pidana korporasi ok
TRANSCRIPT
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
1/14
TANGGUNG JAWAB KORPORASI SEBAGAI
SUBJEK HUKUM DALAM TINDAK
PIDANA EKONOMI
Disusun Oleh
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
2/14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semula, pemikiran dalam mempertanggungjawabkan perbuatan
pidana hanya dapat dilakukan oleh manusia yang mempunyai kehendak atau
keinsyafan untuk melakukannya. Karena badan hukum tidak bisa bertindak
melakukan perbuatan hukum dan tidak mempunyai jiwa atau keinsyafan
untuk itu. Pemikiran seperti ini tetap dipertahankan terutama oleh pemikir- pemikir masa lalu. Namun dalam perkembangan selanjutnya muncul
pemikiran-pemikiran baru untuk juga mempertanggungjawabkan kepada
badan hukum karena akhir-akhir ini dalam perkembangan dari kejahatan yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat terutama berkaitan atau yang
menyangkut dengan perkembangan ekonomi tidak hanya dilakukan secara
perorangan namun telah terorganisir termasuk dilakukan oleh korporasi.
Berkaitan dengan tindak pidana / kejahatan yang dilakukan oleh
badan hukum (korporasi), jika merujuk pada Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang sampai saat ini diterapkan di Indonesia, tidak ada
ditemui secara tegas pengaturan tentang tindak pidana atau kejahatan yang
dilakukan oleh badan hukum (korporasi) berikut dengan pengaturan sanksi
hukum tersebut. KUHP hanya mengatur perbuatan-perbuatan pidana yang
dilakukan oleh orang perorangan yang pertanggungjawabannya juga
dilakukan secara individu.
Pembatasan pengertian inilah yang telah menutupi atau melindungi
badan hukum dari segala tindak kejahatan yang telah dilakukan. Dengan
mengatasnamakan badan hukum (korporasi) para pelaku menjadi aman dan
terlindungi dari jerat hukum dan dapat bebas bertindak.
Tidak ada sanksi hukum pidana yang dapat dijatuhkan terhadap badan hukum
tersebut karena pada saat itu tidak ada pengaturan hukum yang mengatur
pertanggungjawaban pidana bagi badan hukum. Tuntutan-tuntutan yang dapat
dimintakan hanya berkaitan dalam lingkup keperdataan saja misalnya dengan
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
3/14
meminta pembayaran ganti kerugian karena tindakan badan hukum
keperdataan yang telah merugikan subjek hukum lain.
B. PERMASALAHAN
Dengan adanya tindak pidana yang tidak diatur didalam KUHP agar
tidak terjadi kekosongan hukum (rechtvaccum) maka diberlakukan Hukum
Pidana Khusus. Hukum Pidana Khusus adalah UU Pidana yang mempunyai
penyimpangan dari Hukum Pidana Umum, baik dari segi Hukum Pidana
Materil maupun dari segi Hukum Pidana Formal. Penyimpangan
penyimpangan tersebut diperlukan atas dasar kepentingan hukum. Salah satu
contoh UU Pidana yang masih dikualifikasikan sebagai Hukum Tindak
Pidana Khusus adalah UU No 7 Drt 1955 ( Mengenai Hukum Pidana
Ekonomi).
Hukum Pidana Ekonomi mempunyai kekhususan tersendiri
dibandingkan dengan pidana khusus yang lain. Salah satunya adalah adanya
perluasan dalam subjek hukum tindak pidana ekonomi,yaitu dapat
dipidananya korporasi (badan hukum) hal inilah yang tidak terdapat didalam
KUHP. Akibatnya, disamping perorangan badan hukum atau korporasi juga
dapat dijatuhi hukuman. Badan hukum seperti perseroan, perserikatan dll
dapat dipertanggung jawabkan atas tindak pidana ekonomi yang dilakukan
oleh orang - orang yang berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lain
bertindak dalam lingkungan badan badan tersebut.
Sebenarnya apa yang dinamakan badan hukum itu? Badan hukum
adalah ciptaan hukum, yaitu dengan menunjuk kepada adanya suatu badan
yang diberi status sebagai subjek hukum, di samping subjek hukum yang
berwujud manusia alamiah (natuurlijk persoon). Dengan berjalannya waktu,
pesatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang mengarah ke globalisasi dimana
memberikan peluang yang besar akan tumbuhnya perusahaan-perusahaan
transnasional, maka peran dari korporasi makin sering kita rasakan bahkan
banyak mempengaruhi sektor-sektor kehidupan manusia. Dampak yang kita
rasakan menurut sifatnya ada dua yaitu dampak positf dan dampak negatif.
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
4/14
untuk yang berdampak positif, kita sependapat bahwa itu tidak menjadi
masalah. Namun, yang berdampak negatif inilah yang saat ini sering kita
rasakan. Oleh karena itu dengan adanya hukum pidana ekonomi diharapkan
dapat meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan.
Dengan adanya pertanggungjawaban yang dapat dilakukan oleh suatu
badan hukum seperti diatas, maka :
1. Sebenarnya sejauh apa tanggung jawab korporasi ( badan hukum) jika
terjadi suatu tindak pidana ekonomi ?
2. Jenis hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi tersebut?
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
5/14
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum pidana ekonomi diatur dalam UU No 7 Drt 1955 tentang
Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi. Tujuan
dibentuknya UU No 7 Drt 1955 adalah untuk mengadakan kesatuan (univikasi)
dalam peraturan perundang-undangan tentang pengusutan, penuntutan dan
peradilan mengenai tindak pidana ekonomi. UU ini merupakan dasar hukum dari
Hukum Pidana Ekonomi. Disebut dengan hukum pidana ekonomi oleh karena UUNo 7 Drt 1955 mengatur secara tersendiri perumusan Hukum Pidana formal
disamping adanya ketentuan hukum pidana formal dalam Hukum pidana umum
(hukum acara pidana). Selain itu juga terdapat penyimpangan terhadap ketentuan
hukum pidana materil (KUHP).
A. KORPORASI SEBAGAI SUBJEK HUKUM TINDAK PIDANA
EKONOMI
Berbeda dengan apa yang diatur dalam KUHP maka dalam UUTPE ini
disamping orang alami, juga diakui badan hukum / korporasi sebagai subjek
hukum yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.
Hal ini ternyata dari apa yang diatur dalam pasal 15 UUTPE yang
menyatakan :
1. Jika suatu tindak pidana ekonomi dilakukan oleh suatu badan hukum, suatu
perseroan, suatu perserikatan orang atau yayasan, maka tuntutan pidana
dilakukan dan hukuman penjara serta tindakan tata tertib dijatuhkan, baik
terhadap badan hukum perseroan, perserikatan orang atau yayasan itu, baik
terhadap mereka yang memberi perintah melakukuan tindak pidana
ekonomi itu atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan atau
kelalaian itu ataupun keduanya.
2. Suatu tindak pidana ekonomi dilakukan juga oleh atau atas nama suatu
badan hukum, suatu perseroan, suatu perserikatan orang atau yayasan, jika
tindakan itu dilakukan orang orang yang baik berdasar hubungan kerja
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
6/14
maupun berdasar hubungan lain, bertindak dalam lingkungan badan hukum,
perseroan, perserikatan atau yayasan itu tak perduli apakah orang orang itu
masning masing tersendiri melakukan tindak pidana ekonomi itu atau pada
mereka bersama sama ada anasir anasir tindak pidana tersebut.
3. Jika suatu tuntutn pidana dilakukan terhadap suatu badan, suatu perseroan,
suatu perserikatan orang atau yayasan, maka, badan hukum, perseroan atau
yayasan itu pada waktu penuntutan diwakili oleh seseorang pengurus atau
jika ada lebuh dari seorang dari mereka itu. Wakil dapat mewakili oleh
orang lain. Hakim dapat memerintah supaya orang pengurus menghadap
sendiri di pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus itu
dibawa kemuka hakim.
4. Jika suatu tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu badan hukum suatu
perseroan, suatu prikatan orang atau suatu yayasan. Maka segala panggilan
untuk menghadap dan segala penyerahan surat surat panggilan itu
dilakukan kepada kepala pengurus atau ditempat tinggal kepala pegurus itu
atau ditempat pengurus bersidang dan berkantor.
Dari apa yang ditentukan dalam pasal 15 UUTPE tersebut diatas, ternyata
untuk dapatnya suatu tindak pidana ekonomi oleh undang undang dianggap
dilakukan oleh suatu korporasi haruslah memenuhi syarat syarat tertentu ialah :
Bahwa tindak pidana Ekonomi tersebut dilakukan oleh orang orang yang ada
hubungan kerja, ada hubungan yang bertindak dalam liingkungan (suasana) badan
hukum atau korporasi tersebut
Yang dimaksud dengan hubungan kerja dalam UUTPE ialah hubungan
hukum antara majikan dan buruh. Sedangkan hubungan lain bertindak dalam
lingkungan badan hukum disini haruslah diartikan sebagai lingkungan aktivitas
badan hukum tersebut.
Hal ini mengingat bahwa dalam istilah belandanya ialah sfeer van de
rechtspersoon (didalam lingkungan suasana aktivitas badan hukum)
Dalam hal ini suatu tindak pidana ekonomi dilakukan oleh korporasi/badan
hukum Maka yang bertanggung jawab secara hukum pidana adalah :
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
7/14
a. Badan hukum atau korporasi tersebut
b. Orang yang memberi perintah atau bertindak sebagai pemimpin dalam
perbuatan
c. Atau kedua duanya
Dengan demikian, maka dalam TPE selain orang yang menjadi subjek
hukum juga mengenal pertanggungjawaban pidana untuk korporasi/badan hukum.
Dengan adanya pasal 15 UUTPE memberikan kemungkinan untuk mengadakan
penuntutan dan penghukuman terhadap korporasi korporasi, perseroan,
perserikatan, yayasan. Sedangkan KUHP hanya mengenal seorang perorangan
natuurlijke personen saja sebagai subjek tindak pidana maupun sebagai objek
penghukuman.
Kenyataannya badan badan hukum tersebut mempunyai kehendak (niat)
yang dinyatakan dalam bentuk keputusan melalui alat alatnya seperti rapat
direksi / pengurus, rapat anggota, rapat pemegang saham, rapat perwakilan, rapat
dewan dan sebagainya.
Apabila badan badan ini oleh hukum diberikan hak untuk dapat
melakukan perbuatan perbuatan sebagai orang dengan perantaraan alat
alatnya, dapat juga terjadi, bahwa tindakan tindakan dari badan badan tersebut
sengaja ataupun tidak sengaja yang dilakukan oleh orang menjadi alat alat dari
badan tersebut adalah salah atau melanggar ketentuan ketentuan dalam
peraturan pidana.
Berhubung kesalahan ini merupakan kesalahan bersama, maka kesalahan
ini dapat dibebankan kepada salah seorang anggota atau pengurusnya/direksinya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulakan bahwa tindakan tata tertib
lebih banyak bertujuan mengadakan bimbingan dengan jalan pendidikan,
treatment atau dengan sarana terapi lainnya untuk mencapai suatu hasil yang tidak
dapat dicapai.
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
8/14
B. JENIS JENIS HUKUMAN YANG DAPAT DIJATUHKAN DALAM
TINDAK PIDANA EKONOMI
Didalam UUTPE ditentukan ada tiga jenis hukuman yang dapat dijatuhkan
apabila terjadi tindak pidana ekonomi :
1. Pidana Pokok (Pasal 6 UUTPE)
2. Pidana Tambahan (Pasal 7 UUTPE)
3. Tindakan Tata Tertib (Pasal 8 UUTPE)
A.d. 1. PIDANA POKOK
Dalam hukuman hukuman yang diancamkan terhadap setiap jenis tindak
pidana ekonomi, hukuman badan dan hukuman denda tetap merupakan hukuman
pokok yang memegang peranan penting. Hukuman hukuman yang berat ini
memberikan sifat (gambaran) yang seram kepada hukuman terhadap setiap tindak
pidana ekonomi.
Didalam penjatuhan pidana pokok UUTPE ini menganut Asas
Kumulatif dengan ketentuan ini hakim dapat menjatuhkan hukuman secara
kumulatif dua jenis hukuman pokok. Baik hukuman penjara maupun hukuman
kurungan dapat saja dikumulatifkan dengan hukuman denda. Bahkan PERPU No
21 tahun 1959 tentang memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana
ekonomi mewajibkan hakim untuk menjatuhkan dua hukuman pokok sekaligus.
Meskipun ancaman ancaman hukuman didalam UUTPE sudah dirasakan berat,
Pemerintah merasakannya masih ringan, berhubung akibat akibat buruk yang
dapat ditimbulkan oleh tindak pidana ekonomi atas kehidupan ekonomi negara.
Ancaman hukuman berat dimaksudkan agar preinsip prevensi general tercapai.
A.d. 2. PIDANA TAMBAHAN
Disamping hukuman pokok tersebut di atas, hukuman - hukuman
tambahan mempunyai kedudukan dan peranan yang lebih penting dari pada
hukuman dalam tindak pidana umum. Hukuman tambahan dalam pasal 7 ayat 1
dapat diperinci sebagai berikut :
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
9/14
a. Pencabutan hak tersebut dalam pasal 35 KUHP untuk waktu sekurang
kurangnya enam bulan dan selama lamanya enam tahun lebih lama dari
hukuman kawalan atau dalam hal dijatuhkannya hukuman denda sekurang
kurangnya enam bulan dan selama lamanya enam tahun.
b. Penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan siterhukum dimana tindak
pidana ekonomi dilakukan dalam waktu selama lamanya satu tahun.
c. Perampasan barang barang yang berwujud maupun yang tak berwujud hal
ini meliputi :
Dengan mana atau mengenai mana tindak pidana itu dilakukan
Yang sebagian atau seluruhnya diperoleh dengan tindak pidana itu
Harga lawan yang menggantikan barang itu, tanpa memperhatikan
apakah barang atau harga lawan tersebut milik siterhukum atau bukan
miliknya.
d. Perampasan barang barang tak tetap yang berwujud atau tak berwujud hal
ini meliputi :
Yang termasuk perusahaan si terhukum dimana tindak pidana itu
dilakukan
Harga lawan yang menggantikan barang itu, tanpa memperhatikan
apakah barang atau harga lawan tersebut milik siterhukum atau bukan
miliknya akan tetapi sekedar barang barang itu sejenis dan mengenai
tindak pidananya dan bersangkutan dengan barang yang dirampas
menurut ketentuan tersebut dalam pasal 7 ayat 1 sub c
e. Pencabutan seluruh atau sebagian hak hak tertentu atau penghapusan
seluruh atau sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan
kepada siterhukum oleh pemerintah untuk waktu selambat lambatnya dua
tahun.
f. Pengumuman putusan hakim.
Dalam hal perampasan barang terdapat perluasan dari ketentuan KUHP
karena meliputi barang barang yang tidak hanya milik siterhukum tetapi juga
sampai pada barang barang milik pihak ketiga.
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
10/14
Dengan demikian hal ini menyimpang dari apa yang ditentukan dalam
pasal 39 KUHP, dimana dalam hal perampasan hanya terbatas pada :
a. Barang barang milik si terhukum yang dijadikan alat untuk melakukan
kejahatan (instrumenta delicti)
b. Barang barang milik siterhukum yang merupakan hasil kejahatan yang
dilakukan oleh siterhukum (corpora delicti)
Selain dari pada itu pasal 9 UUTPE juga mengatur mengenai penutupan
seluruh atau sebagian perusahaan siterhukum. Sebagai pengecualian (exception)
dari perampasan barang milik pihak ketiga ialah dalam hal hak hak pihak ketiga
yang beritikad baik akan terganggu akan adanya perampasan tersebut.
A.d. 3. TINDAKAN TATA TERTIB
UUTPE menambahkan suatu jenis hukuman, yaitu hukuman tambahan
dalam bentuk tindakan tindakan tata tertib yang tidak terdapat didalam KUHP,
hal mana merupakan tindakan atau tata tertib yang pada hakekatnya menunjukan
aspek bestuus rechtelijk dan yang dapat dikenakan di samping hukuman
tambahan lainnya. Pasal 8 menyebutkan empat jenis tindakan tata tertib :
1. Penempatan Perusahaan Dibawah Pengampuan
Pengampuan :
Dapat dilakukan terhadap suatu perusahaan
Dimana selalu dilakukan kecurangan kecurangan
Dimana selalu terjadi kelalaian dalam memenuhi peraturan peraturan
yang diadakan untuk peningkatan produktifitasnya
Apabila penutupan perusahaan dianggap tidak sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintah berhubung perusahaan itu bergerak dibidang
produksi dan distribusi.
Pengampuan ini dapat ditafsirkan dalam beberapa hal sebagai pengawasan.
Pengampuan adalah menempatkan perusahaan dalam pengawasan semua kegiatan
perusahaan itu diawasi secara ketat guna menghindarkan dilakukan pelanggaran
kembali yang dapat merugikan kehidupan ekononomi negara.
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
11/14
Pengampuan ini dapat berlangsung dalam 3 tahun dalam hal kejahatan ekonomi
dan selama 2 tahun dalam hal pelanggaran ekonomi. Pengaturan ini dilakukan
oleh hakim yang dalam hal ini hakim pidana bertindak sebagai hakim perdata.
2. Kewajiban Pembayaran Uang Jaminan
Pembayaran uang jaminan ini merupakan pembayaran denda bersyarat.
Terhadap uang jaminan ini menurut pasal 12 diberlakukan ketentuan ketentuan
hukum pidana pada umumnya. Pembayaran hukuman denda ini bersifat hukuman
denda bersyarat berhubung uang yang telah dibayar akan menjadi milik negara
apabila salah satu syaratnya yang telah ditetapjkan tidak dipenuhui.
3. Kewajiban Membayar Sejumlah Uang Sebagai Pencabutan Keuntungan
Diwajibkan melakukan pembayaran sejumlah uang yang diambil/dicabut
dari keuntungan yang ditaksir telah diperoleh dari suatu tindak pidana yang
dilakukan siterhukum. Kuntungan yang diperoleh dari perbuatan melanggar
hukum tersebut dianggap merugikan masyarakat, setidak tidaknya merugikan
negara berhubung dapat mengacaukan kelancaran kehidupan ekonomi negara.
Pencabutan keuntungan ini gugur karena meninggalnya si terhukum.
4. Kewajiban Mengerjakan Apa Yang Dilalaikan Tanpa Hak Atau Meniadakan
Apa Yang Dilakukan Tanpa Hak
Kewajiban ini merupakan jasa jasa untuk memperbaiki akibat akibat yang
ditimbulkan oleh perbuatan perbuatan yang telah dilakukan tanpa hak. Hak ini
mirip sekali dengan pembayaran uang paksa dibiudang hukum perdata dalam hal
seseorang melalaikan kewajiban mengerjakan sesuatu yang telah ditetapkan
dengan putusan hakim atas tuntutan orang lain. Tetapi dalam UUTPE kewajiban
melakukan sesuatu itu merupakan hukuman tersendiri.
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
12/14
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
13/14
barang dan juga bisa sampai dengan diumumkannya putusan hakim
terhadap masyarakat.
c. Tindakan tata tertib yang dapat dilakukan berupa menempatkan
perusahaan dibawah pengampuan, kewajiban membayar uang jaminan,
pengembalian keadaan dan adanya pembayaran uang paksa.
-
8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK
14/14
DAFTAR BACAAN
1. Brig.Jend.Pol.Drs.H.A.K.Moch. Anwar SH, Hukum Pidana dibidang
Ekonomi: Tahun 1990
2. TJIPTO SOEROSO. SH Hukum Pidana Perekonomian Tahun 1990
3. www.wikipedia.org
http://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/