petunjuk teknis simpan pengelolaan air

74
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PKPS-BBM PROGRAM KOMPENSASI PENGURANGAN SUBSIDI BBM UNTUK PRASARANA DESA Draft I 27 Pebruari 2005 Petunjuk Pelaksanaan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) Bidang Infrastruktur Perdesaan Jakarta, Pebruari 2005 /home/website/convert/temp/convert_html/55cf850f5503465d4a8b515c/document.doc - 0 -

Upload: widar-eko-waspodo

Post on 16-Aug-2015

228 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

TRANSCRIPT

Page 1: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PKPS-BBMPROGRAM KOMPENSASI PENGURANGAN SUBSIDI BBM UNTUK PRASARANA DESA

Draft I27 Pebruari 2005

Petunjuk Pelaksanaan

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM)Bidang Infrastruktur Perdesaan

Jakarta, Pebruari 2005

/tt/file_convert/55cf850f5503465d4a8b515c/document.doc - 0 -

Page 2: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Daftar Isi

Daftar Isi i

Bab 1UMUM 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2 Maksud 1

1.3. Tujuan 2

1.4. Sasaran 2

1.5. Prinsip 2

1.6. Pendekatan 2

1.7. Lokasi Penerima 3

Bab 2JENIS PRASARANA, KRITERIA, DAN INDIKATOR KEBERHASILAN

4

2.1. Jenis Prasarana 4

2.2. Kriteria Umum 4

2.3. Kriteria Lokasi 52.3.1. Identifikasi Lokasi Desa 52.3.2. Kriteria Penetapan Desa pada Tahap Pelaksanaan 5

2.4. Kriteria Khusus 52.4.1. Kriteria Jalan Desa, Jembatan Desa, dan Tambatan Perahu 5

2.4.1.1. Jalan Desa dan Jembatan Desa 52.4.1.2. Tambatan Perahu 6

2.4.2. Kriteria Irigasi Desa, Embung, Bendung Sederhana, dan Air Tanah 62.4.2.1. Irigasi Desa 62.4.2.2. Embung 62.4.2.3. Bendung Sederhana 62.4.2.4. Air Tanah/Mata Air 6

2.4.3. Kriteria Air Bersih 7

2.5. Indikator Keberhasilan 7

2.6. Solusi Teknik dan Spesifikasi Teknik 72.6.1. Jalan Desa dan Jembatan Desa 7

2.6.1.1. Cara Pemilihan Solusi Teknis 72.6.1.2. Komponen Modul dan Spesifikasi Teknis 8

2.6.1. Tambatan Perahu 82.6.1.1. Cara Pemilihan Solusi Teknis 82.6.1.2. Komponen Modul dan Spesifikasi Teknis 9

2.6.2. Air Minum Perdesaan 102.6.2.1. Cara Pemilihan Solusi Teknis 102.6.2.2. Komponen Modul 122.6.2.3 Spesifikasi Teknis 13

2.6.3. Irigasi Desa 132.6.3.1. Cara Pemilihan Solusi Teknis 132.6.3.2. Komponen Modul dan Spesifikasi Teknis 15

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan i

Page 3: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Bab 3MEKANISME PENGELOLAAN 16

3.1. Mekanisme Penyusunan Program 16

3.2. Mekanisme Pengelolaan Program 163.2.1. Persiapan 163.2.2. Pelaksanaan dan Pengendalian 17

3.2.2.1. Sosialisasi Kegiatan 173.2.2.2. Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian Kegiatan 173.2.2.3. Pemantauan Kegiatan 253.2.2.4. Pengaduan dan Penanganan Masalah 273.2.2.5. Evalausi Kegiatan 303.2.2.6. Pengelolaan Prasarana 30

3.2.3. Monitoring dan Evaluasi Program 303.2.3.1. Monitoring 313.2.3.2. Evaluasi 31

3.2.4. Pemeriksaan 313.2.4.1. Pemeriksaan Internal, meliputi: 323.2.4.2. Pemeriksaan Eksternal 32

Bab 4PENDANAAN 34

4.1. Sumber Dana 34

4.2. Alokasi Dana 34

4.3. Penyaluran dan Pencairan Dana 34

Bab 5ORGANISASI 37

5.1. Tim Koordinasi 375.1.1. Tingkat Pusat 375.1.2. Tingkat Propinsi 385.1.3. Tingkat Kabupaten/Kota 385.1.4. Tingkat Kecamatan 385.1.5. Tingkat Desa 39

5.2. Bantuan Teknis 395.2.1. Konsultan Manajemen Pusat (KMP) 395.2.2. Konsultan Manajemen Regional (KMR) 405.2.3. Konsultan Manajemen Kota/Kabupaten (KMK) 405.2.4. Fasilitator Kecamatan (FK) 40

Bab 6PELAPORAN 43

6.1. Pelaporan Jalur Struktural 43

6.2. Pelaporan Jalur Fungsional 44

Bab 7PENUTUP 48

Lampiran 49

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan ii

Page 4: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

1. Jadwal Pelaksanaan

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan iii

Page 5: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Bab 1UMUM

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang sangat besar. Posisi geografis yang sangat strategis, iklim yang memungkinkan untuk pendayagunaan lahan sepanjang tahun, serta hutan dan kandungan bumi yang sangat kaya, merupakan modal utama untuk kemakmuran rakyatnya. Akan tetapi, hingga saat ini potensi besar itu belum secara nyata memberikan kemakmuran bagi rakyatnya.Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup banyak, yang ditandai dengan kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi. Pada gilirannya, kondisi tersebut mengakibatkan antara lain : (i) tingginya beban sosial ekonomi masyarakat; (ii) rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia; (iii) rendahnya partisipasi aktif masyarakat; (iv) menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; dan (iv) kemungkinan pada merosotnya mutu generasi yang akan datang.

Dengan dikuranginya subsidi bahan bakar minyak maka, dana kompensasi tersebut dapat menjadi dana kompensasi yang diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan penduduk miskin khususnya di perdesaan, salah satu upayanya adalah melalui penyediaan infrastruktur perdesaan.

Penyediaan infrastruktur perdesaan ini dengan maksud pembukaan akses dan mendukung kegiatan produksi, ekonomi, dan sosial yang merupakan komponen penting dalam pengembangan perdesaan. Dengan tercapainya komponen program ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa karena terbukanya kawasan dari keterisolasian desa dan meningkatnya arus keluar masuk barang, terjaminnya air irigasi, dan air minum sebagai kebutuhan dasar, serta prasarana perdesaan lainnya yang akan menunjang meningkatnya produksi dan produktivitas masyarakat desa, serta akan memperkuat komoditi ekonomi perdesaan yang potensial untuk berkembang.

1.2 Maksud

Program ini dimaksudkan untuk mengurangi beban masyarakat miskin di perdesaan dalam memenuhi kebutuhan transportasi, irigasi, dan air minum serta infrastruktur perdesaan lainnya melalui penyediaan infrastruktur perdesaan dengan pendekatan pemberdayaandan partisipasi masyarakat. Dengan pembangunan infrastruktur perdesaan melalui pendekatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat diharapkan kegiatan ekonomi, sosial, dan produksi perdesaan tetap tumbuh dan berkembang.

1.3. Tujuan

Program ini bertujuan meningkatkan produktivitas dengan cara:a. Memberikan aksesibilitas kepada masyarakat di perdesaan.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 1

Page 6: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

b. Mengurangi pengeluaran masyarakat.c. Meningkatkan peran serta masyarakat.d. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan konstruksi dan industri konstruksi.

1.4. Sasaran

a. Tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, handal, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.

b. Meningkatnya kemampuan masyarakat perdesaan dalam penyelenggaraan infrastruktur perdesaan.

c. Meningkatnya lapangan kerja bagi masyarakat perdesaan.d. Meningkatnya kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator masyarakat dalam

pembangunan di perdesaan.e. Mendorong terciptanya transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dalam penyelenggaraan

pembangunan infrastruktur perdesaan.

1.5. Prinsip

Prinsip-prinsip penyelenggaraan Program adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga diperoleh dukungan dari masyarakat (acceptable). Hal ini berlaku baik pada pemilihan lokasi dan penentuan solusi teknis, penentuan mekanisme pelaksanaan kegiatan pembangunan, maupun pada penetapan mekanisme pengelolaan prasarana perdesaan terbangun.

2. Penyelenggaraan kegiatan dilakukan bersama masyarakat secara terbuka dan diketahui oleh semua unsur masyarakat (transparent) melalui penyediaan media komunikasi dan informasi yang akurat dan mudah diakses oleh masyarakat.

3. Penyelenggaraan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan (accountable), dalam hal ketepatan sasaran, ketepatan waktu, ketepatan pembiayaan, dan ketepatan mutu pekerjaan.

4. Penyelenggaraan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan (sustainable) yang ditandai dengan adanya pemanfaatan, pemeliharaan dan pengelolaan prasarana perdesaan yang mandiri oleh masyarakat.

1.6. Pendekatan

Program PKPS-BBM bidang Infrastruktur merupakan program pembangunan yang berkualitas dengan pendekatan pemberdayaan dan partispasi masyarakat melalui:

1. Pembangunan yang berkualitas, semua infrastruktur yang dibangun harus memenuhi standar teknik yang telah ditetapkan;

2. Keberpihakan kepada yang miskin, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil kepada penduduk miskin;

3. Otonomi dan desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh kepercayaan dan kesempatan yang luas dalam kegiatan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun pemanfaatan hasilnya;

4. Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan;

5. Keswadayaan, dimana masyarakat menjadi faktor utama dalam keberhasilan pembangunan, baik melalui keterlibatan dalam kegiatan, penyerahan lahan dengan tanpa ganti rugi dan lain sebagainya;

6. Keterpaduan pembangunan, dimana kegiatan yang dilaksanakan memiliki sinergi dengan kegiatan pembangunan yang lain.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 2

Page 7: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

1.7. Lokasi Penerima

Lokasi penerima program diutamakan desa-desa tertinggal yang meliputi 11.140 desa tertinggal di 32 propinsi.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 3

Page 8: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Bab 2JENIS PRASARANA, KRITERIA, DAN INDIKATOR KEBERHASILAN

2.1. Jenis Prasarana

Jenis prasarana perdesaan yang dapat dibangun harus dipilih satu dari kegiatan dibawah ini : 1. Prasarana yang mendukung aksesibilitas serta mengurangi keterisolasian, yaitu: jalan desa,

jembatan desa, dan/atau tambatan perahu.2. Prasarana yang mendukung kegiatan peningkatan produksi pangan, yaitu: embung, air tanah,

bendung sederhana, dan irigasi desa.3. Prasarana untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat perdesaan, yaitu: penyediaan air

minum.

Bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana fisik, dilaksanakan juga kegiatan pendukung antara lain:1. Pemberdayaan masyarakat untuk mengupayakan kelanjutan prasarana yang dibangun.2. Sosialisasi, pendampingan dan fasilitasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan,

pengelolaan prasarana yang dibangun.3. Perkuatan kelembagaan organisasi masyarakat setempat dalam bentuk lembaga masyarakat

pengelola sebagai wadah untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan prasarana di desanya.

2.2. Kriteria Umum

Kegiatan yang akan dilaksanakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Memenuhi kebutuhan prasarana yang mendesak bagi masyarakat miskin dan diusulkan oleh

masyarakat melalui musyawarah desa.2. Cepat memberikan manfaat bagi sebagian besar masyarakat terutama kelompok miskin di

desa.3. Berorientasi pada pengembangan wilayah perdesaan.4. Penyediaan lahan untuk prasarana disediakan oleh masyarakat.5. Dapat dilaksanakan dan berfungsi dalam tahun anggaran 2005.6. Memberikan kesempatan kerja kepada tenaga kerja lokal dan menggunakan material

setempat.7. Menggunakan teknologi sederhana yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat atau teknologi

yang sesuai dengan kebutuhan setempat.8. Merupakan infrastruktur yang dapat dan akan dikelola oleh masyarakat.9. Terjaminnya keberlangsungan berfungsinya prasarana yang dibangun dengan format yang

ditetapkan. 10. Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sosial dan budaya.

2.3. Kriteria Lokasi

2.3.1. Identifikasi Lokasi Desa

Sasaran lokasi penerima Program diutamakan pada kelompok masyarakat miskin di 11.140 desa tertinggal sesuai kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) dan dengan porsi yang lebih besar (75 %

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 4

Page 9: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

dari pagu dana) dialokasikan kepada kabupaten tertinggal sesuai data yang dikeluarkan oleh Kantor Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal serta porsi selebihnya (25 % dari pagu dana) dialokasikan kepada kabupaten/kota lainnya yang membutuhkan prasarana.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas, Tim Koordinasi Pusat menyusun ancar-ancar alokasi dana untuk setiap kabupaten/kota yang selanjutnya akan ditajamkan dan ditetapkan setelah mendapatkan informasi rencana program dari setiap desa/kecamatan/kabupaten/kota setelah melalui proses musyawarah kecamatan dan desa (dijelaskan pada Bab 3).

2.3.2. Kriteria Penetapan Desa pada Tahap Pelaksanaan

Desa-desa yang direkomendasikan untuk mendapatkan program PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan ini akan ditetapkan melalui proses sebagai berikut:

1. Tim Pokja Kecamatan mengevaluasi kondisi desa-desa dalam kecamatan tersebut berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: a. Sumber Daya Manusia (SDM), dengan item-item seperti Jumlah Penduduk Miskin, Tingkat

Pendidikan Masyarakat, Tingkat Kesehatan Masyarakat, dllb. Infrastruktur: Jumlah Prasarana Dasar Masyarakat, Prasarana Pendukung Aksessibilitas

Masyarakat, Prasarana Pendukung Komunikasi, dllc. Karakteristik Daerah, dand. Kemampuan Fiskal.

2. Tim Pokja Kecamatan mengusulkan lokasi desa dan ancar-ancar kegiatan untuk dibawa ke tingkat kabupaten/kota dalam rangka sinkronisasi.

3. Tim Koordinasi Kabupaten dan Tim Koordinasi Propinsi menelaah kesesuaian usulan lokasi dan jenis prasarana sesuai dengan tugasnya masing-masing dan selanjutnya menyampaikan hasil pemilihan lokasi dan jenis prasarana kepada Tim Koordinasi Pusat.

4. Tim Koordinasi Pusat menetapkan pagu per kabupaten/kota berdasarkan hasil evaluasi Tim Koordinasi Propinsi dan ancar-ancar pagu kabupaten/kota yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.4. Kriteria Khusus

2.4.1. Kriteria Jalan Desa, Jembatan Desa, dan Tambatan Perahu

2.4.1.1. Jalan Desa dan Jembatan Desa

1. Merupakan usulan masyarakat dan secara teknis dapat dilaksanakan oleh masyarakat2. Lahan untuk Ruang Milik Jalan telah tersedia3. Berorientasi kepada pengembangan wilayah (jalan poros / penghubung desa)

a. Menghubungkan pusat kegiatan (pasar, TPI, sentra produksi) ke outlet (jalan poros desa lain/jalan dengan fungsi lebih tinggi/sungai/laut/ferry)

b. Membuka isolasi desa4. Memenuhi standar teknis pembangunan jalan dan jembatan perdesaan5. Fungsional, meskipun merupakan konstruksi bertahap.

2.4.1.2. Tambatan Perahu1. Pembuatan tambatan perahu haruslah merupakan bagian kelengkapan sistem pelayanan

masyarakat, baik yang sudah ada maupun yang akan dibangun mencakup : tempat pelelangan ikan, dermaga bongkar muat, tempat rekreasi, lokasi parkir umum, gudang dan jalan penghubung antar tambatan perahu dengan perumahan dan permukiman.

2. Persyaratan penentuan lokasi a. Tanah tidak mudah erosi,b. Pada bagian sungai yang lurus

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 5

Page 10: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

c. Lalu lintas perahu dan kegiatan berada disekitar tambatan perahu, d. Sekitar lokasi harus bersih,e. Lokasi untuk penempatan bahan bangunan, tempat kerja dan tambatan perahu harus

tersedia.

2.4.2. Kriteria Irigasi Desa, Embung, Bendung Sederhana, dan Air Tanah

2.4.2.1. Irigasi Desa1. Irigasi desa dimaksud adalah irigasi yang dikelola oleh masyarakat2. Luas areal daerah irigasi perdesaan maksimum 150 hektar3. Bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah masuk dalam inventarisasi DPU

Pengairan.

2.4.2.2. Embung1. Berada di daerah tadah hujan paling luas 100 Ha 2. Kolam embung berkapasitas maksimum 100.000 m3 3. Tinggi maximum tubuh embung 5 m 4. Tipe tubuh embung urugan5. Pelimpah tanah, berupa saluran terbuka kapasitas paling besar/sama dengan banjir 50 tahun6. Embung milik masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan bukan termasuk dalam inventarisasi

Dinas PU

2.4.2.3. Bendung Sederhana1. Bendung sederhana dapat dibuat dari cerucuk, bronjong, beton dan pasangan batu. 2. Panjang bendung maximum 10 m, 3. Tinggi bendung maximum 3 m, khusus bahan cerucuk tinggi maximum 1 m4. Debit banjir rencana maximum 30 m3/dt5. Peralatan yang dibutuhkan dapat menyewa: miniroler, stemper, dump truck

2.4.2.4. Air Tanah/Mata Air1. Dapat untuk meningkatkan pelayanan air irigasi seluas maximum 15 Ha dan air baku untuk

500 KK 2. Dapat juga untuk memenuhi kebutuhan air minum ternak3. Kegiatan dan peralatannya berupa: pengeboran dan pemasangan pipa jaringan air

baku/saluran irigasi dan banguan pelengkapnya.4. Mesin bor harus tersedia dilokasi tersebut dengan menyewa dari penyedia terdekat (khusus

untuk air tanah sumur dalam)

2.4.3. Kriteria Air Bersih

Jenis prasarana air bersih sebagai solusi teknis yang dibangun melalui PKPS-BBM dipilih atas dasar kesepakatan antara pemerintah kabupaten/kota dengan masyarakat setempat serta disesuaikan dengan situasi lokasi setempat. Prasarana air bersih yang dibangun berupa Sistem Penyediaan Air Bersih Sederhana (SiPAS) yang melayani + 1.000 jiwa dan dapat berupa:

1. Perlindungan Mata Air (PMA), sistem gravitasi atau sistem pemompaan, yang terdiri bangunan penangkap mata air, pompa dan sumber daya listrik (untuk PMA sistem pemompaan) perpipaan dan hidran umum (HU)

2. Sumur Dalam (SD) yang terdiri dari bangunan sumur dalam, pompa, sumber daya listrik, perpipaan dan perlengkapannya, serta HU

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 6

Page 11: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

3. Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) yang terdiri dari bangunan pengambilan air baku, bangunan pengolahan air, pompa, dan sumber daya listrik, perpipaan dan perlengkapannya, serta HU

4. Penampungan Air Hujan (PAH) Komunal yang terdiri dari bangunan penampung air hujan, pompa, dan sumber daya listrik

5. Solusi teknis lain sesuai dengan kondisi daerah yang sebelum pelaksanaannya perlu dikonsultasikan instansi teknis di kabupaten/kota yang bertanggung jawab dalam penyediaan air bersih.

2.5. Indikator Keberhasilan

1. Masyarakat sasaran menempuh perjalanan menuju pusat perekonomian masyarakat perdesaan lebih singkat dan lebih murah dari sebelum.

2. Masyarakat sasaran mendapatkan air untuk minum dan irigasi lebih terjamin dari pada sebelumnya

3. Terbentuknya lembaga masyarakat pengelola yang menjamin keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur hasil pelaksanaan program

4. Lebih banyaknya masyarakat miskin yang mendapatkan kemudahan dan manfaat dari infrastruktur yang dibangun.

5. Adanya 3 T yaitu tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat mutu.

2.6. Solusi Teknik dan Spesifikasi Teknik

2.6.1. Jalan Desa dan Jembatan Desa

2.6.1.1. Cara Pemilihan Solusi Teknis

1. Diprioritaskan untuk peningkatan/rehabilitasi ruas jalan yang telah ada dan memiliki nilai pelayanan ekonomi yang tinggi tetapi mengalami kerusakan

2. Dimungkinkan untuk pembangunan jalan barua. Membuka isolasi desab. Menghubungkan outlet /pasar baru yang lebih ekonomis

3. Konstruksi sederhana dengan mempertimbangkan sumberdaya setempat (tenaga kerja, material, peralatan, teknologi) sehingga mampu dilaksanakan oleh OMS/KSO

4. Untuk konstruksi khusus (jembatan dengan bentang > 10 meter) proposal dan DED harus disetujui Kepala Dinas Teknis Kabupaten dan dapat dilaksanakan oleh Kontraktor.

2.6.1.2. Komponen Modul dan Spesifikasi Teknis1. Jenis Konstruksi Jalan dapat berupa:

a. Jalan tanah yang dipadatkanb. Jalan dengan Lapis Pasir-Batu (Sirtu).c. Jalan dengan Lapis Telfordd. Jalan dengan Laburan Aspal (Burda/Burtu)e. Jalan dengan lapis Penetrasi Makadam (Lapen)

2. Lebar Perkerasan Jalan 2,50 – 3,00 Meter3. Dilengkapi dengan drainase (saluran tepi/gorong-gorong)4. Pembangunan Jembatan Baru dengan konstruksi sederhana berupa jembatan pelat, balok,

gantung (kayu, beton, baja)

2.6.1. Tambatan Perahu

2.6.1.1. Cara Pemilihan Solusi Teknis

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 7

Page 12: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

1. Jenis Konstruksi: Tambatan perahu berbentuk memanjang dengan jenis kontruksi sesuai Tabel 2.1.

Tabel 2.1.Jenis Kontruksi berdasarkan bentuk tepi pantai atau tepi sungai

No Bentuk Tepi

Perbedaan Muka Air Jenis Kontruksi

1 Landai < 2 m Tambatan Dermaga berlantai 12 Landai > 2 m Tambatan Dermaga berlantai 23 Curam < 2 m Tambatan tepi berlantai 14 Curam > 2 m Tambatan tepi berlantai 2

2. UkuranUkuran bahan dan jarak pemasangan sesuai pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2.Jenis, Ukuran dan Jarak Pemasangan

No Jenis Ukuran Jarak Maksimal

1 Tiang

6 x 12 cm8 x 12 cm8 x 15 cm15 x 15 cm

1 m1.5 m

1.75 m2 m

2 Sekur 5 x 10 cm6 x 12 cm

1.5 m2 m

3 Gelagar Melintang 8 x 12 cm8 x 15 cm

1.5 m2 m

4 Gelagar Memanjang 8 x 12 cm8 x 15 cm

1.5 m2 m

5 Lantai 3 x 20 cm3 x 30 cm

RapatRapat

6 Karung Sesuai kebutuhan7 Pasir Sesuai kebutuhan

2.6.1.2. Komponen Modul dan Spesifikasi Teknis

1. Tepi Tambatana. Rangka menggunakan kayu ukuran 6x12 atau 8x 12 cm, ditancapkan sampai

mendapatkan tanah keras;b. Dinding menggunakan papan ukuran 3x10, 3x20 atau 3x30 cm dipasang rapat sejajar

tepi;c. Penguat turap : menggunakan kayu ukuran 6x12 atau 8x12 cm dipasang pada bagian

bawah dan atas;d. Penyangga turap: menggunakan kayu ukuran 6x 12 cm dipasang membentuk segitiga,

setiap 1 sampai 2 m dihubungkan pada rangka,e. Lantai tepi: tambatan menggunakan tanah urug, dengan pemadatan bertahap setiap

ketebalan 20 cm sampai rata Iantai dengan tambatan perahu.

2. Jenis kayu yang yang digunakan untuk tambatan perahu adalah kayu kuat kelas I dan kayu untuk tingkat keawetan kayu awet kelas I

Tiang pancang kayua. pemancangan sampai tanah keras atau kedalaman 6 m,

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 8

Page 13: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

b. pada bagian ujung bagian atas tiang pancang kayu dilapisi plat baja dan bagian bawah dibuat runcing untuk memudahkan masuk kedalam tanah

c. penyambungan tiang menggunakan plat baja ketebalan 3 sampai 5 mm dan mur baut berdiameter 12 mm, panjang sesuai ketebalan kayu;

d. pemancangan menggunakan tripod dari bahan kayu dolken atau bambu; e. pada bagian atas tripod dilengkapi dengan katrol, tambang dan palu beton berukuran 30

x 30 x 40 cm;f. pemancangan dihentikan setelah penurunan kumulatif 5 cm pada 10 kali pukulan terakhir

dengan tinggi jatuh palu beton 60 cm.

Sekur penguat tiang pancangMenggunakan kayu berukuran 5x 10 atau 6x 12 cm dipasang pada bagian bawah tiang pancang dan diatas tanah dasar sungai atau dasar laut, dengan menggunakan mur baut diameter 12 mm

Gelagar melintang dan memanjangMenggunakan kayu berukuran 8x12 atau 8x15 cm dipasang berjarak 1.5 sampai 2 m dengan menggunakan mur baut berdiameter 12 mm.

Papan lantaiMenggunakan bahan kayu berukuran 3x20 atau 3x30 cm, dipasang rapat diperkuat dengan paku 7 sampai 10 cm.

Patok tambatPatok tambat harus mengikuti ketentuan sebagai berikuta. menggunakan patok besi berdiameter 5 sampal 10 cm, dengan alas plat baja ukuran

tebal 5 mm, panjang 20 cm dan lebar 12 cm;b. dipasang diatas Iantai tambatan.c. Alas plat baja diperkuat dengan menggunakan 4 buah mur baut berdiameter 12 mm,

sampai dengan gelagar memanjangAir Minum Perdesaan

2.6.2.1. Cara Pemilihan Solusi Teknis

Pemilihan jenis solusi teknis di desa penerima bantuan PKPS-BBM dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Masyarakat di lokasi sasaran, yang diwakili oleh Organisasi Masyarakat Setempat (OMS)/perwakilan masyarakat setempat, dengan didampingi oleh fasilitator dan pendamping teknis mengadakan musyawarah untuk memutuskan usulan prasarana air bersih yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat sesuai kriteria yang ada dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:a. Kebutuhan dan kondisi setempatb. Potensi, kondisi alam/lingkungan lokasi sasaranc. Alokasi dana PKPS-BBM untuk desa tersebutd. Jumlah jiwa calon pengguna air bersih

2. Kriteria pemilihan solusi teknis air bersih mengacu pada diagram alir seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 9

Page 14: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 10

Gambar 2.1 Kriteria Pemilihan Solusi Teknis Air Bersih

TidakSumber air permukaan?

Kuantitas cukup?

Ya

Kualitasbaik?

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Peta geohidrologi Mata air?

Pengolahan air minum

Distribusi dengan HU/SR/TA

Gravitasi? Tidak Sistem pompa

Ya

Tidak

Kuantitas cukup?

Ya

Ya

Kualitas baik?

Ya

Pengolahan air minum

- Peta geo-hidrologi

- Sumur eksisiting

- Sumur observasi

Tidak Sistem pompa

Ya

Gravitasi?

Air tanah dangkal?

Ya

Kuantitas cukup?

Ya

Survey geolistrik

- Sumur pompa tangan

- Sumur timba

Air tanah sedang/ dalam?

Tidak

Ya

Kuantitas cukup?

Ya

Kualitas baik?

Pengolahan air minum

Penampungan air hujan

TidakTidakTidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Kebutuhan pelayanan air

minum

Distribusi dengan HU/SR/TA

Distribusi dengan HU/SR/TA

Ya

Page 15: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

2.6.2.2. Komponen Modul

1. Komponen Perlindungan Mata Air (PMA) a. Bangunan Penangkap Mata Air

Tipe A (Artesis Terpusat) atau Tipe B (Artesis Tersebar) atau Tipe C (Artesis Vertikal) atau Tipe D (Gravitasi Kontak)

b. Pompa (untuk PMA sistem pemompaan)Pompa benam (submersible) atau pompa sentrifugal

c. Sumber Daya Listrik (untuk PMA sistem pemompaan)PLN atau generator set

d. Perpipaan dan PerlengkapannyaDiameter 1” sampai 4”

e. Hidran Umum (HU)Tiga tangki HU masing-masing kapasitas 3 M3

2. Komponen Sumur Dalam (SD) a. Bangunan Sumur Dalam

Diameter pipa jambang (casing) minimal 4”b. Pompa

Pompa benam (submersible) atau pompa sentrifugalc. Sumber Daya Listrik

PLN atau generator setd. Perpipaan dan perlengkapannya

Diameter 1” sampai 4”e. Hidran Umum (HU)

Tiga tangki HU masing-masing kapasitas 3 M3

f. Bangunan Rumah Pompa/Generator Set

3. Komponen Instalasi Pengolah Air Sederhana (IPAS) a. Bangunan Pengambilan Air Baku

Tipe Sumuran atau Tipe Jembatan atau Tipe Sadap Sungai atau Tipe Terapungb. Bangunan Pengolahan Air

Pengolahan Lengkap atau Saringan Langsung atau Saringan Pasir Lambat atau Saringan Pasir Cepat atau kombinasi diantaranya

c. PompaPompa benam (submersible) atau pompa sentrifugal

d. Sumber Daya ListrikPLN atau generator set

e. Perpipaan dan PerlengkapannyaDiameter 1” sampai 4”

f. Hidran Umum (HU)Tiga tangki HU masing-masing kapasitas 3 M3

1. Bangunan Rumah Pompa/Generator Set

4. Komponen Penampung Air Hujan (PAH) a. Bangunan Penampung Air Hujan

Kapasitas tampung minimal 50 M3 b. Pompa

Pompa tangan sebanyak 3 (tiga) unit setiap bangunan PAH atau pompa listrik kapasitas 17 liter/menit sebanyak 1 (satu) unit

c. Sumber Daya ListrikPLN atau generator set

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 11

Page 16: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

2.6.2.3 Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis untuk Bangunan Penangkap Mata Air, Bangunan Sumur Dalam, Bangunan Pengambilan Air Baku dan Bangunan Pengolahan Air dapat dilihat pada gambar terlampir.

1. Bangunan Penampung Air Hujana. Terbuat dari bahan figerglass, atau pasangan batu bata yang dilengkapi dengan

geomembran/geotextileb. Detil gambar Bangunan Penampung Air Hujan sesuai gambar terlampir

2. Perpipaan dan Perlengkapannyaa. Untuk pipa PVC sesuai standar SNI 06-0084-1987-A/SII-0344-1982.b. Untuk pipa Poly Ethylene (PE) sesuai standar SNI 06-4829-1998/ISO 4427.96. c. Untuk pipa galvanis (GIP) menggunakan klas medium sesuai British standar

1387

3. Hidran Umuma. Terbuat dari bahan fiberglass (FG), atau bahan polyethylene (PE), atau pasangan

bata/batub. Untuk bahan fiberglass (FG) tebal badan, dasar dan dinding tangki minimal 3 mm

4. PompaKapasitas dan tekanan (head) pompa disesuaikan dengan kebutuhan setempat

5. Sumber Daya ListrikBesar daya listrik disesuaikan dengan kebutuhan setempat

6. Bangunan Rumah Pompa/Generator Seta. Ukuran 3 x 4 m2b. Konstruksi dinding pasangan bata/batako, atap seng.

2.6.3. Irigasi Desa

2.6.3.1. Cara Pemilihan Solusi Teknis

Pemilihan solusi teknis untuk irigasi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1. Kebutuhan pelayanan2. Sumber air baku3. Kualitas dan Kuantitas air baku4. Peta Geohidrologi5. Data Curah Hujan6. Data Geologi

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 12

Page 17: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 13

Gambar 2.2 Kriteria Pemilihan Solusi Teknis Irigasi DesaTidakSumber air

permukaa/Mata Air

Kuantitas cukup?

Ya

Kualitasbaik?

Ya

Tidak

Tidak

Ya

- Peta geo-hidrologi

- Sumur eksisiting

- Sumur observasi

Air tanah

Tidak bisa dipakai

Distribusi ke sawah

Gravitasi? Tidak Bendung

Ya

Tidak

Kuantitas cukup?

Ya

Kualitas baik?

Ya

Tidak bisa dipakai

- Peta Topografi- Data Curah

Hujan- Sawah tadah

hujan- Data Geologi

Ya

Pompa

Embung

Ya

Tidak

Tidak

Kebutuhan pelayanan Irigasi

Ya

Ya

Tanah porous

Saluran terbuka dengan pasangan

Tidak Saluran tanpa pasangan

Distribusi ke sawah

Ya

Ya

Tanah Porous

Saluran dengan pasangan/pipa

Tidak

Saluran tanpa pasangan/pipa

Distribusi ke sawah

Ya

Ya

Tanah porous

Saluran terbuka dengan pasangan

Tidak Saluran tanpa pasangan

Ya

Bangunan sodetan

Ya

Ya

Page 18: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

2.6.3.2. Komponen Modul dan Spesifikasi Teknis

1. Irigasi Desaa. Irigasi desa dimaksud adalah irigasi yang dikelola oleh masyarakatb. Luas areal daerah irigasi perdesaan maksimum 150 hektarc. Bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah masuk dalam inventarisasi DPU

Pengairan.

2. Embunga. Berada di daerah tadah hujan paling luas 100 Ha b. Kolam embung berkapasitas maksimum 100.000. m3.c. Tinggi maximum tubuh embung 5 m d. Tipe tubuh embung urugane. Pelimpah tanah, berupa saluran terbuka kapasitas paling besar/sama dengan banjir

50 tahunf. Embung milik masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan bukan termasuk dalam

inventarisasi Dinas PUg. Tidak ada biaya ganti rugi tanahh. Waktu pelaksanaan 3-5 bulan

3. Bendung sederhanaa. Bendung sederhana dapat dibuat dari cerucuk, bronjong, beton dan pasangan batu. b. Panjang bendung maximum 10 m, c. Tinggi bendung maximum 3 m, khusus bahan cerucuk tinggi maximum 1 md. Debit banjir rencana maximum 30 m3/dte. Tidak ada biaya ganti rugi tanahf. Waktu pelaksanaan 3-5 bulang. Peralatan yang dibutuhkan dapat menyewa : miniroler, stemper, dump truck

4. Air Tanah/Mata aira. Dapat untuk meningkatkan pelayanan air irigasi seluas maximum 15 Ha dan air baku

untuk 500 KK b. Dapat juga untuk memenuhi kebutuhan air minum ternakc. Kegiatan dan peralatannya berupa: pengeboran dan pemasangan pipa jaringan air

baku/saluran irigasi dan banguan pelengkapnya.d. Mesin bor harus tersedia dilokasi tersebut dengan menyewa dari penyedia terdekat.e. (khusus untuk air tanah sumur dalam)

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 14

Page 19: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Bab 3MEKANISME PENGELOLAAN

3.1. Mekanisme Penyusunan Program

1. Tim Koordinasi Pusat menetapkan pedoman dan kriteria lokasi dan jenis prasarana perdesaan.

2. Tim Koordinasi Pusat menyampaikan rancangan program kepada kabupaten prioritas melalui Tim Koordinasi Propinsi ke Tim Koordinasi Kabupaten.

3. Tim Koordinasi Kabupaten memintakan kepada Kelompok Kerja Kecamatan (Pokja Kecamatan) untuk menyelenggarakan proses pemilihan lokasi dan jenis prasarana perdesaan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Tim Koordinasi Pusat dan usulan program dari OMS/desa.

4. Tim Koordinasi Kabupaten menelaah kesesuaian usulan lokasi dan jenis prasarana dengan kriteria yang telah ditetapkan dan selanjutnya menyampaikan hasil pemilihan lokasi dan jenis prasarana kepada Tim Koordinasi Propinsi.

5. Tim Koordinasi Propinsi mengevaluasi dan menyampaikan hasil evaluasi ke Tim Koordinasi Pusat.

6. Tim Koordinasi Pusat menetapkan lokasi, jenis prasarana, dan ancar-ancar pagu per kabupaten.

3.2. Mekanisme Pengelolaan Program

Mekanisme pengelolaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan meliputi kegiatan Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi, serta Pemanfaatan dan Pemeliharaan.

3.2.1. Persiapan

Agar PKPS BBM ini berhasil dan sesuai dengan tujuan dan sasarannya maka dibutuhkan suatu kegiatan persiapan yang matang, diketahui dan dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat, baik di jajaran pemerintahan maupun masyarakat yang akan berperan sebagai pelaksana dan mendapatkan manfaatannya.

Perlu ditumbuh kembangkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam melakukan setiap langkah kegiatan yaitu pemahaman mengapa, apa dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan. Hal ini sesuai dengan hakekat partisipasi masyarakat tidak berarti hanya menyerahkan keputusan kepada masyarakat, namun juga mendorong masyarakat paham terhadap resiko, tanggung jawab dan hak serta kewajiban yang timbul dari segala konsekuensi atas keputusan yang akan diambil.

Persiapan yang dilaksanakan antara lain : 1. Pengorganisasian PKPS-BBM, kejelasanan tata peran darisemua pihak yang terkait2. Sosialisasi yang dilakukan secara terencana dan terpadu.

Perencanaan dalam PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan meliputi penetapan kebijakan umum, kebijakan teknis dan pelaksanaan, penetapan lokasi, dan alokasi anggaran.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 15

Page 20: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

1. Penetapan kebijakan umum merupakan keputusan tentang ketentuan-ketentuan pokok yang menjadi acuan pelaku dan pemanfaat PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan.

2. Lokasi desa sasaran PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan dipilih berdasarkan kriteria desa tertinggal yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).

3. Penetapan alokasi dana bantuan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen PU dan Instansi terkait dalam Tim Koordinasi Pusat dengan menerbitkan dokumen anggaran dengan lampiran daftar kecamatan bagi desa tertinggal yang mendapat dana PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan.

3.2.2. Pelaksanaan dan Pengendalian

3.2.2.1. Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi kegiatan dilaksanakan untuk menyatukan persepsi dalam mencapai tujuan pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan. Sosialisasi di tingkat nasional maupun daerah diselenggarakan melalui berbagai forum, untuk mendorong partisipasi dan pengawasan semua pihak. Pihak yang dilibatkan dalam forum sosialisasi adalah instansi pemerintah terkait, lembaga legislatif (DPRD), organisasi masyarakat lokal, tokoh masyarakat, LSM, perguruan tinggi, pers, dan pihak-pihak kepentingan lainnya.

Dalam sosialisasi, Pemerintah Daerah diharapkan dapat menyediakan data dan informasi mengenai berbagai kegiatan pembangunan di desa tertinggal. Informasi ini akan menjadi referensi bagi masyarakat dalam menyusun usulan kegiatan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan pembiayaan pembangunan.

3.2.2.2. Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian Kegiatan

Perencanaan kegiatan adalah proses pengambilan keputusan oleh masyarakat melalui forum musyawarah desa terhadap usulan-usulan kegiatan pembangunan prasarana perdesaan yang dibuat dan diajukan oleh kelompok masyarakat termasuk kelompok perempuan.

Berdasarkan skala prioritas kebutuhan yang ada dalam renstra kecamatan dan usulan baru serta sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, usulan dari kelompok masyarakat yang dibahas dalam musyawarah pembangunan desa ditetapkan menjadi usulan desa. Usulan desa disajikan dalam bentuk proposal yang selanjutnya diverifikasi di tingkat kecamatan oleh Pokja Kecamatan.

Usulan kegiatan yang telah disetujui perlu dibuatkan perencanaan teknis dan rencana anggaran biaya dengan bantuan Fasilitator Kecamatan dan konsultan pendamping.

Pelaksanaan kegiatan adalah tahap pelaksanaan seluruh rencana kegiatan yang telah disetujui rencana teknis dan rencana anggaran biayanya. Pelaksanaan kegiatan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan, perlu memperhatikan : (a) masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sedangkan pendamping dan aparat pemerintah berperan sebagai fasilitator, (b) masyarakat miskin dan kelompok perempuan diharapkan berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan.

Tahapan Pelaksanaan Program PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan

1. Pembentukan Tim Koordinasi Pusat (TKP) Tim Koordinasi Pusat (TKP) yang terdiri dari unsur Departemen Pekerjaan Umum, Bappenas, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Kementerian Negara Perecepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan instansi lain yang terkait. Pembentukan Tim Koordinasi

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 16

Page 21: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

pusat dibentuk melalui Surat Keputusan Menteri Pekerjaan. Dalam menjalankan kegiatan harian TKP dibentuk sekretariat TKP yang dikoordinir oleh pemimpin proyek.

2. Pembentukan Tim Koordinasi Propinsi (TKPr) Tim Koordinasi Propinsi (TKPr) ditetapkan oleh Gubernur yang terdiri dari instansi/lembaga pemerintah yang memiliki fungsi dalam bidang perencanaan pembangunan daerah, pemberdayaan masyarakat, sarana dan prasarana serta instansi terkait lainnya.

3. Pembentukan Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK) Tim Koordinasi Kabupaten (TKK) yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota yang terdiri dari instansi/lembaga pemerintah yang memiliki fungsi dalam bidang perencanaan pembangunan daerah, pemberdayaan masyarakat, sarana dan prasarana serta instansi terkait lainnya.

4. Pembentukan Pokja (Kelompok Kerja) Kecamatan Kelompok Kerja (Pokja) Kecamatan yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas usulan Camat yang terdiri dari unsur-unsur pemberdayaan masyarakat, tokoh masyarakat, dan aparat kabupaten yang bertugas di kecamatan sebagai Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PjOK)

5. Mobilisasi Tenaga pendukung Staf Konsultan Mobilisasi tenaga pendukung staf konsultan dilakukan oleh KMP, KMR, dan KMK selaku pelaksana bantuan teknis. Dalam kegiatan ini KMP akan melakukan mobilisasi tenaga pendukung, demikian pula KMR. Sedangkan KMK bertanggung jawab melaksanakan rekruitmen dan mobilisasi Fasilitator Kecamatan.

Pelaksanaaan rekruitmen Fasilitator Kecamatan perlu memprioritaskan tenaga lokal, sehingga dalam pelaksanaan di lapangan Fasilitator tidak banyak mengalami kendala.

6. Diseminasi dan TOT Diseminasi dan pelaksanaan training of trainers dilakukan untuk mengkonsolidasi konsep dan prinsip serta indikator keberhasilan dari kegiatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan. Kegiatan ini dipersiapkan untuk pendalaman dan peningkatan pemahaman internal dari pihak Konsultan Manajemen Pusat (KMP) dan Konsultan Manajemen Regional (KMR). Persiapan kegiatan ini dilaksanakan oleh KMP dengan bekerjasama dengan TKP (Tim Koordinasi Pusat), terutama dari Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan selaku konseptor kegiatan ini. Target kegiatan ini adalah Tim Konsultan, TKP

7. Sosialisasi Tingkat Propinsi Sosialisasi tingkat propinsi dilaksanakan di Jakarta, dengan mengundang pemerintah daerah masing-masing. Kegiatan sosialisasi dipersiapkan dan dilaksanakan oleh KMP. Materi dan bahan sosialisasi dikembangkan dari materi dan bahan pelatihan yang sebelumnya dilaksanakan dalam bentuk TOT.

Target sosialisasi dan desiminasi tingkat propinsi ditujukan pada seluruh Gubernur dan Kepala Daerah dan apabila memungkinkan dapat dihadiri oleh staf dari pemerintah daerah dengan pendanaan dari masing-masing pemerintah daerah. Selain itu pada sosialisasi ini diundang pula secara luas DPRD, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Masyarakat, Tokoh Masyarakat. Selain itu pada sosialisasi ini ditujukan pula untuk menyamakan persepsi bagi Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota (KMK).

8. Sosialisasi Tingkat Kabupaten Sosialisasi tingkat kabupaten dilaksanakan dan dipersiapkan oleh Konsultan Manajemen Regional (KMR) dengan berkoordinasi dengan TKPr dan TKK dari masing-masing pemerintah daerah. Dalam sosialisasi ini diharapkan dapat dihadiri oleh DPRD, Lembaga Swadaya Masyarakat,

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 17

Page 22: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Universitas, Tokoh Masyarakat, dan Kelompok/Organisasi Masyarakat. Pada sosialisasi tingkat kabupaten/kota ini juga ditujukan untuk menyamakan persepsi bagi Fasilitator Kecamatan.

9. Sosialisasi Tingkat Kecamatan dan Desa Sosialisasi tingkat kecamatan dan desa dilaksanakan di kota kecamatan. Tujuan dari sosialisasi ini untuk menyebar luaskan informasi pada tataran kecamatan dan desa. Hasil dari sosialisasi ini diharapkan dapat mendukung pelaksanaan di tataran desa. Sosialisasi ini mengundang Muspida Kecamatan, Staf Desa, Badan Permusyarahan Desa (BPD), Lembaga Swadaya Masyarakat, kelompok masyarakat dan masyarakat umum. Sosialisasi ini dilaksanakan oleh Konsultan Manajemen Kabupaten dan Fasilitator Kecamatan dengan berkoordinasi dengan TKK (Tim Koordinasi Kabupaten/Kota).

10. Musyawarah Desa I (Pembentukan OMS dan FD) Pembentukan organisasi masyarakat dan penentuan fasilitator desa dilakukan melalui musyawarah desa yang difasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan. Dalam kegiatan ini, Fasilitator Kecamatan (FK) bersama Pokja perlu melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat setempat sekaligus melakukan identifikasi lembaga/organisasi masyarakat eksisting bersama-sama dengan masyarakat.

Apabila memungkinkan dan dengan mempertimbangkan kondisi dari organisasi masyarakat setempat, dimungkinkan tidak perlu membentuk organisasi baru. Namun apabila organisasi masyarakat yang ada masuk dalam kategori belum mampu, atau tidak akuntabel dapat diputuskan untuk membentuk organisasi baru.

Dalam penentuan ataupun pemilihan organisasi masyarakat diperluakan adanya dukungan dari kepala desa, dengan demikian FK dapat menjembatani pembentukan atau pemilihan organisasi masyarakat setempat (OMS) dengan efektif.

Dalam mendukung pencapaian sasaran, dalam pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan ditunjuk fasilitator desa (FD). Fasilitator desa diharapkan berasal dari masyarakat setempat yang mampu menjadi kader pemberdayaan yang mampu mendorong masyarakat untuk mampu melaksanakan kegiatan dengan benar. Tugas dan fungsi dari FD, yang perlu disampaikan sebelumnya, terutama adalah mampu menjadi narasumber, mampu menjadi mediator, mampu menjadi pengarah, dan mampu menjadi perangsang atau penantang bagi masyarakat untuk melaksanakan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan dengan optimal.

Fasilitator Desa (FD) diharapkan dapat segera mempersiapkan diri secara matang dengan mempelajari kondisi dan situasi sosial, ekonomi, budaya, sumberdata serta permasalahan infrastruktur yang krusial. Dalam mempersiapkan diri tersebut, akan didukung oleh Fasilitator Kecamatan (FD), dan apabila dibutuhkan dapat didukung pula oleh KMK (Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota). Diharapkan hasil dari persiapan tersebut, dapat dipergunakan untuk memfasilitasi masyarakat untuk mengerti dan mengidentifikasi permasalahan di desanya pada tahap Musyawarah Masyarakat II (Identifikasi Permasalahan).

11. Musyawarah Desa II (Identifikasi Permasalahan) Musyawarah desa bertujuan untuk melakukan identifikasi permasalahan yang terjadi terkait dengan infrastruktur perdesaan. Pada musyawarah desa ini dipersiapkan oleh Fasilitator Desa (FD) dengan bantuan Fasilitator Kecamatan (FK). Pada musyawarah desa diharapkan dapat dibentuk dalam diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion). Melalui diskusi kelompok terfokus diharapkan mampu diidentifikasi permasalah dari temuan-temuan di lapangan yang dapat dituangkan dalam Rumusan Kondisi Saat Ini. Rumusan Kondisi Saat Ini berupa gambaran hubungan sebab-akibat dan prioritas masalah pada tingkat kelurahan/desa. Dengan mencakup pada gambaran hubungan sebab-akibat dan prioritas masalah ditindak lanjuti dengan prioritas

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 18

Page 23: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

permasalahan yang kemudian ditindak lanjuti dengan penyusunan pemecahan permasalahan. Hasil dari musyawarah desa ini menjadi bahan bagi penyusunan rencana kegiatan.

Mekanisme musyawarah desa untuk identifikasi dapat dijabarkan pada gambar berikut ini.

Gambar 1.Mekanisme Musyawarah Masyarakat II

12. Penyusunan Rencana Kegiatan (preliminary) Penyusunan rencana kegiatan dilakukan oleh Organisasi Masyarakat Sekitar (OMS) dibantu dengan Fasilitator Desa (FD) dan didukung Fasilitator Kecamatan (FK). Hasil ini ditindak lanjuti dengan penyusunan rencana kegiatan yang terdiri dari: (a)Latar belakang yang mendasari kegiatan pembangunan infrastruktur yang didanai melalui PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan. (b) Tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dengan pelaksanaan pembangunan infrastruktur perdesaan. Tujuan merupakan rumusan rencana yang ingin dicapai (apabila memungkinkan dijabarkan dari visi dan misi pembangunan yang hendak dicapai) pada tingkat desa, sedangkan sasaran merupakan hal-hal yang hendak dicapai dari pelaksanaan kegiatan; (c) Manfaat pekerjaan terhadap masyarakat dan lingkungan hidup kelurahan/desa; (d) Pelaksanaan pekerjaan, baik yang berhubungan dana, waktu, pelaksana, dan pelaku-pelaku lain yang mungkin terlibat; (e) Mekanisme pelaksanaan, pengelolaan dan pengawasan; (f) Lampiran gambar desain awal.

13. Verifikasi Rencana Kegiatan Desa dengan Pemerintah Kabupaten/Kota Verifikasi rencana kegiatan desa dengan pemerintah Kabupaten/Kota, dalam hal ini TKK (Tim Koordinasi Kabupaten/Kota) dilakukan bersama dengan Pokja Kecamatan, Fasilitator Desa, dan Fasilitator Kecamatan. Verifikasi ini ditujukan untuk menyelaraskan rencana kegiatan desa yang sudah diwujudkan pada rencana kegiatan. Dari rencana kegiatan yang diusulkan diselaraskan dengan rencana pembangunan pemerintah daerah, kriteria teknis yang ada, dan prioritas pembangunan daerah, dengan demikian dapat diminimalisasikan pendanaan pembangunan yang saling tumpang-tindih. Pada verifikasi ini, dapat dilakukan kunjungan lapangan oleh TKK (Tim Koordinasi Kabupaten/Kota) untuk mengetahui situasi dan kondisi lapangan.

14. Finalisasi Usulan Kegiatan Hasil verifikasi kegiatan apabila dapat dilanjutkan, maka Fasilitator Desa bersama dengan Organisasi Masyarakat Sekitar (OMS) dan didukung oleh Fasilitator Kecamatan melakukan finalisasi dari usulan kegiatan. Pada tahap ini, untuk kajian teknis dan bantuan teknis dapat didukung oleh Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota (KMK). Finalisasi ini dilengkapi dengan hasil

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 19

Paparan Kondisi danPermasalahan Awal

KelompokDiskusi

KelompokDiskusi

KelompokDiskusi

Pleno PembahasanHasil Diskusi Kelompok

DAFTAR URUTANPRIORITAS USULAN

KEGIATAN DESA

Page 24: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

verifikasi dengan pihak TKK (Tim Koordinasi Kabupaten/Kota) dan Pokja (Kelompok Kerja) Kecamatan.

15. Pembuatan DED dan RAB Hasil verifikasi kegiatan apabila dapat dilanjutkan, maka Fasilitator Desa bersama dengan Organisasi Masyarakat Sekitar (OMS) dan didukung oleh Fasilitator Kecamatan melakukan finalisasi dari usulan kegiatan. Pada tahap finalisasi kegiatan dilakukan antara lain:a. Penyusunan desain dan analisis infrastruktur perdesaan;b. Pembuatan gambar desain infrastruktur perdesaan (DED);c. Perhitungan rencana anggaran dan biaya (RAB);d. Rencana pelaksanaan dan rencana pembiayaan.

Pada tahap ini, untuk kajian teknis dan bantuan teknis dapat didukung oleh Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota (KMK)

16. Musyawarah Desa III(Mekanisme Pelaksanaan) Musyawarah desa tahap II mengagendakan mekanisme dan rencana pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Pada tahap ini diharapkan dapat dicapai kesepakatan masyarakat mengenai pelaksanaan, apakah akan dilaksanakan secara swadaya atau dengan bantuan pihak ketiga. Pada musyawarah ini juga disampaikan mengenai rencana detail pelaksanaan yang mencakup jadual pelaksanaan, mekanisme, sumberdaya dan apabila ada pengadaan lahan. Khusus untuk pengadaan lahan harus disiapkan secara mandiri oleh masyarakat.

Dalam musyawarah ini ditentukan pula penanggung jawab pelaksana kegiatan di tingkat desa. Penanggung jawab tingkat desa akan mewakili dalam mencairkan dana apabila pelaksanaan dilakukan dengan swakelola. Sedangkan apabila kegiatan dilakukan dengan dukungan pihak ketiga (Kontraktor), maka pencairan dapat dilakukan langsung kepada pihak kontraktor.

17. Pembentukan Kelompok Pengguna Prasarana (KPP) Pada musyawarah desa III ini dibentuk pula Kelompok Pengguna Prasarana (KPP). Kelompok Pengguna Prasarana ditunjuk oleh masyarakat, terutama yang menjadi target pengguna (beneficiary) dari adanya prasarana perdesaan yang dibangun. Kelompok ini nantinya bertanggung jawab terhadap terhadap operasi dan pemeliharaan dalam upaya melestarikan prasarana yang ada. KPP diharapkan juga mulai bekerja dalam tahap pelaksanaan pembangunan, sehingga sejak awal dapat dicapai adanya rasa kepemilikan bersama. Selain itu dengan adanya mekanisme pengawasan dari KPP akan mampu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dari adanya PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan.

18. Sinkronisasi dan Konsolidasi Rencana Kegiatan Tingkat Kecamatan Sinkronisasi dan konsolidasi rencana kegiatan tingkat kecamatan dilaksanakan bersama antara Pokja Kecamatan dengan Fasilitator Kecamatan (FK). Pada tahap ini dilakukan sinkronisasi dan konsolidasi dari keseluruhan usulan yang masuk (yang sudah final/sudah dilakukan verifikasi rencana dengan pemerintah Kabupaten/Kota). Melalui kegiatan ini dapat dipantau keseluruhan kegiatan yang berada pada tataran kecamatan, dengan demikian akan mempermudah mekanisme monitoring dan evaluasi kegiatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan. Laporan konsolidasi dan verifikasi kecamatan kemudian dilaporkan/diteruskan oleh Pokja Kecamatan kepada Tim Koordinasi Kabupaten/Kota.

19. Konsolidasi dan Validasi Rencana Kegiatan Tingkat Kabupaten Konsolidasi dan validasi rencana kegiatan tingkat Kabupaten dilakukan oleh TKK (Tim Koordinasi Kabupaten/Kota) bersama dengan KMK (Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota). Dalam kegiatan ini dikonsolidasi seluruh usulan kegiatan yang telah tercakup dalam hasil konsolidasi pada tingkat kecamatan.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 20

Page 25: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Konsolidasi dan verifikasi ini dilakukan untuk mempersiapkan masukan bagi penyusunan pelaksanaan. Dengan mendasarkan pada konsolidasi dan validasi rencana kegiatan ini dapat dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan melalui kontrak kerja antara organisasi masyarakat sekitar (OMS). Hasil konsolidasi dan validasi rencana kegiatan tingkat kabupaten kemudian dilaporkan diteruskan kepada Tim Koordinasi Propinsi (TKPr).

20. Sinkronisasi dan Konsolidasi Program Tingkat Propinsi Sinkronisasi dan konsolidasi program tingkat propinsi dilakukan oleh TKPr (Tim Koordinasi Propinsi) dengan didukung oleh Konsultan Manajemen Regional (KMR). Dalam konsolidasi ini dilakukan dari bahan dari konsolidasi kabupaten. Dari hasil ini dapat dirangkum rencana kegiatan dan pendanaan dari masing-masing kabupaten. Hasil dari kegiatan ini dilaporkan kepada TKP (Tim Koordinasi Pusat) oleh TKPr (Tim Koordinasi Propinsi). Sedangkan hasil konsolidasi tingkat propinsi kemudian dikonsolidasikan oleh KMR (Konsultan Manajemen Regional) untuk menjadi rencana kegiatan tingkat regional.

21. Konsolidasi Persiapan Pelaksanaan Program Nasional di Pusat Hasil dari laporan TKPr (Tim Koordinasi Propinsi) di tingkat pusat dikonsolidasi untuk menjadi rekapitulasi kegiatan untuk seluruh desa. Hasil konsolidasi kemudian perlu dilakukan cross-check dengan hasil dari Konsultan Manajemen Pusat (KMP) yang mengkompilasi laporan dari Konsultan Manajemen Regional (KMR).

22. Penandatanganan Kontrak Pelaksanaan Hasil dari musyawarah masyarakat yang memutuskan mekanisme pelaksanaan, kemudian ditindak lanjuti dengan penanda-tanganan kontrak kerja antara organisasi masyarakat sekitar (OMS) atau pihak ketiga dengan pemerintah kabupaten/kota. Dalam pembuatan kontrak disarankan agar mekanisme pembayaran dilakukan dengan mekanisme progress lapangan dan dilakukan dalam tiga tahapan.

Dengan demikian pembayaran dapat dijabarkan menjadi 40% dari total dana dibayarkan pada awal pelaksaan kegiatan, 40% dibayarkan pada saat progress pelaksanaan kegiatan sudah mencapai 40%, dan sisanya sebesarnya 20% dari total dana,dilaksanakan pada saat serah terima operasional hasil kegiatan.

23. Pelaksanaan Fisik Infrastruktur Perdesaan Pelaksanaan fisik infrastruktur perdesaan dilaksanakan segera setelah penandatangan kontrak dilaksanakan. Pada tahap pelaksanaan ini diharapkan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, masyarakat diharapkan turut berperan aktif dalam pelaksanaannya, baik pelaksanaan tersebut dilakukan secara swadaya maupun dengan bantuan pihak ketiga.

Pada tahap ini, fasilitator desa bertanggung jawab terhadap monitoring pelaksanaan kegiatan di lapangan bersama-sama dengan Fasilitator Kecamatan, dan didukung oleh Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota.

24. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan oleh semua pihak, baik dari masyarakat, KPP, FD, PokJA Kecamatan, Kepala Desa, TKK. Dalam tahap ini merupakan tahapan yang krusial, untuk itu diharapkan masyarakat secara luas mampu melaksanakan fungsi kontrol untuk mengendalian: (a) Pengendalian Kualitas Bahan dan Material; (b) Pengendalian Dimensi; (c) Pengendalian Keuangan; (d) Pengendalian Sumbangan Masyarakat.

Terkait dengan pengendalian sumbangan masyarakat, dimungkinkan apabila terdapat sumbangan sukarela dari masyarakat yang mampu. Untuk mengoptimalkan sumbangan masyarakat

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 21

Page 26: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

diperlukan sosialisasi kepada masyarakat awal serta metoda pengumpulannya dengan cara mencatat sumbangan masyarakaat yang terealisasi pada setiap tahapan pencairan dana.

25. Serah Terima Hasil Pekerjaan Serah terima hasil pekerjaan dilakukan setelah fisik infrastruktur di lapangan selesai dilaksanakan, dan operasionalisasi prasarana perdesaan yang dibangun sudah sepenuhnya dapat berfungsi dan bermanfaat. Pada serah terima kepada Tim Koordinasi Kabupaten/Kota, sesuai dengan surat perjanjian kontrak yang telah ditandatangani sebelumnya.

Selanjutnya untuk pelaksanaan operasi dan pemeliharaan dan untuk mengefektifkan prasarana, TKK menyerahkan kepada KPP (Kelompok Pengguna Prasarana) yang telah dibentuk di masyarakat.

Untuk detail urutan pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan di tingkat masyarakat dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 22

Page 27: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Gambar 3.1.Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 23

SOSIALISASITingkat Kecamatan dan Desa

MUSYAWARAH IPembentukan OMS & FD

MUSYAWARAH IIIdentifikasi Permasalahan

PENYUSUNAN RENCANAKEGIATAN

FINALISASI USULAN

DESAIN DAN RAB

MUSYAWARAH IIIPersiapan Pelaksanaan

Pembentukan KPP

TINGKAT MASYARAKAT

KONTRAK PELAKSANAANOMS – Satker Kab./Kota

PELAKSANAAN KEGIATANFISIK

SERAH TERIMA HASIL

OPERASIONAL

KONSOLIDASI DANSINKRONISASI KEGIATAN

PENCAIRAN DANA

TINGKAT KECAMATAN/KAB./KOTA

Page 28: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Pengendalian diperlukan agar proses pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan sesuai dengan prinsip, pendekatan, dan mekanisme yang telah ditetapkan. Mekanisme pengendalian dilakukan melalui forum-forum dalam masyarakat.

Pengendalian PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dilakukan melalui pemantauan, pelaporan, pemeriksaan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.

Pengendalian terhadap pelaksanaan seluruh proses dan kegiatan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan bertujuan:

1. Menjaga setiap proses pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan selalu sesuai dengan aturan, prinsip dan kebijakan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan.

2. Menjaga bahwa hasil-hasil selama tahap perencanaan diperoleh melalui proses dan mekanisme yang benar.

3. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.4. Mengendalikan pemanfaatan dana PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan agar sesuai dengan

yang direncanakan dan dikelola secara transparan.5. Menjaga kualitas dari setiap kegiatan yang dilaksanakan agar memuaskan dan memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan.6. Mengendalikan agar setiap pelaku PKPS BBM Infrastruktur dapat menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Strategi dasar dalam pengendalian PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan adalah:

1. Pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan di semua tingkatan menjalankan mekanisme pelaporan baik formal maupun informal dengan disiplin, akurat dan efektif termasuk jika ditemui kendala dan masalah,

2. Semua pihak terkait melakukan pemantauan secara obyektif dan mampu memberikan umpan balik terhadap setiap proses dan kegiatan yang dilaksanakan,

3. Harus ada pemeriksaan yang detail dan akurat sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan terhadap setiap proses dan tahapan kegiatan yang dilaksanakan,

4. Pengawasan yang ketat dan tegas terhadap setiap proses dan kegiatan pada setiap tahapan yang dilaksanakan,

5. Setiap saat dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja serta menegakkan aturan dengan pemberian sanksi.

3.2.2.3. Pemantauan Kegiatan

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan akuntabilitas dalam masyarakat sebagai salah satu prinsip PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan. Masyarakat melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan, melalui berbagai forum musyawarah, yang dilakukan sejak proses sosialisasi dengan melibatkan berbagai pihak dalam masyarakat.

Adanya berbagai forum masyarakat di tingkat desa dan antar desa, selain sebagai upaya memfasilitasi pemantauan berbasis masyarakat juga dimaksudkan sebagai forum yang dapat dimanfaatkan untuk media pemberdayaan masyarakat pada aspek-aspek yang lain, khususnya pelembagaan pembangunan partisipatoris.Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi yang dilakukan secara periodik untuk memastikan apakah suatu kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Tujuan pemantauan juga untuk memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prinsip dan prosedur

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 24

Page 29: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan. Selain itu pemantauan juga ditujukan untuk melihat kinerja semua pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan.

Pemantauan adalah proses yang terus menerus dilakukan sepanjang tahapan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dimulai dari pelatihan dan sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan. Hasil dari kegiatan pemantauan digunakan untuk memperbaiki kualiatas pelaksanaan dan penyesuaian terhadap perencanaan. Hasil pemantauan ini menjadi input untuk evaluasi terhadap pelaksanaan program maupun dasar pembinaan atau dukungan teknis kepada pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dan masyarakat.

Pemantauan merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan, yaitu:

1. Aparat pemerintah pada berbagai tingkatan2. Anggota DPR/DPRD3. Konsultan dari berbagai tingkatan4. Fasilitator (kecamatan, desa dan pendamping lokal)5. Masyarakat desa6. Komponen masyarakat lainnya, seperti; LSM, wartawan

Jenis Kegiatan Pemantauan dalam PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan meliputi:

1. Pemantauan Internal

Pemantauan internal adalah pemantauan yang dilakukan oleh pihak terkait dalam program. Pemantauan internal meliputi :

a. Pemantauan Partisipatif oleh MasyarakatJenis pemantauan yang terbaik adalah pemantauan yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Dalam hal ini masyarakat adalah pemilik proses dari suatu kegiatan program, dan mereka bertanggungjawab untuk memantau proses kegiatan program tersebut.

b. Pemantauan oleh Konsultan dan FasilitatorPemantauan terhadap tahapan pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan merupakan bagian tanggungjawab seluruh konsultan dan fasilitator. Konsultan pusat, konsultan regional, konsultan kabupaten, FK dan FD seluruhnya mempunyai tanggung jawab untuk memantau pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan. Mereka wajib melakukan pemeriksaan untuk bisa mengetahui apakah pelaksanaan setiap tahapan kegiatan sudah berjalan sesuai dengan rencana, dan apakah prinsip maupun prosedur PKPS BBM Infrastrukur Perdesaan juga diterapkan dengan benar.

Pengecekan yang perlu dilakukan oleh konsultan atau fasilitator meliputi : Penerapan prinsip dan prosedur PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan apakah sudah

diterapkan dengan benar. Apakah masyarakat telah berpartisipasi dalam setiap tahapan. Apakah dokumentasi dan administrasi/pembukuan kegiatan tercatat dan tersimpan

dengan baik dan benar (sesuai peruntukannya). Apakah kualitas hasil pelaksanaan kegiatan cukup memadai. Apakah proses pengelolaan hasil kegiatan telah berjalan.

c. Pemantauan oleh Pemerintah yang Berwenang

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 25

Page 30: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan adalah program Pemerintah Indonesia. Dana PPK adalah dana publik dan pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan berjalan sesuai prinsip dan prosedur dan bahwa dana dipakai sebagaimana mestinya. Semua pegawai pemerintah yang terlibat dalam PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan (DPR/DPRD, Tim Koordinasi, Bupati, Camat, Kepala Desa, PjOK, dll) mempunyai tugas untuk memantau PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan.

Pegawai pemerintah sesering mungkin mengunjungi lapangan, baik secara rutin maupun berkala untuk membantu memfasilitasi penyelesaian masalah. Mereka bisa melihat dan memeriksa masalah-masalah ataupun isu yang ada atau mereka bisa memeriksa beberapa hal yang juga tugas pemantauan konsultan.

2. Pemantauan Eksternal

Pemantauan eksternal adalah pemantauan yang dilakukan secara independen, oleh organisasi atau pihak lain. Pemantauan eksternal berisi kumpulan data dan informasi tentang program dari pihak luar. PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan memasukkan kegiatan pemantauan eksternal sehingga program bisa menerima sudut pandang yang berbeda dari pihak luar, yaitu pihak independen yang mungkin memiliki pandangan lebih obyektif atau sudut pandang yang berbeda dari para pelaksana program. Informasi dari pemantauan eksternal dapat diuji silang dengan hasil laporan dari pemantauan internal PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan. Pemantauan eksternal dilakukan oleh LSM, Wartawan, dll.

3.2.2.4. Pengaduan dan Penanganan Masalah

Setiap pengaduan dan keluhan yang muncul dari masyarakat harus segera ditanggapi secara serius dan proporsional serta tidak terlalu lama dibiarkan. Munculnya pengaduan terhadap pelaksanaan kegiatan merupakan wujud kontrol sosial atau pengawasan oleh masyarakat. Dalam menangani pengaduan dan permasalahan dilakukan secara berjenjang.

Pengaduan terhadap pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dapat dilakukan melalui :1. Kotak pos yang disediakan oleh Tim Sekretariat PKPS BBM Inftratruktur Perdesaan2. Surat/Berita langsung kepada Fasilitator Kecamatan maupun Konsultan Manajemen

Kabupaten, Konsultan Manajemen Regional dan Konsultan Manajemen Pusat.3. Surat/Berita langsung kepada aparat pemerintahan yang terkait, seperti :POJK, Pokja

Kecamatan atau Tim Koordinasi PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan.

Dalam menangani setiap pengaduan dan permasalahan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip :

1. Rahasia :Indentitas yang melaporkan (pelapor) pengaduan harus dirahasiakan.

2. Berjenjang :Semua pengaduan ditangani pertama kali oleh pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dijenjang keberadaan subyek yang diadukan. Jadi bila permasalahan muncul tingkat desa, maka pertama kali yang bertanggung jawab untuk menangani masalah adalah masyarakat desa tersebut difailitasi oleh PJOK, FK, Pokja Kecamatan. Pelaku di jenjang atasnya memantau perkembangan penanganan. Bila pelaku dijenjang keberadaan subyek tidak berhasil menangani pengaduan, maka pelaku di jenjang atasnya memberi rekomendasi penyelesaian atau bahkan turut memfasiltasi proses penyelesaiannya.

3. Transparansi dan Partisipatif :

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 26

Page 31: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

sejauh mungkin masyarakat harus diberitahu dan dilibatkan dalam proes penanganan pengaduan terhadap masalah yang ada di wilayahnya dengan difalitasi oleh fasilitator atau konsultan. Sebagai pelaku utama pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan, masyarakat harus disadarkan untuk selalu mengontrol jalannya kegiatan secara bertanggung jawab.

4. Proporsional :Penanganan sesuai dengan cakupan kasusnya. Jika kasusnya hanya berkaitan dengan prosedur dan pengaduan dana, maka masalah atau kasus yang ditangani tidak hanya masalah prosedur saja atau penyalahgunaan dana saja.

5. Objektif :Sedapat mungkin dalam penanganan pengaduan, ditangani secara objektif yang artinya pengaduan-pengaduan yang muncul harus selalu diuji kebenarannya melalui mekanisme uji silang. Sehingga tindakan yang dilakukan sesuai dengan data yang sebenarnya. Tindakan yang dilakukan bukan berdasarkan pemihakan salah satu pihak, melainkan pemihakan pada prosedur yang seharusnya dan kekhasan wilayah masing-masing.

Segala macam jenis pengaduan harus dicatat dan segera mendapatkan penanganan. Untuk memudahkan pencatatan dan penanganannya maka jenis-jenis pengaduan tersebut dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang terjadi, yaitu :

1. Pengaduan yang berkaitan dengan adanya penyimpangan prinsip dan prosedur,2. Pengaduan yang berkaitan dengan adanya penyimpangan, penyalahgunaan atau

penyelewengan dana,3. Pengaduan yang berkaitan dengan adanya tindakan intervensi yang mengarah negatif dan

merugikan masyarakat maupun kepentingan program,4. Pengaduan yang berkaitan dengan adanya kejadian yang mengarah ke kondisi Force Majeur

(suatu keadaan yang terjadi diluar kemampuan manusia, seperti; akibat bencana alam, kerusuhan masal)

5. Hal - hal yang diadukan seringkali tidak hanya terdiri dari satu kategori permasalahan saja, tetapi juga mencakup beberapa kategori permasalahan lainnya. Untuk itu dalam mengkategorikan suatu pengaduan perlu dilihat aspek apa yang paling menonjol menjadi inti permasalahannnya.

Tahapan penanganan pengaduan adalah sebagai berikut : 1. Registrasi dan Dokumentasi

Registrasi atau pencatatan dan dokumentasi di dalam buku arsip (logbook) dimaksudkan sebagai mekanisme kontrol.

2. Pengelompokkan dan DistribusiPengaduan yang telah dicatat atau diregistrasi dan didokumentasikan, kemudian didistribusikan sesuai dengan jenjang kewenangan masing-masing subyek, isu dan status pengaduan. Jika ditemui kasus-kasus yang di pandang akan berdampak lebih luas dari keberadaan kasus tersebut, maka pendistribusiannya disesuaikan dengan luasan dampak yang diperkirakan muncul.

3. Uji Silang dan AnalisisKasus dari hasil pengaduan tersebut selanjutnya dilakukan uji silang untuk mendapatkan:• Kepastian pokok permasalahan yang muncul

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 27

Page 32: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

• Kepastian status kasus. Kasus tersebut apakah sudah ditangani, diselesaikan, dalam proses penanganan, dalam proses uji silang, proses analisa dsb.

• Mendapatkan informasi tambahan.

Hasil uji silang, merupakan masukan untuk menganalisis permasalahan yang muncul, sehingga meningkatkan akurasi penyusunan alternatif penanganan. Hasil dari proses ini adalah rekomendasi tentang penanganan kasus.

4. Tindak Turun TanganTindak turun tangan didasarkan atas rekomendasi dari hasil uji silang dan analisis, yang dilakukan secara berjenjang sesuai dengan wilayah kewenangan masing-masing.

5. Pemantauan dan Investigasi LanjutanPemantauan dimaksudkan sebagai alat kendali penanganan pengaduan, sehingga diketahui perkembangan penyelesaian kasusnya.

6. Penyelesaian MasalahPenyelesaian masalah ini mengedepankan prinsip transparansi, dan partisipasi. Artinya proses penyelesaian harus dilakukan secara terbuka dan melibatkan masyarakat. Aparat dan konsultan atau fasilitator pendamping hanya memfasilitasi proses penyelesaian masalah tersebut.

7. Umpan BalikUmpan balik (feed back) merupakan tanggapan balik masyarakat terhadap penyelesaian kasus yang muncul. Hal ini dapat berupa : Menerima dan menganggap kasus telah selesai. Menerima dengan beberapa catatan persyaratan dan memberikan informasi tambahan. Menolak tanpa alasan. Menolak dengan alasan Tidak ada tanggapan sama sekali.

Umpan balik tersebut juga merupakan masukan bagi kasus yang mungkin muncul sebagai dampak dari tindakan (tindak turun tangan). Dengan demikian menjadi masukan bagi pelaku PPK sebagai pengaduan lanjutan.

Dari hasil pengaduan dan permasalahan yang sudah ditindaklanjuti perlu adanya pelaporan yakni:

Kompilasi tentang pengaduan yang muncul dan tindak lanjut penanganan baik yang telah ditangani maupun yang sedang dalam proses penanganan oleh masing-masing jenjang, dilaporkan sebagai kelengkapan dari laporan bulanan yang dilaksanakan secara berjenjang. Berdasarkan laporan ini, jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan atau proses penyelesaiannya berlarut-larut, maka jenjang di atasnya atau pihak-pihak terkait lainnya dapat membantu penyelesaiannya. Dalam menangani setiap pengaduan dan permasalahan dilakukan berdasarkan

3.2.2.5. Evalausi Kegiatan

Evaluasi dalam dilakukan untuk menilai hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh desa-desa dan di tingkat antar desa, termasuk didalamnya adalah kinerja para pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan. Hasil dari pemantauan, pemeriksaan dan pengawasan dapat dijadikan dasar dalam evaluasi pelaksanaan program di desa maupun di kecamatan. Selain itu dapat juga dilihat dari isi laporan dengan berpegang pada rencana kriteria dan standar yang ditentukan. Hasil

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 28

Page 33: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

evaluasi dapat dijadikan sebagai dasar upaya perbaikan terhadap kelemahan dan mengatasi hambatan yang terjadi.

Apabila dari hasil penilaian isi laporan dinyatakan terjadi penyimpangan dari rencana, kriteria dan standar yang ditentukan, maka dilakukan pengecekan ke lapangan, melalui berbagai sumber yang dapat dipercaya.

3.2.2.6. Pengelolaan Prasarana

Prasarana yang telah dibangun harus diserahkan pengelolaannya kepada kelompok pemanfaat dan pemelihara prasarana sesuai dengan hasil musyawarah desa.

Pengelolaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan merupakan upaya untuk melestarikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan dan pelembagaan. Aspek pelestarian dalam PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan meliputi kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan.

Pelestarian menjadi tanggung jawab bersama masyarakat, kelompok perempuan, dan pemerintah daerah. Kegiatan pelestarian dapat diwujudkan melalui: 1. Pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan PKPS BBM

Bidang Infrastruktur Perdesaan secara berkelanjutan 2. Melembagakan proses dan mekanisme PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan agar

masyarakat terbiasa dengan kelembagaan pembangunan partisipatoris 3. Menyusun regulasi desa guna melindungi kepentingan masyarakat yang berupa aset

termasuk lembaga masyarakat.

3.2.3. Monitoring dan Evaluasi Program

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memperoleh data dan informasi secara silang (crosschecking information) dari berbagai sumber untuk menjaga agar pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan berjalan sesuai prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan.

Secara umum mekanisme monitoring dan evaluasi PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan dapat dipilah menjadi dua, yakni mekanisme internal dan eksternal. Secara internal dilakukan dengan menggunakan instrumen pelaporan yang berisikan data dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan program. Laporan kegiatan dilaksanakan secara periodik dan berjenjang, melalui jalur struktural (aparat pemerintah) dan jalur fungsional (konsultan). Secara eksternal, monitoring dan evaluasi dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat secara independen dan media massa, serta lembaga perwakilan.

Hasil-hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh berbagai pihak tersebut didokumentasikan dan ditindaklanjuti oleh pelaku PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan sebagai bahan perbaikan pelaksanaan selanjutnya. Langkah-langkah penyelesaian masalah atas hasil monitoring dan evaluasi pada dasarnya dilakukan secara berjenjang dan proporsional sesuai lingkup masalahnya.

Untuk menjaga akuntabilitas pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan, dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai pemeriksa independen dengan mengacu pada petunjuk pemeriksaan (audit manual program) yang ditetapkan.

3.2.3.1. Monitoring

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 29

Page 34: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Konsultan Manajemen Pusat bertanggung jawab penuh terhadap desain dan pelaksanaan monitoring PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan. Monitoring dilakukan untuk menganalisis dan memperbaiki manajemen pelaksanaan. Hasil monitoring digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen.

Konsultan Manajemen Pusat juga bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengelola Sistem Informasi Manajemen (SIM) sebagai salah satu alat strategis untuk memonitor perkembangan pelaksanaan kegiatan dari tingkat masyarakat sampai dengan jajaran manajemen regional dan pusat. Hasil SIM ini setelah dilakukan penilaian dan verifikasi secara periodik bulanan dilaporkan ke secretariat PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan Pusat. 3.2.3.2. Evaluasi

Evaluasi dampak pelaksanaan kegiatan akan dilakukan oleh Tim Koordinasi Tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten dan Konsultan Manajemen Pusat, Regional, Kabupaten dan Kecamatan.

Evaluasi dampak pelaksanaan kegiatan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan secara menyuluruh difokuskan pada pengukuran kinerja Program berdasarkan indikator kinerja pelaksanaan kegiatan. Hasil evaluasi sesuai dengan penugasan akan dilaporkan ke Sekretariat PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan.

3.2.4. Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan menjaga kualitas pelaksanaan kegiatan dan sebagai langkah antisipatif terhadap upaya penyimpangan atau penyelewengan. Hasil pemeriksaan digunakan pula sebagai dasar untuk pembinaan dan pemberian dukungan teknis kepada pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dan masyarakat. Pemeriksaan dapat dilakukan secara internal oleh pelaku Infrastruktur Perdesaan sendiri maupun secara eksternal oleh lembaga auditor seperti BPKP dan Inspektorat.

3.2.4.1. Pemeriksaan Internal, meliputi:

(a) Pemeriksaan rutin

Dilakukan oleh FK atau Pendamping Lokal pada setiap kunjungan ke desa untuk memeriksa administrasi dan hasil pelaksanaan di desa-desa, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan. Hal-hai yang diperiksa antara lain: proses pelaksanaan tiap jenis kegiatan, ketersediaan dan kualitas bahan/material, jumlah angkatan kerja yang menunjang kelancaran pekerjaan, administrasi dan rencana kerja TPK, tingkat partisipasi masyarakat, realisasi sumbangan masyarakat, penggunaan Papan Informasi dan Papan Nama Proyek, dll.

Hasil pemeriksaan rutin oleh FK dan atau Pendamping Lokal dibahas bersama Tim Pengelola Kegiatan, kemudian memberikan saran-saran perbaikan dan ditulis dalam buku bimbingan.

(b) Pemeriksaan Berkala

FK atau Pendamping Lokal melakukan pemeriksaan berkala dalam dua minggu sekali atau sebulan sekali. Hal-hal yang harus diperiksa dapat dilihat pada formulir pemeriksaan administrasi, teknis dan manajemen. Hasil pemeriksaan dibahas dengan Tim Pengelola Kegiatan dan ditempel di Papan Informasi.

(c) Pemeriksaan Insidentil

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 30

Page 35: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Dilakukan oleh KMK, atau oleh aparat Tim Koordinasi pada setiap kunjungan ke desa. Pemeriksaan oleh Konsultan Manajemen meliputi semua aspek pemberdayaan dan pengelolaan kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pengelola Kegiatan dan masyarakat. Juga mengenai peranan dan kegiatan FK maupun Pendamping Lokal.

(d) Pra Audit (Peninjauan Sejawat)

Setiap FK akan memeriksa satu desa pada kecamatan lainnya. Tujuan Pra Audit ini adalah untuk memberikan kesiapan TPK dalam menyelesaikan pekerjaan administrasi, keuangan dan seluruh kegiatan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dengan baik dan benar sehingga siap diperiksa oleh auditor dari Instansi Pemeriksa di daerah maupun BPKP.

3.2.4.2. Pemeriksaan Eksternal

Pemeriksaan eksternal secara resmi akan dilaksanakan oleh BPKP selaku auditor. Untuk kegiatan pemeriksaan ini BPKP akan mengeluarkan petunjuk pemeriksaan terhadap PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan sebagai acuan pemeriksaan.

Disamping itu dimungkinkan akan dilakukan pemeriksaan oleh instansi atau lembaga pemeriksa resmi di daerah. Pemeriksaan ini diharapkan tetap dapat mengacu kepada petunjuk pemeriksaan dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 31

Page 36: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Bab 4PENDANAAN

4.1 Sumber Dana

Sumber pembiayaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan berasal dari APBN.

Pemerintah Daerah wajib menyediakan komponen dana pembinaan dan administrasi proyek (PAP), yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

4.2 Alokasi Dana

Berdasarkan lokasi desa tertinggal yang telah ditetapkan oleh Tim Koordinasi Pusat, Departemen Keuangan menerbitkan Dokumen Anggaran yang berlaku sebagai surat keputusan otorisasi.

4.3 Penyaluran dan Pencairan Dana

1. Dana bantuan Program untuk masing-masing Kabupaten disalurkan melalui dokumen anggaran (Satker PKPS BBM di Kabupaten) dan dilampiri jumlah bantuan per kabupaten beserta nama-nama Kecamatan penerima bantuan;

2. Dana bantuan Program dicatat dalam Daftar Pembukuan Administrasi APBD Kabupaten;3. Penerima bantuan adalah masyarakat desa melalui Organisasi Masyarakat Setempat (OMS)

dengan penanggung jawab Ketua OMS yang bersangkutan. Dana bantuan Program disalurkan melalui rekening masing-masing OMS;

4. Penyaluran dana dilakukan melalui KPKN dengan cara transfer dari Rekening Kas Negara ke rekening OMS pada Lembaga Keuangan setempat atau bank terdekat. Untuk itu, OMS diwajibkan membuka rekening dengan nama Rekening Bantuan Program PKPS-BBM OMS (Organisasi Masyarakat Setempat) pada Lembaga Keuangan setempat (kantor Pos Bayar) dan memberitahukan nomor rekeningnya kepada Pejabat Pengeluaran Anggaran (PPA) Satker PKPS BBM Kabupaten dan KPKN setempat;

5. PPA Satker PKPS BBM Kabupaten mengajukan permintaan penyediaan dana kepada KPKN setelah ditanda tanganinya SP3 (Surat Pemberian Pelaksanaan Pekerjaan) dengan OMS. Pengajuan dana dilakukan dalam 3 (tiga) tahap masing-masing uang muka 40%, termin I 40%, dan termin akhir 20%. Pencairan selanjutnya dilakukan apabila progress telah sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam termin atau lebih sebagaimana diuraikan dalam BAPP;

6. OMS mencairkan dana di Lembaga Keuangan setempat atau bank terdekat atas Rekening Bantuan Program dengan menyerahkan Kuitansi. Selanjutnya OMS segera menyampaikan dana yang telah dicairkan tersebut kepada masyarakat;

7. Pencairan dana bantuan Program dilakukan melalui KPKN dengan penerbitan SPM;8. Tata cara penyaluran dan pencairan dana secara rinci akan diatur melalui Surat Edaran (SE)

Direktur Jenderal Anggaran

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 32

Page 37: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 33

Page 38: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 34

Benar

UJI DAN PERIKSA

PEMBEBANANPEMBEBANAN

Proses SAI

Proses SAI

SPM GU

BUKTI

SP2D

LAPORANKEUANGAN

Draft SPM - GU

PENERBIT SPMBENDAHARA PENGELUARAN

UNIT AKUNTASI SATKERPENGUJI TAGIHANPEMBUAT KOMITMEN

KONTRAK

Uraian Biaya dan Progres Pelaksanaan

BUKTI DAN TAGIHAN

Salah

Bayar

Draft SPM - LS

SPM

KPPN

Transfer UP/GU

Transfer UP/GU

BAGAN ALIR PROSES PEMBAYARAN PADA SATUAN KERJA

SPM LS

BUKTI

Permohonan Pembayaran

Page 39: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Bab 5ORGANISASI

Untuk mendorong keberhasilan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan dibuat struktur organisasi proyek yang menggambarkan pola penanganan proyek secara menyeluruh dari pusat sampai daerah dan dibentuk tim koordinasi, lembaga pengelola kegiatan dan bantuan teknis.

5.1. Tim Koordinasi

Dalam pelaksanaan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM ini dibentuk Tim Koordinasi pada beberapa tingkatan, yaitu: 1. Tim Koordinasi Pusat (TKP)2. Tim Koordinasi Propinsi (TKPr)3. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK)4. Kelompok Kerja Kecamatan (Pokja Kecamatan)5. Tim Pelaksana Kegiatan

5.1.1. Tingkat Pusat

Dibentuk Tim Koordinasi Pusat (TKP) yang terdiri dari unsur Departemen Pekerjaan Umum, Bappenas, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Kementerian Negara Perecepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan instansi lain yang terkait;

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menetapkan Surat Keputusan tentang Tim Koordinasi Pusat (TKP) yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana inter Departemen PKPS-BBM.

Tim Pengarah diketuai oleh Deputi .......................... Bappenas serta wakilnya adalah Direktur Jenderal Cipta Karya, Dep. PU. Tim Pengarah beranggotakan unsur-unsur dari Bappenas, Dep. Pekerjaan Umum, Dep. Dalam Negri, Departemen Keuangan, Kementerian Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.

Tim Pengarah inter Departemen didukung oleh Tim Pelaksana inter Departemen yang diketuai oleh Direktur ........................ Bappenas serta wakilnya adalah Direktur ................... Dep. PU. Tim Pelaksana beranggotakan unsur-unsur dari Bappenas, Dep. Pekerjaan Umum, Dep. Dalam Negeri, Departemen Keuangan, Kementerian Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.

Secara operasional Tim Pengarah dan Tim Pelaksana antar Departemen akan dibantu oleh Sekretariat PKPS-BBM yang dikepalai oleh ......... dan beranggotakan eselon III dari departemen dan instansi terkait. Departemen Pekerjaan Umum adalah lembaga penyelenggara PKPS BBM yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan penyelenggaraan PKPS BBMdibawah arahan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana inter departemen.

5.1.2. Tingkat Propinsi

Pemerintah Propinsi berperan memberikan dukungan dan jaminan atas kelancaran pelaksanaan PKPS BBM di wilayah kerjanya.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 35

Page 40: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Penanggung jawab pelaksanaan PKPS BBM di tingkat propinsi adalah Pemerintah Propinsi, yang untuk kelancaran tugasnya dibentuk Tim Koordinasi Propinsi (TKPr) yang ditetapkan oleh Gubernur yang terdiri dari Bappeda Propinsi sebagai ketua serta Dinas Teknis yang menangani prasarana dan sarana sebagai wakil ketua beranggotakan Dinas-dinas terkait di propinsi. Instansi/lembaga pemerintah yang memiliki fungsi dalam bidang perencanaan pembangunan daerah, pemberdayaan masyarakat, sarana dan prasarana serta instansi terkait lainnya.

Secara operasional Tim Koordinasi Propinsi akan dibantu oleh Sekretariat PKPS-BBM Tingkat Propinsi yang dikepalai oleh ......... dan beranggotakan eselon III dari dinas dan instansi terkait.

5.1.3. Tingkat Kabupaten/Kota

Pemerintah Kabupaten/Kota berperan menjamin kelancaran pelaksanaan PKPS-BBM di wilayah kerjanya. Penanggung jawab pelaksanaan di tingkat Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/kota, untuk kelancaran tugasnya dapat dibentuk Tim Koordinasi Kabupaten (TK Kab.) yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota yang terdiri dari instansi/lembaga pemerintah yang memiliki fungsi dalam bidang perencanaan pembangunan daerah, pemberdayaan masyarakat, sarana dan prasarana serta instansi terkait lainnya.Tugas pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka PKPS-BBM antara lain adalah : Mengajukan usulan lokasi sasaran yang telah dipilih oleh masyarakat kepada Pemerintah

Propinsi Memverifikasi daftar lokasi usulan sasaran lokasi PKPS-BBM serta menyampaikan hasilnya

dalam bentuk rekomendasi lokasi sasaran definitif kepada Pemerintah Propinsi Menjamin bahwa lokasi sasaran di wilayahnya tidak tumpang tindih dengan program lain

menggunakan pemberdayaan masyarakat di tahun2005 Mengangkat Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) di tingkat kecamatan untuk

kelancaran administrasi keuangan. Mendukung koordinasi dan kerja sama antara para pelaksana PKPS-BBM (Instansi

pemerintah, konsultan dan masyarakat)

Secara operasional Tim Koordinasi Kabupaten/Kota akan dibantu oleh Sekretariat PKPS-BBM Tingkat Kabupaten/Kota yang dikepalai oleh ......... dan beranggotakan eselon III dari dinas dan instansi terkait.

5.1.4. Tingkat Kecamatan

Di tingkat Kecamatan, dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) Kecamatan yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas usulan Camat yang terdiri dari unsur-unsur pemberdayaan masyarakat, tokoh masyarakat, dan aparat kabupaten yang bertugas di kecamatan sebagai Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PjOK).

5.1.5. Tingkat Desa

Pada tingkat desa dibentuk Tim Pelaksana Kegiatan yang ditetapkan oleh Camat berdasarkan hasil musyawarah desa. Penanggung jawab Tim Pelaksana adalah Ketua Organisasi Masyarakat Setempat (OMS)/Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang tidak dijabat oleh Kepala Desa.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 36

Page 41: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Jika di desa dan kecamatan telah terbentuk organisasi pengelola kegiatan pembangunan, maka tidak perlu dibentuk organisasi yang baru.

Pada saat prasarana telah dibangun diserahkan pengelolaan kepada Kelompok Pengguna Prasarana (KPP) demi lestarinya prasarana, terutama untuk prasana yang memerlukan pemeliharaan yang intensif. KPP ini dibentuk sebelum pelaksanaan fisik dimulai agar anggota KPP dapat mengetahui dan mengawasi jalannnya pelaksanaan fisik.

5.2. Bantuan Teknis

Untuk menjamin terlaksananya Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) akan didukung dengan bantuan teknis konsultan dan fasilitator yang ditempatkan di Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Tingkat Regional dan Tingkat Nasional.Selanjutnya konsultan Pendamping untuk tingkat nasional akan disebut dengan Konsultan Manajemen Pusat (KMP), konsultan pendamping tingkat regional akan disebut dengan Konsultan Manajemen Regional (KMR), konsultan pendamping tingkat kabupaten/Kota akan disebut Konsultan Manajemen Kota/Kabupaten (KMK), pendamping kecamatan akan disebut Fasilitator Kecamatan (FK).

Penugasan bantuan teknis di semua tingkat mulai FK, KMK, KMR, dan KMP akan bertugas sesuai dengan cakupan wilayahnya masing-masing.

5.2.1. Konsultan Manajemen Pusat (KMP)

Konsultan Manajemen Pusat akan membantu pemerintah dalam persiapan dan pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur yang disesuaikan dengan prinsip, pendekatan, kriteria dan indikator keberhasian pelaksanaan, dan bertugas untuk melakukan koordinasi dan mensinkronisasikan kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Untuk hal tersebut, KMP bertugas dan bertanggung jawab penuh terhadap rekruitmen dan seleksi serta kinerja konsultan. KMP bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya kepada Tim Koordinasi Pusat (TKP) dan pemimpin kegiatan.

Pada tahap persiapan program, KMP menyiapkan materi sosialisasi dan diseminasi program serta menyiapkan rancangan, bahan, materi dan pelaksanaan pelatihan kepada Konsultan Manajemen Ragional (KMR), Konsultan Manajemen Kota/Kabupaten (KMK), Fasilitator Kecamatan (FK), serta materi sosialisasi tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kota.

Pada tahap pelaksanaan program, KMP bertanggung jawab untuk melakukan supervisi dan monitoring terhadap pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan di lapangan dengan memberikan dukungan teknis, sinkronisasi dan konsolidasi program dan kegiatan yang diusulkan daerah, dan evaluasi pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan. Secara khusus, KMP bertanggung jawab terhadap mutu pelaksanaan program.5.2.2. Konsultan Manajemen Regional (KMR)

Konsultan Manajemen Regional (KMR) bertugas dan bertanggung jawab sebagai tenaga manajerial yang profesional dan memberikan dukungan teknis dalam pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan pada 2 (dua) propinsi. KMR akan berkedudukan pada salah satu ibukota Propinsi yang dalam menjalankan tugasnya akan berkoordinasi dengan Tim Koordinasi Propinsi (TKPr) dan Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK), serta memberikan dukungan kepada Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota (TKK). KMP bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya kepada Tim Koordinasi Pusat (TKP) dan pemimpin kegiatan.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 37

Page 42: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Pada tahap persiapan program, KMR menyiapkan sosialisasi dan diseminasi program serta menyiapkan pelaksanaan dengan bahan, materi yang sudah dipersiapkan oleh KMP kepada Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota (KMK), Fasilitator Kecamatan (FK), serta materi sosialisasi tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kota.

Pada tahap pelaksanaan program, KMR bertanggung jawab untuk melakukan supervisi dan monitoring terhadap pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan di lapangan dengan memberikan dukungan teknis, sinkronisasi dan konsolidasi program dan kegiatan yang diusulkan daerah dan evaluasi pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan pada daerah yang menjadi wilayah kerjanya. Secara khusus, KMR bertanggung jawab terhadap mutu pelaksanaan program.

5.2.3. Konsultan Manajemen Kota/Kabupaten (KMK)

Konsultan Manajemen Kota/Kabupaten bertugas dan bertanggung jawab sebagai tenaga manajerial yang profesional dan memberikan dukungan teknis dalam pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan pada 4 (empat) Kabupaten/Kota. KMK akan berkedudukan pada salah satu ibukota Kabupaten yang dalam menjalankan tugasnya akan berkoordinasi dengan Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK), serta memberikan dukungan kepada Fasilitator Kecamatan. KMK bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya kepada Tim Koordinasi Pusat (TKR) dan pemimpin kegiatan.

Dalam tim KMK akan diwakili oleh salah satu tenaga ahli yang ditunjuk sebagai koordinator wilayah. Koordinator wilayah akan bertanggung jawab terhadap koordinasi tim dengan KMR.

Pada tahap persiapan program, KMK menyiapkan sosialisasi dan diseminasi program serta menyiapkan pelaksanaan dengan bahan, materi yang sudah dipersiapkan oleh KMP untuk tingkat Kecamatan dan Fasilitator Desa. Pada tahap pelaksanaan program, KMK bertanggung jawab untuk melakukan supervisi dan monitoring terhadap pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan di lapangan dengan memberikan dukungan teknis, sinkronisasi dan konsolidasi program dan kegiatan yang diusulkan daerah dan evaluasi pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan pada daerah yang menjadi wilayah kerjanya. Secara khusus, KMK diharapkan mampu menjaga proses pemberdayaan pada tahap penyiapan, perencanaan, penganggaran, pengusulan dan pelaksanaan fisik.

5.2.4. Fasilitator Kecamatan (FK)

Setiap lokasi kecamatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan akan disediakan 2 tenaga FK yang secara umum mempunyai tugas memfasilitasi masyarakat dalam menjalankan mekanisme dan menerapkan prinsip PKPS-BBM. Tenaga FK terdiri dari satu tenaga ahli prasarana dan satu tenaga ahli pemberdayaan. FK dengan latar belakang ahli prasarana bertugas untuk memberikan dukungan teknis berkaitan dengan desain teknis, perhitungan rencana anggaran dan pelaksanaan fisik, sedangkan FK berlatar belakang non-tekik mempunyai tugas khusus untuk memfasilitasi proses pemberdayaan dan memberikan dukungan terhadap rancangan dan pelaksaan kegiatan. FK bekerja sama dengan OMS dan FD dan berkoordinasi dengan Pokja Kecamatan dalam mendukung pelaksanaan PKPS-BBM. Dalam menjalankan tugasnya, FK bertanggung jawab melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada KMK. Untuk melaksanakan dan menjalankan proses pelaksanaan sesuai dengan sendi-sendi dan prinsip PKPS-BBM, FK akan didukung oleh FD, yang setiap kelurahan/desa berjumlah 1 orang.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 38

Page 43: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 39

Page 44: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Bab 6PELAPORAN

Pelaporan merupakan proses penyampaian data dan atau informasi mengenai perkembangan atau kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan program, kendala dan atau permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program, penerapan dan pencapaian dari sasaran atau tujuan atau prinsip-prinsip PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan, termasuk rencana pemanfaatan dan atau pengelolaan kegiatan dalam PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan.

Mekanisme pelaporan dalam pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dilakukan melalui jalur struktural dan jalur fungsional, sebagai upaya untuk mempercepat proses penyampaian data dan atau informasi dari lapangan atau desa ke tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat.

Agar dapat diperoleh laporan yang lengkap dan informatif, maka materi yang disajikan minimal harus memperlihatkan 6 (enam) hal penting yaitu:1. Kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.2. Pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan.3. Gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan pada saat laporan dibuat.4. Target dan realisasi biaya dari kegiatan yang sedang dilaksanakan.5. Kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya.6. Gambaran dan atau tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program.

Sistem laporan dari desa Tim Pelaksana Kegiatan dalam PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan agar dibuat sesederhana mungkin, mengingat keterbatasan kemampuan administratif dari Tim Pelakana Kegiatan (TPK) di desa. Materi laporan berupa data dan atau informasi yang benar dan akurat jauh lebih diutamakan daripada sistem atau bentuk laporan.

6.1. Pelaporan Jalur Struktural

Pelaporan jalur struktural akan melibatkan beberapa pihak baik sebagai pembuat maupun penerima laporan seperti: Ketua TPK, PjOK, Camat, Tim Koordinasi Kabuapten, Bupati, Tim Koordinasi Propinsi dan Tim Koordinasi Pusat cq. Sekretariat PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan Pusat.

Mekanisme untuk pelaporan jalur struktural dilakukan secara bertingkat sebagai berikut:

1. Ketua TPK dengan bimbingan dan bantuan dari fasilitator kecamatan membuat laporan bulanan sebanyak 4 (empat) rangkap yang ditujukan kepada PJOK dengan tembusan untuk camat, FK dan arsip TPK.

2. PjOK dengan bantuan FK menelaah dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan setelah menerima laporan dari ketua TPK. Selanjutnya PjOK menyusun dan membuat laporan bulanan yang ditujukan kepada Bupati c.q Tim Koordinasi Kabupaten dengan tembusan kepada Konsultan Manajemen Kabupaten, Camat, dan arsip. Pada akhir tahap pelaksanaan PjOK harus membuat laporan akhir yang menggambarkan kondisi terakhir dari pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan di wilayahnya.

3. Ketua Tim Koordinasi kabupaten berdasarkan laporan dari PjOK, hasil-hasil rapat evaluasi dan kunjungan atau monitoring ke lapangan menyusun dan membuat laporan bulanan yang

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 40

Page 45: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

disampaikan kepada Gubernur c.q. Tim Koordinasi Propinsi dengan tembusan kepada Bupati dan arsip.

4. Ketua Tim Koordinasi Propinsi menyusun rekapitulasi laporan bulanan dari setiap kabupaten di wilayahnya menjadi laporan Tim Koordinasi Propinsi yang disampaikan kepada Tim Koordinasi Pusat c.q. Sekretariat PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dengan tembusan kepada Gubernur dan arsip.

5. Dalam hal yang dipandang perlu untuk melaporakan hal-hal mendesak atau bersifat khusus, dapat dilakukan diluar mekanisme laporan berkala. Untuk laporan ini bentuk dan waktunya bebas terutama hal-hal yang memerlukan perhatian khusus dari pusat.

6.2. Pelaporan Jalur Fungsional

Pelaporan jalur fungsional akan melibatkan beberapa pihak baik sebagi pembuat maupun penerima laporan seperti: FK di Kecamatan, KMK di Kabupaetn, KMR di wilayah dan KMP di Pusat.

Mekanisme pelaporan jalur fungsional dilaksanakan secara berjenjang sebagai berikut:

1. FK secara bersama-sama membuat satu laporan bulanan tentang perkembangan pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan di wilayahnya yang dibuat dalam 3 (tiga)rangkap. Laporan ditujukan kepada KMK setiap bulan pada tanggal 1 dengan tembusan kepada PjOK dan arsip FK.

2. Berdasarkan laporan dari FK dan hasil kunjungan atau monitoring ke lapangan serta koordinasi dengan beberapa pihak terkait, KMK membuat laporan bulanan. Laporan dibuat dalam 3 (tiga) rangkap dan ditujukan kepada KMP melalui KMR pada tanggal 5 dengan tembusan disampaikan kepada Tim Koordinasi Kabupaten dan arsip KMK.

3. KMR akan mengelola seluruh data dan informasi baik dari laporan KMK, hasil koordinasi dengan beberapa pihak dan hasil kunjungan ke lapangan. Selanjutnya harus diambil langkah-langkah yang dipandang perlu serta menuangkannya menjadi laporan bulanan yang disampaikan kepada Team Leader KMP pada tanggal 10 dengan tembusan kepada Tim Koordinasi Propinsi dan arsip.

4. Team Leader KMP melaporkan kepada Sekretariat PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan Pusat mengenai perkembangan pelaksanaan seluruh kegiatan serta permasalahan yang memerlukan tindak lanjut.

5. Dalam hal yang bersifat mendesak dan khusus, semua unsur pada tingkatan di atas dapat membuat dan menyampaikan laporan secara insidentil atau di luar jadwal laporan berkala.

Pelaporan Konsultan Manajemen Pusat terdiri dari terdiri dari:1. Laporan Bulanan

Laporan bulanan dibuat oleh KMP dengan mengkonsolidasikan semua informasi dari KMR dan KMK. Dibuat berdasarkan formast baku data/informasi kemajuan di lapangan, KMP melaporkan kepada Kepala Satker PKPS-BBM seluruh kemajuan kegiatan PKPS-BBM, laporan kegiatan beserta kendala dan rekomendasi dari setiap propinsi. Laporan bulan mencakup persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian, masalah dan hambatan, serta rekomendasi. Pelaporan ini didasarkan pada masukan dari KMR, KMK, dan FK, observasi lapangan dan analisis KMP, keluhan masyarakat yang menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan KMP dan dilengkapi dengan foto-foto pelaksanaan.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 41

Page 46: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

2. Laporan Triwulanan Pada setiap triwulannya KMP menyampaikan laporan triwulan kepada Kepala Satker PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan yang memuat informasi pelaksanaan, status, perkembangan dan kemajuan kegiatan, status pencairan dana, hambatan dan permasalahan, serta rekomendasi.

3. Laporan PCR (Project Completion Report) Laporan PCR dibuat setelah seluruh pekerjaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan selesai dilaksanakan. Laporan ini merupakan konsolidasi dari seluruh laporan, baik laporan bulanan dan laporan triwulan, serta laporan dari KMK, dan KMR. Laporan ini merupakan hasil observasi lapangan dan analisis KMK, KMR dan KMP, keluhan masyarakat yang menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan KMP, status kegiatan pelestarian di lapangan, kendala-kendala dan rekomendasi terutama terkait dengan pelestarian hasil kegiatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan.

Pelaporan Konsultan Manajemen Regional terdiri dari terdiri dari:1. Laporan Bulanan

Laporan bulanan dibuat oleh KMR dengan mengkonsolidasikan semua informasi dari KMK. Dibuat berdasarkan format baku data/informasi kemajuan di lapangan, KMR melaporkan kepada KMP seluruh kemajuan kegiatan PKPS-BBM pada tingkat regional, laporan kegiatan beserta kendala dan rekomendasi dari setiap propinsi. Laporan bulanan mencakup persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, masalah dan hambatan, serta rekomendasi dan dilengkapi dengan foto-foto pelaksanaan.

Pelaporan ini didasarkan pada masukan dari KMK dan FK, observasi lapangan dan analisis, keluhan masyarakat yang menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan.

2. Laporan Triwulanan Pada setiap triwulannya KMR menyampaikan laporan triwulan kepada KMP yang memuat informasi pelaksanaan, status, perkembangan dan kemajuan kegiatan, status pencairan dana, hambatan dan permasalahan, serta rekomendasi.

3. Laporan Akhir Laporan Akhir dibuat setelah seluruh pekerjaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan selesai dilaksanakan. Laporan ini merupakan konsolidasi dari seluruh laporan, baik laporan bulanan dan laporan triwulan, serta laporan dari KMK.

Laporan ini merupakan hasil observasi lapangan dan analisis KMR, keluhan masyarakat yang menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan KMR, status kegiatan pelestarian di lapangan, kendala-kendala dan rekomendasi terutama terkait dengan pelestarian hasil kegiatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan.

Laporan ini juga memuat hasil evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan selanjutnya.

Pelaporan Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota terdiri dari terdiri dari:1. Laporan Bulanan

Laporan bulanan dibuat oleh KMK dengan mengkonsolidasikan semua informasi dari Fasilitator Kecamatan. Dibuat berdasarkan format baku data/informasi kemajuan di lapangan, KMK melaporkan kepada KMR seluruh kemajuan kegiatan PKPS-BBM, laporan kegiatan

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 42

Page 47: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

beserta kendala dan rekomendasi dari kabupaten/kota yang menjadi wilayah kerjanya. Laporan bulanan mencakup persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, masalah dan hambatan, serta rekomendasi. Pelaporan ini didasarkan pada masukan dari FK, observasi lapangan dan analisis KMK, keluhan masyarakat yang menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan KMK dan dilengkapi dengan foto-foto pelaksanaan.

2. Laporan Triwulanan Pada setiap triwulannya KMK menyampaikan laporan triwulan kepada KMR yang memuat informasi pelaksanaan, status, perkembangan dan kemajuan kegiatan, status pencairan dana, hambatan dan permasalahan, serta rekomendasi.

3. Laporan Akhir Laporan Akhir dibuat setelah seluruh pekerjaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan selesai dilaksanakan. Laporan ini merupakan konsolidasi dari seluruh laporan, baik laporan bulanan dan laporan triwulan, serta laporan dari FK.

Laporan ini merupakan hasil observasi lapangan dan analisis KMK, keluhan masyarakat yang menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan KMK, status kegiatan pelestarian di lapangan, kendala-kendala dan rekomendasi terutama terkait dengan pelestarian hasil kegiatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan.

Laporan ini juga memuat hasil evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan selanjutnya.

Pelaporan Faslitator Kecamatan terdiri dari terdiri dari:1. Laporan Bulanan

Laporan bulanan dibuat oleh FK dengan mengkonsolidasikan semua informasi dari Fasilitator Desa dan hasil supervisi lapangan. Dibuat berdasarkan format baku data/informasi kemajuan di lapangan, FK melaporkan KMK seluruh kemajuan kegiatan PKPS-BBM, laporan kegiatan beserta kendala dan rekomendasi dari kecamatan yang menjadi wilayah kerjanya. Laporan bulanan mencakup persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, masalah dan hambatan, serta rekomendasi. Pelaporan ini didasarkan pada masukan dari FD, supervisi lapangan, keluhan masyarakat yang menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan FK dan dilengkapi dengan foto-foto pelaksanaan.

2. Laporan dua mingguan Laporan dua mingguan dibuat oleh FK dengan mengkonsolidasikan semua informasi dari Fasilitator Desa dan hasil supervisi lapangan. Dibuat berdasarkan format baku data/informasi kemajuan di lapangan, FK melaporkan KMK seluruh kemajuan kegiatan PKPS-BBM, laporan kegiatan beserta kendala dan rekomendasi dari kecamatan yang menjadi wilayah kerjanya. Laporan bulanan mencakup persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, masalah dan hambatan, serta rekomendasi. Pelaporan ini didasarkan pada masukan dari FD, supervisi lapangan, keluhan masyarakat yang menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan FK dan dilengkapan dengan foto-foto pelaksanaan.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 43

Page 48: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Bab 7PENUTUP

Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman Pelaksanaan ini akan ditentukan kemudian. Penjabaran dari Pedoman Pelaksanaan ini akan dituangkan dalam Petunjuk Teknis yang akan diterbitkan tersendiri.

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan 44

Page 49: Petunjuk Teknis Simpan Pengelolaan Air

Pedoman Pelaksanaan PKPS BBM 2005

Lampiran

1. Jadwal Pelaksanaan

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan

Jadwal Pelaksanaan Program PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan

Persiapan1 Persiapan Pengadaan Konsultan Manajemen Pusat Ditjen CK2 Pengadaan Konsultan Pusat Ditjen CK3 Mobilisasi Tenaga pendukung Staf Konsultan (KMT-Kab,FK Tel) Pusat TP, TKP4 Diseminasi dan TOT Pusat

Sosialisasi1 Sosialisasi Tingkat Propinsi dan Pusat Pusat TP1 Sosialisasi Tingkat Kabupaten Propinsi TP, TKP, Kons. Pokja Kab., Satker Kab., Tenaga pendukung Konsultan

1 Sosialisasi Tingkat Kecamatan Kab/Kota PK, TKK, TKP Pokja Kab., TKK, DPRD Kab., Konsultan, Pokja Kecamatan, Fasilitator Kecamatan, TTL

2 Verifikasi DED dan RAB Kab/Kota3 Finalisasi Dokumen Lelang Kab/Kota4 Penentuan bentuk pelaksana Kab/Kota5 Proses Pelelangan Paket KSO Kab/Kota6 Penanda tanganan Kontrak Kab/Kota1 Sosialisasi Program Kecamatan Pokja Kab, Pokja Kec, Tokoh Masyarakat, TKK

2 Penetapan Fasilitator Desa KecamatanPerencanaan

3 Pelatihan Fasilitator Desa Kecamatan Pokja Kab, Pokja Kec, Konsultan, TKK Fasilitator Desa4 RTKL Desa Kecamatan5 Finalisasi dengan kesepakatan atas usulan kegiatan (RENSTRA) Kecamatan6 Penilaian Kelayakan Teknis, Biaya, Sosial dan Lingkungan Kecamatan7 Kesepakatan Akhir (Program Investasi Kecamatan/PIK) Kecamatan8 Penyusunan DED dan RAB Kecamatan9 Penyusunan Dokumen Pelelangan Kecamatan1 Pengusulan Fasilitator Desa Desa Masyarakat Desa, Tokoh Masy, Alim Ulama

2 Sosialisasi Program Desa3 Pembentukan Kelompok Diskusi Sektor (KDS) Desa4 Penilaian Awal Kebutuhan Desa Desa5 Analisa Kebutuhan Prasarana Desa6 Penunjukkan Wakil KDS untuk diskusi Desa7 Penyampaian PIK ke masyarakat/Desa Desa8 Penentuan Jadwal Survey Investigasi untuk Perencana dan kemampuan OMSDesa9 Survey Perencanaan Prasarana Desa

10 Penilaian kemampuan OMS Desa11 Pengenalan Awal paket OMS Desa12 Pengenalan Awal paket KSO Desa13 Rencana Pembentukan KPP Desa14 Konfirmasi Hasil Survey Teknis Desa15 Penetapan OMS terpilih Desa11 Penanda tanganan kesepakatan dengan OMS Desa16 Pematangan pembentukan KPP Desa17 Penelitian kelengkapan data SID Desa

Pelaksanaan Desa18 Pelaksanaan Fisik Prasarana Desa19 On The Job Training Desa20 Persiapan PHO dan FHO Desa13 PHO dan FHO Desa14 Pelatihan KPP Desa22 Monitoring Desa

Oct-05Jadwal

PelaksanaKegiatan PesertaLokasiNov-05 Dec-05Apr-05 May-05Mar-05 Jul-05 Aug-05 Sep-05Jun-05