situ seorang asing kagak terkenal yang pekeannye sederhana,

hanya pake item dengan puti.

(252a) Aye kepingin tinggalin bagi ente sodara yang pantes dihormatin dan

didenger prentahnye.

(253a) Ia punye tabiat jelek, gile hormat dan selamanye ingin besar, tapi ia

mempunyai banyak kekayaan.

(254a) Badan dan kepale kite diinjek babi hingga penu lumpur.

(255a) Liem Hok Kan liat arlojinye baru pukul mpat sore, kemudian Liem Hok

Kan dengan sodara-sodaranye duduk, dan kagak berape lama ude rame

bermaen angklung.

(256a) Besok paginye, ia dateng di tempat kerjanye dengan rase cape dan badan

kagak seger.

(257a) Besok paginye, ia dateng di tempat kerjanye dengan rase cape dan badan

kagak seger.

(258a) Pade suatu hari tatkala ude sore, aye pegi di deket muara Ancol, tiba-tiba

aye liat gubuk kecil. Karna amat laper, aye pegi ke gubuk ntu lalu ketuk

pintu.

(259a) Pabrik ntu jatoh ke tangan orang laen, administrator dilepas dan juru

pegang buku pun pegi cari pekerjaan di tempat laen.

(260a) Anak, perkataan ente sunggu bener, ia melukai ati aye.

(261a) Pangeran-pangeran pade mare. Marenye sia-sia aje, sebab ayahandanye

kagak kasi keterangan dari perbuatannye.

(262a) Die kire yang hendak memaksa kami orang Belande, tapi sala dugaannye.

2.7 Kata Bilangan

Dalam antologi Tempo Doeloe

(263) Akoe tida poenja doeit satoe cent pun kerna itu angkaoe misti toeloeng

djoealin itoe kerbo. (hal 198)

(264) Tiga hari kamoedian, sasoedahnja Liem Hok Kan bitjara dengan si Merak

bapa Oedin, tatkala matahari soedah soeroep, sekoenjoeng koenjoeng ada

satoe kareta pa lankijn, pakei ampat koeda, dating brenti di moeka satoe

roemah ketjil di kampoeng Mendjangan. (hal 322)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

104

(265) Itoe orang-orang Tengger jang di pendjara pada di lepas semoewa dengan

titah aken pegi poelang itoe ari djoega kagoenoeng.

(266) Ia balik lagi ka waroeng di mana ia blanja makanan sepoeloeh doeit.

(hal 207)

Dalam bahasa Betawi

(263a) Aye kagak punye duit atu sen pun, kerna ntu tolong jualin kebo ntu.

(264a) Tige hari suede Liem Hok Kan bicare dengan si Merak bapa Udin, ade atu

kereta tandu pake mpat kuda brenti di atu rume kecil di kampung

Menjangan.

(265a) Orang-orang Tengger yang di penjara ntu pade dilepas semue dengan

prentah akan balik ari ntu juge ke gunung.

(266a) Ia balik ke warung tempat ia blanja makanan sepulu duit lagi.

2.8 Kata Depan

Dalam antologi Tempo Doeloe

(267) Pada soeatoe hari, koetika matahari baroe menerangken langit di sebla

Timoer, maka adalah saorang berdjalan tjepat menoedjoe ka kota Betawi.

(hal 182)

(268) Njonja van der Ploegh soeroe gelar satoe tiker, dimana njonja ini doedoek

besila sebagi orang kampoeng. (hal 157)

Dalam bahasa Betawi

(267a) Pade suatu hari, ketika matahari baru menyinari langit di sebelah timur,

ade seorang yang berjalan cepat menuju ke kota Betawi.

(268a) Nyonye Van der Plugh suruh gelar atu tiker, dimane nyonye ni duduk

bersila sebage orang kampung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Dewangkara, Robertus. 2011. “Difference of speech in words in the Tempo Doeloe Antology by The word in Betawi Language". Thesis

105

BIODATA

Robertus Dewangkara G.Anggara lahir di Jakarta, 01 Desember 1986. Ia

adalah putra pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak P.Y. Tri Sudaryatno dan

Ibu V. Evi Kristiani. Tahun 1993-1999, Ia mengenyam pendidikan di Sekolah

Dasar (SD) Kanisius Wonosari II. Tahun 1999-2002, Ia mengenyam pendidikan

di SMP (Sekolah Menengah Pertama) Kanisius Wonosari. Tahun 2002-2005, Ia

mengenyam pendidikan di SMA (Sekolah Menengah Atas) Dominikus Wonosari.

Tanggal 17 September 2010 - 4 Februari 2011, Ia pernah bekerja sebagai

marketing di dealer penjualan motor di kota Yogyakarta. Tahun 2011, Ia lulus

Sarjana (S1) Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI