petrografi batubara

11
Petrografi Batubara Petrografi batubara adalah ilmu yang mempelajari komponen- komponen organik (maceral) dan anorganik (mineral matter) secara mikroskopik. Seperti pada petrografi mineral, petrografi batubara memerikan komponen-komponen penyusun batubara secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui asal mula dan genesa pembentukkan batubara. Struktur mikro batu bara Studi petrografi batubara sebenarnya telah cukup lama dikembangkan di luar negeri, akan tetapi di Indonesia bidang studi ini perkembangannya tidak terlalu pesat, disebabkan peralatannya yang mahal dan hanya terbatas berada di instansi/lembaga penelitian saja.Metoda ini awalnya dipelopori oleh akhli tumbuhan purba (paleobotanist) Inggris dan Amerika bernama Marie Stope (1919) dan Reinhardt Theissen (1920) untuk mempelajari tanaman purba dengan menggunakan conto batubara.Kemudian dengan beberapa ilmuwan jerman diantaranya H. Patonie (1920), R Patonie (1924), Stach (1927) dan beberapa ahli dari Negara lainnya, mengembangkan metoda ini untuk keperluan penelitian batubara yang berkaitan dengan genesa (kejadian ), komposisi, sejarah pengendapan dan kodifikasi penanaman komponen organic bahan bembentuk batubara. Sarana utama yang digunakan dalam penelitian petrografi adalah pengamatan contoh batubara dengan menggunakan mikroskop cahaya pantul dan flouresensi cahaya ultra violet. Sejalan dengan semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, kegiatan penelitian dan penggunaan

Upload: syufriadi-firmansyah

Post on 08-Nov-2015

140 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

geologi

TRANSCRIPT

Petrografi BatubaraPetrografi batubara adalah ilmu yang mempelajari komponen-komponen organik (maceral) dan anorganik (mineral matter) secara mikroskopik. Seperti pada petrografi mineral, petrografi batubara memerikan komponen-komponen penyusun batubara secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui asal mula dan genesa pembentukkan batubara.Struktur mikro batu bara

Studi petrografi batubara sebenarnya telah cukup lama dikembangkan di luar negeri, akan tetapi di Indonesia bidang studi ini perkembangannya tidak terlalu pesat, disebabkan peralatannya yang mahal dan hanya terbatas berada di instansi/lembaga penelitian saja.Metoda ini awalnya dipelopori oleh akhli tumbuhan purba (paleobotanist) Inggris dan Amerika bernama Marie Stope (1919) dan Reinhardt Theissen (1920) untuk mempelajari tanaman purba dengan menggunakan conto batubara.Kemudian dengan beberapa ilmuwan jerman diantaranya H. Patonie (1920), R Patonie (1924), Stach (1927) dan beberapa ahli dari Negara lainnya, mengembangkan metoda ini untuk keperluan penelitian batubara yang berkaitan dengan genesa (kejadian ), komposisi, sejarah pengendapan dan kodifikasi penanaman komponen organic bahan bembentuk batubara. Sarana utama yang digunakan dalam penelitian petrografi adalah pengamatan contoh batubara dengan menggunakan mikroskop cahaya pantul dan flouresensi cahaya ultra violet.Sejalan dengan semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, kegiatan penelitian dan penggunaan kajian petrografi batubara ini tidak hanya digunakan untuk keperluan ilmu dasar kegeologian (geological science), akan tetapi telah berkembang dan digunakan pula untuk aplikasi keteknikan dalam pemanfaat batubara dan kegiatan eksplorasi bahan bakar fosil. Sebagai contoh, metoda ini antara lain digunakan untuk eksplorasi minyak dan gas alam, prediksi perilaku batubara dalam pembakaran (direct coal combustion process; coal tired plant,coke, etc.) dan bahan bakar konversi (coal conversion process; gasificastion, liquefaction, etc), serta analisa lingkungan.Dengan demikian sumbangan dan paranan kajian petrografi batubara untuk pemamfaatan semakin luas, sehingga pengetahuan dan penguasaan ilmu petrografi batubara angat diperlukan bersamaan dengan semakin meningkatnya peranan batubara baik untuk sumber energi utama maupun pemanfaatan lainya.Batubara Ditinjau Dari Sudut PetrografiBatubara pada prinsipnya memiliki karakteristrik dan kimiawi tertentu. Ditinjau secara petrografi, batubara dapat dikelompokan menjadi lythotype, microlithotype dan maceral. Secara kimiawi, batubara disusun terutama oleh bahan organik pembentuk batubara disebut maceral. Maceral pada batubara adalah analog dengan mineral pada batuan (anorganik). Maceral terbagi atas tiga group, yaitu; Vitrinite, Liptinite, (atau Exinite) dan inertinite. Maceral Vitrinite dan liptinite kaya kandungan unsure oksigen (H) dan hidrogen (H), sedangkan inertinite umumnya hanya mengandung unsur carbon (C).Identifikasi karakteristrik batubara dapat diberikan berdasarkan pada dua konsep utama yang berbeda, yaitu type batubara (coal type) dan rank batubara (coal rank). Type batubara adalah berkaitan dengan jenis tumbuhan asal (komposisi maceral), lingkungan pengendapan dan pengubahan bahan organic yang terjadi pada proses pembatubaraan tahap biokimia (biochemical coalification stage). Sedangkan rank batubara adalah posisi relatif pembatubaraan atau derajat kematangan pengubahaan (transformation) bahan organic pada proses pembatubaraan (geochemical coalification) yang dimulai dari seri tahapan gambut - batubara lignit subbituminus dan bituminous antrasit dan meta antrasit sampai akhirnya ke semigrafit dan grafit.Aplikasi Petrogafi BatubaraDalam penerapannya, petrografi batubara antara lain dapat digunakan untuk hal hal sebagai berikut:1. Penentuan rank batubara dapat dilakukan dengan cara mengukur reflektan vitrinite. Pemilihan vitrinite sebagai maceral penentu rank batubara adalah karena maceral ini umumnya selalu hadir dalam betubara dengan proporsi terbanyak dan memiliki perubahan reflektan dan relative linier terhadap pembatubaraan jika dibanding maceral maceral lainnya. Metoda penggunaan reflektan vitrinite dalam menentukan rank batubara memiliki keunggulan dibanding cara konvensional (analisa kimia) oleh karena : memiliki ketelitian tinggi dan akurat, tidak memerlukan contoh dalam jumlah besar serta lebih mudah dan cepat.2. Penentuan komposisi maceral batubara dan prediksi prilaku dan keteknikan dari batubara sehingga tersedia karakteristik data yang sesuai dengan kebutuhan industri yang memerlukannya. Dengan demikian akan tercapai efisiensi yang tinggi dan ekonomis bagi industri pemanfaatan batubara. Sebagai ilustrasi, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa batubara dengan komposisi maceral yang berbeda (mis.batubara kaya liptinite dengan batubara kaya intertinite) akan memiliki perbedaan dalam kecepatan pembakaran dan sisa pembakarannya pada tanur pembakaran. Meskipun kedua batubara tersebut memiliki rank (nilai kalori) yang sama. 3. Dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi, batubara dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan unsur organic yang terdapat dalam batuan induk (source rock) serta menentukan derajat kematangan batuan tersebut. Berdasarkan penelitian dan penemuan minyak bumi yang dilakukan Indonesia dan Negara Negara lainnya, telah diketahui bahwa batubara mempunyai peranan penting didalan pembentukan minyak dan gas bumi.Optimasi Pemanfaatan Petrografi BatubaraUpaya pemanfaatan batubara sebagai sumber energi utama pengganti minyak bumi semakin intens diusahakan dan dikembangkan. Berbagai penelitian untuk pengembangan pemanfaatan batubara yang efisien, bersih (berwawasan lingkungan) dan ekonomis serta keaneka ragamannya terus diusahakn. Studi petrografitelah dilibatkan dalam usaha usaha tersebut diatas dengan hasil yang memuaskan. Tidak dapat disangsikan bahwa petrografi batubara telah memberi sumbangan pengetahuan bagi kemajuan industri batubara dan industri lainnya seperti industri petro kimia, kimia dasar dan metalurgi.Penelitian petrografi batubara di Indonesia telah cukup banyak dilakukan oleh oleh lembaga riset dan universitas, tapi hasil penelitian ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak industri. Untuk lebih meningkatkan peran petrografi batubara dalam industri diperlukan koordinasi dan kerjasama yang terpadu antar lembaga riset, perguruan tinggi dan instansi terkait serta industri.

Konsep MaseralSecara mikroskopis bahan-bahan organik pembentuk batubara disebut maseral (maceral), analog dengan mineral dalam batuan. Istilah ini pada awalnya diperkenalkan oleh M. Stopes (1935) (dalam buku Stach dkk, 1982) untuk menunjukkan material terkecil penyusun batubara yang hanya dapat diamati dibawah mikroskop sinar pantul.

Maceral pada batu bara

Dalam petrografi batubara, maseral dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok (group) yang didasarkan pada bentuk morfologi, ukuran, relief, struktur dalam, komposisi kimia warna pantul, intensitas refleksi dan tingkat pembatubaraannya (dalam Coal Petrology oleh Stach dkk, 1982), yaitu :1. Kelompok VitrinitVitrinit berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat kayu (woody tissue) seperti batang, akar, dahan dan serat daun, umumnya merupakan bahan pembentuk utama batubara (>50%), melalui pengamatan mikroskop refleksi, kelompok ini berwarna coklat kemerahan hingga gelap, tergantung dari tingkat ubahan maseralnya .

Sub Kelompok Telovitrinitea. Maceral TextiniteMACERAL :Textinite (Tx)Woody jaringan batang, cabang, daun dan akar. Struktur sel utama masih dapat dibedakan.KEROGEN TYPE : IIIMACERAL EXAMPLE : Textinite (Tx); memantulkan cahaya, imersi minyak.

b. Maceral Texto-ulminiteMACERAL : Texto-ulminite (TU);Woody jaringan batang, cabang-cabang. Dinding sel terlihat.KEROGEN TYPE : IIIMACERAL EXAMPLE : Texto-ulminite (TU); memantulkan cahaya, imersi minyak.

c. Maceral Eu-ulminiteMACERAL : Eu-ulminite (Eu)Woody jaringan batang, cabang-cabang. Dinding sel tertutup.KEROGEN TYPE : IIIMACERAL EXAMPLE : Eu-ulminite (Eu); memantulkan cahaya, imersi minyak.

d. Maceral TelocoliniteMACERAL : Telocolinite (TC)Woody jaringan batang, cabang, daun dan akar. Dinding sel primer. Homogen dan banded.KEROGEN TYPE : IIIMACERAL EXAMPLE : Telocolinite (TC); memantulkan cahaya, imersi minyak. Sub Kelompok Detrovitrinitee. Maceral AttriniteMACERAL :Attrinite (A) ;Terdiri dari campuran partikel huminitic halus (