perpaduan metode pembelajaran al-qur’an (studi...

141
1 PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN (STUDI ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI, IQRO’, QIROATI, AT TARTIL, DAN TILAWATI) DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: Mufarohan NIM : 111 11 008 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 22-May-2020

28 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN (STUDI ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI,

IQRO’, QIROATI, AT TARTIL, DAN TILAWATI)

DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO

ARGOMULYO SALATIGA

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Mufarohan

NIM : 111 11 008

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2016

ii

iii

iv

v

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini telah tersusun untuk dipersembahkan kepada:

1. Orang tua tercinta Ayahanda Asmari Al Habsyi dan Ibunda

tercinta Maerah yang telah berjuang mendidik, membimbing

dan membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang,

kesabaran, keikhlasan serta doa dan harapan beliau. Semoga

ayahanda dan ibunda selalu diberikan kesehatan, istiqomah

dalam menjalani kehidulpan dan dilancarkan setiap urusan.

2. Calon suamiku Pawarto yang telah memotivasiku dan

mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita

disatukan dalam jalinan yang suci.

3. Adikku tercinta Muhamad Risael yang selalu mendorongku

dengan penuh semangat sehingga ananda termotivasi untuk

berjuang keras segera menyelesaikan skripsi ini. Doa dan

harapan, agar adikku selalu berbakti kepada orang tua, dan bisa

sukses dunia akhirat.

4. Nenekku Tercinta Nasiyah yang selalu mendoakan setiap

langkahku. Semoga nenek selalu diberi kesehatan dan panjang

umur.

5. Keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan untuk

menyelesikan skripsi ini.

vii

MOTTO

.إن أفضلكم مه تعلم القرآن وعلمه

“Sesungguhnya orang yang paling utama di

antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan

mengajarkannya.”(HR. Bukhari No.4640)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah

memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada

junjungan Nabi Agung Muhammad Saw beserta para keluarga, sahabat dan para

pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Yang telah menunjukan kita agama

yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga ke jaman yang penuh

dengan ilmu pengetahuan ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan,

dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Namun

kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah penulisan skripsi

ini selesai. Oleh karena itu, tidak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih setulus-

tulusnya atas terselesaikanya skripsi ini kepada:

1. Dr. H.Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga;

2. Suwardi M. Pd selaku dekan IAIN Salatiga;

3. Siti Rukhayati M. Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Salatiga;

4. M. Farid Abdullah, S.PdI., M. Hum. Selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan perhatian selama kuliah;

ix

5. Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan

memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan

skripsi ini;

6. Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman

dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta bagian akademik IAIN Salatiga

yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis dan Seluruh Staff di

IAIN Salatiga.

7. Muhammad Yunus selaku kepala TPQ Al Ghozali yang telah memberikan saya

kesempatan untuk melakukan penelitian;

8. Teman-teman mengajar di PAUD TPQ Al Ghozali yang selalu mengajari saya

banyak hal;

9. Teman-teman baikku Astri Rahmawati, Afifah Muflihati, Thoni rohmad

Darmawan, Iis Syafa‟atul H, Ahmad sayfudin, Nanda Wahid Nugroho, Ahmad

Alfiyan Fakhroni yang selalu membantu dalam segala hal;

10. Santri-santri PAUD TPQ Al Ghozali yang selalu mengajarkan saya untuk jadi

orang yang lebih sabar;

11. Teman-teman seperjuangan organisasi Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandi

yang memberikan motivasi untuk selalu berjuang menjadi insan yang melayani

dan pengabdi;

12. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara

langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

x

Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah Swt yang telah

memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya

penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau

penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta

bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin

Salatiga, 15 Januari 2016

Peneliti

Mufarohan

111 11 008

xi

ABSTRAK

Mufarohan. 2015. Perpaduan Metode Pembelajaran al-Qur‟an (studi analisis

tentang metode al baghdadi, iqro‟, qiroati, at tartil, dan tilawati) di TPQ AL

GHOZALI Noborejo Argomulyo Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut

Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Maslikhah, S.Ag.,M.Si

Kata kunci; Perpaduan Metode dan Pembelajaran al-Quran

Al-Qur‟an merupakan petunjuk jalan hidup umat Islam untuk meraih sukses

dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Rasulullah Saw menganjurkan pembelajaran

al-Qur‟an dimulai sejak masa kanak-kanak karena pada masa itu terkandung potensi

belajar yang sangat kuat dan besar. Salah satu kesulitan membaca al-Qur‟an bagi

anak-anak karena ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga

mengakibatkan kurang lancar, bahkan tidak fasih dalam membaca. Maka bagi guru

perlu menggunakan metode yang tepat dan efisien dalam mengajarkan membaca al-

Qur‟an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran

al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015, faktor pendukung dalam menggunakan

metode pembelajaran al-Qur‟an, faktor penghambat dalam menggunakan metode

pembelajaran al-Qur‟an, solusi mengatasi hambatan dalam pembelajaran di TPQ Al

Ghozali Noborejo 2015.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sesuai dengan

pendekatan yang digunakan, maka kehadiran peneliti di kancah penelitian menjadi

mutlak adanya. Penelitian ini dilakukan di TPQ Al Ghozali dengan informan

ustadz/ustadzah TPQ. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer

meliputi observasi dan wawancara. Sekunder meliputi dokumentasi.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa metode yang diterapkan di TPQ Al

Ghozali Noborejo Salatiga, menggunakan 5 metode yang saling dikaitkan satu

dengan yang lain. Metode-metode tersebut yaitu metode Al Baghdadi, iqro‟, qiroati,at

tartil, dan tilawati. Faktor Pendukungnya yaitu kurikulum TPQ yang sudah

dirancangkan sebagai pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab TPQ Al

Ghozali dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang

diselenggarakan secara berencana, sistematik, dan terarah. Faktor yang menghambat

pembelajaran TPQ Al Ghozali dan Perilaku santri yang sering tidak mau datang tepat

waktu dan sering membolos itu akan mengganggu rencana pembelajaran yang telah

dibuat. Solusi yang dilakukan pengelola lembaga Al Ghozali hendaknya memperbaiki

kondisi sarana prasarana dan terus menerus memberikan motivasi pada santri,

ustadz/ustadzah hendaknya juga turut membantu pengembangan sifat-sifat positif

pada santri seperti rasa percaya diri dan saling menghormati dan memaksimalkan

waktu yang ada, orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan agama dan

memberi motivasi anaknya agar serius dan bertanggung jawab dalam mengikuti

pembelajaran di TPQ, santri harus menghargai waktu yang ada untuk mendukung

kelancaran proses pembelajaran al-Quran di TPQ Al Ghozali.

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i

Lembar Berlogo ..................................................................................................... ii

Nota Pembimbing .................................................................................................. iii

Lembar Pengesahan ............................................................................................... iv

Pernyataan Keaslian ............................................................................................... v

Halaman Persembahan ........................................................................................... vi

Motto ...................................................................................................................... vii

Kata Pengantar ....................................................................................................... viii

Abstrak ................................................................................................................... xi

Daftar Isi ................................................................................................................ xii

Daftar Tabel ........................................................................................................... xiv

Daftar Lampiran ..................................................................................................... xv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

E. Penegasan Istilah .................................................................................. 8

F. Metode Penelitian ............................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 12

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

A. Al Qur‟an

1. Pengertian Al Qur‟an ................................................................... 14

2. Fungsi Al Qur‟an ......................................................................... 16

3. Tujuan Al Qur‟an ........................................................................ 18

B. Pendidikan dan Pengajaran

1. Pengertian Pendidikan dan Pengajaran ....................................... 20

2. Faktor Pendukung ....................................................................... 22

xiii

3. Faktor Penghambat ..................................................................... 27

4. Upaya Mengatasi Hambatan ....................................................... 30

C. Metode-metode Pembelajaran Al Qur‟an .......................................... 32

D. Problematika Pembelajaran Al Qur‟an .............................................. 45

E. Taman Pendidikan Al Qur‟an ............................................................ 47

1. Pengertian Taman Pendidikan Al Qur‟an .................................... 47

2. Sejarah dan Tumbuh Kembang Pendidikan Al Qur‟an ............... 49

3. Metode Pembejaran TPQ ............................................................ 51

4. Materi TPQ .................................................................................. 52

5. Media TPQ .................................................................................. 52

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. TPQ Al Ghozali

1. Letak Geografis ........................................................................... 53

2. Sejarah Berdiri ............................................................................ 54

3. Profil ........................................................................................... 54

4. VISI dan MISI ............................................................................. 54

5. Struktur Organisasi ..................................................................... 55

6. Nama Ustadz/Ustadzah ............................................................... 56

B. Temuan Penelitian

1. Gambaran Informan .................................................................... 56

2. Identitas TPQ .............................................................................. 57

3. Hasil Wawancara ........................................................................ 58

BAB IV: PEMBAHASAN

A. Metode Pembelajaran di TPQ Al Ghozali ......................................... 73

B. Faktor Pendukung .............................................................................. 78

C. Faktor Penghambat ............................................................................. 81

D. Upaya Mengatasi Hambatan .............................................................. 85

xiv

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 86

B. Saran ................................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Letak Geografis TPQ Al Ghozali ........................................................ 62

Tabel 1.2 Struktur Organisasi TPQ Al Ghozali ................................................... 64

Tabel 1.3 Daftar Pendidik .................................................................................... 65

Tabel 1.4 Daftar Informan ................................................................................... 65

Tabel 1.5 Identitas TPQ ....................................................................................... 66

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Nota Penunjukan Pembimbing

Lampiran II tentang Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran III Ijin Penelitian

Lampiran IV Keterangan Penelitian

Lampiran V tentang Pedoman Wawancara

Lampiran V Hasil Wawancara

Lampiran VI tentang Dokumentasi

Lampiran VII tentang SKK

Lampiran VIII tentang Daftar Riwayat Hidup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur‟an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama ajaran Islam

dan menjadi petunjuk kehidupan manusia karena isinya mencakup segala pokok

ajaran agama yang disyariatkan Allah kepada manusia. Al-Qur‟an merupakan

petunjuk jalan hidup umat Islam untuk meraih sukses dalam kehidupan di dunia

dan akhirat. Umat Islam mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan

eksistensi al-Qur‟an. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logisnya

umat Islam harus mempelajari, meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran yang

terkandung di dalam al-Qur‟an (Ratih, 2007:06). Pembelajaran al-Qur‟an yang

optimal akan melahirkan generasi Qur'ani yang mampu memakmurkan bumi

dengan al-Qur‟an dan menyelamatkan peradaban dunia di masa mendatang.

Syarat mutlak untuk memunculkan generasi Qur'ani adalah adanya pemahaman

terhadap al-Qur‟an yang diawali dengan mampu membaca al-Qur‟an dengan baik

dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.

Langkah awal untuk mencapai hal tersebut adalah umat Islam harus

mampu membaca dan menulis huruf-huruf al-Qur‟an. Kemampuan membaca dan

menulis al-Qur‟an tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran al- Qur'an.

Oleh karena itu, dalam islam pembelajaran al-Qur‟an merupakan suatu kewajiban

yang suci dan mulia. Secara spesifik,

18

Rasulullah Saw menegaskan kewajiban mendidik al-Qur‟an dalam hadits

nya:

أدبواأوالدكم علئ ثالثة خصال : حب وبيكم وحب آل بيته وقراءت القرآن )رواه الطبراوئ(

“Didiklah anak-anakmu dalam tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai

keluarga Nabi, dan membaca al-Qur‟an.” (HR. Thabrani).

adits tersebut menjelaskan bahwa di antara pendidikan dasar yang harus

diberikan kepada anak adalah membaca al-Qur‟an. Selain menyeru mendidik

anak membaca al-Qur‟an, Rasulullah Saw juga menekankan pentingnya mendidik

anak menulis huruf-huruf al-Qur‟an. Mengajari anak untuk membaca al-Qur‟an

merupakan salah satu bentuk pembekalan anak terhadap keimanan dan

pembelajaran serta pengenalan pedoman hidup manusia agama yang awal

mulanya dijalankan oleh para ulama terlebih dahulu sampai akhirnya secara

bertahap seluruh masyarakat mulai merasakan lezatnya iman di dalam jiwa

mereka disebabkan oleh al-Qur‟an (Hafizh, 2000:139).

Mengingat pentingnya pembelajaran al-Qur‟an, Rasulullah Saw

menganjurkan pembelajaran al-Qur‟an dimulai sejak masa kanak-kanak karena

pada masa itu terkandung potensi belajar yang sangat kuat dan besar. Anak akan

sangat peka menangkap sesuatu yang diperintahkan dan diajarkan sehingga

mudah menerima pelajaran-pelajaran yang diberikan. Namun masalahnya, al-

Qur‟an disampaikan dalam bahasa Arab dan tidak semua umat muslim di

Indonesia menguasai bahasa tersebut, maka untuk bisa membaca al-Qur‟an

19

terlebih dahulu harus bisa membaca huruf hijaiyyah dengan baik dan benar.

Untuk memudahkan anak mampu membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik

perlu digunakan metode dan strategi tertentu. Prinsip pengajaran al-Qur‟an pada

dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yang semuanya

memiliki tujuan yang sama yaitu agar anak-anak dapat membaca al-Qur‟an

dengan baik dan benar. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan

dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek

penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2003:24).

Proses metode belajar mengajar merupakan faktor yang sangat dominan

dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang pendidik atau guru

diharapkan memiliki berbagai metode yang tepat serta kemampuan dalam

menggunakan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Metode

pembelajaran al-Qur‟an pada hakikatnya adalah mengajarkan al-Qur‟an pada

anak yang merupakan suatu proses pengenalan al-Qur‟an tahap pertama dengan

tujuan agar siswa mengenal huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi.

Pengajaran membaca al-Qur‟an tidak dapat disamakan dengan pengajaran

membaca dan menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran al-Qur‟an,

anak-anak belajar huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Hal

penting dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an adalah keterampilan membaca

al-Qur‟an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disususun dalam ilmu Tajwid.

20

Salah satu kesulitan membaca al-Qur‟an bagi anak-anak karena ayat-

ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar,

bahkan tidak fasih dalam membaca. Kesulitan tersebut diakibatkan karena pada

tingkat dasar belum sepenuhnya memahami ilmu tajwid, dan biasanya para guru

mengajarkan secara praktis, sehingga seringkali anak sekadar menghafal saja. Hal

tersebut di atas juga banyak dialami oleh peserta didik yang masih duduk di

bangku tingkat menengah. Maka bagi guru perlu menggunakan metode yang tepat

dan efisien dalam mengajarkan membaca al-Qur‟an.

Rendahnya motivasi siswa dalam belajar al-Qur‟an masih merupakan

salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan terutama dalam kemampuan

membaca al-Qur‟an. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar Baca

Tulis al-Qur‟an adalah dengan penggunaan metode yang sesuai yang dapat

dilakukan oleh guru Baca Tulis al-Qur‟an (BTQ) dalam kelas. BTQ adalah bagian

materi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar yang selama ini kurang

mendapat perhatian yang lebih besar, padahal banyak sekali masyarakat yang

mengeluh bahwa lulusan Madrasah Aliyah banyak yang belum dapat membaca

al-Qur‟an secara benar sesuai dengan ilmu tajwid. Hal ini juga didukung dengan

rendahnya prestasi BTQ santri, terutama pada materi membaca dan menulis huruf

hijaiyah yang sudah mulai dikenalkan pada tingkat dasar dan menengah.

Seharusnya ini menjadi kekhawatiran semua guru Agama Islam, karena

diharapkan pendidikan agama adalah termasuk dasar bagi pembentukan diri anak.

21

Akan sangat sulit sekali ketika anak tidak menguasai BTQ sejak dini untuk dapat

membaca al-Qur‟an secara baik dan benar. Kritikan dan keluhan masih sering

dilontarkan oleh masyarakat dan para orang tua siswa. Namun, dari beberapa

faktor tersebut, berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan terdapat

kecenderungan yang mengarah pada faktor metode pembelajaran yang harus

diperbaiki. Metode yang digunakan sebelumnya sebatas pada teori, peran aktif

siswa kurang diperhatikan, sehingga hasil pembelajaran BTQ belum maksimal.

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana kemampuan membaca al-Qur‟an

peserta didik TPQ Al Ghozali Noborejo terutama dalam mempraktikkan bacaan

ayat-ayat al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid

maka diperlukan suatu penelitian ilmiah.

Observasi dan wawancara pendahuluan dengan santri dan ustadz/ustadzah

di TPQ Al Ghozali Noborejo memberikan informasi khususnya anak-anak yang

belum bisa membaca al-Qur‟an dengan lancar setelah mengikuti proses

pembelajaran di TPQ Al Ghozali dapat membaca al-Qur‟an baik dan benar. TPQ

Al Ghozali memiliki keunggulan pada proses pembelajaran al-Qur‟an dengan

metode yang bervariasi berupa perpaduan metode al-baghdadi dan iqro‟ dengan

prinsip bermain sambil belajar. Pembagian peserta didik juga dibagi berdasarkan

umur peserta didik dan kemampuan santri. TPQ Al Ghozali juga memberikan

materi keagamaan bagi santri dan orang tua. Dukungan orang tua wali cukup

signifikan untuk mendorong santri belajar dan menuntut ilmu di TPQ Al Ghozali.

22

Hambatan dalam pelaksanaan penggunaan metode bervariasi dan pembelajaran

bersama dengan orang tua dapat dijadikan sebagai motivasi untuk pengembangan

lembaga pendidikan di TPQ Al Ghozali Noborejo Argomulyo Salatiga.

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang

“PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-QUR‟AN (STUDI

ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI, IQRO‟, QIROATI, AT

TARTIL, DAN TILAWATI) DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO

ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2015” jika penelitian ini dapat segera

dilakukan akan memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi pengembangan

pendidikan Islam di pada TPQ di tempat lainnya.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan di atas, maka yang menjadi

focus penelitian ini adalah perpaduan metode pengajaran Al-quran. Focus penelitian

dirinci dalam sejumlah pertanyaan di bawah ini:

1. Apa metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?

2. Apa faktor pendukung dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an

di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?

3. Apa faktor penghambat dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an

di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?

4. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam menggunakan metode

pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga?

23

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang dirinci ke dalam sejumlah pertanyaan

tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui hasil penelitian peneliti menggunakan:

1. Metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015;

2. Faktor pendukung dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an di

TPQ Al Ghozali Noborejo 2015 ;

3. Faktor penghambat dalam menggunakan metode pembelajaran al-Qur‟an di

TPQ Al Ghozali Noborejo 2015;

4. Solusi mengatasi hambatan dalam pembelajaran di TPQ Al Ghozali Noborejo

2015.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapakan dapat memberikan konstribusi informasi

yang jelas mengenai metode pembelajaran baca tulis al-Qur‟an (BTQ) yang baik

terhadap santri. Dan metode tersebut dapat memberikan manfaat yang baik secara

teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dunia pustaka

tentang metode pembelajaran al qur‟an di TPQ Al Ghozali Noborejo.

24

2. Secara Praktis

a. Bagi Santri

Agar santri lebih bersemangat dalam belajar serta lebih dapat

mendalami lagi tentang pembelajaran al-Qur‟an.

b. Bagi Ustadz/ustadzah

Dengan adanya sistem pembelajaran al-Qur‟an yang tertata dengan

baik serta terlaksana dengan baik, ustadz/ustadzah lebih mampu

mengembangkan lagi kreativitasnya dalam melaksanakan pembelajaran.

E. Penegasan Istilah

1. Pengertian pembelajaran

Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly (1999:114) berasal

dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang

harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Depag RI (2001:19) metode berarti

cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

guna mencapai tujuan yang ditentukan. Poerwadarminta (1999:767)

metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh

seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara teratur.

25

Mengajar adalah suatu usaha yang sangat komplkes, sehingga sulit

menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah

satu alat untuk mencapai tujuan. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke

arah yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Ahmadi (1997:52) berpendapat

metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain mengatakan

bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh

guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam

kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat

diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008)

menjelaskan tentang pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang

dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. UU

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan. belajar merupakan upaya untuk

26

mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua

memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.

Metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah cara atau jalan yang

ditempuh oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan

F. Metode Penelitian

Metode adalah pengetahuan tentang cara kerja atau berbgai cara.

Sedangkan penelitian adalah suatu cara yang dilakukan untuk memngetahui

pengetahuan baru melalui metode-metode ilmiyah.

Ketepatan dalam menggunakan metode adalah syarat utama untuk menuju

keberhasilan suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Pendeketan dan rancangan penelitian

Pendekatan dan rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan

penelitian diskriptif kualitatif dipilihnya penelitian ini menggunakan metode

kualitatif agar dapat mengetahui apakah ada metode pembelajaran al-Qur‟an

di TPQ Al Ghozali Noborejo 2015.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah TPQ Al-Ghozali Noborejo

Salatiga, adapun waktu penelitiannya adalah tanggal 1 Juni 2015 sampai

dengan selesai.

27

3. Metode Penelitian

a. Metode observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data di mana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung (Arikunto, 2006:156). Untuk

melakukan observasi peneliti mengamati langsung situasi TPQ Al Ghozali

dan kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan dari pendapat di atas peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan cara observasi langsung terhadap

ustadz/ustadzah maupun santri guna untuk menggumpulkan data yang

dibutuhkan peneliti. Seperti keadaan tempat belajar, situasi dalam belajar

mengajar, serta keadaan linggkungan sekitar.

b. Metode wawancara/interview

Wawancara yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan

mata (Arikunto,2010:199). Sedangakan menurut (Sutrisno Hadi,1987:206)

interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab

secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face. Teknik ini

digunakan untuk memperoleh informasi mengenai metode pembelajaran

al-Quran di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga.

28

Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan

terstruktur, terbuka,dan langsung kepada ustadz/ustadzah TPQ Al Ghozali

Noborejo Salatiga. Tersturktur artinya peneliti menggunakan pedoman

wawancara yang sudah disusun sesuai dengan bangunan teori yang ada.

Terbuka artinya informan dapat memberikan penjelasan sesui dengan

situasi dan kondisi yang dimiliki. Langsung artinya peneliti melakukan

wawancara secara langsung dengan infoman.

c. Metode Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengna cara

mencari data mengenai hal-hal atau fariabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda (Arikunto,

2006:158-159). Gambaran umum TPQ Al Ghozali Noborejo seperti,

sejarah berdirinya TPQ, visi misi, keadaan guru dan siswa.

Metode dokumentasi ini digunakan untuk pengumpulan data

seperti foto-foto kegiatan pembelajaran di TPQ Al Ghozali Noborejo

Salatiga, serta berkenaan dengan catatan-catatan seperti daftar santri,

daftar Guru, profil TPQ, sejarah berdirinya TPQ Al Ghozali Noborejo

Salatiga secara langsung kepada pengelola TPQ Al Ghozali Noborejo

Salatiga.

G. Sistematika Penelitian Skripsi

29

Sistematika untuk memperjelas gambaran umum tentang skripsi ini yang

terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal bagian inti dan bagian akhir. Bagian

awal berisikan halaman sampul, lembar berlogo, halaman judul, lembar

persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, abstrak, kata

pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran. Sedangkan

bagian inti berisi tentang:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, fokus penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Berisikan pembahasan tentang landasan teori yang mendalam tentang

metode pembelajaran Al-Qur‟an dan taman bacaan Al-Quran.

BAB III : PENGUMPULAN DATA

Berisikan tentang gambaran umum lokasi dan subjek penelitian yaitu :

a. Sejarah Berdirinya TPQ Al Ghozali Noborejo, profil TPQ Al Ghozali

Noborejo, Visi dan Misi TPQ Al Ghozali Noborejo, struktur

organisasi TPQ Al Ghozali Noborejo.

b. Penyajian data penelitian meliputi :

Data nama responden dan data hasil penelitian.

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN

30

Berisikan tentang Analisis Diskriptif dan, Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V : PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran.

31

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur‟an

Secara etimologi, al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab dari akar kata

Qara‟a yang berarti membaca. Menurut al-Zarkani dalam buku sembuh dan

sehat dengan mukjizat al-Qur‟an karya Mustamir (2007:5) al-Qur‟an adalah

lafal yang diturunkan kepada nabi Muhammad mulai dari surat al-Fatihah

sampai dengan surat Annas. Al-Qur‟an adalah wahyu atau firman Allah Swt

untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Allah Swt, tidak ada satu kitab pun didunia ini yang lengkap dan

sempurna seperti halnya kitab al-Qur‟an (Mardiyo, 1999:23). Al-Qur‟an adalah

kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat) diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw dengan perantara malaikat Jibril yang dimulai dengan surat al-

Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nash, ditulis dalam mushaf-mushaf yang

disampaikan secara mutawatir serta mempelajarinya merupakan ibadah

(Aminuddin, 1991:12). Al-Qur‟an adalah sumber agama Islam pertama dan

utama yang memuat firman-firman Allah, sama benar dengan yang disampaikan

oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sedikit demi sedikit selama 22

tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Madinah (Ali,

2008:93). Umat Islam wajib bangga dengan kitab suci al-Qur‟an karena al-

32

Qur‟an adalah bacaan yang maha sempurna dan maha mulia sehingga disebut

juga dengan al-Qur‟an al Karim. Nama lain dari kata ini adalah al Furqon, atau

kitab pembeda antara yang halal dengan yang haram, antara yang baik dengan

yang buruk, antara perintah yang wajib dan yang dilarang. Nama lain lagi

adalah Adzikkir (peringatan) bagi umat manusia agar selalu ingat kepada

Tuhan, ingat akan segala perintahnya dan segala larangannya. Al-Quran

diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk didalam menjalankan

tugasnya sebagai kholifah dimuka bumi ini, sehingga al-Qur‟an di sebut juga al

Huda (kitab petunjuk). Selain dari petunjuk terdapat juga nasehat didalam al-

Qur‟an, sehingga dinamakan juga kitab Al Maui‟zhah. Al-Qur‟an juga

dinamakan dengan Assyifa karena dapat berfungsi sebagai obat atau penyembuh

bagi penyakit-penyakit yang menyesakkan dada (Wardhana, 2009:47).

Selajutnya kiranya perlu diketahui pula bahwa al-Qur‟an sebagai kitab

suci dan sebagai mukjizat nabi Muhammad Saw yang terbesar yang tidak ada

seseorang yang mampu membuat atau menulis yang sama seperti al-Qur‟an.

Pada mulanya seluruh manusia ini ditantang untuk membuat tandingan yang

serupa dengan al-Qur‟an, tetapi ternyata tak seorang pun yang mampu

melakukannya. Kemudian oleh al-Qur‟an mereka ditantang dengan yang lebih

sederhana, yaitu seluruh manusia ini diminta untuk membuat barang sepuluh

surat saja yang seperti al-Qur‟an baik fashohah maupun balaghohnya. Dan

untuk kali kedua ini pun tak ada dari mereka yang sanggup membuatnya. Maka

33

akhirnya al-Qur‟an meminta kepada seluruh manusia untuk membuat satu surat

saja yang seperti al-Qur‟an. Dan ternyata, walaupun hanya satu surat tak

seorang pun yang bisa membuatnya. Andai kata diantara mereka ada yang

mampu membuatnya, maka sirnalah kemukjizatan al-Qur‟an itu. Tetapi karena

mereka gagal dan tidak mampu, maka akhirnya al-Qur‟an menyatakan kepada

seluruh umat manusia bahkan juga seluruh jin, sebagai berikut “katakanlah :

sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-

Qur‟an ini niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,

sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”

2. Fungsi Al-Qur‟an

Agar manusia dapat menjadi kholifah yang baik dimuka bumi ini,

dipelukan suatu pedoman atau petujuk yang menjamin manusia menuju kearah

kebaikan di dunia dan akhirat. Selama manusia mempercayai dan mau

menggunaka pedoman/petunjuk tersebut, insyaallah tujuan menjadi kholifah

yang baik akan tercapai.

Hal ini dimungkinkan apabila petunjuk/pedoman yang dimaksudkan

datangnya dari Alla Swt yang menciptakan langit dan bumi beserta segala

isinya petunjuk/pedoman tersebut tidak lain adalah al-Qur‟an alkarim, kitab suci

umat Islam yang memang merupakan Hudallinnas atau petunjuk bagi seluruh

umat manusia tanpa memandang bangsa, suku/golongan manusia. Al-Quran

34

sebagai hudallinnas adalah fungsi paling utama dari kitab suci al-Qur‟an.

Seperti ayat-ayat berikut ini yang mendukung pernyataan tersebut di atas

“Sesungguhnya kami menurunkan kitab (al-Qur‟an) dengan membawa

kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada

Nya.”(Q.S Al-An‟am ,6:115) dan

“Sesungguhnya al-Qur‟an ini membeir petunjuk kepada jalan yang

lebih lurus dan memebri kabar gembira kepada orang mukmin yang

mengerjaka amal soleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”(Q.S Al

Isra‟,17:9).

Fungsi al-Qur‟an yang merupakan hudallinnas/sebagai petunjuk bagi

umat manusia, adalah sesuai pula dengan nama-nama lain dari al-Qur‟an seperti

yang telah diuraikan dalam pembahasan di atas yang lebih melengkapi lagi

fungsi al-Qur‟an. Al-Qur‟an menjadi petunjuk bagi umat manusia, karena al-

Qur‟an menjadi pembeda anatara yang haq dan yang bathil, al-Qur‟an juga

merupakan peringatan bagi umat manusia agar ingat kepada sang pencipta, al-

Qur‟an banyak mengandung nasehat dan pelajaran yang berguna bagi

kehidupan didunia dan diakhirat, al-Qur‟an memuat berbagai macam

35

keterangan tentang ciptaan Allah yang ada dilangit dan dibumi agar menjadi

peringatan bagi manusia yang mau berfikir, al-Qur‟an selalu mengajak dalam

kebaikan dan menjauhi kejelekan.

3. Tujuan Al-Qur‟an

Tujuan diturunkannya al-Qur‟an adalah agar dapat menjadi pedoman

hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup, baik didunia ataupun

diakhirat. Sementara Quraish shihab dalam buku wawasan al-Qur‟an

menyebutkan secara lebih rinci tentang tujuan diturunkan al-Qur‟an, antara lain:

a. Untuk membersihkan dan mensucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta

memantapkan keyakinan tentang ke Esa-an Allah Saw yang sempurna.

b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat

manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam

pengabdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.

c. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar suku dan

bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat,

natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman dan rasio, kesatuan kebenaran,

kesatuan kepribadian manusia, kesatuan kemerdekaan dan determinisme,

kesatuan sosial, politik ekonomi, dan kesemuanya berada di bawah satu ke-

Esa-an Allah.

36

d. Untuk mengajak manusia berfikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan

bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang

dipimpin hikmah dan kebijaksanaa.

e. Untuk membasmi kemiskinan materiil dan spiritual, kebodohan, penyakit

dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia lain dalam

bidang sosial, ekonomi, politik dan juga agama.

f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang

dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan pokok kehidupan

masyarakat manusia.

g. Untuk memberikan jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan

falsafah kolektif komunisme, menciptakan ummatan wasathan yang menyeru

kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

h. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan suatu

peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan panduan Nur ilahi.

Muhammad Rasyid Ridha memerincikan bahwa tujuan al-Qur‟an dibagi

menjadi berikut:

a. Untuk menerangkan hakekat agama yang meliputi iman kepada Tuhan,

iman kepada hari akhir, dan amal-amal sholeh;

b. Menjelaskan masalah kenabian dan kerasulan serta tugas-tugas dan fungsi-

fungsi mereka;

37

c. Menjelaskan tentang Islam sebagai agama fitrahyang sesuai dengan akal

pikiran, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan cocok dengan intuisi dan kata

hati;

d. Membina dan memperbaiki umat manusia dalam satu kesatuan yang

meliputi: kesatuan umat (kemanusiaan), agama, undang-undang,

persaudaraan, bangsa, hukum, dan bahasa;

e. Menjelaskan keistimewaan-keistimewaan Islam dalam hal pembebanan

kewajiban-kewajiban kepada manusia, seperti cakupannya yang luas

meliputi jasmani dan rohani, materiil dan spiritual, membawa kepada

kebahagiaan dunia akhirat, mudah dikerjakan, tidak memberatkan, dan

gampang dipahami;

f. Menjelaskan prinsip-prinsip dan dasar-dasar berpolitik dan bernegara;

g. Menata kahidupan materiil (harta);

h. Memberi pedoman umum mengenai perang dan cara-cara memperthankan

diri dari agresi dan intervensi musuh;

i. Mengatur dan memberikan kepada wanita hak-hak mereka dalam bidang

agama, sosial, dan kemanusiaan pada umumnya;

j. Memberikan petunjuk-petunjuk dalam halpembebasan dan pemerdekaan

budak.

B. Pendidikan dan Pengajaran

1. Pengertian Pendidikan dan Pengajaran

38

Istilah pendidikan sering kali tumpang tindih dengan istilah

pengajaran. Oleh karena itu, tidak heran jika pendidikan terkadang juga

dikatakan pengajaran atau sebaliknya, pengajaran disebut sebagai pendidikan

(Roqib, 2009:13). Ini adalah sesuatu yang rancu, sebagaimana orang sering

keliru memahami istilah sekolah dan belajar. Belajar dikatakan identik dengan

sekolah, padahal sekolah hanyalah salah satu dari tempt belajar bagi peserta

didik. Belajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang mencakup

totalitas keunggulan kemanusiaan sebagai hamba dan pemakmur

alam/kholifah agar senantiasa bersahabat dan memberikan kemanfaatan untuk

kehidupan bersama.

Belajar/sekolah sama-sama bermakna mencari ilmu yang merupakan

bagian penting dari proses pendidikan yang pada intinya adalah transfer ilmu

dan nilai moral. Ilmu berasal dari bahasa Arab „alima kata ilmu ini biasanya

digabung dengan kata pengetahuan sehingga menjadi ilmi pengetahuan. Ilmu

menurut terminologi diartikan sebagai keyakinan yang mantap dan sesuai

dengan fakta empirisnya, atau hasil gambaran berdasarkan rasio.

Pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan istilah tarbiyah

yang berasal dari kata kerja rabba, sedangkan pengajaran dalam bahasa arab

disebut dengan taklim yang berasal dari kata kerja „allama. Pendidikan dalam

konteks ini terkait dengan gerak dinamis, positif dan kontinyu atau berlanjut,

setiap individu menuju idealitas kehidupan manusia agar mendapatkan nilai

39

terpuji. Aktifitas individu tersebut meliputi pengembangan kecerdasan pikir

(rasio, kognitif), dzikir (efektif, rasa, hati, spiritual), dan keterampilan fisik

(psikomotorik).

Ilmu pendidikan berisi tentang teori pendidikan sekaligus data dan

penjelasa yang mendukukng teori tersebut. Dengan demikian, ilmu

pendidikan adalah teori-teori pendidikan yang didasarkan pada konsep dasar

pendidikan yang diambil dari penelaahan terhadap al-Qur‟an hadis dan teori-

teori keilmuan lain, yang ditelaah dan dikontruksikan secara integrative oleh

intelektual untuk menjadi sebuah bangunan teori-teori kependidikan yang bisa

dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

2. Faktor pendukung

Faktor yang mendukung pembelajaran antara lain:

a. Kurikulum

Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa

berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga

sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari

dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak yang

tidak hanya harus didewasakan dari segi intelektualitasnya saja, akan

tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat

dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi

40

kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya.

Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya

terhadap aktifitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang

berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. (Syaiful, 2011:180)

Sekolah yang kurikulumnya dirancang secara tradisional akan

mengakibatkan aktifitas kelas akan berlangsung secara statis. Sedangkan

sekolah yang diselenggarakan dengan kurikulum modern pada dasarnya

akan mampu menyelenggarakan kelas yang bersifat dinamis. Kedua

kurikulum di atas kurang serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia

yang memiliki pandangan hidup Pancasila. Di satu pihak kurikulum

tradisional yang berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap otoriter

yang mematikan inisiatif dan kreatifitas murid. Di pihak lain kurikulum

modern yang menekankan kebebasan atas dasar demokrasi liberal

sehingga tidak memungkinkan diselenggarakan secara efektif kegiatan

belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai makhluk

sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu diperlukan

usaha untuk mengintregasikan kedua kurikulum tersebut dalam kehidupan

lembaga formal di Indonesia agar serasi dengan kebutuhan dan dinamika

masyarakat. Kurikulum harus dirancangkan sebagai pengalaman edukatif

yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu anak-anak

41

mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana,

sistematik, dan terarah serta terorganisir

b. Sarana dan Fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah

misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnyakegiatan

belajar mengajar di sekolah (Syaiful, 2011:183). Akan tetapi karena

kurikulum selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung bersifat

permanen, maka diperlukan kreatifitas dalam mengatur pendayagunaan

ruang/gedung. Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional

pengaturan ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar

diselenggarakan di kelas yang tetap untuk sejumlah murid yang sama

tingkatannya. Sekolah yang mempergunakan kurikulum modern, ruangan

kelas diatur menurut jenis kegiatan berdasarkan program-progam yang

telah dikelompokkan secara integrated. Sedangkan sekolah yang

mempergunakan kurikulum gabungan pada umumnya ruangan kelas

masih diatur menurut keperluan kelompok murid sebagai suatu kesatuan

menurut jenjang dan pengelompokan kelas secara permanen.

c. Guru

Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi

kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena

kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid dalam

42

suatu kelas. Guru adalah seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya

tanpa campur tangan orang lain (Rusyan, 1991: 135). Setiap guru harus

memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara

bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di kelas

dan di masyarakat. Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya

sebagai pendidik profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan

berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap

pendidikan. Persiapan yang harus diikuti, sejalan dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi (Nawawi, 1989: 121).

d. Anak Didik

Anak didik merupakan subjek utama dalam mewujudkan proses

belajar mengajar yang efektif (Syaiful, 2011:80). Anak didik adalah anak-

anak yang sedang tumbuh dan berkembang, dan secara psikologis dalam

rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan

formal, khususnya berupa sekolah. Anak didik sebagai unsur kelas

memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi

terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid memiliki perasaan

diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam

kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung

jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing.

43

e. Dinamika Kelas

Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan

oleh setiap guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses

kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas

yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan

melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Untuk itu

setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran,

pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki murid

menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna.

Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin

dan membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya

tidak sekedar terbatas didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula

dilaksanakan bersama kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap

kelas harus dilihat dari dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu

kesatuan utuh yang dapat mewujudkan kegiatan berdasarkan program

masing-masing. Kedua, kelas merupakan unit yang menjadi bagian dari

sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau sebagai subsistem dari satu

total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam arti semua

kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid.

f. Orang Tua

44

Peran orang tua terhadap prestasi anak pendidikan mempunyai

tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Masalah

yang dihadapi dunia pendidikan itu sangat luas pertama sifat sasarannya

yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan

harus mengantisipasi hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau

oleh kemampuan daya ramal manusia. Peran serta adalah ikut

berupayanya orang tua terhadap kemajuan pendidikan anak-anaknya, ini

dilakukan agar prestasi dan semangat belajar anak-anaknya meningkat.

Peran serta ini dapat dilakukan langsung ataupun tidak langsung

(Mulyono, 2010:104). Dalam peningkatan prestasi belajar anak saat ini

orang tua banyak melakukan terobosan-terobosan, antara lain dengan

menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah favorit, memasukan anak ke

lembaga-lembaga kursus, serta memberikan les tambahan kepada anak.

Orang tua yang peduli terhadap kemajuan anaknya akan berusaha

memberikan apa yang terbaik bagi anak-anak mereka, memberikan segala

fasilitas yang diinginkan guna mencapai prestasi anak yang semaksimal

mungkin. Berbeda dengan orang tua yang kurang peduli dengan

perkembangan dan prestasi anak, mereka cenderung masa bodoh,

mengandalkan pendidikan hanya pada sekolah semata sementara perhatian

dari orang tua kurang atau bahkan tidak sama sekali.

3. Faktor penghambat

45

Faktor penghambat itu bisa datang dari guru sendiri, dari peserta

didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas (Nawawi,

1989:130).

a. Guru

Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak

kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab

terhambatnya kreatifitas pada diri guru tersebut. Diantaranya ialah:

1) Tipe kepemimpinan guru

Tipe kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar yang

otoriter dan kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif peserta

didik. Sikap peserta didik ini merupakan sumber masalah pengelolaan

kelas (Rohani dan Ahmadi, 1991:151).

Siswa hanya duduk rapi mendengarkan dan berusaha

memahami kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa

diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan mengembangkan

kreativitas dan daya nalarnya (Masnur dkk, 1987:109).

2) Gaya guru yang monoton

Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi

peserta didik, baik berupa ucapak ketika menerangkan pelajaran

ataupun tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi siswa.

3) Kepribadian guru

46

Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat,

adil, obyektif dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana

emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan

selalu menunjukan antusias pada tugas serta pada kreativitas semua

anak didik tanpa pandang bulu.

4) Pengetahuan guru

Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan

dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun

pengalaman praktis, sudah barang tentu akan menghambat perwujudan

pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,

pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan

(Wijaya dan Rusyan, 1994:136).

5) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta

didik dan latar belakangnya

Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku

peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena

kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik

dan latar belakangnya. Karena pengelolaan pusat belajar harus

disesuaikan dengan minat, perhatian dan bakat para siswa, maka siswa

yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata dan lamban

47

memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya.

Semua hal diatas member petunjuk kepada guru bahwa dalam proses

belajar mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan

siswa satu sama lain (Wijaya dan Rusyan, 1994:136).

b. Peserta didik

Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu

dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu

hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping

mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati

hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya. Oleh karena itu,

diperlukan kesadaran yang tinggi dari peserta didik akan hak serta

kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

1) Keluarga

Tingkah laku peserta didik didalam kelas merupakan

pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter dari orang tua akan

tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis.

Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak yang berasal dari

lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik dari lingkungan

keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang

berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang yang

menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.

48

2) Fasilitas

Fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya guru

memaksimalkan programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan

menjadi kendala yang berarti bagi seorang guru dalam beraktifitas.

Kendala tersebut ialah:

a) Jumlah peserta didik didalam kelas yang sangat banyak;

b) Besar atau kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding

dengan jumlah siwa;

c) Keterbatasan alat penunjang mata pelajaran (Rohani dan Ahmadi,

1992: 152-154).

4. Upaya Mengatasi Hambatan

a. Reward

Bagi orang tua yang bingung tentang cara membujuk buah hatinya agar

mau belajar, reward adalah cara yang cukup ampuh. Anda dapat

menawarkan hadiah jika sang anak berhasil meraih nilai yang baik

dikelas. Dengan begitu anak akan menjadi lebih bersemangat dan tidak

malas belajar lagi.

b. Damping anak belajar

Mendampingi nak ketika anak akan menjadi merasa lebih diperhatikan

oleh orang tuanya. Hal ini akan mempengaruhi psikologi anak dan

mendorong dirinya untuk semangat belajar. Biasakan untuk mengajari

49

anak dengan penuh kesabaran dan ciptakan suasana menyenangkan agar

tidak membosankan.

c. Jadilah orang tua yang sabar dan tidak emosional

Ketika mengajarkan seorang anak untuk menyelsaikan tugas sekolahnya,

jangan memarahinya.

d. Belilah buku dengan hiasan yang menarik

Belilah buku-buku yang dapat menggugah selera belajar anak. Misalnya,

jika buah hati anda menyukai tokoh kartun spiderman. Maka yang perlu

anda lakukan adalah membeli perlengkapan sekolah dengan motif tokoh

kartun tersebut, dengan bagitu anak akan tergugah untuk belajar.

e. Ciptakan suasana sambil belajar

Untuk mencegah kebosanan dan mencuri waktu bermain untuk belajar.

Sebagai contoh kebosanan dan mencuri waktu bermain anak untuk belajar.

f. Game edukasi

Bagi anak yang fanatik dengan game, anda dapat mengunduh berbagai

jenis game edukasi saat ini dengan memanipulasi belajar dalam versi

game.

C. Metode-Metode Pembelajaran Al-Qur’an

1. Metode Pembelajaran Al-Baghdadi

a. Pengertian metode Al-baghdadi

50

Metode al Baghdadi adalah metode pembelajaran al-Qur‟an dengan

cara di eja per hurufnya. Kaedah ini juga dikenal dengan kaedah sebutan

“eja” atau latih tubi, tidak diketahui pasti siapa pengasasnya.

b. Sejarah Metode Al-Baghdadi

Kaedah ini merupakan kaedah yang paling lama dan meluas

digunakan di seluruh dunia. Metode ini dipercayai berasal dari Baghdad,

ibu Negara Iraq dan diperkenalkan di Indonesia seiring dengan kedatangan

saudagar dari Arab dan India yang singgah di Kepulauan Indonesia

(Zainul, 2008). Menurut (Komari, 2008) menjelaskan kaedah ini sudah

bermula dari pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah dan di Indonesia

kaedah tersebut telah diperkenalkan pada awal tahun 1930 an sebelum

kemerdekaan.

c. Perkembangan Metode Al-Baghdadi

Pengajian anak-anak dari waktu ke waktu, dari generasi ke

generasi, terus menyebar dalam jumlah besar merata di seluruh pelosok

tanah air. Berkat pengajian anak-anaklah maka kemudian umat Islam, dari

generasi ke generasi berikutnya, mampu membaca al-Qur‟an dan

mengetahui dasar-dasar keIslaman, namun seiring dengan perkembangan

zaman dan kemajuan iptek, sistem pengajian “tradisional” dan metode

pembelajaran dengan kaidah Baghdadiyah yang demikian jadi kurang

menarik. Anak-anak lebih tahan duduk berjam-jam di depan TV daripada

51

duduk setengah jam di depan guru ngaji. Akibatnya, harus dibutuhkan

waktu 2-5 tahun untuk bisa memiliki kemampuan membaca al-Qur‟an

(Yunus, 1979: 35). Akibat lebih lanjut adalah semakin banyak terlihat

anak-anak muda Islam yang tidak memiliki kemampuan membaca al-

Qur‟an.

Keprihatinan ini ternyata mendorong banyak ahli untuk mencari

berbagai solusi pemecahannya. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia

bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan pembaruan sistem dan

metode pembelajaran membaca al-Qur‟an ini. Tokoh pembaru yang cukup

menonjol adalah KH. As‟ad Humam dari Kotagede Yogyakarta yang telah

tekun menulis dan menyusun buku Iqro‟, cara cepat belajar membaca al-

Qur‟an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro”.

d. Teknik Pengajaran Metode Al Baghdadi

Cara mengajarkannya dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf

hijaiyah, kemudian tanda-tanda bacanya dengan dieja/diurai secara pelan.

Setelah menguasai barulah diajarkan membaca QS. al-Fatihah, an-Nas, al-

Falaq, al-Ikhlas, dan seterusnya. Setelah selesai Juz „Amma, maka dimulai

membaca al-Qur‟an pada mushaf, dimulai juz pertama sampai tamat.

Metode ini ternyata, menurut informasi berbagai pihak, telah sanggup

membawa anak-anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca

al-Qur‟an.

52

e. Faktor Pendukung

a) Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi,

santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah;

b) Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya

karena tidak menunggu orang lain.

f. Faktor Penghambat

a) Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah

dahulu dan harus dieja;

b) Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam

membaca;

c) Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.

2. Metode Pembelajaran Qiro‟ati

a. Pengertian Metode Qiro‟ati

Metode belajar qiroa‟ati adalah metode membaca al-Qur‟an

dengan menyebutkan huruf maupun mengucapkan bentuk bacaannya yang

berbeda-beda menurut para ahli qiraat dan masing-masing mengakui

keabsahan bacaan itu (Faizah, 2008:132).

b. Tujuan metode qiraati :

1) Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian al-Qur‟an (dari

segi bacaan tartil sesuai dengan kaidah tajwid;

53

2) Menyebarkan Ilmu Bacaan al-Qur‟an yang benar dengan cara yang

benar;

3) Mengingatkan para guru al-Qur‟an agar berhati-hati dalam

mengajarkan Al-Qur‟an;

4) Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran al-Qur‟an.

c. Prinsip –prinsip dasar Qiro‟ati :

1) Tiwagas (teliti, waspada dan tegas);

2) Daktun (tidak boleh menuntun);

3) CBSA : Cara belajar santri aktif;

4) LCTB : Lancar cepat tepat dan benar.

d. Dalam mengajarkan metode qiro‟ati ada I sampai VI yaitu:

1) Jilid I

Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca al-

Qur‟an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula,

guru harus memperhatikan kecepatan santri.

2) Jilid II

Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi

target Jilid I.

3) Jilid III

Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada

bacaan panjang (huruf mad).

54

4) Jilid IV

Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan

bertajwid.

5) Jilid V

Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus

mampu membaca dengan baik dan benar

6) Jilid VI

Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan

dengan pelajaran Juz 27.

e. Metode ini memiliki Faktor penghambat dan pendukung, yaitu:

1) Faktor penghmbat

Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode

ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.

2) Fator Pendukung

Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa

membaca al-Qur‟an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu

hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca al-Qur‟an dengan

tajwidnya itu fardlu ain.

Metode pembelajaran qiroati seperti ini terdapat prinsip untuk guru

dan murid. Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.

55

Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya

kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus test.

3. Metode Pembelajaran Iqro‟

a. Pengertian metode iqro‟

Metode iqro‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang

menekankan langsung pada latihan membaca (Abdullah, 2009:32). Adapun

buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang

sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.

Metode iqro‟ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang

bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf al-

Qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan

nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan

lebih bersifat individual.

b. Sejarah metode iqro‟

Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As‟ad

Humam di Yogyakarta. Buku metode Iqro‟ ini disusun/dicetak dalam

enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk

mengajar dengan tujuan untuk memudahkan setiap peserta didik (santri)

yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah yang akan

menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode iqro‟ ini termasuk

salah satu metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena

56

metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat

Indonesia.

c. Sejarah Perkembangan Metode Iqro‟

Sebelum K.H. As‟ad Humam meluncurkan metode Iqro‟ memang

sudah ada metode membaca al-Qur‟an yang dimanfaatkan oleh umat

Islam Indonesia antara lain dalam metode Juz Amma, metode al-Banjary,

metode al-Barqy dan banyak metode lainnya. K.H. As‟ad Humam dalam

menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang sudah ada

sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro‟ muncul, sekitar tahun 1988

langsung mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang

digunakan juga praktis dan membuat anak kecil bisa cepat menbaca al-

Qur‟an dengan fasih dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak seusia TK

umumnya belum bisa membaca al-Qur‟an.

Metode Iqro‟ memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak

orang. Pemerintah sendiri juga telah menganugrahkan penghargaan

kepada K. H. As‟ad Humam atas hasil karyanya ini. Tahun 1991 Mentri

Agama RI (waktu H. Munawir Sjadzali MA. Menjadikan TKA /TPA yang

didiriakn K. H. As‟ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya

sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang berfungsi sebagai Balai

Latihan dan pengembangan dan lembaga pengembangan ilawatil Qur‟an.

57

Metode iqro dari waktu kewaktu semakin memasyarakat. Bukan

saja masyarakat sekitar yang memanfaatkannya, tetapi merembet

masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar DIY, bahkan akhirnya

merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran metode

ini antara lain karena keihklasan K.H. As‟ad Humam dan para anak

buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota Gede, yang merupakan

markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode

Iqro terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan metode

ini.

d. Teknik pembelajaran metode iqro‟

Metode Iqro‟ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang

memikat perhatian anak TK Al-Qur‟an. Selain itu, didalam masing-

masing jilid dari buku panduan Iqro‟ ini sudah dilengkapi dengan

bagaimana cara membaca dan petunjuk mengajarkan kepada santri. Ada

10 macam sifat-sifat buku Iqro‟ yaitu, bacaan langsung, CBSA (Cara

Belajar Siswa Aktif), privat, modul, asistensi, praktis, sistematis,

variatif, komunikatif, dan fleksibel. Bentuk-bentuk pengajaran dengan

metode iqro‟ antara lain, TK al-Qur‟an, TP al-Qur‟an, digunakan pada

pengajian anak-anak di masjid/musholla, menjadi materi dalam kursus

baca tulis al-Qur‟an, menjadi program ekstra kurikuler sekolah,

digunakan di majelis-majelis taklim.

58

e. Faktor Pendukung adalah:

1) Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan

santri yang dituntut aktif;

2) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara

bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi

jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah);

3) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan

benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-

hargaan;

4) Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem

tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya

menyimak.

f. Faktor Penghambat sebagai berikut:

1) Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini;

2) Tak ada media belajar;

3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.

4. Metode Pembelajaran At–Tartil

a. Pengertian

Metode Tartil merupakan salah satu metode pembelajaran al-

Qur‟an yang lebih praktis dan lebih cepat untuk membantu murid/pelajar

membaca al-Qur‟an. Metode tartil adalah cara membaca al-Qur‟an dan

59

disertai dengan lagu-lagu tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah

ilmu tajwid.

b. Sejarah Perkembangan Metode Tartil

Metode ini diperkenalkan oleh Hj. Gazali, S.MIQ, M.A (Pensarah

Ilmu Al-Qur‟an Sekolah Tinggi Agama Islam, Pengembangan Ilmu Al-

Qur‟an “STAI-PIQ” Negeri Sumatera Barat, Indonesia) pada tahun 1998.

Pada mulanya metode ini diberi nama “ Metode Cepat dan Praktis

Membaca Al-Qur‟an.”

Metode ini terdiri dari dua, yaitu Tartil I dan Tartil II. Tartil I

adalah untuk memandu murid/pelajar mengenali huruf, membaca huruf

berbaris satu, sukun, musyaddah dan tanwin. Tartil II adalah untuk

memandu murid/pelajar mempelajari mad, ghunnah, dan waqaf wal

ibtida‟.

Pembelajaran dilakukan setiap hari (satu kali pertemuan 1 Jam),

murid/pelajar hanya memerlukan masa empat bulan untuk mempelajari

kedua siri metode tartil tersebut. Proses pembelajarannya mengaktifkan

peserta didik dalam membaca al-Qur‟an dan disertai dengan lagu-lagu

tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.

c. Pembelajaran al-Qur‟an dengan Metode Tartil:

Pembelajaran al-Quran dengan metode tartil ini biasanya

menggunakan aturan sebagai berikut:

60

1) Pembelajaran al-Quran dilakukan oleh ustadz/ustadzah yang sudah

mendapatkan syahadah mengajar terlebih dahulu dari Biro TPQ.

Sedangkan dalam penerapan metode at-Tartil ini dalam setiap Jilidnya

terdapat materi pelajaran dan cara mengajarkannya, selain itu juga

terdapat pokok-pokok pelajaran di setiap jilidnya dan dengan

menggunakan strategi klasikal dan privat individual sebagai

evaluasinya.

2) Kedua, upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan

pembelajaran baca tulis al-Qur‟an adalah dengan adanya pembinaan

dan penataran secara berkelanjutan yang dilakukan oleh Biro TPQ.

Dalam bacaan at-Tartil akan dinilai setiap hari dan dicatat hasilnya

pada evaluasi harian oleh gurunya masing-masing agar diperhatikan

oleh orang tuanya di rumah. Diadakannya imtihan setiap tahun dan

diadakannya imtas bagi yang sudah lulus jilid 6 (Bacaan Gharib yang

ada di jilid 6).

3) Empat komponen asas yang menjadikan metode At-Tartil lebih praktis

dan lebih cepat dibanding dengan metode lain, yaitu:

d. Materi Lisan dan Tulisan.

Materi lisan dan tulisan hanya memerlukan 27 kali pertemuan

untuk Tartil I dan 22 kali pertemuan untuk Tartil II (1 kali pertemuan 45-

60 menit). Murid/pelajar Insya Allah Swt pada masa 4 bulan sudah

61

mampu membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik dan benar. Masa 4

bulan tersebut sudah termasuk masa untuk mengevaluasi, sekiranya ada

diantara murid/pelajar yang agak lambat belajar.

e. Materi Wajib

Materi wajib yang diajarkan adalah materi menulis ayat al-Quran

dengan baik yang telah disediakan lansung dalam buku yang digunakan.

f. Faktor pendukung dan Penghambat

1) Faktor pendukung siswa sudah menguasai bacaan secara tartil dan

fasih.

2) Faktor Penghambat waktu belajar relatif terbatas.

5. Metode Pembelajaran Tilawati

a. Pengertian

Metode pembelajaran tilawati adalah merupakan salah satu di

antara metode pengajaran al-Qur'an. Tilawati menawarkan suatu sistem

pembelajaran al-Qur'an yang yang mudah, efektif dan efesien demi

mencapai kualitas bacaan, pemahamanan dan implementasi al-Qur'an.

Titik berat pendidikan tidak hanya pada santri melalui munaqasah tapi

juga pada guru/ustadz dan ustadzah dibina. Metode Tilawati

menggabungkan metode pengajaran secara klasikal dan privat secara

62

seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih efektif. Ustadz atau ustadzah

dapat mengajari santri 15-20 orang tanpa mengurangi kualitas. Waktu

pendidikan anak menjadi lebih singkat dengan kualitas yang

diharapkan/standar. Sehingga kelas TQA dapat dicapai anak mencapai

kelas 6 dan drop out dari TPA.

b. Sejarah Perkembangan Metode Tilawati

Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim yang terdiri

dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa. Kemudian dikembangkan

oleh Pesan tren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati

dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-

TPA.

c. Faktor Penghmbat Metode Tilawati:

1) Menyeimbangkan pendekatan pembelajaran secara klasikal dan

individual;

2) Metode ini disusun secara praktis sehingga mudah dipelajari.

d. Faktor Pendukung Metode Tilawati:

a) Menekankan pada kemampuan peserta didik untuk dapat membaca al-

Qur‟an secara tartil;

b) Menggunakan variasi lagu-lagu tilawah dalam membaca al-Qur‟an

sehingga tidak membosankan.

63

TPQ telah membuktikan efektifitas dan kemudahan pembelajaran

al-Qur‟an metode Tilawati menuju bacaan tartil. Ada beberapa hal yang

menyebabkan mereka menggunakan Tilawati :

a) Buku Tilawati disusun oleh para aktifis pengerak pendidikan al-

Qur‟an di TPQ dan sekolah formal di Indonesia;

b) Buku Tilawati diajar dengan menggunakan standart lagu rost dari

jilid 1 s.d. jilid 6 dan menggunakan lagu nahawan untuk

pengembangan;

c) Buku Tilawati dilengkapi media pembelajaran lainnya yaitu peraga,

kaset lagu, dan video teknik pembelajaran;

d) Buku menerapkan strategi pembelajaran klasikal dan individual

secara seimbang dan proporsinal sehingga proses belajar mengajar

menjadi efektif dan efisien, pembelajaan menjadi mudah dan

menyenangkan, pengelolaan santri menjadi lebih tertib, dan target

pembelajaran menjadi lebih mudah terpenuhi.

D. Problematika Pembelajaran Al-Qur’an

Problematika berasal dari kata problem yang berarti masalah atau

persoalan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, problematika berarti masih

menimbulkan masalah atau masih belum dapat dipecahkan. Problematika

pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang

harus dipecahkan agar tercapainya tujuan yang maksilmal. Salah satu aspek

64

pendidikan agama yang kurang mendapat perhatian adalah pendidikan membaca

al-Qur‟an. Pada umumnya orang tua lebih menitik beratkan pada pendidikan

umum saja dan kurang memperhatikan pendidikan agama termasuk pendidikan

membaca al-Qur‟an. Sebagai langkah awal adalah meletakkan dasar agama yang

kuat pada anak sebagai persiapan untuk mengarungi hidup dan kehidupannya.

Dengan dasar agama yang kuat, maka setelah menginjak dewasa akan lebih arif

dan bijaksana dalam menentukan sikap, langkah dan keputusan hidupnya karena

pendidikan agama adalah jiwa (spiritualitas) dari pendidikan. Untuk itu pada

masa kanak-kanak perlu adanya penanaman budi pekerti yang luhur dan

keimanan yang berdasarkan pada tuntunan Allah Swt. Dan pada masa inilah anak-

anak harus mulai diperkenalkan pada al-Qur‟an yang menjadi pegangan dan

pedoman di kehidupannya nanti, sehingga ketika dewasa tidak kehilangan

pegangan dan pedoman, meskipun badai topan melanda kehidupan rohaninya.

Sedangkan lembaga pendidikan Islam di usia dini yang akan menjawab terhadap

tantangan keringnya nilai spiritual dan keagamaan umat dewasa ini, yang tersebar

keseluruh nusantara adalah TPQ. Fenomena ini muncul tentunya akan membawa

tujuan agung yaitu sebagai penyelamat generasi penerus dan merupakan jawaban

generasi mendatang, karena sejak dini sudah diperkenalkan nilai-nilai agama yang

bersumber kepada wahyu Ilahi Rabbi yaitu al-Qur‟an.

Agama Islam memerintahkan kepada umatnya untuk mempelajari serta

mengajarkan kitab suci al-Qur‟an, karena al-Qur‟an adalah sumber dari segala

65

sumber ajaran Islam yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Tugas ini

menjadi tanggung jawab semua orang khususnya orang tua. Salah satu problem

yang cukup mendasar adalah kondisi obyektif umat Islam dewasa ini, salah

satunya adalah buta akan al-Qur‟an yang menunjukkan indikasi prestasi

meningkat, hal ini perlu segera diatasi, maka giliran umat Islam akan mengalami

kemunduran diberbagai bidang.

Umat Islam sekarang menuju pada abad yang disinari oleh pengetahuan

yang telah dicapai oleh orang-orang Eropa dan Amerika terutama dalam bidang

teknologi. Umat Islam lupa telah mempunyai al-Qur‟an yang merupakan kitab

suci yang telah memberikan pengaruh begitu luas dan mendalam terhadap jiwa

manusia. Al-Qur‟an merupakan dasar keyakinan keagamaan, keibadahan, dan

hukum, membimbing manusia dalam mengarungi hidupnya, adalah sangat layak

apabila al-Qur‟an mendapat perhatian istimewa.

Keberhasilan suatu program, terutama pengajaran dalam proses belajar

mengajar tidak lepas dari pemilihan metode dan menggunakan metode itu sendiri.

Banyak sekali metode pengajaran oleh para pendidikan Islam, karna dengan

adanya metode ini kemudian banyak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan

pengajaran al-Qur‟an seperti TPA, TPQ yang semuanya itu bertujuan untuk

memberikan pengajaran terhadap anak-anak dalam membaca al-Qur‟an.

E. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)

1. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ)

66

Taman pendidikan al-Qur‟an adalah sebuah lembaga pendidikan yang

memfokuskan diri pada pembelajaran menulis dan membaca al-Qur‟an, TPQ

merupakan lembaga pendidikan non-formal yang menitik beratkan pada

pembelajaran serta penanaman nilai-nilai qur‟ani pada anak usia pendidikan

dasar (Miftah, 2011:7), jika kita lihat pada realitas pendidikan yang terjadi di

masyarakat, dari tahun ke tahun TPQ ini sudah jelas semakin banyak

jumlahnya, berbagai organisasi keagamaan kemasyarakatan dan lembaga

pendidikan seakan berlomba untuk menyelanggarakan pendidikan yang

bertujuan untuk menjadikan anak mampu membaca al-Qur‟an dengan baik

dan benar tersebut, ini tentunya lebih mempermudah masyarakat untuk

memberikan pendidikan al-Qur‟an kepada anak-anaknya.

Pendidikan merupakan jembatan bagi anak untuk belajar, berkarya,

mengetahui ilmu agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan

negara.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman. Fungsi dan tujuan

pendidikan nasional tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3

yaitu:

67

a. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan

nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar,

adalah TPQ, atau Taman Pendidikan al Quran, yang banyak terdapat di

Masjid.

b. Masyarakat masih kurang memperhatikan TPQ yang ada di desanya atau

lingkungan tempat tinggalnya. Kebanyakan orang tua lebih mementingkan

pendidikan formal bagi anaknya. Padahal TPQ bagus untuk menambah

ilmu keagamaan dan pendidikan karakter sang anak. Sebaiknya lembaga

nonformal yang baik juga diperhatikan agar lebih maju dan berkembang

walaupun tidak mendapatkan biaya dari APBN.

Menurut psikologi perkembangan anak antara umur 4-7 tahun, anak

cenderung punya rasa ingin tahu yang besar , terutama dalam hal belajar,

namun biasanya anak dihadapkan pada pilihan-pilihan antara bermain,

mengerjakan tugas dan belajar. Oleh karena itu bimbingan arahan dan

motivasi dari guru TPQ dalam membimbing belajar al-Qur‟an sangatlah

penting.

Pengembangan TPQ harus dimulai dari niat yang tulus untuk

mengabdi kepada Allah kepada kepentingan pendidikan umat. Selain itu

baru melangkah pada upaya mengembangkan menejemennya. Menejemen

merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber

68

daya organisasi agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Untuk itu pimpinan lembaga harus mampu memberikan pengarahan dan

fasilitas kerja pada partner agar mereka kooperatif menuju cita-cita dan

tujuan organasi.

2. Sejarah dan Tumbuh Kembang Pendidikan Qur‟an

Pendidikan al-Qur‟an model TKA/TKQ dan TPA/TPQ sekarang telah

berkembang dengan pesat. Hampir setiap kampung atau desa akan ditemukan

TKA/TKQ dan TPA/TPQ dengan berbagai aktifitas pembelajaran al-

Qur‟annya. Sejarah pembentukan TKA/TKQ dan TPA/TPQ pun telah melalui

jalan sejarah yang panjang. Sebelum sistem pendidikan al-Qur‟an dengan

bentuk Taman Kanak-kanak Al-Qur‟an (TKA/TKQ) dan Taman Pendidikan

Al-Qur‟an (TPA/TPQ) berkembang pesat yaitu sebelum tahun 1990-an,

jumlah anak muda Indonesia yang tidak lancar dan tidak mampu membaca al-

Qur‟an semakin meningkat. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya

catatan-catatan berikut :

a. Umat Islam Indonesia di tahun 1950-an baik tua ataupun muda yang tidak

mampu membaca al-Qur‟an ada 17 %, dan kemudian pada tahun 1980-an

meningkat menjadi 56 %;

b. Berdasarkan Hasil penelitian yang dilaksanakan Pimpinan Wilayah

Muhammadiyah DKI Jakarta bekerjasama dengan Dewan Dakwah

69

Indonesia pada tahun 1988 terdapat kenyataan bahwa 75 % pelajar SMA

di Jakarta tidak mampu mambaca al-Qur‟an;

c. Berdasarkan Hasil survey Kantor Departemen Agama Kotamadya

Semarang tahun 1994 di Kotamadya Semarang untuk anak-anak SD se-

Kotamadia Semarang, tercatat data bahwa keberhasilan pengajaran

membaca al-Qur‟an di SD se-Kotamadia Semarang hanya 16 % saja

(Sukindar, 1995).

Catatan-catatan tersebut memberikan kesimpulan bahwa telah terjadi

peningkatan ketidakmampuan umat Islam, khususnya generasi mudanya

dalam membaca al-Qur‟an. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia

bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan terobosan dalam

menanggulangi ketidakmampuan umat Islam Indonesia dalam membaca al-

Qur‟an. Di antara tokoh pembaru yang cukup menonjol adalah KH. As‟ad

Humam dari Kotagede Yogyakarta. KH. As‟ad Humam bersama kawan-

kawannya yang dihimpun dalam wadah Team Tadarus Angkatan Muda

Masjid dan Mushalla (Team Tadarus AMM) Yogyakarta, telah mencari

bentuk baru bagi sistem pengelolaan dan metode pembelajaran membaca al-

Qur‟an. Setelah melalui studi banding dan ujicoba, maka pada tanggal 21

Rajab 1408 H (16 Maret 1988) didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur‟an

(TKA) “AMM” Yogyakarta.

70

Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Romadlon 1409 H (23 April

1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) “AMM”

Yogyakarta. Antara TKA dengan TPA tidaklah memiliki perbedaan dalam

sistem, keduanya hanya berbeda dalam hal usia anak didiknya. TKA untuk

anak usia TK (4,0-6,0 th), sedang TPA untuk anak usia SD (7,0-12,0 th)

(Marzuki, 2008:1).

3. Metode Pembelajaran Al-Qur‟an Pada TPQ

Metode pembelajaran merupakan salah satu cara atau alat untuk

mencapai kemampuan atau tujuan yang diharapkan. Jadi metode adalah suatu

cara untuk menyampaikan bahan pengajaran dalamproses kegiatan belajar

mengajar sehari-hari (Marzuki, 2008:10). Langkah awal untuk menetukan

sebuah metode tepat adalah dengan mengetahui terlebih dahulu kemampuan

atau tujuan yang diharapkan. Metode pembelajaran disesuaikan dengan tahap

perkembangan anak serta memperhatika prinsip bermain sambil belajar atau

belajar sambil bermain. Secara teoritik ragam metode yang ada dan dapat

digunakan adalah metode bercerita, Tanya jawab, demonstrasi, pembagian

tugas, bermain peran, latihan, kerja kelompok dan karya wisata.

4. Materi TPQ

Materi TPQ terdiri dari materi pokok dan materi penunjang.

a. Materi Pokok

1) Membaca al-Qur‟an sesuai kaidah ilmu tajwid;

71

2) Praktik wudhu dan sholat;

3) Menghafal bacaan sholat;

4) Hafalan 10 do‟a sehari-hari dan etikanya;

5) Hafalan 13 surat pendek dalam Juz;

6) Memahami dasar-dasar akidah akhlaq;

7) Membiasakn berinfaq dan sodaqoh.

b. Materi Penunjang

1) Pelajaran menulis huruf Hijaiyah;

2) Pelajaran ilmu tajwid;

3) Sejarah kebudayaan Islam;

4) Hafalan ayat Kursi;

5) Hafalan 100 kosa kata bahasa Arab (anggota tubuh, benda sekitar,

bilangan, warna, dan lain-lain);

6) Pelajaran bermain, cerita dan menyanyi yang Islami.

5. Media TPQ

Demi menunjang kelancaran kegiatan mengajar (mengaji), TPQ telah

menggunakan media pengajaran. Media yang dibutuhkan dalam mendukung

proses belajar mengajar antara lain sarana belajar dan bermain termasuk

media pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran yang direncanakan

(Marzuki, 2008:10).

72

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. TPQ Al Ghozali

1. Letak Geografis

Letak Geografis TPQ Al Ghozali berada di Desa Nobo Wetan

kelurahan Noborejo kec Argomulyo Kota Salatiga. Lebih rincinya lokasi TPQ

Al Ghozali dapat ditampilkan pada tabel berikut,

Tabel 1.1

Letak Geografis

No. Arah Mata Angin Keterangan

1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Dusun

Brajan Kecamatan Argomulyo

2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Dusun

Kembangsari Kecamatan

Tengaran

3. Sebelah Timur Berbatasan dengan Dusun Bener

Kecamatan Tengaran

4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Dusun

Nobotengah Kecamatan

Argomulyo

Sumber: Dokumentasi TPQ Al Ghozali

Kecamatan Argomulyo memilki batas wilayah: sebelah utara

kecamatan Argomulyo, sebelah selatan kecamatan Tengaran, sebelah timur

kecamatan Tengaran, sebelah barat kecamatan Argomulyo.

73

2. Sejarah Berdirinya TPQ Al Ghozali Noborejo

TPQ AL GHOZALI berdiri tanggal 15 Januari 1993 terletak di komplek

masjid Al Ghozali Nobowetan RT 01 RW 06 Kelurahan Noborejo,

Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Unit

pendidikan di TPQ Al Ghozali ini meliputi :

a. PAUD Berbasis al-Qur‟an ( usia 2-6 tahun);

b. Taman Pendidikan al-Qur‟an (usia 7-12 tahun).

3. Profil TPQ Al Ghozali Noborejo

TPQ Al Ghozali terletak di komplek masjid Al Ghozali Nobowetan RT

01 RW 06 Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga,

Provinsi Jawa Tengah. TPQ AlGhozali diketuai oleh Bp. Muhammad Yunus,

dan memiliki 75 santri.

4. Visi dan Misi TPQ Al Ghozali Noborejo

a. VISI

Mempersiapkan generasi Qur‟ani yang cerdas berakhlak mulia

b. MISI

Menjadi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ), pusat studi dan konsultasi

serta tempat belajar sambil bermain dalam rangka melejitkan kecerdasan

anak-anak menuju terciptanya generasi Qur‟ani yang shaleh, sehat,

cerdas, ceria, kreatif, tangguh dan mandiri menyongsong masa depan

gemilang.

74

5. Struktur Organisasi TPQ Al Ghozali Noborejo

Struktur kepengurusan TPQ Al Ghozali tahun 2015

Sumber: TPQ Al Ghozali

Pelindung

Takmir masjid Al Ghozali

Penasehat

KH. Ghufron

Dawami, S.Pd.I

Kepala TPQ

Muhammad Yunus

Bendahara

Slamet Muntaha

Sekretaris

Triyono, S.Pd.I.

Sie Kesiswaan

Mufarohan

Sie Sarana

Yasin

Sie Kurikulum

Indah Fitriany, S.Pd.I.

75

6. Nama-nama Ustadz/ah

Berikut adalah daftar nama pendidik TPQ Al ghozali Noborejo

Tabel 1.2

Daftar Pendidik TPQ Al Ghozali Noborejo

No Nama Status kode

1 M. Yunus Ustadz MY

2 Indah Fitryani S.Pdi Ustadzah IF

3 Nurunniyah S.Pdi Ustadzah NR

4 Fitri Rohmah Ustadzah FR

5 Eni Latifah Ustadzah EL

Sumber: TPQ Al Ghozali

B. Temuan Penelitian

1. Gambaran Informan

Metode pembelajaran al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali dapat didasarkan

pada beberapa pendapat ustadzah. Data ustadzah TPQ yang telah dimintai

bantuan untuk bimbingan antara lain:

Tabel 1.3

Daftar Informan TPQ Al Ghozali Noborejo

NO NAMA STATUS KODE

1. Indah Fitriany S.Pdi Ustadzah IF

2. Nurunniyah S.Pdi Ustadzah NR

3. M. Yunus Ustadz MY

Sumber: TPQ Al Ghozali

76

2. Identitas TPQ

Identitas TPQ Al Ghozali Noborejo berisi nama, jenjang, status

sekolah, letak sekolah, data pelengkap sekolah, dan kontak sekolah.

Adapun yang dimaksud adalah sebagai berikut;

Tabel 1.4 Identitas TPQ Al Ghozali

a. Nama, Jenjang, dan Status TPQ Keterangan

Nama Sekolah TPQ Al Ghozali

Jenjang Pendidikan Non formal

Status Sekolah Swasta

b. Letak TPQ

Alamat Nobowetan, Noborejo kecamatan

Argomulyo Salatiga

RT/RW RT 1/ RW 6

Nama Dusun Nobowetan

Desa/Kelurahan Noborejo

Kode Pos 50736

Kecamatan Argomulyo

c. Data Pelengkap TQ

Akta Pendirian Sekolah No 76

Tanggal Akta Pendirian 18 november 2011

Tanggal Pendirian 13 Januari 1993

Status Kepemilikan Yayasan

Luas Tanah Milik 417 m2

d. Kontak TPQ

Nomor Telepon 085866153696

Sumber: Dokumentasi TPQ Al Gozali

77

3. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di TPQ Al Ghozali

Noborejo oleh peneliti. Ditemukan beberapa pembelajran dalam

pembelajaran al-Qur‟an, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

pembelajaran al-Qur‟an serta upaya ustadz/ustadzah untuk mengatasi

hambatan dalam mengembangkan pembelajaran al-Qur‟an, beberapa di

antaranya dikemukakan oleh responden, yaitu sebagai berikut:

a. Metode Al Baghdadi

1) Teknik pembelajaran

a) Bagaimana ustadzah memberikan teknik pembelajaran

pengenalan al-Qur‟an dengan metode al-Baghdadi?

IF mengemukakan teknik pembelajaran al-Qur‟an

dengan metode al-Baghdadi:

“metode pembelajaran al-Qur‟an yang diajarkan

dengan cara ini yaitu dengan di eja perhurufnya mbak, jadi

anak lebih mudah menirukannya”. (wawancara, IF.

22/09/2015).

NR mengemukakan bahwa teknik pembelajaran al-

Qur‟an dengan metode al-Baghdadi menurut NR berpendapat:

“Salah satu metode pembelajaran alquran yang

bersifat aplikatif agar anak bisa paham dasar alquran. Kalau

anak yang belum bisa membaca alquran maka dengan metode

ini dimungkinkan menjadi salah satu metode yang umum

dipakai untuk memberikan ajaran awal terhadap santri

mbak.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

78

MY mengemukakan bahwa teknik pembelajaran al-

Qur‟an dengan metode al-Baghdadi:

“Dengan cara anak dikenalkan terlebih dahulu huruf-

huruf hijaiyah, kemudian guru mengejakan hurufnya dan anak

suruh menirukannya.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

b) Bagaimana ustadzah memperkenalkan tanda baca dengan

metode ini?

Cara memperkenalkan tanda baca dengan metode al

Baghdadi menurut Pendapat IF mengemukakan?

“ya cara memperkenalkannya sesuai dengan

bacaannya to mbak..” (wawancara, IF. 22/09/2015).

Cara memperkenalkan tanda baca dengan metode al

Baghdadi NR berpendapat:

“ya tekniknya sesuai dengan bacaan santri mbak..

kalau itu fathah ya diperkenalkan tanda fathah itu seperti apa,,

dan kalau kasroh seperti apa,, dan kalau dhammah seperti

apa,, tinggal menyesuaikan saja mbak,,” (wawancara, NR.

22/09/2015).

Cara memperkenalkan tanda baca dengan metode al

Baghdadi MY berpendapat: MY mengemuakakan “Ya sesuai

dengan tahapan anak itu sendiri, jika sudah masuk dalam

tanda baca fatkhah maka kita ajarkan apa itu tanda baca

fathah bagaimana bunyinya dan lain sebagainya, begitupun

tanda baca yang lain.”(wawancara, MY.22/09/2015).

c) Bagaimana ustadzah memperkenalkan tajwid kepada santri?

Cara memperkenalkan tajwid kepada santri melalui al

Baghdadi, IF mengemukakan?

“Dijelaskan dahulu mbak, dan kita tuliskan melalui

papan tulis, agar siswa faham, dan kita jelaskan dengan cara

79

member contoh bacaan,, agar siswa mampu menebak bacaan

itu tajwidnya apa seperti itu mbak.” (wawancara, IF.

22/09/2015).

Cara memperkenalkan tajwid kepada santri melalui al

Baghdadi, NR berpendapat:

“Ditulis mbak,, agar siswa dapat membedakan bacaan

tajwid dan cara membacanya” (wawancara, NR. 22/09/2015).

Cara memperkenalkan tajwid kepada santri melalui al

Baghdadi, MY berpendapat:

“Dengan dijelaskan terlebih dahulu apaitu bacaan

idhar, ikhfa‟, iqlab dll, setelah itu ustadz/ustadzah

menuliskannya dipapan tulis agar santri lebih memahaminya.”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

d) Berapa lama metode albaghdadi bisa membantu siswa dalam

kelancaran membaca?

Metode Al Baghdadi bisa membantu siswa dalam

kelancaran membaca IF mengemukakan pendapatnya:

“semua metode pembelajaran itu tidak bisa menjamin

cepat lambatnya pemahaman anak, begitu pula metode ini,

sudah kita ketahui kalau di TPQ anak yang belum sekolah pun

juga sudah ikut,, jadi semua itu belum bisa menjamin

kelancaran anak,, hanya saja kelancaran anak itu bisa

dipengaruhi usia juga mbak,, bisa juga pendidikan dasar anak

di sekolah. Namun metode ini bisa membantu santri dalam

belajar membaca al-Quran, katakanlah dasarnya dulu mbak

dengan mengeja” (wawancara, IF. 22/09/2015).

Metode Al Baghdadi bisa membantu siswa dalam

kelancaran membaca NR mengemukakan pendapatnya:

“Kalau saya kelancaran siswa itu belum tentu

dipengaruhi dari metode mbak.. namun metode ini bisa

80

membantu santri mbak,, saya akui itu,, tapi tidak semuanya

mbak,, karena tingkat pemahaman anak itu berbeda-beda

mbak..” (wawancara, NR. 22/09/2015).

Metode Al Baghdadi bisa membantu siswa dalam

kelancaran membaca MY mengemukakan pendapatnya:

“Kalau berapa lamanya belum pasti, karena tidak

semua metode biasa membuat anak langsung bisa lancar

dalam membaca. Karena tingkat pemahaman anak yang

berbeda-beda.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

e) Bagaimana cara ustadzah mengajarkan menulis huruf hijaiyah

dengan metode ini?

IF berpendapat,: “ Dengan metode al Baghdadi itu bisa

memperkenalkan kepada santri, karena metode ini bisa

dikatakan metode kuno, namun implementasinya banyak yang

berhasil. Caranya ya dengan dituliskan dipapan tulis mbk,,

kemudian kita menyuruh santri untuk menyalinnya dan kita

ajarkan sekalian cara memebacanya.” (wawancara, IF.

22/09/2015).

Metode albaghdadi bisa membantu siswa dalam

menulis huruf hijaiyah NR mengemukakan pendapatnya:

“Dengan mengenalkan anak tentang huruf hijaiyah kemudian

anak disuruh untuk menuliskan huruf hijaiyah yang di bacakan

oleh ustadah gitu mbk,,” (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat: “Dengan cara anak dikenalkan

terlebih dahulu tentang huruf-huruf hijaiyah, kemudian guru

mengejakan huruf tersebut dan anak suruh menuliskannya.”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

f) Bagaimana cara ustadzah mengajari membaca dan

menyambung huruf hijaiyah?

IF berpendapat: “Tidak lepas daripertanyaan

sebelumnya mbak,,kita tuliskan dahulu kemudian kita ajari

mbk, sebenarnya tidak dalam metode albaghdadi saja

81

melainkan semua metode cara mengajarkan menyambung

huruf sama seperti itu tadi.. (wawancara, IF. 22/09/2015).

NR mengemukakan bahwa: “seperti yang tadi saya

bilang ya mbk, saya memperkenalkan huruf hijaiyah terlebih

dahulu kepada siswa kemudian menyuruh santri untuk

menuliskanhuruf yang saya baca.” (wawancara, NR.

22/09/2015).

MY mengemukakan bahwa: “Jawabannya seperti yang

telah saya katakana awal tadi, yaitu anak dikenalkan huruf-

huruf hijaiyah terlebih dahulu kemudian anak diajarkan

menulus bagaimana cara menyambung huf yang satu dengan

yang lain.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

2) Faktor Penunjang

b) Apakah sumber daya manusia juga mempengaruhi

pembelajaran al-Qur‟an?

“ IF berpendapat SDM anak itu berbeda beda mbak,

ada yang cepat penangkapan materinya, ada juga yang tidak.

Namun metode ini memudahkan pihak pendidik dan santrinya

mbak, karena simple namun banyak yang berhasil. “

(wawancara, IF. 22/09/2015)

NR mengemukakan bahwa faktor penunjang

pembelajaran al-Qur‟an menurut NR : “Dengan metode ini

anak mudah menerima karena dapat memahami tulisan dan

cara membacanya.” (wawancara, NR. 22/09/2015)

MY berpendapat : Melihat kondisi yang ada, SDM

anak disini sangat berbeda-beda, ada yang cepat dalam

penangkapan pembelajarannya ada pula yang lemah, tapi

penggunaan metode ini sangat membantu sekali dalam

pembelajaran di sini, karena anak benar-benar di ajarkan.”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

c) Teknik pembelajaran apa saja yang digunakan pada

pembelajaran al-Qur‟an?

82

IF berpendapat: “Teknik yang digunakan itu tidak berat

namun semua pendidik rata-rata menggunakan itu.dan

tekniknya mudah, jika gurunya sabar dalam mengajar banyak

yang berhasil. (wawancara, IF. 22/09/2015)

NR dengan menuliskan dipapan tulis atau ditulis

menyalin dari buku (wawancara, NR. 22/09/2015)

MY berpendapat “Dengan menggunaka teknik di eja

kemudian dituliskan dipapan tulis dan anak suruh menulisnya.”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

d) Sarpras apa saja yang digunakan dalam pembelajaran al-

Qur‟an?

IF berpendapat sarprasnya ya buku turutan itu mbak,,

(wawancara, IF. 22/09/2015)

NR “sarprasnya itu buku tulis dan alat tulis yang

dibawa santri mbak, sama buku pegangan yang kita bawa

yaitu buku turutan.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat “Sarprasnya ya Cuma papan tulis,

turutan, meja (dampar) dan tempat yaitu masjid.”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

e) Bagaimana dengan waktu yang diperlukan dengan metode ini?

IF berpendapat “waktunya cukup lama mbak namun

rata-rata metode ini banyak yang berhasil.” (wawancara, IF.

22/09/2015).

NR menggunakan waktu yang sedikit lebih lama

disbanding metode-metode yang lain.” (wawancara, NR.

22/09/2015).

MY berpendapat “Cukup, dan metode ini dibilang

sangat simple dan sangat membantu dalam pemahaman

anak.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

83

3) Faktor penghambat

a) Apa sumber daya manusia berpengaruh terhadap metode ini?

IF berpendapat ,”rata-rata murid kalau dengan metode

ini lama bisa membacanya, kalau dengan iqro‟ itu biasanya

lebih cepat.”(wawancara, IF. 22/09/2015)

NR berpendapat “kalau dengan penggunaan metode ini

anak memang dituntun secara pelan-pelan dan memang

pengajaran dari awal sekali dari pengenalan huruf-huruf

hijaiyah.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat “Faktor penghambat dalam SDM nya

yaitu karena perbedaan antara anak yang satu dengan yang

lainnya,jadi penangkapan anak berbeda-beda, sehingga

pembelajaran belum begitu maksimal.” (wawancara, MY.

22/09/2015).

b) Bagaimana teknik pembelajarannya?

IF berpendapat, tekniknya itu harus sabar mbak,itu

kuncinya, namun metode ini memang bisa dikatakan mudah-

mudah gampang,soalnya banyak juga yang pencapaian

membaca dengan teknik ini itu lambat mbak. (wawancara, IF.

22/09/2015)

NR berpendapat : teknik yang diajarkan yaitu dengan

cara di eja, jadi guru dituntut untut lebih exstra dalam

mengajarkan pembelajaran al-qur‟an menggunakan metode

tersebut, serta guru harus bisa lebih sabar, kususnya dikelas

awal, guru memang dituntut agar lebih bisa bersabar dan

memahami anak serta bisa menjadi sahabat bagi anak itu

sendiri. (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat “Kurangnya pengawasan anak ketika

mengaji dan pembelajaran, sehingga anak sering bermain

sendiri, sedangkan teknik yang diajarkan anak harus

mendengar dengan baik, karena metode ini memperkenalkan

huruf hijaiyah dari dasar sekali, dan guru memang harus

84

exstra dalam mengajarkan metode tersebut.” (wawancara,

MY. 22/09/2015).

c) Bagaimana dengan penggunaan sarpras?

IF berpendapat, karena sarprasnya tidak menunjang

maka metode ini kurang menarik mbak,dan

membosankan.(wawancara, if. 22/09/2015)

NR berpendapat, kurangnya memadai sarana dan

prasarana yang ada di TPQ, seperti buku (kitab turutan/iqro‟)

serta meja buat mengaji.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat “Ya terkendala dalam kitab / iqra‟ /

turutan serta meja dalam mengaji, karena meja yang ada

belum bisa memenuhi santri yang ada.” (wawancara, MY.

22/09/2015).

d) Bagaimana dengan pengguaan waktu?

IF berpendapat , “waktu yang dpakai metode ini cukup

lama, karena santrinya banyak, kalau harus mengajari santri

dengan mengeja satu persatu terlalu lama,npadahal TPQ

Cuma 1 jam mbak, dari jam 4-5 sore.”(wawancara, IF.

22/09/2015)

NR berpendapat, “kurangnya waktu pembelajaran

yang ada mengakibatkan pengajaran metode ini kurang begitu

maksimal, soalnya pengajaran dimulai dari jam 4-5 sore.”

(wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat, “Dengan waktu yang ada, yaitu I jam

dari jam 4 sampai jam 5 metode ini masih belum bisa

dijalankan begitu maksimal.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

e) Bagaimana upaya mengatasi hambatan-hambatan yang ada?

IF berpendapat, dengan kreatifitas saya mbak agar santri

tidak jenuh, itu saja mbak..(wawancara, if. 22/09/2015)

NR berpendapat, memberikan tugas kepada anak-anak

supaya tidak bermain sendiri dan mau memperhatikan guru

ketika dijelaskan. Ketika anak sibuk bermain diberi sanksi

85

dengan cara disuruh membacakan apa yang ditulis

didepan.(wawancara, NR. 22/09/2015)

MY berpendapat “cara mengatasi hambatan yaitu

ustadz/ustadzahnya harus lebih bisa menghendel dan

mengondisikan anak, serta harus bisa lebih kreatif lagi dalam

mengajar, sehingga anak tidak bosan dan jenuh.”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

b. Metode Iqro‟

1) Teknik Pembelajaran

a) Pengenalan Huruf

Bagaimana ustadz ustadzah memberikan teknik pembelajaran

pengenalan al-Qur‟an dengan metode iqro‟?

IF berpendapat, “Pengenalan huruf dikenalkan dengan

cara step by step bersamaan dengan tanda baca.” (wawancara,

IF. 22/09/2015).

NR berpendapat,” dengan memperhatikan bacaan

panjang dan pendek.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY mengemukakan bahwa “Pengenalan huruf dengan

metode ini, anak dikenalkan langsung melalu proses

pembelajaran, yaitu guru menuliskan huruf tersebut dipapan tulis

dan guru menunjuk satu persatu huruf tersebut dan anak disuruh

untuk membunyikannya.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

b) Tanda baca

Bagaimana cara ustadz dan ustdzah mengenalkan tanda baca al-

Qur‟an kepada santri?

IF berpendapat, “Pengenalan tanda baca dikenalkan

dengan cara step by step bersamaan dengan pengenalan huruf.”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

86

NR berpendapat, “pengenalan tanda baca dalam metode

ini dilakukan secara bertahap, dengan pengenalan secara

langsung dan persangkutan saat membaca iqro‟ / turutan.”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

MY berpendapat bahwa “Pengenlan tanda baca dilkukan

secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak.” (wawancara,

MY. 22/09/2015).

c) Tajwid

Bagaimana pengenalan tajwid dalam pembelajaran metode iqro‟?

IF berpendapat, “pembeljaran tajwid dengan cara

membaca iqro‟ dmulai dengan mad (panjang-pendek), untuk

mmateri qolqolah dan (nun mati) lebih mudah dengan

permainan ,karena materi sangat kompleks untuk menghindari

santri terbebani materi untuk follow up dari pembelajaran dari

bermain santri tetap membca iqro‟ sesuai dengan kemampuan

masing-masing.” (wawancara, IF. 22/09/2015).

NR berpendapat,menjelaskan tentang bacaan panjang

dan pendek sesuai dengan ketentuan bacaannya .dengan

menuliskan dipapan tulis mbk,, kemudian santri ikut menulis dan

di jelaskan oleh pendidik gitu,, (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat “sesuai dengan tahapan anak, apabila

anak sudah masuk iqra‟ 5-6 maka pengenalan tajwid sudah kita

berikan. (wawancara, MY. 22/09/2015).

d) Kelancaran

Bagaimana cara melancarkan bacaan anak?

IF berpendapat, “kelancaran membca berdasarkan

ketukan 1harokat 1ketukan,jika 2 harokat 2 ketukan begitu

seterusnya.jika santri keliru membaca misal panjang dibaca

pendek cuup ditegor “mengapa dibaca pendek?” tidak langsung

disalahkan.” (wawancara, IF. 22/09/2015).

87

NR berpendapat, “membaca dengan cara diulang-ulang

dapat menjadikan anak lancar dalam mebacanya.” (wawancara,

NR. 22/09/2015).

MY berpendaat “Dengan membaca bacaan tersebut

secara berulang-ulang kemudian anak disuruh

menyalin/menuliskan bacaan yang dibaca tadi dibuku tulisnya.”

(wawancara, MY. 22/09/2015)

e) Menulis huruf hijaiyah

Bagaimana teknik pengajaran penulisan huruf hijaiyah yang

diberikan kepada anak?

IF berpendapat, “Untuk menulis huruf hjaiyah

menggunakan buku untuk menulis halus,tujuanya adalah untuk

membedakan huruf-huruf yang harus ditulis diatas

garis,memotong garis,menulis huruf diawali dengan menulis

huruf yang diatas garis.” (wawancara, IF. 22/09/2015).

NR berpendapat,”hampir sama dengan metode Al

Baghdadi” (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY Berpendapat “Dengan menuliskan huruf kembali

dipapan tulis kemudian guru membacakannya yang kemudian

anak suruh menirukan.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

f) Menyambung huruf

Bagaimana cara pengajaran teknik penyambungan huruf terhadap

anak?

IF berpendapat, “Untuk menyambung huruf diawali

dengan memilih-milih huruf-huruf yang disambung didepan,

ditengah dan dibelakang kemudian dilanjutkan dengan huruf

yang tidak bisa disambung didepan, ditengah dan dibelakang.”

(wawancara, IF. 22/09/2015).

NR berpendapat, “meminta santri untu menuliskan surat-

surat pendek.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

88

MY berpendapat “Anak diajarkan terlebih dahulu

mengenai huruf-huruf yang bisa menyambung dan tidak bisa

menyambung, kemudian ustadz/ustadzah mengajarkan

bagaimana cara menyambung huruf dengan baik dan benar.”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

2) Faktor penunjang

a) Sumber Daya Manusia

Apakah sumber daya manusia juga mempengaruhi pembelajaran

al-Qur‟an?

IF berpendapat, “dalam pelaksanaan KBM ustadadzah

harus bersyahadah sehingga pembelajaran tujuannya jelas

,sesuai sasaran, dan tepat.” (wawancara, IF. 22/09/2015).

NR berpendapat, “santri akan mudah menerima karena

dibaca bersama-sama antara pengajar dan santrinya.”

(wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat “Dalam pelaksanaan KBM, SDM

sangat mendukung sekali karena metode ini mengajak anak

untuk belajar bersama-sama. Sehingga anak mampu mengikuti

dengan baik.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

b) Teknik

Teknik apa saja yang digunakan dalama metode iqro‟?

IF berpendapat, “Teknik sesuai item A diatas 1-6.”

(wawancara, IF. 22/09/2015).

NR berpendapat, “membaca dengan memperhatikan

bacaan tajwi.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat “Sesuai dengan iqra‟ santri, kalau

santri sampai iqro‟ 1 dan 2 maka kita ajarkan dan kenalkan apa

89

itu huruf hijaiyah, apabila sudah sampai iqro‟ 5 dan 6 kita

kenalkan tajwidnya.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

c) Sarpras

Bagaiman dengan sarpras yang ada di TPQ?

IF berpendapat, “sarpras yang digunakan iQro‟ jilit 1-6

untuk pembelajaran indifidu, untuk klasikal meggunakan iqro‟

klasikal.” (wawancara, IF. 22/09/2015).

NR berpendapat, “sarana dan prasarana sudah memadai

dan sudah baik.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat “Sudah cukup baik dan medukung

pembelajaran santri.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

d) Waktu

Bagaimana dengan efisiensi waktunya?

IF berpendapat, “efektifitas iqro‟ secara indifidu

persantri 20-30 menit untuk membaca dan menulis.”

(wawancara, IF. 22/09/2015).

NR berpendapat, waktu lebih efektif dan efisien karena

dibaca bersama-sama antara pengajar dan santri.”

(wawancara, NR. 22/09/2015).

MY mengemukakan “Lebih bisa digunakan sebaik-

baiknya, karena waktu sangat efektif dalam pembelajaran,”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

3) Faktor penghambat

a) Sumber Daya Manusia

IF berpendapat, “Sumber Daya Manusia yang tidak

bersyahadah menjadi kendala dalam pembelajaran karena

kurang faham dengan metode iqro‟.” (wawancara, IF.

22/09/2015).

90

NR berpendapat, “sebagian santri banyak yang tidak

meperhatikan.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY mngemukakan “Kurangnya pengondisionalan santri,

sehingga santri ada yang tidak memperhatikan saat

pembelajaran.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

b) Teknik

IF berpendapat, “Tidak semua ustadz ustadzah

mengajarkan cara menulis huruf hijaiyah dengan baik dan

benar, yang sering terjadi ustadzah langsung memberi tugas

menulis arab tanpa mengindahkan kaidah menulisnya,jika ada

yang salah menulis tidak dibenarkan dulu tetapi langsung

dicoret.” (wawancara, IF. 22/09/2015).

NR berpendapat, “teknik pengenalan huruf hijaiyah,

mengunakan cara pengenalan secara bertahap, dengan

dituliskan langsung dipapan tulis, sehingga anak lebih

mengetahui dari bentuk hingga cara penulisannya, serta anak

juga dapat pmengetahui perbedaan huruf antara satu dan yang

lainnya. “(wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat “Ustadz/ustadzah kebanyakan tidak

mengajarkan anak sesuai dengan tahapan yang sesui dengan

iqro‟nya, jadi teknik pengenalannya belum begitu maksimal, tapi

sudah disuruh untuk lanjut ketahap berikutnya.” (wawancara,

MY. 22/09/2015).

c) Sarpras

IF berpendapat, “sarpras yang digunakan hanya iqro‟

yang dipakai untuk indifidu santri yang diajak menulis.”

(wawancara, MY. 22/09/2015).

NR berpendapat, “penunjang pembelajaran dalam

lingkup sarpas ini menggunakan berbagai linggkup sarana dan

prasana yang ada contohnya penggunaan buku iqro‟,

penggunaan media, penggunaan papan tulis dll. Sehingga anak

bisa lebih mudah dalam memahami pembelajaran yang di

ajarkan para ustadzahnya.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

91

MY mengemukakan “Kurangnya perencanaan dalam

pengajaran serta sulitnya dalam pengondisian siswa, sehingga

saat mengaji dan menulis ada beberapa santri yang belum

selesai mengaji dan menulis.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

d) Waktu

IF berpendapat, “waktu yang digunakan baca tulis

kurang makssimal, santri hanya membaca kurang lebih hanya

5menit saja selebihnya kadan waktu terbuang percuma, tanpa

ada kegiatan yang terarah dan terencana.” (wawancara, IF.

22/09/2015).

NR berpendapat, kurangnya efesiensi perencanaan

pembelajaran mengakibatkan waktu yang terbuang percuma

saat mengaji, sehingga ustad/ustdzah kurang begitu maksimal

dalam mengajarkan pembelajaran baik dalam baca tulis al

qur‟an.” (wawancara, NR. 22/09/2015).

MY berpendapat “Masalah pengadaan buku pegangan

buat ustadz/ustadzahnya, serta media pembelajaran yang kurang

memadai.” (wawancara, MY. 22/09/2015).

4) Upaya Mengatasi Hambatan

IF berpendapat, upaya untuk mengatasi SDM yang kurang

berkwalitas dengan memberikan kegiatan tentang pentingnya

tolabul ilmi,mengikutkan dibeberapa seminar dan diklat yang

diadakan BPKR MI atau organisasi yang lain. Memberi bisyaroh

yang layak, sehingga ustadzah bisa bertanggung jawab terhadap

amanah yang diberikan. (wawancara, IF. 22/09/2015).

NR berpendapat, “harus lebih banyak lagi mengikuti

pelatihan-pelatihan khususnya pelatihan dalam pembelajaran al-

qur‟an, serta lebih banyak lagi memaksimalkan diri kita agar bisa

menularkan ilmu yang lebih opimal.” (wawancara, NR.

22/09/2015).

MY berpendapat “Dengan memberikan pengertian kepada

peserta didik tentang pentingnya belajar al-Qur‟an.” (wawancara,

MY. 22/09/2015).

92

93

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Metode Pembelajaran di TPQ Al Ghozali

TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga menggunakan lima metode yang

saling berkaitan satu dengan yang lain. Metode yang digunakan yaitu metode Al

Baghdadi, Iqro‟, Qiroati, at-Tartil, dan Tilawati. Kelima metode tersebut dapat

dideskripsikan sebagaimana dibawah ini:

1. Metode Al Baghdadi

Zainul berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori metode Al

Baghdadi merupakan metode pembelajaran al-Qur‟an dengan cara mengeja

huruf demi huruf. Kaedah ini juga dikenal dengan kaedah sebutan “eja” atau

latih tubi. Ustadz/ustadzah TPQ Al Ghozali mengajarkannya membaca al-

Qur‟an dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf hijaiyah kemudian tanda-

tanda bacanya dengan dieja/diurai secara pelan. Selanjutnya Hafalan, jadi para

santri diharuskan untuk menghafal terhadap materi yang sudah dipelajari pada

setiap kali pertemuan. setelah pertemuan berikutnya para siswa untuk

menyetorkan hafalannya di depan kelas dan disimak oleh seorang

ustadz/ustadzah. Dengan mengeja, Jadi setiap kali pertemuan seorang

ustadz/ustadzah menulis dipapan tulis terhadap materi, lalu membacakannya

dengan mengeja, santri menirukan sehingga terjalin komunikasi antara guru

dan murid.

94

Media yang digunakan dalam pembelajaran Al Baghdadi ini buku tulis

untuk para santri dan papan tulis untuk ustadz/ustdzah yang mengajar. Metode

Al Baghdadi ini dapat membuat santri membaca al-Qur‟an dengan fasih.

Ustadz/ustadzah menggunakan buku pedoman turutan untuk mengajarkan

materi al-Qur‟an kepada santri.. Santri yang sudah biasa membaca al-Qur‟an

kemudian diberi materi membaca al-Qur‟an surat-surat pendek seperti Al-

Fatihah, An-nas, Al-Falaq dan materi surat-surat pendek lainnya.

Metode Al Baghdadi bisa dipadukan dengan metode iqro‟ untuk

mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembelajaran al-Qur‟an, perpaduan

yang dilakukan dengan cara ustadz dan ustadzah mengenalkan tanda baca

dengan metode eja pada iqro‟, setelah anak naik pada tingkatan iqro‟ yang

berikutnya metode al Baghdadi di gunakan untuk mengawali mengajari santri.

2. Metode Iqro‟

Abdullah berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori metode

metode iqro‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang menekankan

langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid

di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan

yang sempurna.

TPQ Al Ghozali menggunakan metode iqro‟ ini yang dalam prakteknya

tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada

bacaannya (membaca huruf al-Qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa

95

dieja artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar

siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual. Metode ini dapat diajarkan

dengan iqro‟ masing-masing santri yang sudah mempunyai iqro‟ karena

metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia.

Ustadz/ustadzah yang mengajarkan hanya mengikuti santri yang membaca

huruf per huruf.

Metode ini digunakan diberbagai TPA/TPQ termasuk di TPQ Al

Ghozali karena metode ini memberikan suatu kemudahan tersendiri bagi para

ustadz/ustadzahnya untuk mengajarkan ilmu tajwid dan mengenalkan huruf-

huruf al-Qur‟an serta santri dapat membaca al-Qur‟an dengan fasih dan lancar.

Metode tersebut sangat cocok untuk penguasaan dasar-dasar dalam

mempelajari al-Qur‟an.

3. Metode Qiro‟ati

Faizah berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori metode

belajar qiroa‟ati adalah metode membaca al-Qur‟an dengan menyebutkan

huruf maupun mengucapkan bentuk bacaannya yang berbeda-beda menurut

para ahli qiraat dan masing-masing mengakui keabsahan bacaan itu. Materi

yang diajarka di TPQ Al Ghozali adalah ayat-ayat al-Qur‟an yang dilakukan

dengan santai dan tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan pada bagian lain.

Pebelajaran dapat diperkenankan untuk menambah materi pada pembelajaran

berikutnya bila sudah bisa membaca dengan lancar dan bertajwid. Demikian

96

pula halnya dengan mengajarkan materi utama maupun materi tambahan

seperti mengajarkan materi menghafal surat Al Fatihah, dilakukan dengan

sedikit demi sedikit, dan tidak mengajarkannya secara utuh. Tambahan materi

diberikan jika telah manghafal dengan secara baik materi yang diberikan.

Demikian seterusnya, sehingga surat-surat pendek dihafal dan anak mampu

membaca Al Qur‟an dengan bertajwid.

4. Metode At Tartil

Zainul berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori, metode

At Tartil adalah cara membaca al-Qur‟an dan disertai dengan lagu-lagu tartil

yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Ustadz/ustadzah di TPQ Al

Ghozali mengajarkannya metode At Tartil dengan memandu santri mengenal

huruf al-Qur‟an terlebih dahulu kemudian mempelajari bacaan tajwid.

Awalnya ustadz/ustadzah membaca ayat al-Qur‟an dengan dilagukan

kemudian santri mengikuti. Metode ini tidak menggunakan banyak alat hanya

menggunakan al-Qur‟an mendengarkan dan menirukan setiap lagu yang

dicontohkan ustadz/ustadzah. Metode ini menekankan pada kemampuan

peserta didik untuk dapat membaca al-Qur‟an secara tartil dan menggunakan

variasi lagu-lagu tilawah dalam membaca al-Qur‟an sehingga tidak

membosankan.

5. Metode Tilawati

97

Menurut Abdullah yang sudah dikutip pada landasan teori Metode

pembelajaran tilawati merupakan salah satu di antara metode pengajaran al-

Qur'an. Tilawati menawarkan suatu sistem pembelajaran al-Qur'an yang yang

mudah, efektif dan efesien demi mencapai kualitas bacaan, pemahaman dan

implementasi al-Qur'an. TPQ Al Ghozali menggabungkan metode pengajaran

secara klasikal dan privat secara seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih

efektif. Cara yang dilakukan ustadz/ustadzah adalah dengan mengenalkan

huruf-huruf al-Qur‟an kepada santri dengan ditulis dipapan tulis kemudian

ustadz/ustadzah mengenalkan tanda baca dan menyambungkan huruf al-

Qur‟an. Ustadz/ustadzah juga meminta santri satu per satu untuk membaca

kalimat al-Qur‟an yang telah ditulis ustadz/ustadzah juga menekankan santri

untuk membaca al-Qur‟an dengan tartil. Dalam metode ini sejak tingkat dasar

(Jilid I) hingga mahir (bacaan gharib-musykilat) santri sudah dikenalkan

dengan salah satu lagu dalam membaca al-Qur‟an.

Penghambat dalam metode pembelajaran ini adalah kebanyakan santri

masih pemula dalam belajar al-Qur‟an jadi masih kurang fasih dan tepat dalam

penerapan panjang pendeknya suatau bacaan.

Pendukungnya adalah buku panduan ustadz yang telah mengikuti

pelatihan membaca al-Qur‟an dengan tilawah dan ustadz yang sudah mahir

dalam membaca al-Qur‟an dengan tilawah.

B. Faktor Pendukung

98

Faktor pendukung pembelajaran antara lain adalah sarana/fasilitas, anak

didik, guru dan keluarga.

1. Sarana dan Fasilitas

Syaiful berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori sarana

mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai

tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang

harus dimiliki sekolah.

TPQ Al Ghozali sudah memiliki gedung yang cukup untuk melakukan

pembelajaran dengan baik, tetapi pada faktanya sarana dan fasilitas yang ada

belum begitu memadai untuk melaksanakan pembelajaran al-Qur‟an

menggunakan metode-metode yang telah disebutkan nara sumber.

2. Guru

Rusyan berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori Guru

adalah seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya tanpa campur tangan

orang lain. Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar

pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan

pekerjaan sehari-hari di kelas dan di masyarakat. Guru yang memahami

kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik profesional, selalu terdorong

untuk tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak

puas terhadap pendidikan. Program di TPQ Al ghozali tidak akan berarti

99

bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan

ustadz/ustadzah sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin

pendidikan diantara santri-santri dalam suatu kelas.

3. Anak Didik

Syaiful berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori anak didik

merupakan subjek utama dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang

efektif. Anak didik adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang,

dan secara psikologis dalam rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui

lembaga pendidikan formal, khususnya berupa sekolah. Santri di TPQ Al

Ghozali sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat

penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap Santri

memiliki perasaan diterima terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam

kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung

jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan

dan perkembangannya masing-masing.

4. Keluarga

Mulyono berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori peran

orang tua terhadap prestasi anak pendidikan mempunyai tugas menyiapkan

sumber daya manusia untuk pembangunan. Peran serta adalah ikut

berupayanya orang tua terhadap kemajuan pendidikan anak-anaknya, ini

dilakukan agar prestasi dan semangat belajar anak-anaknya meningkat. Dalam

100

peningkatan prestasi belajar anak saat ini orang tua banyak melakukan

terobosan-terobosan, antara lain dengan menyekolahkan anak ke sekolah-

sekolah favorit, memasukan anak ke lembaga-lembaga kursus, serta

memberikan les tambahan kepada anak. Santri TPQ Al Ghozali yang tidak

berprestasi bukan berarti anak kelas bawah dikarenakan karena mereka bodoh,

tetapi lebih cenderung dipengaruhi oleh kurangnya dorongan orang tua

terhadap kemauan belajar santri. Bentuk peran serta orang tua terhadap

perkembangan prestasi anak antara lain memberikan semangat terhadap diri

anak akan pentingnya suatu pendidikan untuk masa depan santri, sebagai

fasilitator terhadap segala kegiatan anak didik, menjadi sumber ilmu dan

pengetahuan dalam keluarga, memberikan motivasi kepada anak untuk selalu

meningkatkan prestasi belajar mereka, sebagai tempat bertanya dan mengadu

terhadap hal-hal yang menjadi permasalahan anak, memberikan arahan yang

jelas untuk masa depan anak-anaknya. Dengan peran serta orang tua tersebut

maka kemajuan dan peningkatan prestasi belajar anak di TPQ Al Ghozali

maupun sekolah dapat terus meningkat, seiring dengan bertambahnya usia dan

daya nalar anak.

C. Faktor Penghambat

Nawawi berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori faktor

penghambat itu bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik, lingkungan

keluarga ataupun karena faktor fasilitas.

101

Faktor penghambat tersebut adalah guru, peserta didik, dan keluarga. Guru

juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe kepemimpinan guru, gaya guru

yang monoton, kepribadian guru, pengetahuan guru dan terbatasnya waktu

mengajar.

1. Guru

Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak

kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab

terhambatnya kreatifitas pada diri guru tersebut. Diantaranya ialah:

a. Tipe Kepemimpinan Guru

Ahmadi berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori tipe

kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar yang otoriter dan

kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif peserta didik. Sikap

peserta didik ini merupakan sumber masalah pengelolaan kelas.

Siswa hanya duduk rapi mendengarkan dan berusaha memahami

kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa diberikan kesempatan

untuk berinisiatif dan mengembangkan kreativitas dan daya nalarnya.

Ustadz/ustadzah harus memiliki cara untuk menghidupkan suasana

pembelajaran yang baik dan menyenangkan agar santri tidak merasa

bosan. Ustadz/ustadzah di TPQ Al Ghozali ada yang bersikap monoton

ada juga yang menyenangkan, santri lebih senang dan bisa menerima

pembelajaran ustadz/ustdzahnya bisa bercengkrama dan mengajak ngobrol

102

santri dari pada dengan ustadz/ustadzah yang tidak mau mnegjak mereka

berinteraksi. Santri TPQ Al Ghozali tidak berangkat TPQ karena mereka

mengetahhui ustadz/ustadzah yang berangkat adalah yang galak/otoriter.

b. Gaya guru yang monoton

Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi

peserta didik, baik berupa ucapan ketika menerangkan pelajaran ataupun

tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi siswa.

c. Kepribadian guru

Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat, adil,

obyektif dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang

menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru menciptakan

suasana akrab dengan anak didik dengan selalu menunjukan antusias pada

tugas serta pada kreativitas semua anak didik tanpa pandang bulu.

d. Pengetahuan guru

Wijaya berpendapat pada landasan teori bahwa terbatasnya

pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan dan pendekatan

pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis,

sudah barang tentu akan menghambat perwujudan pengelolaan kelas

103

dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pengetahuan ustadz/usyadzah

TPQ Al Ghozali tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan.

e. Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik

dan latar belakangnya

Wijaya berdapat seperti yang telah di jelaskan pada landasan teori

bahwa terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku

peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya

usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar

belakangnya.

Terbatasnya waktu mengajar di TPQ Al Ghozali yang

menyebabkan ustadz/ustadzah tidak bisa memahami perbedaan santri satu

denga yang lainnya. Pengelolaan TPQ Al Ghozali harus disesuaikan

dengan minat, perhatian dan bakat para santri, maka santri yang

memahami pelajaran secara cepat, rata-rata dan lamban memerlukan

pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya.

2. Peserta didik

Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu

dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Peserta didik harus tahu

hak-haknya sebagai peserta didik harus punya kesadaran yang tinggi dari akan

hak serta kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Banyak

peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran sebagaimana mestinya.

104

Peserta didik juga banyak yang sering membolos dan memengtingkan

bermain daripada harus pergi ke majid untuk mengaji dan mengikuti

pembelajaran, perilaku tersebut dapat mengehambat kegiatan belajar mengajar

yang telah direncanakan oleh ustadz/ustadzah di TPQ Al Ghozali.

3. Keluarga

Abdullah berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori tingkah

laku peserta didik didalam kelas merupakan pencerminan keadaan

keluarganya. Sikap otoriter dari orang tua akan tercermin dari tingkah laku

peserta didik yang agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru

memang banyak yang berasal dari lingkungan keluarga. TPQ Al Ghozali

memiliki banyak santri yang memiliki kebiasaan yang kurang baik dari

lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan

yang berlebihan atau terlampau terkekang itu merupakan latar belakang yang

menyebabkan peserta didik melanggar di kelas. Kurangnya perhatian orang

tua dapat menjadikan anak sebagai jiwa atau pribadi yang merasa tidak

diabaikan, merasa tidak berguna dan bahkan cenderung untuk menyalahkan

orang lain dalam tindakannya di masyarakat. Mereka yang kurang mendapat

dukungan dari orang tua menganggap bahwa orang tua mereka tidak peduli

terhadap mereka dan cenderungmemberi jarak antara mereka dengna orang

tua mereka. Perilaku orang tua yang cuek terhadap anaknya dapat menjadi

penghambat pembelajaran di TPQ Al Ghozali.

105

4. Fasilitas

Rohani dan Ahmadi berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan

teori fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya guru memaksimalkan

programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan menjadi kendala yang berarti

bagi seorang guru dalam beraktifitas. Kendala di TPQ Al Ghozali tersebut

ialah jumlah peserta didik didalam kelas yang sangat banyak, besar atau

kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding dengan jumlah siwa,

keterbatasan alat penunjang mata pelajaran seperti al-Qur‟an yang terbatas.

Terbatasnya fasilitas yang ada ini dapat menghambat pembelajaran di TPQ Al

Ghozali.

D. Upaya Mengatasi Hambatan

Hambatan yang mengganggu antara lain guru, peserta didik, keluarga dan fasiltas.

Untuk mengatasi hamabatan antara lain:

1. Ustadz/ustadzah hendaknya juga turut memperhatikan kurikulum TPQ yang

sudah dibuat dan memberikan yang terbaik untuk para santri dan TPQ Al

Ghozali;

2. Membantu pengembangan sifat-sifat positif pada diri santri seperti rasa

percaya diri, saling menghormati dan rasa butuh akan pembelajaran al-

Qur‟an;

3. Orang tua hendaknya ikut serta mendukung dan member pengarahan kepada

anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di TPQ;

106

4. Lembaga Al Ghozali hendaknya memperbaiki kondisi sarana prasarana dan

terus menerus memberikan motivasi pada santri.

Ustadz/ustadzah TPQ Al Ghozali hendaknya dapat memilih dan

menerapkan saran dan solusi sesuai dengan kebutuhan dan keperluan. Solusi yang

dipilih hendaknya mampu secara efektif mengatasi hambatan kemampuan siswa

sehingga tidak menjadi sebuah masalah yang dialami santri dalam belajar

membaca al-Qur‟an atau menulis huruf al-Qur‟an. Cara yang dipilih sebagai

solusi mengatasi kemampuan membaca dan menulis santri dalam belajar harus

mampu meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an santri dalam belajar

mengaji sehingga santri TPQ Al Ghozali dapat membaca dengan cepat. Akan

lebih baik lagi jika dapat meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an santri

secara keseluruhan sehingga tidak ada santri yang tertinggal dari santri lainnya

dalam hal memahami materi pembelajaran.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Metode yang diterapkan di TPQ Al Ghozali Noborejo Salatiga, menggunakan

5 metode yang saling berpadu antara satu metode dengan metode yang lain.

Metode-metode tersebut yaitu metode Al Baghdadi, iqro‟, qiroati, at tartil, dan

tilawati. Kelima metode tersebut digunakan secara bervariasi dalam

107

pembelajaran al-Qur‟an untuk mempermudah santri dalam mepelajari cara

membaca al-Qur‟an di TPQ Al Ghozali.

2. Faktor yang mendukung pebelajaran di TPQ Al Ghozali antara lain kuikulum,

ustadz/ustadzah, orangtua dan sarana dan prasarana. Pertama, kurikulum TPQ

yang sudah dirancangkan sebagai pengalaman edukatif yang menjadi

tanggung jawab TPQ AL Ghozali dalam membantu anak-anak mencapai

tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana, sistematik, dan

terarah serta terorganisir. Kedua, ustadz/ustadzah harus senantiasa terus

belajar dan mengikuti pelatihan-pelatihan dengan baik agar tidak menjadi

pendidik yang tidak tahu akan perkembangan dunia pendidikan. Ketiga,

orang tua harus memberikan dorongan keada anaknya agar anakanya mau

belajar di TPQ Al Ghozali. Keempat, waktu sarana pra sarana yang ada belum

maksimal, sehingga ustadz/ustadzah harus memaksimalkan waktu dan sarana

prasarana yang ada di TPQ.

3. Faktor penghambat pembelajaran di TPQ Al Ghozali antara lain santri,

ustadz/ustadzah, orang tua, sarana dan prasara. Pertama, santri tidak disiplin

terhadap waktu. Santri tidak datang tepat waktu dan tidak rutin berangkat ke

TPQ al-Ghozali. Hal ini menyebabkan itu dapat mengganggu rencana

pembelajaran yang telah dibuat ustadz/ustadzah. Kedua, Ustadz/ustadzah

terbatasnya waktu mengajar di TPQ Al Ghozali. Halini dapat menyebabkan

ustadz/ustadzah tidak bisa memahami perbedaan antara santri yang satu

108

dengan santri yang lainnya. Ketiga, orang tua kurang memiliki kesadaran

akan pentingnya pendidikan agama dalam belajar al-Quran. Orang tua tidak

mempedulikan berangkat dan tidaknya anak untuk ke TPQ Al-Ghozali.

Keempat, sarana dan prasarana kurang memadai kebutuhan proses

pembelajaran di TPQ Al Ghozali. Keterbatasan sarana dan prasarana ini dapat

mengurangi kualitas proses pembelajaran.

4. Solusi yang dilakukan pengelola lembaga Al Ghozali pada keempat hambatan

itu pada unsur santri, ustadz/ustadzah, orang tua, sarana dan prasarana.

Pertama, siswa tidak disiplin terhadap waktu membuat tata tertib tentang

disiplin belajar di TPQ Al Ghozali bagi dan sosialisasi tata tertib kepada orang

tua santri serta himbauan untuk memantau kedisiplinan putra-putrinya. Kedua,

Ustadz/ustadzah terbatasnya waktu mengajar di TPQ Al Ghozali disarankan

untuk menyusun jadwal ulang kesanggupan mengajar di TPQ Al Ghozali dan

atau mengganti ustadz/ustadzah yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk

TPQ Al Ghozali. Ketiga, orang tua kurang memiliki kesadaran akan

pentingnya pendidikan agama dalam belajar al-Qur‟an dengan cara

memberikan pembelajaran tentang parenting kepada semua orang tua santri.

Keempat, sarana dan prasarana kurang memadai kebutuhan proses

pembelajaran di TPQ Al Ghozali dengan cara pengadaan barang-barang yang

dibutuhkan pada proses pembelajaran di TPQ Al Ghozali dengan melalui

infaq dan shodaqoh.

109

B. SARAN

1. Bagi Pengelola lembaga TPQ Al Ghozali

Pengelola Lembaga TPQ Al Ghozali diharapkan dapat memfasilitasi

kebutuhan lembaga dalam rangka mengembangkan proses pembelajaran al-

Qur‟an.

2. Bagi Ustadz Ustadzah

Ustadz ustadzah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

diharapkan dapat meningkatkan fungsi perencanaan, pelaksanaan,

pengorganisasian, dan pengawasan dalam manajemen pembelajaran al-Qur‟an

melalui metode yang ada. Ustadz/ustadzah juga harus mempelajari kurikulum

TPQ yang ada dan harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai

dengan proses belajar mengajar. Ustadz/ustadzah diharapkan lebih kreatif,

inovatif dalam menerapkan metode pembelajaran al-Qur‟an pada pemanfaatan

media, sumber dan alat pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

melalui merode-metode yang digunakan.

3. Bagi Orang Tua

Orang tua diharapkan memberi motivasi kepada anaknya agar secara

serius dan bertanggung jawab dalam mengikuti pembelajaran di TPQ Al

Ghozali. Orang tua secara ikhlas memberikan infaq dan shodaqoh untuk

pengembangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh TPQ Al Ghozali.

110

4. Bagi Santri

Santri diharapkan dapat menghargai ustadz/uztadzah dan menaati

peraturan yang ada di TPQ Al Ghozali. Santri juga harus berangkat tepat waktu

untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran al-Quran di TPQ Al

Ghozali.

111

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Dwi. 2005. Pendidikan Agama Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Cet. Ke- 12.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arya. Wisnu. 2004. Al Qur‟an dan Energi Nuklir. Cet ke- 1. Jogjakarta: Pustaka

Pelajar

Ash shabuni, Muhammad ali.1999. Studi ilmu al-Qur‟an. Bandung: CV Pustaka setia

Basyiruddin, Usman. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat

pers

Chumaii dkk. 2011. Pedoman Pendirian dan Penyelenggaraan Taman Pendidikan

Al-Qur‟an. Semarang: Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur‟an

Provinsi Jawa Tengah

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Ed, rev., Cet. Ke-3. Jakarta: Rineka

Cipta

Kencana Syafiie, Inu. 1996. Al Qur‟an dan Ilmu Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Cet. Ke- 3. Bandung: PT. Rosdakarya.

Marzuki, Muharam. 2008. Pedoman Penyelenggaraan TKQ/TPQ. Jakarta:

Departemen Agama

Muhammad. 1983. Ilmu Ilmu Al Qur‟an. Jakarta: CV Pustaka Setia

Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mustamir. 2007. Sembuh dan Sehat dengan Mukjizat Al-Qur‟an. Yogyakarta: Penerbit

Lingkaran

Nata, Abuddin. 2010. Metodologi Studi Islam. Cet. Ke-6. Jakarta: PT RajaGrafindo.

112

Noer Ali, Herry. 1988. Azas-azas Pendidikan Islam. Bandung: CV Diponegoro

Rosihon. 1999. Mutiara ilmu-ilmu al-Qur‟an. Bandung : Pustaka Setia

Supriyono. Erwan. 2007. Sembuh dan Sehat dengan Mukjizat al-Qur‟an. Yogyakarta:

Lingkaran

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rinek Cipta.

Syafiie, Inu kencana.1996. Al-Qur‟an dan ilmu Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Syah. Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syaifudin Ahmad. 2004. Mendidik anak membaca, menulis, dan mencintai al-

Qur‟an. Jakarta: Gema Insan

Ungguh Muliawan, Jasa. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet. 1983. Methodik Khusus Pendidikan

Agama.Surabaya: Usaha Nasional

http://priyandra.blogspot.co.id/2013/05/layanan-pendukung-pembelajaran.html: Layanan Pendukung Pembelajaran, diakses 8 Agustus 2015, pukul 18.09 WIB

http://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=854: Problematika

Pembelajaran PAI, Sebuah Tinjauan Epistemologis, diakses 8 Agustus 2015

20.00 WIB

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=5RcFVo7OBY7_ugTXrom4DA#q=upa

ya-mengatasi-hambatan-pembelajaran.html: Upaya Mengatasi Hambatan

Pembelajaran diakses 9 Agustus 2015 15.00 WIB

113

Hasil wawancara

1. Teknik pembelajaran

a. Pengenalan Huruf

Metode al Baghdadi dengan dieja sedangkan iqro‟ langsung di baca

perhuruf.

b. Tanda baca

Metode al Baghdadi pengenalan tanda baca sesuai dengan bacaan baru

diterangkan sedangkan iqro‟ dengan cara step by step bersamaan dengan

pengenalan huruf.

c. Pengenalan tajwid

Metode al Baghdadi menggunakan cara ditulis dipapan tulis kemudian

di jelaskan oleh guru tentang macam-macam bacaan sedangkan metode iqro‟

pengenalan il mu tajwid apabila santri sudah memasuki jenjang iqro‟ yang

lebih tinggi.

d. Berapa lama kelancaran membaca santri

Metode al Baghdadi santri dapat terbantu dalam membaca al-Qur‟an

dengan cepat tapi waktu yang digunakan untuk membaca dengan lanca itu

tergantung pada santri masing-masing, sedangkan metode iqro‟ santri bisa

lebih cepat bisa karena materi pada iqro‟ banyak yang diulang-ulang.

114

e. Menulis huruf hijaiyah

Metode al Baghdadi dan metode iqro‟ cara mengajarkan sama yaitu

dengan menulis huruf hijaiyah dengan benar dipapan tulis kemudian diikuti

para santri.

f. Menyambung huruf

Metode al Baghdadi dan metode iqro‟ cara mengajarkan sama yaitu

dengan menulis huruf hijaiyah dengan benar dipapan tulis kemudian diikuti

para santri.

2. Faktor penunjang

a. Sumber daya manusia

Untuk metode al Baghdadi dan metode iqro‟ sumber daya manusia

yang berbeda beda membuat santri yang penangkapan materinya bagus bisa

cepat lancar dalam membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik.

b. Teknik

Metode al Baghdadi teknik yang digunakan adalah ustadz/ustadzah

membaca dulu kemudian diikuti oleh santri, ustadz/ustadzah harus sabar

dalam menghadapi santri yang daya tangkapnya lama. Sedangkan metode

iqro‟ teknik yang digunakan adalah santri langsung membca huruf demi huruf

bila ada yang salah kemudian ustadz/ustadzah membenarkan.

115

c. Sarpras

Sarana prasarana yang digunakan pada metode al Baghdadi hanya alat

tulis dan turutan sedangkan metode iqro‟ sama hanya alat tulis dan iqro‟

masing-masing santri.

d. Waktu

Metode al Baghdadi menggunakan waktu yang cukup lama sedangkan

iqro‟ lebih cepat dari al Baghdadi.

3. Faktor penghambat

a. Sumber daya manusia

Metode al Baghdadi dan iqro‟ sama dalam hal sumber daya manusia

yang lambat membuat lama bisa membaca al-Qur‟an dengan lancar.

b. Teknik

Pada metode al Baghdadi menggunakan banyak waktu atau beberapa

kali pertemuan sedangkan untuk metode iqro‟ tidakmemerlukan banyak waktu

untuk cepat bisa membaca al-Qur‟an.

c. Sarpras

Metode al Baghdadi dan iqro‟ perlu menggunakan sarpras yang

menarik tidak hanya sarana seadanya sehingga kurang menarik minat santri

dalam belajar al-Qur‟an.

d. Waktu

116

Metode al Baghdadi dan metode iqro‟ hanya menggunakan waktu

TPQ yang hanaya 1 jam sedangkan mengajar 1 anak memerlukan waktu 5-10

menit.

4. Upaya mengatasi hambatan metode al Baghdadi dengan meningkatkan kreatifitas

guru agar saat mengajari membaca al-Qur‟an menarik minat anak dan metode

iqro‟ dengan meningkatkan sarana yang ada. Menambah jumlah ustadz dan

ustadzah.

117

Pedoman wawancara

no

Teori ruang lingkup

Metode pembelajaran al-Qur’an

Al

baghdadi

Qiro’ati Iqro’ At–

Tartil

Tilawati

1.

Teknik pembelajaran

a. Pengenalan huruf

b. Tanda baca

c. Tajwid

d. Kelancaran

e. Menulis huruf

hijaiyah

f. Menyambung

huruf

2. Faktor penunjang

a. Sumber daya

manusia

b. Teknik

c. Sarpras

d. Waktu

3. Faktor penghambat

a. Sumber daya

manusia

b. Teknik

c. Sarpras

d. waktu

4. Upaya mengatasi

hambatan

118

1

VERBATIM WAWANCARA

Nama TPQ : TPQ Al - Ghozali

Alamat : Noborejo, Argomulyo Kota Salatiga

Responden : M. Yunus, Indah Fitryani S.Pdi, Nurunniyah S.Pdi

Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana cara pengenalan huruf,faktor penunjang serta faktor penghambat dalam

penggunaan metode Al Baghdadi dan metode Iqro‟

NO PEDOMAN PERTANYAAN Indah Fitryani S.Pdi Nurunniyah S.Pdi

M. Yunus

1. Pengenalan

Huruf

a. Bagaimana ustadzah

memberikan teknik

pembelajaran al-

Qur‟an dengan metode

al-Baghdadi?

“metode pembelajaran al-

Qur‟an yang diajarkan dengan

cara ini yaitu dengan di eja

perhurufnya mbak, jadi anak

lebih mudah menirukannya”

“Salah satu metode

pembelajaran

alquran yang

bersifat aplikatif

agar anak bisa

paham dasar

alquran. Kalau anak

yang belum bisa

membaca alquran

maka dengan

metode ini

dimungkinkan

menjadi salah satu

metode yang umum

Dengan cara anak

dikenalkan terlebih

dahulu huruf-huruf

hijaiyah, kemudian

guru mengejakan

hurufnya dan anak

suruh menirukannya

120

dipakai untuk

memberikan ajaran

awal terhadap santri

mbak.”

b. Bagaimana ustadzah

memperkenalkan

tanda baca dengan

metode ini?

“ya cara memperkenalkannya

sesuai dengan bacaannya to

mbak..”

“ya tekniknya sesuai

dengan bacaan

santri mbak.. kalau

itu fathah ya

diperkenalkan tanda

fathah itu seperti

apa,, dan kalau

kasroh seperti apa,,

dan kalau dhammah

seperti apa,, tinggal

menyesuaikan saja

mbak,,”

Ya sesuai dengan

tahapan anak itu

sendiri, jika sudah

masuk dalam tanda

baca fatkhah maka

kita ajarkan apa itu

tanda baca fathah

bagaimana bunyinya

dan lain sebagainya,

begitupun tanda baca

yang lain.

c. Bagaimana ustadzah

memperkenalkan

tajwid kepada santri?

“Dijelaskan dahulu mbak, dan

kita tuliskan melalui papan

tulis, agar siswa faham, dan kita

jelaskan dengan cara member

contoh bacaan,, agar siswa

mampu menebak bacaan itu

tajwidnya apa seperti itu mbak.”

“Ditulis mbak,, agar

siswa dapat

membedakan

bacaan tajwid dan

cara membacanya”

Dengan dijelaskan

terlebih dahulu

apaitu bacaan idhar,

ikhfa‟, iqlab dll,

setelah itu

ustadz/ustadzah

menuliskannya

dipapan tulis agar

santri lebih

memahaminya

d. Berapa lama metode

albaghdadi bisa

“semua metode pembelajaran

itu tidak bisa menjamin cepat

“Kalau saya

kelancaran siswa itu

Kalau berapa

lamanya belum pasti,

121

membantu siswa

dalam kelancaran

membaca?

lambatnya pemahaman anak,

begitu pula metode ini, sudah

kita ketahui kalau di TPA anak

yang belum sekolah pun juga

sudah ikut,, jadi semua itu

belum bisa menjamin

kelancaran anak,, hanya saja

kelancaran anak itu bisa

dipengaruhi usia juga mbak,,

bisa juga pendidikan dasar anak

di sekolah. Namun metode ini

bisa membantu santri dalam

belajar membaca alquran,

katakanlah dasarnya dulu mbak

dengan mengeja”

belum tentu

dipengaruhi dari

metode mbak..

namun metode ini

bisa membantu

santri mbak,, saya

akui itu,, tapi tidak

semuanya mbak,,

karena tingkat

pemahaman anak itu

berbeda-beda

mbak..”

karena tidak semua

metode biasa

membuat anak

langsung bisa lancar

dalam membaca.

Karena tingkat

pemahaman anak

yang berbeda-beda.

e. Bagaimana cara

ustadzah mengajarkan

menulis huruf hijaiyah

dengan metode ini?

“ Dengan metode al Baghdadi

itu bisa memperkenalkan

kepada santri, karena metode ini

bisa dikatakan metode kuno,

namun implementasinya banyak

yang berhasil. Caranya ya

dengan dituliskan dipapan tulis

mbk,, kemudian kita menyuruh

santri untuk menyalinnya dan

kita ajarkan sekalian cara

memebacanya.

“Dengan

mengenalkan anak

tentang huruf

hijaiyah kemudian

anak disuruh untuk

menuliskan huruf

hijaiyah yang di

bacakan oleh

ustadah gitu mbk,,”

Dengan cara anak

dikenalkan terlebih

dahulu tentang

huruf-huruf hijaiyah,

kemudian guru

mengejakan huruf

tersebut dan anak

suruh

menuliskannya.

122

f. Bagaimana cara

ustadzah mengajari

membaca dan

menyambung huruf

hijaiyah?

“Tidak lepas daripertanyaan

sebelumnya mbak,,kita tuliskan

dahulu kemudian kita ajari mbk,

sebenarnya tidak dalam metode

albaghdadi saja melainkan

semua metode cara

mengajarkan menyambung

huruf sama seperti itu

tadi“Tidak lepas daripertanyaan

sebelumnya mbak,,kita tuliskan

dahulu kemudian kita ajari mbk,

sebenarnya tidak dalam metode

albaghdadi saja melainkan

semua metode cara

mengajarkan menyambung

huruf sama seperti itu tadi

“seperti yang tadi

saya bilang ya mbk,

saya

memperkenalkan

huruf hijaiyah

terlebih dahulu

kepada siswa

kemudian menyuruh

santri untuk

menuliskanhuruf

yang saya baca.”

Jawabannya seperti

yang telah saya

katakana awal tadi,

yaitu anak

dikenalkan huruf-

huruf hijaiyah

terlebih dahulu

kemudian anak

diajarkan menulus

bagaimana cara

menyambung huf

yang satu dengan

yang lain.

2. Faktor

Penunjang

a. Bagaimana keadaan

SDM anak ?

“ SDM anak itu berbeda beda

mbak, ada yang cepat

penangkapan materinya, ada

juga yang tidak. Namun metode

ini memudahkan pihak pendidik

dan santrinya mbak, karena

simple namun banyak yang

berhasil.

Dengan metode ini

anak mudah

menerima karena

dapat memahami

tulisan dan cara

membacanya

Melihat kondisi yang

ada, SDM anak

disini sangat

berbeda-beda, ada

yang cepat dalam

penangkapan

pembelajarannya ada

pula yang lemah, tapi

penggunaan metode

ini sangat membantu

sekali dalam

pembelajaran di sini,

karena anak benar-

123

benar di ajarkan

dasar.

b. Bagaimana

penggunaan teknik

pengajarannya?

“ Teknik yang digunakan itu

tidak berat namun semua

pendidik rata-rata menggunakan

itu.dan tekniknya mudah, jika

gurunya sabar dalam mengajar

banyak yang berhasil.

dengan menuliskan

dipapan tulis atau

ditulis menyalin dari

buku

Dengan menggunaka

teknik di eja

kemudian dituliskan

dipapan tulis dan

anak suruh

menulisnya.

c. Bagaimana sarana

dan prasarana yang

ada?

sarprasnya ya buku turutan itu

mbak

sarprasnya itu buku

tulis dan alat tulis

yang dibawa santri

mbak, sama buku

pegangan yang kita

bawa yaitu buku

turutan.

Sarprasnya ya Cuma

papan tulis, turutan,

meja ( dampar) dan

tempat yaitu masjid

d. Cukupkah waktu

yang digunakan

dalam pembelajaran?

waktunya cukup lama mbak

namun rata-rata metode ini

banyak yang berhasil.

waktu yang sedikit

lebih lama

disbanding metode-

metode yang lain.

Cukup, dan metode

ini dibilang sangat

simple dan sangat

membantu dalam

pemahaman anak.

3. Faktor

Penghambat

a. Apa faktor

penghambat dalam

sumber daya

manusianya?

rata-rata murid kalau dengan

metode ini lama bisa

membacanya, kalau dengan

iqro‟ itu biasanya lebih cepat.

kalau dengan

penggunaan metode

ini anak memang

dituntun secara

pelan-pelan dan

memang pengajaran

dari awal sekali dari

pengenalan huruf-

Faktor penghambat

dalam SDM nya

yaitu karena

perbedaan antara

anak yang satu

dengan yang

lainnya,jadi

penangkapan anak

124

huruf hijaiyah

berbeda-beda,

sehingga

pembelajaran belum

begitu maksimal

b. Apa faktor

penghambat dalam

teknik pengajarannya?

tekniknya itu harus sabar

mbak,itu kuncinya, namun

metode ini memang bisa

dikatakan mudah-mudah

gampang,soalnya banyak juga

yang pencapaian membaca

dengan teknik ini itu lambat

mbak

teknik yang

diajarkan yaitu

dengan cara di eja,

jadi guru dituntut

untut lebih exstra

dalam mengajarkan

pembelajaran al-

qur‟an

menggunakan

metode tersebut,

serta guru harus bisa

lebih sabar,

kususnya dikelas

awal, guru memang

dituntut agar lebih

bisa bersabar dan

memahami anak

serta bisa menjadi

sahabat bagi anak it

sendiri.

Kurangnya

pengawasan anak

ketika mengaji dan

pembelajaran,

sehingga anak sering

bermain sendiri,

sedangkan teknik

yang diajarkan anak

harus mendengar

dengan baik, karena

metode ini

memperkenalkan

huruf hijaiyah dari

dasar sekali, dan

guru memang harus

exstra dalam

mengajarkan metode

tersebut.

c. Apa faktor

penghambat dalam

bidang sarpras?

karena sarprasnya tidak

menunjang maka metode ini

kurang menarik mbak,dan

kurangnya memadai

sarana dan prasarana

yang ada di TPQ,

Ya terkendala dalam

kitab / iqra‟ / turutan

serta meja dalam

125

membosankan seperti buku (kitab

turutan/iqro‟) serta

meja buat mengaji.

mengaji, kerena meja

yang ada belum bisa

memenuhi santri

yang ada.

d. Apa faktor dalam

bidang menejemen

waktu?

waktu yang dpakai metode ini

cukup lama, karena santrinya

banyak, kalau harus mengajari

santri dengan mengeja satu

persatu terlalu lama,padahal

TPA Cuma 1 jam mbak, dari

jam 4-5 sore.

kurangnya waktu

pembelajaran yang

ada mengakibatkan

pengajaran metode

ini kurang begitu

maksimal, soalnya

pengajaran dimulai

dari jam 4 – 5 sore.

Dengan waktu yang

ada, yaitu I jam dari

jam 4 sampai jam 5

metode ini masih

belum bisa

dijalankan begitu

maksimal.

e. Bagaimana upaya

mengatasi hambatan

yang ada?

dengan kreatifitas saya mbak

agar santri tidak jenuh, itu saja

mbak.

memberikan tugas

kepada anak-anak

supaya tidak

bermain sendiri dan

mau memperhatikan

guru ketika

dijelaskan. Ketika

anak sibuk bermain

diberi sanksi dengan

cara disuruh

membacakan apa

yang ditulis didepan

yaitu

ustadz/ustadzahnya

harus lebih bisa

menghendel dan

mengondisikan anak,

serta harus bisa lebih

kreatif lagi dalam

mengajar, sehingga

anak tidak bosan dan

jenuh.

126

NO PEDOMAN PERTANYAAN Indah Fitryani S.Pdi Nurunniyah S.Pdi

M. Yunus

1. Pengenalan

Huruf

a. Bagaimana ustadzah

memperkenalkan

huruf dengan

memberikan teknik

pembelajaran al-

Qur‟an dengan metode

Iqro‟?

Pengenalan huruf dikenalkan

dengan cara step

by step bersamaan dengan tanda

baca.

dengan

memperhatikan

bacaan panjang dan

pendek.

Pengenalan huruf

dengan metode ini,

anak dikenalkan

langsung melalu

proses pembelajaran,

yaitu guru

menuliskan huruf

tersebut dipapan tulis

dan guru menunjuk

satu persatu huruf

tersebut dan anak

disuruh untuk

membunyikannya.

b. Bagaimana cara

pengenalan tanda

baca dalam

pembelajaran

menggunakan metode

iqro‟?

Pengenalan tanda baca

dikenalkan dengan cara step by

step bersamaan dengan

pengenalan huruf.

pengenalan tanda

baca dalam metode

ini dilakukan secara

bertahap, dengan

pengenalan secara

langsung dan

persangkutan saat

membaca iqro‟ /

turutan.

Pengenlan tanda

baca dilkukan secara

bertahap sesuai

dengan kemampuan

anak.

127

c. Bagaimana

pengenalan tajwid

dalam pembelajaran

metode iqro‟?

pembeljaran tajwid dengan cara

membaca iqro‟ dmulai dengan

mad (panjang-pendek), untuk

mmateri qolqolah dan (nun

mati) lebih mudah dengan

permainan ,karena materi

sangat kompleks untuk

menghindari santri terbebani

materi untuk follow up dari

pembelajaran dari bermain

santri tetap membca iqro‟ sesuai

dengan kemampuan masing-

masing.

,menjelaskan

tentang bacaan

panjang dan pendek

sesuai dengan

ketentuan

bacaannya.

Yaitu sesuai dengan

tahapan anak,

apabila anak sudah

masuk iqra‟ 5-6

maka pengenalan

tajwid

sudah kita berikan.

d. Bagaimana cara

melancarkan bacaan

anak?

kelancaran membca

berdasarkan ketukan 1harokat

1ketukan,jika 2 harokat 2

ketukan begitu seterusnya.jika

santri keliru membaca misal

panjang dibaca pendek cuup

ditegor “mengapa dibaca

pendek?” tidak langsung

disalahkan.

membaca dengan

cara diulang-ulang

dapat menjadikan

anak lancar dalam

mebacanya.

Dengan membaca

bacaan tersebut

secara berulang-

ulang kemudian anak

disuruh

menyalin/menuliskan

bacaan yang dibaca

tadi dibuku tulisnya.

e. Bagaimana teknik

pengajaran penulisan

huruf hijaiyah yang

diberikan kepada

Untuk menulis huruf hjaiyah

menggunakan buku untuk

menulis halus,tujuanya adalah

untuk membedakan huruf-huruf

hampir sama dengan

metode Al baghdadi

Dengan menuliskan

huruf kembali

dipapan tulis

kemudian guru

128

anak? yang harus ditulis diatas

garis,memotong garis,menulis

huruf diawali dengan menulis

huruf yang diatas garis.

membacakannya

yang kemudian anak

suruh menirukan.

f. Bagaimana cara

pengajaran teknik

penyambungan

huruf terhadap

anak ?

Untuk menyambung huruf

diawali dengan memilih-milih

huruf-huruf yang disambung

didepan, ditengah dan

dibelakang kemudian

dilanjutkan dengan huruf yang

tidak bisa disambung didepan,

ditengah dan dibelakang.

meminta santri untu

menuliskan surat-

surat pendek.

Anak diajarkan

terlebih dahulu

mengenai huruf-

huruf yang bisa

menyambung dan

tidak bisa

menyambung,

kemudian

ustadz/ustadzah

mengajarkan

bagaimana cara

menyambung huruf

dengan baik dan

benar.

2. Faktor

Penunjang

a. Bagaimana keadaan

SDM nya?

dalam pelaksanaan KBM

ustadadzah harus bersyahadah

sehingga pembelajaran

tujuannya jelas ,sesuai sasaran,

dan tepat.

santri akan mudah

menerima karena

dibaca bersama-

sama antara

pengajar dan

santrinya.

Dalam pelaksanaan

KBM, SDM sangat

mendukung sekali

karena metode ini

mengajak anak untuk

belajar bersama-

sama. Sehingga anak

mampu mengikuti

dengan baik.

129

b. Bagaimana

penggunaan teknik

pembelajarannya?

Teknik sesuai item A diatas 1-6

dengan

memperhatikan

bacaan tajwid

Sesuai dengan iqra‟

santri, kalau santri

sampai iqro‟ 1 dan 2

maka kita ajarkan

dan kenalkan apa itu

huruf hijaiyah,

apabila sudah sampai

iqro‟ 5 dan 6 kita

kenalkan tajwidnya.

c. Bagaimana sarana

dan prasarananya?

sarpras yang digunakan iQro‟

jilit 1-6 untuk pembelajaran

indifidu, untuk klasikal meggun

akan iqro‟ klasikal.

sarana dan prasarana

sudah memadai dan

sudah baik.

Sudah cukup baik

dan medukung

pembelajaran santri.

d. Bagaimana efektifitas

waktu

pembelajarannya?

efektifitas iqro‟ secara indifidu

persantri 20-30 menit untuk

membaca dan menulis.

waktu lebih efektif

dan efisien karena

dibaca bersama-

sama antara

pengajar dan santri.

Lebih bisa digunakan

sebaik-baiknya,

karena waktu sangat

efektif dalam

pembelajaran,

3. Faktor

Penghambat

a. Apa faktor

penghambat dalam

sumber daya

manusianya?

Sumber Daya Manusia yang

tidak bersyahadah menjadi

kendala dalam pembelajaran

karena kurang faham dengan

metode iqro‟.

sebagian santri

banyak yang tidak

meperhatikan.

Kurangnya

pengondisionalan

santri, sehingga

santri ada yang tidak

memperhatikan saat

pembelajaran.

b. Apa faktor penghambat

dalam teknik

Tidak semua ustadzah

mengajarkan cara menulis huruf

teknik pengenalan

huruf hijaiyah,

Ustadz/ustadzah

kebanyakan tidak

130

pengajarannya ? hijaiyah dengan baik dan

benar,yang sering terjadi

ustadzah langsung memberi

tugas menulis arab tanpa

mengindahkan kaidah

menulisnya,jika ada yang salah

menulis tidak dibenarkan dulu

tetapi langsung dicorek.

mengunakan cara

pengenalan secara

bertahap, dengan

dituliskan langsung

dipapan tulis,

sehingga anak lebih

mengetahui dari

bentuk hingga cara

penulisannya, serta

anak juga dapat

pmengetahui

perbedaan huruf

antara satu dan yang

lainnya. Sedangkan

teknik yang

harusnya diajarkan

diseperti apa yang

diajarkan.

mengajarkan anak

sesuai dengan

tahapan yang sesui

dengan iqro‟nya, jadi

teknik

pengenalannya

belum begitu

maksimal, tapi sudah

disuruh untuk lanjut

ketahap berikutnya.

c. Apa faktor

penghambat dalam

bidang sarpras?

sarpras yang digunakan hanya

iqro‟ yang dipakai untuk

indifidu santri yang diajak

menulis.

penunjang

pembelajaran dalam

lingkup sarpas ini

menggunakan

berbagai lingkup

sarana dan prasana

yang ada contohnya

penggunaan buku

iqro‟, penggunaan

media, penggunaan

Masalah pengadaan

buku pegangan buat

ustadz/ustadzahnya,

serta media

pembelajaran yang

kurang memadai.

131

papan tulis dll.

Sehingga anak bisa

lebih mudah dalam

memahami

pembelajaran yang

di ajarkan para

ustadzahnya.

d. Apa faktor dalam

bidang menejemen

waktu?

waktu yang digunakan baca

tulis kurang makssimal, santri

hanya membaca kurang lebih

hanya 5menit saja selebihnya

kadan waktu terbuang percuma,

tanpa ada kegiatan yang terarah

dan terencana.

kurangnya efesiensi

perencanaan

pembelajaran

mengakibatkan

waktuyang terbuang

percuma saat

mengaji, sehingga

ustad/ustdzah

kurang begitu

maksimal dalam

mengajarkan

pembelajaran baik

dalam baca tulis al

qur‟an.

Kurangnya

perencanaan dalam

pengajaran serta

sulitnya dalam

pengondisian siswa,

sehingga saat

mengaji dan menulis

ada beberapa santri

yang belum selesai

mengaji dan menulis.

4.

Bagaimana

upaya

mengatasi

hambatan

yang ada?

upaya untuk mengatasi SDM

yang kurang berkwalitas dengan

memberikan kegiatan tentang

pentingnya tolabul ilmi,

menejemen waktu dengan baik.

harus lebih banyak

lagi mengikuti

pelatihan-pelatihan

khususnya pelatihan

dalam pembelajaran

al-qur‟an, serta lebih

Dengan

meningkatkan

sarpras yang ada

agar lebih mnarik

dan efisien.

132

banyak lagi

memaksimalkan

diri kita agar bisa

menularkan ilmu

yang lebih oktimal.

133

Nama : Mufarohan

Program Studi : PAI (Pendidikan Agama Islam)

Nim : 11111008

Dosen PA : Farid Abdullah,S.Pdi., M.Hum.

Jurusan : Tarbiyah

NO KEGIATAN WAKTU

KEGIATAN

POIN

T KETERANGAN

1 OPAK STAIN

SALATIGA 2010

20-22

AGUSTUS

2011

3 PESERTA

2

ACHIEVMENT

MOTIVATION

TRAINING

23

AGUSTUS

2011

2 PESERTA

3 ODK (ORIENTASI

DASAR KEISLAMAN)

24

AGUSTUS

2011

2 PESERTA

4

SEMINAR

ENTREPRENEURSHIP

DAN KOPRASI

25

AGUSTUS

2011

2 PESERTA

5

USER EDUCATION

OLEH PERPUS STAI

SALATIGA

19

SEPTEMBE

R 2011

2 PESERTA

6

SEMINAR “

MENINGKATKAN

NASIONALISME

DITENGAH

GONCANGAN

DISINTREGASI DAN

PENGIKISAN

IDIOLOGI NASIONAL

26

OKTOBER

2011

2 PESERTA

134

7

PAB JQH “

MEMBANGUN

PRIBADI ISLAM

DENGAN NILAI

QUR‟ANI”

3-4

DESEMBER

2011

2 PESERTA

8

PUBLIC HEARLING

“MENINGKATKAN

KEPEKAAN DAN

TRANSPARASI

KINERJA LEMBAGA

MENUJU KAMPUS

YANG AMANAH””

27 MARET

2012 2 PESERTA

9

SEMINAR NASIONAL

MAHASISWA “

URGENSI MEDIA

DALAM

PERGULATAN

POLITIK”

20

SEPTEMBE

R 2012

8

PESERTA

10

PLCPP KE-20 “

PENDIDIKAN

PRAMUKA SEBAGAI

PEMBENTUKAN

KARAKTER

PANDEGA YANG

BERDISIPLIN DAN

BERKREDIBILITAS

TINGGI UNTUK

MEMBANGUN

INDONESIA

12-15

OKTOBER

2012

2 PESERTA

11

DIALOG PUBLIC DAN

SILATURAHMI

NASIONAL “

10

NOVEMBER

2012

8 PESERTA

135

KEMANAKAH ARAH

KEBIJAKAN BBM ?

MENDORONG

SUBSIDI BBM UNTUK

RAKYAT “

12

GLADI WIRA

BRIGSUS KE 19

BRIGADE KHUSUS

NAGA SANDI STAIN

SALATIGA

30

NOPEMBER

– 3

DESEMBER

2012

2 PESERTA

13

KKG PAUD “

WORKSHOP KIAT

JITU

PENGEMBANGAN

DAN PENGELOLAAN

MANAJEMEN PAUD”

27 JANUARI

2013 2 PESERTA

14

PEMBRIVETAN DAN

PELANTIKAN

BRIGADE KHUSUS

RACANA KUSUMA

DILAGA-

WOROSRIKANDI

STAIN SALATIGA

9-10

FEBRUARI

2013

2 PESERTA

15

SK KOMANDAN

BRIGSUS TENTANG

PENETAPAN NOMOR

REGRESTASI

BRIGSUS

18 MARET

2013 2 PESERTA

16

KURSUS PEMBINA

MAHIR DASAR

STAIN SALATIGA

27 MARET

S/D 1 APRIL

2013

2 PESERTA

136

17

SEMINAR

PENCEGAHAN

BAHAYA NAPAZA (

NARKOTIKA,

PSIKOTROPIKA, DAN

ZAT ADIKTIF),

HIV/AIDS

29 APRIL

2013 2 PESERTA

18

LATGAB PERTI KE

VIII BRIGSUS NOGO

SOSRO SABUK INTEN

RACANA KUDUS

DAN BRIGSUS NAGA

SANDI STAIN

SALATIGA

4-6 MEI 2013 2 PESERTA

19

SEMINAR REGIONAL

DETEKSI DINI

GANGGUAN

PERKEMBANGAN

PADA ANAK

18 JUNI 2013 4 PESERTA

20

AMALAN

RAMADHAN

RACANA KE 17

25-28 JULI

2013 2 REKA KERJA

21 GLADI TANGGUH

BRIGSUS KE 8

29

SEPTEMBE

R 2013

2 PESERTA

22

PLCPP KE 23 “ PLCPP

MEMBUKA

CAKRAWALA DUNIA

SERTA MEMBANGUN

KREDIBILITAS

BANGSA”

20-13

SEPTEMBE

R 2013

2 REKA KERJA

137

23 GLADI TANGGUH

BRIGSUS KE 9

25-26

JANUARI

2014

2 SATGAS

24

SARASEHAN AKBAR

BERSAMA TOKOH

NASIONAL “

KOMITMEN POLOTIK

ISLAM DALAM

MENATA MASA

DEPAN BANGSA

INDONESIA”

15 MARET

2014 2 PESERTA

25

JURI LOMBA

SIGAPNCERIA PUTRA

RACANA KLATEN

21-

23MARET

2014

4 JURI

26 GLADIAN PIMPINAN

PANDEGA 2014

29-30 APRIL

2014 2 PESERTA

27

JALAN SEHAT

MEMPERINGATI

HARI KELAHIRAN

PANCASILA KE 69

14 JUNI 2014 3 PANITIA

28

AMALAN

RAMADHAN

RACANA 2014

11- 15 JULI

2014 2 REKA KERJA

29

OPAK JURUSAN

SYARIAH DAN

EKONOMI ISLAM

20-21

AGUSTUS

2014

3 PANITIA

138

30 LATGAB PERTI KE 9

STAIN SALATIGA

26-28

AGUSTUS

2014

3 SATGAS

31

DISKUSI TERBUKA

LPM DINAMIKA “

MAHASISWA

MENULIS”

25

SEPTEMBE

R 2014

2 PESERTA

.32 PLCPP KE 24

26 – 29

SEPTEMBE

R 2014

3 REKA KERJA

33

SEMINAR NASIONAL

“ PERAN

MAHASISWA DALAM

MENGENAL MASA

DEPAN INDONESIA

PASCA PILPRES 2014

29

SEPTEMBE

R 2014

8 PESERTA

34 PESERTA KADER

BELA NEGARA

23

OKTOBER

2014

2 PESERTA

35

LATIHAN BELA

NEGARA BAGI

MAHASISWA PTN/

PTS/ APTISI SE-

JATENG DAN DIY

20-23

0KTOBER

2014

4 PESERTA

36

JURI LOMBA

PENEGAK STAIN

KUDUS

25-27

OKTOBER

2014

4 DEWAN JURI

37

SEMINAR NASIONAL

ENTREPRENUEURSHI

P

16

NOVEMBER

2014

8 PESERTA

139

38

SEMINAR “

MEWUJUDKAN

GENERASI MUDA

YANG TERPELAJAR

BERPRESTASI DAN

BERKARAKTER

BEBAS DARI

NARKOBA FREE SEX

DAN HIV AIDS

18

NOVEMBER

2014

2 PESERTA

39 GLADI WIRA

BRIGSUS KE 21

07-10

NOVEMBER

2014

3 SATGAS

40

FESTIVAL ANAK

MUSLIM SE DESA

PABELAN

10 APRIL

2015 3 PANITIA

41 WORKSHOP TERAPI

HATI 5 JUNI 2015 2 PESERTA

42

WORKSHOP

BERCERITA

BERSAMA KAK ADIN

2 PESERTA

Jumlah 162

Salatiga, 24 September 2015

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan

Kerjasama

Achmad Maimun, M.Ag.

NIP. 19700510 199803 1 003

140

141

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mufarohan

Tempat Tanggal lahir : Kab. Semarang, 2 Januari 1993

Alamat : Kembangsari RT 36/09 Karangduren Tengaran

Agama : Islam

PENDIDIKAN

1. TK Arumsari Kembangsari Lulus Tahun 2000

2. SD Negeri Karangduren 04 Lulus Tahun 2006

3. SMP Negeri 2 Tengaran Lulus Tahun 2009

4. SMK N 1 Tengaran Lulus Tahun 2011

5. IAIN Salatiga Angkatan 2011

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Salatiga, 13 Januari 2016

Saya yang bersangkutan

Mufarohan

NIM. 111 11 008