pernikahan munahakat

29
Kelompok IV

Upload: sen-no-sen

Post on 20-Feb-2016

61 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pernikahan Munahakat

TRANSCRIPT

Page 1: Pernikahan Munahakat

Kelompok IV

Page 2: Pernikahan Munahakat

Pernikahan (Munakahat)

Page 3: Pernikahan Munahakat

Pengertian Pernikahan (Munakahat)

Pernikahan berasal dari kata nikah. Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul dan bersatu. Menurut istilah syarak, nikah berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan suka rela demi terwujudnya keluarga bahagian yang diridai Allah SWT.            

Page 4: Pernikahan Munahakat

Berikut dinyatakan beberapa ayat Al-Quran Al-Karim mengenai perkawinan dan tujuan-tujuan di syariatkannya.            Allah berfirman dalam surah An-Nisaa’ ayat 3,

ساء وإن خفتم أالH تقسطوا في اليتامى فانكحوا ما طاب لكم من الن �مثنى وثالث ورباع فإن خفتم أالH تعدلوا فواحدة أو ما ملكت أيمانكم � ذلك أدنى أالH تعولواArtinya :                “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.

Dari ayat di atas, dapat diambil penjelasan bahawa seorang lelaki disuruh oleh Allah SWT untuk berkahwin jika berkemampuan, sehingga kepada empat orang isteri dengan cara berlaku adil terhadap mereka seperti mana yang ditentukan oleh syarak. Sebaliknya jika bimbang tidak dapat berlaku adil maka berkawinlah dengan seorang sahaja.

Page 5: Pernikahan Munahakat

Perkawinan hendaklah diasaskan kepada beberapa faktor penting untuk menjamin kebahagiaan antaranya ialah :

• Perkawinan diasaskan dengan rasa taqwa kepada Allah.  Tanpa taqwa, dikhawatiri perkawinan itu tidak akan mencapai kepada matlamatnya, tambahan pula berkawin itu juga merupakan ibadat dan sunnah.

• Perkawinan hendaklah juga diasaskan kepada rasa Al Mawaddah dan Ar Rahman.  Tanpa dua perkara ini perkahwinan akan hancur dan tinggallah cita-cita sahaja.

• Sebuah rumah tangga juga perlu diasaskan kepada dasar hidup bersama secara yang baik dan diredhai Allah SWT.  Maka itulah yang biasa disebut Al Mu’assarah Bi Al Maaruf.

• Perkawinan juga berasaskan kepada amanah dan tanggung jawab bukannya kehendak nafsu semata-mata.  Suatu amanah hendaklah ditunaikan dengan sebaik-baiknya, sementara tanggung jawab dilaksanakan dengan jujur dan ikhlas hati.

Page 6: Pernikahan Munahakat

Hukum-hukum Pernikahan

           Hukum asal suatu pernikahan adalah harus sahaja tetapi dalam pada itu berkemungkinan boleh berubah menjadi wajib, sunat, haram dan makruh di mana sesuai dengan keadaan seseorang yang akan menempuh pernikahanUraiannya adalah seperti berikut :

• Pernikahan yang wajib• Pernikahan yang sunah• Pernikahan yang haram• Pernikahan yang makruh

Page 7: Pernikahan Munahakat

1. Perkawinan yang wajib.            Orang yang diwajibkan berkahwin ialah orang yang sanggup untuk berkahwin, sedang ia khawatir terhadap dirinya akan melakukan perbuatan zina.2. Perkawinan yang sunat            Orang yang disunatkan berkahwin ialah orang yang mempunyai kesanggupan untuk berkahwin dan sanggup memelihara diri dari kemungkinan melakukan perbuatan yang terlarang.3. Perkawinan yang haram            Orang yang diharamkan berkawin ialah orang yang mempunyai kesanggupan untuk berkawin tetapi kalau ia berkawin diduga akan menimbulkan kemudharatan terhadap pihak yang lain seperti orang gila, orang yang suka membunuh atau mempunyai sifat-sifat yang dapat membahayakan pihak yang lain dan sebagainya.4. Perkawinan yang makruh            Orang yang makruh hukumnya berkawin ialah orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk berkawin (dibolehkan melakukan perkahwinan) tetapi ia dikhawatiri tidak dapat mencapai tujuan perkahwinan. Oleh itu dianjurkan sebaliknya ia tidak melakukan perkahwinan.

Page 8: Pernikahan Munahakat

Rukun-Rukun Pernikahan/Perkaw

inan Sah• Ada calon mempelai pengantin pria

dan wanita• Ada wali pengantin perempuan• Ada dua orang saksi pria dewasa• Ada ijab (penyerahan wali pengantin

wanita) dan ada qabul (penerimaan dari pengantin pria)

Page 9: Pernikahan Munahakat

• Ijab: ucapan yang terlebih dahulu terucap dari mulut salah satu kedua belah pihak untuk menunjukkan keinginannya membangun ikatan.

                Contohnya : “Aku nikahkan anak perempuan saya bernama si Fulan binti ……  dengan ……. dengan mas kawin seperangkat sholat dan 30 juz dari mushaf Al-Qur’an”.

• Qabul: apa yang kemudian terucap dari pihak lain yang menunjukkan kerelaan / kesepakatan / setuju atas apa yang tela siwajibkan oleh pihak pertama.

Contoh Qabul : Calon suami menjawab: “Saya terima nikah dan perjodohannya dengan diri saya dengan mas kawin tersebut di depan”.

Dalam menikah dalam ajaran agama islam ada aturan yang perlu dipatuhi oleh calon mempelai serta keluarganya agar perkawinan yang dilakukan sah secara agama sehingga mendapat ridho dari Allah SWT. Untuk itu mari kita pahami dengan seksama aturan, rukun, pantangan dan persayaratan dalam suatu perkawinan.

Page 10: Pernikahan Munahakat

Syarat Nikah• Mempelai laki-laki

1. Agama Islam2. Tidak dalam paksaan3. Pria / laki-laki normal4. Tidak punya empat atau lebih istri5. Tidak dalam ibadah ihram haji atau umroh6. Bukan mahram calon istri7. Yakin bahwa calon istri halal untuk dinikahi8. Cakap hukum dan layak berumah tangga9. Tidak ada halangan perkawinan

Page 11: Pernikahan Munahakat

3. Syarat Wali Mempelai Perempuan

• Pria beragama islam• Tidak ada halangan

atas perwaliannya• Punya hak atas

perwaliannya

4. Syarat Syah Bagi Saksi Pernikahan

• Pria / Laki-Laki• Berjumlah dua orang• Sudah dewasa /

baligh• Mengerti maksud dari

akad nikah• Hadir langsung pada

acara akad nikah

2. Mempelai Wanita

• Beragama Islam• Wanita /

perempuan normal (bukan bencong/lesbian)

• Bukan mahram calon suami

• Mengizinkan wali untuk menikahkannya

• Tidak dalam masa iddah

• Tidak sedang bersuami

• Belum pernah li’an• Tidak dalam

ibadah ihram haji atau umrah

Page 12: Pernikahan Munahakat

Pernikahan yang Terlarang

Pernikahan yang terlarang adalah pernikahan yang diharamkan oleh agama Islam. Adapun pernikahan yang terlarang adalah sebagai berikut :

a. Nikah Mut’ahnikah mut’ah adalah pernikahan yang diniatkan dan diakadkan untuk sementara waktu saja (hanya untuk bersenang-senang) misalnya seminggu, satu bulan, atau dua bulan. Masa berlakunya pernikahan dinyatakan terbatas. Nikah Mut’ah telah dilarang oleh Rasulullah saw. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis :

Dari Rabi’ bin Sabrah al-Juhani bahwasanya bapaknya meriwayatkan, ketika dia bersama Rasulullah saw, beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia, dulu pernah aku izinkan kepada kamu sekalian perkawinan mut’ah, tetapi ketahuilah sesungguhnya Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat.” (HR.Muslim)

Page 13: Pernikahan Munahakat

b. Nikah SyigarNikah syigar adalah apabila seorang laki-laki mengawinkan anak perempuannya dengan tujuan agar seorang laki-laki lain menikahkan anak perempuannya kepada laki-laki (pertama) tanpa maskawin (pertukaran anak perempuan). Perkawinan ini dilarang oleh Rasulullah saw.

c. Nikah MuhallilNikah Muhallil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap seorang perempuan yang telah ditalak ba’in, dengan maksud pernikahan tersebut membuka jalan bagi bekas suami (pertama) untuk nikah kembali dengan bekas istrinya tersebut, setelah cerai dan habis masa idah. Dikatakan Muhallil karena dianggap membuat halal bekas suami yang menalak ba’in untuk mengawini bekas istrinya. Pernikahan ini dilarang oleh Rasulullah saw, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud :

Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. melaknat muhallil (yang mengawini setelah ba’in) dan muhallil lahu (bekas suami pertama yang akan mengawini kembali). (HR. AL-Khamsah kecuali Nasai)

Page 14: Pernikahan Munahakat

d. Kawin dengan PezinaSeorang laki-laki yang baik tidak diperbolehkan (haram) mengawini

perempuan pezina. Wanita pezina hanya dibolehkan kawin dengan laki-laki pezina, kecuali kalau perempuan itu benar-benar bertobat.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik, dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin. (QS.An-Nur/24:3)

Akan tetapi, kalau perempuan pezina tersebut sudah bertobat, halallah perkawinan yang dilakukannya. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw :

Dari Abu Ubaidah bin Abdullah dari ayahnya berkata : “Bersabda Rasulullah saw,: orang yang bertobat dari dosa tidak ada lagi dosa baginya.” (HR. Ibnu Majah)

Dengan demikian, secara lahirilah perempuan pezina kalau benar-benar bertobat, maka dapat kawin dengan laki-laki yang bukan pezina (baik-baik)

Page 15: Pernikahan Munahakat

B. HIKMAH PERNIKAHAN

Hikmah pernikahan antara lain :1. Pernikahan dapat menciptakan kasih sayang dan

ketentraman2. Pernikahan dapat melahirkan keturunan yang baik3. Dengan pernikahan, agama tetap terpelihara dengan baik4. Pernikahan dapat memelihara ketinggian martabat

seorang wanita5. Pernikahan dapat menjauhi perzinahan6. Menyempurnakan ibadah

Page 16: Pernikahan Munahakat

C. Ketentuan Pernikahan Menurut Perundang-undangan di Indonesia

Di Indonesia undang-undang yang membahas tentang pernikahan adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Undang-undang ini mengatur tentang pernikahan di Indonesia. Di antara isi pokok Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagai berikut.

Page 17: Pernikahan Munahakat

TALAK

Dalam syariah cerai atau talak adalah melepaskan ikatan perkawinan (Arab, النكاح قيد لحل (اسمatau putusnya hubungan perkawinan antara suami dan istri dalam waktu tertentu atau selamanya

Page 18: Pernikahan Munahakat

• DALIL DASAR HUKUM PERCERAIAN TALAK

QS Al-Baqarah 2:229

“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Page 19: Pernikahan Munahakat

Talak atau gugat cerai yang dilakukan oleh suami terdiri dari 4 (empat) macam sbb:

1. Talak raj’iYaitu perceraian di mana suami mengucapkan (melafazkan)

talak satu atau talak dua kepada isterinya. Suami boleh rujuk kembali ke isterinya ketika masih dalam iddah. Jika waktu iddah telah habis, maka suami tidak dibenarkan merujuk melainkan dengan akad nikah baru.

2. Talak bainYaitu perceraian di mana suami mengucapkan talak tiga atau

melafazkan talak yang ketiga kepada isterinya. Isterinya tidak boleh dirujuk kembali. Si suami hanya boleh merujuk setelah isterinya menikah dengan lelaki lain, suami barunya menyetubuhinya, setelah diceraikan suami barunya dan telah habis iddah dengan suami barunya.

3. Talak sunniYaitu perceraian di mana suami mengucapkan cerai talak

kepada isterinya yang masih suci dan belum disetubuhinya ketika dalam keadaan suci

Page 20: Pernikahan Munahakat

4. Talak bid’i

Suami mengucapkan talak kepada isterinya ketika dalam keadaan haid atau ketikasuci tapi sudah disetubuhi (berhubungan intim).

5. Talak taklik

Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya secara bersyarat dengan sesuatu sebab atau syarat. Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau berlaku, maka terjadilah penceraian atau talak.

Page 21: Pernikahan Munahakat

SHIGHAT (UCAPAN) CERAI TALAK ADA DUA 

Ditinjau dari segi shighat, lafadz, ucapan cerai talak dari seorang suami pada istri, talak ada dua macam ,yaitu.a. Talak Sharih (langsung, jelas, eksplisit)b. Talak Kinayah (tidak langsung, sindiran,

implisit).

Page 22: Pernikahan Munahakat

HUKUM CERAI/TALAK

Hukum talak/perceraian itu beragam: bisa wajib, sunnah, makruh, haram, mubah. Rinciannya sbb:

TALAK ITU WAJIB APABILA:

a) Jika suami isteri tidak dapat didamaikan lagib) Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumahtangga merekac) Apabila pihak pengadilan berpendapat bahawa talak adalah lebih baik

Jika tidak diceraikan dalam keadaan demikian, maka berdosalah suami.

Page 23: Pernikahan Munahakat

PERCERAIAN ITU HARAM APABILA:

a) Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifasb) Ketika keadaan suci yang telah disetubuhic) Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada menuntut harta pusakanyad) Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekaligus atau talak satu tetapi disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih

PERCERAIAN ITU HUKUMNYA SUNNAH APABILA:

a) Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinyab) Isterinya tidak menjaga martabat dirinya

CERAI HUKUMNYA MAKRUH APABILA: 

Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak mulia danmempunyai pengetahuan agama

CERAI HUKUMNYA MUBAH APABILA 

Suami lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang haid atau telah putus haidnya 0

Page 24: Pernikahan Munahakat

RUKUN PERCERAIAN/ TALAK

Ada 2 faktor dalam perceraian yaitu suami dan istri. Masing-masing ada syarat sahnya perceraian.

Rukun Talak bagi Suami

- Berakal sehat- Baligh- Dengan kemauan sendiri

Rukun Talak bagi Isteri 

- Akad nikah sah- Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya

Page 25: Pernikahan Munahakat

RUJUKMenurut bahasa Arab, kata ruju’ berasal dari

kata raja’ a-yarji’ u-rujk’an yang berarti kembali, dan mengembalikan. Sedangkan secara terminology, ruju’ artinya kembalinya seorang suami kepada istrinya yang di talak raj’I, tanpa melalui perkawinan dalam masa ‘iddah. Ada pula para ulama mazhab berpendapat dalam istilah kata ruju’ itu adalah menarik kembali wanita yang di talak dan mempertahankan (ikatan) perkawinannya. Hukumnya, menurut kesepakatan para ulama mazhab, adalah boleh.

Page 26: Pernikahan Munahakat

Firman Allah: لهن يحل وال قروء ثالثة بأنفسهن يتربصن والمطلقاتبالله يؤمن كن إن أرحامهن في الله خلق ما يكتمن أنأرادوا إن ذلك في بردهن أحق وبعولتهن اآلخر واليومجال وللر بالمعروف عليهن الذي مثل ولهن إصالحا

  حكيم عزيز والله درجة (228)عليهن       Dan isteri-isteri yang diceraikan itu hendaklah menunggu dengan menahan diri mereka (dari berkahwin) selama tiga kali suci (dari haid). Dan tidaklah halal bagi mereka yang menyembunyikan (tidak memberitahu tentang) anak yang dijadikan oleh Allah dalam kandungan rahim mereka, jika betul mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suami mereka berhak mengambil kembali (ruju' akan) isteri-isteri itu dalam masa 'iddah mereka jika suami-suami bersetujuan hendak berdamai . Dan isteri-isteri itu menpunyai hak yang sama seperti kewajipan yang ditanggung oleh mereka (terhadap suami) dengan cara sepatutnya (dan tidak dilarang oleh syara'); dalam pada itu orang-orang lelaki (suami-suami itu) mempunyai satu darjat kelebihan atas orang-orang perempuan (isterinya). Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.  Al-Baqarah : 228

Page 27: Pernikahan Munahakat

Hukum Rujuk 1.   Wajib 

Suami yang menceraikan salah seorang daripada isteri-isterinya dan dia belum menyempurnakan pembahagian giliran terhadap isteri yang diceraikan itu.2.   Haram 

Apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan kemudaratan kepada isteri tersebut.3.    Makruh 

Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.4.    Harus 

Jika membawa kebahagiaan kepada ahli keluanga kedua-dua belah pihak.5.    Sunat 

Sekiranya mendatangkan kebaikan.

Page 28: Pernikahan Munahakat

Rukun Rujuk1. Istri, syaratnya pernah dicampuri, talak raj’i, dan masih dalam masa iddah, isteri yang tertentu yaitu kalau suami menalak beberapa istrinya kemudian ia rujuk dengan salah seorang dari mereka dengan tidak ditentukan siapa yang dirujukan-maka rujuknya itu tidak sah.2. Suami, syaratnya atas kehendak sendiri tidak dipaksa3. Saksi yaitu dua orang laki-laki yang adil.4. Sighat (lafal) rujuk ada dua, yaitu terang-terangan dan sindiran

Page 29: Pernikahan Munahakat

TERIMA KASIH