perlindungan hukum terhadap anak dan …repository.radenintan.ac.id/1003/1/buku_dr._drs._h... ·...

169
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN PASCA KONFLIK DI WAY PANJI LAMPUNG SELATAN (Studi Perspektif Sosiologi Hukum) Peneliti Oleh: Dr. Drs. H.M.Wagianto, SH., MH SEKSI PENERBITAN FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN LAMPUNG 2014

Upload: vothu

Post on 12-Jun-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DANPEREMPUAN PASCA KONFLIK DI WAY PANJI

LAMPUNG SELATAN(Studi Perspektif Sosiologi Hukum)

Peneliti

Oleh: Dr. Drs. H.M.Wagianto, SH., MH

SEKSI PENERBITAN FAKULTAS SYARI’AHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

RADEN INTAN LAMPUNG2014

Sanksi Pelanggaran Pasal 72Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidanapenjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan /atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta), ataupidana penjara paling lama 7 (Tujuh) tahun dan / ataudenda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyarrupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,mengedarkan , atau menjual kepada umum suatu Ciptaanatau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkaitsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau dendapaling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Hak Cipta pada pengarang : Dr. Drs. H.M.Wagianto, SH., MH

Dilarang mengutip sebagian atau memperbanyak sebagian atau seluruhisi buku ini dengan cara apapun tanpa seizin penerbit, kecuali untukkepentingan penulisan artikel atau karangan ilmiah.

Seksi Penerbitan Fakultas Syariah IAIN Raden Intan LampungJl. Letkol H. Endro Suratmin Kampus SukarameTelp. (0721) 703289 Bandar Lampung 35131

Judul Buku : Perlindungan Hukum terhadapanak dan Perempuan Pasca Konflik di Way Panji LampungSelatan (Studi Perspektif Sosiologi Hukum)Cetakan Pertama : 2014Desain Cover: OsaComputer Setting, Lay out oleh : OsaDicetak Oleh : Percetakan Osa

Kode Penerbit :ISBN : 978-602-1319-12-3

SAMBUTAN KETUALEMBAGA PENELITIAN DAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATIAIN RADEN INTAN LAMPUNG

Assalamu’alaikum Wr. Wb.Alhamdulillah, kegiatan penelitian di lingkungan IAIN RadenIntan Lampung Tahun 2013, dilaksanakan di bawah koordinasiLembaga Penelitian IAIN Raden Intan Lampung dapat terlaksanadengan baik. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dibiayaiberdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) IAIN RadenIntan Lampung Tahun 2013.Kami menyambut baik hasil penelitian individu yangdilaksanakan oleh saudara Dr. Drs. H.M.Wagianto, SH., MH denganjudul: “Perlindungan Hukum terhadap anak dan Perempuan PascaKonflik di Way Panji Lampung Selatan (Studi Perspektif SosiologiHukum)”, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Institut Agama IslamNegeri Raden Intan Lampung, Nomor: 74.a Tahun 2013 tanggal 5 Juni2013. Kami berharap, semoga hasil penelitian ini dapat meningkatkanmutu hasil penelitian, menambah khazanah ilmu keislaman, dan bergunaserta bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan yang berbasis iman,ilmu, dan akhlak mulia.Wassalamu’alaikum Wr. Wb.Bandar Lampung, Desember 2013

Ketua Lembaga PenelitianDan Pengabdian Kepada Masyarakat,Dr. Syamsuri Ali, M.AgNIP. 19611125 198903 1 003

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Syukur kepada allah SWT., yang telahmemberikan hidayah dan pertolongannya sehingga penelitian ini dapatdiselesaikan. Deranjak dari Surat Edaran tentang Penelitian dari PusatPenelitian IAIN Raden Intan Lampung. Kemudian diajukan melalui SK.Rektor IAIN Raden Intan lampung Nomor: 74.a Tahun 2013 tanggal 5Juni 2013 tentang Penerimaan Bantuan Penelitian Mandiri DosenFakultas Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2013. AdapunPenelitian berlangsung sejak 5 Juli 2013 s/d 5 Oktober 2013 dan telahterselesaikan. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Yth. Bpk. Rektor IAIN Raden Intan Lampung2. Yth. Bpk. Dekan Fakultas Syari’ah yang telah memberikan

rekomendasi dan SK untuk menjadi Peserta Bantuan Penelitian DosenFakultas Syari’ah IAIN Raden Intan Lampungtahun 2013.

3. Yth. Bpk. Ketua Lembaga Penelitian IAIN Raden Intan yang telahmemberikan kesempatan untuk meneliti sehingga dapatmenyelesaikan penelitian ini.

4. Yth. Bpk/Ibu Dosen Kasubag. Akademik Fakultas Syari’ah yang lebihmembantu, mendorong dan menfasilitasi sehingga penelitian ini dapatdiselesaikan.

5. Yth. Ibu Ketua KOMNAS HAM dan Narasumber lainnya.6. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam

pengantar ini, namunsemua yang terlibat penulis menghaturkanterimakasih.Demikian pengantar dalam penelitian ini, sebagai manusia yang takluput dari kekhilafan, maka penelitian ini belum sempurna. Olehkarena itu, mohon kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikandan penelitian selanjutnya.

Bandar Lampung, 27 Desember 2013Peneliti

Dr. Drs. H.M. Wagianto, SH.,MHNIP. 19621111994031001

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………KATA SAMBUTAN ………………………………………KATA PENGANTAR ……………………………………

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ………………………..B. Rumusan Masalah ………………………………C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………….D. Kegunaan Penelitian ……………………………E. Landasan Teori …………………………………F. Jadwal Penelitian ……………………………….G. Perkiraan Biaya Penelitian ……………………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Perlindungan Hukum terhadap Perempuan dan

Anak Kajian Hukum Positif dan Hukum Islamserta Sosiologi Hukum ………………………….

B. Perlindungan Perempuan dan Anak MenurutHukum Islam ……………………………………

C. Perlindungan Perempuan dan Anak dan KajianSosiologi Hukum ………………………….…...

BAB IV METODE PENELITIANA. Paradigma Penelitian …………………………..B. Lokasi Penelitian ………………………………C. Spesifikasi penelitian ………………………….D. Jenis Data ……………………………………...E. Instrumen Pengumpulan Data …………………F. Teknik Pengumpulan Data …………………….

168681920

20

48

58

717376767979

BAB IV HASIL PENELITIAN PERLINDUNGANHUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK-ANAK PASCA KONFLIK WAY PANJI KABUPATENLAMPUNG SELATAN

A. Gambaran Umum Kabupaten LampungSelatan …………

B. Penyebab Konflik di Way Panji Kabupatenlampung Selatan ………………………….

C. Upaya Penyelesaian Konflik di Way PanjiLampung Selatan ………………………….

D. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuandio way Panji Kabupaten lampung Selatan

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan ………………………………..B. Saran ………………………………

Daftar Pustaka………………………………………….

83

97

121

128

147114

151

BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meniti awal keberadaan manusia tidak terlepas darikeberadaan manusia di muka bumi. Anak terlahir dari seorangperempuan atau seorang ibu, tentunya ada seorang laki-laki yangmemberikan benih sehingga proses perjalanan waktu danperadaban manusia dari yang tidak ada aturan menjadi adaaturan. Lintasan sejarah keberadaan manusia di awali dari NabiAdam AS dan Siti Hawa, manusia pertama yang diciptakanAllah SWT, manusia sebagai anak cucu Adam terus bertambah.Secara kodrati manusia diciptakan berpasang-pasangan agardiantara keduanya terdapat kecenderungan sebagai suami isteri,sebagaimana Allah berfirman pada Surat al Nisȃ ayat(1):“...Tuhanmu yang menciptakan kamu dari seorang diri dandaripadanya Allah memperkembang biakan laki-laki danperempuan yang banyak...”.

Hikmah yang dapat diambil dari ayat tersebut bahwa,manusia adalah mahluk yang dipilih Allah untuk mempunyaiketurunan demi kelangsungkan kehidupannya di muka bumi.Manusia merupakan ciptaan Allah yang terbaik dan termuliadengan segala bentuknya, seluruh tubuh manusia merupakananugerah dari Allah SWT.1

Kemuliaan manusia adalah karena manusia diberikan akalsebagai bukti untuk membedakan dari mahluk ciptaan-Nya.Manusia juga mempunyai nafsu, salah satunya adalah nafsu

1. Muhammad Immanudin Abdurahim, Islam Sistem Nilai Terpadu,Cet. Ke-II, Yayasan Pembina Sari Insan, Jakarta, l999, hal. 156

2

sahwati yang harus disalurkan sesuai dengan ketentuan AllahSWT.

Inti dari Firman Allah SWT. di atas, penciptaan manusia,kehidupan manusia dalam berumah tangga yang dihiasi dengankasih dan sayang dijadikan Allah sebagai sarana/tanda-tandabagi orang yang berfikir, karena pada dasarnya “penciptaanmanusia itu sendiri tidak lain adalah agar manusia itumenghambakan diri”.2 Maksudnya, manusia harus tunduk dantaat pada ketentuan Allah, melaksanakan apa yangdipertintahkan, dan meninggalkan apa yang dilarang oleh AllahSWT.

Salah satu bentuk ketaatan manusia pada Allah SWTadalah, bahwa dalam rangka penyaluran hasrat seksual antaralaki-laki dan perempuan haruslah didasarkan pada ikatan yangtelah ditentukan Allah SWT, yaitu melalui lembaga perkawinansebagai lembaga yang suci, sakral bagi umat Islam.

Islam mengkonsepsikan perkawinan sebagai akad yangsangat kuat (miitsaqan gholidzan) untuk mentaati perintah AllahSWT dan melakukannya (perkawinan) adalah merupakanibadah.3 Oleh karena itu, niat perkawinan hendaknya dilakukanberdasarkan niat semata-mata sebagai bagian dari ibadah kepadaAllah SWT.

Perintah untuk kawin ditujukan pada mereka yang dianggapdewasa dan mampu (mukallaf). Rasullullah SAW. bersabda:

“Wahai para pemuda barang siapa yang telah mampu(punya bekal dan biaya) hendaklah kawin, sebab kawin akanlebih menundukan pandangan dan lebih menjaga kehormatan,

2. Dedi Junaidi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga SakinahMenurut al Qur’ȃndan al Sunnah, Cet. Pertama, Akademika Presindo, Jakarta,2000, hal. 14

3. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Dȃr al Fikr, Bairut, l978,hal. 200-201

3

dan jika belum mampu hendaklah berpuasa karena puasa akanmenjadi perisai baginya. (HR. Bukhari Muslim).4

Yusuf Qardawi menyatakan, perkawinan wajib bagi setiapmuslimin jika mampu dan apabila ia takut dan khawatir akanmengakibatkan berbuat dosa,5 seperti melakukan perzinahan,prostitusi yang menjadi penyakit masyarakat, pelecehan seksual,penyimpangan seksual dan lain sebagainya. Firman Allah SWTdalam Surat al Isrȃ: 32 :

“Dan Janganlah kamu mendekati perbuatan zina, karenasesungguhnya perbuatan zina itu adalah perbuatan keji danseburuk-buruknya jalan”.6

Oleh karena itu untuk melindungi anak dan perempuan,maka pentingnya lembaga perkawinan sebagaimana termaktubdalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 TentangPerkawinan. Aturan di dalamnya mengatur seluruh prosesperkawinan, kekuatan hukumnya, tanggung jawab dan akibatyang ditimbulkan dari perkawinan maupun rusaknyaperkawinan.

Eksistensi perkawinan yang sah akan melindungi anak-anakdan perempuan. Di sisi lain perlu diperhatikan tentangpentingnya perlindungan anak sebagaimana yang diatur dalamPasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak yang menentukan, Perlindungan anak adalahsegala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

4Dedi Junaidi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga SakinahMenurut Al Qur’ȃn dan al Sunnah, Cet. Pertama, Akademika Pressindo,Jakarta, 2000, hal.11

5 Yusuf Qardawi, al Halȃl wa al Harȃm fȋ al Islȃm, alih bahasaWahid Ahmadi dkk, Intermedia, Solo, , 2003, hal. 247

6 Departemen Agama RI, al Qur’ȃn dan Terjemahannya, ProyekPengadaan Kitab Suci Al Qur’an, Jakarta, l979, hal. 429

4

berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabatkemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasandan diskriminasi.7

Pemahaman perlindungan dari kekerasan dan diskriminasimaksudnya bahwa seorang anak dilindungi oleh hukum tanpaadanya perbedaan dari segi apapun, melainkan sama di mukahukum, begitu pula terhadap kaum perempuan yang rentanterhadap kekerasan, pelecehan dan tindakan yang tidakmanusiawi sering tertuju kepada perempuan. Mengingatkeduanya anak-anak dan perempuan patut dilindungi dari segalaaspek kejahatan dan atau terjadinya musibah, peperangan,konflik dan sebagainnya.

Secara normatif, UU No. 1/74 dan UU No.23/2002padahakikatanya harus dapat melindungi anak-anak. Ditambah lagikeberadaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun l999 tentang HakAsasi Manusia yang mengatur tentang perlindungan anak.Dalam UU No.39/1999 ditentukan:1. Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah l8 tahun

dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalamkandungan {Vide Pasal 1 ayat (5)};

2. Setiap anak dilahirkan bebas dengan harkat dan martabatmanusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal danhati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa danbernegara dalam semangat persaudaraan {Vide Pasal 3 ayat(1)}, dan;

3. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungandan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastianhukum dan perlakuan yang sama di depan hukum (Videpasal 3 ayat (2)).

UU No. 39/1999 memberikan perlindungan terhadap anakdari sejak dalam kandungan, setelah lahir dan sebelum

7 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, UU No.23 Tahun 2002,PA, hal. 3

5

memasuki usia dewasa, anak berhak atas hak-haknya sebagaiHak Asasi Manusia, maupun hak-haknya sebagai Warga NegaraIndonesia berdasarkan Landasan Filosofi, yakni Pancasila danUndang-Undang Dasar l945. Dengan demikian, dalam perspektifUU No.39/99 Perlindungan Anak bersifat universal/untuk semuaanak, sebagaimana mattan hadist: “Kullu maulȋdin yûladu ‘alȃ alfitrah”, bahwa setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah atausuci. Hal ini menjadi semangat ruh Islam dalammemperjuangkan anak-anak untuk tumbuh dan berkembangsebagaimana mestinya.

Landasan filosofi bangsa, yakni Pancasila dan landasankonstitusi UUD 1945 baik secara implisit maupun eksplisit telahmelindungi anak-anak. Sebagaimana termaktub dalam Pasal 34Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa: Fakir miskindan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Menurut Hukum Islam, sebagaimana yang pernahdisabdakan Rasulullah SAW, bahwa setiap anak yang dilahirkanadalah suci (fitrah), hanya orang tuanya yang akan menjadikanmajusi atau nasrani8Bedasarkan sabda Rasulullah SAW , makasecara filosofi, hukum Islam memberi perlindungan yang samaterhadap semua anak yang lahir, tanpa diskriminasi.

Beberapa landasan hukum dan argumentasi yangmengindikasikan pentingnya:1. Perlindungan anak tanpa memandang latar belakang, kultur,

budaya, kepercayaan, strata sosial dan lain sebagainya;2. Perlindungan anak menjadi hak anak sejak dalam kandungan

sampai tumbuh dewasa;3. Perlindungan anak dan perempuan tidak dapat dipisahkan

antara keduanya. Mengingat kenyataan setiap ada bencana,peperangan, perceraian dan konflik terbukti anak-anak danperempuan sering menjadi korban dari suatu peristiwa

8Muhammad Ismail, Subul al Salam, Juz III, Dȃr al Fikr,Bairut,l978, hal. 76

6

tersebut. Oleh karena itu perlu adanya perlindunganhukumnya.

4. Mengamati konflik di desa Balinuraga Kecamatan Way PanjiKabupaten Lampung Selatan yang telah berlangsung daribulan oktober 2012 telah menyisakan berbagai permasalahan.Meskipun sudah ada perdamaian yang difasilitasi olehberbagai pihak, namun dalam tataran sosiologi hukum perluadanya upaya untuk menyelesaikan gejala, penyebab danpemulihan terhadap konflik antar desa yang dipicu dariberbagai sumber konflik.Berdasarkan kesenjangan dan latar belakang yang

diungkapkan, maka perlu dilakukan penelitian yang lebihmendalam tentang Perlindungan Anak dan Perempuan PascaKonflik di Desa Pandan dan Balinuraga Way Panji KabupatenLampung Selatan Studi Perspektif Sosiologi Hukum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah sebagaiberikut:1. Mengapa terjadinya konflik antar dua desa di Way Panji

Lampung Selatan?2. Bagaimana upaya penyelesaian konflik di Way Panji

Kabupaten Lampung Selatan?3. Bagaimana Perlindungan hukum terhadap anak-anak dan

Perempuan Pasca Konflik di Way Panji Lampung Selatandalam perspektif sosiologi hukum?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian1. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk:

a. Menemukan penyebab terjadinya konflik antar dua desadi Way Panji Lampung Selatan, selanjutnya dapat

7

dijadikan acuan untuk penyelesaian konflik secarapermanen.

b. Menemukan data cara penyelesaian konflik dilapangan,untuk dikaji dalam perspektif sosiologi hukum,kemudian dituangkan dalam bentuk rekomendasi yangkonstruktif.

c. Menemukan tatacara perlindungan hukum terhadapanak-anak dan perempuan pasca konflik di Way PanjiLampung Selatan. Menjadi konsklusi untuk perlindungananak-anak dan perempuan secara perpektif danharmonisasi hukum untuk kesejahteraan masyarakat diWay Panji Lampung Selatan.

2. Kegunaan Penelitian

a. TeoritisPenelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran

tentang kajian teoritis perlindungan anak dan perempuanpasca konflik di Lampung Selatan dikaitkan dengan Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor:… , Undang-Undang No.:… KDRT, dan UU Nomor: 39 Tahun l999 tentang HakAsasi Manusia. Penyelesaian pasca konflik di LampungSelatan memberikan konsep perlindungan anak danperempuan memberikan sumbangsih pemikiran melaluipendekatan sosiologis, di antaranya meliputi pendekatanpsykologi, sosial, kearifan lokal dan hukum Islam. Selain itumenjadi secercah acuan bagi peneliti lanjutan yang tertarikmeneliti tentang perlindungan anak dan perempuan dalamberbagai kajian.

b.PraktisPenelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaranfaktual tentang penyebab terjadinya konflik,

8

bagaimana upaya penyelesaian konflik, perlindungan anakdan perempuan pasca konflik di Lampung Selatan.Selain itudiharapkan dapat menjadi konstribusi kepada PemerintahProvinsi Lampung dan khususnya pada PemerintahKabupaten Lampung Selatan. Di samping sebagai bentukkongkrit pengabdian kepada masyarakat yang hasilnyadapat dijadikan buku terkait konsentrasi Mata KuliahSosiologi Hukum di lingkungan IAIN Raden Intanumumnya bagi pembaca, pemerhati masalah anak danperempuan serta praktisi lainnya.

D. Kajian Pustaka

Studi ini mengambil fokus pada masalah perlindungan anakdan perempuandalam kajian pustaka, sudah banyak penelitianyang memfokuskan pada perlindungan anak dan kaumperempuan, di antaranya hasil penelitian dan kajian pustaka:

1. Perlindungan anak hasil perkawinan mut’ah dan sirri dalamperspektif politik hukum (Penelitian: H. Wagianto);

2. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan anak (Buku: AhmadKamil dan Faujan);

3. Konflik dan Perdamaian (Penelitian: Direktori PenelitianAgama);

4. Pemberdayaan Perempuan (Kemeneg. PemberdayaanPerempuan RI);

5. Kedudukan Anak menurut hukum (Penelitian: Dasril);

6. Pengaruh Budaya hukum terhadap fungsi hukum (EssmiWarasih).

7. Masalah Penegakan hukum suatu tinjauan sosiologis (SatjiptoRahardjo);

9

8. Undang-Undang Nomor : 3 Tahun 1997 tentang PeradilanAnak;

9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentangPerlindungan Anak;

11. Undang-Undang Nomor Tahun tentang KDRT.

Untuk itu diperlukan kerangka pemikiran sebagai pedoman atauarahan dalam pembahasan.

1.Teori hukum Adat, yaitu Teori Receptio In Complexu

Teori ini dikemukakan oleh Lodewijk Willem ChristianVan Den Berg (l823) diterima dalam masyarakat Indonesiasecara keseluruhan yang kemudian dikenal dengan teorireceptie in complexu. Selanjutnya ia menulis dalam hukumfamili dan hukum waris Islam di Jawa dan Madura. Padamasa perkembangannya, eksistensi hukum adat yang sudahada sebelumnya, maka “hukum adat setempat dalamkenyataannya sering menyesuaikan diri dengan hukumIslam”,9 Hal ini menunjukkan, hukum adat di Indonesia adapengaruhnya dari hukum Islam.

Keterkaiatannyan dengan landasan teori, bahwapenyelesaian konflik tidak semuanya dapat diselesaiakanmelalui sarana penal (melalui peradilan), melainkan melaluipendekatan kearifan lokal atau dapat dikatakan denganhukum adat. Hal ini bisa digunakan sebagai mediasi danpenyelesaian konflik menuju suatu penyelesaian yangpermanent.

9 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada,Jakarta, l995, hal. 58

10

Oleh karena itu praktik kawin mut’ah dan sirri sekarangini sudah bergeser dari landasan Islam yang sebenarnya,melainkan sudah menjadi budaya pada sebagian masyarakatyang melakukan perkawinan tersebut. Untuk itu diperlukanteori Receptie in complexu dalam penelitian ini.

[

2.Teori Sosio Hukum

Teori Sosiologi hukum, terkait dengan penyelesaiankonflik di Lampung Selatan, ada teori: As Toot As Socialengeneering: teori ini dapat dipergunakan untukmenggerakan kemampuan sosial masyarakat dalammewujudkan suatu peraturan hukum yang dapat memberikanrasa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

3.Teori hukum IslamMetode ijtihȃd dalam Ushul Fiqh dapat digunakan dengan

dua hal, yakni: pertama pendekatan dalam istimbath hukumdan yang kedua metode ijtihȃd itu sendiri.

a. Pendekatan dalam istinbath hukum, bahwa maknaistinbath: usaha mengeluarkan air darisumber tempatpersembunyiannya.10 Pemahaman dari makna itu, yaknimengeluarkan dalil-dalil hukum yang bersumber dari alQur’ȃn dan al hadȋst. Oleh karena itu harus memahamitentang mashȃdiral ahkȃm terutama yang menyangkutsumber hukum. Hal ini dapat dicapai melalui pendekatan(1) kaedah-daedah kebahasaan dalam prosespenggalianhukum Islam merupakan pendekatan yangtertua, seperti para ulama telah merumuskan kaidah-kaidah kebahasaan (qawa’id al lughawiyyah). (2)pendekatan melalui pengenalan makna atau maksud

10 Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistemologi Hukum Islam Indonesia,PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 42

11

syari’ah (maqshid al syari’ah). Maksudnya pendekatanmenyangkut kehendak Syari’, yang hanya mungkin dapatdiketahui melalui kajian maqashid al syari’ah.

b. Pendekatan ijtihȃd. Para ulama telah merumuskanbeberapa metode ijtihȃd yang tidakmempunyai kaitanlangsung dengan nash ( nash al qur’ȃn dan al hadȋst),yakni dengan ijmȃ’, qiyȃs, istishhhab, istihsȃn, istishlȃh,sadd al zarȋ’ah,dan ‘urf. 11

Penjelasannya ijmȃ dapat dipahami suatukesepakatan ulama dalam menetapkan hukum atau suatukonsensus para ulama terhadap suatu masalah hukum.Qiyȃs atau analogi inimengasumsikan bahwapermasalahan hukum terkemudian dapat dipecahkandengan melihat preseden hukum sebelumnya, setelahsebelumnya melihat aspek-aspek yang mungkin dianalogikan. Istishhȃb adalah memberlakukan ketetapan(masa lalu, madhi) padamasa sekarang dan mendatangselama tidak ada dalil yang mengubahnya.Istihsȃndimaksudkan memandang baik terhadap sesuatu.

Istishlȃh dimaksudkan keadaan yang baik. Sadd alZarȋ’ah dimaksudkan jalan ke arah tujuan. ‘Urf adalahperkataan atau perbuatan yang dikenal di kalanganmasyarakat dan menjadi adat kebiasaan di antara mereka.

Berdasarkan beberapa teori hukum Adat dan hukumIslam serta sosiologi hukum dapat menjadi landasan dalampenggalian hukum terhadap perlindungan anak danperempuan pasca konflik di Lampung Selatan. Mengingathukum Adat dan hukum Islam merupakan salah satusumber dalam pelembagaan hukum nasional.

11Op. Cit., hal. 53

12

Hukum Islam spesifikasinya mengenai hukumperkawinan dapatlah dijadikan suatu semangat untukmenggali (istimbath hukum) yang mengacu pada perpektifpolitik hukum di Indonesia.Berdasarkan Ragaan 1.Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakanlandasan filosofi untuk melahirkan hukum-hukum yangmenyangkut kepentingan bangsa dan negara. Untukmelihat hirarki dalam pelembagaan hukum di Indonesia,bahwa : (l) Hukum Islam menjadi salah satu sumberpembentukan hukum Nasional; (2) Hukum adat jugamenjadi salah satu sumber pembentukan. Lalu Pemerintahdan Dewan Perwakilan Rakyat menjalankan sesuai dengantugas dan fungsinya sehingga dapat melahirkan suatuUndang-Undang, seperti: Undang-Undang Nomor lTahun l974 tentang Perkawinan; Undang-Undang Nomor39 Tahun l999 tentang Hak Asasi Manusia; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak dan Undang-Undang Nomor 3 tahun l997 tentangPeradilan Anak.

Pada tataran masyarakat Undang-Undang tersebut telahdiberlakukan oleh Pemerintah. Mengingat prinsip Undang-Undang itu mengikat dan bagi seluruh Warga NegaraIndonesia serta Masyarakat dianggap telah memahami.Padahal pada kenyataannya masyarakat belum banyak yangmengetahui tentang peraturan yang berlaku. Akibatnya masihbanyak pelanggaran terhadap Undang-Undang tersebut,sebagai contohnya peraturan tentang perkawinan.

Peraturan perkawinan yang telah diundangkan sejak tahunl974 masih juga dilaksanakan dengan sepenuhnya, terbuktiadanya kawin mut’ah dan sirri. Akibat dari perkawinantersebut yang dirugikan adalah perempuan dan anak-anak.Terkait perlindungan anak, maka Temuan konsep: Adanyaperaturan dibawah Undang-Undang yang mengatur tentang

13

perlindungan anak dan perempuan pasca konflik di berbagaidaerah.

4. Teori Struktural FungsionalTeori ini dikemukakan oleh Talcott Parsons, yakni

Perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat yanglebih modern itu diikuti oleh adanya proses diferensiasiintegrasi. Ia berpendapat ini disebutkan dengan strukturalfungsional.12Pendapat Parsons, bahwa fungsi utama dari suatusistem hukum adalah melakukan fungsi integratif denganmengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya.13

Selain itu dalam menjalankan fungsi tersebut hukum tidaksepenuhnya otonom, oleh karena ia hanya dapat menjalankanfungsinya tersebut dengan dan apabila menerima pengarahandari sub sistem budaya yang memberikan masukan tentangnilai-nilai mana yang ditunjang oleh hukum dalam menjalankanfungsi integrasinya itu.

a. Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yangutuh, yang terdiri dari berbagai bagian yang salingberinteraksi;

b. Hubungan yang ada bisa bersifat hubungan yang bersifattimbal balik;

c. Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, di manapenyesuaian yang ada tidak perlu banyak mengubah sistemsebagai satu kesatuan yang utuh;

d. Integrasi yang sempurna di masyarakat tidak pernah ada,oleh karenanya di masyarakat senantiasa timbulketegangan-ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan,

12I. Gusti Ayu Agung Arini, Hukum bidaya danPariwisata, DesertasiUndip, Jakarta, hal. 62.

13Ibid, hal.62

14

tetapi semuanya akan dinetralisir lewat prosespelembagaan;

e. Pelembagaan-pelembagaan akan berjalan secara gradualdan perlahan sebagai suatu proses adaptasi danpenyesuaian;

f. Perubahan merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuholeh adanya diferensiasi dan inovasi;

g. Sistem diintegrasikan lewat pemilikan nilai-nilai yangsama.14

Menjalankan fungsi integrasi tersebut berarti, bahwa hukummempunyai kaitan erat dan memproses berbagai bidangkehidupan seperti politik dan ekonomi. Melalui pengintegrasianfungsi maka sekalian bidang dalam masyarakat berjalanmenurut suatu pola tertentu.

Penggunaan teori struktural fungsional apabila kaitandengan kenyataan masih ada sebagian masyarakat yangmelakukan kawin mut’ah dan kawin sirri. Bahwa teori tersebutmenjadi pisau analisis untuk mendapatkan pemahaman tentangperubahan terhadap budaya hukum masyarakat yangberkembang kepada tuntutan masyarakat yang modern.

5.Teori Lawrence Friedman Tentang Sistem Hukum

Pendapat Lawrence Friedman, bahwa sistem hukum tidakberhenti pada satu sektor saja, mengingat luasnya pengertianhukum itu. Hukum dapat dimaksudkan sebagai suatu sistem(legal system), yaitu seperangkat dan serangkaian aturan-aturanatau norma-norma perilaku baik yang tertulis maupun yang tidaktertulis (legal substantive), dan sebagai struktur atau lembaga

14 Lauer sebagaimana dikutip oleh Zamroni, Pengantar PengembanganTeori Sosial, Tiara Wacana, Yogyakarta, l992, hal. 25

15

yang menjalankan proses hukum (legal structure), serta sebagaibudaya hukum (legal culture)”.15

Sebagai sebuah sistem, hukum harus dicermati dalamperspektif totalitas yang di antara bagian-bagian sistenya itumerupakan suatu kesatuan pola yang saling melingkupi. Ketigakomponen dalam sistem hukum itu pada dasarnya salingmenentukan satu sama lainnya, demikian juga salingberpengaruh satu sama lainya.

Berakitan dengan sistem hukum, selanjutnya Friedmanmenyatakan bahwa sistem hukum itu merupakan bagian darisistem sosial, sehingga dia juga harus dapat memenuhi harapansosial. Oleh karena itu maka sistem hukum harus menghasilkansesuatu bercorak hukum (output of law) yang pada dirinyasignifikan dengan harapan sosial. Paling tidak terdapat empat halyang harus dihasilkan atau dipenuhi oleh suatu sistem hukumyaitu :a. Sistem hukum secara umum harus dapat mewujudkan apa

yang menjadi harapan masyarakat atas sistem tersebut;b. Sistem hukum harus dapat menyediakan skema normatif,

yaitu bahwa sistem hukum sebagai suatu fungsi dasar harusdapat menyediakan mekanisme dan tempat di mana orangdapat membawa kasusnya untuk diselesaikan;

c. Sistem hukum sharus mampu sebagai kontrol sosial; dan d.Sistem hukum harus mampu sebagai instrumen perubahantatanan sosial atau rekayasa.

Beberapa sistem hukum di atas sejalan dengan perspektifpolitik hukum di Indonesia, khususnyadalam rangkaperlindungan anak dan perempuan, maka perlu penguatan nilai-

15 Lord Radcliff, 1981. The Law and Its Compass, sebagaimanadikutip oleh Lord Llyod Mansted, Introduction to Yurisprudence, PreagerPublisher, New York, 3 th Edition, p. 2

16

nilai pemahaman tentang peraturan hukum terkait denganperlindungan anak dan perempuan.

6. Teori Hukum Roscoe Pound Law as tool of socialengineering

Pendapat Roscoe Pound mengemukakan pemikiranmengenai penggunaan hukum sebagai sarana atau alat untukmelakukan rekayasa sosial, “Law as toolof social engineering”16

Selain itu Pound berbeda pendapat mengenai hukumtumbuh dan berkembang bersama masyarakat yang digerakkanoleh kebiasaan. Namun Pound berpendapat bahwa hukumlahyang seharusnya menjadi instrument atau alat untukmengarahkan masyarakat menuju pada sasaran yang hendakdicapai. Bahkan jika diperlukan hukum dapat digunakan untjukmenghilangkan berbagai kebiasaan masyarakat yang bersifatnegatif17

Teori ini dapat membedah kebiasaan negatif dari praktikperkawinan mut’ah dan sirri yang berdampak padaperlindungan anak menjadi terabaikan. Seharusnya prilakunegatif itu dapat diarahkan kepada prilaku positif denganadanya hukum yang dapat menjadi instrument dari padaperubahan tersebut. Satjipto Rahardjo menyatakan bahwa adadua fungsi yang dapat dijalankan oleh hukum di dalammasyarakat, yaitu pertama sebagai sarana kontrol sosial dankedua sebagai sarana untuk melakukan sosial engineering.Sebagai sarana kontrol sosial maka hukum bertugas untuk

16 Lily Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Citra Aditya, 1990,Bandung, hal. 47

17 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Citra Aditya,Bandung,l986, hal. 110-111

17

menjaga agar masyarakat tetap berada didalam pola-polatingkah laku yang telah diterima olehnya.18

Selanjutnya ada empat asas yang merupakan keharusan didalam usaha social engineering yaitu: (1) penggambaransituasi yang dihadapi dengan baik; (2) analisa terhadappenilaian-penilaian dan menentukan susunan jenjang nilai-nilai tersebut; (3) verifikasi hipotesa-hipotesa; (4)pengukuran efek undang-undang yang ada.19

Berdasarkan teori hukum sebagai sarana melakukansocial engineering dapat dipahami sebagai sarana kontrolsosial dan sebagai sarana untuk melakukan socialengineering. Adapun tahapan-tahapan yang menjadikeharusan dalam melakukan social engineering adalahsejalan dengan masalah yang berkaitan dengan perlindungananak dan perempuan pasca konflik. Hal ini perlu menjadiacuan, bahwa perlakuan dan perlindungan terhadapperempuan adalah perlu dilakukan untuk menempatkankembali hak-haknya yang sudah semestinya harus mendapatperhatian oleh semua pihak, baik pemerintah danmasyarakat.Oleh karena itu akan dikemukakan tentang kerangkapemikiran.

18 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Pn. Angkasa, Bandung,1980, hal. 117 Lihat juga Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi Hukum, hal.58.

19 Satjipto Raharjo, Ibid., hal. 118

18

Pemahaman dalam skema di atas dapat ditarik pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD l945 yang merupakanperwujudan nilai-nilai Pancasila. Sila pertama Ketuhanan YangMaha Esa menjadi Ruh dalam mengaplikasikan kepentinganhukum dan menjadi landasan perkawinan sebagaimana Pasal 2(l) Undang-Undang Nomor l Tahun l974 tentang Perkawinan :Perkawinan adalah sah apabila dilakukan merurut hukummasing-masing agama dan kepercayaannya itu. Pada contohperaturan perundang-undangan ini dapatlah ditarik pemahamanbahwa substansinya tidak boleh lepas dari Pancasila danUndang-Undang Dasar l945. Untuk itu maka jelaslan bahwalandasan Pancasila dapat dipahami sebgai cita hukum dansumber tertib hukum Nasional Indonesia.

Adapun cita hukum berfungsi sebagai landasan dan arahbagi tercapainya cita-cita masyarakat Indonesia. SunaryatiHartono menegaskan20. Bahwa hukum itu bukan tujuan, akantetapi hanya merupakan jembatan yang akan membawa kitakepada keadaan yang dicita-citakan.Oleh karena itu untukmencapai tujuan hukum dalam kaitannya dengan perlindungananak, maka perlu menjadi pijakan dalam menentukan arahperlindungan anak di Indonensia sebagaimana diatur pada Pasal34 Undang-Undang Dasar l945 : Fakir miskin dan anak-anakyang terlantar dipelihara oleh negara21. Oleh sebab ituperlindungan anak, baik itu anak dari hasil perkawinanyang sahmenurut hukum, maupun anak di luar nikah yang disebabkandari berbagai faktor, akan tetapi semangat perlindungan anaktidak terputus pada aturan yang sempit, melainkan harusmelalui pendekatan yang holistik. Juga dalam Islam bahwa

20Sunaryati Hartono, Perpektif Politik Hukum Nasional, Editor ArtidjoAlkostaf, M. Sholeh Amin, Lembaga Bantuan Hukum, Yogyakarta, l986, hal.1

21Skretariat Jendral Mahkamah Konstitusi, UUD Negara RI Tahun l945dan UU RI Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, MahkamahKonstitusi,Jakarta, 2006, hal. 8-l0

19

status anak itu adalah fitrah, tergantung orang tuanya akanmenjadikan Majusi atau Nasrani. Hal inilah yang seharusnyamenjadi kerangka pemikiran untuk menentukan arah dari tujuanhukum perlindungan anak di Indonesia.

E.Rencana penggunaan metode penelitian

Paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma faktaempiric dengan pendekatan Socio legal stdudi. Dimaksudkanbahwa untuk membedakan penelitian hukum doktrinal danpenelitian hukum non doktrinal. pendekatan secara empiriktentang berbagai kenyataan tentang perlindungan anak danperempuan setelah konflik di antara mereka, hal ini menyisakanberbagai masalah di antaranya adalah perlindungan hukumnya.Adapun lokasinya di Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.Penelitian dengan salah satunya memberikan questionerlangsung terpimpin ditujukan pada responden yang telahditentukan. Jenis data: data primer dan data sekunder. Teknikpengumpulan data melalui studi pustaka, wawancara, observasi.Teknik analisis data digunakan pendekatan kualitatif untukmenganalisisnya menggunakan content analysis, yakni melaluipengkajian bahan hukum primer dan bahan hukum skunder.Yakni melalui pola pengumpulan data, reduksi data, kemudiandisplay atau penyajian data dan berakhir dengan perumusankesimpulan/penarikan verifikasi22. Selanjutnya untuk mengujikeakuratan data yaitu melalui teknik “tiangulasi data”. 23yaknitriangulasi sumber, triangulasi peneliti dan triangulasi teori.

22Esmi Warassih, Metodologi Penelitian Bidang Ilmu Humaniora,Bahan Pelatihan Metodologi Penelitian Bagian Hukum dan Masyarakat FakultasHukum Undip, Semarang, 1999, hal.52.

23S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito,Bandung, l996, hal. 18

20

Selain itu penelitian ini juga menggunakan pendekatansosio legal hermenetik atau dalam istilah metode penetapanhukum Islam, yakni pendekatan secara tadabur. Arti antarakeduanya adalah pendekatan secara menyeluruh terhadapberbagai kasus tentang kawin mut’ah dan sirri terkait mengenaiperlindungan anak.

F. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian akan dilakukan dalam kurunwaktu bulan september sampai dengan Nopember 2013.Mengingat sebelumnya sudah dilakukan pra research dalamkurun waktu awal 2012 s.d. dengan september 1013.

G. Perkiraan biaya penelitianPerkiraan biaya penelitian sejak dari pra research yang telah

dilakukan, pengumpulan data di lapangan, pengolahan data,penulisan sampai presentasi dan publikasi menelan biaya Rp.5.000.000,- ( lima juta rupiah).

1. Sistematika penulisan

Bab. I. Pendahuluan: memuat tentang: Latar belakangmasalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,kegunaan penelitian, landasan teori, metodepenelitian, jadwal pelaksanaan dan pembiayaan.

Bab. II. Landasan Teori memuat: pengertian perlindungan,Pemahaman tentang perlindungan anak danperempuan, toeri hukum adat terkait penyelesaiankonflik,Teori hukum Islam terkait perlindungan anak danperempuan, teori konflik, manajemen konflik,

21

penyelesaian konflik melalui sarana penal dan nonpenal.

Bab.III. Metode Penelitian: meliputi spesifikasi penelitian,metode pengumpulan data, pengolahan data yangdiperoleh dari data primer dan skunder, analisis datamenggunakan deskripsi analisis.

Bab. IV. Tinjauan pustaka, memuat beberapa pemahaman yangberkaiatan dengan judul penelitian dan beberapateori yang dapat digunakan untuk menganalisis daripermasalahan yang pada akhirnya akan memberikankonsklusi terhadap hasil penelitian ini.

Bab. V. Hasil dan Pembahasan: A. hasil penelitian: (1)Penyebab terjadinya konflik antar dua desa di WayPanji Lampung Selatan; (2) Upaya penyelesaiankonflik di Way Panji Kabupaten Lampung Selatan;(3) Perlindungan hukum terhadap perempuan dananak-anak pasca konflik di Way Panji LampungSelatan. B. Pembahasan dengan menganalisis hasilpenelitian dengan kajian teoritis yang akanmelahirkan suatu simpulan.

Bab. VI. Kesimpulan dan Penutup memuat tentang : beberapakesimpulan dan kontribusi dari hasil penelitian.

22

BAB. II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan AnakKajian Hukum Positif dan Hukum Islam serta SosiologiHukum

1. Pengertian Perlindungan hukumPengertian perlindungan hukum terhadap anak sebagai

amanah Tuhan harus senantiasa dijaga dan dilindungikarena dalam diri anak melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasianak merupakan bagian dari hak asasi manusia yangtermuat dalam “Undang-Undang Dasar l945 dan KonvensiPerserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-hak Anak”,1bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjaminkesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasukperlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasimanusia. Menyadari akan hak anak yang merupakanamanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yangdalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusiaseutuhnya.

Sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Dasar l945Pasal 34 yang menyatakan: Fakir miskin dan anak-anakterlantar dipelihara oleh Negara”. Pada konteks ini SetoMulyadi menyatakan: “ Fakir miskin dan anak-anakterlantar dipelihara oleh negara, tetapi sampai sekarang inibelum ada turunannya berupa Undang-Undang yangmengatur tentang penanganan fakir miskin. Begitu pulaundang-undang tentang pemeliharaan anak-anak terlantar.

1Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum Perlindungan dan PengangkatanAnakdi Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 5

24

Hal ini yang menjadi persoalan tersendiri mengenaipenanganan dan perlindungan anak-anak Indonesia. 2

Meskipun sudah ada Undang-Undang perlindunganAnak Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,sejak diundangkan sampai sekarang ini belum bisamenjawab segala persoalan yang berkembang mengenaipenanganan anak. Terlebih anak-anak yang kurangberuntung yang berlatar belakang anak-anak putus sekolah,anak-anak jalanan, anak-anak terlantar yang kesehariannyabergelut dengan keprihatinan dan kekerasan.

Pada Seminar kaitannya dengan hari anak nasional,Seto Mulyadi atau yang akrab dipanggil Kak Seto, dalampenjelesannya mengenai perlindungan anak, berkait dengananak-anak hasil perkawinan mut’ah dan sirri. Merujuknyapada Undang-Undang Dasar l945 pada pasal 34. Yangmenyatakan dengan tegas, bahwa perlindungan anak-anakhasil perkawinan itu juga menjadi hak setiap warga negaraRepublik Indonesia.3

Berkenaan dengan pendapat di atas, maka jikadikaitkan dengan semangat untuk melindungi anak-anakbangsa sebagai bagian pengamalan dari Nilai-nilaiPancasila dan Undang-Undang Dasar l945 yangmenyangkut penanganan dan perlindungan manusiaIndonesia secara keseluruhan. Yakni melindungi tanahtumpah darah, melindungi manusia seutuhnya yang berdiamdi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Oleh karena itu berkaitan dengan perlindungan anak,maka potensi anak sebagai penerus cita-cita perjuanganbangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan

2 Seto Mulyadi, Dialog dengan Cawapres Megawati, Trans TV,l4 Juni 2008

3Seto Mulyadi, Seminar Sehari dalam rangka hari anak nasional, Bandar

Lampung, 11Juni 2008

25

sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsadan Negara pada masa depan. Oleh karena itu setiap anakkelak akan mampu memikul tanggung jawab sebagaigenerasi muda dimasa yang akan datang , maka perlumendapat kesempatan yang seluas-luasanya untuk tumbuhdan berkembang secara optimal, meliputi:a. Secara fisik anak perlu diperhatikan pertumbungan dan

perkembangannya dengan mengedepankan kesehatan,kenyamanan, perlindungan di keluarga danlingkungannya;

b. Secara mental dan social perlu mendapat perhatian agaranak-anak tumbuh dengan jiwa dan semangat yangdilandasi oleh norma-norma agama, norma-norma adat;selain itu juga dipupuk nilai perjuangan dan pengabdiansebagaimana telah dicontohkan oleh para pahlawanpendiri Republik ini. Juga adanya pengakuan dimasyarakat pada taraf sosialisasi dilingkungannya,masyarakat juga mendorong untuk terciptanya situasidan kondisi yang kondusif, aman, tenteram dan memacuuntuk memahami keberadaannya ditengah-tengahlingkungan keluarga dan masyarakat.

c. Secara penerapan prilaku yang berakhlak mulia, makaperlu ditanamkan agama dan kepercayaan yang dianut,diajarkan sedini mungkin untuk mengenal hakekatKetuhanan, praktek ibadah, tauladan dalam pergaulandan berprilaku yang baik. Inilah sebenarnya hakekatmempersiapkan anak untuk generasi mendatang yangbermental, bermoral dan atau berakhlakul karimah.

2.Perlindungan Anak tanpa DiskriminatifPerlindungan anak tanpa adanya diskrimintif

maksudnya dalam memangani, mengupayakan dan aksipada perlindungan anak, tidaklah dipandang bahwa anak-

26

anak itu keturunan siapa atau anak siapa. Artinya anakorang kaya atau miskin. Juga tidak memandang warna kulitdan agama serta kepercayaan yang di anutnya, bahasa danperbedaan secara fisik lainnya. Namun yang perlu mendapatperhatian adalah adanya jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan yang sama tidakdiskriminatif. Perlakuan tidak diskriminatif sebagaimanaUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak, pada Pasal l ayat (2) disebutkan,“Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamindan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,tumbuh, berkembanga dan berpartisipasi, secara optimalsesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, sertamendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.4

Pernyataan di atas jika dikaitkan denganperlindungan anak sebagimana Undang_Undang Nomor 23Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang termaktubpada Pasal l ayat ( l,2) sebagai berikut:a. Anak adalah seseorang yang belum berusia l8 tahun,

termasuk anak yan masih dalam kandungan;b. Perlindungan anak adalah segala kegiatan menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimalsesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, sertamendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Menyadari betapa perlunya perlindungan anakakibat konflik diberbagai belahan dunia, juga beberapadaerah, baik di perkotaan ataupun di pedesaan. Hal inimenjadi sangat penting dilakukan oleh semua pihak yangpeduli terhadap kelangsungan bangsa dan negara. Olehkarena itu perlu terus diupayakan untuk mencapai tujuan

4Hadi Setia Tunggal, Himpunan Peraturan Perlindungan Anak, Harvarindo, Jakarta, 2007,

hal. 5

27

dari perlindungan anaka, termasuk di dalamnya adalahperlindungan anak-anak jalanan, anak-anak terlantar, fakirmiskin, yatim piatu dan predikat lainnya anak-anak bangsayang kurang beruntung. Selain itu anak-anak mengaisrejeki dari para pengguna jalan, sisi lain membantu, tetapidisisi lain sebenarnya membunuh masa depannya.Sebagaimana anak-anak normal yang berkecukupan seusiamereka masih dapat mengenyam bangku sekolah, tetapianak-anak itu bergelut dengan terik matahari dan berlarimengejar sesuatu untuk mempertahankan hidupnya.

Hampir senada dengan anak-anak yang kurangberuntung lainnya, terkadang anak-anak mendapatperlakuan tidak manusiawi, adanya kekerasan dalam rumahtangga yang dilakukan oleh orang-orang terdekat darikeluarga tersebut. Hal ini terkadang tidak tersentuh hukumdan perlindungannya menjadi terabaikan.

3.Perlindungan Anak dari kekerasan dalam rumaha tanggaPerlindungan dari kekerasan dimaksudkan bahwa

anak akan mendapat kekerasan di luar lingkup keluarga,seperti di masyarakat, di sekolah dan ditempat lainnya,namun kekerasan yang dimaksudkan dalam keluarga, yaknidengan merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga,pada Bab III Pasal 5 sebagaimana dinyatakan bahwa :“Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumahtangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya,dengan cara: (a) kekerasan fisik; (b) kekerasan psikis; (c)kekerasan seksual; atau (d) penelantaran rumah tangga”.5

5 Nursyahid, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentangPenghapusan KDRT, Panca Usaha, Jakarta, 2004, hal. 6

28

Memperhatikan aturan di atas kaitannya denganperlindungan anak antara lain:a. Kekerasan fisik: Kenyataannya banyak kekerasan fisik

yang dilakukan dalam lingkup keluarga, baik kekerasanfisik dengan menggunakan alat bantu benda-benda kerasatau dengan anggota badan dari pelaku tindak kekerasanterhadap anak, seperti : dilakukan oleh orang tua,kerabat, orang-orang terdekat seperti pembantu dan lainsebagainya; Dari kekerasan ringan sampai kekerasanyang menimbulkan cacat fisik seumur hidup dan atausampai pada ajal anak tersebut;

b. Kekerasan psykis yang ditimbulkan dari perlakuan kasardari orang tua, kerabat dan orang terdekat dari anak-anak, baik diluar rumah maupun didalam rumah.Memarahi yang berlebihan, memberi sanksi mengurungdirumah, menakut-nakuti dan lain sebagainya sehinggasecara psykis anak itu menjadi terganggau dan hak-haknya menjadi tidak telindungi;

c. Kekerasan seksual bisa terjadi terhadap anak-anak baikitu perempuan maupun laki-laki, di rumah maupun diluarrumah; kekerasan seksual bisa dilakukan pada anak-anakjalanan dan terlantar yang rentan terhadap tindakkekerasan seksual. Kekerasan ini banyak terjadi dankenyataaannya ada yang menjadi trauma, stress, putussekolah, sampai hamil dan atau sampai pada kematian;

d. Penelantaran anak, banyak terjadi dalam masyarakatyang diakibatkan oleh orang tua yang tidak bertanggungjawab; orang tua yang meninggalkan isteri dan anak-anaknya; penelantaran diakibatkan perceraian,penelantaran disebabkan oleh perkawinan yang tidak sahmenurut undang-undang yang berlaku.

Kekerasan dalam rumah tangga banyak terjadi padakeluarga-keluarga yang telah melangsungkan perkawinan,namun tidak semuanya dapat terungkap atau diketahui

29

publik, biasanya kasus-kasus kekerasan dalam rumahtangga menjadi rahasia keluarga itu sendiri. Secaraobservasi untuk mengungkapkan kekerasan dalam rumahtangga atau melaporkan pada pihak yang berwajib. Olehkarena itu sebagai salah satu contoh yang sedang marakdibicarakan dan menjadi preseden hukum, yakni“Pernikahan controversial Syeh Puji dengan gadis 12 tahunterjadi. Miliarder asal Kabupaten Semarang itukemungkinan besar akan masuk bui karena melanggarUndang-undang perkawinan dan perlindungan anak”.6

Pelanggaran terhadap undang-undang perkawinan danperlindungan anak di atas menjadi bagian dari akumulasikekerasan dalam rumah tangga berdasarkan penelitian LBHAPIK Jakarta telah menerima 130 kasus KDRT selamabulan Januari – Februari 2009 Jabodetabek, sebanyak 5lpersen terjadi kekerasan dalam rumah tangga, sebagaimanadi laporkan oleh LBH APIK tahun 2009.7

Jika dicermati fenomena yang berkembang saat initentang kawin sirri yang telah mengundang perhatianberbagai pihak pemerhati masalah perempuan, praktisihukum dan pemerhati masalah anak. Bahwa hampir adapemahaman yang sama mengenai praktek kawin sirritersebut sebagai bentuk dari kekerasan dalam rumah tangga,meskipun ada sekelompok tertentu yang tidak berpendapatdemikian, baik dikalangan agamawan dan juga pemangkuadat tertentu. Namun inilah merupakan potret tentangbagaimana perlindungan kaum perempuan dan anak-anakditengah bangsa yang sedang membangun di era global ini;Juga perlunya membangun sistem hukum nasional yangideal merupakan jawaban terhadap tantangan globalisasi

6Abdul Mu’ti, Politik Kawin Sirri, Suara Merdeka, 30 Maret2009, hal.6

7Ibid. hal. 6.

30

yang terjadi yakni hukum yang responsive prospektif danmampu mengikuti dinamika yang berkembang”.8 Olehkarena itu perlu terus diupayakan perlindungan hukumterhadap kekerasan dalam rumah tangga sebagai jawabanatas berbagai persoalan hukum mengenai kekerasan dalamrumah tangga dan perlindungan anak.

4. Perlindungan Anak dalam konteks Hak Asasi ManusiaPerlindungan anak dalam konteks Hak Asasi

Manusia. Hal ini perlu diperjuangkan mengingat semangatperlindungan hukum terhadap anak sebagaimana Undang-Undang Nomor 39 Tahun l999 tentang Hak Asasi Manusiapada Bab I Pasal l ayat 3, disebutkan bahwa “ Diskriminasiadalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yanglangsung ataupun tak langsung didasarkan pada perbedaanmanusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,golongan, status social, status ekonomi, jenis kelamin,bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan,penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaanatau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasardalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalambidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspekkehidupan lainnya”.9

Pada aspek yang lain, yakni hak memperolehkeadilan. Sebagaimana disebutkan pada Undang-UndangNomor 39 Tahun l999 tentang HAM, pasal l7 menyebutkan:Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak memperolehkeadilan dengan mengajukan permohonan, dan gugatan,baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi

8Ali Mansyur, Perlindungan konsumen yang responsive kontemporerpidato pengukuhanguru besar, Unissula Press, Semarang, 2007, hal. 10

9 Undang-Undang Nomor 39 Tahun l999 tentang HAM, SinarGrafika, Jakarta, 2006, hal. 3

31

serta diadili melalui proses pengadilan yang bebas dan tidakmemihak, sesuai dengan hukum acara yang menjaminpemeriksaan yang objektif oleh hakim yang jujur dan adiluntuk memperoleh putusan yang adil dan benar.10

Adapun hakim-hakim yang jujur dan punyakeberanian untuk mengadili dan mengambil keputusan yangbenar sebagaimana dikatakan bahwa “Amerika moderntidak akan menjadi seperti sekarang ini tanpa sumbangansubstansial dari Supreme Court negeri itu. Oliver WendellHolmes dan Benyamin Cardozo adalah contoh dari hakimagung Amerika yang hebat-hebat yang telah turutmembangun Amerika modern itu”.11

Di Indonesia hakim yang berani dan controversial,yakni hakim Bismar Siregar. Pada suatu sidang perkarapernah menjatuhkan putusan denda melebihi maksimumyang diberikan oleh hukum, seraya memberi alasan “ Didalam sidangini sayalah undang-undang itu”. Atas dasaritu, Satjipto Rahardjo memberikan penilaian bahwa hakimBismar Siregar adalah tipe hakim yang dalam memeriksadan mengadili menggunakan otak dan hati nuraninya.12

Berdasarkan keterangan di atas tentang hakim yangberani mengambil suatu keputusan yang benar dan praktekperadilan yang seperti dicontohkan adalah merjpakantindakan hukum yang tidak diskriminatif sehingga dapatmenghasilkan putusan yang adil dan benar, sekalipunperadilan itu yang mengadili tentang kejahatan anak-nakal.Hal ini sebagaimana Undang-Undang Nomor 3 Tahun l997tentang Peradilan Anak, pada Bab I Ketentuan Umum

10 Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun l999, HAM, Sinar Grafika,Jakarta, l999, hal. 8

11 Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi lain dari Hukum di Indonesia, PenerbitBuku Kompas, Jakarta, 2006, hal.234

12Ibid. hal. 235.

32

dalam Pasal l ayat ( l) disebutkan: “Anak adalah orang yangdalam perkara anak telah mencapai umur 8 (delapan) tahuntetapi belum mencapai umur l8 (delapan belas) tahun danbelum pernah kawin”.13

Peradilan anak di atas memberikan pengertian,bahwa anak tersebut adalah anak nakal. Oleh karena itupersoalan Perlindungan anak tidak berhenti pada suatukasus saja, seperti di pengungsian akibat konflik di WayPanji Kabupaten Lampung Selatan, melainkan harus terusdiupayakan perlindungan hukumnya, di samping itu jugaadanya upaya perlindungan dari masyarakat (socialdefence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat(social welfare). Bahwa tujuan akhir atau tujuan utama daripolitik criminal ialah “perlindungan masyarakat untukmencapai kesejahteraan masyarakat”.14

Oleh karena itu perlindungan hukum terhadap anakmerupakan bagian dari tujuan perlindungan hukum secarakeseluruhan, yakni untuk mencapai kesejahteraanmasyarakat. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakattermaktub di dalamnya tentang perlindungan anak, makaperlu adanya pemahaman mengenai dasar-dasarperlindungan anak di Indonesia.

2. Perlindungan Perempuan dan Anak Menurut HukumPositif

2.1. Dasar Hukum Perlindungan Perempuan dan AnakDasar perlindungan anak di atur dalam perundang-

undang di Indonesia, yakni:

13Undang-Undang Nomor 3 Tahun l997, Peradilan Anak, SinarGrafika, Jakarta, 2007, hal.2

14 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, l996, hal. 2

33

l. Undang-Undang Nomor 3 tahun l977 tentang Peradilananak;

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun l999 tentang HakAsasi Manusia;

3. Undang-Undang Nomor l tahun l974 tentangPerkawinan;

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentangPenghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga;

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak.

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentangPenghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Undang-Undang di atas memberi landasan dalamperlindungan anak di Indonesia dan dalam pelaksanaannyasebagaimana diatur dalam undang-undang perlindungananak, yakni: Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002tentang perlindungan anak telah menegaskan bahwapertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat,pemerintah, dan Negara merupakan rangkaian kegiatanyang dilaksanakan secara terus menerus demiterlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebutharus berkelanjutan dan terarah guna menjaminpertumbuhan dan perkembangan anbak, baik fisik, mental,spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untukmewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkansebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memilikijiwa nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilaiPancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan danpersatuan bangsa.15

Upaya perlindungan terhadap anak perludilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam

15Ahmad Kamil dan Fauzan, Loc. Cit., hal. 8

34

kandungan sampai anak berumur l8 (delapan belas) tahun.Hal ini bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yangutuh, menyeluruh dan komprehensif. Undang-undangperlindungan anak juga harus meletakkan kewajibanmemberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas nondiskriminatif, kepentingan yang terbaik bagi anak,hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan,serta penghargaan terhadap pendapat anak.

Dalam melakukan pembinaan, pengembangan, danperlindungan anak, diperlukan peran masyarakat, baikmelalui lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat,organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha,media massa, atau lembaga pendidikan.

Untuk mewujudkan semua yang berkaitan denganpembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, makalandasannya mengacu kepada Undang-Undang Nomor 23Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada Bab II Pasal 2disebutkan, bahwa: “Penyelenggaraan perlindungan anakberasaskan Pancasila dan Berlandaskan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun l945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-hak Anak meliputi:a. Non diskriminasi;b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup danperkembangandand. Penghargaan terhadap pendapat anak.16

Pemahaman mengenai non diskriminasi maksudnyatidak dibeda bedakan posisi anak-anak sebagai WargaNegara Indonesia, meskipun berbeda warna kulit, agama,status sosial, suku, pendidikan dan lain sebagainya, namuntetap sama dimuka hukum. Hal ini sejalan dengan

16Hadi Setia Tunggal, Loc. Cit., hal. 8

35

kepentingan terbaik bagi anak dalam mengembangkandirinya, baik secara fisik, mental, spiritual dan pendidikan.Kepentingannya agar anak-anak dapat tumbuh danperkembang dieranya. Hak untuk hidup sejak dalam usiahkehamilan sang anak, ketika lahir, tumbuh berkembanghingga dewasa menurut Undang-undang, yakni pada usia l8tahun. Begitu juga tentang hak pendapat anak untukmenentukan pilihan hidupnya, baik anak-anak yang terlahirnormal secara fisik dan ruhani, maupun anak-anakpenyandang cacat atau keterbatasan, juga anak-anak yangterlahir dari perkawinan yang sah ataupun tidak sah.

Pada persoalan anak tidak sah dimata hukum, anak-anak yang lahir diluar nikah, atau perkawinan yang tidaklegal. Secara substansi hukum anak-anak tersebut wajibdilindungi, meskipun pada kenyataan anak-anak yangterlahir tidak sah dalam perkawinan dan atau anak-anakterlantar atau anak haram menjadi persoalan tersendiri jikadihadapkan pada proses untuk mendapatkan status anak danuntuk mencari kepastian hukum. Hal inilah yang menjadiperjuangan politik hukum di Indonesia.

Apabila persoalan di atas ditilik dari Undang-Undangnomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,khususnya pada Bab II Pasal 3 yang menyebutkan bahwa:“Perlindungan anak bertujuan untuk menjaminterpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuaidengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatperlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demiterwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlakmulia, dan sejahtera.

Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan perlindungananak di Indonesia, perlu juga dirujuk pada teori LawrenceFriedman “legal system” merupakan serangkaian norma-

36

norma prilaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulisatau disebut “legal substantive” dan sebagai struktur ataulembaga yang menjalankan proses hukum (legal structure),serta budaya hukum (legal culture)17

Teori di atas apabila dihubungkan denganperlindungan anak di Indonesia menjadi relevan, mengingatdalam mewujudkan perlindungan hukum terhadap anakharuslah ada peraturan yang resmi yang mengatur tentangperlindungan anak dimaksud;

Adanya peraturan resmi atau legal dan ada aturanyang tidak tertulis disebut legalsubstantive, berkaitandengan peraturan yang tidak tertulis, maka dalamperlindungan hukum terhadap anak, yakni adanya peranmasyarakat. Peran masyarakat dimaksudkan bahwa adanyanorma-norma yang berlaku di masyarakat yang berkaitandengan perlindungan anak, begitu juga dalam hukum adatmasyarakat setempat.

Pada sisi lain “hukum bisa berfungsi untukmengendalikan masyarakata dan bisa juga menjadi saranauntuk melakukan perubahan-perubahan dalammasyarakat”.18 Disamping itu hukum juga merupakan suatuinstitusi normative yang memberikan pengaruhnya terhadaplingkungannya, hukum juga menerima pengaruh sertadampak dari lingkungan itu sendiri. Munir Fuadymengatakan bahwa hukum mengatur kepentinganmasyarakat. Karena itu peranan hukum dalam masyarakatmenjadi sangat penting. Tidak bisa dibayangkan betapakacaunya masyarakat jika hukum tidak berperan.Masyarakat tanpa hukum akan merupakan segerombolanserigala, dimana yang kuat akan memangsa yang lemah.

17 Lord Radcliff, Loc. Cit., hal 2218 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum,Citra Aditya Bakti, Bandung,

hal 189

37

Sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Hobbes, yakni“hommo homini lupus”. Oleh sebab itu fungsi hukum untukmengatur dan membatasi bagaimana kekuasaan manusiatersebut dijalankan sehingga tidak menggilas orang lainyang tidak punya kekuasaan”.19

Bahwa fungsi hukum untuk mengatur dan membatasikekuasaan, maka Achmad Ali20 mengatakan bahwa hukumjuga berfungsi sebagai alaat pengendali sosial, tidaksendirian di dalam masyarakat, melainkan fungsi itubersama-sama dengan pranata-pranata sosial lainnya yangjuga melakukan fungsi pengendalian sosial; seterusnyabahwa fungsi hukum sebagai alat pengendali sosialmerupakan fungsi pasif, artinya hukum yang menyesuaikandengan kenyataan masyarakat.

Memahami bahwa hukum haruslah menyesuaikandengan keadaan masyarakat, maka perlindungan anakharuslah dicapai dengan pendekatan bersama-sama denganpranata sosial lainnya yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat. Oleh karena itu perlunya tanggung jawabdalam perlindungan anak-anak di Indonesia.

2.2. Tanggung jawab terhadap Perlindungan Perempuananak

Selain itu dalam melakukan perlindungan hukumterhadap anak, perlu diperhatikan tentang kewajiban dantanggung jawab dalam perlindungan anak, di antaranyaperlu menjadikan pemahaman tentangg budaya hukumsebagai acuan untuk mendapatkan suatu kelengkapandalam perlindungan anak. Budaya hukum dapat diartikan

19Munir Fuady, Filsafat dan Teori Hukum Post Modern,CitraAdityabakti, Bandung, 2005, hal. 153

20Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Candra pratama, Jakarta, l996,hal 99-l00

38

suatu kepatutuan hukum yang telah berkembang danberlangsung terus menerus, seperti hukum adat yangmengatur tentang bagaimana melindungi anak didalamlingkkup keluarga, maupun lingkup masyarakat.

Hal ini sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anakpada Bab IV yang memuat tentang kewajiban dan tanggungjawab:1. Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua

berkewajiban dan bertanggung jawab terhadappenyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 20);

2. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggungjawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anaktanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jeniskelamin, entnik, budaya dan bahasa, status hukum anak,urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan atau mental (Pasal2l);

3. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertangungjawab memberikan dukungan sarana dan prasaranadalam penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 22);

4. Negara dan pemerintah menjamin perlindungan,pemeliharaan dan kesejahteraan anak denganmemperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali atauorang lain yang secara hukum bertanggung jawabterhadap anak (Pasal2 3). Negara dan pemerintahmengawasi penyelenggaran perlindungan anak (Pasal23);

5. Negara dan pemerintah menjamin anak untukmempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapatsesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak (Pasal24);

6. Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadapperlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran

39

masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak(Pasal 25).

Selain itu Perlindungan terhadap Perempuan denganmerujuk pada Bab VI Perlindungan dalam Pasal 16 UU No.23 Th. 2004 tentang KDRT, yakni:(l) Dalam waktu 1x 24 ( satu kali dua puluh empat) jam

terhitung mengetahui atau menerima laporan dalam rumahtangga, kepolisian wajib segera memberikan perlindungansementara pada korban.

(2) Perlindungan sementara sebagaimana pada ayat (1)diberikan paling lama 7 hari sejak korban diterima atauditangani.

(3) Dalam waktu 1 x 24 ( satu kali dua puluh empat) jamterhitung sejak diberikan perlindungan sebagaimanaterhitung sejak pemberian perlindungan sebagaimanadimaksud pada ayaat (1). Kepolisian wajib meminta suratpenetapan perintah perlindungan dari pengadilan.

Selanjutnya pada Pasal 17 menyebutkan: Dalammemberikan perlindungan sementara, kepolisian dapatbekerjasama dengan tenaga kesehatan, pekerja sosial,relawan pendampingan, dan atau pembimbing rohani untukmendampingi korban.

Kemudian pada Pasal 18 : Kepolisian wajibmemberikan keterangan kepada korban tentang hak korbanuntuk mendapat pelayanan dan pendampingan. Seterusnyapada Pasal 22 disebutkan:1. Dalam memberiokan pelayanan, pekerja sosial harus

melakukan:a. melakukan konseling untuk menguatkan dan

memberikan rasa aman bagi korban;

40

b. memberikan informasi mengenai hak-hak korban untukmendapatkan perlindungan dari kepolisian danpenetapan perintah perlindungan dari pengadilan.

c. Mengantarkan korban ke rumah aman atau tempattinggal alternarif; dan

d. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikanlayanan kepada korban dengan pihak kepolisian, dinassosial, lembaga sosial yang dibutuhkan korban.

2. Pelayanan pekerja sosial sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan di rumah aman milik pemerintah,pemerintah daerah, atau masyarakat.

Ketentuan-ketentuan mengenai perlindunganperempuan terhadap hak-haknya, ketika menjadi korbankekerasan atau korban konflik menjadi perioritas utama,dalam UU Nomor 23 Tahun 2004 disebutkan sampai padaPasal 56 dan peraturan penjelasan atas undang-undangtersebut.

B. Perlindungan Perempuan dan Anak menurut Hukum Islam1. Perlindungan anak dalam pandangan Islam

Selanjutnya perlindungan anak di dalam Islam, tentangperlindungan anak sebagaimana dikemukakan oleh AlMughi, bahwa selama seorang anak belum dapatmembedakan sesuatu atau belum aqil baligh (belum dewasa),maka perlindungan anak menjadi tanggung jawab orang tuaatau pengampunya.21

Adapun landasannya adalah : Al Qur’an surat an nur :58 : “ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan perempuan) yang kamu meliki, dan orang-orang yang belum balig (anak-anak) di antara kamu, memintaizin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum

21Syaikh Hasal Ayyub, Fikih Keluarga, Pustaka Al Kautsar, Jakarta,l999, hal.28

41

sholat subuh, ketika kamu nenanggalkan pakaian (luar)mu ditengah hari dan sesudah sholat isya’. (itulah) tiga aurat bagikamu..”22

Pemahaman tiga macam waktu yang biasanya diwaktu-waktu itu badan banyak terbuka. Oleh sebab itu Allahmelarang budak-budak dan anak-anak dibawah umur untukmasuk ke kamar tidur orang dewasa tanpa izin pada waktu-waktu tersebut. Inilah tafsir dari ayat di atas, namun dapatdipahami bahwa perlindungan anak dari kejahatan seksualdan kekerasan lain perlu diperhatikan sebagaimana tuntunandalam konteks Al-qur’an yang menjadi “sumber utama dalamilmu ushul fiqh .

Oleh karena itu secara epistemologis, yang dikaji dalamilmu ushul fiqh adalah petunjuk (dalalah) yang ada dalamteks wahyu, baik petunjuk secara tekstual (dalalah annash)”.23

Petunjuk secara tekstual Al qur’an, yakni dipahamisecara harfiyah atau apa arti yang dimaksudkan dalam AlQur’an, sedangkan secara kontekstual maksudnya adalahhikmah yang terkandung dari arti yang sebenarnya. Halinilah yang memberikan ruang untuk menggali hukum Islamyang merupakan salah satu dari sumber hukum positif atauhukum yang berlaku di Indonesia. Ada keterkaitannyadengan persoalan perlindungan hukum terhadap anak yangmasuk dalam hukum keluarga, hukum perkawinan.

22 Depag. RI, Al Qur’an dan Terjemahan (revisi terbaru), CV. AsySyifa’, Semarang, l999, hal.554.

23Asjmuni Abdurrahman, Neo Ushul Fiqh menuju ijtihad kontekstual,edisi revisi Mazhab Jogja, Fak.Syari’ah IAIN, 2003, hal.115. MuhammadAbid al Jabiri, Bunyalah al aql al arab, (Bairut, l990), hal. 55-56. M. AminAbdullah, Antologi Studi Islam, Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 2000, hal.314. lihat Wael B. Hallaq, A History of IslamicLegal theories, CambridgeUniversity Press, Cambridge, l997, hal. 24l-253.

42

Pada hukum perkawinan, khususnya mengenaikewajiban terhadap anak, maka hukum Islam memberiaturan bahwa yang dibebani tugas kewajiban memelihara danmendidik anak adalah bapak, sedang ibu bersifat membantu.Sesungguhnya dalam hukum Islam sifat hubungan antaraorang tua dan anak dapat dilihat dari segi material, yaitumemberi nafkah, menyusukan dan mengasuh, sedangkan darisegi immaterial yaitu curahan cinta kasih, penjagaan danperlindungan serta pendidikan rohani dan lain-lain.24

Pada perlindungan anak secara material dan immaterialdi atas memberikan pemahaman bahwa “kewajiban bapakdalam memberi nafkah menurut kemampuannya.

Allah tidak membebani seseorang melainkan (sekedar)apa yang Allah berikan kepadanya”.25 Maksudnyaberdasarkan kemampuan yakni sebatas yang bisa dilakukansesuai dengan beban yang diberikan kepadanya. Hal inisejalan dengan Firman Allah pada Surat Alam Nasyrah : ayat7: Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.26

Selanjutnya mengenai kewajiban dan tanggung jawabkeluarga dan orang tua terhadap perlindungan anak dapatdirujuk pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak, dalam pasal 26 yakni:1. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :

(a) mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungianak; (b) menumbuhkembangkan anak sesuai dengan

24 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, CV. MandarMaju, Bandung, 2007. hal 134. Lihat. Zahri Hamid, Pokok-Pokok HukumPerkawinan Islam dan UU Perkawinan diIndonesia, Bina Cipta,Jakarta, l978,hal.69

25 Dasril, Kedudukan Anak Menurut Hukum Adat Meranjat, Unila,Bandar Lampung, l986, hal. 22.

26 An Nur, Al Qur’an dan Terjemahan (ayat pojok bergaris), CV. AsySyifa’, Semarang, tt, hal.478

43

kemampuan, bakat, dan minatnya; dan (c) mencegahterjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

2. Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahuikeberadaannya, atau karena suatu sebab, tidak dapatmelaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, makakewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksuddalam ayat (l) dapat beralih kepada keluarga, yangdilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pada perlindungan anak pasal 26 ayat l, ketika sebaborang tua tidak ada, hal ini tidak menutup kemungkinanakibat terjadinya perkawinan mut’ah dan sirri yang telahmelahirkan seorang anak, maka tanggung jawab anak-anaktersebut kepada keluarganya. Oleh karena itu persoalantanggung jawab orang tua terhadap anak tidak berhentisampai pada tataran ini, perlu terus di cari penyelesaian yangkomprehensif dan tidak melukai rasa keadilan dan kepastianhukum di Indonesia.

2. Kedudukan anak dan PerwalianKedudukan anak dimaksudkan untuk memberikan

keterangan anak dari perkawinan yang sah secara hukum,sebagai konsekwensi logis maka anak-anak yang terlahir dariperkawinan tersebut menjadi anak yang sah. Begitu pulasebaliknya anak-anak yang lahir dari perkawinan tidak sahakan melahirkan suatu keturunan yang tidak sah. Hal ini jugaberkaitan dengan perwalian dari anak tersebut, oleh karenaitu berikut ini akan dikemukakan tentang kedudukan danperwalian anak:2.1. Kedudukan anak

44

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun2002 tentang Perlindungan anak sebagaimana termaktubpada pasal 27 mengenai identitas anak sebagai berikut:(1) Identitas diri setiap anak harus diberikan sejak

kelahirannya;(2) Identitas sebagaimana dimakksud dalam ayata (l)

dituangkan dalam akta kelahiran;(3) Pembuatan akta kelahiran didasarkan pada surat

keterangan dari orang yang menyaksikan dan ataumembantu proses kelahiran;

(4) Dalam hal anak yang proses kelahirannya tidakdiketahui, dan orang tuanya tidak diketahuikeberadaannya, pembuatan akta kelahiran untukanak tersebut didasarkan pada keterangan orangyang menemukannya.27

Keterangan di atas memberikan gambaran, bahwauntuk memperoleh status anak yang sah haruslah melaluiprosedur hukum, yakni dengan pengurusan aktakelahiran (lihat pasal 28 ayat 1-4 ). Hal ini sebagai wujudotentik keabsahan status anak itu senidiri.

Sedangkan kedudukan anak menurut Undang-Undang Nomor l Tahun l974 tentang Perkawinandisebutkan sebagai berikut:(l) “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam

atau sebagai akibat perkawinan yang sah”.(pasal 42);(2) Anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya

mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dankeluarga ibunya (pasal 43 :l);

(3) Kedudukan anak tersebut ayat (l) di atas selanjutnyadiatur dalam Peraturan Pemerintah (Pasal 43:2);

27 Hadi Setia Tunggal, Himpunan Peraturan Perlindungan Anak, Harvarindo,Jakarta, 2007, hal. 16

45

(4) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yangdilahirkan isterinya, bilamana ia dapat membuktikanbahwa isterinya telah berzina dan anak itu akibatdaripada perzinaan tersebut( Pasal 44: 1);

(5) Pengadilan memberikan keputusan tentang sah atautidaknya anak atas permintaan pihak yangberkepentingan (pasal 44:2).28

Apabila perbuatan zina yang termaktub dalamUndang-Undang Nomor l Tahun l974 tentangperkawinan pada pasal 44 dikaitkan dengan pasal 63KUH Perdata, tentang pengadilan, bagi yang beragamaHindu, Budha, diselesaikan pada pengadilan Negara danbagi yang beragama Kristen, Khatolik diselesaikanmelalui KUH Perdata. Sedangkan yang beragama Islamdiselesaikan melalui Pengadilan Agama.29

Keterangan di atas memberi pemahaman tentangpentingnya “nasab” atau disebut asal usul. Hal ini untukmemberi penjelasan bahwa apabila ketidakjelasan nasab,maka dikawatirkan akan terjadi perkawinan denganmahram (hubungan sedarah yang haram dinikahi). Olehsebab itu pentingnya mengetahui nasab karena”menyangkut sisi bapak, yang erat kaitannya denganlegitimasi di mana anak memperoleh identitas hukumdan agamanya”.30

Pada dasarnya untuk memberikan legitimasi gunamemperoleh identitas hukum dan sah dimata agama,maka perkawinan merupakan jalan untuk menentukan

28Undang-Undang Nomor l Tahun l974 tentang Perkawinan, BP.Panca Usaha, Jakarta, 2004, hal. 144

29 Hilman Hadikusuma, Loc. Cit., hal. 12530Ziba Mir Hosseini, Perkawinan dalam Kontroversi Dua Mazhab:

Kajian Hukum Keluarga dalam Islam( Marriage an Trial: A Stdy of IslamicFamily Law, ICIP, Jakarta, 2005, hal.168

46

dan menjaga asal usul (nasab) seseorang. Dalampengertian, nasab seseorang hanya bisa dinisbahkankepada kedua orang tuanya kalau ia dilahirkan dalamperkawinan yang sah”.31. Sedangkan nasab anak yanglahir dari perempuan yang dinikahi pada waktu hamilsebagai akibat dari zina, maka nasab anak tersebut hanyadihubungkan dengan ibu yang melahirkannya dandengan orang-orang yang berhubungan dengan nasabdengan ibunya. Nasabnya tidak dihubungkan denganlaki-laki yang menghamili ibunya karena tidak terjadi alfirasy (perkawinan yang sah).32

Perkawinan yang sah atau istilahnya al firasy ,maka dalam perspektif Hukum Islam nasab anakterhadap ayah bisa terjadi disebabkan tiga hal, yakni:1. Melalui perkawinan yang sah;2. Melalui perkawinan yang fasid, dan3. Melalui hubungan senggama karena adanya syubhah

an nikah (nikahsyubhat).33

Perkawinan yang fasid atau dikatakan perkawinanyang rusak, perkawinan itu dilakukan diluar aturan Islam,atau juga perkawinan yang dilakukan dengan melakukan zinaterlebih dahulu, baru menikah setelah si wanita itu hamil,atau perkawinan yang sudah jatuh talak, baik talak 1,2, atau3, tetapi mereka masih melakukan hubungan seperti layaknya

31 Amir Syiharifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad: Isu-isu PentingHukum Islam Kontemporerdi Indonesia, Ciputat Press,Jakarta, 2002, hal. 199

32: hal. 199-100. lihat juga dalam Badran Abu Al Ainain Badran,Huqûq al Aulȃd fȋ Syrȋ’ah alIslȃmiyah wa al Qanun, Muassasah Syabab alJami’ah, Iskandariyah, tt, hal. 16

33 Al Zuhaili Wahbah, Al Fiqh al Islami wa Adillatuhu, Cet. Ke-3,jilid VII, Dȃr al Fikr,Damaskus: l989, hal. 681. lihat juga dalam Ahmad alKhamilisy, at Ta’liq ‘Alȃ Qanunal Ahwal al Sykhsiyyah, Cet. Ke-2, jilid II, Dȃral Nasyar al Ma’rifa, Damaskus, hal. 33-51

47

suami isteri. Jika kedapatan si wanita itu hamil, makaberakibat anak tersebut tidak dinasabkan kepada ayahnya,melainkan kepada ibunya.

Begitu pula perkawinan syubhat dapat disederhanakandengan perkawinan yang membawa maksiat. Misal seseoranglaki-laki yang telah bersuami berhubungan intim denganseorang perempuan tanpa ikatan perkawinan, kemudianperempuan itu hamil. Mengingat laki-laki tidak maumengawininya, maka disuruhnya orang lain untuk menikahdengan perempuan itu dengan maksud untuk menutupihubungan mereka dengan perkawinan. Perkawinan yangkarena suatu sebab tertentu menjadikan perkawinan itusyubhat atau “Perkawinan yang dilangsungkan dalamkeadaan kekurangan syarat, baik keseluruhan maupunsebagian”.34

Berkaitan dengan tiga hal yang menyebabkanperkawinan itu sah atau tidak, maka untuk lebih menegaskanbahwa perkawinan itu sah menurut hukum Islam denganlandasan Hadis Rasulullah SAW: “Diriwayatkan dari AbuHurairah, bahwa Rasulullah Saw, bersabda “Anak itu bagisiapa yang menggauli ibunya (dalam nikah yang sah).(HR.Muslim)35

Perkawinan yang sah sebagaimana hadis RasulullahSaw di atas menjadi landasan, bahwa dari perkawinan yangsah akan melahirkan keturunan yang sah. Untuk itu perlunyabukti keturunan yang sah, yakni seorang adalah keturunanyang sah dari orang lain dibuktikan dengan adanya aktakelahiran yang dibukukan dalam register Catatan Sipil. Akantetapi ada kemungkinan bahwa akta itu tidak ada atau hilang,maka untuk menampung keadaan ini ditentukan bahwa di

34 Muhammad al Khatib, Subut an Nasab, Dȃr al Bayan, Jedah,l987, hal. 103

35 Lihat dalam Sahih Muslim, Hadis Nomor 2646

48

dalam keadaan demikian itu, cukuplah kalau dapat dibuktikanbahwa anak itu terus menerus menikmati kedudukan sebagaianak yang sah36.

Untuk membuktikan kedudukan sebagai anak yangsah itu dapat dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa, yangbaik dalam keseluruhannya, maupun masing-masing,memperlihatkan suatu pertalian karena adanya kelahiran dankarena adanya perkawinan, antara seorang tertentu dan orangyang harus dibuktikan kedudukannya itu.

Keudukan sebagai anak yang sah harus terus menerusdan sama sekali tidak boleh terputus-putus. Kedudukan ituharus dapat dibuktikan dengan fakta-fakta yang secarakeseluruhan atau satu persatu menunjukan pertalianketurunan dari orang yang harus ditetapkan kedudukannyadengan orang yang menurunkannya.

2.2. PerwalianPerwalian dalam KUH Perdata diatur dalam Bab XV

(pasal 330-418a) mulai dari pengertian belum dewasasampai tentang balai harta peninggalan. Di samping itu adapula Bab XVI yang mengatur tentang perlunakan anak belumdewasa menjadi dewasa (pasal 419-432), dan Bab XVIItentang Pengampuan bagi orang dungu, sakit otak atau matagelap (pasal 433-462). Dalam setiap perwalian, kecuali yangditentukan dalam pasal 351 dan 361 KUH Perdata hanya adasatu orang wali sesuai dengan pasal 331.

Sedangkan menurut hukum ada adalah semua anak yangbelum dewasa ataupun sudah dewasa, belum kawin atausudah kawin, kesemuanya berada di bawah pengaruhkekuasaan orang tua dan keluarga/kerabatnya menurut

36Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian,Rineka Cipta, Jakarta,2004, hal. 144

49

susunan kemasyarakatan adat dan bentuk perkawinan yangdilakukan orang tuanya.37

Adapun perwalian sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor l Tahun l974 tentang perkawinan, khususnyadalam (pasal 50 – 54). Disebutkan bahwa (l) Anak yangbelum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belumpernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali.(2) Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutanmaupun harta bendanya (Pasal 50).

Beberapa keterangan mengenai perwalian dapatlahdiambil suatu pemahaman tentang perwalian kaitannyadengan perkawinan yang sah, begitu juga perkawinan yangtidak sah. Anak yang tidak sah misalnya anak zina atau anakharam, atau juga anak yang lahir diluar perkawinan. Atasdasar tersebut, bagaimana anak-anak ini mendapatkanperwalian, meskipun ada jalan pengangkatan anak dan ataumengajukan perwalian untuk mendapatkan statusperwaliannya melalui putusan pengadilan.

Oleh sebab itu perwalian untuk anak dapat dipahami jugabagaimana perwalian terhadap anak dari hasil perkawinanmut’ah dan sirri, bukankan perkawinan tersebut menuruthukum yang berlaku di Indonesia adalah perkawinan yangtidak sah. Sebab beberapa syarat sahnya perkawinan tidakterpenuhi sebagaimana termaktub dalam Undang-UndangNomor l Tahun l974 (pasal 6- 12). Juga perwalian di aturdalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentangPerlindungan Anak dalam (pasal 33 – 36).

Pengaturan perlindungan anak menurut hukum Positif danhukum Islam yang telah dikemukakan di atas, sebenarnyaperlindungan anak berkaitan dengan Hak Asasi Manusia,khususnya dalam berkaitan dengan penanganan

37Hilman Hadikusuma, Loc.Cit., hal. 142

50

perlindungan anak yang melibatkan beberapa pihak dariunsur pemerintah, keluarga (orang tua), peransertamasyarakat, dunia pendidikan, keagamaan dan lainsebagainya. Lalu sanksi terhadap pelanggaran perlindungananak, khususnya pada perkawinan mut’ah dan sirri berupasanksi secara perdata dan itupun harus diputusakan olehPengadilan Agama dan atau dikuatkan melalui PengadilanNegeri. Selain itu ada sanksi moral melalui hukum adat ataukepatutan yang berkembang di masyarakat. Dan yangmenjadi perspektif pelanggaran terhadap anak atasperkawinan mut’ah dan sirri yang berkaitan denganperlindungan anak, hendaknya diberikan sanksi selain sanksiperdata, moral, agama dan pidana. Sebagaimanadikemukakan berikut ini.

3. Sanksi terhadap pelanggaran perlindungan anakAdapun sanksi dari pelanggaran pada perlindungan anak,

yakni merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003tentang Perlindungan Anak termaktub dalam Bab XII padal 77sebagai berikut:a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan:

1). diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anakmengalami kerugian, baik materiil maupun morilsehingg menghambat fungsi sosialnya; dan

2). penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anakmengalami sakit atau penderiataan, baik fisik, mental,maupun sosial.Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)tahun dan atau denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 77).

3). Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkananak dalam situasi darurat sebagaimana pasal 60, anakyang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompokminoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasi

51

secara ekonomi dan atau seksual, anak yangdiperdagangkan, anak yang menjadi korbanpenyalahgunaan narkotika, alcohol, psikotropika, danzat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan,anak korban perdagangan, atau anak korban kekerasansebagaimana dimaksud dalam pasal 59, padahal anaktersebut memerlukan pertolongan dan haru dibantu,dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)tahun dan atau denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (pasal; 78);

4). Setiap orang yang melakukan pengankatan anak yangbertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam pasal 39 ayat (l), ayat (2) dan ayat (4), dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun danatau dengan paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratusjuta rupiah). (pasal 79).

5). Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atauancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak,dipidana dengan pidana paling lama 3 (tiga) tahun 6(enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp.72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). (Pasal 80 :l); Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat

(l) luka berat, maka pelaku dipidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyakRp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) (Pasal 80:2);

Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) mati, maka pelaku dipidana dengan ;idanapenjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan ataudenda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratusjuta rupiah).(pasal 80 : 3)

52

Pidana ditambah sepertiga dari ketentuansebagaimana dimaksud dalam ayat (l), ayat (2), danayat (3) apabila yang melakukan penganiayaantersebut jorang tuanya.(pasal 80 : 4).

5) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasanatau ancaman kekerasan memaksa anak melakukanpersetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidanadengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahundan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp. 300.000.000,00 (tiga ratur juta rupiah) dan palingsedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) (pasal81`: 1). Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat

(l) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengajamlakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, ataumembujuk anak melakukan persetubuhan dengannyaatau dengan orang lain (pasal 81 : 2).

6). Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atauancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat,serangkaian kebohongan, atau membujuk anakj untukmelakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda palingbanyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) danpaling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).(pasal 83).

7). Setiap orang yang secara melawan hukum melakukantransplantasi organ dan atau jaringan tubuh anak untukpihak lain dengan maksud menguntungkan diri sendiri atauorang lain, dipidan dengan pidana penjara paling lama 10(sepuluh tahun ) dan atau denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).(pasal 84).

53

8). Setiap orang yang lmelakukan jual beli organ tubuh dan ataujaringan tubuh anak dipidana dengan pidana penjara palinglama l5 (lima belas ) tahun dan atau denda paling banyakRp. 300.000.000,00 ()tiga ratus juta rupiah). (Pasal 85 ayatl). Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan

pengambilan organ tubuh dan atau jaringan tubuh anaktanpa memperhatikan kesehatan anak, atau penelitiankesehatan yang menggunakan anak sebagai objekpenelitian tanpa seizing orang tua atau tidakmengutamakan kepentingan yang terbalik bagi anak,dipidana dengan pidana penjara paling lama l0 (sepuluh)tahun dan atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00(dua ratus juta rupiah). (Pasal 85 ayat 2).

9). Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan tipumuslihat, rangkaian kebohongan, atau membujuk anakuntuik memilih agama lain biuklan atas kemauannyasendiri, padahal diketahui atau patut diduga bahwa anaktersebut belum berakal dan belum bertanggung jawabsesuai dengan agama yang dianutnya dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima ) tahun dan atau dendapaling banyuak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).(pasal 86).

10). Setiap orang yang secara melawan hukum merekrut ataumemperalat anak untuk kepentingan militer sebagaimanadimaksud dalam Pasal 63 atau penyalahgunaan dalamkegiatan politik atau pelibatan dalam sengketa bersenjataatau pelibatan dalam kerusuhan sosial atau pelibatandalam peristiwa yang mengandung unsure kekerasan ataupelibatan dalam peperangan sebagaimana dimaksud dalamPasal 15 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (pasal 87).

54

11). Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksualanak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiriatau orang lain dipidana dengan pidana penjara palinglama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (pasal 88).

12) Setiap orang yang dengan sengaja menempatkan,membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anakdalam penyalahgunaan, produksi atau distribusi narkotikadan/atau psikotropika dipidana dengan pidana mati ataupidana penjara seumur hidup atau pidana penjara palinglama 20 (dua puluh) tahun dan pidana penjara palingsingkat 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling sedikitRp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) Pasal 89 (1)Setiap orang yang dengan sengaja menempatkan,membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anakdalam penyalahgunaan, produksi, atau distribusi alcoholdan zat adiktif lainnya dipidana dengan pidana penjarapaling lama 10 (sepuluh) tahun dan paling singkat 2 (dua)tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah) dan denda paling sedikit Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). (Pasal 89 ayat (2).

13) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPasal 77, Pasal 78, Pasal 79, Pasal 80, Pasal 81, Pasal 82,Pasal 83, Pasal 84, Pasal 85, Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88,dan Pasal 89 dilakukan oleh korporasi, maka pidana dapatdijatuhkan kepada pengurus dan/atau korporasinya. (Pasal 90 ayat 1)

4.Perlindungan hukum terhadap perempuanSelanjutnya sanksi terhadap pelaku kekerasan terhadap

perempuan. Hal ini sebagaimana diatur pada Bab. VIII.Ketentuan Pidana, yakni sebagai berikut:

Pasal 44:

55

(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisikdalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,00(lima belas juta rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 ( sepuluh )tahun atau denda paling banyak Rp.30.000.000,00 ( tigapuluh juta rupiah ) .

(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)mengakibatkan matinya korban , dipidana dengan pidanapenjara paling lama 15 ( lima balas ) tahun atau dendapaling banyak Rp.45.000.000,00 ( empat puluh lima jutarupaih )

(4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yangtidak menimbulkan penyakit atau halangan untukmenjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian ataukegiatan sehari – hari , dipidana dengan pidana penjarapaling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyakRp5.000.000,00 (lima juta rupiah)

Pasal 45(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan atau

psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksuddalam pasal 5 huruf b dipidanadengan pidana penjarapaling lama 3 ( tiga ) tahun atau denda paling banyakRp9.000.000,00 ( sembilan juta rupiah )

(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yangtidak menimbulkan penyakit atau halangan untukmenjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian

56

atau k kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda palingbanyak Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Selanjutnyatermaktub dalam Pasal 46, 47, 48 dan 49 yang mengaturtentang sanksi terhadap tindak pidana kekerasan dalamrumah tangga.

Memperhatikan berbagai kasus yang terjadi terhadap anak-anak dan perempuan, sesungguhnya haruslah menjadi perhatiansemua pihak, mengingat keberadaan perempuan dan anak-anakyang menjadi korban. Juga tidak menutup kemungkinanperlindungan bagi perempuan dan anak anak pasca konflik diWay Panji Lampung Selatan. Sudah barang tentu memberikanbeban psykologis yang berat. Juga beban penderitaan lainnya,baik dari sisi kesehatan, ekonomi, tempat tinggal dan pekerjaan.Oleh karena itu perlu ada sikap yang padu untuk memberikanperlindungan kepada mereka. Keterangan di atas apabila ditarik dari sisi penegakan hukum, makap perlu mencermatipendapat Satjipto Rahardjo memberikan pendapat, bahwapenegakan hukum itu tidak segampang dan sejelas sepertidikatakan oleh undang-undang, melainkan ia sarat denganberbagai intervensi sosial, politik, ekonomi, serta praktikperilaku substansial dari orang-orang yang menjalankannya.38

Lebih lanjut dikatakan bahwa hukum itu tidak sama denganbuku telepon, dengan ini orang tinggal memutar saja nomoryang dikehendaki dan selesai. Dengan padat dan sederhana,Hakim Agung Amerika, Oliver Wendell Hoolmes, mengatakan,bahwa “The life of the law has not been logic, it hasbeenexperience”. Maksudnya adalah hukum itu bukan logikamelainkan pengalaman”.39

38Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi lain dari Hukum di Indonesia, Kompas,Jakarta, 2006, hal193

39Ibid. hal. 194.

57

Berkaitan hukum bukanlah logika yang dapatdiperhitungkan, melainkan harus direspon dengan empiric ataupengalaman, hal ini menandakan bahwa sanksi terhadappelanggaran anak perlu mendapatkan perhatian dari semua pihakuntuk mencapai keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Sejalan dengan pemberian sanksi di atas, maka hukummenjadi tidak ada artinya bila perintahnya tidak (dapat)dilaksanakan. Diperlukan usaha dan tindakan manusia agarperintah dan paksaan yang secara potensial ada di dalamperaturan itu menjadi manifest. 40

Peraturan-peraturan yang menjadikan manifest, maka DonalBlack memberikan pemahaman adanya dimensi keterlibatanmanusia dalam hukum tersebut yang dinamakan mobilisasihuklum. Sebagaimana dikatakan “The day- by – day entry ofcases into any legal system cannot be taken for granted. Cases ofillegality and disputes do not move outomatically to legalagencies for disposition or settlement”.41

Pernyataan Donald Black memberikan makna bahwaperistiwa pidana yang diatur di dalam KUHP hanya menjadikenyataan apabila muncul kasus-kasus pidana dan kasus tersebuthanya dapat muncul karena ada mobilisasi hukum. Mobilisasihukum adalah : “Without the mobilization of law, a legal controlsystem lies out of touch with the human problems it is designedto oversee. Mobilization is the link between law and the peopleserved or controlled by law”.42

Pernyataan di atas dapat dipahami bahwa mobilisasi hukumadalah proses yang melalui itu hukum mendapatkan kasus-kasusnya. Tanpa mobilisasi atau campur tangan manusia, kasus-

40 Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum, Universitas MuhammadiyahPress, Surakarta, 2004, hal.175

41Donald Black, The Manners and Customs of The Police, AcademicPress, New York, 1980, hal. 42

42Ibid, hal. 42

58

kasus tersebut tidak akan ada, sehingga hukum hanya akanmenjadi huruf-huruf mati di atas kertas belaka. Melihatperlindungan anak dan sanksi terhadap pelanggarannya sertabeberapa pendapat yang mengharuskan penerapan pidana tidakmutlak sesuai teks dalam undang-undang itu sendiri, melainkanadanya mobilisasi hukum.

Pada pernyataan mohilisasi hukum kalau didekatkan padateorinya Talcott Parsons: teori structural fungsional akan menjadirelevan, mengingat hukum dalam menjalankan fungsi integrasimempunyai kaitan erat dengan berbagai bidang kehidupan, sepertisosial, ekonomi dan politik. Untuk itu sudah semestinya penerapanhukum harus dapat memberikan perlindungan hukum terhadapperempuan dan anak-anak.

B. Perlindungan Perempuan dan Anak dalam Kajian SosiologiHukum

1. Pendekatan sosiologi hukumPendekatan sosiologi hukum memberikan pemikiran,

bahwa segala upaya penyelesaian konflik sosial dapat dirujukpada teori sosial dan teori sosiologi hukum. Hal inidimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang holistikdalam menyikapi suatu persoalan. Sebagimana pendapatEmail Durkheim dengan konsepnya tentang anomie, suatusituasi tanpa norma dan arah yangtercipta akibat tidakselarasnya harapan kultur dengan kenyataan social.

Selanjutnya ada pendapat lain, seperti pemikiranMerton yang mencoba menghubungkkan anomie denganpenyimpangan social. Penjelasannya mengenai anomie itumerupakan akibat dari proses sosialisasi, individu belajarmengenal tujuan-tujuan penting kebudayaan dan sekaligusmempel;ajari cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut yangselaras dengan kebudayaan. Apabila kesempatan untukmencapai tujuan yang selaras dengan kebudayaan tidak ada

59

atau tidak mungkin dilakukan, sehingga individu-individumencari jalan atau cara alternative, maka perilaku itu bisadikatakan sebagai perilaku menyimpang. Mertonmenyebutkan ada empat perilaku menyimpang, yaitu inovasi(innovation), ritualism (ritualism), peneduhan hati(retreatism), dan pemberontakan (rebellion).Yang dimaksudinovasi adalah perilaku seseorang yang menerima ataumengakui tujuanyang selaras dengan budaya atau diinginkanmasyarakat. Seorang guru yang tidak puas dengan metodeceramah karena dianggap tidak efektif, mencari alternativelain dalam mengajar, misalnya menggunakan metode inquiry,ini termasuk inovasi.

Di samping itu seseorang yang menolak cara-cara yangwajar, misalnya bekerja keras dan hidup hemat untuk bisamenjadi kaya dan memilih, merampok atau melakukankorupsi, maka dalam sosiologi, perilaku ini jugadikategorikan sebagai sebuah inovasi, tetapi dalam artinegative. Masyarakat yang memilih untuk menggunakankekerasan atau main hakim sendiri karena beranggapanhukum sudah tidak efektif lagi sehingga konflik komunaldapat saja terjadi. Hal ini sebagai gambaran pemikiran,bahwa konflik di Way Panji Lampung Selatan jugaterindikasi adanya sikap inovasi yang negatif. Selain itudalam tataran sosiologis beberapa perilakku yangmenyimpang lainnya dapat ditunjukan sebagai berikut:

1. Ritualisme terjadi manakala seseorang menerima cara-cara yang diperkenankan secara cultural tetapi menolakatau mengganti tujuan sehingga berbeda dengan harapansemula dari masyarakat atau kelompok. Seorangmahasiswa yang mengikuti upacara atau senamkesegaran jasmani untuk mendapatkan beasiswa, bukankarena untuk menanamkan disiplin dan demi kesehatan,

60

merupakan contoh perilaku ritualisme. Dalam bidanghukum, seseorang yang mengendarai sepeda motor danmemakai helm bukan demi keselamatan tetapi takutmendapatkan ‘tilang’, merupakan contoh ritualism. Jugaseseorang yang melakukan sebuah tindakan tetapi tidakmengetahui tujuan yang sesungguhnya diharapkkanopleh masyarakat berkaiotan dengan tindakan itu,termasuk ritualisme.

2. Pengasingan diri (retreatment) terjadi jika seseorangmenolak atau tidak mengakui lagi baik cara maupuntujuan yang diperkenankan secara budaya tanpamenggantinya dengan yang baru. Pengasingan diri inibiasanya dilakukan oleh orang yang tertindas tetapi tidakmemiliki kekuatan yang cukup untuk melawan ataumenentang, sehingga mereka lebih memilihmengasingkan diri. Seorang politisi yang tidak puasdengan kondisi perpolitikan tanah air tetapi tidak mampuuntuk melawan arus untuk melakukan perubahan danlebih memilih untuk tidak terjun ke dunia politik lagimerupakan contoh tindakan pengasingan diri.

3. Pemberontakan terjadi manakala seseorang menolak baikcara maupun tujuan yang diperkenankan secara budyadengan menggantikannya dengan yang baru. Kudetaadalah contoh perilaku pemberontakan, karena dilakukanatas dasar ketidakcocokan dengan, baik cara maupuntujuan, yang secara umum diperkenankan oleh budaya.

4. Di samping penjelasan tentang perilaku menyimpang,para sosiolog juga telah berhasil memaparkan model‘justifikasi’ tentang perilaku menyimpang.Sykes&Matza, sebagaimana dikutip Schaeffer43 ,

43Scheffer, Sociology, Mc Graw-Hill, New York, 1989, h. 325

61

menyatakan bahwa ada lima model justifikasi perilakumenyimpang, yang mereka sebut techniques ofneutralisation. Kelima model netralisasi itu adalah:denyingresponsibility, denying the injury, blaming thevictim, condemning the authorities, dan appealingtohigher principles or authorities.

5. Cara pertama adalah berupa penolakan tanggung jawab.Banyak orang beralasan bahwa karena tekanan yang luarbiasa, seperti kemiskinan, ternacam, kurang persiapansecara akademis, membuat mereka berperilakumenyimpang seperti mencuri, membunuh, menyontekdalam ujian. Dalam banyak kasus, seorang pelacur yangterjaring saat razia, sering beralasan karena tekananekonomi yang luar biasa beratnya, menyebabkan merekaterjun ke dunia prostitusi.

6. Cara yang kedua, dengan alasan tidak adanya korbanakibat perilaku menyimpang mereka, maka merekabmenolak kalau perilaku mereka dikategorikan sebagaiperilaku criminal atau menyimpang. Para remaja yangmelakukan vandalisme atau melakukan pelecehanterhadap perempuan, sebagaimana kasus di Way PanjiLampung Selatan terbukti secara faktual penyebabkonflik salah satunya adalah pelecehan terhadap duaorang gadis dari desa Agom yang dilecehkankan olehpemuda dari desa Balinuraga. Atas perlakuan tersebutmenyebabkan letupan emosi massa yang dibakar dariakumulasi persoalan yang begitu besar di antara mereka.Puncaknya menjadi pemicu konflik adalah ulah dari parapemuda atau remaja di dua desa tersebut.Selanjutnya dalam pendekatan sosiologi hukum menurut

Soerjono soekanto adalah cabang ilmu pengetahuan secaraanalitis dan empiris menganalisia atau mempelajari hubungan

62

timbal balik antara hukum dengan gejala sosial lainnya.44

Sosiologi hukum merupakan suatu ilmu yang muncul dariperkembangan ilmu pengetahuan dan dapat diketahui denganmempelajari fenomena sosial dalam masyarakat yang tampakaspek hukumnya. Di samping itu sosiologi hukum dapatmemenuhi tuntuan ilmu pengetahuan modern untuk melakukanatau membuat deskripsi, penjelasan, pengungakapan danprediksi.

Sosiologi hukum memberikan sumbangan yang kongkritterhadap perkembangan hukum secara umum, mengingat dalamtataran implementasi hukum di masyarakat diperlukan adanyareasoning hukum bagi para penegak hukum dalam memberikanpendapat hukum, maupun untuk memutuskan suatu perkarayang dapat menyentuh rasa keadilan dalam masyarkat. SatjiptoRahardjo terkait dengan penegakan hukum (law enforcement)dengan penggunaan hukum (the use of law). Istilah penegakanhukumdan penggunaan hukum adalah dua hal yang berbeda.Orang dapat menggunakan hukum untuk memberikan keadilan,tetapi juga dapat menegakkan hukum untuk digunakan bagipencapaian tujuan atau kepentingan lain. Penegakan hukummerupakan sub sistem sosial, sehingga penegakannyadipengaruhi lingkungan yang sangat kompleks, sepertiperkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam, iptek,pendidikan dan lain sebaginya.45

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka para penegakhukum memainkan peran penting dalam memfungsikan hukum.Selain itu harus memahami benar tentang hukum yangmerupakan peraturan perundang-undangan yang secarahistorisnya dibuat untuk kepentingan masyarakat. Oleh karena

44Soerjono Soekanto, Mengenal Sosiologi Hukum, Citra Aditya Bakti,Bandung, l989, hal. 11

45Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi lain dari Hukum di Indonesia, Cet. Kedua,buku kompas, Jakarta, 2006, hal. 169

63

itu dari sisi penegakan hukum harus menjalankan, menerapkanhukum dengan seadil-adilnya, memberikan kepastian hukum,memberikan perenungan yang mendalam sebelum memutuskansuatu persoalan hukum. Mengingat hukum tidak semata-matadilihat dari sudut hukum yang tertulis saja, tetapi masih banyakaturan-aturan yang hidup dalam masyarakat dan dapat jugamengatur kehidupan masyarkat.

Pemikiran dan pemahaman tentang hukum di atassetidaknya dapat mengantarkan kepada pemahaman bekerjanahukum. Hal ini dapat dilihat dari fungsi hukum dalammasyarakat dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandangantara lain sebagai berikut:

1.Fungsi hukum sebagai sosial kontrol di dalam masyarakat,mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agarmematuhi sistem kaidah dan nilai yang berlaku;

2. Fungsi hukum sebagai alat mengubah masyarkat, bahwa hukumsebagai social engineering berkatian dengan fungsi dankeberadaan hukum sebagai pengatur dan penggerak perubahanmasyarakat, maka interpretasi analogi Pound mengemukakan hakyang bagaimanakah seharusnya diatur oleh hukum dan hak yangmana dapat dituntu oleh individu dalam hidup bermasyarakat.

3. Fungsi hukum sebagai simbol pengetahuan dimaksudkan bahwauntuk memahaminya seseorang dapat melalui perilaku wargamasyarakat tentang hukum.

4. Fungsi hukum sebagai alat politik: hukum dan politik amat susahdipisahkan, karena produk hukum itu sendiri dari DPR danPemerintah. Hukum sebagai alat politik tidak dapat berlaku secarauniversal, sebab tidak semua hukum diproduksi oleh DPR bersamaPemerintah.

5. Fungsi hukum sebagai alat integrasi: bahwa hukum berfungsisebelum terjadi konflik dan sesudah terjadi konflik, konflik yang

64

dimaksud yakni akibat dari benturan kepentingan antarmasyarakat.46

Memperhatikan Fungsi hukun sebagai alat integrasi menjadipenting untuk digunakan dalam rangka penangan konflikkepentingan antar warga, golongan, agama, etnis dan lainsebagainya. Sejalan dengan konflik warga di desa Agom danBalinuraga kecamatan Way Panji Lampung Selatan perludiperhatikan pentingnya hukum menjadi sarana penyelesaiankonflik baik sebelum atau sesudah konflik.

2. Pendekatan Teori KonflikPendekatan teori konflik mengambil dari pemikiran Muh.

Abdi Goncing dengan tulisannya berjudul Peristiwa KonflikBalinuraga Lampung Selatan dan Persatuan Indonesia.Pemaparan kerangka teoritis dan pemahamannya tentang konflikdalam tataran teoritis dan konflik dalam tataran praktis, yakniyang terjadi di lapangan. Oleh karena itu pendekatan teori inilebih memberikan pemahaman tentang bagaimana konflikdilihat dari berbagai aspek, begitu pula dalam aspek sosiologis.Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh seorang sosiologDahrendorf. Bahwa reasoning yang dapat diambil pemahamandengan melihat konflik pada dasarnya memiliki dua makna.

Pertama, konflik adalah konsekuensi atau akibat dari tidaktuntasnya proses integrasi di dalam suatu masyarakat. Dalamkonteks kegagalan integrasi seperti ini, konflik menjadi sebuahgejala penyakit (syndrom) yang dapat merusak persatuan dankesatuan suatu masyarakat dalam sebuah bangsa.

Kedua, konflik dapat pula dipahami sebagai sebuah prosesalamiah dalam rangka proyek rekonstruksi sosial. Dalamkonteks ini konflik dilihat secara “fungsional” sebagai suatustrategi untuk menghilangkan unsur-unsur disintegratif di dalam

46Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal.39

65

masyarakat yang tidak terintegrasi secara sempurna. Konflikdalam perspektif ini diyakini sebagai sebuah media yang bilaterselesaikan dengan baik, justru akan memperkuat prosesintegrasi dalam masyarakat.

Melalui teori dari Dahrendorf dapat dipelajari bahwakonflik dapat dilihat dari dua kacamata berbeda: positif dannegatif, pesimisme dan optimisme. Konflik sebagai sebuahkegagalan integrasi atau konflik sebagai sebuah mekanismeyang harus dilalui masyarakat dalam sebuah bangsa untukmenyempurnakan proses integrasi anggota-anggotanya. Menurutpenulis, konflik-konflik yang terjadi di Indonesia, baik yangmengusung isu etnis, agama, ekonomi, dan lain-lain, merupakansebuah sarana pembelajaran bagi pihak-pihak yang berkonflik,termasuk bagi pemerintah dan aktor-aktor perdamaian lainnya.Bila konflik dapat ditangani dengan baik, maka upaya merajutkembali sebuah bingkai keragaman yang indah, menjadi sesuatuyang tak utopis lagi.

Upaya memahami konflik secara non-konvensional telahdilakukan Edward Azar pada tahun l990 denganmemperkenalkan konsep konflik sosial berkesinambugan(protracted social conflict-PSC) yaitu konflik yang melibatkankelompok-kelompok komunal yang saling memperjuangkankebutuhan dasar (basic needs) seperti keamanan, pengakuanidentitas, penerimaan eksistensi, akses terhadap lembaga politikdan partisipasi ekonomi. Menurut Azar ada sekurangnya empatvariabel di dalam berbagai PSC.

Pertama, communal content and discontent yaitu sikap puasatau tidak puas kelompok identitas tertentu terhadap realitassosial dan politik yang ada. Berbagai kelompok identitas yangada di dalam masyarakat; kelompok etnis, religius, kekerabatan,pada saat tertentu dapat merasakan bahwa kondisi sosial danpolitik yang ada sesuai dengan apa yang mereka harapkan tetapipada saat lain kelompok-kelompok tersebut dapat merasa

66

kecewa atau bahkan frustasi terhadap situasi yang merekaanggap mengganggu eksistensi dan melecehkan identitasmereka. Dalam situasi penuh kekecewaan dan frustasi inilahkonflik sosial berkesinambungan dapat terjadi. Upaya untukmeredam konflik tersebut dapat dilakukan jika masyarakatsaling mengakui identitas kelompok masing-masing, baikkelompok mayoritas maupun minoritas. Selain itu perlu dibukaakses terhadap dialog antarkelompok identitas dan prosessosialisasi identitas masing-masing kelompok hingga ke tingkatakar rumput atau lapisan paling bawah (grassroots) untukmeredam intensitas konflik yang disebabkanoleh communal discontent ini.

Kedua, deprivation atau degradasi sosial, yaitupengingkaran terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial kelompok-kelompok identitas yang ada. Keluhan yang muncul akibatdegradasi sosial seringkali diekspresikan secara kolektif.Kegagalan penguasa untuk merespon secara proporsionalkeluhan-keluhan tersebut dapat memicu terjadinya sebuahkonflik sosial berkesinambungan. Konflik dapat memburuk jikapenguasa memperlakukan berbagai kelompok identitas secaraberbeda, termasuk dalam hal pendistribusian sumber-sumberekonomi. Apa yang dipersoalkan oleh kelompok yangmengalami deprivasi bukan sekadar kepentingan (interest) tetapikebutuhan (needs). Berbeda dengan kepentingan yang biasanyadapat dinegosiasikan, kebutuhan biasanya menyangkut hal-halontologis yang tidak dapat ditawar sehingga konflik yangdidorong oleh kebutuhan biasanya mudah berkembang menjadipertikaian yang mengerikan dan cenderung tidak rasional.

Kebutuhan dalam konteks ini meliputi kebutuhan untukberkembang, kebutuhan untuk merasa aman, kebutuhan untukhidup layak, kebutuhan untuk mendapat akses ekonomi-politikdan kebutuhan untuk mempertahankan identitas seperti etnis,budaya, agama, adat istiadat, dan seterusnya. Bahwa konflikmenyangkut tidak terpenuhinya basic needs, mengisyaratkan

67

kepada kita bahwa persoalan kemiskinan ternyata ikut berperandalam menciptakan konflik. Pembangunan ekonomi yangbermasalah justru dapat meningkatkan frustrasi sosial yangdapat mendorong berbagai pihak memulai konflik dengan pihaklain. Pembangunan dan proses modernisasi di negaraberkembang berpotensi menjadi sebuah proses pembentukankekerasan (violent-generating process).

Ketiga,the quality of governance atau kualitas administratiflembaga pemerintah. Kapabilitas negara dalammengkombinasikan penggunaan kekerasan, perangkat hukum,kekuasaan, legitimasi, dan sistem birokrasi dalam mengaturmasyarakat, melindungi warga negara, menyediakan kebutuhanmaterial, sangat penting dalam upaya memberikan kepuasanbagi berbagai kelompok identitas yang ada. Kebanyakan negara-negara yang dilanda konflik sosial berkesinambungan, memilikiciri-ciri antara lain; diperintah oleh seorang penguasa militeryang tidak mempedulikan kebutuhan masyarakat lapisan bawah,tidak kompeten dalam merespon keinginan dari kelompok-kelompok identitas yang ada, terlalu rentan terhadap pertikaianantarelit sehingga menciptakan keresahan dan ketidakpuasanrakyat. Pemerintah dengan kualitas administratif rendahcenderung menciptakan krisis legitimasi yang dapat memicukonflik sosial berkesinambungan. Konflik semacam ini menjaditipikal negara-negara berkembang yang mengalami perubahanpolitik secara cepat.

Keempat, international linkage atau keterkaitaninternasional yaitu adanya hubungan konflik pada suatu wilayahtertentu dengan berbagai aktor dan peristiwa internasional.Ketika aktor negara dan non-negara semakin intensif dalammelakukan hubungan lintas batas negara, maka peristiwa lokalsemakin terbuka terhadap ekspose secara internasional.Keterbukaan akses internasional seringkali memperumit situasikonflik di wilayah tertentu. Berbagai kelompok identitas giat

68

melakukan pergerakan separatis karena mendapat dukungan(moril, teknis dan material) dari pemerintah, organisasi,kelompok maupun simpatisan perorangan di luar negeri.

Pemikiran di atas mengenai konflik sosial dapatmemberikan kesinambungan dan dicatat adanya beberapaperubahan dalam teori konflik. Pertama, fokus perhatianbergeser dari dimensi power politics, yang menjadi arus utamadalam konteks Perang Dingin, ke dimensi struktural yangmengaitkan upaya resolusi konflik dengan pembangunan, isukemiskinan, kesejahteraan dan perubahan sosial, akses politik,serta pengakuan identitas. Pengenalan dimensi struktural dalammemahami konflik mensyaratkan perubahan orientasi kebijakannegara-negara yang berupaya untuk mengatasi konflik. Kedua,adanya keterkaitan antara konflik dengan kapasitas lembagapemerintah untuk merespon kebutuhan rakyat. Seiring denganmenguatnya garis-garis batas primordial (etnis, agama,kekerabatan), maka pemerintah tidak hanya dituntut untukmemenuhi kebutuhan rakyatnya tetapi juga harus mampumenghindari sikap favoritisme yang menguntungkan kelompokidentitas tertentu.

Konflik secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuahrelasi ketidaksepadanan (relation of incompatibility). Konflikadalah suatu situasi dimana aktor-aktor yang saling berhubungansatu sama lain dihadapkan pada pertentangan kepentingan danmasing-masing pihak saling memperjuangkan kepentingannya.Dalam situasi tertentu, pertentangan kepentingan ini dapatmeningkat menjadi pertempuran mematikan di mana masing-masing pihak dapat saling menggunakan kekerasan. Dari segiketerlibatan aktor-aktornya, konflik dapat bermula dari tingkatindividu, rumah tangga, kelompok dan bahkan antar negara.

Pendapat Jacques Bertrand pada tahun 2004 mengatakanbahwa negara-negara yang sedang berproses meninggalkanotoritarianisme seringkali mengalami konflik komunal.Kekerasan komunal merupakan konjungtur kritis (critical

69

junctures) bagi upaya memperbarui relasi kekuasaan dan sumberdaya. Dengan kata lain, kekerasan komunal menjadi alatnegosiasi bagi perubahan kelembagaan kenegaraan dalamberbagai level. Setiap perubahan struktur kelembagaan politikkenegaraan akan berkontribusi pada polarisasi identitas etnik,agama dan kelompok politik yang potensial memunculkankekerasan.

Konflik bernuansa etnis seringkali dikaitkan dengansemangat etnosentrisme dan nasionalisme sempit. Etnosentrismeadalah sebuah cara berpikir yang menjadikan kelompok sendirisebagai pusat dari segalanya dan menjadi tolak ukur dalammenilai dan mengukur kelompok lain. Tiap-tiap kelompokdiasumsikan memupuk sendiri-sendiri kebanggaan dan hargadiri, merasa superior, mengagungkan kesucian kelompok sendiridan memandang rendah kelompok lain.

Pada setiap kelompok berpikir bahwa tradisi cara pikir dantindak kelompoknya adalah yang paling benar sementara tradisikelompok lain selalu dilihat dengan penuh kehinaan.Etnosentrisme, sebagaimana nasionalisme, mengandungperilaku positif terhadap kelompoknya sendiri (ingroup) danperilaku atau penyikapan negatif terhadap kelompok lain(outgroups). Sikap etnosentrisme ditandai oleh kesetiaan padakelompok (ingroup loyalty), antipati terhadap kelompok lain(antipathy toward outgroups), kompensasi-kompensasi yangnyata (tangible rewards) dan manipulasi para pemimpinkelompok tersebut. “Leader manipulation” ditandai oleh adanyapemimpin yang seringkali melihat manfaat bagi diri sendiri atasnasionalisme dan etnosentrisme. Oleh karenanya ia berusahameningkatkan spirit itu melalui eksploitasi rasa takut dan benciterhadap kelompok lain.

Penggunaan istilah “tak kenal maka tak sayang” berlakudalam konteks etnosentrime. Semakin tidak mengenal satukelompok terhadap kelompok lain, semakin mungkin kelompok

70

itu salah dalam memaknai karakteristik, keyakinan, maksud-maksud dan perilaku kelompok yang bukan bagian darinya.Etnosentrisme membatasi kontak dengan outgroups dan olehkarenanya menyuburkan kesalahpahamanmengenai outgroups itu sendiri.

Perbedaan dimaknai sebagai sesuatu yang harusdihilangkan, bukan ditoleransi. Kita merasa takut melihat oranglain atau kelompok lain yang berbeda dengan berbeda dengandiri kita, berbeda dengan kelompok kita. Di sinilah, sense ofdifference terhadap orang yang berbeda, menguat dan di saatyang bersamaan, sense of belonging terhadap kelompok sendirisemakin mengakar. Identitas diri menguat dan identitas selaindirinya juga semakin benderang. Hal ini kemudian menciptakanprasangka-prasangka dan stereotip dalam melihat setiappersoalan yang muncul.

Menurut Jacques Bertrand, ada sekurangnya tigapendekatan yang dapat menjelaskan mengapa etnisitasseringkali menjadi saluran bagi arus konflik dan perjuanganpolitik. Pendekatan “konstruktivis” menekankan pada kontekshistoris dan sosial yang membentuk, mengubah dan menegaskanbatasan-batasan etnis dan akar-akar konflik. Pendekatan“instrumentalis” fokus pada peran elit dalam memobilisasiidentitas-identitas etnis di dalam kelompoknya. Pemimpin danpara aktor politik memakai kedekatan emosional dalam identitasetnis untuk memobilisasi dukungan massa dalam usahanyabersaing dalam memperebutkan kuasa negara, sumber daya dankepentingan-kepentingan pribadi lainnya.

Pendekatan “primordialis” menekankan pada warisan dalamketerikatan etnis berupa kelahiran dan ketentuan yang tidak bisaberubah, nasib, dalam batasan-batasan etnisitas. Kelompok-kelompok etnis, menurut primordialis, secara inheren memangrawan terhadap beragam bentuk kekerasan terhadap kelompokyang berbeda, sebagai sesuatuyang alamiah.

BAB. IIIMETODE PENELITIAN

A. Paradigma PenelitianKeragaman metode kajian dan penelitian hukum disebabkan

adanya konsep terhadap gejala hukum tidak tunggal. Hal initergantung pada konseptualisasi terhadap gejala hukum.1 SelanjutnyaA. Hlamid Attamimi menyatakan bahwa “ilmuhukum tidak pernahmenjadi ilmu sosial murni... prinsipnya hukum selalu mengandungaspek cita dan realita, atau dengan kata lain hukummengandung aspeknormatif dan empirik”.2

Berdasarkan penelaahan terhadap ilmu-ilmu sosialmenunjukan bahwa masing-masing teori sosial memiliki landasanparadigma sendiri-sendiri. Paradigma adalah pandangan yangmendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalanyang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu, Paradigmamembantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dijawab,bagaimana seharusnyamenjawab,serta aturan-aturan apa yang harus diikutidalammenginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangkamenjawab persoalan-persoalan tersebut.3

Paradigma adalah pandangan fundamental tentang apa yangmenjadi pokok persoalan dalam ilmu pengetahuan. Paradigmamembantu merumuskan apa yang harus dipelajari, pertanyaan-pertanyaan apa yang semestinya dijawab, bagaimana semestinya

1 Soetandyo Wignyosoebroto, Hukum dan Metode-Metode Kajiannya,Hal. 228. Lihat Arief Sidharta. B. Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum,Mandar Maju, Bandung, l999, hal. 53-61.

2 A.Hamid Attamimi, Pidato Pengukuhan Guru Besar,UniversitasIndonesia, Jakarta, l992, hal. 18

3 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda,PayadurAlimandan, , l992, Rajawali, Jakarta hal. 8.

72

pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dan aturan-aturan apa yang harusdiikuti dlam menarsirkan jawaban yang diperoleh. 4

Paradigma ini memusatkan perhatiannya pada logika dialektistentang realitas sosial kehidupan yang nyata realitas sosial. Selain ituparadigma adalah produk pemikiranmanusia yang selalu mencari jalanmengatasipermasalahan yang dijumpai dalamperkembanganperadaban. Paradigma selalu tercipta dari masake masa danberdomisili menguasai pemikiran bangsa dari kurun ke kurun.5

Bermula dari kasus-kasus nyata, kemudian dikaji, dianalisisdan pada akhirnya sampai pada penemuan konsep. Kasus-kasus yangmenimpa kaum perempuan dan anak-anak akibat konflik yang terjadikarena beberapa sebab yang kompkes di Way Panji KabupatenLampung Selatan.

Realitas sosial di atas menggambarkan adanya fakta dilapangan masih adanya pelanggaran hak asasi manusia dan kekerasandalam rumah tangga, bahkan anak-anak yang menjadi korban ataskonflik dimaksjud. Oleh karena itu perlu mengambil suatu pemikirandari pendapatnya Weber menyatakan : hukum cenderung untukgetting thing done dan mengabaikan akan penderitaan masyarakattertindas.6

Pernyataan getting thing done setidaknya menggambarkantentang hukum yang mengikat, hal ini identik dengan Peraturantentang perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak, namunfakta di lapangan menunjukan bahwa telah terjadi suatu tindakan yangmerugikan dan tidak melindungi perempuan dan anak-anak pascakonflik di Way Panji.

Oleh karena itu perlunya mengemukakan tentang “paradigmasemata-mata bukan hendak menggambarkan kelebihan satu samalain, melainkan paradigma dapat menuntun kita dalam melakukan

4HM. Ali Mansyur, Penegakan Hukum tentang tanggung gugat produsendalamperwujudan perlindungan konsumen, Disertas, UNDIP, Semarang, 2004,hal 12. lihat juga Like Eilardjo, Makalah dalam simposium Nasional Paradigmadalam Ilmu HukumIndonesia, Undip, Semarang, l998, hal. l

5 Hand Out Kuliah Teori-teori sosial, PDIH, 2006, hal. 2.6 Esmi Warasih, Sosiologi Hukum Yang Kontemplatif, Kumpulan Makalah,

Undip, Semarang, 2007, hal. 3

73

kegiatan-kegiatan ilmiah yaitu penelitian hukum mulai dari ontologi,epistemologi dan metodologi”7

Kegiatan-kegiatan ilmiah lebih memusatkan pada realitassosial yang diobservasi peneliti akan menumbuhkan bangunan teoriatas realitas majemuk dari masyarakatnya sehingga tidak bisadigeneralisasikan kepada semua orang seperti yang dikalanganmadzhab positivisme yang melihat hukum itu sebagai gejala normatifsemata,melainkan hukum juga dipandang sebagai sosial empiris. Padagejala empiris dapatdiamati dalam kehidupan, tentu saja memerlukanjasa teori-teori sosial untuk dapat memahami gejala hukum tersebut.

1. Metode PendekatanPenelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis

empiris. Pendekatan hukum yuridis dilakukan denganmengidentifikasikan dan mengkonsepsikan hukum sebagai norma,kaidah, peraturan, undang-undang yang berlaku pada suatu waktudan tempat sebagai produk dari suatu kekuasaan negara tertentuyang berdaulat.8 Dalam penelitian ini ketentuan-ketentuannormatis mengenai Perlindungan Perempuan dan Anak-anak.Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia, Undang-UndangPeradilan anak, Hukum Adat dan Hukum Islam.

Pendekatan hukum doktrinal atau non doktrinal9 melaluiupaya-upaya yang akan menghasilkan teori-teori eksistensi danfungsi hukum dalam masyarakat berikut perubahan-perubahanyang terjadi dalam proses perubahan sosial10.

Pendekatan di atas memberi arahan kepada peraturanperundangan-undangan, seperti pada hukum perkawinan diIndonesia dan beberapa peraturan pelaksanaannya. Kaitannyadengan penelitian ini dapat diambil suatu produk hukum atau

7 Esmi Warasih, Penelitian Socio Legal ; Dinamika Sejarah DanPerkembangannya, Kumpulan Makalah, Undip, 2007, hal. 7

8 Rony Hanintijo, Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Makalah disampaikan padaPelatihan Metodologi Penelitian Ilmu Sosial, Fakultas Hukum Undip, Semarang, l999, hal11. lihatHM. Ali Mansyur, Disertasi PDIH, Undip. Semarang, 2004, hal. 14

9Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum, Paradigma,Metode dan DinamikaMasalahnya, Elsam dan HUMA,Jakarta, 2002, hal. 146-147.

10Ibid., hal 164

74

peraturan perundang-undangan yang dijadikan contoh kasus”11.Telah terjadi persoalan yang mengusik rasa kemanusiaan, keadilanterhadap perlindungan hukum bagi perempuan dan anak-anakakibat dari konflik pasca kerusuhan di Way Panji, antaraBalinuraga dan Masyarakat Pribumi atau orang Lampung.

Selain itu usaha pendekatan sosiologis melalui upayamengidentifikasikan dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusiyang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan bermasyarakatyang mempola.12 Dimaksudkan pendekatan sosiologismengandung arti bahwa dalam meninjau dan menganalisa masalahadalah dengan melihat fenomena yang ada di masyarakat sebagaiobjek penelitian,13 terjadinya kasus konflik di Way Panji yangmenyebabkan perlindungan perempuan dan anak-anak menjaditerabaikan.

Mengingat penelitian ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruhhukum Islam, maka metode untuk penetapan hukum merujuk padapendekatan Ushul Fiqh adalah “kaidah-kaidah yang diatasnyaberdiri ilmu atas hukum-hukum syara yang bersifat praktis, yangdigali dari dalil-dalil yang rinci”.14 Ushul Fiqh sendiri dalam kaitanpenelitian ini akan memberikan tatacara dalam “mengeluarkanhukum dari dalil-dalil syara”.15menetapkan hukum, melalui ilmualat serta kaidah-kaidah ushuliya. Kaidah-kaidah ushuliyah itumeliputi antara lain : Ushluf bahasa, pemahaman ilmu tafsir AlQur’an dan Al Hadist, ijma (kesepakatan ulama), qias (analogi)dan dasar-dasar hukum Islam lainnya untuk menetapkan suatu

11 Moh. Mahfud MD, Perkembangan Politik Hukum, studi tentang PengaruhKonsfigurasi Politik terhadap Produk Hukum di Indonesia, Disertasi, UGM,Yogyakarta, hal. 68

12 Ronny Hanintijo, Log. Cit., hal. ll13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian, Cetakan kedua,

Universitas Indonesia, Press, Jakarta, l982, hal. 1114 Atha Bin Khalil, Ushul Fiqih, Pustaka Thariqul Izzah, Bogor, 2008,

hal.115 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, jilid l, PT. Logos Wacana

Ilmu, Jakarta, l997, hal. 36

75

produk hukum Islam atau yang lebih dikenal dengan Fiqh yangberkaitan dengan perlindungan perempuan dan anak-anak.

Memperhatikan metode pendekatan secara hukum positif danpendekatan secara kaidah-kaidah hukum Islam diharapkan data-data yang terkumpul akan dilihat apakah peraturan dalamperundang-undangan atau teori-teori yang ada benar-benar berlakupada kenyataanya, atau belum berlaku, tidak berlaku, terjadipenyimpangan terhadap hukum positif maupun hukum Islam, atautelah terjadi perubahan dan lain sebagainya.

Melihat dari fenomena hukum yang terjadi di masyarakatkemudian dihubungkan dengan norma-norma hukum yang ada,dengan kenyataan hukum yang hidup dalam masyarakat. Hal iniuntuk menarik benang merahnya bagaimana seharusnya hukumyang dicita-citakan (ius constituendum) dapat terwujud.Maksudnya dalam melakukan penelitian dari kasus-kasus yang adadi masyarakat adanya kasus tidak terlindungi perempuan dan anak-anak akibat konflik. Hal ini dapat dilihat dari aspek hukum, aspekmoral, dan aspek sosial. Fokusnya pada perlindungan perempuandan anak-anak dalam perspektif hukum di Indonesia.

2. Lokasi PenelitianPenelitian ini di lakukan di Desa B alinuraga Kecamatan

Way Panji Kabupaten Lampung Selatan, sebagai tempatpenelitian.

3. Spesifikasi PenelitianSpesifikasi penelitian dalam studi ini adalah

penelitian diskriptif analitis.16. Analisa diskriptif dilakukanterutama ditujukan untuk pemecahanmasalah yang ada pada

16Menurut kamus besar bahasa Indonesia,analitis (analisistis) artinyabersifat analisis, yang artinya proses pemecahanmasalah yang dimulaidengandugaan akan kebenaran. Lihat Suchan Yashin,Kamus Lengkap BahasaIndonesia, Amanah Surabaya,l997,hal. 34.

76

masa sekarang17 terutama masalah-masalah yang berkaitandengan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anakpasca konflik di Way Panji Kabupaten Lampung Selatan.

Penelitian ini adalah suatu penelitian yang bersifatpemaparan dalam rangka menggambarkan selangkahmungkin suatu keadaanyang berlaku ditempat tertentu, ataugejala yang ada, atau suatu peristiwa tertentu yang terjadidalam masyarakat dalam konteks penelitian18.

Terkait dengan penelitian ini berupaya melakukankajian pada suatu usaha pemberian, analisis dan penafsiranguna membentuk hukum yang ideal (ius constituendum)untuk penerapan hukum perkawian dan perlindungan hukumterhadap anak hasil perkawinan mut’ah dan sirri padawilayah penelitian dari perspektif poltik hukumnya.

5. Jenis DataSelanjutnya jenis data yang dipergunakan mencakup dataprimer dan data sekunder.

a. Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara yangdi lakukan secara langsung terhadap pihak-pihak yangterlibat dalam penangan konflik serta perlindunganperempuan dan anak-anak, seperti dari Instansi PemerintahKabupaten Lampung Selatan, aparat keamanan, LembagaSosial dan korban dari perlakuan yang tidak manusiawi sertakeluarga korban yang meninggal dunia. Juga pada PoldaLampung dan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kemilingsebagai tempat pengungsian korban konflik Way Panji.Disamping sumber-sumber yang telah disebutkan di atas,

17 Winarno Surakhmat, Dasar dan Tehnik Research,Tarsito,Bandung, l978, hal. 131

18 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, citraAditya Bakti, Bandung, hal 50. lihat Soerjono Soekanto, Pengantra PenelitianHukum, UI Pres, Jakarta, l997, hal. 10.

77

data penelitian juga diperoleh dari hasil penelitian lapanganmelalui wawancara dan observasi terhadap objek-objekpenelitian.

b. Data sekunder diperoleh melalui studi domumen (studipustaka) meliputi:

1).Bahan hukum primer: yang diperoleh dari sumber-sumberhukumyang formal (formele rechtsbron)19yakni bahanhukum yang berisikan pengetahuan ilmiah yang terbaru,ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahuimengenai suatu gagasan (ide) yang tersusun dalam hierarkiperundang-undangan sebagai berikut:- Undang-Undang Dasar l945- Tap MPR- Undang-Undang yang terkait dengan objek penelitian,

seperti Undang-Undang Nomor l Tahun l974, Undang-Undang Nomor 39 Tahun l999 tentang Hak asasiManusia, Undang-Undang Nomor 3 tahun l997 tentangPeradilan Anak, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002tentang Perlindungan Anak dan Undang-UndangPenghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sertaperaturan lainnya.

2). Bahan hukum sekunder; diperoleh dari sumber hukummateriil (materiel rechtsbron)20 bahan-bahan itu yang erathubungannya dengan bahan hukum primer dan dapatmembantu menganalisis serta memahami bahan hukumprimer, juga artikel-artikel majalah, surat kabar, laporanpenelitian terdahulu, bahan-bahan dari internet dan berbagaiinformasi dari mas media seperti media Televisi, Radio danpengaduan dari Lembaga Swadaya Masyarakat sertapemerhati masalah : Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

19Soetandyo Wignjosoebroto, Disertasi (Surabaya: LaboratoriumPenelitian Ilmu Sosial, FISIP Unair, Surabaya, 2007. 54

20Ibid. , hal. 54

78

Pemerhati masalah perempuan dan pemerhati masalahperlindungan anak.

3). Bahan tersier merupakan bahan hukum penunjang yangmemberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahanhukum primer dan sekunder antara lain, ensklopedi21 ,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Kamus Umum BahasaInggris, Kamus Bahasa Belanda, Kamus Bahasa Arab,Terjemahan Al Qur’ah dan Terjemahan Al Hadist.Selain dari pada bahan hukum primer, skunder dan tersierjuga akan diupayakan mencari refensi dari berbagai instansiterkait yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

5. Instrumen Pengumpulan DataAlat-alat yang dipergunakan untuk mendukungpengumpulan data antara lain:a. Manusia atau peneliti sendirib. Catatan Lapangan ( blocknote atau buku tulis)c. Tape Recorded. Telepon, Handphone, dan komputer, dan lain-lain.

6. Teknik Analisis DataDalam mengolah dan menganalisis data digunakan

pendekatan kualitatif, sedang analisisnya menggunakanmodel interaktif (interactive modelof analysis), yakni melaluipola pengumpulan data (data kuantitatif dan kualitatif)kemudian reduksi data,22 Dimaksudkan untuk prosesperalihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan,pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul daricatatan dari lapangan, reduksi data tidaklah satu hal yangterpisah dari analisis tetapi merupakan bagian yang inheren.

21 Soerjono Soekanto danSriMamudji, Penelitian HukumNormatif,Radjawali Press, l985,hal. 14-15

22Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif,UI Press, Jakarta, l992, hal. 16

79

Kemudian menggunakan display, data dan berakhir denganperumusan kesimpulan.23

Reduksi berasal dari hasil wawancara, observasi ataudari sejumlah dokumen. Data-data tersebut dirangkum dandiklasifikasi menurut kepentingan yang sesuai denganpenelitian ini. Pada akhirnya muara dari seluruh kegiatananalisis data kualitatif terletak pada pelukisan atau penuturanberkaitan dengan masalah yang diteliti.24

Adapun langkah-langkah untuk memunculkan displayatau model alur interaksi, meliputi : (l) pengumpulan data;(2) reduksi data; (3) penyajian data dan (4) menarikkesimpulan/verifikasi. Penarikan kesimpulan dengan analisistema “ kultural”25 yakni analisis dilakukan untuk meperolehkejelasan dalam penelitian, baik mengenai perkawinanmut’ah dan siri, perlindungan anak dan perspektif politikhukum.

Interacive model of analisys dapat digambarkan denganragaan sebagai berikut:

23 Esmi Warassih, Metodologi Penelitian Bidang Ilmu Humaniora,Bahan PelatihanMetodologi Penelitian Bagian Hukum dan Masyarakat, Undip,Semarang, l999, hal. 52

24Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PTRemaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hal. 257.

25 Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi,YA3, Malang, l990, hal. 91-l05

80

Ragaan iv.. Interactive model of analisys”26.

Ragaan di atas menggambarkan proses analisis dari modelinteraksi analisis untuk mengambil suatu kesimpulan. Bilakesimpulan dirasa kurang mantap karena masih terdapat data dalamreduksi dan sajian data, maka dapat dilakukan melalui teknik“tiangulasi data”. 27 Ada empat data menurut Denzin mengenaitriangulasi data, yakni : (l) triangulasi sumber (sourcertriangulation), (2) triangulasi metode (methods triangulation), (3)triangulasi peneliti (investigators triangulation), dan (4) triangulasiteori (theories triangulation).

Keempat triangulasi digunakan untuk mengecek data-datayang telah terkumpul, pengecekan melalui triangulasi sumber dapatdigunakan untuk pengecekan ulang mengenai sumber data yangdiperolehuntuk tujuan melengkapi data. Triangulasi metode untukpengecekan kelengkapan data, tidak menutup kemungkinan untuk

26 Esmi Warassih, Log. Cit., hal. 52. Lihat M. Ali Mansyur, Disertasi,Log. Cit., hal. 22

27 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito,Bandung, l996, hal. 18

PengumpulanData

PerumusanKesimpulan

Reduksi Data Display Data

81

menggunakan metode lain sebagai alat untuk melengkapi data.Triangulasi peneliti digunakan untuk mengecek dan menelaahsuatu pandangan yang berbeda untuk menguatkan konsistensi bagipeneliti itu sendiri. Sedangkan triangulasi teori yang menggunakanparadigma yang berbeda dari teori yang digunakan untuk melihatrealita dapat mengundang perbedaan hasil. Spesifik padatrianggulasi sumber, mengingat dalam membandingkan hasilwawancara dengan isi kemudian dengan teori akan mendapatkansuatu data yang akurat untuk mengambil suatu kesimpulan.

Selain pengecekan melalui triangulasi data, makadikemukakan tentang metode lain untuk keakuratan data, melaluiteknik Interpretasi, Evaluasi dan Teknik pengecekan keabsahandata, yakni sebagai berikut:a. Interpretasi Data

Interpretasi adalah upaya peneliti untuk memaknakan datayang diperoleh dari lapangan setelah dikumpulkan dandianalisis. Kemudian diadakan interpretasi kedalam suatu teoriuntuk kemudian diprenstasikan kepada pembaca. Adapuninterpretasi ini bersifat konstrutivisme baik terhadappengalaman yang diungkapkan dengan kata-kata maupun tacitknowledge yaitu pemahaman kontekstual yang tidakdiartikulasikan, melainkan dengan anggukan, gelelngan, sikapdiam sesaat, humor, beraneka ekspresi wajah. Kesemuanya iniuntuk melengkapi data penelitian.

b. Evaluasi, Pengecekan keabsahan dan Presentasi DataEvaluasi merupakan penilaian atau pengujian atau

assesment terhadap interpretasi, yakni denganmembenturkannya pada satu kriteria. Interpretasi yang berhasillolos dari evaluasi tersebut kemudian dipresentasikan sebagaitemuan dari penelitian. Evaluasi pertama-tama ditujukan untukmemeriksa apakah antara judul, latar belakang, permasalahan,tujuan penelitian, kerangka teoritis, konsepsual, paradigmapenelitian, metode penelitian ada interaksi logis atau ada

82

benang merahnya. Evaluasi ditujukan antara lain (l)Plausibilitas atau masuk akal; (2) Kredibilitas atau dapatdipercaya; (3) Relevansi atau kesesuaian dan (4) Urgensi ataupentingnya.

Keabsahan data dalam penelitian ini bertumpu pada derajatkepercayaan ( level of confidence) atau credibility, 28 melaluiteknik pemeriksaan keabsahan, ketekunan, pengamatan dantriagualasi. Ketekunan pengamatan akan diperoleh ciri-ciri danunsur-unsur yang relevan dengan pokok permaslahan penelitian.Melalui teknik triangulasi dengan mengadakan komparasi data,mengkalasifikasikan adanya persamaan, kesesuaian dengandokumen yang menjadi data penelitian.

Selanjutnya setelah dievaluasi tentang keabsahannyadengan triangulasi metode dilakukan dengan mengadakanstategi pengecekan melalui teknik pengumpulan data observasipartisipatif dan wawancara mendalam (indepthinterview) disatupihak dan teknik pengumpulan data melalui focusgroupdiscussion (FGD) dipihak lain, khusus perolehan data.

Setelah dianalisis, dievaluasi serta dicek keabsahannya,maka data yang bersifat kualitatif disajikan dalam bentukprosentase dan tabel-tabel. Kreteria penilaian kualitas penelitidilakukan degna standar kredibilitas, transferabilitas,depandabilitas, dan konfirmabilitas. Pola yang dilakukan dalamanalisis dengan interpretasi pada suti kasus berupa deskriptifkualitatif yang berupa menceritakan objek penelitian untukmendekatkan pada realitas sosial yang sebenarnya dalam upayamencari pola, modal atau tema. Maksudnya penliti dapatmengecek temuannya dengan jalan membandingkannya denganberbagai sumber metode dan teori.29

28 Lexy Moleong, Metodology Penelitian Kualitatif, RemajaRosdakarya, Bandung, 1996, hal. 173

29 Lexy Moleong, Op. Cit., hal. 332

BAB. IV

HASIL PENELITIAN PERLINDUNGAN HUKUMTERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK-ANAK PASCAKONFLIK DI WAY PANJI KABUPATEN LAMPUNG

SELATAN

(Kajian Perspektif Sosiologi Hukum)

A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

1. Geografi, Administrasi, dan Kondisi Fisik

a. Letak Kabupaten Lampung Selatan

Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletakantara 105o 14’ sampai dengan 105o 45’ Bujur Timur dan5o 15’ sampai dengan 6o Lintang Selatan. Mengingat letakyang demikian ini, daerah Kabupaten Lampung selatanseperti halnya daerah – daerah lain di Indonesiamerupakan daerah tropis. Kabupaten Lampung Selatanbagian selatan meruncing dan mempunyai sebuah telukbesar yaitu Teluk Lampung. Di Teluk Lampung terletaksebuah pelabuhan yaitu Pelabuhan Panjang, dimana kapal– kapal dalam luar negeri dapat merapat. Secara umum ,pelabuhan ini merupakan faktor yang sangat penting bagikegiatan ekonomi penduduk Lampung. Sejak tahun 1982,Pelabuhan Panjang termasuk dalam wilayah Kota BandarLampung.

Daerah Kabupaten Lampung selatan mempunyaidaerah daratan kurang lebih adalah 210.974 Ha, dengankantor Pusat Pemerintahan di Kota Kalianda, yangdiresmikan menjadi Ibukota Kabupaten Lampung Selatan

84

oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 11 Februari1982. Berdasarkan undang-undang Nomor 2 tahun 1997tentang pembentukan Kabupaten Tanggamus, yaitupemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan.Pada tahun 2006, terjadi pemekaran Kabupaten Pesawarandari wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Kemudianpada tahun 2008, terjadi pemekaran di KabupatenLampung Selatan yaitu, Kecamatan Tanjung Sari, WaySulan, Way Panji, dan Kecamatan Bakauheni, dengandemikian jumlah Kecamatan di Kabupaten LampungSelatan secara eksisting berjumlah 17 kecamatan danselanjutnya terdiri dari desa-desa dan kelurahan sebanyak248 desa dan 3 kelurahan. Diprediksikan dalam waktudekat akan terjadi pemekaran kecamatan pada wilayahKabupaten Lampung Selatan, khususnya pemekaranKecamatan Kalianda, Palas, dan Natar.Secara administrasiKabupaten Lampung Selatan mempunyai batas – batassebagai berikut :Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Kab.Lampung Tengah dan Lampung TimurSebelah Selatan: berbatasan dengan Selat Sunda;Sebelah Barat: berbatasan dengan Kota Bandar Lampungdan Kabupaten PesawaranSebelah Timur: berbatasan dengan Laut Jawa.

Pulau – pulau yang terdapat di Kabupaten LampungSelatan antara lain pulau Krakatau, pulau Sebesi, pulauSebuku, pulau Legundi, pulau Siuncal, pulau Rimau danpulau Kandang. Bila ditinjau dari segi luas dan keadaanalamnya, maka Kabupaten Lampung Selatan mempunyaimasa depan cerah untuk lebih berkembang. Secaratopografis wilayah ini dapat dibedakan menjadi 2 kategori,yaitu wilayah dengan relatif datar yang sebagian besarberada di sepanjang pesisir, wilayah berbukit dan gunungyang merupakan wilayah pegunungan Rajabasa.

85

b. Kondisi Air TanahKondisi Air tanah Kabupaten Lampung Selatan dapat

dilihat dari kondisi Cekungan Air Tanah. Kondisi cekunganair tanah (CAT) Kabupaten Lampung Selatan, termasuk kedalam dua cekungan yaitu CAT Metro – Kotabumi dan CATKalianda. CAT Metro – Kotabumi memiliki rata – rataimbuhan air tanah bebas mencapai ± 11.807.000.000 m3 pertahunnya, dan imbuhan air tanah yang tertekan pada lapisanaquifernya mencapai ± 524.000.000 m3 per tahunnya. CATMetro – Kotabumi merupakan CAT yang dominan diProvinsi Lampung. Sedangkan CAT Kalianda memiliki rata –rata imbuhan air tanah bebas mencapai ± 128.000.000 m3 pertahunnya, dan imbuhan air tanah yang tertekan pada lapisanaquifernya hanya ± 11.000.000 m3 per Tahunnya. CATKalianda hanya merupakan CAT yang jauh lebih kecil jikadibandingkan dengan CAT Metro – Kotabumi

86

87

c. Kondisi Umum IklimIklim di Kabupaten Lampung Selatan sama halnya

dengan daerah lain di Indonesia. Iklimnya dipengaruhi olehadanya pusat tekanan rendah dan tekanan tinggi yangberganti di daratan sentra Asia dan Australia pada bulanJanuari dan Juli. Akibat pengaruh angin Muson, maka daerahLampung Selatan tidak terasa adanya musim peralihan(pancaroba) antara musim kemarau dan musim hujan.

d. Kondisi PerairanKedalaman perairan akan sangat berpengaruh

terhadap karakteristik gelombang. Energi gelombang yangterbangkitkan dengan fletch yang panjangnya dapat mencapairibuan kilometer akan habis terendam pada daerah di dekatpantai. Pengubahan energi ini sangat dipengaruhi olehgesekan dari dasar laut (bottom friction). Dasar perairan,terutama pada perairan dangkal, juga dapat memperlambatperambatan gerakan pasang, sehingga suatu tempat dapatmemiliki lunitidal interval yang besar.

Pasang surut didefinisikan sebagai proses naikturunnya muka laut yang hampir teratur, dibangkitkanterutama oleh gaya tarik bulan dan matahari. Karena posisibulan dan matahari terhadap bumi selalu berubah secarahampir teratur, maka besarnya kisaran pasut juga berubahmengikuti perubahan posisi-posisi tersebut. Pengelompokanpasut berdasarkan komponennya dapat dibedakan atas:komponen pasut harian (diurnal), pasut tengah harian (semidiurnal), dan perempat harian (quarternal).

Teluk lampung merupakan perairan dangkal dengankedalaman sekitar 25 m. di mulut teluk kedalaman rata-rataberkisar pada 35 m dengan kedalaman maksimum 75 m di

88

sekitar Selat Legundi yang terletak di sebelah barat laut mulutteluk. Menuju ke arah utara (Teluk Betung) kedalamanperairan mendangkal hingga isobath 5 m pada jarak yangrelatif dekat dengan garis pantai.

Kecamatan yang memiliki kawasan pesisir adalahKecamatan Ketibung, Sidomulyo, Kalianda, Rajabasa,Bakauheni, Ketapang dan Kecamatan Sragi, sedangkanpanjang garis pantai Kabupaten Lampung Selatan mencapai ±247,76 Km. Kisaran muka laut rata-rata di Teluk Lampungmencapai sekitar 88,02 cm. Kisaran pasut yang besar terjadipada waktu pasut purnama (116,25 cm). Pasut purnamaadalah pasang yang tertinggi dan surut terendah yang dialamioleh suatu perairan yang terjadi pada waktu bulan purnamaataupun bulan mati. Pada saat pasang purnama tinggi mukalaut di Teluk Lampung dapat mencapai 150 cm dengan rata-rata 141,25 cm. Pasut perbani terjadi pada saat bulan separuh(bulan tegak lurus terhadap posisi matahari dan bumi),dimana kisaran pasutnya paling rendah (rata-rata 0 cm).

e. Daerah Aliran SungaiDaerah aliran sungai yang ada di Kabupaten Lampung

Selatan meliputi DAS Bandar Lampung-Kalianda dan DASSekampung. DAS (daerah aliran sungai) yang ada diKabupaten Lampung Selatan terdiri dari beberapa Sub DASdan luas area DAS Bandar Lampung-Kalianda yang berada diKabupaten Lampung Selatan sebesar 54.260 Ha yang terdiridari 15 (lima belas) Sub DAS , sedangkan DAS SekampungLuas area DAS sebesar 192.380 Ha yang terdiri dari 7 (tujuh)Sub DAS. Untuk lebih jelasnya mengenai DAS BandarLampung Kalianda dan DAS Sekampung dapat dilihata padatabel 1.15

89

Tabel 1. DAS Sekampung di Kabupaten Lampung Selatan

No. DASDAS Sekampung

Sub DAS Area (Ha)

SK-07 Way Sragi 47.740

SK-08 Way Pisang 9.670

SK-09 Way Ketibung 31.990

SK-010 Way Sulan 21.810

SK-011 Way Bekarang 15.660

SK-012 way Galih 21.920

SK-013 Way Kandis Besar 43.590

Jumlah 192.380

Sumber:Balai PSDA Seputih-Sekampung

f. Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Selatansetiap tahunnya mengalami peningkatan.Pada tahun 2010jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Selatanadalah985.075jiwa, sedangkan Jumlah penduduk terbesarterdapat di Kecamatan Natar dan yang terkecil diKecamatan Bakauheni, yaitu 179.552 jiwa dan 21.188,dengan demikian konsentrasi penduduk terbesar terdapat diKecamatan Natar.Hal ini di karenakan Kecamatan Natarmemiliki akses yang mudah, dekat dengan Kota BandarLampung dan memiliki prasarana dan sarana yang cukup

90

memadai, sehingga asumsi pertumbuhan penduduk selalumeningkat setiap tahunnya dan memiliki jumlah pendudukterbanyak. Sedangkan di kecamatan lain di KabupatenLampung Selatan kurang begitu strategis lokasinya dan jauhdari pusat Kota Bandar Lampung, sehingga masyarakatbanyak ingin tinggal di dekat pusat kota.

Tabel 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung SelatanTahun 2010

No KecamatanJumlah Penduduk

(Jiwa)

1 Natar 179.552

2 Jati Agung 99.650

3 Tanjung Bintang 71.750

4 Tajung Sari 29.787

5 Katibung 65.305

6 Way Sulan 25.936

7 Merbau Mataram 53.448

8 Sidomulyo 66.238

9 Candipuro 55.121

10 Way Panji 17.434

11 Kalianda 86.876

12 Rajabasa 26.073

13 Palas 59.357

91

No KecamatanJumlah Penduduk

(Jiwa)

14 Sragi 35.749

15 Penengahan 42.044

16 Ketapang 49.568

17 Bakauheni 21.188

Jumlah 985.075

Sumber : Lampung Selatan Dalam Angka,2010

Kepadatan penduduk di Kabupaten Lampung Selatanmasih terkonsentrasi di wilayah utara yang dekat dengan pusatKota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Natar. Apabiladilihat tingkat kepadatan penduduk, maka kecamatan yangmemiliki kepadatan terbesar di Kabupaten Lampung Selatanterdapat di Kecamatan Natar sebesar 7 jiwa/Ha dan terkecil diKecamatan Raja Basa sebesar 2 Jiwa/Ha. Sedangkan untukdistribusi penduduk di Kabupaten Lampung Selatan masihterkonsentrasi di Kecamatan Natar sebesar 18 % dan distribusipenduduk yang terkecil adalah Kecamatan Way Panji danBakauheni, yaitu 2%.

g. Keuangan dan Perekonomian DaerahSetelah pemekaran di Kabupaten Lampung Selatan

pada tahun 2006, mengakibatkan berkurangnya nilai PDRBKabupaten Lampung Selatan sebesar 626.126 atau sekitar10,8 %. Sektor pertanian, industri pengolahan mengalamipenurunan tertinggi pada tahun 2006 masing-masing sebesar548.548 atau 20,3% dan 105.346 atau 16,5 %. Untuk lebih

92

jelasnya mengenai PDRB Kabupaten Lampung Selatan dapatdilihat dalam grafik sebagai berikut:

Grafik Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lampung Selatan AtasDasar Harga Berlaku Tahun 2003 – 2008

Sektor riil di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun2006 – 2008 rata-rata pertumbuhannya sebesar 5% per tahun.Adapun pertumbuhan tiap tahunnya yaitu sebesar 6 % padatahun 2006-2007; 5 %, pada tahun 2007-2008. Walaupunsektor pertanian mengalami penurunan nilai tertinggi yangdiakibatkan pemekaran Kabupaten Pesawaran, yaitu sebesarRp 626.126 (juta) akan tetapi dampaknya tidak terlalumempengaruhi karena sektor ini merupakan sektor unggulan diKabupaten Lampung Selatan. Hal ini dapat dilihat pada tahun2007 dan 2008 sektor pertanian mengalami kenaikan kembalisebesar 626.126 atau 19,6%, begitu juga dengan PDRB diKabupaten Lampung Selatan mengalami kenaikan sebesar

2,338,9442,415,865

2,705,364

2,156,816

2,668,309

3,321,476

595,014 650,808 691,413 611,135 688,138790,870

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000 Pertanian

Pertambangan &PenggalianIndustri PengolahanTanpa MigasListrik, Gas & Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel &RestoranPengangkutan &KomunikasiKeuangan, Persewaan &Jasa PerusahaanJasa-jasa

93

1.153.891 (juta) atau naik sekitar 15,9 %. Berikut dapat dilihatdata koperasi, usaha mikro, usaha kecil dan usahamenengah/besar yang ikut mendukung pertumbuhan ekonomidi

h. Tata Ruang WilayahAdapun kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten

antara lain sebagai berikut:1). mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional

dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi yangberlaku pada wilayah kabupaten bersangkutan;

2). jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangkawaktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan;

3). mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarangmaupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akandatang; dan

4). tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten

merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untukmencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakanpembangunan penataan ruang wilayah kabupaten adalah:

1). pengembangan kawasan budidaya berbasis sumberdaya alamdan pengembangan agropolitan dengan tetapmempertimbangkan dan mengindahkan kondisi dayadukung dan daya tampung lingkungan hidup;

2). penciptaan peluang investasi pada kegiatan industri;

3).penguatan fungsi lindung kawasan lindung secaraberkesinambungan dan terintegrasi;

4).pengembangan kegiatan pariwisata yang berbasis padapotensi wisata alam;

94

5).penataan sistem perkotaan dan pusat distribusi yang mampumemacu pertumbuhan wilayah;

6).penguatan pelayanan prasarana dan sarana wilayah yangmampu meningkatkan kondisi investasi dan perekonomianwilayah; dan

7).peningkatan fungsi kawasan untuk keamanan dan pertahananNegara.

i. Kawasan Rawan Bencana AlamKawasan rawan bencana, merupakan kawasan yang

berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusangunung berapi, gempa bumi, longsor, banjir, kekeringan,tsunami dan sebagainya. Beberapa kawasan yang rawanterhadap bencana tersebut hendaknya dijadikan kawasan lindungdan aktivitas pada kawasan tersebut dibatasi agar jatuhnyakorban akibat bencana alam dapat diminimalisir.

Beberapa jenis bencana yang terdapat di KabupatenLampung selatan adalah:1).kawasan rawan banjirberada di Kecamatan Natar,

Kecamatan Way Sulan, Kecamatan Candipuro, KecamatanPalas, Kecamatan Sragi, dan Kawasan Way Panji denganluas kurang lebih 14.000 Hektar. Terjadinya Bencana Banjirini sering merugikan masyarakat terutama petani,mengingat banjir yang terjadi kerap kali menggenangisawah. Terjadinya banjir ini dikarenakan terjadinyadeforestasi pada areal tangkapan air, dan juga terjadinyasedimentasi pada saluran irigasi teknis, sehingga terjadipendangkalan. Pada Kecamatan Natar, terjadinya banjirjuga diakibatkan karena adanya luapan sungai. Dengandemikian untuk penanganan masalah banjir, perlu adanyakoordinasi lanjut untuk mengoptimalkan fungsi arealtangkapan DAS way Sekampung dan juga normalisasisaluran drainase dan irigasi.

95

2). kawasan rawan tsunami berada di kecamatan Katibung,Kecamatan Sidomulyo, Kecamatan Kalianda, KecamatanRajabasa, Kecamatan Ketapang dan Kecamatan Bakauhenidengan luas kurang lebih 1983 Hektar. Bencana inicenderung terjadi pada kawasan pesisir dan pulau – pulaukecil. Selain menetapkan garis sempadan pantai yang,aktivitas pada kawasan ini harus diminimalisir atau dibatasi.Sebagai upaya antisipasi perlu adanya penyusunan rencanainduk evakuasi bencana tsunami kabupaten, rencanapemasangan early warning system di daerah pesisir pantai.Pembangunan pemecah ombak pun setidaknya dapatmembantu mengurangi gelombang pasang jika terjaditsunami.

3). kawasan rawan longsor berada di Kecamatan Rajabasa,Kecamatan Katibung, dan Kecamatan Bakauheni.

4). Kawasan rawan bencana Gunung Api Krakatau berada diKecamatan Bakauheni, Kecamatan Rajabasa, dan KecamatanKetapang.

j. Sosial dan BudayaJumlah Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2008 sebesar 477

sekolah, dimana 471sekolah negeri dan 6 sekolah swasta.Jumlahmurid SD sebanyak 108.644 orang,dengan jumlah gurusebanyak 4.186 orang.Jumlah SLTP di KabupatenLampungSelatan sebanyak 139 (51 SLTP negeri, 88SLTPswasta), dengan jumlah murid29.712 orang dan jumlah guru2.171 orang.Sedangkan untuk SMU banyaknya sekolah36 (10SMU negeri dan 26 SMU swasta),dengan jumlah murid 10.822orang danjumlah guru 425 orang.Jumlah sekolah SMK ebanyak30 (6SMK negeri, 24 SMK swasta). Jumlahmurid sebanyak8.087 orang, denganjumlah guru ebanyak 363 orang.Sedangkanbanyaknya lembaga pendidikanIslam di Kabupaten LampungSelatan pada

96

tahun 2008 terinci menjadi 37 RA, 126Ibtidaiyah, 85 Tsanawiyah,dan 30 Aliyah.Banyaknya keanggotaan pramukadewasa KwarcabLampung Selatan padatahun 2008 adalah 4.610 laki-laki dan2.951perempuan, dengan jumlah anakdidik sebanyak 95.912 laki-lakidan 93.902perempuan.

Tabel 6. Fasilitas Pendidikan yang tersedia di KabupatenLampung Selatan

No.KECAMATA

N

NEGERI SWASTA

PTTK

SDSLTP

SLTA

TK

SD

SLTP

SLTA

1 Natar - 58 6 2 35 3 18 13 -2 Jati Agung - 44 5 1 14 1 13 11 -

3TanjungBintang

1 38 3 1 18 1 10 5 -

4 Tanjung Sari - 15 2 1 4 - 4 2 -5 Katibung - 30 2 1 4 - 4 1 -

6MerbauMataram

- 29 2 1 5 - 5 2 -

7 Way Sulan - 8 - - - 1 3 4 -8 Sidomulyo - 34 4 1 9 - 6 4 -9 Candipuro - 25 3 1 1 - 7 3 -10 Way Panji - 9 - - 5 - 3 - -11 Kalianda 1 42 7 4 9 - 5 7 512 Rajabasa - 16 2 - 1 - 2 - -13 Palas - 38 4 1 3 - 2 1 -14 Sragi - 19 3 1 3 - 1 1 -15 Penengahan - 30 2 1 5 - 3 2 -16 Ketapang - 27 3 1 3 - 1 2 -17 Bakauheni - 9 3 1 2 1 1 1 -

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan

97

k. Kelembagaan Pemerintah Daerah

1). Pemerintahan Daerah

Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2012 terbagidalam 17 kecamatan, 248 desa, 3 kelurahan, dan1.366dusun/lingkungan. Dari keseluruhan desa yang ada, 243desa sudah berstatus definif, sedangkan 5 desa masih berstatuspersiapan. Pelaksanaan pemerintahan daerah KabupatenLampung Selatan diawasi oleh wakil-wakil rakyat melaluiDPRD. Pada tahun 2009, sebagian besar anggota DPRDKabupaten Lampung Selatan berasal dari fraksi Partai Demokratdan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). DPRDKabupaten Lampung Selatan terdiri atas beberapa komisi, yaituKomisi A (Bidang Pemerintahan), Komisi B (Bidangerekonomian dan Keuangan), Komisi C (Bidang Pembangunan),dan Komisi D (Bidang Kesejahteraan Masyarakat). umlahanggota DPRD Kabupaten Lampung Selatan secarakeseluruhan adalah 45 orang.

B. Penyebab Konflik di Way Panji Kabupaten LampungSelatan

Adapun penyebab konflik berdasarkan hasil penelitian dilapangang, di antaranya pendapat dari Ketua Komnas Ham,bahwa penyebabnya antara lain adanya kesenjangan sosialantara kelompok Balinuraga dan penduduk pribumi yangmendiami wilayah di Way Panji. Sebenarnya bibit konflik sudahberlangsung lama, hanya saja puncaknya 28-29 Oktober 2012.1

1Wawancar dengan ketua Komnas HAM dalam rangka peresmianSekala Lampung di Bandar Lampung, 6 Nopember 2013

98

Memperhatikan keterangan di atas, maka kasus tersebutharuslah didekati dengan kajian teoritis mengenai konflik. Halini dimaksudkan agar dapat memahami persoalan dan dapatmengambil langkah-langkah praktis untuk membantumenyelesaikan konflik dan atau untuk pencegahan pada masayang akan datang. Oleh karena itu perlu memahami definisikonflik yang akan diuraikan berikut ini:

Menurut Taquiri dalam buku Newstorm danDavis,sebagaimana disebutkan Bernard Raho dalam bukuSosiologi Modern. konflik merupakan warisan kehidupan sosialyang berlaku dalam berbagai keadaan akibat dari bangkitnyakeadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antaradua pihak atau lebih secara terus menerus.Menurut Gibson,hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan salingtergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jikamasing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atautujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berartisaling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagaisuatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa jugakelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkanpihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidakberdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yangdibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaantersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksisosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiapmasyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernahmengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompokmasyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaandengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan

99

dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuahsiklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akanmenghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidaksempurna dapat menciptakan konflik.

Sementara itu, konflik sosial bisa diartikan menjadi dua hal.Pertama, perspektif atau sudut pandang yang menganggapkonflik selalu ada dan mewarnai segenap aspek interaksimanusia dan struktur sosial. Kedua, konflik sosial merupakanpertikaian terbuka seperti perang, revolusi, pemogokan, dangerakan perlawanan. Soerjono Soekanto menyebutkan konfliksebagai pertentangan atau pertikaian, yaitu suatu proses individuatau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalanmenantang pihak lawan, disertai dengan ancaman dan ataukekerasan.

Para teoritisi konflik banyak berpedoman pada pemikiranMarx, meskipun memiliki pemikiran sendiri yang berlainan.Tokoh-tokoh teoritisi konflik diantaranya Ralf Dahren dorf danRandall Collins. Dahrendorf berpendirian bahwa masyarakatmempunyai dua wajah yaitu konflik dan consensus, sehinggateori sosiologi harus dibagi menjadi dua bagian, teori konflikdan teori konsensus. Dahrendorfnjuga mengakui bahwamasyarakat takkan ada tanpa konsensus dan konflik yangmenjadi persyaratan satu sama lain. Tokoh lainnya Collinsmenjelaskan bahwa konflik adalah proses sentral dalamkehidupan sosial sehingga tidak menganggap konflik itu baikburuk. Collins memandang setiap orangmemiliki sifat sosialtetapi juga mudah konflik dalam hubungan sosial mereka.Konflik bisa terjadi dalam hubungan sosial karena penggunaankekerasan oleh seseorang atau banyak orang dalam lingkunganpergaulannya. Ia melihat orang mempunyai kepentingan sendiri-sendiri , jadi benturann mungkin terjadi karena adanyakepentingan-kepentingan yang saling bertentangan.

100

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkanbahwa konflik merupakan akibat dari adanya ketidaksepakatan,kontroversi,perbedaan pandangan,dan pertentangankepentingan baik antar individu maupun antar kelompok sebagaihasil dari interaksi sosial individu maupun kelompok.dimanakonflik ini akan terus ada selama interaksi itu sendiri masih ada.

Akibat lain yang ditimbulkan dari konflik, khususnya diWay Panji Kabupaten Lampung Selatan, maka ada beberapadampak terjadinya konflik tersebut antara lain krisis kejiwaanyang mengganggu kondisi kejiwaan korban konflik. Selanjutnyapemahaman tentang krisis kejiwaa adalah ganguan dalam diriindividu dikarenakan peristiwa yang menegangkan ataumengancam yang dirasakan oleh individu.

Definisi diatas memberikan kita gambaran bahwa krisiskejiwaan terjadi karena adanya hal yang menegangkan maupunmengancam yang dirasakan oleh individu,pada kasus krisiskejiwaan warga Balinuraga Lampung Selatan disebabkan olehadanya konflik sosial yang berkecamuk didaerah tersebut.Konflik inilah yang memicu krisis kejiwaan pada wargaBalinuraga,Lampung Selatan.

1. Krisis kejiwaan yang dialami warga balimuragapasca konflik

Krisis kejiwaan yang dialami oleh warga balinuraga,lampung selatan.Merupakan bentuk Krisis KejiwaanSituasional. Krisis ini terjadi dikarenakan peristiwa yangterjadi secara tiba-tiba biasanya berkaitan denganpengalaman kehilangan.Dalam kasus krisis kejiwaan wargaBalinuraga adalah kehilangan orang tercinta atau kerabatmaupun keluarga dan materi sebagai akibat dariberlangsungnya konflik.

101

2. Factor-faktor yang menyebabkan krisis kejiwaan wargaBalinuraga pasca konflik

Krisis kejiwaan dapat terjadi karena banyak hal baik itu rasatakut,merasa tidak aman,trauma,kehancuran hati ataupunstressor lainnya yang kemudian menimbulkan ketakutandikalangan warga balinuraga,lampung selatan. Krisis kejiwaanterjadi sebagai akibat dari adanya perasaan tidak aman yangmengakibatkan timbulnya ketakutan dikalangan warga yangmenimbulkan rasa was-was saat hendak beraktivitas ,selain itukrisis kejiwaan juga dipicu oleh trauma yang cukup besardikalangan warga terutama kaum ibu rumah tangga sebagaiakibat dari konflik yang telah berlangsung.

Kondisi tersebut semakin diperparah dengan ditariknyapasukan pengawas oleh pihak pemerintah yang akan semakinmeningkatkan rasa tidak aman maupun takut dikalangan wargabalinuraga, lampung selatan.Terlebih lagi pemerintah daerahyang dianggap gagal dan tidak mampu mengatasi konfliksosial antar warga di Lampung Selatan

3. Perbedaan IndividuPerbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian

dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik.Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yangberbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian danperasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapatmenjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalanihubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengankelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik dilingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akanberbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik,tetapi ada pula yang merasa terhibur. Perbedaan latar belakangkebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang

102

berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh denganpola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikirandan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akanmenghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

4. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan dan KepentinganManusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar

belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalamwaktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompokmemiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadangorang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuanyang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaankepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokohmasyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yangmenjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijagadan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohonkarena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untukmembuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu,pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor gunamendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagipecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungansehingga harus dilestarikan. Penyebab lain mengenai konflikdiakibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkutbidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapatterjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu,misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusahayang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya.Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkanpengusaha menginginkan pendapatan yang besar untukdinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usahamereka. Pertikaian dua hari, Minggu dan Senin (28 dan 29Oktober), telah terjadi antara warga Desa Agom, KecamatanKalianda, dan Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji.Beberapa desa di sekitarnya, antara lain, Desa Patok dan

103

Sidoreno, Way Panji, terkena imbas. Hari Rabu (31/10) situasidi Pasar Patok berangsur Pulih. Balinuraga dan sebagianSidoreno masih lengang.

Konflik komunal atau kerusuhan sosial seperti itu bukanyang pertama kali terjadi di Lampung Selatan. Sejak tahun1990-an hingga kini, sudah lima kasus serupa, sepertidisampaikan dosen FISIP Unila, Hartoyo. Namun, belumsetahun pertikaian terakhir, kini muncul lagi konflik serupa.

Tahun 2012 adalah tahun kekerasan bagi LampungSelatan. Pada 24 Januari, pernah terjadi konflik komunalserupa melibatkan warga Desa Kotadalam dan Desa Napal,Kecamatan Sidomulyo. Warga lima marga di Kotadalammembakar hampir 100 rumah di Napal hingga ratusan keluargamengungsi.

Ada rumah yang rusak di Napal belum selesai dibangunmeski sebagian sudah berdiri ketika insiden Wai Panji muncul.Di gapura Desa Napal, satu regu marinir bersiaga penuh,Kamis (1/11) petang. Rumah sepi penghuni karena mengungsi.Fenomena ikatan yang rapuh yang menyebabkan mudahnyatersulut suasana konflik. Adapun desa Napal, Balinuraga, dansebagian Sidoreno dihuni etnis Bali, yang oleh etnis lokalLampung Selata.n disebut ”pendatang”. Isu ”pendatang” danpenduduk ”lokal” belum pernah muncul separah ini padatahun-tahun sebelumnya. Masalah ini timbul karena tali ikatansosial rapuh.

Selang tiga bulan setelah peristiwa Napal, terjadikerusuhan sosial di Kalianda. Ribuan orang, pada 30 April,berunjuk rasa ke kantor bupati dan membakar patung ZainalAbidin Pagarlam (ZAP) yang berdiri di jalan masuk kota itu,tepat di sisi jalan lintas Sumatera.Menurut saksi mata, aparatpemda dan polres setempat berupaya memediasi, tetapi tidakdigubris. Massa menolak patung mantan Bupati LampungSelatan dan mantan Gubernur Lampung itu. ZAP adalah ayah

104

Gubernur Lampung Sjachroedin ZAP dan kakek kandungBupati Lampung Selatan Rycko Menoza ZAP.

Ketika Kompas mengunjungi kota itu hari Rabu, fondasidi mana patung itu dahulu didirikan masih ada, namuncompang-camping. Warga menuturkan, saat kerusuhan, leherpatung diikat pakai tali dan ditarik oleh kendaraan besarhingga roboh. Kepalanya dipotong.ZAP hendak dijadikan ikonLampung Selatan. Rycko tidak hanya mendirikan patungkakeknya, dia juga mengganti nama Jalan Kolonel MakmunRasyid, tokoh pejuang Lampung Selatan, dengan nama ZAP.Perubahan nama jalan mengecewakan sebagian rakyat.

Terkait insiden terbaru di Way Panji, ada yangmengejutkan. Selain meremehkan kapasitas dan kepedulianMenoza dalam meredam gejolak, para tokoh Lampung Selatanmenolak berdamai dengan warga Balinuraga dan sebagianwarga Sidoreno dari etnis Bali. Warga Bali lebih dari 70 tahunmenetap di wilayah itu mengikuti program transmigrasi.

Kalianda ialah kota kecil yang menjadi etalase LampungSelatan. Hampir 60 persen penduduk adalah pribumi yangsudah menetap ratusan tahun yang disebut LampungPeminggir. Sisanya pendatang dari Bali, Jawa, Banten, dansebagian Sumatera.Di kota kecil paling selatan Sumatera inisering terjadi pergolakan sosial, tetapi semakin intens setahunini. Dahulu lebih karena persoalan tanah atau lahanperkebunan. Kini pemicunya pun hal sepele. Insiden Napaldipicu perebutan lahan parkir. Kasus Way Panji karenakenakalan remaja: dua gadis Agom pengendara sepeda motordihadang pemuda Balinuraga bersepeda hingga merekaterjatuh.

Menilik peristiwa konflik itu terjadi lantaran hanyapersoalan sepele itu meletup menjadi masalah besar, yangjustru meresahkan seluruh masyarakat dimana daerah konfliktersebut sebenarnya sudah lama hidup berdampingan,” kata MZahri, Ketua Paguyuban Lima Marga Pesisir Lamsel di

105

Kalianda. Namun persoalan tersebut tidak dianggap selesai,melainkan jadi sumber konflik yang besar. Sementara adapendapat dari pemerhati masalah politik lokal, Syafarudin,yang juga dosen dan Ketua Laboratorium Politik Lokal danOtonomi Daerah Fisip Universitas Lampung menjawabpertanyaan itu. Menurut dia, konflik yang pernah ada selamaini, yang terjadi secara horizontal dan vertikal itu tidakditangani secara tuntas. Implementasinya rendah.

Contoh, dalam kasus Napal di Sidomulyo sebenarnyasudah berakhir damai. Bahkan semua pihak menandatanganinaskah perdamaian. Tetapi, pecah lagi konflik serupa di WayPanji.Hal sepele itu mudah meledak menjadi satu persoalanbesar karena tidak maksimalnya peran pranata yang ada. Jikapranata keluarga berjalan, tetapi pranata sosial dan hukumtumpul, kelompok masyarakat cenderung main hakim.

Apabila potensi konflik dapat dikelola dengan baik olehpara pemangku adat, tokoh masyarakat dan Pemda LampungSelatan, niscaya tidak akan terjadi konflik komunal diLampung selatan. Mengingat hanya persoalan kecil ituseharusnya dapat diredam di keluarga, tentu saja tidak akanmelebar. ”Hal paling penting lagi adalah peran pemerintahlokal. Variabel kepemimpinan di pemerintah adalah hal palingpenting. Contohnya, pada zaman Bupati Zulkifli Anwar,pernah terjadi konflik komunal serupa, tetapi karena gayakepemimpinan dekat dengan masyarakat, pemimpin yangmengayomi, masalahnya dapat diredam sejak dini,” kataSyafarudin.

Lampung Selatan itu ibarat ”pelangi”, indah karenaberwarna-warni, tetapi masih ada garis pemisahnya.Pluralitasnya tersekat. Lampung Selatan harus dibangunmenjadi ”mozaik khatulistiwa”. ”Ada banyak yang berbeda,tetapi bisa menjadi satu yang indah, plural namun harmonis,melahirkan satu identitas bersama,” katanya.Peran itu belum

106

banyak dilakukan pemerintah lokal selaku fasilitator dalamkehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Pemimpin harushadir di tengah rakyat ketika ada letupan sekecil apa pun, danmenjadi tokoh yang dapat didengar dan mau mendengarkan,disegani.

Penyebab konflik: wawancara dengan: Nur KetuaKomnas HAM, pada tanggal 16 Nopember 2013, ditengah-tengah acara Sekala Selampung di Lapangan Korpri depanKantor Gubernuran Lampung. Ia menyatakan, bahwa dalamsejarah awal keberadaan masyarakat Bali dimulai sejakmeletusnya gunung agung di Bali, maka ada satu dua orangberangkat ke Lampung, tepatnya di Way panji KabupatenLampung Selatan. Dalam lintasan sejarah sekelompok orangyang berasal dari Bali diterima oleh pemuka adat dan merekamenyatakan untuk berlindung dan meminta jalan untuk hidup.Akhirnya mereka diberikan tempat, dijamin makan dankebutuhan hidup, juga diberi pekerjaan untuk mengolah lahansendiri.

Selanjutnya pada perkembangannya sekelompok orangtersebut melakukan bercocok tanam dan berhasil untukmenghidupi mereka. Kemudian mereka meminta izin untukmenjemput keluarganya yang masih berada di Bali. Akhirnyadiberikan izin, kemudian dalam lintasan sejarah secarabertahap terjadi perpindahan dari Bali ke Lampung danberkembang sampai sekarang.

Pemukiman secara berkelompok yang umumnya berasaldari Bali berkembang cukup pesat, sebagian masih bisabersosialisasi dengan baik, namun ada sebagian kelompokyang terisolasi jauh dari pemukiman penduduk, merekadikelilingi perkebunan.

Selanjutnya dalam perjalan konflik dari persoalan keculkemudian memicu luapan emosi massa menjadi sulitdikendalikan, padahal persoalan itu ditimbulkan olehpelecehan terhadap dua gadis remaja oleh pemuda desa

107

tetangga. Pihak keluarga dan warga desa kedua gadis yangmenjadi korban, barangkali, tidak lagi melihat perlunyamencari solusi arif berdasarkan nilai-nilai sosial atau bahkantak menganggap lagi perlunya penyelesaian secara hukumterhadap pelaku pelecehan seksual itu.Lebih parah lagi, aparatkeamanan tak bisa mencegah dan atau mengendalikan arusmassa yang mengamuk.

Situasi dan kondisi pada saat peristiwa di LampungSelatan itu terjadi, sebenarnya tidak boleh dianggapsebagaimana persoalan kecilkarena merupakan ekspresikolektif lokal yang sangat jauh mengabaikan nilai-nilai sosialkemanusiaan sesungguhnya. Hanya karena sekat administrasipemerintahan desa, hubungan-hubungan sosial dan budayakebersamaan seolah-olah sudah terputus menyertainya. adalah”perasaan harga diri” karena merasa telah dilecehkan sehinggaharus membalas dengan kekerasan fisik. Harga diri, yangternyata dinilai lebih tinggi dari nyawa manusia yang menjadikorban atas balas dendam itu.

Mereka pun jauh dari kesadaran kalau para pelakupelecehan itu adalah kelompok anak muda yang barangkalihanya merupakan perilaku iseng, bagian dari kenakalan remajabelaka. Orang lupa kalau ini bisa jadi produk dari rumahtangga dan lingkungan yang kurang memperhatikanpembinaan moral generasi.

Tragedi memprihatinkan di Lampung Selatan, boleh jadimerupakan gambaran kecenderungan bahwa perilakukekerasan dan penghilangan nyawa manusia dianggap sebagaihal biasa untuk memperoleh ”rasa puas” atas perilaku taksenonoh dan atau jahat dari pihak lain. Peristiwa inisebenarnya sudah jamak terjadi di sejumlah daerah lain denganfaktor pemicunya yang bisa memiliki persamaan ataupunberbeda satu sama lain. Banyak permasalahan yang sebenarnyabisa diselesaikan, akan tetapi karena terpendam lama, maka

108

ketika muncul menjadi ledakan konflik semua pihak menjadiprihatin terhadap konflik yang ada.

Oleh sebab itu dengan adanya konflik bisa dijadikankomoditas politik, mengingat kecenderungan seperti itudiperparah dengan bukan saja pemerintah lokal luput dalammempererat tali modal sosial lintas komunitas, melainkanjustru `kerap dijadikan basis pertempuran politik antarfigurpolitisi yang memperebutkan suara dalam rangka merebutjabatan politik. Apalagi jika permukiman masyarakattersegregasi berdasarkan suku atau kelompok budaya tertentu,tidak berbaur. Mereka dengan sangat mudah akan tersulut olehprovokasi emosional tertentu. Kecenderungan seperti itulah,saya kira, juga terjadi di desa-desa yang bertetangga diLampung Selatan itu.

Menyadari akan telah terjadinya tindakan kekerasan ataubentrokan fisik oleh kelompok-kelompok masyarakat jugaakibat krisisnya kepercayaan terhadap kepastian hukum dinegeri ini. Penanganan oleh aparat penegak hukum begitulambat atau dirasa masih jauh dari nilai keadilan yang diharapmasyarakat. Apalagi jika suatu kasus dialami oleh masyarakatkecil, justru mereka hanya jadi korban berkepanjangan karenacepat dan lambatnya suatu masalah diselesaikan aparatpenegak hukum, ternyata banyak ditentukan oleh faktor materi.Adagium, bahwa hukum dan keadilan dianggap bukan lagiuntuk mereka, melainkan untuk para pejabat dan atau pemilikuang yang bisa mengarahkan atau menambah pendapatanresmi oknum aparat yang terkait.2

2Laode Ida, Ikatan Sosial Meredup, refleksi dari kondisi politik yangkarut marut, Kompas, 1 November 2012

109

PENGUNGSI LAMPUNG Kami Kehilangan, tetapiTakkan DendamKompas – Kamis, 01 November 2012

KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDIPengungsi akibat konflik di Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan, menerimabantuan berupa pakaian layak pakai di aula Sekolah Polisi Negara (SPN) PoldaLampung, Rabu (31/10). Hingga kemarin, sekitar 2.000 orang mendiami empataula di kompleks SPN. Bantuan bahan makanan dan pakaian berdatangan dariberbagai kalangan sejak Selasa. Namun, koordinasi jenis dan pendistribusian

bantuan perlu diatur supaya terbagi rata.

110

Pengungsi kerusuhan di Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan memenuhi sebuahruangan di Sekolah Polisi Negara Polda Lampung, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung, Selasa(30/10/2012). Hingga Selasa malam, tercatat sekitar 2.000 orang menggunakan sejumlah ruangan disekolah tersebut sebagai tempat tinggal sementara. Pengungsi masih membutuhkan bantuan berupaselimut dan pakaian layak pakai. Ratusan rumah hangus terbakar dari pertikaian antardesa tersebut. |

KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDI

5. Kondisi di PengungsianSituasi dan kondisi di Pengungsian umumnya merasakan

ketidak pastian, seperti seorang korban konflik, yakni NyomanDarsa (36) tampak risau, berbeda dengan rekan-rekan lainnyadari Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, KabupatenLampung Selatan, yang sudah mengungsi di Sekolah PolisiNegara Polda Lampung. Sejak pertama tiba di pengungsian itu,Selasa siang, ayah mertuanya, Ladri (60), tidak terlihat. Dalampenelitian hasil wawancara yang dihimpun oleh Lampung Postterbitan, Rabu 31 Oktober 2012, bahwa Ladri adalah salah satukorban jiwa akibat kericuhan pada Senin siang. ”Hari itulah sayaterakhir melihatnya. Kami sedang berkumpul di rumah tetanggayang menjadi posko. Saat ada serangan, kami kocar-kacirmenyelamatkan diri,” kata petani ini dengan terbata-batamemberi keterangan tentang peristiwa konflik yang menakutkandan bahkan tidak terlupakan sepanjang hidupnya.

111

Korban konflik lainnya seorang yang bernama Darsa lalusibuk berbicara dengan kerabatnya dalam bahasa daerah.Mereka baru menerima kabar dari saudara yang tak ikutmengungsi bahwa Ladri tidak berhasil melarikan diri. Dariobrolan itu tersirat kondisi jenazahnya mengenaskan. Saatberusaha ditegaskan, Darsa hanya menjawab singkat, ”Kamibelum yakin,” lalu memalingkan muka.Darsa melaporkan kabaritu kepada polisi yang bertugas di posko pengungsian. Diamenceritakan ciri-ciri mertuanya. Pakaian terakhir yangdikenakan Ladri adalah celana pendek, kaus, dan memakai topi.Polisi masih enggan membenarkan laporantersebut.Sebelumnya, Darsa mengaku sudah mencari di kamarjenazah Rumah Sakit Kalianda, tetapi hasilnya nihil. Ayah satuanak ini tetap ingin mencari Ladri, bagaimanapun kondisinya.Jikalau kemungkinan terburuk terjadi, keluarga Darsa berencanamelakukan kremasi sesuai adat mereka. Kenyataan ini sampai dicross ceks tentang keberadaannya. Maka didapati jawaban yangsama. Itulah gambaran kesedihan dan kehilangan pasca konflikdi Way Panji Lampung Selatan.

Perasaan kehilangan lekat menyelimuti pengungsianyang dihuni sekitar 2.000 orang itu. Tak cuma kehilangan sanaksaudara, mereka juga kehilangan mata pencarian yang telahmereka geluti bertahun-tahun dan harta benda yang telah merekakumpulkan. Santri (50) adalah ayah dua anak kelahiran NusaPenida, Bali, yang menjalani lebih dari separuh usianya denganbertani di Balinuraga. Luas sawahnya sekitar 5.000 meterpersegi.

Selain bertani, dia juga beternak babi. Terakhir, diamemiliki empat babi. Hewan itu biasanya dijual seharga Rp500.000 per ekor. ”Tidak tahu apakah babi itu sekarang masihada. Yang saya tahu rumah ikut terbakar,” katanya menceritakankembali dari apa yang ia dengar dari tetangga.Sejak keributanpada Sabtu malam, Santri belum kembali ke rumah. Kemeja

112

kotak-kotak, kaus kuning, dan celana pendek belum digantinyasejak pertama kali menyelamatkan diri. Ada bekas getah karet dikausnya.Santri sedih akan kerugian yang diderita, tetapi iamengaku tidak menyimpan dendam. ”Buat apa (dendam) Semuasudah diatur oleh Yang Kuasa. Nanti kalau teman-temankembali ke Balinuraga, ya, saya akan ikut, dan bertani kembali,”katanya.Perasaan serupa diutarakan petani muda, Made Rasta(30). Dia memang baru empat tahun tinggal di Balinuraga, tetapikeluarga besarnya, sekitar 40 orang, telah 30 tahun bercocoktanam di desa tersebut.

Sementara keterangan dari Made memiliki traktor bajakdan mesin perontok padi. Saat kerusuhan pecah, dia menyimpan25 karung padi ciherang hasil panen. Setiap karung berisi 120kilogram. Harganya mencapai Rp 500.000 per kuintal.Santri, diajuga beternak. Made memiliki 2 babi dewasa dan 10 anakan,serta 2 sapi. ”Hasil panen dan alat-alat pertanian semua hangus.Ternaknya tidak tahu ke mana,” ujar Made yang rumahnya jugaterbakar.Made masih ingin kembali bertani di Balinuragameskipun harus memulai dari nol. Dia berharap pemerintahmembantu para petani memulai kembali kehidupan. ”Tidak adaperasaan dendam. Kami yakin bisa hidup kembali, salingmenghormati seperti dulu,” katanya.

Perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap parapengungsi yang menempati lokasi pengungsian di KecamatanKemiling, Kota Bandar Lampung, itu jauh dari tempatterjadinya konflik. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan rasaaman dan terlindung oleh konflik susulan yang sewaktu-waktudapat terjadi. Mereka menempati empat aula sekolah itu. Aulaterbesar, yaitu Gedung Anton Sujarwo, ditempati 569 orang atau114 keluarga. Di aula itu, mereka tidur beralaskan terpal. Adayang menambahi dengan kasur, ada juga dengan tikar yangsempat mereka bawa. Juga dilengkapi kamar mandi. Air bersihdari PDAM setempat dan kepolisian. Selain itu ada bantuanbahan makanan dari individu dan kelompok masyarakat juga

113

datang silih berganti, seperti mi instan, air minum kemasan, danberas. Ada dua tenda dapur umum yang telah berdiri dari DinasSosial Provinsi Lampung dan Palang Merah Indonesi.

Selintas Gambaran kondisi daerah konflik di LampungSelatan.

Berdasarkan hasil penelitian dan di komparatifkan denganartikel dari Kompas, 31 Oktober 2012, bahwa ikatan sosial sudahsemakin rentan.Kalianda, Kompas - Warga di beberapa desa diLampung Selatan Lampung, menolak berdamai dengan warga diDesa Balinuraga dan Sidoreno. UpayaPenolakan berdamaidisampaikan tokoh-tokoh yang menghadiri pertemuan denganBupati Lampung Selatan Rycko Menoza, di Kalianda, ibu kotaLampung Selatan, Rabu. Rycko Menoza meminta maaf karenatidak berada di tempat saat kejadian.

114

Pertemuan itu dihadiri sekitar 200 orang, terdiri dari tetuaadat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemuda, dari Kaliandadan Way Panji.Syafruddin Husin, salah satu tokoh LampungSelatan, mendesak agar warga Balinuraga dan Sidoreno yang kinimengungsi ke Sekolah Polisi Negara di Bandar Lampung tidakdipulangkan. Kedua desa itu dinyatakan status quo. Gagalnyaajakan berdamai itu membuat situasi keamanan di beberapa desa diLampung Selatan rawan meski sudah 4.000 personel keamanandikerahkan.

Sebagaimana hasil penelitian ditemukan kondisi masing-masing desa yang porak poranda setelah terjadi konflik, seperti didesa Balinuraga, Agom, dan Sidoreno, puluhan rumah di sisi jalanutama Sidoreno dan Balinuraga dibakar dan tinggal puing.

Setelah terjadinya konflik pada waktu itu ditemui beberaparumah yang telah ditinggal oleh pemiliknya.juga ada himbauanberupa spanduk kecil berisi ajakan damai, seperti ”BhinnekaTunggal Ika”, ”Satu Nusa Satu Bangsa”, dan ”Satu Nusa SatuBangsa Satu Tanah Air Indonesia”. Sementara kondisi saat pihakdari kepolisian, sebagaimana dikatakan oleh Kepala PoldaLampung Brigjen (Pol) Jodie Rooseto mengatakan, pihaknya telahmeningkatkan pengamanan di titik-titik terjadinya konflik komunalitu. Akibat pertikaian komunal selama dua hari, 28-29 Oktober,14 orang tewas. Insiden itu melibatkan warga etnis lokal di DesaAgom, Kecamatan Kalianda, dan etnis Bali di Desa Balinuraga danSidoreno, Kecamatan Way Panji.

Menurut sosiolog Universitas Gadjah Mada, Heru Nugroho,konflik sosial yang marak akhir- akhir ini sebagai refleksi darikarut-marutnya kondisi politik elite pusat. Rakyat mengalamikebuntuan dalam bersosialisasi dan memilih jalan kekerasan untukmenunjukkan kekuasaan sebagai bentuk pelampiasan terhadapketidakpedulian pejabat dan wakil rakyat.

Konflik antarwarga itu, kata Koordinator ProgramPascasarjana Psikologi Perdamaian Universitas Indonesia IchsanMalik, terkait faktor struktural, antara lain masalah penguasaan

115

kepemilikan lahan. Dalam kasus Lampung, hubunganantarkelompok masyarakat sebagai warga eks transmigrasi masihrentan karena ada faktor struktural yang belum sepenuhnyatertangani baik. ”Pemicunya memang bisa kasus kecelakaan lalulintas. Akseleratornya, provokasi dan emosi massa. Namun, adafaktor strukturalnya,” kata Ichsan.

Sosiolog dari Universitas Lampung, Hartoyo, mengatakan,insiden terbaru di Lampung Selatan itu merupakan akumulasipuncak masalah serupa sejak dua tahun silam. Hal itu menunjukkanrendahnya soliditas sosial atau meredupnya kohesi sosial.”Soliditas sosial rendah karena modal sosial telah berantakan.”Menurut dia, modal sosial itu antara lain jaring sosial. Dikatakan,jaring sosial di antara warga yang terlibat bentrokan itu, yangterbangun selama ini, telah hancur. Terjadi miskomunikasi dantidak saling memahami. Modal sosial lain yang merosot ialahhilangnya rasa saling percaya antarwarga dan tokoh masyarakat.Hartoyo melihat kasus terbaru ini juga merupakan puncakkekecewaan warga terhadap pemimpin di lingkungan pemerintahanlokal. Jika warga menolak berdamai atau mengecamketidakbecusan pemerintah daerah sehingga mengakibatkan konflikkomunal.

6. Perubahan-Perubahan Nilai yang CepatPerubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam

masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajarterjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkanmendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konfliksosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalamiproses industrialisasi yang mendadak akan memunculkankonflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisionalyang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadinilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah ituseperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak

116

kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenispekerjaannya.

Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubunganstruktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketatberubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwalkerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahanini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuatkegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akanterjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahankarena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakatyang telah ada.

117

7. Jenis-jenis KonflikMenurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :a. Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi),

misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi(konflik peran (role).

b. Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga,antar gank).

c. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisimelawan massa).

d. Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)e. Konflik antar atau tidk antar agamaf. Konflik antar politik.

8. Akibat Konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup)

yang mengalami konflik dengan kelompok lain.b. Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.c. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya

rasa dendam, benci, dan saling curigad. Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.e. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat

dalam konflik.

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihakyang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflikmenurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasiltujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya.Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:a. Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan

menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yangterbaik.

b. Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akanmenghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.

118

Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akanmenghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan".

c. Konflik bagi pihak tersebut.d. Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan

percobaan untuk menghindari konflik.

Suatu konflik tidak selalu mendatangkan hal-hal yangburuk, tetapi kadang-kadang mendatangkan sesuatu yang positif.Segi positif suatu konflik adalah sebagai berikut.a. Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau

masih belum tuntas ditelaah, misalnya perbedaan pendapatakan sesuatu permasalahan dalam suatu diskusi atau seminarbiasanya bersifat positif sebab akan semakin memperjelasdan mempertajam kesimpulan yang diperoleh dari diskusiatau seminar.

b. Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-normadan nilai-nilai serta hubungan-hubungan social dalamkelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individuatau kelompok.

c. Merupakan jalan untuk mengurangi ketergantunganantarindividu dan kelompok.

d. Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lamadan menciptakan norma-norma baru.

e. Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapaikeseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.

Hasil atau akibat-akibat dari suatu konflik sosial adalahsebagi berikut :

a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok ( ingroup solidarity ) yang sedang mengalami konflik dengankelompok lain.

b. Keretakan hubungan antarindividu atau kelompok, misalnyakeretakan hubungan antarkelompok dalam Negara Israel

119

akibat konflik dengan bangsa palestina dan Negara-negaraarab lainnya.

c. Perubahan kepribadian para individu, misalnya terjadinyaperang antarkelompok yang menimbulkan kebencian, salingcuriga, beringas dan lain-lain.

d. Kerusakan harta benda dan bahkan hilangannya nyawamanusia.

e. Akomodasi, dominasi, bahkan penaklukan salah satu pihakyang terlibat dalam pertikaian.

Suatu masyarakat dapat dinyatakan telah mencapai kondisitertibjika terjadi keselarasan antara tindakan anggota masyarakatdengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakattersebut. Tertib sosial ditandai oleh tiga hal berikut.a. Terdapat suatu sistem nilai dan norma yang jelas.b. Individu atau kelompok di dalam masyarakat mengetahui dan

memahami norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yangberlaku.

c. Individu atau kelompok dalam masyarakat menyesuaikantindakan-tindakannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku. Misalnya, tertib di jalan raya atautertib antri di loket-loket pelayanan umum akan dapattercapai apabila terdapat aturan-aturan dan norma yang jelasdan setiap pengendara, penumpang, dan pemakai jasa layananumum harus memahami serta menyesuaikan tindakan-tindakan mereka dengan norma-norma sosial yang berlaku ditempat-tempat tersebut. Konflik dapat diartikan sebagaihubungan antar dua pihak atau lebih (individu maupunkelompok) yang memiliki atau merasa memiliki-sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Pengertian ini harus dibedakandengan kekerasan, yaitu sesuatu yang meliputi tindakan,perkataan, sikap atau berbagai struktur dan sistem yangmengakibatkan kerusakan secara fisik, mental, sosial dan

120

lingkungan dan atau menghalangi seseorang meraihpotensinya secara penuh.

Konflik adalah kenyataan hidup (reality), tidakterhindarkan (undeniable) dan bersifat kreatif. Berbagaiperbedaan pendapat dan konflik biasanya dapat diselesaikantanpa kekerasan dan sering menghasilkan situasi yang lebih baiklagi bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat. Karenaitu konflik tetap berguna apalagi karena ia memang merupakanbagian dari keberadaan manusiawi kita. Dari tingkat mikro,antar pribadi hingga tingkat kelompok, organisasi, masyarakatdan Negara, semua bentuk hubungan manusia-sosial, ekonomidan kekuasaan-, mengalami pertumbuhan, perubahan dankonflik.

Berdasarkan kajian yang mendalam dari peristiwa konflik,apabila ditengok dari kacamata teoritis, maka konflik bisadisebabkan oleh banyak hal. Konflik dapat disebabkan olehpolarisasi yang terus menerus terjadi di masyarakat. Polarisasisosial yang memisahkan masyarakat berdasarkan penggolongan-penggolongan tertentu dapat menyebabkan timbulnyaketidakpercayaan dan permusuhan antara kelompok yangberbeda dalam masyarakat yang dapat berujung pada munculnyakekerasan yang terbuka.

Konflik juga dapat disebabkan oleh posisi-posisi yangtidak selaras dan perbedaan pandangan. Kondisi ini akansemakin rumit jika pihak-pihak yang berkonflik sulitmemisahkan antara perasaan pribadi dengan berbagai masalahdan isu yang berkembang. Konflik yang berakar dalam dapatjuga disebabkan oleh kebutuhan dasar fisik, sosial dan mentalmanusia yang tidak terpenuhi atau dihalangi pemenuhannya.Pada kondisi lain, konflik juga dapat disebabkan oleh identitasyang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu ataukarena penderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan.

121

Pada tataran yang lebih luas, konflik juga dapatdisebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan danketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial,budaya, politik dan ekonomi. Kondisi konflik akan berubahmenjadi kekerasan massa terbuka jika dilakukan mobilisasi ataskonflik yang terjadi. Kondisi psikologis konflik juga tidak akansecara langsung mengakibatkan timbulnya perilaku kekerasankolektif tanpa adanya kejadian yang menjadi pemicu.

C.Upaya Penyelesaian Konflik di Way Panji di LampungSelatan

1. Pelaksanaanrehabilitasi terhadap warga Balinuragapasca konflik

Melakukan program perdamaian antar pihak yangberkonflik pasca konflik dinilai mampu mengurangi sedikitrasa takut dikalangan warga.Selain itu pemerintah juga bisamengintenskan dialog antar tokoh masyarakat dan perlahanmengintenskan dialog antar kelompok warga,diharapkandengan adanya dialog intens antar tokoh masyarakatmaupun tokoh adat ini bisa mengurangi potensi konflik dankesalahpahaman antar warga. Mempertahankan pasukankepolisian sebagi pengawas didaerah pasca konflik jugabisa mengurangi rasa takut dan rasa was-was warga dalammenjalankan aktivitas harian mereka.

2. Pemulihan psikologis warga pemerintah daerah melaluibadan penanggulangan bencana daerah(BPBD)dapatmelakukan intervensi krisis dengan memberikan:1. Bantuan konseling dan konsultasi keluarga. Bantuan

konseling dan konsultasi keluarga adalah pemberianpertolongan kepada individu atau keluarga untukmelepaskanketegangan dan beban psikologis secaraterstruktur.

122

2. Pendampingan pemulihan traumaPendampinganpemulihan trauma adalah pendampinganterstrukturdengan berbabagai metode terapi psikologis yangtepatkepada individu yang mengalami trauma psikologis agardapat berfungsi secara normal kembali.

3. Pelatihan pemulihan kondisi psikologis. Pelatihanpemulihan kondisi psikologis adalah pelatihan untukpemuka komunitas, relawan dan pihak-pihak yangditokohkan/mampu dalam masyarakat untukmemberikandukungan psikologis kepada masyarakatnya.

Pentingnya dikarenakan dalam menjalankanaktivitas harian kelurga kaum pria pergi mencari nafkahkeluar rumah dan menyibukkan diri dengan pekerjaanmereka sedangkan kalangan anak-anak pergi keluar rumahuntuk bersekolah kemudian selepas sekolah mereka bermainbersama teman-teman mereka.Keadannya berbeda dengankalangan ibu rumah tangga yang berdiam diri dirumahmengurus pekerjaan rumah tangga yang secara langsungmembuat mereka secara terus menerus saling berpapasandengan bekas konflik menatapi rumah yang rusak pascakonflik,sehingga mampu menyebabkan tekanan batin yanglebih tinggi dibanding kaum pria dan anak-anak.

Pada kondisi inilah para konselor mengambil peranguna rehabilitasi krisis kejiwaan pasca konflik yakni denganmenjadi teman bagi masyarakat dengan membina hubunganbaik antara masyarakat dan konselor. Diharapkan dengandemikian masyarakat bisa lebih lepas mengungkapkankeluhan dan beban batin mereka kepada konselor. Hal inijuga sekaligus menjadi upaya pemulihan trauma. Keadanseperti ini secara langsung akan mempermudah konselordalam memberikan solusi atas krisis kejiwaan yang terjadipada warga Balinuraga,Lampung Selatan.

Pelatihan pemulihan yang diberikan pada tokohmasyarakat adalah guna percepatan penanganan krisis

123

kejiwaan yang terjadi pada warga. Penulis menganggap halini penting karena bagaimanapun juga tokoh masyarakatadalah orang yang lebih mengerti keadaan masyarakatnyadan juga dipandang lebih dikalangan masysrakat. Sehinggaakan lebih mudah bagi pemerintah melakukan pemulihanpsikologis warga Balinuraga, pasca konflik. Pelatihanpemulihan yang diberikan pada tokoh masyarakat ini jugabertujuan untuk meredam potensi konflik lanjutan.

3. Peranmahasiswa, tokoh adat dan pemerintah pasca konflik

a. Peran Mahasiswa

Peran mahasiswa dalam rangka rehabilitasi krisiskejiwaan warga Balinuraga, Lampung Selatan. Penulisberpendapat peran yang dapat diambil oleh mahasiswa adalahsebagai sukarelawan maupun sebagai penyedia tenagakonselor. Beberapa alasan mengapa mahasiswa dapatmengambil peran ini yang pertama sesuai dengan Tridharmaperguruan tinggi yakni menjalankan pengabdian kepadamasyarakat,dan yang kedua mengingat fungsi mahasiswasebagai pengayom masyarakat.

Mahasiswa dapat menjadi tenaga sukarelawan denganmelalui organisasi-organisasi kemahasiswaan. Mahasiswabisa menjadi teman bermain bagi kalangan anak-anak denganjalan menyediakan permainan-permainan, baik untukkalangan anak-anak maupun kalangan remaja dan mahasiswajuga bisa ikut bermain dengan mereka. Mahasiswa juga bisamenjadi penyedia tenaga konselor misalnya saja denganmengirim rekan mahasiswa yang berpendidikan BimbinganKonseling dan mahasiswa Psikologi karena selain dapatmembantu pemerintah mereka juga bisa mempraktekkan ilmumereka.

124

Mahasiswa juga bisa ikut dalam upaya pengurangantrauma melalui unit kegiatan mahasiswa (UKM) Hypnoseft,Dimana rekan mahasiswa yang memiliki kemampuanhypnotis mampu mempraktekkan kemampuan merekamelalui pemberian hypnotherapy kepada wargaBalinuraga,Lampung Selatan. Mahasiswa juga mampumengambil peran motivasi dan pencerahan melalui UKMKerohanian mahasiswa, yang membatu memotivasi wargamelalui ceramah keagamaan. Tentu saja agama yang berbedaditangani oleh UKM Kerohanian yang berbeda.

Pemahaman yang dapat ditarik suatu pemikiran, bahwakonflik merupan hasil dari interaksi sosial.Koflik dapatmengakibatkan krisis kejiwaan dikalangan warga yangberkonflik. Bannyak faktor yang melatar belakangi krisiskejiwaan,dan krisis kejiwaan sendiri terdiri atas beberapabentuk namun krisis kejiwaan ini bukanlah hal yang baikuntuk dibiarkan.Sehingga perlu adanya upaya Rehabilitasi.Dalam rangka rehabilitasi krisis kejiwaan warga Balinuragapasca konflik pemerintah daerah dapat mengambil tindakanpemulihan melalui BPBD sementara itu mahasiswa jugadapat ikutu ambil bagian dalam rangka pemulihan krisiskejiwaan warga Balinuraga pasca konflik melalui organisasi-organisasi kemahasiswaan.

b. Peran tokoh adat dari etnis Lampung dan Bali dalampenyelesaian konflik di Lampung Selatan

Peranserta tokoh dari Lembaga KemasyarakatanLembaga Adat Lampung maupun Bali yang sudah berupayadalam penyelesaian kasus tersebut. Hal ini sebagaimanadimuat dalam harian Kompas, senin 5 November 2012dengan tajuk konflik Lampung, warga sepakatberdamai.Abhiseka Raja Majapahit Bali, Shri I Gusti NgurahArya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III,di hadapan Ketua Majelis Penyimbang Adat LampungKanjeng Sutan Raja Pesirah Penata Adat Sai Bumi Rua Jurai

125

I, Kadarsyah Irsa, membacakan maklumat damai di HotelNovotel Bandar Lampung, tapatnya pada hari Minggu 4November 2012.Mereka bertekad menciptakan harmonisasi,perdamaian, tak akan mengulangi tindakan anarkistis, danmenyelesaikan setiap permasalahan dengan musyawarahuntuk mencapai mufakat.

Perjanjian perdamaian ditandatangani oleh 10 orangyang mewakili masyarakat Lampung Selatan dari suku Balidan suku Lampung. Bupati Lampung Selatan Rycko Menozaabsen dalam kesepakatan itu. Gubernur LampungSjachroeddin ZP, juga tak menghadiri acara tersebut dandiwakilkan kepada Sekretaris Pemerintah Provinsi LampungBerlian Tihang menuturkan, gubernur tak hadir karena keJakarta untuk mempersiapkan kunjungan Menteri DalamNegeri Gamawan Fauzi dan Gubernur Bali Mangku Pastikake Lampung

Tokoh adat dari Bali dan Lampung, yangmenandatangani kesepakatan itu, juga menjamin tak adapengusiran terhadap siapa pun di daerah itu. Tokoh adatLampung diwakili oleh Majelis Penyimbang Adat Lampung(MPAL), yang diketuai Kanjeng Sutan Raja Pesirah PenataAdat Sai Bumi Rua Jurai I, Kadarsyah Irsa. Dari tokoh adatBali, hadir Abhiseka Raja Majapahit Bali, Shri I GustiNgurah Arya Wedakarna Mahendradatta WedasteraputraSuyasa.

Kesepakatan bertujuan mendorong perdamaian abadipula. Tokoh adat Lampung dan Bali juga bersepakat, konflikyang terjadi pada 28-29 Oktober di Kecamatan Way Panji,Lampung Selatan, disebabkan adanya kepentingansekelompok orang. Mereka mengecam kerusuhan yangmelibatkan warga keturunan Bali dan Lampung hinggamenyebabkan hilangnya nyawa manusia, penganiayaan, danpembakaran.

126

Untuk menyelesaikan konflik itu, tokoh adatmendorong pemerintah, termasuk TNI dan Polri, bersikapnetral dan menjunjung supremasi hukum. ”Kami sepakatmenolak pengusiran warga dari wilayah konflik denganalasan apa pun. Hal ini terkait dengan dampaknya terhadapstabilitas keamanan dan ketertiban nasional,” kata NgurahArya yang membacakan kesepakatan itu.

Kedua belah pihak sepakat menjaga keamanan,ketertiban, kerukunan, keharmonisan, kebersamaan, danperdamaian antarsuku di Lampung Selatan. Jika terjadipertikaian, perkelahian dan perselisihan yang disulutpermasalahan pribadi, kelompok dan/atau antargolongan agardiselesaikan secara langsung melalui pranata yang ada.Warga yang bersalah harus diberi sanksi adat.

Kewajiban pemberian sanksi itu berlaku umum, siapasaja dari suku-suku lain yang ada di Lampung Selatan,” ujarSyafrudin Husin, seorang juru runding perdamaian dan tokohLampung Selatan, seusai kesepakatan perdamaian ituditandatangani pihak yang bertikai. Selanjutnya telah tercapaikesepakan, bahwa warga Lampung Selatan resmi berdamai.Hal ini sebagaimana dimuat dalam Koran Tempo terbitansenin 05 November 2012. Pihak-pihak yang bertikai sepertidariWarga suku Lampung dan suku Bali di Lampung Selatanbersepakat saling memaafkan dan tidak saling serang.Perwakilan kedua pihak yang bertikai secara resmi meneken10 poin perjanjian damai.

Mudah-mudahan dengan perdamaian ini semuaperselisihan selesai dan mereka bisa hidup berdampingan,”kata Sekretaris Provinsi Lampung Berlian Tihang seusaipenandatanganan perjanjian damai di gedung Balai KeratunRuang Abung Kompleks Perkantoran Pemerintah ProvinsiLampung.

Acara maaf-maafan dan komitmen melupakanpermusuhan itu diawali dengan permintaan maaf warga suku

127

Bali di Lampung Selatan kepada suku Lampung. “Dari lubukhati yang paling dalam dan niat setulus-tulusnya, kamimemohon maaf yang sebesar-besarnya kepada saudara kamisuku Lampung,” kata Sudarsana, perwakilan wargaBalinuraga Surat pernyataan maaf itu ditandatangani oleh 10warga Bali di Lampung Selatan. Pernyataan tersebut terkaitdengan tindakan warga suku Bali di Lampung Selatan yangdinilai telah menyakiti suku Lampung dan suku-suku lain didaerah itu. “Kami berjanji tidak akan mengulangi segalabentuk perbuatan atau ucapan yang dapat menimbulkanperpecahan dan perselisihan di antara warga LampungSelatan, suku Bali, dan warga suku lainnya,” kata dia.

Selain meminta maaf, warga suku Bali berjanji akanmemberi sanksi adat kepada anggotanya yang memicukonflik serupa terulang dengan mengusir dari desa mereka.Mereka juga bersedia hidup berdampingan dengan suku laindi Lampung. “Kami mengakui ada cara hidup kami yangcenderung eksklusif dan tertutup, terutama di DesaBalinuraga,” kata Wayan Gambar, salah seorang tokoh adatBali.

Setelah menyampaikan permintaan maaf, wargaterutama keluarga korban menandatangani 10 kesepakatandamai. Mereka adalah ahli waris korban tewas dari keduabelah pihak, kepala kampung di Kecamatan Kalianda danDesa Balinuraga Ketut Wardane, dan sejumlah tokohadat.“Draf perjanjian yang ditandatangani ini merupakankerja bertahap dan melalui proses mendekatkan antara keduabelah pihak,” kata Kepala Kesatuan Bangsa dan PerlindunganMasyarakat Sugiyarto, yang membidani perdamaian tersebut.

Saat Kepala Desa Agom Muchsin Syukur bertemudengan Kepala Desa Balinuraga Ketut Wardane, keduanyasaling peluk dan menangis. “Ini adalah pertemuan kamisetelah perang itu,” kata Muchsin. Bentrok antarwarga

128

berawal dari cekcok antara warga Desa Agom dan DesaBalinuraga. Bentrokan selama dua hari mengakibatkan 14orang tewas.Meski perdamaian sudah resmi tercapai, polisibelum akan menarik aparat dari daerah bentrokan. “Kita barumenarik pasukan setelah kondisi kembali normal,” kataKepala Polri Jenderal Timur Pradopo.Selain menjagakeamanan, pasukan gabungan itu akan dikerahkan membantuwarga kedua desa dalam rekonstruksi dan rehabilitasikerusakan akibat bentrok. Para petugas akan membantuwarga membersihkan puing-puing dan membangun kembalirumah mereka bersama sukarelawan lain.

Memperhatikan model penyelesaian di atas adalahmenggambarkan penyelesaian dengan pendekatan sosiologihukum, yakni penyelesaian kasus tidak selalu dilakukan padaranah peradilan atau menggunakan sarana penal. Akan tetapidapat ditempuh dengan kearifan lokal atau hukum adat yangberlaku dan ditaati oleh masing-masing yang bertikai.Penyelesaian seperti ini menjadi landasan untuk penyelesaianyang lebih permanen dengan diikat oleh kesepakatan yangmengikat antar pihak-pihak yang berkonflik.

B. Perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak-anakpasca konflik di Way Panji Kabupaten Lampung Selatan

Mengingat konflik antar dua desa di Way Panji KabupatenLampung menyisakan kepedihan, kepiluan, kerugian material,moral dan masa depan bagi sebagian anak-anak, juga paraperempuan yang umumnya perlu mendapatkan perlindungan secarafisik, psykis dan perlindungan hukum. Mereka sederhana dalamberpikir yang penting bisa bekerja, kembali kerumah dengandamai. Harapan itu menjadi kehendak mereka yang dipengungsian.Oleh karena itu perlu dikemukakan catatan dari Kompas 6November 2012 dengan artikelnya sebagai berikut:

129

Memperhatikan aktivitas yang dilakukan oleh Miri salahseorang yang menjadi korban konflik berusaha mengais barangyang masih bisa diselamatkan di rumahnya di Desa Balinuraga,Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan. Ia bersama 1.200 wargalain dipulangkan dari lokasi pengungsian di Sekolah Polisi NegaraPolda Lampung dengan pengawalan petugas kepolisian. Wargayang kembali sementara tinggal di tenda sambil menunggu prosesrenovasi berlangsung terhadap rumah-rumah mereka yang porakporanda akibat konflik tersebut.

Menyimak pemberitaan bertajuk ”Damailah Lampungku”berakhir di kafe dan restoran Atmosphere, Bandar Lampung padatanggal 3 November 2012 memberi suasana baru dengan gagasanuntuk membangun perdamaian di Lampung, daerah yang dijuluki”Sai Bumi Ruwa Jurai” (satu bumi dua suku), dan mencegahkonflik komunal terulang. Menurut pendapat Wahyu Sasongkobahwa Lampung itu miniatur Indonesia dengan argumentasi yangmendasar dikemukakan kehidupan di Lampung begitu beragam.Selain suku Lampung, juga ada Bali, Batak, Melayu, China,Padang, Sunda, Semendo (Sumatera Selatan), Banten, Madura,Bugis, dan yang paling banyak adalah suku Jawa. Bahkan, sebuahkelompok etnis yang kecil pun ada, yakni persatuan masyarakatFlores, Nusa Tenggara Timur.

Keberadaan masyarakat Bali dimulai sejak Tahun 1963sudah ada suku Bali sebagai ’orang Lampung’ di Lampung Selatan.Kalau saya mengunjungi saudara di Bali, mereka bilang, kapanpulang ke Lampung lagi,” Wawancara dengan I Made Bagiase,pengusaha dan tokoh Lampung berdarah Bali. Artinya, kami tidaklagi diakui sebagai warga Bali, tetapi telah menjadi wargaLampung.Apabila dilihat dari komposisi secara kuantitatif,sebenarnya penduduk asli yang disebut Ulun Lampung sekitar19 persen, sesuai data menjelang Pemilu 2009, dari total jumlahpenduduk di provinsi itu. Jumlah penduduk Lampung hingga

130

pertengahan 2012 sekitar 7,6 juta jiwa. Karena yang paling banyakadalah etnis Jawa, pada suatu masa Lampung acap kali dijuluki”Jawa Utara”.

Selanjutnya dalam lintasan sejarah, yakni sejak zamanHindia Belanda diketahui, bahwa kehadiran warga luar Lampung,selain karena ikatan perkawinan lintas etnis atau agama, jugakarena ada perpindahan penduduk besar-besaran sejak zamanHindia Belanda. Mereka bekerja dan dipekerjakan di sektorperkebunan karet, kelapa sawit, singkong, dan tebu pada masapenjajahan dan berlanjut hingga kini.

Selain karena perpindahan mandiri atau inisiatif sendiri,migrasi itu juga karena digerakkan dengan sengaja oleh PemerintahHindia Belanda. Upaya mendatangkan buruh atau kuli perkebunandari luar Lampung, terutama Jawa, secara besar-besaran dimulaitahun 1905 yang disebut program ”kolonisasi” atau pada erakemerdekaan disebut ”program transmigrasi”.

Pada zaman kemerdekaan, setidaknya mulai tahun 1954,sudah ada penduduk Bali di Lampung. Khusus di LampungSelatan, menurut catatan Made Bagiase, suku Bali secara resmimulai eksis tahun 1963 dalam wadah keluarga besar Bali.Jumlahnya semakin banyak seiring dengan program transmigrasiyang terus digencarkan pada era Orde Baru.Menurut WahyuSasongko menyebutkan Lampung sebagai ”Indonesia mini”, tentukarena ada fakta sejarah dan kondisi faktual saat ini. Karena itu,sangat disayangkan jika terjadi konflik komunal yang berulang diLampung Selatan. Dalam terminologi Hartoyo, pemerhati masalahsosial dari Universitas Lampung, konflik terjadi karena soliditasatau ikatan sosial telah meredup.

Sebagai ilustrasi tentang perlindungan hukum bagi wargayang telah berdiam di Lampung, maka Lampung mempunyai motoyang selalu didengungkan oleh warganya dalam setiap kesempatanjika mereka berkumpul. Moto yang kini menjadi tagline provinsi diujung selatan Sumatera itu ialah ”Sai Bumi Ruwa Jurai”, yangsecara leksikal berarti satu bumi dua suku. Suku itu adalah Pepadun

131

dan Saibatin, serta tidak mengenal istilah ”lokal danpendatang”.Slogan itu untuk memberikan satu kesadaran kepadamasyarakat tentang adanya keberagaman. Ada satu (sai) bumiLampung, dan di sana hidup secara berdampingan kelompok besar,yakni Ulun Lampung dan ”pendatang”.

Pendapat dari Andy Achmad Sampurna Jaya, budayawanLampung, dalam satu kesempatan mengatakan, Ulun Lampungmemiliki falsafah hidup yang luar biasa gagah. Salah satunyaterkait dengan tata hidup berdampingan satu sama lain dalam saibumi Lampung, yakni falsafah nemui-nyimah dan nengah-nyampur. Falsafah itu mengajarkan kepada semua warga sai bumiuntuk saling mengunjungi sebagai bagian dari bersilaturahim,saling menghargai, dan ramah menerima tamu (nemui-nyimah),serta aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis(nengah-nyampur). Keduanya mengajarkan toleransi, pembauran,kebersamaan, harmonisasi, dan persatuan.

Falsafah itu, yang bersama tiga falsafah hidup lainnya,yakni piil-pusanggiri, juluk-adok, dan sakai-sambaian, termaktubdalam buku Kuntara Raja Niti. Piil-pusanggiri berarti malumelakukan pekerjaan hina dan memiliki harga diri. Arti juluk-adokmemiliki kepribadian. Sakai- sambaian berarti bergotong royongdan saling membantu.Ada lima falsafah itu disimbolkan denganlima kembang penghias siger pada lambang resmi ProvinsiLampung. Kini di semua tempat usaha serta kantor pemerintah danswasta di daerah itu dipasangi siger. Bagi warga Lampung, denganmemasang siger saja meski tanpa dilekatkan dengan tagline ”SaiBumi Ruwa Jurai”, semboyan itu seolah terpatri di sana.

Sekretaris Pemerintah Provinsi Lampung Berlian Tihangmenjelaskan, semula semboyan itu berbunyi ”Sang Bumi RuwaJurai”, yang berarti Lampung terdiri dari ”pendatang dan penduduklokal”. Saat ini slogan itu diganti dengan sai bumi, yang berarti,semua warga yang mendiami Lampung adalah warga Lampungyang satu, tidak ada lagi pemisahan.

132

Konsekuensi hukum terhadap kesepakatan penandatanganperdamaian bertujuan untuk kesejahteraan, keamanan,keternteraman bagi seluruh warga Lampung, khususnya padamasyarakat pasca konflik. Seharusnya perdamaian itu tetapdikawal, namun sosialisasi dan pembinaan sepertinya sudah lepasdari perhatian publik. Sementara kaum perempuan dan anak-anakmasih mendapatkan perlakuan yang tidak seimbang dan terkesandialihkan perhatiannya dengan kata lain adanya pembiaran.

Alasan pembiaran, kemungkinan konflik itu tetap dipeliharauntuk kepentingan-kepentingan politik praktis dan lain sebagainya.Juga dalam kajian teroritis hukum dikenal dengan sistempenanganan konflik yang dikembangkan selama ini lebih mengarahpada penanganan yang bersifat militeristik dan represif. Selain itu,peraturan perundang-undangan yang terkait dengan PenangananKonflik masih bersifat parsial dan dalam bentuk peraturanperundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah sepertidalam bentuk Instruksi Presiden, Keputusan Presiden dan PeraturanPresiden.

Berbagai upaya Penanganan Konflik terus dilakukanberdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, termasukmembentuk kerangka regulasi baru. Dengan mengacu pada strategiPenanganan Konflik yang dikembangkan oleh Pemerintah,kerangka regulasi yang ada mencakup tiga strategi. Pertama,kerangka regulasi dalam upaya Pencegahan Konflik seperti regulasimengenai kebijakan dan strategi pembangunan yang sensitifterhadap Konflik dan upaya Pencegahan Konflik. Kedua, kerangkaregulasi bagi kegiatan Penanganan Konflik pada saat terjadiKonflik yang meliputi upaya penghentian kekerasan danpencegahan jatuhnya korban manusia ataupun harta benda. Ketiga,kerangka regulasi bagi penanganan pascakonflik, yaitu ketentuanyang berkaitan dengan tugas penyelesaian sengketa/proses hukumserta kegiatan pemulihan, reintegrasi, dan rehabilitasi. Kerangkaregulasi yang dimaksud adalah segala peraturan perundang-undangan, baik yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara

133

Republik Indonesia Tahun 1945 maupun dalam peraturanperundang-undangan yang lain, termasuk di dalamnya KetetapanMajelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR).

Berdasarkan pemikiran tersebut, pada dasarnya terdapat tigaargumentasi pentingnya Undang-Undang tentang PenangananKonflik Sosial, yaitu argumentasi filosofis, argumentasi sosiologis,dan argumentasi yuridis.

Argumentasi filosofis berkaitan dengan pertama, jaminantetap eksisnya cita-cita pembentukan Negara Kesatuan RepublikIndonesia, mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, tanpadiganggu akibat perbedaan pendapat atau Konflik yang terjadi diantara kelompok masyarakat. Kedua, tujuan Negara KesatuanRepublik Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesiayang terdiri atas beragam suku bangsa, agama, dan budaya sertamelindungi seluruh tumpah darah Indonesia, termasuk memberikanjaminan rasa aman dan bebas dari rasa takut dalam rangkaterwujudnya kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Adapun tanggung jawab negara memberikan pelindungan,pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi melalui upayapenciptaan suasana yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera baiklahir maupun batin sebagai wujud hak setiap orang ataspelindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hartabenda serta hak atas rasa aman dan pelindungan dari ancamanketakutan. Bebas dari rasa takut merupakan jaminan terhadap hakhidup secara aman, damai, adil, dan sejahtera.

Argumentasi yuridis pembentukan Undang-Undang tentangPenanganan Konflik Sosial adalah mengenai permasalahanperaturan perundang-undangan terkait Penanganan Konflik yangmasih bersifat sektoral dan reaktif, dan tidak sesuai denganperkembangan sistem ketatanegaraan.Beberapa undang-undangyang erat kaitannya, bahkan menjadi dasar dan acuan bagi Undang-Undang Penanganan Konflik Sosial.

134

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentangKesejahteraan Sosial.Pembentukan Undang-Undang tentangPenanganan Konflik Sosial dilakukan melalui analisis sinkronisasidan harmonisasi dengan peraturan perundang-undangan yangterkait dengan Penanganan Konflik Sosial.

Undang-Undang tentang Penanganan Konflik Sosialmenentukan tujuan penanganan Konflik yaitu menciptakankehidupan masyarakat yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera;memelihara kondisi damai dan harmonis dalam hubungan sosialkemasyarakatan; meningkatkan tenggang rasa dan toleransi dalamkehidupan bermasyarakat dan bernegara; memeliharakeberlangsungan fungsi pemerintahan; melindungi jiwa, hartabenda, serta sarana dan prasarana umum; memberikan pelindungandan pemenuhan hak korban; serta memulihkan kondisi fisik danmental masyarakat.

Undang-Undang tentang Penanganan Konflik Sosialmengatur mengenai Penanganan Konflik Sosial yang dilakukanmelalui tiga tahapan, yaitu Pencegahan Konflik, PenghentianKonflik, dan Pemulihan Pascakonflik. Pencegahan Konflikdilakukan antara lain melalui upaya memelihara kondisi damaidalam masyarakat; mengembangkan penyelesaian perselisihansecara damai; meredam potensi Konflik; dan membangun sistemperingatan dini. Penanganan Konflik pada saat terjadi Konflikdilakukan melalui upaya penghentian kekerasan fisik; penetapanStatus Keadaan Konflik; tindakan darurat penyelamatan danpelindungan korban; dan/atau pengerahan dan penggunaankekuatan TNI. Status Keadaan Konflik berada pada keadaan tertibsipil sampai dengan darurat sipil sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Nomor 23 Prp Tahun 1959. Selanjutnya,Penanganan Konflik pada pascakonflik, Pemerintah danPemerintah Daerah berkewajiban melakukan upaya PemulihanPascakonflik secara terencana, terpadu, berkelanjutan, dan terukurmelalui upaya rekonsiliasi; rehabilitasi; dan rekonstruksi. Undang-

135

Undang ini juga mengatur mengenai peran serta masyarakat danpendanaan Penanganan Konflik.

Perlindungan hukum terhadap konflik tersebut,sebagaimana ditelusuri melalui penelitian dan artikel atau informasidari harian, seperti Kompas, 6 November 2012, diketahui bahwadikembalikan secara bertahap masyarakat dari daerahpengungsian.Sejak terjadinya konflik berdarah, Minggu (28/10)—yang melibatkan Desa Agom, Desa Balinuraga, dan Sidoreno, sertamenewaskan 14 orang itu—warga diungsikan ke SekolahKepolisian Negara Polda Lampung di Kemiling, Bandar Lampung.Senin, sebanyak 1.200 warga Lampung keturunan Bali ini kembalike Way Panji menggunakan bus-bus dan truk-truk milik Polri.

Selanjutnya proses pengembalian pengungsi dan umumnyamereka sampai de desanya masing-masing, meskipun ada sebagianwarga syok dan tak mampu menahan tangis saat melihat rumahmereka rusak dan hancur terbakar. Data Pemerintah KabupatenLampung Selatan mencatat total 342 rumah rusak berat dan tak bisaditempati.Meski demikian, warga tetap menerima kenyataan.Mereka mengais puing-puing rumahnya dan mencari benda yangbisa digunakan. ”Barang-barang saya habis. Untuk masak sajasudah tidak bisa. Malam ini belum tahu mau tidur di mana,” ujarSuciati (50), warga Balinuraga.

Perlu sosialisasi terus disosialisasikan tentang penanganpasca konflik, hal ini agar dapat memberikan rasa tenang bagiwarga masyarakat sambil menunggu uluran tangan dari pemerintahuntuk segera memperbaiki dan membangun kembali rumah-rumahmereka yang rusak. Saat ini warga tinggal di tenda yang didirikandi depan rumah mereka yang hancur. ”Memang belum seluruhnya.Nanti didirikan bertahap,” ujar Bambang Susiyanto, Ketua PoskoBantuan di Desa Balinuraga.

Berdasarkan kesepakatan damai, namun pada tataranimplementasinya terus dikawal olleh aparat penegak hukum,pemerintah dan semua pihak yang terlibat dalam penangan konflik

136

di Way Panji Lampung Selatan.Penempatan aparat polisi dan TNIlengkap dengan kendaraan taktisnya masih berjaga-jaga di WayPanji. Selain terkonsentrasi di Desa Balinuraga, petugas jugatersebar di sekitar Natar dan Sidomulyo. Hal ini sesuai InstrukKapolri agar terus berjaga-jaga di Lampung Selatan hingga situasikondusif.

Seusai menerima kunjungan Gubernur Bali Made MangkuPastika dan utusan tokoh masyarakat Bali, Gubernur LampungSjachroedin ZP mengaku ragu dengan efektivitas kesepakatandamai yang dicapai para tokoh masyarakat jika tidak diikuti denganpengawasan dan sosialisasi para tokoh agama, adat, pemuda, danaparatur pemerintah.

”Kesepakatan telah ditandatangani dua pihak, tetapi tidakboleh berhenti di situ. Menyosialisasiksan perdamaian itu jauhlebih penting,” katanya.

Pastika berpendapat sama. ”Tak mudah mencapaiperdamaian sejati. Sosialisasi ke tingkat bawah, terutama pihakyang bertikai, harus efektif. Saya menitipkan mereka semua,”ujarnya. Penyelesaian konflik di Lampung Selatan Raja Bali danKetua Adat Lampung melakukan maklumat bersama. Pernyataanini dihimpun dari Tempo dan detikcom, 5 November 2012 diLampung Selatan.

Pimpinan adat masyarakat Lampung dan raja Balimenggelar pertemuan guna mencegah terulangnya kerusuhanantara Desa Balinuraga dan Desa Agom, Lampung Selatan.Pertemuan yang berlangung selama dua jam ini juga dihadiritokoh-tokoh Lampung dan Bali dari Lampung Selatan dankabupaten/kotayanglain.

Pertemuan yang dijaga polisi ini menghasilkan maklumatyang ditandatangani Raja Bali I Gusti Ngurah Arya dan KetuaMajelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) Kadarsyah Irsya.Tokoh bali dan Lampung pun ikut tandatangan.Maklumat ini jugaharus disampaikan kepada para orang Bali di Balinuraga, terutamayang masih berada di pengungsian, di SPN. Jangan hanya tokoh

137

adat saja yang tahu soal perdamaian ini. Masyarakat yang palingbawah jugaharustahu,kataKadarsyah.

Maklumat tersebut berisi;1. Bersepakat bahwa terkait aksi massa dan tragedi Lampung

Selatan bukan merupakan konflik SARA, namun disebabkanoleh adanya kepentingan sekelompok orang yang berusahamemecah belah persatuan dan kesatuan warga Bali dan wargaLampung

2. Mengecam kejadian kerusuhan yang melibatkan warga Bali danwarga Lampung hingga menyebabkan hilangnya nyawamanusia, penganiayaan, penjarahan, serta pembakaran hartabenda dari masyarakat yang tidak berdosa

3. Bersepakat dalam beberapa hal untuk penyelesaian konfliktragedi Balinuraga yakni; menjadikan hukum sebagai panglimadalam proses penyelesaian kasus dan sebagai solusi bermartabat;bersepakat untuk mendorong pemerintah pusat, pemerintahdaerah, dan petugas keamanan untuk dapat mengedepankansemangat netralitas dan ketidakberpihakan dalam mengawaltuntasnya hingga pemulihan kondisi warga yang menjadikorban; memberi dorongan dan dukungan atas upaya KomnasHAM dan lembaga hukum dan masyarakat baik dalam skalalokal, nasional, dan internasional untuk mendorong terciptanyaperdamaian abadi; mendorong dan memprioritaskan tuntasnyaproses rekonsiliasi dan perdamaian abadi dengan melibatkanunsur-unsur adat sebagai panglima dari kebudayaan Indonesiatermasuk warga adat di dalamnya; mewaspadai adanya kasus-kasus lanjutan yang saling terkait dengan sejumlah kepentinganyang dapat merugikan masyarakat.

4. Bersepakat menolak pengusiran terhadap warga dari wilayahkonflik dengan alasan apapun.

5. Mengimbau masyarakat adat Lampung-Bali untukmengedepankan prinsip kebersamaan, kesatuan, dan persatuan.

138

Kadarsyah sepakat kerusuhan yang terjadi antara warga duadesa, Balinuraga dengan Agom, bukan konflik SARA, tapikriminal murni. "Tidak ada itu isu SARA. Orang Lampung danBali sudah menjadi warga yang sama di Lampung," kata dia.

Dia pun meminta agar kekeliruan atau permasalah yangmelibatkan warga Bali dan Lampung perlu diselesaikan dengancara adat, bukan dengan kekerasan. "Kesepakatan damai antaratokoh adat harus disampaikan ke bawah agar semuao orang tahujika sudah ada perdamaian," kata dia.

Sementara itu, Arya mengatakan akan dibentuk forumkomunikasi Bali-Lampung sebagai wadah pertemuan yangmelibatkan dua suku ini secara rutin. "Perlu dibuat pertemuan rutinsupaya saling mengenal satu sama lain. Pertemuan bisa dilakukantiap tiga atau enam bulan. Jika sudah ada komunikasi danpertemuan rutin, diharapkan tidak ada lagi konflik," kata Gusti.

Raja Bali, Ketua MPAL dan sejumlah tokoh adat akanberkunjung dan melihat kondisi warga di SPN, Senin (5/11) besok.Kunjungan ini diharapkan bisa memberikan dorongan semangatdan kekuatan bagi para korban untuk bisa melanjutkankehidupannya setelah konflik selesai.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian Negara RI(Polri) Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar di Jakarta menyatakan,kesepakatan damai akan selalu dievaluasi, tanpa mengabaikanpenegakan hukum terhadap para pemicu konflik.

Sementara itu, tokoh masyarakat dan agama di Bali memintapemerintah memulihkan kondisi masyarakat, merehabilitasi rumahyang hancur, dan menjamin kebinekaan dan pluralisme yang hidupdi Indonesia.

Adapun untuk merehabilitasi dan merekonstruksi permukimankorban konflik, pemerintah pusat segera memperbaiki danmembangun rumah-rumah yang rusak dan tidak layak huni.

Analisis Konflik Dalam Peristiwa Balinuraga Di LampungSelatan. Mengapa konflik bisa meletus di Lampung Selatansetidaknyabanyak pertanyaan, sekaligus kekhawatiran, yang

139

muncul ketika kita dihadapkan pada situasi konflik komunal yangsemakin marak di bumi pertiwi akhir-akhir ini. Konflik diLampung hanya salah satu dari rentetan peristiwa berdarah di tanahair yang mengangkat isu-isu primordial seperti etnis, agama,kekerabatan, sebagai penyebab konflik. penulis akan sedikitmencoba mengurai benang kusut yang terdapat dalam peristiwakonflik balinuraga di Lampung Selatan dengan memakaipendekatan analisis konflik.

Menurut pendapat Mochtar bahwa sebenarnya bentrok antarwarga di Lampung Selatan pada 28-29 Oktober 2012 adalah bagiantak terpisahkan dari konflik yang terjadi sebelumnya yang kembaliterulang. Konflik tersebut sesungguhnya memiliki akar persoalanyang lebih dalam dari sekadar perseteruan dua kelompok etnis.Konflik-konflik sebelumnya terkait persoalan transmigrasi,Perkebunan Inti Rakyat (PIR) hingga tambak udang, sebenarnyamasih menyimpan persoalan yang belum tuntas sehingga konfliksewaktu-waktu dapat muncul kembali. Di sinilah pentingnya kitamelihat kembali faktor sejarah dan sosiologis di balik konflik. Dimasa lalu, politik etis Belanda meliputi program irigasi, edukasidan transmigrasi. Hal ini mendorong terjadinya proses statebuilding dan akumulasi kapital sekaligus perubahan demografi.Perubahan itulah yang menjadi salah satu penyebab gesekan antarawarga asli dengan pendatang. Terlebih lagi ketika pendatangmengungguli warga asli dalam hal ekonomi. Kecemburuan sosialdan ekonomi ini memunculkan sikap defensif sebagai “putradaerah”.

Ada penilaian tentang terulangnya konflik Lampungmenunjukkan kegagalan dari pemerintah khususnya aparatkeamanan untuk mencegah terjadinya konflik. Terlebih, telahdiketahui bahwa konflik rawan terulang kembali. Penanganankonflik harus lebih serius lagi dari apa yang sudah dilakukan olehpemerintah daerah, polisi dan tokoh masyarakat di LampungSelatan setelah insiden-insiden sebelumnya. Aparat keamanan

140

gagal menurunkan ketegangan dan mencegah kekerasan karenaintervensi dilakukan ketika konflik sudah hampir meluas. Yangterjadi bukan pembiaran tetapi kegagalan mencegah kekerasanpada tahap awal konflik. Masyarakat di daerah yang rawan konflikjuga dinilai tidak memiliki mentalitas pencegahan. Yang ada adalahmentalitas pendekatan penanggulangan penindakan ketikakekerasan terjadi atau sesudahnya. Untuk kabupaten yang memilikibanyak indikator konflik, termasuk insiden dan kekerasan yangberulang seperti di Lampung Selatan, pencegahan harus menjadipendekatan utama pemerintah, aparat keamanan dan masyarakat.Pengalaman berulangnya konflik seperti di Lampung Selatan inimenunjukkan rekam jejak polisi, militer dan pemerintah yang tidakbagus dalam menanggulangi kekerasan yang sebelumnya terjadi.

Konflik yang terjadi di Lampung Selatan baru-baru inimelibatkan dua kelompok etnis yang berbeda yaitu kelompokmasyarakat setempat yang beretnis Lampung dan kelompokmasyarakat pendatang beretnis Bali. Sebenarnya, etnis Lampungsebagai “suku asli” ternyata bukanlah mayoritas dari segi jumlah.Kelompok etnis Jawa yang pendatang justru menjadi mayoritas.Etnis Bali termasuk minoritas di kalangan masyarakat LampungSelatan sebagaimana yang ditulis dalam berbagi laporan mediamengenai peristiwa tersebut.

Selain dua kelompok yang berkonflik, dapat diidentifikasi aktor-aktor lain yang terlibat baik langsung maupun tidak langsungdalam peristiwa konflik tersebut. Yang pertama adalah pemerintahdaerah setempat. Dalam beberapa kasus yang mencuat, kebijakanbupati dan gubernur Lampung Selatan yang agak sensitif menjadifaktor pendorong dan pemicu konflik. Sangat disayangkan, dalambeberapa kasus, aparat pemerintahan seperti bupati dan gubernur,justru menjadi bagian dari konflik alih-alih menjadi mediator. Yangkedua adalah aparat kepolisian dan militer yang berada di daerahkonflik tersebut bukan saja menjadi mediator tetapi juga untukmenurunkan eskalasi konflik. Ketiga, LSM-LSM yang telah adadan baru datang kemudian dalam rangka penyembuhan trauma

141

konflik di kalangan anak-anak dan remaja. Dapat dikatakan, dalamkonflik Lampung Selatan, masyarakat setempatlah yang menjadiaktor perdamaian utama melalui serangkaian upaya rekonsiliasi.

Beberapa faktor di balik muncul dan berkembangnya konflikyang ada terdiri dari faktor akar atau root causes yang seringkalitidak tampak di permukaan namun sangat menentukan. Beberapakerusuhan berdarah yang terjadi di Indonesia dapat dijelaskandengan kerangka kesenjangan ekonomi atau perbedaan penguasaanatas akses sumber daya ekonomi. Kerusuhan antara etnis Dayakdan Madura di Sampit Kalimantan misalnya, bukan hanyadisebabkan bangkitnya identitas kelompok tetapi juga disuburkanoleh tersisihnya etnis Dayak dari penguasaan politik-ekonomiselama puluhan tahun. Konflik Lampung Selatan juga dapatditeropong dengan kerangka tersebut. Ketimpangan dalampenguasaan akses ekonomi antara etnis lokal dan pendatang sangatmungkin menyuburkan potensi konflik akibat perbedaan etnis diwilayah tersebut.

Kelompok masyarakat etnis Bali di Lampung Selatan sebagaipenguasa sektor ekonomi transportasi dan komunikasi,sebagaimana laporan beberapa media, adalah terbesar kedua diKabupaten Lampung Selatan. Sementara kelompok asli Lampung“hanya” menjadi penonton dari kemajuan pesat perkembanganperekonomian kelompok masyarakat keturunan Bali, menjadi wongcilik yang bekerja di beragam sektor ekonomi. Kecemburuan sosialberbasis ekonomi inilah yang dapat diduga sebagai akar konflikyang ada tersebut. Akar konflik biasanya merupakan ketimpangan-ketimpangan, deprivasi, ataupun kesenjangan yang terjadi secaramendalam, terstruktur dan terinternalisasi di dalam tubuhmasyarakat, tidak terlihat dan bahkan seringkali terabaikan.Adapun faktor pendorongnya adalah relasi antar masyarakat yangsemakin renggang karena bergesernya tradisi hidup bersamamenjadi individualistis, bergesernya tradisi generasi lama yangberupaya menciptakan harmonisasi hidup bersama menjadi tradisi

142

generasi baru yang lebih mengedepankan cara pandang egosentrissehingga mudah terluka dan marah ketika kelompok atau anggotakelompoknya terganggu. Faktor pemicu dalam konteks konflikLampung Selatan adalah beragam insiden-insiden kecil yangmenyulut bara kecemburuan sosial-ekonomi.

Sementara peristiwa yang menyebabkan pergolakan sosial diLampung Selatan awalnya lebih karena persoalan tanah atau lahanperkebunan. Namun, kini pemicunya adalah insiden-insiden kecilyang cenderung merupakan hal-hal sepele. Insiden Napal dipicuperebutan lahan parkir. Kasus Way Panji karena kenakalan remajadi mana dua gadis Agom pengendara sepeda motor dihadangpemuda Balinuraga bersepeda hingga mereka jatuh.

Menurut Syafarudin dari Universitas Lampung melalui harianLampung Post pada tanggal 29 oktober 2012, menyatakan bahwakonflik yang pernah ada selama ini tidak pernah ditangani secaratuntas, implementasinya rendah dan tidak maksimalnya peranpranata yang ada, khususnya pemerintah lokal yang seharusnyadekat dengan masyarakat dan mengayomi. Pemerintah lokal harusmenjadi fasilitator dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.Pemimpin harus hadir di tengah rakyat sehingga ketika ada letupansekecil apapun, dapat menjadi tokoh yang didengar dan maumendengarkan serta disegani.

Akhirnya dapat dipahami, bahwa konflik yang penuh dengankekerasan di Lampung Selatan adalah sebuah rangkaian darikekerasan struktural berupa kesenjangan ekonomi, dimana padasatu sisi ada kelompok yang diuntungkan oleh struktur penguasaansumber daya ekonomi yang ada dan di sisi lain ada kelompok yangtersisihkan, serta kekerasan kultural berupa perbedaan etnis yang“melegitimasi” bentuk-bentuk kekerasan lainnya. Tanpa upayamemutus mata rantai segitiga kekerasan ini, konflik-konflik akanterus bermunculan, sewaktu-waktu tanpa pernah dapat diduga.

Menggungah atau mengambil hikmah dari statemen yang telahdicanangkan oleh pendiri Republik Indonesia antara lain tujuannyaadalah untuk mewujudkan Persatuan Indonesia Dan Keadilan

143

Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sebagaimana diidentifikasidi atas, bahwa salah satu faktor konflik di Lampung Selatan adalahadanya ketimpangan ekonomi, perlu disadari bersama bahwakemiskinan yang ada di masyarakat harus dilihat secara lebihkomprehensif. Kemiskinan mendasar adalah tidak adanya peluangdan kebebasan untuk menentukan pilihan-pilihan dalam hidupsehingga memungkinkan manusia mendapatkan fasilitas-fasilitasekonomi dasar, pekerjaan, perlindungan keamanan dan pengakuanidentitas kulturalnya.

Pada hakikatnya manusia pada saat lahir memiliki kedudukansama, baik secara ekonomi, politik, sosial dan hukum, sebagaiwarga negara. Namun kondisi struktural-kultural yang timpang disekitarnya membuat tiap-tiap anggota masyarakat tidak memilikiakses yang sama dalam pemanfaatan sumber daya yang ada.Kemiskinan dalam arti struktural dan sosial merupakan sumberpenyebab utama terjadinya berbagai bentuk konflik, kekerasan,gejolak politik di masyarakat. Kemiskinan struktural sangat terkaitdengan bentuk kekerasan lain seperti represi politik, ketidakamanandan alienasi kultural.

Faktor kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan seringkalimendorong munculnya gejolak sosial yang selanjutnyamengundang represi politik. Represi politik seringkali disertaikekuatan paksa dari negara dalam bentuk mobilisasi militer danaparat keamanan, sehingga menciptakan ketidakamanan.Ketidakamanan seringkali disertai alienasi budaya karenadiskriminasi dan marginalisasi kelompok yang berlangsung dimasyarakat. Demikian seterusnya, kemiskinan sosial pada akhirnyamembawa akibat manusia terjebak dalam lingkaran kekerasan.Pembangunan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dan hak-hak dasar dalam hidup warga negara bukan hanya gagal tetapimenciptakan kekerasan yang mengancam keberlangsungan hidupmanusia.

144

Pada prinsipnya yang dibutuhkan oleh masyarakat adalahsebuah pembangunan yang mengedepankan pendekatan rasapersatuan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesiayang bertumpu pada semangat perdamaian dan berlandaskankeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang bertujuan untukmemperlembut, memperlunak praktik dan penentuan kebijakanpembangunan yang selama ini dijalankan secara keras, denganstrategi dan cara otoritatif, mengabaikan kekuasaan berdimensimoral-kultural, disertai tekanan politik, berbasis organisasiekonomi skala besar, dan mengabaikan dimensi kebutuhan dan hakdasar manusia sehingga menimbulkan kerusakan dan kekerasan,baik terhadap lingkungan alam maupun komunitas manusia.

Pencapaian perdamaian di balinuraga Lampung Selatan dapatdilakukan terutama dengan mengingat sejarah manis hubungankedua belah pihak di masa lalu (bukan romantisme sejarah) sebagaisebuah alat peretas dikotomi yang ada hari ini yang kemudiandijadikan sebagai alat perekat kebangsaan yang mulai sedikitbergeser di wilayah tersebut. Dimana kerusuhan bernuansa etnistidak pernah terjadi pada masa lalu di wilayah tersebut. Akulturasiberupa perkawinan antara etnis ulun (asli) Lampung denganketurunan Bali pernah ada di Balinuraga. Hubungan simbiosisantara warga Lampung dan keturunan Bali misalnya tercermindalam jual beli janur untuk kebutuhan hari raya.

Upaya perdamaian dan rekonsiliasi yang terus dilakukan punmenyusul konflik sosial yang menewaskan 14 orang pada Minggudan Senin, 28-29 Oktober 2012, meski terus digalakkan secaraberkesinambungan dan dalam tempo yang tidak singkat serta harussenantiasa ada tindak lanjut secara kontiniu. Sehingga, pertikaianyang melibatkan warga desa Agom kecamatan Kalianda dan desaBalinuraga kecamatan Way Panji tidak turut berimbas padaketegangan desa-desa di sekitarnya atau bahkan di seluruh penjuruwilayah bangsa dan negara ini. Jero Gede Bawati dari kantor beritaAntara pada tanggal 30 Oktober 2012, salah satu tetua masyarakatBalinuraga mengatakan bahwa di awal masa transmigrasi di

145

Balinuraga sesungguhnya antarwarga pernah hidup berdampingandan saling bantu. Keharmonisan yang ada pada masa lalu itu harussecepatnya dapat dikembalikan, agar kejadian semacam ini dapatdengan cepat teratasi di masa yang akan datang.

Pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan selama ini,mestinya memang harus melandaskan pada semboyan BhinekaTunggal Ika dalam Pancasila sebagai landasan ideologi dalamsetiap aspek kehidupan bangsa dan negara ini, guna meretas segalabentuk dikotomi yang ada, yang mana merupakan sebuahkeniscayaan di negeri ini. Namun yang terpenting dari seluruhpaparan tersebut, penulis hanya ingin mengingatkan diri sendiri danpara pembaca bahwa bangsa ini didirikan dan bisa eksis sampaihari ini disebabkan oleh adanya semangat persatuan dan kesatuanyang dilandasi oleh nilai dari semangat gotong royong gunamencapai sebuah masyarakat yang adil dan sentosa dalam setiapaspek kehidupan yang menopang bangsa dan negara ini.PersatuanIndonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalahharga mati yang harus digali lagi secara mendalam atas segalabentuk ketimpangan yang ada di negeri ini, yang tentunya jugatidak mengenyampingkan sila-sila lain dalam pancasila itu sendirisebagai sebuah kesatuan untuk menuju masyarakat yang pluralnamun adil dan makmur.

146

BAB. VPENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dimulai dari latar belakang dan

ditemukaanya permaslahan, lalu digali data empirikmenggunakan metode yang telah ditentukan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teoritis sebagai pemahaman yangkomprehensif untuk ditarik suatu konklusi, yakni sebagaiberikut:1. Faktor penyebab terjadinya konflik antar desa Agom dan

Balinuraga di Kecamatan Way Panji Kabupaten LampungSelatan adalah luapan massa yang dipicu oleh pelecehanterhadap dua gadis remaja oleh pemuda. Atas kejadiantersebut kemudian terjadi bentrokan masa yangmengakibatkan 14 orang meninggal dunia dan 166 rumahyang hancur serta dibakar oleh masa. Faktor lain rapuhnyaikatan hubungan kekeluargaan, nilai-nilai budaya dasar yangdibangun atas dasar saling menghargai dan kepercayaan. Jugafaktor keamanan yang minim serta peranan pemerintahKabupaten Lampung Selatan yang lamban dan tidakmengantisipasi akan terjadinya konflik horizontal.

2. Upaya penyelesaian konflik melalui pendekatan preventifdengan menurunkan aparat keamanan yang meliputi unsurTNI, Polri, Pol PP, keamanan dari masyarkat denganmelokalisir lokasi bentrok yang diharapkan tidak akan lagiterjadi bentrok susulan. Aparat gabungan memobilisir korbankonflik diungsikan di Sekolah Polisi Nasional (SPN) diKemiling Bandar Lampung tujuannya untuk memberikanrasa aman dan jauh dari daerah konflik. Peran pemerintah,Kesehatan, praktisi, pemerhati, Komnas Ham, Partai Politik,LSM, Komunitas Mahasiswa memberikan penanganan pascakonflik dengan pendampingan, perlindungan baik secaramedis, psykis, maupun bantuan material untuk rekonsliasidan pembangunan kembali rumah-rumah yang

148

hancur/terbakar di wilayah konflik. Selanjutnya pemulangankembali pengungsi ke daerah masing-masing untuk kembalimenjalani kehidupan pasca konflik.

3. Perlindungan Hukum terhadap perempuan dan anak-anakdilakukan dengan pendekatan persuasif, preventif danpendampingan. Langkah yang ditempuh memberikan tempatyang aman, ketersediaan fasilitas, pendampingan bagi korbankonflik di pengungsian maupun setelah dikembalikan ke desamasing-masing. Secara preventif dengan adanya perjanjiandamai antara dua tokoh adat Lampung dan Bali yang difalisitasi oleh organisasi, juga difasilitasi oleh gubernurLampung dan Bali, didorong oleh kepentingan politik, baikdaerah maupun nasional serta pemerintah pusat untukmemberikan perlindungan hukum melalui progam pascakonflik di Way Panji Lampung Selatan. Perlindungan hukumterhadap perempuan dan anak-anak adalah wajib dilakukandan hak mereka yang harus dilindungi oleh negara.Selanjutnya penyelesaian konflik melalui pendekatansosiologis sebenarnya sebagian sudah dilakuan, yakni denganpendekatan persuasif, preventif, rehabilitasi, perjanjian damaimenjadi upaya penyelesaian secara sosiologis denganmendasarkan pada hukum adat atau kearifan lokal masing-masing desa, etnis Lampung dan etnis Bali dengan dudukbersama menyelesaikan konflik di Way Panji LampungSelatan.

B.Saran1. Rekomendasi hasil penelitian ini salah satunya mengenai

faktor penyebab konflik di Way Panji Lampung Selatan, padahakekatnya merupakan konflik komunal yang diakibatkanoleh kesenjangan ekonomi, tidak harmonisnya komunikasidan hubungan antar etnis, desa, agama. Hal ini berlangsungdalam kurun waktu yang lama. Namun beberapa kalipergantian kepemimpinan pemerintahan di Kabupaten

149

Lampung Selatan tidak peka dan mengantisipasi akanterjadinya bentrok yang menyebabkan korban material,nyawa dan lain sebagainya. Oleh karena itu dapat diambilsuatu hikmah, bahwa dengan konflik yang terjadi dapatmemberikan perubahan, pemikiran, penyejahteraan bagiwarga masyarakat khususnya di Way Panji dan umumnya diseluruh wilayah Provinsi Lampung. Bagi aparat keamananuntuk dapat memberikan rasa aman dengan koordinasi yangbaik dan memanfaatkan sistem keamanan lingkungan yangada di masing-masing daerah. Hal ini lebih dimungkinkanakan dapat mengantisipasi setiap gejala sosial, setiap gerakanyang akan membuat kerusakan atau konflik dapat segeradicegah sehingga keamanan, kesejahteraan masyarakatmenjadi tujuan semua pihak dalam menyikapi konflik di WayPanji Lampung Selatan.

2. Perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak-anakmenjadi suatu keharusan dilakukan, mengingat perempuandan anak-anak wajib dilindungi dan mendapatkanperlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Seharusnya aparatkeamanan lebih meningkatkan fungsi intelegen untukmelindungi warga masyarakat, pemerintah dengankekuasaannya lebih memberikan perhatian yangberimbang terhadap kesenjangan ekonomi, budaya, politikdengan mengedepankan pembangunan yang memberikanrasa keadilan dan menyejahterakan masyarakat di WayPanji dan umumnya di Kabupaten Lampung Selatan.Selanjutnya bagi praktisi, LSM, dan lain sebagainya dalammenangani konflik tidak mengambil keuntungan baiksecara politis, material, melainkan sebagai suatu panggilanmulia untuk turut menyelesaikan konflik. Pendekatansosiologis lebih memungkinkan dilakukan daripada

150

melalui pendekatan secara represif di peradilan. Hal iniakan menjadi sumbangsih bagi pembangunan hukum diIndonesia dan khususnya di dua desa tempat konflikdiharapkan dapat memberikan rasa aman, sejahterasehingga trauma konflik akan puluh secara beransur-ansurdan menjadikan dua desa damai serta tidak terjadi konflikkembali dikemudian hari.

151

Daftar Pustaka

Achmat Ali, Menguak tabir Hukum: Suatu kajian Filosofis danSosiologis, Chandra Pratama, Jakarta, l996

---------------, Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum, PTYasrif Watampone,Jakarta, l998

A.A.G. Peters (Universitas Utrecht), Koesriani Siswosoebroto,Hukum danPerkembangan Sosial, Buku Teks III, PustakaSinar Harapan, Jakarta, l990

Agus Salim, Perubahan Sosial, Sketsa Teori dan RefleksiMetodologi KasusIndonesia, Tiara Wacana, Yogyakarta,2002

--------------, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial dari DenzimGuba danPenerapannya, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001

Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum Perlindungan danPengangkatan Anakdi Indonesia, PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2008

Ahmad Tohaputra, An Nur, Al Qur’an Dan Terjemahan, Asy Syifa,Semarang, l998

Ahmad Gunaryo dan Muamar Ramadhan, Menggagas HukumProgresifIndonesia, Pustaka Pelajar, IAIN Walisongo,Semarang, 2006

Amir Syiharifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad: Isu-isu PentingHukum Islam Kontemporerdi Indonesia, Ciputat Press,Jakarta, 2002

152

Ankie M. Hoogveld, Sosiologi Msyarakat Sedang Berkembang,Rajawali Press, Jakarta, l985

A. Mandali Mandan, Teori Sosiologi Modern, Kencana, 2004

Bagir Manan, Politik Perundang-undangan dalam rangkamengantisipasi Liberalisasi Perekonomian, Makalah FHUnila, Lampung, l996

Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi suatuNegara, Mandar Maju, Bandung, l995

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, l996

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan KebijakanPenanggulangan Kejahatan, Citra Adtya Bakti, Bandung,2001

Barda Nawawi Arief, Pembangunan Ilmu Hukum, Makalah BahanMatrikulasi PDIH S 3 Undip, Semarang, 13 September2005

Budhy dan Rahman Munawar, Refleksi Keadilan Sosial dalamPemikiran Keagamaan, dalam Keadilan Sosial Upayamencari Makna Kesejahteraan Bersama di Indoesia,Kompas, Jakarta, 2004

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Karya,Jakarta,l998

Bryan.A.Garner, Black’s Law Dictionary, seventh edition, WestGroup, ST. Paul, Minn, l999

Berita Meneg RI Pemberdayaan Perempuan, Jakarta, 8 Maret 2007

153

Charles Himawan, Hukum sebagai Panglima, Penerbit BukuKompas, 2003.

Dasril, Kedudukan Anak Menurut Hukum Adat Meranjat, Unila,Bandar Lampung, l986

Direktori Penelitian Agama, Konflik dan Perdamaian, KomnasHAM, Jakarta, 2005

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahan (revisiterbaru), CV. Asy Syifa’, Semarang, l999

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,edisi ke 3, Balai Pustaka, Jakarta, 2002

Direktori Penelitian Agama, Konflik dan Perdamaian, KomnasHAM, Jakarta, 2005

Djojodigoeno, MM, Asas-Asas Hukum Adat, BBP. Badan PenerbitGadjah Mada, Yogyakarta, l976

Don Matindale, The Nature and Types of Sociologtical Theory,Boston, HougntonMifflin Co, l960

Edmund Burke and Ira M. Lapidus, Islam, Politics, and SocialMovements, University of California Press, Berkeley, l988

Eka Darma Putera, Pancasila Identitas dan Modernitas: TinjauanEtnis danBudaya, PT BPK Gunung Mulia, Cetakanke 6,Jakarta, l997

Erlyn Indarti, Selayang Pandang Critical Theory, Critical LegalTheory, dan Critical Legal Studies, FH. Undip, Semarang,3 Juli 2002

154

Esmi warassih, Pengaruh BudayaHukum terhadapFungsi Hukum,Alumni, Bandung, l981

Fachry Ali, Musyawarah dan Demokrasi sebagai Dasar EtikaPolitik Islam, Dirjend. Pendidikan Islam, Depag. RI,Makalah, Palembang, 4 Nopember 2008

George Ritzer- Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern,Pranada Media, Jakarta, 2005

-----------------------, Sosiologi Ilmu PengetahuanBerparadigmaGanda, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

-----------------------, Teori Sosial Postmodern terjemahanMuhammad taufik, Kreasi Wacana dan JuztaposeResearch and Publication Study Club, Yogyakarta, 2003

Gobbe E. Dan C.Adrianse, Nasihat-Nasihat C. Snouck HurgonjeSemara Kepegawaiannya kepada Pemerintah HindiaBelanda l889-l936, buku IX, INIS, Jakarta, l993

Hadist Riwayat Turmudzi, al-Jami’al al-shasih, Juz III, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, tt.

Hadi Setia Tunggal, Himpunan Peraturan Perlindungan Anak,Harvarindo, Jakarta, 2007

H.L.A. Hart, The concept of Law, Oxford University Press, Oxford,l972

Hans georg Gadamer, Kebenaran dan Metode penejemah: AhmadSahidah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-UndangPerkawinan, Fokusmedia, Bandung, 2005.

155

I Gede AB. Wira, Hukum Adat IndonesiaPerkembangan dari masake masa, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005.

Lawrence M Friedman, Legal Rules and The Process of SocialChanges. Law andDevelopment, A General Model, DalamLaw and Society Review, No. VI. 1972

---------------------------, The Legal System, Rusell Sage Foudation,N e w Y o r k , l 9 7 5 .

Lexy Moleong, Metodology Penelitian Kualitatif, RemajaRosdakarya, Bandung, 1996

Masri Singarimbun dan Soyan Effendi, Metodologi Penelitiansocial, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, l989

Muladi, Demokratisasi hak asasi manusia dan reformasi hukum diIndonesia, The Habibie Centre, Jakarta, 2002

Murtadho Munthahari, Hak-hak wanita Islam dalam Islam,Lentera, Jakarta, 1997

Nursyahid, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentangPenghapusan KDRT, Panca Usaha, Jakarta, 2004.

Nurhadiantornmo, Hukum Integrasi Sosial: Konflik-konflik SosialPri non Pri danKeadilan Sosial, MuhammadiyahUniversity Press, Surakarta, 2004.

Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005

Philip Nonet & Philip Selznick, Law and Society in Transition:toward responsive law, Harpa and row, New York, l978.

156

---------------, Toward Responsive Law, Law and Society inTransitions, l978, With New Introductionby Robert A.Kagan, New Brunswick, New Yersey, 2001.

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, Prenada Media,Jakarta, 2005

Rahmat Syafa’at, Advokasi dan Pilihan Penyelesaian Sengketa:Latar Belakang Konsep dan Implementasinya, AgritekYayasan Pembangunan Nasionala, Malang, 2006.

Roman Tomasic, The Socology of Law, London : SagePublications/International Sociological Association, l985.

Tie Liang Gie, Teori-Teori Keadilan, Sumbangan Bahan UntukPemahaman Pancasila, Supersukses Yogyakarta, l998

Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi,IKIP Malang, l990.

Sajuti Thalib, Hukum Adat Indonesia Perkembangan dari masa kemasa, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

Sajuti Thalib, Receptio A Contrario (Hubungan Hukum Adatdengan Hukum Islam), Bina Cipta, Jakarta, l982.

Sajuti Thalib, Recitio A Contrario, Hubungan Hukum dan TataHukum Islam di Indonesia, Jakarta, Rajawali Grafindo,2005

Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum, Universitas MuhammadiyahPress, Surakarta, 2004

---------------------, Masalah Penegakan Hukum Suatu TinjauanSosiologis, Sinar Baru, tt

157

---------------------, Sosiologi Hukum Perkembangan Metode danPilihan Masalah, UMS Press, Surakarta, 2002

---------------------, Hukum Masyarakat dan Pembangunan, Alumni,Bandung, l980

----------------------, Beberapa Pemikiran trentang RancanganAntardisiplin dalam Pembinaan Hukum Nasional, SinarBaru, Bandung, l985

----------------------, Sisi lain dari Hukum di Indonesia, Penerbit,Buku Kompas, Jakarta, 2003

---------------------, Ilmu Hukum: Pencarian, Pembebasan danPencerahan Muhammadihyah Press, Surakarta, 2004

----------------------, Wajah Hukum di Era Reformasi, Citra AdityaBakti, Bandung, 2000

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, UniversitasIndonesia Press, Jakarta, l986.

-----------------, Receptio A Contrario, Hubungan Hukum dan TataHukum Islam di Indonesia, Rajawali Grafindo, Jakarta,2005.

-----------------, Hukum Adat Indonesia Perkembangan dari masa kemasa, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian, Cetakan kedua,Universitas Indonesia Press, Jakarta, l982

----------------------, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Persada,Jakarta, 1999.

158

---------------------- dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,suatu Tinjauan Singkat, Radjawali Press, l985

-----------------------, Pengantar sosiologi Hukum, Bharata, Jakarta,l976.

-----------------------, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, l996

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka setia,Bandung, 2002

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta,1990

Stephen K. Sanderson, Makro Sosiologi, Sebuah Pendekatanterhadap RealitasSosial, Edisi kedua, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2003

S.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap, Angkasa Offset, Bandung,1980

Undang-Undang Nomor 39 Tahun l999 tentang HAM, SinarGrafika, Jakarta, 2006

Winarno Surakhmat, Dasar dan Tehnik research, Tarsito,Bandung, 1978

Yusriadi, Paradigma Sosiologis dan Implikasinya TerhadapPengembangan Ilmu Hukum dan Penegakkan Hukum diIndonesia. Pidato Pengukuhan GuruBesar dalam Bidangsosiologi Hukum, Universitas Diponegoro semarang,2006

Peraturan Perundang-perundangan

159

Undang-Undang Nomor l Tahun l974 tentang Perkawinan, BP.Panca Usaha, Jakarta, 2004.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun l997, Peradilan Anak, SinarGrafika, Jakarta, 2007

Undang-Undang Nomor 39 Tahun l999 tentang HAM, SinarGrafika, Jakarta, 2006

Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun l999, HAM, Sinar Grafika,Jakarta, l999

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak, Fokusmedia, Bandung, 2007

Impres, Kompilasi Hukum Islam, Fokusmedia, Bandung, 2007

Instruksi Presiden RI No.l Tahun l991, KHI pasal 55 ayat 2, Fokusmedia, Jakarta, 2007

Majalah, Koran, Artikel, Makalah, Media Elektronik TV danInternet

Berita Meneg RI Pemberdayaan Perempuan, Jakarta, 8 Maret 2007

-----------------, Penelitian Socio Legal: Dinamika Sejarah danPerkembangannya, Kumpulan Makalah, Undip, 2007

Komnas HAM, Suar, Vol. 09. Warta HAM, Majalah terbit April2002

Majalah Amanah, No. 49 Th XVII April 2004

Daftar pustaka dan beberapa lampiran serta kurikulum vitae.

160

Kurikulum Vitae:

Nama : Dr. Drs. H.M. Wagianto, SH. MHNip. : 1962Pangkat/gol : Lektor Kepala (IV/a)Unit kerja : Fakultas Syariah IAIN Raden Intan LampungAlamat : Jln. Imam Bonjol Gg. Terong No. 29 KemilingBandar Lampung : Telp. (0721) 271770- 272816 dan HP.081640962

161