pheochromocytoma (2)
TRANSCRIPT
Pheochromocytoma
Definisi
Pheochromocytoma merupakan tumor yang memproduksi katekolamin yang berasal
dari sistem saraf simpatis atau parasimpatis. Tumor ini timbul secara sporadic atau
diwariskan sebagai neoplasma endokrin tipe 2 yang multiple atau beberapa sindrom
lain yang berhubungan dengan pheochromocytoma. Dengan mendiagnosisnya dapat
mengkoreksi penyebab hipertensi, dan dengan operasi dapat mencegah terjadinya
krisis hipertensi yang mematikan. Manifestasi klinis bervariasi, dari ditemukannya
adrenal incidentaloma hingga krisis hipertensi akibat komplikasi cerebrovaskuler
atau kardiak.
Etiologi dan pathogenesis
Pheochromocytoma dan paraganglioma merupakan tumor dengan banyak
vaskularisasi, timbul dari sel yang berasal dari paraganglia simpatis atau
parasimpatis. Kata pheochromocitoma digunakan untuk mendeskripsikan tumor
yang memproduksi katekolamin, termasuk yang terdapat pada extraadrenal
retroperitoneal, pelvis, dan daerah thoracic. Kata paraganglioma digunakan untuk
mendeskripsikan tumor yang memproduksi katekolamin di daerah kepala dan leher.
Tumor ini dapat memproduksi katekolamin dalam jumlah sedikit atau tidak sama
sekali.
Etiologinya masih belum diketahui, namun 25% pasien terdapat faktor keturunan,
termasuk mutasi pada gen RET, VHL, NF1, SDHB, SDHC, SDHD, atau SDHAF2. Untuk
VHL, NF1, dan SDH terdapat inaktivasi gen bialel, pada mutasi RET mengaktivasi
aktivitas reseptor tirosin kinase. SDH merupakan enzim pada siklus krebs dan rantai
pernapasan mitokondria. Mutasi VHL mengurangi degradasi protein, berakibat
meningkatnya regulasi komponen yang terlibat pada progresi siklus sel, metabolism
glukosa, dan pemantauan oksigen.
Pheochromocytoma dapat mengakibatkan tingginya kadar katekolamin yang beredar
dalam darah (baik epinephrine dan norepinephrine). Pheochromocytoma didiagnosis
dengan mengukur kadar katekolamin pada plasma atau urin dan metabolitnya
(vanillulmandelic acid dan metanephrine). Kondisi ini mengakibatkan vasokontriksi
sistemik yang termediasi oleh α-adrenoceptor dan stimulasi kardiak yang termediasi
oleh β1-adrenoceptor yang dapat meningkatkan tekanan darah secara substansial.
Meskipun tekanan arteri meningkat sangat tinggi, takikardi masih dapat muncul
karena efek langsung dari katekolamin pada jantung dan vaskularisasinya.
Berlebihnya stimulasi β1-adrenoceptor pada jantung selain dapat mengakibatkan
hipertensi, juga dapat mengakibatkan aritmia.
Tatalaksana
Reseksi pembedahan tumor merupakan terapi pilihan dan biasanya dapat
menyembuhkan hipertensinya. Tatalaksana dengan alpha dan beta bloker diperlukan
sebelum operasi untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah krisis hipertensi
pada saat operasi.
Terapi medis digunakan untuk persiapan operasi reseksi pembedahan, untuk
hipertensi krisis yang akut, dan untuk terapi primer pasien dengan
pheochromocytoma yang bermetastasis. Persiapan preoperative membutuhkan
gabungan blockade alpha dan beta untuk mengontrol tekanan darah dan untuk
mencegah hipertensi krisis intraoperative. Blockade alpha adrenergic, dibutuhkan
untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah hipertensi krisis. Tingginya kadar
katekolamin dalam darah menstimulasi reseptor alpha pada pembuluh darah dan
menyebabkan vasokontriksi.
Phenoxybenzamine (dibenzyline) merupakan alpha blocker yang digunakan untuk
persiapan pembedahan. Setelah blockade alpha efektif bisa diberikan beta bloker.
Beta bloker dibutuhkan untuk mengontrol takikardi berhubungan dengan tingginya
kadar katekolamin dan blockade alpha.
Blokade beta-adrenergik digunakan jika takikardi yang berarti muncul setelah
blockade alpha. Hanya diberikan beta-adrenergik bloker setelah pemberian alpha-
blokade yang adekuat, karena stimulasi reseptor alpha-adrenergik dapat
mempresipitasi hipertensi krisis. Nonkardioselektif beta bloker seperti
propanololatau nadolol seringkali digunakan; namun obat kardioselektif seperti
atenolol dan metoprolol juga dapat diberikan.
Labetalol merupakan beta-adrenergik bloker non kardioselektif dan alpha
adnrenergik bloker selektif yang efektif mengontrol hipertensi akibat
pheochromocytoma. Namun dapat terjadi episode paradoxic di mana terjadi
hipertensi akibat blockade alpha yang tidak komplit. Oleh karena itu, penggunaannya
untuk treatment pasien dengan pheochromocytoma sebelum operasi masih
kontroversial.
Selama operasi, peberian phentolamin intravena, sebagai antagonis alpha-
adrenergic yang rapid-acting, digunakan untuk mengontrol tekanan darah. Obat
alpha1 bloker selektif seperti prazosin, terazosin, dan doxazosin memiliki efek
samping yang lebih ringan dan digunakan ketika terapi jangka panjang diperlukan
(pheochromocytoma yang metastase). Pengobatan ini tidak digunakan untuk
mempersiapkan pasien untuk operasi karena blockade alpha yang tidak komplit.
Pheochromocytoma pada kehamilan
Jika pheochromocytoma ditemukan selama kehamilan, pemberian blockade alpha-
adrenergic (phenoxybenzamine) setelah diagnosis terkonfirmasi. Pembedahan
tumor dapat dilakukan selama 2 trimester pertama setelah persiapan yang optimal.
Kehamilan tidak perlu diterminasi, namun aborsi spontan sering terjadi. Selama
trimester ketiga, saat maturitas paru terkonfirmasi, pembedahan tumor dapat
dilakukan dan diikuti seksio sesarea.