persaingan usaha tidak sehat air minum dalam …

96
i PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM KEMASAN (Studi Analisis Putusan Perkara Nomor: 22/Kppu-I/2016) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Hanifa Tri Agustina NIM: 11140480000111 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019M

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

i

PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM

KEMASAN

(Studi Analisis Putusan Perkara Nomor: 22/Kppu-I/2016)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Hanifa Tri Agustina

NIM: 11140480000111

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019M

Page 2: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …
Page 3: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …
Page 4: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …
Page 5: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

v

ABSTRAK

HANIFA TRI AGUSTINA. NIM 1114048000111. PERSAINGAN USAHA

TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM KEMASAN (STUDI ANALISIS

PUTUSAN PERKARA NOMOR 22/KPPU-I/2016. PROGRAM STUDI Ilmu

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 1440 H/ 2018 M. vii + 80 halaman + 3 halaman Daftar

Pustaka.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kasus persaingan usaha

tidak sehat ini dapat terjadi serta dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan

perkara persaingan usaha tidak sehat tersebut selain itu tujuan lainnya ialah

menganalisis bagaimana Majelis Hakim memutus perkara tersebut yang menurut

peneliti PT. Tirta Investama juga melakukan pelanggaran hukum terkait dengan

Pasal 25 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Posisi Dominan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan

menggunakan metode perundang-undangan (statute approach), dan pendekatan

kasus (case approach). Pendekatan pada perundang-undangan mengacu kepada

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sedangkan pada pendekatan kasus berdasarkan

Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 22/KPPU-I/2016 dengan

tujuan menelaah suatu kasus yang telah diputuskan di pengadilan dengan

berkekuatan hukum yang tetap.

Hasil dari analisis dan penelitian ini mengungkap bahwa pertimbangan

majelis hakim Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam perkara persaingan

usaha tidak sehat air minum dalam kemasan antara pihak Aqua dan Le Minerale

berdasarkan pemeriksaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha telah terpenuhi

melanggar Pasal 15 Ayat (3) dan Pasal 19 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999. Selain masih kurangnya pengaturan mengenai larangan monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat itu sendiri di Indonesia, ternyata masih adanya

kelemahan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 itu sendiri sehingga

membuat Komisi Pengawas Persaingan Usaha sulit untuk memutus pelaku

pelanggar persaingan usaha supaya memberikan efek jera.

Kata Kunci : Persaingan Usaha, Perjanjian Tertutup, Penguasan Pasar.

Pembimbing : Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H.

Daftar Pustaka : 1988 sampai 2016

Page 6: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan

semesta alam atas segala rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM

DALAM KEMASAN (Studi Analisis Putusan Perkara Nomor: 22/Kppu-

I/2016) Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkankan kepada baginda

Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat yang telah membawa kita

ke luar dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang saat ini.

Semoga kita diberikan syafaat nya pada yaumil akhir kelak. Aamiin.

Hal ini tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesimpulan ini, dengan

segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat saya ini mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H. Selaku Dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan begitu banyak arahan, serta telah meluangkan banyak

waktunya untuk membimbing peneliti dengan begitu sabar selama ini,

sehingga Alhamdulillah berkat beliau peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan lancar. Terima kasih Pak Indra.

4. Muh. Fudhail Rahman, M.A. Selaku Dosen pembimbing akademik yang

begitu dengan sabar membimbing sejak awal masuk perkuliahan hingga

sampai saat ini.

5. Orang tua peneliti yang dengan sabar mendidik peneliti mulai dari lahir

hingga sekarang ini tanpa merasa lebih dan juga selalu memberikan

Page 7: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

vii

dukungan materiil maupun immaterial serta selalu memberikan doa

terhadap peneliti dalam pembuatan skripsi ini.

6. Kakak-kakak peneliti yang selalu memberikan semangat dalam proses

penelitian ini Adhi Chandra, Renny Ayu dan Panji Dwi Asmoro.

Terimakasih selalu memberikan perhatian dan kasih sayangnya terhadap

peneliti.

7. Sahabat-sahabat yang selalu bersama dan menemani peneliti selama peneliti

mengemban dunia pendidikan hingga saat ini, Dyah Arinil, Fauziah Eka

Widya, Ridha Nurul, Fauziah Karimah, Nurlia Fikawaty, Masyita Mustika,

Iqlimatul Annisa, Nabilah Annisa, Putri Aini, Adella Farah, Widy

Mayunita, Aprillia Lianjani dan Adinda Nasution Terimakasih selalu ada

untuk memberikan semangat dan semoga persahabatan kita tidak

terputuskan hingga tua nanti.

8. Fuji Nurul Hamdan, Abdul Latief Zainal, Muchtar Ramadhan dan M. Yusuf

kakak-kakak di kampus yang selalu membimbing dan memberikan masukan

terhadap peneliti dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tidak ada

yang bisa peneliti berikan untuk membalas jasa-jasa kalian kecuali doa dan

ucapan terimakasih. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

siapa saja yang membacanya. Terimakasih.

Demikian peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan

mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang terdapat dalam penulisan

skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi

para pembaca pada umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 26 Desember 2018

Peneliti

Hanifa Tri Agustina

Page 8: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

E. Metode Penelitian ........................................................................... 6

F. Rancangan Penelitian ..................................................................... 10

BAB II. HUKUM PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DI

INDONESIA ..................................................................................... 11

A. Persaingan Usaha Tidak Sehat ....................................................... 11

1. Persaingan Usaha ........................................................................ 11

2. Hukum Persaingan Usaha ........................................................... 14

3. Sejarah Persaingan Usaha Tidak Sehat ....................................... 15

4. Dasar Hukum .............................................................................. 18

B. Jenis-Jenis Persaingan Usaha Tidak Sehat ...................................... 18

C. Pendekatan Perse Illegal dan Rule of Reason ................................. 30

1. Teori Persaingan Usaha Tidak Sehat .......................................... 30

2. Teori Hukum Persaingan Usaha Tidak Sehat ............................. 31

D. Komisi Pengawas Persaingan Usaha ............................................... 34

E. Review Terdahulu............................................................................ 39

BAB III. BISNIS AIR MINUM DALAM KEMASAN DI INDONESIA .. 41

A. Kegiatan Bisnis Air Minum Dalam Kemasan ................................. 42

Page 9: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

ix

1. PT. Tirta Investama .................................................................. 42

2. PT. Fresindo Jaya ..................................................................... 47

B. Posisi Kasus ..................................................................................... 52

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN

USAHA PERKARA NOMOR: 22/KPPU-I/2016 ....................... 58

A. Pelanggaran Hukum ........................................................................ 58

B. Pertimbangan Hakim ....................................................................... 60

1. Aspek Filosifis ............................................................................ 60

2. Aspek Yuridis ............................................................................. 63

3. Aspek Sosiologis ......................................................................... 73

BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 80

A. Kesimpulan ...................................................................................... 80

B. Rekomendasi ................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83

Page 10: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Dengan berkembangnya dunia usaha saat ini, para pelaku usaha dalam dunia

industri air mineral terlibat persaingan usaha yang sangat ketat. Dengan adanya

persaingan usaha maka pelaku usaha saling memperbaiki produk atau jasa yang

dimiliki, berusaha memberikan produk atau jasa yang berkualitas tinggi bagi

konsumen. Dampak baiknya bagi persaingan usaha ini setiap pelaku usaha akan

memberikan yang terbaik dalam produk atau jasanya, dan konsumen mempunyai

pilihan dalam membeli produk atau jasa tersebut dengan harga murah tetapi

kualitas sangat baik. Persaingan dalam dunia usaha seharusnya dipandang sebagai

suatu hal yang positif. Namun dengan berjalannya perkembangan usaha yang

pesat, para pelaku usaha tidak sedikit yang melakukan persaingan usaha dengan

tidak sehat demi meraup keuntungannya sendiri.1

Era globalisasi saat ini membuat para pelaku pasar semakin bersaing

untuk mendapatkan keuntungan yang lebih luas. Agar mendapatkan keuntungan

yang maksimal, pelaku usaha terkadang bahkan sering melakukan tindakan yang

kurang bahkan tidak jujur yang dapat menghambat pelaku usaha lain dalam

melaksanakan prinsip ekonominya. Salah satu bentuk persaingan usaha tidak

sehat yaitu perjanjian tertutup dan penguasaan pasar. Dalam Undang-Undang

Nomor 5 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

telah dijelaskan bahwa perjanjian bukan hanya dalam bentuk tulisan akan tetapi

juga perbuatan-perbuatan yang membuat hilangnya persaingan, pembatasan

produksi dan peningkatan harga.2

1 L. Budi Kagramanto, Mengenal Hukum Persaingan Usaha Berdasarkan UU Nomor 5

Tahun 1999, (Surabaya: Laros,2008), h. 16.

2 Ditha Wiradiputra, Perjanjian Dilarang, Bahan Mengajar Hukum Persaingan Usaha

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008.

Page 11: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

2

Kegiatan usaha ini seharusnya dilakukan dengan mematuhi norma-norma

yang berlaku dalam masyarakat agar dapat melakukan kegiatan usaha jangka

panjang yang menjamin keuntungan maksimal, kegiatan usaha tersebut akan

hancur apabila perlindungan konsumen, mitra bisnis, atau keseluruhan masyarakat

tidak lagi percaya dengan pelaku usaha akibat perilaku yang tidak etis. Oleh

karena itu kegiatan usaha harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dan etika

yang ada meskipun dalam kegiatan usaha ada persaingan yang sangat ketat.

Persaingan pada kegiatan usaha diharapkan mengarah pada persaingan usaha yang

sehat.3

Persaingan usaha yang sehat dapat membawa pengaruh positif terhadap

para pengusaha yang saling bersaing karena dapat menimbulkan upaya-upaya

peningkatan produktifitas, efisiensi dan kualitas produk yang dihasilkannya. Dan

sebaliknya, apabila para pengusaha bersaing dengan cara tidak sehat, maka akan

merusak perekonomian negara yang merugikan masyarakat.4

Undang-Undang Persaingan Usaha dimaksudkan untuk menegakkan

aturan hukum dan memberikan perlindungan hukum bagi pelaku usaha untuk

menciptakan kesejahteraan dan persaingan yang sehat. Selain itu, Undang-Undang

persaingan usaha dengan tegas mengatur mengenai bentuk-bentuk persaingan

usaha tidak sehat, mengatur mengenai Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU), serta penegakkan hukum persaingan usaha. KPPU merupakan pengawas

yang mengatur penyelesaian pelanggaran hukum persaingan usaha yang diatur

dalam pengaturan komisi Nomor 1 Tahun 2010 tentang tata cara penanganan

perkara (Perkom 1/2010). KPPU dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden

Nomor 75 Tahun 1999 tentang KPPU sebagai pelaksana dari ketentuan pasal 34

ayat (1) UU Persaingan Usaha. Pasal 2 angka 1 Perkom 1/2010, menentukan

bahwa KPPU menangani perkara atas dasar laporan pelapor, laporan pelapor

dengan permohonan ganti rugi, atau berdasarkan inisiatif KPPU.

3 Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu,2009), h. 243

4 Sanusi Bintang dan Dahan, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2000), h. 97.

Page 12: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

3

Berdasarkan inisiatifnya, KPPU telah melakukan penelitian melakukan

pemeriksaan, dan memutus perkara dugaan pelanggaran hukum persaingan usaha

pada PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa. Perkara ini bermula dari

laporan para pedagang ritel maupun eceran ke kantor KPPU pada september 2016.

Pedagang mengaku dihalangi oleh pihak PT Tirta Investama untuk menjual

produk Le Minerale yang diproduksi PT Tirta Fresindo Jaya. Salah satu klausul

perjanjian ritel menyebutkan, apabila pedagang menjual produk Le Minerale

maka statusnya akan diturunkan dari Star Outlet (SO) menjadi Wholesaler

(eceran). Atas perbuatan itu PT Tirta Fresindo Jaya melayangkan somasi terbuka

terhadap PT Tirta Investama di surat kabar pada tanggal 1 Oktober 2017. Somasi

ini lalu ditanggapi oleh Otoritas Persaingan Usaha. KPPU menduga ada praktik

persaingan usaha tidak sehat dalam industri AMDK (Air Mineral Dalam

Kemasan).

PT. Tirta Investama merupakan Perseroan yang memproduksi Air

Minum Kemasan yang dalam hal ini yaitu Aqua. Aqua menggunakan seluruh

media untuk iklannya. Televisi, radio, Koran, majalah membawakan logo dan

slogan biru Aqua yang berbeda. Target pasar Aqua ditujukan untuk mengevaluasi

dan membandingkan kelompok yang diidentifikasikan dan kemudian memilih

satu atau beberapa diantaranya sebagai calon dengan potensi yang paling besar.

Bauran pemasaran kemudian dirancang yang akan memberikan hasil terbaik

dalam penjualan, selain itu menciptakan nilai maksimum bagi konsumen. Dapat

dilihat bahwa target pasarnya cenderung kepada masyarakat metropolitan yang

aktif dan dinamis. Namun dalam hal ini Aqua didapati melakukan suatu tindakan

yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal ini dibuktikan dengan KPPU yang berhasil mengumpulkan alat bukti

pelanggaran yang dilakukan oleh produsen Aqua tersebut yang mana diduga

melakukan Exclusive Dealing dengan melakukan penguasaan pasar. Investigator

menemukan bukti email antara PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Jaya

yang berjudul “Degradasi Star Outlet (SO) menjadi Wholesaler”. Tindakan

tersebut seakan menghalangi pelaku usaha lain didunia usaha AMDK dan

menyebabkan sang agen mendapatkan harga 3 persen lebih mahal.

Page 13: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

4

Perbandingannya, bagi Star Outlet (SO) harga yang dikenakan sebesar Rp.

37.000,00 per karton untuk ukuran 600 mililiter, sementara bagi wholeseller

dikenakan Rp. 39.390,00 per karton. Sesuai dengan putusan hakim tersebut

mengenai ketentuan dalam Pasal 15 Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999 yang

mengatur tentang perjanjian tertutup atau exclusive dealing. Perjanjian tertutup

adalah suatu perjanjian antara mereka yang berada pada level yang berbeda pada

proses produksi atau jaringan distribusi barang atau jasa. Perjanjian tertutup

merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha agar dapat menjadi

sarana dan upaya bagi pelaku usaha untuk dapat melakukan pengendalian oleh

pelaku usaha terhdap pelaku usaha lain secara vertikal (pengendalian vertikal),

baik melakukan pengendalian harga maupun melalui pengendalian non-harga.

Strategi perjanjian tertutup ini pada umumnya lebih banyak dilakukan pada level

distribusi produk barang dan/atau jasa. Perjanjian tertutup ini sangat berpotensi

merugikan pelaku usaha lain dan konsumen sehingga harus dilarang dan jika hal

tersebut terjadi, harus ditindak.

Majelis Komisi menilai, menganalisa, menyimpulkan dan memutuskan

Perkara Nomor 22/KPPU-I/2016, yang diputus pada tanggal 19 Desember 2017,

PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Jaya terbukti bersalah dan melanggar

Pasal 15 ayat (3) huruf b dan Pasal 19 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat. Dalam perkara antara PT. Tirta Fresindo Jaya melawan PT Tirta Investama

dan PT Balina Agung Jaya, Majelis Komisi menghukum PT Tirta Investama

selaku Terlapor I untuk membayar denda sebesar Rp.13.845.450.000,00 dan PT

Balina Agung Jaya selaku Terlapor II sebesar Rp.6.294.000.000,00 untuk

disetorkan ke kas negara.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian hukum atau skripsi terhadap pembahasan tersebut dengan

judul “Persaingan Usaha Tidak Sehat Bisnis Air Minum Dalam Kemasan

(Studi Putusan KPPU Nomor: 22/KPPU-I/2016)”

Page 14: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

5

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka

dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan

Pelanggaran Hukum Persaingan Usaha pada penyalahgunaan posisi dominan

terkait dengan PT. Tirta Investama dalam industri Air Mineral Dalam

Kemasan, yaitu:

a. Pelanggaran yang telah dilakukan oleh PT. Tirta Investama, sudah

melanggar Pasal 15 dan 19 yang berlaku.

b. Mengetahui isi Perjanjian Tertutup antara PT. Tirta Investama dan PT.

Balina Agung Jaya.

c. Posisi dominan yang terjadi terhadap Air Mineral Dalam Kemasan di

pasaran.

d. Peran, tugas, dan fungsi Komisi Pengawas Persaingan Usaha

e. Pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara nomor 22/KPPU-

I/2016.

2. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian ini,

maka perlu adanya pembatasan masalah agar dalam praktek penelitian dan

penyusunan secara ilmiah dapat dipahami dengan mudah. Oleh karena itu,

peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti secara khusus membahas

tentang pelanggaran hukum persaingan usaha tidak sehat pada

penyalahgunaan posisi dominan yang dalam hal ini peneliti melakukan

penelitian kepada PT. Tirta Investama.

3. Perumusan Masalah

Untuk dapat mengkerucutkan perumusan penelitian utama kemudian

dibuat pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama

dan PT. Balina Agung Perkasa yang menyebabkan persaingan usaha

tidak sehat?

Page 15: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

6

b. Bagaimana pertimbangan majelis hakim dalam memberikan putusan

pada perkara Nomor: 22/KPPU-I/2016?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian sudah dijelaskan berdasarkan

permasalahan-permasalahan yang sudah dijelaskan diatas, sedangkan secara

khusus tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui struktur dan posisi pasar dalam bisnis air minum

kemasan.

b. Untuk mengetahui jenis tindakan persaingan usaha tidak sehat dalam

penguasaan bisnis air minum dalam kemasan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber

pengetahuan untuk penelitian selanjutnya dan upaya pengembangan

pengetahuan mengenai analisis terhadap Putusan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 22/KPPU-I/2016 Tentang Air Minum Dalam

Kemasan antara Aqua dengan Le Minerale.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini sebagai upaya pengembangan kemampuan dan

pengetahuan hukum bagi peneliti, dalam lingkup hukum persaingan

usaha khususnya dalam bidang perjanjian tertutup, penguasaan pasar dan

posisi dominan sehingga dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan

masyarakat.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini dibutuhkan data yang akurat, yang berasal dari

studi dokumentasi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada pada

Page 16: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

7

skripsi ini. Oleh karena itu penulis menggunkan metode penelitian sebagai

berikut:

1. Tipe Penelitian

Penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada

pada penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah

penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data

sekunder belaka.5 Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai

peraturan perundang-undangan dibidang hukum persaingan usaha. Sedangkan

sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu tipe penelitian untuk

memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu gejala atau fenomena,

agar membentuk dan memperkuat teori-teori yang sudah ada, atau mencoba

merumuskan teori baru.

2. Pendekatan Masalah

Dalam kaitannya dengan penelitian yuridis normatif, akan digunakan

beberapa pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Perundang-Undangan (Statue Approach)

Suatu pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai aturan hukum

yang berkaitan dengan pelanggaran hukum persaingan usaha diantaranya:

Pasal 15 dan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

b. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Kasus ini ditelaah untuk refrensi bagi isu hukum. Pendekatan ini

diperlukan guna mempelajari penerapan-penerapan norma-norma atau

kaidah hukum secara menelaah suatu kasus yang telah menjadi putusan

Majelis Komisi pada Putusan KPPU Nomor: 22/KPPU-I/2016. Dalam

menggunakan pendekatan kasus yang perlu dipahami oleh peneliti adalah

pendekatan rule of reason yang dipakai oleh majelis hakim, yaitu alasan-

alasan hakim untuk sampai putusannya.

5 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

(Jakarta: Rajawali Press, 2001), h. 14.

Page 17: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

8

3. Sumber Data

Data yang digunakan hanya data sekunder. Data sekunder adalah

data yang dikumpulkan dalam penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan

adalah teknik untuk mencari bahan-bahan atau data-data kepustakaan yang

terjadi dalam literatur untuk menyelesaikan permasalahan yang dibahas.

Pada penelitian kepustakaan, data yang digunakan adalah bahan-

bahan pustaka yang terdiri dari 3 macam hukum, sebagai berikut6:

a. Bahan Hukum primer, yaitu bahan hukum yang sifatnya mengikat, yaitu

tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

putusan KPPU Nomor: 22/KPPU-I/2016.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, yaitu:

1) Berbagai hasil penelitian tentang perjanjian tertutup.

2) Berbagai buku yang membahas mengenai Hukum Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

3) Yurisprudensi Majelis Hakim.

c. Bahan Non Hukum, yaitu berupa literatur yang berasal dari non hukum

yang mempunyai relevansi dengan topik penelitian berupa kamus besar

bahasa Indonesia (KBBI), kamus hukum, majalah, koran, internet, dan

lainnya.7

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan adalah teknik dokumentasi yakni upaya

untuk memperoleh data dari penelusuran literatur kepustakaan, peraturan

perundang-undangan, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan

penelitian ini.

Metode data yang digunakan dalam menganalisis data-data yang

terkumpul adalah analisis kualitatif. Maksud dari metode tersebut adalah

memberikan gambaran terhadap permasalahan yang ada dengan berdasarkan

pendekatan yuridis normatif.

6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press,2001), h. 52.

7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana,2011), h. 143.

Page 18: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

9

5. Teknis Analisis Data

Teknik pengolahan data yang digunakan peneliti adalah dengan

mengelola data sedemikian rupa sehingga data dan beban hukum tersebut

tersusun secara runtut, sistematis sehingga akan memudahkan peneliti dalam

melakukan analisis.8

Pertama, data tersebut diklasifikasikan sesuai pembahasan yang

menjadi fokus penelitian. Kedua, diuraikan dan dijelaskan fokus penelitian

tersebut berdasarkan teori-teori yang sesuai dengan fokus penelitian. Ketiga,

penjelasan tersebut dievaluasi atau dinilai berdasarkan ketentuan hukum yang

berlaku.

6. Teknik Pengolahan Data

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, maupun bahan non hukum, diuraikan dan dihubungkan sedemikian

rupa, sehingga ditampilkan dalam penelitian yang lebih sistematis untuk

menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Cara pengolahan bahan

hukum dilakukan dengan cara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu

permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang

dihadapi.9 Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis

terhadap bahan hukum tersebut yang akhirnya akan diketahui penerapan

persaingan usaha tidak sehat bisnis air minum dalam kemasan.

7. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan

menggunakan metode analisis kualitatif. Tujuannya adalah untuk

menggambarkan secara mendalam terhadap kasus-kasus yang diteliti.

Analisis data secara kualitatif lebih menekankan kepada kualitas atau isi dari

data tersebut secara mendalam dan menyeluruh.10

8 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h..180.

9 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet.II, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2006), h.393.

10

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2001), h.32.

Page 19: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

10

8. Metode Penelitian

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan peneliti dalam

skripsi ini berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang terdapat

dalam “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017”

E. Rancangan Sistematika Penelitian

Untuk menjelaskan isi skripsi secara menyeluruh ke dalam penelitian

yang sistematis dan terstruktur maka skripsi ini penulis susun dengan sistematika

penulisan yang terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut:

BAB I: Dijelaskan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan rancangan

sistematika penelitian.

BAB II: Memuat kajian pustaka yang terbagi dalam beberapa sub bab, yaitu

di dalamnya menguraikan tentang teori-teori hukum yang menjadi

landasan teori penelitian ini, dan tinjauan (review) kajian terdahulu

yang sama-sama membahas persaingan usaha tidak sehat.

BAB III: Menguraikan tentang profil dari PT. Tirta Investama dengan PT.

Balina Agung Perkasa dan sejarah dari Air Minum Dalam

Kemasan serta menjelaskan posisi kasus pada penelitian ini.

BAB IV: Menjawab pertanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah tentang

bentuk pelanggaran yang dilakukan oeh para terlapor serta

pertimbangan hakim dalam memutus perkara.

BAB V: Bab terakhir ini yang berisikan tentang beberapa kesimpulan dari

hasil penelitian dan disamping itu peneliti memberikan beberapa

rekomendasi yang dianggap perlu.

Page 20: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

11

BAB II

HUKUM PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DI

INDONESIA

A. Persaingan Usaha Tidak Sehat

1. Persaingan Usaha

Perkembangan usaha berdampak pada tumbuhnya pengusaha-

pengusaha baru. Semakin banyak pemilik usaha maka persaingan antar

pelaku usaha semakin ketat. Persaingan usaha yang terjadi bukan hanya

persaingan antar pasar di dalam negeri, namun juga pasar global, adanya

kecendrungan menganut pasar bebas, pelaku usaha dapat memenuhi

kebutuhan konsumen dengan memberikan produk yang beragam sekaligus

efisien.1

Persaingan usaha merupakan hal yang paling menjadi perhatian

dalam konteks dunia usaha. Sebuah praktik monopoli bisa merupakan

sebuah masalah dalam dunia usaha sehingga menimbulkan persaingan usaha

tidak sehat dan implikasinya adalah tidak kompetitifnya pasar sehingga

menyebabkan melemahnya daya saing pelaku usaha.

Persaingan usaha adalah persaingan antar pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa

yang dilakukan dengan cara-cara tertentu untuk mencapai target yang

diinginkan. Persaingan usaha ini terbagi menjadi dua macam, yaitu

persaingan usaha sempurna dan persaingan usaha tidak sehat. Persaingan

usaha sempurna adalah struktur pasar yang akan mewujudkan kegiatan

produksi barang dan jasa yang sangat tinggi efisiensinya.2 Terdapat banyak

penjual dan pembeli namun tidak dapat mempengaruhi keadaan pasar.

Sedangkan persaingan tidak sehat adalah persaingan diantara pelaku usaha

1 Buchari Alam, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung: Alfabeta, 2016),

h.199.

2 Tjipto Fandi, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002), h.6.

Page 21: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

12

yang tidak seimbang, terdapat ketidakjujuran dari pelaku usaha yang

bersaing dengan pelaku usaha lain3

Berdasarkan dari seluruh penjelasan di atas, persaingan usaha

adalah suatu cara yang diterapkan oleh pelaku usaha untuk mengembangkan

usahanya dan bersaing di pasar global, sehingga perusahaan mampu

mencapai tujuan tertinggi.

Kandungan substansi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat,4 meliputi hal-hal berikut:

a. Perumusan istilah atau konsep-konsep dasar yang terdapat atau

dipergunakan dalam Undang-Undang maupun aturan pelaksaan lainnya,

agar dapat diketahui pengertian. Pasal 1 memuat dari 19 istilah atau

konsep dasar, yaitu pengertian monopoli, praktik monopoli, pemusatan

kekuatan ekonomi, posisi dominan, pelaku usaha, persaingan usaha,

persaingan usaha tidak sehat, perjanjian, persekongkolan atau konspirasi,

perjanjian, pasar, harga pasar, konsumen, barang, jasa, Komisi Pengawas

Persaingan Usaha.

b. Perumusan kerangka politik antimonopoli dan persaingan usaha tidak

sehat berupa asas dan tujuan pembentukan Undang-Undang sebagaimana

dimaksud pada pasal 2 dan pasal 3;

c. Perumusan macam perjanjian yang dilarang dilakukan oleh pengusaha.

Pasal 4 sampai dengan dengan Pasal 16 memuat macam perjanjian yang

dilarang tersebut, yaitu perjanjian tertutup, pemasaran, pemboikotan,

kartel, oligopsoni, integrasi vertikal, dan perjanjian dengan pihak luar

negeri;

d. Perumusan macam kegiatan yang dilarang dilakukan pengusaha. Pasal 17

sampai dengan Pasal 22 memuat macam kegiatan yang dilarang tersebut,

3 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2008),

h.25.

4 Ayudha D. Prayoda, Persaingan Usaha dan Hukum yang mengaturnya, (Jakarta: ELIPS,

2000), h.50-51.

Page 22: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

13

antara lain monopoli, monopsoni, penguasaan pasar, dan

persekongkolan;

e. Perumusan macam Posisi Dominan yang tidak boleh dilakukan

pengusaha. Pasal 25 sampai dengan Pasal 29 memuat macam posisi

dominan yang tidak boleh dilakukan tersebut, yaitu jabatan rangkap,

pemilikan saham, serta penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan;

f. Masalah susunan, tugas, dan fungsi Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Pasal 30 sampai dengan Pasal 37 membuat perumusan status,

keanggotaan, tugas, wewenang dan pembiayaan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha;

g. Perumusan tata cara penanganan perkara persaingan usaha oleh Komisi

Pengawas Persaingan Usaha. Pasal 38 sampai dengan pasal 46 memuat

perumusan penerimaan laporan, pemeriksaan terhadap pelaku usaha dan

alat-alat bukti, jangka waktu pemeriksaan, serta putusan komisi, kekuatan

putusan komisi dan upaya hukum terhadap putusan komisi;

h. Ketentuan saksi yang dapat dijatuhkan kepada pelaku usaha yang telah

melanggar ketentuan dalam Undang-Undang. Pasal 47 sampai dengan

Pasal 49 memuat macam sanksi yang dapat dijatuhkan kepada pelaku

usaha, yaitu tindakan adminstrative, dan pidana tambahan;

i. Perumusan perbuatan atau perjanjian yang dikeualikan dari ketentuan

Undang-Undang dan monopoli oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dan/atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjukan oleh

Pemerintah. Pasal 50 memuat ketentuan yang dikecualikan dari Undang-

Undang dan Pasal 51 memuat ketentuan mengenai monopoli oleh Badan

Usaha Milik Negara;

Hal-hal yang menyangkut pelaksanaan Undang-Undang, yaitu

perumusan ketentuan peralihan dan ketentuan penutup. Pasal 52 mengatur

bahwa pelaku usaha yang telah membuat dan/atau melakukan kegiatan

usaha dan/atau tidak sesuai dengan Undang-Undang diberikan waktu untuk

menyelesaikannya selama 6 (enam) bulan sejak Undang-Undang, yaitu

Page 23: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

14

terhitung sejak 1 (satu) tahun sesudah Undang-Undang diundangkan oleh

Pemerintah.

2. Hukum Persaingan Usaha

Perkembangan sistem hukum di negara Indonesia salah satunya

dibidang hukum ekonomi yaitu hukum persaingan usaha. Hukum

persaingan usaha bertujuan untuk mencegah praktek monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat yang dilarang. Arie Siswanto berpendapat

dalam bukunya yang berjudul “Hukum Persaingan usaha” yang dimaksud

dengan hukum persaingan usaha (Competition Law) adalah instrumen

hukum yang menentukan tentang mekanisme persaingan harus dilakukan.

Hukum persaingan secara khusus menekan pada bagian aspek “persaingan”

sehingga pelaku usaha tidak melakukan praktek monopoli atau persaingan

usaha tidak sehat.

Hukum persaingan usaha berisi ketentuan-ketentuan substansial

tentang tindakan-tindakan yang dilarang (beserta konsekuensi hukum yang

timbul) dan ketentuan-ketentuan prosedural mengenai penegakan hukum

persaingan.5 Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa hukum

persaingan usaha ialah suatu ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai

penegakan hukum dalam persaingan usaha, yaitu persaingan antara para

penjual di dalam merebutkan pembeli dan pangsa pasar.

Ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 merupakan

dasar negara yang harus dijadikan sebagai pedoman di negara Indonesia.

Pemerintah mengundangkan Peraturan Perundang-undangan Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha

Tidak sehat sebagai perwujudan dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33

Ayat (4). Undang-Undang Persaingan Usaha bahwa ketentuan Pasal 3

menegaskan tujuan pembentukan Undang-Undang Persaingan Usaha yaitu:

a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi

nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat.

5 Aries Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), cet.I, h.30.

Page 24: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

15

b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan

usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan

berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah

dan pelaku usaha kecil.

c. Mencegah praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang

ditimbulkan oleh pelaku usaha.

d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Tujuan dari Undang-Undang Persaingan Usaha mengupayakan

secara optimal terciptanya persaingan usaha yang sehat dan efektif pada

suatu pasar, agar pelaku usaha melakukan efisiensi dan mampu bersaing

dengan pelaku usaha lainnya. Fakta yang terjadi untuk menciptakan

persaingan usaha yang sehat di negara Indonesia masih sulit diterapkan,

terkait dengan alasan pelaku usaha lebih mementingkan keuntungan semata

tetapi tidak memperhatikan aturan hukum yang berlaku. Undang-Undang

Persaingan Usaha Pasal 1 angka 6 menentukan bahwa persaingan usaha

tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan

kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan

dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan.6

3. Sejarah Persaingan Usaha Tidak Sehat

Dalam perkembangan sistem ekonomi Indonesia, persaingan usaha

menjadi salah satu instrumen ekonomi sejak saat reformasi digulirkan.

Sebuah undang-undang yang secara komprehensif mengatur persaingan

usaha tidak sehat dan keinginan itu didorong oleh munculnya praktik-

praktik perdagangan yang tidak sehat terutama karena penguasa sering

memberikan perlindungan ataupun hak istimewa (priveleges) yang tidak

sehat kepada para pelaku bisnis tertentu sebagai bagian dari praktik-praktik

kolusi, korupsi, dan nepotisme. Dikatakan secara komprehensif karena

sebenarnya secara pragmentaris batasan-batasan yuridis terhadap praktik-

6 Fendy, “Jurnal Hukum, Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Dalam

Mendorong Persaingan Usaha Yang Sehat Di Sektor Motor Skuter Matic”, (Yogyakarta:

Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2016), h. 1-2.

Page 25: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

16

praktik bisnis yang tidak sehat atau curang dapat ditemukan secara tersebar

diberbagai hukum positif tetapi, karena sifatnya yang sektoral perundang-

undangan tersebut sangat tidak efektif untuk secara konseptual memenuhi

berbagai indikator sasaran yang ingin dicapai oleh undang-undang

persaingan sehat tersebut.7

Pada hakikatnya orang menjalankan kegiatan usaha adalah untuk

memperoleh keuntungan dan penghasilan dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup, baik kebutuhan primer, sekunder, maupun kebutuhan

tersier. Atas dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup itulah yang mendorong

banyak orang menjalankan kegiatan usaha, baik kegiatan usaha yang sejenis

maupun kegiatan usaha yang berbeda. Keadaan yang demikian itulah

sesungguhnya yang menimbulkan atau melahirkan persaingan usaha di

antara para pelaku usaha. Oleh karena itulah, persaingan dalam dunia usaha

merupakan hal yang biasa terjadi. Bahkan dapat dikatakan persaingan dalam

dunia usaha itu merupakan conditio sine qua non atau persyaratan mutlak

bagi terselenggaranya ekonomi pasar. Walaupun diakui bahwa adakalanya

persaingan usaha itu sehat (fair competition), dan dapat juga tidak sehat

(unfair competition).

Dengan memerhatikan situasi dan kondisi tersebut di atas,

menuntut kita untuk mencermati dan menata kembali kegiatan usaha di

Indonesia, agar dunia usaha dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan

wajar, sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang sehat, terhindarnya

pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu,

antara lain dalam bentuk praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

yang merugikan masyarakat, yang bertentangan dengan cita-cita keadilan

sosial.8

7 Rizky Novyan Putra, “Urgensi Keberadaan Hukum Persaingan Usaha dan Antimonopoli

Di Indonesia”, Business Law Review, Vol. 1 , h. 39.

8 Hermansyah, “Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia”, (Jakarta: Kencana,

2009), h.9.

Page 26: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

17

Adanya dua orientasi dalam pengembangan hukum persaingan di

Indonesia, yaitu yang pertama, berorientasi kepada pengaturan persaingan

usaha antarpelaku usaha agar terciptanya iklim usaha yang sehat dan

kompetitif dan yang kedua, berorientasi kepada perubahan perilaku atau

kebiasaan yang terdapat dalam masyarakat, terutama perilaku atau

kebiasaan-kebiasaan yang dipraktikkan oleh pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan usahanya, mengandung arti bahwa kedua hal itu

merupakan landasan dan pertimbangan dalam upaya pengembangan hukum

persaingan usaha tersebut.9

Berdasarkan apa yang diuraikan tadi, jelaslah bahwa demokrasi di

bidang ekonomi itu harus diimplementasikan secara konsisten dalam

kegitan usaha, karena memang mempunyai arti yang penting dan strategis

dalam rangka pembangunan ekonomi. Penciptaan iklim persaingan usaha

yang sehat sebagai sarana penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat

sebagai sarana penciptaan demokrasi di bidang ekonomi itu perlu terus

diupayakan secara terencana dan terus-menerus, dan diikuti oleh

penyusunan kebijakan persaingan usaha serta upaya pencegahan dan

penindakaan terhadap para pelaku usaha yang melakukan praktik monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat. Untuk mencegah dan menindak pelaku

usaha yang melakukan persaingan usaha tidak sehat itu diperlukan adanya

aturan hukum. Tanpa adanya aturan hukum, persaingan usaha yang sehat

mungkin dapat diwujudkan. Oleh karena itu, untuk menjamin adanya

persaingan usaha yang sehat itu dibuatlah Undang-Undang Persaingan

Usaha yang mengatur berbagai mekanisme persaingan usaha dan menjamin

terwujudnya persaingan usaha yang sehat dan adil.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa

diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan landasan

yang kuat untuk menciptakan perekonomian yang efisien dan bebas dari

9 Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media), h.1.

Page 27: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

18

segala bentuk distorsi. Adanya jaminan kepastian hukum berdasarkan

Undang-Undang Antimonopoli tersebut diharapkan dapat mencegah

praktik-praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, sehingga

tercipta efektivas dan efisiensi dalam kegiatan usaha yang meningkatkan

kesejahteraan rakyat dan memberikan peluang kerja baru dan berpotensi

mengurangi jumlah pengangguran.

4. Dasar Hukum

Secara umum persaingan usaha merupakan sebuah praktik

monopoli bisa merupakan sebuah masalah dalam dunia usaha sehingga

menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan implikasinya adalah tidak

kompetitifnya pasar sehingga menyebabkan melemahnya daya saing pelaku

usaha. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tersebut dibuat dengan

tujuan untuk menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisensi

ekonomi nasional, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mewujudkan

iklim usaha yang kondusif, mencegah praktik monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat, serta menciptakan efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan

usaha.

Dari penjelasan mengenai persaingan usaha tidak sehat diatas,

maka dasar hukum terkait persaingan usaha tidak sehat yaitu sebagai

berikut:

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

b. Pasal 33 Ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945

c. Keppres No.75 Tahun 1999 dan diberi nama Komisi Pengawas

Persaingan Usaha

B. Jenis-Jenis Persaingan Usaha Tidak Sehat

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah upaya dalam mengatur

masalah persaingan antar pelaku usaha dan larangan melakukan praktik monopoli.

Undang-Undang ini disebut sebagai Undang-Undang antimonopoli dan anti

Page 28: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

19

persaingan usaha tidak sehat. Adanya undang-undang antimonopoli ini untuk

mengontrol tindakan para pelaku usaha dari perbuatan melakukan praktik

monopoli.10

Secara umum materi dan ruang lingkup dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat ini adalah:11

Pengaturan perjanjian yang dilarang dilakukan oleh pelaku

usaha meliputi 10 bagian dan 13 Pasal, dari Pasal 4 sampai Pasal 16 yaitu:

1. Oligopoli

Oligopoli yaitu hanya beberapa perusahaan yang menjual produk

yang sama, yang mengakibatkan kompetisi terbatas dan harga tinggi.

2. Penentapan Harga (Price Fixing)

Penentapan Harga (Price Fixing) yaitu kerjasama dengan

perusahaan pesaing untuk menetapkan harga pasar. Berupa perjanjian

penetapan harga (price fixing agreement), perjanjian diskriminasi harga

(price discrimination agreement), harga pemangsa atau jual rugi (predatory

pricing), dan penetapan harga jual kembali (resale price

maintenance/vertical price fixing).

3. Pembagian Wilayah (division of market allocation)

Pembagian Wilayah (division of market allocation) yaitu perjanjian

yang mengikat untuk membagi wilayah pasar antara produsen dengan

pertimbangan memaksimalkan keuntungan.

4. Pemboikotan (group boycotts/horizontal refuse to deal)

Pemboikotan (group boycotts/horizontal refuse to deal) yaitu

perbuatan yang mengajak orang lain untuk tidak berhubungan dengan orang

ketiga. Perjanjian tersebut sebagaimana berikut:12

10

Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2013), h.63.

11

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media, 2009), h.116.

12

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005), h.218.

Page 29: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

20

a. Perjanjian untuk mengahalangi pelaku usaha yang lain (pihak ketiga)

untuk melakukan usaha yang sama.

b. Perjanjian untuk menolak menjual barang atau jasa dari pelaku usaha lain

(pihak ketiga).

5. Kartel

Kartel yaitu kombinasi keseluruhan pengontrolan produksi,

penjualan dan harga, yang bertujuan untuk memonopoli atau membatasi

suatu kompetisi.

6. Trust Agreement

Trust Agreement yaitu perjanjian untuk melakukan kerjasama

dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar,

dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-

masing perusahaan.13

7. Oligopsoni

Oligopsoni yaitu perjanjian yang dilakukan oleh pelaku usaha

dengan pelaku usaha lain untuk bersama-sama menguasai pembelian atau

penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang atau jasa

dalam pasar yang bersangkutan.14

8. Integrasi Vertikal

Integrasi Vertikal yaitu penguasaan serangkaian proses produksi

yang berlanjut atas layanan suatu jasa tertentu oleh seorang pelaku usaha

tertentu.15

9. Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri

Perjanjian ini dilarang apabila memuat ketentuan yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat.

13

C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2013), h.193.

14

C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, ... , h.194.

15

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005), h.220.

Page 30: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

21

10. Perjanjian Tertutup (Exclusive Dealing)

Exclusive Dealing atau Perjanjian Tertutup adalah suatu perjanjian

yang terjadi antara mereka yang berada pada level yang berbeda pada proses

produksi atau jaringan distribusi suatu barang atau jasa.16

Pada pokoknya seorang pelaku usaha menentukan sendiri pihak

penjual atau pembeli atau pemasok di pasar, sesuai dengan kebutuhan dan

berlakunya sistem atau mekanisme pasar. Oleh karenanya setiap perjanjian

yang membatasi kebebasan tersebut bertentangan dengan hukum pasar yang

mengakibatkan timbulnya persaingan tidak sehat. Dalam Undang-Undang

Anti Monopoli, diatur larangan mengenai bentuk perjanjian yang dapat

membatasi kebebasan pelaku usaha tertentu untuk memilih sendiri pembeli,

penjual atau pemasok barang atau jasa.

Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang

mengatur larangan perjanjian, menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang

membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan

bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa hanya akan memasok dan

tidak memasok kepada pihak tertentu dan/atau pada tempat tertentu, pelaku

usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat

persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa tertentu harus

bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok,

pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan

harga tertentu atas barang dan/atau jasa yang memuat persyaratan bahwa

pelaku usaha yang menerima barang dan/atau jasa dari pelaku usaha

pemasok, serta harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku

usaha pemasok; atau tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama

atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha

pemasok.

Perjanjian tertutup antara para pelaku usaha yang memuat

persyaratan ialah,17

pihak yang menerima barang dan/atau jasa hanya akan

16

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.98.

Page 31: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

22

memasok atau tidak memasok kembali barang dan/atau jasa tersebut kepada

pihak tertentu dan/atau pada tempat tertentu, pihak yang menerima barang

dan/atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari

pelaku usaha pemasok, dan pelaku usaha yang menerima barang dan/atau

jasa dari pelaku usaha pemasok yang terdiri dari, harus bersedia membeli

barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok, atau tidak akan

membeli barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain

yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.

Bentuk perjanjian tertutup yang dilarang oleh Undang-Undang Anti

Monopoli, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:18

a. Penerima produk hanya memasok kembali produk tersebut kepada pihak

yang ditentukan saja.

b. Penerima produk tidak akan memasok kembali produk tersebut kepada

pihak yang ditentukan.

c. Penerima produk hanya akan memasok kembali produk tersebut pada

tempat yang ditentukan saja.

d. Penerima produk tidak akan memasok kembali produk tersebut pada

tempat yang ditentukan.

e. Penerima produk harus bersedia membeli produk lain dari pelaku

pemasok tersebut.

f. Penerima produk diberikan potongan harga (harga murah/di bawah rata-

rata) jika bersedia membeli produk lain dari pelaku pemasok yang

ditentukan.

g. Penerima produk diberikan potongan harga jika tidak membeli produk

dari pelaku pesaing dari pelaku pemasok.

Ekslusif dealing atau perjanjian tertutup ini terdiri dari:19

17

Hermansyah, “Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia”, (Jakarta:

Kencana, 2009), h.37

18

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.99.

19

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media, 2009), h.118.

Page 32: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

23

1) Exclusive Distribution Agreement

Exclusive distribution agreements yang dimaksud disini

adalah pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain

yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima produk

hanya akan memasok atau tidak memasok kembali produk tersebut

kepada pihak tertentu atau pada tempat tertentu saja, atau dengan

kata lain pihak distributor dipaksa hanya boleh memasok produk

kepada pihak tertentu dan tempat tertentu saja oleh pelaku usaha

manufaktur.

Permasalahan dalam Exclusive Dealing adalah

kemungkinan matinya suatu pelaku usaha karena tidak

mendapatkan bahan baku atau tidak mempunyai distributor yang

akan menjual produknya. Selain dari pada itu Exclusive Dealing

juga dapat menyebabkan meningkatnya halangan untuk masuk ke

pasar.

Di samping itu terdapat pula beberapa akibat positif dari

Exclusive Dealing baik bagi distributor maupun produsen Exclusive

Dealing cukup menarik, karena akan membuat kepastian akan

distribusi dan adanya jaminan atas bahan baku. Hal ini akan

menyebabkan kekurangan ongkos, sehingga terjadi efisiensi.

Kemudian, Exclusive Dealing juga dapat mencegah Free Riding,

misalnya perusahaan induk melakukan iklan secara besar-besaran,

apabila tidak ada perjanjian exclusive, maka ketika konsumen

datang ke distributor karena tertarik dengan iklan, akan tetapi

sesampainya di distributor konsumen melihat dan membeli barang

lain, maka iklan yang dilakukan tidak ada pengaruhnya.

Oleh karena itu Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 melarang pelaku usaha untuk membuat exclusive

distribution agreement dengan pelaku usaha lain. Adapun bunyi

dari Pasal 15 ayat (1) Undang-undangan Nomor 5 Tahun 1999

sebagai berikut, bahwa: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian

Page 33: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

24

dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak

yang menerima barang dan/atau jasa tersebut kepada pihak tertentu

dan/atau pada tempat tertentu.

2) Tying Agreement

Tying Agreement terjadi apabila suatu perusahaan

mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang berada

pada level yang berbeda dengan mensyaratkan penjualan ataupun

penyewaan suatu barang atau jasa hanya akan dilakukan apabila

pembeli atau penyewa tersebut juga akan membeli atau menyewa

barang lainnya.20

Melalui praktik Tying Agreement, pelaku usaha dapat

melakukan perluasan kekuatan monopoli yang dimiliki pada Tying

Product (barang atau jasa yang pertama kali dijual) ke Tied

Product (barang atau jasa yang dipaksa harus dibeli juga oleh

konsumen). Dengan memiliki kekuatan monopoli untuk kedua

produk sekaligus (tying product dan tied product), pelaku usaha

dapat menciptakan hambatan bagi calon pelaku usaha pesaing

untuk masuk ke dalam pasar. Perusahaan kompetitor agar dapat

bersaing, maka mau tidak mau harus melakukan hal yang sama

yaitu melakukan praktik Tying Agreement juga.

Pasal 15 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian

dengan pihak lain yang memuat persyatan bahwa pihak yang

menerima barang dan/atau jasa tertentu harus bersedia membeli

barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok. Dari pasal 15

ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dapat dilihat definisi

dari Tying Agreement yaitu perjanjian yang dibuat diantara pelaku

usaha yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima

20

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media, 2009), h.120.

Page 34: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

25

barang atau jasa tersebut har`us bersedia membeli barang atau jasa

dari pemasok.

3) Vertical Agreement on Discount

Pasal 15 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian

mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang dan/atau

jasa yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima

barang dan/atau jasa dari usaha pemasok.

a) Harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku

usaha pemasok atau;

b) Tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau

sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari

pelaku usaha pemsok.

Dengan kata lain, apabila pelaku usaha ingin mendapatkan

harga diskon untuk produk tertentu yang dibelinya dari pelaku

usaha lain, pelaku usaha harus bersedia membeli produk lain dari

pelaku usaha tersebut atau tidak akan membeli produk yang sama

atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing.21

Kegiatan yang dilarang oleh pelaku usaha meliputi 4 bagian dan 8 Pasal,

dari Pasal 17 sampai dengan Pasal 24, yaitu:

1. Larangan Praktik Monopoli

Larangan praktik monopoli yaitu larangan untuk memusatkan

kegiatan ekonomi oleh suatu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan

dikuasainya produksi atau pemasaran atas barang atau jasa tertentu.

Tindakan monopoli terjadi jika terpenuhi salahsatu hal berikut:22

a. Produk yang bersangkutan belum ada subsitusinya.

b. Pelaku usaha lain tidak dapat bersaing terhadap produk yang sama.

21

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, … , h.121.

22

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005), h.222.

Page 35: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

26

c. Pelaku usaha lain tersebut memiliki kemampuan yang signifikan dalam

pasar yang bersangkutan.

d. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha telah menguasai 50%

pangsa pasar dari satu jenis produk tertentu.

2. Monopsoni

Monopsoni yaitu tindakan penguasaan pangsa pasar untuk membeli

suatu produk tertentu. Kegiatan ini dilarang jika satu pelaku usaha atau satu

kelompok pelaku usaha telah menguasai 50% pangsa pasar dari satu jenis

produk tertentu.23

3. Kegiatan menjual rugi (predatory pricing)

Kegiatan menjual rugi (predatory pricing) adalah suatu bentuk

penjualan barang atau jasa dengan cara jual rugi untuk mematikan

pesaingnya. Kegiatan ini dilakukan biasanya dengan menetapkan harga

yang tidak wajar, dimana harga lebih rendah dari biaya rata-rata.

4. Kecurangan dalam menetapkan biaya produksi

Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa

pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya

produksi dan biaya lainnya yang menjadi komponen harga barang atau jasa,

sehingga mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.24

5. Persekongkolan

Persekongkolan yaitu merupakan kerjasama yang melibatkan dua

perusahaan atau lebih dengan sama-sama melakukan tindakan melawan

hukum. Bentuk kegiatan ini tidak hanya dibuktikan dengan adanya

perjanjian, namun juga dapat dibuktikan dengan adanya bentuk kegiatan

yang tidak mungkin dilakukan oleh satu perjanjian. Persekongkolan dapat

23

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, ... , h.223.

24

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media, 2009), h.145-146

Page 36: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

27

berupa tender, persekongkolan membocorkan rahasia dagang dan

persekongkolan menghambat perdagangan.25

6. Penguasaan Pasar

Penguasaan Pasar yaitu dengan kata lain menjadi penguasa dipasar

merupakan keinginan dari hampir semua pelaku usaha, karena penguasaan

pasar yang cukup besar memiliki korelasi positif dengan tingkat keuntungan

yang mungkin bisa diperoleh oleh pelaku usaha.26

Untuk memperoleh penguasaan pasar ini, pelaku usaha kadang kala

melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum. Apabila

hal ini yang terjadi, maka mungkin saja akan berhadapan dengan penegak

hukum karena melanggar ketentuan-ketentuan yang ada dalam Hukum

Persaingan Usaha. Walaupun pada Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tidak dirumuskan berapa besar penguasaan pasar atau berapa

pangsa pasar suatu pelaku usaha, namun demikian suatu perusahaan yang

menguasai suatu pasar pasti mempunyai posisi dominan di pasar.

Penguasaan pasar merupakan keinginan dari hampir semua pelaku

usaha. Hal ini karena penguasaan pasar yang cukup besar memiliki korelasi

positif dengan tingkat keuntungan yang mungkin dapat diperoleh oleh

pelaku usaha.27

Dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

disebutkan, bahwa pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa

kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat berupa:

a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk dapat

melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan; atau

25

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, ... , h.147.

26

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, ... , h.138

27

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.110.

Page 37: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

28

b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk

tidak melakukan hubungan usaha pesaingnya itu;

c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar

bersangkutan;

d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.28

Pihak yang dapat melakukan penguasaan pasar adalah para pelaku

usaha yang mempunyai market power, yaitu pelaku usaha yang dapat

menguasai pasar sehingga dapat menentukan harga barang dan atau jasa di

pasar yang bersangkutan. Wujud penguasaan pasar yang dilarang dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut dapat terjadi dalam bentuk

penjualan barang dan/atau jasa dengan cara:

a. Jual rugi (predatory pricing) dengan maksud untuk “mematikan”

pesaingnya;

b. Melalui praktek penetapan biaya produksi secara curang serta biaya

lainnya yang menjadi komponen harga barang, serta;

c. Perang harga maupun persaingan harga.

Berbagai wujud penguasaan pasar seperti ini hanya dapat dilakukan

oleh pelaku usaha yang mempunyai market power, yaitu pelaku usaha yang

dapat menguasai pasar sehingga dapat menentukan harga barang dan/atau

jasa di pasar bersangkutan.

Oleh karena itu penguasaan pasar yang cukup besar oleh pelaku

usaha biasanya selalu menjadi perhatian bagi penegak hukum persaingan

usaha untuk mengawasi perilaku pelaku usaha tersebut di dalam pasar,

karena penguasaan pasar yang besar oleh pelaku usaha tertentu biasanya

dimanfaatkan untuk melakukan tindakan-tindakan anti persaingan yang

bertujuan agar dia dapat menjadi penguasa pasar dan mendapat keuntungan

sebesar-besarnya.29

28

Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2004) , h.7.

29

Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2009), h.41.

Page 38: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

29

7. Posisi Dominan

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, posisi dominan

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai

pesaing yang berarti atau suatu keadaan dimana pelaku usaha mempunyai

posisi lebih tinggi daripada pesaingnya pada pasar yang bersangkutan dalam

kaitan pangsa pasarnya, kemampuan keuangan, akses pada pasokan atau

penjualan serta kemampuan menyesuaikan pasokan atau permintaan barang

atau jasa tertentu.

Bentuk-bentuk ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

dapat diketahui bahwa posisi dominan yang dilarang dalam dunia usaha

karena dapat meimbulkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat, dapat dibedakan dalam 4 (empat) bentuk, yaitu:30

a. Posisi dominan yang bersifat umum

Mengenai posisi dominan yang bersifat umum ini dapat dilihat dari

ketentuan Pasal 25 Ayat (1) dan Ayat (2). Selengkapnya Pasal ini

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 25 Ayat (1):

Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik seacara

langsung maupun tidak langsung untuk:

1) Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk

mencegah dan/atau menghalangi konsumen memperoleh barang

dan/atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas.

2) Membatasi pasar dan pengembangan teknologi, atau

3) Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing

untuk memasuki pasar bersangkutan.

Pasal 25 Ayat (2):

Pelaku usaha yang memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud Ayat

(1) apabila:

30 Hermansyah, “Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia”, (Jakarta:

Kencana, 2009), h. 44.

Page 39: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

30

1) Satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 50%

(lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau

jasa tertentu, atau

2) Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai

75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis

barang atau jasa tertentu.

C. Pendekatan Perse Illegal dan Rule of Reason

1. Teori Dasar Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pendekatan Perse Illegal dan Rule Of Reason telah lama

diterapkan untuk menilai apakah suatu tindakan tertentu dari pelaku usaha

melanggar Undang-Undang Antimonopoli. Kedua metode pendekatan yang

memiliki perbedaan ini juga digunakan dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat.31

Monopoli atau persaingan usaha tidak sehat terjadi akibat dari

suatu superrior skill, yang salah satunya dapat terwujud dari pemberian hak

paten secara eksklusif oleh negara, berdasarkan pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku kepada pelaku usaha tertentu atas hasil riset dan

pengembangan atas teknologi tertentu. Selain itu ada juga yang dikenal

dengan istilah Trade Secret (Rahasia Dagang), yang meskipun tidak

memperoleh ekslusivitas pengakuan oleh negara, namun dengan rahasia

dagangnya mampu membuat produk yang superior.

Ada beberapa hal-hal yang mempengaruhi terjadinya praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat secara ilmiah, yaitu:32

a. Monopoli atau persaingan usaha tidak sehat terjadi karena pemberian

negara (Ketentuan Pasal 33 ayat (2) dan 33 ayat (3) Undang-Undang

31

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media), h.55.

32

Suharsil dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.25.

Page 40: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

31

Dasar 1945 yang dikutip kembali dalam Pasal 51 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999).

b. Monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yang terjadi akibat adanya

historical accident, yaitu monopoli yang terjadi karena tidak sengaja, dan

berlangsung karena proses alamiah yang ditentukan oleh berbagai faktor

terkait dimana monopoli tersebut terjadi. Dalam hal ini penilaian

mengenai pasar bersangkutan yang memungkinkan terjadinya monopoli

menjadi sangat relevan.

2. Teori Hukum Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Terdapat dua teori yang terdapat dalam hukum anti monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat, yaitu:

a. Teori Perse Illegal

Teori yang melarang monopoli, tanpa melihat apakah ada akses

negatifnya. Beberapa bentuk monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

harus dianggap dengan sendirinya bertentangan dengan hukum. Titik

beratnya adalah unsur formal dari perbuatan tersebut. 33

Perse illegal itu dapat juga diartikan sebagai suatu terminologi

yang menyatakan bahwa suatu tindakan dinyatakan melanggar hukum

dan dilarang secara mutlak, serta tidak diperlukan pembuktian apakah

tindakan tersebut memiliki dampak negatif terhadap persaingan usaha.34

Perbuatan-perbuatan seperti perjanjian penetapan harga (price fixing

agreements), perjanjian pemboikotan (boycotts agreement), dan

perjanjian pembagian wilayah (geographical market division agreement),

dan perjanjian tertutup (Exclusive Dealing) adalah contoh jenis-jenis

perbuatan yang diklasifikasikan sebagai Perse Illegal.

Menurut Yahya Harahap mengatakan bahwa perse illegal pun

artinya, “sejak semula tidak sah”, oleh karenanya perbuatan tersebut

33

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media), h. 55.

34

Hermansyah, “Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia”, (Jakarta:

Kencana, 2009), h.79.

Page 41: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

32

merupakan suatu perbuatan yang “melanggar hukum”. Sehingga

perbuatan itu dengan sendirinya telah melanggar ketentuan yang sudah

diatur, jika perbuatan tersebut telah memenuhi rumusan dalam undang-

undang persaingan usaha tanpa ada suatu pembuktian, itulah yang

disebut dengan perse illegal.35

Pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya antara lain antara lain adalah pertama, terjadinya kepastian

hukum terhadap suatu persoalan hukum anti monopoli yang muncul.

Ketika terjadi penetapan harga (price fixing), boycott, horizontal market

division dan tying arrangement dilakukan pelaku usaha, maka hakim

dapat menggunakan pendekatan ini secara langsung. Kedua, jika suatu

perjanjian atau perbuatan yang dilakukan hampir pasti merusak dan

merugikan persaingan, maka untuk apa lagi bersusah payah melakukan

pembuktian, tidak hanya memakan waktu, namun juga biaya yang mahal.

Ketiga, pendekatan Perse lebih memudahkan hakim memutuskan perkara

persaingan usaha.36

Hukum persaingan mempunyai daya jangkau yang sangat luas

dan memberikan kebebasan bagi hakim yang menafsirkan secara bebas

apakah seseorang dinyatakan telah melanggar atau menghambat

persaingan. Karenanya, menggunakan pendekatan ini membuat hakim

lebih mudah sekaligus cepat memutus perkara persaingan usaha.37

Dalam

hal ini, perkara antara PT. Tirta investama dengan PT. Fresindo Jaya

mengacu dengan teori Perse Illegal.

35

Alum Simbolon, “Pendekatan Yang Dilakukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

menentukan Pelanggaran Dalam Hukum Persaingan Usaha”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM

No.2, Vol.20, (Medan: April 2013), h.192.

36

Lisca Vontya Arifin, “Jurnal Tinjauan Yuridis Terhadap Persekongkolan Tender

Berdasarkan Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat”, JOM, Vol. 2 ( Februari 2015), h.4.

37

Mustafa Kamal, Hukum Persaingan Usaha: Teori dan Praktiknya Di Indonesia, (Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2010), h. 73.

Page 42: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

33

b. Teori Rule Of Reason

Pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan yang

digunakan oleh lembaga otoritas persaingan usaha untuk membuat

evaluasi mengenai akibat perjanjian atau kegiatan usaha tertentu, guna

menentukan apakah suatu perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat

menghambat atau mendukung persaingan.38

Melalui pendekatan rule of reason, apabila suatu perbuatan

dituduh melanggar hukum persaingan, maka pencari fakta harus

mempertimbangkan dan menentukan apakah perbuatan tersebut

menghambat persaingan dengan menunjukkan akibatnya terhadap proses

persaingan dan apakah perbuatan itu tidak adil atau mempunyai

pertimbangan lainnya. 39

Dalam pendekatan rule of reason ini, suatu perbuatan yang

dilarang dilakukan oleh pelaku usaha, maka akan dilihat sejauh mana

dampak dari perbuatan tersebut, oleh karena itu diperlukan pembuktian

lebih lanjut apakah perbuatan tersebut berakibat menghambat persaingan.

Suatu perbuatan dalam pendekatan rule of reason, tidak secara otomatis

dilarang meskipun perbuatan yang dituduhkan tersebut kenyataannya

terbukti telah dilakukan. Dengan demikian dalam pendekatan ini

memungkinkan lembaga otoritas persaingan usaha atau pengadilan untuk

melakukan interpretasi terhadap undang-undang maupun terhadap

pasar.40

38

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara teks

dan kontex, (Jakarta: ROV Creative Media, 2009), h. 61.

39

Hermansyah, “Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia”, (Jakarta:

Kencana, 2009), h.79.

40

Mustafa Kamal, Hukum Persaingan Usaha:Teori dan Praktiknya Di Indonesia,

(Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2010), h. 66.

Page 43: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

34

D. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

Untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

dibentuk suatu komisi. Pembentukan ini didasarkan pada Pasal 34 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang mengintruksikan bahwa pembentukan

susunan organisasi, tugas dan fungsi komisi ditetapkan melalui Keputusan

Presiden. Komisi ini kemudian dibentuk berdasarkan Keppres No.75 Tahun 1999

dan diberi nama Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Dengan demikian,

kewenangan yang dimiliki oleh lembaga peradilan. Kewenangan tersebut meliputi

penyidikan, penuntutan, konsultasi, memeriksa, mengadili, dan memutus

perkara.41

KPPU adalah lembaga publik, penegak dan pengawas pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, serta wasit independen dalam rangka

menyelesaikan perkara-perkara yang berkaitan dengan larangan monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat. Perlu ditekankan bahwa melalui wewenang

pengawasan yang dimilikinya, KPPU diharapkan dapat menjaga dan mendorong

agar sistem ekonomi pasar lebih efisiensi produksi, konsumsi dan alokasi,

sehingga pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Menurut Pasal 35 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menentukan

bahwa tugas-tugas KPPU terdiri dari:42

1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku

usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.

3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi

dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.

41

Hermansyah, “Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia”, h.78.

42

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media), h.314.

Page 44: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

35

4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi sebagaimana diatur

dalam pasal 36.

5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang

berkaitan dengan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999.

7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komsi kepada Presiden

dan DPR.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya tersebut, Pasal 36 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 memberi wewenang kepada KPPU untuk:

1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang

dugaan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan

praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan

oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan komisi sebagai

hasil penelitiannya.

4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau

tidak adanya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran ketentuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999.

7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi

ahli atau setiap orang yang dimaksud dalam huruf e dan f tersebut diatas

yang tidak bersedia memenuhi panggilan komisi.

Page 45: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

36

8. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar

ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

9. Mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat, dokumen dan atau alat bukti

lain untuk keperluan penyelidikan dan atau pemeriksaan.

10. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

11. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usha yang

melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.43

Tugasnya melakukan penilaian terhadap perjanjian atau kegiatan yang

dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat, melakukan penilaian ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan

yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat, mengambil tindakan

sesuai dengan wewenang komisi sebagaimana yang sudah diatur pada Undang-

Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dan

memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada Presiden dan

Dewan Perwakilan Rakyat.

Wewenang KPPU ialah menerima laporan dari masyarakat tentang

adanya dugaan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,

melakukan penelitian tentang adanya dugaan kegiatan dan atau perjanjian

terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, mendapatkan dan

meneliti dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan

dan atau pemeriksaan, memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya

kerugian dipihak pelaku usaha lain atau masyarakat, memberitahukan putusan

komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktik monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat, dan menjatuhkan sanksi berupa tindakan

administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat.

43

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media), h.315.

Page 46: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

37

Meskipun demikian, komisi tidak memiliki kewenangan secara hukum

untuk menindak (memaksa) pelaku usaha yang menolak untuk diperiksa atau

menolak memberikan informasi kepada komisi. Kalau ada pelaku usaha yang

menolak untuk diperiksa atau menolak memberikan informasi maka pelaku usaha

tersebut oleh komisi diserahkan kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, berdasarkan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tersusun mekanisme sebagai berikut.44

Pemeriksaan dan Putusan KPPU berdasarkan laporan yang diterima dari

masyarakat:

1. Komisi wajib melakukan pemeriksaan pendahuluan dan dalam waktu

selambat-lambatnya 30 hari setelah menerima laporan.

2. Komisi wajib menetapkan perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan

lanjutan. Jika diperlukan pemeriksaan lanjutan maka pemeriksaan lanjutan

tersebut harus diselesaikan komisi selambat-lambatnya 60 hari sejak

dilakukan pemeriksaan lanjutan. Jangka waktu 60 hari tersebut dapat

diperpanjang 30 hari lagi jika dipandang perlu oleh komisi.

3. Dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari pemeriksaan, komisi wajib

memutuskan apakah telah terjadi atau tidak terjadi pelanggaran terhadap

Undang-Undangan Nomor 5 Tahun 1999 ini.

4. Keputusan komisi mengenai hal itu harus diucapkan dalam suatu sidang

yang dinyatakan terbuka untuk umum dan segera diberitakan kepada pelaku

usaha.

5. Keberatan atas Putusan KPPU

6. Pelaku usaha yang tidak puas dengan keputusan komisi dapat mengajukan

keberatan kepada Pengadilan Negeri yang berwenang dan keberatan tersebut

harus dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari setelah pelaku

usaha tersebut menerima pemberitahuan putusan tersebut.

7. Apabila pelaku usaha tidak mengajukan keberatan dalam kurun waktu

tersebut berarti pelaku usaha tersebut dianggap menerima keputusan komisi.

44

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.137-138.

Page 47: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

38

8. Dalam waktu 30 hari setelah menerima pemberitahuan putusan, pelaku

usaha wajib melaksanakan putusan tersebut dan menyampaikan laporan

pelaksanaannya kepada komisi.

9. Apabila putusan tidak dijalankakan oleh pelaku usaha maka komisi

menyerahkan putusan tersebut kepada penyidik untuk selanjutnya

dilakukan penyidikan.

10. Putusan komisi masih dapat dibatalkan kepada Pengadilan Negeri atau

Kasasi Kepada Mahkamah Agung.

11. Putusan komisi yang tidak dimintakan pembatalannya melalui pengadilan

sudah mempunyai kekuatan hukum tetap seperti putusan pengadilan,

eksekusinya harus dimintakan penetapan eksekusi kepada Pengadilan

Negeri yang berwenang untuk bisa dilaksanan.

Adapun beberapa aspek yang dipertimbangkan oleh majelis hakim dalam

memutus perkara, yaitu:

1. Aspek Filosofis

Aspek filosofis diartikan sebagai pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mempertimbangkan

pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana

kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila

dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

2. Aspek Sosiologis

Aspek sosiologis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Aspek sosiologis

sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah

dan kebutuhan masyarakat dan negara.

3. Aspek Yuridis

Aspek Yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk

mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang

Page 48: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

39

akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan

masyarakat.45

E. Review Terdahulu

Dalam menjaga keaslian judul peneliti ajukan dalam skripsi ini perlu

kiranya peneliti lampirkan juga beberapa rujukan yang menjadi bahan

pertimbangan, antara lain:

1. Skripsi yang berjudul “Pembuktian Perjanjian Kartel Semen Menurut

Hukum Persaingan Usaha Indonesia (Studi Kasus Putusan Komisi

Pengawas Persaingan Usaha Nomor 01/KPPU-I/2010)”. Karya Ali

Alatas (1110103000056), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2016. Skripsi ini membahas

adanya dugaan terjadinya suatu kasus dugaan kartel semen yang dilakukan

oleh PT. Andalas Indonesia, PT. Semen Padang, PT. Semen Baturaja, PT.

Indocemen Tunggal Prakarsa, PT. Holcim Indonesia Tbk, PT. Semen Gresik

(Persero), dan PT. Semen Bosowa Maros. Mengakibatkan KPPU melakukan

suatu pemeriksaan dan akhirnya melakukan suatu persidangan yang hasilnya

adalah ke delapan PT tersebut tidak terbukti secara sah dan meyakinkan

melanggar Pasal 25 dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

2. Skripsi yang berjudul “Disparatis Putusan Sanksi Denda Pada

Persekongkolan Tender (Studi Putusan MA Perkara Nomor 118

K/Pdt.Sus-KPPU/2013)”. Karya Nanda Narendra Putra (1111048000045),

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Tahun 2016. Skripsi ini membahas tentang desparatis atas

penjatuhan sanksi denda administratif pada persekongkolan tender lalu

beberapa putusan KPPU pada kasus persekongkolan tender diputus dan

dijatuhkan sanksi denda administratif yang bervariasi (disparatis). Jadi

penelitian tersebut melakukan kajian mendalam terkait dengan disparatis

45

Ahmad Rifa’i, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif (Jakarta:

Sinar Grafika, 2010), h.126

Page 49: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

40

penjatuhan sanksi administratif berupa sanksi denda pada kasus

persekongkolan tender di Indonesia yang ditangani oleh KPPU.

3. Buku yang berjudul “Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan

Konteks” Karya Dr. Andi Fahmi Lubis, Dr. Anna Maria Anggraini, dkk,

Tahun 2009. Dalam buku ini dijelaskan tentang jenis persaingan usaha tidak

sehat serta akibat hukum dari pelanggaran terhadap pelaku usaha yang

melakukan praktek persaingan usaha tidak sehat. Peneliti mengguankaan

beberapa peraturan dasar dari buku ini untuk menjadi landasan dasar dari

setiap penelitian yang akan dilakukan peneliti. Perbedaan antara buku di

atas banyak membahas peraturan-peraturan tentang persaingan usaha tidak

sehat, sedangkan peneliti lebuh memfokuskan mengenai persaingan usaha

tidak sehat dalam perjanjian tertutup dan penguasaan pasar dalam bisnis air

minum dalam kemasan, maka pihak-pihak yang dirugikan dapat melakukan

berbagai upaya hukum dalam menuntut haknya.

4. Jurnal dengan judul “Analisis Yuridis Perjanjian Tertutup (Tying

Agreement) Dalam Hukum Persaingan Usaha (Studi Beberapa Putusan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha)” Karya Utiyafina M. Hazhin, Tahun

2016. Jurnal ini membahas tentang indikator yang harus dipenuhi agar

pelaku usaha dianggap melakukan perjanjian tertutup (tying agreement)

sehingga melanggar ketentuan-ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat. Dalam kasus tying agreement pelaku usaha dapat memanfaatkan

peluang besar yang dimilikinya untuk mengurangi persaingan yang sehat,

dan selanjutnya mengganggu iklim usaha. Akibatnya pelaku usaha yang lain

akan mengalami kesulitan mengakses pasar dan dapat dipastikan bahwa

tying agreement berpotensi merusak dan merugikan persaingan.

Page 50: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

41

BAB III

BISNIS AIR MINUM DALAM KEMASAN DI INDONESIA

Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia dalam

beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Kondisi ini ditunjang oleh

semakin buruknya kondisi air tanah di beberapa kota besar di Indonesia seperti

Jakarta, Surabaya dan Semarang. Tingkat ketergantungan masyarakat pada

AMDK semakin tinggi karena minuman ini sudah menjadi kebutuhan primer bagi

masyarakat. Pada tahun 2013 konsumsi Air Minum Kemasan di Indonesia

mencapai angka 15,3 miliar liter dimana angka ini lebih besar dari tahun 2012

yang mencapai angka 13,8 miliar liter.

Tidak ada yang bisa mengingkari kenyataan bahwa air adalah sumber

daya yang tanpanya tidak akan ada kehidupan. Segala kebutuhan makhluk hidup

di muka bumi ini pada kenyataannya memang membutuhkan air sebagai sumber

kehidupannya. Itulah sebabnya air merupakan salah satu sumber daya paling

penting dan paling dibutuhkan oleh manusia untuk melangsungkan kehidupan.

Secara filsafati, sesungguhnya air merupakan benda publik (public good) yang

dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk dipakai dan dinikmati guna

melangsungkan kehidupannya. Dengan demikian konsep kepemilikan atas sumber

daya air adalah milik bersama umat manusia (res communis) dan oleh karenanya

tidak bisa dimiliki secara privat layaknya sebuah benda privat (private good).1

Sumber daya air adalah sumber daya yang menguasai hajat hidup orang

banyak dan berkaitan langsung dengan hak hidup manusia. Penguasaan secara

privat atas sumber daya air sehingga mengakibatkan terhalang hak/akses orang

lain terhadap sumber daya air yang dimaksud jelas tidak dapat dibenarkan dengan

alasan apapun.2

1 Hamid Chalid, Hak-hak Asasi Manusia Atas Air: Studi Tentang Hukum Air di Belanda,

India dan Indonesia, Disertasi (Jakarta: Program Doktor fakultas Hukum Universitas Indonesia,

2009), h.61

2 Hamid Chalid, Hak-hak Asasi Manusia Atas Air: Studi Tentang Hukum Air di Belanda,

India dan Indonesia, Disertasi, h.41

Page 51: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

42

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dijaman seperti ini sudah menjadi

barang yang familiar. Hampir setiap hari dapat ditemui dan didapatkan oleh

orang-orang perkotaan seperti Jakarta. Cerita dibalik dengan kemunculan AMDK

di Indonesia. Dulunya, AMDK menjadi produk yang sangat mudah dan familiar

di masyarakat modern. AMDK juga dulunya menjadi barang yang exclusive

dimana tidak semua orang dapat membelinya. AMDK memang hanya berisikan

air mineral, namun kebanyakan yang meminum air ini adalah orang-orang penting

seperti tamu dari luar negeri atau wisatawan asing.

Sekitar awal tahun 1970-an, Indonesia belum memproduksi AMDK

sendiri. Pada tahun tersebut AMDK yang tersedia adalah produk impor. Pada saat

itu para wisatawan atau tamu dalam negeri yang berkunjung di Indonesia hanya

mau meminum air minum dalam kemasan. Hal ini karena mereka tidak cocok

dengan air rebusan. Dulu tidak mudah pula untuk mendapatkan air mineral dalam

kemasan. Air mineral dalam kemasan hanya dapat ditemui di hotel-hotel

berbintang.3

Tentunya perkembangan AMDK di jaman dulu dan sekarang sudah

berbeda. Saat ini sudah banyak bermunculan produk-produk air mineral dalam

kemasan yang dijual bebas pada minimarket ataupun toko kelontong. Beberapa

perusahaan yang membuat AMDK di Indonesia adalah sebagai berikut:

A. Kegiatan Bisnis Air Minum Dalam Kemasan Oleh PT. Tirta Investama

dan PT. Tirta Fresindo Jaya

1. PT. Tirta Investama

a. Sejarah Berdirinya PT. Tirta Investama

AQUA lahir atas ide Bapak Tirto Utomon (1930-1994).

Beliau menggagas lahirnya industri Air Minum Dalam Kemasan

(AMDK) pertama di Indonesia melalui PT. Golden Mississippi

pada tanggal 23 Februari 1973, kegiatan fisik perusahaan dimulai

pada bulan Agustus 1973, ditandai dengan pembangunan pabrik

dikawasan Pondok Ungu Bekasi, percobaan produksi dilaksanakan

3 M. Deril dan Noviriana, “Jurnal Uji Parameter Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di

Kota Surabaya”, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol.6, (Universitas Pembangunan Nasional

Surabaya, 2014), h.56.

Page 52: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

43

pada bulan Agustus 1974 dengan kapasitas produksi 6.000.000

liter/tahun. Sebelum bernama aqua dahulu bernama Puritas (Pure

Artesian Water), yang berlogo daun semanggi. Tetapi, Eulindra

Lim mengusulkan nama aqua karena cocok terhadap imej air

minum dalam botol serta tidak sulit diucapkan. Tirto setuju dan

mengubah merek produknya dari Puritas menjadi aqua pada bulan

Oktober 1974. Produk pertamanya adalah aqua botol kaca ukuran

950 ml yang kemudian disusul dengan kemasan aqua 5 galon, pada

waktu itu juga masih terbuat dari kaca. Pada saat perusahaan go

public pada tanggal 1 Maret 1990, nama PT. Aqua Missisipi diubah

menjadi PT. Aqua Golden Mississippi.4

Pada tahun 1982, Tirto mengganti bahan baku air yang

semula berasal dari sumur bor ke mata air pegunungan yang

mengalir sendiri (self-flowing spring) karena dianggap

mengandung komposisi mineral alami yang kaya nutrisi seperti

kalsium, magnesium, potasium, zat besi, dan sodium. Willy

Sidharta, sales dan perakit mesin pabrik pertama aqua, merupakan

orang pertama yang memperbaiki sistem distribusi aqua. Ia

memulai dengan menciptakan konsep delivery door to door khusus

yang menjadi cikal bakal pengiriman langsung aqua. Konsep

pengiriman menggunakan kardus-kardus dan galon-galon

menggunakan armada yang didesain khusus membuat penjualan

aqua secara konsisten menanjak hingga akhirnya angka penjualan

aqua mencapai dua triliun rupiah pada tahun 1985. Pada tahun

1984, pabrik Aqua kedua didirikan di Pandaan, Jawa Timur sebagai

upaya mendekatkan diri pada konsumen yang berada di wilayah

tersebut. Setahun kemudian, terjadi pengembangan produk aqua

dalam bentuk kemasan PET 220 ml. Pengembangan ini membuat

produk aqua menjadi lebih berkualitas dan lebih aman untuk

dikonsumsi. Pada tahun 1995, Aqua menjadi pabrik air mineral

4 Annual Report, PT. Aqua Golden Mississippi, 2010, h.6

Page 53: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

44

pertama yang menerapkan sistem produksi in-line ini adalah botol

Aqua yang baru dibuat dapat segera diisi air bersih di ujung proses

produksi menjadi lebih higienis.

Aqua Grup memiliki beberapa produk yang dikenal

masyarakat dengan merek dagang terdaftar, yakni Aqua dan Vit

yang merupakan produk AMDK dan Mizone yang merupakan

produk minuman ringan isotonik.5 Secara operasional, AQUA

Grup yang berkantor pusat di Jakarta Selatan mempunyai 14 pabrik

yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan satu pabrik di

Brunei Darussalam. Di lokasi Citeureup Jawa Barat terdapat 2

(dua) pabrik dengan 2 (dua) kepemilikan yang berbeda, yaitu oleh

PT. Tirta Investama dan PT. Aqua Golden Mississippi.

Pada tahun 1998 perusahaan consumer goods

multinasional asal Perancis, Danone mengakuisisi sebagian besar

saham PT. Aqua Golden Missisipi agar produk aqua dan Grup

Danone pada tanggal 4 September 1998. Akuisisi tersebut

berdampak pada peningkatan kualitas produk dan menempatkan

aqua sebagai produsen Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) yang

terbesar di Indonesia. Pada tahun 2000, bertepatan dengan

pergantian milenium, aqua meluncurkan produk berlabel Danone-

Aqua. Danone meningkatkan kepemilikan saham di PT. Tirta

Investama dari 40% menjadi 74%, sehingga Danone kemudian

menjadi pemegang saham mayoritas aqua grup. Tampaknya

akuisisi ini dapat dikatakan cukup berhasil dikarenakan penjualan

aqua yang semakin meningkat dari rata-rata 1 milyar liter/tahun.

Pada tahun 2000, bertepatan dengan pergantian milenium, aqua

meluncurkan produk berlabel Danone-Aqua.

5 Annual Report, PT. Aqua Golden Mississippi, 2010, h.12.

Page 54: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

45

b. Visi dan Misi Perusahaan

1) Memberikan hidrasi berkualitas untuk kesehatan yang lebih

baik bagi sebanyak mungkin masyarakat Indonesia melalui

produk dan layanan.

2) Membangun organisasi yang dinamis, terbuka dan beretika

dengan budaya pembelajaran yang memberikan kesempatan

berkembang yang unik bagi karyawan.

3) Menjadi acuan dalam pembangunan berkelanjutan,

melindungi sumber daya airnya, melestarikan lingkungan,

memberdayakan masyarakat dan mempromosikan serta

mendorong masyarakat untuk menjadi “lebih bertanggung

jawab terhadap lingkungan”.

4) Memberikan kesehatan melalui pangan kepada sebanyak

mungkin orang.6

c. Tata Kelola Perusahaan

Grup Aqua menerapkan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik demi memastikan berjalannya roda bisnis

perusahaan secara bertanggung jawab, mematuhi segala peraturan

dan hukum yang berlaku, serta memperhatikan segala aspek

keberhasilan ekonomi dan kemajuan sosial juga lingkungan. Selain

itu, penerapan tata kelola perusahaan yang baik menjadi bukti

perusahaan dalam menjaga kepercayaan investor yang pada

akhirnya dapat meningkatkan nilai tambah bagi mereka.

Sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, pemegang kekuasaan tertinggi di perusahaan-

perusahaan yang tergabung dalam grup aqua adalah pemegang

saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pemegang

saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan

perusahaan dari Dewan Direksi dan/atau Komisaris, termasuk

memperoleh laporan dan mengevaluasi kinerja Direksi sesuai

6 Annual Report, PT. Aqua Golden Mississippi, 2010, h.8

Page 55: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

46

dengan agenda RUPS yang telah ditentukan. Pemegang saham

melalui RUPS dapat berwenang mengangkat dan memberhentikan

Direksi dan Komisaris.

Dalam grup aqua terdapat 10 divisi yaitu Finance, Human

Resources, Corporate Secretary, Modern Distribution Channel,

Sales and Distribution, Operations, Marketing, Research and

Development, dan Supply Chain yang bertanggung jawab pada

Direksi.

Selain itu, dalam grup aqua terdapat komite-komite yang

bertugas membantu Direksi untuk merancang rencana strategis

serta membantu dalam proses pengambilan keputusan, antara lain

komite keberlanjutan, komite transportasi dan komite

pembangunan pabrik baru.7

Berdasarkan Akta Keputusan Rapat Pemegang Saham

Nomor 21 tertanggal 8 Juni 2017, berikut adalah susunan Direksi

dan Dewan Komisaris, yaitu:

1) Direksi terdiri dari 4 (empat) orang yaitu:

a) Corine Danielle Tap sebagai Presiden Direktur;

b) Janto Utomo sebagai Wakil Presiden Direktur;

c) Li Jing sebagai Direktur; dan

d) Sebastianus Cornelis Verweij sebagai Direktur bidang

keuangan.

2) Dewan Komisaris terdiri dari 4 (empat) orang yaitu:

a) Floris Sybrand Wesseling selaku Presiden Komisaris;

b) Lisa Tirta Utomo selaku Wakil Dewan Komisaris;

c) Erry Riyana Hardjapamekas; dan

d) Bertrand, Elie, Lucien, Louis, Austruy selaku Komisaris.

d. Tanggung Jawab Kepada Konsumen

Sesuai dengan pilar kesehatan Danone menghadirkan air

minum dalam kemasan (AMDK) diterima luas di masyarakat. Hal

7 Annual Report Aqua Danone, 2012, h.12.

Page 56: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

47

tersebut terbukti dengan tidak adanya keluhan atau pengaduan yang

signifikan oleh konsumen terkait terganggunya kesehatan mereka

setelah mengkonsumsi produk Aqua.8 Tindakan yang dilakukan

oleh Aqua, yaitu:

1) Pencantuman Informasi Penting

Aqua menyertakan informasi yang perlu diketahui oleh

konsumen, sebagai jaminan kelayakan konsumsi. Informasi

yang dicantumkan meliputi nama merek, kategori dan sub-

kategori produk, nama produsen, nomor registrasi dari

BPOM dan sertifikat halal dari MUI, kode produksi, kode

batas waktu layak konsumsi, petunjuk penyimpanan, nomor

SNI, volume dalam kemasan, kode jenis plastik dan nomor

telepon layanan konsumen.

2) Promosi dan Komunikasi Pemasaran

Dalam memelihara dan mengembangkan pasar yang sudah

ada, Aqua secara aktif melakukan berbagai kegiatan promosi,

iklan maupun bentuk komunikasi pemasaran lainnya. Semua

kegiatan dilaksanakan dengan tetap mematuhi ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

3) Kepuasan dan Privasi Pelangan

Seluruh data pelanggan tersimpan rapi dan hanya bisa diakses

secara terbatas. Semua data pelanggan tersimpan dalam

Distribution Management System (DMS) dan System

Applicationsand Products (SAP). Melalui mekanisme ini

Aqua memastikan tidak ada penyalahgunaan data dan privasi

pelanggan.

2. PT. Fresindo Jaya

a. Sejarah Berdirinya PT. Tirta Investama

PT. Tirta Fresindo Jaya adalah perusahaan yang bergerak

di bidang manufaktur makanan dan minuman yang termasuk dalam

8 Annual Report, PT. Aqua Golden Mississippi, 2010, h.76-79

Page 57: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

48

mayora grup (PT. Mayora Indah Tbk) yang berdiri pada tahun 1977

dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang yang menjadi

perusahaan pablik pada tahun 1990. Salah satu produknya berupa

air minum dalam kemasan air mineral yaitu Teh Pucuk Harum, kali

pertama dikenalkan pada tahun 2011 dan langsung mencuri pasar

Teh Sosro.

Lewat PT. Tirta Fresindo Jaya, Mayora merambah ke

pasar air minum dalam kemasan yang lain dengan merek Le

Minerale. Dua pabrik baru dibangun di Cianjur dan Palembang

pada akhir 2016, dengan total investasi mencapai Rp. 1,4 Triliun.

Ini menambah lima pabrik lain yang sudah berdiri di Ciawi,

Sukabumi, Pasuruan, Medan, dan Makasar. Mayora menargetkan

produksi hingga 5 juta karton per bulan dari 1 juta karton per bulan

demi bersaing dalam pangsa pasar tersebut.

b. Visi dan Misi Perusahaan

1) Menjadi produsen minuman yang berkualitas dan terpercaya

di mata konsumen domestik maupun internasional dan

menguasai pangsa pasar terbesar dalam kategori produk

sejenis.

2) Dapat memperoleh laba bersih operasi diatas rata-rata

industri dan memberikan nilai yang baik bagi seluruh

stakeholders perseroan.

3) Dapat memberikan kontribusi posistif terhadap lingkungan

dan negara dimana perseroan berada.

c. Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance).

Tata kelola perusahaan atau good corporate governance

sebagai suatu struktur yang mengatur pada hubungan yang

harmonis tentang peran Direksi, Dewan Komisaris, Pemegang

Saham dan Para Skateholder lainnya, juga berpeeran sebagai sistem

pengontrolan dan pertimbangan atas kewenangan pengendalian

perusahaan yang diajarkan oleh Direksi.

Page 58: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

49

1) Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Pada dasarnya tugas, tanggung jawab dan wewenang

direksi perseroan diatur dalam Pasal 14 Anggaran Dasar

Perseroan.

Direksi perseroan bertanggung jawab penuh dalam

melaksanakan tugasnya untuk kepentingan perseroan dalam

mencapai maksud dan tujuanya. Setiap anggota direksi wajib

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan itikad

baik, penuh tanggung jawab dan kehati-hatian dengan

mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Pada dasarnya tugas dan wewenang dewan

komisaris perseroan diatur dalam Pasal 17 Anggaran Dasar

Perseroan. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa tugas

dari dewan komisaris adalah mengawasi pengurusan

perseroan yang dilakukan oleh direksi dan memberikan

nasihat kepada direksi jika diperlukan. Komisaris juga

membuat rekomendasi perbaikan atau saran atas hasil

penelaahan yang disampaikan oleh komite audit dan

menyampaikannya kepada direktur utama dan/atau direktur

yang bersangkutan.

Dalam melakukan fungsi pengawasannya, dewan

komisaris secara rutin dan aktif juga melakuukan interaksi

dengan menajemen perseroan melalui, berbagai usulan,

komentar dan rekomendasi dalam rapat reguler dengan

direksi.

3) Pengendalian Keuangan dan Operasional

Sitem pengendalian keuangan dan operasional

perseroan dilakukan dengan memahami proses yang berjalan

melalui prosedur, perencanaan, dan menetapkan, serta

menerapkan kriteria operasional diseluruh aspek operasional

Page 59: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

50

perseroan, baik dibidang administrasi maupun dibidang

produksi. Pengendalian ini dilakukan untuk menjamin bahwa

apa yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik.

Untuk itu, perseroan didukung oleh sistem teknologi

informasi yang telah dimiliki oleh perseroan, sehingga

pengendalian keuangan dan operasional perseroan dapat

berjalan dengan baik.

Dengan adanya sistem teknologi informasi yang

telah diterapkan, manajemen perseroan dapat mengetahui

dengan segera perkembangan dan segala perubahan yang

terjadi dibidang keuangan dan operasional perseroan. Dengan

demikian permasalahan yang mungkin timbul dapat dihindari

dan dikaji secara lebih seksama untuk mendukung

pengambilan keputusan yang tepat.

4) Kepatuhan Terhadap Perundang-Undangan

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku tentunya sangat bermanfaat untuk mewujudkan

kondisi masyarakat yang tertib dan aman. Ketertiban dan

keamanan adalah hal penting yang harus tercipta untuk

memperlancar seagala upaya pembangunan untuk

menciptakan bangsa dan negara yang lebih adil dan sejahtera.

Menyadari hal tersebut, maka perseroan dan seluruh

pekerja perseroan wajib mematuhi seluruh peraturan

perundang yang ada, dan direksi perseroan tutut adil dalam

memastikan bahwa seluruh aktifitas yang dilaksanakan oleh

perseroan telah memenuhi seluruh unsur kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undagan yang berlaku yang diantaranya

diwujudkan dalam bentuk memiliki semua hal yang

diperlukan dalam menjalankan kegiatan perseroan dan

memberikan hak pekerja sesuai dengan yang ditentukan oleh

Page 60: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

51

pemerintah sehingga terjadi keseimbangan antara hak dan

kewajiban diantara para pihak yang terkait.

5) Kode Etik Perseroan

Perseroan memiliki kode etik perusahaan yang

merupakan perangkat dalam mendukung visi dan misi

perusahaan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

peraturan internal perusahaan.

Kode etik perseroan menjabarkan prinsip yang

menjadi landasan berperilaku bagi segenap anggota yang

bergabung dalam keluarga besar perseroan dalam melakukan

tugas, tanggung jawab dan kewenangannya masing-masing.

Pokok-pokok kode etik perseroan, didasarkan pada 7

prinsip, yaitu quality, afisiensi, inovation, passion, wisdom,

responsibility, and confidence.9

6) Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan yaitu:

Direksi terdari dari 4 (empat) orang yaitu:

a) Andre Sukendra Atmadja, sebagai Direktur Utama;

b) Hendarta Atmadja, sebagai Direktur Supply Chain;

c) Wardhana Atmadja, sebagai Direktur Umum dan

Operasional;

d) Hendrik Polisar, sebagai Direktur Keuangan dan Muljono

Nurlimo, sebagai Direktur Pemasaran.

7) Dewan Komisaris terdiri dari 1 (satu) orang Komisaris Utama

dan 4 (empat) orang anggota Komisaris, yaitu:

a) Jogi Hendra Atmadja, sebagai Komisaris Utama;

b) Hermawan Lesmana, sebagai anggota Komisaris;

c) Gunawan Atmadja, sebagai anggota Komisaris;

d) Ramli Setiawan, sebagai Komisaris Independen, Ketua

Komite Audit;

e) Suryono Gunawan, sebagai Komisaris Independen.

9 Annual Report PT. Mayora Indah Tbk, 2016, h. 41-63

Page 61: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

52

B. Posisi Kasus

Berdasarkan Putusan KPPU Nomor 22/KPPU-I/2016. Berawal dari

adanya dugaan pelanggaran pada Pasal 15 Ayat 3 dan Pasal 19 huruf a dan b

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama

(Terlapor I) dan PT. Balina Agung Perkasa (Terlapor II) yang dilaporkan

oleh para pedagang ritel dan eceran di wilayah Jabodetabek melapor ke

kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) adalah suatu lembaga independen yang terlepas

dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain.10

Objek Perkara

adalah Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Air Mineral yang di produksi

oleh Terlapor I (Danone Indonesia) yang dipasarkan oleh Terlapor II di

wilayah Cikampek, Cikarang, Bekasi, Babelan, Pulo Gadung, Sunter,

Prumpung, Kiwi, Lemah Abang, Rawagirang Cibubur, dan/atau Cimanggis

atau setidak-tidaknya di wilayah jangkauan pemasaran Terlapor II pada

tahun 2016. Terlapor I dan Terlapor II secara bersama-sama pernah

menyampaikan himbauan lisan kepada para pedagang Star Outlet (SO)

mulai dari akhir tahun 2015 sampai dengan pertengahan tahun 2016,

Terlapor I melalui Key Account Excecutive dan Terlapor II melalui bagian

penjualan.

Adanya bukti dokumen mengenai Form Sosialisasi Pelanggaran SO

yang memerintahkan bahwa penjual yang menjadi SO dari produk Terlapor

I bersedia untuk tidak menjual produk air minum dalam kemasan (AMDK)

dengan merek Le Minerale, dan bersedia menerima konsekuensi sanksi dari

Terlapor I berupa penurunan harga ke Wholeseller apabila menjual produk

kompetitor sejenis dengan merek Le Minerale. Form Sosialisasi SO tersebut

wajib ditandatangani oleh pedagang SO lengkap dengan nama pemilik dan

nomer telepon. Dan penyebaran form sosialisasi dilakukan baik secara

bersama-sama maupun sendiri-sendiri oleh pegawai Terlapor I dan/atau

Terlapor II.

10

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.136.

Page 62: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

53

Lalu ditemukannya bukti komunikasi e-mail terdapat komunikasi

antara pegawai perusahaan Terlapor I dengan Terlapor II mengenai tindakan

degradasi toko SO dengan pertimbangan toko SO masih menjual produk

kompetitor. Dengan adanya bukti berupa e-mail penurunan status SO pada

pedagang, tindakan Terlapor I dan Terlapor II dengan membuat program-

program tersebut diatas adalah perilaku anti persaingan yang bertujuan

untuk mengikat para pedagang toko SO untuk Loyal dan tidak menjual

produk kompetitor (Le Minerale). Tindakan Terlapor I dengan Terlapor II

dimaknai sebagai perbuatan bersama (concerted action) yang dapat

dikualifikasikan sebagai perjanjian tidak tertulis.

Mengenai harga barang dan potongan harga menurut Peraturan

Komisi Nomor 5 Tahun 2011 mengenai Pedoman Pasal 15, diuraikan bahwa

harga adalah biaya yang harus dibayar dalam suatu transaksi barang

dan/atau jasa sesuai kesepakatan antara pihak di pasar bersangkutan.

Berdasarkan peraturan tersebut disebutkan bahwa potongan harga

merupakan insentif yang diberikan oleh seorang produsen kepada distributor

ataupun distributor kepada pengecernya, dimana harga lebih murah dari

harga yang dibayarkan. Fakta dari pedagang SO adanya larangan kepada

para pedagang untuk tidak menjual produk kompetitor (Le Minerale)

dengan sanksi degradasi status dari SO menjadi wholeseller (eceran)

berimbas pada harga pembelian atau pengambilan barang. Perbedaan harga

SO dengan harga Wholeseller memiliki selisih sebesar 3%.

Tanggal Peristiwa

Januari 2016 Himbauan kepada toko yang berstatus SO

untuk tetap loyal dan memperhatikan

produk kompetitor.

April 2016 Himbauan lisan terjadi hampir diseluruh

SO pada daerah distribusi Terlapor II dan

menhimbau para pedagang SO untuk

Page 63: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

54

tidak mendisplay produk Le Minerale

bahkan diminta untuk dihilangkan.

Mei 2016 Didapatkan bukti komunikasi melalui

surat elektronik (e-mail) tentang

Degradasi Toko Chun-Chun menjadi

Wholeseller karena dianggap tidak loyal

lagi terhadap AQUA dan tetap menjual

produk dari pesaing para terlapor yaitu

Le Minerale.

Agustus 2016 Merebaknya Form Sosialisasi Loyalitas

dan larangan menjual produk Le

Minerale yang harus ditandatangani oleh

pemilik toko level SO yang pada

pokoknya menyatakan tidak boleh

menjual produk dari kompetitornya.

September 2016 Pedagang SO menyatakan adanya

intimidasi dan ancaman degradasi apabila

menjual produk Le Minerale.

Oktober 2016 Pihak Le Minerale mengeluarkan somasi

terbuka kepada PT. Tirta Investama atas

dugaan persaingan usaha tidak sehat atas

larangan penjualan produk Le Minerale

pada beberapa media nasional melalui

kuasa hukumnya Suyanto Simalango

Patria. Hal ini dilakukan selain karena

adanya aduan dari pedagang SO tetapi

ditakutkan pula apabila dibiarkan akan

berdampak pada penjualan Le Minerale.

7 Oktober 2016 PT. Tirta Fresindo Jaya (produsen Le

Minerale) memberikan keterangan

Page 64: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

55

kepada KPPU, undangan tersebut

ditandatangani oleh R. Frans Adiatma

atas nama Plt. Deputi Bidang Penegekan

Hukum Direktur Innvestigasi U.B

Koordinator Satuan Tugas. Sesuai dengan

surat pemberitahuan klarifikasi pihak Le

Minerale bertemu dengan Tim Investigasi

KPPU. Kemudian adanya langkah-

langkah yang diambil oleh para terlapor

guna menutupi kesalahannya dengan

melakukan permintaan maaf dan janji-

janji akan diberi hadiah, meskipun itu

dirasa sudah terlambat oleh pihak

pedagang. Tata cara penanganan perkara

berdasarkan laporan pelapor maka

langkah selanjutnya adalah klarifikasi.

9 Mei 2017 Gelar perkara mulai bergulir, sidang

pertama dengan agenda pembacaan dan

penyerahan salinan laporan dugaan

pelanggaran oleh tim investigator KPPU.

10 Juli 2017 Agenda sidang mendengar keterangan

saksi dari pihak Le Minerale

menghadirkan orang yang telah diberikan

kuasa yaitu Carol Mario Sampouw

sebagai National Sales Manager. Sidang

kali ini membahas tentang akibat dari

adanya perjanjian antara para terlapor

dengan toko SO yang menyebabkan

penurunan penjualan air minum dalam

kemasan yang bermerek Le Minerale.

Page 65: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

56

Mario mengatakan adanya aduan dari

para pedagang sehingga membuat ke

khawatiran kepada terhambatnya

penjualan Le Minerale. Maka dilakukan

survei acak di wilayah jabodetabek

karena adanya laporan dari SO

Karawang.

26 Oktober 2017 Majelis Komisi melaksanakan sidang

Majelis komisi dengan agenda

pemeriksaan Terlapor I. Pada sidang kali

ini ditemukan bahwasannya Terlapor I

sebagai principal dan Terlapor II sebagai

distributor memiliki kontrak atau

perjanjian distributor.

27 Oktober 2017 Majelis Komisi melaksanakan sidang

majelis dengan agenda pemeriksaan alat

bukti dan dokumen serta dilanjutkan

dengan pemeriksaan Terlapor II. Sidang

kali ini ditemukan adanya perilaku yang

dilarang oleh para terlapor yang

berhubungan dengan perjanjian tertutup

dan hubungan bisnis antara para terlapor

yang berhubungan dengan perjanjian

tertutup dan hubungan bisnis antara para

terlapor bukanlah hubungan jual dan/atau

beli putus karena adanya perjanjian

khusus yaitu perjanjian kerjasama adanya

penempatan pegawai Terlapor I dalam

kantor Terlapor II yang memang jabatan

sebagai KAE (Key Account Excecutive)

Page 66: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

57

dan Sales Manager.

19 September 2017 Terlapor I menganggap saksi yang

dihadirkan cukup yaitu dengan tiga orang

saksi dari Terlapor I dan sembilan orang

saksi dari Terlapor II. Pernyataan tersebut

kemudian ditanggapi oleh salah satu

investigator KPPU yaitu Helmi Nurjamil,

yang mengatakan hadir atau tidak

hadirnya saksi oleh Terlapor I,

diserahkan kepada Terlapor. Namun

kewenangan itu sepenuhnya berada di

tangan Ketua Majelis Komisi. Dalam

persidangan ditemukan adanya bukti

surat komunikasi elektronik antara

Terlapor I yaitu Sulistyo Pramono dalam

kapasitasnya sebagai KAE Terlapor I

kepada Denny Lasut selaku senior sales

manager Terlapor II tentang degradasi

stastus SO menjadi Wholeseller.

19 Desember 2017 Sidang yang digelar oleh KPPU, Ketua

Majelis Komisi menyatakan kedua

terlapor terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 15 Ayat (3)

huruf b dan Pasal 19 huruf a dan b

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Page 67: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

58

BAB IV

BENTUK PELANGGARAN DAN PERTIMBANGAN HAKIM

A. Pelanggaran Hukum Yang Dilakukan Oleh PT. Tirta Investama dan PT.

Balina Agung Perkasa

Menurut Aristoteles hukum hanyalah sebuah kumpulan peraturan yang

dapat mengikat dan juga sebagai hakim bagi masyarakat. Dimana undang-

undanglah yang mengawasi hakim dalam melaksanakan tugasnya untuk

menghukum orang-orang yang bersalah atau pelanggar hukum.1 Dalam hal ini

pelanggaran hukum yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama dan PT. Balina

Agung Perkasa. Salah satunya yaitu perjanjian tertutup dan penguasaan pasar.

Namun menurut peneliti PT. Tirta Investama juga melakukan pelanggaran hukum

terkait dengan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Posisi

Dominan, yang disebutkan sebagai berikut:

1. Perjanjian Tertutup (exclusive dealing) merupakan suatu perjanjian yang

terjadi antara mereka yang berada pada level yang berbeda pada proses

produksi atau jaringan distribusi suatu barang atau jasa.2 Menurut Pasal 15

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang mengatur larangan perjanjian,

menyatakan bahwa:

a. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang

memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa

hanya akan memasok dan tidak memasok kepada pihak tertentu dan/atau

pada tempat tertentu.

b. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang

memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa

tertentu harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku

usaha pemasok.

1 J.H. Rapar, Filsafat Politik Aristoteles, (Jakarta: Rajawali,1988), h.63

2 Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media,2009), h.118

Page 68: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

59

c. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan

harga tertentu atas barang dan/atau jasa yang memuat persyaratan bahwa

pelaku usaha yang menerima barang dan/atau jasa dari pelaku usaha

pemasok.

1) Harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha

pemasok.

2) Tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis

dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha

pemasok.

2. Penguasaan pasar yaitu dengan kata lain menjadi penguasa di pasar

merupakan keingan dari hampir semua pelaku usaha, karena penguasaan

pasar yang cukup besar memiliki korelasi positif dengan tingkat keuntungan

yang mungkin bisa dimiliki oleh pelaku usaha. Penguasaan pasar yang tidak

adil akan mengakibatkankan persaingan usaha yang tidak sehat.3 Menurut

Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Penguasaan Pasar

menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa

kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat berupa:

a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan

kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan.

b. Atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha

tidak sehat.

3. Posisi dominan adalah suatu keadaan dimana pelaku usaha dalam

memasarkan produknya tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar

yang bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau

pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya di pasar yang

bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan

3 Munir Fuady, Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, (Bandung:

PT.Citra Aditya Bakti, 1999), h.78.

Page 69: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

60

akses pada pasokan dan penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan

pasokan atau permintaan barang dan jasa tertentu.4 Posisi Dominan

berpotensi untuk melakukan diskriminasi harga (price discrimination),

perjanjian tertutup (exclusive dealing), termasuk penjualan paket (tying in

sale), diskriminasi (barrier to entry) terhadap pelaku usaha tertentu,

hambatan vertikal (vertical restraint), jual rugi (predatory pricing) untuk

mematikan pesaingnya.5 Menurut Pasal 25 Undang-Undang Nomor 5 tahun

1999 menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang melakukan posisi dominan

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk:

a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah

dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang

bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas.

b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi.

c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk

memasuki pasar bersangkutan.

B. Pertimbangan Hakim

1. Pertimbangan Hakim Aspek Filosofis

Betapa pentingnya persaingan usaha di Indonesia harus sehat,

dalam perkara ini dijelaskan bahwa pelaku terlapor telah merugikan pelaku

usaha lain serta akan berdampak pada masyarakat luas. Karena selain karena

amanat undang-undang namun juga dikarenakan persaingan usaha tidak

sehat memiliki dampak kepada pelaku usaha lain dan berimbas pada

kemakmuran rakyat. Yang dimana dampak tersebut telah menderogasi dan

menyebabkan Negara Indonesia gagal untuk menjadi negara kesejahteraan

yang mana Negara Indonesia telah bercita-cita untuk memakmurkan

rakyatnya sendiri.

4 Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks

dan Kontex, (Jakarta: ROV Creative Media), h.165.

5 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2009), h.44.

Page 70: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

61

Bahwasannya perbuatan melanggar hukum dimana telah dijabarkan

di atas atau sebelumnya adalah perbuatan-perbuatan yang dilihat dari aspek

filosofis telah melanggar cita-cita pendiri bangsa untuk menjadikan Negara

Indonesia sebagai negara berkesejahteraan (welfare state) yang mana cita-

cita tersebut dibangun dari landasan filosofis yang terkandung dan

bersumber dari sila kelima yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia”

Menurut John Maynard Keyness, pencetus dari teori welfare state

menyatakan bahwa negara harus secara aktif mengupayakan kesejahteraan,

bertindak adil yang dapat dirasakan seluruh masyarakat secara merata dan

seimbang, bukan mensejahterakan golongan tertentu tapi seluruh rakyat.6

Atau dalam adagium hukum yang berbunyi justitia est ius suum cuique

tribuere yang artinya keadilan harus diberikan kepada tiap orang apa yang

menjadi haknya. Maka dapat peneliti katakan bahwa keadilan terbesar

adalah kesejahteraan bagi masyarakat luas.

Landasan Filosofis Negara kesejahteraan atau welfare state teori ini

sebenarnya sudah terkandung di dalam Peraturan Perundang-Undangan

yang berlaku di Indonesia yaitu dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 bersumber dari sila kelima Pancasila yang berbunyi “keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia”, dan Pembukan UUD 1945 alinea keempat,

khususnya pada kalimat “...melindungi segenap bangsa dan... memajukan

kesejahteraan umum”.

Tujuan untuk mencapai kemakmuran rakyat dan efisiensi

perekonomian nasional dalam menciptakan keadilan sosial berdasarkan

norma dasar tersebut membutuhkan suatu peraturan yang dapat dijadikan

landasan hukum yang kuat. Substansi hukum dalam peraturan perundang-

undangan yang adil dan menjamin kepastian dalam upaya penegakan hukum

adalah prasyarat tujuan hukum tadi. Selama berlakunya Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 ternyata belum efektif untuk mencapai kesejahteraan

6 Ariza Fuadi, “Jurnal Negara Kesejahteraan (welfare State) Dalam Pandangan Islam

dan Kapitalisme”, No.1, Vol.5, (Semarang: 1 Juni 2015), h.16.

Page 71: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

62

rakyat dikarenakan undang-undang tersebut tidak dapat mengakomodir

permasalahan-permasalahan persaingan usaha yang terjadi.

Dampak dari persaingan usaha yang belum sempurna merujuk pada

sila kelima Pancasila yang menyebutkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia, maka norma norma dasar ini harus dimaknai bahwa seluruh

rakyat Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang merata, secara

bersama-sama untuk meningkatkan dan mengembangkan keadaan yang

terus lebih baik untuk mencapai tujuan agar kekayaan alam dan hasil

pembangunan nasional yang meliputi segala aspek pembangunan dapat

dinikmati seluruh rakyat tanpa terkecuali.

Pembukaan UUD 1945 meliputi frasa “melindungi segenap bangsa

Indonesia”, frasa ini ditunjukan bagi aspek ketahanan ekonomi nasional

suatu bangsa dengan menjamin kesempatan yang sama bagi setiap warga

negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang

dan atau jasa dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien sehingga

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar

yang wajar. Sementara frasa “memajukan kesejahteraan umun” ditujukan

kepada setiap orang yang berusaha di Indonesia agar berada dalam situasi

persaingan yang sehat dan wajar sehingga tidak menimbulkan adanya

monopoli pada pelaku usaha tertentu. 7

Kedua paradigma tersebut menjadi landasan pembangunan

ekonomi yang diarahkan kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat dengan

mengatur persaingan usaha. Landasan filosofis tersebut merupakan bentuk

dari konsep negara kesejahteraan (welfare state) dimana negara menjamin

kesejahteraan rakyatnya dengan jalan mengadakan segenap upaya untuk

tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka dalam rangka untuk

merealisasikan cita-cita dan mimpi-mimpi para pendiri Negara Indonesia

yang menginginkan Indonesia menjadi negara kesejahteraan, maka menurut

7 Jimly Asshidiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, h. 14. Website Resmi Jimly

Asshidiqie, akses tanggal 15 Desember 2018.

http://www.jimly.com/makalah/namafile/57/konsep_negara_hukum_indonesia.pdf

Page 72: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

63

peneliti perlu adanya reformasi dalam persaingan usaha di Indonesia itu

sendiri.

2. Pertimbangan Hakim Aspek Yuridis

Aspek Yuridis dalam penelitian ini berkaitan dengan pemenuhan

unsur-unsur dari Undang-Undang Pelanggaran Anti Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

a. Pemenuhan Unsur Pasal 15

Salah satu pelanggaran persaingan usaha yang dilakukan

oleh para pelaku usaha yang melanggar atau para terlapor ini

adalah pelanggaran tentang perjanjian tertutup. Defisini dari

perjanjian tertutup adalah suatu perjanjian yang terjadi antara

mereka yang berada pada level yang berbeda pada proses produksi

atau jaringan distribusi suatu barang dan atau jasa.8

Bahwasannya didalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

perjanjian tertutup terdiri dari tiga macam pelanggaran, yaitu:

1) Exclusive Distribution Agreement

Yang dimaksud disini adalah pelaku usaha membuat perjanjian

dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa

pihak yang menerima produk hanya akan memasok atau tidak

memasok produk tersebut kepada pihak atau tempat tertentu.

Dimana dari permasalahan dalam Exclusive Distribution

Agreement adalah kemungkinan matinya suatu pelaku usaha

karena tidak mendapatkan bahan baku atau tidak mempunyai

distributor yang akan menjual produknya.

2) Tying Agreement

Terjadi apabila suatu perusahaan mengadakan perjanjian

dengan pelaku usaha lain yang berada pada level berbeda

dengan mensyaratkan penjualan atau penyewaan suatu barang

8 Suyud Margano, Hukum Anti Monopoli, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.98.

Page 73: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

64

atau jasa hanya akan dilakukan apabila pembeli atau penyewa

juga akan membeli barang lainnya.

3) Vertical on Discount

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau

potongan harga tertentu atas barang atau jasa yang memuat

persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang atau

jasa dari usaha pemasok harus bersedia membeli barang atau

jasa lain dari pelaku usaha pemasok serta tidak akan membeli

barang atau jasa sejenis dari pelaku usaha yang menjadi

pesaingnya pemasok.

Bahwasannya dalam kasus ini pemenuhan unsur terhadap

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para terlapor

melanggar ketentuan dari Vertical on Discount atau Pasal 15 ayat

(3) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan

sebagai berikut:

“pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau

potongan harga tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat

persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan atau

jasa dari pelaku usaha pemasok”

Tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis

dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha

pemasok.

Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak

terjadinya pelanggaran Pasal 15 ayat (3) huruf b undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 maka majelis komisi mempertimbangkan

unsur-unsur yang sudah terpenuhi sebagai berikut:

1) Unsur pelaku usaha

a) Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam perkara ini

adalah PT. Tirta Investama (Terlapor I) dan PT. Balina

Agung Perkasa (Terlapor II).

Page 74: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

65

b) Bahwa PT. Tirta Investama merupakan badan usaha

berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan Akta

Pendirian Perusahaan Nomor 142 tanggal 16 Juni 1994

yang dibuat oleh Rachmat Santoso, S.H Notaris di Jakarta

dan terakhir diubah dengan akta perubahan Nomor 100

tanggal 26 April 2016 yang dibuat oleh Linda Herawati,

S.H Notaris di Jakata Pusat serta telah mendapat

pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor AHU-AH.01.03-0044158

Tahun 2016 28 April 2016.

c) PT. Balina Agung Perkasa merupakan badan usaha

berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan Akta

Pendirian Perusahaan Nomor 33 tanggal 8 Juli 1999 yang

dibuat oleh Dr. Purbandari, S.H.,M.Hum.,MM.,M.kn.

Notaris di Jakarta dan terakhir diubah dengan akta

perubahan Nomor 09 tanggal 15 Oktober 2016 yang

dibuat oleh Rahayu Minarti, S.H Notaris di Jakarta Pusat

serta telah mendapat pengesahan dan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-

AH.01.03-0091305 Tahun 2016 Tanggal 20 Oktober

2016.

2) Unsur Perjanjian

a) Terlapor I dan Terlapor II secara bersama-sama pernah

menyampaikan himbauan lisan kepada para pedagang

Star Outlet (SO) mulai dari akhir tahun 2015 sampai

dengan pertengahan tahun 2016, Terlapor I melalui Key

Account Executive (KAE) dan Terlapor II melalui bagian

penjualan.

b) Bahwa perjanjian tertulis dalam hukum persaingan dapat

dimaknai sebagai perjanjian dengan nama apapun,

perjanjian tertulis dalam perkara ini merujuk pada bukti

Page 75: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

66

dokumen mengenai “FORM SOSIALISASI

PELANGGAN STAR OUTLET” yang memerintahkan

bahwa penjual SO dari produk Terlapor I bersedia untuk

tidak menjual produk Air Minum Dalam Kemasan

(AMDK) dengan merek dagang Le Minerale, dan

bersedia menerima sanksi penurunan (degradasi) dari

status SO menjadi Wholeseller.

Seperti yang dikutip dari Putusan KPPU Nomor

22/KPPU-I/2016.

FORM SOSIALISASI PELANGGAN STAR OUTLET

Pada hari ini tanggal: .......... Sudah di sosialisasikan oleh

team cabang Cibubur mengenai pelanggan kategori SO

yang tidak boleh menjual air kemasan Le Minerale per

tanggal 1 September 2016, dan jika masih ditemukan

menjual produk yang dimaksud akan menerima

konsekuensi sangsi dari PT. Tirta Investama (danone)

berupa penurunan kategori harga ke Wholeseller (W).

c) Form sosialisasi tersebut wajib ditandatangani oleh

pedagang SO lengkap dengan nama pemilik toko dan

nomor telepon.

d) Form sosialisasi sebagaimana peneliti lampirkan di atas

adalah salah satu contoh bentuk perjanjian yang diakui

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada di

Indonesia. Menurut peraturan perundang-undangan yang

ada di Indonesia Form di atas dapat dikategorikan sebagai

perjanjian klausula baku yang dimana perjanjian klausula

baku didefinisikan sebagai perjanjian yang salah satu

pihak dalam perjanjian tidak mampu atau memiliki

kemampuan untuk melakukan negoisasi pasal-pasal atau

klausula-klausula didalam perjanjian tersebut.

Page 76: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

67

e) Mengetahui eksistensi perjanjian klausula baku tersebut

maka menurut peneliti tindakan kerjasama antara terlapor

I dan Terlapor II dapat dimaknai sebagai perbuatan

bersama.

f) Ditemukan bukti komunikasi e-mail terdapat komunikasi

antara pegawai perusahaan Terlapor I dengan Terlapor II

mengenai tindakan degradasi toko SO dengan

pertimbangan Toko SO masih menjual produk kompetitor

merupakan bukti kerjasama yang tidak dapat dibantah.

g) Bahwa tindakan kerjasama diatas Terlapor I dan Terlapor

II harus dimaknai sebagai perbuatan bersama (conserted

action) yang dapat dikualifikasikan sebagai perjanjian

tidak tertulis.

3) Unsur Mengenai Harga atau Potongan Harga

a) Potongan harga adalah merupakan insentif yang diberikan

oleh seorang produsen kepada distributor ataupun

distributor kepada pengecernya, dimana harga menjadi

lebih murah dari harga yang dibayarkan.

b) Bahwa berdasarkan pemaparan fakta-fakta adanya

larangan kepada para pedagang untuk tidak menjual

produk kompetitor dengan sanksi degradasi status dari

SO menjadi Wholeseller berimbas pada harga

pembelian/pengembalian barang.

c) Berdasarkan bukti dokumen mengenai harga refrensi,

perbedaan harga SO dengan harga Wholeseller memiliki

selisih sebesar ± 3%. Dengan adanya perbedaan harga

dalam segmentasi (status pedagang) SO dan Wholeseller

4) Unsur Barang

Bahwa yang dimaksud dengan barang dalam perkara ini

adalah Air Minum Dalam Kemasan Air Mineral.

5) Unsur Memuat Persyaratan Tidak Akan Membeli Barang

Page 77: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

68

a) Adanya larangan untuk membeli produk sejenis dari

pesaing (Le Minerale) pelaku usaha pemasok (Aqua)

sebagai syarat utama.

b) Adanya larangan untuk tidak akan membeli barang

kompetitor (Le Minerale) dilakukan secara bersama-sama

oleh para terlapor pada pedagang/pemilik toko dengan

status SO.

c) Bahwa adanya sanksi berupa degradasi status toko

merupakan bentuk ancaman agar persyaratan yang dibuat

oleh para terlapor menjadi efektif.

6) Unsur Tidak Akan Membeli Barang dari Pelaku Usaha

Pesaing

a) Adanya bukti dokumen berupa Form Sosialisasi yang

memerintahkan bahwa penjual yang menjadi SO dari

produk Terlapor I bersedia untuk tidak menjual produk

dari pesaing Terlapor I dengan merek dagang Le

Minerale.

b) Tindakan para terlapor yang melarang pedagang SO

untuk menjual produk kompetitor juga dibuktikan dengan

adanya fakta-fakta dari para saksi pedagang dan bukti

komunikasi e-mail.

c) Bahwa adanya kebijakan para terlapor tersebut di atas

bertujuan agar pedagang SO tidak menjual produk Le

Minerale dan Terlapor I dapat menghambat laju

pertumbuhan kompetitornya, yaitu PT. Tirta Fresindo

Jaya selaku produsen Le Minerale.

d) Bahwasaanya terhadap pelanggaran berupa pada Pasal 15

ayat 3 atau Vertical on Discount. KPPU menggunakan

pendekatan teori Perse Illegal yang dimana teori Perse

Illegal melihat suatu tindakan dinyatakan melanggar

hukum dan dilarang secara mutlak serta tidak

Page 78: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

69

memerlukan pembuktian apakah tindakan tersebut

memiliki dampak negatif bagi persaingan usaha.

b. Pemenuhan Unsur-Unsur Pasal 19

Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak

terjadinya pelanggaran Pasal 19 huruf a undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 maka majelis komisi mempertimbangkan unsur-unsur

sebagai berikut:

1) Unsur Pelaku Usaha

a) Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam perkara ini

adalah PT. Tirta Investama (Terlapor I) dan PT. Balina

Agung Perkasa (Terlapor II)

b) Bahwa PT. Tirta Investama merupakan badan usaha

berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan Akta

Pendirian Perusahaan Nomor 142 tanggal 16 Juni 1994

yang dibuat oleh Rachmat Santoso, S.H Notaris di Jakarta

dan terakhirdiubah dengan akta perubahan Nomor 100

tanggal 26 April 2016 yang dibuat oleh Linda Herawati,

S.H Notaris di Jakata Pusat serta telah mendapat

pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor AHU-AH.01.03-0044158

Tahun 2016 28 April 2016.

c) Dan PT. Balina Agung Perkasa merupakan badan usaha

berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan Akta

Pendirian Perusahaan Nomor 33 tanggal 8 Juli 1999 yang

dibuat oleh Dr. Purbandari, S.H.,M.Hum.,MM.,M.kn.

Notaris di Jakarta dan terakhir diubah dengan akta

perubahan Nomor 09 tanggal 15 Oktober 2016 yang

dibuat oleh Rahayu Minarti, S.H Notaris di Jakarta Pusat

serta telah mendapat pengesahan dan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-

Page 79: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

70

AH.01.03-0091305 Tahun 2016 Tanggal 20 Oktober

2016.

2) Unsur Melakukan Satu atau Beberapa Kegiatan, Baik Sendiri

Maupun Bersama Pelaku Usaha Lain

a) Bahwa Saudara Sulistyo Pramono selaku KAE dari

Terlapor I mengirim surat elektronik kepada Saudara

Denny Lasut selaku dari Terlpor II pada tanggal 17 Mei

2016 mengenai diturunkannya status toko chun-chun dari

status SO menjadi Wholeseller, karena toko tersebut

menjadi salah satu outlet dari Le Minerale sehingga toko

tersebut sudah tidak loyal lagi dengan produk Aqua, dan

toko tersebut dengan bangganya mengatakan lebih

menguntungkan menjual produk Le Minerale

dibandingkan produk Aqua.

b) Saudara Sulistyo Pramono juga mengirimkan surat

elektronik kepada Saudara M. Luthfi selaku kepala Depo

Karawang Terlapor I untuk memberikan harga

Wholeseller kepada Toko Chun-chun sebagai kebijakan

prinsipal, dimana status pemberian harga dari SO ke

Wholeseller seharusnya merupakan kebijakan distributor

dalam hal ini yaitu Terlapor II.

c) Dalam kedua surat elektronik tersebut, secara jelas

menyatakan bahwa diturunkannya Toko Chun-chun dari

SO menjadi Wholeseller merupakan akibat perbuatan

Toko Chun-chun yang menjual produk kompetitor, yaitu

Le Minerale.

d) Bahwa para terlapor telah terbukti secara bersama-sama

telah melakukan tindakan persaingan yang tidak sehat

dengan melakukan ancaman dan/atau larangan kepada

para pedagang/pemilik toko SO untuk tidak menjual

produk kompetitor. Mekanisme degradasi terhadap para

Page 80: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

71

pedagang sehingga adanya klausul berupa larangan

menjual produk kompetitor merupakan tindakan anti

persaingan yang sengaja dilakukan untuk menghambat

pertumbuhan kompetitor.

3) Unsur Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli

dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat

a) Dengan tindakan para terlapor yang melarang toko SO

dengan syarat tidak boleh menjual produk pesaingnya

atas nama Le Minerale, yang seharusnya produk tersebut

dapat ditawarkan di toko tetapi menyebabkan produk

tersebut menjadi tidak tersedia di toko (availability

product).

b) Tindakan para terlapor membuat tertutupnya kesempatan

Le Minerale untuk bersaing di pasar bersangkutan

merupakan bentuk barrier to entry pelaku usaha

newcomer dalam pasal bersangkutan.

c) Tindakan Terlapor I yang telah mengeluarkan strategi anti

persaingan tersebut menyebabkan Le Minerale sebagai

kompetitor Aqua tidak bisa melakukan repeat buying.

Dengan latar belakang dan objektif yang terdapat di

dalam form sosialisasi tersebut Terlapor I telah

menghambat kompetitornya yaitu PT. Tirta Fresindo Jaya

produsen Le Minerale yang merupakan pesaing untuk

memasuki pasar bersangkutan.

4) Unsur Menolak dan atau Menghalangi Pelaku Usaha Tertentu

Untuk Melakukan Kegiatan Usaha Yang Sama Pada Pasar

Bersangkutan.

a) Tindakan Sulistyo Pramono selaku KAE Terlapor I

mengirimkan surat elektronik kepada Saudara Denny

Lasut pada tanggal 17 Mei 2016 mengenai diturunkannya

status Toko Chun-chun dari SO menjadi Wholeseller

Page 81: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

72

karena menjual produk kompetitor dari Terlapor I. Dan

Suadara Sulistyo Pramono pun mengirimkan surat

elektronik kepada Saudara M. Luthfi selaku kepala Depo

Karawang Terlapor I untuk memberikan harga

Wholeseller kepada Toko Chun-chun sebagai kebijakan

prinsipal, dimana seharusnya yang memberikan status

pemberian harga SO ke Wholeseller ialah distributor.

b) Tindakan Saudara Sulistyo Pramono bukanlah tindakan

pribadi karena setiap tindakannya menggunakan fasilitas

perusahaan dan dilaporkan kepada atasannya secara

langsung dan berjenjang.

c) Bahwa tindakan para terlapor yang melarang toko SO

untuk menjual produk kompetitor (Le Minerale),

menyebabkan toko pada level SO tidak dapat melakukan

kegiatan usaha berupa menjual produk kompetitor.

5) Unsur Menghalangi Konsumen atau Pelanggan Pelaku Usaha

Pesaingnya Untuk Tidak Melakukan Hubungan Usaha

dengan Pelaku Usaha Pesaingnya.

a) Tindakan para terlapor tersebut yang melarang toko SO

untuk tidak menjual produk kompetitor menyebabkan

produk Le Minerale tidak tersedia di pasar. Kemudian

tindakan para telapor tersebut telah menutup akses Le

Minerale untuk bersaing secara sehat di pasar.

b) Tindakan para terlapor menyebabkan toko SO tidak dapat

melakukan hubungan usaha dengan produsen Le

Minerale sebagai pesaing dari Aqua (tidak bisa

melakukan repeat buying). Repeat buying merupakan

permintaan nyata dari konsumen yang berkontribusi

terhadap pendapatan suatu perusahaan.

c) Tindakan para terlapor tersebut menyebabkan konsumen

tidak dapat melakukan pembelian produk Le Minerale

Page 82: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

73

pada toko-toko SO yang mengikuti kebijakan dari para

terlapor.

3. Pertimbangan Hakim Aspek Sosiologis

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung

keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping

itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga

pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat.

Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik dan cermat, maka putusan

hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh

Pengadilan Tinggi/Mahkamah Agung.

Kepastian hukum menekankan agar hukum atau peraturan

ditegakan sebagaimana yang diinginkan oleh bunyi hukum atau

peraturannya. Fiat Justitia et pereat mundus (meskipun dunia ini runtuh

hukum harus ditegakkan). Nilai sosiologis menekankan kepada kemanfaatan

bagi masyarakat. Hakim dalam memutus perkara harus melihat sumber

hukum tertulis maupun tidak serta nilai-nilai di masyarakat.

Kepatian hukum ada empat hal yang berhubungan dengan makna

kepastian hukum. Pertama, hukum itu positif yaitu undang-undang

(gesetzliches recht). Kedua, bahwa hukum didasarkan pada fakta-fakta

(tatsachen), ketiga bahwa fakta itu harus dirumuskan dengan jelas supaya

tidak terjadi kekeliruan dan keempat, hukum positif itu tidak boleh sering

diubah-ubah.9

Melihat dari fakta-fakta yang ada telah terbukti terjadinya suatu

pemusatan pasar oleh Terlapor I yang dibuktikan melalui keterangan saksi-

saksi pemasok produk aqua yang menyatakan produk aqua adalah produk

yang paling banyak di jual dan dicari di toko. Dalam memasarkan

produknya, Terlapor I memiliki 2 (dua) jalur distribusi yaitu jalur General

Trade dan jalur Modern Trade. Jalur General Trade yaitu dengan

9 Mukti Arto, Praktek Perdata pada Pengadilan Agama, cet V (yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2004), h.140.

Page 83: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

74

mendistribusikan produk di pasar tradisional sedangkan Modern Trade

merupakan jalur distribusi di pasar moderen seperti minimarket,

supermarket, dan hypermarket.

Berkaitan dengan peran Terlapor I dalam pelaksanaan mekanisme

degradasi toko, menurut fakta dari Tim Investigator ditemukannya surat

elektronik (e-mail) antara pegawaiTerlapor I bernama Sulistyo Pramono

selaku KAE dari Terlapor I dengan pegawai Terlapor II yang bernama

Denny Lasut selaku Senior Sales Manager Terlapor II. Dengan alamat e-

mail pribadi mereka [email protected] dan

[email protected]. Dengan isi e-mail adalah tentang degradasi

penurunan status Star Seller menjadi Wholeseller.

Menurut kesimpulan dari Tim Investigator pada pokoknya

menyatakan para pedagang di wilayah Cibubur diharuskan untuk mengisi

form atau surat pernyataan sosialisasi yang pada pokoknya “Tidak boleh

menjual air kemasan Le Minerale”. Dengan adanya kesimpulan dari Tim

Investigator, Terlapor I menolak kesimpulan tersebut dan menyatakan tidak

pernah mengeluarkan kebijakan untuk melarang toko menjual produk Le

Minerale, baik berupa form sosialisasi maupun himbauan lisan. Sedangkan

bukti yang ada dari keterangan saksi selaku pemiliki toko SO menyatakan

pernah membuat surat pernyataan tentang form sosialisasi yang ditandatangi

oleh saksi tersebut. Form sosialisasi ini ditunjukan dan di siapkan oleh

pegawai Terlapor I dengan pegawai Terlapor II.

Bahwa jalur distribusi General Trade dipasok dengan

menggunakan jasa distributor (Terlapor II), sementara jalur distribusi

Modern Trade dipasok dengan melalui Depo yang didirikan dan/atau

dimiliki oleh Terlapor I. Berdasarkan fakta-fakta yang terjadi diketahui

bahwa Terlapor I menjual sebagian besar produknya melalui distributor

yaitu bekisaran 85%-90% dari keseluruhan produk. Berdasarkan fakta yang

ada Terlapor II telah ditunjuk oleh terlapor I untuk memasarkan,

mempromosikan dan menyalurkan produk Terlapor I. Area fokus yang telah

ditetapkan oleh Terlapor II meliputi Cikampek, Cikarang, Bekasi, Babelan,

Page 84: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

75

Pulo Gadung, Sunter, Prumpung, Kiwi, Lemah Agung, Rawagirang,

Cibubur, Cimanggis atau setidak-tidaknya wilayah jangkauan dari Terlapor

II.

Berdasarkan bukti yang ada Terlapor II mempunyai perjanjian

dengan Terlapor I dengan hanya mendistribusikan AMDK produk Terlapor

I secara ekslusif dan Terlapor I diketahui memiliki akses bebas untuk

mengaudit setiap saat lokasi pabrik, catatan-catatan perusahaan dan proses

produksi milik Terlapor II. Dengan demikian terbuktinya Terlapor I

melakukan pengawasan terhadap Terlapor II hingga ke dalam tingkat

kegiatan yang bersifat teknis. Fakta tersebut diperkuat dengan adanya

penempatan pegawai Terlapor I yang ditempatkan di kantor Terlapor II.

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, Terlapor I dan Terlapor II

mempunyai peran-peran atas perkara ini dimulai dari degradasi penurunan

status SO menjadi W sampai himbauan dan form sosialisasi yang

disampaikan kepada pemasok produk aqua yang berstatus SO untuk tidak

menjual produk kompetitornya yaitu produk AMDK Le Minerale.

Dampak dari kasus ini adalah bahwa perilaku para Terlapor yang

melarang pedagang untuk tidak menjual produk Le Minerale berdampak

pada produk Le Minerale selaku pesaing dari aqua menjadi tidak tersedia

lagi setidak-tidaknya di toko pedagang yang dilarang (availability product)

menjadi tidak ada. Tindakan larangan menjual produk pesaing merupakan

strategi persaingan yang dilarang karena dapat menghilangkan akses

pelanggan atau konsumen untuk mendapatkan pilihan sesuai keinginan

masing-masing.

Dampak dari tidak adanya produk secara langsung maupun tidak

langsung telah menutup akses pembeli untuk menentukan pilihan produk

mana yang diinginkan oleh pembeli. Bahwa tindakan para terlapor yang

telah mengeluarkan strategi anti persaingan tersebut menyebabkan

pesaingnya yaitu Le Minerale tidak bisa melakukan repeat buying atau

permintaan nyata dari konsumen terhadap pendapat suatu perusahaan.

Page 85: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

76

Berdasarkan fakta dan alat bukti berkaitan dengan perilaku

Terlapor I dan Terlapor II dalam memasarkan produknya pada pasar

bersangkutan, maka Majelis Komisi menilai telah terjadi hambatan pasar

yang dialami PT. Tirta Fresindo Jaya dalam memasarkan produk Le

Minerale. Oleh karena itu, Majelis Komisi berpendapat hambatan pasar

tersebut telah mengakibatkan berkurangnya pilihan konsumen pada pasar

bersangkutan akibat berkurangnya kebebasan pelaku usaha SO dalam

menjual produk AMDK air mineral.

Dalam putusan perkara Nomor: 22/KPPU-I/2016 menurut

keputusan Majelis Komisi melanggarkan 2 Pasal yaitu Pasal 15 Ayat (3)

huruf b Tentang Perjanjian Tertutup dan Pasal 19 huruf a dan b Tentang

Penguasaan Pasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Peneliti setuju dengan

keputusan Majelis Komisi tersebut akan tetapi menurut peneliti melihat dari

fakta hukum dan/atau fakta sosiologis seharusnya Majelis Komisi juga dapat

menjatuhkan atau mengenakan Terlapor I yaitu PT. Tirta Investama juga

melanggar Pasal 25 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Posisi Dominan, bahwasannya selain telapor melanggar perjanjian

tertutup dan penguasaan pasar sebagaimana telah di putuskan oleh Majelis

Komisi terlapor juga telah melanggar ketentuan tentang posisi dominan

sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Anti Monopoli.

Dalam Undang-Undang Anti Monopoli terdapat kegiatan yang

dilarang dari Pasal 17 sampai dengan Pasal 24, yang dalam artinya pasal-

pasal tersebut adalah kegiatan yang memang dilarang oleh Undang-Undang

Anti Monopoli. Jika peneliti lihat lagi di dalam putusan Nomor 22-KPPU-

I/2016 syarat dari penguasaan Pasar Pasal 19 berdasarkan Keterangan Ahli

bahwa Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 diterapkan oleh

pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan dan market power. Hal ini

sesuai Keterangan Ahli Prof. Ine Minara S Ruky, S.E., M.E yang

mengatakan Pasal 15 Ayat 3 huruf b dan Pasal 19 huruf a dan b masuk

kategori penyalahgunaan posisi dominan secara substansi.

Page 86: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

77

Jadi, mengidentifikasikan apakah pelaku usaha yang diduga terlibat

pasal tersebut harus diidentifikasikan punya posisi dominan atau tidak,

namun itu tidak cukup harus ada juga perusahaan itu memiliki market

power. Karena posisi dominan tanpa market power itu tidak ada artinya.

Market power adalah kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga di

atas tingkat harga kompetitif dalam jangka lama. Jadi, ketika suatu

perusahaan menikkan harga tetapi para konsumennya tidak akan

meninggalkan perusahaan tersebut karena memiliki market power.

Untuk mengidentifikasi posisi dominan ini dimulai dengan

mengidentifikasi pasar bersangkutan, karena posisi dominan di dalam

pengertian antitrust. Jadi, penguasaan pasar yang besar dalam pengertian

antitrust itu berbeda dengan ekonomi market. Dalam pengertian antitrust

ekonomi itu adalah antitrust law, keduanya harus dihubungkan dengan

kekuatan pasar yang dimiliki sehingga posisi dominan harus dihitung dari

pasar yang bersangkutan. Definisi dari relevant market itu sangat penting

dalam menangani pasal yang menyangkut penyalahgunaan posisi dominan.

Keterangan Ahli tersebut sesuai dengan Peraturan Komisi No. 3

Tahun 2011 tentang Pedoman Pasal 19 huruf d Tentang Praktek

Diskriminasi yang menyatakan, pemilikan posisi dominan, atau pemilikan

kekuatan pasar yang signifikan, atau pemilikan faktor-faktor khusus

merupakan pra kondisi (necessary condition) atau indikasi awal bagi

terciptanya kegiatan penguasaan pasar oleh pelaku usaha. Pengertian

mengenai penguasaan pasar sebagaimana dinyatakan di atas mencakup

keseluruhan Pasal 19, termasuk Pasal 19 huruf a dan b.

Dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, pelaku

usaha dilarang memiliki posisi dominan di pasar dimana tempat ia

melakukan kegiatan usaha. Sedangkan Undang-Undang itu bersifat kaku.

Artinya posisi dominan bukanlah kegiatan atau bukanlah perbuatan yang

dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli tetapi yang dilarang oleh

Undang-Undang Anti Monopoli adalah pelaku usaha yang memiliki posisi

dominan namun melakukan kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh hukum

Page 87: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

78

persaingan usaha. Maka peneliti melihat unsur-unsur dari Pasal 25 tentang

Posisi Dominan dalam perkara ini adalah sebagai berikut:

1. Unsur Pelaku Usaha

a. Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam perkara ini adalah PT.

Tirta Investama (Terlapor I) dan PT. Balina Agung Perkasa

(Terlapor II)

b. Bahwa PT. Tirta Investama merupakan badan usaha berbentuk

badan hukum yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan

Nomor 142 tanggal 16 Juni 1994 yang dibuat oleh Rachmat Santoso,

S.H Notaris di Jakarta dan terakhirdiubah dengan akta perubahan

Nomor 100 tanggal 26 April 2016 yang dibuat oleh Linda Herawati,

S.H Notaris di Jakata Pusat serta telah mendapat pengesahan dari

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor

AHU-AH.01.03-0044158 Tahun 2016 28 April 2016.

c. Dan PT. Balina Agung Perkasa merupakan badan usaha berbentuk

badan hukum yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan

Nomor 33 tanggal 8 Juli 1999 yang dibuat oleh Dr. Purbandari,

S.H.,M.Hum.,MM.,M.kn. Notaris di Jakarta dan terakhir diubah

dengan akta perubahan Nomor 09 tanggal 15 Oktober 2016 yang

dibuat oleh Rahayu Minarti, S.H Notaris di Jakarta Pusat serta telah

mendapat pengesahan dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor AHU-AH.01.03-0091305 Tahun 2016

Tanggal 20 Oktober 2016.

2. Unsur Pelaku Usaha Dilarang Menggunakan Posisi Dominan Baik

Secara Langsung Maupun Tidak Langsung

a. Bahwasannya tindakan Terlapor I dan Terlapor II yang bersama-

sama telah menghalangi kompetitornya untuk melakukan kegiatan

usaha di pasar yang sama dengan cara mengancam para pedagang

SO akan didegradasi apabila menjual produk pesaing mereka yaitu

Le Minerale.

Page 88: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

79

b. Tindakan Terlapor I selaku produsen dari Aqua menyadari

keberadaan produknya yang paling banyak dicari di pasar

bersangkutan, sehingga mampu untuk mengancam para pedagang

SO.

3. Unsur Pelaku Usaha Memiliki Posisi Dominan

a. Dengan terbuktinya para terlapor melakukan unsur-unsur kegiatan

yang dilarang dalam Pasal 19 tentang Penguasaan Pasar, dimana

menurut ahli penguasaan pasar ialah yang memiliki kepemilikan

market power. Yang mana para terlapor tahu bahwa keberadaanya

sangat dicari oleh konsumen sehingga kebanyakan pedagang SO

segan untuk tidak loyal pada AQUA yang mengakibatkan mereka

akan didegradasikan. Karena perbandingan harga SO dan

Wholeseller yang lumayan jauh.

b. dan atau pemilikan posisi dominan, atau pemilikan kekuatan pasar

yang signifikan, atau pemilikan faktor-faktor khusus merupakan pra

kondisi (necessary condition) atau indikasi awal bagi terciptanya

kegiatan penguasaan pasar oleh pelaku usaha.

Bahwasannya ketika suatu pelaku usaha memiliki posisi dominan

bukanlah suatu tindak pidana atau bukanlah suatu tindakan yang melanggar

hukum. Namun ketika pelaku usaha tersebut melangar atau melakukan

kegiatan yang dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli menggunakan

posisi dominan nya maka pelaku usaha bisa dikatakan melanggar hukum.

Selain Majelis Komisi kurang tepat dalam mengenakan sanksi

menurut peneliti Undang-Undang yang dijadikan dasar hukum Undang-

Undang Anti Monopoli belum sempurna dan masih harus disempurnakan

Dilihat dari Pasal 48 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999

dikatakan “Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan

Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27 dan Pasal 28

diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp. 25.000.000.000 (dua puluh

lima milyar) dan setinggi-tingginya Rp. 100.000.000.000 (seratus milyar

Page 89: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

80

rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam)

bulan.”

Tetapi denda yang dikenakan kepada para terlapor hanya denda

administratif dan menghukum Terlapor 1 denda sebesar Rp. 13.845.450.000

(tiga belas milyar delapan ratus empat puluh lima juta empat ratus lima

puluh ribu rupiah) dan denda terhadap Terlapor II sebesar Rp.

6.294.000.000 (enam milyar dua ratus sembilan puluh empat juta rupiah).

Yang dimana para terlapor telah melanggar Pasal 19 tentang Penguasaan

Pasar, yang seharusnya kedua terlapor dikenakan denda lebih besar dari

yang seharusnya dibayarkan yaitu serendah-rendahnya Rp. 25.000.000.000

(dua puluh lima milyar rupiah). Disini KPPU hanya mengenakan sanksi

administratif saja. Karena dinilai KPPU telah melampaui batas

kewenangannya. Mengacu pada Pasal 36 Undang-Undang Anti Monopoli

salah satu wewenang KPPU adalah melakukan penelitian, penyelidikan dan

menyimpulkan hasil penyelidikan mngenai ada tidaknya praktik monopoli

dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Jadi, dapat dilihat kalau dasar hukum Undang-Undang Anti

Monopoli adalah Undang-Undang yang belum sempurna. Dasar hukum

tentang persaingan usaha di Indonesia yakni Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 itu masih sangat amat bersifat tidak jelas karena di dalam

Undang-Undang Anti Monopoli Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa

KPPU dapat mengenakan sanksi administratif dan sanksi pidana pokok.

Namun dalam implementasinya KPPU hanya dapat mengenakan sanksi

administratif yang dimana sanksi tersebut yang dikenakan KPPU kepada

pelaku usaha tidak akan memberikan efek jera melihat rendahnya

pengenaan denda antara sanksi administrtif dengan sanksi pidana denda

sebagaimana diatur dalam Pasal 47 dengan Pasal 48 Undang-Undang Anti

Monopoli. Karena kalau kita lihat kembali tentang pembahasan sanksi

tentang Undang-Undang Anti Monopoli saat ini bahwa dapat kita lihat

bahwasannya KPPU diberikan kewenangan dalam Undang-Undang untuk

mengenakan sanksi administratif terhadap dan sanksi pidana terhadap

Page 90: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

81

pelaku usaha yang melanggar Undang-Undang Anti Monopoli namun amat

sangat disayangkan dalam implementasinya KPPU hanya dapat

mengenakan sanksi administratif yang dikenakan oleh KPPU terhadap para

pelanggar persaingan usaha di Indonesia apabila kita bandingkan dengan

sanksi pidana pokok sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Anti

Monopoli itu sendiri.

Oleh karena itu, menurut hemat peneliti sudah waktunya bagi

Negara Indonesia dan Pemerintah untuk segera melakukan reformulasi atau

revitalisasi Undang-Undang Anti Monopoli itu sendiri sehingga Undang-

Undang Anti Monopoli ataupun implementasian Undang-Undang Anti

Monopoli oleh KPPU kedepannya akan menciptakan hukum persaingan

usaha yang sehat dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-

Undang 1945. Karena sebagaimana telah di amanatkan oleh filosofis Negara

Indonesia yakni Pancasila sila ke 5 yaitu keadilan bagi seluruh rakyat

Indonesia dan pembukaan Undang-Undang 1945 yang dimana

menginginkan Negara Indonesia menjadi negara yang mampu

mensejahterakan seluruh rakyatnya yang dimana cita-cita tersebut

merupakan ide serta pemikiran dari para founding father kita yang

menginginkan Negara Indonesia menjadi negara kesejahteraan di masa

mendatang.

Page 91: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persaingan usaha tidak sehat air

minum dalam kemasan antara PT. Tirta Investama dengan distributornya yaitu

PT. Balina Agung Perkasa sebagai studi analisis ditemukan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Analisis peneliti menunjukan bahwa perkara pada putusan KPPU Nomor

22/KPPU-I/2016 telah memenuhi unsur-unsur persaingan usaha tidak sehat

yaitu perjanjian tertutup yaitu: unsur pelaku usaha, unsur perjanjian, unsur

mengenai harga atau potongan harga, unsur barang, unsur memuat

persyaratan tidak akan membeli barang, dan unsur tidak akan membeli

barang dari pelaku usaha pesaing. Lalu kegiatan penguasaan pasar telah

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: unsur pelaku usaha, unsur

melakukan satu atau beberapa kegiatan baik sendiri maupun bersama pelaku

usaha, unsur dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat, unsur menolak dan atau menghalangi pelaku

usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar

bersangkutan, dan unsur menghalangi konsumen dan pelanggan pelaku

usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku

usaha pesaingnya. dan posisi dominan yaitu: unsur pelaku usaha, unsur

pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung

maupun tidak langsung dan unsur pelaku usaha memiliki posisi dominan.

2. Dari hasil pertimbangan-pertimbangan yang ada maka Pertimbangan Hakim

ditinjau dari beberapa aspek yaitu, Aspek Filosofis, Aspek Yuridis dan

Aspek Sosiologis.

a. Aspek Filosofis

Bahwasannya mengapa persaingan usaha di Indonesia harus sehat karena

selain karena amanat undang-undang namun juga dikarenakan persaingan

usaha yang tidak sehat berdampak kepada pelaku usaha lain dan tentu

Page 92: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

81

saja pasti akan berimbas pada kemakmuran rakyat. Dampak tersebut

telah mencederai dan menyebabkan Negara Indonesia menjadi negara

yang gagal untuk menciptakan kesejahteraan di negerinya sendiri.

Bahwasannya perbuatan-perbuatan melanggar hukum dimana telah

dijabarkan diatas adalah perbuatan-perbuatan yang apabila dilihat dari

aspek filosofis telah melanggar cita-cita pendiri bangsa untuk menjadikan

Negara Indonesia sebagai Negara yang berkesejahteraan (walfare state)

yang mana cita-cita tersebut dibangun dari landasan filosofis yang

terkandung dan bersumber dari sila keliman Pancasila yang berbunyi

“keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia” dan Pembukan UUD 1945 yang

berbunyi “...melindungi segenap bangsa Indonesia” kedua paradigma

tersebut menjadi landasan untuk pembangunan ekonomi yang mengarah

pada terwujudkan kesejahteraan rakyat dengan mengatur persaingan

usaha di Indonesia.

b. Aspek Yuridis

Bahwasannya para terlapor telah memenuhi semua unsur-unsur

pelanggaran hukum yang mereka lakukan. Dengan terbuktinya para

terlapor melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Pasal 15

Ayat (3) huruf b tentang Perjanjian Tertutup dan Pasal 19 huruf a dan b

tentang Penguasaan Pasar.

c. Aspek Sosiologis

Dilihat dari fakta-fakta yang ada telah terjadinya suatu pemusatan pasar

oleh Terlapor I yang dibuktikan melalui bukti-bukti dan keterangan para

saksi pemasok produk Aqua yang menyatakan produk Aqua adalah

produk yang paling banyak dijual dan dicari di toko. Sehingga para

pedagang yang berstatus SO akan diturunkan statusnya menjadi

Wholeseller apabila diketahui oleh pihak Terlapor I menjual produk dari

pesaingnya yaitu Le Minerale. Faktanya, dampak dari perilaku para

terlapor yang dianggap melanggar peraturan perundang-undangan anti

monopoli membuat tertutup nya akses produk dari pesaingnya yaitu Le

Page 93: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

82

Minerale menjadi susah dijangkau di dalam pasar besangkutan. Menurut

keterangan ahli Prof. Ine Minara S. Ruky, S.E., M.E yang mengatakan

syarat dari penguasaan pasar itu sendiri pemilikan posisi dominan, atau

pemilikan kekuatan pasar yang signifikan, atau pemilikan faktor-faktor

khusus merupakan pra kondisi atau indikasi awal bagi terciptanya

kegiatan penguasaan pasar oleh pelaku usaha. Apabila dilihat kembali

berdasarkan bukti-bukti dan para saksi yang ada para terlapor telah

memenuhi unsur Pasal 19 tentang Penguasaan Pasar, yang mana menurut

peneliti pasal tersebut telah memenuhi unsur Pasal 25 tentang Posisi

Dominan secara tidak langsung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan

skripsi ini maka saya sebagai peneliti ingin memberikan beberapa saran yang

dianggap peneliti perlu untuk dilakukan, yaitu:

1. Menurut peneliti sudah waktunya bagi Negara Indonesia dan Pemerintah

untuk segera melakukan reformulasi Undang-Undang Anti Monopoli

ataupun implementasian Undang-Undang Anti Monopoli oleh KPPU

kedepannya akan menciptakan hukum persaingan usaha yang sehat dan

sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang 1945.

2. Reformulasi Undang-Undang tersebut juga dititikberatkan pada tambahan

kewenangan KPPU, khususnya agar implementasi dari Pasal 48 tentang

Pidana Pokok teralisasi untuk memiliki seutuhnya kewenangan untuk

melakukan sanksi pidana pokok terhadap para pelaku usaha yang

melakukan pelanggaran monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, agar

para pelanggar persaingan usaha memiliki rasa jera terhadap putusan KPPU.

Apabila muncul ketakutakan akan adanya tumpang tindih kewenangan

KPPU untuk memutus perkara persaingan usaha, maka diperlukannya

kejelasan mengenai unsur-unsur perbuatan apa saja yang dilakukan oleh

pelanggar undang-undang antimonopoli yang dapat dikategorikan sebagai

tindak pidana.

Page 94: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

81

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Buchari. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

2016.

Annual Report Aqua Danone. 2012.

Annual Report PT. Aqua Golden Mississippi. 2010.

Annual Report PT. Mayora Indah Tbk. 2016.

Arifin, Lisca Vontya. Jurnal Tinjauan Yuridis Terhadap Persekongkolan Tender

Berdasarkan Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. JOM, Vol. 2. Februari

2015.

Arto, Mukti. Praktek Perdata pada Pengadilan Agama, cet V Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 2004.

Asshidiqie, Jimly. Gagasan Negara Hukum Indonesia.

(http://www.jimly.com/makalah/namafile/57/konsep_negara_hukum_ind

onesia.pdf)

Bintang, Sanusi dan Dahan. Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis. Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2000.

Chalid, Hamid. Hak-hak Asasi Manusia Atas Air: Studi Tentang Hukum Air di

Belanda, India dan Indonesia. Jakarta: Program Doktor fakultas Hukum

Universitas Indonesia. 2009.

Deril, M. dan Noviriana, Jurnal Uji Parameter Air Minum Dalam Kemasan

(AMDK) di Kota Surabaya. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol.6.

Universitas Pembangunan Nasional Surabaya. 2014.

Dewata, Mukti Nur dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif

dan Empiris. Jakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

Fandi, Tjipto. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2002.

Page 95: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

82

Fendy. Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Dalam Mendorong

Persaingan Usaha Yang Sehat Di Sektor Motor Skuter Matic.

Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2016.

Fuadi, Ariza. Jurnal Negara Kesejahteraan (welfare State) Dalam Pandangan

Islam dan Kapitalisme, No.1, Vol.5. Semarang: Juni 2015.

Fuady, Munir. Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat.

Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. 1999.

___________. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2005.

Hermansyah. Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia. Jakarta:

Kencana. 2009.

Ibrahim, Jhonny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet.I.

Malang: Bayumedia Publishing. 2006.

Imaniyati, Neni Sri. Hukum Bisnis Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan

Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.

Kagramanto, L. Budi. Mengenal Hukum Persaingan Usaha Berdasarkan UU

Nomor 5 Tahun 1999. Surabaya: Laros. 2008.

Kamal, Mustafa. Hukum Persaingan Usaha: Teori dan Praktiknya Di Indonesia.

Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2010.

Kansil, C.S.T. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

2008.

Lubis, Andi Fahmi, Anna Maria Anggraini, dkk. Hukum Persaingan Usaha

Antara Teks dan Kontex. Jakarta: ROV Creative Media. 2012.

Makarao, Mohammad Taufik dan Suharsil. Hukum Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.

Margono, Suyud. Hukum Anti Monopoli. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. 2011.

Prayoda, Ayudha D. Persaingan Usaha dan Hukum yang mengaturnya, Jakarta:

ELIPS. 2000.

Putra, Rizky Novyan. Urgensi Keberadaan Hukum Persaingan Usaha dan

Antimonopoli Di Indonesia. Business Law Review, Vol. 1.

Page 96: PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT AIR MINUM DALAM …

83

Rapar, J.H. Filsafat Politik Aristoteles. Jakarta: Rajawali. 1988

Rifa’i, Ahmad. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif.

Jakarta: Sinar Grafika. 2010

Simbolon, Alum. Pendekatan Yang Dilakukan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha menentukan Pelanggaran Dalam Hukum Persaingan Usaha.

Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM No.2, Vol.20. Medan: April 2013.

Siswanto, Aries. Hukum Persaingan Usaha. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2010.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu

Tinjauan Singkat). Jakarta: Rajawali Press. 2001.

________________. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 2001.

Usman, Rachmadi. Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. 2004.

Wiradiputra, Ditha. Perjanjian Dilarang, Bahan Mengajar Hukum Persaingan

Usaha. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2008.