persepsi pimpinan dan pelaksana lembaga amil...

124
PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL ZAKAT TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: Bunga Ariyanti 109046100130 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H /2014 M

Upload: phungtram

Post on 16-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL ZAKAT TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

Bunga Ariyanti

109046100130

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H /2014 M

Page 2: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No
Page 3: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No
Page 4: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No
Page 5: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

v

ABSTRAK

Bunga Ariyanti, 109046100130, PERSEPSI PIMPINAN DAN

PELAKSANA LEMBAGA AMIL ZAKAT TERHADAP UNDANG-UNDANG

NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT. Konsentrasi

Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Isi xii + 82 halaman +

halaman lampiran.

Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No. 23 Tahun

2011 Tentang Pengelolaan Zakat yang menuai kontroversi dibeberapa pihak

dikarenakan adanya beberapa pasal yang dinilai menkerdilkan peran LAZ.

Bahkan beberapa LAZ mengajukan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi atas

bebebrapa pasal yang dianggap krusial. Dalam penelitian ini akan membahas

persepsi LAZ terhadap UU sebelum dan sesudah Judicial Review.

Jenis penelitian ini adalah penelitan kualitatif. Jenis data dalam penelitian

ini terdiri atas dua sumber, yaitu data primer yaitu Undang-Undang yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan wawancara dengan pihak

yang terkait dalam skripsi ini. Data sekunder yang diperoleh dari Artikel, Jurnal,

dan Laporan Penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan

teknik kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis

deskriptif.

Hasil menunjukkan bahwa beberapa pihak merasakan adanya kekurangan

dan ketidakadilan di beberapa pasal dalam UU No. 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat. Para pihak tersebut berharap bahwa pemerintah tidak

membatasi pengumpulan dan pengelolaan zakat yang sudah dilakukan oleh LAZ

dan masyarakat selama ini. Kerena yang terpenting dalam pengumpulan dan

pengelolaan zakat adalah pengentasan kemiskinan dengan dana zakat yang

terkumpul.

Kata Kunci : Persepsi, Lembaga Amil Zakat, UU No. 23 Tahun 2011

Pembimbing : Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D

NIP. 196912161996031001

Page 6: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

judul “PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL

ZAKAT TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011

TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT”. Shalawat serta salam tercurahkan

kepada Baginda Rasulullah SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya dan

semoga dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Dapat terselesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,

arahan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak

Dr. H. JM Muslimin, MA.

2. Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Sekretaris Program

Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bapak Mu’min Rauf, M.A.

3. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan saran dan

arahan yang terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga keberkahan selalu tercurah untuk Bapak sekeluarga.

Page 7: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

vii

4. Bapak Muh. Fudhail Rahman, Lc, MA dan Bapak M. Bukhori Muslim, Lc,

MA yang telah meluangkan waktunya untuk menguji skripsi penulis.

5. Kedua orang tuaku tersayang, Alm. Zainal Arifin dan Almh. S. Sulastri.

Semoga Allah memberikan tempat terbaikNya untuk Ayah dan Ibu.

6. Kakak-kakak dan saudara-saudaraku yang telah mendoakan dan memberi

semangat serta kasih sayang.

7. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa

kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.

8. Teristimewa untuk Ahmad Surya Kartadinata yang telah membantu dalam

banyak hal, memotivasi, dan memberikan solusi terbaik kepada penulis.

9. Untuk para narasumber pada penulisan skripsi ini, Bapak Kismo dari PKPU,

Bapak Fiman dari BAMUIS BNI, dan Bapak Romi dari Dompet Dhuafa,

Bapak M. Khoirul Muttaqin dari LAZISMU serta Bapak Hamid, Bapak Bobi,

Mas Adi dan Mbak Putri.

10. Sahabat yang selalu menemani dan memberi semangat kak Dwi Warastuti,

Tri Yuni dan Milah Kamilah.

11. Rekan-rekan Perbankan Syariah angkatan 2009 kelas D khususnya Evi

Yundari, Siti Masuko, Juliana dan Arendira serta Fitri Yunindya, dan

Alifiana.

12. Guru Sehat Om Bagus, Kak Ibnu dan para asistennya serta teman-teman di

Kahfi Motivator School khususnya Angkatan 14 C yang selalu memberikan

semangat dan doa.

Page 8: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

viii

13. Ibu Amellya Hidayat S.Pd dan segenap staff Akademik yang telah banyak

membantu penulis.

14. Teman-teman sidang skripsi tanggal 16 April 2014 khususnya Suci

Warnasari, Naylis dan Devid yang telah memberikan semangat serta doa

kepada penulis.

15. Kepada siapapun yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

mendoakan dan memberi semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan

karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan dan kemampuan penulis. Namun,

penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang

membacanya. Dan semoga Allah menjadikan penulisan skripsi ini sebagai amalan

baik penulis di sisi-Nya.

Ciputat, 24 Maret 2014

Penulis

Page 9: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………................…… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………....... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………… iii

LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………..... iv

ABSTRAK .........................…………………………………………………… v

KATA PENGANTAR………………………………...…………………....... vi

DAFTAR ISI……………………………….....……………………….......... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………........…… 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ......................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................................… 8

D. Review Studi Terdahulu ........................................................................... 9

E. Metode Penelitian …................................................................................. 11

F. Sistematika Penulisan ………………………………………………....... 14

BAB II SISTEM ADMINISTRASI ZAKAT DALAM NEGARA

A. Sejarah Zakat di Kelola Oleh Negara …………………………................ 16

B. Tujuan dan Manfaat Zakat Dikelola oleh Pemerintah ....…....................... 18

C. Managemen Zakat ……………………………………………................... 19

1. Pengertian Managemen ………………………………………...……. . 19

2. Managemen Klasik Dalam Pengelolaan Zakat ………………….……. 20

3. Managemen Modern Dalam Pengelolaan Zakat ………….……...…... 24

Page 10: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

x

D. Pola Distribusi Zakat ………………………………………... 30

E. Konsep Keamilan………………………………...............……….. 33

F. Hambatan Pengelolaan Zakat Nasional ………………………...... 35

G. Strategi Pengembangan Zakat di Indonesia ……………………... 36

BAB III SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT

A. Konsep Lembaga Amil Zakat ……………………………………….... 39

1. Pengertian dan Tujuan Lembaga Amil Zakat ………………………… 39

2. Fungsi Lembaga Amil Zakat ……………………………………... 40

3. Persyaratan Lembaga Amil Zakat ……………………........……… 41

4. Struktur Organisasi Lembaga Amil Zakat ………………….…...... 42

B. Lembaga Amil Zakat Sebagai Organisasi Nirlaba ……….......…………. 45

C. Pertumbuhan dan Persaingan LAZ di Indonesia ..............…………….… 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persepsi Lembaga Amil Zakat terhadap Undang-Undang No.23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat ...…………...................…………......…..... 53

1. Pengaruh Pemberlakuan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 …… 53

2. Dampak Terhadap Lembaga Amil Zakat setelah di sahkannya

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 ..................................................... 56

B. Persepsi Lembaga Amil Zakat Mengenai Pasal-pasal Krusial dalam

Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat ................... 59

C. Persepsi Lembaga Amil Zakat Atas Keputusan Mahkamah Konstitusi

Perihal Judicial Review ………..........................………......…………...…… 67

Page 11: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………..……………….. 74

B. Saran …………………………………………………..………….........… 76

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………...…………….. 78

LAMPIRAN

Page 12: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia ........................................ 48

Tabel 3.2 Potensi Zakat Nasional ................................................................... 49

Tabel 3.3 Penghimpunan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

Nasional 2007-2011 ...................................................................... 50

Page 13: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang telah tertulis dalam Al-

Quran dan dalam hadist nabi. Bahkan didalam Al-Quran Allah SWT telah

menyebutkan secara jelas berbagai ayat tentang zakat dan shalat sebanyak 82 ayat.

Dari sini disimpulkan bahwa zakat merupakan rukun Islam terpenting setelah

shalat.1 Secara sosial, zakat berfungsi sebagai lembaga jaminan sosial. Dengan

adanya zakat, maka kelompok lemah dan kekurangan tidak akan merasa khawatir

terhadap kelangsungan hidup yang mereka jalani. Hal ini terjadi karena dengan

adanya substansi zakat merupakan mekanisme yang menjamin kelangsungan

hidup mereka ditengah masyarakat, sehingga mereka merasa hidup ditengah

masyarakat manusia yang beradab, mememiliki nurani, kepedulian dan juga

tradisi saling menolong.

Selain itu secara ekonomi, zakat juga berfungsi sebagai salah satu

instrumen pengentasan kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan mempersempit

kesenjangan yang terjadi antara kelompok kaya dan miskin. Zakat juga dapat

mempengaruhi kemampuan sebuah komunitas politik (negara) dalam

menjalankan kelangsungan hidupnya. Dengan adanya berbagai implikasi sosial

dan ekonomi di atas, maka zakat dapat membentuk intergrasi sosial yang kukuh

1 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam : Tinjauan Teoritis dan

Praktis (Jakarta: Kencana, 2010.) h. 293

Page 14: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

2

serta memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat. Dua kondisi terakhir ini sangat

diperlukan bagi kelangsungan hidup suatu negara. 2

Potensi zakat di Indonesia berdasarkan riset Baznas dan Fakultas Ekonomi

Manajemen (FEM) IPB tahun 2011 menunjukkan bahwa potensi zakat nasional

mencapai angka 3,4 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan

persentase ini, maka potensi zakat di negara kita setiap tahunnya tidak kurang dari

Rp 217 triliun. Hal yang sungguh besar sehingga perlunya perhatian agar

pengumpulan zakat di Indonesia dapat optimal.

Sejarah perundang-undangan yang mengatur tentang pengelolaan zakat

dimulai pada tahun 1951 Kementerian Agama mengeluarkan Surat Edaran

Nomor: A/VII/17367, tanggal 8 Desember 1951 tentang Pelaksanaan Zakat

Fitrah. Kementerian Agama melakukan pengawasan supaya pemakaian dan

pembagian hasil pungutan zakat berlangsung menurut hukum agama.3

Pada tahun 1964 Kementerian Agama mulai menyusun Rancangan

Undang-Undang (RUU) tentang Pelaksanaan Zakat dan Rencana Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (RPPPUU) tentang Pelaksanaan

Pengumpulan dan Pembagian Zakat serta Pembentukan Baitul Mal. Sayangnya,

kedua perangkat peraturan tersebut belum sempat diajukan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) maupun kepada Presiden. Perhatian Pemerintah

terhadap lembaga zakat ini mulai meningkat sekitar tahun 1968. Saat itu

diterbitkanlah peraturan Menteri Agama Nomor 4 tentang Pembentukan Badan

Amil Zakat dan Nomor 5/1968 tentang pembentukan Baitul Mal (Balai Harta

2 Ibid., h. 3 Depag RI, Pedoman Zakat, (Jakarta: Badan Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,

2002), h. 284.

Page 15: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

3

Kekayaan) di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kotamadya. Namun pada

tahun tersebut, Menteri Keuangan menjawab putusan Menteri Agama dengan

menyatakan bahwa peraturan mengenai Zakat tidak perlu dituangkan dalam

Undang-undang, cukup dengan Peraturan Menteri Agama saja. Karena ada

respons demikian dari Menteri Keuangan, maka Menteri Agama mengeluarkan

Instruksi Nomor 1 Tahun 1968, yang berisi penundaan pelaksanaan Peraturan

Menteri Agama Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun 1968 di atas.4

Kepemimpinan Presiden Soeharto memberikan sedikit angin segar bagi

umat Islam dalam konteks penerapan zakat ini. Sesuai anjuran Presiden dalam

pidatonya saat memperingati Isra’ Mi’raj di Istana Negara tanggal 22 Oktober

1968 maka dibentuklahn Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) yang

dipelopori oleh Pemerintah Daerah DKI Jaya. Sejak itulah, secara beruntun badan

amil zakat terbentuk di berbagai wilayah dan daerah seperti di Kalimantan Timur

(1972), Sumatra Barat (1973), Jawa Barat (1974), Aceh (1975), Sumatra Selatan

dan Lampung (1975), Kalimantan Selatan (1977), dan Sulawesi Selatan dan Nusa

tenggara Barat (1985).5

Perkembangan zakat pada masa Orde Baru ini tidak sama di setiap

daerahnya. Sebagian masih pada tahapan konsep atau baru ada di tingkat

kabupaten seperti Jawa Timur. Atau ada pula yang hanya dilakukan oleh Kanwil

Agama setempat. Karena itulah, mekanisme penarikan dana oleh lembaga zakat

ini bervariasi. Di Jawa Barat hanya terjadi pengumpulan zakat fitrah saja. Di DKI

Jaya terjadi pengumpulan zakat, ditambah dengan infaq dan shadaqah. Dan di

4 Dawam Rahardjo, Perspektif Deklarasi Makkah Menuju Ekonomi Islam, (Bandung: Mizan, 1987), h. 36-37.

5 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, h. 36.

Page 16: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

4

tempat-tempat lain masih meniru pola pada masa awal penyebaran Islam, yakni

menarik semua jenis harta yang wajib dizakati.6

Sejarah Pelaksanaan Zakat di Indonesia Pada tahun 1984 dikeluarkan

Instruksi Menteri Agama Nomor 2 tahun 1984 tanggal 3 Maret 1984 tentang Infaq

Seribu Rupiah selama bulan Ramadhan yang pelaksanaannya diatur dalam

Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor 19/1984 tanggal

30 April 1984. Pada tanggal 12 Desember 1989 dikeluarkan Instruksi Menteri

Agama 16/1989 tentang Pembinaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah yang menugaskan

semua jajaran Departemen Agama untuk membantu lembaga-lembaga keagamaan

yang mengadakan pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah agar menggunakan

dana zakat untuk kegiatan pendidikan Islam dan lainnya. Pada tahun 1991

dikeluarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 29 dan 47 tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq, dan

Shadaqah yang kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri Agama Nomor

5 tahun 1991 tentang Pedoman Pembinaan Teknis Badan Amil Zakat, Infaq, dan

Shadaqah dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun 1988 tentang

Pembinaan Umum Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah.

Kemudian, terbentuknya Kabinet Reformasi memberikan peluang baru

kepada umat Islam, yakni kesempatan emas untuk kembali menggulirkan wacana

RUU Pengelolaan Zakat yang sudah 50 tahun lebih diperjuangkan. Hingga pada

tahun 1999 Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa

6 Dawam Rahardjo, Perspektif Deklarasi Makkah Menuju Ekonomi Islam, h. 188-190.

Page 17: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

5

lembaga pengelola zakat yang ada di Indonesia dapat berupa Badan Amil Zakat

yang dikelola oleh pemerintah serta dapat berupa Lembaga Amil Zakat yang

dikelola oleh swasta.7

Kini pengelolaan zakat memasuki era baru dimana telah disahkannya

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pada tanggal 27

Oktober 2011. UU tersebut menimbulkan kontroversi di kalangan praktisi,

akademisi, masyarakat, Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan pihak yang terkait (stake

holder) lainnya. Mulai dari kekhawatiran akan dibekukannya LAZ hingga kesan

UU tersebut mengerdilkan peran mandiri masyarakat dalam memberdayakan dana

zakat.

UU Zakat digugat karena tiga hal. Pertama, terkait masalah sentralisasi

dalam pengelolaan zakat di mana Pasal 6 dan Pasal 17 UU Zakat menyatakan

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) lah yang berhak mengelola zakat di tanah

air, sementara posisi Lembaga Amil Zakat (LAZ) untuk membantu Baznas.

Kedua, terkait pembatasan pembentukan LAZ di mana Pasal 18 ayat 2 UU Zakat

menyatakan LAZ hanya bisa berdiri di atas badan hukum organisasi

kemasyarakatan (ormas). Padahal banyak LAZ yang telah lama berdiri melalui

badan hukum di luar ormas. Ketiga, terkait masalah kriminalisasi amil (pengelola)

zakat di mana Pasal 38 UU Zakat menyatakan hanya pihak yang mendapat izin

dari pejabat berwenang yang dapat mengelola zakat. Padahal kenyataannya ada

banyak pengelolaan zakat di hampir seluruh institusi Islam seperti musala dan

masjid.

7 M. Nur Rianto Al Arif. Lembaga keuangan syariah : Suatu Kajian Teoritis dan Praktis,

(Bandung: Pustaka Setia, 2012)

Page 18: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

6

Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat membuat

beberapa Lembaga Amil Zakat (LAZ) merasa tidak tenang. Pasalnya, UU

tersebut, seakan-akan akan mengkerdilkan lembaga Amil Zakat.

Salah satu LAZ di Malang, Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF)

Malang, menggelar aksi untuk mengkritisi masalah tersebut melalui aksi yang

dilakukan di bunderan Kayutangan Kota Malang, Kamis (19/7/2012).

Dalam aksinya, mereka melakukan aksi teterikal yang menggambarkan

kebingungan para donatur untuk berzakat, karena UU melarang mereka untuk

membayar pada lembaga yang dipercayai.

Arif Wicaksono, Direktur Pelaksana YDSF Malang mengatakan, ketika

UU tersebut dibelakukan maka nantinya ada sentralisasi pembayaran zakat di

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Menurutnya, adanya UU itu membuat nasih

LAZ terkatung-katung termasuk yang belum mendapat pengesahan pemerintah.

"Bagaimana nasib LAZ yang lebih dulu hadir dan bagaiman nasib banyak

lembaga yang belum disahkan," ujar Awik.8

Dengan adanya UU tersebut, tidak ayal jika peran aktif lembaga-lembaga

zakat tersebut semakin berkurang dalam mengambil andil praktik zakat di

Indonesia, dan secara tidak langsung kinerja lembaga-lembaga tersebut pun

menjadi terhambat. Karena, disamping faktor pembatasan dan persyaratan yang

harus dipenuhi, telah terjadi krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap kinerja

pemerintah yang belum bisa menjamin kualitas dan hasil yang memuaskan baik

dalam aspek perzakatan maupun aspek pemerintahan lainnya. Maka dari itu, perlu

8 Tribun News, “Lembaga Amil Zakat Malang Protes”, artikel diakses pada 14 Juni 2013

dari http://www.tribunnews.com/2012/07/19/lembaga-amil-zakat-malang-protes

Page 19: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

7

adanya undang-undang tambahan atau peraturan pemerintah yang menjelaskan

secara gamblang mengenai mekanisme dan tata cara pendistribusian zakat yang

sesuai dengan syari’at Islam.9

Berangkat dari permasalahan diatas, penulis merasa perlu untuk mencoba

memberikan pemaparan lebih lanjut tentang hal tersebut. Untuk itu, penulis

mencoba menuangkannya dalam skripsi yang berjudul: PERSEPSI PIMPINAN

DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL ZAKAT TERHADAP UNDANG-

UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Rumusan Masalah

a. Bagaimana persepsi pada LAZ terhadap Undang-Undang No. 23 Tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat?

b. Bagaimana persepsi terhadap pasal-pasal krusial yang terdapat dalam

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011?

c. Bagaimana persepsi terhadap kepuusan Mahkamah Konstitusi perihal

judicial review Undang-Undang No. 23 Tahun 2011?

9 Amalina Fauziah & Bazari Azhar Azizi, Madina Pres, “UU Zakat; Menghambat Kinerja dan Membatasi Peran Lembaga Zakat Non-Ormas (?)”, artikel diakses pada 10 Februari 2013 dari

http://madinapers.blogspot.com/2012/01/uu-zakat-menghambat-kinerja-dan.html

Page 20: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

8

2. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan tidak meluas dan fokus pada permasalahan

yang akan di bahas demi mencapai hasil yang tepat sasaran dan sesuai

dengan yang diharapkan, maka penulis perlu membatasi permasalahan yang

akan diteliti. Adapun batas penelitian ini adalah respon dari 4 Lembaga

Amil Zakat mengenai Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui persepsi pimpinan dan pelaksana LAZ terhadap UU

No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

b. Untuk mengetahui pemasalahan dan isu terkait dengan UU No. 23 Tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat.

2. Manfaat Peneltian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi Penulis

Melatih penulis untuk lebih kritis dan analis dalam menyikapi permasalahan

yang timbul seputar pengelolaan zakat. Sehingga penulis dapat

berkontribusi dalam memajukan zakat nasional.

Page 21: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

9

2. Lembaga Amil Zakat

Sebagai jawaban atas pertanyaan seputar pengelolaan zakat yang kini di atur

dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

3. Akademisi

Untuk menambah khazanah keilmuan ekonomi Islam terutama yang

menyangkut permasalah seputar pengelolaan zakat.

D. Review Studi Terdahulu

No. Nama Penulis / Judul

skripsi / Tahun

Isi Perbedaan

1 Maulana Ibrahim /

Distribusi Zakat dalam

Perspektif UU No. 38

Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat / 2009

Membahas tentang

distibusi zakat di

Lembaga Amil Zakat

(LAZ) Masjid At- Tin

Jakarta Timur. Meneliti

apakah LAZ tersebut telah

mendistribusikan dana

zakat yang diperoleh

untuk usaha produktif

sesuai dengan UU No. 38

Tahun 1999 Pasal 16 Ayat

2.

Dalam skripsi

ini peneliti akan

membahas

tentang persepsi

LAZ terhadap

UU Pengelolaan

Zakat terbaru.

Page 22: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

10

Metode Penelitian:

Deskriptif kualitatif

2 Asep Ali Hasan/

Pengembangan LAZ Dalam

Pemberdayaan Ekonomi

Umat/ 2012

Membahas tentang

perbedaan UU No. 38

Tahun 1999 dengan UU

No. 23 tahun 2011 serta

respon LAZ Dompet

Dhuafa terhadap UU No.

23 Tahun 2011.

Metode Penelitian:

Deskriptif Kualitatif

Perbedaan dengan

skripsi ini adalah

skripsi ini akan

mengangakat

persepsi dari 5

LAZ.

3 M. Sularno /

PENGELOLAAN

ZAKAT OLEH BADAN

AMIL ZAKAT

DAERAH KABUPATEN

/ KOTA SEDAERAH

ISTIMEWA

YOGYAKARTA (Studi

terhadap Implementasi

99 % responden

menjawab bahwa

Undang-Undang No 38

tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat dan

Keputusan Menteri

Agama RI tentang

Petunjuk Pelaksanaan atas

UU adalah dasar hukum

Dalam skripsi

ini peneliti akan

membahas

tentang pesepsi

LAZ terhadap

UU Pengelolaan

Zakat terbaru.

Page 23: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

11

Undang-Undang No.38

Tahun 1999 Tentang

Pengelolaan Zakat) /

2010

(Jurnal)

mereka dalam

pembentukan Bazda.

Artinya sosialisasi UU

Zakat dan petunjuk

pelaksaannya kepada

pemerintah dan pengurus

Bazda cukup berhasil.

Metode Penelitian:

deskriptif- kualitatif

,artinya penelitian ini

berusaha memberikan

gambaran tentang

implementasi pengelolaan

zakat oleh Bazda

Kabupaten / Kota di DIY

serta kendala yang

dihadapinya, yang

dipaparkan berdasarkan

hasil olah data yang

diperoleh.

Page 24: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

12

E. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian lapangan (field research) dengan

teknik wawancara, yakni komunikasi langsung antara penulis dengan pimpinan

dan Pelaksana pada LAZ yang oleh penulis dijadikan sampel subjek/objek dalam

penelitian. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya

ilmiah ini adalah:

1. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang diperlukan

maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian yang Deskriptif Kualitatif

yang bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu gambaran secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta yang berkenaan

dengan hubungan antar fenomena yg diteliti.10 Penulis akan mencari

gambaran tentang undang-undang pengelolaan zakat dengan melakukan

penelitian terhadap literatur pustaka dan juga dilengkapi dengan beberapa

wawancara langsung kepada Lembaga Amil Zakat.

2. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah:

a. Data Primer

Data pimer adalah yang didapat dari sumber pertama, dari individu

seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang bisa dilakukan

10 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 54.

Page 25: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

13

peneliti.11 Dalam penelitian ini data primer yang dikumpulkan diperoleh

dari hasil wawancara dengan pihak yang terkait dengan skripsi ini.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data primer yang diperoleh oleh pihak lain

atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh

pengumpulkan data primer atau oleh pihak lain.12 Data sekunder diambil

dari buku-buku, jurnal, internet, data penelitian terdahulu dan sumber

sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang relevan maka

dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Interview (wawancara)

Peneliti memberikan pertanyaan kepada Pimpinan dan Pelaksana

Lembaga Amil Zakat untuk mengetahui persepsi lebih dalam dari

permasalahan yang terjadi di seputar UU No. 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat.

b. Studi Pustaka

Peneliti mencari data dari buku-buku teks, artikel-artikel dan

sumber media cetak maupun elektronik yang berkaitan dengan tema dalam

skripsi ini.

11 Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000) h.16.

12 Ibid., hal.16

Page 26: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

14

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara

bersamaan dengan mengumpulkan data, sejak sebelum memasuki

lapangan, selama dilapangan dan setelah di lapangan. Proses analisis

bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus

menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau

mengklasifikasikannya dan menganalisa bisa dimulai dari data-data

konkrit, kemudian dihubungkan dengan dalil-dalil umum yang sudah

dianggap selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.13

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2012”

F. Sistematika Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan

masalah, tujuan penelitian, kajian studi terdahulu, kerangka teori,

metode penelitian dan statistika penelitian.

13 Moh Kasiram, Metodologi Penelitin Refleksi Pengembangan Pemahaman dan

Penguasaan Metodologi Penelitian, (UIN Malang Press. 2008)

Page 27: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

15

BAB II : SISTEM ADMINISTRASI ZAKAT DALAM NEGARA

Bab ini membahas tentang sejarah zakat dikelola oleh negara, fungsi

dan manfaat zakat dikelola negara, serta managemen zakat di

Indonesia.

BAB III : SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT DI LAZ

Bab ini berisi konsep lembaga amil zakat, lembaga amil zakat

sebagai organisasi nirlaba dan pertumbuhan serta persaingan

lembaga amil zakat di Indonesia.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan mengenai

permasalahan yang terjadi seperti: Bagaimana persepsi Pimpinan dan

Pelaksana dalam Lembaga Amil Zakat terhadap UU Zakat No. 23

Tahun 2011, Dampak yang dirasakan oleh LAZ setelah disahkannya

UU No. 23 Tahun 2011, dan Persepsi LAZ atas Judicial Review UU

No. 23 Tahun 2011.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan juga saran dari

penulis. Kesimpulan ini merupakan ikhtisar dari uraian pada bab-bab

sebelumnya.

Page 28: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

16

BAB II

SISTEM ADMINISTRASI ZAKAT DALAM NEGARA

A. Sejarah Zakat Dikelola Oleh Negara

Di Indonesia, sejak datangnya Islam ke tanah air, zakat telah menjadi salah

satu sumber untuk kepentingan pengembangan agama Islam. Dalam perjuangan

bangsa Indonesia menentang penjajahan Belanda pun, zakat, terutama bagian

sabilillah-nya merupakan sumber dana perjuanagan. Oleh karena itu, ketika satu

persatu wilayah tanah air kita dapat dikuasai oleh Belanda, Pemerintah Kolonial

itu mengeluarkan Bijblad Nomor 1892 tanggal 4 Agustus 1893, yang berisi

kebijakan Pemerintah Kolonial mengenai zakat. Alasan klasik rezim kolonial itu

adalah mencegah terjadinya penyelewengan keuangan zakat oleh penghulu atau

naib yang bekerja untuk melaksanakan administrasi kekuasaan Pemerintah

Belanda. Untuk melemahkan dana kekuatan rakyat yang bersumber dari zakat itu,

Pemerintah Hindia Belanda melarang semua pegawai pemerintah dan priyayi

pribumi untuk membantu pelaksanaan zakat. Larangan tersebut dituangkan dalam

Bijblad No. 6200 tertanggal 28 Februari 1905.

Setelah Indonesia merdeka, perhatian pemerintah secara kualitatif mulai

meningkat pada tahun 1968. Pada tahun itu pemerintah mengeluarkan Peraturan

Menteri Agama Nomor 4 dan Nomor 5/1968, masing-masing tentang

Page 29: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

17

pembentukan Badan Amil Zakat dan pembentukan Baitul Mal (Balai Harta

Kekayaan) ditingkat pusat dan provinsi dan ditingkat kabupaten dan kotamadya.1

Beberapa hari setelah peraturan Menteri Agama itu keluar, Presiden

Soeharto, dalam pidatonya pada malam peringatan Isra’ Mi’raj di Istana Negara

pada tanggal 20 Oktober 1968 mengeluarkan anjuran untuk menghimpun zakat

secara teratur dan terorganisasi. Anjuran presiden inilah yang menjadi pendorong

terbentuknya Badan Amil Zakat di berbagai provinsi di Indonesia, yang

dipelopori oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya. Atas prakarsa

Gubernur Pemda DKI Jaya, Ali Sadikin, berdirilah di Ibukota Badan Amil Zakat,

Infaq dan Sedekah pada tahun 1968. Diberbagai daerah tingkat provinsi saat itu,

berdiri pula badan serupa yang dipelopori oleh pejabat atau pemerintah setempat

yang didukung oleh para ulama dan pemimpin Islam.

Adanya perubahan (amandemen) Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999

dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 yang telah disahkan pada tanggal 27

Oktober 2011 diharapkan membawa perubahan sistem pengelolaan zakat di

Indonesia menjadi lebih baik dan terintegrasi.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 menempatkan BAZNAS sebagai

badan tunggal yang bertugas sebagai perencanaan, pengendalian, pelaporan,

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat di Indonesia. Sementara

itu, LAZ hanya diposisikan sebagai “pembantu” BAZNAS dalam pengelolaan

zakat.

1 Rahmat Raharjo, “Sejarah Perkembangan Zakat di Indonesia”, artikel diakses pada 25

Maret 2014 dari http://konsultasi-hukum-online.com/2013/07/sejarah-perkembangan-zakat-di-indonesia/

Page 30: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

18

Pengelolaan zakat secara tunggal oleh negara sejatinya merupakan hal

yang menggembirakan karena merujuk kepada banyak nash dan hadist yang

menjelaskan zakat merupakan kewenangan pemerintah.

B. Tujuan dan Manfaat Zakat Dikelola oleh Pemerintah

Pengelolaan zakat oleh Pemerintah Republik Indonesia memiliki banyak tujuan,

diantaranya adalah: 2

1. Menghindari pungutan double pajak dan zakat

2. Agar pengumpulan zakat dapat tertib dan optimal

3. Agar penyaluran zakat menjadi tepat sasaran dan produktif

4. Mendidik umat Islam agar membayar zakat harta sesuai dengan ketentuan

syariat Islam (adalah kewajiban pemimpin)

5. Pemerataan pendapatan dan mengurangi kecemburuan sosial serta

mengurangi tingkat kriminalitas

Adapun manfaat zakat dikelola oleh Pemerintah Indonesia ialah:

1. Dapat meningkatkan penerimaan negara dalam APBN, sehingga anggaran

pembangunan dapat ditingkatkan.

2. Dapat meningkatkan jumlah wajib pajak dan jumlah wajib zakat

(muzzaki)

3. Wajib zakat dapat di administrasikan secara akurat dan modern

2 Drs. H. M. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat oleh negara (Jakarta: Nuansa

Madani, 201) h. 39

Page 31: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

19

4. Tax ratio yang sekarang baru mencapai 12,1 % x PDB (produk domestik

bruto) dapat ditingkatkan menjadi 20 % x PDB (akumulasi penerimaan

pajak dan zakat harta dibandingkan PDB)

5. Pasal 34 UUD 1945 yang berbunyi :”Fakir miskin dan anak-anak terlantar

dipelihara oleh negara” yang selama ini belum pernah tercapai secara

optimal dapat terealisir karena fakir-miskin adalah salah satu golongan

(ashnaf) yang berhak menerima zakat harta.

6. Anggaran untuk pendidikan dapat ditingkatkan karena “pendidikan”

adalah termasuk salah satu golongan (ashnaf) yang berhak menerima zakat

harta sehingga pendidikan dapat dilaksanakan secara cuma-cuma dan gaji

guru dapat dinaikkan

7. Pengusaha kecil golongan ekonomi lemah dapat dibantu permodalannya

karena orang miskin (golongan ekonomi lemah) adalah salah satu

golongan (ashnaf) yang berhak menerima zakat harta.

C. Manajemen Zakat

1. Pengetian Manajemen

Manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, “management”

yang berakar kata “manage”, yang berarti “control” kontrol dan “succed”

sukses.3 Nampaknya dari kata ini dapat disimpulkan bahwa inti dari

manajemen adalah pengendalian hingga mencapai sukses yang diinginkan.4

3 Lihat A. S Hornby, Oxford Advanced Dictinary of Current English. (Oxford: Oxford

University Press, 1987) h. 517 4 Eri Sudewo, Manajemen Zakat. (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004) h. 63

Page 32: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

20

Adapun manajemen secara terminologi diartikan oleh James Stoner, seperti

dikutip Eri Sudewo, sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengawasan usaha para anggota organisasi dengan menggunakan sumber

daya yang ada agar mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Dalam Islam, manajemen secara letter lijk mungkin tidak dikenal, namun

secara substansial, manajemen merupakan salah satu inti ajaran Islam.5 Seperti

ibadah shalat di awal waktu merupakan perbuatan yang dianjurkan. Dimana

kita diharuskan mengelola waktu bukan hanya untuk bekerja namun juga tidak

melalaikan kewajiban shalat.

2. Manajemen Klasik dalam Pengelolaan Zakat

Terkait dengan zakat, manajemen nampaknya belum banyak diperhatikan

orang. Zakat masih dianggap persoalan yang ringan yang tidak perlu dikelola

secara profesional. Apalagi ketika disebut zakat, orang segera mempersepsikan

zakat fitrah dalam benaknya dan zakat fitrah cukup dilaksanakan di akhir bulan

ramadhan. Dengan demikian, manajemen tidak diperlukan dalam pengelolaan

zakat.

Ada 8 tradisi yang telah membuat pengelolaan zakat di Indonesia

menjadi tidak maksimal, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sikap Penyepelean

5 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. (Malang: UIN-Malang Press, 2007)

h. 72

Page 33: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

21

Pengelolaan zakat dianggap sepele karena zakat sifatnya hanya

bantuan dan pengelolaan bantuan itu merupakan pekerjaan sosial semata.

Keseriusan dalam pengelolaan zakat bukan merupakan kenisyacaan.

Pekerjaan sosial bisa dilakukan dengan santai dan tanpa beban. Pandangan

semacam ini semakin memperkeruh situasi, sebab kebanyakan pengelola

zakat menganggap bahwa mereka tidak terlalu membutuhkan zakat..

Penyepelean terhadap zakat akan berakibat kepada tidak terpenuhinya

kebutuhan orang-orang yang secara ekonomi kurang beruntung.

2. Pekerjaan Sampingan

Pekerjaan sosial adalah pekerjaan kedermawanan hati seseorang.

Dengan demikian, rasa sosial ini akan sangat tergantung dengan suasana

hati. Pekerjaan sosial dianggap pekerjaan sampingan yang tidak istimewa.

Tidak ada penghargaan tinggi terhadap jenis pekerjaan ini karena dianggap

cukup dikerjakan seadanya dan sederhana. Pekerjaan sosial semacam

pengelolaan zakat merupakan pekerjaan kelas dua. Cara pandang yang

meremehkan pengelolaan zakat semacam ini tentu membuat orang akan

segan menekuni bidang pengelolaan zakat. sentimen masyarakat terhadap

pekerja zakat akan membuat masyarakat semakin malas mengelola zakat

secara profesional.

3. Tanpa Manajemen

Pengelolaan zakat seringkali tanpa bentuk manajemen yang jelas.

Semua berjalan sesuai dengan intuisi masing-masing. Manajemen dalam

Page 34: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

22

arti sesungguhnya tidak dikenal. Pembagian tugas dan struktur organisasi

hanya formalitas tanpa adanya alasan yang jelas. Struktur hanya

disesuaikan dengan keinginan sang pengelola atau si pendiri bukan

berdasarkan kebutuhan riil organisasi. Efeknya organisasi bisa berjalan

namun lambat, biasanya hanya di awal saja organisasi tersebut berjalan

namun lambat laun akan timbul kejenuhan, kecemburuan kerja dan

akhirnya yang bekerja hanya beberapa gelintir orang saja karena yang lain

mengundurkan diri atau sengaja tidak aktif. Akhirnya, organisasi tanpa

manajemen yang jelas akan mandeg atau akan berjalan ditempat.

4. Tanpa Seleksi Sumber Daya Manusia

Salah satu kebiasaan lembaga nirlaba di Indonesia termasuk

lembaga pengelola ZIS adalah tidak serius dalam seleksi SDM pengelola.

Jarang sekali ada sistem rekrutmen yang paten, apalagi fit and proper test

yang dirasa terlampau berlebihan. Pandangan bahwa pekerjaan sosial

merupakan pekerjaan mudah yang tidak butuh orang-orang profesional

menyebabkan tidak adanya seleksi yang ketat.

5. Ikhlas Tanpa Imbalan

Pola bekerja di yayasan sosial, panti maupun lembaga pengelolaan

ZIS masih berupa pengabdian yang tak perlu mendapat hak, lebih-lebih

menuntut upah yang layak. Jika ada tuntutan semacam itu, orang dianggap

tidak ikhlas, tidak punya rasa pengabdian dan bisa jadi dianggap tidak

islami. Meminta imbalan berarti merusak niat untuk beribadah. Dengan

Page 35: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

23

demikian, imbalan bukan menjadi agenda yang utama, yang penting kerja.

Namun, siapa yang mau bekerja tanpa imbalan? Wajar kalau kemudian

orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan zakat adalah orang-orang

yang memberikan sisa-sisa waktu dan bekerja apa adanya. Semangat yang

diberikanpun juga tinggal sisa. Sehingga pengelolaan zakat tidak berjalan

secara maksimal.

6. Kreativitas Rendah

Pengelolaan tradisional biasanya cenderung pasif, kurang kreatif,

dan tidak inovatif. Para pelaksananya lebih sering menikmati keadaan dan

segan untuk melakukan terobosan-terobosan baru. Padahal, lambaga

semacam ini perlu orang-orang yang mempunyai cita-cita yang tinggi dan

mau bereksplorasi untuk menemukan solusi jitu dalam usaha

meningkatkan kemakmuran umat. Kehidupan organisasi menjadi

monoton, seolah-olah tidak perlu repot mengikuti grak langkah zaman.

7. Minus Monitoring dan Evaluasi

Salah satu dampak dari lemahnya kretiviatas dan tiadanya

manajemen adalah tidak adanya sistem monitoring dan evaluasi. Jalannya

organisasi masih sangat tergantung pada pimpinan yang menjadi kata

kunci dalam kebanyakan organisasi nirlaba. Model organisasi yang terlalu

banyak menggantung kepada eksistensi pimpinan menyebabkan lemahnya

sitem pengawasan dan evaluasi. Dengan tidak adanya kedua elemen

Page 36: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

24

tersebut, dapat dibayangkan bahwa lembaga itu akan sulit berbenah

apalagi berkembang untuk bersaing dengan lembaga lain.

8. Tidak Biasa Disiplin

Kedisiplinan akan menyulitkan sebuah organisasi untuk

berkembang, bersaing dengan kompetitor yang telah menerapkan disiplin

sebagai salah satu prinsipnya.

3. Manajemen Modern dalam Pengelolaan Zakat

Menurut Jones Stoner, model manajemen sederhana adalah sebagai

berikut proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan

(actuating), pengawasan (controling). Keempat aktivitas tersebut telah dirangkum

oleh Eri Sudewo dalam buku Manajemen Zakat, berikut beberapa poin penting:6

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu aktifitas untuk membuat rancangan-

rancangan agenda kegiatan yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi.

Perencanaan itu bisa terkait dengan waktu dan strategi. Perencanaan model

pertama , sering dibagi dalam tiga pembabakan, yaitu perencanaan jangka

pendek, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang.

Yang dimaksud dengan perncanaan jangka pendek adalah perencanaan

yang dibatasi waktunya hanya satu tahun, sedangkan perncanaan jangka

menengah biasanya akan dilakukan dalam kisaran waktu antara satu

6 Ibid, h. 79

Page 37: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

25

hingga tiga tahun. Untuk perencanaan jangka panjang waktu yang

dibutuhkan adalah tiga sampai lima tahun. Kisaran waktu tersebut bisa

diubah sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Yang penting dalam

perencanaan ini adalah adanya kegiatan yang jelas dan berkesinambungan

yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi dengan standar pencapaian

yang dicanangkan.

Perencanaan strategis adalah perencanaan yang digunakan untuk

menjaga fleksibilitas rencana jangka panjang akibat berubahnya situasi.

Rencana strategis ini bertujuan untuk menjaga eksistensi organisasi

sehingga tetap bertahan. Perbedaan dengan perencanaan berdasarkan

waktu adalah perencanaan berdasarkan waktu menekankan pada

harmonisnya organisasi dalam beradaptasi, sedangkan perencanaan

strategis justru dibuat untuk meredam gejolak yang dapat mengguncang

harmoni tersebut. Perencanaan strategis akan mampu menjaga organisasi

dari kehancuran akibat perubahan yang begitu cepat.

Dalam pengelolaan zakat, rencana strategis merupakan suatu unsur

yang tidak dapat dipisahkan. Ada beberapa alasan tentang hal tersebut:7

a. Masalah kepercayaan. Di dalam masyarakat kita, kepercayaan

menjadi barang asing dan mahal. Kepercayaan akan muncul jika

orang lain yang menyampaikan. Oleh sebab itu, kepercayaan butuh

waktu lama untuk diraih. Orang-orang yang mengelola zakat

7 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. (Malang: UIN-Malang Press, 2007)

Page 38: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

26

adalah salah satu kuncinya. Lembaga zakat akan dapat dipercaya

jika pengelolaannya benar-benar sesuai dengan kemauan

masyarakat, yakni lembaga yang jujur, amanah dan profesional.

b. Mayarakat. Masyarakat memiliki logika sendiri dalam menilai

sebuah organisasi dalam menilai sebuah organisasi. Secara sosial,

zakat merupakan bentuk ibadahyang memiliki hubungan nyata

dengan masyarakat. Zakat menuntut tumbuhnya lembaga-lembaga

zakat yang memiliki integritas tinggi dengan harapan lembaga

zakat tidak hanya memberikan santunan, akan tetapi dapat

merumuskan metode penanggulangan kemiskinan secara terencana.

c. Pemeliharaan. Mayarakat kita tergolong senang mendirikan

organisasi namun agak segan memiliharanya. Sehingga

diperlukannya pemeliharaan agar lembaga zakat dapat berkembang

dan menjalanakan fungsi sebagai mana mestinya.

b. Pengorganisasian

Yang dimaksud dengan pengorganisasian adalah cara yang

ditempuh oleh sebuah lembaga untuk mengatur kinerja lembaga termasuk

para anggotanya. Pengorganisasian tidak lepas dari koordinasi, yang sering

didefinisikan sebagai upaya penyatuan sikap dan langkah dalam sebuah

organisasi untuk mencapai tujuan.

Page 39: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

27

Koordinasi setidaknya dikaitkan dalam beberapa faktor, yaitu:8

Pimpinan

Dalam sebuah organisasi, termasuk lembaga zakat, sedikit

banyak akan tergantung dengan pimpinannya. Oleh sebab itu,

organisasi harus melibatkan pihak pimpinan agar diketahui kemana

arah organisasi yang diinginkan pimpinan. Walalupun begitu

pimpinan tidak bisa seenaknya memaksakan kehendaknya kepada

anggotanya. Justru dengan koordinasi inilah akan hilang

penyumbat kebuntuan komunikasi antara pimpinan dengan

bawahan.

Kualitas Anggota

Disamping pemimpin, organisasi membutuhkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Kapasitas anggota akan menjadi unsur

penting dalam membangun citra (image) organisasi. Potensi

beragam dari para anggota lembaga tersebut akan menghasilkan

kekuatan besar bila dikoordinir dengan baik.

Sistem

Sistem yang baik akan menjadikan sebuah organisasi lebih

lama bertahan hidup. Sistem ini antara lain meliputi struktur

organisasi, pembagian kerja, mekanisme birokrasi, sistem

8 Eri Sudewo, Manajemen Zakat. (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004)

Page 40: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

28

komunikasi, dan transparansi anggaran. Jika semua sistem itu

berjalan baik, tentu lembaga itu akan mudah memperoleh

kesuksesan.

c. Pelaksanaan dan Pengarahan

Pelaksanaan dalam sebuah manajemen adalah aktualisasi

perencanaan yang dicanangkan oleh organisasi sedangkan pengarahan

adalah proses penjagaan agar pelaksanaan program kegiatan dapat berjalan

sesuai dengan rencana. Dalam pelaksanaan ada beberapa komponen yang

sangat diperlukan, diantaranya adalah motivasi, komunikasi dan

kepemimpinan.

Motivasi akan memunculkan semangat bekerja dan pantang

menyerah saat menhadapi pelbagai tantangan dan hambatan. Untuk

memotivasi anggota organisasi dibangun sikap kebersamaan dan

keterbukaan sehingga anggota yang baru masuk sekalipun akan merasa

menjadi bagian utuh dalam kiprahnya.

Komponen penting lainnya dalam tahap pelaksanaan adalah

komunikasi. Komunikasi merupakan kegiatan untuk menyampaikan

informasi secara timbal balik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.

Terhentinya informasi akan menyebabkan kemacetan interaksi sehingga

pada akhirnya memunculkan masalah baru. Oleh karena itu, jalannya arus

informasi harus berlangsung secara lancar.

Page 41: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

29

Unsur terakhir yang penting dalam pelaksanaan adalah

kepemimpinan. Kepemimpinan adalah unsur esensial dalam sebuah

organisasi seiring sinyalemen umum bahwa warna organisasi sangat

tergantung siapa yang memimpinnya. Kepemimpinan yang baik tidak lahir

dari konflik kepentingan yang akan memenangkan kelompoknya dan

menghancurkan lawannya. Sesungguhnya, pemimpin yang diidzmkan

adalah sosok pemimpin yang menjadi tumpuan harapan semua orang,

bukan kelompok atau golongan tertentu.

d. Pengawasan

Pengawasan merupakan proses untuk menganjurkan aktivitas

positif dan mencegah perbuatan yang menyalahi aturan. Pengawasan

berfungsi sebagai pengawal agar tujuan dalam organisasi dapat tercapai.

Pengawasan dalam lembaga zakat, setidaknya ada dua substansi,

pertama, secara fungsional, pengawasan terhadap amil telah menyatu

dalam diri amil. Pengawasan inheren semacam ini akan menjadikan amil

merasa bebas bekerja dan berkreasi karena selain bekerja, amil juga

melakukan ibadah.

Kedua secara formal, lembaga zakat memiliki Dewan Syariah yang

secara struktural berada dibawah ketua lembaga zakat. dewan syariah

yang terdiri atas para pakar yang ahli dibidangnya bertugas untuk

mengesahkan setiap program yang dibuat lembaga zakat. jika nanti

ditemukan penyimpangan dan ketidakberesan dalam aplikasi program

Page 42: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

30

kegiatan, dewan ini berhak mengontrol dan kalau perlu menghentikan

program tersebut.

D. Pola Distribusi Zakat

Pola Pendistribusian Zakat

a) Pengertian Pola

Pola adalah gambaran yang di pakai untuk contoh. Pola adalah

bentuk yang di pakai sebagai acuan atau dasar membuat/melaksanakan

sesuatu yang dapat menguntungkan manusia. Pola pendistribusian zakat

adalah bentuk penyaluran dana zakat dari muzzaki kepada mustahik

dengan melalui amil.

b) Macam-macam Pola Pendistribusian Zakat

Melihat pengelolan zakat pada masa Rasulullah SAW dan para

sahabat kemudian di aplikasikan pada kondisi sekarang, didapati bahwa

penyaluran zakat dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yakni bantuan

sesaat (pola tradisonal/konsumtif) dan pemberdayaan (pola

kontemporer/produktif.

• Pola Tradisional/Konsumtif (Bantuan Sesaat)

Pola tradisional yaitu penyaluran batuan dana zakat diberikan

langsung kepada mustahik. Dana yang disalurkan memang

ditujukan unutk mustahik dalam bentuk bantuan yang bersifat

Page 43: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

31

konsumtif seperti bantuan pangan, pakaian, pendidikan, kesehatan

dan tempat tinggal.9 Hal ini akan menimbulkan multiplier effect,

seperti yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Skema Efek Pengganda dalam Zakat

Secara ekonomi di jelaskan sebagai berikut: diasumsikan bantuan zakat

diberikan dalam bentuk konsumtif. Bantuan konsumtif yang diberikan kepada

mustahik meningkatkan daya beli mustahik tersebut terhadap barang

kebutuhannya. Peningkatan daya beli atas suatu barang akan berimbas pada

peningkatan produksi suatu perusahaan, imbas dari peningkatan produksi adalah

penambahan kapasitas produksi dalam hal ini berarti perusahaan akan menyerap

tenaga kerja lebih banyak.

Sementara itu, peningkatan produksi akan meningkatkan pajak terhadap

negara. Bila penerimaan negara bertambah maka negara akan mampu menyiapkan

9 Nana Mintarti, dkk, Indonesia Zakat & Development report 2012 (Ciputat: IMZ 2012) h. 94

Muzzaki Mustahik Produksi

Meningkat

Produksi

Meningkat

Peningkatan Negara

Mengingkat

Pembangunan Meningkat

Daya Beli Meningkat Zakat

Pajak Dana Pembangunan

Investasi Meningkat

Page 44: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

32

sarana dan prasarana untuk pembangunan dan mampu menyediakan fasilitas

publik bagi masyarakat.

• Pola Kontemporer/Produktif (Bantuan Pemberdayaan)

Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang

ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha/bisnis.

Dengan penyaluran zakat dengan bantuan pemberdayaan, diharapkan para

mustahik nantinya akan menjadi mandiri dan tidak lagi bergantung dengan

orang lain serta dapat berubah menjadi muzzaki. Hal tersebut dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.

Skema Penyaluran Zakat Produktif

1

4 2

3

Penjelasan:

1. Zakat diberikan kepada mustahik dalam bentuk modal usaha atau kursus

keterampilan.

Muzzaki Mustahik

Mustahik Mempunyai Penghasilan

Mempunyai Pekerjaan

Page 45: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

33

2. Mustahik mempunyai pekerjaan.

3. Mustahik mempunyai penghasilan tetap.

4. Pada akhirnya mustahik berubah menjadi muzzaki.

E. Konsep Keamilan

Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Fiqh Zakat, menyatakan bahwa

seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki

beberapa persyaratan sebagai berikut:10

1. Beragama Islam. Zakat adalah salah satu urusan utama kaum

muslimin yang termasuk rukun Islam yang ketiga. Karena itu,

sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus

oleh sesama muslim.

2. Mukallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap

menerima tanggung jawab mengurus umat.

3. Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting, karena

berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzzaki akan

dengan rela menyerahkan zakatnya, jika lembaga zakat memang

patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam

bentuk transparansi (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan

pertanggungjawaban secara berkala dan juga ketepatan

penyalurannya sejalan dengan ketentuan syari’ah islammiyah.

10 Didin Hafidhuddin, Strategi Pengelolaan Zakat di Indonesia, Forum Zakat, 2011. h.

144

Page 46: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

34

4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan

ia mampu melakukan sosialisai segala sesuatu yang berkaitan

dengan zakat kepada masyarakat. Dengan pengetahuan tentang

zakat yang relatif memadai, para amil zakat diharapkan terbebas

dari kesalahan dan kekeliruan yang diakibatkan dari kebodohannya

pada masalah zakat tersebut. Pengetahuan yang memadai tentang

zakat ini pun akan mengundang kepercayaan dari masyarakat.

5. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-

baiknya. Amanah dan jujur merupakan syarat yang sangat penting,

akan tetapi juga harus ditunjang oleh kemampuan dalam

melaksanakan tugas. Perpaduan antara amanah dan kemampuan ini

yang akan menghasilkan kinerja yang optimal.

6. Kesungguhan amil zakat dalam menjalankan tugasnya. Amil zakat

yang baik adalah amil zakat yang full-time dalam melaksanakan

tugasnya, tidak asal-asalan dan tidak pula sambilan. Banyaknya

amil zakat yang sambilan dalam masyrakat kita menyebabkan amil

zakat tersebut pasif dan hanya menunggu kedatangan muzzaki

untuk membayarkan zakatnya atau infaqnya. Dan sebagian besar

adalah bekerja pada bulan Ramadhan saja. Kondisi semacam ini

harus segera dihentikan dan diganti dengan amil-amil yang serius,

sungguh-sungguh dan menjadikan pekerjaan amil zakat sebagai

pilihan hidupnya.

Page 47: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

35

F. Hambatan Dalam Pengelolaan Zakat Nasional

Dalam perkembangan zaman, pengelolaan zakat menghadapi beberapa

kendala atau hambatan sehingga seringkali pengelolaannya masih belum optimal

dalam perekonomian.11

1. Minimnya sumber daya manusia yang berkualitas

Pekerjaan menjadi seorang pengelola zakat (amil) belumlah

menjadi tujuan hidup atau profesi dari seseorang. Menjadi seorang amil

belumlah menjadi pilihan hidup, karena tidak ada daya tarik disana.

Padahal lembaga amil membutuhkan banyak sumber daya manusia yang

berkualitas agar pengelolaan zakat dapat profesional, amanah, akuntabel

dan transparan.

2. Pemahaman fikih amil yang belum memadai.

Masih minimnya pemahaman fikih zakat dari para amil masih

menjadi salah satu hambatan dalam pengelolaan zakat. sehingga

menjadikan fikih hanya dimengerti dari segi tekstual semata bukan

konteksnya. Kekakuan dalam memahami fikih zakat menyebabkan mereka

memandang zakat hanya dapat diberikan dalam bentuk konsumtif semata

dan tidak diperkenankan untuk sesuatu hal yang produktif.

3. Rendahnya kesadaran masyarakat.

Masih minimnya kesadaran membayar zakat dari masyarakat

menjadi salah satu kendala dalam pengelolaan dana zakat agar dapat

berdayaguna dalam perekonomian. Karena sudah elekat dalam benak

11 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makro Ekonomi Islam. Bandung: Alfabeta, 2010, h. 280

Page 48: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

36

sebagian kaum muslim bahwa perintah zakat hanya diwajibkan pada bulan

Ramadhan saja, itupun terbatas pada pembayran zakat fitrah. Padahal

zakat bukanlah sekedar ibadah yang diterapkan pada bulan Ramadhan

semata, melainkan juga dapat dibayarkan pada bulan-bulan selain

Ramadhan. Apabila kesadaran masyarakat akan pentingnya zakat bagi

peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran umat sudah semakin baik, hal

ini akan berimbas pada peningkatan penerimaan zakat.

4. Teknologi yang digunakan

Penerapan teknologi yang ada pada suatu lembaga zakat masih

sangat jauh apabila dibandingkan dengan yang sudah diterapkan pada

institusi keuangan. Hal ini tentu akan menjadi salah satu kendala

penghambat pendayagunaan zakat. teknologi yang diterapkan pada

lembaga amil masih terbatas pada teknologi yang standar.

5. Sistem informasi zakat

Lembaga amil zakat yang ada belum mampu mempunyai atau

menyusun suatu sistem informasi zakat yang terpada antar amil. Sehingga

lembaga amil zakat ini saling terintegrasi satu dengan yang lainnya.

G. Strategi Pengembangan Zakat di Indonesia

Dengan melihat pada kondisi kekinian dan hambatan yang menjadi

kendala perkembangan pengelolaan zakat di Indonesia, maka haruslah disusun

suatu strategi pengembangan dalam pengelolaan zakat sebagai berikut:12

12 Ibid, h. 283

Page 49: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

37

1. Membudayakan Kebiasaan Membayar Zakat

Harus mulai dicanangkan gerakan membayar zakat melalui tokoh-

tokoh agama tau bahkan dengan cara memasang iklan dimedia massa baik

cetak maupun elektronik. Sosialisasi kebiasaan membayar zakat harus

dilakukan secara serentak dan dengan koordinasi yang matang antar

lembaga, agar dapat menjadi budaya yang positif di masyarakat.

2. Penghimpunan yang Cerdas

Pada masa kini, strategi penghimpunan zakat secara tradisional

sudah tidak dapat dipergunakan lagi, yang hanya tunggu bola, menuggu

datangnya muzzaki datang ketempat amil. Saat ini amil harus mau untuk

lebih bekerja keras dalam menghimpun dana masyarakat, strategi yang

dipakai adalah strategi jemput bola, yaitu amil harus mendatangi dan

mendekati para muzzaki agar mau mengeluarkan zakatnya.

3. Perluasan Bentuk Penyaluran

Pola-pola penyaluran tradisional yang selama ini banyak

diterapkan oleh lembaga pengelola zakat secara tradisional harus diubah

agar bentuk penyaluran yang ada mampu menjadikan mustahik menjadi

mandiri dan tidak lagi bergantung kepada pihak lain. Mustahik tidak lagi

hanya diberi “ikan” tetapi mulai diberi “kail”, dimana nantinya mustahik

tersebut diharapkan mampu mendapatkan hasil yang berkesinambungan

dari “kail” yang diberikan.

Page 50: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

38

4. Sumber Daya Manusia yang Berkualitas

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu

prasyarat agar suatu lembaga amil zakat dapat semakin berkembang dan

mampu mendayagunakan dana zakat yang mereka miliki untuk

kemaslahatan umat.

5. Fokus dan Program

Seringkali kelemahan para lembaga pengelola zakat saat ini adalah

memiliki ambisi untuk menjangkau semua aspek kehidupan, hal ini

berakibat tidak fokusnya program-program yang mereka lakukan,

sehingga dapat mengakibatkan tujuan utama pendayagunaan zakat untuk

mengentaskan mustahik dari jurang kemiskinan justru tidak optimal.

Page 51: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

39

BAB III

SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT

A. Konsep Lembaga Amil Zakat

1. Pengertian dan Tujuan Lembaga Amil Zakat

Lembaga amil zakat merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang

pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah. Definisi menurut Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayaagunaan zakat. 1

Pengelolaan zakat bertujuan :

a) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan

zakat; dan

b) Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

2. Fungsi Lembaga Amil Zakat

Menurut Ridwan (2005) Organisasi pengelola zakat apapun bentuk

dan posisinya secara umum mempunyai dua fungsi yakni :

1 Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Legalitas Pengelolaan

Zakat Oleh Lembaga Amil Zakat

Page 52: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

40

1. Sebagai perantara keuangan

Amil berperan menghubungkan antara pihak Muzakki dengan

Mustahiq. Sebagai perantara keuangan, amil dituntut menerapkan azas

trust (kepercayaan). Sebagai layaknya lembaga keuangan yang lain, azas

kepercayaan menjadi syarat mutlak yang harus dibangun. Setiap amil

dituntut mampu menunjukkan keunggulan masing–masing sampai terlihat

jelas positioning organisasi, sehingga masyarakat dapat memilihnya.

Tanpa adanya positioning, maka kedudukan akan sulit berkembang.

2. Pemberdayaan

Fungsi ini, sesungguhnya upaya mewujudkan misi pembentukan

amil, yakni sebagaimana muzakki menjadi lebih berkah rezekinya dan

ketentraman kehidupannya menjadi terjamin di satu sisi masyarakat

Mustahiq tidak selamanya tergantung dengan pemberian bahkan dalam

jangka panjang diharapkan dapat berubah menjadi muzakki baru.

3. Keuntungan Pengelolaan Zakat oleh Lembaga Amil Zakat

Pengelolan zakat oleh lembaga amil zakat, memiliki beberapa keuntungan, antara

lain:

1. Untuk menjamin kepastian dan displin pembayar zakat.

2. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila

berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.

Page 53: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

41

3. Untuk mencapai efisien dan efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam

penggunaan harta zakat menurut skala perioritas yang ada pada suatu

tempat.

4. Untuk memperlihatkan syi'ar Islam dalam semangat penyelenggaraan

pemerintahan yang islami.

4. Persyaratan Lembaga Amil Zakat

Izin lembaga amil zakat hanya diberikan apabila memenuhi

persyaratan sebagai berikut:2

a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola

bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;

b. Berbentuk lembaga berbadan hukum;

c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;

d. Memiliki pengawas syariat;

e. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk

melaksanakan kegiatannya;

f. Bersifat nirlaba;

g. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan

umat; dan

2 Pasal 18 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Page 54: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

42

h. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

5. Struktur Organisasi Lembaga Amil Zakat

Struktur organisasi lembaga pengelola zakat, terutama yang

berbentuk lembaga amil zakat yang milik swasta atau masyarakat biasanya

mengacu pada UU Yayasan. Hal ini terjadi karena struktur organisasi dari

lembaga pengelola zakat mengacu pada UU Yayasan dan juga harus

berbadan hukum yayasan. Untuk menghindari terjadinya dualisme dalam

pandangan atas kedua UU tersebut, maka lembaga pengelola zakat harus

memiliki unsur-unsur yang ada di bawah ini:3

1. Dewan Pembina

Dewan Pembina bertugas untuk:

a. Memberikan nasihat dan arahan kepada dewan

pengurus atau manajemen lembaga pengelola zakat

b. Memilih, menetapkan, dan juga memberhentikan dewan

pengawas syariah

c. Mengangkat dan memberhentikan dewan pengurus

d. Menetapkan arah dan kebijakan organisasi

3 Mahmudi, Sistem Akuntansi Organisasi Pengelolaan Zakat, (Yogyakarta: P3EI Press,

2009)

Page 55: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

43

e. Menetapkan berbagai program organisasi

f. Menetapkan RKAT (Rencana Kerja Anggaran

Tahunan) yang diajukan pengurus.

2. Dewan Pengawas Syariah

a. Melaksanakan fungsi pengawasan atas kegiatan yang

dilakukan oleh pihak manajemen yang terkait dengan

kepatuhan terhadap ketentuan syariah

b. Memberikan koreksi dan juga saran perbaikan kepada

pihak manajemen bila terjadi penyimpangan terhadap

ketentuan syariah

c. Memberikan laporan atas pelaksanaan pengawasan

kepada dewan pembina.

3. Dewan Pengurus/Manajemen Lembaga Pengelola Zakat

Secara umum, tugas yang dilaksanakan oleh pihak manajemen

adalah untuk melaksanakan arah dan juga kebijakan umum dari

lembaga pengelola zakat dan juga merealisir berbagai rencana

yang sudah ditetapkan oleh pihak pengurus. Adapun berbagai

bagian yang ada didalam dewan pengurus terdiri dari:

Page 56: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

44

a. Ketua atau direktur. Tugas utama yang dilaksanakan

memastikan pencapaian dar berbagai tujuan yang

dilaksanakan oleh lembaga pengelola zakat.

b. Bagian penyaluran ZIS. Membuat program kerja

distribusi ZIS dan juga melaksanakan pendistribusian

ZIS tersebut.

c. Bagian keuangan. Bertugas membuat laporan keuangan

dari lembaga pengelola zakat dan juga melakukan

pengelolaan aset-aset yang dimiliki oleh lembaga

pengelola zakat. dalam bagian keuangan juga terdapat

bagian akuntansi, bendahara, dan juga internal audit.

d. Koordinator program. Menyusun dan juga

melaksanakan berbagai program yang dilakukan oleh

lembaga pengelola zakat, serta menyusun laporan

kinerja lembaga pengelola zakat.

e. Bagian pembinaan mustahik. Melakuakan pendataan

mustahik yang ada dan lalu mencatat dalam data

mustahik yang dimiliki oleh lembaga pengelola zakat.

Selain itu, juga melakukan pembinaan terhadap

mustahik, dan melakukan pemantauan atas berbagai

program distribusi ZIS kepada para mustahik.

Page 57: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

45

f. Bagian pengumpulan dana ZIS. Bertugas untuk

melakukan pengumpulan dana ZIS di wilayah yang

menjadi tanggung jawab serta menyetorkan berbagai

dana ZIS tersebut kepada pihak bendahara ZIS.

B. Lembaga Amil Zakat sebagai Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang

bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik

publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-

hal yang bersifat mencari laba (moneter). organisasi nirlaba meliputi keagamaan,

sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis,

bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan,

serikat buruh.4

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi

nirlaba adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam

menjalankan usaha atau kegiatannya. Dalam organisasi nirlaba pada umumnya

sumber daya atau dana yang digunakan dalam menjalankan segala kegiatan yang

dilakukan berasal dari donatur atau sumbangan dari orang-orang yang ingin

membantu sesamanya. Tujuan organisasi nirlaba yaitu untuk membantu

masyarakat luas yang tidak mampu khususnya dalam hal ekonomi.

Organisasi nirlaba pada prinsipnya adalah alat untuk mencapai tujuan

(aktualisasi filosofi) dari sekelompok orang yang memilikinya. Karena itu bukan

4Wikipedia, “Organisasi Nirlaba”, artikel di akses pada 1 November 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_nirlaba

Page 58: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

46

tidak mungkin diantara lembaga yang satu dengan yang lain memiliki filosofi

(pandangan hidup) yang berbeda, maka operasionalisasi dari filosofi tersebut

kemungkinan juga akan berbeda. Karena filosofi yang dimiliki organisasi nirlaba

sangat tergantung dari sejarah yang pernah dilaluinya dan lingkungan

poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan budaya) tempat organisasi nirlaba itu

ada.

Melihat tugas dan fungsi dari Lembaga Amil Zakat, dapat disimpulkan

bahwa LAZ merupakan salah satu lembaga nirlaba yang ada di Indonesia. Oleh

karena itu LAZ memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Sumber daya, baik berupa dana maupun barang semuanya merupakan

pemberian dari donatur dimana donatur berharap pemberian dari mereka

tersebut dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

2. Menghasilkan program kerja berupa jasa layanan kepada masyarakat

dan tidak mencari laba dalam pelayanan tersebut, kalaupun menghasilkan

laba, laba tersebut akan digunakan kembali untuk program selanjutnya.

3. LAZ bukanlah milik perorangan atau kelompok, melainkan milik

ummat karena dananya berasal dari masyarakat. Sehingga kepemilikan

dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus

kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi

pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran

entitas.

Page 59: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

47

C. Pertumbuhan dan Persaingan antar Lembaga Amil Zakat di Indonesia

Munculnya Badan Amil Zakat di Indonesia merupakan langkah awal dari

dimulainya pengelolaan zakat melalui sebuah lembaga. Menteri Agama

menerbitkan Peraturan Menteri Agama No. 4 tahun 1968 tentang Pembentukan

Badan Amil Zakat dan Peraturan Menteri Agama No.5 tahun 1968 tentang

Pembentukan Baitul Mal yang berfungsi sebagai pengumpul zakat untuk

kemudian disetor kepada BAZ. Namun, atas seruan dan dorongan Presiden

berturut-turut pada peringatan Isra’ Mi’raj dan Idul Fitri 1968 keluarlah Instruksi

Menteri Agama No.1 tahun 1969 tentang Penundaan PMA No.4 dan 5 tahun

1968.5

Namun setelah itu, pengaturan dan pengelolaan zakat di Indonesia tidak

mengalami perkembangan yang signifikan, kecuali beberapa instruksi dan

himbauan tentang infaq dan sedekah. Hal ini menjadikan zakat relatif tidak

memberikan kontribusi positif dan konstruktif dalam menghadapi realitas problem

sosial ekonomi masyarakat dan negara. Sebelum tahun 1990, dunia perzakatan di

Indonesia memiliki beberapa karakteristik, antara lain zakat umumnya diberikan

langsung oleh muzakki kepada mustahik, jika pun melalui petugas zakat hanya

terbatas pada zakat fitrah yang bertugas temporer, kemudian zakat yang diberikan

pada umumnya hanya bersifat konsumtif dan harta objek zakat terbatas pada harta

yang secara eksplisit dikemukan dalam Al-Qur’an dan Hadist.

5 Sejarah Pengelolaan ZIS di Indonesia, artikel diakses pada 10 November 2013 dari

http://pujohari.wordpress.com/2009/09/

Page 60: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

48

Di awal tahun 90-an, muncul Lembaga Amil Zakat (LAZ) pertama yang

didirikan oleh Harian Umum Republika yang bernama Dompet Dhuafa. Hingga

pada tahun 1999 dengan UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan zakat,

semakin banyak LAZ lain yang bermunculan yang dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 3.1

Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia6

No. Organisasi Jumlah

1. BAZNAS 1

2. BAZDA Provinsi 33

3. BAZDA Kabupaten/ Kota 434

4. BAZ Kecamatan 4800

5. BAZ Kelurahan 24000

6. LAZNAS 18

7. LAZ Provinsi 16

8. LAZ Kabupaten/ Kota 31

9. UPZ 8680

Total 38013

6 Nana Mintarti, dkk, Indonesia Zakat & Development Report 2012 (Ciputat: IMZ, 2012)

Page 61: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

49

Hingga saat ini hanya ada 19 Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang

dikukuhkan secara resmi ditingkat pusat yang terdiri dari 1 BAZNAS dan 18

LAZ.

Banyaknya LAZ yang bermunculan menunjukkan besarnya potensi dana

ummat di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.2

Potensi Zakat Nasional7

No. Jenis Zakat Jumlah

(Rp Triliun)

Prosentase

terhadap PDB

1 Zakat Rumah Tangga

(Individu)

82,70 1,30

2 Zakat Industri:

Zakat perusahaan swasta

Zakat BUMN

Sub total

114,89

2,40

117, 29

1,84

3 Zakat Tabungan 17,01 0,27

TOTAL 217,0 3,40

7 Ibid., h. 26

Page 62: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

50

Sumber: BAZNAS dan FEM IPB (2011)

Dari sinilah fenomena fundraising zakat yang menyebar, yang mulai

dirasakan pengaruhnya oleh masyarakat. Fenomena munculnya banyak lembaga

zakat membawa dampak positif dan negatif dalam masyarakat. Dampak positifnya

adalah semakin besarnya dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) yang terkumpul.

Pertumbuhan dana ZIS Nasional dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Penghimpunan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Nasional 2007-20118

Tahun Jumlah

(Miliar Rupiah)

Pertumbuhan Tahunan

(Persen)

2007 740 -

2008 920 24,32

2009 1200 30,43

2010 1500 25,00

2011 1800 20,00

*Data hingga November 2011

Besarnya pertumbuhan dana ZIS tentunya menggembirakan bagi semua

pihak. Dengan tumbuhnya dana ZIS diharapkan permasalahan utama yaitu

8 Ibid., h. 2

Page 63: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

51

kemiskinan dapat ditanggulangi. Kemiskinan itu dekat dengan kekufuran,

ketidakberdayaan, keterbelakangan, kematian. Maka kemiskinan adalah musuh

sesungguhnya yang perlu mendapatkan perhatian dari LAZ.

Namun, banyaknya LAZ juga memunculkan permasalahan baru bagi

pengelolaan zakat, karena LAZ cenderung independen dan membuat banyak

program yang tidak signifikan dan lemah koordinasi antar lembaga zakat. Dari

sinilah LAZ terkesan bersaing satu sama lain, bahkan hampir tiap LAZ memiliki

program yang serupa namun dikemas dengan kemasan yang berbeda. Mereka

cenderung latah terhadap program lembaga zakat yang telah ada.

Dalam pengembangan program pemberdayaan zakat, kecenderungan LAZ

menerapkan program lebih kepada sisi percobaan, kemudian dilihat bagaimana

tingkat keberhasilannya, sementara desain yang bersifat terstruktur, menyeluruh

dan berkelanjutan masih dihindari, untuk tidakmengatakan dibaikan. Ada tiga

asumsi yang bisa menjelaskan kasus ini. Pertama, dana yang tersedia terbatas

(karena dilakukan oleh satu lembaga), sehingga pengalokasian dana bersifat trial

dan eror. Kedua, bentuk program diharapkan menjadi daya tarik masyarakat untuk

berpartisipasi, baik bersifat dana maupun tenaga. Ketiga, LAZ masih

menekann=kan misi LSM yang bersifat konformisme dan reformasi.9

Karena sibuk dengan urusan persaingan, LAZ terkadang lupa untuk

merancang program secara sungguh-sungguh bagi mustahik. Imbasnya, LAZ

9 Asep Saepudin Jahar, Masa depan Filantropi Islam Indonesia (Banjarmasin, 2010)

Page 64: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

52

lebih memilih merancanng program untuk mustahik yang populis. Padahal

program itu seringkali juga berasa tidak adil, tidak merata dan tidak esensial.

Bahkan dalam beberapa kasus program yang dilakukan hanya berorientasi

pada perbaikan masalah di level tengah, bukan di akarnya, sehingga pelaksanaan

program hanya menyelesaikan permasalahan jangka pendek, sementara masalah

utamanya yaitu kemiskinan tetap tidak teratasi.

Page 65: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persepsi Lembaga Amil Zakat terhadap Undang-Undang No.23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat

1. Pengaruh Pemberlakuan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat resmi

di undangkan dan masuk dalam Lembaran Negera Republik Indonesia bernomor

115 setelah ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada

tanggal 25 November 2011. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011

menggantikan UU No 38 tahun 1999 yang sebelumnya telah menjadi payung

hukum pengelolaan zakat. Struktur dari Undang-Undang Pengelolaan Zakat ini

terdiri dari 11 Bab dengan 47 Pasal. Tak lupa di dalamnya juga mencantumkan

ketentuan pidana dan ketentuan peralihan.1

Dalam undang-undang sebelumnya antara Badan Amil Zakat (BAZ) dan

Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam relasi sejajar, bahkan dalam situasi tertentu

cenderung pada posisi saling berhadap-hadapan (vis a vis). Sehingga memuncul

dikhotomi antara dua lembaga tersebut. BAZ seolah-olah milik pemerintah,

sedang LAZ punya masyarakat. Keadaan tersebut dinilai kurang kondusif

sehingga potensi zakat yang begitu besar terabaikan sehingga pengelolaan

maupun pendistribusian tidak memiliki arah, dimana saja wilayah mustahik yang

1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Page 66: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

54

lebih krusial, bahkan dikhawatirkan adanya penerima manfaat ganda, yang

diakibatkan tidak adanya sistem untuk mengetahui penerima manfaat dari masing-

masing BAZ maupun LAZ.2

Lahirnya UU No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat menimbulkan

banyak tanggapan yang bersifat mendukung maupun mengkritisi UU tersebut. UU

No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat hadir dengan membawa titik terang

bagi pengelolaan zakat di Indonesia. Namun, undang-undang tersebut belum

menutup segala permasalahan yang ada mengenai zakat. Harapan zakat dapat

dikelola secara maksimal dan lebih terkoordinir belum sepenuhnya dijawab dalam

undang-undang tersebut.

Sebelum Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

lahir, pengelolaan zakat telah dilakukan oleh masyarakat, baik oleh organisasi

(antara lain organisasi kemasyarakatan yang bergerak dibidang dakwah atau

pendidikan), organisasi berbadan hukum (yayasan), perkumpulan orang (seperti

pengurus atau takmir musholla), atau bahkan oleh satu atau beberapa orang yang

dianggap sebagai tokoh agama (alim ulama) dengan mengumpulkan dan membagi

zakat dalam komunitas tertentu dalam komunitas tertentu yang anggotanya dan

wilayahnya relatif kecil.

Pengelolaan zakat pada saat menggunakan payung UU No 38 tahun 1999

dirasakan kurang optimal dan memiliki kelemahan dalam menjawab

permasalahan zakat di tanah air.3 Selain itu pasal-pasal yang termaktub di

2 Puji Kurniawan, Legislasi Undang-Undang Zakat, (2013) 3 HM.Busro anggota Komisi VIII DRR-RI dari Fraksi Golongan Karya (Golkar)

Page 67: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

55

dalamnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam

masyarakat sehingga butuh pembaruan. Karena itu di dalam UU Nomor 23 tahun

2011 pengelolaan lebih terintegrasi dan terarah dengan mengedepankan

perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan. Problem

mendasar yang dihadapi pada rezim zakat terdahulu adalah adanya

kesimpangsiuran siapa yang harus menjadi leading sector.4

Dalam menyikapi terbitnya UU No. 23 Tahun 2011, LAZ terbagi menjadi

2 kelompok: yaitu kelompok pro dan kelompok kontra. Beragam komentar

bernada kontra dengan adanya UU ini seperti yang di katakan oleh Sukismo dari

PKPU bahwa UU No.23 Tahun 2011 tampaknya muncul dari keresahan

pemerintah dalam hal ini BAZNAS, karena tidak adanya fungsi pengawasan. Tapi

pengawasan dari pemerintah sifatnya pembatasan bukan pengawasan yang

sesungguhnya. Pemerintah seperti ingin membatasi pengumpulan zakat yang

dilakukan oleh swasta5

Pedapat berbeda di ungkapkan oleh M. Khoirul Muttaqin yang

mengatakan bahwa UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat dapat

membuka ruang bagi pribadi, alim ulama dan perkumpulan orang yang selama ini

tidak diwadahi dengan perizinan dan UU ini akan memperbanyak pelaku lembaga

zakat”.6 Yang dapat dilihat dari pendapat Bapak M. Khoirul adalah UU Zakat ini

membawa kepastian hukum bagi LAZ yang belum mempunyai legalitas hukum

4 Iskan Qolba Lubis, Anggota Komisi VIII DPR RI dari fraksi PKS (Partai Keadilan Sejahtera. INFOZ+ Edisi 16 Th VII Januari- Februari 2012. h.4

5 Wawancara penulis dengan Sukismo, External Relation Manager PKPU pada 6 November 2013, di Kantor PKPU, Jakarta

6 Wawancara penulis dengan M. Khoirul Muttaqin, President Director LAZISMU pada 29 Januari 2014, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta

Page 68: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

56

menjadi lembaga dapat menjadi lembaga yang legal, karena didalam UU No. 38

Tahun 1999, tidak mudah untuk mendirikan lembaga zakat.

2. Dampak Terhadap LAZ setelah di sahkannya Undang-Undang No. 23 Tahun

2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Pembaharuan hukum Islam dalam bentuk pengkodifikasian menjadi

perundang-undangan negara adalah bertujuan agar hukum Islam menjadi lebih

fungsional dalam kehidupan umat Islam. Begitu juga dengan diberlakukannya

Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Semua pegiat

zakat berharap, dengan adanya UU ini akan ada perbaikan dari semua sektor.

Bukan hanya perbaikan segi kelembagaan, tapi dari segi kesadaran masyarakat

dalam menyalurkan zakat melalui lembaga juga meningkat. Dengan demikian

penghimpunan zakat oleh pengelola zakat juga bertambah sehingga bermanfaat

bagi masyarakat miskin.

Fundraising merupakan bagian penting dari sebuah NGO (Non Goverment

Organization) yang termasuk didalamnya adalah Lembaga Amil Zakat.

Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka menghimpun dana dari

masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok,

organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk

membiayai program dan kegiatan operasional organisasi/ lembaga sehingga

mencapai tujuannya. Fundraising dalam pengertian ini memiliki ruang lingkup

lebih luas dari pengertian sebelumnya, Fundraising tidak hanya mengumpulkan

dana semata. Tetapi, juga segala bentuk partisipasi dan kepedulian yang diberikan

masyarakat kepada organisasi/ lembaga yang berbentuk dana dan segala macam

Page 69: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

57

benda dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan dan kesesuaian

dengan lembaga.7

LAZ tentunya bergantung kepada kegiatan fundraising. Untuk dapat

memaksimalkan penghimpunan dana, tentunya LAZ memiliki strategi fundraising

yang dilakukan. Beberapa strategi fundraising yang dilakukan oleh LAZ antara

lain:8

1. Kampanye Media

Kampanye media adalah strategi yang dilakukan oleh suatu

lembaga dalam rangka membangkitkan kepedulian masyarakat melalui

berbagai bentuk publisitas pada media massa. Beberapa teknik yang

dilakukan antara lain adalah dengan membuat berita dan pemasangan iklan

di media massa..

2. Direct Fundraising

Direct fundraising adalah strategi yang dilakukan oleh lembaga

dengan cara berinteraksi langsung dengan masyarakat, khususnya yang

berpotensi menyumbangkan dananya.. Teknik yang dapat dilakukan antara

lain:

a. Direct Mail, yaitu teknik penggalangan dana yang dilakukan

dengan cara mengirimkan surat kepada masyarakat calon donatur.

7 Pusat Informasi dan Studi Zakat, “Dasar Strategi Fundraising”, artikel diakses pada 4

April 2014 dari http://pistaza.wordpress.com/2011/10/08/dasar-strategi-fundraising/ 8 Dompet Dhuafa, “Startegi Fubdraising Zakat”, artikel diakses pada 4 April 2014 dari

https://www.dompetdhuafa.org/strategi-fundraising-zakat/

Page 70: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

58

b. Telefundraising, yaitu teknik penggalangan dana yang dilakukan

dengan cara melakukan kontak telepon kepada masyarakat calon

donatur.

c. Pertemuan Langsung, yaitu teknik penggalangan dana yang

dilakukan dengan cara melakukan kontak secara langsung dengan

masyarakat calon donatur.

d. Kerjasama Program, yaitu strategi yang dilakukan oleh lembaga

dengan cara bekerjasama dengan organisasi atau perusahaan

pemilik dana.

e. Fundraising Event, yaitu strategi yang dilakukan oleh lembaga

dengan cara menyelenggarakan sebuah event untuk pengumpulan

dana.

Terlepas dari kontroversi akan adanya pihak-pihak yang pro dan kontra

terhadap UU tersebut. Tentunya UU tesebut membawa beberapa dampak yang

dirasakan LAZ, seperti dampak terhadap strategi fundraising LAZ yang telah

biasa dilakukan, hal tesebut dirasakan oleh PKPU yang merasakan semakin

meningkatnya fundraising semenjak pemberlakuan UU No. 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat. Sedangkan untuk BAMUIS BNI dan Dompet Dhuafa

tidak adanya perubahan strategi fundraising pasca pemberlakuan UU No. 23

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Menurut M. Khorul Muttaqin bahwa

LAZISMU memang melakukan perubahan strategi fundraising tetapi perubahan

tersebut bukan dikarenakan adanya Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat.

Page 71: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

59

Dampak lain yang dirasakan pasca pemberlakuan UU No. 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat adalah dampak langsung terhadap LAZ. Berikut

merupakan dampak positif dan negatif dari pemberlakuan UU No. 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat yang dirasakan oleh BAMUIS BNI seperti yang di

ungkapkan Fiman Fathur Mafachir9:

Positifnya:

1. Akan adanya kepastian dari eksistensi LAZ dengan adanya BAZNAS

yang setara dengan kementrian (Badan Negara).

2. Dengan adanya UU Zakat ada ketetapan akan tata kelola zakat secara

nasional.

3. LAZ di akui dan menjadi jelas posisi dan perananya (sebagai pembantu

BAZNAS).

4. Zakat penghasilan/profesi menjadi hukum positif dalam penerapannya.

Negatifnya:

1. Sentralistik yang memicu berbagai penafsiran.

2. Kurang jelas posisi regulator dan koordinator (semoga dapat

diterjemahkan dalam Peraturan Pemerintah nantinya).

B. Persepsi Lembaga Amil Zakat Mengenai Pasal-pasal Krusial dalam Undang-

Undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

Hadirnya UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat memang

membawa angin segar bagi pengelolaan zakat di Indonesia. Namun, banyaknya

99 Wawancara pribadi bersama Fiman Fathur Mafachir, Divisi Akuntansi BAMUIS BNI pada 22 November 2013 di Kantor BAMUIS BNI , Jakarta

Page 72: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

60

kekurangan karena ada sejumlah pasal yang dianggap diskriminatif dan tidak

sesuai dengan realitas di lapangan yang di rasakan para pegiat zakat di Indonesia,

memunculkan beberapa pihak yang mengajukan uji materi ke Mahkamah

Konstitusi pada september 2012.

Persepsi terhadap beberapa pasal krusial dalam UU No. 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat antara lain:

Sentralisasi pengelolaan zakat oleh BAZNAS, dan LAZ sebagai pembantu

dari BAZNAS. Persoalan tata kelola organisasi zakat, pertama relasi

antara BAZNAS, BAZ dan LAZ. Persoalannya kemudian BAZNAS dan

BAZDA adalah sebagai regulator tapi juga sebagai operator, itu yang

masih menjadi persoalan.10 Banyak pihak yang berharap sebenarnya BAZ

memainkan peran menjadi regulator dan supervisor, tidak sebagai

operator. Hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 6, Pasal 7

ayat (1) dan pasal 17 sebagai berikut:

Pasal 5 ayat (1)

Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk BAZNAS.

Pasal 6

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas

pengelolaan zakat secara nasional.

10 Wawancara penulis dengan Romi Ardiansyah, GM Corporate Secretary Dompet Dhuafa pada 2 Januari 2014 di Kantor Dompet Dhuafa

Page 73: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

61

Dalam Pasal 5 dan Pasal 6 diatas, menandakan bahwa pemerintah

akan melakukan sentralisasi zakat dengan BAZNAS (Badan Amil Zakat

Nasional) sebagai lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan

zakat secara nasional.

Pasal 7 ayat (1)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,

BAZNAS menyelenggarakan fungsi: a. perencanaan pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; b. pelaksanaan pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; c. pengendalian

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; d. pelaporan

dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa pemerintah membentuk

BAZNAS sebagai pengelolaan zakat nasional, sedangkan seperti yang

telah kita ketahui semenjak tahun 90-an telah lahir berbagai lembaga amil

zakat dan mengelola zakat di Indonesia. Jika kemampuan BAZNAS pada

Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat memiliki

kewenangan yang terbatas sehingga dari sisi pengumpulan maupun

pendistribusian kalah jauh dengan LAZ. Akan tetapi dengan kewenangan

yang diberikan sekarang BAZNAS akan sangat leluasa dengan memiliki

hirarki dan jaringan hingga tingkat struktur yang paling bawah bawah.

Page 74: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

62

Pasal 17

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk

LAZ.

Pada pasal ini frasa “membantu” BAZNAS secara jelas bermakna

subordinat BAZNAS, sehingga LAZ diposisikan berada dibawah

BAZNAS. Sedangkan banyak LAZ sudah terbentuk sebelum adanya UU

No. 38 tahun 1999.

Menurut M. Khoirul Muttaqin11 mengenai posisi LAZ saat ini

bahwa dari sisi regulasi saat ini menempatkan LAZ ini sebagai pihak

kedua sebagai pembantu BAZNAS, sementara kapasitas LAZ dan

BAZNAS itu sama, hanya yang satu milik swasta, yang satu milik

pemerintah. Sehingga UU ini tidak menempatkan kesetaraan dan keadilan,

artinya UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Penglolaan Zakat ini semestinya

dihadirkan dengan memperhatikan aspek-aspek kesetaraan dan keadilan,

tapi disisi lain malah muncul kesenjangan. Seharusnya BAZNAS

ditempatkan pada kapasitas sebagai regulator, atau koordinatif saja, tapi

saat ini BAZNAS juga sebagai operator, tentunya hal tersebut tidak adil.

Namun pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Fiman Fatur

Mafachir yang mengatakan bahwa untuk BAMUIS BNI eksistensinya

menjadi lebih jelas dan BAMUIS dapat menjadi lembaga alternatif atau

11 Wawancara penulis dengan M. Khoirul Muttaqin tanggal 29 Januari 2014 di Gedung

Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta

Page 75: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

63

lembaga pilihan para muzzaki untuk menyalurkan zakat, infak dan

shadaqahnya. 12

Persyaratan pendirian lembaga amil zakat terlalu memberatkan, karena

harus ormas dan badan hukum seperti yang tercantum dalam Pasal 18 ayat

(2) yaitu:

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan apabila

memenuhi persyaratan paling sedikit:

a.terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola

bidang pendidikan,dakwah, dan sosial;

b.berbentuk lembaga berbadan hukum;

c.mendapat rekomendasi dari BAZNAS;

d.memiliki pengawas syariat;

e.memiliki kemampuan teknis, administratif dan keuangan untuk

melaksanakan kegiatannya;

f.bersifat nirlaba;

g.memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan

umat; dan

h.bersedia diaudit syariah dan diaudit keuangan secara berkala.

Pasal ini mengatur mekanisme pembentukan Badan atau Lembaga

Zakat melalui surat keputusan menteri dan persyaratan pemberian izin bagi

12 Wawancara penulis dengan Fiman Fathur Mafachir tanggal 22 November 2013 di

Kantor BAMUIS BNI, Jakarta

Page 76: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

64

Lembaga Amil Zakat (LAZ) sehingga memudahkan BAZNAS mengontrol

dan mengawasi LAZ yang tumbuh dan berkembang secara liar ditengah-

tengah masyarakat.

Namun, Pasal 18 ayat 2 poin (a) yang mensyaratkan lembaga amil

zakat harus berbadan hukum Ormas. Pada kenyataannya, hampir seluruh

LAZ berbadan hukum yayasan, yang berarti secara hukum tidak dapat

didaftarkan sebagai ormas. Karena Undang-Undang No 16 Tahun 2001

tentang Yayasan secara implisit menyatakan bahwa yayasan tidak

memiliki anggota, sedangkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang

Organisasi Kemasyarakatan secara eksplisit menyatakan ormas sebagai

entitas yang berbasis keanggotaan.

Namun pendapat berbeda diungkapkan M. Khoirul Muttaqin dari

LAZISMU yang mengatakan bahwa ada keinginan baik dari Undang-

Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat untuk mendorong

kapasitas LAZ yang tadinya hanya NGO, LSM dan hanya basisnya media,

kemudian untuk menaikan status mereka menjadi ormas.13

UU ini mengharuskan LAZ melaporkan laporan keuangan yang telah di

audit kepada BAZNAS, selama ini LAZ telah melakukan pelaporan

laporan keuangan kepada publik, khususnya para muzzaki di lembaga

masing-masing. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 19 yaitu:

13 Wawancara penulis dengan M. Khoirul Muttaqin pada 29 Januari 2014 di Gedung

Dewan Dakwah Muhammaiyah, Jakarta

Page 77: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

65

LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan,pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.

UU dianggap kurang mengakomodasi institusi pengelola zakat terutama

yang diinisiasi oleh masyarakat, seperti di pengelola zakat di masjid,

musola, atau pesantren seperti yang tercantum dalam Pasal 38:

Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat

melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat

tanpa izin pejabat yang berwenang.

Dengan adanya pasal tersebut dikhawatirkan akan berkurangnya

partisipasi masyarakat dalam melakukan pengumpulan dan pengelolaan

zakat yang telah biasa dilakukan di panti asuhan, mesjid-mesjid maupun

yayasan. Padahal seperti yang telah diketahui, sejak dulu pengelolaan

zakat di Indonesia dilakukan oleh masyarakat. Seperti yang diungkapkan

oleh Sukismo berpendapat bahwa UU No. 23/2011 Tentang Pengelolaan

Zakat membatasi pengelolaan zakat di Indonesia, contohnya seperti

pengelolaan zakat secara publik yang ada di masjid atau pesantren yang

mempunyai kebiasaan mengumpulkan zakat dari para jamaah di

sekitarnya. Masjid dan pesantren mengumpulkan dana ZIS karena dana

ZIS merupakan dana untuk kegiatan operasional masjid/ pesantren

tersebut, seperti membayar listrik, membayar khatib, membayar

kebersihan, membayar merbot dan imam serta lain-lain. Namun di dalam

Page 78: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

66

UU No.23 Tahun 2011 tampaknya muncul dari keresahan pemerintah

dalam hal ini adalah BAZNAS, karena tidak adanya fungsi pengawasan,

karena memang masjid-masjid dengan sendirinya mengumpulkan,

pelaporannya biasanya 1 minggu sekali ketika sholat jumat. Pelaporan

biasanya hanya melalui khotbah ketika akan sholat jumat ataupun sholat

idul fitri.14

Adanya sanksi yang memberatkan dan berpeluang terjadinya kriminalisasi

seperti yang tercantum dalam Pasal 41 sebagai berikut:

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 38 dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling

banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Dengan adanya sanksi dan denda yang diberikan pada

pengumpulan zakat secara mandiri oleh masyarakat maka akan berdampak

dengan kontribusi masyarakat yang menurun dalam mengelola zakat.

Sebaiknya bagi masyarakat yang ingin berkontribusi dalam pengumpulan

zakat diberikan penyuluhan tentang cara pengumpulan zakat yang harus

sesuai undang-undang yang berlaku.

Adanya pasal kriminalisasi dalam UU No. 23 Tahun 2011 ini juga

memicu pendapat dari Bapak Sukismo yang mengatakan bahwa zakat

14 Wawancara penulis dengan Sukismo tanggal 6 November 2013, di kantor PKPU,

Jakarta

Page 79: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

67

merupakan syariat islam, maka UU No. 23 Tahun 2011 itu harusnya

berpedoman kepada agama dan berdasar Alquran dan Hadist, lebih lanjut

ia menyayangkan mengapa hal tersebut di campur adukkan ke pidana yang

tercantum dalam Pasal 41 yang mengatakan ketika kita mengumpulkan

zakat di masyarakat setelah UU itu berlaku, lalu kena hukum pidana, hal

tersebut adalah hal yang rancu. Karena menumpulkan zakat dimasyarakat

dalam hal agama itu merupakan hak keagamaan dan berserikat serta

berkumpul itu juga dilindungi oleh UU.15

C. Persepsi LAZ Atas Keputusan Mahkamah Konstitusi Perihal Judicial Review

Dalam menyikapi UU zakat yang baru ini masyarakat pada dasarnya

terbagi ke dalam empat kelompok besar. Menurut Ahmad Juwaini, empat

kelompok besar tersebut terdiri atas:

1. Kelompok pertama setuju semuanya terhadap isi UU ini sehingga

melaksanakan seutuhnya apa yang terkandung dalam UU ini.

2. Kelompok kedua setuju terhadap sebagian pasal saja, sedangkan

kekurangannya diperbaiki dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan

Menteri Agama, baru kemudian dilaksanakan.

3. Kelompok ketiga yang menolak sebagian, yang akhirnya melakukan judicial

review tersebut, baru dilaksanakan.

15 Wawancara penulis dengan Sukismo, External Relation Mananger PKPU tanggal 6

November 2013 di kantor PKPU, Jakarta

Page 80: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

68

4. Kelompak keempat yang menolak sepenuhnya UU ini, kemudian diajukan

judicial review untuk dibatalkan dan tidak jadi dilaksanakan.16

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 diajukan uji materiil pada

Mahkamah Konstitusi oleh sejumlah lembaga amil zakat, yaitu, (1) Yayasan

Dompet Dhuafa; (2) Yayasan Dana Sosial Al-Falah Malang; (3) Yayasan Yatim

Mandiri; (4) Yayasan Rumah Zakat Indonesia; dan lain-lain sebanyak 20

pemohon, meliputi Lembaga Amil Zakat (LAZ), amil zakat

perorangan/tradisional, pembayar zakat (muzaki) dan penerima dana zakat

(mustahik).

Permohonan uji materiil menggunakan alasan, Pertama, Terjadi

kriminalisasi lembaga amil zakat dan amil zakat tradisional; Kedua, Terjadi

marjinalisasi dan penyempitan akses bagi para mustahik dan penerima manfaat

dana zakat; Ketiga, Terjadi pembatasan terhadap preferensi dan pilihan para

muzaki dalam menyalurkan dana zakatnya; Keempat, Terjadi sentralisasi

pengelolaan zakat sepenuhnya di tangan pemerintah yaitu BAZNAS dan

mensubordinasikan dan memarjinalisasikan LAZ di bawah BAZNAS yang

statusnya adalah sama-sama sebagai operator zakat nasional; dan Kelima, Terjadi

diskriminasi antar-sesama operator zakat nasional karena Undang-Undang

memberi keistimewaan kepada BAZNAS.

16Nana Mintarti, dkk, Indonesia Zakat & Development Report 2012 (Ciputat: IMZ, 2012)

h. 211

Page 81: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

69

Setelah satu tahun menunggu keputusan dari Mahkamah Konstitusi,

akhirnya pada 31 Oktober 2013 diucapkan amar putusan atas uji materi UU No.

23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

Mahkamah Konstitusi mengabulkan sebagian permohonan pengujian UU

No. 23 Tahun 2011. Para pemohon menguji Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 17,

Pasal 18, Pasal 19, Pasal 38 dan Pasal 41 UU Pengelolaan Zakat yang mengatur

keberadaan lembaga pengelolaan zakat dinilai bertentangan dengan UUD 1945.17

Namun Mahkamah Konstitusi hanya mengabulkan Pasal 18 UU

Pengelolaan Zakat tersebut, dalam arti mengubah redaksinya. Sementara pasal

lainnya hanya mendapat keterangan penjelas yang dimuat dalam amar putusan.

Berikut adalah Kesimpulan Hasil Uji Materi UU Zakat18

1. Dikuatkannya peran BAZNAS sebagai pemain utama pengelolaan zakat di

Indonesia.

2. Masyarakat diperkenankan mengelola zakat selama mendapat izin atau

pengukuhan dari pemerintah (dalam bentuk LAZ), atau kalau didaerah

yang belum terjamah operasi BAZNAS dan LAZ, maka pengelola zakat

lainnya (seperti masjid, pesantren dan kyai) diharuskan memberitahu

kepada pejabat terkait.

3. Pengukuhan LAZ tidak mensyaratkan badan hukumnya harus ormas atau

perkumpulan, tapi dapat juga berbentuk yayasan.

17 INFOZ, Desember 2013, h.. 46 18Ibid.,, h. 45

Page 82: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

70

4. Masyarakat lainnya dianjurkan untuk menjadi Unit Pengelola Zakat

(UPZ), baik UPZ Baznas maupun UPZ LAZ.

5. Menegakkan BAZNAS sebagai “koordinator administratif” pengelolaan

zakat di Indonesia

6. Pelaksanaan sanksi pidana terhadap pengelola zakat masih ada, tetapi

dilakukan secara bertahap dan persuasif

7. Semua pengelola zakat yang telah berizin/dikukuhkan sebagaimana poin

(2) dan menjadi UPZ sebagaimana poin (4) tidaka akan mendapatkan

sanksi pidana.

Respon LAZ beragam terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi, seperti yang

di ungkapkan oleh Romi Ardiansyah19 yang mengatakan bahwa dari pasal yang di

kabulkan uji materinya (Pasal 18) oleh MK tersebut sudah mendukung Lembaga

Zakat yang telah ada, serta pasal kriminalisasi yang dibatalkan juga menunjukkan

bahwa kultur masyarakat yang selama ini terbentuk di masyarakat masih dihargai,

dan menurutnya keputusan Mahkamah Konstitusi adalah sebuah hal yang positif,

tapi dari sisi pengorganisasian BAZNAS itu masih rancu dan menimbulkan

banyak tafsir.

Lain halnya pendapat yang diberikan oleh Fiman Fathur Mafachir20 yang

mengapresiasi keputusan Mahkamah Konstitusi karena dengan adanya penafsiran

yang diberikan oleh Mahkamah Konstitusi atas beberapa pasal yang krusial dalam

UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat akan memberikan kejelasan

19 Wawancara penulis dengan Romi Ardiansyah pada 2 Januari 2014, di Kantor Dompet

Dhuafa, Jakarta 20 Wawancara penulis dengan Fiman Fathur Mafachir pada 22 November 2013, di Kantor

BAMUIS BNI, Jakarta

Page 83: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

71

dan pastinya UU ini dapat memberikan warna-warna baru dalam perkembangan

zakat di Indonesia.

Meski hadir dengan banyak opini yang menyertainya, tentunya UU No. 23

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat perlu mendapatkan apresiasi dari para

pihak yang terlibat. Kekurangan yang masih dirasakan tentunya dapat menjadi

perhatian dan saran bagi pemerintah untuk mengevaluasi dan membenahi

kekurangan tersebut agar dapat diperbaiki kedepannya.

Perkembangan zakat yang makin meningkat di Indonesia tentunya

menggembirakan bagi semua pihak. Zakat diharapkan mampu digunakan untuk

mengurai kemiskinan di Indonesia. Pentingnya zakat seharusnya menjadi

perhatian semua pihak. Untuk lebih meningkatkan perkembangan zakat di

Indonesia tentunya ada banyak faktor yang harus di perhatikan oleh pemerintah

dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut seperti yang diungkapkan oleh M. Khoirul

Umam21 adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan Mayarakat terhadap Pemerintah

Persepsi mayarakat kepada pemerintah bahwa dana Zakat, Infaq,

Shadaqah yang dikelola pemerintah rentan terhadap korupsi dan

sebagainya. Maka pemerintah harus lebih banyak

mempertimbangkan persepsi masyarakat kepada pemerintah terkait

terkait posisi pemerintah ini.

b. Edukasi Masyarakat tentang Penyalurkan Zakat

21 Wawancara penulis dengan M. Khoirul Umam pada tanggal 29 Januari 2014, di

Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta

Page 84: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

72

Baik pemerintah maupun masyarakat termasuk LAZ mempunyai

tanggung jawab besar dalam mengedukasi masyarakat bagaimana

menyalurkan dana zakatnya secara postif dan lebih bermanfaat

melalui lembaga yang sudah dikukuhkan / dilegalkan oleh

pemerintah, karena lembaga-lembaga ini punya fokus dan bergerak

secara profesional.

c. Edukasi Masyarakat tentang Wajib Zakat

Pemerintah tidak hanya mengedukasi masyarakat untuk

mengeluarkan zakat yang sifatnya wajib bagi setiap muslim tapi

juga kemana zakat itu disampaikan. Edukasi wajib zakat tidak

mudah, karena pemerintah kita bukan pemerintah Islam, sehingga

perlu ada edukasi yang lebih menarik sehingga masyarakay sadar

akan wajibnya zakat bagi setiap muslim.

d. Zakat sebagai Strategi Pembangunan

Pemerintah juga perlu mempertimbangkan strategi pembangunan,

termasuk juga bagaimana melibatkan zakat menjadi elemen

penting walau bukan yang utama tetapi zakat menjadi bagian yang

tak terpisahkan dalam pembangunan nasional. Selama ini zakat

tidak pernah dijadikan faktor atau variabel dalam membangun dan

mengembangkan Indonesia.

e. Standar Asnaf Fakir Miskin

Pemerintah juga harus membuat standar siapa yang disebut miskin

dan siapa yang disebut mampu. Sehingga hal tersebut bisa diamini

Page 85: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

73

secara syar’i agar semua LAZ punya pengkategorian yang sama

terhadap asnaf fakir miskin itu dilevel berapa dan berpenghasilan

berapa.

f. Standar Ukur Amil Zakat

Perlu ada standar ukur terkait amil, siapa amil dan bagaimana amil.

Setiap lembaga zakat bisa mengambil siapapun orang untuk di

jadikan amil karena tidak ada spesisalisasi tentang amil. Tugas

pemerintah harus mendorong pendirian lembaga pendidikan yang

memiliki kapasitas untuk mepelajari perzakatan karena selama ini

tidak ada amil yang backroundnya tentang zakat.

Page 86: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil analisis dan pembahasan tentang Persepsi Pimpinan

dan Pelaksana LAZ Terhadap Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada dasarnya LAZ menyambut positif niat baik pemerintah akan adanya

amandemen atas Undang-Undang Zakat No. 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat. Namun ternyata kehadiran Undang-Undang No. 23

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat menuai kontroversi dikalangan

pegiat zakat. Masing-masing komentar yang pro maupun kontra memiliki

pendapat yang menguatkan komentar tersebut. Sebagian besar

menyayangkan beberapa pasal yang dianggap tidak memperhatikan LAZ

dan kultur masyarakat yang berkembang di Indonesia. Undang-Undang

No. 23 Tahun 2011 memberikan dampak yang dirasakan oleh LAZ yaitu

dipersempitnya pengumpulan zakat oleh LAZ karena sentralisasi

pengelolaan zakat oleh BAZNAS yang dikukuhkan pemerintah serta

dampak yang dirasakan oleh masyarakat karena pengelolaan zakat oleh

masyarakat kini dibatasi geraknya.

Page 87: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

75

2. Persepsi LAZ terhadap berbagai pasal krusial beragam. Beberapa pasal

yang menimbulkan banyak komentar adalah Pasal 6, Pasal 17 dan Pasal

41.

a. Adanya isu sentralisasi pengelolaan zakat yang berpusat ke BAZNAS

seperti yang tercantum dalam Pasal 6 membuat beberapa LAZ yang

selama ini telah melakukan pengelolaan zakat merasa dibatasi

geraknya.

b. Posisi LAZ pada UU No. 23 Tahun 2011 Tentang pengelolaan Zakat

pada Pasal 17, kata membantu yang dimaknai bahwa LAZ sebagai

subordinasi dari BAZNAS mengundang kontroversi karena dianggap

menurunkan status kesetaraan BAZ dan LAZ yang selama ini di anut

dalam UU No. 38 Tahun 1999. LAZ melihat hal tersebut menjadi

sesuatu yang masih rancu dan perlu di tinjau kembali.

c. Adanya pasal kriminalisasi pengelolaan zakat, yaitu pasal 41 dalam

UU tersebut membatasi gerak pegiat zakat dalam melakukan

pengumpulan dan pengelolaan zakat dan dianggap tidak menghormati

kultur masyarakat di Indonesia.

3. Adanya beberapa pasal yang dianggap krusial memicu beberapa LAZ

melakukan judicial review ke Mahkamah Kontitusi. Hingga terbitnya

keputusan Mahkamah Konstitusi perihal judicial review UU No. 23 Tahun

2011 yang hanya mengabulkan pengujian Pasal 18 dalam UU tersebut,

dalam arti mengubah redaksinya. Sementara pasal lainnya hanya mendapat

keterangan penjelas yang dibuat dalam amar putusan. Persepsi LAZ

Page 88: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

76

menyambut positif dan diharapkan Peraturan Pemerintah segera disahkan

agar dapat menjawab beberapa hal yang masih rancu dalam UU No. 23

Tahun 2011.

B. Saran

1. Walaupun menuai pro dan kontra di banyak pihak, namun UU No. 23

Tahun 2011 merupakan niat baik pemerintah untuk memperbaiki tata

kelola zakat selama ini. Meskipun tetap saja seharusnya pemerintah lebih

merangkul Lembaga Amil Zakat bukannya membatasi keberadaannya,

karena seperti yang telah kita ketahui, selama ini LAZ telah turut

berkontribusi dalam mengumpulkan dan mengelola zakat.

2. Pemerintah diharapkan tidak hanya fokus pada siapa yang paling berhak

mengumpulkan dan mengelola zakat, tetapi fokus pada pengentasan

kemiskinan dengan potensi dana zakat yang sangat besar.

3. Pemerintah dan LAZ secara bersinergi melakukan sosialisasi zakat secara

terus menerus kepada seluruh lapisan masyarakat. Sosialisasi ini

diharapkan dapar memperkecil gap antara potensi dan realisasi

penghimpunan zakat.

4. Pemerintah dan LAZ bersama-sama memberikan edukasi kepada

masyarakat tentang wajibnya zakat bagi kaum muslim di Indonesia, karena

selama ini banyak masyarakat yang kurang mengetahui tentang kewajiban

zakat pada peorangan maupun kelompok seperti perusahaan dan hal

tersbut belum di atur dalam UU No. 23 Tahun 2011.

Page 89: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

77

5. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Agama diharapkan dapat

aspiratif dan efektif dalam menjelaskan beberapa pasal yang di anggap

kurang jelas maknanya seperti mekanisme pemilihan anggota (komisioner)

BAZNAS, penyusunan tata keorganisasian dan kesekretariatan BAZNAS,

dan mekanisme hubungan BAZNAS Pusat dengan daerah serta dengan

LAZ.

Page 90: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

78

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Undang-Undang Tentang Pengelolaan Zakat. Undang Undang Nomor

38 Tahun 1999

Indonesia. Undang-Undang Tentang Pengelolaan Zakat. Undang Undang Nomor

23 Tahun 2011

Buku

A. S Hornby, Oxford Advanced Dictinary of Current English. Oxford: Oxford

University Press, 1987.

Al Arif, M. Nur Rianto. Lembaga keuangan syariah : Suatu Kajian Teoritis dan

Praktis, Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Al Arif, M. Nur Rianto. Teori Makro Ekonomi Islam. Bandung: Alfabeta, 2010.

Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI-

Press, 1988.

Doa, Djamal, Menggagas Pengelolaan Zakat oleh Negara, Jakarta: Nuansa. 2011

Hafidhuddin, Didin, The Power of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat

Asia Tenggara, Malang: UIN-Malang Press, 2008.

Hafidhuddin, Didin. Panduan Praktis tentang Zakat, Infak dan Sedekah.

Jakarta:Gema Insani Press, 2002.

Page 91: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

79

Hafidhuddin, Didin, Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani

Press, 2002.

Hafiduddin, Didin. Problematika Zakat Kotemporer Artikulasi Proses Sosial

Politik Bangsa. Jakarta: Forum Zakat (FOZ), Jakarta: Gema Insani Press,

2003.

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam : Tinjauan Teoritis

dan Praktis, Jakarta, Kencana, 2010.

Kasiram, Moh, Metodologi Penelitin Refleksi Pengembangan Pemahaman dan

Penguasaan Metodologi Penelitian, UIN Malang Press, 2008.

Mahmudi, Sistem Akuntansi Organisasi Pengelolaan Zakat, Yogyakarta: P3EI

Press, 2009.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002

Qardhawi, Yusuf. Fiqh Zakat. Beirut: Muassasah risalah, 1991.

Qardhawi, Yusuf, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta: Gema Insani

Press. 1975.

Qardhawi, Yusuf, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Jakarta:

Rabbani Press, 2001

Rahardjo, Dawam, Perspektif Deklarasi Makkah Menuju Ekonomi

Islam, Bandung: Mizan, 1987,

Page 92: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

80

Siagian, Dergibson dan Sugiarto, Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi,

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Sudewo, Eri, Manajemen Zakat. Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004

Sudirman. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang: UIN-Malang, Press,

2007.

Sumber Lainnya

Jahar, Asep Saepudin, Masa Depan Filantropi Islam Indonesia Kajian Lembaga-

lembaga Zakat dan Wakaf, Makalh disampaikan dalam acara Annual

Confrence on Islamic Studies (ACIS) ke 10 di Banjarmasin, 1-4

November 2010, Kalimantan Selatan.

Mintarti, Nana, dkk, Indonesia Zakat & Development Report 2012: Soal Kebijkan

dan Hal Lain yang Belum Paripurna, Ciputat: IMZ, 2012.

INFOZ, Usai Masa Iddah Penggantungan Tata Kelola Zakat, Desember 2013, h.

45

Iskan Qolba Lubis, Anggota Komisi VIII DPR RI dari fraksi PKS (Partai

Keadilan Sejahtera. INFOZ+ Edisi 16 Th VII Januari- Februari 2012. h.4

Wawancara penulis dengan Sukismo pada 6 November 2013 di kantor PKPU

Jakarta

Page 93: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

81

Wawancara penulis dengan Fiman Fathur Mafachir pada 22 November 2013 di

Kantor BAMUIS BNI Jakarta

Wawancara penulis dengan Romi Ardiansyah pada 2 Januari 2014 di Kantor

Dompet Dhuafa Jakarta

Wawancara penulis dengan M. Khoirul Muttaqin pada 29 Januari 2014 di Gedung

Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta

Rujukan dari Internet

Amalina Fauziah & Bazari Azhar Azizi, Madina Pres, “UU Zakat; Menghambat

Kinerja dan Membatasi Peran Lembaga Zakat Non-Ormas (?)”, artikel

diakses pada 10 Februari 2013 dari

http://madinapers.blogspot.com/2012/01/uu-zakat-menghambat-

kinerja-dan.html

Dompet Dhuafa, “Strategi Fundraising Zakat”, artikel diakses pada 4 April 2014

dari https://www.dompetdhuafa.org/strategi-fundraising-zakat/

Pusat Informasi dan Studi Zakat, “Strategi Fundraising Zakat”, artikel diakses

pada 4 April 2014 dari

http://pistaza.wordpress.com/2011/10/08/fundraising-zakat/

Sejarah Pengelolaan ZIS di Indonesia, artikel diakses pada 10 November 2013

dari http://pujohari.wordpress.com/2009/09/

Page 94: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

82

Tribun News, “Lembaga Amil Zakat Malang Protes”, artikel diakses pada 14 Juni

2013 dari http://www.tribunnews.com/2012/07/19/lembaga-amil-zakat-

malang-protes

Wikipedia, “Organisasi Nirlaba”, artikel di akses pada 1 November 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_nirlaba

Page 95: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Sukismo

Jabatan : External Relation Manager

Hari, tanggal : Rabu, 6 November 2013

Tempat : Kantor PKPU, Jakarta

1. Bagaimana pendapat anda tentang UU No. 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat?

UU No. 23/2011 Tentang Pengelolaan Zakat membatasi pengelolaan zakat di

Indonesia, contohnya seperti pengelolaan zakat secara publik seperti di masjid

atau pesantren yang mempunyai kebiasaan mengumpulkan zakat dari para

jamaah di sekitar masjid. Mengapa masjid mengelola zakat? Karena dana ZIS

merupakan dana untuk kegiatan operasional masjid tersebut, seperti

membayar listrik, membayar khatib, membayar kebersihan, membayar merbot

dan imam serta lain-lain. Namun di dalam UU No.23 Tahun 2011 tampaknya

muncul dari keresahan pemerintah dalam hal ini BAZNAS, karena tidak

adanya fungsi pengawasan, karena memang masjid-masjid dengan sendirinya

mengumpulkan, pelaporannya biasanya 1 minggu sekali ketika sholat jumat.

Pelaporan biasanya hanya melalui khotbah ketika akan sholat jumat ataupun

sholat idul fitri.

Page 96: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

Berbeda dengan laz, laz lembaga yang diberi amanah / diberi kewenangan

untuk mengumpulkan zakat tentunya dengan kepastian hukum yang

menyangkut untuk menjalankan amanah tersebut. Misalkan mereka sebagai

laz harus ada surat rekomendasi dari kementrian agama. Perizinan laz

diperolah melalui menteri agama langsung dari kementrian agama, saat ini

baru 19 laz yang memiliki izin.

2. Apa dampak positif dan negatif terhadap LAZ dengan disahkan UU ini?

Setiap uu yg lahir itu kalau kita mau memberikan pendapat yang objektif pasti

ada positifnya. Positifnya adalah pengawasan dari baznas / pemerintah. Tapi

pengawasan dari pemerintah tapi sifatnya pembatasan bukan pengawasan

yang sesungguhnya, lagi-lagi pemerintah seperti ingin membatasi

pengumpulan zakat yang dilakukan oleh swasta, sedangkan masyarakat

kurang mempercayai terhadap lembaga-lembaga zakat nasional seperti

baznas, dan bazda.

3. Apakah terdapat perubahan sistem dan strategi fundraising di LAZ dengan

disahkan UU ini?

Jelas ada, UU zakat itu kan salah satu demi kemajuan untuk membangun

lembaga –lembaga zakat di Indonesia, salah satunya PKPU, salah satunya

memberikan dampak positif untuk lembaga-lembaga yang ada.

Page 97: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

4. Apa pendapat anda tentang fungsi dan tugas pengembangan LAZ setelah

diberlakukannya uu zakat no 23?

Sebagai laz nasional mensosialisasikan hasil UU ini secara objektif dengan

memperhatikan posisi BAZ dan LAZ.

5. Menurut anda bagaimana posisi LAZ dengan adanya UU ini?

Posisi LAZ menjadi pembantu BAZNAS, padahal sebelumnya LAZ posisinya

sejajar dengan BAZNAS,

6. Bagaimana perkembangan kinerja LAZ sebelum dan sesudah disahkan UU

ini?

Perkembangan PKPU meningkat. Karena PKPU keluar dari zona perebutan

pengumpulan zakat yang selama ini berpusat di Jakarta.

7. Menurut anda bagaimana tentang uu zakat sebelumnya (UU No 38 tahun

1999)?

Dalam uu tersebut tidak jelas siapa regulator dan siapa eksekutor, karena

baznas berperan aktif, BAZNAS sebagai regulator dan sebagai pengumpul

juga. Seharusnya baznas hanya sebagai regulator saja.

8. Menurut anda, apakah UU No 23 tahun 2011 dapat mendukung

perkembangan zakat di Indonesia ataukah sebaliknya?

Page 98: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

Sebetulnya niat awal dari UU ini pastinya untuk mendukung perkembangan

zakat, hanya saja ada beberapa bagian yang belum sesuai dengan keadaan

yang ada.

9. Menurut anda bagian mana sajakah yang tidak sesuai dari UU No 23/2011

untuk perkembangan zakat di Indonesia?

UU No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat itu kan syariat Islam, UU

yang harus berpedoman kepada agama, berdasar alquran dan hadis, kenapa di

campur adukkan ke pidana, dalam pasal yang seandainya kita mengumpulkan

zakat di masyarakat setelah UU itu berlaku, lalu kena hukum pidana, nah itu

hal yang rancu. Kita menumpulkan zakat dimasyarakat dalam hal agama,

sedangkan keagamaan dan berserikat dan berkumpul itu dilindungi UU.

10. Apakah UU Pengelolaan Zakat dan peraturan lain yang dikeluarkan

pemerintah cukup memadai dalam mengatur zakat yang bersifat nasional?

Sudah ada yang sebelumnya yang UU No. 38 Tahun 2011, tapi kalau yang

UU No. 23 Tahun 2011 belum memadai karena belum jelas aturan mainnya.

Sebab payung hukum sudah ada namun aturan mainnya belum jelas seperti

apa antara BAZNAS dan LAZ.

11. Menurut anda, faktor apa sajakah yang harus diperhatikan pemerintah dalam

mengembangkan dunia perzakatan di Indonesia?

Page 99: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

Pemerintah harus lebih berkoordinasi dan berkomunikasi terhadap LAZ

dalam rangka untuk mencari solusi yang sama-sama menguntungkan dan

bermanfaat bagi LAZ dan BAZNAS.

BAZNAS dan LAZ dapat melakukan kerjasama misalnya penanggulangan

bencana sehingga LAZ dan BAZNAS dapat bersinergi dalam penyaluran

zakat.

12. Bagaimana respon anda tentang keputusan Mahkamah Konstitusi terkait UU

ini?

Dengan adanya keputusan MK memberi peluang, memberi banyak harapan

dan akan makin banyak muncul pegiat zakat atau LAZ yang berpotensi yang

bisa mengembangkan zakat untuk bersinergi menggali dana zakat di

Indonesia.

13. Apa saran dan masukan untuk UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat?

Peraturan pemerintah supaya segera di sahkan agar bisa menjelaskan beberapa

pasal yang dianggap krusial.

Page 100: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Fiman Fathur Mafachir

Jabatan : Departemen Akuntansi

Hari, tanggal : Jumat, 22 November 2013

Tempat : Kantor BAMUIS BNI, Jakarta

1. Bagaimana pendapat anda tentang UU No. 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat?

BAMUIS BNI telah dikukuhkan dengan SK Menteri No. 330 Tanggal 20

Juni 2002 sebagai LAZ Nasional dengan tugas pokok mengumpulkan,

mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan UU yang

berlaku.

Pasal 43 Ayat 3 UU No. 23/2011, LAZ yang telah dikukuhkan oleh

Menteri sebelum UU ini berlaku dinyatakan sebagai LAZ berdasarkan UU

ini.

Pasal 43 Ayat 4 LAZ wajib menyesuaikan paling lambat 5 tahun.

Kewajiban LAZ menurut UU No. 23/2011 pada Pasal 19 Ayat 1 wajib

melaporkan pengumpulan, pendistribusian dan pendayaguanaan zakat

yang telah di audit kepada BAZNAS.

Page 101: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

Pada pasal 19 ayat 2 secara eknis di atur oleh PP sambil menunggu PP di

UU No. 23/2011 BAMUIS tetap melaksanakan laporan triwulan (unaudit)

dan laporan tahunan yang telah di audit kepada BAZNAS.

BAMUIS BNI sejak tahun 2009 secara berkala (triwulan) selalu

menyampaikan laporan kepada BAZNAS.

2. Apa dampak positif dan negatif terhadap LAZ dengan disahkan UU ini?

Positif:

Akan adanya kepastian dari eksistensi LAZ dengan adanya

BAZNAS yang setara dengan kementrian (Badan Negara)

Dengan adanya UU Zakat ada ketetapan akan tata kelola zakat

secara nasional

LAZ di akui dan menjadi jelas posisi dan perananya (sebagai

pembantu baznas)

Zakat penghasilan/profesi menjadi hukum positif dalam

penerapannya

Negatifnya:

Sentralistik yang memicu berbagai penafsiran

Kurang jelas posisi regulator dan koordinator (semoga dapat

diterjemahkan dalam PP nantinya)

Page 102: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

3. Apakah terdapat perubahan sistem dan strategi fundraising di LAZ dengan

disahkan UU ini?

Tidak ada perubahan karena secara materiil BAMUIS BNI sudah

melaksanakan seperti dalam UU tersebut.

4. Apa pendapat anda tentang fungsi dan tugas pengembangan LAZ setelah

diberlakukannya uu zakat no 23?

LAZ menjadi pembantu BAZNAS sehingga secara nasional kebijakan dan

arahan serta pengembangan dapat merujuk pada apa yang telah ditetapkan

di BAZNAS.

Tugas LAZ menjadi dapat lebih terarah dan tanggung jawab sosialisasi

perzakatan dapat bersinergi dengan BAZNAS yang memiliki dukungan

APBN.

5. Menurut anda bagaimana posisi LAZ dengan adanya UU ini?

Untuk BAMUIS eksistensi menjadi lebih jelas dan dapat menjadi lembaga

alternatif/pilihan para muzzaki untuk menyalurkan zakatnya.

6. Bagaimana perkembangan kinerja LAZ sebelum dan sesudah disahkan UU

ini?

Sebelum:

Tidak memiliki posisi yang pasti untuk melaporkan dan meminta

pembinaan.

Page 103: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

Seringkali tumpang tindih antara BAZDA/ BAZ Provinsi terhadap

para muzzaki di daerah.

Sesudah:

Pada prinsipnya mengalami peningkatan seiring dengan

peningkatan pendapatan masyarakat.

7. Menurut anda bagaimana tentang uu zakat sebelumnya (UU No 38 tahun

1999)?

Sebelum UU No. 23 Tahun 2011 diberlakukan, masyarakat dalam

kegalauan untuk menunaikan zakat. LAZ tidak memilki kepastian

kelembagaan yang pada akhirnya sering terjadi polemik murni secara

syar’i akan kewajiban zakat profesi/zakat penghasilan. Kekuatan semata-

mata pada ulil amri dan tingkat keimanan komunitas karena belum ada

hukum positif yang mengaturnya.

8. Menurut anda, apakah UU No 23 tahun 2011 dapat mendukung

perkembangan zakat di Indonesia ataukah sebaliknya?

Dengan adanya UU No. 23 Tahun 2011, sistem kerja yang menempatkan

BAZNAS dan LAZ dalam satu koordinasi maka arah yang dituju oleh

lembaga zakat akan lebih pasti dan tanggung jawab pengembangan

perzakatan menjadi jelas dimana pemerintah diwakili oleh BAZNAS

sebagai lokomotif yang sekaligus bertanggungjawab untuk

memasyarakatkan zakat di kaum muslim. Semoga BAZNAS dan

Page 104: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

Kemenaag mampu mengarahkan zakat seperti lembaga zakat guna

kemaslahatan umat.

9. Menurut anda bagian mana sajakah yang tidak sesuai dari UU No. 23/2011

untuk perkembangan zakat di Indonesia?

Pemilihan ketua/ pengurus BAZNAS yang cukup panjang berpotensi

vacumnya BAZNAS.

10. Apakah UU Pengelolaan Zakat dan peraturan lain yang dikeluarkan

pemerintah cukup memadai dalam mengatur zakat yang bersifat nasional?

Belum adanya PP UU No. 23 Tahun 2011 Dengan adanya UU No. 23

tahun 2011 sudah cukup memadai dalam pengaturan zakat, tetapi

dikarenakan belum adanya Peraturan Pemerintah yang mendukung UU tsb

sehingga masih ada beberapa pasal yang masih multi tafsir. Seperti

pelaporan kepada BAZNAS yang tidak dijelaskan seperti apa dan

bagaimana konsepnya.

11. Menurut anda, faktor apa sajakah yang harus diperhatikan pemerintah

dalam mengembangkan dunia perzakatan di Indonesia?

Tanggung jawab sosialisasi dan penciptaan gerakan zakat guna

peningkatan jaring pengawas kemiskinan masyarakat.

Page 105: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

12. Bagaimana respon anda tentang keputusan Mahkamah Konstitusi terkait

UU ini?

Saya mengapresiasi dengan penafsiran yang pasti dan adanya warna-warna

baru dalam UU ini memungkinkan perkembangan zakat. (khusunya dalam

soal perizinan).

13. Apa saran dan masukan untuk UU No 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat?

PP UU No.23 Tahun 2011 untuk segera diberlakukan agar ada prosedur

baku untuk pengawasan, pelaporan dan pembinaan dalam proses

pengelolaan zakat.

Page 106: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Romi Ardiansyah

Jabatan : GM Corporate Secretary

Hari, tanggal : Kamis, 2 Januari 2014

Tempat : Kantor Dompet Dhuafa Ciputat

1. Bagaimana pendapat anda tentang Undang-Undang No. 23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat?

UU no. 23 Tahun 2011 adalah upaya penyempurnaan terhadap uu no 38

tahun 1999,

Ada beberapa hal yang diharapkan dari perubahan UU ini yaitu ingin

memperbaiki sistem, ada beberapa poin yang itu menjadi concern dalam

lembaga zakat yang akhirnya menjadi dasar poin dalam judicial review

yaitu :

1. Persoalan pengorganisasian organisasi zakat di Indonesia. Bagaimana

fungsi, tugas dan kedudukan BAZ dan LAZ. Hal inilah yang memicu

pengajuan judicial review pasal 5, 6 dan 7 di UU no 23 tahun 2011.

2. Uu zakat yang terbaru tidak melihat kultur masyarakat yang selama ini

berkembang, membuka ruang kultur masyarakat Indonesia yang kemudian

selama ini mengelola zakat

Page 107: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

2. Apa dampak positif dan negatif terhadap LAZ dengan disahkan UU ini?

Positifnya UU Zakat yang baru ini kan awalnya lebih kepada upaya untuk

memperbaiki tata kelola organisasi zakat, artinya pemerintah sudah mulai

memperhatikan geliat zakat di Indonesia, tapi negaifnya seperti yang saya

sampaikan tadi, yang memicu adanya judicial review.

3. Apakah terdapat perubahan sistem dan strategi fundraising di LAZ dengan

disahkan UU ini?

Tidak terlalu berdampak terhadap DD.

4. Apa pendapat anda tentang fungsi dan tugas pengembangan LAZ setelah

diberlakukannya uu zakat no 23?

UU zakat yang terbaru tetap membuka ruang kultur masyarakat Indonesia

yang kemudian selama ini mengelola zakat

Peran LAZ terutama DD, mencoba untuk mengadvokasi agar LAZ-LAZ di

daerah tetep bertahan dan tetap bisa berkontribusi dan membangun dalam

pembangunan gerakan zakat di Indonesia.

5. Menurut anda bagaimana posisi LAZ dengan adanya UU ini?

Sebagai laz nasional, DD mensosialisasikan hasil UU ini secara

objektif dengan memperhatikan peran BAZ, bazda dan LAZ,

termasuk juga memastikan bahwa sebenarnya kultur masyarakat

yang selama berkembang dan berjalan di Indonesia yang berperan

Page 108: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

penting dalam menggerakakan kehidupan zakat tetap kita

pertahankan, jadi tidak usah khawatir misalnya dgn pengelolaan

zakat akan dikriminalisasi dan lain sebagainya.

Mengawal peraturan pemerintah, agar nantinya PP ini tetap

menjadikan susasana ini terbentuk dengan baik.

Fungsi advokasi dan pendampingan agar laz-laz yang ada di daerah

tetap bisa berkembang dengan baik.

6. Bagaimana perkembangan kinerja LAZ sebelum dan sesudah disahkan UU

ini?

Berjalan dengan design strategis yang telah kita buat, jadi ya ada peran

tapi menurut saya tidak satu-satunya.

7. Menurut anda bagaimana tentang UU zakat sebelumnya (UU No 38 tahun

1999)?

Sebenarnya semangat UU Zakat yang baru ini kan awalnya lebih kepada

upaya untuk memperbaiki tata kelola organisasi zakat, artinya kita ingin

bagaimana kemudian membagi peran antara badan amil zakat dan

lembaga amil zakat, harapan awal sebenarnya dengan adanya uu zakat yg

baru adalah perbaikan dari UU Zakat sebelumnya jadi agar kemudian ada

tata kelola yang baik, tadinya kami berharap sebenarnya baz memainkan

peran menjadi regulator dan supervisor, tidak sebagai operator, supaya

tidak tercampur semuanya, tapi hari ini ternyata tidak dari sisi itu.

Page 109: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

Semangat yang kita bangun, adalah uu zakat ini harusnya memperbesar

ruang bermain lembaga-lembaga amil zakat agar kemudian gerakan zakat

ini menyebar tidak malah kemudian semakin dibatasi.

Sebenarnya kita sepakat dengan fungsi transparasi dan akuntabilitas.

Bahwa uu zakat dibuat juga agara lmbaga zakat menjunjung tinggi

transparansi dan akuntabilitas, karena semnagat utk memberi perbaikan

kpd masyarakat itu harus ada.

8. Menurut anda, apakah UU No 23 tahun 2011 dapat mendukung

perkembangan zakat di Indonesia ataukah sebaliknya?

Dari sisi apa yang dikabulkan mungkin iya, tapi dari sisi pengorganisasian

itu masih agak rancu karena peran badan amil zakat, tapi dari sisi

kemudian pasal kriminalisasi yang dibatalkan itu menunjukkan bahwa kita

menghargai kultur yg selama ini terbentuk di masyarakat kita, ini menurut

saya adalah sebuah hal yang positif. Pimpinan kami bapak Ahmad Juwani

mengatakan, uu zakat hasil judicial review ini kira-kira fivety-fivety ya

sebagian akhirnya tetap memberikan hal yg positif bagi baznas, tapi bagi

laz juga ada.

9. Menurut anda bagian mana sajakah yang tidak sesuai dari UU No 23

Tahun 2011untuk perkembangan zakat di Indonesia?

Page 110: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

Persoalan tata kelola organisasi zakat, pertama relasi antara baznas, bazda

dan laz. Persoalannya kemudian bazns dan bazda adalah sebagai regulator

tapi juga sebagai operator, itu yang masih menjadi persoalan.

10. Apakah UU Pengelolaan Zakat dan peraturan lain yang dikeluarkan

pemerintah cukup memadai dalam mengatur zakat yang bersifat nasional?

Sementara ini kita sedang menunggu Peraturan Pemerintah. Mudah2an pp

akan bisa menggambarkan lebih detail, lebih teknis peran dari masing-

masing lembaga yang ada. Misalnya membahas secara detail kalau kita

bicara ttg perizinan itu seperti apa, kalau mau mebuka izin berapa hari.

Kita juga berharap bisa memperkuat peran asosiasi dalam hal ini forum

zakat.

11. Menurut anda, faktor apa sajakah yang harus diperhatikan pemerintah

dalam mengembangkan dunia perzakatan di Indonesia?

Kita harus memahami bahwa zakat memmpunyai sejarah masyarakat yg

sangat kuat, artinya prinsip yang kita bangun adalah postif, bagaimana

kemudian agar gerakan zakat ini terus berkembang, masif, terutama kita

harus berorientasi kepada sumber-sumber atau titik-titik yang

sesungguhnya selama ini belum tersentuh dengan gerakain zakat ini, jadi

bukan malah membatasi.

Yang kedua adalah membangun kira-kira sebuah tata kelola sinergi

organisasi yang baik antara badan amil zakat dan lmbaga amail zakat, saya

Page 111: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

pikir penting untuk menentukkan peran utama yg harus dimainkan oleh

masing-masing pihak, artinya kalau misalnya BAZ hanya fokus pada

regulasi.

Yang ketiga prinsip transparansi dan akuntabilitas satu hal yang kita

kedepankan, dan kita tinggal membuat mekanisame ini. Nah itu

seharusnya yg bisa dijalankan.

12. Bagaimana respon anda tentang keputusan Mahkamah Konstitusi terkait

UU ini?

Secara keseluruhan belum ideal, karena kita mengajukan judicial review

termasuk juga pasal 5, 6 dan 7 tentang fungsi dan peran BAZNAS dan

BAZDA itu.

13. Apa saran dan masukan untuk UU No 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat?

Kita mengawal peraturan pemerintah untuk UU No. 23 Tahun 2011.

Page 112: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

HASIL WAWANCARA

Narasumber : M. Khoirul Muttaqin

Jabatan : President Director

Hari, tanggal : Rabu, 29 Januari 2014

Tempat : Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta

1. Bagaimana pendapat anda tentang UU No. 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat?

Membuka ruang bagi pribadi, alim ulama, perkumpulan orang yang

selama ini tidak diwadahi dengan perizinan bagi ormas, UU ini akan

memperbanyak pelaku lembaga zakat. Yang kedua terkait dengan peran

serta warga dalam melibatkan diri dalam perzakatan, ini juga masih belum

dijelaskan secara detail, karena belum adanya dewan syariah di lingkungan

eksternal yang bisa mengawasi lembaga zakat secara syari’i, artinya UU

ini masih jauh dari yang kita diharapkan. Sebenarnya tantangan dari

lembaga zakat adalah ingin menggalang potensi zakat yang luar biasa

besar, 200 Triliun. Setidaknya sekarang dibawah 10 Triliun, itupun

dihitung dengan lembaga yang belum mendapatkan izin dari pemerintah,

sedangkan bila hanya dihitung dari yang bersatus legal dan memiliki

badan hukum yang disahkan kementrian RI itu tidak lebih dari 2 Triliun.

Artinya UU ini pun sebenarnya membuka tapi belum sampai pada wilayah

mengkonsolidasi kekuatan berapa dana yang menyebar di lembaga-

lembaga yang memungkinkan.

Page 113: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

Kemudian, terkait tumpang tindih antara peran BAZNAS sebagai

pengelola dan disisi lain sebagai koordinator, itu menjadi problem

tersendiri, sedangkan LAZ menafsirkan BAZNAS seperti posisi BI, ini

yang masih menjadi masalah di lingkungan regulasi, kalau dalam

persoalan substansi kelembagaan, tidak ada perubahan yang signifikan,

hanya menempatkan BAZNAS sebagai koordinator dan malah LAZ

dijadikan tangan kedua, menjadi lembaga pembantu, ini yang menjadi

masalah bagi kita, tidak malah menaikkan dan melakukan penguatan

kepada LAZ

2. Apa dampak positif dan negatif terhadap LAZ dengan disahkan UU ini?

LAZISMU tidak merasakan dampak positif dan negatif, bahwa UU ini kita

perlukan secara positif adalah untuk melindungi aktifitas kita, kalo

negatifnya kami tidak merasakan sama sekali, tidak ada kerugian bagi kita

dengan munculnya UU ini sekarang.

3. Apakah terdapat perubahan sistem dan strategi fundraising di LAZ dengan

disahkan UU ini?

Tidak, kami melakukan perubahan fundraising tetapi bukan karena

Undang-undang, kami berjalan beriringan dengan perubahan undang-

undang, kelembagaan kami berubah sejak dari 2012 ke 2013 menjadi

lembaga pengelola, dari kami mencari hingga mendistribusikan sendiri

kemudian kami menggeser kelembagaan kami menjadi lembaga

Page 114: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

intermediate/intermediasi, jadi kami memposisikan LAZISMU masih satu-

satunya lembaga intermediate untuk pengelolaan zakat.

Ada signifikansi yang kami lakukan karena kami ingin mendorong

partisipasi publik untuk terlibat dalam pengelolaan zakat, misalnya untuk

menggerakkan pemberdayaan ekonomi mikro kami melibatkan kelompok

usaha bersama seperti BMT, BPR, dan koperasi syariah.

4. Apa pendapat anda tentang fungsi dan tugas pengembangan LAZ setelah

diberlakukannya uu zakat no 23?

Karena pekerjaan rumah yang besar dari LAZ sebetulnya untuk

menjangkau potensi itu tadi, maka satu tugas besar kita adalah

mengedukasi warga, membangun kesadaran warga, kami meragukan

bahwa tidak ada pihak yang dibebani secara penuh untuk melakukan

edukasi kepada warga, apakah itu lembaga pendidikan, apakah itu

kementrian agama. Berbeda dengan pajak, kalau pajak begitu diwajibkan,

orang kalau tidak membayar pajak bisa dipidanakan, ada keterlibatan dari

pemerintah. Ini masih menjadi pr bagi kita bagaimana mengedukasi

warga, karena zakat meskipun ini diwajibkan pada agama kita, zakat

masih banyak sebagai himbauan atau ajakan, ada kesenjangan antara wajib

dalam agama dan undang-undang, dan ketika lembaga ini menjangkau

masyarakat, kita tidak bisa datang ke calon muzzaki dan calon muzzaki

tidak membayar, lalu kita tidak bisa menghukum yang bersangkutan,

berbeda dengan pajak. Jadi tugas utama kita adalah melakukan proses

Page 115: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

edukasi kepada warga, untuk melakukan tugas itu kita kemudian

menggeser, memposisikan fungsi dari lembaga pengelola dari fundraising,

pengelolaan keuangan sampai pendistribusian ke masyarakat LAZISMU

ingin berbagi peran. Ada memang fungsi-fungsi yang akan kita perankan

yang kita bagi ke publik, komunitas, organisasi warga sehingga bagi kami,

kami akan konsentrasi sepenuhnya kepada fundraising dan menjadi

lembaga intermediasi. Kebetulan memang di internal kita, sudah ada mitra

kerja dengan komunitas-komunitas, dengan organisasi lain dalam rangka

untuk mendistribusikan dan mendayagunakan zakat.

5. Menurut anda bagaimana posisi LAZ dengan adanya UU ini?

Sebetulnya tidak ada perubahan, hanya memang ada opini yang memang

dari sisi regulasi kita menempatkan laz ini sebagai pihak kedua sebagai

pembantu baznas, sementara kapasitas laz dan baznas itu sama, hanya

yang satu milik swasta, yang satu milik pemerintah. Sebetulnya uu ini

tidak menempatkan kesetaraan, tidak menempatkan keadilan, artinya uu

ini semestinya dihadirkan karena memperhatikan aspek-aspek kesetaraan

dan keadilan, tapi disisi lain malah muncul kesenjangan, kecuali bila

baznas ditempatkan pada kapasitas sebagai regulator, atau kalau

koordinatif ya koordinatif saja, saat ini baznas juga sebagai operator,

tentunya tidak fair.

Page 116: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

6. Bagaimana perkembangan kinerja LAZ sebelum dan sesudah disahkan UU

ini?

Ini sebetulnya alami bukan karena uu, setiap lembaga kemungkinan besar

juga akan terus menerus melakukan proses perbaikan diri, jadi bahwa

memang ada sisi sisi UU yang mengharuskan lembaga-lembaga yang tidak

sesuai dengan uu untuk melakukan perubahan, tapi bagi kami tidak

melihat ada dampak siginifikan apalagi uu ini fungsinya ramai dibicarakan

hanya pada saat Ramadhan, selebihnya tidak ada, artinya pemerintah kita

sadar pentingnya zakat pada saat Ramadhan, tapi selebihnya tidak. Secara

kelembagaan kami memang mengalami proses perbaikan, diukur dari

pencapaian, memang terjadi peningkatan yang siginifikan. Tapi, kami

belum mengukur apakah ada siginifikansi dari uu ini. Karena yang kita

lihat sebenarnya lebih banyak kepada cara-cara dari laz yang melakukan

edukasi warga tidak ada misalnya dari uu ini yang menyentuh publik. Apa

dampak bagi mereka yang tidak menunaikan zakat, sehingga tidak ada

signifikansinya.

7. Menurut anda bagaimana tentang uu zakat sebelumnya (UU No 38 tahun

1999)?

Kalau dulu, memang terjadi beberapa perbedaan, terutama terkait

kelembagaan, dulu mungkin tidak mudah untuk mendirikan lembaga zakat

(dalam Uu no. 38 tahun 1999), jadi mengatur tentang pendirian apalagi

dalam keputusan menteri peraturan tentang pengelolaan zakat tentang

Page 117: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

pengelolaan zakat, yang disebut sebagai laznas harus mampu

mengumpulkan sekian, kemudian laz ditingkat daerah/ opz di daerah harus

mampu menggalang sampai sekian miliar. Tapi disaat sekarang sudah

bukan menjadi syarat utama lagi, karena itu tadi munculnya inkonstitusi

bersyarat, misalnya ada perlindungan bagi mereka, pengelola pribadi-

pribadi atau perkumpulan untuk membuat lembaga zakat baru, ini menjadi

lebih dimudahkan sebetulnya dengan adanya uu baru bagi siapapun yang

ingin mendirikan lembaga zakat. kemudian dalam uu no 38 memang ada

peran lembaga lain yang diatur dan terlibat dalam penentuan apakah

lembaga ini layak berdiri atau tidak, itu dimasukan menjadi bagian dari

regulasi, sedangkan lembaga ini bukan lembaga pemerintah atau lembaga

yang didirikan oleh pemerintah, ini hanyalah perkumpulan, ini juga

menjadi unik, siapa lembaga ini kok tiba-tiba muncul, ini juga menjadi

pertanyaa atau problem dari regualasi di uu no. 38.

UU ini juga tidak mengatur tentang sangsi bagi mereka yang mangkir

zakat, sangsi bagi para mustahik yang menerima tapi menyalahgunakan

dana zakat yang diterima.

8. Menurut anda, apakah UU No 23 tahun 2011 dapat mendukung

perkembangan zakat di Indonesia ataukah sebaliknya?

Ada keinginan baik dari uu ini untuk mendorong kapasitas mereka yang

tadinya hanya NGO, LSM, hanya basisnya media, kemudian untuk

Page 118: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

menaikan status mereka menjadi ormas. Kita lebih ke aspek positifnya,

meskipun bagi kita uu ini tidak terlalu berdampak.

9. Menurut anda bagian mana sajakah yang tidak sesuai dari UU No. 23/2011

untuk perkembangan zakat di Indonesia?

Posisi laz dan baznas, memposisikan laz diberikan kapasitas hanya untuk

membantu baznas dalam pasal 1 poin 8, seharusnya LAZ setara dengan

BAZ.

10. Apakah UU Pengelolaan Zakat dan peraturan lain yang dikeluarkan

pemerintah cukup memadai dalam mengatur zakat yang bersifat nasional?

Masih jauh dari sempurna, pengelolaan zakat ini masih banyak dilakukan

berdasarkan kreatifitas LAZ dari peraturan uu yang dikeluarkan

pemerintah.

11. Menurut anda, faktor apa sajakah yang harus diperhatikan pemerintah

dalam mengembangkan dunia perzakatan di Indonesia?

Memang yang perlu dipertimbangkan pemerintah kita , sistem

pemerintah kita bukan sistem pemerintahan islam, jadi itupun juga

akan memberikan persepsi warga yang tidak mudah dalam

mengedukasi warga, karena ini pemerintah sekuler.

Persepsi warga kepada pemerintah, kalau dana itu dikelola

pemerintah rentan terhadap korupsi dan sebagainya. Persepsi

Page 119: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

warga kepada pemerintah ini yang lebih banyak dipertimbangkan

oleh pemerintah, terkait posisi pemerintah hari ini, meskipun ini

juga menjadi tugas dan tanggung jawab kita, bahwa tidak selama

nya persepsi yang dibangun oleh warga ini betul.

Baik pemerintah maupun warga termasuk kita pengelola zakat ini

memang punya tanggung jawab besar dalam mengedukasi warga

sebagaimana menyalurkan dana zakatnya secara postif dan lebih

punya kemanfaatan melalui lembaga yang sudah dikukuhkan /

dilegalkan oleh pemerintah, karena lembaga-lembaga ini punya

fokus dan bergerak secara profesional.

Pemerintah tidak hanya mengedukasi warga untuk mengeluarkan

zakat tapi juga kemana zakat itu disampaikan. edukasi wajib itu

kan tidak mudah, karena pemerintah kita bukan pemerintah islam,

sehingga perlu ada edukasi yang lebih menarik.

Pemerintah juga perlu mempertimbangkan strategi pembangunan,

termasuk juga bagaimana melibatkan zakat menjadi elemen

penting walau meskipun bukan utama menjadi bagian yang tak

terpisahkan dalam pembangunan nasional. Selama ini zakat tidak

pernah dijadikan faktor atau variabel dalam membangun dan

mengembangkan Indonesia.

Pemerintah juga harus membuat standar siapa yang disebut miskin

dan siapa yang disebut mampu. Sehingga itu bisa diamini secara

Page 120: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No

syar’i agar kita punya pengkategorian yang sama asnaf fakir

miskin itu dilevel berapa, apakah yang 1 dollar atau yang 2 dollar.

Perlu ada standar ukur terkait amil, siapa amil dan bagaimana

amil? Setap lembaga zakat bisa mengambil siapapun orangnya,

tidak ada spesisalisasi tentang amil. Tugas pemerintah harus

mendorong pendirian lembaga pendidikan yang memiliki kapasitas

untuk mepelajari perzakatan, selama ini tidak ada amil yang

backroundnya tentang zakat.

12. Bagaimana respon anda tentang keputusan Mahkamah Konstitusi terkait

UU ini?

Kami juga turut bersyukur, karena mereka yang selama ini ilegal menjadi

legal, ada kemudahan dalam mendirikan LAZ, diharapkan bisa diprakarsai

pengelola-pengelola zakat yang selama ini belum terdaftar untuk

mendaftarkan diri.

13. Apa saran dan masukan untuk UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat?

Tentu sebagai lembaga zakat kami mendukung kehadiran uu no 23,

apapun yang ada ini kita ingin mengefektifkan, memaksimalkan dan

mendukung pememrintah seluruhnya, tentu bukan ini kita menegasikan

kekurangan, kekurangan-kekurangan ini tentu perlu peraturan dan

keputusan menteri untuk mendukung UU ini.

Page 121: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No
Page 122: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No
Page 123: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No
Page 124: PERSEPSI PIMPINAN DAN PELAKSANA LEMBAGA AMIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25097/1/ BUNGA... · Masalah pokok pada penelitian ini adalah terbitntya UU No