permasalahan dan prinsip-prinsip konservasi kawasan pusaka

14
Universitas Gadjah Mada 1 Minggu 2 Topik: Permasalahan dan prinsip-prinsip konservasi kawasan pusaka 1. Permasalahan konservasi/pelestarian 1.1.Konsep Kesinambungan yang menerima perubahan dan/atau pembangunan merupakan konsep utama pelestarian, suatu pengertian yang berbeda dengan preservasi. Upaya pelestarian bukanlah isu keindahan (beautification) namun penyelesaian persoalan yang holistik, komprehensif dan berkelanjutan. Pelestarian menitik beratkan pada upaya menciptakan pemanfaatan yang kreatif, menghasilkan heritage products yang bar', pelaksanaan program-program partisipasi, analisis ekonomi, serta kegiatan ekonomi dan budaya di kawasan pelestarian. 1.2.Tujuan: Pelestarian bukanlah romantisme masalalu atau upaya untuk mengawetkan kawasan bersejarah, namun bertujuan untuk: 1.2.1. Berdasar kekuatan aset lama, memberikan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik, menghasilkan keuntungan dan peningkatan pendapatan, serta lingkungan yang ramah. 1.2.2. Menjadi alat dalam mengolah transformasi dan revitalisasi kawasan bersejarah tersebut, serta menciptakan pusaka budaya masa mendatang (future heritage). 1.2.3. Tetap memelihara indentitas dan sumber daya lingkungan dan mengembangkan beberapa aspeknya untuk memenuhi kebutuhan modern dan kualitas hidup yang lebih baik (the total system of heritage conservation). Konsekuensinya, perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara drastis, namun perubahan secara alami dan terseleksi (Adishakti, 1997). 1.2.4. Pelestarian berarti pula "preserving purposefully: giving not merely continued existence but continued useful existence" (Burke, 1976). Jadi, fungsi seperti juga bentuk menjadi pertimbangan utama dan tujuannya bukan untuk mempertahankan pertumbuhan perkotaan, namun manajemen perubahan (Asworth, 1991). 1.3.Obyek Dalam pelestarian obyek yang dikelola tidak lagi hanya bangunan individual atau kelompok bangunan namun area atau kota secara keseluruhan. Dengan kata lain lingkup pelestarian merupakan sebuah seting yang terdiri dari beragam pusaka budaya (kota, desa, arsitektur, seni rupa dan pertunjukan, dll) dan alam lokal (abiotik,

Upload: tata-perdana

Post on 18-Aug-2015

244 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Permasalahan Dan Prinsip-Prinsip Konservasi Kawasan Pusaka

TRANSCRIPT

Universitas Gadjah Mada1 Minggu 2Topik: Permasalahan dan prinsip-prinsip konservasi kawasan pusaka 1. Permasalahan konservasi/pelestarian 1.1.KonsepKesinambunganyangmenerimaperubahandan/ataupembangunanmerupakan konseputamapelestarian,suatupengertianyangberbedadenganpreservasi. Upayapelestarianbukanlahisukeindahan(beautification)namunpenyelesaian persoalanyangholistik,komprehensifdanberkelanjutan.Pelestarianmenitik beratkan pada upaya menciptakan pemanfaatan yang kreatif, menghasilkan heritage productsyangbar',pelaksanaanprogram-programpartisipasi,analisisekonomi, serta kegiatan ekonomi dan budaya di kawasan pelestarian. 1.2.Tujuan:Pelestarianbukanlahromantismemasalaluatauupayauntukmengawetkan kawasan bersejarah, namun bertujuan untuk: 1.2.1.Berdasarkekuatanasetlama,memberikankualitaskehidupanmasyarakat yang lebih baik, menghasilkan keuntungan dan peningkatan pendapatan, serta lingkungan yang ramah. 1.2.2. Menjadi alat dalam mengolah transformasi dan revitalisasi kawasan bersejarah tersebut,sertamenciptakanpusakabudayamasamendatang(future heritage). 1.2.3.Tetapmemeliharaindentitasdansumberdayalingkungandan mengembangkanbeberapaaspeknyauntukmemenuhikebutuhanmodern dan kualitas hidup yang lebih baik (the total system of heritage conservation). Konsekuensinya,perubahanyangdimaksudbukanlahterjadisecaradrastis, namun perubahan secara alami dan terseleksi (Adishakti, 1997). 1.2.4.Pelestarianberartipula"preservingpurposefully:givingnotmerelycontinued existencebutcontinuedusefulexistence"(Burke,1976).Jadi,fungsiseperti jugabentukmenjadipertimbanganutamadantujuannyabukanuntuk mempertahankanpertumbuhanperkotaan,namunmanajemenperubahan (Asworth, 1991). 1.3.Obyek Dalampelestarianobyekyangdikelolatidaklagihanyabangunanindividualatau kelompokbangunannamunareaataukotasecarakeseluruhan.Dengankatalain lingkuppelestarianmerupakansebuahsetingyangterdiridariberagampusaka budaya (kota, desa, arsitektur, seni rupa dan pertunjukan, dll) dan alam lokal (abiotik, Universitas Gadjah Mada2 flora,fauna),baikyangterlihat(tangible)ataupuntidakterlihat(intangible)seperti kemampuan mengukir, membangun konstruksi kayu secara tradisional, dll. 1.4.Bentuk KegiatanKegiatanpelestarianyangdilakukaninimembutuhkanupayalintassektoral,multi dimensi dan disiplin, serta berkelanjutan dalam bentuk: 1.4.1.Preservasidandalamsaatyangsamamelakukanpembangunanatau pengembangan,restorasi,replikasi,rekonstruksi,revitalisasi,dan/atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset masa lalu. 1.4.2.Melakukanpencangkokanprogram-programyangmenarikdankreatif, berkelanjutan,danmerencanakanprogrampartisipasidengan memperhitungkan estimasi ekonomi. 1.5.Pihak-pihak yang terlibat Multipihak,darisektorbudaya,industridanperdagangan,pendidikan,pekerjaan umum,perumahandanpembangunanhinggapariwisata,sektorswasta,serta masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut, termasuk keterlibatan total masyarakat untuk mengelola sendiri (people centered management). 2. Prinsip-prinsip konservasi Perkembangan global dalam upaya melestarian kota-kota bersejarah di dunia menunjukkan ada 8 prinsip utama pelestarian urban sebagaimana tercantum dalam Pedoman Pengelolaan Kota-kota Bersejarah Dunia (2003): a.Perluidentifikasikualitastertentuyangmenyebabkansuatusitusbersejarah perkotaan dianggap penting; b.Perluprosesyangsistematikyangdigunakanuntukinventarisasi,penelitian,dan penilaian suatu aset pelestarian; c.Perlu menggunakan hasil evaluasi situs dalam suatu perencanaan pelestarian yang mengidentifikasi aras proteksi yang disyaratkan oleh suatu situs tertentu; d.Perlu,dalamperencanaanpelestarian,tujuanpelestarianyangterpadudengan tujuan-tujuan pembangunan sosial dan ekonomi yang telah ditetapkan; e.Perlu melibatkan masyarakat dalam perencanaan pelestarian; f.Perlumeyakinkanbahwapenilaiankeuanganatassuatupembangunanbarutidak merusak situs perkotaan bersejarah; g.Perlumendorongpemerintahpusatdandaerahmenggunakankewenangannya dalam menata dan menggunakan peraturan dan pendanaan yang tepat; h.Perlu memahami bahwa setiap persoalan pelestarian adalah unik. Universitas Gadjah Mada3 NilaidankeragamanpusakasaujanaIndonesiayangmerupakankekayaandanpusaka bangsamendesakuntukdikendalikanpengelolaannya.Untukituperluditekankanadanya kesatuanlangkahyangmempertimbangkanaspek-aspekyangsatudengantidakbisa dipisahkandalammeningkatkanprosespelestarianpusaka.Karenamelakukanupaya pelestarianmerupakansuatuusahapembangunganyangberbasisbudaya-ekologi-masyarakatsecaramenyeluruh,komprehensifdanberkelanjutan.Aspek-aspektersebut adalah (Adishakti, 2003): Masyarakat sebagai pusat pengelolaan (people-centered management), Penting kerjasama/kolaborasi antar disiplin ilmu maupun sektor, Terciptamekanismekelembagaanyangmampumengakomodasiapresiasidanaksi masyarakat Perlu dukungan dan penegakan aspek legal, dan Perlu diwujudkannya pasar pelestarian untuk menunjang kesinambungan pengelolaan a. Masyarakat sebagai pusat pengelolaan ("people- centered management") Dalam keragaman pusaka di Indonesia, banyak materi yang cepat lapuk, seperti aset yang terbuat dari kayu dan bambu. Kondisi seperti ini membutuhkan tingkat proteksi yang sangat tinggi,termasukkeberadaan/produksimaterialitusendiri.Dengankatalain,ecosystem yangmelingkupikeberadaanpusakaituperluproteksipula.Permasalahanyangmuncul adalah selain masih kesulitan memproteksi beragam high culture heritage, upaya proteksi di Indonesia belum menyentuh kepada ordinary heritage semacam bangunan bambu tersebut. Demikianjugapadaintangibleheritage,misalnyameneruskankemampuanmembangun bangunan tradisional. Demikianjugaproteksiuntukkawasanataudesa/kotabersejarahyangmemilikidinamika kehidupan yang progresif. Dengan mementingkan pembangunan fisik menjadi program yang umumnya hams dilakukan, justru yang sering terjadi adalah hilangnya akar-akar budaya dan ekologisertajiwanyayangkhas.Danmenjadibagiankotayangberwajahsama.Namun, setiap kota bersejarah perlu menunjukkan identitas masing-masing. Identitas tersebut secara visualakantercerminmelaluiwajahkotayangmerefleksikanbentukakhirdarisebuah pengelolaankotadankehidupanmasyarakatnya.Kegiatanpelestariandiyakinimerupakan salahsatualatuntukmengelolawajahkotayangtetapmenunjukkankesinambungan dengansejarahnamunmampumemberikanpelayanankepadamasyarakatdalam memenuhikehidupannyayangselaluberkembang.Termasukdenganupayarevitalisasi, yangtidakhanyasekedarmempercantikruangnamunjustrumengembalikanvitalitas manusia dan lingkungannya. Universitas Gadjah Mada4 Pada lingkup inilah yang belum banyak digarap di Indonesia, selama ini berbagai pihak sibuk berbicara tentang suatu obyek pusaka itu sendiri, apakah tentang sejarahnya, keindahannya, ciriarsitekturatauteknik-teknikpelestariannya.Perludiciptakan"pasar"yangmampu memberikanapresiasiterhadapobyekpusakatersebut,untukkemudiansecaramandiri mampumemelihara,mengembangkandanmemanfaatkannya.Secaralebihspesifikdapat dikatakan masyarakat perlu menghidupkan pusaka-pusaka tersebut untuk kemudian pusaka tersebutmampumenghidupimasyarakatlahirdanbatin.Artinyamanusiaperluadarasa memilikidengancaramenggunakanapayangdimiliki/dihasilkan,membuatnya, mengembangkansecarainovatifagarmemberikanhasilmaterialmaupunnonmaterial. Semuainiadalahsebuahprosespelestariansecaramandiri.Proteksidanpengelolaanini sudah saatnya pula menjadi bagian dari kehidupan masyarakatnya. Seperti tulisan Prof. Otto Sumarwoto (2001) dalam bukunya tentang pengelolaan lingkungan "Atur Diri Sendiri". Sudah bukan eranya lagi untuk Atur" dan Awasi". Sebagai contoh, masyarakat Minangkabau sejak tahun 2001 berangsur-angsur kembali ke sistem Nagari. TahunPusakaIndonesia2003merupakansalahsatucamuntukmengatasaiberbagai masalah tersebut. Melalui upaya ini diharapkan banyak komunitas untuk berfikir tentang apa asetbudayayangdimiliki,bagaimanamengundangkepedulian,bagaimanamemanfaatkan bagi masyarakat sendiri hingga orang lain, dan bagaimana pula untuk melestarikannya. h. Penting kerjasama/kolaborasi antar disiplin ilmu, sektor, dan daerah PadadasamyaupayapelestariandiIndonesiadikelolaolehbeberapasektor(Kementrian danBadanKebudayaandanPariwisata,DepartemenKehutanan,DepartemenPertanian, Departemen Dalam Negeri, Departemen Lingkungan Hidup, dll), dan menjadi inti persoalan dalambeberapabidangkeilmuan(Arkeologi,Antropologi,Arsitektur,Perencanaan.Kota, Sejarah,Kehutanan,Pertanian,SeniRupa,dll).Obyekpelestariansendiriberagam,dari abiotik(alamdanbuatan),biotik(floradanfauna),sosial-budayaekonomi;dariterlihatdan tidak terlihat. Permasalahan yang dihadapi dalam praktek pelestarian, di antaranya: - ketikabersama-samamenanganisuaturuangbersejarah,tidaksedikitdasarpijakan, terminologi, dan pendekatan proses pelestarian yang saling bertentangan, atau tidak ada kesepakatan antar sektor atau disiplin illmu - lebihparahnyajustrudilakukanpenanganansendiri-sendiriolehmasing-masingsektor ataudisiplinilmutanpaadasinergidankerjakolaborasi,contohkonkritpadasaatini adalahProyek-proyekRevitalisasidikota-kotabersejarahdiberbagaitempatdi Indonesia. DenyutkegiatandalamJaringanPelestarianPusakaIndonesiayangmemangbeorientasi untuk lintas ilmu dan sektor, mengindikasikan pula perlunya pemahaman multi dimensi dan pihak dalam upaya pelestarian ini. Pelestarian memang perlu dijalankan secara professional Universitas Gadjah Mada5 dantajamolehmasing-masingbidangilmumaupunsektor.Namunpadasaatbersamaan harusmampupulamemberikantonggak-tonggakkesempatanberkolaborasiuntuk memecahkanpersoalanpelestarianyangmenyeluruh,komprehensif,danberkelanjutan, sepertikasuspelestarianlingkunganbersejarah.Untukituperluplatformpengelolaan pelestarianyangbakuyangmengakomodasiberbagaiilmudansektoryangterkait.Dan didukungdenganmekanismekelembagaanyangjelasdanaspeklegalyangmelingkupi persoalan lingkungan bersejarah. Melihat permasalahan di atas, Panitia Tahun Pusaka Indonesia 2003 menetapkan salah satu programnyayaitumenyusunPiagam/ChartapelestariankhususuntukIndonesia.Tujuan penyusunan Piagam yang melibatkan banyak pihak dengan berbagai latar belakang adalah agar mampu mengakomodasi kekayaan peninggalan alam dan budaya Indonesia, persoalan pelestarianpusakasecaraholistikdanmenjadiacuanpraktekpelestariandiIndonesia seiringdenganperkembanganjaman,sertamemberikankontribusibagiperkembangan pelestariandiAsiakhususnyadanduniapadaumumnya.Ruanglingkuppiagamadalah nasional dan kontribusi untuk global, serta dan komprehensif dari berbagai bidang keilmuan dan sektor (Draft Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia terlampir) c.Terciptamekanismekelembagaanyangmampumengakomodasiapresiasidan aksi masyarakat MekanismekelembagaandalammengelolapelestarianbudayadiIndonesiamasihsangat lemah,sebagaimanatercerminpuladalampermasalahanpadabutir-butirdiatas.Indikasi lainnya adalah dapat dicermati pada struktur organisasi pemerintah kota atau kabupaten: - Adakahinstansipemerintahyangmengelolalingkunganbersejarahsecara komprehensif, termasuk dalam proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan? - Terdapatkahinstitusididalamnyayangberperansebagaikomisiyangmampu memberikantelaahdanmasukantentangpraktek-praktekpelestarian?Danbilaada, mampukahlembaga-lembagatersebutmengakomodasibilakemampuanapresiasidan aksi masyarakat meningkat dan menjadi kreatif serta inovatif? - Seberapabanyakpulainstansipemerintahyangmemilikiperaturandaerahuntuk melindungi pusaka-pusaka kota maupun kabupaten? - Sudahkahkota/kabupatenmemilikidaftarpusakayangdilindungibesertadatapusaka dan perubahannya dari waktu ke waktu? - Sementaraitupulaperanlegislatifmasihsangatkecilbaikditingkatpusatmaupun daerah.Sedangkandalamkelembagaannonpemerintah,Indonesiabelummemiliki National Trust (Badan Nasional Pelestarian Pusaka). Universitas Gadjah Mada6 Padadasamyasudahsangatmendesaktiap-tiapkotadankabupatenmempertimbangkan persoalanpelestarianpusakasebagaisebuahkomponenyangmenjadisatubagiandalam pengelolaannya. d.Dukungan dan penegakan aspek legal SalahsatuaspeklegalyangterkaitdenganpersoalanpelestarianpusakaadalahUndang-undangNo.5tahun1992tentangBendaCagarBudaya(yangsedangdirevisi),didukung oleh beberapa peraturan yang terkait dengan lingkungan hidup dan tata ruang. Sementara di beberapakotatelahmemilikiSuratKeputusanGubemur/Walikota/Bupatitentangproteksi kawasanmaupunbangunanbersejarah.JugaadayangtelahdilengkapidenganPeraturan DaerahtentangBangunanBersejarah.Akantetapidalampraktekdilapanganaspeklegal yang telah ada belum mampu untuk mengendalikan pemeliharaan dan pengelolaan pusaka-pusaka,terlebihyangberadadilingkungandengantekanankomersialyangsangattinggi. Kenyataan di lapangan menunjukkan pula bahwa aspek legal yang ada di Indonesia belum mampumenjangkauberbagaipersoalanpelestarianterutamayangberkaitandengan lingkunganbersejarahyangmengandungberagampusakadengankondisimasing-masing misalnya high culture-proletar, milik pribadi-publik, cepat lapuk-tahan lama, tangibleintagihle, atauanyamanalamdanbudaya.Persoalanyanglainadalahtentanginsentifbagimereka yangmemenuhiaturanyangdigariskandalamundang-undang.Persoalanpelestarian peninggalanlamaseringterbenturdenganpersoalanekonomi,apalagidarisegi pemeliharaan yang sangat tinggi sementara pendanaan sangat terbatas. Dalam mekanisme pemerintahbelumditerapkantaxincentivesbagiyangmelestarikanpusaka,baikbagi pemilikmaupunpengembang.Demikianpula,tidakterdapatlaxdeductionsystemyang dapatmenjadisumberpembiayaanberbagailembaga-lembaganonprofitdanmasyarakat lokalyangbergerakdibidangpelestarian.Mekanismeinsentifdandisinsentifperlusegera dipersiapkan oleh pemerintah kota dan kabupaten. e.Perimdiwujudkannyapasarpelestarianuntukmenunjangkesinambungan pengelolaan PasarpelestariandiIndonsiabolehdikatakanbelumada.Indikatomyaadalahjumlah organisasi pelestarian di Indonesia serta pihak swasta, pengembang, industri, investor yang bergerak di bidang pelestarian masih terbatas sekali. Kembali kepedulian tentang pelestarian pusakauntuksemuapihakperludibangun.Dariyangpalingsederhanasepertimelakukan kunjungandanmempelajariberbagaipusakayangada(sepertikegiatanjelajahpusaka), hinggamelaksanakanteknisfisikpelestarianyangmenyerapdanayangbesar.Dalam pelaksanaanpelestarianteknikfisik,perluadaperubahanmekanismeproyekpemerintah. Karenayangadamasihmenggunakansistemyangsamadengansuatuperencanaandan pembangunan konstruksipadaumumnyasehinggasering kalimeninggalkan kaidah-kaidah Universitas Gadjah Mada7 pelestarian.Sekaligusperluadapengetahuanyangkhusustentangpelestarianbaikbagi perencanamaupunpelaksana,sehinggadariberbagaipengalamanyangadamampu menangani berbagai upaya pelestarian secara professional. Padasaatinibelumbanyakpihakswastayangterjundalamusahapelestarian.Termasuk memanfatkanbangunan-bangunanlamauntukkegiatanbarusertamengemasnya. Sebenarnyabanyakpeluangyangdapatdilakukandarisegiindustripelestarian.Dalam mewujudkanpasarpelestarianinimemangdiperlukankerjakreatifdaninovatifagar mengundangbanyakpihakuntukterlibat,meskipuntetapmemperhatikankaidah-kaidah pelestarian serta keseimbangan eko-budaya. 3. Pengelolaan konservasi di Indonesia 3.1. Pelestarian dalam peta keilmuan dan sektoral di Indonesia PadadasamyaupayapelestariandiIndonesiadikelolaolehbeberapasektor (Kebudayaan dan Pariwisata, Kehutanan, Pertanian, Dalam Negeri, Lingkungan Hidup, Kelautan, (1ll), dan menjadi inti persoalan dalam beberapa bidang keilmuan (Arkeologi, Antropologi,Arsitektur,PerencanaanKota,Sejarah,Kehutanan,Pertanian,SeniRupa, dll) . Obyek pelestarian sendiri beragam, dari abiotik (alam dan buatan), biotik (flora dan fauna),sosialbudaya-ekonomi.Permasalahanyangdihadapi,khususnyaketika bersama-samamenanganisuaturuangbersejarah,tidaksedikitdasarpijakan, terminologi,danpendekatanprosespelestarianyangsalingbertentangan,atautidak ada kesepakatan. DenyutdalamJaringanPelestarianPusakaIndonsia,mengindikasikanpulaperlunya pemahamanlintassektordankeilmuandalamupayapelestarianini.Disampingpada kenyataannyadibutuhkankolaborasiprogrammultipihak.Pelestarianmemangperlu dijalankansecaraprofessionaldantajamolehmasing-masingbidangilmumaupun sektor. Namun pada saat bersamaan harus mampu pula memberikan tonggak-tonggak kesempatan berkolaborasi untuk memecahkan persoalanpelestarian yang menyeluruh, sepertikasuspelestariankawasanbersejarah.Untukituperluplatformpengelolaan pelestarian yang baku yang mengakomodasi berbagai ilmu dan sektor yang terkait. Dan didukung dengan mekanisme kelembagaan yang jelas dan aspek legal yang melingkupi Universitas Gadjah Mada8 persoalankawasan,tidakhanyabangunansaja. 3.2. Dukungan aspek kelembagaan dan legal dalam pelestarian di Indonesia Duabuahdiagramdibawahinimerupakangambaranringkasyangmembandingkan antara pengelolaan pelestarian pusakadi Indonesia dan Amerika Serikat. Gambaran ini diperolehketikamenyusunketerkaitanberbagaiinstansiyangbergerakdibidang pelestarian,mencermatiprosesdanmekanismepelestarian,danmenguraiberbagai dukunganyangdidapatkanbagiberbagaiinstitusiyangbergerakdibidangpelestarian dan dukungannya terhadap suatu kawasan bersejarah (Adishakti, 2002). Kemudianmelaluidiagramyangdihasilkaniniditelusuriapayangsudahdimilikidan dilakukan oleh Indonesia. Kesimpulan awal adalah: a.Mekanisme kelembagaan belum mendukung upaya pelestarian di Indonesia, sbb.: peran legislatif masih sangat kecil baik ditingkat pusat maupun daerah lingkup pelestarian diakomodasi oleh lembaga yang didukung legislative terbatas tidak memiliki "National Trust" Universitas Gadjah Mada9 b.Aspek legal yang ada di Indonesia belum mampu menjangkau berbagai persoalan pelestarian terutama yang berkaitan dengan kawasan bersejarah c.Pasar pelestarian masih terbatas. Bila dicermati jumlah organisasi pelestarian di Indonesiasertapihakswasta,pengembang,industri,investoryangbergerakdi bidang pelestarian masih terbatas sekali. d.Sistem pendanaan yang sangat terbatas. Tidak terdapat tax incentives bagi yang melestarikanpusaka,baikbagipemilikmaupunpengembang.Demikianpula, tidakterdapattaxdeductionsystemyangdiAmerikaSerikatmenjadisumber utamapembiayaanberbagailembaga-lembaganonprofitdanmasyarakatlokal yang bergerak di bidang pelestarian. 3.3. Nafas Kawasan bersejarah di Indonesia yang masih timbul tenggelam: KembalibilakitatelusuridariSabangsampaiMerauke,dapatkahkitatunjukmana kawasanbersejarahyangtelah"mampumengaturdirisendiri"danmenunjukkan kualitaspusakayanglestaridanbermanfaatbagibanyakpihakbaiksecara?Adakah Universitas Gadjah Mada10 pula kawasan bersejarah yang dapat kita tunjuk yang telah memiliki karya-karya arsitek abad ini yang diprediksi mampu menjadi "pusaka masa mendatang"? Kenyataanmenunjukkanbelumada,danbanyakpotensiyangbelumdigarapsecara tepat dan bertanggung jawab, sehingga tidak mampu pula menggugah apresiasi.Walau banyak tantangan, sebenamya tidak sedikit peluang yang dapat dilakukan. 3.4. Solusi melalui kolaborasi BerikutiniditawarkanKonsepProgramPelestarian(PP)"KawasanPusaka"untuk menjadisalahsatusolusipersoalanpelestarian kawasanbersejarahdi Indonesiayang yangbertumpupadakemandirianmasyarakatlokal,menggugahapresiasi,dan kolaborasidenganbanyakpihak.Disisilaindiharapkanmampumembukalapangan pekerjaanbarubagiparaarsitekatauperencanaurbanuntukpro-aktifmembentuk organisasi "Kawasan Pusaka" secara profesional dan menawarkan kepada masyarakat lokal di berbagai kawasan bersejarah di seluruh Indonesia. Saatini,PP"KawasanPusaka"diterapkanolehPusatPelestarianPusakaArsitektur, Jurusan Arsitektur FT UGM bekerjasama Jogja Heritage Society sebagai uji coba upaya pelestarian di Kawasan nJeron Beteng, Kraton, Yogyakarta (kegiatan sejak tahun 1999 hinggasekarang).Programinimerupakangarapanlanjutsetelahpembelajaran melaksanakanpartisipasimasyarakatdalampelestariandiKawasanKotagede, Yogyakarta(19982000),KawasanNanggala,Toraja,SulawesiSelatan(2000 2001),eksplorasipelestariandikawasanurbandanruraldiSumateraBarat(2000 2003),studibandingdiAreaKansai,Jepang(1999)danMainStreetProgramdi Amerika Serikat (2002). Gambaran ringkas Konsep Program Pelestarian Kawasan Pusaka", sebagai berikut:A. Rasionalisasi 1.Pada saat ini kota-kota di Indonesia mengalami proses transformasi dan perkembangan yangsangatpesat.Tidaksajakarenaprosesglobalisasidanpasarbebasyang memberikan tekanan langsung pada kota-kota di Indonesia, desentralisasi dan otonomi daerah berimplikasi pada keharusan pemerintah kota untuk meningkatkan ekonomi dan pendapatanwargakota.Tekanantersebutberwujudpadameningkatnyakebutuhan wargakotauntukkegiatan-kegiatanbaruterutamayangbersifatkomersial.Khusus menyangkutkota-kotayangmempunyainilaisejarahdanbudayaprosespertumbuhan kotaperludiwaspadaiolehkarenaapabiladilakukantanpaperencanaandan pengelolaanyangmatangakanmemberikantekananpadakawasan-kawasanyang memilikinilaihistorisdanbersejarah.Dikhawatirkankawasan-kawasantersebutakan hilangkeunikannyadansecarakeseluruhanakanmengurangiidentitaslokaldarikota Universitas Gadjah Mada11 yangbersangkutan.Diperlukankebijakandanupaya-upayayangstrategisuntuk mengembangkan kawasan-kawasan tersebut agar di satu sisi nilai historisnya bertahan dan sisi lain nilai ekonomisnya berkembang. 2.Biladibanyaknegaramenunjukkanbahwakawasan-kawasanbersejarahyangbelum terkelolamerupakansuatukawasanyangvitalitaskegiatannyasangatlemah,di Indonesiakondisinyasangatberagam.Disatupihak,adayangmembutuhkanupaya revitalisasiagarkegiatankawasanmenjaditumbuhkembalidaninfrastrukturserta sarananya mampu mengakomodasinya dengan baik. Di pihak lain, ada pula yang perlu devitalisasi,karenakawasan-kawasanbersejarahtersebutjustrukelebihandaya tampungyangmengakibatkansemakinmenurunnyakualitaslingkungankawasanitu sendiri, serta tumbuhnya berbagai persoalan sosial, budaya dan ekonomi. 3.Banyakupayapelestariankhususnyadikawasan-kawasanbersejarahkotatelah dilakukanolehbeberapasektordaripemerintahpusatmaupundaerah.Investasiyang dilakukancukupbesar.Namun,banyakpihakmenilai,pertama,hasilupayatersebut masihterkotak-kotakdalamwewenangdankewenangansektoralyangjustrumemicu permasalahanbarudikawasan-kawasantersebut.Kedua,kesinambungankegiatan sangatlemah,karenapadaumumnyabilaproyekpelestarianberakhir,berakhirpula denyutkegiatanpelestarianpadakawasantersebut.Sementaraitu,masyarakatlokal yangberpotensiuntukmenjagadanmengelolakeberlanjutanupayapelestarianbelum banyak dilibatkan secara sistematik. Diperlukan suatu program yang merangkul banyak pihak dan menyangkut banyak dimensi serta dalam dilakukan secara berkelanjutan. 4.Konsep Program Pelestarian (PP) "Kawasan Pusaka" ini ditawarkan sebagai salah satu solusipersoalanpelestarianlingkungandanbangunanbersejarahdiIndonesiayang bertumpupadakemandirianmasyarakatlokal,menggugahapresiasi,dankolaborasi dengan banyak pihak. Di sisi lain membuka lapangan pekerjaan baru bagi para arsitek, perencanaatauprofesilainnyayangterkaituntukpro-aktifmembentukorganisasi "KawasanPusaka"secaraprofesionaldanmenawarkankepadamasyarakatlokaldi berbagai kawasan bersejarah di seluruh Indonesia. B. Tujuan 1.Membangun kepedulian banyak pihak dalam pelestarian pusaka 2.Menjadiacuanperencanaandanpengelolaanpelestariansecaraberkesinambungan dan menyeluruh 3.Mendorongkemandirianbagimasyarakatuntukmampumengelolakawasan bersejarahnya 4. Menjembatanikolaborasilintassektor,bidangilmudankeahlianyangsangat diperlukan dalam pelaksanaan pelestarian Universitas Gadjah Mada12 5. Meningkatkan kualitas lingkungan kawasan bersejarah dan pendapatan masyarakat C. Sasaran 1.Terwujudorganisasi"KawasanPusaka"lokaldiberbagaikawasan-kawasan bersejarahyangmenumbuhkankemandiriandalammerencanakandanmengelola pelestarian kawasannya secara berkelanjutan 2.Terakomodasi potensi masyarakat, di antaranya budaya gotong royong masyarakat, dalam mengolah dan menjaga kawasannya sendiri 3.Terwujud jaringan antar organisasi "Kawasan Pusaka" yang mampu menjadi media komunikasi antar kawasan bersejarah di Indonesia 4.Menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para arsitek, perencana, ahli arkeologi, ahliekonomi,ahlimanajemenseni,danberbagaibidangilmuyangterkaityang diperlukan dalam organisasi "Kawasan Pusaka". D. Sepuluh Prinsip Program Pelestarian (PP) "Kawasan Pusaka" 1. Menyeluruh: PP "Kawasan Pusaka" merupakan suatu program yang mensyaratkan dialogtiadahenti,danmenyangkutbanyakdimensi,sehinggatidakmungkin diselesaikan melalui suatu proyek tunggal. 2. Kemandirian: PengelolaPP"KawasanPusaka"lokalhamsmemilikiinisiatifyang kuat dan kemandirian dalam melaksanakan dan mengelola pelestarian, serta mencari dana.Berbagaipihakyangterlibatsepertipemerintahdaerah,departemen-departemen,perguruantinggi,ataupunLembagaSwadayaMasyarakatmerupakan pendukung,penasehatataupunpenyandangdanadalamwaktuterbatas. KesinambungankegiatantergantungsepenuhnyapadapengelolaPPKBlokal, dengankatalainpengelolaanberpusatpadamasyarakatlokal(peoplecentered management). 3. Proses bola sa ju dan berkelanjutan: PP "Kawasan Pusaka" dimulai dari program kecildankegiatansederhanamenujuprogramdankegiatanyanglebihbesardan komplekssertalebihmembutuhkansumberdayayangmumpuni.Kegiatanini membutuhkan waktu yang panjang. 4. Mengakar:PP"KawasanPusaka"mengupayakanterbentuknyaakarkepedulian pelestariandanmenumbuhkan kecintaandan kebanggaan terhadappusaka-pusaka kawasanyangkuatdihatimasyarakatlokal.Programdimulaidaripenyelesaianisu sosial-budaya-ekonomi menuju ke permasalahan lingkungan fisik. 5. Berorientasi pada kegiatan aksi, partisipatori, promosi dan kolaborasi: PP Universitas Gadjah Mada13 "KawasanPusaka"mempersiapkanprogram-programyanglangsungdapatdilaksanakan,mengundangpartisipasiwargamasyarakat,danmelakukanpromosi untuk mengundang kolaborasi banyak pihak 6. Inovatifmengolahaset:PP"KawasanPusaka"mengangkatasetyangdimiliki kawasan melalui olahan disain dan rasa yang inovatif, kreatif dan bertanggung jawab, sehingga keunikan jiwa kawasan yang dimiliki terjaga dan bahkan semakin kuat. 7. Bertumpupadaekonomilingkungan:PP"KawasanPusaka"bertujuanuntuk meningkatkankualitaskehidupandanekonomimasyarakatdankawasansecara berkelanjutan hingga generasi-generasi mendatang. 8. Mengelolaperubahan:PP"KawasanPusaka"menjadimediauntukmengelola perubahan yang dituntut oleh dinamika kehidupan dan jaman, tanpa merusak tatanan pusaka yang dimiliki. 9. Mementingkankualitas:PP"KawasanPusaka"mementingkankualitashasil dalammenyelesaikanprogram-programyangdilaksanakan,mulaidaripengelolaan organisasi,disaingrafismaupunprodukyangdihasilkanhinggakualitasfisik kawasan maupun kehidupan sosial-budayanya. 10. Kemitraanpublikdanprivat:PP"KawasanPusaka"mengundangkemitraan publik&privatdalammengolahpelestariankawasanbersejarah,danmengelola keseimbangankemitraantersebut,sehinggatidakterjadikerusakantatanan lingkungan alam, budaya maupun kehidupan keseharian masyarakat. Universitas Gadjah Mada14 E. Enam Pendekatan Program Pelestarian "Kawasan Pusaka" ProgramPelestarian"KawasanPusaka"memiliki6pendekatanpersoalanyang dilaksanakansecaraparalelmaupunbergantiandalamrentangwaktuyangrelatif panjanguntukmenyelesaikankeseluruhanpersoalansecaraberkesinambungandan tuntas. Ke enam program pendekatan tersebut adalah: Organ isasi & Pengelolaan Dokumentasi & Presentasi Promosi Perencanaan Kegiatan Disain Restrukturisasi Ekonomi