plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · 2017-12-16 · tabel i. klasifikasi respon hambatan...
TRANSCRIPT
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF PENANGKAP
RADIKAL BEBAS, UV PROTECTION DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK
KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) R. Wilczek)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Agustine Kurniawaty
NIM: 118114113
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF PENANGKAP
RADIKAL BEBAS, UV PROTECTION DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK
KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) R. Wilczek)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Agustine Kurniawaty
NIM: 118114113
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF PENANGKAP
RADIKAL BEBAS, UV PROTECTION DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK
KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) R. Wilczek)
Skripsi yang diajukan oleh :
Agustine Kurniawaty
NIM: 118114113
telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
(Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, Apt.) tanggal 19 Juni 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Saya tidak tahu mengenai kunci keberhasilan, tetapi kunci kegagalan
adalah mencoba menggembirakan hati semua orang “
Bill Cosby
Kupersembarkan skripsi ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus, yang selalu melindungi dan membimbingku hingga saat ini
Kedua orang tuaku
Kedua Kakaku
Teman – teman yang selalu mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Agustine Kurniawaty
Nomor Mahasiswa : 118114113
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:
UJI AKTIVITAS ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF
PENANGKAP RADIKAL BEBAS, UV PROTECTION DAN
ANTIBAKTERI EKSTRAK KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) R.
Wilczek)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama saya tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 2 Agustus 2015
Yang menyatakan
(Agustine Kurniawaty)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Aktif Penangkap Radikal Bebas, UV protection, dan Antibakteri Ekstrak
Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) R. Wilczek)“ sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari semua pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, Apt.. sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta ilmu dalam penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji atas pengarahan dan
kesediaannya menguji skripsi ini.
3. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji atas
pengarahan dan kesediaannya menguji skripsi ini.
4. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Surya Adhi Nugraha, Setio Agustin, Elyn Prameswari dan Skolastika
Feranda Wardani, terimakasih atas perjalanan kerjasama yang telah kita
lewati bersama ini.
7. Teman- teman angkatan 2011, atas kerjasama, doa, semangat, kritik dan
sarannya.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak
dapat disebut satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kesalahan
dan kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak. Akhir kata semoga penelitian dan penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Yogyakarta, Juni 2015
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .................... vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
INTISARI .............................................................................................................. xx
ABSTRACT ......................................................................................................... xxi
BAB I PENGANTAR ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1. Permasalahan ............................................................................................ 2
2. Keaslian penelitian ................................................................................... 3
3. Manfaat ..................................................................................................... 5
B. Tujuan ....................................................................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
1. Tujuan umum ........................................................................................... 5
2. Tujuan khusus ........................................................................................... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...................................................................... 6
A. Kacang Hijau (Vigna radiata( L.) R. Wilczek) ....................................... 6
1. Klasifikasi tanaman .................................................................................. 6
2. Deskripsi tanaman kacang hijau ............................................................... 7
3. Kandungan kimia kacang hijau ................................................................ 8
B. Antioksidan ............................................................................................... 8
1. Definisi antioksidan .................................................................................. 8
2. Metode penangkapan radikal DPPH ...................................................... 10
C. UV protection ......................................................................................... 11
1. Definisi UV protection ........................................................................... 11
2. Metode inhibition of bleaching of 𝜷-carotene ....................................... 11
D. Antibakteri .............................................................................................. 12
1. Definisi antibakteri ................................................................................. 12
2. Metode bioautografi ............................................................................... 13
3. Metode difusi .......................................................................................... 14
E. Ekstraksi .................................................................................................. 15
F. Kromatografi ........................................................................................... 17
1. Definisi kromatografi lapis tipis (KLT) ................................................. 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Kromatografi kolom ............................................................................... 19
G. Landasan Teori........................................................................................ 21
H. Hipotesis ................................................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 22
B. Bahan dan Materi Penelitian ................................................................... 22
1. Bahan penelitian ..................................................................................... 22
2. Alat penelitian ........................................................................................ 23
C. Tata Cara Penelitian ............................................................................... 23
1. Determinasi sampel ................................................................................ 23
2. Pengumpulan dan penyiapan bahan ....................................................... 23
3. Ektraksi ................................................................................................... 25
4. Kromatografi lapis tipis ekstrak kacang hijau ....................................... 26
5. Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas ekstrak kacang hijau ..
................................................................................................................ 27
6. Identifikasi senyawa pada ekstrak kacang hijau dengan reagen semprot.
................................................................................................................ 28
7. Uji perbandingan profil kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak kacang
hijau, ekstrak kulit kacang hijau, dan keping biji kacang hijau.............. 28
8. Uji kualitatif aktivitas UV protection ekstrak kacang hijau ................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
9. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak kacang hijau ......................... 30
10. Triturasi .................................................................................................. 32
11. Kromatografi kolom ............................................................................. 33
12. Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas isolat senyawa ekstrak
kacang hijau ............................................................................................ 35
13. Uji kualitatif aktivitas UV protection isolat senyawa ekstrak kacang hijau
................................................................................................................ 36
14. Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat senyawa ekstrak kacang hijau 36
15. Identifikasi senyawa dari isolat aktif ekstrak kacang hijau .................... 38
16. Bagan alur penelitian .............................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 42
A. Hasil Determinasi Sampel....................................................................... 42
B. Hasil Pengumpulan dan Penyiapan Bahan ............................................. 43
C. Hasil Ekstraksi ........................................................................................ 44
1. Hasil ekstraksi kacang hijau ................................................................... 44
2. Hasil ekstraksi kulit dan keping biji kacang hijau ................................. 46
3. Hasil susut pengeringan ekstrak kacang hijau ........................................ 47
4. Hasil pemerian ekstrak kacang hijau ...................................................... 47
D. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Kacang Hijau .......................... 48
E. Hasil Uji Kualitatif Penangkapan Radikal Bebas Ekstrak Kacang Hijau 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
F. Hasil Identifikasi Senyawa Pada Ekstrak Kacang Hijau dengan Reagen
Semprot ................................................................................................... 53
G. Hasil Uji Perbandingan Profil kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak
Kacang Hijau, Kulit Kacang Hijau dan Keping biji Kacang Hijau ....... 56
H. Hasil Uji Kualitatif UV Protection Ekstrak Kacang Hijau ..................... 58
I. Hasil Uji Kualitatif Antibakteri Ekstrak Kacang Hijau .......................... 61
J. Hasil Triturasi ......................................................................................... 64
K. Hasil Kromatografi Kolom ..................................................................... 67
L. Hasil Uji Kualitatif Penangkapan Radikal Bebas Isolat Senyawa Ekstrak
Kacang Hijau .......................................................................................... 71
M. Hasil Uji Kualitatif UV Protection Isolat Senyawa Ekstrak Kacang Hijau
................................................................................................................. 73
N. Hasil Uji Kualitatif Antibakteri Isolat Senyawa Ekstrak Kacang Hijau . 75
O. Hasil Identifikasi Senyawa Isolat Senyawa Aktif Ekstrak Kacang Hijau
................................................................................................................. 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 84
A. Kesimpulan ............................................................................................. 84
B. Saran ....................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85
LAMPIRAN .......................................................................................................... 88
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri ............................ 15
Tabel II. Hasil optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ekstrak kacang hijau
............................................................................................................ 49
Tabel III. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak kacang hijau
......................................................................................................... 52
Tabel IV. Hasil identifikasi senyawa dengan reagen pada ekstrak kacang hijau
dengan fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v) ............................ 54
Tabel V. Hasil perbandingan kromatografi lapis tipis ekstrak kulit kacang
hijau dan keping biji kacang hijau dengan fase gerak kloroform :
metanol (7:3 v/v) ............................................................................. 56
Tabel VI. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak kulit dan
keping biji kacang hijau dengan fase gerak kloroform : metanol (7:3
v/v) .................................................................................................. 57
Tabel VII. Hasil uji kualitatif UV protection ekstrak kacang hijau dengan
intensitas sinar UV = 14,12 Lux ..................................................... 60
Tabel VIII. Hasil uji kualitatif antibakteri secara bioautografi ekstrak kacang
hijau ................................................................................................. 62
Tabel IX. Hasil pengarangan dengan asam sulfat 5% v/v pada pelat
kromatografi lapis tipis ekstrak kacang hijau ................................. 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel X. Hasil KLT triturasi n-heksana........................................................... 65
Tabel XI. Hasil KLT triturasi kloroform : metanol (7:3 v/v) .......................... 65
Tabel XII. Hasil KLT ekstrak kacang hijau ...................................................... 66
Tabel XIII. Hasil optimasi fase gerak kromatografi kolom step gradien ........... 69
Tabel XIV. Isolat hasil kromatografi kolom ...................................................... 70
Tabel XV. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas isolat dan ekstrak
kacang hijau .................................................................................... 72
Tabel XVI. Hasil uji kualitatif aktivitas UV protection isolat dan ekstrak kacang
hijau pada menit ke 15 dengan intensitas sinar UV = 13,775 Lux 74
Tabel XVII. Hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri amoksisilin dan isolat ekstrak
kacang hijau pada S. aureus ............................................................ 76
Tabel XVVIII. Hasil deteksi secara fisik dan identifikasi golongan senyawa
menggunakan reagen semprot isolat ekstrak kacang hijau ........... 82
Tabel XVIX. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas, UV
protection dan antibakteri isolat senyawa ekstrak kacang hijau ... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Reaksi 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil radical (DPPH) dengan
radical scavengers (Marston, 2011) .............................................. 10
Gambar 2. Hasil optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ekstrak kacang
hijau ................................................................................................. 48
Gambar 3. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak kacang hijau
......................................................................................................... 51
Gambar 4. Hasil kromatografi lapis tipis dengan fase gerak klorofom : metanol
(7:3 v/v) ........................................................................................... 53
Gambar 5. Hasil identifikasi senyawa dengan reagen pada ekstrak kacang hijau
......................................................................................................... 54
Gambar 6. Contoh reaksi AlCl3 membentuk kompleks flouresensi dengan
flavonoid (Jork, Funk, Fischer, Wimmer, 1990) ............................ 55
Gambar 7. Hasil perbandingan profil kromatografi lapis tipis ekstrak kulit
kacang hijau dan keping biji kacang hijau ...................................... 56
Gambar 8. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak kulit dan
keping biji kacang hijau .................................................................. 57
Gambar 9. Grafik optimasi intensitas sinar UV ................................................ 59
Gambar 10. Hasil uji kualitatif UV protection ekstrak kacang hijau pada menit
ke 15 .............................................................................................. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Gambar 11. Hasil uji kualitatif antibakteri ekstrak kacang hijau secara
bioautografi ................................................................................... 62
Gambar 12. Hasil KLT ekstrak dan hasil triturasi ............................................ 65
Gambar 13. Hasil optimasi fase gerak kromatografi kolom gradien ................ 68
Gambar 14. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas isolat ekstrak kacang
hijau ............................................................................................... 73
Gambar 15. Hasil uji kualitatif UV protection isolat ekstrak kacang hijau pada
menit ke 15 .................................................................................... 75
Gambar 16. Hasil deteksi secara fisik isolat ..................................................... 78
Gambar 17. Hasil identifikasi senyawa isolat 1 dengan reagen
..................................................................................................... 79
Gambar 18. Hasil identifikasi senyawa isolat 2 dengan reagen ........................ 80
Gambar 19. Hasil identifikasi senyawa isolat 3 dengan reagen ........................ 81
Gambar 20. Hasil identifikasi senyawa isolat 4 dengan reagen ........................ 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi tanaman kacang hijau (Vigna
radiata (L.) R. Wilczek)................................................................ 88
Lampiran 2. Gambar kacang hijau yang berasal dari PT. SUPER INDO,
dengan batch number : 8-993408-010 .......................................... 89
Lampiran 3. Perhitungan susut pengeringan simplisia kacang hijau .............. 91
Lampiran 4. Perhitungan rendemen ekstrak .................................................... 93
Lampiran 5. Perhitungan susut pengeringan ekstrak kacang hijau ................. 94
Lampiran 6. Penimbangan ekstrak kacang hijau untuk kromatografi lapis tipis
(KLT) ............................................................................................ 96
Lampiran 7. Gambar parameter warna yang digunakan dalam uji kualitatif UV
protection ...................................................................................... 97
Lampiran 8. Hasil optimasi intensitas sinar UV .............................................. 98
Lampiran 9. Surat sertifikat hasil uji bakteri ................................................... 99
Lampiran 10. Gambar kontrol media, kontrol pertumbuhan dan kontrol positif
uji kualitatif antibakteri ekstrak kacang hijau ............................. 101
Lampiran 11. Penimbangan ekstrak kacang hijau untuk triturasi .................... 102
Lampiran 12. Penimbangan hasil triturasi ....................................................... 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Lampiran 13. Penimbangan ekstrak kacang hijau dan hasil triturasi untuk
kromatografi lapis tipis (KLT) .................................................... 104
Lampiran 14. Penimbangan sampel untuk kromatografi kolom gradien ......... 105
Lampiran 15. Gambar kolom yang digunakan dalam kromatografi kolom gradien
ekstrak kacang hijau .................................................................... 106
Lampiran 16. Hasil kromatografi kolom gradien dengan fase gerak kloroform ..
................................................................................................... 107
Lampiran 17. Penimbangan hasil pemekatan isolat hasil kromatografi kolom
gradien ......................................................................................... 110
Lampiran 18. Gambar hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat senyawa
kacang hijau ................................................................................ 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
INTISARI
Kacang hijau (Vigna radiata (L.)R.Wilczek) merupakan tanaman pangan
yang juga digunakan sebagai bahan dalam kosmetik tradisional, namun
efektivitasnya sebagai bahan kosmetik tradisional belum diteliti lebih lanjut.
Penelitian ini bertujuan melakukan eksplorasi aktivitas penangkapan radikal
bebas, UV protection dan antibakteri.
Kacang hijau diekstraksi dengan etanol 90% v/v, kemudian dipekatkan
hingga membentuk ekstrak. Kromatografilapis tipis (KLT) dilakukan pada ekstrak
kacang hijau menggunakan fase gerak kloroform : metanol (7:3v/v) dan fase diam
silica gel 60 F254. Selanjutnya ekstrak diuji secara kualitatif terkait aktivitas
penangkapan radikal dengan menggunakan 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl
(DPPH), UV protection dengan metode inhibition of bleaching of β-carotene, dan
antibakteri dengan bioautografi kontak.
Senyawa aktif hasil uji kualitatif diisolasi dengan kromatografi kolom,
didapatkan 4 isolat. Ekstrak kacang hijau mengandung golongan senyawa
meliputi flavonoid, fenolik, dan terpenoid, yang terbagi menjadi 4 isolat. Keempat
isolat tersebut memiliki aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection,
sedangkan aktivitas antibakteri hanya dimiliki oleh isolat 3 dan 4.
Kata kunci: Kacang hijau (Vigna radiata (L.)R.Wilczek), penangkap radikal
bebas, UV protection, antibakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
ABSTRACT
Mung beans (Vigna radiata (L.)R.Wilczek) is a edible plant which is
widely used as an ingredient in traditional cosmetics, but its effectiveness as a
traditional cosmetic ingredient has not been studied further. The aims of this study
are to explore the free radical scavenging activity, UV protection, and
antibacterial, of mung beans.
Mung beans extracted with ethanol 90% v/v, then concentrated to form
the extract. Extracts of mung beans separated by preparative thin layer
chromatography using a mobile phase of chloroform: methanol (7: 3 v/v) and the
stationary phase silica gel 60 F254. Extracts tested qualitatively on radical
scavenging activity using the 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl(DPPH), UV
protection using inhibition of bleaching of β-carotene method, and antibacterial by
contact bioautography method.
Active compound, which is obtained from qualitative test, isolated using
column chromatography, and by this isolation, 4 isolates obtained. Mung beans
extract contains a group of compounds such as flavonoids, phenolics, and
terpenoids, which are divided into 4 isolates. All four isolates have free radicals
scavengers activity and UV protection, while the antibacterial activity present on
isolates 3 and 4.
Keywords: mung beans (Vigna radiata(L.)R.Wilczek), free radicals scavengers,
UV protection, antibacterial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kosmetik saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia sebagai penunjang penampilan. Ada berbagai bentuk kosmetik seperti
kosmetik pembersih, pelembab, pelindung dan juga dekoratif. Semakin
berkembangnya jaman, kosmetik yang bersifat memperbaiki atau menyembuhkan
makin populer dipasaran (Tranggono, 2007).
Secara garis besar kosmetik sebagai pengobatan diformulasikan untuk
mengatasi kelainan kulit sebagai kosmetik pengobatan untuk mengatasi penuaan
kulit (penuaan kulit yang belum waktunya atau penuaan dini) dan kosmetik untuk
pengobatan mengatasi kelainan kulit, terutama jerawat dan munculnya noda hitam
(hiperpigmentasi) (Tranggono, 2007).
Munculnya slogan back to nature sekarang semakin marak melanda
dunia kecantikan, ditandai dengan munculnya produk - produk kosmetik yang
menggunakan bahan-bahan alami (tradisional). Produk kosmetik organik diklaim
lebih aman bagi kulit maupun bagi lingkungan dan kelebihan lain dari produk
kosmetik organik adalah bebas dari zat pewarna, parfum serta pengawet yang
dapat menimbulkan alergi pada kulit (Utami, 2013).
Tak terkecuali di Indonesia slogan back to nature juga marak
diperkenalkan sekitar tahun 90an. Inti dari slogan tersebut ialah menghimbau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
agar memanfaatkan potensi alam yang sudah tersedia dalam dunia pengobatan dan
kosmetik (Pamungkas, 2010).
Kacang hijau dengan nama latin V. radiata merupakan salah satu contoh
tanaman yang digunakan sebagai bahan kosmetik tradisiomal, contohnya seperti
masker dan lulur yang sudah tersebar dipasaran. Kacang hijau memiliki
bioaktivitas berupa antioksidan, antibakteri, anti-inflamasi, antihipertensi,
antitumor, dll (Tang, Dong, Ren, Li, He, 2014). Efek biologis tersebut tentunya
mendukung kacang hijau untuk dimanfaatkan menjadi kosmetik. Maka dalam
penelitian ini peneliti ingin membuktikan secara ilmiah efek khasiat dari kacang
hijau sebagai kosmetik alam atau tradisional, aktivitas yang akan diteliti dalam
peneliti ini adalah terkait aktivitas penangkapan radikal bebas sebagai aktivitas
penangkal penuaan kulit, aktivitas UV protection sebagai aktivitas penangkal
terjadinya hiperpigmentasi kulit, dan aktivitas antibakteri sebagai aktivitas
penangkal munculnya jerawat. Menurut Tranggono (2007), ketiga aktivitas
tersebut merupakan komponen aktivitas yang berperan penting dalam formulasi
kosmetik pengobatan.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
a. Apakah ekstrak kacang hijau memiliki aktivitas penangkapan radikal
bebas, UV protection dan antibakteri secara kualitatif ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
b. Golongan senyawa apa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
penangkapan radikal bebas, UV protection dan antibakteri ekstrak
kacang hijau ?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, penelitian mengenai kacang hijau (V.
radiata) pernah dilakukan oleh Tang, Dong, Ren, Li, He (2014) melakukan
penelitian terkait tinjauan fitokimia, perubahan metabolit, dan penggunaan kacang
hijau sebagai obat dan makanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kacang
hijau memiliki fungsi antioksidan, antimikroba, anti-inflamasi, efek antidiabetes,
antihipertensi, antitumor dan antiseptis. Metode analisis antioksidan yang
digunakan metode DPPH dan untuk metode uji antimikroba digunakan metode
difusi agar.
Penelitian lain tentang kacang hijau pernah dilakukan oleh Anwar, Latif,
Przybylski, Sultana, Ashraf (2007) menentukan komposisi kimia dan aktivitas
antioksidan dari berbagai benih kacang hijau. Menunjukkan bahwa kacang hijau
adalah sumber asam lemak, mineral, dan tokoferol yang baik. Selain itu, peneliti
melakukan penelitian terkait aktivitas antioksidan dan penentuan total phenolic
contents (TPC), hasil penelitian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa kacang
hijau memiliki aktivitas antioksidan.
Priya, Laksmi, Banu, Gopalakrishnan, Dhanalakshmi, Sagadevan,
Manimaran, Arumugam (2012) melakukan penelitian terkait skrining fitokimia
dan aktivitas antibakteri kacang hijau terhadap bakteri patogen yang terlibat dalam
pembusukan makanan dan penyakit makanan. Metode uji potensi antibakteri yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
digunakan adalah menggunakan metode difusi sumuran agar dengan
menggunakan bakteri patogen pada makanan seperti Escherichia coli, Salmonella
typhi, Klebsiella pneumoniae, Proteus vulgaris and Streptococcus faecalis.
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah metanol, etil asetat, dan n-
heksana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol memiliki
aktivitas antibakteri terhadap hampir semua patogen uji. Tes fitokimia secara
kualitatif dan hasil kromatografi lapis tipis ekstrak metanol menunjukkan adanya
kandungan glikosida, steroid, fenol, saponin, alkaloid dan flavonoid.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
penelitian ini menggunakan kacang hijau dari PT. SUPER INDO. Kemudian
proses pembuatan simplisia kacang hijau dilakukan, pembuatan ekstrak etanolik
kacang hijau dengan etanol 90% v/v, dilanjutkan dengan melakukan kromatografi
lapis tipis (KLT) terhadap ekstrak kacang hijau dengan menggunakan fase gerak
yang telah dioptimasi. Selanjutnya, hasil pemisahan kromatografi lapis tipis
(KLT) ekstrak kacang hijau tersebut di uji secara kualitatif aktivitas penangkap
radikal bebas, UV protection, dan antibakteri. Senyawa aktif hasil uji kualitatif
kemudian diisiolasi dengan kromatografi kolom, kemudian isolat senyawa aktif
tersebut diuji secara kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas dengan
penyemprotan 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH), aktivitas UV protection
dengan inhibition of bleaching of 𝛽-carotene dan aktivitas antibakteri dengan
metode disc diffusion.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Manfaat
a. Manfaat teoritis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan tentang aktivitas penangkapan radikal bebas, UV protection,
dan antibakteri ekstrak kacang hijau secara kualitatif.
b. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang aktivitas penangkapan radikal bebas, UV protection, dan
antibakteri dari ekstrak kacang hijau secara kualitatif sehingga mampu
menunjukkan kefektifannya sebagai kosmetik tradisional.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas, UV
protection dan antibakteri ekstrak kacang hijau sebagai bukti
keefektifannya sebagai kosmetik tradisional.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui aktivitas penangakapan radikal bebas, UV protection, dan
antibakteri dari isolat senyawa aktif ekstrak kacang hijau secara
kualitatif.
b. Melakukan isolasi dan identifikasi senyawa yang bertanggung jawab
terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas, UV protection dan
antibakteri ekstrak kacang hijau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kacang Hijau (Vigna radiata( L.) R. Wilczek)
1. Klasifikasi tanaman
Menurut United States Department of Agriculture (2014) klasifikasi
tanaman kacang hijau, sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Order : Fabales
Familly : Fabaceae
Genus : Vigna
Species : Vigna radiata (L.) R. Wilczek
Menurut Plant Resources of South-East Asia (2015) sinonim dari Vigna
radiata (L.) R. Wilczek , yaitu : Phaseolus radiatus L. (1753).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Nama lain yang dimiliki kacang hijau adalah sebagai berikut.
Inggris : mung bean, bean sprouts, green gram, golden gram
Perancis : haricot mungo
(Munro dan Small, 1997).
2. Deskripsi tanaman kacang hijau
Kacang hijau merupakan tanaman pendek bercabang tegak. Bagian tubuh
dari tanaman kacang hijau, yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Akar,
berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua, yaitu percabangan
banyak dan akar dengan sedikit cabang (Purwono, 2012).
Batang, bentuk akar bulat dan berbuku-buku. Berukuran kecil, berbulu,
hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai
daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang saling berhadapan
dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Ketinggian batang bisa mencapai 1
meter (Purwono, 2012).
Daun, berupa daun majemuk terdiri dari tiga anak daun setiap tangkai.
Helaian daun berbentuk oval dengan ujung yang lancip dan berwarna hijau muda
hingga hijau tua. Letak daun berseling. Tangkai daun lebih panjang dari daunnya
sendiri (Purwono, 2012).
Bunga, berbentuk seperti kupu-kupu berwarna kuning kehijau-hijauan
atau kuning pucat. Berupa bunga hermaprodit, proses penyerbukan terjadi pada
malam hari, sehingga bunga akan mekar pada pagi hari dan layu pada sore hari
(Purwono, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Buah, berbentuk polong. Panjang polong 5 - 16 cm, setiap polong berisi
10 - 15 biji. Polong berbentuk bulat silindris dengan ujung agak runcing atau
tumpul. Polong yang masih muda berwarna hijau, setelah tua menjadi menghitam,
polongnya memiliki bulu-bulu halus (Purwono, 2012).
Biji, berbentuk bulat, memiliki bobot 0,5 – 0,8 mg, kulitnya hijau berbiji
putih (Purwono, 2012).
3. Kandungan kimia kacang hijau
Kandungan dari kacang hijau, yaitu protein, polyphenol, polypeptides,
polysaccharides, enzym, peptides, phytosterol, amino acids, flavone, isoflavone,
flavonoids, isoflavonoids (Tang, Dong, Ren, Li, He, 2014).
Selain itu juga kacang hijau merupakan penyedia kandungan fatty acids,
minerals, dan tocopherols (Anwar, Latif, Przybylski, Sultana, Ashraf, 2007).
Kacang hijau mengandung isoflavon, yang memiiki struktur kimia hampir
sama dengan estrogen, isoflavon sering disebut fitoestrogen atau estrogen nabati
(Iswandari, 2006).
B. Antioksidan
1. Definisi antioksidan
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang berperan dalam menghambat
oksidasi yang diperantarai oksigen. Senyawa antioksidan memegang peranan
penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit. Hal tersebut disebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
senyawa antioksidan dapat mencegah pengaruh buruk yang disebabkan oleh
radikal bebas (Percival, 1998).
Sistem antioksidan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
enzimatik dan bukan enzimatik. Antioksidan enzimatik terdiri dari superoxide
dismutase (SOD), catalase dan glutathione peroxidase. Antioksidan bukan
enzimatik terdiri dari vitamin E, vitamin A, provitamin A (β-karoten), dan vitamin
C. Antioksidan enzimatik secara alamiah dihasilkan oleh tubuh sedangkan
antioksidan bukan enzimatik diperoleh dari luar tubuh (Fouad, 2005).
Berdasarkan cara kerjanya, antioksidan dibagi menjadi antioksidan primer,
antioksidan sekunder, dan antioksidan tersier. Suatu senyawa dikatakan sebagai
antioksidan primer, apabila dapat memberikan atom hidrogen secara cepat kepada
senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yang terbentuk segera berubah
menjadi senyawa yang lebih stabil (Winarsi, 2007). Antioksidan primer bekerja
dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru, atau mengubah
radikal bebas yang telah terbentuk menjadi molekul yang kurang reaktif (Winarsi,
2007).
Antioksidan sekunder disebut juga sistem pertahanan preventif.
Pembentukan senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara pengkelatan metal,
atau jika sudah terbentuk, senyawa itu dirusak. Kerja sistem antioksidan sekunder,
yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau
dengan cara menangkapnya. Antioksidan sekunder meliputi vitamin E, vitamin C,
karoten, flavonoid (Winarsi, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Antioksidan tersier bekerja dengan memperbaiki jaringan sel – sel yang
sudah rusak akibat radikal bebas (Winarsi, 2007).
2. Metode penangkapan radikal DPPH
Radikal 2, 2- diphenyl-1- picrylhidrazyl (DPPH) memiliki absorpsi
maksimal pada 517nm, yang akan menurun dengan adanya reaksi dengan radikal
scavenger. Perubahan warna yang terjadi dapat diamati dengan menggunakan uji
KLT, pelat KLT hasil elusi yang telah kering akan disemprotkan dengan larutan 0,2%
b/v (DPPH) dalam metanol. Senyawa aktif (free-radical scavenging) nampak dengan
adanya bercak kuning hingga putih dengan latar ungu (Marston, 2011).
Senyawa yang beraksi sebagai penangkal radikal bebas akan mereduksi
DPPH yang dapat diamati dengan adanya perubahan warna DPPH dari meredam
menjadi kuning. Perubahan warna terjadi ketika elektron ganjil dari radikal DPPH
telah berpasangan dengan hidrogen dari senyawa penangkal radikal bebas yang akan
membentuk DPPH-H tereduksi (Molyneux, 2004).
Gambar 1. Reaksi 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil radical (DPPH) dengan radical
scavengers (Marston, 2011)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
C. UV protection
1. Definisi UV protection
UV protection atau tabir surya berfungsi untuk melindungi kulit dari
iritasi yang disebabkan oleh sinar ultraviolet, seperti kulit pucat, muncul
kemerahan, terkelupas, muncul noda hitam. Dampak dari sinar ultraviolet tidak
hanya didapat dari luar ruangan, aktivitas diluar ruangan pun mampu membuat
dampak kulit terpapar sinar ultraviolet dari efek pencahayaan lampu, komputer,
maupun alat-alat elektronik lainnya (Oktoviana, 2006).
2. Metode inhibition of bleaching of 𝜷-carotene
𝛽-karoten merupakan anggota golongan tetraterpen (C40), senyawa ini
mudah menyerap sinar UV secara kuat. β − karoten merupakan antioksidan kuat
dan lebih mudah teroksidasi daripada molekul biologis, seperti asam nukleat dan
protein (Heinrich, Barnes, Gibbons, Williamson, 2005). Metode 𝛽-karoten adalah
metode yang digunakan untuk memperkirakan kemampuan relatif dari ekstrak
terhadap oksidasi dari asam linoleat yang akan mengoksidasi 𝛽-karoten dalam
emulsi. Akibat dari adanya oksidasi oleh asam linoleat ini maka 𝛽-karoten akan
kehilangan warna karena putusnya ikatan rangkap sehingga terjadi perubahan
warna (Miguel, 2010).
Terdapat beberapa macam jenis 𝛽-carotene bleaching test, yaitu :
a. Metode inhibition of bleaching of 𝛽-carotene
Metode ini menggunakan reagen semprot, yaitu 0,05% b/v larutan 𝛽-
karoten dalam kloroform, kemudian akan disemprotkan pada pelat KLT hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
elusi yang telah kering. Perubahan warna pada pelat KLT tersebut dapat terjadi 12
jam pada suhu ruang atau diletakkan dibawah sinar UV 366 nm. Senyawa aktif
ditunjukkan dengan bercak kuning hingga jingga pada latar putih (Marston, 2011).
b. Metode inhibition of bleaching of 𝛽-carotene induced by autooxidation of
linoleic acid
Metode ini menggunakan reagen semprot campuran antara linoleic acid
dalam etanol dan 𝛽-karoten dalam kloroform, yang akan disemprotkan pada pelat
KLT kering hasil elusi. Setelah dijemur di bawah sinar matahari, aktivitas
antioksidan akan ditunjukkan dengan adanya bercak jingga pada latar putih
(Marston, 2011).
D. Antibakteri
1. Definisi antibakteri
Antibakteri merupakan substansi yang menghambat atau membunuh
bakteri atau mikroorganisme lain (organisme mikrospik termasuk bakteri, jamur,
virus, protozoa, riketsia, dll). Secara teknik, istilah antibiotik mengacu pada suatu
zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang menghambat atau membunuh
mikroorganisme yang lain (Kee, 1993).
Bakteriostatis merupakan penghambatan pertumbuhan atau multiplikasi
suatu bakteri, sedangkan bakterisidal bersifat membunuh bakteri tertentu. Kaitan
dengan istilah tersebut, terdapat istilah kadar hambat minimum (KHM) yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kadar minimum yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba, dan
kadar bunuh minimum (KBM) yaitu kadar minimum yang diperlukan untuk
membunuh mikroba (Nugroho, 2012).
2. Metode bioautografi
Metode bioautografi dapat digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri
dan antikapang sekaligus mendeteksi golongan senyawa. Bioautografi dibedakan
menjadi bioautografi kontak, bioautografi agar overlay, dan bioautografi
langsung. Bioautografi kontak dilakukan dengan menempelkan kromatogram
pada media padat berisi bakteri uji. Senyawa dengan aktivitas antibakteri
ditunjukkan dengan daerah jernih ( Kusumaningtyas, 2008).
Metode bioautografi merupakan suatu metode yang serupa dengan metode
difusi agar. Pada kontak bioautografi, pelat KLT hasil elusi yang telah kering
akan ditempatkan pada agar yang telah diinokulasikan bakteri selama beberapa
menit atau jam untuk meperkenankan terjadinya proses difusi. Selanjutnya pelat
KLT tersebut akan dilepaskan dan dilakukan proses inkubasi agar (Choma dan
Grzelak, 2011).
Metode bioautografi dapat mendeteksi komponen aktif pada ekstrak
tanaman. Teknik bioautografi dapat menunjukkan secara visual bahwa adanya
penghambatan ditandai dengan daerah jernih pada pertumbuhan bakteri, inilah
yang mampu digunakan sebagai pemandu adanya senyawa aktif pada ekstrak.
KLT hasil elusi yang telah kering, kemudian dilapisi diatas agar yang telah
dikulturkan bakteri dan ditinggal selama 1 malam pada suhu 37°C. Pelat KLT
dibuat duplikat: satu digunakan sebagai acuan kromatogram dan satunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
digunakan untuk bioautografi. Area penghambatan kemudian dibandingkan
dengan Rf dari bercak pelat KLT acuan (Chomnawang, Surassmo, Wongsariya,
Bunyapraphatsara, 2009).
Bioautografi pada pelat kromatografi lapis tipis (KLT) dimaksudkan untuk
mendeteksi aktivitas biologi dari sampel yang bermigrasi pada pelat KLT dengan
menggunakan fase gerak yang cocok. Metode ini hanya membutuhkan jumlah
sampel yang sedikit dan cocok untuk pengujian komponen tanaman dan dapat
digunakan untuk mengarahkan target isolasi pada komponen tersebut (Marston,
2011).
3. Metode difusi
Metode difusi merupakan metode penentuan aktivitas didasarkan pada
kemampuan difusi dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah
diinokulasikan dengan mikroba uji. Hasil pengamatan berupa ada atau tidaknya
zona hambatan yang akan terbentuk disekeliling zat antimikroba pada waktu
tertentu masa inkubasi (Brooks, Butel, Carrol, Morse, 2007).
Cara cakram (disc) merupakan metode difusi yang paling sering
digunakan untuk menentukan kepekaan kuman terhadap berbagai macam obat-
obatan. Cara ini menggunakan cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi
sebagai tempat menampung zat antimikroba. Paper disc tersebut kemudian
diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasikan mikroba uji, kemudian
diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum
dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil yang dapat diamati setelah inkubasi
selama 18-24 jam dengan suhu 37°C. Hasil pengamatan berupa ada atau tidaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
daerah bening yang terbentuk disekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona
hambat pada pertumbuhan bakteri (Pelczar dan Chan, 1988).
Menurut Greenwood cit. Mulyadi, Wuryanti, Ria (2013), respon
hambatan pertumbuhan bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel I. Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri
Diameter zona bening Respon hambatan pertumbuhan
>20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
<10 mm Kurang efektif
E. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu peristiwa perpindahan massa zat aktif yang
semula berada di dalam sel kemudian ditarik oleh cairan penyari. Pada umumnya
ektraksi akan bertambah baik jika permukaan simplisia yang bersentuhan dengan
penyari semakin luas (Harborne, 1987).
Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan (Dirjen POM,
1995). Untuk mendapatkan senyawa yang khas (zat aktif) dalam suatu tumbuhan,
diperlukan metode ekstraksi yang tepat. Pemilihan metode ekstraksi tergantung
pada sumber bahan alami dan senyawa yang akan diisolasi tersebut (Harborne,
1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dalam memilih penyari, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan.
Cairan penyari yang baik harus memiliki kriteria berikut ini.
(1) Murah dan mudah diperoleh,
(2) stabil secara fisika dan kimia,
(3) tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar,
(4) selektif,
(5) tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan
(6) diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku (Depkes RI, 1986).
Metode penyarian yang digunakan tergantung dari wujud dan kandungan
zat dari bahan yang disari. Cara penyarian dapat dibedakan menjadi: infundasi,
maserasi, perkolasi, dan penyarian yang berkesinambungan (Depkes RI, 1986).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk daun dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan diluar dan di dalam sel. Maserasi dengan mesin pengaduk yang
berputar terus menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6
sampai 24 jam (Depkes RI, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
F. Kromatografi
1. Definisi kromatografi lapis tipis (KLT)
Kromatografi merupakan proses pemisahan yang mana analit-analit dalam
sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam
berupa bahan padat ataupun porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk
cairan yang dilapiskan dalam dinding kolom. Dalam kromatografi cair, fase gerak
yang digunakan selalu cair (Rohman, 2009).
Kromatografi lapis tipis (KLT) terdiri atas fase diam dan fase gerak. Fase
diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang
didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Penjerap yang
paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa. (Rohman, 2009). Fase
gerak kromatografi lapis tipis digunakan sebagai pelarut pengembang yang akan
bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara
menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara
menurun (descending) (Gandjar dan Rohman, 2007). Mekanisme sorpsi-desorpsi
yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorbsi (Rohman, 2007).
Perlu adanya optimasi fase gerak dalam kromatografi lapis tipis. Sistem
yang paling sederhana menggunakan 2 pelarut organik karena daya elusi
campuran kedua pelarut ini mudah diatur sehingga pemisahan dapat terjadi secara
optimal.
Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam optimasi fase gerak,
yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1) Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang tinggi, karena KLT
merupakan teknik yang sensitif
2) Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf
solut terletak diantara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan
3) Pemisahan dengan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak
akan menentukan kecepatan migrasi solut sehingga menentukan nilai Rf
4) Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik menggunakan campuran
pelarut sebagai fase gerak seperti campuran air dan methanol dengan
perbandingan tertentu (Rohman, 2009).
Perlu adanya deteksi terhadap bercak hasil pemisahan KLT, karena pada
umumnya bercak pemisahan KLT tidak berwarna. Deteksi secara kimia yang
biasa digunakan dengan menggunakan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan
sehingga bercak terlihat jelas. Deteksi secara fisika dapat dilakukan dengan
menampakkan bercak dengan fluoresensi dibawah sinar ultraviolet, untuk
senyawa yang dapat berfluoresensi akan membuat bercak terlihat lebih jelas.
Berikut ini adalah cara-cara kimiawi mendeteksi bercak hasil pemisahan
KLT:
1) Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan
bereaksi secara kimia dengan seluruh solut yang mengandung gugus fungsional
tertentu sehingga bercak menjadi berwarna. Pemanasan terkadang dibutuhkan
untuk mempercepat reaksi pembentukan warna dan intensitas warna bercak
2) Mengamati lempeng KLT dibawah lampu ultraviolet yang dipasang pada
panjang gelombang emisi 254 atau 366 nm untuk menampakkan solut sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
bercak yang gelap atau bercak yang berflouresensi terang pada dasar yang
berflouresensi seragam
3) Menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu
dipanaskan untuk mengoksidasi solut-solut organik yang akan nampak sebagai
bercak hitam sampai kecoklatan
4) Memaparkan lempeng dengan uap iodium dalam chamber tertutup.
5) Melakukan scanning pada permukaan lempeng dengan densitometer
(Rohman, 2009).
Kromatografi lapis tipis (KLT) bila dikombinasikan dengan metode
deteksi biologis dan kimia, merupakan teknik yang efektif dan tidak mahal untuk
pengujian ekstrak tanaman. Kombinasi KLT dengan metode deteksi biologi,
dikenal sebagai KLT bioautografi (Marston, 2011).
KLT umumnya digunakan untuk menentukan komponen dalam
campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya reaksi, menentukan
efektifitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai dan memantau
kromatografi kolom, melakukan screening untuk obat (Gandjar dan Rohman,
2007).
2. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom merupakan metode pemisahan menggunakan kolom
gelas diisi dengan adsorben yang dilewatkan oleh suatu desorben berupa larutan
campuran. Masing-masing komponen akan dipisahkan dalam kolom yang diatur
dengan afinitas adsorpsi setiap komponen (Lazo, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Dalam melakukan kromatografi kolom, kolom kaca vertikal diisi merata
dengan adsorben dalam jumlah yang tepat. Selanjutnya, desorben dituangkan ke
dalam kolom dan melewati adsorben. Masing-masing senyawa dijerap pada
ketinggian yang berbeda tergantung pada afinitas adsorpsi tiap komponen. Pada
tahap ini, bagian komponen yang telah diserap masih belum benar-benar terpisah.
Namun, jika desorben sesuai dituangkan ke dalam kolom, komponen yang telah
dijerap pada adsorben larut dalam desorben dan mulai bergerak ke bawah dalam
kolom. Setiap komponen bergerak menuju bagian bawah kolom, tingkat migrasi
tiap komponen berbeda, sesuai dengan afinitas adsorpsi setiap komponen.
Komponen di lapisan bawah bergerak lebih cepat, dan pada akhirnya, masing-
masing komponen akan dipisahkan secara jelas (Lazo, 1999).
Jika bahan yang dipisahkan merupakan campuran pigmen, akan ada zona
berwarna di ketinggian yang berbeda pada kolom yang diisi dengan adsorben.
Zona berwarna disebut kromatogram (Lazo, 1999).
Tanpa melepas adsorben dari kolom, desorben dituangkan berturut-turut
dari atas. Masing-masing zona yang dielusi dengan desorben akan larut ke
dalamnya dan menetes ke bawah kolom satu per satu. Cairan kemudian dapat
dikumpulkan dari bagian bawah kolom saat mereka menetes keluar (Lazo, 1999).
Pelarut murni atau sistem pelarut tunggal dapat digunakan untuk
mengelusi semua komponen. Selain itu, sistem gradien pelarut juga digunakan.
Pada elusi gradien, polaritas sistem pelarut ditingkatkan secara perlahan dengan
meningkatkan konsentrasi pelarut ke yang lebih polar. Pemilihan pelarut eluen
tergantung pada jenis adsorben yang digunakan dan kemurnian senyawa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dipisahkan. Pelarut harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Keberadaan
pengganggu seperti air, alkohol, atau asam pada pelarut yang kurang polar akan
mengganggu aktivitas adsorben (Braithwaite and Smith, 1995).
G. Landasan Teori
Kacang hijau dengan nama latin Vigna radiata (L.) R.Wilczek
merupakan tanaman pendek bercabang tegak tersusun atas akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji.
Berdasarkan penelitian Anwar, Latif, Przybylski, Sultana, Ashraf (2007),
kacang hijau merupakan sumber asam lemak, mineral, dan tokoferol. Penelitian
yang dilakukan oleh Tang, Dong, Ren, Li, He (2014), menunjukkan bahwa
kacang hijau memiliki beberapa metabolit sekunder, yaitu polyphenol,
polypeptides, polysaccharides, enzym, phytosterol. Metabolit sekunder tersebut
berdampak pada bioaktivitas kacang hijau, yaitu aktivitas antioksidan, antibakteri,
anti-inflamasi, antidiabetes, antihipertensi, antitumor dan antiseptis.
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :
Ekstrak kacang hijau memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksploratif .
B. Bahan dan Materi Penelitian
1. Bahan penelitian
a. Bahan utama berupa kacang hijau (Vigna radiata (L.) R. Wilczek) yang
berasal dari PT. SUPER INDO, dengan batch number: 8-993408-010226.
b. Bahan kimia yang digunakan meliputi DPPH pro analitik dan β-karoten
pro analitik yang diperoleh dari Sigma Chem. Co., USA. Etanol, n-heksana,
kloroform, metanol, asam sulfat, barium klorida, NaCl pro analitik yang
diperoleh dari Merck, Germany. Akuades yang diperoleh dari Brataco
Chemica. Reagen Dragendorff, AlCl3, FeCl3, sitroborat, vanilin sulfat
diperoleh dari Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Universitas Sanata
Dharma. Silika gel 60 F254 for thin layer chromatography dan silika gel 60
(0,040-0,063 mm) for column chromatography dari Merck, Germany. Bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang berasal dari. Laboratorium
Balai Kesehatan Yogyakarta. Amoksisilin diperoleh dari PT. Indofarma.
Media agar yang digunakan trypticasein soy broth (TSB) dari Agarindo
Biological Company, Agar No.1 diperoleh dari Oxoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2. Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa micro haematocrit
tubes, light meter (Lutron), lampu UV 254 nm, lampu UV 366 nm, sentrifuge,
vortex (junke & kunkel), mikropipet 10-1000 μL; 1-10 mL (Socorex), neraca
analitik (Scaltec SBC 22, BP 160P), vacuum rotary evaporator (Buchi),
blender, kertas saring, tabung reaksi bertutup dan alat-alat gelas yang lazim
digunakan di laboratorium analisis (Pyrex-Germany dan Iwaki), frezzer,
Autoclave (YX-400Z), oven (WTB binder).
C. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi sampel
Determinasi biji kacang hijau dilakukan di Bagian Biologi Farmasi,
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Determinasi sampel
ini memastikan bahwa sampel yang digunakan untuk penelitian benar-benar
kacang hijau (Vigna radiata (L.) R. Wilczek).
2. Pengumpulan dan penyiapan bahan
a. Pengumpulan bahan
Kacang hijau yang digunakan diperoleh dari PT. SUPER INDO. Bagian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kacang hijau.
b. Sortasi basah
Bahan baku dipisahkan dari bahan-bahan pengganggu seperti tanah,
kerikil, rumput, bagian tanaman yang tidak dibutuhkan (ranting dan bunga),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
bagian dari tanaman lain (tangkai, daun, bunga dan biji inang), bahan yang
rusak dan lain-lain.
c. Pencucian
Biji kacang hijau dicuci dengan cara menggunakan air mengalir sambil
dibersihkan kotoran yang melekat pada biji kacang hijau. Pencucian ini
dilakukan sebanyak 3 kali.
d. Pengeringan
Biji kacang hijau yang masih basah dikeringanginkan dengan cara
pengeringan adalah bahan dihamparkan di atas tampah secara merata dan
ditutup dengan kain hitam yang diberi sedikit ruang sirkulasi udara dibawah
sinar matahari. Akhir pengeringan ditandai dengan warna kacang hijau menjadi
lebih gelap dari sebelum dijemur.
e. Sortasi kering
Biji kacang hijau yang sudah kering dipisahkan dari bahan-bahan
pengganggu seperti tanah, kerikil, bahan yang rusak dan lain-lain.
f. Penyerbukan
Biji kacang hijau dibuat menjadi serbuk dengan menggunakan blender.
g. Pengepakan dan penyimpanan
Serbuk biji kacang hijau kemudian dibungkus dengan menggunakan
wadah kedap udara. Penyimpanan dilakukan di suhu ruangan ditambahkan
silika gel (penyerap lembab) pada wadah penyimpanan serbuk simplisia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
h. Susut pengeringan simplisia kacang hijau
Bobot tetap dilakukan terhadap cawan petri yang akan digunakan, oven
disiapkan dengan suhu 105°C, selama 60 menit. Setelah didapatkan bobot tetap
petri, ditimbang 1 g serbuk simplisia kacang hijau dan direplikasi 3 kali.
Cawan berisi serbuk simplisia kacang hijau tersebut kemudian dipanaskan
dalam oven dengan suhu 105°C hingga diperoleh bobot tetap.
i. Penyiapan simplisia kulit dan keping biji kacang hijau
Kacang hijau yang digunakan diperoleh dari PT. SUPER INDO. Tahap
penyiapan simplisia dilakukan sama dengan tahap pembuatan simplisia pada
biji kacang hijau, yang dibedakan adalah adanya tahap pemisahan antara kulit
kacang dengan keping biji kacang hijau. Kemudian kulit dan keping biji
kacang hijau tersebut dilakukan pengeringan, sortasi basah, penyerbukan,
penyimpanan dan pengepakan seperti tahap pembuatan simplisia kacang hijau.
3. Ektraksi
a. Ekstraksi kacang hijau
Biji kacang hijau yang telah menjadi serbuk ditimbang sebanyak 1,0 kg
dan dimasukkan ke dalam bejana maserasi, ditambah pelarut pertama, yaitu
etanol 90% v/v sampai terendam sempurna, dan dicampur homogen. Campuran
dimaserasi pada suhu ruangan selama satu hari. Filtrat diperoleh melalui
penyaringan dengan menguapkan dengan rotary evaporator, diuapkan hingga
menjadi ekstrak kental.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
b. Ektraksi kulit dan keping biji kacang hijau
Simplisia kulit dan keping biji kacang hijau yang telah diserbuk
ditimbang masing-masing 100 g dan dimasukkan ke dalam bejana maserasi,
ditambah yaitu etanol 90% v/v sampai terendam sempurna, dan dicampur
homogen. Campuran dimaserasi pada suhu ruangan selama satu hari. Filtrat
diperoleh melalui penyaringan dengan menguapkan dengan rotary evaporator,
diuapkan hingga menjadi ekstrak kental.
c. Susut pengeringan ekstrak kacang hijau
Tiga cawan petri disiapkan, ditimbang dan dipanaskan dahulu hingga
bobot tetap pada oven dengan suhu 105°C. Silika yang telah dihaluskan
disiapkan, kemudian dipanaskan dahulu dalam oven. Saat 3 cawan petri
mencapai bobot tetap, ekstrak ditimbang ± 0,5 g (replikasi 3 kali) dan masing-
masing cawan berisi ekstrak tersebut ditambahkan ± 0,5 g silika. Ketiga cawan
petri tersebut kemudian dimasukkan dalam oven bersuhu 50°C, hingga bobot
tetap (selisih kadar air 0,25% b/b). Saat kadar air ekstrak lebih dari 10% b/b,
ekstrak dimasukkan dalam desikator dengan menggunakan batu gamping.
d. Pemerian ekstrak kacang hijau
Ekstrak kacang hijau diamati warna, bau, bentuk dan rasa.
4. Kromatografi lapis tipis ekstrak kacang hijau
a. Preparasi sampel
Lima mg ekstrak kacang hijau , dilarutkan dalam masing-masing dalam
etanol p.a 1 mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Optimasi fase gerak
Sampel ekstrak kacang hijau ditotolkan pada pelat KLT dengan jarak
elusi 5 cm (Wolf, 2012) dengan menggunakan pipa kapiler (3 spot penotolan
untuk 3 fase gerak), kemudian dielusi dengan 3 jenis fase gerak, yang dipilih
sesuai dengan acuan Wagner dan Bladt (1996), sebagai berikut.:
1) Fase gerak nonpolar = n-heksana : etil asetat (2:3 v/v)
2) Fase gerak semipolar = kloroform : metanol (7:3 v/v)
3) Fase gerak polar = etil asetat : asam formiat : asam asetat
glasial : air (100:11:11:20 v/v)
c. Deteksi secara fisik
Pelat KLT hasil elusi dikeringkan pada suhu ruang, kemudian pelat KLT
tersebut dideteksi menggunakan lampu UV 254 nm, hasil elusi dari ketiga fase
gerak tersebut kemudian dibandingkan dan dihitung nilai Rf hasil elusi.
5. Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas ekstrak kacang
hijau
a. Preparasi pereaksi semprot DPPH
Pereaksi DPPH dibuat 0,2% b/v dalam pelarut metanol, disimpan dalam
wadah gelap dan tertutup (Marston, 2011).
b. Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal dengan pereaksi DPPH
Pelat KLT hasil elusi yang telah kering disiapkan untuk disemprot
dengan pereaksi DPPH, hasil positif ditandai dengan adanya bercak kuning-
putih dengan latar ungu pada pelat KLT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
6. Identifikasi senyawa pada ekstrak kacang hijau dengan reagen
semprot
a. Preparasi sampel
Lima mg ekstrak kacang hijau, dilarutkan dalam masing-masing dalam
etanol p.a 1 mL, kemudian dielusi dengan fase gerak optimum.
b. Identifikasi senyawa dengan reagen semprot
Pelat KLT hasil elusi disiapkan untuk diidentifikasi senyawa dengan
menggunakan beberapa reagen semprot diantaranya yaitu, reagen
Dragendorff, AlCl3, FeCl3, sitroborat, vanilin sulfat, kemudian diamati dan
dihitung nilai Rf dari bercak yang terbentuk.
7. Uji perbandingan profil kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak
kacang hijau, ekstrak kulit kacang hijau, dan keping biji kacang hijau
a. Preparasi sampel
Lima mg ekstrak kacang hijau, kulit kacang hijau dan 5 mg ekstrak
keping biji kacang hijau dilarutkan dalam masing-masing dalam etanol p.a 1
mL.
b. Kromatografi lapis tipis ekstrak kulit dan keping biji kacang hijau
Sampel ekstrak kacang hijau, ekstrak kulit kacang hijau dan ekstrak
keping biji kacang hijau ditotolkan menggunakan pipa kapiler pada pelat
KLT dengan jarak elusi 5 cm. Kemudian pelat KLT tersebut dideteksi
menggunakan lampu UV 254 nm, dibandingkan dan dihitung nilai Rf hasil
elusi. Kemudian pelat tersebut disemprot dengan pereaksi DPPH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
8. Uji kualitatif aktivitas UV protection ekstrak kacang hijau
a. Preparasi pereaksi 𝛽 −karoten
Pereaksi 𝛽 −karoten dibuat 0,05% b/v dalam pelarut kloroform,
disimpan dalam wadah gelap dan tertutup (Marston, 2011).
b. Optimasi intensitas cahaya flouresensi
Pelat KLT kosong (tanpa elusi) disiapkan, kemudian pelat tersebut
dicelupkan dalam pereaksi 𝛽 −karoten dan warnanya diukur dengan
parameter warna. Pelat tersebut kemudian disinari dengan menggunakan
lampu UV dalam kotak flouresensi, perubahan warna yang terjadi diukur
dengan parameter warna pada tiap menit ke 1, 3, 6, 9, dan 15. Posisi dari
lampu UV diatur dalam posisi tinggi (100 cm), sedang (50 cm), rendah (35
cm) dan dihitung intensitas cahaya dengan alat light meter. Tiap posisi lampu
dilakukan uji dengan replikasi 5 kali. Perubahan warna yang terjadi dihitung
rata-rata dan SD.
c. Uji kualitatif UV protection (𝛽 −karoten bleaching test)
Pelat KLT hasil elusi yang telah kering dicelupkan dalam pereaksi
𝛽 −karoten, sebelum dimasukan dalam kotak flouresensi warna pelat KLT
tersebut diukur dengan menggunakan parameter warna. Pelat KLT tersebut
kemudian disinari sinar UV dalam kotak flouresensi hasil optimasi yaitu pada
ketinggian 50 cm dan dihitung intensitas sinar dengan alat light meter, diamati
pada tiap menit ke 1, 3, 6, 9, dan 15. Uji tersebut direplikasi 5 kali dan
perubahan warnanya dihitung raat-rata dan standar deviasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
9. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak kacang hijau
a. Pembuatan media TSB cair
Tiga g media TSB (30g/L) dilarutkan dalam 100 mL aquadest, diaduk
dengan batang pengaduk hingga homogen, kemudian media tersebut
diautoclave.
b. Pembuatan media agar
Tiga g media TSB (30g/L) ditambahkan 1,2% agar dilarutkan dalam 100
mL aquadest, diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen, kemudian
media tersebut diautoclave.
c. Pembuatan larutan Mc-Farland 0,5 (1,6 x 108 CFU)
Larutan Barium klorida 1,175% (b/v) 0,05 mL ditambahkan dengan 9,95
mL larutan 1% (b/v) asam sulfat (Schwalbe, Moore, Goodwin, 2007).
d. Pembuatan saline water 0,9% b/v
NaCl 0,9 g ditimbang dan dilarutan dalam 100 mL aquadest.
e. Preparasi bakteri uji
Bakteri uji yang digunakan adalah E.coli atau S.aureus. Kultur bakteri
induk dari media miring diambil 1 ose dan dikulturkan pada media TSB cair,
diinkubasi selama 18 jam.
f. Pembuatan larutan induk bakteri
Bakteri uji yang digunakan adalah E.coli atau S.aureus, deret larutan
standard Mc Farland disiapkan. Sebanyak 2 tabung dibuat, masing-masing
diisi dengan saline water 10 mL dan setarakan kekeruhannya menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
larutan standar Mc Farland 0,5 (konsentrasi mikroba 1,6 x 108 CFU/mL)
dengan penambahan bakteri uji.
g. Penyimpanan kultur bakteri
Sisa kultur bakteri yang belum digunakan untuk diuji, 0,5 mL diambil
dan dimasukkan dalam microtube. Gliserol 5% v/v ditambahkan dari 0,5 mL
kultur bakteri yaitu 25 x 10-3
mL pada masing-masing microtube,
dihomogenkan, diinkubasi selama 1 jam dalam inkubator bersuhu 37°C.
disimpan dalam frezzer.
h. Pembuatan kontrol kontaminasi media
Media agar sebanyak 15 mL diambil, dituang ke dalam petri steril secara
pour plate, dibiarkan memadat, diinkubasi selama 18 jam dan dibandingkan
dengan perlakuan.
i. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji
Media agar TSB sebanyak 15 mL diambil dalam tabung, dibiarkan
memadat. 100 µL bakteri diinokulasikan secara spreading. Inkubasi selama
18 jam dan dibandingkan dengan perlakuan.
j. Pembuatan kontrol positif
Media agar TSB sebanyak 15 mL diambil dalam tabung, dibiarkan
memadat. Sebanyak 100 mikroliter bakteri diinokulasikan secara spreading.
Amoksisilin 5 mg ditimbang dan dilarutkan dalam 1 mL aquadest, diambil
sebanyak 75;100;150 µg masing-masing dimasukkan dalam paper disk dalam
media agar yang telah diinokulasikan bakteri tersebut. Inkubasi selama 18
jam dan dibandingkan dengan perlakuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
d. KLT ekstrak kacang hijau
Pelat KLT dan 5 mg/mL ekstrak kacang hijau dalam etanol disiapkan
untuk ditotolkan sebanyak 75;100;150 µg dengan menggunakan mikropipet,
dielusi dengan fase gerak kloroform:metanol (7:3 v/v), pelat tersebut
kemudian dikeringkan pada suhu ruang (dibuat 2 kali replikasi sebagai acuan
dan sebagai pelat uji bioautografi).
e. Bioautografi
Pelat KLT hasil elusi yang telah kering, metode kontak dilakukan dengan
media agar yang telah diinokulasikan bakteri 100 µL secara spreading,
metode kontak dilakukan selama 40 menit, kemudian pelat KLT tersebut
diangkat Inkubasi selama 18 jam, hasil positif ditandai dengan adanya zona
hambat pada media tersebut.
10. Triturasi
a. Preparasi sampel triturasi
Ekstrak kacang hijau ditimbang 5 g, dicampurkan dan dihomogenkan
dengan 5 g sea sand yang telah dibersihkan, ditambahkan sedikit metanol, dan
didiamkan selama satu malam.
b. Triturasi dengan pelarut n-heksana
Hasil campuran sea sand dengan ekstrak kacang hijau kemudian
ditambahkan n-heksana 5 mL, divorteks, disentrifugasi, pelarut kemudian
diambil dan disaring. Penambahan n-heksana pada solut (campuran sea sand
dan ekstrak), divorteks, disentrifugasi, bagian pelarut diambil dan disaring,
diulangi 2 - 5 kali hingga pelarut menjadi bening. Pelarut tersebut kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dipekatkan sebagai hasil triturasi n-heksana. Campuran sea sand dan ekstrak
kemudian dikeringkan dari n-heksana pada suhu ruang selama 1 jam.
c. Triturasi dengan pelarut kloroform : metanol (7:3 v/v)
Campuran sea sand dan ekstrak yang telah kering kemudian ditambahkan
5 mL kloroform : metanol (7:3 v/v), divorteks, disentrifugasi, pelarut kemudian
diambil dan disaring. Penambahan n-heksana pada solut (campuran sea sand
dan ekstrak), divorteks, disentrifugasi, bagian pelarut diambil dan disaring,
diulangi 2-5 kali hingga pelarut menjadi bening. Pelarut tersebut kemudian
dipekatkan sebagai hasil triturasi kloroform : metanol (7:3 v/v). Campuran sea
sand dan ekstrak kemudian disimpan.
d. Uji Kromatografi lapis tipis (KLT) hasil triturasi
Ekstrak, hasil triturasi n-heksana, dan hasil triturasi kloroform: metanol
(7:3 v/v) disiapkan dalam kadar 5mg/mL dalam etanol. Kemudian ditotolkan
dalam pelat KLT masing-masing, dengan jarak elusi 5 cm dengan fase gerak
kloroform : metanol (7:3 v/v). Profil KLT dari ketiga kromatogram tersebut
diamati dan dideteksi dengan lampu UV 254 nm, 366 nm dan dilakukan
pengarangan dengan reagen semprot asam sulfat 5% v/v.
11. Kromatografi kolom
a. Preparasi sampel untuk uji kromatografi lapis tipis
Hasil triturasi n-heksana ditimbang 2,5 mg dilarutkan dalam 0,5 mL n-
heksana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Uji kromatogri lapis tipis (KLT) untuk optimasi fase gerak kolom
Hasil preparasi sampel ditotolkan pada pelat KLT, sejumlah 4 totol.
Disiapkan 4 fase gerak yaitu: n-heksana : kloroform (50:50 v/v), n-heksana :
kloroform (25:75 v/v), kloroform, dan kloroform : metanol (98:2 v/v),
kemudian pelat KLT tersebut dielusi dengan fase gerak tersebut dan diamati.
c. Preparasi sampel untuk kolom kromatografi
Hasil triturasi n-heksana sebanyak 300 mg ditimbang dan dicampurkan
dengan silika gel 60 untuk kolom kromatografi dengan perbandingan 1:1.
d. Preparasi kolom kromatografi
Kapas yang akan digunakan dibilas dahulu dengan n-heksana. Kolom
kromatografi disiapkan dengan susunan dari bawah yaitu, kapas, silika gel 60
untuk kolom kromatografi sekitar 3 cm, sampel yang telah dicampur dengan
silika gel 60 untuk kolom kromatografi sekitar 0,5 cm, silika gel 60 untuk
kolom kromatografi 1 cm, dan ditutup dengan kapas.
e. Kromatografi kolom gradien
Kolom kromatografi yang telah disiapkan, akan dialirkan beberapa fase
gerak dengan urutan sebagai berikut ini, yaitu, n-heksana : kloroform (50:50
v/v), (40:60 v/v), (30:70 v/v), (20:80 v/v), (10:90 v/v), kloroform (100),
kloroform : metanol (98:2 v/v), (96:4 v/v), (94:6 v/v), (92:8 v/v), (90:10 v/v),
masing-masing disiapkan 5 mL dan tiap 2 mL hasil gradien kolom
kromatografi ditampung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
f. Kromatografi lapis tipis (KLT) untuk konfirmasi hasil kromatografi
kolom gradien
Setiap 2 mL hasil kolom kromatografi dikumpulkan, KLT dilakukan dan
diamati profil KLT nya. Profil KLT hasil kolom kromatografi yang sama
disatukan, kemudian dipekatkan dan dihitung rendemen hasil.
g. Penyimpanan isolat
Isolat hasil pemekatan dilarutkan mengguanakan pelarut yang sesuai
dengan konsentrasi 1 mg/100 µL, kemudian dipekatkan dan disimpan dalam
freezer.
12. Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas isolat senyawa
ekstrak kacang hijau
a. Preparasi sampel
Isolat ekstrak kacang hijau disiapkan dengan konsentrasi masing-masing
1mg/mL dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
b. Kromatografi lapis tipis (KLT) isolat senyawa ekstrak kacang hijau
Sampel isolat di totolkan pada pelat kromatografi lapis tipis (KLT)
masing-masing isolat 10; 20; 30 µL, sehingga diperoleh mass loading, yaitu
10; 20; 30 µg pada pelat KLT tersebut, dielusi dengan jarak elusi 5 cm
menggunakan fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v) dan dikeringkan pada
suhu ruang.
c. Uji kualitatif penangkapan radikal bebas
Pelat KLT hasil elusi yang telah kering disiapkan untuk disemprot
dengan pereaksi DPPH 0,2% b/v dalam metanol, hasil positif ditandai dengan
adanya bercak kuning-putih dengan latar ungu pada pelat KLT. Perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
warna pada pelat KLT dari ungu menjadi kuning-putih diamati dan diukur
waktu perubahan warnanya.
13. Uji kualitatif aktivitas UV protection isolat senyawa ekstrak kacang
hijau
a. Preparasi sampel
Isolat ekstrak kacang hijau disiapkan dengan konsentrasi masing-masing
1mg/mL dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
b. Kromatografi lapis tipis (KLT) isolat senyawa ekstrak kacang hijau
Sampel isolat di totolkan pada pelat kromatografi lapis tipis (KLT)
masing-masing isolat 10; 20; 30 µL, sehingga diperoleh mass loading yaitu 10;
20; 30 µg pada pelat KLT tersebut, dielusi dengan jarak 5 cm menggunakan
fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v) dan dikeringkan pada suhu ruang.
c. Uji kualitatif UV protection
Pelat KLT hasil elusi yang telah kering dicelupkan dalam pereaksi
𝛽 −karoten 0,05% b/v dalam kloroform, sebelum dimasukan dalam kotak
flouresensi warna pelat KLT tersebut diukur dengan menggunakan parameter
warna. Pelat KLT tersebut kemudian disinari sinar UV dalam kotak flouresensi
hasil optimasi dan dihitung intensitas sinar dengan alat light meter, diamati tiap
menit ke 1, 3, 6, 9, dan 15.
14. Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat senyawa ekstrak kacang
hijau
a. Preparasi sampel
Isolat ekstrak kacang hijau disiapkan dengan konsentrasi masing-masing
1mg/mL dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
b. Pembuatan media agar
Media TSB sebanyak 3 g ditambahkan 1,2% b/v agar dilarutkan dalam
100 mL aquadest, diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen, kemudian
media tersebut diautoclave.
c. Pembuatan saline water 0,9% b/v
NaCl sebanyak 0,9 g ditimbang dan dilarutan dalam 100 mL aquadest.
d. Pembuatan larutan induk bakteri
Bakteri uji yang digunakan adalah S. aureus, disiapkan deret larutan
standard Mc Farland. Tabung diisi dengan saline water 10 mL dan setarakan
kekeruhannya dengan larutan standar Mc Farland 0,5 (konsentrasi mikroba 1,6.
108 CFU/mL).
e. Pembuatan kontrol kontaminasi media
Media agar sebanyak 15 mL diambil, dituang ke dalam petri steril secara
pour plate, dibiarkan memadat, diinkubasi selama 18 jam dan dibandingkan
dengan perlakuan.
f. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji
Media agar TSB sebanyak 15 mL diambil dalam tabung, dibiarkan
memadat. 100 mikroliter bakteri diinokulasikan secara spreading. Inkubasi
selama 18 jam dan dibandingkan dengan perlakuan.
g. Pembuatan kontrol positif
Media agar TSB sebanyak 15 mL diambil dalam tabung, dibiarkan
memadat. 100 mikroliter bakteri diinokulasikan secara spreading. Amoksisilin
5 mg ditimbang dan dilarutkan dalam 5 mL aquadest, diambil sebanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
5;7,5;10 µg masing-masing ditotolkan dalam paper disc dalam media agar
yang telah diinokulasikan bakteri tersebut. Inkubasi selama 18 jam dan
dibandingkan dengan perlakuan.
h. Uji kualitatif antibakteri
Isolat dengan konsentrasi 1 mg/mL disiapkan. Paper disc tersebut
diisikan isolat senyawa dengan mass loading 50;100;200 µg kemudian
dikeringkan pada petri steril, setelah kering diletakkan dalam media berkoloni
S. aureus. Selama 18 jam diinkubasi, hasil positif ditandai dengan adanya zona
hambat pada media tersebut.
15. Identifikasi senyawa dari isolat aktif ekstrak kacang hijau
a. Kromatografi lapis tipis (KLT) isolat ekstrak kacang hijau
Isolat ekstrak kacang hijau dalam konsentrasi masing-masing 1 mg/mL
disiapkan. Tiap isolat ditotolkan 10 µL pada pelat KLT, dielusi dengan jarak
elusi 5 cm, menggunakan fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v) dan
dikeringkan dalam suhu ruang.
b. Deteksi secara fisik
Pelat KLT hasil elusi dikeringkan pada suhu ruang, kemudian pelat KLT
tersebut dideteksi menggunakan lampu UV 254 nm dan 366 nm, hasil elusi
kemudian dibandingkan dan dihitung nilai Rf hasil elusi.
c. Indentifikasi senyawa dengan reagen semprot
Pelat KLT hasil elusi disiapkan untuk diidentifikasi senyawa dengan
menggunakan beberapa reagen semprot diantaranya yaitu, reagen Dragendorff,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
aluminium chloride (AlCl3), ferric chloride (FeCl3), vanilin sulfat, kemudian
diamati dan dihitung nilai Rf dari bercak yang terbentuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
16. Bagan alur penelitian
a. Bagan alur penelitian ekstrak kacang hijau
Kacang hijau
Simplisia kacang hijau
Ekstrak kacang hijau
Hasil triturasi
n-heksana
Uji aktivitas penangkapan
radikal bebas, UV protection
dan antibakteri secara
kualitatif
Hasil
triturasi
Kloroform :
metanol
(7:3)
Isolat
Bercak KLT ekstrak
kacang hijau yang aktif
Isolat aktif
Uji aktivitas penangkapan radikal
bebas, UV protection dan
antibakteri secara kualitatif
Proses pembuatan
simplisia
Ekstraksi :
- Maserasi
- Penyaringan
- Penguapan
- Pemekatan
Kromatografi kolom , dengan step
gradien
Metode
triturasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
b. Bagan alur penelitian ekstrak kulit dan keping biji kacang hijau
Kacang hijau
Kulit biji kacang
hijau
Keping biji kacang
hijau
Simplisia kulit biji
kacang hijau
Simplisia keping
biji kacang hijau
Ekstrak kulit biji
kacang hijau
Ekstrak keping biji
kacang hijau
Bagian kacang hijau yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas penangkapan radikal bebas kacang hijau
Pengupasan
kacang hijau
Proses pembuatan
simplisia
Ekstraksi
- Kromatografi lapis tipis
- Uji penangkapan radikal
bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Sampel
Determinasi sampel dilakukan dengan tujuan untuk memastikan
kebenaran identitas dari sampel yang akan digunakan, sehingga kemungkinan
kesalahan dalam pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian
dapat dihindari. Determinasi sampel dilakukan di Bagian Biologi Farmasi,
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Berdasarkan hasil determinasi menunjukkan sampel yang digunakan
adalah Phaseolus radiatus L. atau dikenal sebagai kacang hijau. Hal ini
dibuktikan dengan adanya surat determinasi (lampiran 1) yang dikeluarkan oleh
Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Namun berdasarkan Plant Resources of South-East Asia (2015)
disebutkan bahwa Vigna radiata L. merupakan nama sinonim dari Phaseolus
radiatus L. (1753). Saat ini beberapa lembaga seperti United States Departement
of Agriculture (2015) dan Plant Resources of South-East Asia (2015)
menyebutkan bahwa nama spesies dari kacang hijau adalah Vigna radiata L. ,
oleh sebab itu penulis menggunakan nama Vigna radiata L. sebagai nama spesies
dari kacang hijau dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
B. Hasil Pengumpulan dan Penyiapan Bahan
Kacang hijau yang digunakan diperoleh dari PT. Super Indo dengan
batch number : 8-993408-010226, pemilihan kacang hijau dibeli di supermarket
ini didasarkan karena penulis mengalami kesulitan menemukan petani kacang
hijau dan kacang hijau dengan kualitas yang bagus dipasaran.
Sortasi basah kemudian dilakukan pada kacang hijau tersebut untuk
memisahkan sampel kacang hijau dengan pengganggu seperti tanah, debu, dan
kacang hijau yang rusak. Selanjutnya pencucian dengan air mengalir dilakukan
untuk menghilangkan kotoran yang melekat di kacang hijau, dilanjutkan dengan
pengeringan kacang hijau. Proses pengeringan dilakukan dengan menghamparkan
kacang hijau pada tampah dan ditutupi kain hitam yang diberi sedikit ruang
sirkulasi udara dibawah sinar matahari, penggunaan kain hitam ini bermaksud
agar tidak terjadi kontak langsung dari matahari dan meratakan pemanasan ke
kacang hijau. Akhir pengeringan ditandai dengan perubahan warna menjadi lebih
gelap dari sebelum dijemur.
Setelah kacang hijau tersebut telah kering dilakukan sortasi kering, untuk
menghilangkan pengotor yang mungki mencemari saat proses pengeringan
berlangsung. Biji kacang hijau tersebut kemudian diserbuk dan disimpan dalam
wadah kedap udara dengan silika penyerap lembab untuk menjaga kelembapan
saat penyimpanan serbuk simplisia.
Proses susut pengeringan diakukan pada serbuk simplisia kacang hijau
untuk mengetahui kadar air pada simplisia. Prinsip dari susut pengeringan yaitu
pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105ºC selama 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
atau sampai berat konstan, yang dinyatakan dalam nilai prosen. Metode susut
pengeringan identik dengan kadar air, dalam keadaan apabila bahan tidak
mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap. Berdasarkan
uji susut pengeringan yang telah dilakukan didapatkan kadar air simplisia kacang
hijau yaitu 9,05 % b/b dengan hasil perhitungan terlampir (lampiran 3). Kadar air
tersebut sudah sesuai dengan ketentuan kadar air ≤ 10% b/b dalam Keputusan
Mentri Kesehatan RI NOMOR : 661/IMENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan
obat tradisional.
Dalam penelitian ini pembuatan simplisia kulit kacang hijau dan keping
biji kacang hijau juga dilakukan, proses diawali dengan pemisahan kulit kacang
hijau dengan isi keping biji kacang hijau. Kulit kacang hijau dan keping bijinya
kemudian melewati proses pembuatan simplisia yang sama dengan proses
simplisia kacang hijau, diawali dengan sortasi basah, pencucian, pengeringan,
sortasi kering, penyerbukan dan penyimpanan menggunakan wadah tertutup yang
telah diberi silika penyerap lembab.
C. Hasil Ekstraksi
1. Hasil ekstraksi kacang hijau
Ekstraksi merupakan proses perpindahan massa aktif yang awalnya berada
didalam sel, kemudian ditarik keluar dengan menggunakan cairan penyari,
sehingga terbentuk larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Simplisia yang telah diserbuk tersebut kemudian di ekstraksi
menggunakan etanol 90% v/v, alasan penggunaan etanol 90% v/v karena
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia edisi IV,
cairan penyari yang diperbolehkan adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Proses
penyarian pada industri obat tradisional saat ini masih terbatas pada penggunaan
cairan penyari air, etanol atau etanol-air. Selain itu, etanol tergolong pelarut yang
cenderung universal digunakan, walaupun polar tetap dapat menyari senyawa-
senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah.
Metode yang digunakan dalam ekstraksi adalah maserasi, proses ekstraksi
yang dilakukan dengan cara merendam simplisia selama beberapa waktu,
umumnya 24 jam dalam suatu wadah tertentu dengan menggunakan satu atau
campuran pelarut. Metode maserasi dipilih karena proses ekstraksi berlangsung
tanpa adanya proses pemanasan, sehingga kemungkinan adanya senyawa
flavonoid yang rusak akibat teroksidasi pada suhu tinggi dapat dihindari. Selain
itu, proses maserasi baik untuk isolasi senyawa bahan alam karena dengan adanya
proses perendaman bahan tumbuhan dapat menyebabkan pemecahan dinding sel
dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dengan
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan maksimal.
Proses maserasi dilakukan dengan diawali dengan memasukkan etanol
90% v/v sebagai cairan penyari pada labu erlenmeyer, dilanjutkan dengan
memasukkan serbuk simplisia, bertujuan agar seluruh permukaan serbuk simplisia
terbasahi secara merata tanpa terjadi pengendapan dibagian bawah labu. Maserasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
ini dilakukan juga dengan bantuan energi mekanik berupa shaker, bertujuan
untuk mengoptimalkan kontak antara pelarut dengan serbuk, sehingga serbuk
terbasahi merata dan akan mencegah terjadinya pengendapan. Adanya
pengendapan akan mengurangi daya untuk menyari senyawa pada serbuk, hal ini
karena kontak partikel dengan pelarut semakin kecil. Seusai proses maserasi
dilakukan tahap penyaringan, proses penyaringan dilakukan dalam 2 tahap,
diawali penyaringan menggunakan kain mori, dilanjutkan penyaringan
menggunakan kertas saring whatman no: 41, penyaringan bertujuan agar cairan
hasil maserasi terpisah dari serbuk simplisia. Proses penguapan selanjutnya
dilakukan dengan vaccuum rotary evaporator, alat ini berperan menguapkan
pelarut dan mengkondensikannya kembali sehingga pelarut yang telah menguap dapat
diperoleh kembali dalam keadaan terpisah, alat ini juga disertai dengan adanya pompa
vakum yang berfungsi menurunkan tekanan dalam labu alas bulat sehingga pelarut
dapat menguap dibawah titik didihnya. Hasil akhir dari proses penguapan ini yaitu
ekstrak kacang hijau yang telah tidak mengandung pelarut etanol lagi dan selanjutnya
dihitung kadar air ekstrak kacang hijau menggunakan metode susut pengeringan.
2. Hasil ekstraksi kulit dan keping biji kacang hijau
Pembuatan ekstrak kulit dan daging kacang hijau bertujuan untuk
mengetahui bagian kulit ataukah keping biji kacang hijau yang berperan terhadap
aktivitas kacang hijau. Oleh sebab itu, ekstrak kulit dan keping biji kacang hijau
dibuat untuk diteliti lebih lanjut. Proses pembuatan ekstrak kulit dan keping biji
kacang hijau sama seperti metode ekstraksi pada kacang hijau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3. Hasil susut pengeringan ekstrak kacang hijau
Susut pengeringan ekstrak kacang hijau dapat menggambarkan kadar air
yang terkandung dalam ekstrak kacang hijau, dalam kondisi apabila bahan tidak
mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap. Kadar air
menjadi penting untuk diketahui karena kandungan air yang terlalu tinggi pada
ekstrak rawan ditumbuhi oleh kapang dan rawan terjadinya peristiwa enzimatis.
Berdasarkan proses susut pengeringan ekstrak, diperoleh gambaran kadar
air ekstrak kacang hijau yaitu 37,68% b/b dengan data perhitungan terlampir
(lampiran 5), kadar air 37,68% b/b terbilang cukup tinggi berdasarkan persyaratan
kadar air menurut Materia Medika Indonesia (1995) adalah < 10%, sehingga
perlu dilakukan proses pemekatan untuk menurunkan kadar air pada ekstrak
kacang hijau. Proses pemekatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan desikator
yang telah diisi dengan batu gamping, batu gamping berfungsi sebagai penyerap
air sehingga diharapkan kandungan air dalam ekstrak kacang hijau dapat
berkurang. Setelah pemekatan dilakukan dengan desikator tersebut maka
didapatkanlah ekstrak kental kacang hijau dengan rendemen ekstrak sebesar
12,50% b/b, dengan data perhitungan terlampir (lampiran 4).
4. Hasil pemerian ekstrak kacang hijau
Berdasarkan pengamatan organoleptis terhadap ekstrak kacang hijau
dapat diketahui bahwa warna dari ekstrak kacang hijau adalah hijau lumut, bau
khas kacang hijau sedikit pesing, tidak berasa, dan bentuk ekstraknya berupa 2
fase terdapat fase cair dan fase semipadat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
D. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Kacang Hijau
Kromatografi lapis tipis merupakan proses pemisahan menggunakan fase
diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan dalam penelitian ini adalah silika
gel 60 F254 untuk kromatografi lapis tipis, sedangkan untuk menentukan fase
gerak yang akan digunakan perlu adanya optimasi fase gerak. Fase gerak dalam
penelitian ini berfungsi sebagai pelarut pengembang yang bergerak secara menaik
disepanjang fase diam.
Dalam penelitian ini optimasi fase gerak dilakukan dengan menggunakan
3 jenis fase gerak, yaitu n-heksana : etil asetat (2:3 v/v) sebagai fase gerak
nonpolar, kloroform : metanol (7:3 v/v) sebagai fase gerak semipolar, etil asetat :
asam formiat : asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v) sebagai fase gerak
polar. Fase gerak yang digunakan dalam KLT harus memiliki kemurnian yang
tinggi, sehingga digunakanlah pelarut pro analisis dalam penelitian ini.
Gambar 2. Hasil optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ekstrak kacang
hijau (A = n-heksana : etil asetat (2:3 v/v); B = kloroform : metanol (7:3 v/v); C =
etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v))
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel II. Hasil optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ekstrak kacang
hijau
Fase gerak Rf Visual Deteksi UV 254 nm
N-heksana : etil asetat
(2:3 v/v)
0,40 - 0,50 Bercak
kuning Tidak meredam
Kloroform : metanol (7:3
v/v)
0,40 - 0,49 - Meredam (+++)
0,75 – 0,84
Bercak
kuning
-
0,85 – 0,89
Bercak hijau -
Etil asetat : asam formiat
: asam asetat glasial : air
(100:11:11:20 v/v)
0,40 – 0,49 - Meredam (++)
0,50 – 0,59 - Meredam (+++)
0,60 – 0,69 Bercak
kuning Meredam (+++)
Keterangan ketebalan bercak : (+) = tipis ; (++) = sedang; (+++) = tebal ; (++++) = sangat
tebal Berdasarkan hasil optimasi fase gerak tersebut kromatografi lapis tipis dari
ekstrak kacang hijau dengan menggunakan fase gerak n-heksana : etil asetat (2:3
v/v) terdapat 1 bercak berwarna kuning secara visual pada Rf sekitar 0,40 – 0,50.
Sedangkan hasil pada KLT ekstrak kacang hijau dari fase gerak kloroform :
metanol (7:3 v/v) menghasilkan bercak pemisahan kuning pada Rf sekitar 0,75 –
0,84 dan hijau pada Rf sekitar 0,85 – 0,89, fase gerak etil asetat : asam formiat :
asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v) menghasilkan bercak pemisahan
kuning pada Rf sekitar 0,60 – 0,69.
Selain pengamatan secara visual, dilakukan pula deteksi secara fisik
dengan menggunakan sinar ultraviolet, bertujuan untuk menampakkan bercak
dengan flouresensi dibawah sinar UV, sehingga diharapkan akan terlihat bercak
yang lebih jelas untuk senyawa yang mampu berflouresensi.
Berdasarkan hasil pemisahan KLT dan pengamatan menggunakan sinar
UV 254 nm dari ketiga fase gerak tersebut, hasil pemisahan KLT menggunakan
fase gerak n-heksana: etil asetat (2:3 v/v) menunjukkan tidak ada bercak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
meredam di UV 254 nm. Sedangkan pemisahan menggunakan fase gerak
kloroform : metanol (7:3 v/v) muncul 1 bercak meredam pada Rf sekitar 0,40 –
0,49 dan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air
(100:11:11:20 v/v) muncul 3 bercak meredam pada Rf sekitar 0,40 – 0,49, 0,50 –
0,59, 0,60 – 0,69. Dapat dikatakan bahwa pemisahan KLT ekstrak kacang hijau
kurang baik dengan menggunakan fase gerak n-heksana : etil asetat (2:3 v/v) dan
untuk memastikan fase gerak yang paling optimum maka akan dipandu dengan
hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas.
E. Hasil Uji Kualitatif Penangkapan Radikal Bebas Ekstrak Kacang
Hijau
Senyawa 2, 2- diphenyl – 1 picrylhidrazyl (DPPH) merupakan radikal,
DPPH memiliki absorpsi maksimal pada panjang gelombang 517 nm dan akan
menurun dengan adanya reaksi dengan radikal scavenger. Perubahan warna ini
juga dapat diamati dengan menggunakan metode KLT, dalam penelitian ini
menggunakan penyemprotan pereaksi DPPH 0,2% b/v dalam metanol pada pelat
KLT hasil elusi yang telah kering. Hasil positif senyawa aktif (penangkap radikal)
dengan nampaknya bercak kuning hingga putih dengan latar ungu (Marston,
2011).
Perubahan warna ungu menjadi kuning-putih ini dapat terjadi karena
adanya reaksi antara senyawa penangkap radikal dengan DPPH, elektron ganjil
dari radikal DPPH akan berpasangan dengan hidrogen dari senyawa penangkap
radikal bebas, kemudian akan membentuk DPPH-H tereduksi (Molyneux, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
DPPH● + AH ↔ DPPHH + A●
Gambar 3. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak
kacang hijau ( A = fase gerak n-heksana : etil asetat (2:3 v/v); B = fase gerak
kloroform : metanol (7:3 v/v); C = fase gerak etil asetat : asam formiat : asam
asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v))
Berdasarkan hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak
kacang hijau, pada hasil pemisahan KLT dengan fase gerak n-heksana : etil asetat
(2:3 v/v) menunjukkan hasil yang negatif dengan tidak terbentuknya bercak
kuning-putih pada pelat KLT. Hasil positif ditunjukkan oleh hasil pemisahan
KLT dengan fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v) dengan munculnya bercak
kuning dengan segera setelah disemprot dengan pereaksi DPPH pada Rf sekitar
0,85 - 0,89 diikuti dengan munculnya bercak putih beberapa menit kemudian di
Rf sekitar 0,40 - 0,49 dan 0,75 - 0,84.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel III. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak kacang hijau
Fase gerak Rf Hasil Waktu muncul
N-heksana : etil asetat (2:3
v/v)
- Negatif -
Kloroform : metanol (7:3
v/v)
0,40 - 0,49 Putih (+) Beberapa menit
0,75 – 0,84 Putih (+) Beberapa menit
0,85 – 0,89 Kuning (+++) Segera dalam
hitungan detik
Etil asetat : asam formiat :
asam asetat glasial : air
(100:11:11:20 v/v)
0,50 – 0,59 Putih (+) Beberapa jam
0,90 – 0,95 Putih (++) Beberapa menit
0,96 – 1,0 Kuning (+++) Segera dalam
hitungan detik Keterangan ketebalan bercak : (+) = tipis ; (++) = sedang; (+++) = tebal ; (++++) = sangat
tebal
Begitu pula dengan hasil pemisahan KLT dengan fase gerak etil asetat :
asam formiat : asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v) menghasilkan hasil
positif dengan munculnya bercak kuning segera setelah penyemprotan pereaksi
DPPH di Rf sekitar 0,96-1,0 dan 2 bercak putih di Rf sekitar 0,90 – 0,95 dan 0,50
– 0,59 beberapa jam kemudian. Fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v) dipilih
sebagai fase gerak optimum dalam penelitian ini, dikarenakan dengan
menggunakan fase gerak tersebut sudah mampu memisahkan senyawa pada
ekstrak kacang hijau dan memiliki aktivitas penangkap radikal bebas yang baik,
ditunjukkan dengan munculnya bercak kuning dan putih yang muncul lebih cepat
dibandingkan dengan bercak yang timbul pada pelat KLT hasil pemisahan dengan
fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
F. Hasil Identifikasi Senyawa Pada Ekstrak Kacang Hijau dengan
Reagen Semprot
Identifikasi senyawa pada ekstrak kacang hijau dilakukan untuk
mengetahui kandungan senyawa dari ekstrak kacang hijau. Pereaksi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sitroborat untuk deteksi senyawa flavonoid,
aluminium chloride (AlCl3) untuk deteksi senyawa flavonoid, ferric chloride
(FeCl3) untuk deteksi senyawa fenolik, Dragendorff untuk deteksi golongan
alkaloid, vanilin sulfat untuk deteksi golongan terpenoid.
Gambar 4. Hasil kromatografi lapis tipis dengan fase gerak klorofom : metanol
(7:3 v/v) (A = UV 254 nm; B = UV 366 nm)
Pada gambar 4 terlihat bahwa hasil pemisahan KLT ekstrak kacang hijau
dengan fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v) dengan deteksi UV 254 nm
menunjukkan bercak meredam di Rf sekitar 0,40 – 0,49, dengan deteksi UV 366
nm menunjukkan bercak pemisahan merah di Rf sekitar 0,85 – 0,89 dan secara
visual adanya bercak kuning di Rf sekitar 0,75 – 0,84.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar 5. Hasil identifikasi senyawa dengan reagen pada ekstrak kacang hijau
( A = reagen FeCl3; B = reagen AlCl3; C = reagen sitroborat; D = reagen vanilin
sulfat; E = reagen Dragendorff)
Tabel IV. Hasil identifikasi senyawa dengan reagen pada ekstrak kacang hijau
dengan fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v)
Rf Sitroborat AlCl3 FeCl3 Dragendorff Vanilin
Sulfat
Interpretasi
Hasil
0,40 – 0,49 Berpendar
Kuning
kehijauan
(+++)
Berpendar
Kuning
kehijauan
(+++)
- - - Flavonoid
0,75– 0,84 Berpendar
Kuning
kehijauan
(+++)
- - - - Flavonoid
0,85 – 0,89 Berpendar
Kuning
kehijauan
(+)
- - - Kuning
(++)
Flavonoid
Keterangan ketebalan bercak : (+) = tipis ; (++) = sedang; (+++) = tebal ; (++++) = sangat
tebal
Sedangkan berdasarkan hasil identifikasi senyawa dengan menggunakan
reagen semprot menunjukkan adanya flavonoid dengan adanya bercak berpendar
kuning kehijauan di UV 366 nm dengan pereaksi aluminium chloride (AlCl3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
(Jork, Funk, Fischer, Wimmer, 1990) pada Rf sekitar 0,40 – 0,49, awalnya bercak
tersebut tidak terlihat di UV 366 nm, namun setelah penyemprotan dengan
pereaksi aluminium chloride (AlCl3) menjadi terlihat, hal tersebut merupakan
salah satu ciri khas golongan senyawa flavonoid (Markham, 1981). munculnya
bercak berpendar kuning kehijauan di UV 366 nm. Identifikasi dengan pereaksi
sitroborat (Markham, 1981) pada Rf sekitar 0,40 – 0,49, 0,75 – 0,84 dan 0,85 –
0,89 muncul bercak kuning kehijauan yang dapat diidentifikasikan sebagai
golongan senyawa flavonoid.
Gambar 6. Contoh reaksi AlCl3 membentuk kompleks flouresensi dengan
flavonoid (Jork, Funk, Fischer, Wimmer, 1990)
Identifikasi senyawa dengan menggunakan pereaksi vanilin sulfat
menunjukkan munculnya bercak kuning pada Rf sekitar 0,85 - 0,89, bercak
tersebut dapat diidentifikasinya sebagai flavonoid (Jork, Funk, Fischer, Wimmer,
1990). Hasil negatif ditunjukkan dengan menggunakan reagen ferric chloride
(FeCl3) dan Dragendorff. Hasil positif fenolik dengan reagen ferric chloride
(FeCl3) ditunjukkan dengan muncul bercak biru atau hijau (Merck, 1976), hasil
positif alkaloid dengan reagen Dragendorff ditandai dengan adanya bercak jingga
(Hajnos, Sherma, Kowalska, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
G. Hasil Uji Perbandingan Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstrak Kacang Hijau, Kulit Kacang Hijau dan Keping Biji Kacang Hijau
cUji perbandingan profil KLT ekstrak kacang hijau, kulit kacang hijau,
dan daging kacang hijau bertujuan untuk mengetahui bagian kulit ataukah keping
biji kacang hijau yang berperan dominan terhadap aktivitas ekstrak kacang hijau,
dalam penelitian ini aktivitas yang diujikan adalah aktivitas penangkap radikal
bebas dengan pereaksi DPPH 2% b/v dalam metanol.
Gambar 7. Hasil perbandingan profil kromatografi lapis tipis ekstrak kulit kacang
hijau dan keping biji kacang hijau (A = profil KLT ekstrak kacang hijau; B = profil
KLT kulit kacang hijau; C = profil KLT keping biji kacang hijau )
Tabel V. Hasil perbandingan kromatografi lapis tipis ekstrak kulit kacang
hijau dan keping biji kacang hijau dengan fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v)
Ekstrak Rf Deteksi UV 254 nm
Kacang hijau
0,40 - 0,49
Meredam
Kulit kacang
hijau
0,40 – 0,49 Meredam
Keping biji
kacang hijau
- Tidak meredam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Berdasarkan pengamatan secara fisik dengan menggunakan UV 254 nm,
terlihat bahwa hasil profil KLT hasil pemisahan pada ekstrak kacang hijau dan
ekstrak kulit kacang hijau memiliki bercak meredam yang sama di Rf sekitar 0,40
– 0,49. Sedangkan hasil pemisahan KLT pada ekstrak keping biji kacang hijau
tidak menunjukkan munculnya bercak apapun dengan pengamatan secara visual
maupun dengan sinar UV 254 nm.
Gambar 8. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak kulit dan
keping biji kacang hijau ( A = KLT ekstrak kulit kacang hijau; B = KLT keping biji
kacang hijau)
Tabel VI. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak kulit dan
keping biji kacang hijau dengan fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v)
Ekstrak Rf Hasil
Kulit
kacang
hijau
0,40 – 0,49 Kuning (+++)
Keping biji
kacang
hijau
- Tidak muncul
bercak
Keterangan ketebalan bercak : (+) = tipis ; (++) = sedang; (+++) = tebal ; (++++) = sangat
tebal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pengujian terhadap ekstrak kulit kacang hijau dan ekstrak keping biji
kacang hijau dilanjutkan dengan uji aktivitas penangkapan radikal bebas dengan
menggunakan pereaksi DPPH 0,2% b/v dalam metanol. Hasil menunjukkan
bahwa bercak kuning hanya muncul pada pelat KLT hasil pemisahan ekstrak kulit
kacang hijau pada Rf sekitar 0,40 – 0,49, berdasarkan pengujian tersebut dapat
dikatakan bahwa aktivitas ekstrak kacang hijau khususnya aktivitas penangkapan
radikal bebas, merupakan peran dari senyawa yang terkandung dalam kulit kacang
hijau.
H. Hasil Uji Kualitatif UV Protection Ekstrak Kacang Hijau
Uji kualitatif UV protection ekstrak kacang hijau menggunakan metode
inhibition of bleaching of 𝛽- caroten, pereaksi β-karoten 0,05% b/v dalam
kloroform dibuat dan disemprotkan pada pelat KLT hasil elusi yang telah kering.
Hasil positif ditandai dengan adanya bercak kuning – jingga pada latar putih
(Marston, A., 2011).
Sebelum pengujian metode inhibition of bleaching of 𝛽 −carotene
dilakukanlah optimasi intensitas sinar UV, tujuan dari optimasi ini adalah
didapatkan intensitas sinar UV yang sesuai untuk pengujian, kesesuaian yang
dimaksud disini adalah perubahan warna pelat KLT hasil penyemprotan dengan
pereaksi β-karoten yang terjadi mampu teramati oleh peneliti. Pengamatan dalam
pengujian ini dilakukan terhadap waktu dan parameter warna pada pelat KLT
yang diukur menggunakan parameter warna yang dibuat oleh peneliti, parameter
warna terlampir (lampiran 7), parameter ini dibuat oleh peneliti dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
ketiadaan parameter hasil uji untuk metode ini, sehingga dibuatlah parameter
warna dengan skala 0 sampai 7. Parameter warna no 0 merupakan warna putih,
bertambahnya nomor pada kertas parameter warna menandakan peningkatan
warna menuju jingga, yang merupakan parameter nomor 7. Delapan skala warna
ini ditentukan berdasarkan hasil optimasi warna terhadap pereaksi β-karoten
yang digunakan. Dalam pengujian optimasi intensitas sinar UV ini hanya
menggunakan pelat KLT kosong tanpa elusi.
Gambar 9. Grafik optimasi intensitas sinar UV
Berdasarkan hasil optimasi terlihat bahwa pada intensitas sinar tinggi,
yaitu 30,48 Lux perubahan penurunan warna yang terjadi terlalu cepat. Sedangkan
pada intensitas rendah dengan intensitas sinar (5,89 Lux) dan intensitas sedang
dengan intensitas sinar (15,01 Lux) perubahan warna yang terjadi lebih mudah
untuk diamati. Namun berdasarkan data standar deviasi, keragaman data antar
0
1
2
3
4
5
6
7
0 1 3 6 9 12 15
no
mo
r p
aram
ete
r
waktu (menit)
intensitas rendah 5, 89 Lux
intensitas sedang 15,01 Lux
intensitas tinggi 30,48 Lux
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
replikasi pada intensitas sedang lebih baik, data pada lampiran (lampiran 8),
sehingga untuk pengujian selanjutnya digunakanlah intensitas sinar sedang.
Gambar 10. Hasil uji kualitatif UV protection ekstrak kacang hijau pada menit ke
15 ( A = replikasi 1; B = replikasi 2; C = replikasi 3; D = replikasi 4; E = replikasi 5)
Tabel VII. Hasil uji kualitatif UV protection ekstrak kacang hijau dengan
intensitas sinar UV = 14,12 Lux
Waktu
(menit)
Warna latar pelat KLT sesuai parameter no - Rata –
rata
SD
Rep
1
Rep
2
Rep
3
Rep
4
Rep
5
0 5 5 5 5 6 5,2 0,45
1 2 2 1 1 2 1,6 0,55
3 1 1 1 0 1 0,8 0,44
6 1 1 0 0 0 10,4 0,55
9 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0
Faktor
retardasi
(Rf)
0, 80 0,82 0,80 0,80
0,80
Hasil Positif
kuning
(no:2),
Positif
kuning
(no.2),
Positif
kuning
(no.2)
Positif
kuning
(no.2)
Positif
kuning
(no.2)
Waktu
muncul
bercak
1 menit 6 menit 3 menit 1 menit
3 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Ekstrak kacang hijau berdasarkan pengujian metode inhibition of
bleaching of 𝛽 − carotene, menunjukkan hasil positif ditandai dengan
munculnya bercak kuning dengan nomor parameter 2 pada Rf sekitar 0,80,
sedangkan latar pelat KLT berwarna kuning dengan nomor 0.
I. Hasil Uji Kualitatif Antibakteri Ekstrak Kacang Hijau
Uji kualitatif antibakteri pada ekstrak kacang hijau menggunakan metode
bioautografi, metode ini merupakan metode kombinasi kromatografi lapis tipis
dengan deteksi biologi (Marston, 2011).
Metode bioautografi dipilih karena selain dapat menguji aktivitas
antibakteri, metode ini dapat mampu mendeteksi komponen senyawa aktif
(Chomnawang, Surassmo, Wongsariya, Bunyapraphatsara, 2009). Hasil positif
ditandai dengan adanya daerah jernih pada pertumbuhan bakteri, dari sinilah
komponen senyawa aktif dipandu untuk diketahui lebih lanjut komposisinya dan
diarahkan sebagai target isolasi. Prinsip metode bioautografi ini serupa dengan
metode difusi agar (Choma, Grzelak, 2011).
Dalam penelitian ini digunakan metode bioautografi kontak, proses kontak
berlangsung selama 40 menit. Metode bioautografi ekstrak kacang hijau
menggunakan 2 jenis bakteri, yaitu, E. coli sebagai bakteri Gram negatif dan S.
aureus sebagai bakteri Gram positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(Keterangan = tanda panah () menunjukkan zona hambat)
Gambar 11. Hasil uji kualitatif antibakteri ekstrak kacang hijau secara
bioautografi ( A = pada bakteri E. coli; B = pada bakteri S. aureus )
Tabel VIII. Hasil uji kualitatif antibakteri secara bioautografi ekstrak kacang
hijau
Bakteri Mass loading ekstrak Hasil
75 µg 100 µg 150 µg
S. aureus
Tidak
muncul zona
hambat
Muncul zona
hambat
Muncul zona
hambat
Positif pada Rf
sekitar 0,70
E. coli Tidak
muncul zona
hambat
Tidak muncul
zona hambat
Tidak muncul
zona hambat
Negatif
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, ekstrak kacang hijau
memberikan hasil positif dengan munculnya zona jernih pada pertumbuhan
bakteri pada bakteri S. aureus di Rf sekitar 0,70 pada mass loading ekstrak 100
µg dan 150 µg, sedangkan pada pengujian bioautografi bakteri E. coli didapatkan
hasil yang negatif. Hal ini dapat disebabkan karena bakteri Gram negatif
memiliki lapisan membran luar, sedangkan dinding sel bakteri Gram positif tidak
memiliki membran bagian luar hanya tersusun oleh lapisan peptidoglikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sehingga bakteri Gram negatif yaitu E. coli lebih susah untuk ditembus oleh
senyawa kimia karena terhalangi oleh lapisan membran tersebut (Campbell,
Reece, Mitchell, 2003).
Alasan lain berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Priya, Laksmi, Banu,
Gopalakrishnan, Dhanalakshmi, Sagadevan, Manimaran, Arumugam (2012), yang
menggunakan kacang hijau sebagai bahan penelitian menunjukkan hasil positif
dengan menggunakan bakteri uji E. coli, ditunjukkan dengan adanya zona hambat
17 mm pada ekstrak metanolik kacang hijau dengan massa 75 µg. Fenomena ini
dapat disebabkan karena adanya perbedaan pelarut ekstraksi yang digunakan,
penelitian oleh Priya, Laksmi, Banu, Gopalakrishnan, Dhanalakshmi, Sagadevan,
Manimaran, Arumugam (2012) menggunakan pelarut ekstraksi metanol,
sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pelarut ekstraksi etanol 90%.
Diduga senyawa yang memiliki kemampuan antibakteri pada bakteri E. coli
(Gram negatif) tidak ikut tersari dengan menggunakan pelarut ekstraksi etanol
90%, karena sifat senyawa tersebut cenderung nonpolar. Pelarut metanol
memiliki sifat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan etanol, sehingga
senyawa yang terlarut pada cairan penyari metanol juga cenderung lebih nonpolar
dibandingkan senyawa yang tersari pada pelarut etanol sesuai dengan prinsip like
disolve like.
Tabel IX. Hasil pengarangan dengan asam sulfat 5% v/v pada pelat
kromatografi lapis tipis ekstrak kacang hijau
Faktor retardasi (Rf) Hasil
0,40 – 0,49
0,70 – 0,74
0,75 – 0,84
0,85 – 0,89
Terjadi pengarangan
Terjadi pengarangan
Terjadi pengarangan
Terjadi pengarangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Hasil positif munculnya zona jernih ekstrak kacang hijau muncul di Rf
sekitar 0,70, namun pada Rf tersebut tidak teramati adanya bercak secara visual
maupun dengan bantuan sinar ultraviolet. Oleh karena itu peneliti melakukan
deteksi dengan pereaksi sulfat 5% v/v, untuk mengoksidasi solut – solut organik,
sehingga akan muncul bercak coklat hingga hitam pada pelat KLT. Setelah
deteksi dengan pereaksi asam sulfat 5% v/v dilakukan, terlihat ekstrak kacang
hijau memiliki 4 bercak seperti yang tertera pada tabel (tabel XI), hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya terdapat senyawa pada Rf 0,70.
J. Hasil Triturasi
Proses triturasi dilakukan sebagai proses clean up terhadap ekstrak
kacang hijau dalam jumlah yang sedikit. Pelarut n-heksana dan kloroform :
metanol (7:3 v/v) digunakan dalam proses triturasi ini. Fase lemak dan klorofil
diharapkan masuk dalam hasil triturasi n-heksana.
Uji perbandingan profil KLT dilakukan antara ekstrak kacang hijau, hasil
triturasi n-heksana, hasil triturasi kloroform : metanol (7:3 v/v), perbandingan ini
dimaksudkan untuk untuk mengetahui komposisi yang terkandung dalam ekstrak
kacang hijau, masih tercakup dalam hasil triturasi atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Gambar 12. Hasil KLT ekstrak dan hasil triturasi ( A1 = ekstrak kacang hijau
secara visual; A2 = triturasi n-heksana secara visual; A3 = triturasi klorofom:metanol
(7:3) secara visual; B1 = ekstrak kacang hijau di UV 254 nm; B2 = triturasi n-heksana
di UV 254 nm; B3 = triturasi klorofom:metanol (7:3) di UV 254nm; C1 = ekstrak
kacang hijau di UV 366 nm; C2 = triturasi n-heksana di UV 366 nm; C3 = triturasi
klorofom:metanol (7:3) di UV 366 nm)
Tabel X. Hasil KLT triturasi n-heksana
Faktor
retardasi
(Rf)
Visual Deteksi UV 254 nm Deteksi UV 366 nm Asam sulfat 5%
v/v
0,86 Hijau
(++)
- Berpendar merah
(+++)
Terjadi
pengarangan
0,80 Kuning
(+++)
- - Terjadi
pengarangan
0,70 - - Berpendar hijau (+) Terjadi
pengarangan
0,44 - Meredam - Terjadi
pengarangan Keterangan ketebalan bercak : (+) = tipis ; (++) = sedang; (+++) = tebal ; (++++) = sangat
tebal
Tabel XI. Hasil KLT triturasi kloroform : metanol (7:3 v/v)
Faktor
retardasi
(Rf)
Visual Deteksi UV 254 nm Deteksi UV 366 nm Asam sulfat 5%
v/v
0,86 Hijau (+) - Berpendar merah
(+)
Terjadi
pengarangan
0,80 Kuning
(++)
- - Terjadi
pengarangan
0,70 - - - -
0,44 - Meredam - Terjadi
pengarangan Keterangan ketebalan bercak : (+) = tipis ; (++) = sedang; (+++) = tebal ; (++++) = sangat
tebal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel XII. Hasil KLT ekstrak kacang hijau
Faktor
retardasi
(Rf)
Visual Deteksi UV 254 nm Deteksi UV 366 nm Asam sulfat 5%
v/v
0,86 Hijau
(++)
- Berpendar merah
(+++)
Terjadi
pengarangan
0,80 Kuning
(+++)
- - Terjadi
pengarangan
0,70 - - Berpendar hijau
(+)
Terjadi
pengarangan
0,44 - Meredam - Terjadi
pengarangan Keterangan ketebalan bercak : (+) = tipis ; (++) = sedang; (+++) = tebal ; (++++) = sangat
tebal
Berdasarkan hasil triturasi yang telah dilakukan profil KLT ekstrak
dengan hasil triturasi n-heksana memiliki komposisi yang serupa, ditunjukkan
dengan munculnya 4 bercak di Rf 0,86; 0,80; 0,70 dan 0,40, sedangkan hasil
triturasi kloroform : metanol (7:3 v/v) hanya muncul 3 bercak di Rf 0,86; 0,80;
0,40. Berhubung bercak di Rf 0,70 memiliki aktivitas antibakteri maka hasil
triturasi n-heksana yang dipilih untuk diuji lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
K. Hasil Kromatografi Kolom
Ekstrak kacang hijau 5,145 g
Hasil triturasi kloroform : metanol
(7:3) v/v = 0, 5923 g
Hasil triturasi n-heksana
= 1,6596 g
Isolat 1
0, 0559 g
Isolat 2
0,0028 g
Isolat 3
0,0028 g
Isolat 4
0,0009 g
Isolat aktif aktivitas penangkap radikal bebas,
UV protection, antibakteri
Kromatografi kolom :
- Optimasi fase gerak
- Kromatografi
kolom step gradien
Uji aktivitas
penangkap radikal bebas,
UV protection,
antibakteri
Triturasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Kromatografi kolom gradien merupakan proses pemisahan menggunakan
kolom, pada penelitian ini kolom kromatografi akan dialiri dengan pelarut dengan
polaritas yang ditingkatkan secara bertahap meningkat menuju yang lebih polar
sehingga dapat disebut sebagai kromatografi kolom dengan step gradien. Tahap
ini bertujuan untuk mengisolasi komponen senyawa aktif yang terkandung dalam
hasil triturasi n-heksana. Sebelum proses kromatografi kolom gradien dilakukan,
optimasi fase gerak dilakukan terlebih dahulu, optimasi ini berfungsi untuk
mengetahui pada tingkat polaritas berapakah komponen senyawa hasil triturasi n-
heksana kacang hijau sudah mulai terelusi. 4 fase gerak untuk digunakan untuk
optimasi, yaitu n-heksana : kloroform (50:50 v/v), n-heksana : kloroform (25:75
v/v), kloroform dan kloroform : metanol (98:2 v/v).
Gambar 13. Hasil optimasi fase gerak kromatografi kolom gradien ( A1 = n-
heksana : kloroform (50:50 v/v) di UV 254 nm; A2 = n-heksana : kloroform (25:75
v/v) di UV 254 nm; A3 = kloroform di UV 254 nm; A4 = kloroform : metanol (98:2
v/v) di UV 254 nm; B1 = n-heksana : kloroform (50:50 v/v) di UV 366 nm; B2 = n-
heksana : kloroform (25:75 v/v) di UV 366 nm; B3 = kloroform di UV 366 nm; B4 =
kloroform : metanol (98:2) di UV 366 nm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel XIII. Hasil optimasi fase gerak kromatografi kolom step gradien
Fase gerak Visual UV 254 nm UV 366 nm
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
N-heksana : kloroform
(50:50 v/v)
0,14 Hijau 0,24 Meredam 0,14 Berpendar
merah
0,06 Kuning
N-heksana : kloroform
(25:75 v/v)
0,36 Hijau 0,44 Meredam 0,36 Berpendar
merah
0,14 Kuning 0,08 Meredam
Kloroform 0,54 Hijau 0,50 Meredam 0,54 Berpendar
merah
0,20 Kuning 0,14 Meredam
Kloroform : metanol
(98:2 v/v)
0,80 Hijau 0,66 Meredam 0,80 Berpendar
merah
0,42 Kuning 0,30 Meredam
Hasil optimasi fase gerak dilakukan dengan metode KLT, menghasilkan
bahwa dengan menggunakan pelarut n-heksana : kloroform (50:50 v/v) sudah
terdapat komponen yang terelusi, oleh sebab itu n-heksana : kloroform (50:50 v/v)
dipilih sebagai fase gerak awal dari kromatografi kolom gradien hasil triturasi
kacang hijau.
Fase gerak yang digunakan dalam kromatografi kolom hasil triturasi n-
heksana ekstrak kacang hijau : n-heksana: kloroform (50:50 v/v), (40:60 v/v),
(30:70 v/v), (20:80 v/v), (10:90 v/v), kloroform (100), kloroform:metanol (98:2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
v/v), (96:4 v/v), (94:6 v/v), (92:8 v/v), (90:10 v/v), fase gerak ini dibuat
meningkat kepolarannya secara bertahap, sedangkan fase diam yang digunakan
dalam kromatografi kolom ini adalah silika gel untuk kromatografi kolom. Untuk
mengetahui komponen senyawa perhasil elusi maka dilakukan KLT pada tiap
tabung yang berisi 2 ml tampungan hasil elusi kromatografi kolom step gradien,
fase gerak yang digunakan pada KLT ini yaitu kloroform. Kloroform dipilih
sebagai fase gerak karena hasil pemisahan KLT hasil triturasi n-heksana dengan
fase gerak kloroform menghasilkan Rf yang lebih rendah dibandingkan Rf hasil
fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v), pada Rf yang terlalu tinggi hasil
pemisahan KLT menjadi kurang baik.
Tabel XIV. Isolat hasil kromatografi kolom
Isolat Berasal dari tabung ke - Faktor retensi
(Rf) Proses 1 Proses 2 Proses 3
1 1 1 1 0,828
2 3 2 dan 3 2 dan 3 0,74
3 8 9 dan 10 10 dan 11 0,11 - 0,14
4 11 11 dan 12 14 dan 13 0,11
Berdasarkan hasil KLT hasil kromatografi kolom gradien, didapatkanlah 4
isolat :
Isolat 1 merupakan gabungan tabung ke 1 pada proses 1, 2 dan 3.
Memiliki bercak meredam di UV 254 nm pada Rf 0,828 dengan fase gerak
kloroform. Rendemen isolat 1 adalah 18, 15% b/b.
Isolat 2 merupakan gabungan tabung ke 3 proses 1, tabung ke 2 dan 3
proses 2, dan tabung ke 2 dan 3 proses 3. Memiliki bercak meredam di UV 254
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
nm pada Rf 0,74 dengan fase gerak kloroform. Rendemen isolat 2 adalah 0,92%
b/b.
Isolat 3 merupakan gabungan tabung ke 8 proses 1, tabung ke 9 dan 10
proses 2, dan tabung ke 10 dan 11 proses 3. Memiliki bercak kuning pada Rf 0,11
– 0,14 dengan fase gerak kloroform. Rendemen isolat 3 adalah 0,92% b/b.
Isolat 4 merupakan gabungan tabung ke 11 proses 1, tabung ke 11 dan 12
proses 2, tabung ke 14 dan 15 proses 3. Memiliki bercak meredam di UV 254 nm
pada Rf 0,11 dengan fase gerak kloroform. Rendemen isolat 4 adalah 0,3% b/b.
L. Hasil Uji Kualitatif Penangkapan Radikal Bebas Isolat Senyawa
Ekstrak Kacang Hijau
Uji kualitatif penangkapan radikal bebas pada isolat senyawa ekstrak
kacang hijau menggunakan metode yang sama dengan metode uji kualitatif
penangkapan radikal bebas pada ekstrak kacang hijau. Yang membedakan adalah
adanya variasi mass loading isolat yaitu 10;20;30 µg, variasi ini dimaksudkan
untuk mengetahui massa minimum aktif penangkapan radikal bebas secara
kualitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel XV. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas isolat dan ekstrak
kacang hijau
No. Sampel Waktu muncul
bercak
Faktor
retardasi (Rf)
Warna bercak
1. Ekstrak 10 detik 0,86 Kuning (+++)
25 menit 0,78 Putih (++)
25 menit 0,32 Putih (++)
2. Isolat 1
10 µL 10 detik 0,88 Putih (+)
20 µL 10 detik 0,88 Putih (++)
30 µL 10 detik 0,88 Putih (++)
3. Isolat 2
10 µL 25 detik 0,80 Putiih
kekuningan
(+++)
22 menit 0,84 Putih (+)
20 µL 20 detik 0,80 Putiih
kekuningan
(+++)
19 menit 0,84 Putih (+)
30 µL 5 detik 0,80 Putiih
kekuningan
(++++)
10 detik 0,84 Putih (++)
4. Isolat 3
10 µL 50 detik 0,78 Kuning (+)
20 µL 50 detik 0,78 Kuning (++)
30 µL 10 detik 0,78 Kuning (++++)
16 menit 0,70 Putih (++)
5. Isolat 4
10 µL 3 menit 0,70 Putih (+)
20 µL 1 menit 0,70 Putih (++)
30 menit 0,80 Putih (+)
30 µL 1 menit 0,70 Putih (+++)
30 menit 0,80 Putih (++) Keterangan ketebalan bercak: (+) = tipis ; (++) = sedang; (+++) = tebal ; (++++) = sangat
tebal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar 14. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas isolat ekstrak kacang
hijau ( A1 = isolat 1 (10µg); A2 = isolat 1 (20µg); A3 = isolat 1 (30µg); B1 = isolat 2
(10µg); B2 = isolat 2 (20µg); B3 = isolat 2 (30µg); C1 = isolat 3 (10µg); C2 = isolat 3
(20µg); C3 = isolat 3 (30µg); D1 = isolat 4 (10µg); D2 = isolat 4 (20µg); D3 = isolat 4 (
30µg)
Berdasarkan hasil uji yang dilakakukan diketahui bahwa isolat 1 memiliki
1 bercak aktif berwarna putih pada Rf 0,88. Isolat 2 memiliki 2 bercak aktif pada
Rf 0,80 dan 0,84. Isolat 3 memiliki 2 bercak aktif pada Rf 0,78 dan 0,7. Isolat 4
memiliki 2 bercak aktif pada Rf 0,7 dan 0,8. Berdasarkan hasil pengujian
didapatkan hasil bahwa ke 4 isolat memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas
dengan minimal mass loading 10 µg saja. Isolat 1, 2 dan 3 menunjukkan aktivitas
penangkapan radikal bebas yang baik, ditandai dengan munculnya bercak putih
hanya dalam hitungan detik saja setelah penyemprotan pereaksi DPPH.
M. Hasil Uji Kualitatif UV Protection Isolat Senyawa Ekstrak Kacang
Hijau
Uji kualitatif UV protection pada isolat senyawa ekstrak kacang hijau
menggunakan metode yang sama dengan metode uji kualitatif UV protection pada
ekstrak kacang hijau dengan metode inhibition of bleaching of β-carotene. Yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
membedakan adalah adanya variasi mass loading isolat yaitu 10;20;30 µg, variasi
ini dimaksudkan untuk mengetahui massa minimum aktif aktivitas UV protection.
Tabel XVI. Hasil uji kualitatif aktivitas UV protection isolat dan ekstrak kacang
hijau pada menit ke 15 dengan intensitas sinar UV = 13,775 Lux
No
Sampel Hasil uji kualitatif aktivitas UV protection dari
mass loading
10 µg 20 µg 30 µg
1. Ekstrak kacang hijau +++
Keterangan Positif kuning
no: 3
Faktor retardasi (Rf) 0,86
2. Isolat 1
- - +
Keterangan Negatif Negatif Positif
kuning no: 1
Faktor retardasi (Rf) 0,88
3. Isolat 2 - +++ +++
Keterangan Negatif Positif
kuning no: 3
Positif kuning no :
3
Faktor retardasi (Rf) - 0,84 0,84
4. Isolat 3 - ++ +++
Keterangan Negatif Positif
kuning no: 3
Positif kuning no: 4
Faktor rentensi (Rf) - 0,78 0,78
5. Isolat 4 - - +
Keterangan Negatif Negatif Positif kuning no:
2
Faktor retardasi (Rf) - - 0,78 Keterangan ketebalan bercak: (+) = tipis ; (++) = sedang; (+++) = tebal ; (++++) = sangat
tebal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 15. Hasil uji kualitatif UV protection isolat ekstrak kacang hijau pada
menit ke 15 ( A1 = isolat 1 (10µg); A2 = isolat 1 (20µg); A3 = isolat 1 (30µg); B1 =
isolat 2 (10µg); B2 = isolat 2 (20µg); B3 = isolat 2 (30µg); C1 = isolat 3 (10µg); C2 =
isolat 3 (20µg); C3 = isolat 3 (30µg); D1 = isolat 4 (10µg); D2 = isolat 4 (20µg); D3 =
isolat 4 (30 µg)
Berdasarkan uji kualitatif UV protection, ke 4 isolat senyawa ekstrak
kacang hijau memiliki aktivitas UV protection, namun diperlukan mass loading
minimal bagi isolat 1 dan 4 yaitu 30 µg lebih besar dibandingkan minimal mass
loading aktif dari isolat 2 dan 3 yaitu 20 µg. Hal ini menunjukkan bahwa isolat 2
dan 3 secara kualitatif memiliki aktivitas UV protection yang lebih baik dibanding
isolat 1 dan 4, didukung lagi dengan bercak kuning yang muncul pada isolat 2 dan
3 lebih tebal dengan nomor parameter warna 3 dan 4.
N. Hasil Uji Kualitatif Antibakteri Isolat Senyawa Ekstrak Kacang Hijau
Uji kualitatif antibakteri isolat ekstrak kacang hijau menggunakan
metode cakram kertas/ difusi disk, prinsip metode ini adalah adanya perpindahan
senyawa secara difusi dari dalam disk menuju ke media agar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Variasi massa isolat yang akan dimasukkan dalam disk dilakukan dalam
penelitian ini, variasi massa isolat ini berfungsi untuk mengetahui massa minimal
aktivitas antibakteri dari isolat. Amoksisilin digunakan sebagai kontrol positif,
menghasilkan zona hambat yang cukup besar dibandingkan dengan zona hambat
isolat, walau dalam massa yang lebih sedikit.
Tabel XVII. Hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri amoksisilin dan isolat
ekstrak kacang hijau pada S. aureus
No. Isolat ekstrak
kacang hijau
Massa (µg) Rata – rata diameter zona hambat pada
S. aureus (mm) 1.
Amoksisilin
5 30,7 ± 0,58
7,5 34,7 ± 0,58
10 37 ± 1
2. Isolat 1 50 -
100 -
200 -
3. Isolat 2 50 -
100 -
200 -
4. Isolat 3 50 -
100 -
200 7 ± 1
5 Isolat 4 50 -
100 -
200 6,33 ± 0,58
Keterangan : dengan diameter paper disc : 5 mm
Uji kualitatif isolat ini hanya dilakukan pada bakteri S. aureus,
dikarenakan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak kacang hijau secara
bioautografi menunjukkan hasil positif hanya pada bakteri S. aureus.
Hasil positif uji kualitatif isolat senyawa ekstrak kacang menunjukkan
hasil positif hanya pada isolat 3 dan 4, dengan massa minimal 200 µg. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
diameter zona hambat yang dihasilkan oleh isolat 3 dan 4 ˂ 10 mm, menurut
Greenwood cit. Mulyadi, Wuryanti, Ria, (2013) diameter zona hambat ˂ 10 mm
menunjukkan respon hambatan pertumbuhan bakteri yang kurang efektif.
O. Hasil Identifikasi Senyawa Isolat Senyawa Aktif Ekstrak Kacang
Hijau
Isolat senyawa yang didapatkan kemudian diidentifikasi untuk mengetahui
kandungan senyawa dari isolat ekstrak kacang hijau. Masing–masing isolat di
KLT menggunakan fase gerak kloroform : metanol (7:3 v/v) dan dideteksi secara
fisik, mencakup secara visual, UV 254 nm, dan UV 366 nm.
Beberapa pereaksi yang digunakan dalam tahap penelitian ini adalah
aluminium chloride (AlCl3) untuk deteksi senyawa flavonoid, ferric chloride
(FeCl3) untuk deteksi senyawa fenolik, Dragendorff untuk deteksi golongan
alkaloid, vanilin sulfat untuk deteksi golongan terpenoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 16. Hasil deteksi secara fisik isolat ( A1 = isolat 1 secara visual;
B1 = isolat 1 deteksi UV 254 nm; C1 = isolat 1 deteksi UV 366 nm; A2 = isolat 2
secara visual; B2 = isolat 2 deteksi UV 254 nm; C2 = isolat 2 deteksi UV 366 nm; A3
= isolat 3 secara visual; B3 = isolat 3 deteksi UV 254 nm; C3 = isolat 3 deteksi UV
366 nm; A4 = isolat 4 secara visual; B4 = isolat 4 deteksi UV 254 nm; C4 = isolat 4
deteksi UV 366 nm)
Isolat 1 memiliki bercak meredam di UV 254 nm dan berpendar hijau di
UV 366 nm, pada Rf sekitar 0,85 – 0,90. Isolat 2 memiliki bercak meredam di UV
254 nm dan berpendar hijau di UV 366 nm, pada Rf sekitar 0,80 –0,85.
Isolat 3 terdiri atas 3 bercak, bercak kuning pada Rf sekitar 0,75 – 0,79,
bercak hijau pada Rf sekitar 0,80 – 0,85 dan bercak meredam di UV 254 nm pada
Rf sekitar 0,70 – 0,74.
Isolat 4 terdiri atas 3 bercak, bercak kuning pada Rf sekitar 0,75 – 0,79,
bercak hijau pada Rf sekitar 0,80 – 0,85, dan bercak meredam di UV 254 nm pada
Rf sekitar 0,70 – 0,74.
Ketiga bercak pada isolat 3 dan 4 sekilas sama, namun intensitas warna
yang teramati memiliki ciri khas yang berbeda. Bercak kuning pada isolat 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
cenderung lebih tebal dari pada isolat 4, sedangkan bercak meredam di UV 254
nm dengan Rf sekitar 0,70 – 0,74 pada isolat 4 cenderung lebih tebal
dibandingkan dengan isolat 3. Kondisi munculnya 3 bercak pada isolat 3 dan 4
menunjukkan bahwa hasil kolom belum murni.
Berdasarkan hasil identifikasi senyawa dengan menggunakan reagen
semprot isolat 1 menunjukkan adanya flavonoid ditandai adanya bercak kuning
kehijauan di UV 366 nm dengan pereaksi AlCl3 (Jork, Funk, Fischer, Wimmer,
1990) pada Rf sekitar 0,85 – 0,90. Ketika pengarangan dengan pereaksi asam
sulfat 5%, dilakukan, terbentuk 2 bercak yang mengalami pengarangan pada Rf
sekitar 0,85 – 0,95.
Gambar 17. Hasil identifikasi senyawa isolat 1 dengan reagen (A = AlCl3; B =
FeCl3; C = asam sulfat 5% v/v; D = vanilin sulfat; E = Dragendorff)
Golongan senyawa dalam isolat 2 tidak dapat identifikasikan karena
hasil identifikasi dengan menggunakan reagen AlCl3, FeCl3, vanilin sulfat dan
dragendorf menghasilkan hasil negatif. Isolat 2 dengan menggunakan reagen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sulfat 5% v/v, menghasilkan bercak coklat di Rf sekitar 0,80 – 0,85.
Penyemprotan asam sulfat 5% v/v lalu dipanaskan ini berfungsi untuk
mengoksidasi solut organik sehingga bercak coklat – hitam nampak, namun tidak
dapat mengidentifikasikan golongan senyawanya.
Gambar 18. Hasil identifikasi senyawa isolat 2 dengan reagen (A = AlCl3; B =
FeCl3; C = asam sulfat 5% v/v; D = vanilin sulfat; E = Dragendorff)
Isolat 3 diidentifikasi mengandung flavonoid ditandai adanya bercak
kuning kehijauan di UV 366 nm dengan pereaksi AlCl3 (Jork, Funk, Fischer,
Wimmer, 1990) pada Rf sekitar 0,70 – 0,74. Fenolik di Rf 0,75 – 0,79 ditandai
dengan adanya bercak hijau dengan pereaksi FeCl3 (Merck, 1976) dan terpenoid
di Rf 0,75 – 0,79 ditandai dengan bercak ungu dengan pereaksi vanilin sulfat
(Jork, Funk, Fischer, Wimmer, 1990). Sedangkan bercak di Rf sekitar 0,80 – 0,85
tidak dapat diidentifikasi karena hanya mengalami pengarangan dengan reagen
sulfat 5% v/v.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gambar 19. Hasil identifikasi senyawa isolat 3 dengan reagen (A = AlCl3; B =
FeCl3; C = asam sulfat 5% v/v; D = vanilin sulfat; E = Dragendorff)
Gambar 20. Hasil identifikasi senyawa isolat 4 dengan reagen (A = AlCl3; B =
FeCl3; C = asam sulfat 5% v/v; D = vanilin sulfat; E = Dragendorff)
Isolat 4 diidentifikasi mengandung flavonoid ditandai adanya bercak
kuning kehijauan di UV 366 nm dengan pereaksi AlCl3 (Jork, Funk, Fischer,
Wimmer, 1990) di Rf sekitar 0,70 – 0,74, pada Rf tersebut setelah disemprot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dengan vanilin sulfat segera terbentuk bercak berwarna merah lembayung. Saat
vanilin dalam suasana asam disemprotkan pada pelat hasil elusi dan membentuk
bercak merah lembayung segera dan setelah pemanasan hal ini menunjukkan
golongan senyawa flavonoid (Markham, 1981). Sedangkan bercak pada Rf sekitar
0,75 – 0,79 dan 0,80 – 0,85 tidak dapat teridentifikasi golongan senyawanya
karena hanya terjadi pengarangan dengan reagen asam sulfat 5% v/v.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel XVVIII. Hasil deteksi secara fisik dan identifikasi golongan senyawa menggunakan reagen semprot isolat ekstrak kacang hijau
Isolat Rf Visual UV 254
nm
UV 366 nm FeCl3 AlCl3 Dragend
orff
Vanilin
sulfat
H2SO4
5% v/v
Interpretasi
hasil
1 0,85 - 0,90 - meredam
(++)
Berpendar
hijau (+++)
- Berpendar
Kuning
kehijauan
(+++)
- - Terjadi
pengarangan
(2 bercak)
Flavonoid
2 0,80 -0,85 - meredam
(+++)
Berpendar
hijau
(+)
- - - - Terjadi
pengarangan
-
3 0,70 – 0,74 - meredam
(+)
Berpendar
hijau (++)
- Berpendar
Kuning
kehijauan
(+)
- - Terjadi
pengarangan
Flavonoid
0,75 – 0,79
Kuning
(+++)
- - Hijau
(++)
- - Ungu
(+++)
Terjadi
pengarangan
Fenolik
Terpenoid
0,80 – 0,85 hijau
(+)
- Berpendar
merah (+++)
- - - Terjadi
pengarangan
-
4 0,70 – 0,74 - meredam
(+++)
- - Berpendar
Kuning
kehijauan
(++)
- Merah
lembayung
(+++)
Terjadi
pengarangan
Flavonoid
0,75 – 0,79 kuning
(+)
- - - - - - Terjadi
pengarangan
-
0,80 – 0,85 hijau
(+)
- Berpendar
merah
(+++)
- - - - Terjadi
pengarangan
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tabel XVIX. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas, UV
protection dan antibakteri isolat senyawa ekstrak kacang hijau
No. Sampel Penangkapan radikal
bebas
UV protection Antibakteri
Hasil
mass loading
minimal
Hasil
mass loading
minimal
Hasil
massa
minimal
1 Isolat 1 + 10 µg + 30 µg - -
2 Isolat 2 +++ 10 µg + 20 µg - -
3 Isolat 3 ++ 10 µg + + 20 µg + 200 µg
4 Isolat 4 ++ 10 µg + 30 µg + 200 µg
Berdasarkan uji aktivitas isolat yang telah dilakukan maka dapat
diketahui bahwa isolat dari ekstrak kacang hijau memiliki aktivitas penangkap
radikal bebas, UV protection, dan antibakteri, dengan keterangan sebagai berikut :
Isolat 1 dan 2 memiliki aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection,
Isolat 3 dan 4 memiliki aktivitas penangkap radikal bebas, UV protection, dan
antibakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ekstrak kacang hijau memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas, UV
protection, dan antibakteri.
2. Ekstrak kacang hijau mengandung golongan senyawa meliputi flavonoid,
fenolik, dan terpenoid, yang terbagi menjadi 4 isolat. Keempat isolat
tersebut memiliki aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection,
sedangkan aktivitas antibakteri hanya dimiliki oleh isolat 3 dan 4.
B. Saran
Proses isolasi perlu dilakukan dengan bahan yang lebih banyak, uji
kuantitaf lebih lanjut terkait aktivitas antioksidan, UV protection dan antibakteri,
pemurnian isolat dan karakterisasi isolat lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, F., Latif, S., Przybylski, R., Sultana, B., dan Ashraf, M , 2007, Chemical
Composition and Antioxidant Activity of Seeds of Different Cultivars of
Mungbean, Journal of Food Science, 72, 503-510.
Braithwaite, A., Smith, F.J., 1995, Chromatographic Methods. Kluwer Academic
Publishers, London.
Brooks, G.F., Butel, J.S., Carrol, K.C., Morse, S.A., 2007, Jawetz, Melnick &
Adelberg’s Medical Microbiology, 24th
ed., Mc Graw Hill, USA, pp. 224.
Campbell, Reece, J.B., Mitchell, L.G., 2003, Biologi, Edisi kelima, Erlangga,
Jakarta, hal. 108.
Choma, I.M, and Grzelak, E.M., 2011, Bioautography detection in thin-layer
chromatography, Journal of Chromatography A, 1218 , 2684–2691
Chomnawang, M.T., Surassmo, S., Wongsariya, K., Bunyapraphatsara, N., 2009,
Antibacterial Activity of Thai Medicinal Plants against Methicillin-
resistant Staphylococcus aureus, Fitoterapia, 80 , 102–104.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, Jilid 2,
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, hal. 11-12.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Materia Medika Indonesia,
edisi V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995,
Farmakope Indonesia, edisi 4, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, hal. 1061, 1036.
Fouad,T., 2005, Antioxidant, Nature, and Chemistry,
http://www.thedoctorslounge.net/medlounge/articles/antioxidant, diakses
tanggal 10 Februari 2014.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., Kimia Farmasi Analisis , Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 366-368.
Hajnos, M.W., Sherma, J., Kowalska, T. (Eds.), 2008, Thin Layer
Chromatography in Phytochemistry, CRC Press, United States of
America, pp. 631.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia : Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Ed. 2, Penerbit ITB, Bandung, hal. 47-109.
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., Williamson, E.M., 2005, Farmakognosi dan
Fitoterapi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 99.
Iswandari, R., 2006, Studi Kandungan Isoflavon Pada Kacang Hijau (Vigna radiata
L.), Tempe Kacang Hijau, dan Bubur Kacang Hijau, Skripsi, Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Jork, H., Funk, W., Fischer, W., Wimmer, H., 1990, Thin Layer Chromatography
Reagent and Detection Methods, volume 1, VCH, New York, pp. 148,
440.
Kee, L.J., Hayes, R.E, 1993, Pharmacology: A Nursing Process Approach,
diterjemahkan oleh Anugerah, P., hal. 324, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Kusumaningtyas, E., Astuti, E., Darmono, 2008, Sensitivitas metode bioautografi
kontak dan agar overlay dalam penentuan senyawa antikapang, Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia, 6: 75-79.
Lazo, C., 1999, Simulation of Liquid Chromatography and Simulated Moving
Bed (SMB) Systems. Tesis, Technische Universität Hamburg-Harburg,
Hamburg, 2-3.
Markham, K.R., 1981, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Penerbit ITB, Bandung,
hal. 25-26.
Marston, A., 2011, Thin-layer chromatography with biological detection in
phytochemistry, Journal of Chromatography A, 1218 , 2676–2683.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 1994, Keputusan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia, Nomor : 661/MENKES/ SK/ VII/ 11994,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Merck, E., 1976, Dyeing Reagents for Thin Layer and Paper Chromatography,
Darmstadt, Germany.
Miguel, G.M., 2010, Antioxidant and anti-inflammatory activities of essential
oils: a short review, Molecules, 9252-9287.
Molyneux P., 2004, The Use of Stable Free Radical Diphenylpicryl Hydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity,
http://www.sjst.psu.ac.th/journal/26-2.pdf/07- DPPH.pdf, diakses
tanggal 12 Februari 2014.
Mulyadi, M., Wuryanti, Ria, P.S., 2013, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Kadar Sampel Alang-Alang (Imperata cylindrica) dalam Etanol Melalui
Metode Difusi Cakram, Chem info, 1, 35-42.
Munro, B.D., Small, E., 1997, Vegetables of Canada, NRC-CNRC, Canada, hal.
372.
Nugroho, E.A., 2012, Farmakologi Obat-obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu
Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Utama, Yogyakarta,
hal.192-193.
Oktoviani, M.D., 2006, 20 Ramuan Esensial Nusantara Untuk Cantik dan Bugar,
Esensi, Jakarta, hal. 41.
Pamungkas, H., 2010, Back to Nature (Kembali ke Alam),
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/07/14/back-to-nature-
kembali-ke-alam-193887.html , diakses tanggal 7 Februari 2014.
Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., 1988, Element of Microbiology, 2th
ed.,
diterjemahkan oleh Hadietomo, R.S., Imas, T., dan Tjitrosomo, S.S., hal
456-537, Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Percival, M., 1998, Antioxidant, Clinical Nutrition Insights, NUT031 1/96 Rev.
10/98.
Plant Resources of South-East Asia, 2015, Plant database: Vigna radiata (L.) R.
Wilczek, http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=212 ,
diakses tanggal 24 Maret 2015.
Priya, J.P., Laksmi, Y.S., Banu, F., Gopalakrishnan, Dhanalakshmi, Sagadevan,
Manimaran, Arumugam, 2012, Phytochemical screening and
antibacterial activity of Vigna radiata L. against bacterial pathogens
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
involved in food spoilage and food borne diseases, J. Acad. Indus. Res,
1(6), 355-358.
Purwono, Hartono, R., 2012, Kacang Hijau, Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 14-
17.
Rohman,A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta,
hal. 1-2, 45-53.
Schwalbe R., Moore, L.S., Goodwin, A.C., 2007, Antimicrobial Susceptibility
Testing Protocols, (Eds.), CRC Press, USA, pp. 144.
Tang, D., Dong, Y., Ren, H., Li, L., and He, C., 2014, A review of
phytochemistry,metabolite changes,and medicinal uses of the common
food mungbean and its sprouts (Vigna radiata), Chemistry Central
Journal, 1-9.
Tranggono, I.R., Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,
2007, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.117.
Utami, W.K., 2013, Tren Kosmetik Organik di CosmoBeaute 2013,
http://female.kompas.com/read/2013/10/18/0815276 , diakses tanggal 7
Februari 2014.
United States Department of Agriculture NRCS, 2014, Plant database: Mung
bean, http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=VIRA4,diakses tanggal
10 Februari 2014.
Wagner, H., Baldt, S., Plant Drug Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas,
Second edition, Springer, Munich, pp. 74, 92, 240, 258, 318.
Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Kanisius, Yogyakarta,
hal. 1-6.
Wolf, J., 2012, Mikro - Dȕnnschicht – Chromatographie, Govi-Verlag, Berlin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi tanaman kacang
hijau (Vigna radiata (L.) R. Wilczek)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 2. Gambar kacang hijau yang berasal dari PT.
SUPER INDO, dengan batch number : 8-993408-010
a. Gambar kemasan kacang hijau yang berasal dari PT. SUPER INDO
b. Gambar simplisia kacang hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
c. Gambar kacang hijau yang telah dikupas
d. Gambar simplisia kulit kacang hijau
e. Gambar simplisia keping biji kacang hijau,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 3. Perhitungan susut pengeringan simplisia kacang
hijau
a. Penimbangan bobot tetap cawan menggunakan oven bersuhu 105°C
Waktu
(menit)
Bobot cawan
Replikasi 1 (g)
Bobot cawan
Replikasi 2 (g)
Bobot cawan
Replikasi 3 (g)
0 29,639 47,154 40, 050
30 29,610 47, 145 40,040
60 29,611 47, 144 40,041
b. Penimbangan serbuk simplisia kacang hijau
Replikasi 1 (g) Replikasi 2 (g) Replikasi 3 (g)
Cawan 29,611 47,144 40,041
Cawan + isi 30,613 48,144 41,043
Isi 1,002 1,000 1,002
c. Penimbangan cawan + serbuk simplisia kacang hijau saat proses
susut pengeringan dengan oven bersuhu 105°C
Waktu
(menit)
Replikasi 1 (g) Replikasi 2 (g) Replikasi 3 (g)
0 30,613 48,144 41,043
30 30,525 48,054 40,953
60 30,524 48,052 40,952
d. Perhitungan bobot tetap simplisia kacang hijau
Replikasi 1
30 menit = 𝟏,𝟎𝟎𝟐−𝟎,𝟗𝟏𝟒
𝟏,𝟎𝟎𝟐 x 100% = 8,782 %
60 menit = 𝟏,𝟎𝟎𝟐−𝟎,𝟗𝟏𝟑
𝟏,𝟎𝟎𝟐 x 100%= 8,882%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Replikasi 2
30 menit = 𝟏,𝟎𝟎−𝟎,𝟗𝟏
𝟏,𝟎𝟎 x 100% = 9 %
60 menit = 𝟏,𝟎𝟎−𝟎,𝟗𝟎𝟖
𝟏,𝟎𝟎 x 100%= 9,2 %
Replikasi 3
30 menit = 𝟏,𝟎𝟎𝟐−𝟎,𝟗𝟏𝟐
𝟏,𝟎𝟎𝟐 x 100% = 8,982%
60 menit = 𝟏,𝟎𝟎𝟐−𝟎,𝟗𝟏𝟏
𝟏,𝟎𝟎𝟐 x 100%= 9,082 %
Kadar air simplisia kacang hijau = 𝟖,𝟖𝟖𝟐 % +𝟗,𝟐 %+𝟗,𝟎𝟖𝟐 %
𝟑 = 9,0546 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 4. Perhitungan rendemen ekstrak
a. Perhitungan rendemen ekstrak kacang hijau (V. radiata)
(gram)
Bobot wadah 337,49
Bobot wadah + ekstrak 462,56
Bobot ekstrak 125,07
Bobot kacang hijau yang digunakan = 1000,4 g
Rendemen ekstrak kacang hijau = 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒆𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒄𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒊𝒋𝒂𝒖
𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 x 100%
= 𝟏𝟐𝟓,𝟎𝟕 𝒈
𝟏𝟎𝟎𝟎,𝟒 𝒈 x 100%
= 12, 502 % b/b
b. Perhitungan rendemen ekstrak kulit kacang hijau
(gram)
Bobot wadah 141,5
Bobot wadah + ekstrak 143, 79
Bobot ekstrak 2,29
Bobot kulit kacang hijau yang digunakan = 99,9 g
Rendemen ekstrak kacang hijau = 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒆𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌 𝒌𝒖𝒍𝒊𝒕 𝒌𝒂𝒄𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒊𝒋𝒂𝒖
𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 x 100%
= 𝟐,𝟐𝟗 𝒈
𝟗𝟗,𝟗 𝒈 x 100%
= 2,293 % b/b
c. Perhitungan rendemen ekstrak keping biji kacang hijau
(gram)
Bobot wadah 141,2
Bobot wadah + ekstrak 147,65
Bobot ekstrak 6,45
Bobot keping biji kacang hijau yang digunakan = 100 g
Rendemen ekstrak kacang hijau = 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒆𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒈𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒋𝒊 𝒌𝒂𝒄𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒊𝒋𝒂𝒖
𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 x 100%
= 𝟔,𝟒𝟓 𝒈
𝟏𝟎𝟎 𝒈 x 100%
= 6,45 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 5. Perhitungan susut pengeringan ekstrak kacang
hijau
a. Penimbangan bobot tetap cawan menggunakan oven bersuhu 105°C
Waktu
(menit)
Bobot cawan
Replikasi 1 (g)
Bobot cawan
Replikasi 2 (g)
Bobot cawan
Replikasi 3 (g)
0 47,676 48,614 46,164
30 47,670 48,609 46,161
60 47,664 48,601 46,155
b. Penimbangan silika gel
Replikasi 1 (g) Replikasi 2 (g) Replikasi 3 (g)
Kertas 0,253 0,235 0,262
Kertas + isi 0,747 0,730 0,754
Sisa 0,253 0,236 0,263
Isi 0,494 0,494 0,491
c. Penimbangan ekstrak kacang hijau
Replikasi 1 (g) Replikasi 2 (g) Replikasi 3 (g)
Cawan 47,664 48,601 46,155
Cawan + isi 48,103 49,028 46,155
Isi 0,439 0,427 0,488
d. Penimbangan cawan + ekstrak kacang hijau + silika gel saat proses
susut pengeringan dengan oven bersuhu 105°C
Waktu
(menit)
Replikasi 1 (g) Replikasi 2 (g) Replikasi 3 (g)
0 48,592 49, 516 47,115
30 48,414 49, 368 46,799
60 48,316 49, 271 46,742
90 48,269 49,212 46,737
120 48,258 49, 186 46,736
150 48,258 49, 178 46,735
180 48,256 49, 176 46, 734
e. Perhitungan bobot tetap ekstrak kacang hijau
Replikasi 1
30 menit = 𝟎,𝟗𝟐𝟖−𝟎,𝟕𝟓
𝟎,𝟗𝟐𝟖 x 100% = 19,181 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
60 menit = 𝟎,𝟗𝟐𝟖−𝟎,𝟔𝟓𝟐
𝟎,𝟗𝟐𝟖 x 100%= 29,741 %
90 menit = 𝟎,𝟗𝟐𝟖−𝟎,𝟔𝟎𝟓
𝟎,𝟗𝟐𝟖 x 100% = 34,806%
120 menit = 𝟎,𝟗𝟐𝟖−𝟎,𝟓𝟗𝟒
𝟎,𝟗𝟐𝟖 x 100% = 35,9913 %
150 menit = 𝟎,𝟗𝟐𝟖−𝟎,𝟓𝟗𝟒
𝟎,𝟗𝟐𝟖 x 100% = 35,9913 %
180 menit = 𝟎,𝟗𝟐𝟖−𝟎,𝟓𝟗𝟐
𝟎,𝟗𝟐𝟖 x 100% = 36,206 %
Replikasi 2
30 menit = 𝟎,𝟗𝟏𝟓−𝟎,𝟕𝟔𝟕
𝟎,𝟗𝟏𝟓 x 100% = 16,174 %
60 menit = 𝟎,𝟗𝟏𝟓−𝟎,𝟔𝟕
𝟎,𝟗𝟏𝟓 x 100% = 26,66 %
90 menit = 𝟎,𝟗𝟏𝟓−𝟎,𝟔𝟏𝟏
𝟎,𝟗𝟏𝟓 x 100% = 33,22 %
120 menit = 𝟎,𝟗𝟏𝟓−𝟎,𝟓𝟖𝟓
𝟎,𝟗𝟏𝟓 x 100% = 36,06 %
150 menit= 𝟎,𝟗𝟏𝟓−𝟎,𝟓𝟕𝟕
𝟎,𝟗𝟏𝟓 x 100% = 36,939%
180 menit = 𝟎,𝟗𝟏𝟓−𝟎,𝟓𝟕𝟓
𝟎,𝟗𝟏𝟓 x 100% = 37,158%
Replikasi 3
30 menit = 𝟎,𝟗𝟔−𝟎,𝟔𝟒𝟒
𝟎,𝟗𝟔 x 100% = 32,91%
60 menit = 𝟎,𝟗𝟔−𝟎,𝟓𝟖𝟕
𝟎,𝟗𝟔 x 100% = 38,85%
90 menit = 𝟎,𝟗𝟔−𝟎,𝟓𝟖𝟐
𝟎,𝟗𝟔 x 100% = 39,37%
120 menit= 𝟎,𝟗𝟔−𝟎,𝟔𝟒𝟒
𝟎,𝟗𝟔 x 100% = 32,91%
150 menit = 𝟎,𝟗𝟔−𝟎,𝟓𝟖
𝟎,𝟗𝟔 x 100% = 39,583%
180 menit= 𝟎,𝟗𝟔−𝟎,𝟓𝟕𝟗
𝟎,𝟗𝟔 x 100% = 39,687%
Kadar air ekstrak kacang hijau = 𝟑𝟔,𝟗𝟗𝟏𝟑 % +𝟑𝟕,𝟏𝟓𝟖 %+𝟑𝟗,𝟔𝟖𝟕 %
𝟑 = 37,683 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 6. Penimbangan ekstrak kacang hijau untuk
kromatografi lapis tipis (KLT)
a. Penimbangan ekstrak kacang hijau untuk optimasi fase gerak
kromatografi lapis tipis (KLT)
Cawan (g)
Bobot cawan 51, 5635
Bobot cawan + isi 51, 5682
Bobot isi 0,0047
b. Penimbangan ekstrak kacang hijau untuk KLT uji kualitatif dengan
reagen semprot
Cawan (g)
Bobot cawan 51, 553
Bobot cawan + isi 51,558
Bobot isi 0,0049
c. Penimbangan ekstrak kacang hijau untuk KLT uji kualitatif β-
karoten bleaching test
Cawan (g)
Bobot cawan 50, 4572
Bobot cawan + isi 50,462
Bobot isi 0,0048
d. Penimbangan ekstrak kacang hijau untuk KLT uji bioautografi E.
coli
Cawan (g)
Bobot cawan 50, 8622
Bobot cawan + isi 50,8668
Bobot isi 0,0046
e. Penimbangan ekstrak kacang hijau untuk KLT uji bioautografi S.
aureus
Cawan (g)
Bobot cawan 53,5643
Bobot cawan + isi 53,5698
Bobot isi 0,0055
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 7. Gambar parameter warna yang digunakan
dalam uji kualitatif UV protection
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 8. Hasil optimasi intensitas sinar UV
Intensitas
Sinar
Waktu
(menit)
Warna pelat KLT sesuai
indikator no -
SD Rata-
rata
Rep
1
Rep
2
Rep
3
Rep
4
Rep
5
Rendah
(100 cm)
Max: 5,97 Lux
Min : 5,82 Lux
Rata-rata : 5,895 Lux
0 7 6 6 6 6 0,45 6.2
1 5 3 3 3 2 1,10 3.2
3 3 3 2 2 3 0,55 2.6
6 3 2 2 2 2 0,45 2.2
9 2 2 2 2 2 0 2
12 2 2 2 2 1 0,45 1.8
15 2 2 1 1 1 0,55 1.4
Sedang
(50 cm)
Max: 3,4 Lux
Min : 4,88 Lux
Rata-rata : 3,01 Lux
0 6 6 6 6 6 0 6
1 3 2 2 3 2 0,55 2.4
3 2 2 2 2 2 0 2
6 2 1 2 1 2 0,55 1.6
9 2 1 1 1 1 0,45 1.2
12 1 1 1 1 1 0 1
15 1 1 1 1 1 0 1
Tinggi
(35 cm)
Max: 30,36 Lux
Min : 30,0 Lux
Rata-rata : 30,48 Lux
0 6 6 6 6 6 0 6
1 2 2 1 2 1 0,55 1.6
3 1 1 1 1 1 0 1
6 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 9. Surat sertifikat hasil uji bakteri
a. Surat sertifikat hasil uji bakteri Escherichia coli ATCC 25922
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
b. Surat sertifikat hasil uji bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 10. Gambar kontrol media, kontrol pertumbuhan
dan kontrol positif uji kualitatif antibakteri ekstrak kacang hijau
a. Gambar kontrol dalam uji kualitatif antibakteri ekstrak kacang hijau
pada bakteri S. aureus( A = kontrol media; B = kontrol pertumbuhan bakteri
S. aureus; C = kontrol positif )
b. Gambar kontrol dalam uji kualitatif antibakteri ekstrak kacang hijau
pada bakteri E. coli ( A = kontrol media; B = kontrol pertumbuhan bakteri
E.coli; C = kontrol positif )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 11. Penimbangan ekstrak kacang hijau untuk
triturasi
a. Penimbangan pasir pantai
(gram)
Bobot kertas 0,2523
Bobot kertas + isi 5,2584
Bobot kertas + sisa 0,2523
Bobot isi 5,0061
b. Penimbangan ekstrak kacang hijau
(gram)
Bobot cawan 52,357
Bobot cawan + isi 57,502
Bobot cawan+ sisa 52,357
Bobot isi 5,145
c. Penimbangan ekstrak + pasir pantai
(gram)
Bobot wadah 188,569
Bobot wadah + ekstrak + pasir 198,076
Bobot wadah + sisa 188,5960
Isi (ekstrak + pasir) 9,48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 12. Penimbangan hasil triturasi
a. Penimbangan hasil triturasi n-heksana
Cawan (g)
Cawan 59,9846
Cawan + isi 61,6442
Isi 1,6596
Rendemen = 𝟏,𝟔𝟓𝟗𝟔 𝒈
𝟓,𝟏𝟒𝟓 𝒈 x 100% = 32,256 % b/b
b. Penimbangan hasil triturasi kloroform:metanol (7:3)
Cawan (g)
Cawan 74,7262
Cawan + isi 75,3185
Isi 0,5923
Rendemen = 𝟎,𝟓𝟗𝟐𝟑 𝒈
𝟓,𝟏𝟒𝟓 𝒈 x 100% = 11,512 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 13. Penimbangan ekstrak kacang hijau dan hasil
triturasi untuk kromatografi lapis tipis (KLT)
(gram)
Ekstrak kacang hijau 0,0026
Hasil triturasi n-heksana 0,0023
Hasil triturasi kloroform : metanol 0,0027
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 14. Penimbangan sampel untuk kromatografi kolom
gradien
a. Penimbangan hasil triturasi n-heksana untuk kromatografi kolom
gradien
(gram)
Wadah 188,1170
Wadah + isi 188,420
Isi 0,303
b. Penimbangan silika untuk kromatografi kolom
(gram)
Wadah 49,720
Wadah + isi 50,021
Isi 0,301
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 15. Gambar kolom yang digunakan dalam
kromatografi kolom gradien ekstrak kacang hijau
a. Gambar kolom yang digunakan dalam kromatografi kolom gradien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 16. Hasil kromatografi kolom gradien dengan fase
gerak kloroform
a. Hasil proses 1
Tabung Faktor retardasi (Rf) Visual
(warna)
UV 254 nm
(warna)
UV 366 nm
(warna)
1 0,828 - meredam Berpendar hijau
tipis
2 Tidak nampak bercak - - -
3 0,74 - meredam -
4 0,68 - Meredam -
0,51 - Meredam -
5 0,68 - Meredam -
0,51 - Meredam -
6 0,54 Hijau - Berpendar
Merah tipis
0,37 Hijau tipis - -
7 0,54 Hijau - Berpendar
Merah
0,37 Hijau - Berpendar
Merah
8 0,11 Kuning - -
9 0,11 Kuning - -
0,71 Meredam - -
10 0,11 - Meredam -
0,71 - Meredam -
11 Tidak nampak bercak - - -
12 Tidak nampak bercak - - -
13 Tidak nampak bercak - - -
14 Tidak nampak bercak - - -
15 Tidak nampak bercak - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
b. Hasil proses 2
Tabung Faktor retardasi (Rf) Visual
(warna)
UV 254 nm
(warna)
UV 366 nm
(warna)
1 0,828 - Meredam Berpendar hijau
2 0,74 - Meredam -
3 0,74 - Meredam -
4 0,542 - Meredam -
0,657 - Meredam -
5 0,542 - Meredam -
0,657 - Meredam -
6 0,571 - Meredam -
0,34 - Kuning -
7 0,571 - Meredam -
0,34 - - Berpendar hijau
8 0,54 Hijau - Berpendar
Merah
0,4 Hijau - Berpendar
Merah
9 0,7 Kuning - -
10 0,7 Kuning - -
11 0,11 - Meredam -
12 0,11 - Meredam -
13 Tidak nampak bercak - - -
14 Tidak nampak bercak - - -
15 Tidak nampak bercak - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
f. Hasil proses 3
Tabung Faktor retardasi (Rf) Visual
(warna)
UV 254 nm
(warna)
UV 366 nm
(warna)
1 0,828 - Meredam Berpendar hijau
2 0,71 - Meredam -
3 0,71 - Meredam -
4 0,71 - Meredam -
0,65 - Meredam -
0,51 - Meredam -
5 0,65 - Meredam -
0,51 - Meredam -
6 0,51 Meredam -
0,4 Kuning - -
7 0,51 - Meredam -
0,4 Kuning - -
8 0,54 Hijau - Berpendar
Merah
0,45 Hijau - Berpendar
Merah
9 0,48 Hijau - Berpendar
Merah
0,34 Hijau - Berpendar
Merah
10 0,7 Kuning - -
11 0,7 Kuning - -
12 0,17 Kuning - -
0,11 - Meredam -
13 0,17 Kuning - -
0,11 - Meredam -
14 0,11 - Meredam -
15 0,11 - Meredam -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 17. Penimbangan hasil pemekatan isolat hasil
kromatografi kolom gradien
a. Penimbangan isolat 1
(gram)
Flakon 17,1008
Flakon + isi 17,1063
Isi 0,0055
Rendemen isolat 1 = 𝟎,𝟎𝟎𝟓𝟓 𝒈
𝟎,𝟑𝟎𝟑 𝒈x 100% = 18,1518 % b/b
b. Penimbangan isolat 2
(gram)
Flakon 24,9102
Flakon + isi 24,9130
Isi 0,0028
Rendemen isolat 2 = 𝟎,𝟎𝟎𝟐𝟖 𝒈
𝟎,𝟑𝟎𝟑 𝒈x 100% = 0,924 % b/b
c. Penimbangan isolat 3
(gram)
Flakon 24,9163
Flakon + isi 24,9191
Isi 0,0028
Rendemen isolat 3 = 𝟎,𝟎𝟎𝟐𝟖 𝒈
𝟎,𝟑𝟎𝟑 𝒈x 100% = 0,924 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
d. Penimbangan isolat 4
(gram)
Flakon 25,0259
Flakon + isi 25,0268
Isi 0,0009
Rendemen isolat 4 = 𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟗 𝒈
𝟎,𝟑𝟎𝟑 𝒈x 100% = 0,297 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 18. Gambar hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri
isolat senyawa kacang hijau
a. Gambar hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri dari amoksisilin pada
bakteri S. aureus ( A = 5 µg; B = 7,5 µg; C = 10 µg)
b. Gambar hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri dari isolat 1 pada
bakteri S. aureus ( A = 50 µg; B = 100 µg; C = 200 µg)
c. Gambar hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri dari isolat 2 pada
bakteri S. aureus ( A = 50 µg; B = 100 µg; C = 200 µg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
d. Gambar hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri dari isolat 3 pada
bakteri S. aureus ( A = 50 µg; B = 100 µg; C = 200 µg)
e. Gambar hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri dari isolat 4 pada
bakteri S. aureus ( A = 50 µg; B = 100 µg; C = 200 µg)
f. Gambar kontrol dalam uji kualitatif antibakteri ( A = kontrol media;
B = kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Aktif Penangkap Radikal Bebas, UV
protection, dan Antibakteri Ekstrak Kacang Hijau
(Vigna radiata (L.) R. Wilczek)“ memiliki nama
lengkap Agustine Kurniawaty. Penulis lahir di Jakarta,
24 Agustus 1993 dari pasangan Tono Mariono dan
Indrianawaty. Penulis telah menyelesaikan pendidikan
di Playgroup Kasih Ibu Purwokerto pada tahun 1996
hingga 1997, kemudian penulis melanjutkan pendidikan
di TK Santa Maria Purwokerto pada tahun 1997 hingga
1999. Penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD
Santa Maria Purwokerto pada tahun 1999 hingga 2005,
kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah di
SMP Susteran Purwokerto pada tahun 2005 hingga
2008 dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta pada tahun 2008 hingga 2011. Penulis
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma
Yogyakarta pada tahun 2011 hingga 2015. Selama menjadi mahasiswa Fakultas
Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta, penulis cukup aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan, kepanitiaan dan kegiatan lain yang terdapat di dalam maupun di
luar Universitas Sanata Dharma antara lain: sebagai peserta Program Kreativitas
Mahasiswa Kewirausausahaan (PKM-K) lolos didanai Hibah Direktorat
Pendidikan Tinggi (Dikti) dengan judul “Mollusca Crispy Sebagai Camillan
Sumber Protein dan Peningkatan Kesehatan Otak” (2014); panitia Seminar Hari
AIDS Sedunia (2011); ketua panitia Donor Darah Jaringan Mahasiswa Kesehatan
Indonesia (2012); Divisi Organisasi Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia
(2012-2013); Divisi Advokasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi
(2012-2013); Wakil Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi
(2013-2014); kordinator Sie Kampanye Komisi Pemilihan Umum Badan
Eksekutif Mahasiswa dan Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi
(2013); panitia Titrasi (2012); Steering Committe Titrasi (2013); Asisten
Praktikum Kimia Organik (2014); Asisten Praktikum Farmakognosi Fitokimia
(2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI