peta dan perdedabatan paradigma dalam penelitian sosial

29
Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Upload: morrison

Post on 24-Feb-2016

124 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial. Paradigma. Mengacu pada pokok-pokok pikiran Thomas S. Kuhn. Secara etimologis, paradigma berasal dari kata-kata dalam bahasa Yunani para "disamping", atau "berdampingan" dan deigma “contoh“. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Peta dan Perdedabatan

Paradigma dalam Penelitian Sosial

Page 2: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Paradigma

Mengacu pada pokok-pokok pikiran Thomas S. Kuhn. Secara etimologis, paradigma berasal dari kata-kata dalam bahasa Yunani para "disamping", atau "berdampingan" dan deigma “contoh“.

Oleh Thomas S. Kuhn, Paradigma juga disebut contoh (exemplar) atau " matriks disipliner" (disciplinary matrix). Sesuai dengan makna deigma atau exemplar,

Selaras dengan arti "matriks" dan " disiplin", paradigma merupakan kerangka keyakinan (belief framework) atau komitmen intelektual yaug memberi batasan tentang masalah dan prosedur serta metode penyelesaiannya

Page 3: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

• Paradigma membantu seseorang dalam merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.

• Secara singkat pradigma dapat diartikan sebagai ” keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena)”

Page 4: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Pengertian Paradigma menurut kamus filsafat adalah : 1. Cara memandang sesuatu.2. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari

model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan.

3. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan atau mendefinisikan sutau study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu.

4. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset

Page 5: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

PETA PERBEDAAN TIAP-TIAP PARADIGMA PENELITIAN SOSIAL

Ontological Question : Apa karakteristik dan bagaimana bentuk realitas Epistimological Question : Asumsi yang mempertanyakan hubungan dari the knower to the known (hubungan peneliti dan obyek)

Axiological Question : Mempertanyakan Peranan sistem nilai dalam suatu penelitian Methodological Question : Mempertanyakan bagaimana realitas sosial diketahui

PETA PARADIGMA

Page 6: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Peta Perbedaan dan Paradigma Penelitian SosialKuantitaif Kualitatif

Instrumental

Positivisme Statisik (Survei, Polling, Quick Count, Imndexing) Etnografi (?), Grounded Research, ClinicalResearchContent AnalysisPost-Positivisme FenomenologiEtnometodologi

Interpretif

Konstruktivisme Etnografi (?), Critical Ethnography, Partisipatory Action Reseacrh, Studi Kasus, Comparative Case Study, Discourse Analysis, Framming Analysis, Biografi, Historiografi, Semiotik, Hermeneutik Kritis

Teori Kritis(Frankfurt School)(Neo) MarxismeFeminisme

Cltural Studies

Ethnic Modelling

Page 7: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Menggunakan logika dan sistematika model penelitian natural science dalam penelitian sosial

Menolak hal-hal yang bersifat metafisik dan oposisi dari ajaran teologis yang bersifat dogmatis Tujuan ilmu pengetahuan hanya menjelaskan apa yang nyatadan terukur

Semua pengetauan datang dari pengalaman yang dapat diketahui dan dari realitas yang tidak dapat berubah

Metode, konsep, dan aturan-aturan yang dipakai dalam kajian dan penelitian natural science harus diaplikasikan untuk mengkaji kehidupan sosial kemasyarakatan

Paradigma Positivisme

Page 8: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Asumsi Ontologis Paradigma Positivisme

Realitas sosial berada “diluar sana”. Dan diatur oleh hukum-hukum alam yang kekal. Ilmu pengetahuan hanya berurusan untuk menemukan realitas itu bekerja. Dan tugas akhir ilmu pengetahuan adalah untuk memprediksi dan mengontrol fenomena sosial/fisik. Realitas sosial merupakan suatu obyek yang given dan fixed ‘tak berubah’ dan dapat dipelajari entitasnya secara obyektif. Realitas sosial dapat diketahui dalam arti sesungguhnya

Page 9: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Asumsi Epistemologis Paradigma Positivisme

“Dualis dan objectivist”. Dualisme berarti para peneliti dan objek kajian terpisah dan independen satu sama lain. Sedangkan objectivitas berarti antara peneliti dan yang diteliti tidak saling mempengaruhi, penelitian dilakukan seolah-olah hanya satu arah, tidak ada interaksi antara keduanya, jadi tidak ada keraguan bahwa sistem nilai yang dianut para peneliti akan mempengaruhi objek kajian, begtu juga sebaliknya.

Page 10: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Asumsi Aksiologis Paradigma Positivisme

Value free; artinya hubungan antara peneliti dengan objek kajian, individu, atau komunitas adalah bebas nilai, mksdnya bahwa sistem nilai yang dianut oleh para peneliti harus tidak mempengaruhi penelitian yang sedang dilakukan, begitupula sistem nilai yang dibawa oleh responden (objek kajian), tidak mempengaruhi kegiatan penelitian, dengan demikian hasil penelitian adalah objektif

Page 11: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Asumsi metodologik Paradigma Positivisme

“experimental dan “manipulatif”: pertanyaan dan atau hipotesis diformulasikan sebelum pengumpulan data, mengikuti setting “natural sscience” yang mengikuti proses deduktif

Page 12: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Merupakan versi modifikasi dari positivisme [Positivisme terbukti gagal memahami realitas]

Hasil penelitian berasal dari manipulatif statistical modelling realitif semakin kontradiktif, parsial dan kurang memberi gambaran yang jelas tentang situasi masyarakat dimana penelitian itu dilakukan

Terjadi pergeseran paradigma [Kuhn] dari positivisme ke neo-positivisme yang kemudian bermetamorfosa menjadi post-positivism

Pos-Postivime Paradigm

Page 13: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Asumsi Ontologis Paradigma Post- Positivisme

“Critical realist” seperti halnya realitas dalam klaim positivisme, namun penganut paradigma ini menyatakan bahwa realitas tak pernah bisa dipahami secara utuh, karena keterbatasan kemampuan manusia. Selain itu sifat alam[fisik dan sosial] itu tidak akan pernah ditemukan secara utuh.

Page 14: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Asumsi epistemologis Paradigma Pos-Positivisme

“Modified dualism – objectivity” – objektifitas tetap sesuatu yang ideal, tak ada perdebatan tentang perlunya objektifitas dalam suatu penelitian, tetapi hal tersebut hanya bisa didekati. Peneliti sosial tidak akan pernah menghindari efek interaksi antara penelitian dengan obyek yang diteliti. Jadi klaim objektivitas dari penganut positivisme adalah suatu kemustahilan

Page 15: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Asumsi Aksiologik Paradigma Pos-Positivisme

•“Controlled value-free” – Para penganut paradigma pos-positivisme mempercayai bahwa sisitem nilai memegang peranan dalam suatu penelitian, tetapi peneliti bisa mengontrolnya, jadi menolak prinsip aksiologik paradigma positivisme

Page 16: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Asumsi Metedologik Paradigma Post-Positivisme

“Modified Experiment / Manipulative” : Pengamatan secara natural, metode kualitatif dan tergantung pada teori yang dipergunakan. Kriteria kualitas penelitian: Masih menggunakan objectivity, reliability dan validity (internal dan eksternal validity).

Page 17: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Perbedaan Lain antara Paradigma Postitivisme dan post-positivisme

Menekankan analisa parsial dan dekontektualisasi[decontextualization] VS Menekankan analisis menyeluruh dan kontektualisasi Menekankan pemisahan VS

Menekankan integrasi

Menekankan generalisasi VS Menekankan spesifikasi

Pertimbangan hanya pada objektifitas dan kuantifikasi VS Pertimbangan juga pada subjektifitas dan non-kuantifikasi

Ketergantungan pada keahlian dan pengetahuan orang lain, peneliti sebagai

orang luar VS Pertimbangan juga diambil dari partisipan

dan pengetahuan lokal; peneliti sebagai orang dalam

Memberikan fokus perhatian pada controlling VS Memberi

perhatian /fokus pada understanding

Page 18: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Istilah teori kritis pertama kali ditemukan Max Hokheimer pada tahun 30-an. Awalnya teori kritis berarti pemaknaan kembali gagasan-gagasan ideal modernitas berkaitan dengan nalar dan kebebasan

Paradigma kritis pada dasarnya adalah paradigma ilmu pengetahuan yang meletakkan epistemologi kritik Marxisme dalam seluruh metodologi penelitiannya(Denzin, 2000: 279-280).

Teori kritis menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan antara nalar dan kehidupan sosial. Dengan demikian, teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dan interpretatif dengan klaim-klaim normatif tentang kebenaran, moralitas, dan keadilan

Teori Kritis tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah. Pada dasarnya, Teori Kritis mau menjadi praktis

Paradigma [Teori] Kritis

Page 19: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Ada beberapa karakteristik utamaPertama adalah ciri pemahaman paradigma kritis tentang realitas. Realitas dalam pandangan kritis sering disebut dengan realitas semu. Realitas ini tidak alami tapi lebih karena bangun konstruk kekuatan sosial, politik dan ekonomi. Dalam pandangan paradigma kritis, realitas tidak berada dalam harmoni tapi lebih dalam situasi konflik dan pergulatan sosial (Eriyanto, 2001:3-46).

kedua adalah ciri tujuan penelitian paradigma kritis. Karakteristik menyolok dari tujuan paradigma kritis ada dan eksis adalah paradigma yang mengambil sikap untuk memberikan kritik, transformasi sosial, proses emansipasi dan penguatan sosial.

Dengan demikian tujuan penelitian paradigma kritis adalah mengubah dunia yang tidak seimbang. Dengan demikian, seorang peneliti dalam paradigma kritis akan mungkin sangat terlibat dalam proses negasi relasi sosial yang nyata, membongkar mitos, menunjukkan bagaimana seharusnya dunia berada (Newman, 2000:75-87; Denzin, 2000:163-186)

Page 20: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

•Ciri ketiga adalah ciri titik perhatian penelitian paradigma kritis. Titik perhatian penelitian paradigma kritis mengandaikan realitas yang dijembatani oleh nilai-nilai tertentu

•Karakteristik keempat dari paradigma kritis adalah pendasaran diri paradigma kritis mengenai cara dan metodologi penelitiannya. Paradigma kritis dalam hal ini menekankan penafsiran peneliti pada objek penelitiannya

•Dalam konteks karakteristik yang keempat ini, penelitian paradigma kritis mengutamakan juga analisis yang menyeluruh, kontekstual dan multi level. Hal ini berarti bahwa penelitian kritis menekankan soal historical situatedness dalam seluruh kejadian sosial yang ada (Denzin, 2000:170).

Page 21: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Aspek Ontologis Paradigma Teori Kritis

Historical realism: Realitas yang teramati (virtual reality) merupa-kan realitas “semu” yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya, dan ekonomi politik.

Page 22: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Aspek Epistemologik Paradigma Teori Kritis

Transaksionalis/Subjektivis: Hubungan antara peneliti dan yg. diteliti selain dijembatani oleh nilai-nilai tertentu. Pemahaman tentang suatu realitas merupa-kan value mediated findings.

Page 23: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Aspek Metodologis Paradigma Teori KritisParticipative: Mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual dan multilevel analysis yang bisa dilakukan melalui penempatan diri sebagai aktifis/ partisipan dalam proses transaksi sosial.

Kriteria kualitas penelitian: Historical Situatedness; sejauhmana penelitian memperhatikan konteks historis, sosial, budaya, ekonomi dan politik.

Page 24: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Aspek Axioilogis Paradigma Teori Kritis

Nilai, etika dan pilihan moral me-rupakan bagian yang tak terpisah-kan dari suatu penelitian.

Peneliti menem-patkan diri seba-gai transformative intellectual, advo-kat dan aktivis. Tujuan penelitian:Kritik sosial, trans-formasi, emansi-pasi dan social empowerment.

Page 25: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Paradigma Konstruktivisme

Pandangan konstruktivis bahwa alam semesta adalah hasil konstruksi sosial

Konstruktivisme menganut paham anti-fondasional : Tidak ada satu fondasi atau satu metode ilmiah yang terpercaya dan mantap bagi dunia ilmu pengetahuan

Dengan paham ini, konstruktivis memandang segala sesuatu bersifat relatif

Pendekatan yang dilakukan adalah multiperspektif, karena tidak ada legitimasi yang kuat terhadap satu pandangan yang bisa mengtasanamakan pandangan lain

Kaum Postmodernisme dapat dimasukkan kedalam kategori ini

Page 26: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Aspek Ontologik

Relativisme: Realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersiat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.

Page 27: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Aspek EpistemologiTransaksionalis/Subjektivis: Pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yangg diteliti.

Page 28: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Aspek Metodologik

Reflective/Dialec-tical: Menekankan empati dan interaksi dialektik antara peneliti dan responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif seperti participant observation.

Kriteria kualitas penelitian: Authenticity dan reflectifity, sejauhmana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas dihayati oleh para pelaku sosial.

Page 29: Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Aspek AxioilogisNilai, etika dan pilih-an moral merupakan bagian tak terpisah-kan dalam suatu penelitian

Peneliti sebagai pas-sionate participant, fasilitator yang men-jembatani keragam-an subjektivitas pela-ku sosial.

Tujuan penelitian:Rekonstruksi realitas sosial secara dialek-tik antara peneliti dengan aktor sosial yang diteliti.