persepsi dosen dan karyawan terhadap akhlak … · 2020. 4. 28. · dan anak kos 23 fm, dan juga...

83
PERSEPSI DOSEN DAN KARYAWAN TERHADAP AKHLAK MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN AR-RANIRY BANDA ACEH (Studi Deskriptif Analitis Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh) Skripsi DiajukanOleh : MAISARAH NIM : 421206702 Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) AR-RANIRY DARUSSALAM - BANDA ACEH 2017 M / 1436 H

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERSEPSI DOSEN DAN KARYAWAN TERHADAP AKHLAKMAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

    UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

    (Studi Deskriptif Analitis Pada Fakultas Dakwah dan KomunikasiUIN Ar-Raniry Banda Aceh)

    Skripsi

    DiajukanOleh :

    MAISARAHNIM : 421206702

    Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam

    FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) AR-RANIRY

    DARUSSALAM - BANDA ACEH2017 M / 1436 H

  • PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH / SKRIPSI

    Dengan ini saya:

    Nama : Maisarah

    Nim : 421206702

    Jenjang : Stara Satu (S-1)

    Jurusan/ Prodi : Bimbingan dan Konseling Islam

    Menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan

    untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan Tinggi dan sepanjang

    pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

    atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam

    naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika di kemuadian hari ada tuntutan

    dari pihak lain atas karya saya dan ternyata memang ditemukan bukti bahwa

    saya telah melanggar perrnyataan ini, maka saya siap menerima sanksi

    berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN AR-

    Raniry.

    Banda Aceh, 27 Juli 2017

    Yang Menyatakan

    Maisarah

    Nim. 421206702

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadiran Allah Swt yang

    telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis telah dapat

    menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Dosen dan Karyawan

    Terhadap Akhlak Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi”.

    Selawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Serta

    para sahabat, tabi’ tabi’in dan para ulama yang senantiasa berjalan dalam risalah-

    Nya, yang telah membimbing umat manusia dari alam kebodohan ke alam

    pembaharuan yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

    Dengan selesainya skripsi ini, tidak lupa peneliti ucapan terimakasih

    yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan

    dan arahan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Selanjutnya dengan rasa

    hormat dan kerendahan hati penulis sampaikan rasa terimakasih yang tak

    terhingga kepada Ayahanda Mazzam dan Ibunda tercinta Hamdiah (Almh),yang

    sudah melahirkan, membesarkan, mendidik dengan penuh kesabaran, keikhlasan

    dan tanpa pamrih sehingga penulis dapat menyelesaikan serta menghantarkan

    ananda ke sebuah cita-cita tak peduli keringat membasahi sekujur tubuhnya di

    bawah terik matahari dengan harapan dan do’a. Dan terima kasih juga Ayahanda

    dan ibunda tercinta yang telah memberi kepercayaan kepada Ananda untuk

    melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi hingga selesai, walaupun Ibunda

    harus pergi menghadap Ilahi Rabbi sebelum melihat ananda diwisudakan. Semoga

  • iii

    ketulusan dan rasa sayangmu kepada kami anak-anakmu diterima Allah Swt. dan

    ditempatkan ditempat yang paling mulia, Aamiin. Kepada kakak saya yang

    tercinta Umiati, Mawaddah, Aisyah (Almh), dan abang saya Mukhtaruddin,

    Muhammad, Muhammad Husein (Alm), serta kakak ipar saya Masyitah dan

    juga keponakan saya yang tersayang (Azira Ramadhana dan Mufazzal). Serta

    seluruh keluarga besar yang telah memberi dorongan semangat dan bantuan

    materil kepada saya sehingga telah dapat menyelesaikan Studi di Fakultas

    Dakwah dan Komunikasi.

    Rasa hormat dan ucapan terimakasih yang tak terhingga peneliti

    sampaikan kepada Bapak Drs. Umar Latif, MA selaku pembimbing pertama dan

    Ibu Ismiati, S.Ag., M. Si selaku pembimbing kedua, di mana kedua beliau dengan

    penuh ikhlas dan sungguh-sungguh telah memotivasi serta menyisihkan waktu

    serta pikiran untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam rangka

    penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai dengan terselasainya penulisan skripsi

    ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dekan Fakultas Dakwah dan

    Komunikasi UIN Ar-Raniry, Ketua Prodi BKI, Penasehat Akademik, serta seluruh

    staf pengajar dan pegawai Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah

    memberikan masukan dan bantuan yang sangat berharga bagi penulis sehingga

    penulis dengan semangat menyelesaikan skripsi ini.

    Terimakasih saya sebelumnya kepada kekasihku Irwanto Syahputra,

    A.Md, yang telah memberikan motivasi, waktu, dorongan, cinta dan kasih sayang

    kepadaku setulus hati. Dan tak lupa juga kepada sahabat dan kawan tercintaku

    peneliti ucapkan kepada Nurul Husna, S.Sos, Ainun Hayati, SH, Siti Merisa,

  • iv

    Mulia Rahmi, S.Sos, Fakhrina Sari, S.Sos, Anisah, S.Sos Fitroh Khalkoh,

    Fitri Mardianti S.Tp, Khairika Ikhawani, Widia Mariza, Hafsah Muliani,

    dan anak kos 23 FM, dan juga teman-teman Prodi Bimbingan Konseling, serta

    yang saling menguatkan dan saling memotivasi selama perkuliahan hingga

    terselesainya kuliah dan karya ilmiah ini.

    Semoga Allah Swt selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dengan

    balasan yang tiada tara kepada semua pihak yang telah membantu hingga

    terselesainya skripsi ini. Penulis hanya bisa mendo’akan semoga amal ibadahnya

    diterima oleh Allah Swt sebagai amal yang mulia.

    Di akhir tulisan ini, penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini

    masih sangat banyak kekurangannya. Penulis berharap penulisan skripsi ini

    bermanfaat terutama bagi peneliti sendiri dan juga kepada para pembaca semua.

    Maka kepada Allah jualah kita berserah diri dan meminta pertolongan, seraya

    memohon taufiq dan hidayah-Nya untuk kita semua. Amin Yarabbal Alamin.

    Banda Aceh,15 Juli 2017

    Penulis,

    Maisarah

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK . ........................................................................................................... iKATA PENGANTAR........................................................................................... iiDAFTAR ISI.......................................................................................................... viDAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vii

    BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1B. Rumusan Masalah........................................................................... 4C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5D. ManfaatPenelitian ........................................................................... 5E. DefenisiOperasional........................................................................ 6

    BAB II : LANDASAN TEORITIS.........................................................................10A. Tinjauan Umum Tentang Persepsi.................................................. 10

    1. Pengertian Persepsi. .................................................................. 102. Persepsi Dalam Pandangan Al-Qur’an. .................................... 123. Persepsi Dalam Pandangan Pskologi ........................................ 204. Pembentukan Persepsi. ............................................................. 215. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi. .......................... 24

    B. Tinjauan Umum Tentang Akhlak.................................................... 291. Pengertian Akhlak. .................................................................... 292. Macam-macam Akhlak. ............................................................ 333. Metode Pembinaan Akhlak ...................................................... .424. Manfaat Akhlak Mulia. ............................................................. .45

    BAB III : METODE PENELITIAN...................................................................... 47A. JenisPenelitian ................................................................................ 47B. Subjek Penelitian . .......................................................................... 48C. Lokasi Penelitian............................................................................... 48D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 49E. Teknik Analisis Data.........................................................................49

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 51A. Deskripsi Hasil Penelitian. .............................................................. 51B. Pembahasan. .................................................................................... 69

    BAB V : PENUTUP..............................................................................................72A. Kesimpulan . .................................................................................. 72B. Saran .............................................................................................. 73

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74LAMPIRAN............................................................................................................DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................

  • vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Keputusan Pembimbing / SK.

    Lampiran 2. Surat Izin dari Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi.

    Lampiran 3. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Fakultas

    Dakwah Dan Komunikasi Uin Ar-Raniry Banda Aceh.

    Lampiran 4. Pedoman Wawancara Penelitian.

    Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup.

  • i

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul “Persepsi Dosen dan Karyawan Terhadap AkhlakMahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh”.Penelitian ini menjelaskan tentang persepsi dosen dan karyawan terhadap akhlakmahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Penelitian ini memberikan jawaban tentang persepsi dosen dan karyawan terhadap akhlak mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh serta untuk mengetahui upaya dosen dan karyawan FakultasDakwah dan Komunikasi UIN ArRaniry Banda Aceh dalam menanggulangi akhlak mahasiswa yang menyimpang. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, metode penelitian yang digunakan yaitu melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Penelitian ini memberikan gambaran atau melukiskan hasil pengamatanyangdidapat dari lapangan dan akan dijelaskan dengankatakata. Sementaraitu, untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan jumlah responden lima orang dosen dan dua orang yang mewakili karyawan, yaitu Kasubbag Akademik dan Kasubbag TU Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN ArRaniry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsidosendankaryawanterhadap akhlak mahasiswa diFakultas Dakwah dan Komunikasi adalah berbeda-beda. Mulai dari yang biasasaja dan masih bisa ditoleril, dan ada juga sebagian yang menganggap sudahmelanggar peraturan. Hal tersebut terjadi karena setiap individu mempunyaikecenderungan untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan yangditerimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Meskipunberbeda persepsi dalam merespon peristiwa yang telah disebutkan di atas, akantetapi dalam menanggapi akhlak mahasiswa yang melanggar peraturan dan ajaranIslam, seluruhnya memiliki persepsi yang sama, yaitu sama-sama harus dicegah.Bagi mahasiswa yang melakukan pelanggaran tersebut, diberikan sanksi dengancara ditegur langsung, dipanggil dan diberikan nasehat serta penjelasan tentangdampak negatif yang akan terjadi sehingga mahasiswa tersebut tidak mengulangiperbuatan itu kembali.

  • BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Fakultas Dakwah dan Komunikasi merupakan fakultaske-empat setelah Fakultas

    Ushuluddin, fakultas ini memiliki 4 (empat) jurusan, yaitu KPI (Komunikasi dan Penyiaran

    Islam) yang mempelajari ilmu-ilmu jurnalistik, jurusan Bimbingan dan Konseling Islam

    (BKI) yang mempelajari konsep-konsep tentang konselor yang handal, dan manajemen

    Dakwah (DMD) yang mendalami tentang manajerial,dan yang terakhir adalah Pengembangan

    Masyarakat Islam (PMI) yang mempelajari tentang tatacara pengembangan masyarakat dan

    menjadi pekerja sosial yang Islam.

    Fakultas Dakwah dan Komunikasi seperti yang telah dikemukakan di atas merupakan

    salah satu fakultasyang ada di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry

    Darussalam Banda Aceh. Fakultas Dakwah dan Komunikasi merupakan suatu lembaga yang

    bertujuan mencetak sarjana dakwah yang ber-akhlaqul karimah, sarjana yang berpengetahuan

    dan mempunyai keahlian untuk menyampaikan dakwah dengan berbagai cara kepada umat.

    Kemajuan fakultas tidak hanya tergantung kepada profil fakultas tersebut, tetapi juga

    tergantung pada moral mahasiswa yang akan menjadi pertimbangan masyarakat dan penilaian

    yang baik untuk fakultas itu sendiri.1

    Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar sebagai mahasiswa di Perguruan

    Tinggi Agama Islam (PTAI). Semua mahasiswa yang masuk Perguruan Tinggi Agama

    Islamwajib mengikuti tata tertib yang merupakan aturan-aturan tentang hak, kewajiban, dan

    1Lihat: Panduan Program S-1 dan D-3 IAIN Ar-Raniry (Banda Aceh: 2012), hlm. 10.

  • pelanggaran serta sanksi bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam, semua mahasiswa

    memiliki hak dan kewajiban.

    Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh mahasiswaPerguruan Tinggi Agama Islam

    yaitupertama; menjunjung tinggi dan mengamalkan ajaran Islam dan memiliki akhlak mulia.

    Memelihara sarana dan prasarana serta menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan

    fakultas. Menjaga kewibawaan dan nama baik almamater. Kedua; menghormati sesama

    mahasiswa dan bersikap sopan terhadap pimpinan, dosen dan karyawan.

    Ketiga;memeliharahubungan sosial yang baik dalam kehidupan bermasyarakat di dalam dan

    di luar kampus. Keempat;berpakaiansopan, rapi, bersih dan menutup aurat terutama pada saat

    kuliah, ujian dan ketika berurusan dengan dosen, karyawan maupun pimpinan. Khusus bagi

    mahasiswi wajib berbusana muslimah sesuai dengan syari’at Islam. 2

    Banyak dari mahasiswa pergi ke kampus dengan menggunakan kaos oblong,

    memakai sandal, serta rambut yang acak-acakan. Sedangkan perempuan dengan baju yang

    tidak seluruhnya menutupi lengan, ketat, dan transparan. Semua itu sama sekali tidak

    mencerminkan mahasiswa intelektual yang berakhlaqul karimah seperti yang diharapkan

    dosen. Kenyataan yang terjadi saat ini ada sedikit perubahan sikap pada sebagian mahasiswa

    yaitu kurang menghormati dosen terlebih disaat dosen yang tidak pernah bertemu dalam

    proses belajar mengajar, perubahan sikap mahasiswa yang sering terjadi mahasiswa duduk

    berdua-duan berpegangan tangan dengan lawan jenis ketika ada dosen yang lewat tidak

    dipedulikan oleh mahasiswa tersebut, apalagi jika yang melihat perbuatan mahasiswa tersebut

    dosen yang tidak mengajar pada mata kuliahnya.

    2Peraturan Perguruan Tinggi Agama Islam, (Jakarta: 2007), hlm. 4-8.

  • Dosen adalah orang yang patut dihormati oleh mahasiswa karena dosen tidak hanya

    pada saat proses belajar mengajar berlangsung, tetapi dosen harus selalu dihormati kapan dan

    di mana saja mereka berada. Dalam setiap proses belajar mengajar dosen selalu memberikan

    nasehat kepada mahasiswa bagaimana cara bertingkah laku yang baik terhadap siapa saja

    karena dosen menginginkan agar mahasiswa dapat menjadi sarjana intelektual yang

    berakhlaqul karimah. Pandangan dan pengamatan yang dilakukan oleh dosen inilah yang

    menjadi skala ukur dalam penelitian skripsi ini.

    Persepsi merupakan pandangan dan pengamatan terhadap suatu objek. Secara lebih

    rinci persepsi dapat diartikan sebagai proses pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau

    hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

    Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli).3Bagaimana

    persepsi dosen terkait permasalahan akhlak mahasiswa, oleh sebab itu penulis melakukan

    observasi awal.

    Dari hasil observasi awal menunjukkan bahwa adanya perubahan tingkahlaku

    mahasiswa yang dapat dicontohkan dari segi pakaian baik laki-laki maupun perempuan, tidak

    mencerminkan sebagaimana mahasiswa lain pada umumnya yang pakaiannya rapi, sopan,

    tidak transparan, sehingga tidak menarik perhatian orang lain. Kemudian memakai kerudung

    yang sesuai dengan syari’at Islam, dan bagi yang laki-laki tidak memakai kaos oblong,

    rambut yang rapi serta mengenakan sepatu tidak mengenakan sandal.

    Penulismenemukanmasih ada sebagian mahasiswa khususnya di Fakultas Dakwah

    dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang masih memakai pakaian ketat atau

    membentuk tubuh, baju yang transparan, jilbab yang tipis sehingga rambutnya terlihat serta

    3Rosleny Marliany, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Ceria, 2009), hlm. 56.

  • menjadi pusat perhatian orang lain dan bagi yang laki-laki masih ada yang memakai pakaian

    kaos oblong serta rambut yang tidak rapi dan panjang. Dari latar belakang permasalahan di

    atas, penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti tentang bagaimana “Persepsi Dosen dan

    Karyawan Terhadap Akhlak Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-

    Raniry Banda Aceh”.

    B. RumusanMasalah

    Dari latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan

    penelitian sebagai berikut:

    1. Bagaimana persepsidosen dan karyawan terhadap akhlak mahasiswa Fakultas

    Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh?

    2. Bagaimana upaya dosen dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-

    Raniry Banda Aceh dalam menanggulangi akhlak mahasiswa yang menyimpang?

    C. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini

    bertujuan sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui persepsi dosen dan karyawan terhadap akhlakMahasiswa

    Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

    2. Untuk mengetahui upaya dosen dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

    dalam menanggulangi akhlak mahasiswa yang menyimpang.

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian skripsi ini adalah :

    1. Manfaat Teoritis

  • a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang persepsi dosen dan

    karyawan terhadap akhlak mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-

    Raniry Banda Aceh.

    b. Untuk fakultas dapat bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan dan

    menjadi bahan pertimbangan terhadap pengembangan bidang ilmu Konseling

    Islam yang dapat berguna di semua kalangan mahasiswa dan mahasiswi yang

    ingin melanjutkan penelitian.

    2. Secara Praktis

    a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru bagi kalangan pembaca,

    maupun bagi masyarakat umum mengenai bagaimana persepsi dosen dan

    karyawan terhadap akhlak mahasiswa di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

    b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyikapi berbagai

    permasalahan dikalangan masyarakat pada umumnya.

    3. Definisi Operasional

    Untukmenghindari dari kesalahpahaman pembaca dalam memahami isi dan arah

    pembahasan karya ilmiah ini, maka penulis melengkapi dengan penjelasan beberapa istilah

    yang terdapat dalam judul yaitu:

    1. Persepsi

    Secara etimologi kata persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu, perception atau

    bahasa latin perception; dari percipare yang artinya menerima atau mengambil sehingga

    persepsi merupakan sebuah proses yang mengetahui atau mengenali objek dan kejadian

  • objektif dengan bantuan indera.4 Sedangkan secara terminologi persepsi mengandung

    beberapa makna, hal ini tergantung pada pakar yang memberikan defenisi tentang persepsi

    tersebut. Desiderado yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa persepsi adalah

    pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan

    informasi dan menafsirkan pesan, sehingga persepsi dapat dikatakan sebagai stimuli indrawi

    (sensori stimuli).5Sedangkan menurut Bimo Walgito persepsi adalah pengorganisasian,

    penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga

    merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri.6 Persepsi yang dimaksudkan dalam

    penelitian ini adalah suatu pandangan dosen dan karyawan terhadap akhlak mahasiswa

    Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

    2. Akhlak

    Kata akhlak disadur dari bahasa Arab dengan kosa kata al-khulqyang berarti kejadian,

    budi pekerti dan tabiat dasar yang ada pada manusia. Setiap manusia dilahirkan dengan tabiat

    dasarnya yang dibawa dari Tuhan. Akhlak adalah potensi yang tertanam di dalam jiwa

    seseorang yang mampu mendorongnya berbuat (baik dan buruk) tanpa didahului oleh

    pertimbangan akal dan emosi. Maksudnya ialah perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan

    sehingga menjadi kepribadian.Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlaq, mendefinisikan

    akhlak dengan kebiasaan seseorang. Atau kecenderungan hati atas suatu perbuatan dan telah

    berulang kali dilakukan sehingga mudah mengerjakannya tanpa lebih dahulu banyak

    4J.P. Chaplin, KamusLengkapPsikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 358.

    5Jalaluddin Rahmat, PsikologiKomunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 2007), hlm. 51.

    6Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offsed, 2002), hlm. 53.

  • pertimbangan.7 Akhlak yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perilaku atau tindakan

    mahasiswa di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh menurut

    pandangan dosen dan karyawan.

    3. Dosen

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata dosen adalah pengajar pada perguruan

    tinggi.8Dosen yang dimaksudkan dalam penelitian di sini adalah tenaga pengajar yang ada di

    lingkungan Fakultas Dakwah dan KomunikasiUIN Ar-Raniry Banda Aceh yangtugas

    utamanya adalah mengajar dan mentransformasikan mengembangkan ilmu dibidangnya

    masing-masing.

    4. Karyawan

    Karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga, kantor, perusahaan dengan

    mendapat gaji atau upah pegawai pekerja.9 Adapun karyawan yang dimaksud dalam

    penelitian ini adalah petugas yang bekerja di lembaga khusus di lingkungan Fakultas Dakwah

    dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

    5. Mahasiswa

    7Rahman Ritonga, Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesesama Manusia, (Surabaya: Amelia, 2005),hlm. 7.

    8Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga (Jakarta: BalaiPustaka, 2003), hlm. 212.

    9Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar..., hlm. 393.

  • Mahasiswa adalah panggilan orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi disebuah

    universitas atau Perguruan Tinggi. Mahasiswa secara harfiyah berasal dari 2 kata yaitu

    “maha” dan “siswa”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maha memiliki arti sebuah

    bentuk terikat,10sementara siswa adalah pelajar.11Secara sederhana dapat diartikan bahwa

    mahasiswa adalah seorang murid yang mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi, dan

    setingkat lebih tinggi di atas Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan juga Sekolah Menengah

    Atas (SMA). Dengan demikian, mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    orang-orang yang telah selesai mengenyam pendidikan di bangku SMA dan sedang menjalani

    pendidikan lanjutan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

    10Ibid...,hlm. 730.

    11Ibid…, hlm. 1134.

  • BAB IILANDASAN TEORITIS

    A. Tinjauan Umum Tentang Persepsi

    1. Pengertian Persepsi

    Istilah persepsi merupakan istilah dari bahasa Inggris yakni dari kata perception yang

    berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti.1Rosleny Marliany

    mengemukakan bahwapersepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau

    hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

    pesan.Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli).2

    Dalam Ensiklopedia Umum,disebutkan bahwa persepsi adalah proses mental yang

    menghasilkan bayangan individu sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi

    pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera perabaan dan sebagainya,

    sehingga bayangan itu dapat disadari. Dalam redaksi laindijelaskan bahwa persepsi dianggap

    sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan

    pengamatan pengindraan.3Persepsi ini juga didefinisikan sebagai proses yang

    menggabungkan dan mengorganisir data indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan

    sedemikian rupa sehingga dapat menyadari keadaan di sekeliling termasuk sadar akan diri

    kita sendiri.4Dalam redaksi yang sama,Sarlito W. Sarwono dalam buku Pengantar Psikologi

    Umummenyebutkan bahwa persepsi adalah proses kategorisasi organisme untuk masukan

    1Bimo Walgito,Pengantar Psikologi Umum,(Yogyakarta: Andi offset, 2002), hlm. 13.

    2Rosleny Marliany, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Ceria, 2009), hlm. 56.

    3Ibid.,hlm. 57.

    4 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada MediaGroup, 2009), hlm. 110.

  • tertentu(objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon

    denganmenghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objekatau

    peristiwa. Proses menghubungkan ini adalah proses aktif dimana individuyang bersangkutan

    dengan sengaja mencari kategorisasi yang tepat, sehingga iadapat mengenali atau memberi

    arti kepada masukan tersebut. Dengan demikianpersepsi juga bersifat inferensial (mengambil

    kesimpulan)”.5

    Persepsi mencakup dua fungsi utama sistem persepsi yaitu lokalisasi atau menentukan

    letak suatu objek dan pengenalan atau menentukan jenis objek tersebut.Lokalisasi dan

    pengenalan dilakukan oleh daerah konteks yang berbeda. Penelitian persepsi juga mengurusi

    cara sistem perceptual mempertahankan bentuk objek tetap konstan walaupun citra objek di

    retina berubah. Permasalahan lain adalah cara kapasitas perceptual kita berkembang.6Dari

    penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pada dasarnya persepsi

    merupakan suatu pengamatan individu atau proses pemberian makna sebagai hasil

    pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan sebagainya melalui panca inderanya yang

    diperoleh dengan menyimpulkan informasi danpenafsiran pesan sehingga seseorang dapat

    memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya hal tersebut.

    2. Persepsi Dalam Pandangan Al-Qur’an

    Allah membekali manusia dan hewan berbagai kemampuan dan fungsi yang

    diperlukan untuk hidup dan kelestariannya.Selain dorongan dan emosi, juga dibekali dengan

    pancaindera yang sangat penting bagi kehidupannya. Dengan adanya pancaindera dapat

    menghindari bahaya dan mendapatkan apa yang berguna bagi mereka.Persepsi kita terhadap

    5Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012) hlm.112.

    6 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 469.

  • alam sekitar terjadi melalui pancaindera luar, yaitu indera penglihatan (mata), pendengaran

    (telinga), penciuman (hidung), perasa (lidah), dan indera peraba (kulit). Adapun persepsi

    terhadap apa yang terjadi pada tubuh melalui indera dalam misalnya, saat kejadian

    ketidakseimbangan organik dan kimiawi seperti lapar dan haus akan mendorong kita untuk

    memenuhi kebutuhan itu dan mengembalikannya pada kondisi semula.7

    Persepsi pancaindera merupakan suatu fungsi yang dimiliki manusia dan

    hewan.Hanya saja Allah memberi kekhususan kepada manusia dengan diberi akal.Dengan

    akal, manusia dapat meningkatkan persepsinya dan memikirkan sesuatu yang abstrak seperti

    kebaikan-kejahatan, keutamaan-kehinaan, kebenaran-kebatilan dan sebagainya.Dengan akal

    pula manusia bisa menyimpulkan konsep-konsep umum dari pengamatan dan

    pengalaman.Dengan akalnya manusia mampu menyimpulkan keindahan alam yang

    dilihatnya tentang adanya Allah Yang Maha Pencipta dan Kekuasaan-Nya. Dalam Al-Qur’an,

    surah Al-Fushilat ayat 53, Allah berfirman :

    óΟÎγƒ Îã∴y™$ uΖÏF≈ tƒ#u’Îû É−$sùFψ$# þ’ Îû uρöΝÍκŦ àΡr&4 ®L ym ẗ t7oKtƒ öΝßγ s9 çµ ¯Ρr& ‘,ptø: $#3öΝs9 uρr& É# õ3tƒ y7 În/tÎ/… çµ̄Ρr&4’ n? tãÈe≅ä.& ó x«î‰‹Íκy

    −∩∈⊂∪

    Artinya:“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Kami disegenap

    penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-

    Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah bagi kamu bahwa Tuhanmu menjadi

    saksi atas segala sesuatu?”.(QS. Al-Fushilat: 53).8

    Ayat di atas menerangkan bahwa cukuplah Allah sebagai saksi atas perbuatan dan

    ucapan hamba-hamba-Nya. Dia adalah sebagai saksi bahwa apa yang disampaikan oleh

    7 Muhammad Ustman Najati, Psikologi Qurani Dari Jiwa Hingga Ilmu Laduni, (Bandung: Marja,2010), hlm. 108.

    8 Kementerian AgamaRI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2013),hlm. 482

  • Muhammad itu adalah benar dari sisi-Nya.9Maksud penafsiran tersebut adalah segala

    perbuatan dan tingkah laku manusia disaksikan oleh Allah.Oleh karena itu, Allah

    mengkaruniai akal pikiran agar manusia berpikir sentiasa menggunakan seluruh tubuh badan

    yang diberikan oleh Allah termasuk seluruh pancaindra dalam melakukan amal kebaikan.

    Hanya saja kemampuan akal manusia terbatas dan pemikirannya pun bisa keliru,

    karena terkadang terjadi kondisi tertentu yang menghalangi manusia untuk berpikir benar

    sehingga ia membutuhkan orang yang bisa membimbing, mengarahkan dan mengajarinya.

    Untuk itu, Allah mengutus para Nabi dan Rasul serta menurunkan kitab-kitab suci-Nya guna

    membimbing dan mengarahkan manusia ke jalan yang benar, hal ini sejalan dengan firman

    Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 151 yang bunyinya :

    !$ yϑx.$ uΖù=y™ö‘r& öΝà6‹ÏùZωθ ß™u‘ öΝà6ΖÏiΒ(#θ è=÷Gtƒ öΝä3ø‹ n=tæ$ oΨÏG≈ tƒ#u öΝà6ŠÏj.t“ ムuρãΝà6 ßϑÏk=yè ムuρ|=≈tGÅ3ø9 $#sπ yϑò6 Ïtø: $#uρ

    Νä3ßϑÏk=yè ムuρ$ ¨Β öΝs9 (#θçΡθ ä3s?tβθ ßϑn=÷è s?∩⊇∈⊇∪

    Artinya: “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang rasul (Muhammad) dari

    kalanagan kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu

    mengajarkan kepadamu kitab Al-Qur’an dan Hikmah (Sunnah) serta mengajarkan

    apa yang belum kamu ketahui”.(QS. Al-Baqarah: 151).10

    Tafsiran ayat di atas adalah, Allah mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya yang

    beriman atas nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa diutusnya

    Rasulullah Muhammad yang membacakan ayat-ayat-Nya yang jelas kepada mereka,

    menyucikan dan membersihkan mereka dari berbagai macam kotoran dan kehinaan,

    mengeluarkan mereka dari kemusyrikan kepada ketauhidan, mengajari mereka Al-kitab (Al-

    Qur’an) dan hikmah (As-Sunnah) serta mengajari mereka apa yang belum mereka ketahui

    9 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani, 2000),hlm. 220.

    10 Kementerian AgamaRI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hlm. 23.

  • setelah sebelumnya mereka berada dalam kebodohan kaum jahiliyah dan tutur kata yang

    dungu.11

    Dengan demikian pancaindera dan akal adalah dua sarana yang membantu manusia

    untuk mengamati dan memahami.Hanya saja ada hal-hal yang tidak bisa dipahami dengan

    menggunakan pancaindera dan akalnya yaitu pengetahuan tentang hal-hal ghaib.Karena itu,

    pengetahuan tentang hal ini harus didapatkan dari Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya

    atau melalui ilham yang diberikan Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya.

    Persepsi adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi

    peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang

    diberikan amanah kekhalifan diberikan berbagai macam keistimewaan yang salah satunya

    adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks dibandingkan dengan

    makhluk Allah lainnya. Dalam bahasa Al-Qur’an beberapa proses dan fungsi persepsi

    dimulai dari proses penciptaan. Dalam surah Al-Mu’minuun ayat 12-14, Allah berfirman:

    ô‰s)s9 uρ$ oΨø)n=yzz≈ |¡ΣM}$# ÏΒ 7's#≈ n=ß™ÏiΒ &ÏÛ∩⊇⊄∪ §ΝèOçµ≈oΨù=yè y_ Zπ xôÜ çΡ’ Îû9‘#t s%&Å3̈Β∩⊇⊂∪¢Ο èO$uΖø)n=yzsπ xôÜ‘Ζ9 $# Zπ s)n=tæ$ u

    Ζø)n=y‚ sùsπ s)n=yè ø9 $# Zπ tóôÒ ãΒ$ uΖø)n=y‚ sùsπ tó ôÒßϑø9 $#$ Vϑ≈ sà Ïã$ tΡöθ |¡ s3sùzΟ≈ sàÏè ø9 $#$ Vϑøtm: ¢Ο èOçµ≈tΡù' t±Σ r&$ ¸)ù=yztyz#u 4x8u‘$ t7 tF sùª

    !$# ß |¡ ômr& tÉ)Î=≈ sƒø: $#∩⊇⊆∪

    Artinya: “Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari daripati tanah. Kemudian

    Kami menjadikannya air mani dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air

    mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat lalu sesuatu yang melekat itu kami

    jadikan tulang-berulang lalu tulan berulang itu kami bungkus dengan daging.

    Kemudian kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Maha suci Allah

    pencipta yang paling baik.(QS. Al-Mu’minuun: 12-14).12

    11Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir..., hlm. 252.

    12 Kementerian AgamaRI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hlm. 342.

  • Ayat di atas menerangkan bahwa manusia dijadikan melalui sebuah proses yang unik

    agar manusia mengetahui bahwa manusia adalah makhluk yang paling istimewa dibanding

    dengan makhluk-makhluk lainnya. Dalam ayat lain ada diterangkan tentang persepsi yaitu

    dalam surah Al-An’am ayat 7, Allah berfirman:

    öθ s9 uρ$ uΖø9 ¨“tΡy7 ø‹ n=tã$Y7≈ tF Ï.’Îû

  • Terjadinya persepsi seseorang manusia terhadap sesuatu perkara melalui pancaindera

    yang diberikan oleh Allah kepada manusia.Persepsi itu boleh terjadi di dalam pancaindera.

    Ketika seorang bayi baru dilahirkan, ia tidak dapat mengetahui sesuatu pun. Baru ketika

    pancainderanya mulai berfungsi, ia mulai terpengaruh oleh berbagai dampak eksternal yang

    menimbulkan berbagai perasaan yang menjadi dasar pembentukan persepsi dan

    pengetahuannya mengenai dunia luar. Dalam surah An-Nahl ayat 78 Allah berfirman:

    ª!$#uρΝä3y_ t ÷zr& .ÏiΒ ÈβθäÜ ç/ öΝä3ÏF≈ yγ ¨Βé& Ÿω šχθßϑn=÷è s?$ \↔ø‹ x©Ÿ≅ yè y_uρãΝä3s9 yìôϑ¡¡9 $#t≈ |Á ö/ F{ $#uρnοy‰Ï↔øùF{ $#uρ öΝä3ª=yè s9 š

    χρãä3ô± s?∩∠∇∪

    Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahuisesuatu pun dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani agarkamu bersyukur”.(QS. An-Nahl: 78).16

    Sebagaimana yang disebutkan di atas tentang pendengaran, penglihatan dan hati serta

    akal fikiran untuk manusia agar dengan pendengaran itu manusia bisa menerima suara,

    dengan penglihatan itu manusia bisa untuk menangkap kesan objek yang dilihat, dan af-idah

    yakni akal dengan hati sebagai sentral yaitu pusatnya.Melalui akal, seseorang dapat

    membedakan antara sesuatu yang bermanfaat dengan sesuatu yang mudharat (berbahaya).17

    Dalam ayat tersebut juga Allah menyebutkan dua indera yang sangat penting yaitu

    pendengaran dan penglihatan. Penyebutan keduanya secara khusus menunjukkan pentingnya

    kedua indera itu dalam proses persepsi (pengamatan) pancaindera serta peran indera lainnya

    secara umum. Ini merupakan salah satu kekhususan gaya bahasa Al-Qur’an yaitu

    16 Kementerian AgamaRI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hlm. 275.

    17 Sayikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid Lima, (Jakarta: PustakaIbnu Katsir, 2006), hlm. 275.

  • menggunakan ungkapan singkat dan padat. Al-Qur’an cukup memberikan petunjuk tentang

    berbagai realitas yang mendasar dan umum serta tidak terperinci.

    Hal ini merupakan suatu kewajaran karena Al-Qur’an bukanlah buku ilmu

    pengetahuan melainkan kitab petunjuk.Untuk menunjukkan nikmat Allah kepada manusia

    berupa pancaindera Al-Qur’an cukup menyebutkan dua diantaranya yaitu pendengaran dan

    penglihatan.Al-Qur’an dalam banyak ayatnya menyebutkan indera pendengaran sebelum

    penglihatan disebabkan berbagai pertimbangan yaitu :

    a. Dalam proses pengamatan, belajar dan memperoleh pengetahuan, pendengaran lebih

    penting daripada penglihatan. Contohnya, orang yang kehilangan penglihatannya

    (tunanetra) masih sanggup belajar bahasa dan pengetahuan lainnya. Hal ini tidak bisa

    dilakukan oleh orang yang hilang pendengarannya (tunarungu). Diantara hal yang

    menunjukkan pentingnya pendengaran dalam proses pengamatan dan belajar bahasa

    sebagai sarana untuk berpikir dan memperoleh pengetahuan adalah bahwa Al-Qur’an

    menyebutkan pendengaran bersamaan dengan akal.

    b. Indera pendengaran berfungsi langsung setelah kelahiran seseorang. Begitu seorang

    bayi dilahirkan, ia langsung bisa mendengar. Sementara untuk dapat melihat dengan

    jelas ia memerlukan waktu beberapa lama.

    c. Indera pendengaran melakukan fungsinya setiap saat tanpa henti, sedangkan

    penglihatan terkadang bisa berhenti, yaitu saat terpejam atau tidur. Suara yang keras

    dapat membangunkan orang yang tidur. Karena itu, dalam kisah Ashabul Kahfi

    disebutkan bahwa Allah menutup telinga mereka sehingga tertidur pulas, dan tidak

    terbangunkan oleh suara apapun. Dalam surah Al-Kahfi ayat 11 yang berbunyi :

    $ oΨö/u|Øsù#’ n? tãöΝÎγ ÏΡ#sŒ#u’Îû É#ôγ s3ø9 $# šÏΖÅ™# YŠ y‰tã∩⊇⊇∪

  • Artinya: “Maka kami tutup telinga mereka di dalam gua itu selama beberapa

    tahun”.(QS. Al-Kahfi: 11).18

    d. Indera pendengaraan berfungsi setiap saat baik dalam keadaan gelap maupun terang.

    Tidak demikian dengan indera penglihatan yang hanya berfungsi dalam keadaan

    terang.19

    Berdasarkan uraian dan ayat-ayat Al-Qur’an di atas, persepsi ada juaga dinyatakan

    dalam Al-Qur’an secara terperinci.Persepsi merupakan penghubung antara akal fikiran dan

    tingkah laku manusia seperti yang dijelaskan ayat di atas.Hal ini karena, Islam ingin

    menganjarkan pada umatnya agar senantiasa berhati-hati dalam melakukan sesuatu

    perkara.Jangan hanya menjadi umat yang taklid buta yaitu melakukan sesuatu perkara tanpa

    berfikir terlebih dahulu. Persepsi atau bahasa yang disebut didalam Al-Qur’an adalah panca

    indra, harus dijaga dengan baik. Jika tidak jaga dengan baik, maka ia mempengaruhi tingkah

    laku seseorang manusia itu.

    3. Persepsi Dalam Pandangan Psikologi

    Manusia sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk individual, di mana terdapat

    perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan inilah yang

    antara lain menyebabkan seseorang menyenangi suatu objek, sedangkan orang lain tidak

    senang bahkan membenci objek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu

    menanggapi objek tersebut dengan persepsinya.Kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah

    laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.

    18 Kementerian AgamaRI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hlm. 294.

    19 Muhammad Utsman Najati, Psikologi Qurani Dari Jiwa Hingga Ilmu Laduni, (Bandung: PenerbitMarja, 2010), hlm.111.

  • Dalam psikologi kontemporer persepsi adalah suatu variabel campur tangan yang

    tergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, suasana hati dan faktor-faktor

    motivasi.20

    Bimo Walgito menjelaskan tentang persepsi dalam psikologi adalah suatu proses yang

    dilalui oleh pengindraan. Pengindraan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh

    individu melalui alat penerima yaitu alat indra, namun proses tersebut tidak berhenti disitu

    saja. Umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf dan proses selanjutnya merupakan

    proses persepsi karena itu, proses persepsi tidak terlepas dari proses pengindraan dan proses

    pengindraan merupakan hal yang mendahului terjadinya persepsi. Proses pengindraan terjadi

    di setiap saat yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui

    alat indra. Alat indra merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.21Jadi,

    persepsi dalam pandangan psikologi adalah tingkah laku sangat dipengaruhi oleh persepsi

    seseorang.Hal ini tergantung bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu perkara itu. Oleh

    sebab itu, setiap manusia itu mempunyai tingkah laku yang berbeda antara satu dengan yang

    lain.

    4. Pembentukan Persepsi

    Manusia hidup sekaligus berinteraksi dengan lingkungannya, dengan demikian

    manusia tanggap terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan.Salah satu bentuk dari

    tanggapan itu adalah berupa proses pemberian arti atau penafsiran terhadap berbagai objek

    yang ada. Proses pemberian arti tersebut dinamakan persepsi. Manusia merupakan makhluk

    sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan, manusia atau individu lainnya dengan

    20 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2005), hlm. 51.

    21 Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Andi Offset, 1978), hlm. 53.

  • menggunakan alat indera.Indera tersebut akan dipergunakan untuk berhadapan atau

    berhubungan dengansuatu objek atau peristiwa. Proses interaksi itu terjadi karena ada

    stimulus yangtertangkap panca indera, yang kemudian akan menimbulkan respon pada

    individutersebut. Dengan adanya stimulus tersebut, individu akan memberikan makna

    terhadap objek atau peristiwa. Proses pemberian makna ini dapat disebutkandengan proses

    mempersepsi.22

    Sementara Santhy Handayani menyebutkan bahwa persepsi pada dasarnya hanya akan

    terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul

    setelah adanya pengamatan terhadap objek.23Setiap individu mempunyai kecenderungan

    untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan yang diterimanya dengan pengetahuan

    dan pengalaman yang dimilikinya, yang kemudian individu tersebut memberikan tanggapan

    terhadap rangsangan yang diterimanya itu.Kemampuan individu dalam memberikan respon

    terhadap rangsangan yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsi. Seperti Moh.

    Surya yang mengemukakan bahwa persepsi adalah proses penerimaan, penafsiran dan

    pemberian arti terhadap perangsang yang diterima individu melalui alat indera.24

    Sementara dalam Mc. Croskey dan Whelness menyebutkan ada empat tahapan

    persepsi :

    a. Penerimaan pesan atau informasi dari luar.

    b. Memberikan kode pada informasi yang diindera.

    c. Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut.

    22Bimo Walgito, Psikologi Sosial,.,.hlm. 55.

    23 Santhy Handayani, Hubungan Tenaga Kinerja Guru PPl dengan Motivasi Belajar Siswa Tingkat 1SMKN 5 Bandung, (Bandung, Skripsi yang Tidak Dipublikasikan, 2005), hlm. 8.

    24Moh. Surya, Diklat Pengantar Metodologi Penelitian Reference No. 2, (Bandung: FIP IKIP, 1981),hlm. 41.

  • d. Menyimpulkan arti dalam ingatan.25

    Selanjutnya Mar’atmenggambarkan proses terjadinnya persepsi adalah sebagai

    berikut:26

    Bila dilihat dari bagan yang telah dibuat, terlihat bahwa persepsi merupakan aspek

    kognisi dari sikap. Faktor pengalaman dan proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk

    serta struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan

    arti terhadap objek psikologi tersebut.Melalui komponen kognisi akan timbul ide, kemudian

    konsep mengenai apa yang di lihat. Kemudian berdasarkan norma yang dimiliki pribadi

    seseorang, akan terjadi keyakinan yang berbeda terhadap objek tertentu.27

    Persyaratan-persyaratan persepsi ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli, pada

    dasarnya memiliki arti yang sama. Berdasarkan dari beberapa para ahli tersebut,dapatpenulis

    tarik kesimpulan bahwa syarat-syarat terjadinya persepsi adalah :

    a. Adanya objek fisik, dimaksudkan yaitu objek tersebut dapat dirasakan, dicium, diraba,

    didengar sehingga menimbulkan stimulus.

    b. Syarat fisiologis, dimaksudkan adanya tiga faktor dominan yaitu adanya alat indera,

    saraf sensorik dan otak.

    c. Syarat psikologis, dimaksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga dapat

    menyadari apa yang diterima.

    26Mar’at, Sikap Manusia: Perubahan Serta Pengukurannya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987), hlm. 20.

    27Ibid.,hlm. 21.

  • 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

    Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh beberapa

    faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal.Faktor internal merupakan

    faktor yang berkenaan dengan keberadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor

    eksternal adalah faktor pengaruh yang diakibatkan oleh keberadaan rangsangan

    tersebut. Jalaludin Rakhmat dengan rinci mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

    a. Faktor yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman,motivasi,

    perhatian, emosi dan suasana hati.

    b. Faktor yang bersifat struktural diantaranya intensitas rangsangan, ukuranrangsangan,

    perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan.

    c. Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut olehindividu.28

    Pendapat serupa dikemukakan oleh Sarlito W. Sarwonoyang mengemukakan bahwa

    faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :

    a. Kuat lemahnya rangsangan, yang ditemukan oleh kejelasan, pengulangangerak,

    ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat pula kerja indera.

    b. Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan lancarnya proses terjadinya

    persepsi.

    c. Kadar intensitas kebutuhan, besarnya perhatian, kebutuhan dan kesiapan yangdimiliki

    individu menyebabkan terjadinya persepsi.

    d. Pengalaman individu tentang stimulus atau rangsangan yang bersangkutan.29

    28 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Roda Karya, 1999), hlm. 55-56.

    29Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 97.

  • Dalam redaksi lain disebutkan bahwa diantara faktor-faktor yang mempengaruhi

    persepsi yaitu:30

    a. Kebutuhan psikologis

    Kebutuhan psikologis seseorang yang mempengaruhi persepsinya.Kadang-kadang ada

    hal yang kelihatan (yang sebenarnya tidak ada), karena kebutuhan psikologis. Seseorang yang

    haus biasa melihat air di banyak tempat, fatamorgana seperti itu biasa sekali terjadi di padang

    pasir. Jika orang-orang kehilangan hal tertentu yang dibutuhkan, mereka lebih sering melihat

    barang itu.

    b. Latar belakang

    Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi. Orang-orang

    dengan latar belakang tertentu mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama.

    Mereka mengikuti dimensi tertentu yang serupa dengan mereka. Seseorang yang mengalami

    pendidikan dalam suatu institute manajemen misalnya, lebih mendekati seseorang yang

    mempunyai pendidikan yang serupa, jika ia masuk organisasi dan berjumpa dengan dia.

    c. Pengalaman

    Di antara hal yang serupa dengan latar belakang ialah faktor pengalaman.Pengalaman

    mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal dan gejala-gejala yang

    mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman

    buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu mungkin akan menyeleksi orang-orang ini

    untuk jenis persepsi tertentu.Sebagai contoh, seseorang yang mempunyai pengalaman buruk

    dengan orang-orang yang mempunyai bahasa ibu tertentu mungkin akan cepat mengenali

    orang-orang termasuk kelompok itu, kendati dalam lingkungan lain. Mungkin mereka lebih

    30Ibid., hlm. 103.

  • cepat menarik perhatiannya karena persepsi yang kurang baik itu. Hal yang sama berlaku

    untuk pengalaman yang menyenangkan. Misalnya, mereka yang mempunyai pengalaman

    lama bekerja di bidang pemasaran, mungkin akan tertarik kepada seseorang jika mereka

    melihat adanya sifat kewiraniagaan padanya.

    d. Perhatian yang selektif

    Pada setiap saat ada ratusan, mungkin ribuan rangsangan yang tertangkap oleh semua

    indra kita. Tentunya, kita tidak mampu menyerap seluruh rangsangan yang ada di sekitar

    sekaligus. Hal ini Karena keterbatasan daya serap dari persepsi, maka kita terpaksa kita hanya

    bisa memusatkan perhatian pada satu atau dua objek saja.Contohnya, ketika makan pagi,

    seorang suami membaca koran pagi sambil makan nasi gorengnya perlahan-lahan.

    Perhatiannya hanya terfokus kepada koran dan nasi gorengnya itu saja sehingga ketika

    istrinya memanggil sampai dua kali dia tidak mendengar. Sementara itu, sang istri sambil

    menyiapkan bekal untuk suaminya, melihat jam dan melihat bahwa sudah saatnya suaminya

    pergi ke kantor, maka dia panggillah suaminya untuk mengingatkan, karena tidak juga

    mendengar, maka pada panggilan ketiga, istri berteriak dan barulah suaminya mendengar.

    e. Set

    Set (mentalset) adalah kesiapan mental seseorang untuk menghadapi sesuatu

    rangsangan yang akan timbul dengan cara tertentu. Misalnya, seorang atlet pelari yang siap di

    garis permulaan mempunyai set bahwa beberapa detik lagi akan terdengar bunyi pistol saat di

    mana ia harus mulai berlari. Terlambatnya atau batalnya bunyi pistol, bisa membuat atlet

    tersebut kebingugan karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengaruh mental set ini

    tampak seperti hal yang mudah dan semua orang pun tahu.Tetapi hal itu justru dilupakan jika

    sedang ada masalah serius.

    f. Nilai dan kebutuhan individu

  • Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya

    dibanding seorang bukan seniman.Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dari

    golongan ekonomi rendah melihat koin besar dari pada anak-anak orang kaya.

    g. Sikap dan kepercayaan umum

    Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi. Orang-orang yang

    mempunyai sikap tertentu terhadap karyawan wanita atau karyawan yang termasuk kelompok

    bahasa tertentu besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperlihatkan

    oleh orang lain.

    h. Penerimaan diri

    Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Beberapa

    telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih

    cepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realistis dirinya. Di

    antara yang terakhir ini cenderung untuk mengurangi kecermatan persepsi.Implikasi dari

    fakta ini ialah kecermatan persepsi dapat ditingkatkan dengan membantu orang-orang untuk

    lebih menerima diri mereka sendiri.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor

    rangsangan yang datang dari objek maupun peristiwa, dan faktor individu yang bersangkutan

    dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat diasumsikan dari persepsi ini bahwa

    individuakan menyimpulkan pendapat dan kesan berupa senang atau tidak senangnya, baik

    ataupun buruk dan adanya kesiapan untuk menerima ataupun menolak rangsangan yang

    diterimanya.

  • Selain itu, terdapat pula faktor-faktor penyebab kesalahan dalam persepsi adalah

    sebagai berikut:31

    a. Informasi yang kurang cukup. Faktor ini merupakan penyebab utama dalam kesalahan

    menafsirkan pesan.

    b. Stereotype, yaitu merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat

    objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu.

    c. Kesalahan dalam logika, kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita mempunyai

    pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila seseorang memperlihatkan

    sifat-sifat serius, tidak pernah humor, kemudiankita beranggapan bahwa orang

    tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akanmenjadi penyebab kesalahan persepsi.

    d. Hallo effect dan devil effect, dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika suatu objek

    atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut akan menambahkan

    dengan ciri-ciri tertentu pula.

    B. Tinjauan Umum Tentang Akhlak

    1. Pengertian Akhlak

    Kata akhlak dalam kamus bahasa Arab yaitu Secara.(اخالق ج الخلق) etimologis

    berasal dari kata khuluq, jamaknya akhlak, yang berarti budi pekerti, sopan santun, tabiat, dan

    kebiasaan baik.Sedangkan kata khuluq, yang berakar pada kha-la-qa yang mengandung arti

    kejadian atau fitrah atau manusia dalam penciptaannya.32Dilihat dari segi terminologi, akhlak

    ialah keadaan gerak jiwa yangmendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa

    melaluipertimbangan pemikiran terlebih dahulu. Ilmu akhlak adalah ilmu yangmenentukan

    31Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum,, hlm. 105.

    32Abd. Gani Isa, Akhlak Perspektif Al-Qur’an, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2012), hlm. 9.

  • batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentangperkataan atau perbuatan manusia,

    lahir dan batin.33

    Menurut Ibn Maskawaih dan Al-Ghazali yang dikutip oleh Hamdani Bakran Adz-

    Dzaky menyebutkan bahwa akhlak adalah suatu sifat dalam jiwa yang mendorong seseorang

    berbuat dengan tidak melalui proses berfikir.34Sedangkan menurut M. Abdullah Darraz yang

    dikutip oleh Hamdani Bakran Adz-Dzaky akhlak merupakan sesuatu kekuatan dalam

    kehendak yang mantap.35Adapun pendapat lain yang menyatakan bahwa akhlak adalah suatu

    keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan

    dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian.Akhlak atau

    tingkah laku merupakan ekspresi dari kondisi mental spiritual yang muncul dan hadir secara

    spontan dan otomatis, dan tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa.36Akhlak juga merupakan

    kehendak yang dibiasakan dan kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang itulah dinamakan

    akhlak.37

    Akhlak menurut pandangan sarjana Islam adalah berkaitan secara langsung dengan

    unsur dalam, yaitu yang diistilahkan sebagai diri atau jiwa manusia.Secara ringkas, akhlak

    adalah suatu kebiasaan yang dimaksud dan dikehendaki oleh individu dalam kehidupan

    sehari-hari yang kemudian memilih kebiasaan tersebut untuk diamalkan yang mengarah

    33 Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: BumiAksara , 2004), hlm.289-307.

    34Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi Konseling Islam, hlm.., 242.

    35Ibid., hlm. 243.

    36Ibid., hlm. 244.

    37Abd.Gani Isa, Akhlak Perspektif Al-Qur’an…, hlm. 10.

  • kepada kebaikan atau keburukan dengan tujuan untuk mencapai kebahagian.38Akhlak juga

    merupakan rahasia kehidupan yang menghantarkan kesuksesan para Nabi dan Rasul-rasul

    Allah dalam mengembangkan tugas, fungsi dan risalahnya. Menurut Mohammad Natsir yang

    dikutip oleh Alil Amri Syafri, akhlak ibarat tarikan magnet (besi berani) yang dapat menarik

    apa saja yang bersifat logam, yang bermutu tinggi atau rendah.39

    Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan,

    sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru

    mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu.Menanamkan sopan santun memerlukan

    pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan

    sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.40

    Akhlak boleh juga diartikan sebagai merangkumi segala aspek yang dimiliki oleh

    seseorang, termasuk sifat perolehan yang terdapat dalam diri melalui latihan, pendidikan dan

    lain sebagainya yang berupa tabiat. Akhlak juga dipahami sebagai segala prinsip dan dasar

    atau kaedah yang ditentukan oleh wahyu untuk mengatur tingkah laku.41Sementara menurut

    sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang

    dibawa manusia sejak lahir. Kelompok ini berpendapat bahwa akhlak adalah gambaran batin

    yang sebagaimana terpantul dalam perbuatan lahir dan perbuatan lahir ini tidak akan sanggup

    mengubah perbuatan batin.42

    38 Faridah Che Husein, dkk, Pendekatan Psikologi dalam Pendidikan Akhlak Muslim SebagaiPemangkin Pembangunan Insan dan Tamadun, jurnal pengajian melayu, jilid 17, 2006, hlm. 298.

    39 Alil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), cet. 2,hlm. 69.

    40 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 165.

    41 Faridah Che Husein, dkk, Pendekatan Psikologi…, hlm. 293.

    42 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf…, hlm. 156.

  • Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari

    pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh.Kelompok yang

    mendukung pendapat yang kedua ini umumnya datang dari ulama-ulama Islam yang

    cenderung pada akhlak. Ibnu Miswakaih, Ibn sina, Al-Ghazali dan lain-lain, sebagaimana

    dikutip oleh Abuddin Nata, bahwa akhlak hasil usaha.43

    Pada kenyataan dilapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga

    pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus berkembang. Hal ini menunjukkan

    bahwa akhlak memang harus dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa

    terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah, dan Rasulnya,

    hormat kepada ibu bapak, sayang kepada sesama makhluk tuhan dan seterusnya.

    Sebaliknya jika anak-anak tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan,

    arahan dan pendidikan, akan menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat,

    melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan, bahwa akhlak

    memang perlu dibina.44Akhlak merupakan fondasi dasar sebuah karakter diri. Sehingga

    pribadi yang berakhlak baik nantinya akan menjadi bagian dari masyarakat yang baik pula.

    Akhlak dalam Islam juga memiliki nilai yang mutlak karena persepsi antara akhlak baik dan

    buruk memiliki nilai yang dapat diterapkan pada kondisi apapun.45

    Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu sifat

    dalam jiwa individu yang mendorongnya untuk berbuat baik dengan kehendak yang

    dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari dari hasil pendidikan, pembinaan dan perjuangan

    dengan sungguh-sungguh, dan juga termotivasi dari dorongan karena Allah.

    43 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf…, hlm.156.

    44Ibid..hlm. 169.

    45 Ali Amri Syafri, Pendidikan karakter.,,hlm. 68.

  • 2. Macam-Macam Akhlak

    Secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:

    a. Akhlak yang terpuji yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam controlIlahiyah yang

    dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagikemaslahatan umat, seperti sabar,

    jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu’(rendah hati), husnudzhan (berperasangka baik),

    optimis, sukamenolong orang lain, suka bekerja keras dan lain-lain.

    b. Akhlak yang tercela yaitu akhlak yang tidak dalam control ilahiyah,atau berasal dari

    hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyahdan dapat membawa suasana

    negatif serta destruktif bagi kepentinganumat manusia, seperti takabur (sombong),

    su’udzhan (berperasangkaburuk), tamak, pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas dan

    lain-lain.46

    Dikenal pula dua macam akhlak yaitu akhlak terpuji (akhlaq mahmudah) dan akhlak

    tercela (akhlaq mazmumah).

    a. Akhlah Terpuji (Akhlaq Mahmudah)

    Akhlak mahmudah adalah sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat ini merupakan kelakuan

    yang seharusnya diamalkan dan dilaksanakan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-

    hari. Sifat-sifat ini disebut juga dengan sifat kesuksesan dan sifat membangun terhadap diri

    pribadi yang melaksanakannya, dan dengan mengamalkan sifat-sifat dimaksud akan

    46 Aminudin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia,2002), hlm. 153.

  • mendapat posisi yang mulia baik pada sisi Allah maupun pada sisi manusia.47 Terdapat

    beberapa macam akhlak terpuji terpilih di antara, yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak

    terhadap Rasulullah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang tua, akhak terhadap

    masyarakat, akhlak terhadap anak, akhlak terhadap lingkungan, akhlak terhadap waktu dan

    akhlak terhadap negara.

    1) Akhlak Terhadap Allah

    Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya

    dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai Khaliq.48 Akhlak terhadap

    Allah (Khalik) antara lain adalah: (a) mencintai Allah melebihi cintai kepada apa dan

    siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup

    dan kehidupan; (b) melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan; (c)

    mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhaan Allah; (d) mensyukuri nikmat Allah dan

    karunia Allah; (e) menerima dengan ikhlas qada dan qadar Illahi setelah berikhtiar maksimal;

    (f) memohon ampun hanya kepada Allah; (g) tawakkal (berserah diri) kepada Allah.49

    Kemudian ada pula yang disebut sebagai akhlak yang baik kepada Allah berucap dan

    bertingkah laku yang terpuji terhadap Allah.Baik melalui ibadah langsung kepada Allah,

    seperti shalat, puasa dan sebagainya, maupun melalui perilaku-perilaku tertentu yang

    mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah di luar ibadah itu.Akhlak terhadap

    Allah adalah suatu sikap atau perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap Tuhannya,

    dengan mencintai Allah dan menggunakan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup untuk

    melaksanakan suatu perintah oleh Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

    47 Damanhuri Bansyir, Kawasan Studi Akhlak.., hlm. 159.

    48 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf…, hlm. 149.

    49 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 356.

  • 2) Akhlak Terhadap Manusia

    a) Akhlak Terhadap Rasulullah

    Mencintai Rasulullah secara tulus dengan ikuti semua sunahnya, menjadikan

    Rasulullah sebagai idola, seri teladan dalam hidup dan kehidupan, menjalankan apa yang

    disuruhnya, tidak melakukan apa yang dilarangnya.50

    b) Akhlak Terhadap Diri Sendiri

    Seseorang yang berakhlak mulia, selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya,

    memberikan hak yang harus diberikan, kepada yang berhak.Dia melakukan kewajibannya

    terhadap dirinya sendiri, yang menjadi hak dirinya.51 Akhlak terhadap diri sendiri adalah

    seseorang yang bersifat dan berbuat yang terbaik untuk dirinya terlebih dahulu, karena dari

    sini lah kemudian ia menentukan sikap dan perbuatan yang terbaik bagi yang lain, seperti

    dinyatakan dalam sebuah hadis ibda’binafsika (mulailah dari dirimu sendiri).52

    Ada beberapa macam yang termasuk akhlak terhadap diri sendiri yaitu: (a) setia (al-

    amanah) yaitu sikap pribadi setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan suatu yang di

    percayakan kepadanya baik berupa harta, rahasia, kewajiban atau kepercayaan lainnya. Orang

    yang amanah adalah orang yang memegang kepercayaan dengan baik sesuai dengan

    keharusannya; (b) benar (as-shidqatu) adalah berlaku benar dan jujur baik dalam perkadaan

    maupun perbuatan; (c) adil (al-‘adhlu), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya, adil

    terdiri atas adil perseorangan, yaitu tindakan memberikan hak kepada yang mempunyai hak

    tanpa menguranginya. Adil dari segi hukum atau masyarakat adalah memutuskan suatu

    50 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam,,.,hlm. 357

    51 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2004), hlm. 80.

    52 Rahman Ritonga, Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia, (Surabaya: Amelia Surabaya,2005), hlm. 13.

  • perkara sesuai dengan hukum, tanpa memandang latar belakangnya; (d) kesucian (ifafah),

    yaitu menjaga dan memelihara kesucian dan kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah dan

    perbuatan yang dapat mengotori dirinya; (e) malu (al-hayd), yaitu malu terhadap Allah dan

    diri sendiri akan perbuatan melanggar perintah Allah; (f). kasih sayang (ar-rahman), yaitu

    sifat mengasihi terhadap diri sendiri, orang lain dan sesama makhluk.53

    c) Akhlak Terhadap Orang Tua

    Allah telah memerintahkan berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama saat

    mereka sudah berusia lanjut, dan melarang berbuat jahat kepada mereka. Sebagaimana yang

    termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Israa’ ayat 23 yang bunyinya,

    *4 |Ós%uρy7 •/u‘ ωr& (# ÿρ߉ç7 ÷è s?Hω Î)çν$ −ƒ Î)Èø t$Î!≡ uθ ø9 $$ Î/uρ$ ·Ζ≈ |¡ôm Î)4$ ¨Β Î)£ tóè=ö7 tƒ x8y‰ΨÏãuy9 Å6 ø9 $# !$ yϑèδ ߉tn r& ÷ρr&$yϑèδ Ÿξ Ï.Ÿξsù

    ≅à)s?!$ yϑçλ °; 7e∃é& Ÿωuρ$ yϑèδ öpκ÷]s?≅è%uρ$ yϑßγ ©9 Zω öθ s%$ Vϑƒ Ì Ÿ2∩⊄⊂∪

    Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain diadan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jikasalah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalampemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanyaperkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepadamereka perkataan yang mulia”. (QS. Al-Israa’: 23).54

    Dalam redaksi ayat di atas, Allah menganjurkan untuk merendahkan diri terhadap

    keduanya, yakni memperlakukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang.55Orang tua

    menjadi sebab adanya anak-anak karena itu akhlak terhadap orang tua sangat ditekankan oleh

    ajaran Islam.56Berbakti kepada orang tua merupakan akhlak yang mulia.Bukti kebesaran

    berbakti kepada orang tua dan besarnya hak mereka pada anak adalah tidak boleh berjihad

    53 Damanhuri, Kawasan Studi Akhlak, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2012), hlm. 106.

    54 Kementerian AgamaRI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hlm. 427.

    55Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 280.

    56 Damanhuri, Kawasan Studi Akhlak…, hlm. 107-109.

  • kecuali dengan izin orang tua. Diantara bukti kemudian berbakti kepada orang tua dan

    besarnya hak mereka pada anak bahwa Allah swt akan mengabulkan doa orang yang selalu

    berbakti kepada orangtua.

    d). Akhlak Terhadap Anak

    Akhlak terhadap anak adalah memberinya perhatian dan kasih sayang yang sangat

    dibutuhkan anak.Merawat, mengasuh, membimbing dan mengarahkan anak merupakan

    bagian yang sangat penting dalam mengembangkan akhlak yang baik.57 Apabila kasar dan

    keras dalam mendidik dan memperlakukan mereka sewaktu kecil akan berimbas buruk pada

    perkembangan psikologis dan perilaku mereka ketika mereka besar kelak dan hidup di

    tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. Pun menganjurkan agar

    menyayangi anak-anak.58

    e). Akhlak Terhadap Masyarakat

    Pertama, Memuliakan tamu; kedua, Menghormati nilai dan norma yang berlalu dalam

    masyarakat bersangkutan; ketiga, Saling menolong dalam melakukan kebijakan dan taqwa;

    keempat, Mengajarkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah

    diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat; kelima, Bermusyawarah dalam segala

    urusan mengenai kepentingan bersama; keenam, Menepati janji.59

    3) Akhlak Terhadap Lingkungan

    57Damanhuri, Kawasan Studi Akhlak,.,,hlm. 176.

    58Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak…, hlm. 285.

    59 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam…, hlm. 358.

  • Adapun yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang

    disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.60

    Berakhlak kepada lingkungan alam adalah menyikapinya dengan cara berusaha untuk

    memelihara kelangsungan hidup dan kelestariannya.61Pada dasarnya akhlak yang

    diajarkanAl-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai

    khalifah.Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar

    setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.Dalam pandangan Islam, seseorang tidak

    dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena

    hal ini berarti tidak memberikan kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan

    penciptaannya.Selain itu akhlak Islam juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan

    binatang.62

    4) Akhlak Terhadap Waktu

    Berakhlak terhadap waktu adalah suatu yang sangat penting dalam Islam, dalam Al-

    Qur’an juga dijelasklan betapa pentingnya waktu dalam hidup manusia, dan juga banyak

    syari’at Islam khususnya dalam bidang ibadah yang sangat memperhatikan waktu. Contohnya

    shalat lima waktu tidak dapat dikerjakan diluar waktu yang telah ditetapkan.Dalam Al-Qur’an

    terdapat ayat tentang waktu yaitu pada surat Al-‘Ashr ayat 1-3 yang bunyinya,

    ÎóÇyè ø9 $#uρ∩⊇∪ ¨βÎ)z≈ |¡ΣM}$#’ Å∀s9 Aô£äz∩⊄∪ ω Î)tÏ%©!$# (#θ ãΖtΒ#u (#θ è=ÏϑtãuρÏM≈ ys Î=≈ ¢Á9$# (# öθ |¹#uθ s?uρÈd, ys ø9 $$Î/ (# öθ |¹#uθ s?uρÎö

    9 ¢Á9$$ Î/∩⊂∪

    Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali

    orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salaeh dan nasehat menasehati

    60 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf…, hlm. 152.

    61 Damanhuri, Akhlak Tasawuf…, hlm. 177.

    62 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf…, hlm. 153.

  • supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menepati

    kesabaran”.(QS. Al-‘Ashr: 1-3).63

    5) Akhlak Terhadap Negara

    Negara merupakan suatu wadah tempat berlindung para bangsa, yang di dalamnya

    terdapat peraturan-peraturan yang mengikat baik tertulis maupun secara lisan.Disitulah kita

    menumpahkan kemerdekaan kita, kemerdekaan yang telah diraih para pahlawan yang tidak

    mengenal darah juangnya.Maka patutlah para pemuda meneruskan perjuangan mereka yang

    telah rela memberikan darahnya untuk tanah air ini untuk kebahagiaan kita menghuni tanah

    air ini.Akhlak terhadap Negara ini ada dua, yaitu akhlak para pemimpin atau pejabat dan

    akhlak warga Negara atau rakyat biasa.

    Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa manusia hidup

    di dunia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, yang tidak bisa hidup sendiri,

    setiap individu harus dapat menanamkan didalam dirinya beberapa akhlak supaya dapat

    menjalankan kehidupan dengan penuh kenyamanan dan ketentraman jiwa.Akhlak yang

    dimaksud yaitu seperti akhlak terhadap Allah yang telah menciptakan semua yang ada di

    dunia ini termasuk manusia. Akhlak terhadap masyarakat karena kita sebagai makhluk sosial

    tidak bisa hidup tanpa orang lain (masyarakat), akhlak terhadap orang tua dimana orang tua

    sudah merawat dan mendidik kita dari kecil hingga dewasa, sampai kita bisa mandiri. Akhlak

    terhadap anak, anak merupakan karunia Allah yang harus dijaga, dibimbing serta

    mengarahkan mereka terhadap segala yang dianjurkan dan yang dilarang dalam agama.

    Akhlak terhadap lingkungan adalah tempat kita tinggal yang harus dijaga dan dirawat supaya

    kita nyaman dalam menempati lingkungan tersebut. Akhlak terhadap waktu yaitu manusia

    jugak sangat dianjurkan untuk berakhlak terhadap waktu supaya tidak lalai dalam

    63 Kementerian AgamaRI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hlm. 1099.

  • menjalankan segala aktivitas dan akhlak terhadap negara yaitu menaati aturan atau norma

    yang ada disetiap Negara.

    b. Akhlak Tercela (Akhlaq Mazmumah)

    Adapun sifat-sifat yang harus dijauhi oleh seseorang muslim dalam kehidupannya

    sehari-hari adalah perangai yang disebut juga dengan sifat-sifat yang membinasakan (al-

    muhlikat) karena sifat-sifat ini dapat membinasakan pahala amal ibadah yang telah dilakukan.

    Sifat-sifat yang dimaksud antara lain; egoistis (anaaniyah), lacur (al-baghyu), kikir (al-

    bukhl), berdusta (al-buhtaan), meminum khamar (al-khamru), khianat (al-khiyanah), aniaya

    (adz-dzulrrim), pengecut (al-jubnu), dosa besar (al-fawaahisy), pemarah (al-ghadbah),

    menipu sukatan (al-ghasysyu), mengumpat (al-ghibah), merasa tidak perlu orang lain (al-

    ghinaa), memperdayakan (al-ghuruur), hedonistik (al-hayaatuddunya), dengki (al-hasad),

    dendam (al-hiqdu), berbuat kerusakan (al-ifsad), menjerumuskan diri ke lembah kehinaan

    dan dosa (al-intihaar), berlebih-lebihan (al-istiktsar), takabur (al-istikbaar), dusta (al-kizbu),

    mengingkari nikmat (al-kufran), homo seksual (al-liwathah), menipu (al-makru), mengadu

    domba (an-namimah), membunuh jiwa (qatlun nafsi), memakan riba (ar-ribaa), mencari

    muka (ar-riyaa’), berolok-olok (as-sukhriyaah), mencuri (as-sariqah), mengikuti hawa nafsu

    (asy-syahwaat), menyia-nyiakan (at-tabdzier) dan melebih-lebihkan gelaran (at-tanaabuzu

    bil alqaab).64

    Sifat-sifat diatas merupakan sifat-sifat yang dalam ajaran agama islam haruslah

    dijauhi karena dapat merusak tatanan pergaulan dalam kehidupan bermasyarakatan. Dalam

    hal ini, beberapa bentuk sifat-sifat tercela ini dimiliki oleh remaja, seperti egoistis, merasa

    64 Damanhuri Bansyir, Kawasan Studi Akhlak…, hlm. 177-195.

  • tidak perlu orang lain, memperdaya, menjerumuskan diri kelembah kehinaan dan dosa, terlalu

    mengikuti hawa nafsu, dan menyia-nyiakan waktu.

    3. Metode Pembinaan Akhlak

    Konsep pembinaan akhlak dalam Islam, sangat terintegrasi dengan pelaksanaan rukun

    iman. Sebagaimana H.Abuddin Nata mengutip hasil analisisnya Muhammad Al-Ghazali

    rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas bahwa rukun Islam tersebut

    terkandung konsep pembinaan akhlak.65Sebagaimana rukun Islam yang pertama adalah

    mengucap dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi

    bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa

    selama hidupnya, manusia hanya tunduk dan patuh kepada aturan dan tuntunan Allah. Untuk

    itu, mereka dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.

    Selanjutnya, rukun Islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu.

    Sebagaimana yang diketahui bahwa shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya

    terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an

    surat Al-‘Ankabut ayat 45 yang bunyinya,

    χÎ). . .nο4θ n=¢Á9 $# 4‘sS ÷Ζs?Ç∅tãÏ !$ t±ós xø9 $# Ì s3Ζßϑø9 $#uρ3. . .

    Artinya: “... Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji danmunkar...”.(QS. Al-‘Ankabut: 45).66

    Selanjutnyadalam rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat.Zakat yang juga mengandung

    didikan akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari

    sifat kikir, mementingkan dirinya sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain,

    65Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 160.

    66 Kementerian AgamaRI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hlm. 635.

  • yakni hak fakir miskin.Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat yaitu untuk

    membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mulia. Begitu

    juga Islam mengajarkan ibadah puasa yang bukan hanya sekedar mengajarkan untuk

    menahan diri dari rasa lapar dan haus dalam waktu yang terbatas semata, melainkan lebih

    dari itu, yaitu merupakan latihan untuk menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan

    yang dilarang seperti menahan diri dari perkataan-perkataan kotor dan omongan-omongan

    yang keji.

    Adapun rukun Islam yang terakhir, yaitu ibadah haji.Dalam ibadah haji ini pun nilai

    pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlak yang ada

    pada ibadah dalam rukun Islam lainnya. Hal ini dapat dipahami karena ibadah haji dalam

    Islam bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu selain harus

    menguasai ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam

    menjalankannya dan garus mengeluarkan biaya besar, serta rela meninggalkan keluarga,

    tanah air, harta kekayaan, dan sebagainya.

    Dalam redaksi yang sama, disebutkan pula cara lain yang dapat dilakukan untuk

    pembinaan akhlak yaitu pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara

    kontinyu. Dalam tahap-tahap tertentu pula, pembinaan akhlak lahiriah khususnya, dapat pula

    dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak terasa lagi terasa dipaksa. Juga

    terdapatcara lain yang juga tidak kalah ampuhnya yaitu dengan metode keteladanan. Metode

    ini dilakukan dengan cara pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Contoh teladan

    yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah, sebagaimana firman Allah dalam Al-

    Qur’an:

    ô‰s)©9 tβ% x.öΝä3s9’ ÎûÉΑθ ß™u‘ «!$# îοuθ ó™é&×π uΖ|¡ ymyϑÏj9 tβ% x.(#θ ã_ ötƒ ©!$#tΠ öθ u‹ ø9 $#uρt ÅzFψ$#t x.sŒ uρ©! $## Z ÏVx.∩⊄⊇∪

  • Artinya: “Sesungguhnya, telah ada pada (diri) rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamatdan dia banyak menyebut Allah”. (QS.Al-Ahzab: 21).67

    Akhlak Rasulullah dapat dijadikan contoh panutan bagi umat Islam untuk

    diteladani.Dalam hal ini, bukan hanya sekedar memberikan nasehat saja melainkan juga

    mampu untuk menjadi panutan, sehingga dapat diikuti sifat-sifat tersebut.

    Selain itu, pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa

    menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya. Dengan

    demikian, penulis menilai bahwa pembinaan akhlak dilakukan secara efektif sebenarnya juga

    harus memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina.

    4. Manfaat Akhlak Mulia

    Tujuan Akhlak dalam ajaran Islam agar setiap orang berbudi pekerti (berakhlak),

    berperingai atau beradat istiadat yang baik, yang sesuai denganajaran Islam.Sebagaimana

    pernyataan Mustafa Zahri sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata dalambuku “Akhlak

    Tasawuf” mengatakan bahwa “akhlak bertujuan untukmembersihkan kalbu (hati) dan

    kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarahsehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin

    yang dapat Nur cahaya Tuhan”.Keterangan tersebut memberi petunjuk bahwa akhlak

    bertujuan memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai danmenentukan suatu

    perbuatan untuk selanjutnya menentukan bahwaperbuatan tersebut termasuk perbuatan yang

    baik atau yang buruk.68

    67 Kementerian AgamaRI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hlm. 929-930.

    68Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Ramadhani, 1993), hlm. 13

  • Dengan mengetahui yang baik ia akan terdorong untukmelakukannya dan

    mendapatkan manfaat dan keuntungan darinya,sedangkan dengan mengetahui yang buruk ia

    akan terdorong untukmeninggalkan dan ia akan terhindar dari bahaya yang menyesatkan.

    Akhlak pada akhirnya adalah untuk membentuk kepribadian muslimyang sempurna jasmani

    dan rohani.Objek yang dikendalikan oleh akhlakadalah tindakan lahir, adapun tindakan lahir

    itu tidak dapat terjadi bilatidak didahului oleh gerak batin atau tindakan hati, maka tindakan

    lahirdan gerak-gerik hati termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak.

    Akhlak yang mulia ini akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus

    membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak

    utama yang ditampilkan seseorang, manfaatnya adalah untuk orang yang bersangkutan.

    Dalam Al-Qur’an terdapat informasi tentang manfaat akhlak mulia.69 Allah berfirman dalam

    surat An-Nahl ayat 97 yang bunyinya,

    ô tΒŸ≅ Ïϑtã$ [s Î=≈ |¹ÏiΒ @ Ÿ2sŒ ÷ρr& 4s\Ρé& uθ èδ uρÖÏΒ ÷σãΒ…çµ ¨ΖtÍ‹ós ãΖn=sùZο4θ u‹ ym Zπt6 ÍhŠsÛ(óΟ ßγ ¨Ψtƒ Ì“ ôf uΖs9 uρΝèδ tô_ r& Ç|¡ ôm r' Î/$tΒ (#

    θ çΡ$ Ÿ2tβθè=yϑ÷è tƒ∩∠∪

    Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan

    dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya

    kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka

    dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(QS. An-

    Nahl:97).70

    Berdasarkan redaksi ayat di atas, dapat diketahui bahwa Allah menggambarkan

    bahwa keuntungan atau manfaat dari akhlak yang mulia itu adalah keberuntungan hidup di

    dunia dan di akhirat. Janji Allah yang demikian itu pasti akan terjadi karena ia merupakan

    sunnatullah sama kedudukannya dengan sunnatullah yang sifatnya alamiah, asalkan hal

    69Abudin Nata, Akhlak Tasawuf,., hlm. 171-173.

    70 Kementerian AgamaRI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hlm.417.

  • tersebut ditempuh dengan cara-cara yang tepat dan benar. Tanpa akhlak, manusia akan

    kehilangan derajat sebagai hamba Allah paling terhormat.

  • BAB IIIMETODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu

    penelitian langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan.Istilah

    deskriptif berasal dari bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau

    menggambarkan sesuatu hal. Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif

    adalah penelitian untuk menyelidiki keadaan suatu tempat atau wilayah tertentu. Kemudian

    data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompokkan menurut jenis, sifat, atau

    kondisinya.Sesudah datanya lengkap maka dibuat kesimpulan.1

    Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami

    suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi

    komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.2Penelitian ini

    ingin memberikan gambaran atau melukiskan hasil pengamatan yang didapat dari lapangan

    dan menjelaskannya dengan kata-kata.

    B. Subjek Penelitian

    1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),hlm. 3

    2Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial, (Jakarta: SalembaHumanika, 2012), hlm. 18

  • Pengambilan subjek penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive

    Sampling karena disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.Purposive Sampling adalah teknik

    penentuan informan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yang dimaksudkan,

    misalnya informan tersebut merupakan orang yang dianggap mengetahui apa yang

    diharapkan oleh peneliti sehingga akan memudahkan peneliti untuk menjalani hal-hal yang

    akan diteliti.3Akhirnya dalam penelitian ini subjek penelitian mengambil sampel dengan

    jumlah yang ditentukan dari beberapa unsur berdasarkan kriteria di atas yaitu berjumlah

    limaorang dosen dan dua orang yang mewakili karyawan, yaitu Kasubbag Akademik dan

    Kasubbag TU Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry.

    Untuk membatasi subjek penelitian ini, penulis membuat karakteristik bagi para

    responden. Kriteria untuk dosen antara lain dosen yang berstatus sebagai Pegawai Negeri

    Sipil (PNS) dan yang masa kerjanya di atas 10 tahun. Untuk karyawan, diwakili oleh dua

    orang pimpinan, yaitu Kasubbag Akademik dan Subbag Kepegawaian Umum.

    C. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian ini adalah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry

    yang berada di Jalan Syeikh Abdur Rauf Kopelma Darussalam Banda Aceh.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

    teknikwawancara.Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

    mendapatkan keterangan-keterangan lisan dan berhadapan muka dengan orang yang dapat

    3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 85.

  • memberikan keterangan kepada peneliti.4Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur (Semistructure Interview) yang dalam

    pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari

    wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana

    pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan

    wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan

    oleh informan.5Hal ini diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa data yang diperlukan

    dalam penulisan skripsi ini.

    E. TeknikAnalisis Data

    Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data

    berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat

    wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila

    jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan

    melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kridibel.

    Miles and Huberman dalam Sugiyono mengemukakan aktifitas dalam analisis data kualitatif

    dilakukan dengan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

    sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data meliputi:6

    1. Data Reduction (reduksi data), yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,

    memfokuskan pada hal-hal penting.7Penelitian ini dengan melakukan reduksi data

    4 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.26.

    5Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D…, hlm. 233.

    6Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D…,hlm. 246-252.

    7Ibid., hlm. 247.

  • melalui bentuk analisismenajamkan, menggolongkan, mengarahkan, menyingkirkan

    hal yang dianggap tidak perlu. Dengan demikian kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik

    dan dijelaskan.

    2. Data Display (penyajian data). Langkah selanjutnya adalah penyajian data dalam

    bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart, dan

    sejenisnya.8Peneliti berusaha menjelaskan hasil penelitian ini dengan singkat, padat

    dan jelas.

    3. Conclusion Drawing/ Verification, yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.9

    Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi terhadap temuan

    baru yang sebelumnya remang-remang objeknya sehingga setelah dilakukan

    penelitian menjadi jelas.

    8Ibid.,hlm. 249.

    9Ibid., hlm. 252.

  • BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Lokasi Penelitian

    Adapun lokasi penelitian