perspekstif kinerja pengembangan produksi komoditi kelapa

17
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis 10 Perspekstif Kinerja Pengembangan Produksi Komoditi Kelapa Sawit di PTPN III Sudarma Bakti Lessan , Rahmanta Ginting , Harso Kardhinata Univeristas Medan Area, Indonesia Abstrak PT. Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero) Sumatera Utara, merupakan salah satu dari 14 BUMN Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama perseroan adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (kernel) serta produk karet. Perseroan memperioritaskan untuk meningkatkan agroindustri guna mendapatkan produk bernilai tambah dari hasil perkebunannya dan semua ini merupakan salah satu strategi perusahaan guna menuju privatisasi. Penelitian “Perspektif Kinerja Pengembangan Produksi Komoditi Kelapa Sawit di PTPN III” merupakan penelitian yang mendeskripsikan manajemen perusahaan dalam mengembangkan produksi komoditi kelapa sawit di PTPN III, Mengkaji perspektif pengembangan komoditi kelapa sawit di PTPN III serta mengetahui hambatan-hambatan pengembangan produksi komoditi kelapa sawit di PTPN III. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan Kinerja yang prima di Unit Produksi maka Keunggulan Kinerja yang saat ini telah dicapai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) khususnya di kebun dan pabrik dapat dipertahankan dan berkelanjutan sehingga tetap berkontribusi secara maksimal terhadap kekuatan Daya Saing Perusahaan. Kebijakan yang tepat, cepat dan konsisten sangat diperlukan untuk mengantisipasi persaingan bisnis, terutama terhadap perubahan bisnis global, fluktuasi harga jual komoditas, perubahan nilai kurs dan rencana investasi pengambangan usaha baru. Hal ini terkait dengan “ Apakah kondisi perkembangan bisnis perusahaan sudah mengalami tingkat kejenuhan dengan hanya mengandalkan bisnis konvensional di sector hulu “. Upaya strategis perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing adalah melakukan pengembangan areal baru dan pengembangan industry hilir berbasis perkebunan yang terintegrasi dalam satu kawasan industry. Keberhasilan pembangunan kawasan industry dalam pengembangan industry hilir berbasis perkebunan sangat bergantung dari efektifitas hubungan kerjasama antara pemegang saham, manajemen, dunia usaha (Public-Private partnership), dan keterkaitan dengan mitra strategis. Untuk mengefektifkan kerjasama dan koordinasi tersebut diperlukan adanya peran serta dari masing-masing pemangku kepentingan untuk menangani secara professional dan berkesinambungan. Kata Kunci : Daya Saing Perusahaan dan Kebijakan Perusahaan; Industri Hilir; Industri Hulu; Kelapa Sawit, Strategi Perusahaan. PENDAHULUAN Berbagai jenis komoditas perkebunan diusahakan di Provinsi Sumatera Utara, antara lain karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, gambir, kemenyan, dan lain-lain. Salah satu komoditas perkebunan yang paling pesat perkembangannya baik dalam hal luas areal maupun produksi serta paling diminati oleh petani adalah kelapa sawit. Dilihat dari kaca mata ekonomi, komoditi kelapa sawit berorientasi ekspor dan bernilai tambah tinggi. Kelapa sawit

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

10

Perspekstif Kinerja Pengembangan Produksi Komoditi Kelapa Sawit di PTPN III

Sudarma Bakti Lessan , Rahmanta Ginting , Harso Kardhinata

Univeristas Medan Area, Indonesia

Abstrak

PT. Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero) Sumatera Utara, merupakan salah satu dari 14 BUMN Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama perseroan adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (kernel) serta produk karet. Perseroan memperioritaskan untuk meningkatkan agroindustri guna mendapatkan produk bernilai tambah dari hasil perkebunannya dan semua ini merupakan salah satu strategi perusahaan guna menuju privatisasi. Penelitian “Perspektif Kinerja Pengembangan Produksi Komoditi Kelapa Sawit di PTPN III” merupakan penelitian yang mendeskripsikan manajemen perusahaan dalam mengembangkan produksi komoditi kelapa sawit di PTPN III, Mengkaji perspektif pengembangan komoditi kelapa sawit di PTPN III serta mengetahui hambatan-hambatan pengembangan produksi komoditi kelapa sawit di PTPN III. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan Kinerja yang prima di Unit Produksi maka Keunggulan Kinerja yang saat ini telah dicapai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) khususnya di kebun dan pabrik dapat dipertahankan dan berkelanjutan sehingga tetap berkontribusi secara maksimal terhadap kekuatan Daya Saing Perusahaan. Kebijakan yang tepat, cepat dan konsisten sangat diperlukan untuk mengantisipasi persaingan bisnis, terutama terhadap perubahan bisnis global, fluktuasi harga jual komoditas, perubahan nilai kurs dan rencana investasi pengambangan usaha baru. Hal ini terkait dengan “ Apakah kondisi perkembangan bisnis perusahaan sudah mengalami tingkat kejenuhan dengan hanya mengandalkan bisnis konvensional di sector hulu “. Upaya strategis perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing adalah melakukan pengembangan areal baru dan pengembangan industry hilir berbasis perkebunan yang terintegrasi dalam satu kawasan industry. Keberhasilan pembangunan kawasan industry dalam pengembangan industry hilir berbasis perkebunan sangat bergantung dari efektifitas hubungan kerjasama antara pemegang saham, manajemen, dunia usaha (Public-Private partnership), dan keterkaitan dengan mitra strategis. Untuk mengefektifkan kerjasama dan koordinasi tersebut diperlukan adanya peran serta dari masing-masing pemangku kepentingan untuk menangani secara professional dan berkesinambungan.

Kata Kunci : Daya Saing Perusahaan dan Kebijakan Perusahaan; Industri Hilir; Industri Hulu; Kelapa

Sawit, Strategi Perusahaan.

PENDAHULUAN

Berbagai jenis komoditas

perkebunan diusahakan di Provinsi

Sumatera Utara, antara lain karet,

kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao,

gambir, kemenyan, dan lain-lain.

Salah satu komoditas perkebunan

yang paling pesat perkembangannya

baik dalam hal luas areal maupun

produksi serta paling diminati oleh

petani adalah kelapa sawit. Dilihat

dari kaca mata ekonomi, komoditi

kelapa sawit berorientasi ekspor dan

bernilai tambah tinggi. Kelapa sawit

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

11

telah berhasil mengangkat Indonesia

menjadi negara pengekspor CPO

kedua terbesar setelah Malaysia.

Beberapa Negara menjadi ujuan

ekspor utama CPO Indonesia, dimana

ekspor CPO dan minyak sawit lainnya

yang terbesar saat ini adalah

Netherland, India, Cina, Pakistan dan

lainnya.

Permintaan pasar akan

produk industri hilir kelapa sawit

seperti minyak goreng, saat ini

semakin mengalami peningkatan,

baik dipasar lokal, regional, maupun

internasional seiring dengan

pertambahan penduduk serta

kebutuhan pokok pemenuhan minyak

nabati yang berasal dari kelapa sawit.

Peningkatan perkembangan

perkebunan kelapa sawit di Sumatera

Utara tidak terlepas dari upaya

pemerintah yang menempatkan

kelapa sawit sebagai salah satu

komoditas unggulan yang dipacu

pertumbuhannya. Berbagai kegiatan

proyek pembangunan, baik dari

anggaran pembangunan dan belanja

daerah, anggaran pembangunan dan

belanja nasional maupun bantuan

luar negeri diarahkan untuk

pengembangan komoditas tersebut.

Bentuk pengusahaan perkebunan

kelapa sawit di Sumatera Utara

terdiri dari perkebunan rakyat,

perkebunan besar negara dan

perkebunan besar swasta nasional

serta asing.

PTP Nusantara III adalah

sebuah perusahaan agribisnis yang

bergerak di bidang produksi barang

mentah dan barang setengah jadi.

Bisnis pokok PT. Perkebunan

Nusantara III meliputi perkebunan

kelapa sawit dan karet disertai

pabrik pengolahannya. Luasan areal

perkebunan pada RKAP tahun 2009

adalah 160 203,04 ha, yang terdiri

dari 37 816,50 ha komoditi karet dan

105 545,27 ha komoditi kelapa sawit.

Pada tahun 2008, produksi tandan

buah segar kelapa sawit mencapai

1.516.796,20 ton dan produksi karet

kering mencapai 39.781,76 ton

dengan tingkat produktivitas masing-

masing 22.366 kg/ha/tahun dan

1.645 kg karet kering /ha/tahun. PTP

Nusantara III merupakan pelaku

bisnis yang besar dan memiliki

pengaruh luas sebagai produsen

bahan baku bagi industri hilir produk

kelapa sawit dan karet. Sebagai

wujud tanggung jawab sosial

perusahaan yang merupakan salah

satu bentuk implementasi prinsip-

prinsip Good Corporate Governance

(GCG), PTP Nusantara III juga

mengembangkan program yang

bersifat sosial guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di

lingkungan sekitar kebun. Program

ini mencakup Program Kemitraan

dan Bina Lingkungan, Program sosial

lainnya, Kebijakan Lingkungan,

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3).

PT. Perkebunan Nusantara III

disingkat PTPN III (Persero)

Sumatera Utara, merupakan salah

satu dari 14 BUMN Perkebunan yang

bergerak dalam bidang usaha

perkebunan, pengolahan dan

pemasaran hasil perkebunan.

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

12

Kegiatan usaha perseroan mencakup

usaha budidaya dan pengolahan

tanaman kelapa sawit dan karet.

Produk utama perseroan adalah

minyak kelapa sawit (CPO) dan inti

sawit (kernel) serta produk karet.

Untuk meningkatkan kinerja

perusahaan, PTPN III secara terus

menerus melakukan upaya untuk

meningkatkan performan agribisnis

kelapa sawit melalui perbaikan

tanaman belum menghasilkan sampai

tanaman menghasilkan.

Pengembangan komoditi kelapa sawit

masih dihadapkan pada berbagai

permasalahan mulai pada tingkat

subsisitem hulu sampai ke tingkat

subsisitem hilir. Oleh karena itu

untuk membangun sistem agribisnis

yang efisien, efektif, berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan

diperlukan kajian secara mendalam

terhadap seluruh subsistem

agribisnis kelapa sawit.

Kelapa sawit sebagai salah satu

komoditas andalan perkebunan, di

dalam pengembangannya, dituntut

untuk dapat memberikan kontribusi

hasil yang optimal baik terhadap

kesejahteraan masyarakat maupun

terhadap keberlanjutan usahanya.

Hal ini akan dapat dicapai jika semua

sub-sistem agribisnis (industri hulu,

usaha tani/on farm, industri hilir/off-

farm maupun penunjang) tidak

dilakukan secara parsial akan tetapi

dilakukan secara holistik untuk

seluruh pelaku usaha, sehingga

efisiensi usaha, daya saing dan nilai

tambah yang diperoleh dapat dicapai

secara optimal.

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan manajemen

perusahaan dalam

mengembangkan produksi

komoditi kelapa sawit di PTPN

III..

2. Mengkaji perspektif

pengembangan komoditi kelapa

sawit di PTPN III.

3. Apa saja hambatan-hambatan

pengembangan produksi

komoditi kelapa sawit di PTPN

III.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi kegiatan penelitian

adalah di Medan, Sumatera Utara.

Kegiatan penelitian dilaksanakan

selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai

bulan Juli 2011 sampai dengan bulan

September 2011.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan

merupakan data primer dan data

sekunder (cross section) diperoleh

dari berbagai sumber dan berbagai

informasi yang terkait dengan

agribisnis komoditi kelapa sawit di

PTPN III. Pelaksanaan pengumpulan

data dibagi menjadi tiga tahapan,

yaitu : kegiatan pengumpulan data,

kegiatan verifikasi data dan kegiatan

analisis data.

Metode Analisa Data

Data-data diperoleh mulai

kurun waktu tahun 1995 sampai

2011 dengan beberapa asumsi yang

telah ditetapkan. Semua asumsi

dimasukkan sebagai input awal yang

diperoleh dari data-data tersebut.

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

13

Data primer yang diperoleh dianalisis

secara deskriptif dengan membuat

tabulasi dan rekapitulasi terhadap

data-data yang diperoleh.

Inventarisasi program

kegiatan pengembangan, kebijakan

dan program-program yang

mendukung pengembangan

agribisnis komoditi kelapa sawit di

PTPN III juga dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perspektif Kinerja

Pengembangan Komoditi Kelapa

Sawit di PTPN III

Permintaan pasar akan produk

industri hilir kelapa sawit seperti

minyak goreng, saat ini semakin

mengalami peningkatan, baik dipasar

lokal, regional, maupun internasional

seiring dengan pertambahan

penduduk serta kebutuhan pokok

pemenuhan minyak nabati yang

berasal dari kelapa sawit.

Berdasarkan hal ini maka PTPN III

secara terus menerus meningkatkan

kinerja perusahaan melalui berbagai

hal seperti perluasan areal tanam,

peremajaan tanaman, rehabilitas

pabrik dan sarana produksi. Hal ini

telah memberi dampak pada

peningkatan produktivitas kelapa

sawit pada PTPN III. Produktivitas

tanaman menjadi faktor penting

dalam tiap usaha peningkatan

keuntungan. Secara lengkap data

tersebut ada pada Tabel 3 dibawah

ini.

Tabel 1. Kinerja Produksi Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 1996 s/d Tahun 2011 No Tahu

n

Produksi

Sawit

Ton/Thn

Luas

Lahan TM

( Hektar)

Produktivitas

Sawit TBS

Ton/Ha)

1 1996 1.124.057,72 78.277,00 14,36

2 1997 1.545.486,48 80.746,42 19,14

3 1998 1.263.059,00 80.561,1 15,68

4 1999 1.224.815,70 78.463,53 15,61

5 2000 1.371.877,69 77.859,12 17,62

6 2001 1.371.023,12 79.989,68 17,14

7 2002 1.360.181,07 81.011,38 16,79

8 2003 1.451.369,45 80.408,28 18,05

9 2004 1.546.235,22 76.812,48 20,13

10 2005 1.463.235,90 72.330,00 20,23

11 2006 1.441.909,22 68.336,93 21,10

12 2007 1.422.771,40 70.364,56 20,22

13 2008 1.517.030,05 67.815,38 22,37

14 2009 1.630.038,95 71.587,13 22,77

15 2010 1.695.586,98 74.992,79 22,61

16 2011 1.699.280,94 73.881,78 23,00

Sumber : Data Produksi PTPN 3 (diolah)

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

14

Untuk meningkatkan kinerja

perusahaan, PTPN III secara terus

menerus melakukan upaya untuk

meningkatkan performan agribisnis

kelapa sawit melalui perbaikan

tanaman belum menghasilkan (TBM)

sampai tanaman menghasilkan (TM).

Hasil dari perbaikan TM, TBM dan

bibit unggulan maka kinerja produksi

kelapa sawit meningkat. Secara

lengkap bisa terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Kinerja Produksi Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 1996 s/d Tahun 2011. Sumber : Data Produksi PTPN 3 (diolah)

a. Peremajaan Tanaman

Rencana peremajaan komoditi

tersebut dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 2. Rencana Peremajaan Kelapa Sawit 2012 - 2016

TU TK Opland (Ha)

2012 5646,63 47,40 0 5694,03

2013 805,40 0 0 805,40

2014 618,72 0 0 618,72

2015 695,00 0 0 695,00

2016 3437,88 0 0 3437,88

Kelapa SawitTahunJumlah

Luas Peremajaan (Ha)

Sumber : Data PTPN 3

b. Rehabilitasi Pabrik

Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Beberapa peralatan yang telah

menggunakan teknologi terkini

diantaranya:

1. Boiler dengan penggunaan

vibrating grate untuk peningkatan

effisiensi kerja dan peningkatan

kapasitas Uap dari 20 ton

Uap/jam menjadi 25 ton Uap/jam.

2. Penggantian turbin sebagai

pembangkit daya listrik di PKS

denga turbin yang mempunyai

daya lebih besar. Hal ini dilakukan

sejalan dengan penggunaan boiler

yang lebih besar sekaligus untuk

pemenuhan kebutuhan energy di

PKS yang semakin besar seiring

dengan pengembangan peralatan.

3. Penggunaan PLC (Programmable

Logic Control) pada stasiun kerja

Boiler, Back Pressure Vessel (BPV)

dan Sterilizer (Perebusan) untuk

pengatur uap dan siklus

perebusan.

4. Perbaikan pada disain lori

rebusan untuk peningkatan usia

pemakaian dan mengurangi biaya

perawatan rutin.

5. Penggunaan Vertical Clarifier

Tank yang dilengkapi dengan

Balance Tank dan system

pemanasan yang lebih baik

Tahun

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

15

sehingga under flow menjadi

rendah.

6. Penggunaan Vertical Sterilizer

pada PKS Hapesong. Hal ini

bertujuan untuk peningkatan

efektifitas kerja tanpa

penggunaan lori rebusan serta

mengurangi tenaga kerja.

7. Penggunaan Separator pada

stasiun Klarifikasi baik High

Speed Separator maupun Low

Speed Separator yang bertujuan

untuk peningkatan effisiensi

pengutipan minyak.

8. Aplikasi Splitter untuk

pembelahan buah sebelum

perebusan di PKS Sei Silau.

9. Shredder Press untuk pencacah

tankos guna perolehan minyak

dan sumber bahan bakar.

10. Penggunaan Indexer sebagai

substitusi Bollard dan Capstand

pada PKS Sei Mangke.

11. Teknologi pengolahan air dengan

menggunakan Water Tube System

di PKS Sei Mangke.

Kapasitas olah PKS juga

mengalami trend peningkatan dari

tahun ke tahun seperti terlihat pada

tabel berikut :

Tabel 3. Pencapaian Kapasitas Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit Thn 2005 s/d 2011

s/d AGST.

2011

PSMTI 50 47.44 46.51 39.31 44.66 41.91 40.26 43.41

PSDAN 50 33.99 38.18 46.09 38.07 43.06 47.79 50.30

PTORA 50 48.27 41.13 37.24 28.19 39.65 38.25 37.65

PSBAR 30 28.46 28.43 29.37 29.24 29.38 29.95 30.94

PPARO 30 23.77 25.50 27.21 28.63 28.89 28.11 29.88

PATOR 50 46.18 48.05 49.67 46.74 42.83 44.36 49.84

PSSUT 30 22.20 25.93 27.83 27.05 28.35 29.12 31.85

PANAS 50 37.53 36.41 39.55 37.63 46.49 44.74 46.66

PSSIL 50 40.67 43.88 47.57 42.79 42.61 54.98 55.83

PSMKI 75 30.12 30.10 30.16 30.06 31.38 31.92 51.50

PRBTN 30 31.34 31.52 32.51 31.28 30.81 31.23 30.30

J L H 495 389.97 395.64 406.51 384.34 405.36 420.71 458.16

TAHUN

RKAPPKS

KAPASITAS PABRIK

92.5693.4990.0885.41

2005

% REAL THD

RKAP 90.3487.92

20102009200820072006

86.66

Sumber : Data PTPN 3

Tabel 4. Produksi TBS di Olah di Pabrik Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit Tahun 2005 s/d 2011

s/d AGST.

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

PSMTI 203.388 206.938 161.782 157.218 180.780 196.083 143.069

PSDAN 208.810 237.258 214.034 195.006 220.664 244.498 175.574

PTORA 241.056 197.875 156.083 144.384 178.581 190.580 141.204

PSBAR 151.120 135.402 152.327 140.360 150.530 153.653 110.085

PPARO 129.846 136.304 135.842 108.320 129.342 137.832 90.245

PATOR 163.388 187.368 202.933 211.930 206.199 223.348 166.728

PSSUT 107.469 131.086 142.320 167.397 174.319 187.986 137.700

PANAS 186.330 188.702 209.782 232.653 261.971 263.202 184.214

PSSIL 221.505 234.825 263.687 270.235 295.895 367.894 240.008

PSMKI 110.269 133.833 141.583 168.282 209.987 208.269 195.702

PRBTN 170.277 196.353 207.584 210.429 201.553 208.718 126.313

J L H 1.893.458 1.985.944 1.987.957 2.006.214 2.209.821 2.382.063 1.710.842

TAHUN

PRODUKSI di OLAH

P K S

Sumber : Data PTPN 3

Prinsip-prinsip peningkatan

manajemen produksi untuk

meningkatkan produktivitas pada

PTPN III yang dilakukan dalam

bentuk sebagai berikut :

1. Memperpendek masa Non

Produktif

2. Mempercepat Pencapaian Puncak

Produksi

3. Memperpanjang Masa Produksi

Puncak

4. Meningkatkan Tingkat Produksi

Puncak

5. Memperkecil Laju Penurunan

Produksi pada Tanaman Tua

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

16

6. Memperpanjang Masa Produktif

Sementara itu strategi dan

komitmen untuk mencapai

produktivitas tinggi berkelanjutan

dilakukan dengan berbagai cara oleh

PTPN III diantaranya :

1. Gap antara Potensi Produksi

secara Genetik (Genetic Yield

Potential/GYP) dengan realisasi

(Site Yield Potensial/SYP) dapat

diperkecil atau bila

memungkinkan dapat

dihilangkan.

2. Manajemen Produksi Jangka

Panjang diperhitungkan secara

cermat sehingga produksi dapat

dipertahankan dalam keadaan

optimum setiap tahunnya

(mengacu pada RJP 2009-2013).

Berdasarkan hal tersebut

maka PTP Nusantara III memiliki

delapan kekuatan yang ada di

perseroan bidang produksi yaitu :

1. Memiliki lahan dengan jenis dan

kesuburan tanah yang

mendukung terhadap

produktivitas tanaman.

2. Komposisi areal tanaman muda

dan remaja lebih luas dari

tanaman tua sehingga

produktivitas dapat terus

meningkat.

3. Luasan areal tanaman cukup

besar untuk mendukung

pengembangan usaha perseroan.

4. Penanaman klon/varietas unggul

yang memiliki produktivitas

tinggi serta sifat sekunder yang

baik telah dan sedang

dilaksanakan.

5. Fasilitas pengolahan hasil

produksi komoditi perseroan

memadai.

6. Kemampuan untuk memenuhi

permintaan pasar khususnya

komoditi karet dan kelapa sawit

dari segi kuantitas maupun

kualitas.

7. Lokasi untit produksi dekat

dengan jalur utama

perekonomian dan pelabuhan.

8. Memiliki fasilitas industri hilir

karet untuk menghasilkan

produk yang mempunyai nilai

tambah.

2. Arah dan Strategi

Pengembangan Kelapa

Sawit di PTPN III

Berdasarkan hal tersebut di

atas, maka perusahaan perlu

melakukan focus usaha melalui

prioritas-prioritas : Intensifikasi,

Pengembangan Industri Hilir dan

Trading. Hal ini akan menjadi

prioritas kebijakan perusahaan dalam

jangka panjang. Diyakini bahwa

peluang nilai tambah dan

peningkatan keuntungan perusahaan

akan diperoleh melalui

pengembangan industry hilir yang

didukung secara kuat oleh industry

hulu dan trading di dalam penyediaan

bahan baku yang lebih terjamin dan

perdagangan produk-produk primer

maupun turunan. Dengan demikian,

PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) bukan hanya sekedar

menjadi perusahaan yang

berorientasi kepada komoditas

primer saja, melainkan juga

berorientasi kepada produk turunan

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

17

yang dihasilkan oleh industry hilir

yang terintegrasi dengan industry

hulunya.

A. Intensifikasi

Mengingat upaya

pengembangan areal ke luar propinsi

masih mengalami berbagai kendala

teknis dan non teknis yang dihadapi,

maka perusahaan perlu melakukan

strategi dan skala prioritas kebijakan

untuk melakukan intensifikasi

melalui optimalisasi lahan milik

sendiri. Hal ini merupakan salah satu

upaya strstegis di dalam

meningkatkan produktivitas kelapa

sawit. Tentu saja hal tersebut perlu

diikuti dengan menjaga konsistensi

tingkat kesuburan tanah dalam

jangka panjang. Salah satu alternative

terbaik, yaitu dengan memanfaatkan

penggunaan pupuk organic untuk

mensubstitusi sebagian pupuk kimia

yang selama ini digunakan.

Disamping itu, pemilihan dan

penggunaan varietas unggul yang

memiliki tingkat produktivitas tinggi

dan sifat skunder yang baik

merupakan persyaratan utama yang

harus dipenuhi di dalam budidaya

perkebunan kelapa sawit.

Letak areal perkebunan

perusahaan yang berada di Propinsi

Sumatera Utara menjadi kekuatan

perusahaan karena keadaan alam

yang mendukung untuk

menghasilkan komoditas perkebunan

dengan tingkat produktivitas yang

tinggi. Menurut Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS), sebagian besar

lahan perkebunan perusahaan

dikelompokkan sebagai lahan dengan

produktivitas kelas II dan kelas III.

Perusahaan memiliki sumber daya

manusia terlatih, terampil dan

berpengalaman dalam usaha

perkebunan ( faktor yang sangat

penting dalam bisnis perkebunan ),

sehingga dapat menerapkan Praktek

Manajemen Terbaik ( Best

Management Practice ). Dengan

kekuatan ini produktivitas dan

efisiensi perusahaan masih dapat

terus ditingkatkan.

B. Pengembangan Industri Hilir

Untuk mendapatkan nilai

tambah melalui diversifikasi produk

turunan berbasis perkebunan, maka

perusahaan perlu melakukan strategi

focus dan skala prioritas kebijakan

untuk melakukan pengembangan

usaha kea rah Industri Hilir. Secara

konsisten perusahan sedang

berupaya untuk meningkatkan

kinerja dan melanggengkan bisnisnya

melalui pembangunan dan

pengembangan industry hilir yang

terintregasi dalam satu kawasan

industry yang berlokasi di Sei

Mangkei.

Produk turunan industry hilir

memiliki nilai jual dan tingkat harga

dengan fleksibilitas yang tinggi,

mampu mengurangi risiko fluktuasi

harga jual, dan mencegah penurunan

nilai tukar, serta antisipasi terhadap

kejenuhan pasar komoditas primer

perkebunan dimasa mendatang.

Pengembangan agroindustry

perkebunan kea rah hilir secara

umum memiliki beberapa keunggulan

karena efek penggandaan (multiplier)

yang relative besar, efek

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

18

distribusinya yang relative baik,

komponen impor yang kecil,

bertumbu pada sumber daya yang

dapat diperbaharui, pemicu

pertumbuhan daerah baru, dan

mamperkuat struktur ekspor melalui

pola diversifikasi

Statergi focus yang tidak kalah

penting terkait dengan peningkatan

kinerja perusahaan melalui

intensifikasi adalah proses

pengolahan yang dilakukan terhadap

bahan baku seperti TBS dan Inti

Sawit, dengan memprioritaskan

rendemen minyak dan mutu produk.

Proses pengolahan yang didukung

dengan instalasi pabrik yang sehat,

terkontrol, terukur dan didukung

oleh kompetensi SDM yang memadai,

maka sangat dimungkinkan

disamping dapat meningkatkan

efisiensi pengolahan juga akan

diperoleh hasil dengan meningkatnya

rendemen CPO maupun Inti Sawit

serta mutu/kualitas tetap terjaga

(FFA, Kadar Air dan kadar kotoran

sesuai dengan standar baku mutu).

C. Trading

Untuk memperkuat

terintegrasinya industry hilir dengan

industry hulu, maka perusahaan

dalam jangka panjang perlu

melakukan strategi focus dan skala

prioritas kebijakan untuk melakukan

trading. Kegiatan trading tersebut

akan meliputi antara lain :

1. Perdagangan bahan baku TBS

untuk pemenuhan kapasitas

efektif PKS, yang berasal dari

petani plasma, perkebunan rakyat

dan perkebunan swasta yang

tidak memiliki pabrik (pihak

ketiga). Hal ini dilakukan

mengingat selama lima tahun ke

depan produksi TBS yang berasal

dari kebun sendiri belum mampu

memenuhi kapasitas efektif PKS

tersebut.

2. Perdagangan bahan baku Inti

Sawit (kernel) dari pihak ketiga,

sebagai bahan baku untuk

pemenuhan kapasitas olah

industry hilir PKO.

3. Perdagangan bahan baku lainnya,

untuk pemenuhan kekurangan

CPO, PKO, dan Fatty Acid, yang

akan digunakan untuk

pemenuhan suplai bahan baku

bagi industry biodiesel, surfactant

dan industry oleokimia.

4. Perdagangan bahan-bahan

setengah jadi seperti CPO, PKO

serta produk-produk dari

industry hilir.

Kegiatan trading ini akan

memberikan manfaat yang besar bagi

perusahaan karena disamping

memberikan “marketing margin” ,

juga memberikan kontribusi rantai

nilai (value chain) bagi keuntungan

perusahaan.

3. Kendala/Hambatan Yang

Dihadapi PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero).

Dalam pelaksanaannya, sangat

banyak risiko yang dapat

menghambat/menggagalkan proses

pengembangan pengembangan

komoditi kelapa sawit di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero).

Hal ini disebabkan karena banyak

peristiwa (events) atau keadaan yang

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

19

dapat mempengaruhi pencapaian

tujuan organisasi. Keadaan ekonomi

yang tidak stabil secara langsung

mempengaruhi kehidupan

masyarakat disekitar lokasi

perkebunan dan telah meningkatkan

kerawanan sosial seperti pencurian

produksi, penjarahan areal

perkebunan, demonstrasi dan

gangguan stabilitas keamanan. Hal ini

tentunya akan mengganggu

kelancaran kegiatan produksi dan

produktivitas lahan perkebunan.

Hambatan-hambatan

pengembangan produksi komodi

kelapa sawit di PTPN III sebagai

kelamahan yang dimiliki Perseroan di

bidang produksi antara lain :

1. Program penunasan areal

tanaman tua dan madya tidak

dapat diselesaikan sesuai dengan

rencana.

2. Kekurangan tenaga pemanen.

3. Penataan drainase pada beberapa

kebun belum sempurna.

4. Pelaksanaan pemupukan tidak

sesuai dengan rekomendasi

pemupukan.

5. Kehilangan produksi akibat

pencurian.

6. Kondisi jalan yang masih sulit

dilalui oleh truk pengangkut TBS.

7. Komposisi umur tanaman yang

ada belum ideal.

4. Upaya Pemecahan Masalah

Yang Dihadapi PT.

Perkebunan Nusantara III

(Persero).

Seiring dengan berjalannya

waktu, PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) terus berbenah malakukan

perbaikan-perbaikan untuk menjadi

perusahan dengan tata kelola terbaik.

Adanya peningkatan produktivitas

baik minyak sawit maupun inti sawit

dari tahun ke tahun disebabkan oleh

beberapa hal sebagai berikut :

1. Tingkat kehilangan produksi

akibat pencurian relatif terkendali

2. Tenaga pemanen dan prasarana

pendukung cukup tersedia

3. Kerugian akibat hujan relatif

menurun intensitasnya

4. Pemupukan tanaman masih

sesuai dengan program dan

norma yang telah direncanakan.

Upaya-upaya yang telah

dilakukan perusahaan untuk

meningkatkan produktivitas tersebut

antara lain :

1. Meningkatkan pengamanan areal

dan produksi

2. Melakukan rehabilitasi sarana

jalan dan sarana produksi lainnya

3. Opt

4. imalisasi potensi produksi, Panen,

Angkut dan Olah (PAO)

Selain upaya-upaya tersebut di

atas, untuk mengatasi hambatan-

hambatan yang menjadi kendala serta

kelemahan di bidang produksi

tersebut, upaya lain yang berkaitan

langsung dengan kegiatan teknis di

lapangan untuk semakin

mengoptimalkan potensi yang

dimiliki oleh perusahaan sehingga

produktivitas tanaman kelapa sawit

mengalami

pertumbuhan/peningkatan, maka

perlu dilakukan upaya-upaya sebagai

berikut :

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

ii

1. Menyelesaikan penunasan secara

bertahap dan konsisten sesuai

rencana.

2. Menambah tenaga pemanen.

3. Menerapkan sistem panen beregu

dalam upaya meningkatkan

produktivitas.

4. Memperbaiki sistem drainase dan

kemudahan panen.

5. Memperbaiki sistem pengadaan

pupuk dan distribusi pupuk ke

lapangan.

6. Meningkatkan pengamanan areal

kebun. Melakukan perbaikan jalan

dan jembatan untuk mendukung

kelancaran transportasi buah.

7. Rasionalisasi komposisi umur

tanaman sesuai rencana

replanting /tahun.

Dalam mendapatkan nilai

tambah dari proses industri secara

menyeluruh, tidak dapat dipungkiri

bahwa pengembangan usaha melalui

ekstensifikasi arel perkebunan dan

pengembangan industri hilir yang

terintegrasi dalam satu kawasan

industri perlu menjadi prioritas

utama kebijakan manajemen

dalam jangka pendek, jangka

menengah dan jangka panjang.

Perusahaan tidak dapat selamanya

hanya menjadi pengekspor bahan

baku komoditas primer (CPO, Inti

Sawit dan Karet) karena

perkembangan bisnis di sektor

industri hulu perkebunan diyakini

akan mengalami ambang batas yang

menjenuhkan.

Untuk menjawab peluang dan

sekaligus tantangan tersebut diatas,

perusahaan sedang melakukan

upaya-upaya strategis melalui

ekspansi pengembangan areal

perkebunan dan pembangunan

Kawasan Industri Nusantara seperti

di Sei Mangke, yang diikuti dengan

pengembangan industri hilir berbasis

kelapa sawit. Dalam jangka pendek

perusahaan akan membangun

industri hilir, seperti Pembangkit

Listrik Tenaga Biomasa Sawit

(PLTBS) dan Pabrik Palm Kernel Oil

(PKO Mill). Sedangkan dalam jangka

panjang perusahaan akan memasuki

pengembangan industri hilir pada

skala yang lebih luas, antara alin

pembangunan industri biodiesel,

industri oleokimia, industri ban

sepeda motor dan industri

automotive rubber part.

Dalam upaya meningkatkan

kinerja usaha dan daya saing, PTPN

III sedang melakukan pengembangan

usaha / diversifikasi produk melalui

pembangunan dan pengembangan

industri hilir kelapa sawit, yang

terintregrasi dalam satu kawasan

industri. Hal ini diyakini merupakan

alternatif pilihan strategis yang

relevan dalam jangka pendek,

menengah dan panjang. Langkah

strategis bisnis tersebut merupakan

upaya PTPN III didalam

melanggengkan bisnis berbasis

perkebunan sekaligus untuk

merespon setiap perubahan berbisnis

atas tuntutan konsumen atau pasar

dan ancaman dari industri sejenis

serta dari industri yang menghasilkan

produk substitusi.

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

21

2008-

2009-

2010

2010-

2011

2011-

2012

2011-

2013

Pembangunan: PKS (45

Ton/jam) PKO (400

Ton/hari) PLTBS (6-8

Pembangunan Infrastruktur Kawasan Industri Sei

Mangkei (KISM) Tahap I

Pembangunan: Biodiesel Tahap I (100 rb

Ton/th) Penjumputan -

Carotene (150 Kg/th)

Surfactant Fatty Alcohol Refinery I

Pembangunan : Biodiesel Tahap II

(100 rb Ton/th) Biogas (6 juta

m3-2.8 MW) Refinery II

Pembangunan Industri

Biodiesel Tahap III (100

rb Ton/th) 6 Unggulan

Pengembangan Industri

Hilir Berbasis

Proses pembangunan: Aliansi strategis dengan

pihak ketiga, Konsorsium dengan mitra

strategis, Sinergi dengan sesame

PTPN, atau

Kawasan

Industri Hilir Sawit

Yang

Terintegrasi

PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS SAWIT (SHORT TERMS)

Sejalan dengan perkembangan

dan dinamika bisnis berbasis

perkebunan, PTPN III sedang

melaksanakan langkah-langkah

kongkrit untuk melanggengkan

kegiatan bisnisnya, antara lain :

Penguatan sektor industri hulu

antara lain :

a. Meningkatkan efisiensi secara

berkelanjutan

b. Modernisasi teknologi

c. Meminimalisasi dan pemanfaatan

limbah

d. Peningkatan kemampuan SDM

berdasarkan kompetensi secara

optimal

Berikut ini adalah skema

pengembangan komoditi kelapa sawit

pada PTPN III dengan jangka waktu

pendek, jangka waktu menengah dan

jangka waktu panjang.

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

21

5 Unggulan Pengembangan Industri Hilir

Kawasan Industri Hilir Sawit

Yang Terintegrasi

Pembangunan : Ind Oleokimia Tahap III (100 rb

PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS SAWIT (MEDIUM TERMS)

5 Unggulan Pengembangan

Kawasan Industri Pembangunan :

PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS SAWIT (MEDIUM TERMS)

2014

-

2015

-

2016

-

2017

-

2018

-

Pembangunan : Ind

Surfaktan (50 rb

Pembangunan Infrastruktur Kawasan

Industri Sei Mangkei (KISM) Tahap II

Pembangunan: Ind Oleokimia

Tahap I (100 rb ton/th) Ind Surfaktan (50 rb

ton/th)

Pembangunan: Ind Oleokimia

Tahap II (100 rb

ton/th)

5

Unggulan

Pengemban

gan Industri

Proses pembangunan: Aliansi strategis

dengan pihak ketiga, Konsorsium dengan

mitra strategis, Sinergi dengan

sesame PTPN, atau

Kawasan

Industri Hilir

Sawit Yang

Pembang

unan :

Pab

Pembangunan : Ind Oleokimia

Tahap III (100 rb ton/th)

PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS SAWIT (MEDIUM TERMS)

Gambar 3. Skema Pengembangan Usaha Berbasis Sawit (Short Terms).

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

22

2020-

2021

2021-

2022

2022-

2023

2023-

2024

2024-

2025

Pembangunan Infrastruktur Kawasan Industri

Sei Mangkei (KISM) Tahap III

2

Unggulan

Pengembang

an

Proses pembangunan: Aliansi strategis

dengan pihak ketiga, Konsorsium dengan

mitra strategis, Sinergi dengan

Kawasan

Industri Hilir

Sawit Pembangunan :

Industri Kertas berbasis TKS

Pembangunan : Industri

MDF berbasis batang sawit

Pembangunan : Industri Kertas

berbasis TKS

Pembangunan : Industri

Kertas berbasis TKS Tahap I

PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS SAWIT (LONG TERMS)

Gambar 4. Skema Pengembangan Usaha Berbasis Sawit (Medium Terms).

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

23

Gambar 5. Skema Pengembangan Usaha Berbasis Sawit (Long Terms).

KESIMPULAN

Dengan Kinerja yang prima di Unit

Produksi maka Keunggulan Kinerja

yang saat ini telah dicapai PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero)

khususnya di kebun dan pabrik dapat

dipertahankan dan berkelanjutan

sehingga tetap berkontribusi secara

maksimal terhadap kekuatan Daya

Saing Perusahaan. Selanjutnya

manajemen yang akan datang adalah

menjaga keberlangsungan

pertumbuhan perusahaan dan

memacu percepatan pertumbuhan

dengan membangun strategi dan

kebijakan yang mampu

mengakselerasi kinerja yang sedang

dan akan berlangsung di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero).

Kebijakan yang tepat, cepat dan

konsisten sangat diperlukan untuk

mengantisipasi persaingan bisnis,

terutama terhadap perubahan bisnis

global, fluktuasi harga jual komoditas,

perubahan nilai kurs dan rencana

investasi pengambangan usaha baru.

Hal ini terkait dengan “ Apakah

kondisi perkembangan bisnis

perusahaan sudah mengalami tingkat

kejenuhan dengan hanya

mengandalkan bisnis konvensional di

sector hulu “. Upaya strategis

perusahaan dalam rangka

meningkatkan produktivitas, nilai

tambah dan daya saing adalah

melakukan pengembangan areal baru

dan pengembangan industry hilir

berbasis perkebunan yang

terintegrasi dalam satu kawasan

industry.

Keberhasilan pembangunan kawasan

industry dalam pengembangan

industry hilir berbasis perkebunan

sangat bergantung dari efektifitas

hubungan kerjasama antara

pemegang saham, manajemen, dunia

usaha (Public-Private partnership),

dan keterkaitan dengan mitra

strategis. Untuk mengefektifkan

kerjasama dan koordinasi tersebut

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

ii

diperlukan adanya peran serta dari

masing-masing pemangku

kepentingan untuk menangani secara

professional dan berkesinambungan.

Pengembangan industry hilir

berbasis perkebunan merupakan hal

yang penting dan harus menjadi

prioritas kebijakan dalam kerangka

strategi pengembangan industry

nasional. Hal ini juga merupakan

langkah lanjutan dari pengembangan

industry hulu, yang kini telah

memberikan hasil yang

menggembirakan dan merupakan

produk komoditas unggulan yang

memiliki daya saing yang tinggi.

Namun demikian strategi dan

kebijakan pengembangan industry

hilir berbasis perkebunan harus

dilakukan dengan tepat. Prinsip

pengembangannya harus

berdasarkan road map yang jelas dan

bukan atas pertimbangan sesaat serta

bersifat ad hoc. Disamping itu

kebijakan pengembangan industry

hilir harus dilakukan tanpa

mengorbankan industry hulunya.

Pada akhirnya, perusahaan sangat

memerlukan focus usaha melalui

prioritas-prioritas : Intensifikasi,

Pengembangan Industri Hilir, dan

Trading. Diyakini bahwa peluang nilai

Akan tambah dan peningkatan

keuntungan perusahaan diperoleh

melalui pengembangan industry hilir

yang didukung secara kuat oleh

industry hulu dan trading di dalam

penyediaan bahan baku yang lebih

terjamin dan perdagangan produk-

produk primer maupun turunan.

Dengan demikian, PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) bukan hanya

sekedar manjadi perusahaan yang

berorientasi kepada komoditas

primer saja, malainkan juga

berorientasi kepada produk turunan

yang dihasilkan oleh industry hilir

yang terintegrasi dengan hulunya.

Untuk mendapatkan nilai tambah

dari proses industri secara

menyeluruh, tidak dapat dipungkiri

bahwa pengembangan usaha melalui

ekstensifikasi areal perkebunan dan

pengembangan industri hilir yang

terintegrasi dalam satu kawasan

industri perlu menjadi prioritas

utama kebijakan manajemen dalam

jangka pendek, jangka menengah dan

jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011.

Statistik Kelapa Sawit Indonesia

(Indonesian Oil Palm Statistics).

Jakarta.

Badan Pusat Statistik Jakarta. 2007. Produk

Domestik Regional Bruto Propinsi-

Propinsi di Indonesia Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2001-

2005,.Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2005.

Prospek dan Arah Pengembangan

Agribisnis Kelapa Sawit. Departemen

Pertanian. Jakarta,

http://www.litbang.deptan.go.id/sp

ecial/komoditas/b4kelapaasawit

Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara.

2006. Statistik Perkebunan

Sumatera Utara Tahun 2005, Medan.

Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara.

2006. Rencana Strategis (Renstra)

Dinas Perkebunan Provinsi

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

26

Sumatera Utara Tahun 2006-2010,

Medan

Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara.

2007. Statistik Perkebunan

Sumatera Utara Tahun 2006, Medan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2003.

Rencana Makro Pengembamngan

Agribisnis Komoditi Kelapa Sawit.

Departemen Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2003. Profil

Komoditas Unggulan Perkebunan

Kelapa Sawit. Departemen

Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005.

Kebjakan Nasional Pengembangan

Kelapa Sawit Indonesia. Departemen

Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007.

Rencana Strategik Pembangunan

Perkebunan 2005-2009.

Departemen Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007.

Statistik Perkebunan Indonesia

2004-2006 Departemen Pertanian,

Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Road

Map Tanaman Kelapa Sawit.

Departemen Pertanian, Jakarta.

Gumbira Said, E. dan A.H. Intan. 2001.

Manajemen Agribisnis. PT. Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Gumbira Said, E.,Rahmayanti dan

MZ.Muttaqin. 2001. Manajemen

Teknologi Agribisnis. Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Saragih, B. 2000. Kebijakan Pertanian Untuk

Merealisasikanm Agribisnis Sebagai

Penggerak Utama Perekonomian

Negara. Makalah pada Diskusi Panel

Centre Policy for Agro Studies

Jakarta, Jakarta.

Saragih, B. 2001. Paradigma Baru

Pembangunan Ekonomi Berbasis

Pertanian. Kumpulan Pemikiran

Agribisnis. PT. Survayer Indonesia,

Jakarta.

Soepadyo dan Haryono. 2000. Manajemen

Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada

University Press. Yogyakarta.