perlindungan hukum terhadap anak ... -...

11

Click here to load reader

Upload: nguyenanh

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU

TINDAK PIDANA DALAM PROSES PENYIDIKAN DI POLRES MERAUKE

Legal Protection of Children Against Crime as Actors in Merauke District Police

Erni Dwita Silambi, Andi Sofyan, H. M. Said Karim

Konsentrasi Hukum Kepidanaan,Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi: Erni Dwita Silambi, S.H. Program Studi Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Kepidanaan Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Email:[email protected] HP: 081248636379

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

2

ABSTRACT

The results showed that the implementation of the completion of the investigation in criminal cases committed by children in Merauke Police in crime murder, fighting in public, assault, theft and sexual intercourse, most (80%) were completed through the criminal justice system. And in the case of a crime of theft, gambling and promiscuity, a fraction (20%) resolved outside the criminal justice process by using a diversion. Implementation of the investigation on the protection of the rights of children as perpetrators of crime in Merauke district police made arrests at this stage, examination of the child, and detention, which is in the process of investigation, the investigation regarding the provision of legal protection for the rights of children as perpetrators of crime are not yet fully running optimally, due to child as criminal child does not want to use his or her rights as a child in the protection of the law.

Keywords: Legal Protection, Children as Actors

ABSTRAK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan penyidikan dalam penyelesaian perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak di Polres Merauke dalam hal tindak pidana pembunuhan, perkelahian didepan umum, penganiayaan, pencurian dan Persetubuhan, sebagian besar (80%) diselesaikan melalui jalur sistem peradilan pidana. Dan dalam hal tindak pidana pencurian, perjudian dan persetubuhan, sebagian kecil (20%) diselesaikan diluar proses peradilan pidana dengan menggunakan diversion. Pelaksanaan penyidikan terhadap perlindungan hak anak sebagai pelaku tindak pidana di Polres Merauke dilakukan pada tahap penagkapan, pemeriksaan anak, dan penahanan, yaitu dalam proses penyidikan, penyidikan mengenai pemberian perlindungan hokum terhadap hak anak sebagai pelaku tindak pidana masih belum sepenuhnya berjalan secara optimal, dikarenakan anak sebagai pelaku tindak pidana anak tidak ingin menggunakan hak-hak nya sebagai anak dalam perlindungan hukum.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Anak sebagai Pelaku

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

3

PENDAHULUAN

Penyimpangan yang sering terjadi dalam proses penyidikan tindak pidana anak berupa

penganiyaan, pemukulan dan perlakuan buruk lainnya serta penempatannya satu sel dalam

tahanan dengan tersangka dewasa.hal ini jelas bertentangan Undang-undang No. 3 Tahun

1979 tentang pengadilan anak yang harus memberikan jaminan perlindungan hak-hak anak

secara lebih kuat ketika berhadapan dengan hukum dan harus menjalani proses peradilan.

Berdasarkan data statistik kriminal Polres Merauke pada tahun 2010 terdapat 18

kasus sedangkan pada tahun 2011 terdapat 19 kasus yang disangka sebagai pelaku tindak

pidana anak. 32 dari 37 anak ini menginap di hotel prodeo karena pada umumnya anak-anak

ini tidak mendapat dukungan dari pengacara maupun pemerintah, dalam hal ini dinas

sosial.Tindak pidana yang dilakukan oleh anak di Kabupaten Merauke bervariasi mulai dari

tindak pidana pencurian, perjudian, pengeroyokan, penganiayaan dan beberapa kasus

persetubuhan.

Sesuai dengan semangat konvensi hak anak, The Beijing Rules, Peraturan

Perserikatan Bangsa-bangsa bagi perlindungan anak yang kehilangan kebebasannya dan

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pihak kepolisian sangat

diharapkan lebih banyak melakukan atau menggunakan diskresi dari pada melanjutkan proses

hukum terhadap anak.

Tingginya angka pelaku tindak pidana usia anak di kepolisian memperlihatkan bahwa

polisi tidak memahami pentingnya menjauhkan anak dari proses hukum formal terlebih sangat

penting menghindarkan anak dari penahanan sebelum pengadilan. Dalam tataran regulasi

yang lebih opersioanal bagi kepolisian, mekanisme ini sangat mungkin dilakukan

sebagaimana ketentuan pada Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Pasal 7) dan pada Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian tepatnya bagian

kewenangan polisi menghentikan penyidikan perkara (Purniati dkk, 2003).

Pengalihan proses peradilan anak atau yang disebut dengan diversi (bentuk

pelaksanaan diskresi di dalam penyidikan ) berguna untuk menghindari efek negatif dari

proses-proses peradilan selanjutnya dalam administrasi peradilan anak, misalnya labelisasi

akibat pernyataan bersalah maupun vonis hukuman ( Marlina,2008).

Dalam melaksanakan diversi terhadap anak yang berkonflik dengan hukum,

sebenarnya polisi telah memiliki payung hukum baik berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang memberi wewenang untuk tindakan tersebut maupun pedoman pelaksana di

Internal Kepolisian dengan keluarnya Telegram (TR) Kabareskrim Polri No.1124/XI/2006.

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

4

Bertitik tolak dari kompleksnya permasalahan berkaitan dengan perlindungan yang harus

diberikan kepada seorang anak yang berkonflik dengan hukum tentu harus ada upaya dari

berbagai pihak untuk menyelamatkan anak bangsa.

Polisi sebagai garda terdepan dalam penegakan hukum memiliki tanggung-jawab yang

cukup besar untuk mensinergikan tugas dan wewenang Polri sebagaimana yang telah diatur

dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

dalam menangani anak yang berkonflik dengan hukum, polisi senantiasa harus

memperhatikan kondisi anak yang berbeda dari orang dewasa. Sifat dasar anak sebagai

pribadi yang masih labil, masa depan anak sebagai aset bangsa, dan kedudukan anak di

masyarakat yang masih membutuhkan perlindungan dapat dijadikan dasar untuk mencari

suatu solusi alternatif bagaimana menghindarkan anak dari suatu sistem peradilan pidana

formal, penempatan anak dalam penjara, dan stigmatisasi terhadap kedudukan anak sebagai

narapidana.

Anak-anak yang ada di dalam kondisi demikian di sebut dengan anak yang berkonflik

dengan hukum. Oleh karena itu, atas dasar situasi seperti inilah Penulis tertarik untuk

menguraikan lebih jauh mengenai anak sebagai pelaku tindak pidana dalam proses

penyidikan. rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimanakah tindakan penyidik dalam

penyelesaian tindak pidana anak di Polres Merauke dan bagaimanakah pelaksanaan

pemberian perlindungan hukum terhadap hak anak sebagai pelaku tindak pidana dalam proses

penyidikan di Polres Merauke?Sedangkan tujuannya Mengetahui tindakan penyidik dalam

menyelesaikan tindak pidana anak di Polres Merauke dan mengetahui pelaksanaan pemberian

perlindungan hukum terhadap hak anak sebagai pelaku tindak pidana dalam proses penyidikan di

Polres Merauke. tindak pidana itu adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan

hukuman pidana ( Prodjodikoro:2008 ).

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis sosiologis dengan pertimbangan

bahwa titik tolak penelitian adalah untuk menganalisa penyidikan terhadap tindak pidana

anak di Polres Merauke.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Merauke, khususnya pada Polres Merauke.

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini atas dasar pertimbangan bahwa fokus penelitian

secara langsung melibatkan unsur pihak-pihak tersebut di atas.

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

5

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan penyidik anak pada Kepolisian

Resort Merauke, dan anak sebagai pelaku tindak pidana. Dari populasi tersebut, selanjutnya

ditarik sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 7 orang yaitu 4

orang penyidik pada Polres Merauke dan 3 orang anak pelaku tindak pidana.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data empirik yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian yang bersumber

dan responden atau informan sebagai sumber data. Sedangkan data sekunder adalah data yang

diperoleh dan studi kepustakaan, bahan-bahan dokumentasi dan instansi terkait, surat kabar

atau bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan materi penelitian ini termasuk peraturan

perundang-undangan yang terkait.

Teknik Pengumpulan Data

Data primer, teknik pengumpulan datanya adalah wawancara langsung secara

mendalam dengan informan dengan menggunakan daftar pertanyaan ( wawancara berstruktur

Data Sekunder, teknik pengumpulan datanya adalah studi kepustakaan yakni dengan meneliti

sumber bacaan yang berhubungan dengan topik ini.

HASIL

Anak dan generasi muda adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena anak

merupakan bagian dari generasi muda. Menurut Zakiah Darajat (Supramono, 2007).

pemberian perlindungan hukum terhadap hak anak sebagai pelaku tindak pidana masih belum

sepenuhnya berjalan secara optimal, dikarenakan anak sebagai pelaku tindak pidana anak

tidak ingin menggunakan hak-hak nya sebagai anak dalam perlindungan hukum.

Dalam pelaksanaan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik dapat dilihat bahwa

dalam rangka melakukan suatu proses penyidikan ini, penyidik menggunakan fasilitas yang

memadai untuk dilakukan penyidikan bagi tersangka anak pelaku tindak pidana

PEMBAHASAN

Tindakan Penyidik dalam Menyelesaikan Tindak Pidana Anak di Polres Merauke

Berdasarkan data di lapangan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh anak

menunjukkan peningkatan, dimana pada tahun 2011 terdapat 19 kasus, yang sebelumnya pada

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

6

tahun 2010 terdapat 18 kasus. Berdasarkan tabel tersebut di atas, dalam kurun waktu dua

tahun mulai tahun 2010 sampai tahun 2011 ada dua jenis kejahatan yang terbanyak yang

dilakukan oleh anak. Pertama, kejahatan pencurian biasa berjumlah sepuluh kasus. Dan

Kedua, kejahatan persetubuhan berjumlah sembilan kasus.

Berdasarkan data di lapangan menunjukkan 32 kasus dari 37 kasus pada tahun 2010

sampai tahun 2011. Pihak Penyidik Polres Merauke melakukan tindakan proses peradilan

anak dengan melakukan penahanan, hanya lima kasus penyidik melakukan tindakan diluar

proses peradilan anak dengan tidak melakukan penahanan karena diselesaikan secara

kekeluargaan.

Penyidik dalam menangani anak sebagai pelaku tindak pidana harus mengambil

tindakan yang hati-hati, artinya bahwa jika kasus yang dilakukan oleh anak masih tergolong

tindak ringan, tidak perlu dilakukan tindakan penahanan, sedanglan jika kasusnya tergolong

tindak pidana berat maka bisa dilakukan penahanan. Menurut Penulis, adapun yang menjadi

pertimbangan dari pihak penyidik untuk tidak menahan anak yang telah ditangkap karena

anak tersebut masih sekolah atau tindak pidana yang dilakukan relatif ringan, dengan nilai

kerugian yang tidak berat atau anak tersebut baru pertama kali melakukan tindak pidana dan

masih sekolah, sehingga terhadap anak pelaku tindak pidana yang memenuhi unsur

pertimbangan tersebut maka tindakan yang diambil adalah tindakan peringatan secara lisan,

atau disuruh membuat pernyataan di depan polisi agar tidak mengulangi perbuatan tindak

pidana lagi.

Pelaksanaan Pemberian Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak sebagai Pelaku Tindak

Pidana dalam Proses Penyidikan di Polres Merauke

Penangkapan

Dari hasil penelitian terhadap penangkapan yang dilakukan penyidik/penyidik

pembantu anak di Polres Merauke didapatkan suatu data bahwa dalam rangka penangkapan

tersangka anak yang tidak tertangkap tangan maka penyidik/penyidik pembantu

mempergunakan cara yakni (1) tidak menggunakan atribut kedinasan; (2) menyertakan surat

perintah penangkapan untuk diketahui oleh orang tua atau wali; (3) diupayakan untuk

melakukan suatu tindakan yang seolah-olah penyidik/penyidik pembantu melakukan suatu

kunjungan atau silaturahmi ke keluarga tersangka; dan (4) membawa anak tersebut ke

kepolisian dengan menempatkan anak pada posisi tidak diapit atau diatara petugas kepolisian.

Penangkapan adalah suatu tindakan Penyidik berupa pengekangan sementara waktu

kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

7

atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-

undang.

Menurut Kaimu selaku tersangka tindak pidana persetubuhan menyatakan bahwa

(wawancara, Januari 2012): “Ketika dilakukan penangkapan pihak polisi tidak menggunakan borgol, pihak polisi memberi penjelasan kepada orang tua tersangka mengenai perbuatan yang dilakukan oleh tersangka. Pihak polisi pada saat menjemput di rumah dengan suasana kekeluargaan dengan tidak menggunakan mobil patroli.”

Pemeriksaan Anak

Proses pemeriksaan terhadap tersangka anak merupakan bagian dari kegiatan

penyidikan yang bertujuan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan dan keidentikan

tersangka dan barang buktinya. Juga dierlukan kemampuan khusus yang harus dimiliki oleh

pemeriksa sehingga dalam pelaksanaannya perlakuan-perlakuan yang diberikan kepada anak

harus dibedakan dengan tersangka dewasa. Dalam proses pemeriksaan wajib dilaksanakan

dengan menjunjung tingggi hukum yang berlaku serta senantiasa memperhatikan hak asasi

manusia sebagaimana diatur dalam KUHAP.

Menurut Petrus selaku tersangka tindak pidana perjudian menyatakan bahwa

(wawancara, Januari 2012): “Ketika tahap pemeriksaan, pemeriksaan dilakukan di ruang Unit PPA dan di dalam ruangan tersebut

hanya ada tersangka dan seorang Polwan selaku penyidik anak dan tidak berpakaian dinas.”

Untuk melakukan pemeriksaan tersangka anak maka yang perlu diperhatikan adalah

ruangan unit Pelayan Perempuan dan Anak (PPA), pemeriksaan tersangka yang

memungkinkan terselenggaranya proses pemerikasaan, dalam rangka mengungkap perkara

yang sedang disidik. Pemeriksaan tersangka anak di wilayah Polres Merauke dilakukan di

ruangan khusus yang berdasarkan dengan kacamata Penulis mengindikasikan bahwa ruangan

tersebut cukup aman karena berada dalam ruangan yang dilengkapi dengan air conditioner

yang diharapkan agar dalam pemeriksaan anak dapat dilakukan dalam suasana yang sejuk dan

nyaman. Dalam rangka untuk mencerminkan situasi kekeluargaan dalam melakukan

pemeriksaan anak yang berkonflik dengan hukum, salah satu upaya yang dilakukan adalah

menggunakan fasilitas yang dapat membuat anak tersebut tidak merasa takut.

Penahanan

Pasal 44 ayat (1) Undang-undang No. 3 Tahun 1997 menentukan bahwa untuk

kepentingan penyidikan, Penyidik berwenang melakukan penahanan anak yang diduga keras

melakukan tindak pidana (kenakalan) berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Jangka waktu

penahanan untuk kepentingan penyidikan, paling lama adalah 20 (dua puluh) hari, untuk

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

8

kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang paling lama 10 (sepuluh)

hari. Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut, Penyidik harus sudah menyerahkan

berkas perkara kepada Penuntut Umum. Jangka waktu penahanan anak pelaku tindak pidana

lebih singkat daripada penahanan orang dewasa. Hal ini positif dari segi aspek perlindungan

anak, sebab anak tidak perlu terlalu lama berada dalam tahanan, sehingga tidak mengganggu

pertumbuhan anak baik secara fisik, mental maupun sosial.

Berdasarkan data menunjukkan 32 kasus dari 37 kasus pada tahun 2010 sampai tahun

2011. Pihak Penyidik Polres Merauke melakukan tindakan penahanan, hanya tiga kasus

penyidik tidak melakukan penahanan karena diselesaikan secara kekeluargaan.

Menurut Penulis, penanganan anak yang melanggar hukum, khususnya dalam proses

penahanan, hendaknya dibedakan dengan penanganan terhadap orang yang telah berusia

dewasa. Adanya perlakuan khusus terhadap anak-anak yang melanggar hukum, sebagai

konsekwensi dimilikinya karakteristik khusus pada diri anak, pada dasarnya merupakan salah

satu wujud dari perlindungan anak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-

undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang menyatakan: “Penangkapan,

penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum

yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.” Dan dalam Pasal 45

Undang-undang No. 3 Tahun 1997, disebutkan bahwa penahanan dilakukan setelah dengan

sungguh-sungguh mempertimbangkan kepentingan anak dan/atau kepentingan masyarakat.

Berdasarkan pada ketentuan tersebut, maka dalam melakukan tindakan penahanan penyidik

harus terlebih dahulu mempertimbangkan dengan matang semua akibat yang akan dialami

oleh si anak dari tindakan penahanan dari segi kepentingan anak serta mempertimbangkan

adanya unsur kepentingan masyarakat untuk memperoleh keadaan yang aman dan tenteram.

Dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai perilaku anak yang melakukan

perbuatan menyimpang (bermasalah dengan hukum) hendaknya dipertimbangkan kedudukan

anak dengan segala ciri dan sifatnya yang khas, sehingga dalam menjatuhkan tindakan

penahanan terhadap anak diupayakan agar anak tidak dipisahkan dari orang tuanya. Namun,

apabila pemisahan anak dari orang tuanya tidak dapat dihindarkan, maka pemisahan harus

didasarkan atas pertimbangan demi pertumbuhan dan perkembangan anak secara sehat dan

wajar.

Pasal 42 ayat (2) Undang-undang No. 3 Tahun 1997 menyebutkan bahwa dalam

melakukan penyidikan terhadap Anak Nakal, penyidik wajib meminta pertimbangan atau

saran dari Pembimbing Kemasyarakatan, dan apabila perlu juga dapat meminta pertimbangan

atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwaa, ahli agama atau petugas kemasyarakatan

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

9

lainnya. Hal ini mencerminkan suatu perlindungan hukum agar keputusan yang dihasilkan

mempunyai dampak yang positif, baik bagi si anak maupun terhadap pihak yang dirugikan

serta bagi masyarakat.

Berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,

“Pembimbing kemasyarakatan klien anak adalah petugas klien anak yang melakukan

pendampingan anak yang berkonflik dengan hukum dalam setiap tahapan dari penyidikan,

penuntutan, persidangan melalui pembuatan LITMAS sebagai bahan pertimbangan bagi

hakim dalam memutus perkara anak serta memberikan bimbingan dan membantu mengawasi

anak yang dijatuhi pidana bersarat, pidana pengawasan, pidana denda, diserahkan kepada

negara untuk mengikuti latihan kerja juga anak yang memperoleh pembebasan bersarat,cuti

menjelang dan cuti bersarat”.

Akan tetapi, dari hasil penelitian di lapangan, Penyidik Polres Merauke dalam

melakukan penyidikan terhadap anak nakal tidak meminta pertimbangan atau saran dari

Pembimbing Kemasyarakatan. Hal ini menunjukkan penyidik tidak mempertimbangkan

kepentingan terbaik untuk anak.

Menurut Yakobus selaku tersangka tindak pidana pencurian, menyatakan bahwa

(wawancara, Januari 2012): “Pada saat dilakukan pemeriksaan tidak didampingi oleh pihak pembimbing pemasyarakatan atau pihak manapun dan tidak memperoleh bantuan hokum, sehingga dilakukan penahanan selama 15 hari.” Penyidik dalam menangani anak sebagai pelaku tindak pidana harus mengambil

tindakan yang hati-hati, artinya bahwa jika kasus yang dilakukan oleh anak masih tergolong

ringan, tidak perlu dilakukan tindakan penahanan. Menurut Penulis, adapun yang menjadi

pertimbangan dari pihak penyidik untuk tidak menahan anak yang telah ditangkap karena

anak tersebut masih sekolah atau tindak pidana yang dilakukan relatif ringan, dengan nilai

kerugian yang tidak berat atau anak tersebut baru pertama kali melakukan tindak pidana dan

masih sekolah, sehingga terhadap anak pelaku tindak pidana yang memenuhi unsur

pertimbangan tersebut maka tindakan yang diambil adalah tindakan peringatan secara lisan,

atau disuruh membuat pernyataan di depan polisi agar tidak mengulangi perbuatan tindak

pidana lagi.

Dalam konteks penahanan ini, untuk tersangka anak di Polres Merauke, tersangka

ditempatkan di rumah tahanan tidak dipisahkan dengan para terpidana orang dewasa. Namun

lebih daripada itu, penahanan yang dilakukan tersebut tentunya dilakukan dengan berbagai

pertimbangan yakni (1) tersangka melakukan suatu jenis tindak pidana berat; (2) tersangka

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

10

tidak menyandang status sebagai seorang pelajar; dan (3) tersangka telah melakukan tindak

pidana berulang kali.

KESIMPULAN

Pelaksanaan penyidikan dalam penyelesaian perkara tindak pidana yang dilakukan

oleh anak di Polres Merauke dalam hal tindak pidana pembunuhan, perkelahian didepan

umum, penganiayaan, pencurian dan Persetubuhan, sebagian besar (86%) diselesaikan

melalui jalur sistem peradilan pidana. Dan dalam hal tindak pidana pencurian, perjudian dan

persetubuhan, sebagian kecil (14%) diselesaikan diluar proses peradilan pidana dengan

menggunakan diversion.

Pelaksanaan penyidikan terhadap perlindungan hak anak sebagai pelaku tindak pidana

di Polres Merauke dilakukan pada tahap penagkapan, pemeriksaan anak, dan penahanan, yaitu

dalam proses penyidikan, penyidikan mengenai pemberian perlindungan hokum terhadap hak

anak sebagai pelaku tindak pidana masih belum sepenuhnya berjalan secara optimal,

dikarenakan anak sebagai pelaku tindak pidana anak tidak ingin menggunakan hak-hak nya

sebagai anak dalam perlindungan hukum.

Saran

Diharapkan agar para aparat penegak hukum yang menangani masalah anak yang

berhadapan dengan hukum khususnya anak di Kabupaten Merauke agar lebih dapat

mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan anak dengan mengeluarkan kebijakan berupa

tindakan diversion untuk menghasilkan restorative justice.

Diharapkan perlunya pemberian pemahaman kepada anak sebagai pelaku tindak

pidana anak mengenai hak-haknya dalam hal perlindungan hokum berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga dapat mengurangi terjadinya

pelanggaran dalam perlindungan hukum terhadap hak anak sebagai pelaku tindak pidana

anak.

DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazawi. 2008. Hukum Pidana Bagian I. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Barda Nawawie Arief, (1993), Beberapa Aspek Hak Asasi Manusia Ditinjau dari Sudut Hukum Pidana, Makalah Seminar Nasional Hak Asasi Manusia diselenggarakan oleh FH. UNDIP.

Irma Setyowati , (1990) Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Bumi Askara.

Marlina, (2008), Penerapan Konsep Diversi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana dalam Sistem Peradilan Pidana Anak , Jurnal Equality.

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ... - …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4b738c285daf19d2c1a6cb19a0ba6654.pdf · 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM

11

Purniati, dkk. (2003). Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak (Juvenile Justice Sistem) di Indonesia, Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

Pipin Syarifin. (2000) Hukum Pidana di Indonesia. Bandung, CV. Pustaka Setia. Supramono, Gatot, (2007). Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta, Djambatan