pertanggung jawaban hukum atas perusahaan asuransi...

56
i PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI TERHADAP TINDAKAN WANPRESTASI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA SKRIPSI DI SUSUN OLEH : ILHAM FATKUR ROHMAN 11120005 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2015

Upload: hanhi

Post on 04-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

i

PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM

ATAS PERUSAHAAN ASURANSI TERHADAP

TINDAKAN WANPRESTASI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

SKRIPSI

DI SUSUN OLEH :

ILHAM FATKUR ROHMAN

11120005

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SURABAYA

2015

Page 2: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

ii

PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM

ATAS PERUSAHAAN ASURANSI TERHADAP

TINDAKAN WANPRESTASI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

SKRIPSI

DI SUSUN OLEH :

ILHAM FATKUR ROHMAN

11120005

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SURABAYA

2015

Page 3: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

i

SKRIPSI

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM

PERUSAHAAN ASURANSI ATAS

TINDAKAN WANPRESTASI MENURUT HUKUM POSITIF

DI INDONESIA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Wijaya Putra Surabaya

DI SUSUN OLEH :

ILHAM FATKUR ROHMAN

11120005

PROGRAM STUDY ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA

2015

Page 4: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

ii

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM

PERUSAHAAN ASURANSI ATAS

TINDAKAN WANPRESTASI MENURUT HUKUM POSITIF

DI INDONESIA

NAMA : ILHAM FATKUR ROHMAN

FAKULTAS : HUKUM

JURUSAN : ILMU HUKUM

NPM : 11120005

DISETUJUI dan DITERIMA OLEH :

PEMBIMBING

Dr. H. TAUFIQURRAHMAN,SH., M.Hum.

Page 5: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

iii

Telah diterima dan di setujui oleh tim penguji skripsi serta dinyatakan

LULUS. Dengan demikian skripsi ini dinyatakan sah untuk melengkapi

syarat – syarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu

Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya.

Surabaya, 1 Agustus 2015

Tim penguji skripsi ini :

1. Ketua : Tri Wahyu Andayani, SH., CN., M.H. ( )

2. Sekretaris : Dr. H. Taufiqurrahman,SH., M.Hum. ( )

3. Anggota : 1. Andy Usmina,SH., MS. ( )

2. Dr. Febria Nur Kasimon, SH., MH ( )

Page 6: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

iv

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah S.W.T., atas segala rahmat dan

karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun tujuan dan penyusunan ini adalah, untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana. Saya telah berusaha semaksimal mungkin, namun saya

menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.

Dengan terut sertannya berbagai pihak dalam memberikan bantuan maka saya

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak H. Budi Endarto, SH., M.Hum., Selaku Rektor Universitas Wijaya Putra

Surabaya.

2. Ibu Tri Wahyu Andayani, SH., CN., MH., Selaku Dosen Fakulat Hukum

Universitas Wijaya Putra Surabaya.

3. Bapak Dr. H. Taufiqurrahman, SH., MHum Selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing penulisan ini sampai selesai.

Semoga semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada saya

mendapat berkah dan imbalan yang setimpal dari Allah S.W.T.

Surabaya, 01 Agustus 2015

Penulis

Page 7: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….……….……. .i

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………………….. ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

2. Rumusan Masalah. ..................................................................................................... 4

3. Penjelasan Judul ......................................................................................................... 4

4. Alasan Pemilihan Judul .............................................................................................. 5

6. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 6

7. Metode Penelitan ......................................................................................................... 7

a. Jenis penelitian. ....................................................................................................... 7

b. Pendekatan masalah. .............................................................................................. 8

c. Bahan hukum. ......................................................................................................... 8

d. Langkah-langkah kajian. ....................................................................................... 9

8. Sistematika Pertanggung Jawaban ........................................................................... 9

BAB II .................................................................................................................................... 11

PENGATURAN ASURANSI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA ........... 11

1. Perkembangan Perasuransian ................................................................................. 11

2. Istilah Dan Definisi Asuransi ................................................................................... 15

2.1. Perasuransian dan asuransi ............................................................................. 15

2.2. Pertanggungan dan penjaminan ...................................................................... 15

2.3. Definisi asuransi atau pertanggungan ............................................................. 16

BAB III SANKSI HUKUM KETIKA PERUSAHAAN ASURANSI MELAKUKAN

TINDAKAN WANPRESTASI............................................................................................. 36

1. Pembinaan dan pengawasan .................................................................................... 36

1.1. Lingkup pembinaan dan pengawasan ............................................................. 36

1.2. Pemeriksaan berkala ........................................................................................ 37

1.3. Terjadi pelanggaran ......................................................................................... 39

1.4. Pencabutan izin usaha dan kepailitan ............................................................. 39

2. Sanksi Administratife Dan Pidana .......................................................................... 41

2.1. Sanksi administratif .......................................................................................... 41

2.2. Sanksi pidana .................................................................................................... 43

3. Kewajiban Perusahaan Asuransi ............................................................................ 45

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 47

1. Kesimpulan ................................................................................................................ 47

2. Saran .......................................................................................................................... 48

DAFTAR BACAAN ……………………………………………………………………… 49

Page 8: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang

menjamin berjanji terhadap pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang

premi pengganti kerugian, yang mungkin di derita oleh yang dijamin selaku akibat

dari suatu peristiwa yang belum tentu terjadi1

Di masa kehidupan, manusia tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi

diwaktu yang akan datang secara sempurna, meskipun dengan menggunakan

berbagai alat analisis. Hal itu pula yang terjadi pada perusahaan maupun individu.

Resiko dimasa datang dapat terjadi terhadap kehidupan seseorang misalnya

saja : kematian, sakit, atau resiko dipecat dari pekerjaan. Dalam dunia bisnis resiko

yang dihadapi dapat berupa kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau kehilangan.

Oleh karena itu setiap resiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi, sehingga

tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi. Adalah perusahaan asuransi

yang mau dan sanggup menanggung setiap resiko yang akan dihadapi nasabahnya

baik perorangan maupun badan usaha.

Dalam kondisi demikian, kehadiran asuransi tentu akan membuat resiko

dimasa yang akan datang dapat teratasi dengan baik. Pada prinsipnya asuransi

adalah suatu perjanjian antar tertanggung dan penanggung untuk merundingkan

ganti rugi yang diderita tertanggung yang akan diganti oleh penanggung

(Perusahaan Asuransi) setelah tertanggung menyepakati pembayaran sejumblah

uang yang disebut premi.

1 Pasal 246 KUHD

Page 9: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

2

undang-undang nomer 40 tahun 2014 tentang perasuransian pasal 1 adalah

perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang

menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan

untuk :

a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mumgkin diderita

tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak

pasti.

b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung

atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan

manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil

pengelolaan dana.

Jenis-jenis asuransi dibagi menurut fungsinya yaitu Asuransi Kerugian (non life

insurance), Asuransi Jiwa (life insurance), dan Reasuransi (reinsurance).

a. Asuransi kerugian dimana penanggung menikmati premi mengikat dirinya

dengan tertanggung untuk membebaskan kerugian karena kehilangan,

kerugian dan ketidakadaan keuntungan yang di harapkan, yang akan dapat

diderita karena kejadian yang tidak pasti

b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan orang yang

berkepentingan, baik selama hidup atau sewaktu – waktu yang di tentukan

dengan perjanjian2

2 Ibid Pasal 302

Page 10: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

3

c. Reasuransi ditinjau dari sudut hokum merupakan suatu cara yang di pakai oleh

penanggung pertama untuk menyalurkan resiko yang di ambil dengan cara

menyerahkan semua atau sebagian resiko tersebut kepada penanggung kedua

dengan tujuan mengurangi resiko yang mungkin terjadi kepada tertanggung.

Sedangkan berdasarkan kepemilikan terdiri atas Asuransi Pemerintah,

Asuransi Swasta Nasional, Asuransi Perusahaan Asing serta Asuransi Campuran,

Akan tetapi dari ketentuan umum yang diatur dalam pasal 1329 kitap undang-

undang hukum Perdata (KUHP) menyatakan bahwa setiap orang cakap membuat

perikatan, kecuali apabila undang-undang menyatakan ketidakcakapan itu.

Perjanjian yamg dibuat itu dapat dilaksanakan oleh atau terhadapnya. Tetapi pada

pasal 1330 KUH Perdata menentukan bahwa orang yang tidak cakap membuat

perjanjian itu adalah orang yang belum dewasa, mereka yang dibawah pengampuan

dan orang perempuan bersuami. Menurut undang-undang di Indonesia wanita

dewasa, baik sudah bersuami atau belum dinyatakan cakap dalam melakukan

perbuatan hukum. Sehingga orang yang dianggap tidak cakap membuat perjanjian

adalah orang dewasa dan mereka yang ditaruh di bawah pengampuan. Orang

dikatatakan dewasa apabila sudah berumur 21 (Dua puluh satu) tahun, akan tetapi

jika, sebelum usia 21 Tahun tapi sudah menikah orang tersebut bisa dikatakan

dewasa dan bisa dikatakan cakap.

Menurut hukum Inggris, belum dewasa itu adalah belum mencapai umur 18

(Delapan belas) tahun, sedangkan menurut hukum perkawinan Indonesia bahwa

seorang pria dianggap dewasa apabila telah berumur 19 (Sembilan belas) tahun dan

Page 11: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

4

seorang wanita dianggap dewasa apabila telah berumur 16 (Enam belas) tahun.

Orang yang dewasa ini apabila membuat perjanjian maka perjanjian ini dapat

dibatalkan. Yang dapat memintakan pembatalan kepada hakim adalah orang yang

bersangkutan sendiri dengan bantuan walinya. Dalam pengertian orang yang ditaruh

bawah pengampuan termasuk juga orang yang sakit jiwa dan pemabuk, mereka

dianggap tidak cakap membuat perjanjian.

Melalui skripsi ini, saya mencoba untuk memberikan penjelasan maupun

gambaran secara keseluruhan berkaitan dengan asuransi. Didalamnya tidak lupa

kami mengkaji manfaat asuransi untuk kehidupan perekonomian baik bagi individu

maupun perusahaan.

2. Rumusan Masalah.

Dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka sebagai rumusan

masalah yang akan dicari jawabannya adalah :

1. Bagaimana pengaturan asuransi menurut hukum positif di Indonesia ?

2. Bagaimana sanksi hukum yang diterapkan ketika perusahaan asuransi

melakukan tindakan wanprestasi ?

3. Penjelasan Judul

Pertanggung Jawaban Hukum Atas Perusahaan Asuransi Terhadap

Tindakan Wanprestasi Menurut Undang-Undang Nomer 40 Tahun 2014 tentang

perasuransian.

Judul yang saya buat selaku penulis dapat dijelaskan bahwa penanggung

dalam hal ini adalah perusahaan asuransi berkewajiban untuk menanggung atau

Page 12: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

5

menbayarkan sejumlah uang sesuai dengan kesepakatan kepada tertanggung atau

pemegang polis apabila tertanggung atau pemegang polis mengalami kerugian.

Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa belanda “wanprestatie”

artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan yang

timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena undang-undang.

Perusahaan asuransi yang terbukti melakukan pelanggaran hukum

dan/atau wanprestasi dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan Undang-

undang asuransi pasal 73 sampai dengan pasal 82 undang-undang no 40 tahun

2014.

4. Alasan Pemilihan Judul

Saya selaku penulis skripsi memilih judul Pertanggung Jawaban Hukum Atas

Perusahaan Asuransi Terhadap Tindakan Wanprestasi Menurut Undang-undang

perasuransian. Dikarenakan secara personal penulis merasa perlu memberitahukan

kepada pembaca dan masyarakat pada umum, khususnya untuk pemegang polis

supaya dapat berantisipasi dan mengetahui lagkah-langkah atau upaya-upaya apa

saja yang dapat ditempuh dan dilakukan apabila penanggung (perusahaan asuransi)

melakukan wanprestasi dalam pembayaran kepada tertanggung atau pemegang

polis.

5. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaturan asuransi menurut hukum positif di Indonesia.

b. Untuk menganalisis sanksi hukum yang diterapkan ketika perusahaan asuransi

melakukan tindakan wanprestasi.

Page 13: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

6

6. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

gambaran perasuransian yang sesuai dengan undang - undang, perusahaan yang

melakukan tindakan wanprestasi dan bagaimana penyelesaiannya Terutama pada

resiko hukum yang merupakan resiko terbesar dan walaupun telah diatur dengan

regulasi yang kompleks tetapi penyelesaian tindakan wanprestasi belum dapat

terselesaikan dengan baik sehingga para pihak tidak dirugikan dengan keputusan

hukum yang tidak jelas.

Dalam penulisan skripsi ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis sebagai

berikut :

1. Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan ilmu

pengetahuan pada umumnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

acuan untuk memperbaiki dan mengembangkan peraturan tentang asuransi,

dan sebagai referensi serta tambahan bagi para akademisi yang nantinya

digunakan untuk penelitian kepada pihak-pihak yang membutuhkan

2. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi aparatur

hukum dalam upaya penyelesaian masalah wanprestasi kepada pemegang

polis atau pihak tertanggung

Page 14: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

7

7. Metode Penelitan

Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan

bersifat terapan. Sifat preskriptif ilmu hukum merupakan sesuatu yang substansial

dalam ilmu hukum. Hal ini tidak akan mungkin di pelajari oleh ilmu – ilmu lain yang

bukan ilmu hukum, walaupun objek yang di pelajari sama – sama hukum, missal

sosiologi hukum, antropologi hukum, filsafat hukum, psikologi hukum dan lain

sebagainya. Oleh sebab itu, jenis penelitian ilmu hukumpun berbeda dengan

penelitian non-hukum.3

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan

pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari beberapa aspek

mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan-

pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-

undang (statute approach), pendekatan khasus (case approach), pendekatan

historis (historial approach), pendekatan komperatif (compratice approach), dan

pendekatan konseptual (conceptual approach).4

a. Jenis penelitian.

Pemilihan metode penelitian disesuiakan batasan isu hukum yang akan di cari

jawabannya yaitu tentang “pertanggung jawaban hukum atas perusahaan asuransi

terhadap tindakan wanprestasi menurut hokum positif di indonesia”. Untuk dapat

memberikan jawaban atas isu hukum tersebut digunakan tipe “Penelitian Hukum

Normatif’’ suatu penelitian yang bertumpu pada telaah yuridis normative peraturan

3 Peter Mahmud marzuki, Penelitian Hukum, h. 22

4 Ibid., h. 93.

Page 15: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

8

perundang-undangan yang berlaku (hukum positif) yang berkaitan pokok

permasalahan yang dibahas.

Dalam penelitian hukum normatife sebagai penelitian doctrinal, dengan

menggunakan proporsi-proporsi yang berkaitan, tidak dikenal adanya variable bebas

dan variable terikat, hipotesa, populasi dan sampling, data dan teknik pengumpulan

data, analisis data, baik dengan menggunakan penelitian kauntitatif maupun

kualitati.

b. Pendekatan masalah.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan undang-undang

(statute approach), dan pendekatan konsep atau doktrin (conceptual approach).

Pendekatan perundang-undang,dengan melakukan kajian terhdap peraturan

perundang-undang dan peraturan lain yang terkait dengan pokok masalah yang

dibahas. Pendekatan konsep atau doktrin, dengan mempelajari dan memahami

pendapat para ahli hukum dalam karya-karya ilmiahnya, missal buku literature, junal

hukum, makalah-maklah dalam seminar dan sebagainya, serta internet.

c. Bahan hukum.

Sebagi sumber dalam penelitian hukum normatife, terdiri atas bahan hukum

primer dan bahan hukum skunder. Bahan hukum primer, terdiri atas peraturan

perundang-undangan dan peraturan-peraturan lain yang berlaku (hukum positif)

yang pembahasanya terkaiat dengan pokok masalah yang dibahas. Bahan hukum

sekunder, berupa buku literature, jurnal hukam, internet, makalah-makalah seminar

atau pertemuan ilmiah lainnya. Dalam menggunakan bahan hukum, tidak dibatasi

pada aturan hukum tertentu, melainkan semua aturan hukum yang berkaitan.

Page 16: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

9

d. Langkah-langkah kajian.

Pertama-tama melakukan pengumpulan bahan-bahan hukum dan

menginventarisasi bahan hukum yang terkait dengan mengunakan studi kepustakan.

Kemudian bahan hukum diklasifikasikan dengan cara memilah-milah bahan hukum,

dan disusun secara sistamaatis agar mudah dibaca dan dipahami.

Untuk menganalisa bahan-bahan hukum digunakan metode deduksi yaitu

suatu metode penelitian yang diawali dengan menemukan pemikiran atau

ketentuan-ketentuan yang bersifat umum, kemudian diterapkan pada pokok masalah

yang dibahas bersifat khusus. Untuk sampai pada jawaban permasalahan

digunakan penafsiran sistematis, yaitu penafsiran yang mendasarkan pada

hubungan antara peraturan perundang-undangan satu dengan yang lainnya, pasal

satu dengan yang lainnya dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pokok bahasan.

8. Sistematika Pertanggung Jawaban

Berdasarkan rumusan masalah dalam penulisan ini maka penulisan dibagi

menjadi 4 (empat) Bab, sebagai tersebut dibawah ini.

Bab I pendahuluan, yang mendeskripsikan latar belakan masalah yang jadi

alasan penting mengapa kajian hukum ini dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan

merumuskan permasalahan sebagai titik tolak kajian hukum ini, serta tujuan dan

manfaan penelitian. Uraian tentang metode penelitian sebagai instrument kajian

apakah langkah-langkah kajian dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

Page 17: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

10

Bab II pengaturan asuransi menurut hukum positif di Indonesia.

Pembahasan meliputi, asuransi dan polis.

Bab III sanksi hukum yang diterapkan ketika perusahaan asuransi

melakukan tindakan wanprestasi. Pembahasan meliputi wanprestasi, sanksi

hukum, dan kewajiban perusahaan asuransi.

Bab IV penutup. Merupakan bagian akhir dari penelitian yang terdiri dari

bagian kesimpulan sebagai jawaban singkat atas rumusan masalah dan bagian

saran sebagai sambungan pemikiran masukan dalam khasah hukum.

Page 18: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

11

BAB II

PENGATURAN ASURANSI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

1. Perkembangan Perasuransian

Pada zaman kebesaran yunani di bawah kekuasaan Alexander The Great,

seorang pembantunya yang bernama Atimenes memerlukan sangat banyak uang

untuk membiyayai pemerintahannya pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang

tersebut Atimenes mengumumkan kepada pemilik budak belian untuk mendaftarkan

budak-budaknya dan membayar uang setiap tahun kepada Atimenes. Sebagai

imbalannya Atimenes menjanjikan kepada mereka jika ada budak yang melarikan

diri, maka dia akan memerintahkan supaya budak itu ditangkap, atau jika tidak

tertangkap, dibayar sejumlah uang sebagai ganti rugi.

Apabila ditelaah dengan teliti, uang yang diterima oleh Atimenes dari pemelik

budak itu adalah semacam premi yang diterima dari tertanggung, sedangkan

kesanggupan Atimenes untuk menangkap budak yang melarikan diri atau membayar

ganti kerugian karena budak yang hilang adalah semacam resiko yang diterima oleh

penaggung. Perjanjian ini mirip dengan asuransi kerugian.

Selanjutnya, Scheltema menjelaskan bahwa pada zaman Yunani banyak juga

orang yang meminjamkan sejumlah uang kepada Pemerintah Kotapraja dengan janji

bahwa pemilik uang tersebut diberi bunga setiap bulan sampai wafatnya dan bahkan

setelah wafat diberi bantuan biaya penguburan. Perjanjian tersebut mirip dengan

asuransi jiwa, tertanggung membayar premi setiap bulan, bila terjadi kematian atau

Page 19: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

12

asuransi jiwa berakhir tanpa kematian, tertanggung memperoleh pembayaran dari

penanggung. Pada pinjaman pemerintah kotapraja, pemerintah membayar bunga

setiap bulankepada pemilik uang serta biaya penguburan bila pemilik uang

meninggal dunia.

Peristiwa-peristiwa yang telah diuraikan di atas terus berkembang pada abad

pertengahan. Di Inggris sekelompok orang mempunyai profesi sejenis membentuk 1

(satu) perkumpulan yang disebut gilde. Perkumpulan ini mengurus kepentingan

anggotanya dengan janji apabila ada anggota kebakaran rumah, gilde akan

memberikan sejumlah uang yang diambil dari dana gilde yang terkumpul dari

anggotanya. Perjanjian ini banyak terjadi pada abad ke-9 dan mirip dengan asuransi

kebakaran.

Perjanjian ini lebih berkembang di Denmark, Jerman, dan negara eropa lainnya

sampai abad ke-12. Pada abad ke-13 dan 14 perdagangan melalui lautmulai

berkembang besat. Akan tetapi, tidak sedikit bahaya yang mengancam dalam

perjalanan perdagangan melalui laut. Keadaan ini mulai terpikir oleh para pedagang

waktu itu mencari upaya yang dapat mengatasi kemungkinan kerugian yang timbul

melalui laut. Inilah titik awal perkembangan asuransi kerugian laut.

Untuk kepentingan perjalanan melalui laut, pemiliki kapal meminjam sejumlah

uang dari pemilik uang dengan bunga tertentu, sedangkan kapal dan barang

muatannya dijadikan jaminan. Dengan ketentuan, apabila kapal dan muatanya

rusak, uang dan bunganya tidak usah dibayar. Akan tetapi, kapal dan muatanya tiba

dengan selamat ditempat tujuan, uang yang dipinjam itu dikembalikan ditambah

Page 20: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

13

bunganya. Ini disebut bodemerij. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bunga

yang dibayar itu seolah-olah berfungsi sebagai premi, pemilik uang sebagai pihak

yang menanggung resiko kehilangan uangdalam hal terjadi bahaya yang

menimbulkan kerugian. Jadi uang hilang itu dianggap sebagai ganti kerugian kepada

pemilik kapal dan barang muatannya.

Karena ada larangan menarik bunga oleh agama Nasrani yang dianggap riba,

makapola perjanjian tersebut diubah. Dalam perjanjian peminjaman uang tersebut,

pemberi pinjaman tidak perlu memberikan sejumlah uang lebih dahulu kepada

pemilik kapal dan muatannya, tetapi setelah terjadi bahaya yang menimpa kapal dan

barang muatannya, barulah diberikan sejumlah uang. Namun, pada pemulaan

pelayaran perlu menyetor sejumlah uang kepada pemberi pinjaman sebagai pihak

yang menanggung. Dengan ketentuan apabila tidak terjadi peristiwa yang

merugikan, maka uang tersebut menjadi hak pemberi pinjaman. Jadi fungsi uang

setoran tersebut mirip dengan premi asuransi. Demikianlah pemulaan

perkembangan asuransi kerugian pada pengangkutan laut.

Perkembangan ilmu dan teknologi pada abad ke-20 berdampak positif pada

perkembangan dibidang perasuransian. Kegiatan usaha tidak hanya dibidang

asuransi, tetapi juga dibidang penunjang asuransi. Perkembangan bidang prasarana

transportasi sampai daerah plosok mendorong sarana transportasi darat, laut dan

udara serta meningkatkan mobilitas dari suatu daerah ke daerah lain bahkan

negara. Ancaman bahaya lalulintas juga semakin meningkat, sehingga kebutuhan

perlindungan terhadap barang muatan dan jiwa penumpang juga meningkat.

Page 21: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

14

Keadaan ini mendorong perkembangan perusahaan asuransi kerugian dan jiwa

serta asuransi social.

Pembangunan di bidang ekonomi ditandahi oleh munculnya perusahaan-

perusahaan besar yang memerlukan banyak modal melalui kredit, bangunan kantor,

tenaga kerja yang membutuhkan jaminan perlindungan dari ancaman kemacetan,

kebakaran, dan kecelakaan kerja.hal ini mendorong perkembangan asuransi kredit,

dan asuransi tenaga kerja. Perkembangan di bidang teknologi satelit komunikasi

juga memerlukan perlindungan dari ancaman kegagalan peluncuran dan

berfungsinya satelit, sehingga perlu diasuransikan. Hal ini pernah terjadi ketika

Indonesia meluncurkan satelit Palapa B2 yang gagal masuk garis orbit. Karena

kegagalan tersebut, Indonesia mengklaim dan mendapat ganti kerugian dari

perusahaan asuransi yang bersangkutan.

Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi

masyarakat. Makin tinggi pendapatan per kapita masyarakat, makin mampu

masyarakat memiliki harta kekayaan dan makin dibutuhkan pula peerlindungan

keselamatannya dari ancaman bahaya. Kerena pendapatan masyarakat makin

meningkat, kemampuan membayar premi juga meningkat. Dengan demikian, usaha

asuransi juga berkembang. Kini banyak sekali jenis asuransi yang berkembang

dalam masyarakat yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan asuransi

sosial yang diatur dalam berbagai undang-undang. Khusus asuransi sosial bukan

Page 22: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

15

didasarkan pada perjanjian, melainkan diatur dengan undang-undang sebagai

asuransi wajib (compulsory insurance).5

2. Istilah Dan Definisi Asuransi

2.1. Perasuransian dan asuransi

Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam

perundang-undangan dan perusahaan perasuransian. Istilah perasuransian berasal

dari kata “asuransi” yang artinya pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek

dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Apabila kata “asuransi” diberi

imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum “perasuransian”, yang berati segala

usaha yang berkenaan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan dengan asuransi

ada 2 (dua) jenis yaitu :

a. Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi (insurance

business). Perusahaan yang menjalankan usaha asuransi disebut perusahaan

asuransi (insurance company).

b. Usaha di bidang kegiatan penunjang uaha asuransi disebut usaha penunjang

asuransi (complementary insurance business). Perusahaan yang menjalankan

usaha penunjang usaha asuransi disebut perusahaan penunjang asuransi

(complementary insurance company).

2.2. Pertanggungan dan penjaminan

Istilah aslinya dalam bahasa belanda adalah verzekering atau assurantie. Prof.

R. Sukardono Guru Besar Hukum Dagang menerjemahkannya dengan

5 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia , Penerbit PT Citra Aditya Bakti, bandung, h. 1.

Page 23: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

16

“pertanggungan”. Istilah pertanggungan ini umum dipakai dalam literature hukum

dan kurikulum perguruan tinggi hukum di Indonesia. Istilah asuransi adalah serapan

dari istilah asurantie (belanda), assurance (inggris) banyak dipakai dalam praktik

dunia usaha (business). Akan tetapi, kenyataan sekarang kedua istilah

pertanggungan dan asuransi dipakai, baik dalam kegiatan bisnis maupun pendidikan

hukum di perguruan tinggi hukum sebagai sinonim. Kedua istilah tersebut dipakai

dalam undang-undang perasuransian dan juga buku hukum perasuransian.

2.3. Definisi asuransi atau pertanggungan

a. Menurut Kitap Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Menurut ketentuan pasal 246 KUHD:

“pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikat diri kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen”.

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diuraikan unsur-unsur asuransi atau

pertanggungan sebagai berikut.

1) Pihak-pihak

Subjek asuransi adalah pihak-pihak dalam asuransi, yaitu penanggung dan

tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi. Penanggung dan tertanggung

adalah pendukung kewajiban dan hak. Penanggung wajib memikul resiko yang

dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh pembayaran premi, sedangkan

tertanggung wajib membayar premi dan berhak memperoleh pengantian jika timbul

atas harta yang diasuransikan.

Page 24: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

17

2) Status para pihak

Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum, dapat

membentuk perseroan terbatas (PT), perusahaan perseroan (persero) atau

koperasi. Tertanggung dapat berstatus sebagai perseorangan, persekutuan, atau

badan hukum, baik sebagai perusahaan ataupun bukan perusahaan. Tertanggung

berstatus sebagai pemilik atau pihak bekepentingan atas harta yang diasuransikan.

3) Objek asuransi

Objek asuransi dapat berupa banda, hak atau kepentingan yang melekat pada

benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian. Melalui objek

asuransi tersebut ada tujuan yang ingin dicapai oleh pihak-pihak. Penanggung

bertujuan memperoleh pembayaran sejumlah premi sebagai imbalan pengalihan

resiko. Tertanggung bertujuan bebas dari resiko dan memperoleh pengantian jika

timbul kerugian atas harta yang diasuransikan.

4) Peristiwa asuransi

Asuransi adalah perbuatan hukum (legal act) berupa persetujuan atau

kesepakatan bebas antara penanggung dan tertanggung mengenai objek asuransi,

peristiwa tidak pasti (evenemen) yang mengancam benda asuransi, dan syarat-

syarat yang berlaku dalam asuransi. Persetujuan atau kesepakatan bebas tersebut

Page 25: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

18

dibuat dalm bentuk polis. Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti yang dipakai

untuk membuktikan telah terjadi asuransi.

5) Hubungan asuransi

Hubungan asuransi antara penanggung dan tertanggung adalah keterikatan

(legally bound) yang timbul karena keyakinan dan kesepakatan bebas. Keterikatan

tersebut berupa kesediaan secara sukarela dari penanggung dan tertanggung untuk

memenuhi kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu sama lain (secara

timbal balik). Artinya, sejak tercapai kesepakatan asuransi, tertanggung terikat dan

wajib membayar premi asuransi kepada penanggung, dan sejak itu pula

penanggung menerima pengalihan resiko. Jika terjadi evenemen yang menimbulkan

kerugian atas benda yang diasuransikan, penanggung wajib membayar ganti

kerugian sesuai dengan ketentuan polis asuransi. Akan tetapi, jika tidak terjadi

evenemen, premi yang sudah dibayar oleh tertanggung tetap menjadi milik

penanggung.

Salah satu unsur penting dalam peristiwa asuransi uang terdapat dalam

rumusan pasal 246 KUHD dalah ganti kerugian. Unsur tersebut hanya menunjuk

kepada asuransi kerugian (loss insurance) yang objeknya adalah harta kekayaan.

Asuransi jiwa (life insurance) tidak termasuk dalam rumusan pasal 246 KUHD,

karena jiwa manusia bukanlah harta kekayaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa ketentuan pasal 246 KUHD hanya mencakup bidang asuransi kerugian, tidak

termasuk asuransi jiwa.

Page 26: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

19

b. Menurut Undang-Undang Nomer 2 Tahun 1992

Menurut ketentuan pasal 1 angka (1) undang-undang nomer 2 tahun 1992

tentang usaha perasuransian:

“asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih

dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung

karena kerugian, atau bertanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin

akan diderita tertangung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan”

Untuk memahami lebih lanjut, berikut ini disajikan perbandinggan antara pasal

1 angka (1) undang-undang nomer 2 tahun 1992 dan pasal 246 KUHD:

1. Definisi dalam undang-undang nomer 2 tahun 1992 meliputi asuransi kerugian

dan asuransi jiwa. Asuransi kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat

“penggantian karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang

diharapkan”. Asuransi jiwa dibuktikan oleh bagian kalimat “memberikan

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang”.

Bagian ini tidak ada dalam definisi pasal 246 KUHD.

Page 27: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

20

2. Definisi dalam undang-undang nomer 2 tahun 1992 meliputi juga asuransi

untuk kepentingan pihak ketiga. Hal ini terdapat dalam kalimat “tanggung

jawab hukum kepada pihak ketiga”. Bagian ini tidak terdapat pada definisi

pasal 246 KUHD.

3. Definisi dalam undang-undang nomer 2 tahun 1992 meliputi objek asuransi

berupa benda, kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah uang dan jiwa

manusia. Objek asuransi berupa jiwa manusia tidak terdapat dalam pasal 246

KUHD.

4. Definisi dalam undang-undang nomer 2 tahun 1992 meliputi evenemen berupa

peristiwa yang menimbulkan kerugian pada benda objek asuransi dan

peristiwa meninggalnya seseorang. Peristiwa tersebut tidak ada dalam pasal

246 KUHD.

Sedangkan pengertian asuransi menurut Undang-Undang perasuransian

adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis,

yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai

imbalan untuk :

1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mumgkin diderita

tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak

pasti.

2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung

atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan

Page 28: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

21

manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil

pengelolaan dana.

Sedangkan asuransi syariah merupakan bidang bisnis yang cukup

memperoleh perhatian besar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bisnis

asuransi alternative, asuransi syariah dapat dikatakan relative baru dibandingkan

bisnis asuransi lainnya. Kebaruan bisnis asuransi syariah adalah pengoprasian

kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang bersumber dari

Alqur’an dan Hadis serta fatwa para ulama terutama yang terhimpun dalam Majlis

Ulama Indonesi.

Pada prinsipnya yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi lainnya

adalah asuransi syariah menghapus unsur ketidak pastian (gharar), unsur spekulasi

atau perjudian (maisir), dan unsur bunga uang (riba) dalam kegiatan bisnisnya

sehingga peserta asuransi (tertanggung) merasa terbebas dari praktek kezaliman

yang merugikannya. Agar masyarakat memahami konsep asuransi syariah secara

wajar, perlu dilakukan penyuluhan dari hasil penelitian yang telah dilakukan melalui

publikasi yang lebih luas.

Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian

antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara

para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip

syariah guna saling menolong dan melindungi dengan cara:

Page 29: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

22

a. memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta

atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.

b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau

pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang

besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

1. Syarat sahnya asuransi

Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam

KUHD. Sebagai perjanjian, maka ketentuan syarat-syarat sah suatu perjajian dalam

KUHPdt berlaku juga bagi perjanjian asuransi. Karena perjajian asuransi merupakan

perjajian khusus, maka disamping ketentuan syarat-syarat sah suatu perjajian,

berlaku juga syarat-syarat khusus yang diatur dalam KUHD. Syarat-syarat sah suatu

perjajian diatur dalam Pasal 1320 KUHPdt. Menurut ketentuan Pasal tarsebut, ada 4

(empat) syarat sah suatu perjajian, yaitu kesepakatan para pihak, kewenangan

berbuat, objek tertentu, dan kausa yang halal.

1) Kesepakatan (consensus)

Kesepakatan adalah tertanggung dan penanggung sepakat mengadakan

perjajian asuransi. Kesepakatan tersebut meliputi.

a) Benda yang menjadi objek asuransi.

b) Pengalihan resiko dan pembayaran premi.

c) Evenemen dang anti rugi.

d) Syarat-syarat khusus asuransi.

Page 30: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

23

e) Dibuat secara tertulis yang disebut polis.

Pengadaan perjanjian antara tertanggung dan penanggung dapat dilakukan

secara langsung atau tidak langsung. Dilakukan secara langsung artinya kedua

belah pihak mengadakan perjajian asuransi tanpa melalui perantara. Dilakukan

secara tidak langsung artinya kedua belah pihak melakukan perjajian melalui jasa

perantara. Pengguna jasa perantara memang dibolehkan menurut undang-undang.

Apabila asuransi diadakan dengan perantaraan seorang makelar, maka polis yang

sudah di tandatangani harus diserahkan dalam jangka waktu 8 (delapan) hari

setelah perjajian dibuat.6

2) Kewenangan (Authority)

Kedua belah pihak tertanggung dan penanggung berwenang melakukan

perbuatan hukum yang diakui oleh undang-undang. Kewenangan tersebut ada yang

bersifat subjektif dan objektif. Kewenangan subjektif artinya kedua belah pihak

sudah dewasa, sehat ingatan, tidak berada di bawah perwalian, atau pemegang

kuasa yang sah. Kewenangan objektif artinya tertanggung mempunyai kewenangan

yang sah dengan benda objek asuransi karena benda tersebut adalah kekayaan

milik sendiri. Penanggung adalah pihak yang sah mewakili perusahaan asuransi

berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan. Apabila asuransi diadakan untuk

kepentingan pihak ketiga, maka tertanggung yang mengadakan asuransi itu

mendapat kuasa atau pembenaran dari pihak ketiga dari pihak ketiga yang

bersangkutan.

3) Objek tertentu (fixed objek)

6 Pasal 260 KUHD

Page 31: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

24

Dalam perjanjian asuransi adalah objek yang di asuransikan, dapat berupa

harta kekayaan dan kepentingan yang melekat dalam harta kekayaan, dapat berupa

pula jiwa atau raga manusia. Objek tertentu berupa harta kekayaan dan kepentingan

yang melekat dalam harta kekayaan terdapat pada perjanjian asuransi kerugian.

Objek tertentu berupa jiwa atau raga manusia terdapat dalam perjanjian asuransi

jiwa. Pengertian objek tertentu adalah identitas objek objek asuransitersebut harus

jalas dan pasti. Apabila berupa harta kekayaan, harta tersebut apa, berapa jumlah

dan ukurannya, di mana letaknya, apa merknya, buatan mana, berapa nilai dan

sebagainya. Apabila berupa jiwa atau raga, atas nama siapa, berapa umurnya, apa

hubungan keluarganya, di mana alamatnya, dan lain sebagainya.

Karena yang mengasuransikan objek itu adalah tertanggung, maka dia harus

mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung dengan objek asuransi

tersebut. Dikatakan ada hubungan langsung apabila tertanggunga memiliki harta

kekayaan sendiri, jiwa atau raga yang menjadi objek asuransi, dikatakan ada

hubungan tidak langsung apabila tertanggung hanya mempunyai kepentingan atas

objek asuransi. Tertanggung harus dapat membuktikan bahwa dia adalah benar

sebagai pemilik atau mempunyai kepentingan atas objek asuransi.

4) Kausa yang halal (legal cauce)

Maksudnya adalah isi perjanjian itu tidak dilarang undang-undang, tidak

bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak berkepentingan dengan

kesusilaan. Contoh asuransi yang berkausa tidak halal adalah mengasuransikan

benda yang dilarang undang-undang untuk diperdagangkan, mengasuransikan

Page 32: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

25

benda, tetapi tertanggung tidak mempunyai kepentingan, jadi hanya spekulasi yang

sama dengan perjudian.

Bedasarkan kausa yang halal itu, tujuan yang hendak dicapai olehtertanggung

dan penanggung adalah beralihnya resiko atas objek asuransi yang diimbangi

dengan pembayaran premi. Jadi, kedua belah pihak berprestasi, tertanggung

berkewajiban membayar premi, penanggung menerima peralihan resiko atas objek

asuransi. Jika premi dibayar, maka resiko beralih, atau sebaliknya jika premi tidak

dibayar, maka resiko tidak beralih.

Kewajiban pokok tertanggung adalah membayar premi. Sejak premi dibayar,

asuransi berjalan dalam arti atas benda yang diasuransikan beralih pada

penanggung. Namun, asuransi yang diadakan itu dapat menjadi batal apabila

tertanggung melalaikan kewajiban lain yang sangan esensial, yaitu kewajiban

pemberitahuan kepada penanggung mengenai keadaan benda yang diasuransikan.

Setiap pemberitahuan yang salah atau tidak benar, atau penyambunyian hal-hal

yang diketahui oleh tertanggung walaupun dengan itikad baik, sehingga seandainya

penanggung setelah mengetahui keadaan sebenarnya tidak akan mengadakan

asuransi itu, atau dengan syarat-syarat yang demikian itu, mengakibatkan asuransi

itu batal.7

Pasal 251 menentukan sah tidaknya asuransi yang dibuat oleh penanggung

dan tertanggung. Pasal 251 bertujuan untuk melindungi penanggung dari perbuatan

tertanggung yang akan merugikannya. Karena adanya pemberitahuan yang benar

7 Ibid pasal 251 KUHD

Page 33: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

26

tentang benda yang diasuransikan terhadap resiko yang dihadapi, penanggung

dapat menentukan sikap apakah akan mengadakan asuransi atu tidak.

2. Polis

Polis merupakn bukti yang sah dan penting sebagai pembuktian adanya

perjanjian asuransi, tetapi bukan syarat mutlak bagi para nasabah, kecuali dalam

pertanggungan tertentu, karena ada dokumen lain yang bisa digunakan sebagi

pembuktian adanya perjanjian asuransi.

1. Syarat dan janji khusus

Menurut ketentuan Pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi

jiwa, harus memuat syarat-syarat sebagai berikut:

a) Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi.

b) Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga.

c) Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan.

d) Jumlah yang diasuransikan.

e) Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung.

f) Saat bahaya mulia berjalan dan berahir yang menjadi tanggungan penanggung.

g) Premi asuransi.

h) Umumnya keadaan semua yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala

janji-janji khusus yang diadakan oleh para pihak.

Page 34: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

27

Disamping syarat-syarat khusus tersebut, dalam polis harus dicatumkan juga

berbagai asuransi yang diadakan lebih dahulu, dengan ancaman batal jika tidak

dicantumkan. Berbagai asuransi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Reasuransi.

b. Asuransi rangkap.

c. Asuransi insolvabilitas.

d. Asuransi kapal yang sudah berangkat berlayar.

e. Asuransi kapal yang belum tiba di tempat tujuan.

f. Asuransi atas keuntungan yang diharapkan.

Pada aasuransi tertentu, selain syarat-syarat khusus yang dimuat tadi, dalam

polisnya harus dimuat juga ketentuan tambahan, yaitu ketentuan pasal berikut:

1) Pasal 299 KUHD tentang Asuransi Hasil pertanian:

Letak dan batasan tanah-tanah dan hasilnya diasuransikan dan

Pemakaiannya.

2) Pasal 287 KUHD tentang Asuransi Kebakaran:

Letak dan perbatasan benda yang diasuransikan.

Pemakaiannya.

Sifat pemakaian gedung yang berbatasan sekadar itu berpengaruh pada

asuransi.

Hanya benda yang diasuransikan.

Letak dan perbatasan gedung dan tempat di mana terdapat, tersimpan, dan

tertimbun benda bergerak yang diasuransikan.

3) Pasla 592 KUHD tentang Asuransi Penganangkutan Laut dan Perbudakan:

Page 35: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

28

Nama nahkoda, nama kapal dengan menyebutkan jenisnya, dan pada asuransi

kapalnya menyebutkan kapal itu dari kayu cemara atau pernyataan tidak

mengetahui keadaan itu.

Tempat barang dimuat atau harus dimuat.

Pelabuhan pemberangkatan.

Pelabuhan pemuatan atau pembongkaran.

Pelabuhan yang dimasuki kapal.

Tempat bahaya mulai perjalanan untuk tanggungan penanggung.

Nilai kapal yang diasuransikan.

2. Hari dan tanggal pembuatan asuransi

Pentingnya penanggalan ini adalah untuk menentukan saat dimulai berlaku

asuransi. Selain itu, juga untuk mengetahui asuransi yang terjadi lebih dahulu dalam

hal terjadi asuransi rangkap seperti yang ditentukan dalam pasal 277, pasal 278,

dan pasal 279 KUHD. Dalam hal ini penting terjadi karena pristiwa (evenemen) yang

menimbulkan kerugian, yaitu penanggung yang mana berkewajiban membayar ganti

kerugian.

3. Nama tertanggung untuk diri sendiri atau pihak ketiga

Hal ini penting dalam hubungan ketentuan pasal 264 dan 267 KUHD. Apabila

asuransi diadakan untuk diri sendiri atau kepentingan pihak ketiga, maka hal ini

harus dinyatakan dalam polis. Apabila tidak dinyatakan, maka asuransi dianggap

untuk diri sendiri. Apabila tidak ada kepentingan, maka asuransi tidak mempunyai

kekuatan berlaku, penanggung tidak berkewajiban membayar ganti kerugian.8

8 Ibid Pasal 250 KUHD

Page 36: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

29

4. Urain mengenai objek asuransi

Dalam uraian ini menunjuk kepada sejumlah uang. Perhitungan sejumlah uang

tersebut erat sekali hubungannya dengan nilai benda sesungguhnya dalam setiap

asuransi. Dari jumlah uang asuransi itu dapat diketahui apakah asuransi itu:

a) Di bawah nilai benda (under insurance);

b) Sama dengan nilai benda (full insurance);

c) Di atas nilai benda sesungguhnya (over insurance).

Jumlah yang diasuransikannmerupakan jumlah maksimal ganti kerugian yang

harus dibayar oleh penanggung jika terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian

total.

5. Bahaya (evenemen) yang ditanggung

Bahaya atau peristiwa yang menjadi tanggungan penanggung harus

dinyatakan dengan jelas dan tegas. Jika diperjanjikan dengan klausula, harus tegas

dengan klausula apa, sehingga jelas sampai di mana batas tanggung jawab

penanggung. Penanggung hanya bertanggung jawab terhadap bahaya (evenemen)

yang telah dicantumkan di dalam polis.

6. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir

Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir adalah jangka waktu asuransi itu

diadakan. Jangka waktu tersebut dapat berupa:

a. Dari tanggal dan waktu tertentu sampai tanggal dan waktu tertentu pula,

misalnya dari tanggal 1 januari 1998 pukul 12.00siang sampai 1 januari 1999

pukul 12.00 siang.

Page 37: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

30

b. Dari tempat ketempat, misalnya dari gedung ke gedung (from warehouse to

warehouse);

c. Dari kapal di tempat dermaga sampai di dermaga pelabuhan tujuan.

Cara demikian ini penting untuk mengetahui apakah peristiwa yang terjadi itu

masih dalam tanggungan penanggung atau tidak.

7. Premi asuransi

Ketentuan ini menyatakan kepastian besarnya jumlah premi yang harus

dibayar oleh tertanggung. Besarnya ditentukan oleh persentase dari jumlah asuransi

ditambah dengan biaya-biaya lain, misalnya biaya meterai dan biaya pialang. Cara

pembayaranya bisa dibayar lebih dahulu, sedangkan pada asuransi jiwa biasanya

dibayar secara bulanan.

8. Semua keadaan dan syarat-syarat khusus

Termasuk dalam uraian butir ini misalnya mengenai benda asuransi apakah ada

dibebani hak tanggungan (hipotik), fiducia, jika terjadi peristiwa (evenemen) yang

menimbulkan kerugian, penanggung dapat berhadapan dengan siapa, pemilik atau

memegang hak tanggungan, fiducia. Demikian juga mengenai syarat khusus

lainnya, premi dibayar asuransi berjalan, premi tidak berjalan asuransi tidak berjalan.

A. Jenis polis

Dalam praktek asuransi setiap perusahaan asuransi telah menyusun polisnya

masing-masing dalam syarat-syarat dan klausula-klausula tertentu. Dalam syarat-

syarat dan klausula-klausula tertentu yang dicatumkan dalam polis timbullah

bermacam-macam jenis polis yang berada antara satu dengan yang lain, bahkan

Page 38: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

31

menunjukkan persaingan antara sesame penanggung. Demikian juga tertanggung,

yang merasa sulit memilih perusahaan asuransi yang mana yang akan dijadikan

penanggung karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam polis ada 3 (tiga) jenis polis

yang dikenal, yaitu polis maskapai, polis bursa, dan polis Lloyds.

1. Polis maskapai

Dinamakan polis maskapai karena polis ini dibuat dan diterbitkan oleh

maskapai-maskapai asuransi. Selain syarat-syarat yang diharuskan oleh undang-

undang, polis maskapai memuat beberapa ketentuan khusus yang berlaku bagi

maskapai yang menciptakan syarat-syarat tersebut. Dalam operasi kerjanya

perusahaan asuransi yang menggunakan polis maskapi ini banyak mengalami

kesulitan, sehingga lambat laun polis maskapai ini di tinggalkan dan orang mulai

mengarah pada pembuatan dan penggunaan polis seragam.

2. Polis bursa

Polis ini mempunyai syarat-syarat seragamdan digunakan pada bursa

asuransi. Ada 2 (dua) macam polis bursa, yaitu polis bursa Amsterdam polis bursa

Rotterdam. Kedua polis ini digunakan pada asuransi penggangkutan laut dan

asuransi kebakaran. Kedua polis ini dinamakan demikian karana polis bursa

Amsterdam digunakan di bursa asuransi Amsterdam, sedangkan polis bursa

Rotterdam digunakan di bursa asuransi Rotterdam.

Polis-polis ini masih terus dikembangkan dengan menambah syarat-syarat

yang diseragamkan itu secara berurutan dengan diberi nomer urut dan dicetak.

Apabila syarat tambahan itu belum tercetak dalam dalam polis dan akan

Page 39: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

32

ditambahkan di polis bursa, maka syarat tersebut tersebut harus dilampirkan pada

polis bursa yang bersangkutan, atau dinyatakan secara khusus dalam polis yang

bersangkutan bahwa syarat itu berlaku juga bagi asuransi yang diliputi polis

tersebut.

Dalam dunia usaha asuransi Indonesia dewasa ini, polis-polis standar yang

demikian itu digunakan oleh perusahaan asuransi. Di samping itu, Dewan Asuransi

Indonesia (DAI) juga telah menetapkan polis standar untuk asuransi kebakaran dan

asuransi kendaraan bermotor.

3. Polis Lloyds

Polis yang digunakan di bursa Lloyds London. Polis ini telah dikembangkan

tersendiri di bawah merek Lioyds dan hanya di gunakan oleh perusahaan asuransi

yang menjadi anggota the Lloyds corporation. Polis Lloyds digunakan untuk asuransi

pengankutan laut,asuransi kebakaran, dan asuransi terhadap bahaya-bahaya

lain.polis ini untuk asuransi pengankutan laut diakui oleh Merine Insurace Act 1906.

Selain penggolongan diatas, ada lagi penggolongan polis menurut sifat

berlakunya asuransi. Atas dasar ini dikenal 2 (dua) golongan polis, yaitu polis

perjalanan (voyage policy) dan polis waktu (time policy).

a) Polis perjalanan (voyage policy)

Polis ini untuk asuransi 1 (satu) perjalanan atau 1 (satu) pelayaran tertentu

saja, misalnya dari tanjung Priok ke Bawean. Berapa hari perjalanan itu dilakukan

tidak jadi masalah, kecuali jika perjalanan atau pelayaran itu dihentikan dapat

mengakibatkan batalnya asuransi. Tidak termasuk pengertian dihentikan atau

diputuskan apabila penghentian itu sebagian dari perjalanan, misalnya dari Tanjung

Page 40: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

33

Priok ke Ujungpandang.Singgahnya kapal di Tanjung Perak bukanlah termasuk

penghentian perjalanan.

b) Polis waktu (time policy).

Polis ini dibuat untuk asuransi yang berjangka waktu tertentu, missal 1 (satu)

tahun. Penentuan jangka waktu harus tepat menurut tanggal dan jam dimulai dan

diakhiri. Misalnya mulai dari tanggal 1 (satu) januari 2000 pukul 12.00 tengah hari

sampai tanggal 1 (satu) januari tahun 2001 pukul 12.00 tengah hari. Polis berjangka

waktu tertentu biasanya digunakan pada asuransi kebakaran.

B. Pembuatan dan penyerahan polis

Apabila asuransi diadakan langsung antara tertanggung dan penanggung,

maka polis haris ditanda tangani dan diserahkan oleh penanggung dalam tempo 24

(dua puluh empat) jam setelah permintaan, kecuali karena ketentuan undang-

undang ditentukan tenggang waktu yang lebih lama. Berdasarkan ketentuan

tersebut, maka pembuatan polis adalah penaggung atas permintaan tertanggung

sesuai dengan fungsinya sebagai bukti tertulis bagi kepentingan tertanggung.

Dalam prektek asuransi, penanggung adalah perusahaan yang mencari

keuntungan dengan cara mengambil alih resiko dari tertanggung dan menerima

sejumlah premi sebagai imbalan. Untuk itu, penanggung membuat polis yang bentuk

dan isinya sudah ditentukan (standard policy) serta dicetak. Dalam polis dimuat

syarat dan janji-janji khusus tertentu. Kemudian, polis tersebut disodorkan kepada

tertanggung yang berminat mengadakan asuransi agar diteliti dan dipahami isinya.

Apabila tertanggung setuju,penanggung akan menyelesaikan dan menandatangai

Page 41: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

34

polis kemudian diserahkan kepada tertanggung.akan tetapi, apabila tertanggung

tidak setuju, dia tidak perlu mengadakan perjanjian asuransi dengan penanggung.

Dalam praktek asuransi dapat terjadi bahwa calon tertanggung ketika

mengadakan asuransi tidak begitu cermat mempelajari syarat-syarat danji-janji

khusus yang telah ditentukan dalam polis oleh penanggung. Setelah asuransi

diadakan dan terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, barulah tertanggung

sadar bahwa ketika mengajukan klaim gangi kerugian dia mengalami kesulitan

karena dalam polis ada syarat atau janji khusus yang membatasi tanggung jawab

penanggung (eksonerasi). Tertanggung selama asuransi berjalan sampai terjadinya

peristiwa, lalai membaca dam memahami isi polis.

Apabila asuransi diadakandengan perantara pialang asuransi, maka polis

yang sudah ditanda tangani penanggung harus diserahkan dalam waktu 8 (delapan)

hari setelah dibuat perjanjian asuransi. Berdasarkan ketentuan pasal ini, jangka

waktu 8 (delapan) hari itu dihitung sejak kesepakatan pialang asuransi dan

penanggung, bukan sejak polis ditanda tangani oleh penanggung. Mungkin polis

baru ditanda tangani penanggung berapa hari setelah terjadi kesepakatan asuransi.

Dalam beberapa hari yang tersisa itu, pialang harus sudah menyerahkan polis

kepada tertanggung.

Dalam prakek asuransi, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

perantara pialang didahului pembuatan nota penutupan (cover note) sebagai bukti

sudah tercapainya kesepakatan asuransi. Atas dasar inibaru dibuat polis oleh

penanggung. Antara pembuatan nota penutupan dan penandatangananpolis

terdapat jangka waktu. Makin cepat dilakukan, maka makin singkat jangka waktu

Page 42: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

35

tersebut. Sehingga makin kecil kemungkinanterjadi keterlambatan penyerahan polis

oleh penanggung atau pialang.

Apabila ada kelalaian penyerahan polis dalam tenggang waktuyang telah

ditantukan, maka penanggung untuk kepentingan tertanggung wajib mengganti

kerugianyang mungkin timbul dari kelalaian itu.9 Ketentuan ini bergantung juga pada

praktek pelaksanaan pasal 256 dan pasal 260 KUHD. Artinya, apabila dalam

prekteknya, ketentuan dalam pasal tersebut tidak diikuti, dan yang diikuti adalah

ketentuan waktu yang diperjanjikan, maka ganti kerugian yang mungkin timbul itu

pun tergantung juga pada ketentuan waktu yang diperjanjikan.

9 Ibid pasal 261 KUHD

Page 43: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

36

BAB III

SANKSI HUKUM KETIKA PERUSAHAAN ASURANSI MELAKUKAN

TINDAKAN WANPRESTASI

1. Pembinaan dan pengawasan

1.1. Lingkup pembinaan dan pengawasan

Pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan perasuransian dilakukan

oleh mentri keuangan. Setiap perusahaan perasuransian wajib memelihara

kesehatan keuangan serta melakukan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip asuransi

yang sehat. Dalam pasal 11 ayat (1) undang-undang nomer 2 tahun 1992 ditentukan

bahwa pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian meliputi:

a. Kesehatan keuangan bagi perusahaan asuransi kerugian, perusahaan

asuransi jiwa, dan perusahaan reasuransi yang terdiri dari:

1) Batas tingkat solvabilitas

2) Retensi sendiri

3) Reasuransi

4) Investasi

5) Cadangan teknik

6) Ketentuan lain yang berhubungan dengan kesehatan keuangan

b. Penyelenggaraan usaha yang terdiri dari:

1) Syarat polis asuransi

2) Tingkat premi

3) Penyelesaian klaim

Page 44: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

37

4) Persyaratan keahlian di bidang perasuransian

5) Ketentuan lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan usaha

Batas tingkat solvabilitas merupakan tolak ukur kesehatan keuangan

perusahaan asuransi dan reasuransi. Batas tingkat sovabilitas ini merupakan selisih

antara kekayaan terhadap kewajiban, yang perhitungannya didasarkan pada cara

perhitungan tertentu sesuai dengan sifat usaha asuransi. Dalam hal ini merupakan

bagian pertanggungjawaban yang menjadi beban atau tanggung jawab sendrisesuai

dengan tingkat kemampuan keuangan perusahaan asuransi atau perusahaan

reasuransi yang bersangkutan.

Reasuransi merupakan bagian asuransi yang dipertanggungkan ulang pada

perusahaan asuransi lain atau perusahaan reasuransi. Dalam hubungannya dengan

investasi, yang akan diatur adalah kebijaksanaan investasi perusahaan asuransi

kerugian, perusahaan asuransi jiwa, dan perusahaan reasuransidalam menentukan

investasinya pada jenis investasi yang aman dan produktif. Sesuai dengan sifat

usaha asuransi dimana timbulnya beban kewajiban tidak menentu, maka

perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, dan perusahaan

reasuransivperlu membentuk dan memelihara cadangan diperlukan berdasarkan

pertimbangan teknis asuransi dan dimaksudkan untuk menjaga agar perusahaan

yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban kepada pemegang polis.

1.2. Pemeriksaan berkala

Page 45: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

38

Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan, menteri keuangan melakukan

pemeriksaan berkala atau setiap waktu apabila diperlukan terhadap usaha

perasuransian. Setiap perusahaan perasuransian wajib memperluhatkan buku,

catatan, dokumen, dan laporan-laporan, serta memberikan keterangan yang

diperlukan dalam rangka pemeriksaan yang dimaksud di atas (pasal 15 undang-

undang nomer 2 tahun 1992).pemeriksaan yang dimaksud adalah meneliti secara

langsung kebenaran laporan yang disampaikan oleh perusahaan, baik sesuai

dengan ketentuan undang-undang. pemeriksaan dimaksud dapat dilakukan secara

berkalamaupun setiap saat apabila diperlukan dengan tujuan agar perlindunagan

terhadap masyarakat dapat dijamin dan penyimpangan yang terjadi pada

perusahaan dapat diketahui.

Setiap perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, perusahaan

reasuransi, perusahaan pialang asuransi, dan perusahaan pialang reasuransiwajib

menyampaikan neraca dan perhitungan laba rugi perusahaan berserta

penjelasannya kepada menteri keuangan,dan setiap perusahaan perasuransian

wajib menyampaikan laporan oprasionalnya kepada menteri keuangan. Setiap

perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan

reasuransi wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam surat

kabar harian di Indonesia yang memiliki peredaran yang luas.

Selain kewajiban-kewajiban tersebut, setiap perusahaan asuransi jiwa wajib

menyampaikan laporan investasi kepada menteri keuangan. Bentuk, susunan dan

jadwal penyampaian laporan serta pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi

Page 46: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

39

perusahaan ditetapkan oleh menteri keuangan (pasal 16 undang-undang nomer 2

tahun 1992).

1.3. Terjadi pelanggaran

Dalam hal terdapat pelanggaran terhadap ketentuan dalam undang-undang ini

atau peraturan pelaksanannya. Menteri keuangan dapat melakukan tindakan berupa

pemberian peringatan, pembatasan kegiatan usaha, atau pencabutan izin uasaha.

Tindakan tersebut ditetapkan dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

a) Pemberian peringatan

b) Pembatasan kegiatan usaha

c) Pencabutan izin usaha

Sebelum pencabutan izin usaha, menteri keuangan dapat memerintahkan

perusahaan yang bersangkutan untuk menyusun rencana dalam rangka mengatasi

pemyebab dari pembatasan kegiatan usahanya.

keputusan mengenai pemberian peringatan, pembatasan kegiatan usaha, dan

pencabutan izin merupakan terhadap tindakan yang dapat diberlakukan pada

perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang.

Dalam hal tertentu, menteri keuangan dapat mendengar pendapat pihak-pihak yang

diperlukan. Tahapan tindakan yang dilakukan merupakan urutan yang harus dilalui

sebelum dilakukan pencabutan izin usaha.

1.4. Pencabutan izin usaha dan kepailitan

Page 47: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

40

Dalam hal tindakan untuk memenuhi rencana mengatasi penyebab dari

pembatasan kegiatan usaha telah dilaksanakan, dan apabila pelaksanaan tersebut

dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang bersangkutan tidak mampu atau tidak

bersedia menghilangkan hal-hal yang menyebabkan pembatasan, maka menteri

keuanganmencabut izin usaha perusahaan. Pencabutan izin usaha diumumkan oleh

menteri keuangan dalam surat kabar harian di Indonesia yang memiliki peredaran

yang luas. Akan tetapi, apabila perusahaan telah berhasil melakukan dalam rangka

mengatasi penyebab dari pembatasan kegiatan usahanya dalam jangka waktu 4

(empat) bulan, maka perusahaan yang bersangkutan dapat melakukan usahanya

kembali (pasal 19 undang-undang nomer 2 tahun 1992).

Apabila perusahaan asuransi telah dicabut izin usahanya, maka kekayaan

perusahaan tersebut peerlu dilindungi agar para pemegang polis tetap dapat

memperoleh haknya secara proposional. Untuk melindungi kepentingan para

pemegang polis tersebut, menteri keuangan diberi wewenang berdasarkan undang-

undang ini untuk meminta pengadilan agar perusahaan asuransi yang bersangkutan

dinyatakan pailit, sehingga kekayaan perusahaan tidak dipergunakan untuk

kepentingan pengurus atau pemilik perusahaan tanpa menghidahkan kepentingan

para pemegan polis.

Selain itu, dengan adanya kewenangan untuk mengajukan pemerintaan pailit

tersebut, maka menteri keuangan dapat mencegah berlangsungnya kegiatan tidak

sah dari perusahaan yang telah dicabut izin usahanya, sehingga kemungkinan

Page 48: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

41

terjadi kerugian yang lebih luas pada masyarakat dapat dihindarkan. Dalam hal

terjadi kepailitan, pemegang polis mempunyai hak utama, artinya hak pemegang

polis mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada hak pihak-pihak lain, kecuali

dalam hal kewajiban untuk negara, sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Sanksi Administratife Dan Pidana

2.1. Sanksi administratif

Setiap perusahaan perasuransian yang tidak memenuhi ketentuan dalam

peraturan pemerintah nomer 73 tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha

perasuransian serta peran pelaksanaanya yang berkenaan dengan :

a) Perizinan usaha.

b) Kesehatan keuangan.

c) Penyelenggaraan usaha.

d) Penyampaian laporan.

e) Pengumuman neraca dan penghitungan laba rugi atau tentang pemeriksaan

langsung.

Dikenakan sanksi peringatan, sanksi pembatasan kegiatan usaha dan sanksi

pencabutan izin usaha.10

10

Pasal 37 PP No. 73 Tahun 1992

Page 49: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

42

a) Perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang tidak menyampaikan

laporan keuangan tahunan dan laporan oprasional tahunan dan atau tidak

mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi, sesuai dengan jangka waktu

yang ditetapkan, dikenakan denda administratif Rp 1.000.000,00 (satu juta

rupiah) untuk setiap hari keterlambatan.

b) Perusahaan pialang asuransi atau perusahaan pialang reasuransi yang tidak

menyampaikan laporan keuangan tahunan dan laporan oprasional tahunan

sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dikenakan denda administratif Rp

500.000,00 (rima ratus ribu rupiah) untuk setiap hari keterlambatan.

Pengenaan denda administratif berakhir pada saat pembayaran denda kantor

kebendaharaan dank as Negara yang diikuti dengan penyampaian laporan

keuangan tahunan dan atau laporan oprasional tahunan dan atau pengumuman

neraca dan pengitungan laba rugi yang dimaksud dalam pasal 38 selambat-

lambatnya dalam 2 (hari) hari kerja. Dalam hal laporan keuangan tahunan dan atau

laporan oprasional tahunan telah disampaikan dan atau neraca dan penghitungan

laba rugi telah diumumkan, tetapi perusahaan yang bersangkutan belum membayar

denda administratif, denda tersebut dinyatakan sebagai hutang kepada Negara yang

harus dicantumkan dalam neraca perusahaan yang bersangkutan.

Perusahaan perasuransian yang telah dikenakan denda 90 (sembilan puluh)

hari keterlambatan, tetapi belum juga menyampaikanlaporan sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal 38, dengan tidak membebaskan kewajiban membayar denda

yang telah dikenakan untuk jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari yang dimaksud,

Page 50: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

43

dikenakan sanksi pembatasan kegiatan usaha.11 Sanksi pembatasan kegiatan

usaha tersebut berlaku sejak tanggal ditetapkan untuk jangka waktu 12 (dua belas)

bulan.

Dalam hal mentri keuangan menilai diperlukan suatu rencana dari sanksi

pembatasan kegiatan usaha, pada saat penetapan pembatasan kegiatan usaha

mentri keuangan dapat memerintahkan penyusunan rencana kerja yang harus

disampaikan kepada mentri dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan, dalam

hal perusahaan perasuransian dapat mengatasi penyebab dari sanksi pembatasan

usaha dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, mentri keuangan akan mencabut

sanksi tersebut.

Akan tetapi, apabila perusahaan perasuransian tidak mengatasi penyebab dari

sanksi pembatasan kegiatan usaha dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan atau

dari rencana kerja tersebut diatas dalam jangka waktu sampai berakhir sanksi

pembatasan kegiatan usaha, disimpulkan bahwa perusahaan tidak mampu atau

tidak bersedia mengatasi penyebab dari sanksi dimaksud, mentri keuangan

mencabut izin usaha perusahaan yang bersangkutan.

2.2. Sanksi pidana

Sanksi pidana dikenakan pada kejahatan perasuransian yang diatur dalam

Undang-Undang nomer 2 tahun 1992 sebagai berikut :

a. Terhadap pelaku utama

11

Ibid pasal 39-40

Page 51: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

44

Orang yang menjalankan atau menyuruh menjalankan usaha peresuransian

tanpaizin usaha, menggelapkan premi asuransi, menggelapkan dengan cara

mengalihkan, meminjamkan, dan atau menggunakan tanpa hak kekayaan

perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa atau perusahaan

reasuransi, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun

dan denda paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta).

b. Terhadap pelaku pembantu

Orang yang menerima, menadah, membeli, atau mengagunkan, atau menjual

kembali kekayaan perusahaan hasil penggelapan dengan cara tersebut di atas yang

diketahuinya bahwa barang tersebut adalah kekayaan perusahaan asuransi

kerugian atau perusahaan asuransi jiwa atau perusahaan reasuransi, diancam

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dangan denda paling banyak Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

c. Terhadap pemalsu dokumen

Orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melakukan pemalsuan

atas dokumen perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa atau

perusahaan reasuransi, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

dengan denda paling banyak Rp 250.000.000.00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Apabila tindak pidana yang dimaksud dalam pasal 21 undang-undang nomer 2

tahun 1992 dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, atau badan usaha

yang bukan merupakan badan hukum, maka tuntutanya dilakukan terhadap badan

Page 52: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

45

tersebut, atau terhadap mereka yang memberikan perintah untuk melakukan tidak

pidana itu, atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam melakukan tindak pidana

itu maupun terhadap kedua-duanya.12

3. Kewajiban Perusahaan Asuransi

Berkaitan dengan pengertian ganti kerugian ini diatur dalam KUH Perdata

“ganti kerugian karena tidak dipenuhinya suatu perjajian, barulah mulai kewajiban

apabila debitur setelah dinyatakan lalai memenuhi perjajiannya, tetap melalaikannya,

atau sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau

dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampauikannya”.13 Yang dimaksud

dengan ganti kerugian itu adalah ganti kerugian yang timbul karena debitur

melakukan wanprestasi.

Ganti kerugian yang diatur dalam ketentuan pasal 1246 KUH Perdata terdiri

dari 3 (tiga) unsur yaitu antara lain :

a) Ongkos atau biaya-biaya yang telah dikeluarkan.

b) Kurugian karena kerusakan, kehilangan atas barang kepunyaan kreditur akibat

kelalaian debitur. Kerugian ini adalah sungguh-sungguh diderita.

c) Bunga atau keuntungan yang diharapkan karena debitur lalai, kreditur

kehilangan keuntungan yang diharapkannaya.

Ganti kerugian itu harus dihitung berdasarkan nilai uang. Jadi harus berupa

uang bukan berupa barang. 12

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, penerbit PT CITRA ADITYA BAKTI, bandung, 2015, h. 46. 13

Pasal 1243 KUH Perdata

Page 53: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

46

Dalam ganti kerugian tidak senantiasa ketiga unsur tersebut di atas. Minimal

ganti kerugian itu adalah kerugian yang sesungguhnya diderita oleh debitur,

walaupun debitur telah melakukan wanprestasi diharuskan membayar ganti kerugian

kepada kreditur, akan tetapi undang-undang masih memberikan pembatasan-

pembatasan yaitu dalam hal ganti kerugian yang seharusnya dibayar oleh debitur

atas tuntutan kreditur.

Pembatasan-pembatasan itu sifatnya sebagai perlindungan undang-undang

terhadap debitur dari perbuatan sewenang-wenang pihak kreditur. Pembatasan-

pembatasan tersebut dapat dibaca dalam ketentuan yang diatur dalam pasal 1247

dan1248 KUH Perdata, sehingga terdapat 2 (dua) pembatasan kerugian antara lain :

a. Kerugian yang dapat diduga ketika membuat perjanjian.

b. Kerugian sebagai akibat langsung dari wanprestasi.

Kedua macam kerugian inilah yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur

sebagai akibat dari wanprestasi.

Page 54: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

47

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Asuransi ialah perjajian antara 2 (dua) pihak yang bersangkutan, yang satu

sebagai penanggung dan satunya lagi sebagai tertanggung yang dibuktikan

dengan adanya polis. Penanggung berkewajiban menanggung kerugian

kepada tertanggung apabila mengalami kerugian, dan tertanggung

berkewajiban membayar premi yang sudah diperjanjikan dalam perjajian.

Sedangkan polis merupakan bukti yang sah dan digunakan bilamana

tertanggung mengalami kerugian. Dalam perjanjian asuransi sering dimuat

janji-janji khusus yang merumuskan dengan tegas dalam polis, yang lazim

disebut klausula asuransi. Maksud dari klausula tersebut adalah untuk

mengetahui batas tanggung jawab penanggung dalam membayar ganti

kerugian apabila terjadi kerugian. Jenis-jenis klausula asuransi itu ditentukan

oleh sifat objek asuransi, bayaha yang mengancam dalam setiap asuransi.

2. Dalam perjanjian asuransi jika perusahaan asuransi melakukan wanprestasi

bisa dijatuhi sanksi administratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif berupa

sanksi peringatan, sanksi pembatasan kegiatan usaha dan pencabutan izin

usaha. Sedangkan sanksi pidana dikenakan pada kejahatan terhadap pelaku

utama, pelaku pembantu, dan terhadap pelaku pemalsu dokumen.

Page 55: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

48

2. Saran

1. Masyarakat harus mengerti dan faham dengan pengaturan asuransi di

Indonesia,sehingga tahu tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kerugian.

2. Diuraikan di atas, pemerintah harus tegas kepada perusahaan asuransi yang

melanggar undang-undang harus diberikan sanksi, agar perusahaan tidak

seenaknya membuat perjajian yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang sudah ada.

Page 56: PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS PERUSAHAAN ASURANSI ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--ilhamfatku-706-1... · b. Asuransi jiwa,seorang bisa dipertanggungkan untuk keprluan

49

DAFTAR BACAAN

Peter Muhmud marzuki, penelitian hukum, Guru Besar Ilmu Hukum Universitas

Airlangga, Surabaya.

Abdulkadir Muhammad, hukum asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2011.

Undang-Udang Nomer 2, usaha perasuransian, 1992.

Buku ajar, hukum perikatan/perjanjian, Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra

Surabaya