plagiarism checker x originality...
TRANSCRIPT
Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 19%
Date: Friday, June 28, 2019
Statistics: 4598 words Plagiarized / 24649 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola kehidupan bebas yang melanda
sebagian besar remaja. Penggunaan narkoba yang ternyata tidak hanya melanda
kalangan remaja di sekolah-sekolah, namun juga justru sebagian kasus penggunaan
narkoba dapat kita temukan dikalangan birokrat atau wakil rakyat.
Dan juga kasus-kasus lainnya, seperti korupsi, kekerasan dan lain-lain yang
memperlihatkan bahwa negera kita sedang menghadapi yang namanya krisis moral.
Krisis moral yang merupakan dampak dari kehidupan bebas melanda sebagian kalangan
remaja di sekolah-sekolah. Akibatkan terjadinya hamil di luar nikah, pemukulan kepada
guru, siswa-siswi yang suka merokok dan bahkan minum-minuman keras, dan
menggunakan narkoba.
Ini menandakan krisis moral melanda sebagian kalangan siswa-siswi di sekolah. Melanda
sebagian kalangan karena ternyata masih ada juga siswa-siswi yang pola pergaulannya
tidak terjebak pada pergaulan bebas, kepada mereka kita masih memberikan harapan
untuk kemajuan Indonesia nantinya.
Lantas bagaimana dengan remaja yang terjebak kedalam pergaulan bebas? Kita juga
tidak bisa membiarkan mereka begitu saja, harus ada upaya untuk membimbing
kembali remaja-remaja yang telah salah jalan. Karena remaja- remaja adalah angkatan
baru, kepada merekalah nasib Indonesia di kemudian hari. Menghadapi masalah krisis
moral atau pergaulan bebas. Disinilah peran pendidikan untuk membendung krisis
moral ini.
Jangan samapai krisis moral kian bertambah besar, bahkan di harapkan lewat
pendidikan dapat mengatasi masalah 2 krisis moral ini. Karena disinilah tugas dari
pendidikan, yaitu memanusiakan manusia, mewujudkan manusia yang benar-benar
memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Lebih khususnya lewat pendidikan Agama di harapkan
akan dapat mampu membimbing siswa-siswi agar tidak terporosok kedalam pergaulan
bebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana yang
kita ketahui bahwa pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia.
Demikianlah pandangan tujuan pendidikan secara umum, bahwa pendidikan adalah
untuk memanusiakan manusia. Manusia perlu dibantu agar dia bisa menjadi manusia.
Karena manusia itu adalah sifat. Banyak manusia yang bukan manusia. Karena salah satu
pertanda manusia adalah dengan dia berpikir. Sebagaima Ahmad Tafsir yang mengutip
perkataan Rene Deskartes bahwa “Aku berpikir, maka akupun ada”.
1 Dalam bukunya Quraish Shihab, ia mengutip perkataan Socrates yang menyatakan
bahwa manusia tidak dapat hidup dengan wajar, kecuali jika ia dapat menerapkan
secara nyata apa yang termaktub pada tempat pemujaan di pulau Delphi yang
menyatakan : “ketahuilah dirimu dengan dirimu” .2 Ya, kenalilah dirimu lewat dirimu,
maksudnya coba pikirkanlah, benarkah kita ini manusia? Lalu apa buktinya sehingga kita
ini disebut manusia? Salah satu ciri manusia adalah mempunyai akal. Lantas apakah
pertanda manusia itu mempunyai akal? Tanda manusia mempunyai akal adalah ketika
dia menggunakan akal itu (berpikir).
Ketika melihat suatu hal yang terjadi maka manusia akan menggunakan akalnya dan
berpikir baikkah atau burukkah. 1Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak
Thales sampai Capra, cet. 20, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.131. 2Quraish
Shihab, Yang Hilang dari Kita AKHLAK, cet-1, (Tangerang : Lentera Hati, 2016), h. 32.
3 Manusia itu sejenis hewan juga, tetapi Tuhan memberikan kelebihannya dengan akal.
3 Orang yang berakal, luas pandangannya kepada sesuatu yang menyakiti atau
menyenangkan. Pandai memilih perkara yang memberi manfaat dan menjauhi yang
akan menyakiti. Dia memilih mana yang lebih kekal walaupun sulit jalannya daripada
yang mudah didapat padahal rapuh.
Sebab itu mereka pandang keutamaan akhirat, lebih daripada keutamaan dunia. 4 Buya
Hamka berkata, bahwa : “Kemanusiaan tidak ada pada yang lain, hanyalah ada pada
manusia. Maka sekedar usaha manusia memperhalus perangai itu, sekedar itu pulalah
tingkatan derajat kemanusiaannya, sehingga ada yang naik tingkatnya, membumbung
tinggi, hampir mencapai derajat malaikat.
Jika bertemu manusia yang demikian hanya rupanya yang rupa manusia, bentuk
badannya dan wajahnya; adapun hatinya, jiwanya, sanubarinya, semuanya adalah hati
sanubari dan jiwa malaikat. Adapun pula, yang turun kebawah sekali, kederajat yang
paling hina, sehingga menyerupai binatang, bahkan lebih hina daripada binatang. Hanya
tubuhnya yang tubuh manusia. Hanya tanduk atau taringnya yang tidak ada, hanya
kukunya yang tak panjang.
Hanya kakinya yang tak berjalan empat dengan tangannya; bahkan lebih berbahaya dari
binatang. Sebab cerdik manusia ada padanya, padahal tipu dayanya tertiru oleh
binatang sendiri. Dan ada pula yang pertengahan. Itulah sebabnya maka dikatakann
orang bahwa kemanusiaan si anu lebih daripada kemanusiaan si fulan.
Jadi teranglah ukuran perangai kemanusiaan itu ialah ukuran perangai terpuji atau
tercela.” 5 Dalam peningkatan akhlak Islam sendiri pendidikan sangat dibutuhkan.
Karena sebagaimana pendapat Buya Hamka, bahwa pendidikan agama amat perlu
walaupun pada sekolah-sekolah umum. Karena sebagaimana katakan Buya Hamka,
“Pendidikan dan pengajaran tidak sama.
Apa gunanya bersembunyi, bahwasanya pada masa inipun banyak terdapat
sekolah-sekolah yang mengajarkan agama, tetapi tidak mendidik agama. Maka keluar
pulalah anak-anak muda yang alim ulama, bahasa Arabnya seperti air mengalir, tetapi
budinya rendah. Sama 3Hamka, Falsafah Hidup, cet-, (Jakarta : Republika, 2015), h. 8.
4Ibid, h. 33. 5Loc.cit.
4 sajalah sekolah macam ini dengan sekolah-sekolah yang tidak mengajarkan, pun tidak
mendidik agama.” 6 Pandangan Buya Hamka di atas sudah berpuluh tahun yang lalu
dituliskan oleh Buya Hamka, namun kenyataan dalam dunia pendidikan pun sampai
sekarang ini masih ada institusi pendidikan yang seperti dikemukakan oleh beliau.
Pendidikan kita yang kadang kala masih lebih banyak berorientasi pada transfer
pengetahuan semata namun lupa dalam membentuk akhlak manusia, sebagaimana
pandangan Azyumardi Azahra, bahwa mata pelajaran agama cenderung hanya untuk
sekedar diketahui dan dihapalkan saja untuk lulus ujian. 7 Sehingga kadang kalah kita
bisa melihat ada orang yang hebat ilmu agamanya, tetapi tidak hebat akhlaknya.
Kita bisa melihat banyak juga mahasiswa di Perguruan tinggi Islam yang ketika waktu
shalat mereka tidak shalat, bahkan ada yang sampai sering minum minuman keras,
padahal ia mengetahui bahwa shalat lima waktu wajib hukumnya, dan minuman keras
haram hukumnya. Ini merupakan sebuah contoh dimana agama hanya sekedar hapalan
saja namun tidak wujud dalam aktifitas keseharian, dimana agama hanya sekedar
pengajaran saja tidak ada pendidikan agamanya.
Seorang muslim yang baik adalah yang paling baik akhlaknya, sebagaimana sabda Nabi
Muhammad saw, yang artinya : Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah
yang terbaik akhlaknya . (Hr. Ahmad). Sabda beliau saw., juga yang artinya: Aku diutus
tidak lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia. (Hr. Malik). Melihat sabda
Nabi Muhammad saw.,
diatas maka kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya, pendidikan Agama tidak hanya
sebagai hapalan semata, 6Hamka, Lembaga Hidup, cet-, (Jakarta : Republika, 2015), h.
306. 7Azyumardi Azahra, Jurnal “ Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti”, No. I/XX/2001, h.
25. 5 namun juga haruslah mendidik akhlak, karena tujuan utama Nabi Muhammad
saw., adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Maka dari itu penulis mengangkat judul ini “Perspektif Pendidikan Buya Hamka :
Pembentukan Akhlak dalam Memanusiakan Manusia”. Agar kita dapat mengetahui
bagaimanakah pandangan Buya Hamka dalam hal mendidik untuk mewujudkan
manusia yang berakhlak manusia, manusia yang sebenarnya manusia. B.
Rumusan dan Batasan Masalah Dalam penyusunan skripsi ini, penulis merumuskan
masalah-maslah yang akan penulis teliti terkait dengan “Perspektif Pendidikan Buya
Hamka : Pemantapan Budi dalam Memanusiakan Manusia”, adalah sebagai berikut : 1.
Bagimanakah Pandangan Buya Hamka tentang akhlak manusia. 2. Bagaimanakah
Pandangan Buya Hamka tentang pendidikan. 3.
Bagaimanakah Pandangan Buya Hamka mengenai pendidikan dalam upaya
pembentukan akhlak untuk memanusiakan manusia. Mengacu dari rumusan masalah di
atas, maka penulis membatasi penelitian pemikiaran Buya Hamka hanya dalam masalah
pendidikan. Khususnya pandangan beliau tentang akhlak manusia, dan juga tentang
hakikat manusia sejati dalam pandangan Buya Hamka dan bagaimanakah cara
membentuk manusia yang berakhlak. C. Tujuan dan Manfaat A. Tujuan Adapun tujuan
dalam menyusun skripsi ini : 1. Menjelaskan pandangan Buya Hamka mengenai akhlak
manusia. 6 2.
Menjelaskan pandangan Buya Hamka dalam pendidikan. 3. Menjelaskan pandangan
Buya Hamka tentang bagaimana pendidikan dalam membentuk akhlak untuk
memanusiakan manusia. B. Manfaat Adapun manfaatnya, sejalan dengan tujuan dari
penyusunan skripsi ini, adalah : 1. Diharapkan dapat menjelaskan perspektif atau
pandangan Buya Hamka tentang akhlak manusia. 2. Diharapkan dapat menjelaskan
pandangan Buya Hamka dalam pendidikan.
3. Diharapkan dapat menjelaskan pandangan Buya Hamka tentang cara pembentukan
akhlak dalam memanusiakan manusia. C. Pengertian Judul Sesuai judulnya “Perpektif
Pendidikan Buya Hamka : Pembentukan Akhlak dalam Memanusiakan Manusia”. Maka
penulis akan sedikit membahas judul-judul tersebut, agar akan memudahkan kita dalam
memahami pembahasan dalam skripsi ini. 1.
Perspektif Pendidikan Dalam bukunya Ahmad Tafsir mengatakan bahwa orang-orang
Yunani dahulu mengatakan bahwa pendidikan itu ialah pertolongan kepada manusia
agar ia menjadi manusia. 8 Jadi, pendidikan merupakan sarana dalam memanusiakan
manusia. 8Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, cet- 5, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 32.
7 Perspektif pendidikan merupakan cara pandang pendidikan atau merupakan cara
pandang terhadap bagaimana cara memanusiakan manusia. Biasanya yang dimaksud
adalah cara pandang dari seorang tokoh yang sudah terakui keilmuannya. Jadi yang
dimaksud dengan pandangan pendidikan disini bukanlah pandangan pendidikan dari
sembarangan orang namun pandangan pendidikan dari tokoh-tokoh yang sudah
terakui keilmuannya. Dan tokoh yang dimaksud adalah Buya Hamka, beliau merupakan
ketua MUI yang pertama.
Jadi, kita akan melacak bagaiman perspektif pendidikan dari Buya Hamka atau dalam
kata lain, kita akan melacak cara pandang Buya Hamka dalam memanusiakan manusia.
2. Pembentukan Akhlak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , kata akhlak
diartikan dengan budi pekerti, kelakuan. 9 Merujuk pada asal usul kata akhlak, berasal
dari bahasa Arab yaitu akhlaq .
Kata ini merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang pada mulanya bermakna
ukuran, latihan dan kebiasaan. Dari makna pertama ukuran lahirlah kata makhluk , yakni
ciptaan yang mempunyai ukuran; serta dari makna kedua (latihan) dan ketiga
(kebiasaan) lahir sesuatu – positi maupun negatif. 10 Sesuatu yang positif maupun
negatif inilah yang bersangkutan dengan perbuatan makhluk itu sendiri, yang sering kita
sebut dengan akhlak.
Quraish Shihab dalam bukunya mengartikan akhlak, sebagai berikut : “Melihat dari asal
kata akhlak, yakni khuluq yang mempunyai makna latihan dan kebiasaan. Maka dapat
kita lihat bahwa akhlak dapat wujud dengan latihan dan kebiasaan. Batu yang licin
dinamai khalqa’ karena ia berkali-kali disentuh oleh sesuatu, juga kata khalaq yang
berarti usang karena berkali-kali lagi terbiasa digunakan.
Makna-makna di atas mengisyaratkan bahwa akhlak dalam pengertian budi pekerti
maupun sifat yang mantap dalam diri seseorang/kondisi 9Kbbi.web.id. 10 Quraish
Shihab, Op.cit. h. 3. 8 kejiwaan baru dapat dicapai setelah berulang-ulang latihan dan
dengan membiasakan diri melakukannya.”11 Pembentukan akhlak dapat dilakukan
melalui pendidikan, baik yang berupa latihan-latihan untuk menumbuhkan kebiasaan
yang baik.
Dalam skripsi ini kita akan membahas bagaimana pandangan Buya Hamka dalam
menanamkan nilai-nilai kebaikan pada manusia atau dalam kata lain bagaimana
membentuk akhlak manusia. 3. Memanusiakan Manusia Manusia yang sejati adalah
manusia yang memiliki akhlak mulia. Jadi memanusiakan manusia merupakan usahah
pembentukan akhlak dalam diri manusia sehingga manusia itu menjadi manusia yang
sejati.
Sementara kalau manusia yang tidak baik akhlaknya dan tidak menggunakan pikirannya
untuk menimbang baik dan buruk ini adalah manusia yang masih harus di manusiakan.
Dalam susunan surah-surah al-Qur’an kiranya ada sebuah hikmah, setelah al-fateha
(pembuka) lantas dimulai dengan surah al-Baqarah yang berarti sapi betina, kemudian
ditutup dengan surah terakhir an-Nas yang berarti manusia. Ini menandakan bahwa
untuk menjadi manusia haruslah mengeluarkan sifat-sifat hewan dari diri.
Dan al-Qur’an menyediakan panduan untuk memandu manusia dari akhlak hewan
menjadi manusia yang sebenarnya manusia. D. Tinjauan Pustaka Sepengetahuan penulis
masih sangat sedikit penelitian yang membahas perspektif Buya Hamka khususnya
dalam masalah pendidikan. Terlebih di IAIN Sultan Amai Gorontalo sendiri masih sangat
sedikit skripsi yang membahas 11 Ibid, h. 4. 9 perspektif Buya Hamka dalam masalah
pendidikan.
Setelah di telusuri dalam tempat penyimpanan skripsi para Mahasiswa alumni IAIN
Sultan Amai Gorontalo hanya satu karya yang membahas tentang perspektif pendidikan
Buya Hamka dalam masalah pendidikan, yaitu : 1. Skripsi yang disusun oleh Qomarudin
Towadi, (2012), yang berjudul Pemikiran Hamka tentang pendidikan dalam tafsir
al-Azhar 12 .
Meskipun demikian terdapat perbedaan masalah yang diteliti dalam pemikiran Buya
Hamka mengenai pendidikan dalam hal penelitian yang akan dilakukan dalam skripsi ini.
Yaitu skripsi tersebut hanya terpusat pada seputar pembahasan mengenai tafsir Buya
Hamka pada ayat-ayat pendidikan (al- Alaq : 1-5, al-Mu’minun : 12-17, an-Nisa : 115,
al-Mujadalah : 11, at- Taubah : 112, at-Tahrim : 6, at-Thagabun : 14), yang ditelitinya
dalam kitab Tafsir yang ditulis oleh Buya Hamka yaitu tafsir al-Azhar.
Sedangkan dalam skripsi yang akan disusun ini penulis tidak hanya melihatnya dalam
tafsir al-Azhar melainkan pada karya-karya yang ditulis beliau, yang bisa penulis
himpun. Dan kalau skripsi tersebut hanya membahas seputar tafsir ayat-ayat pendidikan
oleh Buya Hamka maka skripsi penulis lebih ditekankan pada pandangan Buya Hamka
mengenai pembentukan akhlak dalam memanusiakan manusia.
Dan dalam penelusuran penulis yang berbasis internet juga ada beberapa skripsi yang
membahas perspektif pendidikan Buya Hamka, antara lain : 1. Skripsi yang ditulis oleh
mahasiswa alumni jurusan Pendidikan Agama Islam, STAIN Salatiga, yang bernama
Roudlotul Jannah (2015), yang 12 Towadi Qomarudin, Pemikiran Hamka tentang
pendidikan dalam tafsir al-Azhar, (2012). 10 berjudul “Pmikiran Hamka Tentang
Nilai-Nilai Pendidikan Budi Pekerti” 13 .
Ada sedikit kesamaan antara skripsi tersebut dan skripsi yang disusun oleh penulis.
Kesamaannya karena sama-sama membahas tentang pandangan Buya Hamka perihal
akhlak atau budi pekerti manusia. Namun, walaupun demikian ada perbedaan fokus
pembahasan. Kalau skripsi tersebut yang membahas tentang nilai-nilai pendidikan budi
pekerti dan releansinya dengan pendidikan saat ini, maka skripsi penulis ini fokusnya
adalah pada pembentukan akhlak dan bagaimana pembentukan akhlak itu dapat
mewujudkan manusia yang benar-benar manusia.
Sederhananya, kalau skripsi tersebut membahas nilai-nilai pendidikan budi pekerti
dalam pandangan Buya Hamka. Maka, skripsi penulis ini membahas bagaimanakah
pembentukan akhlak yang juga mencakup budi pekerti dalam memanusiakan manusia
dalam pandangan Buya Hamka. 2. Skripsi yang ditulis oleh Siti Lestari, alumni Fakultas
Tarbiyah, jurusan Pendidikan Agama Islam, IAIN Walisongo, Semarang.
Skripsi berjudul “Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan dalam Pendidkan Islam” 14 .
Walaupun sama-sama membahas pandangan Buya Hamka dalam pendidikan, namun
ada terdapat perbedaan fokus pembahasan dalam skripsi tersebut dan skripsi yang
disusun oleh penulis.
Kalau skripsi tersebut pembahasannya pada makna pendidikan secara umum,
pandangan Buya Hamka tentang pendidikan dalam Islam dan bagaimana relevansinya
dengan pendidikan sekarang. Maka dalam skripsi yang disusun penulis ini,
pembahasannya tidak hanya pada pendidikan Islam secara umum, 13
http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/4298130320.pdf. 14
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/123/jtptiain-gdl-sitilestar-6113-1-
skripsi-p.pdf 11 melainkan dikhususkan pada pandangan Buya Hamka perihal peran
pendidikan dalam pembentukan akhlak dalam memanusiakan manusia.
Itulah, beberapa skripsi yang juga membahas pandangan Buya Hamka dalam
pendidikan. Walaupun memiliki tema kajian yang sama, yaitu sama-sama membahas
mengenai pandangan Buya Hamka dalam pendidikan. Namun, skripsi- skripsi tersebut
dan skripsi ini memiliki perbedaan, karena adanya perbedaan fokus pembahasan yang
diteliti. E.
Metode Penelitian Skripsi ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang berisi pandangan atau keyakinan bahwa fokus penelitian adalah kualitas (hakikat
dan esensi). 15 Yang dimana jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan
dengan metode, Kualitatif Studi Dokumen/Teks ( Document Studies) yang merupakan
kajian yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan
konteksnya.
16 Karenanya teknik anilasa data yang digunakan adalah content analysis (analisis isi).
Untuk pengumpulan bahan tertulis yang akan dianalisis penulis mengumpulkan melalui
karya-karya tulisan Buya Hamka. Dan juga pemikiran beliau yang dituangkan oleh orang
lain dalam tulisan mereka. Jadi sumber data dalam skripsi ini, terdapat dua sumber.
Sumber yang pertama merupakan sumber primer yang diambil langsung dari buah
karya yang ditulis oleh Buya Hamka. Dan sumber sekunder yang diambil dari penulis
atau pemikir lain. 15 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Skripsi,
Program Studi Pendidikan Agama Islam, (Gorontalo: IAIN Press, 2015), h. 9.
16 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, cet. 1, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.
152. 12 Data yang diambil baik dari sumber primer dan sekunder itu kemudian di analisa
dengan menggunakan pendekatan : a. Induktif, merupakan pendekatan yang berasal
dari hal yang sifatnya spesifik (khusus) sebagai langkah awal, kemudian menuju pola
cakupan yang lebih umum. 17 b.
Deduktif, merupakan bentuk pendekatan pemikiran yang mengutamakan langkah awal
dari pengetahuan umum yang telah diveriikasi yang kemudian akan memperoleh
bentuk kesimpulan yang sifatnya lebih spesifik (umum). 18 c. Komparatif, yaitu analisis
data dengan perbandingan antara satu faktor dengan faktor lain kemudian dicari titik
temunya.
19 17 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan , cet. 12, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
h. 33. 18 Loc.cit. 19 Qomarudi Towadi, Op.cit. h. 9. 13 BAB II BIOGRAFI BUYA HAMKA
Membahas kehidupan Buya Hamka, kita akan menemukan berbagai kisah yang sangat
menarik. Sosok ulama yang sangat karismatik ini memiliki banyak kisah yang dapat kita
jadikan tauladan dalam hidup.
Ada sangat banyak kisah menarik yang baik untuk penulis tuliskan, namun tidak semua
kisah itu yang dapat penulis tuliskan dalam skripsi ini. Buya Hamka adalah sosok ulama
yang sangat disegani. Beliau tidak hanya disegani oleh orang yang sepemikiran
dengannya namun juga yang berlawanan. Ini karena kebesaran jiwannya.
Misalnya, meski pernah di penjarakan oleh Bung Karno, Buya Hamka jualah yang disebut
dalam wasiat Bung Karno sebagai tokoh yang diminta mengimami shalat jenazah Bung
Karno bila kelak beliau meninggal. Dan, permintaan itupun di penuhi oleh Buya Hamka.
1 Juga pertentangan beliau dengan Pramudiya Ananta Toer. Buya Hamka pernah di
fitnah dan buku-bukunya pun dibakar oleh Lekra – Lembaga kebudayaan PKI dimana
Pramudiya adalah salah satu tokohnya.
2 Juga menjelang Gestapu/Kup 1 oktober 1965 Pram menyerang Buya Hamka
terus-menerus melalui surat kabar Lentera/Bintang Timur . Namun, walaupun begitu
Pram menyuruh calon menantunya untuk belajar Agama kepada Buya Hamka. Ketika di
tanya kenapa demikian? Jaab Pram. “pertama-tama karena saya tidak mendidik anak
saya. Justru ibunya yang mendidik dia menjadi seorang Muslimah yang baik.
Kedua, karena saya harus menghormati ibunya dan keluarga ibunya, keluarga besar
Muhammad Husni Thamrin. Masalah perbedaan pandangan politik dengan 1Rusydi
Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Hamka, cet-1, (Jakarta : Noura, 2017), h. vi. 2Loc.cit.
14 Hamka tetap. Tapi dalam hal ceramah agama di TVRI, Buya Hamka lah di Indonesia
yang paling mantap membahas tauhid. Belajar Islam ya belajar tauhid.”
3 Dan dengan kebesaran jiwanya Buya Hamka pun menerima untuk memberikan
pelajaran agama kepada anak mantu Pramudiya. Buya Hamka memanglah sosok ulama
yang di segani oleh banyak orang baik yang sejalan dengannya maupun yang
berlawanan. Beliau juga tidak hanya sosok ulama. Beliau juga merupakan seorang
Sastrawan, banyak karya beliau yang berupa Novel antaranya Terusir, Si Sabariah,
Tenggelamnya Kapal Van Der Wick, dll.
Beliau juga seorang Budayawan dan juga Politisi. Ada sangat banyak hal menarik
tentang Buya Hamka sosok ulama yang tidak hanya ulama. Semoga sedikit biografi
Buya Hamka yang akan penulis sajikan dalam skripsi ini akan dapat menambah
pengetahuan kita dalam mengenal sosok ulama yang merupakan ketua MUI pertama
ini. A. Kehidupan Buya Hamka Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang lebih dikenal
dengan nama Buya Hamka.
Beliau lahir di Maninjau, Sumatra Barat, pada tanggal 17 Februari 1908 M. Beliau
merupakan putra pertama dari pasangan Dr. Abdul Karim Amrullah dan Shafiah. 4
Ayahnya, Dr. Abdul Karim, merupakan seorang ulama yang cukup terkenal di pulau
Sumatra. 5 Syekh Abdulkarim Amrullah (juga di kenal dengan sebutan Haji Rasul),
merupakan seorang tokoh pelopor dari gerakan Islam “kaum 3Irfan Hamka, Ayah : Kisah
Buya Hamka, cet-7, (Jakarta : Republika, 2014), h. xxvi. 4Ibid, h. 289.
Namun dalam buku “Kenang-kenangan Hidup” Buya Hamka, beliau mengatakan bahwa
Beliau dilahirkan pada 13 Muharram 1326 H atau 16 Februari 1908 M. Ada perbedaan
waktu tanggal kelahiran dalam buku yang ditulis oleh anaknya Irfan Hamka, namun
tahun kelahiranya sama. 5Ibid, h. 229. 15 muda” di Minangkabau, yang memulai
gerakannya pada tahun 1906. Gerakan tersebut merupakan gerakan penentangan dari
paham Rabithah.
Yakni sebuah gerakan yang menghadirkan guru dalam ingatan, sebagai salah satu
sistem/cara yang ditempuh oleh penganut-penganut tarekat apabila akan memulai
suluk. 6 Di zaman hebat pertentangan kaum muda dan kaum tua di Minagkabau 1908
Masehi atau 1325 Hijriah itulah Abdul Malik (nama Buya Hamka) lahir. Dan, seketika
gerakan kaum muda itu menerbitkan majalah Al Munir pada April 1911, Abdul Malik
saat itu baru berusia 3 tahun.
Karena lahir di era pergerakan tersebutlah, sejak kecil dia sudah terbiasa mendengar
perdebatan-perdebatan yang sengit antara kaum muda dan kaum tua tentang
paham-paham agama. Dan pada 1918, tatkala Abdul Malik sudah berusia 10 tahun
ayahnya mendirikan pondok pesantren di Padang Panjang yang bernama “Sumatera
Thawalib”. Sejak itu Abdul Malik menyakikan kegiatan ayahnya dalam menyebarkan
paham dan keyakinannya.
7 Melihat bagaimana suasana kehidupan Hamka di waktu kecilnya, tidaklah
mengherankan kenapa seorang Abdul Malik yang hanya sampai kelas 2 Sekolah Rakyat
(SR), dapat menjadi sosok ulama yang sangat mengagumkan. Jika, di lihat beliau juga
merupakan anak dari seorang ulama yang juga mendapatkan Doktor Honoris Causa dari
Univ. Al Azhar yaitu Dr. Abdul Karim yang merupakan tokoh pergerakan Islam dari
Minangkabau.
Buya Hamka juga gemar bertualang karenanya, Ayahnya memberinya sebutan “Si
Bujang jauh”. Penulis, mengamati setidaknya ada tiga hal yang membuat Buya Hamka
gemar bertualang di waktu kecil. Pertama, karena 6Rusydi Hamka, Op.cit. h. 3. 7Loc.cit.
16 kebanyakan pemuda Maninjau yang sudah mulai dewasa waktu itu memang suka
merantau.
Mengingat karena mereka hidup dari tanah persawahan dan ladang- ladang yang tidak
begitu luas karena keterbatasan lahan. Kemiskinan hidup menyebabkan para generasi
muda bercita-cita segera keluar dari lingkungan bukit yang mengelilingi kampung
mereka. Mereka merantau, sebuah pilihan yang terpaksa diambil oleh mereka yang
mulai dewasa. 8 Kedua, karena disebabkan oleh perceraian kedua orang tuanya.
Menurut cerita Buya Hamka kepada anaknya, bahwa semenjak kepulangannya dari
Makkah barulah ia merasakan kasih sayang yang utuh dari ayahnya. Kedua anak dan
ayah itu memang sudah lama berjauhan sejak terjadinya perceraian kedua orang tuanya.
Masing-masing mereka telah menikah lagi dan memiliki anak-anak pula. “Alangkah
pahitnya masa kanak-kanak Ayah.
Pergi kerumah ayah bertemu ibu tiri, pergi kerumah ibu ada ayah tiri”, tutur Buya Hamka
pada anaknya ketika mengenang masa lalu. 9 Ketidak dekatan dengan kedua orang
tuanya di waktu kecil karena orang tuanya yang telah bercerai, menurut penulis ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Buya Hamka gemar merantau,
sehingga ayahnya menyebut Abdul Malik dengan sebutan “Si Bujang Jauh”.
Buya Hamka tidak seperti anak-anak di zaman sekarang yang mana banyak kita dapati
anak- anak di zaman sekarang yang orang tuanya bercerai lebih banyak terpuruk,
bahkan sampai merusak diri sendiri. Untuk Buya Hamka perceraian orang tuanya justru
membuat dia menjadi anak yang kuat dan mandiri. Ketiga, yang menyebabkan Buya
Hamka gemar merantau adalah karena ia ingin selalu belajar. Walaupun tidak ada
sekolah formal yang di tamatkannya, 8Ibid, h. 13.
9Ibid, h. 29. 17 tetapi Buya Hamka yang gemar merantau langsung belajar pada
tokoh-tokoh yang hebat. Misalnya, pada H.O.S Cokroaminoto dan A.R. Sutan Mansur.
Bahkan beliau sempat merantau ke Makkah dan mukim disana selama beberapa bulan.
Ketiga faktor itulah yang menurut penulis menjadikan Abdul Malik gemar merantau di
waktu muda.
Pada 1924, saat berusia 16 tahun Abdul Malik berangkat ke tanah Jawa, Yogyakarta. 10
Di Yogyakarta, Abdul Malik menetap dirumah pamannya Djafar Amrullah – adik ayahnya
Dr. Abdul Karim Amrullah. Pamannya inilah yang mengajak Abdul Malik masuk anggota
Sarekat Islam yang didirikan oleh HOS Tjokoraminoto.
11 Pada Juli 1925, Abdul Malik kembali kepada Padang Panjang dan turut mendirikan
Tabligh Muhammadiyah di rumah ayahnya di Gatangan Padang Panjang. Februari 1927,
Abdul Malik berangkat ke Makkah dan tinggal disana selama beberapa bulan. Dan baru
kembali ke Medan pada Juli 1927. 12 Dan pada 5 April 1929, Hamka menikah dengan
Siti Raham Rasul.
Setelah Siti Raham Rasul meninggal pada 1971, kurang lebih enam tahun kemudian ia
menikah dengan Siti Chadijah. 13 Beliau aktif di organisasi Muhammadiyah. Keaktifan
Buya Hamka di Muhammadiyah dapat kita lihat dari beberapa peran aktif beliau di
organisasi tersebut. Misalnya, beliau aktif mengikuti kongres Muhammadiyah dan
berperan dalam berbagai jabatan di organisasi tersebut.
Mulai dari kongres Muhammadiyah ke-18 pada 1928 di Solo, sepulangnya dari kongres
itu beliau ikut meramaikan 10 Ibid, h. 3. 11 Irfan Hamka, Op.cit. h. 233. 12 Rusydi Hamka,
Opcit. h. 4. 13 Irfan Hamka, Op.cit. h. 289. 18 kepemimpinan-kepemimpinan
Muhammadiyah di Padang Pajang. Jabatan yang diraihnya antar lain menjadi Ketua
Bagian Taman Pustaka, Ketua Tabligh, sampai menjadi ketua cabang Muhammadiyah
Padang Panjang.dan ada banyak kongres Muhammadiyah yang beliau hadiri, kongres
Muhammadiyah ke-19, kongres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta.
Bahkan pada akhir 1931 beliau di utus oleh Pengurus Besar Muhammadiyah di
Yogyakarta ke Makassar untuk menjadi Mubaligh Muhammadiyah. Disana beliau
memiliki tugas khusus untuk menggerakan semangat menyambut kongres
Muhammadiyah ke-21 pada Mei 1932. Dan pada 1933 menghadiri kongres
Muhammadiyah di Semrang.
14 Beliau juga memiliki banyak jabatan di Muhammadiyah misalnya, sebagai Pemimpin
Muhamadiyah Sumatra Timur, beliau menjabat samapai 1945. Pada Mei 1946, beliau
dipilih oleh konrensi Muhammadiyah Sumatra Barat menjadi Ketua Majlis Pemimpin
Muhammadiyah daerah Sumatar Barat. Dan bahkan beliau turut serta Menyusun
anggaran dasar Muhammadiyah yang baru dan membuat rumusan “Kepribadian
Muhammadiyah”.
Dan banyak jasa beliau di organisasi tersebut, sampai jabatan beliau di Muhammadiyah
sebagai Penasihat Pemimpin Pusat Muhammadiyah, jabatan ini diemban beliau sampai
akhir hayatnya. 15 Beliau juga aktif dalam dunia surat kabar. Pada 22 Januari 1936,
beliau tinggal di Medan dan memimpin majalah Pedoman Masyarakat. 16 Dan juga
pada Juli 1959, Buya Hamka menerbitkan majalah tengah bulanan Panji Masyarakat
bersama K.H.
Fakih Usman, yang isinya memberatkan hal kebudayaan dan pengetahuan Islam. Panji
Masyarakat kemudian di berendel oleh regim Soekarno 14 Rusydi Hamka, Op.cit. h. 4-5.
15 Ibid, h. 6-7. 16 Ibid, h. 5. 19 pada tanggal 17 Agustus 1960. Karena memuat karangan
Muhammad Hatta yang terkenal : “Demokrasi Kita”. Baru kemudian pada tahun 1967,
setelah tegaknya regim Soeharto baru majalah ini di buka kembali. 17 Selain itu ada
banyak juga jabatan yang di emban oleh beliau.
Di tahun 1947, beliau sebagai Ketua Front Pertahanan Nasional (FPN). Tahun 1948,
sebagai Ketua Sekertariat Bersama Badan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK). Lalu 1950,
Buya Hamka menjadi pegawai negeri pada Departeman Agama RI di Jakarta. 18 Di
Departemen Agama RI ini beliau menjabat sebagai Pegawai Negeri golongan F, yang
bertugas mengajar di beberapa pergurun tinggi Islam, seperti Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta, Universitas Islam Jakarta, Fakultas Hukum dan Falsafah
Muhammadiyah di Padang Panjang, Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, dan
Universitas Islam Sumatra Utara. 19 Kemudian, Tahun 1955 sampai 1957, Buya Hamka
terpilih sebagai anggota Konstitutuante Republik Indonesia.
Mulai tahun 1960, Buya Hamka di peraya sebagai pengurus Pusat Muhammadiyah. Pada
tahun 1968, Buya Hamka ditunjuk sebagai dekan fakultas Ushuluddin Universitas Prof.
Moestopo Beragama. Tahun, 1975 sampai 1979 Buya Hamka di percayai oleh para
ulama sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di tahun yang bersamaan
juga menjabat sebagai Ketua Umum yayasan Pesantren Islam Al-Azhar selama dua
periode. 20 17 Ibid , h. 10. 18 Irfan Hamka, Op.cit. h. 290.
19 Rusydi Hamka, Op.cit. h. 7. 20 Irfan Hamka, Op.cit. h. 290. 20 Sepengetahuan penulis
Buya Hamka menjadi Ketua MUI selama dua periode, dan pada periode yang kedua
(1979-1981) beliau tidak sampai menghabiskan masa jabatannya karena beliau
meletakkan jabatannya sebagai ketua MUI.
Sebagaimana yang di katakan oleh Taufik Ismail kepada salah seorang anak Buya
Hamka, “Terakhir, dia menyelesaikan pula tugasnya sebagai Ketua MUI, yaitu dua bulan
sebelum kepergiannya. Dia meletakkan jabatan dengan wajah berseri. Setelah menjabat
kedudukan itu selama 6 tahun.” 21 Kalau kita mengamati perkataan Taufik Ismail itu
berarti Buya Hamka menjabat sebagai Ketua MUI selama 6 tahun itu artinya dari
1975-1981.
Pengamatan penulis yang di maksudd oleh Irfan Hamka dalam bukunya jabatan Buya
Hamka pada Ketua MUI dari tahun 1975-1979 adalah masa jabatan beliau sebagai Ketua
MUI pada periode pertama. Kemudian, ada banyak gelar yang di dapat oleh Buya
Hamka, yaitu Dotor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Lalu gelar
Doktor Honoris Causa dari Universitas Prof. Mustopo Beragama. Di tahun 174, juga
mendapatkan gelar yang sama dari Universitas Kebangsaan Malaysia.
Setelah meninggal dunia beliau mendapat Bintang Mahaputra Madya dari Pemerintah
RI di tahun 1989. Dan di tahun 2011, beliau mendapatkan gelar penghormatan dan
Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional. 22 Buya Hamka meninggal
dunia pada hari jum’at, 24 Juli 1981. Beliau di kebumikan di TPU tanah kusir dengan
meninggalkan 10 orang anak – 7 laki-laki dan 3 perempuan.
23 21 Rusydi Hamka, Op.cit. h. 61. 22 Irfan Hamka, Op.cit. h. 290-291. 23 Loc.cit. 21
Kesepuluh anak Buya Hamka, : - H. Zaki Hamka, (meninggal pada usia 59 tahun). - H.
Rusjdi Hamka. Beliau juga menulis buku tentang Ayahnya yang berjudul “Pribadi dan
Martabat”. - H. Fachry Hamka, (Meninggal pada usia 70 tahun). - Hj. Azizah Hamka. - H.
Irfan Hamka, yang menulis buku juga tentang Ayahnya. - Prof. Dr. Hj. Aliyah Hamka,
MM. - Hj. Fathiyah Hamka. - Hilmi Hamka. - H. Afif Hamka.
- Shaqib Hamka. 24 Itulah sedikit ulasan singkat perihal kehidupan Buya Hamka. Ada
sangat banyak cerita yang sebenarnya penuh makna dan baik untuk di tuliskan. Tapi
semoga sedikit cerita di atas dapat memberikan sedikit pengetahuan untuk kita perihal
pribadi Buya Hamka. B. Riwayat Pendidikan Membahas pribadi Buya Hamka sangatlah
menarik. Ada banyak hal-hal unik yang bisa kita temui.
Salah satunya kalau kita melihat riwayat pendidikannya, maka kita akan melihat tidak
ada pendidikan formal yang beliau selesaikan. Namun, beliau bermodalkan tekad untuk
belajar. Baik belajar langsung kepada para guru-guru dan juga belajar seara otodidak.
Dngan tekad 24 Ibid, h. xii-xiii. 22 belajar itulah yang menjadikan sosok Abdul Malik
menjadi sosok Buya Hamka ulama yang sangat di segani banyak kalangan.
Buya Hamka yang lahir di Maninjau pada saat pertentangan kaum tua dan muda sedang
memanas. Dan ayahnya lah yang merupakan pelopor Gerakan Kaum Muda, pastilah
besar dalam suasana keilmuan. Sebagai anak seorang ulama, beliaupun di cita-citakan
oleh Ayahnya menjadi seorang ulama.
Untuk itu, selain bersekolah di Sekolah Desa, ayahnya juga memasukkan Abdul Malik
kesekolah agama yaitu Diniyah. Waktu itu, di Padang Panjang ada tiga tingkatan sekolah
dasar berdasarkan strata sosial masyarakat; yaitu Sekolah Desa (3 tahun), Sekolah
Gubernemen (4 tahun), dan ELS ( Europesche Lagere School, 7 tahun).
Anak-anak yang bersekolah di Sekolah Desa dianggap golongan rendah oleh anak-anak
yang bersekolah di dua sekolah lainnya, yaitu mereka yang berasal dari keluarga
pegawai, pamong, amtenar, dan anak-anak keturunan Belanda. Abdul Malik selalu
merasa dirinya di lecehkan oleh anak-anak kelas atas itu. Perasaan itu turut membentuk
pribadi Abdul Malik walaupun saat itu usianya baru 10 tahun. 25 Saat beliau berusia 10
tahun, ayahnya DR.
Abdul Karim mendirikan pondok pesantren di Padang Panjang dengan nama;
“SUMATERA THAWALIB”. 26 Buya Hamka setelah berhenti dari Sekolah Desa, kemudian
pindah dan belajar agama di pesantren yang didirikan oleh ayahnya ini. Namun, ketika
belajar di sini agaknya beliau merasa bosan, kata Buya Hamka “saya tidak mau pulang
kerumah, saya tidak mau mengaji, saya bosan mendengarkan kitab fiqih yang di ajarkan
Thawalib oleh guru Abdul Hamid Tuanku Mudo. Yang agak 25 Ibid, h. 230. 26 Rusydi
Hamka, Op.cit. h. 3.
23 pandai mendidik saya hanya Zainuddin Labia di Sekolah Diniyah. Tetapi beliau
meninggal di tahun 1924, waktu umur saya 14 tahun.”27 Ketika berusia 12 tahun, kedua
orang tua Buya Hamka bercerai. Perceraian kedua orang tua hampir saja membuat Buya
Hamka kehilangan pegangan. Pendidikannya terbengkalai. Namun di hati Abdul Malik
telah tumbuh tekad untuk menjadi manusia berguna. Untuk membuka wawasannya
kemudian beliau mulai banyak membaca.
28 Dalam pengamatan penulis salah satu penyebab kenapa Abdul Malik tidak sampai
menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Desa karena di sebabkan oleh perceraian
ke dua orang tuanya. Namun, walaupun demikian beliau sempat goyah tapi beliau bisa
bangkit kembali dan memilih banyak merantau. Dan dalam pendapat penulis kalau
sekiranya beliau hanya menghabiskan pendidikannya di Sekolah Desa, maka ia tidak
akan menjadi sosok Buya Hamka yang dikenal sejarah.
Justru, di balik gagalnya ia dalam menempuh pendidikan formal, membuatnya menjadi
merantau dan kemudian bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan yang kemudian
menjadi gurunya. Mungkin kata ada hikmah dibalik setiap kegagalan cocok untuk
menggambarkan peristiwa ini. Abdul Malik yang sudah punya tekad kuat untuk belajar
dan di mulainya dengan banyak membaca.
Setiap hari, sepulang sekolah Diniyah, pukul 10 pagi sampai pukul 1 siang, ia asik
membaca beragam buku di taman bacaan milik kongsi Engku Lebai dan Engku Baginda
Sinaro. Di sana ia membaca banyak beragam buku, mulai dari buku Islam, sejarah, sosial,
politik, maupun roman. Dengan banyak membaca makin terbukalah hatinya untuk
melihat dunia yang 27 Hamka, Op.cit. h. vii. 28 Irfan Hamka, Op.cit. h. 230. 24 luas.
Ketika berusia 13-14 tahun, Abdul Malik telah membaca tentang pemikiran Djamaludin
Al-Agani dan Mohammad Abduh dari Arab. Dari dalam negeri beliau mulai mengenal
beberapa tokoh HOS Tjokoraminoto, KH. Mas Mansyur, Ki Hadikusumo, dan lain-lain.
Kekaguman Abdul Malik kepada para tokoh itu membuat ia ingin merantau ke tanah
Jawa.
29 Namun, Buya Hamka juga mengatakan bahwa beliau pergi merantau ke Jawa karena
ada rasa bosan di hati beliau kalau tetap berada di kampung. Sebagaimana yang beliau
katakan dalam Kata Pengantar bukunya yang berudul “Falsafah Hidup”. “saya lari ke
tanah Jawa pada saat itu karena bosan atau karena dorongan lain dalam jiwa yang
mendorong saya bisa menjadi saya yang sekarang.”
30 Dan pada tahun 1924, saat usianya 16 tahun ia pergi merantau ke tanah Jawa,
Yogyakarta. 31 Ada perbedaan tentang usia Buya Hamka saat pergi merantau ke Jawa,
Irfan Hamka mengatakan Buya Hamka merantau ke Jawa saat usianya 15 tahun. 32
Namun, di sini perbedaan antar Rusjdi Hamka dan Irfan Hamka hanya pada usia Buya
Hamka saat pergi merantau ke Jawa, sementara dalam bukunya kedua anak Buya
Hamka ini menyebutkan bahwa beliau merantau ke Jawa pada tahun 1924. Di Jawa
Abdul Malik menetap di rumah pamannya Djafar Amrullah yang merupakan adik
ayahnya.
Djafar Amrullah lah yang mengajak Abdul Malik masuk Sarekat Islam. Di sinilah Abdul
Malik mulai mengenal langsung dan juga belajar pada tokoh-tokoh Sarekat Islam. Abdul
Malik belajar pengetahuan Islam dan sosialisme kepada HOS Tjokoraminoto, juga
belajar ilmu agama Islam 29 Loc.cit. 30 Hamka, Op.cit. h. vii. 31 Rusydi Hamka, Op.cit. h.
3. 32 Irfan Hamka, Op.cit. h. 232. 25 kepada H. Fachruddin, juga belajar sosiologi pada
R.M.
Soeryopranoto, dan juga belajar ilmu logika kepada Ki Bagus Hadikusumo. 33 Mereka
semua mengadakan kursus-kursus pergerakan di Gedong Abdi Dharmo di Pakualaman,
Yogyakarta. 34 Setelah beberapa lama di Yogyakarta, Abdul Malik berangkat menuju
Pekalongan, menemui guru sekaligus suami kakaknya, A. R. Sutan Mansur.
Ketika berada di rumah A. R Sutan Mansur Buya Hamka banyak belajar tentang hikmah
kehidupan dan juga belajar filsafat. Yang kemudian pengalaman belajar pada A. R. Sutan
Mansur itu di tulis oleh beliau menjadi sebuah buku yang berjudul “Falsafah Hidup”,
yang sekarang di cetak ulang oleh penerbit Republika. 35 Dan, pada Februari 1927,
beliau pergi berangkat ke Makkah dan sempat tinggal di sana selama beberapa bulan
disana dan baru pulang ke Medan pda juli 1927.
36 Ketika di Makkah ini beliau juga memanfaatkannya untuk belajar. Itulah sedikit
perjalan Buya Hamka dalam belajar, yang penuh dengan perantauan. Tidak ada
pendidikan formal yang di selesaikannya, namun beliau tetap terus belajar. Buya Hamka
berkata pada anaknya Irfan Hamka ; “Ayah dari kecil banyak mendapat cobaan.
Pertama, kedua orang tua ayah bercerai ketika ayah masih memerlukan kasih sayang
mereka. Kedua, ayah yang dikenal sebagai anak laki-laki dapat disebut berwajah
rupawan tiba-tiba terkena penyakit cacar. Kalau waktu itu tidak tahan ayah bisa lari dari
padang panjang. Mungkin jadi pengemis.
Ketiga, banyak anak-anak sekolah untuk kelompok masyarakat kelas atas sering
melecehkan anak-anak Sekolah Desa dan Sekolah 33 Ibid, h. 233. 34 Rusydi Hamka,
Op.cit. h. 4. 35 Hamka, Op.cit. h.- 36 Rusydi Hamka, Op.cit. h. 4. 26 Agama. Keempat,
ayah sering diejek karena kemampuan bahasa Arab yang ayah miliki tidak bagus dan
banyak yang salah.
Kelima, ayah ditolok jadi guru sekolah di Muhammadiyah hanya karena ayah tidak
memiliki di ploma sebagai tanda tamat belajar. Oleh karena itu semua, ayah bertekad
untuk terus belajar dan membaca. Mungkin untuk seumur hidup ayah. 37 Itulah, kiranya
kehidupan beliau yang penuh dengan tantangan. C. Karya-karya Buya Hamka Sebagai
seorang ulama yang sangat produktif, Buya Hamka melahirkan sangat banyak karya.
Setiaknya dari buku biografi yang di tulis oleh kedua anaknya yakni “Irfan Hamka dan
Rusjdi Hamka”, dikatakan ada sebanyak 118 karya Buya Hamka. Karya itu adalah karya
sejak tahun 1925 saat usia beliau 17 tahun. 38 Ke 118 karya tulisan (artikel dan buku)
Buya Hamka yang telah dipublikasikan itu membahas berbagai topik yang melingkupi
berbagai bidang, diantarnya mengupas tentang Agama Islam, Filsafat Sosial, tasawuf,
roman, sejarah, tafsir Alquran, dan otobiografi.
39 Berikut karya-karya Buya Hamka yang penulis kutib dari buku Rusjdi Hamka yang
berjudul “Pribadi dan Martabat” 40 ; 1. Khatibul Ummah, Jilid I. Inilah permulaan
mengarang yang dicetak huruf Arab. Khatibul Ummah, artinya Khatib dari Ummat. 2.
Khatibul Ummah, Jilid II. 3. Khatibul Ummah, Jilid III. 37 Irfan Hamka, Op.cit. h. 238. 38
Ibid, h. 373. 39 Ibid. h. 290. 40 Rusydi Hamka,Op.cit. h. 273-379. 27 4.
Si Sabariah, cerita roman, huruf Arab, bahasa Minangkabau (1928), dicetak sampai tiga
kali. Dari hasil penjualan buku ini, penulis bisa menikah. 5. Adat Minagkabau dan Agama
Islam (1929). 6. Ringkasan Tarikh Ummat Islam (1929), Ringkasana Sejarah sejak Nabi
Muhammad Saw, sampai Khalifah yang empat, Bani Umayyah, Bani Abbas. 7.
Kepentingan Melakukan Tabligh (1929). 8. Hikmat Isra’ dan Mi’raj. 9. Arkanul Islam
(1932) di Makassar. 10. Laila Majnun (!932) balai pustaka. 11. Majalah Tentara (4 Nomor)
(1932) di Makassar. 12. Majalah Al Mahdi (9 Nomor) (1932) di Makassar. 13. Mati
Mengandung Malu (Salinan Al Manfaluthi) (1934). 14. Di Bawah Lindungan Ka’bah
(1936), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 15. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
(1937). Pedoman masyarakat, Balai Pustaka.
Novel ini sekarang telah di adaptasi menjadi sebuah film dengan judul yang sama
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk”, yang diproduksi oleh SUNIL SORAYA. 16. Di
Dalam Lembah Kehidupan (1939). Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 17. Merantau Ke
Deli (1940). Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi. 28 18. Terusir (1940). Pedoman
Masyarakat, Toko buku Syarkawi. Novel ini juga telah dicetak ulang sekarang, dengan
judul yang sama “Terusir”, Gema Insani (2016). 19.
Margaretta Gauthier (Terjemahan) (1940). 20. Tuan Direktur (1939). Novel ini juga sudah
dicetak ulang, dengan judul yang sama “Tuan Direktur”, Gema Insani (2017). 21.
Dijemput Mamaknya (1939). 22. Keadilan Ilahi (1939). 23. Pembela Islam (Tarikh
Sayyidina Abu Bakar Shiddiq) (1929). 24. Cemburu (Ghirah) (1949). Agama dan Falsafah.
25. Tashawwuf Modern (1939). 26. Falsafah Hidup (1939). 27. Lembaga Hidup (1940). 28.
Lembaga Budi (1940).
(Semuanya dibukukan dengan nama MUTIARA FILSAFAT oleh Penerbit WIJAYA, Jakarta,
1950). Serial Mutiara Filsafat ini juga sudah dicetak kembali oleh penerbit Republika. 29.
Majalah SEMANGAT ISLAM (Zaman Jepang 1943). 30. Majalah MENARA (Terbit di
Padang Panjang), sesudah Revolusi 1945. 31. Negara Islam (1946). 32. Islam dan
Demokrasi (1946). 33. Revolusi Fikiran (1946). 34. Revolusi Agama (1946). 29 35.
Merdeka (1946). 36. Dibandingkan Ombak Masyarakat (1946). 37.
Adat Minagkabau Menghadapi Revolusi (1946). 38. Di Dalam Lembah Cita-cita (1946).
39. Sesudah Naskah Renville (1947). 40. Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret (1947).
41. Menunggu Beduk Berbunyi (1949), di Bukittinggi, saat Konferensi Meja Bundar. 42.
Ayahku (1950). (Buku Ayahku, bercerita tentang ayah Buya Hamka, yakni DR. Abdul
Karim Amrullah atau yang dikenal dengan sebutan Haji Rasul). 43. Mandi Cahaya Di
Tanah Suci. 44. Mengembara di Lembah Nyl. 45. Ditepi Sungai Dajlah.
(Ketiga Buku Mandi Cahaya Di Tanah Sui, Mengembara di Lemabah Nyl, dan Di Tepi
Sungai Dajlah ditulis oleh beliau saat kembali dari perjalanan haji beliau yang ke-2). 46.
Kenang-kenangan Hidup I. 47. Kenang-kenangan Hidup II. 48. Kenang-kenangan Hidup
III. 49. Kenang-kenangan Hidup IV. (Autobiografi sejak lahir, tahun1908-1950). Buku ini
pun sudah dicetak ulang oleh penerbit Gema Insani (2018), dan dalam cetakan baru
keempat jilid dicetak dalam satu buku dengan judul “Kenang-kenangan Hidup”.
30 50. Sejarah Ummat Islam Jilid I. 51. Sejarah Ummat Islam Jilid II. 52. Sejarah Ummat
Islam Jilid III. 53. Sejarah Ummat Islam Jilid IV. (Serial Sejarah Ummat Islam ini ditulis
pada tahun 1938-1955). 54. Pedoman Mubaligh Islam, Cetakan I (1937); Cetakan II
(1950). 55. Pribadi (1950). 56. Agama dan Perempuan (1939). 57. Perkembangan
Tashawwuf dari Abad ke Abad (1952). 58. Muhammadiyah Melalui tiga Zaman (1946), di
Padang Panjang. 59.
1001 Soal-soal hidup. (Buku ini merupakan kumpulan karangan dari Pedoman
Masyarakat, dibukukan 1950). 60. Pelajaran Agama Islam (1956). Versi cetak baru buku
Pelajaran Agama Islam ini dicetak menjadi tiga jilid oleh penerbit Republika. 61. Empat
Blan di Amerika, Jilid I. 62. Empat Bulan di Amerika, Jilid II. Buku “Empat Bulan di
Amerika” sudah dicetak ulang menjadi satu buku, oleh penerbit Gema Insani. 63.
Pengaruh Ajaran Muhammad Abduh di Indonesia. (Pidato di Kairo, 1958), untuk DR.
Honoris Causa. 64. Soal Jawan (1960), disalin dari karangan-karangan di Majalah Gemah
Islam. 31 65. Dari Perbendaharaan Lama (1963). Dicetak oleh M. Arbi Medan. Buku ini
berbicara tentang sejarah Islam di Indonesia. Dan sekarang sudah dicetakulang oleh
penerbit Gema Insani. 66. Lembaga Hikmat (1953), Bulan Bintang, Jakarta.
67. Islam dan Kebathinan (1972), Bulan Bintang. 68. Sayid Jamaluddin Al Afghani (1965),
Bulan Bintang. 69. Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri) (1963), Bulan Bintang. 70. Hak-hak
Asasi Manusia Dipandang dri segi Islam (1968). 71. Falsafah Ideologi Islam (1950),
Sekembali dari Makkah. 72. Keadilan Sosial dalam Islam (1950), Sekembali dari Makkah.
Buku ini juga telah dicetak kembali sekarang dengan judul yang sama, “Keadilan Sosial
dalam Islam”, Gema Insani (2015). 41 73. Fakta dan Khayal Tuanku Rao (1970). Buku ini
juga telah dicetak kembali, dengan judul “Antara Fakta dan Khayal, Tuanku Rao”,
Republika (2017). 42 74. Dilembah cita-cita (1952). 75. Cita-cita Kenegaraan dalam
Ajaran Islam (Kuliah Umum) di Universitas Kristen (1970). 76. Studi Islam (1973),
diterbitkan oleh Panji Masyarakat. 77. Himpunan Khotbah-khotbah.
78. Urat Tunggang Pancasila (1952). 79. Bohong Di Dunia (1952). 41 Hamka, Keadilan
Sosial dalam Islam, (Jakarta : Gema Insani, 2015), h.- 42 Hamka, Antara Fakta dan Khayal
: Tuanku Rao, (Jakarta : Republika, 2017). 32 Buku ini juga telah dicetak ulang sekarang,
dengan judul yang sama “Bohong Di Dunia”, Gema Insani (2017). 80. Sejarah Islam di
Sumatera. 81.
Doa-doa Rasullah SAW (1974). Buya Hamka juga membawakan materi Doa-doa Rasullah
dalam kuliah Shubuh di RRI. Namun, kuliah tentang doa-doa Rasullah SAW., itu tidak
berjalan terus karena Buya Hamka kurang menyukai menguliahkan doa-doa. 43 82.
Kedudukan Perempuan dalam Islam (1970), dari Majalah Panji Masyarakat. 83.
Pandangan Hidup Muslim (1960). Buku ini juga telah dicetak kembali sekarang ini,
dengan judul yang sama “Pandangan Hidup Muslim”, Gema Insani (2016). 84.
Muhammadiyah di Minagkabau (1975), Menyambut Kongres Muhammadiyah di
Padang. 85. Mengembalikan Tasawuf ke Pangkalnya (1973). 86. Memimpin Majalah Panji
Masyarakat dari Tahun 1936 sampai 1942 (saat Jepang masuk). 87. Memimpin Majalah
Panji Masyarakat dari Tahun 1959 sampai akhir hayat tahun 1981. 88. Memimpin
Majalah Mimbar Agama, Departemen Agama (1950-1953). 89.
Tafsir Al-Azhar Juzu’ I. 90. Tafsir Al-Azhar Juzu’ II. 91. Tafsir Al-Azhar Juzu’ III. 43 Rusydi
Hamka, Op.cit. h. 197. 33 92. Tafsir Al-Azhar Juzu’ IV. 93. Tafsir Al-Azhar Juzu’ V. 94.
Tafsir Al-Azhar Juzu’ VI. 95. Tafsir Al-Azhar Juzu’ VII. 96. Tafsir Al-Azhar Juzu’ VIII. 97.
Tafsir Al-Azhar Juzu’ IX. 98. Tafsir Al-Azhar Juzu’ X. 99. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XI. 100. Tafsir
Al-Azhar Juzu’ XII. 101. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XIII. 102. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XIV. 103.
Tafsir Al-Azhar Juzu’ XV. 104. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XVI. 105. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XVII.
106. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XVIII. 107. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XIX. 108. Tafsir Al-Azhar Juzu’
XX. 109. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXI. 110. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXII. 111. Tafsir Al-Azhar
Juzu’ XXIII. 112. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXIV. 113. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXV. 114. Tafsir
Al-Azhar Juzu’ XXVI. 115. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII. 34 116. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVIII.
117. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXIX.
118. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXX. Itulah karya-karya dari Buya Hamka. Juga masi ada
banyak karya, yang merupakan kumpulan artikel beliau yang kemudian dibukukan.
Misalnya “Kesepaduan Iman dan Amal Saleh”, yang merupakan karangan Buya Hamka
yang pernah terbit bersambung dalam majalah al-Islam. 44 Dan ada juga yang berjudul
“Dari Hati ke Hati”. Ada sangat banyak karya Buya Hamka yang menjadi warisan beliau
untuk kita.
Sebagaimana para Nabi yang hanya mewariskan ilmu. Ulamapun demikian warisan
mereka adalah ilmu yang berupa karya-karya yang telah dibukukan. Buya Hamka
sebagai seorang ulama telah mewariskan kepada kita begitu banyak karya-karya,
membuat namanya tetap hidup walaupun sudah tiada. Dari kesemua karya itu tidak
semua yang sudah dicetak kembali.
Harapan penulis semoga semakin banyak karya-karya Buya Hamka yang akan dicetak
kembali, agar kita dapat membaca kembali buah pikiran Buya Hamka yang beliau
tuangkan diatas kertas. 44 Hamka, Kesepaduan Iman dan Amal Saleh, cet.-1, (Jakarta :
Gema Insani, 2016), h. xii. 35 BAB III PENGERTIAN PENDIDIKAN, AKHLAK DAN HAKIKAT
MANUSIA A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah upaya
memanusiakan manusia.
Demikianlah pandangan pendidikan secara umum. Bahwa pendidikan adalah usahah
dalam memanusiakan manusia. Pendidikan sangat dibutuhkan, sebab dengan
pendidikanlah seseorang dididik sehingga menjadi manusia yang sebenarnya manusia.
“Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men,
menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan.
Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usahah mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan.” 1 Jadi pengajaran merupakan salah satu upaya dari pendidikan.
Artinya dalam pendidikan pengajaran semata belumlah cukup, harus disertai dengan
latihan berupa pembinaan.
Sebab pendidikan merupakan upaya mendewasakan manusia atau dengan kata lain
adalah upaya memanusiakan manusia. Kehidupan yang maju, serta peradaban yang
benar-benar beradab dapat diwujudkan dengan pendidikan. Ketika Adam as, diciptakan
sebagai manusia pertama yang diberi jabatan oleh Allah swt, sebagai pemimpin atau
khalifah dimuka bumi, yang pertama diberikan Allah kepadanya adalah pengetahuan
(pendidikan). Allah mendidik Adam dengan nama-nama yang ada dibelahan bumi.
Istilah nama-nama mungkin dapat diartikan konsep yang menjadi bekal 1Mahmud,
Pemikiran Pendidikan Islam, cet.-1, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.19 36 kehidupan
Adam dimuka bumi. Konsep yang dipelajari Adam sebagai alat utama yang bermakna
pengetahuan. 2 Firman Allah swt., z?¯=tæu? t?yŠ#u? u?!$oÿôœF{$# $y?¯=ä. §?èO
ö?å?yÎz÷tä ’n?tã Ïps3Íׯ˜n=y?ø9$# t?$s)sù ’Î??ä?Î6/?r& Ï?!$y?ó™r'Î/ Ï?I?às¯˜yd ßÎ) ö?çF?ä.
t??Ï%ω˜|¹ n??? “Dan diajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya.”
(QS. Al- Baqarah, 2 : 31). Dalam pendidikan terdapat dua istilah yang hampir sama.
Paedagogi dan Paedagogik. Paedagogi artinya pendidikan dan Paedagogik artinya ilmu
pendidikan. 3 Istilah yang pertama merupakan aktivitas pendidikan sendiri, yaitu untuk
memanusiakan manusia. Dan istilah yang kedua, adalah ilmu pendidikan yaitu ilmu yang
mempelajari tentang berbagai hal mengenai pendidikan.
Dalam Islam terdapat sebuah istilah pendidikan, yaitu Tarbiyah. Tarbiyah artinya proses
pembentukan karakter peserta didik untuk mencapai kesempurnaan etika. Kata Tarbiyah
juga bermakna, proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal dan jiwa,
yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan agar peserta didik tumbuh dewasa
dan hidup mandiri di tengah masyarakat.
Tarbiyah terdiri atas: tarbiyah khalqiyat, yaitu pembinaan dan pengembangan jasad,
akal, jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai petunjuk. Dan, Tariyah diiniyyat
tahdzibiyyat, pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian
jiwa menurut pandangan Allah. 4 2Hamdani, Dasar-dasar Kependidikan, cet-2,
(Bandung: Pustaka Setia, 2016), h. 13. 3Ibid, h.14. 4Ibid, h. 14-15. 37 2.
Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Ada berbagai macam pengertian pendidikan
yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Antara lain: - Dalam bukunya Hamdan,
Dasar-dasar Kependidikan, ia mengutip pendapat Zuhairini mengenai pendidikan, yaitu
aktivitas dan usahah manusia dalam meningkatkan kepribadiannya dengan jalan
membina potensi rohaninya (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani), dan jasmani
(panca indra dan keterampilan).
5 - Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan, ia mengutip pendapat Charles E. Siberman,
bahwa pendidikan tidak sama dengan pengajaran. Karena pengajaran hanya menitik
beratkan pada usahah mengembangkan intelektualitas manusia. Pendidikan berusahah
mengembangkan seluroh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik aspek
kognitif maupun psikomotorik.
Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas daripada pengajaran, tetapi pengajaran
merupakan sarana yang ampuh dalam menyelenggarakan pendidikan. 6 - Menurut
Ahmad D. Marimab, bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. 7 5Ibid, h. 17. 6Rulam Ahmadi, Pengantar
Pendidikan, cet.- 1, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 38.
7Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1998), h.
19 38 3. Pendidikan Islam Kata “Islam” dalam “pendidikan Islam” menunjukkan warna
pendidikan tertentu, yaiu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami, yaitu
pendidikan yang berdasarkan Islam. 8 Dalam hal ini kata Islam dipandang sebagai kata
sifat yang menyifati kata pendidikan.
Sehingganya secara sederhana pendidikan Islam berarti adalah pendidikan yang islami
atau pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam. Menurut Ahmad Tafsir bahwa
pendidikan Islam ialah bimbingan maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat,
pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim
semaksimal mungkin.
9 Dalam pandangan Ahmad Tafsir diatas dapat dipahami bahwa pendidikan yang
merupakan usahah untuk memanusiakan manusia. Dan manusia yang dimaksud adalah
menjadi manusia Islam (muslim) yang maksimal. Mahmud, dalam bukunya Pemikiran
Pendidikan Islam. Mengemukakan pengertian yang sejalan dengan pengertian
pendidikan Islam diatas.
Bahwa pendidikan Islam adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk mencapai
kepribadian muslim, baik yang berkenaan dengan dimensi jasmani, rohani, akal, maupun
moral. 10 Menurut Hasan Langgulung, bahwa pendidikan adalah proses penyiapan
generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam
yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan 8Ahmad Tafsir,
Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, cet.-10, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),
h.24 9Ibid, h. 32. 10 Mahmud, Op.cit, h.25. 39 memetik hasilnya di akhirat.
11 Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa pendidikan Islam adalah proses
mendewasakan generasi muda dengan dididik berdasarkan nilai-nilai Islami untuk bekal
dia hidup di dunia dan sebagai keselamatannya di akhirat. Ramayulis, memberikan
pengertian Pendidikan Islam sebagai proses terinternalisasi kepada peserta didik melalui
upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan
pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di
dunia dan akhirat.
12 Dari berbagai pengertian pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para tokoh
diatas. Pada dasarnya dapat dipahami bahwa pendidikan Islam adalah proses
pendidikan dalam upayanya memanusiakan manusia. Dan manusia yang dimaksud
adalah manusia yang memiliki nilai-nilai keislaman. B. Akhlak 1.
Pengertian Akhlak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan dengan
budi pekerti, kelakuan. 13 Merujuk pada asal usul kata akhlak, berasal dari bahasa Arab
yaitu akhlaq . Kata ini merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang pada mulanya
bermakna ukuran, latihan dan kebiasaan.
Dari makna pertama ukuran lahirlah kata makhluk , yakni ciptaan yang mempunyai
ukuran; serta dari makna kedua (latihan) dan ketiga (kebiasaan) lahir sesuatu – positif
maupun negatif. 14 Sesuatu yang positif maupun negatif inilah yang bersangkutan
dengan perbuatan 11 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam,
(Bandung: Al- Ma’arif, 1980), h. 87. 12 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet.-9, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2012),h. 38. 13 kbbi.web.id. 14 Quraish Shihab, Op.cit. h. 3.
40 makhluk itu sendiri, yang sering kita sebut dengan akhlak. Dari asal-usul kata akhlak
diatas kita dapat melihat bahwa akhlak mulia itu dapat muncul dengan senantiasa
dilatih/dibiasakan dalam kehidupan keseharian kita. Akhlak juga dipandang sebagai sifat
dasar yang telah terpendam didalam diri dan tampak ke permukaan melalui
kehendak/kelakuan dan terlaksana tanpa keterpaksaan oleh satu dan lain sebab.
15 Dari pandangan ini kita dapat melihat sesuatu perbuatan dapat dikatakan akhlak
mulia kalau memang dilakukan dengan ikhlas tanpa ada keterpaksaan oleh satu dan lain
hal atau perbuatan itu tidak dibuat-buat. Misalnya seorang yang mencalonkan diri
sebagai wakil rakyat, memberi uang kepada rakyat. Banyak uangnya yang keluar sampai
puluhan hingga ratusan juta, walaupun demikian orang seperti ini tidak bisa sepenuhnya
kita katakan memiliki akhlak dermawan, sebab ia melakukannya agar hendak dipilih oleh
rakyat. Dan juga, Buya Hamka mengartikan akhlak dengan budi pekerti.
“Innama bu’ist-tu li utammima makarimal akhlaqi! ; Aku diutus tidak lain hanyalah untuk
menyempurnakan budi pekerti mulia”. 16 Dalam hadits nabi Muhammad saw., di atas
dapat kita lihat kalau Buya Hamka mengartikan kata “akhlaqu” dengan “budi pekerti
mulia” . Jadi dalam pandangan beliau adalah budi pekerti sama artinya dengan akhlak.
Maka, dalam menyusun skripsi ini penulis memandang sama halnya antara budi pekerti
dan juga akhlak. Menurut Buya Hamka bahwa dalam Islam hubungan diantara iman dan
amal, adalah hubungan diantara budi dan perangai. Dalam undang-undang budi, suatu
budi yang tinggi hendaklah dilatihkan terus supaya menjadi perangai dan 15 Ibid. h. 4.
16 Hamka, Lembaga Budi, cet.-2, (Jakarta : Republika, 2016), h. v. 41 kebiasaan.
17 Jadi salah satu cara kita untuk menjadikan budi pekerti menjadi lebih baik adalah
dengan melatihkannya terus menerus agar ia bisa menjadi kebiasaan kita, sehingga budi
pekerti yang mulia atau akhlak itu dapat menjadi bagian dari diri kita sendiri. Kiranya
itulah sedikit pembahasan mengenai akhlak yang dapat penulis kemukakan dalam bab
ini. 2. Etika dan Moral Sebelumnya kita sudah membahas pengertian akhlak.
Bahwa akhlak adalah suatu perbuatan baik yang memang sudah menjadi kebiasaan atau
sudah tertanam sebagai bagian dari kepribadian seseorang. Maka pada sub-bab ini kita
akan membahas tentang etika dan moral yang merupakan suatu perkataan yang selalu
disamakan dengan akhlak. a. Etika “Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “ethos”,
artinya adat kebiasaan.
Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang disistematisasi dari
hasil pola pikir manusia. Etika merupakan bagian dari filsafat yang mengembangkan
teori tentang tindakan dan alasan-alasan diwujudkannya suatu tindakan dengan tujuan
yang telah dirasionalisasi.” 18 Dari pengertian etika diatas kita dapat memahami bahwa
etika merupakan kebiasaan baik yang dilakukan oleh seseorang.
Dan ukuran baik buruk dari etika itu adalah rasionalsasi artinya baik buruk etika
berdasakan pada akal manusia. Dalam bukunya Abuddin Nata ia mengutip perkataan
Ahmad Amin, bahwa etika merupakan ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus 17 Ibid, h. 8. 18 Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, cet.-2,
(Bandung: Pustaka Setian, 2012), h. 26-27.
42 dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat. 19 Dari pandangan diatas kita dapat
memahami bahwa etika adalah penjelasan tentang apa tujuan manusia dan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia di muka bumi ini.
Selanjutnya Abuddin Nata, juga mengutip perkataan Soegarda Poerbakaatja, bahwa
etika merupakan filsafat nilai, kesusilaan tentang baik buruk, serta usahah mempelajari
nilai-nilai dan juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. 20 Karena
etika merupakan filsafat nilai maka nilai-nilai tentang baik buruk dari etika itu dilandasi
dari akal.
Jadi sebagai ilmu etika merupakan ilmu tentang baik dan buruk yang menjelaskan
tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dunia ini, yang didasarkan pada
rasio (akal) manusia. Dari uraian diatas kita dapat memahami bahwa etika merupakan
suatu perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan (kepriadian) seseorang. Karenanya
orang yang memiliki kebiasaan baik sering kita katakan sebagai orang yang beretika.
Dan orang yang punya kebiasaan buruk sering dinasehati agar bisa beretika yang baik.
b. Moral Moral berasal dari bahasa latin yaitu “mores” merupakan bentuk jamak dari
kata “mos” yang berarti adat kebiasaan. Moral juga merupakan penentuan baik-buruk
terhadap perbuatan dan kelakuan. 21 19 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, cet.-10,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), h.
90. 20 Ibid. 21 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, cet.-10, (Jakarta: Rajadrafindo Persada,
2011, h. 92. 43 Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa moral merupakan baik-
buruk. Dimana baik-buruk itu berlaku sesuai adat kebiasaan masyarakat tertentu. Moral
sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, yang baik dan
wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang oleh umum diterima, meliputi kesatuan
sosial atau lingkungan tertentu. 22 Moral merupakan istilah tentang perilaku yang
diterapkan kepada manusia sebagai individu maupun sosial.
23 Manusia diharuskan berperilaku sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku di
masyarakat tertentu. Apabila manusia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan
ukuran baik-buruk di lingkungan masyarakat dimana ia berada, maka manusia itu
dikatakan tidak bermoral. Karena ukuran moral adalah adat kebiasaan yang berlaku
dimasyarakat tertentu, maka baik-uruk berdasarkan moral bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain akan berbeda-beda.
Di Indonesia kita mempunyai salah satu moral Pancasila. Yaitu nilai baik-buruk
berdasarkan pada nilai Pancasila. Dari berbagai uraian diatas. Maka dapat dipahami
bahwa moral merupakan perbuatan yang dimana ukuran baik-buruknya didasarkan
pada adat kebiasaan masyarakat (budaya) tertentu. Dan karena ukuran moral
merupakan adat kebiasaan didalam masyarakat tertentu, maka ukuran bermoral atau
tidaknya seseorang antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya akan berbeda-beda,
dipengaruhi adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakatnnya. c.
Akhlak, Etika dan Moral Antara akhlak, etika dan moral ketiga hal ini memiliki kesamaan.
Dan disisi lain juga punya perbedaan. Kalau kita melihat dari fungsinya akhlak, etika 22
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, cet.-10, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 17. 23 Beni
Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, op.cit, h. 30.
44 dan moral memiliki kesamaan, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. 24 Akhlak, etika
dan moral sama-sama mengacu pada ajaran atau pengambaran tentang perbuatan,
tingkah laku, sifat dan perangai yang baik. Dan juga sama-sama merupakan prinsip atau
aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya.
25 Ketiga kata (akhlak, etika dan moral), pada dasarnya adalah ukuran dari tingkah laku
atau perbuatan manusia. Ukuran tersebut merupakan ukuran yang akan menentukan
kualitas kemanusiaan seorang manusia. Apakah dia seorang yang berderajat manusia
yang merupakan sebaik-baik makhluk atau seorang yang jatuh derajatnya.
Itu semua ditentukan oleh kualitas akhlak, etika dan moral seseorang. Firman Allah swt.,
ô‰s)s9 $u?ø)n=y{ z?˜|¡SM}$# þ’Îû Ç?|¡ômr& 5?ƒÈ?ø)s? n?? ¢?èO 絘t?÷ŠyŠu‘ Ÿ?x_ó™r&
t?,Î#Ï_˜y™ n?? a?Î) t??Ï%©!$# (#?ã?t?#u? (#?è=Ï?xåu? ÏM˜ysÎ=˜¢Á9$# ó?ß?n=sù í•ô_r&
ç?ö�xî 5ß?ã?øÿx? n?? Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-
rendahnya.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan....” (QS. At-Tin, 95: 4-6).
Pada dasarnya akhlak, etika dan moral sama-sama merupakan ukuran baik-buruk dari
perbuatan manusia. Jika manusia itu melakukan kebaikan maka ia akan dikatakan
sebagai orang yang berakhlak, beretika atau bermoral. 24 Abuddin Nata, op.cit, h. 97.
25 Rosihan Anwar, op.cit, h. 19. 45 Sementara perbedaan dari akhlak, etika dan moral
secara sederhana terletak pada sumber yang dipakai untuk ukuran baik dan buruk. Jika
etika sumber ukuran baik dan buruknya berdasarkan rasio (akal) manusia, moral
berdasarkan adat kebiasaan (budaya) manusia, maka akhlak adalah agama. Etika
merupakan hasil ijtihad dari akal manusia dan moral merupakan produk budaya yang
juga merupakan hasil ijtihad manusia yang disepakati bersama dan menjadi adat
kebiasaan masyarakat setempat. Dan akhlak bersumber dari agama, yang adalah
sifatnya mutlak.
Karenanya akhlak akan dapat mempengarohi pandangan baik-buruk dari akal manusia,
dan juga dari moral masyarakat setempat. Misalnya, pandangan baik-buruk dari akal
(etika), seorang ulama pastilah akan didasari atau dipengarohi dari akhlak agama yang
diyakininya. Dan moral juga didasari dari keyakinan masyarakat setempat, pada daerah
gorontalo yang menjadikan landasan dari adat kebiasaan adalah kitabullah dengan
semboyan “adat bersendikan syara, syara bersendikan kitabullah (al-Qur’an). Maka
moral akan sejalan dengan akhlak. Demikianlah pembahasan akhlak, etika dan moral.
Yang meskipun memiliki perbedaan sumber namun memiliki keterhubungan, sebab
etika merupakan baik-buruk berdasarkan akal dan moral berdasarkan adat kebiasaan
manusia, yang keduanya hadir sebagai upaya manusia menggapai jalan kebaikan.
Keduanya (etika dan moral), memiliki hubungan dengan akhlak sebab akhlak
berdasarkan pada agama. Dan agama hadir sebagai jalan lurus untuk membimbing
manusia kejalan kebaikan. 46 Firman Alllah swt.,
$t?ω÷d$# xÞ=u?Å_Ç9$# t??É)tGó¡ß?ø9$# n?? xÞ=u?ÅÀ t??Ï%©!$# |Mô?yè÷?r&
ö?Î?ø‹n=tã Î?ö�xî ÅU?àÒøóy?ø9$# ó?Î?ø‹n=tæ Ÿ?u? t??Ïj9!$aÒ9$# n?? Artinya:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nimat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat.” (QS. Al-Fatiha, 1: 6-7). Pada skripsi ini, fokus pembahasan adalah akhlak.
Pembahasan akhlak dari karya-karya seorang ulama besar Indonesia, yaitu Buya Hamka.
Sebagai seorang ulama, yang berpegang teguh pada ajaran Islam, maka landasan baik-
buruk Buya Hamka sangat dipengarohi dari keyakinan agamanya yaitu Islam. 3. Baik dan
Buruk Baik dan buruk adalah sifat yang selalu menempel pada sesuatu benda, terlepas
apakah benda itu mati ataupun hidup. 26 Demikian juga, kalau kita berbicara tentang
akhlak, maka selalu ada ukuran baik dan buruk.
Sehingga yang baik akan dapat dikatakan akhlak baik atau terpuji dan yang buruk
dikatakn akhlak buruk atau tercela. 1. Pengertian Baik dan Buruk Dalam bukunya Abudin
Nata, Akhlak Tasawuf, ia mengutip berbagai pengertian baik. Bahwa disebut baik adalah
sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Sesuatu yang disebut baik adalah yang
menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian.
Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan yang memberikan
kepuasan. Kebaikan adalah sesuatu yang sesuai keinginan. Kebaikan dapat pula berarti
sesuatu yang 26 Ibid, h. 70. 47 mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang
dan bahagia. Kebaikan juga merupakan sesuatu yang diinginkan, yang diusahahkan dan
menjadi tujuan manusia.
Tingkah laku manusia adalah baik, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan
manusia. 27 Dari berbagai pengertian baik diatas dapat kita pahami bahwa yang baik itu
berhubungan dengan kepuasan, kebahagian dan kesempurnaan. Sesuatu dipandang
baik apabila ia mendatangkan kebahagiaan pada manusia.
Kebaikan juga adalah apabila kita bisa melakukan hal yang kita inginkan, dalam artian
manusia yang baik itu adalah manusia yang merdeka. Ketika manusia tidak bebas
melakukan apa yang diyakininya maka cenderung ia merasa tertekan dan hal ini
dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik. Tingkah laku atau perbuatan manusia
dipandang baik apabila perbuatan itu menuju kepada kesempurna kemanusiaannya.
Bukan malah menjatuhkan harkat martabatnya sebagai manusia. Karenanya tidak semua
hal yang mendatangkan kepuasan adalah baik, dan tidak semua yang sesuai keinginan
adalah baik. Apabila kepuasan dan keinginan yang diupayakan justru menjatuhkan
martabat kemanusiaan seseorang maka sesungguhnya itu bukanlah merupakan suatu
kebaikan.
Misalnya, seseorang mencari kepuasan dengan cara menggunakan narkoba maka itu
bukanlah merupakan sesuatu kebaik, justru merupakan suatu keburukan. Yang disebut
baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur,
bermartabat, menyenangkan, dan disukai manusia. Definisi kebaikan yang demikian
terkesan antropocentris, yakni memusat dan bertolak 27 Abuddin Nata, op.cit, h. 104.
48 dari sesuatu yang menguntungkan dan membahagiakan manusia. Pengertian baik
yang demikian tidak ada salahnya karena secara fitrah manusia memang menyukai
hal-hal yang menyenangkan dan membahagiakan dirinya. Kesempurnaan, keharuan,
kepuasan, kesenangan, kebenaran, kesesuaian dengan keinginan, mendatangkan
rahmat, memberikan perasaan senang dan bahagia dan yang sejalan dengan itu adalah
sesuatu yang umumnya dicari dan diusahahkan manusia, karena semuanya itu dianggap
sebagai yang baik atau mendatangkan kebaikan bagi dirinya.
28 Namun yang perlu diingat adalah kebaikan juga merupakan hal yang apabila
dikerjakan maka hal itu tidak membuat derajat kemanusiaan jatuh. Tidak semua hal
yang menyenangkan dan membahagiakan diri manusia adalah kebaikan. Rosihon
Anwar, dalam bukunya Akhlak Tasawuf , mengutip perkataan Muhammad Abduh yang
mengatakan bahwa kebaikan adalah apa yang kekal faedahnya sekalipun menimbulkan
rasa sakit dalam mengerjakannya. 29 Sementara keburukan adalah lawan dari kebaikan.
Jadi, jika kebaikan adalah melakukan hal yang kekal faedahnya sekalipun menimbulkan
rasa sakit atau sulit melakukannya. Maka keburukan adalah apa yang tidak berfaedah
yang walaupun dalam mengerjakannya menimbulkan kesenangan dan kepuasan.
Namun sesungguhnya kesenangan dan kepuasan itu hanyalah sementara dan justru
mendatangkan bencana atau menurunkan derajat manusia. 28 Ibid, h. 105.
29 Rosihon Anwar, op.cit, h. 70. 49 2. Ukuran Baik dan Buruk Segala sesuatu memilik
patokan atau ukuran demikian juga dengan baik dan buruk. Ada berbagai macam
aliran-aliran paham dalam ukuran baik dan buruk. Berikut penulis akan memaparkan
ringkasan dari beberapa aliran. a. Baik dan Buruk Adat Istiadat (Sosialisme) Menurut
aliran ini baik atau buruk perbuatan seseorang ditentukan berdasarkan adat istiadat
yang berlaku dan dipegang teguh masyarakat.
Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang
yang menentang serta perbuatannya tidak sesuai dengan adat istiadat dipandang buruk
dan kalau perlu dihukum secara adat. Dalam filsafat kelompok ini dikenal dengan istilah
aliran sosialisme. Munculnya paham ini bertolak dari anggapan bahwa masyarakat itu
terdiri dari manusia, maka masyarakatlah yang menentukan baik dan buruknya
perbuatan manusia yang menjadi anggota dalam masyarakat itu. 31 b.
Baik dan Buruk Hedonisme Pandangan ini menganggap bahwa kelezatan dan
kenikmatan merupakan sautu tolak ukur dalam menentukan baik dan buruknya suatu
perbuatan. 32 Menerut paham ini bahwa tidak ada kebaikan dalam hidup selain
kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan. Namun kelezatan dan
kenikmatan tidak bisa hanya dinilai dengan artian sebagai kenikmatan dan kelezatan
yang sementara.
Karena berapa banyak kelezatan dan kenikmatan sementara yang justru mendatangkan
penderitaan dikemudian hari. Misalnya kelezatan sementara yang dirasakan oleh orang
yang 31 Ibid, h. 107. 32 Rosihon Anwar, op.cit, h. 81. 50 menggunakan narkoba dan
minum minuman keras. Itu tidak dapat dikatakan kebaikan sebab justru mendatangkan
penderitaan (keburukan) pada manusia. c.
Baik dan Buruk Intuisisme Menurut paham ini bahwa yang baik adalah perbuatan yang
sesuai dengan penilaian yang diberikan hati nurani atau kekuatan batin yang ada dalam
dirinya. Dan sebaliknya perbuatan buruk adalah yang menurut hati nuraninya adalah
buruk. Paham ini yang baik adalah yang sesuai dengan kodrat manusia, yaitu
kemanusiaanya yang cenderung kepada kebaikan. 34 Nabi Muhammad saw.,
bersabda yang artinya, : “Kebaikan ialah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang
ada di hatimu yang kamu tidak suka orang lain mengetahuinya.” (Hr. Ahmad). d. Baik
dan Buruk Utilatarianisme Paham ini menganggap bahwa yang baik itu adalah apa yang
bermanfaat. Baik dan buruknya suatu perbuatan berdasarkan pada besar kecilnya
manfaat yang ditimbulkan bagi manusia.
Segala tingkah laku manusia selalu diarahkan pada pekerjaan yang membuahkan
manfaat yang sebesar-besarnya. Tujuannya adalah kebahagiaan orang banyak.
Pengorbanan dapat dipandang baik jika mendatangkan manfaat. Lain dari itu dianggap
sia-sia belaka. 35 Paham ini menekankan ukuran baik dan buruk pada seberapa manfaat
yang didapat dari perbuatan manusia.
Apabila perbuatan manusia itu mendatangkan manfaat maka dianggap baik. Namun
apabila perbuatan manusia itu tidak bremanfaat hanya mendatangkan kesiasiaan belaka
maka dipandang buruk. 34 Ibid, h. 112. 35 Rosihon Anwar, op.cit, h. 83. 51 e. Baik dan
Buruk Religiosisme Menurut paham ini bahwa yang baik adalah perbuatan yang sesuai
dengan kehendak Tuhan.
Sedangkan perbuatan buruk adalah yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. 37
Paham ini dipegang oleh orang-orang yang mengimani suatu Agama. Sebab dalam
pandangan orang-orang yang mengimani suatu agama perbuatan yang diperintahkan
Tuhan adalah hal yang wajib untuk dilaksanakan, dan melaksanakannya merupakan
kebaikan. Sementara hal yang dilarang oleh Tuhan itu semua merupakan hal-hal yang
buruk dilakukan dan wajib untuk meninggalkannya. f.
Baik dan Buruk Vitalisme Menurut paham ini ukuran baik dan buruk adalah kekuatan
kehidupan manusia. Manusia dikatakan baik apabila memiliki daya kekuatan yang kuat.
Sehingga memaksa manusia yang lemah mengikutinya. Dan keburukan adalah apabila
manusia tidak memiliki daya kemampuan kuat yang memaksa manusia mengikuti
kehendak hidup orang lain.
38 Orang yang tidak bisa melakukan perbuatan yang sesuai keinginan atau tujuannya,
diakibatkan kelemahannya maka itu merupakan suatu keburukan. Kebaikan adalah
apabila manusia mempunyai kemerdekaan dalam melakukan hal-hal yang diyakininya.
Paham ini mengajarkan agar manusia menjadi manusia yang merdeka. Tidak diperbudak
orang lain. Tidak juga diperbudak jabatannya.
Manusia yang baik menurut paham ini adalah manusia yang punya kemerdekaan dalam
melakukan amalan yang diyakininya benar (baik). Manusia yang baik 37 Ibid, h. 116. 38
Rosihon Anawar, op.cit , h. 76. 52 adalah yang berani menyampaikan kebenaran.
Namun, terkadang kekuatan manusia justru diarahkan untuk menjajah yang lemah. 4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Ada banyak hal yang mempengaruhi akhlak
perbuatan manusia.
Faktor- faktor yang mempengauhi perbuatan manusia dapat kita kelompokkan dalam
dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal Merupakan
faktor dari dalam diri manusia yang mempengarohi perbuatan manusia. Ada banyak
faktor internal yang mempengarohi perbuatan manusia, diantaranya : - Insting atau
Naluri Insting merupakan suatu alat atau sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada
dengan didahului latihan perbuatan itu.39 Perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak
yang digerakkan oleh insting atau naluri.
Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan
yang asli. Insting atau naluri manusia sebagai pendorong tingkah laku terbagi kedalam
beberapa bagian diantaranya naluri makan, naluri berjodoh, naluri keibu-bapakan, naluri
berjuang dan naluri ber-Tuhan. Pengaruh naluri pada diri seseorang sangat bergantung
pada penyalurannya.
Naluri dapat menjerumuskan manusia kepada kehinaan, tetapi dapat juga mengangkat
manusia 39 Mustofa, Akhlak Tasawuf, cet.-2, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 82-84. 53
pada derajat yang mulia, jika naluri itu disalurkan pada hal yang baik dengan tuntunan
kebenaran. 40 Suatu sifat atau insting yang masih primitif. Tidak dapat dilengahkan dan
dibiarkan begitu saja, bahkan wajib dididik dan diasuh.
Cara mendidik dan mengasuh insting ialah kadang-kadang dengan ditolak dan
kadang-kadang pula diterimanya. Perbuatan yang dibangunkan oleh insting itu kalau
buahnya baik, maka pendorongnya harus diberi semangat dan perbuatannya harus
diulang-ulang. Tapi kalau akibatnya buruk maka harus ditolak dan jangan sampai
diulang- ulang.41 Suatu insting yang ada pada manusia haruslah dididik.
Cara mendidiknya adalah dengan menerima atau menolak insting itu. Jika insting baik
maka haruslah diterima bahkan diupayakan insting itu menjadi kebiasaan (kepribadian).
Namun jika insting itu buruk maka haruslah ditolak agar insting itu tidak menyebabkan
kebiasaan buruk. Sehingga insting manusia membuahkan akhlak yang baik. Dan
mengarahkan manusia kepada derajat yang mulia. Menjadikan manusia yang
sebenarnya manusia.
- Kebiasaan Salah satu faktor yang mempengaruhi akhlak manusia adalah kebiasaan,
karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak sangat erat sekali dengan kebiasaan.
Yang dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga
mudah untuk dikerjakan. 42 40 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan
Implementasi, cet.-3, (Bandung: Alfabeta, 2014, h. 20. 41 Ahmad Amin, Etika (Ilmu
Akhlak), cet.-8, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 19. 42 Heri Gunawan, op.cit, h. 20. 54
Segala perbuatan baik atau buruk menjadi adat kebiasaan karena dua faktor.
Pertama, kesukaan hati kepada suatu pekerjaan dan menerima kesukaan itu dengan
melahirkan suatu perbuatan. Dan kedua, dengan diulang-ulang secukupnya. 43 Manusia
juga hendaknya memaksakan diri untuk mengulang-ulang perbuatan yang baik
sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah akhlak yang baik padanya. 44 Sambil
memaksakan diri mengulang-ulang perbuatan yang baik, manusia juga harus berusahah
menghadirkan rasa cinta kepada perbuatan yang baik.
Shingga lama-kelamaan perbuatan baik yang diusahahkan menjadi kebiasaan itu bisa
benar-benar menjadi kebiasaan dan dilakukan dengan sepenuh hati. - Kehendak atau
Kemauan Dalam membiasakan diri untuk membentuk akhlak perbuatan baik, terkadang
banyak kesulitan dan godaan yang membuat manusia payah dalam membiasakan diri
membentuk akhlaknya. Sehingganya manusia harus benar- benar berusahah dalam
membentuk akhlaknya.
Semakin kuat kemauan atau kehendak manusia maka akan semakin kuat pula
usahahnya. Sehingganya kemauan atau kehendak itu juga mempengaruhi dalam
membentuk akhlak yang baik. Kemauan ialah usahah untuk melangsungkan segala ide
dan segala yang dimaksud, walau disertai dengan berbagai rintangan dan
kesukaran-kesukaran.
Namun sekali-kali tidak mau tunduk kepada kesukaran-kesukaran tersebut. 45 43
Ahmad Amin, op.cit, h. 21. 44 Heri Gunawan, op.cit, h. 20. 45 Ibid, h. 20. 55 Namun yang
perlu diperhatikan setiap manusia punya kemauan atau kehendak. Kehendak itu
mempunyai dua macam perbuatan. Kadang-kadang ia menjadi pendorong dan
kadang-kadang ia menjadi penolak.
Yakni kadang-kadang mendorong kekuatan manusia supaya berbuat dan kadang juga
mendorong kekuatan manusia supaya mencegah (tidak berbuat). 46 Sehinggahnya
apabila yang muncul adalah kemauan atau kehendak kepada kebaikan. Maka kekuatan
manusia harus diupayakan untuk berbuat. Namun apabila yang muncul adalah kemauan
atau kehendak kepada keburukan. Maka kekuatan manusia diupayakn untuk mencegah
(tidak berbuat).
Sehingga manusia dapat mewujudkan akhlak yang baik pada dirinya dan menjadi
manusia yang sebenarnya manusia. - Suara Batin atau Suara Hati “Didalam diri manusia
terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan ( isyarah ) jika
tingkah laku manusia berada diambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut
adalah suara batin atau suara hati.”
47 Manusia merasa bahwa didalam jiwanya ada suatu kekuatan yang memperingatkan
perbuatan buruk dan usahah mencegah perbuatan itu. 48 Ada suara hati yang hendak
menuntun manusia agar tidak mengerjakan perbuatan buruk dan mengerjakan
perbuatan yang baik. Jika perasaan itu dituruti untuk berbuat baik maka manusia akan
merasa tenang.
Namun jika tidak dituruti, kata hati yang menyuruh untuk menjauhi keburukan, maka
hati pun terasa tidak tenang. Itulah suara hati. 46 Ahmad Amin, op.cit, h. 49. 47 Heri
Gunawan, op.cit, h. 21. 48 Ahmad Amin, op.cit, h. 68. 56 Nabi Muhammad saw.,
bersabda yang artinya, : “Kebaikan ialah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang
ada di hatimu yang kamu tidak suka orang lain mengetahuinya.” (Hr. Ahmad). b.
Faktor Eksternal Selain faktor internal yang mempengaruhi akhlak manusia. Terdapat
juga faktor eksternal atau pengaruh dari luar diri yang juga mempengaruhi akhlak
manusia. Beberapa faktor ekstrnal adalah sebagai berikut: - Pendidikan Sebagai upaya
dalam memanusiakan manusia.
Pendidikan mempunyai peran penting dalam upaya membantu mendewasakan manusia
agar ia benar- benar menjadi manusia yang sebenarnya manusia. Pendidikan
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan karakter, akhlak dan etika seseorang
sehingga baik buruknya akhlak seseorang dapat dipengaruhi oleh pendidikan. 49 Sebab
tujuan utama dari pendidikan adalah untuk mendewasakan manusia agar mempunyai
akhlak yang baik. Oleh sebabnya pendidikan dapat mempengaruhi akhlak manusia.
- Lingkungan Setiap manusia membutuhkan tempat tinggal. Tempat tinggal inilah yang
merupakan lingkungan manusia. Lingkungan manusia meliputi apa-apa yang
melingkupinya dalam hidup. Mulai dari keadaan alam sampai pada masyarakat tempat
bergaul dalam kehidupan sehari-hari. 49 Heri Gunawan, op.cit, h. 21. 57 Lingkungan
dapat kita kelompokkan menjadi dua.
Yang pertama adalah lingkungan alam (kebendaan), yang meliputi seluruh bentangan
alam dimana manusia itu tinggal. Dan kedua, lingkungan pergaulan.50 Keadaan alam
dapat mempengaruhi prilaku manusia. Orang yang hidup dipinggir pantai misalnya
maka ia akan cenderung menyukai kehidupan sebagai nelayan. Demikian juga
lingkungan pergaulan manusia dalam masyarakat juga dapat mempengaruhi perilaku
manusia. c.
Tauhid Selain beberapa faktor internal dan eksternal diatas yang mempengaruhi akhlak
manusia. Terdapat juga satu faktor yang mempengaruhi akhlak manusia. Yaitu Tauhid.
Tauhid juga mempengaruhi akhlak perbuatan manusia. Sebagaimana yang dibahas
sebelumnya bahwa akhlak adalah perbuatan baik yang didasarkan pada agama. Orang
yang kuat tauhidnya maka ia senantiasa mengamalkan ajaran agama yang diyakininya
dengan baik.
Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan, akan menjadi landasan untuk mengarahkan
amal perbuatan yang dilakukan manusia. Sehingga perbuatan yang dilakukan manusia
itu akan tertuju semata-mata untuk Allah swt. 51 Firman Allah swt., !$t?u? (#ÿ?â÷É?é&
a?Î) (#?߉ç6÷èu‹Ï9 ©!$# t??ÅÁÎ=øƒè? ã&s! t??Ïe$!$# u?!$x_u?ãm (#?ß?‹É)ãƒu?
n?4?n=¢Á9$# (#?è?÷sãƒu? n?4?x.¨“9$# 4 y7Ï9=sŒu? ß?ƒÏŠ Ïpy?ÍhŠs)ø9$# n?? 50 Ahmad
Amin , op.cit, h. 41. 51 Abuddin Nata, op.cit, h. 21.
58 “padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama... (QS. Al-Baiyyinah, 98: 5). Seseorang yang
baik Tauhidnya maka ia akan mengamalkan agama yang diyakininya dengan baik.
Sebab ia yakin bahwa apa yang diperintahkan Allah swt., adalah kebaikan. Karenanya
Tauhid mempengaruhi akhlak manusia. C. Hakikat Manusia Ada sangat banyak teori
yang berbicara tentang hakikat manusia.
Ada yang mengatakan bahwa manusia itu homo sapiens (manusia berakal), ada yang
mengatakan bahwa manusia homo economicus (manusia ekonomi), bahkan ada yang
mengatakan manusia itu econmic animal (binatang yang berekonomi). 52 Semua itu
adalah penamaan manusia. Kiranya penulis tidak akan membahas teori diatas dalam
skripsi ini. Karena penulis lebih tertarik membahas manusia dari segi unsurnya yang
memiliki jasmani, akal dan roh, karena pembahasan ini akan berkaitan dengan
pembahasan penulis mengenai pemantapan budi dalam memanusiakan manusia.
Dalam bukunya Ahmad Tafsir ia mengutip perkataan Al-Syaibani yang mengatakan
bahwa manusia itu mempunyai tiga potensi yang sama pentingnya yaitu jasmani, akal
dan roh. Muhammad Quthb juga mengatakan bahwa eksistensi manusia ialah jasmani,
akal dan roh yang ketiganya itu menyusun manusia menjadi satu kesatuan. 53 Jasmani
adalah tubuh kasar manusia. Manusia mempunyai kebutuhan jasmani, didalam
Al-Qur’an Allah swt.,
berfirman, 52 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, cet.-14, (Jakarta : Rajawali
Pres, 2016), h. 11. 53 Ahmad Tafsir, Op.cit. h. 18. 59 * û?Í_t6˜tƒ t?yŠ#u? (#?ä‹è{
ö/ä3tGt?ƒÎ— y‰?Ïã Èe?ä. 7‰Éfó¡t? (#?è=à2u? (#?ç/u?õ°$#u? Ÿ?u? (#þ?èùÎ?ô£è@ 4
…絯?Î) Ÿ? �=Ïtä† t??ÏùÎ?ô£ß?ø9$# n??? “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu
yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan
berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf
: 31).
Dalam ayat diatas Tuhan mengatakan bahwa makan dan minum bagi manusia adalah
suatu keharusan. Ini suatu indikasi bahwa manusia itu memiliki unsur jasmani. 54
Kemudian akal, adalah alat untuk berpikir. Jadi, salah satu hakikat manusia ialah ia ingin,
ia mampu dan ia berpikir. 55 Buya Hamka mengatakan bahwa manusia itu sejenis
hewan juga, tetapi Tuhan memberikannya kelebihan dengan akal.
Kepada akal itulah bersandar segala perkara yang wajib dia lakukan atau wajib
diatinggalkan. 56 Dengan kata lain akal inilah yang membedakan manusia dengan
hewan, dan salah satu tanda keberadaan akal adalah dengan berikir, karena akal adalah
alat untuk berpikir. Dengan akal itulah manusia dapat memikirkan besar nikmat yang
diterimanya dari Tuhan, nikmat kemuliaan dan ketinggian yang tiada ternilai, sehingga
dia telepas daripada kehinaan.
57 Sementara itu, mengenai roh Allah swt berfirman, š�t??è=t?ó¡o„u? Ç?tã Çy?”�9$# (
È?è% ßy?”�9$# ô?Ï? Ì�ø?r& ’În1u‘ !$t?u? ?çF�Ï??é& z?Ïi? É?ù=Ïèø9$# a?Î) W?ŠÎ=s% n???
“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah : Roh itu
termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” (Al-Isra’
: 85). 54 Ibid, h. 15. 55 Ibid, h. 17. 56 Hamka, Op.cit. h. 8. 57 Ibid, h. 9.
60 Dalam ayat ini Allah mengabarkan kepada kita bahwa manusia hanya diberi
pengetahuan yang hanya sedikit, maka adapun mengenai roh itu adalah urusan Tuhan.
Dan Manusia hanya diberi ilmu yang sedikit untuk itu. Yang menjadi keyakinan kita
adalah bahwa dalam tubuh kita ada roh yang merupakan unsur hakiki dari manusia.
Firman Allah swt, #sŒÎ*sù …çµçG÷ƒ§?y™ àM÷‚x_t?u? ϵŠÏù ?Ï? ?Çr?•‘ (#?ãès)sù …çµs9
t??ωÉf˜y™ n??? “Kemudian apabilah telah aku sempurnakan kejadiannya dan Aku
tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya;...”(Shaad : 72). Itulah sedikit pembahasan tentang
hakikat manusia, mengenai unsur jasmani, akal dan roh, yang ada pada manusia.
Buya Hamka juga mengatakan bahwa jiwa manusia mempunyai dua akal yaitu akal lahir
dan akal batin. Akal lahir ialah yang kelihatan dalam pertimbangan-pertimbangan yang
dilakukan orang dalam menghadapi kehidupan. Dan akal batin terpendam didalam,
yang terbentuk karena melalui berbagai proses jiwa didalam hidup.
Kesanggupan mengendalikan pertemuan akal batin dengan akal lahir dan pengarohnya
atas diri itulah yang menjadi pedoman atas sehat sakitnya jiwa seseorang. Kiranya,
apabila manusia dapat menjaga kesehatan ketiga unsur yakni jasmani, akal dan roh,
maka akan lahir manusia yang mempunyai budi luhur atau yang memiliki akhlak yang
baik.
Menjaga keshatan jasmani adalah dengan makan dan minum secukupnya saja jangan
berlebihan, karena kalau berlebih-lebihan dapat membuat badan malah tidak sehat dan
sifat rakus adalah sifatnya setan. Menjaga kesehatan akal adalah dengan menjauhi
hal-hal yang dapat menggelapkan akal, misalnya minuman keras, dan juga menjaga akal
agar tidak 61 dikuasai oleh nafsu syahwat.
Apabila manusia sudah gelap akalnya, mengejar kesenangan dengan tidak lagi
menimbang baik dan buruk, maka jadilah sama manusia itu dengan binatang yang tak
berakal. Apabilah manusia tidak lagi bisa menjaga kesehatan akal dan jiwanya, maka
akan jadilah ia manusia yang bukan manusia. Karena sejatinya manusia itu adalah sifat,
sementara tubuh yang kasar (jasmani) ini samalah saja dengan hewan.
Seperti kata Buya Hamka manusia itu jenis hewan juga tetapi Tuhan memberikan
kelebihan kepada manusia dengan akal. Karena manusia itu adalah sifat, dan manusia
yang gelap akal dan rendah budinya dapat menjadi manusia yang bukan manusia, atau
manusia yang masih harus dimanusiakan. Dan tujuan pendidikan adalah untuk
memanusiakan manusia. 58 58 Ahmad Tafsir, Op.cit. h. 33.
62 BAB IV PERSPEKTIF PENDIDIKAN BUYA HAMKA: PEMBENTUKAN AKHLAK DALAM
MEMANUSIAKAN MANUSIA A. Hakikat Manusia dalam Pandangan Buya Hamka Dalam
pandangan Buya Hamka, manusia merupakan makhluk yang mulia. Manusia merupakan
makhluk yang istimewa dan pilihan di sisi Allah swt.
1 Namun di sisi lain, manusia juga memiliki kecenderungan yang dapat menjatuhkan
dirinya dari derajat mulia, kederajat kebinatangan. Menurut Buya Hamka, manusia juga
terhitung binatang dalam ilmu biologi, tetapi insan menurut ilmu kemanusiaan. 2
Maksudnya adalah manusia memiliki kebutuhan biologis (tubuh) yang dekat dengan
sifat-sifat binatang, namun tubuh manusia adalah sebaik-baik bentuk makhluk.
Sebagaimana juga yang dikatakan Buya Hamka, “Di antara makhluk Allah di atas muka
bumi ini, manusia diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk; bentuk lahir dan
batinnya; bentuk tubuh dan nyawanya. Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk
tubuh hewan...” 3 Karenanya apabila manusia mengikuti kehendak kebinatangannya,
maka akan jatuhlah derajat manusia.
Padahal kata Buya Hamka, “Allah telah memberi manusia keutamaan yang
menyebabkannya lebih tinggi daripada makhluk yang lain.” 4 Buya Hamka berkata
bahwa, “Adapun hewan jenis lain, yang dirasakannya hanyalah semata-mata kelezatan
perasaan kasar. Dikejarnya kelezatan itu dengan tidak menimbang dan memikir lebih
dahulu. Sedang bagi manusia, akal itulah yang menjadi penjaganya dan menguasainya.
Meskipun suatu perkara dipandangnya lezat untuk badannya, belum tentu dia mau
mengerjakannya kalau belum dapat persetujuan dari akalnya.” 5 1Hamka, Kesepaduan
Iman dan Amal Saleh, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 130. 2Hamka, Lembaga
Budi, cet.-2, (Jakarta: Republika, 2016), h. 3. 3Hamka, Juz ‘AmmaTafsir Al-Azhar, cet.-1,
(Jakarta: Gema Insani, 2015), h. 248. 4Hamka, Pandangan Hidup Muslim, cet.-1, (Jakarta:
Gema Insani, 2016), h. 62.
5Hamka, Falsafah hidup, cet.-1, (Jakarta: Republika, 2015), h. 8. 63 Salah satu kelebihan
manusia adalah diberikan akal oleh Allah. Dan ciri manusia berakal adalah ketika
melakukan suatu perbuatan maka ia akan menimbang apakah perbuatan itu layak
dikerjakan atau tidak. Karenanya tanda manusia masih memiliki akal yang sehat ialah
kesukaan memilih akhlak yang mulia.
Pantangan mengerjakan pekerjaan yang rendah menurut timbangan budiman (manusia
berakhlak). Biar perutnya lapar, tak mau membuat malu, walaupun akan diejek. 6 Allah
swt., berfirman, ô‰s)s9 $u?ø)n=y{ z?˜|¡SM}$# þ’Îû Ç?|¡ômr& 5?ƒÈ?ø)s? n?? “Sungguh
telah Kami ciptakan manusia itu atas sebaik-baik pendirian.” (At-Tiin, (95): 4).
Buya Hamka berkata, “Di antara makhluk Allah di atas muka bumi ini, manusia
diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk; bentuk lahir dan batinnya; bentuk
tubuh dan nyawanya. Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk tubuh hewan, juga
ukuran, manis mukanya, sehingga dia dinamai Basyar ; artinya wajah yang mengandung
bahagia, sangat berbeda dengan bentuk binatang. Dan manusia diberi pula akal, bukan
semata-mata napas yang turun naik.
Maka dengan keseimbangan tubuh dan pedoman akal, dapatlah dia hidup di muka
bumi sebagai pengatur. Kemudian Allah mengutus rasul-rasul membawa petunjuk,
bagaimana cara menjalani hidup agar selamat.” 7 Manusia diberikan bentuk tubuh yang
sebaik-baiknya. Dan juga diberikan pula akal agar dengan akal itu manusia memikirkan
baik-buruk perbuatannya di muka bumi.
Sehingga dia tidak menjadi manusia yang hanya tubuh saja manusia, namun akhlaknya
justru seperti hewan. Namun, menjadi manusia yang tubuhnya manusia dan akhlaknya
pun manusia. 6Ibid, h. 20. 7Hamka, op.cit, 2015, h. 248. 64 B. Akhlak dalam Pandangan
Buya Hamka Sejauh penelusuran penulis, Buya Hamka dalam buku-bukunya, tidak
memberikan pengertian akhlak dengan gamblang.
Dalam buku-bukunya Buya Hamka sering mengartikan akhlak dengan kata “budi
pekerti”. Misalnya Buya Hamka mengartikan “Innama bu’ist-tu li utammima makarimal
akhlaqi! ; Aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti mulia”. 8
Dalam hadits Nabi Muhammad saw., di atas dapat kita lihat kalau Buya Hamka
mengartikan kata “akhlaqu” dengan “budi pekerti mulia” .
Jadi dalam pandangan Beliau adalah budi pekerti sama artinya dengan akhlak. Buya
Hamka sering menggunakan kata budi pekerti dalam menyebut akhlak. Sebagaimana
juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan dengan budi pekerti,
kelakuan. 9 Sehingganya rujukan akhlak dalam karya-karya Buya Hamka juga berarti
kata budi pekerti. Ada banyak karya Buya Hamka yang membahas tentang akhlak yang
mulia.
Diantaranya akhlaqul karimah, falsafah hidup, lembaga hidup, lembaga budi, tasawuf
modern , dan lain-lain. Beliau juga menulis banyak novel yang menggambarkan
kehidupan akhlak manusia, diantaranya terusir, tuan direktur, dari lembah cita-cita, dan
lain-lain. 1. Akhlak Tujuan Hidup Manusia Dalam pandangan Buya Hamka, budi pekerti
yang baik merupakan perangai dari para rasul, orang terhormat, sifat seorang muttaqin,
dan hasil dari perjuangan orang yang abid. 10 Akhlak baik adalah pakaian orang-orang
yang mulia atau pakaian dari manusia yang sebenarnya manusia.
Para Rasul, semuanya 8Hamka, Lembaga Budi, cet.-2, (Jakarta : Republika, 2016), h. v.
9kbbi.web.id. 10 Hamka, Akhlaqul karimah, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani, 2017), h. 1. 65
adalah orang-orang yang memiliki akhlak mulia. Bahkan Nabi Muhammad saw., bukan
hanya sekedar memiliki akhlak yang baik. Namun hadirnya di muka bumi ini adalah
untuk membimbing manusia kejalan akhlak yang baik. Sebagaimana sabda Nabi
Muhammad saw.,
“Aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti mulia. (Hr. Baihaqi)
” Dalam pandangan Buya Hamka, akhlak yang baik merupakan tujuan manusia yang
benar-benar ingin menjadi manusia, dan menyingkirkan diri dari sikap binatang.
“Keutamaan budi, itulah tujuan yang akhir. Dan menyingkirkn diri dari kebinatangan,
itulah cita-cita yang mulia.
Bukit itulah yang didaki orang budiman, sebagian jatuh dan sebagian bangun, ada yang
tidak tahan, ada yang lemah kakinya, lalu terjatuh dan tidak bangun lagi. Ada pula yang
tegak kembali, dan melangkah terus perlahan-lahan dan tidak mengenal putus asa.” 11
Akhlak mulia, itulah tujuan hidup agar manusia menjadi manusia yang sebenarnya
manusia. Namun jalan menuju tujuan itu tidaklah mudah. Sebab manusia memiliki
nafsu.
Dan terkadang nafsu itu bersebrangan dengan akhlak (budi pekerti) mulia. Karenanya
manusia harus memiliki kemauan yang kuat untuk membentuk akhlak mulia dalam
dirinya. Buya Hamka berkata, “Hendaklah pada diri itu ada kemauan menempuh jalan
yang benar dan menjauhi kehendak yang jahat. Kalau nafsu dituruti, dialah yang
menjadi raja di dalam kehidupan, dan celakalah kita, tetapi kalau tidak semua
kehendaknya dituruti, selamatlah dia di dunia dan akhirat.” 12 Hendaklah manusia tidak
menuruti semua kehendak nafsunya. Namun tidak semua kehendak nafsu mesti kita
lawan.
Misalnya disaat kita lapar maka manusia bernafsu untuk makan. Maka hendaklah
makan. Namun pada saat makan, makanlah secukupnya untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Jangan 11 Hamka, op.cit, 2016, h. 3. 12 Ibid, h. 4. 66 terlampau bernafsu makan,
sampai sudah lupa diri. Sebab hidup tidak sekedar memenuhi kebutuhan nafsu, namun
untuk menyempurnakan diri sebagai manusia.
Buya Hamka berkata, “Ada manusia yang sempurna? Ada! Yaitu manusia yang insyaf
akan kekurangan lalu berusahah mencapai kesempurnaan, itulah manusia yang
sempurna.” 13 Kesimpulannya Buya Hamka memandang akhlak yang mulia menjadi
tujuan hidup manusia. Itulah jalan yang ditempuh oleh manusia yang benar-benar ingin
menjadi manusia. Adalah menyempurnakan kemanusiaannya. 2. Akal dan Akhlak
Manusia Manusia dianugrahi Allah swt., dengan nafsu. Sebab manusia juga merupakan
jenis binatang juga.
14 Dan untuk menempuh keutamaan akhlak dalam hidup, maka manusia harus bisa
menahan kehendak nafsu. Oleh sebabnya disisi lain manusia dianugrahi oleh Allah swt.,
dengan akal, yang merupakan salah satu potensi dasar yang dimiliki manusia. 15
Menurut Buya Hamka, Akal adalah ikatan, ibarat tali mengikat unta, akal itu mengikat
manusia.
Sebagaimana tali mengikat unta supaya tidak lari, akal manusia mengikatnya pula
supaya tidak lepas mengikuti hawa nafsu. 16 Buya Hamka, memandang bahwa akal
adalah alat pengikat nafsu, agar nafsu itu jangan sampai mengikuti hal-hal yang tidak
baik. Sehingganya menurut Beliau tanda orang berakal ada pada akhlaknya. Sebab
manusia yang berakal senantiasa menimbang baik dan buruk perkara yang akan
dilakukannya.
Demikian pandangan Buya Hamka tentang akal manusia, yang telah kita bahas pada
subbab “Manusia dalam Pandangan Buya Hamka”. Kalau kita melihat 13 Hamka, op.cit.,
2015, h. 223. 14 Hamka, Falsafah hidup, cet.-1, (Jakarta: Republika, 2015), h. 9. 15 Lihat
pembahasan pada BAB III, pada Subbab Manusia. 16 Hamka, op.cit, 2015, h. 16. 67
sekilas pandangan Buya Hamka, tentang akal, maka ini merupakan etika, yang
merupakan perilaku baik buruk manusia berdasarkan pertimbangan akal.
Sementara akhlak merupakan baik buruk berdasarkan agama. 17 Namun, kalau kita lihat
lebih lanjut pemikiran Beliau tentang akal. Menurut Beliau, bahwa akal itu adalah bagian
dari agama. Hal ini dapat kita lihat ketika Beliau menerangkan pentingnya akal. “Apakah
mereka tidak berakal? Lebih dari sepuluh kali terdapat di dalam al-Qur’an. Isinya ialah
membangkitkan hati buat menimbang, memikirkan, merenungkan.
Dan oleh hadis dikuatkan pula: ‘ Tiadalah sempurna agama manusia selama-lamanya,
sebelum sempurna akalnya’. ‘Agama manusia ialah akalnya, dan siapa yang tiada
berakal, tiadalah agama baginya’. ”18 Dalam hal ini, pandangan Buya Hamka
menggunakan akal adalah bagian dari ajaran Islam.
Segala perbuatan yang dilarang dalam Islam adalah untuk menjaga agar akal manusia
tetap sehat, sebab akal itulah pembeda manusia dengan binatang. Jika pembeda itu
hilang, maka hilanglah perbedaan manusia dengan binatang. Hal ini bukan berarti Buya
Hamka merupakan penganut paham akal mutlak, atau orang-orang yang hanya
menggunakan akal dan anti pada wahyu Tuhan.
Akal mengikat nafsu, dan wahyu mengikat akal. Kita dapat melihat bahwa Buya Hamka
bukanlah ulama yang mengatakan penggunaan akal tidak boleh. Bahkan Beliau
menganjurkan, dan juga menulis buku tentang menggunakan akal yang berjudul
“Falsafah Hidup”. 17 Lihat pembahasan BAB III pada subbab akhlak. 18 Hamka, op.cit,
2015, h. 44. 68 3. Ukuran Akhlak Manusia Dalam pandangan Buya Hamka, tolok ukur
akhlak adalah iman.
19 Iman merupakan kepercayaan terhadap Tuhan dalam suatu agama. Jadi bisa
dikatakan Buya Hamka memandang bahwa ukuran baik dan buruk akhlak manusia, itu
ada pada agamanya. Dalam aliran-aliran baik dan buruk, terdapat aliran Religiosisme.
Paham ini memandang bahwa yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan
kehendak Tuhan (agama).
Sedangkan perbuatan buruk adalah yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. 20 Tak
mengherankan jika Buya Hamka memiliki pandangan Religiosisme. Sebab Beliau
merupakan seorang Ulama yang teguh memegang dan menjalankan agamanya. Buya
Hamka berkata, “Kerusakan dan kekacauan jiwa, adalah tersebab dari karena manusia
yang tidak mempunyai tujuan hidup, tidak mempunyai cita- cita.
Tiga belas tahun lamanya junjungan kita di Mekkah menjelaskan tujuan hidup dan
menegakkan sesuatu yang dapat membentuk budi, yaitu tujuan keesaan kepada Zat
yang meliputi dan menguasai seluruh alam benda yang maujud ini. Itulah yang terkenal
dengan kalimat pokok ajaran Islam, yaitu Tauhid (Iman).” 21 Rusaknya akhlak manusia,
karena kerusakan dan kekacauan jiwanya. Hal ini disebabkan manusia tidak memiliki
tujuan atau pegangan sandaran hidup.
Dalam Islam, manusia memiliki pegangan hidup yaitu iman kepada Tuhan yang Maha
Esa. Buya Hamka berkata, “Itulah hakikat yang membentuk budi dalam ajaran Nabi dan
junjungan kita Muhammad saw. itu. Kepadanya diturunkan Tuhan kitab Al-Qur’an. Dan
tujuan diturunkan kitab itu pun dijelaskan pula, yaitu membenarkan kandungan dan
tujuan dari kitab-kitab yang diturunkan kepada pesuruh-pesuruh Tuhan yang diutus
terdahulu daripadanya. Jelas dalam kitab itu bagaimana Tuhan memberikan
tuntunan-Nya kepada manusia, supaya manusia itu mencapai setinggi-tinggi tujuan
hidup.”
22 19 Hamka, op.cit, 2017, h. 26. 20 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, cet.-10, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2011), h. 116. 21 Hamka, Lembaga Budi, cet.-2, (Jakarta:
Republika, 2016), h. vi. 22 Hamka, op.cit, 2017, h. Vii. 69 Orang yang beriman pada Allah
swt dan Rasul-Nya, maka akan mengakui Al-Qur’an merupakan petunjuk yang akan
mengantarkan manusia pada kemuliaan.
Dalam kitab itu sudah ada tuntunan mana yang baik dan mana yang buruk. Demikian
pandangan Buya Hamka mengenai ukuran akhlak manusia. Beliau menjadikan iman
(agama) sebagai ukuran baik dan buruk. Dalam agama Islam yang dijadikan ukuran baik
dan buruk itu adalah sejauh mana seseorang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman
hidup, dan mengikuti sifat-sifat Nabi Muhammad saw. Hal ini menjadi tanda apakah
derajat akhlak manusia mulia, pertengahan, atau malah rendah. 4.
Faktor yang mempengaruhi akhlak manusia Buya Hamka berkata, “Apabila perangai
tidak berubah, guna apakah wasiat nabi-nabi, hukama, dan ahli-ahli budiman? Apakah
arti pengajaran dan pendidikan jika memang tidak bisa berubah? Bukankah Rasulullah
saw. bersabda, ‘Perbaikilah akhlakmu’. ”23 Buya Hamka memandang bahwa akhlak
manusia bisa berubah. Akhlak bisa dilatih menjadi lebih baik lagi.
Manusia yang mengatakan bahwa akhlak tidak bisa dirubah, menurut Buya Hamka
hanyalah anggapan mereka yang telah putus asa menukar keburukan dengan kebaikan.
24 Dan untuk merubah akhlak manusia, terlebih dahulu kita harus mengetahui faktor
apa sajakah yang mempengaruhi akhlak manusia. Pada BAB III seblumnya, telah dibahas
apa saja hal-hal yang mempengaruhi akhlak manusia.
Antara lain faktor dari dalam: insting, kebiasaan, kemauan, dan suara hati (batin). Dan
faktor 23 Hamka, op.cit, 2017, h. 8. 24 Hamka, loc.cit. 70 dari luar: lingkungan,
pendidikan. Kemudian juga ada tauhid yang dimana kepercayaan itu dapat
mempengaruhi akhlak manusia. Dalam pandangan Buya Hamka pun, sejauh
penelusuran penulis tidak berbeda jauh dengan itu.
Dan bahwa Beliau memandang semua yang tersebut itu memanglah mempengaruhi
akhlak manusia. Berikut kita akan membahas bagaimana Buya Hamka memandang
faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak manusia. - Faktor Internal Faktor internal
merupakan kekuatan dari dalam diri manusia yang mempengaruhi akhlak manusia.
Dalam pandangan Buya Hamka, ada dua faktor yang melatari ketinggian budi pekerti
(akhlak) manusia. Yang pertama ialah insting. Yang merupakan bawaan asli manusia
sejak lahir. Buya Hamka berkata, “Ingin berkuasa, ingin menyerah, rasa takut, ingin
terkemuka, dan lain-lain, inilah instin[g]c, gharizah) atau naluri.”
25 Manusia ingin berkuasa, sebab ia takut jangan sampai hidupnya ditindas. Ketika
melihat dirinya dalam bahaya manusiapun akan merasakan ketakutan, ini adalah insting.
Insting yang merupakan kemampuan manusia membaca situasa untuk bertahan hidup,
yang merupakan bawaan sejak lahir. Insting ini haruslah berjalan sesuai dengan hajat
hidup manusia, dan agamapun mengatur jangan sampai insting ini keluar batas.
Insting syahwat ingin kawin manusia haruslah diarahkan, jangan seperti insting kawin
binatang yang kawin sesuka hati saja. Manusia memiliki derajat yang lebih baik dari
binatang, karenanya agama mengatur insting kawin manusia harus lewat pernikahan
yang sah. Jika manusia menuruti 25 Hamka, op. cit, 2016, h. 65. 71 instingnya tanpa ada
pedoman agama, maka hilanglah batas dirinya dengan hewan.
“Kedua, ketinggian budi pekerti diperoleh melalui kesungguhan dan latihan batin.
Artinya membiasakan diri kepada pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan budi yang
dituntut itu. Misalnya orang yang bermaksud menjadikan dirinya seorang penyantun,
jalannya ialah membiasakan bersedekah.
Hendaklah diajarkan diri selalu membiasakan pekerjaan santun dan dermawan sehingga
akhirnya menjadi tabiat, mudah mengerjakannya dan tidak merasa berat lagi.” 26 Yang
kedua, ialah kebiasaan. Hendaklah manusia membiasakan dirinya kepada hal-hal yang
baik. Sehingga melakukan kebaikan yang tadinya dirasa sulit, menjadi tidak sulit lagi.
Dengan membiasakan diri pada hal-hal yang baik, manusia akan dapat membentuk
akhlaknya menjadi lebih baik lagi. Namun, membiasakan diri pada hal-hal yang baik itu
terkadang tidaklah mudah. Memang ketika sesuatu perbuatan sudah menjadi kebiasaan
maka hal itu terasa ringan. Tapi proses menjadikan sesuatu itu menjadi kebiasaan
tidaklah mudah. Karenanya dibutuhkan kemauan.
Buya Hamka berkata, “Hendaklah pada diri itu ada kemauan menempuh jalan yang
benar dan menjauhi kehendak yang jahat.”27 Jika manusia menghendaki akhlak yang
baik, maka dia haruslah memiliki kemauan untuk menjadi lebih baik. Kemauan dapat
mempengaruhi akhlak manusia. Dengan adanya kemauan untuk menjadi lebih baik lagi,
manusia dapat mengendalikan dirinya agar jangan sampai berbuat yang tidak baik.
Dan juga selain itu suara hati (batin) merupakan faktor yang mempengaruhi akhlak
manusia. Buya Hamka berkata, 26 Hamka, op.cit, 2017, h. 13. 27 Hamka, op.cit, 2016, h.
4. 72 “Yang maha penting dalam diri kita ialah hati. Bila hati sehat, sehatlah seluruh diri
dan selamatlah perjalanan. Bila hati ditimpa penyakit, sakitlah seluruh badan, ru[o]hani
dan jasmani. Tujuan menjadi kabur, yang dikandung berciciran, yang dikejar tidak dapat.
Oleh sebab itu, kita disuruh memelihara hati kita baik- baik.” 28 Dalam hal ini Buya
Hamka memandang penting untuk menjaga hati, agar hati itu tidak menjadi rusak dan
kabur melihat mana yang baik dan mana yang tidak baik. Kalau hati sehat maka suara
hati pun menjadi baik, maka kesehatan hati haruslah dijaga.
Dan menurut Buya Hamka, bahwa hati itu selalu berkehendak kepada kebaikan, dan
makanan hati bukanlah kejahatan melainkan hikmah. 29 Namun, ibarat manusia yang
memakan makanan beracun akan mematikan jasmani. Maka ketika hati selalu memakan
makanan beracun pun hati akan mati, dan jadilah suara hati pada manusia itu menjadi
mati.
Karenanya dalam hal ini, Buya Hamka mengingatkan untuk menjaga kesehatan hati.
Selain itu, Akal dan nafsu juga sebenarnya merupakan faktor yang mempengaruhi
akhlak manusia. Nafsu lebih dekat dengan insting dan juga ia merupakan kehendak
yang muncul dari hati, dan akal merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengarahkan faktor yang telah disebutkan tadi.
Dengan adanya akal maka manusia memiliki pertimbangan membedakan baik dan
buruk, sehingga insting, kebiasaan dan kemauannya bisa diarahkan kepada hal-hal yang
baik, dan dengan akal pula manusia dapat mengenali hal-hal yang membuat hati jadi
rusak. Dan dengan nafsu yang baik, maka manusia dapat memperkuat kemauannya. 28
Hamka, op.cit., 2016, h. 140. 29 Hamka, op.cit, 2017, h. 17 73 - Faktor Eksternal Faktor
eksternal merupakan faktor dari luar yang mepengaruhi akhlak manusia.
Pada BAB III sudah kita bahas, dua faktor eksternal yang mempengaruhi akhlak manusia.
Yaitu, pendidikan dan lingkungan. Buya Hamka juga memandang kedua faktor ini
sangat mempengaruhi akhlak manusia. “Apabila perangai tidak berubah, guna apakah
wasiat nabi-nabi, hukama, dan ahli-ahli budiman? Apakah arti pengajaran dan
pendidikan jika memang tidak bisa berubah? Bukankah Rasulullah saw. bersabda,
‘Perbaikilah akhlakmu’.
”30 Dalam perkataan ini, jelas Buya Hamka memandang bahwa pengajaran dan
pendidikan mempengaruhi perangai (akhlak) manusia. Beliau juga berkata bahwa, “Ada
tiga rukun yang perlu dalam mencapai utama: 1. Dengan tabiat. 2. Dengan pengalaman.
3. Dengan pelajaran. Jika ketiga-tiganya telah sejalan, ada harapan bahwa keutamaan
akan tercapai. Kalau ketiganya kendor, kendorlah keutamaan.
Kalau salah satunya kurang, pincanglah keutamaan. Banyak orang yang dari kecil
bergaul dalam kalangan ulama, tetapi pengalaman tidak ada atau ilmu tidak ditambah,
pengalamanya itu tidak memberi faedah bagi kenaikan budinya.”31 Yang pertama
tabiat, lebih identik dengan faktor internal insting dan kebiasaan.
Kedua, pengalaman didapat dari kebiasaan dan juga lingkungan, dan ketiga, pelajaran
didapat dalam pendidikan. Ketiga hal ini haruslah dimiliki bagi manusia untuk
memperbagus akhlaknya. Misalnya, ada anak yang lahir dalam keluarga muslim, namun
tidak diberikan pelajaran (dididik) dalam Islam, dan tidak dibiasakan hidup dengan
kehidupan dalam amalan Islam. Lingkungan keluarga pun bukan lingkungan Islam.
Maka anak itu pun jauh dari pedoman Islam apalagi akhlak Islam. 30 Hamka, op.cit,
2017, h. 8.
31 Hamka, Tasawuf Modern, cet.-1, (Jakarta: Republika, 2015), h. 139. 74 Pendidikan dan
lingkungan sangat mempengaruhi akhlak manusia. Buya Hamka berkata, “Pendidikan
dan suasana lingkungan tempat dia dibesarkan, itulah yang akan membentuk pribadi
seseorang.” 32 Sehingganya haruslah diusahahkan pendidikan dan lingkungan itu dapat
memberikan pengaruh yang baik bagi manusia.
Sebab, dua faktor ini dapat membentuk akhlak manusia. - Tauhid Sebagai seorang
muslim, pastilah mengakui tauhid (iman) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
akhlak manusia. Buya Hamka, yang merupakan seorang ulama, juga memandang
demikian. Bahwa tauhid itu mempengaruhi akhlak manusia.
Buya Hamka berkata, “Iman adalah sumber kekuatan, hati sumber keindahan alam pada
penglihatan mata. Iman menyebabkan hidup mempunyai maksud dan tujuan, sehingga
timbullah minat mencapai maksud dan mengejar tujuan itu. Iman menimbulkan cita-cita
untuk memperoleh ganjaran dan pahala di atas pekerjaan yang dikerjakan.
Tidak beriman membawa kepada tegak hidup yang tidak bersendi, membawa
keberanian merusak dan sewenang-wenang kepada sesama manusia.” 33 Iman atau
tauhid kepada Allah swt., mendatangkan kekuatan kepada setiap muslim, untuk
mengejar sebuah cita-cita mulia. Yaitu keridhaan Allah swt., sehingganya setiap hal yang
dilakukan adalah untuk mengharapkan ridha Allah swt.
Hati menjadi takut jangan sampai yang dikerjakan justru membuat Alah tidak ridha,
sehingganya manusia yang mempunyai tauhid yang baik akan senantiasa menjaga
akhlaknya. Sebaliknya jika tauhid tidak ada maka manusia seakan kehilangan pegangan
dalam hidup, melakukan hal sesuka hatinya saja. Hal demikian membuat manusia
mudah jatuh dalam jurang perbuatan tercela.
“Kalau seorang telah mengakui percaya kepada Allah dan kepada hari Kemudian dan
telah mengakui pula percaya kepada rasul-rasul utusan Allah, 32 Hamka,
Kenang-kenangan Hidup , cet.-1, (Jakarta: Gema Insani, 2018), h. 111. 33 Hamka, op.cit,
2015, h. 93. 75 niscaya dengan sendirinya kepercayaan itu mendorongnya supaya
mencari perbuatan-perbuatan yang diterima dengan rela oleh Allah.
Niscaya ia bersiap- siap, sebab ia telah percaya bahwa kelak ia akan berjumpa dengan
Allah. Niscaya ia senantiasa berusahah di dalam hidup menempuh jalan yang lurus.” 34
Manusia yang memiliki iman yang benar maka iman itu akan mendoronganya untuk
menjauhi perbuatan buruk, dan melaksanakan perbuatan yang baik. Sebab manusia
yang beriman selalu mengharapkan perjumpaan yang baik dengan Tuhan nya.
Demikian, Buya Hamka memandang bahwa tauhid akan memberikan pengaruh pada
amal perbuatan manusia. Sehingga manusia yang memiliki tauhid yang benar pastilah
memiliki akhlak yang baik. Karenanya dalam pelajaran pun kita mengenal mata
pelajaran “akidah akhlak”, maksudnya adalah akidah itu memiliki hubungan dengan
akhlak. C.
Pendidikan dalam Pandangan Buya Hamka Jika dua pembahasan sebelumnya,
membahas tentang manusia dan akhlaknya. Maka pada pembahasan ini kita akan
membahas pendidikan, yang merupakan usahah dalam mewujudkan akhlak dalam diri
manusia. Pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Demikian pandangan umum
tentang pendidikan. Dengan pendidikan dapat diwujudkan manusia yang berakhlak
mulia, dan susunan masyarakat yang baik dan sejahtera.
Pendidikan dapat membentuk akhlak manusia menjadi lebih baik. Karenanya pendidikan
merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. 34 Hamka,
op.cit, 2016, h. 8-9. 76 Buya Hamka berkata, “Pendidikan jugalah yang membentuk diri
sendiri tadi sehingga berguna bagi masyarakatnya sebab masyarakat adalah gabungan
dari diri setiap orang.” 35 Menurut Buya Hamka, pendidikan dapat mewujudkan
masyarakat yang baik dan sejahtera. Sebab dengan pendidikanlah manusia itu akan
dibentuk.
Dibentuk pengetahuan dan akhlaknya. Dan setiap individu yang dibentuk itu adalah
bagian dari masyarakat, dimana merekalah yang akan menentukan bagaimana nantinya
masyarakat di masa yang akan datang. Buya Hamka berkata, “Wahai seluruh manusia
yang cinta akan tanah- airnya, yang ingin supaya bangsanya maju dan tanah-airnya
mulia! Pakailah kepercayaan, supaya tercapai kemuliaan yang diingini.
Kalau tuan-tuan merasa lemah untuk memperbaiki otak generasi yang sekarang, sebab
telah rusak, perbaikilah otak generasi yang akan datang, yaitu pemuda-pemuda.” 36
Pendidikan adalah sarana untuk memperbaiki moral bangsa yang rusak. Dengan
pendidikan kita dapat mencetak generasi penerus bangsa yang baik. Karenanya
pendidikan adalah hal yang penting untuk diperhatikan jika kita ingin memajukan
bangsa. Pendidikan yang dimaksud tidak hanya soal mencerdaskan otak manusia.
Namun bagaimana mengusahahkan manusia itu benar-benar menjadi manusia. Dalam
pendidikan setidaknya ada pengajaran dan pembiasaan (pelatihan). Dan pendidikan pun
haruslah memiliki tujuan yang jelas. 1. Tujuan Pendidikan. Buya Hamka berkata,
“Kemanusiaan tidak ada pada yang lain, hanyalah pada manusia. Maka sekedar usahah
manusia memperhalus perangai itu, sekedar itu pulalah tingkatan derajat
kemanusiaannya.” 37 35 Hamka, Empat Bulan di Amerika, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani,
2018), h. 208. 36 Hamka, op.cit, 2015, h. 92. 37 Hamka, op.cit, 2015, h. 96. 77 Usahah
memperhalus perangai kemanusiaan itu adalah pendidikan.
Dalam hal ini Buya Hamka memandang dengan pendidikan maka perangai kemanusiaan
manusia akan lebih baik lagi. Pandangan Buya Hamka ini sejalan dengan tujuan
pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Buya Hamka berkata, “Pendidikan
adalah untuk membentuk watak pribadi. Manusia yang lahir ke dunia ini supaya menjadi
orang yang berguna dalam masyarakatnya. Supaya dia tahu mana yang baik dan mana
yang buruk.”
38 Menurut Buya Hamka bahwa dengan pendidikan manusia mampu membedakan
mana yang baik dan buruk. Sebagaimana yang dikatakan Buya Hamka bahwa, “inti
pendidikan ialah membukakan mata orang agar penglihatannya itu luas dan jauh.” 39
Dan juga, tidak hanya sekedar membuat manusia itu mengetahui mana baik dan buruk.
Namun juga watak manusia haruslah dibentuk kepada kebaikan itu dan dijauhkan dari
keburukan. Dengan demikian, manusia yang dibentuk dalam pendidikan akan menjadi
manusia yang menebarkan manfaat pada sesama. Bukan malah menebarkan keburukan
dimasyarakat. Buya Hamka berkata, “Bekas pendidikan itu, baik atau buruknya, bukan
terdapat pada anak-anak saja, tetapi berbekas kepada seluruh bangsa.
Tujuan pendidikan adalah supaya anak-anak disingkirkan dari perasaan kekerasan yang
kuat terhadap yang lemah.” 40 Kesimpulannya Buya Hamka memandang bahwa tujuan
dari pendidikan adalah membentuk akhlak yang baik pada manusia, tidak hanya sekedar
mencerdaskan otak semata. Dengan demikian pendidikan diharapkan dapat
mewujudkan bangsa yang baik. Sebab pendidikan akan membentuk akhlak setiap anak.
Dan setiap anak itu akan menjadi pewaris bangsa, yang ditangan merekalah 38 Hamka ,
Lembaga hidup, (Jakarta: Republika, 2015), h. 303. 39 Hamka, op.cit, 2016, h. 139. 40
Hamka, op.cit, 2015, h. 240. 78 nasib bangsa ini kedepannya. Apakah akan menjadi
bangsa baik atau malah bangsa yang rusak moral dan akhlaknya. Itulah sebabnya
pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Karena pendidikan adalah
memanusiakan manusia. Pendidikan membentuk akhlak bangsa. 2.
Pengajaran dan Pendidikan Buya Hamka berkata, “Ahli-ahli pendidikan telah sepakat,
bahwasannya pengajaran dan pendidikan adalah dua jalan yang menjadi satu.
Pengajaran dan pendidikan adalah wasilah (jalan) yang paling utama bagi kemajuan
bangsa, mencapai kedudukan yang mulia di dalam dunia. Berkat pendidikan dan
pengajaran tercapailah kedudukan yang tinggi. Sebab tiap-tiap bangsa, mesti
mempunyai cita-cita yang tinggi.”
41 Dalam hal ini Buya Hamka memandang pendidikan bukanlah sekedar pengajaran
semata. Di dalam pendidikan harus ada pembiasaan (pelatihan), pengajaran merupakan
salah satu aspek yang harus ada dalam pendidikan. Pengajaran dan pendidikan tidak
dapat dipisahkan. 42 Kalau baru sekedar mengajarkan ilmu barulah pengajaran (transfer
pengetahuan).
Ia akan menjadi pendidikan apabila ilmu yang diajarkan itu dibiasakan (dilatihkan), agar
bisa diamalkan oleh anak-anak. Dan keduanya ibarat dua sisi koin yang tak dapat
dipisahkan. Peserta didik pun harus dibiasakan mengerjakan perbuatan yang baik dan
tidak mengerjakan yang tidak baik, agar akhlak yang baik terbentuk pada peserta didik.
Hal ini barulah merupakan pendidikan. Buya Hamka berkata, “Bangsa yang hanya
mementingkan pengajaran saja, tiada mementingkan pendidikan untuk melatih budi
pekerti, meskipun kelak tercapai olehnya kemajuan, namun kepintaran dan kepandaian
itu akan menjadi racun bukan menjadi obat.”43 41 Hamka, op.cit, 2015, h. 303. 42
Loc.cit. 43 Loc.cit.
79 Dalam hal ini Buya Hamka, memandang bahwa dalam dunia pendidikan tidak boleh
jika hanya mengutamakan kemajuan akal dan melupakan kemajuan akhlak peserta
didik. Sehingganya apa pun jurusan yang dipelajari anak-anak haruslah ada pendidikan
agama di dalamnya. Atau ada pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kebaikan pada
peserta didik, untuk membentuk akhlak manusia menjadi sebenarnya manusia.
Buya Hamka berkata, “Sebab itu pendidikan modern tak bisa meninggalkan agama.
Kecerdasan otak tidaklah menjamin keselamatan kalau nilai rohani keagamaan tidak
dijadikan dasarnya.”44 Menurut Buya Hamka pendidikan tidak hanya berorientasi pada
kecerdasan otak belaka.
Namun juga harus memberikan materi didikan agama, yang dapat membentuk akhlak
peserta didik. Sehingga lahirlah manusia yang berilmu dan berakhlak. Kalau sekiranya
tidak demikian maka bangsa yang hanya memikirkan pengajaran dan melupakan
pendidikan, yang demikian itu hanya akan menjadi racun. Materi agama, tidak hanya
sekedar diajarkan tapi harus dididikkan kepada peserta didik.
Buya Hamka berkata, “Pendidikan agama ini amat perlu, walaupun pada
sekolah-sekolah umum. Karena sebagaimana kita katakan tadi, pendidikan dan
pengajaran tidak sama. Apa gunanya bersembunyi, bahwasannya pada masa ini pun
banyak terdapat sekolah-sekolah yang mengajarkan agama, tetapi tidak mendidik
agama. Maka keluar pulalah anak-anak muda yang alim ulama, bahasa Arabnya seperti
air mengalir, tetapi budinya rendah.
Sama sajalah harganya sekolah-sekolah semacam ini dengan sekolah-sekolah yang
tidak mengajarkan pun tidak mendidik agama.” 45 Jika dalam Pelajaran Agama Islam,
yang dikedepankan hanyalah pengajaran materi saja. Dan melupakan pendidikan, maka
agama hanya akan tertanam di kepala dan tidak membekas dalam perbuatan.
Karenanya Buya Hamka 44 Ibid, h. 304. 45 Ibid, h. 305-306.
80 memandang bahwa pengajaran dan pendidikan adalah dua hal yang penting, dan
jangan dipisahkan. Jadi pengajaran harus diiringi dengan pembiasaan (pelatihan),
barulah hal ini bisa disebut sebagai pendidikan. 3. Pembiasaan Agar pelajaran agama
bisa wujud dalam diri peserta didik, maka harus dibiasakan.
Jika pelajaran hanya diajarkan, belum dibiasakan maka hal ini barulah disebut
pengajaran, belum disebut pendidikan. Dalam pendidikan pembiasaan merupakan satu
hal yang sangat penting. Buya Hamka berkata, “Dalam agama Islam sudah ada aturan
mendidik anak-anak dalam agama. Usia 7 tahun anak itu disuruh shalat oleh ibu
bapaknya. Dan kalau usianya telah 10 tahun, belum juga dia shalat, masih malas-malas
dia mengerjakan, sudah boleh dipukul.”
46 Demikian menurut Buya Hamka, Islam mengajarkan bagaimana cara mendidik anak
untuk melaksanakan shalat. Anak tak hanya diajarkan jumlah rakaat dalam shalat, atau
bacaan doa dalam shalat. Namun, juga dibiasakan untuk melaksanakan shalat. Itu
adalah pendidikan orang tua dirumah. Di sekolah pun demikian. Harus ada pembiasaan.
Peserta didik, dibiasakan untuk mengerjakan shalat, tidak buang sampah sembarangan,
menghormati Guru dan berbagai akhlak baik lainnya. Kalau hal itu tidak dilakukan, maka
peserta didik akan sulit melakukan akhlak yang baik, sebab tidak dibiasakan. Jika,
terdapat kebiasaan buruk dalam diri anak-anak atau peserta didik. Maka kebiasaan
buruk itu dihilangkan dengan cara pembiasaan. Buya Hamka 46 Ibid, h. 305.
81 berkata, “Akhlak yang indah bisa diusahahkan melalui riyadhah (latihan batin),
mengubah kebiasaan dengan kebiasaan yang baru.” 47 Demikianlah dalam pandangan
Buya Hamka pembiasaan sangat penting dalam mementuk akhlak yang baik pada diri
manusia. Membiasakan akhlak yang baik, menjadi akhlak dalam kehidupan. Sehingga
lama-kelamaan perbuatan baik sudah terasa mudah untuk dikerjakan.
Dan lama-kelamaan akhlak baik yang dibiasakan akan menyatu menjadi tabiat dari diri
manusia. Inilah yang dimaksud pendidikan tidak hanya untuk mencerdaskan otak saja,
namun juga untuk membentuk akhlak dalam upaya memanusiakan manusia. 4. Orientasi
Materi Pendidikan Buya Hamka pernah mengutip perkataan KH. Mas Mansur, yang
berkata bahwa, “80% didikan Islam kepada keakhiratan dan 20% kepada keduniaan.
Tetapi kita telah lupa mementingkan yang tinggal 20% lagi itu sehingga kita menjadi
hina.” 48 Buya Hamka memandang bahwa sebab kemunduran umat muslim saat ini
adalah karena melupakan didikan dunia itu. Sehingganya kita dapat memahami bahwa
Beliau pun memandang penting, untuk pengajaran materi pelajaran umum atau didikan
keduniaan, tanpa melupakan agama.
Kalau kita merinci, setidaknya menurut Buya Hamka, hal yang penting diajarkan dalam
pendidikan adalah, Pelajaran Ilmu Pengetahuan Umum, Pelajaran Agama, Pendidikan
Karakter Bangsa. 47 Hamka, op.cit, 2017, h. 17. 48 Hamka, op.cit, 2015, h. 7. 82 a. Ilmu
Pengetahuan Umum Buya Hamka berkata, “Panjang dan berbelit-belit pulalah soal yang
timbul bila mengkaji itu 49 .
Apa yang wajib dikerjakan, apa yang wajib dijauhi, apa yang baik, apa yang buruk. Lalu,
timbullah satu cabang filsafat yang bernama, Etika (al-akhlak, budi). Bagaimana
hubungan diri dengan masyarakat. Timbul ilmu masyarakat (sosiologi), bagaimana
mengatur supaya masyarakat bersama dan kepentingan bersama jangan beradu dan
bertumbuk dan bagimana pimpinannya.
Maka, timbullah ilmu politik.” 50 Dalam pandangan Buya Hamka ilmu-ilmu itu penting
untuk dipelajari, pada sekolah di Indonesia kita mengenalnya dengan ilmu pengetahuan
sosial. Selain itu pelajaran tentang alam pun penting untuk diajarkan. Buya Hamka
berkata bahwa, “Banyaklah rahasia yang terkandung di dalam bumi dan di dalam alam
cakrawala.
Manusia tidaklah dilarang Allah untuk mengetahuinya.” 51 Manusia tidaklah dilarang
oleh Allah untuk mempelajari rahasia di alam ini. Mempelajari tentang
tumbuh-tumbuhan dan hewan (biologi), mempelajari tentang gerak benda di alam ini
(fisika) dan mempelajari struktur-struktur atom di alam ini (kimia). Bahkan mempelajari
ilmu astronomi (angkasa). Allah swt.,
berfirman, u?|³÷èy?˜tƒ Çd?Ågø:$# ħ?M}$#u? ÈßÎ) ö?çF÷èsÜtGó™$# ßr& (#?ä‹à_?s? ô?Ï?
Í‘$sÜø%r& ÏN=u?˜y?¡¡9$# ÇÚö‘F{$#u? (#?ä‹à_?$$sù 4 Ÿ? š??ä‹à_?s? a?Î) 9?˜sÜù=Ý¡Î0 n???
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali
dengan kekuatan (dari Allah).” (Ar-Rahmaan, (55) : 33).
Menurut Buya Hamka yang dimaksud “sulthan: kekuatan” dalam ayat tersebut adalah
ilmu. 52 Dalam ayat ini Allah swt., mendorong manusia untuk 49 Yang dimaksud Buya
Hamka semboyan filsafat hidup di pulau Delvi “Kenalilah dirimu”. 50 Hamka, op.cit, h.
xviii. 51 Hamka, op.cit, 2016, h. 81. 52 Loc.cit. 83 mempelajari alam ini, menemukan
berbagai jenis penemuan untuk dapat menembus rahasia alam yang terdapat di langit
dan bumi. b.
Pelajaran Agama Buya Hamka berkata, “Pendidikan haruslah didasarkan kepercayaan,
bahwa di atas dari kuasa manusia adalagi kekuasaan Mahabesar. Sebab itu pendidikan
modern tak bisa meninggalkan agama. Kecerdasan otak tidaklah menjamin keselamatan
kalau nilai rohani keagamaan tidak dijadikan dasarnya.” 53 Dalam pandangan Buya
Hamka pendidikan agama sangatlah dibutuhkan. Sebab agamalah yang menetralkan
racun dalam kehidupan.
Apabila yang maju hanyalah ilmu pengetahuan, dan agama dilupakan maka ilmu itu
akan salah digunakan. Contohnya pada kemajuan penelitian atom dalam ilmu kimia,
manusia sampai bisa menciptakan bola pembunuh masal umat manusia. Padahal ilmu
pengetahuan diharapkan dapat mewujudkan cinta bagi seluruh umat manusia.
Buya Hamka berkata, “Iman adalah sumber kekuatan, hati sumber keindahan alam pada
penglihatan mata. Iman menyebabkan hidup mempunyai maksud dan tujuan, sehingga
timbullah minat mencapai maksud dan mengejar tujuan itu. Iman menimbulkan cita-cita
untuk memperoleh ganjaran dan pahala di atas pekerjaan yang dikerjakan.
Tidak beriman membawa kepada tegak hidup yang tidak bersendi, membawa
keberanian merusak dan sewenang-wenang kepada sesama manusia.” 54 Pendidikan
agama amatlah perlu. Sebab manusia akan kosong (tidak mempunyai tempat tegak) jika
tanpa agama. Akibatnya perbuatan manusia menjadi tak terkendali. Sehingga hancurlah
akhlak bangsa. Kalau hanya pelajaran umum yang diutamakan tanpa pendidikan agama,
maka seakan kita meludah keatas.
Mau memajukan bangsa namun merusak akhlak, sebab tidak 53 Hamka, op.cit, 2015, h.
304. 54 Hamka, op. cit, 2015, h. 93. 84 memperhatikan pendidikan agama. Karenanya
menurut Buya Hamka, “Pendidikan agama ini amat perlu walaupun pada
sekolah-sekolah umum.” 55 Buya Hamka berkata, “Ajaran Islam yang murni akan dapat
memperbaiki bangsa-bangsa pemeluk Islam dan membentuk budinya. Asal didikan di
dasarkan kepadanya.”
56 Pentingnya pelajaran agama untuk peserta didik. Agar peserta didik dapat dididik
dengan agama. Hal ini haruslah berbanding lurus dengan ketersediaan Guru yang dapat
mendidik pelajaran agama itu kepada peserta didik. Buya Hamka berkata, “Pernah
diputuskan pendidikan agama musti diberikan di sekolah tetapi dalam praktik belum
dapat dijalankan menurut yang dikehendaki.
Karena hanya ‘Guru agama’ yang banyak. Sedang pendidik agama kurang.” 57
Pendidikan agama sangat dibutuhkan dalam mewujudkan pendidikan yang benar-benar
memanusiakan manusia. Sebab agama itu merupakan jalan untuk membawa manusia
menjadi sebenarnya manusia.
Hal ini menurut Buya Hamka haruslah berjalan lurus dengan kapasitas pendidik agama
di sekolah. Agar agama tidak hanya sekedar diajarkan di kepala, namun juga dididik
tercermin dalam diri peserta didik. c. Pendidikan Karakter Selain mengajarkan ilmu
pengetahuan umum, dan mendidik agama. Menurut Buya Hamka pendidikan juga harus
membentuk karakter peserta didik.
Pembentukan karakter atau yang dikenal dengan pendidikan karakter. Merupakan
pendidikan untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus menerus dan
melatih kemampuan diri (bakat dan kepribadian) demi menuju kearah hidup 55 Hamka,
op.cit, 2015, h. 305. 56 Hamka, Empat Bulan di Amerika, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani,
2018), h. 209. 57 Hamka, Dari Hati ke Hati, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 146. 85
yang lebih baik.
58 Sebagaimana yang sudah kita bahas sebelumnya, bahwa pendidikan tidak hanya
mengajarkan ilmu, namun juga harus membentuk akhlak dari peserta didik. 59 Buya
Hamka berkata, “Anak-anak harus dididik dan diasuh menurut bakat dan kemampuan
serta sesuai dengan perkembangan zaman.”60 Dalam hal ini Buya Hamka memandang
bahwa pendidikan haruslah melatih kemampuan diri (bakat) peserta didik.
Kita tidak boleh melihat peserta didik hanyalah anak-anak yang bisa kita bentuk
seenaknya. Sebab setiap peserta didik memiliki bakat yang juga merupakan karakter
setiap anak. Bakat peserta didik haruslah dibimbing bukan dimatikan. Dan pendidikan
haruslah dapat membentuk karakter peserta didik menjadi pribadi yang berguna bagi
masyarakat.
Setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing, Buya Hamka memandang bahwa
karakter ini jangan dimatikan. Melainkan dihidupkan dengan cara diarahkan. “Berikan
pada anak-anak kebebasan berpikir dan tuntunlah dia di dalam kebebasan.” 61
Kesimpulannya, Buya Hamka memandang bahwa pendidikan itu haruslah dapat
mengarahkan bakat manusia, dan juga membentuk kepribadian manusia menjadi lebih
baik.
Bakat dan kepribadian itulah yang menjadi karakteristik seseorang dan dengan itulah ia
menjadi manusia yang berguna dalam masyarakatnya. Buya Hamka berkata bahwa,
“Tujuan pendidikan ialah, supaya anak-anak disingkirkan dari perasaan kekerasan yang
kuat terhadap yang lemah. Pendidikan ialah menanamkan rasa bahwa diri saya ini ialah
anggota masyarakat. Pendidikan yang sejati membentuk anak-anak berkhidmat pada
akal dan ilmunya.
Bukan 58 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_karakter. 59 Lihat pembahasan
sebelumnya, dan juga pada pembahasan BAB III pada subbab pendidikan. 60 Hamka,
op.cit, 2015, h. 240. 61 Ibid, h. 241. 86 kepada hawa dan nafsunya (nafsu buruk). Bukan
kepada orang yang menggagahi dia. Dasar pendidikan ialah membentuk manusia
merdeka di tanah air yang merdeka: bukan menjadi budak di negeri yang merdeka.”
62 Pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia yang berkarakter. Bukan manusia
yang suka menindas yang lemah, manusia yang suka memperturutkan hawa nafsunya.
Apalagi manusia yang hanya memiliki mental budak. Pendidikan berupaya mewujudkan
manusia yang berkarakter. Yang simpati pada yang lemah, punya akhlak yang baik. Dan
memiliki mental yang merdeka. Selain mengajarkan ilmu pengetahuan dan mendidik
agama, pendidikan juga harus membentuk karakter manusia.
Agar nantinya ia menjadi manusia yang baik ilmunya, baik agamanya. Dan ia menjadi
manusia yang berkarakter. d. Pendidikan karakter kebangsaan Indonesia Setiap bangsa
memiliki karakteristik bangsanya masing-masing. Kita mengenalnya sebagai ciri khas
bangsa, atau bahasa seninya adalah kebudayaan, dan bahasa ilmu yang membahas
sikap manusia dikenal dengan moral.
Indonesia sendiri yang terdiri dari berbagai persatuan suku bangsa memiliki sangat
banyak ciri khas bangsa, atau setiap suku bangsa memiliki karakternya. Misalnya ciri
khas bangsa Indonesia gotong-royong. Ciri khas bangsa yang kata Buya Hamka,
pangkal ciri khas bangsa gotong-royong ini ialah masjid dan balai desa. 63 Salah satu
hal yang mulai hilang dari masyarakat Indonesia, apalagi dalam masyarakat perkotaan.
Padahal gotong-royong adalah salah satu karakter bangsa Indonesia.
Namun, sekarang mulai hilang dimakan sikap individualisme. 62 Ibid, h. 240-241. 63
Hamka, op.cit, 2018, h. 206. 87 Buya Hamak berkata, “Bilamana pendidikan bangsa
Indonesia ditegakkan pula atas ajaran agamanya dan susunan masyarakatnya, alangkah
akan lebih kuat akhlak bangsa ini jika dia bangun kelak.”
64 Karena setiap bangsa memiliki susunan masyarakat dan agama yang mempengaruhi
susunan masyarakat itu, hal inilah yang menjadi ciri khas bangsa, termasuk juga bangsa
Indonesia. Karenanya Buya Hamka memandang pendidikan haruslah berdasarkan pada
karakteristik bangsa Indonesia. Dan pendidikan itu haruslah bisa membentuk ciri khas
bangsa Indonesia ke dalam diri peserta didik.
Sehingga lahirlah manusia Indonesia yang mencerminkan karakteristik bangsanya. D.
Pembentukan Akhlak Dalam Memanusiakan Manusia Kita sudah membahas bagaimana
pandangan Buya Hamka tentang hakikat manusia yang sebenarnya. Berikut kita akan
membahas bagaimana pembentukan akhlak, dan peran pendidikan yang merupakan
upaya memanusiakan manusia. 1.
Pembentukan Akhlak Manusia mulia dengan akhlaknya. Dan sebagaimana yang telah
dibahas sebelumnya bahwa akhlak dapat dibentuk menjadi lebih baik. Membentuknya
dengan mengetahui faktor-faktor yang bisa mempengaruhi akhlak, dan
mengarahkannya pada pembentukan akhlak yang baik.65 Dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi akhlak itulah kita membentuk akhlak manusia menjadi lebih baik lagi.
Misalnya salah satu faktor yang mempengaruhi akhlak adalah kebiasaan, maka
hendaklah selalu membiasakan diri dengan akhlak yang baik. Sehingga 64 Ibid, h. 209.
65 Lihat pembahasan akhlak dalam pandangan Buya Hamka 88 akhlak yang baik dapat
wujud pada diri manusia. Membiasakan menempatkan insting pada tempatnya. Buya
Hamka berkata, “Ketinggian budi pekerti diperoleh melalui kesungguhan dan latihan
batin.
Artinya membiasakan diri kepada pekerjaan- pekerjaan yang menghasilkan budi yang
dituntut itu.” 66 Selain itu, Allah swt., pun telah memberikan berbagai anugrah potensi
pada manusia, potensi itu diberikan Allah swt., adalah agar manusia bisa menuju
kesempurnaan dirinya sebagai manusia. 67 Karenanya manusia harus menjaga potensi
itu dan mengarahkannya kepada kebaikan akhlak. Agar manusia menjadi manusia.
Potensi manusia haruslah dijaga dan biasakan kepada hal-hal yang baik. Sebab
kebiasaan dapat membentuk akhlak manusia, maka segala potensi yang dimiliki
manusia itu haruslah dibiasakan kepada hal-hal yang baik. Manusia haruslah dibiasakan
untuk selalu berbuat baik. Di dorong agar mempunyai kemauan untuk selalu melakukan
kebaikan.
Lingkungannya pun harus diusahahkan menjadi lingkungan yang baik. Sebab
lingkungan tempat manusia bergaul dalam kesehariannya itu dapat mempengaruhi
akhlak. Saking pentingnya lingkungan dalam membentuk akhlak sampai Buya Hamka
berkata, “ Agama ialah pergaulan. Meskipun orang beragama Islam, kalau pergaulannya
hanya dengan Kristen, lama-lama dia akan jadi Kristen.”
68 Jadi dalam membentuk akhlak yang mulia hendaklah mencari teman-teman bergaul
yang juga memiliki akhlak yang baik. 66 Hamka, op.cit, 2017, h. 13. 67 Lihat kembali
pembahasan pada BAB III, pada subbab Hakikat Manusia. 68 Hamka, Prinsip dan
Kebijaksanaan Dakwah Islam, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani, 2018), h. 44. 89 Selain itu,
sebagaimana yang telah kita bahas pendidikan juga sangat berpengaruh dalam
membentuk akhlak.
Berikut kita akan membahas peran pendidikan dalam membentuk akhlak. 2. Peran
Pendidikan Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, faktor penting dalam
pembentukan akhlak adalah pendidikan. Sebab pendidikan sejatinya untuk
memanusiakan manusia. Maksudnya adalah membentuk akhlak manusia yang
sebenarnya manusia pada peserta didik.
Pendidikan yang dimaksud tidak hanya aktivitas yang sekedar mengajarkan pelajaran.
Namun suatu aktivitas yang juga membiasakan manusia kepada hal-hal yang baik, agar
kebaikan itu tertanam pada manusia yang dididik. 69 Sehingganya, pendidikan haruslah
bisa membentuk akhlak peserta didik.
Tidak hanya sekedar mengajarkan bahan pelajaran saja, namun juga harus mendidik
karakter untuk membentuk akhlak manusia. Kurikulum di sekolah pun juga harus
memiliki pelajaran agama. Pelajaran agama tidak hanya sekedar diajarkan saja, namun
juga harus dididikkan pada peserta didik. 70 Dalam pendidikan kita mengenal tiga
lembaga pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Ketiga lembaga pendidikan ini sangat berperan dalam membentuk akhlak manusia.
Dalam pandangan Buya Hamka pun, memanglah ketiga lembaga pendidikan ini sangat
berpengaruh dalam membentuk akhlak peserta didik. Berikut kita akan membahas
pandangan Buya Hamka pada pembentukan akhlak dalam lembaga pendidikan.
69 Lihat kembali subbab Pendidikan dalam pandangan Buya Hamka, pada pembahasan
Pendidikan dan Pengajaran. 70 Lihat pembahasa subbab pendidikan dalam pandangan
Buya Hamka, pada pembahasan orientasi materi pendidikan 90 a. Keluarga Lembaga
pendidikan informal atau keluarga, merupakan lembaga pendidikan yang pertama kali
akan dimasuki manusia.
Buya Hamka berkata bahwa, “Dalam lingkungan keluarga, dipelajarinya pokok-pokok
dan dasar-dasar yang pertama pergaulan hidup dan masyarakat.” 71 Jadi dalam
lingkungan keluargalah pendidikan itu pertama kali akan didapatkan. Buya Hamka juga
memandang bahwa pendidikan dalam lingkungan keluarga bukanlah dimulai saat
seorang anak dilahirkan, namun pendidikan itu sudah dimulai saat anak masih dalam
kandungan.
Buya Hamka berkata, “Karena kalau anak itu semasa dalam kandungan atau telah dalam
kandungan ibunya, sumber pencarian ayahnya dari yang haram, maka darah haramlah
yang akan mengalir di tubuh anak.” 72 Buya Hamka menganjurkan seorang anak itu
sudah harus diperhatikan bahkan sebelum dia dilahirkan. dalam hal ini Beliau sudah
memberikan pandangan mengenai pentingnya pendidikan anak walaupun sebelum dia
dilahirkan kemuka bumi, atau istilahnya adalah pendidikan pranatal . Dalam keluarga,
tanggung jawab utama dalam pendidikan ada pada orang tua.
Buya Hamka berkata bahwa, “Penanggung jawab pertama dalam suatu rumah tangga
terletak di atas pundak ayah dan ibu.” 73 Orang tua menjadi Guru utama dalam
pendidikan keluarga. Karenanya, jika ada orang tua yang teguh memegang agama,
namun anaknya ternyata sudah pintar dan berpakaian terbuka ala Barat.
Maka yang salah bukanlah si anak, 71 Hamka, op.cit, 2015, h. 245. 72 Ibid, h. 234. 73
Ibid, h. 233. 91 namun adalah orang tuanya. Sebab tidak memberikan pendidikan agama
yang baik utuk anaknya di rumah (keluarga). 74 Nabi Muhammad saw., bersabda, “
Peliharalah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekerti mereka. Sesungguhnya
anak-anak itu adalah hadiah Allah kepadamu.” (Hr.
Bukhari) Menurut Buya Hamka tanggung jawab orang tua memelihara anak adalah lahir
dan batin. Lahir ialah memberikan kesehatan dan memberikan makan minumnya. Dan
batinya ialah mendidiknya sebagai persiapan hidup. 75 Dalam persiapan hidup sang
anak itulah, orang tua haruslah memberikan pendidikan agama yang akan
memperbagus akhlak anak, untuk modalnya kelak dalam menghadapi pergaulan hidup
di masyarakat. - Pembentukkan akhlak dari orang tua untuk anak Pendidikan orang tua
pada keluarga, sangat besar pengaruhnya pada jiwa anak.
Buya Hamka berkata, “Ibu mempunyai kewajiban yang lebih berat menjaga anak
perempuannya. Jangan diserahkan kepada gurunya di sekolah saja. Karena waktu yang
dipakainya di sekolah, tidaklah sepanjang waktu yang dipakainya di rumah. Tiap-tiap
anak mesti mendapat didikan dan pengajaran. Yang akan diterimanya di sekolah
hanyalah ajaran, sedang didikan sebagian besar didapatnya di rumah.”
76 Dalam pandangan Buya Hamka, orang tua harus memiliki kesadaran, bahwa
pendidikan anak jangan hanya diserahkan di sekolah saja. Orang tua memiliki tanggung
jawab besar untuk mendidik anak di rumah. Terutama pada Ibu, yang sangat banyak
waktu bersama anaknya di rumah. Dan terlebih pada anak perempuan, haruslah dididik
dengan baik oleh orang tua. Dalam Islam ada pedoman bagi orang tua untuk mendidik
anaknya. 74 Ibid, h. 246.
75 Ibid, h. 263. 76 Ibid, h. 235. 92 Buya Hamka berkata, “Usia 7 tahun anak itu disuruh
shalat oleh ibu bapaknya. Dan kalau usianya telah 10 tahun, belum juga dia shalat,
masih malas- malas dia mengerjakan, sudah boleh dipukul.” 77 Maksudnya adalah,
anak-anak sudah harus dibiasakan dengan mengerjakan hal-hal baik, sejak kecilnya. Bisa
dimulai dengan membiasakan anak untuk melaksanakan shalat.
Kalau anak sudah terbiasa shalat, maka harus juga dibiasakan dengan hal-hal baik
lainnya. Hal-hal baik harus dibiasakan pada anak sejak kecil. Sebab ketika kecil masih
muda membentuk dan mengasuh anak. Anak belum dirusakkan dengan kebiasaan
buruk yang sulit untuk meninggalkannya. Dalam pandangan Buya Hamka setiap
manusia apabila terbiasa mengerjakan atau menabiatkan suatu perbuatan sejak kecil,
sukarlah membelokkannya kepada yang lain, apabila dia telah besar. 78 Orang tua harus
membiasakan hal-hal baik kepada anak, ini dimaksudkan untuk membentuk akhlak anak
sejak masih kecil.
Sehingga ketika anak besar nanti, anak sudah terbiasa melakukan hal-hal yang baik.
Bahkan akhlak mulia sudah menjadi tabiatnya (kebiasaannya). Buya Hamka berkata,
“Jangan dibiarkan anak banyak tidur. Ajar dia lekas bangun. Karena banyak tidur
menyebabkan dia pemalas, lamban, berat tegak, buntu otaknya dan mati hatinya.
Sebaiknya anak tidak dibiasakan tidur dikasur tebal, biar di tikar tipis, supaya dia
bergerak lincah, tidak suka penyenang. Jaga supaya dia tidak pendusta. Hendaklah dia
berkata benar, walaupun atas suatu kesalahan yang telah dilakukannya, supaya dia
terbiasa sejak kecilnya bertanggung jawab atas perbuatannya. Ajar dia pendiam dan
berkata hanya di tempatnya. Larang dia mengeluarkan perkataan yang keji dan kotor.
Ajar dia membiasakan berkata yang manis-manis dan yang lemah lembut dan teratur
keluarnya, serta berkhidmat kepada gurunya dan orang yang lebih tua usianya. Ajar
membiasakan taat kepada ibu bapak, hormat dan cinta. Ajar dia menahan hati apabila
bertemu dengan yang enak dan lezat, jangan rakus.” 79 77 Ibid, h. 305. 78 Ibid, h. 307.
79 Loc.cit. 93 Demikian, pandangan Buya Hamka bahwa anak-anak haruslah diajarkan
kebaikan sejak masih kecil.
Sebab kebaikan itu akan melekat pada dirinya. Namun dalam mendidik anak, ada juga
hal-hal yang harus diperhatikan orang tua. Sebab menurut Buya Hamka, ada beberapa
cara mendidik orang tua yang sebenarnya keliru. “Pertama, anak-anak dididik menurut
garis yang dikehendaki oleh ayah bundanya, menurut jalan cita-citanya. Kedua,
anak-anak dibiarkan tumbuh menurut bakatnya.”
80 Menurut Buya Hamka, cara yang pertama merupakan didikan yang tidak baik. Sebab
orang tua seakan memaksakan anak tanpa melihat bakat yang diberikan Tuhan kepada
anak itu sejak lahir. Menurut Beliau hendaknya pendidikan mengembangkan bakat. 81
Dan cara yang kedua pun menurut Beliau, juga merupakan didikan yang kurang baik.
Buya Hamka berkata, “...bahayanya kalau anak-anak dibiarkan saja menuruti maunya,
tidak dituntun. Cara demikian mencelakakan anak itu sendiri.
Meskipun tadi dikatakan bahwa tiap-tiap manusia mempunyai bakat sendiri-sendiri,
kalau dia masih anak- anak belumlah tentu apa bakat itu.” 82 Menurut Buya Hamka,
“Berikan kepada anak kebebasan berpikir dan tuntunlah dia di dalam kebebasan. Jangan
dipaksakan, anak-anak menerima pelajaran yang tidak sesuai dengan bakatnya.” 83
Orang tua tidak boleh terlalu mengekang anak.
Namun, keliru juga jika ada orang tua yang membebaskan anaknya. Haruslah dalam
perkara ini orang tua berjalan di tengah. Orang tua harus mampu menjadi pembimbing
yang baik bagi anak-anaknya, jangan terlalu membebaskan anak-anak, karena takutnya
anak itu akan salah jalan. Sebab, pengalaman anak-anak dalam kehidupan masih sedikit,
80 Hamka, op.cit, 2015, h. 239. 81 Ibid, h. 238. 82 Ibid, h. 238. 83 Ibid, h. 241.
94 anak-anak belum tahu betul mana yang baik dan mana yang buruk. Sebab hal buruk
kadang terasa manis padahal buruk, inilah yang ditakutkan jika orang tua membebaskan
anak, tanpa ada pengawasan atau bimbingan. Buya Hamka juga berkata, “Jika rumah
tangga memakai orang gajian, jangan sampai anak itu diajar berlaku jadi majikan
kepada orang-orang gajian yang jauh lebih tua dari padanya.” 84 Hal demikian
dimaksudkan agar jangan sampai anak-anak memiliki bibit kesombongan di dalam
hatinya.
Sebab itu akan menjadikan dirinya sombong dan mudah berlaku kasar pada
orang-orang yang dianggapnya lebih rendah dari dirinya. Demikianlah, akhlak
anak-anak haruslah dididik sejak kecil dalam keluarga. Namun, Buya Hamka
mengingatkan bahwa, “semata-mata dengan mulut, belumlah berhasil usahah mendidik
anak.
Yang paling penting ialah jika dia menengok contoh dan [dari] orangtuanya.” 85 Jadi
hendaknya orang tua pun memiliki akhlak yang baik. Agar anak-anak pun dalam
kehidupan sehari-hari selalu melihat dan mencontohi akhlak baik itu dari orang tuanya
sendiri. Tidak hanya sekedar menyuruh anak shalat, tapi malah orang tua yang tidak
shalat. Hal demikian dapat menimbulkan kebingungan pada diri anak-anak yang masih
polos.
Kenapa orang tuanya menyuruhnya shalat, sementara orang tuanya sendiri tidak shalat.
Jadi, haruslah orang tua itu memberikan teladan bagi anak-anaknya. Orang tua juga
harus mengajarkan agama pada anak-anak, mengenalkan mereka tentang Allah swt.
Buya Hamka berkata, “Menurut keyakinan saya, 84 Ibid, h. 241. 85 Loc.cit. 95 pendidikan
orangtua, barulah sempurna kalau perasaan tauhid disuburkan dalam hati anak-anak.”
86 Dalam pendidikan orang tua kepada anak, penting untuk menanamkan nilai-nilai
ketauhidan pada diri anak sejak dia masih kecil. Mengenalkan anak- anak tentang rukun
iman. Mengajarkan pada anak-anak bahwa Allah itu Maha Penyayang, maka berlakulah
kasih sayang pada makhluk Allah di muka bumi ini.
Allah itu Maha Penolong, maka tolonglah jika ada makhluk yang membutuhkan
pertolongan. Hal-hal demikian penting diajarkan pada diri anak-anak agar bisa tertanam
dalam diri anak sejak masih kecil. Demikian, pembahasan bagaimana orang tua
membentuk akhlak anak, agar anak nantinya menjadi manusia yang sebenarnya
manusia.
Dan pada dasarnya didikan di dalam keluarga yang diberikan oleh orang tua sangat
berpengaruh dalam diri anak. Sebab inilah pendidikan yang pertama kali anak dapatkan.
Dari semenjak kecil akhlak manusia sudah harus dibentuk, lewat pendidikan yang
diberikan oleh orang tuanya. Ada orang tua yang menganggap bahwa urusan
pendidikan itu hanyalah tanggung jawab Guru di sekolah saja.
Padahal tidaklah demikian, orang tua juga memiliki tanggung jawab utama dalam
memberikan pendidikan pada anaknya. Buya Hamka berkata, “Didikan di sekolah bertali
dengan didikan di rumah. Hendaklah ada kontak yang baik antara orangtua murid
dengan Guru. Antara orangtua dan Guru perlu datang mendatangi, ziarah menziarahi,
selidik menyelidiki tentang tabiat anak yang dalam didikan itu.”
87 Orang tua haruslah mengetahui perkembangan anaknya di sekolah. Tidak boleh
kemudian hanya melepaskan anak sepenuhnya di sekolah tanpa menyelidiki bagaimana
perkembagan dan perilaku anaknya di sekolah. 86 Hamka, op.cit, 2015, h. 83. 87 Ibid, h.
306. 96 “Kepandaian orangtua mendidik anak, adalah menjadi penolong Guru.
Dan sebaliknya, jika anak itu hanya dilepas ‘ unggaskan ’ saja oleh ayah bundanya,
diserahkan saja pada Guru, disangkanya dapat Guru itu memimpin sendiri dan dia
bersikap ‘ masa bodoh ’, jaranglah berhasil apa yang diharap.” 88 Harapan setiap orang
tua adalah agar anaknya nanti bisa menjadi manusia yang baik. Dan memiliki bekal
untuk kehidupannya di hari depan kelak.
Hendaklah orang tua selalu memperhatikan perkembangan anak di sekolah dan
memberikan pendidikan di rumah yang baik. Sehingganya akan terwujudlah manusia
yang baik, dan memberikan manfaat bagi kehidupan. b. Sekolah Sekolah merupakan
lembaga pendidikan formal. Di sekolahlah seorang anak mendapatkan ilmu yang lebih
lanjut.
Sekolah juga menjadi tempat berinteraksi peserta didik agar lebih mengenal pergaulan
kehidupan di masyarakat nanti. Buya Hamka berkata, “Halaman dan pekarangan sekolah
adalah tempat melatih budi. Waktu itulah menyesuaikan diri dengan masyarakat yang
akan ditempati kelak...” 89 Masyarakat yang akan ditempati kelak, maksudnya adalah
semua peserta didik yang berada di sekolah.
Dengan adanya pergaulan di sekolah itu merupakan persiapan pergaulan di masyarakat
kelak. Sekolah juga merupakan tempat untuk melatih budi, lewat interaksi dengan Guru
dan teman-teman sesama peserta didik. Dalam lingkungan sekolah, ada dua hal penting
yang harus diperhatikan. Yaitu materi pelajaran yang akan diajarkan, ini menyangkut
sistem pendidikan.
Dan pendidik (Guru) yang akan memberikan pendidikan itu sendiri. 88 Loc.cit. 89 Ibid, h.
288. 97 Soal materi pelajaran di sekolah sudah kita bahas pada subbab sebelumnya.
Yaitu dalam pelajaran di sekolah harus menyangkut pelajaran umum, agama dan
pendidikan karakter. 90 Selain pelajaran yang penting adalah Guru yang mendidik di
sekolah. Dalam pandangan Buya Hamka, memandang pentingnya kehadiran seorang
Guru dalam mendidik.
Beliau berkata bahwa, “Pernah diputuskan pendidikan agama musti diberikan di sekolah
tetapi dalam praktik belum dapat dijalankan menurut yang dikehendaki. Karena hanya
‘Guru agama’ yang banyak. Sedang pendidik agama kurang.” 91 Penting adanya Guru
agama yang dapat memberikan pendidikan yang baik bagi peserta didik. Apalah
gunanya berbagai pelajaran ditawarkan di sekolah, namun Guru yang memberikan
pelajaran itu tidak ada.
Demikianpun dalam pelajaran agama, hendaklah seorang Guru tidak hanya pintar
mengatakan berbagai pelajaran agama, tapi dia sendiri tidak mengamalkan apa yang
dikatakan itu. Buya Hamka berkata, “Engkau tidak dapat menunjukkan jalan jika engkau
sendiri sesat.” 92 Seorang Guru haruslah menjadi teladan bagi para peserta didik. Sebab
Guru adalah untuk digugu dan ditiru. Hendaklah seorang Guru dapat menjadi teladan
bagi para peserta didik.
Sehingga pelajaran yang disampaikan adalah apa yang dipegang teguh oleh Guru, dan
dengan demikian keteguhan itulah yang akan dicontohi oleh para peserta didik.
Menurut Buya Hamka, Guru yang sukses dalam mendidik muridnya mencapai kemajuan
adalah, 90 Lihat kembali pembahasan pada subbab Pendidikan dalam Pandangan Buya
Hamka, pada pembahasan Orientasi Materi Pendidikan 91 Hamka, Dari Hati ke Hati,
(Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 146. 92 Hamka, op.cit, 2017, h. 198.
98 “Guru yang tidak hanya mencukupkan ilmunya dari sekolah Guru saja, tetapi
diperluasnya pengalaman dan bacaan. Senantiasa teguh hubungannya dengan
kemajuan modern dan luas pergaulannya, baik dengan wali murid atau dengan sesama
Guru, sehingga bisa menambah ilmu tentang soal pendidikan.
Akrab hubungannya dengan orang-orang tua dan golongan muda supaya dia sanggup
mempertalikan zaman lama dengan zaman baru, dan dapat disisihkannya mana yang
antah (gabah) dan mana yang beras.” 93 Guru hendaklah memiliki wawasan bacaan dan
pengalaman yang luas. Luas pergaulannya dengan masyarakat, terutama dengan wali
(orang tua) peserta didik, sehingganya Guru dapat mengkomunikasikan bagaimana
perkembangan peserta didik di sekolah dan Guru juga dapat mengetahui bagaimana
perilaku sebenarnya dari peserta didik di rumah.
Sehingganya dia dapat memberikan rencana pendidikan yang baik untuk peserta didik.
Buya Hamka berkata, “Dia (Guru) menjadi petunjuk bagi muridnya, pembuka kunci
akalnya dan memperluas lapangan usahahnya.” 94 Sehingganya seorang guru, dapat
menjadi penunjuk arah bagi peserta didik untuk menjadi lebih baik.
Guru dapat membantu peserta didik untuk menjadi manusia yang sebenarnya manusia.
- Cara guru mendidik Kalau di rumah pendidik adalah orang tua. Maka di sekolah
pendidik adalah guru. Dalam pandangan Buya Hamka seorang guru ketika mendidik
maka ia mendidik dengan baik, bukan dengan kekerasan. Guru harus memberikan
didikan dengan penuh rasa kasih sayang hendak membimbing peserta didik menjadi
manusia yang baik.
Buya Hamka berkata, “Bukan menunjukkan saya berkuasa tapi menunjukkan bahwa saya
adalah guru.” 95 93 Hamka, op.cit, 2016, h. 115. 94 Ibid, h. 116. 95 Hamka, op.cit, 2018,
h. 8. 99 Di dalam mengajar guru sebaiknya membangun komunikasi yang baik dengan
peserta didik. Sebab, “sikap menarik adalah modal dakwah (pendidikan) yang utama.
Hal ini kerap kita rasa tidak penting sehingga menimbulkan antipati.”
96 Guru yang mengajar dengan mengetumakan modal marah-marah, sering kali tidak
disukai peserta didik. Sehingga apa yang dikatakan guru demikian kebanyakan tidak
masuk ke dalam diri peserta didik. Sebaliknya guru yang mengutamakan kebijaksanaan
dalam mendidik, disukai peserta didik. Dan peserta didik pun tertarik ketika
mendengarkan perkataan guru.
Buya Hamka berkata, “Ketika kamu hendak memperbaiki kelakuannya yang jahat yang
berkehendak memukul, janganlah memukul karena marah, dan jangan pula mereka
dilengahkan.” 97 Memukul peserta didik yang salah boleh dilakukan, namun ingat guru
memukul bukan dengan amarah tapi dengan kasih sayangnya agar peserta didik bisa
menjadi baik. Sebab terkadang pukulan juga diperlukan dalam mendisiplinkan peserta
didik, namun pukulan yang mendidik.
Seorang guru, menurut Buya Hamka, harus menjadi contoh yang baik buat peserta
didik. Menjadi orang tua di sekolah yang senantiasa membimbing peserta didik.
Menjadi teman bagi peserta didik, tempat peserta didik menceritakan banyak masalah
yang dihadapinya, karenanya guru harus memiliki kedekatan baik dengan peserta didik.
Guru pun harus keras, tapi penyayang. Kadang guru harus keras, tapi dalam sikap
kerasnya si peserta didik merasa sendiri bahwa 96 Ibid, h. 142.
97 Hamka, op.cit, 2015, h. 297. 100 memanglah seadilnya jika guru keras kepadanya.
Kekerasan sekali-kali samalah artinya dengan garam penambah enak sambal. 98
Kemudian, guru pun harus memahami peserta didik. Buya Hamka berkata, “Akan
selamatlah suatu bangsa kalau orang tuanya dan guru-guru mengenal jiwa anak-anak...”
99 Seorang guru haruslah menguasai ilmu jiwa, agar guru bisa mengetahui bagaimana
menghadapi jiwa peserta didik.
Buya Hamka berkata, “Memberikan pengajaran sopan santun hendaklah diukurkan
dengan keadaan dan tingkatan murid dan otaknya. Jangan diberikan saja dengan tidak
beraturan dan tertib. Pikulkan kepada mereka apa yang sanggup mereka pikul.” 100
Guru harus mampu memahami jiwa dan kemampuan peserta didik, dan memberikan
pelajaran yang sanggup dipikul oleh mereka.
Pelajaran haruslah disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan peserta didik. “Jangan
berbicara dengan sebagian mereka, sedang sebagian lagi disisih- sisihkan.” 101 Buya
Hamka memandang hendaklah guru tidak membeda-bedakan peserta didik. Sikap dan
perhatian guru harus merata kepada seluruh peserta didik. Guru pun harus memiliki cara
yang baik dalam mendidik para peserta didik. Allah swt.,
berfirman, äí÷Š$# 4’n<Î) È?‹Î6y™ y7În/u‘ Ïpy?õ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãö?y?ø9$#u? Ïpu?|¡ptø:$# (
?ß?ø9ω˜y_u? ?ÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß?|¡ômr& 4 ¨ßÎ) y7-/u‘ u?èd Þ?n=ôãr& ?y?Î/ ¨?|Ê ?tã
?Ï&Î#‹Î6y™ ( u?èdu? Þ?n=ôãr& t??ωtGô?ß?ø9$$Î/ n???? “Serulah manusia kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka
dengan cara yang baik...” (an-Nahl: 125). 98 Hamka, op.cit, 2016, h. 119. 99 Hamka,
op.cit, 2018, h. 28. 100 Hamka, op.cit, 2015, h. 297. 101 Ibid, h. 296.
101 Menurut Buya Hamka, dalam ayat ini jelas ada tiga cara dalam berdakwah
(mendidik): bilhikmah, wal mau’izhatil hasanati, dan wa jaadilhum billati hiya ahsan .102
Cara dakwah ini, bisa kita terapkan pada cara guru mendidik peserta didik. Sebab
pendidikan juga merupakan dakwah. Cara pertama, bilhikmah adalah cara dengan
hikmat kebijaksanaan, yaitu dengan menyadarkan akal pikiran manusia.
103 Buya Hamka berkata, “Bilhikmah ini adalah meliputi seluruh manusia, menurut
perkembangan akal, pikiran, dan budi pekerti. Dapat diterima oleh orang yang berpikir
sederhana, dapat pula mencapai kepada yang lebih tinggi.” 104 Didikan seorang guru,
hendaklah dapat membuka pikiran peserta didik.
Tidak hanya bersifat doktrinal, namun didikan seorang guru haruslah memberikan
kesadaran kepada peserta didik. Dan juga walaupun kemampuan peserta didik
berbeda-beda, namun seluruh peserta didik dapat menerima didikan guru. Sebab guru
mendidik dengan penuh hikmah dan menguasai ilmu jiwa sehingga mengerti
bagaimana cara memberikan didikan yang baik.
Kedua, wal mau’ izhatil hasanah , memberikan peringatan dengan baik. Buya Hamka
berkata, “Memberikan peringatan atau pengajaran yang baik terutama ditekankan
kepada teguran atas sesuatu kesalahan.” 105 Jika peserta didik salah, maka hendaklah
ditegur dengan cara yang baik.
Hal ini sebagaimana yang dibahas sebelumnya, jika guru hendak memukul maka jangan
memukul dengan penuh amarah. Didiklah peserta didik dengan cara yang baik. Buatlah
peserta didik menghormati guru, bukan menjadi takut kepada guru. Yang ketiga, wa
jaadilhum billati hiya ahsan. Buya Hamka berkata, 102 Hamka, op.cit, 2018, h. 300. 103
Ibid, h. 301. 104 Ibid, h. 302-303. 105 Ibid, h. 303.
102 “Cara yang ketiga ini ialah dalam memecahkan soal-soal yang masih belum dapat
diterima oleh mereka yang didakwahi (peserta didik). Pihak yang melakukan dakwah
diberi izin melakukan pertukaran pikiran dengan jalan yang sebaik-baiknya.” 106
Maksudnya, adalah peserta didik diberikan keterbukaan dalam proses pendidikan.
Ada interaksi, berupa dialog atau pertukaran pikiran antara peserta didik dan guru.
Dalam pendidikan tidak hanya guru yang aktif, namun peserta didik juga harus aktif.
Cara ini dapat mengasah pikiran dan meningkatkan kecerdasan peserta didik. Proses
interaksi ini pastilah harus disesuaikan dengan tingkatan dan kemampuan peserta didik.
Misalnya, untuk tingkatan SD bisa dengan memberikan games yang dapat menciptakan
interaksi antara sesama peserta didik dan guru. Dan untuk tingkat SMA bisa dilakukan
dengan berdiskusi di dalam kelas. Demikian tiga cara guru yang bisa digunakan untuk
mendidik peserta didik di sekolah. Buya Hamka, berkata “seluruh dakwah adalah
memerlukan ketiga cara ini.” Jadi seluruh dakwah, termasuk juga pendidikan.
Selain itu Buya Hamka juga berkata, “Dengan ketiga dasar itu boleh kita pakai alat-alat
visual yang lain.” 107 Dalam hal ini, guru juga harus menguasai media yang digunakan
dalam proses pembelajaran. Selain, cara dalam mendidik itu, Buya Hamka juga
mengingatkan kepada guru mengenai konten pelajaran yang akan diajarkan.
Buya Hamka berkata, “Saya heran memikirkan guru-guru yang terlalu bangga dan
banyak memompakan cerita perang kepada muridnya, hikayat orang- orang yang
berani dan cara pembalasan dendam. Tapi dia kurang sekali mengajarkan pokok-pokok
cinta kasih kasih sesama manusia...” 108 106 Ibid, h.304. 107 Ibid, h. 305. 108 Hamka,
op.cit, 2015, h. 307. 103 Dalam hal ini Buya Hamka mengingatkan pada guru untuk
memilih dengan baik pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.
Beliau menganjurkan agar muatan pelajaran yang diberikan guru kepada peserta didik,
janganlah menumbuhkan benih permusuhan yang dapat merusak kemanusiaan. Juga,
guru jangan menanamkan apalagi sampai mencontohkan ujaran kebencian dan
perpecahan pada diri peserta didik. Guru pun harus membiasakan peserta didik
mengerjakan pelajaran yang didapat.
Misalnya peserta didik, mendapat pelajaran shalat maka shalat itu haruslah dibiasakan
kepada peserta didik di sekolah, agar bisa menjadi kebiasaan peserta didik. Buya Hamka
berkata, “Hendaklah diajarkan diri selalu membiasakan pekerjaan santun dan dermawan
sehingga akhirnya menjadi tabiat, mudah mengerjakannya, dan tidak merasa berat lagi.”
109 Hal-hal yang baik haruslah dibiasakan guru kepada peserta didik.
Dan yang buruk haruslah diusahahkan agar tidak menjadi kebiasaan peserta didik. Guru
bisa menegurnya dengan cara yang baik. Kalaupun ketika melakukan keburukan peserta
didik hendak dipukul, maka janganlah memukul dengan luapan kemarahan. Dan guru
pun harus menjadi panutan yang memberikan teladan kebaikan kepada peserta didik. c.
Masyarakat Lembaga pendidikan selanjutnya adalah masyarakat.
Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi akhlak manusia. Lingkungan masyarakat
yang baik akan mempengaruhi manusia menjadi baik. Sementara lingkungan
masyarakat yang buruk akan mempengaruhi akhlak manusia menjadi buruk. 109 Hamka,
op.cit, 2017, h. 13. 104 Buya Hamka, berkata bahwa, “...memasuki masyarakat Islam,
bergaul dalam pergaulan Islam. ‘ Agama ialah pergaulan.’
Meskipun orang beragama Islam, kalau pergaulannya hanya dengan kristen, lama-lama
dia akan jadi kristen.” 110 Pergaulan dalam masyarakat dapat membentuk pola
perbuatan hidup manusia. Sebab itulah yang terus dilihat dan menjadi pola pergaulan
dalam masyarakat. Bahkan dalam suatu masyarakat yang semua penduduknya sudah
terbiasa dengan suatu perbuatan buruk, maka perbuatan buruk itu akan dipandang
tidak lagi buruk.
Untuk mewujudkan pendidikan yang baik dalam masyarakat. Terutama lingkungan
masyarakat yang baik untuk pembentukan akhlak anak-anak. Maka haruslah diupayakan
lingkungan masyarakat menjadi baik. Buya Hamka berkata, “Pergaulan yang baik
menjadi syarat utama dalam membentuk batin, ajaran sejak kecil menjadi tiangnya.”
111 Mewujudkan lingkungan masyarakat yang baik adalah tanggung jawab setiap
anggota masyarakat bersama. Sebab lingkungan itulah yang dapat mempengaruhi
anak- anak yang hidup di dalamnya. Apalagi anak-anak kecil yang merupakan masa
untuk mengukir akhlak mereka. Karena wajiblah kita mewujudkan adanya lingkungan
masyarakat yang baik.
Buya Hamka berkata, “Untuk mengobati akhlak yang rusak ada dua cara; pertama yang
positif, kedua yang negatif. Yang positif ialah perbaikan dalam masyarakat seumpama
mendirikan sekolah-sekolah dan mendidik pemuda- pemuda, mengatur susunan
pengajaran, memberantas minuman keras, perjudian dan pelacuran, menyediakan
rumah-rumah pemeliharaan anak yatim, orang miskin, supaya tidak ada gelandangan,
menyensor film cabul, buku-buku porno dan lain-lain.
Yang negatif ialah penangkapan atas yang melanggar, menyeretnya ke pengadilan dan
menjatuhkan hukuman.” 112 110 Hamka, op.cit, 2018, h. 44. 111 Hamka, op.cit, 2015, h.
166. 112 Hamka, op.cit, 2016, h. 143. 105 Jadi menurut Buya Hamka, untuk menciptakan
obat dalam lingkungan masyarakat menjadi baik ada dua cara. Cara positif, dimana
masyarakat harus mengupayakan adanya kehidupan yang baik dalam lingkungannya.
Mengupayakan adanya taman pengajian anak-anak, majlis-majlis taklim, dan berbagai
kegiatan pembelajaran lainnya yang dapat membentuk lingkungan masyarakat yang
baik.. Kegiatan pembelajaran dalam masyarakat disesuaikan dengan keadaan
masyarakat setempat. Jika banyak yang buta huruf, maka diadakan pemberantasan buta
huruf. Jika banyak yang belum tahu mengaji maka diadakan pula pengajaran mengaji.
Hal ini merupakan jalur pendidikan nonformal.
Dan cara kedua, cara negatif adalah mengadili siapapun yang melakukan perbuatan
buruk dalam masyarakat. Jika kedapan ada warga yang meminum minuman keras atau
melakukan perbuatan buruk lainnya, maka harus diberikan sangsi tidak boleh dibiarkan.
Menciptakan lingkungan masyarakat yang baik adalah tanggung jawab bersama. Hal ini
harus menjadi kesadaran bersama.
Agar dua cara yang dikatakan Buya Hamka diatas akan dapat dilaksanakan oleh
masyarakat bersama. Dan jadilah masyarakat itu merupakan lingkungan yang baik untuk
membentuk akhlak masyarakat pada umumnya, dan penanaman akhlak untuk
anak-anak khususnya. 3. Tanggung jawab pemerintah dalam pendidikan Pemerintah
memiliki tanggung jawab dalam mengupayakan agar tiga lembaga pendidikan itu,
dapat membentuk akhlak yang baik.
Buya Hamka berkata, “Pemerintah pun mengadakan perlindungan kepada anak-anak,
jangan sampai tenaganya diperas untuk pekerjaan yang berat sebagai 106 buruh,
sebelum dewasa, supaya jangan lemah kekuatan mereka dan terhalang kemajuan
kecerdasannya.” 113 Pemerintah haruslah menjaga jangan sampai anak-anak
mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Atau jangan sampai ada kekerasan yang
dialami anak- anak.
Namun jika anak dipukul karena hendak mendidik tidaklah mengapa, hal itu bukanlah
suatu kekerasan. Pemerintah pun memiliki peran untuk menjaga agar anak
mendapatkan pendidikan yang baik dalam keluarganya dan jangan sampai anak-anak
mengalami kekerasan. Dalam negara Indonesia saat ini pun sudah ada UU Perlindungan
Anak.
Yaitu UU RI Nomor 35 Tahun 2014 yang merupakan perubahan dari UU Nomor 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Selain itu, pemerintah pun harus memberikan
kemerdekaan dalam pendidikan. Buya Hamka berkata, “Yang dimaksud dengan
kemerdekaan menuntut ilmu ialah tidak membiarkan umat tinggal bodoh, sehingga
tidak ketinggalan dari umat lain.
Melalaikan pendidikan dan pengajaran bagi rakyat, adalah dosa yang paling besar bagi
suatu pemerintahan. Suatu pemerintahan wajib menyediakan pendidikan yang cukup
bagi rakyatnya, sejak dari tingkat pertama, sampai kepada tingkat menengah dan yang
tinggi.” 114 Pemerintah wajib menyediakan pendidikan bagi masyarakatnya. Jika
pemerintah tidak menyediakan pendidikan bagi masyarakat maka hal itu merupakan
dosa besar pemerintah.
Karenanya pemerintah haruslah, menyediakan sekolah-sekolah, dan juga beasiswa
bantuan untuk sekolah bagi masyarakat. Jadi, anggapan bahwa orang-orang yang
sekolah dengan beasiswa berhutang pada negara, tidak dapat diterima. Sebab, memang
tanggung jawab pemerintahlah memberikan pendidikan kepada masyarakatnya. Dan
penerima beasiswa bukan 113 Hamka, op.cit, 2015, h. 43. 114 Ibid, h. 183.
107 memiliki hutang, namun memiliki tanggung jawab moral, agar ilmu yang
didapatnya bisa memberikan manfaat bagi masyarakat lain. Pendidikan merupakan
perkara yang penting diperhatikan. Sebab pendidikanlah yang membentuk masyarakat
menjadi baik. Buya Hamka berkata, “Kalau perkara politik saja yang dihadapi, tidak ada
yang menghadapi pendidikan, alamat akan timpanglah usahah memajukan rakyat.”
115 Sehingganya pemerintah tidak boleh mengabaikan pendidikan. Sebab pendidikan
adalah salah satu upaya untuk memajukan bangsa. Jika taraf pendidikan suatu bangsa
rendah, maka akan sulitlah bangsa itu untuk maju. Jangan tanya keadaan pendidikan
Indonesia sekarang. Pendidikan yang belum merata keseluruh negeri.
Belum lagi biaya pendidikan yang mahal, membuat hanya sedikit anak-anak bangsa
yang berani bermimpi untuk sekolah tinggi. Memang pemerintah sudah menyediakan
banyak beasiswa untuk membantu pendidikan masyarakat. Namun, beasiswa itu
belumlah dapat dinikmati seluruh masyarakat yang membutuhkan. E. Relevansi
Pemikiran Pendidikan Buya Hamka dan Sistem Pendidikan Nasional Dalam UU RI No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa fungsi dan tujuan
pendidikan adalah, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.” 116 115 Loc.cit. 116 UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II, Pasal 3.
108 Fungsi dan tujuan pendidikan nasional ini, sesuai dengan pandangan Buya Hamka,
yang memandang bahwa pendidikan adalah untuk membentuk akhlak peserta didik.
Agar kelak peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat. Buya Hamka
berkata, “Pendidikan adalah untuk membentuk watak pribadi. Manusia yang lahir ke
dunia ini supaya menjadi orang yang berguna dalam masyarakatnya.”117 Di dalam UU
No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, juga dijelaskan bahwa setiap
peserta didik berhak mendapatkan; pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan. Mendapatkan beasiswa bagi
yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikan. 118 Di dalam sistem pendidikan nasional juga dijelaskan bahwa
peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama. Hal ini ditegaskan juga dalam
BAB Kurikulum dalam UU No. 20 Tahun 2003, bahwa kurikulum wajib memuat
pendidikan agama.
119 Artinya walaupun pada sekolah umum sekalipun, tetaplah wajib diadakan
pendidikan agama. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Buya Hamka. Dan peserta
didik pun mendapatkan pendidikan sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Buya
Hamka berkata bahwa, “Anak-anak harus dididik dan diasuh menurut bakat dan
kemampuan...” 120 117 Hamka, op.cit, 2015, h. 303. 118 UU RI No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB V, Pasal 12. 119 UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB X, Pasal 37. 120 Hamka, op.cit,
2015, h. 240. 109 Dalam pendidikan Indonesia saat ini, kurikulum yang digunakan
adalah kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi. Dalam kurikulum 2013,
pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik, agar mereka mampu
bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan
kebenaran secara ilmiah. Dalam hal ini guru harus mampu menjadi fasilitator dan mitra
belajar peserta didik.
121 Prinsip pembalajaran aktif kurikulum 2013 ini, sesuai dengan pandangan Buya
Hamka, bahwa dalam memecahkan soal-soal yang masih belum dapat diterima oleh
peserta didik. Guru melakukan pertukaran pikiran dengan jalan yang sebaik-baiknya.122
Guru harus menjadi mitra diskusi peserta didik dengan cara yang baik, tanpa
menurunkan derajat seorang Guru.
Dalam kurikulum 2013, pendidikan agama di sekolah umum mendapatkan tambahan
jatah jam pelajaran. Misalnya pada jam pelajaran pendidikan agama di SMA, yang
tadinya hanya 2 jam pelajaran menjadi 3 jam pelajaran. Hal ini dilakukan sebab
pendidikan agama penting bagi peserta didik.
Dan dalam kurikulum 2013 juga terdapat penilaian Kompetensi Inti (KI), dimana pada
KI-1 dan KI-2, merupakan penilain yang menekankan pada nilai keagamaan dan sikap.
KI-1 merupakan cakupan nilai-nilai ke-Tuhanan. Dan KI-2 mencakup nilai-nilai sosial
kemanusiaan. KI-3 pengetahuan, dan KI-4 mencakup proses atau tahapan. 123 Artinya
kurikulum 2013 tidak hanya melihat peserta didik dari segi kemampuan pengetahuan
dan keterampilan saja, namun juga melihat nilai keagamaan dan sikap dari peserta didik.
121 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, cet.-10, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2017), h. 42. 122 Hamka, op.cit, 2018, h. 304.
123 Anas Zulkifli, dan Supriyatna Akhmad, Hitam-Putih Kurikulum 2013, cet.-1, (Jakarta:
AMP Press, 2014), h. 150. 110 Dalam pandangan Buya Hamka pun, bangsa yang hanya
mementingkan pengajaran saja (pengetahuan dan keterampilan), tiada mementingkan
pendidikan untuk melatih budi pekerti atau sikap peserta didik. Meskipun kelak bangsa
itu mencapai kemajuan, namun kepintaran dan kepandaian itu akan menjadi racun
bukan menjadi obat.
124 Kurikulum 2013 tidak lagi hanya melihat peserta didik dari segi pengetahuan.
Namun, juga melihat aspek keagamaan dan sikap. Hal ini sejalan dengan pandangan
pendidikan Buya Hamka, yang memandang pendidikan tidak hanya mencerdaskan otak
namun juga membentuk peserta didik memiliki karakter akhlak yang baik. 124 Hamka,
op.cit, 2015, h. 303. 111 BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Pada dasarnya perspektif pendidikan Buya Hamka, mengacu pada
pandangan bahwa pendidikan tidak hanya sekedar mencerdaskan otak manusia.
Namun, pendidikan harus dapat membentuk akhlak manusia menjadi baik. Dalam artian
pendidikan merupakan sarana yang amat penting untuk membentuk kemanusiaan
dalam diri manusia.
Tujuan pendidikan dalam pandangan Buya Hamka adalah untuk membentuk akhlak
manusia, dan dengannya ia menjadi manusia yang memberi manfaat bagi masyarakat.
Buya Hamka memandang bahwa dalam pendidikan tidak cukup hanya dengan
pengajaran mencerdaskan otak, pendidikan haruslah membentuk akhlak yang baik pada
peserta didik. Pendidikan merupakan sarana dalam membentuk akhlak manusia.
Pembentukan akhlak adalah upaya untuk memanusiakan manusia, sebab akhlaklah yang
menentukan derajat kemanusiaan seseorang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
di dalam pendidikan. - Pendidikan orang tua pada anaknya, yang merupakan
pendidikan pertama yang didapat manusia. Dalam pandangan Buya Hamka
dilingkungan keluargalah pendidikan itu akan banyak didapat oleh manusia.
Karenanya sejak anak masih kecil orang tua sudah harus menyediakan lingkungan
keluarga yang baik untuk pendidikan anak. Buya Hamka juga memandang bahwa anak
sudah harus diperhatikan bahkan sebelum dia dilahirkan atau istilahnya pendidikan
pranatal. 112 - Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat penting dalam
membentuk akhlak manusia.
Ada dua hal penting yang harus diperhatikan di sekolah, yaitu sistem pendidikan dan
guru. Sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencerdasan otak peserta didik,
namun juga harus mengupayakan pembentukan akhlak yang baik bagi peserta didik.
Pelajaran yang diajarkanpun harus memuat pelajaran agama dan nilai-nilai budi pekerti
(akhlak).
Dan yang perlu diperhatikan adalah guru, sebab sebaik apapun sistem pendidikan yang
ada, akan kosong hasilnya kalau guru yang merupakan pendidik yang utama di sekolah
tak dapat menerapkannya. Dalam pandangan Buya Hamka Guru harus menjadi teladan
bagi para peserta didik. - Masyarakat yang merupakan lembaga pendidikan sangat
mempengaruhi akhlak anak. Sebab dalam lingkungan masyarakatlah anak itu hidup.
Oleh karenanya lingkungan masyarakat harus diupayakan menjadi lingkungan yang
baik. Masyarakat dan pemerintah memiliki peran yang penting untuk mewujudkan
lingkungan yang baik. - Sistem pendidikan nasional saat ini, sudah relevan dengan
pandangan Buya Hamka dalam pendidikan.
Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah budaya pendidikan yang tebentuk di
sekolah-sekolah, apakah sudah sesuai dengan sistem pendidikan yang ada atau malah
jauh dari prinsip sistem pendidikan nasional. Karenanya guru yang merupakan pendidik
yang utama di sekolah diharapkan dapat mampu menjalankanya dengan baik. 113 B.
Implikasi Penelitian ini memiliki implikasi, diantaranya: - Menambah referensi
kepustakaan seputar karya yang membahas pemikiran Buya Hamka khususnya
pemikiran Beliau dalam pendidikan. - Membuka wawasan dan kesadaran dalam hal
pendidikan haruslah membentuk akhlak manusia, sebab pendidikan adalah untuk
memanusiakan manusia. C.
Saran-saran Beberapan saran berikut yang berdasarkan dari hasil penelitian dalam
skripsi ini, kiranya bisa menjadi bahan masukan yang baik. - Bagi para pendidik, baik
orang tua dan guru-guru hendaklah menjadi pendidik yang menerangi jalan kehidupan
peserta didik. Pendidik yang bisa digugu dan ditiru, yang memberikan teladan baik
dalam kehidupan peserta didik.
- Bagi para orang tua hendaklah tidak hanya melepas unggaskan anak di sekolah.
Namun, orang tua pun harus mengetahui dan mengikuti perkembangan anak di
sekolah. Sebab sebagaimana dalam pandangan Buya Hamka bahwa pendidikan di
sekolah bertali dengan pendidikan orang tua di rumah. - Bagi para pembaca yang ingin
mengetahui lebih dalam pemikiran Buya Hamka tidak hanya cukup dalam skripsi ini,
namun hendaknya diperdalam dengan membaca langsung karya-karya Buya Hamka
lainnya yang tidak sempat dijadikan bahan rujukan dalam penyusunan skripsi ini.
114 - Bagi para peneliti lain, hendaklah melanjutkan penelitian yang belum dibahas
dalam skripsi ini. Atau bila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini sebab
keterbatasan referensi dan kemampuan penulis, maka hendaklah meneruskan
penggalian pemikiran Buya Hamka. Semakin banyak penelitian yang menggali
pemikiran Buya Hamka maka akan semakin baik. Ibarat setetes air yang diambil dari
lautan.
Skripsi ini barulah menyelami setitik cahaya dari khazanah pengetahuan dalam karya
Buya Hamka. Masih banyak karya Buya Hamka yang tidak menjadi referensi dalam
skripsi ini, sebab kekurangan biaya dan banyak karya Buya Hamka yang sudah tidak
dicetak ulang karenanya sulit untuk ditemukan. Namun, walaupun demikian semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Manfaat yang sedikit membasahi tenggorokan para pembaca yang haus ilmu
pengetahuan. Dan manfaat bagi penulis sendiri.
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - https://eprints.uns.ac.id/37548/1/D0212044_pendahuluan.pdf
<1% - https://pemilu-ijazah-palsu-birokrat.blogspot.com/2009_09_27_archive.html
<1% -
https://www.kainsutera.com/remaja/pidato-tentang-kemajuan-dan-perkembangan-tekn
ologi-di-indonesia.html
<1% -
https://boviekawulusan.blogspot.com/2016/01/pendidikan-karakter-bagi-pendidik-di.ht
ml
<1% - https://nejaangle.blogspot.com/2017/01/implementasi-nilai-nilai-pancasila.html
1% -
https://www.kompasiana.com/rivaldiabdul7874/5b51a78bcaf7db05112f96a4/memanusi
akan-manusia
<1% -
https://edhakidam.blogspot.com/2014/01/konsep-akal-manusia-dalam-sejarah.html
<1% -
https://makalahrpp.blogspot.com/2016/12/makalah-landasan-historis-pendidikan.html
<1% - https://jorjoran.wordpress.com/2011/10/04/shalat-qadha-dan-iadah/
<1% - https://salafy.or.id/blog/2003/08/01/berhias-diri-dengan-akhlak-yang-baik/
<1% -
https://www.liputan6.com/ramadan/read/3986990/rasulullah-beri-peringatan-soal-oran
g-orang-yang-bangkrut-saat-lebaran
<1% -
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1-2006-mamroziham-12
40-bab2_360-9.pdf
<1% -
https://madayansyah.blogspot.com/2015/05/pemikiran-pendidikan-buya-hamka.html
<1% -
http://www.ponpeshamka.com/2015/08/pemikiran-buya-hamka-tentang-pendidikan.ht
ml
<1% -
https://menzour.blogspot.com/2018/05/makalah-hamka-dan-pemikirannya-dalam.html
<1% - https://www.academia.edu/28275507/ANAlisis_pemikiran_azumardi.pdf
<1% - https://sakirman01.blogspot.com/2011/12/madzhab-taqlid-dan-talfiq.html
<1% - https://islami.co/ustadz-quraish-shihab-islam-adalah-akhlak-bag-1/
<1% -
https://pemuda-kaur-kamibisa.blogspot.com/2011/12/strategi-pengintegrasian-pendidi
kan.html
<1% - https://hannypoeh.wordpress.com/
<1% -
https://docplayer.info/73927441-Pemikiran-pendidikan-akhlak-dalam-perspektif-muha
mmad-quraish-shihab-studi-analisis-buku-yang-hilang-dari-kita-akhlak-skripsi.html
<1% -
https://abiavisha.blogspot.com/2015/12/pendidikan-terpadu-antara-sekolah-dan.html
<1% -
https://zilfaroni-putratanjung.blogspot.com/2012/05/posisi-asbab-al-nuzul-dalam-pena
fsiran.html
<1% -
https://mtsmustaqim.blogspot.com/2012/11/skripsi-peranan-keluarga-dalam-menanam
.html
<1% - https://www.academia.edu/4136178/Karya_Tulis_Ilmiah
<1% -
https://fendisaputra7.blogspot.com/2015/10/materi-zie-nilai-nilai-pendidikan-dalam.ht
ml
<1% - https://juara-skripsi.blogspot.com/2016/01/tips-menyusun-skripsi.html
<1% -
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl-agussamsul-3849-1-3102
145_-p.pdf
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/3256/1/63111037_Coverdll.pdf
<1% - https://saefullahsaja.blogspot.com/2014/03/makalah-pengertian-penelitian.html
<1% -
https://serartan.blogspot.com/2010/07/jenis-penelitian-studi-dokumenteks_5797.html
<1% - http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/sosek/article/view/5795
<1% - https://issuu.com/nadiazoraya/docs/pedoman_karya_ilmiah_iain_samarinda
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/5087/6/Bab%203.pdf
<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Bukan_riset_asli
<1% -
https://smpn2rantauselamatatim.wordpress.com/2011/06/05/pembinaan-guru-dengan-
pendekatan-kolaboratif/
<1% -
https://www.academia.edu/35148759/masalah_penelitian_kajian_pustaka_asumsi_dan_hi
potesis
<1% - https://haidarmusyafa.blogspot.com/#!
<1% -
https://ensiklopedia-book.blogspot.com/2018/04/download-buku-pribadi-dan-martaba
t-buya.html
<1% -
https://www.merdeka.com/peristiwa/sering-serang-hamka-pramoedya-minta-maaf-mel
alui-anak-gadisnya.html
<1% - https://nakhodamadaniyyah.blogspot.com/2009/
<1% - https://waktuku.com/buya-hamka/
<1% -
https://isnet.or.id/meniti-jejak-konsep-dasar-metodologi-pendidikan-islam-dalam-pemi
kiran-pendidikan-buya-hamka/
<1% - https://pen4peradaban.blogspot.com/
<1% - https://id.scribd.com/doc/137158305/Resume-tafsir-indonesia-doc
<1% - https://akademi-pendidikan.blogspot.com/2012/02/biografi-hamka.html
<1% -
https://ferigramesa.blogspot.com/2011/10/catatan-latar-belakang-kehidupan-buya.html
<1% - https://dunia-konseling.blogspot.com/2014/05/bab-i-pendahuluan-a_9.html
<1% -
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304482/penelitian/BUYA+HAMKA+DAN+PERKEMB
ANGAN+MUHAMMADIYAH+(1925-1981).pdf
<1% -
https://alimargosimchaniago.blogspot.com/2009/02/100-tahun-mengenang-buya-ham
ka.html
<1% - https://arpi-pribadi.blogspot.com/
<1% -
https://syuriaastuty.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-tokoh-sufi-hamka.html
<1% - https://e-basindo.blogspot.com/2013/12/tokoh-hamka.html
<1% - https://robbul-wali.blogspot.com/2012/
<1% -
https://postinganpuput.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-islam-di-indon
esia.html
<1% -
https://menzour.blogspot.com/2018/05/makalah-metode-dan-corak-tafsir-al-azhar.html
<1% - https://muhammadiyahstudies.blogspot.com/2010/08/
<1% - https://reprografi.wordpress.com/2016/04/07/buya-hamka/
<1% -
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Dyah%20Kumalasari,%20M.Pd./
BUYA%20HAMKA%20DAN%20PERKEMBANGAN%20MUHAMMADIYAH%20(1925-1981).
<1% -
https://id.123dok.com/document/nzwv7v7q-peranan-wanita-dalam-perjuangan-mempe
rtahankan-kemerdekaan-di-medan-1945-1949.html
<1% -
https://sarasehanan.blogspot.com/2015/05/studi-kitab-tafsir-al-azhar-karya-hamka.html
<1% - https://gagasfisipol.wordpress.com/2016/06/23/panggilan-ramadhan-2/
<1% - https://makmureffendi.wordpress.com/adab-muslim/page/4/
<1% - https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/download/494/436
<1% - https://rodapembebasan.blogspot.com/
<1% - https://pinterpolitik.com/jebakan-maruf-tak-lepas-mui/
<1% - https://ashshaleh.wordpress.com/2016/12/13/mengenal-sosok-buya-hamka1/
<1% - https://witrianto92.wordpress.com/
<1% -
https://www.academia.edu/35550894/PEMIKIRAN_PENDIDIKAN_MENURUT_BUYA_HAM
KA
<1% - https://koranparlemen.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://tirto.id/mohammad-natsir-putra-tulen-modernisme-islam-di-indonesia-d7gj
<1% - https://cindyauliya.blogspot.com/
<1% - https://jakarta.go.id/artikel/konten/1767/hollandsch-inlandsche-school-his
<1% -
https://manaf25.blogspot.com/2014/04/artikel-upaya-penanggulangan-anak-putus.html
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/317432214_METODE_PENAFSIRAN_BUYA_HA
MKA_DALAM_TAFSIR_AL-AZHAR/fulltext/59403f0045851554614a881b/317432214_MET
ODE_PENAFSIRAN_BUYA_HAMKA_DALAM_TAFSIR_AL-AZHAR.pdf
<1% - https://danipermanalc.blogspot.com/
<1% - https://neneksains.wordpress.com/
<1% - https://tentanghamka.blogspot.com/2012/07/
<1% -
http://anwarsyarifuddin.lec.uinjkt.ac.id/seri-kajian-tafsir/kajian-tafsir-ilmi/corak-ilmi-dala
m-tafsir-al-azhar
<1% - https://islamislami.com/category/budaya-dan-islam/sejarah-islam/
<1% -
http://arindaningtyas.blogs.uny.ac.id/2017/11/21/makalah-peran-guru-dalam-proses-pe
mbelajaran/
<1% -
https://vdocuments.mx/kedudukan-perempuan-dalam-pandangan-islam-kedudukan-pe
rempuan-dalam-pandangan.html
<1% -
https://www.academia.edu/11928306/HAMKA_Haji_Abdul_Malik_bin_Abdul_Karim_Amru
llah_
<1% - https://hajibuyahamka.blogspot.com/2009/07/daftar-karya-buya-hamka.html
<1% -
https://vdokumen.com/lampiran-mengembara-di-lembah-nyl-1950-52-di-tepi-sungai-d
ajlah-kajian.html
<1% - https://ferigramesa.blogspot.com/2010/12/biografi-singkat-buya-hamka.html
<1% -
https://brightnessink.blogspot.com/2013/11/kumpulan-judul-novel-dari-aangkatan.html
<1% -
https://terrysurya.blogspot.com/2014/03/film-indonesia-yang-diangkat-dari-novel.html
<1% - https://ferigramesa.blogspot.com/2011/09/karya-karya-buya-hamka.html
<1% - https://laciilmu.wordpress.com/
<1% - https://ms.wikipedia.org/wiki/Hamka
<1% - http://eprints.ums.ac.id/43484/16/Lampiran.pdf
<1% - https://putrahermanto.wordpress.com/2010/10/page/2/
<1% - https://www.academia.edu/12659162/Hamka_Ulama_Pujangga...
<1% -
https://baralekdi.blogspot.com/2012/01/sejarah-pemikiran-islam-di-minangkabau.html
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/346/7/09210011%20Bab%203.pdf
<1% - https://sababalatblog.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby=updated
<1% -
https://id.scribd.com/doc/226259852/kumpulan-kisah-Haji-Abdul-Malik-Karim-Amrulla
h-HAMKA-rahimahullah
<1% - https://www.academia.edu/11950371/Pemikiran_Pendidikan_Islam_Buya_HAMKA
<1% - https://nurbaitisistalala12.blogspot.com/2015/02/
<1% -
https://kumpulan-pr.blogspot.com/2016/11/makalah-novel-angkatan-tahun-20-30an.ht
ml
<1% - https://blogsejarahmelayu.blogspot.com/2014/
<1% - https://qibash.wordpress.com/tag/religion-and-spirituality/
<1% - https://www.academia.edu/32757127/Ajari_Aku_Riauku
<1% - https://grelovejogja.wordpress.com/2007/10/03/buku-buku-hamka/
<1% -
https://osimilikiti.blogspot.com/2016/10/saat-agama-allah-dihina-buya-hamka.html
<1% -
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/2592/1/COVER_BAB%20I_BAB%20V_DAFTAR%20P
USTAKA.pdf
<1% -
http://digilib.uinsgd.ac.id/9634/1/FINAL%20BUKU%20PEMIKIRAN%20PENDIDIKAN%20I
SLAM.pdf
<1% - http://repository.upi.edu/845/4/T_PLS_8832034_Chapter1.pdf
<1% -
https://pgsdametro.blogspot.com/2016/01/makalah-konsep-karakteristik-dan-jenis.html
<1% -
https://www.academia.edu/4727825/KONSEP_MANUSIA_DALAM_ISLAM_Manusia_dicipt
akan_Allah_Swt
<1% -
https://najib-slankscooteris.blogspot.com/2014/02/makna-nilai-tujuan-pendidikan-islam
_360.html
<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Geografi
<1% -
https://sulfiana22.blogspot.com/2014/12/pengertian-sistem-dalam-pembelajara.html
<1% - https://dahliaa-thaa.blogspot.com/2013/04/tumbuh-kembang-dewasa.html
<1% -
https://marlinamediabki.wordpress.com/2017/05/23/perbandingan-dakwah-hti-dan-at-t
arbiyah/
<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tarbiyah
<1% - http://wikipintar.com/pengertian-pendidikan-dan-contoh-artikel-pendidikan/
<1% - http://blog.uny.ac.id/darmono/2009/12/29/menyajikan-posting-yang-elegan/
<1% -
https://ahmad-hapidin.blogspot.com/2010/08/penambahan-jam-pai-di-sman3-banjar.h
tml
<1% - https://www.academia.edu/37427139/Manusia_dan_Pendidikan
<1% - https://www.slideshare.net/sinyakkaceh/makalah-filsafat-dan-makna-pendidikan
<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pendidikan/
<1% -
https://www.kompasiana.com/boedis2/550eee8aa33311a12dba82e9/makalahfilsafat-pe
ndidikan-islam-pengertian-ruang-lingkup-kegunaan-dan-metode-pengembangan-filsaf
at
<1% -
https://andi-puisi.blogspot.com/2009/11/pendidikan-agama-islam-di-indonesia.html
<1% - https://www.academia.edu/7412078/Peranan_Pendidikan_Islam
<1% -
https://unsika.ac.id/sites/default/files/upload/PERBANDINGAN%20TUJUAN%20PENDIDI
KAN%20%20ISLAM%20DENGAN%20PENDIDIKAN%20BARAT.pdf
<1% -
https://juniladri.wordpress.com/2012/06/21/laporan-ptk-metode-simulasi-pada-pai/
<1% -
https://harunnilah.blogspot.com/2014/12/makalah-kurikulum-pendidikan-islam.html
<1% -
https://abdulmuttaqin.blogspot.com/2015/10/tinjauan-filosofis-pendidik-dalam.html
<1% -
https://pendidikan-universal.blogspot.com/2014/09/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-
islam.html
<1% - https://darmanpoltek.wordpress.com/2013/03/18/keseimbangan-dunia-akherat/
<1% -
https://elanurainiblog.wordpress.com/2016/04/09/pendidikan-pranatal-dan-pendidikan
-pascanatal/
<1% -
https://paperssuprihatin.blogspot.com/2015/03/model-model-pengembangan-manaje
men.html
<1% - https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/26/makalah-pendidikan-islam/
<1% -
https://contohmakalahs.blogspot.com/2011/11/pendidikan-agama-dalam-al-quran-con
toh.html
<1% -
https://berbagi-makalah.blogspot.com/2012/06/akhlak-dalam-sudut-pandang-al-quran.
html
<1% -
https://id.123dok.com/document/q7wpo9nz-diktat-edukatif-filsafat-pendidikan-islam.ht
ml
<1% -
https://syafrisalmi.wordpress.com/2012/10/25/makalah-aqidah-akhlak-tentang-pembah
asan-akhlak-terpuji/
<1% - https://sofyanpu.blogspot.com/2009/
<1% -
https://contohmakalahakhlakkeluarga.blogspot.com/2017/03/makalah-akhlak-terhadap
-keluarga-dan.html
<1% -
https://ariatmancool.blogspot.com/2015/04/makalah-tentang-etika-moral-dan-akhlak_5
.html
<1% - https://coretanchicha.blogspot.com/2012/03/etika-moral.html
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/1487/4/115112018_Tesis_Bab2.pdf
<1% - https://idr.uin-antasari.ac.id/6144/5/BAB%20II.pdf
<1% - https://aprilnurahman.blogspot.com/2015/06/etika-dalam-organisasi_18.html
<1% -
http://www.academia.edu/36540880/Mengurangi_Kerancuan_Istilah_Karakter_Akhlak_M
oral_dan_Etika
<1% -
https://srisyafitri.blogspot.com/2016/11/metodologi-studi-islam-bab-etika-moral.html
<1% -
https://www.kompasiana.com/juffrouw/54f600cea33311ab168b467a/filsafat-etika-menu
rut-alghazali-dan-imanuel-kant
<1% -
https://secerahpewarna.wordpress.com/2012/06/23/penjelasan-istilah-istilah-etika-etis-
etik-dan-etiket/
<1% -
https://mynewblogfarmasi.blogspot.com/2015/06/pengertian-etika-moral-dan-akhlak.ht
ml
<1% - https://arisatria87.blogspot.com/2009/05/ukuran-baik-dan-buruk.html
<1% -
https://pusko4u.blogspot.com/2011/06/pengertian-dan-hubungan-akhlak-etika.html
<1% -
https://www.scribd.com/document/369344187/Tafsir-Sufi-Kajian-Analitikal-Terhadap-Kit
ab-Tafsir-Al-bahr-Al-madid
<1% -
https://yayatsantoso.blogspot.com/2014/06/makalah-etika-dan-norma-dikehidupan.ht
ml
<1% -
https://www.kompasiana.com/dhiasyarafanaislamy/556c49a64d7a61ba048b456b/penge
rtian-dasar-akhlak-tasawuf-persamaan-perbedaannya-dengan-etika-dan-moral
<1% -
https://satyaningdharma.blogspot.com/2013/11/norma-adat-istiadat-dan-tradisi.html
<1% -
https://kuliahkusuka.blogspot.com/2013/07/makalah-tentang-fungsi-dan-baik-buruk_2.
html
<1% -
https://www.kompasiana.com/angellika/5691eeefc823bd6305f681cb/kesantunan-berba
hasa
<1% -
https://evasyarifahajja.blogspot.com/2015/10/makalah-akhlak-tasawuf-essensi-dan.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/q5mjr37y-etika-dan-manajemen-bisnis-islam-studi-ka
sus-di-waroeng-steak-and-shake-cabang-sm-raja-medan-repository-uin-sumatera-utar
a-tesis-full-pdf.html
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/19345/5/Bab%202.pdf
<1% - https://mylibrary2012.blogspot.com/2015/03/akhlak-etika-dan-moral_9.html
<1% - https://www.academia.edu/31880789/Defenisi_Akhlak_Tasauf.pdf
<1% - https://bangudin22.blogspot.com/2013/04/pengertian-moral-dan-etika.html
<1% - https://nescaya.blogspot.com/2015/03/makalah-etika-moral-dan-akhlak.html
<1% - https://ulfianti.wordpress.com/category/uncategorized/
<1% - https://www.facebook.com/ldkrefahuin/
<1% -
https://rex-hunter.blogspot.com/2015/06/perbedaan-antara-akhlak-etika-dan-moral.ht
ml
<1% - https://aryunitablangpidie.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://anindyanurfitrijani.blogspot.com/2016/03/makalah-pendidikan-agama-islam-etik
a.html
<1% - https://jagad.id/langkah-langkah-sholat-shubuh-lengkap-dengan-gambar/
<1% - https://niarevinapiliang.blogspot.com/2015/11/makalah-akhlak-tasawuf.html
<1% -
https://gooblog-niaha.blogspot.com/2013/05/perilaku-tercela-dan-perilaku-terpuji.html
<1% - https://www.academia.edu/35186279/ETIKA_MORAL_DAN_SUSILA
<1% - https://studiakhlaktasawuf.blogspot.com/2014/05/baik-dan-buruk.html
<1% -
https://senyumkudakwahku.blogspot.com/2012/06/makalah-akhlaq-persoalan-akhlaq-d
an.html
<1% - https://khilyatunnufus.wordpress.com/2014/12/20/baik-dan-buruk/
<1% -
https://masnoer80.blogspot.com/2013/01/analisa-ayat-dan-hadist-tentang-kebaikan.ht
ml
<1% - https://anshar-mtk.blogspot.com/2014/04/baik-dan-buruk.html
<1% - https://lentirailmu.blogspot.com/2013/05/peranan-pendidikan-islam-dalam.html
<1% -
https://yahya29zulkarnain.blogspot.com/2012/04/penilaian-baik-dan-buruk-dari-berbag
ai.html
<1% - https://etikahidup.blogspot.com/2008/06/jaman-sekarang.html
<1% - https://lailyglow.blogspot.com/2016/06/filsafat-nilai.html
<1% -
https://kapanpunbisa-news.blogspot.com/2013/10/pengertian-baik-dan-buruk-menurut
.html
<1% - https://anshar-mtk.blogspot.com/2014/04/
<1% -
http://www.daerahamakalah.online/2018/01/makalah-tasawuf-tentang-pengertian-baik.
html
<1% -
https://www.academia.edu/6954595/BAIK_DAN_BURUK_MENURUT_PERSPEKTIF_BERBAG
AI_FAHAM
<1% - https://pgtk--darunnajah.blogspot.com/2010/06/
<1% -
https://lutfi-cilut.blogspot.com/2017/03/makalah-tasawuf-bab-baik-dan-buruk.html
<1% - https://kingartikel.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - https://www.academia.edu/12597948/Makalah_Akhlaq_Tasawuf_Baik_dan_Buruk
<1% - https://cherryboki.blogspot.com/2014/11/moral-dan-etika-individu.html
<1% - https://hikmahuda.blogspot.com/2014/05/
<1% - https://solikhaton.blogspot.com/2014/01/makalah-tenang-ilmu-tasawuf.html
<1% - https://docobook.com/urgensi-tasawuf-pada-masyarakat-modern-di-desa.html
<1% - https://bangkuliah.com/2017/11/14/baik-dan-buruk-dalam-pandangan-filsafat/
<1% -
https://tugaskampuss.blogspot.com/2013/01/download-makalah-skripsi-tesis-dll.html
<1% - https://karangsemi.wordpress.com/adab/
<1% -
https://dunia-blajar.blogspot.com/2016/03/baik-dan-buruk-dalam-tinjauan-nash.html
<1% - https://ilhamberkuliah.blogspot.com/2015/09/baik-dan-buruk.html
<1% - https://as-syuara.blogspot.com/2011/11/makalah-etika-komunikasibab.html
<1% - https://zullihi.blogspot.com/2010/01/perbuatan-baik-dan-buruk-menurut.html
<1% - https://ilmu27.blogspot.com/2012/09/makalah-akhlak-tasawuf.html
<1% - https://shari8894.blogspot.com/2015/05/
<1% -
https://rifkiismarismailblog.wordpress.com/2013/01/20/mengurai-landasan-pengetahua
n-filsafat-ontologi/
<1% -
https://islamiconeprophecy.blogspot.com/2014/06/makalahpembentukan-akhlak-dan-y
ang.html
<1% -
https://deskripsimakalah.blogspot.com/2017/01/dorongan-dan-implikasi-berakhlak-bai
k.html
<1% -
https://ihyayusriati.blogspot.com/2012/06/makalah-faktor-faktor-yang-mempengaruhi.
html
<1% - https://aenunnajibnew.blogspot.com/2017/04/
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/330410708_Pengembangan_Karakter_Pada_A
nak_Usia_Dini_AUD
<1% -
https://sakura-ilmi.blogspot.com/2012/03/aqlak-tasawuf-sumber-sumber-pembentukan
.html
<1% - https://www.academia.edu/32788039/MAKALAH_TASAWUF.docx
<1% - https://mangihot.blogspot.com/2016/10/faktor-pembentukkan-karakter.html
<1% -
https://www.kompasiana.com/ikaa-jogja/550dc9de8133116b2cb1e68c/peran-keluarga-
masyarakat-dan-sekolah-dalam-pendidikan-islam
<1% - http://repository.upy.ac.id/1197/1/ARTIKEL%20RISKI%20UTAMI.pdf
<1% - https://chazhy.wordpress.com/2013/02/
<1% -
https://lailatulrona.blogspot.com/2013/12/norma-yang-berkalu-dalam-kehidupan_9.ht
ml
<1% - https://eliyonabaene666.blogspot.com/2014/05/motiv-dan-motivasi.html
<1% - https://thinksomegood.blogspot.com/2017/04/makalah-tentang-akhlak.html
<1% -
https://santiicuitcuit.blogspot.com/2013/04/pai-aktualisasi-ahklak-dalam-kehidupan.ht
ml
<1% -
https://steemit.com/education/@yusfriadi/pengaruh-riba-bagi-pendidikan-anak-56b816
4f852b5est
<1% - https://paiceria.blogspot.com/2011/
<1% -
https://www.academia.edu/35573821/SISTEM_PENDIDIKAN_ISLAM_DI_INDONESIA_PAD
A_AWAL_ABAD_XX_1900-1945
<1% -
https://simba-corp.blogspot.com/2018/10/makalah-akidah-dan-akhlak-konsep-baik.ht
ml
<1% -
https://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/01/resume-t-s-w-u-f-faktor-faktor-yang.ht
ml
<1% -
https://asrowi-ma.blogspot.com/2014/09/faktor-eksternal-dalam-internalisasi.html
<1% -
https://umarfaruq-jambi.blogspot.com/2013/02/peranan-pendidikan-dalam-meningkat
kan.html
<1% - https://dosenbiologi.com/makhluk-hidup/kebutuhan-makhluk-hidup
<1% -
https://www.academia.edu/8521574/Menciptakan_Masyarakat_Berakhlaq_di_Dalam_era_
Globalisasi
<1% - https://telenteyan.blogspot.com/2013/08/
<1% - https://aridlowi.blogspot.com/2009/12/pendidikan-dan-moralitas.html
<1% -
https://makalahkuindonesia.blogspot.com/2017/04/akhlak-tasawuf-hubungan-ilmu-akhl
ak.html
<1% - https://nailuszaman.blogspot.com/2016/04/karakteristik-akhlak-islam-dan.html
<1% -
https://islamalwafi.blogspot.com/2015/06/tata-cara-dan-hukum-hukum-shalat-a.html#!
<1% -
https://gusmendemmenjawab.blogspot.com/2010/05/email-dari-mas-mohammad-taufi
q.html
<1% - https://anggymarsendy.blogspot.com/
<1% -
https://futicha-turisqoh.blogspot.com/2009/12/peranan-orang-tua-terhadap-akhlak-ana
k.html
<1% -
https://angga-hardianto1994.blogspot.com/2015/05/filosofi-pendidikan-islam-tentang.
html
<1% - https://alquran-asbabunnuzul.blogspot.com/2017/05/
<1% - https://aatafsir.blogspot.com/2008/10/hakikat-manusia.html
<1% - https://stitattaqwa.blogspot.com/2012/08/a.html
<1% - https://etikahidup.blogspot.com/2009/01/hubungan-intim-dan-kesetiaan.html
<1% - https://lalureza1988.blogspot.com/
<1% - https://www.alislamu.com/4456/surah-luqman/
<1% - https://docplayer.info/48658122-Bab-ii-landasan-teori.html
<1% -
https://catalogjulistira.blogspot.com/2012/04/biologi-dan-perkembangannya-ditinjau.ht
ml#!
<1% - https://kamianakislam.blogspot.com/2013/07/
<1% - https://akuislam.com/blog/guest/hidup-bukan-seperti-binatang/
<1% -
https://kumpulanmakalahjurusanpendidikan.blogspot.com/2015/05/makalah-pai-hubun
gan-al-quran-dengan.html
<1% - https://gotzlan-ade.blogspot.com/2018/07/
<1% - https://supripep.blogspot.com/2011/02/analisis-20-ayat-tentang-kejadian.html
<1% - https://aziezah93.blogspot.com/2012/03/tafsir-ayat-ayat-tentang-manusia.html
<1% - https://osimilikiti.blogspot.com/2015/09/jilbab.html
<1% -
https://zadandunia.blogspot.com/2016/10/furqon-al-maidah-60-katakanlah-apakah.ht
ml
<1% -
https://ponpesnuruliman.blogspot.com/2016/03/kumpulan-ceramah-islam-terbaru.html
<1% - https://shirotholmustaqim.files.wordpress.com/2009/12/akhlak-mulia.pdf
<1% - https://alizetia.tumblr.com/post/169607689296/orang-yang-gagal
<1% -
https://www.academia.edu/29901595/FALSAFAH_KESUSASTERAAN_HAMKA_SATU_TINJ
AUAN_KEPADA_BEBERAPA
<1% -
https://www.kompasiana.com/muhammad_ichsan/5500a3fb813311491bfa7b6f/pandang
an-buya-hamka-tentang-akal-dan-tanda-orang-berakal-bagian-i
<1% - http://www.pidatu.com/2016/09/ceramah-tentang-tanda-tanda-orang-yang.html
<1% - https://belajartafsiralquran.blogspot.com/2018/03/30-surat-ar-rum.html
<1% -
http://www.utusan.com.my/rencana/utama/ketinggian-ilmu-8232-syair-melayu-1.53071
1
<1% -
https://id.123dok.com/document/oy86o1rq-pandangan-nurcholish-madjid-dalam-etika
-beragama.html
<1% -
https://debysezuli.blogspot.com/2015/03/makalah-aliran-aliran-akhlak-tentang.html
<1% -
https://thekompasiana.blogspot.com/2014/11/perilaku-yang-tidak-sesuai-dengan-nilai.
html
<1% - https://ramadani-zega.blogspot.com/
<1% - https://mutiarafilsafat.blogspot.com/
<1% -
https://ernitaamalia.blogspot.com/2016/04/makalah-agama-konsep-ketuhanan-dalam.h
tml
<1% -
https://www.academia.edu/8715205/kelebihan_Al-Quran_dibandingkan_dengan_kitab_la
in
<1% - https://khazanahpengetahuanislam.blogspot.com/2010/04/
<1% - https://gpai2.blogspot.com/2012/09/toleransi-antar-umat-beragama-dan.html
<1% - https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2019/01/
<1% - https://kumpulanmakalahkuliah.blogspot.com/2013/09/baik-dan-buruk.html
<1% - https://akidah-syariah.blogspot.com/
<1% -
https://nbasis.wordpress.com/2013/12/12/tuanku-rao-dalam-pandangan-buya-hamka/
<1% -
https://pengajar.co.id/analisis-swot-pengertian-manfaat-contoh-dan-faktor-mempengar
uhinya/
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/19255/5/Bab%202.pdf
<1% -
https://fidiaayesha.blogspot.com/2014/12/menjadi-hamba-allah-yang-berakhlak.html
<1% -
https://paknusa.blogspot.com/2014/03/kecerdasan-iman-dan-perbuatan-baik-2.html
<1% - https://alwashliyah.wordpress.com/2008/07/20/psikologi-kemauan/
<1% - https://halosehat.com/penyakit/stroke/cara-mencegah-stroke
<1% -
https://www.academia.edu/4152127/Pendidikan_Hati_dalam_Tafsir_Al-Azhar_Hamka
<1% -
https://www.academia.edu/25733290/FAKTOR_FAKTOR_PENYEBAB_PENYAKIT_HOMOSE
KSUAL
<1% -
https://setetesilmu13.blogspot.com/2016/11/bedah-buku-rahasia-dibalik-penciptaan.ht
ml
<1% -
https://anakbuton.blogspot.com/2010/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
<1% - https://sites.google.com/site/drhamkatasaufmoden/bahagia-dan-utama
<1% - https://sabdaislam.wordpress.com/2009/11/23/24-bahagia-dan-utama/
<1% -
https://kawasanpendidikan.blogspot.com/2016/01/pendidikan-anak-usia-dini-dalam.ht
ml
<1% - https://hefamandiri.blogspot.com/2015/11/buya-hamka.html
<1% -
https://delisufi.blogspot.com/2016/06/tasawwuf-moden-fasal-15-apakah-perlu.html
<1% - https://hudzai.wordpress.com/2009/02/02/pemikrian-tasawuf-hamka/
<1% - https://tamanni.blogspot.com/
<1% - https://www.wasatha.com/2017/05/berhijrah-lakukan-tiga-hal-berikut-agar.html
<1% - https://mukjizatrasulullah.blogspot.com/2012/03/konsep-ketuhanan.html
<1% - http://yani131.student.unidar.ac.id/2014/07/akidah-syariah-dan-akhlak.html
<1% -
https://sinagamateri.blogspot.com/2016/03/nilai-nilai-kemanusiaan-teo-ic-kelompok.ht
ml
<1% -
https://tugaskuliah0601.blogspot.com/2016/10/motivasi-pegawai-tujuan-motivasi-dan.
html
<1% - https://sriratubriliana.blogspot.com/2013/04/pendidikan-anti-korupsi_20.html
<1% - https://www.academia.edu/5141471/MAKALAH_MANAJEMEN_PENDIDIKAN
<1% - https://itok609.blogspot.com/2013/04/permasalahan-guru-di-sekolah.html
<1% -
https://kletekpucakwangi.blogspot.com/2009/12/pandangan-prof-dr-hamka-terhadap.h
tml
<1% - https://etikahidup.blogspot.com/2008/08/hak-dan-tanggung-jawab.html
<1% - https://tangguraja.blogspot.com/2010/03/tokoh-tokoh-batak-toba.html
<1% -
https://www.academia.edu/35558526/PERBANDINGAN_PEMIKIRAN_AL-GHAZALI_DAN_
BUYA_HAMKA
<1% - https://asepjamaluddin16.blogspot.com/2013/05/makalah-pendidikan-islam.html
<1% -
http://gema.uhamka.ac.id/2016/08/20/oddi-mengaktualisasikan-pemikiran-buya-hamka
/
<1% -
https://christianyonathanlokas.wordpress.com/2013/10/09/pemilihan-dan-pengembang
an-media-pembelajaran/
<1% - http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al-qadau/article/download/2636/2487
<1% - https://nurhibatullah.blogspot.com/2016/01/dasar-dasar-kependidikan.html
<1% -
https://www.kompasiana.com/alfianputradarmawan.blogspot.com/54f76532a33311bc37
8b46e5/pengaruh-pendidikan-karakter-terhadap-budaya-korupsi
<1% - http://digilib.uin-suka.ac.id/6882/1/BAB%20I%2CV.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/8003333/KONTEKSTUALISASI_PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_
Sifting_Paradigma_dan_Implementasinya
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/3256/5/63111037_Bab4.pdf
<1% - https://natiqotul-muniroh.blogspot.com/2011/01/bab-i-pendahuluan_26.html
<1% -
https://indonsc.blogspot.com/2015/09/skripsi-metode-pembiasaan-sebagai-upaya.html
<1% -
https://herihasbullah.blogspot.com/2016/01/nasehat-itu-buatmu-wahai-para-pemimpin
.html
<1% -
https://docobook.com/epistemologi-tasawuf-modern-iain-surakarta-repository.html
<1% -
https://sulaiman2010.wordpress.com/2010/05/29/hamka-biografi-dan-orientasi-tasawuf
/
<1% - https://achmadyani47.blogspot.com/2015/01/
<1% -
https://osimilikiti.blogspot.com/2016/10/tauhid-rububiyah-dan-uluhiyah-qs-al.html
<1% -
https://www.kompasiana.com/acahyama/54f76e12a33311c4528b4672/akal-dan-qs-ar-r
ahman-33
<1% -
https://gusmendemmenjawab.blogspot.com/2013/03/al-quran-tentang-tantangan-men
embus.html
<1% -
https://widyaayu1122.wordpress.com/2014/01/05/pentingnya-layanan-bimbingan-kons
eling-di-sekolah-dasar/
<1% -
https://makalah73.blogspot.com/2012/12/pentingnya-agama-bagi-kehidupan.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/316060030/Makalah-AGAMA-ISLAM
<1% -
https://ceenjiwiyuresaccntnt.blogspot.com/2015/06/penjelasan-pendidikan-berkarakter.
html
<1% -
https://islamiceducation001.blogspot.com/2014/05/pendidik-dan-peserta-didik-dalam.h
tml
<1% - https://miss-fajriah.blogspot.com/2014/03/makalah-tentang-bakat.html
<1% -
https://dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/ajaran-hindu-dharma-tentang-etika.html
<1% -
http://blog.unnes.ac.id/pancarretnowati/2015/11/19/pluralisme-budaya-di-indonesia/
<1% - https://kelopakgalang144.blogspot.com/2013/09/
<1% -
https://zulkarnenjuli.blogspot.com/2011/04/peranan-keluarga-dalam-pembinaan.html
<1% -
https://irpanmaulana91.blogspot.com/2014/04/makalah-akhlak-tasawuf-faktor-faktor.ht
ml
<1% -
https://kumpulanskripsidanartikel.blogspot.com/2011/10/pemikiran-hasan-al-banna-ten
tang.html
<1% - http://staialmuhammadcepu.ac.id/jurnal/67/konsepsi-pendidikan-dalam-islam
<1% - https://www.academia.edu/37730429/Pendidikan_Karakter_di_Indonesia.pdf
<1% -
https://rafiuddinsyam.blogspot.com/2011/07/makalah-selekta-pendidikan-islam.html
<1% -
https://www.pembelajaranmu.com/2017/03/peranan-moral-etika-dan-akhlak-dalam.ht
ml
<1% -
https://guruinformatika.blogspot.com/2014/03/makalah-ajaran-praktis-dalam-akhlak.ht
ml
<1% -
https://habbatillahberbagi.blogspot.com/2015/07/makalah-lembaga-lembaga-pendidik
an-di.html
<1% - https://bisnis-environment.blogspot.com/2011/03/lingkungan-pendidikan.html
<1% -
https://elfianpermana010.wordpress.com/2013/06/16/keluarga-sebagai-fungsi-pendidik
an-makalah/comment-page-1/
<1% -
https://unsurbudaya4ka38.blogspot.com/2013/10/peran-keluarga-dalam-pembentukan.
html
<1% -
https://candratrisnanirata.blogspot.com/2013/10/peran-keluarga-sekolah-masyarakat-d
an.html
<1% - https://osimilikiti.blogspot.com/2016/10/hamka-khidmat-pada-ibu-bapak.html
<1% -
https://wanty-katsu.blogspot.com/2011/05/makalah-pendidikan-agama-dalam-rumah_2
1.html
<1% -
https://www.academia.edu/11029312/Proposal_Pengaruh_pola_asuh_orang_tua_terhada
p_akahlak_anak
<1% - https://ilhams1993.wordpress.com/akhlaq-dalam-keluarga/
<1% -
https://id.123dok.com/document/rz3ew29q-konsep-pendidikan-perempuan-menurut-r
aden-dewi-sartika.html
<1% -
https://rikasukirno.blogspot.com/2015/06/peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak.htm
l
<1% -
https://id.123dok.com/document/zp05wdvq-upaya-orang-tua-dalam-mendidik-akhlakul
-karimah-anak-di-desa-depok-bendungan-trenggalek-institutional-repository-of-iain-tu
lungagung-1.html
<1% -
https://siskapuspitadefi.blogspot.com/2016/10/makalah-akhlak-dalam-keluarga.html
<1% - https://cetelogi.com/tips-mendidikan-anak/
<1% - http://www.sarapanpagi.org/ditentukan-binasa-vt3143-20.html
<1% -
https://cakheppy.wordpress.com/2011/03/14/keteladanan-sebagai-strategi-pembelajara
n/
<1% - http://www.oocities.org/traditionalislam/Pemikiran_Hamka.htm
<1% -
https://ahmadnursanto98.blogspot.com/2013/01/menanamkan-kegemaran-shalat-pada
-anak_6872.html
<1% -
https://www.kaskus.co.id/thread/51b6e5511dd7194b4b000005/fabel-dongeng-hewan-
menanamkan-nilai-nilai-pada-anak/
<1% -
https://uikas3bogor.blogspot.com/2015/04/model-konsep-pendidikan-akhlak-dalam_12
.html
<1% -
https://simba-corp.blogspot.com/2018/11/makalah-akhlak-terhadap-keluarga.html
<1% -
http://www.rumahcahaya.com/ketika-orang-tua-tidak-merestui-hubungan-cinta-anakny
a/
<1% - https://tarbiyahparenting.blogspot.com/2010/
<1% -
https://muhtarasngari.blogspot.com/2016/01/pendidikan-di-lingkungan-masyarakat.ht
ml
<1% -
https://riapuspitasari108002.blogspot.com/2011/12/mengatasi-siswa-membolos-melalui
.html
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/3256/6/63111037_Bab5.pdf
<1% - https://www.buatbunda.com/peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak/
<1% -
https://lutfiromdana2012.blogspot.com/2012/05/pengertian-dan-fungsi-guru-dalam.ht
ml#!
<1% - http://www.bukabuku.com/browses/product/9786020822167/lembaga-budi.html
<1% -
https://mafiadoc.com/remediasi-menggunakan-model-cooperative-learning-_59f78ab9
1723dda6336d6c61.html
<1% -
https://makalahpgmi2013.blogspot.com/2015/03/tugas-dan-peran-guru-dalam-proses.
html
<1% -
https://dhiyanata.blogspot.com/2015/01/kepribadian-dan-tanggung-jawab-guru.html
<1% - https://mhdkosim.blogspot.com/2008/
<1% - https://tulisan377.blogspot.com/2013/05/konsep-pendidikan-hamka.html
<1% -
https://thisisnayif.blogspot.com/2015/06/pertanyaan-dan-jawaban-tentang-etika.html
<1% -
https://www.kompasiana.com/idrisapandi/5c074d1d12ae94030c62c342/menjadi-guru-r
adikal-mengapa-tidak
<1% - https://lets-sekolah.blogspot.com/2015/09/metode-dakwah-wali-songo.html
<1% -
https://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-pengembangan-pendidikan-karakter.h
tml
<1% -
https://agussuprianto09.blogspot.com/2012/10/penggunaan-media-pembelajaran-dala
m.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/zx5wxwoq-prosiding-seminar-nasional-program-studi
-pendidikan-sejarah-se-indonesia.html
<1% -
https://sarbaitinil.blogspot.com/2010/05/pentingnya-pendidikan-moral-dalam.html
<1% -
https://thefikkar.blogspot.com/2017/01/metode-guru-pai-dalam-mengimplementasi.ht
ml
<1% -
https://garisprassojo.blogspot.com/2014/05/tugas-4-tulisan-tentang-hubungan-antara.
html
<1% - http://www.mikirbae.com/2018/07/jenis-jenis-tanggung-jawab-sebagai.html
<1% - https://osimilikiti.blogspot.com/2016/10/fatihah-kirim-hadiah.html
<1% -
https://moslemdogloverrezairmansyah.blogspot.com/2013/01/nama-saya-rezairmansya
h-saya-seorang.html
<1% -
https://misterrakib.blogspot.com/2015/04/undang-undang-baru-uu-35-thn-2014.html
<1% -
https://dhechoiriyah-nurul.blogspot.com/2012/05/peran-pancasila-dalam-pendidikan-d
an.html
<1% -
https://ridhopendidikan.blogspot.com/2016/06/itibar-dan-ibrah-sejarah-pendidikan.htm
l
<1% -
https://anshar-mtk.blogspot.com/2014/05/tanggung-jawab-pendidikan-islam.html
<1% -
https://kusumadini.blogspot.com/2011/09/mahalnya-biaya-pendidikan-di-indonesia.ht
ml#!
<1% -
https://qoqoazroqu.blogspot.com/2013/01/undang-undang-republik-indonesia-nomor.
html
<1% - http://journal.umpo.ac.id/index.php/istawa/article/download/1503/901
<1% -
https://www.kompasiana.com/adibunda/5946b99fa1080d35d801b0b2/maraknya-aksi-ta
wuran-peserta-didik-bukti-belum-tercapainya-pendidikan-karakter
<1% -
https://ainamulyana.blogspot.com/2018/06/undang-undang-uu-nomor-20-tahun-2003.
html
<1% -
https://www.academia.edu/9790322/Hak_dan_Kewajiban_Peserta_Didik_Menurut_Sistem
_Pendidikan_Islam_dan_Sistem_Pendidikan_Nasional
<1% -
https://kemahasiswaandikti.blogspot.com/2015/11/beasiswa-dan-bantuan-biaya-pendid
ikan_12.html#!
<1% -
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197106092005011-D
EDY_ACHMAD_KURNIADY/Pembiayaan_pend/jurnal.pdf
<1% -
https://pp-alfatah.blogspot.com/2011/02/pesantren-dalam-sistem-pendidikan.html
<1% -
https://ernaerlina1.blogspot.com/2014/05/kurikulum-dan-bahan-ajar-pendidikan.html
<1% -
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Dokumen/6729_2019-05-13/P
ANDUAN_Lomba%20FILM%20PENDEK_A4.pdf
<1% -
https://docplayer.info/136651687-Kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam-meningkatkan-
kinerja-guru-di-smk-muhammadiyah-02-bandar-lampung.html
<1% - https://www.academia.edu/9100714/Literasi_Lintas_Kurikulum
<1% -
https://mastati.wordpress.com/2014/07/06/implementasi-kurikulum-2013-dalam-pemb
elajaran-di-sma/
<1% - https://www.jpnn.com/news/jam-mapel-pendidikan-agama-ditambah
<1% -
https://contohmakalah4.blogspot.com/2012/12/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam.h
tml
<1% -
https://www.academia.edu/5253890/Sistem_Penilaian_dalam_Kurikulum_2013_Kajian_Do
kumen
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/z1llmneq-pendidikan-agama-kristen-dan-budi-p
ekerti-buku-guru-sd-kelas-ii-repositori-institusi-kementerian-pendidikan-dan-kebudaya
an.html
<1% -
https://mafiadoc.com/nilai-nilai-pendidikan-islam-dalam-buku-tasawuf-_59f0eb2a1723d
d34f513d380.html
<1% -
https://www.academia.edu/17446778/KONSEP_PENDIDIKAN_ISLAM_MENURUT_PENDIRI
_PONDOK_MODERN_DARUSSALAM_GONTOR
<1% - https://penulisbatusangkar.blogspot.com/2007/12/
<1% -
https://www.kompasiana.com/akrie_style/5500dc29a333117c6f512447/globalisasi-pendi
dikan
<1% -
https://pustakaaslikan.blogspot.com/2011/12/hal-penting-yang-harus-diperhatikan.html
<1% -
https://pendidikanl.blogspot.com/2011/09/peranan-guru-dalam-pembelajaran.html
<1% -
https://lindairawan05.blogspot.com/2012/06/makalah-membumikan-pendidikan-nilai.ht
ml
<1% -
https://goresanpotlot.blogspot.com/2015/08/hak-atas-lingkungan-yang-baik-dan-sehat
.html
<1% -
https://hanahafifah.blogspot.com/2014/01/konsep-pendidikan-yang-islami-untuk.html
<1% - http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/download/878/848
<1% -
https://www.kompasiana.com/rolansihombing/55101ab8813311d334bc6287/dicari-para
-pemimpin-sejati-indonesia
<1% - https://sastrasia.blogspot.com/2012/03/skripsi-analisis-nilai-nilaipendidikan.html
<1% -
https://alormainang.blogspot.com/2014/09/skrips-mahasiswa-teologi-stt-agapes.html
<1% -
https://vdokumen.com/studi-komparatif-fungsi-perencanaan-dakwah-di-jurusan-manaj
emen-dakwah-md.html
<1% - https://skripsiminii21sha.blogspot.com/2013/12/skripsi-mini.html
<1% -
https://tugaserik.blogspot.com/2015/03/tanaman-rambutan-danmanfaatnya-bagi.html