pidana korporasi ok

Upload: edy-siswanto

Post on 10-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    1/14

    TANGGUNG JAWAB KORPORASI SEBAGAI

    SUBJEK HUKUM DALAM TINDAK

    PIDANA EKONOMI

    Disusun Oleh

    PROGRAM PASCA SARJANA

    MAGISTER ILMU HUKUM

    UNIVERSITAS MURIA KUDUS

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    2/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Semula, pemikiran dalam mempertanggungjawabkan perbuatan

    pidana hanya dapat dilakukan oleh manusia yang mempunyai kehendak atau

    keinsyafan untuk melakukannya. Karena badan hukum tidak bisa bertindak

    melakukan perbuatan hukum dan tidak mempunyai jiwa atau keinsyafan

    untuk itu. Pemikiran seperti ini tetap dipertahankan terutama oleh pemikir- pemikir masa lalu. Namun dalam perkembangan selanjutnya muncul

    pemikiran-pemikiran baru untuk juga mempertanggungjawabkan kepada

    badan hukum karena akhir-akhir ini dalam perkembangan dari kejahatan yang

    terjadi di tengah-tengah masyarakat terutama berkaitan atau yang

    menyangkut dengan perkembangan ekonomi tidak hanya dilakukan secara

    perorangan namun telah terorganisir termasuk dilakukan oleh korporasi.

    Berkaitan dengan tindak pidana / kejahatan yang dilakukan oleh

    badan hukum (korporasi), jika merujuk pada Kitab Undang-Undang Hukum

    Pidana (KUHP) yang sampai saat ini diterapkan di Indonesia, tidak ada

    ditemui secara tegas pengaturan tentang tindak pidana atau kejahatan yang

    dilakukan oleh badan hukum (korporasi) berikut dengan pengaturan sanksi

    hukum tersebut. KUHP hanya mengatur perbuatan-perbuatan pidana yang

    dilakukan oleh orang perorangan yang pertanggungjawabannya juga

    dilakukan secara individu.

    Pembatasan pengertian inilah yang telah menutupi atau melindungi

    badan hukum dari segala tindak kejahatan yang telah dilakukan. Dengan

    mengatasnamakan badan hukum (korporasi) para pelaku menjadi aman dan

    terlindungi dari jerat hukum dan dapat bebas bertindak.

    Tidak ada sanksi hukum pidana yang dapat dijatuhkan terhadap badan hukum

    tersebut karena pada saat itu tidak ada pengaturan hukum yang mengatur

    pertanggungjawaban pidana bagi badan hukum. Tuntutan-tuntutan yang dapat

    dimintakan hanya berkaitan dalam lingkup keperdataan saja misalnya dengan

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    3/14

    meminta pembayaran ganti kerugian karena tindakan badan hukum

    keperdataan yang telah merugikan subjek hukum lain.

    B. PERMASALAHAN

    Dengan adanya tindak pidana yang tidak diatur didalam KUHP agar

    tidak terjadi kekosongan hukum (rechtvaccum) maka diberlakukan Hukum

    Pidana Khusus. Hukum Pidana Khusus adalah UU Pidana yang mempunyai

    penyimpangan dari Hukum Pidana Umum, baik dari segi Hukum Pidana

    Materil maupun dari segi Hukum Pidana Formal. Penyimpangan

    penyimpangan tersebut diperlukan atas dasar kepentingan hukum. Salah satu

    contoh UU Pidana yang masih dikualifikasikan sebagai Hukum Tindak

    Pidana Khusus adalah UU No 7 Drt 1955 ( Mengenai Hukum Pidana

    Ekonomi).

    Hukum Pidana Ekonomi mempunyai kekhususan tersendiri

    dibandingkan dengan pidana khusus yang lain. Salah satunya adalah adanya

    perluasan dalam subjek hukum tindak pidana ekonomi,yaitu dapat

    dipidananya korporasi (badan hukum) hal inilah yang tidak terdapat didalam

    KUHP. Akibatnya, disamping perorangan badan hukum atau korporasi juga

    dapat dijatuhi hukuman. Badan hukum seperti perseroan, perserikatan dll

    dapat dipertanggung jawabkan atas tindak pidana ekonomi yang dilakukan

    oleh orang - orang yang berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lain

    bertindak dalam lingkungan badan badan tersebut.

    Sebenarnya apa yang dinamakan badan hukum itu? Badan hukum

    adalah ciptaan hukum, yaitu dengan menunjuk kepada adanya suatu badan

    yang diberi status sebagai subjek hukum, di samping subjek hukum yang

    berwujud manusia alamiah (natuurlijk persoon). Dengan berjalannya waktu,

    pesatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang mengarah ke globalisasi dimana

    memberikan peluang yang besar akan tumbuhnya perusahaan-perusahaan

    transnasional, maka peran dari korporasi makin sering kita rasakan bahkan

    banyak mempengaruhi sektor-sektor kehidupan manusia. Dampak yang kita

    rasakan menurut sifatnya ada dua yaitu dampak positf dan dampak negatif.

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    4/14

    untuk yang berdampak positif, kita sependapat bahwa itu tidak menjadi

    masalah. Namun, yang berdampak negatif inilah yang saat ini sering kita

    rasakan. Oleh karena itu dengan adanya hukum pidana ekonomi diharapkan

    dapat meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan.

    Dengan adanya pertanggungjawaban yang dapat dilakukan oleh suatu

    badan hukum seperti diatas, maka :

    1. Sebenarnya sejauh apa tanggung jawab korporasi ( badan hukum) jika

    terjadi suatu tindak pidana ekonomi ?

    2. Jenis hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi tersebut?

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    5/14

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Hukum pidana ekonomi diatur dalam UU No 7 Drt 1955 tentang

    Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi. Tujuan

    dibentuknya UU No 7 Drt 1955 adalah untuk mengadakan kesatuan (univikasi)

    dalam peraturan perundang-undangan tentang pengusutan, penuntutan dan

    peradilan mengenai tindak pidana ekonomi. UU ini merupakan dasar hukum dari

    Hukum Pidana Ekonomi. Disebut dengan hukum pidana ekonomi oleh karena UUNo 7 Drt 1955 mengatur secara tersendiri perumusan Hukum Pidana formal

    disamping adanya ketentuan hukum pidana formal dalam Hukum pidana umum

    (hukum acara pidana). Selain itu juga terdapat penyimpangan terhadap ketentuan

    hukum pidana materil (KUHP).

    A. KORPORASI SEBAGAI SUBJEK HUKUM TINDAK PIDANA

    EKONOMI

    Berbeda dengan apa yang diatur dalam KUHP maka dalam UUTPE ini

    disamping orang alami, juga diakui badan hukum / korporasi sebagai subjek

    hukum yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.

    Hal ini ternyata dari apa yang diatur dalam pasal 15 UUTPE yang

    menyatakan :

    1. Jika suatu tindak pidana ekonomi dilakukan oleh suatu badan hukum, suatu

    perseroan, suatu perserikatan orang atau yayasan, maka tuntutan pidana

    dilakukan dan hukuman penjara serta tindakan tata tertib dijatuhkan, baik

    terhadap badan hukum perseroan, perserikatan orang atau yayasan itu, baik

    terhadap mereka yang memberi perintah melakukuan tindak pidana

    ekonomi itu atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan atau

    kelalaian itu ataupun keduanya.

    2. Suatu tindak pidana ekonomi dilakukan juga oleh atau atas nama suatu

    badan hukum, suatu perseroan, suatu perserikatan orang atau yayasan, jika

    tindakan itu dilakukan orang orang yang baik berdasar hubungan kerja

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    6/14

    maupun berdasar hubungan lain, bertindak dalam lingkungan badan hukum,

    perseroan, perserikatan atau yayasan itu tak perduli apakah orang orang itu

    masning masing tersendiri melakukan tindak pidana ekonomi itu atau pada

    mereka bersama sama ada anasir anasir tindak pidana tersebut.

    3. Jika suatu tuntutn pidana dilakukan terhadap suatu badan, suatu perseroan,

    suatu perserikatan orang atau yayasan, maka, badan hukum, perseroan atau

    yayasan itu pada waktu penuntutan diwakili oleh seseorang pengurus atau

    jika ada lebuh dari seorang dari mereka itu. Wakil dapat mewakili oleh

    orang lain. Hakim dapat memerintah supaya orang pengurus menghadap

    sendiri di pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus itu

    dibawa kemuka hakim.

    4. Jika suatu tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu badan hukum suatu

    perseroan, suatu prikatan orang atau suatu yayasan. Maka segala panggilan

    untuk menghadap dan segala penyerahan surat surat panggilan itu

    dilakukan kepada kepala pengurus atau ditempat tinggal kepala pegurus itu

    atau ditempat pengurus bersidang dan berkantor.

    Dari apa yang ditentukan dalam pasal 15 UUTPE tersebut diatas, ternyata

    untuk dapatnya suatu tindak pidana ekonomi oleh undang undang dianggap

    dilakukan oleh suatu korporasi haruslah memenuhi syarat syarat tertentu ialah :

    Bahwa tindak pidana Ekonomi tersebut dilakukan oleh orang orang yang ada

    hubungan kerja, ada hubungan yang bertindak dalam liingkungan (suasana) badan

    hukum atau korporasi tersebut

    Yang dimaksud dengan hubungan kerja dalam UUTPE ialah hubungan

    hukum antara majikan dan buruh. Sedangkan hubungan lain bertindak dalam

    lingkungan badan hukum disini haruslah diartikan sebagai lingkungan aktivitas

    badan hukum tersebut.

    Hal ini mengingat bahwa dalam istilah belandanya ialah sfeer van de

    rechtspersoon (didalam lingkungan suasana aktivitas badan hukum)

    Dalam hal ini suatu tindak pidana ekonomi dilakukan oleh korporasi/badan

    hukum Maka yang bertanggung jawab secara hukum pidana adalah :

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    7/14

    a. Badan hukum atau korporasi tersebut

    b. Orang yang memberi perintah atau bertindak sebagai pemimpin dalam

    perbuatan

    c. Atau kedua duanya

    Dengan demikian, maka dalam TPE selain orang yang menjadi subjek

    hukum juga mengenal pertanggungjawaban pidana untuk korporasi/badan hukum.

    Dengan adanya pasal 15 UUTPE memberikan kemungkinan untuk mengadakan

    penuntutan dan penghukuman terhadap korporasi korporasi, perseroan,

    perserikatan, yayasan. Sedangkan KUHP hanya mengenal seorang perorangan

    natuurlijke personen saja sebagai subjek tindak pidana maupun sebagai objek

    penghukuman.

    Kenyataannya badan badan hukum tersebut mempunyai kehendak (niat)

    yang dinyatakan dalam bentuk keputusan melalui alat alatnya seperti rapat

    direksi / pengurus, rapat anggota, rapat pemegang saham, rapat perwakilan, rapat

    dewan dan sebagainya.

    Apabila badan badan ini oleh hukum diberikan hak untuk dapat

    melakukan perbuatan perbuatan sebagai orang dengan perantaraan alat

    alatnya, dapat juga terjadi, bahwa tindakan tindakan dari badan badan tersebut

    sengaja ataupun tidak sengaja yang dilakukan oleh orang menjadi alat alat dari

    badan tersebut adalah salah atau melanggar ketentuan ketentuan dalam

    peraturan pidana.

    Berhubung kesalahan ini merupakan kesalahan bersama, maka kesalahan

    ini dapat dibebankan kepada salah seorang anggota atau pengurusnya/direksinya.

    Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulakan bahwa tindakan tata tertib

    lebih banyak bertujuan mengadakan bimbingan dengan jalan pendidikan,

    treatment atau dengan sarana terapi lainnya untuk mencapai suatu hasil yang tidak

    dapat dicapai.

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    8/14

    B. JENIS JENIS HUKUMAN YANG DAPAT DIJATUHKAN DALAM

    TINDAK PIDANA EKONOMI

    Didalam UUTPE ditentukan ada tiga jenis hukuman yang dapat dijatuhkan

    apabila terjadi tindak pidana ekonomi :

    1. Pidana Pokok (Pasal 6 UUTPE)

    2. Pidana Tambahan (Pasal 7 UUTPE)

    3. Tindakan Tata Tertib (Pasal 8 UUTPE)

    A.d. 1. PIDANA POKOK

    Dalam hukuman hukuman yang diancamkan terhadap setiap jenis tindak

    pidana ekonomi, hukuman badan dan hukuman denda tetap merupakan hukuman

    pokok yang memegang peranan penting. Hukuman hukuman yang berat ini

    memberikan sifat (gambaran) yang seram kepada hukuman terhadap setiap tindak

    pidana ekonomi.

    Didalam penjatuhan pidana pokok UUTPE ini menganut Asas

    Kumulatif dengan ketentuan ini hakim dapat menjatuhkan hukuman secara

    kumulatif dua jenis hukuman pokok. Baik hukuman penjara maupun hukuman

    kurungan dapat saja dikumulatifkan dengan hukuman denda. Bahkan PERPU No

    21 tahun 1959 tentang memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana

    ekonomi mewajibkan hakim untuk menjatuhkan dua hukuman pokok sekaligus.

    Meskipun ancaman ancaman hukuman didalam UUTPE sudah dirasakan berat,

    Pemerintah merasakannya masih ringan, berhubung akibat akibat buruk yang

    dapat ditimbulkan oleh tindak pidana ekonomi atas kehidupan ekonomi negara.

    Ancaman hukuman berat dimaksudkan agar preinsip prevensi general tercapai.

    A.d. 2. PIDANA TAMBAHAN

    Disamping hukuman pokok tersebut di atas, hukuman - hukuman

    tambahan mempunyai kedudukan dan peranan yang lebih penting dari pada

    hukuman dalam tindak pidana umum. Hukuman tambahan dalam pasal 7 ayat 1

    dapat diperinci sebagai berikut :

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    9/14

    a. Pencabutan hak tersebut dalam pasal 35 KUHP untuk waktu sekurang

    kurangnya enam bulan dan selama lamanya enam tahun lebih lama dari

    hukuman kawalan atau dalam hal dijatuhkannya hukuman denda sekurang

    kurangnya enam bulan dan selama lamanya enam tahun.

    b. Penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan siterhukum dimana tindak

    pidana ekonomi dilakukan dalam waktu selama lamanya satu tahun.

    c. Perampasan barang barang yang berwujud maupun yang tak berwujud hal

    ini meliputi :

    Dengan mana atau mengenai mana tindak pidana itu dilakukan

    Yang sebagian atau seluruhnya diperoleh dengan tindak pidana itu

    Harga lawan yang menggantikan barang itu, tanpa memperhatikan

    apakah barang atau harga lawan tersebut milik siterhukum atau bukan

    miliknya.

    d. Perampasan barang barang tak tetap yang berwujud atau tak berwujud hal

    ini meliputi :

    Yang termasuk perusahaan si terhukum dimana tindak pidana itu

    dilakukan

    Harga lawan yang menggantikan barang itu, tanpa memperhatikan

    apakah barang atau harga lawan tersebut milik siterhukum atau bukan

    miliknya akan tetapi sekedar barang barang itu sejenis dan mengenai

    tindak pidananya dan bersangkutan dengan barang yang dirampas

    menurut ketentuan tersebut dalam pasal 7 ayat 1 sub c

    e. Pencabutan seluruh atau sebagian hak hak tertentu atau penghapusan

    seluruh atau sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan

    kepada siterhukum oleh pemerintah untuk waktu selambat lambatnya dua

    tahun.

    f. Pengumuman putusan hakim.

    Dalam hal perampasan barang terdapat perluasan dari ketentuan KUHP

    karena meliputi barang barang yang tidak hanya milik siterhukum tetapi juga

    sampai pada barang barang milik pihak ketiga.

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    10/14

    Dengan demikian hal ini menyimpang dari apa yang ditentukan dalam

    pasal 39 KUHP, dimana dalam hal perampasan hanya terbatas pada :

    a. Barang barang milik si terhukum yang dijadikan alat untuk melakukan

    kejahatan (instrumenta delicti)

    b. Barang barang milik siterhukum yang merupakan hasil kejahatan yang

    dilakukan oleh siterhukum (corpora delicti)

    Selain dari pada itu pasal 9 UUTPE juga mengatur mengenai penutupan

    seluruh atau sebagian perusahaan siterhukum. Sebagai pengecualian (exception)

    dari perampasan barang milik pihak ketiga ialah dalam hal hak hak pihak ketiga

    yang beritikad baik akan terganggu akan adanya perampasan tersebut.

    A.d. 3. TINDAKAN TATA TERTIB

    UUTPE menambahkan suatu jenis hukuman, yaitu hukuman tambahan

    dalam bentuk tindakan tindakan tata tertib yang tidak terdapat didalam KUHP,

    hal mana merupakan tindakan atau tata tertib yang pada hakekatnya menunjukan

    aspek bestuus rechtelijk dan yang dapat dikenakan di samping hukuman

    tambahan lainnya. Pasal 8 menyebutkan empat jenis tindakan tata tertib :

    1. Penempatan Perusahaan Dibawah Pengampuan

    Pengampuan :

    Dapat dilakukan terhadap suatu perusahaan

    Dimana selalu dilakukan kecurangan kecurangan

    Dimana selalu terjadi kelalaian dalam memenuhi peraturan peraturan

    yang diadakan untuk peningkatan produktifitasnya

    Apabila penutupan perusahaan dianggap tidak sesuai dengan

    kebijaksanaan pemerintah berhubung perusahaan itu bergerak dibidang

    produksi dan distribusi.

    Pengampuan ini dapat ditafsirkan dalam beberapa hal sebagai pengawasan.

    Pengampuan adalah menempatkan perusahaan dalam pengawasan semua kegiatan

    perusahaan itu diawasi secara ketat guna menghindarkan dilakukan pelanggaran

    kembali yang dapat merugikan kehidupan ekononomi negara.

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    11/14

    Pengampuan ini dapat berlangsung dalam 3 tahun dalam hal kejahatan ekonomi

    dan selama 2 tahun dalam hal pelanggaran ekonomi. Pengaturan ini dilakukan

    oleh hakim yang dalam hal ini hakim pidana bertindak sebagai hakim perdata.

    2. Kewajiban Pembayaran Uang Jaminan

    Pembayaran uang jaminan ini merupakan pembayaran denda bersyarat.

    Terhadap uang jaminan ini menurut pasal 12 diberlakukan ketentuan ketentuan

    hukum pidana pada umumnya. Pembayaran hukuman denda ini bersifat hukuman

    denda bersyarat berhubung uang yang telah dibayar akan menjadi milik negara

    apabila salah satu syaratnya yang telah ditetapjkan tidak dipenuhui.

    3. Kewajiban Membayar Sejumlah Uang Sebagai Pencabutan Keuntungan

    Diwajibkan melakukan pembayaran sejumlah uang yang diambil/dicabut

    dari keuntungan yang ditaksir telah diperoleh dari suatu tindak pidana yang

    dilakukan siterhukum. Kuntungan yang diperoleh dari perbuatan melanggar

    hukum tersebut dianggap merugikan masyarakat, setidak tidaknya merugikan

    negara berhubung dapat mengacaukan kelancaran kehidupan ekonomi negara.

    Pencabutan keuntungan ini gugur karena meninggalnya si terhukum.

    4. Kewajiban Mengerjakan Apa Yang Dilalaikan Tanpa Hak Atau Meniadakan

    Apa Yang Dilakukan Tanpa Hak

    Kewajiban ini merupakan jasa jasa untuk memperbaiki akibat akibat yang

    ditimbulkan oleh perbuatan perbuatan yang telah dilakukan tanpa hak. Hak ini

    mirip sekali dengan pembayaran uang paksa dibiudang hukum perdata dalam hal

    seseorang melalaikan kewajiban mengerjakan sesuatu yang telah ditetapkan

    dengan putusan hakim atas tuntutan orang lain. Tetapi dalam UUTPE kewajiban

    melakukan sesuatu itu merupakan hukuman tersendiri.

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    12/14

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    13/14

    barang dan juga bisa sampai dengan diumumkannya putusan hakim

    terhadap masyarakat.

    c. Tindakan tata tertib yang dapat dilakukan berupa menempatkan

    perusahaan dibawah pengampuan, kewajiban membayar uang jaminan,

    pengembalian keadaan dan adanya pembayaran uang paksa.

  • 8/8/2019 PIDANA KORPORASI OK

    14/14

    DAFTAR BACAAN

    1. Brig.Jend.Pol.Drs.H.A.K.Moch. Anwar SH, Hukum Pidana dibidang

    Ekonomi: Tahun 1990

    2. TJIPTO SOEROSO. SH Hukum Pidana Perekonomian Tahun 1990

    3. www.wikipedia.org

    http://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/