persoalan politik dan bahayanya pada kesatuan dan persatuan

8
Persoalan Politik dan Bahayanya pada Kesatuan dan Persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 9 April 2014, rakyat Indonesia telah melewati suatu proses menuju Indonesia yang baru yaitu dengan adanya pemilihan umum atau yang kerap dikenal dengan nama PEMILU (Pemilihan Umum) untuk memilih para calon anggota legislatif yang akan mewakili aspirasi dan suara dari rakyat Indonesia baik di tingkat kabupaten, kota, provinsi, maupun di tingkat pusat. Kemudian 3 bulan setelah itu atau tepatnya pada tanggal 9 Juli 2014, rakyat Indonesia juga akan menentukan pemimpin untuk memimpin Indonesia selama 5 tahun ke depan melalui pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Tentu saja dalam proses pemilu tersebut bukan hanya menghasilkan nasib Indonesia 5 tahun mendatang, akan tetapi timbul masalah lain yaitu pengaruhnya terhadap kesatuan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara dengan beranekaragamnya kebudayaan, suku, bahasa, dan agama. Berdasarkan hal tersebut jugalah maka muncul semboyan Bhineka Tunggal Ika. Jika kita tinjau lebih dalam, tanpa adanya politik misalnya sebagai contoh pada proses pemilu, Indonesia sebenarnya rentan mengalami yang namanya potensi runtuhnya persatuan dan kesatuan yang dikarenakan kemajemukan rakyat di dalamnya. Maka jika ditambah dengan persoalan

Upload: nakkalong

Post on 24-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pemaparan materi mengenai persoalan politik dengan bahayanya jika politik tidak dilakukan dengan sehat terhadap kesatuan dan persatuan indonesia

TRANSCRIPT

Persoalan Politik dan Bahayanya pada Kesatuan dan Persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 9 April 2014, rakyat Indonesia telah melewati suatu proses menuju Indonesia yang baru yaitu dengan adanya pemilihan umum atau yang kerap dikenal dengan nama PEMILU (Pemilihan Umum) untuk memilih para calon anggota legislatif yang akan mewakili aspirasi dan suara dari rakyat Indonesia baik di tingkat kabupaten, kota, provinsi, maupun di tingkat pusat. Kemudian 3 bulan setelah itu atau tepatnya pada tanggal 9 Juli 2014, rakyat Indonesia juga akan menentukan pemimpin untuk memimpin Indonesia selama 5 tahun ke depan melalui pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Tentu saja dalam proses pemilu tersebut bukan hanya menghasilkan nasib Indonesia 5 tahun mendatang, akan tetapi timbul masalah lain yaitu pengaruhnya terhadap kesatuan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara dengan beranekaragamnya kebudayaan, suku, bahasa, dan agama. Berdasarkan hal tersebut jugalah maka muncul semboyan Bhineka Tunggal Ika. Jika kita tinjau lebih dalam, tanpa adanya politik misalnya sebagai contoh pada proses pemilu, Indonesia sebenarnya rentan mengalami yang namanya potensi runtuhnya persatuan dan kesatuan yang dikarenakan kemajemukan rakyat di dalamnya. Maka jika ditambah dengan persoalan politik yang kompleks, hal tersebut juga semakin menambah potensi runtuhnya persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Kemudian bahaya seperti apa yang dapat ditimbulkan dari persoalan politik khususnya pemilu dengan kesatuan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia? Tentu hal tersebut menjadi pertanyaan yang umum dijumpai ketika membahas hubungan antara politik dan kesatuan serta persatuan NKRI. Banyak hal yang dapat menggugurkan nilai kesatuan dan persatuan dari persoalan politik yang tengah bergulir, diantaranya: Timbulnya Konflik yang Diakibatkan Oleh Permasalahan SaraMemang tidak dapat dipungkiri bahwa negara kita merupakan negara yang memiliki keanekaragaman bahasa, suku, budaya, dan agama. Selain dapat menambah keanekaragaman kebuadayaan, hal tersebut juga dapat menjadi pemicu timbulnya konflik terlebih jika ada sangkut pautnya dengan politik dalam hal ini ketika pemilu dimana ada calon baik legislatif maupun calon presiden dan wakil presiden yang datang dari kaum minoritas. Timbulnya IntimidasiKetika pemilu akan dilaksanakan, tentu ada badan yang mengawasi jalannya pemilu yaitu Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu). Tentu setiap pelanggaran yang terjadi dalam berlangsungnya pemilu akan ditangani oleh Bawaslu seperti misalnya pada PERBAWASLU Nomor 4/2012 sebelum ditindaklanjuti oleh pihak Polisi, akan tetapi dalam kenyataannya masih banyak pelanggaran pemilu yang tidak tertangani karena masih adanya intimidasi yang dilancarkan pada Bawaslu atau pada masyarakat. Radikalisme PolitikTidak dapat dipungkiri bahwa memang dengan adanya pemilu 2014 tidak semata-mata untuk membentuk Indonesia 5 tahun mendatang tetapi masalah yang timbul dari pemilu ini yaitu adanya perpecahan bangsa. Maka dari itu untuk meredam hal tersebut diperlukan sebuah terobosan baru seperti yang penulis ambil dari theglobal-review mengenai Sidang Istimewa MPRS berdasarkan UUD 1945 yang merupakan kongresnya bangsa Indonesia atau musyawarah nasionalnya rakyat Indonesia, yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kongres tersebut beranggotakan dari setiap elemen baik suku, agama, bangsa, dan elemen-elemen lain yang ada di Indonesia.

Tentunya masih banyak lagi masalah-masalah yang timbul akibat persoalan politik di Indonesia, beberapa masalah di atas hanya contoh kecil dari kompleksnya masalah politik yang melanda negeri ini. Sekarang, bagaimana caranya untuk mengatasi permasalahan tersebut? Berikut beberapa cara yang dapat ditanamkan pada diri setiap masyarakat Indonesia guna menghindari permasalahan politik yang dapat menghancurkan kesatuan dan persatuan bangsa. Hindari GolputGolput merupakan fenomena yang kerap dijumpai ketika pemilu tiba, banyak masyarakat yan belum paham dan mengerti bahaya dari golput. Suara dari orang yang golput dapat dimanipulasi, maka dari itu mulailah menjadi bagian warga negara yang berperan dalam pemilu dengan tidak golput dan mencari informasi mengenai calon yang akan dipilih guna membangun Indonesia yang lebih baik.

Membangun Persatuan dan KesatuanDalam bermasyarakat tentu persatuan dan kesatuan amatlah penting di atas kemajemukan rakyatnya. Maka dari itu membangun rasa persatuan dan kesatuan sangat penting guna menciptakan lingkungan yang nyaman dan tidak ada dusta diantara setiap insan yang ada di masyarakat. Menjunjung Tinggi Nilai Pancasila dan UUD 1945Sebagai dasar dan sumber hukum bagi Indonesia, Pancasila dan UUD 1945 harus digemakan kembali pada diri setiap rakyat Indonesia sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat tertanam dalam diri rakyat Indonesia. Memiliki Rasa Saling Hormat MenghormatiRasa hormat menghormati merupakan rasa yang mendasar harus dimiliki setiap rakyat Indonesia guna membangun masyarakat yang harmonis di atas kemajemukan kebudayaan. Sebagai contoh sebentar lagi rakyat Indonesia akan menghadapi pemilu presiden dan wakil presiden dimana terdapat hanya 2 pasang capres dan cawapres, dengan rasa saling hormat menghormati diantara rakyat Indonesia maka hendaknya setiap orang menghormati pilihan orang lain dan menghindari yang namanya intimidasi serta menjelekkan atau menyudutkan salah satu calon.

Landasan Hukum Pemilu 2 Pasang Capres dan Cawapres Berlangsung Lebih dari 1 Putaran

Kurang dari 1 bulan lagi, rakyat Indonesia akan menentukan siapa yang akan memimpin Negara Indonesia tepatnya pada tanggal 9 Juli 2014. Pada hari itu, rakyat Indonesia akan disuguhkan pesta demokrasi dan pada hari itu pula rakyat Indonesia akan menentukan pilihan bagi pemimpinnya selama 5 tahun mendatang. Akan tetapi terlepas dari hal tersebut, masih ada polemik dari sistem pemilihannya sendiri. Hal yang masih dalam perbincangan yaitu syarat sistem pemilihan capres dan cawapres 1 putaran atau 2 putaran.Telah kita ketahui bersama bahwa sistem pemilihan umum di Indonesia masih muda, bahkan fenomena dari munculnya 2 pasang capres dan cawapres baru tahun ini terjadi. Jika ditinjau dari pemilu tahun 2004 terdapat 5 pasang capres dan cawapres kemudian pada pemilu tahun 2009 terdapat 3 pasang capres dan cawapres. Kemudian jika ditinjau dari landasan hukum ketika pelaksaan pemilu pada tahun 2004 dan 2009 memang tidak ada kendala yang berarti. Pada pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2004 menggunakan landasan hukum UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yang dijelaskan pada Pasal 66 dan 67. Kedua pasal itu menjabarkan langkah yang harus ditempuh jika pada putaran pertama pemilu tidak ada pasangan calon yang mencapai perolehan suara seperti disyaratkan. Aturan pemenang pemilu adalah pasangan calon yang mendapatkan suara lebih dari 50% dari jumlah suara pemilih, dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, sudah diterapkan sejak pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2004. Tidak terjadi polemik terkait penetapan pemenang karena jumlah peserta pemilu presiden terdahulu selalu lebih dari dua pasangan capres dan cawapres. Landasan hukum tersebut kemudian digunakan pula sebagai acuan untuk landasan hukum pada pemilu presiden dan wakil presiden di tahun 2009 yaitu yang tertera pada UU Nomor 42 Tahun 2008 tepatnya di pasal 159 dan Undang-Undang ini digunakan pula sebagai landasan hukum untuk pemilihan presiden dan wakil presiden di tahun 2014 (sebelum diketahui bahwa aakan hanya ada dua pasang calon saja). Sebagai informasi berikut bunyi Pasal 159 UU No. 42 Tahun 2008.(1) Pasangan Calon terpilih adalah Pasangan Calon yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah suara dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan sedikitnya 20% (dua puluh persen) suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari (setengah) jumlah provinsi di Indonesia. (2) Dalam hal tidak ada Pasangan Calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), 2 (dua) Pasangan Calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dipilih kembali oleh rakyat secara langsung dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. (3) Dalam hal perolehan suara terbanyak dengan jumlah yang sama diperoleh oleh 2 (dua ) Pasangan Calon, kedua Pasangan Calon tersebut dipilih kembali oleh rakyat secara langsung dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.Berdasarkan Undang Undang di atas, maka sudah jelas persyaratan agar calon presiden dan calon wakil presiden agar dapat terpilih menjadi presiden dan wakil presiden. Akan tetapi walaupun hanya ada dua pasangan capres dan wapres yang akan berkompetisi pada pemilu presiden tahun 2014 ini, tidak tertutup kemungkinan persyaratan di atas tidak terpenuhi dalam satu putaran pemilihan. Jika salah satu pasangan calon unggul dalam perolehan suara, belum tentu persyaratan persebaran suara sedikitnya 20% di masing-masing 18 provinsi terpenuhi. Tinggal kurang dari 30 hari menuju pilpres, memang hal ini khususnya Pasal 159 ayat 1 UU No. 42 Tahun 2008 masih menjadi polemik akan tetapi jika ditinjau dengan mekanisme dua pasang calon, secara statistik sebenarnya kecil kemungkinan bahwa pemenang pilpres mendatang tidak memenuhi persyaratan 20% di masing-masing 18 provinsi, sehingga ada kemungkinan bahwa pilpres tahun ini terjadi hanya 1 kali putaran saja.