plagialisme (arista maulida 1308109010014

3
Nama : Arista Maulida NIM : 1308109010014 Mata Kuliah : Analisa Farmasi II Tugas 3 : AKUTNYA PLAGIALISME DI TUBUH PERGURUAN TINGGI Plagialisme berasal dari kata plagiat yang secara bahasa berarti mengutipan atau menjiplak karya seseorang atau orang lain dan mengatas namakan karya tesebut seolah-olah karya sendiri tanpa mencantumkan/ atau menyabutkan pemiliki karya aslinya. Dewasa kini, praktek plagialisme seperti bukan tabu lagi untuk dilakukan. Terutama ketika semua sudah dipermudah dengan PC dan gajet yang serba canggih, praktek plagialisme akhirnya malah menjadi suatu hal yang wajar dan menakutkan jika menjadi suatu kebudayaan. Parahnya lagi pelaku plagiat atau disebut plagiator sendiri paling banyak ternyata adalah Mahasiswa (i) perguruan tinggi. Faktor lainnya selain penyalah gunaan teknologi, praktek plagiat terjadi karena adanya sifat malas pada mahasiswa. Biasanya karena tugas yang diberikan cukup banyak, merepotkan, dengan batas pengumpulan yang singkat atau ingin memperoleh suatu gelar dalam waktu singkat sehingga mereka memilih cara instan dengan melakukan plagiat karya tulisan orang lain untuk dikumpulkan sebagai karya tulisan atas nama pribadi. Felicia Utorodewo dalam bukunya tentang “Pengantar penulisan karya ilmiah” menyebutkan contoh-contoh bentuk plagialisme, diantaranya:

Upload: arista

Post on 17-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

plagialisme di perguruan tinggi (tugas tambahan)

TRANSCRIPT

Page 1: Plagialisme (Arista Maulida 1308109010014

Nama : Arista Maulida

NIM : 1308109010014

Mata Kuliah : Analisa Farmasi II

Tugas 3 :

AKUTNYA PLAGIALISME DI TUBUH PERGURUAN TINGGI

Plagialisme berasal dari kata plagiat yang secara bahasa berarti mengutipan atau

menjiplak karya seseorang atau orang lain dan mengatas namakan karya tesebut seolah-olah

karya sendiri tanpa mencantumkan/ atau menyabutkan pemiliki karya aslinya. Dewasa kini,

praktek plagialisme seperti bukan tabu lagi untuk dilakukan. Terutama ketika semua sudah

dipermudah dengan PC dan gajet yang serba canggih, praktek plagialisme akhirnya malah

menjadi suatu hal yang wajar dan menakutkan jika menjadi suatu kebudayaan. Parahnya lagi

pelaku plagiat atau disebut plagiator sendiri paling banyak ternyata adalah Mahasiswa (i)

perguruan tinggi. Faktor lainnya selain penyalah gunaan teknologi, praktek plagiat terjadi

karena adanya sifat malas pada mahasiswa. Biasanya karena tugas yang diberikan cukup

banyak, merepotkan, dengan batas pengumpulan yang singkat atau ingin memperoleh suatu

gelar dalam waktu singkat sehingga mereka memilih cara instan dengan melakukan plagiat

karya tulisan orang lain untuk dikumpulkan sebagai karya tulisan atas nama pribadi.

Felicia Utorodewo dalam bukunya tentang “Pengantar penulisan karya ilmiah”

menyebutkan contoh-contoh bentuk plagialisme, diantaranya:

1. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,

2. Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri

3. Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri

4. Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri,

5. Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan

asal-usulnya

6. Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan

sumbernya, dan

7. Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian

Kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.

Terdapat banyak sekali kasus plagialisme di perguruan tinggi yang dilaporkan

setiap tahunnya. Diantara kasus tersebut banyak kasus plagiat terhadap jurnal dan karya

Page 2: Plagialisme (Arista Maulida 1308109010014

ilmiah. Melihat hal tersebut, sudah sewajarnya jika plagialisme disebut sebagai suatu

kejahatan akademik yang dapat merusak moral, kejujuran, dan intelektual didunia

kemahasiswaan. Secara hukum ini merupakan bentuk pelanggaran berat terhadap hak cipta

dan harus segera dilakukan tindakan yang memberikan efek jera bagi pelaku plagialisme.

Tindakan hukum tersebut salah satunya tertulis dalam peraturan Pemerintah Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2010 nomor 17 (tentang: “Pencegahan dan

Penanggulangan Plagiat diperguruan Tinggi”). Di Pasal 12 tertulis bahwa pelaku plagiat di

perguruan tinggi dapat diberikan sangsi ringan berupa teguran atau peringatan, sampai sansi

berat seperti pencabutan hak dan gelar sebagai mahasiswa/sarjana/dosen/guru besar/peneliti

atau diberhentikan secara tidak hormat.

Namun aksi plagitor seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, juga bisa

mendapatkan pasal lain mengenai Pelanggaran terhadap UU hak cipta (UUHC) no.19 tahun

2002 oleh pemilik karya (ilmiah)/penelitian/jurnal sebenarnya. Dalam UU tersebut tertulis

bahwa Plagiator bisa mendapatkan hukuman ganti rugi, denda , atau bahkan sampai hukum

pidana atas gugatan/laporan dari pihak yang merasa diplagiatkan (pasal 56 ayat 1).

Sederet kasus Plagiat dan pelanggaran terhadap hak cipta kerap selalu terjadi setiap

tahunnya. Menunjukkan bahwa peristiwa ini sudah sangat serius dan harus ditanggapi dengan

sangat ketat dan penuh perhatian tidak hanya oleh Kemendikbud, dan badan hukum tapi juga

Pihak Universitasnya sendiri. Pihak Universitas seharusnya yang lebih kritis karena menjadi

yang paling dekat dengan aktifitas mahasiswa. Mahasiswa juga diharapkan cerdas dalam

melakukan suatu makalah/jurnal/karya ilmiah, dan salah satu cara terbaiknya adalah dengan

melakukan penulisan ulang dengan menggunakan kata-kata sendiri (paraphrase), atau cara

aman adalah dengan mencantumkan identitas pemilik karya sebenarnya. Bukanlah hal

mustahil jika harapan tersebut bisa diwujudkan dengan sebaik-baiknya, tentunya jika seperti

itu optimis jika mahasiswa Mahasiswa yang mendominasi harapan menjadi leader bangsa

dimasa depan. Sejelek apapun karya seseorang itu jauh lebih baik dibandingkan karya bagus

tapi adalah hasil plagiat.