pidato guru besar 2012 upload

33
PELUANG DAN TANTANGAN KEMANDIRIAN ENERGI BERBASIS TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) YANG RAMAH LINGKUNGAN Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Ilmu Ekologi Tanaman Pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Oleh: Eko Widaryanto Disampaikan pada Rapat Terbuka Senat Universitas Brawijaya Malang, 30 Mei 2011

Upload: vuongnga

Post on 22-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: pidato guru besar 2012 UPLOAD

PELUANG DAN TANTANGAN KEMANDIRIAN ENERGI BERBASIS TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L)

YANG RAMAH LINGKUNGAN

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar

Ilmu Ekologi Tanaman Pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Oleh:

Eko Widaryanto

Disampaikan pada Rapat Terbuka Senat Universitas Brawijaya

Malang, 30 Mei 2011

Page 2: pidato guru besar 2012 UPLOAD

1

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Brawijaya Bapak dan Ibu Anggota Senat Universitas Brawijaya Bapak dan Ibu Pimpinan Universitas, Fakultas, Jurusan dan Lembaga di lingkungan Universitas Brawijaya

Bapak dan Ibu Dosen dan segenap Civitas Akademika Universitas Brawijaya serta para Undangan dan hadirin sekalian Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Salam Sejahtera untuk kita semua Bapak dan Ibu serta Hadirin yang saya hormati

Perkenankanlah pertama-tama saya memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas perkenan-Nyalah pada pagi hari ini saya dapat berdiri di hadapan para hadirin. Tuhan Yang Maha Pemurah dan Pengasih telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sekalian sehingga dapat hadir di tempat ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Saya sangat berharap para hadirin dapat dengan sabar mengikuti acara Rapat Terbuka Senat Universitas Brawijaya, termasuk pidato pengukuhan saya sampai akhir. Pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkanlah saya menyampaikan pidato ilmiah pengukuhan Guru Besar dengan Judul:

PELUANG DAN TANTANGAN KEMANDIRIAN ENERGI BERBASIS TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) YANG RAMAH LINGKUNGAN

Hadirin yang saya hormati

PENDAHULUAN

Pertambahan jumlah penduduk akan berdampak tidak hanya pada peningkatan kebutuhan primer seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan, tetapi juga pada kebutuhan pendukung lainnya seperti sarana transportasi dan aktivitas industri untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Implikasinya adalah terjadi peningkatan kebutuhan energi, khususnya bahan bakar minyak. Berkaitan dengan adanya peningkatan aktivitas transportasi dan industri maka akan menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak.

Walaupun dapat memproduksi bahan bakar sendiri, Indonesia sekarang telah tercatat sebagai negara pengimpor bahan bakar minyak (Net Importer Country). Keadaan ini semakin mengkhawatirkan karena disinyalir cadangan minyak fosil Indonesia akan habis dalam kurun waktu 10-15 tahun ke depan. Persoalan lain dari penggunaan energi fosil ini adalah menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan yaitu terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida dari hasil pembakaran bahan bakar fosil, dilepaskan ke atmosfir. Keberadaannya akan menghalangi panas yang akan meninggalkan bumi sehingga akan meningkatkan suhu bumi. Perubahan iklim yang terjadi disebabkan oleh gas rumah kaca seperti disebutkan di atas juga methane (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Pada pembakaran biomassa sebenarnya juga menghasilkan CO2 , tetapi karbon dioksida yang dihasilkan akan distabilisasi dengan penyerapan kembali oleh tumbuhan, sehingga tidak ada penimbunan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya terus seimbang. Dampak yang terjadi di Indonesisa akibat dari lonjakan harga minyak dunia adalah berkaitan erat dengan pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta barel tidak seimbang dengan produksinya yang hanya berkisar sekitar 1 juta barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus-menerus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang. Bila hal ini terus

Page 3: pidato guru besar 2012 UPLOAD

2

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

berlanjut tanpa mempertimbangkan energi alternatif maka akan terjadi permasalahan yang krusial bagi ekonomi bangsa Indonesia. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak, pemerintah berperan aktif untuk menanggulangi masalah harga minyak yang semakin meningkat dan cadangan yang makin menipis. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan Bahan Bakar Nabati (biofuel) dengan membentuk tim nasional pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN). Sebagai upaya untuk mendukung pengembangan BBN maka telah diterbitkan Peraturan Presiden No.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri. Kebijakan utama meliputi penyediaan energi yang optimal, pemanfaatan energi yang efisien, penetapan harga energi ke arah harga keekonomian dan pelestarian lingkungan. Selain itu, pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang pembentukan Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran. Tim nasional ini berkewajiban untuk menyusun Blue Print dan Road Map pengembangan energi terbarukan termasuk BBN, khususnya biodiesel dalam kurun waktu 20 tahun, sejak tahun 2005 hingga tahun 2025. Pada tahap I (2005-2010), minimal pemanfaatan biodiesel sebesar 2% atau setara dengan 720.000 kilo liter untuk memenuhi kebutuhan BBM nasional. Produk yang dapat memenuhi ini berasal dari tanaman jarak pagar dan kelapa sawit. Tahap II (2011-2015), produksi biodiesel mampu memenuhi 3% konsumsi solar atau setara dengan 1,5 juta kilo liter. Pada tahap III (2016-2025), diharapkan 5% dari konsumsi solar nasional atau setara 4,7 juta kilo liter. Di samping itu, Indonesia mempunyai potensi pengembangan jarak pagar yang cukup besar, yaitu pada lahan yang sementara tidak diusahakan (lahan terlantar) yang luasnya mencapai 12,40 juta ha serta padang rumput 3,10 juta ha serta sekitar 1 juta ha lahan alang-alang yang tersebar di 13 provinsi telah diidentifikasi kesesuaiannya (Mulyani et al., 2006). Untuk percepatan penyediaan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati , kebijakan tersebut di atas diikuti dengan adanya Instruksi Presiden No 1 Tahun 2006, yang mana antara lain menginstruksikan kepada Menteri Pertanian untuk : 1. Mendorong penyediaan tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) termasuk

benih dan bibitnya. 2. Melakukan penyuluhan pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati

(biofuel) 3. Memfasilitasi penyediaan benih dan bibit tanaman bahan baku bahan bakar nabati. 4. Mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pasca panen tanaman

bahan baku Bahan Bakar Nabati (biofuel).

Oleh karena itu, pengembangan tanaman penghasil minyak (lemak) sebagai bahan baku biofuel, khususnya biodiesel, harus segera diupayakan. Penggunaan biodiesel mempunyai kelebihan dibandingkan dengan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi, karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap energi yang berasal dari fosil, mengurangi emisi yang membahayakan kesehatan, melindungi tanah dengan bahan yang biodegradable. Di Indonesia komoditas perkebunan penghasil minyak (lemak) cukup tersedia, seperti kelapa sawit, kelapa, kemiri, jarak pagar dan lain-lain. Namun mengingat minyak kelapa sawit dan kelapa merupakan minyak yang dapat dikonsumsi manusia (edible oil), maka jarak pagarlah yang mempunyai peluang sangat besar, terutama pada lahan-lahan marjinal. Pemilihan jarak pagar ini karena sudah ditanam di Indonesia sejak “jaman penjajahan Jepang”, dapat tumbuh di lahan tandus dan lahan kritis, cepat berproduksi, menggunakan teknologi sangat sederhana, menciptakan lapangan kerja di kantong-kantong kemiskinan, bila ditinjau dari sisi pengendalian lingkungan dapat menghijaukan lahan kritis dan lahan tandus, mengendalikan erosi sehingga dapat membangun ekonomi pedesaan dan menghasilkan minyak nabati sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan. Sehingga kebutuhan bahan bakar nabati untuk memenuhi

Page 4: pidato guru besar 2012 UPLOAD

3

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

kebutuhan rumah tangga atau perusahaan besar yang akan menyediakan sendiri bahan bakarnya dalam rangka kemandirian energi.

Bapak/Ibu hadirin yang saya hormati

TANAMAN JARAK PAGAR

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman semak dengan kulit kayu keabu-abuan yang licin, berair dan meneteskan getah berwarna keputih-putihan ketika dipotong. Secara normal, tanaman tersebut tumbuh dengan ketinggian di antara 3 sampai 5 meter tetapi dapat mencapai ketinggian sampai 8 atau 10 m pada kondisi lingkungan yang sesuai.

Tanaman jarak pagar banyak dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan yang pada masa lalu terkenal dengan tanaman jarak pagar yang mudah tumbuh dan berkembang meskipun tanpa usaha budidaya yang memadai dan merupakan tanaman perdu atau pohon yang resisten terhadap kekeringan yang banyak tersebar sebagai tanaman liar atau tumbuh di daerah yang semi-cultivated di wilayah Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Afrika, India dan Asia Tenggara (Cano-Asseleih, 1986; Cano-Asseleih et al., 1989). Seperti yang telah dilaporkan Becker dan Makkar (1998), pemanfaatan pertama jarak pagar untuk tujuan komersil adalah di Lisbon, di mana minyak yang diimpor dari Cape Verde dipakai untuk pembuatan sabun dan lampu. Selain sebagai penghasil minyak, biji jarak pagar juga merupakan sumber makanan yang kaya nutrisi dan suplemen protein yang ekonomis bagi pakan ternak, terutama jika toksinnya dihilangkan. Tanaman ini dapat digunakan untuk mencegah erosi tanah, mereklamasi tanah, pagar tanaman, terutama dari binatang pengganggu dan sebagai tanaman komersil (Heller, 1996). Berbagai bagian dari tanaman ini memiliki nilai sebagai obat-obatan, kulit kayunya mengandung tanin, bunganya dapat menarik lebah sehingga tanaman ini berpotensi sebagai penghasil madu. Kayu dan buahnya dapat dipakai untuk berbagai tujuan termasuk bahan bakar. Cara tanamnya mudah dan tumbuhnya relatif cepat. Selain itu dapat ditanam pula sebagai tanaman lorong pada pola tanam Budidaya Lorong (Alley Cropping) sehingga kerusakan lingkungan di daerah-daerah berlereng dapat dicegah karena dapat mengurangi terjadinya erosi.

Tanaman jarak pagar yang tumbuh di daerah sub tropis akan berganti daun atau rontok, menggugurkan daunnya pada musim kemarau, tetapi pada daerah tropis seperti di Indonesia merupakan tanaman yang evergreen. Pembungaan terjadi sepanjang tahun, dengan masa pembungaan akhir musim kering atau selama musim hujan, tetapi dapat beradaptasi dan terjadi naturalisasi dengan lingkungan setempat sehingga dapat berbunga sepanjang tahun, dengan kematangan sekitar 2 bulan setelah berbunga. Tanaman jarak pagar mempunyai kemampuan untuk tumbuh di tanah marjinal dan mampu memperbaiki tanah bermasalah dan memperbaiki daerah erosi yang pada saat ini luasnya semakin meningkat. Tanaman ini lebih survive karena tidak dapat dimakan langsung oleh hewan (forage crop). Produk tanaman jarak dari buah-daging, kulit biji dan ampas biji banyak mengandung nitrogen, fosfor dan kalium (NPK) dan penyubur/pupuk yang dapat memperbaiki tanah. Tanaman jarak pagar dapat digunakan sebagai pagar sekaligus merupakan shelterbelts dengan fungsi memperbaiki iklim mikro serta menyediakan humus untuk penyubur tanah. Lebih lanjut tanaman jarak pagar dapat mempertinggi produktivitas hasil panen tanaman budidaya yang lain. Secara ekonomi, tanaman jarak pagar dapat dimanfaatkan seluruh bagiannya, mulai dari daun, buah, kulit batang, getah dan batangnya. Biji terdapat inti biji dan kulit biji, inti biji inilah yang menjadi bahan dasar pembuatan biodiesel sebagai energi pengganti solar (Heller, 1996). Bahkan secara sederhana tanpa pengolahan apapun inti biji (kernel) dapat dipakai sebagai bahan bakar kompor yang cukup efisien, di mana 1 kg inti biji mampu menyala selama 5 jam dengan menggunakan kompor biji jarak UB-16 (Widaryanto, 2008a ; 2010).

Minyak yang diperoleh dari perasan biji dapat langsung dibakar tanpa dilakukan proses pemurnian (refinery). Sisa hasil pembakaran ini menghasilkan gas buang yang

Page 5: pidato guru besar 2012 UPLOAD

4

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

bersih, tanpa asap sehingga dinyatakan bahwa minyak biji jarak adalah minyak yang ramah lingkungan dibandingkan dengan minyak tanah (kerosene). Beberapa pengujian minyak bakar ini berhasil pada mesin diesel sederhana. Sisa produk dari perasan biji tanaman jarak yang berupa ampas dapat menjadi pakan ternak atau dapat digunakan sebagai pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi kehidupan mikroorganisme dalam tanah serta dapat pula dipakai sebagai biopestisida. Penggunaan sebagai obat tradisional, seperti biji, daun dan kulit dalam keadaan segar atau jamu merupakan salah satu manfaat penting dari jarak pagar. Minyak jarak tergolong sangat kuat sebagai obat pencuci perut, dan juga digunakan secara luas untuk pengobatan penyakit kulit dan untuk meredakan rasa sakit akibat rematik. Getah digunakan sebagai penghambat pendarahan yang dapat dihubungkan dengan kerja curcain yang dapat menghentikan pendarahan melalui penggumpalan plasma darah. Tanaman jarak dapat digunakan sebagai pagar sekaligus merupakan shelterbelts dengan fungsi memperbaiki iklim mikro serta menyediakan humus untuk penyubur tanah. Minyak biji, ekstrak dari biji jarak pagar digunakan untuk mengendalikan beberapa hama yang cukup berhasil pada banyak kasus. Cairan ekstrak daun jarak pagar efektif mengendalikan Sclerotium sp. yaitu patogen jamur pada Azolla (Makkar dan Becker, 1999). Cangkang biji mempunyai potensi untuk diproses menjadi briket yang dapat dijual dengan kandungan energi yang cukup tinggi (18 MJ/kg), sedangkan kulit buah/kapsul (husk) mempunyai potensi dipakai sebagai mulsa, pupuk organik dan juga dapat diproses menjadi briket, yang mempunyai energi sebesar 14,5 MJ/kg (Makkar, 2007). Ampas biji (press cake) dari biji jarak yang toksik mempunyai potensi sebagai pupuk organik karena mengandung 5,7-6,5 % N, 2,6-3,0 % P2O5, 0,9-1,0 % K2O, 0,6-0,7 % CaO dan 1,3-1,4 % MgO. Karena ampas biji mengandung phorbolester, apabila dipakai sebagai pupuk organik sekaligus dapat berfungsi sebagai bio pestisida. Menurut Makkar (2007) setiap kilogram hasil minyak dari hasil ekstraksi akan menghasilkan tepung dari inti biji lebih kurang 0,75 kg yang dapat dipakai sebagai bahan pakan ternak atau ikan yang mempunyai kandungan protein kasar 60-63 %. Di pasar internasional tepung kedelai yang digunakan sebagai pakan ternak yang mengandung 45 % protein kasar, dapat mencapai harga US$ 300.ton-1 Jadi apabila penentuan harga tepung untuk pakan ternak didasarkan pada kandungan protein suatu bahan, maka tepung ampas biji jarak diperkirakan dapat mencapai US$ 430.ton-1 dengan syarat telah dihilangkan senyawa racunnya (phorbolester) dan mengurangi peranan anti nutriennya, khususnya dari jenis jarak pagar yang toksik. Berbagai penelitian telah berhasil menghilangkan kandungan phorbolester dan aktifitas antinutrient (lektin, fitat, tripsin) pada tepung biji jarak dari jenis beracun. Dengan demikian tepung biji jarak merupakan sumber pakan dengan nutrisi dan nilai jual yang tinggi untuk ternak, ikan dan monogastric. Pemanfaatan biji jarak sebagai sumber protein untuk bahan pangan merupakan harapan baru ke depan, sehingga tanaman jarak tidak hanya dipakai sebagai usaha sampingan, namun diharapkan nantinya sebagai sumber penghasilan utama yang menjanjikan bagi petani. Harapan lain dengan diketemukannya jenis-jenis tanaman jarak pagar yang non-toksik adalah kemungkinan besar dapat dimanfaatkannya sebagai edible oil.

Salah satu temuan pemanfaatan tanaman jarak adalah jarak wangi yang diduga non toksik. Adanya senyawa minyak atsiri yang dikandung pada daun dan ranting (Widaryanto, 2008). Minyak atsiri sendiri mempunyai peran ekologi di alam, seperti halnya sebagai atraktan, sebagai contoh minyak atsiri yang berhubungan dengan bunga dapat berperan penting sebagai atraktan atau penarik binatang dan serangga penyerbuk atau pollinator. Di dalam praktek minyak atsiri dapat dieksploitasi manusia sebagai anti mikrobial, anti jamur, anti serangga sebagai bio pestisida dan anti oksidan. Metabolit sekunder tumbuhan telah diketahui banyak manfaat bagi tumbuhan ialah sebagai bahan obat atau farmasi, pewarna makanan, pestisida dan pewangi.

Pemilihan jenis yang spesifik, seperti pemilihan jenis yang tidak beracun (non-toksik) adalah suatu upaya yang diharapkan dapat memperoleh manfaat-manfaat lain

Page 6: pidato guru besar 2012 UPLOAD

5

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

dari organ tanaman selain biji, bahkan tidak menutup kemungkinan pada bagian lainnya seperti halnya ampas perasan biji juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak maupun ikan. Apabila jenis ini benar-benar tidak beracun, kemungkinan minyaknya dapat digunakan secara luas sebagai edible oil. Dalam kaitan dengan pemilihan jenis yang spesifik tersebut (Widaryanto, 2009) telah menemukan jarak pagar jenis wangi. Tanaman jenis ini telah diidentifikasi bahwa daun dan ranting mengandung minyak atsiri dengan senyawa : Etil benzene (8,23), 1,3 dimetil benzene (19,51), 1,2 Hexa hydrofarnesil aseton (13,59), Farnesil aseton (6,16), Trans-phytol (31,40), etil linoleat (2,75) dan komponen lain sebesar 15,51 yang masing-masing berdasar persen TIC. Analisa protein juga telah dilakukan dengan membandingkan dengan jarak lokal dengan metode elektroforesis gel. Di sini didapatkan bahwa jarak wangi mempunyai penanda molekuler protein 70,4 kDa, yang tidak dimiliki oleh jarak lokal, sebaliknya jarak lokal memiliki penanda molekuler protein 31,3 kDa yang tidak dimiliki oleh jarak wangi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa jarak wangi merupakan kultivar yang berbeda dibanding jarak lokal (Widaryanto, 2009). Potensi jarak pagar jenis wangi sebagai bahan obat telah digunakan oleh penduduk di daerah Mojokerto untuk menyembuhkan gejala asam urat. Jarak pagar jenis wangi ini mempunyai aroma menyerupai daun pandan yang sekaligus menjadi penciri yang membedakan dengan jarak pagar pada umumnya. Kegunaan tanaman jarak pagar, di samping sebagai sumber bahan baku biodiesel cukup beragam sebagaimana yang digambarkan Pohon Industri Tanaman Jarak Pagar pada Lampiran 2. (Kumar dan Sharma,2008 :Widaryanto, 2008a).

PERANAN FAKTOR-FAKTOR EKOLOGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR

Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh potensi genetik, kondisi lingkungan, dan teknologi (manajemen) pengelolaan. Meskipun jarak pagar dikenal dapat tumbuh di daerah beriklim kering dan lahan marjinal, tanaman tetap membutuhkan air dan hara yang cukup untuk dapat berproduksi secara optimal (David et al. 2006). Oleh karena untuk mendapatkan hasil pengusahaan tanaman yang tinggi dibatasi oleh sifat genetik tanaman dan faktor lingkungan, sehingga pemilihan jenis (varietas) tanaman dengan kapasitas genetik (potensi hasil) yang tinggi dan sesuai dengan keadaan lingkungan dari wilayah yang ditentukan menjadi sangat penting. Peranan pengelolaan (teknologi) merupakan hal yang sangat penting dalam upaya mendapatkan hasil yang maksimal, sebagai contoh untuk mendapatkan faktor lingkungan yang lebih sesuai (optimum), tanaman dapat dimanipulasi melalui sifat tanaman, misalnya dengan menggunakan hormone tumbuh untuk mendapatkan fruitset yang tinggi. Jadi faktor pengelolaan berperan untuk mengubah sifat genetik dan faktor lingkungan tanaman untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimum dan hasil yang maksimum. Pada pengusahaan tanaman pada skala perkebunan besar dengan orientasi keuntungan (agrobisnis), faktor kesesuaian lahan akan dipakai menjadi pertimbangan awal dalam menentukan rencana suatu agribisnis. Sedangkan yang dimaksud dengan kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan dapat dinilai untuk kondisi saat ini (present) atau setelah diadakan perbaikan (improvement). Secara spesifik, kesesuaian lahan untuk suatu komoditas dinilai berdasarkan sifat-sifat fisik lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi (kelas lereng), hidrologi, dan drainase (Balai Penelitian Tanah 2003). Faktor lingkungan yang sering menjadi pertimbangan awal adalah iklim (mis. suhu, sinar matahari, panjang hari dan curah hujan). Indonesia yang secara geografis terletak dalam kawasan tropis (23026′22″ LU - 23026′ 22″ LS) tidak akan menjadi faktor pembatas utama agribisnis Jarak pagar yang dapat beradaptasi pada kisaran geografis yang sangat luas (280 LU – 300 LS). Dari segi intensitas cahaya, tanaman ini dapat beradaptasi pada cahaya tinggi hingga >2500 µmol.m-2.s-1, PAR (Photosynthetically Active Radiation) tanpa gejala kerusakan yang

Page 7: pidato guru besar 2012 UPLOAD

6

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

tercermin dari tingkat transport elektron (Baumgart, 2007). Jadi tanaman ini menghendaki cahaya tinggi yang sesuai dengan kondisi tropis. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada ketinggian tempat berkisar 0−1.700 m dpl, dengan suhu 11−38°C. Jarak pagar tidak tahan cuaca yang sangat dingin (frost) dan tidak sensitif terhadap panjang hari (day-length) karena tanaman berasal dari daerah tropis (Heller 1996). Untuk mendapatkan hasil yang maksimum dianjurkan untuk ditanam di lahan kering dataran rendah beriklim kering dengan ketinggian tempat < 500 m dpl, curah hujan 300−1.000 mm/tahun, serta suhu > 20°C. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2006). Tanaman jarak pagar tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Kisaran curah hujan daerah penyebarannya bervariasi yaitu 200−2.000 mm/tahun (Heller 1996), 480−2.380 mm/tahun (Jones dan Miller 1992), tetapi tanaman tumbuh baik pada curah hujan 900−1.200 mm/tahun (Becker dan Makkar, 1999). Di Indonesia, jarak pagar dapat dijumpai di beberapa daerah dengan curah hujan lebih dari 3.000 mm/tahun, seperti di Bogor, Sumatera Barat, dan Minahasa. Menurut Henning (2004), jarak pagar membutuhkan curah hujan minimal 600 mm/tahun. Jika curah hujan kurang dari 600 mm/tahun maka tanaman tidak dapat tumbuh, kecuali dalam kondisi tertentu seperti di Kepulauan Cape Verde dengan curah hujan hanya 250 mm/tahun tetapi kelembapan udaranya sangat tinggi. Di daerah-daerah dengan kelengasan tanah bukan menjadi faktor pembatas (misalnya irigasi atau curah hujan cukup merata), jarak pagar dapat berproduksi sepanjang tahun, tetapi tidak dapat bertahan dalam kondisi tanah jenuh air. Iklim yang kering akan meningkatkan kadar minyak biji, tetapi kekeringan yang berkepanjangan menyebabkan tanaman menggugurkan daun sehingga pertumbuhan tanaman terhambat (Jones dan Miller 1992). Pada daerah dengan curah hujan tinggi seperti di Bogor, tanaman memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebat (membentuk daun dengan jumlah dan ukuran yang besar) tetapi pembentukan bunga dan buah kurang. Hal tersebut sangat beralasan karena tanaman jarak pagar mempunyai susunan daun pada batang atau cabang berselang-seling pada sisi yang agak bersebelahan mengikuti pola spiral (spiral phyllotaxis). Dengan susunan daun demikian, daun yang terletak pada lapisan pertama dan kedua dapat memperoleh cahaya langsung, namun cahaya langsung pada daun lapis ketiga akan terbatas akibat naungan dari daun lapis pertama dan kedua. Dengan demikian, untuk mendapatkan efisiensi fotosintesis yang tinggi perlu dicari Indeks Luas Daun (ILD) optimum. karena sering dijumpai bahwa tanaman yang subur tidak selalu didapatkan hasil biji yang maksimum. Hal yang sebaliknya telah dilaporkan oleh Arivin et al. (2006) bahwa di Desa Cikeusik Malingping, Banten, dengan curah hujan 2.500−3.000 mm/tahun, tanaman jarak pagar dapat berbunga dan berbuah, tetapi hal ini masih perlu diteliti apakah pembungaan tersebut berlangsung sepanjang tahun. Walaupun curah hujan daerah ini cukup tinggi, yang memungkinkan radiasi rendah, pembuahan cukup baik. Hal ini diduga merupakan hasil interaksi antara potensi genetik dan lingkungan seperti suhu yang selalu panas (±27°C) karena letaknya di tepi pantai, serta tekstur tanahnya berpasir yang menjamin drainase dan aerasi yang baik.

Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang baik dijumpai pada tanah-tanah ringan atau lahan dengan drainase dan aerasi yang baik (terbaik mengandung pasir 60−90%). Tanaman jarak pagar dapat beradaptasi di lahan marjinal dan dapat tumbuh pada tanah berbatu, berpasir, berliat, dan pada lahan yang tererosi (Mal dan Joshi 1991). Tanaman ini dapat pula dijumpai di wilayah perbukitan atau sepanjang saluran air dan batas kebun (Heller 1996;Arivin et al. 2006). Menurut Okabe dan Somabhi (1989), jarak pagar yang ditanam pada tanah bertekstur lempung berpasir menghasilkan biji lebih tinggi daripada di tanah bertekstur lainnya. Selanjutnya Jones dan Miller (1992) mengemukakan bahwa meskipun jarak pagar dapat tumbuh dengan baik di tanah yang dangkal dan umumnya ditemukan tumbuh di tanah berkerikil, berpasir, dan berliat, pada tanah yang tererosi berat pertumbuhannya kerdil.

Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada tanah yang ketersediaan air dan unsur-unsur haranya terbatas atau lahan marjinal, tetapi lahan yang berdrainase baik merupakan tempat yang sesuai bagi tanaman ini untuk tumbuh dan berproduksi secara

Page 8: pidato guru besar 2012 UPLOAD

7

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

optimal. Bila perakarannya sudah berkembang, jarak pagar toleran terhadap kondisi tanah masam atau alkalin (terbaik pada pH tanah 5,50−6,50) (Heller 1996; Arivin et al. 2006). Jones dan Miller (1992) menyatakan untuk mendapatkan produksi yang tinggi pada tanah miskin hara dan alkalin, tanaman perlu dipupuk dengan pupuk anorganik maupun organik, yang mengandung sedikit kalsium, magnesium, dan sulfur. Pada daerah-daerah dengan kandungan fosfat rendah, penggunaan mikoriza dapat membantu pertumbuhan tanaman jarak.

Meskipun tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada tanah marjinal, untuk pertumbuhan yang optimal membutuhkan penyediaan nutrisi yang cukup, mengingat bahwa fotosintesis berlangsung pada klorofil yang mengandung nitrogen, dan mayoritas terjadi dalam daun yang berwarna hijau. Nitrogen (N), Phosphor (P) dan Kalium (K) adalah nutrisi kunci yang diperlukan untuk bahan struktural untuk pertumbuhan akar, batang, cabang, daun, bunga, buah dan biji. Hal tersebut terbukti dengan adanya komposisi nutrisi, baik makro maupun mikro yang terkandung dalam semua bagian-bagian tanaman jarak pagar (Jongschaap et al., 2007).

Keterbatasan kesuburan tanah (terbatasnya ketersediaan N, P dan K di zona akar) menghambat pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman. Percobaan pemupukan pada tanah marjinal di India dengan berbagai tingkat N (0-60 kg ha-1) dan P(0-30 kg ha-

1), pada populasi tanaman 2500 ha-1), menunjukkan bahwa tinggi tanaman (1,97 m; + 23%), indeks luas daun (1,1 m2 m-2; +30%), jumlah bahan kering atas tanah (9,5 t ha-1, +32%), hasil biji (0,44 t ha-1, +72%) dan minyak hasil (141,7 kg ha-1, + 76%) meningkat secara signifikan dibanding pada tanpa pemupukan (Patolia et al., 2007).

Percobaan pemupukan nitrogen dan kalium untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil tanaman jarak pagar telah dilakukan Widaryanto (2008b), dari hasil percobaan lapang didapatkan bahwa jarak lokal berbeda dengan jarak wangi dalam pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah dan luas daun, diameter batang dan jumlah cabang) serta komponen hasil (jumlah tandan tanaman-1, jumlah kapsul tanaman-1, jumlah biji tanaman-1) kecuali untuk berat seribu biji. Nilai pengamatan tanaman jarak wangi selalu lebih rendah dibanding jarak lokal. Sampai umur 10 bulan setelah tanam, hasil biji jarak wangi meningkat 36.06% dengan meningkatnya dosis pemupukan nitrogen dari 50 kgN.ha-1 ke 200 kgN.ha-1 (dari 333,31 menjadi 453,52 kg.biji.ha-1), sedangkan pada jenis lokal terdapat peningkatan hasil biji 56,56 % (dari 717,41 menjadi 1124,68 kg.biji.ha-1). Pengaruh pemupukan nitrogen juga terjadi terhadap kerapatan stomata, kadar nitrogen daun dan kadar kalium daun terumur 4 bulan setelah tanam. Hasil pengamatan proses fisiologis tanaman didapatkan bahwa peningkatan pemupukan kalium secara nyata dapat meningkatkan laju fotosintesis, laju transpirasi dan konduktifitas stomata.

Dalam kondisi semi-kering, jarak pagar dapat mereklamasi tanah marjinal dengan menggali tanah dengan sistem perakarannya, sehingga dapat menyebabkan daur ulang unsur hara dari lapisan tanah yang lebih dalam dan memberikan perlindungan kepada tanah sehingga dapat mengurangi resiko erosi dan ketandusan (Spaan et al., 2004). Konsep untuk reklamasi tanah marjinal juga telah dilaporkan oleh Chaudharry et al. (2007), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur tanah meningkat secara signifikan setelah tanaman jarak pagar ditumbuhkan selama 18 bulan dalam kondisi semi kering di India; stabilitas makro-agregat meningkat sebesar 6-30%, sedangkan berat volume tanah berkurang sebesar 20%. Keberhasilan reklamasi tanah marjinal juga dipengaruhi oleh pola perakaran jarak pagar itu sendiri, yang mana pola perakaran secara signifikan dipengaruhi oleh metode propagasi. Tanaman yang berasal dari biji dan langsung ditanam di lahan, dapat menghasilkan sistem perakaran dengan akar tunggang primer yang kuat dan akan didapatkan empat akar lateral, serta banyak tumbuh akar sekunder yang lurus (Heller, 1996), sedangkan tanaman yang diperbanyak dengan stek hanya mengembangkan akar sekunder. Jarak pagar tumbuh di daerah tropis semi kering dan kering sehingga dapat dianggap sebagai spesies yang tahan terhadap kekeringan. Namun tentang penggunaan air dan efisiensi penggunaan air pada tanaman jarak pagar perlu diketahui secara detail. Efisiensi penggunaan air telah diteliti pada spesies Jatropha pandurifolia L. dan Jatropha gossypifolia L, di mana efisiensi penggunaan air sebesar 3,68 dan 2,52 mmol CO2 mmol-1 H2O. Nilai ini berada dalam kisaran yang sama dengan jenis minyak

Page 9: pidato guru besar 2012 UPLOAD

8

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

lainnya seperti biji kedelai (3,90 mmol CO2 mmol-1 H2O) dan kelapa sawit (3,95-4,42 mmol CO2 mmol

-1 H2O) (Li Guo, 2002). Pemangkasan/pengaturan arsitektur tajuk pada tanaman jarak pagar terutama ditujukan untuk membentuk kanopi tanaman seperti semak (payung). Hal ini penting karena tanaman jarak berbunga terminal, sehingga jumlah cabang berkorelasi positif dengan produksi buah dan biji. Untuk itu, pada akhir tahun pertama harus dilakukan pemangkasan pertama dengan memotong tanaman hingga tersisa hanya 30 cm dari permukaan tanah, untuk merangsang pertumbuhan cabang-cabang. Selanjutnya pada akhir tahun kedua dilakukan pemangkasan berikutnya dengan memotong cabang-cabang tanaman sepanjang 2/3 bagian dan menyisakan 1/3 bagian cabang-cabang tersebut. Cabang hasil pemangkasan tahun kedua ini dapat dipakai sebagai perbanyakan tanaman untuk ditanam di tempat lain. Untuk mendapatkan produktivitas dan kualitas biji yang optimum, jumlah cabang hendaknya dipertahankan maksimal tidak lebih dari 40 cabang per pohon. Di samping pemangkasan untuk merangsang pertumbuhan percabangan, pemangkasan juga perlu dilakukan terhadap cabang-cabang yang terserang penyakit, cabang-cabang yang mati atau lemah. Sekali dalam 10 tahun dilakukan peremajaan (rejuvinasi) dengan cara memotong tanaman setinggi 30 cm dari permukaan tanah (seperti pemangkasan tahun pertama). Setelah peremajaan ini tanaman akan segera menghasilkan buah setelah 6-8 bulan kemudian (Arivin, 2006).

Dalam upaya peningkatkan pendapatan petani jarak, maka perlu adanya upaya peningkatan produktivitas lahan, mengingat bahwa tanaman jarak merupakan tanaman tahunan, yang mana hasil yang memadai baru setelah usia dua tahun dengan produktivitas sangat bervariasi tergantung pada kesuburan lahan dan curah hujan. Secara umum produktivitas biji per tahun berkisar antara 0,5 sampai 5 ton.ha-1. Oleh karena rendahnya produksi biji jarak pada tahun-tahun pertama serta rendahnya harga biji jarak yang hanya berkisar antara Rp 750,- - Rp 1000,- per kg, sering menjadi kendala pengembangan perluasan budidaya jarak pagar di tingkat petani. Salah satu upaya tersebut adalah pemanfaatan lahan di antara tanaman jarak pada pertumbuhan awalnya dengan penanaman tanaman sela yang sesuai dengan daerah di mana tanaman jarak pagar diusahakan. Pemilihan jenis tanaman sela dianjurkan menggunakan jenis tanaman semusim yang sering diupayakan oleh petani setempat. Adapun jenis tanaman sayuran yang dianjurkan adalah : kacang panjang, terung, kangkung, sawi hijau, ketimun dan lombok di samping juga dapat dikembangkan tanaman sela dari famili Zingiberaceae seperti : jahe, kencur dan lengkuas atau tanaman pangan seperti jagung, padi gogo, kacang tanah dan kedelai.

Pertimbangan lain pemilihan tanaman sela adalah memilih jenis tanaman yang mempunyai kemampuan menutup permukaan tanah yang cepat, hal ini sangatlah penting karena diketahui bahwa tanaman jarak ditanam dengan jarak tanam yang lebar sehingga perkembangan gulmanya sangat pesat. Sehingga dengan penanaman jenis tanaman sela yang mempunyai kemampuan penutupan permukaan tanah yang cepat secara tidak langsung petani telah melakukan pengendalian gulma secara ekologi yang akhirnya dapat menurunkan biaya pengelolaan budidaya jarak, khususnya dari aspek pengendalian gulma.

Widaryanto (2007a) telah melakukan penelitian tentang tumpangsari tanaman jarak pagar dengan berbagai macam tanaman sayuran (sawi, kangkung darat, buncis tegak, kacang merah dan kacang tanah), dan memangkas satu baris tanaman jarak berselang-seling pada pembudidayaan tahun pertama (untuk kebutuhan stek) . Dari penelitian ini didapatkan bahwa nilai R/C rasio tertinggi dicapai oleh perlakuan tumpangsari jarak pagar dengan sawi daging sebesar 2,72, kemudian diikuti dengan tanaman sela kangkung 2,67, buncis tegak 2,11, kacang merah 1,56, kacang tanah 1,31, sedangkan tanaman jarak pagar secara monokultur hanya didapatkan R/C 1,16, itupun pendapatan ditopang oleh asumsi hasil penjualan stek untuk bibit. Meskipun perlakuan tanaman sela kacang tanah tidak memberikan keuntungan yang paling tingi, namun pemilihan jenis tanaman kacang tanah mempunyai pertimbangan khusus, seperti halnya hasil polong kacang tanah dapat disimpan dalam waktu yang lama, di

Page 10: pidato guru besar 2012 UPLOAD

9

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

samping itu brangkasan tanaman kacang dapat dipakai sebagai bahan organik pada pertanaman jarak pagar.

Pemilihan varietas tanaman adalah faktor pertama yang harus diperhatikan dalam pengelolaan perkebunan skala usaha. Varietas yang dapat memanfaatkan faktor lingkungan secara optimal biasanya ditandai dengan kemampuan tanaman memperoleh daya hasil yang tinggi pada kondisi pemeliharaan tanaman yang normal. Pemanfaatan faktor lingkungan yang optimal untuk mendapatkan hasil yang setinggi mungkin adalah prinsip dasar dalam pemilihan varietas. Pada hakekatnya, varietas yang baik dicirikan pertama-tama oleh tingkat fotosintesis dan pembagian fotosintat pada buah yang tinggi di samping kadar minyak yang tinggi. Fotosintesis yang tinggi merupakan fungsi dari luas daun dan efisiensi fotosintesis per satuan luas daun. Ini berarti pembagian fotosintat yang cukup untuk organ daun juga diperlukan untuk perkembangan luas daun yang optimum.

Upaya-upaya penelitian untuk mendapatkan varietas unggul tanaman jarak pagar dengan melakukan seleksi untuk mendapatkan jenis unggul yang telah beradaptasi secara spesifik pada berbagai daerah telah banyak dilakukan. Pemerintah telah melepas beberapa varietas tanaman jarak pagar seperti IP-1M, IP-1P, IP-1A, IP-2M, IP-2P, dan IP-2A (Anonimous, 2006). Potensi hasil yang terdapat dalam deskripsi varietas (4-7,8 t.ha-1) cukup menjanjikan. Tetapi ini masih perlu pengujian pada tingkat lapangan dengan skala besar dan dibandingkan dengan jenis yang sudah beradaptasi pada berbagai lingkungan yaitu jenis yang telah berkembang di masyarakat. Pada tahun 2009, Kementrian Pertanian juga melepas 2 populasi komposit jarak pagar, yakni IP3-P dan IP3-A. Jenis IP3-P memiliki potensi produksi 2,3 sampai 2,6 ton.ha-1 per tahun yang sudah dapat dicapai pada tahun pertama dan hasil biji dapat mencapai 8 sampai 9 ton.ha-1 pada tahun ke empat, dengan kadar minyak sebesar 36 persen. Jenis ini sudah mulai berproduksi 14 minggu setelah pemindahan ke lapangan (transplanting). Sedangkan IP3-A memiliki potensi produksi 2,5 ton.ha- per tahun untuk tahun pertama, dan bisa mencapai 8 s.d 8,5 ton.ha-1 pada tahun ke empat, dengan kadar minyak 35 persen, dan sudah mulai berproduksi 13 minggu setelah pemindahan ke lapangan (transplanting).

Sebelum ada teknik budidaya dan riset yang intensif, produktivitas tanaman jarak pagar di India hanya mencapai 4 ton.ha-1 (sesudah tahun ke-4). Apabila asumsi rendemen minyak jarak adalah 30% maka dalam satu hektar akan menghasilkan 1200 l minyak jarak (CJO) atau setara dengan 1140 l biodiesel (dengan asumsi hasil biodiesel 95% dari CJO). (Maharishi, 2000). Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan Maharishi (2000) didapatkan bahwa produktivitas tanaman jarak dengan jarak tanam 2 x 2 m mempunyai kisaran mulai dari 2 ton.ha-1 per tahun pada lahan tanpa irigasi dan dapat mencapai 12 ton.ha-1 per tahun pada lahan dengan irigasi.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh Henning (1996), populasi 2500 tanaman ha-1 (jarak tanam 2 x 2 m) merupakan jarak tanam yang optimum di India. Pada daerah yang sesuai, dapat menghasilkan 2 kg.tan-1 dan pada tanah yang miskin hanya diperoleh 1 kg biji tan-1, sedangkan pada tanah laterik hasil biji hanya 0,75 – 1 kg tan-1.

Tanaman jarak pagar yang ditanam sebagai pagar hidup dilaporkan dapat menghasilkan antara 0.8 - 1 kg.m-2 pagar hidup atau setara dengan 2.25 – 5 ton.ha-1 tergantung pada kesuburan tanah. Pada tanah yang kurang subur, tanaman jarak yang ditanam sebagai pagar hanya menghasilkan biji berkisar 2,5 - 3,5 ton.ha-1, dengan asumsi bahwa dalam 1 ha terdapat pagar keliling sepanjang 400 m2 yang menghasilkan 0,4 ton biji sehingga jarak pagar sepanjang satu hektar setara dengan 0,1 Ha blok kebun jarak (Heller, 1996).

Kandungan minyak biji yang telah diamati dari 64 aksesi dan 10 provenan jarak pagar yang ada di India bervariari antara 26-39% (lam dan Madan, 1995 ; Ginwal et al., 2004 ; Pant et al., 2006; Patolia et al., 2007.; Sharma, 2007; Kaushik et al., 2007; Shekhawat et al., 2007 ; Kumar dan Kumari, 2007 ; Basha dan Sujatha, 2007)(dalam, Jongschaap et al., 2007) dan 10 provenan dari Indonesia: 28-34% (Manurung, 2007).

Page 11: pidato guru besar 2012 UPLOAD

10

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Bapak/Ibu hadirin yang saya hormati

BAHAN BAKAR NABATI (BBN) YANG RAMAH LINGKUNGAN

Penggunaan energi fosil telah dituding menjadi penyebab perubahan iklim dan pemanasan global, Gas Rumah Kaca (GRK) seperti karbon dioksida hasil dari pembakaran bahan bakar fosil yang dilepaskan ke atmosfir. Keberadaannya akan menghalangi panas yang akan meninggalkan bumi sehingga akan meningkatkan suhu bumi. Perubahan iklim yang terjadi disebabkan oleh gas rumah kaca seperti disebutkan di atas juga methane (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Pada pembakaran biomassa sebenarnya menghasilkan CO2 tetapi karbon dioksida yang dihasilkan akan distabilisasi dengan penyerapan kembali oleh tumbuhan, sehingga tidak ada penimbunan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya terus seimbang.

Emisi CO2 dapat berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti: batubara, minyak bumi dan gas bumi, emisi dari industri semen dan konversi lahan. Berdasarkan data dari Carbon Dioxide Information Analysis Center (2000) penggunaan bahan bakar fosil merupakan sumber utama emisi CO2 di dunia dan mencapai 74% dari total emisi. Konversi lahan mempunyai kontribusi sebesar 24% dan industri semen sebesar 3%. Emisi CO2 merupakan bagian terbesar dari emisi GRK di Indonesia dengan pangsa sebesar hampir 70 % sedangkan gas lainnya sebesar 30 %. Berdasarkan laporan Komunikasi Nasional Pertama, sumber utama emisi GRK adalah sektor energi dan sektor kehutanan. Sektor energi mempunyai pangsa sebesar 46 % dari total emisi GRK yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil pada bermacam-macam aktivitas seperti: produksi energi, pengolahan energi dan juga pembakaran energi yang digunakan baik untuk pembangkit listrik maupun untuk keperluan industri lainnya. Pemerintah melalui Peraturan Presiden No.5 tahun 2006 mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri. Kebijakan utama meliputi penyediaan energi yang optimal, pemanfaatan energi yang efisien, penetapan harga energi ke arah harga keekonomian dan pelestarian lingkungan. Kebijakan ini juga memuat target pencapaian bauran energi (energy mix) sampai tahun 2025 seperti ditunjukkan pada Lampiran 1. Kebijakan ini diikuti dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No.1 Tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan BBN sebagai bahan bakar lain dan ditindaklanjuti dengan pembentukan Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) untuk percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran melalui Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2006. Tim nasional ini berkewajiban untuk menyusun Blue Print dan Road Map Pengembangan BBN. Di samping kebijakan tersebut di atas, Presiden telah mencanangkan Indonesia Green Energy Action Plan. Pengembangan green energy atau energi yang berbahan baku nabati mempunyai tiga aspek penting yang diyakini dapat mendorong perekonomian nasional, yaitu: Pro Jobs untuk membuka lapangan kerja yang lebih luas, Pro Growth yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan Pro Poor yang akan mengurangi tingkat kemiskinan. Dalam kerangka penanggulangan pemanasan global ada tiga langkah yang perlu dilakukan, yaitu: inventori, mitigasi, dan adaptasi. Inventori GRK dilakukan untuk mengetahui besar dan sumber emisi GRK pada periode tertentu. Program mitigasi GRK dilakukan untuk menurunkan emisi GRK dari segi sumber emisi (source) maupun penyediaan wadah (sink) sehingga dapat meredam pemanasan dan perubahan iklim global. Teknologi untuk mitigasi GRK dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu: untuk sisi penawaran dan untuk sisi permintaan. Untuk sisi penawaran dapat dilakukan dengan menggunakan sistem konversi yang lebih efisien, mengubah bahan bakar dari energi yang mempunyai emisi tinggi menjadi energi yang mempunyai emisi rendah, dengan meningkatkan penggunaan energi terbarukan, sehingga BBN merupakan energi terbarukan yang berpotensi menjadi salah satu opsi untuk mitigasi GRK di sektor tranportasi pada saat ini (Sugiyono,2009).

Page 12: pidato guru besar 2012 UPLOAD

11

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

BBN merupakan salah satu bentuk green energy yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: biodiesel, bioetanol, dan Pure Plant Oil (PPO) atau sering disebut biooil. Diharapkan di masa mendatang BBN juga dapat menjadi substitusi BBM di sektor lainnya. Untuk mengetahui potensi pengurangan emisi GRK dari pemanfaatan BBN maka harus diperhitungkan besarnya penggunaan BBM yang dapat disubstitusi dengan menggunakan BBN. Dasar untuk perhitungan emisi GRK yang sering digunakan adalah: • Revised 1996 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories,2006 IPCC • Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Berdasarkan 2006 IPCC Guidelines maka penggunaan BBN tidak dihitung emisi CO2 tetapi dicantumkan dalam bagian sendiri karena biomasa yang digunakan untuk BBN ini sudah dihitung emisinya dalam sektor Agriculture, Forestry and Other Land Use (AFOLU). Emisi GRK dari penggunaan BBN dianggap nol bila berasal dari perkebunan yang dikelola secara berkesinambungan. Perhitungan di sini menggunakan pendekatan Tier 1 yang berdasarkan basis bahan bakar. Emisi yang ditimbulkan dari semua sumber pembakaran dapat dihitung berdasarkan kuantitas bahan bakar dan faktor emisi rata-rata. Dengan pendekatan ini, emisi CO2 dihitung dengan menggunakan rumus:

dengan CO2 dalam (kg)

Fuela = Kuantitas Bahan Bakar (TJ) EFa = Faktor Emisi (kg/TJ) a = Jenis Bahan Bakar (minyak solar, minyak diesel, dan sebagainya)

Sebagai contoh, satu hektar kebun sawit yang sudah berproduksi dapat menghasilkan biomassa berupa batang, pelepah dan tandan sawit sebesar 36 ton per tahun. Jumlah biomassa sebanyak ini dapat menyerap emisi CO2 sebanyak 25 ton per tahun dan mengubahnya menjadi udara bersih berupa O2 sebanyak 18 ton per tahun (Deptan, 2008). Potensi ini dapat ditransaksikan melalui mekanisme pembangunan bersih (Clean Development Mechanism-CDM) (Sugiyono, 2009). Biofuel menjadi salah satu energi alternatif yang dikembangkan, karena kemudahannya dalam aplikasi pada kendaraan, selain juga karena tekanan krisis energi berbasis fosil. Penggunaan campuran biodiesel pada solar maupun bioetanol pada bensin, pada kadar tertentu, tidak membutuhkan adanya perubahan spesifikasi pada mesin. Energi yang dihasilkan biodiesel/bioetanol tak berbeda jauh dengan solar/bensin. Dalam proses pembuatannya pun, hanya membutuhkan energi sekitar 1/3nya. Dalam setiap unit energi yang digunakan untuk menghasilkan biodiesel akan dihasilkan 3,2 unit energi. (Tirto, 2006). Biofuel sering disebut pula dengan sumber energi carbon-netral, karena jika biomassa dibakar akan melepaskan CO2 dengan jumlah sama (seimbang) dengan fiksasi CO2 dalam proses fotosintesis untuk pertumbuhan tanaman budidaya maupun hutan. Mengacu pada biofuel sebagai sumber energi karbon-netral yang mempunyai emisi nol (bersih) mungkin tidak seratus persen benar, karena dalam memproduksi biomassa, seperti halnya budidaya, panen, pasca panen, transportasi, pabrikasi masih menggunakan bahan bakar fosil sehingga masih menghasilkan emisi. Demikian pula pada teknologi pembuatan herbisida dan pabrik pupuk. Namun meskipun biofuel secara jelas tidak menghasilkan nol emisi, akan tetapi dampak tehadap gas rumah kaca jauh lebih rendah dibanding sumber energi dari fosil (Berstein et al., 2007). Sehingga pemanfaatan biofuel sebagai substitusi minyak fosil merupakan salah satu cara pemecahan solusi untuk mengurangi meningkatnya level CO2 di atmosfer pada akhir-akhir ini. Dari hasil studi selama 15 tahun menunjukkan bahwa penggantian premium maupun solar dengan biofuel dapat menurunkan emisi bersih GRK sebesar berturut-

Page 13: pidato guru besar 2012 UPLOAD

12

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

turut 31% untuk bioetanol, 54% untuk biodiesel dan 71% bioetanol yang berbahan baku selulosa (Koh dan Ghazoul, 2008). Proses produksi, pengolahan, transportasi, dan konversi bahan bakar fosil juga memerlukan input tambahan bahan bakar fosil. Perbedaan yang signifikan antara bahan bakar fosil dan biomassa terhadap emisi GRK adalah kemampuan biomassa untuk mendaur ulang (recycle) yang melepaskan emisi dalam konversi energi dalam proses ”The closed carbon loop for bioenergy”. Gambar 2. ”The closed carbon loop for bioenergy”.(Sumber: NSW Bioenergy

Handbook)

Khusus untuk biodiesel, merupakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan juga memiliki kelebihan-kelebihan yang lain, yaitu tidak menimbulkan emisi polutan yang berbahaya terhadap kesehatan, dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable), 10 kali tidak beracun dibanding minyak solar biasa, memiliki angka setana yang lebih baik dari minyak solar biasa, asap buangan biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatik sehingga emisi pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan serta tidak menambah akumulasi gas karbondioksida di atmosfer sehingga lebih jauh lagi mengurangi efek pemanasan global atau banyak disebut dengan zero CO2 emission, serta terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui (Tirto, 2006).

DESA MANDIRI ENERGI

Desa Mandiri Energi (DME) adalah desa yang masyarakatnya memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60% kebutuhan listrik dan bahan bakar dari energi terbarukan yang dihasilkan melalui pendayagunaan potensi sumberdaya setempat. Adapun sasaran utama DME adalah desa miskin, desa daerah tertinggal, desa transmigrasi, desa pesisir, desa pulau kecil dan desa daerah perbatasan. DME merupakan salah satu program penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan di desa-desa tertinggaI dengan mendorong kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan energi sendiri di wilayahnya. Salah satu sasaran program tersebut adalah melepaskan ketergantungan masyarakat desa tertinggal terhadap bahan bakar minyak yang harganya cenderung terus meningkat.

Dengan mengacu pada kesesuaian agroklimat dan kelayakan sosial-ekonomi, maka dapat dikembangkan DME berbasis tanaman jarak pagar, kelapa sawit, kelapa, singkong dan tebu. Di samping Iima tanaman tersebut ada beberapa tanaman lain yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku BBN bagi DME, yakni jagung, sorghum dan aren. Di samping itu tidak tertutup kemungkinan dikembangkan tanaman lain yang berpotensi sebagai bahan bakar BBN yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

Page 14: pidato guru besar 2012 UPLOAD

13

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Dengan keberagaman wilayah yang ada, pola penyediaan energi pedesaan di Indonesia seyogyanya berbeda dari tempat satu dengan tempat lainnya, tergantung pada kondisi alam dan sumberdaya setempat.

DME menawarkan sistem energi yang terdesentralisasi dan terlokalisasi dalam sebuah komunitas pedesaan yang akhirnya akan mengurangi ketergantungan mereka pada suplai bahan bakar dari kota yang memerlukan biaya tinggi yang akan berdampak tingginya harga minyak di daerah terpencil, di samping itu suplai yang tak pasti, dan infrastruktur yang jelek. Dengan semakin naiknya harga bahan bakar, sistem produksi biofuel yang terlokalisasi semakin cepat berkembang. Terlebih lagi, sistem ini juga akan mengurangi ketergantungan mereka pada proyek-proyek dari pemerintah pusat.

DME juga menawarkan energi yang terbaharui (renewable) dan bebas dari pencemaran CO2, yang mana konsep ini berbasis pada penanaman tanaman jarak pagar yang merupakan sumber energi yang bisa dilaksanakan masyarakat . DME berbasis jarak pagar merupakan kegiatan pembangunan pedesaan/wilayah melalui pengembangan tanaman BBN (khususnya jarak pagar) dengan tujuan utama untuk mencukupi kebutuhan energi maupun peluang pengembangan kapasitas produksi di desa/wilayah bersangkutan. Dengan demikian, setiap DME harus memiliki beberapa kriteria antara lain:

a. Pengembangan tanaman BBN (khususnya jarak pagar) minimal setara dengan kapasitas unit pengolahan yang disiapkan;

b. Penyediaan unit pengolahan BBN dengan kapasitas setara dengan pertanaman yang dikembangkan;

c. Penyediaan kompor dengan bahan bakar BBN; d. Pelatihan petani dan petugas, meliputi pelatihan di bidang on farm dan pengolahan

hasil/pemanfaatannya. e. Peningkatan kemampuan kelembagaan petani, baik di bidang pengelolaan di

pertanaman, pengolahan hasil maupun pemasarannya; f. Pendampingan petani dan kelembagaannya. g. Lokasi kegiatan diutamakan pada desa nelayan, desa tertinggal dan terpencil.

Sebuah studi dan analisis yang telah dilaksanakan di Afrika menunjukkan bahwa DME berbasis jarak pagar mampu menyelesaikan masalah kelistrikan di pedesaan, yaitu dengan membentuk sebuah koperasi yang mampu mengadopsi sistem secara keseluruhan dan mampu melaksanakan pembibitan, pembudidayaan di lahan tanam, jasa penggilingan dan pembangkit listrik serta dapat menjual energi yang lebih kepada kepentingan lain seperti bahan bakar transportasi darat dan sungai maupun untuk kepentingan pabrik-pabrik yang memerlukan bahan bakar diesel (Greco dan Rademakers, 2006).

Bapak/Ibu hadirin yang saya hormati

SKENARIO MANDIRI ENERGI BERBASIS TANAMAN JARAK PAGAR

Skenario dalam pencapaian Mandiri Energi di dalam tulisan ini ada 2 aspek yang dikaji :

1. Biji jarak pagar sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, PPO (Pure Plant Oil) dan biokerosin berdasarkan harga minyak mentah dunia, nilai tukar rupiah dan rendemen biji jarak-CJO

2. Biji jarak pagar sebagai bahan bakar kompor UB-16

SKENARIO PERTAMA :

BIJI JARAK SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL, PPO (PURE PLANT OIL) DAN BIOKEROSIN

Dalam suatu produksi pertanian, khususnya tanaman jarak bahwa hasil biji bukanlah merupakan parameter tunggal untuk mengukur keberhasilan suatu usaha

Page 15: pidato guru besar 2012 UPLOAD

14

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

budidaya tanaman, khususnya tanaman jarak, namun rendemen yang diperoleh akan sangat menentukan nilai keuntungan dari usaha budidaya, karena akan menentukan jumlah minyak jarak yang akan dihasilkan.

Adanya isu tentang penghapusan subsidi minyak tanah dan pembatasan pemakaian bahan bakar minyak yang bersubsidi, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, berkurangnya produksi minyak dalam negeri serta adanya subsidi Bahan Bakar Nabati sebesar Rp 2.000,-/liter adalah momen yang tepat untuk menghitung ulang peluang pengusahaan tanaman jarak dalam skala luas (perusahaan) ataupun untuk skala petani melalui bantuan-bantuan paket budidaya seperti Proyek-proyek APBD II, APBD I, maupun APBN dalam rangka mensukseskan program Desa Mandiri Energi yang telah dicanangkan sejak tahun 2007.

Biodiesel, lebih tepat disebut FAME (Fatty Acid Methyl Ester), merupakan BBN yang digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin diesel sebagai pengganti solar. BBN ini berasal dari minyak nabati yang dikonversi melalui reaksi fisika dan kimia sehingga secara kimia sifatnya sudah berubah dari sifat aslinya. Saat ini Pertamina telah mengeluarkan produk ini dengan merek dagang Biosolar B5 yang merupakan hasil pencampuran FAME dengan solar biasa (petrosolar) dengan perbandingan campuran 5% biodiesel dengan 95% minyak solar. Biodiesel mempunyai fungsi yang sama dengan solar (sebagai bahan subtitusi), maka harga solar akan sangat menentukan harga biodiesel, sehingga para pengguna akan menginginkan agar harga biodiesel yang berbahan baku jarak pagar maksimal harus sama dengan harga solar di dalam negeri. Dengan demikian akan merangsang para pengusaha yang menggunakan bahan bakar minyak (non subsidi) untuk berfikir mengusahakan tanaman jarak pagar untuk memenuhi kebutuhan bahan bakarnya sendiri, yang nantinya akan berimplikasi pada pemanfaatan tenaga kerja dalam sektor perkebunan jarak pagar. PPO (Pure Plant Oil) adalah minyak nabati yang telah melalui proses pemurnian seperti proses degumming (penghilangan getah) dan penyaringan. Pada proses pembuatan PPO tidak diperlukan proses bleaching (pemucatan) dan deodorisasi (penghilangan bau) seperti pada proses pembuatan minyak goreng, karena PPO ditujukan sebagai subtitusi bahan bakar mesin diesel ”tidak bergerak” atau RPM rendah seperti (genset, huller, traktor, penggergajian, dll) yang sekarang bertebaran di masyarakat pedesaan. Adapun biaya pembuatan PPO dari CJO diperkirakan hanya Rp 1.000,-/l (Hendroko, 2008). Biokerosin atau CJO (Jatropha Crude Oil) merupakan minyak nabati yang ditujukan sebagai pengganti minyak tanah. Minyak nabati ini juga dikenal sebagai minyak kasar karena belum mengalami proses pemurnian dan hanya mengalami proses penyaringan dengan saringan 3 mikron. Untuk mengetahui efisiensi biaya pembuatan biodiesel yang berbahan baku jarak pagar dibuat simulasi penghitungan biaya produksi biodiesel, PPO dan CJO berdasar perhitungan analisis usaha tani selama 10 tahun, yang dihitung dengan harga pada keadaan sekarang (Nopember 2010) dengan menggunakan jenis jarak pagar rekomendasi Kementrian Pertanian, yaitu IP 3 dan populasi tanaman 2500 per hektar yang ditanam secara monokultur. Dari perhitungan analisis usahatani tersebut, pada skala perusahaan (tanpa subsidi bibit) dan skala petani (dengan subsidi bibit dan tanpa sewa tanah), diperlukan biaya yang cukup tinggi untuk menghasilkan satu kg biji jarak kering, yaitu sebesar Rp 868,- untuk skala petani dan Rp 945,- untuk skala perusahaan. Dari Tabel 1 pada asumsi harga minyak dunia US$ 80/barel, nilai tukar rupiah Rp 9.000,-/US$ seperti pada saat ini, dengan biaya pembuatan biodiesel berkisar antara Rp 5.263,- sampai dengan Rp 6.770,- yang kesemuanya lebih mahal dibanding harga solar tidak bersubsidi pada saat sekarang (Rp 4.500,-/l), namun biaya pembuatan biodiesel tersebut bila dibandingkan dengan harga solar non subsidi, pengusaha maupun petani akan mendapatkan biaya yang lebih murah bila biji jarak mempunyai rendemen 35%. Keadaan semacam ini menyebabkan program pengembangan BBN yang berbasis jarak pagar berjalan di tempat. Namun bila pemerintah memberikan subsidi BBN Rp 2.000,-/l

Page 16: pidato guru besar 2012 UPLOAD

15

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

seperti yang diberikan pada Pertamina, maka pengusahaan jarak pagar yang mempunyai rendemen paling rendahpun (25%) layak untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel. Adapun penghematan yang didapat berkisar antara Rp 842,- sampai dengan Rp 2.349,- per liter biodiesel. Demikian pula biaya pembuatan PPO bahwa hampir semua hasil pengusahaan tanaman jarak dari rendemen biji ke CJO (25-35%) tidak dapat bersaing dengan harga solar subsidi, karena biaya pembuatan PPO hampir semua lebih mahal dibanding harga solar subsidi (Rp 4500)/, namun bila dibandingkan dengan harga solar non subsidi pengusahaan tanaman jarak dengan rendemen biji 25%, biaya pembuatan PPO masih lebih mahal, sedangkan selisih positip baru dicapai pada biji jarak yang mempunyai rendemen 30 dan 35% yaitu berkisar antara Rp 220 sampai dengan Rp 915 per liter PPO. Pemberian subsidi BBN sebesar Rp 2000 per liter akan sangat menguntungkan petani maupun perusahaan, karena dengan rendemen biji sebesar 25% sudah mendapatkan selisih biaya (penghematan) yang cukup signifikan dan nilai selisih biaya akan semakin besar dengan semakin tingginya rendemen biji jarak. Di samping ada keuntungan lain yang tidak dapat dihargai dengan materi, penggunaan PPO akan terjadi penyelamatan lingkungan dan terjadi kontinuitas pasokan BBN yang diproduksi lingkungan sendiri dalam rangka mensukseskan program DME. Sejalan dengan kebijakan pemerintah tentang subsidi BBN sebesar Rp 2000/l maka harapan besar di kemudian hari untuk pengembangan BBN berbahan baku jarak pagar akan terbuka luas kembali. Dengan adanya kebijakan tersebut rendemen biji paling rendahpun (25%), baik perusahaan ataupun petani mendapatkan selisih yang cukup signifikan apabila menyediakan sendiri bahan bakarnya. Dengan adanya kebijakan subsidi BBN sebesar Rp 2000,-/l sebenarnya akan sangat menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan besar yang selama ini memanfaatkan BBM dari minyak fosil. Pemanfaatan biodiesel asal jarak pagar akan sangat menguntungkan karena dapat menanam sendiri, lalu mengolahnya sendiri dan kemudian menggunakan sendiri untuk pabrik atau perusahaannya. Walaupun harga minyak bumi turun hingga US$60/barel, mereka masih dapat memproduksi biodiesel sendiri yang lebih murah dibanding membeli solar tanpa subsidi, meskipun hanya mampu menghasilkan rendemen biji-CJO menjadi minimal 25%. Keuntungan bagi perusahaan besar akan lebih besar jika pengusahaan jarak pagar memperoleh rendemen yang lebih besar lagi. Penghematan biaya bahan bakar minyak akan menjadi sangat besar jika harga minyak mentah dunia naik di atas US$80/barel. Demikian pula jika pengusahaan tanaman jarak dilakukan oleh petani masih sangat terbuka luas dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai selisih yang cukup besar apabila petani menyediakan sendiri bahan bakar untuk kemandirian energinya, baik berupa biodiesel, PPO maupun CJO yang disetarakan dengan minyak tanah. Bapak/Ibu hadirin yang saya hormati

SKENARIO KEDUA :

BIJI JARAK SEBAGAI BAHAN BAKAR KOMPOR UNTUK SKALA RUMAH TANGGA

Salah satu pencapaian mandiri energi yang kami ketengahkan di sini adalah kebutuhan energi untuk kebutuhan memasak untuk rumah tangga yaitu dengan menggunakan kompor UB-16 series yang merupakan design dari Universitas Brawijaya (UB) yang merupakan modifikasi dari kompor minyak tanah. Kebiasaan menggunakan minyak tanah diganti dengan bahan bakar nabati seperti : jarak pagar, kelapa sawit, nyamplung, biji kapok randu, kopra kelapa yang mana semua komoditi tersebut dapat diupayakan oleh masyarakat sendiri tentunya di daerah yang memenuhi persyaratan sebagai kawasan mandiri energi seperti yang telah dikemukakan di atas.

.

Page 17: pidato guru besar 2012 UPLOAD

16

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Page 18: pidato guru besar 2012 UPLOAD

17

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Pemanfaatan kernel (inti biji) biji jarak sebagai bahan bakar kompor, dapat menjadi peluang baru bagi para pengusaha kompor minyak tanah yang mulai gulung tikar dengan adanya kebijakan pemerintah dalam konversi minyak tanah ke gas

Hasil penelitian sederhana menunjukkan bahwa kompor dengan bahan bakar inti biji jarak pagar mempunyai nilai kelayakan yang tinggi untuk digunakan sebagai alat memasak dalam rumah tangga.

Pada penelitian uji kelayakan kompor UB-16, 200 g kernel (inti biji) jarak pagar yang dinyalakan pada kompor ini menghasilkan energi panas (nyala api) selama 1 jam (60 menit). Untuk memanaskan air (H2O) sebanyak 1,5 liter (1,47 kg) sampai mendidih mendidih (100oC) memerlukan waktu 8 menit. Ini berarti untuk mendidihkan air 1.5 liter membutuhkan biji jarak pagar sebanyak (200 g/60 menit) x 8 menit = 26,67 g per 1,47 kg air atau 18,14 g kernel per kg air.

Kelayakan hasil penelitian ini dapat dievaluasi dengan hukum fisika oleh Sitompul (2008), yaitu tentang panas Q = mc∆∆∆∆T, yaitu kuantitas panas yang diperlukan Q (Joule) berbanding lurus dengan peningkatan suhu ∆∆∆∆T (oK) dari suatu benda dengan massa m (kg) dan kapasitas panas spesifik c (J.kg-1.oK). Dengan penggunaan persamaan ini, massa biji (kg) jarak pagar yang diperlukan untuk memasak dapat dihitung apabila kapasitas panas spesifik dari biji diketahui. Sebagai gambaran, kapasitas panas spesifik dari air adalah 4190 J.kg-1.oK, sehingga energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 kg air menjadi 100oC dengan suhu awal 25oC adalah :

Q = [(1 kg) x (4190 J.kg-1.oK) x (100-25)oK] J Q = 341250 J = 0,314250 MJ Kandungan energi biji jarak pagar dengan kulit adalah sekitar 20 MJ.kg-1, dan biji

jarak pagar tanpa kulit (kernel) 30 MJ.kg-1 (Jongschaap et al., 2007). Dengan informasi ini, maka berat biji jarak pagar (W) yang diperlukan untuk menghasilkan panas sebesar 0,314250 MJ (Q) atau untuk meningkatkan suhu 1 kg air dari 25oC menjadi 100o C adalah :

W = [Qair / cjarak pagar] W = [0,314250 MJ / 30 MJ.kg-1] W = 0,010475 kg = 10,475 g kernel, atau setara dengan 15,7 g biji jarak pagar

dengan kulit apabila semua energi panas dari kernel atau biji digunakan secara sempurna.

Dalam praktek, panas yang dihasilkan melalui pembakaran tidak digunakan seluruhnya untuk memanasi air, tapi sebagian digunakan untuk memanasi wadah air dan lingkungan. Perbandingan antara kuantitas biji yang diperlukan secara teoritas (10,475 g) dengan kuantitas biji yang digu-nakan (18,141 g) merefleksikan efisiensi pengunaan energi panas biji jarak pagar, yaitu 10,475/18,141 = 0,58 = 58%. Artinya hanya 58% energi biji jarak pagar yang efektif digunakan untuk meningkatkan suhu.

Apabila kebutuhan energi untuk memasak dari suatu rumah tangga dengan empat anggota keluarga disamakan secara kasar dengan kebutuhan energi untuk mendidihkan air 10 - 15 kg, ini berarti (10 - 15) x 0,314250 = 3,14250 – 4,7138 MJ = 1147,01 – 1720,52 MJ per tahun (1 tahun = 365 hari).

Jika usahatani tanaman jarak mampu menghasilkan produktivitas 4000 kg per ha per tahun dengan populasi 2000 tanaman, maka energi yang dihasilkan adalah : 4000 kg x 20 MJ per kg x 0,58 = 46400 MJ per tahun. Berarti cukup untuk memenuhi kebutuhan 27–40 keluarga selama satu tahun. Sehingga rata-rata kebutuhan biji jarak untuk menghidupi keluarga yang menggunakan kompor biji jarak sebagai alat memasak adalah 99–148 kg biji jarak/ keluarga/tahun.

Apabila setiap pohon diasumsikan menghasilkan 2 kg biji per tahun maka kebutuhan tanaman jarak pagar yang harus ditanam setiap keluarga adalah 50–75 pohon. Kompor UB-16 series mempunyai efisiensi biaya yang cukup tinggi dibanding menggunakan minyak tanah (Tabel 2). Dari keenam macam bahan bakar nabati tersebut nampak jelas bahwa semuanya mempunyai efisiensi biaya yang sangat besar

Page 19: pidato guru besar 2012 UPLOAD

18

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

dibanding jika menggunakan bahan bakar minyak tanah, dan semua komoditas tersebut dapat diupayakan sendiri oleh masyarakat, khususnya di pedesaan. Inovasi teknologi tepat guna kompor biji jarak UB-16 merupakan langkah yang tepat guna membantu masyarakat pedesaan untuk mengatasi masalah kebutuhan energi. Pengembangan kompor ini akan banyak memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik masyarakat maupun pemerintah yaitu:

• Memenuhi sebagian kebutuhan energi terutama melalui penggunaan kompor masak yang cocok untuk masyarakat pedesaan dengan harga yang lebih murah, tetapi berkualitas dan mudah penggunaannya.

• Meningkatkan kemampuan dan ketahanan ekonomi masyarakat terhadap krisis energi dunia, melalui penggunaan energi yang efisien.

• Membuka lapangan kerja, sehingga secara langsung dapat meningkatkan tingkat perekonomian negara.

• Mengurangi kerusakan lingkungan dan efek rumah kaca global melalui penggunaan bahan bakar organik yang rendah polusi.

• Memanfaatkan potensi kekayaan alam Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi.

• Membantu pemerintah dalam mengurangi produksi, distribusi dan subsidi BBM, khususnya minyak tanah.

Tabel 2. Perbandingan Biaya dan Nyala Api Beberapa Bahan Bakar dengan

Menggunakan Kompor UB-16 *) Rendemen 20%, biaya proses Biji-CJO Rp 250/kg **) Bila diasumsikan kebutuhan memasak 2 jam/hari/KK

Dari uraian di atas, pengembangan energi alternatif terbarukan yang telah mendapat dukungan pemerintah melalui Perpres No. 5 tahun 2006, Inpres No. 1 tahun 2006, Kepres No. 10 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional akan dapat terwujud apabila pemerintah sungguh-sungguh merealisasikan subsidi BBN sebesar Rp 2000/l. Tanaman jarak pagar akan mempunyai daya saing yang cukup signifikan apabila dipakai sebagai bahan baku (biokerosin) sebagai substitusi minyak tanah, Pure Plant Oil maupun Biodiesel sebagai substitusi solar. Namun jika tidak ada realisasi subsidi BBN tersebut jangan diharapkan Program Mandiri Energi berbasis jarak pagar dapat berjalan. Keadaan tersebut dapat kita lihat saat ini, yang mana hampir semua tanaman jarak yang telah diimplentasikan dari Inpres nomor 1 tahun 2006 di seluruh Indonesia terbengkelai, bahkan telah banyak petani yang telah memusnahkan tanamannya, demikian pula alat-alat pengolah biodiesel yang telah didistribusikan hampir di setiap propinsi di Indonesia terbengkelai/mangkrak, sehingga

No Bahan Bakar Harga

(Rp./kg) Nyala Api

(jam) Harga

(Rp./jam) Biaya

(Rp/hari)**)

1 Biji Jarak (Kernel) 1.600 5 320 640

2 Buah Kelapa Sawit 1.500 5 300 600

3 Briket Biji Kapuk 1.200 4 300 600

4 Biji Karet (Kernel) 600 5 120 240

5 Kopra Kelapa 2.750 6 458 912

6 CJO/Biokerosin*) 6250 7 892 1984

7 Minyak Tanah 7000 5 1400 2800

Page 20: pidato guru besar 2012 UPLOAD

19

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

dapat dibayangkan berapa besar biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah sejak tahun 2007 dalam rangka menunjang DME tersebut. Alternatip yang mempunyai peluang cukup besar dalam pengembangan tanaman jarak pagar adalah dengan pemanfaatan biji jarak pagar sebagai bahan bakar kompor UB-16 dalam rangka mensukseskan Program DME, jika pemerintah tetap enggan memberikan subsidi BBN (biofuel) pada masyarakat.

Bapak/Ibu hadirin yang saya hormati

TANTANGAN DAN PENGEMBANGAN KE DEPAN

Secara umum dapat dikemukakan bahwa kendala utama untuk pengembangan jarak pagar secara besar-besaran, adalah karena kurangnya pengetahuan tentang potensi hasil dalam kondisi sub-optimal dan marjinal. Hal ini membuat sulit untuk memprediksi hasil dari perkebunan masa depan pada kondisi sub-kondisi pertumbuhan yang optimal, kondisi di mana Jarak pagar seharusnya membuktikan nilainya. Selain itu, memprediksi produktivitas sangat diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat dalam kaitannya dengan investasi. Telah banyak hasik-hasil positif tentang jarak pagar, sehingga menyebabkan popularitasnya meningkat, yang pada umumnya berasal dari sumber informasi pada kondisi yang berbeda. Namun sebenarnya hanya beberapa dari mereka yang ilmiah dan dapat dilanjutkan. Dari hasil-hasil positip tersebut seolah-olah pengusahaan jarak pagar menguntungkan tanpa suatu permasalahan. Dari hasil-hasil positip tersebut, telah dilaporkan dan dievaluasi harapan produktivitas jarak pagar sebagai tanaman penghasil minyak di bawah kondisi yang berbeda dengan tinjauan literatur yang terintegrasi berdasarkan penelitian ilmiah (Ouwens et al., 2007).

Bagaimanapun juga, informasi demikian dapat memberi kesan bahwa pengusahaan jarak pagar sebagai sumber biodiesel menguntungkan tanpa sesuatu permasalahan penting. Pada kenyataannya, kombinasi informasi sifat positif dari Jarak pagar berasal dari kondisi sumber informasi (pertanaman) yang berbeda. Karena itu, keunggulan dari jarak pagar masih tanda tanya dan perlu diteliti (Jongschaap et al., 2007). Adapun penelitian-penelitian yang harus segera dilakukan berkaitan dengan tindakan budidaya tanaman tersebut meliputi : pemilihan varietas, pengelolaan pertanaman di lapang yang meliputi antara lain bahan tanam (bibit), penyiapan lahan (pengolahan tanah), jarak tanam, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan dan pola tanam (tumpangsari) dsb. Hasil penelitian akan dipakai sebagai dasar pemilihan jenis tanaman terutama pada wilayah yang direncanakan menjadi perkebunan inti biodiesel akan mengurangi resiko kegagalan.

Dalam suatu produksi pertanian, khususnya tanaman jarak pagar bahwa hasil biji bukanlah merupakan parameter tunggal untuk mengukur keberhasilan suatu usaha budidaya tanaman, khususnya tanaman jarak, namun rendemen yang diperoleh akan sangat menentukan nilai keuntungan dari usaha budidaya, karena akan menentukan jumlah minyak jarak yang akan dihasilkan. Keberhasilan penggunaan jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel pada masa mendatang, tidak lain adalah upaya peningkatan hasil biji jarak baik secara kuantitatip dan kualitatip melalui tindakan budidaya tanaman dengan biaya serendah-rendahnya Persoalan yang muncul jika jarak pagar akan dikembangkan oleh rakyat, tidak adanya lahan lagi dan tidak akan mau menggeser tanaman yang sudah ada untuk diganti dengan jarak pagar. Penanaman jarak sebagai pembatas (pagar), saat ini lebih cocok, karena secara teknis mudah dikembangkan, karena di pedesaan jarak pagar banyak digunakan sebagai pagar hidup. Apabila petani enggan mengolah biji jarak menjadi CJO, dengan hanya memanfaatkan inti biji (kernel) telah dapat digunakan sebagai bahan bakar kompor UB-16 dengan murah dan mudah untuk kebutuhan memasak dalam rumah tangga.

Page 21: pidato guru besar 2012 UPLOAD

20

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Harga biji jarak yang diberikan kepada petani akan lebih menarik jika bukan berdasar dari harga biji jarak per kilogram secara sama rata, namun berdasar dari hasil minyak yang didapatkan. Dengan kata lain petani menjual minyak jarak yang dihasilkan berdasarkan kualitas biji (rendemen) ke koperasi. Program ini jika telah melembaga dapat mengadopsi sistem pada Tebu Rakyat Intensifikasi, yang mana petani tidak menjual tebu, namun petani menjual gulanya. Belum adanya kejelasan tentang pasar dan harga untuk biji jarak bagi petani dan produksi masih terbatas, pembeli belum berani bergerak karena skala ekonomi belum efisien dimana jumlah produksi bahan baku masih terlalu sedikit untuk diproses dalam pabrik. Gejolak harga minyak mentah pada semester pertama tahun 2008 yang mencapai $130, semua akan berpikir tentang pemanfaatan BBN, namun begitu harga minyak mentah turun pada kisaran $60 dan $70, program-program tersebut sangatlah mudah untuk dilupakan pemerintah. Posisi petani juga sangat rentan jika tiba-tiba harga minyak mentah dunia turun sampai US$60/barel, karena jika tidak ada campur tangan pemerintah seperti halnya insentif, kemudahan-kemudahan dan subsidi BBN yang jelas dan didasarkan pada Peraturan Pemerintah, siapapun akan enggan melaksanakan Perpres No. 5 Tahun 2006 maupun mengimplementasikan Inpres No. 1 tahun 2006. Oleh karena harga BBM dalam negeri sangat tergantung dari harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar, yang mana kita ketahui semua parameter penentu tersebut sangat berfluktuasi, maka pihak yang dapat diandalkan untuk memproduksi biodiesel asal jarak pagar adalah perusahaan besar atau koperasi yang dapat mengolah biodiesel sendiri untuk mencukupi kebutuhan sendiri atau dijual jika memungkinkan. Dengan cara ini, minimal dapat : (1) Menghemat devisa negara untuk impor BBM fosil; (2) Memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif yang akan berdampak positif pada lingkungan (berfungsi sebagai penghijauan) dan penyerapan tenaga kerja pedesaan untuk kebun jarak pagar dan pabrik biodiesel; (3) Merangsang peningkatan kegiatan ekonomi pedesaan; (4) mendorong kegiatan ekonomi yang lebih hulu (penangkaran benih, dll) dan lebih hilir (transportasi, warung-warung makanan, dll); dan (5) Menghasilkan pupuk organik dari sisa pengolahan. Dalam rangka program pengembangan BBN, pemerintah perlu memberikan fasilitas atau insentif kepada investor (dalam dan luar negeri) berupa: (1) Kemudahan prosedur dan kecepatan waktu pemberian ijin usaha; (2) Pembebasan sementara pajak (tax holiday) selama tanaman jarak pagar belum berproduksi; (3) Pembangunan insfrastruktur pedesaan; dan (4) Melakukan sertifikasi dan pengawasan terhadap mutu produk biodiesel yang akan dihasilkan, terutama yang akan dipasarkan kepada konsumen, karena bahan baku biodiesel. Realisasi subsidi BBN sebesar Rp 2.000,-/l yang telah ditetapkan pada tahun anggaran 2011, hendaknya tidak hanya untuk konsumsi Bahan Bakar Nabati yang diproduksi oleh Pertamina, namun diterapkan pada perusahaan-perusahaan besar yang mengusahakan tanaman jarak pagar untuk kebutuhan pabriknya sendiri. Hal tersebut sangatlah berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja.

Adanya program subsidi Bahan Bakar Nabati tersebut adalah momen yang tepat untuk menghitung ulang peluang pengusahaan tanaman jarak dalam skala luas (perusahaan) ataupun untuk skala petani melalui bantuan-bantuan paket budidaya seperti Proyek-proyek APBD II, APBD I, maupun APBN dalam rangka mensukseskan Inpres No. 1/2006 yang telah dicanangkan 3 tahun lalu serta tercapainya Desa Mandiri Energi, khususnya di pedesaan. Keberhasilan dan keberlangsungan dari program-program bantuan tersebut juga harus ada partisipasi dari masyarakat sendiri melalui pengembangan kelompok-kelompok tani andalan melalui Program Prima Tani. Demikian pula dalam menunjang program ini harus diakomodasi oleh Dinas-dinas terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Kehutanan, Dinas Perindustrian, dan lain sebagainya.

Bapak/Ibu hadirin yang saya hormati

Page 22: pidato guru besar 2012 UPLOAD

21

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

KESIMPULAN

1. Untuk mengatasi semakin berkurangnya bahan bakar minyak bumi di Indonesia tanaman jarak pagar memilki peluang yang cukup besar dalam pengembangan Bahan Bakar Nabati. Peluang ini didukung dengan telah adanya Kebijakan Energi Nasional, melalui Blue Print Pengelolaan Energi Nasional (Roadmap) tentang pemanfaatan energi terbarukan. Di samping potensi lahan untuk pengembangan jarak pagar yang cukup besar.

2. Bahan Bakar Nabati merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan dan sering disebut sumber energi carbon-netral (zero CO2 emission), sehingga tidak menambah akumulasi gas karbondioksida di atmosfer dan dapat mengurangi efek pemanasan global, serta terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya terbarukan (renewable).

3. Tanaman jarak pagar memiliki kegunaan yang sangat luas, bijinya untuk bahan bakar nabati, kulit bijinya sebagai mulsa dan pupuk organik, ampas bijinya sebagai pakan ternak dan pupuk organik, daunnya sebagai obat anti pendarahan, sedangkan tanamannya sebagai pagar hidup dan pengendali erosi sehingga dapat menjaga lingkungan dari kerusakan.

4. Agar mempunyai daya saing dibanding minyak fosil, apabila biji jarak dipakai sebagai bahan baku biodiesel, maka pengusahaan tanaman jarak pagar harus memperhatikan faktor-faktor ekologi (tinggi tempat, suhu, sinar matahari dan curah hujan), potensi genetik (pemilihan varietas), serta faktor pengelolaan pertanaman di lapangan (bahan tanam, penyiapan lahan, jarak tanam, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan/arsitektur tajuk dan pola tanam/tumpangsari, budidaya lorong) dsb. Sehingga kuantitas dan kualitas hasil (rendemen) hasil biji jarak maksimum.

5. Dukungan pemerintah dan teknologi harus benar-benar serius, yang meliputi : penyediaan bibit, penyuluhan tentang budidaya yang baik (mulai pembibitan sampai pasca panen), proses ekstraksi biji-CJO dan proses estrans dari CJO ke biodisel. Pemakaian alat pengekstrak biji harus mempunyai faktor rendemen yang tinggi sehingga didapatkan hasil CJO yang maksimal.

6. Apabila petani diasumsikan sebagai produsen biji jarak, sebaiknya penentuan harga biji jarak pada petani, bukan berdasar dari hasil biji namun berdasar rendemen yang diperoleh dari hasil budidayanya, yang artinya petani menjual produknya berupa CJO, sehingga petani tidak perlu menjual biji, namun dapat menjual CJO dan difasilitasi oleh Instansi terkait.

7. Realisasi subsidi BBN sebesar Rp 2.000,-/l yang telah ditetapkan pada tahun anggaran 2011, tidak hanya untuk konsumsi BBN yang diproduksi oleh Pertamina, namun harus diterapkan pada perusahaan-perusahaan besar yang mengusahakan tanaman jarak pagar untuk kebutuhan pabriknya sendiri. Hal tersebut sangatlah berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja. Realisasi subsidi BBN tersebut akan memberikan angin segar bagi perusahaan yang hendak mengusahakan tanaman jarak pagar sebagai bahan bakar di perusahaannya sendiri dan mendorong masyarakat (petani) untuk mensukseskan Progran Mandiri Energi berbasis jarak pagar.

8. Pemanfaatan kompor UB-16 cukup efesien dan murah dalam rangka menunjang Desa Mandiri Energi, bahkan cukup menanam 50-75 tanaman per keluarga, sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan energi selama satu tahun.

UCAPAN TERIMAKASIH

Bapak rektor, Senat Universitas, Pimpinan Fakultas dan Lembaga serta hadirin sekalian yang saya hormati

Page 23: pidato guru besar 2012 UPLOAD

22

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Saya menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan saya dalam mencapai jenjang tertinggi di Universitas Brawijaya adalah karena limpahan rahmad, taufik dan rahmad Nya. Setelah menghabiskan waktu 29 tahun sejak menjadi dosen tetap di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, dan terhitung mulai 1 Juli 2010 saya ditetapkan sebagai Guru Besar bidang ilmu Ekologi Tanaman di Universitas Brawijaya berdasarkan SK Mendiknas nomor 43868/A4.5/KP/2010 tanggal 31 Juni 2010. Selama perjuangan panjang penuh suka dan duka tersebut saya bertemu, mengenal, berinteraksi dengan para guru, atasan, kolega, sejawat, sahabat, para mahasiswa, dan tentu orang tua, keluarga, sanak famili dan handai tolan. Mereka semua telah memberikan didikan, bimbingan, keteladanan, pelajaran, motivasi, perhatian, bantuan, saran, serta nasehat yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah dan perjuangan mencapai tahapan keberhasilan. Oleh karena itu, pada saat ini wajib bagi saya untuk menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setulusnya kepada mereka semua. Pertama-tama saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Menteri Pendidikan Nasional, Rektor Universitas Brawijaya, Ketua dan anggota Senat Universitas Brawijaya, Dekan dan Senat Fakultas Pertanian, Tim Penilai Angka Kredit Universitas Brawijaya yang telah menyetujui pengangkatan saya untuk mendapatkan kehormatan sebagai Guru Besar Tetap di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya terhitung mulai tanggal 1 Juli 2010. Semoga kehormatan, amanat dan kepercayaan ini dapat saya junjung tinggi dan laksanakan sebaik-baiknya. Selanjutnya, ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Rektor Universitas Brawijaya Prof.Dr.Ir. Yogi Sugito dan Pimpinan Universitas yang telah banyak memberikan peluang, dukungan dan bantuan yang besar artinya, sehingga saya dapat mencapai jabatan akademik yang tertinggi di Universitas ini. Secara khusus saya ingin mengucapkan terimakasih pada Prof. Dr. Ir. Jody Moenandir, Dip.Agr.Sc., yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan penulisan Skripsi S1 dan para dosen di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya selama menempuh pendidikan sarjana. Mereka telah memberikan dengan sangat baik tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan dan konsep pendidikan tingkat Universitas. Penghargaan yang tinggi juga kami sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Bambang Guritno, Ir. Asparno Mardjuki (Almarhum) dan Prof. Jack Wilson, yang telah membimbing saya menyelesaikan Tesis S2 ketika menempuh pendidikan Master di Program Pasca Sarjana KPK Universitas Brawijaya-UGM pada tahun 1985. Bimbingan, didikan dan keteladanan mereka sangat kuat mempengaruhi hidup saya, terutama cara berfikir, bersikap dan berkarya. Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada. Prof.Dr. Ir. Bambang Guritno, Prof.Dr.Ir. Nur Basuki dan Prof.Dr.Ir. Soemarno, MS, yang tak bosan-bosan selama bertahun-tahun memotivasi dan mendorong saya untuk mengikuti program pendidikan lanjutan, yaitu S3. Dan sekaligus beliau bertiga telah membimbing saya menyusun Disertasi S3 ketika mengikuti pendidikan program Doktor di Universitas Brawijaya. Demikian pula kepada Prof.Dr. S.M. Sitompul yang telah membantu dalam analisis penghitungan energi kompor biji jarak UB-16. Dedikasi, Kerja keras dan ketekunan beliau telah membawa saya pada pengetahuan tentang isu terakhir tentang keterbatasan minyak fossil yang diperkirakan akan habis pada kurun 15 tahun mendatang dan dan salah satu pemecahannya adalah memanfaatkan tanaman jarak pagar sebagai bahan bakar yang “Renewable energy”. Keberhasilan saya dalam menempuh jenjang akademik tertinggi tersebut, tidaklah lepas dari dorongan Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Dr. Ir. Agus Suryanto, MS, untuk mengikuti program Doktor. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih. Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada guru-guru saya di SDN Ngadiluwih Kediri, di SMPN Ngadiluwih Kediri dan di SMAN 1 Kediri. Mereka telah membekali saya dengan pengetahuan dasar, kejujuran serta budi pekerti luhur sehingga memungkinkan saya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

Page 24: pidato guru besar 2012 UPLOAD

23

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Terima kasih juga saya sampaikan kepada rekan-rekan dosen yang lebih yunior atau yang lebih senior di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang tak bosan-bosan selama 20 tahun telah memotivasi dan mendorong saya untuk mengikuti studi lanjutan (Program Doktor), yang pada akhirnya saya telah memperoleh jenjang akademik tertingi tersebut. Ucapan terima kasih tiada tara harus saya sampaikan kepada orang tua, Ibu Sudarmijati (almarhumah) dan Bapak Winarno, yang telah mendidik, menyayangi, menasehati, memberi teladan dan membekali saya dengan akhlak dan moral yang mulia, mengajarkan arti hidup, kejujuran, kerja keras, dan pentingnya pendidikan. Jasa beliau tak akan pernah terbalaskan dan tak kan pernah terlupakan. Demikian pula saya sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Imam Soewidji (almarhum) dan Ibu Retnaningajoe, mertua tercinta atas semua jasanya yang sangat banyak, terutama saat saya harus meninggalkan isteri dan anak-anak karena melanjutkan studi S2 pada saat itu. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi juga saya sampaikan kepada kakak dan adik-adik saya serta adik-adik dari istri yang telah memberikan bantuan, dukungan, perhatian, doa, dan motivasi untuk kemajuan dan keberhasilan saya. Saya tidak dapat berdiri di sini, menyampaikan pengalaman saya yang merupakan pelajaran yang penting, tanpa dukungan Isteri tercinta Hari Setyowahyuani dan anak-anak saya: Afterina Wahyu Perdani, menantu saya Edy Waluyo dan Cucu saya Dena Nathania Calya, serta anak saya yang kedua Dista Narulina Riyasa yang selalu menghiasi hari-hari saya dengan keindahan, mereka merupakan pendorong paling kuat untuk keberhasilan saya. Mereka telah membuktikan dan memberikan doa yang paling tulus, perhatian, pengertian dan kasih sayang yang paling besar. Yang terakhir terima kasih harus saya sampaikan kepada para tamu undangan dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah berkenan menghadiri acara pengukuhan guru besar ini. Juga semua pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah berkontribusi terhadap keberhasilan saya ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aker, C.L., 1997. Growth and reproduction of J. curcas in : G.M. Gubitz, M. Mittelbach & M. Trabi (eds.). Biofuels and industrial products from Jatropha curcas. Dbv-Verlag fur die Technishe Universitat Graz. Graz. Austria. Pp. 218

Anonimous. 2006. Peluncuran perdana benih unggul jarak pagar. Infotek. Jarak Pagar . Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang 1 (7) : 25 – 28.

_________. 2007. Report: Expert Meeting Jatropha, Brussels 07/12/07. European commission. Research Directorate-General

Arivin, A.R. 2006. Teknik Pemangkasan Tanaman Jarak Pagar untuk Memperoleh Produktivitas Maksimal. Infotek Jarak Pagar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang 3 (1) : 3 - 12.

_________, D. Allorerung, Z. Mahmud, D.S. Effendi, Sumanto, dan F. Isa. 2006. Karak-

teristik fisik lingkungan daerah pertanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) di Cikeusik, Banten. Makalah disampaikan pada Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar. Hotel Pangrango, Bogor, 29 November 2006.

Balai Penelitian Tanah. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor. 154

Baumgart, S., 2007. Jatropha cultivation Belize. Expert seminar on Jatropha curcas L. Agronomy and genetics. 26-28 March 2007, Wageningen, the Netherlands, Published by FACT Foundation.

Becker, K. and H.P.S. Makkar. 1999. Jatropha and Moringa: Source of renewable nergy for fuel, edible oil, animal feed and pharmaceutical products, ideal trees for increasing cash income. Presented at Daimler Chrysler/The World Bank

Page 25: pidato guru besar 2012 UPLOAD

24

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Environment Forum, Magdeburg. 3 pp

Berstein, L., Bosch, P. and Canziani. 2007. Climate Change 2007: Synthesis Report. Intergovernmental Panel on Climate Change. Secretariat, Geneva, Switzerland.

Cano-Asseleih, L. M., 1986. Chemical investigation of Jatropha curcas L. seeds. Ph.D. Thesis. University of London, U.K.

Cano-Asseleih, L.M., Plumbly, R.A., Hylands, P.J., 1989. Purification and partial characterization of the hemagglutination from seeds of Jatropha curcas. Jour. Food Biochem. 13, 1–20.

Chaudharry, D.R., J.S. Patolia, A. Ghosh, J. Chikara, G.N. Boricha and. Zala, 2007. Changes in soil characteristics and foliage nutrient content in Jatropha curcas plantations in relation to stand density in Indian wasteland. Expert seminar on Jatropha curcas L. Agronomy and genetics. 26-28 March 2007,

Dartanto, T. 2006. Tantangan Pengembangan Biofuel/ Biodiesel di Indonesia. INDENI. Jakarta. 7 hal.

David, A., Z. Mahmud, A.A. Rivaie, D.S. Effendi, dan A. Mulyani. 2006. Peta kesesuaian lahan dan iklim jarak pagar (Jatropha curcas L.). Makalah disampaikan pada Lokakarya Status Teknologi Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta, 11−12 April 2006. 14 hlm.

Duke, J. A. 1993. Physic nut, Purging nut (Jatropha curcas L.). Handbook of Energy References

Greco, G.V.D. and L. Rademakers. 2006. The Jatropha Energy System: An Integrated Approach to Decentralized and Sustainable Energy Production at The Village Level. Equator Energy Via Carducci 16, CAP 50121 Florence, Italy : 4 pp

Hendroko, R. 2008. Perhitungan Biaya Pembuatan PPO dan CJO. (Komunikasi Pribadi)

Heller, J. 1996. Physic nut (Jatropha curcas). IPGRI. Internasional Plant Genetic Resources instintute. Roma Italy. 66pp

Henning, R. 1996. Combating desertification – Fuel from Jatropha plants. In UNIDO Symposium on development and utilitazion of biomass energy resources in developing countries, Vienna, Dec. 1995. UNIDO, Evironment and Energy Branch, Industrial Sectors and Environment Division, Vienna, Austria. (in press)

Jone, N. and J.H. Miller. 1992. Jatropha curcas. A multipurpose Species for Problematic Sites. The World Bank. Washington DC. USA. 10 pp.

Jongschaap, R.E.E., W.J. Corre., P.S. Bindraban. and W.A. Brandenburg. 2007. Claims and Facts on Jatropha curcas L. Plant Res. Int. Wageningen :42

Lele, 2005. The cultivation of Jatropha curcas (Vana Erand or RatanJyot). http://www. svlele.com/jatropha_plant.htm

Koh, L.P. and J. Ghazoul. 2008. Biofuels, biodiversity, and people: Understanding the conflicts and finding opportunities. J. Biol. Coservation 141 : 2450-2460

Li Guo, T., 2002. The photosynthesis and water use efficiency of eight garden tree species. Forest Research 15 : 291-296.

Maharishi, A. 2000. Jatropha Plantation. http://www.jatrophabiodiesel.org

Makkar, H.P.S. and K. Becker. 1997. Jatropha curcas toxicity: Identification of toxic principles. Proc. 5th Int. Symp. On Poisonous Plants, Texas.USA. May 19-23

______________ and K. Becker. 1999. Nutritional studies on rats and fish (carp Cyprinus carpio) feed diets containing unheated and heated Jatropha curcas meal of a non-toxic provenance. Plant Food Hum. Nutr. 53 : 183-192.

_____________. 2007. Comparative evaluation of toxic and non-toxic Jatropha genotypes. University of Hohenheim, Germany. 22 pp.

Page 26: pidato guru besar 2012 UPLOAD

25

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Mal, B. and V. Joshi. 1991. Underutilized plant resources. p 211−229. In R.S. Paronda and R.K. Arora (Eds.). Plant Genetic Resources - Conservation and Management. Malhotra Publishing House, New Delhi, India. Mal dan Joshi 1991

Matsuno, T., U. Ohsawa, H. Toyohara and K. Nishiyama. 1985. Investigation of oil plants and characteristics of some oil plant seeds. J. Agric. Sci., Japan 29(3):160-174.

Manurung, R. 2007. Valorisation of Jatropha curcas using the biorefinery concept. Expert seminar on Jatropha curcas L. Agronomy and genetics. 26-28 March 2007, Wageningen, the Netherlands, Published by FACT Foundation.

Mulyani, A., F. Agus dan D. Allelorung. 2006. Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas) di Indonesia. J. Litbang Pertanian. 25 (4) : 130-138

Okabe, T. and M. Somabhi. 1989. Ecophysiological studies on drought tolerant crops suited to the Northeast Thailand. Technical Paper No. 5. Agricultural Development Research Center in Northeast Thailand.

Ouwens, D.K., G. Francis, Y.J. Franken, W. Rijssenbeek, A. Riedacker, N. Foidl, R.E.E. Jongschaap and P.S. Bindraban, 2007. Position paper on Jatropha curcas. State of the art, small and large scale project development. Expert seminar on Jatropha curcas L. Agronomy and genetics. 26-28 March 2007, Wageningen, the Netherlands, Published by FACT Foundation.

Patolia, J.S., A. Ghosh, J. Chikara, D.R. Chaudharry, D.R. Parmar and H.M. Bhuva, 2007. Response of Jatropha curcas grown on wasteland to N and P fertilization. Expert seminar on Jatropha curcas L. Agronomy and genetics. 26-28 March 2007, Wageningen, the Netherlands, Published by FACT Foundation.

Prajogo, U.H., A. Djulin, A.K. Zakaria, V. Darwis dan J. Situmorang. 2006. Prospek Pengembangan Sumber Energi Alternatif (Biofuel) Fokus pada Jarak Pagar. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Deptan. 27 hal.

Sharma, N. and Sarraf, A., 2007. Agronomy : Jatropha pruning/floweing induction. Expert Seminar on Jatropha curcas L. Agronomy and genetics. 26-28 March 2007, Wageningen, the Netherlands, Published by Fact Foundation

Sitompul, S.M. 2007. Perhitungan nergi Kompor Biji Jarak UB-16. (Komunikasi Pribadi)

Spaan, W.P., F. Bodnár, O. Idoe and J. de Graaff, 2004. Implementation of contour vegetation barriers under farmer conditions in Burkina Faso and Mali. Quarterly J. Int. Agric. 43 : 21-38.

Stienswat, W., Rattanaserikiat, S and S. Nimunchat, S., 1986. The studies on growing of physic nut (Jatropha curcas) in the large test plot. Research reports on growing of physic nut (Jatropha curcas) for diesel fuel substitute [in Thai]. Kasetsart University, Bangkok, Thailand.

Sugiyono, A. 2009. Pengembangan Bahan Bakar Nabati untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global. Peneliti Bidang Perencaan Energi BPPT. Seminar Nasional Kebijakan Pemanfaatan Lahan dalam Menanggulangi Dampak Pemanasan Global. UGM Yograkarta.

Tirto, P. 2006. Proses pengolahan dan pemanfaatan minyak jarak menjadi biodiesel pada berbagai skala Industri. Dalam : Kumpulan makalah seminar nasional pengembangan jarak pagar (Jatropha curcas L.)untuk biodiesel dan minyak bakar Bogor, 22 Desember 2006 Bogor : Pusat Penel. Surfaktan dan Biofuel LPPM-IPB,

Widaryanto, E. 2007a. Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan penanaman rapat dan tumpangsari pada pertanaman jarak (Jatropha curcas L). Sebelum mencapai kestabilan produksi. makalah disampaikan pada lokakarya nasional jarak pagar iii ballittas malang 5 nopember 2007. 8 hal.

Page 27: pidato guru besar 2012 UPLOAD

26

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

____________ 2007b. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan dengan Penanaman Rapat Dan Tumpangsari Dengan Tanaman Sayuran Pada Pertanaman Jarak (Jatropha curcas L) Sebelum Mencapai Kestabilan Produksi. Makalah disampaikan pada Seminar Perhimpunan Hortikultura Indonesia, di Fakultas Pertanian Univ. Negeri Sebelas Maret Surakarta, 17 Nopember 2007

____________. 2008a Kompor Biji Jarak Pagar UB-16 Untuk Rumah Tangga. Info Tek Jarak Pagar. Badan Litbang Pertanian 3 (3) : 9-12.

____________. 2008b Kajian Komprehensif Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcasl)

dalam Upaya Peningkatan Hasil dan Pemanfaatannya. Disertasi. Fak. Pertanian Univ. Brawijaya. Malang. 210 hal.

____________. 2009. Identifikasi Jarak Pagar Jenis Wangi. AGRIVITA 31 (1) : 87-94.

____________. 2010. The prospect of development of jatropha’s seed stove manufacturing unit based on Public-independent energy prgram in Indonesia. Third Asean Plus Three (China, Japan, and Korea) Forum on Biomass Energy. Suzhou, China. July 12-16, 2010

Wirawan, S.S., 2005. Prospek Tanaman Pertanian Sebagai Biofuel BBM Masa Depan. Prosiding Seminar Nasional, Perhimpunan Agronomi Indonesia, Malang 27-28 September 2005. Hal. 21-30.

Lampiran 1. Roadmap Kebijakan Energi Nasional 2005-2025

Page 28: pidato guru besar 2012 UPLOAD

27

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Lampiran 2. Pohon Industri Tanaman Jarak Pagar (Kumar dan Sharma, 2008 ;

Widaryanto, 2008a).

Page 29: pidato guru besar 2012 UPLOAD

28

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Dr.Ir. Eko Widaryanto, MS NIP/NIK : 19570117 198103 1 001 Tempat dan Tanggal Lahir : Kediri, 17 Januari 1957 Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Golongan / Pangkat : IVD/ Pembina Utama Muda Jabatan Akademik : Guru Besar Nama Istri : Ir. Hari Setyo Wahyuani Nama Anak : 1. Afterina Wahyu Perdani, ST 2. Dista Narulina Riyasa Alamat Kantor : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UB Alamat : Jl. Veteran Telp./Faks. : (0341) 551611 Alamat Rumah : Jl. Tlogo Indah 4, Malang, Jawa Timur Telp./Faks. : Telp (0341) 553894, Fax (0341) 565567 Alamat e-mail : [email protected] [email protected]

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pendidikan Formal

a. SD Negeri Ngadiluwih Kediri lulus Tahun 1968 b. SMP Negeri Ngadiluwih Kediri lulus Tahun 1971 c. SMA Negeri I Kediri lulus Tahun 1974 d. Sarjana Pertanian (Ir) Agronomi FP – UB lulus Tahun 1980 e. Sarjana Utama (SU) Ilmu Tanaman (Ekologi Tanaman) PPS-UGM-UNIBRAW, lulus

Tahun 1985 f. Doktor Ilmu Pertanian (Dr) Ilmu Tanaman Minat Agronomi PPS Universitas

Brawijaya, lulus tahun 2008

2. Pendidikan Non Formal

a. Kursus Rekonstruksi Kuliah (AA) 105 jam di Univ. Brawijaya Tahun 1986. b. Technical Training di Univ Osaka Jepang 3 Bulan. Universitas Osaka Pref. Jepang.

Tahun 1987 c. Training Tim Inti Instruktur Rekomendasi Kuliah (AA) 20 Hari. Universitas Brawijaya

tahun 1990. d. Pendidikan Singkat Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Dalam Bidang

Ilmu Menejemen 3 Hari, Univ. Brawijaya. Tahun 1991.

C. RIWAYAT JABATAN AKADEMIK/GOLONGAN

a. Asisten Ahli Maya Gol III/a 1 April 1982 b. Asisten Ahli Gol III/b 1 April 1983 c. Lektor Madya Gol III/c 1 April 1985 d. Lektor Gol III/d 1 April 1987 e. Lektor Kepala Gol IV/a 1 April 1991 f. Lektor Kepala Gol IV/b 1 Oktober 1997 g. Lektor Kepala Gol IV/c 1 Oktober 2004 h. Guru Besar Gol IV/c 1 Juli 2010

Page 30: pidato guru besar 2012 UPLOAD

29

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

D. PENGALAMAN PEKERJAAN DAN JABATAN

1. Staf Khusus Pembantu Dekan I Tahun 1999 - 2003 2. Ketua Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian UB Tahun 1999-2003 E. TANDA PENGHARGAAN

F. ORGANISASI PROFESI

1. Organisasi Profesi Ilmu Gulma (HIGI) tahun 1981-sekarang 2. Organisasi Profesi Agronomi (PERAGI) tahun 1981-sekarang. 3. Organisasi Profesi Hortikultura (PERHORTI) Tahun 1981-sekarang. G. PENGALAMAN PENELITIAN

1. Pengaruh persaingan teki pada tingkat nitrogen terhadap pertumbuhan pada produksi jagung (1985)

2. Pengaruh allelopati dengan ekstrak gulma (Setaria viridis) pada produksi selada yang ditanam secara hidroponik (1988)

3. Pengaruh delapan senyawa allelopati dari kimia murni (1988)

4. Pengaruh pemberian mulsa, herbisida Goal 2E, dan waktu penyiangan pada pertumbuhan dan produksi bawang merah (1998)

5. Pengaruh jarak tanam dan pemupukan pada pertumbuhan awal tanaman bangle (Zingbiber cassumunar Roxb) (1989)

6. Pengaruh jarak tanam dan pemupukan pada pertumbuhan awal tanaman jahe merah (Zingbiber offcinale Roxb) (1989)

7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan proyek diversifikasi Pangan dan Gizi di Propinsi Jawa Timur ( 1991 s/d 1994)

8. Upaya penurunan dosis pupuk pada pertanaman bawang putih di dataran tinggi (1200 m dpl ) sebagai pendukung bertani yang berwawasan lingkungan. (1994)

9. Studi Kelayakan Pengembangan (Pembibitan, Penanaman dan Pengolahan Hasil) Tanaman Jarak Pagar sebagai Alternatif Energi BBM. PT Shidhiq Sarana Mulya. Bekerja sama dengan BP-KAPET DAS KAKAB. (Nopember 2007)

10. Pengaruh Berbagai Macam Tanaman Sela Pada Pertumbuhan Awal Tanaman Jarak Sebelum Mencapai Kestabilan Produksi. DPP Fak. Pertanian UB Tahun 2007.

H. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1. Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 di Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur 24 Januari 2008

2. Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 di Kabupaten Jombang Dengan 3 Menteri 25 Maret 2008

3. Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 di Kongres PERAGI di Univ. Brawijaya 3 April 2008

4. Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 kepada Para Petani di Kapupaten Lamongan 19 Agustus 2008

5. Pameran Kompor Biji Jarak UB-16 di Departemen Pendidikan Nasional Jakarta 20 Agustus 2008

6. Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 dengan N G O International di Propinsi Nusa Tenggara Timur 17 September 2008

7. Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 di Dinas Perkebunan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 9 November 2008

Page 31: pidato guru besar 2012 UPLOAD

30

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

8. Pameran dan Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 pada Green Product di Universitas Brawijaya 10 Nopember 2008

9. Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 di Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah 13 November 2008

10. Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 Di Kapupaten Banyuwangi 21 Desember 2008

11. Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 di Dep. Koperasi di depan Ketua Dekopin Seluruh Indonesia 10 Desember 2008

12. Pameran dan Sosialisasi Kompor Biji Jarak UB-16 pada Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudoyono ke Univ. Brawijaya 27 Januari 2009

13. Pengembangan Unit Usaha Produksi Kompor Biji Jarak Berbasis Masyarakat Mandiri Energi. Kementrian Pendidikan Nasional. Tahun Anggaran 2008/2009 dan 2009/2010.

I. PUBLIKASI

a. JURNAL

1. Effect of peanut and mungbean intercrops on the growth and yield of sugar cane (AGRIVITA,1981)

2. Effect of various methods of controlling Imperata cylindrica and cover crop on regrowth of Imperata cylindrica (AGRIVITA,1981)

3. Effect of weed competition on growth and yield of peanut (AGRIVITA ,1981)

4. Pengaruh herbisida pra-tumbuh Oksifluorfen (Goal 2E) dan kepadatan populasi kacang tanah terhadap penekanan pertumbuhan gulma serta pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. AGRIVITA 17 (2), 1994

5. Pengaruh sistem pengendalian gulma terhadap produksi bunga gladiol (Gladiolus hybridus L ) AGRIVITA 18(l), 1995

6. Pengaruh populasi dan saat keberadaan gulma krokot (Portucala oleraceae L) terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium ascalonicum L). AGRITEK 4 (1), 1996

7. Pengendalian gulma secara kombinasi (herbisida oksifluoren dan penyiangan) pada tanaman kubis bunga (Brassica oleracea ) var. Botytis. AGRITEK 4 (1 ). 1996

8. Pengaruh Penambahan Populasi Tanaman Bawang Putih (Allium sativum L) dan Pemberian Tanaman Sela Bawang Merah (Allium ascolanicum L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Putih yang ditanam pada berbagai Kepadatan Tanaman. Jurnal HABITAT, Vol XII, No.3, September 2001 . ISSN : 0853 5167

9. Ketahanan Empat Kultivar Pisang Terhadap Kekeringan. Jurnal AGRIVITA, VoL.20, No.3, Juli - September 1997. ISSN : O126 0537.

10. Pengaruh Penyiangan dan Pemberian Herbisida Butaklor dalam Pengendalian Gulma terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.var ascalonicum cv.BALI HIJAU) Vol 23. No. 3, Oktober 2001 . ISSN : 0126 0537.

11. Upaya Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan (Brassica oleracea var. Acephala) dengan Pengaturan Populasi Tanaman pada Sistem Hidroponik Tipe NTF (Nutriet Film Technigue) Jurnal AGRIVITA, Vol XIV No. 4 Desember 2001. ISSN : 0853 5167

12. Pengaruh Lama Pengomposan dan Panjang Jerami terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus florida) Jurnal HABITAT, Vol, XIV, No.3, September 2003. ISSN : 0853 5167

13. Pengaruh Pemangkasan Cabang Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) dan Waktu Tanam Bayam (Amaranthus tricolor) terhadap Pertumbuhan dan

Page 32: pidato guru besar 2012 UPLOAD

31

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

Produksi Kedua Tanaman dalam Sistem Tumpangsari. Jurnal AGRIVITA Vol. 25, No.3, Oktober 2003. ISSN : 0126 0537

28 Kompor Biji Jarak Pagar UB-16 Untuk Rumah Tangga. Infotek Jarak Pagar 3 (3) : Maret 2008 ISSN : 1907-1647

29 Identifikasi Jarak Pagar Jenis Wangi. AGRIVITA 31 (1) : Februari 2009. ISSN : 0126-0537

b. BUKU

1. Buku Tanaman Obat Berkhasiat (Budidaya, Pengolahan Hasil, Pemasaran dan Pemanfaatan) (ISBN : 979-8332-90-3)

c. MAKALAH DISAJIKAN DALAM SEMINAR/LOKAKARYA

1. Pengaruh waktu penyiangan gulma setelah aplikasi herbisida Diuron secara pra–tumbuh pada produksi tebu , kacang tanah dalam sistem tumpangsari (Kongres HIGI 7,Solo, 1984)

2. Pengaruh pemberian mulsa dan waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe kuning. Kongres HIGI 9, Bogor, 1998

3. Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan penanaman rapat dan tumpangsari pada pertanaman jarak (Jatropha curcas L) sebelum mencapai kestabilan produksi. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Jarak Pagar III. di Ballitas Malang 5 Nopember 2007.

4. Pengaruh populasi teki (Cyperus rotundus L) dan pupuk organik, anorganik terhadap pertumbuhan awal tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Jarak Pagar III. di Ballitas Malang 5 Nopember 2007.

5. Studi pendahuluan identifikasi tanaman jarak (Jatropha curcas) jenis wangi. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Jarak Pagar III. di Ballitas Malang 5 Nopember 2007.

6. Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan penanaman rapat dan tumpangsari dengan tanaman sayuran pada pertanaman jarak (Jatropha curcas L) sebelum mencapai kestabilan produksi. Makalah disampaikan pada Seminar Perhimpunan Hortikultura Indonesia, di Fakultas Pertanian Univ. Negeri Sebelas Maret Surakarta, 17 Nopember 2007

7. An introduction study of identification and toxicity test physic nut (Jatropha curcas L)” wangi” variety on white rat (Rattus norvegicus). Paper presented at International Conference on Molecular Biology of Life Sciences at Brawijaya University, November 19-21, 2007, Malang East Java-Indonesia

8. Usahatani budidaya tanaman jarak (Jatropa curcas L), biodiesel dan harga minyak dunia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Energi Alternatif, di Politeknik Negeri Malang, Sabtu 16 Pebruari 2008

9. Presentasi pada Diskusi Terbatas Peluang Penggunaan Energi Alternatip di Dewan Pertimbangan Presiden RI Jakarta 25 Maret 2009.

10. Upaya Pemanfaatan Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas ) sebagai Bahan Bakar Kompor dalam Skala Rumah Tangga. Workshop Penggunaan Energi Alternatip untuk Kebutuhan Rumah Tangga Guna Menghapus Subsidi BBM. 25 Maret 2009

11. Kajian Komprehensif Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) dalam Upaya Peningkatan Hasil dan Pemanfaatannya. Workshop Pengembangan Jarak Pagar dan Jambu Mete Tahun Anggaran 2010 di BOGOR, 18-20 Maret 2010

12. The prospect of development of jatropha’s seed stove manufacturing unit based on Public-independent energy program in Indonesia. Third Asean Plus Three (China, Japan, and Korea) Forum on Biomass Energy. Suzhou, China. July 12-16, 2010

Page 33: pidato guru besar 2012 UPLOAD

32

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Ekologi Pertanian

13. Peluang dan Tantangan Kemandirian Energi Berbasis Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L). Sarasehan Keanekaragaman Hayati di Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta, 26 Januari 2011

d. KARYA DESIGN

1. Membuat Rancangan dan Karya Teknologi Kompor Berbahan Bakar Biji Jarak/Bahan Bakar Nabati UB-16 (sedang dipatenkan dan sekarang dalam proses pemeriksaan substantif dari Direktorat Paten Departemen Hukum dan HAM). No Pendaftaran : P.00200800190-7 7 April 2008

2. Membuat Rancangan dan Karya Teknologi Kompor Berbahan Bakar Bio ethanol (sedang sekarang dalam proses pengajuan paten lewat Program UBER-HAKI DP2M Dirjen Dikti Kementrian Pendidikan Nasional tahun anggaran 2010)

J. KUNJUNGAN KE LUAR NEGERI

1. Technical Training di Univ Osaka Jepang 3 Bulan. Universitas Osaka Pref. Jepang. Tahun 1987

2. Undangan Departemen Pertanian Pemerintah Cina untuk Presentasi tentang : The prospect of development of jatropha’s seed stove manufacturing unit based on Public-independent energy program in Indonesia. Third Asean Plus Three (China, Japan, and Korea) Forum on Biomass Energy. Suzhou, China. July 12-16, 2010

http://www.komporbijijarak.com