petani tebu tolak impor gula tanah di - ftp.unpad.ac.id · kan jual beli proyek di dpr. ......

1
SENO MANTAN Bendahara Umum Partai Demokrat yang kini terdakwa kasus Wisma Atlet, Palembang, Sumsel, Muhammad Nazaruddin, ternyata menyim- pan banyak koleksi tentang sepak terjang para elite bekas partainya itu. Setelah menyebut nama Ke- tua Umum Anas Urbaningrum dan kader lain, seperti Andi Mallarangeng dan Angelina Sondakh terkait kasus Wisma Atlet, kemarin Nazaruddin me- nyebut nama Ahmad Mubarok. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat yang mantan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat itu disebut Nazaruddin melaku- kan jual beli proyek di DPR. Seusai menjalani persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Nazaruddin mengatakan yayasan milik Mu- MI/PANCA SYURKANI Ahmad Mubarok Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat SEKITAR seribu petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menggelar unjuk rasa di depan Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Ja- karta, kemarin. Para petani tebu yang datang dari berbagai daerah itu menun- tut pemerintah menyetop ren- cana impor gula sebanyak 500 ribu ton pada 2012. Mereka juga meminta pemerintah menindak tegas pelaku perembesan gula Pemasangan Iklan & Customer Service No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: [email protected] Rp2.900/eks (di luar P. Jawa Rp3.100/eks) Rp67.000/bulan (di luar P.Jawa + ongkos kirim) KAMIS, 15 DESEMBER 2011 | NO.11232 | TAHUN XLII | 44 HALAMAN Mubarok Dituding Main Proyek barok di kawasan Casablanca, Jakarta Selatan, dimodali salah satu anggota Demokrat. Namun, Nazaruddin enggan menyebut- kan nama anggota tersebut. ‘’Cari uangnya, dia beli ang- garan ke anggota DPR untuk belanja daerah sebesar 3%, dia jual sama kepala daerah 7%. Itu untuk modalin yayasan Pak Mu- barok,” jelas mantan anggota Komisi III DPR itu. Dia juga tidak merinci per- nyataannya. “Saya kasihan me- lihatnya. Munafik itu. Jangan sok suci,” gumam Nazaruddin sambil menuju mobil tahanan. Saat menanggapi itu, Muba- rok membantah keras. “Saya tidak mengerti apa yang dimak- sud Nazar. Tidak nyambung, saya kan enggak ada di DPR,” kata- nya dengan nada tinggi. Saat ditanya alasan Naza- ruddin menyebut namanya, Mubarok berpendapat bahwa Nazaruddin marah kepada- nya karena dia memperlakukan Nazaruddin secara keras. “Sudah lama saya minta dia dipecat.’’ Sebelumnya, jaksa Eva Yusti- siana menolak keberatan Naza- ruddin dan dakwaan memenuhi syarat. (HZ/*/X-4) P ULUHAN warga dan keluarga korban pem- bunuhan di Mesuji, Lampung, kemarin, mengadu ke Komisi III DPR di gedung parlemen, Jakarta. Aksi keji yang diduga dilakukan aparat penegak hukum pada awal 2011 itu terkait dengan sengketa tanah antara warga dan perusahaan perkebunan. Dalam pengaduan tersebut, warga yang diwakili kuasa hu- kumnya, Bob Hasan, memutar video pembunuhan itu. Dalam rekaman itu, tampak orang- orang yang mengenakan se- ragam aparat membantai warga. Menurut mereka, sekitar 30 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Selain itu, rekaman juga memperlihat- kan sejumlah rumah warga dan tempat ibadah rusak. “Hasil panen singkong juga dirampas,” papar Bob. Peristiwa itu berawal dari per- luasan lahan PT Silva Inhutani sejak 2003. Perusahaan yang berdiri pada 1997 itu diduga menyerobot lahan warga un- tuk ditanami kelapa sawit dan karet. Mantan anggota DPR Saurip Kadi yang ikut mendampingi warga mengatakan perusa- haan itu kesulitan mengusir penduduk. Karena itu, mereka meminta bantuan aparat dan juga membentuk pamswakarsa. “Intimidasi dari oknum aparat dan pihak perusahaan sangat masif,” ujar Saurip. Menurut Saurip, perluasan perkebunan yang merambah ke milik penduduk itu tidak di satu tempat saja. Selain di Mesuji, kejadian serupa juga terjadi di Tulang Bawang dan Sodong. Seorang korban dari Desa Perusahaan yang bersengketa membentuk pamswakarsa untuk mengusir warga. MIRZA ANREAS Sengketa Tanah di Lampung Tewaskan 30 Warga ranasi di pasar umum. Gula ranasi seharusnya hanya dipe- runtukkan bagi industri. Salah satu pengunjuk rasa yang juga petani tebu dari Ker- tosono, Jawa Timur, Agung Am- rullah, mengatakan masuknya gula putih impor dan gula ra- nasi ke pasar konsumsi mem- buat harga gula produksi lokal tertekan dan sulit terjual. Wasekjen APTRI Nur Khab- syin mengatakan perembesan gula ranasi berdampak pada rusaknya tata niaga gula. Perwakilan petani diterima Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi. Bayu ber- janji akan membicarakan masa- lah itu dalam rapat koordinasi pangan di Kantor Menteri Koor- dinator Perekonomian. Unjuk rasa diakhiri aksi penumpahan gula rafinasi di depan lobi gedung Kantor Ke- mendag.(AI/Ant/X-10) Berita Terkait Hlm 17 IKATAN Dokter Indonesia (IDI) menawarkan second opinion me- nyangkut diagnosis medis ter- sangka kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom, Nunun Nurbaeti. Second opinion dari institusi medis yang kredibel dibutuhkan untuk mengakhiri perbedaan antara dokter Komisi Pemberan- tasan Korupsi (KPK) dan dokter pribadi Nunun, Andreas Harry, soal penyakit tersangka. KPK berkesimpulan Nunun tidak sa- kit ingatan, sedangkan Andreas berkukuh yang bersangkutan IDI Tawarkan Second Opinion menderita lupa berat atau stroke amnesia kognitif. ”Kalau ada dispute diagnosis penyakit dari dua pihak, IDI menawarkan diri untuk dimin- tai second opinion oleh penegak hukum,” ujar Ketua IDI Prijo Sidipratomo, kemarin. Juru bicara KPK Johan Budi menyambut baik tawaran IDI tersebut. “Tapi second opinion hanya akan dilakukan jika ada argumen lupa dari Nunun pada pemeriksaan lanjutan nanti. Dokternya pun harus KPK yang menentukan sesuai dengan ke- perluan,” tandasnya. Nunun hingga kemarin masih dirawat di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Pihak rumah sakit akan melakukan serangkaian pe- meriksaan selama lima hari de- ngan melibatkan sembilan dok- ter spesialis untuk menentukan kondisi yang bersangkutan. Secara terpisah, Wakil Men- teri Hukum dan HAM Denny Indrayana mengungkapkan Miranda Goeltom saat ini berada di Bali. Ia yakin Miranda tidak di luar negeri lantaran paspornya sudah ditarik pada saat surat cegahnya keluar, Selasa (13/12). (Tlc/Mad*/X-16) Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui e-mail: [email protected] atau mediaindonesia.com Facebook: Harian Umum Media Indonesia Twitter: @MIdotcom JALAN-JALAN JELANG TAHUN BARU Hiruk-pikuk pesta perayaan tahun baru di kelab, makan malam romantis di tepi sungai, atau menikmati keheningan malam pergantian tahun di alam bebas? AP/ROB GRIFFITH DALAM sistem demokrasi, pemilihan umum (pemilu) ibarat jantung. Dialah yang menentukan keabsahan apakah suasana kehidupan demokratis sudah berjalan atau belum di suatu negara. Tentu saja, pemilu yang berjalan secara indepen- den, jujur, adil, dan terbukalah yang menunjukkan sistem demokrasi berlangsung sehat. Di luar pemilu seperti itu, sistem demokrasi hanya memenuhi kai- dah prosedural, belum substansial. Karena itu, demi mewujudkan pemilu yang sehat dan substantif, segala pranata pemilu mesti diba- ngun berdasarkan asas-asas yang substansial pula. Sejak di hulu, penyiapan pranata pemilu mesti beres dan independensi serta imparsialitasnya dijamin. Maka, menjadi sangat aneh ketika pemerintah memaksakan untuk memasukkan nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsuddin dalam susunan Tim Seleksi Calon Ang- gota Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pemerintah hendak mencampuradukkan rezim pemilu dan re- zim eksekutif dengan menaruh dua menteri, yakni Menteri Dalam Negeri dan Menteri Hukum dan HAM, da- lam susunan tim seleksi yang dibentuk melalui Keppres Nomor 33 Ta- hun 2011 tersebut. Itu berarti pemerin- tah sudah mengotori asas imparsialitas pe- nyelenggara pemilu mulai dari hulu. Apa- lagi, Amir Syamsuddin yang ditunjuk menjadi Wakil Ketua Tim Seleksi KPU bukan sekadar representasi eksekutif, melainkan juga petinggi Partai Demokrat yang notabene peserta pemilu. Benar belaka bahwa Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu mengatur adanya perwakilan pemerintah dalam Tim Seleksi KPU. Namun, perwakilan pemerintah yang dimak- sud dalam undang-undang tersebut ialah menteri dalam negeri. Keberadaan dua menteri sebagai ketua dan wakil ketua tim seleksi jelas akan membuat tim tersebut sulit untuk independen. Semakin sulit menghindari munculnya konflik kepentingan ketika menteri tersebut ialah orang partai, sudah begitu partai pe- nyokong pemerintah lagi. Jawaban Menteri Hukum dan HAM bahwa ke- beradaan dua menteri dalam Tim Seleksi KPU tidak akan berpengaruh pada penyeleksian calon anggota KPU yang bakal diajukan ke DPR merupakan hal yang sulit dipegang. Bukankah partai politik bertarung untuk meme- nangi serangkaian kepentingan? Bukankah pula menaruh orang partai dalam lembaga dan sejumlah institusi bertujuan memuluskan jalan untuk meme- nangi kepentingan tersebut? Publik belum lupa benar soal banyaknya gugatan atas pelaksanaan Pemilu 2009 karena dinilai sebagai pemilu paling jorok sejak reformasi. Jorok karena pe- nyelenggara pemilu tidak mampu memainkan fungsi secara benar, jujur, adil, dan transparan. Mestinya hal itu menjadi pelajaran bagi Pemilu 2014. Namun, jika di awal saja pemerintah hendak main-main dengan pemilu, di titik itulah sebenar- nya mereka sedang membunuh demokrasi secara pelan-pelan. Jika di awal saja pemerintah hendak main-main dengan pemilu, di titik itulah sebenarnya mereka sedang membunuh demokrasi secara pelan-pelan.” EDITORIAL Jalan Bengkok Seleksi KPU Silakan tanggapi Editorial ini melalui: mediaindonesia.com Mimpi dan Misteri PAUSE Simpang Pematang, Mesuji, Mathias Tutus Nugroho, kepada Metro TV mengatakan warga se- lalu kalah. Dia meminta aparat tidak berpihak. “Seharusnya aparat berada di tengah untuk menyelesaikan masalah kami.” Anggota Komisi III Bam- bang Soesatyo yang memimpin pertemuan itu menyatakan pihaknya akan menindaklan- juti kasus itu sesuai dengan ke- wenangan dewan. “Kami wajib menyelesaikan ini bersama aparat.” Dua tempat Kapolri Jenderal Timur Pra- dopo mengatakan ada dua ke- jadian yang ditangani Polri ter- kait kasus pembantaian warga di kawasan Sumatra, yakni kasus di Kabu- paten Mesuji, Lampung, dan kasus di Ke- camatan Me- suji, Kabupa- ten Ogan Ilir, Sumsel. “Kedua wi- layah ada da- lam satu batas yang berdekatan,” kata Kapolri saat raker bersama Komisi III, tadi malam. Menurut Kapolri, kejadian di Mesuji, Lampung, jelasnya, ada masyarakat yang disandera ma- syarakat. Saat polisi mendatangi tempat kejadian, di tengah jalan polisi dicegat masyarakat. Adapun kejadian di Kecamat- an Mesuji, yang berkaitan de- ngan sengketa lahan, sudah di- selesaikan Kapolda Sumsel dan ditetapkan enam tersangka. Di tempat terpisah, Kabid Humas Polda Sumsel Kom- bes Sabaruddin Ginting me- ngatakan kasus kerusuhan di Kecamatan Mesuji yang me- newaskan dua warga dan lima karyawan perkebunan sudah disidangkan. (Bob/Bhm/TT/ Ant/X-5) [email protected] Travelista Halaman 29-44 Petani Tebu Tolak Impor Gula MI/RAMDANI KITA mungkin pernah meng- alami mimpi buruk, seperti kehilangan orang yang dicin- tai, terjatuh dari pesawat, atau merasa dikejar-kejar hantu. Begitu terbangun hati pun waswas. Penulis dan peneliti mimpi, Jean Camp- bell, mengatakan mimpi menyeramkan ialah bentuk peringatan dini tubuh. “Mimpi juga dapat mengajar- kan sesuatu untuk membangun diri sendiri, misalnya, anak- anak penakut bisa belajar berani melalui mimpi mereka,” ujar Campbell, seperti dikutip laman Galtime.com. Ahli mimpi lain, Davina Mackail, menambahkan, mimpi buruk ialah tanda ada masalah yang belum terpecahkan. (*/medicmagic/X-8)

Upload: vuongcong

Post on 12-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SENO

MANTAN Bendahara Umum Partai Demokrat yang kini terdakwa kasus Wisma Atlet, Palem bang, Sumsel, Muhammad Nazaruddin, ternyata menyim-pan banyak koleksi tentang sepak terjang para elite bekas partainya itu.

Setelah menyebut nama Ke-tua Umum Anas Urbaningrum dan kader lain, seperti Andi Mallarangeng dan Angelina Sondakh terkait kasus Wisma Atlet, kemarin Nazaruddin me-nyebut nama Ahmad Mubarok. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat yang mantan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat itu disebut Nazaruddin melaku-kan jual beli proyek di DPR.

Seusai menjalani persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Nazaruddin mengatakan yayasan milik Mu-

MI/PANCA SYURKANI

Ahmad MubarokAnggota Dewan Pembina Partai Demokrat

SEKITAR seribu petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menggelar unjuk rasa di depan Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Ja-karta, kemarin.

Para petani tebu yang datang dari berbagai daerah itu menun-tut pemerintah menyetop ren-cana impor gula sebanyak 500 ribu ton pada 2012. Mereka juga meminta pemerintah menindak tegas pelaku perembesan gula

Pemasangan Iklan & Customer

ServiceNo Bebas Pulsa:

08001990990 e-mail:

[email protected]

Rp2.900/eks(di luar P. Jawa Rp3.100/eks)

Rp67.000/bulan(di luar P.Jawa

+ ongkos kirim)

K AMIS, 15 DESEMBER 2011 | NO.11232 | TAHUN XLI I | 44 HALAMAN

Mubarok Dituding Main Proyek

barok di kawasan Casablanca, Jakarta Selatan, dimodali salah satu anggota Demokrat. Namun, Nazaruddin enggan menyebut-kan nama anggota tersebut.

‘’Cari uangnya, dia beli ang-garan ke anggota DPR untuk belanja daerah sebesar 3%, dia jual sama kepala daerah 7%. Itu untuk modalin yayasan Pak Mu-

barok,” jelas mantan anggota Komisi III DPR itu.

Dia juga tidak merinci per-nyataannya. “Saya kasihan me-lihatnya. Munafik itu. Jangan sok suci,” gumam Nazaruddin sambil menuju mobil tahanan.

Saat menanggapi itu, Muba-rok membantah keras. “Saya tidak mengerti apa yang dimak-sud Nazar. Tidak nyambung, saya kan enggak ada di DPR,” kata-nya dengan nada tinggi.

Saat ditanya alasan Naza-ruddin menyebut namanya, Mubarok berpendapat bahwa Nazaruddin marah kepada-nya karena dia memperlakukan Naza ruddin secara keras. “Sudah lama saya minta dia dipecat.’’

Sebelumnya, jaksa Eva Yusti-siana menolak keberatan Naza-ruddin dan dakwaan memenuhi syarat. (HZ/*/X-4)

PULUHAN warga dan keluarga korban pem-bunuhan di Mesuji, Lampung, kemarin,

mengadu ke Komisi III DPR di gedung parlemen, Jakarta. Aksi keji yang diduga dilakukan aparat penegak hukum pada awal 2011 itu terkait dengan sengketa tanah antara warga dan perusahaan perkebunan.

Dalam pengaduan tersebut, warga yang diwakili kuasa hu-kumnya, Bob Hasan, memutar video pembunuhan itu. Dalam rekaman itu, tampak orang-orang yang mengenakan se-ragam aparat membantai warga. Menurut mereka, sekitar 30 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Selain itu, rekaman juga memperlihat-kan sejumlah rumah warga dan tempat ibadah rusak. “Hasil panen singkong juga dirampas,” papar Bob.

Peristiwa itu berawal dari per-luasan lahan PT Silva Inhutani sejak 2003. Perusahaan yang berdiri pada 1997 itu diduga menyerobot lahan warga un-tuk ditanami kelapa sawit dan karet.

Mantan anggota DPR Saurip Kadi yang ikut mendampingi warga mengatakan perusa-haan itu kesulitan mengusir penduduk. Karena itu, mereka meminta bantuan aparat dan juga membentuk pamswakarsa. “Intimidasi dari oknum aparat dan pihak perusahaan sangat masif,” ujar Saurip.

Menurut Saurip, perluasan perkebunan yang merambah ke milik penduduk itu tidak di satu tempat saja. Selain di Mesuji, kejadian serupa juga terjadi di Tulang Bawang dan Sodong.

Seorang korban dari Desa

Perusahaan yang bersengketa membentuk pamswakarsa untuk mengusir warga.

MIRZA ANREAS

Sengketa Tanah di Lampung Tewaskan 30 Warga

rafi nasi di pasar umum. Gula rafi nasi seharusnya hanya dipe-runtukkan bagi industri.

Salah satu pengunjuk rasa yang juga petani tebu dari Ker-tosono, Jawa Timur, Agung Am-rullah, mengatakan masuknya gula putih impor dan gula ra-fi nasi ke pasar konsumsi mem-buat harga gula produksi lokal tertekan dan sulit terjual.

Wasekjen APTRI Nur Khab-syin mengatakan perembesan gula rafi nasi berdampak pada

rusaknya tata niaga gula.Perwakilan petani diterima

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi. Bayu ber-janji akan membicarakan masa-lah itu dalam rapat koordinasi pangan di Kantor Menteri Koor-dinator Perekonomian.

Unjuk rasa diakhiri aksi penum pahan gula rafinasi di depan lobi gedung Kantor Ke-mendag.(AI/Ant/X-10)

Berita Terkait Hlm 17

IKATAN Dokter Indonesia (IDI) menawarkan second opinion me-nyangkut diagnosis medis ter-sangka kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom, Nunun Nurbaeti.

Second opinion dari institusi medis yang kredibel dibutuhkan untuk mengakhiri perbedaan antara dokter Komisi Pemberan-tasan Korupsi (KPK) dan dokter pribadi Nunun, Andreas Harry, soal penyakit tersangka. KPK berkesimpulan Nunun tidak sa-kit ingatan, sedangkan Andreas berkukuh yang bersangkutan

IDI Tawarkan Second Opinionmenderita lupa berat atau stroke amnesia kognitif.

”Kalau ada dispute diagnosis penyakit dari dua pihak, IDI menawarkan diri untuk dimin-tai second opinion oleh penegak hukum,” ujar Ketua IDI Prijo Sidipratomo, kemarin.

Juru bicara KPK Johan Budi menyambut baik tawaran IDI tersebut. “Tapi second opinion hanya akan dilakukan jika ada argumen lupa dari Nunun pada pemeriksaan lanjutan nanti. Dokternya pun harus KPK yang menentukan sesuai dengan ke-perluan,” tandasnya.

Nunun hingga kemarin masih dirawat di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Pihak rumah sakit akan melakukan serangkaian pe-meriksaan selama lima hari de-ngan melibatkan sembilan dok-ter spesialis untuk menentukan kondisi yang bersangkutan.

Secara terpisah, Wakil Men-teri Hukum dan HAM Denny Indrayana mengungkapkan Miranda Goeltom saat ini berada di Bali. Ia yakin Miranda tidak di luar negeri lantaran paspornya sudah ditarik pada saat surat cegahnya keluar, Selasa (13/12). (Tlc/Mad*/X-16)

Kirimkan tanggapan Andaatas berita ini melalui e-mail:

[email protected] mediaindonesia.com

Facebook: Harian Umum Media Indonesia

Twitter: @MIdotcom

JALAN-JALAN JELANG TAHUN BARUHiruk-pikuk pesta perayaan tahun baru di kelab, makan malam romantis di tepi sungai, atau menikmati keheningan malam pergantian tahun di alam bebas?

AP/ROB GRIFFITH

DALAM sistem demokrasi, pemilihan umum (pemilu) ibarat jantung. Dialah yang menentukan keabsahan apakah suasana kehidupan demokratis sudah berjalan atau belum di suatu negara.

Tentu saja, pemilu yang berjalan secara indepen-den, jujur, adil, dan terbukalah yang menunjukkan sistem demokrasi berlangsung sehat. Di luar pemilu seperti itu, sistem demokrasi hanya memenuhi kai-dah prosedural, belum substansial.

Karena itu, demi mewujudkan pemilu yang sehat dan substantif, segala pranata pemilu mesti diba-ngun berdasarkan asas-asas yang substansial pula. Sejak di hulu, penyiapan pranata pemilu mesti beres dan independensi serta imparsialitasnya dijamin.

Maka, menjadi sangat aneh ketika pemerintah memaksakan untuk memasukkan nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsuddin dalam susunan Tim Seleksi Calon Ang-gota Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pemerintah hendak mencampuradukkan rezim pemilu dan re-zim eksekutif dengan menaruh dua menteri, yakni Menteri Dalam Negeri dan Menteri Hukum dan HAM, da-lam susunan tim seleksi yang dibentuk melalui Keppres Nomor 33 Ta-hun 2011 tersebut.

Itu berarti pemerin-tah sudah mengotori asas imparsialitas pe-nyelenggara pemilu mulai dari hulu. Apa-lagi, Amir Syamsuddin yang ditunjuk menjadi Wakil Ketua Tim Seleksi KPU bukan sekadar representasi eksekutif, melainkan juga petinggi Partai Demokrat yang notabene peserta pemilu.

Benar belaka bahwa Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu mengatur adanya perwakilan pemerintah dalam Tim Seleksi KPU. Namun, perwakilan pemerintah yang dimak-sud dalam undang-undang tersebut ialah menteri dalam negeri.

Keberadaan dua menteri sebagai ketua dan wakil ketua tim seleksi jelas akan membuat tim tersebut sulit untuk independen. Semakin sulit menghindari munculnya konflik kepentingan ketika menteri tersebut ialah orang partai, sudah begitu partai pe-nyokong pemerintah lagi.

Jawaban Menteri Hukum dan HAM bahwa ke-beradaan dua menteri dalam Tim Seleksi KPU tidak akan berpengaruh pada penyeleksian calon anggota KPU yang bakal diajukan ke DPR merupakan hal yang sulit dipegang.

Bukankah partai politik bertarung untuk meme-nangi serangkaian kepentingan? Bukankah pula menaruh orang partai dalam lembaga dan sejumlah institusi bertujuan memuluskan jalan untuk meme-nangi kepentingan tersebut?

Publik belum lupa benar soal banyaknya gugatan atas pelaksanaan Pemilu 2009 karena dinilai sebagai pemilu paling jorok sejak reformasi. Jorok karena pe-nyelenggara pemilu tidak mampu memainkan fungsi secara benar, jujur, adil, dan transparan.

Mestinya hal itu menjadi pelajaran bagi Pemilu 2014. Namun, jika di awal saja pemerintah hendak main-main dengan pemilu, di titik itulah sebenar-nya mereka sedang membunuh demokrasi secara pelan-pelan.

Jika di awal saja

pemerintah hendak main-main dengan pemilu, di titik itulah sebenarnya mereka sedang membunuh demokrasi secara pelan-pelan.”

EDITORIAL

Jalan BengkokSeleksi KPU

Silakan tanggapiEditorial ini melalui:mediaindonesia.com

Mimpi dan MisteriPAUSE

Simpang Pematang, Mesuji, Mathias Tutus Nugroho, kepada Metro TV mengatakan warga se-lalu kalah. Dia meminta aparat tidak berpihak. “Seharusnya aparat berada di tengah untuk menyelesaikan masalah kami.”

Anggota Komisi III Bam-bang Soesatyo yang memimpin pertemuan itu menyatakan pihaknya akan menindaklan-juti kasus itu sesuai dengan ke-wenangan dewan. “Kami wajib menyelesaikan ini bersama aparat.”

Dua tempatKapolri Jenderal Timur Pra-

dopo mengatakan ada dua ke-jadian yang ditangani Polri ter-kait kasus pembantaian warga di kawasan Sumatra, yakni

kasus di Kabu-paten Mesuji, Lampung, dan kasus di Ke-camatan Me-suji, Kabupa-ten Ogan Ilir, Sumsel.

“Kedua wi-layah ada da-

lam satu batas yang berdekatan,” kata Kapolri saat raker bersama Komisi III, tadi malam.

Menurut Kapolri, kejadian di Mesuji, Lampung, jelasnya, ada masyarakat yang disandera ma-syarakat. Saat polisi mendatangi tempat kejadian, di tengah jalan polisi dicegat masyarakat.

Adapun kejadian di Kecamat-an Mesuji, yang berkaitan de-ngan sengketa lahan, sudah di-selesaikan Kapolda Sumsel dan ditetapkan enam tersangka.

Di tempat terpisah, Kabid Humas Polda Sumsel Kom-bes Sabaruddin Ginting me-ngatakan kasus kerusuhan di Kecamatan Mesuji yang me-newaskan dua warga dan lima karyawan perkebunan sudah disidangkan. (Bob/Bhm/TT/Ant/X-5)

[email protected]

Travelista Halaman

29-44

Petani Tebu Tolak Impor Gula

MI/RAMDANI

KITA mungkin pernah me ng-alami mimpi buruk, se per ti kehilangan orang yang dicin-tai, terjatuh dari pesawat, atau mera sa dikejar-kejar hantu. Begitu terbangun hati pun waswas. Penulis dan peneliti mimpi, Jean Camp-bell, mengatakan mimpi menyeramkan ialah bentuk peri ngatan dini tubuh.

“Mimpi juga dapat mengajar-kan sesuatu untuk membangun diri sendiri, misalnya, anak-anak penakut bisa belajar berani melalui mimpi mereka,” ujar Campbell, seperti dikutip laman Galtime.com.

Ahli mimpi lain, Davina Mackail, menambahkan, mimpi buruk ialah tanda ada masalah yang belum terpecahkan. (*/medicmagic/X-8)