perpaduan metode pembelajaran al-qur’an (studi...
TRANSCRIPT
1
PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN (STUDI ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI,
IQRO’, QIROATI, AT TARTIL, DAN TILAWATI)
DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO
ARGOMULYO SALATIGA
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Mufarohan
NIM : 111 11 008
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2016
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini telah tersusun untuk dipersembahkan kepada:
1. Orang tua tercinta Ayahanda Asmari Al Habsyi dan Ibunda
tercinta Maerah yang telah berjuang mendidik, membimbing
dan membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang,
kesabaran, keikhlasan serta doa dan harapan beliau. Semoga
ayahanda dan ibunda selalu diberikan kesehatan, istiqomah
dalam menjalani kehidulpan dan dilancarkan setiap urusan.
2. Calon suamiku Pawarto yang telah memotivasiku dan
mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita
disatukan dalam jalinan yang suci.
3. Adikku tercinta Muhamad Risael yang selalu mendorongku
dengan penuh semangat sehingga ananda termotivasi untuk
berjuang keras segera menyelesaikan skripsi ini. Doa dan
harapan, agar adikku selalu berbakti kepada orang tua, dan bisa
sukses dunia akhirat.
4. Nenekku Tercinta Nasiyah yang selalu mendoakan setiap
langkahku. Semoga nenek selalu diberi kesehatan dan panjang
umur.
5. Keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan untuk
menyelesikan skripsi ini.
vii
MOTTO
.إن أفضلكم مه تعلم القرآن وعلمه
“Sesungguhnya orang yang paling utama di
antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan
mengajarkannya.”(HR. Bukhari No.4640)
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad Saw beserta para keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Yang telah menunjukan kita agama
yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga ke jaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan ini.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan,
dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Namun
kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah penulisan skripsi
ini selesai. Oleh karena itu, tidak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih setulus-
tulusnya atas terselesaikanya skripsi ini kepada:
1. Dr. H.Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga;
2. Suwardi M. Pd selaku dekan IAIN Salatiga;
3. Siti Rukhayati M. Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga;
4. M. Farid Abdullah, S.PdI., M. Hum. Selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan perhatian selama kuliah;
ix
5. Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan
skripsi ini;
6. Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta bagian akademik IAIN Salatiga
yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis dan Seluruh Staff di
IAIN Salatiga.
7. Muhammad Yunus selaku kepala TPQ Al Ghozali yang telah memberikan saya
kesempatan untuk melakukan penelitian;
8. Teman-teman mengajar di PAUD TPQ Al Ghozali yang selalu mengajari saya
banyak hal;
9. Teman-teman baikku Astri Rahmawati, Afifah Muflihati, Thoni rohmad
Darmawan, Iis Syafa‟atul H, Ahmad sayfudin, Nanda Wahid Nugroho, Ahmad
Alfiyan Fakhroni yang selalu membantu dalam segala hal;
10. Santri-santri PAUD TPQ Al Ghozali yang selalu mengajarkan saya untuk jadi
orang yang lebih sabar;
11. Teman-teman seperjuangan organisasi Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandi
yang memberikan motivasi untuk selalu berjuang menjadi insan yang melayani
dan pengabdi;
12. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
x
Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya
penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau
penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta
bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin
Salatiga, 15 Januari 2016
Peneliti
Mufarohan
111 11 008
xi
ABSTRAK
Mufarohan. 2015. Perpaduan Metode Pembelajaran al-Qur‟an (studi analisis
tentang metode al baghdadi, iqro‟, qiroati, at tartil, dan tilawati) di TPQ AL
GHOZALI Noborejo Argomulyo Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Maslikhah, S.Ag.,M.Si
Kata kunci; Perpaduan Metode dan Pembelajaran al-Quran
Al-Qur‟an merupakan petunjuk jalan hidup umat Islam untuk meraih sukses
dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Rasulullah Saw menganjurkan pembelajaran
al-Qur‟an dimulai sejak masa kanak-kanak karena pada masa itu terkandung potensi
belajar yang sangat kuat dan besar. Salah satu kesulitan membaca al-Qur‟an bagi
anak-anak karena ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga
mengakibatkan kurang lancar, bahkan tidak fasih dalam membaca. Maka bagi guru
perlu menggunakan metode yang tepat dan efisien dalam mengajarkan membaca al-
Qur‟an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran
al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015, faktor pendukung dalam menggunakan
metode pembelajaran al-Qur‟an, faktor penghambat dalam menggunakan metode
pembelajaran al-Qur‟an, solusi mengatasi hambatan dalam pembelajaran di TPQ Al
Ghozali Noborejo 2015.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sesuai dengan
pendekatan yang digunakan, maka kehadiran peneliti di kancah penelitian menjadi
mutlak adanya. Penelitian ini dilakukan di TPQ Al Ghozali dengan informan
ustadz/ustadzah TPQ. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer
meliputi observasi dan wawancara. Sekunder meliputi dokumentasi.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa metode yang diterapkan di TPQ Al
Ghozali Noborejo Salatiga, menggunakan 5 metode yang saling dikaitkan satu
dengan yang lain. Metode-metode tersebut yaitu metode Al Baghdadi, iqro‟, qiroati,at
tartil, dan tilawati. Faktor Pendukungnya yaitu kurikulum TPQ yang sudah
dirancangkan sebagai pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab TPQ Al
Ghozali dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang
diselenggarakan secara berencana, sistematik, dan terarah. Faktor yang menghambat
pembelajaran TPQ Al Ghozali dan Perilaku santri yang sering tidak mau datang tepat
waktu dan sering membolos itu akan mengganggu rencana pembelajaran yang telah
dibuat. Solusi yang dilakukan pengelola lembaga Al Ghozali hendaknya memperbaiki
kondisi sarana prasarana dan terus menerus memberikan motivasi pada santri,
ustadz/ustadzah hendaknya juga turut membantu pengembangan sifat-sifat positif
pada santri seperti rasa percaya diri dan saling menghormati dan memaksimalkan
waktu yang ada, orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan agama dan
memberi motivasi anaknya agar serius dan bertanggung jawab dalam mengikuti
pembelajaran di TPQ, santri harus menghargai waktu yang ada untuk mendukung
kelancaran proses pembelajaran al-Quran di TPQ Al Ghozali.
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Lembar Berlogo ..................................................................................................... ii
Nota Pembimbing .................................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................... iv
Pernyataan Keaslian ............................................................................................... v
Halaman Persembahan ........................................................................................... vi
Motto ...................................................................................................................... vii
Kata Pengantar ....................................................................................................... viii
Abstrak ................................................................................................................... xi
Daftar Isi ................................................................................................................ xii
Daftar Tabel ........................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
E. Penegasan Istilah .................................................................................. 8
F. Metode Penelitian ............................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 12
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
A. Al Qur‟an
1. Pengertian Al Qur‟an ................................................................... 14
2. Fungsi Al Qur‟an ......................................................................... 16
3. Tujuan Al Qur‟an ........................................................................ 18
B. Pendidikan dan Pengajaran
1. Pengertian Pendidikan dan Pengajaran ....................................... 20
2. Faktor Pendukung ....................................................................... 22
xiii
3. Faktor Penghambat ..................................................................... 27
4. Upaya Mengatasi Hambatan ....................................................... 30
C. Metode-metode Pembelajaran Al Qur‟an .......................................... 32
D. Problematika Pembelajaran Al Qur‟an .............................................. 45
E. Taman Pendidikan Al Qur‟an ............................................................ 47
1. Pengertian Taman Pendidikan Al Qur‟an .................................... 47
2. Sejarah dan Tumbuh Kembang Pendidikan Al Qur‟an ............... 49
3. Metode Pembejaran TPQ ............................................................ 51
4. Materi TPQ .................................................................................. 52
5. Media TPQ .................................................................................. 52
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. TPQ Al Ghozali
1. Letak Geografis ........................................................................... 53
2. Sejarah Berdiri ............................................................................ 54
3. Profil ........................................................................................... 54
4. VISI dan MISI ............................................................................. 54
5. Struktur Organisasi ..................................................................... 55
6. Nama Ustadz/Ustadzah ............................................................... 56
B. Temuan Penelitian
1. Gambaran Informan .................................................................... 56
2. Identitas TPQ .............................................................................. 57
3. Hasil Wawancara ........................................................................ 58
BAB IV: PEMBAHASAN
A. Metode Pembelajaran di TPQ Al Ghozali ......................................... 73
B. Faktor Pendukung .............................................................................. 78
C. Faktor Penghambat ............................................................................. 81
D. Upaya Mengatasi Hambatan .............................................................. 85
xiv
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 86
B. Saran ................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Letak Geografis TPQ Al Ghozali ........................................................ 62
Tabel 1.2 Struktur Organisasi TPQ Al Ghozali ................................................... 64
Tabel 1.3 Daftar Pendidik .................................................................................... 65
Tabel 1.4 Daftar Informan ................................................................................... 65
Tabel 1.5 Identitas TPQ ....................................................................................... 66
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Nota Penunjukan Pembimbing
Lampiran II tentang Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran III Ijin Penelitian
Lampiran IV Keterangan Penelitian
Lampiran V tentang Pedoman Wawancara
Lampiran V Hasil Wawancara
Lampiran VI tentang Dokumentasi
Lampiran VII tentang SKK
Lampiran VIII tentang Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama ajaran Islam
dan menjadi petunjuk kehidupan manusia karena isinya mencakup segala pokok
ajaran agama yang disyariatkan Allah kepada manusia. Al-Qur‟an merupakan
petunjuk jalan hidup umat Islam untuk meraih sukses dalam kehidupan di dunia
dan akhirat. Umat Islam mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan
eksistensi al-Qur‟an. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logisnya
umat Islam harus mempelajari, meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran yang
terkandung di dalam al-Qur‟an (Ratih, 2007:06). Pembelajaran al-Qur‟an yang
optimal akan melahirkan generasi Qur'ani yang mampu memakmurkan bumi
dengan al-Qur‟an dan menyelamatkan peradaban dunia di masa mendatang.
Syarat mutlak untuk memunculkan generasi Qur'ani adalah adanya pemahaman
terhadap al-Qur‟an yang diawali dengan mampu membaca al-Qur‟an dengan baik
dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
Langkah awal untuk mencapai hal tersebut adalah umat Islam harus
mampu membaca dan menulis huruf-huruf al-Qur‟an. Kemampuan membaca dan
menulis al-Qur‟an tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran al- Qur'an.
Oleh karena itu, dalam islam pembelajaran al-Qur‟an merupakan suatu kewajiban
yang suci dan mulia. Secara spesifik,
18
Rasulullah Saw menegaskan kewajiban mendidik al-Qur‟an dalam hadits
nya:
أدبواأوالدكم علئ ثالثة خصال : حب وبيكم وحب آل بيته وقراءت القرآن )رواه الطبراوئ(
“Didiklah anak-anakmu dalam tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai
keluarga Nabi, dan membaca al-Qur‟an.” (HR. Thabrani).
adits tersebut menjelaskan bahwa di antara pendidikan dasar yang harus
diberikan kepada anak adalah membaca al-Qur‟an. Selain menyeru mendidik
anak membaca al-Qur‟an, Rasulullah Saw juga menekankan pentingnya mendidik
anak menulis huruf-huruf al-Qur‟an. Mengajari anak untuk membaca al-Qur‟an
merupakan salah satu bentuk pembekalan anak terhadap keimanan dan
pembelajaran serta pengenalan pedoman hidup manusia agama yang awal
mulanya dijalankan oleh para ulama terlebih dahulu sampai akhirnya secara
bertahap seluruh masyarakat mulai merasakan lezatnya iman di dalam jiwa
mereka disebabkan oleh al-Qur‟an (Hafizh, 2000:139).
Mengingat pentingnya pembelajaran al-Qur‟an, Rasulullah Saw
menganjurkan pembelajaran al-Qur‟an dimulai sejak masa kanak-kanak karena
pada masa itu terkandung potensi belajar yang sangat kuat dan besar. Anak akan
sangat peka menangkap sesuatu yang diperintahkan dan diajarkan sehingga
mudah menerima pelajaran-pelajaran yang diberikan. Namun masalahnya, al-
Qur‟an disampaikan dalam bahasa Arab dan tidak semua umat muslim di
Indonesia menguasai bahasa tersebut, maka untuk bisa membaca al-Qur‟an
19
terlebih dahulu harus bisa membaca huruf hijaiyyah dengan baik dan benar.
Untuk memudahkan anak mampu membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik
perlu digunakan metode dan strategi tertentu. Prinsip pengajaran al-Qur‟an pada
dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yang semuanya
memiliki tujuan yang sama yaitu agar anak-anak dapat membaca al-Qur‟an
dengan baik dan benar. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek
penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2003:24).
Proses metode belajar mengajar merupakan faktor yang sangat dominan
dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang pendidik atau guru
diharapkan memiliki berbagai metode yang tepat serta kemampuan dalam
menggunakan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Metode
pembelajaran al-Qur‟an pada hakikatnya adalah mengajarkan al-Qur‟an pada
anak yang merupakan suatu proses pengenalan al-Qur‟an tahap pertama dengan
tujuan agar siswa mengenal huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi.
Pengajaran membaca al-Qur‟an tidak dapat disamakan dengan pengajaran
membaca dan menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran al-Qur‟an,
anak-anak belajar huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Hal
penting dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an adalah keterampilan membaca
al-Qur‟an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disususun dalam ilmu Tajwid.
20
Salah satu kesulitan membaca al-Qur‟an bagi anak-anak karena ayat-
ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar,
bahkan tidak fasih dalam membaca. Kesulitan tersebut diakibatkan karena pada
tingkat dasar belum sepenuhnya memahami ilmu tajwid, dan biasanya para guru
mengajarkan secara praktis, sehingga seringkali anak sekadar menghafal saja. Hal
tersebut di atas juga banyak dialami oleh peserta didik yang masih duduk di
bangku tingkat menengah. Maka bagi guru perlu menggunakan metode yang tepat
dan efisien dalam mengajarkan membaca al-Qur‟an.
Rendahnya motivasi siswa dalam belajar al-Qur‟an masih merupakan
salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan terutama dalam kemampuan
membaca al-Qur‟an. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar Baca
Tulis al-Qur‟an adalah dengan penggunaan metode yang sesuai yang dapat
dilakukan oleh guru Baca Tulis al-Qur‟an (BTQ) dalam kelas. BTQ adalah bagian
materi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar yang selama ini kurang
mendapat perhatian yang lebih besar, padahal banyak sekali masyarakat yang
mengeluh bahwa lulusan Madrasah Aliyah banyak yang belum dapat membaca
al-Qur‟an secara benar sesuai dengan ilmu tajwid. Hal ini juga didukung dengan
rendahnya prestasi BTQ santri, terutama pada materi membaca dan menulis huruf
hijaiyah yang sudah mulai dikenalkan pada tingkat dasar dan menengah.
Seharusnya ini menjadi kekhawatiran semua guru Agama Islam, karena
diharapkan pendidikan agama adalah termasuk dasar bagi pembentukan diri anak.
21
Akan sangat sulit sekali ketika anak tidak menguasai BTQ sejak dini untuk dapat
membaca al-Qur‟an secara baik dan benar. Kritikan dan keluhan masih sering
dilontarkan oleh masyarakat dan para orang tua siswa. Namun, dari beberapa
faktor tersebut, berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan terdapat
kecenderungan yang mengarah pada faktor metode pembelajaran yang harus
diperbaiki. Metode yang digunakan sebelumnya sebatas pada teori, peran aktif
siswa kurang diperhatikan, sehingga hasil pembelajaran BTQ belum maksimal.
Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana kemampuan membaca al-Qur‟an
peserta didik TPQ Al Ghozali Noborejo terutama dalam mempraktikkan bacaan
ayat-ayat al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid
maka diperlukan suatu penelitian ilmiah.
Observasi dan wawancara pendahuluan dengan santri dan ustadz/ustadzah
di TPQ Al Ghozali Noborejo memberikan informasi khususnya anak-anak yang
belum bisa membaca al-Qur‟an dengan lancar setelah mengikuti proses
pembelajaran di TPQ Al Ghozali dapat membaca al-Qur‟an baik dan benar. TPQ
Al Ghozali memiliki keunggulan pada proses pembelajaran al-Qur‟an dengan
metode yang bervariasi berupa perpaduan metode al-baghdadi dan iqro‟ dengan
prinsip bermain sambil belajar. Pembagian peserta didik juga dibagi berdasarkan
umur peserta didik dan kemampuan santri. TPQ Al Ghozali juga memberikan
materi keagamaan bagi santri dan orang tua. Dukungan orang tua wali cukup
signifikan untuk mendorong santri belajar dan menuntut ilmu di TPQ Al Ghozali.
22
Hambatan dalam pelaksanaan penggunaan metode bervariasi dan pembelajaran
bersama dengan orang tua dapat dijadikan sebagai motivasi untuk pengembangan
lembaga pendidikan di TPQ Al Ghozali Noborejo Argomulyo Salatiga.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang
“PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-QUR‟AN (STUDI
ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI, IQRO‟, QIROATI, AT
TARTIL, DAN TILAWATI) DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO
ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2015” jika penelitian ini dapat segera
dilakukan akan memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi pengembangan
pendidikan Islam di pada TPQ di tempat lainnya.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan di atas, maka yang menjadi
focus penelitian ini adalah perpaduan metode pengajaran Al-quran. Focus penelitian
dirinci dalam sejumlah pertanyaan di bawah ini:
1. Apa metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?
2. Apa faktor pendukung dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an
di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?
3. Apa faktor penghambat dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an
di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?
4. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam menggunakan metode
pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?
23
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang dirinci ke dalam sejumlah pertanyaan
tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui hasil penelitian peneliti menggunakan:
1. Metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015;
2. Faktor pendukung dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an di
TPQ Al Ghozali Noborejo 2015 ;
3. Faktor penghambat dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an di
TPQ Al Ghozali Noborejo 2015;
4. Solusi mengatasi hambatan dalam pembelajaran di TPQ Al Ghozali Noborejo
2015.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapakan dapat memberikan konstribusi informasi
yang jelas mengenai metode pembelajaran baca tulis al-Qur‟an (BTQ) yang baik
terhadap santri. Dan metode tersebut dapat memberikan manfaat yang baik secara
teoritis maupun praktis, yaitu:
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dunia pustaka
tentang metode pembelajaran al qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo.
24
2. Secara Praktis
a. Bagi Santri
Agar santri lebih bersemangat dalam belajar serta lebih dapat
mendalami lagi tentang pembelajaran al-Qur‟an.
b. Bagi Ustadz/ustadzah
Dengan adanya sistem pembelajaran al-Qur‟an yang tertata dengan
baik serta terlaksana dengan baik, ustadz/ustadzah lebih mampu
mengembangkan lagi kreativitasnya dalam melaksanakan pembelajaran.
E. Penegasan Istilah
1. Pengertian pembelajaran
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly (1999:114) berasal
dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Depag RI (2001:19) metode berarti
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan. Poerwadarminta (1999:767)
metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh
seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara teratur.
25
Mengajar adalah suatu usaha yang sangat komplkes, sehingga sulit
menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah
satu alat untuk mencapai tujuan. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke
arah yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Ahmadi (1997:52) berpendapat
metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain mengatakan
bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh
guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat
diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008)
menjelaskan tentang pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan. belajar merupakan upaya untuk
26
mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua
memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah cara atau jalan yang
ditempuh oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan
F. Metode Penelitian
Metode adalah pengetahuan tentang cara kerja atau berbgai cara.
Sedangkan penelitian adalah suatu cara yang dilakukan untuk memngetahui
pengetahuan baru melalui metode-metode ilmiyah.
Ketepatan dalam menggunakan metode adalah syarat utama untuk menuju
keberhasilan suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Pendeketan dan rancangan penelitian
Pendekatan dan rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan
penelitian diskriptif kualitatif dipilihnya penelitian ini menggunakan metode
kualitatif agar dapat mengetahui apakah ada metode pembelajaran al-Qur‟an
di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015.
2. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah TPQ Al-Ghozali Noborejo
Salatiga, adapun waktu penelitiannya adalah tanggal 1 Juni 2015 sampai
dengan selesai.
27
3. Metode Penelitian
a. Metode observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data di mana peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung (Arikunto, 2006:156). Untuk
melakukan observasi peneliti mengamati langsung situasi TPQ Al Ghozali
dan kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan dari pendapat di atas peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara observasi langsung terhadap
ustadz/ustadzah maupun santri guna untuk menggumpulkan data yang
dibutuhkan peneliti. Seperti keadaan tempat belajar, situasi dalam belajar
mengajar, serta keadaan linggkungan sekitar.
b. Metode wawancara/interview
Wawancara yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan
mata (Arikunto,2010:199). Sedangakan menurut (Sutrisno Hadi,1987:206)
interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai metode pembelajaran
al-Quran di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga.
28
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan
terstruktur, terbuka,dan langsung kepada ustadz/ustadzah TPQ Al Ghozali
Noborejo Salatiga. Tersturktur artinya peneliti menggunakan pedoman
wawancara yang sudah disusun sesuai dengan bangunan teori yang ada.
Terbuka artinya informan dapat memberikan penjelasan sesui dengan
situasi dan kondisi yang dimiliki. Langsung artinya peneliti melakukan
wawancara secara langsung dengan infoman.
c. Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengna cara
mencari data mengenai hal-hal atau fariabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda (Arikunto,
2006:158-159). Gambaran umum TPQ Al Ghozali Noborejo seperti,
sejarah berdirinya TPQ, visi misi, keadaan guru dan siswa.
Metode dokumentasi ini digunakan untuk pengumpulan data
seperti foto-foto kegiatan pembelajaran di TPQ Al Ghozali Noborejo
Salatiga, serta berkenaan dengan catatan-catatan seperti daftar santri,
daftar Guru, profil TPQ, sejarah berdirinya TPQ Al Ghozali Noborejo
Salatiga secara langsung kepada pengelola TPQ Al Ghozali Noborejo
Salatiga.
G. Sistematika Penelitian Skripsi
29
Sistematika untuk memperjelas gambaran umum tentang skripsi ini yang
terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal bagian inti dan bagian akhir. Bagian
awal berisikan halaman sampul, lembar berlogo, halaman judul, lembar
persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, abstrak, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran. Sedangkan
bagian inti berisi tentang:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, fokus penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Berisikan pembahasan tentang landasan teori yang mendalam tentang
metode pembelajaran Al-Qur‟an dan taman bacaan Al-Quran.
BAB III : PENGUMPULAN DATA
Berisikan tentang gambaran umum lokasi dan subjek penelitian yaitu :
a. Sejarah Berdirinya TPQ Al Ghozali Noborejo, profil TPQ Al Ghozali
Noborejo, Visi dan Misi TPQ Al Ghozali Noborejo, struktur
organisasi TPQ Al Ghozali Noborejo.
b. Penyajian data penelitian meliputi :
Data nama responden dan data hasil penelitian.
BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN
30
Berisikan tentang Analisis Diskriptif dan, Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V : PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran.
31
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur‟an
Secara etimologi, al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab dari akar kata
Qara‟a yang berarti membaca. Menurut al-Zarkani dalam buku sembuh dan
sehat dengan mukjizat al-Qur‟an karya Mustamir (2007:5) al-Qur‟an adalah
lafal yang diturunkan kepada nabi Muhammad mulai dari surat al-Fatihah
sampai dengan surat Annas. Al-Qur‟an adalah wahyu atau firman Allah Swt
untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt, tidak ada satu kitab pun didunia ini yang lengkap dan
sempurna seperti halnya kitab al-Qur‟an (Mardiyo, 1999:23). Al-Qur‟an adalah
kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat) diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw dengan perantara malaikat Jibril yang dimulai dengan surat al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nash, ditulis dalam mushaf-mushaf yang
disampaikan secara mutawatir serta mempelajarinya merupakan ibadah
(Aminuddin, 1991:12). Al-Qur‟an adalah sumber agama Islam pertama dan
utama yang memuat firman-firman Allah, sama benar dengan yang disampaikan
oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sedikit demi sedikit selama 22
tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Madinah (Ali,
2008:93). Umat Islam wajib bangga dengan kitab suci al-Qur‟an karena al-
32
Qur‟an adalah bacaan yang maha sempurna dan maha mulia sehingga disebut
juga dengan al-Qur‟an al Karim. Nama lain dari kata ini adalah al Furqon, atau
kitab pembeda antara yang halal dengan yang haram, antara yang baik dengan
yang buruk, antara perintah yang wajib dan yang dilarang. Nama lain lagi
adalah Adzikkir (peringatan) bagi umat manusia agar selalu ingat kepada
Tuhan, ingat akan segala perintahnya dan segala larangannya. Al-Quran
diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk didalam menjalankan
tugasnya sebagai kholifah dimuka bumi ini, sehingga al-Qur‟an di sebut juga al
Huda (kitab petunjuk). Selain dari petunjuk terdapat juga nasehat didalam al-
Qur‟an, sehingga dinamakan juga kitab Al Maui‟zhah. Al-Qur‟an juga
dinamakan dengan Assyifa karena dapat berfungsi sebagai obat atau penyembuh
bagi penyakit-penyakit yang menyesakkan dada (Wardhana, 2009:47).
Selajutnya kiranya perlu diketahui pula bahwa al-Qur‟an sebagai kitab
suci dan sebagai mukjizat nabi Muhammad Saw yang terbesar yang tidak ada
seseorang yang mampu membuat atau menulis yang sama seperti al-Qur‟an.
Pada mulanya seluruh manusia ini ditantang untuk membuat tandingan yang
serupa dengan al-Qur‟an, tetapi ternyata tak seorang pun yang mampu
melakukannya. Kemudian oleh al-Qur‟an mereka ditantang dengan yang lebih
sederhana, yaitu seluruh manusia ini diminta untuk membuat barang sepuluh
surat saja yang seperti al-Qur‟an baik fashohah maupun balaghohnya. Dan
untuk kali kedua ini pun tak ada dari mereka yang sanggup membuatnya. Maka
33
akhirnya al-Qur‟an meminta kepada seluruh manusia untuk membuat satu surat
saja yang seperti al-Qur‟an. Dan ternyata, walaupun hanya satu surat tak
seorang pun yang bisa membuatnya. Andai kata diantara mereka ada yang
mampu membuatnya, maka sirnalah kemukjizatan al-Qur‟an itu. Tetapi karena
mereka gagal dan tidak mampu, maka akhirnya al-Qur‟an menyatakan kepada
seluruh umat manusia bahkan juga seluruh jin, sebagai berikut “katakanlah :
sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-
Qur‟an ini niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”
2. Fungsi Al-Qur‟an
Agar manusia dapat menjadi kholifah yang baik dimuka bumi ini,
dipelukan suatu pedoman atau petujuk yang menjamin manusia menuju kearah
kebaikan di dunia dan akhirat. Selama manusia mempercayai dan mau
menggunaka pedoman/petunjuk tersebut, insyaallah tujuan menjadi kholifah
yang baik akan tercapai.
Hal ini dimungkinkan apabila petunjuk/pedoman yang dimaksudkan
datangnya dari Alla Swt yang menciptakan langit dan bumi beserta segala
isinya petunjuk/pedoman tersebut tidak lain adalah al-Qur‟an alkarim, kitab suci
umat Islam yang memang merupakan Hudallinnas atau petunjuk bagi seluruh
umat manusia tanpa memandang bangsa, suku/golongan manusia. Al-Quran
34
sebagai hudallinnas adalah fungsi paling utama dari kitab suci al-Qur‟an.
Seperti ayat-ayat berikut ini yang mendukung pernyataan tersebut di atas
“Sesungguhnya kami menurunkan kitab (al-Qur‟an) dengan membawa
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada
Nya.”(Q.S Al-An‟am ,6:115) dan
“Sesungguhnya al-Qur‟an ini membeir petunjuk kepada jalan yang
lebih lurus dan memebri kabar gembira kepada orang mukmin yang
mengerjaka amal soleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”(Q.S Al
Isra‟,17:9).
Fungsi al-Qur‟an yang merupakan hudallinnas/sebagai petunjuk bagi
umat manusia, adalah sesuai pula dengan nama-nama lain dari al-Qur‟an seperti
yang telah diuraikan dalam pembahasan di atas yang lebih melengkapi lagi
fungsi al-Qur‟an. Al-Qur‟an menjadi petunjuk bagi umat manusia, karena al-
Qur‟an menjadi pembeda anatara yang haq dan yang bathil, al-Qur‟an juga
merupakan peringatan bagi umat manusia agar ingat kepada sang pencipta, al-
Qur‟an banyak mengandung nasehat dan pelajaran yang berguna bagi
kehidupan didunia dan diakhirat, al-Qur‟an memuat berbagai macam
35
keterangan tentang ciptaan Allah yang ada dilangit dan dibumi agar menjadi
peringatan bagi manusia yang mau berfikir, al-Qur‟an selalu mengajak dalam
kebaikan dan menjauhi kejelekan.
3. Tujuan Al-Qur‟an
Tujuan diturunkannya al-Qur‟an adalah agar dapat menjadi pedoman
hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup, baik didunia ataupun
diakhirat. Sementara Quraish shihab dalam buku wawasan al-Qur‟an
menyebutkan secara lebih rinci tentang tujuan diturunkan al-Qur‟an, antara lain:
a. Untuk membersihkan dan mensucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta
memantapkan keyakinan tentang ke Esa-an Allah Saw yang sempurna.
b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat
manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam
pengabdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.
c. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar suku dan
bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat,
natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman dan rasio, kesatuan kebenaran,
kesatuan kepribadian manusia, kesatuan kemerdekaan dan determinisme,
kesatuan sosial, politik ekonomi, dan kesemuanya berada di bawah satu ke-
Esa-an Allah.
36
d. Untuk mengajak manusia berfikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan
bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang
dipimpin hikmah dan kebijaksanaa.
e. Untuk membasmi kemiskinan materiil dan spiritual, kebodohan, penyakit
dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia lain dalam
bidang sosial, ekonomi, politik dan juga agama.
f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang
dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan pokok kehidupan
masyarakat manusia.
g. Untuk memberikan jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan
falsafah kolektif komunisme, menciptakan ummatan wasathan yang menyeru
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
h. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan suatu
peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan panduan Nur ilahi.
Muhammad Rasyid Ridha memerincikan bahwa tujuan al-Qur‟an dibagi
menjadi berikut:
a. Untuk menerangkan hakekat agama yang meliputi iman kepada Tuhan,
iman kepada hari akhir, dan amal-amal sholeh;
b. Menjelaskan masalah kenabian dan kerasulan serta tugas-tugas dan fungsi-
fungsi mereka;
37
c. Menjelaskan tentang Islam sebagai agama fitrahyang sesuai dengan akal
pikiran, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan cocok dengan intuisi dan kata
hati;
d. Membina dan memperbaiki umat manusia dalam satu kesatuan yang
meliputi: kesatuan umat (kemanusiaan), agama, undang-undang,
persaudaraan, bangsa, hukum, dan bahasa;
e. Menjelaskan keistimewaan-keistimewaan Islam dalam hal pembebanan
kewajiban-kewajiban kepada manusia, seperti cakupannya yang luas
meliputi jasmani dan rohani, materiil dan spiritual, membawa kepada
kebahagiaan dunia akhirat, mudah dikerjakan, tidak memberatkan, dan
gampang dipahami;
f. Menjelaskan prinsip-prinsip dan dasar-dasar berpolitik dan bernegara;
g. Menata kahidupan materiil (harta);
h. Memberi pedoman umum mengenai perang dan cara-cara memperthankan
diri dari agresi dan intervensi musuh;
i. Mengatur dan memberikan kepada wanita hak-hak mereka dalam bidang
agama, sosial, dan kemanusiaan pada umumnya;
j. Memberikan petunjuk-petunjuk dalam halpembebasan dan pemerdekaan
budak.
B. Pendidikan dan Pengajaran
1. Pengertian Pendidikan dan Pengajaran
38
Istilah pendidikan sering kali tumpang tindih dengan istilah
pengajaran. Oleh karena itu, tidak heran jika pendidikan terkadang juga
dikatakan pengajaran atau sebaliknya, pengajaran disebut sebagai pendidikan
(Roqib, 2009:13). Ini adalah sesuatu yang rancu, sebagaimana orang sering
keliru memahami istilah sekolah dan belajar. Belajar dikatakan identik dengan
sekolah, padahal sekolah hanyalah salah satu dari tempt belajar bagi peserta
didik. Belajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang mencakup
totalitas keunggulan kemanusiaan sebagai hamba dan pemakmur
alam/kholifah agar senantiasa bersahabat dan memberikan kemanfaatan untuk
kehidupan bersama.
Belajar/sekolah sama-sama bermakna mencari ilmu yang merupakan
bagian penting dari proses pendidikan yang pada intinya adalah transfer ilmu
dan nilai moral. Ilmu berasal dari bahasa Arab „alima kata ilmu ini biasanya
digabung dengan kata pengetahuan sehingga menjadi ilmi pengetahuan. Ilmu
menurut terminologi diartikan sebagai keyakinan yang mantap dan sesuai
dengan fakta empirisnya, atau hasil gambaran berdasarkan rasio.
Pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan istilah tarbiyah
yang berasal dari kata kerja rabba, sedangkan pengajaran dalam bahasa arab
disebut dengan taklim yang berasal dari kata kerja „allama. Pendidikan dalam
konteks ini terkait dengan gerak dinamis, positif dan kontinyu atau berlanjut,
setiap individu menuju idealitas kehidupan manusia agar mendapatkan nilai
39
terpuji. Aktifitas individu tersebut meliputi pengembangan kecerdasan pikir
(rasio, kognitif), dzikir (efektif, rasa, hati, spiritual), dan keterampilan fisik
(psikomotorik).
Ilmu pendidikan berisi tentang teori pendidikan sekaligus data dan
penjelasa yang mendukukng teori tersebut. Dengan demikian, ilmu
pendidikan adalah teori-teori pendidikan yang didasarkan pada konsep dasar
pendidikan yang diambil dari penelaahan terhadap al-Qur‟an hadis dan teori-
teori keilmuan lain, yang ditelaah dan dikontruksikan secara integrative oleh
intelektual untuk menjadi sebuah bangunan teori-teori kependidikan yang bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2. Faktor pendukung
Faktor yang mendukung pembelajaran antara lain:
a. Kurikulum
Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa
berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga
sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari
dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak yang
tidak hanya harus didewasakan dari segi intelektualitasnya saja, akan
tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat
dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi
40
kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya.
Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya
terhadap aktifitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang
berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. (Syaiful, 2011:180)
Sekolah yang kurikulumnya dirancang secara tradisional akan
mengakibatkan aktifitas kelas akan berlangsung secara statis. Sedangkan
sekolah yang diselenggarakan dengan kurikulum modern pada dasarnya
akan mampu menyelenggarakan kelas yang bersifat dinamis. Kedua
kurikulum di atas kurang serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia
yang memiliki pandangan hidup Pancasila. Di satu pihak kurikulum
tradisional yang berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap otoriter
yang mematikan inisiatif dan kreatifitas murid. Di pihak lain kurikulum
modern yang menekankan kebebasan atas dasar demokrasi liberal
sehingga tidak memungkinkan diselenggarakan secara efektif kegiatan
belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai makhluk
sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu diperlukan
usaha untuk mengintregasikan kedua kurikulum tersebut dalam kehidupan
lembaga formal di Indonesia agar serasi dengan kebutuhan dan dinamika
masyarakat. Kurikulum harus dirancangkan sebagai pengalaman edukatif
yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu anak-anak
41
mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana,
sistematik, dan terarah serta terorganisir
b. Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah
misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnyakegiatan
belajar mengajar di sekolah (Syaiful, 2011:183). Akan tetapi karena
kurikulum selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung bersifat
permanen, maka diperlukan kreatifitas dalam mengatur pendayagunaan
ruang/gedung. Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional
pengaturan ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar
diselenggarakan di kelas yang tetap untuk sejumlah murid yang sama
tingkatannya. Sekolah yang mempergunakan kurikulum modern, ruangan
kelas diatur menurut jenis kegiatan berdasarkan program-progam yang
telah dikelompokkan secara integrated. Sedangkan sekolah yang
mempergunakan kurikulum gabungan pada umumnya ruangan kelas
masih diatur menurut keperluan kelompok murid sebagai suatu kesatuan
menurut jenjang dan pengelompokan kelas secara permanen.
c. Guru
Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi
kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena
kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid dalam
42
suatu kelas. Guru adalah seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya
tanpa campur tangan orang lain (Rusyan, 1991: 135). Setiap guru harus
memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara
bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di kelas
dan di masyarakat. Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya
sebagai pendidik profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan
berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap
pendidikan. Persiapan yang harus diikuti, sejalan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Nawawi, 1989: 121).
d. Anak Didik
Anak didik merupakan subjek utama dalam mewujudkan proses
belajar mengajar yang efektif (Syaiful, 2011:80). Anak didik adalah anak-
anak yang sedang tumbuh dan berkembang, dan secara psikologis dalam
rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan
formal, khususnya berupa sekolah. Anak didik sebagai unsur kelas
memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi
terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid memiliki perasaan
diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam
kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung
jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing.
43
e. Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan
oleh setiap guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses
kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas
yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan
melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Untuk itu
setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran,
pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki murid
menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna.
Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin
dan membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya
tidak sekedar terbatas didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula
dilaksanakan bersama kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap
kelas harus dilihat dari dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu
kesatuan utuh yang dapat mewujudkan kegiatan berdasarkan program
masing-masing. Kedua, kelas merupakan unit yang menjadi bagian dari
sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau sebagai subsistem dari satu
total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam arti semua
kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid.
f. Orang Tua
44
Peran orang tua terhadap prestasi anak pendidikan mempunyai
tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Masalah
yang dihadapi dunia pendidikan itu sangat luas pertama sifat sasarannya
yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan
harus mengantisipasi hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau
oleh kemampuan daya ramal manusia. Peran serta adalah ikut
berupayanya orang tua terhadap kemajuan pendidikan anak-anaknya, ini
dilakukan agar prestasi dan semangat belajar anak-anaknya meningkat.
Peran serta ini dapat dilakukan langsung ataupun tidak langsung
(Mulyono, 2010:104). Dalam peningkatan prestasi belajar anak saat ini
orang tua banyak melakukan terobosan-terobosan, antara lain dengan
menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah favorit, memasukan anak ke
lembaga-lembaga kursus, serta memberikan les tambahan kepada anak.
Orang tua yang peduli terhadap kemajuan anaknya akan berusaha
memberikan apa yang terbaik bagi anak-anak mereka, memberikan segala
fasilitas yang diinginkan guna mencapai prestasi anak yang semaksimal
mungkin. Berbeda dengan orang tua yang kurang peduli dengan
perkembangan dan prestasi anak, mereka cenderung masa bodoh,
mengandalkan pendidikan hanya pada sekolah semata sementara perhatian
dari orang tua kurang atau bahkan tidak sama sekali.
3. Faktor penghambat
45
Faktor penghambat itu bisa datang dari guru sendiri, dari peserta
didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas (Nawawi,
1989:130).
a. Guru
Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak
kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab
terhambatnya kreatifitas pada diri guru tersebut. Diantaranya ialah:
1) Tipe kepemimpinan guru
Tipe kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar yang
otoriter dan kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif peserta
didik. Sikap peserta didik ini merupakan sumber masalah pengelolaan
kelas (Rohani dan Ahmadi, 1991:151).
Siswa hanya duduk rapi mendengarkan dan berusaha
memahami kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa
diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan mengembangkan
kreativitas dan daya nalarnya (Masnur dkk, 1987:109).
2) Gaya guru yang monoton
Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi
peserta didik, baik berupa ucapak ketika menerangkan pelajaran
ataupun tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi siswa.
3) Kepribadian guru
46
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat,
adil, obyektif dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana
emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan
selalu menunjukan antusias pada tugas serta pada kreativitas semua
anak didik tanpa pandang bulu.
4) Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan
dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun
pengalaman praktis, sudah barang tentu akan menghambat perwujudan
pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan
(Wijaya dan Rusyan, 1994:136).
5) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta
didik dan latar belakangnya
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku
peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena
kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik
dan latar belakangnya. Karena pengelolaan pusat belajar harus
disesuaikan dengan minat, perhatian dan bakat para siswa, maka siswa
yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata dan lamban
47
memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya.
Semua hal diatas member petunjuk kepada guru bahwa dalam proses
belajar mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan
siswa satu sama lain (Wijaya dan Rusyan, 1994:136).
b. Peserta didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu
dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu
hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping
mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati
hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya. Oleh karena itu,
diperlukan kesadaran yang tinggi dari peserta didik akan hak serta
kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
1) Keluarga
Tingkah laku peserta didik didalam kelas merupakan
pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter dari orang tua akan
tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis.
Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak yang berasal dari
lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik dari lingkungan
keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang
berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang yang
menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.
48
2) Fasilitas
Fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya guru
memaksimalkan programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan
menjadi kendala yang berarti bagi seorang guru dalam beraktifitas.
Kendala tersebut ialah:
a) Jumlah peserta didik didalam kelas yang sangat banyak;
b) Besar atau kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding
dengan jumlah siwa;
c) Keterbatasan alat penunjang mata pelajaran (Rohani dan Ahmadi,
1992: 152-154).
4. Upaya Mengatasi Hambatan
a. Reward
Bagi orang tua yang bingung tentang cara membujuk buah hatinya agar
mau belajar, reward adalah cara yang cukup ampuh. Anda dapat
menawarkan hadiah jika sang anak berhasil meraih nilai yang baik
dikelas. Dengan begitu anak akan menjadi lebih bersemangat dan tidak
malas belajar lagi.
b. Damping anak belajar
Mendampingi nak ketika anak akan menjadi merasa lebih diperhatikan
oleh orang tuanya. Hal ini akan mempengaruhi psikologi anak dan
mendorong dirinya untuk semangat belajar. Biasakan untuk mengajari
49
anak dengan penuh kesabaran dan ciptakan suasana menyenangkan agar
tidak membosankan.
c. Jadilah orang tua yang sabar dan tidak emosional
Ketika mengajarkan seorang anak untuk menyelsaikan tugas sekolahnya,
jangan memarahinya.
d. Belilah buku dengan hiasan yang menarik
Belilah buku-buku yang dapat menggugah selera belajar anak. Misalnya,
jika buah hati anda menyukai tokoh kartun spiderman. Maka yang perlu
anda lakukan adalah membeli perlengkapan sekolah dengan motif tokoh
kartun tersebut, dengan bagitu anak akan tergugah untuk belajar.
e. Ciptakan suasana sambil belajar
Untuk mencegah kebosanan dan mencuri waktu bermain untuk belajar.
Sebagai contoh kebosanan dan mencuri waktu bermain anak untuk belajar.
f. Game edukasi
Bagi anak yang fanatik dengan game, anda dapat mengunduh berbagai
jenis game edukasi saat ini dengan memanipulasi belajar dalam versi
game.
C. Metode-Metode Pembelajaran Al-Qur’an
1. Metode Pembelajaran Al-Baghdadi
a. Pengertian metode Al-baghdadi
50
Metode al Baghdadi adalah metode pembelajaran al-Qur‟an dengan
cara di eja per hurufnya. Kaedah ini juga dikenal dengan kaedah sebutan
“eja” atau latih tubi, tidak diketahui pasti siapa pengasasnya.
b. Sejarah Metode Al-Baghdadi
Kaedah ini merupakan kaedah yang paling lama dan meluas
digunakan di seluruh dunia. Metode ini dipercayai berasal dari Baghdad,
ibu Negara Iraq dan diperkenalkan di Indonesia seiring dengan kedatangan
saudagar dari Arab dan India yang singgah di Kepulauan Indonesia
(Zainul, 2008). Menurut (Komari, 2008) menjelaskan kaedah ini sudah
bermula dari pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah dan di Indonesia
kaedah tersebut telah diperkenalkan pada awal tahun 1930 an sebelum
kemerdekaan.
c. Perkembangan Metode Al-Baghdadi
Pengajian anak-anak dari waktu ke waktu, dari generasi ke
generasi, terus menyebar dalam jumlah besar merata di seluruh pelosok
tanah air. Berkat pengajian anak-anaklah maka kemudian umat Islam, dari
generasi ke generasi berikutnya, mampu membaca al-Qur‟an dan
mengetahui dasar-dasar keIslaman, namun seiring dengan perkembangan
zaman dan kemajuan iptek, sistem pengajian “tradisional” dan metode
pembelajaran dengan kaidah Baghdadiyah yang demikian jadi kurang
menarik. Anak-anak lebih tahan duduk berjam-jam di depan TV daripada
51
duduk setengah jam di depan guru ngaji. Akibatnya, harus dibutuhkan
waktu 2-5 tahun untuk bisa memiliki kemampuan membaca al-Qur‟an
(Yunus, 1979: 35). Akibat lebih lanjut adalah semakin banyak terlihat
anak-anak muda Islam yang tidak memiliki kemampuan membaca al-
Qur‟an.
Keprihatinan ini ternyata mendorong banyak ahli untuk mencari
berbagai solusi pemecahannya. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia
bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan pembaruan sistem dan
metode pembelajaran membaca al-Qur‟an ini. Tokoh pembaru yang cukup
menonjol adalah KH. As‟ad Humam dari Kotagede Yogyakarta yang telah
tekun menulis dan menyusun buku Iqro‟, cara cepat belajar membaca al-
Qur‟an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro”.
d. Teknik Pengajaran Metode Al Baghdadi
Cara mengajarkannya dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf
hijaiyah, kemudian tanda-tanda bacanya dengan dieja/diurai secara pelan.
Setelah menguasai barulah diajarkan membaca QS. al-Fatihah, an-Nas, al-
Falaq, al-Ikhlas, dan seterusnya. Setelah selesai Juz „Amma, maka dimulai
membaca al-Qur‟an pada mushaf, dimulai juz pertama sampai tamat.
Metode ini ternyata, menurut informasi berbagai pihak, telah sanggup
membawa anak-anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca
al-Qur‟an.
52
e. Faktor Pendukung
a) Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi,
santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah;
b) Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya
karena tidak menunggu orang lain.
f. Faktor Penghambat
a) Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah
dahulu dan harus dieja;
b) Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam
membaca;
c) Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
2. Metode Pembelajaran Qiro‟ati
a. Pengertian Metode Qiro‟ati
Metode belajar qiroa‟ati adalah metode membaca al-Qur‟an
dengan menyebutkan huruf maupun mengucapkan bentuk bacaannya yang
berbeda-beda menurut para ahli qiraat dan masing-masing mengakui
keabsahan bacaan itu (Faizah, 2008:132).
b. Tujuan metode qiraati :
1) Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian al-Qur‟an (dari
segi bacaan tartil sesuai dengan kaidah tajwid;
53
2) Menyebarkan Ilmu Bacaan al-Qur‟an yang benar dengan cara yang
benar;
3) Mengingatkan para guru al-Qur‟an agar berhati-hati dalam
mengajarkan Al-Qur‟an;
4) Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran al-Qur‟an.
c. Prinsip –prinsip dasar Qiro‟ati :
1) Tiwagas (teliti, waspada dan tegas);
2) Daktun (tidak boleh menuntun);
3) CBSA : Cara belajar santri aktif;
4) LCTB : Lancar cepat tepat dan benar.
d. Dalam mengajarkan metode qiro‟ati ada I sampai VI yaitu:
1) Jilid I
Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca al-
Qur‟an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula,
guru harus memperhatikan kecepatan santri.
2) Jilid II
Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi
target Jilid I.
3) Jilid III
Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada
bacaan panjang (huruf mad).
54
4) Jilid IV
Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan
bertajwid.
5) Jilid V
Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus
mampu membaca dengan baik dan benar
6) Jilid VI
Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan
dengan pelajaran Juz 27.
e. Metode ini memiliki Faktor penghambat dan pendukung, yaitu:
1) Faktor penghmbat
Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode
ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.
2) Fator Pendukung
Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa
membaca al-Qur‟an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu
hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca al-Qur‟an dengan
tajwidnya itu fardlu ain.
Metode pembelajaran qiroati seperti ini terdapat prinsip untuk guru
dan murid. Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
55
Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya
kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus test.
3. Metode Pembelajaran Iqro‟
a. Pengertian metode iqro‟
Metode iqro‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang
menekankan langsung pada latihan membaca (Abdullah, 2009:32). Adapun
buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang
sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode iqro‟ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang
bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf al-
Qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan
nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan
lebih bersifat individual.
b. Sejarah metode iqro‟
Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As‟ad
Humam di Yogyakarta. Buku metode Iqro‟ ini disusun/dicetak dalam
enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk
mengajar dengan tujuan untuk memudahkan setiap peserta didik (santri)
yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah yang akan
menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode iqro‟ ini termasuk
salah satu metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena
56
metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat
Indonesia.
c. Sejarah Perkembangan Metode Iqro‟
Sebelum K.H. As‟ad Humam meluncurkan metode Iqro‟ memang
sudah ada metode membaca al-Qur‟an yang dimanfaatkan oleh umat
Islam Indonesia antara lain dalam metode Juz Amma, metode al-Banjary,
metode al-Barqy dan banyak metode lainnya. K.H. As‟ad Humam dalam
menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang sudah ada
sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro‟ muncul, sekitar tahun 1988
langsung mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang
digunakan juga praktis dan membuat anak kecil bisa cepat menbaca al-
Qur‟an dengan fasih dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak seusia TK
umumnya belum bisa membaca al-Qur‟an.
Metode Iqro‟ memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak
orang. Pemerintah sendiri juga telah menganugrahkan penghargaan
kepada K. H. As‟ad Humam atas hasil karyanya ini. Tahun 1991 Mentri
Agama RI (waktu H. Munawir Sjadzali MA. Menjadikan TKA /TPA yang
didiriakn K. H. As‟ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya
sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang berfungsi sebagai Balai
Latihan dan pengembangan dan lembaga pengembangan ilawatil Qur‟an.
57
Metode iqro dari waktu kewaktu semakin memasyarakat. Bukan
saja masyarakat sekitar yang memanfaatkannya, tetapi merembet
masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar DIY, bahkan akhirnya
merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran metode
ini antara lain karena keihklasan K.H. As‟ad Humam dan para anak
buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota Gede, yang merupakan
markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode
Iqro terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan metode
ini.
d. Teknik pembelajaran metode iqro‟
Metode Iqro‟ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang
memikat perhatian anak TK Al-Qur‟an. Selain itu, didalam masing-
masing jilid dari buku panduan Iqro‟ ini sudah dilengkapi dengan
bagaimana cara membaca dan petunjuk mengajarkan kepada santri. Ada
10 macam sifat-sifat buku Iqro‟ yaitu, bacaan langsung, CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif), privat, modul, asistensi, praktis, sistematis,
variatif, komunikatif, dan fleksibel. Bentuk-bentuk pengajaran dengan
metode iqro‟ antara lain, TK al-Qur‟an, TP al-Qur‟an, digunakan pada
pengajian anak-anak di masjid/musholla, menjadi materi dalam kursus
baca tulis al-Qur‟an, menjadi program ekstra kurikuler sekolah,
digunakan di majelis-majelis taklim.
58
e. Faktor Pendukung adalah:
1) Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan
santri yang dituntut aktif;
2) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara
bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi
jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah);
3) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan
benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-
hargaan;
4) Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem
tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya
menyimak.
f. Faktor Penghambat sebagai berikut:
1) Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini;
2) Tak ada media belajar;
3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
4. Metode Pembelajaran At–Tartil
a. Pengertian
Metode Tartil merupakan salah satu metode pembelajaran al-
Qur‟an yang lebih praktis dan lebih cepat untuk membantu murid/pelajar
membaca al-Qur‟an. Metode tartil adalah cara membaca al-Qur‟an dan
59
disertai dengan lagu-lagu tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah
ilmu tajwid.
b. Sejarah Perkembangan Metode Tartil
Metode ini diperkenalkan oleh Hj. Gazali, S.MIQ, M.A (Pensarah
Ilmu Al-Qur‟an Sekolah Tinggi Agama Islam, Pengembangan Ilmu Al-
Qur‟an “STAI-PIQ” Negeri Sumatera Barat, Indonesia) pada tahun 1998.
Pada mulanya metode ini diberi nama “ Metode Cepat dan Praktis
Membaca Al-Qur‟an.”
Metode ini terdiri dari dua, yaitu Tartil I dan Tartil II. Tartil I
adalah untuk memandu murid/pelajar mengenali huruf, membaca huruf
berbaris satu, sukun, musyaddah dan tanwin. Tartil II adalah untuk
memandu murid/pelajar mempelajari mad, ghunnah, dan waqaf wal
ibtida‟.
Pembelajaran dilakukan setiap hari (satu kali pertemuan 1 Jam),
murid/pelajar hanya memerlukan masa empat bulan untuk mempelajari
kedua siri metode tartil tersebut. Proses pembelajarannya mengaktifkan
peserta didik dalam membaca al-Qur‟an dan disertai dengan lagu-lagu
tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
c. Pembelajaran al-Qur‟an dengan Metode Tartil:
Pembelajaran al-Quran dengan metode tartil ini biasanya
menggunakan aturan sebagai berikut:
60
1) Pembelajaran al-Quran dilakukan oleh ustadz/ustadzah yang sudah
mendapatkan syahadah mengajar terlebih dahulu dari Biro TPQ.
Sedangkan dalam penerapan metode at-Tartil ini dalam setiap Jilidnya
terdapat materi pelajaran dan cara mengajarkannya, selain itu juga
terdapat pokok-pokok pelajaran di setiap jilidnya dan dengan
menggunakan strategi klasikal dan privat individual sebagai
evaluasinya.
2) Kedua, upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
pembelajaran baca tulis al-Qur‟an adalah dengan adanya pembinaan
dan penataran secara berkelanjutan yang dilakukan oleh Biro TPQ.
Dalam bacaan at-Tartil akan dinilai setiap hari dan dicatat hasilnya
pada evaluasi harian oleh gurunya masing-masing agar diperhatikan
oleh orang tuanya di rumah. Diadakannya imtihan setiap tahun dan
diadakannya imtas bagi yang sudah lulus jilid 6 (Bacaan Gharib yang
ada di jilid 6).
3) Empat komponen asas yang menjadikan metode At-Tartil lebih praktis
dan lebih cepat dibanding dengan metode lain, yaitu:
d. Materi Lisan dan Tulisan.
Materi lisan dan tulisan hanya memerlukan 27 kali pertemuan
untuk Tartil I dan 22 kali pertemuan untuk Tartil II (1 kali pertemuan 45-
60 menit). Murid/pelajar Insya Allah Swt pada masa 4 bulan sudah
61
mampu membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik dan benar. Masa 4
bulan tersebut sudah termasuk masa untuk mengevaluasi, sekiranya ada
diantara murid/pelajar yang agak lambat belajar.
e. Materi Wajib
Materi wajib yang diajarkan adalah materi menulis ayat al-Quran
dengan baik yang telah disediakan lansung dalam buku yang digunakan.
f. Faktor pendukung dan Penghambat
1) Faktor pendukung siswa sudah menguasai bacaan secara tartil dan
fasih.
2) Faktor Penghambat waktu belajar relatif terbatas.
5. Metode Pembelajaran Tilawati
a. Pengertian
Metode pembelajaran tilawati adalah merupakan salah satu di
antara metode pengajaran al-Qur'an. Tilawati menawarkan suatu sistem
pembelajaran al-Qur'an yang yang mudah, efektif dan efesien demi
mencapai kualitas bacaan, pemahamanan dan implementasi al-Qur'an.
Titik berat pendidikan tidak hanya pada santri melalui munaqasah tapi
juga pada guru/ustadz dan ustadzah dibina. Metode Tilawati
menggabungkan metode pengajaran secara klasikal dan privat secara
62
seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih efektif. Ustadz atau ustadzah
dapat mengajari santri 15-20 orang tanpa mengurangi kualitas. Waktu
pendidikan anak menjadi lebih singkat dengan kualitas yang
diharapkan/standar. Sehingga kelas TQA dapat dicapai anak mencapai
kelas 6 dan drop out dari TPA.
b. Sejarah Perkembangan Metode Tilawati
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim yang terdiri
dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa. Kemudian dikembangkan
oleh Pesan tren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati
dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-
TPA.
c. Faktor Penghmbat Metode Tilawati:
1) Menyeimbangkan pendekatan pembelajaran secara klasikal dan
individual;
2) Metode ini disusun secara praktis sehingga mudah dipelajari.
d. Faktor Pendukung Metode Tilawati:
a) Menekankan pada kemampuan peserta didik untuk dapat membaca al-
Qur‟an secara tartil;
b) Menggunakan variasi lagu-lagu tilawah dalam membaca al-Qur‟an
sehingga tidak membosankan.
63
TPQ telah membuktikan efektifitas dan kemudahan pembelajaran
al-Qur‟an metode Tilawati menuju bacaan tartil. Ada beberapa hal yang
menyebabkan mereka menggunakan Tilawati :
a) Buku Tilawati disusun oleh para aktifis pengerak pendidikan al-
Qur‟an di TPQ dan sekolah formal di Indonesia;
b) Buku Tilawati diajar dengan menggunakan standart lagu rost dari
jilid 1 s.d. jilid 6 dan menggunakan lagu nahawan untuk
pengembangan;
c) Buku Tilawati dilengkapi media pembelajaran lainnya yaitu peraga,
kaset lagu, dan video teknik pembelajaran;
d) Buku menerapkan strategi pembelajaran klasikal dan individual
secara seimbang dan proporsinal sehingga proses belajar mengajar
menjadi efektif dan efisien, pembelajaan menjadi mudah dan
menyenangkan, pengelolaan santri menjadi lebih tertib, dan target
pembelajaran menjadi lebih mudah terpenuhi.
D. Problematika Pembelajaran Al-Qur’an
Problematika berasal dari kata problem yang berarti masalah atau
persoalan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, problematika berarti masih
menimbulkan masalah atau masih belum dapat dipecahkan. Problematika
pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang
harus dipecahkan agar tercapainya tujuan yang maksilmal. Salah satu aspek
64
pendidikan agama yang kurang mendapat perhatian adalah pendidikan membaca
al-Qur‟an. Pada umumnya orang tua lebih menitik beratkan pada pendidikan
umum saja dan kurang memperhatikan pendidikan agama termasuk pendidikan
membaca al-Qur‟an. Sebagai langkah awal adalah meletakkan dasar agama yang
kuat pada anak sebagai persiapan untuk mengarungi hidup dan kehidupannya.
Dengan dasar agama yang kuat, maka setelah menginjak dewasa akan lebih arif
dan bijaksana dalam menentukan sikap, langkah dan keputusan hidupnya karena
pendidikan agama adalah jiwa (spiritualitas) dari pendidikan. Untuk itu pada
masa kanak-kanak perlu adanya penanaman budi pekerti yang luhur dan
keimanan yang berdasarkan pada tuntunan Allah Swt. Dan pada masa inilah anak-
anak harus mulai diperkenalkan pada al-Qur‟an yang menjadi pegangan dan
pedoman di kehidupannya nanti, sehingga ketika dewasa tidak kehilangan
pegangan dan pedoman, meskipun badai topan melanda kehidupan rohaninya.
Sedangkan lembaga pendidikan Islam di usia dini yang akan menjawab terhadap
tantangan keringnya nilai spiritual dan keagamaan umat dewasa ini, yang tersebar
keseluruh nusantara adalah TPQ. Fenomena ini muncul tentunya akan membawa
tujuan agung yaitu sebagai penyelamat generasi penerus dan merupakan jawaban
generasi mendatang, karena sejak dini sudah diperkenalkan nilai-nilai agama yang
bersumber kepada wahyu Ilahi Rabbi yaitu al-Qur‟an.
Agama Islam memerintahkan kepada umatnya untuk mempelajari serta
mengajarkan kitab suci al-Qur‟an, karena al-Qur‟an adalah sumber dari segala
65
sumber ajaran Islam yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Tugas ini
menjadi tanggung jawab semua orang khususnya orang tua. Salah satu problem
yang cukup mendasar adalah kondisi obyektif umat Islam dewasa ini, salah
satunya adalah buta akan al-Qur‟an yang menunjukkan indikasi prestasi
meningkat, hal ini perlu segera diatasi, maka giliran umat Islam akan mengalami
kemunduran diberbagai bidang.
Umat Islam sekarang menuju pada abad yang disinari oleh pengetahuan
yang telah dicapai oleh orang-orang Eropa dan Amerika terutama dalam bidang
teknologi. Umat Islam lupa telah mempunyai al-Qur‟an yang merupakan kitab
suci yang telah memberikan pengaruh begitu luas dan mendalam terhadap jiwa
manusia. Al-Qur‟an merupakan dasar keyakinan keagamaan, keibadahan, dan
hukum, membimbing manusia dalam mengarungi hidupnya, adalah sangat layak
apabila al-Qur‟an mendapat perhatian istimewa.
Keberhasilan suatu program, terutama pengajaran dalam proses belajar
mengajar tidak lepas dari pemilihan metode dan menggunakan metode itu sendiri.
Banyak sekali metode pengajaran oleh para pendidikan Islam, karna dengan
adanya metode ini kemudian banyak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan
pengajaran al-Qur‟an seperti TPA, TPQ yang semuanya itu bertujuan untuk
memberikan pengajaran terhadap anak-anak dalam membaca al-Qur‟an.
E. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
1. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ)
66
Taman pendidikan al-Qur‟an adalah sebuah lembaga pendidikan yang
memfokuskan diri pada pembelajaran menulis dan membaca al-Qur‟an, TPQ
merupakan lembaga pendidikan non-formal yang menitik beratkan pada
pembelajaran serta penanaman nilai-nilai qur‟ani pada anak usia pendidikan
dasar (Miftah, 2011:7), jika kita lihat pada realitas pendidikan yang terjadi di
masyarakat, dari tahun ke tahun TPQ ini sudah jelas semakin banyak
jumlahnya, berbagai organisasi keagamaan kemasyarakatan dan lembaga
pendidikan seakan berlomba untuk menyelanggarakan pendidikan yang
bertujuan untuk menjadikan anak mampu membaca al-Qur‟an dengan baik
dan benar tersebut, ini tentunya lebih mempermudah masyarakat untuk
memberikan pendidikan al-Qur‟an kepada anak-anaknya.
Pendidikan merupakan jembatan bagi anak untuk belajar, berkarya,
mengetahui ilmu agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman. Fungsi dan tujuan
pendidikan nasional tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3
yaitu:
67
a. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan
nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar,
adalah TPQ, atau Taman Pendidikan al Quran, yang banyak terdapat di
Masjid.
b. Masyarakat masih kurang memperhatikan TPQ yang ada di desanya atau
lingkungan tempat tinggalnya. Kebanyakan orang tua lebih mementingkan
pendidikan formal bagi anaknya. Padahal TPQ bagus untuk menambah
ilmu keagamaan dan pendidikan karakter sang anak. Sebaiknya lembaga
nonformal yang baik juga diperhatikan agar lebih maju dan berkembang
walaupun tidak mendapatkan biaya dari APBN.
Menurut psikologi perkembangan anak antara umur 4-7 tahun, anak
cenderung punya rasa ingin tahu yang besar , terutama dalam hal belajar,
namun biasanya anak dihadapkan pada pilihan-pilihan antara bermain,
mengerjakan tugas dan belajar. Oleh karena itu bimbingan arahan dan
motivasi dari guru TPQ dalam membimbing belajar al-Qur‟an sangatlah
penting.
Pengembangan TPQ harus dimulai dari niat yang tulus untuk
mengabdi kepada Allah kepada kepentingan pendidikan umat. Selain itu
baru melangkah pada upaya mengembangkan menejemennya. Menejemen
merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber
68
daya organisasi agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Untuk itu pimpinan lembaga harus mampu memberikan pengarahan dan
fasilitas kerja pada partner agar mereka kooperatif menuju cita-cita dan
tujuan organasi.
2. Sejarah dan Tumbuh Kembang Pendidikan Qur‟an
Pendidikan al-Qur‟an model TKA/TKQ dan TPA/TPQ sekarang telah
berkembang dengan pesat. Hampir setiap kampung atau desa akan ditemukan
TKA/TKQ dan TPA/TPQ dengan berbagai aktifitas pembelajaran al-
Qur‟annya. Sejarah pembentukan TKA/TKQ dan TPA/TPQ pun telah melalui
jalan sejarah yang panjang. Sebelum sistem pendidikan al-Qur‟an dengan
bentuk Taman Kanak-kanak Al-Qur‟an (TKA/TKQ) dan Taman Pendidikan
Al-Qur‟an (TPA/TPQ) berkembang pesat yaitu sebelum tahun 1990-an,
jumlah anak muda Indonesia yang tidak lancar dan tidak mampu membaca al-
Qur‟an semakin meningkat. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya
catatan-catatan berikut :
a. Umat Islam Indonesia di tahun 1950-an baik tua ataupun muda yang tidak
mampu membaca al-Qur‟an ada 17 %, dan kemudian pada tahun 1980-an
meningkat menjadi 56 %;
b. Berdasarkan Hasil penelitian yang dilaksanakan Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah DKI Jakarta bekerjasama dengan Dewan Dakwah
69
Indonesia pada tahun 1988 terdapat kenyataan bahwa 75 % pelajar SMA
di Jakarta tidak mampu mambaca al-Qur‟an;
c. Berdasarkan Hasil survey Kantor Departemen Agama Kotamadya
Semarang tahun 1994 di Kotamadya Semarang untuk anak-anak SD se-
Kotamadia Semarang, tercatat data bahwa keberhasilan pengajaran
membaca al-Qur‟an di SD se-Kotamadia Semarang hanya 16 % saja
(Sukindar, 1995).
Catatan-catatan tersebut memberikan kesimpulan bahwa telah terjadi
peningkatan ketidakmampuan umat Islam, khususnya generasi mudanya
dalam membaca al-Qur‟an. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia
bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan terobosan dalam
menanggulangi ketidakmampuan umat Islam Indonesia dalam membaca al-
Qur‟an. Di antara tokoh pembaru yang cukup menonjol adalah KH. As‟ad
Humam dari Kotagede Yogyakarta. KH. As‟ad Humam bersama kawan-
kawannya yang dihimpun dalam wadah Team Tadarus Angkatan Muda
Masjid dan Mushalla (Team Tadarus AMM) Yogyakarta, telah mencari
bentuk baru bagi sistem pengelolaan dan metode pembelajaran membaca al-
Qur‟an. Setelah melalui studi banding dan ujicoba, maka pada tanggal 21
Rajab 1408 H (16 Maret 1988) didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur‟an
(TKA) “AMM” Yogyakarta.
70
Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Romadlon 1409 H (23 April
1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) “AMM”
Yogyakarta. Antara TKA dengan TPA tidaklah memiliki perbedaan dalam
sistem, keduanya hanya berbeda dalam hal usia anak didiknya. TKA untuk
anak usia TK (4,0-6,0 th), sedang TPA untuk anak usia SD (7,0-12,0 th)
(Marzuki, 2008:1).
3. Metode Pembelajaran Al-Qur‟an Pada TPQ
Metode pembelajaran merupakan salah satu cara atau alat untuk
mencapai kemampuan atau tujuan yang diharapkan. Jadi metode adalah suatu
cara untuk menyampaikan bahan pengajaran dalamproses kegiatan belajar
mengajar sehari-hari (Marzuki, 2008:10). Langkah awal untuk menetukan
sebuah metode tepat adalah dengan mengetahui terlebih dahulu kemampuan
atau tujuan yang diharapkan. Metode pembelajaran disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak serta memperhatika prinsip bermain sambil belajar atau
belajar sambil bermain. Secara teoritik ragam metode yang ada dan dapat
digunakan adalah metode bercerita, Tanya jawab, demonstrasi, pembagian
tugas, bermain peran, latihan, kerja kelompok dan karya wisata.
4. Materi TPQ
Materi TPQ terdiri dari materi pokok dan materi penunjang.
a. Materi Pokok
1) Membaca al-Qur‟an sesuai kaidah ilmu tajwid;
71
2) Praktik wudhu dan sholat;
3) Menghafal bacaan sholat;
4) Hafalan 10 do‟a sehari-hari dan etikanya;
5) Hafalan 13 surat pendek dalam Juz;
6) Memahami dasar-dasar akidah akhlaq;
7) Membiasakn berinfaq dan sodaqoh.
b. Materi Penunjang
1) Pelajaran menulis huruf Hijaiyah;
2) Pelajaran ilmu tajwid;
3) Sejarah kebudayaan Islam;
4) Hafalan ayat Kursi;
5) Hafalan 100 kosa kata bahasa Arab (anggota tubuh, benda sekitar,
bilangan, warna, dan lain-lain);
6) Pelajaran bermain, cerita dan menyanyi yang Islami.
5. Media TPQ
Demi menunjang kelancaran kegiatan mengajar (mengaji), TPQ telah
menggunakan media pengajaran. Media yang dibutuhkan dalam mendukung
proses belajar mengajar antara lain sarana belajar dan bermain termasuk
media pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran yang direncanakan
(Marzuki, 2008:10).
72
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. TPQ Al Ghozali
1. Letak Geografis
Letak Geografis TPQ Al Ghozali berada di Desa Nobo Wetan
kelurahan Noborejo kec Argomulyo Kota Salatiga. Lebih rincinya lokasi TPQ
Al Ghozali dapat ditampilkan pada tabel berikut,
Tabel 1.1
Letak Geografis
No. Arah Mata Angin Keterangan
1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Dusun
Brajan Kecamatan Argomulyo
2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Dusun
Kembangsari Kecamatan
Tengaran
3. Sebelah Timur Berbatasan dengan Dusun Bener
Kecamatan Tengaran
4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Dusun
Nobotengah Kecamatan
Argomulyo
Sumber: Dokumentasi TPQ Al Ghozali
Kecamatan Argomulyo memilki batas wilayah: sebelah utara
kecamatan Argomulyo, sebelah selatan kecamatan Tengaran, sebelah timur
kecamatan Tengaran, sebelah barat kecamatan Argomulyo.
73
2. Sejarah Berdirinya TPQ Al Ghozali Noborejo
TPQ AL GHOZALI berdiri tanggal 15 Januari 1993 terletak di komplek
masjid Al Ghozali Nobowetan RT 01 RW 06 Kelurahan Noborejo,
Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Unit
pendidikan di TPQ Al Ghozali ini meliputi :
a. PAUD Berbasis al-Qur‟an ( usia 2-6 tahun);
b. Taman Pendidikan al-Qur‟an (usia 7-12 tahun).
3. Profil TPQ Al Ghozali Noborejo
TPQ Al Ghozali terletak di komplek masjid Al Ghozali Nobowetan RT
01 RW 06 Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga,
Provinsi Jawa Tengah. TPQ AlGhozali diketuai oleh Bp. Muhammad Yunus,
dan memiliki 75 santri.
4. Visi dan Misi TPQ Al Ghozali Noborejo
a. VISI
Mempersiapkan generasi Qur‟ani yang cerdas berakhlak mulia
b. MISI
Menjadi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ), pusat studi dan konsultasi
serta tempat belajar sambil bermain dalam rangka melejitkan kecerdasan
anak-anak menuju terciptanya generasi Qur‟ani yang shaleh, sehat,
cerdas, ceria, kreatif, tangguh dan mandiri menyongsong masa depan
gemilang.
74
5. Struktur Organisasi TPQ Al Ghozali Noborejo
Struktur kepengurusan TPQ Al Ghozali tahun 2015
Sumber: TPQ Al Ghozali
Pelindung
Takmir masjid Al Ghozali
Penasehat
KH. Ghufron
Dawami, S.Pd.I
Kepala TPQ
Muhammad Yunus
Bendahara
Slamet Muntaha
Sekretaris
Triyono, S.Pd.I.
Sie Kesiswaan
Mufarohan
Sie Sarana
Yasin
Sie Kurikulum
Indah Fitriany, S.Pd.I.
75
6. Nama-nama Ustadz/ah
Berikut adalah daftar nama pendidik TPQ Al ghozali Noborejo
Tabel 1.2
Daftar Pendidik TPQ Al Ghozali Noborejo
No Nama Status kode
1 M. Yunus Ustadz MY
2 Indah Fitryani S.Pdi Ustadzah IF
3 Nurunniyah S.Pdi Ustadzah NR
4 Fitri Rohmah Ustadzah FR
5 Eni Latifah Ustadzah EL
Sumber: TPQ Al Ghozali
B. Temuan Penelitian
1. Gambaran Informan
Metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali dapat didasarkan
pada beberapa pendapat ustadzah. Data ustadzah TPQ yang telah dimintai
bantuan untuk bimbingan antara lain:
Tabel 1.3
Daftar Informan TPQ Al Ghozali Noborejo
NO NAMA STATUS KODE
1. Indah Fitriany S.Pdi Ustadzah IF
2. Nurunniyah S.Pdi Ustadzah NR
3. M. Yunus Ustadz MY
Sumber: TPQ Al Ghozali
76
2. Identitas TPQ
Identitas TPQ Al Ghozali Noborejo berisi nama, jenjang, status
sekolah, letak sekolah, data pelengkap sekolah, dan kontak sekolah.
Adapun yang dimaksud adalah sebagai berikut;
Tabel 1.4 Identitas TPQ Al Ghozali
a. Nama, Jenjang, dan Status TPQ Keterangan
Nama Sekolah TPQ Al Ghozali
Jenjang Pendidikan Non formal
Status Sekolah Swasta
b. Letak TPQ
Alamat Nobowetan, Noborejo kecamatan
Argomulyo Salatiga
RT/RW RT 1/ RW 6
Nama Dusun Nobowetan
Desa/Kelurahan Noborejo
Kode Pos 50736
Kecamatan Argomulyo
c. Data Pelengkap TQ
Akta Pendirian Sekolah No 76
Tanggal Akta Pendirian 18 november 2011
Tanggal Pendirian 13 Januari 1993
Status Kepemilikan Yayasan
Luas Tanah Milik 417 m2
d. Kontak TPQ
Nomor Telepon 085866153696
Sumber: Dokumentasi TPQ Al Gozali
77
3. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di TPQ Al Ghozali
Noborejo oleh peneliti. Ditemukan beberapa pembelajran dalam
pembelajaran al-Qur‟an, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pembelajaran al-Qur‟an serta upaya ustadz/ustadzah untuk mengatasi
hambatan dalam mengembangkan pembelajaran al-Qur‟an, beberapa di
antaranya dikemukakan oleh responden, yaitu sebagai berikut:
a. Metode Al Baghdadi
1) Teknik pembelajaran
a) Bagaimana ustadzah memberikan teknik pembelajaran
pengenalan al-Qur‟an dengan metode al-Baghdadi?
IF mengemukakan teknik pembelajaran al-Qur‟an
dengan metode al-Baghdadi:
“metode pembelajaran al-Qur‟an yang diajarkan
dengan cara ini yaitu dengan di eja perhurufnya mbak, jadi
anak lebih mudah menirukannya”. (wawancara, IF.
22/09/2015).
NR mengemukakan bahwa teknik pembelajaran al-
Qur‟an dengan metode al-Baghdadi menurut NR berpendapat:
“Salah satu metode pembelajaran alquran yang
bersifat aplikatif agar anak bisa paham dasar alquran. Kalau
anak yang belum bisa membaca alquran maka dengan metode
ini dimungkinkan menjadi salah satu metode yang umum
dipakai untuk memberikan ajaran awal terhadap santri
mbak.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
78
MY mengemukakan bahwa teknik pembelajaran al-
Qur‟an dengan metode al-Baghdadi:
“Dengan cara anak dikenalkan terlebih dahulu huruf-
huruf hijaiyah, kemudian guru mengejakan hurufnya dan anak
suruh menirukannya.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
b) Bagaimana ustadzah memperkenalkan tanda baca dengan
metode ini?
Cara memperkenalkan tanda baca dengan metode al
Baghdadi menurut Pendapat IF mengemukakan?
“ya cara memperkenalkannya sesuai dengan
bacaannya to mbak..” (wawancara, IF. 22/09/2015).
Cara memperkenalkan tanda baca dengan metode al
Baghdadi NR berpendapat:
“ya tekniknya sesuai dengan bacaan santri mbak..
kalau itu fathah ya diperkenalkan tanda fathah itu seperti apa,,
dan kalau kasroh seperti apa,, dan kalau dhammah seperti
apa,, tinggal menyesuaikan saja mbak,,” (wawancara, NR.
22/09/2015).
Cara memperkenalkan tanda baca dengan metode al
Baghdadi MY berpendapat: MY mengemuakakan “Ya sesuai
dengan tahapan anak itu sendiri, jika sudah masuk dalam
tanda baca fatkhah maka kita ajarkan apa itu tanda baca
fathah bagaimana bunyinya dan lain sebagainya, begitupun
tanda baca yang lain.”(wawancara, MY.22/09/2015).
c) Bagaimana ustadzah memperkenalkan tajwid kepada santri?
Cara memperkenalkan tajwid kepada santri melalui al
Baghdadi, IF mengemukakan?
“Dijelaskan dahulu mbak, dan kita tuliskan melalui
papan tulis, agar siswa faham, dan kita jelaskan dengan cara
79
member contoh bacaan,, agar siswa mampu menebak bacaan
itu tajwidnya apa seperti itu mbak.” (wawancara, IF.
22/09/2015).
Cara memperkenalkan tajwid kepada santri melalui al
Baghdadi, NR berpendapat:
“Ditulis mbak,, agar siswa dapat membedakan bacaan
tajwid dan cara membacanya” (wawancara, NR. 22/09/2015).
Cara memperkenalkan tajwid kepada santri melalui al
Baghdadi, MY berpendapat:
“Dengan dijelaskan terlebih dahulu apaitu bacaan
idhar, ikhfa‟, iqlab dll, setelah itu ustadz/ustadzah
menuliskannya dipapan tulis agar santri lebih memahaminya.”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
d) Berapa lama metode albaghdadi bisa membantu siswa dalam
kelancaran membaca?
Metode Al Baghdadi bisa membantu siswa dalam
kelancaran membaca IF mengemukakan pendapatnya:
“semua metode pembelajaran itu tidak bisa menjamin
cepat lambatnya pemahaman anak, begitu pula metode ini,
sudah kita ketahui kalau di TPQ anak yang belum sekolah pun
juga sudah ikut,, jadi semua itu belum bisa menjamin
kelancaran anak,, hanya saja kelancaran anak itu bisa
dipengaruhi usia juga mbak,, bisa juga pendidikan dasar anak
di sekolah. Namun metode ini bisa membantu santri dalam
belajar membaca al-Quran, katakanlah dasarnya dulu mbak
dengan mengeja” (wawancara, IF. 22/09/2015).
Metode Al Baghdadi bisa membantu siswa dalam
kelancaran membaca NR mengemukakan pendapatnya:
“Kalau saya kelancaran siswa itu belum tentu
dipengaruhi dari metode mbak.. namun metode ini bisa
80
membantu santri mbak,, saya akui itu,, tapi tidak semuanya
mbak,, karena tingkat pemahaman anak itu berbeda-beda
mbak..” (wawancara, NR. 22/09/2015).
Metode Al Baghdadi bisa membantu siswa dalam
kelancaran membaca MY mengemukakan pendapatnya:
“Kalau berapa lamanya belum pasti, karena tidak
semua metode biasa membuat anak langsung bisa lancar
dalam membaca. Karena tingkat pemahaman anak yang
berbeda-beda.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
e) Bagaimana cara ustadzah mengajarkan menulis huruf hijaiyah
dengan metode ini?
IF berpendapat,: “ Dengan metode al Baghdadi itu bisa
memperkenalkan kepada santri, karena metode ini bisa
dikatakan metode kuno, namun implementasinya banyak yang
berhasil. Caranya ya dengan dituliskan dipapan tulis mbk,,
kemudian kita menyuruh santri untuk menyalinnya dan kita
ajarkan sekalian cara memebacanya.” (wawancara, IF.
22/09/2015).
Metode albaghdadi bisa membantu siswa dalam
menulis huruf hijaiyah NR mengemukakan pendapatnya:
“Dengan mengenalkan anak tentang huruf hijaiyah kemudian
anak disuruh untuk menuliskan huruf hijaiyah yang di bacakan
oleh ustadah gitu mbk,,” (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat: “Dengan cara anak dikenalkan
terlebih dahulu tentang huruf-huruf hijaiyah, kemudian guru
mengejakan huruf tersebut dan anak suruh menuliskannya.”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
f) Bagaimana cara ustadzah mengajari membaca dan
menyambung huruf hijaiyah?
IF berpendapat: “Tidak lepas daripertanyaan
sebelumnya mbak,,kita tuliskan dahulu kemudian kita ajari
mbk, sebenarnya tidak dalam metode albaghdadi saja
81
melainkan semua metode cara mengajarkan menyambung
huruf sama seperti itu tadi.. (wawancara, IF. 22/09/2015).
NR mengemukakan bahwa: “seperti yang tadi saya
bilang ya mbk, saya memperkenalkan huruf hijaiyah terlebih
dahulu kepada siswa kemudian menyuruh santri untuk
menuliskanhuruf yang saya baca.” (wawancara, NR.
22/09/2015).
MY mengemukakan bahwa: “Jawabannya seperti yang
telah saya katakana awal tadi, yaitu anak dikenalkan huruf-
huruf hijaiyah terlebih dahulu kemudian anak diajarkan
menulus bagaimana cara menyambung huf yang satu dengan
yang lain.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
2) Faktor Penunjang
b) Apakah sumber daya manusia juga mempengaruhi
pembelajaran al-Qur‟an?
“ IF berpendapat SDM anak itu berbeda beda mbak,
ada yang cepat penangkapan materinya, ada juga yang tidak.
Namun metode ini memudahkan pihak pendidik dan santrinya
mbak, karena simple namun banyak yang berhasil. “
(wawancara, IF. 22/09/2015)
NR mengemukakan bahwa faktor penunjang
pembelajaran al-Qur‟an menurut NR : “Dengan metode ini
anak mudah menerima karena dapat memahami tulisan dan
cara membacanya.” (wawancara, NR. 22/09/2015)
MY berpendapat : Melihat kondisi yang ada, SDM
anak disini sangat berbeda-beda, ada yang cepat dalam
penangkapan pembelajarannya ada pula yang lemah, tapi
penggunaan metode ini sangat membantu sekali dalam
pembelajaran di sini, karena anak benar-benar di ajarkan.”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
c) Teknik pembelajaran apa saja yang digunakan pada
pembelajaran al-Qur‟an?
82
IF berpendapat: “Teknik yang digunakan itu tidak berat
namun semua pendidik rata-rata menggunakan itu.dan
tekniknya mudah, jika gurunya sabar dalam mengajar banyak
yang berhasil. (wawancara, IF. 22/09/2015)
NR dengan menuliskan dipapan tulis atau ditulis
menyalin dari buku (wawancara, NR. 22/09/2015)
MY berpendapat “Dengan menggunaka teknik di eja
kemudian dituliskan dipapan tulis dan anak suruh menulisnya.”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
d) Sarpras apa saja yang digunakan dalam pembelajaran al-
Qur‟an?
IF berpendapat sarprasnya ya buku turutan itu mbak,,
(wawancara, IF. 22/09/2015)
NR “sarprasnya itu buku tulis dan alat tulis yang
dibawa santri mbak, sama buku pegangan yang kita bawa
yaitu buku turutan.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat “Sarprasnya ya Cuma papan tulis,
turutan, meja (dampar) dan tempat yaitu masjid.”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
e) Bagaimana dengan waktu yang diperlukan dengan metode ini?
IF berpendapat “waktunya cukup lama mbak namun
rata-rata metode ini banyak yang berhasil.” (wawancara, IF.
22/09/2015).
NR menggunakan waktu yang sedikit lebih lama
disbanding metode-metode yang lain.” (wawancara, NR.
22/09/2015).
MY berpendapat “Cukup, dan metode ini dibilang
sangat simple dan sangat membantu dalam pemahaman
anak.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
83
3) Faktor penghambat
a) Apa sumber daya manusia berpengaruh terhadap metode ini?
IF berpendapat ,”rata-rata murid kalau dengan metode
ini lama bisa membacanya, kalau dengan iqro‟ itu biasanya
lebih cepat.”(wawancara, IF. 22/09/2015)
NR berpendapat “kalau dengan penggunaan metode ini
anak memang dituntun secara pelan-pelan dan memang
pengajaran dari awal sekali dari pengenalan huruf-huruf
hijaiyah.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat “Faktor penghambat dalam SDM nya
yaitu karena perbedaan antara anak yang satu dengan yang
lainnya,jadi penangkapan anak berbeda-beda, sehingga
pembelajaran belum begitu maksimal.” (wawancara, MY.
22/09/2015).
b) Bagaimana teknik pembelajarannya?
IF berpendapat, tekniknya itu harus sabar mbak,itu
kuncinya, namun metode ini memang bisa dikatakan mudah-
mudah gampang,soalnya banyak juga yang pencapaian
membaca dengan teknik ini itu lambat mbak. (wawancara, IF.
22/09/2015)
NR berpendapat : teknik yang diajarkan yaitu dengan
cara di eja, jadi guru dituntut untut lebih exstra dalam
mengajarkan pembelajaran al-qur‟an menggunakan metode
tersebut, serta guru harus bisa lebih sabar, kususnya dikelas
awal, guru memang dituntut agar lebih bisa bersabar dan
memahami anak serta bisa menjadi sahabat bagi anak itu
sendiri. (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat “Kurangnya pengawasan anak ketika
mengaji dan pembelajaran, sehingga anak sering bermain
sendiri, sedangkan teknik yang diajarkan anak harus
mendengar dengan baik, karena metode ini memperkenalkan
huruf hijaiyah dari dasar sekali, dan guru memang harus
84
exstra dalam mengajarkan metode tersebut.” (wawancara,
MY. 22/09/2015).
c) Bagaimana dengan penggunaan sarpras?
IF berpendapat, karena sarprasnya tidak menunjang
maka metode ini kurang menarik mbak,dan
membosankan.(wawancara, if. 22/09/2015)
NR berpendapat, kurangnya memadai sarana dan
prasarana yang ada di TPQ, seperti buku (kitab turutan/iqro‟)
serta meja buat mengaji.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat “Ya terkendala dalam kitab / iqra‟ /
turutan serta meja dalam mengaji, karena meja yang ada
belum bisa memenuhi santri yang ada.” (wawancara, MY.
22/09/2015).
d) Bagaimana dengan pengguaan waktu?
IF berpendapat , “waktu yang dpakai metode ini cukup
lama, karena santrinya banyak, kalau harus mengajari santri
dengan mengeja satu persatu terlalu lama,npadahal TPQ
Cuma 1 jam mbak, dari jam 4-5 sore.”(wawancara, IF.
22/09/2015)
NR berpendapat, “kurangnya waktu pembelajaran
yang ada mengakibatkan pengajaran metode ini kurang begitu
maksimal, soalnya pengajaran dimulai dari jam 4-5 sore.”
(wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat, “Dengan waktu yang ada, yaitu I jam
dari jam 4 sampai jam 5 metode ini masih belum bisa
dijalankan begitu maksimal.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
e) Bagaimana upaya mengatasi hambatan-hambatan yang ada?
IF berpendapat, dengan kreatifitas saya mbak agar santri
tidak jenuh, itu saja mbak..(wawancara, if. 22/09/2015)
NR berpendapat, memberikan tugas kepada anak-anak
supaya tidak bermain sendiri dan mau memperhatikan guru
ketika dijelaskan. Ketika anak sibuk bermain diberi sanksi
85
dengan cara disuruh membacakan apa yang ditulis
didepan.(wawancara, NR. 22/09/2015)
MY berpendapat “cara mengatasi hambatan yaitu
ustadz/ustadzahnya harus lebih bisa menghendel dan
mengondisikan anak, serta harus bisa lebih kreatif lagi dalam
mengajar, sehingga anak tidak bosan dan jenuh.”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
b. Metode Iqro‟
1) Teknik Pembelajaran
a) Pengenalan Huruf
Bagaimana ustadz ustadzah memberikan teknik pembelajaran
pengenalan al-Qur‟an dengan metode iqro‟?
IF berpendapat, “Pengenalan huruf dikenalkan dengan
cara step by step bersamaan dengan tanda baca.” (wawancara,
IF. 22/09/2015).
NR berpendapat,” dengan memperhatikan bacaan
panjang dan pendek.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY mengemukakan bahwa “Pengenalan huruf dengan
metode ini, anak dikenalkan langsung melalu proses
pembelajaran, yaitu guru menuliskan huruf tersebut dipapan tulis
dan guru menunjuk satu persatu huruf tersebut dan anak disuruh
untuk membunyikannya.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
b) Tanda baca
Bagaimana cara ustadz dan ustdzah mengenalkan tanda baca al-
Qur‟an kepada santri?
IF berpendapat, “Pengenalan tanda baca dikenalkan
dengan cara step by step bersamaan dengan pengenalan huruf.”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
86
NR berpendapat, “pengenalan tanda baca dalam metode
ini dilakukan secara bertahap, dengan pengenalan secara
langsung dan persangkutan saat membaca iqro‟ / turutan.”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
MY berpendapat bahwa “Pengenlan tanda baca dilkukan
secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak.” (wawancara,
MY. 22/09/2015).
c) Tajwid
Bagaimana pengenalan tajwid dalam pembelajaran metode iqro‟?
IF berpendapat, “pembeljaran tajwid dengan cara
membaca iqro‟ dmulai dengan mad (panjang-pendek), untuk
mmateri qolqolah dan (nun mati) lebih mudah dengan
permainan ,karena materi sangat kompleks untuk menghindari
santri terbebani materi untuk follow up dari pembelajaran dari
bermain santri tetap membca iqro‟ sesuai dengan kemampuan
masing-masing.” (wawancara, IF. 22/09/2015).
NR berpendapat,menjelaskan tentang bacaan panjang
dan pendek sesuai dengan ketentuan bacaannya .dengan
menuliskan dipapan tulis mbk,, kemudian santri ikut menulis dan
di jelaskan oleh pendidik gitu,, (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat “sesuai dengan tahapan anak, apabila
anak sudah masuk iqra‟ 5-6 maka pengenalan tajwid sudah kita
berikan. (wawancara, MY. 22/09/2015).
d) Kelancaran
Bagaimana cara melancarkan bacaan anak?
IF berpendapat, “kelancaran membca berdasarkan
ketukan 1harokat 1ketukan,jika 2 harokat 2 ketukan begitu
seterusnya.jika santri keliru membaca misal panjang dibaca
pendek cuup ditegor “mengapa dibaca pendek?” tidak langsung
disalahkan.” (wawancara, IF. 22/09/2015).
87
NR berpendapat, “membaca dengan cara diulang-ulang
dapat menjadikan anak lancar dalam mebacanya.” (wawancara,
NR. 22/09/2015).
MY berpendaat “Dengan membaca bacaan tersebut
secara berulang-ulang kemudian anak disuruh
menyalin/menuliskan bacaan yang dibaca tadi dibuku tulisnya.”
(wawancara, MY. 22/09/2015)
e) Menulis huruf hijaiyah
Bagaimana teknik pengajaran penulisan huruf hijaiyah yang
diberikan kepada anak?
IF berpendapat, “Untuk menulis huruf hjaiyah
menggunakan buku untuk menulis halus,tujuanya adalah untuk
membedakan huruf-huruf yang harus ditulis diatas
garis,memotong garis,menulis huruf diawali dengan menulis
huruf yang diatas garis.” (wawancara, IF. 22/09/2015).
NR berpendapat,”hampir sama dengan metode Al
Baghdadi” (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY Berpendapat “Dengan menuliskan huruf kembali
dipapan tulis kemudian guru membacakannya yang kemudian
anak suruh menirukan.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
f) Menyambung huruf
Bagaimana cara pengajaran teknik penyambungan huruf terhadap
anak?
IF berpendapat, “Untuk menyambung huruf diawali
dengan memilih-milih huruf-huruf yang disambung didepan,
ditengah dan dibelakang kemudian dilanjutkan dengan huruf
yang tidak bisa disambung didepan, ditengah dan dibelakang.”
(wawancara, IF. 22/09/2015).
NR berpendapat, “meminta santri untu menuliskan surat-
surat pendek.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
88
MY berpendapat “Anak diajarkan terlebih dahulu
mengenai huruf-huruf yang bisa menyambung dan tidak bisa
menyambung, kemudian ustadz/ustadzah mengajarkan
bagaimana cara menyambung huruf dengan baik dan benar.”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
2) Faktor penunjang
a) Sumber Daya Manusia
Apakah sumber daya manusia juga mempengaruhi pembelajaran
al-Qur‟an?
IF berpendapat, “dalam pelaksanaan KBM ustadadzah
harus bersyahadah sehingga pembelajaran tujuannya jelas
,sesuai sasaran, dan tepat.” (wawancara, IF. 22/09/2015).
NR berpendapat, “santri akan mudah menerima karena
dibaca bersama-sama antara pengajar dan santrinya.”
(wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat “Dalam pelaksanaan KBM, SDM
sangat mendukung sekali karena metode ini mengajak anak
untuk belajar bersama-sama. Sehingga anak mampu mengikuti
dengan baik.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
b) Teknik
Teknik apa saja yang digunakan dalama metode iqro‟?
IF berpendapat, “Teknik sesuai item A diatas 1-6.”
(wawancara, IF. 22/09/2015).
NR berpendapat, “membaca dengan memperhatikan
bacaan tajwi.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat “Sesuai dengan iqra‟ santri, kalau
santri sampai iqro‟ 1 dan 2 maka kita ajarkan dan kenalkan apa
89
itu huruf hijaiyah, apabila sudah sampai iqro‟ 5 dan 6 kita
kenalkan tajwidnya.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
c) Sarpras
Bagaiman dengan sarpras yang ada di TPQ?
IF berpendapat, “sarpras yang digunakan iQro‟ jilit 1-6
untuk pembelajaran indifidu, untuk klasikal meggunakan iqro‟
klasikal.” (wawancara, IF. 22/09/2015).
NR berpendapat, “sarana dan prasarana sudah memadai
dan sudah baik.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat “Sudah cukup baik dan medukung
pembelajaran santri.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
d) Waktu
Bagaimana dengan efisiensi waktunya?
IF berpendapat, “efektifitas iqro‟ secara indifidu
persantri 20-30 menit untuk membaca dan menulis.”
(wawancara, IF. 22/09/2015).
NR berpendapat, waktu lebih efektif dan efisien karena
dibaca bersama-sama antara pengajar dan santri.”
(wawancara, NR. 22/09/2015).
MY mengemukakan “Lebih bisa digunakan sebaik-
baiknya, karena waktu sangat efektif dalam pembelajaran,”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
3) Faktor penghambat
a) Sumber Daya Manusia
IF berpendapat, “Sumber Daya Manusia yang tidak
bersyahadah menjadi kendala dalam pembelajaran karena
kurang faham dengan metode iqro‟.” (wawancara, IF.
22/09/2015).
90
NR berpendapat, “sebagian santri banyak yang tidak
meperhatikan.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY mngemukakan “Kurangnya pengondisionalan santri,
sehingga santri ada yang tidak memperhatikan saat
pembelajaran.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
b) Teknik
IF berpendapat, “Tidak semua ustadz ustadzah
mengajarkan cara menulis huruf hijaiyah dengan baik dan
benar, yang sering terjadi ustadzah langsung memberi tugas
menulis arab tanpa mengindahkan kaidah menulisnya,jika ada
yang salah menulis tidak dibenarkan dulu tetapi langsung
dicoret.” (wawancara, IF. 22/09/2015).
NR berpendapat, “teknik pengenalan huruf hijaiyah,
mengunakan cara pengenalan secara bertahap, dengan
dituliskan langsung dipapan tulis, sehingga anak lebih
mengetahui dari bentuk hingga cara penulisannya, serta anak
juga dapat pmengetahui perbedaan huruf antara satu dan yang
lainnya. “(wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat “Ustadz/ustadzah kebanyakan tidak
mengajarkan anak sesuai dengan tahapan yang sesui dengan
iqro‟nya, jadi teknik pengenalannya belum begitu maksimal, tapi
sudah disuruh untuk lanjut ketahap berikutnya.” (wawancara,
MY. 22/09/2015).
c) Sarpras
IF berpendapat, “sarpras yang digunakan hanya iqro‟
yang dipakai untuk indifidu santri yang diajak menulis.”
(wawancara, MY. 22/09/2015).
NR berpendapat, “penunjang pembelajaran dalam
lingkup sarpas ini menggunakan berbagai linggkup sarana dan
prasana yang ada contohnya penggunaan buku iqro‟,
penggunaan media, penggunaan papan tulis dll. Sehingga anak
bisa lebih mudah dalam memahami pembelajaran yang di
ajarkan para ustadzahnya.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
91
MY mengemukakan “Kurangnya perencanaan dalam
pengajaran serta sulitnya dalam pengondisian siswa, sehingga
saat mengaji dan menulis ada beberapa santri yang belum
selesai mengaji dan menulis.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
d) Waktu
IF berpendapat, “waktu yang digunakan baca tulis
kurang makssimal, santri hanya membaca kurang lebih hanya
5menit saja selebihnya kadan waktu terbuang percuma, tanpa
ada kegiatan yang terarah dan terencana.” (wawancara, IF.
22/09/2015).
NR berpendapat, kurangnya efesiensi perencanaan
pembelajaran mengakibatkan waktu yang terbuang percuma
saat mengaji, sehingga ustad/ustdzah kurang begitu maksimal
dalam mengajarkan pembelajaran baik dalam baca tulis al
qur‟an.” (wawancara, NR. 22/09/2015).
MY berpendapat “Masalah pengadaan buku pegangan
buat ustadz/ustadzahnya, serta media pembelajaran yang kurang
memadai.” (wawancara, MY. 22/09/2015).
4) Upaya Mengatasi Hambatan
IF berpendapat, upaya untuk mengatasi SDM yang kurang
berkwalitas dengan memberikan kegiatan tentang pentingnya
tolabul ilmi,mengikutkan dibeberapa seminar dan diklat yang
diadakan BPKR MI atau organisasi yang lain. Memberi bisyaroh
yang layak, sehingga ustadzah bisa bertanggung jawab terhadap
amanah yang diberikan. (wawancara, IF. 22/09/2015).
NR berpendapat, “harus lebih banyak lagi mengikuti
pelatihan-pelatihan khususnya pelatihan dalam pembelajaran al-
qur‟an, serta lebih banyak lagi memaksimalkan diri kita agar bisa
menularkan ilmu yang lebih opimal.” (wawancara, NR.
22/09/2015).
MY berpendapat “Dengan memberikan pengertian kepada
peserta didik tentang pentingnya belajar al-Qur‟an.” (wawancara,
MY. 22/09/2015).
93
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Metode Pembelajaran di TPQ Al Ghozali
TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga menggunakan lima metode yang
saling berkaitan satu dengan yang lain. Metode yang digunakan yaitu metode Al
Baghdadi, Iqro‟, Qiroati, at-Tartil, dan Tilawati. Kelima metode tersebut dapat
dideskripsikan sebagaimana dibawah ini:
1. Metode Al Baghdadi
Zainul berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori metode Al
Baghdadi merupakan metode pembelajaran al-Qur‟an dengan cara mengeja
huruf demi huruf. Kaedah ini juga dikenal dengan kaedah sebutan “eja” atau
latih tubi. Ustadz/ustadzah TPQ Al Ghozali mengajarkannya membaca al-
Qur‟an dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf hijaiyah kemudian tanda-
tanda bacanya dengan dieja/diurai secara pelan. Selanjutnya Hafalan, jadi para
santri diharuskan untuk menghafal terhadap materi yang sudah dipelajari pada
setiap kali pertemuan. setelah pertemuan berikutnya para siswa untuk
menyetorkan hafalannya di depan kelas dan disimak oleh seorang
ustadz/ustadzah. Dengan mengeja, Jadi setiap kali pertemuan seorang
ustadz/ustadzah menulis dipapan tulis terhadap materi, lalu membacakannya
dengan mengeja, santri menirukan sehingga terjalin komunikasi antara guru
dan murid.
94
Media yang digunakan dalam pembelajaran Al Baghdadi ini buku tulis
untuk para santri dan papan tulis untuk ustadz/ustdzah yang mengajar. Metode
Al Baghdadi ini dapat membuat santri membaca al-Qur‟an dengan fasih.
Ustadz/ustadzah menggunakan buku pedoman turutan untuk mengajarkan
materi al-Qur‟an kepada santri.. Santri yang sudah biasa membaca al-Qur‟an
kemudian diberi materi membaca al-Qur‟an surat-surat pendek seperti Al-
Fatihah, An-nas, Al-Falaq dan materi surat-surat pendek lainnya.
Metode Al Baghdadi bisa dipadukan dengan metode iqro‟ untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembelajaran al-Qur‟an, perpaduan
yang dilakukan dengan cara ustadz dan ustadzah mengenalkan tanda baca
dengan metode eja pada iqro‟, setelah anak naik pada tingkatan iqro‟ yang
berikutnya metode al Baghdadi di gunakan untuk mengawali mengajari santri.
2. Metode Iqro‟
Abdullah berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori metode
metode iqro‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang menekankan
langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid
di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan
yang sempurna.
TPQ Al Ghozali menggunakan metode iqro‟ ini yang dalam prakteknya
tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada
bacaannya (membaca huruf al-Qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa
95
dieja artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar
siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual. Metode ini dapat diajarkan
dengan iqro‟ masing-masing santri yang sudah mempunyai iqro‟ karena
metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia.
Ustadz/ustadzah yang mengajarkan hanya mengikuti santri yang membaca
huruf per huruf.
Metode ini digunakan diberbagai TPA/TPQ termasuk di TPQ Al
Ghozali karena metode ini memberikan suatu kemudahan tersendiri bagi para
ustadz/ustadzahnya untuk mengajarkan ilmu tajwid dan mengenalkan huruf-
huruf al-Qur‟an serta santri dapat membaca al-Qur‟an dengan fasih dan lancar.
Metode tersebut sangat cocok untuk penguasaan dasar-dasar dalam
mempelajari al-Qur‟an.
3. Metode Qiro‟ati
Faizah berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori metode
belajar qiroa‟ati adalah metode membaca al-Qur‟an dengan menyebutkan
huruf maupun mengucapkan bentuk bacaannya yang berbeda-beda menurut
para ahli qiraat dan masing-masing mengakui keabsahan bacaan itu. Materi
yang diajarka di TPQ Al Ghozali adalah ayat-ayat al-Qur‟an yang dilakukan
dengan santai dan tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan pada bagian lain.
Pebelajaran dapat diperkenankan untuk menambah materi pada pembelajaran
berikutnya bila sudah bisa membaca dengan lancar dan bertajwid. Demikian
96
pula halnya dengan mengajarkan materi utama maupun materi tambahan
seperti mengajarkan materi menghafal surat Al Fatihah, dilakukan dengan
sedikit demi sedikit, dan tidak mengajarkannya secara utuh. Tambahan materi
diberikan jika telah manghafal dengan secara baik materi yang diberikan.
Demikian seterusnya, sehingga surat-surat pendek dihafal dan anak mampu
membaca Al Qur‟an dengan bertajwid.
4. Metode At Tartil
Zainul berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori, metode
At Tartil adalah cara membaca al-Qur‟an dan disertai dengan lagu-lagu tartil
yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Ustadz/ustadzah di TPQ Al
Ghozali mengajarkannya metode At Tartil dengan memandu santri mengenal
huruf al-Qur‟an terlebih dahulu kemudian mempelajari bacaan tajwid.
Awalnya ustadz/ustadzah membaca ayat al-Qur‟an dengan dilagukan
kemudian santri mengikuti. Metode ini tidak menggunakan banyak alat hanya
menggunakan al-Qur‟an mendengarkan dan menirukan setiap lagu yang
dicontohkan ustadz/ustadzah. Metode ini menekankan pada kemampuan
peserta didik untuk dapat membaca al-Qur‟an secara tartil dan menggunakan
variasi lagu-lagu tilawah dalam membaca al-Qur‟an sehingga tidak
membosankan.
5. Metode Tilawati
97
Menurut Abdullah yang sudah dikutip pada landasan teori Metode
pembelajaran tilawati merupakan salah satu di antara metode pengajaran al-
Qur'an. Tilawati menawarkan suatu sistem pembelajaran al-Qur'an yang yang
mudah, efektif dan efesien demi mencapai kualitas bacaan, pemahaman dan
implementasi al-Qur'an. TPQ Al Ghozali menggabungkan metode pengajaran
secara klasikal dan privat secara seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih
efektif. Cara yang dilakukan ustadz/ustadzah adalah dengan mengenalkan
huruf-huruf al-Qur‟an kepada santri dengan ditulis dipapan tulis kemudian
ustadz/ustadzah mengenalkan tanda baca dan menyambungkan huruf al-
Qur‟an. Ustadz/ustadzah juga meminta santri satu per satu untuk membaca
kalimat al-Qur‟an yang telah ditulis ustadz/ustadzah juga menekankan santri
untuk membaca al-Qur‟an dengan tartil. Dalam metode ini sejak tingkat dasar
(Jilid I) hingga mahir (bacaan gharib-musykilat) santri sudah dikenalkan
dengan salah satu lagu dalam membaca al-Qur‟an.
Penghambat dalam metode pembelajaran ini adalah kebanyakan santri
masih pemula dalam belajar al-Qur‟an jadi masih kurang fasih dan tepat dalam
penerapan panjang pendeknya suatau bacaan.
Pendukungnya adalah buku panduan ustadz yang telah mengikuti
pelatihan membaca al-Qur‟an dengan tilawah dan ustadz yang sudah mahir
dalam membaca al-Qur‟an dengan tilawah.
B. Faktor Pendukung
98
Faktor pendukung pembelajaran antara lain adalah sarana/fasilitas, anak
didik, guru dan keluarga.
1. Sarana dan Fasilitas
Syaiful berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori sarana
mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai
tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang
harus dimiliki sekolah.
TPQ Al Ghozali sudah memiliki gedung yang cukup untuk melakukan
pembelajaran dengan baik, tetapi pada faktanya sarana dan fasilitas yang ada
belum begitu memadai untuk melaksanakan pembelajaran al-Qur‟an
menggunakan metode-metode yang telah disebutkan nara sumber.
2. Guru
Rusyan berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori Guru
adalah seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya tanpa campur tangan
orang lain. Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar
pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan
pekerjaan sehari-hari di kelas dan di masyarakat. Guru yang memahami
kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik profesional, selalu terdorong
untuk tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak
puas terhadap pendidikan. Program di TPQ Al ghozali tidak akan berarti
99
bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan
ustadz/ustadzah sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin
pendidikan diantara santri-santri dalam suatu kelas.
3. Anak Didik
Syaiful berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori anak didik
merupakan subjek utama dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang
efektif. Anak didik adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang,
dan secara psikologis dalam rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui
lembaga pendidikan formal, khususnya berupa sekolah. Santri di TPQ Al
Ghozali sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat
penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap Santri
memiliki perasaan diterima terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam
kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung
jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangannya masing-masing.
4. Keluarga
Mulyono berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori peran
orang tua terhadap prestasi anak pendidikan mempunyai tugas menyiapkan
sumber daya manusia untuk pembangunan. Peran serta adalah ikut
berupayanya orang tua terhadap kemajuan pendidikan anak-anaknya, ini
dilakukan agar prestasi dan semangat belajar anak-anaknya meningkat. Dalam
100
peningkatan prestasi belajar anak saat ini orang tua banyak melakukan
terobosan-terobosan, antara lain dengan menyekolahkan anak ke sekolah-
sekolah favorit, memasukan anak ke lembaga-lembaga kursus, serta
memberikan les tambahan kepada anak. Santri TPQ Al Ghozali yang tidak
berprestasi bukan berarti anak kelas bawah dikarenakan karena mereka bodoh,
tetapi lebih cenderung dipengaruhi oleh kurangnya dorongan orang tua
terhadap kemauan belajar santri. Bentuk peran serta orang tua terhadap
perkembangan prestasi anak antara lain memberikan semangat terhadap diri
anak akan pentingnya suatu pendidikan untuk masa depan santri, sebagai
fasilitator terhadap segala kegiatan anak didik, menjadi sumber ilmu dan
pengetahuan dalam keluarga, memberikan motivasi kepada anak untuk selalu
meningkatkan prestasi belajar mereka, sebagai tempat bertanya dan mengadu
terhadap hal-hal yang menjadi permasalahan anak, memberikan arahan yang
jelas untuk masa depan anak-anaknya. Dengan peran serta orang tua tersebut
maka kemajuan dan peningkatan prestasi belajar anak di TPQ Al Ghozali
maupun sekolah dapat terus meningkat, seiring dengan bertambahnya usia dan
daya nalar anak.
C. Faktor Penghambat
Nawawi berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori faktor
penghambat itu bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik, lingkungan
keluarga ataupun karena faktor fasilitas.
101
Faktor penghambat tersebut adalah guru, peserta didik, dan keluarga. Guru
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe kepemimpinan guru, gaya guru
yang monoton, kepribadian guru, pengetahuan guru dan terbatasnya waktu
mengajar.
1. Guru
Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak
kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab
terhambatnya kreatifitas pada diri guru tersebut. Diantaranya ialah:
a. Tipe Kepemimpinan Guru
Ahmadi berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori tipe
kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar yang otoriter dan
kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif peserta didik. Sikap
peserta didik ini merupakan sumber masalah pengelolaan kelas.
Siswa hanya duduk rapi mendengarkan dan berusaha memahami
kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa diberikan kesempatan
untuk berinisiatif dan mengembangkan kreativitas dan daya nalarnya.
Ustadz/ustadzah harus memiliki cara untuk menghidupkan suasana
pembelajaran yang baik dan menyenangkan agar santri tidak merasa
bosan. Ustadz/ustadzah di TPQ Al Ghozali ada yang bersikap monoton
ada juga yang menyenangkan, santri lebih senang dan bisa menerima
pembelajaran ustadz/ustdzahnya bisa bercengkrama dan mengajak ngobrol
102
santri dari pada dengan ustadz/ustadzah yang tidak mau mnegjak mereka
berinteraksi. Santri TPQ Al Ghozali tidak berangkat TPQ karena mereka
mengetahhui ustadz/ustadzah yang berangkat adalah yang galak/otoriter.
b. Gaya guru yang monoton
Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi
peserta didik, baik berupa ucapan ketika menerangkan pelajaran ataupun
tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi siswa.
c. Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat, adil,
obyektif dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang
menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru menciptakan
suasana akrab dengan anak didik dengan selalu menunjukan antusias pada
tugas serta pada kreativitas semua anak didik tanpa pandang bulu.
d. Pengetahuan guru
Wijaya berpendapat pada landasan teori bahwa terbatasnya
pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan dan pendekatan
pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis,
sudah barang tentu akan menghambat perwujudan pengelolaan kelas
103
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pengetahuan ustadz/usyadzah
TPQ Al Ghozali tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan.
e. Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik
dan latar belakangnya
Wijaya berdapat seperti yang telah di jelaskan pada landasan teori
bahwa terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku
peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya
usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar
belakangnya.
Terbatasnya waktu mengajar di TPQ Al Ghozali yang
menyebabkan ustadz/ustadzah tidak bisa memahami perbedaan santri satu
denga yang lainnya. Pengelolaan TPQ Al Ghozali harus disesuaikan
dengan minat, perhatian dan bakat para santri, maka santri yang
memahami pelajaran secara cepat, rata-rata dan lamban memerlukan
pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya.
2. Peserta didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu
dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Peserta didik harus tahu
hak-haknya sebagai peserta didik harus punya kesadaran yang tinggi dari akan
hak serta kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Banyak
peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran sebagaimana mestinya.
104
Peserta didik juga banyak yang sering membolos dan memengtingkan
bermain daripada harus pergi ke majid untuk mengaji dan mengikuti
pembelajaran, perilaku tersebut dapat mengehambat kegiatan belajar mengajar
yang telah direncanakan oleh ustadz/ustadzah di TPQ Al Ghozali.
3. Keluarga
Abdullah berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori tingkah
laku peserta didik didalam kelas merupakan pencerminan keadaan
keluarganya. Sikap otoriter dari orang tua akan tercermin dari tingkah laku
peserta didik yang agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru
memang banyak yang berasal dari lingkungan keluarga. TPQ Al Ghozali
memiliki banyak santri yang memiliki kebiasaan yang kurang baik dari
lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan
yang berlebihan atau terlampau terkekang itu merupakan latar belakang yang
menyebabkan peserta didik melanggar di kelas. Kurangnya perhatian orang
tua dapat menjadikan anak sebagai jiwa atau pribadi yang merasa tidak
diabaikan, merasa tidak berguna dan bahkan cenderung untuk menyalahkan
orang lain dalam tindakannya di masyarakat. Mereka yang kurang mendapat
dukungan dari orang tua menganggap bahwa orang tua mereka tidak peduli
terhadap mereka dan cenderungmemberi jarak antara mereka dengna orang
tua mereka. Perilaku orang tua yang cuek terhadap anaknya dapat menjadi
penghambat pembelajaran di TPQ Al Ghozali.
105
4. Fasilitas
Rohani dan Ahmadi berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan
teori fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya guru memaksimalkan
programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan menjadi kendala yang berarti
bagi seorang guru dalam beraktifitas. Kendala di TPQ Al Ghozali tersebut
ialah jumlah peserta didik didalam kelas yang sangat banyak, besar atau
kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding dengan jumlah siwa,
keterbatasan alat penunjang mata pelajaran seperti al-Qur‟an yang terbatas.
Terbatasnya fasilitas yang ada ini dapat menghambat pembelajaran di TPQ Al
Ghozali.
D. Upaya Mengatasi Hambatan
Hambatan yang mengganggu antara lain guru, peserta didik, keluarga dan fasiltas.
Untuk mengatasi hamabatan antara lain:
1. Ustadz/ustadzah hendaknya juga turut memperhatikan kurikulum TPQ yang
sudah dibuat dan memberikan yang terbaik untuk para santri dan TPQ Al
Ghozali;
2. Membantu pengembangan sifat-sifat positif pada diri santri seperti rasa
percaya diri, saling menghormati dan rasa butuh akan pembelajaran al-
Qur‟an;
3. Orang tua hendaknya ikut serta mendukung dan member pengarahan kepada
anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di TPQ;
106
4. Lembaga Al Ghozali hendaknya memperbaiki kondisi sarana prasarana dan
terus menerus memberikan motivasi pada santri.
Ustadz/ustadzah TPQ Al Ghozali hendaknya dapat memilih dan
menerapkan saran dan solusi sesuai dengan kebutuhan dan keperluan. Solusi yang
dipilih hendaknya mampu secara efektif mengatasi hambatan kemampuan siswa
sehingga tidak menjadi sebuah masalah yang dialami santri dalam belajar
membaca al-Qur‟an atau menulis huruf al-Qur‟an. Cara yang dipilih sebagai
solusi mengatasi kemampuan membaca dan menulis santri dalam belajar harus
mampu meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an santri dalam belajar
mengaji sehingga santri TPQ Al Ghozali dapat membaca dengan cepat. Akan
lebih baik lagi jika dapat meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an santri
secara keseluruhan sehingga tidak ada santri yang tertinggal dari santri lainnya
dalam hal memahami materi pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode yang diterapkan di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga, menggunakan
5 metode yang saling berpadu antara satu metode dengan metode yang lain.
Metode-metode tersebut yaitu metode Al Baghdadi, iqro‟, qiroati, at tartil, dan
tilawati. Kelima metode tersebut digunakan secara bervariasi dalam
107
pembelajaran al-Qur‟an untuk mempermudah santri dalam mepelajari cara
membaca al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali.
2. Faktor yang mendukung pebelajaran di TPQ Al Ghozali antara lain kuikulum,
ustadz/ustadzah, orangtua dan sarana dan prasarana. Pertama, kurikulum TPQ
yang sudah dirancangkan sebagai pengalaman edukatif yang menjadi
tanggung jawab TPQ AL Ghozali dalam membantu anak-anak mencapai
tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana, sistematik, dan
terarah serta terorganisir. Kedua, ustadz/ustadzah harus senantiasa terus
belajar dan mengikuti pelatihan-pelatihan dengan baik agar tidak menjadi
pendidik yang tidak tahu akan perkembangan dunia pendidikan. Ketiga,
orang tua harus memberikan dorongan keada anaknya agar anakanya mau
belajar di TPQ Al Ghozali. Keempat, waktu sarana pra sarana yang ada belum
maksimal, sehingga ustadz/ustadzah harus memaksimalkan waktu dan sarana
prasarana yang ada di TPQ.
3. Faktor penghambat pembelajaran di TPQ Al Ghozali antara lain santri,
ustadz/ustadzah, orang tua, sarana dan prasara. Pertama, santri tidak disiplin
terhadap waktu. Santri tidak datang tepat waktu dan tidak rutin berangkat ke
TPQ al-Ghozali. Hal ini menyebabkan itu dapat mengganggu rencana
pembelajaran yang telah dibuat ustadz/ustadzah. Kedua, Ustadz/ustadzah
terbatasnya waktu mengajar di TPQ Al Ghozali. Halini dapat menyebabkan
ustadz/ustadzah tidak bisa memahami perbedaan antara santri yang satu
108
dengan santri yang lainnya. Ketiga, orang tua kurang memiliki kesadaran
akan pentingnya pendidikan agama dalam belajar al-Quran. Orang tua tidak
mempedulikan berangkat dan tidaknya anak untuk ke TPQ Al-Ghozali.
Keempat, sarana dan prasarana kurang memadai kebutuhan proses
pembelajaran di TPQ Al Ghozali. Keterbatasan sarana dan prasarana ini dapat
mengurangi kualitas proses pembelajaran.
4. Solusi yang dilakukan pengelola lembaga Al Ghozali pada keempat hambatan
itu pada unsur santri, ustadz/ustadzah, orang tua, sarana dan prasarana.
Pertama, siswa tidak disiplin terhadap waktu membuat tata tertib tentang
disiplin belajar di TPQ Al Ghozali bagi dan sosialisasi tata tertib kepada orang
tua santri serta himbauan untuk memantau kedisiplinan putra-putrinya. Kedua,
Ustadz/ustadzah terbatasnya waktu mengajar di TPQ Al Ghozali disarankan
untuk menyusun jadwal ulang kesanggupan mengajar di TPQ Al Ghozali dan
atau mengganti ustadz/ustadzah yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk
TPQ Al Ghozali. Ketiga, orang tua kurang memiliki kesadaran akan
pentingnya pendidikan agama dalam belajar al-Qur‟an dengan cara
memberikan pembelajaran tentang parenting kepada semua orang tua santri.
Keempat, sarana dan prasarana kurang memadai kebutuhan proses
pembelajaran di TPQ Al Ghozali dengan cara pengadaan barang-barang yang
dibutuhkan pada proses pembelajaran di TPQ Al Ghozali dengan melalui
infaq dan shodaqoh.
109
B. SARAN
1. Bagi Pengelola lembaga TPQ Al Ghozali
Pengelola Lembaga TPQ Al Ghozali diharapkan dapat memfasilitasi
kebutuhan lembaga dalam rangka mengembangkan proses pembelajaran al-
Qur‟an.
2. Bagi Ustadz Ustadzah
Ustadz ustadzah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
diharapkan dapat meningkatkan fungsi perencanaan, pelaksanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan dalam manajemen pembelajaran al-Qur‟an
melalui metode yang ada. Ustadz/ustadzah juga harus mempelajari kurikulum
TPQ yang ada dan harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan proses belajar mengajar. Ustadz/ustadzah diharapkan lebih kreatif,
inovatif dalam menerapkan metode pembelajaran al-Qur‟an pada pemanfaatan
media, sumber dan alat pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
melalui merode-metode yang digunakan.
3. Bagi Orang Tua
Orang tua diharapkan memberi motivasi kepada anaknya agar secara
serius dan bertanggung jawab dalam mengikuti pembelajaran di TPQ Al
Ghozali. Orang tua secara ikhlas memberikan infaq dan shodaqoh untuk
pengembangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh TPQ Al Ghozali.
110
4. Bagi Santri
Santri diharapkan dapat menghargai ustadz/uztadzah dan menaati
peraturan yang ada di TPQ Al Ghozali. Santri juga harus berangkat tepat waktu
untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran al-Quran di TPQ Al
Ghozali.
111
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Dwi. 2005. Pendidikan Agama Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Cet. Ke- 12.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arya. Wisnu. 2004. Al Qur‟an dan Energi Nuklir. Cet ke- 1. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar
Ash shabuni, Muhammad ali.1999. Studi ilmu al-Qur‟an. Bandung: CV Pustaka setia
Basyiruddin, Usman. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
pers
Chumaii dkk. 2011. Pedoman Pendirian dan Penyelenggaraan Taman Pendidikan
Al-Qur‟an. Semarang: Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur‟an
Provinsi Jawa Tengah
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Ed, rev., Cet. Ke-3. Jakarta: Rineka
Cipta
Kencana Syafiie, Inu. 1996. Al Qur‟an dan Ilmu Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Cet. Ke- 3. Bandung: PT. Rosdakarya.
Marzuki, Muharam. 2008. Pedoman Penyelenggaraan TKQ/TPQ. Jakarta:
Departemen Agama
Muhammad. 1983. Ilmu Ilmu Al Qur‟an. Jakarta: CV Pustaka Setia
Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mustamir. 2007. Sembuh dan Sehat dengan Mukjizat Al-Qur‟an. Yogyakarta: Penerbit
Lingkaran
Nata, Abuddin. 2010. Metodologi Studi Islam. Cet. Ke-6. Jakarta: PT RajaGrafindo.
112
Noer Ali, Herry. 1988. Azas-azas Pendidikan Islam. Bandung: CV Diponegoro
Rosihon. 1999. Mutiara ilmu-ilmu al-Qur‟an. Bandung : Pustaka Setia
Supriyono. Erwan. 2007. Sembuh dan Sehat dengan Mukjizat al-Qur‟an. Yogyakarta:
Lingkaran
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rinek Cipta.
Syafiie, Inu kencana.1996. Al-Qur‟an dan ilmu Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Syah. Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Syaifudin Ahmad. 2004. Mendidik anak membaca, menulis, dan mencintai al-
Qur‟an. Jakarta: Gema Insan
Ungguh Muliawan, Jasa. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet. 1983. Methodik Khusus Pendidikan
Agama.Surabaya: Usaha Nasional
http://priyandra.blogspot.co.id/2013/05/layanan-pendukung-pembelajaran.html: Layanan Pendukung Pembelajaran, diakses 8 Agustus 2015, pukul 18.09 WIB
http://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=854: Problematika
Pembelajaran PAI, Sebuah Tinjauan Epistemologis, diakses 8 Agustus 2015
20.00 WIB
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=5RcFVo7OBY7_ugTXrom4DA#q=upa
ya-mengatasi-hambatan-pembelajaran.html: Upaya Mengatasi Hambatan
Pembelajaran diakses 9 Agustus 2015 15.00 WIB
113
Hasil wawancara
1. Teknik pembelajaran
a. Pengenalan Huruf
Metode al Baghdadi dengan dieja sedangkan iqro‟ langsung di baca
perhuruf.
b. Tanda baca
Metode al Baghdadi pengenalan tanda baca sesuai dengan bacaan baru
diterangkan sedangkan iqro‟ dengan cara step by step bersamaan dengan
pengenalan huruf.
c. Pengenalan tajwid
Metode al Baghdadi menggunakan cara ditulis dipapan tulis kemudian
di jelaskan oleh guru tentang macam-macam bacaan sedangkan metode iqro‟
pengenalan il mu tajwid apabila santri sudah memasuki jenjang iqro‟ yang
lebih tinggi.
d. Berapa lama kelancaran membaca santri
Metode al Baghdadi santri dapat terbantu dalam membaca al-Qur‟an
dengan cepat tapi waktu yang digunakan untuk membaca dengan lanca itu
tergantung pada santri masing-masing, sedangkan metode iqro‟ santri bisa
lebih cepat bisa karena materi pada iqro‟ banyak yang diulang-ulang.
114
e. Menulis huruf hijaiyah
Metode al Baghdadi dan metode iqro‟ cara mengajarkan sama yaitu
dengan menulis huruf hijaiyah dengan benar dipapan tulis kemudian diikuti
para santri.
f. Menyambung huruf
Metode al Baghdadi dan metode iqro‟ cara mengajarkan sama yaitu
dengan menulis huruf hijaiyah dengan benar dipapan tulis kemudian diikuti
para santri.
2. Faktor penunjang
a. Sumber daya manusia
Untuk metode al Baghdadi dan metode iqro‟ sumber daya manusia
yang berbeda beda membuat santri yang penangkapan materinya bagus bisa
cepat lancar dalam membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik.
b. Teknik
Metode al Baghdadi teknik yang digunakan adalah ustadz/ustadzah
membaca dulu kemudian diikuti oleh santri, ustadz/ustadzah harus sabar
dalam menghadapi santri yang daya tangkapnya lama. Sedangkan metode
iqro‟ teknik yang digunakan adalah santri langsung membca huruf demi huruf
bila ada yang salah kemudian ustadz/ustadzah membenarkan.
115
c. Sarpras
Sarana prasarana yang digunakan pada metode al Baghdadi hanya alat
tulis dan turutan sedangkan metode iqro‟ sama hanya alat tulis dan iqro‟
masing-masing santri.
d. Waktu
Metode al Baghdadi menggunakan waktu yang cukup lama sedangkan
iqro‟ lebih cepat dari al Baghdadi.
3. Faktor penghambat
a. Sumber daya manusia
Metode al Baghdadi dan iqro‟ sama dalam hal sumber daya manusia
yang lambat membuat lama bisa membaca al-Qur‟an dengan lancar.
b. Teknik
Pada metode al Baghdadi menggunakan banyak waktu atau beberapa
kali pertemuan sedangkan untuk metode iqro‟ tidakmemerlukan banyak waktu
untuk cepat bisa membaca al-Qur‟an.
c. Sarpras
Metode al Baghdadi dan iqro‟ perlu menggunakan sarpras yang
menarik tidak hanya sarana seadanya sehingga kurang menarik minat santri
dalam belajar al-Qur‟an.
d. Waktu
116
Metode al Baghdadi dan metode iqro‟ hanya menggunakan waktu
TPQ yang hanaya 1 jam sedangkan mengajar 1 anak memerlukan waktu 5-10
menit.
4. Upaya mengatasi hambatan metode al Baghdadi dengan meningkatkan kreatifitas
guru agar saat mengajari membaca al-Qur‟an menarik minat anak dan metode
iqro‟ dengan meningkatkan sarana yang ada. Menambah jumlah ustadz dan
ustadzah.
117
Pedoman wawancara
no
Teori ruang lingkup
Metode pembelajaran al-Qur’an
Al
baghdadi
Qiro’ati Iqro’ At–
Tartil
Tilawati
1.
Teknik pembelajaran
a. Pengenalan huruf
b. Tanda baca
c. Tajwid
d. Kelancaran
e. Menulis huruf
hijaiyah
f. Menyambung
huruf
2. Faktor penunjang
a. Sumber daya
manusia
b. Teknik
c. Sarpras
d. Waktu
3. Faktor penghambat
a. Sumber daya
manusia
b. Teknik
c. Sarpras
d. waktu
4. Upaya mengatasi
hambatan
1
VERBATIM WAWANCARA
Nama TPQ : TPQ Al - Ghozali
Alamat : Noborejo, Argomulyo Kota Salatiga
Responden : M. Yunus, Indah Fitryani S.Pdi, Nurunniyah S.Pdi
Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana cara pengenalan huruf,faktor penunjang serta faktor penghambat dalam
penggunaan metode Al Baghdadi dan metode Iqro‟
NO PEDOMAN PERTANYAAN Indah Fitryani S.Pdi Nurunniyah S.Pdi
M. Yunus
1. Pengenalan
Huruf
a. Bagaimana ustadzah
memberikan teknik
pembelajaran al-
Qur‟an dengan metode
al-Baghdadi?
“metode pembelajaran al-
Qur‟an yang diajarkan dengan
cara ini yaitu dengan di eja
perhurufnya mbak, jadi anak
lebih mudah menirukannya”
“Salah satu metode
pembelajaran
alquran yang
bersifat aplikatif
agar anak bisa
paham dasar
alquran. Kalau anak
yang belum bisa
membaca alquran
maka dengan
metode ini
dimungkinkan
menjadi salah satu
metode yang umum
Dengan cara anak
dikenalkan terlebih
dahulu huruf-huruf
hijaiyah, kemudian
guru mengejakan
hurufnya dan anak
suruh menirukannya
120
dipakai untuk
memberikan ajaran
awal terhadap santri
mbak.”
b. Bagaimana ustadzah
memperkenalkan
tanda baca dengan
metode ini?
“ya cara memperkenalkannya
sesuai dengan bacaannya to
mbak..”
“ya tekniknya sesuai
dengan bacaan
santri mbak.. kalau
itu fathah ya
diperkenalkan tanda
fathah itu seperti
apa,, dan kalau
kasroh seperti apa,,
dan kalau dhammah
seperti apa,, tinggal
menyesuaikan saja
mbak,,”
Ya sesuai dengan
tahapan anak itu
sendiri, jika sudah
masuk dalam tanda
baca fatkhah maka
kita ajarkan apa itu
tanda baca fathah
bagaimana bunyinya
dan lain sebagainya,
begitupun tanda baca
yang lain.
c. Bagaimana ustadzah
memperkenalkan
tajwid kepada santri?
“Dijelaskan dahulu mbak, dan
kita tuliskan melalui papan
tulis, agar siswa faham, dan kita
jelaskan dengan cara member
contoh bacaan,, agar siswa
mampu menebak bacaan itu
tajwidnya apa seperti itu mbak.”
“Ditulis mbak,, agar
siswa dapat
membedakan
bacaan tajwid dan
cara membacanya”
Dengan dijelaskan
terlebih dahulu
apaitu bacaan idhar,
ikhfa‟, iqlab dll,
setelah itu
ustadz/ustadzah
menuliskannya
dipapan tulis agar
santri lebih
memahaminya
d. Berapa lama metode
albaghdadi bisa
“semua metode pembelajaran
itu tidak bisa menjamin cepat
“Kalau saya
kelancaran siswa itu
Kalau berapa
lamanya belum pasti,
121
membantu siswa
dalam kelancaran
membaca?
lambatnya pemahaman anak,
begitu pula metode ini, sudah
kita ketahui kalau di TPA anak
yang belum sekolah pun juga
sudah ikut,, jadi semua itu
belum bisa menjamin
kelancaran anak,, hanya saja
kelancaran anak itu bisa
dipengaruhi usia juga mbak,,
bisa juga pendidikan dasar anak
di sekolah. Namun metode ini
bisa membantu santri dalam
belajar membaca alquran,
katakanlah dasarnya dulu mbak
dengan mengeja”
belum tentu
dipengaruhi dari
metode mbak..
namun metode ini
bisa membantu
santri mbak,, saya
akui itu,, tapi tidak
semuanya mbak,,
karena tingkat
pemahaman anak itu
berbeda-beda
mbak..”
karena tidak semua
metode biasa
membuat anak
langsung bisa lancar
dalam membaca.
Karena tingkat
pemahaman anak
yang berbeda-beda.
e. Bagaimana cara
ustadzah mengajarkan
menulis huruf hijaiyah
dengan metode ini?
“ Dengan metode al Baghdadi
itu bisa memperkenalkan
kepada santri, karena metode ini
bisa dikatakan metode kuno,
namun implementasinya banyak
yang berhasil. Caranya ya
dengan dituliskan dipapan tulis
mbk,, kemudian kita menyuruh
santri untuk menyalinnya dan
kita ajarkan sekalian cara
memebacanya.
“Dengan
mengenalkan anak
tentang huruf
hijaiyah kemudian
anak disuruh untuk
menuliskan huruf
hijaiyah yang di
bacakan oleh
ustadah gitu mbk,,”
Dengan cara anak
dikenalkan terlebih
dahulu tentang
huruf-huruf hijaiyah,
kemudian guru
mengejakan huruf
tersebut dan anak
suruh
menuliskannya.
122
f. Bagaimana cara
ustadzah mengajari
membaca dan
menyambung huruf
hijaiyah?
“Tidak lepas daripertanyaan
sebelumnya mbak,,kita tuliskan
dahulu kemudian kita ajari mbk,
sebenarnya tidak dalam metode
albaghdadi saja melainkan
semua metode cara
mengajarkan menyambung
huruf sama seperti itu
tadi“Tidak lepas daripertanyaan
sebelumnya mbak,,kita tuliskan
dahulu kemudian kita ajari mbk,
sebenarnya tidak dalam metode
albaghdadi saja melainkan
semua metode cara
mengajarkan menyambung
huruf sama seperti itu tadi
“seperti yang tadi
saya bilang ya mbk,
saya
memperkenalkan
huruf hijaiyah
terlebih dahulu
kepada siswa
kemudian menyuruh
santri untuk
menuliskanhuruf
yang saya baca.”
Jawabannya seperti
yang telah saya
katakana awal tadi,
yaitu anak
dikenalkan huruf-
huruf hijaiyah
terlebih dahulu
kemudian anak
diajarkan menulus
bagaimana cara
menyambung huf
yang satu dengan
yang lain.
2. Faktor
Penunjang
a. Bagaimana keadaan
SDM anak ?
“ SDM anak itu berbeda beda
mbak, ada yang cepat
penangkapan materinya, ada
juga yang tidak. Namun metode
ini memudahkan pihak pendidik
dan santrinya mbak, karena
simple namun banyak yang
berhasil.
Dengan metode ini
anak mudah
menerima karena
dapat memahami
tulisan dan cara
membacanya
Melihat kondisi yang
ada, SDM anak
disini sangat
berbeda-beda, ada
yang cepat dalam
penangkapan
pembelajarannya ada
pula yang lemah, tapi
penggunaan metode
ini sangat membantu
sekali dalam
pembelajaran di sini,
karena anak benar-
123
benar di ajarkan
dasar.
b. Bagaimana
penggunaan teknik
pengajarannya?
“ Teknik yang digunakan itu
tidak berat namun semua
pendidik rata-rata menggunakan
itu.dan tekniknya mudah, jika
gurunya sabar dalam mengajar
banyak yang berhasil.
dengan menuliskan
dipapan tulis atau
ditulis menyalin dari
buku
Dengan menggunaka
teknik di eja
kemudian dituliskan
dipapan tulis dan
anak suruh
menulisnya.
c. Bagaimana sarana
dan prasarana yang
ada?
sarprasnya ya buku turutan itu
mbak
sarprasnya itu buku
tulis dan alat tulis
yang dibawa santri
mbak, sama buku
pegangan yang kita
bawa yaitu buku
turutan.
Sarprasnya ya Cuma
papan tulis, turutan,
meja ( dampar) dan
tempat yaitu masjid
d. Cukupkah waktu
yang digunakan
dalam pembelajaran?
waktunya cukup lama mbak
namun rata-rata metode ini
banyak yang berhasil.
waktu yang sedikit
lebih lama
disbanding metode-
metode yang lain.
Cukup, dan metode
ini dibilang sangat
simple dan sangat
membantu dalam
pemahaman anak.
3. Faktor
Penghambat
a. Apa faktor
penghambat dalam
sumber daya
manusianya?
rata-rata murid kalau dengan
metode ini lama bisa
membacanya, kalau dengan
iqro‟ itu biasanya lebih cepat.
kalau dengan
penggunaan metode
ini anak memang
dituntun secara
pelan-pelan dan
memang pengajaran
dari awal sekali dari
pengenalan huruf-
Faktor penghambat
dalam SDM nya
yaitu karena
perbedaan antara
anak yang satu
dengan yang
lainnya,jadi
penangkapan anak
124
huruf hijaiyah
berbeda-beda,
sehingga
pembelajaran belum
begitu maksimal
b. Apa faktor
penghambat dalam
teknik pengajarannya?
tekniknya itu harus sabar
mbak,itu kuncinya, namun
metode ini memang bisa
dikatakan mudah-mudah
gampang,soalnya banyak juga
yang pencapaian membaca
dengan teknik ini itu lambat
mbak
teknik yang
diajarkan yaitu
dengan cara di eja,
jadi guru dituntut
untut lebih exstra
dalam mengajarkan
pembelajaran al-
qur‟an
menggunakan
metode tersebut,
serta guru harus bisa
lebih sabar,
kususnya dikelas
awal, guru memang
dituntut agar lebih
bisa bersabar dan
memahami anak
serta bisa menjadi
sahabat bagi anak it
sendiri.
Kurangnya
pengawasan anak
ketika mengaji dan
pembelajaran,
sehingga anak sering
bermain sendiri,
sedangkan teknik
yang diajarkan anak
harus mendengar
dengan baik, karena
metode ini
memperkenalkan
huruf hijaiyah dari
dasar sekali, dan
guru memang harus
exstra dalam
mengajarkan metode
tersebut.
c. Apa faktor
penghambat dalam
bidang sarpras?
karena sarprasnya tidak
menunjang maka metode ini
kurang menarik mbak,dan
kurangnya memadai
sarana dan prasarana
yang ada di TPQ,
Ya terkendala dalam
kitab / iqra‟ / turutan
serta meja dalam
125
membosankan seperti buku (kitab
turutan/iqro‟) serta
meja buat mengaji.
mengaji, kerena meja
yang ada belum bisa
memenuhi santri
yang ada.
d. Apa faktor dalam
bidang menejemen
waktu?
waktu yang dpakai metode ini
cukup lama, karena santrinya
banyak, kalau harus mengajari
santri dengan mengeja satu
persatu terlalu lama,padahal
TPA Cuma 1 jam mbak, dari
jam 4-5 sore.
kurangnya waktu
pembelajaran yang
ada mengakibatkan
pengajaran metode
ini kurang begitu
maksimal, soalnya
pengajaran dimulai
dari jam 4 – 5 sore.
Dengan waktu yang
ada, yaitu I jam dari
jam 4 sampai jam 5
metode ini masih
belum bisa
dijalankan begitu
maksimal.
e. Bagaimana upaya
mengatasi hambatan
yang ada?
dengan kreatifitas saya mbak
agar santri tidak jenuh, itu saja
mbak.
memberikan tugas
kepada anak-anak
supaya tidak
bermain sendiri dan
mau memperhatikan
guru ketika
dijelaskan. Ketika
anak sibuk bermain
diberi sanksi dengan
cara disuruh
membacakan apa
yang ditulis didepan
yaitu
ustadz/ustadzahnya
harus lebih bisa
menghendel dan
mengondisikan anak,
serta harus bisa lebih
kreatif lagi dalam
mengajar, sehingga
anak tidak bosan dan
jenuh.
126
NO PEDOMAN PERTANYAAN Indah Fitryani S.Pdi Nurunniyah S.Pdi
M. Yunus
1. Pengenalan
Huruf
a. Bagaimana ustadzah
memperkenalkan
huruf dengan
memberikan teknik
pembelajaran al-
Qur‟an dengan metode
Iqro‟?
Pengenalan huruf dikenalkan
dengan cara step
by step bersamaan dengan tanda
baca.
dengan
memperhatikan
bacaan panjang dan
pendek.
Pengenalan huruf
dengan metode ini,
anak dikenalkan
langsung melalu
proses pembelajaran,
yaitu guru
menuliskan huruf
tersebut dipapan tulis
dan guru menunjuk
satu persatu huruf
tersebut dan anak
disuruh untuk
membunyikannya.
b. Bagaimana cara
pengenalan tanda
baca dalam
pembelajaran
menggunakan metode
iqro‟?
Pengenalan tanda baca
dikenalkan dengan cara step by
step bersamaan dengan
pengenalan huruf.
pengenalan tanda
baca dalam metode
ini dilakukan secara
bertahap, dengan
pengenalan secara
langsung dan
persangkutan saat
membaca iqro‟ /
turutan.
Pengenlan tanda
baca dilkukan secara
bertahap sesuai
dengan kemampuan
anak.
127
c. Bagaimana
pengenalan tajwid
dalam pembelajaran
metode iqro‟?
pembeljaran tajwid dengan cara
membaca iqro‟ dmulai dengan
mad (panjang-pendek), untuk
mmateri qolqolah dan (nun
mati) lebih mudah dengan
permainan ,karena materi
sangat kompleks untuk
menghindari santri terbebani
materi untuk follow up dari
pembelajaran dari bermain
santri tetap membca iqro‟ sesuai
dengan kemampuan masing-
masing.
,menjelaskan
tentang bacaan
panjang dan pendek
sesuai dengan
ketentuan
bacaannya.
Yaitu sesuai dengan
tahapan anak,
apabila anak sudah
masuk iqra‟ 5-6
maka pengenalan
tajwid
sudah kita berikan.
d. Bagaimana cara
melancarkan bacaan
anak?
kelancaran membca
berdasarkan ketukan 1harokat
1ketukan,jika 2 harokat 2
ketukan begitu seterusnya.jika
santri keliru membaca misal
panjang dibaca pendek cuup
ditegor “mengapa dibaca
pendek?” tidak langsung
disalahkan.
membaca dengan
cara diulang-ulang
dapat menjadikan
anak lancar dalam
mebacanya.
Dengan membaca
bacaan tersebut
secara berulang-
ulang kemudian anak
disuruh
menyalin/menuliskan
bacaan yang dibaca
tadi dibuku tulisnya.
e. Bagaimana teknik
pengajaran penulisan
huruf hijaiyah yang
diberikan kepada
Untuk menulis huruf hjaiyah
menggunakan buku untuk
menulis halus,tujuanya adalah
untuk membedakan huruf-huruf
hampir sama dengan
metode Al baghdadi
Dengan menuliskan
huruf kembali
dipapan tulis
kemudian guru
128
anak? yang harus ditulis diatas
garis,memotong garis,menulis
huruf diawali dengan menulis
huruf yang diatas garis.
membacakannya
yang kemudian anak
suruh menirukan.
f. Bagaimana cara
pengajaran teknik
penyambungan
huruf terhadap
anak ?
Untuk menyambung huruf
diawali dengan memilih-milih
huruf-huruf yang disambung
didepan, ditengah dan
dibelakang kemudian
dilanjutkan dengan huruf yang
tidak bisa disambung didepan,
ditengah dan dibelakang.
meminta santri untu
menuliskan surat-
surat pendek.
Anak diajarkan
terlebih dahulu
mengenai huruf-
huruf yang bisa
menyambung dan
tidak bisa
menyambung,
kemudian
ustadz/ustadzah
mengajarkan
bagaimana cara
menyambung huruf
dengan baik dan
benar.
2. Faktor
Penunjang
a. Bagaimana keadaan
SDM nya?
dalam pelaksanaan KBM
ustadadzah harus bersyahadah
sehingga pembelajaran
tujuannya jelas ,sesuai sasaran,
dan tepat.
santri akan mudah
menerima karena
dibaca bersama-
sama antara
pengajar dan
santrinya.
Dalam pelaksanaan
KBM, SDM sangat
mendukung sekali
karena metode ini
mengajak anak untuk
belajar bersama-
sama. Sehingga anak
mampu mengikuti
dengan baik.
129
b. Bagaimana
penggunaan teknik
pembelajarannya?
Teknik sesuai item A diatas 1-6
dengan
memperhatikan
bacaan tajwid
Sesuai dengan iqra‟
santri, kalau santri
sampai iqro‟ 1 dan 2
maka kita ajarkan
dan kenalkan apa itu
huruf hijaiyah,
apabila sudah sampai
iqro‟ 5 dan 6 kita
kenalkan tajwidnya.
c. Bagaimana sarana
dan prasarananya?
sarpras yang digunakan iQro‟
jilit 1-6 untuk pembelajaran
indifidu, untuk klasikal meggun
akan iqro‟ klasikal.
sarana dan prasarana
sudah memadai dan
sudah baik.
Sudah cukup baik
dan medukung
pembelajaran santri.
d. Bagaimana efektifitas
waktu
pembelajarannya?
efektifitas iqro‟ secara indifidu
persantri 20-30 menit untuk
membaca dan menulis.
waktu lebih efektif
dan efisien karena
dibaca bersama-
sama antara
pengajar dan santri.
Lebih bisa digunakan
sebaik-baiknya,
karena waktu sangat
efektif dalam
pembelajaran,
3. Faktor
Penghambat
a. Apa faktor
penghambat dalam
sumber daya
manusianya?
Sumber Daya Manusia yang
tidak bersyahadah menjadi
kendala dalam pembelajaran
karena kurang faham dengan
metode iqro‟.
sebagian santri
banyak yang tidak
meperhatikan.
Kurangnya
pengondisionalan
santri, sehingga
santri ada yang tidak
memperhatikan saat
pembelajaran.
b. Apa faktor penghambat
dalam teknik
Tidak semua ustadzah
mengajarkan cara menulis huruf
teknik pengenalan
huruf hijaiyah,
Ustadz/ustadzah
kebanyakan tidak
130
pengajarannya ? hijaiyah dengan baik dan
benar,yang sering terjadi
ustadzah langsung memberi
tugas menulis arab tanpa
mengindahkan kaidah
menulisnya,jika ada yang salah
menulis tidak dibenarkan dulu
tetapi langsung dicorek.
mengunakan cara
pengenalan secara
bertahap, dengan
dituliskan langsung
dipapan tulis,
sehingga anak lebih
mengetahui dari
bentuk hingga cara
penulisannya, serta
anak juga dapat
pmengetahui
perbedaan huruf
antara satu dan yang
lainnya. Sedangkan
teknik yang
harusnya diajarkan
diseperti apa yang
diajarkan.
mengajarkan anak
sesuai dengan
tahapan yang sesui
dengan iqro‟nya, jadi
teknik
pengenalannya
belum begitu
maksimal, tapi sudah
disuruh untuk lanjut
ketahap berikutnya.
c. Apa faktor
penghambat dalam
bidang sarpras?
sarpras yang digunakan hanya
iqro‟ yang dipakai untuk
indifidu santri yang diajak
menulis.
penunjang
pembelajaran dalam
lingkup sarpas ini
menggunakan
berbagai lingkup
sarana dan prasana
yang ada contohnya
penggunaan buku
iqro‟, penggunaan
media, penggunaan
Masalah pengadaan
buku pegangan buat
ustadz/ustadzahnya,
serta media
pembelajaran yang
kurang memadai.
131
papan tulis dll.
Sehingga anak bisa
lebih mudah dalam
memahami
pembelajaran yang
di ajarkan para
ustadzahnya.
d. Apa faktor dalam
bidang menejemen
waktu?
waktu yang digunakan baca
tulis kurang makssimal, santri
hanya membaca kurang lebih
hanya 5menit saja selebihnya
kadan waktu terbuang percuma,
tanpa ada kegiatan yang terarah
dan terencana.
kurangnya efesiensi
perencanaan
pembelajaran
mengakibatkan
waktuyang terbuang
percuma saat
mengaji, sehingga
ustad/ustdzah
kurang begitu
maksimal dalam
mengajarkan
pembelajaran baik
dalam baca tulis al
qur‟an.
Kurangnya
perencanaan dalam
pengajaran serta
sulitnya dalam
pengondisian siswa,
sehingga saat
mengaji dan menulis
ada beberapa santri
yang belum selesai
mengaji dan menulis.
4.
Bagaimana
upaya
mengatasi
hambatan
yang ada?
upaya untuk mengatasi SDM
yang kurang berkwalitas dengan
memberikan kegiatan tentang
pentingnya tolabul ilmi,
menejemen waktu dengan baik.
harus lebih banyak
lagi mengikuti
pelatihan-pelatihan
khususnya pelatihan
dalam pembelajaran
al-qur‟an, serta lebih
Dengan
meningkatkan
sarpras yang ada
agar lebih mnarik
dan efisien.
133
Nama : Mufarohan
Program Studi : PAI (Pendidikan Agama Islam)
Nim : 11111008
Dosen PA : Farid Abdullah,S.Pdi., M.Hum.
Jurusan : Tarbiyah
NO KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
POIN
T KETERANGAN
1 OPAK STAIN
SALATIGA 2010
20-22
AGUSTUS
2011
3 PESERTA
2
ACHIEVMENT
MOTIVATION
TRAINING
23
AGUSTUS
2011
2 PESERTA
3 ODK (ORIENTASI
DASAR KEISLAMAN)
24
AGUSTUS
2011
2 PESERTA
4
SEMINAR
ENTREPRENEURSHIP
DAN KOPRASI
25
AGUSTUS
2011
2 PESERTA
5
USER EDUCATION
OLEH PERPUS STAI
SALATIGA
19
SEPTEMBE
R 2011
2 PESERTA
6
SEMINAR “
MENINGKATKAN
NASIONALISME
DITENGAH
GONCANGAN
DISINTREGASI DAN
PENGIKISAN
IDIOLOGI NASIONAL
26
OKTOBER
2011
2 PESERTA
134
7
PAB JQH “
MEMBANGUN
PRIBADI ISLAM
DENGAN NILAI
QUR‟ANI”
3-4
DESEMBER
2011
2 PESERTA
8
PUBLIC HEARLING
“MENINGKATKAN
KEPEKAAN DAN
TRANSPARASI
KINERJA LEMBAGA
MENUJU KAMPUS
YANG AMANAH””
27 MARET
2012 2 PESERTA
9
SEMINAR NASIONAL
MAHASISWA “
URGENSI MEDIA
DALAM
PERGULATAN
POLITIK”
20
SEPTEMBE
R 2012
8
PESERTA
10
PLCPP KE-20 “
PENDIDIKAN
PRAMUKA SEBAGAI
PEMBENTUKAN
KARAKTER
PANDEGA YANG
BERDISIPLIN DAN
BERKREDIBILITAS
TINGGI UNTUK
MEMBANGUN
INDONESIA
12-15
OKTOBER
2012
2 PESERTA
11
DIALOG PUBLIC DAN
SILATURAHMI
NASIONAL “
10
NOVEMBER
2012
8 PESERTA
135
KEMANAKAH ARAH
KEBIJAKAN BBM ?
MENDORONG
SUBSIDI BBM UNTUK
RAKYAT “
12
GLADI WIRA
BRIGSUS KE 19
BRIGADE KHUSUS
NAGA SANDI STAIN
SALATIGA
30
NOPEMBER
– 3
DESEMBER
2012
2 PESERTA
13
KKG PAUD “
WORKSHOP KIAT
JITU
PENGEMBANGAN
DAN PENGELOLAAN
MANAJEMEN PAUD”
27 JANUARI
2013 2 PESERTA
14
PEMBRIVETAN DAN
PELANTIKAN
BRIGADE KHUSUS
RACANA KUSUMA
DILAGA-
WOROSRIKANDI
STAIN SALATIGA
9-10
FEBRUARI
2013
2 PESERTA
15
SK KOMANDAN
BRIGSUS TENTANG
PENETAPAN NOMOR
REGRESTASI
BRIGSUS
18 MARET
2013 2 PESERTA
16
KURSUS PEMBINA
MAHIR DASAR
STAIN SALATIGA
27 MARET
S/D 1 APRIL
2013
2 PESERTA
136
17
SEMINAR
PENCEGAHAN
BAHAYA NAPAZA (
NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN
ZAT ADIKTIF),
HIV/AIDS
29 APRIL
2013 2 PESERTA
18
LATGAB PERTI KE
VIII BRIGSUS NOGO
SOSRO SABUK INTEN
RACANA KUDUS
DAN BRIGSUS NAGA
SANDI STAIN
SALATIGA
4-6 MEI 2013 2 PESERTA
19
SEMINAR REGIONAL
DETEKSI DINI
GANGGUAN
PERKEMBANGAN
PADA ANAK
18 JUNI 2013 4 PESERTA
20
AMALAN
RAMADHAN
RACANA KE 17
25-28 JULI
2013 2 REKA KERJA
21 GLADI TANGGUH
BRIGSUS KE 8
29
SEPTEMBE
R 2013
2 PESERTA
22
PLCPP KE 23 “ PLCPP
MEMBUKA
CAKRAWALA DUNIA
SERTA MEMBANGUN
KREDIBILITAS
BANGSA”
20-13
SEPTEMBE
R 2013
2 REKA KERJA
137
23 GLADI TANGGUH
BRIGSUS KE 9
25-26
JANUARI
2014
2 SATGAS
24
SARASEHAN AKBAR
BERSAMA TOKOH
NASIONAL “
KOMITMEN POLOTIK
ISLAM DALAM
MENATA MASA
DEPAN BANGSA
INDONESIA”
15 MARET
2014 2 PESERTA
25
JURI LOMBA
SIGAPNCERIA PUTRA
RACANA KLATEN
21-
23MARET
2014
4 JURI
26 GLADIAN PIMPINAN
PANDEGA 2014
29-30 APRIL
2014 2 PESERTA
27
JALAN SEHAT
MEMPERINGATI
HARI KELAHIRAN
PANCASILA KE 69
14 JUNI 2014 3 PANITIA
28
AMALAN
RAMADHAN
RACANA 2014
11- 15 JULI
2014 2 REKA KERJA
29
OPAK JURUSAN
SYARIAH DAN
EKONOMI ISLAM
20-21
AGUSTUS
2014
3 PANITIA
138
30 LATGAB PERTI KE 9
STAIN SALATIGA
26-28
AGUSTUS
2014
3 SATGAS
31
DISKUSI TERBUKA
LPM DINAMIKA “
MAHASISWA
MENULIS”
25
SEPTEMBE
R 2014
2 PESERTA
.32 PLCPP KE 24
26 – 29
SEPTEMBE
R 2014
3 REKA KERJA
33
SEMINAR NASIONAL
“ PERAN
MAHASISWA DALAM
MENGENAL MASA
DEPAN INDONESIA
PASCA PILPRES 2014
29
SEPTEMBE
R 2014
8 PESERTA
34 PESERTA KADER
BELA NEGARA
23
OKTOBER
2014
2 PESERTA
35
LATIHAN BELA
NEGARA BAGI
MAHASISWA PTN/
PTS/ APTISI SE-
JATENG DAN DIY
20-23
0KTOBER
2014
4 PESERTA
36
JURI LOMBA
PENEGAK STAIN
KUDUS
25-27
OKTOBER
2014
4 DEWAN JURI
37
SEMINAR NASIONAL
ENTREPRENUEURSHI
P
16
NOVEMBER
2014
8 PESERTA
139
38
SEMINAR “
MEWUJUDKAN
GENERASI MUDA
YANG TERPELAJAR
BERPRESTASI DAN
BERKARAKTER
BEBAS DARI
NARKOBA FREE SEX
DAN HIV AIDS
18
NOVEMBER
2014
2 PESERTA
39 GLADI WIRA
BRIGSUS KE 21
07-10
NOVEMBER
2014
3 SATGAS
40
FESTIVAL ANAK
MUSLIM SE DESA
PABELAN
10 APRIL
2015 3 PANITIA
41 WORKSHOP TERAPI
HATI 5 JUNI 2015 2 PESERTA
42
WORKSHOP
BERCERITA
BERSAMA KAK ADIN
2 PESERTA
Jumlah 162
Salatiga, 24 September 2015
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan
Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag.
NIP. 19700510 199803 1 003
141
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mufarohan
Tempat Tanggal lahir : Kab. Semarang, 2 Januari 1993
Alamat : Kembangsari RT 36/09 Karangduren Tengaran
Agama : Islam
PENDIDIKAN
1. TK Arumsari Kembangsari Lulus Tahun 2000
2. SD Negeri Karangduren 04 Lulus Tahun 2006
3. SMP Negeri 2 Tengaran Lulus Tahun 2009
4. SMK N 1 Tengaran Lulus Tahun 2011
5. IAIN Salatiga Angkatan 2011
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, 13 Januari 2016
Saya yang bersangkutan
Mufarohan
NIM. 111 11 008