petunjuk teknis sistem standar operasi...
TRANSCRIPT
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL
No. P.7/DAS-V/2011
PETUNJUK TEKNIS SISTEM STANDAR OPERASI PROSEDUR (SSOP) PENANGGULANGAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR
DIREKTORAT PERENCANAAN DAN EVALUASI PENGELOLAAN DASDITJEN BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL
KEMENTERIAN KEHUTANAN
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
i
KATA PENGANTAR
Banjir dan tanah longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi
di Indonesia. Informasi yang cepat dan tepat kepada pemerintah daerah
setempat dalam penentuan lokasi rawan bencana alam dan arahan fungsi
ruang di wilayah sekitar kawasan bencana alam tersebut dapat
meminimalisasi dampak korban jiwa dan kerugian material.
Pengelolaan DAS yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk
mencegah kejadian bencana banjir dan tanah longsor di DAS tersebut. Dalam
kaitan itu, Ditjen BPDASPS mengembangkan aplikasi “SSOP Bantal” (Sistim
Standar Operasi Prosedur Banjir dan Tanah Longsor) yang berbasis satuan
analisa DAS. Selain untuk mengetahui lokasi rawan banjir dan tanah longsor,
aplikasi ini juga dapat memberikan arahan fungsi untuk wilayah di sekitar
rawan bencana tersebut, sehingga pemerintah daerah setempat dapat
terbantu menyiagakan penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor.
Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya aplikasi dan
petunjuk teknis ini, terutama tim PUSPICS UGM kami ucapkan penghargaan
dan terima kasih.
Semoga petunjuk teknis ini bermanfaat.
DIREKTUR JENDERAL,
Dr. Ir. HARRY SANTOSO NIP. 19520523 198102 1 001
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
ii
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………. ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................. iv
BAB. I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1
I.1. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
I.2. Maksud dan Tujuan ………………………….…………………………. 3
I.3. Gambaran Umum Aplikasi “SSOP Bantal” ........………………… 3
BAB. II. MANUAL ”SSOP BANTAL” ..…………….……………………………….. 5
II.1. Tipologi ..........…………..…….…………………………………………. 6
II.2. Kekritisan ............……………………………………………………….. 7
II.3. SIMDAS (Sistim Informasi Manajemen DAS) ...……………….. 8
II.4. Manajemen .........……………………………………………………….. 27
II.5. EWS (Early Warning System) .…………………………………….... 28
BAB. III. STANDARISASI DATA DAN PENYESUAIAN PATH .........…….. 33
BAB. IV. PARAMETER ..............................................................…….. 43
BAB. V. FORMAT PELAPORAN .................................................…….. 53
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
iii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Menu mengakses SSOP .......................................…….. 5
Gambar 2. Tampilan Awal SSOP ...........................................…….. 5
Gambar 3. Tampilan Perangkat Tipologi DAS ........................…….. 6
Gambar 4. Tampilan Perangkat Kekritisan DAS ......................…….. 7
Gambar 5. Tampilan Jendela Awal Password SIMDAS AV .......…….. 9
Gambar 6. Jendela Utama SIMDAS AV .................................…….. 10
Gambar 7. Dialog Box Penelusuran Data Lahan Kritis .............…….. 12
Gambar 8. Tampilan Awal Jendela Password SIMDAS AG .......…….. 22
Gambar 9. Jendela Utama SIMDAS AG .................................…….. 23
Gambar 10. Menu Utama SIMDAS AG ..................................…….. 24
Gambar 11. Proses Menampilkan Peta Tematik dan Peta Dasar ….. 24
Gambar 12. Menampilkan Data Atribut ................................…….. 25
Gambar 13. Isi Menu Pada Menu Pemodelan .......................…….. 25
Gambar 14. Proses Pemodelan Longsor ...............................…….. 26
Gambar 15. Pemberian Legenda Symbologi Pada Hasil .........…….. 26
Gambar 16. Contoh Hasil Peta Pemodelan Longsor ...............…….. 27
Gambar 17. Tampilan Menu Manajemen Berbasis Satuan DAS ..….. 27
Gambar 18. Validasi Pengguna Melalui Jendela Password ......…….. 29
Gambar 19. Tampilan EWS Banjir Dalam Menu Utama SSOP ..…….. 29
Gambar 20. Perangkat Lunak Table Grabber .........................…….. 30
Gambar 21. Perangkat Lunak Promis .......................................….. 30
Gambar 22. Database mdb Microsoft Access .........................…….. 31
Gambar 23. EWS Banjir Menunjukkan Status Banjir ...............…….. 32
Gambar 24. EWS Banjir Menunjukkan Status Tidak Banjir ............. 32
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
iv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Standarisasi Data Spasial : Data Dasar .....................…….. 33
Tabel 2. Standarisasi Data Spasial : Data Aplikasi Pemodelan ..…….. 35
Tabel 3. Standarisasi Data Pemodelan RHL ............................…….. 38
Tabel 4. Contoh Pengisian Tabel Pemodelan RHL ...................…….. 39
Tabel 5. Faktor Karakteristik DAS Sebagai Penciri Daerah Rawan Banjir Limpasan dan Perolehan Datanya .............................…….. 43
Tabel 6. Data dan Cara Perolehan Daerah Rawan Erosi ...........…….. 44
Tabel 7. Penilaian Kelas Kemiringan Lereng (LS) ....................…….. 44
Tabel 8. Penilaian Kelas CP ....................................................…….. 45
Tabel 9. Data dan Cara Perolehan Daerah Rawan Longsor .......…….. 46
Tabel 10. Arahan Fungsi .......................................................…….. 47
Tabel 11. Data dan Cara Perolehan Data Lahan Kritis pada Kawasan Lindung di dalam Kawasan Hutan .............................…….. 48
Tabel 12. Data dan Cara Perolehan Data Lahan Kritis pada Kawasan Budidaya Pertanian .................................................…….. 49
Tabel 13. Data dan Cara Perolehan Data Lahan Kritis pada Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan ................................…….. 50
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
1
BAB. I. PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah dan variasi
bencana terbanyak di dunia. Dari mulai gempa bumi, tsunami, gunung berapi,
puting beliung, banjir, tanah longsor dan banjir bandang. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) dalam laporannya menyebutkan
bahwa 644 bencana alam terjadi di negeri ini pada tahun 2010, dan 81,5
persennya adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan
banjir bandang. BNPB juga memprediksi bahwa sebanyak 176 kabupaten/
kota di Indonesia rawan terhadap bencana banjir dan sebanyak 154
kabupaten/kota rawan terhadap bencana tanah longsor.
Walaupun menurut BNPB kejadian letusan gunung berapi yang paling
banyak menimbulkan korban dan kerugian material, tetapi kerugian baik jiwa
maupun harta benda dalam kejadian bencana banjir dan tanah longsor juga
tidaklah sedikit. Hal ini salah satunya disebabkan oleh ketidaksiapan
pemerintah daerah setempat dalam mengantisipasi kejadian bencana banjir
dan tanah longsor, karena kurang atau tidak adanya informasi mengenai
lokasi yang rawan dan waktu kemungkinan kejadian bencana banjir dan
tanah longsor tersebut di wilayahnya.
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Perhutanan Sosial (Ditjen BPDASPS) Kementerian Kehutanan merupakan
salah satu instansi pemerintah yang memiliki kewajiban untuk memberikan
informasi mengenai lokasi yang rawan terhadap bencana banjir dan tanah
longsor kepada pemerintah daerah setempat. Hal ini karena Ditjen BPDASPS
memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(BPDAS) di seluruh provinsi di Indonesia yang memiliki kemampuan untuk
menganalisa dan memprediksi lokasi rawan bencana banjir dan tanah
longsor.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
2
Untuk mempercepat kemampuan BPDAS menganalisa lokasi rawan
bencana banjir dan tanah longsor, maka Ditjen BPDASPS mengembangkan
suatu aplikasi yang disebut Sistim Standar Operasi Prosedur Banjir dan Tanah
Longsor (SSOP Bantal). Dalam prosesnya, aplikasi tersebut melakukan analisa
dengan satuan unit DAS atau Sub DAS, karena selain dapat menganalisa
lokasi rawan bencana banjir dan tanah longsor, aplikasi ini juga dilengkapi
dengan kemampuan untuk memberikan arahan fungsi terhadap DAS atau Sub
DAS tersebut sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan hidrometeorologinya
sehingga pengelolaan DAS yang baik akan terwujud, yang berarti akan
semakin meminimalisasi kejadian bencana banjir dan tanah longsor.
Berdasarkan Undang-Undang Sumberdaya Air Nomor 7 Tahun 2004,
maka yang dimaksud Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas
di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.
DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan
biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya
terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Bagian
hulu dan hilir DAS mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.
Aktivitas perubahan tataguna lahan dan atau pembuatan bangunan
konservasi yang dilaksanakan di daerah hulu dapat memberikan dampak di
daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air dan transport sedimen
serta material terlarut lainnya. Adanya bentuk keterkaitan daerah hulu – hilir
seperti tersebut di atas maka kondisi suatu DAS dapat digunakan sebagai
satuan unit perencanaan sumberdaya alam termasuk pembangunan yang
berkelanjutan.
Pentingnya posisi DAS sebagai unit perencanaan yang utuh merupakan
konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya
hutan, tanah dan air. Kurang tepatnya perencanaan dapat menimbulkan
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
3
adanya degradasi DAS yang mengakibatkan bencana banjir dan tanah longsor
seperti yang dikemukakan di atas. Dalam upaya menciptakan pendekatan
pengelolaan DAS secara terpadu, diperlukan perencanaan secara terpadu,
menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan
mempertimbangkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan. Dengan demikian
bila ada bencana banjir dan tanah longsor, penanggulangannya dapat
dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu
sampai hilir.
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan petunjuk teknis ini adalah untuk memudahkan
Balai Pengelolaan DAS dalam mengoperasikan aplikasi “SSOP Bantal” yang
sudah dikembangkan oleh Direktorat Jenderal BPDASPS guna penentuan
secara cepat dan tepat lokasi wilayah rawan bencana banjir dan tanah
longsor dan melaporkan hasil analisanya sebagai bagian dari tugas pokok dan
fungsi
Tujuan disusunnya petunjuk teknis ini adalah terinformasikannya
pemerintah daerah setempat secara detail tentang lokasi wilayah rawan
bencana banjir dan tanah longsor serta penanganannya berdasarkan arahan
fungsi, sehingga penanggulangan kejadian bencana banjir dan tanah longsor
akan semakin baik yang akhirnya akan semakin meminimalisasi dampak
korban jiwa dan kerugian material yang akan diderita oleh masyarakat di
sekitar wilayah bencana.
I. 3. Gambaran Umum Aplikasi “SSOP Bantal”
Aplikasi ”SSOP Bantal” dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial bekerjasama dengan PUSPICS
Universitas Gajahmada sejak tahun 2007. Pada awalnya aplikasi ini dibuat
untuk mempermudah Balai Pengelolaan DAS dalam menjalankan tugas pokok
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
4
dan fungsinya, yaitu merencanakan dan memantau serta mengevaluasi
pengelolaan DAS, dimana kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS di
Indonesia semakin banyak teridentifikasi kritis, seperti ditunjukkan dengan
sering terjadinya banjir, erosi, sedimentasi dan tanah longsor. Dalam PP No. 7
(2005) tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2004 – 2009, disebutkan bahwa DAS berkondisi kritis semakin meningkat dari
22 DAS (1984) menjadi 39 DAS (1994), dan kemudian 62 DAS (1999).
Proses penanganan bencana banjir dan tanah longsor pada dasarnya
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) sebelum terjadi bencana, (2) pada
saat terjadi bencana, dan (3) setelah (pasca) terjadi bencana. Pengembangan
aplikasi SSOP Bantal di Balai Pengelolaan DAS ini lebih diutamakan pada
kejadian sebelum terjadi bencana.
Parameter dan kriteria seluruh analisa yang terdapat dalam aplikasi
SSOP Bantal ini mengacu kepada semua pedoman dan petunjuk teknis yang
dihasilkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan
Sosial dan juga Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian
Kehutanan.
Dalam perjalanannya, aplikasi ini terus mengalami penyempurnaan.
Hal ini disebabkan adanya perkembangan teknologi perangkat lunak sistim
informasi geografis dan juga adanya berbagai masalah yang dihadapi terkait
proses pengerjaan database serta kriteria atau pedoman yang digunakan
dalam proses analisa aplikasi tersebut.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
5
BAB. II.
MANUAL “SSOP BANTAL”
Setelah diinstal, perangkat lunak SSOP Pengendalian Banjir dan
Longsor dapat diakses dari menu All Programs – SSOP –
ExpertSystem_SIMDAS atau dari All Programs – SSOP&EWS – SSOP
& EWS-Banjir, seperti gambar di bawah ini.
atau
Gambar 1. Menu mengakses SSOP.
Untuk menjalankan perangkat lunak ini tidak membutuhkan dukungan
perangkat lunak lain, setelah mengakses program seperti pada gambar di
atas maka pada tampilan awal/pembuka SSOP, pengguna akan dihadapkan
pada suatu jendela password yang berfungsi sebagai pengaman perangkat
lunak SSOP. Ketikkan “admin” untuk Nama, dan kemudian ketik “1234”
untuk password dan selanjutnya klik “Login”, maka program SSOP akan
tampil di layar monitor seperti berikut ini.
Gambar 2. Tampilan awal SSOP.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
6
Aplikasi ini terbagi menjadi 5 (lima) perangkat utama yang disusun
berdasarkan urutan proses penggunaannya, yaitu:
1. Tipologi, untuk melihat deskripsi umum tipologi DAS
2. Kekritisan, untuk melihat kekritisan DAS secara umum (unsur spasial
belum disertakan);
3. SIMDAS, (SIMDAS AV untuk versi ArcView GIS 3.x dan SIMDAS AG
untuk versi ArcGIS 9.x), digunakan untuk identifikasi kerusakan dan
pewilayahan DAS secara lebih detil dalam bentuk analisis spasial,
langkah ini dilakukan untuk mendetilkan hasil dari proses pertama dan
kedua;
4. Manajemen, digunakan untuk mengetahui alternatif manajemen
berbasis satuan lahan setelah proses pemodelan spasial longsor,
banjir, erosi, lahan kritis, kemampuan lahan dan sosek menggunakan
SIMDAS selesai digunakan;
5. EWS-Banjir, sebagai catatan perangkat ini dalam proses uji coba
pada beberapa DAS dan masih dalam tahap pengembangan. Lebih
jelasnya mengenai 5 perangkat tersebut adalah sebagai berikut:
II.1. Tipologi
Gambar 3. Tampilan perangkat Tipologi DAS.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
7
Penelusuran tipologi DAS dapat dilakukan pada menu Tipologi DAS.
Pada menu tersebut, pengguna diminta untuk memasukkan data-data
parameter penyusun tipologi DAS yaitu: Bentuk DAS, Luas DAS, dan
Kemiringan Lereng DAS yang dapat diperoleh dari data-data statistik yang
sudah ada ataupun dengan pengukuran-pengukuran terhadap parameter DAS
secara sederhana. Setelah itu SIMDAS akan mengkalkulasi secara otomatis
parameter-parameter tersebut untuk menentukan tipologi DAS tersebut yang
siap untuk dianalisis lebih lanjut ataupun dicetak.
II.2. Kekritisan
Gambar 4. Tampilan perangkat Kekritisan DAS.
Suatu DAS dikategorikan sangat kritis apabila mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Adanya endapan sedimen di lembah sungai,
b. Tidak adanya aliran air (baseflow) di musim kemarau,
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
8
c. Sering terjadi luapan air pada sungai di daerah hilir, pada musim
penghujan,
d. Banyak kejadian/kenampakan longsor di daerah hulu,
e. Banyak ditemukan alur-alur erosi baru dan atau “root exposure”,
f. Prosentase lahan terbuka non budidaya dan rumput/alang-alang besar,
g. Perambahan lereng atas (hulu) dengan pertanian tanaman semusim
intensif/banyak,
h. Ditemukan banyak tanda-tanda torehan limpasan permukaan,
i. Warna air sungai sangat keruh saat banjir,
j. Indeks koefisien limpasan sesaat tinggi,
k. Indeks Qmax/Qmin tinggi,
l. Indeks Qmin/Q rata-rata Rendah, dan
m. Indeks Qmaks/Luas DAS besar.
Dalam SSOP, penelusuran kekritisan DAS dapat dilakukan pada menu
Kekritisan DAS. Pada menu tersebut, pengguna diminta untuk memasukkan
data-data parameter penentu kekritisan DAS yang dapat diperoleh dari data-
data statistik yang sudah ada ataupun dengan pengukuran-pengukuran
terhadap parameter DAS secara sederhana. Setelah itu SIMDAS akan
mengkalkulasi secara otomatis parameter-parameter tersebut untuk
menentukan tingkat kekritisan DAS tersebut yang siap untuk dianalisis lebih
lanjut ataupun dicetak.
II.3. SIMDAS (Sistem Informasi Manajemen DAS)
Identifikasi kerusakan dan pewilayahan DAS secara lebih detil dalam
bentuk analisis spasial dilakukan dengan melalui menu SIMDAS. Pada SSOP
v5 ini, SIMDAS mempunyai 2 pilihan: SIMDAS AV untuk menjalankannya di
perangkat lunak ArcView GIS 3.x, dan SIMDAS AG untuk menjalankannya di
perangkat lunak ArcGIS 9.x.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
9
II.3.1. SIMDAS AV (ArcView GIS 3.x)
Gambar 5. Tampilan awal jendela password.
Untuk menjalankan program SIMDAS AV, diperlukan adanya perangkat
lunak ArcView 3.x. Karena perangkat lunak SIMDAS AV dibuat dalam
lingkungan ArcView menggunakan bahasa pemrograman avenue. Selain
kebutuhan perangkat lunak tersebut, database spasial yang digunakan juga
harus sesuai dengan standarisasi data spasial yang diperlukan oleh perangkat
lunak ini, lihat LAMPIRAN untuk lebih jelas mengenai standarisasi
data spasial. SIMDAS ini memiliki empat kapasitas utama, yaitu: untuk
menampilkan grafis peta, identifikasi dan penelusuran objek pada peta,
pemodelan spasial, dan operasi pada data attribut (tabel).
Pada tampilan awal/pembuka SIMDAS, pengguna akan dihadapkan
pada suatu jendela password yang berfungsi sebagai pengaman SIMDAS.
Ketikkan “SIMDAS” pada jendela password, dan kemudian klik “OK”, maka
program SIMDAS akan tampil di layar monitor.
Jendela utama SIMDAS terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu:
jendela view yang berfungsi untuk menampilkan peta/grafis, toolbar menu
menyediakan perangkat yang berhubungan dengan operasi pada jendela
view, button menu menyediakan perintah dalam bentuk icon, dan menu
utama yang menyediakan perintah-perintah dan fasilitas penunjang SIMDAS.
Letak komponen tersebut ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
10
Gambar 6. Jendela utama SIMDAS
1. Menu File
2. Menu View
Jendela View
Toolbar menu
Button menu
Menu utama
1 2 3 4 5 6 7 8
Untuk mencetak (print) peta
Setting / pengaturan cetak peta
Untuk menutup aplikasi SIMDAS
9
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
11
3. Menu Data Attribut
Berfungsi untuk menampilkan data attribut (tabel).
4. Menu Data Grafis
Menu Data Grafis menyediakan perintah-perintah untuk memanggil
data grafis peta yang nantinya ditampilkan pada jendela view.
5. Menu Edit
Menu ini menyediakan perintah-perintah untuk menjalankan editing
pada data spasial.
6. Menu Sistem
Menu ini menyediakan perintah-perintah untuk menjalankan beberapa
pemodelan spasial.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
12
7. Menu Penelusuran Data
Penelusuran data merupakan fasilitas yang dapat digunakan untuk
mencari lokasi sebaran attribut tertentu pada peta. Dalam SIMDAS ini
disediakan penelusuran data untuk mencari lokasi sebaran kelas kekritisan
lahan dan kelas erosi.
Gambar 7. Dialog box penelusuran data lahan kritis.
8. Menu Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
Menyediakan perintah untuk pemodelan RHL.
9. Menu Tentang Program
Berisikan informasi mengenai pengembang dan pembuat aplikasi
SIMDAS.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
13
Toolbar menu dan Button menu
Keterangan:
1 : Untuk melihat data attribut dalam bentuk tabel.
2 : Perbesaran seluruh peta.
3 : Perbesaran pada peta yang aktif di view.
4 : Perbesaran pada objek yang dipilih.
5 : Perbesaran.
6 : Perkecilan.
7 : Perbesaran sebelumnya.
8 : Membersihkan layar.
9 : Men-clear objek yang dipilih.
10 : Menutup aplikasi SIMDAS.
11 : Mengganti Map Unit.
12 : Editing data attribut pada objek yang dipilih.
13 : Identifikasi objek.
14 : kursor untuk memilih objek.
15 : Perbesaran interaktif.
16 : Perkecilan interaktif.
17 : Menggeser view.
18 : Mengukur jarak.
19 : Fasilitas hotlink foto (aktif ketika masuk ke fasilitas hotlink foto).
20 : Penelusuran satuan lahan bermasalah.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18 19 20
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
14
Fungsi-fungsi Interaktif Pada SIMDAS AV
I. Data Grafis.
Untuk menampilkan tema peta tertentu, dapat menggunakan fasilitas
yang terdapat di menu Data Grafis Pilih salah satu peta.....
Peta-peta yang tampil di jendela view, dapat diketahui informasi attributnya
menggunakan button tool , dengan jalan men-klik kursor pada objek
yang ingin diketahui attributnya di atas peta.
II. Data Attribut.
Tiap data grafis di dalam view, dapat ditampilkan data attributnya
dalam bentuk tabel (tabular) dengan jalan men-klik pada icon . Jendela
view akan berubah menjadi tampilan sebuah tabel. Pada jendela tabel ini,
pengguna dapat menambah kolom dan menghapus kolom, serta dapat juga
mengetahui statistik dari suatu kolom tertentu. Untuk kestabilan data, tidak
disarankan untuk menghapus kolom tertentu. Untuk menambahkan
informasi jenis attribut, dapat menambahkan kolom pada tabel menggunakan
icon , kemudian akan tampil dialog seperti dibawah ini:
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
15
Lalu, isikan parameter sesuai dengan petunjuk di dalam dialog box tersebut,
dan kemudian klik “OK”.
Seperti telah dijelaskan di atas, pada jendela tabel ini, terdapat juga
fasilitas untuk menampilkan statistik kolom tertentu. Langkahnya adalah
sebagaui berikut; aktifkan kolom yang akan di hitung stastiknya dengan jalan
men-klik pada nama kolom tersebut sehingga background warnanya berubah
seperti , kemudian klik-lah pada icon untuk
menampilkan statistik dari kolom terpilih tersebut, sehingga tampil jendela
statistik seperti di bawah ini :
Untuk keluar dari jendela tabel dan kembali ke peta, gunakan tombol icon
.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
16
III. Editing Data
Fasilitas editing yang disediakan pada SIMDAS ini terbatas pada editing
data attribut. Ada 2 (dua) fasilitas editing yang sediakan, yaitu editing data
attribut pada peta yang muncul di jendela view, dan memasukkan data titik
dari tabel format *.dbf menjadi sebuah peta titik.
Untuk men-update attribut, klik-lah pada icon dan kemudian
arahkan kursor pada suatu objek tertentu di atas peta dan klik-lah tepat pada
poligon/garis/titik yang akan di edit, sehingga muncul jendela seperti ini;
Untuk editing cukup ketikan pada salah satu attribut (kolom) yang tersedia
dan kemudian klik “OK”. Catatan: tidak disarankan merubah kolom
yang berisi bilangan / angka, karena akan mempengaruhi kestabilan
data.
Untuk membuat peta titik dari data tabel *.dbf adalah dengan jalan klik pada
menu Edit Import Data Titik Dari Tabel, kemudian pilih file *.dbf dan klik
“OK”. Kemudian pilihlah kolom koordinat x dan y sesuai dengan kolom yang
disediakan dan kemudian klik “Lanjut”.
IV. Pemodelan
Untuk pemodelan, fasilitas pemodelan yang disediakan antara lain;
pemodelan monitoring penggunaan lahan, pemodelan erosi, longsor,
koefisien aliran, arahan fungsi penggunaan lahan, dan lahan kritis. Untuk
menjalankannya, klik pada menu “Sistem Pilih salah satu pemodelan....”.
Misalnya pemodelan koefisien aliran, tampilannya akan seperti ini :
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
17
Klik-lah pada tombol yang disediakan dan sudah diberi petunjuk, sehingga
akan masuk ke dalam dialog box seperti di bawah ini;
Klik-lah atau centang pada tema-tema peta yang akan digunakan, dan
kemudian eksekusi pada tombol “Klik Disini Untuk Memulai Proses”. Setelah
peta tampil, maka untuk menutup view gunakan tombol “Tutup Peta Hasil
Proses”, maka view akan kembali bersih.
Contoh lain, adalah untuk pemodelan arahan fungsi lahan yang menggunakan
button adalah sebagai berikut;
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
18
Klik pada tombol yang disediakan untuk menampilkan tema-tema peta yang
dibutuhkan dan kemudian klik proses.
V. Penelusuran Data
Penelusuran data menyediakan fasilitas tambahan pada SIMDAS untuk
mengetahui morfometri DAS, mengetahui lokasi lahan pada DAS yang kritis,
dan untuk mengetahui lokasi pada DAS yang ter-erosi.
Untuk mengetahui morfometri DAS, cukup klik pada menu
“Penelusuran Data” “Morfometri DAS”, maka akan muncul tampilan seperti
ini;
Sistem akan memberikan secara otomatis informasi mengenai morfometri
DAS, yaitu luas DAS dan panjang sungai utama. Pada background View, peta
yang ditampilkan adalah peta administrasi DAS.
Untuk penelusuran erosi dan lahan kritis, hanya akan aktif apabila data
yang ditampilkan adalah data grafis erosi dan lahan kritis. Contoh; untuk
menggunakan fasilitas ini, klik-lah pada menu “Data Grafis” “Peta Erosi”,
sehingga tampil peta kelas erosi. Setelah itu klik-lah menu “Penelusuran Data”
“Penelusuran Erosi”, maka akan tampil dialog box seperti dibawah ini;
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
19
Untuk mencari lokasi dari attribut tingkatan erosi tersebut, maka klik-
lah pada salah satu attribut, hingga muncul bulatan hitam pada salah attribut
tersebut, dan kemudian klik pada tombol “Cari di Peta”, maka pada peta akan
muncul objek berwarna “hijau cerah”, yang menunjukkan lokasi dan sebaran
jenis attribut yang dimaksud.
VI. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
Konsep RHL merupakan suatu upaya memulihkan lahan dengan
melakukan rehabilitasi lahan. RHL bertujuan untuk mewujudkan perbaikan
lingkungan dalam upaya penanggulangan bencana alam banjir, tanah
longsor, dan kekeringan secara terpadu, transparan dan partisipatif, sehingga
sumberdaya hutan dan lahan berfungsi optimal untuk menjamin
Attribut yang terpilih
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
20
keseimbangan lingkungan dan tata air DAS (Daerah Aliran Sungai), serta
memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat.
Tools RHL pada SIMDAS SSOP ada pada menu “Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (RHL)” yang berada pada menu sebelah kanan. Penggunaan tools ini
harus urut dan tidak boleh dibolak balik dari Daya Dukung Lahan, Kerentanan
Lahan, Pengelolaan Lahan, Prioritas Lokasi RHL, dan selanjutnya Prioritas
Penanganan Pengelolaan Lokasi RHL, karena urutan tersebut merupakan
rangkaian proses yang saling berkesinambungan.
Daya Dukung Lahan
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
21
Proses pembuatan peta Daya Dukung Lahan membutuhkan input Peta
Lahan Kritis, Peta Produktifitas Lahan, dan Peta Kemampuan Lahan.
Kerentanan Lahan
Proses pembuatan Peta Kerentanan Lahan membutuhkan input Peta
Erosi, Peta Longsor, dan Peta Banjir.
Pengelolaan Lahan
Proses pembuatan Peta Pengelolaan Lahan hanya membutuhkan input
Peta Manajemen.
Prioritas Lokasi RHL
Peta Prioritas Lokasi RHL membutuhkan input Peta Daya Dukung
Lahan, Peta Kerentanan Lahan, dan Peta Manajemen (Pengelolaan Lahan)
yang merupakan hasil dari proses-proses sebelumnya.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
22
Prioritas Penanganan Pengelolaan Lokasi RHL
Peta Prioritas Penanganan Pengelolaan Lokasi RHL merupakan peta
dari hasil overlay antara Peta Prioritas Lokasi RHL (dari hasil proses
sebelumnya) dengan Peta Arahan Fungsi Lahan yang merupakan bagian dari
menut Sistem – Pemodelan Arahan Fungsi Lahan.
II.3.2. SIMDAS AG (ArcGIS 9.x)
Gambar 8. Tampilan awal jendela password.
Untuk menjalankan program SIMDAS AG, diperlukan adanya perangkat
lunak ArcGIS 9.x. Karena perangkat lunak SIMDAS AG dibuat dalam
lingkungan ArcGIS 9.x menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic
Application dan Python. Selain kebutuhan perangkat lunak tersebut, database
spasial yang digunakan juga harus sesuai dengan standarisasi data spasial
yang diperlukan oleh perangkat lunak ini, lihat LAMPIRAN untuk lebih
jelas mengenai standarisasi data spasial. SIMDAS ini memiliki empat
kapasitas utama, yaitu: untuk menampilkan grafis peta, identifikasi dan
penelusuran objek pada peta, pemodelan spasial, dan operasi pada data
attribut (tabel).
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
23
Pada tampilan awal/pembuka SIMDAS, pengguna akan dihadapkan
pada suatu jendela password yang berfungsi sebagai pengaman SIMDAS.
Ketikkan “password” pada jendela password, dan kemudian klik “OK”, maka
program SIMDAS akan tampil di layar monitor.
Jendela utama SIMDAS AG terdiri dari 4 (empat) komponen utama,
yaitu: jendela peta (view) yang berfungsi untuk menampilkan peta/grafis,
jendela legenda berfungsi sebagai penjelasan dari peta dalam bentuk legenda
peta, toolbar menu menyediakan perangkat yang berhubungan dengan
operasi pada jendela view, Menu bar menyediakan perintah dalam bentuk
menu, dan menu utama yang menyediakan perintah-perintah dan fasilitas
penunjang SIMDAS. Letak komponen tersebut ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
Gambar 9. Jendela utama SIMDAS AG
Menu utama dari SIMDAS terdiri dari menu Data Grafis, Data Atribut,
dan Pemodelan. Menu Tipologi, Kekritisan, dan Manajemen merupakan menu
tambahan yang sebenarnya sudah ada pada menu utama SSOP.
Menu Utama Menu Bar
Toolbar menu
Jendela Peta
Jendela Legenda
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
24
Gambar 10. Menu utama SIMDAS.
Data Grafis terdiri dari Peta Dasar dan Peta Tematik. Tampilkan peta
tematik terlebih dahulu baru menampilkan peta dasar, dengan demikian layer
peta tematik seperti peta tanah sebagai contoh akan berada pada layer paling
bawah selanjutnya di atasnya adalah layer peta dasar. Lihat Gambar 11,
sebagai ilustrasi menampilkan peta dasar dan peta tematik.
Gambar 11. Proses menampilkan peta tematik dan peta dasar.
Sebuah data spasial memiliki data grafis dan data atribut, begitu pula
dalam SIMDAS ini juga memiliki data grafis dan atribut. Cara menampilkan
data grafis sudah dibahas pada bagian sebelumnya. Untuk menampilkan data
atribut, pilih layer grafis yang akan dilihat data atributnya, kemudian pilih
2. Tampilkan peta tematik 1. Tampilkan
peta dasar
3. Atur legenda peta.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
25
menu “Data Atribut” dan “Buka Tabel Atribut” sehingga tampil tabel atribut
seperti yang terlihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 12. Menampilkan data atribut.
Menu Pemodelan terdiri dari pemodelan: Arahan Penggunaan Lahan,
Kemampuan Lahan, Limpasan Permukaan, Erosi, Longsor, Lahan Kritis, dan
Monitoring Penggunaan Lahan. Input tiap parameter dan standarisasi data
tiap input parameter bisa dilihat pada LAMPIRAN. Berikut di bawah ini
contoh pemodelan pada menu: “Pemodelan” “Longosor”.
Gambar 13. Isi menu pada menu Pemodelan (Arahan Penggunaan Lahan, Kemampuan Lahan, Limpasan Permukaan, Erosi, Longsor, Lahan Kritis, dan Monitoring Penggunaan Lahan).
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
26
Gambar 14. Proses Pemodelan Longsor.
Hasil dari proses tiap pemodelan akan berwujud sebuah file output
dengan format shapefile (*.shp). File output pemodelan berada pada folder
“C:\SSOP \temp\” diikuti dengan nama file untuk masing-masing pemodelan.
Gambar 15. Pemberian legenda “Symbology” pada hasil pemodelan.
Peta hasil pemodelan selanjutnya dapat dipilih legenda-nya dengan
menggunakan “Symbology” dan ditambah peta dasar berurutan dari
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
27
pemanggilan data berbentuk polygon (Batas DAS dan Peta Administrasi),
selanjutnya data garis (Batas Administrasi, Sungai, dan Jalan), dan terakhir
data titik (ibu kota administrasi). Selanjutnya bisa dibuat layout dan dicetak
sebagai peta hasil untuk suatu laporan.
Gambar 16. Contoh hasil peta Pemodelan Longsor.
II.4. Manajemen
Gambar 17. Tampilan Menu Manajemen berbasis satuan lahan DAS.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
28
Sub Sistem 4 untuk Manajemen DAS ini pada dasarnya memanfaatkan
masukan dari hasil identifikasi kekritisan DAS dan satuan-satuan lahan pada
Sub Sistem 3. Sub Sistem 3 mengkombinasikan metode analisis pohon
keputusan (decision tree) dengan prosedur simulasi dan pemodelan berbasis
satuan lahan untuk melihat efek manajemen yang diberikan.
Manajemen diterapkan pada tingkat satuan lahan, dengan menerapkan
teknik-teknik konservasi yang dipandang sesuai. Pada langkah pertama, Sub
Sistem 4 menerima masukan berupa informasi tentang satuan lahan dalam
DAS yang dipandang bermasalah. Pada langkah kedua, sistem memperoleh
masukan untuk dapat menentukan apakah masalah yang muncul pada satuan
lahan tersebut berupa bencana erosi yang dipercepat dan longsor, atau
berupa banjir. Berdasarkan langkah kedua ini, maka sistem menawarkan
langkah ketiga berupa alternatif manajemen berbasis satuan lahan dalam
bentuk opsi-opsi konservasi, baik konservasi mekanik maupun konservasi
vegetatif. Sekali suatu bentuk praktek konservasi atau dapat juga kombinasi
beberapa praktek konservasi dipilih, maka Sub Sistem 4 masuk ke tahap
simulasi dan pemodelan berbasis satuan lahan, untuk melihat apakah
manajemen yang diterapkan mampu menekan laju erosi, mencegah longsor,
atau menurunkan efek banjir. Apabila belum, maka proses akan kembali ke
pemilihan satu atau beberapa opsi praktek konservasi, sampai dicapai suatu
kondisi yang diinginkan. Perlu juga ditegaskan di sini bahwa sekali simulasi
dijalankan maka Sub Sistem 4 juga memberikan rekomendasi tentang
lembaga-lembaga terkait yang semestinya terlibat dan bertindak sebagai
aktor utama dalam proses pengendalian bencana longsor dan banjir ini.
II.5. EWS (Early Warning System)
Perangkat lunak ini berjalan pada Sistem Operasi Microsoft Windows
(200X/XP/Vista), dan dapat dijalankan dari Start menu program. Jendela
Password akan muncul pertama kali, setelah program dijalankan, dan bila
diisikan dengan benar username dan password maka tampilan jendela utama
akan muncul. Tampilan utama atau menu utama dari sistem ini merupakan
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
29
tampilan utama dari SSOP Pengendalian Banjir dan Longsor, menu EWS-
Banjir merupakan bagian dari sistem utama tersebut (Lihat Gambar 18 dan
19).
Gambar 18. Validasi pengguna melalui jendela password.
Gambar 19. Tampilan EWS-Banjir dalam Menu Utama SSOP Pengendalian Banjir dan Longsor.
Program EWS-Banjir dapat digunakan dengan syarat sudah tersedia
file database Microsoft Access dari database telemetri. Database telemetri
diambil dengan menggunakan program TableGrabber (Lihat Gambar 20),
kemudian database disusun dalam format data mdb Microsoft Access
menggunakan program Promis (Projex Measurement Information System),
lihat Gambar 21. Kedua program tersebut merupakan bagian program
telemetri yang sudah ada sebelum program EWS-Banjir.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
30
Gambar 20. Perangkat lunak Table Grabber.
Gambar 21. Perangkat lunak Promis.
Perangkat lunak Promis menghasilkan database mdb Microsoft Access
yang yang telah diambil dari perangkat lunak Table Grabber melalui proses
telemetri SMS-Gateway. Adapun database tersebut seperti ada pada gambar
di bawah ini.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
31
Gambar 22. Database mdb Microsoft Access hasil pengukuran dari stasiun pengamatan yang telah dikirim melalui proses telemetri.
Database dari gambar di atas merupakan input untuk EWS-Banjir
(Sistem Peringatan Dini Banjir), sehingga sistem EWS-Banjir akan sangat
tergantung hasilnya dari database ini. EWS-Banjir akan mengambil data CH
(Curah Hujan dalam mm) dan TMA (Tinggi Muka Air dalam cm) yang
digunakan untuk menentukan status dari banjir. Penentuan status banjir
dapat didasarkan pada penelitian sebelumnya, yaitu mengenai batas
(threshold) TMA dan CH yang mengakibatkan banjir. Misalnya pada stasiun
pengamatan TMA menunjukkan 176 cm dan CH 23,5 mm, bila threshold
banjir diset pada TMA 175 dan CH 23 mm maka status banjir adalah banjir
(Lihat Gambar 23). Contoh lain stasiun pengamatan TMA menunjukkan 75 cm
dan CH 5 mm, bila threshold banjir diset pada TMA 175 dan CH 23 mm maka
status banjir adalah tidak banjir (Lihat Gambar 24).
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
32
Gambar 23. EWS-Banjir menunjukkan status: banjir.
Gambar 24. EWS-Banjir menunjukkan status: tidak banjir.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
33
BAB. III. STANDARISASI DATA DAN PENYESUAIAN PATH
Agar suatu proses dalam aplikasi berjalan dengan baik, maka
diperlukan standarisasi data spasial yang digunakan, seperti di bawah ini :
Tabel 1. Standarisasi Data Spasial: Data Dasar
Nama Layer Jenis Unsur Nama File Field Keterangan Field
Administrasi Garis A0001(line) K_unsur batas administrasi
Titik (point) A0001(point) Ibukota nama ibukota kabupaten
Sungai Garis H0001 Panjang panjang sungai Kawasan Budidaya Poligon B0001 Lahan Kritis Poligon CL0001 Kkritisan klasifikasi lahan kritis Longsor Lahan Poligon D0001 Longsor klasifikasi longsor lahan
Erosi Poligon E0001 CL_ero skor erosi untuk pemodelan lahan kritis
Rawan Bencana Banjir Poligon F0001
Geologi Poligon G0001 D_geo skor geologi untuk pemodelan longsor
GERHAN Poligon
Infiltrasi Poligon I0001 C_inf skor infiltrasi untuk pemodelan banjir limpasan
Kemampuan Lahan Poligon KL0001 Kemampuan kelas kemampuan lahan
Penggunaan Lahan Poligon L0001 CP
indeks penggunaan lahan untuk pemodelan erosi
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
34
Nama Layer Jenis Unsur Nama File Field Keterangan Field
D_man skor manajemen lahan untuk pemodelan longsor
PL2 klasifikasi penggunaan lahan tahun terakhir
Penggunaan Lahan (tahun sebelumnya) Poligon L0002 PL1
klasifikasi penggunaan lahan tahun sebelumnya
Manajemen Lahan Poligon M0001 CL_man skor manajemen lahan untuk pemodelan lahan kritis
Kawasan Lindung dan Penyangga Poligon P0001 Hutan Lindung Poligon PF0001 Produktivitas Lahan Poligon PR0001 CL_prod
skor produktivitas lahan untuk pemodelan lahan kritis
Hujan Poligon R0001 arah_ch skor curah hujan untuk pemodelan arahan fungsi lahan
R erosivitas hujan
D_Huj skor curah hujan untuk pemodelan longsor
Tanah Poligon S0001 arah_t skor tanah untuk pemodelan arahan fungsi lahan
K erodibilitas tanah
D_KD skor kedalaman solum tanah untuk pemodelan longsor
Pola Aliran Poligon SD0001 C_ka skor kerapatan aliran untuk pemodelan banjir limpasan
Lereng Poligon SL0001 arah_l skor kelerengan untuk pemodelan arahan fungsi lahan
LS indeks kelerengan untuk pemodelan erosi
CL_ler skor kelerengan untuk pemodelan lahan kritis
D_ler skor kelerengan untuk pemodelan longsor
C_ler skor kelerengan untuk pemodelan banjir limpasan
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
35
Nama Layer Jenis Unsur Nama File Field Keterangan Field
Batuan Poligon ST0001 CL_bat skor batuan untuk pemodelan lahan kritis
Batas Sub-DAS Poligon SW0001
Tutupan Lahan Poligon T0001 CL_veg skor tutupan lahan (vegetasi) untuk pemodelan lahan kritis
C_veg
skor tutupan lahan (vegetasi) untuk pemodelan banjir limpasan
Batas DAS Poligon W0001 L_das luas DAS (meter persegi) Arahan Fungsi Lahan Poligon Z0001 RTk RHL DAS Poligon RR0001
Tabel 2. Standarisasi Data Spasial: Data Aplikasi Pemodelan
Arahan Fungsi
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur Satuan
S0001 Arah_T Numeric
Skor Tanah untuk pemodelan Arahan Fungsi Polygon
R0001 Arah_CH Numeric
Skor Curah Hujan untuk pemodelan Arahan Fungsi Polygon
SL0001 Arah_L Numeric
Skor Lereng untuk pemodelan Arahan Fungsi Polygon
Erosi
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
R0001 R Numeric Skor Erosivitas untuk pemodelan Erosi Polygon mm/tahun
S0001 K Numeric Skor Erodibilitas untuk pemodelan Erosi Polygon
SL0001 LS Numeric Skor Panjang Lereng untuk pemodelan Erosi Polygon
L0001 CP Numeric Skor Croping Pattern untuk pemodelan Erosi Polygon
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
36
Lahan Kritis
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
T0001 CL_VEG Numeric Skor Vegetasi untuk pemodelan Lahan Kritis Polygon
SL0001 CL_LER Numeric Skor Lereng untuk pemodelan Lahan Kritis Polygon
E0001 CL_ERO Numeric Skor Erosi untuk pemodelan Lahan Kritis Polygon
PR0001 CL_PROD Numeric
Skor Produktifitas untuk pemodelan Lahan Kritis Polygon
ST0001 CL_BAT Numeric Skor Batuan untuk pemodelan Lahan Kritis Polygon
M0001 CL_MAN Numeric
Skor Manajement untuk pemodelan Lahan Kritis Polygon
Longsor
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
R0001 D_HUJ Numeric
Skor Curah Hujan untuk pemodelan Longsor Polygon
SL0001 D_LER Numeric Skor Lereng untuk pemodelan Longsor Polygon
G0001 D_GEO Numeric Skor Geologi untuk pemodelan Longsor Polygon
S0001 D_KD Numeric
Skor Kedalaman Solum untuk pemodelan Longsor Polygon
L0001 (M0001) D_MAN Numeric
Skor Manajement untuk pemodelan Longsor Polygon
Limpasan
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
SL0001 C_LER Numeric Skor Lereng untuk pemodelan Limpasan Polygon
I0001 C_INF Numeric Skor Infiltrasi untuk pemodelan Limpasan Polygon
T0001 C_VEG Numeric Skor Vegetasi untuk pemodelan Limpasan Polygon
SD0001 C_KA Numeric
Skor Kerapatan Aliran untuk pemodelan Limpasan Polygon
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
37
Peta Dasar
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
A0001(point) K_unsur String Kode Unsur Ibukota: Point
20001 Kode unsur ibu kota kabupaten
20011 Kode unsur ibu kota kecamatan
20111 Kode unsur ibu kota desa
Ibukota String Ibu kota kabupaten, kecamatan, desa
A0001(line) K_unsur String Kode Unsur batas administrasi: Polyline
21000 Kode unsur administrasi provinsi
21100 Kode unsur administrasi kabupaten
21110 Kode unsur administrasi kecamatan
21111 Kode unsur administrasi desa
Peta Dasar Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
H0001 K_unsur String Kode Unsur sungai: Polyline
61000 Kode unsur sungai besar
62000 Kode unsur sungai kecil
SW0001 Subdas String Batas Sub Daerah Aliran Sungai Polygon
W0001 L_das Number
K0001 K_unsur String Kode Unsur komunikasi (jalan): Polyline
22100 Kode unsur jalan arteri
22120 Kode unsur jalan lokal
22130 Kode unsur jalan setapak
22140 Kode unsur jalan tanah
22150 Kode unsur jalan kereta api
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
38
Tabel 3. Standarisasi Data Pemodelan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Daya Dukung Lahan
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
lahan_kritis kode_krtis String 2 K5, K4, K3, K2, K1 Polygon
produktivitas_lahan kode_prod String 2 p1, p2, p3, p4, p5 Polygon
kemampuan_lahan kemampuan String 10
rendah, sedang, tinggi Polygon
Kerentanan Lahan
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
erosi kode_erosi String 2 e5, e4, e3, e2, e1 Polygon
longsor kode_lgsr String 2 L5, L4, L3, L2, L1 Polygon
banjir kode_bnjr String 2 tidak didefinisikan Polygon
Pengelolaan Lahan
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
manajemen_lahan kode_man String 2
m1, m2, m3 (buruk, sedang, baik) Polygon
Prioritas Lokasi
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
daya_dukung_lahan P_DLL String 2 P1, P2, P3, N Polygon kerentanan_lahan P_KL String 2 P1, P2, P3, N Polygon pengelolaan_lahan P_PL String 2 P1, P2, P3, N Polygon
Prioritas Penanganan Pengelolaan Lokasi
Nama File Nama Field
Type Field
Lebar Field Keterangan
Jenis Unsur
dayadukung_kerentanan_pengelolaan P_DDLKP String 2 P1, P2, P3, N Polygon
Z0001 Arahan String 50
Arahan Fungsi Penggunaan Lahan Polygon
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
39
Tabel 4. Contoh pengisian tabel pemodelan RHL
lahan_kritis
produktivitas_lahan
kemampuan_lahan
Erosi
Longsor
Banjir
manajemen_lahan
kerentanan_lahan
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
40
pengelolaan_lahan
dayadukung_kerentanan_pengelolaan
Z0001
Mengubah Path APR untuk diaplikasikan pada beberapa DAS secara bersamaan pada perangkat lunak ArcView GIS 3.x. Langkah 1. Cari path C:\\ssop\\vektor diganti dengan C:\\ssop\\vektor_das01. Atau diganti sesuai nama DAS masing-masing.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
41
Langkah 2. Cari path C:/ssop/vektor diganti dengan C:/ssop/vektor_das01. Atau diganti sesuai nama DAS masing-masing.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
42
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
43
BAB. IV. PARAMETER
Tabel 5. Faktor Karakteristik DAS Sebagai Penciri Daerah Rawan Banjir Limpasan Perolehan Datanya
No. Parameter Besaran Kategori Nilai Skor Teknik Perolehan Data
Keterangan
1 Lereng > 30% 10 – 30% 5 – 10% 0 – 5%
curam berbukit
bergelombang relatif datar
40 30 20 10
Secara manual dengan peta topografi/RBI
DEM
peta Topografi/RBI
otomatis dengan data RBI & program ArcView
2 Tutupan Vegetasi Veg kerptan tinggi
Veg kerptan sedang
Veg kerptan jarang
Permukiman permukaan diperkeras
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
5
10
15
20
Interpretasi citra satelit
Citra Satelit, misal Ikonos atau Aster
3 Infiltrasi Tanah (Jenis Tanah)
Teks kasar Teks geluh Teks halus Teks liat
Ekstrim Cepat
Sedang Lambat
20 15 10 5
Interpretasi citra/peta
Lapangan
Citra satelit/foto udara
Ring infiltro-meter Peta jenis tanah
4 Timbunan di permukaan (pola aliran)
Selalu tergenang Dijumpai depresi
permukaan, danau&rawa
Sistem saluran cukup baik
Pengeringan terlalucepat
Tinggi
Normal
Rendah
Diabaikan
5
10
15
20
Berdasarkan klasifikasi bentuk lahan di Indonesia
Peta geomorfologi citra satelit/foto
udara
Sumber : Ven T. Chow, 1964
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
44
Tabel 6. Data dan Cara Perolehannya untuk Daerah Rawan Erosi
No Parameter Besaran Kategori Nilai Skor Teknik Perolehan Data
Keterangan
1 Faktor erosivitas hujan (R)
(KJ/ha/thn)
- - - Interpretasi peta dan menggunakan
rumus
Peta erosivitas hujan
2 Faktor erodibilitas tanah (K) (ton/KJ)
Tanah loam (0,49) Tanah pasir (0,34) Tanah kapur (0,28)
Tanah lempung (0,18)
Tinggi Sedang Rendah
Sangat rendah
4 3 2 1
Menggunakan nomograf dan
rumus
Tabel struktur tanah, permeabilitas tanah,
tekstur tanah
3 Faktor panjang
&kemiringan lereng (LS)
- - - Menggunakan nomograf dan
rumus
Dibedakan antara kemiringan lereng < 22% dan > 22%
4 Faktor tanaman
penutup & manajemen
tanaman
- - - Menggunakan tabel pengelolaan
tanaman
Tabel nilai faktor C
(pengelolaan tanaman)
5 Faktor konservasi tanah (P)
- - - Menggunakan tabel
Tabel nilai faktor P untuk berbagai
tindakan konservasi 6 Indeks erosi
(IE) Sangat rendah
Rendah Sedang Tinggi
Sangat tinggi
0 < IE ≤ 0,5 0,5 < IE ≤ 1,5 1 < IE ≤ 1,5 1,5 < IE ≤ 2
IE > 2
1 2 3 4 5
IE= PE T
IE=∑ ( Ai x IE i ) A
IE= PE i / Ti Dan prediksi erosi
dengan USLE
IE=Indeks erosi DAS PE i=Prediksi erosi dengan USLE pada
land unit ke i (mm/th) IE i=Indeks erosi pada
land unit ke i A= Luas DAS (ha);
Ai=luas land unit ke i T=Erosi yang
diperkenankan dalam DAS (tergantung
solum tanah) Ti=Erosi yang
diperkenankan pada land unit ke i
-
Tabel 7. Penilaian Kelas Kemiringan Lereng (LS)
Kemiringan Lereng % Penilaian
0 – 5 0,25
5 – 15 1,20
15 – 35 4,25
35 – 50 9,50
> 50 12,00
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
45
Tabel 8. Penilaian Kelas CP
No. Konservasi dan Pengelolaan Tanaman Nilai CP 1. Hutan:
a. Tidak terganggu 0,01 b. Tanpa tumbuhan bawah, dengan serasah 0,05 c. Tanpa tumbuhan bawah, tanpa serasah 0,50
2. Semak: a. Tidak terganggu 0,01 b. Sebagian berumput 0,10
3. Kebun: a. Kebun-talun 0,02 b. Kebun-pekarangan 0,20
4. Perkebunan: a. Penutupan tanah sempurna 0,01 b. Penutupan tanah sebagian 0,07
5. Rerumputan: a. Penutupan tanah sempurna 0,01 b. Penutupan tanah sebagian, ditumbuhi Alang-
alang 0,02
c. Alang-alang: pembakaran sekali setahun 0,06 d. Serai wangi 0,65
6. Tanaman Pertanian: a. Umbi-umbian 0,51 b. Biji-bijian 0,51 c. Kacang-kacangan 0,36 d. Campuran 0,43 e. Padi irigasi 0,02
7. Perladangan: a. 1 tahun tanam, 1 tahun bero 0,28 b. 1 tahun tanam, 2 tahun bero 0,19
Pertanian dengan Konservasi:
a. Mulsa 0,14
b. Teras bangku 0,04
8.
c. Contour cropping 0,14
9. Permukiman -menyesuaikan-
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
46
Tabel 9. Data dan Cara Perolehannya untuk Daerah Rawan Longsor
No Parameter Besaran Kategori Nilai Skor Teknik Perolehan Data
Keterangan
1 Hujan harian kumulatif 3
hari berurutan (mm/3hari)
< 50 50 – 99
100 – 199 200 – 300
> 300
Rendah Agak Rendah
Sedang Agak Tinggi
Tinggi
1 2 3 4 5
- data hujan harian stasiun hujan yang ada di DAS
- dipilih curah hujan berurutan 3 hari tertinggi
- data 10th terakhir - dihitung rata-ratanya, jika >1 stasiun hujan
2 Lereng lahan (%)
< 15 15 – 24 25 – 44 45 – 65 > 65
Rendah Agak Rendah
Sedang Agak Tinggi
Tinggi
1 2 3 4 5
- secara manual dg peta topografi : S= (cxl)/A
- secara otomatis dg peta RBI digital &program ArcView
- c = interval kontur (m) - l = total panj.kontur (m) A = luas DAS (m2)
3 Geologi (batuan)
Dataran aluvial Perbukitan kapur Perbukitan granit
Perbukitan bat.sedimen Bukit basal-clay shale
Rendah Agak Rendah
Sedang Agak Tinggi
Tinggi
1 2 3 4 5
Jenis bahan/batuan induk - peta geologi DAS
4 Kedalaman tanah (regolit) sampai lapisan
kedap (m)
< 1 1 – 2 2 – 3 3 – 5 > 5
Rendah Agak Rendah
Sedang Agak Tinggi
Tinggi
1 2 3 4 5
- identifikasi kedalaman regolit (m) pada jenis tanah yang ada di DAS
- peta jenis tanah - profil tanah - bor tanah
5 Penggunaan lahan
Hutan alam Hutan/perkebunan
Semak/belukar/rumput Tegal/pekarangan
Sawah/permukiman
Rendah Agak Rendah
Sedang Agak Tinggi
Tinggi
1 2 3 4 5
Data jenis & luas penutupan lahan di DAS
- peta Landuse/RBI - Citra satelit/ Foto Udara
Sumber : Paimin dkk, 2006
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
47
Tabel 10. Arahan Fungsi
No. PARAMETER BESARAN KATEGORI NILAI SKOR Teknik
Perolehan Data Keterangan
Aluvial, Gleisol,Planosol, Hidromorf kelabu, Laterik
1. Tidak Peka 15
Latosol 2. Kurang Peka 30 Brown forest soil, non calcic brown, mediteran
3. Agak Peka 45
Andosol, Laterit, Podsol, Grumusol, Podsolik
4. Peka 60
1. JENIS TANAH
Regosol, Litosol, Organosol, Renzina
5. Sangat Peka 75
Penilaian berdasarkan Peta Tanah
< 8 % 1. Datar 20 8,01 – 15 % 2. Landai 40 15,01 – 25 % 3. Agak curam 60 25,01 – 40 % 4. Curam 80
2. Kemiringan lereng
> 40 % 5. Sangat curam 100
Pemrosesan data digital kontur menggunakan 3D analyst dalam SIG
s/d – 13,60 1. Sangat Rendah 10 13,61 – 20,70 2. Rendah 20 20,71 – 27,70 3. Sedang 30 27,71 – 34,80 4.Tinggi 40
3. Intensitas Hujan (mm/hari)
34,81 atau lebih 5. Sangat Tinggi 50
Pemrosesan Data Stasiun Hujan
Kriteria Arahan fungsi Skor Total > 175
Kawasan Lindung
Skor Total 125 - 175
Kawasan Penyangga
Skor Total 0-124, dan lereng lebih besar 8%
Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
Skor Total 0-124, dan lereng sama dengan atau lebih kecil dari 8%
Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
48
Tabel 11. Data Dan Cara Perolehannya Untuk Lahan Kritis Pada Fungsi Kawasan Lindung Di Dalam Kawasan Hutan
No. PARAMETER BESARAN KATEGORI NILAI SKOR Teknik Perolehan
Data Keterangan
1. > 80 % 1. Sangat baik 5 61 – 80 % 2. Baik 4 41 – 60 % 3. Sedang 3 21 – 40 % 4. Buruk 2
Penutupan lahan
(50)
< 20 % 5. Sangat buruk 1
Pemrosesan Citra Digital menggunakan transformasi NDVI
Dinilai berdasarkan prosentase penutupan tajuk pohon
2. < 8 % 1. Datar 5 8 – 15 % 2. Landai 4 16 – 25 % 3. Agak curam 3 26 – 40 % 4. Curam 2
Kemiringan lereng
(20)
> 40 % 5. Sangat curam 1
Pemrosesan data digital kontur menggunakan 3D analyst dalam SIG
1. Sangat Ringan (SR) 5 3.
2. Ringan (R) 4
3. Sedang (S) 3 4. Berat (B) 2 5. Sangat berat (SB) 1
Erosi (20)
Kelas Erosi Solum Tanah (cm)
I < 15
II 15-60
III 60-180
IV 180-480
V >480
Erosi (ton/ha/tahun) Dalam > 90
SR R S B SB
Sedang 60-90 R S B SB SB
Dangkal 30-60
S B SB SB SB
Sangat dangkal
<30 B SB SB SB SB
Overlay antara Peta Erosi hasil perhitungan USLE dengan Peta Kedalaman Solum Tanah
4. Penerapan teknologi konservasi tanah lengkap dan
sesuai Petunjuk Teknis*) 1. Baik 5
Tidak lengkap atau tidak dipelihara 2. Sedang
3
Manajemen (10)
Tidak ada 3. Buruk
1
Survei lapangan *) Tata batas ada, ada pengawas, dan dilaksanakan penyuluhan
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
49
Tabel 12. Data Dan Cara Perolehannya Untuk Lahan Kritis Pada Fungsi Kawasan Budidaya Usaha Pertanian
No. PARAMETER BESARAN KATEGORI NILAI SKOR Teknik Perolehan Data
Keterangan
> 80 % 1. Sangat tinggi 5 61 – 80 % 2. Tinggi 4 41 – 60 % 3. Sedang 3 21 – 40 % 4. Rendah 2
1. Produktivitas*) (30)
< 20 % 5. Sangat rendah 1
Pemrosesan Citra Digital dan analisis data sekunder (productivitas sector pertanian)
*)Dinilai berdasarkan ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional
< 8 % 1. Datar 5 8 – 15 % 2. Landai 4 16 – 25 % 3. Agak curam 3 26 – 40 % 4. Curam 2
2. Kemiringan Lereng
(20)
> 40 % 5. Sangat curam 1
Pemrosesan data digital kontur menggunakan 3D analyst dalam SIG
1. Sangat Ringan (SR) 5
2. Ringan (R) 4
3. Sedang (S) 3
4. Berat (B) 2
3. Erosi (15)
Kelas Erosi Solum Tanah (cm)
I < 15
II 15-60
III 60-180
IV 180-480
V >480
Erosi (ton/ha/tahun) Dalam > 90 SR R S B SB
Sedang 60-90
R S B SB SB
Dangkal 30-60 S B SB SB SB
Sangat dangkal
<30 B SB SB SB SB
5. Sangat berat (SB) 1
Overlay antara Peta Erosi hasil perhitungan USLE dengan Peta Kedalaman Solum Tanah
< 10 % Permukaan lahan tertutup batuan 1. Sedikit 5 10 – 30 % Permukaan lahan tertutup batuan 2. Sedang 3
4. Batu-batuan (5)
> 30 % Permukaan lahan tertutup batuan 3. Banyak 1
Interpretasi Citra satelit dan survey
lapangan
Penerapan teknologi konservasi tanah lengkap dan sesuai Petunjuk Teknis
1. Baik 5
Tidak lengkap atau tidak dipelihara 2. Sedang 3
5. Manajemen (30)
Tidak ada 3. Buruk 1
Interpretasi Citra Penginderaan Jauh
dan Survei lapangan
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
50
Tabel 13. Data Dan Cara Perolehannya Untuk Lahan Kritis Pada Fungsi Kawasan Lindung Di Luar Kawasan Hutan
No. PARAMETER BESARAN KATEGORI NILAI SKOR Teknik Perolehan Data
Keterangan
> 80 % 1. Sangat baik 5 62 – 80 % 2. Baik 4 42 – 60 % 3. Sedang 3 22 – 40 % 4. Buruk 2
1. Penutupan Lahan
(50)
< 20 % 5. Sangat buruk 1
Pemrosesan Citra Digital dan analisis data sekunder (productivitas sector pertanian)
Dinilai berdasarkan prosentase penutupan tajuk pohon
< 8 % 1. Datar 5 9 – 15 % 2. Landai 4 17 – 25 % 3. Agak curam 3 27 – 40 % 4. Curam 2
2. Kemiringan lereng
(10)
> 40 % 5. Sangat curam 1
Pemrosesan data digital kontur menggunakan 3D analyst dalam SIG
1. Sangat Ringan (SR)
5
2. Ringan (R) 4
5. Sangat berat (SB) 1
3. Erosi (10)
Kelas Erosi Solum Tanah (cm)
I < 15
II 15-60
III 60-180
IV 180-480
V >480
Erosi (ton/ha/tahun) Dalam > 90 SR R S B SB
Sedang 60-90 R S B SB SB
Dangkal 30-60 S B SB SB SB
Sangat dangkal
<30 B SB SB SB SB
Overlay antara Peta Erosi hasil perhitungan USLE dengan Peta Kedalaman Solum Tanah
Penerapan teknologi konservasi tanah lengkap dan sesuai Petunjuk Teknis
1. Baik 5
Tidak lengkap atau tidak dipelihara 2. Sedang 3
4. Manajemen (30)
Tidak ada 3. Buruk 1
Interpretasi Citra Penginderaan Jauh dan
Survei lapangan
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
51
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
1. Penentuan Prioritas Lokasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan 1.1. Penentuan Prioritas Faktor Pendukung Lokasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan a. Faktor Daya Dukung Lahan
Prioritas RHL terhadap Daya Dukung Lahan P1 P2 P3 N
Lahan Kritis K4, K5 K3 K2 K1 Produktivitas Lahan p1 p2 p3 p4, p5 Kemampuan Lahan Rendah Sedang (tergantung kondisi) Sedang (tergantung kodisi) Tinggi Keterangan: Penentuan lokasi berdasarkan harga mutlak bobot tertinggi.
b. Faktor Kerentanan Lahan Prioritas RHL terhadap Kerawanan Lahan
P1 P2 P3 N Erosi e4, e5 e3 e2 e1 Longsor L4, L5 L3 L2 L1 Banjir Tidak didefinisikan Tidak didefinisikan Tidak didefinisikan Tidak didefinisikan Keterangan: Penentuan lokasi berdasarkan harga mutlak bobot tertinggi.
c. Faktor Pengelolaan Lahan Prioritas RHL terhadap Pengelolaan Lahan
P1 P2 P3 N Manajemen Buruk Sedang (tergantung
kondisi) Sedang (tergantung kondisi)
Baik
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
52
1.2. Penentuan Prioritas Lokasi RHL Prioritas Lokasi RHL
P1 P2 P3 N Daya Dukung Lahan Kerentanan Lahan Manajemen
P1 *)
P2 *)
P3 *)
N *)
Keterangan: *) Penentuan lokasi berdasarkan harga mutlak bobot tertinggi.
2. Penentuan Prioritas Penanganan Pengelolaan Lokasi RHL Prioritas Penanganan Pengelolaan
P1 P2 P3 N Kawasan Lindung 1 2 3 5 Kawasan Penyangga 2 3 4 5 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
2 3 4 5
Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman
3 4 5 5
Keterangan: 1 : Daerah perlu penanganan secara cepat dan serius. 2 : Daerah perlu penanganan secara cepat dan serius. 3 : Daerah perlu penanganan secara cepat dan serius. 4 : Daerah tidak perlu ditangani tetapi daerah dengan pertimbangan tertentu dapat ditangani. 5 : Daerah tidak perlu ditangani sama sekali.
Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
53
BAB. V. FORMAT PELAPORAN
Untuk keperluan administrasi dan memudahkan BPDAS dalam
membuat laporan kegiatan penyusunan data SSOP Penanggulangan banjir
dan tanah longsor, maka diperlukan format pelaporan yang seragam, yang
outlinenya adalah sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Maksud dan Tujuan
I.3. Sasaran
BAB II. METODOLOGI
BAB III. HASIL ANALISA SSOP
BAB IV. KESIMPULAN
LAMPIRAN