permasalahan energi di indonesia

10
Permasalahan Energi di Indonesia Sandy Hardian Susanto Herho (12811039) I.Pendahuluan Energi sering di sebut sebagai penggerak mobilitas perekonomian suatu bangsa. Ketika kita berbicara mengenai energy,ada dua hal mutlak yang harus kita perhitungkan,yaitu Kesinambungan pasokan energi ( Sustainable Energy Supply ),dan Keamanan energy (Energy Security ). Menilih akan pentingnya energy bagi keberjalanan perekonomian bangsa,adalah ari jika kita tinjau sejenak persentase pemakaian energi di Indonesia. !ari total kebutuhan energy primer Indonesia ( "## juta setara barel minyak per tahun) !ipenuhi oleh $ % &',' dari minyak bumi % lain lain ( *+,*& ) % -,& dari gas bumi % !iatas # dipenuhi dari dari sector migas ( data tahun ##& ) /atatan $ kenaikan konsumsi energy di Indonesia meningkat sebanyak " setiap tahun !engan penggunaan minyak bumi menyumbang peningkatan sebesar ( 0, 1thn ) &# dari persentase peningkatan konsumsi energy dalam negeri. !i a2al periode pertama pemerintahan presiden 3enderal(4or.) Susilo 5ambang 6udhoyono,diterbitkan sesuatu peraturan tentang di7ersi8kasi energy,yang tertuang dalam Perpres no.&1 ##- (5lue print kebijakan energy nasional). 5erikut ini gambaran yang hendak dicapai Indonesia pada tahun # &,baik di sector industri maupun di sector rumah tangga. Konsumsi energi nasional pada tahun # &

Upload: muhammad-kamal

Post on 05-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

sadasdsxsaa

TRANSCRIPT

Permasalahan Energi di IndonesiaSandy Hardian Susanto Herho (12811039)

I.PendahuluanEnergi sering di sebut sebagai penggerak mobilitas perekonomian suatu bangsa.Ketika kita berbicara mengenai energy,ada dua hal mutlak yang harus kita perhitungkan,yaituKesinambungan pasokan energi ( Sustainable Energy Supply ),dan Keamanan energy (Energy Security ).Menilih akan pentingnya energy bagi keberjalanan perekonomian bangsa,adalah arif jika kita tinjau sejenak persentase pemakaian energi di Indonesia.Dari total kebutuhan energy primer Indonesia ( 700 juta setara barel minyak per tahun)Dipenuhi oleh : - 54,4 % dari minyak bumi- lain lain ( 19,15 ) 26,5% dari gas bumi Diatas 80 % dipenuhi dari dari sector migas( data tahun 2005 ) Catatan : kenaikan konsumsi energy di Indonesia meningkat sebanyak 7 % setiap tahun Dengan penggunaan minyak bumi menyumbang peningkatan sebesar ( 3,2 % /thn ) 50% dari persentase peningkatan konsumsi energy dalam negeri.

Di awal periode pertama pemerintahan presiden Jenderal(Hor.) Susilo Bambang Yudhoyono,diterbitkan sesuatu peraturan tentang diversifikasi energy,yang tertuang dalam Perpres no.5/2006 (Blue print kebijakan energy nasional). Berikut ini gambaran yang hendak dicapai Indonesia pada tahun2025,baik di sector industri maupun di sector rumah tangga.Konsumsi energi nasional pada tahun 2025 pemakaian minyak bumi dibawah 25 % pemakaian gas bumi di atas 30 % pemakaian batubara di atas 30 % pemakaian bahan bakar nabati di atas 5 % pemakain panas bumi di atas 5% pamakaian batu bara di atas 2 % pemakaian sumber energi baru di atas 5 %

Mengingat akan tingginya ketergantungan Indonesia ( layaknya Negara berkembangLainnya ),terhadap sumber energi primer (unrenewable),maka penulis membatasi tulisan kali ini pada sector migas,mengingat vitalnya sector tersebut sebagai sumber primer energi di Indonesia.

II.Sektoral2.1.Minyak Bumi* potensi minyak bumi secara umum hanya dapat diperkirakan dari cadangan tersisa. Saat ini cadangan minyak bumi kita berada pada barisan 3,9 milyar barel.* dari seluruh lapisan minyak bumi ,kita mengenal 3 tahap recovery berdasarkan lapisannya.yang pertama primary yaitu cara memproduksikan sunur secara alamiah dengan tekanan reservoir yang ada menggunakan pompa ( pompa angguk maupun pompa supermisible),atau dengan gas lift.yang kedua adalah secondary recovery yang di lakukan melalui pendorongan air ( water flood ) atau pendorongan gas ( gas flood ),secondary recovery dapat menambah usia produksi lapangan minyak dengan tambahan 1/3 dari masa produksi,setelah sebelumnya mengalami decline.yang terakhir adalah tertiary recovery dilakukan dengan menambah zat kimia (polimer) pada air yang di injeksikan,injeksi gas yang larut dalam minyak ,injeksi uap air untuk menurunkan kekentalan,injeksi mikroba hampir seluruh lapangan minyak di Indonesia,pada saat ini masih pada primary dan baru akan masuk tahap secondary recovery. Kendala melakukan secondary recovery ,adalah sebagai berikut :- Ketersediaan penyedia jasa & teknologi- Biaya operasi mahal- Keberpihakan pemerintah pada perusahaan Negara dan swasta nasional yang diragukan

-Kompetensi ,akuntabilitas,solvency dari perusahaan negara yang bergerak di bidang migas yang juga masih diragukan.

Gambaran produksi dan konsumsi minyak bumi menunjukan fakta ,bahwa ungkapanlebih besar pasak daripada tiangmungkin benar adanya.pada tahun 2002,Indonesia sudah mengimpor minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,dan puncaknya pada tahun 2004 Indonesia keluar dari OPEC dan menjadi net importer minyak bumi.Hal ini tentu saja berbahaya,mengingat fluktuatifnya harga minyak dunia,bisa berpengaruh terhadap Indonesia yang akhirnya dapat memberikan dampak serius pada berbagai bidang.Sementara itu,belum pernah memenuhi lebih dari 10% total produksi minyak nasional.Berikut ini gambarannya,1974 produksi pertamina 110.000 BOPD dari total produksi Nasional sebesar 1.375.000 BOPD ( 8% dari total produksi )1980 produksi pertamina 81.700 BOPD dari total produksi nasional Sebesar 1.576.000 BOPD ( 5,2% dari total produksi )2000 produksi pertamina 46.200 BOPD dari total produksi nasional Sebesar 1.414.000 BOPD ( 3,3% dari total produksi 2002 produksi pertamina 40.100 BOPD dari total produksi nasional Sebesar 1.252.000 BOPD ( 3,2% dari total produksi )

Sebagai perbandingan,kita lihat perusahaan swasta asing yang memiliki performance kilang terbaik di Indonesia untuk saat ini,yaitu Caltex yang telah berganti nama menjadi Chevron Pacific.1974 produksinya 904.000 BOPD ( 6,6% dari total produksi nasional )2002 produksinya 577.ooo BOPD ( 4,6% dari total produksi nasional )

Pertanyaan yang sudah tentu akan mengemuka adalah mengapa pertamina bias demikian? apa permasalahannya? tanpa menepikan masalah masalah di sector hulu,adalah permasalahan di sector hilir yang memberikan sumbangsihcukup besar pada permasalahan pertamina sebagai BUMN pengelolaan migas nasional.Permasalahan di hilir ,tentu berkaitan dengan performance kilang kilang minyak (refinery) yang di miliki pertamina.pertamina saat inimemiliki enam kilang dengan kemampuan mengolah minyak mentah sebesar 1.031.000 BOPD.rincian kapasitas kilang kilang minyak tersebut adalah kilang dumay ( 170.000 BOPD ) di riau,kilang plaju ( 118.000 BOPD ) di sumatera selatan,kilang balongan ( 125.000 BOPD )di jawa barat,kilang Balikpapan ( 260.000 BOPD )di Kalimantan timur,kilang cilacap ( 348.000 BOPD,kilang kasim ( 10.000 BOPD ) di papua barat. Kondisi ini amat memprihatinkan,sebab komsumsi BBM dalam negeri sudah mencapai 1,3 juta Bph,sedangkan pertamina hanya hanya mampu memproduksi 1,03 juta Bph.memomt Karen agustiawan ( dirut pertamina 0, kondisi pertamina saat ini hanya mampu memenuhi 54% penggunaan premium, 86% solar, 100% Avtur dari total kebutuhan dalam negeri.Angin segar sempat datang dari dirjen migas kementrian ESDM beberapa waktu lalu,yaitu wacana untuk membangun 3 kilang minyak baru yang rata rata berkapasitas 300.000 BOPD ,untuk mengantisipasi kebutuhan nasional sebanyak 1,294 milyar BOPD pada tahun 2015. Rencana itu meliputi pembangunan kilang bojonegara ( 300.000 BOPD ) di Banten, pembangunan Kilang Tuban ( 300.000 BOPD ) di JawaTimur ,dan ekspansi Kilang Balongan ( 200.000 BOPD ) di Jawa Barat yang paling lambat rampung pada 2018.Tentu kita masih ingat awal tahun lalu harga minyak dunia melambung tinggi, akibat belum pulihnya tingkat produksi pada beberapa Negara timur tengah pasca gejala social politik berkepanjangan,da akibat ketegangan yang terjadi di Iran dan kekhawatiran terjadinya perang. Indonesia yang kala itu telah menjadi net importer minyak bumi,tentu panic.subsidi hendak di cabut harga BBMdi sesuaikan dengan harga minyak dunia yang naik,tentu saja hal tersebut menimbulkan kepanikan di massa rakyat.akhirnya subsidi tidak jadi dicabut ,diakhiri dengan acrobatpolitisi di senayan.IEA ( Organisasi Energi Internasional ) pada kuartal pertama 2012 menyatakan,bahwa pemintaan minyak dunia naik 0,9% dari tahun sebelumnya rincian konsumennya ,meliputi sebagai berikut :-Terjadi peningkatan konsumsi di wilayah asia sebesar700.000 800.000 BOPD, terutama akibat komsumsi jepang yang meningkat.-Eropa relative menurun.-Konsumsi AS menurun ( pada tahun 2011: 18,9 juta BOPD dan kuartal pertama 2012 menjadi 16,69 juta BOPD ).IEA memperkirakan konsumsi tertinggi akan terjadi pada akhir tahun,yang tentu saja akan membuat harga minyak mentah dunia ( ICP ) melambung. Apalagi ,mengingat akan kemungkinan terjadinya embargo pada Iran( ekspor minyak mentah sebanyak 2,2 juta BOPD ) yang tak segan - segan meliputi Selat Hormuz yang merupakan jalur vital pengiriman minyak mentah internasional ( Selat Hormuz merupakan satu satunya perairan yang melalui 8 negara timur tengah ) di mana 40% impor minyak dunia dan 90% ekspor minyak Negara Negara teluk,pasti melalui Selat Hormuz.

IEA mengingatkan, agar Negara Negara di dunia waspada terhadap kemungkinan kenaikan drastic harga minyak dunia.maka dari itu,IEA menghimbau agar seluruh Negara di dunia melakukan penyedian dan mengunakan cadangan penyangga minyak setara dengan 90 hari impor minyak bersih (Netto) dan harus dikelola secara resmi oleh pemerintah. Dua Negara produsen dan konsumen terbesar Arab Saudi dan RRC sudah memiliki cadangan penyangga minyak lebih dari 700 ribu Barrel selama 90 hari. Bagaimana dengan Indonesia sebagai Negara dengan subsidi energy terbesar di dunia ?,menurut Karen Agustiawan ( Dirut Pertamina ),stok BBM di dalam negeri hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional selama 21 hari,hal ini tentu wajib di cermati pemerintah,agar apabila harga minyak dunia naik drastis,tidak menimbulkan gejolak sosial,politik dan ekonomi berkepanjangan

2.2 Gas Bumi #Indonesia adalah negara rank- 12 dalam hal cadangan dan rank-10 dalam eksploitasinya. #Indonesia mampu bertahan lebih dari 40 tahun dengan hanya bergantung pada gas bumi sebagai energi utama,( Dengan catatan tanpa penemuan ladang baru ).

#Sumber gas bumi di indonsia

-Kalimantan Timur( Onshore&Offshore )-Jawa Timur( Onshore&Offshore )-Jawa Tengah ( Offshore )-Banten( Offshore )-Sumatera Selatan( Onshore )-Natuna ( Onshore )-Laut Dalam Masela( Offshore )-Papua (Sorong,dan Sekitarnya) ( Onshore&Offshore )-Cekungan Dalam Maluku ( Offshore )

2.3 Regulasi Migas

#18 Agustus 1945, di sahkan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi negara,dimana pada pasal 33 ayat 3,tercantum kalimat Bumi dan Air , dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya,dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

#Pada tahun 1956,dalam rangka memojokkan Belanda dan menuntut pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia,Presiden Soekarno menasionalisasikan seluruh perusahaan-perusahaan Belanda,termasuk yang bergerak di bidang migas.

#Tahun 1960,terbit Perpu No.44/1960,dimana pada pasal (2) dan pasal (3) tertulis jelas mengenai politik berdikarinya semasa demokrasi terpimpin.

Pasal 2 : Segala bahan galian,minyak dan gas bumi yang ada dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia,merupakan kekayaan nasional yang di kuasai oleh Negara.

Pasal 3 : Menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang termasuk dalam pasal (4) tentang pertambangan,maka pertambangan minyak dan gas bumi hanya di usahakan oleh negara. (2) Usaha pertambangan minyak gas bumi dilaksanakan oleh negara semata-mata.

# Di awal orde baru ,terbit PP no.27/1968#Tahun 1971,Pertamina di berikan kewenangan untuk memonopli pengelolaan migas nasional secara penuh melalui UU No.8/1971#Tahun 1975,Terbit Inpres no.12/1975 tentang pengelolaan dana hasil pertamina,yang di duga sebagai pemicu Pertamina untuk bermalas-malasan dan tidak mampu meningkatkan total produksi minyaknya. # Pasca reformasi,muncul wacana liberalisasi sektor migas,sebagai akibat dari kesepakatan pemerintah dengan IMF untuk program pemulihan ekonomi Indonesia dari krisis ekonomi 1997,lalu terbitlah UU No.22/2001 menggantikan UU No.8/1971,dimana Pertamina dianggap tidak lagi bisa memonopoli pengelolaan migas di Indonesia,akibat adanya BP migas dan BPH migas liberalisasi itu,mengakibatkan masuknya perusahaan-perusahaan migas asing untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi migas kita mulai dari hulu hingga hilir.

III TantanganMenimbang akan segala permasalahan diatas ,penulis berusaha untuk merumuskan tujuan dan tantangan yang harus dipenuhi demi mencapai kedaulatan energi di negri kita adalah sebagai berikut :

1. Kemandirian Berbeda dengan tuntutan-tuntutan berbagai lapisan massa rakyat yang mengutamakan nasionalisasi sebagai harga mati.penulis berpendapat,untuk mencapai kedaulatan energi bukan hanya nasionalisasi berbagai perusahaan migas asing,tetapi juga dibutuhkan diversifikasi energi.

Jati diri kemandirian adalah berdikari dalam artian luas ,yaitu tidak lagi bergantung pada kondisi negara luar.Melakukan penyimpanan cadangan penyangga minyak secara resmi oleh pemerintah merupakan salah satu bentuk upaya mewujudkan kemandirian energi.

Sekarang,banyak yang mengatakan bahwa system pengelolaan migas kita terlampau liberal,dan melihat kondisi hari ini tentu,tidak mungkin Presiden Jenderal (Hor.) Susilo Bambang Yudhoyono menjadi figur Galak layaknya juga Hugo Chavez dan Evo Morales,tetapi jika memang jalur liberal yang pemerintah pilih ,toh kemandirian energi tetap dapat diwujudkan dengan menggunakan saran IEA tadi tetapi,kondisi saat ini amat jauh dari kemandirian , stok BBM hanya untuk 21 hari,seolah memberikan gambaran betapa kondisi sosial , politik dan ekonomi kita mudah rapuh akibat fluktuatifnya harga minyak dunia.

2.Keadilan Setiap orang berbicara soal keadilan,entah itu di bidang energi,ekonomi ,pendidikan dll.masyarakat luas,menilai keadilan sebatas BBM bersubsidi,memang tidak salah ,tetapi jika ditilik subsidi BBM kita mencapai Rp.200.000 triliun,sedangkan pendapatan dari produksi dan pajak hanya Rp.20.6 triliun,tentu menjadi beban tersendiri .Bagi anggaran belanja negara yang totalnya hanya Rp.1.126 triliun Penulis berpendapat lain soal masalah keadilan ini,penulis berpendapat keadilan bukan persoalan subsidi dan tidak subsidi,melainkan permasalahan pemerataan energi,di Papua Barat,harga premium dapat mencapai harga Rp.25.000,00/liter,alasan pemerintah,tentu karena transportasi yang sulit,sedangkan upaya untuk meningkatkan performance kilang minyak Kasim( 10.000 BOPD )yang merupakan kilang minyak terburuk di Indonesia,nyaris tidak ada,apalagi upaya mengeksplorasi lebih jauh ke dataran paling timur di Indonesia ini,pembangunan-pembangunan kilang di Pulau Jawa dengan kapasitas ratusan ribu BOPD akan terasa hambar,sebab persoalan desentralisasi dan pemerataan energi tidak berjalan, apalah artinya BBM bersubsidi ,bila hanya dinikmati sebagian massa-rakyat saja .

3) .KesinambunganTarget pemerintah pada tahun 2006 untuk diversifikasi energi dengan menargetkan tahun 2025 pemakaian minyak bumi dari 54.4% ( 2005 ) menjadi di bawah 20 % tentu mengundang tanda tanya,sebagai perbandingan,Malaysia mampu mengurangi pemakaian minyak bumi untuk konsumsi dalam negeri dari 53,1 % pada tahun 2000 menjadi 6% pada tahun 2005

Berikut ini perhitungan kasar penulis berdasarkan pada data konsumsi energi dan konsumsi berdasarkan data tahun 2005 Adalah sebagai berikut :

a) # Pertumbuhan konsumsi energi nasional per/tahun ( BKE )=7% # Konsumsi energi pada tahun 2005 (U1) =700.000.000 setara barrel minyak jika diasumsikan pertumbuhan konsumsi energi nasional dalam Barisan aritmatika,konsumsi energi pada tahun 2025 adalah : U2 = U1 + BKE U2 = 700.000.000 + 19 ( 7% ) = 700.000.001,3 setara barrel minyak per tahun.

b) # Pertumbuhan konsumsi minyak bumi pertahun ( BM ) = 3,2% # Konsumsi minyak bumi pada tahun 2005 (V1) = 380.800.000 barrel minyak per tahun. # Perkiraan konsumsi minyak bumi pada tahun 2025 jika dijabarkan dalam bentuk barisan aritmatika sederhana adalah sebagai berikut: #V2 = V1 + 19 BmV2 = 380.800.000+19 ( 3,2%) = 380.800.00,6 barrel minyak per tahun

# persentase konsumsi minyak bumi terhadap konsumsi energi secara keseluruhan pada tahun 2025 adalah sebagai berikut :

% V2 = 100% = 54,39%

#Terlihat tanpa adanya upaya-upaya nyata dari pemerintah,maka persentase konsumsi minyak bumi tidak akan menurun jauh.Dan terlihat juga,tanpa usaha serius pemerintah,tahun 2025 nanti target diversifikasi energi dari pemerintah,tampak mustahil tercapai.

IV) KesimpulanPemerintahan saat ini harus bisa mengurangi dampak krisis energi yang berpotensi pada masa mendatang,pemerintah harus mampu memenuhi tuntutan energi yang mandiri,energi yang adil,dan energi yang sinambung demi tercapainya kedaulatan energi di negeri ini.

Refrensi: American Embassy,Petroleum report.: Carut Marut Industri Migas Nasional ( alumni PSIK ).: CIA World Fact Book. : Informasi ESDM ( Tidak Resmi ). : Informasi Pertamina ( Tidak Resmi ). : RAPBN,2010,FISCAL,DEP-KEU. : Rivai,Abu Khalid,Et,al,Serba-Serbi Bunga Rampai dari Negeri Sakura .ISTECS : Jakarta , 2006