pertumbuhan

22
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormone tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah ” hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan,hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan ( hormone endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan ( hormo neksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh- tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan A. Faktor Luar 1. Air dan Mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal. 2. Kelembaban.

Upload: aris-handrian

Post on 25-Jul-2015

120 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pertumbuhan

Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormone tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah ” hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan,hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan ( hormone endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan ( hormo neksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan

A. Faktor Luar

1. Air dan Mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.

2. Kelembaban.

3. Suhu : di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.

4. Cahaya : mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat. Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.

B. Faktor Dalam

1. Faktor hereditas.merupakan faktor yang berkaitan dengan keturunan atau gen

2. Hormon.

Page 2: Pertumbuhan

1. Auksin

adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah: Perkembangan buah, Dominansi apikal (pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah), Absisi dan Pembentukan akar adventif.

Kejadian di dalam alam stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun pucuk suatu tanaman, merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek yang mudah dalam pembuktian kebenaran diatas dapat dilakukan dengan Bioassay method yaitu dengan the straight growth tets dan curvature Menurut Larsen (1944), Indoleacetaldehyde. Diidentifikasikan test sebagai bahan auxin yang aktif dalam tanaman, selanjutnya ia mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah perubahan dari Trypthopan menjadi IAA Tryptamine sebagai salah satu zat organik, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan dalam tanaman fanili Cruciferae dan merupakan zat yang dapat dikelompokan ke dalam auxin (Jones et al, 1952). Menurut Thimann dan Mahadevan (1958), zat tersebut atas bantuan enzym nitrilase dapat membentuk auxin. Ahli lainnya (Cmelin dan Virtanen, 1961) menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari Glucobrassicin atas aktivitas enzym Myrosinase. Dan zat organik lain (Indoleethanol) yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosin. Thesis IAA adalah atas bantua bakteri (Rayle dan Purves, 1976). Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin menunjukan bahwa konsentrasi auxin di dalam tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah Sintesis Auxin, Pemecahan Auxin dan In-aktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.

Auxin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap : a. Pengembangan sel b. Phototropisme c. Geotropisme d. Apical dominasi e. Pertumbuhan akar (root initiation) f. Parthenocarpy g. Abisission h. Pembentukan callus (callus formation) dan i. Respirasi

Page 3: Pertumbuhan

2. Giberelin

adalah jenis Hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh Kurosawa (1926). Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun (1951) Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan “Gibberelline A” dan “Gibberelline X”. adapun hasil penelitian lanjutannya menghasilkan GA1, GA2, dan GA3 . Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross, 1954 dalam Weaver 1972). Giberelin disintesis di hampir semua bagian tanaman, seperti biji, daun muda, dan akar. Giberelin memiliki beberapa peranan, antara lain: Memacu perpanjangan secara abnormal batang utuh, Perkecambahan biji dan mobilisasi cadangan makanan dari endosperm untuk pertumbuhan embrio, Perkembangan bunga dan buah, Menghilangkan sifat kerdil secara genetik pada tumbuhan dan Merangsang pembelahan dan pemanjangan sel.

Alam telah ditemukan lebih dari sepuluh buah jenis gibberellin. Menurut Mac Millan dan Takashashi (1968), Kang (1970) dan Weaver (1972), gibberellin ada yang diketemukan dalam jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang diketemukan pada tanaman tinggi dan ada juga yang diketemukan pada keduanya. Jenis gibberellin yang diketemukan pada jamur yaitu ; GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, GA9, s.d GA16, GA24, GA25, GA36. Sedangkan jenis gibberellin yang diketemukan pada tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23, GA26, s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu gibberellin yang diketemukan pada jamur dan tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA4, GA7, GA9, dan GA13. Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20, GA26, GA27, dan GA29 diketemukan pada Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9, GA13, diketemukan pada umbi tulip, kemudian GA3, GA4, GA7, diketemukan pada anggur, GA18, GA19, GA20, diketemukan pada pucuk bambu, GA3, GA4, GA7, dijumpai pada biji apel, selanjutnya GA21, dan GA22, dijumpai pada sword bean. Pada tanaman lain yaitu : Lipinus lutens (GA18, GA23, GA28), pada pucuk tanaman jeruk dan biji mentimun diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang, jagung, barley wheat diketemukan GA1. Adapun pada tanaman Phaseolus coclirecus diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17, dan GA20. Kemudian pada Rudbeckia bicolor diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan yang terakhir yaitu pada Calonyction aculeatum diketemukan : GA30, GA31, GA33, dan GA34. Hasil penelitian Meizger dan Zeivaart (1980) menunjukan bahwa pada pucuk bayam (spinach) didapatkan gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29. 2. Metabolisme gibberelline Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon.C C-C-C C Unit Isoprene (5-C) Unit-unit triterpene isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan (C-30). Monoterpene (C-10), Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan Biosintesis gibberelline yang terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi gibberellin. Di dalam proses

Page 4: Pertumbuhan

biosintesis telah diketemukan zat penghambat (growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa contoh growth retardant yang menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman antara lain Amo1618 tanaman (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5 mentimun dalam liar (Exhmocytis metil phenil-4pipendine Amo-1618 karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis gibberelline pada macrocarpa). dari menghambat proses perubahan Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene. Begitu pula growth retardant CCC (2chloroethyl) trimethyl (-amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang sama dengan Amo-1618. 3. Struktur molekul dan aktivitas gibberelline Gibberelline merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung “gibban skeleton”. Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada gibberelline adalah: a. beberapa gibberelline mempunyai 19 buah atom karbon dan yang lainnya mempunyai 20 buah atom karbon. b. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene numbering system) Semua gibberelline dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic acid yang mengandung COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering. Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari tanaman. Senyawa tersebut tidak mengandung gibberelline atau gibberellane structure tetapi termasuk ke dalam gibberelline. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia menemukan suatu substansi dalam jamur Helminthosporium sativum yang dinamakan “helminthosporol” yang aktif dalam perpanjangan daun pada kecambah padi dan barley. Senyawa lain yang ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu “Steviol”, namun aktivitasnya seperti gibberelline. O H OH CO CH2 HO H COOH H CH3 H GA3 (gibberellic acid) 4. Arti gibberellin bagi fisiologi tanaman. Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, mempunyai serta partohenocarpy, peranan dalam mobilisasi mendukung sintesa karbohidrat perpanjangan selama sel (cell perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi kainnya. Gibberelline elongation), aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru protein. Gibbereline sebagai salah satu hormon tumbuh pada tanaman, mempunyai peranan dalam pembungaan. Penelitian yang dilakukan Henny (1981) pada bungan spothiphyllum Mauna loa.Peranan Gibberellin dalam pematangan buah (fruit ripening) Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya perubahan dari kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu kondisi yang menguntungkan, ditandai dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan aroma. Dalam proses pematangan ini, gibberelline mempunyai peran penting yaitu mampu mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah.Dari hasil penelitian menunjukan bahwa gibberelline berperan penting dalam proses aktivitas amilase. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan GA yang mengakibatkan aktivitas amilase miningkat. Aktivitas enzym a amilase dan protease di dalam endosperm juga didukung oleh GA melalui de novo synthesis. Hal ini ada hubungannya dengan terbentuknya DNA baru yang kemudian menghasilkan RNA. f.Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangn xylem. Gibberelline mempunyai peranan dalam aktivitas kambium dan perkembangn xylem. Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 100, 250, dan 500 ppm mendukung terjadinya diferensiasi xylem pada pucuk olive. Begitu pula dengan mengadakan aplikasi GA3 + IAA dengan konsentrasi masing-masing 250 dan 500 ppm, maka terjadi pengaruh sinergis pada xylem. Sedangkan aplikasi auxin saja tidak memberi pengaruh. Pada tanaman Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji.

Page 5: Pertumbuhan

3. Sitokinin

Kinetin merupakan sitokinin sintetik yang pertama ditemukan oleh Carlos Miller pada ikan kering. Setelah itu ditemukan senyawa sitokinin yang lain dalam endosperma cair jagung, yaitu zeatin. Sitokinin sintetik lainnya adalah BAP (6-benzilaminopurin) dan 2-ip. Sitokinin mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

1) Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik.

2) Merangsang diferensiasi sel-sel yang dihasilkan dalam meristem.

3) Mendorong pertumbuhan tunas samping dan perluasan daun.

4) Menunda penuaan daun.

5) Merangsang pembentukan pucuk dan mampu memecah

masa istirahat biji (breaking dormancy).

Bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin merupakan bentuk dasar yang menentukan terhadap aktifitas cytokinin. Di dalam senyawa cytokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini. NH2 N NH Adenine (6-amino purine) 2. Arti Cytokinin bagi fisiologi tanaman Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan cytokinin dan auxin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan cytokinin lebih besar dari auxin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan cytokinin dan auxin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi cytokinin itu sedang dan konsentrasi auxin rendah, maka keadaan pertumbuhan tobacco pith culture tersebut akan berbentuk callus . Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin, apabila digunakan secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith culture. Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam proses mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut. 3. Interaksi Cytokinin, Gibberellin dan Auxin dalam perkembangan tanaman Di dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri. Kesemuanya berinteraksi antara satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu sistem. Begitu pula dengan zat pengatur tumbuh . Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan cytokinin bekerja tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut bekerja secara berinteraksi yang dicirikan dalam perkembangan tanaman.

4. Etilen

Page 6: Pertumbuhan

Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilen disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Selain etilen yang dihasilkan oleh tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu etepon (asam 2-kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering digunakan para pedagang untuk mempercepat pemasakan buah. Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji, menebalkan batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Selain itu, etilen menunda pembungaan, menurunkan dominansi apikal dan inisiasi akar, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan Auxin, Gibberellin, dan Cytokinin. Dalam keadaan normal ethylene akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam ethilene akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. hormon ini akan berperan pada proses pematangan buah dalam fase climacteric. Penelitian terhadap ethylene, pertama kali dilakukan oleh Neljubow (1901) dan Kriedermann (1975), hasilnya menunjukan gas ethylene dapat membuat perubahan pada akar tanaman. Hasil penelitian Zimmerman et al (1931) menunjukan bahwa ethylene dapat mendukung terjadinya abscission pada daun, namun menurut Rodriquez (1932), zat tersebut dapat mendukung proses pembungaan pada tanaman nanas. Penelitian lain telah membuktikan tentang adanya kerja sama antara auxin dan ethylene dalam pembengkakan (swelling) dan perakaran dengan cara mengaplikasikan auxin pada jaringan setelah ethylene berperan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran auxin dapat menstimulasi produksi ethylene. 1. Struktur kimia dan Biosintesis ethylene Struktur kimia ethylene sangat sederhana yaitu terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom hidrogen seperti gambar di bawah ini : HH C=C HH Ethylene Biosintesis ethylene terjadi di dalam jaringan tanaman yaitu terjadi perubahan dari asam amino methionine atas bantuan cahaya dan FMN (Flavin Mono Nucleotide) menjadi Methionel. Senyawa tersebut mengalami perubahan atas bantuan cahaya dan FMN menjadi ethykene, methyl disulphide, formic acid. Peranan ethylene dalam fisiologi tanaman Di dalam proses fisiologis, ethylene mempunyai peranan penting. Wereing dan Phillips (1970) telah mengelompokan pengaruh ethylene dalam fisiologi tanaman sbb: mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah mendukung epinasti, Menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa species tanaman walaupun ethylene ini dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi, Menstimulasi perkecambahan, Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal, Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar, Mendukung terjadinya abscission pada daun h. Mendukung proses pembungaan pada nanas, Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek, Menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral, Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auxin yaitu konsentrasi auxin yang tinggi menyebabkan terbentuknya ethylene. Tetapi kehadiran ethylene menyebabkan rendahnya konsentrasi auxin di dalam jaringan. Hubungannya dengan konsentrasi auxin, hormon tumbuh ini menentukan pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auxin, akan mendukung protein yang akan mengkatalisasi sintesis ethylene dan precursor. 3. Peranan ethylene dalam proses pematangan buah. Dari hasil penelitian terhadap tanaman kacang (pea), menunjukan bahwa pembentukan ethylene lebih tampak pada jaringan

Page 7: Pertumbuhan

meristem tempat auxin dihasilkan. Disini IAA mengontrol pembentukan ethylene dalam perpanjangan batang pea. Kehadiran kinetin dalam pertumbuhan tunas lateral dapat mengatasi penghambatan yang diakibatkan oleh IAA. Hasil penelitian lain menunjukan bahwa adanya penghambatan transportasi auxin oleh endogenous ethylene yang menyebabkan terjadinya abscission pada daun, dan menyebabkan rontoknya daun, bunga dan buah.

5.Asam absisat (ABA) Asam absisat (ABA) merupakan penghambat (inhibitor) dalam kegiatan tumbuhan. Hormon Asam Absisat (ABA)

Asal kata: Bahasa Latin

Penemu: P.F. Wareing dan F.T. Addicott

Objek penelitian: buah kapas

Hasil penelitian : Mendorong terjadinya perontokkan (absisi) pada tumbuhan

Jenis : Kinetin, Zeatin (pada jagung) benzil amino purin

Kesimpulan : hormon yang menyebabkan kerontokan ada saun dan buah

Fungsi Hormon Asam Absisat (ABA)

Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan di daerah titik tumbuh

Memacu pengguguran daun pada saat kemarau untuk mengurangi penguapan air

Membantu menutup stomata daun untuk mengurangi penguapan

Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan sel bahkan menghentikannya

Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk menghasilkan gas etilen

Memacu dormansi biji agar tidak berkecambah

Hormon ini dibentuk pada daundaun dewasa. Asam absisat mempunyai peran fisiologis diantaranya adalah:

1) Mempercepat absisi bagian tumbuhan yang menua, seperti daun, buah dan dormansi tunas.

2) Menginduksi pengangkutan fotosintesis ke biji yang sedang berkembang dan mendorong sintesis protein simpanan.

3) Mengatur penutupan dan pembukaan stomata terutama pada saat cekaman air.

Page 8: Pertumbuhan

INSTRUMEN PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA

1. Keadaan Laboratorium/Bangunan

lokasi membujur utara-selatan, cukup cahaya dan berukuran 48m2

lokasi tidak membujur utara-selatan, tidak cukup cahaya dan berukuran 48m2

c. lokasi membujur utara-selatan, cukup cahaya dan tidak berukuran 48m2

d, lokasi tidak membujur utara-selatan, tidak cukup cahaya dan tidak berukuran 48m2

2. Perabot atau mebeler

terdapat meja siswa(standar), kursi siswa (standar), lemari dan lemari asam

terdapat meja siswa( standar), kursi siswa (standar), ada lemari, tidak terdapat lemari asam

c. terdapat meja siswa (standar), kursi siswa(standar), tetapi tidak terdapat lemari dan lemari asam

d. terdapat meja siswa (tidak standar), terdapat kursi siswa (tidak standar), tidak terdapat lemari dan lemari asam

3. Peralatan Percobaan

a. peralatan percobaan lengkap, lebih dari standar BSNP dan berfungsi dengan baik

Page 9: Pertumbuhan

b. peralatan percobaan lengkap sesuu, susai sandar BSNP, berfungsi dengan baik

c. peralatan percobaan tidak lengkap tetapi berfungsi dengan baik

d, peralatan percobaan tidak lengkap dan tidak berfungsi dengan baik

4. Fasilitas Perawatan

terdapat fasilitas perawatan lengkap (flanel, minyak emersi, cairan asam, botol cuci, sikat pembersih, bahan pembersih) dan berfungsi dengan baik

terdapat fasilitas perawatan lengkap (flanel, minyak emersi, cairan asam, botol cuci, sikat pembersih, bahan pembersih) tetapi tidak berfungsi dengan baik

c, fasilitas perawatan tidak lengkap (flanel, minyak emersi, cairan asam, botol cuci, sikat pembersih, bahan pembersih) tetapi berfungsi dengan baik

d. fasilitas perawatan tidak lengkap (flanel, minyak emersi, cairan asam, botol cuci, sikat pembersih, bahan pembersih) dan tidak berfungsi dengan baik

5. Fasilitas pendukung (jaringan air, listrik, pembuangan limbah)

a, terdapat jaringan air, listrik, pembuangan limbah dan berfungsi dengan baik

b. terdapat jaringan air, listrik, dan berfungsi dengan baik

Page 10: Pertumbuhan

c. terdapat jaringan air, listrik, tetapi tidak berfungsi dengan baik

d. tidak terdapat jaringan air, listrik dan pembuangan limbah

6. Laboratorium memiliki fasilitas lain dan fasilitas yang berhubungan dengan keamanan dan penyelamatan

a. Memiliki Alat Pemadam Api Ringan (APAR), peralat PPPK berisi obat obatan lengkap (Betadin, Borwater, alkohol 70%, analgesic, obat tetes mata, obat gosok, kain kasa, norit, kompres, ammonia, gunting, gelas pencuci mata, thermometer badan, dan peniti), memiliki peralatan kebersihan serta memiliki komputer

b. Memiliki Alat Pemadam Api Ringan (APAR), peralat PPPK berisi obat obatan lengkap), memiliki peralatan kebersihan tidak memiliki computer

c. Memiliki Alat Pemadam Api Ringan (APAR), peralat PPPK obat obatan tidak lengkap), memiliki peralatan kebersihan tidak lengkap, tidak memiliki computer

d. Tidak memiliki Alat Pemadam Api Ringan (APAR), peralat PPPK obat obatan tidak lengkap), memiliki peralatan kebersihan tidak lengkap, tidak memiliki computer

7. Memiliki fasilitas ruang yang standart sebagai laboratorium IPA

Memiliki ruang persiapan, ruang kegiatan eksperimen, ruang penyimpanan bahan, ruang peralatan instrument dan computer, dan ruang tempat pencucian(wastafel)

Memiliki ruang persiapan, ruang kegiatan eksperimen, ruang penyimpanan bahan, tidak memiliki ruang peralatan instrument dan computer, dan ruang tempat pencucian(wastafel)

Page 11: Pertumbuhan

Memiliki ruang persiapan, ruang kegiatan eksperimen, ruang penyimpanan bahan tidak ada, tidak memiliki ruang peralatan instrument dan computer, dan ruang tempat pencucian(wastafel)

Hanya memiliki ruang persiapan, dan ruang kegiatan eksperimen saja

8. Perlengkapan lain di ruang kegiatan eksperimen (media pendidikan)

Di ruang kegiatan terdapat Daftar Organisasi Laboratorium yang menerangkan kewanangan di laboratorium yang meliputi Kep Sekolah, Kepala Lab, Urusan Sarpras, Laboran dan guru IPA, terpampang tata tertib laboratorium, jam dinding, inventaris ruangan dan inventaris alat dan bahan

Di ruang kegiatan terdapat tidak Daftar Organisasi Laboratorium yang menerangkan kewanangan di laboratorium yang meliputi Kep Sekolah, Kepala Lab, Urusan Sarpras, Laboran dan guru IPA, terpampang tata tertib laboratorium, jam dinding, inventaris ru Di ruang kegiatan terdapat Daftar Organisasi Laboratorium yang menerangkan kewanangan di laboratorium yang meliputi Kep Sekolah, Kepala Lab, Urusan Sarpras, Laboran dan guru IPA, terpampang tata tertib laboratorium, jam dinding, inventaris ruangan dan inventaris alat dan bahan angan dan inventaris alat dan bahan

Di ruang kegiatan tidak terdapat Daftar Organisasi Laboratorium yang menerangkan kewanangan di laboratorium yang meliputi Kep Sekolah, Kepala Lab, Urusan Sarpras, Laboran dan guru IPA, tidak terpampang tata tertib laboratorium, jam dinding, inventaris ruangan dan inventaris alat dan bahan

Di ruang kegiatan tidakterdapat Daftar Organisasi Laboratorium yang menerangkan kewanangan di laboratorium yang meliputi Kep Sekolah, Kepala Lab, Urusan Sarpras, Laboran dan guru IPA, tidak terpampang tata tertib laboratorium, Tidak terdapat jam dinding, inventaris ruangan dan inventaris alat dan bahan

9. Memiliki program kerja pengelolaan laboratorium

Program kerja di buat tiap tahun dan terlaksana dengan baik

Program kerja di buat tiap tahun dan tidak keseluruhan terlaksana

Memiliki program kerja tetapi tidak dibuat tiap tahun dan ketercapaiannya tidak jelas

Page 12: Pertumbuhan

Tidak memiliki program kerja

10. Memiliki daftar inventaris

Daftar inventaris lengkap dan diinventarisasi tiap tahun

Daftar inventaris lengkap tidak dibuat tiap tahun

Daftar inventaris tidak lengkap

Tidak memiliki buku daftar inventaris

11. Pelabelan

Pelabelan selalu dilakukan pada semua alat dan bahan

Pelabelan dilakukan tetapi tidak pada semua alat dan bahan

Pelabelan tidak selalu diperbaharui dan tidak pada semua alat dan bahan

Pelabelan tidak pernah dilakukan

12. Laboratorium memiliki kartu stok

Kartu Stok tersedia, selalu diisi

Kartu Stok tersedia, jarang diisi

Kartu Stok tersedia, namun tidak diisi

Kartu Stok tidak tersedia

13. Pengajuan Pemakaian Barang (Bon)

Page 13: Pertumbuhan

Bon Pemakaian Barang tersedia, selalu diisi

Bon Pemakaian Barang tersedia, jarang diisi

Bon Pemakaian Barang tersedia, namun tidak diisi

Bon Pemakaian Barang tidak tersedia

14. Jurnal Pemakaian Laboratorium

Jurnal Pemakaian Laboratorium tersedia, selalu diisi

Jurnal Pemakaian Laboratorium tersedia, jarang diisi

Jurnal Pemakaian Laboratorium tidak diisi

Jurnal Pemakaian Laboratorium tidak tersedia

15. Daftar Pemeliharaan Alat

Daftar Pemeliharaan Barang tersedia, selalu diisi

Daftar Pemakaian Barang tersedia, jarang diisi

Daftar Pemakaian Barang tersedia, namun tidak diisi

Daftar Pemakaian Barang tidak tersedia

16. Jadwal Kegiatan Guru IPA

Jadwal tersedia, berlaku sesuai dengan jadwal dan tidak kres

Jadwal tersedia, tidak berlaku sesuai dengan jadwal namun tidak kres

Jadwal tersedia, berlaku tidak sesuai dengan jadwal dan kres

Jadwal tidak tersedia

Page 14: Pertumbuhan

17. Daftar Alat Rusak dan Habis

Daftar tersedia, selalu diisi

Daftar tersedia, jarang diisi

Daftar tersedia, namun tidak diisi

Daftar tidak tersedia

18. Memiliki buku koleksi hasil Praktikum

buku tersedia, selalu diisi

buku tersedia, jarang diisi

buku tersedia, tidak diisi

buku tidak tersedia

19. Buku Pembelian barang dan daftar harga

Memiliki buku penerimaan barang dan terisi, memiliki daftar harga alat dan bahan laboratorium IPA

Memiliki buku penerimaan barang tetapi tidak dibukukan dengan rutin, memiliki daftar harga barang laboratorium IPA

Tidak memiliki buku penerimaan, memiliki daftar harga barang (alat dan bahan laboratorium)

Tidak memiliki buku penerimaan dan tidak memiliki daftar harga barang laboratorium

20. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Page 15: Pertumbuhan

Memiliki SOP, selalu dilaksanakan

Memiliki SOP, jarang dilaksanakan

Memiliki SOP, tidak dilaksanakan

Tidak memiliki SOP

Untuk skor 4

Untuk skor 3

Untuk skor 2

Untuk skor 1

Skor yang diperoleh dijumlahkan dan dikonversikan ke kriteria laboratorium berikut ini:

Skor

Kriteria

-84

Layak

Page 16: Pertumbuhan

41-60

Cukup layak

21-40

Kurang layak

20-

Tidak layak

Pada tumbuhan, setiap proses perkembangan mengintegrasikan jaringan sinyal peristiwa yang diatur oleh phytohormones berbeda, dan interaksi di antara jalur hormon penting untuk mengatur efeknya. Terus menerus pertumbuhan hasil akar dari aktivitas postembryonic sel dalam meristem akar yang dikendalikan oleh aksi terkoordinasi phytohormones, termasuk auksin dan etilen. Meskipun interaksi mereka telah dipelajari secara intensif, mekanisme molekuler dan seluler yang mendasari interaksi ini tidak diketahui. Kami menunjukkan bahwa efek dari etilen pada pertumbuhan akar sebagian besar dimediasi oleh regulasi biosintesis auksin dan transportasi yang tergantung distribusi auksin lokal. Etilen menstimulasi biosintesis auksin dan transportasi auksin basipetal menuju zona perpanjangan, di mana ia mengaktifkan respon auksin lokal menyebabkan penghambatan pemanjangan sel. Secara konsisten, dalam mutan terpengaruh dalam persepsi auksin atau transportasi auksin basipetal, etilen tidak dapat mengaktifkan respon auksin juga tidak mengatur pertumbuhan akar. Selain itu, etilen memodulasi transkripsi dari beberapa komponen dari mesin transportasi auksin. Dengan demikian, etilena mencapai aktivasi lokal dari jalur auksin sinyal dan mengatur pertumbuhan akar oleh kedua merangsang biosintesis auksin dan oleh modulasi mesin transportasi auksin