persiapan umum pasien

16
1. Persiapan Umum Pasien Penatalaksanaan pasien bedah oromaksilofasial tidak jauh berbeda dengan penatalaksanaan pasien bedah pada umumnya, yaitu terdiri dari tahap pre-operative (sebelum operasi), operative (saat operasi), dan post-operative (sesudah operasi). Persiapan pada pasien sebelum operasi meliputi : persiapan mental, konsultasi medis, pemerikasaan orofacial dan fisik, persiapan fisik, keadaan gizi, pemeriksaan screening, persediaan darah, diet/puasa, antibiotik profilaksis, kebutuhan cairan basal dan elektrolit, dan terakhir premedikasi. 1.1 Persiapan Mental / Psikis Persiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain:

Upload: intan-desi-pramitasari

Post on 05-Dec-2014

53 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persiapan Umum Pasien

1. Persiapan Umum Pasien

Penatalaksanaan pasien bedah oromaksilofasial tidak jauh berbeda dengan

penatalaksanaan pasien bedah pada umumnya, yaitu terdiri dari tahap pre-operative (sebelum

operasi), operative (saat operasi), dan post-operative (sesudah operasi).

Persiapan pada pasien sebelum operasi meliputi : persiapan mental, konsultasi medis,

pemerikasaan orofacial dan fisik, persiapan fisik, keadaan gizi, pemeriksaan screening,

persediaan darah, diet/puasa, antibiotik profilaksis, kebutuhan cairan basal dan elektrolit, dan

terakhir premedikasi.

1.1 Persiapan Mental / Psikis

Persiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses persiapan operasi karena

mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang

yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis.

Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain:

1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat

mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga

operasi bisa dibatalkan.

2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi

lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.

Page 2: Persiapan Umum Pasien

Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman

operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya

perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya

perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-

gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan

pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Dokter perlu mengkaji

mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu

juga perlu dikaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi

masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan

pasien, faktor pendukung/support system.

Untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan pasien, dokter dapat menanyakan hal-hal yang

terkait dengan persiapan operasi, antara lain:

• Pengalaman operasi sebelumnya

• Pengertian pasien tentang tujuan/alasan tindakan operasi

• Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.

• Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi.

• Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post operasi)

• Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus

dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.

Page 3: Persiapan Umum Pasien

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan

pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah

disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke

rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya

sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien

menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.

Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan

keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu

mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata

yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.

1.2 Konsultasi Medis

Ada beberapa pasien dengan kondisi tertentu yang mengharuskan seorang dokter gigi

(dalam hal ini dokter bedah mulut) melakukan konsultasi kepada seorang dokter ahli atau

spesialis, baik seorang haematologist, dokter spesialis penyakit dalam, ataupun dokter spesialis

jantung. Pasien-pasien ini disebut pasien resiko tinggi, yaitu pasien-pasien yang menderita

penyakit kardiovaskular, penyakit pulmonal, kelainan neurologis, disfungsi endokrin, kelainan

koagulasi darah, anemia, penyakit ginjal dan transplantasi, alergi, serta kehamilan.

Konsep konsultasi atau berbagi tanggung jawab untuk penatalaksanaan pasien merupakan

hal yang sangat penting bagi dokter gigi. Konsultasi biasanya harus segera dilakukan, yaitu pada

hari diajukannya permintaan. Permohonan konsultasi menyatakan semua penemuan yang pasti

dan alasan utama dari pengajuan permohonan konsultasi atau bantuan tersebut. Jawaban dari

konsultan idealnya singkat dan langsung pada sasaran, yaitu secara detail menjawab alasan

Page 4: Persiapan Umum Pasien

utama permohonan tersebut. Konsultan dapat memberikan persetujuan terhadap perubahan cara

penanganan, dan kadang-kadang menawarkan ikut memantau keadaan pasien.

1.3 Pemeriksaan Oromaksilofasial

Pemeriksaan Oromaksilofasial meliputi, pemeriksaan ekstraoral dan intraoral.

Pemeriksaan ekstra-oral dimulai dengan rabaan pada muka termasuk rahang bawah, rahang atas,

kemudian mencatat tentang segala kelainan seperti ketidaksamaan antara kiri dan kanan, atau

kelumpuhan dari otot-otot muka. Pergerakan mata dan reaksi-reaksi pupil diamati bersama-sama

dengan beberapa kesukaran di saat bernapas. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada sendi

temporomandibular, sinus-sinus rahang, limphonodus, dan bibir.

Pemeriksaan Intraoral adalah memeriksa status gigi geligi, selaput mukosa, jaringan

periodontal, lidah, dan sebagainya.

Selain melakukan pemeriksaan oromaksilofasial, hal yang tidak boleh terlewati saat akan

melakukan tindakan bedah adalah pemeriksaan fisik yang biasanya dilakukan oleh dokter umum

maupun dokter spesialis yang biasa menangani pasien. Pemeriksan fisik ini dilakukan sebelum

pembedahan atau dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk ke rumah sakit.

1.4 Persiapan Fisik

Pengamatan terhadap pasien dimulai pada saat pasien masuk ke bagian bedah mulut.

Pasien akan diamati secara otomatis oleh orang lain secara kontinu. Proses tersebut bisa terjadi

pada tempat-tempat umum seperti. Pasien yang sangat cemas dan takut mungkin menutupi

kondisi ini dengan bicara berlebihan dan berkeringat berlebihan atau secara terus terang

mengakui kenyataan. Pengamatan yang akurat mengenai status mental pasien sama pentingnya

dengan pemeriksaan fisik.

Tekanan darah,

Page 5: Persiapan Umum Pasien

Penentuan tanda-tanda vital sangat diperlukan pada pasien bedah mulut. Pengukuran

tekanan darah tidak hanya dilakukan pada pasien hipertensi saja, tetapi bisa dipakai pedoman

pada kejadian-kejadian yang merugikan sewaktu melakukan perawatan atau sesudahnya.

Tekanan diastolik merupakan indikator yang lebih baik dari hipertensi dibanding dengan tekanan

sistolik, diatas 90 mmHg adalah hipertensi riingan, diatas 100 mmHg hipertensi sedang, diatas

110 mmHg merupakan hipertensi yang berat. Pasien dengan tekanan diastolik melebihi 110

mmHg memerlukan evaluasi lebih lanjut, dan mungkin membuthkan konsultasi medis.

Kebanyakan pasien dengan hipertensi ringan dan sedang dapat dirawat dengan sedatif yang

cocok, tidak menambahkan agen vasokonstriktor di dalam anastesi lokal, atau keduanya.

Meningkatnya tekanan sistolik sampai lebih dari 140 atau 150 pada pasien tanpa riwayat

hipertensi, sering menunjukkan adanya rasa takut.

Denyut nadi,

Denyut nadi dan irama jantung juga diperiksa. Meskipun kondisi hypertiroid

menyebabkan meningkatnya denyut nadi, tetapi kebanyakan gejala seperti itupada pasien yang

takut/ cemas. Irama jantung bisa teratur atau tidak teratur. Pulsus alternans (bergantian lemah

dan kuat) adalah teratur dan merupakan indikasi terjadinya kerusakan pada miokardium yang

hebat. Ketidakteraturan denyut sering disebabkan oleh adanya kontraksi ventrikel premature

(PVC). Pada saat tersebut, perlu dilakukan konsultasi medis atau rujukan sebelum melakukan

perawatan.

Respirasi,

Dengan mengobservasi pernapasan pasien bisa diungkapkan adanya hiperventilasi

(frekuensi pernapasan pada orang dewasa adalah 14-18), juga merupakan petunjuk dari adanya

ketakutan, mulai dari asma atau kelainan lainnnya. Temperatur rongga mulut diukur apabila

Page 6: Persiapan Umum Pasien

diperlukan misalnya untuk pasien yang menderita infeksi, yang sering termanifestasi berupa

abses dan selulitis.

1.5 Pemeriksaan Screening Pasien

Salah satu pemeriksaan pada pasien sebelum dilakukan bedah mulut antara

lainpemeriksaan screening pasien, dan diantaranya yaitu bisa dilakukan dengan pemeriksaan

darah lengkap (complete blood count, CBC).

Pemeriksaan darah lengkap mampu mendeteksi berbagai macam gangguan yang

bermanifestasi di dalam darah, oleh karena itu pemeriksaan ini biasanya menjadi rangkaian

pemeriksaan awal saat pasien berobat di rumah sakit. Selain sebagai pemeriksaan awal, hitung

darah lengkap juga kerap dilakukan pada pemeriksaan rutin atau medical check-up.

Banyak gangguan yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah lengkap, antara lain

adalah anemia, berbagai macam penyakit infeksi, leukemia, dll. Jika pada hitung darah lengkap

ditemukan gangguan, biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium lanjutan yang spesifik

terhadap gangguan tersebut. Pada hitung darah lengkap, dilakukan pemeriksaan terhadap

beberapa komponen darah, yaitueritrosit,leukosit, hematrokit, haemoglobin, dan trombosit.

Nilai rujukan hitung darah lengkap disajikan berikut ini. Perlu diingat bahwa setiap pusat

layanan kesehatan atau laboratorium, mempunyai nilai rujukan yang sedikit berbeda. Hal ini

salah satunya dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan untuk pemeriksaan.

1. Hitung eritrosit : pria (4,7-6,1 juta sel/mikroliter); wanita (4,2-5,4 juta

sel/mikroliter).

2. Hitung leukosit : 4.500-10.000 sel/mikroliter.

3. Hemoglobin : pria (13,5-18 mg/dL); wanita (12,1-15,1 mg/dL).

Page 7: Persiapan Umum Pasien

4. Hematokrit : pria (40,7%-50,3%); wanita (36,1%-44,3%).

5. Hitung trombosit : 150.000-400.000 trombosit/mikroliter.

6. Natrium Kalium

1.6 Keadaan Gizi

Deteksi kekurangan gizi pasien dapat melalui pengukuran lingkar dada, lingkar lengan

atas, lingkar kepala, lingkar perut, dan juga BMI (Body Mass Index).

Selain protein, kebutuhan energi secara total per hari juga harus diimbangi dengan

adanya kalori yang cukup. Tanpa adanya kalori yang memadai, protein yang sudah masuk ke

dalam tubuh akan ikut terbakar untuk menghasilkan energi, jika hal demikian terjadi maka

perbaikan jaringan tubuh akan terganggu. Pemberian glukosa sebelum dan setelah operasi

ditujukan agar suplai karbohidrat dan kalori pada pasien memadai, sehingga tidak mengganggu

kerja protein untuk proses penyembuhan.

Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca

operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang

paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka

tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien

dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.

Pemeriksaan secara kimia dari darah dapat memperlihatkan suatu defisiensi protein.

Protein bisa didapat dengan mengkonsumsi makanan yang kaya akan asam amino esensial

seperti keju, susu, telur, daging, hati, dan lain sebagainya. Selain itu asam amino juga bisa

didapat dari suplemen atau diberikan secara intravena apabila diperlukan.

Page 8: Persiapan Umum Pasien

1.7 Persediaan Darah

Sebelum operasi dilakukan, ada baiknya operator menyediakan persediaan darah yang

sesuai dengan golongan darah pasien sebagai cadangan darah yang berfungsi apabila terjadi

komplikasi pada pasien. Selain itu, kadar hemoglobin sebelum dan sesudah operasi juga harus

dijaga agar tidak kurang dari 10 g/dl.

1.8 Puasa

Pasien yang akan dioperasi sebelum dilakukan anestesi harus menjaga pola makannya.

Jika pasien yang akan dioperasi kekurangan kekuatannya, maka harus diberi minuman glukosa

sebelum injeksi anestesi dilakukan. Tetapi jika yang dilakukan adalah general anestesi, maka

pasien disarankan untuk berpuasa pada saat malam (apabila operasi akan dilakukan pada pagi

hari). Atau tidak boleh makan selama 4-6 jam sebelum operasi untuk mengurangi risiko refleks

protektif laring yang menghilang selama anestesi, regurgitasi asam lambung dan juga sumbatan

jalan nafas.

1.9 Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis biasanya diberikan sebelum pasien dioperasi untuk mencegah

terjadinya infeksi selama tindakan operasi. Antibiotik profilaksis biasanya diberikan 1-2 jam

sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pascabedah 2-3 kali.

Meskipun trauma rongga mulut yang ringan misalnya akibat makan, sikat gigi, dapat

menyebabkan bakteriemia, risiko yang benar-benar merupakan ancaman bagi pasien adalah bila

keutuhan mukosa terputus dan ada perdarahan saat operasi dilakukan. Untuk mengurangi

Page 9: Persiapan Umum Pasien

ancaman bakteriemia, digunakan antibiotik profilaktik pada pasien yang mengalami gangguan

mekanisme pertahanan tubuh pada kondisi-kondisi yang mudah mengalami serangan infeksi.

Pasien dengan kelainan jantung merupakan kasus terbanyak, cenderung memerlukan

perhatian yang lebih banyak. Termasuk dalam kelompok tersebut adalah pasien dengan penyakit

jantung congenital, penyakit katup jantung, atau riwayat pernah terserang demam rematik. Terapi

antibiotik profilaktik pada pasien-pasien tersebut diarahkan untuk pencegahan endokarditis

bakterial subakut.

Kondisi-kondisi yang memerlukan terapi antibiotik profilaktik selain penderita kelainan

jantung adalah para penderita AIDS, pecandu alkohol kronis, pasien yang menerima pengobatan

antineoplastik atau imunosupresan, pasien sesudah dilakukan transplantasi organ, pasien implant

(pemakai sendi tiruan) dalam waktu 6 bulan, pasien pecandu alkohol kronis, pasien diabetes

yang tidak terkontrol dengan baik dan setiap pasien yang mengalami gangguan mekanisme

pertahanan tubuh.

1.10 Kebutuhan Cairan Basal dan Elektrolit

Mempertahankan keseimbangan cairan sebelum dan setelah operasi sangatlah penting.

Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan diantaranya adalah kadar natrium serum

(normal : 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin

serum (0,70 – 1,50 mg/dl).

Dehidrasi dapat terjadi sebagai akibat dari muntah yang terus-menerus atau juga akibat

syok. Gejala terjadinya dehidrasi yaitu bibir dan lidah yang kering dan juga meningkatnya

denyut nadi dan respirasi. Secara normal, seseorang membutuhkan cairan sebanyak 2500 cc tiap

Page 10: Persiapan Umum Pasien

harinya, apabila terdapat komplikasi maka kebutuhan cairan ini biasanya akan meningkat

menjadi 3500 cc.

Bagi pasien yang mengalami dehidrasi atau merasa haus yang berlebihan dapat diberikan

cairan protein hydrolysate sebanyak 1000 cc secara intravena.

Apabila jumlah tersebut masih kurang, bisa ditambahkan cairan saline dengan dextrose

5% sebanyak 1000 cc tiap 12 jam.

Apabila masih belum memadai juga, maka dapat diberikan cairan sebanyak tiga kali

sehari tiap 8 jam.

1.11 Premedikasi

Sebelum operasi dilakukan keesokan harinya, biasanya pasien akan diberikan obat-obatan

premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

Kecemasan dan ketakutan seringkali ditemukan pada pasien-pasien bedah mulut, walaupun

dengan derajat dan manifestasi yang berbeda. Ketakutan bisa berkisar antara ketakutan normal

sampai dengan kehilangan kontrol total. Gejalanya yaitu banyak bicara, tangan gemetar, sampai

dengan histeria dan juga syok. Pada kebanyakan kasus, kontrol kecemasan dari operator dengan

menunjukkan ketenangan dan kepercayaan diri serta menunjukkan watak yang sabar dan

menentramkan hati biasanya sudah dapat meredakan kecemasan pasien, namun apabila hal-hal

tersebut masih tidak memadai atau apabila ada situasi khusus seperti gangguan jantung ataupun

hipertensi maka diperlukan sedasi oral ataupun inhalasi oksida nitrous oksigen. Pemberian obat-

obatan ini harus didahului dengan pemeriksaan riwayat dan juga fisik yang cermat.

Obat-obatan yang sering digunakan untuk premedikasi oral meliputi narkotik,

antihistamin, obat-obatan anxiolytic, seperti benzodiazepine. Kecemasan yang ringan bisa diatasi

dengan obat-obatan tersebut. Walaupun sulit menentukan dosisnya pada satu kunjungan, namun

Page 11: Persiapan Umum Pasien

kadar dosis bisa dinaikkan maupun diturunkan pada kunjungan berikutnya, untuk mencapai hasil

optimal. Untuk meningkatkan efektivitas, obat-obatan tersebut diberikan pada sore hari sebelum

dilakukan tindakan pembedahan. Kemudian diulang lagi 1-2 jam sebelum prosedur pembedahan

dengan dosis yang sedikit dikurangi.

Selain obat-obat tersebut, oksida nitrous oksigen juga dapat digunakan untuk meredakan

kecemasan/ketakutan ringan, dan apabila dikombinasikan dengan premedikasi oral, bisa

digunakan untuk tingkat kecemasan sedang. Oksida nitrous oksigen sebaiknya dihindari pada

pasien dengan gangguan mental, kehamilan dan juga penyakit obstruksi paru-paru kronis.