pih

33
PENGANTAR ILMU HUKUM PENGANTAR ILMU HUKUM Disampaikan Oleh: M. Syamsul Hidayat, S.H. Ita Susanti, S.H.

Upload: syam35hd

Post on 14-Jun-2015

728 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

seri Pengantar Ilmu Hukum

TRANSCRIPT

Page 1: PIH

PENGANTAR ILMU HUKUMPENGANTAR ILMU HUKUM

Disampaikan Oleh:

M. Syamsul Hidayat, S.H.

Ita Susanti, S.H.

Page 2: PIH

DEFINISI HUKUMDEFINISI HUKUM

Immanuel Kant :“Noch suchen die Juristen eine definition zu ihrem begriffe von

recht”

Prof. Claude du Pasquer :Dlm bukunya : “Introduction a la theorie generale et a la philosophie du droit” menyebutkan 17 definisi hukum yg masing-masing menonjolkan segi tertentu dari hukum

Dr. WLG Lemaire dlm buku “Het Recht in Indonesia”:“ Karena hukum itu mempunyai segi & bentuk yg sangat banyak,

sehingga tak mungkin tercakup keseluruhan segi & bentuk hukum itu di dalam sebuah definisi”

Page 3: PIH

E. Utrecht dlm buku “Pengantar Dalam Hukum Indonesia”:“Sekalipun tidak mungkin mengadakan batasan yg lengkap

tentang apa yg dinamakan HUKUM sesungguhnya batasan tentang hal itu tetap harus ada sebagai pegangan bagi orang yg sedang mempelajari ilmu hukum”

“Hukum adalah himpunan peraturan2 berisi peintah2 & larangan2 yg mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu”

Mochtar Kusumaatmadja:

“Hukum tidak saja meliputi keseluruhan kaidah & norma2 yg mengatur pergaulan hidup manusia tetapi juga meliputi proses-proses & lembaga2 yg berupaya mewujudkan kaidah2 tersebut dalam kenyataan”

Page 4: PIH

UNSUR-UNSUR HUKUM :

1. Peraturan ttg tingkah laku manusia dlm pergaulan masyarakat;

2. Dibuat oleh badan resmi yg berwenang;

3. Bersifat memaksa (imperatif);

4. Terdapat sanksi tegas terhadap pelanggaran peraturan.

HUKUM

MEMAKSA(Dwingen

Recht)

MENGATUR(Aan Vullend

Recht)

Page 5: PIH

Pelanggaran terhadap kaidah HUKUM YG MEMAKSA diancam dengan SANKSI

Pasal 10 KUHP : SANKSI meliputi:

A. PIDANA POKOK1. Pidana Mati;2. Pidana Penjara;

a) Seumur hidupb) Sementara (max. 20 thn, min. 1 thn) atau selama

waktu ttt.3. Pidana Kurungan; (min. 1 hari & max. 1 thn)4. Pidana Denda (sbg pengganti hukuman kurungan)5. Pidana Tutupan;

B. PIDANA TAMBAHAN1. Pencabutan hak tertentu;2. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu;3. Pengumuman keputusan hakim (Penetapan pengadilan)

Page 6: PIH

TUJUAN HUKUM:1. Menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat;2. Eigenrichting is verboden, mencegah agar setiap orang

tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri.

SYARAT KAIDAH HUKUM YG EFEKTIF :1. SYARAT FILOSOFIS;2. SYARAT YURIDIS;3. SYARAT SOSIOLOGIS;

KEBUTUHAN & KEPENTINGAN MANUSIA :• Kebutuhan fisiologis ; • Kebutuhan keamanan, ketertiban, dan ketentraman dari

gangguan, ancaman atau serangan pihak lain;• Kebutuhan akan kerja sama yg saling menguntungkan (kerja

sama untuk tujuan2 kolektif);• Kebutuhan akan kehormatan dirinya; penghargaan sbg

manusia yg bermartabat & berkebudayaan;• Kebutuhan akan eksistensi diri dengan jiwa yg merdeka, yg

memiliki daya logika, etika & estetika atau nalar & kreatifitas guna membudayakan dirinya.

Page 7: PIH

SUMBER-SUMBER HUKUMSUMBER-SUMBER HUKUM“Segala sesuatu yg menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai kekuatan yg bersifat memaksa, yakni aturan-aturan bila dilanggar mengakibatkan sanksi yg tegas & nyata”.

SUMBER HKM MATERIAL

SUMBER HKM FORMAL• Ekonomi, Sosial, Sosiologi,

Filsafat, dll.1. Undang-Undang

2. Kebiasaan

3. Yurisprudensi

4. Traktat

5. Doktrin

Page 8: PIH

STUFENBAU DES RECHTSTUFENBAU DES RECHTHans Kelsen & Adolf Merkl

TUSSEN NORM

1

2

3

GRUND NORM

CASUS NORM

UU NO. 10 TAHUN 2004

Page 9: PIH

Syarat Berlakunya HukumSyarat Berlakunya Hukum(Geldings Theorie)(Geldings Theorie)

1. Personal Sphere

2. Utility Sphere

3. Territorial Sphere

4. Temporal Sphere

Page 10: PIH

SYARAT BERLAKUNYA SUATU UU :

• Diundangkan dalam Lembaran Negara (LN) oleh Menteri / Sekretaris Negara;

• Tanggal mulai berlakunya UU adalah menurut tanggal yg ditentukan dalam UU itu sendiri;

• Jika tgl tidak disebutkan, maka untuk Pulau JAWA & MADURA, UU mulai berlaku 30 hari setelah diundangkan dlm LN, sedangkan untuk daerah lainnya mulai berlaku 100 hari setelah dilakukan pengundangan dlm LN.

FICTIE HUKUM

“SETIAP ORANG DIANGGAP TELAH MENGETAHUI ADANYA SUATU UNDANG-UNDANG”

( in dubio pro reo )

Page 11: PIH

BERAKHIRNYA KEKUATAN BERLAKU SUATU UU :

• Jangka waktu berlakunya UU tsb sudah lampau;

• Keadaan atau hal yg diatur UU sudah tidak ada lagi;

• UU tsb dengan tegas dicabut oleh badan pembuat (badan berwenang lainnya yg lbh tinggi kedudukannya);

• Telah diadakan UU yg baru, yg isinya bertentangan dengan UU yg sebelumnya berlaku.

Page 12: PIH

PENEMUAN (PEMBENTUKAN) HUKUMPENEMUAN (PEMBENTUKAN) HUKUM

DASAR HUKUM;

1. ASAS “CURIA NOVIT” yaitu HAKIM DIANGGAP MENGETAHUI HUKUM, sehingga hakim tidak boleh menolak suatu perkara yang diajukan kepadanya dengan alasan peraturannya kurang jelas atau tidak ada peraturannnya.

2. Pasal 27 ayat (1) UU No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman ; bahwa “HAKIM SEBAGAI PENEGAK HUKUM DAN KEADILAN WAJIB MENGGALI, MENGIKUTI DAN MEMAHAMI NILAI-NILAI HUKUM YANG HIDUP DALAM MASYARAKAT”

3. Menghindari terjadinya vacuum of power, yaitu untuk mengisi kekosongan hukum ketika peraturan perundang-undangan tidak atau belum mengatur.

Page 13: PIH

LATAR BELAKANG PENEMUAN HUKUM1. Peraturannya tidak ada, tetapi esensi perkara

sama atau mirip dengan suatu peraturan lain yang dapat diterapkan pada perkara tersebut

2. Peraturannya sudah (memang) ada, tetapi kurang jelas sehingga hakim perlu menafsirkan peraturan tersebut untuk diterapkan pada perkara yang ditangani

3. Peraturannya sudah ada, tetapi peraturan itu sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi dan kebutuhan warga masyarakat, sehingga hakim wajib menyesuaikannya dengan perkara yang sedang ditangani.

Page 14: PIH

PENEMUAN HUKUM

PENAFSIRAN (INTERPERTASI)

HUKUM

KONSTRUKSI HUKUM

INTERPRETASI HUKUM, yaitu penafsiran perkataan dalam undang-undang tetapi tetap berpegang pada kata-kata / bunyi peraturannya.

KONSTRUKSI HUKUM, yaitu penalaran logis untuk mengembangkan suatu ketentuan dalam undang-undang yang tidak lagi berpegang pada kata-katanya, tetapi tetap harus memperhatikan hukum sebagai suatu sistem.

Page 15: PIH

• Tata bahasa (gramatikal)cara penafsiran berdasarkan pada bunyi ketentuan UU, dengan berpedoman pada arti perkataan-perkataan dalam hubungannya satu sama lain dalam kalimat-kalimat yang dipakai oleh UU

• Otentikcara penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu sebagaimana yang diberikan oleh pembentuk UU

• Historis (sejarah substansi & sejarah pembentukannya)

• Sistematis / dogmatispenafsiran dengan cara menilik susunan yang berhubungan dengan bunyi pasal-pasal lainnya baik dalam UU itu maupun dengan UU yang lain

PENEMUAN HUKUM

Page 16: PIH

• Restriktifpenafsiran dengan membatasi (mempersempit) arti kata-kata dalam peraturan itu

• Analogismemberi tafsiran pada sesuatu peraturan hukum dengan memberi ibarat (kiyas) pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga sesuatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat dimasukkan, lalu dianggap sesuai dengan bunyi peraturan tersebut

• Argumentum a contrariosuatu cara menafsirkan UU yang didasarkan pada perlawanan pengertian antara soal yang dihadapi dan soal yang diatur dalam suatu pasal UU. Dengan berdasarkan perlawanan pengertian (pengingkaran) itu ditarik kesimpulan, bahwa soal yang dihadapi itu tidak diliputi oleh pasal yang termaksud atau dengan kata lain berada di luar pasal tersebut

PENAFSIRAN (INTERPERTASI) HUKUM

Page 17: PIH

PEMBIDANGAN ILMU HUKUM

KODIFIKASI“Pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap”

TUJUAN :

• Kepastian hukum;

• penyederhanaan hukum;

• kesatuan hukum

UNIFIKASI“Pemberlakuan hukum secara nasional secara serentak pada sebuah negara”

Page 18: PIH

Menurut BENTUKNYA, HUKUM terbagi dalam:

1. Hkm TERTULIS

a) Hkm Tertulis yg telah dikodifikasikan;

b) Hkm Tertulis yg tidak dikodifikasikan.

2. Hkm TIDAK TERTULIS (Kebiasaan)

Menurut SUMBERNYA, HUKUM terbagi dalam:

1. Hukum Undang-Undang, hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan;

2. Hukum Kebiasaan (Adat), yaitu hukum yang terdapat dalam peraturan-peraturan kebiasaan masyarakat (adat);

3. Hukum Traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu perjanjian antara negara, baik bilateral maupun multilateral;

4. Hukum Yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

Page 19: PIH

Menurut TEMPAT BERLAKUNYA, HUKUM terbagi dalam:

1. Hukum Nasional, hukum yang berlaku dlm sebuah negara;

2. Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antar hukum dalam dunia internasional;

3. Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain;

4. Hukum Gereja, yaitu kumpulan norma yg ditetapkan oleh Gereja untuk para anggota-anggotanya.

Menurut WAKTU BERLAKUNYA, HUKUM terbagi dalam:

1. Hukum Positif (ius constitutum), hukum yang berlaku saat ini bagi suatu masyarakat tertentu dalam sebuah daerah (negara) tertentu;

2. Hukum Cita-cita (ius constituendum), yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yg akan datang;

3. Hukum Asasi, yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu & untuk semua bangsa di dunia.

Page 20: PIH

Menurut CARA MEMPERTAHANKANNYA, HUKUM terbagi dalam:Contoh :

1. Hukum Material, yaitu hukum yang hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan;

Contoh : Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll.

2. Hukum Formal (Hukum Proses / Hukum Acara), yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum material atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-caranya hakim memberi putusan.

Contoh : Hkm Acara Pidana, Hkm Acara Perdata

Page 21: PIH

Menurut SIFATNYA, HUKUM terbagi dalam:

1. Hukum Yang Memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimana pun harus dan mempunyai paksaan mutlak ;

2. Hukum Yang Mengatur (Hukum Pelengkap), yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian ;

Menurut ISINYA, HUKUM terbagi dalam:

1. Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan (individu) ;

Contoh : Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll

2. Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat-alat perlengkapannya atau hubungan antara Negara dengan perseorangan (warga negara) ;

Contoh : Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana, Hukum Internasional (Perdata Internasional dan Publik Internasional)

Page 22: PIH

PERBEDAAN HUKUM PRIVAT DENGAN HUKUM PUBLIK

PERBEDAANPERBEDAAN HKM PRIVAT (PERDATA)HKM PRIVAT (PERDATA) HKM PUBLIK (PIDANA)HKM PUBLIK (PIDANA)

ISINYAISINYA Mengatur hubungan hukum Mengatur hubungan hukum antar individu dengan titik antar individu dengan titik berat adanya kepentingan berat adanya kepentingan individu individu

Mengatur hubungan hukum Mengatur hubungan hukum antara warga negara dengan antara warga negara dengan negara dengan titik berat negara dengan titik berat adanya kepentingan umum adanya kepentingan umum

PELAKSANAANNYAPELAKSANAANNYA Penegakkan hukumnya Penegakkan hukumnya tergantung kepada individu tergantung kepada individu

Penegakkan hukum dilakukan Penegakkan hukum dilakukan oleh negara oleh negara

CARA CARA MENAFSIRKANMENAFSIRKAN

Membolehkan untuk Membolehkan untuk mengadakan berbagai mengadakan berbagai interpretasi terhadap undang-interpretasi terhadap undang-undang Hukum Perdata undang Hukum Perdata

Hukum Pidana hanya mengenal Hukum Pidana hanya mengenal penafsiran otentik, yaitu dengan penafsiran otentik, yaitu dengan menafsirkan menurut arti kata menafsirkan menurut arti kata dalam undang-undang Pidana dalam undang-undang Pidana itu sendiri itu sendiri

DLM HAL DLM HAL MENGADILIMENGADILI

Hukum acara perdata Hukum acara perdata mengatur cara-cara mengadili mengatur cara-cara mengadili perkara-perkara di muka perkara-perkara di muka pengadilan perdata oleh pengadilan perdata oleh hakim-hakim perdata hakim-hakim perdata

Hukum acara pidana mengatur Hukum acara pidana mengatur cara-cara mengadili perkara cara-cara mengadili perkara pidana di muka pengadilan pidana di muka pengadilan pidana oleh hakim-hakim pidana oleh hakim-hakim pidana pidana

PELAKSANAAN HKM PELAKSANAAN HKM ACARAACARA

Pada acara perdata inisiatif Pada acara perdata inisiatif datang dari pihak yang datang dari pihak yang berkepentingan yang berkepentingan yang dirugikan dirugikan

Pada acara pidana inisiatif Pada acara pidana inisiatif datang dari penuntut umum datang dari penuntut umum (jaksa) (jaksa)

PENUNTUTANPENUNTUTAN Pada acara perdata, yang Pada acara perdata, yang menuntut si tergugat adalah menuntut si tergugat adalah pihak yang dirugikan. pihak yang dirugikan. Penggugat berhadapan Penggugat berhadapan dengan tergugat dengan tergugat

Dalam acara pidana, jaksa Dalam acara pidana, jaksa menjadi penuntut terhadap si menjadi penuntut terhadap si terdakwa. Jaksa mewakili terdakwa. Jaksa mewakili negara berhadapan dengan si negara berhadapan dengan si terdakwa terdakwa

Page 23: PIH

PERBEDAANPERBEDAAN HKM PRIVATHKM PRIVAT HKM PUBLIKHKM PUBLIK

ALAT BUKTIALAT BUKTI Pada acara perdata sumpah Pada acara perdata sumpah merupakan alat pembuktian merupakan alat pembuktian (terdapat 5 alat bukti, yaitu: (terdapat 5 alat bukti, yaitu: tulisan, saksi, persangkaan, tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpahpengakuan dan sumpah) )

Pada acara pidana hanya Pada acara pidana hanya dikenal 4 alat bukti (kecuali dikenal 4 alat bukti (kecuali sumpah) sumpah)

DLM HAL DLM HAL PENARIKAN PENARIKAN KEMBALI PERKARAKEMBALI PERKARA

Pada acara perdata, sebelum Pada acara perdata, sebelum ada putusan hakim, pihak-ada putusan hakim, pihak-pihak yang bersangkutan pihak yang bersangkutan boleh menarik kembali boleh menarik kembali perkaranya perkaranya

Pada acara pidana, tidak dapat Pada acara pidana, tidak dapat ditarik kembali kecuali untuk ditarik kembali kecuali untuk delik tertentu (delik aduan) delik tertentu (delik aduan)

KEDUDUKAN PARA KEDUDUKAN PARA PIHAKPIHAK

Pada acara perdata, para Pada acara perdata, para pihak mempunyai kedudukan pihak mempunyai kedudukan yang sama, hakim hanya yang sama, hakim hanya bertindak sebagai wasit dan bertindak sebagai wasit dan bersifat pasif (menunggu) bersifat pasif (menunggu)

Pada acara pidana, jaksa Pada acara pidana, jaksa memiliki kedudukan lebih tinggi memiliki kedudukan lebih tinggi dari terdakwa, hakim pun dari terdakwa, hakim pun bersifat aktif bersifat aktif

DASAR KEPUTUSAN DASAR KEPUTUSAN HAKIMHAKIM

Pada acara perdata, putusan Pada acara perdata, putusan hakim itu cukup mendasarkan hakim itu cukup mendasarkan diri pada kebenaran formal diri pada kebenaran formal saja (akta tertulis, dll.) saja (akta tertulis, dll.)

Pada acara pidana, putusan Pada acara pidana, putusan hakim harus mencari hakim harus mencari kebenaran materiil (menurut kebenaran materiil (menurut keyakinan, perasaan keadilan keyakinan, perasaan keadilan hakim sendiri) hakim sendiri)

JENIS SANKSIJENIS SANKSI Pada acara perdata, tergugat Pada acara perdata, tergugat yang terbukti kesalahannya di yang terbukti kesalahannya di hukum denda atau hukuman hukum denda atau hukuman kurungan sebagai pengganti kurungan sebagai pengganti denda denda

Pada acara pidana, terdakwa Pada acara pidana, terdakwa yang terbukti kesalahannya yang terbukti kesalahannya dapat di pidana mati, penjara, dapat di pidana mati, penjara, kurungan atau denda, dan kurungan atau denda, dan mungkin ditambah dengan mungkin ditambah dengan pidana tamabahan seperti: pidana tamabahan seperti: dicabut hak-hak tertentu, dll. dicabut hak-hak tertentu, dll.

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN TINGK BANDINGTINGK BANDING

Bandingan perkara perdata Bandingan perkara perdata dari PN ke PT disebut Appel dari PN ke PT disebut Appel

Bandingan perkara pidana Bandingan perkara pidana disebut dengan Revisi disebut dengan Revisi

Page 24: PIH

SUBYEK HUKUM

“Pihak yang menanggung (mempunyai) HAK & KEWAJIBAN”

1. Manusia (natuurlijke persoon);

2. Badan Hukum (rechts persoon);

Secara HISTORIS, dapat dipahami bila Buku I tentang Orang (van Persoon) KUH Perdata tidak mengenal suyek hukum SELAIN manusia.

TEORI-2 TTG BADAN HUKUM:• Teori FIKSI (C.V. Savigny, “System des heutigen romischen Rechst”) :

Pada dasarnya hanya manusia adalah orang, juga bagi hukum. Badan hukum itu sebenarnya adlh sekedar bayangan (gambaran) saja, yg tidak nyata berwujud. Ia hanya dianggap ada & diperlakukan sama dengan orang. Keberadaan Badan Hukum tergantung pengakuan dari penguasa (pemerintah).

Page 25: PIH

TEORI-2 TTG BADAN HUKUM:• Teori KEKAYAAN BERTUJUAN (BRINZ dlm “Lehrbuck der Pandecten” & R.H.

SICCAMA, “de Geestelijke en kerkelijke goederen onder het canonieke, het gereformeerde en het neutrale recht”) :Badan Hukum terdiri dari sesuatu kekayaan yg dipisahkan & diberi tujuan-tujuan tertentu.

• Teori ORGAN (von GIERKE “das Deutsche Genossenschaftrecht”):Bdn Hukum adalah sesuatu badan yang nyata & mempunyai kehendak sendiri. Ia mempunyai kepribadian sendiri

• Teori KEKAYAAN BERSAMA (Planiol “Traite elementarie de droit civil” & Molengraaff “Leidraad b/d beofening van het Ned. Handelsrecht”) :Pada Bdn Hukum terdapat suatu kekayaan dari beberapa orang (manusia) bersama-sama. Ia adlh suatu kesatuan yg berdiri sendiri, mempunyai nama sendiri dan dlm hubungan itu ia merupakan pendukung hak.

• Teori LEON DUGUIT dlm “Traite de droit constitutionnel” :Tidak dikenal adanya Bdn Hukum, yg ada hanyalah fungsi-fungsi sosial yg harus dilaksanakan & subyek hukum itu adlh hanya manusia saja.

• Teori EGGENS, yg menyatakan: Bdn Hukum adlh suatu “hulpfiguur”, karenanya keberadaannya dibutuhkan & dibolehkan oleh hukum, demi ntuk menjalankan hak-hak dgn sewajarnya (behoorlijke).

Page 26: PIH

Terbentuknya BADAN HUKUM dapat dilihat melalui 2 cara, yaitu:

1. Dikarenakan UU / Hukum dgn tegas menyatakan suatu badan adlh badan hukum, seperti : PERTAMINA (UU No. 8 thn 1971), Koperasi (UU No. 25 th 1992), Perseroan Terbatas (UU No. 1thn 1995), dll.

2. Dengan melihat karakteristik yg diberikan oleh ketentuan UU atas suatu badan. Karakteristik tsb adalah:• adanya pemisahan harta kekayaan yg tegas antara harta

kekayaan badan (perusahaan) dengan harta kekayaan pribadi pemiliknya (pengurusnya);

• Memiliki tujuan tertentu yaitu kepentingan bersama yg bersifat stabil;

• Adanya organisasi yg teratur, semisal dalam PT degnan adanya organ-organ PT.

Page 27: PIH

Beberapa golongan ORANG yg dikecualikan oleh HUKUM sbg pihak “TIDAK CAKAP” atau “KURANG CAKAP” (Handelings-onbekwaamheid atau onbevoegheid, yaitu:

1. Orang yg masih di bawah umur (belum dewasa); Pasal 1330 KUH Pdt jo. Psl. 47 UU No. 1 th 1974 bis. UU No. 13 th 2003.

2. Orang-2 yg berada di bawah pengampuan / perwalian (curatele); Pasal 1330 KUH Pdt jo. Pasal 433 KUH Pdt

3. Orang-2 yg dilarang UU untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum tertentu.

Mnrt Psl 1330 KUH Pdt, termasuk pula dlm golongan ini adlh orang-2 perempuan dalam pernikahan. Berdasarkan SE MA No. 3 thn 1963 yg dikeluarkan pd tanggal 5 September 1963, perempuan-2 dlm pernikahan adlh juga pihak dengan status “BEKWAAMHEID & BEVOEGHEID”.

Page 28: PIH

D E W A S A ???Dalam peraturan per-UU-an Indonesia terdapat berbagai ketentuan usia minimal seseorang dapat melakukan suatu perbuatan hukum dan memperoleh hak, yaitu:Psl. 330 KUH PerdataPsl. 330 KUH Perdata :: 21 tahun atau telah menikah (kawin) atau 21 tahun atau telah menikah (kawin) atau

pernah kawin (menikah)pernah kawin (menikah)

Psl. 7 (1) UU No. 1 tahun 1974 ttg Psl. 7 (1) UU No. 1 tahun 1974 ttg PerkawinanPerkawinan

:: 19 tahun bagi Pria & 16 tahun bagi wanita 19 tahun bagi Pria & 16 tahun bagi wanita (untuk dapat melangsungkan pernikahan)(untuk dapat melangsungkan pernikahan)

Psl. 45 KUH PidanaPsl. 45 KUH Pidana :: Belum dpt dipidana seseorang yg belum Belum dpt dipidana seseorang yg belum berusia 16 tahunberusia 16 tahun

Psl 28 UU No. 3 tahun 1999 ttg Psl 28 UU No. 3 tahun 1999 ttg PemiluPemilu

:: Hak pilih seseorang adalah usia 17 tahun Hak pilih seseorang adalah usia 17 tahun atau sudah / pernah kawin pada waktu atau sudah / pernah kawin pada waktu pendaftaran pemilihpendaftaran pemilih

Psl 2 (1) butir d PP No. 44 tahun Psl 2 (1) butir d PP No. 44 tahun 1993 ttg Kendaraan dan 1993 ttg Kendaraan dan PengemudiPengemudi

:: Usia untuk memperoleh SIM adalah:Usia untuk memperoleh SIM adalah:

a.a. SIM C dan SIM D, 16 tahunSIM C dan SIM D, 16 tahun

b.b. SIM A, 17 tahunSIM A, 17 tahun

c.c. SIM B1 dan B2, 20 tahunSIM B1 dan B2, 20 tahun

Psl 33 Keppres No. 52 tahun 1977 Psl 33 Keppres No. 52 tahun 1977 ttg Kependudukanttg Kependudukan

:: Usia 17 tahun atau sudah/pernah Usia 17 tahun atau sudah/pernah menikah wajib memiliki KTPmenikah wajib memiliki KTP

Page 29: PIH

OBYEK HUKUM

“segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan yang dapat menjadi obyek sesuatu perhubungan hukum ”.

Pasal 503 KUH Perdata, pengertian BENDA dibagi dalam:

1. benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh panca indera, seperti: rumah, buku, dll

2. benda yang tak berwujud (benda immaterial), yaitu segala macam hak, seperti: hak cipta, hak merk perdagangan, dll.

Selain itu, menurut pasal 504 KUH Perdata, BENDA dapat juga dibagi dalam:

1. benda yang tak bergerak (benda tetap), semisal : tanah, bangunan, dll.

2. benda yang bergerak, semisal : cek, wesel, motor, dll.

Page 30: PIH

PERBUATAN HUKUM“Segala perbuatan manusia yg secara sengaja

dilakukan oleh seseorang untuk menimbulkan hak & kewajiban”.

Suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum jika perbuatan itu oleh hukum diberi akibat (mempunyai IMPLIKASI HUKUM) dan akibat itu dikehendaki oleh yang bertindak.Apabila akibat sesuatu perbuatan tidak dikehendaki oleh yang melakukannya atau salah satu dari yang melakukannya, maka perbuatan itu bukanlah suatu perbuatan hukum.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa adanya kehendak dari yang melakukan perbuatan itu menjadi unsur pokok dari perbuatan hukum.

Page 31: PIH

Perbuatan Hukum terdiri dari :

1. Perbuatan hukum sepihak (Perbuatan Hukum Bersegi Satu), yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula, semisal: pembuatan surat wasiat, pemberian hadiah (hibah);

2. Perbuatan hukum dua pihak (Perbuatan Hukum Bersegi Dua), yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik / tegen-prestatie), semisal : membuat persetujuan jual-beli, sewa menyewa, dll.

Page 32: PIH

PERISTIWA HUKUM (FAKTA HUKUM)

“segala peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang memiliki implikasi /akibat hukum (rechtsfeit) ”.

FAKTA HUKUM

AKIBAT PERBUATAN SUBYEK HUKUM

AKIBAT PERISTIWA LAIN YG BUKAN PERBUATAN SUBYEK

HUKUM

PERBUATAN HUKUM BUKAN PERBUATAN HUKUM

Page 33: PIH

Perbuatan Yg Bertentangan Dengan Hukum (on recht matige daad)

Akibat suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum meskipun akibat itu memang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut, menurut hukum (pasal 1365 KUH Perdata) menimbulkan suatu perikatan untuk mengganti kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan. Pasal 1365 KUH Perdata menegaskan:

“tiap perbuatan yang bertentangan dengan hukum (melanggar hukum), yang merugikan orang lain, mewajibkan pihak yang melakukan itu mengganti kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan”.

Dalam sejarah hukum, “onrechtmatige daad” telah diperluas pengertiannya menjadi :“membuat sesuatu atau tidak membuat sesuatu (melalaikan sesuatu) yang:• melanggar hak orang lain;• bertentangan dengan kewajiban hukum dari pihak yang melakukan perbuatan itu;• bertentangan dengan kesusilaan, maupun asas-asas pergaulan

kemasyarakatan mengenai kehormatan orang lain atau barang orang lain”.