pintu otomatis (simulasi plc)

70
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komputer untuk saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan banyak munculnya suatu peralatan elektronnik yang menggunakan mikroprosesor sebagai pusat pengontrolan. Misalnya saja hanphone, komputer dengan kecepatan yang sangat tinggi dalam ukuran Giga Hz, PLC (Programmable Logic Control), mobil dengan menggunakan mikrokontroller, robot, dan alat-alat elektronik lainnya. Dengan munculnya perangkat elektronik yang menggunakan mikrokontroller, dapat membuat suatu pekerjaan dapat menjadi lebih mudah dan efisien. Selain itu banyak kelebihan yang dapat diambil dengan adanya mikrokontroller. Salah satu contohnya adalah mesin-mesin yang terdapat pada pabrik. Apabila mesin-mesin tersebut digerakkan secara manual, banyak kesulitan yang akan timbul, hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diinginkan, dibutuhkan sumber daya manusia yang cukup besar untuk setiap

Upload: tedy-hs

Post on 07-Aug-2015

1.249 views

Category:

Documents


132 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi komputer untuk saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini

ditandai dengan banyak munculnya suatu peralatan elektronnik yang menggunakan

mikroprosesor sebagai pusat pengontrolan. Misalnya saja hanphone, komputer dengan kecepatan

yang sangat tinggi dalam ukuran Giga Hz, PLC (Programmable Logic Control), mobil dengan

menggunakan mikrokontroller, robot, dan alat-alat elektronik lainnya.

Dengan munculnya perangkat elektronik yang menggunakan mikrokontroller, dapat

membuat suatu pekerjaan dapat menjadi lebih mudah dan efisien. Selain itu banyak kelebihan

yang dapat diambil dengan adanya mikrokontroller. Salah satu contohnya adalah mesin-mesin

yang terdapat pada pabrik. Apabila mesin-mesin tersebut digerakkan secara manual, banyak

kesulitan yang akan timbul, hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diinginkan, dibutuhkan

sumber daya manusia yang cukup besar untuk setiap mesinnya, dan kesulitan-kesulitan lainnya.

Tetapi dengan menggunakan mikrokontroller sebagai pusat pengontrolan, kesulitan-kesulitan

tersebut dapat dikurangi. Dengan menggunakan mikrokontroller, suatu sistem yang bekerja tidak

akan melakukan pekerjaan lain yang tidak sesuai dengan yang diperintahkan oleh

mikrokontroller tersebut. Dengan kata lain, suatu mikrokontroller yang telah diprogram akan

menginstruksikan perangkat lain yang terhubung dengannya sesuai dengan isi dari program yang

telah diberikan padanya.

Page 2: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Pada umumnya proses pengontrolan suatu sistem dibangun oleh sekelompok alat

elektronik, yang dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas, akurasi, dan mencegah terjadinya

transisi pada proses, dan proses pengontrolan pada mesin-mesin tersebut masih banyak yang

menggunakan papan elektronik sebagai sistem kontrol. Penggunaan papan elektronik ini

membutuhkan banyak sekali interkoneksi di antara relai untuk membuat agar sistem dapat

bekerja. Dengan kata lain, untuk menghubungkan relai-relai tersebut dibutuhkan sistem

pengkabelan yang sangat banyak dan rumit. Dengan adanya PLC kekurangan dari sistem

pengontrolan tersebut dapat diatasi, karena PLC dapat mengeksekusi program yang tersimpan

didalam memori. PLC dapat memonitor status dari suatu sistem berdasarkan sinyal input yang

masuk pada PLC dan untuk sistem pengkabelannya tidak terlalu rumit.

Melihat beberapa kelebihan yang terdapat pada PLC, alat ini dapat dimanfaatkan baik

dalam industri besar maupun industri kecil. Tetapi PLC sering digunakan pada industri besar,

karena biaya yang dikeluarkan untuk perancangan sistem dengan menggunakan PLC sangatlah

mahal. Dalam tulisan ini akan dibahas suatu sistem sederhana mengenai pengendalian sistem

pintu otomatis dengan menggunakan PLC sebagai pengontrolnya. Apabila ada benda yang

terdeteksi di depan pintu tersebut, maka secara otomatis pintu tersebut dapat terbuka dengan

sendirinya. Dan apabila benda tersebut telah melewati jarak yang diinginkan, maka pintu tersebut

akan menutup secara otomatis. Sehingga tidak diperlukan tenaga manusia untuk membuka

maupun menutup pintu tersebut.

Page 3: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

1.2 Ruang Lingkup

Pada pembahasan ini hanya meliputi perangkat elektronik yang dikendalikan oleh PLC,

perangkat keras yang digunakan PLC dan bahasa pemrograman yang dapat digunakan oleh PLC.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat tugas akhir ini adalah menganalisa sistem kerja PLC dan

memanfaatkan alat ini sebagai suatu sistem pengontrolan tanpa harus memonitor apabila salah

satu rangkaian elektronik yang terhubung dengan PLC tersebut mengalami kerusakan. Dengan

kata lain, bila sistem tersebut tidak bekerja maka PLC dapat memonitor rangkaian elektronik

yang tidak berfungsi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini bagi penulis adalah penerapan teori yang telah didapat selama

kuliah, terhadap suatu perangkat elektronik yang menggunakan mikrokontroller sebagai

pengendali dari suatu sistem yang digunakan untuk mengendalikan pusat pengontrolan dari

sistem yang akan dikerjakan.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan dalam melakukan penulisan ini, penyajian penulisan dilakukan

melalui uarian bab dan sub bab sebagai berikut :

Page 4: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

1.5.1 BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang sistem, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, kegunaan

penelitian dan metode dari penulisan.

1.5.2 BAB II TINJAUAN UMUM

Bab ini berisi teori-teori penunjang yang berkaitan dalam pembuatan

penulisan tugas akhir ini.

1.5.3 BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan penjelasan sistem yang dijalankan tanpa menggunakan

PLC sebagai pengontrolnya. Dengan kata lain, sistem yang dijalankan secara

manual. Dan berisikan penjelasan sistem bila menggunakan PLC, serta bahasa

pemrograman yang dikenali oleh PLC FP Sigma.

1.5.4 BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisikan pembahasan tentang cara kerja sistem baik secara otomatis

maupun manual, kelemahan dan kekurangan sistem, seta langkah-langkah

pembuatan program PLC untuk sistem secara otomatis.

1.5.5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil yang telah dicapai pada bab

atau subbab sebelumnya serta saran-saran yang bermanfaat agar sistem yang telah

dicapai dapat menjadi lebih baik lagi kesempurnaannya.

Page 5: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini akan dibahas mengenai teori teori dan hal hal yang menunjang

berfungsinya sistem pengendalian pintu ptomatis dengan menggunakan PLC FP

2.1 Sejarah PLC

PLC pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an. PLC dibuat untuk mengurangi beban

ongkos perawatan dan penggantian sistem kontrol mesin yang menggunakan relai. Bedford

Association mengusulkan MODICON (Modular Digital Controller) untuk perusahaan yang ada

di Amerika. MODICON 084 merupakan PLC pertama yang digunakan pada produk yang

bersifat komersil. Semakin meningkatnya kebutuhan dalam proses produksi menyebabkan sistem

harus sering diubah-ubah. Apabila sistem yang digunakan merupakan relai mekanik, tentu saja

hal itu akan menjadi masalah besar. Selain masa penggunaannya terbatas, sistem juga

membutuhkan perawatan yang cermat. Jika terjadi kerusakan maka akan sangat sulit untuk

menemukannya. Oleh sebab itulah dibutuhkan pengontrol yang memudahkan baik dalam

perawatan maupun penggunaannya.

Pada tahun 70-an, teknologi PLC yang dominan adalah mesin sequencer dan CPU yang berbasis

bit-slice. Processor AMD 2901 dan 2903 cukup populer digunakan dalam MODICON dan PLC

A-B. Kemampuan komunikasi pada PLC muncul pada awal tahun 1973. Sistem yang pertama

adalah Modbus dari MODICON. Pada tahun 1980-an dilakukan usaha untuk menyetandarisasi

komunikasi dengan protokol milik General Motor (MAP). Pada tahun 1990-an dilakukan reduksi

Page 6: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

protokol baru dan modernisasi lapisan fisik dari protokol-protokol yang populer. Standar

terakhir, yaitu IEC 1131-3,

berusaha menggabungkan bahasa pemrograman PLC dibawah satu standar internasional.

Selanjutnya akan dibahas mengenai PLC FP.

2.2 PLC FP

Secara umum PLC memiliki bagian-bagian yang sama dengan komputer, diantaranya; CPU,

MEMORY, I/O, catu daya, jalur komunikasi, dan jalur tambahan. PLC FP dikendalikan

menggunakan perangkat lunak yang biasa disebut Ladder Schematic (diagram tangga). Program

ladder untuk PLC FP, menggunakan FP WIN GR V 2.00 Diagram blok perangkat keras PLC

FP dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bagian-Bagian PLC FP

Page 7: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

2.2.1 CPU

CPU (Central Processing Unit) merupakan pengatur utama, merupakan otak dari PLC.

Mikrokontroller ATMEL merupakan mikrokontroller 8 bit, tidak jauh berbeda dengan PLC yang

dapat dikatakan sebagai mikrokontroller 16 atau 32 Bit. CPU ini berfungsi untuk melakukan

komunikasi dengan PLC, interkoneksi pada setiap bagian PLC, mengeksekusi program, serta

mengatur input dan output sistem.

2.2.2 Memory Internal

Memory merupakan tempat menyimpan data sementara dan menyimpan program yang harus

dijalankan, dimana program tersebut merupakan hasil terjemahan dari ladder diagram yang

dibuat oleh user. Sistem memory pada PLC FP juga mengarah pada teknologi flash memory.

Dengan menggunakan flash memory maka akan sangat mudah bagi pengguna untuk melakukan

programming maupun reprogramming secara berulang-ulang. Selain itu pada flash memory juga

terdapat EEPROM yang dapat dihapus berulang-ulang.

Sistem memory dibagi dalam blok-blok, dimana masing-masing blok memiliki fungsi sendiri.

Beberapa bagian dari memory digunakan untuk menyimpan status dari input dan output,

sementara bagian memory yang lain digunakan untuk menyimpan variabel yang digunakan pada

program seperti nilai timer dan counter. PLC memiliki suatu rutin kompleks yang digunakan

untuk memastikan memori PLC tidak rusak. Hal ini dapat dilihat lewat lampu indikator pada

PLC tersebut. PLC FP memiliki memory internal sebanyak 1200 step ladder.

2.2.3 Catu Daya PLC

Page 8: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Catu daya (power supply) di gunakan untuk memberikan tegangan pada PLC. Tegangan

masukan pada PLC biasanya sekitar 24 VDC atau 220 VAC. Pada PLC yang besar, catu daya

biasanya diletakkan terpisah. Catu daya tidak digunakan untuk memberikan daya secara

langsung ke input maupun output, yang berarti input maupun output murni berfungsi sebagai

saklar. Jadi pengguna harus menyediakan sendiri catu daya untuk input dan output PLC. Dengan

cara demikian PLC tidak akan rusak.

2.2.4 Input PLC

Kemampuan suatu sistem otomatis bergantung pada kemampuan PLC dalam membaca sinyal

dari berbagai peranti input. Untuk mendeteksi suatu proses atau kejadian dibutuhkan sensor yang

tepat untuk masing-masing kondisi. Dengan kata lain, sinyal input dapat berupa logika 0 atau 1

(On/Off). PLC yang berukuran kecil biasanya hanya mempunyai jalur input digital sedangkan

yang berukuran agak besar mampu menerima input analog. Sinyal analog yang sering dijumpai

adalah sinyal arus 4-20 mA. Selain itu, peralatan lain yang dapat digunakan sebagai input, seperti

robot atau video. Sebagai contoh, robot dapat memberikan sinyal pada PLC jika robot telah

selesai melaksanakan tugasnya.

Pada jalur input PLC sebenarnya memiliki antarmuka yang berhubungan pada CPU. Antarmuka

ini digunakan untuk menjaga agar sinyal-sinyal yang tidak diinginkan tidak masuk kedalam

PLC. Selain itu antarmuka ini juga berfungsi untuk mengkonversi sinyal-sinyal input yang

Page 9: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

mempunyai tegangan kerja yang tidak sama dengan CPU agar menjadi sama dengan CPU.

Rancangan antarmuka pada PLC dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Antarmuka Input PLC

Rangkaian pada gambar diatas dapat dinamakan dengan rangkaian opto-isolator yang artinya

tidak ada hubungan kabel dengan dunia luar. Cara kerja dari rangkaian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut. Ketika bagian input menerima sinyal maka akan mengakibatkan LED menjadi

on sehingga Photo-transistor menerima cahaya dan akan menghantarkan arus On sehingga

tegangannya drop dibawah 1 volt. Hal ini akan menyebabkan CPU membaca logika 0. begitu

juga sebaliknya.

2.2.5 Output PLC

Suatu sistem otomatis tidak akan lengkap jika sistem tersebut tidak memiliki jalur output. Output

sistem ini dapat berupa analog atau digital. Output analog digunakan untuk menghasilkan sinyal

analog sedangkan output digital digunakan untuk menghubungkan dan memutus jalur. Contoh

peranti yang sering digunakan dalam PLC adalah motor, relai, selenoid, lampu dan speaker.

Seperti pada rangkaian input PLC, pada output PLC juga dibutuhkan suatu antarmuka yang

digunakan untuk melindungi CPU dari peralatan eksternal. Antarmuka output PLC sama dengan

Page 10: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

antarmuka yang digunakan pada input PLC begitu juga dengan cara kerja dari output PLC.

Berikut diagram output PLC.

Gambar 2.3 Antarmuka Output PLC

2.2.6 Jalur Tambahan

Setiap PLC pasti memiliki jumlah I/O dan memory internal yang terbatas, oleh sebab itu jalur

tambahan atau ekspansion unit dibutuhkan. Jalur ini digunakan untuk penambahan I/O dan

Memory eksternal pada PLC. Unit ekspansi I/O dan memory ini ditentukan berdasarkan tipe

PLC tersebut. Namun dalam pengaplikasiannya seringkali I/O dan memory internal yang yang

ada pada PLC, tidak mencukupi. Oleh sebab itu jalutr tambahan atau ekpansion unit diperlukan.

Ekspansion Unit terdiri dari dua jenis yaitu, Unit I/O eksternal dan Memory eksternal.

1. Unit I/O eksternal FP yang digunakan adalah FPG-XY64D2T. Unit ekspansi ini

memiliki 32 input dan 32 output. Unit ini dibutuhkan apabila I/O pada FP memerlukan

penambahan. Apabila unit ekspansi ini digunakan pada unit kontrol FP, maka jumlah

penambahan I/O maksimum yang dimiliki PLC adalah 256.

2. Memory Eksternal : Dalam penggunaan PLC, terkadang bukan saja I/O yang tidak

mencukupi. Hal yang sama dapat terjadi pada memory. Untuk membuat program yang

Page 11: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

memiliki kapasitas besar, memory yang ada pada unit kontrol seringkali tidak

mencukupi. Oleh sebab itu diperlukan penambahan memory. PLC FP juga memiliki

unit ekspansi khusus untuk penambahan memory. Unit memory yang digunakan untuk

menambah memory mempunyai tipe FPG EMI. Unit ini memilliki kapasitas memory

sebesar 256 k word. Jika dipasang pada unit kontrol FP, maka dapat dipasang hingga 4

unit ekspansi memory. Sehingga jumlah penambahan memory maksimum yang dapat

dilakukan adalah 1024 k word.

2.2.7 Unit Komunikasi

Unit komunikasi digunakan untuk menghubungkan komputer dengan PLC, atau jalur

komunikasi antara komputer dengan PLC, melalui media kabel data. Dengan adanya jaur ini user

dapat dengan mudah merubah atau pun menghapus program yang sedang digunakan. Jalur ini

juga dapat dikatakan jalur untuk men-downloaad program yang telah dibuat oleh user.

2.3 Operasi pada PLC

PLC bekerja dengan cara men-scan program. Dalam hal ini kita anggap bahwa dalam satu scan

dibutuhkan 3 langkah penting. Walau kenyataannya lebih, namun kita hanya akan

memperhatikan tahap-tahap yang penting saja seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Page 12: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Gambar 2.4 Tahap-tahap scanning

Tahap 1 : Periksa status masukan (Input)

Pertama, PLC akan melihat status input apakah sedang dalam kondisi On atau

Off. Hasilnya kemudian disimpan dalam memori.

Tahap 2 : Eksekusi Program

Setelah itu PLC akan mengeksekusi program yang dibuat per instruksi. Misalnya program

mengatakan bahwa jika input pertama On maka output pertama akan di-On-kan.

Pada keadaan ini PLC sudah mengetahui dan akan menyimpan hasil eksekusi itu

untuk digunakan pada tahap berikutnya.

Tahap 3 : Update Status Keluaran (Output)

Update output ini tergantung input mana yang On selama tahap 1 dan hasil eksekusi dari tahap 2.

jika input pertama On maka tahap 2, yaitu eksekusi program akan menghasilkan

output pertama menjadi On sehingga pada tahap ketiga akan meng-update

menjadi On.

Page 13: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

2.4 Instruksi Pemrograman PLC

Pemrograman pada PLC menggunakan diagram tangga atau dapat disebut dengan ladder

schematic language program. Penulisan program untuk program PLC berbeda dengan penulisan

program untuk mikrokontroller. Berikut ini beberapa instruksi yang sering digunakan oleh PLC.

ST, ST/ : Digunakan untuk memulai suatu operasi logika.

OT : Output dari suatu operasi logika

AN : Menghubungkan suatu kontak NO secara seri

AN/ : Menghubungakn suatu kontak NC secara seri

OR : Menghubungkan satu kontak NO secara paralel

OR/ : Menghubungkan satu kontak NC secara paralel

ST↑, AN↑, OR↑ : Menghasilkan satu pulsa untuk setiap perubahan input dari

off ke on.

ST↓, AN↓, OR↓ : Menghasilkan satu pulsa untuk setiap perubahan input dari

on ke off.

OT↑ : Mengaktifkan output selama satu pulsa pada relay P untuk

Page 14: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

perubahan input dari off ke on.

OT↓ : Mengaktifkan output selama satu pulsa pada relay P untuk

perubahan input dari on ke off.

ALT : Men-toggle setiap output apabila terjadi perubahan input

dari off menjadi on.

ANS : Melakukan operasi AND antara blok-blok rangkaian OR.

ORS : Melakukan operasi OR antara blok-blok rangkaian AND.

DF : Melewatkan satu pulsa input (off-on) pada output sehingga

output hanya akan on selama satu pulsa.

DF/ : Melewatkan satu pulsa input (on-off) pada output sehingga

hanya akan on selama satu pulsa.

SET Dan RST : Output Y30 akan selalu on jika input X0 dalam kondisi on

dan Y30 akan off jika X1 dalam kondisi on.

KP (KEEP) : Jika X0 on maka output R30 akan menjadi on dan tetap on

hingga X1 menjadi on, R30 menjadi off.

MC dan MCE : Sitem kerja dari instruksi ini adalah jika input pada MC

Page 15: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

dalam kondisi on maka instruksi yang ada diantara MC dan MCE

akan dieksekusi.

JP dan LBL : JP (jump) akan melompat ke instruksi LBL yang memiliki

nomor yang sama, tanpa mengeksekusi instruksi yang terdapat

dibawahnya.

ED : Digunakan untuk mengakhiri suatu program, sehingga

program akan berhenti apabila instruksi selesai dieksekusi.

CNDE : CNDE (Conditional End) berfungsi untuk mengulang

eksekusi ke alamat awal jika kondisinya terpenuhi.

CALL : Digunakan untuk memanggil procedure.

SUB : Digunakan untuk mengawali pembuatan procedure.

RET : Digunakan untuk kembali kealamat setelah instruksi CALL

dieksekusi. RET dibuat pada akhir procedure.

INT : Mengindikasikan awal dari program interupsi.

IRET : Mengindikasikan akhir dari program interupsi.

ICTL : ICTL (Interupsi Control) berfungsi untuk mengaktifkan

Page 16: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

dan menon-aktifkan suatu fungsi interupsi.

2.4.1 Penggunaan Instruksi Timer, Counter, dan SR (Shift Register)

Timer adalah suatu instruksi yang membuat suatu proses berhenti sesaat sebelum kembali

melanjutkan proses. Timer ini ada banyak jenis. Beberapa timer yang sering dipakai adalah

sebagai berikut :

On-Delay Timer

Off-Delay Timer

Accumulating Timer

Dalam pemrograman PLC terdapat 4 jenis timer yang berbeda dalam hal unit timernya. Timer

yang terdapat dalam pemrograman PLC ini merupakan On Delay Timer. Untuk jenis timer ini

adalah, TML yang mempunyai nilai unit time sebesar 0.001 s, TMR mempunyai nilai unit time

0.01 s, TMX mempunyai unit time 0.1 s dan TMY yang mempunyai unit time 1 s. Sedangkan

untuk penggunaanya nilai timer dapat diberikan dengan simbol konstanta (K). Misalkan nilai K

diberikan nilai sebesar 300, jadi nilai untuk TML adalah 0.001s x 300 = 0.3s.

Sedangkan Counter digunakan untuk menghitung setiap input yang masuk pada instruksi ini.

Sebagai contoh, kita ingin mengetahui jumlah pengunjung yang datang pada suatu perpustakaan,

rumah makan, dan lain-lain. Kondisi tersebut membutuhkan instruksi counter untuk menghitung

jumlah pengunjungnya, dan tentunya dengan input berupa sensor.

Page 17: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Shift register pada PLC digunakan pada internal relay yang memiliki data 16 bit. Shift register

digunakan untuk menggeser nilai sebesar 1bit kekiri.

2.5 Perangkat Lunak PLC FP∑ NaiS

Penggunaan PLC (Programmable Logic Control) sebagai pusat pengontrolan, sistem

akan bekerja secara otomatis. Karena dengan menggunakan mikrokontroller jenis ini, seluruh

pusat pengendalian sudah diatur oleh PLC. Apabila terjadi kerusakan pada salah satu

komponennya hal tersebut tidak berpengaruh terhadap sistem. Karena sinyal yang dikendalikan

oleh PLC merupakan sinyal untuk pengontrol kerja komponen elektriknya (jenis kontak NO dan

kontak NC ). Sehingga arus listrik yang dikendalikan PLC merupakan arus dibawah 24 volt (arus

DC). Apabila terdapat kerusakan pada sistem, PLC akan mengeluarkan sinyal, bahwa sistem

dalam keadaan error.

PLC merupakan perangkat keras yang dapat diprogram oleh user. Jadi, setiap PLC

membutuhkan adanya perangkat lunak yang dapat memberikan instruksi-instruksi kepada

perangkat lain yang terhubung dengan PLC. pertangkat lunak yang digunakan dalam

pemrograman PLC, yaitu FPWIN GR V 2.00. FPWIN GR merupakan perangkat lunak yang

hanya dapat digunakan untuk pemrograman PLC NaiS. Dengan kata lain, untuk pemrograman

PLC nasional dengan PLC produk lain menggunakan perangkat lunak yang berbeda.

2.5.1 Perangkat Lunak FPWIN GR V 2.00

Page 18: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Setiap perangkat lunak memiiki bagian-bagian dan operasi dasar. Pemrograman ini juga

dapat disebut juga dengan Ladder Schematic (diagram tangga). berikut ini penjelasan bagian-

bagian tersebut.

Menu Bar : Semua operasi dan fungsi FPWIN berada pada menu ini. Setiap menu mempunyai

fungsi tersendiri, diantaranya File, Edit, Search, Comment, View, Online, Debug,

Tool, Option,Window dan Help.

Tool Bar : Suatu menu yang dapat digunakan hanya dengan menekan tombol sesuai dengan tool

yang diinginkan. Misalnya Open document, New document, Print, dan lain-lain.

Comment Display Bar : Menu ini digunakan untuk menampilkan komentar pada instruksi

yang digunakan dalam pemrograman PLC seperti keterangan I/O.

Program Status Bar : Menu ini menampilkan Tipe PLC yang digunakan, jumlah step

dalam program serta status komunikasi antara FPWIN dengan PLC.

Function Bar : Untuk memilih instruksi dan fungsi-fungsi dengan menggunakan mouse atau

tombol pada keyboard.

Entry Bar : Tombol Enter, Ins, Delete dan Escape dapat digunakan dengan mengklik pada tanda

ini.

Ten Key Bar : Merupakan nilai numerik yang dapat dipakai dengan menggunakan mouse.

Page 19: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Input Field : Untuk menampilkan kontak yang digunakan beserta simbol-simbol dari kontak-

kontak teresebut.

Setiap fungsi yang terdapat pada perintah program FPWIN GR V 2.00 mempunyai instruksi

yang berbeda. Bagian yang sering kali digunakan dalam pembuatan diagram tangga adalah

Function Bar, karena dalam bagian ini semua tanda input, output, NOT/, DF/, dan tanda untuk

pembuatan simbol diagram tangga terdapat pada bagian ini.

2.5.2 Membuat Komentar Pada Program

Membuat komentar pada program yang telah atau akan dibuat, merupakan bagian yang

terpenting. Sebab dengan pembuatan komentar pada program, fungsi-fungsi diagram tangga pada

program dapat diketahui, dan mempermudah dalam penggantian atau perubahan program.

Pembuatan komentar sangat berguna untuk program yang terdiri dari banyak step ladder

(langkah-langkah program).

Pembuatan komentar pada bagian ini terdiri dari Komentar I/O, Blok Komentar, dan remark.

Komentar I/O : komentar ini digunakan untuk memberi nama simbol-simbol internal relay dan

data register yang kita pakai dalam pemrograman.

Blok Komentar : digunakan untuk menjelaskan program per-blok, misalkan dalam 3 step terdapat

satu blok kementar.

Page 20: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Remark : komentar ini dicantumkan pada output dan jika data di-print maka remark akan berada

pada sebelah kanan diagram tangga.

2.6 Relay

Relay merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian saklar dan penggerak saklar. Jenis

relay terbagi dalam berbagai macam, tergantung dari sumber energi yang digunakannya. Jenis

relay terdiri dari, relay elektromagnetik, relay magnet dan relay panas (bimetal). Pada gambar

2.5 menjelaskan Sistem yang bekerja pada relay elektromagnetik..

Gambar 2.5 Diagram Relay Elektromagnetik

Pada gambar 2.5, relay elektromagnetik dalam kondisi aktif, maka saklar menjadi jenis NC

(Normally Close). Sedangkan jika solenoid tidak aktif, maka saklar menjadi jenis NO (Normally

Open). Definisi NO adalah sebagai berikut:

1. Dalam keadaan normal atau tidak aktif, posisi saklar akan terbuka atau Off.

2. Dalam keadaan tidak normal atau aktif posisi saklar akan tertutup atau On.

Sedangkan definisi NC adalah sebagai berikut:

1. Dalam kondisi normal atau tidak aktif posisi saklar akan tertutup atau On.

2. Dalam kondisi tidak normal atau aktif posisi saklar akan terbuka atau Off.

Page 21: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Relay yang digunakan pada PLC prinsip kerjanya juga sama dengan relay yang terdapat pada

gambar 2.5. Pada gambar 2.6 adalah rangkaian internal relay pada PLC FP.

gambar 2.6 Rangkaian Relay PLC FP∑

Pada gambar 2.6 jika kita menginginkan agar dihasilkan suatu output On dengan

mengatur program pada diagram tangga, maka PLC akan memberikan tegangan pada relay,

tegangan ini akan membuat kontak menjadi tertutup. Jika kontak tertutup maka arus akan

mengalir ke rangkaian eksternal. Jika kita menginginkan agar output menjadi off, PLC akan

memutuskan tegangan yang masuk ke relay sehingga tidak ada arus yang mengalir ke rangkaian

internal.

2.7 Sensor

Sensor merupakan suatu piranti atau perangkat keras yang berfungsi mengubah suatu nilai fisik

ke nilai fisik lainnya, Atau dapat disebut juga dengan Transducer (piranti yang memberikan

output sebagai tanggapan terhadap measurand (kondisi) dan kuantitas fisik masukan. Sensor

mengkonversi dari suatu isyarat input ke suatu isyarat output. sinyal yang dipakai untuk sensor

Page 22: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

ini didefinisikan sebagai besaran elektris yang memberikan sinyal dalam tegangan listrik yang

sangat kecil. Jenis sensor terdiri dari berbagai macam, tergantung dari kondisi atau measurand.

Dilihat dari kondisi tersebut sensor terdiri dari 6 jenis kondisi, diantaranya.

1. Mechanical : panjang, luas, tekanan, kecepatan, gaya, dan lain-lain.

2. Thermal : temperature, panas dan heat flow.

3. Electrical : tegangan, arus, muatan, resistance, frekuensi, dan lain-lain.

4. Magnetic : intensitas medan, flux density, dan lain-lain

5. Radiant : panjang gelombang, polarisasi, dan lain-lain

6. Chemical : komposisi, konsentrasi, pH, kecepatan reaksi, dan lain-lain.

Selain dari jenis kondisinya, sensor juga terbagi dalam 2 jenis, yaitu.

1. Active Sensor : mengkonversi sifat-sifat atau isyarat fisik maupun kimia ke dalam isyarat

yang lain dengan bantuan sumber energi.

2. Passive Sensor : mengkonversi sifat-sifat atau isyarat fisik maupun kimia ke dalam

isyarat yang lain tanpa bantuan sumber energi. Misalnya : Termacouple. Alat ini

menghasilkan tegangan output sebanding dengan suhu pada pengkoneksian termacouple

tersebut.

Page 23: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

2.8 Motor Elektrik dan Kontaktor

Pada prinsipnya atau sistem kerja motor AC maupun DC adalah sama, setiap motor memiliki 2

bagian dasar :

1. Bagian yang tetap atau stasioner disebut dengan stator. Stator ini menghasilkan medan

magnet, baik yang dibangkitkan dari sebuah solenoid (elektromagnet) ataupun magnet

permanen.

2. Bagian yang berputar disebut rotor (armature). Rotor ini berupa sebuah solenoid, dimana

arus listrik mengalir.

Dalam hal kelistrikan, perbedaan pada motor DC adalah pada medan magnet yang dihasilkan.

Pada motor DC kecepatan putaran pada rotor lebih rendah dibandingkan dengan motor AC. Hal

ini dipengaruhi karena daya yang digunakan motor DC lebih kecil.

Berdasarkan karakteristiknya motor dapat dibagi dalam 4 jenis, yang sebenarnya juga

dapat dilihat dari tampak luarnya.

1. Motor Magnet Permanen : medan magnet didalam stator dihasilkan oleh magnet

permanen. Dengan demikian kukuatan medan magnetnya terbatas.

2. Motor dengan lilitan seri : peranan motor dengan lilitan seri ini sangat menonjol, karena

mereka dapat bekerja baik dengan arus listrik AC ataupun DC. Karena alasan inilah

sering disebut juga dengan motor universal. Penggunaannya terutama pada peralatan

rumah tangga sperti kipas angin, bor listrik, vacum cleaner dan lain-lain. Ciri dari motor

dengan lilitan seri adalah ia berputar dengan lambat pada saat dikenakan beban yang

berat, begitu juga sebaliknya.

Page 24: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

3. Motor dengan lilitan paralel : kecepatan pada motor lilitan paralel tidak terlalu

terpengaruh oleh perubahan torsi (beban) yang terjadi. Penambahan beban akan

menyebabkan motor menyerap daya yang lebih besar dari catu dayanya. Kecepatannya

akan dipengaruhi oleh perubahan tegangan yang dikenakan terhadap motor.

4. Motor dengan lillitan gabungan : jenis motor ini merupakan gabungan dari lilitan seri dan

lilitan paralel. Medan magnet didalam stator dihasilkan melalui dua koil yang terpisah.

Motor dengan lilitan gabungan ini terdiri dari 2 jenis, yaitu. Tergabung diferensial

(differential compounded) dan tergabung komulatif (cumulatively compounded)

Perangkat keras lain yang juga dibutuhkan untuk menghantarkan arus listrik ke motor

dinamakan juga dengan kontaktor. Selain untuk menghantarkan arus listrik, perangkat ini juga

mempunyai fungsi sebagai proteksi arus listrik yang berlebih. Misalnya, daya yang dibutuhkan

untuk mengerakkan suatu motor sebesar 5 ampere. Sebelum arus listrik tersebut mengalir ke

motor, terlebih dahulu arus listrik itu dilewatkan kedalam kontaktor. Kontaktor ini yang

mengatur arus yang dibutuhkan untuk motor tersebut. Apabila beban yang diterima oleh motor

tersebut lebih, kontaktor yang akan memutuskan arus listruk tersebut.

Kontaktor mempunyai karakteristik yang sama dengan relay, komponen elektrik ini memiliki

kontak NO dan kontak NC. Selain itu, terdapat simbol L1, L2, dan L3. Apabila kontaktor dalam

keadaan aktif maka saklar menjadi terhubung, L1, L2, dan L3 input akan terhubung dengan L1,

L2, dan L3 output. Jika kontaktor dalam keadaan tidak aktif saklar tidak akan tehubung,

sehingga L1, L2, dan L3 input tidak akan terhubung dengan L1, L2, dan L3 output. Komponen

Page 25: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

elektronik ini juga memiliki solenoid, dan simbol untuk mengaktifkan solenoid adalah A1 dan

A2.

BAB III

SISTEM PENGATURAN PINTU OTOMATIS MENGGUNAKAN PLC FP

Pada Bab III akan dibahas mengenai Sistem Pengaturan Pintu Otomatis Menggunakan PLC FP

yang meliputi Diagram Blok Sistem, Rangkaian Elektronik dan Elektrik Sistem, Cara kerja

Sistem, Aliran Data atau Flow Chart sistem, dan Langkah Pemrograman Perangkat Lunak

Sistem.

3.1 Diagram Blok Sistem Pengendali Pintu Otomatis

Diagram blok sistem pintu otomatis menggunakan PLC FP seperti terlihat pada gambar 3.1.

Sistem terdiri dari 3 bagian utama yaitu Bagian , Bagian , dan Bagian .

Page 26: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Pengaturan Pintu Otomatis menggunakan

PLC FP

Pada gambar 3.1, diagram blok hanya terdiri dari 3 jenis aliran diagram, yaitu ; input, proses, dan

output. Input yang diterima oleh PLC memiliki 2 jenis peng-inputan, yang pertama adalah input

yang dilakukan secara manual, dalam hal ini input tersebut berupa tombol ON dan OFF (atau

Emergency Stop). Sedangkan proses selanjutnya penginputan secara otomatis, yaitu sensor dan

limit switch. Sensor yang digunakan merupakan sensor pendeteksi gerakan, dan jarak

pendeteksian sensor tersebut dapat disetting (atur) sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan.

Sedangkan limit switch yang dipakai atau digunakan, dalam bentuk mekanik. Limit Switch

tersebut berupa seperti saklar On/Of, penginputan limit switch didapatkan dari pintu (pintu

”rolling Door” yang menekan saklar On dan saklar Off).

Input tersebut lalu dproses oleh PLC FP, Proses yang dikeluarkan oleh PLC sebelumnya sudah

harus diprogram oleh user. Sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diinginkan

oleh sistem tersebut. Output yang dikeluarkan berfungsi untuk mengendalikan relay. Setelah

Page 27: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

sinyal dari PLC diterima oleh relay, maka relay akan memerintahkan kontaktor satu dan

kontaktor dua dalam keadaan aktif atau tidak aktif. Untuk pengaktifan kontaktor, tidak boleh

bekerja pada saat yang bersamaan, sebab motor yang dikendalikan hanya satu. Bila hal tersebut

terjadi, dapat menyebabkan kerusakan pada motor dan kontaktor.

Untuk output yang dihasilkan, yaitu, memerintahkan motor agar berputar kearah jarum jam dan

berputar kebalikan dari arah jarum jam.

3.2 Rangkaian Elektronik & Elektrik Sistem

Perangkat elektronik yang digunakan untuk sistem pengendalian pintu otomatis menggunakan

komponen elektronik maupun elektrik. Komponen-komponen tersebut terdiri dari, sensor gerak,

limitswitch, PLC FP, relay, kontaktor, motor elektrik 3 phase, dan kabel. Komponen elektronik

dan elektrik antara yang satu dengan yang lain harus dihubungkan dengan media kabel, untuk

pengkoneksian komponen-komponen elektronik dan elektrik tersebut terlihat pada Gambar 3.2.

Page 28: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Gambar 3.2 Diagram Pengkoneksian Komponen Elektronik dan Elektrik Menggunakan

PLC FP

Sinyal yang diberikan komponen elektronik kepada PLC, merupakan sinyal On dan sinyal Off.

Sedangkan arus listrik yang digunakan PLC FP, merupakan arus listrik DC (Direct Current).

Sebab PLC yang digunakan merupakan jenis DC. Sedangkan arus listrik yang digunakan untuk

menggerakkan motor, menggunakan arus listrik dalam jenis AC (Alternative Current).

Page 29: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Komponen elektronik yang berperan untuk menggerakkan motor adalah kontaktor. Pada Gambar

3.2, perintah motor untuk berputar ke atas atau membuka pintu ”rolling door”, dikontrol oleh K1,

sedangkan perintah untuk menutup pintu dikontrol oleh K2. Hal tersebut dibutuhkan, mengingat

motor elektrik yang digunakan hanya satu. Sebab, untuk memerintahkan motor agar berputar

menjadi dua arah tidak mungkin hanya menggunakan satu buah kontaktor. Diperlukan 2 buah

kontaktor untuk mengaktifkan motor berputar kearah jarum jam ataupun berputar kebalikan dari

arah jarum jam.

Pengkoneksian input kontaktor 1 (satu) dengan kontaktor 2 (dua) berbeda. Pada gambar

3.3 adalah penjelasan pengkoneksian I/O kontaktor satu dan kontaktor dua.

Gambar 3.3 Diagram Pengkoneksian I/O Kontaktor 1 (Satu) dan 2 (Dua)

Page 30: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Kontaktor satu dan kontaktor dua pada gambar 3.3, digunakan hanya sebagai penghantar dari

sumber listrik utama. Untuk input yang diterima kontaktor 1 dikoneksikan dengan simbol input

R=L1, S=L2, dan T=L3. Sedangkan untuk kontaktor 2 pengkoneksian input adalah, R=L1,

T=L3, dan S=L2. Untuk output K1 dan K2, untuk pengkoneksiannya serupa yaitu R=L1, S=L2,

dan T=L3. Dengan pengkoneksian I/O untuk kontaktor 1 dan 2 sedemikian rupa, hal tersebut

dapat membuat motor elektrik menjadi berputar ke dua (2) arah yang berbeda, sehingga

pengaturan pintu agar dapat terbuka maupun tertutup tidak perlu menggunakan lebih dari satu

motor elektrik, cukup dengan satu motor saja, sehingga biaya yang dikeluarkan dapat

diminimalisasikan. Untuk pengaturan pintu, dapat disesuaikan dengan kondisi dari putaran motor

elektrik ini. Apakah kondisi yang pertama membuat pintu terbuka ataupun tertutup, begitu juga

dengan sebaliknya.

Pada Gambar 3.3 untuk pengaktifan solenoid kontaktor diberikan simbol A1 dan A2, jadi apabila

A1 dan A2 diberikan input berupa tegangan listrik (DC) maka kondisi kontaktor akan menjadi

aktif, A1 dan A2 dapat disebut dengan kontak point. Saklar NO (Normally Open) dan saklar NC

(Normally Close) bekerja sesuai dari kondisi kontak poin tersebut. Bila kontak point dalam

keadaan normal atau tidak aktif, saklar NO dalam keadaan terbuka. Sedangkan jika kondisi

kontak point dalam keadaan tidak normal atau aktif saklar akan berpindah menjadi NC.

3.3 Penjelasan atau Cara Kerja Sistem

Pada gambar 3.2 terlihat bahwa sinyal input yang diproses oleh PLC didapatkan dari

sensor satu (A), sensor dua (B), limit switch atas (C) dan limit switch bawah (D). Sinyal input

Page 31: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

yang diproses hanya terdiri dari 4 jenis. Sebab, sinyal input yang dibutuhkan untuk proses sistem

pengaturan pintu otomatis, hanya memakai sinyal yang dikeluarkan dari komponen elektronik

sensor dan limit switch. Sinyal input tersebut tidak akan berfungsi jika tombol emergency stop

ditekan (dalam keadaaan aktif), tombol ini juga berfungsi sebagai proteksi (perlindungan)

terhadap sistem. Jika sistem tersebut tidak berfungsi sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh

PLC, user (pengguna) dapat mencegah agar sistem pengendali pintu otomatis tidak aktif

(memutuskan hubungan listrik terhadap sistem).

Setiap jenis sinyal input, memiliki fungsi yang berbeda. Untuk sinyal sensor A, input ini

berfungsi untuk mendeteksi apakah terdapat benda yang ingin melewati pintu atau tidak. Apabila

terdapat benda yang ingin masuk, PLC akan memerintahkan relay agar menggerakkan K1 (pintu

menjadi terbuka). Limit Switch atas (C) berfungsi memberikan sinyal kepada PLC untuk menon-

aktifkan K1, kondisi ini dibutuhkan agar pintu terbuka (bergerak keatas) menjadi berhenti.

Sedangkan Sensor B berfungsi untuk mendeteksi apakah benda tersebut telah melewati atau

belum melewati pintu. Jika benda tersebut telah melewati pintu, sensor B akan memberikan

sinyal ke PLC untuk menggerakkan relay agar K2 menjadi aktif (pintu bergerak menutup).

Setelah pintu bergerak menutup, maka dibutuhkan sinyal agar pintu tersebut berhenti. Sinyal

tersebut diberikan oleh Limit Swutch bawah, dengan kata lain Limit Switch bawah berfungsi

untuk menon-aktifkan K2 (menghentikan pintu bergerak menutup untuk berhenti atau K2

menjadi dalam keadaan Off).

Dari penggunaan sistem pengendalian pintu otomatis tesebut, K1 dan K2 tidak boleh

bekerja secara bersamaan. Bila hal ini terjadi, dapat menyebabkan tabrakan arus listrik, sehingga

dapat membuat kerusakan pada sistem atau komponen elektronik maupun elektriknya.

Page 32: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Pengaturan K1 dan K2 agar tidak bekerja secara bersamaan, diperoleh dari program yang telah di

download ke PLC. Sehingga bila pintu K1 dalam kondisi aktif maka secara otomatis PLC akan

memerintahkan K2 dalam kondisi tidak aktif, begitu juga sebaliknya. Dan dapat mencegah

kerusakan terhadap sistem pengendalian pintu otomitis.

Komponen elektrik limit switch dibandingkan dengan komponen yang lainnya,

mempunyai peranan yang sangat penting (vital). Sebab, bila limit switch rusak atau tidak

berfungsi, maka motor elektrik akan terus berputar (aktif). Sehingga apabila kondisi tersebut

terjadi, sistem akan mengalami overload (beban lebih). Dan perangkat yang terhubung dengan

motor akan menjadi rusak (terutama kontaktor dan motor elektrik). Jadi, dalam pengkoneksian

maupun penempatan komponen elektrik (terutama limit switch), harus dilakukan dengan teliti.

Sehingga komponen elektronik tersebut dapat bertahan lebih lama dan bekerja dengan efektif.

3.4 Flowchart Sistem Pengaturan Motor Menggunakan PLC FP

Untuk lebih mempermudah dalam pembacaan rangkaian elktrik maupun elektroniknya,

pengendalian sistem pintu secara otomatis dapat di ilustrasikan melalui aliran data atau

flowchart, aliran data tersebut berupa sinyal On dan sinyal Off dari komponen elektronik dan

elektrik. Sinyal On dan sinyal Off inilah yang dapat dibaca oleh PLC FP untuk diproses

sehingga output atau keluaran menghasilkan putaran motor elektrik dengan 2 jenis putaran.

Dengan kata lain, sinyal On dan Sinyal Off ini akan menggerakkan solenoid pada relay internal

PLC FP.

Page 33: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Jadi, dalam proses pemrograman yang dilakukan oleh PLC FP, menggunakan saklar NO dan

saklar NC dari internal relay. Input PLC menggunakan sinyal On dan Sinyal Off yang

dikeluarkan oleh komponen elektrik. Untuk unit output, sinyal yang dikeluarkan berfungsi untuk

mengendalikan relay eksternal. Relay ekternal berada diluar PLC FP (tidak termasuk dalam

komponen PLC FP), relay ini dubutuhkan, mengingat arus output yang dikeluarkan PLC

berupa arus DC. Dan komponen elektrik yang dikendalikan oleh PLC, menggunakan arus AC.

Pada gambar 3.4 merupakan diagram aliran data yang di proses oleh PLC (aliran sinyal On dan

Off dari komponen elektrik).

Page 34: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

3.4 Diagram Aliran Data (arus listrik) Menggunakan Flowchart

Pada diagram 3.4, akhir program atau akhir dari aliran data terletak pada emergency stop

(tombol Off). Apabila tombol tersebut diberikan input 1 pulsa (ditekan selama sesaat), maka

aliran akan berhenti. sedangkan bila tombol stop tidak diberikan input, maka data akan terus

mengalir ke arah selanjutnya secara berulang-ulang.

Komponen elektrik sensor 1, sensor 2, limit switch atas, dan limit switch bawah

mengeluarkan sinyal On dan sinyal Off, sinyal-sinyal tersebut akan dikirimkan ke relay yang

terdapat pada PLC FP (relay internal). Relay internal berada dalam unit input PLC FP, setelah

sinyal-sinyal tersebut diproses sesuai dengan program yang tersimpan di dalam PLC FP, hasil

proses dikirimkan ke unit output PLC FP. Output tersebut menghasilkan dua buah sinyal.

Sinyal pertama diberikan untuk relay 1 (satu), relay tersebut berfungsi untuk

mengaktifkan solenoid K1. Setelah itu, K1 akan menggerakkan motor elektrik untuk berputar

memerintahkan pintu untuk bergerak terbuka (keatas). Sedangkan komponen elektrik yang

berfungsi untuk menghentikan pintu, sinyal yang digunakan adalah sinyal dari limit switch atas.

Sedangkan sinyal output kedua, sinyal diberikan untuk relay 2 (dua), relay ini akan

mengaktifkan solenoid K2. Apabila solenoid K2 dalam keadaan aktif, maka K2 akan

menggerakkan motor untuk memerintahkan agar pintu bergerak menutup. komponen elektrik

yang berperan untuk memberhentikan pintu bergerak menutup, adalah limit switch bawah.

Proses untuk membuat agar K1 dan K2 tidak bekerja secara bersamaan, terdapat pada

ladder diagram yang sudah di simpan kedalam PLC FP. Apabila K1 dalam kondisi aktif, maka

PLC akan memerintahkan agar K2 dalam keadaan tidak aktif.

Page 35: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

1. Pemrograman PLC Untuk Sistem Pintu Otomatis

Langkah pertama dalam pembuatan program adalah menentukan jumlah input dan jumlah

output yang akan diproses oleh PLC FP∑. Bila jumlah input ataupun outputnya sudah diketahui,

selanjutnya adalah memberikan simbol I/O yang dapat dikenali oleh perangkat lunak FPWIN

GR V 2.00. Untuk simbol Input menggunakan huruf X dan untuk simbol Output digunakan

huruf Y. Input dan output untuk sistem pintu otomatis dapat ditentukan sebagai berikut, X0

simbol untuk sensor 1, X1 simbol untuk limit switch bawah, X2 simbol untuk sensor 2, dan X3

simbol untuk limit switch atas.

Sedangkan simbol output menggunakan Y0 dan Y1, dimana Y0 berfungsi menggerakkan

relay 1 dan Y1 untuk menggerakkan R2. Proses selanjutnya adalah pembuatan diagram tangga

untuk sistem pintu secara otomatis. Apabila program dibuat secara berurutan, berikut ini adalah

urutan dari pemrograman sistem pintu ”rolling door” otomatis menggunakan PLC FP. Program

tersebut menggunakan perangkat lunak FP WIN GR V 2.00 (perangkat lunak yang dapat

dikenali oleh PLC FP).

1. Pada saat sensor 1 mendeteksi terdapat benda bergerak yang ingin melewati pintu, maka

motor Up akan naik. Berikut pembuatan diagram tangganya.

Page 36: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Gambar 3.5 Diagram Tangga Langkah 1

Pada Gambar 3.5 jika X0 On maka Output Y0 akan terus On, begitu juga sebaliknya jika X1

Off maka Y0 tidak akan On.

2. Motor Up akan terus aktif hingga switch atas tertekanyang menandakan pintu garasi telah

terbukasehingga motor Up harus dihentikan.

Gambar 3.6 Diagram Tangga Langkah 2

Pada Gambar 3.6 jika X0 On dan X1 Off maka Y0 akan On dan terus On. Bila X1 dalam

keadaan On maka outpur Y0 tidak akan On.

3. Pada saat benda tersebut telah melewati pintu garasi atau masuk kedalam pintu, sensor 2

akan mendeteksi sehingga berubah menjadi On dan mengaktifkan Y1 (motor down).

Gambar 3.7 Diagram Tangga Langkah 3

Page 37: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Sedangkan pada Gambar 3.7 R0 akan on jika X2 dalam kondisi mengalami perubahan dari

Off menjadi On hanya sesaat (On hanya 1 pulsa). Jika R0 On sesuai dengan kondisi (hanya

sesaat) maka Y1 akan On.

4. Pada saat switch bawah tertekan, menandakan bahwa pintu telah mencapai batas untuk

menutup. Maka motor down harus dihentikan.

Gambar 3.8 Diagram Tangga Langkah 4

Pada Gambar 3.8 jika R0 On dan X3 dalam kondisi Off maka Y1 akan On

5. Langkah terakhir adalah pada saat motor Down aktif (Y1 On) maka motor Up (Y0) harus

dalam keadaan Off. Begitu juga dengan sebaliknya, apabila motor Up aktif Motor Down

harus dalam keadaan Off.

Gambar 3.9 Diagram Tangga Apabila Y0 (motor Up) On, Y1 (motor Down) Off

Pada Gambar 3.9 jika X0 dalam kondisi On, X1 Off, dan Y1 dalam keadaan Off, maka, Y0

akan berada dalam kondisi On.

Page 38: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Gambar 3.10 Diagram Tangga Y1 On, Y0 Dalam Keadaan Off

Pada Gambar 3.10 jika R0 dalam kondisi On, X3 dalam kondisi Off, dan Y0 dalam kondisi

Off maka Y1 akan On.

Dari langkah-langkah pembuatan diagram tangga sesuai dengan kondisi langkah pertama dan

seterusnya, diagram tersebut dapat disederhanakan menjadi seperti Gambar 3.10.

3.11 Penyederhanaan Diagram Tangga Sistem Pintu Otomatis

Pada Gambar 3.11 angka 0, 5, dan 8 dapat dikatakan dengan Step (langkah). Dari

penyederhanaan program tersebut, berikut penjelasan untuk diagram tangganya : ” pada saat X0

(sensor1) on maka Y0 (relay1) akan On dan tetap On. Ketika X1 (Limit switch atas) dalam

kondisi On maka Y0 (relay1) akan menjadi Off. Pada saat X2 (sensor 2) On, maka R0 juga

Page 39: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

akan On sehingga Y1 (relay 2) menjadi On. Ketika X3 On, Y1 (relay 2) akan menjadi Off ”.

Pada Step 0 apabila Y0 dalam kondisi On, maka PLC akan memerintahkan agar Y1(relay 2)

dalam kondisi Off, begitu juga dengan step 8. hal tersebut berfungsi agar relay 1 dan relay 2

bekerja secara bersamaan.

Pada gambar 3.4 terdapat perintah DF, perintah ini berfungsi sebagai pengendalian sensor

2. Karena sinyal yang diterima oleh sensor 2 ini hanya sesaat (perubahan dari On ke Off tidak

continu). Apabila tidak diberikan instruksi DF, kondisi pada sensor 2 tidak memungkinkan untuk

selalu On atau Off. Karena sensor ini hanya mendeteksi benda yang melintasi pintu.

Page 40: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

BAB IV

ANALISA SISTEM

Pada bab IV ini akan menjelaskan tentang analisa sistem yang meliputi jenis-jenis komponen

elektrik dan elektronik yang terhubung dengan sistem, jenis dan perangkat pendukung yang di

kendalikan motor elektrik, pengaturan jarak sensor, perhitungan waktu sistem pintu otomatis,

dan kelebihan ataupun keuntungan menggunakan sistem ini.

4.1 Jenis Komponen elektrik dan Elektronik

Produk yang dipakai untuk menjalankan sistem pengaturan pintu otomatis, memakai produk

keluaran dari MG (Merlin Gerlin) dan Nasional. Produk MG yang digunakan adalah sensor,

limit switch, dan relay. Sedangkan produk yang dikeluarkan nasional adalah PLC FP dan motor

elektrik. Berikut ini jenis-jenis komponen yang digunakan.

1. sensor : perangkat ini menggunakan sensor photo elektrik, jarak maksimal yang

digunakan adalah 10 meter.

2. limit switch yang digunakan adalah jenis limit switch mekanik. Fungsi yang di gunakan

oleh limit switch sama seperti saklar On/Off.

3. relay yang dipakai menggunakan relay jenis elektromagnetik.

4. PLC yang digunakan adalah PLC FP. Dan motor yang dipakai adalah motor elektri 3

phasa (arus input yang terima motor terbagi dalam 3 jenis, sehingga putaran motor dapat

menjadi 2 arah yang berbeda)

Page 41: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

4.1.1 Perangkat Keras Yang di Kontrol Oleh Motor Elektrik

Perangkat lain yang dipakai adalah pintu (rolling door), dan roda atau kopel untuk jalur dimana

pintu tersebut dapat terbuka ataupun tertutup. Untuk penenpatan kopel (roda), dihubungkan

dengan motor elektrik. Sehingga, apabila motor berputar pintu ”rolling dorr” akan naik sesuai

dengan jalurnya (tidak keluar dari jalur), dimana jalur tersebut berfungsi agar pintu tetap dalam

posisi naik ataupun posisi turun. Kondisi ini dibutuhkan, agar kerja motor elektrik tidak terlalu

berat. Pada gambar 4.1 adalah diagram pengendalian pintu ”rolling door”.

4.1 Pengendalian Pintu Rolling Door

Pada Gambar 4.1, roda (kopel) akan bergerak naik dan bergerak turun sesuai dengan jalurnya,

sehingga apabila motor elektrik mendapatkan perintah untuk berputar, motor akan

menggerakkan pintu untuk terbuka ataupun tertutup, sesuai dengan jalur yang telah disediakan.

Hal ini membuat motor elektrik bekerja dengan efisien. Sehingga beban yang diterima oleh

motor tidak terlalu berat.

4.2 Pengaturan Jarak Sensor

Page 42: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Pengontrolan sistem pintu otomatis dengan PLC FP, perangkat elektrik yang berperan agar

sistem dapat berjalan secara otomatis adalah sensor pendeteksi gerakan. Sensor ini berfungsi

untuk mendeteksi apakah terdapat benda yang ingin melintasi pintu atau tidak.

Pada pengendalian sistem pintu otomatis ini proses yang dilakukan oleh sistem dapat dikatakan

hampir sempurna. Karena, apabila terdapat benda yang ingin melintasi pintu tersebut, secara

otomatis pintu akan terbuka dengan sendirinya, sehingga tidak diperlukan tenaga manusia lagi

untuk membuka pintu tersebut. Tetapi, pintu tersebut tidak akan terbuka jika tidak sesuai dengan

kondisi yang terdapat pada sistem. Kondisi tersebut adalah jarak yang diperlukan oleh sistem

apabila terdapat benda yang ingin melintasi pintu tersebut.

Jarak tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi yang ingin digunakan. Jangkauan sensor dapat

di setting oleh user (pengguna), apakah dalam jarak 2 meter, 3 meter, dan seterusnya, sesuai

dengan jarak maksimal sensor. Dengan kata lain, jarak sensor dapat disesuaikan dengan kondisi

yang terdapat pada lapangan (area) kerja.

Apabila benda yang melintasi pintu terdeteksi oleh sensor, maka sensor akan memerintahkan

agar pintu bergerak menutup. jarak yang digunakan sensor ini, sesuai dengan lebar dari pintu

tersebut.

4.2.1 Perhitungan Waktu Sistem Pintu Otomatis

Sistem pengaturan secara otomatis, mempunyai jarak yang telah disesuaikan dengan pemakaian

dari sistem tersebut. Untuk motor elektrik penggerak pintu, apabila dalam jarak 5 meter sensor 1

(sensor pendeteksi benda yang akan masuk) mendeteksi ada benda yang ingin melintasi pintu,

Page 43: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

waktu yang dibutuhkan pintu agar terbuka sepenuhnya adalah 30 detik. Karena, dengan waktu

tersebut, benda yang akan melintasi pintu akan masuk dalam waktu kurang lebih 30 s.

Bila benda telah melewati pintu secara keseluruhan, maka sensor 2 (sensor pendeteksi

benda yang sudah masuk), akan menggerakkan motor untuk menutup pintu sama dengan waktu

yang dibutuhkan pintu terbuka, yaitu 30 s.

Perintah untuk memberhentikan pintu untuk menutup ataupun terbuka, waktu yang

dibutuhkan kurang dari 1 detik. Pada gambar 4.2, adalah diagram blok perhitungan waktu yang

dibutuhkan oleh sistem pengendali pintu otomatis.

Gambar 4.2 Diagram Waktu Sistem pintu Otomatis

Pada gambar 4.1, sensor 1 akan berfungsi, jika dalam jarak 5 meter terdapat benda yang

ingin melintasi pintu. Apabila dalam jarak tersebut, sensor mendeteksi ada aktifitas, maka PLC

akan memberikan sinyal agar motor UP On. Waktu proses yang dibutuhkan pintu untuk terbuka

adalah 30 s, selanjutnya bila pintu telah mencapai limit switch atas, sinyal yang diproses oleh

PLC adalah kurang dari 1 detik. Sehingga pintu menutup akan berhenti. setelah benda telah

mencapai sensor 2, maka dalam waktu kurang dari 1 detik, plc akan memerintahkan pintu untuk

bergerak menutup. waktu yang dibutuhkan pintu untuk menutup, sama dengan waktu yang

dibutuhkan pintu terbuka, yaitu 30 detik. Selanjutnya setelah limit switch mendapatkan sinyal

Page 44: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

dari pintu, maka dalam waktu kurang dari 1 detik akan memberhentikan pintu menutup. Waktu

yang dibutuhkan untuk proses PLC, sesuai dengan spesifikasi dari PLC FP adalah 50 µs.

4.2.2 Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Otomatis

Setiap sistem yang digunakan, baik dengan cara manual ataupun otomatis pasti terdapat

kekurangan dan kelebihannya. Sebab sistem tersebut juga merupakan design dari manusia, tidak

ada kesempurnaan yang dimiliki oleh sistem tersebut. Sehingga, meskipun sistem tersebut

digerakkan secara otomatis, terdapat kekurangan dan kelebihan dari sistem tersebut. Berikut ini

adalah kekurangan dari sistem pengaturan pintu secara otomatis.

1. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat sistem dengan PLC membutuhkan dana yang

cukup besar, sehingga pada industri kecil penggunaannya sangat tidak tepat. Karena

komponen elektrik yang digunakan membutuhkan dana yang tidak sedikit.

2. Apabila PLC tersebut mengalami kerusakan total, seluruh komponen elektrik yang

terhubung dengan sistem, kemungkinan besar akan timbul kerusakan juga. Sebab

pengontrolan komponen elektrik yang diperintahkan oleh PLC akan menjadi error.

3. Terjadinya pengurangan sumber daya manusia yang cukup besar.

4. Pengendalian pintu untuk berhenti, sangat bergantung dengan limit switch. Apabila limit

switch mengalami kerusakan, motor elektrik akan berputar terus. Sehingga dapat

menimbulkan beban lebih (overload).

Disamping kekurangan juga terdapat manfaat atau keuntungan yang dapat diambil dengan

menggunakan sistem ini. Diantaranya.

Page 45: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

1. Apabila terdapat benda bergerak yang ingin melintasi pintu, tidak membutuhkan sumber

daya manusia yang mengontrol untuk membuka ataupun menutup pintu tersebut.

2. Apabila terjadi kerusakan pada salah satu komponen elektriknya, komponen elektrik lain

yang terhubung dengan sistem tidak ikut mengalami kerusakan. dengan kata lain PLC

akan memonitor sinyal yang diproses olehnya. Sehingga bila sistem tidak berfungsi

dengan baik, PLC akan memberikan tanda bawha sistem mengalami kerusakan pada

salah satu komponen elektriknya. Sehingga user dapat mencegah agar sistem tersebut

tidak diaktifkan dahulu.

3. Proteksi terhadap sistem, termasuk dalam katagori yang cukup tinggi. Karena program

yang terdapat pada PLC tidak akan berubah. Jadi apabila motor elektrik sedang dalam

posisi turun atau naik, arus listrik yang terdapat pada kontaktor tidak akan bekerja secara

bersamaan.

4. Penggunaan sitem otomatis tidak membutuhkan pemonitoringan secara terus-menerus.

Dengan kata lain, PLC dapat memonitoring komponen yang terhubung dengannya

apakah masih dalam kondisi yang baik atau tidak.

Page 46: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Page 47: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

Bab V berisikan tentang kesimpulan yang dicapai serta saran-saran yang bermanfaat agar sistem

dapat bekerja dengan lebih baik lagi.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil yang telah dibahas Pada bab I, Bab II, bab III, dan bab IV menunjukkan bahwa

penggunaan sistem menggunakan PLC FP∑, tidak membutuhkan banyak pengawasan dalam

penggunaannya dan untuk perawatan sistem juga tidak membutuhkan pemonitoringan secara

terus-menerus. Sehingga untuk penggunaan sistem secara otomatis tidak tergantung dengan

sumber daya manusia.

Pada sumber daya manusia, tingkat keteledoran sangat tinggi karena setiap individu

produktifitasnya tidak sama dengan individu yang lain. Dan hal inilah yang menjadi masalah

utama bagi penggunaan sistem bila tidak dijalankan secara otomatis. Untuk menghindari hal

tersebut, penulis membuat analisa sistem pengaturan pintu ”rolling door” dengan menggunakan

PLC (Programmable Logic Control) FP∑ sebagai pusat pengendalian.

Penggunaan PLC untuk sistem ini bisa dibilang tepat, karena PLC bekerja berbanding terbalik

dengan manusia (tidak ada keteledoran). Bila terjadi keteledoran (sistem tidak berfungsi dengan

yang diharapkan), hal ini menandakan bahwa PLC atau komponen yang terhubung dengan PLC

mengalami kerusakan. Penggunaan PLC sangat tepat untuk industri besar dan tidak cocok untuk

industri kecil, karena sistem dengan penggunaan PLC membutuhkan biaya yang besar.

Page 48: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

5.2 Saran

1. Penggunaan sistem ini berkaitan dengan banyak pihak, karena agar sistem berjalan dengan

sempurna, pembuatan perangkat lain yang terhubung dengan sistem harus berjalan dengan

baik. Misalnya untuk pembuatan jalur pintu ”rolling door” jarak yang dibutuhkan untuk

kopel (roda) harus tepat. Gir (roda bergerigi) pada motor juga harus sesuai dengan kondisi

yang dibutuhkan, dan putarannya harus tepat (tidak keluar jalur dari putaran motor). Hal

tersebut membutuhkan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.

2. Membutuhkan koordinasi antara pihak satu dengan pihak yang lain (pihak pembuat sistem

harus bekerja sama dengan pihak pembuatan perangkat keras yang lain). Dengan kata lain,

pihak satu dengan pihak yang lain harus searah (tidak terjadi perbedaan pendapat).

3. Dan bagian yang terpenting adalah pengadaan dana (biaya) yang sesuai. Karena dengan

jumlah dana yang dikeluarkan, hasil sistem yang didapat harus sebanding dengan dana yang

telah dikeluarkan.

Page 49: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

DAFTAR PUSTAKA

Husanto, Thomas,ST, MT. PLC (Programmable Logic Control) FP Sigma, Andi offset. 2007,

yogyakarta.

Schneider Electrik, Telemecanique Catalog, Merlin Gerlin. 2006, jakarta

Melore, Phil, Your Personal PLC Tutorial, http://www.plcs.net

FP Seies Programming Manual, Http://WWW.naisplc.com

FP Sigma Control Unit, http://www.naisweb.com

PLC Primer, http://www.Industrialtext.com

Page 50: Pintu Otomatis (Simulasi PLC)

43