ph-6/bpjs tk/2015 pendapat hukum - bpjs kesehatan dan bpjs ... pp 46.pdf · ph-6/bpjs tk/2015 1....

20
PENDAPAT HUKUM Pertama, Pasal 25 PP Tahun 2015 STDD PP No. 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat tambahan berupa fasilitas pembiayaan perumahan dan/atau manfaat lain” tidak sesuai dengan Pasal 37 UU SJSN. Kedua, Pasal 26 ayat (5) PP No. 46 Tahun 2015 diubah dengan PP No. 60 Tahun 2015 yang menentukan, “Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyarata pembayaran manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri dengan ketentuan teknik pendelegasian sebagaimana diatur dalam Lampiran II UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perundang-undangan. Pasal 3 Permenaker No. 19 Tahun 2015 memperluas cakupan pengertian “Peserta mencapai usia pensiun” termasuk juga “Peserta yang berhenti bekerja”, tidak seusai dengan Pasal 35 ayat (2), Pasal 37 Oleh : A.A. Oka Mahendra Konsultan Hukum PT Martabat Prima Konsultindo Jakarta, 15 Oktober 2015 PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat tambahan berupa fasilitas pembiayaan perumahan dan/atau manfaat lain” tidak sesuai dengan Pasal 37 UU SJSN. 2. Pasal 26 ayat (5) PP No 46 Tahun 2015 diubah dengan PP No 60 Tahun 2015 yang menentukan ”Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pembayaran manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri tidak sesuai dengan ketentuan teknik pendelegasian sebagaimana diatur dalam Lampiran II UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan angka 202 dan 204. 3. Pasal 3 Permennaker No 19 Tahun 2015 memperluas cakupan pengertian ”Peserta mencapai usia pensiun”, termasuk juga “Peserta yang berhenti bekerja”, tidak sesuai dengan Pasal 35 ayat (2), Pasal 37 ayat (1) UU SJSN.

Upload: vanbao

Post on 10-Jun-2019

272 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PENDAPAT HUKUM

Pertama, Pasal 25 PP Tahun 2015 STDD PP No. 60 Tahun 2015 yang

mengatur mengenai “manfaat tambahan berupa fasilitas pembiayaan

perumahan dan/atau manfaat lain” tidak sesuai dengan Pasal 37 UU

SJSN. Kedua, Pasal 26 ayat (5) PP No. 46 Tahun 2015 diubah dengan PP

No. 60 Tahun 2015 yang menentukan, “Ketentuan lebih lanjut

mengenai tata cara dan persyarata pembayaran manfaat JHT

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri

tidak sesuai dengan ketentuan teknik pendelegasian sebagaimana

diatur dalam Lampiran II UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 3 Permenaker No. 19 Tahun 2015 memperluas cakupan

pengertian “Peserta mencapai usia pensiun” termasuk juga “Peserta

yang berhenti bekerja”, tidak seusai dengan Pasal 35 ayat (2), Pasal 37

ayat (1) UU SJSN.

Oleh : A.A. Oka Mahendra Konsultan Hukum PT Martabat Prima Konsultindo Jakarta, 15 Oktober 2015

PH-6/BPJS TK/2015

1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur

mengenai “manfaat tambahan berupa fasilitas pembiayaan

perumahan dan/atau manfaat lain” tidak sesuai dengan Pasal 37 UU

SJSN.

2. Pasal 26 ayat (5) PP No 46 Tahun 2015 diubah dengan PP No 60 Tahun

2015 yang menentukan ”Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

dan persyaratan pembayaran manfaat JHT sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri tidak sesuai dengan

ketentuan teknik pendelegasian sebagaimana diatur dalam Lampiran

II UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

perundang-undangan angka 202 dan 204.

3. Pasal 3 Permennaker No 19 Tahun 2015 memperluas cakupan

pengertian ”Peserta mencapai usia pensiun”, termasuk juga “Peserta

yang berhenti bekerja”, tidak sesuai dengan Pasal 35 ayat (2), Pasal 37

ayat (1) UU SJSN.

Page 2: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

1

PENDAPAT HUKUM

PP 46 tentang Penyelenggaraan Program JHT stdd PP 60 Tahun 2015 Jo Permenaker No 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran JHT

I PENGANTAR

Tanggal 30 Juni 2015 Presiden menetapkan PP No 46 Tahun 2015

tetang Penyelenggaraan Program JHT. PP tersebut merupakan

pelaksanaan ketentuan Pasal 37 ayat (5) dan Pasal 38 ayat (3) UU

No 40 Tahun 2004 tentang SJSN.

Kemudian pada tanggal 12 Agustus 2015 ditetapkan PP No 60

tahun 2015 sebagai perubahan terhadap PP No 46 Tahun 2015.

Perubahan dilakukan dengan pertimbangan bahwa PP No 46

sebagai pelaksanaan UU SJSN dalam perkembangannya belum

mengakomodasi kondisi ketenagakerjaan secara nasional

khususnya yang mengatur mengenai pembayaran manfaat JHT

kepada Peserta yang berhenti bekerja, antara lain Karena Peserta

mengundurkan diri, terkena Pemutusan Hubungan Kerja, atau

meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

Sebagai pelaksanaan terhadap PP No 46 Tahun 2015 stdd PP No

60 Tahun 2016, telah ditetapkan Peraturan Menteri Tenaga kerja

No 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pembayaran

Manfaat JHT, sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 26 ayat (5) PP

No 60 Tahun 2015. Permenaker No 19 Tahun 2015 pada intinya

mengatur mengenai persyaratan dan tata cara pembayaran

manfaat JHT yang meliputi: Peserta mencapai usia pensiun,

peserta mengalami cacat total tetap, dan peserta meninggal

dunia.

Rekomendasi

Pertama, DJSN segera

melakukan rapat koordinasi

dengan pihak terkait untuk

mencari solusi disharmoni

Peraturan Perundang-

undangan yang terkait dengan

JHT dalam rangka menjaga

konsistensi pelaksanaan SJSN

sesuai UU No 40 tahun 2004

tentang SJSN .

Kedua, DJSN menyarankan

kepada Pemerintah untuk

mengubah Pasal-Pasal PP No

46 Tahun 2015 STDD PP No 60

Tahun 2015 disesuaikan

dengan prinsip-prinsip JHT

yang diatur dalam UU SJSN;

atau mengadvokasi pihak yang

kepentingannya dirugikan

dengan disharmoni Peraturan

Perundang-undangan tersebut

(UU SJSN dan PP No 46 Tahun

2015 STDD PP No 60 Tahun

2015 jo Permenaker No 19

tahun 2015, untuk melakukan

uji materiil terhadap PP No 46

Tahun 2015 STDD PP No 60

Tahun 2015 jo Permenaker No

19 Tahun 2015, ke Mahkamah

Agung.

Page 3: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

2

DAFTAR ISI

Hlm

I. PENGANTAR 1

II. POKOK PERMASALAHAN 3

III. ANALISIS 3

IV. PENUTUP 16

Page 4: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

3

II POKOK PERMASALAHAN

Apakah PP No 46 Tahun 2015 stdd PP No 60 Tahun 2015 jo Permenaker No.

19 Tahun 2015 sesuai dengan UU SJSN khususnya Pasal 35 sd Pasal 38?

III ANALISIS

1. Pasal 35 sd Pasal 38 UU SJSN mengatur pokok-pokok program JHT yang harus

dijadikan acuan dalam penyusunan peraturan pelaksanaannya.

Prinsip-prinsip program JHT dalam UU SJSN tersebut pada intinya sebagai berikut:

a. JHT diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau

tabungan wajib. Prinsip asuransi sosial dalam JHT didasarkan pada mekanisme

asuransi dengan pembayaran iuran antara pekerja dan pemberi kerja. Prinsip

tabungan wajib dalam JHT didasarkan pada peetimbangan bahwa manfaat JHT

berasal dari akumulasi iuran dan hasil pengembangannya.

b. JHT diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar Peserta menerima

uang tunai apabila memasuki masa pensiun,mengalami cacat total tetap,atau

meninggal dunia.

c. Peserta JHT adalah Peserta yang telah membayar Iuran.

d. Manfaat JHT berupa uang tunai dibayarkan sekaligus pada saat peserta

memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap.

e. Besarnya manfaat JHT ditentukan berdasarkan seluruh akumualasi Iuran yang

telah disetorkan ditambah hasil pengembangannya.

f. Pembayaran Manfaat JHT dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu

setelah kepesertaan mencapai minimal 10 (sepuluh) tahun.

g. Apabila Peserta meninggal dunia, ahli warisnya yang sah berhak menerima

manfaat JHT.

h. Besarnya Iuran JHT untuk Peserta Penerima Upah ditetapkan berdasarkan

persentase tertentu dari Upah atau penghasilan tertentu yang ditanggung

bersama oleh Pemberi Kerja dan pekerja.

i. Besarnya Iuran JHT untuk Peserta yang tidak menerima Upah ditetapkan

berdasarkan jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala oleh Pemerintah.

j. Ketentuan mengenai pembayaran Manfaat JHT dan besarnya Iuran diatur

lebih lanjut dalam PP.

2. PP sebagai pelaksanaan UU tidak boleh bertentangan dengan UU, sesuai dengan

prinsip hierarki Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Page 5: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

4

Penjelasan Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 12 tahun 2011 menyatakan a.l. ”yang

dimaksud dengan “hierarki” adalah penjenjangan setiap jenis Peraturan

Perundang-undangan yang didasarkan pada prinsip bahwa Peraturan perundang-

undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi.

3. Berikut disampaikan perbandingan materi muatan UU SJSN yang terkait dengan

program JHT, dan materi muatan PP 46 Tahun 2015, PP 60 tahun 2015 dan

Permenaker No 19 Tahun 2015.

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

Pengertian Pasal 35 ayat (1) Jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib. Penjelasan Pasal 3 ayat (1): Prinsip asuransi sosial dalam jaminan hari tua didasarkan pada mekanisme asuransi dengan pembayaran iuran antara pekerja dan pemberi kerja. Prinsip tabungan wajib dalam jaminan hari tua didasarkan pada pertimbangan bahwa manfaat jaminan hari tua berasal dari akumulasi iuran dan hasil pengembangannya.

Page 6: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

5

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

Tujuan Pasal 35 ayat (2) Jaminan hari tua diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.

Pasal 1 angka 1 Jaminan Hari Tua yang selanjutnya disingkat JHT adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap.

Pasal 1 angka 1 Jaminan Hari Tua yang selanjutnya disingkat JHT adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap.

Peserta Pasal 36 Peserta jaminan hari tua adalah peserta yang telah membayar iuran.

Pasal 1 angka 3 Peserta JHT yang selanjutnya disebut Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang telah membayar iuran. Pasal 4 ayat (1) Peserta program JHT terdiri atas: a. Peserta

penerima Upah yang bekerja pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara; dan

Page 7: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

6

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

b. Peserta bukan penerima Upah.

Pasal 4 ayat (2) Peserta penerima Upah yang bekerja pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a. Pekerja pada

perusahaan; b. Pekerja pada

orang perseoranga; dan

c. orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

Pasal 4 ayat (3) Peserta bukan penerima Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. Pemberi Kerja; b. Pekerja di luar

hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan

c. Pekerja yang tidak termasuk huruf b yang

Page 8: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

7

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

bukan menerima Upah.

Manfaat dan penerima manfaat

Pasal 37 ayat (1) Manfaat jaminan hari tua berupa uang tunai dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap. Pasal 37 ayat (4) Apabila peserta meninggal dunia, ahli warisnya yang sah berhak menerima manfaat jaminan hari tua.

Pasal 22 ayat (1) Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang dibayarkan apabila Peserta berusia 56 (lima puluh enam) tahun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap. Pasal 23 ayat (1) Apabila Peserta meninggal dunia, maka manfaat JHT diberikan kepada ahli waris yang sah. Pasal 23 ayat (2) Ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. janda; b. duda; atau c. anak.

Besaran manfaat

Pasal 37 ayat (2) Besarnya manfaat jaminan hari tua ditentukan berdasarkan seluruh akumulasi iuran yang telah disetorkan ditambah hasil pengembangannya.

Pasal 22 ayat (2) Besarnya manfaat JHT adalah sebesar nilai akumulasi seluruh Iuran yang telah disetor ditambah hasil pengembangannya yang tercatat dalam rekening

Page 9: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

8

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

perorangan Peserta. Pasal 22 ayat (3)

Manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar secara sekaligus.

Pasal 22 ayat (5) Pengambilan manfaat JHT sampai batas tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari jumlah JHT, yang peruntukannya untuk kepemilikan rumah atau paling banyak 10% (sepuluh persen) untuk keperluan lain sesuai persiapan memasuki masa pensiun.

Pasal 22 ayat (6)

Pengambilan manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan untuk 1 (satu) kali selama menjadi Peserta.

Pasal 25 ayat (1)

Selain manfaat JHT sebagaimana

Page 10: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

9

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2), Peserta memperoleh manfaat layanan tambahan berupa fasilitas pembiayaan perumahan dan/atau manfaat lain.

Pembayaran manfaat

Pasal 37 ayat (3) Pembayaran manfaat jaminan hari tua dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu setelah kepesertaan mencapai minimal 10 (sepuluh) tahun.

Pasal 22 ayat (4)

Dalam rangka mempersiapkan diri memasuki masa pensiun, pembayaran manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu apabila Peserta telah memiliki masa kepesertaan paling singkat 10 (sepuluh) tahun.

Pasal 26 ayat (1) Manfaat JHT wajib dibayarkan kepada Peserta apabila: a. Peserta

mencapai usia pensiun;

b. Peserta mengalami cacat total tetap; atau

Pasal 26 ayat (1) Manfaat JHT wajib dibayarkan kepada Peserta apabila: a. Peserta

mencapai usia pensiun;

Pasal 2 Manfaat JHT dibayarkan kepada Peserta apabila: a. Peserta

mencapai usia pensiun

b. Peserta mengalami cacat total tetap; atau

Page 11: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

10

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

c. Peserta meninggal dunia.

d. Peserta meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

Pasal 26 ayat (2) Manfaat JHT bagi Peserta yang mencapai usia pensiun diberikan kepada Peserta pada saat memasuki usia pensiun. Pasal 26 ayat (3) Manfaat JHT bagi Peserta yang dikenai pemutusan hubungan kerja atau berhenti

b. Peserta mengalami cacat total tetap; atau

c. Peserta meninggal dunia.

Pasal 26 ayat (2) Manfaat JHT bagi Peserta yang mencapai usia pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan kepada Peserta.

c. Peserta meninggal dunia.

Pasal 3 ayat (1) Manfaat JHT bagi Peserta mencapai usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a diberikan kepada peserta pada saat mencapai usia pensiun. Pasal 3 ayat (2) Manfaat JHT bagi Peserta mencapai usia pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk juga Peserta yang berhenti bekerja. Pasal 3 ayat (3) Peserta yang berhenti bekerja sebagaimana dimaksud pada

Page 12: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

11

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

bekerja sebelum usia pensiun, dibayarkan pada saat Peserta mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun. Pasal 26 ayat (4) Dalam hal peserta mengalami cacat total tetap, hak atas manfaat JHT diberikan kepada peserta. Pasal 26 ayat (5) Dalam hal Peserta meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun, hak atas manfaat JHT diberikan kepada ahli waris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2).

Pasal 26 ayat (3) Manfaat JHT bagi Peserta yang mengalami cacat total tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan kepada Peserta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 26 ayat (4) Manfaat JHT bagi Peserta yang meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c sebelum mencapai usia

ayat (2) meliputi: a. Peserta

mengundurkan diri;

b. Peserta terkena pemutusan hubungan kerja;

c. Peserta yang meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

Page 13: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

12

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

Pasal 26 ayat (6) Dalam hal Peserta tenaga kerja asing atau warga negara Indonesia meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya, manfaat JHT diberikan kepada Peserta yang bersangkutan. Pasal 29 Dalam hal Peserta masih bekerja pada usia pensiun dan memilih untuk menunda menerima pembayaran

pensiun diberikan kepada ahli waris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2). Pasal 26 ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pembayaran manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Page 14: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

13

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

manfaat JHT pada usia 56 (lima enam) tahun serta tetap menjadi Peserta dan membayar Iuran, pembayaran manfaat JHT dapat dilakukan pada saat Peserta berhenti bekerja.

Besaran iuran

Pasal 38 ayat (1) Besarnya iuran jaminan hari tua untuk peserta penerima upah ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan tertentu yang ditanggung bersama oleh pemberi kerja dan pekerja Pasal 38 ayat (2) Besarnya iuran jaminan hari tua untuk peserta yang tidak menerima upah ditetapkan berdasarkan jumlah nominal yang ditetapkan berdasarkan jumlah nominal

Pasal 16 ayat (1) Iuran JHT bagi Peserta penerima Upah yang bekerja pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara sebesar 5,7% (lima koma tujuh persen) dari Upah, dengan ketentuan: a. 2% (dua persen) ditanggung oleh Pekerja; dan b. 3,7% (tiga koma tujuh persen) ditanggung oleh Pemberi Kerja. Pasal 18 ayat (1) Iuran JHT bagi Peserta bukan penerima Upah didasarkan pada jumlah nominal tertentu dari penghasilan Peserta yang ditetapkan dalam daftar sebagaimana

Page 15: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

14

Aspek UU No. 40 Tahun 2004 UU SJSN

PP No. 46 Tahun 2015

PP No. 60 Tahun 2015

Permenaker No. 19 Tahun

2015

yang ditetapkan secara berkala. Pasal 38 ayat (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

4. Dari perbandingan diatas dapat diketahui terdapat beberapa pasal PP No 46 Tahun

2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 jo Permenaker No 19 tahun 2015 yang tidak

sesuai dengan Pasal-Pasal UU SJSN yang mengatur program JHT, yaitu:

a. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur

mengenai “manfaat tambahan berupa fasilitas pembiayaan perumahan

dan/atau manfaat lain ”tidak sesuai dengan Pasal 37 UU SJSN yang

menentukan Manfaat JHT berupa uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada

saat Peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat

total tetap.

Selain itu, Pasal 25 PP No 46 tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 khususnya

frasa ”dan/atau manfaat lain” tidak sejalan dengan Penjelasan Umum UU SJSN

alinea 3 yang menyatakan a.l. ”SJSN pada dasarnya merupakan program

Negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan

bagi seluruh rakyat Indonesia.” Digunakannya frasa ”dan/atau manfaat lain”

mengandung ketidakpastian mengenai apa yang dimaksud dengan “manfaat

lain” tersebut sehingga dapat diprediksi dan direncanakan dengan tertib

sesuai degan prinsip kehati-hatian dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial.

Dari aspek teknis Penyusunan Peraturan Perundang-undangan penggunaan

frasa ”dan/atau manfaat lain” tidak sesuai dengan Lampiran II angka 243 yang

menyatakan ”Ciri-ciri bahasa Peraturan Perundang-undangan antara lain

“lugas dan pasti”.

Page 16: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

15

Dicantumkannya “manfaat tambahan” dalam Pasal 25 PP 46 Tahun 2015 STDD

PP No 60 Tahun 2015 mengacu pada implementasi UU No 3 Tahun 1992

tentang Jamsostek beserta peraturan pelaksanaannya yang dipandang oleh

pembentuk PP masih dirasakan manfaatnya oleh pegawai swasta,

sebagaimana dikemukakan dalam Penjelasan Umum alinea 6 PP Nomor 46

tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015.

b. Rumusan Pasal 26 PP No 46 Tahun 2015 diubah dengan PP No 60 Tahun 2015

dengan menghapus ayat (1) huruf d, ayat (3) dan ayat (6) disesuaikan dengan

ketentuan Pasal 35 ayat (2) dan Pasal 37 ayat (1) UU SJSN, dengan satu

tambahan ayat yaitu ayat (5) sbb ”Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

dan persyaratan pembayaran manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dengan Peraturan Menteri.”

Ayat (5) tersebut sengaja dicantumkan untuk memberi peluang kepada

Menteri untuk menetapkan peraturan pelaksanaan. Padahal jika ditilik dari

teknik Pendelegasian sebagaimana diatur dalam lampiran II UU No 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, angka 202 atau

204 subdelegasi diperbolehkan jika pendelegasian menggunakan

kalimat ”Ketentuan lebih lanjut mengenai….diatur dengan atau

berdasarkan…..”, atau dengan kalimat ”Ketentuan mengenai… diatur

dengan….”

Kalimat pendelegasian yang digunakan dalam Pasal 37 ayat (5) UU SJSN

“Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih

lanjut dalam PP.” Dengan kata lain pengaturan mengenai pembayaran

manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada Pasal 37 ayat (3) dan ayat (4) UU

SJSN, didelegasikan pengaturannya pada PP.

c. Pasal 3 Permennaker No 19 Tahun 2015 memperluas cakupan

pengertian ”Peserta mencapai usia pensiun ”, termasuk juga “Peserta yang

berhenti bekerja.”

Peserta yang berhenti bekerja meliputi:

Peserta mengundurkan diri;

Peserta terkena PHK;

Peserta yang meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

Ketentuan tersebut tidak sesuai dengan Pasal 35 ayat (2), Pasal 37 ayat (1) UU

SJSN yang menentukan bahwa manfaat JHT berupa uang tunai dibayarkan

Page 17: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

16

sekaligus kepada Peserta yang memasuki usia pensiun, cacat total atau

meninggal dunia.

Penjelasan Pasal 35 ayat (2) menyatakan ”JHT diterimakan kepada Peserta

yang belum memasuki usia pensiun karena mengalami cacat total tetap

sehingga tidak bisa lagi bekerja dan iurannya berhenti.

Kemudian dalam pasal 37 ayat (3) UU SJSN ditentukan ”Pembayaran manfaat

JHT dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu setelah kepesertaan

mencapai minimal 10 tahun.

Ketentuan Pasal 3 ayat (2), ayat (3), Pasal 5, Pasal 6 Permennaker No 19 Tahun

2015 tidak ada dasar hukumnya dalam UU SJSN.

IV PENUTUP

Pendapat Hukum

Berdasarkan analisa sebagaimana diuraikan di atas dapat disampaikan pendapat

hukum sebagai berikut:

1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur

mengenai “manfaat tambahan berupa fasilitas pembiayaan perumahan

dan/atau manfaat lain” tidak sesuai dengan Pasal 37 UU SJSN.

2. Pasal 26 ayat (5) PP No 46 Tahun 2015 diubah dengan PP No 60 Tahun 2015

yang menentukan ”Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan

persyaratan pembayatan manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Menteri tidak sesuai dengan ketentuan teknik

pendelegasian sebagaimana diatur dalam Lampiran II UU Nomor 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan angka 202 dan

204.

3. Pasal 3 Permennaker No 19 Tahun 2015 memperluas cakupan

pengertian ”Peserta mencapai usia pensiun”, termasuk juga “Peserta yang

berhenti bekerja”, tidak sesuai dengan Pasal 35 ayat (2), Pasal 37 ayat (1) UU

SJSN.

Rekomendasi

1. DJSN segera melakukan rapat kordinasi dengan pihak terkait untuk mencari

solusi disharmoni Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan JHT

Page 18: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

17

dalam rangka menjaga konsistensi pelaksanaan SJSN sesuai UU No 40 tahun

2004 tentang SJSN .

2. DJSN menyarankan kepada Pemerintah untuk mengubah Pasal-Pasal PP No 46

Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 disesuaikan dengan prinsip-prinsip JHT

yang diatur dalam UU SJSN; atau mengadvokasi pihak yang kepentingannya

dirugikan dengan disharmoni Peraturan Perundang-undangan tersebut (UU

SJSN dan PP No 46 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 jo Permenaker No

19 tahun 2015, untuk melakukan uji materiil terhadap PP No 46 Tahun 2015

STDD PP No 60 Tahun 2015 jo Permenaker No 19 Tahun 2015, ke Mahkamah

Agung.

Page 19: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

18

www.jamsosindonesia.com

Page 20: PH-6/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM - BPJS Kesehatan dan BPJS ... PP 46.pdf · PH-6/BPJS TK/2015 1. Pasal 25 PP 40 Tahun 2015 STDD PP No 60 Tahun 2015 yang mengatur mengenai “manfaat

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

19

www.jamkesindonesia.com