pertemuan ke 5 - kebijakan sosial global
TRANSCRIPT
Page 1
KEBIJAKAN SOSIAL GLOBAL
Sesi V: Kebijakan & Perencanaan Sosial Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah & Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, M. Izzul Haq, M.Sc
Page 2
pekerjaan sosial akan semakin mengalami kesulitan dalam
menjalankan fungsinya secara efektif tanpa pemahaman mengenai
lingkungan global
MENGAPA?
praktik pekerjaan sosial dengan individu dalam skala lokal semakin
terpengaruh oleh permasalahan global.
meningkatnya kemiskinan di suatu negara dan ketimpangan
ekonomi antar negara merupakan realitas global yang
mempengaruhi pekerjaan sosial.
Page 4
Merupakan istilah generik yang merujuk pada berbagai fenomena :
a. Ekonomi : meningkatnya internasionalisasi produksi dan pertukaran barang
dan jasa; deregulasi transaksi finansial; perluasan perdagangan bebas (free
trade) dalam skala dunia; dan restrukturisasi dan relokasi aktivitas produksi
antar berbagai kawasan di dunia.
b. Politik : melemahnya negara bangsa (nations state) dan hilangnya otonomi
sosial dan politik di hadapan proses ekonomi global; proses desentralisasi di
dalam negara bangsa; dan upaya untuk menciptakan institusi politik
internasional yang baru dalam mengelola politik global yang baru.
c. Sosial budaya : dikaitkan dengan peningkatan ketersediaan dan sirkulasi
informasi secara masif melalui penyebaran internet; interkoneksi yang makin
besar antar masyarakat sehingga jarak waktu dan ruang menjadi hilang
melalui komunikasi telepon, siaran TV secara langsung; ancaman terhadap
budaya tradisional dan kohesi sosial bersanding dengan homogenisasi
kultural melalui penyebran merek dan produk global
Page 6
Bahaya Globalisasi
1. Globalisasi didasari ideologi free market fundamentalism
yang patuh pada mitos “the invisible hand” dan antipati
terhadap peran negara (Stiglitz, 2003).
2. Globalisasi memperkokoh hegemoni perusahaan-
perusahaan multinasional atau transnasional (MNCs/TNCs).
3. Globalisasi disokong oleh tiga lembaga internasional
penting: Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF) dan
World Trade Organization (WTO) yang sanggup
mencengkram dunia.
Page 8
DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP KEBIJAKAN SOSIAL (Deacon, 2007)
Kompetisi antar ‘negara kesejahteraan’ dalam menarik arus kapital /
investasi modal dengan menurunkan standar kebijakan perlindungan
sosial (race to the bottom)
Masuknya aktor baru dalam perumusan kebijakan sosial suatu negara
Munculnya isu-isu terkait kebijakan sosial, yaitu redistribusi, regulasi,
dan hak pada level supranasional yang sama-sama memiliki dimensi
regional dan global
Terciptanya pasar global dalam hal penyediaan pelayanan sosial
Terdorongnya gerakan masyarakat global yang menantang struktur
teritorial dan asumsi terkait kewajiban dan hak kesejahteraan
Page 9
KEBIJAKAN SOSIAL GLOBAL
The globalization of social policy and the socialization of global politics
(Deacon, 1997: 4)
Merupakan kebijakan trans atau supranasional yang berdimensi sosial
Page 10
Dimensi Kebijakan Sosial Global
Agensi Pembangunan Internasional - aktor
Kerjasama Pembangunan Internasional - proses
Regulasi Internasional - produk
Page 11
AGENSI PEMBANGUNAN INTERNASIONAL
Agen Multilateral : Bank Dunia (WB) & International Monetary Fund (IMF)
Bank Pembangunan Regional : Asian Development Bank (ADB), African
Development Bank (AfDB) dsb
Lembaga PBB : UNICEF, UNDP, WHO, UNESCO, UNRISD, ILO dsb
Aktor Regional & Supranasional : Uni Eropa (UE), G8, G20, WTO,
ASEAN dsb
Korporat Internasional : Rockefeller, Ford, Soros, Gates Foundation dsb
NGO Internasional : OXFAM, Save The Children, Islamic Relief, dsb
Donor Bantuan Bilateral : USAID, GTZ, DANIDA, DFID, AusAID, CIDA,
NORAD, JICA dsb
Page 12
KEBIJAKAN SOSIAL BANK DUNIA / THE WORLD BANK
Bank Dunia dibentuk Juli 1944 oleh
delegasi dari 44 negara pada sebuah
konferensi internasional di Bretton Woods,
New Hampshire, AS
Kebijakan sosial Bank Dunia lebih fokus
pada pendekatan manajemen risiko menuju
perlindungan sosial (social protection)
dalam konteks globalisasi
Area kebijakan sosial Bank Dunia :
a. Nutrisi Kesehatan
b. Kependudukan
c. Pendidikan
d. Perlindungan Sosial
Page 14
TIGA DIVISI GRUP BANK DUNIA
International Bank for
Reconstruction and
Development (IBRD,
berdiri 1945)
Meminjamkan dana kepada negara
debitor untuk proyek yang disertai
syarat adanya kebijakan-kebijakan
tertentu yang harus dipenuhi
International
Development Assistance
(IDA, berdir 1960)
Meminjamkan dana secara lunak
kepada negara berpenghasilan rendah
International Finance
Corporation (IFC, berdiri
1956)
Menstimulasi pembangunan sektor
swasta
Page 15
Bersama IMF dan Pemerintah AS merumuskan apa yang disebut dengan
‘structural adjustment program (SAP)’ pada tahun 1980-awal 1990an.
Dikenal dengan nama Washington Consensus yang mengharuskan
negara kreditur untuk memotong belanja publik yang berlebihan sebagai
syarat hibah Bank Dunia untuk menyeimbangan pembukuan dan
mendorong pertumbuhan sektor swasta.
Tahun 1997, melaksanakan Structural Adjustment Participatory Review
Initiative (SAPRIN) bersama NGO lokal dan internasional dengan fokus
pada kebijakan SAP di beberapa negara.
Pada 1999, meluncurkan prosedur Poverty Reduction Strategy Paper
(PRSP) yang menjadi dokumen kebijakan yang dimiliki oleh negara
bersangkutan sebagai hasil konsultasi dengan masyarakat sipil. PRSP
menjadi syarat pengendoran hutang negara-negara miskin penghutang
kelas berat (HIPIC/Heavily Indebted Poor Countries) atau untuk mengakses
pinjaman lunak dari ‘Poverty Reduction and Support Credit’ IDA.
Page 16
Secara berkala setiap tahun mengeluarkan World Development Report
(WDR) yang berisikan laporan perkembangan negara di dunia
berdasarkan isu yang sedang dikaji, misalnya WDR 1990 on Poverty,
WDR 2006 on Inequality
Memiliki World Bank Institute sebagai lembaga yang menawarkan jasa
konsultasi kebijakan Bank Dunia melalui workshop yang melibatkan staf
kementerian negara-negara di dunia
Page 19
KEBIJAKAN SOSIAL IMF
International Monetary Fund (IMF) didirikan pada
pertemuan Bretton Woods tahun 1944. Fokus
pada manajemen makroekonomi.
Dikenal sebagai “lender of the last resort”.
Penyedia dana talangan bagi negara yang
memerlukan pembiayaan temporer, biasanya
untuk menyeimbangkan neraca pembukuan.
Syarat (condiotionality) pinjaman IMF cenderung
memperlemah kedaulatan sistem keuangan
nasional.
Page 20
Kebijakan sosial IMF pada pertengahan 1990an adalah ‘safety
net’/jaring pengaman.
Tahun 1999, pengentasan kemiskinan (poverty reduction) menjadi
tujuan IMF melalui Poverty Reduction and Growth Facility setelah
era SAP yang dilaksanakan melalui prosedur PRSP.
Page 21 http://gis1.ucsc.edu/~ericw/voting_rts_imf.gif
A member's quota in the IMF determines the amount of its subscription, its voting weight, access to IMF financing, and allocation of Special Drawing Rights.
Page 24
ANTARA BANK DUNIA, IMF dan INDONESIA
Kerjasama Indonesia
dengan Bank Dunia
dimulai pada 1952
Saat ini Indonesia
mendapatkan dua
jenis pinjaman, IBRD
dan IDA.
Hutang Indonesia ke
IMF sebesar US$ 3,2
milyar lunas pada
2006
Penandatanganan Letter of Intent (LoI) Pemerintah Indonesia dengan IMF, 1998
Page 28
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA
PBB atau United Nations (UN) berdiri 26 Juni 1945 di San Fransisco, AS
sebagai organisasi dunia sebagai pengganti Liga Bangsa-Bangsa
(League of Nationsi)
Badan-badan utama PBB :
a. Sidang Umum (General Assembly)
b. Dewan Keamanan (Security Council)
c. Dewan Ekonomi & Sosial (Economic & Social Council/ECOSOC)
d. Sekretariat (Secretariat)
e. Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ)
f. Dewan Perwalian (Trusteeship)
Page 32
TUJUAN PEMBANGUNAN MILLENNIUM (MDGs)
1 Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
2 Mencapai pendidikan dasar untuk semua
3 Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4 Menurunkan angka kematian anak
5 Meningkatkan kesehatan ibu
6 Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
7 Memastikan kelestarian lingkungan hidup
8 Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Page 33
Area Kebijakan Sosial UNICEF (Gaspar Fajth, 2010)
1. Pengembangan dan kelangsungan hidup anak kecil (Young
child survival and development)
2. Pendidikan dasar dan kesamaan hak (Basic education and
gender equality)
3. Anak dan HIV/AIDS
4. Perlindungan anak dari kekerasan, eksploitasi, dan
penyalahgunaan (Child protection from violence, exploitation
and abuse)
5. Advokasi kebijakan dan kemitraan untuk hak-hak anak (Policy
advocacy and partnerships for children’s rights)
Page 39
Kebijakan Sosial di Uni Eropa (Deacon, 2003: 246)
Peningkatan standar kesehatan internasional
Peningkatan standar perburuhan dalam ekonomi global
Pembentukan aturan global prinsip kebijakan sosial
Pembentukan panduan wajib CSR
Pengaturan perkembangan pasar internasional di bidang kesehatan,
pendidikan, dan perlindungan sosial
Page 48
WTO dan Kebijakan Sosial (Deacon, 2007: 52 – 53)
Adanya empat model perdagangan internasional mengacu pada GATS
(General Agreement on Trade in Service) yang berimplikasi pada formulasi
kebijakan sosial nasional :
1. Suplai lintas batas (cross-border supply). Jasa dapat disediakan dari
satu negara ke negara lain melintas batas.
2. Konsumsi luar negeri (consumption abroad). Individu atau
perusahaan dapat pergi ke negara lain untuk mendapatkan jasa disana.
3. Kehadiran komersial (commercial presence). Suatu perusahaan dapat
mendirikan cabang atau perwakilan usaha di suatu negara lain untuk
menyediakan jasa.
4. Kehadiran person (the presence of natural person). Individu dari satu
negara bisa pergi dan tinggal secara temporer di negara lain untuk
menyediakan jasa, namun bukan untuk meraih kewarganegaraan dan
pekerjaan tetap.
Page 53
BAGAIMANA ORGANISASI/AGENSI INTERNASIONAL MEMPENGARUHI KEBIJAKAN NASIONAL
Riset, seting agenda, dan pengembangan kerangka pengetahuan
Pinjaman berbasis kebijakan dan persyaratan proyek pembangunan
Penetapan kode etik, aturan dan norma global
Page 54
KERJASAMA PEMBANGUNAN INTERNASIONAL
Kerjasama pembangunan internasional (international development
cooperation) menjadi nama generik untuk semua bentuk bantuan luar
negeri (foreign aid)
Terdiri atas:
a. Bantuan Teknis (technical assistance)
b. Bantuan Keuangan (financial assistance), yang berupa:
Hibah (grant) dan Pinjaman (loan)
Page 55
Sejarah Bantuan Luar Negeri
The Marshall Plan “The Economic Recovery Program” dengan
disahkannya US Foreign Aid Act (1948). Dari 1948 – 1952, US$ 13.5
milyar (atau setara US$ 88 milyar) disalurkan oleh Pemerintah AS kepada
negara-negara Eropa Barat. Senilai 10% dari total produk nasional bruto
negara penerima.
The Colombo Plan (1951). Disalurkan untuk negara berkembang di Asia
Pasifik. Dari 1950 – 1981 total lebih dari US$ 65 milyar.
Page 57 http://news.bbc.co.uk/1/shared/spl/hi/pop_ups/05/business_aid_and_development/html/2.stm
Page 59
http://news.bbc.co.uk/1/shared/spl/hi/pop_ups/05/business_aid_and_development/html/5.stm
Page 60
NAMUN IRONI YANG MUNCUL...
Ketimpangan. Negara-negara termiskin di dunia bukanlah penerima
terbesar bantuan luar negeri. Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan
sebagai kawasan termiskin di dunia hanya menerima 42% dari total
keseluruhan bantuan luar negeri (Data Bank Dunia: 2002).
Keterikatan. ‘Tied Aid’ alias ‘bantuan terikat’. Pemberian bantuan
dengan catatan: pembelian produk dan jasa negara donor.
Alih prioritas : penyaluran dana lewat lembaga multilateral seperti
PBB makin berkurang, sedangkan penyaluran dana langsung lewat
Bank Dunia, IMF, dan bank pembangunan regional makin meningkat.
Salah sasaran. Alokasi distribusi bantuan luar negeri untuk
pendidikan dasar (basic education) baru mencapai 1% dari
pengeluaran negara penerima
Page 61
Barter bantuan. Negara yang mendukung kepentingan negara
donor di PBB cenderung mendapatkan bantuan lebih.
Kepentingan sebagai panglima. Kepentingan strategis geopolitik
menjadi penentu besaran alokasi dan distribusi bantuan. 60%
bantuan Jepang ditujukan ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia,
Cina dan Thailand. 20% bantuan Inggris ditujukan pada negara
bekas jajahan di Afrika dan Anak Benua India. Hampir 50% bantuan
Prancis ditujukan kepada bekas koloninya seperti Polinesia Prancis
dan Kaledonia Baru. Di tahun 2000 hampir 1/3 bantuan bilateral AS
ditujukan kepada Rusia, Israel, dan Mesir, sedangkan di tahun
1950-1960an ditujukan pada Korea Selatan dan Taiwan.
Page 62
Dampak Bantuan Luar Negeri bagi Kebijakan Sosial
Penyediaan anggaran kesejahteraan sosial (social welfare budget)
Pembuatan jaring pengaman sosial (social safety nets)
Pengembangan pendekatan multisektoral yang menyeluruh dan
terintegrasi untuk pengentasan kemiskinan dan pembangunan
Page 63
Prosedur Poverty Reduction Strategy Papers (paper strategi pengentasan kemiskinan)
diluncurkan Bank Dunia pada September 1999 bagi 60 negara kreditor sebagai syarat
pengendoran hutang (debt relief) atau pinjaman lunak (soft loans). PRSP berupa
dokumen perencanaan untuk mencapai tujuan anti kemiskinan. Penyiapan & pelaksanaan
PRSP menekankan partisipasi pemerintah, negara donor, dan masyarakat sipil.
Page 64
UTANG LUAR NEGERI INDONESIA
Hutang luar negeri Indonesia lebih didominasi hutang swasta (US$ 23,1
miliar), sedangkan hutang pemerintah US$ 6,6 miliar, dan bank sentral
US$ 6,9 miliar.*
Hutang luar negeri Indonesia memakan porsi anggaran negara (APBN)
yang terbesar dalam satu dekade terakhir.
Jumlah pembayaran pokok dan bunga hutang hampir 2x lipat anggaran
pembangunan, dan memakan lebih dari separuh penerimaan pajak.
Pembayaran cicilan hutang sudah mengambil porsi 52% dari total
penerimaan pajak yang dibayarkan rakyat sebesar Rp 219,4 triliun.
* www.liputan6.com
HUTANG LUAR NEGERI INDONESIA per JULI 2013
Rp 2156 TRILIUN* Naik Rp 212 triliun dari posisi di Mei 2012 yang berjumlah
Rp 1.994 triliun yang itu pun naik Rp 140,65 triliun dari
posisi di Desember 2011 yang berjumlah Rp 1.803,49 triliun!
PDB Indonesia Rp 7.226 triliun, rasio hutang Indonesia
sekitar 25 %. Sejak tahun 2000 ada peningkatan jumlah
hutang meskipun ada penurunan rasio hutang terhadap PDB.
Sumber: Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan RI
Page 70
No Kementerian/Lembaga/BUMN Nilai Pinjaman
1 Kementerian Keuangan USD 871,1 juta atau Rp 8,3 triliun
2 Kementerian Negara PPN/BAPPENAS USD 302 juta atau Rp 2,8 triliun
3 Kementerian Pertahanan USD 227,1 juta atau Rp 2,1 triliun
4 Kementerian Pekerjaan Umum USD 165,5 juta atau Rp 1,5 triliun
5 PT PLN USD 59 juta atau Rp 567,2 miliar
6 Kementerian Perhubungan USD 45.6 juta atau Rp 438,6 miliar
7 Kementerian Dalam Negeri USD 21,2 juta atau Rp 204,1 miliar
8 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan USD 8,9 juta atau Rp 86,1 miliar
9 Kementerian Kesehatan USD 8,4 juta atau Rp 81,1 miliar
10 Badan Meteorologi dan Geofisika USD 7,6 juta atau Rp 72,9 miliar
11 Kementerian Komunikasi dan Informatika USD 984,4 ribu atau Rp 9,4 miliar
12 Kementerian Pertanian USD 912,8 ribu atau Rp 8,7 miliar
13 PT Pertamina USD 353,7 ribu atau Rp 3,3 miliar
14 Kementerian Agama USD 262,2 ribu atau Rp 2,5 miliar
Page 72
SIAPAKAH PEMBERI HUTANG KE INDONESIA?
UTANG BILATERAL
1. Jepang Rp 274,68 triliun
2. Prancis Rp 24,14 triliun
3. Jerman Rp 20,97 triliun
4. Pinjaman bilateral lain
Rp 83,2 triliun
UTANG MULTILATERAL
1. WB Rp 112,19 triliun
2. ADB Rp 96,41 triliun
3. IDB Rp 4,32 triliun
4. Lembaga multilateral lain
Rp 2,13 triliun
Sumber: Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan RI
Page 73
IRONI INDONESIA
Meski berhutang banyak, namun berani memberi hutang USD 1 miliar
melalui IMF untuk krisis ekonomi Eropa
Demi nilai tawar yang tinggi, Indonesia tetap membayar iuran
keanggotaan sekaligus untuk menambah penyertaaan modal di beberapa
lembaga pengutang internasional (sesuai PP tentang Penambahan
Penyertaan Modal, Agustus 2013) seperti :
a. ADB Rp 353,3 miliar
b. Bank Dunia Rp 153,6 miliar
c. ASEAN Infrastructure Fund Rp 380 miliar
Page 76
REGULASI INTERNASIONAL
Mencerminkan seperangkat nilai yang diusung di dunia global.
Mengacu pada penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.
Deklarasi
Konvensi
Page 77
DEKLARASI
Universal Declaration of Human Rights (UDHR), 1948 atau Deklarasi
Universal tentang Hak Asasi Manusia
Deklarasi Alma-Ata (1978) tentang Pelayanan Kesehatan Dasar
Deklarasi Jomtien (1990) tentang Pendidikan untuk Semua
Deklarasi Rio (1992) tentang Lingkungan Hidup
Deklarasi Kopenhagen (1995) tentang Pembangunan Sosial
Deklarasi Johannesburg (2002) tentang Kesehatan dan
Pembangunan Berkelanjutan
pernyataan bersama mengenai suatu masalah dalam bidang politik, sosial,
ekonomi, atau hukum. Deklarasi dapat berbentuk traktat, perjanjian bilateral,
dokumen tidak resmi, dan perjanjian tidak resmi
Page 79
KONVENSI
International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) & International Covenant
on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) (diadopsi & berlaku 1966)
Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (CERD) (diadopsi
1966, berlaku: 1969)
Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women
(CEDAW) (diadopsi 1979, berlaku: 1981)
Convention on the Rights of the Child (CRC) (diadopsi 1989, berlaku: 1989)
International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and
Members of their Families (ICRMW atau sering disebut MWC) (diadopsi 1990,
berlaku: 2003)
Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) (diadopsi 2006, berlaku:
2008)
persetujuan resmi yang bersifat multilateral atau persetujuan yang diterima oleh organ
suatu organisasi internasional. Konvensi tidak berkaitan dengan kebijakan tingkat tinggi
Page 80
Dampak regulasi internasional bagi kebijakan sosial di Indonesia
Berbagai perundang-undangan sosial yang dibentuk sebagai konsekwensi
penandatanganan, ratifikasi, dan adopsi konvensi ke dalam UU seperti:
UU No. 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak Penyandang
Cacat
UU No. 15 tahun 2009 tentang Pengesahan Protokol Melawan
Penyelundupan Migran
UU No. 11 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional
tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, Budaya
UU 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Page 81
Peran Pekerja Sosial dalam Konteks Kebijakan Sosial Global
Peran pekerja sosial tidak dilakukan dengan membantu mereka
yang mengalami masalah sosial atau para “pemerlu pelayanan
sosial” saja,
melainkan diarahkan pada keterlibatan dalam analisis dan
perancangan kebijakan sosial internasional. Sejumlah ahli, seperti
Gosta Esping-Andersen (1996), Ramesh Mishra (1999), Bob
Deacon (2000) sudah lama mengusulkan soal international social
policy ini.
Aktivis dan analis kebijakan sosial adalah dua peranan penting
dalam skenario ini yang intinya difokuskan pada perlawanan
terhadap globalisasi dan neoliberalisme.
Page 82
SUB-TUGAS KELOMPOK
Melalui diskusi kelompok, identifikasi dan tentukan SATU isu lokal/nasional terkait
kebijakan (kesejahteraan) sosial di Indonesia atau masalah kesejahteraan sosial di
Indonesia dengan berdasarkan BUKTI/DATA tertulis (kliping koran, laman internet,
jurnal penelitian, dokumen pemerintah dsb) yang akan menjadi rencana tugas
penyusunan Logframe Approach terkait perencanaan program sosial.
Lakukan ANALISIS SOSIAL terhadap isu atau masalah tersebut (gunakan analisis
statika sosial/stakeholder dan analisis jalur/pohon masalah)
Dikumpulkan pada pertemuan hari Senin, 7 Oktober 2013 (Kelas A), Kamis 10
Oktober 2013 (Kelas B & C)
Page 83
Keterkaitan Analisis
Stakeholder
(Stakeholder Analysis)
dan Analisis Jalur/Pohon
Masalah (Problem
Analysis) dengan
penyusunan Logframe
Page 84 PSIF Project Resources Stakeholder Analysis
84
Langkah Analisis Stakeholder
1. Identifikasi stakeholder pentingdan kepentingan mereka
2. Asesmen kekuasaan dan pengaruh stakeholder terkait dengan proyek/kegiatan
3. Tentukan respon proyek yang tepat pada masing-masing stakeholder/kelompok
4. Rencanakan stakeholder mana yang akan berpartisipasi dalam lingkaran proyek, kapan dan bagaimana
5. Mulai untuk identifikasi resiko dari stakeholder
6. Kembangkan strategi untuk membangun partisipasi dan komitmen stakeholder
Page 85 PSIF Project Resources Stakeholder Analysis
Mempersiapkan Matriks Stakeholder
Stakeholder Kepentingan Dampak
S.1
S.2
S.3
Page 86 PSIF Project Resources
Mengembangkan Pohon Masalah
1. Identifikasi sebab segera dan langsung dari masalah inti (focal
problem)
2. Identifikasi akibat segera dan langsung dari masalah inti (focal
problem)
3. Bangun pohon masalah yang menunjukkan hubungan sebab dan
akibat dari masalah tersebut
4. Review pohon masalah dan verifikasi bahwa telah lengkap dan valid
Page 87 PSIF Project Resources
Identifikasi Sebab & Akibat: Pohon Masalah
Focal Problem
Effects of the Focal Problem
Causes of the Focal Problem
Direct
Effects
Higher-level
Effects
Immediate
and Direct
Causes
Root
Causes
Page 89
KELOMPOK TEMA KELOMPOK KELAS B
1 Larangan berjualan di gerbong KA
2 Trafiking anak
3 Perlindungan anak jalanan
4 Mobil murah tidak tepat sasaran
5 Ketidaktepatan BLSM
6 Kenaikan standar kelulusan UN
7 Kurang berhasilnya KB
Page 90
KELOMPOK TEMA KELOMPOK KELAS C
1 Penyalahgunaan Dana Kebijakan Impor Daging Sapi
Kemenperindag RI
2 Pemberdayaan Pengemis Perlu Studi Kelayakan
3 Korupsi Dana Pendidikan UNAS
4 BLSM tidak tepat sasaran
5 Gepeng
6 BBM
7
Page 91
Referensi
Deacon, Bob (2003). “Supranational Agencis and Social Policy” dalam
Social Policy, Oxford: Blackwell.
Deacon, Bob (2007). Global Social Policy & Governance. London: Sage.
Gaspar Fajth (2010). UNICEF’s Social Policy Agenda, New York: UNICEF
Division of Policy and Practice
Sykes, Rob (2003) “Social Policy and Globalization” dalam Social Policy,
Oxford: Blackwell.
Page 92
Teki-teki dari jaman pil kiplik untuk yang tertarik dan belum pernah tau...
Teka teki ini tidak mengandung trick, hanya murni logika.
Semoga Anda beruntung dan jangan cepat menyerah!
Ada 5 buah rumah yang masing-masing memiliki warna berbeda. Setiap
rumah dihuni satu orang pria dengan kebangsaan yang berbeda-beda.
Setiap penghuni menyukai satu jenis minuman tertentu, merokok satu
merek tertentu dan memelihara satu jenis hewan tertentu. Tidak ada
satupun dari kelima orang tersebut minum minuman yang sama, merokok
merk rokok yang sama dan memelihara hewan yang sama seperti
penghuni yang lain.
PERTANYAAN : Siapakah yang memelihara IKAN ?
PETUNJUK :
Orang Inggris tinggal di dalam rumah berwarna merah.
Orang Swedia memelihara anjing.
Orang Denmark senang minum teh.
Rumah berwarna hijau terletak tepat di sebelah kiri rumah berwarna putih.
Penghuni rumah berwarna hijau senang minum kopi.
Orang yang merokok Pallmall memelihara burung.
Penghuni rumah yang terletak di tengah tengah senang minum susu.
Penghuni rumah berwarna kuning merokok Dunhill.
Orang Norwegia tinggal di rumah paling pertama.
Orang yang merokok Marlboro tinggal disebelah orang yang memelihara kucing.
Orang yang memelihara Kuda tinggal di sebelah orang yang merokok Dunhill.
Orang yang merokok Winfield senang minum bir.
Di sebelah rumah berwarna biru tinggal orang Norwegia.
Orang Jerman merokok Rothmans.
Orang yang merokok Marlboro bertetangga dengan orang yang minum air.
Albert Einstein menyusun teka teki ini pada abad yang lalu.
Dia menyatakan 98% penduduk di dunia tidak mampu memecahkan teka teki ini.
Apakah anda termasuk yang 2 % ??????