persiapan preoperatif restorasi estetis
DESCRIPTION
Persiapan preoperatif restorasi platis terdiri dari pemilihan warna material serta penentuan batas oklusal.Terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi estetisTRANSCRIPT
Sumber:
http://www.kerrdental.com/cms-filesystem-action?file=KerrDental-Products-
Articles/terry-10-04-ce.pdf
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8299
Sebelum dilakukan persiapan preoperative perlu diperhatikan nilai estetis serta factor-
faktor yang mempengaruhi nilai estetis tersebut sehingga dapat dilakukan persiapan
preoperative yang benar agar terbentuk estetis yang terbaik.
I. Nilai-Nilai Estetik Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
1. Nilai-Nilai Estetis
Estetik memiliki pengertian yang luas. Jika mambicarakan estetik maka pengertiannya
mengarah pada seuatu yang indah dan mengarah pada seni. Setiap orang memitili
pandangan yang barbeda mangenai estetik dan menginginkan hal yang tarbaik bagi
keeahatan dirinya.
Dewasa ini konsep estetik gigi telah menemukan dasar yang lebih baik dan sehat,
yaitu suatu perbaikan yang menyaluruh dan kesahatan gigi. Konsep estetik dalam
bidang kedoktaran gigi dapat mambantu pasien mencapai rasa parcaya dirinya.
Namun setiap tindakan yang dilakukan untuk mencapai estetik yang diinginkan harus
berdasarkan tujuan kesahatan gigi secara menyeluruh.
Atas alasan estetik banyak pasien yang sangat memerhatikan penampilan gigi-gigi
dapannya. Walaupun tak dapat dipungkiri bahwa tungsi pengunyahan dan fungsi
fonetik gigi lebih penting daripada fungsi estetik. namun beberapa pasien
mengesampingkan fungsi pengunyahan maupun fungsi fonetik gigi dan lebih
memperhatikan penampilannya. Oleh karena itu, dalam melakukan parawatan gigi
untuk mencapai nilai estetik yang ideal, Dokter gigi haruss mampu memahami
pengertian estetik menurut pasien dan pasien juga harus diarahkan untuk memahami
nilai estetik yang sesuai bagi dirinya.
Nilai estetik yang sesuai bagi setiap pasien dicapai apabila telah dihasilkan bentuk
yang normal dari gigi yang dirawat dan memperlihatkan perbaikan yang nyata,
sehingga terlihat kesan menarik dari ekspresi wajahnya.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Estetis
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai estetik pada turnpatan resin komposlt
untuk gigi anterior yaitu : kesesuaian wama, keadaan kavitas gigi, translusensi
alamiah gigi, perubahan wama yang terjadi akibat perubahan komponen kimia, stain
yang disebabkan oleh faktor-faktor ekstrnal, keadaan kavitas gigi dan kebocoran tepi
tumpatan
1. Penyesuaian Warna
Warna bahan tumpatan yang sesuai warna gigi merupakan factor yang
mempengaruhi estetik. Masalah yang mungkin dijumpai dalam pemakaian
resin komposit adalah penyesuaian warna gigi yang memiliki warna berbeda
dengan standar warna yang ada dan bahan restorasi estetik yang dipasarkan.
Dalam penentuan warna, gigi harus dibersihkan dan warna dapat ditentukan.
Acuan warna yang dikeluarkan pabrik biasanya terdiri dari beberapa contoh
warna gigi. Warna-warna ini dapat dibandingkan dengan permukaan gigi dan
dipilih warna yang paling sesuai. Untuk beberapa bahan, dapat dilakukan
perncampuran bahan basis yang terdiri dari dua warna untuk mendapat warna
campuran, sedangkan untuk bahan lainnya tersedia warna modifikasi untuk
memungkinkan variasi warna yang paling sesua pada gigi yang telah di
preparasi
2. Keadaan Kavitas Gigi
Pada karies klas 3 (karies terdapat pada approximal gigi anterior tetapi belum
mencapai 1/3 incisal gigi), normalnya gigi direstorasi melalui bagian labial
atau lingual gigi, arahnya ditentukan berdasarkan posisi dari lesi karies. Bila
ukuran kavitas kecil estetis yang baik dapat diperoleh berdasarkan retensi
mekanis tradisional. Tetapi pada kavitas yang besar dimana sulit atau tidak
mungkin untuk dibuat curuk retensi insical harus dilakukan teknik etsa-asam.
Pada karies klas 4 (karies telah mencapai 1/3 incisal gigi) bahan komposit
kurang ideal digunakan oleh karena ketahanan terhadap abrasi yang rendah.
Meskipun demikian, kavitas yang mengenai tepi incisal dapat direstorasi
menggunakan RK.
Pada karies kelas V gigi anterior (karies terdapat pada 1/3 leher gigi) bila
retensi mekanis untuk restorasi yang besar sulit diperoleh, email dapat di bevel
dan ditumpat dengan resin komposit. Adapun pembuatan bevel berfungsi
untuk menambah retensi dari restorasi dan mengurangi kebocoran marginal.
3. Translusensi Alamiah Gigi
Translusensi adalah unsur yang memberikan pada gigi penampilan yang
hidup. Karena sinar dapat tembus serta dipantulkan kembali oleh email
(Tranlusen mengaplikasikan semi-transparan), perpaduan warna keseluruhan
akan memberikan warna putih seperti mutiara yang hidup pada gigi geligi.
Ada dua factor mengenai email yang perlu diketahui untuk menilai perubahan
warna gigi. Factor pertama adalah warna gigi sebenarnya dan factor lain
adalah derajat transparantasinya. Warna biru sepotong kertas dengan kaca
jendela yang berwarna biru akan terlihat perbedaannya. Struktur email yang
berlapis-lapis menyerupai kaca jendela itu didalammnya didukung warna
dentin ang opak, sehingga menyebabkan terbentuknya susunan yang unik
dengan warna dan shade berpadu dengan transparansinya.
Dalam kenyataannya beberapa sinar lampuakan berkontak dengan gigi akan
berkontak dengan gigi dan dipantulkan kembali dengan pengamat, sinar yang
lain berjalan melalui enamel dan dipantulkan oleh dentin. Jumlah sinar yang
dipantulkan dari email, berlawanan dengan dentin dan kedalaman permukaan
pemantulnya, menentukan opasitas atau translusesnsi dari gigi.
II. Persiapan Preoperatif Restorasi Estetis
Pertimbangan preoperative penting dilakukan saat diagnosis dan perawatan restorasi
estetis. Menurut Terry (2004) terdapat dua protocol klinis preoperative yang harus
dipertimbangkan sebelum restorasi dimulai
1. Pemilihan orientasi warna
Protokol pertama adalah menentukan orientasi warna, dimana pilihan
preoperatif resin komposit untuk "Dentin" dan "Enamel" warna dan orientasi
dicatat. Pemilihan warna harus dicapai sebelum penempatan rubber dam untuk
mencegah ketidaksesuaian warna yang disebabkan dari nilai dehidrasi dan
elevasi . Ketika gigi dehidrasi, udara menggantikan air antara batang enamel
dan perubahan indeks bias, yang membuat enamel tampak buram dan putih.
2. Menetapkan Batas-batas Oklusal
Protokol kedua adalah untuk menetapkan batas-batas oklusal, di mana zona
kontak lingual preoperatif dan ridges yang bersimpangan dicatat dengan kertas
artikulasi dan dipindahkan ke sebuah diagram oklusal yang digambar tangan,
direkam pada kamera intraoral atau digital, dapat juga diindikasikan dan
terakhir di atas model. Pendaftaran awal berguna dalam desain preparasi, saat
menentukan penempatan perhentian sentris luar atau dalam batas-batas
restorasi, dan meminimalkan prosedur finishing. Selain itu, karena bentuk
anatomi menentukan warna, evaluasi oklusal ini dapat memberikan
penempatan morfologi anatomi yang lebih akurat dari bahan restoratif dalam
batas-batas parameter oklusal, dan dengan demikian mengurangi prosedur
finishing dan meningkatkan longevity dari restorasi komposit direk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari tindakan
penumpatan
Berikut adalah beberapa factor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
Restorasi plastis, diantaranya yaitu :
1. Teknik isolasi yang baik.
Teknik isolasi yang baik akan dapat membantu terciptanya
keberhasilan restorasi yang dilakukan. Isolasi yang baik akan
memberikan wilayah kerja yang tepat, tanpa mengganggu daerah gigi
tetangga, dan memberikan batas yang baik agar daerah yang dipreparasi
tidak terkontaminasi dengan saliva. Bila terdapat kontaminasi air sebelum
setting pada bahan yang mengandung zinc, akan timbul reaksi antara zinc
(anoda) dan bahan logam lain yang bersifat katoda dan air sebagai
elektrolit, hydrogen terlepas sebagai hasil reaksi ini serta tekanan uap
hydrogen dapat menyebabkan pergeseran amalagam sehingga terjadi
ekspansi yang mungkin tidak kelihatan dalam 24 jam tetapi dapat muncul
beberapa hari setelah penambalan.
2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat.
Bahan tumpatan dipilih berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan yang
melibatkan posisi restorasi. Apabila bahan tumpat yang biasa digunakan untuk
restorasi kavitas di bagian anterior dipakai untuk restorasi kavitas posterior,
maka, tentunya bahan tersebut tidak akan mampu menahan beban mastikasi di
bagian posterior dan sebaliknya.
3. Design cavitas yang sesuai.
Design kavitas yang baik hendaknya mempertimbangkan segi retensi,
resistensi, convenience, dan ekstension for prevention. Apabila keempat hal
tersebut terpenuhi, maka karies sekunder sulit sekali timbul, dan daya tahan
restorasi akan menjadi semakin lama. Karies sekunder biasanya disebabkan
oleh preparasi yang tidak memenuhi criteria ekstension for prevention, yaitu
pit dan fissure yang dalam harus diikutsertakan pada preparasi walaupun
tidak terkena karies. Juga criteria removal of caries, yaitu penghilangan
jaringan yang terinfeksi. Apabila kedua criteria tersebut tidak terpenuhi maka
akan terjadi karies sekunder.
4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis.
Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap
bahan, dengan berbagai ketentuan tertentu. Apabila hal ini tidak diikuti
dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap kekuatan sifat
mekanisnya, ekspansifnya, dan dikhawatirkan akan menyebabkan
mikroporositas yang menjadi penyebab karies sekunder. Pengetahuan
akan teknik manipulasi beserta cara pengaplikasian bahan menjadi syarat
utama dalam keberhasilan restorasi yang dilakukan.
5. Proses polishing.
Proses polishing dilakukan sesuai dengan waktu pengerasan
sempurna tiap-tiap bahan. Polishing pada GIC boleh dilakukan setelah 5
menit, namun polishing pada amalgam tidak boleh dilakukan sebelum
tumpatan mencapai ± 24 jam karena reaksi pengerasan amalgam terjadi
secara sempurna setelah 24 jam atau lebih, apabila polishing dilakukan
kurang dari 24 jam maka akan mempengaruhi kekuatan amalgam.
Kekuatan amalgam akan turun dan ketika dilakukan polishing
kemungkinan bisa pecah.
6. Teknik finishing.
Untuk stone hijau digunakan untuk finishing tumpatan amalgam
sedangkan stone putih digunakan untuk finishing tumpatan GIC atau
komposit. Apabila tidak dilakukan finishing maka permukaan amalgam
menjadi kasar sehingga adanya penumpukan makanan dan menyebabkan
suasana asam yang dapat menyebabkan karies sekunder pada gigi sekitar
tumpatan dan dapat menyebabkan tarnish (pada permukaan dan tidak
merusak restorasi) dan korosi (hasil dari reaksi kimia yang dapat
berpenetrasi ke dalam tumpatan amalgam sehingga menjadi rusak).