perubahan sosial masyarakat tanjung siambang …
TRANSCRIPT
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT TANJUNG SIAMBANG
KELURAHAN DOMPAK PASCA RELOKASI TEMPAT TINGGAL
Naskah Publikasi
Oleh
RIDWAN
NIM :090569201044
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
1
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa
yang disebut dibawah ini:
Nama : RIDWAN
NIM : 090569201044
Jurusan/Prodi : SOSIOLOGI
Alamat : Jl. Pramuka No 02 Kelurahan Tanjung Ayun Sakti
Kecamatan Bukit Bestari Tanjungpinang
Nomor TELP : 085668270616
Email : [email protected]
Judul Naskah : Perubahan Sosial Masyarakat Tanjung Siambang Kelurahan
Dompak Pasca Relokasi Tempat Tinggal
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah
ilmiah dan untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 18 Agustus 2017
Yang menyatakan,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Suryaningsih, M.Si. Rahma Syahfitri, M.Sos
NIDN.1016076901 NIP. 198508202015042001
2
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT TANJUNG SIAMBANG KELURAHAN
DOMPAK PASCA RELOKASI TEMPAT TINGGAL
RIDWAN
SURYANINGSIH.,M.Si
RRAHMA SYAFITRI,M.Sos
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Perubahan merupakan sebuah kepastian yang terjadi dalam kehidupan manusia, perputaran
waktu akan menjadi jawaban dari setiap keinginan manusia untuk berubah kearah yang lebih baik.
Pembangunan merupakan suatu usaha untuk melakukan suatu perubahan dan pembangunan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dari berbagai aspek kehidupan kearah yang
lebih baik. Tanjung Siambang merupakan kampung yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Provinsi Kepri untuk direlokasi ke tempat tinggal yang baru, di mana tempat tinggal masyarakat di
sini sudah ditata sedemikian rupa. Pemukiman yang telah lama menjadi tempat hunian bagi
masyarakat selama berpuluh- puluh tahun merupakan tempat warga bernaung, membesarkan anak-
anak mereka, mendapatkan penghasilan dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Maka
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah proses perubahan sosial yang terjadi pada
masyarakat Tanjung Siambang Kelurahan Dompak pasca relokasi tempat tinggal.
Untuk menganalisa permasalahan di dalam penelitian ini digunakan teori perubahan sosial
dari Soerjono Soekanto. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dilakukan di daerah Tanjung Siambang kelurahan Dompak. Teknik pengambilan sampel penelitian
yang digunakan adalah sampel purposif dengan informan berjumlah 12 orang. Teknik dan alat
pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil
penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif.
Dengan adanya relokasi tempat tinggal tersebut menimbulkan berbagai dampak bagi
kehidupan masyarakat yang ada disekitarnya. Dampak relokasi yang terjadi berupa dampak positif
dan negatif. Dengan adanya relokasi tersebut membuat masyarakat Tanjung Siambang harus rela
direlokasi dari pesisir pantai ke perumahan yang telah disediakan oleh pemerintah. Hal ini
tentunya mengakibatkan adanya perubahan-perubahan pada kondisi masyarakat dari kondisi
sosial, ekonomi dan budaya. Dampak adanya relokasi tersebut juga berpengaruh terhadap
kehidupan sosial masyarakat karena relokasi tempat tinggal mengakibatkan pola interaksi diantara
para anggota masyarakat semakin luas. Selanjutnya, setelah direlokasi juga masyarakat telah
berbaur antara satu dan lainnya. Relokasi berpengaruh pada perekonomian masyarakat, mereka
melakukan berbagai cara untuk memperbaiki perekonomian dengan cara bekerja sampingan atau
bahkan beralih profesi. Namun relokasi tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap budaya atau
kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dijalankan. Banyak dari Masyarakat masih dapat
menjalankan tradisi-tradisi yang ada di daerah Tanjung Siambang.
Kata kunci: Relokasi, Perubahan, Sosial, Ekonomi dan Budaya
3
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT TANJUNG SIAMBANG KELURAHAN
DOMPAK PASCA RELOKASI TEMPAT TINGGAL
RIDWAN
SURYANINGSIH.,M.Si
RRAHMA SYAFITRI,M.Sos
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRACT
Changes were a certainty that occur in human life, the turnaround time will be the answer
to every human desire for change towards the better. Development is an attempt to make a change
and development that aims to improve the lives of people from all aspects of life towards a better.
Tanjung Siambang is a village that has been set by the Government of Kepulauan Riau Province
to be relocated to a new home, where people lived in there already laid out in such a way.
Settlement which has long been a shelter for people during decades of a place where people took
places, raise their children, earn a living and interacting with other people. Then the issues that
discussed in this research is the process of social change in the society of Tanjung Siambang
Village Dompak post relocation of residences.
To analyze the issues in this study used a theory of social change from Soerjono Soekanto.
The type of this research is qualitative descriptive. This research was conducted in the village of
Tanjung Siambang Dompak. The sampling technique used in this study is purposive sampling with
informants amounted to 12 people. The techniques and data collection tools that been used were
such as observation, interviews and documentation. Data obtained from this study will be
analyzed qualitatively.
With the relocation of the dwelling cause various effects to the lives of people who lived
there. The impact of relocation which occured in the form of positive and negative impacts. With
the relocation program of the Tanjung Siambang society were to made people to be willing to be
relocated from the coast to the housing that has been provided by the government. This is certainly
the result of changes in community conditions from the social, economic and cultural. The impact
of the relocation also affect the social life of the community because of the relocation of residences
resulted in patterns of interaction among members of the community more widely. Subsequently,
after being relocated communities have mingled among one another. Relocation affects the
economy of the society, they do a variety of ways to improve the economy by doing side jobs or
even switch professions. However, the relocation had little influence on the culture or habits that
have long run. Many of the community is still able to run the traditions that exist in the Tanjung
Siambang Village.
Keywords: Relocation, Changes, Social, Economic and Cultural
4
1. PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Setiap manusia selama hidupnya pasti
mengalami. perubahan .Perubahan dapat
berupa infrastruktur , budaya, nilai-nilai
sosial, pola-pola prilaku, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial dan sebagainyaMasyarakat
yang dinamis sudah pasti menginginkan
perubahan pada dirinya, baik perubahan
vertical maupun perubahan horizontal,
karena perubahan bukan semata-mata berarti
suatu kemajuan namun juga perubahan bisa
berarti kemunduran dari bidang-bidang
kehidupan tertentu dalam masyarakat
maupun individu. Setiap Perubahan terjadi
di suatu lingkungan masyarakat, sudah pasti
menimbulkan dampak serta persepsi yang
berbeda oleh masyarakat dilingkungan
terjadinya perubahan sosial tersebut.
Sebagai makhluk sosial yang saling
bergantung dan berkaitan, berubahnya
manusia satu dengan lainnya akan
mempengaruhi proses sosial yang terjadi,
secara mikro inilah perubahan yang sedang
terjadi dalam kehidupan masyarakat. Di sisi
lain dalam skala yang lebih besar, perubahan
yang direncanakan dinamakan perencanaan
sosial atau yang lebih terkenal disebut
pembangunan. Pembangunan merupakan
bagian nyata dari perubahan sosial.
Pembangunan merupakan bagian
nyata dari perubahan sosial.
Masyarakat adalah suatu perwujudan
kehidupan bersama manusia dalam
masyarakat berlangsung proses kehidupan
sosial, proses antar hubungan dan antar aksi.
Dengan demikian masyarakat dapat
diartikan sebagai wadah atau medan tempat
berlangsungnya antar aksi warga masyarakat
itu. Untuk mengerti bentuk dan sifat
masyarakat dalam mekanismenya ada ilmu
masyarakat (sosiologi) agar lebih baik
apabila kita mengenal masyarakat dimana
kita menjadi bagian dari padanya, karena
tiap-tiap individu tidak saja menjadi warga
masyarakat secara pasif tetapi aktif.
Pembangunan merupakan langkah
maju yang dilakukan oleh bangsa mansia,
pembagunan dianggap sebagai usaha
manusia untuk meningkatkan taraf
hidupnya.Pembangunan menjadi upaya
manusia untuk mengimbangi perubahan
yang memang pasti terjadi.Pembangunan
menjadi pengukuran perkembangan
peradaban manusia.
Pembangunan tidak hanya dari sektor
fisik, namun juga pada sektor non fisik salah
satunya yang kita kenal dengan istilah
pembangunan manusia.Bahkan kita
mengenal pembedaan antara zaman sejarah
dengan zaman prasejarah diukur dari
kemampuan membaca-tulisnya manusia
pada waktu itu.Inilah yang menunjukkan
bahwa pembangunan non-fisik
(pembangunan manusia) memiliki peran
penting dalam kelanjutan kehidupan
manusia.
5
Pembangunan merupakan suatu
usaha untuk melakukan suatu perubahan dan
pembangunan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat dari
berbagai aspek kehidupan kearah yang lebih
baik sesuai yang dikemukakan Siagian
(1996:24) bahwa :“ Pembangunan sebagai
suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi
kehidupan bernegara dan bermasyrakat yang
lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan
pembangunan sebagai suatu pertumbuhan
menunjukkan kemampuan suatu kelompok
terus berkembang, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif dan merupakan suatu
yang mutlak harus terjadi dalam
pembagunan”.
Sedangkan Kartasasmita (1994:14)
memberikan pengertian yang lebih
sederhana, yaitu suatu proses perubahan
kearah yang lebih baik ,melalui upaya yang
dilakukan secara terencana. Begitu juga
pembangunan pusat pemerintahan Ibu Kota
Provinsi Kepulauan Riau di Tanjung
Siambang yang saat ini masih dalam proses
penyelesaian, masih banyak persoalan yang
harus diselesaikan oleh pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau seperti masalah
pembangunan fisik, serta adminitrasi ganti
rugi perumahan warga yang ditinggalkan
yang berada di daerah Tanjung Siambang.
Relokasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
terhadap masyarakat Tanjung Siambang ini
dikarenakan Pulau Dompak yang dijadikan
sebagai pusat Pemerintahan Provinsi
Kepulauan Riau, di mana di Pulau Dompak
tersebut akan dibangun berbagai macam
bangunan pemerintahan dan infrastruktur
lainnya. Namun karena Tanjung Siambang
belokasi di bibir pantai dan memiliki
keindahan alam, maka pemerintahan
Provinsi Kepulauan Riau nantinya akan
membangun resort , lapangan golf dan
tempat wisata lainnya. Maka perlu adanya
relokasi tempat tinggal warga guna
lancarnya pembangunan di Pulau Dompak.
Tanjung Siambang merupakan
kampung yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Provinsi Kepri untuk direlokasi
ke tempat tinggal yang baru, di mana tempat
tinggal masyarakat di sini sudah ditata
sedemikian rupa. Kampung Tanjung
Siambang yang mayoritas keturunan suku
Melayu, yang terdiri dari 235 Kepala
Keluarga (KK) . Namun sampai sekarang
baru sekitar 140 Kepala Keluarga (KK) yang
sudah menepati rumah hunian yang
disediakan pemerintah Provinsi Kepulauan
Riau dan nantinya semua penduduk
Kampung Tanjung Siambang akan
dipindahkan ke rumah yang telah
disediakan oleh pemerintah provinsi.
Masyarakat pesisir dalam kehidupan
sehari hari tidak lepas dari
ketergantungannya akan sumberdaya pesisir
karena mata pencaharian penduduknya
yang bergantung pada laut. Karena mata
pencahariannya yang bergantung pada
laut, maka masyarakat nelayan memilih
untuk bertempat tinggal di wilayah pesisir.
Hal ini merupakan salah satu faktor
timbulnya permukiman yang berada di
6
wilayah pesisir yang membedakannya
dengan permukiman yang ada di wilayah
perkotaan. Salah faktor yang menyebabkan
masyarakat bertempat tinggal di wilayah
perkotaan adalah karena banyaknya
lapangan perkerjaan yang ditawarkan.
Sedangkan untuk wilayah pesisir, karena
mata pencahariannya bersumber dari laut,
mereka memilih untuk bertempat tinggal di
wilayah pesisir. Potensi dan sumber daya
alam di kawasan pesisir yang beraneka
ragam menjadi daya tarik masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
sehingga terbentuklah permukiman pesisir
yang bervariasi sesuai dengan tingkat
penghidupan masyarakatnya (Hariyanto,
2006:8)
Pemukiman yang telah lama menjadi
tempat hunian bagi masyarakat selama
berpuluh- puluh tahun merupakan tempat
warga bernaung, membesarkan anak-anak
mereka, mendapatkan penghasilan dan
berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan
kegiatan yang dijalankan dalam sebuah
komunitas masyarakat dan telah membentuk
kebiasaan dan budaya tersendiri bagi
masyarakat (Serly, 2010:3)
Ada beberapa hal yang menurut
penulis menarik dari penelitian di Tanjung
Siambang, aspek strategis dari pembangunan
yang berimbas pada lahan masyarakat,
masyarakat yang pada awalnya merupakan
warga asli tempatan harus meingikuti dan
menjalankan kebijakan yang telah dijalankan
oleh pemerintah guna tercapainya
pembangunan yang telah direncanakan.
Masyarakat yang awalnya merupakan tuan
rumah diwilayah tersebut menjadi terusir di
wilayah mereka sendiri akibat dari proses
pembangunan sosial yang seharusnya
memberdayakan mereka bukan justru
memindahkan tempat tinggal mereka yang
telah mereka tempati sejak lama.
Akibat relokasi yang telah ditetapkan
oleh pemerintah Provinsi Kepulauan Riau,
banyak masyarakat yang berada pada
wilayah relokasi telah meninggalkan tempat
tinggal mereka untuk tinggal di perumahan
yang telah disediakan oleh pemerintah
provinsi Kepulauan Riau.Akibat yang
ditimbulkan dari perpindahan masyarakat
menimbulkan perubahan sosial yang dialami
oleh masyarakat Tanjung Siambang
Kelurahan Dompak.
Perubahan tempat tinggal masyarakat
tanjung siambang memberikan dampak yang
besar bagi masyarakat yang telah menerima
dan menjalankan program pemerintah terkait
dengan relokasi tempat tinggal.Masyarakat
yang telah menetap kawasan yang telah
disediakan oleh pemerintah harus biasa
menerima dan mencoba beradapatasi dengan
lingkungan baru. Pada dasarnya masyarakat
Tanjung Siambang berprofesi sebagai
nelayan. Relokasi yang dilakukan membuat
para warga sedikit sulit dalam mengakses
pekerjaannya sebagai nelayan . Ini
dikarenakan pada awalnya masyarakat
Tanjung Siambang bertempat tinggal di
daerah pesisir . Ikatan emosional yang
terjalin antara para warga dan kebiasaan-
7
kebiasaan warga dalam bermasyarakat yang
sebelumnya warga berada dalam suatu
komunitas di lingkungan yang telah lama
mereka huni dan memiliki sejarah
dikehidupan mereka tentunya akan hilang.
Proses adapatasi yang dilakukan oleh
masyarakat Tanjung Siambang bukanlah
merupakan hal yang mudah, karena mereka
harus membiasakan diri untuk terbiasa
tinggal diwilayah yang bukan biasa mereka
huni.
Proses perubahan sosial yang terjadi
pada masyarakat Tanjung Siambang pasca
relokasi tempat tinggal inilah yang menjadi
fokus kajian dalam penelitian ini, serta
bagaimana proses adapatasi masyarakat
terhadap perubahan sosial yang terjadi pasca
relokasi tempat tinggal warga di daerah
Tanjung Siambang keluarahan Dompak.
Maka dari dasar pemeikiran tersebut peneliti
mengambil judul penelitian “ Perubahan
Sosial Masyarakat Tanjung Siambang
Kelurahan Dompak Pasca Relokasi Tempat
Tinggal ”
.
II. LANDASAN TEORI
2.1. Perubahan Sosial
Pada dasarnya setiap masyarakat
dalam hidupnya dapat dipastikan akan
mengalami perubahan. Adanya perubahan
tersebut akan dapat diketahui bila kita
melakukan suatu perbandingan dengan
menelaah suatu masyarakat pada masa
lampau yang kemudian kita bandingkan
dengan keadaan masyarakat sekarang ini .
Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,
pada dasarnya merupakan suatu proses yang
terus menerus, ini berarti bahwa setiap
masyarakat kenyataannya akan mengalami
perubahan-perubahan. Tetapi perubahan
yang terjadi antara masyarakat yang satu
dengan lainnya tentunya berbeda beda. Hal
ini di karenakan adanya suatu masyarakat
yang mengalami perubahan yang lebih cepat
bila dibandingkan dengan masyarakat
lainnya. Disamping itu juga ada perubahan
yang prosesnya lambat, dan ada juga
perubahan yang prosesnya berlangsung
dengan cepat.
Kecenderungan terjadinya perubahan
sosial merupakan gejala yang wajar yang
akan timbul dari pergaulan hidup manusia
yang ada di dalam masyarakat. Adapun
perubahan sosial akan terus berlangsung
sepanjang masih terjadi interaksi antar
manusia dan antar masyarakat. Perubahan
sosial terjadi karena adanya perubahan dalam
unsur yang mempertahankan keseimbangan
masyarakat, seperti perubahan dalam unsur
geografis, biologis, ekonomis, dan yang
lainnya. Perubahan sosial tersebut dilakukan
untuk menyesuaikan dengan perkembangan
zaman yang dinamis.
Everet M. Rogers mengatakan
perubahan sosial itu adalah proses yang
melahirkan perubahan-perubahan didalam
struktur dan fungsi dari suatu sistem
kemasyarakatan. Ada tiga tahapan didalam
proses atau perubahan sosial yang terjadi.
Pertama berawal dari diciptakan atau
lahirnya sesuatu, mungkin sesuatu yang
diidamkan atau suatu kebutuhan yang
8
berkembang sebagai gagasan (ide, concept)
yang baru. Bila gagasan tersebut sudah tidak
menggelinding seperti roda berputar pada
sumbuhnya dan sudah tersebar dikalangan
anggota masyrakat maka proses perubahan
sosial tersebut sudah memasuki tahapan
kedua. Tahapan ketiga disebut sebagai
“hasil” yang merupakan perubahan yang
terjadi didalam sikap, pengalaman, dan
presepsi masyarakat, bahkan dapat
merupakan refleksi dari perubahan yang
terjadi dalam strukutr masyarakat.
Dalam buku Sosiologi Perubahan
Sosial Sztomka, (1993 : 5) sebagian besar
para ahli sosiologi memandang pentingnya
sebuah perubahan yaitu pada struktur sosial
dalam hubungan, organisasi, dan ikatan antar
unsur-unsur didalam masyarakat :
1. Perubahan sosial adalah
transformasi dalam organisasi masyarakat,
dalam pola berfikir dan berperilaku pada
waktu tertentu (Macionis 1987 : 638).
2. Perubahan sosial adalah modifikasi
atau transformasi dalam perorganisasian
masyarakat (Persell, 1987 : 586).
3. Perubahan sosial mengacu pada
variasi hubungan antar individu, kelompok,
organisasi, kultur, dan masyarakat pada masa
tertentu (Ritzer,et. Al, 1987 : 560).
4. Perubahan sosial adalah perubahan
pola perilaku, hubungan sosial, lembaga, dan
struktur sosial pada waktu tertentu (Farley,
1990 :628).
Cara melukiskan perubahan sosial
hampir sama banyaknya dengan cara
mempelajari masyarakat (Chirot, 1986 : 2).
Dimana-mana perubahan telah menjadi
sentral kesadaran rakyat dan ada terhadap
perubahan yang ada dapat ditahan dan dapat
dibatalkan. Dalam setiap masyarakat terdapat
perubahan teknologi, perubahan geogerfis,
perubahan ekologi, dan perubahan yang
disebabkan keganjilan dalam pola ekonomi
dan politik serta yang disebabkan oleh
konflik ideologi.
Menurut kamus Sosiologi (Soekanto,
1993: 62) perubahan (Change) adalah
peristiwa yang menyangkut perubahan posisi
unsur-unsur suatu sistem, sehingga struktur
sistem tersebut berubah. Dalam penelitian ini
perubahan yang dikaji adalah perubahan
yang terjadi di masyarakat (perubahan
sosial). Masih menurut kamus Sosiologi
(Soekanto, 1993: 63) perubahan sosial
(sosial change) adalah perubahan pada
struktur sosial dan pola proses sosial.
Kemudian menurut Soekanto,
(2004:350) menyatakan bahwa:
“Perubahan sosial adalah segala
perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,
yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap
dan pola prilaku di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat, perubahan-
perubahan di dalam masyarakat dapat
mengenai nilai-nilai, sikap-sikap dan pola
prilaku, organisasi, susunan, lembaga-
lembaga sosial kemasyarakatan, lapisan-
lapisan dalam masyarakat kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial dalam
masyarakat.”
Perubahan-perubahan sosial itu dapat
dilihat dari beberapa ciri-ciri tertentu,
9
menurut Soekanto (2004:301-301)
menyatakan bahwa:
“Perubahan-perubahan sosial dapat
diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, antara
lain:
a. Tidak adanya masyarakat yang
berhenti perkembangannya, karena setiap
masyarakat mengalami perubahan-perubahan
yang terjadi secara lambat ataupun secara
cepat.
b. Perubahan yang terjadi pada
lembaga kemasyarakatan tertentu, akan
diikuti dengan perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena
lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya
independen, maka sulit sekali untuk
mengisolasi perubahan pada lembaga-
lembaga sosial tertentu saja. Proses awal dan
proses-proses selanjutnya merupakan mata
rantai.
c. Perubahan-perubahan yang cepat
biasanya mengakibatkan disorganisasi yang
bersifat sementara karena berada didalam
proses penyesuaian. Disorganisasi akan
diikuti oleh sesuatu reorganisasi yang
mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan
nilai-nilai lain yang baru.
d. Perubahan-perubahan tidak
dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
bidang spiritual saja, karena kedua bidang
tersebut mempunyai kaitan timnal balik yang
sangat kuat.
Menurut Dirdjosisworo (1985: 283-
284) perubahan sosial dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Perubahan sosial adalah
perubahan fundamental yang terjadi dalam
struktur sosial, sistem sosial dan organisasi
sosial.
Penjelasannya adalah:
a. Struktur sosial
Struktur sosial adalah bentuk seluruh
jaringan hubungan antar individu dalam
masyarakat dimana terjalin interaksi, dan
komunikasi sosial.
b. Sistem sosial
Sistem sosial adalah keseluruhan
jaringan hubungan antar individu dalam
kelompok sosial, yang berhubungan dengan
nilai-nilai dan pola-pola kebudayaan serta
kaedah-kaedah masyarakat tersebut.
c. Organisasi sosial
Organisasi sosial adalah wadah-
wadah pergaulan kelompok yang disusun
secara jelas antara para petugas dan tugas-
tugasnya yang berhubungan dengan usaha
mencapai tujuan tertentu, yang umumnya
berhubungan dengan aspek kesejahteraan
dan keamanan anggota organisasi tersebut.
Dari pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa perubahan terjadi atas
tiga unsur yang dinamakan perubahan sosial.
Masih menurut Dirdjosisworo (1985; 284)
perubahan yang alami dan berlangsung wajar
dinamakan perubahan sosial (Social change)
dan perubahan yang direncanakan
dinamakan pembangunan (Social
development).
Terdapat dua faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan sosial,
10
yakni yang berasal dari dalam (internal) serta
yang berasal dari luar masyarakat
(eksternal). Menurut Selo Soemarjan
sebagaimana yang dikutip oleh Soekanto
(2005: 318-325), sebab-sebab perubahan
sosial bersumber pada masyarakat itu sendiri
(internal) dan ada yang dari luar (eksternal).
1. Penyebab dari internal:
a. Bertambahnya atau berkurangnya
penduduk.
b. Penemuan-penemuan baru.
c. Pertentangan (Conflict) masyarakat.
d. Terjadinya pemberontakan atau
revolusi.
2. Penyebab dari eksternal:
a. Sebab-sebab yang berasal dari
lingkunagn alam fisik yang ada
disekitar manusia.
b. Peperangan.
c. Pengaruh kebudayaan masyarakat
lain.
Perubahan yang memakan waktu
lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil
yang saling mengikuti dengan lambat,
dinamakan evolusi (Soekanto, 2005:311),
sementara itu perubahan sosial dan
kebudayaan yang berlangsung dengan cepat
dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi
pokok masyarakat (yaitu lembaga-lembaga
kemasyarakatan) lazimnya dinamakan
revolusi (Soekanto, 2005:312-313).
Perubahan kecil adalah perubahan
yang terjadi pada unsur struktur sosial yang
tidak membawa pengaruh langsung atau
berarti bagi masyarakat (Soekanto,
2005:314). Perubahan kecil seperti
perubahan mode pakaian yang tidak
membawa dampak langsung dalam
perubahan masyarakat kota baru pada
masyarakat desa, adalah perubahan besar,
perubahan yang dibawa berpengaruh besar
pada hubungan kekeluargaan, kekerabatan,
bahwa bisa merubah struktur sosial yang ada.
Menurut Soekanto, (2005:315)
menyatakan:
“Perubahan yang direncanakan
merupakan perubahan yang telah
direncanakan oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan dalam
masyarakat.Cara-cara mempengaruhi
masyarakat dengan sistem teratur dan
direncanakan terlebih dahulu dinamakan
rekayasa sosial (Social engineering) atau ada
yang menamakan perencanaan sosial (Social
Planning). Perubahan yang tidak
direncanakan adalah perubahan yang terjadi
diluas control dan pengawasan masyarakat
sehingga akan membawa dampak yang tidak
diharapkan masyarakat.”
Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis mengambil sebuah konsep teori yang
akan diturunkan menjadi pengukur apakah
perubahan sosial telah terjadi pada
masyarakat Tanjung Siambang Keluarahan
Dompak Pasca Relokasi Tempat Tinggal .
Masyarakat yang mengalami suatu
proses perubahan, terdapat adanya faktor-
faktor pendorong antara lain (Soekanto,2010
:282-286):
a. Kontak dengan kebudayaan lain. Salah
satu proses yang menyangkut hal ini adalah
11
diffusion (difusi). Difusi adalah proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari
individu kepada individu lain. Dengan proses
tersebut manusia mampu untuk menghimpun
penemuan-penemuan baru yang telah
dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu
penemuan baru yang telah diterima oleh
masyarakat dapat diteruskan dan disebar
luaskan kepada semua masyarakat, hingga
seluruh masyarakat dapat merasakan
manfaatnya. Proses difusi dapat
menyebabkan lancarnya proses perubahan,
karena difusi memperkaya dan menambah
unsur-unsur kebudayaan yang seringkali
memerlukan perubahan-perubahan dalam
lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang
lama dengan yang baru.
b. Sistem pendidikan formal yang maju.
Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-
nilai tertentu bagi individu, untuk
memberikan wawasan serta menerima hal-
hal baru, juga memberikan bagaimana
caranya dapat berfikir secara ilmiah.
Pendidikan juga mengajarkan kepada
individu untuk dapat berfikir secara obyektif.
Hal seperti ini akan dapat membantu setiap
manusia untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya akan dapat memenuh
kebutuhan zaman atau tidak.
c. Sikap menghargai hasil karya seseorang
dan keinginan untuk maju. Bila sikap itu
telah dikenal secara luas oleh masyarakat,
maka masyarakat akan dapat menjadi
pendorong bagi terjadinya penemuan-
penemuan baru. Contohnya hadiah nobel,
menjadi pendorong untuk melahirkan karya-
karya yang belum pernah dibuat.
d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan
yang menyimpang (deviation). Adanya
toleransi tersebut berakibat perbuatan-
perbuatan yang menyimpang itu akan
melembaga, dan akhirnya dapat menjadi
kebiasaan yang terus menerus dilakukan oleh
masyarakat.
e. Sistem terbuka pada lapisan masyarakat.
Adanya sistem yang terbuka di dalam lapisan
masyarakat akan dapat menimbulkan
terdapatnya gerak social vertical yang luas
atau berarti memberi kesempatan kepada
para individu untuk maju atas dasar
kemampuan sendiri. Hal seperti ini akan
berakibat seseorang mengadakan identifikasi
dengan orang-orang yang memiliki status
yang lebih tinggi. Identifikasi adalah suatu
tingkah laku dari seseorang, hingga orang
tersebut merasa memiliki kedudukan yang
sama dengan orang yang dianggapnya
memiliki golongan yang lebih tinggi. Hal ini
dilakukannya agar ia dapat diperlakukan
sama dengan orang yang dianggapnya
memiliki status yang tinggi tersebut.
f. Adanya penduduk yang heterogen.
Terdapatnya penduduk yang memiliki latar
belakang kelompok-kelompok sosial yang
berbeda-beda, misalnya ideology, ras yang
berbeda akan mudah menyulut terjadinya
konflik. Terjdinya konflik ini akan dapat
menjadi pendorong perubahan-perubahan
sosial di dalam masyarakat.
g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang kehidupan tertentu.
Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat,
dan berlangsung dalam waktu yang panjang,
12
juga akan mengakibatkan revolusi dalam
kehidupan masyarakat.
h. Adanya orientasi ke masa depan.
Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang
mengutamakan masa yang akan datang,
dapat berakibat mulai terjadinya perubahan-
perubahan dalam sistem sosial yang ada.
Karena apa yang dilakukan harus
diorientasikan pada perubahan di masa yang
akan datang.
Serta adanya faktor-faktor yang
menjadi penghambat dalam sebuah
perubahan sosial menurut Soekanto (2010
:286-287) yaitu :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan yang
lambat. Terlambatnya ilmu pengetahuan
dapat diakibatkan karena suatu masyarakat
tersebut hidup dalam keterasingan dan dapat
pula karena ditindas oleh masyarakat lain.
b. Sikap masyarakat yang tradisional.
Adanya suatu sikap yang membanggakan
dan memperthankan tradisi-tradisi lama dari
suatu masyarakat akan berpengaruh pada
terjadinya proses perubahan. Karena adanya
anggapan bahwa perubahan yang akan
terjadi belum tentu lebih baik dari yang
sudah ada.
c. Adanya kepentingan yang telah tertanam
dengan kuatnya. Organisasi sosial yang telah
mengenal sistem lapisan dapat dipastikan
akan ada sekelompok individu yang
memanfaatkan kedudukan dalam proses
perubahan tersebut.
d. Kurangnya hubungan dengan masyarakat
lain.. Hal ini biasanya terjadi dalam suatu
masyarakat yang kehidupannya terasing,
yang membawa akibat suatu masyarakat
tidak akan mengetahui terjadinya
perkenmbangan-perkembangan yang ada
pada masyarakat yang lainnya. Jadi
masyarakat tersebut tidak mendapatkan
bahan perbandingan yang lebih baik untuk
dapat dibandingkan dengan pola-pola yang
telah ada pada masyarakat tersebut.
e. Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal
baru. Anggapan seperti inibiasanya terjadi
pada masyarakat yang pernah mengalami hal
yang pahit dari suatu masyarakat yang lain.
Jadi bila hal-hal yang baru dan berasal dari
masyarakat-masyarakat yang pernah
membuat suatu masyarakat tersebut
menderita, maka masyarakat ituakan
memiliki prasangka buruk terhadap hal yang
baru tersebut. Karena adanya kekhawatiran
kalau hal yang baru tersebut diikuti dapat
menimbulkan kepahitan atau penderitaan
lagi.
f. Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
Hambatan ini biasanya terjadi pada adanya
usaha-usaha untuk merubah unsur-unsur
kebudayaan rohaniah. Karena akan diartikan
sebagai usaha yang bertentangan dengan
ideologi masyarakat yang telah menjadi
dasar yang kokoh bagi masyarakat tersebut.
g. Adat atau kebiasaan. Biasanya pola
perilaku yang sudah menjadi adat bagi suatu
masyarakat akan selalu dipatuhi dan
dijalankan dengan baik. Dan apabila pola
perilaku yang sudah menjadi adat tersebut
sudah tidak dapat lagi digunakan, maka akan
sulit untuk merubahnya, karena masyarakat
tersebut akan mempertahankan alat, yang
dianggapnya telah membawa sesuatu yang
baik bagi pendahulu-pendahulunya.
13
2.2 Masyarakat Pesisir
Secara sosiologis, karakterristik
masyarakat pesisir berbeda dengan
karakteristik masyarakat agraris seiring
dengan perbedaan karakteristik sumberdaya
yang di hadapi. Pendapat Horton dkk (1991 :
8) mendefinisikan masyarakat adalah
sebaagai sekumpulan manusia yang secara
relatif mandiri,cukup lama hidup
bersama,mendiami suatu wilayah
tertentu,memiliki kebudayaan yang sama,dan
melaukan sebagian besar kegiatannya di
dalam kelompok tersebut.
Menurut pendapat Ralph Linton
(Arif Satria, 1956 : 8), mengartikan
masyarakat sebagai kelompok manusia yang
telah hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur dan
menganggap diri mereka sebagai sustu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang di
rumuskan secara jelas. Jadi dapat di
simpulkan bahwa masyarakat adalah mahluk
sosial yang hidup di suatu wilayah tertentu
dan memiliki kebiasaan tertentu menurut
adat istiadat yang di pegangnya.
Ketika berbicara tentang
masyarakat pesisir menurut Redfield (Arif
Satria, 1941 : 9), ada empat tipe komonitas,
yaitu city (kota), town (kota kecil), peasant
village (desa petani), dan tribal village (desa
terisolasi). Setiap komonitas tersebut
mempunyai karakteristik kebudayaan yang
berbeda satu sama lain. Proses traspormasi
dari desa terisolasi ke kota di tandai dengan;
1. Kendurnya ikatan adat istiadat
2. Sekularisasi
3. Individualisasi
Merujuk pada klasifikasi Redfield,
masyarakat pesisir itu sendiri berada pada
setiap tipe komonitas. Namun, kebanyakan
masyarakat pesisir di Indonesia merupakan
reprensi tipe komunitas desa petani dan desa
terisolasi. Meski demikian, masyarakat
pesisir (khususnya yang bergerak di bidang
perikanan), pada umumnya mencirikan
sesuatu yang oleh Redfield disebut sebagai
kebudayaan.
2.3 Relokasi
Menurut Jha et al (2010) dalam
Martanto dan Sagala (2010:70) relokasi
adalah sebuah proses dimana pemukiman
masyarakat, asset dan infrastruktur publik
dibangun kembali di lokasi lain, sedangkan
menurut Kementrian Pekerjaan Umum
(2011) relokasi merupakan bagian dari
pemukiman kembali ( resettlement ) di lokasi
yang baru di luar kawasan rawan bencana.
Menurut Martanto dan Sagala (2010:70 )
relokasi adalah upaya pemindahan sebagian
atau seluruh aktivitas berikut sarana dan
prasarana penunjang aktivitas dari suatu
tempat ke tempat lain guna mempertinggi
faktor keamanan, kelayakan, legalitas
pemanfaatan dengan tetap memperhatikan
keterkain antara yang dipindah dengan
lingkungan alami dan binaan di tempat
tujuan.
Dalam melaksanakan relokasi
terdapat berbagai prinsip yang harus
dipegang sebagai pedoman. Menurut Jha et
al (2010) dalam Martanto dan Sagala
14
(2010:70) menyebutkan beberapa prinsip
tentang relokasi yaitu:
a. Perencanaan relokasi yang efektif
adalah yang bisa membantu
membangun dan melihat secara
positif
b. Relokasi bukanlah pilihan yang
harus dilakukan karena resiko bisa
dikurangi dengan mengurangi
jumlah penduduk pada suatu
pemukiman dari pada memindahkan
seluruh pemukiman;
c. Relokasi bukan sekedar
merumahkan kembali manusia,
namun juga menghidupkan dan
membangun kembali masyarakat,
lingkungan dan modal sosial;
d. Lebih baik menciptakan insentif
yang mendorong orang untuk
merelokasi dari pada memaksa
mereka untuk meninggalkan;
e. Relokasi seharusnya mengambil
tempat sedekat mungkin dengan
lokasi asal mereka;
f. Masyarakat di lokasi yang akan
ditempati merupakan salah satu
yang mendapatkan dampak dari
relokasi dan harus dilibatkan dalam
perencaan.,
Jha et al (2010) dalam Martanto dan Sagala
(2010:71) menyebutkan beberapa kriteria
mengenai faktor-faktor keberhasilan
relokasi, yaitu sebagai berikut :
a. Masyarakat yang direlokasin ikut
berpartisipasi dalam relokasi dan
keputusan implementasi ( pemilihan
lokasi, identifikasi kebutuhan dasar,
perencanaan pemukiman, desain
rumah dan implementasi
pembangunan);
b. Mata pencaharian tidak spesifik
pada lokasi sehingga tidak
terganggu;
c. Air, angkutan umum, pelayanan
kesehatan, pasar dan sekolah dapat
diakses dan terjangkau;
d. Orang dapat membawa barang-
barang yang berhubungan dengan
spiritual, budaya atau nilai
emosional tinggi ( benda-benda
keagamaan, bagian-bagianbangunan
diselamatkan, patung atau landmark
lokal lainnya );
e. Orang pada kelompok masyarakat
yang sam, bersama-sama
dipindahkan ke lokasi baru;
f. Keterikatan emosional, spiritual dan
budaya lampiran pada lokasi yang
sama tidak terlalu tinggi;
g. Desain ruamh, tatanan pemukiman,
habitat alami, dan fasilitas
masyarakat sesuai dengan cara
hidup masyarakat;
h. Penilaian resiko sosial, lingkungan
dan bahaya mengkonfirmasi bahwa
resiko tidak dapat dikurangi di
lokasi lama, sementara masyarakat
yakin dengan kesesuaian tempat
relokasi;
i. Komunikasi yang intensif dengan
kelompok sasaran dan transparan;
j. Mekanisme penyelesaian keluhan
yang efektif;
15
k. Relokasi dan bantuan untuk
mengurangi dampak ekonomi yang
didanai secara memadai selama
periode yang wajar.
Faktor-faktor kegagalan relokasi yang juga
menurut Jha (2010) yaitu adalah sebagai
berikut:
a. Tidak memadainya lokasi yang
baru;
b. Jarak yang jauh dari sumber
penghidupan dan jaringan sosial;
c. Susunan pemukiman yang tidak
sesuai dengan keadaan sosial
budaya;
d. Kurangnya partisipasi masyarakat;
e. Kurangnya anggaran untuk relokasi;
III. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif.Pendekatan
kualitatif menggambarkan, mengungkapkan,
menceritakan dan meringkas berbagai
kondisi dan situasi yang ada.Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif.Bogdan
dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif
adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati (Moleong,
2002:3).
Jenis penelitian kualitatif dirasa
sangat cocok untuk membahas masalah
penelitian secara mendalam.Dalam
penelitian ini untuk mendapatkan informasi
dari masalah yang diteliti, peneliti tidak
menyebarkan angket untuk informan, tetapi
melakukan wawancara mendalam guna
mendapatakan data yang lebih mendalam
mengenai permasalahan penelitian.
2. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini berada di daerah
Tanjung Siambang kelurahan Dompak,
alasan mengambil lokasi ini adalah karena
lokasi ini merupakan lokasi yang awalnya
telah banyak berdiri pemukiman warga,
namun kini pemukiman tersebut telah
banyak ditinggalkan oleh warga untuk
pindah ke lokasi yang telah disediakan oleh
pemerintah provinsi.
3. Informan Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian bahwa
penelitian kualitatif tidak menggunakan
pendekatan populasi dan sampel tetapi yang
digunakan dengan pendekatan secara intensif
ke informan yang akan dijadikan sebagai
sumber data dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini informan merupakan subjek
yang menjadi sumber peneliti dalam
mendapatkan informasi sebagai data yang
diperlukan sesuai dengan permasalahan dan
kebutuhan peneliti. Teknik penentuan
informan yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan purposive sampling yaitu
pemilihan informan secara bertujuan dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan.
Pemilihan informan berdasarkan penilaian
atau karakteristik yang diperoleh data sesuai
dengan maksud penelitian (Silalahi,
2010:272).
16
Berkaitan dengan penelitian proses
perubahan sosial di daerah perumahan
masyarakat Tanjung Siambang ini, informan
berjumlah 12 orang diantaranya 1 perangkat
desa, 1 Tokoh masyarakat dan 10 masyarakat
yang bertempat tinggal perumahan Tanjung
Siambang. Sebagai key informan ialah Ketua
RW I Tanjung Siambang. Dari 12 orang
informan yang diperoleh mencukupi untuk
mengetahui keadaan wilayah tersebut yang
mana informan yang didapat dari para
informan dalam penelitian ini juga diperkuat
dari hasil pengamatan/observasi dan juga
dokumentasi yang juga menunjukkan bahwa
telah terjadi perubahan melalui proses sosial
diarea perumahan Tanjung Siambang.
4. Jenis Data
A. Data primer
Yaitu data yang secara langsung
peneliti peroleh dari sumbernya, dalam hal
ini data tersebut diperoleh melalui
wawancara dengan para informan tentang
bagai mana proses perpindahan warga ke
perumahan yang disediakan oleh pemerintah
dan perubahan apa saja yang terjadi pada
masyarakat disana.
B. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang
dikumpulkan dari pihak kedua atau dari
sumber lain yang tersedia sebelum penelitian
dilakukan. Dalam penelitian ini data
sekunder berupa foto dan juga dokumen dari
sumber data tertulis yang berasal dari pihak
terkait dalam masalah penelitian ini.
5. Teknik dan Alat Pengumpul
Data
Pengumpulan data adalah segala
kegiatan yang dilakukan dalam usaha
mengumpulkan data-data atau informasi
yang menunjang penelitian diantaranya
pengetahuan mengenai permasalahan dan
data yang berhubungan dengan latar
belakang informan terhadap
penelitian.Adapun teknik dan alat
pengumpul data yaitu berupa observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis data
secara kualitatif, data yang diperoleh dari
hasil penelitian ini akan dianalisis secara
kualitatif, dengan cara memberikan
gambaran informasi masalah secara jelas dan
mendalam Hasil dari gambaran informasi
akan diinterpretasikan sesuai dari hasil
penelitian yang dilakukan berdasarkan
dukungan teori yang berkaitan dengan objek
penelitian dari informan dengan cara
wawancara maupun observasi. Setelah
memberikan gambaran tentang kenyataan
yang ada lalu selanjutnya dianalisa guna
menemukan hasil yang akhirnya dapat
ditarik kesimpulan dan dijadikan landasan
dalam memberikan saran-saran dan pendapat
dari penulis.
IV. PEMBAHASAN
4.2Analisis perubahan sosial
masyarakat tanjung siambang
paska relokasi tempat tinggal
17
Didalam proses sosial, masyarakat
selalu mengalami perubahan. Tidak ada
masyarakat yang tidak mengalami
perubahan, walaupun dalam taraf yang
paling kecil sekalipun (masyarakat yang
didalamnya teridiri atas banyak individu)
akan selalu berubah. Perubahan tersebut
dapat berupa perubahan yang kecil sampai
taraf perubahan yang sangat besar yang
mampu memberikan pengaruh yang besar
bagi aktivitas atau perilaku manusia.
Perubahan dapat mencakup aspek yang
sempit maupun luas. Aspek yang sempit
dapat meliputi aspek perilaku dan pola pikir
individu. Aspek yang luas dapat berupa
perubahan dalam tingkat struktur masyarakat
yang nantinya dapat mempengaruhi
perkembangan masyarakat di masa
mendatang (Martono, 2011:1).
Manusia pada dasarnya adalah
makhluk sosial, dimana mereka memiliki
naluri untuk hidup dengan orang lain.
Adanya hubungan yang mereka lakukan,
kemudian timbullah kelompok-kelompok
sosial yang terbentuk karena adanya
persamaan kepentingan. Biasanya kelompok
sosial yang lebih luas dapat disebut dengan
masyarakat. Suatu masyarakat akan selalu
bersifat dinamis, dimana mereka akan selalu
berkembang dan terus berkembang seiring
dengan berjalannya waktu. Perubahan dalam
masyarakat pada prinsipnya merupakan
suatu proses yang terus-menerus, artinya
bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya
akan mengalami perubahan itu, akan tetapi
perubahan antara masyarakat yang satu
dengan yang lainnya berbeda. Dampak
adanya perubahan tersebut dapat berupa
kemajuan ataupun kemunduran bagi
masyarakat sekitar.
4.2 Analisis perubahan sosial
masyarakat tanjung siambang
paska relokasi tempat tinggal
Didalam proses sosial, masyarakat
selalu mengalami perubahan. Tidak ada
masyarakat yang tidak mengalami
perubahan, walaupun dalam taraf yang
paling kecil sekalipun (masyarakat yang
didalamnya teridiri atas banyak individu)
akan selalu berubah. Perubahan tersebut
dapat berupa perubahan yang kecil sampai
taraf perubahan yang sangat besar yang
mampu memberikan pengaruh yang besar
bagi aktivitas atau perilaku manusia.
Perubahan dapat mencakup aspek yang
sempit maupun luas. Aspek yang sempit
dapat meliputi aspek perilaku dan pola
pikir individu. Aspek yang luas dapat
berupa perubahan dalam tingkat struktur
masyarakat yang nantinya dapat
mempengaruhi perkembangan masyarakat
di masa mendatang (Martono, 2011:1).
Manusia pada dasarnya adalah
makhluk sosial, dimana mereka memiliki
naluri untuk hidup dengan orang lain.
Adanya hubungan yang mereka lakukan,
kemudian timbullah kelompok-kelompok
sosial yang terbentuk karena adanya
persamaan kepentingan. Biasanya
kelompok sosial yang lebih luas dapat
disebut dengan masyarakat. Suatu
masyarakat akan selalu bersifat dinamis,
dimana mereka akan selalu berkembang
dan terus berkembang seiring dengan
18
berjalannya waktu. Perubahan dalam
masyarakat pada prinsipnya merupakan
suatu proses yang terus-menerus, artinya
bahwa setiap masyarakat pada
kenyataannya akan mengalami perubahan
itu, akan tetapi perubahan antara
masyarakat yang satu dengan yang lainnya
berbeda. Dampak adanya perubahan
tersebut dapat berupa kemajuan ataupun
kemunduran bagi masyarakat sekitar.
Proses perubahan sosial kampung
Tanjung Siambang yang berfokus pada
perubahan sosial masyarakat terdiri dari
sosial , ekonomi dan budaya .
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dengan adanya relokasi tempat
tinggal tersebut menimbulkan berbagai
dampak bagi kehidupan masyarakat yang
ada disekitarnya. Adanya relokasi tersebut
mengakibatkan dampak perubahan
diberbagai aspek kehidupan mereka.
Dampak adanya relokasi yang terjadi tentu
saja dapat berupa dampak negative dan
positif bagi warga sekitar. Seperti yang
terjadi di Kampung Tanjung Siambang
Kelurahan Dompak yang menjadi objek
penelitian ini. Beberapa tahun lalu Kampung
Tanjung Siambang ini terkena dampak dari
adanya pembangunan di Pulau Dompak
yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau. Dengan adanya relokasi
tersebut membuat masyarakat Tanjung
Siambang harus rela direlokasi yang tadinya
mereka tinggal di daerah pesisir pantai
sekarang harus pindah ke perumahan yang
telah disediakan oleh pemerintah. Hal ini
tentunya mengakibatkan adanya perubahan-
perubahan pada kondisi masyarakat dari
kondisi sosial, ekonomi dan budaya .
Awal-awal setelah setelah direlokasi,
tentunya mengganggu perekonomian warga,
terutama yang bekerja sebagai nelayan
karena jarak tempuh yang jauh dari
perumahan ke bibir pantai. Masyarakat tidak
terbiasa dengan keadaan yang baru ini . Hal
itu tentunya berpengaruh dengan hasil
pendapatan mereka sebagai nelayan Namun
seiring berjalannya waktu masyarakat
Tanjung Siambang beradaptasi dengan
situasi yang baru. masyarakat melakukan
berbagai cara untuk memperbaiki
perekonomian mereka dengan cara bekerja
sampingan bahkan ada juga yang beralih
profesi .
Dampak adanya relokasi tersebut
juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial
mereka. Dimana setelah adanya relokasi
tempat tinggal di kampung mereka membuat
pola interaksi diantara para anggota
masyarakat semakin luas . Karena dulunya
masyarakat Tanjung Siambang hidup
berkelompok-kelompok yang hanya
dikelilingi oleh hubungan saudara. Namun
sekarang setelah direlokasi masyarakat telah
berbaur antara satu dan lainnya.
Namun relokasi tersebut tidak terlalu
berpengaruh terhadap budaya atau
kebiasaan-kebiasaan yang telah lama
dijalankan . Banyak dari Masyarakat masih
menjalankan tradisi-tradisi yang ada di
19
daerah Tanjung Siambang . Namun karena
berbagai faktor seperti dekatnya perumahan
Tanjung Siambang dengan perkantoran serta
teraksesnya Pulau Dompak dengan Kota
Tanjung pinang sedikit tidak menimbulkan
kebiasan-kebiasan baru yang terjadi pada
masyarakat Tanjung Siambang.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan
berdasarkan hasil penelitian ini adalah
1. Kepada masyarakat Tanjung
Siambang tetap menjaga bahkan memperat
interkasi antara sesama masyarakat yang
telah direlokasi maupun dengan masyarakat
yang belum direlokasi agar terhindar dari
konflik-konflik yang setiap saat bisa datang
kapan saja kepada masyarakat Tanjung
Siamabang . Serta mempererat kerja sama
antara masyarakat dalam menanggulangi
masalah perekonomian masyarakat Tanjung
Siambang. Kemudian menjaga kebudayaan
yang telah ada dan menyaring kebudayaan-
kebudayaan yang masuk ke daerah Tanjung
Siambang tersebut
2. Kepada Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau untuk dapat merealisasikan
janji-janji kepada masyarakat Tanjung
Siambang terkait relokasi tempat tinggal
dengan terlebih dahulu melengkapi sarana
perumahan baru Tanjung Siambangdan
fasilitas-fasilitas umum lainnya demi
kenyamanan dan mengoptimalisasi upaya
pemberdayaan dari segala bidang, terutama
sosial , ekonomi dan budaya masyarakat
Tanjung Siambang.
Penelitian yang berkaitan dengan
Perubahan sosial masyarakat bukit batu
akibat pembangunan pusat pemerintahan
kabupaten bintan di desa bintan buyu
bukanlah kegiatan awal dari penelitian,
tetapi masih banyak penelitian yang lain.
Penelitian ini dapat dilakukan peneliti
selanjutnya, khususnya mahasiswa Jurusan
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Juga
dapat sebagai bagian refrensi untuk
penelitian selanjutnya. Berikut adalah
beberapa saran dari peneliti kepada
masyarakat dalam menanggapi masuknya
pusat pemerintahan di wilayah mereka:
1. Sebaiknya apa yang di harapkan
masyarakat dapat terealisasikan terkait
dengan budaya dan tradisi-tradisi yang
ada, dengan dibentuknya komunitas agar
dapat membentengi dan menjaga, terutama
peran pemuda tempatan.
2. Sebaiknya pemerintah tidak hanya
diam dan menempati di wilayah tersebut,
akan tetapi pemerintah harus cepat
tanggap apabila ada kendala-kendala dan
maslaha-masalah pada wilayah tersebut,
dan pemerintah pun diharapkan dapat
menepati janji dimana akan
memproritaskan masyarakat tempatan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Stompka Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta:Pernada.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Rajawali
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta PT. Raja Grafindo Persada:
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Bandung: Rosdakarya
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Maran, Rareel Raga. 2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Persektif Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: Renika Cipta.
Nasikun. 1987. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Nazsir, Nasrullah. 2008. Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Widya Padjajaran.
Poloma, Margaret. M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Ritzer, George. 2003. Sosiologi Berparadigma Ganda. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada
Kusnadi. Nelayan: Strategi Adoptasi dan jaringan Sosial. Jakarta: LKIS, 2000.
Syani, Abdul. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Suyanto, Bagong, 1999. Perangkap kemiskinan: problrm & strategi pengentasnnya. Surabaya:
Airlangga University perss.
Soekanto, Soerjono. 1985. Kamus Sosiologi. Jakarta: Cv. Rajawali.
Soleman b. Taneko. 1984. Struktur Dan Proses Sosial. Jakarta: Rajawali.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
21
Sumber Jurnal dan Skripsi :
Marweni. 2009. Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Sebagai Dampak Perubahan
Penggunaan Lahan Di Desa Maguwoharjo,Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Tahun 1997-
2007. Skripsi S1.Yogyakarta: FISE UNY.
Liana, Harry. 2007. “Judul Dampak Sosial Ekonomi Perpindahan Pedagang Dari Pasar Banto Ke
Pasar Penampungan Bukittinggi”. Padang : SkripsiJurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas.
Dwi Nurhayati. 2010. Perubahan Sistem Mata Pencaharian PadaMasyarakat Pesisir Pantai
Trisik Di Kulon Progo Tahun 2006-2009.Skripsi S1. Yogyakarta: FISE UNY.
Sumber Internet
Http://www.g-excess.com/id/pages/perubahan%11sosial.html Perubahan sosial dan Perubahan
kebudayaan. (20032013)
Http://syair79.wordpress.com/2009/04/17/makalah-perubahn-sosial/Makalah perubahan sosial.
22032013
22