pertemuan ke 3 - perencanaan sosial

87

Upload: state-islamic-university-sunan-kalijaga-yogyakarta

Post on 14-Jun-2015

2.702 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 2: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

1. APA ITU KEBIJAKAN SOSIAL? BERIKAN CONTOH!

2. MULAI KAPAN KEBIJAKAN SOSIAL PERTAMA KALI DIJALANKAN?

3. UNDANG-UNDANG APA YANG MENJADI CIKAL BAKAL WELFARE STATE DI AMERIKA SERIKAT?

4. WELFARE STATE DI INGGRIS DIPICU DENGAN MUNCULNYA NASKAH KEBIJAKAN YANG BERJUDUL...? APA TEMUAN MENARIK DARI POLICY PAPER TERSEBUT?

5. BAGAIMANA POLITIK ETIS DI HINDIA BELANDA MENJADI PENANDA KEBIJAKAN SOSIAL DI INDONESIA?

6. MENGACU PADA SEJARAH ISLAM, SIAPAKAH PENEMU KEBIJAKAN SOSIAL KHUSUSNYA DALAM HAL PEMBERIAN TUNJANGAN ANAK (CHILDREN BENEFIT)?

7. KEBIJAKAN SOSIAL DI JERMAN DIAWALI DI ERA KANSELIR OTTO VON BISMARCK YANG BERTUMPU PADA KEBIJAKAN...?

8. BAGAIMANA KEBIJAKAN SOSIAL BERKAITAN DENGAN PERENCANAAN SOSIAL?

Page 3: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

PERENCANAAN SOSIAL

Sesi III Kebijakan & Perencanaan Sosial

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

– M. Izzul Haq, M.Sc

Page 4: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

OUTLINE PERKULIAHAN

Urgensi, pengertian, sejarah dan tradisi pemikiran perencanaan

Definisi, hakikat, pendekatan, bidang, aktor, peran, dan skill perencanaan sosial

Keterkaitan antara kebijakan sosial, perencanaan sosial dan kesejahteraan sosial

Model-model dan tahapan dalam perencanaan sosial

Isu, problem, dan syarat perencanaan sosial

Kritik terhadap perencanaan sosial

Page 5: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Urgensi

PERENCANAAN

Page 6: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

ا وأكيد كيد Dan Aku pun membuat rencana (pula)

dengan sebenar-benarnya

Q.S. Ath Thariq 16

Page 7: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta

(kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian

yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang

lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi

PERENCANAAN (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih

tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara' yang lebih baik dari menjaga diri

(memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih

mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari

sifat malu dan sabar. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)

Page 8: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

if we fail to plan,

we plan to fail

Page 9: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

man proposes, God disposes

Page 10: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

PENGERtian

PERENCANAAN

Page 11: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Memahami Perencanaan

Perencanaan (planning) adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan guna memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada untuk mencapai tujuan tertentu.

Conyers (1991) “Perencanaan adalah suatu proses penentuan tentang bagaimana mewujudkan perubahan atau perkembangan yang paling baik”

Page 12: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Planning is the exercise of intelligence to deal with facts and situations as they are and find a way to solve problems (J. Nehru)

Planning can be referred to as ‘the art of getting future things done’ (Beenhakker, 1980)

Page 13: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

SEJARAH DAN TRADISI PEMIKIRAN PERENCANAAN

Page 14: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Berangkat dari ide ‘intervensi sosial’

Dipromosikan kaum Utopia, Fabian, dan New Liberal.

SEJARAH PERENCANAAN

Page 15: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Ide perencanaan dipromosikan kaum Utopis yang dipengaruhi oleh idealisme Plato. Kaum utopis mengidealkan sebuah masyarakat ideal dan sempurna. Mereka percaya bahwa manusia dapat secara sengaja meningkatkan masyarakat dan bahkan menciptakan masyarakat ideal.

Istilah utopia ditemukan oleh Thomas More di awal abad 16.

Page 16: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

T

H

O

M

A

S

M

O

R

E

Page 17: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Ide bahwa pengetahuan ilmiah dapat meningkatkan masyarakat juga diperjuangan oleh kaum Fabian yang di awal abad 20-an memiliki pengaruh penting dalam perpolitikan pemerintahan di Inggris.

Kaum Fabian di Inggris membangun hubungan yang erat dengan kaum New Liberal yang menolak individualisme ekstrem dan mendukung derajat moderat dari intervensi negara.

Tokoh New Liberal diantaranya ekonom Thorstein Veblen, filosof John Dewey, dan pekerja sosial Jane Addams

Page 18: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 19: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Jane Addams Thorstein Veblen John Dewey

Page 20: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Pendukung gagasan awal intervensi negara untuk kesejahteraan

Lester Ward (AS), yang menemukan istilah ‘applied sociology’ sebagai konotasi aplikasi pengetahuan sosiologi untuk peningkatan sosial (social improvement).

Leonard Hobhouse (Inggris), yang menemukan istilah ‘social development’ sebagai konotasi sebuah proses perubahan terencana.

Istilah tersebut kemudian diperkuat dengan gagasan ‘social planning’ oleh Charles North.

Page 21: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Lester Ward Leonard Hobhouse Charles North

Page 22: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Veblen dan Keynes, dan sosiolog seperti Hobhouse dan Ward percaya terhadap intervensi sosial melalui perencanaan. Ide mereka tidak diimplementasikan cukup signifikan di negara industrialis Barat sampai setelah PD II. Ironisnya, gagasan perencanaan skala nasional pertama kali diadopsi oleh Uni Soviet setelah Partai Bolshevik Marxis mengambil kekuasaan di 1917. Marxis yang mencela sosialisme utopis justru menjadi yang pertama mengadopsi perencanaan komprehensif dan sukses dalam melakukan apa yang kaum utopis cuma impikan.

Page 23: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

• Diawai dari town planning – urban planning. • Istilah ‘social planning’ secara gradual kemudian diadopsi untuk menyinggung

aspek sosial dari urban planning. • Perencanan sosial muncul sebagai kancah kajian yang berbeda, dan perencana

sosial utamanya bertanggung jawab untuk melakukan analisis demografis, pengumpulan data, dan asesmen dampak sosial sebuah keputusan perencanaan.

• Pertumbuhan urban planning di negara-negara industri kemudian disertai dengan regional planning yang fokus pada area geografis yang lebih besar.

• Regional planning berusaha mengkombinasikan strategi sosial, ekonomi, dan fisik untuk kemajuan area tersebut.

Evolusi Perencanaan Sosial

Page 24: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

TRADISI PEMIKIRAN PERENCANAAN

PERENCANAAN sebagai REFORMASI SOSIAL

PERENCANAAN sebagai ANALISIS KEBIJAKAN

PERENCANAAN sebagai PEMBELAJARAN SOSIAL

PERENCANAAN sebagai MOBILISASI SOSIAL

Page 25: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

TRADISI PEMIKIRAN PERENCANAAN

SEBAGAI ANALISIS

KEBIJAKAN

SEBAGAI REFORMASI

SOSIAL

SEBAGAI PEMBELAJARAN

SOSIAL

SEBAGAI MOBILISASI

SOSIAL

KONSERVATIF RADIKAL

PANDUAN KEMASYARAKATAN

TRANSFORMASI SOSIAL

PERENCANAAN

Page 26: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

DEFINISI & HAKEKAT

PERENCANAAN SOSIAL

Page 27: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Social planning is the process of investigating and responding to the needs and aspirations of the people who live or work in a community

Social planning is an organised process for investigating and responding to the needs and aspirations of people and communities. In practice, it is based on a set of values, techniques and skills that contribute to better communities and quality of life

Page 28: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Social planning involves planning for the needs and aspirations of people and communities through strategic policy and action, integrated with urban, regional and other planning activity

Page 29: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Perencanaan Sosial sebagai Perencanaan Kebijakan, Pelayanan & Program Sosial

“Social planning is a process for planning social services programs, services, and policies. Government agencies engage in large-scale development, research, and planning to address social problems” (Oxford Bibliographis Online).

“The term “social planning” is used generically to describe the planning of social services or efforts to improve the quality of life in communities.

“Social planning involves the drawing up of plans for future action in regard to social institutions & resources” (DR. J.W.Schoorl)

Page 30: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Perencanaan Sosial sebagai Perubahan Struktur Sosial

R.H. Mayer(1972) dalam Social Planning and Social Change.

‘the concept of social planning which we advocate is called social-structural change’

Apthorpe (1970) dalam People Planning and Development Studies

‘‘to achieve social-structural change is one possible concept or type of social planning’

Page 31: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Merupakan ‘usaha yang sadar dalam menentukan urutan operasional untuk mencapai perbaikan sosial yang diinginkan’ (Simandjuntak, 1981: 101)

Perencana sosial mengumpulkan fakta mengenai problem masyarakat, menganalisis data dan mengambil keputusan logis mengenai opsi perencanaan mana yang paling efekfit dan yang paling memungkinkan.

Page 32: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Perencanaan Sosial sebagai Model Pengorganisasian Masyarakat

Rothman (1979) mengidentifikasi social planning (perencanaan sosial) sebagai salah satu dari tiga model utama community organization atau pengorganisasian masyarakat, selain social action (aksi sosial) dan community development. (pembangunan masyarakat).

Rothman menjelaskan bahwa tujuan utama dari perencanaan sosial adalah problem solving.

Page 33: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

SOCIETAL PLANNING ≠ SOCIAL PLANNING

Societal Planning merupakan perencanaan masyarakat yang bersifat komprehensif yang diperuntukkan bagi suatu masyarakat secara keseluruhan. Disebut social telesis (F. Ward)

Social Planning merupakan perencanaan masyarakat di bidang sosial

Page 34: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Menurut PBB, pengertian perencanaan sosial meliputi:

Sebagai perencanaan pada sektor-sektor sosial, seperti sektor

kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, perumahan, kepedudukan

dan keluarga berencana.

Sebagai perencanaan sosial pada lintas sektoral. Pengertian ini

sifatnya lebih menyeluruh dalam arti perencanaan yang lebih dari

perencanaan ekonomi.

Sebagai aspek-aspek sosial dari perencanaan ekonomi.

Dari pengertian ini mengandung dua dimensi:

1. Perencanaan sosial dipandang sebagai perencanaan input sosial

bagi perencanaan ekonomi

2. Perencanaan sosial dipandang sebagai perencanaan yang ditujukan

untuk menghindari atau mencegah berbagai akibat sosial yang tidak

diharapkan dari adanya pembangunan ekonomi (seperti:

keterlantaran, kenakalan remaja, polusi, pelacuran dlsb ).

Page 35: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

1. Pemantauan perubahan sosial (seperti perubahan struktur sosial, sikap dan kebiasaan masyarakat, penyediaan layanan sosial, kesamaan kesempatan dalam mengakses pelayanan sosial)

2. Perumusan program dan kebijakan sosial

3. Telaah dampak sosial pada program pembangunan nasional

4. Penerapan pembangunan sosial pada prosedur perencanaan secara rutin

5. Alokasi sumber dana dan tenaga bagi pembangunan sosial

Memasukkan faktor sosial dalam perencanaan pembangunan

Page 36: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Perencanaan sosial dimaksudkan agar kebijakan pemerintah bisa diterjemahkan ke bentuk program atau peraturan bagi semua jenis pelayanan

Menggambarkan adanya peran yang cukup penting bagi negara dalam pengadaan pelayanan masyarakat

Perencanaan pembangunan yang lebih memberi tekanan pada perubahan sosial dan pencapaian tujuan sosial itu sendiri

Hakekat Perencanaan Sosial

Page 37: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

PenDEKATAN & BIDANG

PERENCANAAN SOSIAL

Page 38: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

DUA PENDEKATAN PERENCANAAN SOSIAL (Hardiman, 1982)

1. Perencanaan Sosial disamakan dengan perencanaan pelayanan sosial (social services) atau perencanaan sektor sosial (sectoral social planning). Merupakan pendekatan yang dipilih oleh pekerja sosial profesional.

2. Perencanaan Sosial merupakan perencanaan suatu sistem sosial secara menyeluruh. Dikenal dengan istilah unified approach. Diasosiasikan dengan kelompok ahli yang ditunjuk oleh PBB dalam mereview konsep perencanaan sosial dan menguji perannya dalam pembangunan nasional.

Page 39: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Keduanya harus saling melengkapi

KELEMAHAN

PENDEKATAN SEKTORAL

Hanya fokus pada pelayanan sosial dan mengabaikan kerangka kebijakan (policy measures) yang berdampak pada pembangunan masyarakat secara menyeluruh. Pendekatan ini gagal mengakui interdependensi ukuran ekonomi dan sosial (economy & social measures)

PENDEKATAN UNIFIKASI

Kurang spesifik pada isu dan tidak menyediakan pedoman persyaratan training, penempatan dan tanggung jawab profesional seorang perencana berkaitan dengan isu kesejahteraan sosial.

Kritik terhadap pendekatan ini ditujukan kepada para pekerja sosial yang tidak realistis mengenai kemampuan mereka menangani tugas perencanaan yang kompleks (Midgley, 1978)

Page 40: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Sintesis dari dua pendekatan tersebut menghasilkan definisi perencanaan sosial sebagai:

Dalam konteks perencanaan pembangunan, social planning is a process of policy formulation, plan design and implementation which attempts to meet basic human needs, solve specific social problems and bring about greater equity and social justice (Hardiman, 1982: 22). Perencana sosial (social planner) dengan demikian adalah mereka yang telah ditraining untuk merumuskan kebijakan dan mendesain perencanaan yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan berkolaborasi dengan perencana-perencana lainnya, administrator dan mereka yang memiliki otoritas politik Perlunya sinergitas profesionalisme dan teknokrasi sebagaimana halnya tanggung jawab profesional dalam organisasi perencanaan.

Page 41: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

TIGA BIDANG PERENCANAAN SOSIAL (Conyers, 1991)

1. Perencanaan Pelayanan Sosial

2. Perencanaan dalam konteks Pembangunan Nasional dengan memperhitungkan prioritas dan pertimbangan-pertimbangan sosial

3. Perencanaan Partisipatif

Page 42: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Aktor, peran & skill

PERENCANAAN SOSIAL

Page 43: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

AKTOR PERENCANAAN SOSIAL (Conyers, 49 -53)

Kementerian fungsional

Badan perencanaan nasional

Pemerintah daerah

Kelompok masyarakat

Organisasi non-pemerintah (Ornop)

Page 44: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 45: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 46: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

JENIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

•Perencanaan makro

•Perencanaan sektoral

•Perencanaan regional

•Perencanaan mikro

MENURUT DIMENSI PENDEKATAN DAN

KOORDINASI

• Rencana untuk pembangunan jangka panjang (PJP) dengan periode 25 tahun

• Rencana pembangunan jangka menengah dengan periode 5 tahun (Repelita)

• Rencana jangka pendek tahunan yang tertuang dalam RAPBN

MENURUT JANGKAUAN

JANGKA WAKTU

• Perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up planning);

• Perencanaan dari atas ke bawah (top-down planning).

MENURUT PROSES/ HIRARKI

PENYUSUNAN

Page 47: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

PERAN UTAMA PERENCANA SOSIAL

Mengembangkan perundang-undangan.

Mengembangkan dan mengevaluasi program-program sosial.

Menciptakan/mendesain model-model pelayanan.

Mengembangkan komite dewan penasehat/ badan kebijakan yang bertugas memberikan masukan kepada pengembang program-program pada organisasi pelayanan.

Page 48: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Pada tingkat Masyarakat (Community Level) biasanya perencana sosial bekerja pada agen-agen yang berada di bawah pemerintah ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat.

Adapun peran yang biasa dilakukan perencana sosial tingkat masyarakat adalah:

a. Perencanaan yang bersifat sektoral yang jangkauannya lebih pada sektor pelayanan atau populasi yang spesifik.

b. Memberikan masukan pada sistem perundang-undangan atau kebijakan di bidang pelayanan sosial

Page 49: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

c. Pelayanan yang bersifat direct service, dalam 4 bentuk: 1. Menggalang dukungan untuk mencapai ideologi, program atau keuangan 2. Mengarahkan proses perubahan dalam organisasi seperti dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, Perekrutan Tenaga Ahli, Fasilitas, Pendanaan, dll 3. Menentukan wilayah pelayanan atau program. 4. Merubah atau mengembangkan komunitas atau program sosial yang berada di luar wilayah pelayanan, namun pelayanan itu penting untuk dilakukan, seperti organisasi-organisasi pelayanan internasional (IOM, Save The Children, World Vision, etc)

Page 50: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

SKILL PERENCANA SOSIAL

Mampu melakukan riset dan analisis sosial secara partisipatoris yang sensitif terhadap konteks sosial

Mampu bekerja secara tim yang bersifat multidisipliner dalam mendesain dan implementasi kebijakan

Mampu melakukan aksi politik seperti lobbying dan advokasi

Page 51: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Melihat, mengumpulkan, membaca, memaknai, menghubung-hubungkan, menyimpulkan, membuat alternatif terhadap

penyelesaian tentang masalah sosial yang muncul di masyarakat

Sesuatu disebut masalah sosial jika merujuk pada:

a. Keyakinan agama

b. Pendapat ahli

c. Meresahkan dilihat dari jumlah warga (kuantitas)

ANALISIS PROBLEM SOSIAL / ASESMEN MAKRO

Page 52: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

ANALISIS PROBLEM SOSIAL ANALISIS STATIKA SOSIAL /ANALISIS AKTOR/ANALISIS STAKEHOLDER

Memetakan aktor dalam struktur sosial berikut posisi dan peran serta kepentingannya.

ANALISIS DINAMIKA SOSIAL /ANALISIS PROSES

Proses perubahan yang terjadi akan melalui tahapan baik linier maupun siklikal sebagai berikut: disorder, deviasi individual, deviasi situasional, deviasi sistemik, order.

ANALISIS JALUR /ANALISIS POHON MASALAH

Dalam masalah terdiri dari daun, ranting, batang, dan akar yang kesemuanya saling mempengaruhi sebagai alur sebab-akibat.

ANALISIS SWOT Analisis situasi diri sendiri yang meliputi kekuatan (strength), kelemahan (weak), peluang (opportunity), dan ancaman (threat).

ANALISIS OBYEKTIF/ANALISIS POHON VISI

Mereformulasikan elemen pohon masalah menjadi kondisi positif yang diharapkan.

ANALISIS OPSI Mereformulasikan elemen pohon obyektif menjadi pilihan-pilihan yang diproritaskan

Page 53: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

KEBIJAKAN SOSIAL

VIS-À-VIS

PERENCANAAN SOSIAL

Page 54: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

KEBIJAKAN SOSIAL PERLU PERENCANAAN MULTIDIMENSI

(Thomas et al, 2000:50)

PERENCANAAN TIDAK DIPANDANG SEBAGAI

AKTIVITAS TERPISAH DARI KEBIJAKAN (Conyers, 1991)

.

Page 55: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Dua pendekatan :

1. Perencanaan sosial sebagai suatu proses kegiatan dalam perumusan kebijakan sosial

2. Kebijakan sosial merupakan bagian dari perencanaan sosial. Kebijakan sosial dilihat sebagai ‘produk’ yang akan dihasilkan oleh atau setelah perencanaan sosial.

Page 56: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

APA ITU PERENCANAAN SOSIAL? Hall (2006)

Menerjemahkan kebijakan ke dalam perencanaan aksi yang sensitif terhadap dimensi sosial

Aplikasi skill perencanaan sosial dalam semua tahapan perencanaan program, proyek, dan kebijakan

Page 57: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

The social planner may thus be involved in any one or

more of the planning/project cycle stages:-

1. Social Policy Formulation

2. Plan Strategy

(project/programme)

3. Implementation

4. Monitoring & Evaluation

Page 58: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Perencanaan merupakan elemen penting dalam pembangunan sosial. Banyak yang sekarang percaya bahwa tujuan pembangunan sosial dapat direalisasikan melalui perencanaan sistematis (Midgley)

Perencanaan sosial dibentuk atas dasar prinsip-prinsip keadilan sosial (kesetaraan, akses, partisipasi, dan hak) dan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan kesejahteraan masyarakat

Perencanaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial

Page 59: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

MODEL - model

PERENCANAAN SOSIAL

Page 60: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

MODEL PERENCANAAN SOSIAL MODEL PERENCANAAN SOSIAL

Rasional Komprehensif

Proses yang teratur dan logis

Inkremental Mengedepankan perubahan-perubahan kecil

Mixedscanning Jalan tengah antara komprehensif dan inkremental

Transaksi Mengedepankan interaksi dan komunikasi antara planner dan penerima perencanaan

Page 61: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

MODEL PERENCANAAN SOSIAL menurut Hirarki Penyusunan

MODEL PERENCANAAN TOP-DOWN

Dilaksanakan oleh sekelompok elit politik, melibatkan lebih banyak teknokrat, mengandalkan otoritas & diskresi.

Argumentasi top-down:

Efisiensi

Penegakan aturan (enforcement)

Konsistensi input-target-output

Publik/masyarakat masih sulit dilibatkan

Page 62: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 63: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 64: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 65: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

MODEL PERENCANAAN BOTTOM-UP

Dilaksanakan secara kolektif, melibatkan unsur-unsur governance,

mengandalkan persuasi, co-production.

Argumentasi bottom-up: Efektivitas Kinerja (performance, outcome), bukan sekadar hasil seketika Social virtue (kearifan sosial) Masyarakat diasumsikan sudah paham hak-hak dan apa yang mereka butuhkan.

Page 66: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 67: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 68: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 69: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Page 70: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

TAHAPAN

PERENCANAAN SOSIAL

Page 71: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Tahapan Perencanaan (Simandjuntak, 1981)

Tahapan-tahapan Perencanaan

Mengidentifikasi permasalahan

Menentukan tujuan. Suatu perencanaan yang baik jika memiliki tujuan ganda (multiple goals).

Perumusan alternatif-alternatif

Mengadakan evaluasi terhadap alternatif-alternatif

Memilih suatu alternatif.

Mewujudkan rencana.

Page 72: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Tahapan Perencanaan (Suharto, 1997)

Tahapan yang bisa diberlakukan di bidang perencanaan sosial

Identifikasi masalah

Penentuan tujuan

Penyusunan dan pengembangan rencana program

Pelaksanaan program

Evaluasi program

Page 73: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

a. Identifikasi masalah

1. Didasarkan pada fakta yang ada, kebutuhan, masalah, sumber maupun potensi dan harus mempetimbangkan kecenderungan dan arah perubahan.

2. Didasarkan pada forecasting (peramalan) yang rasional

3. Didasarkan pada perkembangan penduduk, ekonomi, sosial, teknologi, dan politik

4. Membutuhkan data statistik yang aktual dan memadai

5. Membutuhkan landasan teoritik yang kuat

6. Adanya pakar yang menilai fakta atau kebutuhan yang menjadi dasar perencanaan.

Page 74: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

b. Penentuan Tujuan

Tentukan tujuan perencanaan!

Apa tujuan perencanaan itu berupa:

Purpose : Tujuan yang bersifat general mission , merupakan proses

Goals : Tujuan yang bersifat Umum, merupakan target

Objective : Tujuan yang bersifat Spesifik, merupakan target

Contoh : Purpose : Menciptakan mahasiswa yang memiliki kompetensi di bidang

Analisis Kebijakan Sosial.

Goals : Terciptanya kondisi kesejahteraan sosial

Objective : Meningkatnya rasa percaya diri kelompok difabel daksa

Page 75: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

c. Penyusunan dan pengembangan Rencana Program

1. Identifikasi program alternatif

Gunanya untuk menentukan dan memilih program yang paling efektif

dan efisien dalam mencapai tujuan.

2. Penentuan hasil program

menunjukkan outputs yang terukur terutama dalam peleksanaan tugas,

unit pelayanan, dan jumlah konsumen (user). 3. Penentuan biaya atau anggaran

untuk dapat terlaksananya perencanaan program, sebagai alat untuk

mencapai tujuan.

4. Kriteria pemilihan program

Berkaitan dengan dasar rasional, yang berstandar pada kriteria

efisiensi, sfektifitas, fisibilitas (feasibility), keadilan, dan hasil-hasil

tertentu.

Page 76: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

d. Pelaksanaan Program

Merupakan implementasi program yang merujuk pada perubahan proses perencanaan .

Dalam penerapan kebijakan atau pemberian pelayanan sosial merupakan TUJUAN.

Sedangkan operasi kegiatan-kegiatan (program) untuk mencapai TUJUAN adalah ALAT pencapaian TUJUAN.

Ada dua prosedur dalam implementasi program:

1. Merinci prosedur operasional untuk melaksanakan program

2. Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana.

Page 77: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

e. Evaluasi Program

Merupakan suatu kegiatan terus-menerus selama proses implementasi perencanaan berlangsung. Alasannya:

1. Merupakan tanggung jawab profesional

2. Peninjauan kembali, pemahaman secara jelas terhadap pencapaian tujuan, dan

penilaian terhadap manfaat dari program pelaksanaan perencanaan.

Dalam evaluasi yang harus diperhatikan:

1. Membandingakan hasil yang ingin dicapai dengan tujuan

2. Metode dan teknik-teknik yang paling efektif

3. Faktor pendukung

4. Faktor penghambat.

Page 78: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Tahapan Perencanaan Sosial (Kemensos, 2011)

Tahapan penyusunan perencanaan sosial dalam profesi pekerjaan sosial terdiri dari: - Identifikasi dan perumusan masalah - Penilaian kebutuhan - Penetapan prioritas masalah - Perumusan kebijakan dan strategi perencanaan program - Perumusan tujuan - Perumusan perencanaan program - Penyusunan komponen kegiatan dan indeks biaya - Langkah-langkah pelaksanaan program - Supervisi, monitoring, evaluasi, pencatatan dan pelaporan.

Page 79: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

ISU, MASALAH & SYARAT

PERENCANAAN SOSIAL

Page 80: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

adagium yang berlaku di negara berkembang:

the needs are great

but the resources are limited

Page 81: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

ISU DALAM PERENCANAAN SOSIAL

1. Pentingnya sebuah pelayanan sosial

2. Memilih diantara beragam jenis pelayanan

3. Distribusi pelayanan.

4. Kuantitas versus Kualitas

5. Bentuk-bentuk pelayanan sosial yang harus

diselenggarakan

6. Peran Negara

7. Pembiayaan pelayanan sosial

Page 82: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

MASALAH DALAM PERENCANAAN SOSIAL

1. Ketidaksetujuan atas kebijakan yang ada

2. Lemahnya kordinasi antar berbagai sektor

3. Kegagalan mencapai target perencanaan

4. Politik perencanaan pelayanan sosial

Page 83: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

Syarat-syarat Perencanaan Sosial (Simandjuntak, 1981)

1. Terintegrasi dalam satu kesatuan yang kompak dan selaras dari seluruh sistem

perencanaan segala sektor

2. Adanya keyakinan yang kuat dari pemimpin politik tentang pentingnya perencanaan

3. Memungkinkan untuk dilaksanakan: adanya keserasian dan keselarasan antar unsur

atau sektor dan alokasi sumber secara optimum ( Feasibility test, Consistency test, Optimum test ).

4. Secara politik dapat dilaksanakan (politically defendable)

5. Secara sosial dan kultural dapat dibenarkan (socially and culturally acceptable)

6. Secara ekonomi dan diukut kemanfaatannya, secara keuangan tidak menimbulkan

kemacetan biaya (economically feasible, financially feasible)

7. Secara teknis dapat dilakukan ( Technically workable)

8. Secara administrasi, manajemen, dan organisasi dapat diselenggarakan

(administrativelly, managerially and organizationally tractable)

9. Secara hukum dapat dibenarkan ( legally permissible).

Page 84: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

KRITIK TERHADAP

PERENCANAAN SOSIAL

Page 85: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

KRITIK TERHADAP PERENCANAAN SOSIAL

1. ALASAN PRAKTIS

adanya problem ketidakcukupan data, kurangnya keahlian dan kesulitan praktis yang menghambat perumusan dan khususnya dalam implementasi perencanaan

Waterstone (1965) ‘there have been many more failures

than successes in the implementation of development plans’

Page 86: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

2. ALASAN IDEOLOGIS

KELOMPOK ALASAN

Konservatif kanan/liberal radikal

diinspirasi oleh paham filosofi laissez-faire yang tidak menyukai intervensi negara dalam segala aspek

Kiri radikal intervensi negara melalui perencanaan sosial tidak cukup selama kapitalisme masih bercokol

George and Wilding (1976) ‘social problems cannot be solved while capitalist value are permitted to prevail’

Hayek (1944) ‘planning leads to dictatorship because dictatorship is the most effective instrument of coercion and … as such is essential if central planning on a large scale is to be possible

Page 87: Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosial

REFERENSI

Conyers, Diana. (1991). Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. (Penerjemah: Susetiawan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hardiman, M. & Midgley, James. (1982). The Social Dimension of Development. Social Policy & Planning in the Third World. Chichester: John Wiley & Sons.

Rothman, Jack. 1979. Three models of community organization practice, their mixing and phasing. In Strategies of community organization. 3d ed. Edited by Fred M. Cox, John L. Erlich, Jack Rothman, and John E. Tropman, 25–45. Itasca, IL: F.E. Peacock.

Simandjuntak (1981). Perubahan dan Perencanaan Sosial. Bandung: Transito.

Suharto, Edi. (2006). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian trategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama.

--------- (2010). Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.