persyaratan prosedur & perancangan pencahayaan buatan

27
Persyaratan, Prosedur, Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan

Upload: oneeighty-two-ami

Post on 05-Jul-2015

391 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Persyaratan, Prosedur,

Perancangan Sistem Pencahayaan

Buatan

Page 2: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

PersyaratanPencahayaan Buatan

Page 3: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan harus memenuhi:

1) Tingkat pencahayaan minimal yang direkomendasikan tidak boleh kurang dari tingkat pencahayaan pada tabel 1 berikut ini.

Page 4: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan
Page 5: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan
Page 6: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan
Page 7: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan
Page 8: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan
Page 9: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan
Page 10: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan harus memenuhi:

2) Daya listrik maksimum per meter persegi tidak boleh melebihi nilai sebagaimana tercantum pada tabel 2 berikut ini.

Page 11: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan
Page 12: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Perkecualian dari persyaratan ke 2 di atas adalah :

1. Pencahayaan untuk bioskop, siaran TV, presentasi audio visual dan semua fasilitas hiburan yang memerlukan pencahayaan sebagai elemen teknologi utama dalam pelaksaanan fungsinya.

2. pencahayaan khusus untuk bidang kedokteran.3. fasilitas olahraga dalam ruangan (indoor).4. pencahayaan yang diperlukan untuk pameran di galeri,

museum, dan monumen.5. pencahayaan luar untuk monumen.6. pencahayaan khusus untuk penelitian di Laboratorium.7. pencahayaan darurat.

Page 13: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Perkecualian dari persyaratan ke 2 di atas adalah :

8. ruangan yang mempunyai tingkat keamanan dengan risiko tinggi yang dinyatakan oleh peraturan atau oleh petugas keamanan dianggap memerlukan pencahayaan tambahan.

9. ruangan kelas dengan rancangan khusus untuk orang yang mempunyai penglihatan yang kurang, atau untuk orang lanjut usia.

10. pencahayaan untuk lampu tanda arah dalam bangunan gedung

11. jendela peraga pada toko/etalase12. kegiatan lain seperti agro industri (rumah kaca),

fasilitas pemrosesan dan lain-lain.

Page 14: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan harus memenuhi:

3)Pengunaan energi yang sehemat mungkin dengan mengurangi daya terpasang, melalui :

Page 15: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

3) Pengunaan energi yang sehemat mungkin dengan mengurangi daya terpasang, melalui :

1. pemilihan lampu yang mempunyai efikasi lebih tinggi dan menghindari pemakaian lampu dengan efikasi rendah. Dianjurkan menggunakan lampu fluoresen dan lampu pelepasan gas lainnya.

2. pemilihan armatur yang mempunyai karakteristik distribusi pencahayaan sesuai dengan penggunaannya, mempunyai efisiensi yang tinggi dan tidak mengakibatkan silau atau refleksi yang mengganggu.

3. pemanfaatan cahaya alami siang hari.

Page 16: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Prosedur perhitungan dan optimasi pemakaian

daya listrik

Page 17: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

1. tentukan tingkat pencahayaan rata-rata (lux) sesuai dengan fungsi ruangan (tabel 1);

2. tentukan sumber cahaya (jenis lampu) yang paling efisien (efikasi tinggi) sesuai dengan penggunaan termasuk renderasi warnanya;

3. tentukan armatur yang efisien;4. tentukan tata letak armatur dan pemilihan jenis, bahan,

dan warna permukaan ruangan (dinding, lantai, langit-langit);

5. hitung jumlah Fluks luminus (lumen) dan jumlah lampu yang diperlukan;

6. tentukan jenis pencahayaan, merata atau setempat;

Prosedur umum perhitungan besamya pemakaian daya listrik untuk sistem pencahayaan buatan dalam rangka penghematan energi sebagai berikut :

Page 18: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

7. hitung jumlah daya terpasang dan periksa apakah daya terpasang per meter persegi tidak melampaui angka maksimum yang telah ditentukan pada tabel 2;

8. rancang sistem pengelompokan penyalaan sesuai dengan letak lubang cahaya yang dapat dimasuki cahaya alami siang hari;

9. rancang sistem, pengendalian penyalaan yang dapat menyesuaikan atau memanfaatkan pencahayaan alami secara maksimal yang masuk ke dalam ruangan.

Prosedur umum perhitungan besamya pemakaian daya listrik untuk sistem pencahayaan buatan dalam rangka penghematan energi sebagai berikut :

Page 19: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan
Page 20: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Perhitungan Tingkat Pencahayaan

Page 21: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja. Yang dimaksud dengan bidang kerja ialah bidang horisontal imajiner yang terletak 0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan. Tingkat pencahayaan rata-rata Erata-rata (lux), dapat dihitung dengan persamaan :

a) Tingkat Pencahayaaan Rata-rata (Erata-rata).

Page 22: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

dimana :

Ftotal = Fluks luminus total dari semua lampu yang menerangi bidang kerja (lumen)

A = luas bidang kerja (m2).

kp = koefisien penggunaan .

kd = koefisien depresiasi (penyusutan).

Page 23: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Sebagian dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap oleh armatur, sebagian dipancarkan ke arah atas dan sebagian lagi dipancarkan ke arah bawah. Faktor penggunaan didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks luminus yang sampai di bidang kerja terhadap keluaran cahaya yang dipancarkan oleh semua lampu.

Besarnya koefisien penggunaan dipengaruhi oleh faktor :

1. distribusi intensitas cahaya dari armatur.

2. perbandingan antara keluaran cahaya dari armatur dengan keluaran cahaya dari lampu di dalam armatur.

3. reflektansi cahaya dari langit-langit, dinding dan lantai.

4. pemasangan armatur apakah menempel atau digantung pada langit-langit,

5. dimensi ruangan.

Besarnya koefisien penggunaan untuk sebuah armatur diberikan dalam bentuk tabel yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat armatur yang berdasarkan hasil pengujian dari instansi terkait. Merupakan suatu keharusan dari pembuat armatur untuk memberikan tabel kp, karena tanpa tabel ini perancangan pencahayaan yang menggunakan armatur tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik.

b) Koefisien Penggunaan (kp)

Page 24: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

• Koefisien depresiasi atau sering disebut juga koefisien rugi-rugi cahaya atau koefisien pemeliharaan, didefinisikan sebagai perbandingan antara tingkat pencahayaan setelah jangka waktu tertentu dari instalasi pencahayaan digunakan terhadap tingkat pencahayaan pada waktu instalasi baru.

• Besarnya koefisien depresiasi dipengaruhi oleh :

1. kebersihan dari lampu dan armatur.

2. kebersihan dari permukaan-permukaan ruangan.

3. penurunan keluaran cahaya lampu selama waktu penggunaan.

4. penurunan keluaran cahaya lampu karena penurunan tegangan listrik.

• Besarnya koefisien depresiasi biasanya ditentukan berdasarkan estimasi. Untuk ruangan dan armatur dengan pemeliharaan yang baik pada umumnya koefisien depresiasi diambil sebesar 0,8.

c) Koefisien Depresiasi (penyusutan) (kd).

Page 25: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

• Untuk menghitung jumlah armatur, terlebih dahulu dihitung fluks luminus total yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang direncanakan, dengan menggunakan persamaan :

• Kemudian jumlah armatur dihitung dengan persamaan :

dimana :F1 = fluks luminus satu buah lampu.n = jumlah lampu dalam satu armatur.

d) Jumlah armatur yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan tertentu.

Page 26: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

• Tingkat pencahayaan oleh komponen cahaya langsung pada suatu titik pada bidang kerja dari sebuah sumber cahaya yang dapat dianggap sebagai sumber cahaya titik, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut

dimana :

Ia = intensitas cahaya pada sudut a (kandela) .

h = tinggi armatur diatas bidang kerja (meter).

e) Tingkat pencahayaan oleh komponen cahaya langsung.

Page 27: Persyaratan Prosedur & Perancangan Pencahayaan Buatan

Kebutuhan Daya