perubahan ekonomi

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan sejarah pada masa pasca kemerdekaan didominasi oleh penulisan mengenai peristiwa-peristiwa yang masih hangat waktu itu, yaitu mengenai perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Pada masa ini penulisan sejarah meliputi beberapa peristiwa di Indonesia yang ditulis oleh orang Indonesia sendiri. Tentu saja objektivitasnya dapat dipertanggung jawabkan karena menulis sejarah adalah orang yang berada pada saat peristiwa tersebut terjadi. Sehingga dapat dilihat perkembangan Indonesia-sentris yang mulai beranjak. Dan tentu saja hal ini sangat berpengaruh bagi perkembangan sejarah itu sendiri. Oleh karena itu, penulis merasa perlu membuat sebuah makalah mengenai perubahan Ekonomi, Sosial, dan Budaya Masyarakat Indonesia. Terutama pada masa penjajahan kolonial Belanda. B. Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain : 1. Menambah pengetahuan penulis siswa siswi mengenai perubahan Ekonomi, Sosial, dan Budaya Masyarakat Indonesia. 2. Menambah Ilmu pengetahuan dalam penulisan makalah.

Upload: edy-yakob-putra-sinaga

Post on 05-Jul-2015

1.016 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERUBAHAN EKONOMI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penulisan sejarah pada masa pasca kemerdekaan didominasi oleh penulisan mengenai

peristiwa-peristiwa yang masih hangat waktu itu, yaitu mengenai perjuangan bangsa

Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Pada masa ini

penulisan sejarah meliputi beberapa peristiwa di Indonesia yang ditulis oleh orang Indonesia

sendiri. Tentu saja objektivitasnya dapat dipertanggung jawabkan karena menulis sejarah

adalah orang yang berada pada saat peristiwa tersebut terjadi. Sehingga dapat dilihat

perkembangan Indonesia-sentris yang mulai beranjak. Dan tentu saja hal ini sangat

berpengaruh bagi perkembangan sejarah itu sendiri.

Oleh karena itu, penulis merasa perlu membuat sebuah makalah mengenai perubahan

Ekonomi, Sosial, dan Budaya Masyarakat Indonesia. Terutama pada masa penjajahan kolonial

Belanda.

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :

1. Menambah pengetahuan penulis siswa siswi mengenai perubahan Ekonomi, Sosial,

dan Budaya Masyarakat Indonesia.

2. Menambah Ilmu pengetahuan dalam penulisan makalah.

Page 2: PERUBAHAN EKONOMI

2

BAB II

PEMBAHASAN

PERUBAHAN EKONOMI, SOSIAL, dan BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA

Sebagai DAMPAK KEKUASAAN BANGSA-BANGSA EROPA di INDONESIA

A. BIDANG POLITIK

Perkembangan Struktur Birokrasi, Sistem Pemerintahan dan Sistem Hukum pada

masa Kolonial

1. Sistem Pemerintahan

Sebelum tahun 1900 (sebelum sistem politik Etis) sistem pemerintahan untuk daerah

jajahan (Hindia Belanda) masih bersifat sentralistis. Dimana:

Tidak ada partisipasi dari perangkat lokal segala sesuatu diatur oleh pemerintah

pusat.

Tidak ada sama sekali otonomi untuk mengatur sendiri rumah tangga daerah sesuai

dengan kepentingan daerah.

Mengapa menerapkan sentralisasi?

Sentralisasi dipandang sebagai cara terbaik oleh pemerintah Belanda untuk

memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Oleh karena itu, dengan sentralisasi

Belanda dapat mempertahankan tanah jajahannya.

Sentralisasi sebagai bentuk ketakutan Belanda untuk kehilangan tanah jajahannya

sebagai “daerah keuntungan”.

Bagi Belanda “kehilangan Indonesia berarti sebuah malapetaka”.

Pada perkembangannya muncul tuntutan adanya desentralisasi sejak tahun 1854

dimana parlemen Belanda berhak mengawasi pelaksanaan pemerintahan di Hindia

Belanda. Tuntutan tersebut secara perlahan terwujud diawali dengan adanya desentralisasi

keuangan (1903), kemudian baru adanya pemerintahan daerah baru (1922). Berdasarkan

Undang-undang Perubahan tahun 1922 Hindia Belanda dibagi dalam provinsi dan wilayah

(gewest)

a) Provinsi

Provinsi memiliki otonomi.Tiap provinsi dikepalai oleh seorang gubernur.

Ada 3 provinsi yaitu Jawa Barat (1926),Jawa Timur (1929), dan Jawa Tengah(1930).

Page 3: PERUBAHAN EKONOMI

3

2. Sistem Hukum pada Masa Kolonial

Di Hindia Belanda diterapkan 2 jenis hukum, yaitu:

1.  Hukum Pidana dan acara pidana

2. Hukum Perdata dan acara perdata

Hukum Pidana (Strafrecht)

Seluruh penduduk Hindia Belanda mesti tunduk pada hukum pidana seperti

termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht).

Kitab Undang-undang Hukum Pidana memuat semua fakta yang dapat dikenakan

pidana.

Tindak Pidana mencakup kejahatan dan pelanggaran.

Hukum Acara Pidana (Strafprocesrecht)

Mengatur :

a. Bagaimana atau apa yang harus diperbuat polisi yang bertugas menyidik dan

menerangkan kejahatan.

b. Kepala hakim mana terdakwa dihadapkan

c.  Bagaimana berlangsungnya acara pidana

d. Bagaimana keputusan pengadilan harus dilaksanakan

 

Hukum Perdata

Kitab Undang-undang Hukum Perdata  memuat hukum kekayaan, harta benda dan

perjanjian. Pada masa kolonial dibuat disebabkan karena kegiatan perdagangan

sebagian besar dilakukan dengan perantaraan orang-orang Cina.

Tujuan dibuat Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada masa kolonial adalah

untuk:

1. Mempermudah pembuatan kontrak

2. Menjamin kepastian hukum bagi perdagangan orang-orang Belanda

3. Menundudukkan orang Cina terhadap hukum Eropa.

 

Selain KUH Perdata terdapat pula Kitab Undang-undang Hukum Dagang (yang

dibuat khusus untuk orang-orang Cina)

Untuk orang Indonesia awalnya berlaku Hukum Adat setempat tetapi setelah terjadi

kontak dengan Belanda melalui perkebunan-perkebunan Belanda maka dibuat Kitab

Undang-undang Hukum untuk orang pribumi tanpa memperhatikan hukum adat yang

berlaku di masyarakat.

Page 4: PERUBAHAN EKONOMI

4

Tujuan di buat Undang-undang tersebut adalah:

a.     Menundukkan orang-orang Indonesia kepada hukum Eropa.

b.     Membuat kitab Undang-undang tersendiri untuk orang Indonesia.

 

Untuk selanjutnya ketika pemerintah kolonial Belanda membentuk kitab undang-

undang untuk orang Indonesia maka hukum adat selalu menjadi bahan pertibangan

dalam mengambil sebuah keputusan.

Pada perkembangannya berdiri sekolah-sekolah sebagai berikut:

Sekolah Hakim (Rechtsschool) tahun 1908 di Jakarta

Sekolah Tinggi Hukum (Rechtsshoge School) tahun 1924 di Jakarta.

 

3. Sistem Peradilan pada masa Kolonial

Peradilan dibedakan antara:

1.     Pengadilan Gubernemen :

a.     Pengadilan Eropa, dilaksanakan oleh Pengadilan Karisidenan, Dewan Yustisi,

Hakim Polisi dan Pengadilan Tinggi.

b.     Pengadilan Pribumi, dilaksanakan oleh Landraad (pengadilan negeri)

c.     Pengadilan untuk segala bangsa dilaksanakan oleh landgerecht

2.     Pengadilan Eropa :

a.      Pengadilan Karisidenan, terdapat di kota yang ada Pengadilan Negeri

(Landraad)

b.      Raad van Justitie hanya ada 6 buah (Jakarta, Semarang, Surabaya, Makasar,

Medan dan Padang).

c.       Hakim Polisi (Politierecht) dibentuk dibeberapa tempat dan merupakan

pengganti Raad van Justitie.

d.      Pengadilan Tinggi (Hoogsgerechtshof ) hanya ada di Jakarta.

3.     Pengadilan Pribumi

Pengadilan pribumi (landraad) terdapat di kota atau kota yang agak besar,

misalnya di ibu kota kabupaten.

4.     Pengadilan untuk semua bangsa (Landgerecht)

Pengadilan ini dimaksudkan untuk menangani perkara bangsa Eropa, pribumi

maupun orang Timur Asing.

 

Page 5: PERUBAHAN EKONOMI

5

B. BIDANG EKONOMI

1. KOMERSIALISME, dan INDUSTRIALISASI

Komersialisme yang terjadi di Indonesia awalnya disebabkan karena Kemerosotan VOC,

kekosongan kas negara Belanda serta hutang yang sangat besar dengan saldo kerugian

sebesar 134,7 juta Gulden. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diberlakukanlah

tanam paksa dibawah pimpinan Van den Bosh pada 1830-1870.

 

1). MASA TANAM PAKSA

Pada masa Tanam Paksa yang dikomersilkan dari Indonesia oleh Belanda adalah :

1. Tanah rakyat yang awalnya milik pribadi diambil dan dikuasai oleh pemerintah

Belanda untuk dijadikan sebagai lahan tanam paksa. Dimana tanah rakyat tersebut

wajib ditanami tanaman yang laku dipasaran Eropa (Ekspor) yang jenisnya telah

ditentukan oleh pemerintah Belanda, seperti kopi, gula, teh, tembakau, kapas, nila

(indigo).

2. Hasil dari tanam paksa tersebut diserahkan kepada pemerintah Belanda dan hanya

dihargai sangat rendah sehingga segala hasil keuntungan sepenuhnya dimiliki oleh

pemerintah.

3. Tanah rakyat yang bebas dari tanam paksa hanya 1/5 itupun rakyat masih dibebankan

membayar pajak perorangan.

4. Selain tanahnya diambil, rakyat masih harus bekerja di lahan tanam paksa tersebut

dengan jangka waktu yang tidak terbatas bahkan hampir seluruh waktu digunakan

untuk bekerja dilahan tanam paksa. Sehingga rakyat tidak sempat untuk mengerjakan

tanahnya sendiri.

Akibat dari tanam paksa tersebut:

Tanah rakyat dieksploitasi

Rakyat harus menanggung beban berat akibat tanam paksa.

Selain itu rakyat masih dibebankan kerja rodi/ kerja paksa untuk pemerintah.

Yang terberat adalah rodi untuk membangun dan memelihara benteng pertahanan.

Kemiskinan dan daya tahan rakyat dalam menghadapi berbagai bencana yang

terlalu kecil menyebabkan ketika terjadi musim kekeringan berarti bencana yang

besar bagi rakyat. Akibatnya terjadi kelaparan dimana-mana dan kematian,

sehingga jumlah penduduk mengalami penurunan yang tajam. Contohnya:

Tahun Daerah Sebelum Bencana Setelah Bencana

Page 6: PERUBAHAN EKONOMI

6

1843 Demak 336.000 juta 120.000 juta

1849-1850 Grobogan 89.500 jiwa 9.000 jiwa

 

Tanam Paksa memang membawa keuntungan bagi Belanda tetapi rakyat

Indonesia benar-benar tenderita. Oleh karena itu dilakukan upaya penghapusan

tanam paksa diawali dengan penghapusan tanam paksa lada (1860) .Tahun 1870,

secara resma tanam paksa dihapuskan di Indonesia dengan dikeluarkan Undang-

undang Gula, tetapi baru pada 1917 tanam paksa kopi dapat dihapuskan.

Saldo untung untuk Belanda mulai mengalami penurunan Sejas tahun 1867, dan

pada 1870 benar-benar lenyap. Saldo keuntungan tersebut disebabkan karena

pemerintah terlalu berhemat.

 

2). MASA LIBERALISME (1870-1900)

Penghapusan tanam paksa menyebabkan munculnya sistem ekonomi liberal, dimana

Indonesia dijadikan sebagai tempat untuk menanamkan modal mereka. Pada masa

Liberalisme, komersialisme terhadap  bangsa Indonesia tampak dengan:

1. Indonesia dijadikan tempat untuk mencari bahan mentah untuk kepentingan Industri

orang-orang Eropa

2. Indonesia dijadikan sebagai tempat untuk menanamkan modal bagi para pengusaha

swasta asing. Dengan cara menyewa tanah rakyat untuk dijadikan perkebunan-

perkebuan  besar.

3. Indonesia juga dijadikan sebagai tempat untuk memasarkan hasil-hasil Industri Eropa.

 

Pada masa Liberalisme ini pulalah merupakan awal munculnya industrialisasi di

Indonesia. Munculnya Industrialisasi ditandai dengan:

1. Dikeluarkannya Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870 ,yang

memberikan peluang bagi pengusaha asing (pengusaha dari Inggris, Belgia, Perancis,

Amerika Serikat, Cina, dan Jepang) untuk menyewa tanah dari rakyat Indonesia tetapi

tidak boleh menjualnya. Mereka mulai datang ke Indonesia untuk menanamkan modal

dan untuk memperoleh keuntungan yang besar.

2. Tanah penduduk Indonesia yang awalnya merupakan milik pribadi tersebut harus

disewa untuk jangka waktu tertentu (25 tahun untuk tanah pertanian, 75 tahun untuk

tanah ladang) oleh para pemilik modal swasta asing. Penduduk hanya mendapatkan

uang sebagai uang sewa tanah tersebut.

Page 7: PERUBAHAN EKONOMI

7

3. Tanah yang disewa  kemudian dijadikan `perkebunan-perkebunan besar yang

dilengkapi dengan pabrik-pabrik untuk mengolah hasil perkebunan tersebut.

Perkebunan-perkebunan tersebut diantaranya Perkebunan Kopi, Teh, Gula, Kina dan

Tembakau. Di Deli, Sumatra Timar.

4. Industri di Indonesia awalnya memang hanya industri perkebunan tetapi

perkembangannya di Indonesia terdapat industri mesin, industri tambang, dsb. Para

pengusaha Indonesia tidak mampu mengalah pengusaha swasta asing.

 

Pelaksanaan Industrialisasi di Indonesia berkembang pesat didukung dengan:

Dibukanya Terusan Suez(1869) yang berfungsi untuk memperpendek jarak tempuh

antara Eropa ke Indonesia.

Di Indonesia dibangun pelabuhan, seperti Tanjung Prior (1886),dilengkapi dengan

jalan raya, jalan kereta api, jembatan, serta sarana telekomonilasi.

Dengan sarana transportasi tersebut proses industrialisasi di Indonesia berjalan

semakin pesat.

Selain itu dibangun saluran irigasi dan waduk-waduk.

 

Selama masa Industrialisasi selain perkebunan besar di Indonesia berkembang pula:

Nederlandsch Handels Maatschappij (NHM)

Bank Perkebunan (Cultuur Banker), Pusat perkreditan, dan Kantor pegadaian.

Perkembangan tanaman perkebunan mulai mengalami kemunduran karena jatuhnya

harga kopi dan gula di dunia pada 1885 dikarenakan di Eropa mulai ditanam Gula Bit.

Selain itu pada 1891 harga tembakau mengalami penuruan. Krisis 1885 mengakibatkan

perubahan yang cukup besar bagi kehidupan ekonomi Hindia Belanda.

 

C. BIDANG SOSIAL

1.   PENGGOLONGAN SOSIAL

Penggolongan Sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat, golongan secara

horizontal atas dasar perbedaan ras, jenis kelamin, agama, profesi, dsb.

Pada masa colonial penggolongan masyarakat didasarkan pada perbedaan ras.

1. Golongan Eropa

Terdiri dari orang Belanda, Inggris, Amerika, Belgia, Swiss, dan Perancis.

Golongan Eropa merupakan golongan pendatang yang sangat minoritas. Mereka

memiliki kekuasaan yang besar di Indonesia. Status sosial mereka lebih tinggi

Page 8: PERUBAHAN EKONOMI

8

dibandingkan dengan golongan-golongan lain yang ada. Mereka adalah para pemilik

modal yang menanamkan modalnya di perusahaan perkebunan Indonesia.

Perkawinan antara orang Eropa orang Indonesia disebut golongan Indo-Eropa.

2. Golongan Asia dan Timar Asing

Terdiri dari bangsa Cina, India, dan Arab.

Mereka memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi dan istimewa daripada kaum

pribumi. Status ekonomi merekapun tinggi sehingga membuat pemerintah Belanda

memberikan banyak kemudahan bagi golongan tersebut dalam sektor perdagangan.

Sebagai pedagang, mereka menguasai perdagangan eceran, tekstil, dan mesin

elektronik. Perkawinan antara kaum Timur Asing dengan orang Indonesia disebut

golongan Indo Timur Asing/ Peranakan.

3. Golongan Pibumi

Golongan Pribumi merupakan kelompok mayoritas dan merupakan pemilik negeri

ini. Mereka merupakan penduduk asli Indonesia. Tetapi merupakan orang yang

tertindas dan terjajah. Kedudukannya adalah yang paling rendah (lapisan terbawah)

dan dibebankan banyak kewajiban tetapi hanya kurang diperhatikan.

 

2.    STRATIFIKASI SOSIAL/ PELAPISAN SOSIAL

Stratifikasi Sosial merupakan struktur sosial atau susunan masyarakat yang

dibedakan ke dalam lapisan-lapisan secara bertingkat.

Sebelum pemerintahan kolonial di Indonesia telah mengenal 4 lapisan masyarakat,

yaitu:

1. Golongan Raja dan keluarganya

Golongan raja memiliki pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat pada suatu

wilayah. Hal ini disebabkan karena kkedudukannya ssebagai penguasa dalam suatu

wilayah. Golongan ini sangat dihormati dan disegani oleh rakyatnya. Raja memerintah

secara turun-temurun.

2. Golongan Elite

Golongan elite merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai kedudukan

terkemuka di masyarakat maupun di lingkungan kerajaan. Terdiri dari golongan

bangsawan, tentara, kaum keagamaan, serta golongan pedagang. Merreka memiliki

kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya yang berbeda dengan masyarakat non elite.

Page 9: PERUBAHAN EKONOMI

9

Mereka hidup seperti keluarga kerajaan yang dilengkapi dengan pegawai dan Hamba

Sahaya.

3. Golongan Non Elite

Golongan non Elite merupakan gologan masyarakat kebanyakan dengan jumlahnya

paling besar. Mereka memiliki berbagai keahlian seperti dalam bidang pertanian,

pertukangan, pedagang kecil/kelontong sebagian besar mereka tinggal di desa.

Sedangkan masyarakat non elite yang tinggal di kota adalah para seniman.

4. Golongan Hamba Sahaya

Golongan Hamba Sahaya merupakan masyarakat lapisan paling bawah. Mereka

mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang paling berat. Mereka dapat menjadi golongan

Hamba Sahaya jika mereka tidak dapat membayar hutang, tawanan perang, serta

mereka yang diperoleh dengan membeli (Budak Belian). Perlakuan terhadap mereka

tergantung kepada orang yang menjadi majikannya mereka dapat membebaskan diri

jika majikannya memberikan kebebasan padanya.

 

Adapun Sistem Pelapisan Sosial masa Pemerintahan Kolonial sebagai berikut:

1. Golongan Penjajah dan Terjajah

Golongan penjajah merupakan golongan bangsa asing yang menguasai Indonesia

dan memiliki peran yang penting dalam menentukan arah kekuasaan dan jalannya

pemerintahan. Mereka sekedar menjajah untuk mendapatkan keuntungan dan

menghalalkan segala cara.

Golongan terjajah merupakan golongan yang menjadi tempat penindasan dan

pemerasan yang dilakukan oleh penjajah. Mereka yang mengalami penderitaan dan

kesengsaraan akibat penindasan dan pemerasan selalu dialaminya.

2. Golongan Majikan dan Buruh

Golongan majikan terdiri dari para pengusaha swasta asing. Pemilik perusahaan.

Golongan buruh terdiri dari masyarakat yang bekerja pada perusahaan-perusahaan.

Dari perkebunan-perkebunan tersebut hanya kaum pemilik modal yang memperoleh

keuntungan sedangkan kaum buruh memperoleh upah yang kecil.

Hal-hal yang mempercepat terjadinya mobilitas sosial adalah sebagai berikut.

1.      Dibangunnya jaringan infrastruktur seperti jalan raya,  jalan kereta api, pelabuhan,

kapal, kereta apai,dsb. Semua itu ditujukan untuk menunjang kegiatan perkebunan,

pengangkutan barang, serta  tenaga kerja dari satu tempat ke tempat yang lain.

Page 10: PERUBAHAN EKONOMI

10

2.     Munculnya kota-kota baru yang lahir sebagai dampak munculnya kota-kota

perkebunan. Kota-kota dipesisr contohnya: Tuban, Gresik,Batavia, Surabaya,

Semarang, Banten, dsb. Kota-kota di Pedalaman, seperti Bandung, Malang, Sukabumi.

3.      Munculnya kebangkitan Nasional Indonesia dan lahirnya kesadaran kebangsaan dan

bernegara di kalangan penduduk menimbulkan mobilitas sosial penduduk sebagai

upaya untuk melakukan perlawanan menentang penjajahan.

 

PERUBAHAN DEMOGRAFI, merupakan perkembangan perubahan jumlah penduduk.

Pola kependudukan di Indonesia mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan

ekonomi di Indonesia. Pola kependudukan tersebut mengikuti pola kependudukan

modern. Hal ini terliaht dengan:

1. Lahirnya desa-desa dan kota-kota modern menggantikan ibu kota kerajaan sebagai

pusat aktivitas masyarakat Indonesia.

2. Kota-kota baru yang muncul merupakan pusat pemerintahan, kantor-kantor dagang,

dan pusat-pusat perkebunan.

3. Desa merupakan daerah pertanian yang mendukung aktivitas di daerah perkotaan.

4. Hubungan desa dan kota pada masa Belanda merupakan hubungan yang berdasarkan

kepentingan ekonomi. Pejabat pemerintahan merupakan kaki tangan Belanda dalam

memperlancar urusan perdagangan.

 

Masalah kependudukan selalu berkaitan dengan masalah tanah serta perubahan fungsinya.

Hal ini terlihat pada:

Masa Tanam Paksa, perubahan tampak dengan tanah-tanah yang semula adalah milik

rakyat selanjutnya menjadi tanah perkebunan milik pemerintah dengan ditanami tanaman

yang laku dipasaran Eropa. Tanah-tanah tersebut harus dikerjakan secara paksa oleh

rakyat sehingga tentu saja menimbulkan penderitaan bagi rakyat.

Masa Liberalisme, tanah-tanah milik penduduk dijadikan perkebunan-perkebunan besar

yang ditanami tanaman yang menguntungkan, seperti gula, tembakau. Tanah milik petani

menjadi objek kapitalisme, seiring munculnya perkebunan-perkebunan swasta asing.

Perkebunan tersebut kemudian dijadikan tempat/tujuan untuk bekerja dan mendapatkan

upah sehingga muncul mobilitas penduduk yang akhirnya memunculkan lahirnya kota-

kota baru sebagai tempat perkembangan perekonomian penduduk.

Page 11: PERUBAHAN EKONOMI

11

D. BIDANG BUDAYA

1.   PENGARUH WESTERNISASI

Westernisasi (Pembaratan) merupakan proses pemasukkan pengaruh budaya Barat bagi

rakyat.Masuknya pengaruh budaya Barat tersebut tentu saja berbeda dengan nilai-nilai

dari kebudayan asli bangsa Indonesia. Westernisasi masuk melalui jalur pemerintahan dan

pendidikan. Pengaruh Westernisasi bagi bangsa Indonesia tampak pada:

1.   Penggunaan bahas Belanda dalam pergaulan sehari-hari di kalangan rakyat Indonesia.

2.   Gaya berpakaian rakyat Indonesia meniru cara berpakaian model barat, tampak

dengan dikenalnya rok, jas, dasi, topi,dsb.

3.  Tata cara pergaulan dan lingkungan pergaulan yang meniru cara barat dimana telah

lebih terbuka dan bebas.

4. Sistem jabatan dan kepangkatan, dimana orang Indonesia mulai menduduki jabatan

tertentu dan menyandang pangkat tertentu.

5. Adanya Pendidikan model Eropa/Barat menjadi prioritas utama bagi rakyat Indonesia

yang ingin mengenyam pendidikan.

6.   Model bangunan dan arsitektur serta sarana penunjang kehidupan meniru model Eropa

sehingga lebih modern bahkan tata kotapun meniru model barat.

 

Pengaruh Westernisasi sangat terlihat bagi kalangan bangsawan dan birokrat kolonial,

sedangkan bagi sebagian besar rakyat Indonesia masih tetap menjalankan dengan cara

lama (feodal-tradisional).

 

2.    PERKEMBANGAN PENDIDIKAN

Sebelum masuknya kolonialisme Barat di Indonesia,

Sistem pendidikan masih bersifat tradisional yang hanya bisa dinikmati oleh beberapa

orang dan biasanya kangan elite tertentu dalam masyarakat.

Pusat pendidikan terbatas di lingkungan keraton dan tempat-tempat penyebaran

agama , seperti pondok pesantren.

Berkembangnya Politik Etis menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah untuk kaum

pribumi. Tujuan didirikan sekolah-sekolah tersebut awalnya untuk mendidik calon-calon

birokrat pemerintah bangsa Indonesia.

Jenis-jenis sekolah yang didirikan:

Page 12: PERUBAHAN EKONOMI

12

Sekolah Calon Birokrat bernama OSVIA (Opleidingschool Voor Inlandische

Ambtenaren) yang didirikan di Bandung, Magelang, dan Probolinggo, untuk

kalangan elite tertentu.

Pada tahun 1848, dibuka sekolah secara massal disetiap kabupaten, meskipun

masih terbatas untuk kalangan tertentu, seperti:

HIS (Hollandsch Inlandsche School)

ü MULO (Meer Ultgebreid Lager Onderwijs)

ü AMS (Algemeene Middelbare School)

ü HBS (Hoogere Burgerschool)

Pada tahun 1851 dibuka sekolah guru Kweekschool dan Hogere Kweekschool.

Dibuka sekolah dokter STOVIA.

Akhir tahun 19 dibuka sekolah untuk kaum pribumi disebut Sekolah Angka 1 dan

Sekolah Angka 2 bersifat umum dan memberikan pelajaran dasar seperti

membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, sejarah, dan ilmu alam.

Dalam pendidikan Eropa diajarkan dengan menggunakan metode pendidikan Barat,

diperkenalkan pula nilai-nilai seperti disiplin, taat pada aturan serta tata cara Barat yang

sebelumnya tidak dikenal dalam sistem pendidikan pribumi.

E.  BIDANG IDEOLOGI dan AGAMA

1. BIDANG IDEOLOGI

Pendidikan yang diperoleh masyarakat Indonesia mampu menyadarkan mereka mengenai

kondisi bangsa Indonesia akibat penjajahan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh

rakyat. Tujuan pemberian pendidikan sebagai strategi politik etis Belanda tetapi akhirnya

menjadi sarana penyadaran nasionalisme Indonesia.

Dengan pendidikan mampu:

Menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan, kejuangan, dan ke-Indonesiaan di

kalangan perintis pergerakan nasional Indonesia. Munculnya Nasionalisme

dikalangan rakyat Indonesia.

Menumbuhkan kesadaran mengenai makna kemerdekaan, kebebasan dan hak

untuk menentukan nasib sendiri di kalangan pribumi dan membawa Indonesia

menuju kemerdekaan.

Mulai dibentuklah organisasi pergerakan nasional seperti, Budi Utomo.

Nilai-nilai baru tersebut mulai dilembagakan dan menjadi dasar perjuangan

mereka. Sejak saat itu Indonesia memasuki tahap pergerakaan nasional.

 

Page 13: PERUBAHAN EKONOMI

13

2. BIDANG AGAMA

Masyarakat Indonesia mayoritas memeluk agama Islam, kegiatan keagamaan dikontrol

dan dibatasi oleh pemerintah kolonial.

Hal tersebut didasarkan pada ketakutan pemerintah Belanda akan munculnya gerakan

yang dapat menghambat kepentingan perdagangan dan politiknya.

Cara pengontrolan pemerintah kolonial dilakukan dengan :

Orang Muslim yang naik haji juga dibatasi karena dianggap sebagai cikal bakal

munculnya tokoh-tokoh Muslim yang radikal.

Kebijakan tersebut menyebabkan munculnya perlawanan dari masyarakat Muslim

Indonesia.

Untuk meneliti dan mempelajari seluk beluk masyarakat Muslim Indonesia, Belanda

mengirim Snouck Hurgronje ke Aceh.

Belanda juga membatasi kelompok-kelompok agama Katolik, dan Protestan. Belanda

melihat kegiatan keagamaan yang dilakukan para missionaris,

pastor, dan pendeta melalui lembaga pendidikan sebagai penghalang bagi kepentingan

perdagangan dan kekuasaan pemerintah Belanda.

Pemerintah membuat laporan bahwa setiap kegiatan keagamaan harus dilaporkan dan

mendapat perizinan dari pemerintah Belanda.

BAB III

Page 14: PERUBAHAN EKONOMI

14

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa dalam perjalanan mengisi

kemerdekaan bangsa Indonesia banyak mengalami perubahan baik itu di bidang politik,

sosial, budaya, pendidikan dan ekonomi.semua perubahan itu merupakan dampak dari

masuknya negara-negara Eropa terutama pemerintah kolonial Belanda, baik itu berdampak

positif maupun negatif bagi masyarakat Indonesia.

B. SARAN

Adapun saran dari penulis:

1. Kiranya pembaca mau lebih mempelajari sejarah bangsa Indonesia

2. Kiranya penulis di berikan bimbingan dalam penulisan sebuah makalah

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: PERUBAHAN EKONOMI

15

Www.Hijriah.Jentayu.Com Kondisi Ekonomi, Politik Sosial-Budaya, Pendidikan Dan

Historiografi Indonesia Pasca Proklamasi. Oleh Lea. Diterbitkan: 3 Juni 2010.

www.google.co.id Perubahan Ekonomi, Sosial, Dan Budaya Masyarakat Indonesia Sebagai

Dampak Kekuasaan Bangsa-Bangsa Eropa Di Indonesia. Oleh Rina. Diterbitkan : 6

Maret 2009.