pernikahan jamaah thariqah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat...

140
PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH NAQSYABANDIYAH DI DESA PAREBAAN KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: KHOERUN NISATUL PAHMIYANTI NIM. 11150440000033 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 /1440 H

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH NAQSYABANDIYAH

DI DESA PAREBAAN KECAMATAN GANDING

KABUPATEN SUMENEP

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

KHOERUN NISATUL PAHMIYANTI

NIM. 11150440000033

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 /1440 H

Page 2: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua
Page 3: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua
Page 4: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua
Page 5: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

iv

ABSTRAK

Khoerun Nisatul Pahmiyanti. NIM 11150440000033. Pernikahan

Jamaah Thariqah Naqsyabandiyah di Desa Parebaan Kecamatan Ganding

Kabupaten Sumenep. Skripsi, Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440

H/2019 M. (xii- 83 halaman + 41 lampiran).

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan pernikahan thariqah

di Desa Parebaan, faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya pernikahan

thariqah, serta tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan pernikahan thariqah.

Penulis menggunakan dua jenis penelitian, yaitu Penelitian Lapangan (Field

Research) dan Penelitian Pustaka (Library Research), dengan pendekatan

kualitatif, bersifat analis deskriptif dengan teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pelaksanaan pernikahan thariqah

memiliki rukun dan syarat yang sangat berbeda terhadap ajaran syariat Islam, di

mana dalam rukun dan syarat pernikahannya meliputi: sighat (ijab qabul), calon

mempelai laki-laki, calon mempelai perempuan, tidak adanya wali dan saksi

nikah, dan mahar yang hanya berbentuk syahadat atau lantunan ayat suci Al-

Qur’an. Selain itu faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya pernikahan

thariqah yaitu menghindari maksiat (zina), dan juga adanya pernikahan thariqah

ini sebagai alternatif pernikahan yang tidak berbelit (sulit) agar tersalurkannya

hasrat seseorang yang ingin menikah dan terhindar daripada perbuatan yang

dilarang oleh Allah (zina). Tinjauan hukum Islam mengenai pelaksanaan

pernikahan thariqah ialah pengakuan Ahlu Thariqah yang memegang teguh ajaran

Ulama Hanafiyah, tetapi setelah diuji keabsahan rukun dan syarat pernikahan

menurut pendapat fuqaha menyatakan mereka tidak murni bermazhab Hanafi,

karena adanya penggabungan mazhab (Talfiq) di dalam salah satu rukun dan

syarat pernikahan, penggabungan mazhab tersebut terkait dengan syahadat atau

lantunan ayat suci Al-Qur’an yang bertentangan dengan Hanafiyah. Mereka lebih

mengacu pada Syafi’iyah, Malikiyah, dan Hanabilah. Adanya pengharaman talfiq

tersebut karena Ahlu Thariqah tidak menggunakan dalil atau nash yang ada,

melainkan hanya menggunakan logika dalam penerapan mahar pernikahannya.

Dengan demikian pernikahan thariqah sangat bertolak belakang dengan

pernikahan yang telah diajarkan dalam syariat Islam. Pernikahan yang dianggap

sebagai alternatif (mempermudah) pelaksanaannya dan supaya terhindar dari

perbuatan zina justru sebaliknya membuat kerusakan pada tatanan hukum Islam.

Kata Kunci : Pernikahan Thariqah, Hukum Islam, Desa

Parebaan. Pembimbing : Dr. Mesraini, M.Ag..

DaftarPustaka : 1966-2018.

Page 6: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

v

KATA PENGANTAR

Segala puja-puji syukur bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, yang

telah melipmpahkan segala limpahan rahmat, hidayah, dan taufiq-Nya di

dunia ini, terkhusus kepada penulis. Dan dengan izin dan ridho-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Pernikahan Thariqah Ditinjau

Dari Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Parebaan Kecamatan Ganding

Kabupaten Sumenep Jawa Timur) Sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada Program Studi Hukum Keluarga Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh

umatnya.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan

motivasi dari berbagai sehingga segala kesulitan dan hambatan dapat diatasi

dan tentunya dengan izin Allah SWT. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga untuk semua

pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil sehingga

terselesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. dan Indra Rahmatullah, SH.I., MH.

Ketua dan Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga.

3. Dr. Mesraini, M.Ag, sebagai dosen pembimbing skripsi penulis

yang dengan sabar dan ikhlas meluangkan waktu untuk

membimbing dan memberikan arahan serta saran-saran kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 7: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

vi

4. Dr. H. Muchtar Ali, M.Hum. Dosen Penasehat Akademik yang

selalu bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan

dan saran bagi penulis hingga terselesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

mendidik dan memberikan ilmu yang berharga kepada penulis

beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan

pelayanan terpadu selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Kepada yang terisitimewa kedua orang tua penulis, Ayahanda dan

Ibunda yang bernama (Bapak Khamim dan Ibu Dasopah), yang

telah begitu banyak mencurahkan perhatian, pengorbanan serta

kasih sayangnya yang tiada bandingannya di dunia ini dan adikku

(Khafidzoh Lailatul Hasanah), tempat bercanda dan berbagi di

waktu luang maupun sempit.

7. Sahabat seperjuangan Anita Kurnia Damayanti, Khusnul Ma‟arif,

Ilham Ramdhani Rahmat, Nurdiana Ramadhan, Helma Suryani,

Luthfi Zakaria, Iqbal Farisi, Tyas Puji Istanti, Kahfil Waro, Sinta

Felisia Agnes, Ahmad Zulfi Aufar yang selalu memberikan

semangat dan warna kepada penulis. Semoga Allah selalu meridhai

persahabatan kita. Terima kasih untuk segala kenangan yang telah

terukir, semoga persahabatan kita tak berhenti sampai disini.

8. Keluarga besar HMI Hukum Keluarga, Sahabat seperjuangan.

Sahabat Kecil Hukum Keluarga-A angkatan 2015, terkhusus

keluarga ELKAMASY, teman-teman Himpunan Mahasiswa

Bogor, teman-teman Himpunan Qari Qariah Mahasiswa, keluarga

Page 8: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

vii

Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam, Ikatan Pelajar Perempuan

Nahdhatul Ulama cabang kota Bogor, Terimakasih untuk canda

tawa cerita yang selalu hadir dan akan selalu ada ayunan rindu

untuk kalian semua. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga sampai

kapanpun.

9. Mereka yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah

membantu dan memberikan doa, semangat serta motivasi kepada

penulis.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih perlu perbaikan. Oleh

karena itu, kritik dan saran akan penulis perhatikan dengan baik. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan setiap pembaca dan

umumnya serta dicatat menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Amin.

Ciputat, 8 Juli 2019

Ttd.

Khoerun Nisatul. P

Penulis

Page 9: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan

asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin dimana istilah Arab tersebut belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup penggunaannya masih

terbatas.

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te خ

Ts te dan es ث

J Je ج

H ha dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet س

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis bawah ص

D de dengan garis bawah ض

T te dengan garis bawah ط

Z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan „ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Qo ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

Page 10: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

ix

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrop ˋ ء

Y Ya ي

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti bahasa Indonesia, memiliki vokal

atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau

monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

A fathah

I kasrah

U dammah

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

diimbangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

 a dengan topi di

atas

Î i dengan topi di

atas

Û u dengan topi di

atas

Kata sandang, dalam bahasa Arab dilambangkan dengan alif dan lam (ال),

Page 11: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

x

dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah atau huruf

qomariyyah. Misalnya:

al-ijtihâd =اإلجتهاد

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah =الزخصح

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

.al-syuf’ah tidak ditulis asy-syuf’ah =الشفعح

Dalam penulisan ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta

marbȗtah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah

tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No. Kata Arab Alih Aksara

syarî’ah شزيعح 1

al-syarî’ah al-islâmiyyah الشزيعح اإلسالميح 2

muqâranat al-madzâhib مقارنح المذاهة 3

Untuk huruf kapital tidak dikenal dalam tulisan Arab. Tetapi dalam

transliterasi huruf ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diketahui bahwa jika nama diri

didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap

huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh: الثخاري

= al-Bukhâri tidak ditulis Al- Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih

aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia

Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut

berasal dari bahasa Arab, Misalnya: Nuruddin al- Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn

al-Rânîrî.

Setiap kata, baik kata kerja (fi‟il) kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih akasara dengan berpedoman

Page 12: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

xi

pada ketentuan-ketentuan diatas:

No Kata Arab Alih Aksara

al-darûrah tubîhu al-mahzûrât الضزورج تثيح المحظىراخ 1

al-iqtisâd al-islâmî االقتصاد اإلسالمي 2

usûl al-fiqh أصىل الفقه 3

al-„asl fî al-asyya al-ibâhah األصل في األشياء اإلتاحح 4

al-maslahah al-mursalah المصلحح المزسلح 5

Page 13: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. .i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................iii

ABSTRAK ................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. .v

PEDOMAN LITERASI..............................................................................viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, Perumusan Masalah ................... 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4

E. Tinjauan (review) Studi Terdahulu ...................................... 5

F. Metode Penelitian ................................................................ 7

G. Sistematika Penulisan .......................................................... 9

BAB II KETENTUAN PERNIKAHAN MENURUT FUQAHA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Pernikahan ........................... 11

B. Rukun dan Syarat Pernikahan ............................................. 16

C. Hikmah dan Tujuan Pernikahan .......................................... 41

Page 14: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

xiii

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG AHLU THARIQAH DAN

PRAKTIK PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH

NAQSYABANDIYAH DI DESA PAREBAAN

A. Deskripsi Singkat Ahlu Thariqah di Parebaan .................... 43

1. Desa Parebaan ............................................................... 43

2. Ahlu Thariqah ................................................................ 44

B. Praktik Pernikahan Thariqah di Parebaan ........................... 50

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK

PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH NAQSYABANDIYAH

DI PAREBAAN

A. Sighat dalam Pernikahan Thariqah ..................................... 55

B. Ketiadaan Wali dalam Pernikahan Thariqah ...................... 58

C. Ketiadaan Saksi dalam Pernikahan Thariqah...................... 64

D. Calon Mempelai Laki-laki dan Perempuan dalam

Pernikahan Thariqah ........................................................... 67

E. Syahadat Sebagai Mahar dalam Pernikahan Thariqah ........ 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 76

B. Saran .................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 84

Page 15: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Desa Parebaan Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep Jawa

Timur, terdapat suatu bentuk pernikahan yang dikenal dengan istilah

“Pernikahan Jamaah Thariqah Naqsyabandiyah”. Dalam pelaksanaannya

pernikahan ini hanya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang akan

melangsungkan pernikahan tanpa adanya wali nikah dan saksi.1

Pernikahan Jamaah Thariqah Naqsyabandiyah ini cukup populer di

kalangan masyarakat Parebaan. Keberadaan paham ini memang berbeda

dengan paham pernikahan yang dianut oleh masyarakat sekitar. Sebagaimana

yang kita ketahui, hukum Islam telah mengatur tentang masalah pernikahan

yang harus memenuhi rukun dan syarat sahnya pernikahan. Jumhur ulama

sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya

wali, adanya dua orang saksi, calon pengantin laki-laki maupun calon

pengantin perempuan.2

Sebagaimana penamaan terhadap pernikahan ini adalah “Pernikahan

Jamaah Thariqah Naqsyabandiyah”, yang juga diambil dari golongan yang

berijtihad untuk membuat suatu model pernikahan baru tersebut, yaitu

golongan yang menamakan dirinya sebagai Ahlu Thariqah, sehingga dalam

praktiknya mempunyai perbedaan yang substansial dengan pernikahan yang

sudah diatur oleh syari’at Islam.3 Dalam praktiknya Nikah Thariqah ini tidak

memerlukan wali nikah dan saksi dalam pernikahan. Salah satu tata cara yang

membedakan antara Nikah Thariqah dan pernikahan Islam pada umumnya

adalah prosesi akad di mana Nikah Thariqah hanya dilakukan oleh kedua

mempelai di tempat yang sepi, tanpa ada wali nikah dan saksi, yang diawali

1 Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 02 Desember

2018 2 Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 46-

47 3 Mohammad Baihaqi, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 02

Desember 2018.

Page 16: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

2

dengan jabat tangan sambil memejamkan mata dan mengucapkan akad, yang

dihadiri oleh pengantin laki-laki dan perempuan, serta Habib Ahlu Thariqah.

Pernikahan ini berlangsung atas dasar asas suka sama suka dan bertujuan agar

terhindar dari perbuatan zina diantara keduanya.4

Pada dasarnya masyarakat Parebaan adalah masyarakat agamis yang

menjadikan agama Islam sebagai keyakinannya, dan secara akademik

masyarakat Parebaan mayoritas alumni pondok pesantren. Hal ini dibuktikan

dengan adanya beberapa Pondok Pesantren Salaf yang mengapit desa tersebut,

sehingga pemahaman mereka terhadap masalah keagamaan sangat dominan,

dan bisa dibilang masyarakat Parebaan adalah masyarakat yang mengenyam

pendidikan agama mulai sejak lahir sampai menjelang hayatnya, karena

keaktifan mereka dalam mendalami kajian di dalam pondok baik yang sifatnya

Nyolok5 maupun yang menetap di pondok sebagai Nyantre.

6

Dilihat dari aspek amalan ubudiyah mereka mayoritas adalah paham

syafi’iyah, yang sudah ditanamkan sejak lahir dan sudah mendarah daging

sebagaimana ajaran yang ditetapkan oleh pondok tersebut, utamanya dalam

masalah perkawinan.7 Walaupun demikian ada beberapa masyarakat yang

masih berani melawan arus dari apa yang telah didapatnya sewaktu menjadi

santri pondok (Nyantre). Seperti keyakinan yang telah ditanamkan oleh

gurunya dan masyarakat sekitar.8 Dalam masalah ini pelaku Nikah Thariqah

bahkan sebagian besar adalah mantan ustadz semasa di pondoknya dahulu dan

sebelumnya telah mempunyai keluarga melalui pernikahan paham aliran

syafi’iyah.9

4 Moh. Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 23

November 2018. 5 Yang dimaksud dengan Nyolok adalah santri yang tempat tinggalnya tidak menginap di

pondok (pulang pergi). 6 Yang dimaksud dengan Nyantre adalah santri yang tempat tinggalnya menginap di pondok.

7 Affandi M, Adat dan Upacara Perkawinan Suku Madura, Jurnal Argapuara, Vol.18 1998,

h. 71. 8 Mohammad Toha, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 02

Desember 2018. 9 Masyhudi, Tokoh Agama Golongan Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 02

Desember 2018.

Page 17: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

3

Munculnya Nikah Thariqah di Parebaan belum mendapatkan perhatian

secara khusus dari masyarakat dan pemerintah, para pelaku nikah thariqah pun

tidak mendapatkan kecaman sosial dari masyarakat. Padahal apabila ditinjau

secara umum dari ajaran fuqaha mazhab, terkesan bahwa praktik pernikahan

thariqah tersebut tidak sesuai dengan fiqih mazhab yang ada, hal ini dilihat

dari ketiadaan wali, ketiadaan saksi dan mahar yang hanya berbentuk

pengucapan kalimat syahadat atau lantunan ayat suci Al-Qur’an.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam

bagaimana praktik pernikahan thariqah ini sesungguhnya dilakukan dan

bagaimana hukumnya apabila dibedah dari hukum Islam. Hal tersebut akan

dikaji dalam bentuk penelitian skripsi dengan judul “Pernikahan Jamaah

Thariqah Naqsyabandiyah di Desa Parebaan Kecamatan Ganding Kabupaten

Sumenep Jawa Timur”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diambil beberapa

persoalan yang berhubungan dengan pernikahan thariqah di Desa Parebaan

Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep:

1. Apa faktor yang melatarbelakangi adanya pernikahan thariqah?

2. Apakah masyarakat desa Parebaan lebih memilih pernikahan thariqah

atau melalui KUA setempat?

3. Bagaimana praktik pernikahan thariqah di masyarakat Parebaan?

4. Bagaimana hukum Islam memandang pernikahan thariqah di desa

Parebaan tersebut?

b. Pembatasan Masalah

Batasan dalam penelitian ini adalah terkait dengan batasan konsep,

wilayah, dan waktu. Pertama yaitu batasan konsep, yang akan dikaji dalam

skripsi ini adalah penulis hanya fokus kepada pelaksanaan akad nikah

thariqah, yang di dalamnya meliputi: wali, saksi, dan sighat nikah. Kedua

yaitu batasan wilayah, yang mana mereka adalah masyarakat yang menetap

Page 18: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

4

(bertempat tinggal) di Desa Parebaan dan tidak berpindah-pindah ke tempat

lain. Ketiga yaitu batasan waktu, penulis akan membatasi waktu penelitian

yang akan dikaji pada tahun 2019.

c. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka penulis menyusun

rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana hukum Islam dalam memandang pelaksanaan Pernikahan

Jamaah Thariqah Naqsyabandiyah di Desa Parebaan serta kaitannya

dengan faktor-faktor yang melatarbelakangi pernikahan tersebut ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diadakan dengan harapan mampu menjawab apa yang

telah dirangkum dalam rumusan di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan pernikahan thariqah di Desa

Parebaan dan mengetahui faktor faktor yang melatarbelakangi adanya

pernikahan thariqah di Desa Parebaan tersebut.

b. Untuk mengetahui hukum Islam dalam memandang pernikahan thariqah di

Desa Parebaan tersebut.

2. Manfaat Penelitian

Adanya tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberi manfaat dalam segi akademik dan praktik, yaitu:

a. Secara Akademik

Diharapkan dapat memperluas khazanah keilmuan bagi peneliti, untuk

dapat dikembangkan ke depannya. Serta diharapkan juga supaya

memberikan masukan bagi perkembangan penelitian-penelitian dengan

tema serta kajian yang hampir sama yang telah dilakukan oleh penulis. Dan

dapat menjadi aspek pendukung dalam pengembangan ilmu pengetahuan

yang berkaitan dengan Hukum Keluarga, serta agar penelitian ini dapat

menjadi bahan kepada seluruh kalangan akademisi, mahasiswa, maupun

dosen.

Page 19: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

5

b. Secara Praktis

Memberikan informasi dan pencerahan untuk masyarakat Parebaan dan

lainnya terhadap persoalan pernikahan thariqah. Dan dapat memberikan

kontribusi khazanah bagi lembaga-lembaga yang menangani masalah

perkawinan agar lebih merujuk pada aturan-aturan yang ditetapkan oleh

agama.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebelum penentuan dalam judul bahasan skripsi ini, penulis melakukan

review kajian terdahulu yang berkaitan degan judul serta pembahasan yang

akan penulis bahas. Review kajian terdahulu yang berkaitan dengan penulis

diantaranya:

1. Skripsi oleh Ijmaliyah dengan judul “Nikah Segoro Getih” (Studi

akulturasi mitos dan syari’at pada masyarakat Ringinrejo Kediri).

Penelitian ini membahas tentang bagaimana pendapat masyarakat

Ringinrejo tentang mitos “Segoro Getih” dan bagaimana sistem akulturasi

(perpaduan) hukum adat dengan Syari’at Islam dalam konsep perkawinan

masyarakat Ringinrejo. Jadi, di dalam penelitian ini dijelaskan tentang

proses penentuan calon suami atau istri dan faktor-faktor yang

mempengaruhi masyarakat dalam memilih calon pasangannya, di mana

mereka lebih percaya pada mitos daripada Syari’at Islam serta bagaimana

proses akulturasi budaya lokal-Islam.10

Adapun persamaan dan perbedaan

yang penulis skripsi oleh Ijmaliyah ini dengan penelitian yang penulis teliti

adalah pokok pembahasan sama sama dalam ranah pernikahan di daerah

Jawa Timur, dan perbedaan nya adalah penulis meneliti pernikahan

thariqah di desa Parebaan Jawa Timur.

2. Skripsi oleh Mohammad Hillal dengan judul “Pencatatan Pernikahan

Thariqah di Sumenep Madura Jawa Timur”. Dalam penelitiannya ia

mengkaji tentang pencatatan pernikahan thariqah yang merupakan

10

Ijmaliyah, “Nikah Segoro Getih Sebagai Larangan Penentuan Calon Suami Istri di

Masyarakat Ringinrejo Kediri Studi Akulturasi Mitos dan Syari’at”, (Malang: Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2006), h. 12, t.d.

Page 20: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

6

pernikahan hasil ijtihad Ahlut Thariqah yang dilaksanakannya tanpa

menggunakan wali maupun saksi, walaupun sudah dianggapnya sah oleh

masyarakat setempat dan para tokoh agama di Desa Parebaan tersebut

tetapi pernikahan ini belum bisa dipandang sah oleh pemerintah karena

belum tercatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) desa Parebaan ini.

Ditemukan hasil penelitian bahwa pada dasarnya Pernikahan Thariqah

muncul karena kekhawatiran terjadinya zina dikalangan pemuda. Oleh

karena itu, apapun bentuk metode pernikahannya harus bisa memberikan

jaminan perlindungan hukum bagi seluruh pihak, seperti yang sudah diatur

dalam Undang Undang No.1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam

(KHI) tentang pernikahan yang baik dan benar.11

Dari penelitian oleh

Mohammad Hillal ini didapati pembahasan perikahan thariqah tetapi hanya

ditinjau berdasarkan hukum positif saja terhadap pencatatan pernikahan

thoriqoh. Lain halnya yang penulis teliti yaitu pernikahan thariqah ditinjau

dari hukum Islam.

3. Jurnal oleh Ramdan Wagianto dengan judul “Tradisi Kawin Colong Pada

Masyarakat Osing Banyuwangi Perspektif Sosiologi Hukum Islam”.

Didalam jurnal ini membahas tentang kawin colong adat suku Osing, di

mana dalam adat kawin colong ini merupakan perkawinan yang dilakukan

oleh dua pasang lawan jenis yang mana mereka menikah tanpa restu dari

orang tua mempelai wanita, kemudian wanita tersebut dibawa lari kerumah

mempelai laki-laki. Perkawinan ini tetap dilakukan walaupun orang tua dari

mempelai wanita tersebut dengan terpaksa merestui anaknya untuk

menikah dengan laki-laki yang telah membawanya pergi.12

4. Skripsi oleh Miftahil Khoiri dengan judul “Mitos Masyarakat Telong

Jodoh Sak Omah dan Implikasi Dalam Pembentukkan Keluarga

Sakinah” (Studi kasus di Desa Randuangung kec. Singosari kab.

11

Mohammad Hillal, “Pencatatan Pernikahan Thoriqoh di Ketawang Parebaan Sumenep

Jawa Timur”, (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 20014), h. 2, t.d. 12

Ramdan Wagianto “Tradisi Kawin Colong Pada Masyarakat Osing Banyuwangi

Perspektif Sosiologi Hukum Islam”, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2017), Vol. 10 No.1, h. 6, t.d.

Page 21: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

7

Malang). Kepercayaan masyarakat terhadap mitos yang ada pada

lingkungannya memberikan pemahaman yang berbeda untuk mewujudkan

keluarga sakinah. Melihat dari tipologi masyarakat yang percaya akan hal

itu, disebabkan oleh lemahnya pengetahuan tentang agama Islam. Dan tidak

hanya itu, mereka juga melihat realita yang terjadi ketika sesorang tidak

mematuhi tradisi tersebut. Kuatnya pengaruh mitos ini sehingga

keharmonisan keluarga masih digantungkan pada taraf keyakinan mereka.13

Dari studi review yang penulis cantumkan di atas, skripsi yang akan

diangkat oleh penulis ini belum pernah diteliti sebelumnya oleh penulis

terdahulu. Karena penulis meneliti tentang Pernikahan Thariqah Ditinjau

dari Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Parebaan Kec. Ganding Kab.

Sumenep Jawa Timur).

E. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan terencana, dilakukan

dengan metode ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan data baru guna

membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu gejala.14

Dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah melalui

pendekatan normatif doktriner yang didukung oleh pendekatan empiris.

Sebagaimana dalam pendekatan yuridis normatif ini dilakukan dengan cara

menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis terkait

dengan asas, konsepsi, doktrin dan norma hukum yang berkaitan dengan

pembuktian. Adapun pendekatan yuridis empiris yakni dilakukan dengan

melihat kenyataan yang ada dalam praktek di lapangan. Pendekatan ini

13

Miftahil Khoiri, “Mitos Masyarakat Telong Jodoh Sak Omah dan Implikasi Dalam

Pembentukkan Keluarga Sakinah Studi Kasus di Desa Randuangung Kec. Singosari Kab. Malang,

(Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2007), h. 10, t.d. 14

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), h. 2,

t.d.

Page 22: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

8

dikenal pula dengan pendekatan secara sosiologis yang dilakukan secara

langsung ke lapangan.15

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu menggunakan

penelitian lapangan (field research), dengan mengumpulkan data-data

secara langsung turun ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang

akurat tentang objek yang menjadi penelitian penulis, penelitian ini juga

dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode kualitatif deskriptif.

Adapun penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih

ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan

sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.

3. Sumber Data dan Tekhnik Pengumpulan Data

Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian terbagi menjadi 2

sumber, diantaranya yaitu:

a. Sumber data primer, yaitu: praktik dan pendapat yang diperoleh dari

wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat yaitu Kepala Desa,

Tokoh Adat, Tokoh Agama (Habib Ahlu Thariqah) dan pelaku

pernikahan thariqah di Desa Parebaan.

b. Sumber data sekunder

Terkait dengan buku-buku, makalah seminar, jurnal-jurnal, laporan

penelitian, artikel, majalah, dan koran yang ada kaitannya dengan

penelitian pernikahan thariqah ini, yang diperoleh melalui studi

kepustakaan.

4. Pengolahan dan Analisis Data

Dalam mengelola data yang penulis dapatkan, baik data dari wawancara

maupun data tertulis dari berbagai studi perpustakaan, penulis melakukan

analisis terhadap data tersebut dengan analisis secara deskriptif.

15

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: PT Moyo Segoro Agung, 2007), h. 21.

Page 23: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

9

Dalam menganalisis data yang telah terhimpun, penulis menggunakan

beberapa metode analisis data, diantaranya yaitu:

a) Metode induktif, yaitu pengambilan data yang dimulai dari kesimpulan

atau fakta-fakta khusus menuju kepada kesimpulan yang bersifat

umum, ataupun dapat diartikan dengan menganalisa data yang bersifat

khusus kemudian ditarik kesimpulan secara umum.

b) Metode deduktif, yaitu metode yang dipakai dengan menarik fakta atau

kesimpulan yang bersifat umum, untuk dijadikan fakta atau

kesimpulan umum yang bersifat khusus.16

c) Analisis reflektif, yaitu kombinasi yang kuat antara berfikir deduktif

dan induktif atau dengan mendialogkan data teoritik dan data empiris

secara bolak balik kritis. Dalam metode analisis ini akan memecahkan

masalah dengan pengumpulan data-data dan informasi untuk

dibandingkan kekurangan dan kelebihan dari setiap literatur atau

alternatif tersebut. Sehingga pada penyimpulan akan diperoleh data

yang rasional dan ilmiah.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum

tahun 2017.

F. Rancangan Sistematika Penelitian

Agar pembahasan dalam skripsi ini dapat terperinci dengan baik, maka

penulis akan membagi pembahasan menjadi beberapa bab yang diuraikan

dalam sistematika sebagai berikut:

Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan

rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, studi review, yang

terakhir adalah sistematika penulisan. Dengan adanya pembahasan tersebut

16

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: PT Moyo Segoro Agung, 2007), h. 26.

Page 24: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

10

dapat diketahui gambaran menyeluruh dari substansi yang akan disajikan

dalam penelitian ini. Selanjutnya yaitu bab II, penulis akan menguraikan

tentang ketentuan pernikahan menurut fuqaha, yang meliputi pengertian dan

dasar hukum pernikahan, rukun dan syarat pernikahan, serta hikmah dan

tujuan pernikahan. Pembahasan akan dilanjutkan oleh penulis pada bab III

yaitu tentang gambaran umum Ahlu Thariqah dan praktik pernikahan di Desa

Parebaan, di dalamnya terkait dengan deskripsi singkat Ahlu Thariqah di Desa

Parebaan, praktik pernikahan thariqah. Selanjutnya bab IV, penulis akan

menganalisis hasil dari penelitian, yang fokusnya untuk mengetahui tinjauan

hukum Islam terhadap praktik pernikahan thariqah, terkait dengan sighat

dalam pernikahan thariqah, ketiadaan wali dan saksi dalam praktik pernikahan

thariqah, dan syahadat sebagai mahar pernikahan thariqah di Desa Parebaan

Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Terakhir adalah bab V

yaitu penutup, yang berisi kesimpulan dari pembahasan tentang pokok

permasalahan dan saran.

Page 25: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

11

BAB II

KETENTUAN UMUM MENURUT FUQAHA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Pernikahan

1. Pernikahan menurut etimologi dan terminologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nikah adalah ikatan (akad)

perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran

agama.1 Sedangkan secara etimologi, nikah mempunyai arti berkumpul

bergabung ,)اجلمع) ) bersetubuh , )الضم( وطءال ).2

Adapun nikah, menurut hukum Islam mempunyai definisi sebagai

berikut:

3الزواج شرعا ىو عقد وضعو الشارع ليفيد ملك استمتاع الرجل ابملرأة ابلرجل

Perkawinan menurut syara‟ merupakan akad yang ditetapkan syara‟

untuk membolehkan bersenang-senag antara laki-laki dengan perempuan

dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.

Abu Yahya Zakariya Al-Anshary di dalam bukunya yang berjudul

“Fath al-Wahhab Bi Syarh Manhaj ath-Thullab”, sebagaimana dikutip oleh

Abdul Rahman Ghazali di dalam bukunya yang berjudul “Fiqh

Munakahat” mendefinisikan:

4يتضمن اابحة وطئ بلفظ انكاح أو حنوهالنكاح شرعا ىو عقد

Nikah menurut istilah syara‟ ialah akad yang mengandung kebolehan

hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna

dengannya.

Dari pengertian tersebut, perkawinan mengandung aspek akibat hukum

bahwasanya melangsungkan perkawinan ialah saling mendapat hak dan

kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi

tolong menolong. Karena perkawinan termasuk pelaksanaan agama, maka

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1994), Cet. Ke-3, Edisi Ke-2, h. 456. 2 Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: Graha

Paramuda, 2008), h. 3. 3 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 73-

74. 4 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 7-10.

11

Page 26: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

12

di dalamnya terkandung adanya tujuan atau maksud mengharapkan

keridhaan Allah SWT.5

2. Dasar Hukum Pernikahan

Islam telah mengatur hidup manusia dengan berpasang pasangan

melalui jenjang pernikahan. Dasar hukum dianjurkannya perkawinan

dalam agama Islam terdapat dalam firman Allah SWT dan hadits-hadits

Nabi Muhammad SAW.

Firman Allah di dalam Al-Qur‟an surat An-Nur ayat 32:

الي من عبادكم وإمائكم إن يكون وا ف قراء ي غنهم هللا من وأنكحوا األيمى منكم والص

فضلو وهللا واسع عليم

Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu,

dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang

lelaki dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah

akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas

(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Fiman Allah di dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 3: ا ف واحدة أو ما فإن خفتم أل ت عدلو مث ن وثلث ورابع فانكحوا ما طاب لكم من النساء

لك أدن أل ملكت اتعىلى أيانكم ذ

Artinya: “Maka nikahilah wanita-wanita yang kamu senangi dua, tiga, atau

empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka

(nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang

demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.

5 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 7-10.

Page 27: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

13

Nabi Muhammad SAW bersabda:

باب م ن استاع عن عبد هللا بن مسعود هنع هللا يضر قال, قال لنا رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص )يمعشر الش

ع ف عليو ابلصوم منكم الباءة فانو لو ف لي ت زوج فإنو اغض للبصر واحصن للفرج ومن ل يست

فق عليو وجاء( (رواه البخاري مسلم) .مت

Artinya: “Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu

serta berkeinginan untuk menikah, maka hendaklah ia menikah. Karena

sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan

memelihara kemaluan”.(HR. Bukhari Muslim).6

Nabi Muhammad SAW bersabda:

)رواه ابن ماجو(النكاح سنت فمن رغب عن سنت ف ليس من

Artinya: “Nikah merupakan salah satu sunnahku (tuntunanku), barang

siapa tidak melaksanakan sunnahku, maka dia bukan golonganku”.

(Riwayat Ibnu Majah).7

Hukum asal nikah itu sendiri adalah lebih cenderung untuk dianjurkan,

tetapi asalnya hukum nikah itu mubah.8 Menurut Jumhur Ulama,

pernikahan mempunyai 5 (lima) hukum yang berbeda-beda sesuai dengan

situasi yang dialami oleh seseorang.

1. Mubah (jaiz)

Hukum asal pernikahan adalah mubah atau boleh, asalkan sudah

memenuhi syarat dan rukun nikah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an surat An-Nur ayat 32:

أليمى منكم والصالي من عبادكم وإمائكم نكح ا وا

Artinya: “Dan nikahkanlah orang orang yang masih sendirian di antara

kamu dan orang-orang yang layak (menikah) dan hamba hamba

sahayamu yang perempuan”.

6 Moh. Machfuddin Aladip, Terjemah Bulughul Maram, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,

1985), h. 491. 7 Abdullah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, (Cairo: Daarul Hadits, 1998), h. 1846.

8 Syihabuddin Al-Qalyubi, Al-Mahalli, (Beirut: Daar Al-Fikri, 1994), Juz 3, h. 206.

Page 28: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

14

2. Sunnah, bagi orang yang nafsunya mendesak dan sudah mampu

menikah, sedang dia masih dapat menahan diri dari berbuat zina. Bagi

dia menikah lebih utama daripada tekun beribadah karena hidup

sendirian atau tidak menikah seperti pendapat dalam agama Nasrani,

yang tidak dibenarkan dalam Islam.

Zurinal dan Aminuddin di dalam bukunya yang berjudul “Fiqih

Ibadah” mengkutip sebuah hadits riwayat Thabarani dari Sa‟ad bin Abi

Waqas, Rasulullah SAW bersabda:

محة. )رواه الرباين( 9هللا ابدلنا بشالرىبانية النفية الس

Artinya: “Sesungguhnya Allah menggantikan cara kependetaan dengan

cara yang lurus lagi ramah (nikah) kepada kita”. (HR. Thabrani).

Dan juga di dalam hadits dari Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda:

)رواه مسلم( ت زوجوا فإين مكاثر بكم األمم ي وم القيامة، ول تكون وا كرىبانية النصارى

Artinya: “Nikahlah kalian, karena aku akan membanggakan banyaknya

jumlah kalian pada ummat-ummat lain. Dan janganlah kalian seperti

pendeta-pendeta Nasrani”. (HR. Muslim)

3. Wajib bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan

untuk kawin, dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina

seandainya tidak kawin. Hal ini didasarkan pada pemikiran hukum,

bahwa setiap muslim wajib menjaga diri untuk tidak berbuat yang telah

dilarang oleh Allah. Jika penjagaan diri itu haru dengan melakukan

perkawinan, sedang menjaga diri itu wajib, maka hukum melakukan

perkawinan itupun menjadi wajib. Sesuai dengan kaidah:

مال يتم الواجب ال بو ف هو واجب

Artinya: “Sesuatu yang wajib tidak sempurna kecuali dengannya, maka

sesuatu itu hukumnya wajib juga”.10

9 Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: CV. Sejahtera, 2008), h. 210-211.

10 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 18-19.

Page 29: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

15

Allah berfirman di dalam Al-Qur‟an surat An-Nur: 33

دون نكاحا حت ي غني هم هللا من فضلو وليست عفف الذين ل ي

Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mampu nikah, hendaklah

menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka

dengan karunia-Nya”.

4. Makruh bagi seseorang yang tidak memenuhi nafkah lahir dan batin

kepada Istrinya, serta nafsunya tidak mendesak untuk menikah.

Apabila seorang laki-laki menyadari bahwa ia tidak mampu

membelanjai isterinya atau membayar maharnya dan tidak mampu

memenuhi hak-hak isterinya, maka laki-laki tersebut hukumnya

makruh untuk menikah dengan seorang wanita, sebelum ia

menjelaskan keadaannya kepada calon isterinya, atau sampai datang

saatnya dia mampu memenuhi hak-hak isterinya. Sebaliknya, seorang

wanita (calon isteri), apabila ia menyadari bahwa dirinya tidak mampu

untuk memenuhi hak-hak suaminya, atau ada hal-hal yang

menyebabkan ia tidak dapat melayani kebutuhan batin calon suaminya,

tetapi ia wajib menerangkan kepada calon suaminya.11

5. Haram bagi orang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak

mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan

kewajiban-kewajiban dalm rumah tangga. Sehingga jika

melangsungkan perkawinan akan terlantarlah dirinya dan isterinya,

maka hukum perkawinan bagi orang tersebut haram. Allah SWT

berfirman di dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah ayat 195 melarang

orang melakukan hal yang akan mendatangkan kerusakan:

هلكة ول ت لقوا ابيديكم ال الت

Artinya: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan”. Termasuk juga pernikahan itu hukumnya haram, apabila

seseorang menikah dengan maksud untuk menelantarkan orang lain,

11

Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: CV. Sejahtera, 2008) h. 212.

Page 30: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

16

masalah wanita yang dinikahi itu tidak diurus hanya agar wanita itu

tidak dapat menikah dengan orang lain.12

B. RUKUN DAN SYARAT SAHNYA PERNIKAHAN

Rukun pernikahan merupakan hal-hal yang wajib dilaksankan pada saat

melangsungkan pernikahan. Dalam Islam sebenarnya banyak perbedaan

pendapat yang terjadi antara imam mazhab, berikut penulis rincikan rukun dan

syarat pernikahan menurut pandangan fuqaha:

1. Imam Syafi’i

Sighat (ijab qabul)

Mazhab ini berpendapat bahwa, redaksi akad harus merupakan kata

bentuk dari lafal al-tazwij (التزويج) dan al-nikah (النكاح), selain dari lafal

tersebut maka tidak sah.13

Menurut ulama syafi‟i, bahwa pernikahan baru

dianggap sah jika dilakukan dengan akad, yang mencakup ijab dan qabul

antara wanita yang dilamar dengan lelaki yang melamarnnya, dan

dianggap tidak sah hanya semata-mata berdasarkan suka sama suka

tanpa adanya akad.14

Syarat sahnya ijab dan qabul menurut mazhab Syafi‟i yaitu:

- Adanya pernyataan mengawinkan dari wali.

- Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai laki-laki.

- Memakai kata-kata Nikah dan Tazwij, atau yang semisal dengannya.

- Antara ijab dan qabul harus jelas maksudnya.

- Bersambungnya antara ijab dan qabul oleh pengantin laki-laki

dengan wali perempuan. Kata “bersambung” ini maknanya adalah

tidak diperbolehkan adanya batasan waktu di dalam pengucapan ijab

dan qabul, karena dikhawatirkan mengurangi keabsahan di dalam

pelaksanaan ijab qabul tersebut.

- Orang yang berkaitan dengan ijab dan qabul tidak boleh dalam

keadaan ihram haji ataupun umrah. Ijab dilakukan oleh pihak wali

12

Abdul Rahman Al-Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 20-

21. 13

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid II, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 311. 14

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 309.

Page 31: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

17

mempelai wanita atau wakilnya, sedangkan qabul dilakukan oleh

mempelai laki-laki atau wakilnya.15

Contoh kalimat akad nikah:

بنت ... بهر ... حال انكحتك و زوجتك ...

Artinya: “Aku nikahkan dan aku kawinkan engkau dengan anakku …

binti… dengan mas kawin… tunai”.

Jawaban atau kalimat qabul yang digunakan wajiblah sesuai dengan

ijab, yaitu:

... حال قبلت ت زوجو و نكحو لن فس بهر

Artinya: “Aku terima nikahnya dan kawinnya untukku dengan mas

kawin … tunai”.16

Wali nikah

Menurut Imam Syafi‟i, wali nikah hukumnya adalah wajib karena

merupakan rukun di dalam pernikahan. Maka, jika tidak adanya wali

nikah, pernikahan tersebut batal atau tidak sah. Pernyataan ini dilandasi

oleh dalil Jumhur Ulama yang menyatakan wajibnya wali di dalam

pernikahan.17

Nabi Muhammad SAW bersabda:

بخاري مسلم(ال)رواه ل نكاح ال بول و شاىدي عدل

Artinya: “Tidak sah pernikahan tanpa adanya wali dan dua orang saksi

yang adil”. (HR. Bukhari Muslim)

Syafi‟i melarang ketiadaan wali, karena berdasarkan qiyas wali

dengan hakim dan saksi, maksudnya adalah bahwa wanita itu tidak boleh

menghukumi untuk dirinya sendiri dan tidak boleh bersaksi untuk

dirinya sendiri.18

15

Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 59. 16

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 70. 17

Mahmoud Syaltout dan Mohammad Ali As-Sayis, Perbandingan Mazhab Dalam Masalah

Fiqih, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993), h. 126. 18

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid II, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 30.

Page 32: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

18

Syarat wali menurut Imam Syafi‟i yaitu:

- Islam. - Baligh. - Berakal sehat. - Merdeka. - Laki-laki. - Adil.

19

- Mempunyai hak perwalian. - Tidak terdapat halangan perwaliannya.

20 Tetapi untuk menikahkan perempuan kafir dzimmi

21 tidak disyaratkan

walinya beragama Islam. Demikian pula untuk menikahkan budak

perempuan, tidak disyaratkan walinya harus adil.22

Nabi Muhammad SAW bersabda:

ا امرأة نكحت بغي اذن وليها فنكاحها ابطل، فنكاحها )رواه ابطل، فنكاحها ابطل اي

امحد, و ابو داود (

Artinya: “Perempuan mana saja, menikah tanpa izin walinya, maka

nikahnya batal, nikahnya batal, nikahnya batal”. (HR. Ahmad, Abu

Daud, dishahihkan oleh As-Suyuthi dan Al-Albani).

Saksi nikah

Menurut Imam Syafi‟i, di dalam pernikahan harus adanya dua orang

saksi laki-laki muslim dan adil.23

Nabi Muhammad SAW bersabda: عليو وسلم قال ل نكاح إل بول وشاىدي عدل، وما كان من نكاح أن النب صلى الل

لان ول من ل ول لو )رواه ابن حبان( على غي ذلك ف هو ابطل فإن تشاجروا فالس

19

Musthafa Diibu Bhigha, Fiqih Menurut Mazhab Syafi’i, (Semarang: Cahaya Indah, 1986),

h. 251. 20

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 71. 21

Kafir Dzimmi adalah kafir yang telah patuh dan tunduk pada pemerintah Islam yang telah

ditegakkan kepada mereka hukum-hukum Islam. 22

Musthafa Diibu Bhigha, Fiqih Menurut Mazhab Syafi’i, (Semarang: Cahaya Indah, 1986),

h. 252. 23

Mustofa Al-Khin dan Mustofa Al-Bugho, Kitab Fikah Mazhab Syafie, (Kuala Lumpur:

Batu Caves, 2005), h. 804.

Page 33: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

19

Artinya: “Sesungguhnya Nabi Bersabda: “Tidak pernikahan kecuali

dengan wali dan dua orang saksi yang adil. Pernikahan yang bukan atas

jalan demikian, maka bathil. Seandainya mereka berbantah, maka

sulthan yang menjadi wali orang-orang yang tidak mempunyai wali”.

(HR. Ibnu Hibban : 1247).

Syarat saksi menurut Imam Syafi‟i sebagai berikut:

- Islam.

Firman Allah di dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 71:

هون عن المنكر والمؤمنون والمؤمنات ب عضهم أولياء ب عض يمرون ابلمعروف وي ن

إن ا يعون الل ورسولو أولئك سي رمحهم الل لل عزيز ويقيمون الصلة وي ؤتون الزكاة وي

حكيم

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,

sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain.

Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‟ruf, mencegah dari yang

mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada

Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah,

sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

- Baligh.

- Berakal.

- Minimal 2 (dua) orang laki-laki yang adil.

Firman Allah di dalam Al-Qur‟an surat At-Talaq ayat 2: فإذا ب لغن أجلهن فأمسكوىن بعروف أو فارقوىن بعروف وأشهدوا ذوي عدل منكم

لكم يوعظ بو من كان ي ؤمن ذ هادة لل ومن ي تق الل يعل ابلل والي وم الخر وأقيموا الش

و مرجال

Artinya: “Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka

rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik

dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara kamu

dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.

Page 34: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

20

Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada

Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya

Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”.

- Hadir dalam ijab qabul.

- Merdeka bukan budak.

- Akad harus disaksikan oleh laki laki yang dapat mendengar dan

melihat.24

Calon pengantin

a. Calon pengantin laki-laki.

Syari‟at Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi

oleh calon suami berdasarkan ijtihad para ulama, yaitu:

1) Calon suami beragama Islam.

Ketentuan ini ditetapkan, karena dalam hukum Islam laki-laki

yang sudah berumah tangga merupakan sebagai pengayom atau yang

menjadi dasar utama untuk menjadi pemimpin keluarga, maka dari itu

laki-laki diwajibkan beragama Islam agar mengerti hukum Islam.25

Di

dalam hukum umumpun berlaku kebiasaan hukum istri mengikuti

hukum suami, sebagaimana hukum anak mengikuti hukum anaknya.26

Nash keharaman wanita muslimah menikah dengan laki-laki non

muslim tercantum dalam Al-Qur‟an surat Al-Mumtahanah ayat 10:

أعلم ييانن فإن اجرات فامتحن و ىن هللا ياي ها الذين أمن وا اذا جاءكم المؤمنات مه

ار لىن حل لم لون لن علمتمو ىن مؤمنات فل ت رجعوىن ال الكف ولىم ي

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman apabila datang berhijrah

kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah

kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang

keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka

24

Mustofa Al-Khin dan Mustofa Al-Bugho, Kitab Fikah Mazhab Syafie, (Kuala Lumpur: Batu

Caves, 2005), h. 803. 25

Mustofa Al-Khin dan Mustofa Al-Bugho, Kitab Fikah Mazhab Syafie, (Kuala Lumpur: Batu

Caves, 2005), h. 806. 26

Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 50-51.

Page 35: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

21

(benar-benar) beriman, maka janganlah kamu kembalikan mereka

kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal

bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal pulagi

bagi mereka”. Laki-laki muslim yang ingin menikah dengan wanita

beragama lain (ahli kitab), oleh Al-Qur‟an diperkenankan.

Sebagaimana di dalam Al-Qur‟an surat Al-Maidah ayat 5: يبات وطعام الذين أوتوا الكتاب حل لكم وطعامكم حل لم الي وم أحل لكم ال

لكتاب من ق بلكم إذاوالمحصنات من المؤمنات والمحصنات من الذين أوتوا ا

يان ءا ر مسافحي ول متخذي أخدان ومن يكفر ابل تموىن أجورىن مصني غي ت ي

ملو وىو ف الخرة من الاسرين ف قد حبط ع

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik makanan

(sembelihan) orang-orang yang diberi al-Kitab itu halal bagimu, dan

makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan menikahi)

wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita

yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara

orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu”.27

2) Terang (jelas) bahwa ia seorang laki-laki

Terang (jelas) bahwa calon suami itu benar-benar laki-laki. Hal

ini diisyaratkan agar pelaksanaan hukum itu lancar, tidak mengalami

hambatan-hambatan. Hukum Islam ditetapkan untuk kemaslahatan

manusia. Dalam hal perikatan hukum Islam, menghendaki adanya

pelaksanaan perolehan hak dan kewajiban.28

3) Tidak dipaksa (kemauan sendiri).

4) Tidak beristeri dari empat orang.

5) Calon mempelai laki-laki mengetahui isterinya tidak haram dinikahi

(bukan mahram calon mempelai perempuan). Persyaratan ini

diperlukan untuk melandasi supaya jangan sampai pernikahan

27

Abdul Rahman Al-Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 52-

54. 28

Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h.

65.

Page 36: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

22

tersebut merupakan pelanggaran hukum. Karena, jika laki-laki

tersebut ada hubungan mahram, maka melaksanakan persetubuhan

itu hukumnya dosa dan tidak sah.

6) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.

Hal tersebut didasarkan pada firman Allah di dalam Al-Qur‟an surat

An-Nisa ayat 23:

ما قد سلف وأن تمعوا ب ي األخت ي ال

Artinya: “Dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan

yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau”.

7) Tidak sedang melakukan ihram atau haji.29

b. Calon pengantin wanita

1) Beragama Islam atau ahli Kitab

Wanita selain Kitabiyah tidak boleh dinikahi oleh laki-laki

muslim, berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah

ayat 221:

ولت نكحوا المشركات حت ي ؤمن

Artinya: “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik,

sebelum mereka beriman”.

2) Terang bahwa ia wanita, bukan khunsa (banci).

Karena pernikahan itu adalah perjanjian antara wanita dan laki-

laki, maka perlu kejelasan yang melakukan akad tersebut, demikian

pula perlu jelas orangnya. Inilah pentingnya penyebutan wanita itu

dalam akad. Lebih nyata lagi wanita itu akan menandatangani

kesanggupannya dalam pencatatan perkawinan. 30

3) Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya.

4) Tidak dipaksa (kemauan sendiri)

5) Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah.

29

Abdul Rahman Al-Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 55-

56. 30

Musthafa Diibu Bhigha, Fiqih Menurut Mazhab Syafi’i, (Semarang: Cahaya Indah, 1986),

h. 249.

Page 37: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

23

6) Calon mempelai wanita bukan mahrom calon suaminya.

7) Belum pernah di li‟an (sumpah li‟an) oleh calon suaminya.

8) Wanita itu jelas orangnya.

9) Tidak dalam ihram, haji, ataupun umrah.31

2. Imam Abu Hanifah

Sighat (ijab qabul)

Menurut Mazhab Hanafi, akad boleh dilakukan dengan segala

redaksi yang menunjukkan maksud “Nikah”, bahkan sekalipun dengan

lafal al-tamlik (kepemilikan), al-hibah (penyerahan), al-ba’i (penjualan),

al-‘atha’ (pemberian), al-ibahah (pembolehan), dan al-ihlal

(penghalalan), sepanjang akad tersebut disertai dengan qarinah (kaitan)

yang menunjukkan arti nikah. Akan tetapi akad tidak sah jika dilakukan

dengan lafal al-ijarah (upah) atau al-‘ariyah (pinjaman), sebab kedua

kata tersebut tidak memberi arti kelestarian atau kontinuitas.

Dalam sighat ijab qabul menurut ulama Hanafiyah, kata na-ka-ha

yang berarti nikah atau kawin memiliki keabsahan yang sangat kuat di

dalam suatu akad, karena Imam Abu Hanifah menggunakan hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari:32

حدثنا علي بن عبد هللا حدثنا سفيان مسعت أاب حازم يقول مسعت سهل بن سعد الساعدي يقول: اين لفي القوم عند رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص إذ قامت امرأة فقالت ي رسول هللا

فقالت ي رسول هللا انا إنا قد وىبت نفسها لك فر فيها رأيك فلم يبها شيئا مث قامت قد وىبت نفسها لك فر فيها رأيك فلم يبها شيئا مث قامت الثا لثة فقالت إنا قد وىبت نفسها لك فر فيها رأيك فقام رجل فقال فقالت ي رسول هللا أنكحنيها قال )ىل عندك من شيء( قال ل قال )اذىب فاطلب ولو خامتا من حديد( فذىب فلب مث

وجدت شيئا ول خامتا من حديد فقال )ىل معك من القران شيء( قال جاء فقال مارواه . )با معك من القران( معي سورة كذا وسورة كذا قال )اذ ىب فقد أنكحتكها

( البخاري مسلم Artinya: “Ali bin Abdullah bercerita kepada kita, Sufyan bercerita

kepada kita, aku mendengar Abi Hazim berkata: aku mendengar Sahl bin

31

Musthafa Diibu Bhigha, Fiqih Menurut Mazhab Syafi’i, (Semarang: Cahaya Indah, 1986),

h. 250. 32

Muhammad Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2008),

Juz 3, Cet. IV, h. 447.

Page 38: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

24

Saad al-Sa‟idi berkata: sesungguhnya aku benar-benar di dalam suatu

kaum di sisi Rasulullah SAW. Tiba-tiba seorang perempuan berdiri

kemudian berkata: ya Rasulullah, sesungguhnya dia benar-benar

menghibahkan dirinya kepadamu, maka lihatlah dia dan bagaimana

menurutmu. Nabi tidak menjawabnya. Kemudian dia berdiri lagi dan

berkata: ya Rasulullah, sesungguhnya dia benar-benar menghibahkan

dirinya kepadamu, maka lihatlah dia dan bagaimana menurutmu. Nabi

tidak menjawabnya , kemudian dia berdiri untuk ketiga kalinya lalu

berkata: ya Rasulullah, sesunggunhnya dia benar-benar menghibahkan

dirinya kepadamu, maka lihatlah dia dan bagaimana menurutmu.

Kemudian seorang laki-laki berdiri dan berkata: ya Rasulullah

nikahkanlah aku dengannya. Kemudian Nabi bertanya: apakah engkau

memiliki sesuatu? Lelaki itu menjawab: tidak. Nabi bersabda pergilah

dan carilah sesuatu walaupun cincin dari besi. Kemudian Nabi bersabda:

apakah engkau memiliki sesuatu dari Al-Qur‟an?, Lelaki itu menjawab:

aku menguasai surat ini dan surat ini. Kemudian Nabi bersabda:

pergilah, sungguh aku telah menikahkanmu dengannya dengan sesuatu

yang engkau kuasai dari Al-Qur‟an”. Syarat ijab dan qabul menurut Imam Abu Hanifah, sebagai berikut:

- Ijab dan qabul harus dilaksanakan dalam satu majelis. Pelaksaan ijab

dan qabul wajib hukumnya menghadirkan kedua calon mempelai

(pengantin laki-laki dan perempuan)

- Memakai kata-kata Nikah atau Tazwij, dan yang semisal dengannya

seperti al-tamlik yang berarti kepemilikan, al-hibah yaitu penyerahan,

al-ba’i yaitu penjualan, dan lain sebagainya.

- Tidak mengharuskan bersambung antara ijab dan qabul. Maknanya

adalah membolehkan adanya jarak antara ijab dan qabul, asalkan

dalam keadaan satu majelis dan tidak ada hal-hal yang menunjukkan

salah satu berpaling dari maksud akad tersebut. Karena, Imam Hanafi

lebih menekankan kepada ucapannya walaupun terdapat selang waktu

agak lama, maka tetap dianggap sah sighat ijab qabul tersebut.33

- Antara ijab dan qabul harus jelas maksudnya.

- Orang yang berkaitan dengan ijab dan qabul tidak boleh dalam

keadaan ihram haji ataupun umrah.34

Mazhab Hanafi yaitu membolehkan akad nikah dengan cara paksa,

tidak dilakukan secara sukarela atau atas kehendak sendiri.35

Akad nikah

33

Abu Hanifah, Fiqih Akbar, (Beirut: Dar Al-Ilmiyah, 1994), h. 115. 34

Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 59 35

Pada awal Bab Talak dalam kitab Majma’ Al-Anhar yang bermazhab Hanafi dijelaskan

bahwa, talak, nikah, ruju‟, sumpah talak dan memerdekakan sahaya adalah sah bila dilakukan secara

pemaksaan. Demikian pula dengan zhihar, ila‟, khulu‟, kewajiban haji, zakat, memaafkan orang

Page 39: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

25

boleh dilakukan oleh orang yang safih (dungu), baik dia memperoleh

izin dari walinya atau tidak. Menurut ulama Hanafiyah, rukun nikah

hanya ijab dan qabul saja. Selain daripada ijab dan qabul hanya sebagai

anjuran di dalam pernikahan.

Wali Nikah

Abu Hanifah di dalam fatwanya, mengatakan bahwa wali tidak

termasuk ke dalam rukun nikah karena wanita yang telah baligh dan

berakal sehat boleh memilih sendiri calon suaminya dan boleh

melakukan akad nikah terhadap dirinya sendiri, baik dia perawan

maupun janda. Menurutnya, tidak ada seorangpun yang mempunyai

wewenang atas dirinya atau menentang pilihannya, dengan syarat orang

yang dipilihnya itu adalah se kufu (sepadan) dengannya, dan maharnya

tidak kurang dari mahar mitsil.36

Tetapi bila dia memilih seseorang laki-

laki yang tidak se kufu dengannya, maka walinya boleh menentangnya,

dan meminta kepada qadhi (hakim) untuk membatalkan akad nikahnya.37

Nabi Muhammad SAW bersabda:

)رواه ابو داود( اه ي ل و ن ا م ه س ف ن ب ق ح ا ب ي لث ا

Artinya: “Wanita janda lebih berhak terhadap dirinya sendiri daripada

walinya”. (H.R. Abu Daud)

Di dalam kitab al-Mabsuth, Abu Hanifah berkata bahwasanya

perempuan bikr (gadis) atau janda pada hakikatnya sama, jika laki-laki

itu sekufu bagi perempuan tersebut, maka nikah itu sah. Kecuali, jika

laki-laki itu tidak sekufu bagi perempuan, maka bagi para wali ada hak

untuk membatalkan akadnya.38

(membebaskan hukuman), masuk Islam, berdamai dalam hal tebusan, perwalian, penyusuan, sumpah,

nazar, dan wadi‟ah. 36

Mahar mitsil adalah mahar yang diminta pada sebuah pernikahan seperti mahar untuk para

istri pada umumnya. 37

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 345. 38

Syam Al-Din Al-Sarkhasi, Kitab al-Mabsuth Jilid 5, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989), h. 10.

Page 40: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

26

Meskipun Imam Abu Hanifah memberi kebebasan pada anak gadis

yang telah mencapai usia pubertas untuk menikah berdasarkan

pilihannya, izin wali ini tetap merupakan salah satu syarat perkawinan.39

Adapun dalil yang dijadikan hujjah oleh ulama yang tidak

mensyaratkan adanya wali, baik dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah, ada di

dalam firman Allah SWT Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 240:

عروف وهللا عزي ز حكيم فل جناح عليكم ف ما ف علن ف أن فسهن من م

Artinya: “Maka tidak ada dosa bagimu membiarkan mereka berbuat

yang makruf terhadap diri mereka”.

Mereka mengatakan pendapat tersebut berdasarkan dalil atas

dibolehkannya wanita bertindak melakukan akad nikah untuk dirinya

sendiri. Adapun dalil Sunnah, mereka berhujjah dengan hadits Ibnu

Abbas yang disepakati ke shahihannya, yaitu sabda Nabi Muhammad

SAW:

)رواه البخاري ا من وليها والبكر تستأمر ف ن فسها وإذن ها صمات هااألي أحق بن فسه

مسلم(

Artinya: “Janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya, sedangkan

gadis diminta pendapat mengenai dirinya dan izinnya adalah diamnya”.

(HR. Bukari Muslim)

Abu Hanifah memperkuat pendapatnya kembali karena adanya dalil,

Firman Allah SWT di dalam Alqur‟an surat Al-Baqarah ayat 232:

ن هم وإذا طلقتم النساء ف ب لغن أجلهن فل ت عضلو ىن أن ي نكحن أزواجهن إذا ت راضوا ب ي

لكم أزكى لكم وأطهر اابلمعروف ذلك ي وعظ بو من كان منكم ي ؤمن ابهلل والي وم األخر ذ

ت علمون وهللا ي علم وأن تم ل

Artinya: “Apabila kamu meletakkan isteri-isterimu, lalu habis masa

iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin

39

Ahmad Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002), h. 188.

Page 41: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

27

lagi dengan bakal suaminya, apabila telah dapat kerelaan diantara

mereka dengan cara yang ma‟ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada

orang-orang yang beriman diantara kamu kepada Allah dan hari

kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui,

sedangkan kamu tidak mengetahui”. Abu Hanifah menggunakan metode qiyas dalam masalah persyaratan

pernikahan tanpa adanya wali, yang mana pernikahan seorang

perempuan gadis maupun janda yang melakukan akad nikah secara

langsung untuk dirinya ialah berdasarkan:40

- Kekuasaan atas orang merdeka hanya ada dalam kondisi darurat, sebab

ia bertentangan dengan prinsip kebebasan individu. Kebebasan disini

berarti seseorang boleh mengurusi seluruh urusannya, asal ia tidak

mengganggu kebebasan orang lain, dan mengesahkan pernikahan hanya

karena akad yang dilakukan wali adalah kekuasaan yang ada di luar

kondisi darurat dan bertentangan dengan kebebasan seseorang yang

sudah baligh dan berpikiran sehat dalam kondisi normal. Abu Hanifah

tidak akan memberlakukan pendapatnya ini sebelum wanita tersebut

telah mencapai akhir baligh, karena ia adalah kelemahan yang

disebabkan oleh kurang semprnanya kemampuan.

- Wanita tersebut punya hak yang sempurna atas hartanya. Sehingga, ia

juga punya hak yang sempurna atas pernikahannya. Kedua hak ini tidak

berbeda, sebab alasan keduanya adalah usia baligh dan pikiran sehat.

Karena itu, bila ia berhak atas harta maka ia juga berhak atas pernikahan.

- Seorang pemuda yang sudah akil baligh berhak menikahkan dirinya,

sehingga seorang pemudi yang telah akil baligh juga memiliki hak yang

sama atas pernikahan dirinya.41

Abu Hanifah berpendapat bahwa usia baligh bagi anak laki-laki yaitu

17 tahun atau 18 tahun, sedangkan bagi anak perempuan adalah 18 tahun

dalam kondisi apapun. Ia berpendapat demikian, karena tidak ada

40

Satria Effendi , Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2011), h. 130. 41

Abdul Aziz Asy-Syinawi, Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta: Ummul Quro, 2013), h.

165.

Page 42: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

28

pendapat secara Tauqifi (melalui wahyu) yang menjadikan batas baligh

dengan usia.42

Saksi nikah

Menurut ulama Hanafiyah, saksi nikah hukumnya dalah istishab atau

hanya dianjurkan dan tidak menjadi keharusan untuk dihadirkan saat

prosesi nikah.43

Abu Hanifah memandang bahwa saksi nikah itu boleh

seorang laki-laki dan dua orang perempuan tanpa diisyaratkan harus adil,

dan yang demikian itu akad nikahnya tetap sah walaupun dihadiri oleh

dua orang saksi yang fasik. Sebab menurut mazhab ini, tujuan dari

dihadirkannya saksi yaitu hanya untuk pemberitahuan bahwa pernikahan

tersebut telah dilaksanakan. Namun, mereka berpendapat kesaksian

perempuan saja pernikahannya tidak sah, maka harus adanya saksi laki-

laki walaupun ia fasik.44

Landasan hukum mazhab Hanafiyah mengenai saksi nikah

diperbolehkan bagi laki-laki fasik yaitu firman Allah di dalam Al-Qur‟an

surat Al-Baqarah ayat 282:

هداء إذا ما دعو اول يب الش

Artinya: “Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberikan keterangan)

apabila mereka dipanggil”.

Syarat sahnya saksi di dalam perkawinan menurut golongan

Hanafiyah yaitu saksi diperbolehkan satu orang laki-laki dan dua orang

perempuan. Dan juga saksi diperbolehkan dua orang buta atau dua orang

fasik sekalipun. Sementara orang tuli, orang tidur dan orang mabuk tidak

boleh menjadi saksi.45

Mazhab Hanafi memahami bahwa kesaksian wanita dapat diterima

dalam pernikahan dengan syarat mereka harus didampingi oleh seorang

laki-laki, karena menurut mazhab Hanafi jika seorang saksi itu lupa

maka yang lain dapat mengingatkan.

42

Marwan Kamaruddin, Batas Usia Nafkah Anak dalam Islam, (Banda Aceh: Lembaga

Naskah Aceh, 2013), h. 50. 43

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 312. 44

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 313-317. 45

Zakiyah Daradjat, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 82.

Page 43: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

29

Landasan hukum kesaksian 2 (dua) orang perempuan yaitu firman

Allah di dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 282: ى فاكت ب و تم بدين إل أجل مسم نكم كاتب ي أي ها الذين آمنوا إذا تداي ن ه وليكتب ب ي

ولي تق ابلعدل ول يب كاتب أن يكتب كما علمو الل ف ليكتب وليملل الذي عليو الق

ئا فإن كان الذي عليو ال يع الل ربو ول ي بخس منو شي ق سفيها أو ضعيفا أو ل يست

دين من رجالكم فإن ل يكون رجلي ا شهي أن يل ىو ف ليملل وليو ابلعدل واستشهدو

هداء أن تضل إحداها ف تذكر إحداها األخرى ول ف رجل وامرأتن من ت رضون من الش

هداء إذا ما دعو لكم أقسط ا أن تكت ب و ا ول تسأمو يب الش ه صغيا أو كبيا إل أجلو ذ

هادة وأدن أل ت رتبوا إل أن تكون تارة حاضرة تديرون ها نكم عند الل وأق وم للش ب ي

هدوا إذا ت باي عتم ول يضار كاتب ول شهيد وإن ف ليس عليكم جناح أل تكت بوىا وأش

وي علمكم الل بكل شيء عليم ت فعلوا فإنو فسوق بكم وات قوا الل والل

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia

menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang

akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan

janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang

berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia

sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya

mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi

dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka

(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang

kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang

mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)

apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,

Page 44: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

30

baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang

demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan

lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah

mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang

kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)

kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan

janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan

(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada

dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Calon pengantin

1) Syarat calon mempelai laki-laki, sebagai berikut:

- Beragama Islam

Ketentuan ini ditetapkan, karena dalam hukum Islam laki-laki yang

sudah berumah tangga merupakan sebagai dasar utama untuk menjadi

pemimpin keluarga, maka dari itu laki-laki diwajibkan beragama Islam

agar mengerti hukum Islam.46

- Berakal sehat.

- Baligh.

- Terang (jelas) bahwa ia seorang laki-laki

- Tidak dipaksa (kemauan sendiri).

- Tidak beristeri dari empat orang.

- Calon mempelai laki-laki mengetahui isterinya tidak haram dinikahi

(bukan mahram calon mempelai perempuan).

- Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.

Hal tersebut didasarkan pada firman Allah di dalam Al-Qur‟an surat

An-Nisa ayat 23:

ما قد سلف وأن تمعوا ب ي األخت ي ال

Artinya: “Dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan

yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau”.

46

Mustofa Al-Khin dan Mustofa Al-Bugho, Kitab Fikah Mazhab Syafie, (Kuala Lumpur: Batu

Caves, 2005), h. 806.

Page 45: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

31

- Tidak sedang melakukan ihram atau haji.47

2) Syarat calon mempelai perempuan

- Beragama Islam atau ahli Kitab

- Terang bahwa ia wanita, bukan khunsa (banci).

- Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya.

- Tidak dipaksa (kemauan sendiri)

- Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah.

- Calon mempelai wanita bukan mahrom calon suaminya.

- Belum pernah di li‟an (sumpah li‟an) oleh calon suaminya.

- Wanita itu jelas orangnya.

- Tidak dalam ihram, haji, ataupun umrah.48

3. Iman Hambali

Sighat (ijab qabul)

Menurut pendapat mazhab ini, akad nikah dianggap sah jika

menggunakan lafal al-nikah )النكاح( dan al-zawaj )الزواج( , juga lafal-lafal

pembentukannya. Dan juga dianggap sah dengan lafal al-hibah, dengan

syarat harus disertai penyebutan mas kawin, selain kata-kata yang

disebutkan tidak digunakan, maka akad nikahnya batal atau tidak

dianggap sah.49

Dalil yang mereka gunakan bagi sahnya akad dengan menggunakan

lafal al-hibah ada di dalam Al-Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 50:

وىبت ن فسها للنب إن أراد النب أن يست نكحها وامرأة مؤمنة إن

Artinya: “Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada

Nabi kalau Nabi mau menawininya”.

Syarat sighat ijab dan qabul menurut Imam Hambali yaitu ijab dan

qabul harus dilaksanakan dalam satu majelis, menggunakan kata-kata

Nikah atau Tazwij dan yang semisal dengannya, makna ijab dan qabul

47

Abdul Rahman Al-Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 55-

56. 48

Musthafa Diibu Bhigha, Fiqih Menurut Mazhab Syafi’i, (Semarang: Cahaya Indah, 1986),

h. 250. 49

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 316.

Page 46: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

32

disyaratkan kesegeraan dalam akad, artinya qabul harus segera

dilaksanakan setelah ijab secara langsung tidak dalam keadaan terpisah

(oleh perkataan lain).50

Wali nikah

Mazhab ini berpendapat, bahwa wali nikah hukumnya adalah wajib,

maka batal atau tidak sah pernikahannya jika tidak ada wali di dalam

pernikahan.51

Ibnu Qudamah dari mazhab Hambali menyatakan

bahwasanya wali nikah wajib hadir di dalam pernikahan karena termasuk

kepada rukun nikah. Ia menggunakan dalil hadits tentang kewajiban

adanya wali di dalam pernikahan yaitu sabda Nabi Muhammad, yang

berbunyi:

ل نكاح ال بول و شاىدي عدل

Artinya: “Tidak sah pernikahan tanpa adanya wali dan dua orang saksi

yang adil”. Syarat perwalian menurut Imam Ahmad bin Hambal, yaitu:

- Islam. - Baligh. - Berakal sehat. - Merdeka. - Laki-laki. - Adil.

52

- Mempunyai hak perwalian. - Tidak terdapat halangan perwaliannya.

53

Saksi nikah

Mengenai saksi nikah, pendapat Imam Hambali sama dengan pendapat

Imam Syafi‟i yang menyatakan bahwa perkawinan harus dengan dua

orang saksi, muslim, adil dan tidak boleh orang yang fasik. Dan juga

50

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 312. 51

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 314. 52

Musthafa Diibu Bhigha, Fiqih Menurut Mazhab Syafi’i, (Semarang: Cahaya Indah, 1986),

h. 251. 53

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 71.

Page 47: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

33

menurut ulama Hanabilah, bahwasanya saksi diperbolehkan satu orang

laki-laki dan dua orang perempuan.54

Asy-Syaibani salah satu ulama Hanabilah mendefinisikan bahwa

kesaksian yaitu:

ت د ه ش و أ د ه ش أ ظ ف ل ب و م ل ا ع ب ار ب خ األ

Artinya: “Informasi (pengakuan) dengan apa yang ia ketahui, dengan

menggunakan lafadz asyhadu (aku bersaksi) atau syahadtu (aku telah

menyaksikan)”.55

Calon pengantin laki-laki dan perempuan.

Yang harus menjadi kriteria syarat sahnya calonmempelai laki-laki,

sebagai berikut:

- Islam

- Tidak dipaksa (kemauan sendiri).

- Tidak beristeri dari empat orang.

- Calon mempelai laki-laki mengetahui isterinya tidak haram dinikahi

(bukan mahram calon mempelai perempuan).

- Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.

Hal tersebut didasarkan pada firman Allah di dalam Al-Qur‟an surat

An-Nisa ayat 23:

ما قد سلف وأن تمعوا ب ي األخت ي ال

Artinya: “Dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan

yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau”.

- Tidak sedang melakukan ihram atau haji.56

Syarat sahnya calon mempelai perempuan yaitu:

- Terang bahwa ia wanita, bukan khunsa (banci).

Karena pernikahan itu adalah perjanjian antara wanita dan laki-laki,

maka perlu kejelasan yang melakukan akad tersebut, demikian pula

perlu jelas orangnya. Inilah pentingnya penyebutan wanita itu dalam

54

Zakiyah Daradjat, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: Dana Bhakti wakaf, 1995), h. 82. 55

Majmu‟atun Min al-Muallifina, al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, (Kuwait: Wizarah

al-Auqati wa asy-Syuun al-Islamiyah, 2013), h. 216. 56

Abdul Rahman Al-Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 55-

56.

Page 48: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

34

akad. Lebih nyata lagi wanita itu akan menandatangani

kesanggupannya dalam pencatatan perkawinan. 57

- Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya.

- Tidak dipaksa (kemauan sendiri)

- Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah.

- Calon mempelai wanita bukan mahrom calon suaminya.

- Belum pernah di li‟an (sumpah li‟an) oleh calon suaminya.

- Wanita itu jelas orangnya.

- Tidak dalam ihram haji maupun umrah.58

4. Imam Malik

Sighat (ijab qabul)

Menurut mazhab ini, bahwasanya akad nikah dianggap sah jika

menggunakan lafal al-nikah )النكاح( dan al-zawaj )الزواج(. Juga dianggap

sah dengan lafal al-hibah )الهبه( , tetapi dengan syarat harus disertai

dengan penyebutan mas kawin. Jadi, jika di dalam akad pernikahan

tersebut tidak menggunakan lafal-lafal yang telah disebutkan di atas,

maka pernikahan yang demikian itu tidak dianggap sah atau dapat

dikatakan batal.59

Dalil yang mereka gunakan bagi sahnya akad pernikahan dengan

menggunakan lafal al-hibah adalah firman Allah di dalam Al-Qur‟an

surat Al-Ahzab ayat 50:

وامرأة مؤمنة إن وىبت ن فسها للنب إن أراد النب أن يست نكحها

Artinya: “Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada

Nabi jika Nabi mau mengawininya”.

Syarat sighat ijab dan qabul menurut Malikiyah, yaitu:

- Lafadz yang digunakan bermakna jelas seperti al-nikah, al-zawaj, dan

yang semakna dengannya.

- Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis.

57

Musthafa Diibu Bhigha, Fiqih Menurut Mazhab Syafi’i, (Semarang: Cahaya Indah, 1986),

h. 249. 58

Musthafa Diibu Bhigha, Fiqih Menurut Mazhab Syafi’i, (Semarang: Cahaya Indah, 1986),

h. 250. 59

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 311.

Page 49: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

35

- Bersambungnya antara ijab dan qabul oleh pengantin laki-laki dengan

wali perempuan.

Wali nikah

Menurut Imam Malik, pernikahan tidak sah kecuali dengan adanya

wali, dan wali itu merupakan syarat sahnya pernikahan, dalam riwayat

Asyhab darinya dan Syafi‟i juga menyatakan demikian.60

Syarat menjadi wali nikah menurut Imam Malik, diantaranya:

- Islam

- Dewasa

- Laki-laki

Landasan hukum Imam Malik mengemukakan adanya wali dalam

perkawinan yaitu firman Allah di dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah

ayat 234, yang berbunyi: ن فسهن ابلمعروف والل با ت عملون فإذا ب لغن أجلهن فل جناح عليكم فيما ف علن ف أ

خبي

Artinya: “Dan apabila telah habis masa iddahnya, maka tiada dosa

bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka

menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”.

Imam Malik berpendapat bahwa perwalian itu didasarkan atas ke

‘ashabahan (keluarga „ashabah), kecuali anak laki-laki dan keluarga

terdekat adalah lebih berhak menjadi wali.61

Saksi

Malikiyah tidak mencantumkan saksi ke dalam rukun pernikahan,

hanya saja, mereka berpendapat bahwasanya kesaksian dalam perkawinan

hukumnya adalah istishab yang berarti dianjurkan dan bukan merupakan

suatu kewajiban yang harus dipenuhi di dalam rukun nikah. Menurut

pendapat Imam Malik, bahwasanya saksi hukumnya tidak wajib di dalam

pernikahan, akan tetapi sebelum suami mendukhul (mencampuri) istrinya,

maka wajiblah ia mengumumkan (i‟lan) atau mendatangkan dua orang

60

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid II, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 14. 61

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terjemah Abdurrahman, A. Haris Abdullah, Juz 2, cet.

Ke- 1, (Semarang: CV. Asy-Syifa‟, 1990), h. 374-375.

Page 50: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

36

saksi. Apabila ia tidak mendatangkan dua orang saksi atau tidak

mengumumkannya, maka pernikahan tersebut batal.62

Dalil yang menjadi objek kesaksian tersebut adalah sabda Nabi

Muhammad SAW:

ف وف أعلن )رواه ابو داود(وا ىذا النكاح واضرب وا عليو ابلد

Artinya: “Umumkanlah pernikahan ini dengan memukul rebana”. (HR.

Abu Daud)

Calon pengantin laki-laki dan perempuan

Menurut pendapat Imam Malik, syarat-syarat calon mempelai laki-laki

dan perempuan adalah sebagai berikut:

- Berakal.

- Baligh.

- Kedua mempelai harus terlepas dari keadaan-keadaan yang membuat

mereka dilarang kawin.

- Keduanya tidak sedang dalam keadaan ihram.

- Yang melakukan pernikahan harus jelas orangnya (terang).63

Mahar

Mahar merupakan salah satu di antara hak istri yang didasarkan atas

kitabullah, sunnah Rasul dan ijma‟ kaum Muslimin. Imam Malik

berkata, “Ukuran mahar minimalnya seperempat dinar berupa emas atau

tiga dirham berupa perak atau yang senilai dengan tiga dirham”.64

Jika

akad dilakukan kurang dari jumlah tersebut, kemudian terjadi

percampuran (ba’da dukhul), maka suami harus membayar tiga dirham.

Namun, jika belum terjadi percampuran (qabla dukhul), maka dia boleh

memilih antara membayar tiga dirham atau membayar faskh akad,65

kemudian membayar mahar musamma.66

62

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 314. 63

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 346. 64

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid II, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 34. 65

Fasakh akad adalah pembatalan akad perkawinan. 66

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 365.

Page 51: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

37

Mahar terdiri atas 2 macam:

1) Mahar Musamma

Mahar musamma adalah mahar yang disepakati oleh pengantin laki-

laki dan pengantin perempuan yang disebutkan dalam redaksi akad. Para

Ulama Mazhab sepakat bahwa tidak ada jumlah maksimal dalam mahar

tersebut karena telah diatur di dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 20:

تم كان زوج و استبدال زوج م وإن أردت ئا ااحداىن قنارا فل تخذو ءات ي منو شي

Artinya: “Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang

lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara

mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambilnya

kembali”.67

2) Mahar Mitsil

Mahar mitsil adalah standar nilai (mahar) yang diterima oleh

wanita-wanita sebandingnya di lingkungan kerabatnya yang berasal

dari garis ayahnya, seperti saudara atau bibi, bukan dari garis ibunya.

Sebab, Ibu terkadang berasal dari keluarga yang memiliki tradisi yang

berbeda dengan keluarga si Ayah. Jika tidak ditemukan wanita yang

sebanding dengan garis ayahnya, maka carilah wanita yang sebanding

atau sebayanya di lingkungan kampungnya.68

Tentang mahar mitsil ini, para ulama mazhab sepakat bahwa

mahar bukanlah salah satu rukun akad, sebagaimana halnya dalam jual

beli, tetapi merupakan salah satu konsekuensi adanya akad. Oleh

karena itu, akad nikah boleh dilakukan tanpa menyebutkan mahar, dan

bila sudah terjadi percampuran, maka ditentukanlah mahar mitsil. Jika

sang istri ditalak qobla dukhul (sebelum dicampuri), maka ia tidak

berhak atas mahar, melainkan harus diberi mut’ah (pemberian sukarela

dari suami). Pemberian mut‟ah itu sendiri dapat berupa pakaian, cincin,

dan lain-lain.69

Dalam kitab Kifayah Al-Ahyar, Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-

Husaini menyebutkan bahwa mas kawin adalah nama harta yang

67

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 364. 68

Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 261. 69

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 366.

Page 52: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

38

diberikan dari laki-laki kepada perempuan sebab pernikahan atau sebab

persetubuhan. Di dalam Al-Qur‟an, mas kawin juga dinamakan

shadaqah, nihlah, faridhah, dan ajr.70

Para ulama sepakat bahwa mahar termasuk salah satu syarat sahnya

pernikahan, dan tidak boleh mengadakan persetujuan untuk

meninggalkannya.71

Berdasarkan firman Allah SWT di dalam surat

An-Nisa ayat 4 yang berbunyi:

ريئا ء صدقاتن حنلة فإن طب لكم عن شيء م وءات وا النسا نو ن فسا فكلوه ىنيىئا م

Artinya: “Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudia jika

mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu

dengan senang hati, maka makalah (ambilah) pemberian itu (sebagai

makanan makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.

Firman Allah SWT di dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 25:

ع م ن نكم طول أن ي نكح الم ومن ل يست ا ملكت ايانكم م ؤمنات فمن م

حصنات امل

ىلهن انكحو ىن يذن أ وهللا اعلم ييانكم ب عضكم من ب عض ف ف ت ياتكم المؤمنات

ر مسافحات ول متخذات أخدان فإذا لمعروف مصن وءات وىن أجورىن اب ات غي

لعذاب ذالك لمن أحصن فإن أت ي بفاحشة ف عليهن نصف ما على المحصنات من ا

ر لكم و خشي غفور رحيم اهللا العنت منكم وأن تصربوا خي

Artinya: “Dan barang siapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak

cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman,

ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang

kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebagian kamu adalah

dari sebagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin

tuan mereka, dan berilah mas kawin mereka menurut yang patut,

sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina

70

Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatu al-Ahyar, Terjemah Achmad Zaidun dan

A.Ma‟ruf Asrori, (Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 1997), h. 406. 71

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid II, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 449.

Page 53: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

39

dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki sebagai piaraannya;

dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian

mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka

separuh separuh hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang

bersuami. Kebolehan menikahi budak itu adalah bagi orang-orang

yang takut kepada kemasyrakatan menjaga diri (dari perbuatan zina)

diantara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Mahar dapat berupa sebagai berikut:

1. Semua benda yang dapat dijadikan alat penukaran (tsaman) dalam jual

beli. Maksudnya adalah, mahar dapat berupa barang yang bernilai

ekonomis, suci, halal, bisa dimanfaatkan, dan diserah-terimakan,

misalnya uang, barang, atau sejenisnya. Allah SWT berfirman di dalam

Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 4:

ئا م نو ن فسا فكلوه ىني ري ئا وءات وا النساء صدقا تن حنلة فإن طب لكم عن شيئ م

Artinya: “Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika

mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu

dengan senang hati, maka makanlah (ambilah) pemberian itu (sebagai

makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.

2. Menurut Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad bin Hambal, bahwasanya

setiap pekerjaan (jasa) yang mendapat upah boleh dijadikan sebagai

mahar. Misalnya mengajarkan Al-Qur‟an, pekerjaan tangan,

pelayanan, dan sejenisnya.

Allah SWT telah mengisakan kepada kita, tentang Bapak tua yang

menikahkan Musa AS dengan salah satu puterinya dengan mahar

bekerja selama delapan tahun pada pekerjaan si Bapak. Allah SWT

berfirman di dalam Al-Qur‟an surat Al-Qashas ayat 27:

ن ر ج ت ن ى أ ل ع ي ات ى ت ن ى اب د ح إ ك ح ك ن أ ن أ د ي ر أ ين إ ل قا ت م مت أ ن إ ف ج ج ح اين

ي ال الص ن م هللا اء ش ن إ ن د ج ت س ك ي ل ع ق ش أ ن أ د ي ر ا أ م و ك د ن ع ن م ا ف ر ش ع

Page 54: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

40

Artinya: “Berkatalah dia (Syu‟aib): “Sesungguhnya aku bermaksud

menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar

bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan

sepuluh tahun, maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku

tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku

termasuk orang-orang yang baik”. Hal tersebut memang syari‟at ummat

sebelum Islam, namun selama tidak ada dalil yang membatalkannya,

maka ia tetap sah dan berlaku bagi kita.

Selain itu, dalam cerita tentang wanita yang menyerahkan dirinya

untuk dikawini, Rasulullah SAW berkata pada laki-laki yang ingin

mengawininya:

)رواه صحيح خباري مسلم(اذىب ف قد أنكحتكها با معك من القران

Artinya: “Pergilah, aku telah nikahkan kamu dengannya dengan (mahar)

Al-Qur‟an yang kamu miliki”. (HR. Shahih Bukhari Muslim).

Dalam hadits tersebut, yang dimaksud mahar Al-Qur‟an disini adalah

jasa pengajaran satu surah atau lebih dari Al Qur‟an yang ia hapal kepada

mempelai wanita.

1. Memerdekakan budak atau tawanan

Hal ini berdasarkan hadits berikut:

ن : أ ال ق س ن أ ن : ع اب ح ب ال ن ب ب ي ع ش و ت ب ث ن : ع اد ا مح ن ث د : ح د ي ع س ن ب ة ب ي ت ا ق ن ث د ح

(ا )رواه البخاريه ق د ا ص ه ق ت ع ل ع ج , و ة ي ف ص ق ت ع ملسو هيلع هللا ىلص أ هللا ل و س ر

Artinya: “Qutaibah bin Sa‟id telah menceritakan kepada kami: Hammad

telah menceritakan kepada kami: dari Tsabit dan Syu‟aib bin Habhab,

dari Anas, dia berkata: Sesunggyhnya Rasulullah SAW memerdekakan

Shafiyah, dan menjadikan tebusannya sebagai mas kawinnya”. (H.R.

Bukhari, no. 5086).72

2. Memeluk Islam dapat dijadikan sebagai mahar.

Dikisahkan oleh Anas bin Malik, di dalam perkataannya: “Abu Thalhah

menikahi Ummu Sulaim dengan mahar “masuk Islam”. Dikisahkan

bahwa Ummu Sulaim lebih dahulu memeluk Islam daripada Abu

72

Abu Daud Sulaiman bin Asy‟ast Asy-Syijistani, Sunan Abi Daud, Edisi IV, (Beirut: Darul

Kutub Al-Ilmiyyah, 2010), h. 336.

Page 55: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

41

Thalhah. Saat melamarnya, Ummu Sulaim berkata kepadanya, “Aku telah

memeluk Islam. Jika kamu masuk Islam, maka aku bersedia menikah

denganmu”, Abu Thalhah pun masuk Islam dan menjadikannya sebagai

mahar antara keduanya.73

C. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

Pernikahan bertujuan untuk memenuhi hajat manusia, sesuai

petunjuk agama, dalam rangka mewujudkan keluarga harmonis, sejahtera,

bahagia lahir dan batin, berlandaskan cinta kash sayang. Dalam Al-

Qur‟an surat Ar-Rum ayat 21, Allah SWT menyatakan bahwa isteri

diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk laki-laki.74

Supaya tercipta

kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai roh keIslaman yakni sakinah,

mawaddah, dan rahmah (mencintai, merasa tentram dan kasih sayang)

antara suami isteri.

Firman Allah di dalam Al-Qur‟an surat Ar-Rum ayat 21:

نكم م ها وجعل ب ي رمحة إن ف ودة و ومن ءايتو أن خلق لكم من أن فسكم أزواجالتسكن وا إلي

رون يت لقو ذلك أل م ي ت فك

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia yang

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu

rasa kasih dan sayang, sesungguhnya yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.75

Imam Al-Ghazali menguraikan di dalam Ihyanya tentang faedah

melangsungkan perkawinan, maka tujuan pernikahan diantaranya ialah:

1. Mendapatkan dan melangsungan keturunan

2. Memenuhi hajat naluri untuk mendapatkan kasih sayang, dan

ketentraman hidup.

73

Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 250-253. 74

Zurinal Z dan Amiruddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: CV. Sejahtera, 2008), h. 209. 75

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia,

(Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h. 261-262.

Page 56: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

42

3. Motivasi memilih pasangan hidup.76

4. Memenuhi perintah agama.

5. Menimbulkan kesungguhan bertanggung jawab, menerima hak dan

kewajiban.

6. Membangun keluarga bahagia, masyarakat muslim damai.

7. Memelihara diri dari kerusakan.

8. Meningkatkan ibadah kepada Allah.

9. Mencari harta yang halal.77

Adapun hikmah pernikahan, diantaranya yaitu:

1. Mampu membuat wanita melaksankan tugasnya sesuai dengan tabiat

kewanitaan yang diciptakan.

2. Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan

berkembang biak dan berketurunan.

3. Mampu menjaga suami dan istri agar tidak terjerumus dalam perbuatan

nista, dan mampu menahan syahwat dan pandangan dari sesuatu yang

diharamkan oleh Allah SWT.

76

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 81. 77

Abdul Rahman Al-Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 28-

29.

Page 57: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

43

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PERNIKAHAN AHLU THARIQAH

DAN PRAKTIK PERNIKAHAN DI DESA PAREBAAN

A. Deskripsi Singkat Ahlu Thariqah di Parebaan

1. Desa Parebaan

Asal mula desa Parebaan dahulunya disebut dengan kata Papareng dan

Rebbe yang diakhiri oleh akhiran 'an', jika digabungkan maka menjadi

Parebaan. Pemerintah desa Parebaan merupakan satu pemerintahan yang

ada sejak zaman kerajaan, sesuai dengan perkembangan keadaan dan

kondisi masyarakatnya, maka wilayah Parebaan ini terdiri dari 2 (dua)

dusun, yaitu dusun masjid dan dusun keramas.1

Desa Parebaan terletak di bagian perbatasan atau pinggiran wilayah

kecamatan Ganding. Desa ini memiliki luas administrasi 0,3 km dengan

luas wilayah 30.160 ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Ketawang Daleman

b. Sebelah Timur : Desa Ketawang Karay dan Larangan

c. Sebelah Selatan & Barat : Desa Ketawang Laok, Kecamatan

Guluk-guluk.2

Pada dasarnya masyarakat Parebaan adalah masyarakat agamis, yang

menjadikan agama Islam sebagai keyakinannya. Secara akademik,

masyarakat Parebaan ini rata-rata alumni pondok pesantren, dimana faktor

ini juga didukung dengan adanya beberapa Pondok Pesantren Salaf yang

mengapit desa tersebut, sehingga pemahaman mereka terhadap masalah

keagamaan sangat dominan dan dapat dikatakan masyarakat Parebaan

adalah masyarakat yang mengenyam pendidikan agama mulai sejak lahir

sampai menjelang hayatnya, karena keaktifan mereka yang mengikuti

kajian di Pondok Pesantrennya. Mayoritas masyarakat Parebaan

berpedoman kepada mazhab Syafi‟i yang sudah mendarah daging,

sebagaimana ajaran yang diterapkan oleh pondok tersebut dari amalan

1 Abdullah, Kepala KUA Desa Parebaan Kecamatan Ganding, Interview Pribadi, Parebaan, 22

Januari 2019. 2 Ketawang Parebaan Kuliah Kerja Nyata, Wikipedia Pulau_Madura/2018/02/03/profil-

desa.html.

43

Page 58: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

44

„ubudiyah (ibadah) maupun amalan muamalah yang mereka gunakan

hingga saat ini.3

Di samping sangat memegang teguh ajaran yang sudah disyari‟atkan

dalam Islam, masyarakat Parebaan juga sangat memegang teguh

kebudayaan yang sudah bertahun-tahun mereka lakukan yang telah

diwasiatkan oleh nenek moyangnya, contohnya seperti anak yang sudah

beranjak dewasa harus dibawa kepada seorang kyai yang menguasai ilmu

untuk memagari anaknya dari senjata tajam (kekebalan) atau ilmu-ilmu

hitam supaya dapat menghindari dari orang-orang yang bermaksud jahat

(sihir), dan juga agar anak tersebut tidak mudah berbuat dosa besar (zina),

karena ketika ilmu itu sudah dimasukkan ke dalam tubuh seseorang ada

beberapa pantangan yang harus ditaati, seperti tidak boleh melakukan dosa

besar. Maka apabila pantangan tersebut dilanggar, ada konsekuensinya

bahwa tubuh yang telah dipagari oleh ilmu-ilmu tersebut maka akan

membusuk atau seseorang itu dapat terkena penyakit yang sangat sulit

untuk disembuhkan, sehingga pemagaran ilmu di dalam tubuh seseorang

tersebut tidak hanya dibatasi untuk kekebalan dari berbagai penyakit, akan

tetapi supaya tidak terjerumus dalam perbuatan yang dilarang oleh agama.4

Penduduk desa Parebaan pada umumnya bermata pencaharian sebagai

petani dan pedagang. Secara umum kondisi fisik desa Parebaan tidak

memiliki kesamaan dengan desa-desa lain di wilayah kecamatan Ganding.

Tanah nya yang seluas 30.160 ha yang terbagi dalam satu fungsi

penggunaan yaitu tanah pekarangan, pemukiman, dan lahan kering.5

2. Ahlu Thariqah

Tarekat Naqsyabandiyah adalah salah satu tarekat yang secara khusus

dikenal dengan praktik dan teknik zikirnya yang memiliki karakter

tersendiri di dalam hati (khafi).6 Tarekat Naqsyabandiyah ini memiliki

kebijakan dan ikhtiar yang tidak terpisahkan dari berbagai ritual ibadah.

Pada zaman Abu Bakar as-Siddiq hingga zaman Syekh Abu Yazid al-

3 Amir Syaifuddin, Kepala Desa, Interview Pribadi, Parebaan, 17 Januari 2019.

4 Ahmad Mu‟is, Sekretaris Desa, Interview Pribadi, Interview Pribadi, Parebaan, 17 Januari

2019. 5 Ketawang Parebaan Kuliah Kerja Nyata, Pulau_Madura/2018/02/03/profil-desa.html.

6 Muhammad Arifin Ilham, Hikmah Zikir Berjamaah, (Jakarta: Republika, 2003), h. 1-3.

Page 59: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

45

Bistami, saat tarekat ini dikenal dengan nama Shiddiqiyah, amalan

khususnya adalah dzikir khafi (dzikir dalam hati). Ketika dikenal dengan

nama Taifuriyah, tarekat ini mengedepankan tema khusus yakni cinta dan

makrifat. Periode setelahnya, Tarekat Naqsyabandiyah diperkuat dengan

delapan prinsip asas, yakni yad kard (ingat; senantiasa menyebut nama

Allah), baz gasyt (kembali; mengembalikan segalanya pada Allah), dan

nigah dasy (waspada; selalu menjaga pikiran dan perasaan), yad dasy

(mengingat kembali; bahwa segala sesuatu berasal dari Allah), hush dar

dam (sadar sewaktu bernafas; menyadari keberadaan Allah dalam setiap

hela nafas), nazar bar qadam (menjaga langkah), safar dar watan

(melakukan perjalanan di daerah sendiri/batin), dan khalwat dar anjuman

(sunyi sepi di tengah keramaian; selalu menyibukkan diri dengan ibadah).7

Pernikahan thariqah ini muncul di Desa Parebaan Kecamatan Ganding

Kabupaten Sumenep awal mulanya dibawa oleh seorang ustadz yang

bernama Masyhudi yang telah lama menuntut ilmu di salah satu Pondok

Pesantren yang bernama “Rhoudhatut Thalibin”, pesantren tersebut

bertempat di Kabupaten Pamekasan, kemudian Masyhudi dipercaya oleh

pengasuh pondok tersebut dan diangkat menjadi seorang ustadz.

Kemudian ia mempunyai banyak relasi melalui orang-orang yang

bertandang ke Pondok atau sowan ke pengasuh pondok itu, hingga suatu

ketika ia bertemu dengan seseorang yang bernama Achmad Zaini, tepatnya

pada tahun 2013 yang berasal dari desa Banyuates Sampang, di mana dia

juga adalah seorang santri alumni salah satu Pondok Pesantren di

Pamekasan yang pada saat itu sedang menjalani misinya sebagai seorang

yang mengunjungi setiap Pondok Pesantren dan kebetulan sedang

berkunjung ke tempat Masyhudi mondok.8

Berawal dari pertemuan tersebut, terjadilah komunikasi dan saling

tukar pengalaman juga pengetahuan antara Masyhudi dan Achmad Zaini,

hingga pada akhirnya Achmad Zaini bercerita tentang keberadaan cara

pernikahan baru yang dia anut, dan pernikahan itu dikenal dengan istilah

“Nikah Thariqah”. Menurutnya, pernikahan ini merupakan hasil dari

7 Ahmad Fuad Said, Hakikat Tarekat Naqsyabandiyah, (Jakarta: PT Al-Husna Zikra, 1999), h.

60-61. 8 Mohammad Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 17 Januari 2019.

Page 60: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

46

golongan Ahlu Thariqah Naqsyabandi. Di mana pernikahan ini

mempunyai perbedaan dengan pernikahan yang telah ditentukan oleh

imam madzhab secara syar‟i. Nikah Thariqah ini diartikan sebagai jalan

khusus dalam melakukan pernikahan, sehingga yang berhak melakukan

pernikahan ini adalah orang-orang yang sudah menganut Thariqah saja.

Bagi orang yang melakukan pernikahan dengan tatacara Nikah Thariqah

ini, maka ada jaminan anaknya kelak akan menjadi seorang Wali atau

petinggi Agama. Selain itu menurutnya, pernikahan ini mempunyai tujuan

untuk menjaga kemashlahatan ummat agar tidak terjerumus dalam jurang

perzinahan, sehingga melahirkan sebuah bentuk pernikahan baru sebagai

alternatif bagi kaum muslimin agak tidak terjebak dalam maksiat yang

memang dilarang oleh Allah SWT.9

Ketika Ustadz Masyhudi mendapatkan ilmu baru dalam pelaksanaan

akad pernikahan Thariqah dari Achmad Zaini, dia tidak langsung

mengimani keberadaan metode pernikahan tersebut, ia masih bertanya-

tanya benarkah metode yang baru didapatnya telah diakui kebenarannya

oleh ulama dan telah termaktub dalam kitab-kitab fiqih, ataukah hanya

hasil buatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan hanya

mengada-ada saja, dengan begitu akhirnya Achmad Zaini menegaskan

kepada Masyhudi untuk mencari kebenaran atas keberadaan Nikah

Thariqah yang tidak merujuk pada Ulama atau kitab-kitab fiqih, melainkan

langsung bertanya kepada orang yang telah dianggap sebagai wali. Karena,

menurut Achmad Zaini Nikah Thariqah itu adalah bentuk pernikahan yang

memang berbeda dengan metode pernikahan secara syari‟at.

Walaupun sudah dijelaskan secara detail oleh Achmad Zaini sebagai

pembawa paham Nikah Thariqah, Masyhudi tidak langsung percaya akan

kebenaran metode pernikahan tersebut, melainkan Masyhudi terus

menerus mencari jawaban atas keraguannya dalam pernikahan Thariqah

itu.10

Pada suatu ketika, Masyhudi menceritakan hal tersebut kepada

temannya yang sama-sama menjadi ustadz pada waktu itu. Ia menceritakan

tentang ilmu pernikahan yang baru ia dapat dari seorang musafir yang baru

9 Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

10 Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 01 Februari 2019.

Page 61: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

47

ia kenalnya, setelah ia menceritakan dari awal hingga akhir tentang

pernikahan Thariqah beserta tata cara pernikahan tersebut, kemudian

teman-temannya pun merasa terheran (penasaran) dan ingin membuktikan

kebenaran metode pernikahan barunya itu. Beberapa waktu kemudian

ketika ada kesempatan, teman dari Masyhudi langsung pergi ke tempat

seorang kyai yang menurut masyarakat sekitar kyai itu mempunyai

pangkat wali (welina Allah) dan bertempat tinggal di Pamekasan,

kedatangan teman teman Masyhudi ini adalah untuk mendapatkan jawaban

atas persoalan pernikahan Thariqah tersebut. Ketika teman-teman

Masyhudi tersebut masuk ke dalam rumah kyai tersebut dan duduk, teman

Masyhudi langsung membuka obrolan tentang pernikahan thariqah yang ia

dapat dari seorang musafir yang bernama Ahmad Zaini tersebut.

Kemudian, sang kyaipun menjawab “Boleh melaksanakan pernikahan

tersebut, tetapi pernikahan itu digunakan untuk sebagian golongan saja,

yang menggunakannya adalah orang-orang mukmin yang memang

mempunyai pegangan atau sudah menguasai aliran thariqah dan yang

sudah mu‟tamat hakikat atau orang „alim yang mukmin dan ma‟rifah nya

sudah sangat dekat kepada Allah. Jadi, pernikahan tersebut memang

dibenarkan dalam Islam karena tanpa adanya wali yang dzahirpun

pernikahannya sudah sah seperti pendapatnya Abu Hanifah, ketika

perempuan yang akan kamu nikahi sudah mengerti hukum atau baligh

maka boleh saja dengan cara pernikahan thariqah seperti ini”.11

Sejak adanya peristiwa tersebut, ustadz Masyhudi dan teman-temannya

langsung mengimani atau mempercayai kebenaran dari pernikahan

tersebut dan kemudian mengamalkannya hingga saat ini. Kemudian,

setelah Masyhudi pulang ke rumah karena ia sudah lulus di Pondoknya

pada saat itu, Masyhudi langsung mengamalkan cara pernikahan tersebut,

akan tetapi dia tidak mau langsung mempublikasikan kepada masyarakat

tentang adanya cara pernikahan yang baru ia percayainya tersebut.

Kemudian Masyhudi menihak dengan seorang perempuan asal Madura

yang bertempat tinggal di Desa Parebaan juga, perempuan itu bernama

Nihayatus Sa‟adah. Di dalam pernikahannya, Masyhudi dan juga calon

11

Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

Page 62: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

48

istrinya tetap menggunakan akad pernikahan secara hukum Islam, karena

secara tidak langsung ia merasa khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan ketika mempublikasikan model pernikahan yang baru

dikenalnya. Setelah resmi menikah, ia sering pergi ke luar kota tanpa

didampingi oleh istri, disanalah ia mengamalkan Nikah Thariqah ketika

jauh dari isterinya (ke luar kota). Hal seperti itu ia lakukan karena

beralasan khawatir sampai terjerumus ke dalam perbuatan yang telah

dilarang oleh Allah (berbuat zina).12

Seperti di dalam perkataan Masyhudi:“Nikana guleh ben bineh selaen

ngangguy se biasa ngangguy nikah thariqah keyah polana mondeddi anak,

anaeh bhekkal deddi oreng wali”. Jadi, ketika menikahi isterinya

Masyhudi tidak menggunakan pernikahan secara syari‟at saja, melainkan

menggunakan metode pernikahan thariqah juga dengan harapan ketika

mempunyai keturunan, maka anaknya kelak akan menjadi seorang wali

Allah atau petinggi agama seperti yang telah dijelaskan oleh gurunya.13

Masyhudi menggunakan praktik pernikahan thariqah meskipun sudah

mempunyai isteri, hal itu ia lakukan karena daripada ia melakukan

perbuatan yang dilarang oleh Allah (zina), lebih baik ia menggunakan

metode pernikahan tersebut, walaupun pada saat itu ia belum berani untuk

mempublikasikan secara langsung kepada orang-orang, karena ia takut

ajaran yang ia bawakan ini dianggap ajaran sesat oleh orang awam.

Metode yang diajarkan dalam pernikahan thariqah ini yaitu

membolehkannya seorang laki-laki dan perempuan menikah tanpa adanya

wali nikah ataupun saksi nikah. Maka dari itu, pernikahan ini sangat

mudah untuk dilakukan bagi orang yang percaya akan metode pernikahan

tersebut karena hal itu bisa dianggap menjadi salah satu solusi yang tepat

ketika berada jauh dari isteri dan dalam keadaan mempunyai keinginan

syahwat yang sudah tidak bisa dibendung lagi untuk melakukan hubungan

badan dengan lawan jenis.14

12

Moh. Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 23 November

2018. 13

Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019. 14

Moh. Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 23 November

2018.

Page 63: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

49

Pada tahun 2015 Masyhudi bertemu teman-temannya ketika dahulu ia

mondok di Pamekasan, tepatnya di Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin,

kemudian ia menceritakan metode pernikahan thariqah tersebut kepada

teman-teman yang lainnya dan ia pun berusaha untuk meyakinkan bahwa

pernikahan thariqah memang dibenarkan dalam Islam karena telah

mendapatkan fatwa dari seorang kyai pada saat ia menanyakan tentang

kebenaran pernikahan tersebut. Lalu teman-temannya seperti Mohammad

Khoiri, Ahmad Baihaqi, Ali Al-Hinduniyah, Abul, Martala, dan Supandi

menerima atas kebenaran ajaran pernikahan thariqah yang telah Masyhudi

ceritakan. Akhirnya, disanalah mereka membuat suatu kelompok atau

golongan untuk menganut aliran thariqah secara syari‟at.

Thariqah yang mereka percayai yaitu Thariqah Naqsyabandi, penulis

mewawancarai salah satu Habib Ahlu Thariqah, ia mengemukakan

pendapatnya, yang berisi:

“Jadi, tarekat ini adalah jalan menuju Allah, karena orang itu ingin

benar-benar taqarrub ilallah. Jalan tasawwufnya yaitu menggunakan

tarekat Junaidiyyah, dan thariqah ini berpegang teguh kepada imam Abu

Hanifah. Ajaran tarekatnya di sepertiga malam kita mendalami keimanan

kita untuk mengenal Allah lebih dekat dengan dzikir dan amalan

„ubudiyah lainnya. Thariqah ini berpedoman kepada Al-Qu‟ran, As-

Sunnah, ijma‟ karena kami mentaati ajaran-ajaran Abu Hanifah secara

menyeluruh”.15

Masyhudi dan teman-temannya menganut Tarekat Naqsyabandi supaya

dapat mendekatkan diri kepada Allah dan menurutnya dapat meningkatkan

keimanannya hingga mencapai kepada mu‟tamat hakikat16

seperti orang

„alim yang mukmin dan ma‟rifah17

nya sudah sangat dekat kepada Allah

agar dapat melaksanakan pernikahan thariqah tersebut secara sempurna

seperti yang sudah diajarkan oleh guru sebelumnya.

Seiring berjalannya waktu, penganut aliran Ahlu Thariqah ini terus

bertambah dengan pesat di Desa Parebaan Kecamatan Ganding Kabupaten

15

Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019. 16

Dalam pemaparan Habib Ali Al-Hinduni, yang dimaksud dengan Mu‟tamat Hakikat adalah

tingkatan keimanan seseorang yang sudah benar benar memiliki gelar „alim atau beriman (kyai atau

ulama). 17

Ma‟rifah dapat diartikan sebagai rasa kecintaan seseorang kepada Allah yang sudah sangat

dekat dengan sang penciptanya.

Page 64: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

50

Sumenep, dan sekarang pernikahan thariqah sudah tidak asing lagi, karena

mereka menganggap metode pernikahan ini adalah metode pernikahan

yang efektif dan praktis untuk dilakukan dan tidak sulit karena tujuannya

supaya menghindari daripada perbuatan dosa besar yang telah dilarang

oleh Allah SWT.

B. Praktik Pernikahan Thariqah di Parebaan

Awal mula pertemuan antara calon mempelai laki-laki dan calon

mempelai perempuan terjadi secara alami, walaupun tidak sedikit dari

orang-orang golongan Thariqah yang menjodohkan anak-anak mereka

dengan saudaranya sendiri. Sehingga dengan hal ini, mereka bisa saling

menjaga keturunan satu dengan yang lainnya.18

Setelah terjadinya perkenalan, selanjutnya adalah peminangan atau

yang biasa disebut dengan lamaran. Dalam prosesi lamaran ini, orang tua

calon suami mendatangi kediaman perempuan, dengan tujuan meminta

anaknya untuk dipinang atau tidak dilepas pada orang lain (epangger)19

.

Pada proses peminangan ini, rumah dari keluarga perempuan dihadiri oleh

keluarga calon mempelai laki-laki. Kedua keluarga tersebut saling

bercengkrama untuk mengenal lebih dekat antar keluarga. Acara lamaran

keduanya pun dimulai, dari pihak laki-laki meminta izin untuk melamar

seorang anak perempuannya yang akan dijadikan sebagai calon istri.

Kemudian, keluarga si perempuan mempunyai hak untuk menyetujui atau

tidak dari lamaran tersebut, jika pihak perempuan menyetujui lamaran itu,

maka keduanya harus saling berkomitmen untuk menghormati dan

memahami dalam berbagai perbedaan keduanya, prosesi lamaran pun telah

selesai, dan ditutup dengan lantunan do‟a untuk memanjatkan keridhaan

Allah atas semua yang kita libatkan dalam acara tersebut.20

Selanjutnya, kedua belah pihak keluarga menentukan tanggal pernikahan.

18

Ahmad Muis, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 01 Januari 2019. 19

Epangger diartikan sebagai orang lain sudah tidak diperbolehkan lagi masuk untuk melamar

perempuan tersebut karena sudah ada yang memiliki. 20

Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

Page 65: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

51

Setelah ditentukannya tanggal pernikahan, pada prosesi ini biasanya

yang berada dari golongan Ahlu Thariqah yaitu dari pihak calon mempelai

laki-laki, keluarga dari pihak laki-laki menjemput Habib Ahlu Thariqah

untuk mendatangi keluarga calon mempelai perempuan, sekaligus

memberikan arahan dan kesepakatan untuk melaksanakan pernikahan

thariqah. Setelah semuanya dipersiapkan dengan matang, dan kedua

keluarga mempelai telah setuju untuk melaksanakan pernikahan, maka

pernikahan inipun berlangsung. Dengan menggunakan pakaian gamis

berwana putih untuk calon pengantin perempuan, dan baju koko berwarna

putih untuk calon pengantin laki-laki. Seluruh keluarga hanya berada di

tempat kediaman (rumah) mempelai perempuan yang akan dinikahinya.

Prosesi pernikahan pun dimulai, salah satu Habib Ahlu Thariqah

mengajak kedua pengantin ke tempat yang sepi untuk melakukan akad

nikah, tanpa dihadiri oleh wali dan saksi. Setelah sampai di tempat

tersebut, sang Habib memberikan arahan dalam pelaksanaan akad nikah,

ketika kedua mempelai telah mengerti pelaksanaan pernikahan tersebut,

maka Habib yang mendampingi dan memberikan arahan tadi mulai

meninggalkan kedua calon mempelai, dan Habib tersebut hanya

menyaksikan dari kejauhan untuk mengawasi keduanya dan memastikan

mereka benar-benar menikah dengan paham golongan tersebut.

Kemudian kedua mempelai saling memejamkan mata, calon mempelai

laki-laki dan perempuan saling berjabat tangan seerat mungkin, jempol

calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan sama-sama

menyentuh, kemudian sighat mulai dibacakan oleh pengantin laki-laki,

yang berbunyi: “Neat engsun panikagi syekh warumani lansirullah

syahudeh malaekat se empa‟ pangolona Nabi Muhammad e pakabin e

jeuheur awwel maskabinah syahedet sejati Allahu Muhammad abeli dha‟

ka Allah tor jumennengah dhibi‟ laa ilaaha illallah muhammadur

rosulullah”.21

Artinya: “Saya niat, menikahkan diri saya atas syekh

warumani lansirullah syuhada malaikat yang empat penghulunya beserta

Nabi Muhammad, yang dikawinkan dijauhar awwal, dengan maskawin

syahadat sejati Allah dan Muhammad kembali kepada Allah dengan

21

Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

Page 66: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

52

berdirinya sendiri lafadz Laa ilaaha illallah Muhammadurrosulullah”.

Pembacaan akad ini mengandung maksud, karena yang menjadi wali nikah

langsung Allah SWT, dan Nabi Muhammad yang bertindak sebagai

penghulu. Kemudian disaksikan oleh 4 (empat) malaikat.

Setelah selesai, maka jempol tangan keduanya boleh dilepaskan dan

boleh membuka mata. Pernikahan thariqah pun telah dinyatakan sah oleh

Habib Ahlu Thariqah, ketika semua akad pernikahan telah terlaksana maka

seluruh keluarga boleh ikut serta meramaikan setelah selesai akad

pernikahan tersebut.

Rukun dan syarat pernikahan thariqah, antara lain:

Calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan.

Dalam pernikahan thariqah calon mempelai laki-laki dan perempuan

memiliki syarat sebagai berikut:

- Beragama Islam.

- Berakal sehat.

- Baligh.

- Suka sama suka (tidak dipaksa atau kemauan sendiri).

- Kedua mempelai bukan orang yang haram dinikahi.

- Tidak sedang melaksanakan ihram.22

Sighat (ijab qabul).

Dalam ijab dan qabul pernikahan thariqah ini, yang membaca sighat

harus laki-laki dan kedua mempelai memejamkan mata. Kemudian,

mempelai laki-laki mulai membacakan sighat yang berbunyi: “Neat

engsun panikagi syekh warumani lansirullah syahudeh malaekat se empa‟

pangolona Nabi Muhammad e pakabin e jeuheur awwel maskabinah

syahedet sejati Allahu Muhammad abeli dha‟ ka Allah tor jumennengah

dhibi‟ laa ilaaha illallah muhammadur rosulullah”.23

Artinya: “Saya niat,

menikahkan diri saya atas syekh warumani lansirullah syuhada malaikat

yang empat penghulunya beserta Nabi Muhammad, yang dikawinkan

dijauhar awal, dengan maskawin syahadat sejati Allah Dan Muhammad

kembali kepada Allah dengan berdirinya sendiri Laa ilaaha illallah

22

Mohammad Baihaqi, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 02

Desember 2018. 23

Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

Page 67: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

53

Muhammadurrosulullah”. Pembacaan akad ini mengandung maksud,

karena yang menjadi wali nikah langsung Allah SWT, dan Nabi

Muhammad. Kemudian disaksikan oleh 4 (empat) malaikat.

Pembacaan sighat tersebut mengandung arti bahwasanya mempelai

laki-laki menikahkan dirinya kepada perempuan atas dasar Allah yang

Maha Menyaksikan segalanya dan wali Allah (Nabi Muhammad).

Maksud daripada malaikat yang empat penghulunya yaitu mempunyai

makna pernikahan mereka dihadirkan oleh 4 (empat) malaikat, keempat

malaikat tersebut diantaranya adalah: malaikat di samping kanan dan kiri

yaitu Rakib dan Atid yang bertugas sebagai mencatat kebaikan dan

keburukan manusia, kemudian malaikat Jibril menyampaikan wahyu pada

Nabi dan Rasul, Mikail yang dapat memberi rizqi kepada manusia

terutama untuk kedua mempelai yang akan menyempurnakan separuh

agamanya. Dan mereka mempercayai adanya 4 (empat) malaikat ini hadir

dan menyaksikan keduanya (calon mempelai laki-laki dan perempuan)

pada pernikahan tersebut.24

Di dalam kalimat sighat pernikahan thariqah tersebut disebutkan

“Jauhar Awal”, makna dari kata tersebut adalah pernikahan kedua

mempelai dilaksanakan ketika di bulan Jumadil Awal. Jika pernikahan itu

dilaksanakan di bulan Syawal maka kalimat tersebut akan diubah sesuai

dengan pelaksanaan pernikahan keduanya.25

Mahar (berbentuk syahadat)

Harus di tempat yang sepi

Wanita-wanita yang boleh dinikahi menurut paham Nikah Thariqah

adalah:

Suka sama suka.

Tanpa adanya wali.

Tidak boleh wanita yang sedang dinikahi orang.

Mahar berupa syahadat atau lantunan ayat Al-Qur‟an.26

Adapun aturan yang harus dijalani oleh penganut Ahlu Thariqah yaitu:

24

Martala, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 01 Februari 2019. 25

Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 01 Februari 2019. 26

Moh. Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 23 November

2018.

Page 68: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

54

Wajib mendekatkan diri kepada Allah, sehingga bisa mencapai maqam

wali Allah.

Dilarang bermain perempuan.

Tidak sembarang orang menggunakan metode pernikahan thariqah

tersebut.27

Ali Al-Hinduniyah (Habib Ahlu Thariqah) berpendapat: “Jadi, Thariqah

ini adalah perjalanan menuju Allah, kalau dengan bahasa nya yaitu thariq

yang berarti jalan. Orang-orang thariqah ini adalah orang-orang yang

berjalan dan betul-betul ingin mendalami keimanannya kepada Allah, dan

thariqah ini dinisbatkan kepada Allah. Nama Naqsyabandi ini julukan oleh

Syekh Baharuddin, ia yang menjulukkan kata Naqsyabandi. Jalan yang

diambil yaitu fiqih-fiqih yang diajarkan oleh Imam Junaidiyah. Thariqah ini

sudah hampir lama berdiri, dari tahun 2009 lalu. Tetapi, baru banyak yang

masuk ke dalam thariqah ini ketika tahun 2015. Thariqah ini sendiri

memegang teguh ajaran agama Islam dan berpedoman kepada Imam Abu

Hanifah, yang mana dalam penerapan pernikahan thariqah tidak

menggunakan adanya wali dan saksi”.28

Menurut paham Thariqah ini, wali itu dapat langsung menggunakan

Allah dan saksinya adalah Nabi Muhammad. Metode pernikahan yang

mereka gunakan ini mengacu pada zaman Nabi Adam AS, di mana ketika

melakukan pernikahan dengan Siti Hawa hanya kedua mempelai saja (Adam

dan Hawa), tanpa diketahui orang lain selain Allah dan Nabi Muhammad,

karena pada waktu itu belum ada orang selain mereka berdua. Sehingga

dalam salah satu rukun dan syarat pernikahan thariqah yaitu diharuskan

berada di tempat yang sepi, membayangkan seolah-olah hanya tinggal

berdua saja dengan perempuan yang akan dinikahi, dan Habib Thariqah

(tokoh agama Ahlu Thariqah) hanya mengawasinya dari jarak kejauhan.29

27

Moh. Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 01 Februari

2019. 28

Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019. 29

Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

Page 69: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

55

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PERNIKAHAN

THARIQAH DI PAREBAAN

1. Sighat Pernikahan Thariqah

Dalam praktik pernikahan thariqah yang hanya dilakukan berdua

antara pihak laki-laki dan pihak perempuan dengan didampingi oleh salah

seorang Habib yang ikut serta menyaksikan dari kejauhan tempat kedua

mempelai menikah, di mana hal ini menjadi salah satu syarat dari

pernikahan thariqah. Setelah berada dalam kondisi yang tenang, kemudian

dilanjutkan dengan berjabat tangan se-erat mungkin antara kedua mempelai

dengan jempol saling menyentuh antara laki-laki dan perempuan yang akan

melakukan akad pernikahan, kemudian sighat nikahpun dilantunkan oleh

calon mempelai laki-laki.1

Adapun sighat yang digunakan dalam akad pernikahan thariqah ini

adalah sighat khusus berdasarkan hasil ijtihad golongan thariqah sendiri,

yang berbunyi:

“Neat engsun panikagi syekh warumani lansirullah syahudeh malaekat se

empa‟ pangolona Nabi Muhammad e pakabin e jeuheur awwel maskabinah

syahedet sejati Allahu Muhammad abeli dha‟ ka Allah tor jumennengah

dhibi‟ laa ilaaha illallah muhammadur rosulullah”.2

Artinya: “Saya niat, menikahkan diri saya atas syekh warumani lansirullah

syuhada malaikat yang empat penghulunya beserta Nabi Muhammad, yang

dikawinkan di jauhar awwal, dengan maskawin syahadat sejati Allah Dan

Muhammad kembali kepada Allah dengan berdirinya sendiri Laa ilaaha

illallah Muhammadurrosulullah”. Dengan cara berjabatan dengan jempol

saling menyentuh antara kedua calon kemudian jempol tangan tersebut

dilepaskan ketika sighat akad selesai dibacakan.

Pembacaan sighat tersebut mengandung arti bahwasanya mempelai

laki-laki menikahkan dirinya kepada perempuan atas dasar Allah yang

Maha Menyaksikan segalanya dan wali Allah (Nabi Muhammad). Maksud

daripada malaikat yang empat penghulunya yaitu mempunyai makna

1 Moh.Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

2 Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

55

Page 70: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

56

pernikahan mereka dihadirkan oleh 4 (empat) malaikat, keempat malaikat

tersebut diantaranya adalah: malaikat di samping kanan dan kiri yaitu Rakib

dan Atid yang bertugas sebagai mencatat kebaikan dan keburukan manusia,

kemudian malaikat Jibril menyampaikan wahyu pada Nabi dan Rasul,

Mikail yang dapat memberi rizqi kepada manusia terutama untuk kedua

mempelai yang akan menyempurnakan separuh agamanya. Dan mereka

mempercayai adanya 4 (empat) malaikat ini hadir dan menyaksikan

keduanya (calon mempelai laki-laki dan perempuan) pada pernikahan

tersebut.3

Di dalam kalimat sighat pernikahan thariqah tersebut disebutkan

“Jauhar Awal”, makna dari kata tersebut adalah pernikahan kedua

mempelai dilaksanakan ketika di bulan Jumadil Awal. Jika pernikahan itu

dilaksanakan di bulan Syawal maka kalimat tersebut akan diubah sesuai

dengan pelaksanaan pernikahan keduanya.4

Sighat pernikahan Thariqah ini apabila dianalisis dari pendapat fuqaha

mazhab, bahwasanya jumhur ulama sepakat sighat akad nikah tidaklah

berbeda, hanya saja bentuk pengucapan lafadznya yang membedakan

dengan pendapat para ulama lainnya. Telah dipaparkan sebelumnya,

bahwa golongan Ahlu Thariqah ini berpegang teguh kepada ajaran Imam

Abu Hanifah atau Ulama Mazhab Hanafiyah.5

Menurut Mazhab Hanafi, sighat akad nikah boleh dilakukan dengan

segala redaksi yang menunjukkan maksud “Nikah”, bahkan sekalipun

dengan lafal al-tamlik (kepemilikan), al-hibah (penyerahan), al-ba‟i

(penjualan), al-„atha‟ (pemberian), al-ibahah (pembolehan), dan al-ihlal

(penghalalan), sepanjang akad tersebut disertai dengan qarinah (kaitan)

yang menunjukkan arti nikah. Akan tetapi akad tidak sah jika dilakukan

dengan lafal al-ijarah (upah) atau al-„ariyah (pinjaman), sebab kedua kata

tersebut tidak memberi arti kelestarian atau kontinuitas.

3 Moh. Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 02 Januari 2019.

4 Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

5 Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

Page 71: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

57

Syarat ijab dan qabul menurut Imam Abu Hanifah, sebagai berikut:

- Ijab dan qabul harus dilaksanakan dalam satu majelis. Pelaksaan ijab

dan qabul wajib hukumnya menghadirkan kedua calon mempelai

(pengantin laki-laki dan perempuan).

- Memakai kata-kata Nikah atau Tazwij, dan yang semisal dengannya

seperti al-tamlik yang berarti kepemilikan, al-hibah yaitu penyerahan,

al-ba‟i yaitu penjualan, dan lain sebagainya.

- Tidak mengharuskan bersambung antara ijab dan qabul. Maknanya

adalah membolehkan adanya jarak antara ijab dan qabul, asalkan

dalam keadaan satu majelis dan tidak ada hal-hal yang menunjukkan

salah satu berpaling dari maksud akad tersebut. Karena, Imam Hanafi

lebih menekankan kepada ucapannya walaupun terdapat selang waktu

agak lama, maka tetap dianggap sah sighat ijab qabul tersebut.6

- Antara ijab dan qabul harus jelas maksudnya.

- Orang yang berkaitan dengan ijab dan qabul tidak boleh dalam

keadaan ihram haji ataupun umrah.7

Dalam sighat ijab qabul menurut ulama Hanafiyah, kata na-ka-ha

yang berarti nikah atau kawin memiliki keabsahan yang sangat kuat di

dalam suatu akad, hal ini Imam Abu Hanifah menggunakan hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari:8

حدثنا علي بن عبد هللا حدثنا سفيان مسعت أاب حازم يقول مسعت سهل بن سعد الساعدي يقول: اين لفي القوم عند رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص إذ قامت امرأة فقالت اي رسول هللا إهنا قد وىبت نفسها لك فر فيها رأيك فلم جيبها شيئا مث قامت فقالت اي رسول هللا اهنا

نفسها لك فر فيها رأيك فلم جيبها شيئا مث قامت الثا لثة فقالت إهنا قد وىبت قد وىبت نفسها لك فر فيها رأيك فقام رجل فقال فقالت اي رسول هللا أنكحنيها قال )ىل عندك من شيء( قال ال قال )اذىب فاطلب ولو خامتا من حديد( فذىب فطلب مث جاء فقال

ل )ىل معك من القران شيء( قال معي سورة ما وجدت شيئا وال خامتا من حديد فقا)رواه البخاري . كذا وسورة كذا قال )اذ ىب فقد أنكحتكها مبا معك من القران(

مسلم(

6 Abu Hanifah, Fiqih Akbar, (Beirut: Dar Al-Ilmiyah, 1994), h. 115.

7 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 59.

8 Muhammad Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2008),

Juz 3, Cet. IV, h. 447.

Page 72: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

58

Artinya: “Ali bin Abdullah bercerita kepada kita, Sufyan bercerita kepada

kita, aku mendengar Abi Hazim berkata: aku mendengar Sahl bin Saad al-

Sa‟idi berkata: sesungguhnya aku benar-benar di dalam suatu kaum di sisi

Rasulullah SAW. Tiba-tiba seorang perempuan berdiri kemudian berkata:

ya Rasulullah, sesungguhnya dia benar-benar menghibahkan dirinya

kepadamu, maka lihatlah dia dan bagaimana menurutmu. Nabi tidak

menjawabnya. Kemudian dia berdiri lagi dan berkata: ya Rasulullah,

sesungguhnya dia benar-benar menghibahkan dirinya kepadamu, maka

lihatlah dia dan bagaimana menurutmu. Nabi tidak menjawabnya ,

kemudian dia berdiri untuk ketiga kalinya lalu berkata: ya Rasulullah,

sesunggunhnya dia benar-benar menghibahkan dirinya kepadamu, maka

lihatlah dia dan bagaimana menurutmu. Kemudian seorang laki-laki

berdiri dan berkata: ya Rasulullah nikahkanlah aku dengannya. Kemudian

Nabi bertanya: apakah engkau memiliki sesuatu? Lelaki itu menjawab:

tidak. Nabi bersabda pergilah dan carilah sesuatu walaupun cincin dari

besi. Kemudian Nabi bersabda: apakah engkau memiliki sesuatu dari Al-

Qur‟an?, Lelaki itu menjawab: aku menguasai surat ini dan surat ini.

Kemudian Nabi bersabda: pergilah, sungguh aku telah menikahkanmu

dengannya dengan sesuatu yang engkau kuasai dari Al-Qur‟an”. (HR.

Bukhari Muslim)

Jika penulis analisis sighat pernikahan thariqah ini dengan

menggunakan pendapat Imam Abu Hanifah, bahwasanya sighat ijab qabul

perikahan thariqah terlihat jelas telah memenuhi rukun dan syarat sighat

ijab qabul ulama mazhab Hanafiyah. Penulis menguji syarat pertama, yaitu

ijab dan qabul dilaksanakan di dalam satu majelis dan dihadirkan oleh

kedua calon mempelai laki-laki dan perempuan. Kedua, terdapat kesamaan

pada redaksi lafadz ijab dan qabul yang menggunakan kata “Nikah”,

hanya saja di dalam pernikahan thariqah lafadz “Nikah” ini menggunakan

bahasa daerah yang berbunyi “Neat engsun panikagi”, jika diterjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah “Saya nikahkan diri saya”.

Syarat sighat lainnya yaitu ijab dan qabul jelas maknanya, dan kedua calon

pengantin tidak dalam keadaan ihram.

Maka setelah penulis bedah antara sighat ijab dan qabul pernikahan

thariqah dengan sighat ijab qabul menurut ulama Hanafiyah, yaitu tidak

ada perbedaan yang bertentangan dengan syariat Islam.

2. Ketiadaan Wali dalam Pernikahan Thariqah

Salah satu metode yang digunakan dalam pernikahan thariqah adalah

tidak adanya syarat untuk mendapatkan izin dari wali perempuan yang

akan dinikahi, karena menurut paham Thariqah wali itu dapat langsung

Page 73: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

59

menggunakan Allah. Seperti yang dipaparkan oleh Habib Ali Al-

Hinduniyyah bahwasanya:

يع عليم وهللا مس

Artinya: “Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Menurutnya, Allah adalah dzat yang paling sempurna dapat mendengar

dan mengetahui seluruh isi hati manusia, maka cukuplah Allah yang dapat

mengetahui seluruh perbuatan hambanya dan sekaligus dapat menjadi wali

dari pernikahan thariqah ini, karena tujuan pernikahan ialah untuk

kemashlahatan, jadi sama seperti berlomba-lomba dalam kebaikan untuk

menjalankan ibadah kepada Allah SWT.9

Persepsi Ahlu Thariqah terkait wali nikah yaitu dapat langsung

menggunakan Allah SWT, seperti pada zaman Nabi Adam AS dan Siti

Hawa dalam pelaksanaan pernikahan yang hanya disaksikan oleh Allah

(sebagai wali) dan Nabi Muhammad (sebagai saksi).

Mereka tidak memasukkan wali nikah ke dalam rukun karena

berpedoman kepada firman Allah di dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah

ayat 240, yang berbunyi:

كم ف ما ف علن ف أن فسهن من معروف وهللا عزي ز حكيم فل جناح علي

Artinya: “Maka tidak ada dosa bagimu membiarkan mereka berbuat yang

makruf terhadap diri mereka, dan Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana”.

Di dalam pelaksanaan akad nikah thariqah memang tidak memerlukan

adanya wali nikah, hanya saja calon mempelai perempuan diwajibkan

orang yang sudah mengerti hukum dan se kufu, karena menurut paham

golongan tersebut, wanita yg sudah mampu menikahkan dirinya sendiri

maka walinya gugur terhadap hak perwaliannya. Sehingga wanita (gadis

maupun janda) diperbolehkan untuk menikahkan dirinya sendiri tanpa izin

dari walinya.10

9 Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

10 Mohammad Baihaqi, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 01 Februari

2019.

Page 74: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

60

Seperti yang dipaparkan oleh Habib Ali:

“Mon nikah thariqah ta‟ usah nganguy welli, asal seneng padhe

seneng polanah e jhemana Nabi Adam anika ta‟ usah ngangguy welli se

penting abeli hukum Allah e, se makabin langsung Allah SWT”.11

Artinya: “Kalau nikah thariqah tidak perlu pakai wali (nikah) asalkan

senang sama senang dan perempuan sudah mengerti hukum maka boleh

menikah, karena di zamannya Nabi Adam pernikahan tidak memakai wali

(nikah) yang menikahkan langsung Allah SWT”.

Begitupun dengan pemaparan oleh Mohammad Khoiri:

“Nikah Thariqah reya ngangguy syare‟ata Nabi Adam se‟ ta‟ usah

ngangguy welli teppaen akabin”.12

Artinya: “Nikah Thariqah ini menggunakan syari‟atnya Nabi Adam yang

tidak perlu menggunakan wali ketika nikah”.

Kemudian pendapat dari Ustadz Masyhudi mengenai wali dalam

pernikahan Thariqah:

”E dhalem nikah Thariqah ta‟ ngangguy welli polanah nindeh kabina

Nabi Adam”.13

Artinya: “Di dalam pernikahan Thariqah tidak menggunakan wali karena

menggunakan cara nikahnya Nabi Adam”.

Pendapat lainnya tentang perwalian nikah thariqah yang dikemukakan

oleh Bapak Martala (Anggota Ahlu Thariqah), menurutnya:

“Cara nika je ghebey emmaenan, reng akabin benni, ka angguy neng

sennengan. Cara nika angguy bile kepepet bei, ketembeng ngalakoni zina,

ben oreng seng ngangguycara nika wejib masemma‟ terros ka Allah lebet

dhikker”.14

Artinya: “Cara pernikahan ini jangan digunakan untuk mainan. Orang

nikah untuk bersenang-bersenang, cara ini juga agar jauh daripada

11

Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 01 Februari 2019. 12

Mohammad Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019. 13

Masyhudi, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019. 14

Martala , Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 02 Desember

2018.

Page 75: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

61

perbuatan zina, orang yang menggunakan cara pernikahan ini wajib untuk

mendekatkan diri kepada Allah (taqorrub ilallah) dengan cara berdzikir”.

Ketiadaan wali di dalam pernikahan thariqah, apabila dianalisis dari

pendapat fuqaha mazhab Hanafi pernikahan harus didasarkan pada asas

sukarela dari kedua belah pihak, dan asas se kufu. Namun dalam hal ini,

wali nikah mempunyai hak untuk menyanggah selama anak perempuannya

belum hamil atau belum melahirkan seorang anak.15

Adapun dalil yang digunakan oleh golongan Hanafiyah, terkait tidak

perlu adanya wali nikah dalam rukun nikah di dalam Al Qur‟an surat Al-

Baqarah ayat 240 dan 232:

ن هم وإذا طلقتم النساء ف ب لغن أجلهن فل ت عضلو ىن أن ي نكحن أزواجهن إذا ت راضوا ب ي

لكم أزكى لكم وأطهر اذلك ي وعظ بو من كان منكم ي ؤمن ابهلل والي وم الخر ذ ابلمعروف

ت علمون وهللا ي علم وأن تم ال

Artinya: “Apabila kamu meletakkan isteri-isterimu, lalu habis masa

iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin

lagi dengan bakal suaminya, apabila telah dapat kerelaan diantara mereka

dengan cara yang ma‟ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang

yang beriman diantara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih

baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak

mengetahui”.

عزي ز حكيم ف وهللا ف أن فسهن من معرو كم ف ما ف علن فل جناح علي

Artinya: “Maka tidak ada dosa bagimu membiarkan mereka berbuat yang

makruf terhadap diri mereka”.

Ayat-ayat di atas tersebut digunakan oleh golongan Hanafiyah. Karena

menurut mereka, ayat-ayat tersebut sudah jelas maksud dan tujuannya,

bahwa seorang wanita boleh melakukan atau menentukan jalan hidupnya

sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain, asalkan perbuatan

tersebut masih dalam koridor ma‟ruf. Begitu juga dengan pernikahan

15

Mahmoud Syaltout dan M.Ali As-Sayis, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Bulan Bintang,

1973), h. 112.

Page 76: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

62

thariqah, karena yang terpenting adalah laki-laki yang hendak menikahi

wanita tersebut harus sederajat atau sekufu, jika tidak sekufu, maka

walinya boleh membatalkannya.

Abu Hanifah menggunakan hadits Nabi yang berbunyi:

. )رواه ابو داود(ليهاالث يب احق بن فسها من و

Artinya: “Wanita sayib (janda) lebih berhak mengenai dirinya daripada

walinya”.16 (HR. Abu Daud)

Abu Hanifah menggunakan metode qiyas dalam masalah persyaratan

pernikahan tanpa adanya wali, yang mana pernikahan seorang perempuan

gadis maupun janda yang melakukan akad nikah secara langsung untuk

dirinya ialah berdasarkan:17

- Kekuasaan atas orang merdeka hanya ada dalam kondisi darurat, sebab

ia bertentangan dengan prinsip kebebasan individu. Kebebasan disini

berarti seseorang boleh mengurusi seluruh urusannya, asal ia tidak

mengganggu kebebasan orang lain, dan mengesahkan pernikahan hanya

karena akad yang dilakukan wali adalah kekuasaan yang ada di luar

kondisi darurat dan bertentangan dengan kebebasan seseorang yang

sudah baligh dan berpikiran sehat dalam kondisi normal. Abu Hanifah

tidak akan memberlakukan pendapatnya ini sebelum wanita tersebut

telah mencapai akhir baligh, karena ia adalah kelemahan yang

disebabkan oleh kurang semprnanya kemampuan.

- Wanita punya hak yang sempurna atas hartanya. Sehingga, ia juga punya

hak yang sempurna atas pernikahannya. Kedua hak ini tidak berbeda,

sebab alasan keduanya adalah usia baligh dan pikiran sehat. Karena itu,

bila ia berhak atas harta maka ia juga berhak atas pernikahan.

- Seorang pemuda yang sudah akil baligh berhak menikahkan dirinya,

sehingga seorang pemudi yang telah akil baligh juga memiliki hak yang

sama atas pernikahan dirinya.18

16

Mahmoud Syaltout dan M.Ali As-Sayis, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Bulan Bintang,

1973), h. 113. 17

Satria Effendi , Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2011), h. 130. 18

Abdul Aziz Asy-Syinawi, Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta: Ummul Quro, 2013), h.

165.

Page 77: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

63

Abu Hanifah berpendapat bahwa usia baligh bagi anak laki-laki yaitu

17 tahun atau 18 tahun, sedangkan bagi anak perempuan adalah 18 tahun

dalam kondisi apapun. Ia berpendapat demikian, karena tidak ada

pendapat secara Tauqifi (melalui wahyu) yang menjadikan batas baligh

dengan usia.19

Menurut analisis penulis jika dibedah terkait permasalahan wali

dalam pernikahan thariqah yaitu memiliki kesamaan dengan pandangan

fuqaha mazhab Hanafi. Di mana dalam pernikahan thariqah tidak

menjadikan wali sebagai rukun nikah, akan tetapi adanya wali hanya

sebagai anjuran. Di dalam pernikahan thariqah sendiripun menggunakan

aturan ketika wanita tersebut akan dinikahi, maka wanita tersebut

disumpah untuk berpegang teguh kepada ajaran Thariqah. Mereka benar

benar harus mengimani ajaran thariqah, mulai dari ajaran „ubudiyah

maupun muamalahnya.

Ahlu Thariqah memegang landasan hukum yang telah dijelaskan

sebelumnya terhadap masalah wali nikah, jika perempuan tersebut sudah

mengerti hukum dan memenuhi syarat untuk menikah, maka menurut

golongan tersebut tidak ada salahnya jika seorang perempuan

menikahkan dirinya sendiri tanpa walinya.20

Dari sinilah penulis

menganalisa, bahwasanya dalam masalah wali menurut pandangan Imam

Abu Hanifah yang sebelumnya juga telah dijelaskan, maka perwalian

wanita yang telah mengerti hukum dan se kufu diperbolehkan untuk

menikahkan dirinya sendiri tanpa ada wali di dalam pernikahan.

Namun ada yang perlu penulis kritisi, mengenai ketiadaan wali nikah

dengan mengqiyaskan kepada pernikahan Nabi Adam dan Siti Hawa.

Jika penulis menelaah lebih lanjut, paham golongan Thariqah ini

mempunyai perbedaan yang sangat substansial dengan pernikahan yang

telah disyariatkan dalam Islam. Bahkan, hal ini juga bisa dikatakan

menjadi suatu kejutan bagi intelektual muslim, karena masih ada umat

Islam di zaman ini yang masih menggunakan syariat terdahulu, yang

telah lama ditinggalkan setelah diutusnya Muhammad menjadi Nabi dan

19

Marwan Kamaruddin, Batas Usia Nafkah Anak dalam Islam, (Banda Aceh: Lembaga

Naskah Aceh, 2013), h. 50. 20

Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

Page 78: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

64

Rasul dan seharusnya kita jadikan sebagai pedoman ajaran-ajarannya di

dalam melaksanakan hukum Islam. Alangkah lebih baiknya, kita sebagai

umat Islam supaya mengikuti ajaran syariat Islam yang berpedoman

kepada Nabi Muhammad SAW, dan telah Allah amanahkan untuk

menyampaikan risalahnya kepada umat Islam sekalian, maka kitapun

harus meneladani ajaran-ajarannya dengan baik.

3. Ketiadaan Saksi dalam Pernikahan Thariqah

Saksi nikah menurut golongan Ahlu Thariqah ini tidak termasuk ke

dalam rukun nikah, yang artinya tidak diwajibkan untuk menghadirkan

saksi di dalam pernikahan, karena menurut golongan tersebut bahwasanya

saksi nikah sudah terwakili oleh Nabi Muhammad sebagai saksi tunggal

dalam pernikahan. Menurut paham golongan ini, bhawasanya Nabi

Muhammad dijadikan sebagai saksi dapat diqiyaskan dengan prosesi

pernikahan antara Nabi Adam dan Siti Hawa. Di mana pernikahan mereka

tidak dihadiri oleh saksi manusia selain mereka berdua, dan hanya Allah

lah yang menyaksikannya.21

Jika penulis bedah tentang persaksian di dalam pernikahan, menurut

ulama Hanafiyah, saksi nikah hukumnya dalah istishab atau hanya

dianjurkan dan tidak menjadi kewajiban untuk dihadirkan saat prosesi

nikah.22

Abu Hanifah memandang bahwa saksi nikah boleh seorang laki-

laki dan dua orang perempuan tanpa diisyaratkan harus adil, dan yang

demikian itu akad nikahnya tetap sah walaupun dihadiri oleh dua orang

saksi yang fasik. Sebab menurut mazhab ini, tujuan dihadirkannya saksi

yaitu hanya untuk pemberitahuan bahwa pernikahan tersebut telah

dilaksanakan. Namun, mereka berpendapat kesaksian perempuan saja

pernikahannya tidak sah, maka harus adanya saksi laki-laki walaupun ia

fasik.23

Syarat sahnya menjadi saksi di dalam perkawinan menurut golongan

Hanafiyah yaitu diperbolehkan satu orang laki-laki dan dua orang

perempuan. Dan juga saksi diperbolehkan dua orang buta atau dua orang

21

Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 01 Februari, 2019. 22

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 309-310. 23

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2010), h. 313.

Page 79: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

65

fasik sekalipun. Sementara orang tuli, orang tidur dan orang mabuk tidak

boleh menjadi saksi.24

Mazhab Hanafi memahami bahwa kesaksian wanita dapat diterima

dalam pernikahan dengan syarat mereka harus didampingi oleh seorang

laki-laki, karena menurut mazhab Hanafi jika seorang saksi itu lupa maka

yang lain dapat mengingatkannya. Landasan hukum yang mereka gunakan

terhadap kesaksian 2 (dua) orang perempuan yaitu firman Allah di dalam

Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 282: نكم كا تم بدين إل أجل مسمى فاكت بوه وليكتب ب ي تب اي أي ها الذين آمنوا إذا تداي ن

تق عدل وال يب كاتب أن يكتب كما علمو الل ف ليكتب وليملل الذي عليو الق ولي ابل ئا فإن كان الذي عليو الق سفيها أو ضعيفا أو ال يس تطيع أن الل ربو وال ي بخس منو شي ف رجل يل ىو ف ليملل وليو ابلعدل واستشهدوا شهيدين من رجالكم فإن ل يكون رجلي

خر وال يب وامرأتن من ت رضون من الشهداء أن تضل إحداها ف تذكر إحداها ال لكم أقسط عند الل الشهداء إذا ما دعوا وال تسأموا أن تكت بوه صغريا أو كبريا إل أجلو ذ

نكم ف ليس عليكم وأق وم للشهادة وأدن أال ت رتبوا إال أن تكون تارة حا ضرة تديرون ها ب ي نو جناح أال تكت بوىا وأشهدوا إذا ت باي عتم وال يضار كاتب وال شهيد وإن ت فعلوا فإ

وي علمكم الل فسوق بكم وات قوا الل بكل شيء عليم واللArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia

menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang

akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan

janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang

berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia

sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya

mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi

dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka

(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang

kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang

mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)

apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,

baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang

demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan

lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah

mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang

kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)

24

Zakiyah Daradjat, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 82.

Page 80: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

66

kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan

janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan

(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada

dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Dalil yang menjadi objek kesaksian tersebut adalah sabda Nabi

Muhammad SAW:

ف وف )رواه ابو داود( . أعلن وا ىذا النكاح واضرب وا عليو ابلد

Artinya: “Umumkanlah pernikahan ini dengan memukul rebana”. (HR.

Abu Daud)

Jika Menurut golongan Ahlu Thariqah, bahwasanya saksi nikah hanya

bertujuan untuk pemberitahuan saja, dan kehadiran para saksi yang fasik

sekalipun diperbolehkan dan pernikahannya tetap sah. Di dalam

pelaksanaan nikah thariqah sendiri sebenarnya tetap menggunakan saksi,

yang menyaksikan adalah Habib Ahlu Thariqah yang hadir pada saat

prosesi akad nikah, tetapi Habib tersebut berada tidak terlalu dekat dengan

kedua calon memepelai, karena di dalam rukun pernikahan Thariqah

tertulis kedua mempelai harus berada di tempat yang sepi untuk

membayangkan hadirnya Allah, Nabi Muhammad, dan para malaikat yang

turut serta menyaksikan pernikahan tersebut.25

Jadi, di dalam

penerapannya selama prosesi nikah tetap ada orang yang menyaksikan,

tetapi menurut pemahaman secara kontekstual menyatakan bahwa saksi

tetap tidak ada di dalam rukun dan termasuk kedalam syarat pernikahan

yang hanya dianjurkan, karena golongan ini memaknai saksi sebagai

makna asli lafadz yaitu melihat tanpa panca indra sekalipun.26

Kesaksian pernikahan golongan Ahlu Thariqah dengan pendapat

fuqaha mazhab Hanafi memiliki kesamaan yang hanya berpendapat

bahwasanya saksi tidak dimasukkan ke dalam rukun pernikahan, hanya

sebagai anjuran untuk terlaksanya prosesi akad nikah tersebut. Syarat saksi

menurut mazhab Hanafi juga memiliki kesamaan dengan paham golongan

Ahlu Thariqah yang membolehkan jika seorang laki-laki menjadi saksi dan

25

Masyhudi, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019. 26

Mohammad Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 30 Januari 2019.

Page 81: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

67

dua orang perempuan ikut menjadi saksi pernikahan, dan di dalam

persyaratan menjadi saksi ulama Hanafiyah tidak memberikan syarat harus

laki-laki yang adil, sebab saksi yang fasikpun menurutnya adalah sah atau

diperbolehkan dalam pernikahan.

4. Calon Pengantin dalam Pernikahan Thariqah

Pada pernikahan thariqah, calon mempelai laki-laki dan perempuan

dapat memenuhi syarat calon kedua mempelai, meliputi:

- Beragama Islam.

- Berakal sehat.

- Baligh.

- Suka sama suka (tidak dipaksa atau kemauan sendiri).

- Kedua mempelai bukan orang yang haram dinikahi.

- Tidak sedang melaksanakan ihram.27

Dalam pelaksanaan pernikahan thariqah, apabilah persyaratan calon

mempelai laki-laki dan perempuan ini dianalisis dari pendapat mazhab

Hanafi, maka calon mempelai laki-laki dan perempuan memiliki syarat

sebagai berikut:

1) Syarat calon mempelai laki-laki, sebagai berikut:

- Beragama Islam

Ketentuan ini ditetapkan, karena dalam hukum Islam laki-laki yang

sudah berumah tangga merupakan sebagai pengayom atau yang

menjadi dasar utama untuk menjadi pemimpin keluarga, maka dari itu

laki-laki diwajibkan beragama Islam agar mengerti hukum.28

- Berakal sehat.

- Baligh.

- Terang (jelas) bahwa ia seorang laki-laki

- Tidak dipaksa (kemauan sendiri).

- Tidak beristeri dari empat orang.

- Calon mempelai laki-laki mengetahui isterinya tidak haram dinikahi

(bukan mahram calon mempelai perempuan).

27Mohammad Baihaqi, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 02

Desember 2018. 28

Mustofa Al-Khin dan Mustofa Al-Bugho, Kitab Fikah Mazhab Syafie, (Kuala Lumpur: Batu

Caves, 2005), h. 806.

Page 82: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

68

- Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.

Hal tersebut didasarkan pada firman Allah di dalam Al-Qur‟an surat

An-Nisa ayat 23:

ما قد سلف وأن تمعوا ب ي الخت ي اال

Artinya: “Dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan

yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau”.

- Tidak sedang melakukan ihram atau haji.29

2) Syarat calon mempelai perempuan

- Beragama Islam atau ahli Kitab

- Terang bahwa ia wanita, bukan khunsa (banci).

- Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya.

- Tidak dipaksa (kemauan sendiri)

- Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah.

- Calon mempelai wanita bukan mahrom calon suaminya.

- Belum pernah di li‟an (sumpah li‟an) oleh calon suaminya.

- Wanita itu jelas orangnya.

- Tidak dalam ihram, haji, ataupun umrah.30

Jika penulis bedah berdasarkan syarat ketentuan calon mempelai laki-laki

dan perempuan, dalam pernikahan thariqah ini semuanya telah sesuai

dengan pemaparan hukum menurut mazhab Hanafi. Jadi, di dalam

praktiknya calon kedua mempelai telah mengikuti aturan hukum Islam

yang memang mereka berpegang teguh pada golongan Hanafiyah.

5. Syahadat Sebagai Mahar dalam Pernikahan Thariqah

Dalam pernikahan thariqah, syahadat maupun lantunan ayat suci Al-

Qur‟an dapat dijadikan sebagai mahar seorang suami yang diberikan

kepada istrinya. Salah satu anggota Ahlu Thariqah ini memaparkan

pendapatnya, bahwa mahar disini bukan termasuk ke dalam rukun nikah,

29

Abdul Rahman Al-Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 55-

56. 30

Musthafa Diibu Bhigha, Fiqih Menurut Mazhab Syafi‟i, (Semarang: Cahaya Indah, 1986),

h. 250.

Page 83: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

69

hanya saja mahar dijadikan sebagai syarat kesanggupan laki-laki untuk

membimbing perempuan di dalam rumah tangganya.31

Jika penulis bedah dengan menggunakan pendapat para ulama (Hanafi,

Syafi‟i, Hambali) sepakat bahwa mahar termasuk salah satu syarat sahnya

pernikahan, dan tidak boleh mengadakan persetujuan untuk

meninggalkannya.32

Berdasarkan firman Allah SWT di dalam surat An-Nisa ayat 4 yang

berbunyi:

نو ن فسا فكلوه ىنيىئا مريئا دقاتن نلة فإن طب لكم عن شيء م ء ص وءات وا النسا

Artinya: “Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudia jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang

hati, maka makanlah (ambilah) pemberian itu (sebagai makanan

makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.

Firman Allah SWT di dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 25:

ن ي نكح ال نكم طوال أن يستطع م ومن ل ؤمنات فمن ما ملكت ايانكم ممحصنات امل

نكحو ىن بذن أىلهن انكم ب عضكم من ب ع فاف ت ياتكم المؤمنات وهللا اعلم بي ر مسافحات وال متخذات أخدان فإذا أحصن ىن ابلمعروف مصن وءات وىن أجور ات غي

خشي فإن أت ي بفاحشة ف عليهن نصف ما على المحصنات من العذاب ذالك لمن ر لكم واهللا يم غفور رح العنت منكم وأن تصبوا خي

Artinya: “Dan barang siapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak

cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia

boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu

miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebagian kamu adalah dari

sebagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan

mereka, dan berilah mas kawin mereka menurut yang patut, sedang

merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan

(pula) wanita yang mengambil laki-laki sebagai piaraannya; dan apabila

mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka melakukan

perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separuh separuh hukuman

dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. Kebolehan menikahi

budak itu adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemasyrakatan

menjaga diri (dari perbuatan zina) diantara kamu, dan kesabaran itu lebih

baik bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

31

Mohammad Baihaqi, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 02 Desember

2018. 32

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid II, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 443.

Page 84: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

70

Syariat Islam tidak memberikan batas minimal ataupun maksimal

terhadap ukuran mahar karena terdapat berbagai macam kehidupan

manusia antara kaya dan miskin, lapang dan sempit. Setiap tempat

memiliki kebiasaan dan tradisi yang berbeda pula, sehingga tidak ada

batasan tertentu agar setiap orang dapat menunaikannya sesuai

kemampuan kondisi kemampuan, kondisi ekonomi dan adat keluarganya.33

Mahar dalam hal ini, haruslah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya,

baik berupa uang, cincin (perhiasan), atau dapat berbentuk makanan,

bahkan pengajaran al-qur‟an dan lain sebagainya, sepanjang telah

disepakati bersama antara kedua belah pihak.34

Mas kawin juga dapat

berupa cincin besi, seuntai bunga mawar, atau kalung intan, sesuai dengan

kadar kemampuan sang suami.35

Mahar dapat berupa sebagai berikut:

1. Semua benda yang dapat dijadikan alat penukaran (tsaman) dalam jual

beli. Maksudnya adalah, mahar dapat berupa barang yang bernilai

ekonomis, suci, halal, bisa dimanfaatkan, dan diserah-terimakan, misalnya

uang, barang, atau sejenisnya. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur‟an

surat An-Nisa ayat 4:

ئا مري ئ نو ن فسا فكلوه ىني ا وءات وا النساء صدقا تن نلة فإن طب لكم عن شيئ م

Artinya: “Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang

hati, maka makanlah (ambilah) pemberian itu (sebagai makanan) yang

sedap lagi baik akibatnya”.

2. Menurut Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad bin Hambal, bahwasanya setiap

pekerjaan (jasa) yang mendapat upah boleh dijadikan sebagai mahar.

33

Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Cairo: Dar al-Fath li I‟lam al-„Arabi, 1999), Jilid 2, h.

101-102. 34

Muhammad Baghir. Fiqih Praktis II Menurut al-Qur‟an, al-Sunnah, dan Pendapat Para

Ulama, (Bandung: Karisma, 2008), h. 131. 35

Muhammad Syarur, Dirasah Islamiyah Mu‟asharah Nahw Ushul Jadidah li al-Fiqh al-

Islami Terjemah Sahiroh Syamsudin Metodologi Fiqh Islam Kontemporer, (Yogyakarta: El-SAQ,

2004), h. 437.

Page 85: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

71

Misalnya mengajarkan Al-Qur‟an, pekerjaan tangan, pelayanan, dan

sejenisnya.

Allah SWT telah mengisakan kepada kita, tentang Bapak tua yang

menikahkan Musa AS dengan salah satu puterinya dengan mahar bekerja

selama delapan tahun pada pekerjaan si Bapak.

Firman di dalam Al-Qur‟an surat Al-Qashas ayat 27:

فإن أمتمت عشرا تجرين ثاين حجج اب ن ت ىات ي على أن قال إين أريد أن أنكحك إحد

من وما أريد أن أشق عليك ستجدين إن شاء عندك فمن الصالي الل

Artinya: “Berkatalah dia (Syu‟aib): “Sesungguhnya aku bermaksud

menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar

bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan

sepuluh tahun, maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak

hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku

termasuk orang-orang yang baik”. Hal tersebut memang syari‟at ummat

sebelum Islam, namun selama tidak ada dalil yang membatalkannya, maka

ia tetap sah dan berlaku bagi kita. Selain itu, dalam cerita tentang wanita yang menyerahkan dirinya

untuk dikawini, Rasulullah SAW berkata pada laki-laki yang ingin

mengawininya:

)رواه صحيح خباري مسلم(اذىب ف قد أنكحتكها مبا معك من القران

Artinya: “Pergilah, aku telah nikahkan kamu dengannya dengan (mahar)

Al-Qur‟an yang kamu miliki”. (HR. Shahih Bukhari Muslim).

Dalam hadits tersebut, yang dimaksud mahar Al-Qur‟an disini adalah

jasa pengajaran satu surah atau lebih dari Al Qur‟an yang ia hapal kepada

mempelai wanita.

3. Memerdekakan budak

Diceritakan oleh Anas, bahwasanya Rasulullah SAW memerdekakan

Shafiya dan menjadikan pemerdekaannya sebagai mahar. (HR Bukhari

Muslim). Kalangan yang membolehkan memerdekakan budak dijadikan

sebagai mahar antara lain, Imam Syafi‟i, Ahmad bin Hambal, dan Daud

Page 86: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

72

Azh-Zhahiri. Namun hal ini ditolak oleh kalangan ahli fikih berbagai

negeri dengan alasan bertentangan pada prinsip-prinsip dasar (ushul

fiqih). Menurut logika mereka, pemerdekaan budak berarti penghapusan

kepemilikan atas diri budak tersebut, dan penghapusan ini tidak

megandung unsur penhalalan sesuatu.

4. Memeluk Islam dapat dijadikan sebagai mahar.

Dikisahkan oleh Anas bin Malik, di dalam perkataannya: “Abu

Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar “masuk Islam”.

Dikisahkan bahwa Ummu Sulaim lebih dahulu memeluk Islam daripada

Abu Thalhah. Saat melamarnya, Ummu Sulaim berkata kepadanya, “Aku

telah memeluk Islam. Jika kamu masuk Islam, maka aku bersedia

menikah denganmu”, Abu Thalhah pun masuk Islam dan menjadikannya

sebagai mahar antara keduanya.36

Jika mahar ini dibedah menurut pandangan fuqaha mazhab, golongan

Hanafiyah berpendapat, mengajarkan Al-Qur‟an (seluruh atau sebagian)

kepada isteri, tidak sah untuk dijadikan mahar.37

Karena menurut

golongan Hanafiyah, mengajarkan Al-Qur‟an dan perkara lain yang

sejenisnya, berupa ketaatan dan kedekatan kepada Allah itu tidak sah

untuk dijadikan upah atau imbalan harta. Maka tidak sah mahar berupa

lantunan Al-Qur‟an dan diwajibkan mahar mitsil, karena itu adalah

manfaat yang tidak bisa diganti dengan harta.38

Namun, penulis akan membedah perkara syahadat atau ayat Al-Qur‟an

yang dijadikan sebagai mahar ini dengan pendapat Jumhur Ulama.

Menurut Malikiyah, Syafi‟iyah, dan Hanabilah membolehkan mahar

dalam bentuk ayat Al-Qur‟an atau pengajaran Al-Qur‟an, agar tidak ada

persetubuhan antara laki-laki dan perempuan sebelum memberikan

sesuatu sebagai maharnya, dan ini semua termasuk ke dalam mahar

berupa jasa.39

36

Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 250-253. 37

Ibnu Abidin, Hasyisyah Radd al-Mukhtar, (Mesir: Syirkah Nathba‟ah Mustashfa al-Baby

al-Halaby wa Auladuhu, 1966), Juz 3, h. 100. 38

Wahbah az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa‟adillatuhu, (Mesir: Daar al-Fikr, 1989), h. 238. 39

Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Terjemah Imam Ghazali Sa‟id

dan Ahmad Zaidun, (Jakarta: Pusaka Amani, 2002), Jilid 2, h. 432.

Page 87: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

73

Dalil yang digunakan oleh Jumhur Ulama tersebut ialah, sabda Nabi

Muhammad SAW yang berbunyi:

. )رواه صحيح خباري مسلم(اذىب ف قد أنكحتكها مبا معك من القران

Artinya: “Pergilah, aku telah nikahkan kamu dengannya, dengan mahar

Al Qur‟an yang kau miliki”. (HR. Shahih Bukhari Muslim)

Penafsiran hadits di atas adalah mahar Al-Qur‟an di sini bermakna jasa

pengajaran satu surah atau lebih dari Al-Qur‟an yang ia hapal untuk

mempelai perempuan. Jadi, berdasarkan hasil analisis mengenai syahadat

atau lantunan ayat suci Al-Qur‟an yang dijadikan sebagai mahar yaitu

diperbolehkan dalam Islam, karena kalimat syahadat termasuk kalam

Allah yang termaktub dalam Al-Qur‟an dan mahar tersebut diperbolehkan

menurut pendapat Syafi‟iyah, Malikiyah, dan Hanabilah.

Dari data-data yang telah diuji, ternyata di dalam praktik pelaksanaan

pernikahan thariqah tidak 100% murni menggunakan praktik pernikahan

ulama Hanafiyah. Karena, ketika penulis analisis dari pemaparan

sebelumnya terdapat penggabungan mazhab )التلفيق(. Kata talfiq sendiri

mempunyai arti mendatangkan suatu cara (dalam ibadah maupun

muamalah) yang tidak pernah dinyatakan oleh ulama mujtahid.

Wahbah Az-Zuhaily mengutip pendapat 4 mazhab tentang hukum

bertalfiq yang akan diuraikan sebagai berikut:

Pendapat Hanafiyah: “Seorang muqallid (orang yang bertaqlid) diberi

kebebasan untuk mengikuti siapa saja, dan orang awam dalam setiap

perkara ketika bertaqlid terhadap perkataan mujtahid (orang yang

berijtihad) akan memudahkan baginya karena tidak mengerti hal-hal yang

dilarang menurut nash atau akal, karena Rasulpun menyukai keringanan

yang dibebankan kepada umatnya”.40

Pendapat Syafi‟iyah: “Sebagian pendapat Syafi‟iyah menyatakan

larangan talfiq, dan sebagian lainnya membolehkan adanya talfiq, apabila

dalam permasalahan yang memenuhi syarat terhadap mazhab yang

diikuti”.

40

Wahbah az-Zuhaily, Al-Fiqhu Al-Islami Wa‟adillatuhu, (Damaskus: Dar El-Fikr, 2008), h.

46.

Page 88: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

74

Pendapat Hanabilah: “Diperbolehkannya talfiq karena tidak adanya dalil

syar‟i atas ketidakbolehan talfiq dalam bermazhab, baik dalam

mengambil perkara yang mudah dan ringan, atau mengambil rukhsah

(keringanan)”.

Pendapat Malikiyah: “Yang paling kuat menurut ulama muta‟akhirin dari

pengikut Malikiyah adalah membolehkan bertalfiq, yang dibenarkan pula

kebolehannya menurut „Urfh al-Maliki dalam penjelasannya “Syahru al-

Kabir” oleh “Addairi, dan berfatwa pula oleh “Alamah al-Adwiy tentang

diperbolehkannya talfiq”.41

Penulis membedah adanya talfiq di dalam rukun dan syarat mahar

pernikahan thariqah, terkait masalah syahadat atau lantunan ayat suci Al-

Qur‟an yang dijadikan sebagai mahar (mas kawin) dalam pernikahan.

Yang kita ketahui dari awal penjelasan, golongan ahlu thariqah mengakui

bahwa mereka memegang teguh ajaran-ajaran ulama Hanafiyah. Namun,

setelah penulis uji berdasarkan rukun dan syarat mahar menurut golongan

Hanafiyah berpendapat: “Mengajarkan Al-Qur‟an (seluruh atau sebagian)

kepada isteri, tidak sah untuk dijadikan mahar”.42

Karena menurut

golongan tersebut, mengajarkan Al-Qur‟an dan perkara lain yang

sejenisnya, berupa ketaatan dan kedekatan kepada Allah itu tidak sah

untuk dijadikan upah atau imbalan harta. Maka tidak sah mahar berupa

lantunan ayat Al-Qur‟an dan diwajibkan mahar mitsil, karena itu adalah

manfaat yang tidak bisa diganti dengan harta.43

Menurut pemaparan Habib Ahlu Thariqah menyatakan bahwa:

“Dalam prinsipnya mahar pernikahan ini memang sangat

mempertimbangkan pendapatan keseharian anggotanya, maka dari itu

supaya tidak ada pengeluaran besar untuk menjalankan ibadah

(pernikahan) mahar yang digunakan golongan thariqah ini hanya

menggunakan lantunan dua kalimat syahadat atau dapat ditambah dengan

lantunan ayat suci Al-Qur‟an, dengan terlantunkan kalam Allah maka

41

Wahbah az-Zuhaily, Al-Fiqhu Al-Islami Wa‟adillatuhu, (Damaskus: Dar El-Fikr, 2008), h.

97. 42

Ibnu Abidin, Hasyisyah Radd al-Mukhtar, (Mesir: Syirkah Nathba‟ah Mustashfa al-Baby

al-Halaby wa Auladuhu, 1966), Juz 3, h. 100. 43

Wahbah az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa‟adillatuhu, (Mesir: Daar al-Fikr, 1989), h. 238.

Page 89: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

75

sudah memiliki makna kesanggupan laki-laki untuk memimpin

keluarganya”.44

Penjelasan tentang mahar sebelumnya telah dipaparkan secara rinci

oleh penulis, dan di sini penulis membedah pendapat golongan Ahlu

Thariqah tentang permasalahan mahar, bahwasanya mereka tidak

menggunakan dalil keabsahan hukum terhadap syahadat atau lantunan

ayat suci Al-Qur‟an yang dijadikan sebagai mahar, mereka (Ahlu

Thariqah) hanya mengatakan berdasarkan kenyataan pada masa Nabi

Adam AS dan logika masing-masing di dalam memaknai adanya mahar

berbentuk syahadat tersebut. Kemudian, talfiq dalam permasalahan mahar

tersebut tidak diperbolehkan, karena jika mereka mengukur hukum talfiq

ini dengan kemaslahatan, maka kemashlahatan di sini bersifat negatif

(tidak tercapainya suatu kebaikan) yang mana golongan Ahlu Thariqah

ini hanya menggunakan kemudahan memahami hukum semata dan tidak

menggunakan dalil atau nash yang ada. Sama saja mereka menganggap

ringan ajaran agama dan mempermainkan hukum syara‟.

44

Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

Page 90: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pernikahan thariqah adalah bentuk pernikahan yang mana

pelaksanaannya hanya dilakukan oleh calon pengantin laki-laki dan

perempuan yang akan melaksanakan pernikahan tanpa adanya wali

dan saksi nikah. Sebagaimana penamaan terhadap pernikahan ini

adalah “Pernikahan Thariqah”, yang juga diambil dari golongan

yang berijtihad untuk membuat suatu model pernikahan baru tersebut,

yaitu golongan yang menamakan dirinya sebagai Ahlu Thariqah,

sehingga dalam praktiknya mempunyai perbedaan yang substansial

dengan pernikahan yang telah diatur oleh syari‟at Islam.1

Setelah penulis melakukan analisis dari bab 1 sampai dengan

bab 4 maka skripsi ini dapat disimpulkan bahwa:

a). Faktor-faktor penyebab munculnya metode pernikahan thariqah

yaitu menurut mereka pernikahan tersebut merupakan salah satu cara

yang paling efektif dan tidak sulit dalam melakukan pernikahan, yang

mana penganut paham thariqah tersebut adalah penganut mazhab

Hanafi, di mana dalam pelaksanaan pernikahannya golongan

Hanafiyah tidak menjadikan wali dan saksi sebagai rukun nikah,

karena mazhab ini menimbang bahwasanya perempuan yang sudah

baligh (mengerti hukum Islam) maka perempuan tersebut

diperbolehkan menikahkan dirinya sendiri tanpa ada wali. Faktor

yang kedua yaitu, supaya meminimalisir hal-hal yang dilarang oleh

Allah, seperti berbuat zina dan lain sebagainya. Dengan melakukan

metode pernikahan seperti ini menurut golongan Ahlu Thariqah, maka

manusia dapat menyalurkan syahwatnya melalui pernikahan yang

telah disyari‟atkan oleh Islam.2

b). Dalam praktiknya Nikah Thariqah ini tidak memerlukan wali

nikah dan saksi dalam pernikahan. Salah satu tata cara yang

1 Mohammad Baihaqi, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Ketawang Parebaan, 02

Desember 2018. 2 Martala, Anggota Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 02 Februari 2019.

76

Page 91: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

77

membedakan antara Nikah Thariqah dan pernikahan Islam pada

umumnya adalah prosesi akad di mana Nikah Thariqah hanya

dilakukan oleh kedua mempelai di tempat yang sepi, tanpa ada wali

nikah dan saksi, yang diawali dengan jabat tangan sambil

memejamkan mata dan mengucapkan akad, yang dihadiri oleh

pengantin laki-laki dan perempuan, serta Habib Ahlu Thariqah yang

mengawasi pernikahan tersebut dari kejauahan.3

Berdasarkan hasil analisis penulis, bahwasanya dari data-data

analisis di atas penulis membedah adanya talfiq di dalam rukun dan

syarat mahar pernikahan thariqah, terkait masalah syahadat atau

lantunan ayat suci Al-Qur‟an yang dijadikan sebagai mahar (mas

kawin) dalam pernikahan. Yang kita ketahui dari awal penjelasan,

golongan ahlu thariqah mengakui bahwa mereka memegang teguh

ajaran-ajaran ulama Hanafiyah. Namun, setelah penulis uji

berdasarkan rukun dan syarat mahar menurut golongan Hanafiyah

berpendapat: “Mengajarkan Al-Qur‟an (seluruh atau sebagian) kepada

isteri, tidak sah untuk dijadikan mahar”.4 Karena menurut golongan

tersebut, mengajarkan Al-Qur‟an dan perkara lain yang sejenisnya,

berupa ketaatan dan kedekatan kepada Allah itu tidak sah untuk

dijadikan upah atau imbalan harta. Maka tidak sah mahar berupa

lantunan ayat Al-Qur‟an dan diwajibkan mahar mitsil, karena itu

adalah manfaat yang tidak bisa diganti dengan harta.5

Penulis membedah pendapat golongan Ahlu Thariqah tentang

permasalahan mahar, bahwasanya mereka tidak menggunakan dalil

keabsahan hukum terhadap syahadat yang dijadikan sebagai mahar,

mereka hanya mengatakan berdasarkan kenyataan dan logika masing-

masing di dalam memaknai adanya mahar berbentuk syahadat

tersebut. Kemudian, talfiq dalam permasalahan inipun tidak

diperbolehkan karena, jika mereka mengukur hukum talfiq ini dengan

menggunakan kemaslahatan, maka kemaslahatan di sini bersifat

negatif (tidak tercapainya suatu kebaikan) yang mana golongan Ahlu

3 Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Interview Pribadi, Parebaan, 31 Januari 2019.

4 Ibnu Abidin, Hasyisyah Radd al-Mukhtar, (Mesir: Syirkah Nathba‟ah Mustashfa al-Baby al-

Halaby wa Auladuhu, 1966), Juz 3, h. 100. 5 Wahbah az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa’adillatuhu, (Mesir: Daar al-Fikr, 1989), h. 238.

Page 92: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

78

Thariqah hanya menggunakan kemudahan memahami hukum tetapi

tidak menggunakan dalil atau nash yang ada. Sama saja mereka

menganggap ringan ajaran agama dan mempermainkan hukum syara‟.

B. Saran-saran

Menyikapi permasalahan yang timbul di dalam rukun dan syarat

pernikahan thariqah, penulis memiliki beberapa saran diantaranya:

1. Bagi lembaga pemerintah yang telah diberikan kewenangan untuk

menjadi penengah dan memberi solusi terhadap permasalahan

yang timbul dalam agama Islam diharapkan agar lebih responsif

dalam menangani permasalahan yang menyimpang dari tatanan

hukum Islam. Sehingga, hal-hal yang seharusnya tidak diajarkan

dalam syariat Islam, dapat diantisipasi segera mungkin. Agar tidak

menyebar luas bagi masyarakat yang tergolong awam tentang

agama.

2. Sedangkan bagi kalangan intelektual muslim sendiri, seyogyanya

mempunyai respon dan solutif terhadap problematika terkait

permasalahan agama dimasyarakat, dengan menunjukkan sikap

tegas dan informatif, sehingga masyarakat awam tidak

terpengaruh dengan hal-hal yang berkaitan syariat Islam yang

nantinya dapat merusak aqidah Islamiyah, baik dilakukan secara

kolektif maupun personal, dengah harapah tidak adanya

kebergantungan terhadap para ulama yang tidak diberi

kewenangan secara khusus oleh negara.

3. Bagi masyarakkat yang sekiranya masih awam dalam bidang

keagamaan, agar tidak mudah menerima paham-paham baru

dengan serta merta, akan tetapi juga berusaha untuk memenuhi

berusaha untuk mengikuti seluk-beluk paham golongan tersebut.

Sehingga, tidak dapat terpengaruh dengan hal-hal yang dapat

merusak tatanan akidah yang sudah ditanamkan oleh para „ulama

sebagai pewaris Rasulullah dalam menyampaikan syariat yang

telah termaktub dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

Page 93: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

79

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad, Sunan Ibnu Majah, Cairo: Daarul Hadits, 1998.

Abidin, Slamet dan Aminuddin, Fiqih Munakahat, Bandung: CV. Pustaka Setia,

1999.

Abidin Ibnu, Hasyisyah Radd al-Mukhtar, Juz 3, Mesir: Syirkah Nathba’ah

Mustashfa al-Baby al-Halaby wa Auladuhu, 1966.

Aladip, Moh. Machfuddin, Terjemah Bulughul Maram, Semarang: PT. Karya

Toha, 2010.

Al-Husaini, Taqiyuddin Abu Bakar, Kifayatu al-Akhyar, Terjemah Achmad

Zaidun dan A.Ma’ruf Asrori, Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 1997.

Al-Qalyubi, Syihabuddin, Al-Mahali, Beirut: Daar Al-Fikri 1984.

Al-Khin, Mustofa dan Mustofa Al-Bugho, Kitab Fikah Mazhab Syafie, Kuala

Lumpur: Batu Caves, 2005.

Al-Sarkhasi, Syam Al-Din, Kitab al-Mabsuth, Jilid 5, Beirut: Dar Al-Fikr, 1989.

Al-Muallifina, Majmu’atun Min, al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah,

Kuwait: Wizarah al-Auqati wa asy-Syuun al-Islamiyah, 2006.

Asy-Syinawi, Abdul Aziz, Biografi Empat Imam Mazhab, Jakarta: Ummul

Quro, 2013.

Al-Bukhari, Muhammad Ismail, Shahih al-Bukhari, Juz 3, Cet. IV, Beirut: Dar

al - Kutub al-Ilmiyah, 2008.

Baghir, Muhammad, Fiqih Praktis II Menurut al-Qur’an, al-Sunnah dan

Pendapat Para Ulama, Bandung: Karisma, 2008.

Page 94: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

80

Baihaqi, Ahmad Rafi, Membangun Surga Rumah Tangga, Surabaya: Gita

Media Press, 2006.

Bhigha, Musthafa Diibu, Fiqih Menurut Mazhab Syafi’i, Semarang: Cahaya

Indah, 1986.

Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqh, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.

Ke- 3, Edisi Ke-2, Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Effendi, Satria, Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2011.

Ghazali, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Prenada Media Group,

2003.

Hillal, Mohammad, Pencatatan Pernikahan Thoriqoh di Ketawang Parebaan

Sumenep Jawa Timur, Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim, 2014.

Ijmaliyah, Nikah Segoro Getih Sebagai Larangan Penentuan Calon Suami Istri

di Masyarakat Ringinrejo Kediri Studi Akulturasi Mitos dan Syari’at,

Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2006.

Kamal, Abu Malik, Shahih Fikih Sunnah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Khoiri, Miftah, Mitos Masyarakat Telong Jodoh Sak Omah dan Implikasi dalam

Pembentukkan Keluarga Sakinah Studi Kasus di Desa Randuangung Kec.

Singosari Kab. Malang, Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim, 2007.

Kamaruddin, Marwan, Batas Usia Nafkah Anak dalam Islam, Banda Aceh:

Lembaga Naskah Aceh, 2013.

M. Affandi, Adat dan Upacara Perkawinan Suku Madura, Vol.18, Jurnal

Page 95: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

81

Argapuara, 1998.

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera, 2010.

Rusyd, Ibnu, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Terjemah Imam

Ghazali Sa’id danAhmad Zaidun, Jakarta: Pusaka Amani, 2002.

Rahman, Ahmad, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Rafiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1998.

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid Jilid II, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Sholeh, Asrorun Ni’am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga,

Jakarta: Graha Paramuda, 2008.

Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta: Prenada Media Group,

2003.

Syarur, Muhammad, Dirasah Islamiyah Mu’asharah Nahw Ushul Jadidah li al-

Fiqh al-Islami Terjemah Sahiroh Syamsudin Metodologi Fiqh Islam

Kontemporer, Yogyakarta: El-SAQ, 2004.

Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abi Daud, Edisi IV, Beirut: Darul Kutub Al-

Ilmiyyah, 2010.

Shomad, Abdul, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum

Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2012.

Syaltout, Mahmoud dan Mohammad Ali As-Sayis, Perbandingan Mazhab

Dalam Masalah Fiqih, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993.

Page 96: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

82

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,

1991.

Z, Zurinal dan Aminuddin, Fiqh Ibadah, Jakarta: CV. Sejahtera, 2008.

Sumber wawancara pribadi

Interview Pribadi dengan Mohammad Toha, Anggota Ahlu Thariqah, Parebaan,

02 Desember 2018.

Interview Pribadi dengan Mohammad Khoiri, Anggota Ahlu Thariqah,

Parebaan, 23 November 2018.

Interview Pribadi dengan Masyhudi, Anggota Ahlu Thariqah, Parebaan, 02

Desember 2018.

Interview Pribadi dengan Syaifuddin Amir, Kepala Desa, Parebaan, 17 Januari

2019.

Interview Pribadi dengan Ahmad Mu’is, Sekretaris Desa, Parebaan, 17 Januari

2019.

Interview Pribadi dengan Ali Al-Hinduniyyah, Habib Ahlu Thariqah, Parebaan,

31 Januari 2019.

Sumber Internet

Ketawang Parebaan Kuliah Kerja Nyata, Wikipedia Pulau_Madura

/2018/02/03/profil-desa.html.

Sumber Jurnal

Wagianto, Ramdan, Tradisi Kawin Colong Pada Masyarakat Osing

Banyuwangi Perspektif Sosiologi Hukum Islam, Vol. 10, No. 1, Yogyakarta:

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Page 97: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

83

Sosiologi Hukum Islam, Vol. 10, No. 1, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017.

Page 98: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

LAMPIRAN

Transkrip Wawancara

Informan : Ali Al-Hinduniyyah (Habaib / Tokoh Pembesar Thariqah

Naqsyabandi)

Usia : 61 Tahun

1. Bagaimana sejarah atau awal mula berdirinya Thariqah Naqsyabandi ini ya

bah?

Jadi, Thariqah yaitu perjalanan menuju Allah, kalau dengan bahasa nya yaitu

thariq yaitu jalan. Orang-orang thariqah ini adalah orang-orang yang berjalan dan

betul-betul ingin kenal betul kepada Allah, thariqah ini dinisbatkan kepada Allah.

Naqsyabandi ini julukan oleh Syeich Baharuddin, ia yang menjulukkan kata

Naqsyabandi. Jalan yang diambil yaitu fiqih-fiqih yang diajarkan oleh imam

Junaidiyah. Thariqah ini sudah hampir lama berdiri, dari tahun 2009 lalu. Tetapi,

baru banyak yang kemudian masuk kepada thariqah ini pada tahun 2015.

Thariqah ini sendiri memegang teguh ajaran-ajaran Islam dan berpedoman kepada

Imam Abu Hanifah.

2. Usia berapa Abah dan Ummi ketika menikah dahulu?

Abah waktu umur 29 baru menikahi Ummi. Pada saat itu Ummi umur 21 tahun,

jadi Abah baru menyelesaikan studi 8 tahun di Maroko makanya ketika Abah

pulang ke Madura 1 tahun setelah selesai S2 di Maroko Abah langsung melamar

Ummi, dan umur 29 Abah menikahi Ummi.

3. Apakah ada amalan-amalan ubudiyah khusus terkait dengan Thariqah ini

Abah?

Kalau untuk masalah amalan, ya seperti ngaji dan kajian setiap malam itu sangat

penting. Jadi, setelah shalat isya kita dzikir (taqorub ilallah) sampai jam 10

malam. Baru setelah itu kita mendalami kitab Tasawwuf sampai dengan jam 12

Page 99: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

malam. Jalan untuk mendekatkan diri kita kepada Allah dengan cara berdzikir

dengan kalimat Thayyibah sampai 3000 kali, dan wajib membawa air putih

masing masing, letakkan boto minum atau gelasnya di depan shaff (barisan) kita.

Lalu setelah selesai ber-taqorub ilallah minumlah air yang telah dibawa masing-

masing supaya keberkahan mengalir kepada diri kita semua.

4. Untuk pernikahan sendiri, di dalam Thariqah ini apa saja rukun dan syarat

yang harus dilakukan oleh kedua mempelai sebelum menikah?

Untuk rukun pernikahan masih sama seperti jumhur ulama hanya saja kami

berpegang teguh kepada Abu Hanifah yang tidak diwajibkan atas wali dan saksi.

Jadi, di dalam pelaksanaan akad nikahnya tetap membutuhkan calon mempelai

laki-laki dan calon mempelai perempuan, kemudia ijab qabul, yang terakhir

adalah syahadat atau lantunan ayat Al-Qur‟an sebagai pemberian laki laki kepada

perempuan yang memberikan makna telah sanggup untuk menjalankan

kewajibannya dan menerima haknya yang telah diatur oleh Islam.

5. Bagaimana prosesi peminangan dan praktik dari pernikahan Thariqah ini

sendiri ya pak ?

Pada proses peminangan ini, rumah dari keluarga perempuan dihadiri oleh

keluarga calon mempelai laki-laki. Kedua keluarga tersebut saling bercengkrama

untuk mengenal lebih dekat antar keluarga. Acara lamaran keduanya dimulai, dari

pihak laki-laki meminta izin untuk melamar seorang anak perempuannya yang

akan dijadikan sebagai calon istri. Kemudian, keluarga si perempuan mempunyai

hak untuk menyetujui atau tidak dari lamaran tersebut, jika pihak perempuan

menyetujui lamaran itu, maka keduanya harus saling berkomitmen untuk

menghormati dan memahami dalam berbagai perbedaan keduanya, prosesi

lamaran pun telah selesai, dan ditutup dengan lantunan do‟a untuk memanjatkan

keridhaan Allah atas semua yang kita libatkan dalam acara tersebut.

Selanjutnya, kedua belah pihak keluarga menentukan tanggal pernikahan.

Setelah ditentukannya tanggal pernikahan, pada prosesi ini biasanya yang berada

Page 100: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

dari golongan Ahlu Thariqah yaitu dari pihak calon mempelai laki-laki, keluarga

dari pihak laki-laki menjemput Habib Ahlu Thariqah untuk mendatangi keluarga

calon mempelai perempuan, sekaligus memberikan arahan dan kesepakatan untuk

melaksanakan pernikahan thariqah. Setelah semuanya dipersiapkan dengan

matang, dan kedua keluarga mempelai telah setuju untuk melaksanakan

pernikahan, maka pernikahan inipun berlangsung. Dengan menggunakan pakaian

gamis berwana putih untuk calon pengantin perempuan, dan baju koko berwarna

putih untuk calon pengantin laki-laki. Seluruh keluarga hanya berada di tempat

kediaman (rumah) mempelai perempuan yang akan dinikahinya.

Tata cara pernikahan thariqah harus dilakukan di tempat yang sepi,

keduanya saling memejamkan mata, kemudian calon mempelai laki-laki dan

perempuan saling berjabat tangan seerat mungkin, jempol tangan pihak laki-laki

dan pihak perempuan sama-sama menyentuh, sighat mulai dibacakan oleh

pengantin laki-laki, yang berbunyi: “Neat engsun panikagi syekh warumani

lansirullah syahudeh malaekat se empa‟ pangolona Nabi Muhammad‟e

pakabin‟e jeuheur awwel maskabinah syahedet sejati Allahu Muhammad abeli

dha‟ ka Allah tor jumennengah dhibi‟ laa ilaaha illallah muhammadur

rosulullah”.

Artinya: “Saya niat, menikahkan diri saya atas syekh warumani lansirullah

syuhada malaikat yang empat penghulunya beserta Nabi Muhammad, yang

dikawinkan dijauhar awwal, dengan maskawin syahadat sejati Allah Dan

Muhammad kembali kepada Allah dengan berdirinya sendiri Laa ilaaha illallah

Muhammadurrosulullah”. Setelah selesai pengucapan ijab qabul, maka jempol

tangan keduanya boleh dilepaskan dan boleh membuka mata. Selesai tata cara

pernikahan tersebut, maka pernikahan ini sudah dinyatakan sah oleh Habib Ahlu

Thariqah (Ulama Thariqah).

Selama akad berlangsung, Abah mengawasi calon mempelai laki-laki dan

perempuan dari kejauhan, ini bertujuan untuk persaksian pernikahan keduanya,

dan memastikan keduanya benar-benar secara sakral telah melaksanakan

pernikahan secara sempurna.

Page 101: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

6. Apakah ada faktor atau alasan yang melatarbelakangi adanya pernikahan

Thariqah seperti ini ya Abah?

Pernikahan Thariqah ini sudah barang tentu diperbolehkan karena untuk

meminimalisirkan maksiat (perzinahan), karena di dalam pernikahan thariqah ini

juga mempunyai aturan bagi penganutnya, supaya setelah melakukan pernikahan

ini pelaku tidak lagi berbuat serong seperti pada maraknya perkembangan zaman

yang sudah semakin brutal dan secara terang-terangan melakukan zina di tempat

keramaian.

Seperti pada zamannya Nabi Adam yang tidak menikah lagi selain Siti

Hawa, dalam artian bukan hanya mengambil enaknya saja karena bebas

mengawini siapapun tanpa melibatkan orang tua sebagai wali nikah. Tetapi,

mewajibkan bagi penganutnya agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah

melalui dzikir kepada Allah, baik lewat hati maupun lewat lisan seperti yang

dilakukan oleh ahlu thariqah pada umumnya.

7. Ketika Abah dan Ummi menikah dahulu, apakah sudah menerapkan tata

cara pernikahan Thariqah ini?

Abah dulu menikah di tahun 1988 dengan Ummi masih pakai akad pernikahan

seperti biasa mengikuti yang diajarkan oleh guru dan orang tua Abah dulu. Jadi,

dulu Abah masih penganut faham Syafi‟iyah.

8. Menurut Abah sendiri, apa yang melandasi tidak adanya wali dan saksi di

dalam pernikahan thariqah ini?

Menurut paham Thariqah wali itu dapat langsung menggunakan Allah.

يع عليم وهللا س

Allah adalah dzat yang paling sempurna dapat mendengar dan mengetahui

seluruh isi hati manusia, maka cukuplah Allah yang dapat mengetahui seluruh

perbuatan hambanya dan sekaligus dapat menjadi wali dari pernikahan thariqah

ini, karena tujuan pernikahan ialah untuk kemashlahatan dan ibadah, jadi sama

Page 102: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

seperti berlomba-lomba dalam kebaikan untuk menjalankan ibadah kepada Allah

SWT.

“Mon nikah thariqah ta‟ usah nganguy welli, asal seneng padhe seneng polanah

e jhemana Nabi Adam anika ta‟ usah ngangguy welli se penting abeli hukum

Allah e, se makabin langsung Allah SWT”. Artinya: “Kalau nikah thariqah tidak

perlu pakai wali (nikah) asalkan senang sama senang dan perempuan sudah

mengerti hukum ( baligh dan sekufu) maka boleh menikah, karena di zamannya

Nabi Adam pernikahan tidak memakai wali (nikah) yang menikahkan langsung

Allah SWT”.

9. Bagaimana pelaksanaan mahar di pernikahan thariqah ini Abah?

Di dalam pelaksanaan pernikahan thariqah ini, kami menggunakan mahar yang

berbentuk syahadat dan ayat Qur‟an.

10. Apakah tidak adanya ukuran mahar di pernikahan Thariqah ini ya Abah?

prinsipnya mahar pernikahan ini memang sangat mempertimbangkan pendapatan

keseharian anggotanya, maka dari itu supaya tidak ada pengeluaran besar untuk

menjalankan ibadah (pernikahan) mahar yang digunakan golongan thariqah ini

hanya menggunakan lantunan dua kalimat syahadat atau dapat ditambah dengan

lantunan ayat suci Al-Qur‟an, dengan terlantunkan kalam Allah maka sudah

memiliki makna kesanggupan laki-laki untuk memimpin keluarganya.

11. Sebelum dan sesudahnya terimakasih banyak Abah sudah mau meluangkan

waktunya untuk menyelesaikan tugas Annisa, mohon maaf ya Bah kalau

Annisa banyak tutur kata yang salah kepada Abah selama bertanya tadi.

Iya dek, hati hati pulangnya dek Annisa.

Page 103: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

12. Wassalamu’alaikum Abah Ummi

Wa‟alaikum salam warahmatullah

Page 104: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Masyhudi (Habaib / Tokoh Pembesar Thariqah Naqsyabandi)

Usia : 58 Tahun

1. Bagaimana sejarah atau awal mula berdirinya Thariqah Naqsyabandi ini ya

pak?

Berawal dari pertemuan dengan Achmad Zaini, hingga pada akhirnya Achmad

Zaini bercerita dengan saya tentang keberadaan cara pernikahan baru yang dia

anut, dan pernikahan itu dikenal dengan istilah “Nikah Thariqah”. Menurut Zaini,

pernikahan ini merupakan hasil dari golongan Ahlu Thariqah Naqsyabandi. Di

mana pernikahan ini mempunyai perbedaan dengan pernikahan yang telah

ditentukan oleh imam madzhab secara syar‟i. Nikah Thariqah ini diartikan

sebagai jalan khusus dalam melakukan pernikahan, sehingga yang berhak

melakukan pernikahan ini adalah orang-orang yang sudah menganut Thariqah

saja. Bagi orang yang melakukan pernikahan dengan tatacara Nikah Thariqah ini,

maka ada jaminan anaknya kelak akan menjadi seorang Wali atau petinggi

Agama. Selain itu menurutnya, pernikahan ini mempunyai tujuan untuk menjaga

kemashlahatan ummat agar tidak terjerumus dalam jurang perzinahan, sehingga

melahirkan sebuah bentuk pernikahan baru sebagai alternatif bagi kaum muslimin

agak tidak terjebak dalam maksiat yang memang dilarang oleh Allah SWT.

Ketika saya mendapatkan ilmu baru dalam pelaksanaan akad pernikahan

Thariqah dari Achmad Zaini, saya tidak langsung mengimani keberadaan metode

pernikahan tersebut, ia masih bertanya-tanya benarkah metode yang baru

didapatnya telah diakui kebenarannya oleh ulama dan telah termaktub dalam

kitab-kitab fiqih, ataukah hanya hasil buatan orang-orang yang tidak bertanggung

jawab dan hanya mengada-ada saja, dengan begitu akhirnya Achmad Zaini

menegaskan kepada saya untuk mencari kebenaran atas keberadaan Nikah

Thariqah yang tidak merujuk pada Ulama atau kitab-kitab fiqih, melainkan

langsung bertanya kepada orang yang telah dianggap sebagai wali. Karena,

Page 105: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

menurut Achmad Zaini Nikah Thariqah itu adalah bentuk pernikahan yang

memang berbeda dengan metode pernikahan secara syari‟at.

Walaupun sudah dijelaskan secara detail oleh Achmad Zaini sebagai

pembawa paham Nikah Thariqah, saya tidak langsung percaya akan kebenaran

metode pernikahan tersebut, melainkan Masyhudi terus menerus mencari jawaban

atas keraguannya dalam pernikahan Thariqah itu. Pada suatu ketika, saya

menceritakan hal tersebut kepada teman yang sama-sama menjadi ustadz pada

waktu itu ketika saya mengabdi di Pondok. saya menceritakan tentang ilmu

pernikahan yang baru saya dapat dari seorang musafir yang baru ia kenalnya,

setelah ia menceritakan dari awal hingga akhir tentang pernikahan Thariqah

beserta tata cara pernikahan tersebut, kemudian teman-temannya pun merasa

terheran (penasaran) dan ingin membuktikan kebenaran metode pernikahan

barunya itu. Beberapa waktu kemudian ketika ada kesempatan, teman saya

langsung pergi ke tempat seorang kyai yang menurut masyarakat sekitar kyai itu

mempunyai pangkat wali (welina Allah) dan bertempat tinggal di Pamekasan,

kedatangan teman teman Masyhudi ini adalah untuk mendapatkan jawaban atas

persoalan pernikahan Thariqah tersebut. Ketika teman-teman saya masuk ke

dalam rumah kyai tersebut dan duduk, teman saya langsung membuka obrolan

tentang pernikahan thariqah yang ia dapat dari seorang musafir yang bernama

Ahmad Zaini tersebut.

Kyai itu menjawab “Boleh melaksanakan pernikahan tersebut, tetapi

pernikahan itu digunakan untuk sebagian golongan saja, yang menggunakannya

adalah orang-orang mukmin yang memang mempunyai pegangan atau sudah

menguasai aliran thariqah dan yang sudah mu‟tamat hakikat atau orang „alim

yang mukmin dan ma‟rifah nya sudah sangat dekat kepada Allah. Jadi,

pernikahan tersebut memang dibenarkan dalam Islam karena tanpa adanya wali

yang dzahirpun pernikahannya sudah sah seperti pendapatnya Abu Hanifah,

ketika perempuan yang akan kamu nikahi sudah mengerti hukum atau baligh

maka boleh saja dengan cara pernikahan thariqah seperti ini”.

Page 106: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Sejak adanya peristiwa tersebut, saya dan teman-teman langsung

mengimani atau mempercayai kebenaran dari pernikahan tersebut dan kemudian

mengamalkannya hingga saat ini. Lalu, setelah saya pulang ke rumah karena saya

sudah lulus di Pondok pada saat itu, saya langsung mengamalkan cara pernikahan

tersebut, akan tetapi saya tidak mau langsung mempublikasikan kepada

masyarakat tentang adanya cara pernikahan yang baru ia percayainya tersebut.

Kemudian saya menikah dengan seorang perempuan asal Madura yang bertempat

tinggal di Desa Parebaan juga, perempuan itu bernama Nihayatus Sa‟adah. Di

dalam pernikahan, saya dan juga calon istri tetap menggunakan akad pernikahan

secara hukum Islam, karena secara tidak langsung saya merasa khawatir akan

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika mempublikasikan model pernikahan

yang baru dikenalnya. Setelah resmi menikah, saya sering pergi ke luar kota tanpa

didampingi oleh istri, disanalah saya mengamalkan Nikah Thariqah ketika jauh

dari isterinya (ke luar kota). Hal seperti itu saya lakukan karena beralasan

khawatir sampai terjerumus ke dalam perbuatan yang telah dilarang oleh Allah

(berbuat zina).

“Nikana guleh ben bineh selaen ngangguy se biasa ngangguy nikah thariqah

keyah polana mondeddi anak, anaeh bhekkal deddi oreng wali”. Jadi, ketika

menikahi isttri saya tidak menggunakan pernikahan secara syari‟at saja,

melainkan menggunakan metode pernikahan thariqah juga dengan harapan ketika

mempunyai keturunan, maka anaknya kelak akan menjadi seorang wali Allah

atau petinggi agama seperti yang telah dijelaskan oleh guru saya pada waktu itu.

Saya menggunakan praktik pernikahan thariqah meskipun sudah

mempunyai isteri, hal itu saya lakukan karena daripada melakukan perbuatan

yang dilarang oleh Allah (zina), lebih baik saya menggunakan metode pernikahan

tersebut, walaupun pada saat itu belum berani untuk mempublikasikan secara

langsung kepada orang-orang, karena saya takut ajaran yang saya bawakan ini

dianggap ajaran sesat oleh orang awam.

2. Kalau boleh saya tahu, bapak sudah dikaruniai berapa keturunan?

Page 107: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Anak saya ada 4 dek.

3. Usia berapa Bapak dan Ibu ketika menikah dahulu?

Umur bapak pada waktu itu 27 tahun sudah melamar Ibu, kalau Ibu masih 22

tahun.

4. Apakah ada amalan-amalan ubudiyah khusus terkait dengan Thariqah ini

Abah?

Ya kita dzikir itu pasti dek, setiap malam kita I‟tikaf di masjid buat fokus

mengingat tuhan kita.

5. Untuk pernikahan sendiri, di dalam Thariqah ini apa saja rukun dan syarat

yang harus dilakukan oleh kedua mempelai sebelum menikah Pak?

Yang wajib itu harus ada ijab qabul dan calon pengantin laki-laki dan perempuan

6. Bagaimana praktik dari pernikahan Thariqah ini sendiri Pak?

Prosesi pernikahan ini dimulai dari salah satu saya atau Habib Ahlu Thariqah

yang lain mengajak kedua pengantin ke tempat yang sepi untuk melakukan akad

nikah, tanpa dihadiri oleh wali dan saksi. Setelah sampai di tempat tersebut,

Habib memberikan arahan dalam pelaksanaan akad nikah, ketika kedua mempelai

telah mengerti pelaksanaan pernikahan tersebut, maka Habib yang mendampingi

dan memberikan arahan tadi mulai meninggalkan kedua calon mempelai, dan

Habib tersebut hanya menyaksikan dari kejauhan untuk mengawasi keduanya dan

memastikan mereka benar-benar menikah dengan paham golongan tersebut.

Kemudian kedua mempelai saling memejamkan mata, calon mempelai laki-laki

dan perempuan saling berjabat tangan seerat mungkin, jempol calon mempelai

laki-laki dan calon mempelai perempuan sama-sama menyentuh, kemudian sighat

mulai dibacakan oleh pengantin laki-laki, yang berbunyi: “Neat engsun panikagi

syekh warumani lansirullah syahudeh malaekat se empa‟ pangolona Nabi

Muhammad e pakabin e jeuheur awwel maskabinah syahedet sejati Allahu

Page 108: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Muhammad abeli dha‟ ka Allah tor jumennengah dhibi‟ laa ilaaha illallah

muhammadur rosulullah”.

7. Apakah ada faktor atau alasan yang melatarbelakangi adanya pernikahan

Thariqah seperti ini ya Pak?

Faktor yang paling mendasar yak arena untuk menghindari perbuatan zina dek,

daripada zina lebih baik kita menikah kan kata Allah. Kalau sudah menikahkan

bebas. Apa yang lakukan dapet pahala.

8. Menurut Bapak sendiri, apa yang melandasi tidak adanya wali dan saksi di

dalam pernikahan thariqah ini?

Imam Hanafi di dalam fatwanya kan membolehkan wanita menikahkan dirinya

sendiri dek, tanpa adanya wali dan saksi. Kita berpegang teguh dengan Imam

Hanafi, asalkan perempuan itu harus yang se kufu dan sudah mengerti hukum atau

baligh.

9. Bagaimana pelaksanaan mahar di pernikahan thariqah ini Pak?

Untuk mahar, kita menggunakan ayat-ayat Allah seperti syahadat dan lain-lain.

10. Selain syahadat dan ayat Al-Qur’an apa tidak ada lagi ukuran mahar yang

lebih dari itu Pak?

Tidak ada dek, karena syahadat dan ayat Al-Qur‟an itu saja sudah cukup untuk

kesanggupan laki-laki memimpin keluarga.

11. Sebelum dan sesudahnya terimakasih banyak Bapak dan Ibu sudah mau

meluangkan waktunya untuk menyelesaikan tugas Annisa, mohon maaf ya

Pak kalau Annisa banyak tutur kata yang salah kepada Bapak Ibu selama

bertanya tadi.

Iya de

Page 109: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

12. Wassalamu’alaikum

Wa‟alaikum salam dek

Page 110: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Mohammad Khoiri (Anggota Ahlu Thariqah)

Usia : 57 Tahun

1. Kalau boleh saya tahu, Bapak anggota Ahlu Thariqah betul Pak?

Iya dek, saya sekaligus yang membersihkan masjid ini untuk kajian rutinitas setiap

malam.

2. Bagaimana sejarah atau awal mula berdirinya Thariqah Naqsyabandi ini ya

Pak?

Thariqah ini muncul di Desa Parebaan awal mulanya dibawa oleh seorang ustadz

yang bernama, tempat tinggal beliau dekat dengan saya. Masyhudi telah lama

menuntut ilmu di salah satu Pondok Pesantren “Rhoudhatut Thalibin”, pesantren

itu bertempat di Kabupaten Pamekasan, kemudian Masyhudi dipercaya oleh

pengasuh pondok tersebut dan diangkat menjadi seorang ustadz. Setelah

Masyhudi mempunyai banyak relasi melalui orang-orang yang bertandang ke

Pondok atau sowan ke pengasuh pondok itu, hingga suatu ketika Masyhudi

bertemu dengan seseorang yang bernama Achmad Zaini, tepatnya pada tahun

2013, dia berasal dari desa Banyuates Sampang, di mana dia juga adalah seorang

santri alumni salah satu Pondok Pesantren di Pamekasan yang pada saat itu

sedang menjalani misinya sebagai seorang yang mengunjungi setiap Pondok

Pesantren dan kebetulan sedang berkunjung ke tempat Masyhudi mondok.

3. Usia berapa Bapak menikah dengan Ibu dahulu?

Sekitar umur 29/30 saya baru menikah dek

4. Apakah ada amalan-amalan ubudiyah khusus terkait dengan Thariqah ini

Abah?

Kita menerapkan pendekatan hati kita saja kepada Allah dek, setiap malam kita

berdzikir dan rutin untuk kajian persoalan agama.

Page 111: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

5. Untuk pernikahan sendiri, di dalam Thariqah ini apa saja rukun dan syarat

yang harus dilakukan oleh kedua mempelai sebelum menikah Pak?

Rukun nya tetap sama saja dek, ada ijab qabul, calon suami dan calon istri, hanya

saja kita tidak menggunakan wali dan saksi dek. Tapi, masalah wali ini jangan

dibuat untuk mainan karena wanita yang belum baligh atau mengerti agama tidak

boleh mengawinkan dirinya sendiri dek, jadi harus wanita yang sudah baligh dan

memilik laki laki yang se Kufu dengannya supaya dapat membimbing keluarga.

6. Bagaimana praktik dari pernikahan Thariqah ini sendiri?

Dalam praktik pernikahan thariqah ini hanya dilakukan berdua antara pihak laki-

laki dan pihak perempuan dengan didampingi oleh salah seorang Habib yang ikut

serta menyaksikan dari kejauhan tempat kedua mempelai menikah, di mana hal

ini menjadi salah satu syarat dari pernikahan thariqah. Setelah berada dalam

kondisi yang tenang, kemudian dilanjutkan dengan berjabat tangan se-erat

mungkin antara kedua mempelai dengan jempol saling menyentuh antara laki-laki

dan perempuan yang akan melakukan akad pernikahan, kemudian sighat

nikahpun dilantunkan oleh calon mempelai laki-laki,

Pembacaan sighat tersebut mengandung arti mempelai laki-laki

menikahkan dirinya kepada perempuan atas dasar Allah yang Maha Menyaksikan

segalanya dan wali Allah (Nabi Muhammad). Maksud daripada malaikat yang

empat penghulunya yaitu mempunyai makna pernikahan mereka dihadirkan oleh

4 (empat) malaikat, keempat malaikat tersebut diantaranya adalah: malaikat di

samping kanan dan kiri yaitu Rakib dan Atid yang bertugas sebagai mencatat

kebaikan dan keburukan manusia, kemudian malaikat Jibril menyampaikan

wahyu pada Nabi dan Rasul, Mikail yang dapat memberi rizqi kepada manusia

terutama untuk kedua mempelai yang akan menyempurnakan separuh agamanya.

Dan mereka mempercayai adanya 4 (empat) malaikat ini hadir dan menyaksikan

keduanya (calon mempelai laki-laki dan perempuan) pada pernikahan tersebut.

Setelah semuanya selesai, Habib baru memutuskan sahnya suatu perkawinan ini

de.

Page 112: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

7. Apakah ada faktor atau alasan yang melatarbelakangi adanya pernikahan

Thariqah seperti ini ya Pak?

di zaman sekarang de, maksiat sudah di mana-mana. Kalau kita biarkan anak-

anak berpacaran nanti jatuhnya dosa karna khawatir zina. Makanya untuk

menyalurkan syahwat ya pernikahan ini memang sangat alternatif untuk

mengurangi maksiat dan zina, supaya seseorang yang ingin menyalurkan

syahwatnya daripada berzina, lebih baik menikah dengan cara Islam seperti ini.

Lagi pula Imam Hanafi pun mengajarkan kepada muridnya untuk mempermudah

hukum, maka yang sekiranya hukum itu sulit tidak apa-apa kalau kita ingin

mengambil kemudahan hukum tersebut.

8. Ketika Bapak menikahi Ibu dahulu, apakah sudah menerapkan tata cara

pernikahan Thariqah ini?

Belum dek, dulu saya nikah masih menggunakan pernikahan Imam Syafi‟i. tapi,

setelah saya masuk sebagai Ahlu Thariqah saya berubah mazhab jadi mengikuti

ajaran-ajaran Imam Hanafi yang digunakan oleh Thariqah ini. Akhirnya saya

menikah lagi dengan Ibu tapi dengan menggunakan syariat mazhab Hanafiyah

atau bahasa yang lebih jelasnya nikah thariqah.

9. Menurut Bapak sendiri, apa yang melandasi tidak adanya wali dan saksi di

dalam pernikahan thariqah ini?

Ya karena sudah menggunakan tatanannya Abu Hanifah, ketika waktu Nabi

Adam dahulu menikah dengan Siti Hawa juga kan tidak menggunakan wali dan

saksi, karena sudah terwakili semuanya oleh Allah dan Muhammad. Untuk

masalah perwalian perempuannya, golongan kami memiliki syarat agar wanitanya

itu telah baligh atau mengerti hukum dan sederajat. Kalau sudah memnuhi

persyaratan keduanya, yasudah menikahkan dirinya sendiri tanpa ada wali kan

diperbolehkan. Peraturan yang harus dijalani oleh penganut Ahlu Thariqah yaitu

Page 113: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

wajib mendekatkan diri kepada Allah, sehingga bisa mencapai maqam wali Allah

dan dilarang bermain perempuan.

10. Bagaimana pelaksanaan mahar di pernikahan thariqah ini Pak?

Di sini kita pakai syahadat dan kalam-kalam Allah dalam pemberian mahar

kepada calon istri.

11. Apakah tidak adanya ukuran mahar dalam pernikahan Thariqah ini ya

Pak?

Maksudnya batasan mahar ya dek? Kalau setahu bapak, mahar lantunan satu

ayatpun sudauh cukup dan dapat dijadikan simbol kesanggupan laki-laki dalam

mempin kehidupan keluarganya kelak.

12. Sebelum dan sesudahnya terimakasih banyak Abah sudah mau meluangkan

waktunya untuk menyelesaikan tugas Annisa, mohon maaf ya Bapak kalau

Annisa banyak tutur kata yang salah kepada Abah selama bertanya tadi.

Iya dek, nanti main lagi ke sini ya

13. Wassalamu’alaikum

Wa‟alaikumussalam

Page 114: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Mohammad Baihaqi (Anggota Ahlu Thariqah)

Usia : 42 Tahun

1. Kalau boleh saya ingin bertanya-tanya tentang Ahlu Thariqah Pak,

kebetulan saya mendapat arahan dari warga untuk ke rumah Bapak

Oh iya iya… betul saya pengikut tarekat ini dek, apa saja yang mau ditanyakan?

2. Bagaimana sejarah atau awal mula berdirinya Thariqah Naqsyabandi ini ya

?

Kalau untuk awal mula sejarahnya saya kurang begitu mengerti dek, Cuma

memang ajaran tarekat ini tersebar pada tahun 2015, dan Bapak masuk ke dalam

anggota tarekat ini.

3. Usia berapa Bapak dan Ibu ketika menikah dahulu?

Umur 26 saya menikah, pada waktu itu istri saya umur 22 tahun.

4. Apakah ada amalan-amalan ubudiyah khusus terkait dengan Thariqah ini

Pak?

Amalan khusus sih tidak ada dek, cuma kita selalu mengadakan pengajian dan

dzikir bersama setiap malam harinya sampai kadang larut malam. Nanti ada

kajian dari Habib Thariqahnya.

5. Untuk pernikahan sendiri, di dalam Thariqah ini apa saja rukun dan syarat

yang harus dilakukan oleh kedua mempelai sebelum menikah?

Rukunnya dan syaratnya yaitu:

a. Adanya calon laki-laki dan perempuan. Dalam pernikahan thariqah calon

mempelai laki-laki dan perempuan memiliki syarat:

- Beragama Islam.

- Berakal sehat.

Page 115: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

- Baligh.

- Suka sama suka (tidak dipaksa atau kemauan sendiri).

- Kedua mempelai bukan orang yang haram dinikahi.

- Tidak sedang melaksanakan ihram.

- Tidak adanya wali dan saksi.

b. Sighat (ijab dan qabul)

Yang berbunyi: “Neat engsun panikagi syekh warumani lansirullah

syahudeh malaekat se empa‟ pangolona Nabi Muhammad e pakabin e

jeuheur awwel maskabinah syahedet sejati Allahu Muhammad abeli dha‟

ka Allah tor jumennengah dhibi‟ laa ilaaha illallah muhammadur

rosulullah”.

c. Mahar berbentuk syahadat atau lantunan ayat Al-Qur‟an.

d. Harus di tempat yang sepi. Karena untuk membayangkan nantinya akan

disaksikan oleh Allah, Nabi Muhammad, dan para malaikat.

6. Bagaimana praktik dari pernikahan Thariqah ini sendiri?

Praktiknya pelaksanaannya harus kedua mempelai saja yang berada di tempat

pernikahan, karna untuk menjaga kesakralan sighat pernikahan. Kemudian sama

sama memegang erat jempol keduanya, lalu mempelai laki-laki mengucapkan

sighat.

7. Apakah ada faktor atau alasan yang melatarbelakangi adanya pernikahan

Thariqah seperti ini ya Abah?

untuk meminimalisirkan zina, dengan cara seperti ini kan masih menganut ajaran

Hanafiyah, jadi masih diperbolehkan dalam Islam.

8. Ketika Bapak daan Ibu menikah dahulu, apakah sudah menerapkan tata

cara pernikahan Thariqah ini?

Sudah, saya menikah dengan langsung menggunakan tatacara pernikahan

thariqah.

Page 116: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

9. Menurut Bapak sendiri, apa yang melandasi tidak adanya wali dan saksi di

dalam pernikahan thariqah ini?

Ya karena tarekat ini kan berpegang teguh ajarannya Imam Abu Hanifah, jadi

tidak adanya wali dan saksipun tetap sah pernikahannya.

10. Bagaimana pelaksanaan mahar di pernikahan thariqah ini Pak?

Mahar di sini menggunakan syahadat dek, jadi sama saja sudah melantunkan ayat

suci Al-Qur‟an.

11. Apakah tidak adanya ukuran mahar di pernikahan Thariqah ini ya Pak?

hanya stahadat dan Al-Qur‟an saja untuk maharnya.

12. Sebelum dan sesudahnya terimakasih banyak Bapak dan Ibu sudah mau

meluangkan waktunya untuk menyelesaikan tugas Annisa, mohon maaf

kalau Annisa banyak tutur kata yang salah kepada Bapak dan Ibu selama

bertanya tadi.

Iya dek, sama-sama

13. Wassalamu’alaikum

Wa‟alaikumussalam warahmatullah

Page 117: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Martala (Anggota Ahlu Thariqah)

Usia : 32 Tahun

1. Oh gitu pak, kalau boleh tahu Bapak termasuk anggota thariqah di daerah

sini ya Pak?

Iya betul, saya Ahlu Thariqah Naqsyabandi di Parebaan ini

2. Bagaimana sejarah atau awal mula berdirinya Thariqah Naqsyabandi ini ya

Pak?

Thariqah ini didirikan sudah lama, tapi baru tersebar dan banyak anggota yang

masuk di tahun 2015.

3. Usia berapa Bapak dan Ibu ketika menikah dahulu?

Dulu saya menikah dengan istri saat usia 29 tahun, istri umur 25 tahun.

4. Apakah ada amalan-amalan ubudiyah khusus terkait dengan Thariqah ini

Abah?

Kalau malam saja si dek, kita rutin kajian mendengarkan ceramah sekaligus

I‟tikaf di masjid kadang sampai sepertiga malam.

5. Untuk pernikahan sendiri, di dalam Thariqah ini apa saja rukun dan syarat

yang harus dilakukan oleh kedua mempelai sebelum menikah?

Kalau untuk rukunnya masih sama dengan ulama lain dek, Cuma kita memegang

teguh ajaran ulama Hanafiyah, jadi rukunnya ada calon mempelai laki-laki dan

perempuan, sighat (ijab qabul), harus di tempat yang sepi, tidak ada wali, tidak

ada saksi.

6. Bagaimana praktik dari pernikahan Thariqah ini sendiri?

Page 118: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Praktiknya sangat simple dek, kedua mempelai sama sama ada di tempat yang

sepi, lalu sighat ijab qabul langsung dibacakan oleh salon pengantin laki-laki,

setelah selessai sighat pembacaan syahadat sebagai mahar.

7. Apakah ada faktor atau alasan yang melatarbelakangi adanya pernikahan

Thariqah seperti ini Pak?

Ya salah satu faktor utamanya untuk menghindari daripada zina.

8. Bagaimana pelaksanaan mahar di pernikahan thariqah ini Pak?

Yang tadi sudah saya sebutkan, maharnya berupa syahadat dan ayat Qur‟an.

9. Apakah tidak adanya ukuran mahar di pernikahan Thariqah ini ya Abah?

Tidak, cukup dua itu saja (mahar atau ayat suci Al-Qur‟an).

10. Sebelum dan sesudahnya terimakasih banyak Abah sudah mau meluangkan

waktunya untuk menyelesaikan tugas Annisa, mohon maaf ya Bah kalau

Annisa banyak tutur kata yang salah kepada Abah selama bertanya tadi.

Iya, sama-sama dek, hati-hati pulangnya.

11. Wassalamu’alaikum

Wa‟alaikum salam warahmatullah

Page 119: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Ahmad Mu’is (Sekretaris Desa dan Anggota Ahlu Thariqah)

Usia : 40 Tahun

1. Bagaimana sejarah atau awal mula berdirinya Thariqah Naqsyabandi ini ya

Pak?

Oh, berdirinya thariqah ini awal mulanya Ustadz Masyhudi yang membawa ajarn

ini kemudian mengajarkan kepada saya, karena berhubung kami adalah sahabat

dekat.

2. Usia berapa Bapak dan Ibu ketika menikah dahulu?

Ketika itu saya menikah umur 30 tahun dek, istri saya umur 25 tahun.

3. Apakah ada amalan-amalan ubudiyah khusus terkait dengan Thariqah ini

Abah?

Amalan khusus tidak ada dek, hanya dzikir rutinitas setiap malam selesai shalat

Isya.

4. Untuk pernikahan sendiri, di dalam Thariqah ini apa saja rukun dan syarat

yang harus dilakukan oleh kedua mempelai sebelum menikah?

Rukunnya sudah pasti ada calon mempelai, ijab qabul, mahar berbentuk syahadat

dan bisa menggunakan ayat suci Al-Qur‟an.

5. Bagaimana prosesi peminangan dan praktik dari pernikahan Thariqah ini

sendiri ya pak ?

Awal mula pertemuan antara calon mempelai laki-laki dan calon mempelai

perempuan terjadi secara alami saja dek, walaupun tidak sedikit dari orang-orang

golongan Thariqah yang menjodohkan anak-anak mereka dengan saudaranya

sendiri. Jadi, mereka bisa saling menjaga keturunan satu dengan yang lainnya.

Dalam praktiknya sama seperti pernikahan pada umumnya, hanya saja yang

Page 120: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

membedakan tidak adanya wali dan saksi, serta mahar yang hanya berupa

lantunan ayat suci Al-Quran.

6. Apakah ada faktor atau alasan yang melatarbelakangi adanya pernikahan

Thariqah seperti ini ya Abah?

Supaya ada praktik pernikahan yang tidak ribet (susah).

7. Ketika Bapak dan Ibu menikah dahulu, apakah sudah menerapkan tata

cara pernikahan Thariqah ini?

Belum dek, kita menikah masih menggunakan cara pernikahan biasa Imam

Syafi‟i, ketika masuk ke golongan Ahlu Thariqah barulah saya menikah dengan

pernikahan thariqah.

8. Menurut Bapak sendiri, apa yang melandasi tidak adanya wali dan saksi di

dalam pernikahan thariqah ini?

ketiadaan wali dan saksi di sini itu juga harus memiliki syarat, seperti

pendapatnya Abu Hanifah, bahwasanya wanita yang sudah baligh dan laki-laki

sendiri.

9. Bagaimana pelaksanaan mahar di pernikahan thariqah ini Bapak?

Mahar pada pernikahan ini tidak memerlukan biaya besar dek, karena hanya

menggunakan lantunai ayat Allah dan dua kalimat syahadat.

10. Apakah tidak adanya ukuran mahar di pernikahan Thariqah ini ya Bapak?

Tidak dek, ya hanya itu saja tadi. Mahar dengan ayat Allah sudah cukup dijadikan

maharnya.

11. Sebelum dan sesudahnya terimakasih banyak Abah sudah mau meluangkan

waktunya untuk menyelesaikan tugas Annisa, mohon maaf ya Bah kalau

Annisa banyak tutur kata yang salah kepada Abah selama bertanya tadi.

Iya adek, hati hati pulangnya ya

Page 121: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

12. Wassalamu’alaikum

Wa‟alaikumussalam

Page 122: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Mohammad Toha (Anggota Ahlu Thariqah)

Usia : 40 Tahun

1. Bapak sudah lama menjadi Ahlu Thariqah ini pak?

Ya, dari semenjak berdirinya thariqah saya langsung mempunyai niat untuk

gabung supaya dapat lebih taqorrub dengan Allah.

2. Bagaimana sejarah atau awal mula berdirinya Thariqah Naqsyabandi ini ya

bah?

Thariqah ini kan sebenarnya jalan ya dek, jadi kalau kita artikan secara syariatnya

yaitu jalan menuju Allah. Maka yang akan sampai kepada derajat orang-orang

mukmin yang betul-betul ingin dekat dengan Allah. Thariqah ini juga mengacu

kepada ajaran Hanafiyah dek, jadi tidak dengan sembarang orang menilai thariqah

ini tidak memiliki landasan yang kuat. Padahal, jika dilihat dari sudut ketaatan

dalam menjalankan ibadah, Thariqah ini tidak pernah meninggalkan yang

namanya dzikir (beri‟tikaf) pada waktu malam.

3. Usia berapa Bapak dan Ibu ketika menikah dahulu?

Waktu itu saya menikahi istri sekitar umur 30-an, istri saya masih berumur 23

tahun.

4. Apakah ada amalan-amalan ubudiyah khusus terkait dengan Thariqah ini

Bapak?

Sebenarnya, untuk amalan-amalan khusus tidak ada dek, hanya kita memiliki

komitmen atau istiqamah untuk dekat terus dengan Allah. Nah, caranya adalah

setiap malam kita tetap menjalankan sunnah-sunahnya Baginda, lalu dilanjut

dengan dzikir dan ceramah.

Page 123: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

5. Untuk pernikahan sendiri, di dalam Thariqah ini apa saja rukun dan syarat

yang harus dilakukan oleh kedua mempelai sebelum menikah?

Intinya pernikahan thariqah ini harus dihadiri oleh calon mempelai laki-laki dan

perempuan, kemudian adanya lafadz dari pihak laki-laki untuk mengawinkan

dirinya kepada perempuan yang ingin ia nikahi. Untuk wali dan saksi di sini kita

tidak menggunakannya, karena pada hakikatnya wanita yang sudah mampu untuk

menikah dengan sendirinya, dan mengetahui baik buruknya suatu perkara itu

telah dianjurkan supaya dapat menikahkan dirinya sendiri tanpa adanya wali dan

saksi, dengan syarat yang tadi harus terpenuhi.

6. Bagaimana praktik dari pernikahan Thariqah ini sendiri?

Pengantin laki-laki dan perempuan cukup melaksanakan di tempat yang sepi

tanpa dihadiri oleh siapapun, kedua tangan mempelai sama-sama memegang erat

sambil mempelai laki-laki membacakan sighat akad nikah.

7. Apakah ada faktor atau alasan yang melatarbelakangi adanya pernikahan

Thariqah seperti ini ya Pak?

Sebenarnya hanya satu faktor yang mendasar di dalam pernikahan ini dek, yaitu

untuk mencegah dari perbuatan zina atau perbuatan yang telah dilarang oleh

Allah.

8. Ketika Bapak dan Ibu menikah dahulu, apakah sudah menerapkan tata

cara pernikahan Thariqah ini?

Pastinya belum dek, tapi ketika kita mengimanani ajaran thariqah ini ya harus

mengikuti dari awal hingga akhir ajarannya. Saya menikah menggunakan

pernikahan thariqah ketika tahun 2016. Sekarang ya thariqah ini sudah luas

penyebarannya. Dulu bapak ketika masuk anggota ini masih sangat sedikit sekali

dek.

Page 124: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

9. Menurut Bapak sendiri, apa yang melandasi tidak adanya wali dan saksi di

dalam pernikahan thariqah ini?

Sudah dijelaskan tadi sebelumnya, kita menggunakan ajaran Hanafiyah. Makanya

tidak perlu ada wali maupun saksi dalam pernikahan, asalkan mereka sama sama

mengerti hukum dan se kufu.

10. Bagaimana pelaksanaan mahar di pernikahan thariqah ini Pak?

Untuk masalah mahar, kami menggunakan syahadat dan ayat Allah dek, karena

mahar itu juga fungsinya pemberian yang tidak harus membebani diri seseorang.

Jadi, syahadat dan ayat Allah pun sudah termasuk sahnya pemberian mas kawin

untuk perempuan.

11. Apakah tidak adanya ukuran mahar di pernikahan Thariqah ini ya pak?

Tidak, ya hanya itu saja tadi.

12. Sebelum dan sesudahnya terimakasih banyak Abah sudah mau meluangkan

waktunya untuk menyelesaikan tugas Annisa, mohon maaf ya Bah kalau

Annisa banyak tutur kata yang salah kepada Abah selama bertanya tadi.

Iya dek

13. Wassalamu’alaikum

Wa‟alaikum salam

Page 125: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Bapak Amir Syaefuddin (Kepala Desa Parebaan)

Usia : 49 Tahun

1. Jadi gini pak, kedatangan saya kesini untuk menanyakan prihal Ahlu Thariqah

yang telah berjalan beberapa tahun yang lalu, menurut bapak sendiri bagaimana

dengan adanya golongan yang mengatasnamakan dirinya sebagai Ahlu Thariqah

Naqsyabandi ini pak?

Oh tentang masalah itu dek, iya jadi sekitar 6 tahun yang lalu memang golongan itu

sudah ada dek, tapi baru diikuti oleh sebagian warga ini 4 tahun terakhir sekitar tahun

2015 mereka sudah memiliki pengikut yang lumayan banyak dari warga Parebaan ini.

2. Untuk masalah amalannya memang mereka setiap malam dzikir dan lain

sebagainya ya pak?

Ya, untuk masalah amalan ubudiyah mereka memang kalau saya perhatikan pengikutnya

itu sangat rajin dalam hal ibadah, sampai di tengah malam pun saya sering mendengar,

masih ada orang yang berdzikir dan menyampaikan ceramah seperti layaknya kajian di

malam hari dek.

3. Kalau menurut bapak dalam hal pernikahan golongan mereka bagaimana pak?

Memang kalau menurut saya, ada satu permasalahan dalam pernikahannya dek. Jadi,

mereka tidak menganggap wali dan saksi itu ada. praktik penerapan nikahnya pun

mungkin berbeda juga dengan kita.

4. Menanggapi hal itu, bapak dan staf-staf lainnya di Parebaan ini bagaimana pak?

Sebenarnya ketika dulu baru tersebar ajaran mereka, itu para warga khususnya cabang

ranting Nahdhatul Ulama di sinipun sudah pernah bermusyawarah terhadap golongan

seperti tadi, hanya saja ketika kita ingin meminta penjelasan mereka secara detail,

mereka merasa enggan untuk mempublikasikan golongan thariqah tersebut. Mereka

(Ahlu Thariqah) berpendapat “Semua makhluk hidup itu bebas menggunakan jalan

pemahaman dan pikirannya sendiri selagi dia tidak mengganggu siapapun itu, jadi selagi

Page 126: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

jama‟ah saya tidak mengganggu aktivitas bapak-bapak semua di sini, maka tidak ada

salahnya untuk memilih jalan beribadahnya masing-masing”.

Teguran dari pihak tokoh-tokoh agama di Parebaan ini pun sudah pernah kita

lakukan, namun mereka tetap dengan kekeh ingin melaksanakan apa yang mereka

anutnya. Dan dari pihak cabang Nahdhatul Ulama sendiri belum mempertegas,

bahwasanya di dalam desa ini terdapat segolongan orang yang dapat merubah ajaran

syarit Islam yang seharusnya di sini memegang teguh ulama Syafi‟iyah di dalam

permasalahan „ubudiyah maupun muamalahnya. Jadi, pihak-pihak yang telah berwenang

di desa ini pun dapat diartikan angkat tangan dan cabang NU di Parebaan ini hanya

berpendapat “Jika dalam teguran pun mereka belum mau meninggalkannya, maka fardhu

kifayah kami telah gugur, dan yang seharusnya mengurusi masalah ini adalah langsung

dari pemerintah”. Tetapi, pemerintah di Sumenep inipun jarang adanya komunikasi baik

antara warganya maupun staf-staf pengurus desanya.

5. Oh seperti itu bapak, setelah saya mendengar pemaparan tadi memang sangat

ironis juga ya pak jika mendengar pemerintah yang tidak pernah sigap dalam

melaksanakan amanah yang mereka embannya.

Iya dek, jadi kamipun sebagai staf desa ini, terutama bapak sebagai kepala desanya

memang bukannya tidak mau mengurusi permasalahan seperti itu, hanya saja dari pihak

yang berwenang pun sudah angkat tangan, bahkan ada yang memang membiarkannya

begitu saja. jadi kurangnya simpati pemerintah dalam hal ini dek.

6. Iya pak, mungkin terimakasih banyak kepada bapak untuk informasinya ya pak.

Semoga untuk kedepannya pemerintah supaya mengawasi betul permasalahan

yang ada di wilayah yang mereka amanahkan untuk dijaga dalam hal

kemasyrakatan dan kehidupannya ya pak

Iya dek, aamiin..

7. Saya izin pamit ya pak, semoga lain waktu bisa silaturrahim ke rumah bapak lagi

Iya dek, kamu hati hati ya. Bapak selalu menunggu kedatangan kamu ke rumah bapak

lagi ya, jangan sungkan-sungkan main lagi ke rumah bapak ya dek

Page 127: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

8. Iya pak, pamit pak.. wassalamu’alaikum

Wa‟alaikumussalam warahmatullah

Page 128: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Bapak H. Abdullah, S.Ag, M.SI (Kepala KUA Desa Parebaan)

Usia : 52 Tahun

1. Data kependudukan Desa Parebaan ini sendiri berapa ya pak?

Jadi, desa Parebaan ini ada 2 dusun dek, yaitu: Dusun Keramas dan Dusun

Masjid. Asal mula desa Parebaan dahulunya disebut dengan kata Papareng dan

Rebbe yang diakhiri oleh akhiran an, jika digabungkan maka menjadi Parebaan.

Pemerintah desa Parebaan merupakan satu pemerintahan yang ada sejak zaman

kerajaan, sesuai dengan perkembangan keadaan dan kondisi masyarakatnya.

2. Untuk pencatatan pernikahan di Desa ini sendiri dari tahun tahun

sebelumnya kira-kira berapa ya pak?

Oh datanya ya, bentar nanti saya kasih data pernikahan dari 3 tahun ke elakang

saja ya dek

3. Kalau boleh tahu, warga Desa Parebaan ini apakah sudah seluruhnya yang

menikah tercatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) Ganding ini ya pak?

Kita di sini sudah memerintahkan supaya setiap pernikahan wajib tercatatkan oleh

negara, karena mengikuti peraturan yang telah dibuat oleh negara. Tapi kadang,

ada saja orang yang memang menganggap hal seperti ini (pencatatan nikah) rumit

dan sulit untuk pasangan yang memang mempunyai latar belakang “tidak

mampu” atau warga miskin. Kami sudah membuat surat keterangan tidak mampu

untuk warg yang memang membutuhkan dalam permasalahan ketidakmampuan

administrasi pencatatan pernikahan ini. Namun, ada saja warga yang memang

tidak mau melapor atau bahkan tidak mau dicatatkan pernikahannya karna

berbagai faktor.

4. Lalu bagaimana pak jika ada warganya yang menikah tapi bukan di KUA

setempat ini pak?

Page 129: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Ya pada intinya kita sudah menegur dan menganjurkan kepada warga tentang

pentingnya pencatatan pernikahan ini. Tapi jika memang warga itu secara diam-

diam menikah (tidak dilaksanakan di KUA setempat), konsekuensi pernikahan

mereka jika adanya permasalahan apapun dikedepannya itu menjadi tanggungan

mereka sendiri. Karna, kami telah mengingatkan dan menjalankan tugas kami

yang semestinya.

5. Oh, seperti itu pak. Terkait data data pernikahan warga Parebaan nanti

saya boleh izin membawa pulang lembarannya ya pak?

Iya dek, boleh nanti saya printkan dahulu dan saya tanda tangani ya.

6. Baik bapak terimakasih sebelum dan sesudahnya ya pak

Iya dek, sama-sama.

Page 130: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

LAMPIRAN

Informan : Ali Al-Hinduniyyah

Usia : 61 tahun

Sebagai : Habaib / Tokoh Pembesar Ahlu Thariqah di Parebaan

Page 131: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Mohammad Khoiri

Usia : 57 tahun

Sebagai : Anggota Ahlu Thariqah di Parebaan

Page 132: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Masyhudi

Usia : 58 tahun

Sebagai : Habaib / Tokoh Pembesar Ahlu Thariqah di Parebaan

Page 133: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Mohammad Baihaqi

Usia : 42 tahun

Sebagai : Anggota Ahlu Thariqah di Parebaan

Page 134: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Mohammad Toha

Usia : 40 tahun

Sebagai : Anggota Ahlu Thariqah di Parebaan

Page 135: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Martala

Usia : 32 tahun

Sebagai : Anggota Ahlu Thariqah di Parebaan

Page 136: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) PAREBAAN GANDING

Page 137: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Bapak Amir

Usia : 49 Tahuh

Sebagai : Kepala Desa Parebaan

Page 138: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Bapak Mu’is

Usia : 40 Tahuh

Sebagai : Anggota Ahlu Thariqah dan Sekretaris Desa Parebaan

Page 139: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

Informan : Bapak Kesah Sraji

Usia : 53 Tahuh

Sebagai : Ketua Majelis Ulama Sumenep

Page 140: PERNIKAHAN JAMAAH THARIQAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46933...sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas: sighat (ijab dan qobul), adanya wali, adanya dua

NAMA-NAMA ANGGOTA AHLUT THARIQAH DI DESA PAREBAAN

NO SUAMI/ISTERI

1 Ali Al-Hinduniyah / Radiah Sulfiyatun Wahyuni

2 Mohammad Khoiri / Itriyah

3 Masyhudi / Nihayatus Sa’adah

4 Mu’is Junaidi / Faihatun Hasanah

5 Ja’far / Siti Farida

6 Martala / Afifatul Aini

7 Mohammad Khotib / Siti Maryam

8 Mohammad Habsyi / Mahtumatul Husniah

9 Sugeng Waluyo / Nur Halimah

10 Thariqul Jani / Unzilatun Ni’mah

11 Achmad Akhyar / Arina Hidayah

12 Mohammad Suhri / Helfiyah

13 Mursidi / Harirah

14 Nanang Cahyadi / Siti Aisyah

15 Mohammad Suhri / Sahlah Jufri

16 Ulul Azmi / Marwiyah

17 Khoirul Anas / Latifatu Masruroh

18 Durrahman / Nur Mahdalena

19 Ahmad Saufi / Tulfatul Mardia

20 Maltub / Naizah Khoiriyyah

21 Mohammad Ikbal Absori / Sulimah Hainiyah

22 Taufiqurrahman / Zairoh Kibtiyah

23 Samhaji / Wardanah

24 Faturrahman / Lailatul Qomariyah

25 Muhammad Muslich / Tria Oktami

26 Achmad Hasani / Minhatun Aminah

28 Mohammad Romsi / Nurul Jannah

29 Imamuddin / Maryam

30 Misdali / Umsa

31 Badruttamam / Tartilah

32 Ibnu Syarifuddin

33 Muhammad Riyadi

34 Salehoddin

35 Hanif Fauzan

36 Achmad Habibi

37 Subairi Jaisah

38 Darwis Rafiqi

39 Erfan Lukman

40 Upik Usman Karsono