persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara,...
TRANSCRIPT
i
PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI
ANAK HIPERAKTIF KELAS II DI SD KASIH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Markus Andika Nurcahya
NIM : 121134198
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi yang peneliti lakukan ini dipersembahakan untuk:
1. Tuhan Allah di surga yang selalu menyertaiku dengan limpahan berkat-Nya.
2. Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menjadi perantaraku dan
membimbingku untuk selalu berjalan lurus kepada Tuhan.
3. Kedua orangtuaku, Bapak Paulus Kartana dan Ibu Maryam Kristyani
Suharsi yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa yang selalu
menyertai perjalanan hidupku ini demi menuju kesuksesan.
4. Novie Lita Istiqomah yang selalu menjadi motivator dan inspirasiku
sehingga membuatku lebih termotivasi dalam menyelesaikan skripsi.
5. Lorensius Dede Setiawan yang telah menjadi pedoman dan motivasiku
untuk terus menjalani kehidupan ini.
6. Dosen-dosenku khususnya dosen pembimbing skripsi yang selalu
membimbingku sehingga dapat menyelesaikan skripsi.
7. Cagur Family yang menjadi teman-teman seperjuanganku dari semester
awal hingga akhir.
8. Kepala Sekolah dan seluruh staff SD Kasih yang bersedia memberikan izin
kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Orangtua siswa yang senantiasa bersedia memberikan informasi.
10. Universitas Sanata Dharma yang telah mendidikku menjadi seorang calon
pendidik yang berkualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Orang yang kuat itu bukanlah orang yang tidak pernah menangis,
melainkan orang yang selalu dapat berdiri tegak pada saat orang lain
menyakitinya.
(Markus Andika Nurcahya)
Menowo duwe kekarepan utawa niat iku kudu “Mantep Madep Marep”
(Mbah Cermo Parjono)
Berpikirlah efisien, maka kesuksesan akan ada di belakangmu
(Bapa Ranchodas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Februari 2016
Penulis,
Markus Andika Nurcahya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,
Nama : Markus Andika Nurcahya
NIM : 121134198
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
HIPERAKTIF
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain
untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis dan penelitinya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 18 Februari 2016
Penulis,
Markus Andika Nurcahya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
HIPERAKTIF KELAS II DI SD KASIH
Markus Andika Nurcahya
NIM : 121134198
Tidak setiap anak mengalami perkembangan secara normal. Anak
berkebutuhan khusus adalah seorang anak yang mengalami gangguan untuk
mencapai perkembangan yang optimal. Berdasarkan hasil observasi peneliti di SD
Kasih terdapat satu anak yang terindikasi mengalami hiperaktif di kelas II.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi
guru terhadap anak hiperaktif kelas II SD Kasih dan perkembangan emosi anak
hiperaktif kelas II di SD Kasih.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh peneliti berasal dari lima
partisipan. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen utama
dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone
sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam
penelitian ini menggunakan triangulasi sumber.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi yang peneliti lakukan di SD Kasih,
terdapat tiga orang guru memiliki persepsi sama mengenai anak hiperaktif kelas
II. Tingkah laku yang ditunjukkan siswa yang mengalami hiperaktif tampak
berbeda dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Tingkah laku tersebut meliputi
susah untuk diajak konsentrasi, banyak bergerak, keluar masuk kelas tanpaizin
dan sebagainya. Selain itu, perkembangan emosi siswa tersebut juga tampak
berbeda dibandingkan dengan anak lainnya karena siswa tersebut masih sering
menunjukkan emosi yang tidak terkontrol sehingga dia sering membentak guru
saat ditegur.
Kata Kunci: Persepsi guru, Perkembangan Emosi, Hiperaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
TEACHERS PERCEPTION TOWARD EMOTIONAL DEVELOPMENT OF
SECOND GRADE HYPERACTIVE STUDENT IN KASIH ELEMENTARY
SCHOOL
Markus Andika Nurcahya
NIM: 121134198
Not every chlid experiences normal development. Children with special
needs are those who experience troubles to reach optimal development. Based on
the reseacher‟s observation result in primary school Kasih, one student in the
second grade is indicated to possess hyperactivity. Based on the bacground, this
research aims to investigate teachers‟ perception toward second grade
hyperactive students in primary school Kasih and their emotional development.
This research is a type of qualitative research in the form of description.
The data gathering techniques used in this research were interview, observation,
and documention. The data gathered were from five participants. The instrument
of this research was the researcher as the main instrument with the help of
interview guidelines, observation guidelines, a phone as a recoder device, and
anectdot. The data validity checking in this research used source triangulation.
Based on the research‟s result and discussion done through obesrvation,
interview, and documentation that the researcher did in primary school Kasih,
there were three teacher who had the same perception toward the second grade
hyperactive student. Behaviour shown by the student who possessed hyperactivity
seemed to be different than other students. The behaviour incuded difficult to
concentrate, to much mobility, entering and going out of the class without
permission, and etc. Apart from above, the student‟s emotional development also
seemed to be different than other students because he often showed uncontrolable
emotion so that he often shouted back at the teacher when being reminded.
Keywords: Perception of teachers, Emotional, Hyperactivity
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala mukjuzat dan berkat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Terhadap
Perkembangan Emosi Anak Hiperaktif Kelas II di SD Kasih” dengan lancar
dan tepat waktu.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma. Penulis
menyadari dalam pembuatan skripsi ini, penulis masih banyak menemui
hambatan keterbatasan waktu, kesempatan, pengetahuan, dan pengalaman.
Namun dengan adanya pemberian semangat dan motivasi dari berbagai pihak,
pada akhirnya penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Rohandi,
Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma. Ucapan terima kasih juga peneliti ucapkan kepada Christiyanti
Aprinastuti, S.Si, M. Pd. selaku ketua program studi PGSD Universitas Sanata
Dharma serta seluruh dosen yang telah membimbing penulis agar menjadi calon
guru yang berkualitas. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada
kedua dosen pembimbing yaitu Ibu Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku
dosen pembimbing I dan Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., selaku
dosen pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini hingga selesai dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Peneliti juga berterima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah SD Kasih
atasizin yang diberikan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IIA
SD Kasih. Peneliti juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada guru kelas
IIA, guru kelas IA, dan guru olahraga yang telah bersedia untuk menjadi
partisipan dalam penelitian ini dengan memberikan informasi yang berguna bagi
peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua siswa yang
bersedia melakukan wawancara dengan peneliti dalam penelitian ini.
Terima kasih peneliti ucapakan kepada orangtua yaitu Bapak Paulus
Kartana dan Ibu Maryam Kristiyani Suharsi yang selalu memberikan kasih sayang
dan cinta kasih, semangat, dukungan, dan doa selama peneliti mulai menempuh
pendidikan. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Novie Lita Istiqomah
yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan selalu menjadi inspirasi bagi
peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tak
lupa peneliti juga ucapkan terima kasih kepada Lorensius Dede Setiawan yang
selalu menjadi pedoman dan motivasiku untuk terus menjalani kehidupan ini.
Terima kasih peneliti ucapakan juga kepada Cagur Family yang telah
menjadi teman-teman seperjuangan di PGSD sejak peneliti memulai pendidikan
di Universitas Sanata Dharma ini. Peneliti juga tak lupa mengucapkan terima
kasih kepada Universitas Sanata Dharma atas bimbingan yang telah diberikan
selama ini danizin untuk menjadi mahasiswa di PGSD.
Dengan kerendahan hati peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu berbagai kritik, saran, serta masukan akan
sangat bermanfaat bagi peneliti untuk melakukan perbaikan dalam skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Demikian yang dapat peneliti sampaikan, peneliti berharap agar penelitian ini
dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
Markus Andika Nurcahya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv
MOTTO ..................................................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xvii
DAFTAR TABEL.............................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 4
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.7 Definisi Operasional ................................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................7
2.1 Kajian Pustaka .......................................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.1.1 Deskripsi Partisipan Penelitian ......................................................... 7
2.1.2 Persepsi Guru .................................................................................. 10
2.1.3 Perkembangan Emosi ...................................................................... 12
2.1.4 Hiperaktif ........................................................................................ 16
2.2 Penelitian yang Relevan ......................................................................... 22
2.3 Kerangka Teori ....................................................................................... 27
2.4 Pernyataan Penelitian ............................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................30
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 30
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 31
3.2.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 31
3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................................. 31
3.3 Partisipan Penelitian .................................................................................... 32
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 33
3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 35
3.6 Teknik Keabsahan Data............................................................................... 38
3.6.1 Uji Kredibilitas ..................................................................................... 38
3.6.1.1 Perpanjangan Pengamatan ................................................................. 39
3.6.1.2 Triangulasi ......................................................................................... 39
3.6.2 Uji Transferabilitas ............................................................................... 41
3.6.3 Uji Dependabilitas ................................................................................ 41
3.6.4 Uji Konfirmabilitas ............................................................................... 42
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................... 42
3.7.1 Reduksi Data ......................................................................................... 43
3.7.2 Display Data ......................................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3.7.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi .................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................45
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................... 45
4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian ......................................... 45
4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian ............................................................. 46
4.1.2.1 Partisipan I (guru kelas IIA) .............................................................. 46
4.1.2.2 Partisipan II (guru kelas IA) .............................................................. 50
4.1.2.3 Partisipan III (guru Olahraga) ............................................................ 54
4.1.2.4 Partisipan IV (Orangtua siswa) .......................................................... 59
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 68
4.3 Temuan Lain dalam Penelitian ............................................................... 77
BAB V PENUTUP ................................................................................................81
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 81
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 82
5.3 Saran ............................................................................................................ 82
DAFTAR REFERENSI .......................................................................................84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Teks Anekdot ..................................................................................87
Lampiran 2.1 Hasil Triangulasi ............................................................................91
Lampiran 3.1 Pemetaan ........................................................................................99
Lampiran 4.1 Memo Tertulis ..............................................................................101
Lampiran 5.1 Riwayat Peneliti ............................................................................103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbedaan Ciri-Ciri Emosi Anak Dengan Orang Dewasa .................14
Gambar 2.2 Literature Map Penelitian Yang Relevan ..........................................27
Gambar 3.3 Bagan Triangulasi Teknik ..................................................................40
Gambar 3.4 Bagan Triangulasi Sumber .................................................................40
Gambar 3.5 Teknik Analisis Data ..........................................................................44
Gambar 4.1 Temuan Lain Penelitian.....................................................................80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Gambar 3.1 Tabel Waktu Penelitian ......................................................................31
Gambar 3.2 Tabel Alur Instrumen Penelitian ........................................................38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh dan bantuan yang diberikan
kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup
baik melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang
dewasa (yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, dan
sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa. Pada jaman ini
sudah banyak anak yang bisa mendapat pendidikannya sejak mereka masih
dini dalam pembelajaran-pembelajaran yang diberikan melalui sekolah formal
yang tersebar di setiap wilayah di dunia ini. Pembelajaran di Indonesia dapat
dimulai dari anak usia dini lalu melanjutkan ke TK, SD, SMP, SMA/SMK,
dan bisa langsung bekerja atau bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Tidak
hanya sekolah-sekolah tersebut yang tersebar di Indonesia namun juga ada
sekolah khusus seperti SLB (Sekolah Luar Biasa) yang diselenggarakan
negara bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan.
Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Anak
berkebutuhan khusus adalah mereka yang dalam perkembangannya
mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor
resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan
penanganan atau intervensi khusus. Anak berkebutuhan khusus tidak hanya
mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen
akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi juga anak
berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
temporer juga biasa disebut dengan anak dengan faktor resiko, yaitu individu-
individu memiliki problem dalam perkembangannya yang dapat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar selanjutnya, atau memiliki kerawanan atau
kerentanan atau resiko tinggi terhadap munculnya hambatan atau gangguan
dalam belajar atau perkembangan selanjutnya. Bahkan, dipercayai bahwa anak
berkebutuhan khusus yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan
intervensi secara tepat sesuai kebutuhan khususnya, dapat berkembang
menjadi permanen.
Salah satu anak berkebutuhan khusus yang biasanya banyak terdapat di
sekolah adalah anak hiperaktif. Zaviera (2014:11) menjelaskan anak hiperaktif
adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas. Hiperaktif juga biasa disebut dengan hiperkinetik. Hiperkinetik
adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini
(sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan
perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Anak hiperaktif tentunya memiliki
perbedaan dalam perkembangan emosi dibandingkan dengan anak-anak
normal lainnya. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Istilah emosi berasal dari kata emotus
atau emovere atau mencerca (to stir up) yang berarti sesuatu yang mendorong
terhadap sesuatu, misal emosi gembira mendorong untuk tertawa, atau dengan
perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian
diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu
(Sujiono, 2005). Dari pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa perkembangan emosi adalah perubahan yang progresif dan kontinyu
(berkesinambungan) mengenai perasaan/pikiran dalam diri individu dari mulai
lahir sampai mati yang muncul dari perilakunya. Persepsi adalah proses
diterimanya rangsangan melalui panca indra yang didahului oleh perhatian
sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang
hal yang diamati baik yang berasal dari dalam maupun luar individu (Sunaryo,
2013:96).
Hasil observasi peneliti di SD Kasih terdapat satu anak yang
terindikasi mengalami hiperaktif di kelas II dan terlihat anak tersebut memiliki
perbedaan dalam aspek perkembangan emosi dengan anak yang lain.
Perbedaan perkembangan emosi tersebut yaitu terlihat pada perilaku anak
yang sering meledak-ledak emosinya saat dia ditegur oleh guru. Hasil
observasi tersebut membuat peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif. Selain itu, alasan
peneliti melakukan penelitian ini karena peneliti memang tertarik menghadapi
anak yang susah untuk dikendalikan. Penelitian ini diharapkan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menjelaskan dan menggambarkan dalam masalah pendidikan formal
mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif dari segi pandangan guru.
1.2 Identifikasi Masalah
Ditemukan siswa yang mengalami hiperaktif di SD Kasih dan belum
diketahui tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa yang
mengalami hiperaktif.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada di latar belakang, maka peneliti
akan membatasi masalah tersebut oleh persepsi guru terhadap perkembangan
emosi siswa yang mengalami hiperaktif kelas II di SD Kasih.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagaimana persepsi guru terhadap anak hiperaktif kelas II di SD Kasih?
1.4.2 Bagaimana persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak yang
mengalami hiperaktif di SD Kasih?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut:
1.5.1 Untuk mengetahui persepsi guru terhadap anak yang mengalami hiperaktif
1.5.2 Untuk mengetahui persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak yang
mengalami hiperaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan pada
dunia pendidikan tentang memahami anak hiperaktif, serta untuk
menambah pengetahuan mengenai penanganan yang yang tepat untuk
menangani anak hiperaktif, dan untuk menambah pengetahuan tentang
persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif.
1.6.2 Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi Peneliti
Hasil dan proses penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa hiperaktif.
1.6.2.2 Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberi
pembelajaran, pembinaan, bimbingan, dan pertimbangan dalam
membangun perkembangan belajar anak hiperaktif di kelas.
1.6.2.3 Bagi Orangtua yang Memiliki Anak Hiperaktif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk orangtua
yang memiliki anak hiperaktif agar dapat selalu memperhatikan,
membimbing, dan mengembangkan emosi anaknya ketika di rumah.
1.6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk melakukan
studi lanjutan tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa
hiperaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.7 Definisi Operasional
a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevalusi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
b. Persepsi adalah proses memahami, menerima, mengkoordinasi,
menginterpretasikan rangsangan di lingkungan sekitar melalui panca
indera sehingga menyadari dan mengerti apa yang diinderakan.
c. Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
perubahan sikap dari suatu aktivitas yang dilakukan.
d. Perkembangan emosi adalah perubahan yang progresif dan kontinyu
(berkesinambungan) mengenai perasaan/pikiran dalam diri individu
dari mulai lahir sampai mati yang muncul dari perilakunya.
e. Hiperaktif adalah disfungsi neurologis dengan gejala gangguan
pemusatan perhatian terhadap suatu hal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini, peneliti memaparkan empat topik yaitu kajian pustaka,
penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pernyataan penelitian. Pada kajian
teori, peneliti membahas tentang teori-teori yang masih berkaitan dengan persepsi
guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif. Pada penelitian yang relevan,
peneliti memaparkan hasil penelitian yang pernah dilakukan dan penelitian
tersebut masih berkaitan dengan judul penelitian ini. Sedangkan pada kerangka
teori, peneliti menunjukkan kepada para pembaca agar dapat memahami
penelitian yang dilakukan, serta pernyataan penelitian yang masih memiliki kaitan
dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Deskripsi Partisipan Penelitian
Partisipan awal dalam penelitian ini adalah seorang siswa laki-laki kelas II
di SD Kasih bernama M.F.S yang biasa dipanggil dengan nama Marka (nama
disamarkan). Peneliti menggunakan siswa tersebut karena sesuai hasil
pengamatan dan wawancara, anak tersebut mengalami hiperaktif. Marka lahir
pada tanggal 23 Mei 2008 dan menurut guru wali kelas IIA yang setiap harinya
mengajar, anak ini masih memiliki keturunan dari suku Batak. Marka tinggal
bersama dengan kedua orang tuanya yang masih utuh serta dengan satu kakak
kandungnya yang saat ini juga masih berstatus sebagai siswa di SD Kasih
tepatnya di kelas IV. Marka merupakan anak kedua dari pasangan suami istri
H.M.S dan F.H.P. Marka tinggal bersama keluarganya di salah satu daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
wilayah Kabupaten Bantul. Kondisi perekonomian keluarga Marka termasuk ke
dalam golongan menengah ke atas. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil
observasi peneliti dari data sekolah yang menyatakan bahwa Ayah Marka bekerja
sebagai wiraswasta, dan ibunya tidak bekerja. Data mengenai tanggal lahir dan
kondisi perekonomian Marka tersebut peneliti dapatkan dari hasil observasi data
sekolah.
Peneliti sebelumnya sudah mengetahui bahwa Marka adalah seorang anak
yang mengalami hiperaktif pada saat peneliti melaksanakan kegiatan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Kasih selama kurang lebih tiga bulan. Peneliti
tidak membuat jadwal untuk melakukan wawancara dengan Marka karena peneliti
karena peneliti tidak melakukan wawancara terhadapnya. Peneliti melakukan
penelitian ini dengan melakukan pengamatan atau observasi langsung dan
mewawancarai beberapa guru mengenai Marka saat melakukan pembelajaran di
kelas maupun di luar kelas. Pada awal kegiatan PPL peneliti mengobservasi
tingkah laku Marka yang tidak bisa duduk diam di kelas bahkan sampai lari-lari di
saat pembelajaran berlangsung, bermain-main saat di dalam kelas dengan barang-
barang yang ada di sekitarnya, dan menganggu temannya saat pelajaran
berlangsung sehingga Marka memiliki kesan sebagai anak nakal di kelas.
Peneliti sempat masuk di kelas Marka untuk memberikan pembelajaran
sebagai tugas peneliti juga untuk mengajar dalam melaksanakan PPL. Selama
peneliti melakukan proses pembelajaran, Marka susah untuk bisa diajak diam dan
bahkan saat ditegur dia lari meninggalkan kelas. Saat peneliti mengajak siswa
secara klasikal untuk memperhatikan dan mencoba mengerjakan tugas-tugas dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
peneliti, terlihat Marka sedang asyik bermain-main dengan barang yang ada di
sekitarnya seperti pensil atau penghapus. Dengan kejadian tersebut dapat
dikatakan bahwa Marka sangat sulit untuk memusatkan perhatian terutama pada
saat diajak untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan berpikir atau
dengan hal yang tidak disukainya. Selama peneliti mengamati, terlihat bahwa
Marka lebih cenderung menyukai bermain dan aktivitas-aktivitas fisik karena
peneliti telah mencoba untuk menggunakan sebuah media untuk mengajak siswa
kelas IIA untuk bermain sambil belajar. Saat itulah Marka terlihat dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik.
Selama peneliti melakukan observasi terhadap Marka, memang perilaku
Marka terlihat berbeda dengan anak-anak yang lainnya. Tingkah laku Marka
cenderung sulit untuk diatur karena seringkali Marka terlihat mengganggu
temannya pada saat pembelajaran berlangsung. Peneliti juga melihat bahwa
Marka ternyata memiliki emosi yang cukup tinggi karena peneliti pernah melihat
saat pembelajaran di kelas berlangsung, Marka malah berkelahi dengan teman
sebangkunya hanya karena Marka mengganggu teman sebangkunya dan
temannyapun membalas dengan menganggunya. Setelah Marka diganggu dengan
temannya, Marka langsung marah dan malah berkelahi dengan temannya tersebut.
Sewaktu kegiatan pembelajaran di kelas Marka terlihat selalu keluar kelas
tanpa izin dan tanpa alasan sama sekali. Selain itu, Marka juga sering terlihat
tidak rapi dalam mengenakan seragamnya dan sering terlihat berkeringat karena
aktivitas-aktivitas fisik yang dia lakukan. Bedasar hasil pengamatan dengan
partisipan, Marka kemungkinan mengalami hiperaktif. Gangguan yang dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Marka secara tidak langsung berpengaruh pada perilaku Marka di sekolah,
perubahan emosi, dan interaksinya.
Kesimpulan peneliti mengenai Marka ternyata didukung oleh guru kelas
IIA sebagai wali kelas Marka serta didukung oleh guru-guru lain. Saat peneliti
melakukan wawancara dengan guru kelas, guru kelas menjelaskan bahwa Marka
memang sangat sulit diatur, mudah marah, sering keluar masuk kelas tanpa izin
dan alasan yang jelas, sering mengganggu teman-temannya sampai dianggap
sebagai anak nakal.
2.1.2 Persepsi Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (KBBI, 2005: 863)
persepsi adalah tanggapan (penerima) langsung dari sesuatu. Menurut Dakir
(dalam Moedjanto, dkk 1987:15) persepsi adalah suatu proses untuk memberi arti
pada tanda-tanda dari objek atau fakta objektif yang diterima oleh individu setelah
ia memperoleh stimulasi lewat indera-inderanya. Thoha (2005: 141-142)
mengemukakan bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,
baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.
Walgito (dalam Sunaryo, 2013:95) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai
proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima
oleh organisme atau individu sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti dan
merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Persepsi merupakan
proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses
diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang
dinamakan persepsi. Dengan persepsi, individu menyadari dapat mengerti tentang
keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam
diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004 : 93). Ada 2 macam persepsi
menurut Sunaryo (2004 : 94) yaitu:
1) Eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsangan yang datang dari luar diri individu.
2) Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan
yang berasal dari diri sendiri. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah
individu itu sendiri.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan persepsi adalah
tanggapan dari penerima secara langsung dengan proses memahami pada suatu
objek melalui indera penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan
penciuman terhadap suatu informasi yang diperoleh sehingga dapat mengerti dan
menyadari apa yang diinderakan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa persepsi
bersifat individu karena persepsi setiap orang terhadap suatu objek belum tentu
sama dengan orang atau individu lain. Dengan adanya persepsi, individu
menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya
maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.
Guru adalah salah satu dari bagian dalam sebuah kegiatan pembelajaran
yang bertugas untuk memberikan pembelajaran dan memiliki posisi untuk
menentukan suatu pembelajaran. Fungsi utama guru adalah marancang,
mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.1.3 Perkembangan Emosi
Sarwono (dalam Yusuf, 2011: 115) berpendapat emosi adalah setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah
maupun pada tingkat yang luas. Menurut Beaty (2013: 92), perkembangan
emosional anak agak berbeda dari aspek perkembangan lainnya. Meskipun
pertumbuhan emosional terjadi serentak dengan perkembangan fisik, sosial,
kognitif, bahasa, dan kreatif dan saling bergantung di antara mereka, sepertinya
seolah-olah anak–anak belum terlihat mantap. Seperti yang LeDoux (dalam Beaty
, 2013: 92) jelaskan: “ Sebuah emosi merupakan pengalaman subjektif, invasi
kesadaran yang bersemangat, sebuah perasaan adalah respons terhadap perasaan
ini yang mungkin berubah pada anak kecil sejalan waktu karena kedewasaannya,
lingkungan, reaksi orang lain disekitarnya, atau pembimbingan yang diterima”.
Beaty (2013: 92) juga menjelaskan bahwa perkembangan emosional
memang memiliki dasar fisik dan kognitif bagi perkembangannya, tetapi begitu
kemampuan dasar manusia terbentuk, emosi jauh lebih situasional. Menurut
pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi adalah setiap
keadaan pada diri anak yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah
maupun pada tingkat yang luas mempunyai perkembangan fisik, sosial, kognitif,
bahasa, dan kreatif yang berbeda. Perkembangan emosi juga memiliki dasar fisik
dan kognitif bagi perkembangannya, tetapi begitu kemampuan dasar manusia
terbentuk, emosi jauh lebih situasional. Izard (dalam Beaty , 2013: 92)
berpendapat emosi memiliki tiga dimensi yang saling berinteraksi internal yaitu:
a. Perasaan sadar atau pengalaman emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
b. Proses di otak dan sistem saraf
c. Pola atau reaksi ekspresif yang bisa diamati
Beaty (2013: 94) juga memaparkan bagaimana cara membantu anak-anak
mengelola reaksi emosional tidak sesuai, diantaranya:
a. Singkirkan atau kurang penyebab emosi
b. Redakan respons negatif anak dengan membiarkannya “mengeluarkannya”
melalui tangisan, bicara, atau memindahkan perasaannya menjadi tindakan
nondestruktif
c. Tawarkan dukungan, kenyamanan, dan ide untuk kontrol diri
d. Contohkan sendiri perilaku terkendali
e. Beri anak kesempatan untuk membicarakan perasaan negatif secara sesuai
Yusuf (2011: 115) memaparkan ada beberapa contoh tentang pengaruh
emosi terhadap perilaku individu diantaranya sebagai berikut:
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil
yang telah dicapai
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan
sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi)
c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup
(nervous) dan gagap dalam berbicara
d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan
mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain
Yusuf (2011: 116) juga memaparkan ciri-ciri emosi, diantaranya:
a. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya seperti
pengamatan dan berpikir
b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera
Ada tiga ciri-ciri emosi yang telah diungkapkan oleh ahli seperti di atas.
Namun untuk mengenal lebih jauh mengenai ciri-ciri emosi, emosi juga dapat
dibedakan menjadi emosi anak dengan emosi orang dewasa. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut.
EMOSI ANAK EMOSI ORANG DEWASA
1. Berlangsung singkat dan
berakhir tiba-tiba
2. Terlihat hebat/kuat
3. Bersifat sementara/dangkal
4. Lebih sering terjadi
5. Dapat diketahui dengan jelas
dari tingkah lakunya
1. Berlangsung lebih lama dan
berakhir lambat
2. Tidak terlihat hebat/kuat
3. Lebih mendalam dan lama
4. Jarang terjadi
5. Sulit diketahui karena lebih
pandai menyembunyikannya
Yusuf (2011: 117) menjelaskan bahwa emosi dapat dikelompokkan ke
dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis).
a. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar
terhadap tubuh, seperti: rasa dingin, sakit, lelah, kenyang, dan lapar
Tabel 2.1 Perbedaan ciri-ciri emosi anak dengan orang dewasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang
termasuk emosi ini diantaranya adalah:
1) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang
lingkup kebenaran.
2) Perasaan Sosial, yaitu perasan yang menyangkut hubungan dengan orang
lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok.
3) Perasaan Susila, yaitu perasan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik
dan buruk atau etika (moral).
4) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasan yang berkaitan erat dengan
keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian.
5) Perasaan Ketuhanan, manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama)
kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo Divinans” dan “Homo
Religius” yang berarti sebagai makhluk yang berke-Tuhan-an atau
makhluk beragama.
James dan Lange (dalam Yusuf, 2011: 118) menyatakan bahwa, emosi itu
timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Menurut
Lindsley (dalam Yusuf, 2011: 118) menyatakan bahwa emosi disebabkan oleh
pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak. Sedangkan
Waston (dalam Yusuf, 2011: 118) mengemukakan bahwa ada tiga pola dasar
emosi yaitu takut, marah, dan cinta. Ketiga jenis emosi tersebut menunjukkan
respons tertentu pada stimulus tertentu juga, tetapi kemungkinan terjadi juga
perubahan. Menurut pendapat para ahli tersebut emosi muncul disebabkan
kegiatan individu yang terlampau keras dari susunan syaraf otak dan rasa takut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
marah serta cinta menunjukkan respons tertentu sehingga terjadi sebuah
perubahan.
2.1.4 Hiperaktif
Marlina (2008: 2) berpendapat istilah ADHD diadaptasi dari bahasa
inggris yaitu Attention Deficit/Hiperactifity Disorder. Seorang ADHD akan
mengalami kesulitan dalam perilaku, kesulitan bersosial, dan kesulitan lain yang
berkaitan. Zaviera (2014:11), anak hiperaktif adalah anak yang mengalami
gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas. Hiperaktif juga biasa
disebut dengan hiperkinetik. Hiperkenitik adalah gangguan pada anak yang timbul
pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak
mampu memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Hermawan (dalam
Zaviera, 2014:14) menjelaskan ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah
gangguan tingkah laku yang tidak normal. Disebabkan disfungsi neurologis
dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Dari beberapa pendapat
tersebut dapat dikatakan bahwa hiperaktif adalah perilaku yang berkembang
secara tidak sempurna dan timbul pada anak-anak dan orang dewasa yang
disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan
perhatian.
Barkley (dalam Martin, 2008:21) mengungkapkan ciri-ciri anak yang
mengalami gangguan hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada yang
dilakukannya, tidak berhasil menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan
perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri,
ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela pembicaraan orang, tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan
instruksi.
2.1.3.1 Ciri-ciri Hiperaktif
Zaviera (2014:15) menjelaskan ciri-ciri hiperaktif:
1. Tidak fokus
Anak dengan gangguan hiperaktivitas tidak bisa berkonsentrasi
lebih dari lima menit. Dengan kata lain, ia tidak bisa diam dalam
waktu lama dan mudah teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Tidak
hanya itu, anak dengan gangguan hiperaktvitas tidak memliki fokus
yang jelas. dia berbicara semaunya berdasarkan apa yang ingin
diutarakan tanpa ada maksud jelas sehingga kalimatnya sering sulit
dipahami. Biasanya anak selalu cuek ketika dipanggil.
2. Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap
menentang atau tidak mau dinasehati. Penolakannya juga bisa
ditujukan dengan sikap cuek.
3. Destruktif
Perilaku anak hiperaktivitas bersifat destruktif atau merusak,
biasanya merusak barang yang ada disekitarnya. Oleh karena itu,
anakhiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah
dipegang dan dirusak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4. Tidak kenal lelah
Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan
sikap lelah. Sepanjang hari dia akan selalu bergerak kesana kemari,
lompat, lari, berguling, dan sebagainya.
5. Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan yang jelas.
6. Tidak sabar dan usil
Anak dengan gangguan hiperaktivitas memiliki sifat yang tidak
sabar. Selain itu anak dengan gangguan hiperaktivitas sering mengusili
teman-temannya tanpa alasan yang jelas.
7. Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas
berada dibawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara
psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa
menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Dari pernyataan di atas dapat lihat bahwa ada banyak ciri-ciri hiperaktif
yaitu tidak fokus, menentang, destruktif, tidak kenal lelah, tanpa tujuan, tidak
sabar dan usil, dan intelektualitas rendah.
2.1.3.2 Tipe Hiperaktif
Zaviera (2014:12) juga menyebutkan tipe hiperaktif adalah:
2. Tipe sulit berkonsentrasi
Berikut adalah ciri anak hiperaktif tipe sulit berkonsentrasi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Sering melakukan kecerobohan atau gagal menyimak hal yang
teperinci dan sering membuat kesalahan karena tidak cermat
b. Sering sulit memusatkan perhatian secara terus-menerus dalam
suatu aktivitas
c. Sering tampak tidak mendengar kalau diajak bicara
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
e. Sering sulit mengatur kegiatan maupun tugas
f. Sering menghindar, tidak menyukai, atau enggan melakukan
tugas yang butuh pemikiran yang cukup lama
g. Sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk melakukan
tugas
h. Sering mudah beralih perhatiannya oleh rangsangan dari luar
i. Sering lupa dalam mengerjakan kegiatam sehari-hari
3. Tipe hiperaktif-impulsif
Berikut adalah ciri anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif:
a. Sering menggerak-gerakan tangan atau kaki ketika duduk atau
sering menggeliat.
b. Seing meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia
duduk manis
c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada
keadaan yang tidak selayaknya
d. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan
tenang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
e. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin.
Tenaganya juga tidak habis
f. Sering terlalu banyak bicara
g. Sering terlalu cepat memberi jawaban ketika ditanya, padahal
pertanyaan belum selesai
h. Sering sulit meninggu giliran
i. Sering memotong atau menyela pembicaraan
4. Tipe kombinasi
Ciri anak hiperaktif tipe kombinasi mencakup kedua ciri dari tipe sulit
berkonsentrasi dan tipe hiperaktif-impulsif.
2.1.3.3 Kriteria Diagnosis ADHD
Berdasarkan karakteristik anak hiperaktif, ada tiga tipe kriteria
anak hiperaktif, yaitu tipe inatensi, tipe hiperaktif-implusif, dan tipe
kombinasi berlebihan dibandingkan anak-anak lain yang sebaya (Wood,
2003). DSM-IV® - TR (2003) menjelaskan tiga tipe kriteria anak
hiperaktif:
1. Tipe Inatensi; Perilaku yang muncul pada anak, diantaranya (1) anak
sulit memberikan perhatian pada setiap detail pekerjaan, tugas
sekolah, atau aktivitas lain (ceroboh), (2) sulit berkonsentrasi saat
mengerjakan tugas atau bermain, (3) tampak tidak mendengarkan
jika diajak berbicara, (4) sering tidak mengikuti perintah dan gagal
dalam menyelesaikan tugas, (5) tidak teratur dalam mengerjakan
tugas, (6) menghindari aktivitas mental (berpikir), (7) sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kehilangan barang milik pribadi, seperti buku, pensil, mainan, dan
sebagainya, (8) perhatiannya mudah teralih, dan (9) sering lupa.
2. Tipe Hiperaktif dan Impulsif; Perilaku yang muncul pada hiperaktif
(1) sering gelisah (selalu menggerak-gerakkan tangan atau
menggoyang-goyangkan badan), (2) sering meninggalkan tempat
duduk, (3) berlari dan memanjat secara berlebihan dalam situasi
yang tidak tepat, (4) sulit bermain dengan tenang saat waktu luang,
(5) melakukan aktivitas motorik secara berlebihan, (6) sering
berbicara berlebihan, dan perilaku yang muncul pada impulsif (7)
sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai
diberikan, (8) sulit menunggu giliran, dan (9) sering menyela
pembicaraan orang lain.
3. Tipe kombinasi; Perilaku yang muncul pada anak dengan tipe
kombinasi mencakup kedua karakteristik anak hiperaktif dari tipe
inatensi dan tipe hiperaktif-implusif.
Beberapa kriteria tipe anak hiperaktif yang dikemukakan oleh DSM-IV® -
TR dijadikan pedoman secara umum untuk menentukan seseorang mengalami
hiperaktif. Seseorang dinyatakan mengalami hiperaktif apabila memenuhi
minimal 6 kriteria diagnosis selama tiga bulan terakhir.
Delphie (2006: 74) mengemukakan bahwa kesulitan belajar anak
hiperaktif disebabkan juga adanya kontrol diri yang kurang dan sering impulsif
dalam setiap kegiatan yang dia lakukan, sangat mudah untuk marah dan seringkali
suka berkelahi. Penyebab hiperaktif telah banyak diteliti dan dipelajari, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
belum ada satu pun penyebab pasti yang tampak berlaku bagi semua gangguan
yang ada. Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di
lingkungan sekitar, faktor genetika, masalah selama kehamilan atau kelahiran,
atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan
penting sebagai faktor penyebab hiperaktif (Zaviera, 2014:52-53).
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian pertama adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Amin
tahun 2009 pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program
pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun dalam bentuk jurnal penelitian. Judul
yang penulis ambil dalam jurnal penelitiannya adalah “Perilaku Hiperaktif dan
Upaya Penanganannya”. Penelitian dilakukan karena perilaku buruk pada masa
kanak-kanak apabila tidak diatasi cenderung bermasalah pada saat dewasa,
sehingga dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam lingkungan sekolah,
lingkungan pekerjaan dan keluarga mereka menghadapi banyak masalah. Dari
latar belakang di atas, penulis memaparkan hasil penelitian terhadap dua orang
anak yang berperilaku hiperaktif dan upaya yang dilakukan guru dalam membantu
kedua anak tersebut, dimana kedua anak secara umum memiliki karakteristik dan
perilaku yang hampir sama dan sangat mengganggu proses pembelajaran di kelas
dan bertujuan agar para guru TK/Pendidik anak usia dini lainnya memahami
bentuk perilaku anak hiperaktif serta memahami upaya yang seharusnya
dilakukan dalam membantu anak yang berperilaku hiperaktif.
Hasil penelitian yang penulis dapat adalah perilaku anak yang hiperaktif
tampak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian penulis dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mempertahankan konsentrasinya paling lama lima menit, tidak dapat duduk
tenang, berpindah dari satu tempat ketempat lain, tidak dapat menyelesaikan
tugas-tugas, dalam interaksi sosial cenderung memonopoli kegiatan, impulsif,
kadang menyela pembicaraan orang dan agresif. Merubah perilaku anak yang
mengalami hiperaktif dituntut kesabaran, keikhlasan dan keterampilan, dengan
penanganan kognitif behavioral yaitu menggabungkan modifikasi perilaku yang
didasarkan pada pemberian pujian atas keberhasilan yang dicapai dan modifikasi
kognitif dengan melatih anak untuk mewarnai atap rumah dan berhasil
melakukannya.
Penelitian kedua adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zaezara
pada tahun 2014 di SD Bercahaya. Peneliti ini mengambil judul “Persepsi dan
Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II di SD Bercahaya”.
Penelitian ini dilakukan atas dasar masing-masing guru mempunyai pandangan
yang berbeda-beda terhadap ABK, karena guru tidak memahami betul apa yang
dialami anak. Ada sebagian guru yang tidak peduli terhadap perubahan emosi,
tingkah laku dan permasalahan lain yang terjadi pada N, namun ada pula guru
yang membantu anak dengan memberikan pendekatan-pendekatan, seperti
mendekati anak, kemudian menanyakan apa yang menyebabkan anak melakukan
perilaku yang tidak baik ketika proses pembelajaran.
Hasil penelitian yang didapat adalah persepsi guru terhadap kemampuan
belajar siswa yang mengalami GPPH, berdasarkan penelitian yang dilakukan
diperoleh data bahwa setiap guru yang mengampu di kelas II SD Bercahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
memiliki kesamaan dengan teori tentang anak GPPH, namun persepsi guru terkait
dengan kondisi siswa yang mengalami GPPH tidak memiliki kesamaan dengan
teori anak GPPH. Terkait dengan pola perilaku yang ditunjukan N, maka
pemberian treatment telah guru lakukan dengan cara sendiri tanpa adanya
pelatihan khusus, seperti membiarkan siswa melakukan hal yang ingin dilakukan.
Membiarkan atau mendiamkan siswa yang mengalami GPPH itu menunjukan
perilakunya yang tidak biasa merupakan bentuk motivasi yang diberikan guru
sebagai langkah awal dalam penanganan. Kurangnya pemahaman guru tentang
anak GPPH disebabkan karena guru belum pernah mengikuti pelatihan khusus
tentang cara terbaik menangani anak berkebutuhan khusus terutama cara
penanganan bagi anak yang mengalami GPPH.
Penelitian ketiga adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hidayati
pada tahun 2013 dalam sebuah jurnal penelitian. Judul penelitian yang dia ambil
adalah “Peran Pendampingan Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Maltreatment
pada Ibu dari Anak GPPH”. Penelitian ini dilakukan atas dasar data yang
diperoleh dari hasil preliminary study yang dilakukan, menunjukkan bahwa hasil
dari wawancara dengan ibu yang memiliki anak terdiagnosa GPPH menunjukkan
bahwa ibu sering tidak sabar dan jengkel menghadapi perilaku anak yang tidak
pernah dapat tenang, suka memporak porandakan mainan atau barangbarang yang
ada di rumah, berguling-guling ketika keinginannya tidak terpenuhi. Sikap ibu
menjadi lebih kasar dan terkadang berbuat kasar, mencubit dan memukul,
menyeret ketika anak tidak segera melakukan instruksi yang diberikan, ibu merasa
anak merepotkannya. Sikap keras yang dilakukan oleh ibu dalam upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mengendalikan perilaku anak, namun kenyataan justru sebaliknya, anak menjadi
marah dan menunjukkan sikap melawan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang
memiliki anak dengan GPPH merasa tertekan dan sering mengalami kesulitan
ketika menghadapi perilaku dan emosi anaknya, dan terkadang ibu harus menahan
emosinya sendiri ketika menghadapi perilaku anaknya.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis berpikir perlu ada upaya yang
dapat memberikan manfaat praktis dan segera dirasakan agar ibu tidak merasa
tertekan sehingga menjadi lebih tenang dan sabar dalam menghadapi anak dengan
GPPH. Upaya yang bisa dilakukan oleh penulis antara lain dengan pendampingan
pada ibu yang memiliki anak dengan GPPH untuk mengatur emosinya atau
melakukan regulasi emosi. Menurut penulis regulasi emosi perlu dilakukan ibu
agar dapat melatih dan mengendalikan emosinya terutama selama berinteraksi
dengan anak dengan GPPH. Ibu dengan kemampuan regulasi emosi yang baik,
diharapkan memiliki reaksi emosional yang positif.
Pendampingan dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan
informasi mengenai GPPH dan kedua model proses regulasi emosi melalui kelima
aspeknya (pemilihan situasi, modifikasi situasi, penyebaran perhatian, perubahan
kognitif dan modulasi respon). Hal ini bertujuan untuk mengetahui informasi
mengenai GPPH dan beberapa cara regulasi emosi secara jelas, ibu lebih bisa
mengelola emosi secara baik karena persepsi ibu yang semula negatif terhadap
perilaku anak dengan GPPH berubah lebih positif, ibu lebih memahami dinamika
perilaku anak dengan GPPH, lebih bisa menerima kondisi anak dan dapat
memberikan pengasuhan yang lebih positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, diperoleh
kesimpulan bahwa pendampingan regulasi emosi dapat menurunkan perilaku
maltreatment fisik yaitu perilaku mencubit pada kedua subjek. Kedua subjek
dalam penelitian ini menggunakan kedua model strategi regulasi emosi yaitu
strategi reappraisal (antecedent-focused) dan strategi Response-Focused
(Expressive Suppression) tergantung situasi, namun lebih sering menggunakan
strategi Response-Focused (Expressive Suppression). Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa kedua subjek dalam melakukan regulasi emosi, tanpa
melalui seluruh proses atau tahap dari kelima model proses regulasi emosi. Kedua
subyek pada saat berada dalam situasi yang akan memunculkan emosi akibat
perilaku anak dengan GPPH yang sulit dikendalikan dapat memilih model yang
memungkinkan dilakukan saat itu.
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, hasil penelitian yang telah
dilakukan memiliki relevansi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Pada
penelitian pertama dan kedua menyatakan tentang perilaku hiperaktif dan persepsi
guru tehadap anak berkebutuhan khusus. Peneliti akan melakukan penelitian
mengenai persepsi guru terhadap anak hiperaktif dan tentunya peneliti juga
membutuhkan informasi mengenai perilaku serta cara penanganan anak
hiperaktif. Sedangkan penelitian ketiga menerangkan mengenai regulasi emosi
terhadap perilaku maltreatment pada ibu dari anak GPPH. Dari penelitian ketiga
ini juga telah menggambarkan perkembangan emosi yang terjadi pada anak
hiperaktif terkait dengan perilaku maltreatment pada orang tua anak. Hal ini
terlihat pada saat anak menjadi marah dan menunjukkan sikap melawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Peneliti membuat sebuah literature map atau kerangka berpikir yang
memuat penelitian-penelitian terdahulu sampai dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti. Berdasar pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti
mengenai subjek seorang anak yang tergolong dalam anak yang berkebutuhan
khusus yaitu hiperaktif, peneliti berupaya untuk mengetahui persepsi guru
terhadap perkembangan emosi siswa anak yang mengalami hiperaktif kelas II di
SD Kasih. Kerangka berpikir penelitian yang relevan dapat dilihat pada berikut:
2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Teori
Pendidikan sekolah dasar adalah sebuah cabang pendidikan yang
diselenggarakan untuk mencerdaskan anak bangsa ditingkat awal setelah anak
menyelesaikan pendidikan anak usia dini. Pendidikan sekolah dasar menjadi tempat
untuk anak-anak belajar seusai lulus dari sebuah cabang pendidikan tingkat kanak-
PERILAKU HIPERAKTIF PERKEMBANGAN EMOSI PERSEPSI GURU
Perilaku Hiperaktif dan
Upaya Penanganannya
Persepsi dan Cara Penanganan
Guru Terhadap Kemampuan
Belajar Siswa dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II di
SD Bercahaya
Peran Pendampingan
Regulasi Emosi
Terhadap Perilaku
Maltreatment pada Ibu
dari Anak GPPH
Persepsi Guru Terhadap Perkembangan Emosi
Anak Hiperaktif Kelas II di SD Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kanak. SD Kasih adalah sebuah sekolah dasar yang memiliki cukup banyak siswa. Ada
berbagai karakteristik siswa di SD tersebut, akan tetapi tidak ada perlakuan khusus bagi
siswa yang sekolah di SD tersebut. Di SD Kasih terdapat juga beberapa anak yang dapat
digolongkan dalam anak berkebutuhan khusus bertipe hiperaktif. Objek penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah seorang siswa kelas II di SD Kasih yang bernama Marka.
Selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, seringkali terjadi
permasalahan yang diakibatkan oleh Marka. Dengan adanya permasalahan tersebut
membuat kegiatan pembelajaran menjadi tidak nyaman bahkan membuat hasil
pembelajaran menjadi tidak sesuai dengan yang telah direncanakan oleh guru.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, permasalahan yang terjadi ini
terlihat saat seorang siswa dijahili oleh Marka yang tergolong hiperaktif dan saat
ditegur, Marka terbawa emosi sehingga pada akhirnya menjadi sebuah konflik. Saat di
kelas Marka selalu susah untuk diajak konsentrasi, sering meninggalkan tempat
duduknya, sering berlari-lari kesana kemari, sering keluar masuk kelas tanpa izin dan
tanpa alasan yang jelas, dan sering sulit menunggu jawaban. Perbedaan yang Marka
tunjukkan tidak hanya dalam tingkah laku, namun terlihat juga dalam perkembangan
emosionalnya. Perkembangan emosi yang terlihat pada anak-anak seumuran Marka
dapat dikatakan masih labil atau belum stabil, namun mereka masih memiliki
pengendalian pada saat guru mengingatkan mengenai tingkah laku mereka. Berbeda
dengan Marka yang susah sekali untuk dikendalikan karena seringkali Marka meluapkan
emosinya pada saat keinginannya tidak dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas
peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa
hiperaktif di SD tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.4 Pernyataan Penelitian
Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa pertanyaan penelitian yang
dapat membantu pada saat melakukan penelitian:
- Bagaimana perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif di SD
Kasih?
- Bagaimana persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak yang
mengalami hiperaktif di SD Kasih?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III menjelaskan metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian,
tempat penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, keabsahan data, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 208: 5) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada. Pendapat ini didukung oleh Moleong
(2008: 5) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan
wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan,
dan perilaku individu atau sekelompok orang. Mulyatiningsih (2014: 44)
berpendapat data kualitatif berupa sekumpulan hasil wawancara, pengamatan,
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya
sehingga data penelitian kualitatif memiliki banyak variasi. Arikunto (dalam
Prastowo, 2014: 203) mengatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya”
tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan.
Penelitian yang dilakukan ini, peneliti memilih untuk menggunakan jenis
penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti memilih menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif karena peneliti hendak mendeskripsikan dan menarik kesimpulan dari
fenomena sosial yang terjadi secara alami. Fenomena sosial yang peneliti maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
adalah seperti fenomena sosial yang dialami oleh salah seorang siswa di SD
Kasih. Pada penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan situasi mengenai
partisipan yang diteliti yaitu persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa
hiperaktif.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai dari pertengahan bulan Juli sampai bulan
Desember 2015. Waktu penelitian dapat dilihat pada tabel jadwal penelitian
berikut:
No. Jenis Kegiatan
Waktu Penelitian
(dalam bulan)
06 07 08 09 10 11 12 01 02
1. Observasi Keadaan
Lapangan
2. Pengumpulan Data
3. Menyusun Proposal
4. Pengecekan Data dan
Informasi
5. Pengolahan Data
6. Menyusun Laporan
7. Ujian Skripsi
3.2.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di kelas II SD Kasih. Karena alasan
kerahasiaan, peneliti menggunakan nama SD Kasih sebagai pseudonym. SD Kasih
Gambar 3.1 Tabel Waktu Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
terletak di sebuah desa yang tidak terlalu terpencil. Letak geografis SD Kasih
berseberangan dengan sebuah pasar tradisional. SD Kasih juga memiliki letak
geografis yang berdekatan dengan sekolah lain, panti asuhan, dan kantor desa.
Lingkungan SD Kasih ini tidak begitu luas namun cukup maju. SD Kasih ini
memiliki halaman yang cukup luas untuk melakukan olah raga dan memiliki
sebuah taman kecil untuk bermain siswa, bila membutuhkan lapangan yang cukup
luas siswa di ajak ke lapangan luas yang letaknya tidak terlalu jauh dari SD Kasih
ini. SD Kasih memiliki beberapa kelas pararel kecuali kelas III dan IV.
3.3 Partisipan Penelitian
Penelitian kualitatif dikenal dengan adanya partisipan/informan. Ahmadi
(2014:83) menjelaskan informan dalam penelitian kualitatif tidak berfungsi untuk
mewakili populasi, tetapi mewakili informasi. Oleh sebab itu penentuan subyek
penelitian bukan pada besarnya jumlah orang yang diperlukan untuk memberikan
informasi, melainkan siapa saja diantara mereka yang lebih banyak atau paling
banyak terlibat dalam peristiwa atau memiliki informasi penting yang diperlukan
dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan beberapa orang
informan sebagai partisipan yaitu guru kelas IIA, guru kelas IA yang pernah
mengajar siswa hiperaktif tersebut sewaktu kelas I, guru mata pelajaran olahraga,
dan orang tua siswa yang memiliki persepsi terhadap perkembangan emosi anak
hiperaktif. Tidak hanya informan, namun disini dikenal istilah key informan atau
kunci sumber informasi. Key informan disini adalah anak hiperaktif kelas II SD
Kasih yaitu Marka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Peneliti memilih beberapa guru tersebut sebagai partisipan karena peneliti
mencari guru yang pernah terlibat mengajar dan sedang mengajar siswa hiperaktif
tersebut. Alasan peneliti memilih beberapa guru karena mereka yang selama ini
telah mengamati dan mengajar siswa tersebut saat berada di kelasnya. Guru
tersebut yang selalu menghadapi dan menangani siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Sedangkan peneliti melakukan wawancara terhadap
orangtua siswa karena informasi yang didapat dari orangtua, peneliti gunakan
untuk menyeimbangkan informasi dari guru.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah meminta izin kepada kepala
sekolah untuk melakukan penelitian di SD Kasih dan memberikan surat izin
penelitian kepada kepala sekolah. Setelah izin diterima peneliti melakukan
perkenalan kepada guru-guru di SD Kasih dan melakukan wawancara kepada
beberapa guru untuk mencari informasi mengenai anak hiperaktif di SD tersebut.
Setelah mendapat beberapa informasi dari guru ternyata ada tiga anak yang
mengalami hiperaktif di SD tersebut yaitu siswa kelas VI, kelas IV, dan kelas II.
Setelah peneliti melakukan observasi langsung kepada beberapa anak hiperaktif
tersebut secara langsung, peneliti memilih untuk meneliti siswa kelas II yang
bernama Marka. Peneliti memilih siswa kelas II tersebut karena siswa tersebut
memenuhi kriteria anak hiperaktif dibandingkan dengan dua siswa lainnya. Selain
itu, peneliti memilih siswa tersebut karena dia seringkali meluapkan emosinya
pada saat keinginannya tidak dapat dia capai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Untuk memperoleh data tentang persepsi guru terhadap perkembangan
emosi siswa yang mengalami hiperaktif, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Kartono (dalam
Gunawan, 2013: 171) menjelaskan bahwa wawancara adalah suatu percakapan
yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab
lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Wawancara
pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan
didahului dengan beberapa pertanyaan informal. Jenis wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstuktur. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya (Sugiyono, 2014:228).
Selanjutnya teknik untuk mengumpulkan data yang digunakan adalah
observasi. Observasi merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian apa pun, termasuk penelitian kualitatif.
Arikunto (dalam Gunawan, 2013:143) menjelaskan bahwa observasi adalah suatu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian
secara teliti serta mencatat secara sistematis. Patton (dalam Ahmadi, 2014: 161)
menjelaskan tujuan observasi untuk mendeskripsikan latar yang diobservasi;
kegiatan-kegiatan yang terjadi di latar itu; orang-orang yang berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan; makna latar, kegiatan-kegiatan, dan partisipasi mereka dalam
orang-orangnya. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipan. Observasi
partisipan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan di mana observer atau
peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden (Noor, 2011: 140).
3.5 Instrumen Penelitian
Sugiyono (2014: 372-373) mengemukakan instrumen penelitian dalam
sebuah penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti
sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap
peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode
kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti
untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Sedangkan Nasution (dalam Sugiyono, 2014: 373-374) mengemukakan bahwa
dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia
sebagai instrumen penelitian utama. Selain peneliti, instrumen penelitian yang
digunakan antara lain wawancara tidak terstruktur, perekam, alat tulis, dan catatan
pengamatan langsung ketika observasi.
Peneliti sebagai instrumen harus memiliki kemampuan dalam melakukan
pengumpulan data. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti dulunya adalah
tipe orang yang cukup sulit untuk berkomunikasi di depan umum karena rasa
malu. Beberapa pengalaman telah membuat peneliti untuk terus berusaha
membiasakan diri menyampaikan pendapat yaitu ketika peneliti di semester 1
hingga semester 7. Ketika di semester 6 peneliti menjadi seorang koordinator
perlengkapan dalam kegiatan Fakultas yaitu Dekan Cup 2014. Melalui kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
tersebut peneliti diminta untuk sering memimpin rapat divisi perlengkapan
sehingga peneliti mulai terbiasa untuk menyampaikan pendapat.
Pada semester 6 peneliti juga dihadapkan dengan beberapa mata kuliah
yang membuat peneliti harus melawan rasa malu yaitu dalam mata kuliah seni
drama, seni musik, dan seni tari. Setiap mata kuliah tersebut menuntut untuk
mempersembahkan sebuah karya yang ditampilkan di depan umum. Dimulai dari
kegiatan perkuliahan tersebut peneliti mulai mencoba keberanian dengan
mengikuti sendra tari reog wayang yang diselenggarakan di desa untuk
menyambut dinas pertanian yan hendak melakukan penilaian lomba hasil tani
desa tingkat nasional. Melalui pengalaman yang peneliti tersebut, peneliti dapat
memiliki cukup keberanian untuk melawan rasa malu.
Pada saat peneliti memasuki perkuliahan di semester 7, peneliti melakukan
kegiatan PPL yang diselenggarakan oleh kampus untuk mempertajam
kemampuan peneliti dalam menjadi seorang guru. Selama kegiatan PPL
berlangsung, peneliti merasakan bahwa adanya lingkungan baru sehingga
membuat peneliti untuk lebih pandai beradaptasi dan menjalin hubungan di
sekitar melalui komunikasi dengan siswa dan pihak sekolah yaitu Kepala Sekolah
serta guru. Melalui pengalaman yang dilalui tersebut membuat peneliti untuk
lebih siap dalam melakukan pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini.
Kesulitan yang peneliti rasakan dalam melakukan pengumpulan data ini
adalah pada saat melakukan wawancara dengan guru maupun orangtua. Pada
awalnya peneliti merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan dan hendak
ditanyakan pada saat wawancara karena dalam penelitian ini, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menggunakan metode wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara secara
improvisasi. Selain itu, peneliti merasa gugup untuk melakukan wawancara
dengan orangtua menurut peneliti melakukan wawancara dengan orangtua siswa
merupakan hal yang tidak biasa. Peneliti berpikir mengenai cara untuk melakukan
pendekatan yang tepat dengan orangtua siswa.
Pada awalnya, peneliti berniat untuk berkunjung ke rumah siswa untuk
bertemu orangtua siswa yang mengalami hiperaktif tersebut. Pertemuan peneliti
dengan orangtua siswa berlangsung cukup lama dan membuat peneliti lebih
merasa akrab untuk melakukan pembicaraan dengan orangtua mengenai penelitian
yang hendak peneliti lakukan. Akhirnya peneliti dapat memveranikan diri untuk
meminta izin kepada orangtua bahwa menjadikan anaknya untuk menjadi objek
penelitian. Setelah peneliti mendapat izin, peneliti mencoba untuk membuat janji
melakukan wawancara di hari lain. Peneliti merasa belajar sebuah hal yang baru
dalam melakukan pengumpulan data ini yaitu menjalin hubungan dengan orang
lain. Selain itu pembelajaran bagi peneliti yang lain adalah peneliti mengetahui
bahwa persepsi setiap orang memang berbeda.
Pengumpulan data yang peneliti lakukan dari awal hingga akhir yaitu
pertama kali peneliti melakukan observasi terhadap tingkah laku dan
perkembangan emosi siswa yang mengalami hiperaktif. Setelah itu peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa guru yang telah peneliti pilih untuk
menjadi partisipan. Pada akhir pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara
dengan orangtua siswa. Berikut adalah alur wawancara dan observasi yang akan
dilakukan oleh peneliti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
No Partisipan Aspek yang diteliti Teknik pengumpulan
data Sumber data
1. Anak hiperaktif Perkembangan emosi
siswa. Observasi Siswa hiperaktif
2. Wali kelas siswa
hiperaktif
Persepsi perkembangan
emosi siswa hiperaktif
Wawancara tidak
terstruktur dan observasi
Wali kelas siswa
hiperaktif
3
Guru kelas I yang
pernah mengajar
siswa hiperaktif
saat kelas I
Persepsi perkembangan
emosi siswa hiperaktif
Wawancara tidak
terstruktur dan observasi
Guru kelas 1 yang
pernah mengajar
siswa saat kelas 1
4 Guru Penjaskes Persepsi perkembangan
emosi siswa hiperaktif
Wawancara tidak
terstruktur dan observasi Guru Penjaskes
5
Orangtua anak
yang mengalami
hiperaktif (ibu
siswa)
Persepsi perkembangan
emosi siswa hiperaktif
Wawancara tidak
terstruktur dan observasi
Orangtua siswa
anak yang
mengalami
hiperaktif (ibu
siswa)
3.6 Teknik Keabsahan Data
3.6.1 Uji Kredibilitas
Mahdi, dkk (2014:140) menjelaskan bahwa sebuah penelitian bisa
dikatakan kredibel apabila hasil penelitiannya sudah akurat dari sudut pandang
peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum. Uji kredibilitas data hasil
penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, menggunakan bahan
referensi, analisis kasus negatif, dan member check. Pada penelitian ini tidak
digunakan uji validitas dan reliabilitas karena keabsahan data dilihat dari
keakuratan data yang berupa data deskriptif dari partisipan dan peneliti sendiri.
Gambar 3.2 Tabel Alur Instrumen Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.6.1.1 Perpanjangan Pengamatan
Sugiyono (2014: 436) menyatakan dengan perpanjangan pengamatan
berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan
perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan
semakin terbentuk dan semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai
sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Perpenjangan pengamatan
ini digunakan untuk menguji kembali data yang diperoleh benar atau tidak.
Apabila data yang diperoleh sudah benar dan kredibel, perpanjangan pengamatan
dapat diakhiri. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan beberapa kali
terhadap Marka untuk memperoleh kebenaran data yang telah diperoleh. Selain
melakukan pengamatan terhadap Marka, peneliti juga melakukan wawancara
dengan beberapa partisipan seperti yang telah direncanakan sebelumnya.
3.6.1.2 Triangulasi
Moleong (2008: 330) berpendapat bahwa, triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui
sumber lainnya. Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-
perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dari berbagai pandangan.
Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti adalah triangulasi teknik dan triangulasi
sumber. Triangulasi teknik adalah teknik untuk menguji kredibilitas data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda (Sugiyono, 2010: 373). Pada triangulasi teknik peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk sumber data yang sama. Pertama kali data diperoleh dari dokumentasi lalu
dicek dengan cara observasi partisipatif dan wawancara. Data yang diperoleh
dapat dikatakan kredibel apabila pengujian dari ketiga teknik tersebut memiliki
hasil yang sama. Berikut adalah bagan mengenai triangulasi teknik:
Gambar 3.3 Bagan Triangulasi Teknik
Sedangkan triangulasi sumber adalah teknik untuk menguji kredibilitas
data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber
(Sugiyono, 2010: 373). Peneliti melakukan wawancara yang mendalam kepada
tiga guru di SD Kasih untuk dijadikan triangulasi sumber. Berikut peneliti
paparkan bagan triangulasi sumber yang peneliti lakukan:
Observasi Partisipatif
Wawancara
Dokumentasi Sumber Data
Sama
Guru Kelas IIA
Wawancara
mendalam Guru Kelas IA
Guru Olahraga
Gambar 3.4 Bagan Triangulasi Sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.6.2 Uji Transferabilitas
Sugiyono (2014: 443) berpendapat bahwa transferabilitas dalam penelitian
kualitatif, adalah derajat keterpakaian hasil penelitian untuk diterapkan di situasi
yang baru dengan orang-orang yang baru. Peneliti membuat sebuah hasil
penelitian yang berupa uraian rinci. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini
dapat menjadi daya transfer bagi pembaca dalam berpersepsi mengenai anak yang
mengalami hiperaktif. Kemampuan daya transfer ini juga memiliki tujuan agar
pembaca dapat mengerti dan memahami ketika menemui anak hiperaktif dengan
perkembangan emosi yang berbeda. Peneliti dapat membuat laporan dengan
memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya, sehingga
peneliti juga dapat memberi referensi yang berarti bagi peneliti lain yang hendak
melakukan penelitian yang sama.
3.6.3 Uji Dependabilitas
Sugiyono (2014:444) menjelaskan uji dependabilitas dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Cara melakukan uji
dependabilitas dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk
mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian
dinilai dependabilitas apabila pendekatan yang digunakan konsisten dan dapat
diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (Mahdi, dkk, 2014: 141). Langkah yang
dilakukan peneliti dalam melakukan pengujian dependabilitas, yaitu peneliti
menentukan fokus masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, dan
membuat kesimpulan berdasar hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3.6.4 Uji Konfirmabilitas
Sugiyono (2014: 445) menyatakan dalam penelitian kualitatif, uji
konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat
dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil
penelitian, dikaitkan dengan proses penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini,
peneliti melakukan pengujian kesesuaian antara hasil penelitian dengan proses
penelitian yang sudah dilakukan.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan, pemodelan,
dan transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh informasi
yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan, dan mendukung pembuatan
keputusan (Widi, 2010:253). Menurut Gunawan (2013:209), analisis data adalah
sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan
kode/tanda, dan mengkategorikan sehingga diperoleh temuan berdasarkan fokus
atau masalah yang ingin dijawab. Menurut Taylor (dalam Mulyatiningsih, 2014:
43), analisis data adalah cara atau usaha untuk menemukan jawaban dari masalah
yang telah dirumuskan berdasarkan data penelitian. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa analisis data adalah sebuah proses atau kegiatan pengumpulan
data, pemodelan, transformasi, mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberikan kode/tanda, dan mengkategorikan secara sistematis sehingga mudah
dipahami dan mudah diinformasikan kepada orang lain. Menurut Noor (2011:
163), teknik analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian, termasuk
alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan dalam penelitian. Proses analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 337) dilakukan melaui tiga
tahap yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi.
3.7.1 Reduksi Data
Sugiyono (2010: 338) mengungkapkan bahwa reduksi data adalah proses
dimana dilakukannya pemilihan data pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data untuk
disimpulkan dan diverifikasi. Pada penelitian ini, peneliti membuat sebuah
rangkuman kemudian disusun secara sistematis untuk mempermudah apabila
dilakukan pengecekan kembali jika suatu ketika data diperlukan kembali. Pada
proses reduksi data ini peneliti mencari data hingga peneliti mendapatkan data
yang penting dan valid untuk digunakan.
3.7.2 Display Data
Display data atau penyajian data ini dilakukan dengan tujuan memudahkan
untuk memahami dan mempermudah peneliti dalam melihat keseluruhan hasil
penelitian. Penyajian data ini dilakukan dengan menyusun informasi mengenai
persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif kelas II di SD Kasih.
Pada proses display data ini setelah peneliti mendapatkan data yang penting
sesudah proses reduksi data, peneliti mengkategorikan masing-masing data
berdasarkan kategori atau tema masing-masing. Proses ini dilakukan oleh peneliti
agar memudahkan untuk mencari, membaca, dan menarik kesimpulan dari data
yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3.7.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Miles and Huberman (Sugiyono, 2010: 345) menjelaskan langkah dalam
analisis data yang ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukan penelitian masih bersifat sementara dan dapat mengalami
perubahan jika tidak memiliki bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Pada proses ini peneliti melakukan tahap akhir
yaitu penarikan kesimpulan atas data yang telah dikumpulkan, didisplay, dan
direduksi. Berdasarkan uraian diatas, teknik analisis data dapat dipaparkan dalam
bagan di bawah ini:
Pengumpulan Data
Display Data Reduksi Data
Verifikasi
Gambar 3.5 Teknik Analisis Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas dua topik yaitu mengenai penelitian dan
pembahasan. Hasil penelitian berisikan tentang partisipan penelitian, setting
penelitian dan deskripsi partisipan penelitian. Deskripsi penelitian terdiri dari latar
belakang informan yang disebut partisipan (ada empat partisipan) dan
problematika anak yang mengalami gangguan hiperaktif. Pembahasan dalam
penelitian ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang telah peneliti lakukan
selama penelitian dan sesuai dengan hasil triangulasi data.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian
SD Kasih terletak di sebuah desa yang tidak terlalu terpencil. Letak
geografis SD Kasih berseberangan dengan sebuah pasar tradisional. SD Kasih
juga memiliki letak geografis yang berdekatan dengan sekolah lain, panti asuhan,
dan kantor desa. SD Kasih ini memiliki halaman yang cukup luas untuk
melakukan olah raga dan memiliki sebuah taman kecil untuk bermain siswa, bila
membutuhkan lapangan yang cukup luas siswa di ajak ke lapangan luas yang
letaknya tidak terlalu jauh dari SD Kasih ini. SD Kasih memiliki beberapa kelas
pararel kecuali kelas III dan IV.
Peneliti melaksanakan penelitian ini di kelas IIA dengan jumlah siswa
sebanyak 27 siswa terdiri dari 12 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas IIA, ada beberapa siswa
yang terindikasi mengalami kebutuhan khusus ini, namun peneliti hanyafokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
pada salah satu siswa saja. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang
mengalami hiperaktif, guru kelas IIA, guru kelas IA yang sudah pernah mengajar
si anak yang mengalami hiperaktif ini, dan guru olahraga. Partisipan awal dalam
penelitian ini adalah Marka (nama disamarkan), Marka merupakan siswa kelas
IIA yang mengalami hiperaktif. Partisipan lainnya yang ada dalam penelitian ini
adalah guru olahraga, guru yang pernah mengajar anak tersebut dikelas
sebelummya yakni guru kelas IA, serta orangtua Marka.
4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian
4.1.2.1 Partisipan I (guru kelas IIA)
Latar Belakang Partisipan I
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan I sebanyak satu kali
yang dilakukan pada 14 November 2015 pukul 08.50-09.24 dengan guru kelas IIA
di dapur sekolah. Guru kelas IIA SD Kasih ini adalah seorang perempuan yang
bernama A.K.W yang biasa dipanggil dengan nama Bu Agni dan saat ini berusia
24 tahun. Bu Agni mengajar di SD Kasih baru selama 4 bulan karena baru mulai
masuk di SD Kasih pada tahun ajaran baru ini. Sebelumnya Bu Agni mengajar di
suatu SD Negeri di daerah Bantul dan karena suatu alasan tertentu beliau pindah
ke SD Kasih ini. Saat beliau masuk sebagai guru baru di SD Kasih ini, Bu Agni
langsung ditempatkan untuk langsung mengajar dan menjadi wali kelas IIA.
Selama beberapa bulan ini Bu Agni telah menemukan beberapa siswanya yang
mengalami hiperaktif, namun peneliti dalam melakukan penelitian ini hanya
terfokus pada salah satu siswa saja yang bernama Marka yang saat ini baru
berusia 7 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Agni yang peneliti dapatkan, Bu
Agni memang berpendapat sama dengan peneliti bahwa Marka memang berbeda
dengan murid yang lainnya. Perbedaan ini beliau lihat dari kesehariannya setiap
hari yang sulit untuk diajak konsentrasi dalam belajar, sering keluar masuk kelas
tanpa izin, sering mengganggu teman sekelasnya, dan sering asyik dengan
dunianya sendiri. Bu Agni juga berpendapat bahwa Marka memiliki emosi yang
tinggi dan ini terlihat dalam pernyataan yang telah Bu Agni sampaikan dalam
wawancara bersama peneliti yaitu, “Ee kalo dengan guru lainnyapun seperti saat
dia bersama saya. Yaa dia berani membantah, dia berani ee ngeyel gitu ya kalau
dalam bahasa jawa, dengan temen-temen yang lainnya pun dia memiliki emosi
yang tinggi ketika ada anak yang tidak sengaja mengganggunya dia itu langsung
emosinya naik dan cenderung untuk marah-marah”.
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan guru kelas IIA
yaitu Bu Agni tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa Bu Agni benar-benar
sudah memahami mengenai si Marka. Dalam menemui anak hiperaktif seperti ini
sempat peneliti bertanya mengenai persepsi guru mengenai perkembangan emosi
anak hiperaktif yang terlihat dalam pertanyaan dari peneliti, “Ee untuk
perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif tersebut bagaimana bu?”,
lalu guru menjawab, “Mungkin dari segi tingkah laku, dari segi kegiatan sehari-
hari memang susah ya mengendalikan dirinya sendiri, dia lebih asyik untuk. .
.untuk menikmati dirinya sendiri apa yang dia suka tetapi dari segi. . .ee. .
.membantu care terhadap temennya itu dia berkembang, Dia selalu membantu
temennya atau gurunya saat mengalami kesusahan”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Problematika anak yang mengalami Hiperaktif
Pada saat di sekolah anak selalu menunjukkan perilaku yang tidak biasa
seperti sulit untuk diajak konsentrasi dalam belajar, sering keluar masuk kelas
tanpa izin, sering mengganggu teman sekelasnya, dan sering asyik dengan
dunianya sendiri. Perilaku tersebut secara tidak langsung telah mengganggu
proses pembelajaran di dalam kelas. Perilaku yang tidak biasa itu selalu saja
terulang setiap harinya, sehingga guru menemui permasalahan yang sama setiap
harinya dengan tingkah yang dilakukan Marka tersebut.
Berdasarkan cerita dan problematika yang ditemui guru tersebut peneliti
bertanya kepada guru, “Apakah ibu pernah melakukan penanganan terhadap
anak-anak tersebut?”, lalu guru menjawab, “Beberapa hal pernah saya coba ee
untuk selalu mee. . . .selalu. . . .Nyelelek ki boso indonesiane. . .Memusatkan
perhatiannya kepada pembelajaran yang sedang berlangsung tetapi hanya
berlaku untuk beberapa menit saja selebihnya pusat perhatian mereka terpecah
dan susah untuk konsentrasi terhadap pelajaran”. Hasil wawancara dengan guru
kelas IIA tersebut cukup menjelaskan bahwa guru belum bisa yakin 100% untuk
dapat menanganinya.
Kurangnya keyakinan guru ini terlihat dalam pernyataan yang diberikan
dari peneliti setelah peneliti bertanya, “Lalu dengan penanganan yang telah ibu
lakukan seperti itu apakah sudah membuahkan hasil?”,lalu guru menjawab,
“Belum 100%”. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan setelah peneliti
bertanya, “Eee lalu bagaimana perubahan anak tersebut setelah ibu melakukan
penanganan tersebut?”, lalu guru menjawab, “Yaa hanya berubah sesaat saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
setelah saya melakukan penanganan tersebut tapi setelahnya ketika saya
melakukan hal yang lain mungkin menerangkan atau. . .Eee. . .Menerangkan ke
murid yang lain itu Marka tersebut yaa. . .anu lagi ee rame lagi, jalan-jalan
lagi”.
Dalam segi perkembangan emosi, Bu Agni berpendapat bahwa Marka
emosinya berkembang dan ini terlihat dalam pernyataan yang telah diberikan Bu
Agni yaitu, “Ya pasti berkembang tapi hanya untuk beberapa hal saja. Yaa. . .
.Mungkin dari segi tingkah laku, dari segi kegiatan sehari-hari memang susah ya
mengendalikan dirinya sendiri, dia lebih asyik untuk. . .untuk menikmati dirinya
sendiri apa yang dia suka tetapi dari segi. . .ee. . .membantu care terhadap
temennya itu dia berkembang. Dia selalu membantu temennya atau gurunya saat
mengalami kesusahan”. Menurut beliau anak ini emosinya terlihat ada yang
belum berkembang seperti susah mengendalikan dirinya sendiri dan
perberkembangannya terlihat saat anak ini selalu membantu teman dan guru saat
mengalami kesusahan. Bu Agni juga mengutarakan bahwa perkembangan emosi
anak hiperaktif berbeda dengan anak yang lainya. Pendapat tersebut terlihat dalam
pernyataan yang diungkapkan oleh beliau yaitu, “Tidak, karena ya itu tadi,
emosinya kan berbeda-beda jadi ya tetep aja beda perkembangannya dengan
anak-anak yang lainnya”.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas IIA yaitu
Bu Agni, dapat disimpulkan bahwa memang Marka selalu menunjukkan perilaku
yang tidak biasa seperti sulit untuk diajak konsentrasi dalam belajar, sering keluar
masuk kelas tanpa izin, sering mengganggu teman sekelasnya, dan sering asyik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dengan dunianya sendiri. Perkembangan emosinya cukup berkembang, meskipun
terlihat sering susah dikendalikan tapi Marka sudah terlihat dapat
mengimbanginya dengan sering membantu temannya yang sering kesusahan.
4.1.2.2 Partisipan II (guru kelas IA)
Latar Belakang Partisipan II
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan II sebanyak satu kali
yang dilakukan pada 17 November 2015 pukul 08.35-08.49 dengan guru kelas IA
di perpustakaan sekolah. Guru kelas IA SD Kasih ini adalah seorang perempuan
yang bernama Y.F.B.U yang biasa dipanggil dengan nama Bu Tamtam dan saat
ini berusia 53 tahun. Bu Tamtam mengajar di SD Kasih selama 8 tahun dan Bu
Tamtam adalah guru kelas Marka saat Marka masih berada di kelas I dulu.
Sebelum mengajar di SD Kasih ini, Bu Tamtam mengajar di sebuah TK yang
tempatnya tidak jauh dengan SD Kasih.
Bu Tamtam sudah mengenal Marka sejak Marka masih kelas I dan
tentunya Bu Tamtam memiliki pengalaman lebih mengenai si Marka. Tidak hanya
dengan Marka, tapi Bu Tamtam juga sudah cukup berpengalaman dalam hal
mengajar karena sudah 8 tahun beliau mengajar di SD Kasih ini. Hasil wawancara
yang peneliti dapat adalah memang diperlukan pendekatan khusus untuk
menangani Marka karena tingkah anak yang sangat berbeda dengan anak lain.
Problematika anak yang mengalami Hiperaktif
Hasil wawancara yang saya dapat dengan Bu Tamtam sedikit berbeda
dengan Bu Agni mengenai cara pandangnya tentang si Marka. Bu Tamtam
perpendapat bahwa beliau kurang yakin Marka mengalami hiperaktif atau tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
namun beliau mengatakan bahwa Marka memang terlihat berbeda dengan anak
yang lain. Pernyataan yang menunjukkan pendapat Bu Tamtam terlihat dalam
pernyataannya yaitu, “Saya sendiri kurang yakin tapi ee saya sendiri kurang
begitu yakin apakah itu termasuk dalam hiperaktif atau tidak tapi ee Marka itu. .
.M itu. . . .eee anaknya lebih dari yang lain dalam arti ee dia agak sulit
dikendalikan ee bahkan orang lain akan mengecap dia nakal. Gitu. . .Dia sulit
konsentrasi. . .Hanya itu setau saya ya tapi kalau yang hiperaktif murni hiperaktif
saya belum pernah melihat hanya dia ee lain daripada teman-temannya ee tidak
biasa gitu”. Namun dalam menyatakan definisi hiperaktif Bu Tamtam memiliki
pendapat yang sama dengan Bu Agni yang terlihat dalam pernyataannya, “Yaa
sedikit tau kalau hiperaktif itu ee itu semacam gangguan kejiwaan pada anak
yang eee keaktifannya berelebihan gitu ya. Jadi hiperaktif itu aktif yang lebih”.
Beliau memiliki pendapat sama dengan Bu Agni juga mengenai apakah Marka
dapat duduk diam di dalam kelas.
Bu Tamtam berpendapat Marka memang susah duduk diam di dalam
kelas. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang dikatakan guru
secara langsung dalam wawancara yang dilakukan dengan peneliti yaitu, “Eeee
pertama kali saya lihat memang dia tidak bisa duduk diam di diam, jadi dia selalu
jalan-jalan kemana saja, selalu melakukan aktivitas misalnya disuruh
memperhatikan dia itu pasti ada-ada aja main-main bolpen, mainan setip semuaa
bisa dimainkan dan itu kan nggak bisa konsentrasi belajar. Yang dia lakukan
pokoknya dia harus obah, harus bergerak nggak tau apakah itu yang digerakkan
jarinya atau tangannya kalau duduk sudah bisa tapi masih aja melakukan hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
yang sebetulnya mengganggu konsentrasi dia”. Pernyataan yang diutarakan Bu
Tamtam tersebut terlihat bahwa Marka memang sulit untuk duduk diam di dalam
kelas, selalu saja bermain-main dengan benda di sekitarnya dan beliau
berpendapat bahwa Marka harus terus bergerak entah itu yang digerakkan jari
atau tangannya sehingga mengganggu konsentrasinya.
Dengan ditemukannya problem seperti itu Bu Tamtam memberikan sedikit
penanganan seperti yang ada dalam pernyataannya, “Iya, hampir setiap hari saya
sewaktu saya mengajar dia selalu Marka itu saya tangani secara khusus. Jadi,
eee ya apa misalnya mau belajar saya selalu menyiapkan kamu harus perhatikan
bahkan secara klasikal supaya dia konsentrasi setiap kali absen saya selalu pakek
password, jadi misalnya hari ini passwordnya, Ok Bu! Kalau dipanggil namanya,
Ok Bu! Jadi setiap hari ganti, supaya pada saat anak itu dipanggil tapi kalau dia
nggak konsentrasi berarti njawabnya salah. Kalau salah pasti akan ditertawakan
oleh temannya. Jadi sebelum saya absen saya katakan passwordnya hari ini, Ok
Bu! Lain hari, hari ini passwordnya, Siap Ibu! Ya itu sebetulnya saya hanya ingin
mengajak Marka khususnya supaya latihan konsentrasi, gitu. Jadi cara apapun
saya tempuh supaya dia ikut gitu karena pada awal-awalnya dia nggak pernah
berhasil untuk menjawab panggilan saya. Jadi pernah suatu kali hanya itu saya
panggil Marka dia jawab, Ada bu, lho rak nggak tau to. Jadi berkali-kali saya
bilang, itu kalau kamu nggak konsentrasi, makanya kalau ibu ngomong
diperhatikan! Dan kamu harus siap itu, kamu akibatnya ditertawakan oleh temen-
temen kamu kan? Karena kamu lain. Beda. Yang lain mengatakan Ok Ibu! Siap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Ibu! Kamu ada Gitu, salah satu cara yang saya tempuh sebelum belajar melatih
konsentrasi”
Dengan penanganan Bu Tamtam yang telah dilakukan ternyata telah
membuahkan sedikit hasil sedikit demi sedikit. Hasil yang beliau berikan ini
terlihat dalam pernyatannya, “Ee prubahannya ya lama-lama bisa konsentrasi
terus nilainya semakin membaik. Dulu pas UTS pertama itu remidi semua, saya
bilang, Nah ini kalau, seperti ini kalau kamu nggak perhatikan. Nilainya jelek,
kamu kalau nilainya seperti ini ya nanti nggak naik. Kamu pilih naik atau nggak?
tanya Bu Tamtam Saya pengen naik bu, jawab si Marka. Kalau kamu mau naik
berubah kamu! Harus berubah nggak boleh seperti ini! Kalau nanti temennya
naik ke kelas 2, kamu tetep mbegogok kelas 1, malu kan? Dan itu saya upayakan,
bekerjasama dengan orangtuanya”. Penanganan yang telah Bu Tamtam terlihat
dapat membuahkan hasil berupa sebuah perkembangan dalam pengendalian diri
anak.
Dalam wawancara yang peneliti lakukan dengan guru, peneliti juga
menanyakan mengenai bagaimana perkembangan emosi Marka menurut Bu T. Bu
Tamtam berpendapat sama dengan Bu Agni bahwa ternyata Marka emosinya
sudah berkembang dan pernyataan ini terlihat dalam hasil wawancara yang telah
peneliti lakukan yaitu, “Kalau saya lihat, saat saya tangani dulu itu menurut saya
ada perkembangan”. Namun Bu Tamtam juga menjelaskan bahwa perkembangan
emosinya memang berbeda dengan anak-anak lain dan ini terlihat dalam
pernyataannya yaitu, “Bedanya ya itu terkadang dia masih meledak-ledak, setau
yang pernah saya lihat di kelas 2 ini pernah ngamuk itu dia”.Bu Tamtam juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
mengutarakan persepsinya mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif sesuai
dalam pernyataannya yaitu, “Agak berbeda ya. Ho.oh. Bedanya ya itu terkadang
dia masih meledak-ledak, setau yang pernah saya lihat di kelas 2 ini pernah
ngamuk itu dia. Iya sampai teman-temannya dikejar-kejar”.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang beliau utarakan tersebut dapat
disimpulkan bahwa Marka memang mengalami hiperaktif. Marka memang susah
dikendalikan dan memang susah untuk duduk diam di kelas. Menurut Bu
Tamtam, Marka memang memiliki perkembangan emosi yang berbeda dengan
teman-temannya yang lain karena Marka masih meledak-ledak emosinya saat dia
marah.
4.1.2.3 Partisipan III (guru Olahraga)
Latar Belakang Partisipan III
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan III sebanyak satu kali
yang dilakukan pada 21 November 2015 pukul 10.06-10.39 dengan guru mata
pelajaran olahraga di perpustakaan sekolah. Guru olahraga SD Kasih ini adalah
seorang perempuan yang bernama Y.E.S yang biasa dipanggil dengan nama Bu
Enen. Bu Enen mengajar di SD Kasih sudah selama 7 tahun dan Bu Enen adalah
guru mata pelajaran olahraga yang mengajar dari kelas I-VI di SD Kasih sehingga
beliau juga memiliki pengalaman mengajar Marka. Sebelum mengajar di SD
Kasih ini, Bu Enen mengajar di sebuah SMP yang tempatnya tidak jauh dengan
SD Kasih.
Sama seperti Bu Tamtam, Bu Enen juga sudah mengenal Marka sejak dia
masih kelas I meskipun tidak setiap hari Bu Enen mengajar karena beliau hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
mengajar pada mata pelajaran olahraga saja di SD Kasih. Bu Enen juga
mempunyai pengalaman yang cukup karena sudah 7 tahun beliau mengajar di SD
Kasih sehingga ada bermacam-macam karakter siswa yang telah beliau lihat
seperti pendiam hingga yang selalu memiliki aktivitas. Hasil wawancara yang
telah peneliti lakukan adalah memang diperlukan sebuah penanganan khusus
untuk menghadapi Marka karena setiap guru tidak mungkin akan terfokus hanya
pada salah satu siswa saja agar siswa yang lain tidak tertinggal dalam menerima
pembelajaran.
Problematika Anak yang Mengalami Hiperaktif
Sudah selama 7 tahun, Bu Enen mengajar sebagai guru olahraga di SD
Kasih. Beliau cukup memahami karakteristik Marka setiap kali mengajar
olahraga. Saat peneliti bertanya mengenai apakah Marka mengalami hiperaktif
beliau berpendapat, “Untuk Marka itu ya memang ada kecenderungan hiperaktif
karna dia tidak bisa diam. Upacara pun, pada saat upacara hari senin itu juga
dia itu nggak bisa sikapnya sikap siap itu nggak bisa jadi dia ngganggoni teman-
temannya ada yang njewer, ada yang itu sampek-sampek itu yang jaga di
belakang, kakak kelas yang jaga di belakang itu sampek lapor ke guru “itu Marka
nggak bisa diam” sampek-sampek aku juga apa memberi apa ancaman, ya bukan
ancaman ya tapi untuk biar tidak banyak gerak itu “nanti tak, kakinya tak taleni
lho” sampek saya bilang gitu “kalo kamu nggak bisa diam” gitu. Dia ya bilang “
Ya ya” tapi nanti kalo sudah ditinggal udah anu lagi”. Jadi menurut Bu Enen
Marka memang memiliki kecenderungan hiperaktif karena diam bahkan saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
upacara bendera berlangsung. Marka tidak pernah menurut saat Bu Enen
memberikan teguran kepada anak tersebut.
Bu Enen mengatakan Marka mengalami hiperaktif juga terlihat dari
jawaban beliau yaitu, “Yaa kalo untuk keyakinan itu ya sedikit memang anak itu
eee kalo dilihat dari ciri-ciri atau gejalanya memang ada kayak kecenderungan
ke hiperaktif”. Ciri-ciri anak hiperaktif yang dimaksudkan beliau adalah,
“Menurut saya banyak bergerak, kemudian susah diatur, kemudian tidak bisa
konsentrasi dalam hal apa saja misalnya dalam belajar, kemudian sering
menggangu ketenangan orang lain, setiap kali berbuat masalah misalnya apa
megang temennya nggak disengaja tetapi itu hal yang mungkin dari temennya itu
seperti apa ya? Anak itu nggak bisa diem” dan mengganggu ketenangan yang
dimaksudkan adalah, “Ee mengganggu ketenangan misalnya dalam hal olahraga
ya ini karena saya mengajar olahraga. Anak-anak semuanya sudah ee berbaris,
sudah mau mulai ee pendahuluan materi, sudah mau berdoa tapi anak tersebut
masih lari-lari. Setelah lari kemudian apa, tau-tau temennya itu digoda dengan
cara meninju atau dengan cara kakinya ditendang.”
Sampai saat ini Bu Enen belum pernah memberikan penanganan secara
khusus untuk Marka akan tetapi saat Marka sedang mengalami masalah, beliau
mencoba memberikan penanganan dengan cara menegurnya. Penanganan yang
beliau sampaikan terlihat dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan yaitu,
“Ya, pernah misalnya contohnya Marka itu berkelahi, berkelahi dengan
temannya kemudian saya apa panggil anak tersebut itupun kalo dinasehati anak
tersebut itu maunya menangnya sendiri jadi nggak mau apa ini masukan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
“kenapa kamu harus berkelahi? Alesane opo?” bilang gitu, dia cuman “ha aku
cuman main-main kok buk” jawab si Marka. Lha itu lho kayaknya itu jawabannya
itu nggak, nggak apa ya. Nggak cuman dibuat-buat itu”.
Dalam melakukan wawancara ini peneliti juga menanyakan mengenai
perkembangan emosi Marka menurut Bu Enen. Menurut beliau Marka belum
dapat dikatakan emosinya berkembang dan pernyataan ini terlihat dalam hasil
wawancara yang telah peneliti lakukan yaitu, “Kalau menurut saya, dia masih
belum bisa dikatakan berkembang karena masih belum ada perubahan. Ya
maksudnya masih itu tadi, maunya sendiri tetapi kemungkinan kalo apa. . .eee kan
juga proses to mas itu untuk perkembangan emosi itu, itu ya stiap kali dia diberi
opo. . .tanggung jawab agar supaya dia bisa tau dan kalo diberi tanggung jawab
maka dia akan bisa mengontrol emosinya misalnya contohnya saja sebagai
pemimpin upacara dalam upacara di sekolah itu dia diberi tanggung jawab
seperti itu mungkin dia merasa “wah aku kok diberi tugas, saya harus bisa dan
harus tanggung jawab” lha ini dengan cara seperti ini anak dari sedikit ya
memang proses mas nggak sekali jadi itu ber. . .ulang-ulang”.
Bu Enen berpendapat bahwa perkembangan emosi antara anak hiperaktif
dengan anak-anak lain memang berbeda karena menurutnya, “Nggak sama, lebih
cepat berkembang yang anak-anak biasa dibandingkan yang Marka itu”. Bu
Enen juga mengutarakan persepsinya mengenai perkembangan emosi anak
hiperaktif sesuai dalam pernyataannya yaitu, “Menurut saya persepsi dalam
perkembangan emosi pada siswa yang mengalami hiperaktif itu jelas emosinya
tidak stabil, kemudian selalu mau menangnya sendiri, kalau berbicara selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
ngotot dan keras. Misalkan dengan contoh ya eee pas waktu pemanasan, dalam
pemanasan Marka tersebut tidak melakukan gerakan yang dilakukan yang sama
dilakukan dengan teman-temannya tetapi dia sendiri justru malah bermain
sendiri lha kan ditegur sama gurunya “Marka kenapa kamu tidak melakukan
gerakan?”, “aaaa nggak mau, capek!” seperti itu kalo ditegur”.
Selain itu persepsi Bu Enen mengenai perkembangan emosi anak
hiperaktif juga terlihat dalam pernyataan sebelumnya yaitu, “Ya yang jelas yang
anak biasa itu siswa, bisa mengontrol emosinya sendiri dan bisa berteman, tetapi
kalo yang emosinya opo tidak bisa dikontrol ya itu tadi sering marah-marah yang
nggak ada opo. . .nggak ada sebabnya tau-tau dia marah padahal eee kalo anak
itu sudah marah biasanya sulit untuk emosi tersebut dikontrol. Karena emosi itu
tidak stabil to, iyaa dan biasanya anak itu selalu ngotot kalau berbicara dan
keras, dan mau menangnya sendiri”. Melalui pernyataan yang diutarakan oleh Bu
Enen tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi Marka dengan
anak yang lain berbeda karena emosinya masih belum dapat terkontrol dan masih
sering marah-marah tanpa sebab.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan
partisipan IV dapat disimpulkan bahwa Marka memang cenderung mengalami
hiperaktif karena dia banyak bergerak, susah diatur, susah konsentrasi, sering
mengganggu ketenangan, dan setiap kali berbuat masalah dengan temannya.
Perkembangan emosi Marka juga belum dapat dikatakan berkembang. Emosi
Marka masih susah untuk dikontrol dan mengakibatkan seringnya marah-marah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.1.2.4 Partisipan IV (Orangtua siswa)
Latar Belakang Partisipan IV
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan IV sebanyak satu kali
yang dilakukan pada 19 November 2015 pukul 10.28-10.58 WIB dengan orangtua
siswa khususnya dengan ibu siswa. Wawancara yang peneliti lakukan bertempat
di sebuah ruangan yang digunakan untuk memproduksi sebuah tas untuk dijual
yang berada di dalam rumah beliau. Ibu Marka adalah seorang perempuan yang
bernama F.H.P. yang biasa dipanggil dengan nama ibu Hati yang saat ini berumur
38 tahun. Beliau merupakan seorang ibu rumah tangga yang membantu ayah
Marka menjual dagangan berupa tas perempuan di rumahnya. Sebelum menjadi
ibu rumah tangga sekaligus pengusaha bersama suaminya, beliau bekerja di
sebuah bank di daerah Jakarta lalu pindah di Yogyakarta lalu setelah memiliki
anak kedua yaitu Marka beliau memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga saja.
Bu Hati adalah ibu dari Marka, jadi tentunya beliau lebih kenal dan
memahami betul bagaimana sifat Marka sejak dia masih kecil. Sejak Marka lahir
bu Hati memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga agar dapat sambil
mengasuh Marka. Bu Hati tentunya juga lebih berpengalaman dalam menghadapi
Marka. Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan adalah bu Hati memiliki
pendapat bahwa Marka memang berbeda dengan anak-anak lain karena Marka
tidak dapat duduk diam, banyak sekali bergerak, dan emosinya mudah meluap-
luap saat terbawa suasana. Namun pada akhir wawancara beliau mengurtarakan
bahwa setelah beliau mengamati Marka dari TK hingga sekarang, memang Marka
telah lumayan mengalami perkembangan dalam hal emosionalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Problematika Anak yang Mengalami Hiperaktif
Bu Hati memutuskan menjadi seorang ibu rumah tangga sejak memiliki
anak kedua yaitu Marka saat dia masuk SD. Dalam wawancara yang peneliti
lakukan, peneliti bertanya kepada bu Hati mengenai tingkah laku sehari-hari
Marka saat di rumah dan beliau menjawab, “Anaknya aktif kalo di rumah,
memang anaknya tidak bisa diem. Jadi tu dia selalu aktif, tapi justru kreatif
banyak hal yang dikerjakan, terus rajin kalau dimintain tolong pasti cepet
melakukannya. Itu kalo Marka”. Bu Hati menjelaskan bahwa memang Marka
adalah tipe anak yang aktif saat di rumah dan tidak bisa diam. Beliau berpendapat
Marka anak yang selalu aktif tapi kreatif.
Kreatif yang bu Hati maksud adalah anak ini suka membantu ayahnya saat
ayahnya sedang melakukan sesuatu karena apabila Marka tidak diberi aktivitas dia
cenderung lari-larian atau melakukan aktivitas lain yang tidak terkontrol.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan saat
bertanya kreatifnya seperti apa yaitu, “Kreatifnya tu misalnya seneng misalkan
papahnya itu ngutak atik mobil dia ikutan, papahnya misalkan mberesin apa dia
slalu bantuin anaknya karena dia nggak bisa diem, ya dia memang harus
beraktivitas kalau tidak dikasih aktivitas dia cenderung mungkin lari-larian atau
apa yang tidak terkontrol untuk Marka karena anaknya susah untuk diam, kita
slalu kasih aktivitas bantu ini atau bantu ini gitu”.
Tingkah Marka yang tidak bisa diam tersebut telah bu Hati temui sejak
Marka masih kecil. Peneliti dapat berkata begitu karena peneliti juga sempat
bertanya dengan beliau mengenai apakah Marka sudah seperti itu sejak masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kecil dan beliau menjawab, “Memang dari kecil kalo dibanding sama kakaknya
jauh, Marka lebih banyak bergerak. Kalau kakaknya kan dia lebih banyak diem,
dia bisa duduk manis, dan mainan anteng kalo Marka nggak bisa. Dia cepet
bosen main ini nanti pindah mainan apa. Tergantung permainannya kalo seperti
sepak bola dia bakal, apa namanya? Betah lama karna memang butuh aktif, tapi
kalo mainan yang main game atau ini dia justru nggak bertahan lama”. Sejak
Marka kecil memang dia lebih banyak bergerak menurut bu Hati berbeda dengan
kakaknya yang dapat diam dan serius. Marka juga cepat sekali merasa bosan saat
melakukan permainan yang dalam permainan itu tidak melibatkan dirinya secara
langsung.
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan, bu Hati menyangkal
bahwa Marka adalah seorang anak yang hiperaktif meskipun peneliti hanya
bertanya sebatas persepsi beliau mengenai tingkah Marka yang tidak bisa diam
itu. Menurut bu Hati, “Kalau menurut saya dibilang hiperaktif juga tidak karna
dia masih bisa mengikuti aturan. Saya bilang misalnya suruh tunggu duduk dia
tidak kemana-mana juga dia bisa, kalo anak hiperaktif yang setau saya misalnya
saya sedang mungkin pas lagi kemana kemudian misalnya di Mall. Saya kalo
anak hiperaktif kadang-kadang tau-tau dah nggak kliatan dimana. Kalau Marka
masih bisa, masih bisa dikasih ini saya dipesen ”tunggu di sini nggak boleh
kemana-mana!” dia masih tetap disitu. Atau misalnya mainan ndak boleh lebih
dari jangkauan pandangan mata mama dia masih bisa ngikutin, jadi hanya
seputar mana gitu. Misalnya pas kita lagi ketemu mungkin ada ketemu sama apa
namanya, biasanya reseller atau yang lain dia masih tetap terlihat tidak sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
kemana-mana. Di rumah pun misalnya bersepeda, kalau main sepeda atau keluar
itu hanya masih bisa dijangkau jadi tidak di luar yang saya tidak tau. Itu nggak
susah nyarinya”. Bu hati berpendapat bahwa Marka tidak mengalami hiperaktif
karena Marka masih dapat mengikuti aturan yang beliau berikan. pernyataan yang
beliau sampaikan tersebut, beliau berpendapat bahwa Marka dapat mengikuti
setiap aturan yang bu Hati berikan kepada Marka seperti bu Hati meminta Marka
untuk menunggu beliau saat sedang di mall maupun saat Marka sedang bermain
bersepeda di sekitar rumahnya.
Bu Hati memiliki pendapat tersendiri mengenai anak hiperaktif. Sesuai
hasil wawancara yang peneliti dapatkan mengenai pendapat yang diungkapkan bu
Hati mengenai anak hiperaktif adalah, “Setau saya anak hiperaktif bener-bener
yang nggak bisa diem, yang nggak bisa diem yang tidak bisa dikendalikan susah
dikendalikan, kalau Marka masih bisa dikendalikan saya bisa mengendalikan
Marka. Untuk awal saya memang agak susah tapi saya mempelajari tipe-tipenya
Marka. Kalau saya marahin dia saya bentak dia, dia pasti marah jadi anak itu
tidak bisa dibentak. Setelah saya coba ohh saya pakek cara lain untuk
menghadapi Marka saya pake cara lain. Saya ajak bicara baik-baik, saya ajak
halus-halus, ternyata dia bisa. Seperti itu”. Beliau berpendapat bahwa anak
hiperaktif adalah anak yang benar-benar tidak bisa diam dan susah untuk
dikendalikan. Pendapat yang beliau ungkapkan tersebut mengatakan bahwa
memang Marka pada awalnya susah untuk dikendalikan, namun setelah beliau
mencoba mengatasi cara lain akhirnya Marka dapat dikendalikan. Hal ini
membuat beliau memiliki persepsi bahwa Marka bukanlah anak hiperaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Perilaku Marka yang setiap saat tidak bisa diam ini membuat bu Hati
berpikir untuk menangani agar tingkah lakunya tersebut dapat berjalan seperti
biasa namun memiliki manfaat tersendiri. Penanganan yang beliau lakukan dapat
dilihat dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan yaitu, “Kalo membatasi
tingkahnya justru saya alihkan. Dia susah kalo suruh diem. Saya mengalihkan
dengan hal kain, misalnya saya lagi beresin kamar “Dek bantuin mama!” gitu,
karena memang harus dialihkan nggak bisa kalo langsung diem nggak bisa dia,
harus dialihkan tapi untuk hal yang misalnya ya memang ada manfaatnya
daripada dia lari-lari capek sama-sama ini, saya minta bantuannya dia aja mau
kok dia”. Pernyataan yang beliau ungkapkan di atas adalah cara untuk
mengalihkan aktivitas Marka agar aktivitas yang dilakukannya dapat bermanfaat.
Pengalihan aktivitas yang beliau lakukan adalah dengan cara meminta Marka
untuk membantu beliau melakukan sesuatu. Penanganan ini dilakukan untuk
menghindari aktivitas-aktivitas Marka seperti lari-larian yanng tidak ada
manfaatnya bagi diri Marka.
Pengalihan perhatian lain yang bu Hati berikan apabila bu Hati hendak
pergi menjemput kakak Marka adalah dengan cara memberikan tanggung jawab.
Bu Hati berpendapat, “Makanya sampe waktu di.. . .saya sering BBMan sama Bu
Agni, ee maksudnya untuk ngatasin Marka gimana saya coba “Bu kalo misalnya
dia rame nggak bisa diem, coba dia dikasih tanggung jawab nyatetin temen-
temennya yang rame! Dengan begitu mungkin dia akan justru merasa „oh aku
dikasih tanggung jawab, jadi aku nggak boleh seperti ini‟ seperti itu”, karna di
rumah saya selalu begitu. Kalo apa dia “Mama pesen sama adek nanti mama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
mau kasih tanggung jawab tolong adek bisa tanggung jawab!” seperti itu kalo
misalnya saya mau kemana saya nitip pesen nanti tolong ini ini ini bisa. Dia bisa
kok dikasih tanggung jawab. “Saya mau jemput abang dulu, adek coba kerjain
PR sebisa adek dulu! Mama pulang sudah harus selesai, sebisa adek nanti setelah
itu baru kita bahas lagi yang gak bisa yang mana” gitu”. Beliau memberikan
tanggung jawab bagi Marka agar mengerjakan PR sebisanya dan harus dapat
selesai. Pesan yang diberikan beliau tersebut bersifat mutlak untuk Marka agar dia
dapat melakukan aktivitas lain selain bermain dan agar dapat belajar mandiri
untuk menyelesaikan tugas yang dia dapatkan dari sekolah.
Wawancara yang peneliti lakukan ini juga dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai pendapat orangtua mengenai emosi dan perkembangan emosi
Marka. Peneliti bertanya kepada bu Hati mengenai definisi emosi secara umum
dan pendapat beliau adalah “Emosi itu kalo menurut saya itu luapan perasaan
kayak termasuk sedih itu juga emosi, seneng itu juga emosi, ee kalo menurut saya
itu sih emosi itu luapan perasaan. Jadi bukan berarti emosi itu marah-marah,
bukan itu luapan perasaan menurut saya seperti itu. Sedih itu juga emosional
kita, jadi kita bagaimana mengekspresikan sedih kita, seneng kita, marah kita
seperti apa gitu”. Pendapat yang beliau utarakan mengenai emosi adalah sebuah
luapan perasaan seseorang berupa sedih, senang, maupun marah. Sedangkan
perkembangan emosi menurut beliau adalah seseorang yang dapat mengendalikan
emosinya. Pendapat tersebut dapat dilihat dalam hasil wawancara berikut, “Kalo
emosi yang berkembang ya, kalo menurut saya eee bisa mengekspresikan artinya
ada luapan perasaan ketika dia sedih ya dia bisa ekspresi sedih kalo memang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
ekspresi sedihnya. Kalo misalnya dia lagi seneng ya seperti apa kelihatan. Iya,
mengendalikan diri saat dia sedih harus bagaimana, saat dia seneng harus
bagaimana”.
Marka memiliki pengendalian emosi yang cukup susah dikontrol. Susah
dikontrol yang peneliti maksud disini adalah disaat Marka merasa diganggu atau
terganggu. Pendapat tersebut adalah pernyataan yang bu Hati sampaikan dalam
wawancara yang dilakukan dengan peneliti yaitu, “Iya nggak suka diganggu, itu
Marka. Dia main asyik kalo selama ndak ada yang mengganggu dia bisa bermain
dengan asik, temennya juga kayaknya malah lebih banyak dia lebih cepet
berteman”. Pendapat bu Hati dalam mengutarakan Marka susah mengontrol
emosinya saat merasa terganggu juga dapat dilihat dalam pernyataannya yang lain
yaitu, “Kalo Marka saya lihat lebih ini kok, mungkin ya itu awalnya saya belum
menemukan cara. Memang dari TK, memang mudah sekali marah. Artinya dia
kalo misalkan ada yang ganggu itu dia cepet emosi cepet marah gitu”.
Bu Hati juga berpendapat mengenai perbedaan perkembangan emosi yang
Marka alami dengan kakaknya yang tidak mengalami hiperaktif. Pendapat beliau
terlihat dalam pernyataan yang telah disampaikan yaitu, “Tidak sama, beda. Kalo
Alva itu ya sampek dari mulai TK sampek sekarangpun saya tidak pernah ya
mendengar yang namanya Alva itu berantem sama temennya itu nggak pernah.
Makanya saya kalo sampe dia berantem sama temennya mesti ada yang mulai
karna saya tau Alva itu orangnya bagaimana. Sampek dia saking terlalu hati-
hatinya, saking antengnya kadang-kadang ada temennya main dia tidak ikut
terlibat tapi dia, seneng melihat temennya main. Dia ikut heboh tapi jarang dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
ikut main kalo Alva. Jadi sebenarnya Alva itu justru kalo ada permainan yang
seru-seru itu justru sama adeknya”. Beliau berpendapat perbedaan dalam
perkembangan emosi yang Marka dan Alva yaitu kakaknya saat kakaknya berusia
sama dengannya saat ini memang berbeda. Perbedaan tersebut terlihat pada
pernyataan beliau yang menyatakan bahwa beliau tidak pernah mendapat laporan
bahwa Alva tidak pernah berantem dengan temannya sejak TK hingga saat ini.
Apabila Alva berantem beliau menyimpulkan kalau temannya yang memulai lebih
dulu karena Alva memiliki sifat pendiam dan jarang mengikuti permainan saat
teman-temannya sedang bermain.
Marka memiliki sifat yang susah sekali mengontrol emosinya terutama
saat merasa diganggu sehingga terkadang emosinya meluap-luap. Disaat
emosinya meluap-luap, perlu dilakukan penanganan untuk mengatasi dan
meredam emosi Marka. Penanganan yang bu Hati lakukan dapat dilihat dalam
hasil wawancara yaitu, “Saya lebih banyak ngajak dia berbicara. Sering ajak
ngobrol berdua”. Apabila bu Hati menemui Marka emosinya meluap-luap
penanganan yang beliau lakukan adalah dengan mengajaknya berbicara berdua.
Penanganan lain yang beliau lakukan dapat dilihat juga dalam hasil wawancara
yaitu, “Untuk awal pada saat dia seperti itu dulu biasanya itu karena saya
marahin dia seperti itu. Misalnya saya larang dia apa, dia masih asyik main dia
nggak mau denger akhirnya dia marah. Marah sama marah pada akhirnya tidak
ketemu. Akhirnya saya pakek cara lain, saya coba pada saat dia emosinya sedang
naik pada saat dia marah saya coba ajak bicara dia baik-baik. Atau saya “sini
dek sini dek!” saya pangku saya elus-elus dulu baru ngomongnya belakangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Saya gitu”. Penanganan yang pertama kali beliau lakukan adalah dengan cara
memarahi marka. Namun beliau menyadari bahwa dengan memarahi tidak dapat
menyelesaikan dan meredam emosi Marka sehingga beliau menggunakan cara
lain yaitu diajak berbicara, diberi pangkuan, dan ditenangkan. Pada saat Marka
terlihat tenang, saat itu beliau menasehati Marka.
Penanganan dalam mengatasi emosi tidak cukup karena bu Hati adalah
orangtua Marka. Dengan demikian sebagai orangtua, bu Hati harus dapat
mengembangkan emosional Marka agar lebih berkembang dan terkontrol.
Penaganan yang dilakukan bu Hati sesuai pernyataannya adalah “Pelan,
maksudnya jadi harus pelan. Tapi sebenernya Marka itu anaknya asik. Justru dia
lebih banyak bisa mengikuti aturan daripada kakaknya. Ikutin jam-jamnya saya
kasih jam, jam segini harus begini jam segini harus begini. Dia itu malah justru
Marka itu bisa mengikuti daripada kakaknya. Kalo kakaknya ada aja alasannya”.
Pernyataan yang beliau sampaikan tersebut menjelaskan bahwa untuk
mengembangkan emosi anak adalah dengan pelan-pelan dan memberikan aturan-
aturan seperti pada jam tertentu untuk melakukan aktivitas yang telah ditentukan.
Penaganan ini dilakukan agar Marka dapat belajar mengikuti aturan yang telah
dibuat oleh orangtua dan agar dia juga dapat mengendalikan emosinya. Bu Hati
memiliki persepsi bahwa Marka emosinya sudah lumayan membaik sejak TK
hingga saat ini. Persepsi yang beliau ungkapkan tersebut dapat dilihat dalam hasil
wawancara yang telah dilakukan yaitu, “Perkembangannya kalo dibandingkan
dengan TK dan kelas I sama kelas II semester awal ini sudah agak lumayan.
Sudah ada, grafiknya sudah lumayan naik lah. Saya lihat kalo mulai dari TK ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
SD itu belum terlalu signifikan, maksudnya memang agak-agak ini tapi yaa masih
mungkin masih terbawa suasana waktu masih di TK kan banyak bermain jadinya
dia istilahnya kalo dulu dia sambil bermain lompat-lompat atau apa memang dia
menikmati waktu di TK karna itu memang banyak menggunakan gerak banyak
bermainnya. Kalo sekarang kan dia lebih banyak belajar gimana caranya aku
harus fokus duduk manis”. Pendapat bu Hati adalah Marka saat ini dapat banyak
belajar mengenai bagaimana caranya untuk fokus dan duduk diam karena sudah
masuk kelas II SD semester 2.
4.2 Pembahasan
Peneliti melakukan penelitian di SD Kasih tepatnya di kelas IIA yang
terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pada saat peneliti
melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas IIA di kelas tersebut,
peneliti menemukan ada beberapa anak yang mengalami hiperaktif. Namun
peneliti disini dalam melakukan penelitian hanya fokus pada salah satu anak laki-
laki berusia 7 tahun. Anak tersebut bernama Marka (pseudonym). Peneliti memilih
Marka karena dia memiliki tingkah laku yang berbeda dengan siswa lain. Dia
terlihat tidak bisa diam, lari-larian saat pembelajaran berlangsung dan sulit
berkonsentrasi saat pembelajaran. Dia juga mengganggu temannya dan bermain-
main dengan benda di sekitarnya.
Peneliti sebelumnya sudah mengetahui bahwa Marka adalah seorang anak
yang mengalami hiperaktif pada saat peneliti melaksanakan kegiatan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Kasih selama kurang lebih tiga bulan. Peneliti
tidak membuat jadwal untuk melakukan wawancara dengan Marka karena peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dalam melakukan penelitian ini tidak melakukan wawancara kepada si Marka.
Peneliti melakukan penelitian ini dengan melakukan pengamatan atau observasi
langsung dan mewawancarai beberapa guru mengenai Marka saat melakukan
pembelajaran di kelas atau saat di luar kelas. Pada awal kegiatan PPL peneliti
mengobservasi tingkah laku Marka yang tidak bisa duduk diam di kelas bahkan
sampai lari-lari di saat pembelajaran berlangsung, bermain-main saat di dalam
kelas dengan barang-barang yang ada di sekitarnya, dan menganggu temannya
saat pelajaran berlangsung sehingga Marka memiliki kesan sebagai anak nakal di
kelas.
Interaksi sosial Marka dengan teman-temannya sangat baik karena setiap
orang yang ditemuinya, dia selalu dapat berteman dengan orang yang ditemuinya
tersebut. Menurut pengamatan peneliti anak tersebut tidak memiliki kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dilihat dalam aspek
emosionalnya, anak ini belum dapat dikatakan berkembang emosinya karena
masih sering meledak-ledak atau tidak terkontrol saat dia sedang emosi.
Berdasarkan pada perkembangan motorik halusnya, Marka terlihat berkembang
seperti anak pada umumnya. Perkembangan ini terlihat saat Marka dapat
mengerjakan tugas di sekolah seperti saat diberi soal oleh peneliti, namun
memang perlu pendampingan khusus untuk melihat perkembangan motorik
halusnya karena Marka terlalu banyak bergerak dan selalu asyik dengan bermain-
main. Berdasarkan aspek kognitifnya, Marka mendapat nilai yang cukup.
Mendapat nilai yang cukup maksudnya adalah seringkali nilai yang didapat Marka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
tidak dibawah KKM. Informasi tersebut peneliti dapat melalui pengamatan saat
peneliti memberikan pembelajaran di kelas.
Kebiasaan Marka terlihat hampir sama saat di sekolah yaitu dia terlihat
berbeda dengan teman-teman di kelasnya. Marka terlihat tidak bisa diam dan
maunya bermain saja sehingga sulit untuk diajak berkonsentrasi mengikuti
pelajaran yang sedang berlangsung. Kebiasaan-kebiasaan lain yang ditunjukkan
Marka adalah seringkali dia keluar kelas tanpa izin dan bermain-main di depan
pintu. Saat bermain di luar kelas susah sekali untuk diatur dan diajak kembali di
dalam kelas untuk mengikuti pembelajaran kembali. Marka selalu berbicara
dengan nada yang lantang dan keras saat percakapan biasa maupun saat ditegur.
Informasi yang peneliti dapat tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan
guru yang pernah mengajar Marka.
Melihat karakteristik Marka, maka peneliti menyimpulkan bahwa Marka
memang anak yang mengalami hiperaktif sesuai dengan teori yang diungkapkan
oleh Barkley (dalam Martin, 2008:21). Barkley mengatakan bahwa ciri-ciri anak
yang mengalami gangguan hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada
yang dilakukannya, tidak berhasil menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan
perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri,
ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela pembicaraan orang, tidak dapat
duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan
instruksi.
Peneliti menyimpulkan bahwa Marka menunjukkan hampir seluruh ciri-
ciri yang disebutkan di atas. Ciri-ciri yang terlihat dari tingkah laku Marka di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
sekolah adalah sulit memusatkan perhatian pada yang dilakukannya, sulit
mempertahankan perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu,
impulsivitas, sulit antri, tidak dapat duduk diam, kadang memanjat, selalu
bergerak, sulit mematuhi peraturan dan instruksi, destruktif, tidak kenal lelah,
tanpa tujuan, dan usil. Sudah selama 3 bulan peneliti mengamati Marka dalam
kegiatan PPL yang dilaksanakan sehingga peneliti benar-benar yakin bahwa
Marka memang anak yang mengalami hiperaktif. Pernyataan ini diperkuat oleh
pernyataan yang diungkapkan Zaviera (2014:15). Zaviera berpendapat ciri-ciri
hiperaktif adalah (1) tidak fokus, (2) menentang, (3) destruktif, (4) tidak kenal
lelah, (5) tanpa tujuan, (6) tidak sabar dan usil, dan (7) intelektualitas rendah.
Seorang anak yang dapat dikatakan hiperaktif adalah anak yang menunjukkan
hampir dan bahkan semua ciri-ciri yang telah disebutkan di atas.
Setiap manusia memiliki cara pandang tersendiri dan perbedaan
pandangan ini terlihat dari hasil wawancara terhadap tiga orang guru yang
memiliki persepsi berbeda mengenai perilaku dan perkembangan emosi anak.
Dengan persepsi, individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan
yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan. Menurut Sunaryo (2004 : 93) persepsi merupakan proses akhir dari
pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya
stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak,
dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.
Data yang diperoleh dari peneliti yang berupa persepsi guru kelas IIA adalah jenis
persepsi eksternal perception. Peneliti menggunakan eksternal perception karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
persepsi guru muncul terhadap rangsangan yang datang dari luar individu dan itu
terlihat dari pengamatan yang dilakukan guru kelas IIA pada saat mengajar
sampai sekarang. Menurut Sunaryo (2004 : 94) eksternal perception adalah
persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri
individu. Pengamatan yang didapat oleh guru adalah terlihat Marka selalu tidak
bisa duduk diam di kelas, sulit diajak berkonsentrasi, selalu asyik dengan
dunianya sendiri, kadang memanjat pohon, destruktif, tidak kenal lelah, tanpa
tujuan, dan usil.
Guru kelas IIA memiliki pandangan bahwa Marka memang memiliki
sikap yang berbeda dengan teman-temannya di kelas. Perbedaan yang dimaksud
oleh guru kelas adalah Marka memiliki emosi yang lebih dari anak-anak lain dan
dia masih susah mengontrol emosinya. Di kelas IIA terlihat anak-anak lain dapat
duduk diam, namun berbeda dengan Marka yang tidak dapat duduk diam saat di
kelas. Peneliti mendapatkan informasi tersebut saat melakukan wawancara dengan
guru kelas IIA. Pada saat wawancara berlangsung peneliti bertanya, “Apakah
Marka dapat duduk diam di dalam kelas?” dan guru kelas IIA menjawab, “Untuk
beberapa saat bisa tetapi Marka lebih banyak menghabiskan waktu di kelas untuk
jalan-jalan, untuk bermain-main bersama teman-temannya atau menganggu
temen-temen yang lain”.
Guru kelas IIA memiliki perbedaan persepsi mengenai anak hiperaktif
dengan guru kelas IA dan guru mata pelajaran olahraga. Guru kelas IIA memiliki
pandangan bahwa hiperaktif adalah sebuah kekurangan atau kelebihan dari anak
tersebut. Persepsi tersebut terlihat dari pernyataan yang diungkapkan oleh guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
yaitu, “Menurut saya stiap anak memang memiliki kekurangan dan kelebihannya
masing-masing mungkin itu bisa dikatakan kekurangan atau kelebihan ya yang
namanya hiperaktif”. Menurut guru mata pelajaran olahraga anak hiperaktif
memang perlu sebuah penanganan khusus. Persepsi tersebut terlihat dari
pernyataan guru yang diungkapkan yaitu, “Yaa kalo menurut saya itu memang
ada penanganan khusus ya untuk anak tersebut karena kan ndak mungkin 1 guru
menangani seluruh anak”. Sedangkan menurut guruu kelas IA berpendapat
bahwa anak hiperaktif secara emosional terkadang sulit untuk dikendalikan.
Beliau menyatakan bahwa, “Emmm menurut saya ya. . .anak hiperaktif itu anak
yang. . .ee. . .secara emosional kadang-kadang sulit untuk dikendalikan”.
Menurut guru kelas IIA Marka hanya dapat duduk diam untuk beberapa
saat saja tetapi setelah itu Marka menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan,
bermain dengan teman-temannya atau akan mengganggu teman-temannya yang
lain. Guru kelas IIA juga berpendapat bahwa Marka memang termasuk anak yang
mengalami hiperaktif tapi dia memiliki interaksi yang bagus saat berkomunikasi
dengan beliau. Pernyataan ini ditunjukkan pada jawaban yang guru berikan saat
wawancara yaitu, “Ee sebenernya interaksinya bagus kita sering ngobrol saya
sering bertanya-tanya tentang dirinya tentang keluarganya”.
Peneliti menduga bahwa Marka memiliki kemungkinan mengalami
hiperaktif karena dia seringkali terlihat menunjukkan ciri-ciri hiperaktif yang
sesuai dengan ciri-ciri tipe hiperaktif-impulsif yaitu sering menggerak-gerakan
tangan atau kaki ketika duduk atau sering menggeliat, sering meninggalkan
tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis, sering berlari-lari atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya, sering tidak
mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang, selalu bergerak,
seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin, dan tenaganya juga tidak habis.
Kesimpulan peneliti tersebut diperkuat oleh pernyataan DSM-IV® - TR (2003)
mengenai tipe anak hiperaktif-impulsif diantaranya (1) sering gelisah (selalu
menggerak-gerakkan tangan atau menggoyang-goyangkan badan), (2) sering
meninggalkan tempat duduk, (3) berlari dan memanjat secara berlebihan dalam
situasi yang tidak tepat, (4) sulit bermain dengan tenang saat waktu luang, (5)
melakukan aktivitas motorik secara berlebihan, (6) sering berbicara berlebihan,
dan perilaku yang muncul pada impulsif (7) sering menjawab tanpa berpikir
sebelum pertanyaan selesai diberikan, (8) sulit menunggu giliran, dan (9) sering
menyela pembicaraan orang lain. Seseorang dinyatakan mengalami hiperaktivitas
apabila memenuhi minimal 6 kriteria diagnosis selama tiga bulan terakhir.
Sebagai seorang anak hiperaktif, secara fisik Marka terlihat seperti anak
pada umumnya. Perbedaan dengan anak lain yang peneliti lihat adalah dalam
aspek tingkah lakunya. Tingkah laku Marka saat di kelas selalu tidak bisa diam,
berlari-larian di dalam kelas sampai keluar kelas, sering mengganggu teman-
temannya, suka memainkan barang-barang yang ada di sekitarnya, terkadang
memanjat pohon, dan tidak mudah lelah. Peneliti melakukan pengamatan pada
saat peneliti melakukan observasi di dalam kelas dan melakukan praktek mengajar
di kelas. Saat peneliti mengamati terlihat Marka sangat sulit untuk memusatkan
perhatian karena merasa bosan sehingga peneliti mencoba untuk mengajaknya
bermain menggunakan media yang sudah peneliti siapkan. Saat diberikan sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
permainan dengan menggunakan media tersebut terlihat Marka dapat
berkonsentrasi dengan media yang peneliti berikan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Marka memang sulit diajak berkonsentrasi terlebih dalam
aspek kognitifnya sehingga harus dapat menarik minatnya untuk belajar melalui
aspek motoriknya dengan media yang tepat untuk digunakan.
Berdasarkan informasi yang peneliti dapat dari guru kelas, Marka lebih
memiliki keterampilan dalam bidang non akademik seperti olahraga terutama
pada saat materi sepak bola. Selain mata pelajaran olahraga Marka seringkali
terlihat bosan dan saat Marka merasa bosan, dia akan bermain atau berlari-larian
di dalam maupun di luar kelas. Perubahan ini terjadi karena aspek emosinya yang
secara tiba-tiba berubah dan membuatnya menjadi ingin bermain, berlari kesana
kemari, dan mengganggu temannya. Saat Marka menjadi tidak bisa diam saat itu
juga suasana kelas akan menjadi lebih tidak kondusif.
Hasil wawancara yang peneliti dapat dengan guru kelas, perkembangan
emosi Marka sudah dapat dikatakan berkembang untuk beberapa hal saja. Beliau
mengungkapkan emosi Marka berkembang dalam segi tingkah laku dan dari segi
kegiatan sehari-hari. Guru kelas juga berpendapat bahwa perkembangan emosi
Marka tidak sama dengan perkembangan emosi anak lain. Perkembangan
emosional memang memiliki dasar fisik dan kognitif bagi perkembangannya,
tetapi begitu kemampuan dasar manusia terbentuk, emosi jauh lebih situasional
(Beaty , 2013: 92). Informasi yang peneliti dapatkan tersebut, peneliti peroleh dari
hasil wawancara dengan guru kelas IIA dan hasil pengamatan yang peneliti
lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Menghadapi tingkah laku dan emosi Marka, guru kelas pernah mencoba
memberikan penanganan dengan cara menegurnya dan memusatkan perhatiannya
meskipun itu hanya berlaku untuk beberapa menit saja. Guru kelas juga memiliki
cara tersendiri untuk mengembangkan emosi anak yang mengalami hiperaktif
apabila emosinya belum berkembang. Cara yang guru kelas gunakan adalah
dengan selalu berusaha menjadi keluarganya dan memantau perkembangan emosi
anak tersebut. Mencari cara yang terbaik untuk mengembangkan emosinya.
Selama observasi yang peneliti lakukan berlangsung, peneliti mengamati
perilaku, konsentrasi, dan perkembangan emosi anak selama pembelajaran
berlangsung di kelas. Peneliti melihat bahwa Marka memiliki tingkat konsentrasi
yang masih kurang serta perubahan perilaku yang selalu berubah. Terlihat saat
diberikan tugas anak ini sedang asyik bermain dengan barang-barang di sekitarnya
dan berjalan atau berlari kesana kemari sehingga dia tertinggal dalam
mengerjakan tugas. Pada saat teman-temannya selesai mengerjakan, anak ini baru
akan memulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Faktanya, pada saat
guru memberikan penjelasan dan tugas saat itu Marka langsung keluar kelas.
Apabila guru melarang Marka untuk tidak keluar kelas dia akan langsung marah-
marah dan terkadang membentak guru. Saat dia hendak masuk kelas, guru pernah
mencoba mengunci dari dalam dan yang terjadi adalah Marka berteriak di luar
kelas dan menggedor-gedor pintu agar pintu dibuka.
Perbedaan tingkah laku Marka dengan teman-teman lainnya yang
ditunjukkan saat di kelas membuat guru untuk memberikan penanganan dan
pendampingan khusus kepadanya. Beliau selalu memberikan motivasi kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Marka agar dia dapat berkembang emosinya. Informasi ini peneliti peroleh dari
hasil wawancara dengan guru kelas saat peneliti menanyakan penanganan yang
pernah dilakukan oleh guru kepada Marka. Guru kelas tidak hanya berjuang
sendiri karena beliau juga sering berkomunikasi dengan orang tua Marka agar
selalu dipantau sat di rumah dan di bimbing. Segala upaya sudah beliau tempuh
untuk kebaikan Marka agar ada perkembangan lebih baik lagi terhadap Marka
seperti perkembangan emosinya.
Guru berpendapat bahwa perkembangan emosi pada Marka memang susah
untuk dikendalikan. Dia lebih asyik untuk menikmati dunianya sendiri. Namun
Marka memiliki perkembangan dalam emosinya yang terlihat melalui beberpa hal
salah satunya dia lebih peduli dengan orang lain dan selalu tergerak untuk
membantu teman-teman atau gurunya yang sedang mengalami kesulitan. Guru
kelas juga berpendapat bahwa perkembangan emosi anak hiperaktif memang
berbeda dengan anak lainnya yang tidak mengalami hiperaktif. Guru hanya
berharap agar setiap siswa emosinya dapat berkembang karena emosi dapat
mempengaruhi dirinya sendiri dan masa depannya.
4.3 Temuan Lain dalam Penelitian
Peneliti menemukan temuan lain dari orangtua Marka yang bernama Bu
Hati. Peneliti mendapatkan informasi mengenai pendekatan dan penanganan
khusus dalam menangani perilaku Marka. Marka adalah seorang anak yang selalu
dimanja oleh neneknya saat di rumah. Saat Marka dimarahi oleh Bu Hati,
neneknya selalu melindungi Marka dengan cara memberikan apa yang Marka
inginkan atau memberikan sesuatu yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tidak hanya nenek Marka, tapi ayah Marka juga terkadang memberikan
perilaku yang sama dengan neneknya yaitu memanjakannya. Namun, Bu Hati
melakukan tindakan antisipasi untuk mencegah ayah Marka memanjakannya. Bu
Hati berpikir bahwa apabila Marka terlalu dimanjakan akan berdampak bagi masa
depannya. Pada saat Marka menginginkan sesuatu dengan cara menangis dan Bu
Hati tetap tidak memberikannya, dia akan cenderung lari ke ayah atau neneknya.
Oleh karena itu, Bu Hati melakukan antisipasi dengan cara menegur ayahnya agar
tidak selalu mewujudkan keinginan Marka.
Temuan lain yang peneliti temukan adalah adanya pendekatan khusus
yang dilakukan oleh Bu Hati. Pendekatan khusus yang Bu Hati lakukan adalah
dengan cara mendekati anak dan memahami sifat anak. Adanya pendekatan ini
membuat Bu Hati untuk lebih mengerti dan memahami sifat Marka. Selain itu,
pendekatan ini juga berguna untuk melihat perkembangan emosi yang dialami
Marka dan dapat berguna untuk menentukan penanganan yang tepat untuk
menanganai tingkah laku anak.
Penanganan yang Bu Hati lakukan adalah dengan cara memberikan
beberapa peraturan kepada Marka yang harus ditaati setiap harinya. Peraturan
yang diberikan Bu Hati diantaranya tidak boleh minum es, bermain game, dan
bermain-main selain di hari sabtu. Tidak hanya itu, Bu Hati juga selalu
mengingatkan Marka untuk selalu tidur siang dan belajar selama 30 menit efektif
selain di hari sabtu. Masih ada banyak peraturan yang diberikan Bu Hati kepada
Marka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Peraturan yang diberikan ini dilakukan Bu Hati untuk mengontrol tingkah
laku yang dilakukan Marka setiap harinya agar dia tidak beraktivitas secara
berlebihan. Selain itu Bu Hati memberikan peraturan ini karena mengingat Marka
adalah seorang siswa, maka beliau harus selalu memantau aktivitas-akitivtasnya.
Penanganan yang beliau berikan ini juga berguna untuk mengembangkan
emosional anak agar anak dapat melakukan pengendalian diri pada saat emosinya
sedang meluap-luap.
Peraturan yang diberikan oleh Bu Hati membuat Marka memiliki
kebiasaan baru yaitu dengan menjalankan peraturan tersebut setiap hari di rumah.
Kebiasaan tersebut juga Marka lakukan setiap hari di sekolah. Marka tidak pernah
membeli jajanan pada saat di sekolah karena mengingat peraturan yang diberikan
oleh ibunya. Namun, Bu Hati juga memberikan antisipasi untuk menghindarkan
Marka dari jajanan di sekolah dengan cara tidak pernah memberi uang saku. Bu
Hati berkata, “Saya nggak pernah ngasih sangu, saya kalo ngasih uang untuk
ditabung”. Bu Hati menanamkan kebiasaan pada Marka untuk menabung pada
saat memiliki uang.
Pemberian penanganan yang diberikan orangtua memiliki perbedaan
dengan penanganan yang guru lakukan di sekolah. Pada saat di sekolah, Bu Agni
seringkali hanya sebatas menegur kepada Marka sehingga dia melakukan
aktivitas-aktivitas tanpa ada pengendalian diri. Perbedaan penanganan ini
membuat Marka memiliki kebiasaan yang sedikit berbeda dengan kebiasaannya di
rumah. Saat di rumah Marka seringkali dapat mengontrol diri, sedangkan saat di
sekolah Marka cenderung susah untuk melakukan pengendalian diri. Namun, Bu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Agni juga memiliki penanganan lain untuk Marka setiap harinya, yaitu
memberikan masukan dan motivasi kepada Marka untuk selalu berusaha
melakukan pengendalian diri.
Penanganan yang Bu Agni berikan berbeda dengan guru lain yaitu Bu
Tamtam dan Bu Enen. Pada saat Marka kelas I dan diajar oleh Bu Tamtam
sebagai guru kelas, Bu Tamtam seringkali memberikan penanganan yang sama
dengan orangtua siswa yaitu meberikan aturan kepada seluruh siswa di kelas.
Sedangkan penanganan yang diberikan Bu Enen berbeda dengan penanganan
yang diberikan oleh Bu Tamtam. Bu Enen cenderung menegur dan
mendiamkannya setiap kali Marka berbuat ulah. Namun, Bu Enen seringkali
memberikan Marka sebuah tanggung jawab untuk mengontrol tingkah laku
Marka. Seluruh penanganan tersebut dilakukan guru dan orangtua agar adanya
perkembangan dalam pengendalian diri Marka.
Berikut peneliti paparkan bagan temuan lain dari orangtua dan guru:
Tingkah Laku Anak di Sekolah
Penanganan
Perkembangan Emosi
Penanganan Khusus
Guru Orangtua
Pendekatan khusus
dengan anak
Penanganan khusus
mengontrol anak
Perkembangan Emosi
Gambar 4.1 Temuan lain dalam penelitian
Tingkah Laku Anak di Rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BAB V
PENUTUP
Bab V ini berisi tentang kesimpulan secara keseluruhan dari kegiatan
penelitian yang dilakukan peneliti, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan
berisi tentang rangkuman hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
keterbatasan penelitian berisi mengenai keterbatasan yang dihadapi dalam
penelitian yang dilakukan ini, dan saran berisi tentang masukan untuk pembaca,
peneliti selanjutnya, guru yang memiliki siswa hiperaktif, ataupun orang tua yang
memiliki anak hiperaktif.
5.1 Kesimpulan
Guru berpersepsi bahwa Marka memiliki tingkah laku yang berbeda
dengan anak lain. Beliau berpendapat bahwa ada kemungkinan Marka mengalami
hiperaktif karena seringkali dia terlihat menunjukkan ciri hiperaktif-impulsif yaitu
sering menggerak-gerakan tangan atau kaki ketika duduk atau sering menggeliat,
sering meninggalkan tempat duduknya, sering berlari kesana kemari, selalu
bergerak, sering keluar masuk kelas tanpa alasan yang jelas, dan tenaganya juga
tidak habis. Guru juga memiliki persepsi bahwa perkembangan emosi Marka
memang berbeda dengan anak lain karena dia masih susah untuk dikendalikan.
Tanpa adanya pelatihan khusus atau guru pendamping khusus membuat
guru kelas memberikan perlakuan dengan caranya sendiri yaitu dengan cara
membiarkan atau mendiamkan siswa terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit guru
mencoba memberikan teguran dan motivasi untuk mengajak anak lebih
konsentrasi dalam belajar di kelas serta agar emosinya sedikit demi sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
berkembang. Treatment yang guru berikan memperlihatkan bahwa masih
kurangnya pengetahuan guru mengenai anak hiperaktif dan cara penanganannya.
Temuan batu dalam penelitian ini menjadikan cerminan bagi peneliti
sebagai calon guru. Jika peneliti yang nantinya menjadi guru perlu untuk lebih
mengenal dan memahami secara mendalam mengenai anak yang mengalami
hiperaktif serta cara penanganannya. Selain itu, peneliti perlu untuk memperdalam
mengenai faktor-faktor yang membuat anak hiperaktif mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi saat melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan pengetahuan yang
dimiliki peneliti sebagai calon guru, dapat menjadi acuan untuk melakukan
sebuah pembelajaran bagi anak hiperaktif secara lebih optimal.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang peneliti temui adalah peneliti mengalami kesulitan
dalam mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Keterbatasan lain yang
peneliti temukan dalam melakukan penelitian ini yaitu peneliti hanya dapat
melakukan wawancara dengan salah satu orangtua. Kesulitan ini terkait dengan
kesesuaian jadwal antara peneliti dan kedua orang tua Marka. Selain itu,
keterbatasan dalam penelitian ini juga tidak adanya dokumen dari diagnosis
psikologi bahwa anak tersebut hiperaktif. Artinya, secara legal, Marka belum
teridentifikasi sebagai anak hiperaktif.
5.3 Saran
Mengingat penelitian ini masih sangat terbatas baik sumber maupun
partisipannya, maka dalam penelitian ini masih perlu dikembangkan baik
mengenai anak yang sama oleh peneliti yang berbeda atau peneliti yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
terhadap anak yang berbeda dengan kondisi yang sejenis. Keterbatasan penelitian
ini hendaknya dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, peneliti selanjutnya perlu
untuk menggali pengetahuan dan informasi yang mendalam tentang anak
hiperaktif. Peneliti juga perlu meluangkan waktu yang seluas-luasnya sehingga
waktu berinteraksi dengan partisipan yang bersangkutan juga menjadi lebih
intensif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
DAFTAR REFERENSI
Ahmadi, R. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR. Ruzz
Media.
Allen, D. 2003. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder fourth
Edition. Washington DC: The American Pshychiatric Associantion.
Amin, R. 2013. Perilaku Hiperaktif dan Upaya Penanganannya.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwifm47EuJDLAhXOCY4KHfm6
AD8QFggaMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.lpmpsulsel.net%2Fv2%
2Fattachments%2F196_PERILAKU%2520HIPERAKTIF.pdf&usg=A
FQjCNFYRkFcprC1k7yaQbIRDET6_ur5-
g&sig2=masccoPsNJ4nI14sqTlEkQ (diakses pada tanggal 15
November 2015)
Beaty, J. J. 2013. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini Edisi Ketujuh.
Jakarta: Kencana
Delphie, B. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT
Refika Aditama
Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Hidayati, E. 2013. Peran Pendampingan Regulasi Emosi Terhadap Perilaku
Maltreatment pada Ibu dari Anak GPPH.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjf7pPvuJDLAhVQjo4KHcbyDZ
YQFggaMAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.uad.ac.id%2Findex.php
%2FHUMANITAS%2Farticle%2Fdownload%2F337%2F227&usg=AF
QjCNH4jZdnJWszo7N9r8V90ZPNocJ7HQ&sig2=LmNSH_9rGLyWs
03d_xuzVA (diakses pada tanggal 15 November 2015)
Mahdi, dkk. 2014. Panduan Penelitian Praktis, Untuk Menyusun Skripsi, Tesis,
dan Disertasi. Bandung: Penerbit Alfabeta
Marlina. 2008. Gangguan Pemusatan Pehatian dan Hiperaktivitas Pada Anak.
Padang: Universitas Negeri Padang
Martin, G. 2008. Terapi Untuk Anak ADHD, Anak Hiperaktif, Sulit Konsentrasi,
Tidak Aktif, Kurang Perhatian dll. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Moedjanto, G., dkk. 1987. Laporan Penelitian Persepsi Mahasiswa IKIP Sanata
Dharma Terhadap Penataran P-4 Tahun 1986/1987. Yogyakarta: IKIP
Sanata Dharma
Moleong, L. J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Mulyatiningsih, E. 2014. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung: Penerbit Alfabeta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Prastowo, A. 2014. Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Kedokteran EGC.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Penerbit Alfabeta
Sujiono, B. 2005. Menu Pembelajaran Anak Usia Dini . Jakarta: Yayasan Citra
Pendidikan Indonesia.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC Jakarta : 93-98
Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Ed 2. Jakarta: Kedokteran EGC.
Thoha, M. 2005. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Raja Grafindo Persada UNP Press.
Widi, R.K. 2010. Asas Metode Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wood, D. 2007. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Jogjakarta: Kata Hati
Yusuf, H. S. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset
Zaviera, F. 2014. Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Kata Hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
LAMPIRAN 1
TEKS ANEKDOT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
LAMPIRAN 1.1
TEKS ANEKDOT
Nama : Marka
Umur : 7 tahun
Lokasi : Ruang kelas IIA SD Kasih
Observer : Markus Andika Nurcahya
Aspek yang diamati : Fisik, Psokomotorik, dan afektif
Peneliti melakukan obseravasi secara langsung di dalam kelas IIA SD Kasih yang
dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Oktober 2014. Pertama kali yang dilakukan
peneliti dalam melakukan penelitian ini, yaitu memberikan suratizin penelitian kepada
Kepala Sekolah SD Kasih. Setelah memberikan suratizin penelitian, peneliti menemui
guru kelas IIA, guru kelas IA, guru olahraga, dan orangtua siswa untuk memintaizin
melakukan observasi. Peneliti melakukan observasi terhadap partisipan yang telah
peneliti rencanakan karena aspek yang hendak peneliti amati adalah aspek
perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif. Hasil penelitian secara
keseluruhan akan peneliti deskripsikan sebagai berikut.
Peneliti melakukan observasi di dalam ruang kelas IIA pada awalnya untuk
mengamati proses pembelajaran di kelas, karena pada saat itu peneliti sedang
melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dari Universitas. Pertama
kali masuk ruangan kelas, peneliti melihat ada seorang anak laki-laki yang terlihat
bermain-main pada saat pembelajaran berlangsung. Anak tersebut bernama Marka.
Tidak hanya Marka, namun ada beberapa siswa lain yang terlihat susah untuk diam dan
berkonsentrasi mengikuti pembelajaran. Saat Marka ramai di dalam kelas, guru
mencoba untuk menegurnya dan pada akhirnya terlihat Marka tidak mau menuruti kata-
kata guru kelasnya. Marka juga sering keluar masuk kelas tanpa alasan yang jelas
sehingga guru mencoba mengunci pintu dari dalam agar dia tidak dapat masuk ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
kelas. Usaha yang guru lakukan malah membuat Marka marah dan dia pun menggedor-
gedorkan pintu sampai guru membukakan pintunya. Akhirnya, peneliti memilih Marka
untuk menjadikannya sebagai objek penelitian karena perkembangan emosi dan tingkah
lakunya yang terlihat berbeda dengan siswa lain.
Setelah peneliti melihat tingkah laku Marka, peneliti mencoba untuk melakukan
wawancara dengan guru kelas. Peneliti juga mencoba untuk melakukan wawancara
dengan guru lain yaitu guru kelas IA yang dulu pernah mengajar Marka saat kelas I dan
guru olahraga. Hasil wawancara dengan ketiga guru yang peneliti lakukan pada saat
peneliti menanyakan mengenai anak hiperaktif, ketiga guru mengatakan bahwa ada
beberapa anak yang tidak bisa diam di kelas IIA salah satunya adalah Marka. Ketiga guru
yang peneliti wawancara juga menyebutkan perkembangan emosi Marka berbeda
dengan siswa lain karena emosinya masih sering meledak-ledak.
Peneliti juga mencoba melakukan pendekatan dengan Marka untuk melihat
tingkah laku dan perkembangan emosinya. Saat peneliti melakukan pendekatan kepada
Marka, peneliti diajak untuk menemani Marka bermain sepakbola dengannya. Marka
sangat menyukai permainan sepakbola, namun peneliti tidak dapat menghadapi stamina
Marka sepenuhnya karena terlihat dia memang memiliki stamina yang luar biasa dalam
bermain. Peneliti juga mencoba untuk mengajak Marka bermain puzzle, namun dia
mudah sekali bosan saat diajak bermain yang melibatkan aspek kognitifnya. Setelah
peneliti melakukan beberapa kali pendekatan, akhirnya peneliti mencoba
memberanikan diri untuk berkunjung ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, pertama kali
peneliti bertemu dengan ibu Marka yang pada saat itu memang sedang di rumah.
Peneliti melakukan perbincangan dengan ibu Marka untuk mendapatkan informasi
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Marka adalah seorang anak yang selalu terlihat tidak pernah susah dan selalu
bersemangat. Dia selalu beraktivitas yang melibatkan psikomotornya untuk selalu
bergerak. Dia selalu susah untuk diajak konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung
di dalam maupun di luar kelas. Perhatian Marka mudah sekali terpecah saat dia merasa
bosan. Saat di kelas, dia juga selalu berjalan atau berlarian kesana kemari. Dia sering
keluar masuk kelas tanpa alasan yang jelas. Dia juga sering mengganggu temannya pada
saat di kelas, namun dia adalah tipe anak yang tidak suka diganggu. Saat dia merasa
terganggu, emosinya langusng naik drastis sehingga menyebabkan dia sering terlibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
konflik dengan temannya. Selain itu, dia juga sering menggerak-gerakkan kakinya pada
saat duduk, tidak bisa tenang saat diberi tugas, memainkan barang yang ada di
sekitarnya dan dia juga merasa ada suatu mesin yang membuatnya tidak dapat berhenti
bergerak. Marka selalu berbicara dengan nada lantang dan keras pada saat diajak
ngobrol dengan teman maupun guru. Marka juga seringkali terlihat berkeringat.
Jam istirahat adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh Marka, karena dia
senang sekali berlarian kesana kemari. Marka tidak pernah jajan di sekolah karena
memang tidak pernah diberi uang saku oleh orangtuanya untuk mengantisipasi
kandungan tidak baik bagi tubuh yang ada dalam jajanan di sekolah. Marka juga diberi
aturan oleh ibunya bahwa dia boleh minum es hanya pada hari sabtu. Kesharian Marka
setelah pulang sekolah adalah makan siang dan dilanjutkan dengan tidur siang. Setelah
menjelang malam, Marka diberi waktu 30 menit efektif untuk belajar bersama ibunya.
Saat Marka hendak tidur, tidak mudah bagi Marka untuk dapat langsung tidur karena dia
memang tipe yang tidak bisa diam. Marka selalu diajak berbincang-bincang oleh ibunya
pada saat hendak tidur mengenai kegiatan yang dilakukannya saat di sekolah. Saat hari
sabtu, Marka diberi waktu bebas untuk tidak tidur siang, main game, minum es,
bermain, dan aktivitas-aktivitas lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
LAMPIRAN 2
HASIL TRIANGULASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN 2.1
TRIANGULASI TRANSKRIP HASIL WAWANCARA PARTISIPAN
Persepsi Guru Kelas IIA Guru Kelas IA Guru Olahraga Ibu Siswa
Hiperaktif Untuk eeee
hiperaktif itu kan
terdiri dari kata
hiper yang artinya
itu lebih atau
lebih sedangkan
aktif itu sifat atau
kegiatan atau
kelakuan. . . dari
si anak.
Eeee ada
beberapa ciri
yang pertama
anak tersebut
tidak. . .mampu
untuk
berkonsentrasi
atau memusatkan
perhatian, asik
dengan dunianya
sendiri, susah
diatur dan
memiliki aktivitas
jauh lebih tinggi
dari anak-anak. . .
.di sekitarnya.
Yaa sedikit tau
kalau hiperaktif
itu ee itu semacam
gangguan
kejiwaan pada
anak yang eee
keaktifannya
berelebihan gitu
ya.
Jadi hiperaktif itu
aktif yang lebih.
Eee ciri-cirinya
anak itu sulit
untuk fokus,
diajak fokus untuk
melakukan
sesuatu ya
misalnya eee
mengerjakan soal
atau belajar itu
fokusnya sulit
buanget karena
dia ee saya nggak
tau apa yang
dipikirkan dia tapi
dia anunya gerak-
gerak terus gitu
Yaaa. . . kalau
keseluruhan itu
mungkin nggak tau
yang sesungguhnya
tapi cuman sedikit
tau aja, mungkin bisa
untuk apa ya
Ee gambaran aja,
kalau sepengetahuan
saya ya tentang
hiperaktif itu motorik
anak berlebihan
Iya, jadi anak itu
banyak bergerak,
sulit untuk
dikendalikan dan
sulit untuk diarahkan
misalnya suruh
duduk itu anaknya
itu maunya jalaaan
terus. Itu menurut
saya.
Menurut saya banyak
bergerak, kemudian
susah diatur,
kemudian tidak bisa
konsentrasi dalam
hal apa saja
misalnya dalam
belajar, kemudian
sering menggangu
ketenangan orang
lain, setiap kali
berbuat masalah
misalnya apa
megang temennya
nggak disengaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
tetapi itu hal yang
mungkin dari
temennya itu seperti
apa ya? Anak itu
nggak bisa diem
Yaa. . .
Ee mengganggu
ketenangan misalnya
dalam hal olahraga
ya ini karena saya
mengajar olahraga.
Anak-anak semuanya
sudah ee berbaris,
sudah mau mulai ee
pendahuluan materi,
sudah mau berdoa
tapi anak tersebut
masih lari-lari.
Setelah lari
kemudian apa, tau-
tau temennya itu
digoda dengan cara
meninju atau dengan
cara kakinya
ditendang.
Penanganan
Tingkah
Laku Anak
Beberapa hal
pernah saya coba
ee untuk selalu
mee. . . .selalu. . . .
Nyelelek ki boso
indonesiane. . .
Memusatkan
perhatiannya
kepada
pembelajaran
yang sedang
berlangsung
tetapi hanya
berlaku untuk
beberapa menit
saja selebihnya
pusat perhatian
mereka terpecah
Iya, hampir setiap
hari saya sewaktu
saya mengajar dia
selalu Marka itu
saya tangani
secara khusus
Jadi, eee ya apa
misalnya mau
belajar saya
selalu menyiapkan
kamu harus
perhatikan bahkan
secara klasikal
supaya dia
konsentrasi setiap
kali absen saya
selalu pakek
password, jadi
misalnya hari ini
Sampek saat ini
belum pernah
Iya belum pernah
Karena lebih apa
satu kelas itu kan
lebih perlu
penanganan
daripada hanya
menangani satu anak
ya mungkin kalo
untuk menangani ee
di luar jam pelajaran
itu ya misalnya kalo
pas ada masalah
gitu, tapi untuk
menangani khusus
belum pernah
Kalo saya cuma
mesennya eee mainan
tetapi yang tidak
membahayakan.
Hindari listrik,
hindari manjat kalo
saya justru
membiasakan kan
apapun yang bisa
diambil sendiri tidak
boleh minta tolong
harus diambil sendiri
kecuali harus manjat
atau harus colokin
listrik. Saya nggak
biarin memang
Marka harus misale
nyalain kompor atau
apa yang nuang air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dan susah untuk
konsentrasi
terhadap
pelajaran.
passwordnya “Ok
Bu!”, kalau
dipanggil
namanya “Ok
Bu!” jadi setiap
hari ganti, supaya
pada saat anak itu
dipanggil tapi
kalau dia nggak
konsentrasi
berarti njawabnya
salah. Kalau salah
pasti akan
ditertawakan oleh
temannya. Jadi
sebelum saya
absen saya
katakan
passwordnya hari
ini “Ok Bu!”.
Lain hari, hari ini
passwordnya
“Siap Ibu!”. Ya
itu sebetulnya
saya hanya ingin
mengajak Marka
khususnya supaya
latihan
konsentrasi, gitu.
Jadi cara apapun
saya tempuh
supaya dia ikut
gitu karena pada
awal-awalnya dia
nggak pernah
berhasil untuk
menjawab
panggilan saya.
Jadi pernah suatu
kali hanya itu
saya panggil
Marka dia jawab
“Ada bu” “lho
rak nggak tau to”
Ya, pernah misalnya
contohnya Marka itu
berkelahi, berkelahi
dengan temannya
kemudian saya apa
panggil anak
tersebut itupun kalo
dinasehati anak
tersebut itu maunya
menangnya sendiri
jadi nggak mau apa
ini masukan,
“kenapa kamu harus
berkelahi? Alesane
opo?” bilang gitu,
dia cuman “ha aku
cuman main-main
kok buk” jawab si
Marka. Lha itu lho
kayaknya itu
jawabannya itu
nggak, nggak apa ya.
Nggak cuman dibuat-
buat itu.
panas yang itu
bahaya saya memang
larang. Tapi kalo
saya membiasakan
kalo apapun yang
bisa diambil sendiri,
apapun yang bisa
dilakukan sendiri
harus lakukan sendiri
tidak boleh minta
tolong kecuali
kepepet. Sedang apa,
mungkin sedang
misalnya harus jalan
kakinya sakit atau
gimana itu beda.
Saya selalu biasain
gitu.
Kalo membatasi
tingkahnya justru
saya alihkan. Dia
susah kalo suruh
diem. Saya
mengalihkan dengan
hal kain, misalnya
saya lagi beresin
kamar “Dek bantuin
mama!” gitu, karena
memang harus
dialihkan nggak bisa
kalo langsung diem
nggak bisa dia, harus
dialihkan tapi untuk
hal yang misalnya ya
memang ada
manfaatnya daripada
dia lari-lari capek
sama-sama ini, saya
minta bantuannya dia
aja mau kok dia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Jadi berkali-kali
saya bilang “itu
kalau kamu nggak
konsentrasi,
makanya kalau
ibu ngomong
diperhatikan! Dan
kamu harus siap
itu, kamu
akibatnya
ditertawakan oleh
temen-temen kamu
kan? Karena
kamu lain. Beda.
Yang lain
mengatakan Ok
Ibu! Siap Ibu!
Kamu ada”
Gitu, salah satu
cara yang saya
tempuh sebelum
belajar melatih
konsentrasi
Yak itu
Emosi Emosi itu suatu
perasaan yang
timbul dari dalam
diri siswa
berdasarkan
perasaa....pengala
man yang mereka
alami ya mungkin
bisa sedih,
senang, marah,
dan lain-lainnya
Kalau anak
hiperaktif
biasanya
emosinya kadang-
kadang sih
meluap-leuap jadi
sulit untuk
dikendalikan.
Emosi itu ehem untuk
mengontrol, untuk
mengontrol apakah
dia itu bisa
mengendalikan apa
enggak gitu, tapi
batasan emosi itu
kok. . .
Emosi itu kalo
menurut saya itu
luapan perasaan
kayak termasuk sedih
itu juga emosi,
seneng itu juga
emosi, ee kalo
menurut saya itu sih
emosi itu luapan
perasaan. Jadi bukan
berarti emosi itu
marah-marah, bukan
itu luapan perasaan
menurut saya seperti
itu. Sedih itu juga
emosional kita, jadi
kita bagaimana
mengekspresikan
sedih kita, seneng
kita, marah kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
seperti apa gitu.
Kalo emosional itu ya
mungkin dari sikap,
dari ekspresi wajah.
Iya kliatan di situ.
Perkemban
gan Emosi
Perkembangan
emosi yaa
menurut saya itu
perkembangan
perasaan-
perasaan yang
kuat karena
berbagai kondisi
yang dialaminya.
Ee menurut saya
faktor yang
pertama itu
keadaan anak
disini lebih ke
fisik mungkin
anak tersebut
memiliki cacat
tubuh jadi dia
emm malu dia
tidak percaya diri
pada dirinya
sendiri, faktor
belajar ee dia
memiliki
kekurangan saat
belajar, konflik-
konflik dalam
perkembangan
pada berbagai
masalah-masalah
dalam dia
menjalani proses
perkembangan
yang harusnya dia
alami
Dan faktor
lingkungan
mungkin gaya
Oh begitu, emosi
yang berkembang
itu sebetulnya
emosi yang
perkembangannya
sesuai dengan ee
bertambahnya
umur. Semakin
bertambahnya
usia biasanya
emosinya semakin
matang,
terkendali, tidak
meledak-ledak
menurut saya lho.
Ee faktor
lingkungan, ee
faktor lingkungan
di rumah
lingkungan di
sekolah pergaulan
itu sangat
mempengaruhi
faktor emosional
anak
perkembangan
anak.
Menurut saya
perkembangan emosi
itu adalah dulunya
itu emosi itu belum
bisa di apa ya, masih
sering tidak bisa
terkontrol misalnya
untuk olahraga itu
kalo kalah tidak mau
mengakui
kekalahannya. Tapi
sekarang kalo sudah
di apa beritahukan
ke anak-anak bahwa
yang namanya
bermain itu mesti
ada menang dan
kalah kamu harus
bisa mengakui
kekalahan dan
kemenangan. Yang
menang jangan
sombong, yang kalah
jangan terus tidak
mau mengakui
kekalahannya. Harus
ee lapang dada.
Yaa kalo menurut
saya ya faktor
perkembangan emosi
tu yang jelas adalah
situasi kondisi di
kelas ya. Kemudian
lingkungan,
kemudian lingkungan
itu ya bisa di
lingkungan di
sekolah, bisa di
lingkungan rumah.
Kalo emosi yang
berkembang ya, kalo
menurut saya eee
bisa mengekspresikan
artinya ada luapan
perasaan ketika dia
sedih ya dia bisa
ekspresi sedih kalo
memang ada ekspresi
sedihnya. Kalo
misalnya dia lagi
seneng ya seperti apa
kelihatan.
Iya, mengendalikan
diri saat dia sedih
harus bagaimana,
saat dia seneng harus
bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
pengasuhan dari
orang tuanya
sendiri.
Yang pasti
emosinya
berkembang dari
yang kurang baik,
dari malu menjadi
percaya diri, dari
yang eee mudah
marah menjadi
lebih kalem, dari
yang susah untuk
berkonsentrasi
menjadi lebih
fokus
Berkembang
menjadi lebih
baik.
Mungkin kalo apa, di
rumah itu kan teman
bermain kemudian di
rumah sendiri dalam
keluarga itukan juga
berpengaruh sekali
untuk perkembangan
emosi. Kemudian
sosialisasi dengan
teman-temannya, ini
juga mempengaruhi
perkembangan emosi
Perbedaan
Perkemban
gan Emosi
Tidak
Karena ya itu
tadi, emosinya
kan berbeda-beda
jadi ya tetep aja
beda
perkembangannya
dengan anak-anak
yang lainnya.
Agak berbeda ya
Ho.oh
Bedanya ya itu
terkadang dia
masih meledak-
ledak, setau yang
pernah saya lihat
di kelas 2 ini
pernah ngamuk itu
dia.
Iya sampai teman-
temannya dikejar-
kejar.
Nggak sama, lebih
cepat berkembang
yang anak-anak
biasa dibandingkan
yang Marka itu
Tidak sama, beda.
Kalo Alvi itu ya
sampek dari mulai
TK sampek
sekarangpun saya
tidak pernah ya
mendengar yang
namanya Alvi itu
berantem sama
temennya itu nggak
pernah. Makanya
saya kalo sampe dia
berantem sama
temennya mesti ada
yang mulai karna
saya tau Alvi itu
orangnya bagaimana.
Sampek dia saking
terlalu hati-hatinya,
saking antengnya
kadang-kadang ada
temennya main dia
tidak ikut terlibat tapi
dia, seneng melihat
temennya main. Dia
ikut heboh tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
jarang dia ikut main
kalo Alvi. Jadi
sebenarnya Alvi itu
justru kalo ada
permainan yang seru-
seru itu justru sama
adeknya. Kalo nggak
sama adeknya dia
malah cenderung. .
.Bedanya jauh
Penanganan
Emosi
Ya saya selalu
berusaha untuk
menjadi walaupun
menjadi guru
tetep menjadi
keluarganya
sering memantau
apa yang dia
lakukan,
bagaimana
perkembangan
emosinya.
Ee mencari cara
agar apa sih yang
terbaik buat dia
supaya
kedepannya itu
menjadi lebih baik
dan bisa
mengontrol emosi
yang ada dalam
dirinya.
Mungkin lebih
pada pendekatan
secara pribadi
Ho.oh pendekatan
secara pribadi ee
saya lebih banyak
memberikan
pengarahan
“kalau kamu
seperti ini,
akibatnya seperti
ini. Kalau seperti
itu,
perkembangannya
eh hasilnya seperti
itu. Lha kamu
pilih!” saya
selalu, selalu mee.
. . .menyodorkan
pilihan pada anak.
“Kamu mau apa?
Kalau mau seperti
A nanti akibatnya
ini, kalau mau
seperti B
akibatnya dan
konsekuensinya
ini”
Jadi anak berpikir
“aku mau yang
mana ya?”
Yaa itu tadi, menurut
saya ya anak diberi
tanggung jawab dan
anak tersebut selalu
dikontrol maksudnya
selalu didampingi
dalam hal apa saja
baik itu dalam hal
pelajaran di kelas
maupun
pendampingan
khusus dalam
pelajaran di luar.
Kalo Marka saya
lebih cenderung lebih
baik kalo Marka
diajak ngomong baik-
baik. Dia tidak bisa
dikerasin anaknya.
Pada saat dia marah
kita bentak tambah
jadi.
Pelan, maksudnya
jadi harus pelan. Tapi
sebenernya Marka itu
anaknya asik. Justru
dia lebih banyak bisa
mengikuti aturan
daripada kakaknya.
Ikutin jam-jamnya
saya kasih jam, jam
segini harus begini
jam segini harus
begini. Dia itu malah
justru Marka itu bisa
mengikuti daripada
kakaknya. Kalo
kakaknya ada aja
alasannya.
Positifnya disitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
LAMPIRAN 3
PEMETAAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
LAMPIRAN 3.1
PEMETAAN
Guru Kelas
IIA
Ibu Siswa Guru
Olahraga
Guru Kelas
IA
Persepsi terhadap Anak Hiperaktif
Penanganan yang diberikan
Perkembangan Emosi Anak
Penanganan agar Emosi Anak Lebih Berkembang
Perilaku Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
LAMPIRAN 4
MEMO TERTULIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
LAMPIRAN 4.1
MEMO TERTULIS
Pada penelitian ini terdapat lima partisipan yaitu Marka, Bu Agni, Bu
Tamtam, Bu Enen, dan Bu Hati (Ibu Marka). Namun peneliti melakukan
wawancara hanya kepada guru dan orangtua saja. Marka tidak diminta informasi
oleh peneliti karena peneliti hanya ingin melihat persepsi guru dan orangtua
terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif. Sedangkan informasi yang didapat
dari orangtua hanya digunakan untuk menyeimbangkan informasi dari guru saja.
Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh persepsi guru mengenai
perkembangan emosi anak hiperaktif yang dalam hal ini adalah Marka. Persepsi
mereka terbentuk oleh pengamatan yang dilakukan sehari-hari selama kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas maupun saat di luar kelas. Menurut mereka anak
hiperaktif adalah anak yang memiliki tingkah laku yang berbeda dengan anak lain.
Perbedaan tingkah laku anak hiperaktif menurut mereka cenderung susah untuk
diajak berkonsentrasi, tidak dapat duduk diam, dan selalu bergerak.
Keempat partisipan mengungkapkan bahwa emosi adalah sebuah perasaan
yang muncul dari diri seseorang melalui pengalaman yang dialami. Mereka juga
mengungkapkan bahwa emosi yang berkembang adalah adanya pengendalian diri
dari diri sendiri pada saat emosi tersebut muncul. Maksudnya adalah pada saat
seseorang menunjukkan luapan perasaannya, pada saat itulah orang tersebut
memiliki pengendalian diri untuk mengontrol luapan perasaannya. Mereka juga
mengungkapkan perkembangan emosi setiap anak berbeda. Adanya perbedaan
perkembangan tersebut menimbulkan adanya persepsi pada setiap partisipan.
Guru mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan emosi diperlukan adanya
pendampingan khusus dan mencoba untuk memberikan tanggung jawab kepada
siswa agar emosi tersebut dapat berkembang meskipun secara perlahan.
Sedangkan orangtua mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan emosi anak,
diperlukan pendekatan khusus dari orangtua. Orangtua tentunya harus dapat
memahami anak sepenuhnya untuk memberikan penanganan yang tepat agar tidak
terjadi maltreatment yang akan berakibat pada sikap anak di masa depannya. Oleh
karena itu peran guru sebagai orangtua di sekolah dan orangtua siswa sangat
berpengaruh dalam pengembangan emosi siswa agar siswa mampu tumbuh dan
berkembang dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
LAMPIRAN 5
RIWAYAT PENELITI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
RIWAYAT PENELITI
Markus Andika Nurcahya, lahir di kota Bantul Yogyakarta
pada tanggal 23 April 1994. Peneliti telah menempuh
pendidikan formal yang dimulai dari tahun 1999-2001 di TK
Immaculata Ganjuran. Kemudian peneliti melanjutkan ke
jenjang Sekolah Dasar pada tahun 2001-2006 di SD
Kanisius Ganjuran. Setelah peneliti menyelesaikan pendidikan di jenjang Sekolah
Dasar, peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama yaitu SMP
N 3 Bantul pada tahun 2006-2009. Setelah peneliti lulus dari jenjang menengah
pertama, peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah atas yaitu SMA N
3 Bantul pada tahun 2009-2012. Setelah lulus dari jenjang menengah atas, peneliti
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi lagi di Universitas Sanata Dharma
dan terdaftar sebagai mahasiswa S1 pada program studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) dengan NIM 121134198. Selama peneliti menempuh pendidikan di
Universitas Sanata Dharma, peneliti pernah mengikuti kepanitiaan di sebuah acara
Fakultas yaitu Dekan Cup 2014 sebagai koordinator perlengkapan. Peneliti juga
telah menempuh berbagai kegiatan wajib tingkat Universitas, Fakultas, dan Prodi
seperti Inisiasi, PPKM I dan II, Weekend Moral, Diseminasi Hasil Magang Dosen,
dan masih banyak kegiatan lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI