persalinan setelah usia 40 tahun

16
Persalinan Setelah Usia 40 Tahun Karena penundaan usia melahirkan, jumlah kelahiran hidup pada wanita usia 40 tahun atau lebih meningkat secara dramatis. Di Swedia, jumlah kelahiran hidup pada wanita usia 40-44 tahun meningkat dari 5,0 sampai 10,3 per 1000 wanita dari awal tahun 1980 sampai 2001 (Jacobsson dan rekannya, 2004). Di Amerika Serikat, jumlah kelahiran pertama setelah usia 40 tahun per 1000 wanita meningkat hingga 70% pada tahun 1991-2000 (Heffner, 2004). Dari tahun 1982 sampai 2002 jumlah seluruh kelahiran hidup di Kanada pada wanita usia 40 tahun atau lebih meningkat dari 0,6 sampai 2,6% (Joseph dan rekannya, 2005). Di Perancis, dari total 761.464 kelahiran hidup pada tahun 2003, persalinan pada wanita usia 40-44 berjumlah sekitar 3,4% dari seluruh persalinan. Persalinan pada wanita usia 45-49 berjumlah hanya 0,17% dari seluruh persalinan, dan 4,8% persalinan pada wanita di atas 39 tahun. Hanya ada 41 persalinan pada usia 50 tahun atau lebih, terhitung dari 0,15% kelahiran diatas usia 39 tahun (Beaumel dan rekannya, 2005). Wanita tertua yang melahiran dengan cara alami berusia 57 tahun (Glasier dan Gebbie, 1996). Di Belanda, pada tahun 2006, 2% dari kelahiran anak pertama, dilahirkan oleh wanita usia 40 tahun ke atas (Tabel I). Kehamilan tidak diinginkan bukan hal yang jarang terjadi pada wanita usia di atas 40 tahun. Di Belanda, jumlah aborsi yang disengaja pada wanita usia di atas 40 tahun mencapai 26 per 100 kehamilan dibandingkan dengan pada usia 30-34 tahun yaitu 6 per 100 kehamilan (Dutch Central Bureau of Statistics

Upload: indah

Post on 06-Sep-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Persalinan Setelah Usia 40 TahunKarena penundaan usia melahirkan, jumlah kelahiran hidup pada wanita usia 40 tahun atau lebih meningkat secara dramatis. Di Swedia, jumlah kelahiran hidup pada wanita usia 40-44 tahun meningkat dari 5,0 sampai 10,3 per 1000 wanita dari awal tahun 1980 sampai 2001 (Jacobsson dan rekannya, 2004). Di Amerika Serikat, jumlah kelahiran pertama setelah usia 40 tahun per 1000 wanita meningkat hingga 70% pada tahun 1991-2000 (Heffner, 2004). Dari tahun 1982 sampai 2002 jumlah seluruh kelahiran hidup di Kanada pada wanita usia 40 tahun atau lebih meningkat dari 0,6 sampai 2,6% (Joseph dan rekannya, 2005). Di Perancis, dari total 761.464 kelahiran hidup pada tahun 2003, persalinan pada wanita usia 40-44 berjumlah sekitar 3,4% dari seluruh persalinan. Persalinan pada wanita usia 45-49 berjumlah hanya 0,17% dari seluruh persalinan, dan 4,8% persalinan pada wanita di atas 39 tahun. Hanya ada 41 persalinan pada usia 50 tahun atau lebih, terhitung dari 0,15% kelahiran diatas usia 39 tahun (Beaumel dan rekannya, 2005). Wanita tertua yang melahiran dengan cara alami berusia 57 tahun (Glasier dan Gebbie, 1996). Di Belanda, pada tahun 2006, 2% dari kelahiran anak pertama, dilahirkan oleh wanita usia 40 tahun ke atas (Tabel I). Kehamilan tidak diinginkan bukan hal yang jarang terjadi pada wanita usia di atas 40 tahun. Di Belanda, jumlah aborsi yang disengaja pada wanita usia di atas 40 tahun mencapai 26 per 100 kehamilan dibandingkan dengan pada usia 30-34 tahun yaitu 6 per 100 kehamilan (Dutch Central Bureau of Statistics CBS, http://www.cbs.nl). Data pembanding untuk aborsi elektif telah dilaporkan dari Inggris: pada tahun 2006 terdapat 13 aborsi elektif per 100 kehamilan pada usia 30-34 tahun dan 32 per 100 pada usia di atas 40 tahun (http://www.statistics.gov.uk). Sehingga ada bukti jelas bahwa penurunan kesuburan meruapakan hal yang tidak bisa diandalkan sebagai kontrasepsi pada wanita usia di atas 40 tahun.

Risiko Terkait dengan Kehamilan pada Wanita Usia di Atas 40 TahunKeguguranKemungkinan keguguran sebelum 20 minggu kehamilan meningkat dari sekitar 10% pada wanita usia 20 tahun, 50% pada wanita usia 40-44 tahun, dan lebih dari 90% pada wanita usia 45 tahun atau lebih (Andersen dan rekannya, 2000). Oosit aneuploidi yang mengakibatkan perkembangan embrio yang menyimpang merupakan penyebab yang paling mungkin. Pada wanita usia 35-41 tahun yang menjalani skreening genetik preimplantasi setelah fertilisasi in vitro, ditemukan lebih dari 60% embrionya adalah aneuploidi (Staessen dan rekannya, 2004) dan sekitar dua pertiga dari hasil konsepsi setelah keguguran memiliki kariotip yang abnormal (Heffner, 2004).Abnormalitas Kromosom Pada KelahiranFrekuensi kelainan kromosom pada saat lahir pada ibu usia 40 tahun adalah 1,5% dan ibu usia 45 tahun adalah 4,8% tanpa adanya skrining prenatal (Heffner, 2004). Sebuah meta-analisis dari 5 artikel yang dipublikasikan dan 13 catatan EUROCAT melaporkan bahwa trisomi 21 aneuploidi meningkat dari 0,26% kelahiran pada usia 35 tahun, 0,94% pada usia 40 tahun, dan 3,4% pada usia 45 tahun (Morris dan rekannya, 2005).Komplikasi Ibu Pada Kehamilan dan Kematian IbuBanyak studi yang melaporkan komplikasi kehamilan pada wanita usia 40 tahun atau lebih, yaitu: (1) uji coba American First and Second Trimester Evaluation of Risk (FASTER), yang melibatkan lebih dari 35.000 wanita, diantaranya 1.364 (4%) adalah wanita usia 40 tahun atau lebih (Cleary-Goldmandan rekannya, 2005); (2) studi kohort swedia yang melibatkan 1.566.313 kelahiran pada tahun 1987-2001 mencakup 32.867 wanita usia 40 tahun atau lebih (3,6%) (Jacobsson dan rekannya, 2004); (3) dan studi kohort Kanada pada 157.445 kelahiran tunggal pada tahun 1988-2002 yang mencakup 1.822 ibu berusia 40 tahun atau lebih (4,9%) (Joseph dan rekannya, 2005). Kelompok pembanding pada tiga studi ini masing-masing adalah wanita berusia 35, 20-29, dan 20-24 tahun.Gestational diabetes dan plasenta previa meningkat pada studi Swedia, Kanada, dan Amerika (Tabel II). Kehamilan dengan hipertensi menigkat pada studi Swedia dan Kanada, tapi tidak pada uji coba Amerika dengan OR 1.0 (0.8, 1.4). Abrupsi plasenta dan preeklamsi berat juga meningkat secara signifikan pada wanita usia 40 tahun atau lebih pada ketiga studi ini. Dasar tingkatan pada ketiga studi ini bervariasi karena perbedaan usia pada kelompok referensi, dan adanya perbedaan definisi pada kondisi morbiditas. Namun demikian, rasio risikonya sama pada semua studi kecuali pada kasus kehamilan hipertensi.Kemungkinan persalinan pervaginam tidak meningkat sesuai dengan pertambahan usia ibu, tetapi kemungkinan operasi caesar pada wanita yang lebih tua menjadi 2-3-kali lipat lebih tinggi daripada yang lebih muda pada ketiga studi (Jacobsson et al, 2004;. Cleary-Goldman et al, 2005;. Joseph et al, 2005).Dari tahun 1991 sampai 1999 di Amerika Serikat terdapat 4.200 kematian ibu berhubungan dengan 11,8 kematian per 100.000 kelahiran (Chang et al., 2003). Nilai ini lebih rendah dari 10/100.000 pada wanita usia kurang dari 30 tahun, dan 12,0; 21,6; dan 45,4 pada masing-masing wanita usia 30-34, 35-39, dan 40 tahun atau lebih. Tingkat kematian wanita usia 40 tahun atau lebih 5,3 kali lebih tinggi (95% CI, 4.26.6) dibandingkan dengan wanita yang kurang dari 20 tahun. Diantara wanita usia 40 tahun atau lebih, tingkat kematian mencapai 8,1 per 100.000 untuk wanita kulit putih dan 30 per 100.000 untuk wanita hitam.

Komplikasi NeonatalPersalinan prematur sebelum 37 minggu mungkin terjadi 1,4 kali lipat (95% CI, 1.11.7) dan berat lahir < 2500 g mungkin terjadi 1,6 kali lipat (95% CI, 1.32.1) pada wanita usia 40 tahun atau lebih dibandingkan dengan usia 35 tahun (Cleary-Goldman et al., 2005). Risiko kelahiran prematur sebelum 32 minggu pada wanita dekade kelima adalah 1,66 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita dekade ketiga. Risiko berat bayi baru lahir dibawah presentil ketiga dari usia kehamilannya ini paling tidak 1,9 kali lipat lebih tinggi (Jacobsson et al., 2004; Joseph et al., 2005).Pada uji coba FASTER, kematian perinatal mencapai 0,3% pada wanita usia 35-39 tahun dan 0,7% pada wanita usia 40 tahun atau lebih (Cleary-Goldman et al., 2005). Pada studi kohort Swedia, kematian perinatal terjadi pada 0,5 % wanita usia 20-29 tahun, 1,0% wanita usia 40-44 tahun, dan 1,4% wanita usia 45 tahun atau lebih (Jacobsson et al., 2004). Pada studi Kanada, nilai kematian perinatal selain kelainan kongenital adalah 0,6 % pada wanita 20-24 tahun, 0,7% pada wanita 35-39 tahun, dan 1,1% pada wanita usia 40 tahun atau lebih (Joseph et al., 2005). Bukti dari perbedaan keadaan dan jenis penelitian ini secara konsisten menunjukan bahwa pada wanita dekade kelima, kematian perinatalnya mencapai 2 kali lipat lebih tinggi daripada wanita dekade ketiga.

Penggunaan Keluarga Berencana Pada Wanita di Atas 40 TahunMengingat bahwa jumlah wanita usia 40-49 tahun meningkat, dan sedikit dari mereka yang menginginkan anak, permintaan untuk kontrasepsi pada kelompok usia ini tentu saja meningkat. Beberapa data menunjukan tren ini, meskipun cukup terbatas. Data pada penggunaan kontrasepsi jarang pada negara maju, meskipun pada negara berkembang, survey demografi dan kesehatan serta survey lainnya telah menunjukan banyak informasi bahwa banyak wanita pada akhir dekade ketiga yang menggunakan kontrasepsi, khususnya pada usia pengguna kontrasepsi. Sayangnya, survey yang ada sering dilakukan pada interval waktu yang panjang sehingga tidak dapat dievaluasi tren yang dapat dipercaya (Leridon, 2006); dan mereka kadang terbatas pada memunculkan kembali ingatan pada wanita usia 45 tahun atau lebih.Di kebanyakan negara, pada pasangan dimana wanitanya berusia 40-45 tahun, sejauh ini metode keluarga berencana yang sering digunakan adalah sterilisasi. Jumlah wanita yang disterilisasi (paling sering untuk alasan kontrasepsi) berkisar dari 7% di Itali sampai 53% di Kanada. Jumlah laki-laki yang vasektomi mencapai 20% pada negara Belanda, Inggris, Amerika, dan New Zealand. Metode lain yang umum yaitu oral contraceptives (OCs) (mencapai 28% pada wanita Perancis), intrauterine device (IUD) (mencapai 30% di Perancis), kondom (mencapai 22% di Yunani dan 21% di Spanyol), atau metode alami seperti memperhatikan tanggal atau tanda kesuburan (mencapai 27% di Yunani). Diantara metode ini, ada kekhawatiran khusus mengenai metode memperhatikan tanggal atau tanda kesuburan (seperti tanda suhu badan) karena keberhasilannya tergantung pada adanya siklus yang teratur, dimana keteraturan siklus ini menurun sesuai dengan bertambahnya usia. Untungnya, hanya sedikit wanita pada kelompok usia ini yang menggunakan teknik tersebut (5%) (Tabel III).Secara keseluruhan, sekitar 66-90% wanita usia 40-44 tahun menggunakan metode keluarga berencana. Situasi ini sama halnya dengan pada wanita usia 45-49 tahun, dimana 50-82% menggunakan metode keluarga berencana. Hal ini dapat dilihat pada data dari Perancis, Inggris, dan Amerika, negara dimana dua survey atau lebih telah dilakukan pada wanita usia 40-44 tahun. Data ini menunjukan bahwa penggunaan metode sterilisasi menurun pada survey yang lebih baru di Inggris dan Amerika, dimana prevalensinya sangat tinggi. Penggunaan OCs meningkat pada ketiga negara.Hal yang dominan pada reproduksi pada wanita usia di atas 40 tahun adalah penurunan kesuburan. Meskipun risiko kehamilan lebih rendah pada kelompok usia ini, penerimaan kehamilan pada wanita usia di atas 40 tahun ini juga rendah, sehingga membutuhkan penggunaan kontrasepsi hingga menopause (Dutch Central Bureau of Statistics CBS, http://www.cbs.nl; UK Central Health Statistics, 2006, http://www.statistics.gov.uk).

Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Di Atas 40 TahunJenis kontrasepsi hormonal yang paling umum adalah kontrasepsi oral yang dikombinasi dengan berbagai bentuk estrogen dan progestin. Proporsi wanita usia 40-44 yang menggunakan kontrasepsi oral adalah 11% di Amerika Serikat pada tahun 2002 dan wanita Inggris usia 40-44 pada 2007-2008 adalah 135 (Kaunitz, 2008; Lader and Hopkins, 2008) (Tabel IV). Metode kontrasepsi hormonal lain juga mengkombinasikan estrogen dan progrestin atau menggunakan progestin saja. Metode kombinasi hormon, selain kontrasepsi oral, adalah suntik medroxyprogesterone acetate (MPA ethinyl estradiol (EE)), transdermal patch (norelgestromin EE), dan vaginal ring (etonogestrel EE). Metode lain untuk kontrasepsi darurat kadang melibatkan penggunaan kombinasi pil kontrasepsi oral (ESHRE Capri Worlkshop Group, 2002). Kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progestin meliputi tablet oral, suntik depomedroxyprogesterone acetate (DMPA) tiap 3 bulan, sistem intrauterine yang melepaskan levonorgestrel [LNG-intrauterine system (IUS)], atau implan subdermal. Survey Kesehatan Seksual dan Kontrasepsi di Inggris yang terbaru menunjukan bahwa kontrasepsi oral, DMPA, dan LNG-IUS digunakan pada hampir semua metode kontrasepsi hormonal pada wanita usia 40-49 tahun. Penggunaan LNG-IUS oleh 5% wanita pada kelompok usia ini menunjukan indikasi non-kontraseptif pada pendarahan yang berlebihan.Sedikit yang diketahui tentang angka kehamilan pada kontrasepsi hormonal pada wanita usia 40-49 tahun karena laporan yang ada melibatkan angka dari semua usia dan wanita di atas 40 tahun merupakan pengguna minoritas. Di semua usia, dengan penggunaan kontrasepsi oral yang sempurna hanya 0,3% wanita yang memiliki kemungkinan hamil pada tahun pertama penggunaan, tapi angka ini meningkat hingga 8% pada penggunaan khusus. Angka kehamilan ini sama dengan pada patch dan ring. Angka kehamilan tahun pertama yang khas mencapai 3% dengan metode suntik dan 0,1% dengan LNG-IUS (Trussell, 2004).Angka kehamilan pada wanita di atas 40 tahun yang menggunakan kontrasepsi akan lebih rendah daripada rata-rata angka pada keseluruhan usia karena angka kehamilan menurun sesuai dengan bertambahnya usia. Penurunan ini mungkin menggambarkan kombinasi dari penurunan kesuburan dan penurunan frekuensi koitus (Trussell, 2004). Selain itu, wanita kelompok usia ini cenderung menjadi pengguna kontrasepsi yang lebih berpengalaman, yang berada pada kondisi hubungan yang stabil. Secara teoritis, karena wanita di atas usia 40 tahun memiliki kesuburan yang lebih rendah, kontrasepsi oral dosis rendah mungkin merupakan pilihan yang tepat, dan pengobatan yang terus menerus mungkin dapat diterima, tetapi tidak data data yang mendukung pilihan ini.Seperti tercantum pada bagian berikut, kontrasepsi hormonal dikaitkan dengan manfaat non-kontraseptif seperti penurunan risiko kanker ovarium dan endometrium. Beberapa keuntungan non-kontraseptif dari kontrasepsi hormonal adalah spesifik untuk kelompok usia perimenopause. Dismenorea dan jerawat jarang terjadi pada kelompok usia ini, tapi menstruasi yang tidak teratur dan pendarahan yang berlebih lebih umum terjadi, dibandingkan dengan wanita yang lebih muda. Menstruasi yang tidak teratur dapat diperbaiki meskipun penggunaan kontrasepsi hormonal dapat memperbanyak pendarahan, dan lebih responsif terhadap LNG-IUS (ESHRE Capri Workshop Group, 2008). Kontrasepsi hormonal juga efektif dalam mengontrol gejala vasomotor.Efek kontrasepsi pada kesehatan tulang mungkin menjadi perhatian pada wanita dengan risiko tinggi osteoporosis. Bone Mineral Density (BMD) normalnya menurun pada wanita selama tahun-tahun setelah masa reproduksi (Kaunitz, 2008). Riview sistematik tahun 2000 dan Uji Coba tahun 2006 membandingkan tiga kontrasepsi oral dosis rendah yang menunjukan bahwa BMD meningkat dengan penggunaan kontrasepsi oral pada kelompok usia ini (Kuohung et al., 2000; Gambacciani et al., 2006). BMD merupakan sebuah hasil samping, tapi risiko patah tulang panggul juga dapat menurun. Pada wanita post menopause (130 kasus patah tulang panggul dan 562 populasi kontrol) di Swedia, rasio odds untuk patah tulang panggul dengan penggunaan kontrasepsi oral adalah 0,75 (95% CI, 0.590.96) (Michaelsson et al., 1999).Usia saja bukan merupakan kontraindikasi penggunaan metode kontrasepsi hormonal (Faculty of Family Planning and Reproductive Health Care, 2005).Kombinasi estrogen dan progestogen merupakan kontraindikasi, jika terdapat faktor risiko untuk penyakit tromboemboli vena atau arteri, dan kebanyakan dari faktor risiko ini meningkat sesuai dengan usia (kelebihan berat badan, merokok, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, migren). Selain itu, angka dasar dari kebanyakan kondisi kardiovaskluer dan neoplastik lebih tinggi pada wanita usia 40 tahun daripada usia 20 tahun. Pengaruh kontrasepsi hormonal pada kondisi tersebut dipertimbangkan dalam bagian berikut.Saran yang tepat mengharuskan dokter untuk menggunakan riwayat kesehatan yang akan memberikan penilaian kelayakan medis. Pedoman kelayakan medis yang bermanfaat telah dipublikasikan oleh World Health Organization (2004). Khususnya saat mempertimbangkan kontrasepsi yang mengandung estrogen, riwayat tromboemboli vena pada pasien dan keluarganya merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, seperti pada obesitas.

Risiko Kanker dan Kardiovaskular pada Kontrasepsi Hormonal pada Wanita Usia Di Atas 40 TahunPenyakit KadrdiovaskulerPenelitian yang dilakukan pada tahun 1960 dan awal 1970an menunjukan hubungan yang kuat antar generasi pertama, kontrasepsi oral tinggi estrogen dan progestogen, dengan risiko penyakit tromboemboli, infark myokard, dan stroke (terutama iskemik). Sebagian besar risiko dicegah dengan menurunkan kadar hormon pada kontrasepsi oral, seperti dengan menghindari penggunaan kontrasepsi oral pada wanita usia di atas 35 tahun yang merokok atau hipertensi. Penggunaan kontrasepsi oral pada wanita usia reproduktif yang lebih tua bagaimanapun juga harus tetap diperhatikan, mengingat bahwa lebih dari 10% wanita usia 40-44 tahun di Amerika yang dilaporkan menggunakan kontrasepsi oral pada tahun 2002 (Kaunitz, 2008).Permasalahan merokok sekarang jauh lebih terukur: risiko kesehatan dari merokok sangat besar sehingga berhenti merokok merupakan prioritas utama. Dengan demikian, saran yang diberikan pada masa lalu untuk membatasi penggunaan kontrasepsi oral pada perokok harus dibalik, yaitu pertama semua wanita harus berhenti merokok. Hipertensi saat ini dapat dikendalikan lebih baik.Kontrasepsi oral yang lebih baru sangat aman pada wanita muda, dan hanya pengukuran tekanan darah yang diperlukan untuk wanita di bawah 35 tahun yang menggunakan kontrasepsi ini. Penggunaan kontrasepsi oral dihubungkan dengan risiko relatif (RR) 1,5 sampai 3 dari tromboembolisme vena, infark myokard, dan stroke (iskemik) (World Health Organization Collaborative Study of Cardiovascular Disease and Steroid Hormone Contraception, 1997; La Vecchia and Franceschi, 2002). Tidak ada indikasi RR yang berbeda pada berbagai kelompok usia, tapi risiko absolut (insidensi) dari penyakit vaskuler meningkat sesuai dengan usia, meningkatkan efek dari asosiasi. Angka tromboembolisme vena dan arteri sama diantara hasil standar dan hasil yang relatif baru seperti drospirenone (Dinger et al., 2007).Dengan demikian, penggunaan kontrasepsi oral pada wanita usia di atas 40 tahun dan khususnya di atas usia 45 tahun, saat penyakit kardiovaskular bukan lagi menjadi hal yang jarang terjadi pada wanita, maka harus dipertimbangkan dari segi risiko dan manfaat, dan didiskusikan dengan wanita tersebut sebelum pembuatan resep.

KankerPertimbangan mengenai keseimbangan risiko dan manfaat juga berlaku untuk risiko kanker pada kelompok usia ini. Penggunaan kontrasepsi oral saat ini dikaitkan dengan meningkatnya risiko kanker payudara dan serviks. Hanya sedikit data mengenai risiko neoplasma pada wanita yang lebih tua yang merupakan pengguna kontrasepsi, mereka tidak menunjukan perbedaan substansial pada RR dibandingkan dengan wanita yang lebih muda (Collaborative Group on Hormonal Factors in Breast Cancer, 1996; International Collaboration of Epidemiological Studies of Cervical Cancer, 2007). Dengan demikian, seperti pada penyakit vaskular, karena insidensi kanker meningkat sesuai dengan usia, risiko absolut dari penggunaan kontrasepsi pada kanker serviks dan payudara akan menjadi lebih besar pada wanita usia 35-40 tahun daripada pada wanita muda. Namun, paling tidak pada negara maju, kanker serviks invasif dapat dicegah dengan skrining papsmear yang adekuat, oleh karena itu akibat kesehatan masyarakat pada penggunaan kontrasepsi oral pada wanita yang lebih tua akan diabaikan pada negara-negara ini (tapi tidak pada negara dengan sumber daya rendah) (La Vecchia and Bosetti, 2003). Kanker payudara lebih sulit untuk dicegah, dan akibatnya peningkatan risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi merupakan alasan tambahan untuk membatasi penggunaan kontrasepsi oral pada wanita lanjut usia, terutama pada mereka dengan riwayat keluarga positif atau densitas mamografi yang tinggi.Penggunaan kontrasepsi oral mengurangi risiko kanker ovarium dan endometrium. Perlindungan untuk kedua neoplasma ini nampak tahan lama, yaitu untuk bertahan setidaknya 15-20 tahun setelah menghentikan penggunaan kontrasepsi oral (Gambar 3) (La Vecchia dan Bosetti, 2004; La Vecchia, 2006, Kolaborasi Kelompok Studi epidemiologi dari kanker ovarium, 2008). Ada sedikit indikasi, bahwa efek menguntungkan dari penggunaan kontrasepsi oral pada kanker ovarium dan endometrium yang dipengaruhi oleh usia saat penggunaan, yaitu bahwa perlindungan yang lebih besar, secara relatif dan mutlak, untuk wanita yang lebih tua.Penggunaan kontrasepsi oral dikaitkan denngan penurunan risiko kanker kolorektar sekitar 20%, tanpa adanya hubungan antara waktu dan risiko. Data tersebut tidak memadai untuk evaluasi pada wanita yang lebih tua (Fernandez et al., 2001).Kebanyakan penilaian risiko untuk penggunaan kontrasepsi oral pada wanita lanjut usia berlaku untuk pengguna kontrasepsi saat ini. Hal ini diketahui, faktanya bahwa penggunaan kontrasepsi oral tidak berhubungan jangka panjang dengan keseluruhan peningkatan risiko penyakit vaskular atau kanker, dan memang mungkin menghasilkan penurunan jangka panjang pada semua risiko kanker. Setelah sekitar 35 tahun melakukan follow up di Royal College of General Practitioner penelitian RR untuk semua kanker pada pengguna kontrasepsi oral dibandingkan dengan yang bukan pengguna adalah 0,88 (95% CI, 0.830.94) konsisten dengan manfaat kesehatan masyarakat (Hannaford et al., 2007).Pilihan Kontrasepsi Non-HormonalMengingat hubungan antara usia dan penyakit sistemik, metode keluarga berencana nonhormonal lebih dipilih oleh wanita yang lebih tua. Tapi karena tidak adanya pilihan yang umum, wanita usia di atas 40 tahun meminta kontrasepsi dengan saran individual. Tabel V menunjukkan penggunaan kontrasepsi non-hormonal oleh wanita yang menggunakan paling tidak satu metode pada kelompok usia di atas 40 tahun. Pada kontrasepsi hormonal, data efektivitas yang dapat dipercaya tidak disediakan pada kelompok umur ini. Tabel VI menujukkan efektivitas metode nonhormonal untuk pengguna kontrasepsi pada usia rata-rata.Seperti pada kontrasepsi hormonal, tingkat kegagalannya mungkin lebih rendah setelah usia 40 tahun akibat menurunnya kesuburan dan berkurangnya frekuensi hubungan seksual. Angka kelanjutan untuk pengguna metode non-hormonal usia rata-rata pada umumnya lebih tinggi dari 50% selama 1 tahun, dan mungkin masih lebih tinggi pada wanita di atas 40 tahun.Pada metode kontrasepsi non-hormonal, kontraindikasi absolut terkait dengan usia tidak ada untuk tembaga IUD, metode barrier, metode kepedulian kesuburan serta sterilisasi laki-laki dan perempuan. Metode kepedulian kesuburan, tentu saja kurang dapat diandalkan pada wanita premenopause dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. Tabel VII menunjukkan kontraindikasi relatif terkait dengan usia untuk penggunaan kontrasepsi nonhormonal pada wanita usia di atas 40 tahun.Tembaga IUD tidak boleh digunakan pada wanita dengan distorsi rongga rahim dan pada wanita dengan kelainan antikoagulan, tapi dalam kasus ini, hubungan dengan usia adalah tidak langsung. Pada kasus ini, risiko kanker endometrium menurun sekitar setengah pada wanita yang menggunakan IUD (OR 0.5; 95% CI, 0.470.62) (Beining et al., 2008).