pkmd bab iii
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PKMD
A. Gambaran Umum
1. Letak
Puskesmas II Denpasar Selatan berdiri Tahun 1983, terletak dijalan Danau
Buyan III, Kelurahan Sanur yaitu pada 08o.40.976´ LS dan 115o.15.430´ BT.
Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan satu dari empat Puskesmas di
Kecamatan Denpasar Selatan ( Puskesmas I Denpasar Selatan, II Denpasar
Selatan, III Denpasar Selatan dan IV Denpasar Selatan ). Wilayah kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan dataran rendah tepi pantai dengan
ketinggian 3-6 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah kerja Puskesmas ±
13,11 Km 2. Wilayah kerja Puskesmas II Denpasar terdiri dari dua kelurahan dan
dua desa yaitu : Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa Sanur Kauh dan Desa
Sanur Kaja dengan 34 banjar. Puskesmas II Denpasar Selatan juga memiliki 3
( tiga ) Puskesmas Pembantu yaitu : Puskesmas Pembantu Renon, Puskesmas
Pembantu Sanur Kauh dan Puskesmas Pembantu Sanur Kaja. Batas wilayah
Puskesmas II Denpasar Selatan adalah :
a. Utara : Kelurahan Kesiman (Wilayah Puskesmas I Dentim)
b. Timur : Selat Badung
c. Selatan : Kelurahan Sidakarya (Wilayah Puskesmas I Densel)
d. Barat : Kelurahan Panjer (Wilayah Puskesmas I Densel)
2. Demografi
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2011
adalah adalah 43.934 jiwa dengan 8.787 KK, sedangkan jumlah penduduk tahun
2012 adalah 48.341 jiwa dengan 9669 KK. Jumlah penduduk Tahun 2012
mengalami peningkatan, karena terjadinya urbanisasi dan pertambahan penduduk
karena kelahiran.
3. Sumber daya manusia
Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki 37 tenaga kesehatan yang sudah
diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan 9 orang tenaga outsourcing yang
mendukung penyelenggaraan berbagai kegiatan Puskesmas. Tenaga kesehatan
tersebut terdiri dari berbagai kualifikasi pendidikan. Untuk lebih lengkapnya
disajikan sebagai berikut :
Tabel 2Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan di Puskesmas II Denpasar
Selatan Tahun 2012
No Kualifikasi Pendidikan Jumlah Keterangan
1 2 3 4
1 Dokter Umum
Pegawai Negeri Sipil 3
1 : Ka. Pusk
2 : dokter fungsional
2 Dokter Gigi
Pegawai Negeri Sipil 3
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat
1
5 DIII Kebidanan
Pegawai Negeri Sipi
Kontrak
6
2
1 2 3 4
12
6 DIII Keperawatan 6
7 DIII Kesehatan Lingkungan 2
8 DIII Gizi 1
9 DIII Analis Kesehatan
Kontrak 1
10 D1 Kebidanan 1
11 Perawat 5
12 Perawat Gigi 2
13 Asisten Apoteker 2
14 Pekarya Kesehatan 1
15 SMA 1
Jumlah 37
16 Tenaga Out Sourcing
a. Petugas Loket
b. Sopir
c. Cleaning service
d. Penjaga Kantor
e. Pengelola Sampah Medis
2
1
3
2
1
Jumlah 9
Sumber: Laporan Kegiatan Tahunan Puskesmas II Denpasar Selatan, Laporan Tahunan, 2012
Tenaga tersebut ditempatkan di Puskesmas Induk dan Puskesmas
Pembantu. Tenaga di Puskesmas Pembantu terdiri dari 1 orang Bidan dan 1 orang
Perawat. Pada tahun 2012 Puskesmas masih kekurangan tenaga dokter umum,
bendahara, pranata laboratorium, pranata komputer, apoteker dan penyuluh
kesehatan.
13
4. Upaya kesehatan
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan maka upaya kesehatan di
Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk upaya kesehatan Puskesmas. Upaya
kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI
nomor : 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat yang meliputi :
a. Upaya kesehatan wajib
1) Upaya promosi kesehatan
2) Upaya kesehatan lingkungan
3) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4) Upaya perbaikan gizi masyarakat
5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6) Upaya pengobatan
b. Upaya kesehatan pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Puskesmas II Denpasar Selatan
melaksanakan beberapa upaya kesehatan pengembangan berdasarkan kondisi
lingkungan dan kemungkinan perkembangan suatu penyakit di wilayah kerjanya.
Wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan daerah wisata,
disamping mempunyai pengaruh baik terhadap perekonomian juga memberikan
dampak sosial dan kesehatan. Adapun upaya kesehatan pengembangan yang
dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Selatan adalah :
1) Upaya kesehatan sekolah dan upaya kesehatan gigi sekolah
14
2) Upaya perawatan kesehatan masyarakat
3) Upaya kesehatan usia lanjut
4) Klinik IMS
5) Klinik VCT
c. Program inovasi
1) KIA komprehensif
2) Klinik IMS
3) Klinik VCT
5. Tujuan dan fungsi
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yaitu tujuan dan fungsi dari Puskesmas adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2010.
b. Fungsi
1) Fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Upaya yang
dilakukan Puskesmas untuk pembangunan kesehatan adalah mengutamakan
15
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2) Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiyaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan.
3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
a) Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(Private Goods) dengan tujuan utama menyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan,tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan rawat
inap.
b) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods). Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa, masyarakat
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
16
6. Struktur organisasi
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yaitu struktur organisasi Puskesmas adalah
sebagai berikut :
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertangung jawab membantu Kepala Puskesmas dalam
pengelolaan:
1) Data dan informasi
2) Perencanaan dan penilaian
3) Keuangan
4) Umum dan kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
1) Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
2) Upaya kesehatan perorangan
d. Jaringan Pelayanan Puskesmas :
1) Unit Puskesmas Pembantu
2) Unit Puskesmas Keliling
3) Unit Bidan di Desa/Komunitas
Adapun Struktur Organisasi Puskesmas II Denpasar Selatan (Lampiran 1).
7. Visi, misi, motto, kebijakan mutu dan janji pelayanan
a. Visi
Menjadikan Puskesmas II Denpasar Selatan sebagai penyedia pelayanan
kesehatan terbaik untuk mewujudkan masyarakat sehat 2015
b. Misi:
17
1) Menyelenggarakan upaya kesehatan meliputi kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif secara berkesinambungan.
2) Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan
bertanggung jawab sesuai standar mutu.
3) Mengembangkan upaya kesehatan inovatif sesuai dengan sumber daya yang
dimiliki dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat
4) Mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki.
c. Kebijakan mutu
1) Mengutamakan pelayanan kepada masyarakat
2) Memberikan pelayanan kesehatan secara cepat, tepat, dan sesuai standar
3) Meningkatkan kompetensi petugas
4) Menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
d. Motto
Kepuasan Anda adalah kepuasan kami
e. Janji layanan
Cekatan : Pelayanan yang segera dan cepat tanggap
Empati : Pemberi pelayanan bisa merasakan apa yang dirasakan
oleh pasien
Ramah : Pelayanan menerapkan sistem 3S (senyum, salam, sapa)
Mudah : Pelayanan yang mudah dimengerti
Adil : Pelayanan yang tidak membeda-bedakan orang
Terjangkau : Pelayanan dengan biaya terjangkau
B. Kegiatan Dalam Gedung
1. Kegiatan di loket pendaftaran
18
a. Tujuan
1) Sebagai tahap awal dalam pelayanan di Puskesmas untuk mendata identitas
pasien dalam proses registrasi.
2) Untuk memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang
pelayanan di Puskesmas II Denpasar Selatan.
b. Sasaran
Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas II Denpasar Selatan.
c. Waktu dan pelaksanaan
Kegiatan di loket dilakukan pada hari Senin-Kamis pukul 08.00-12.00
WITA dan Jumat pukul 08.00-10.30 dari tanggal 22-25 April 2013. Pelaksanaan
kegiatan di loket diikuti oleh 6 orang mahasiswa Poltekkes Denpasar Jurusan
Analis Kesehatan yang dilakukan secara bergantian yaitu satu orang per harinya.
d. Alur kerja
a) Pasien datang mengambil nomor antrian dan menunggu sampai dipanggil.
b) Petugas melakukan registrasi terhadap identitas pasien seperti tanda pengenal
yang akan digunakan (KTP, KK, ASKES, JAMPERSAL, dan UMUM) yang
meliputi nama, umur, dan alamat. Selain itu petugas juga menanyakan
keluhan yang dialami oleh pasien.
c) Untuk pasien umum (tidak menggunakan tanda pengenal) diminta untuk
membayar biaya pendaftaran di kasir. Pasien ASKES tidak melakukan
pembayaran dengan menunjukkan kartu ASKES. Pasien dengan tanda
pengenal KTP, KK, dan JAMPERSAL tidak membayar biaya pendaftaran
hanya meminta pengesahan dari petugas.
19
d) Pasien menuju poliklinik atau Unit Gawat Darurat (UGD). Untuk pasien
dengan keluhan sakit yang umum dipersilakan menuju poli umum. Pasien
yang akan melakukan pemeriksaan gigi menuju poli gigi. Pasien yang akan
melakukan pemeriksaan kehamilan menuju poli KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak). Pasien yang akan melakukan pemeriksaan KB menuju poli KB.
Pasien yang akan melakukan imunisasi menuju poli imunisasi. Untuk pasien
yang berumur ≤ 12 tahun menuju poli anak. Untuk pasien gawat darurat
menuju ruang UGD.
e) Setelah dari poliklinik, pasien akan mengikuti petunjuk dokter atau bidan
apakah perlu melakukan pemeriksaan laboratorium atau tidak. Pasien yang
akan melakukan pemeriksaan laboratorium akan menuju laboratorium untuk
pengambilan sampel darah dan non darah. Pasien membayar pemeriksaan
laboratorium di kasir. Hasil laboratorium dikonsultasikan kembali oleh pasien
ke dokter atau bidan di poliklinik.
f) Pasien menuju apotek untuk menebus obat
g) Pasien kembali pulang
e. Hasil
1) Terdapat satu loket pendaftaran.
2) Selama PKMD yang dilaksanakan di loket pendaftaran Puskesmas II
Denpasar Selatan dari tanggal 22 April 2013 sampai 25 April 2013,
didapatkan total kunjungan sebanyak 905 pasien dengan layanan JKBM
sebanyak 733 dan layanan non JKBM sebanyak 172 pasien.
f. Permasalahan
Masalah yang ditemui di loket yaitu :
20
c) Identitas pasien kurang jelas
d) Masa berlaku KTP telah habis atau menggunakan KTP luar wilayah Bali.
e) Pasien tidak mengetahui tentang persyaratan yang harus dipenuhi untuk
menggunakan layanan JKBM.
g. Pembahasan dan pemecahan masalah
Loket merupakan tempat yang penting untuk menjalankan pelayanan
kesehatan, karena loket adalah bagian awal dari pelayanan di Puskesmas yang
berfungsi untuk registrasi pasien sebelum menuju ke tempat-tempat pemeriksaan
seperti poli umum, poli lansia, laboratorium, UGD, KIA, KB, imunisasi, dan
apotek. Data yang dicatat pada formulir pasien seperti no registrasi, tanggal, nama
pasien, umur, alamat, dan keluhan dicatat juga pada buku registrasi pasien sesuai
dengan loket penerimaan pasien dan buku rekam medik pasien. Menanyakan
keluhan utamanya berguna dalam memudahkan untuk mengarahkan pasien ke
poliklinik yang sesuai.
Beberapa masalah yang dihadapi dapat diatasi seperti pasien dengan KTP
yang sudah habis masa berlakunya atau KTP luar Bali dianjurkan untuk
menggunakan pendaftaran umum dengan membayar uang registrasi dan untuk
masalah nama atau identitas yang lain yang dibuat keliru pada formulir registrasi
pasien dapat diperbaiki saat melakukan pemeriksaan atau pada hasil pemeriksaan.
Sedangkan untuk pasien yang tidak mengerti tentang persyaratan dalam
menggunakan layanan JKBM, diberikan informasi tentang persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menggunakan layanan tersebut.
21
2. Apotek
a. Tujuan
1) Menerima resep dokter dari pasien.
2) Memberikan obat kepada pasien sesuai dengan resep dari dokter.
3) Menyampaikan informasi kepada pasien cara pemakaian obat tersebut.
b. Sasaran
Pasien dengan resep dari dokter atau bidan Puskesmas II Denpasar
Selatan.
c. Waktu dan pelaksanaan
Kegiatan di apotek dilakukan pada hari Senin-Kamis pukul 08.0012.00
WITA dan Jumat pukul 08.00-10.30 dari tanggal 22-25 April 2013. Pelaksanaan
kegiatan di apotek diikuti oleh 6 orang mahasiswa Poltekkes Denpasar Jurusan
Analis Kesehatan yang dilakukan secara bergantian yaitu satu orang per harinya.
d. Alur kerja
1) Resep diterima oleh petugas apotek dan pasien diberikan nomor antrian.
2) Dilakukan verifikasi resep.
3) Obat disiapkan sesuai dosis dan dilihat apakah obat tersebut merupakan obat
jadi atau obat racikan.
4) Dilakukan penulisan etiket dan pengemasan.
5) Dilakukan pemeriksaan akhir terhadap obat yang akan diberikan kepada
pasien.
6) Dijelaskan kepada pasien tentang aturan pakai obat tersebut.
e. Hasil
22
Selama melakukan kegiatan PKMD di Puskesmas II Denpasar Selatan,
dalam satu hari apotek memberikan obat sebanyak 120 pasien. Obat yang
diberikan berupa tablet, puyer, dan sirup.
f. Permasalahan
Permasalahan yang ditemui di apotek yaitu pada saat akan membuat puyer
mortar dan stampler atau blender tidak dicuci setelah digunakan sebelumnya
sehingga puyer yang diberikan dapat saja bercampur dengan sisa puyer dari pasien
sebelumnya. Selain itu, jumlah puyer yang dibagikan ke dalam masing-masing
bungkus pada saat pembagian puyer, tidak rata jumlahnya antara satu dengan
yang lainnya.
g. Pembahasan dan pemecahan masalah
Apotek adalah bagian terakhir yang dikunjungi pasien yang merupakan
tempat menyediakan obat untuk pasien sesuai dengan petunjuk pada resep yang
diberikan oleh dokter atau bidan. Terdapat beberapa jenis obat yang diberikan
kepada pasien yaitu berupa tablet, puyer, dan sirup. Jenis-jenis obat yang
diberikan kepada pasien disesuaikan dengan resep yang diberikan oleh dokter atau
bidan. Misalnya untuk pasien bayi dan anak-anak diberikan obat dalam bentuk
puyer. Hal tersebut dilakukan agar pasien bayi dan anak-anak lebih mudah dalam
mengkonsumsi obat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat bekerja di apotek adalah pada
saat membaca resep dokter atau bidan. Obat yang akan diberikan dan penulisan
aturan pemakaian pada klip obat harus sesuai dengan resep dokter. Aturan
pemakaian obat harus disampaikan dengan benar dan jelas agar pasien tidak salah
23
dalam mengonsumsi obat. Selain itu pada saat pembuatan puyer, hendaknya
kebersihan alat-alat yang digunakan harus diperhatikan untuk menghindari
tercampurnya puyer pasien dengan sisa puyer sebelumnya. Untuk itu, mortar dan
stamper atau blender yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dari
sisa-sisa puyer sebelumnya. Selain itu, sebaiknya disediakan dua mortar dan
stamper serta blender sehingga selama membersihkan alat masih tersedia alat
cadangan yang dapat digunakan untuk mempercepat pelayanan. Pada saat
membagikan puyer ke dalam bungkus hendaknya takaran untuk setiap bungkus
harus diperhatikan agar jumlah puyer antara bungkus yang satu dan yang lainnya
sama.
3. Puskesmas Pembantu Sanur Kaja
a. Loket pendaftaran
1) Tujuan
a) Sebagai tahap awal dalam pelayanan di Puskesmas untuk mendata identitas
pasien dalam proses registrasi.
b) Untuk memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang
pelayanan di Puskesmas II Denpasar Selatan.
2) Sasaran
Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Pembantu Sanur Kaja.
3) Waktu dan pelaksanaan
Kegiatan di Puskeas Pembantu Sanur Kaja dilakukan pada hari Senin-
Kamis pukul 08.00-12.00 WITA, Jumat pukul 08.00-10.30, dan Sabtu pukul
08.00-11.30 dari tanggal 9-19 April 2013. Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas
24
embant Sanur Kaja diikuti oleh 6 orang mahasiswa Poltekkes Denpasar Jurusan
Analis Kesehatan yang dilakukan secara bergantian yaitu dua orang per harinya.
4) Alur kerja
a) Pasien datang menuju loket untuk mendaftar
b) Petugas melakukan registrasi terhadap identitas pasien seperti tanda pengenal
yang akan digunakan (KTP, KK, ASKES, JAMPERSAL, dan UMUM) yang
meliputi nama, umur, dan alamat. Selain itu petugas juga menanyakan
keluhan yang dialami oleh pasien.
c) Untuk pasien umum (tidak menggunakan tanda pengenal) diminta untuk
membayar biaya pendaftaran. Pasien ASKES tidak melakukan pembayaran.
Pasien dengan tanda pengenal KTP, KK, dan JAMPERSAL tidak membayar
biaya pendaftaran hanya meminta pengesahan dari petugas.
d) Pasien menuju poli umum atau poli KB. Untuk pasien dengan keluhan sakit
yang umum dipersilakan menuju poli umum dan pasien yang akan melakukan
pemeriksaan kehamilan dan KB menuju poli KIA/KB.
e) Setelah dari poliklinik, pasien akan diberikan resep oleh bidan atau perawat.
Selanjutnya pasien akan diberikan obat .
f) Pasien kembali pulang.
5) Hasil
a) Terdapat satu loket pendaftaran.
b) Selama PKMD yang dilaksanakan di loket pendaftaran Puskesmas Pembantu
Sanur Kaja dari tanggal 9 April 2013 sampai 19 April 2013, didapatkan total
25
kunjungan sebanyak 137 pasien dengan layanan JKBM sebanyak 77 dan
layanan non JKBM sebanyak 60 pasien.
6) Permasalahan
Masalah yang ditemui di loket yaitu :
a) Identitas pasien kurang jelas.
b) Masa berlaku KTP telah habis atau menggunakan KTP luar wilayah Bali.
c) Pasien tidak mengetahui tentang persyaratan yang harus dipenuhi untuk
menggunakan layanan JKBM.
7) Pembahasan dan pemecahan masalah
Loket merupakan tempat yang penting untuk menjalankan pelayanan
kesehatan, karena loket adalah bagian awal dari pelayanan di Puskesmas yang
berfungsi untuk registrasi pasien sebelum menuju ke tempat-tempat pemeriksaan
seperti poli umum dan poli KIA/KB. Data yang dicatat pada formulir pasien
seperti no registrasi, tanggal, nama pasien, umur, alamat, dan keluhan dicatat juga
pada buku registrasi pasien sesuai dengan loket penerimaan pasien dan buku
rekam medik pasien. Menanyakan keluhan utamanya berguna dalam memudahkan
untuk mengarahkan pasien ke poliklinik yang sesuai.
Beberapa masalah yang dihadapi dapat diatasi seperti pasien dengan KTP
yang sudah habis masa berlakunya atau KTP luar Bali dianjurkan untuk
menggunakan pendaftaran umum dengan membayar uang registrasi dan untuk
masalah nama atau identitas yang lain yang dibuat keliru pada formulir registrasi
pasien dapat diperbaiki saat melakukan pemeriksaan atau pada hasil pemeriksaan.
Sedangkan untuk pasien yang tidak mengerti tentang persyaratan dalam
26
menggunakan layanan JKBM, diberikan informasi tentang persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menggunakan layanan tersebut.
b. Poli umum
1) Tujuan
a) Untuk melakukan diagnosa penyakit yang diderita pasien.
b) Untuk memberikan obat yang sesuai dengan penyakit yang diderita oleh
pasien.
2) Sasaran
Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Pembantu Sanur Kaja.
3) Waktu dan pelaksanaan
Kegiatan di poli umum dilakukan pada hari Senin-Kamis pukul 08.00-
12.00 WITA, Jumat pukul 08.00-10.30, dan Sabtu pukul 08.00-11.30 dari tanggal
9-19 April 2013. Pelaksanaan kegiatan di loket diikuti oleh 6 orang mahasiswa
Poltekkes Denpasar Jurusan Analis Kesehatan yang dilakukan secara bergantian
yaitu satu orang per harinya.
4) Alur kerja
a) Dilakukan anamnesa terhadap pasien.
b) Untuk pasien bayi dan anak-anak, dilakukan penimbangan berat badan
sedangkan untuk pasien dewasa dilakukan pengukuran tekanan darah.
c) Dilakukan pemeriksaan fisik.
d) Pasien diberikan obat sesuai dengan keluhan yang dialami.
5) Hasil
27
Rata-rata kunjungan poli umum perhari sekitar 10 pasien. Contoh hasil
pemeriksaan di Poli Umum Puskesmas Pembantu Sanur Kaja:
Tanggal : 14 April 2013
Nama : Nyoman Dani
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa : Gatal
Pengobatan : CTM
6) Permasalahan
Permasalahan yang ditemui di poli umum yaitu ketersediaan obat yang
terbatas. Selain itu, pada saat akan membuat puyer mortar dan stampler atau
blender tidak dicuci setelah digunakan sebelumnya sehingg puyer yang diberikan
dapat saja bercampur dengan sisa puyer dari pasien sebelumnya dan jumlah puyer
yang dibagikan ke dalam masing-masing bungkus pada saat pembagian puyer,
tidak rata jumlahnya antara satu dengan yang lainnya.
7) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pada saat pelaksanaan PKMD di poli umum Puskesmas Pembantu Sanur
Kaja mahasiswa hanya melakukan penimbangan berat badan pasien bayi dan
anak-anak serta menyiapkan obat yang akan diberikan kepada pasien.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada di poli umum Puskesmas
Pembantu Sanur Kaja sebaiknya ketersediaan stok obat harus lebih diperhatikan
agar tidak terjadi kekurangan atau kehabisan obat yang akan diberikan kepada
pasien untuk pengobatan. Selain itu pada saat pembuatan puyer, hendaknya
28
kebersihan alat-alat yang digunakan harus diperhatikan untuk menghindari
tercampurnya puyer pasien dengan sisa puyer sebelumnya. Untuk itu, mortar dan
stamper atau blender yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dari
sisa-sisa puyer sebelumnya. Selain itu, sebaiknya disediakan dua mortar dan
stamper serta blender sehingga selama membersihkan alat masih tersedia alat
cadangan yang dapat digunakan untuk mempercepat pelayanan. Pada saat
membagikan puyer ke dalam bungkus hendaknya takaran untuk setiap bungkus
harus diperhatikan agar jumlah puyer antara bungkus yang satu dan yang lainnya
sama.
c. Poli KIA/KB
1) Tujuan
a) Untuk memberikan bantuan kesehatan kepada ibu hamil, ibu pasca
melahirkan, dan KB.
b) Untuk memberikan imunisasi pada balita.
2) Sasaran
Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Pembantu Sanur Kaja.
3) Waktu dan pelaksanaan
Kegiatan di poli umum dilakukan pada hari Senin-Kamis pukul 08.00-
12.00 WITA, Jumat pukul 08.00-10.30, dan Sabtu pukul 08.00-11.30 dari tanggal
9-19 April 2013. Pelaksanaan kegiatan di loket diikuti oleh 6 orang mahasiswa
Poltekkes Denpasar Jurusan Analis Kesehatan yang dilakukan secara bergantian
yaitu satu orang per harinya.
29
4) Alur kerja
a) Pasien ditimbang berat badannya dan dilakukan pengukur tekanan darah.
b) Dilakukan pemeriksaan kehamilan untuk ibu hamil. Dilakukan pemeriksan
KB untuk pasien yang ingin melakukan KB, jenis KB disesuaikan dengan
permintaan pasien. Dilakukan imunisasi untuk pasien balita.
c) Pasien diberikan obat bila perlu.
5) Hasil
Rata-rata kunjungan poli umum perhari sekitar 7 pasien.
6) Permasalahan
Permasalahan yag ditemui di poli KIA/KB :
a) Pasien yang ingin KB tidak mau dan takut untuk menggunakan KB IUD
sehingga pasien lebih memilih menggunakan KB suntik.
b) Ibu hamil yang ingin memeriksakan kehamilan tidak membawa buku
kesehatan ibu dan anak.
c) Waktu pemeriksaan kandungan dan imunisasi terkadang pasien tidak
mengikuti jadwal yang ditetapkan oleh petugas Puskesmas.
d) Kartu peserta KB yang dimiliki pasien hilang atau rusak.
e) Pasien yang ingin KB tidak membawa kartu peserta KB.
7) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pada saat pelaksanaan PKMD di poli KIA/KB Puskesmas Pembantu Sanur
Kaja mahasiswa hanya melakukan penimbangan berat badan pasien balita dan
dewasa serta melakukan pengukuran tekanan darah bagi pasien dewasa. Selain itu,
30
mahasiswa juga melakukan pemeriksaan laboratorium terhada ibu hamil berupa
pemeriksaan hemoglobin dengan metode Sahli.
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi seperti pasien yang takut
untuk menggunakan KB IUD dan memilih KB suntik, sebaiknya petugas
memberikan informasi tentang KB IUD agar pasien tidak takut dan mau
menggunakan KB IUD. Untuk ibu hamil yang ingin memeriksakan kehamilan
tetapi tidak membawa buku kesehatan ibu dan anak, sebaiknya petugas
mengingatkan ibu hamil agar membawa buku tersebut setiap kali akan
memeriksakan diri dan anaknya. Pasien yang tidak mengikuti jadwal
pemerikssaan kandungan dan imunisasi sesuai dengan jadwal yang ditetapkan
petugas sebaiknya diberikan informasi tentang jadwal pemeriksaan kandungan
dan imunisasi. Sedangkan untuk pasien yang ingin KB tetapi tidak membawa
kartu KB, pasien disarankan untuk datang keesokan harinya dengan membawa
kartu KB. Apabila kartu peserta KB tersebut hilang, pasien dibuatkan kartu
peserta KB yang baru oleh petugas.
4. Laboratorium
a. Penerimaan dan pemeriksaan sampel laboratorium
1) Tujuan
Untuk dapat melakukan penerimaan spesimen, pencatatan, perincian
biaya, dan dilakukan pemeriksaan.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
31
3) Uraian umum
- Sampel yang diterima dalam keadaan baik dan memenuhi syarat.
- Pasien harus dalam keadaan memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan.
- Sampel maupun pasien yang diterima dari unit layanan harus dilengkapi
dengan form permintaan pemeriksaan laboratorium dari dokter/paramedis
yang berisi identitas dan macam pemeriksaan.
- Pasien yang ingin melakukan pemeriksaan laboratorium langsung dari
layanan pendaftaran harus dilengkapi dengan buku RKPK (Rekam Kesehatan
Pribadi Keluarga).
4) Alat dan bahan
a) Alat
- Form permintaan pemeriksaan laboratorium
- Buku RKPK
b) Bahan
- Sampel darah
- Sampel urine
- Sampel tinja
- Secret vagina/uretra
- Sputum
5) Prosedur kerja
a) Sampel maupun pasien diterima beserta form permintaan pemeriksaan
laboratorium dari dokter/paramedis. Pada pasien tanpa surat pengantar dapat
dibuatkan form pemeriksaan atas permintaan sendiri.
32
b) Pada pasien yang ingin melakukan pemeriksaan laboratorium langsung maka
petugas laboratorium harus mencatat permintaan pemeriksaan dan hasilnya
pada buku RKPK.
c) Form permintaan pemeriksaan dibaca dan dilakukan verifikasi.
d) Diberikan nomor urut register pemeriksaan pada form permintaan
pemeriksaan laboratorium.
e) Diambil sampel pemeriksaan (darah, urine, tinja, dan lain-lain).
f) Pasien/keluarga pasien diminta untuk menyelesaikan pembayaran biaya
pemeriksaan.
g) Pasien dipersilakan menunggu hasil sesuai waktu yang ditentukan.
h) Dicatat semua keterangan yang ada pada blangko permintaan pemeriksaan
dalam buku register pemeriksaan laboratorium.
i) Dilakukan pemeriksaan sesuai permintaan dan prosedur pemeriksaan.
j) Dibaca hasil pemeriksaan laboratorium sesuai prosedur.
k) Dicatat hasil pemeriksaan pada buku register pemeriksaan laboratorium dan
buku RKPK bila diperlukan dilakukan pencetakan lembar hasil pemeriksaan
laboratorium.
l) Pasien/keluarga pasien diminta tanda tangan pada buku bukti pengambilan
hasil sebagai bukti hasil pemeriksaan laboratorium telah diberikan.
6) Hasil
Tabel 3Jumlah Penerimaan Sampel Laboratorium
No. Hari, Tanggal Jumlah Penerimaan Pasien
1 Senin, 8 April 2013 10
2 Selasa, 9 April 2013 9
33
1 2 3
3 Rabu, 10 April 2013 16
4 Kamis, 11 April 2013 13
5 Jumat, 12 April 2013 12
6 Sabtu, 13 April 2013 4
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 19
9 Selasa, 16 April 2013 12
10 Rabu, 17 April 2013 11
11 Kamis, 18 April 2013 16
12 Jumat, 19 April 2013 8
13 Sabtu, 20 April 2013 14
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 4
16 Selasa, 23 April 2013 6
17 Rabu, 24 April 2013 7
18 Kamis, 25 April 2013 7
19 Jumat, 26 April 2013 10
Total 178
Sumber: Data primer
7) Permasalahan
Tidak ditemukan permasalahan dalam melakukan pengumpulan sampel.
8) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pada pemeriksaan laboratorium di Puskesmas II Denpasar Selatan,
pemeriksaan dilakukan saat pasien membawa form permintaan pemeriksaan
laboratorium. Jika dapat dilayani maka pemeriksaan dimasukkan ke register dan
membuat rincian nota pembayaran dan dilakukan pengambilan sampel.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sampel dan pembacaan hasil. Setelah hasil
dibaca, selanjutnya dilakukan penyerahan hasil kepada pasien.
34
b. Pengambilan darah vena
1) Tujuan
Untuk mendapatkan sampel darah vena yang berkualitas.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode yang digunakan yaitu venipuncture.
4) Prinsip
Darah diambil dengan menusuk pembuluh darah vena dan dihisap
menggunakan syringe untuk dipergunakan pada berbagai macam pemeriksaan.
5) Dasar teori
Phlebotomi adalah memperoleh sampel darah untuk pemeriksaan yang
dibutuhkan, dengan memperhatikan pencegahan interferensi pre analisis,
memasukkannya ke dalam tabung yang benar, memperhatikan keselamatan
(safety), dan dengan sesedikit mungkin menimbulkan ketidaknyamanan pada
pasien. Pengambilan sampel darah saat ini sudah sangat maju. Tidak hanya
menggunakan jarum suntik, namun sekarang telah ditemukan tabung khusus yang
bersifat vacum, yang dapat mengambil darah sesuai dengan volume tabung. Selain
itu, alat ini juga memperkecil rasa sakit dan nyeri yang ditimbulkan akibat
penusukkan. Tetapi ada saatnya pula pengambilan darah mengunakan jarum
suntik. Hal ini tergantung pemeriksaan yang dibutuhkan. Pada bayi dan anak-anak
35
dibutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, karena pada bayi dan anak-anak
venanya masih tidak stabil (Labkes, 2011).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Syringe disposable
- Kapas alkohol 70%
- Torniquet
- Tabung reaksi/tabung vakum
- Kapas kering
- Plester
- Label
- Spidol
- Tabung vakum EDTA
b) Bahan
- Spesimen darah vena
7) Prosedur kerja
a) Disiapkan peralatan sampling seperti tabung vacum atau tabung vacum EDTA
sesuai keperluan, kapas alkohol, torniquet, kapas kering, syringe, dan plester.
b) Diberi label wadah yang berisis identitas pasien dan nomer register.
c) Diletakkan lengan pasien lurus dengan telapak tangan menghadap ke atas.
d) Lengan atas diikat dengan torniquet jangan lebih dari 1 menit.
e) Pasien diminta mengepal (bila mampu).
f) Desinfeksi pada daerah vena yang akan ditusuk dilakukan dengan kapas
alkohol 70%, dan dibiarkan kering.
36
g) Jarum syringe ditusukkan pada vena dengan sudut 15 – 30 derajat dan dihisap
dengan menarik perlahan-lahan, sementara itu pasien membuka kepalan
tangan.
h) Dilepaskan torniquet setelah mendapat sejumlah darah yang dikehendaki.
i) Diletakkan kapas alkohol pada tempat tusukkan dan jarum ditarik keluar.
j) Dibiarkan posisi tangan mendatar dan dipasang plester kapas untuk beberapa
saat.
k) Dilepaskan jarum pada syringe dan darah ditampung pada wadah dengan cara
melalui dinding tabung. Bila menggunakan antikoagulan (EDTA) segera
dikocok pelan agar tercampur sempurna.
8) Hasil
Tabel 4Jumlah Pengambilan Sampel Darah Vena
No. Hari, Tanggal Jumlah Pengambilan Sampel
1 Senin, 8 April 2013 5
2 Selasa, 9 April 2013 4
3 Rabu, 10 April 2013 8
4 Kamis, 11 April 2013 5
5 Jumat, 12 April 2013 1
6 Sabtu, 13 April 2013 -
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 4
9 Selasa, 16 April 2013 2
10 Rabu, 17 April 2013 1
11 Kamis, 18 April 2013 4
1 2 3
12 Jumat, 19 April 2013 1
13 Sabtu, 20 April 2013 5
37
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 2
16 Selasa, 23 April 2013 3
17 Rabu, 24 April 2013 1
18 Kamis, 25 April 2013 4
19 Jumat, 26 April 2013 2
Total 52
Sumber: Data primer
Contoh hasil pengamatan untuk pengambilan darah vena pada pasien :
Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2013
Nama : Dian Ekawati
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pemeriksaan : Hb Sahli, TPHA, VDRL, HIV, reduksi urine dan protein urine.
Hasil :Diambil sampel darah sebanyak ± 2 cc sesuai keperluan
pemeriksaan. Pengambilan sampel darah vena dilakukan dengan menggunakan
spuit dan berhasil dilakukan. Sampel darah vena pasien selanjutnya digunakan
untuk pemeriksaan laboratorium sesuai dengan permintaan.
9) Permasalahan
Selama melakukan sampling darah vena, kendala yang biasa ditemui
adalah menentukan area venipuncture. Terutama pada pasien yang gemuk, lokasi
vena cenderung lebih sulit ditemukan dan tidak teraba.
Pada pengambilan darah vena yang dilakukan di Puskesmas II Denpasar
Selatan, digunakan spuit dispossable dan sampel darah vena yang diperoleh
langsung digunakan untuk pemeriksaan tanpa dipindahkan terlebih dahulu ke
dalam tabung vakum yang bertujuan untuk menghindari kontaminasi atau risiko
38
terinfeksi oleh sampel yang infeksius serta untuk efisiensi waktu. Hal ini
menyebabkan sampel darah akan cepat membeku apabila pemeriksaan ditunda.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pengambilan darah vena di Puskesmas II Denpasar Selatan dilakukan
dengan menggunakan spuit dan sampel yang diperoleh segera digunakan untuk
pemeriksaan agar darah tidak cepat membeku. Berdasarkan pengamatan di lokasi,
jenis pemeriksaan yang paling sering diminta dan menggunakan sampel darah
vena, antara lain pemeriksaan Hb untuk ibu hamil, sifilis, dan VCT. Pemeriksaan
lainnya seperti pemeriksaan widal dan campak juga menggunakan sampel darah
vena namun lebih jarang terdapat permintaan untuk pemeriksaan tersebut. Selama
pelaksanaan kegiatan PKMD di Puskesmas II Denpasar Selatan jumlah
pengambilan sampel darah vena yang dilakukan yaitu sebanyak 52.
Supaya pengambilan darah vena dapat dilakukan dengan baik dan mudah,
maka sebaiknya dilakukan palpasi pada area venipuncture agar vena terlihat lebih
jelas. Jika vena tidak teraba dilakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau dikompres hangat selama 5 menit pada daerah siku.
Penggunaan spuit dispossable dalam pengambilan sampel darah vena,
dimana sampel yang diperoleh langsung digunakan untuk pemeriksaan tanpa
dipindahkan terlebih dahulu ke dalam tabung vakum dapat menyebabkan sampel
darah akan cepat membeku apabila pemeriksaan ditunda terlalu lama. Untuk itu
sebelum bekerja alat dan bahan harus dipersiapkan terlebih dahulu dan diperlukan
kesigapan analis dalam bekerja agar darah tidak cepat membeku, namun juga
harus tetap dilakukan secara hati-hati dan memperhatikan keselamatan dalam
bekerja mengingat sampel yang dikerjakan merupakan bahan yang bersifat
39
infeksius. Supaya keselamatan dan kesehatan kerja dari analis tetap terjamin,
maka selalu dilengkapi dengan penggunaan alat pelindung diri (APD).
c. Pengambilan darah kapiler
1) Tujuan
Untuk mendapatkan bahan darah dalam jumlah sedikit (sampel darah
kapiler).
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode skinpuncture yaitu pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit.
4) Prinsip
Permukaan kulit pada lokasi pengambilan darah kapiler didesinfeksi,
kemudian dilakukan penusukkan dengan lancet steril sehingga diperoleh sampel
darah kapiler yang dibutuhkan untuk pemeriksaan.
5) Dasar teori
Pengambilan darah kapiler dilakukan bila jumlah darah yang dibutuhkan
hanya sedikit, misalnya untuk pemeriksaan kadar hemoglobin, hitung jumlah sel
darah.Tempat yang dipilih untuk pengambilan darah kapiler adalah ujung jari 2,3
dan 4 atau cuping telinga. Pada anak atau bayi bisa diambil pada jari kaki dan
tumit.Sebelum melakukan penusukan pada kulit, perlu diperhatikan dengan
seksama keadaan setempat: apakah ada peradangan, dermatitis atau penyakit kulit,
40
atau sembab (edema). Alat yang dipakai untuk menusuk adalah hemolitik atau
lanset. Alat ini harus tajam dan steril, sebaiknya dipakai alat yang dispossable
(setelah dipakai harus dibuang ke tempat sampah) (Candra,2012).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Tempat menampung darah (tabung reaksi/objek glass)
- Lancet steril
- Kapas alkohol 70%
- Kapas kering/tissue
b) Bahan
- Spesimen darah
7) Prosedur kerja
a) Disiapkan peralatan sampling, seperti wadah yang bersih, kapas beralkohol,
lancet dan kapas kering.
b) Dilakukan tekanan pada bagian yang akan ditusuk. Jari tumit kaki untuk bayi
dan anak kecil.
c) Didesinfeksi dengan kapas beralkohol 70%.
d) Ditusuk daerah yang dipilih dengan lancet steril sedalam ± 3 mm (pada bayi
tidak boleh lebih 2,5 mm).
e) Dihapus darah pertama dengan kapas kering/tissue kemudian tetesan
berikutnya dapat dipergunakan untuk pemeriksaan tertentu.
f) Ditutup bekas luka dengan kapas beralkohol yang sudah diperas.
8) Hasil
41
Tabel 5Jumlah Pengambilan Sampel Darah Kapiler
No. Hari, Tanggal Jumlah Pengambilan Sampel
1 Senin, 8 April 2013 1
2 Selasa, 9 April 2013 4
3 Rabu, 10 April 2013 3
4 Kamis, 11 April 2013 3
5 Jumat, 12 April 2013 7
6 Sabtu, 13 April 2013 2
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 3
9 Selasa, 16 April 2013 7
10 Rabu, 17 April 2013 7
11 Kamis, 18 April 2013 7
12 Jumat, 19 April 2013 2
13 Sabtu, 20 April 2013 4
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 -
16 Selasa, 23 April 2013 -
17 Rabu, 24 April 2013 5
18 Kamis, 25 April 2013 1
19 Jumat, 26 April 2013 5
Total 61
Sumber: Data primer
Contoh hasil pengamatan untuk pengambilan darah vena pada pasien :
Hari, tanggal : Rabu, 17 April 2013
Nama : I. A. Putu Ariningsih
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pemeriksaan : Pemeriksaan glukosa darah puasa, asam urat, dan kolesterol
42
Hasil : Pengambilan sampel darah kapiler pada ujung jari pasien berhasil
dilakukan dan digunakan untuk pemeriksaan sesuai dengan permintaan.
9) Permasalahan
Kendala yang sering dialami pada pengambilan darah kapiler yaitu dalam
penusukkan yang kurang dalam sehingga darah tidak keluar setelah ditusuk
dengan lancet.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pengambilan sampel darah kapiler di Puskesmas II Denpasar Selatan
dilakukan dengan menggunakan lancet steril, dan sering dilakukan pada
pemeriksaan glukosa darah, asam urat dan kolesterol dengan alat otomatis
menggunakan reagen kering serta pemeriksaan golongan darah. Jumlah
pengambilan sampel darah kapiler yang dilakukan selama pelaksanaan PKMD di
laboratorium Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu sebanyak 61.
Untuk menghindari darah tidak keluar setelah ditusuk dengan lancet, maka
dalam pengambilan darah kapiler, misalnya pada ujung jari, sebelum pengambilan
dilakukan pengurutan pada jari agar darah terkumpul pada bagian yang akan
ditusuk, kemudian jari agak ditekan dan saat melakukan penusukkan lancet juga
agak ditekan, sehingga darah kapiler dapat keluar. Selain itu dapat pula dilakukan
pengaturan kedalaman penusukkan pada blood lancet untuk kulit pada ujung jari
pasien yang lebih tebal.
d. Pemeriksaan gula darah (dengan reagen kering)
1) Tujuan
Untuk mengukur kadar gula dalam darah.
43
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode automatic dengan strip test menggunakan alat Blood Glucose
Meter.
4) Prinsip
Tes strip memiliki sistem reagen kimia yang bekerja dengan alat blood
glukose meter. Secara bersama-sama mengukur konsentrasi glukosa dalam whole
blood. Darah ditambahkan pada ujung strip tes. Kemudian darah secara otomatis
diserap melalui reaksi sel. Disinilah dimana reaksi terjadi. Sebuah hantaran arus
listrik dibentuk selama reaksi. Konsentrasi glukosa darah dihitung berdasarkan
arus listrik yang terdeteksi oleh alat dan hasilnya ditampilkan pada layar.
5) Dasar teori
Alat pemeriksaan glukosa darah dengan menggunakan metode stick adalah
alat pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat dipergunakan untuk
mengukur kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk screening
pemeriksaan kadar glukosa darah. Sampel dapat dipergunakan darah segar kapiler
atau darah vena, tidak dapat menggunakan sampel berupa plasma atau serum
darah (Dinika, 2012).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Alat pengukur gula darah (Blood Glucosa Meter)
44
- Lancet steril
- Pegangan lancet (Blood Lancet Device)
b) Bahan
- Darah vena atau kapiler
- Reagen kering (Blood glucose test strip)
- Kapas alkohol 70 %
- Kapas kering
7) Prosedur kerja
a) Dibersihkan ujung jari yang akan diperiksa dengan kapas alkohol 70 % dan
dibiarkan hingga kering.
b) Ditusukkan lancet pada daerah tersebut dan dihapus darah pertama yang
keluar dengan kapas kering.
c) Dipasang test strip pada alat pemeriksaan glukosa (Blood Glucosa Meter)
d) Ditunggu muncul tanda tetesan darah dan no. kode strip pada layar.
e) Disentuhkan darah pada test strip sehingga darah terhisap penuh pada test
strip.
f) Ditunggu hasil keluar pada layar dan dicatat hasil dalam mg/dl.
Harga normal :
Glukosa puasa : 70 – 115 mg/dl
Glukosa 2JPP : Max 140 mg/dl
Glukosa sewaktu : Max 145 mg/dl
8) Hasil
Tabel 6Jumlah Pemeriksaan Glukosa Darah
45
No. Hari, TanggalJumlah
PemeriksaanHasil
1 Senin, 8 April 2013 1 Kadar glukosa normal : -
Kadar glukosa tinggi : 1
2 Selasa, 9 April 2013 4 Kadar glukosa normal : 1
Kadar glukosa tinggi : 3
3 Rabu, 10 April 2013 3 Kadar glukosa normal : 1
Kadar glukosa tinggi : 3
4 Kamis, 11 April 2013 3 Kadar glukosa normal : 3
Kadar glukosa tinggi : -
5 Jumat, 12 April 2013 7 Kadar glukosa normal : 4
Kadar glukosa tinggi : 3
6 Sabtu, 13 April 2013 2 Kadar glukosa normal : 1
Kadar glukosa tinggi : 1
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 3 Kadar glukosa normal : 2
Kadar glukosa tinggi : 1
9 Selasa, 16 April 2013 7 Kadar glukosa normal : 5
Kadar glukosa tinggi : 2
10 Rabu, 17 April 2013 7 Kadar glukosa normal : 4
Kadar glukosa tinggi : 3
11 Kamis, 18 April 2013 7 Kadar glukosa normal : -
Kadar glukosa tinggi : 7
12 Jumat, 19 April 2013 2 Kadar glukosa normal : -
Kadar glukosa tinggi : 2
13 Sabtu, 20 April 2013 4 Kadar glukosa normal : -
Kadar glukosa tinggi : 4
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 - Kadar glukosa normal : -
Kadar glukosa tinggi : -
16 Selasa, 23 April 2013 - Kadar glukosa normal : -
Kadar glukosa tinggi : -
46
17 Rabu, 24 April 2013 5 Kadar glukosa normal : 1
Kadar glukosa tinggi : 4
18 Kamis, 25 April 2013 1 Kadar glukosa normal : -
Kadar glukosa tinggi : 1
19 Jumat, 26 April 2013 2 Kadar glukosa normal : 1
Kadar glukosa tinggi : 1
Total58
pemeriksaan
Kadar glukosa normal : 23
Kadar glukosa tinggi : 35
Sumber: Data primer
Contoh hasil pemeriksaan glukosa darah pada pasien :
Hari, tanggal : Jumat, 26 April 2013
Nama : Wayan Lanang
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hasil : Glukosa darah puasa 198 mg/dl
Berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa pada pasien tersebut,
menunjukkan bahwa kadar gula darah pasien termasuk tinggi karena melebihi
nilai normal untuk glukosa darah puasa.
9) Permasalahan
Permasalahan yang sering terjadi pada pemeriksaan glukosa darah dengan
reagen kering secara otomatis ini yaitu adanya error pada alat. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya volume darah yang terserap pada alat.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan gula/glukosa darah di Puskesmas II Denpasar Selatan
dilakukan dengan menggunakan alat glukosa meter dengan reagen kering. Adapun
jenis pemeriksaan glukosa darah yang sering dilakukan, antara lain pemeriksaan
47
glukosa darah sewaktu, pemeriksaan glukosa darah puasa, dan pemeriksaan
glukosa darah 2 JPP menggunakan sampel darah kapiler. Berdasarkan
pengamatan di lokasi selama pelaksanaan PKMD, sebagian besar pasien yang
melakukan pemeriksaan glukosa darah merupakan golongan lansia. Jumlah
pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan selama pelaksanaan PKMD yaitu 58
pemeriksaan dengan hasil pemeriksaan yang diperoleh, antara lain kadar glukosa
darah normal sebanyak 23 pemeriksaan dan kadar glukosa darah yang tinggi
sebanyak 35 pemeriksaan.
Untuk menghindari terjadinya error pada alat, maka, kedalaman
penusukkan saat pengambilan sampel darah kapiler harus diatur sedemikian rupa,
dan pada saat penusukkan ujung jari agak ditekan sehingga volume darah kapiler
yang keluar cukup untuk pemeriksaan.
e. Pemeriksaan kolesterol (dengan reagen kering)
1) Tujuan
Untuk megukur kadar kolesterol dalam darah.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode automatic dengan reagen kering.
4) Prinsip
Tes strip memiliki sistem reagen kimia yang bekerja dengan alat
automatic. Darah ditambahkan pada ujung strip tes (reagen kering). Kemudian
48
darah secara otomatis diserap melalui reaksi sel. Disinilah dimana reaksi terjadi.
Sebuah hantaran arus listrik dibentuk selama reaksi. Hasil konsentrasi kolesterol
ditampilkan pada layar.
5) Dasar teori
Kolesterol merupakan komponen structural membrane sel dan merupakan
senyawa induk dari hormon steroid, vitamin D3, dan garam empedu. Pemeriksaan
atau uji kolesterol, sering juga disebut panel lipid atau profil lipid, adalah uji
untuk menentukan kadar kolesterol atau lipid di dalam darah. Uji ini berguna
untuk menentukan tingkat risiko serangan jantung (Staf Pengajar Departemen
Farmakologi FK UNSRI).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Alat pengukur cholesterol dalam darah
- Lancet steril
- Pegangan lancet (Lancet Device)
b) Bahan
- Darah vena atau kapiler
- Reagen kering kolesterol dalam darah (tes strip)
- Kapas alkohol 70%
- Kapas kering
7) Prosedur kerja
a) Dibersihkan ujung jari yang akan digunakan untuk pemeriksaan dengan kapas
alkohol 70%, dibiarkan kering.
49
b) Ditusuk lancet pada daerah tersebut.
c) Dihapus darah yang pertama keluara dengan kapas kering.
d) Dipasang test strip pada alat pengukur kolesterol darah.
e) Ditunggu muncul nomor strip pada layar dan tanda tetesan darah.
f) Disentuhkan darah yang keluar ke ujung test strip sehingga darah terhisap
penuh pada strip.
g) Ditunggu hasil keluar pada layar dan dicatat hasil dalam mg/dl.
Nilai normal : Max 200 mg/dl
8) Hasil
Tabel 7Jumlah Pemeriksaan Kolesterol
No. Hari, TanggalJumlah
PemeriksaanHasil
1 Kamis, 11 April 2013 1 Kadar kolesterol normal : -
Kadar kolesterol tinggi : 1
2 Rabu, 17 April 2013 1 Kadar kolesterol normal : 1
Kadar kolesterol tinggi : -
3 Rabu, 24 April 2013 2 Kadar kolesterol normal : 1
Kadar kolesterol tinggi : 1
Total 4Kadar kolesterol normal : 2
Kadar kolesterol tinggi : 2
Contoh hasil pemeriksaan kolesterol pada pasien :
Hari, tanggal : Kamis, 11 April 2013
Nama : Ketut Pariana
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hasil : 243 mg/dl
50
Berdasarkan hasil pemeriksaan kolesterol pada pasien tersebut dapat
diketahui bahwa kadar kolesterol dalam darah pasien termasuk tinggi karena
melebihi nilai normal untuk kolesterol yaitu lebih dari 200 mg/dl.
9) Permasalahan
Permasalahan yang sering terjadi pada pemeriksaan kolesterol darah
dengan reagen kering secara otomatis ini yaitu kurangnya volume darah yang
terserap pada alat.
Pemeriksaan kolesterol dengan reagen kering di Puskesmas II Denpasar
Selatan sering kali diminta bersamaan dengan pemeriksaan glukosa dan asam urat
dengan reagen kering. Karena pemeriksaan ini menggunakan alat yang sama
dengan pemeriksaan asam urat dan memakan waktu yang lebih lama, maka
pemeriksaan kolesterol dilakukan setelah diperoleh hasil pemeriksaan asam urat
dan selama menunggu hasil seringkali sampel darah kapiler pada pasien cepat
membeku sehingga pasien harus ditusuk sebanyak lebih dari satu kali untuk
diambil sampel kembali.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan kolesterol di Puskesmas II Densel dilakukan dengan
menggunakan alat otomatis dengan reagen kering. Sampel darah yang diambil
berupa darah kapiler, biasanya dari ujung jari pasien. Pemeriksaan kolesterol
dalam darah pasien dengan syarat telah puasa 8 – 10 jam dimana kolesterol dalam
darah dengan nilai normal maksimal 200 mg/dl. Jumlah pemeriksaan kolesterol
yang dilakukan selama pelaksanaan PKMD yaitu sebanyak 4 pemeriksaan dengan
hasil pemeriksaan kadar kolesterol normal sebanyak 2 pemeriksaan dan kadar
kolesterol tinggi sebanyak 2 pemeriksaan.
51
Untuk menghindari terjadinya error pada alat karena kurangnya volume
sampel darah kapiler maka, kedalaman penusukkan saat pengambilan sampel
darah kapiler harus diatur sedemikian rupa. Pada saat penusukkan ujung jari agak
ditekan sehingga volume darah kapiler yang keluar cukup untuk pemeriksaan.
Pada pemeriksaan kolesterol dengan reagen kering yang dilakukan
bersamaan dengan tes glukosa dan asam urat agar lebih efisien, maka peralatan
dipersiapkan terlebih dahulu dan reagen dipasang pada alat agar pengerjaan dapat
dilakukan dengan lebih cepat dan darah kapiler dari ujung jari pasien tidak segera
membeku untuk menghindari penusukkan lebih dari satu kali.
f. Pemeriksaan uric acid (dengan reagen kering)
1) Tujuan
Untuk mengukur kadar uric acid (asam urat) dalam darah.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode automatic dengan reagen kering.
4) Prinsip
Tes strip memiliki sistem reagen kimia yang bekerja dengan alat
automatic. Darah ditambahkan pada ujung strip tes (reagen kering). Kemudian
darah secara otomatis diserap melalui reaksi sel. Disinilah dimana reaksi terjadi.
Sebuah hantaran arus listrik dibentuk selama reaksi. Hasil konsentrasi asam urat
kemudian akan ditampilkan pada layar.
52
5) Dasar teori
Untuk mengetahui kadar Asam Urat dalam tubuh biasanya diperlukan
pemeriksaan darah. Karena Asam urat dihasilkan dari kerusakan alami sel tubuh,
juga dari makanan yang kita makan. Ginjal menyaring sebagian besar Asam Urat
dalam darah dan membuang kelebihan Asam Urat melalui air kencing. Beberapa
jumlah asam juga terdapat dalam tinja. Kadar asam urat tinggi dalam darah
menunjukkan bahwa ginjal tidak mampu mengeluarkan asam uart tersebut dari
darah atau jumlah asam yang dihasilkan oleh tubuh terlampau tinggi (Budianto,
2013).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Alat pengukur uric acid dalam darah
- Lancet steril
- Pegangan lancet (Lancet device)
b) Bahan
- Darah vena atau kapiler
- Reagen kering uric acid dalam darah (test strips)
- Kapas alkohol 70 %
- Kapas kering
7) Prosedur kerja
a) Dibersihkan ujung jari yang akan diperiksa dengan kapas alkohol 70 % dan
dibiarkan hingga kering.
53
b) Ditusukkan lancet pada daerah tersebut dan hapus darah pertama yang keluar
dengan kapas kering.
c) Dipasang test strip pada alat pemeriksaan uric acid dalam darah.
d) Ditunggu muncul tanda tetesan darah dan no. kode strip pada layar.
e) Disentuhkan darah pada test strip sehingga darah terhisap penuh pada test
strip.
f) Ditunggu hasil keluar pada layar dan dicatat hasil dalam mg/dl.
Nilai normal :
Perempuan : 2,4 – 5,7 mg/dl
Laki – laki : 3,4 – 7,0 mg/dl
8) Hasil
Tabel 8Jumlah Pemeriksaan Kadar Asam Urat
No. Hari, TanggalJumlah
PemeriksaanHasil
1 Kamis, 11 April 2013 1 Kadar asam urat normal : 1
Kadar asam urat tinggi : -
2 Jumat, 12 April 2013 1 Kadar asam urat normal : 1
Kadar asam urat tinggi : -
3 Rabu, 17 April 2013 1 Kadar asam urat normal : 1
Kadar asam urat tinggi : -
4 Jumat, 19 April 2013 1 Kadar asam urat normal : 1
Kadar asam urat tinggi : -
5 Rabu, 24 April 2013 2 Kadar asam urat normal : 2
Kadar asam urat tinggi : -
Total 6Kadar asam urat normal : 6
Kadar asam urat tinggi : -
Sumber: Data primer
54
Contoh hasil pemeriksaan asam urat pada pasien:
Hari, tanggal : Jumat, 12 April 2013
Nama : Susmini
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil : 4,1 mg/dl
Berdasarkan hasil pemeriksaan asam urat pada pasien dapat diketahui
bahwa kadar asam urat pasien normal karena masih berada pada rentang nilai
normal asam urat untuk perempuan yaitu antara 2,4 – 5,7 mg/dl.
9) Permasalahan
Permasalahan yang sering terjadi pada pemeriksaan asam urat darah
dengan reagen kering secara otomatis ini yaitu kurangnya volume darah yang
terserap pada alat sehingga menyebabkan eror dan pemeriksaan harus diulang
sehingga kurng efisien.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan asam urat di Puskesmas II Densel dilakukan dengan
menggunakan alat otomatis dengan reagen kering. Sampel darah yang diambil
berupa darah kapiler, biasanya dari ujung jari pasien. Pemeriksaan asam urat
dalam darah pasien dengan syarat telah puasa 8 – 10 jam dimana kolesterol.
Jumlah pemeriksaan asam urat yang dilakukan selama pelaksanaan PKMD yaitu
sebanyak 6 pemeriksaan, dengan keseluruhan pemeriksaan memperoleh kadar
asam urat yang termasuk dalam nilai normal.
Untuk menghindari terjadinya error pada alat karena kurangnya volume
sampel darah kapiler maka, kedalaman penusukkan saat pengambilan sampel
55
darah kapiler harus diatur sedemikian rupa. Pada saat penusukkan ujung jari agak
ditekan sehingga volume darah kapiler yang keluar cukup untuk pemeriksaan.
g. Pemeriksaan Hemoglobin Sahli
1) Tujuan
Untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode yang digunakan adalah metode Sahli.
4) Prinsip
Hemoglobin darah bereaksi dengan asam akan terbentuk asam hematin
yang berwarna kecoklatan lalu asam hematin ini diukur dengan membandingkan
warna yang terjadi dengan warna standar memakai mata biasa.
5) Dasar teori
Hemoglobin merupakan molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan
zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Metode sahli merupaan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah
diencerkan dengan larutan HCL sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin
asam. Untuk dapat menentuan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan
56
larutan campuran tersebut dengan aquabidest sampai warnanya sama dengan
warna batang gelas standart (Anwar,2012).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Gelas berwarna sebagai warna standar
- Pipet sahli
- Tabung hemometer
- Gelas pengaduk
- Pipet tetes
b) Bahan
- Spesiemn darah – EDTA/ darah kapiler
- Larutan HCL 0,1 N
- Aquadest
- Tissue
7) Prosedur kerja
a) Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 2.
b) Dihisap darah kapiler / darah vena + EDTA sampai tepat pada tanda 20 µl
dengan menggunakan pipet sahli.
c) Kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet dihapus dengan tissue secara
hati-hati. Dibersihkan juga darah pada dinding luar pipet.
d) Dimasukkan darah ke dalam tabung yang telah berisi larutan HCL 0,1 N.
e) Pipet dibilas sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan
larutan HCL 0,1 N dari dalam pipet secara berulang-ulang.
57
f) Ditunggu 5 menit untuk pembentukan asam hematin.
g) Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades tetes demi tetes sambil
diaduk dengan batang pengaduk dari gelas sampai didapat warna yang sama
dengan warna standar.
h) Miniskus dari larutan dibaca. Miniskus (dalam hal ini) adalah permukaan
terendah dari larutan.
i) Pelaporan dinyatakan dalam gr/dl. Hanya dilaporkan dalam angka bulat atau
naik setengah. Misal : 11. 11 1/2, 12, 12 ½, dst.
j) Catatan hasil normal : 11,0 – 16,5 gr %.
8) Hasil
Tabel 9Jumlah Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
No. Hari, TanggalJumlah
PemeriksaanHasil
1 Senin, 8 April 2013 3 Normal : 3
2 Selasa, 9 April 2013 3 Normal : 3
3 Rabu, 10 April 2013 4 Normal : 3
Rendah : 1
4 Kamis, 11 April 2013 3 Normal : 3
5 Jumat, 12 April 2013 1 Normal : 1
6 Sabtu, 13 April 2013 - -
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 3 Normal : 3
9 Selasa, 16 April 2013 2 Normal : 1
Rendah : 1
10 Rabu, 17 April 2013 1 Normal : 1
11 Kamis, 18 April 2013 4 Normal : 4
12 Jumat, 19 April 2013 1 Normal : 1
58
13 Sabtu, 20 April 2013 1 Normal : 1
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 1 Normal : 1
16 Selasa, 23 April 2013 3 Normal : 3
17 Rabu, 24 April 2013 - -
18 Kamis, 25 April 2013 1 Normal : 1
19 Jumat, 26 April 2013 - -
Total 31Normal : 29
Rendah : 2
Sumber: Data primer
Contoh pemeriksaan Hb Sahli pada pasien :
Hari, tanggal : Senin, 15 April 2013
Nama : Enik Wijayanti
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil : 13,2 gr %
9) Permasalahan
Permasalahan yang sering dialami dalam pemeriksaan Hb Sahli ini yaitu
kesulitan dalam memipet sampel darah agar diperoleh volume yang tepat. Selain
itu dapat pula terjadi kelebihan penambahan aquadest saat pengenceran sehingga
akan mempengaruhi kadar Hb yang diperoleh.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) darah di Puskesmas II Denpasar
Selatan dikerjakan dengan menggunakan metode Sahli. Pemeriksaan Hb ini paling
sering dilakukan pada ibu hamil disertai pemeriksaan lainnya dengan sampel
berupa darah vena. Jumlah pemeriksaan Hb Sahli yang dikerjakan selama
59
pelaksanaan PKMD di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu 32, dengan jumlah
kadar Hb yang normal sebanyak 29 dan jumlah kadar Hb rendah 2.
Dalam pemeriksaan Hb dengan metode Sahli, harus dilakukan sesuai
dengan prosedur. Pemipetan sampel darah dilakukan secara hati-hati dan teliti
agar diperoleh volume sampel yang sesuai sehingga reaksi pembentukan asam
hematin yang menimbulkan warna dapat terjadi secara optimal sesuai dengan
waktu yang ditentukan (selama 5 menit). Pada saat pengenceran agar diperoleh
warna yang sesuai dengan warna standar, maka pengenceran dengan aquadest
harus dilakukan pada tempat yang cukup cahaya. Penambahan aquadest dilakukan
secara seksama agar kadar yang diperoleh tepat dan tidak membuat larutan terlalu
encer sehingga tidak sesuai dengan warna standar.
h. Pemeriksaan golongan darah
1) Tujuan
Untuk menentukan golongan darah seseorang.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode yang digunakan yaitu metode aglutinasi.
4) Prinsip
Aglutinasi sel darah merah dengan anti sera tertentu.
5) Dasar Teori
60
Golongan darah kita ditentukan oleh perpaduan gen yang diwariskan oleh
ayah dan gen yang diwariskan oleh ibu kita. Pewarisan gen yang menentukan
golongan darah mengikuti hukum Mendel. Jenis gen yang diwariskan itu
disebut genotip (genotype), terdiri dari genotip A, B, dan O. Perpaduan gen O dan
gen O menghasilkan golongan darah O. Perpaduan gen A dan gen O
menghasilkan golongan darah A. Perpaduan gen A dan gen A menghasilkan
golongan darah A. Perpaduan gen B dan gen O menghasilkan golongan darah B.
Perpaduan gen B dan gen B menghasilkan golongan darah B. Perpaduan gen A
dan gen B menghasilkan golongan darah AB (Akhyar,2012).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Kaca sediaan/kaca slide
- Pipet tetes
- Pengaduk
- Lancet
- Kapas alkohol 70%
b) Bahan
- Spesimen darah
- 1 set antisera yang berisi
Serum anti A
Serum anti B
Serum anti AB
7) Prosedur kerja
61
a) Diteteskan pada kaca objek:
- 1 tetes serum anti A
- 1 tetes serum anti B
- 1 tetes serum anti AB
b) Ditambahkan beberapa tetes darah kapiler/vena pada serum-serum
tersebut sama banyaknya.
c) Dicampur dengan stick pengaduk.
d) Digoyangkan kaca objek dengan gerakan melingkar selama 2 menit.
e) Dicatat dengan hasil bagian yang terjadi aglutinasi itulah golongan
darahnya.
8) Hasil
Tabel 10Jumlah Pemeriksaan Golongan Darah
No. TanggalJumlah
PemeriksaanHasil
1 Kamis, 18 April 2013 1 Golongan darah : O
2 Jumat, 19 April 2013 1 Golongan darah : A
3 Sabtu, 20 April 2013 1 Golongan darah : B
1 2 3 4
4 Senin, 22 April 2013 1 Golongan darah : O
5 Selasa, 23 April 2013 2Golongan darah B : 1 pasien
Golongan darah AB : 1 pasien
7 Kamis, 25 April 2013 1 Golongan darah : B
8 Jumat, 26 April 2013 4 Golongan darah A : 4 pasien
Total 11
Golongan darah A : 5
Golongan darah B : 3
Golongan darah O : 2
Golongan darah AB : 1
62
Sumber: Data primer
Contoh hasil pemeriksaan golongan darah pada pasien :
Hari, tanggal : Jumat, 26 April 2013
Nama : Nindy Oktavia
Umur : 14 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Golongan darah : A
9) Permasalahan
Masalah yang ditemui dalam melakukan pemeriksaan golongan darah
adalah saat melakukan sampling darah kapiler dimana sampel darah didapatkan
encer akibat belum keringnya alkohol yang digunakan untuk proses desinfeksi
sehingga darah sulit diteteskan pada slide.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan Golongan darah di Puskesmas II Denpasar Selatan dilakukan
dengan menggunakan satu set reagen antisera yang terdiri dari serum anti A,
serum anti B, dan serum anti AB. Jumlah pemeriksaan golongan darah yang
dikerjakan selama pelaksanaan PKMD di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu
sebanyak 11 pemeriksaan dengan hasil pemeriksaan, yaitu golongan darah A
sebanyak 5 pasien, golongan darah B sebanyak 3 pasien, golongan darah O
sebanyak 2 pasien, dan golongan darah AB sebanyak 1 pasien.
Agar pemeriksaan dapat berjalan dengan baik, tanpa ada permasalahan
sebaiknya lebih diperhatikan saat melakukan kegiatan desinfeksi. Setelah
63
melakukan desinfeksi sebaiknya ditunggu dahulu supaya alkohol kering, sehingga
saat dilakukan pemeriksaan darah tidak encer.
i. Pemeriksaan Widal (Slide)
1) Tujuan
Untuk membantu diagnosa penyakit demam Thypoid.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode yang digunakan adalah metode slide aglutinasi.
4) Prinsip
Berdasarkan reaksi aglutinasi secara immunologis antara antibodi dalam
serum dengan suspensi bakteri sebagai antigen yang homolog.
5) Dasar teori
Pemeriksaan Widal merupakan pemeriksaan untuk mendiagnosis adanya
infeksi demam thypoid. Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi
sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Penyakit ini juga
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya
berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air dan sanitasi
yang buruk, serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih
rendah (Nila,2012).
6) Alat dan bahan
64
a) Alat
- Kaca objek / slide
- Mikropipet
- Label
- Pengaduk kaca
- Yellow tip
b) Bahan
- Serum atau plasma segar atau disimpan.
- Reagen Salmonella thypi H, reagen Salmonella paratyphi AH, reagen
Salmonella paratyphi BH, dan reagen Salmonella paratyphi CH.
- Reagen Salmonella typhi O, reagen Salmonella paratyphi AO, reagen
Salmonella paratyphi BO, dan reagen Salmonella paratyphi CO.
7) Prosedur kerja
Test penyaring (kualitatif)
a) Disiapkan kaca objek dan teteskan 0,08 ml serum atau plasma (setara dengan
pengenceran 1:20).
b) Dikocok reagen dengan baik dan teteskan 1 tetes reagen dengan memakai
droper pada penutup reagen di dekat masing - masing serum.
c) Dicampur pelan – pelan dengan pengaduk yang kering dan bersih.
d) Digoyang perlahan dengan gerakan memutar selama 1 menit, dan diamati
terbentuknya aglutinasi.
Test titrasi (semikuantitatif)
a) Dilakukan jika tes penyaring menghasilkan hasil positif.
65
b) Disiapkan kaca objek dan lakukan pemeriksaan seperti tes penyaring dengan
pengenceran sebagai berikut :
40 micro serum + 1 tetes reagen = 1:40
20 micro serum + 1 tetes reagen = 1:80
10 micro serum + 1 tetes reagen = 1:160
5 micro serum + 1 tetes reagen = 1:320
2,5 micro serum + 1 tetes reagen = 1: 640
c) Diamati terbentuknya aglutinasi. Bila 1 : 640 masih positif maka hasil
dilaporkan > 1:640.
8) Hasil
Hari, Tanggal : Senin, 15 April 2013
Nama : Dian Puspita
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil :
Positif Salmonella typhi H dengan titer 1 : 160
Positif Salmonella paratyphi BO dengan titer 1 : 320
9) Permasalahan
Pada saat melakukan pengamatan terhadap adanya aglutinasi, sering kali
meragukan sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam melaporkan hasil.
Selain itu apabila waktu pada saat menggoyangkan pada rotator melebihi
ketentuan dapat menyebabkan kesalahan dalam menentukan titer, dimana sering
terjadi positif palsu.
66
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan widal di Puskesmas II Denpasar Selatan dilakukan dengan
menggunakan metode slide aglutinasi. Sampel darah vena ditampung dalam
tabung tutup merah untuk pemeriksaan immunologi dan dibiarkan hingga
membeku pada suhu kamar. Sampel darah dalam tabung selanjutnya disentrifuge
dan diambil serumnya untuk pemeriksaan. Hasil pemeriksaan widal pada pasien
Dian Puspita (15 tahun / perempuan) diperoleh hasil positif Salmonella typhi H
dengan titer 1 : 160 dan positif Salmonella paratyphi BO dengan titer 1 : 320.
Pada pemeriksaan widal dengan metode slide aglutinasi pembacaan titer
harus dilakukan dengan teliti sehingga kesalahan dalam pelaporan tidak dapat
terjadi lagi. Untuk itu pembacaan harus dilakukan pada tempat yang cukup
cahaya. Begitu juga saat melakukan pemutaran dengan rotator, waktu
penggoyangan rotator harus ditepatkan sehingga kesalahan dalam pembacaan titer
tidak terjadi dan hasil dapat dilaporkan dengan baik tanpa ada kesalahan.
j. Pemeriksaan Sifilis dengan Rapid Test
1) Tujuan
- Mendeteksi adanya antibody terhadap syphilis dalam darah manusia secara
imunoassay.
- Mendeteksi secara kualitatif adanya antibody treponema dari semua jenis (Ig
A, Ig G, Ig M) dalam darah.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
67
3) Metode
Metode imunokromatografi
4) Prinsip
Antibodi spesifik terhadap Treponema pallidum (Anti-TP) dalam serum
akan berikatan dengan antigen Treponema pallidum yang terdapat pada membran
strip. Campuran akan bergerak disepanjang strip secara kromatografi menuju
daerah test dan menghasilkan garis berwarna.
5) Dasar teori
Penyakit sifilis terdiri dari beberapa tahapan yakni Sifilis primer (4-6
minggu), sifilis primer, sifilis laten (tanpa gejala), dan sifilis lanjut. Sifilis lanjut
dapat menyebabkan sifilis pada saraf dan pembuluh darah sehingga dapat
menyebabkan gejala stroke sehingga memerlukan perawatan atau pengobatan.
Sifilis sering juga berkombinasi dengan penyakit menular seksual lainnya seperti
gonorhoe (Biomedika,2012).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Mikropipet
- Yellow tipe
- Pengukur waktu
b) Bahan
- Test card shypillis
- Assay Dilluent
- Serum, plasma / whole blood
68
7) Prosedur kerja
a) Dibawa test card dan sampel ke suhu ruang.
b) Dibuka kantong test, diletakkan test di tempat yang datar dan kering.
c) Dengan menggunakan mikropipet diambil 20 µl sampel serum / plasma /
whole blood dan diteteskan ke dalam lubang sampel (S) pada device test.
d) Ditambahkan 3 – 4 tetes assay diluent (setara dengan 110 µl) dan mulai
dihitung waktu.
e) Dibaca dan diinterpretasikan hasil pengujian setelah 5 – 20 menit.
Interpretasi hasil :
- Hasil negatif : jika hanya muncul 1 garis pita ungu pada jendela hasil, yaitu
pada zona kontrol (C) yang menunjukkan hasil negatif.
- Hasil positif : jika muncul 2 garis warna yaitu pada garis T dan garis C pada
jendela hasil.
8) Hasil
Tabel 11Jumlah Pemeriksaan Sifilis
No. TanggalJumlah
PemeriksaanHasil
1 Senin, 8 April 2013 5Reaktif : -
Non reaktif : 5
2 Selasa, 9 April 2013 4 Reaktif : -
69
Non reaktif : 4
3 Rabu, 10 April 2013 7Reaktif : -
Non reaktif : 7
4 Kamis, 11 April 2013 5Reaktif : -
Non reaktif : 5
5 Jumat, 12 April 2013 1Reaktif : -
Non reaktif : 1
6 Sabtu, 13 April 2013 - -
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 4Reaktif : -
Non reaktif : 4
9 Selasa, 16 April 2013 2Reaktif : 1
Non reaktif : 1
10 Rabu, 17 April 2013 1Reaktif : -
Non reaktif : 1
11 Kamis, 18 April 2013 4Reaktif : -
Non reaktif : 4
12 Jumat, 19 April 2013 1Reaktif : -
Non reaktif : 1
13 Sabtu, 20 April 2013 2Reaktif : -
Non reaktif : 2
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 2Reaktif : -
Non reaktif : 2
16 Selasa, 23 April 2013 3Reaktif : -
Non reaktif : 3
17 Rabu, 24 April 2013 1Reaktif : -
Non reaktif : 1
18 Kamis, 25 April 2013 5Reaktif : -
Non reaktif : 5
19 Jumat, 26 April 2013 2Reaktif : -
Non reaktif : 2
70
Total 49Reaktif : 1
Non reaktif : 48
Sumber: Data primer
Contoh pemeriksaan sifilis dengan rapid test pada pasien :
Hari, tanggal : Jumat, 26 April 2013
Nama : Ni Komang Periani
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hasil : Non Reaktif
9) Permasalahan
Dalam melakukan pemeriksaan sifilis dengan rapid tes apabila tidak sesuai
dengan prosedur dan kualitas strip tes kurang baik maka dapat memberikan hasil
yang invalid. Misalnya reagen yang sudah kadaluarsa, pemipetan volume sampel
dan penambahan diluent yang tidak sesuai prosedur dapat menyebabkan hasil
positif palsu atau negatif palsu
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan sifilis dengan rapid test di Puskesmas II Denpasar Selatan
sering dilakukan pada pasien yang berisiko terinfeksi sifilis, atau yang mengalami
gejala yang merujuk pada infeksi sifilis. Tes ini juga dilakukan pada ibu hamil,
untuk deteksi secara dini dengan tidak dikenakan biaya pemeriksaan. Sampel yang
digunakan untuk pemeriksaan ini yaitu sampel darah whole blood. Jumlah
pemeriksaan sifilis dengan rapid test yang dilakukan di Puskesmas II Denpasar
Selatan selama pelaksanaan PKMD yaitu 49, dengan jumlah pemeriksaan reaktif
sebanyak 1, dan jumlah pemeriksaan non reaktif sebanyak 48.
71
Sebelum digunakan reagen rapid Anti – TP harus dibawa ke suhu ruang dan di
cek tanggal kedaluarsa (ED) dari reagen tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi kekeliruan hasil pemeriksaan yang disebabkan oleh kualitas reagen yang
kurang baik. Selain itu, juga harus diperhatikan volume sampel yang diperlukan
untuk pemeriksaan dan waktu pembacaan hasil sesuai dengan prosedur agar
diperoleh hasil pemeriksaan yang valid.
k. Test VDRL
1) Tujuan
Untuk screening test secara kualitatif dan semikuantitatif sifilis.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode yang digunakan adalah metode flokulasi dengan slide test.
4) Prinsip
Reaksi flokulasi antara antibodi dalam serum/plasma dengan antigen
VDRL.
5) Dasar teori
Penyakit sifilis terdiri dari beberapa tahapan yakni Sifilis primer (4-6
minggu), sifilis primer, sifilis laten (tanpa gejala), dan sifilis lanjut. Sifilis lanjut
dapat menyebabkan sifilis pada saraf dan pembuluh darah sehingga dapat
menyebabkan gejala stroke sehingga memerlukan perawatan atau pengobatan.
72
Sifilis sering juga berkombinasi dengan penyakit menular seksual lainnya seperti
gonorhoe (Biomedika,2012).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Mikropipet
- Yellow tip
- Rotator
- Ring slide warna putih
- Pengaduk plastik dalam kit
b) Bahan
- Antigen VDRL berupa suspensi keruh atau berupa mikropartikel karbon
mengandung EDTA, choline chloride dan merthiolate
- Sampel serum
7) Prosedur kerja
Kualitatif
a) Alat dan bahan disiapkan pada meja praktikum.
b) Serum dipipet 50 µl dan diteteskan pada ring slide.
c) Serum ditambahkan 1 tetes suspensi antigen VDRL.
d) Serum dan suspensi antigen VDRL dihomogenkan. Kemudian diletakkan pada
rotator atau digoyangkan selama 8 menit.
e) Hasil diamati flokulasinya. Jika positif dilakukan pengenceran.
Semi Kuantitatif
73
100µl NaCl 0,85%
100µl NaCl 0,85%
100µl NaCl 0,85%
100µl NaCl 0,85%
100µl 100µl 100µl100µl100µl serum +100µl NaCl 0,85%
1/81/4 1/16 1/32 1/64
a) Serum hasil positif kualitatif test diencerkan dengan menggunakan pengencer
Nacl 0,85%, 1/4 , 1/8 , 1/16 , 1/32 , 1/64.
b) Cara kerja dilakukan seperti kualitatif.
c) Hasil akhir/titer ditentukan yaitu dengan pengenceran tertinggi yang masih
menunjukan hasil positif.
Gambar 2Skema Pengenceran Pemeriksaan VDRL Semi Kuantatif
Interpretasi Hasil
Positif : Terjadi flokulasi
Negarif : Tidak terjadi flokulasi
8) Hasil
Hari, tanggal : Selasa, 16 April 3013
Nama : (Nama pasien)
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hasil : Positif dengan titer 1/16
9) Permasalahan
Permasalahan yang dapat ditemui saat melakukan tes VDRL adalah
kekeliruan dalam melakukan pengamatan terhadap flokulasi serta waktu
74
melakukan rotator / menggoyangkan slide yang tidak sesuai dengan prosedur
(terlalu lama atau sebentar) dapat menyebabkan kesalahan dalam penentuan titer.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Tes VDRL (Venereal disease research laboratory) digunakan untuk
diagnosa penyakit sifilis. Pemeriksaan VDRL di Puskesmas II Denpasar Selatan
dilakukan mulai dari test kualitatif. Apabila test ini positif dilanjutkan dengan
pemeriksaan semi kuantitatif dengan pengenceran untuk menentukan titer.
Sifilis atau yang disebut dengan ‘raja singa’ disebabkan oleh sejenis
bakteri yang bernama Treponema pallidum yang dapat ditularkan dari satu orang
ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun
oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada
bayinya selama masa kehamilan. Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan
efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tidak
terawat dapat berakibat fatal.
Agar tes VDRL dapat berjalan dengan baik, maka harus dilakukan sesuai
dengan prosedur dan pembacaan dilakukan pada tempat yang cukup cahaya
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengamati adanya flokulasi dan penentuan
titer.
l. Tes HIV (SD HIV ½ 3.0 Bioline)
1) Tujuan
Sebagai acuan untuk mendeteksi adanya antibody spesifik HIV tipe 1 dan
2 dalam darah secara rapid test.
2) Sasaran
75
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode Imunokromatografi
4) Prinsip
Tes ini meliputi deteksi antibody HIV-1, HIV-2 dan Subtype O dalam
darah, serum, plasma oleh protein immunodominant pada virus HIV yang sudah
dilumpuhkan dalam membran. T1 test line telah dicoated dengan HIV-1 dan
Subtype O antigen, sedangkan T2 test line dicoated dengan HIV- 2 antigen.
Antigen pengikatnya adalah protein rekombinan dari HIV-1 pada region gp-120,
gp-41, p24. Sedangkan untuk HIV-2 juga termasuk rekombinan gp 36.
Keberadaan HIV 1 dan 2 IgM, IgG, IgA, dapat dinyatakan dengan konjugat
protein A. Adanya antibody positif dapat dibaca dengan terbentuknya garis ungu-
kemerahan pada membrane (region T). Garis control tambahan diletakkan pada
membran (region C) untuk memeriksa reaktifitas kit.
5) Dasar teori
Tes HIV adalah suatu pemeriksaan darah yang digunakan untuk
memastikan seseorang terinfeksi HIV atau tidak dengan cara mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Antibodi adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sitem imun
untuk melawan penyakit tertentu.Tes ini sangat penting terutama untuk
menentukan status kesehatan seseorang yang dianggap berisiko terhadap
penularan HIV. Pemeriksaan pada seseorang yang berisiko tinggi tertular HIV
bermanfaat untuk mendeteksi infeksi HIV secepatnya agar dapat memperoleh
76
pengobatan segera, sehingga jumlah virus dapat diturunkan dan perkembangan
penyakit ke arah AIDS dapat dikurangi dan penyebaran virus dapat dicegah
(Prodia,2013).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Mikropipet
- Yellow tip
- Pengukur waktu
b) Bahan
- Serum/plasma/darah utuh
- Diluent assay
- Reagen (strip/kaset) test SD HIV ½ 3.0 Bioline
7) Prosedur kerja
a) Test card dikeluarkan dari alat pembungkusnya.
b) Diletakkan di tempat yang datar dan kering.
c) Untuk spesimen serum atau plasma, diteteskan 10 µl sampel ke dalam lubang
sampel dan ditambahkan 4 tetes diluents atau buffer dan dijalankan timer.
d) Untuk specimen darah, diteteskan 20 µl darah ke dalam lubang sampel dan
ditambahkan 4 tetes diluents atau buffer dan dijalankan timer.
e) Saat proses test bekerja, diamati terjadinya garis warna ungu yang terbentuk
pada area pembacaan.
f) Interpretasi hasil dilakukan selama 5 – 20 menit. Jangan dibaca setelah 20
menit.
77
Interpretasi hasil :
- Hasil positif/reaktif akan ditunjukkan dengan terbentuknya dua atau tiga garis
warna ungu dan salah satunya pada zona control atau “C”.
- Hasil negatif/non reaktif bila hanya terbentuk garis warna ungu pada zona
control atau “C”.
- Hasil salah atau invalid terjadi bila tidak terbentuk garis warna ungu pada
zona control.
8) Hasil
Tabel 12Jumlah Pemeriksaan HIV dengan SD HIV ½ 3.0 Bioline
No. TanggalJumlah
PemeriksaanHasil
1 Senin, 8 April 2013 5Reaktif : -
Non reaktif : 5
2 Selasa, 9 April 2013 4Reaktif : -
Non reaktif : 4
3 Rabu, 10 April 2013 7Reaktif : -
Non reaktif : 7
4 Kamis, 11 April 2013 4Reaktif : 1
Non reaktif : 3
1 2 3 4
5 Jumat, 12 April 2013 1Reaktif : -
Non reaktif : 1
6 Sabtu, 13 April 2013 -Reaktif : -
Non reaktif : -
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 4Reaktif : -
Non reaktif : 4
9 Selasa, 16 April 2013 3 Reaktif : 1
78
Non reaktif : 2
10 Rabu, 17 April 2013 1Reaktif : -
Non reaktif : 1
11 Kamis, 18 April 2013 4Reaktif : -
Non reaktif : 4
12 Jumat, 19 April 2013 1Reaktif : -
Non reaktif : 1
13 Sabtu, 20 April 2013 4Reaktif : 1
Non reaktif : 3
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 2Reaktif : -
Non reaktif : 2
16 Selasa, 23 April 2013 2Reaktif : -
Non reaktif : 2
17 Rabu, 24 April 2013 - -
18 Kamis, 25 April 2013 5Reaktif : -
Non reaktif : 5
19 Jumat, 26 April 2013 2Reaktif : -
Non reaktif : 2
Total 49Reaktif : 3
Non reaktif : 46
Sumber: Data primer
Contoh hasil pemeriksaan anti-HIV dengan rapid test SD HIV ½ 3.0 Bioline :
Hari, tanggal : Rabu, 10 April 2013
Nama : Erni Mulyantari
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil : Non Reaktif
79
9) Permasalahan
Adanya false negatif atau hasil yang invalid karena kesalahan prosedur
maupun kondisi sampel atau reagen yang tidak baik.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan anti-HIV dengan rapid test di Puskesmas 2 Denpasar Selatan
sering dilakukan pada pasien yang memiliki resiko terinfeksi virus HIV serta pada
ibu hamil untuk deteksi dini. Sampel darah yang digunakan yaitu berupa whole
blood. Apabila pemeriksaan anti-HIV dengan rapid test SD HIV ½ 3.0 Bioline
menunjukkan hasil positif maka test dilanjutkan dengan menggunakan reagen
rapid test Advance Quality One Step Anti-HIV (1&2) Tri-line Test dan
Oncoprobe HIV ½ Antibody Rapid Test sebagai test pembanding. Jika hasil test
dengan SD HIV ½ 3.0 Bioline negatif maka test tidak dilanjutkan dan hasil
dinyatakan non reaktif. Jika setelah dilanjutkan hasil positif hanya pada SD HIV
½ 3.0 Bioline atau SD HIV ½ 3.0 Bioline dengan salah satu test pembanding
(Advance Quality One Step Anti-HIV (1&2) Tri-line Test atau Oncoprobe HIV ½
Antibody Rapid Test) maka hasil dikatakan intermediet. Hasil dikatakan reaktif
apabila test positif dengan menggunakan ketiga rapid test tersebut. Jumlah
pemeriksaan anti-HIV dengan rapid test yang dilakukan selama pelaksanaan
PKMD di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu 49, dengan jumlah pemeriksaan
reaktif sebanyak 3 dan jumlah non reaktif 46.
Untuk menghindari hasil invalid karena kualitas reagen yang tidak baik
maka harus selalu diperhatikan cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsa reagen.
Pengerjaan juga harus mengikuti prosedur sesuai dengan jenis sampel yang
digunakan. Pada pemeriksaan anti-HIV dengan strip tes ini hasil negatif tidak
80
mengesampingkan kemungkinan terinfeksi HIV 1/2. False negatif dapat diperoleh
dalam beberapa keadaan salah satunya karena tingkat antibodi rendah yang
dibawah batas minimum deteksi tes. Contohnya spesimen yang terkumpul pada
masa early serocoversion diamana pada masa window period ini pasien hanya
dapat membentuk antibodi spesifik HIV 1/2 dalam jumlah kecil. Untuk itu, test
diulangi kembali 3 bulan kemudian.
m. Tes HIV (Rapid Test) Advance Quality One Step Anti-HIV (1&2) Tri-line
Test
1) Tujuan
Penyaringan awal untuk mendeteksi adanya antibody terhadap HIV tipe 1,
HIV tipe 2 dan subtype O dalam darah pasien.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode imunokromatografi
4) Prinsip
Pada test ini, T1 test line telah dicoated dengan HIV-1 dan Subtype O
antigen, sedangkan T2 test line dicoated dengan HIV- 2 antigen. Antigen
pengikatnya adalah protein rekombinan dari HIV-1 pada region gp-120, gp-41,
p24. Sedangkan untuk HIV-2 juga termasuk rekombinan gp 36. Keberadaan HIV
81
1 dan 2 IgM, IgG, IgA, dapat dinyatakan dengan konjugat protein A. Adanya
antibody positif dengan terbentuknya garis ungu-kemerahan pada region T dan C.
5) Dasar teori
Tes HIV adalah suatu pemeriksaan darah yang digunakan untuk
memastikan seseorang terinfeksi HIV atau tidak dengan cara mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Antibodi adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sitem imun
untuk melawan penyakit tertentu.Tes ini sangat penting terutama untuk
menentukan status kesehatan seseorang yang dianggap berisiko terhadap
penularan HIV. Pemeriksaan pada seseorang yang berisiko tinggi tertular HIV
bermanfaat untuk mendeteksi infeksi HIV secepatnya agar dapat memperoleh
pengobatan segera, sehingga jumlah virus dapat diturunkan dan perkembangan
penyakit ke arah AIDS dapat dikurangi dan penyebaran virus dapat dicegah
(Prodia,2013).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Pipet tetes
- Pengukur waktu
b) Bahan
- Serum/plasma/darah utuh
- Sampel dilution buffer
- Reagen (strip/kaset) test HIV ½
7) Prosedur kerja
a) Dikeluarkan strip test dari dalam kemasannya.
82
b) Ditempatkan di tempat yang datar dan kering.
c) Untuk specimen serum atau plasma, diteteskan 1 tetes sampel ke dalam
lubang sampel dan ditambahkan 1 tetes buffer dan dijalankan timer.
d) Untuk spesimen darah, diteteskan 2 tetes darah ke dalam lubang sampel dan
ditambahkan 2 tetes buffer dan dijalankan timer.
e) Saat proses test bekerja, terus dilihat terjadinya garis warna ungu yang
terbentuk pada tempat pembacaan.
f) Dibaca hasil dalam 15 menit. (Jangan dibaca lebih dari 20 menit)
Interpretasi hasil :
- Hasil reaktif / positif adanya antibody positif ditandai dengan munculnya garis
warna ungu kemerahan yang terbentuk pada membran (region T), garis
control tambahan diletakkan pada membrane (region C) untuk memelihara
reaktivitas kit.
- Hasil negatif/non reaktif ditandai dengan munculnya satu garis warna hanya
pada garis control (C).
- Hasil invalid apabila tidak muncul garis warna pada garis control (C).
8) Hasil
Tabel 13Jumlah Pemeriksaan HIV
Advance Quality One Step Anti-HIV (1&2) Tri-line Test
No. Tanggal Jumlah Hasil
83
Pemeriksaan
1 Kamis, 11 April 2013 1 Reaktif
2 Selasa, 16 April 2013 1 Reaktif
3 Sabtu, 20 April 2013 1 Reaktif
Total 3Reaktif : 3
Non reaktif : -
Sumber: Data primer
Contoh pemeriksaan anti-HIV rapid test dengan Advance Quality One Step Anti-
HIV (1&2) Tri-line Test pada pasien :
Hari, tanggal : Kamis, 11 April 2013
Nama : (Nama pasien)
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil : Reaktif
9) Permasalahan
Permasalahan yang dapat terjadi dalam pemeriksaan anti-HIV dengan
rapid test ini adalah adanya hasil false negatif atau hasil yang invalid karena
kesalahan prosedur maupun kondisi sampel atau reagen yang tidak baik.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan anti-HIV rapid test dengan Advance Quality One Step Anti-
HIV (1&2) Tri-line Test di Puskesmas II Denpasar Selatan dilakukan apabila
diperoleh hasil reaktif pada pemeriksaan dengan reagen rapid test SD HIV ½ 3.0
Bioline. Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan lanjutan ini adalah sampel
darah berupa whole blood. Jumlah pemeriksaan anti-HIV rapid test dengan
Advance Quality One Step Anti-HIV (1&2) Tri-line Test selama pelaksanaan
84
PKMD di Puskesmas II Denpasar Selatan adalah 3 pemeriksaan dengan hasil
reaktif.
Untuk menghindari hasil invalid karena kualitas reagen yang tidak baik
maka harus selalu diperhatikan cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsa reagen.
Pengerjaan juga harus mengikuti prosedur sesuai dengan jenis sampel yang
digunakan. Pada pemeriksaan anti-HIV dengan strip tes ini hasil negatif tidak
mengesampingkan kemungkinan terinfeksi HIV 1 / 2. False negatif dapat
diperoleh dalam beberapa keadaan salah satunya karena tingkat antibodi rendah
yang dibawah batas minimum deteksi tes. Contohnya spesimen yang terkumpul
pada masa early serocoversion diamana pada masa window period ini pasien
hanya dapat membentuk antibodi spesifik HIV 1 /2 dalam jumlah kecil.
a. Test HIV (Oncoprobe HIV ½ Antibody Rapid Test)
1) Tujuan
Penyaringan awal untuk mendeteksi adanya antibody terhadap HIV tipe 1,
HIV tipe 2 dan subtype O dalam darah pasien.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode imunokromatografi
4) Prinsip
Tes ini meliputi deteksi antibody HIV-1, HIV-2 dan Subtype O dalam
darah, serum, plasma oleh protein immunodominant pada virus HIV yang sudah
85
dilumpuhkan dalam membran. T1 test line telah dicoated dengan HIV-1 dan
Subtype O antigen, sedangkan T2 test line dicoated dengan HIV- 2 antigen.
Antigen pengikatnya adalah protein rekombinan dari HIV-1 pada region gp-120,
gp-41, p24. Sedangkan untuk HIV-2 juga termasuk rekombinan gp 36.
Keberadaan HIV 1 dan 2 IgM, IgG, IgA, dapat dinyatakan dengan konjugat
protein A. Adanya antibody positif dapat dibaca dengan terbentuknya garis ungu-
kemerahan pada membrane (region T). Garis control tambahan diletakkan pada
membran (region C) untuk memeriksa reaktifitas kit.
5) Dasar teori
Tes HIV adalah suatu pemeriksaan darah yang digunakan untuk
memastikan seseorang terinfeksi HIV atau tidak dengan cara mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Antibodi adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sitem imun
untuk melawan penyakit tertentu.Tes ini sangat penting terutama untuk
menentukan status kesehatan seseorang yang dianggap berisiko terhadap
penularan HIV. Pemeriksaan pada seseorang yang berisiko tinggi tertular HIV
bermanfaat untuk mendeteksi infeksi HIV secepatnya agar dapat memperoleh
pengobatan segera, sehingga jumlah virus dapat diturunkan dan perkembangan
penyakit ke arah AIDS dapat dikurangi dan penyebaran virus dapat dicegah
(Prodia,2013).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Pipet tetes
- Pengukur waktu
86
b) Bahan
- Serum/plasma/darah utuh
- Sampel dilution buffer
- Reagen (strip/kaset) test HIV ½
7) Prosedur kerja
a) Dikeluarkan strip test dari dalam kemasannya.
b) Ditempatkan di tempat yang datar dan kering.
c) Untuk specimen serum atau plasma, diteteskan 1 tetes sampel ke dalam
lubang sampel dan ditambahkan 1 tetes buffer dan dijalankan timer.
d) Untuk specimen darah, diteteskan 2 tetes darah ke dalam lubang sampel
dan ditambahkan 2 tetes buffer dan dijalankan timer.
e) Saat proses test bekerja, terus dilihat terjadinya garis warna ungu yang
terbentuk pada tempat pembacaan.
f) Dibaca hasil dalam 10 – 30 menit.
Interpretasi hasil :
- Hasil reaktif / positif ditandai dengan munculnya garis warna ungu kemerahan
yang terbentuk pada membran (region T) dan garis control (region C).
- Hasil negatif/non reaktif ditandai dengan munculnya satu garis warna hanya
pada garis control (C).
- Hasil invalid apabila tidak muncul garis warna pada garis control (C).
8) Hasil
Tabel 14
87
Jumlah Pemeriksaan HIVOncoprobe HIV ½ Antibody Rapid Test
No. TanggalJumlah
PemeriksaanHasil
1 Kamis, 11 April 2013 1 Reaktif
2 Selasa, 16 April 2013 1 Reaktif
3 Sabtu, 20 April 2013 1 Reaktif
Total 3Reaktif : 3
Non reaktif : -
Sumber: Data primer
Contoh pemeriksaan anti-HIV rapid test dengan Oncoprobe HIV ½ Antibody
Rapid Test pada pasien :
Hari, tanggal : Kamis, 11 April 2013
Nama : (Nama pasien)
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil : Reaktif
9) Permasalahan
Permasalahan yang dapat terjadi dalam pemeriksaan anti-HIV dengan
rapid test ini adalah adanya hasil false negatif atau hasil yang invalid karena
kesalahan prosedur maupun kondisi sampel atau reagen yang tidak baik.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan anti-HIV dengan Oncoprobe HIV ½ Antibody Rapid Test di
Puskesmas II Denpasar Selatan dilakukan apabila diperoleh hasil reaktif pada
pemeriksaan dengan reagen rapid test SD HIV ½ 3.0 Bioline. Sampel yang
digunakan untuk pemeriksaan lanjutan ini adalah sampel darah berupa whole
88
blood. Jumlah pemeriksaan anti-HIV rapid test dengan Advance Quality One Step
Anti-HIV (1&2) Tri-line Test selama pelaksanaan PKMD di Puskesmas II
Denpasar Selatan adalah 3 pemeriksaan dengan hasil reaktif.
Untuk menghindari hasil invalid karena kualitas reagen yang tidak baik
maka harus selalu diperhatikan cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsa reagen.
Pengerjaan juga harus mengikuti prosedur sesuai dengan jenis sampel yang
digunakan. Pada pemeriksaan anti-HIV dengan strip tes ini hasil negatif tidak
mengesampingkan kemungkinan terinfeksi HIV 1 / 2. False negatif dapat
diperoleh dalam beberapa keadaan salah satunya karena tingkat antibodi rendah
yang dibawah batas minimum deteksi tes. Contohnya spesimen yang terkumpul
pada masa early serocoversion diamana pada masa window period ini pasien
hanya dapat membentuk antibodi spesifik HIV 1 /2 dalam jumlah kecil.
b. Pengambilan sampel urine
1) Tujuan
Untuk mendapatkan bahan urine yang berkualitas.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode pengambilan urine porsi tengah (midstream).
4) Prinsip
89
Urine ditampung untuk dipergunakan dalam pemeriksaan dengan cara
urine awal dibuang, pada porsi ditengah baru kemudian ditampung pada wadah,
dan porsi akhir dibuang.
5) Dasar teori
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana
komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Akhyar, 2013).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Wadah bermulut lebar, tertutup, bersih dan kering
- Label
- Spidol/pensil
b) Bahan
- Spesimen urine
7) Prosedur kerja
a) Disiapkan wadah bermulut lebar dan dapat ditutup. Wadah harus bersih dan
kering.
b) Diberi label yang berisi nama pasien, nomor register.
90
c) Pasien diminta menampung urine dengan cara urine awal dibuang, pada porsi
ditengah baru kemudian ditampung pada wadah, dan porsi akhir dibuang.
d) Ditutup rapat wadah dan segera diperiksa.
8) Hasil
Tabel 15Jumlah Pemeriksaan Sampel Urin
No. Tanggal Jumlah Pemeriksaan
1 Senin, 8 April 2013 4
2 Selasa, 9 April 2013 5
3 Rabu, 10 April 2013 7
4 Kamis, 11 April 2013 4
5 Jumat, 12 April 2013 2
6 Sabtu, 13 April 2013 -
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 4
9 Selasa, 16 April 2013 2
10 Rabu, 17 April 2013 3
11 Kamis, 18 April 2013 4
12 Jumat, 19 April 2013 4
13 Sabtu, 20 April 2013 1
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 2
16 Selasa, 23 April 2013 4
17 Rabu, 24 April 2013 -
18 Kamis, 25 April 2013 1
19 Jumat, 26 April 2013 1
Total 48
Sumber: Data primer
Contoh pengambilan sampel urine pada pasien :
Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2013
91
Nama : Gusti Ayu Sutiari
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jenis pemeriksaan : Urine lengkap
Hasil : Diperoleh sampel urine dengan volume ± 5 ml dalam pot
urine.
9) Permasalahan
Pasien seringkali kurang mengerti dengan teknik pengambilan sampel
urine untuk pemeriksaan laboratorium khususnya pengambilan urine porsi tengah,
sehingga berpengaruh terhadap kualitas sampel urine dari pasien yang juga akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pengambilan sampel urine pada pasien di Puskesmas II Denpasar Selatan
biasanya dilakukan untuk pemeriksaan urine lengkap, sedimen urine, PPT (tes
kehamilan) serta pada pemeriksaan reduksi urine dan protein urine dengan strip
test. Untuk pengambilan sampel urine, pasien diminta untuk berkemih di toilet
khusus pasien dan diberi wadah penampung uirne yang bersih oleh petugas
laboratorium. Sampel urine selanjutnya dibawa kembali ke laboratorium untuk
diperiksa. Jumlah pengambilan sampel urine yang dilakukan selama pelaksanaan
PKMD di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu 48 sampel.
Agar diperoleh sampel urine yang berkualitas dan sesuai dengan keadaan
sebenarnya dari pasien, maka petugas laboratorium harus mampu memberikan
penjelasan mengenai teknik pengambilan sampel urine pada pasien dan sampel
diperiksa sesegera mungkin sesuai dengan permintaan.
92
c. Pemeriksaan sedimen urine
1) Tujuan
Untuk menemukan adanya unsur-unsur sedimen organik dan anorganik
dalam urine secara mikroskopik.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Sentrifugasi dan pengamatan secara mikroskopis
4) Prinsip
Berat jenis unsur-unsur sedimen organik dan anorganik lebih besar
daripada berat jenis urine sehingga dengan sentrifugasi maka zat-zat tersebut akan
mengendap.
5) Dasar teori
Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan
mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Tes ini terdiri dari dua
macam, yaitu: tes makroskopik dan tes mikroskopik. Tes kimia urin bertujuan
mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, darah,
keton, nitrit dan lekosit esterase. Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar
(centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop
(Gandasoebrata,1985).
6) Alat dan bahan
93
a) Alat
- Sentrifuge
- Tabung sentrifuge
- Kaca sediaan
- Kaca penutup
- Mikroskop
b) Bahan
- Spesimen urine
7) Prosedur kerja
a) Spesimen urine dalam wadah dikocok supaya bila terdapat sedimen akan
tercampur rata.
b) Dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge. Kemudian disentrifuge selama 5
menit dengan kecepatan 2000 rpm.
c) Dituang cairan bagian atas, sedangkan endapannya dikocok rata untuk
pemeriksaan sedimen.
d) Dengan pipet tetes diambil sebagian endapan/dituang sebagian dan diteteskan
pada kaca sediaan. Kemudian ditutup dengan kaca penutup.
e) Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x serta diamati
beberapa lapangan pandang.
8) Hasil
Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2013
Nama : Gusti Ayu Sutiari
Jenis kelamin : Perempuan
94
Umur : 62 tahun
Hasil :
- Leukosit : 2 – 3 /LPB
- Bakteri : Positif (+)
- Sel epitel : 1-2/LPK
Hari, tanggal : Kamis, 11 April 2013
Nama : Kadek Nengah
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Hasil :
- Leukosit :15 – 20 /LPB
- Eritrosit : 7 – 10 /LPB
- Bakteri : Positif (+)
- Sel epitel : Banyak /LPK
Hari, tanggal : Jumat, 12 April 2013
Nama : Nengah Sandat Yani
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 5 tahun
Hasil :
- Leukosit : Banyak /LPB
9) Permasalahan
Apabila kecepatan yang digunakan dalam proses sentrifugasi urine terlalu
tinggi, dapat menyebabkan sedimen urine hancur dan tidak dapat diteliti. Setelah
pembuangan supernatan, apabila sedimen tidak dikocok maka yang terdapat pada
95
object glass saat pengamatan pada mikroskop hanyalah sebagian kecil dari
sedimen karena sedimen urine masih menempel pada dinding tabung. Selain itu
lensa mikroskop yang kotor dapat menyebabkan kekeliruan dalam pembacaan
sedimen urine.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Untuk memperoleh sedimen urine haruslah menggunakan kecepatan dan
waktu yang tepat saat proses sentrifugasi. Selalu diingat untuk menghomogenkan
sedimen urine setelah pembuangan supernatan sehingga sedimen yang terbaca
pada mikroskop menjadi lebih merata dan terbaca secara keseluruhan. Sebelum
pembacaan sedimen urine, sebaiknya lensa mikroskop dibersihkan terlebih dahulu
serta harus digunakan objek glass yang bersih untuk pembuatan sedimen. Adanya
bakteri dan jamur diamati, dan juga jumlah leukosit, eritrosit, epitel, adanya
kristal, serta silinder untuk mengetahui keadaan patologis dari sampel urine
tersebut. Jumlah pemeriksaan sedimen urine yang dilakukan di Puskesmas II
Denpasar Selatan selama pelaksanaan PKMD yaitu sebanyak 3 pemeriksaan
dengan hasil yang mewakili keadaan patologis dari pasien.
d. Pemeriksaan urine dengan carik celup
1) Tujuan
Pemeriksaan terhadap sampel urine secara kualitatif.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
96
Metode carik celup secara kualitatif.
4) Prinsip
Pemeriksaan urine dengan carik celup secara kualitatif meliputi: pH, BJ,
protein, glukosa, urobilinogen, keton, nitrit, lekosit dan blood.
5) Dasar teori
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana
komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Akhyar, 2013).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Wadah penampung urine
- Tabung sentrifuge/tabung reaksi
b) Bahan
- Spesimen urine
- Reagen stik carik celup
- Tissue
7) Prosedur kerja
a) Dimasukkan urine ke dalam tabung sebanyak ± 5 cc, tidak perlu disentrifuge.
97
b) Dimasukkan/dicelupkan stik ke dalam urine selama 60 detik.
c) Diambil stik dan ditiriskan dengan tissue kemudian dibaca.
d) Dilaporkan hasilnya: pH, BJ, protein, glukosa, urobilinogen, bilirubin, keton,
nitrit, lekosit, dan blood.
8) Hasil
Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2013
Nama : Gusti Ayu Sutiari
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 62 tahun
Hasil :
- Berat jenis : 1020
- pH : 5
Hari, tanggal : Kamis, 11 April 2013
Nama : Kadek Nengah
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Hasil :
- Berat jenis : 1010
- pH : 7
- Leukosit : +2
- Eritrosit : +1
Hari, tanggal : Jumat, 12 April 2013
Nama : Nengah Sandat Yani
Jenis kelamin : Perempuan
98
Umur : 5 tahun
Hasil :
- Berat jenis : 1015
- Keton : +2
9) Permasalahan
Permasalahan yang sering ditemui pada pemeriksaan urine dengan carik
celup adalah penambahan urine pada strip dengan tidak merata akan
menyebabkan hasil yag terbaca kurang tepat sehingga hasil pembacaan dengan
carik celup akan berbeda dengan pembacaan sediment saat menggunakan
mikroskop. Selain itu sampel urine yang didiamkan terlalu lama akan
menyebabkan munculnya bakteri dan pH urine berubah sehingga berpengaruh
terhadap hasil pemeriksaan.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat meneteskan urine pada strip/
saat mencelupkan reagen carik celup pada sampel urine, dimana harus mengenai
seluruh bagian elemen strip agar pada saat pembacaan tidak terjadi kekeliruan.
Sampel urine harus diperiksa sesegera mungkin setelah pengambilan untuk
menghindari terjadinya perubahan sifat-sifat sampel urine tersebut. Pada
pemeriksaan sampel urine dengan carik celup yang dilakukan di Puskesmas II
Denpasar Selatan selama pelaksanaan PKL yaitu sebanyak 3 pemeriksaan
diperoleh kesesuaian antara pemeriksaan carik celup dengan pemeriksaan sedimen
urine tersebut.
e. Tes kehamilan
99
1) Tujuan
Untuk mendeteksi adanya hormone HCG, sebagai penunjang tes kehamilan.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Imunokromatografi
4) Prinsip
Alat strip tes kehamilan mendeteksi adanya hormon HCG di dalam urine
yag dibaca secara kromatografi.
5) Dasar teori
Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah
dengan metode aglutinasi (direct atau indirect) dan metode strip. Keduanya
berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibody (immunoassay).
Metode aglutinasi dapat mendeteksi adanya beta-HCG di urin minimal 200
mIU/ml sedangkan metode strip lebih sensitif yaitu minimal 20-25 mIU/ml.
Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain lebih sensitif juga lebih
praktis (Labklinik, 2010).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Tempat penampung urine
b) Bahan
100
- Spesimen urine
- Strip tes kehamilan
7) Prosedur kerja
a) Diambil strip test dari kemasannya.
b) Dicelupkan strip test secara vertikal ke dalam sampel urine selama 10
sampai 15 detik jangan sampai melewati batas garis maksimum pada test
strip.
c) Diletakkan strip test pada tempat yang datar dan tidak menyerap air.
d) Ditunggu untuk dibaca hasil setelah 3 menit.
Interpretasi hasil :
- Hasil positif jika tampak dua garis berwarna.
- Hasil negatif jika tampak satu garis berwarna saja
8) Hasil
Tabel 16Jumlah Pemeriksaan Kehamilan
No. Tanggal Jumlah Pemeriksaan Hasil
1 Senin, 8 April 2013 1Positif : -
Negatif : 1
2 Rabu, 10 April 2013 2Positif : -
Negatif : 2
3 Jumat, 12 April 2013 1Positif : 1
Negatif : -
1 2 3 4
4 Senin, 15 April 2013 1 Positif : -
101
Negatif : 1
5 Rabu, 17 April 2013 1Positif : -
Negatif : 1
6 Jumat, 19 April 2013 3Positif : -
Negatif : 3
7 Selasa, 23 April 2013 1Positif : -
Negatif : 1
8 Jumat, 26 April 2013 1Positif : -
Negatif : 1
Total 11Positif : 1
Negatif : 10
Sumber: Data primer
Contoh pemeriksaan PPT pada pasien :
Hari, tanggal : Jumat, 19 April 2013
Nama : Luh Netri
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil : Negatif (-)
9) Permasalahan
Apabila pada saat pencelupan strip test pada sampel urine melewati batas
garis maksimum pada strip dapat menyebabkan hasil invalid.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
102
Pemeriksaan PPT di Puskesmas II Denpasar Selatan dilakukan untuk
mendeteksi kehamilan menggunakan sampel berupa urine dengan alat strip test
yang bekerja berdasarkan metode imunokromatografi dengan mendeteksi adanya
hormon HCG di dalam urine. Jumlah pemeriksaan PPT selama pelaksanaan
PKMD di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu 11 pemeriksaan, dengan jumlah
pemeriksaan positif sebanyak 1 dan pemeriksaan negatif sebanyak 10. Supaya
diperoleh hasil yang valid, pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan prosedur
dan secara hati-hati agar pada saat pencelupan strip test pada sampel urine tidak
melewati batas garis maksimum.
f. Pemeriksaan jamur
1) Tujuan
Untuk menemukan adanya hypa/spora pada secret genital, kulit dan kuku.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Pembuatan sediaan secara langsung (direk preparat).
4) Prinsip
Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan spesimen sehingga bila
mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat hypa dan atau spora.
5) Dasar teori
103
Mikosis sistemik merupakan infeksi jamur yang mengenai organ – organ
dalam. Ada dua macam infeksi yaitu : Infeksi sistemik primer dan infeksi
oportunis. Pada Infeksi Sistemik Primer ada beberapa infeksi yang disebabkan
olehjamuryaitu: Nocardiosis, Kriptokokosis, Histoplasmosis, Koksidioidomikosis,
Blastomikosis. Dan pada Infeksi Oportunis ada beberapa infeksi yang disebabkan
oleh jamur yaitu : Kandidiasis, Aspergilosis. Kandidiasis merupakan infeksi yang
disebabkan oleh jamur Candida , Candida yang paling patogen adalah Candida
albicans dan paling sering ditemukan . Genus ini hidup sebagai saprofit dan
merupakan flora normal kulit dan selaput mukosa, saluran pencernaan, vagina
dialam ditemukan pada air , tanah (Sodyxacun,2010).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Mikroskop
- Kaca penutup
- Kaca sediaan
- Spatel
- Kapas dan lidi steril
b) Bahan
- Spesimen (secret vagina/uretra, kulit dan kuku)
- KOH 10 – 20 %
7) Prosedur kerja
a) Diteteskan larutan KOH 10 – 20 % pada kaca sediaan yang telah berisi secret
spesimen.
104
b) Ditutup dengan kaca penutup.
c) Dibiarkan ± 15 menit atau dihangatkan di atas nyala api selama beberapa detik
untuk mempercepat proses lisis.
d) Diletakkan sediaan di atas meja mikroskop.
e) Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x kemudian 40x dan
diamati beberapa lapangan pandang.
8) Hasil
Contoh pemeriksaan jamur pada pasien :
Hari, tanggal : Jumat, 26 April 2013
Nama : Siti Maesaroh
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jenis spesimen : Secret vagina
Hasil : Negatif, tidak ditemukan adanya jamur
9) Permasalahan
Permasalahan yang ditemui saat dilakukan pemeriksaan jamur yaitu
peralatan yang dipergunakan seperti objek glass dan cover glass tidak bersih.
Sehingga menyulitkan dalam identifikasi jamur.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pada pemeriksaan jamur di Puskesma II Denpasar Selatan, sampel yang
paling sering dilakukan pemeriksaan jamur yaitu sampel berupa sekret Genital.
Sampel diambil di poli IMS kemudian dibuat dua hapusan. Satu hapusan untuk
pemeriksaan gram, dan satu lagi untuk pemeriksaan jamur.
105
g. Pewarnaan Gram dan pembacaan sediaan sekret genital
1) Tujuan
Untuk membedakan berbagai jenis bakteri atas dasar reaksinya terhadap
pewarnaan.
2) Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode yang digunakan adalah pengecatan Gram dan pembacaan secara
mikroskopis.
4) Prinsip
Pada pewarnaan Gram bakteri dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok Gram Positif bakteri tampak ungu tua dan Gram Negatif bakteri tampak
merah. Pembacaan dilakukan secara mikroskopis dengan pembacaan pada
mikroskop.
5) Dasar teori
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan
yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri.
Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan
seperti zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan
pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air
fuchsin. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan
106
mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna
ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat
pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat
pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan
tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam
struktur kimiawi dinding selnya (Wikipedia,2013).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Kaca objek
- Pipet
- Lampu spiritus
- Label
- Pengukur waktu
- Oil emersi
- Rak pewarnaan
- Rak pengeringan
b) Bahan
- Hapusan secret genital
- Reagen cat Gram
7) Prosedur kerja
a) Dituangi sediaan hapusan dengan kristal violet selama 2 – 3 menit
b) Dibuang sisa warna dan dibilas dengan air mengalir.
c) Dituangi sediaan dengan lugol 1 – 2 menit.
107
d) Dibuang sisa cat dan dibilas dengan air mengalir.
e) Dituangi sediaan dengan alkohol 20 – 40 detik atau sampai wrna benar-benar
luntur.
f) Dituangi sediaan dengan warna safranin selama 1 – 2 menit.
g) Dibuang sisa cat dan dibilas dengan air mengalir.
h) Dikeringkan sediaan dengan tissue dan diperiksa di bawah mikroskop dengan
pembesaran lensa objektif 100x memakai oil imersi.
8) Hasil
Tabel 17Jumlah Pemeriksaan Preparat Gram
No. Tanggal Jumlah Pemeriksaan
1 Senin, 8 April 2013 2
2 Selasa, 9 April 2013 -
3 Rabu, 10 April 2013 3
4 Kamis, 11 April 2013 1
5 Jumat, 12 April 2013 2
6 Sabtu, 13 April 2013 1
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 8
9 Selasa, 16 April 2013 2
10 Rabu, 17 April 2013 -
11 Kamis, 18 April 2013 5
12 Jumat, 19 April 2013 -
13 Sabtu, 20 April 2013 3
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 2
16 Selasa, 23 April 2013 -
17 Rabu, 24 April 2013 1
1 2 3
108
18 Kamis, 25 April 2013 1
19 Jumat, 26 April 2013 3
Total 34
Sumber: Data primer
Contoh pemeriksaan preparat Gram dengan sampel secret genital :
Hari, tanggal : Rabu, 10 April 2013
Nama : Kadek Ariani
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jenis spesimen : Secret vagina
Hasil : Streptobacillus (+), PMN (+), Clue cell (+)
Hari, tanggal : Rabu, 10 April 2013
Nama : Joko Suwanto
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Jenis spesimen : Secret uretra
Hasil : coccus (+)
9) Permasalahan
Permasalahan yang sering terjadi pada pemeriksaan secret genital adalah
hapusan yang terlalu tipis atau terlalu tebal serta jumlah sampel yang sedikit,
sehingga seringkali menyulitkan pembacaan pada mikroskop.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Pemeriksaan secret genital dengan pewarnaan gram bertujuan melihat
adanya bakteri atau mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada organ
109
genital. Adapun hasil pengamatan yang sering ditemukan pada sediaan, antara
lain: streptobacillus, coccus, diplococcus ekstrasel maupun intrasel, clue cell,
PMN, serta mikroorganisme lain yang menunjukkan jenis infeksi yang menyerang
organ genital pasien. Pemeriksaan preparat Gram pada secret genital di Puskesmas
II Denpasar Selatan sangat sering dilakukan. Permintaan biasanya datang dari
pasien dengan keluhan seperti keputihan atau gejala penyakit infeksi menular
seksual (IMS) lainnya. Selain itu juga dilakukan pada pasien dengan resiko tinggi
terjangkit penyakit menular seksual. Pengambilan spesimen dilakukan di poli
IMS, kemudian preparat hapusan spesimen akan dibawa ke laboratorium untuk
dicat dan dilakukan pengamatan pada mikroskop. Jumlah pemeriksaan preparat
Gram dari spesimen secret genital yang dilakukan di Puskesmas II Denpasar
Selatan selama pelaksanaan PKMD yaitu 34 pemeriksaan.
Jumlah sampel yang diperoleh untuk pemeriksaan dan pengecatan Gram
juga tergantung pada tingkat infeksi serta kondisi pasien. Apabila sampel yang
diperoleh sedikit, maka harus diperhatikan pada saat melakukan fiksasi agar
sampel melekat baik pada kaca sediaan, dan pewarnaan juga dilakukan dengan
hati-hati agar hapusan terwarnai dengan baik dan tidak luntur.
h. Pemeriksaan reduksi dan protein urine
1) Tujuan
Untuk pemeriksaan reduksi dan protein pada sampel urine secara
semikuantitatif.
2) Sasaran
110
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
3) Metode
Metode yang digunakan yaitu metode celup dan hasil dinilai secara
semikuantitatif.
4) Prinsip
Strip dicelupkan pada sampel urine hingga bereaksi dengan reagen pada
strip. Warna yang terbentuk dibandingkan dengan warna standar pada kemasan.
5) Dasar teori
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana
komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Akhyar, 2013).
6) Alat dan bahan
a) Alat
- Pot urine
b) Bahan
- Reagen strip tes untuk pemeriksaan reduksi urine dan protein urine.
- Sampel urine
111
7) Prosedur kerja
a) Alat dan bahan disiapkan
b) Strip dikeluarkan dari kemasan dan dicelupkan kedalam sampel urine
dalam wadah sampai bagian reagennya tercelup keseluruhan selama 5
detik.
c) Diangkat strip dan ditiriskan, kemudian dibandingkan dengan warna
standar yang terdapat pada bungkus reagen strip tes dalam waktu 60 detik.
d) Hasil dicatat.
8) Hasil
Tabel 18Jumlah Pemeriksaan Reduksi dan Protein Urine
No. Tanggal Jumlah Pemeriksaan Hasil
1 Senin, 8 April 2013 3Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
2 Selasa, 9 April 2013 4Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
3 Rabu, 10 April 2013 4
Reduksi urine :
- 1+ : 1 pemeriksaan
- Negatif : 3
pemeriksaan
Protein urine : Negatif
4 Kamis, 11 April 2013 3Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
5 Jumat, 12 April 2013 1Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
6 Sabtu, 13 April 2013 - -
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 3 Reduksi urine : Negatif
112
Protein urine : Negatif
9 Selasa, 16 April 2013 2Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
10 Rabu, 17 April 2013 1Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
11 Kamis, 18 April 2013 4Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
12 Jumat, 19 April 2013 1Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
13 Sabtu, 20 April 2013 1Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 2Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
16 Selasa, 23 April 2013 3Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
17 Rabu, 24 April 2013 - -
18 Kamis, 25 April 2013 1Reduksi urine : Negatif
Protein urine : Negatif
19 Jumat, 26 April 2013 - -
Total 33
Reduksi urine :
- 1+ : 1 pemeriksaan
- Negatif : 32
pemeriksaan
Protein urine :
Negatif
Sumber: Data primer
Contoh hasil pemeriksaan reduksi urine dan protein urine dengan strip test pada
pasien :
Hari, tanggal : Rabu, 10 April 2013
Nama : Ni Kadek Satriani
113
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil :
- Reduksi urine : 1+
- Protein urine : Negatif (-)
9) Permasalahan
Permasalahan yang ditemui dalam pemeriksaan ini adalah adanya pasien
yang tidak bisa buang air kecil. Sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan.
10) Pembahasan dan pemecahan masalah
Agar pemeriksaan dapat berjalan dengan baik, pasien sebaiknya
dianjurkan untuk banyak minum dan pemeriksaan ditunda sampai jadwal
pemeriksaan berikutnya.
5. Poli IMS (Infeksi Menular Seksual)
a. Tujuan
- Untuk menangani dan memberikan pengobatan terhadap penderita infeksi
menular seksual (IMS).
- Untuk melakukan pengambilan sampel seperti swab vagina, swab uretra, dan
rectal swab yang digunakan untuk mendiagnosa infeksi menular seksual
(IMS).
b. Sasaran
Semua pasien rawat jalan yang memerlukan penanganan dan pengobatan
terhadap infeksi menular seksual (IMS) di Puskesmas II Denpasar Selatan.
114
c. Metode
Metode yang digunakan yaitu pengambilan sampel secara langsung
dengan cara swab menggunakan lidi kapas steril.
d. Prinsip
Pengambilan sampel swab vagina, swab uretra, dan rectal swab dilakukan
dengan mengambil cairan atau secret yang terdapat dalam vagina, uretra, serta
anus penderita menggunakan lidi kapas steril lalu dibuat sedian menggunakan
obyek glas dan dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pengecatan dan
pengamatan dibawah mikroskop.
e. Dasar teori
Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual
(PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs),
Sexually Transmitted Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana
pengertian dari IMS ini adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat
hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. IMS disebut juga
penyakit kelamin atau penyakit kotor. Namun ini hanya menunjuk pada penyakit
yang ada di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya, karena menunjuk pada cara
penularannya (Ditjen PPM & PL, 1997).
IMS atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau
penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan
seksual. IMS yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang
paling terbesar diantaranya adalah AIDS, kaena mengakibatkan sepenuhnya pada
115
kematian pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengn antibiotik (Zohra dan
Rahardjo, 1999).
Menurut Aprilianingrum (2002), Infeksi Menular Seksual (IMS)
didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme
virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui
hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis.
f. Alat dan bahan
1) Alat
- Obyek glass
- Lampu senter
- Speculum
- Bengkok
- Pinset
- APD
2) Bahan
- Lidi kapas steril
- Kain kasa atau kapas steril
g. Cara kerja
a. Pengambilan Swab Vagina
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Penderita disuruh membuka celana ditidurkan diatas tempat tidur khusus
dengan posisi kaki dilekukkan dan mengangkang.
3) Speculum dimasukkan ke dalam lubang vagina pasien.
116
4) Dengan memakai speculum dibuka pelan-pelan lubang vagina.
5) Bagian dalam vagina diterangi dengan lampu senter agar terlihat lendir dan
kelainan-kelainan yang terdapat didalamnya.
6) Lendir atau cairan di tepi vagina diambil sedikit dengan lidi kapas steril dan
dibuat sediaan dengan cara dioleskan pada obyek glass atau
menggelindingkan pada obyek glas, kemudian hapusan tersebut dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa.
b. Pengambilan Swab Uretra
1) Pasien diminta melepaskan celana yang menutupi bagian organ genitalnya
dan diminta untuk tidur tertelentang.
2) Bila pasien tidak disirkumsisi, ditarik preputium kearah pangkal.
3) Dengan pincet, dibersihkan glans penis dengan kain kasa steril yang dibasahi
air garam fisiologis steril.
4) Dibuang kain kasa bekas pakai ini ke dalam tempat sampah medis. Pincet
yang telah dipakai dimasukkan ke dalam baskom yang berisi chlorin 0,5%.
5) Dimasukkan kapas lidi yang telah dibasahi NaCl fisiologis steril sedalam
kira-kira 1 cm sambil diputar untuk membersihkan orificium urthrae ecterna
dan bagian distal dari urethra.
6) Dibuang kapas lidi ini ke tempat sampah medis.
7) Pelan-pelan dimasukkan kapas lidi kedua yang dibasahi air garam fisiologis
steril, kedalam urethra sampai sedalam kira-kira 2 – 3 cm sambil diputar
searah jarum jam, kemudian sambil memutar, ditarik kapas lidi tersebut
pelan-pelan keluar.
117
8) disapukan melingkar kapas lidi ini pada bagian tengah permukaan satu kaca
benda bersih yang telah disiapkan. Dibiarkan terletak di meja atau
ditempatkan pada wadah bengkok sampai mengering.
9) Dibuang kapas lidi kedua ini ke dalam tempat sampah medis.
10) Dimasukkan lidi kapas basah ketiga ke dalam urethra sampai sedalam kira-
kira 2 – 3 cm sambil diputar searah jarum jam.
11) Dihapuskan lidi kapas pada kaca preparat.
12) Sediaan yang telah dibuat dibawa ke laboratorium untuk dicat dan dibaca
pada mikro.
c. Pengambilan Rectal Swab
1) Alat dan bahan yang akan digunakan, disiapkan dengan baik.
2) Orang yang hendak diambil swabnya, diminta untuk bersimpuh dan
menungging di atas tempat tidur.
3) Rectal swab diambil dengan membuka lubang anus, dan lidi kapas steril
dimasukkan ke dalam lubang anus dengan cara memutar ± 2-3 cm ke dalam
lubang anus.
4) Setelah dimasukkan, lidi kapas dikeluarkan dengan cara memutar lidi kapas
tersebut hingga keluar dari lubang anus.
5) Selanjutnya lidi kapas yangteah berisi spesimen dibuat hapusan pada objek
glass dan dikirim ke laboratorium untuk dicat dan dibaca dibawah mikroskop.
h. Hasil pengamatan
Tabel 19Jumlah Pemeriksaan di Poli IMS
118
No. Tanggal Jumlah Pengambilan Sampel
1 Senin, 8 April 2013 2
2 Selasa, 9 April 2013 -
3 Rabu, 10 April 2013 3
4 Kamis, 11 April 2013 1
5 Jumat, 12 April 2013 2
6 Sabtu, 13 April 2013 1
7 Minggu, 14 April 2013 Libur
8 Senin, 15 April 2013 8
9 Selasa, 16 April 2013 2
10 Rabu, 17 April 2013 -
11 Kamis, 18 April 2013 5
12 Jumat, 19 April 2013 -
13 Sabtu, 20 April 2013 3
14 Minggu, 21 April 2013 Libur
15 Senin, 22 April 2013 2
16 Selasa, 23 April 2013 -
17 Rabu, 24 April 2013 1
18 Kamis, 25 April 2013 1
19 Jumat, 26 April 2013 3
Total 34
Sumber: Data primer
h. Permasalahan
Pasien seringkali merasa segan saat diminta melakukan pengambilan
sampel untuk pemeriksaan infeksi menular seksual.
i. Pembahasan dan pemecahan masalah
Alur kerja dari pelayanan di Poli IMS Puskesmas II Denpasar Selatan
dimulai dari persiapan, dilanjukan dengan pemanggilan pasien, dan anamnesa
serta penjelasan prosedur IMS. Kemudian akan dilakukan pemeriksaan fisik yang
119
berkaitan dengan IMS. Apabila pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan,
maka dilakukan pencatatan dan pelaporan. Sementara jika pasien bersedia maka
akan diambil spesimen dan dilakuka pengiriman ke laboratorium untuk diperiksa.
Pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di Puskesmas II Denpasar Selatan,
dimana puskesmas ini merupakan Puskesmas rujukan untuk pemeriksaan penyakit
IMS di wilayah Denpasar Selatan. Pemeriksaan IMS yang sering ditemui, yaitu
pemeriksaan swab vagina, swab uretra, dan rectal swab. Pemeriksaan ini
dilakukan pada daerah intim atau anus sesuai jenis pemeriksaan dengan cara swab
lalu dibuat sediaan sehingga dapat diamati kelainan yang terdapat dalam vagina,
uretra, atau dubur dengan bantuan alat mikroskop.
Dalam melakukan pangambilan sampel swab vagina, uretra, atau rectal
swab harus memberikan privasi pada pasien supaya pengambilan berjalan dengan
baik sehingga pasien merasa nyaman dan tidak segan untuk melakukan
pemeriksaan. Pemeriksaan ini dilakukan pada daerah intim yang umumnya
infeksius sehingga mengeluarkan aroma yang tidak sedap maka harus dilakukan
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) yang lengkap antara lain yang harus
dipakai adalah masker, sarung tangan, dan jas laboratorium wajib digunakan
untuk melindungi petugas dari kuman infeksius dari pasien penderita IMS.
C. Kegiatan Luar Gedung
1. Mobile unit
a. Tujuan
120
Adapun tujuan dari mobile unit ini adalah untuk memberikan pemeriksaan
IMS dan VCT kepada pekerja seks komersial pada daerah lokalisasi di wilayah
kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
b. Analisis komunitas
Kegiatan mobile unit untuk pemeriksaan IMS dan VCT ini dilakukan pada
pekerja seks komersial pada daerah lokalisasi di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan yang meliputi daerah Jagung I, Pasiran, dan Jagung II. Target
pemeriksaan untuk setiap lokasi yaitu sebanyak 10 pasien. Pekerja seks komersial
memiliki resiko yang tinggi untuk terinfeksi penyakit menular seksual termasuk
HIV. Selain itu, pekerja seks komersial juga sangat berpeluang untuk menularkan
penyakit terhadap pelanggan maupun pasangannya saat melakukan hubungan
seksual, terutama hubungan yang tidak aman dan berisiko. Oleh, karena itu sangat
penting dilakukan pemeriksaan IMS dan VCT ini sebagai upaya preventif dalam
mencegah meluasnya infeksi penyakit menular seksual dan IMS di masyarakat.
c. Target sasaran
Yang menjadi target sasaran dalam kegiatan ini adalah pekerja seks
komersial pada daerah lokalisasi di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
d. Program planning
Program planning kegitan mobile unit untuk pemeriksaan IMS dan VCT
ini meliputi :
1. Wawancara dan konseling secara tertutup antara konselor dari petugas
Puskesmas yang berwenang kepada pekerja seks komersial yang menjadi
target pemeriksaan.
121
2. Melakukan pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan darah untuk sifilis, VCT,
serta pengambilan sampel secret vagina untuk pembuatan sediaan dan dibaca
di bawah mikroskop.
3. Pemberian konseling dan pemberitahuan hasil pemeriksaan, disertai dengan
pemberian obat serta alat kontrasepsi berupa kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
e. Implementasi
Dalam implementasi di lapangan, petugas Puskesmas Densel II dibantu
dengan mahasiswa dapat menyelesaikan program dengan baik dan tepat waktu.
Semua program yang direncanakan berjalan sesuai rencana.
f. Evaluasi
Target yang merupakan pekerja seks komersial di daerah lokalisasi Jagung
I, Jagung II, dan Pasiran bersedia untuk mengikuti pemeriksaan. Semua program
yang direncanakan berjalan sesuai rencana dan telah memenuhi target yang
ditetapkan.
g. Waktu dan pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada waktu yang berbeda selama 3 hari, yaitu:
- Kegiatan mobile unit I
Waktu : Selasa, 16 April 2013
Tempat : wilayah lokalisasi Jagung II
- Kegiatan mobile unit II
Waktu : Rabu, 17 April 2013
Tempat : wilayah lokalisasi Pasiran
122
- Kegiatan mobile unit III
Waktu : Jumat, 19 April 2013
Tempat : wilayah lokalisasi Jagung I
Pelaksanaan kegiatan mobile unit untuk pemeriksaan IMS dan VCT ini
dilaksanakan oleh petugas Puskesmas II Denpasar Selatan dan seluruh peserta
PKMD, yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Denpasar.
h. Hasil
Kegiatan mobile unit untuk pemeriksaan IMS dan VCT oleh petugas
Puskesmas Densel II dibantu dengan mahasiswa dapat berjalan dengan baik dan
tepat waktu. Semua program yang direncanakan berjalan sesuai rencana dan telah
memenuhi target pemeriksaan yang ditetapkan. Adapun total pemeriksaan yang
telah dilakukan dalam program ini, yaitu :
- IMS : 78 pemeriksaan
- VCT : 88 pemeriksaan
i. Permasalahan
Adapun permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan mobile unit ini
yaitu ada beberapa pasien yang menolak diperiksa dengan alasan takut untuk
diambil sampel darah. Selain itu, jumlah permintaan pemeriksaan yang melebihi
target, menyebabkan reagen pemeriksaan yang dibawa saat kegiatan tidak
mencukupi.
123
j. Pembahasan dan pemecahan masalah
Kegiatan mobile unit untuk pemeriksaan IMS dan VCT pada pekerja seks
komersial di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan ini merupakan program
rutin, dimana kegiatan ini dilaksanakan dengan mendatangi langsung target
pemeriksaan pada lokasi yang telah ditentukan. Pelaksanaan kegiatan ini
dilaksanakan setelah jam kerja di Puskesmas selesai yaitu dari pukul 14.00 WITA
sampai 17.00 WITA, sehingga tidak mengganggu kegiatan pelayanan di
Puskesmas.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, seringkali pasien tidak bersedia diambil
sampel darah dengan alasan takut. Untuk itu pasien dibujuk agar bersedia
melakukan pengambilan darah, dengan alasan untuk mengetahui kondisi
kesehatan dari pasien.
Jumlah reagen yang dibawa pada pelaksanaan program cukup terbatas
sesuai dengan yang tersedia di Puskesmas dan sesuai target yang ditetapkan.
Sehingga, apabila jumlah permintaan pemeriksaan melebihi target, reagen tersebut
tidak mencukupi. Untuk itu pasien diminta datang langsung ke Puskesmas II
Denpasar Selatan setelah jam pelayanan untuk melakukan pemeriksaan.
2. Penyuluhan kesehatan tentang Penyakit Diabetes dan pemeriksaan gula
darah pada usia lanjut
a. Tujuan
- Untuk memberikan pengetahuan serta wawasan kepada masyarakat mengenai
bahaya penyakit diabetes melalui penyuluhan kesehatan
124
- Untuk memberikan gambaran hasil pemeriksaan gula darah sewaktu sebagai
upaya pencegahan penyakit diabetes
b. Analisis komunitas
Banjar Tengah Renon memiliki kelompok Lansia dengan jumlah anggota
60 orang. Dalam penyuluhan yang dilakukan mahasiswa, dihadiri oleh 32 orang
dengan usia di atas 45 tahun. Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal
dan fisik yang dimulai dari adanya beberapa perubahan dalam hidup. Pada
penyuluhan penyakit diabetes dan pemeriksaan gula darah sewaktu dilakukan
pada lansia dan orang yang berusia di atas 45 tahun karena pada usia tersebut
diketahui merupakan kelompok yang berisiko terhadap penyakit diabetes. Pada
penyuluhan penyakit diabetes dan pemeriksaan gula darah sewaktu yang
dilaksanakan juga disertai dengan pemeriksaan tekanan darah karena individu
dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi memiliki risiko tinggi terhadap
penyakit diabetes.
c. Target sasaran
Yang menjadi target sasaran dalam penyuluhan penyakit Diabetes dan
pemeriksaan gula darah sewaktu ini adalah:
1. Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan. Dalam
penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan gula darah sewaktu ini sasarannya
adalah kelompok lansia dan masyarakat yang berusia di atas 45 tahun di
Banjar Tengah Renon.
2. Tokoh-tokoh yang berkaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan
penyuluhan kesehatan, dengan harapan setelah diberikan penyuluhan
125
kesehatan maka tokoh tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali
menyampaikan isi penyuluhan kesehatan pada orang-orang di lingkungan
sekitarnya. Tokoh yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan
pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk orang –
orang sekitarnya. Dalam penyuluhan yang dilakukan, diharapkan kelompok
lansia mampu menyebarluaskan informasi yang telah didapatkan yaitu kepada
anggota keluarga, kelompok sebaya, dan masyarakat di lingkungan sekitar.
3. Sasaran berikutnya dari penyuluhan kesehatan di Banjar Tengah Renon
adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy
maker) yaitu Kepala Lingkungan Banjar Tengah Renon. Hal ini dilakukan
dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek atau dampak serta
pengaruh bagi sasaran pada umumnya yaitu kelompok lansia dan khususnya
kepada anggota keluarga, kelompok sebaya, serta masyarakat di lingkungan
sekitar tempat tinggal sehingga usaha ini sejalan dengan strategi advokasi
(advocacy).
d. Program planning
Program planning dalam pemberian penyuluhan penyakit diabetes dan
pemeriksaan gula darah sewaktu yang dilakukan pada lansia di Banjar Tengah
Renon ini meliputi:
1) Penyampaian penyebab, risiko, gejala, dan pencegahan diabetes kepada
sasaran (komunitas lansia) melalui presentasi dengan menggunakan lembar
126
balik. Mahasiswa menjalin komunikasi dua arah dengan peserta penyuluhan
untuk memastikan para peserta penyuluhan mengikuti dengan baik
penyuluhan yang sedang dibawakan.
2) Pemberian brosur tentang penyebab, risiko, gejala, dan pencegahan diabetes
kepada kelompok lansia diharapkan melalui brosur yang diberikan informasi
dapat disebarluaskan.
3) Pemeriksaan gula darah sewaktu pada lansia. Sebelum dilakukan pemeriksaan
gula darah sewaktu, terlebih dahulu kelompok lansia memenuhi syarat
administrasi meliputi nama, umur serta dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
e. Implementasi
Dalam implementasi di lapangan, mahasiswa dapat menyelesaikan
program dengan baik dan tepat waktu. Semua program yang direncanakan
berjalan sesuai rencana.
f. Evaluasi
Dari target maksimal 50 orang lansia, yang datang dan mengikuti
penyuluhan hanya 32 orang. Hal ini dikarenakan adanya kegiatan upacara Pitra
Yadnya pada hari tersebut. Pada penyuluhan penyakit diabetes terlihat lansia
menyimak dengan seksama informasi yang disampaikan oleh mahasiswa. Setelah
dilakukan pemeriksaan diketahui 13 orang memiliki kadar gula darah yang tinggi.
Sejak penyuluhan dan pemeriksaan ini dilakukan kelompok lansia lebih peduli
terhadap kesehatan. Hal ini ditunjukkan melalui adanya beberapa lansia yang
kembali memeriksakan kadar gula darah ke Puskesmas II Denpasar Selatan.
127
Selain itu, kelompok lansia yang datang berkunjung juga berkonsultasi mengenai
cara mengatur pola makan sehingga dapat mengontrol kadar gula darah.
g. Waktu dan pelaksanaan
Hari, tanggal : Sabtu, 20 April 201
Waktu : 07.30 – 11.00 WITA
Tempat : Banjar Tengah Renon, Denpasar Selatan.
Pelaksanaan : Penyuluhan kesehatan mengenai penyakit Diabetes dan
pemeriksaan gula darah dilaksanakan oleh seluruh peserta PKMD di
Puskesmas IV Denpasar Selatan, yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar.
h. Hasil
Penyuluhan kesehatan mengenai penyakit Diabetes dan pemeriksaan gula
darah di Banjar Tengah Renon berjalan dengan lancar, semua program planning
mahasiswa dapat dikerjakan dengan baik. Peserta penyuluhan dapat menerima
dengan baik isi dari penyuluhan kesehatan, terbukti dari beberapa lansia datang ke
Puskesmas II Denpasar Selatan untuk melakukan pemeriksaan gula darah dan
berkonsultasi mengenai cara pencegahan penyakit Diabetes. Berdasarkan dari
hasil pemeriksaan gula darah diperoleh sebanyak 13 orang lansia memiliki kadar
gula darah tinggi dan 19 orang lansia memiliki kadar gula darah normal.
i. Permasalahan
Permasalahan yang ditemui mahasiswa ketika melakukan penyuluhan dan
pemeriksaan gula darah adalah pada pelaksanaan penyuluhan tidak sesuai dengan
128
yang direncanakan karena lansia tidak datang serentak sehingga penyuluhan
dilakukan dalam 3 sesi.
j. Pembahasan dan pemecahan masalah
Pada penyuluhan tentang penyakit diabetes dilakukan penyampaian
informasi mengenai penyebab, risiko, gejala, dan pencegahan penyakit diabetes
kepada lansia melalui presentasi dengan menggunakan lembar balik. Mahasiswa
menjalin komunikasi dua arah dengan peserta penyuluhan untuk memastikan para
peserta penyuluhan mengikuti dengan baik penyuluhan yang sedang dibawakan.
Peserta penyuluhan aktif bertanya mengenai penyakit diabetes. Selain itu,
dilakukan pemberian brosur tentang penyebab, risiko, gejala, dan pencegahan
diabetes kepada kelompok lansia diharapkan melalui brosur yang diberikan
informasi dapat disebarluaskan kepada anggota keluarga, kelompok sebaya, dan
masyarakat di lingkungan sekitar.
Sebelum dilakukan pemeriksaan gula darah terlebih dahulu dilakukan
proses pendaftaran atau syarat administrasi meliputi nama, umur, dan tanda
tangan serta dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Penyuluhan dan pemeriksaan
gula darah yang dilakukan dimana lansia tidak datang serentak sehingga
diperlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan penyuluhan. Kegiatan
penyuluhan dan pemeriksaan gula darah yang dilakukan menjadi tidak
berkesinambungan sehingga mahasiswa harus menunggu lebih lama sampai
semua lansia berkumpul.
3. Penyuluhan kesehatan untuk dokter kecil dan pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) di sekolah
129
a. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan serta wawasan kepada siswa SD
mengenai cara penanganan dan pencegahan kesehatan dalam lingkungan sekolah
dan keluarga.
b. Analisis komunitas
Penyuluhan dokter kecil dilakukan pada 4 Sekolah Dasar (SD) yang ada di
kelurahan Sanur dimana siswa-siswi yang dipilih adalah siswa-siswi kelas 4 dan
5. Beberapa SD yang dilakukan penyuluhan dokter kecil antara lain :
- SD Negeri 12 Sanur memiliki siswa-siswi yang ikut dalam penyuluhan dokter
kecil berjumlah sebanyak 14 orang.
- SD Negeri 8 Sanur memiliki siswa-siswi yang ikut dalam penyuluhan dokter
kecil berjumlah sebanyak 30 orang.
- SD Negeri 10 Sanur memiliki siswa-siswi yang ikut dalam penyuluhan dokter
kecil berjumlah sebanyak 39 orang.
- SD Negeri 11 Sanur memiliki siswa-siswi yang ikut dalam penyuluhan dokter
kecil berjumlah sebanyak 26 orang.
Komunitas dokter kecil sekolah adalah kumpulan siswa - siswi yang
terpilih menjadi teladan bagi siswa – siswi lainnya di sekolah yang telah mendapat
pelatihan dan binaan khusus di bidang kesehatan. Memberikan penyuluhan
kesehatan mengenai P3K, Diare, Demam Berdarah, Rabies dan Cara cuci tangan
yang baik dan benar terhadap komunitas ini diharapkan dapat dengan segera
dirasakan manfaatnya bagi siswa- siswi lainnya. Siswa – siswi diharapkan dapat
mencegah timbulnya suatu penyakit dengan tindakan preventif dan dapat
menagani masalah kesehatan kecil yang terjadi di lingkungan sekolah.
130
c. Target sasaran
Yang menjadi target sasaran dalam penyuluhan ini adalah:
1. Sasaran Primer
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan. Dalam
penyuluhan kesehatan ini sasaran primernya adalah siswa – siswi di SD Negeri 12
Sanur, SD Negeri 8 Sanur, SD Negeri 10 Sanur dan SD Negeri 11 Sanur.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh yang
berkaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan penyuluhan kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan penyuluhan kesehatan maka tokoh tersebut akan
dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan isi penyuluhan kesehatan
pada orang – orang di lingkungan sekitarnya.
Tokoh yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar
dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk orang – orang sekitarnya.
Dalam penyuluhan yang dilakukan, sasaran primernya adalah siswa – siswi yang
tergabung dalam komunitas dokter kecil di SD Negeri 12 Sanur, SD Negeri 8
Sanur, SD Negeri 10 Sanur dan SD Negeri 11 Sanur.
3. Sasaran Tersier
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam suatu promosi kesehatan
dalam hal ini penyuluhan kesehatan di sekolah adalah pembuat keputusan
(decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan
dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan
oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran
131
primer maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi
(advocacy). Sasaran tersier dalam penyuluhan ini adalah kepala sekolah serta para
guru di SD Negeri 12 Sanur, SD Negeri 8 Sanur, SD Negeri 10 Sanur dan SD
Negeri 11 Sanur.
d. Program planning
Program planning dalam pemeberin penyuluhan kesehatan yang dilakukan
pada siswa-siswi yang tergabung dalam dokter kecil ini meliputi:
1) Pemilihan seksi-seksi dan penyampaian tugas dari masing-masing seksi yang
terdiri dari 5 seksi yaitu :
1. Seksi Penyuluhan
Anggotanya terdiri dari anak-anak yang lebih berprestasi dan pintar
mengemukakan pendapat. Anggotanya harus menguasai materi
penyuluhan Kesehatan dan mampu member penyuluhan.
2. Seksi Pelayanan
Anggotanya mampu member pertolongan pertama pada kejadian-
kejadian yang terjadi pada teman di lingkungan sekolah.
3. Seksi Kesehatan Lingkungan
Anggota yang dipilih anak-anak yang tegas dan disegani, serta juga
bertanggung jawab terhadap kebersihan baik dalam maupun di luar kelas.
4. Seksi Keamanan
Anggotanya sebaiknya terdiri dari anak laki-laki saja. Bila ada anak-anak
yang mendapat kecelakaan/pingsan anggota seksi ini bertugas
mengangkat ke ruang UKS.
5. Seksi Dana Sehat
132
Membantu guru dalam pembukaan dana sehat serta pengadaan obat.
2) Penyampaian materi-materi yang berkaitan dengan keperluan yang
dibutuhkan oleh dokter kecil yaitu : materi Diare, Demam Berdarah, Rabies,
P3K dan pengetahuan tentang cara cuci tangan yang baik dan benar.
3) Mempraktikkan bersama cara mencuci tangan yang benar.
4) Tanya jawab mengenai materi yang diajarkan dan tugas masing-masing seksi
yang belum dimengerti.
e. Implementasi
Dalam implementasi di lapangan, mahasiswa dapat menyelesaikan
program dengan baik dan tepat waktu. Semua program yang direncanakan
berjalan sesuai rencana.
f. Evaluasi
Evaluasi program langsung dilakukan dengan cara menyampaikan materi
secara langsung dengan metode yang mudah dimengeti oleh anak-anak. Materi
yang disampaikan adalah tentang Diare, Demam Berdarah, Rabies, P3K dan
pengetahuan tentang cara cuci tangan yang baik dan benar. Di akhir kegiatan
dilakukan praktek secara langsung tentang cuci tangan dan evaluasi pada beberapa
siswa serta dilakukan juga tanya jawab tentang materi yang belum dimengerti.
Hasil evaluasi menunjukkan siswa mampu berinteraksi dan bertanya tentang
materi yang belum dimengerti dngan baik dan mampu member umpan balik dari
setiap pertanyaan yang diberikan serta mampu mempraktikkan cara mencuci
tangan yang benar menggunakan sabun pada air yang mengalir.
g. Waktu dan pelaksanaan
133
Tempat : SD Negeri 12 Sanur, SD Negeri 8 Sanur, SD Negeri 10
Sanur dan SD Negeri 11 Sanur, Denpasar Selatan.
Waktu : 09.00 – 11.00 WITA
Pelaksanaan : Penyuluhan dokter kecil mengenai materi tentang Diare,
Demam Berdarah, Rabies, P3K dan pengetahuan tentang cara cuci tangan
yang baik dan benar yang diikuti oleh seluruh dokter kecil yang terpilih yang
disampaikan oleh dua orang mahasiswa dari Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Denpasar dan satu orang pembimbing dari Puskesmas II Denpasar
Selatan.
h. Hasil
Penyuluhan kesehatan yang dilakukan di SD Negeri 12 Sanur, SD Negeri
8 Sanur, SD Negeri 10 Sanur dan SD Negeri 11 Sanur, Denpasar Selatan berjalan
dengan lancar, semua proggram planning mahasiswa dapat dikerjakan dengan
baik. Peserta penyuluhan dapat menerima dengan baik isi dari penyuluhan
kesehatan, terbukti dari sebagian siswa bisa mempraktikkan cara mencuci tangan
yang benar.
i. Permasalahan
Permasalahan yang ditemui mahasiswa ketika melakukan penyuluhan
adalah ketika penyampaian materi terdapat beberapa orang anak yang tidak
memperhatikan dan bercanda selain itu kurangnya koordinasi antara petugas
puskesmas dengan pihak sekolah pada SD Negeri 12 sehingga ada sebagian
dokter kecil yang tidak mengikuti penyuluhan.
j. Pembahasan dan pemecahan masalah
134
Penyuluhan dokter kecil yang dilakukan pada 4 sekolah dasar yang berada
di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan dilakukan dengan cara
menyampaikan materi-materi kesehatan yang diperlukan untuk dokter kecil
sebagai usaha mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi di
lingkungan sekolah serta selain itu dapat menolong teman yang mengalami
kecelakaan atau sakit sehingga dapat ditangani terlebih dahulu sebelum dirujuk ke
lokasi rujukan seperti puskesmas atau rumah sakit.
Penyampaian materi yang dilakukan pada dokter kecil yang terpilih antara
lain materi tentang Diare, Demam Berdarah, Rabies, P3K dan pengetahuan
tentang cara cuci tangan yang baik dan benar. Dalam penyampain materi-materi
tersebut terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan, sehingga
narasumber yang memberi materi harus dapat menyampaikan dengan metode
yang menyenangkan dan menarik perhatian peserta agar lebih antusias.
Selain itu permasalahan yang ditemui pada saat penyuluhan dokter kecil
yaitu kurangnya koordinasi antara pihak Puskesman dan pihak Sekolah sehingga
menyebabkan beberapa dokter kecil tidak hadir dalam penyuluhan karena kelas
dokter kecil yang tidak hadir tersebut mulai sekolah siang hari. Sehingga untuk
menanggulangi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan materi pada
anak-anak yang hadir dan menyuruh mereka untuk mencatat serta melakukan
penyampaian kepada teman yang tidak hadir sehingga mereka dapat sedikitnya
mengerti tentang materi yang diberikan dan mengetahui tugasnya pada seksi
masing-masing.
135