perlindungan konsumen dalam transaksi...
TRANSCRIPT
PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE
PADA SITUS MUSLIMGALERI.CO.ID BERDASARKAN PERSPEKTIF
UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN DAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Rizky Amelia
11140460000096
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAT)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2018 M
ABSTRAK
Rizky Amelia. NIM 11140460000096. PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM
TRANSAKSI E-COMMERCE PADA SITUS MUSLIMGALERI.CO.ID
BERDASARKAN PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN HUKUM EKONOMI
SYARIAH. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat), Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440
H/2018 M. X + 124 halaman 13 halaman lampiran.
Studi ini bertujuan untuk membandingkan perlindungan konsumen dalam
transaksi e-commerce menurut perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi Syariah dan menganalisis
sejauh mana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan Hukum Ekonomi dalam mekanisme transaksi e-commerce pada situs
muslimgaleri.co.id.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif . Pendekatan penelitian
yuridis normatif penulis menggunakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi Syariah sebagai pusat
kajiannya. Dan yuridis empiris karena melihat bagaimana pelaksanaan norma-norma
hukum tersebut pada situs muslimgaleri.co.id, dengan teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi kepustakaan atau library research dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaturan mengenai hak-hak
konsumen, kewajiban pelaku usaha serta terkait tanggung jawab ganti dalam UUPK
sebagai bentuk upaya perlindungan konsumen. UUPK telah cukup efektif
melindungi konsumen, tetapi perlindungan tersebut terbatas karena undang-undang
ini hanya berlaku pada subjek hukum dalam yuridiksi hukum Indonesia. Transaksi e-
commerce telah dibolehkan menurut Hukum Ekonomi Syariah berdasarkan prinsip-
prinsip transaksi ba‟i as-salam. Penerapan upaya perlindungan konsumen pada
muslimgaleri.co.id tersebut berfokus kepada dua hal, yaitu pengembalian produk
(retur) dan pengembalian dana (refund). Sedangkan penerapan dalam perspektif
Hukum Ekonomi Syariah telah sesuai dilihat dari sisi hak-hak konsumen dalam
Islam, adanya konsep khiyar (membatalkan atau melanjutkan akad jual beli) serta
penyelesaian perselisihan melalui jalur perdamaian (as-shulhu). Namun belum
terpenuhi dalam hal rukun dan syarat jual beli dalam Islam tentang kecakapan para
pihak.
Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Transaksi E-Commerce.
Pembimbing : Mustolih, S.H.I., M.H., CLA
Daftar Pustaka : 1993 s.d 2018
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis terutama dalam
penyelesaian skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
jujungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah yang telah menuntut
umatnya dari kegalapan menuju benderang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini ditemui beberapa
kesulitan. Namun berkat bantuan, motivasi, dan do‟a dari berbagai pihak, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. A.M. Hasan Ali, M.A. dan Abdurrauf Lc., M.A. selaku Ketua Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat) dan Sekretaris Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah (Muamalat) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Mustolih, S.H.I., M.H., CLA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan arahan, serta motivasi dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Fendaby Surya Putra dan Bapak Febrary Surya Putra, selaku pimpinan
Muslim Galeri serta seluruh staf dan karyawan Muslim Galeri yang telah
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Pimpinan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan pengelola
perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
vii
7. Kedua orang tua dan keluarga penulis atas do‟a, motivasi, tenaga dan seluruh
hidup selalu memberikan insipirasi dan semangat yang luar biasa bagi
kehidupan penulis.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis.
9. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan pikiran maupun tenaga baik berupa dorongan pikiran maupun
tenaga, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Aamiin ya
rabbal ‟alamin.
Jakarta, 17 September 2018
Rizky Amelia
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ............................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
D. Metode Penelitian ............................................................................................. 11
E. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 16
A. Kerangka Konsep.............................................................................................. 16
B. Kajian Teoretis.................................................................................................. 19
1. Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 ................................................................................................ 19
2. Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah ...... 31
3. Electronic Commerce ................................................................................ 44
C. Review Studi Terdahulu .................................................................................... 50
BAB III PROFIL SITUS MUSLIMGALERI.CO.ID ............................................. 54
A. Profil Singkat Muslimgaleri.co.id..................................................................... 54
B. Visi dan Misi Muslimgaleri.co.id ..................................................................... 56
C. Struktur Organisasi Muslimgaleri.co.id ............................................................ 56
ix
D. Produk Muslimgaleri.co.id ............................................................................... 59
E. Mekanisme Transaksi di Muslimgaleri.co.id.................................................... 62
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................... 73
A. Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 .................................................................................................................. 73
1. Hak Konsumen .......................................................................................... 74
2. Kewajiban Pelaku Usaha ........................................................................... 86
3. Tanggung Jawab Pelaku Usaha ................................................................. 91
B. Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah ............. 94
1. Konsep Jual Beli dalam Islam ................................................................... 95
2. Penerapan Akad As-Salam Dalam Transaksi E-commerce ..................... 106
3. Hak-Hak Konsumen dalam Islam............................................................ 109
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 113
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 113
B. Rekomendasi................................................................................................... 114
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 116
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 126
Lampiran 1: Transkip Hasil Wawancara .............................................................. 126
Lampiran 2: Surat-Surat ....................................................................................... 135
Lampiran 3: Dokumentasi .................................................................................... 137
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1: Struktur Organisasi Muslim Galeri ..................................................... 57
Gambar 3. 2: Kategori Produk Wanita Muslimgaleri.co.id....................................... 60
Gambar 3. 3: Kategori Produk Pria Muslimgaleri.co.id ........................................... 60
Gambar 3. 4: Kategori Produk Anak-anak Muslimgaleri.co.id ................................. 61
Gambar 3. 5: Kategori Produk Lain-lain Muslimgaleri.co.id ................................... 61
Gambar 3. 6: Mekanisme Belanja Online Muslimgaleri.co.id ................................... 62
Gambar 3. 7: Mekanisme Konfirmasi Pembayaran Muslimgaleri.co.id .................... 68
Gambar 4. 1: Foto Produk Muslimgaleri.co.id .......................................................... 76
Gambar 4. 2: Informasi Produk Muslimgaleri.co.id .................................................. 77
Gambar 4. 3: Form Pengaduan Muslimgaleri.co.id .................................................. 78
Gambar 4. 4: Testimonial Pelayanan Customer Service Muslimgaleri.co.id ............ 88
Gambar 4. 5: Mekanisme "Add to Chart" dan Proses “Check Out” ....................... 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang sejalan dengan
perkembangan zaman. Perkembangan tersebut telah membawa perubahan besar
terhadap pola hidup manusia. Mulai dari bidang sosial, budaya dan juga
ekonomi. Masyarakat telah meninggalkan cara-cara tradisional dan memilih cara
yang lebih efisien dengan memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut, termasuk
dalam jual beli yang sering disebut jual beli online.
Perkembangan teknologi informasi tersebut memacu suatu cara baru dalam
kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti
ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai
kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai
huruf yang dimulai dengan awalan seperti e-commerce, e-gornment, e-library, e-
medicine, e-laboratory, e-biodiversity dan lainnya yang berbasis elektronika.1
Menurut Masri Sunusi fenomena e-commerce di Indonesia sudah ada sejak
lama yaitu sejak tahun 1996. Masri menegaskan bahwa munculnya situs
http//www.sanur.com disinyalir sebagai toko online pertama. Meskipun belum
populer, pada tahun 1996 tersebut bermunculan berbagai situs yang melakukan
e-commerce. Sepanjang tahun 1997-1998 eksistensi e-commerce di Indonesia
sedikit terabaikan karena adanya krisis ekonomi. Namun di tahun 1999 sampai
sekarang kembali menjadi fenomena yang menarik perhatian meski tetap
terbatas hanya pada masyarakat minoritas saja.2
1 Erhans Anggawirya, Internet Sekarang Belajar Sekarang Lancar (Jakarta: PT Ercontara
Rajawali, 2003), h.9. 2 Masri Sanusi, “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen E-Commerce”, Ad Daulah, 1, 2 (Juni,
2013), h.98.
2
Potensi ekonomi digital lewat bisnis e-commerce sangat berpeluang untuk
berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Dengan jumlah penduduk
mencapai lebih dari 250 juta jiwa, Indonesia dituntut untuk menjadi pelaku
bisnis ekonomi digital di kancah dunia. Apalagi, data e-Marketer menyebutkan
jumlah pengguna internet di Indonesia setiap tahun terus bertambah. Pada 2013,
jumlah pengguna internet tercatat 72,8 juta, yang kemudian naik menjadi 102,8
juta di 2016. Di 2017, pengguna internet Indonesia diprediksi mencapai 112,6
juta.3
Masih mengutip e-Marketer, Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy
Mizwar dalam liputan6.com mengungkapkan bahwa Indonesia menempati
urutan ke-6 pengguna internet terbanyak dunia. Bahkan Indonesia diproyeksikan
menyalip Jepang ke peringkat lima tahun ini. Deddy Mizwar juga
mengungkapkan bahwa dengan pertumbuhan pengguna internet, Bank
Indonesia memperkirakan ada 24,7 juta orang yang berbelanja online. Nilai
transaksi e-commerce diprediksi mencapai Rp 144 triliun pada 2018, naik dari
Rp 69,8 triliun di 2016 dan Rp 25 triliun di 2014. Selain itu, nilai investasi
teknologi di sektor e-commerce dan teknologi finansial mencapai Rp 22,6
triliun.4 Hal tersebut memberikan gambaran bahwa aktivitas ekonomi digital
berpeluang besar terus berkembang.
Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) mencatat, tahun 2017 sebanyak
24,74 juta orang Indonesia membeli produk melalui perdagangan elektronik (e-
commerce) atau online. Tahun ini (2018), transaksi e-commerce diprediksi terus
meningkat hingga 30-50 US$ 5,6 juta. Citibank atau Citi Indonessia
menandatangani kerja sama sistem pembayaran dengan lima perusahaan
3 Muhammad Sufyan Abdurrahman, Transaksi e-Commerce Indonesia Akan Capai Rp 144
Triliun artikel diakses pada 11 Mei 2018 dari https://www.liputan6.com/tekno/read/3057134/2018-
transaksi-e-commerce-indonesia-akan-capai-rp-144-triliun. 4 Ibid.
3
perdagangan berbasis elektronik (e-commerce) yaitu Blibli.com, Bukalapak.com,
Lazada.co.id, Shopee.co.id dan Tokopedia.com.5
Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan masyarakat kelas menengah telah
mendorong peningkatan konektivitas internet serta penggunaan smartphone. Hal
ini turut mendorong perilaku berkonsumsi via internet. Berikut data hasil sebuah
penelitian yang dirilis oleh statista mengenai nilai transaksi e-commerce di
Indonesia:
Diagram 1. 1: Nilai Transaksi E-Commerce di Indonesia
Sumber: Statista The Statistics Portal
Berdasarkan diagram di atas nilai penjualan ritel e-commerce Indonesia di
tahun 2016 mencapai 5.65 milyar USD, atau meningkat sebesar 23%. Dan
diprediksikan akan meningkat setiap tahunnya.6 Menurut PFS, sebuah lembaga
konsultan e-commerce global, Indonesia diperkirakan menjadi salah satu pasar
e-commerce dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Asia Pasifik di tahun-
5 Fery E, Citibank; E-Commerce Dorong Transaksi Kredit, Koran Tempo, (Jakarta), 07 Maret
2018 Edisi Nomor 5779, h.10. 6 Sita Wardhani, “Perkembangan E-Commerce di Indonesia”, artikel diakses pada 24 Januari
2018 dari http://validnews.co/Perkembangan-E-commerce-di-Indonesia--1--YXAiJ.
4
tahun mendatang. Di tahun 2018, pasar diperkirakan akan meningkat lebih dari
239%, dengan total penjualan sekitar $11 miliar.7
Transksi online seperti ini di satu sisi menguntungkan konsumen, karena
kebutuhan terhadap barang dan/atau jasa yang diinginkan telah terpenuhi. Tetapi
bukan berarti tidak menimbulkan beberapa masalah. Seperti yang diungkapkan
Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Solo selama kurun waktu 1-17
Januari 2018 telah menerima 51 laporan kasus penipuan secara online. Modus
pelaku yang sering ditemukan adalah menawarkan produk dengan harga promo
murah atau diskon. Modus lainnya, pelaku usaha memasarkan produk melalui
website jual beli secara online atau akun media sosial (medsos). Setelah
konsumen tertarik membeli barang kemudian mentransfer uang, barang tidak
kunjung dikirim.8
Jika ditelaah dari beberapa kasus tersebut, muncul beberapa masalah hukum
yang menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak konsumen berdasarkan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu Pasal 4
yaitu “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa”, “hak untuk mendapat ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya”.
Transaksi jual beli yang menggunakan media elektronik tersebut merupakan
salah satu fenomena muamalah dalam bidang ekonomi. Namun, karena
perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat tidak selalu bersifat positif,
maka diperlukan suatu prinsip dan kaidah-kaidah yang dijadikan patokan untuk
mengantisipasi pengaruh nilai-nilai negatif yang terkandung didalamnya. Begitu
pula dalam permasalahan muamalah, prinsip dan kaidah-kaidah baik yang
7Ibid.
8 Muhammad Ismail, “17 Hari Pertama 2018, Polresta Terima 51 Laporan Penipuan Jual-Beli
Online”, artikel diakses pada 24 Januari 2018 dari http://www.solopos.com/2018/01/19/penipuan-
solo-17-hari-pertama-2018-polresta-terima-51-laporan-penipuan-jual-beli-online-886505.
5
berasal dari Al-Qur‟an, Al-Hadist, atau dari sumber hukum syariah lainnya harus
diperhatikan dan dijadikan dasar hukum dalam mengembangkan jenis-jenis
muamalah agar tercapainya maqasidu asy-syariah itu sendiri.9
Seperti dijelaskan di dalam QS. An-Nisaa‟ Ayat (04): 29:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisaa‟/4: 29)
Pada ayat tersebut jelas bahwa Islam telah memberikan arahan yang jelas
dalam bermuamalah yang baik, yakni didasari atas suka sama suka dan tidak
dengan jalan yang bathil (tidak benar). Hal ini menunjukkan bahwa kejujuran
bertransaksi dalam Ekonomi Islam merupakan elemen prinsip yang sangat
penting.
Data hasil sebuah penelitian yang dilakukan oleh Galih Setiyo Budhi
menunjukan bahwa Lazada Indonesia mampu menjadi perusahaan belanja online
terbesar di Indonesia dengan berbagai kelebihan pelayanan maupun jaminan
keamanan transaksi. Sehingga jika melihat kesuksesan yang diraih oleh Lazada
kita dapat disimpulkan bahwa system e-commerce yang dibawa oleh perusahaan
rocket internet dengan anak perusahannya yaitu Lazada sangat diminati oleh
para konsumen. Namun, Lazada juga masih memliki beberapa kelemahan,
9 AH Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h.16.
6
diantaranya mengenai security system, dengan masih banyaknya konsumen yang
mengalami penipuan.10
Perlindungan konsumen merupakan konsekuensi dan bagian dari kemajuan
teknologi dan industri. Namun sudah sejak lama konsumen tidak mendapat
perlindungan yang wajar. Bahkan kerap kali menjadi objek semata bagi
pencarian keuntungan pelaku usaha. Selaku pengguna barang dan/atau jasa,
konsumen pada umumnya berada dalam posisi yang jauh lebih lemah
dibandingkan dengan pelaku usaha. Bagaimanapun, pengusaha memiliki daya
dan dana yang dapat membentuk opini atau image atas satu produk, dimana pada
gilirannya sangat jauh berbeda dengan harapan (ekspetasi) konsumen. Bahkan
lebih jauh, bertentangan secara diametral dengan apa yang diharapkan konsumen
atas suatu produk.11
Wenjing Duan, Bin Gu dan Andrew B. Whinston seperti dikutip Iman
Sjahputra menjelaskan tiga akibat nyata bagi konsumen, pertama, konsumen
selalu dihadapkan pada kondisi yang tidak pasti akibat tidak dapat menilai
kualitas riil produk yang dijual dalam pasar online. Kedua, karena antara penjual
dan pembeli tidak saling bertemu, yang mengakibatkan minimnya proses
interaksi mereka. Ketiga, transaksi elektronik adalah transaksi yang berisiko
tinggi karena kebijakan legislasi yang mengatur transaksi tersebut masih sangat
terbatas.12
Mengingat pertumbuhan e-commerce yang pesat tersebut, aturan terkait e-
commerce telah banyak diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Internet dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-
10 Galih Setiyo Budhi, “Analisis Sistem E-Commerce Pada Perusahaan Jual Beli Online Lazada
Indonesia”, Jurnal Electronics, Informatics, and Vocational Education (ELINVO), 2, 1 (Mei, 2016),
h.12. 11
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Pemberdayaan Hak-Hak Konsumen di
Indonesia (Jakarta: Direktorat Perlindungan Konsumen Ditjen Perdagangan dalam Negeri
Departemen Perindustrian dan Perdagangan bekerjasama dengan Yayasan Gemainti, 2001), h. 28. 12
Iman Sjahputra, Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektonik, (Bandung: PT Alumni,
2010), h.130-131.
7
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Internet dan Transaksi Elektronik
merupakan dasar hukum bagi konsumen dalam melakukan transaksi e-
commerce. Perdagangan melalui sistem elektronik kemudian diatur pada
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dan Kementrian
Kominfo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP
PSTE). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK), terdapat hak-hak dasar konsumen yang harus
dilindungi berlaku pula bagi konsumen pengguna transaksi e-commerce, salah
satunya adalah kepastian hukum.
Faktanya, walaupun sudah ada undang-undang yang mengatur masalah
perdagangan secara e-commerce. Namun, dalam penjelasan umum UUPK faktor
yang sering terjadi dalam eksploitasi konsumen e-commerce adalah minimnya
pengetahuan konsumen akan kesadaran hukum atas hak konsumen, selain itu
persepsi masyarakat bahwa urusan hukum akan sangat membuat bertambahnya
rumit urusan, tidak ada jaminan bahwa jika diklaimkan urusan konsumen akan
selesai sesuai dengan harapan. Hal ini membuat transaksi e-commerce seperti
jalan di tempat.13
Bahkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Belly Riawan dan I
Made Mahartayasa pun mengidentifikasi bahwa kegiatan e-commerce cenderung
menimbulkan permasalahan hukum salah satunya penipuan yang dilakukan
pelaku usaha jual beli online oleh karena itu perlu adanya kepastian hukum
terhadap perlindungan bagi konsumen yang melakukan transaksi online.14
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka menjadi dasar
penulis untuk menganalisis upaya perlindungan konsumen dalam transaksi e-
commerce dengan melihat langsung implementasinya pada situs
13
Ambar Wariati dan Nani Irma Susanti, “E-Commerce dalam Perskpektif Perlindungan
Konsumen”, Pro-Bank Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1, 2 (November, 2014), h.2. 14 Belly Riawan dan I Made Mahartayasa, “Perlindungan Konsumen dalam Kegiatan Transaksi
Jual Beli Online di Indonesia”, Kertha Semaya, 03, 01, (Januari, 2015), h.34.
8
muslimgaleri.co.id yang merupakan salah satu situs belanja online, dengan
melihat berdasarkan perspektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 dan
Hukum Ekonomi Syariah. Penulis akan melakukan pembahasan dan penulisan
skripsi yang berjudul “Perlindungan Konsumen dalam Transaksi E-
commerce pada Situs Muslimgaleri.co.id berdasarkan Perspektif Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
Hukum Ekonomi Syariah”.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang
dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana posisi konsumen dalam transaksi e-commerce?
b. Bagaimana hubungan hukum dan pertanggungjawaban para pihak
yang terlibat dalam transaksi e-commerce?
c. Bagaimana perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce
menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen?
d. Bagaimana perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce
menurut Hukum Ekonomi Syariah?
e. Sejauh mana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi Syariah diterapkan
dalam mekanisme transaksi e-commerce pada situs
muslimgaleri.co.id?
2. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas serta menjaga
kemungkinan penyimpangan dalam penelitian ini, maka penulis
memberikan batasan dengan fokus analisis pada perlindungan konsumen
dalam transaksi e-commerce berdasarkan perspektif Undang-Undang
9
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum
Ekonomi Syariah dengan menganalisis salah satu situs e-commerce yaitu
situs muslimgaleri.co.id dan fokus pada aspek konsumen akhir menurut
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Perumusan Masalah
Rumusan Masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pernyataan
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce
menurut perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi Syariah?
b. Sejauh mana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi Syariah diterapkan
dalam mekanisme transaksi e-commerce pada situs
muslimgaleri.co.id?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Membandingkan perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce
menurut perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi Syariah.
c. Menganalisis sejauh mana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi dalam
mekanisme transaksi e-commerce pada situs muslimgaleri.co.id.
2. Manfaat Peneltian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan penjelasan dan pemahaman
tentang upaya-upaya dan perlindungan konsumen yang diberikan
muslimgaleri.co.id melalui sudut pandang Undang-Undang Nomor 8
10
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi
Syariah.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi penulis, penelitian ini dapat digunakan untuk melatih
kemampuan penulis dalam melakukan penelitian dan mengetahui
lebih jauh tentang bagaimana perlindungan hukum terhadap
konsumen transaksi e-commerce jika terjadi kecacatan.
2) Bagi mahasiswa, ikut serta menambah khasanah keilmuan
mengenai bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen
transaksi e-commerce menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi
Syariah.
3) Bagi lembaga, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu bahan pertimbangan ataupun referensi dalam menciptakan
karya-karya ilmiah bagi seluruh civitas akademika di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan.
4) Bagi pihak muslimgaleri.co.id, kegiatannya diharapkan sejalan
dengan aturan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi Syariah.
5) Bagi masyarakat, kajian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan masyarakat dalam kesadarannya baik memperolah
hak-hak sebagai konsumen dan produsen maupun kewajiban kedua
belah pihak tersebut dalam transaksi e-commerce menurut Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
Hukum Ekonomi Syariah.
11
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dipakai penulis adalah penelitian yuridis
normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang
meletakkan hukum sebagai bangunan sistem norma.15
Sehingga penelitian
hukum normatif menjadikan sistem norma sebagai pusat kajiannya. Dalam
kaitannya dengan penelitian ini penulis menggunakan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum
Ekonomi Syariah sebagai pusat kajiannya.
Penulis juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, karena melihat
bagaimana pelaksanaan norma-norma hukum tersebut di lapangan.16
Untuk mendukung perkembangan ilmu hukum, tidak cukup hanya
dilakukan dengan melakukan studi mengenai sistem norma saja. Karena
hukum yang pada kenyataannya dibuat dan diterapkan oleh manusia yang
hidup dalam masyarakat.17
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, adalah
penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau
komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asusmsi dasar dan
aturan berpikir yang digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan
berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam
pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan
argumentasi.18
Penelitian kualitatif ini cenderung menggunakan analisis.
15
Mukti Fajar Nur Dewata, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris (Yogyakarta:
Pustaka Pelajarm 2015), h.34. 16
Tommy Hendra Purwakarta, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Atma Jaya,
2007), h.29. 17
Mukti Fajar, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, h.44 18
M.Hariwijaya, Metodologi dan Penulisan SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI untuk Ilmu
Sosial dan Humaniora (Yogyakarta: Dua Satria Offset, 2007), h.46.
12
3. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh.19
Adapun sumber data yang digunakan dalam kajian ini adalah
sumber data primer dan sekunder.
a. Sumber data primer, yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan
ilmiah yang baru atau mutakhir, ataupun pengertian baru tentang fakta
yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan (idea). Bahan
tambahan dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber
dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.20
Al-Qur‟an tafsir-
tafsirnya dan As-Sunnah, serta aturan lainnya yang berkaitan tentang
perlindungan konsumen e-commerce. Dan data yang bersumber dari
pihak-pihak yang terkait dalam transaksi e-commerce langsung,
seperti: pelaku usaha dan konsumen e-commerce.
b. Sumber data sekunder yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi
tentang bahan primer. Sumber data sekunder terdiri atas berbagai
macam, dari surat-surat pribadi, kitab harian, notula rapat
perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi
pemerintah.21
Dalam sumber data sekunder ini yang ada kaitannya
dengan pembahasan peneliti tentang perlindungan konsumen dalam
transaksi e-commerce juga menggunakan data sekunder yang didapat
dari website muslimgaleri.co.id.
4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan
atau library research serta penelusuran dokumen. Dokumentasi, dari asal
katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Studi dokumentasi
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), h. 107 20
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.
159 21
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah) (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 143.
13
merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek
penelitian.22
Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, jurnal-jurnal, dokumen, peraturan-
peraturan, catatan harian, dan sebagainya. Data-data yang dicari dalam
pengumpulan data ini adalah data-data yang ada kaitannya dengan
perlindungan hukum konsumen dalam transaksi e-commerce.
Studi dokumen dipergunakan untuk mencari data sekunder, dan untuk
mendapatkan data primer peneliti menggunakan wawancara dan/atau
pengamatan.23
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.24
Untuk mendapatkan informasi yang obyektif dalam
penyusunan skripsi ini, maka penyusun melakukan wawancara dengan
pemilik atau pelaku usaha Muslim Galeri secara langsung. Sehingga data
yang didapat autentik dan obyektif.
5. Teknik Pengolahan Data
Setelah penulis menemukan bahan hukum kemudian diolah,
dilakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut yang akhirnya diketahui
bagaimana hasil dari analisis perlindungan konsumen dalam transaksi e-
commerce berdasarkan perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi Syariah.
6. Metode Analisis Data
Data yang di dapat akan dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu
metode analisis data dengan mengelompokkan dan menyeleksi data yang
22
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula
(Yogyakata: Gadjah Mada University Press, 2012), h.100. 23
Sri Mamudji dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum (Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), h.6. 24
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), h.72.
14
diperoleh dari penelitian sebelumnya menurut kualitas dan kebenarannya.
Kemudian dianalisis dan ditafsirkan secara logis dan sistematis dengan
menggunakan metode ini diperoleh kesesuaian antara ketentuan-ketentuan
yang mengatur mengenai perlindungan konsumen dalam transaksi e-
commerce. Atas dasar pembahasan dan analisis ditarik kesimpulan untuk
menjawab permasalahan yang ada.
Analisis data dimulai dari tahap pengumpulan data sampai tahap
penulisan laporan. Analisis kualitatif disebut juga analisis berkelanjutan
(ongoing analysis).25
7. Teknik Penulisan
Teknik penulis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
pedoman penulisan skripsi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini penulis membagi menjadi
lima bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini merupakan suatu pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub,
yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan mengawali dengan pemaparan konsep dan
menguraikan tentang teori-teori berdasarkan yang relevan berdasarkan tinjauan
pustaka dan literatur mengenai tinjauan perlindungan konsumen dalam
perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (UUPK) dan Hukum Ekonomi
25
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), h. 176.
15
Syariah, dan tinjauan mengenai transaksi e-commerce. Serta dibahas pula review
dari studi terdahulu.
BAB III PROFIL SITUS MUSLIMGALERI.CO.ID
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai obyek penelitian yang sedang diteliti
secara terperinci yaitu profil situs transaksi e-commerce muslimgaleri.co.id.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini penulis menguraikan hasil dari penelitian dan hasil dari analisa data yang
telah diperoleh yaitu menganalisa data mengenai sejauh mana penerapan
perlindungan konsumen e-commerce pada situs muslimgaleri.co.id berdasarkan
perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (UUPK) dan Hukum Ekonomi
Syariah.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan menguraikan kesimpulan berupa jawaban-jawaban
dari permasalahan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, merujuk
pada sebuah saran sehingga dapat diambil manfaat dari penelitian.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konsep
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
menjadi pedoman utama mengenai perlindungan konsumen termasuk dalam hal
ini transaksi e-commerce. Transaksi dengan menggunakan media elektronik
(online contract) sebenarnya adalah hubungan hukum yang dilakukan secara
elektronik dengan memadukan jaringan internet. Konsumen e-commerce
memiliki risiko yang lebih besar dari pada pelaku usaha sebagai pihak yang
memiliki keleluasaan untuk menentukan segala macam kepentingannya.
Setiap pelaku usaha atau produsen tidak akan dapat eksis tanpa konsumen
yang menyerap produk sebagai kebutuhannya. Oleh karena itu, harus dijaga
keseimbangan atau kepentingannya yang saling berhadapan. Perlindungan
hukum terhadap konsumen e-commerce pada dasarnya merupakan bagian
penting dalam ekonomi pasar. Pelaku usaha dalam bertindak dan berhubungan
dengan pihak-pihak yang bersinggungan dengan kepentingan bisnisnya tentu
harus mempunyai tanggung jawab. Salah satunya tanggung jawab pelaku usaha
dengan konsumen dalam melakukan hubungan hukum. Demi kelancaran
hubungan hukum tersebut perlu diterapkan ketentuan-ketentuan yang berlaku
agar hukum tersebut dapat berjalan dengan tertib, lancar, dan teratur serta
mempunyai kepastian hukum.
Data yang diambil dengan menganalisis berdasarkan perspektif Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum
Ekonomi Syariah. Dengan demikian diketahui sejauh mana penerapan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum
Ekonomi Syariah pada situs muslimgaleri.co.id telah sesuai atau yang belum
terpenuhi.
17
Agar memudahkan pemahaman dan tidak terjadi kekaburan atau kerancuan
dalam memahami judul skripsi, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang
terdapat dalam judul ini sebagai berikut:
1. Perlindungan Konsumen
Istilah “hukum konsumen” dan “hukum perlindungan konsumen” sudah
sangat sering terdengar. Namun, belum jelas benar apa saja yang masuk ke
dalam materi keduanya.
Ada juga yang berpendapat, hukum perlindungan konsumen merupakan
bagian dari hukum konsumen yang lebih luas itu Az. Nasution seperti dikutip
Celina Tri Siwi Kristiyanti berpendapat bahwa hukum perlindungan
konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan
juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Adapun
hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah hukum
yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain
berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup.1
Jadi hukum konsumen berskala lebih luas meliputi berbagai aspek hukum
yang terdapat kepentingan konsumen di dalamnya.
Sedangkan perlindungan konsumen menurut UUPK adalah “segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen.”2
2. Konsumen
Konsumen adalah “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
1 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
h.13-14. 2Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 1
Ayat 1.
18
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”3
Susanti Adi Nugroho mendefinisikan konsumen adalah setiap orang yang
mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu.4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumen adalah orang yang
memakai barang-barang hasil industri (bahan pakaian, makanan, dan
sebagainya).5
3. Transaksi E-commerce
Transaksi e-commerce adalah didefinisikan sebagai proses pembelian,
penjualan, mentransfer atau bertukar produk, jasa atau informasi melalui
jaringan komputer melalui internet.6
4. Muslimgaleri.co.id
Muslimgaleri.co.id adalah salah satu situs jual beli online yang menjual
berbagai produk busana muslim.
5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 adalah ketentuan dan peraturan
negara tentang perlindungan konsumen.
6. Hukum Ekonomi Syariah
Hukum Ekonomi Syariah adalah adalah norma hukum yang berkaitan
dengan ekonomi syariah, yakni peraturan tentang ekonomi syariah yang
dibuat oleh pejabat yang berwenang untuk mengatur masyarakat dan bagi
yang melanggar jelas mendapatkan sanksi.7
3Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 1
Ayat 2. 4 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen ditinjau dari Hukum Acara
Serta Kendala Implementasinya (Jakarta: Kencana, 2009), h.62 5 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern
English Press, 2002), h.766. 6 Mahir Pradana, “Klasifikasi Jenis-Jenis Bisnis E-Commerce di Indonesia”, Jurnal Neo-Bisnis,
9, 2 (Desember, 2015), h. 34. 7 Mohamad Nur Yasin, “Perbandingan Green Konstitusi, Green Ekonomi, dan Hukum
Ekonomi Syariah di Indonesia”, Jurnal Asy-Syir‟ah, 50, 01 (Juni, 2016), h. 123.
19
Dengan adanya penegasan konseptual tersebut, digunakan untuk mendasari
teori dalam penelitian yang akan penulis susun tentang bagaimana pandangan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
Hukum Ekonomi Syariah mengenai perlindungan konsumen dan pengaplikasian
mekanisme transaksi e-commerce pada situs muslimgaleri.co.id.
B. Kajian Teoretis
1. Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999
a. Pengertian Perlindungan Konsumen
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1,
perlindungan konsumen mempunyai arti “segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen.”8
Konsumen adalah “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.”9
Dalam bukunya, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Abdul R.
Saliman mengemukakan bahwa konsumen adalah pengguna akhir (find
user) dari suatu produk, yaitu setiap pemakai barang/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 1
Ayat 1. 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 1
Ayat 2.
20
orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk
diperdagangkan.10
Dengan demikian, konsumen dalam hal ini yaitu bisa peorangan
ataupun sekelompok masyarakat yang membutuhkan barang dan/atau
jasa untuk mereka konsumsi, atau dengan kata lain barang dan/atau jasa
itu tidak untuk diperdagangkan.
Menurut Penjelasan Pasal 1 Angka (2) UUPK disebutkan bahwa di
dalam kepustakaan ekonomi dikenal istilah konsumen akhir dan
konsumen antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat
akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen
yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi
suatu produk lainnya. Pengertian konsumen dalam undang-undang ini
adalah konsumen akhir.11
Sedangkan pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersamasama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi.12
Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari
kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat
keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen.
Tidak adanya perlindungan konsumen yang seimbang menyebabkan
konsumen berada pada posisi lemah. Lebih-lebih jika produk yang
dihasilkan oleh produsen merupakan jenis produk yang terbatas,
produsen dapat menyalahgunakan posisinya yang monopolistis tersebut.
Hal itu tentu saja merugikan konsumen.13
10
Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan:Teori dan Contoh Kasus (Jakarta:
Kencana, 2014), h.214. 11
Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK), Pasal 1 Angka 2. 12
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 1
Ayat 3. 13
Ahmad Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan bagi Konsumen di Indonesia (Jakarta: Rajawali
Pers, 2011), h.4.
21
Sedangkan menurut Bussines English Dictionary, perlindungan
konsumen adalah protecting consumers againts unfair or illegal traders.
Artinya: Melindungi konsumen terhadap pedagang yang tidak adil
atau ilegal.
Adapun Black‟s Law Dictionary mendefinisikan a statute that
safeguards consumers in the use goods and services.
Artinya: Undang-undang yang melindungi konsumen dalam
penggunaan barang dan jasa.
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen
dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang
merugikan konsumen itu sendiri.14
Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua
aspek, yaitu:15
1) Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada
konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.
2) Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil
kepada konsumen.
Kemudian muncul kerangka umum tentang sendi-sendi pokok
pengaturan perlindungan konsumen yang kurang lebih bisa dijabarkan
sebagai berikut:16
1) Kesederajatan antara konsumen dan pelaku usaha.
2) Konsumen mempunyai hak.
3) Pelaku usaha mempunyai kewajiban.
4) Pengaturan tentang perlindungan konsumen berkontribusi pada
pembangunan nasional.
5) Perlindungan konsumen dalam iklim bisnis yang sehat.
6) Keterbukaan dalam promosi barang atau jasa.
14
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, h.21-22. 15
Ibid. 16
Happy Sutanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan (Jakarta: Visimedia, 2008), h.4.
22
7) Pemerintah perlu berperan aktif.
8) Masyarakat juga perlu berperan serta.
9) Perlindungan konsumen memerlukan terobosan hukum dalam
berbagai bidang.
10) Konsep perlindungan konsumen memerlukan pembinaan sikap.
Perlindungan konsumen ini merupakan kewajiban negara dalam
melindungi masyarakat demi mendapatkan keadilan. Keadilan
merupakan bagian wajib negara dalam melindungi warga negaranya.
Dengan demikian perlindungan konsumen dapat memberikan
perlindungan hukum sebagai negara hukum kepada masyarakat dalam
menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
b. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha
1) Hak dan Kewajiban Konsumen
Bob Widyahartono menyebutkan bahwa deklarasi tersebut
menghasilkan empat hak dasar konsumen yang meliputi hak-hak
sebagai berikut:
a) Hak untuk mendapat atau memperoleh keamanan (The right to be
secured)
Setiap konsumen berhak mendapatkan perlindungan atas
barang/jasa yang dikonsumsi. Misalnya konsumen merasa aman
jika produk makanan atau minuman yang dikonsumsinya dirasa
aman bagi kesehatan. Artinya, produk makanan tersebut memenuhi
standar kesehatan, gizi, dan sanitasi, serta tidak mengandung bahan
yang membahayakan jiwa manusia. Di Amerika Serikat, hak ini
merupakan hak tertua yang tidak kontroversial karena didukung
oleh masyarakat ekonomi.
23
b) Hak untuk memperoleh informasi (The right to be informed)
Setiap konsumen berhak mendapatkan informasi yang jelas
dan komprehensif tentang suatu produk barang/jasa yang dibeli
(dikonsumsi). Akses terhadap informasi sangat penting karena
konsumen bisa mengetahui bagaimana kondisi barang/jasa yang
akan dikonsumsi. Jika suatu saat ada risiko negatif dari produk/jasa
yang telah dikonsumsinya, konsumen telah mengetahui hal tersebut
sebelumnya.
c) Hak untuk memilih (The right to choose)
Setiap konsumen berhak memilih barang/jasa dengan harga
yang wajar. Artinya konsumen tidak boleh dalam kondisi tertekan
atau paksaan untuk memilih suatu produk tersebut yang mungkin
bisa merugikan hak-haknya.
d) Hak untuk didengarkan (The Right to be Heard)
Konsumen harus mendapatkan haknya bahwa kebutuhan dan
klaimnya bisa didengarkan, baik oleh pelaku usaha yang
bersangkutan maupun oleh lembaga-lembaga perlindungan
konsumen yang memperjuangkan hak-hak konsumen.17
Setelah itu, perhatian dan keprihatinan terhadap konsumen
sebagai korban, juga dinyatakan dalam Resolusi Perserikatan
Bangsa-bangsa Noor 39/248 Tahun 1985 tentang Perlindungan
Konsumen (Guidelines for Consumer Protection), juga
merumuskan berbagai kepentingan-kepentingan konsumen yang
seyogyanya menurut resolusi itu adalah sebagai berikut:18
a) Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan
dan keamanannya;
17
Ibid. 18
Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2003), h.12-13.
24
b) Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial
konsumen;
c) Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk
memberikan kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat
sesuai kehendak dan kebutuhan pribadi;
d) Pendidikan konsumen;
e) Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif;
f) Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau
organisasi lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan
kepada organisasi tersebut untuk menyuarakan pendapatnya
dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan mereka.
Berikut ini adalah hak dan kewajiban konsumen yang
diberikan/dibebankan oleh UUPK:
a) Hak Konsumen
Menurut ketentuan Pasal 4 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, konsumen memiliki hak sebagai
berikut:19
(1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
(2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
(3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
(4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan/atau jasa yang digunakan;
(5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan
upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut;
19
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 4.
25
(6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan
konsumen;
(7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif;
(8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima
tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
(9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
Dari sembilan butir hak konsumen yang diberikan di
atas, terlihat bahwa masalah kenyaman, keamanan, dan
keselamatan konsumen merupakan hal yang paling pokok
dan utama dalam perlindungan konsumen. Barang dan/atau
jasa yang penggunanya tidak memberikan kenyamanan,
terlebih lagi yang tidak aman atau membahayakan
keselamatan konsumen jelas tidak layak untuk diedarkan
dalam masyarakat.20
Selanjutnya, untuk menjamin bahwa
suatu barang/atau jasa dalam penggunaannya akan nyaman
aman maupun tidak membahayakan konsumen penggunanya,
maka konsumen diberikan hak untuk memilih barang
dan/atau jasa yang dikehendakinya berdasarkan atas
keterbukaan informasi yang benar, jelas, dan jujur. Jika
terdapat penyimpangan yang merugikan, konsumen berhak
untuk didengar memperoleh advokasi, pembinaan, perlakuan
yang adil, kompensasi sampai ganti rugi.21
b) Kewajiban Konsumen
Selain memperoleh hak tersebut, sebagai balance,
konsumen juga diwajibkan untuk:22
20
Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen (Bandung: Nusa Media, 2010), h.34. 21
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2013), h.30. 22
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 5.
26
(1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan
prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau
jasa, demi keamanan dan keselamatan;
(2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian
barang dan/atau jasa;
(3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
(4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
2) Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
a) Hak Pelaku Usaha
Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para
pelaku usaha dan sebagai keseimbangan atas hak-hak yang
diberikan kepada konsumen, kepada para pelaku usaha
diberikan hak untuk:23
(1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan
kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan;
(2) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan
konsumen yang beritikad tidak baik;
(3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di
dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
(4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti
secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak
diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
(5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
b) Kewajiban Pelaku Usaha
Selanjutnya, sebagai konsekuensi dari hak konsumen yang
telah disebutkan pada uraian terdahulu, maka kepada pelaku
usaha dibebankan pula kewajiban-kewajiban sebagai berikut:24
(1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
(2) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta
23
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 6. 24
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 7.
27
memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
(3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara
benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
(4) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar
mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
(5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,
dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta
memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan;
(6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
(7) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Jika disimak baik-baik, jelas bahwa kewajiban-kewajiban
tersebut merupakan manifestasi hak konsumen dalam sisi lain
yang “ditargetkan” untuk menciptakan “budaya” tanggung
jawab pada diri para pelaku usaha.
c. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
1) Asas Perlindungan Konsumen
Upaya perlindungan konsumen di tanah air didasarkan pada
sejumlah asas dan tujuan yang telah diyakini bisa memberikan arahan
dalam implementasinya di tingkatan praktis. Dengan adanya asas dan
tujuan yang jelas, hukum perlindungan konsumen memiliki dasar
pijakan yang benar-benar kuat.
Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu undang-undang dan
peraturan-peraturan pelaksanaannya, bila asas-asas dikesampingkan,
28
maka runtuhlah bangunan undang-undang itu dan segenap peraturan
pelaksanaanya.25
Berdasarkan UUPK Pasal 2, ada lima asas perlindungan
konsumen:26
a) Asas Manfaat
Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar besarnya bagi kepentingan
konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
b) Asas Keadilan
Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan.
c) Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan
pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual.
d) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalam penggunaaan, pemakaian, dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
e) Asas Kepastian Hukum
Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha
maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan
dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara
menjamin kepastian hukum.
2) Tujuan Perlindungan Konsumen
Dalam UUPK Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan perlindungan
konsumen sebagai berikut:27
a) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri;
b) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau
jasa;
c) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
25
Yusuf, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, h.25. 26
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 2. 27
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 3.
29
d) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi;
e) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha;
f) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Untuk mewujudkan tujuan UUPK, pemerintah bertanggung jawab
atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen (Pasal 29
Ayat (1) UUPK), dalam hal ini Menteri yang ruang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi bidang perdagangan dan/atau Menteri
Teknis terkait lainnya (Pasal 29 Ayat (2) jo Pasal 1 butir 13 UUPK).28
Pembinaan penyelenggaraan dilakukan melalui upaya (Pasal 29 Ayat
(4) UUPK sebagai berikut:
a) Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat
antara pelaku usaha dan konsumen.
b) Berkembanganya lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat.
c) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia serta meningkatnya
kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan
konsumen.29
d. Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Di samping adanya hak dan kewajiban yang perlu diperhatikan
oleh pelaku usaha, ada juga tanggung jawab yang harus dipikulnya.
Tanggung jawab tersebut merupakan bagian dari kewajiban yang
mengikat kegiatan mereka dalam berusaha. Tanggung jawab ini juga
disebut dengan istilah product liability (tanggung gugat produk).
Product liability adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari
orang/badan yang menghasilkan suatu produk (producer, manufacturer),
28
Yusuf, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, h.31. 29
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 29
Ayat 4.
30
dari orang/badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan
suatu produk (processor, asembler) atau mendistribusikan (seller,
distributor) produk tersebut.30
Inti dari pengertian tersebut bahwa pelaku usaha bertanggung
jawab atas segala kerugian yang timbul dari hasil produk/jasanya.
Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen Pasal 19 Ayat 1, pelaku usaha
bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
atau kerugian yang diderita konsumen akibat mengonsumsi barang/jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Perlindungan konsumen merupakan wujud tanggung jawab dari
pelaku usaha. Secara umum dikenal prinsip-prinsip tanggung jawab
dalam hukum dapat dibedakan dengan dasar sebagai berikut:31
1) Kesalahan (liability based on fault), prinsip yang menyatakan
seseorang baru dapat dimintakan pertanggung jawabannya secara
hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya.
2) Praduga selalu bertanggung jawab (presumption of liability), prinsip
yang menyatakan tergugat selalu dianggap bertanggung jawab,
sampai dapat membuktikan dia tidak bersalah.
3) Praduga selalu tidak bertanggung jawab (presumption of nonliability),
adalah kebalikan dari prinsip kedua, prinsip ini hanya dikenal dalam
lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan
demikian secara common sense dapat dibenarkan.
4) Tanggung jawab mutlak (strict liability), adalah prinsip tanggung
jawab yang menetapkan kesalahan bukan sebagai faktor yang
menentukan. Namun ada pengecualian yang memungkinkan untuk
dibebaskan dari tanggung jawab, seperti keadaan force majeur
(keadaan memaksa).
30
Happy, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, h.36-37. 31
Celina, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 92.
31
5) Pembatasan tanggung jawab (limitation of liability), adalah prinsip
yang sangat disukai pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula
eksonerasi32
dalam perjanjian standar yang dibuatnya.
Berdasarkan substansi pada Pasal 19 Ayat 1 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen dapat diketahui bahwa tanggung jawab pelaku
usaha, meliputi “tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan; tanggung
jawab ganti kerugian atas pencemaran; tanggung jawab ganti kerugian
atas kerugian konsumen.”33
2. Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
Ekonomi Islam merupakan sistem yang menyelarasakan antara
maslahat individu dan maslahat umum. Serta merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari konsep Islam yang utuh dan menyeluruh.34
Kemudian
menurut Mannan diungkapkan oleh M. Sholahuddin, Ekonomi Islam adalah
ilmu yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat dalam
persepektif nilai-nilai Islam.35
Islam juga menetapkan adanya keseimbangan antara hak konsumen
dan pelaku usaha dalam jual beli. Perlindungan terhadap konsumen sangat
berkaitan dengan kegiatan bisnis, yakni perdagangan barang dan jasa dalam
lingkup kegiatan ekonomi. Hal ini menjadi penting bagi konsumen
Indonesia yang mayoritas beragama Islam, dengan demikian kegiatan
32
Rikjen dalam buku Ahmad Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di
Indonesia, mengatakan bahwa klausul eksnonerasi adalah klausul yang dicantumkan dalam suatu
perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya membayar
ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melawan hukum. 33
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), Pasal 19
Ayat 1. 34
Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah: Ayat-Ayat Al-Qur‟an yang
Berdimensi Ekonomi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.33 35
M.Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h.4.
32
tersebut harus berlandaskan pada prinsip-prinsip dalam Hukum Ekonomi
Syariah.
a. Konsep Jual Beli dalam Islam
Secara etimologis jual beli (al buyu‟ jama dari al-bai‟) merupakan
mashdar, padahal mashdar tidak dapat dijamakkan. Tapi kata ini tetap
dijamakkan karena jenisnya yang berbeda-beda. Maknanya secara
etimologis ialah mengambil sesuatu dan menerima sesuatu.36
Adapun
secara terminologis, jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta
dengan cara-cara tertentu yang bertujuan untuk memindahkan
kepemilikan.37
Menurut Pasal 20 Ayat 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, ba‟i
adalah “jual beli antara benda dan benda, atau pertukaran antara benda
dengan uang.”38
Al-Qur‟an menyatakan bahwa kebolehan dari praktik akad jual beli
dijelaskan di dalam QS. An-Nisaa‟/4: 29:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisaa‟/4: 29)
Ayat ini merujuk pada perniagaan atau transaksi-transaksi dalam
muamalah yang dilakukan secara batil. Ayat ini mengindikasikan bahwa
Allah SWT melarang kaum muslimin untuk memakan harta orang lain
36
Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.82. 37
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015), h.12 38
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Pasal 20 Ayat 2.
33
secara batil. Di antaranya melakukan transaksi ekonomi yang
bertentangan dengan syara‟, seperti halnya riba (bunga), transaksi yang
bersifat spekulatif, (maisir39
), ataupun yang mengandung unsur gharar40
,
dan hal lainnya yang dilarang dalam Islam. Ayat ini juga memberikan
pemahaman bahwa upaya untuk mendapatkan harta tersebut harus
dilakukan dengan adanya kerelaan semua pihak dalam transaksi, seperti
kerelaan antara penjual dan pembeli.
Kemudian diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallhu „anhuma, dia
telah berkata:
عي ابي عور قال : ذكر ر جل لر سو ل هللا صلى هللا عليه وآ له وسلن , أه يخد ع
تبامن ل ,, فى البيو ع , فقا هعلمتفق ,,بةخلل:فقل يع ي
“Seorang lelaki menerangkan kepada Rasulullah saw. Bahwasanya
dia selalu ditipu dalam berjual-beli, maka Rasulullah berkata kepada
orang itu: “Kepada mereka yang ingin melakukan transaksi jual beli,
katakanlah: tak ada penipuan”. (H.R. Al-Bukhary dan Muslim; Al-
Muntaqa II: 334).41
Hadist di atas menerangkan bahwa dalam transaksi jual beli harus
didasari kejujuran agar dapat memperoleh keberkatan. Berjual dengan
menipu tidak akan berkat atau tidak mempunyai nilai manfaat apa-apa.
Dalam menetapkan rukun jual beli, para ulama berbeda pendapat.
Menurut Ulama Hanafiyah, rukun jual beli hanya ada dua, yakni ijab dan
qabul, yang dilakukan dengan prinsip adanya kerelaan dari kedua belah
39
Maisir secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras
atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Judi dalam terminologi agama diartikan sebagai suatu
transaksi yang dilakukan oleh 2 (dua) pihak untuk kepemilikan suatu benda atau jasa yang
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut
dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu. 40
Gharar (الغرر) menurut M.Ali Hasan artinya keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan
merugikan pihak lain. 41
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum 7 (Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra, 2001), h.67.
34
pihak untuk saling menukar kepemilikan, baik berupa ucapan maupun
perbuatan.42
Sedangkan menurut mayoritas ulama, menetapkan rukun jual beli
yaitu:43
1) Aqid (orang yang berakad), yakni penjual dan pembeli.
2) Ma‟qud „alaih (harga atau nilai tukar pengganti barang dan barang
yang dibeli).
3) Sighat (lafadz ijab dan qabul).
Menurut mayoritas ulama, menetapkan bahwa syarat jual beli
sesuai dengan rukun jual beli diatas yakni:
1) Syarat orang yang berakad
a) Berakal dan mumayyiz; tidak sah jual beli yang dilakukan oleh
orang gila, anak kecil dan bodoh.
b) Berjumlah lebih dari dua orang.
2) Syarat ma‟qud‟ alaih (harga atau nilai tukar pengganti barang dan
barang yang dibeli)
1) Barang yang dijual diketahui dengan jelas.
2) Barang yang dijual merupakan benda yang bernilai atau
bermanfaat.
3) Barang yang dijual merupakan hak milik penjual.
4) Barang yang dijual dapat diserahterimakan.
3) Syarat sighat
a) Kecakapan; kedua belah pihak haruslah orang yang cakap dalam
melakukan transaksi.
b) Adanya kesesuaian antara ijab dan qabul.
c) Dilakukan satu tempat.
42
Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada LKS (Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.68-69. 43
Ibid.
35
b. E-commerce dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
Dalam praktiknya e-commerce disamakan dengan transaksi as-
salam dalam hukum perikatan islam. As-salam merupakan istilah dalam
bahasa Arab yang mengandung makna penyerahan. Transaksi al-salam
merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara
tunai/disegerakan tetapi penyerahan barang ditangguhkan.
Landasan hukum diperbolehkannya transaksi bay„ al-salam
sebagaimana terdapat dalam Firman Allah yang berbunyi Q.s. Al-
Baqarah (002): 282:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya”.
Sebab faktanya salam merupakan utang, sehingga jual beli salam
ini juga tercakup dalam keumuman ayat di atas.
Kemudian legalitas salam ditunjukkan pada hadits Imam Bukhari
dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu „anhuma ia
berkata:
عي عبد هللا بي عباس قل: عليه وسلن الودي ومن يللووى في قدم البي صلى هللا
تيي فقال هي أسلف في تور فليللف في كيل هعلوم ووزى هعلوم والل الثوار الل
إلى أجل هعلوم
“Ketika Nabi shallallahu „alaihi wa sallam tiba di Madinah,
penduduk Madinah menjual buah-buahan dengan pembayaran di muka,
sedangkan buah-buahan yang dijualnya dijanjikan mereka dalam tempo
setahun atau dua tahun kemudian. Maka Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda, “Barang siapa yang menjual kurma dengan pembayaran
36
di muka, hendaklah dengan takaran tertentu, timbangan tertentu dan
jangka waktu tertentu.” (HR. Bukhari dan Muslim).44
Hadist tersebut menerangkan bahwa dalam transaksi salam harus
menjelaskan kadar takaran atau timbangannnya. Dan juga ada tempo
waktu yang jelas.
Jadi, salam adalah bagian dari jual beli, maka di dalamnya berlaku
syarat dan ketentuan yang sama dengan jual beli secara umum. Namun, di
dalamnya ditambahkan beberapa hukum, yang khusus untuk salam.
Misalnya, didahulukannya pembayaran harga di majelis akad. Ibn Hajar
berkata, “Mereka sepakat, bahwa untuk salam itu disyaratkan apa saja
yang disyaratkan untuk jual beli.” Ibn Qudamah berkata tentang salam,
“Salam adalah salah satu jenis jual beli. Salam dilakukan dengan apa saja
yang digunakan untuk mengakadkan jual beli, dan dengan lafadz salam
atau salaf. Di dalamnya diakui sejumlah syarat juga diakui dalam jual
beli.”45
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 101 s/d Pasal
103, bahwa syarat ba‟i salam adalah sebagai berikut:
1) Kualitas dan kuantitas barang sudah jelas. Kuantitas barang dapat
diukur dengan takaran, atau timbangan, dan/atau meteran.
2) Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh
para pihak.
3) Barang yang dijual, waktu, dan tempat penyerahan dinyatakan dengan
jelas.
4) Pembayaran barang dapat dilakukan pada waktu dan tempat yang
disepakati.46
Transaksi e-commerce dapat dipersamakan dengan akad salam
dengan melihat bahwa barang yang ditransaksikan belum ada („adam al-
44
Syaikh Al-Hafidzh Taqiyudin Abu Muhammad Abdulghani bin Abdulwahid bin Ali bin
Surur Al-Maqdisi Al-Jumaili Al-Hanbali penerjemah Muhammad Al Fatih dan Arsal Abu Arfan,
Umdatul Ahkam:Matan-Terjemah-Kesimpulan Kumpulan Hadits Hukum Yang Shahih (Sukoharjo: Al
Qowam, 2015), h.287. 45
Hafidz Abdurrahman dan Yahya Abdurrahman, Bisnis & Muamalah Kontemporer (Bogor:
Al Azhar Publishing, 2015), h.106. 46
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Pasal 101-103.
37
madat) ketika transaksi terjadi. Dalam akad salam calon pembeli
menentukan barang yang akan dibeli dengan menyebutkan spesifikasinya
kepada penyedia barang. Ketika akad terjadi barang yang diinginkan
belum ada di hadapan kedua belah pihak yang bertransaksi namun pihak
penjual mampu menyediakan apa yang dipesan oleh calon pembeli
berdasarkan sifat-sifat yang telah disebutkan dan calon pembeli
menyerahkan pembayaran lebih dahulu. Kemudian barang akan
diserahkan kepada pembeli pada waktu yang telah disepakati.
Tabel 2. 1: Perbedaan Al-Salam dan E-Commerce
No. Transaksi Al-Salam E-commerce
1) Penjual/ Ba ‟i Muslam Ilaih Merchant/Seller
2) Pembeli/ Mustari Rabb al-
Salam/ Muslim
Cardholder/Consumer/
Buyer
3) Obyek/Barang/
Ma‟qud Alaih
Muslam fihi Comodity
4) Pernyataan/
Sighat
Ijab Qabul Agreement
5) Nilai tukar Ra‟su al-Mal Price/ money
6) Perwakilan Wakil Payment Gateway
Dalam tabel di atas dijelaskan bahwa antara transaksi al-salam
dengan e- commerce terdapat penganalogian/pengqiasan yaitu: a) dalam
pernyataan keduanya mengharuskan adanya kesepakatan, b) dalam
pembayaran, kedua sistem pembayarannya didahulukan.47
Adapun keharaman bisnis online dikarenakan beberapa sebab:
1) Sistemnya haram, seperti money gambling. Sebab judi itu haram baik
di darat maupun di udara (online).
47
Sugeng Santoso, “Sistem Transaksi E-Commerce dalam Perspektif KUH Perdata dan Hukum
Islam”, Ahkam, 4, 2, (November 2016), h.241.
38
2) Barang/jasa yang menjadi objek transaksi adalah barang yang
diharamkan.
3) Karena melanggar perjanjian atau mengandung unsur penipuan.
4) Dan hal lainnya yang tidak membawa kemanfaatan tapi justru
mengakibatkan kemudharatan.48
Kemudian berdasarkan keputusan bahth al-masa‟il49
transaksi e-
commerce hukumnya adalah boleh, dikarenakan dalam transaksi tersebut
telah dijelaskan sifat-sifat dari barang yang diperjualbelikan, telah
diterangkan harga dari barang yang dijualbelikan dan juga terdapat ijab
dan qabul lewat tulisan dalam internet.50
Meski dalam praktiknya e-commerce disamakan dengan transaksi
as-salam yaitu transaksi yang merupakan pembelian barang yang
diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.
Dalam hal ini yang sama hanyalah ketiadaan barang semata, bukan
sistem pembayarannya. Perbedaan yang sangat terlihat dalam hal sistem
pembayaran antara salam dan e-commerce adalah pembayaran pada
salam dilakukan dalam serah terima oleh kedua pihak yang bertransaksi,
sedangkan dalam e-commerce terjadi dengan perantaraan wakil, dalam
hal ini pihak bank sebagai penyedia jasa inkaso atau transfer uang.51
c. Hak-Hak Konsumen dalam Islam
Muhammad dan Alimin mendefiniskan konsumen berangkat dari
pandangan atau konsep Islam terhadap harta, hak dan kepemilikan
48
Runto Hediana dan Ahmad Dasuki Aly, “Transaksi Jual Beli Online Perspektif Ekonomi
Islam”, Al-Mustashfa, 3, 2 (2015), h.47. 49
Bahth al-masa‟il merupakan kata majemuk yang berasal dari dua kata, yaitu bahtsul yang
berarti pembahasan dan masail bentuk jamak dari masalah yang berarti masalah-masalah. Bahth al-
masa‟il adalah salah satu forum diskusi keagamaan dalam organisasi NU untuk merespon dan
memberikan solusi atas problematika aktual yang muncul dalam kehidupan masyarakat. 50
Ahmad Syaichoni, “Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Bay‟ Al-Salam dan E-
Commerce, Ahkam, 3, 2, (November, 2015), h.225. 51
Ratu Maemunah, “Analisa Hukum Islam Terhadap Masalah Perlindungan Konsumen yang
Terjadi atas Jual Beli E-Commerce”, Jurnal Islamiconomic, 6, 1 (Januari-Juni, 2015), h.63-64.
39
dengan transaksi atau tidak, yang sesuai dengan prinsip-prinsip
perlindungan konsumen dalam Islam. Definisi konsumen tersebut adalah
“setiap orang, kelompok atau badan hukum pemakai suatu harta benda
atau jasa karena adanya hak yang sah, baik ia dipakai untuk pemakai
akhir ataupun untuk proses produksi selanjutnya”.52
Konsumen dalam Hukum Ekonomi Islam tidak hanya terbatas pada
orang perorangan saja, tetapi juga mencakup badan hukum seperti
yayasan, perusahaan atau lembaga tertentu.53
Hukum Ekonomi Islam
tidak membedakan antara konsumen akhir (ultimate consumer) dengan
konsumen antara (intermediate consumer) ataupun konsumen komersial
(commercial consumer). Karena konsumen dalam Islam termasuk semua
pemakai barang dan/atau jasa, baik dipakai langsung habis maupun
dijadikan sebagai alat perantara untuk memproduksi selanjutnya.
Menurut Islam, keadilan ekonomi Islam adalah milik semua orang baik
berkedudukan sebagai individu maupun kelompok atau publik.54
Dalam Islam, konsumen memiliki hak mendasar yang dapat
dipergunakan untuk melindunginya dari transaksi yang merugikan
kepentingan konsumen itu sendiri. Di antara hak yang melekat pada
konsumen tersebut antara lain:
1) Hak untuk mengetahui informasi atas barang dan jasa
Kebenaran dan informasi dari produk yang ditawarkan pihak
produsen harus dijelaskan secara benar. Karena seringkali perusahaan-
perusahaan memberikan gambaran yang terkait produknya dengan
gambaran yang menyesatkan. Dalam hal ini dikenal dengan istilah al-
ghurur, yaitu usaha untuk menggiring opini seseorang dengan cara
yang tidak benar untuk menerima suatu hal yang tidak memberi
52
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, h.18-20. 53
Ibid. 54
Ibid.
40
keuntungan disertai rayuan bahwa hal itu menguntungkan. Islam
mencela perbuatan ghurur, atau transaksi yang didasari penipuan.
2) Hak konsumen atas kebebasan memilih
Kebebasan memilih dalam aspek ini adalah hak yang dimiliki
orang yang melakukan perjanjian usaha untuk memilih antara dua hal
yang disukainya, meneruskan perjanjan tersebut atau
membatalkannya. Kebebasan memilih dan saling menerima
merupakan dasar adanya proses transaksi jual beli.
3) Hak konsumen atas penyelesaian sengketa
Penyelesai perselisihan dapat dilaksanakan melalui tiga jalan, yaitu:
a) Perdamaian (Sulhu)
Menurut istilah fiqih adalah menetapkan hukum syara‟ pada
suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikannya jenis akad
untuk mengakhir sengketa antara dua pihak yang berselisih.55
b) Arbitrase (Tahkim)
Secara literal adalah mengangkat sebagai wasit atau juru
damai. Sedangkan secara terminologi tahkim berarti penyelesaian
sengketa yang dilakukan hakam atau lembaga hakam yang dipilih
atau ditunjuk secara sukarela oleh dua orang atau lebih yang
bersengketa untuk mengakhiri, dan para pihak akan menaati
penyelesaian oleh hakam atau para hakam yang mereka tunjuk.
c) Proses Peradilan (Al-qadha)
Secara harfiah berarti secara adil dan mengikat, melalui
lembaga peradilan dan orang yang berwenang untuk
menyelesaikan perkara dikenal dengan qadhi (hakim).
Fakta bahwa konsumen memiliki sifat yang dipengaruhi oleh
semangat Islam ternyata memberi pengaruh tertentu terhadap motivasi
55
Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), h.88.
41
tersebut. Pertama-tama, konsumen harus puas terhadap kehidupannya
yang mengikuti norma-norma Islam. Konsumen akan menghindarkan
kepuasannya (kepuasan ekonomi) jika kepuasan itu bercabang atau
bertentangan dengan apa yang dikehendaki oleh semangat Islam.56
Konsep Islam menjelaskan perhatian yang seimbang antara
kepentingan materil dan spiritual, pola konsumsi dan perlindungan
konsumen berpijak pada nilai dan prinsip dasar ekonomi Islam yang
menuntut adanya hukum taklifi dan hukum wadh‟i, yang berimpilkasi
pada kepentingan dunia dan ukhrawi.57
Berdasarkan kesimpulan dari diskusi ilmiah “Pengembangan Cyber
Law di Indonesia; Kesiapan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
Mengantisipasi Kegiatan E-commerce di kampus Universitas Padjajaran,
tanggal 3 Juni 2000 yang dikutip Edmon Makarim menjelaskan bahwa
hak-hak konsumen dalam e-commerce yang tergolong riskan adalah
sebagai berikut:58
1. Tidak ada jaminan keselamatan dan keamanan dalam konsumsi
barang dan jasa. Hal ini dikarenakan para konsumen tidak dapat
langsung mengidentifikasi, melihat atau menyentuh barang yang
akan dipesan lewat internet, sebagaimana yang biasa terjadi dalam
transaksi tatap muka di pasar.
2. Tidak ada kepastian apakah konsumen telah memperoleh informasi
yang dibutuhkannya dalam bertransaksi, sebab informasi yang
tersedia dibuat secara sepihak oleh penjual atau produsen, tanpa ada
kemungkinan konsumen melakukan verifikasi.
56
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), h.94-95 57
AH Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum Positif
dan Hukum Islam (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), h.14. 58
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika (Jakarta: PT RajaGRafindo Persada, 2003),
h.243-244.
42
3. Tidak terlindunginya hak-hak konsumen untuk mengeluh atau
mengadu atau memperoleh kompensasi. Hal ini karena transaksi
lewat internet, dilakukan tanpa tatap muka, maka ini membuka
peluang tidak teridentifikasinya si produsen atau penjual barang/jasa
tersebut.
4. Dalam transaksi pembayaran lewat e-commerce, biasanya konsumen
harus terlebih dahulu membayar penuh (menggunakan kartu kredit),
barulah pesanannya diproses oleh produsen atau penjual. Sehingga
beresiko membuka peluang terlambatnya barang yang dipesan, atau
isi dan mutunya tidak sesuai dengan pesanan.
5. Transaksi e-commerce dapat dilakukan antar negara. Bila terjadi
sengketa maka akan sulit ditentukan hukum negara mana yang
dipakai.
d. Konsep Khiyar
Terkait hak-hak konsumen memiliki hak khiyar. Islam memberikan
ruang bagi konsumen untuk mempertahankan hak-haknya. Khiyar
menurut Pasal 20 Ayat 8 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yaitu “hak
pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan
akad jual beli yang dilakukan.”59
Dengan adanya khiyar dapat memberikan hak kepada para pihak
agar tidak mengalami kerugian atau penyesalan di belakangan hari oleh
sebab-sebab tertentu yang timbul dari transaksi yang dilakukannnya, baik
mengenai harga, kualitas, atau kuantitas barang tersebut.60
Khiyar terbagi
menjadi:
59
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 20 Ayat 8. 60
Fathurrahman, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.48.
43
1) Khiyar majlis, ialah hak pilih bagi kedua belah pihak (penjual atau
pembeli) untuk meneruskan atau membatalkan akad selama
keduanya berada dalam majelis akad dan belum berpisah badan.61
2) Khiyar syarat, yaitu kedua belah pihak atau salah satu berhak
memberikan persyaratan khiyar dalam waktu tertentu.62
Penjualan
yang mempersyaratkan sesuatu, baik oleh penjual maupun pembeli,
seperti seseorang berkata “Saya jual rumah ini dengan harga seratus
juta rupiah dengan syarat khiyar selama tiga hari.”
3) Khiyar aib, yaitu ialah hak pembeli untuk meneruskan atau
membatalkan akad jual beli tatkala terdapat suatu cacat pada objek
yang diperjualbelikan. Sedangkan cacatnya itu tidak diketahui
pemiliknya ketika akad berlangsung.63
4) Khiyar ta‟yin, yaitu hak pembeli untuk bebas menentukan pilihan
terhadap salah satu barang dari beberapa barang yang dijadikan
obyek jual beli oleh penjual, dan barang yang terpilih kemudian
menjadi obyek akad. Dalam hal ini, ia diberi khiyar (pilihan) untuk
menentukan barang yang ia kehendaki.64
5) Khiyar ru'yah, yaitu hak khiyar bagi pembeli untuk menyatakan
apakah mau meneruskan akad jual beli atau membatalkannya terhadap
barang yang belum ia lihat ketika akad berlangsung. Khiyar ru‟yah
merupakan masa memerhatikan keadaan barang, menimbang sebelum
mengambil keputusan melakukan akad.65
61
Enang, Fiqih Jual Beli, h.33. 62
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2013), h.106 63
Enang, Fiqih Jual Beli, h.38. 64
Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (Bogor: Al
Azhar Press, 2014), h.316. 65
Enang, Fiqih Jual Beli, h.41.
44
3. Electronic Commerce
a. Pengertian E-commerce
Electronic Commerce atau disingkat e-commerce dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan perniagaan via elektronik. Secara defintitif, e-
commerce adalah suatu aktivitas perniagaan seperti layaknya perniagaan
pada umumnya, hanya saja para pihak yang bertransaksi tidak bertemu
secara fisik akan tetapi secara elektronik mereka berkomunikasi melalui
media internet.66
E- Commerce Menurut O-Brien dan Marakas “Is the buying,
selling, marketing, and servicing of products, services, and informatuin
iver variety of computer networks. E-commerce is changing the shape of
competition, the speed of action, and the streamlining of interactions,
products, and payments from customers to companies and from
companies to suppliers”.67
Artinya: Pembelian, penjualan, pemasaran, dan servis produk,
layanan, dan informasi beragam jaringan komputer. E-commerce
mengubah bentuk persaingan, kecepatan tindakan, dan perampingan
interaksi, produk, dan pembayaran dari pelanggan ke perusahaan dan dari
perusahaan ke pemasok.
Sedangkan menurut Laudon dan Laudon e-commerce adalah suatu
proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh
konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai
perantara transaksi bisnis.68
Secara singkat dapat dipahami bahwa e-commerce adalah salah
satu bentuk transaksi jual beli melalui media elektronik atau internet.
66
Gemala, Hukum Perikatan Islam Indonesia, h. 201. 67
Iwan Sidharta dan Boy Suzanto, “Pengaruh Kepuasan Transaksi Online Shopping dan
Kepercayaan Konsumen Terhadap Sikap Serta Perilaku Konsumen pada E-Commerce”, Jurnal
Computech & Bisnis, 9, 1, (Juni, 2015), h.25 68
Shabur Miftah Maulana, dkk, “Implementasi E-Commerce Sebagai Media Penjualan Online
(Studi Kasus Pada Toko Pabstrik Kota Malang)”, Jurnal Administrasi Bisnis, 29, 1, (Desember,
2015), h.3.
45
b. Ruang Lingkup E-commerce
Ruang Lingkup praktik e-commerce meliputi:69
1) Electronic business, merupakan ruang lingkup aktivitas perdagangan
secara electronik dalam arti luas.
2) Electronic commerce, merupakan lingkup perdagangan yang
dilakukan secara elektronik, dimana di dalamnya termasuk:
a) Perdagangan via internet (Internet Commerce);
b) Perdagangan dengan fasilitas web internet (Web-Commerce);
c) Perdagangan dengan sistem pertukaran data terstruktur secara
elektronik (Electronic Data Interchange/EDI).
c. Karakteristik E-commerce
Berbeda dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce
memiliki beberapa karakteristik yang sangat khusus, yaitu:70
1) Transaksi tanpa batas. Sebelum ada internet, batas-batas geografi
menjadi penghalang suatu perusahaan atau individu yang ingin go
international. Namun dewasa ini dengan internet pengusaha kecil dan
menengah dapat memasarkan produknya dengan mudah secara
internasional.
2) Transaksi anonim. Para penjual dan pembeli transaksi melalui internet
tidak harus bertemu muka satu sama lain.
3) Produk digital dan non digital. Produk-produk digital seperti software
komputer, musik dan produk lain yang bersifat digital dapat
dipasarkan melalui internet dengan cara mendownload secara
elektronik.
4) Produk barang tak berwujud. Banyak perusahaan yang bergerak di
bidang e-commerce dengan menawarkan barang tak berwujud seperti
data, software dan ide-ide yang dijual melalui internet.
69
Hafidz Abdurrahman dan Yahya Abdurrahman, Bisnis & Muamalah Kontemporer, h.90-93. 70
Ibid.
46
d. Para Pihak dalam Transaksi E-commerce
Transaksi E-commerce melibatkan para pihak, baik pihak yang
terlibat secara langsung maupun pihak yang tidak terlibat secara
langsung. Untuk menentukan siapakah para pihak yang terlibat secara
langsung dan para pihak yang tidak terlibat secara langsung dapat dilihat
dari proses transaksi yang dilakukan, yaitu apakah semua proses
transaksi dilakukan secara online atau hanya beberapa tahap saja yang
dilakukan secara online. Berdasarkan hasil penelitian, apabila seluruh
transaksi dilakukan secara online, maka pihak-pihak yang terlibat terdiri
dari :
1) Penjual/merchant
Penjual/merchant adalah perusahaan/produsen yang menawarkan
produknya melalui internet. Untuk menjadi penjual/merchant, maka
seseorang harus mendaftarkan diri dalam merchant account pada
sebuah bank, tentunya ini dimaksudkan agar penjual/merchant dapat
menerima pembayaran dari pembeli dalam bentuk credit card.
2) Konsumen/card holder
Pembeli/card holder adalah orang-orang yang ingin memperoleh
produk (barang/jasa) melalui pembelian secara online. Pembeli/card
holder yang akan berbelanja di internet dapat berstatus perorangan
atau perusahaan. Pemegang kartu kredit (card Holder) adalah orang
yang namanya tercetak pada kartu kredit yang dikeluarkan oleh
penerbit berdasarkan perjanjian yang dibuat.71
3) Perantara penagihan/Acquirer
Perantara penagihan/acquirer adalah pihak perantara penagihan
(antara penjual dan penerbit) dan perantara pembayaran (antara
pemegang dan penerbit). Pihak perantara pembayaran antara
71
Ratu, “Analisa Hukum Islam Terhadap Masalah Perlindungan Konsumen Yang Terjadi atas
Jual Beli E-Commerce, h.61.
47
pemegang dan penerbit adalah bank dimana pembayaran kartu kredit
dilakukan oleh pemilik kartu kredit/card holder, selanjutnya bank
yang menerima pembayaran ini akan mengirimkan uang pembayaran
tersebut kepada penerbit kartu kredit.
4) Penerbit kartu kredit/Issuer
Penerbit kartu kredit/issuer adalah perusahaan credit card yang
menerbitkan kartu atau perusahan pembayaran internet yang memiliki
kewenangan untuk menerbitkan kredit.
5) Certification Authorities
Certification Authorities adalah pihak ketiga yang netral yang
memegang hak untuk mengeluarkan sertifikasi kepada
penjual/merchant, kepada penerbit kartu kredit/issuer, perantara
penagihan/acquirer, penyedia layanan payment gateway dan dalam
beberapa hal diberikan kepada card holder.72
e. Model-Model E-commerce
Model-model transaksi dari suatu kegiatan e-commerce adalah
sebagai berikut:73
1) Business to Business (B2B)
Transaksi Business to Business (B2B) ini merupakan bisnis e-
commerce yang paling banyak dilakukan. B2B secara online
merupakan bisnis perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dengan
kata lain, bisnis ini dilakukan dari dan untuk perusahaan.74
Business to
Business (B2B) ini terdiri dari:
a) Transaksi Inter-Organizational Systems (IOS), misalnya transaksi
extranets, electronic funds transfer, electronic forms, integrated
72
Dianne Eka Rusmawati, “Perlindungan Hukum bagi Konsumen dalam Transaksi E-
Commerce”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, 7, 2, (Mei-Agustus , 2013), h.195-196. 73
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2012), h.408-409. 74
Jonathan Sarwono dan Tutty Martadiredja, Teori E-Commerce Kunci Sukses Perdagangan di
Internet (Yogyakarta: Gava Media, 2008), h.43.
48
messaging, share data based, supply chain management, dan lain-
lain.
b) Transaksi pasar elektronik (electronic market transaction).
2) Business to Consumer (B2C)
Business to Consumer (B2C) merupakan transaksi ritel dengan
pembeli individual.
3) Consumer to Consumer (C2C)
Consumer to Consumer (C2C) merupakan transaksi dimana konsumen
menjual produk secara langsung kepada konsumen lainnya. Dan juga
seorang individu yang mengiklankan produk barang atau jasa,
pengetahuan, maupun keahliannya di salah satu situs lelang.
4) Consumer to Business (C2B)
Consumer to Business (C2B) merupakan individu yang menjual
produk atau jasa kepada organisasi dan individu yang mencari penjual
dan melakukan transaksi.
5) Non-Business Electronic Commerce
Dalam hal ini meliputi kegiatan non bisnis seperti kegiatan lembaga
pendidikan, organisasi nirlaba, keagamaan dan lain-lain.
6) Intrabusiness (Organizational) Electronic Commerce
Kegiatan ini meliputi semua aktivitas internal organisasi melalui
internet untuk melakukan pertukaran barang, jasa dan informasi,
menjual produk perusahaan kepada karyawan, dan lain-lain.
49
f. Keuntungan dan Kerugian E-commerce
Keuntungan yang didapat oleh konsumen dalam transaksi e-
commerce antara lain:75
1) Pembeli tidak perlu mendatangi toko untuk mendapatkan barang,
cukup terkoneksi dengan internet, pilih barang dan selanjutnya
melakukan pemesanan barang, dan barang akan di antar ke rumah.
2) Menghemat waktu dan biaya transportasi berbelanja.
3) Pilihan yang ditawarkan sangat beragam.
4) Dengan perantara via internet pembeli dapat membeli barang di
negara lain secara online.
5) Harga yang ditawarkan sangat kompetitif, karena tingkat persaingan
dari pelaku usaha melalui media internet sehingga mereka bersaing
untuk menarik perhatian dengan cara menawarkan harga serendah-
rendahnya.
Menurut, Yusuf Sofie seperti yang dikutip Tira Nur Fitria
disamping keuntungan yang didapat penjual dan pembeli, adapun
kerugiannya adalah sebagai berikut:
1) Produk tidak dapat dicoba. Dalam jual beli via internet produk yang
ditawarkan adalah bermacam-macam dan beragam, dan semua produk
tersebut tidak dapat dicoba, bila pembeli mencari pakaian, terutama
pakaian atau yang lain maka pembeli tidak bisa mencoba.
2) Standar dari barang tidak sesuai. Salah satu kerugian yang di dapat
pembeli dalam jual beli via internet adalah barang tidak sama dengan
aslinya, di situs toko berbasis web yang ditampilkan adalah
foto/gambar barang yang di tawarkan. Kesamaan dari barang
foto/gambar yang kita lihat di sekitar monitor tidak bisa seratus persen
persis sama.
75
Tira Nur Fitria, “Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) dalam Hukum Islam dan Hukum
Negara”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 03, 01, (Maret, 2017), h.56-58.
50
3) Pengiriman mahal. Jual beli via internet yang terjadi melalui media
elektronik yang berjauhan tentunya produk yang dibeli tidak selalu
langsung kita dapat mengambil. Pemilik toko online masih
memerlukan jasa pengiriman, dan yang menentukan pengiriman
produk yang memiliki barang-barang tersebut pengiriman jasa JNE,
TIKI, Pos Indonesia, dan sebagainya.
4) Risiko penipuan. Dalam jual beli via intenet, toko berbasis web
memang rentan akan penipuan. Pastikan belanja di website online
yang dapat diandalkan. Bahayanya uang akan diteruskan ke penjual
meskipun produk tidak dikirim dan tidak pernah dikirimkan
selamanya76
.
C. Review Studi Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian ini, untuk menghindari penelitian terhadap
obyek yang sama terhadap suatu penelitian yang sama, maka penulis telah
melakukan review kajian terdahulu yang serumpun yang pernah dilakukan,
tetapi tetap terdapat perbedaan dengan yang penulis. Hasil penelitian tersebut
digunakan sebagai pembanding dan acuan dalam menganalisa permasahalan
yang dijabarkan dalam skripsi ini. Berikut beberapa tinjauan pustaka yang telah
dilakukan sebelumnya.
Skripsi yang ditulis oleh Apriyanti (2014) dari Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap
Konsumen dalam Transaksi E-commerce di Tinjau dari Hukum
Perikatan”. Fokus masalah yang diteliti membahas mengenai perlindungan
konsumen dalam transaksi e-commerce ditinjau dari hukum perikatan. Hasil dari
skripsi ini menjelaskan bahwa keabsahan sebuah kontrak elektronik yang
didasari oleh asas konsensualisme yang diatur dalam Pasal 1320 KUH perdata
serta dikuatkan dengan Pasal 18 Undang-Undang Informasi dan Transaksi
76
Ibid.
51
Elektronik serta perlindungan hukum terhadap konsumen timbul dari adanya hak
dan kewajiban kedua belah pihak yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 dan jalur penyelesaian sengketa konsumen ditempuh melalui jalur
pengadilan dan di luar pengadilan.
Kemudian pada tahun (2015), Ryandika Bestari Prabowo dari Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakartamenulis skripsi yang
berjudul “Transaksi Electronic Retailing dalam Konsep Perlindungan
Konsumen Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam” berfukos pada
mekanisme jual beli dalam sistem electronic retailing dan menganalisis
kesesuaian konsep perlindungan konsumen menurut hukum positif dan hukum
Islam. Hasil Penelitian menjelaskan bahwa mekanisme pada transaksi electronic
retailing seperti penyediaan informasi dan memberikan ganti rugi produk, serta
menyediakan jaminan keamanan data pribadi konsumen cukup sesuai dengan
konsep perlindungan konsumen menurut hukum positif.
Jurnal yang dipublikasikan oleh Galih Setiyo Budhi Jurnal Electronics,
Informatics, and Vocational Education (ELINVO), Volume 2, Nomor 1 pada
tahun 2016 dengan judul; “Analisis Sistem E-commerce Pada Perusahaan
Jual Beli Online Lazada Indonesia”. Jurnal ini menganalisis mengenai sistem
e-commerce pada situs belanjan online terbesar di Indonesia yaitu Lazada.co.id.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa Lazada Indonesia mampu menjadi
perusahaan belanja online terbesar di Indonesia dengan berbagai kelebihan
pelayanan maupun jaminan keamanan transaksi. Namun, Lazada juga masih
memiliki beberapa kelemahan, diantara mengenai security system, dengan masih
banyaknya konsumen yang mengalami penipuan. Perusahaan Lazada Indonesia
menggunakan strategi inovation, bargaining power of consumer dan bargaining
power of suppliers untuk menjadikan perusahaan belanja online terbesar di
Indonesia.
Review selanjutnya pada Islamic Economics Journal Vol. 1, Nomor 2
dilakukan oleh Arie Rachmat Soejonto (2015) yang berjudul “E-commerce
52
dalam Perspektif Islam”. Fokus masalah membahas mengenai hukum jual beli
melalui media internet dengan memberikan dasar hukum batasan-batasan
syariah tentang jual beli melalui internet yang bersumber pada Al-Qur‟an dan
Al-Hadits. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa jual beli melalui internet atau
e-commerce ini diperbolehkan dengan catatan harus memenuhi rukun dan
syarat-syaratnya. Jual beli e-commerce sah hukumnya jika tidak keluar dari
ketentuan yang ada pada akad antara penjual dan pembeli, serta barang yang
dijual harus jelas, halal dan tidak diharamkan dalam Islam.
Di tahun sebelumnya Vidyantina Heppy Anandhita (2014) termuat dalam
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol. 4 Nomor 2 yang berjudul
“Perlindungan Konsumen Oleh Pelaku Usaha Online Dalam Proses
Transaksi di Jakarta” meneliti tentang perlindungan konsumen oleh pelaku
usaha online dalam proses transaksi dengan studi kasus hanya di Jakarta yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kewajiban perlindungan
konsumen yang dilakukan pelaku usaha online di DKI Jakarta. Penelitian ini
menggunakan purposive sampling dengan 30 responden pelaku usaha online.
Dari hasil penelitian dikehui bahwa lebih dari 80% responden telah
menyampaikan informasi lengkap dan benar mengenai produk (harga, kualitas,
merek, spesifikasi) yang ditawarkan, akan tetapi ada sekitar 30% responden
yang tidak memberikan jaminan kecacatan dan tidak mencantumkan kontrak dan
prosedur pembayaran dalam websitenya.
Lebih lanjut perbandingan perlindungan konsumen dalam transaksi e-
commerce dengan menggunakan perspektif hukum nasional dan internasional
diteliti oleh Acep Rohendi (2015) dengan judul “Perlindungan Konsumen
dalam Transaksi E-commerce Perspektif Hukum Nasional dan
Internasional”, Ecodemica. Vol III. Nomor 2. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK) dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) telah mampu memberikan perlindungan hukum
53
yang memadai bagi konsumen dalam melakukan transaksi jual beli barang
bergerak melalui e-commerce, perlindungan hukum tersebut terlihat dalam
ketentuan-ketentuan UUPK dan UU ITE. Namun peneliti memandang
pemerintah perlu segera membuat peraturan pelaksana untuk melengkapi
ketentuan hukum dalam UU ITE, karena masih terdapat hal-hal yang tidak diatur
dalam UU ITE, sehingga perlu dimasukkan ke dalam peraturan pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang pelindungan hukum dalam
transaksi e-commerce banyak yang berfokus pada beberapa sumber hukum.
Perbedaannya dalam skripsi yang penulis bahas adalah lebih menekankan
kepada sudut hubungan Hukum Ekonomi Syariah dan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999. Sedangkan penelitian yang akan penulis susun mengambil fokus
kepada analisa salah satu situs e-commerce yaitu muslimgaleri.co.id sehingga
penulis merasa penelitian ini perlu dan patut dikaji.
54
BAB III
PROFIL SIITUS MUSLIMGALERI.CO.ID
A. Profil Singkat Muslimgaleri.co.id
Muslimgaleri.co.id adalah salah satu toko online di bawah naungan CV.
Surya Putra Trading. CV (Commanditaire Vennootschap) adalah persekutuan
yang didirikan oleh satu orang atau lebih yang secara tanggung menanggung
bertanggung jawab seluruhnya (solider)1 pada pihak pertama (sekutu
komplementer)2, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (sekutu
komanditer)3 pada pihak lain.
4
Penamaan Muslim Galeri dengan alamat website muslimgaleri.co.id, yang
dahulu masih dengan nama www.muslimgaleri.com dikarenakan menjual
produk-produk Islami yaitu awalnya menjual jilbab, baju muslim, baju koko dan
sampai sekarang masih seputar itu yaitu produk-produk yang dibutuhkan muslim
dan muslimah.5
Awalnya, pada 2006, Isti ibu dua anak yang bernama lengkap Nur Ain
Istikharah mulai berbisnis pakaian muslim dan jilbab yang dibawanya dari
Indonesia untuk dijajakan door-to-door kepada teman-teman dan juga komunitas
Melayu di Singapura. Hampir dua tahun menjalani bisnis seperti itu, Isti merasa
kelelahan karena selain sedang mengandung anak kedua, bisnis door-to-door
sangat menguras waktu dan tenaga. Oleh karena itu, tercetuslah ide untuk
1 Solider adalah bersifat mempunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu (senasib, sehina,
semalu, dan sebagainya); (rasa) setia kawan. 2 Sekutu Komplementer adalah adalah sekutu yang menjalankan perusahaan dan berhak
melakukan perjanjian dengan pihak ketiga. 3 Sekutu Komanditer adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang atau barang sebagai
pemasukan pada persekutuan dan tidak ikut campur di dalam mengurus atau mengelola persekutuan. 4 Mulhadi, Hukum Perusahaan; Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h.57 5 Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
55
membuat toko online yang di-launching pada Agustus 2008.6 Alasan sang
suami, Fendaby Surya Putra mendirikan usaha dan membuat website tersebut
ialah ingin memberikan kesibukan kepada istri di rumah tetapi sampai saat ini
beliau yang merupakan lulusan dari Jurusan Elektro Universitas Teknologi
Nanyang Singapura yang justru lebih berperan langsung dalam usaha ini.7
Setelah meluncurkan website muslimgaleri.co.id, Isti dan suami Fendaby
Surya Putra giat mempromosikan bisnisnya yang fokus pada busana muslim,
jilbab, dan aksesoris. Sang suami bahkan dengan tekun mempelajari SEO
(search engine optimization) untuk menarik perhatian pelanggan agar
berkunjung dan berbelanja di Muslim Galeri.
Proses pembuatan websitenya sendiri dilakukan oleh programmer, setelah
itu custom berdasarkan kebutuhan, programmer sendiri berasal dari keluarga
namun saat ini dia sebagai konsultan saja. Setelah rampung membangun sistem
dan marketing online, satu persatu pelanggan pun berdatangan ke situs Muslim
Galeri. Kebanyakan para pelanggan masih berasal dari Jabodetabek, sebagian
dari luar daerah, bahkan ada pula yang dari luar negeri.
Muslim Galeri yang tadinya hanya digawangi oleh Isti dan suami, kini
sudah kantor ada 4 kantor yang terbagi dari beberapa tim, dan memiliki jumlah
karyawan ada 80 orang.8 Saat ini memang masih di bawah naungan CV karena
masih keluarga yang mengelola. Namun dalam waktu dekat status Muslim
Galeri akan dinaikkan menjadi CV atau PT. Dengan perubahan status tersebut,
diharap dapat memberdayakan lebih banyak lagi karyawan. Selain itu, dengan
berbadan hukum, perusahaan akan lebih mudah dalam mengakses permodalan di
masa mendatang.
6 Aditya Nugroho, “Muslim Galeri, from Door-to-Door to Online Store”, artikel diakses pada
10 April 2018 dari https://www.eramuslim.com/berita/info-bisnis/muslim-galeri-from-door-to-door-
to-online-store.htm#.Ws2N1PUxV0t. 7 Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
8 Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
56
B. Visi dan Misi Muslimgaleri.co.id
Visi :
Menjadi toko online busana muslim terbaik di dunia dalam hal pelayanan dan
manfaatnya bagi orang banyak.
Misi :
1. Menjadi role model toko online di Indonesia.
2. Memberikan pengalaman belanja online terbaik bagi para customer.
3. Memberikan fasilitas dan juga pembinaan terbaik bagi para agen/reseller.
4. Menciptakan SDM muslimgaleri.co.id yang bermutu, baik dari akhlak
maupun kemampuan teknisnya.
5. Mensejahterakan semua karyawan muslimgaleri.co.id dan lingkungan
sekitar.9
C. Struktur Organisasi Muslimgaleri.co.id
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas kepada unit-unit
yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan, dengan
adanya pembagian atas pemutusan tugas yang diberikan tersebut, dapat
mencegah atau mendeteksi dengan cepat atas kesalahan-kesalahan dalam
melaksanakan tugas yang telah diberikan perusahaan.
CV Surya Putra Trading adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
perdagangan, sudah memiliki pengalaman kurang lebih selama 10 tahun yang
membuat website www.muslimgaleri.co.id untuk penghubung antara pelanggan
dan customer service. Karena memang muslim galeri menawarkan berbagai
macam busana muslim dan aksesorisnya secara online tapi tetap terpercaya.
Dibawah ini merupakan uraian struktur organisasi dan tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berlaku diperusahaan. Semua tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berada dalam perusahaan dilakukan setiap hari demi untuk
meningkatkan kinerja karyawan pada perusahaan tersebut dalam struktur
9 Muslim Galeri, artikel diakses pada 10 April 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/page/profil-perusahaan.
57
organisasi ini kita dapat meninjau seperti apa struktur yang ada di dalam
perusahaan.
Gambar 3. 1: Struktur Organisasi Muslim Galeri
Uraian Pekerjaan:
a. Komisaris
Melakukan pengawasan kegiatan pada suatu perusahaan atau organisasi
serta memberi nasihat kepada Direksi. Serta yang bertanggung jawab
mengawasi atas kelancaran serta kesehatan keuangan perusahaan.
b. Direktur
Sebagai koordinator, komunikator, pengambil keputusan, pemimpin,
pengelola dan eksekutor dalam menjalankan dan memimpin perusahaan
Manager.
c. Manajer Marketing
Komisaris
Direktur
Man.Marketing
Customer Service
Tim. Marketing Tim. Creative
Man. Finance
Purchasing Supervisor
Incoming Product
Warehouse
Administration Equipment
58
Mengambil keputusan yang berkaitan dengan pembelanjaan,
merencanakan, mengatur dan mengontrol perencanaan, laporan dan
pembiayaan perusahaan.
d. Tim Marketing
Seorang marketing mempunyai tugas untuk memastikan bahwa
produk/jasa yang ditawarkan bisa menembus target pasar serta diterima
dan disukai oleh pembeli yang akan terus kembali membeli dan menjadi
pelanggan setia. Jadi, tugas seorang marketing sebenarnya mencakup
seluruh proses dari hulu hingga hilir.
e. Tim Creative
Kerja yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kreativitas di
departemen kreatif. Semua iklan yang dibuat dari iklan cetak atau digital,
iklan siaran, surat langsung, situs web dan produk kampanye atau jasa
semua lahir dari ide-ide kreatif oleh tim kreatif.
f. Tim Customer Service
Tugas customer service adalah membina relationship dengan customer
dan menyampaikan keinginan customer ke bagian lain di dalam
perusahaan. Tujuannya adalah agar perusahaan dapat memberikan
pelayanan yang sesuai denngan kebutuhan dan keinginan customer.
g. Manajer Finance
Sebagai pengelolaan keuangan yang baik, merencanakan,
mengembangkan, dan mengendalikan fungsi keuangan dan akuntansi di
perusahaan.
h. Purchasing
Bagian yang mempunyai tugas dan wewenang untuk menyediakan
material untuk keperluan produksi.
i. Supervisor
Menyelesaikan masalah sebisanya tanpa harus ditangani oleh atasan atau
manager. Lalu sebagai penghubung antara staf dan manager.
59
j. Incoming Product
Mengendalikan kualitas atau mutu serta menguji produk sesuai dengan
standar kualitas perusahaan.
k. Warehouse
Melengkapi pengiriman dan penyimpanan barang melalui pengolahan
dan perintah pemuatan. Serta bertanggung jawab atas kebersihan dan
kerapian di dalam area gudang barang.
l. Administration
Tanggung jawab admin sangat luas namun intinya memastikan segala
kegiatan yang bersifat administratif atau ketatausahaan kantor atau
perusahaan berjalan dengan baik dan lancar.
m. Equipment
Equipment management bermanfaat untuk mencapai empat target bisnis
yang penting bagi perusahaan: mengidentifikasikan masalah yang
sebenarnya, memprioritaskan dan melancarkan tugas, menyediakan data
yang mendukung pengelolaan pengeluaran langsung seperti biaya
operasional, fungsi memberitahukan, dimana ada dan bagaimana cara
mengatasi waktu luang untuk mengurangi biaya pengeluaran.
D. Produk Muslimgaleri.co.id
Produk adalah jenis-jenis barang yang diperjualbelikan pada website
Muslim Galeri, terdapat beberapa kategori yaitu:10
1. Wanita
Kategori wanita terdiri dari beberapa produk diantaranya sarimbit, jilbab
kerudung, blus dan gamis, rocella rok, rocella celana, rocella rok celana,
rocella atasan, rocella dress, rocella sleepwear, celana dan rok, mukena, baju
renang, cardi dan coat, serta busana rajut.
10
Muslim Galeri, artikel diakses pada 10 April 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/k~jilbab-kerudung.
60
Gambar 3. 2: Kategori Produk Wanita Muslimgaleri.co.id
2. Pria
Kategori pria terdiri dari sarimbit, pasha atasan, pasha bawahan, koko, dan
sarung.
Gambar 3. 3: Kategori Produk Pria Muslimgaleri.co.id
61
3. Anak-anak
Kategori anak-anak terdiri dari rocella rok celana kids, speaker Al-Qur‟an,
jilbab anak, sarung anak, baju anak, dan mukena anak.
Gambar 3. 4: Kategori Produk Anak-anak Muslimgaleri.co.id
4. Lain-Lain
Kategori lain-lain terdiri dari berbagai produk sale cuci gudang, aksesoris, al-
qur‟an dan buku islami, serta sajadah.
Gambar 3. 5: Kategori Produk Lain-lain Muslimgaleri.co.id
62
E. Mekanisme Transaksi di Muslimgaleri.co.id
Mekanisme transaksi di Muslimgaleri.co.id terbilang praktis, karena pada
dasarnya hadirnya transaksi e-commerce adalah untuk memudahkan konsumen
dalam berbelanja dan tersedia banyak pilihan hanya dengan memalui katalog
yang tertera dalam website. Mekanisme transaksi tersebut terbagi dalam 3
tahapan, yaitu:
a. Pemesanan
a. Ada 3 pilihan cara berbelanja untuk para konsumen di
muslimgaleri.co.id.
1) Belanja online via website
Gambar 3. 6: Mekanisme Belanja Online Muslimgaleri.co.id
63
64
65
Langkah pertama yaitu konsumen memasukan alamat website
muslimgaleri.co.id, jika sudah masuk ke halaman website maka
konsumen dapat login dengan akun alamat email dan password yang
sudah dibuat, setelah memasukan alamat email dan password klik
login dan akan muncul detail akun seperti pada gambar ke-3.
Tahap selanjutnya konsumen mulai memilih barang yang akan
diorder dengan mengklik gambar produk tersebut, perlu diketahui
bahwa semua produk yang tampil pada website Muslim Galeri
merupakan real stock atau sesuai stock barang yang di gudang
dengan tingkat keakuratan 95%. Setelah konsumen mengklik produk
maka akan keluar informasi dari produk tersebut secara detail yaitu
jenis bahan, variasi, ukuran, di bawah keterangan harga pun tertera
66
jumlah stock yang tersedia serta berat dari barang tersebut. Tahap
selanjutnya konsumen yang sudah memastikan produk dan ukuran
yang diinginkan serta jumlah yang dibeli akan melakukan konfirmasi
atas pesanan tersebut dengan mengklik “Add to Chart” pada gambar
ke-5.
Setelah itu, konsumen dapat memastikan kembali produk yang
diorder dengan melihat kota keranjang belanja yang berada di kolom
atas kanan website, ketika sudah merasa produk yang diorder sudah
sesuai maka konsumen klik “Lanjut Proses Checkout” dan
konsumen dapat memasukan alamat pengiriman seperti pada gambar
nomor 6. Konsumen juga dapat memilih ekspedisi kurir pada gambar
nomor 7 yang dinginkan lalu klik “Selesai” seperti pada gambar
nomor 8. Setelah selesai belanja maka akan ada informasi nomor
invoice/nomor order konsumen yang digunakan untuk konfirmasi
pembayaran.
2) Belanja via email yaitu dengan mengirimkan email ke
[email protected] ( konsumen cukup sebutkan nama produk,
jumlah dan alamat lengkap).
3) Belanja via SMS/TELP. Informasi pemesanan harus mencakup:
Nama, produk yang dipesan, dan alamat pengiriman. Namun
customer service tidak dapat memproses jika informasi tidak
lengkap.
b. Terima Invoice (Tagihan)
1) Belanja online. Customer dapat mengetahui jumlah tagihannya
setelah customer melakukan konfirmasi pemesanan. Tagihan juga
langsung dikirim ke alamat email customer.
2) Belanja via email. Tagihan akan dikirim ke alamat email customer.
3) Belanja via SMS/TELP: Tagihan akan dikirim melalui SMS ke
nomor handphone customer.
67
b. Pembayaran
Barang akan dikirim langsung di hari yang sama saat belanja, jika
telah konfirmasi transfer maksimal pukul 13:30 WIB untuk hari Senin-
Jumat dan maksimal pukul 10:30 WIB untuk hari Sabtu. Jika lewat dari itu
maka barang dikirim esok harinya. Pembayaran Sabtu sore sampai dengan
Minggu akan diproses hari Senin.
Pembayaran dalam toko online muslimgaleri.co.id dapat dilakukan
dengan cara berikut:
Transfer Bank (termasuk Internet Banking)
Kemudian konsumen klik “checkout” setelah melakukan belanja,
konsumen dapat memilih cara pembayaran melalui transfer bank.
Muslimgaleri.co.id menyediakan 4 pilihan transfer rekening bank, yaitu
BCA, Mandiri, BNI dan BRI. Setelah transfer konsumen melakukan
konfirmasi ke customer service. Isi pesan mencakup:
Nomor Invoice :___________________________________________
Nama Bank :_____________________________________________
Jumlah Uang yang ditransfer :_______________________________
Atau bisa melakukan konfirmasi pembayaran online melalui
menu akunku dalam website seperti pada tampilan sebagai berikut:
68
Gambar 3. 7: Mekanisme Konfirmasi Pembayaran
Muslimgaleri.co.id11
Apabila Konsumen melakukan konfirmasi pembayaran pada akun
member di website, maka konsumen akan masuk pada menu Riwayat
11
Muslim Galeri, artikel diakses pada 10 April 2018 dari muslimgaleri.co.id.
69
Pembelian, kemudian akan muncul daftar riwayat pembelian konsumen
seperti tampilan gambar nomor 1 yang bersisi nomor order, penerima,
tanggal, total bayar, gudang, status, resi, download, dan lihat detil. Tahap
selanjutnya, tampilan gambar nomor 2 konsumen yang sudah memastikan
nomor order yang telah melakukan pembayaran akan melakukan konfirmasi
atas pesanan tersebut dengan mengklik pilihan lihat detil, kemudian muncul
status dari pesanan tersebut dan klik kotak konfirmasi pembayaran seperti
langkah nomor 3.
c. Pengiriman
Pengiriman merupakan suatu proses yang dilakukan setelah
pembayaran atas barang yang telah ditawarkan oleh penjual kepada pembeli,
dalam hal ini pembeli berhak atas penerimaan barang termaksud.12
Pengiriman dapat dilakukan langsung di hari yang sama saat transfer
jika memenuhi ketentuan cara pembayaran di atas, karena Muslim Galeri
sudah menggunakan sistem pick up jadi pihak kurir yang datang ke gudang
Muslim Galeri untuk mengambil barang secara dua kali, sekitar jam 12:00
WIB dan jam 16:00 WIB, dan maksimal packing jam 15:00 WIB.
Sistem muslimgaleri.co.id dapat menghitung perkiraan biaya
pengiriman secara otomatis berdasarkan:
a. Alamat pengiriman yang dipilih.
b. Berat total pesanan customer secara otomatis.
Jika ada kelebihan biaya pengiriman, Muslim Galeri akan
mengembalikannya melalui bank transfer ke rekening customer.
12
Presly Prayogo, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen dalam Jual Beli
Melalui Internet”, Lex et Societatis, II, 4, (Mei 2014), h.82.
70
Muslimgaleri.co.id menggunakan jasa pengiriman sebagai berikut:
Tabel 3. 1: Pilihan Pengiriman Muslimgaleri.co.id
Nomor Jenis
Pengiriman
Estimasi Waktu Cakupan
Wilayah
1) JNE Jika alamat pengiriman konsumen
berada di Indonesia,
muslimgaleri.co.id akan
memberikan pilihan untuk
pengiriman menggunakan kurir
JNE "Regular" dengan lama
pengiriman 2-5 hari kerja. Biaya
pengiriman (per kg) tergantung dari
alamat pengiriman.
Tarif pengiriman JNE bisa dicek di
: http://www.jne.co.id/
Isi kolom "FROM" = Tangerang.
LOKAL
Indonesia
2) POS
Indonesia
Muslimgaleri.co.id juga bisa
memberikan pilihan untuk
pengiriman menggunakan kurir
POS "KILAT KHUSUS" dengan
lama pengiriman 2-5 hari kerja.
Biaya pengiriman (per kg)
tergantung dari alamat pengiriman.
Tarif pengiriman POS bisa dicek di
: http://www.posindonesia.co.id
Isi kolom "FROM" = Ciputat.
LOKAL
Indonesia
3) APX dan
Pos Reguler
Jika alamat pengiriman konsumen
di Singapura atau Malaysia,
Singapura
dan Malaysia
71
muslimgaleri.co.id akan
memberikan pilihan untuk
pengiriman menggunakan kurir
express (APX) ataupun pos reguler.
Estimated Shipping Cost to
Singapore & Malaysia.
4) APX dan
EMS
Untuk alamat pengiriman ke luar
negeri lainnya Muslim Galeri
memberikan pilihan untuk
menggunakan jasa Kurir EMS
ataupun kurir APX dengan lama
pengiriman 3-5 hari kerja.
Namun, selain kurir-kurir yang
muslimgaleri.co.id siapkan di atas,
tidak menutup kemungkinan jika
konsumen mau menggunakan jasa
kurir langganan, silahkan dengan
memberitahu kepada CS
muslimgaleri.co.id.
Other
Internasional
72
Skema 3. 1: Skema Penyerahan Barang
Setelah konsumen selesai melakukan pesanan dan konfimasi
pembayaran, Muslim Galeri akan segera melakukan packing dan
mengkonfirmasi nomor resi pengiriman melalui email/chat. Pengecekan
status pesanan dapat dilihat pada alamat web dari jenis pengiriman yang
dipilih. Muslim Galeri tidak dapat menjadwalkan pengiriman, oleh karena
itu Muslim Galeri tidak menjamin pengiriman pesanan konsumen di tanggal
dan jam yang ditentukan. Namun, Muslim Galeri dapat meyakinkan
konsumen bahwa Muslim Galeri bekerja sama dengan mitra kurir yang
terpercaya. Pihak kurir menyediakan informasi tentang estimasi pengiriman
tergantung berdasarkan wilayah alamat pengiriman. Dan jika ada
keterlambatan dalam proses pengiriman barang customer service Muslim
Galeri tetap membantu customernya untuk tracking barang pesanan atau
pun menghubungi pihak kurir langsung untuk mengkonfirmasinya.13
13
Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
73
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999
Banyaknya kasus penipuan yang mengakibatkan konsumen mengalami
kerugian merupakan salah satu poin buruk dalam dunia e-commerce. Dari 642
pengaduan yang diterima Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
selama 2017, salah satunya paling banyak adalah belanja online. Sehingga
alangkah lebih baik apabila e-commerce Indonesia didukung dengan regulasi
yang tepat dan jelas.
Saat ini perlindungan bagi konsumen e-commerce berpedoman pada
pendekatan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Internet dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004 tentang Perdagangan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem Informasi dan Transaksi Elektronik.
Kabar baiknya dikarenakan makin berkembangnya e-commerce membuat
pemerintah merasa perlu untuk membuat aturan khusus yang mengatur bisnis
ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution
mengungkapkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Perdagangan
Eletronik yang sudah dibahas sejak 2015 lalu setelah ditunggu bertahun-tahun
sudah masuk tahap finalisasi dan akan mengatur sejumlah hal krusial terkait e-
commerce, termasuk sistem pembayaran, data, dan tarif pajak.1 Ini menjadi
angin segar bagi perkembangan e-commerce dalam menghadapi tantangan
ekonomi di masa depan.
1 Indotelko, “RPP eCommerce masuk tahap finalisasi, ini harapan idEA” artikel diakses pada 5
Juli 2018 dari https://www.indotelko.com/kanal?c=ecm&it=rpp-ecommerce-finalisasi-idea.
74
Ketentuan-ketentuan dalam UPPK sendiri mengatur perlindungan
konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha. UUPK
justru bisa mendorong iklim usaha yang sehat serta mendorong lahirnya
perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan yang ada dengan
menyediakan barang/jasa yang berkualitas. Namun penulis hanya akan
membahas beberapa poin saja mengenai ketentuan tersebut, sebagaimana telah
diuraikan dalam bab II dengan menganalisis implementasi pada situs
muslimgaleri.co.id.
1. Hak Konsumen
Hak Konsumen menurut ketetapan UUPK, sebagai berikut:
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
Dalam transaksi e-commerce, agar konsumen terhindar dari kerugian
fisik maupun psikis dalam mengkonsumsi suatu produk maka hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa menjadi butir yang penting.
Jadi, meskipun pada musmlimgaleri.co.id tidak ada aturan khusus
mengatur hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa, tetapi pemenuhan hak ini berkaitan
dengan hak-hak konsumen lainnya, yaitu untuk menjamin bahwa suatu
barang/atau jasa dalam penggunaannya memberi kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam penggunanya, maka konsumen
diberikan hak untuk memilih barang dan/atau jasa yang dikehendakinya
berdasarkan atas keterbukaan informasi yang benar, jelas, dan jujur.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan.
Konsumen dapat dengan bebas memilih berbagai produk yang tersedia
di katalog website muslimgaleri.co.id tanpa ada paksaan ataupun tekanan
dari pihak luar. Konsumen berhak memutuskan untuk membeli atau tidak
membeli suatu produk, memilih kisaran harga produk yang diinginkan,
75
dan memilih kuantitas maupun kualitas jenis produk yang dipilih
berdasarkan informasi yang terdapat di website. Meskipun
muslimgaleri.co.id bukan e-commerce dengan konsep marketplace2,
tetapi produk yang dijual cukup variatif.
Dalam hal memilih barang, konsumen hanya dapat melihat foto dari
katalog online yang ditampilkan. Pada bentuk foto atau gambar mungkin
saja sudah melalui tahap editing sehingga barang sering tidak sesuai
dengan aslinya. Karena kesamaan dari barang foto/gambar yang dilihat di
monitor website tidak bisa seratus persen persis sama.
Namun pihak Muslim Galeri menyatakan bahwa memang ada editing
foto oleh tim kreatif tetapi proses editing tetap mengutamakan kualitas
foto sehingga sesuai dengan produk asli yang dijanjikan.3 Dengan
demikian konsumen terlindungi dari kerugian produk tidak sesuai dengan
nilai tukar, maksudnya karena dalam keadaan tertentu konsumen dapat
saja konsumen membayar harga suatu produk yang jauh lebih tinggi dari
pada kegunaan atau kualitas dan kuantitas barang atau jasa yang
diperolehnya.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.
Pelaku usaha atau penjual (merchant) dalam transaksi e-commerce
harus memberikan keterangan secara detail dan jelas mengenai kondisi
barang atau spesifikasi barang serta keterangan-keterangan lain yang
berkaitan dengan barang yang dijual/diperdagangkannya. Dalam hak ini
muslimgaleri.co.id telah berupaya memberikan informasi produk dengan
menampilkan katalog produk yang memuat informasi seperti gambar
produk, nama produk, warna produk, bahan produk, ukuran produk, stock
2 Marketplace adalah sebuah lokasi jual beli produk dimana seller dan juga konsumen bertemu
di suatu tempat. Seller akan menjual barangnya di lapak yang sudah disediakan oleh e-commerce
dengan konsep marketplace. 3 Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
76
produk, sampai ke berat satuan dari produk. Hal ini dilakukan karena
unsur informasi yang benar, jelas, dan jujur merupakan salah satu hal
yang sangat diperhatikan dalam proses jual beli online.
Gambar 4. 1: Foto Produk Muslimgaleri.co.id4
Pihak Muslim Galeri mencantumkan media berupa gambar atau foto
untuk mengambarkan kondisi barang yang dijual. Adapun standar yang
menjadi foto dari katalog yaitu foto ukuran 3:2 yang dikerjakan oleh tim
kreatif yang sudah berpengalaman sehingga kualitas foto bagus dan
sesuai dengan produk aslinya.5 Setiap foto produk menggunakan model,
latar belakang putih, dan disediakan 2 sampai 3 jenis arah foto yang bisa
didownload dan dizoom sehingga memudahkan konsumen untuk melihat
detail dari produk.
4 Muslim Galeri, artikel diakses pada 08 Agustus 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/detail~zilova-gamis-tazkia-1725-brown-s~60~513. 5 Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
77
Gambar 4. 2: Informasi Produk Muslimgaleri.co.id6
Mengenai bahan produk seperti: Mini Bubble, Best Double Hiccon,
Katun Strech dan lain sebagainya. Terdapat pula keterangan variasi
pelengkap seperti: Dilengkapi saku disisi kanan dan kiri, kancing di
pergelangan tangan, sangat friendly untuk ibu menyusui.
Selain itu, dalam hal informasi ukuran, muslimgaleri.co.id juga
menyediakan standar pilihan ukuran yang dilengkapi dengan ukuran
berupa chart ukuran S, M, dan L, XL, XXL dengan satuan centimeter
(cm). Hal ini dicantumkan agar konsumen dapat menyesuaikan ukuran
sehingga sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Informasi-informasi yang benar, jelas, dan jujur yang telah
dikumpulkan akan dipertimbangkan secara matang oleh konsumen
sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak barang tersebut
berdasarkan keterangan-keterangan yang tersedia pada website. Melalui
cara ini konsumen merasa lebih aman dan dapat mengurangi resiko yang
akan diterima.
Informasi juga dapat memberikan dampak yang signifikan untuk
meningkatkan efisiensi dari konsumen dalam memilih produk serta
meningkatkan kesetiaannya terhadap produk tertentu, sehingga akan
6 Ibid.
78
memberikan keuntungan bagi perusahaan yang memenuhi
kebutuhannya.7 Dengan demikian, pemenuhan hak ini dapat
menguntungan dua belah pihak yaitu konsumen dan produsen.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan.
Dalam hak ini musmligaleri.co.id memberikan kebebasan terhadap
konsumen untuk menyampaikan kritik dan saran, dimana di situs
muslimgaleri.co.id menyediakan form pengaduan bagi konsumen yang
mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan pada saat melakukan
proses pemesanan produk di muslimgaleri.co.id.
Gambar 4. 3: Form Pengaduan Muslimgaleri.co.id8
Jika terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai hal yang
berkaitan tentang produk-produk tertentu apabila informasi yang
diperoleh kurang memadai dapat disampaikan melalui customer service
Muslim Galeri baik melalui chat, email, ataupun telepon dan fast respon
selama jam kerja. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan customer
7 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), h.41-42. 8 Muslim Galeri, artikel diakses pada 10 September 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/pengaduan.
79
Muslim Galeri, ia tidak pernah kesulitan dalam hal komplain karena
selalu direspon cepat oleh pihak customer service.9
Konsumen dalam jual beli online membutuhkan pembiasaan dalam
arti saat proses jual beli terjadi langsung dapat produknya, ada beberapa
prosesnya. Sehingga masalah yang dikeluhkan biasanya dari
pengirimannya, mayoritas konsumen komplain “Kenapa barangnya
belum sampai?”.10
Muslim Galeri menanggapi jika masalah itu
sebenarnya di luar jangkauan mereka, karena sudah dilimpahkan kepada
pihak kurir tetapi yang bisa dilakukan adalah dengan membantu customer
agar barangnya itu sampai, seperti dengan tracking resi atau dengan
kontak khsusus untuk menghubungi pihak kurirnya langsung.
Owner Muslim Galeri mengatakan pernah ada pengalaman konsumen
Muslim Galeri yang memblokir rekening karena tidak sabar produknya
belum sampai-sampai, tetapi saat produknya sampai masalah tersebut
selesai dengan sendirinya, dan rekening pihak Muslim Galeri pun sudah
difasilitasi oleh bank sehingga dapat terbuka lagi.11
Customer service website Muslim Galeri yang saat ini berjumlah 7
orang memiliki deadline untuk menghandle komplain, namun jika
mereka juga tidak bisa mengatasinya baru dihandle oleh bagian
supervisor atau manager.12
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Selama 10 tahun berdiri Muslim Galeri belum pernah mendapatkan
kasus sengketa konsumen secara serius melalui jalur hukum. Persoalan
mengenai konsumen hanya sebatas permasalahan kecil yang dapat
diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai kesepakatan damai
9 Ayu Wd, Customer Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 12 Mei 2018.
10 Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
11 Ibid.
12 Ibid.
80
diantara para pihak atau penyelesaian di luar pengadilan. Namun jika
terdapat suatu sengketa dengan konsumen maka pihak Muslim Galeri
mengikuti aturan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.13
Permasalahan kecil yang terjadi di Muslim Galeri misalnya konsumen
membeli produk kemudian transfer antar bank membutuhkan waktu
karena misal customer itu mengirim dari beda bank biasanya butuh
waktu 2 hari, namun karena customer merasa sudah mengirim mereka
biasanya sudah “ngejar-ngejar” tetapi pihak customer service belum bisa
memproses walaupun sudah ada bukti transfernya karena bukti transfer
bisa dimanipulas. Jadi penyelesaiannya customer service memberi
pengertian dahulu dan agar sama-sama nyaman ditunggu sampai
transferannya itu masuk, kecuali customer itu sudah berulang atau sudah
sering belanja maka akan langsung dikirim karena sudah terbangun rasa
saling percaya.14
Dalam penyelesaian sengketa untuk mempertahankan hak-hak
konsumen diatur pada Pasal 45 UUPK, yang menyebutkan bahwa
penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
Namun, terkait dengan transaksi e-commerce menurut Iman Sjahputra
UUPK jelas kehilangan efektivitasnya tatkala berhadapan dengan
persoalan pelanggaran hak konsumen (e-commerce) oleh pelaku usaha
yang berdomisili di negara asing, karena undang-undang ini hanya
berlaku terhadap subjek hukum yang berdomisili dalam yuridiksi hukum
Indonesia.15
Jadi, apbila terjadi sengketa maka akan sulit ditentukan
hukum negara mana yang dipakai.
13
Ibid. 14
Ibid. 15
Iman Sjahputra, Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektonik, h.145-148.
81
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
Pendidikan konsumen adalah proses dimana konsumen:16
1) Mengembangkan keahlian untuk membuat keputusan terdidik (tepat)
dalam pembelian barang dan jasa dalam mengingat nilai personal,
pemanfaatan maksimuman permintaan bantuan, alternatif tersedia,
pertimbangan ekologis, dan perubahan kondisi ekonomi.
2) Mengetahui hukum, hak mereka dan metode permintaan bantuan
untuk berpartisipasi secara efektif dan percaya diri dalam pasar dan
mengambil tindakan yang tepat, untuk meminta ganti rugi konsumen.
3) Meningkatkan pemahaman peran masyarakat dalam ekonomi, sosial,
dan sistem pemerintahan dan bagaimana memengaruhi sistem
tersebut membuat mereka tanggap terhadap kebutuhan konsumen.
Hak konsumen ini kembali kepada masing-masing konsumen di mana
pihak muslimgaleri.co.id telah menyediakan berbagai informasi yang
termuat di laman web muslimgaleri.co.id yang dapat diakses secara
bebas. Konsumen memang dituntut aktif, seperti membaca dengan detail
setiap informasi dari suatu produk.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif merupakan hak konsumen agar pelaku usaha tidak
berlaku diskriminatif terhadap konsumen berdasarkan suku, agama,
budaya, daerah, pendidikan, kaya, miskin, dan status sosial lainnya.17
Muslim Galeri memberikan pelayanan yang terbaik pada setiap
customernya. Hal ini sesuai dengan misi dari Muslim Galeri yaitu
“Memberikan pengalaman belanja online terbaik bagi para customer”
16
Ahmad Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan bagi Konsumen di Indonesia , h.97. 17
Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK), Pasal 4 huruf g.
82
serta sejak dahulu sampai sekarang, toko online ini selalu
berkomitmen mengedepankan kenyamanan para customernya dalam
belanja online tanpa membeda-bedakan perlakuan terhadap setiap
customer yaitu dengan sikap ramah dan memberikan kemudahan dalam
melakukan jual beli yang akan menimbulkan rasa simpati atas bisnis
yang dijalankan. Sehingga moto yang diusung 'Happiness Is Yours' yang
artinya kebahagiaan adalah milik Kamu! Kebahagiaan milik para
customer, karena memberi kebahagiaan untuk para customer adalah
prestasi bagi Muslim Galeri.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Pelaksanaan jual beli melalui media internet ini menimbulkan
beberapa permasalahan, seperti diantaranya kerugian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai. Bagi para pihak yang tidak
melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati dapat dituntut untuk melakukan ganti rugi oleh pihak yang
merasa dirugikan.
Ada dua sebab timbulnya ganti rugi, yaitu ganti rugi karena
wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Ganti rugi karena
wanprestasi diatur dimulai dari Pasal 1243 KUH Perdata menyatakan
penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu
perikatan. Sedangkan ganti rugi karena perbuatan melawan hukum diatur
dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Ganti rugi karena perbuatan melawan
hukum adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada orang
yang telah menimbulkan kesalahan kepada pihak yang dirugikannya.18
18
Salim HS., Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontak) (Jakarta : Sinar Grafika,
2003), h. 100.
83
Kelalaian dari produsen berakibat pada munculnya kerugian
konsumen merupakan faktor penentu adanya hak konsumen mengajukan
ganti rugi.19
Hak inilah yang sering kali diindahkan oleh produsen
sebagai pelaku usaha untuk meminimalisir kerugian mereka.
Dalam praktik transaksi jual beli melalui internet, terdapat jaminan-
jaminan yang diberikan berupa ganti rugi. Biasanya jaminan tersebut
diberikan berupa ganti rugi jika barang cacat tidak sesuai dengan
pesanan, atau ada kesalahan dalam pengiriman. Jaminan-jaminan ini
diberikan secara berbeda-beda setiap penjual/pelaku usaha/merchant.
Pada Muslim Galeri alasan konsumen biasanya menuntut ganti rugi
karena produknya reject atau cacat dan salah ukuran.20
Untuk memberikan transaksi yang aman dan rasa kepercayaan dalam
melakukan jual beli online, Muslim Galeri memberikan hak atas
konsumennya untuk melakukan pengembalian barang atas ganti rugi
ataupun kompensasi apabila barang yang dibeli tidak sesuai dengan yang
dijanjikan. Pengembalian barang ini lebih dikenal dengan sistem retur.
Terdapat beberapa syarat dan ketentuan untuk melakukan
pengembalian barang di Muslim Galeri yaitu pengembalian barang tidak
lebih dari 14 hari sejak diterimanya produk, kondisi produk yang akan
diretur harus sama seperti saat diterima pertama kali oleh konsumen,
produk tidak dalam keadaan rusak, kotor, telah digunakan atau dicuci,
label merk masih tertera atau tertempel di produknya.21
19
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013), h.84. 20
Riana Andan Dewi, Customer Service Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei
2018. 21
Ibid.
84
Skema 4. 1: Skema Pengembalian Produk Muslimgaleri.co.id
Dalam pengembalian produk, nantinya konsumen memiliki pilihan
untuk mengganti produk yang dibeli atau dikembalikan uang yang sudah
dibayarkan (refund). Setelah produk telah sampai di gudang, Muslim
Galeri akan memproses pengembalian barang ataupun pengembalian
dana. Untuk pengembalian barang Muslim Galeri akan mengirim ke
alamat konsumen barang baru pengganti yang sesuai.
Hal ini seperti pengalaman yang diungkapkan oleh Ayu wd customer
Muslim Galeri yang mengatakan pernah membeli baju namun terdapat
salah ukuran ternyata kecil dan bisa ditukar. Dimana prosesnya dikirim
barang penggantinya jika barang yang ditukar sudah sampai di Muslim
Galeri.22
Pengembalian barang rusak akan diperiksa ulang oleh Tim Warehouse
dari Muslim Galeri, jika benar terdapat kerusakan, kecacatan/reject, dan
salah ukuran dari yang sebenarnya maka layak untuk mendapat
penggantian barang akan mengkonfirmasi kepada pihak konsumen.
22
Ayu Wd, Customer Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 12 Mei 2018.
85
Namun Muslim Galeri memiliki kebijakan untuk memutuskan tidak
memperbaiki, mengganti atau mengembalikan barang/uang jika tidak
memenuhi syarat kelayakan pengembalian.23
Jadi alasan pengembalian
produk harus bersifat sah dengan terpenuhinya persyaratan pengembalian
barang. Apabila syarat pengembalian barang tidak terpenuhi, maka biaya
pengiriman barang konsumen tidak akan diganti.
Alamat gudang Muslim Galeri untuk mengembalikan produk:
1) Muslim Galeri Warehouse - Komplek Bumi Pamulang Asri Blok C5a
Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan.
2) Muslim Galeri Indonesia - Komplek Bumi Pamulang Asri Blok B3
Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan.
Untuk pengembalian dana dengan cara transfer bank, maka akan
dilakukan refund dengan cara transfer antar bank juga. Pada metode
pengembalian barang, konsumen tidak akan dikenakan biaya tambahan
lagi.24
Estimasi waktu pengembalian barang sama seperti pengiriman
barang di awal, yaitu sesuai dengan jasa kurir dan alamat pengiriman.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Adapun hak-hak konsumen yang lain tidak tercantum dalam UUPK
melainkan terdapat pada peraturan perundang-undangan lainnya, seperti
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Internet dan Transaksi Elektronik,
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Perdagangan, Peraturan
23
Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018. 24
Ibid.
86
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem
Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Paten, dan lain-lainnya.
2. Kewajiban Pelaku Usaha
Dalam undang-undang perlindungan konsumen terdapat beberapa hal
yang menjadi kewajiban pelaku usaha, yang dapat dibandingkan dengan
praktik pada situs muslimgaleri.co.id di antaranya yaitu:
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
Dalam UUPK tampak bahwa itikad baik lebih ditekankan pada pelaku
usaha, karena meliputi semua tahapan dalam melakukan kegiatan
usahanya, sehingga dapat dikatakan kewajiban pelaku usaha beritikad
baik dimulai sejak barang mulai dirancang atau diproduksi sampai pada
tahap purna jual. Sebaliknya konsumen hanya diwajibkan beritikad baik
dalam melakukan transaksi barang atau jasa.25
Hal ini disebabkan karena kemungkinan terjadinya kerugian bagi
konsumen dimulai sejak barang dirancang atau diproduksi oleh produsen,
sedangkan bagi konsumen kemungkinan untuk dapat merugikan
produsen mulai pada saat melakukan transaksi dengan produsen.
Muslim Galeri sangat memperhatikan kualitas dari produk yang
dijual, dimana Muslim Galeri mempunyai standarisasi sendiri. Muslim
Galeri tidak akan menjual produk “abal-abal” dengan harga asal murah
tetapi kualitas tidak bagus. Kualitas merupakan hal yang utama, karena
Muslim Galeri tidak ingin mengecewakan konsumennya.26
Muslim
Galeri memiliki Tim Incoming Product, yang bertugas untuk
mengendalikan kualitas atau mutu serta menguji produk sesuai dengan
standar kualitas perusahaan. Untuk keperluan material produksi sendiri
25
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h.54. 26
Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
87
merupakan tugas Tim Purchasing. Terdapat pula Tim Marketing untuk
memastikan bahwa produk/jasa yang ditawarkan bisa menembus target
pasar serta diterima dan disukai oleh pembeli dan membuat konsumen
terus kembali membeli dan menjadi pelanggan setia. Dengan demikian,
semua tahapan dalam melakukan kegiatan usahanya dari hulu ke hilir
benar-benar sangat diperhatikan.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan.
Kewajiban lain dari produsen agar tidak mengedarkan produk cacat
yaitu memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan, karena informasi di samping merupakan
hak konsumen, juga ketiadaan informasi yang memadai merupakan salah
satu jenis cacat produk, yang akan sangat merugikan konsumen.
Penyampaian informasi terhadap konsumen tersebut dapat berupa:27
1) Representasi. Perlunya representasi yang benar terhadap suatu produk,
karena salah satu penyebab terjadinya kerugian terhadap konsumen
adalah terjadinya misrepresentasi terhadap produk tertentu.
2) Peringatan. Peringatan ini sama pentingnya dengan instruksi
penggunaan suatu produk, yang merupakan informasi bagi konsumen,
walaupun keduanya memiliki fungsi yang berbeda, yaitu instruksi
terutama telah diperhitungkan untuk menjamin efisiensi penggunaan
produk, sedangkan peringatan dirancang untuk menjamin keamanan
penggunaan produk.
3) Instruksi. Selain peringatan, instruksi yang ditujukan untuk menjamin
efisiensi penggunaan produk, juga penting untuk mencegah timbulnya
27
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h.55-61.
88
kerugian bagi konsumen. Pencantuman informasi bagi konsumen yang
berupa instruksi atau petunjuk/prosedur pemakaian suatu produk
merupakan kewajiban bagi produsen agar produknya tidak dianggap
cacat (karena ketiadaan informasi atau intormasi yang tidak memadai).
Seperti pembahasan sebelumnya bahwa Muslim Galeri telah
berusaha memberikan informasi produk dengan menampilkan katalog
produk yang memuat informasi seputar produk pada laman website
muslimgaleri.co.id. Dan Muslim Galeri juga selalu melakukan update
informasi-informasi terbaru mengenai produk, serta membuat inovasi
untuk mendatangkan pengunjung setiap harinya, karena Muslim Galeri
tahu untuk penjualan online sendiri sudah sangat menjamur dan mudah
ditemui di era saat ini.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif.
Kemajuan usaha dari pelaku usaha (merchant) sangat tergantung pada
konsumen. Oleh karena itu hubungan yang baik harus terjalin diantara
keduanya. Pada Muslim Galeri hubungan yang baik antara customer
service selaku penghubung terhadap customer sangat diutamakan.
Customer service Muslim Galeri selalu berusaha memberikan pelayanan
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif kepada setiap
customernya, karena tugas dari customer service adalah membina
relationship dengan customer dengan tanpa membeda-bedakan. Muslim
Galeri pun melakukan evaluasi atas pelayanan customer service,
sehingga terus lebih baik. Dengan demikian customer benar-benar
merasa nyaman dan ingin terus berlangganan.
Hal ini dapat dilihat pada testimonial yang terdapat di laman website
dan pernyataan yang penulis dapatkan dari customer Muslim Galeri yang
89
mengatakan puas dengan pelayanan customer service yang sangat
ramah.28
Gambar 4. 4: Testimonial Pelayanan Customer Service Muslimgaleri.co.id29
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau
jasa yang berlaku.
Pada Muslim Galeri kewajiban ini telah dilakukan yaitu adanya
pembagian Tim Incoming Product yang bertugas mengendalikan kualitas
atau mutu serta menguji produk sesuai dengan standar kualitas
perusahaan. Sebelum produk diproduksi dan dipasarkan, produk baru
tersebut diuji dahulu agar mendapat umpan balik dari customer yang
28
Ayu Wd, Customer Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 12 Mei 2018. 29
Muslim Galeri. Artikel diakses pada 20 Agustus 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/testimonial.
90
menjadi sasaran. Dengan pengujian mutu ini Muslim Galeri mendapat
produk yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan customer.
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau
garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.
Kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan dalam transaksi e-
commerce tidak diberikan secara langsung ketika proses pembelian itu
terjadi, tetapi setelah produk sampai di tangan konsumen, konsumen
dapat mengujinya dalam artian apakah produk tersebut telah sesuai
dengan informasi atau keterangan yang terdapat pada website, atau justru
terdapat ketidaksesuaian. Maka proses menguji/mencoba tersebut
diberikan oleh Muslim Galeri dalam masa retur yang berlaku 14 hari
sejak diterimanya produk.
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan.
Muslim Galeri memberikan kemudahan adanya sistem retur dan
refund sebagai bentuk kompensasi bagi konsumen atas kerugian yang
dialami terhadap produk yang dibeli pada website muslimgaleri.co.id.
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
Sama seperti pada pembahasan sebelumnya, apabila customer Muslim
Galeri menerima produk tidak sesuai dengan apa yang diperjanjian maka
dapat melakukan pengembalian produk jika memenuhi syarat dan akan
dikirimkan barang pengganti yang sesuai dengan keinginan konsumen.
91
Jika dilihat dari upaya yang dilakukan Muslim Galeri, terlihat sudah
selaras dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen tampak bahwa hak konsumen bertimbal balik
dengan kewajiban pelaku usaha. Ini berarti hak bagi konsumen adalah
kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha.
3. Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Selanjutnya, berdasarkan substansi pada Pasal 19 Ayat 1 Undang-
Undang Perlindungan Konsumen dapat diketahui bahwa tanggung jawab
pelaku usaha, meliputi:
a. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan.
b. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran.
c. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.
Sesuai dengan hak-hak yang dimiliki oleh konsumen, diantaranya yang
paling menonjol adalah mengenai ganti rugi atas kerugian yang diderita
konsumen sebagai akibat dari penggunaan produk barang dari pelaku usaha,
baik yang berupa kerugian materi, fisik, maupun jiwa.
Perlindungan hukum bagi konsumen terhadap produk cacat di Indonesia
diberikan oleh hukum perdata yang diatur di dalam Pasal 1328 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang tanggung gugatnya
berdasarkan wanprestasi. Selain itu, diatur pula dalam Pasal 1365 KUH
Perdata tentang perbuatan melawan hukum. Guna lebih memberikan
perlindungan hukum pada konsumen, maka Indonesia mengundangkan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK). Di dalam UUPK mengatur pula ketentuan produk yang cacat,
namun Pasal 11 huruf (b) UUPK menggunakan istilah cacat tersembunyi dan
dalam Pasal 8 Ayat (2) dan (3) UUPK menggunakan istilah cacat atau bekas.
92
Untuk mengetahui kapan suatu produk mengalami cacat, dapat
dibedakan atas tiga kemungkinan, yaitu kesalahan produksi, cacat desain, dan
informasi yang tidak memadai.30
Dengan demikian, ada dua bentuk tuntutan ganti kerugian yang dapat
diajukan oleh konsumen, yaitu kerugian konsumen karena perbuatan
melanggar hukum, yang mana harus dibuktikan kesalahannya oleh konsumen
sebagai kesalahan maupun merupakan kelalaian pelaku usaha yang berakibat
adanya kerugian pada konsumen, selain itu konsumen juga harus dapat
membuktikan bahwa kerugian tersebut merupakan akibat langsung dari
adanya perbuatan melanggar hukum dari pelaku usaha.31
Tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang dialami oleh konsumen dari
akibat penggunaan produk adalah didasarkan atas dasar tuntutan gugatan,
apakah berdasarkan wanprestasi atau berdasarkan perbuatan melanggar
hukum.
Dalam hal konsumen menderita kerugian terhadap barang yang cacat,
UUPK menggunakan prinsip semi strict liability sebagaimana diatur dalam
Pasal 19 UUPK. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti atas
kerusakan atau kerugian konsumen. Sedangkan, dalam Pasal 28 UUPK,
pembuktian atas ada tidaknya unsur kesalahan menjadi beban pelaku usaha.
Dalam hal tanggung jawab pelaku usaha menurut Pasal 27 UUPK, diberikan
pembatasan tanggung jawab dimana pelaku usaha dapat dibebaskan baik
sebagian maupun seluruhnya dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita
konsumen jika barang tersebut tidak diedarkan, cacat timbul di kemudian
hari, dan diakibatkan oleh kelalaian konsumen.
Dari ketiga pasal tersebut, maka UUPK menganut tanggung jawab
product liability dengan semi strict liability karena tidak disebutkan pelaku
usaha harus bertanggung jawab dan harus dibuktikan unsur kesalahannya.
30
Ahmad Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan bagi Konsumen di Indonesia , h26. 31
Ibid., h.71.
93
Sedangkan, dalam strict liability pelaku usaha bertanggung jawab mutlak
tanpa perlu adanya pembuktian. Dianutnya prinsip tersebut dalam pengaturan
UUPK, memberikan kemungkinan positif pada dilindunginya kedudukan
konsumen yang lemah, pembuktian dibebankan kepada produsen dan
konsumen mendapat barang berkualitas akibat produsen dituntut untuk
meningkatkan kualitas barang yang diproduksinya. Serta memberikan
kemungkinan negatif karena adanya persaingan yang cukup tinggi atas
barang produksi, meningkatnya biaya produksi yang secara tidak langsung
membebani konsumen, sehingga mahalnya produk hasil produksi.32
Muslim Galeri menjamin bahwa produk barang yang dihasilkan dan
distribusikan di pasaran sudah cukup aman bagi konsumen. Jika terdapat
unsur kesalahan yang disebabkan atau dilakukan oleh pihak Muslim Galeri
sebagai pelaku usaha atau merchant. Atau pun pada kasus barang tidak sesuai
pesanan misalnya terdapat kerusakan bukan karena kelalaian konsumen, demi
menjaga kredibilitas Muslim Galeri tetap bertanggung jawab mengganti
barang kepada konsumen.
Sedangkan jika kesalahan ada di pihak konsumen maka Muslim Galeri
tidak bertanggung jawab untuk pengembalian barang. Kemudian dalam
implementasi pengembalian dana (refund), konsumen harus menghubungi
customer service website Muslim Galeri secara intens, dan menunggu
konfirmasi persetujuan selanjutnya untuk mendapat pengambalian dana.33
Pasal 19 ayat (2) UUPK memberikan pedoman tentang jumlah, bentuk,
atau wujud ganti rugi, yaitu:
1) Pengembalian uang; atau
2) Penggantian barang dan.atau jasa sejenis atau setara nilainya; atau
32
Gede Adhitya Ariawan dan Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, “Tanggung Gugat Product
Liability dalam Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia”, Kertha Semaya, 01, 06, (Juli 2013),
h.4. 33
Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
94
3) Perawatan kesehatan; dan/atau Pemberian santunan; sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan.
Mengenai apakah harus dibayar ganti kerugian atau berapa besar ganti
kerugian yang harus dibayar bukan undang-undang yang menentukan,
melainkan kedua belah pihak yang menentukan syarat-syaratnya serta
besarnya ganti kerugian yang harus dibayar.34
Ganti rugi merupakan bagian dari tanggung jawab pihak pelaku usaha
(merchant) yang menyebabkan kerugian nyata yang telah terbukti terjadi
terhadap pihak yang dirugikan. Tanggung jawab ini lahir karena seandainya
tidak terjadi kesalahan yang menyebabkan suatu pihak merugi, tentu tidak
akan lahir tanggung jawab untuk mengganti rugi terhadap suatu kerugian.
B. Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
Secara historis, sejarah perlindungan konsumen dalam Islam sudah dimulai
sejak Nabi Muhammad SAW belum diangkat menjadi Rasul, beliau membawa
barang dagangan Khadijah binti Khuwailid dengan mendapatkan imbalan atau
upah. Sekalipun tidak banyak literatur yang berbicara tentang aspek
perlindungan konsumen ketika itu, namun prinsip-prinsip perlindungan
konsumen dapat ditemukan dari praktik-praktik bisnis yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Kejujuran, keadilan dan integritas Rasulullah tidak diragukan
lagi oleh penduduk Mekkah, sehingga potensi tersebut meningkatkan reputasi
dan kemampuannya dalam berbisnis. Setelah Muhammad SAW diangkat
menjadi Rasul, konsumen mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam
ajaran Islam, baik dalam Al-Qur‟an maupun Hadits. Bisnis yang adil dan jujur
menurut Al-Qur‟an adalah bisnis yang tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi.35
34
Ahmad Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan bagi Konsumen di Indonesia , h..73. 35
Nurhalis, “Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999”, Jurnal IuS, III, 9 (Desember 2015), h.526.
95
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat (279).
Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya.” (QS Al-Baqarah/2: 279).
Sepintas ayat ini memang berbicara tentang riba, tetapi secara implisit
mengandung pesan-pesan perlindungan konsumen. Di akhir ayat disebutkan
tidak menganiaya dan tidak dianiaya (tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi).
Dalam konteks bisnis, potongan pada akhir ayat tersebut mengandung perintah
perlindungan konsumen, bahwa antara pelaku usaha dan konsumen dilarang
untuk saling menzalimi atau merugikan satu dengan yang lainnya. Hal ini
berkaitan dengan hak-hak konsumen dan juga hak-hak pelaku usaha
(produsen).36
Islam membolehkan seluruh umatnya untuk melakukan berbagai bentuk
muamalah, dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama. Salah satu fenomena
muamalah dalam bidang ekonomi adalah transaksi jual beli yang menggunakan
media elektronik. Aktivitas perdagangan melalui media internet ini populer
disebut dengan electronic commerce atau yang disingkat dengan e-commerce.
Sama seperti jual beli konvensional terdapat pula hak-hak yang melekat diantara
konsumen dan produsen.
1. Konsep Jual Beli dalam Islam
Transaksi pada e-commerce adalah bentuk jual beli tanpa bertemunya
marchant (penjual) dengan konsumen/card holder yang menawarkan barang
36
Ibid.
96
atau jasa, tetapi keduanya dapat saling berkomunikasi melalui media
internet. Termasuk halnya dalam transaksi e-commerce dapat sesuai dengan
ketetapan hukum ialah memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan
hal-hal lainnya yang ada kaitannya dengan jual beli, maka bila syarat-syarat
dan rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara‟.
Sehingga dalam jual beli pada Muslim Galeri harus memenuhi rukun dan
syarat jual beli dalam Islam, diantaranya:
a. Aqid (orang yang berakad), yakni penjual dan pembeli
Dalam transaksi e-commerce pada situs muslimgaleri.co.id meski
tidak bertemu secara nyata tetapi terdapat pihak penjual (merchant) yaitu
Muslim Galeri dan juga customer/konsumen yaitu pembeli. Selain
melibatkan penjual dan pembeli, dalam transaksi e-commerce menjadi
keharusan adanya pelibatan pihak-pihak lain dengan peran yang
beragam. Para pihak itu adalah perantara penagihan (acquirer), penerbit
kartu kredit (issuer), dan Certification Authorities. Pihak-pihak ini
berperan sebagai layanan pendukung untuk menjamin adanya
kepercayaan, kerahasiaan, validitas dan keamanan saat transaksi
berlansung. Sebab itu, pihak-pihak tersebut dapat dianalogikan (qiyas)
sebagai saksi atas berlangsungnya transaksi antara penjual dan pembeli.
Dengan demikian transaksi e-commerce memenuhi syarat dari aqid
(orang yang berakad) yaitu berjumlah lebih dari dua orang.
Pelaku perjanjian (jual beli online) juga disyaratkan harus berakal
dan mumayyiz37
, mengenai batasan umur pelaku untuk sahnya kontrak
diserahkan kepada „urf atau peraturan hukum yang tentunya dapat
37 Menurut Ratu Humaemah dalam Jurnal Islamiconomic dengan judul “Analisa Hukum Islam
Terhadap Masalah Perlindungan Konsumen yang Terjadi atas Jual Beli E-Commerce”, Mumayyiz,
yaitu bisa membedakan antara yang benar dan tidak, dan memiliki kompetensi untuk melakukan
aktivitas jual beli, yakni dengan kondisi yang sudah akil baligh serta berkemampuan memilih. Dengan
demikian, tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum nalar, orang gila atau orang
yang dipaksa dan juga budak. Penjual dan pembeli haruslah orang yang merdeka, berakal, dan baligh
atau mumayyiz (sudah dapat membedakan baik dan buruk atau najis dan suci dan mengerti hitungan
harga).
97
menjamin kebaikan semua pihak.38
Jadi tidak sah perjanjian (jual beli
online) apabila dilakukan oleh anak-anak dan orang gila serta orang-
orang yang berada di bawah pengampuan.
Menurut prinsip syariah, yang terkait dengan orang yang melakukan
transaksi haruslah orang yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat
sebagai wakil. Sementara itu, menurut mazhab Hanafi, kedua belah pihak
yang berakad tidak syaratkan baligh, tetapi cukup berakal saja. Oleh
sebab itu menurut mereka, anak kecil mumayiz boleh melakukan akad,
dengan syarat akad yang dilakukan anak kecil yang sudah mumayiz ini
mendapat persetujuan dari walinya.39
Dalam kaitan ini, wali anak kecil
yang mumayyiz itu benar-benar mempertimbangkan kemaslahatan anak
kecil itu. Jumhur ulama berpendirian bahwa orang yang melakukan akad
jual beli itu harus telah baligh dan berakal. Apabila orang yang berakad
itu belum mumayyiz, maka jual belinya tidak sah, sekalipun mendapat
izin dari walinya.40
Kemudian baligh berakal menurut Hendi Suhendi agar tidak mudah
ditipu orang. Batal akad anak kecil, orang gila, dan bodoh sebab mereka
tidak pandai mengendalikan harta41
.
Oleh karena itu, anak kecil, orang gila dan orang bodoh tidak boleh
menjual harta sekalipun miliknya, Allah berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang
belum Sempurna akalnya”. (An-Nisaa/04 :05).
38
Nilam Sari, Kontrak (Akad) dan Implementasinya Pada Perbankan Syariah di Indonesia,
(Banda Aceh: Penerbit PeNA, 2015), h.38 39
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya
(Jakarta: PrenadaMedia Group, 2014), h.133. 40
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, h.115-116. 41
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, h.74-75.
98
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa harta tidak boleh diserahkan
kepada orang yang belum baligh atau orang dewasa yang tidak dapat
mengatur harta bendanya, demikian pula halnya dengan melakukan
transaksi dalam membuat suatu perjanjian atau perikatan yang termasuk
juga dalam hal perdagangan atau bidang ekonomi (bisnis).
Kecakapan untuk bertindak di dalam hukum bagi orang-orang yang
belum dewasa ini diatur dalam ketentuan sebagai berikut:
1) Menurut Pasal 330 KUH Per; orang yang dikatakan belum dewasa
apabila ia belum mencapai usia 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah
kawin.
2) Untuk melangsungkan perkawinan:
a) Menurut Pasal 29 KUH Per, bagi seorang laki-laki harus
berumur 18 tahun dan bagi seorang wanita harus berumur 15
tahun.
b) Menurut Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan, bagi seorang laki-laki harus berumur 19
tahun dan bagi seorang wanita harus berumur 16 tahun.
3) Dalam hukum waris, seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun
tidak dapat membuat wasiat (Pasal 897 KUH Per).
4) Menurut Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Pemilu, untuk dapat memilih di dalam pemilihan umum harus
berumur 17 tahun.42
5) Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 98 Ayat (1) batas
umur anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21
tahun.43
42
P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,
2015), h.21-22. 43
Kompilasi Hukum Islam Pasal 98 Ayat (1).
99
Patut dipahami bahwa pengaturan standar usia dewasa dalam
hubungan dengan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum,
didasari pertimbangan perlindungan hukum bagi pihak yang tidak cakap.
Oleh karena itu, akibat kebatalan (dapat dibatalkannya) suatu kontrak
karena adanya ketidakcakapan salah satu pihak, maka bobot
keseimbangan bergeser ke arah pihak yang tidak cakap.44
Terkait dengan penelitian ini di mana perbuatan hukum yang
dimaksudkan adalah transaksi jual beli e-commerce, maka mengenai
syarat kecakapan ini berdasarkan ketentuan atau sistematika di dalam
KUH Perdata dan KHI, dikarenakan objek yang diatur adalah berupa
kontrak jual beli, maka usia dewasa para pihak sehingga dapat dikatakan
cakap adalah tunduk pada sistematika KUH Perdata dan KHI yaitu
berumur 21 tahun.
Dalam transaksi e-commerce pada situs muslimgaleri.co.id dimana
transaksinya tidak perlu mencantumkan usia, data yang diperlukan untuk
mengisi form menjadi member dan berbelanja hanya terdiri dari nama,
alamat, email, jenis kelamin dan nomor telepon.45
Jadi Muslim Galeri
tidak membatasi calon konsumen pembeli dari umur berapapun, sehingga
kecakapan para pihak menjadi krusial dalam transaksi e-commerce.
Menurut M. Husaini, paling penting dalam melaksanakan transaksi
online adalah kedua pihak harus mengerti (paling tidak mengetahui)
tentang pengoperasian komputer dan internet, dan hal ini tidak mungkin
dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kecakapan yang sempurna,
seperti dilakukan oleh anak-anak yang belum berakal atau orang gila.46
Sedangkan fakta yang terjadi di zaman yang modern saat ini mayoritas
44
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial
(Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2010), h.190. 45
Riana Andan Dewi, Customer Service Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei
2018. 46
M. Husaini, “Bisnis E-Commerce dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ilmu Dakwah dan
Pengembangan Komunitas, 9, 2 (Juli, 2014), h.193.
100
orang rasanya sudah mengerti mengenai pengoperasian komputer dan
internet, bahkan anak-anak kecil sekalipun sangat mahir bermain internet
di gadget-gadget yang mereka miliki.
Seperti kasus yang baru ini terjadi di Australia, sebuah survei yang
dilakukan oleh lembaga nirlaba Yayasan Keuangan Dasar menunjukkan
ratusan remaja Australia melakukan transaksi belanja daring atau online
tanpa seizin orang tua mereka. Dalam beberapa kasus bahkan hal itu
menyebabkan keluarga mereka terlilit tagihan hingga ribuan dolar
Australia. Menurut Direktur Eksekutif Financial Basics Foundation,
Katrina Birch mengatakan bahwa setengah dari belanja online yang
berlebihan oleh anak kecil dan remaja ini adalah dengan menggunakan
kartu kredit atau kartu debit orang tua mereka. Selain menggunakan kartu
kredit orang tua mereka, remaja menggunakan kartu debit mereka
sendiri.47
Oleh karena itu, hal ini membuktikan bahwa remaja dan anak
kecil dapat dengan bebas menggunakan internet dan juga berdampak
negatif terhadap mereka, serta tidak mendatangkan manfaat justru
terdapat mudharat.
Meskipun untuk pembayarannya yaitu dengan cara mentransfer uang
di rekening bank atas nama olshop (penjual) yang ditujukan. Jadi secara
tidak langsung penjual maupun pembeli menjadi nasabah suatu bank.
Persyaratan menjadi nasabah pada suatu bank yaitu harus memiliki kartu
tanda penduduk (KTP). Pembuatan KTP dapat terjadi ketika seseorang
sudah mencapai umur 17 tahun dan dikatakan dewasa.48
Namun seperti
kasus di atas anak kecil bisa dengan bebas menggunakan kartu kredit
atau kartu debit orang tua mereka, jadi karena antara Muslim Galeri dan
47
Nur Aini, Remaja Australia Terlilit Utang Belanja Online artikel diakses pada 07 September
2018 dari https://www.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-
network/18/08/12/pdcmu2382-remaja-australia-terlilit-utang-belanja-online. 48
lpina Pitriani dan Deni Purnama, “Dropshipping dalam Perspektif Konsep Jual Beli Islam”,
Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, 3, 2, (October, 2015), h.96.
101
konsumen tidak bertatap muka secara langsung maka kemungkinan
untuk terjadinya penipuan (tadlis) mengenai usia dewasa sangat
potensial.
Syarat kecakapan ini memang faktanya sulit untuk dipenuhi terutama
dari sisi pembeli atau konsumen, pada kenyataannya kontrak jual beli e-
commerce tetap dapat terjadi atau berlaku meskipun sebagai
konsekuensinya terhadap pemenuhan syarat ini akan sulit untuk
dibuktikan. Oleh karena itu Muslim Galeri telah mengesampingkan
ketentuan yang berlaku mengenai kecakapan seseorang dalam berbuat
hukum. Hal ini jelas telah menyalahi aturan atau melanggar ketentuan
syara‟ dan KUHPerdata. Untuk itu keabsahan dalam perjanjian jual beli
online pada Muslim Galeri bisa dikatakan tidak sah, sebab dengan tidak
saling bertemunya para pihak tidak dapat diketahui dengan jelas apakah
para pihak tersebut sudah cakap atau belum menurut undang-undang dan
Hukum Ekonomi Syariah. Dan pihak Muslim Galeri juga tidak pernah
memantau apakah orang yang akan membeli barangnya adalah orang
yang berakal dan mumayyiz sehingga tidak memberikan kepastian hukum
dan mungkin terjadi permasalahan di kemudian hari dari akibat tidak
cakapnya para pihak.
b. Ma‟qud „alaih
Ma‟qud „alaih memiliki beberapa syarat, yaitu:
1) Barang yang dijual diketahui dengan jelas
Transaksi e-commerce pada Muslim Galeri mengenai kejelasan
informasi barang yang dijual dapat diketahui dengan jelas, yaitu
dengan menampilkan katalog barang-barang yang disediakan dalam
situs muslimgaleri.co.id kepada para konsumen. Dalam setiap katalog
disertai dengan keterangan informasi produk dengan jelas. Informasi
produk yang dianalogikan di atas, memberikan indikasi bahwa
produk/barang sudah ada saat proses transaksi berlangsung.
102
2) Barang yang dijual merupakan benda yang bernilai atau bermanfaat
Islam mengharamkan akad yang berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat mudharat/mafsadat, seperti jual beli benda-benda yang
diharamkan dan/atau benda-benda yang tidak bermanfaat apalagi yang
membahayakan.49
Dan yang diperjualbelikan pada Muslim Galeri
adalah menyediakan busana Islami dan juga aksesoris-aksesorisnya
yang menjadi kebutuhan bagi kaum muslim khususnya, hal itu tentu
dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.
3) Barang yang dijual merupakan hak milik penjual
Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh
diperjualbelikan, namun hal ini berbeda pada transaksi e-commerce
yang memuat akad salam dalam pelaksanaannya. Transaksi salam itu
dibolehkan dengan menyebutkan ciri-ciri barang yang akan dijual
asalkan terpenuhi syarat-syaratnya walaupun belum dimiliki ketika
akad berlangsung. Dengan melihat katalog online pada website
muslimgaleri.co.id, Muslim Galeri telah memajang kriteria serta ciri-
ciri produk yang dijualnya.
Sedangkan jual beli barang tidak dimiliki yang terlarang seperti
memperjualbelikan ikan di laut atau emas dalam tanah, karena ikan
dan emas itu belum dimiliki penjual.50
4) Barang yang dijual dapat diserahterimakan
Penyerahan barang pada transaksi e-commerce berlangsung di
kemudian hari atau pada waktu yang disepakati bersama ketika
transaksi berlangsung. Produk akan diserahterimakan oleh Muslim
Galeri ketika konsumen telah melakukan pembayaran setelah itu
49
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, h.24. 50
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.118.
103
produk akan dikirim ke alamat konsumen melalui jasa pengiriman
(kurir).
Barang akan tiba di alamat pembeli dalam waktu 2 atau 3 hari
dan paling lambat 7 hari (1 minggu) tergantung dari penggunaan jasa
kurir. Konsumen dapat mengetahui jangka waktu pengirimannya.
melalui informasi dalam biaya pengiriman.51
c. Syarat sighat
1) Kecakapan; kedua belah pihak haruslah orang yang cakap dalam
melakukan transaksi.
Orang yang mengucapkannya memiliki kecakapan, sesuai
dengan perbedaan mereka dalam menentukan syarat-syarat seperti
telah dikemukakan diatas.
2) Adanya kesesuaian antara ijab dan qabul.
Pernyataan ijab dan qabul harus jelas dan terdapat kesesuaian,
sehingga dapat dipahami oleh masing-masing pihak.
3) Dilakukan satu tempat.
Menurut Abdul Ghafur Anshari seperti dikutip Mardani
menjelaskan bahwa syarat yang mengharuskan bahwa ijab kabul
harus berhubungan langsung dalam satu majelis, perlu diperluas
pengertiannya, yakni pada kata majelis. Majelis harus diartikan
bahwa para pihak yang ada dapat berkomunikasi secara langsung
melalui alat komunikasi tertentu. Jadi dengan adanya perkembangan
teknologi komunikasi berupa internet, kata-kata “dilakukan dalam
majelis” perlu dianggap bahwa para pihak yang membuat perjanjian
melalui media internet adalah berada dalam satu majelis.52
51
Riana Andan Dewi, Customer Service Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei
2018. 52
Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, h.238.
104
Unsur terpenting dalam jual beli adalah adanya kerelaan dari kedua
belah pihak (aqid). Kerelaan tersebut bisa dilihat dari ijab dan qabul
yang dilangsungkan. Para ulama menerangkan beberapa cara yang
ditempuh dalam akad:
a) Dengan cara tulisan (kitabah), misalnya dua aqid berjauhan tempat,
maka ijab qabul boleh dengan cara kitabah.
b) Isyarat, bagi orang tertentu yang tidak pandai tulis baca tidak mampu
mengadakan ijab dan qabul dengan tulis. Dengan demikian, qabul
atau akad dilakukan dengan isyarat.
c) Ta‟athi (saling memberi), seperti seseorang yang melakukan
pemberian kepada seseorang dan orang tersebut memberikan imbalan
kepada yang memberi tanpa ditentukan besar imbalan.
d) Lisan al hal, menurut sebagai ulama, apabila seseorang meninggalkan
barang-barang di hadapan orang lain, kemudian dia pergi dan orang
yang ditinggali barang-barang itu berdiam diri saja, hal itu dipandang
telah ada akad ida‟ (titipan) antara orang yang meletakkan barang
dengan yang menghadapi letakan barang titipan dengan jalan dalalat
al-hal.53
Dalam transaksi e-commerce antara penjual (Muslim Galeri) dan
pembeli (customer) dinyatakan dengan persetujuan pelanggan untuk
memesan atau order suatu produk. Konsumen dapat memesan/order
konsumen dengan mengisi formulir order pada platform dan mengklik
pada tombol "Add to Chart" kemudian “Check Out”.
53
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, h.48-49.
105
Gambar 4. 5: Mekanisme "Add to Chart" dan Proses “Check Out”
Pada transaksi e-commerce bentuk sighat dilakukan dengan cara
penyampaian verbal melalui telepon, pengiriman pesan melalui sejumlah
media sosial ataupun media tulis lain yang tujuannya untuk memberi
kejelasan kepada pembeli. Kebebasan untuk memilih dan bertindak
didapati secara bebas sesuai kehendak dan keinginan pembeli dengaan
melihat, membaca hingga menyetujui aturan dan perjanjian yang dibuat.
Komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli melalui internet inilah
yang kemudian disebut sebagai sighat. Sebab, ikatan antara penjual dan
pembeli terbentuk melalui kesepakatan yang jelas (ijab dan qabul) yang
diakhiri dengan serah terima.54
54
Ashabul Fadhli, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad As-Salam dalam
Transaksi E-Commerce”, Mazahib, XV, 1 (Juni 2016), h.12.
106
Dalam transaksi e-commerce pada Muslim Galeri setelah
konsumen membaca informasi produk berikut prosedur pembayaran dan
pengirimannya yang tertera di laman website, apabila konsumen
menyetujui aturan-aturan yang tercantum pada website atau pun
informasi langsung dari customer service website maka konsumen akan
melakukan proses belanja dengan mengisi form pembuatan akun dan
diakhiri belanja pada website dengan klik ”Add to chart” dan “Lanjut
proses checkout”.
Dengan konsumen melakukan klik “Lanjut proses checkout”
setelah belanja dapat dipahami jika konsumen telah setuju untuk terikat
perjanjian jual beli dengan pihak Muslim Galeri. Apabila konsumen
keberatan dengan apa yang tercantum dalam ketentuan di website, maka
dapat menghentikan atau pun membatalkan transaksi.
Oleh karena ada kesesuaian antara ijab dan qabul dari Muslim
Galeri dengan konsumen, walaupun tidak diikrarkan secara lisan dan
langsung, namun ada tindakan nyata yaitu dalam proses konsumen
berbelanja. Dalam hal ini akad yang dilakukan Muslim Galeri adalah
sesuai dengan cara akad jenis yang pertama, yaitu dengan bentuk tulisan
(kitabah) sebagai bentuk pengungkapan kehendak secara tidak langsung,
yang mana dipahami berarti ada kerelaan konsumen untuk terikat pada
ketentuan tata cara pembelian, pembayaran dan pengiriman barang.
Maka menurut penulis telah sah memenuhi unsur pertama dari perjanjian
jual beli, yakni sighat al aqad (ijab qabul) dan hal ini berarti tidak
bertentangan dengan syara‟.
2. Penerapan Akad As-Salam Dalam Transaksi E-commerce
Menurut hukum Islam, pelaksanaan transaksi jual beli online sama
dengan transaksi bai‟ al-salam dalam hal pembayaran dan penyerahan
barang. Maka untuk mengetahui apakah transaksi jual beli online sejalan
107
dengan prinsip-prinsip hukum Islam dapat ditinjau kembali melalui syarat-
syarat bai‟ al-salam. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal
101 s/d Pasal 103, bahwa syarat ba‟i salam adalah sebagai berikut:
a. Kualitas dan kuantitas barang sudah jelas. Kuantitas barang dapat
diukur dengan takaran, atau timbangan, dan/atau meteran.
b. Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh
para pihak.
Muslim Galeri telah memberikan informasi mengenai kualitas barang
berupa bahan dari setiap produk, karena bahan merupakan salah satu
penunjang dari kualitas suatu produk. Mengenai kuantitas dipaparkan
pula dalam katalog website mulai dari ukuran setiap produk yang dalam
satuan centi meter (cm), berat setiap produk dalam satuan kilo gram (kg),
serta diketahui dengan jelas berapa jumlah produk yang dipesan ketika
order via website/chat. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang termuat
dalam Hadist:
عليه وسلن الودي ومن يللووى في عي عبد هللا بي عباس قل: قدم البي صلى هللا
تيي فقال هي أسلف في تور فليللف في كيل هعلوم ووزى هعلوم والل الثوار الل
إلى أجل هعلوم
“Ketika Nabi shallallahu „alaihi wa sallam tiba di Madinah,
penduduk Madinah menjual buah-buahan dengan pembayaran di muka,
sedangkan buah-buahan yang dijualnya dijanjikan mereka dalam tempo
setahun atau dua tahun kemudian. Maka Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang menjual kurma dengan pembayaran
di muka, hendaklah dengan takaran tertentu, timbangan tertentu dan
jangka waktu tertentu.” (HR. Bukhari dan Muslim).55
Dengan demikian hal ini telah memenuhi syarat dalam ba‟i salam
mengenai kualitas dan kuantitas barang yang jelas dan spesifikasi barang
yang dipesan diketahui secara sempurna oleh para pihak.
55
Syeikh Al-Hafidzh Taqiyudin Abdulghani, Hadist-Hadist Shahih Seputar Hukum (Jakarta:
Republika Penerbit, 2011), h.217.
108
c. Barang yang dijual, waktu, dan tempat penyerahan dinyatakan dengan
jelas.
Pihak-pihak yang berkontrak harus menunjuk tempat yang
disepakati di mana barang (muslam fih) harus diserahkan. Jika kedua
pihak yang berkontrak tidak menentukan tempat pengiriman, maka
barang harus dikirim ke tempat yang menjadi kebiasaan, misalnya
gudang si pembeli (muslim ilaih) atau bagian pembelian.56
Mengenai setiap barang yang dijual dapat dilihat pada website
muslimgaleri.co.id dengan tampilan yang cukup jelas meskipun hanya
berupa katalog foto, untuk waktu dan tempat penyerahan barang yaitu
seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa barang akan tiba di alamat
pembeli dalam waktu 2 atau 3 hari dan paling lambat 7 hari (1 minggu)
tergantung dari penggunaan jasa kurir.
Wahbah az-Zuhaili (guru besar fiqh Islam di Universitas Damaskus),
menyatakan, bahwa tenggang waktu penyerahan barang sangat
bergantung kepada keadaan barang yang dipesan dan sebaliknya
diserahkan kepada kesepakatan kedua belah pihak yang berakad dan
tradisi (urf‟) yang berlaku pada suatu daerah (negara). 57
d. Pembayaran barang dapat dilakukan pada waktu dan tempat yang
disepakati
Pembayaran dari setiap produk yang dijual Muslim Galeri dilakukan
melalui transfer bank. Konsumen diberi waktu untuk melakukan
pembayaran terlebih dahulu dari produk yang dipesan, setelah konfirmasi
pembayaran barulah produk yang dipesan dapat diproses dan dilakukan
pengiriman.
56
Fathurrahman, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syariah, h.135. 57
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2003), h.146.
109
Dengan demikian syarat-syarat di atas telah terpenuhi, transaksi e-
commerce tersebut dinyatakan sah dan masing-masing pihak terikat
dengan ketentuan yang mereka sepakati.
3. Hak-Hak Konsumen dalam Islam
a. Hak untuk Mengetahui Informasi atas Barang dan Jasa
Konsumen jual beli dalam Islam berhak mengetahui informasi
mengenai barang dan jasa yang dibelinya, termasuk dalam hal ini
konsumen dalam transaksi e-commerce. Dikarenakan dalam jual beli ini
tidak bertatap muka secara langsung maka rentan dalam terjadi gharar.
Dimana jual beli yang di dalamnya mengandung unsur kesamaran
(gharar) ini dapat juga mengandung unsur penipuan. Celah terjadinya
gharar ini dapat dihilangkan dengan upaya Muslim Galeri untuk
menjelaskan secara detail mengenai karakteristik dan spesifikasi produk
yang diperjualbelikan. Adanya penjelasan spesifikasi produk pada laman
website melalui beberapa informasi keterangan, tidaklah dianggap
menyembunyikan produk.
Jika informasi mengenai barang dan jasa tidak dijelaskan secara jelas
maka akan muncul tadlis (unknown to one party) di mana terdapat
ketidaktahuan di antara pihak-pihak yang bertransaksi sehingga dapat
menimbulkan kecurangan atau tipuan yang disebabkan hanya salah satu
pihak yang mengetahui adanya informasi (asymmetric information). Ini
dapat diartikan sebagai pelanggaran terhadap prinsip kerelaan atau suka
sama suka.58
Muslim Galeri telah menyediakan katalog pada website
muslimgaleri.co.id yang di dalamnya terdapat informasi yang jelas akan
spesifikasi produk yang dijual seperti warna produk, bahan produk,
ukuran produk, stock produk, sampai ke berat satuan dari produk.
58
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006), h.35.
110
Dengan informasi tersebut merupakan bentuk perlindungan konsumen
untuk menghindari dari transaksi gharar, karena prinsip ekonomi dalam
Islam harus menghindari unsur gharar di antara kedua belah pihak,
dengan kejelasan transaksi dan sebagainya, sehingga masing-masing
dapat merasakan keuntungan.
b. Hak Konsumen atas Kebebasan Memilih
Pelindungan konsumen yang berupa kerugian bagi konsumen
termasuk dalam produk yang diterima konsumen terlambat atau tidak
sesuai dengan kesepakatan atau dalam keadaan cacat bahkan juga bila
tidak terjadi pengiriman pesanan. Maka dalam hukum Islam terdapat hak
khiyar yang dimaksudkan dalam upaya adanya kerelaan kedua pihak
yang mengadakan akad untuk menghindari kerugian bagi konsumen dan
mendapat kepercayaan dari konsumen. Hal ini ditujukan agar kedua
belah pihak sama-sama mendapatkan kemaslahatan.59
Jika dianalisis dalam transkasi e-commerce Muslim Galeri di atas
terdapat beberapa bentuk khiyar yang dapat diklasifikasikan:
1) Khiyar Syarat
Sesuai dengan kebijakan pengembalian barang Muslim Galeri di
mana dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung dari tanggal
customer menerima barang, konsumen dapat mengembalikan produk
jika memenuhi syarat pengembalian. Misalnya dengan syarat kondisi
produk yang akan diretur harus sama seperti saat diterima pertama kali
oleh konsumen, produk tidak dalam keadaan rusak, kotor, telah
digunakan atau dicuci, label merk masih tertera atau tertempel di
produknya.60
Persyaratan seperti ini dalam hukum Islam termasuk
dalam khiyar syarat.
59
Ratu, “Analisa Hukum Islam Terhadap Masalah Perlindungan Konsumen yang Terjadi atas
Jual Beli E-Commerce”, h.53. 60
Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
111
2) Khiyar Aib
Jika konsumen menerima produk dengan berbeda dari produk yang
seharusnya atau menerima produk yang rusak/cacat atau salah maka
konsumen memiliki hak khiyar aib sejak saat mengetahui adanya
kecacatan dalam barang tersebut dan dapat mengembalikannya kepada
pihak Muslim Galeri.
3) Khiyar Ru‟yah
Khiyar Rukyat yaitu dimana pembeli hanya mengetahui sifat-sifat
dari suatu barang tanpa melihat barang tersebut. Sehingga apabila
telah terjadi akad, tetapi barang yang diserahkan tidak sesuai dengan
sifat atau spesifikasi yang telah ditentukan, maka pembeli berhak
untuk tetap melangsungkan atau membatalkan akad yang telah
dibuat.61
Dengan demikian, jika barang yang diterima konsumen tidak
sesuai dan memenuhi syarat dalam kebijakan pengembalian barang
Muslim Galeri maka konsumen dapat menggunakan hak tersebut.
Dalam transaksi e-commerce barang belum dilihat saat akad
berlangsung, dalam artian belum dilihat secara nyata hanya melalui
sebuah katalog foto website. Oleh karena ini konsumen e-commerce
memiliki hak khiyar ru‟yah yang merupakan masa memerhatikan
keadaan barang menimbang sebelum mengambil keputusan untuk
melanjutkan akad.
Saat barang telah diterima oleh konsumen, pihak Muslim Galeri
memberi waktu untuk mengecek barang tersebut. Jika barang yang
diterima sesuai maka akad akan selesai. Jika barang yang diterima
tidak sesuai maka konsumen dapat komplain kepada customer service
tentang barang tersebut. Setelah komplain konsumen akan diberi
61
Ahmad Azhar Basyir, Azaz-azaz Hukum Muamalah (Yogyakarta: UII Press, 1993), h. 128.
112
pilihan untuk melanjutkan transaksi dengan penggantian barang atau
pun pembatalan transaksi dengan pengembalian dana.62
Dengan demikian, mekanisme perlindungan konsumen yang
dilakukan Muslim Galeri telah memenuhi atau sesuai dengan hak pilih
jual beli dalam Islam yaitu hak khiyar syarat, khiyar aib, dan khiyar
ru‟yah. Dikarenakan syariat bertujuan melindungi manusia dari
keburukan-keburukan, maka ditetapkan adanya hak khiyar untuk
menjaga kemashlahatan dan keharmonisan dalam hubungan antar
manusia dalam hal itu yakni hubungan baik antara konsumen dan
pelaku usaha.
c. Hak Konsumen atas Penyelesaian Sengketa
Diantara tiga jalan penyelesaian perselisihan dalam perikatan
Islam, yaitu perdamaian (as-shulhu), arbitrase (tahkim) dan proses
peradilan (Al-Qadha), yang diterapkan Muslim Galeri jika terjadi
peselisihan atau sengketa, adalah melalui jalur yang sangat dianjurkan
dalam Islam yaitu jalur perdamaian (as-shulhu). Sebagaimana yang
terjadi selama 10 tahun berdiri penyelesaian perselihan antara customer
dan pihak Muslim Galeri selalu diselesaikan dengan memilih jalur
perdamaian tidak sampai pada jalur hukum demi mempertimbangkan
hubungan baik dan menguntungkan diantara para pihak.
62
Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Interview Pribadi, Pamulang, 04 Mei 2018.
113
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan pembahasan serta dianalisis
dengan bahan pustaka yang ada, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce menurut perspektif
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yaitu adanya pengaturan mengenai
hak-hak konsumen, kewajiban pelaku usaha serta terkait tanggung jawab
ganti rugi. Ketentuan-ketentuan dalam UPPK tersebut tidak hanya
melindungi sisi konsumen, tetapi justru mendorong iklim usaha yang sehat
serta mendorong lahirnya pelaku usaha yang tangguh dalam menghadapi
persaingan yang ada. UUPK telah cukup efektif melindungi konsumen,
namun karena transaksi e-commerce memanfaatkan teknologi internet yang
menjangkau sangat luas, timbul masalah baru terkait pembelian dengan
lintas negara dimana perlindungan tersebut terbatas karena undang-undang
ini hanya berlaku pada subjek hukum dalam yuridiksi hukum Indonesia.
Kemudian transaksi e-commerce dibolehkan menurut Hukum Ekonomi
Syariah berdasarkan prinsip-prinsip yang ada dalam perdagangan menurut
Islam, khususnya dianalogikan dengan prinsip transaksi ba‟i as-salam. Jadi
transaksi e-commerce hukumnya sah jika memenuhi unsur syarat dalam
pelaksanaan transaksi ba‟i as-salam. Dan perlindungan konsumen tersebut
dapat dilihat pada pemenuhan hak-hak konsumen dalam Islam yaitu hak
untuk mengetahui atas informasi barang dan jasa, hak atas kebebasan
memilih dan hak konsumen atas penyelesaian sengketa.
2. Penerapan perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce pada situs
muslimgaleri.co.id menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen telah sesuai yakni dengan terpenuhinya pasal-pasal
114
hak konsumen, kewajiban pelaku usaha dan pemenuhan atas ganti rugi oleh
pihak Muslim Galeri. Upaya perlindungan konsumen muslimgaleri.co.id
tersebut berfokus kepada dua hal, yaitu pengembalian produk (retur) dan
pengembalian dana (refund). Sedangkan penerapan dalam perspektif Hukum
Ekonomi Syariah pun telah sesuai dilihat dari sisi hak-hak konsumen dalam
Islam, seperti terdapat upaya Muslim Galeri untuk menjelaskan secara detail
mengenai karakteristik dan spesifikasi produk yang diperjualbelikan pada
website untuk menghindari unsur gharar karena baik dalam UUPK ataupun
Hukum Ekonomi Syariah yaitu harus memberi informasi yang benar, jelas,
dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Adanya
konsep khiyar yaitu hak khiyar syarat, khiyar aib, dan khiyar ru‟yah serta
penyelesaian perselisihan pada muslimgaleri.co.id juga dilakukan melalui
jalur perdamaian (as-shulhu). Namun karena dalam transaksi e-commerce
tidak bertatap muka secara langsung maka kemungkinan terjadinya
penipuan (tadlis) mengenai usia dewasa sangat potensial dan krusial
berkaitan dengan tidak terpenuhinya syarat dan rukun jual beli dalam Islam
yaitu permasalahan kecakapan orang yang berakad harus berakal dan
mumayyiz.
B. Rekomendasi
Dari kesimpulan yang telah dipaparkan oleh penulis maka dikemukakan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Hendaknya konsumen dan pelaku usaha muslim memanfaatkan transaksi e-
commerce yang tentu banyak manfaatnya dengan berdasarkan prinsip
syariah, dengan demikian konsumen dan pelaku usaha muslim tidak hanya
mendapatkan keuntungan duniawi tapi juga keuntungan ukhurawi karena
bertransaksi berdasarkan prinsip syariah.
2. Setelah melakukan penelitian pada transaksi e-commerce pada situs
muslimgaleri.co.id penulis mendapatkan fakta mengenai ketentuan syarat
115
kecakapan para pihak pada sistem e-commerce tersebut belum terpenuhi,
sehingga perlu kiranya agar pihak muslimgaleri.co.id memberikan suatu
syarat atau ketentuan tentang kecakapan para pihak (dalam hal ini
konsumen) yaitu dengan menambahkan pengisian form usia sebelum
konsumen melakukan transaksi agar kecakapan konsumen dapat diketahui
dan syarat sahnya para pihak yang melakukan akad (aqid) dapat terpenuhi.
Serta penambahan term and conditions pada laman website
muslimgaleri.co.id secara jelas dan detail tentang pengembalian barang dan
dana. Dengan adanya syarat dan ketentuan yang jelas akan tercipta prosedur
pembelian toko online yang disepakati serta mengikat antara pihak penjual
dan pembeli.
3. Para instansi pemerintahan seyogyanya dapat berperan aktif dalam
pembuatan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan konsumen
yang mengatur tentang perlindungan konsumen dalam transaksi e-
commerce karena semakin terus berkembangnya e-commerce di Indonesia
sehingga pemerintah jangan sampai tertinggal perangkat hukumnya, serta
adanya keharmonisasian peraturan tentang transaksi elektronik internasional
baik dari KUPerdata/KUHPerdata Internasional, Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi fan Transaksi Elektronik sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Internet dan Transaksi
Elektronik dan juga Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, serta bagi para praktisi hukum lebih mendekatkan
diri untuk mensosialisasikan tentang aturan-aturan mengenai transaksi e-
commerce.
4. Penelitian ini juga memiliki keterbatsan dan kekurangan, oleh karena itu
penulis merekomendasikan untuk dilakukan penelitian lanjutan atau
penelitain lainnya yang lebih terfokus pada inti masalah yang tidak menjadi
fokus penelitian yang telah penulis dikerjakan.
116
DAFTAR PUSTAKA
A. Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2006.
Abdurrahman, Hafidz dan Yahya Abdurrahman. Bisnis & Muamalah Kontemporer.
Bogor: Al Azhar Publishing, 2015.
Adi Nugroho, Susanti, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen ditinjau dari
Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya. Jakarta: Kencana, 2009.
Adhitya Ariawan, Gede dan Ni Made Ari Yuliartini Griadhi. “Tanggung Gugat
Product Liability dalam Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia”.
Kertha Semaya, 01, 06, (Juli 2013): 4.
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015.
Aini, Nur. Remaja Australia Terlilit Utang Belanja Online. Artikel diakses pada 07
September 2018 dari https://www.republika.co.id/berita/internasional/abc-
australia-network/18/08/12/pdcmu2382-remaja-australia-terlilit-utang-
belanja-online.
Al-Hafidzh Taqiyudin Abu Muhammad Abdulghani bin Abdulwahid bin Ali bin
Surur Al-Maqdisi Al-Jumaili Al-Hanbali, Syaikh. Penerjemah Muhammad Al
Fatih dan Arsal Abu Arfan. Umdatul Ahkam:Matan-Terjemah-Kesimpulan
Kumpulan Hadits Hukum Yang Shahih. Sukoharjo: Al Qowam, 2015.
Al-Hafidzh Taqiyudin Abdulghani, Syeikh. Hadist-Hadist Shahih Seputar Hukum.
Jakarta: Republika Penerbit, 2011.
117
Ali Hasan, M. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2003.
Anggawirya, Erhans. Internet Sekarang Belajar Sekarang Lancar. Jakarta: PT
Ercontara Rajawali, 2003.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002.
As-Sabatin, Yusuf. Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis. Bogor:
Al Azhar Press, 2014.
Azhar Basyir, Ahmad. Azaz-azaz Hukum Muamalah. Yogyakarta: UII Press, 1993.
Azharudin Lathif, AH. Fiqh Muamalat. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005.
______________dan Nahrowi. Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum Positif
dan Hukum Islam. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pemberdayaan Hak-Hak Konsumen di
Indonesia. Jakarta: Direktorat Perlindungan Konsumen Ditjen Perdagangan
dalam Negeri Departemen Perindustrian dan Perdagangan bekerjasama
dengan Yayasan Gemainti, 2001.
Dewi, Gemala, dkk. Hukum Perikatan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.
Djamil, Fathurrahman. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Eka Rusmawati, Dianne. “Perlindungan Hukum bagi Konsumen dalam Transaksi E-
Commerce”. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum. Vol.7, 2, (2013): 195-196.
Fadhli, Ashabul. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad As-Salam dalam
Transaksi E-Commerce”. Mazahib, XV, 1 (Juni 2016): 12.
118
Fajar Nur Dewata, Mukti. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajarm 2015.
Fery E. “Citibank; e-Commerce Dorong Transaksi Kredit”. Koran Tempo, 07 Maret
2018.
Wardhani, Sita. “Perkembangan E-Commerce di Indonesia”. Artikel diakses pada 24
Januari 2018 dari http://validnews.co/Perkembangan-E-commerce-di-
Indonesia--1--YXAiJ.
Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2012.
Ghofur Anshori, Abdul. Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep, Regulasi
dan Implementasi). Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2010.
Halim Barkatullah, Abdul. Hak-Hak Konsumen. Bandung: Nusa Media, 2010.
Haroen, Nasrun. Fiqih Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Hariwijaya, M. Metodologi dan Penulisan SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI untuk
Ilmu Sosial dan Humaniora. Yogyakarta: Dua Satria Offset, 2007.
Hediana, Runto dan Ahmad Dasuki Aly. “Transaksi Jual Beli Online Perspektif
Ekonomi Islam”. Al-Mustashfa. Vol.3, 2, (2015): 47.
Hendra Purwakarta, Tommy. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Atma
Jaya, 2007.
Hidayat, Enang. Fiqih Jual Beli. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015.
HS., Salim. Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontak). Jakarta : Sinar
Grafika, 2003.
119
Husaini, M. “Bisnis E-Commerce dalam Perspektif Islam”. Jurnal Ilmu Dakwah dan
Pengembangan Komunitas, 9, 2 (Juli, 2014): 193.
Indotelko. “RPP eCommerce masuk tahap finalisasi, ini harapan idEA”. Artikel
diakses pada 5 Juli 2018 dari
https://www.indotelko.com/kanal?c=ecm&it=rpp-ecommerce-finalisasi-idea.
Interview Pribadi dengan Fendaby Surya Putra, Owner Muslim Galeri, Pamulang, 04
Mei 2018.
Interview Pribadi dengan Riana Andan Dewi, Customer Service Muslim Galeri,
Pamulang, 04 Mei 2018.
Interview Pribadi dengan Ayu Wd, Customer Muslim Galeri, Pamulang, 12 Mei
2018.
Ismail, Muhammad. “17 Hari Pertama 2018, Polresta Terima 51 Laporan Penipuan
Jual-Beli Online”. Artikel diakses pada 24 Januari 2018 dari
http://www.solopos.com/2018/01/19/penipuan-solo-17-hari-pertama-2018-
polresta-terima-51-laporan-penipuan-jual-beli-online-886505.
Izzan, Ahmad dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah: Ayat-Ayat Al-Qur‟an
yang Berdimensi Ekonomi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
J Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.
Kompilasi Hukum Islam.
120
Maemunah, Ratu. “Analisa Hukum Islam Terhadap Masalah Perlindungan
Konsumen yang Terjadi atas Jual Beli E-Commerce”. Jurnal Islamiconomic.
Vol. 6, 1. (2015): 63-64.
Makarim, Edmon. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: PT RajaGRafindo Persada,
2003.
Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2013.
______________, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,
2013.
Mamudji, Sri, dkk. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Mudjab Mahalli, Ahmad dan Ahmad Rodli Hasbullah. Hadis-Hadis Muttafaq‟Alaih.
Kencana: Jakarta, 2004.
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku. Koleksi Hadis-Hadis Hukum 7.
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001.
Mulhadi. Hukum Perusahaan; Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Muslim Galeri. Artikel diakses pada 08 Agustus 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/detail~zilova-gamis-tazkia-1725-brown-
s~60~513.
Muslim Galeri. Artikel diakses pada 20 Agustus 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/testimonial.
Muslim Galeri. Artikel diakses pada 10 April 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/page/profil-perusahaan.
121
Muslim Galeri. Artikel diakses pada 10 April 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/k~jilbab-kerudung.
Muslim Galeri. Artikel diakses pada 10 April 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/page/profil-perusahaan.
Muslim Galeri. Artikel diakses pada 10 September 2018 dari
http://www.muslimgaleri.co.id/pengaduan.
Miftah Maulana, Shabur, dkk. “Implementasi E-Commerce Sebagai Media Penjualan
Online (Studi Kasus Pada Toko Pabstrik Kota Malang)”. Jurnal Administrasi
Bisnis. Vol. 29, 1, (2015): 3.
Miru, Ahmad. Prinsip-Prinsip Perlindungan bagi Konsumen di Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
_____________ dan Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004.
Nasution. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Nejatullah Siddiqi, Muhammad. Kegiatan Ekonomi dalam Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, 1996.
Nugroho, Aditya. “Muslim Galeri, from Door-to-Door to Online Store”. Artikel
diakses pada 10 April 2018 dari https://www.eramuslim.com/berita/info-
bisnis/muslim-galeri-from-door-to-door-to-online-store.htm#.Ws2N1PUxV0t.
Nur Fitria, Tira. “Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) dalam Hukum Islam dan
Hukum Negara”. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. Vol.03, 01, (2017): 59-60.
Nurhalis. “Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999”. Jurnal IuS, III, 9 (Desember 2015): 526.
122
Nur Yasin, Mohamad. “Perbandingan Green Konstitusi, Green Ekonomi, dan Hukum
Ekonomi Syariah di Indonesia”. Jurnal Asy-Syir‟ah. Vol. 50, 01, (2016): 123.
Pitriani, lpina dan Deni Purnama. “Dropshipping dalam Perspektif Konsep Jual Beli
Islam”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, 3, 2, (October, 2015): 96.
Pradana, Mahir. “Klasifikasi Jenis-Jenis Bisnis E-Commerce di Indonesia”. Jurnal
Neo-Bisnis. Vol. 9, 2, (2015): 34.
Prayogo, Presly. “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen dalam Jual
Beli Melalui Internet”. Lex et Societatis, II, 4, (Mei 2014): 82.
Rais, Isnawati dan Hasanudin. Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada LKS. Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Rasyid Saliman, Abdul. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan:Teori dan Contoh Kasus.
Jakarta: Kencana, 2014.
Remy Sjahdeini, Sutan. Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya. Jakarta: PrenadaMedia Group, 2014.
Riawan, Belly dan I Made Mahartayasa. “Perlindungan Konsumen dalam Kegiatan
Transaksi Jual Beli Online di Indonesia”. Kertha Semaya. Vol. 03, 01,
(2015): h.34.
Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press, 2002.
Santoso, Sugeng. “Sistem Transaksi E-Commerce dalam Perspektif KUH Perdata
dan Hukum Islam”. Ahkam, Vol. 4, 2, (2016): 241.
123
Sanusi, Masri. “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen E-Commerce”. Ad Daulah.
Vol.1, 2, (2013): 98.
Sari, Nilam. Kontrak (Akad) dan Implementasinya Pada Perbankan Syariah di
Indonesia. Banda Aceh: Penerbit PeNA, 2015.
Sarwono, Jonathan dan Tutty Martadiredja. Teori E-Commerce Kunci Sukses
Perdagangan di Internet. Yogyakarta: Gava Media, 2008.
Setiyo Budhi, Galih. “Analisis Sistem E-Commerce Pada Perusahaan Jual Beli
Online Lazada Indonesia”. Jurnal Electronics, Informatics, and Vocational
Education (ELINVO). Vol. 2, 1, (2016): 12.
Shofie, Yusuf. Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2003.
Sholahuddin, M. Asas-asas Ekonomi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
Sidharta, Iwan dan Boy Suzanto. “Pengaruh Kepuasan Transaksi Online Shopping
dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Sikap Serta Perilaku Konsumen pada
E-Commerce”. Jurnal Computech & Bisnis. Vol. 9, 1, (2015): 25
Simanjuntak, P.N.H. Hukum Perdata Indonesia. Jakarta: Kencana PrenadaMedia
Group, 2015.
Sjahputra, Iman. Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektonik. Bandung: PT
Alumni, 2010.
Sufyan Abdurrahman, Muhammad. “Transaksi e-Commerce Indonesia Akan Capai
Rp 144 Triliun”. Artikel diakses pada 11 Mei 2018 dari
124
https://www.liputan6.com/tekno/read/3057134/2018-transaksi-e-commerce-
indonesia-akan-capai-rp-144-triliun.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula.
Yogyakata: Gadjah Mada University Press, 2012.
Sutanto, Happy. Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan. Jakarta: Visimedia, 2008.
Syaichoni, Ahmad. “Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Bay‟ Al-Salam dan E-
Commerce. Ahkam. Vol. 3, 2, (2015): 225.
Tri Siwi Kristiyanti, Celina. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika,
2009.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).
Wariati, Ambar dan Nani Irma Susanti. “E-Commerce dalam Perskpektif
Perlindungan Konsumen”. Pro-Bank Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.1, 2,
(2014): h.2.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Yudha Hernoko, Agus. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2010.
Zulham. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
126
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Transkip Hasil Wawancara
Transakip Hasil Wawancara dengan Pihak Muslimgaleri.co.id
Nama : Fendaby Surya Putra
Jabatan : Owner Muslim Galeri
Hari, Tanggal : Jum‟at, 04 Mei 2018
Waktu : Pukul 10:00 WIB s.d selesai.
Tempat : Kantor Muslim Galeri (Komp. Bumi Pamulang Asri Blok B3
Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan)
1. Kesibukan yang sedang dijalani?
Jawab: Saat ini sebagai direktur utama juga mengatur semuanya di Muslim
Galeri ini.
2. Sejak kapan memulai usaha?
Jawab: Usaha ini dimulai dari 2008 awal mula berdiri usahanya itu karena
saya ingin memberikan kesibukan kepada istri di rumah tetapi sampai sejauh
perkembangan saat ini ternyata saya yang justru lebih berperan langsung
dalam usaha ini. Saya sendiri dari Jurusan Elektro Universitas Teknologi
Nanyang Singapura. Pertama mulai langsung dengan pembuatan website
sekitar bulan Agustus 2008 dengan nama muslimgaleri.com setelah
melakukan beberapa perubahan sekarang sudah menjadi muslimgaleri.co.id.
3. Untuk penamaannya sendiri kan Muslim Galeri? Apa alasannya? Ataukah
ada akad syariahnya?
Jawab: Untuk penamaannya sendiri kenapa dinamakan Muslim Galeri karena
menjual produk-produk islami yaitu awalnya menjual jilbab, baju muslim,
baju koko dan sampai sekarang masih seputar itu yaitu produk-produk yang
127
dibutuhkan muslim. Untuk akad syariah kami belum menerapkan, tetapi
usaha ini selalu di dasari akan kejujuran.
4. Apakah muslim galeri berada di bawah naungan CV/PT?
Jawab: Iya sekarang juga masih di bawah naunga CV, karena masih keluarga
yang pegang. Tetapi saya berniat ke PT mungkin sih karena kan kita ini usaha
keluarga ya tetapi bagi saya PT atau CV sama saja kan beda badan hukum aja
cuma sama saja mengurusnya.
5. Bagaimana perkembangan usaha tersebut?
Jawab: Alhamdulillah dari awal berdiri minat masyarakat semakian
meningkat, pelanggan semakin banyak, jadi usaha kami berkembang baik.
6. Berapa omset yang didapat pertahun?
Jawab: Untuk omset sendiri diatas 10M/per tahun. Uuntuk setiap tahun
alhamdulillah omset selalu meningkat kecuali di tahun 2017-108 masih
stagnan. Jadi ada tahun dimana omset meningkat tinggi tapi juga ada tahun
dimana omset posisi stagnan namun tidak menurun, biasanya kalau di posisi
stagnan itu berarti kita perlu adanya inovasi baru.
7. Ada berapa kantor dan karyawan?
Jawab: Saat itu kantor kami ada beberapa kantor 4, karyawan ada 80 orang,
tetapi ada rencana mau digabung satu kantor agar memudahkan juga.
8. Sejak kapan mencetuskan website online e-commerce? Dan bagaimana
prosesnya?
Jawab: Sejak awal berdiri kami langsung proses pembuatan website dalam
berbelanja karena itu media utamanya, untuk proses pembuatan websitenya
sendiri itu programmer yang membuat setelah itu kita custom berdasarkan
kebutuhan kita, programmer sendiri berasal dari orang dalam namun saat ini
dia sebagai konsultan saja.
9. Adakah kendala dalam berjualan via wesbsite?
Jawab: Kendala internalnya kalau namanya website itu kan selalu perlu
update terus menerus sesuai dengan kebutuhan kita, baik pada awal
128
pembuatan atau pun perkembangannya yaitu menyesuainya antara
operasional kita dan website begitu pun sebaliknya. Setiap karyawan juga kita
latih sesuai operasional perusahaan kami sendiri. Kalau untuk kendala
eksternal paling itu bagaimana kita membuat inovasi, dan mendatangkan
pengunjung setiap harinya. Karena kan kita tahu untuk penjualan online
sendiri sudah menjamur dan sangat mudah ditemui di era saat ini.
10. Adakah standar untuk foto yang akan menjadi katalog produk pada website?
Jawab: Standar ukuran foto 3:2 3 ke bawah 2 ke samping itu yang mengatur
tim kreatif jadi kami usahakan foto sesuai dengan produk asli dari segi warna.
Karena kan jualan online itu jualan gambar ya jadi sebisa mungkin harus
mirip dengan aslinya.
11. Adakah syarat dan ketentuan (Term and condition) (Terms of use) dalam
belanja di muslimgaleri.co.id?
Jawab:
Pertama kita klik alamat website muslimgaleri.co.id kemudian setelah masuk
kita login dengan akun yang sudah kita buat, customer memasukkan email
dan juga paswordnya. Setelah itu konsumen dapat bebas memilih produk apa
saja yang diinginkan yang telah tersedia di website kami. Customer klik
barang yang ingin dipesan lalu tentukan jumlah dan “Add to chart” setelah
belanja bisa cek Keranjang untuk memastikan produk apa saja yang akan kita
beli dan telah dimasukkan ke keranjang kemudian “Lanjut Proses Checkout”
setelah itu masukan alamat customer setelah itu selesai dan mendapat invoice.
12. Apakah ada standarisasi produk yang bisa dijual di website
muslimgaleri.co.id?
Jawab: Produk yang dijual pasti kita lihat dari segi kualitasnya bagus, soal
harga standar sih karena kalau murah tetapi kualitasnya jelek kan itu gak
bagus juga ya jika mengecewakan konsumen.
129
13. Kenapa belum menggunakan rekening bank syariah sebagai pilihan transfer
rekening bank? Apakah ada keinginan untuk menggunakan rekening bank
syariah? Jika belum adakah kendalanya?
Jawab: Bank syariah sebenarnya ada, tetapi yang menjadi kendala itu di
masalah pengecekan onlinenya itu agak sulit untuk syariah dulu ya itu
mungkin sekarang sudah mudah, karena kita melihat setahun ke belakang ini
masih agak rumit mekanismenya karena kan transaksinya banyak jadi kita
butuh yang mudah dan cepat agar dapat melakukan pengirimannya yang
cepat pula kan. Misalnya yang saya tahu itu Bank Muamalat ya yang sudah
bagus jadi ke depannya kita akan memasukkan kembali bank syariah dalam
pilihan rekening pembayaran kita secepatnya.
14. Apa arti konsumen bagi pedagang online?
Jawab: Mereka itu adalah seorang yang memegang pernanan penting dalam
transaksi, dimana kita layaknya jual beli yang biasa. Harus jelas akadnya dan
melakukan dengan sejujurnya walaupun kita tidak bertemu muka atau
dilakukan jual beli itu secara langsung karena kita harus melakukan
pelayanan yang baik agar konsumen puas dan nyaman dengan pelayanan kita
dan nyaman dengan produk kita juga.
15. Permasalahan apa yang biasanya dikeluhkan konsumen? Dan masalah yang
dihadapi jual beli via online?
Jawab: Konsumen dalam jual beli online ini kan butuh pembiasaan ya, jadi
gak pas beli langsung dapat produknya, ada prosesnya. Nah yang dikeluhkan
biasanya dari pengirimannya, beberapa komplain itu konsumen keluhkan
kenapa barangnya belum sampai. Kalau masalah itukan di luar jangkauan kita
juga, karena kan sudah ita limpahkan kepada pihak kurir tetapi yang bisa kita
lakukan adalah membantu mereka agar barangnya itu sampai di mereka
seperti tracking resi atau kita punya kontak khsusus untuk menghubungi
pihak kurirnya langsung. Pernah juga ada pengalaman konsumen yang
memblokir rekening kita karena tidak sabar produknya belum sampai-sampai,
130
tetapi saat produknya sampai selesai sendiri sih udah gak ada masalah lagi,
rekening kita juga sudah difasilitasi oleh bank sehingga bisa terbuka lagi.
Kalau produk cacat kebijakan kita mereka bisa mengembalikan produk itu
kita tukar dengan yang baru dan ongkos kirimnya juga kita tanggung, dimana
itu produk cacat benar-benar kesalahan kita. Ataupun kembali uang (refund)
seperti apa.
16. Bagaimana perkembangan customer yang membeli hingga saat ini?
Jawab: Pasti meningkat sih konsumen, kira per tahun itu mengalami
peningkatan 10% dari 2017-2018 ini termasuk stagnan ya. Yang banyak itu
dari 2016 ke 2017. Untuk angka puluhan ribu ya kita gak menghitungnya.
17. Data pribadi konsumen apa saja yang diperlukan untuk menjadi member atau
berbelanja?
Jawab: Konsumen hanya mengisi form nama, alamat, email, jenis kelamin
dan nomor telepon. Standar usia sebenernya gak ada limitnya, Cuma
umumnya yang menjadi membernya itu 20 tahun ke atas.
18. Upaya apa yang dilakukan Muslim Galeri dalam menjaga data pribadi
konsumen tersebut?
Jawab: Yang pasti data pribadi konsumen kita tidak jual apalagi nomor
telepon ya, kita tidak salah gunakan.
19. Bagaimana penyelesaian jika ada perselisihan dengan konsumen?
Jawab: Permasalah sebenernya simple misal dulu ada yang beli produk
kemudian transfer antar bank kan butuh waktu karena misal customer itu
mengirim dari beda bank biasanya butuh waktu 2 hari, namun karena
customer merasa sudah mengirim dianya sudah ngejar-ngejar aja tetapi kita
belum bisa memproses ya walaupun sudah ada bukti transfernya karena kan
bukti transfer bisa dimanipulasi juga. Jadi penyelesaiannya kita beri
pengertian dahulu dan agar sama-sama nyaman ya kita tunggu sampai
transferannya itu masuk, kecuali customer itu sudah berulang atau sudah
sering belanja yaudah kita kirim aja karena sudah terbangun juga rasa saling
131
percaya. Selama ini sih belum pernah ada perselisihan serius sampai ke jalur
hukum, karena selalu selesai sampai tahap musyawarah saja namun untuk
jalur hukum kami mengikuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
20. Pihak mana yang menerima komplain atas masalah pengiriman barang?
Jawab: Customer service, sudah ada deadline mereka untuk menghandle
komplain, Cuma kalau mereka juga tidak bisa mengatasinya baru ke
managernya. Customer service website saat ini ada 7 orang.
21. Apakah ada sistem retur? Ganti rugi? Bagaimana mekanismenya?
Jawab: Sistem retur itu dalam pengembalian produk, nantinya konsumen
memiliki pilihan untuk mengganti produk yang dibeli atau dikembalikan uang
yang sudah dibayarkan (refund). Setelah produk telah sampai di gudang,
Muslim Galeri akan memproses pengembalian barang ataupun pengembalian
dana. Untuk pengembalian barang Muslim Galeri akan mengirim ke alamat
konsumen barang baru pengganti yang sesuai.
22. Apakah perlindungan konsumen itu diperlukan?
Jawab: Tentu perlindungan konsumen itu diperlukan, yang pasti itu data
mereka ya, data mereka harus benar-benar kita jaga kerahasiannya, karena
kan kita juga harus amanah. Jangan sampai mereka menerima spamming dari
luar. Dan kita juga melayani dengan baik dan profesional, dan ketika mereka
sudah mengeluarkan uang ada kenyamanan.
132
Nama : Riana Andan Dewi
Jabatan : Customer Service Muslim Galeri
Hari, Tanggal : Jum‟at, 04 Mei 2018
Waktu : Pukul 14:00 WIB s.d selesai.
Lokasi : Kantor Muslim Galeri (Komp. Bumi Pamulang Asri Blok D2
Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan)
1. Kesibukan yang sedang dijalani?
Jawab: Sekarang kan udah mendekati liburan jadi udah mulai ramai
orderannya, untuk malayaninya sendiri via chat bisa whatsapp.
2. Mekanisme menjadi member? Data pribadi apa yang diperlukan?
Jawab: Muslim Galeri Agen terbagi menjadi 3: Gold registrasi Rp50.000,
Silver Rp25.000, dan Bronze Rp10.000. Setelah memilih diantara 3 jenis
member tersebut maka akan dapat langsung daftar dan dibuatkan akun.
3. Apa saja info yang terdapat dalam katalog muslimgaleri?
Jawab: Cukup lengkap ya di website tersedia nama produk, harga produk,
warna produk, bahan dari produk tersebut, variasi, ukuran detail, hingga berat
dari masing-masing produk.
4. Data pribadi apa yang diberikan konsumen kepada muslimgaleri?
Jawab:
Nama, alamat, nomor telepon, dan email.
5. Bagaimana proses pembayaran yang dilakukan oleh pembeli terhadap penjual
dalam jual beli Online?
Jawab: Pembayaran dalam toko online Muslimgaleri.co.id dapat dilakukan
dengan cara Transfer Bank (termasuk Internet Banking) Setelah
itu“checkout”, customer akan pilih cara pembayaran melalui transfer bank.
muslimgaleri.co.id menyediakan pilihan transfer bank sebagai berikut BCA,
Mandiri, BNI, dan BRI. Kemudian customer konfirmasi ke CS via SMS/WA.
Isi pesan mencakup: No. Invoice, Nama Bank , Jumlah Uang yang ditransfer.
Atau bisa melakukan konfirmasi pembayaran online melalui menu akunku --
133
> riwayat pembelian. Jika CS tidak menerima kabar konfirmasi pembayaran
dalam 2x24 jam, maka akan kami batalkan pesanan Anda. Hal ini untuk
memberi kesempatan pada pelanggan lain.
6. Bagaimana proses pengiriman yang dilakukan oleh pembeli terhadap penjual
dalam jual beli online?
Jawab: Pengiriman dilakukan setelah konfirmasi transfer dilakukan customer
dengan batas maksimum jam 2 jika dikirim di hari yang sama. Karena kita
sudah menggunakan sistem pick up jadi pihak kurir yang datang ke MG
mengambil barang dua kali, sekitar jam 12 dan jam 4/5 sore, maksimal
packing jam 3. Barang akan tiba di alamat pembeli dalam waktu 2 atau 3 hari
dan paling lambat 7 hari (1 minggu) tergantung dari penggunaan jasa kurir.
7. Apakah pernah ada masalah salah kirim produk/barang?
Jawab: Pernah, kendala ada biasanya dari CS yang salah order, tidak sering
sih tapi ada beberapa. Kalau kita yang salah otomatis kita ganti barang (retur)
tersebut berikut dengan ongkos kirimnya. Kalau kesalahan ada di konsumen
maka konsumen yang menganti ongkos kirimnya.
8. Berapa lama maksimal jaminan pengiriman barang dari Muslim Galeri?
Sampai berapa hari?
Jawab: Kalau mau retur itu 14 hari. Untuk estimasi pengiriman barang itu
tergantung dari pihak kurir yang telah bekerja sama dengan kami.
9. Apakah ada sistem retur? Ganti rugi? Bagaimana mekanismenya?
Jawab: Sistem retur itu dengan syarat barangnya reject atau cacat dan salah
ukuran.
10. Bagaimana mekanisme pengembalian produk? Dan apa saja persyaratan
dalam pengembalian produk? Alasan pengembalian produk?
Jawab: Syarat kondisi produk yang akan diretur harus sama seperti saat
diterima pertama kali oleh customer, produk juga tidak dalam keadaan rusak,
kotor, telah digunakan atau dicuci, dan juga label merk masih tertera atau
tertempel di produknya. Jika memenuhi syarat maka akan kami ganti.
134
Nama : Ayu wd (Customer/Konsumen Muslim Galeri)
Hari, Tanggal : Sabtu, 12 Mei 2018
Waktu : Pukul 15:00 WIB s.d selesai.
Lokasi : Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota Tangeran Selatan
1. Kesibukan yang sedang dijalani?
Jawab: Sekarang sedang sibuk sebagai ibu rumah tangga saja.
2. Apakah pernah belanja online di muslimgaleri.co.id? Sudah berapa kali?
Jawab: Iya, saya pernah belanja disana sekitar 3 kali.
3. Barang apa saja yang mbak pernah beli di muslimgaleri.co.id?
Jawab: Pernah beli jilbab sama baju-baju sih.
4. Berapa kisaran harga yang pernah dibeli?
Jawab: Sekitar Rp 75.000 sampai Rp 250.000.
5. Apakah mudah melakukan transaksi secara online?
Jawab: Mudah-mudah sulit sih sebenernya, kalau pilihan sih jadi mudah ya
karena banyak variasi dan gak capek ke pasar gitu. Paling karna saya tuh suka
lupa transfer itu ke atmnya.
6. Bagaimana mekanisme berbelanja di muslimgaleri.co.id?
Jawab: Kalau sudah punya akun saya langsung login terus pilih barang selesai
masukan alamat nanti dapat invoice baru saya transfer. Satu dua hari barang
sampai.
7. Apakah pelayanan customer service muslimgaleri.co.id cukup memuaskan?
Jawab: Iya mbak-mbak disana ramah dan cepat responnya.
8. Apakah barang yang dibeli sesuai dengan yang ditawarkan di website?
Jawab: Iya sesuai kok. Cuma saya pernah beli baju salah ukuran ternyata
kecil gitu kan bisa ditukar. Terus nanti dikirm barang penggantinya kalau
barang yang kita mau tukar sudah sampai di MG.
9. Apakah terdapat kesulitan dalam hal komplain?
Jawab: Tidak sih, biasaya saya chat selama itu jam kerja langsung di respon
CS.
135
Lampiran 2: Surat-Surat
136
137
Lampiran 3: Dokumentasi