perlindungan hukum batik selotigo pasca …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...belakunya...

125
i i PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN FATWA DSN MUI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG HKI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: Hafsari Ayu Wardani NIM: 21412011 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

i

i

PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA

BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG

INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001

TENTANG MEREK DAN FATWA DSN MUI NOMOR 1

TAHUN 2005 TENTANG HKI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Hafsari Ayu Wardani

NIM: 21412011

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

ii

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

iii

PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA

BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG

INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

FATWA DSN MUI NOMOR 1 TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Hafsari Ayu Wardani

NIM: 21412011

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

iv

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

v

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

vi

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

vii

HALAMAN MOTTO

Melakukan yang terbaik, jangan merasa menjadi yang terbaik,

dan selalu jadi yang terbaik.

Tak ada yang lebih baik dari pada Do’a dan Usaha

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Bapak ku tercinta, Bapak Muslikhan yang tak pernah henti selalu memberikan

semangat, kasih, sayang, yang selalu berjuang untuk anak-anaknya dan selalu

melakukan yang terbaik buat anak-anaknya

Ibuku tersayang, yang tak pernah henti memberikan kelembutan kasih sayang

kepada anak-anaknya, selalu berdoa dan memberikan semangat untuk

menyelesaikan penyusunan skripsi ini

Adik-adik ku, Royyi Muwaffa dan Ilfa Masarroh Mughniya yang tak pernah

henti memberikan semangat dan selalu membuatku tersenyum

Abah Mahfud Ridwan dan Ibu Nafis dan keluarga ndalem Pondok Pesantren

Edi Mancoro yang selalu memberikan petuah-petuah serta semangat

Gus Muhammad Hanif dan Ibu Rosyidah yang telah menjadi orang tua saya,

memberikan ilmunya, perhatian, petuah, dan kasih sayang

Bapak Agus Waluyo , Bapak Moh Khusen, Ibu Astuti Sakdiyah, Bapak Yusuf

Ismail serta semua staff yang tulus menjadi bapak ibu saya, selalu membimbing

saya, menjadikan saya mempunyai keluarga baru di Yaa Bismillah IAIN

Salatiga

Bapak Gufron Ma’ruf dan keluarga yang selalu memberikan semangat,

perhatian, selalu memberikan senyum terbaik untukku

Dosen-dosen dan seluruh tenaga pengajar Fakultas Syari’ah, khususnya

Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

Keluarga besar Youth Association of Bidik Misi Limardhatillah IAIN Salatiga

Sahabat-sahabatku, Masadah, Iva Ekowati, dan Tri Setyorini terimakasih

untuk semuanya, semoga kita selalu menjadi sahabat

Dita Septikawati yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka, melukis

bersama dalam waktu yang indah

Naila Rajiha dan Dyan Apriani yang selalu menemani hari-hariku, memberi

semangat dalam mengerjakan skripsi ini

Sahabat-sahabatku jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah Angkatan 2012,

terimakasih untuk semua hal, semua kenangan indah yang kita lalui bersama-

sama selama 4 tahun ini

Teman-temanku di keluargaTahfid Pondok Pesantren Edimancoro, yang selalu

setia menemani dalam mengerjakan skripsi ini

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ni‟mat, rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perlindungan Hukum Batik Selotigo Pasca Berlakunya PP Nomor 51 Tahun

2007 tentang Indikasi Geografis, UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek Dan

Fatwa DSN MUI Nomor 1 Tahun 2005 tentang HKI”.

Shalawat serta salam tak lupa penyusun selalu hadiahkan kepada Baginda

Rasulullah Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya. Semoga kita

selalu mendapatkan limpahan syafa‟at Nabi Muhammad didunia hingga akhirat

nanti.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

peran berbagi pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan

pengarahan. Dengan segala ketulusan hati penyusun menyampaikan rasa

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

2. Ibu Dra Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

3. Ibu Evi Ariyani, M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah.

4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang

terbaik.

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

x

5. Ibu Dra. Siti Muhtamiroh, M.SI, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

mendidik, memberikan semangat, memberikan arahan, bimbingan dari awal

hingga skripsi ini selesai. Terimakasih untuk kesabaranmu dan perhatianmu.

6. Semua dosen IAIN Salatiga yang selalu memberikan ilmu mereka, pengetahuan

mereka kepada saya.

7. Semua staff IAIN Salatiga yang selalu membantu penulis dalam proses

administrasi.

8. Ayah, Ibu, dan adik-adikku tercinta yang selalu memberiku semangat, selalu

berdo‟a kepada Allah untukku, Semoga Allah memberkahi kalian.

9. Abah K.H Abah Mahfud Ridwan dan keluarga terimakasih untuk semua ilmu,

kasih sayang, kebersamaan yang saya dapatkan di Pondok Pesantren Edi Mancoro

10. Gus Muhammad Hanif dan Ibu Rosyidah yang telah menjadi orang tua saya,

memberikan ilmunya, perhatian, petuah, dan kasih sayang

11. Keluarga besar Tahfid Pondok Pesantren Edi Mancoro,terimakasih banyak

untuk semuanya.

12. Sahabat- sahabat ku seperjuangan Hukum Ekonomi Syari‟ah, terimakasih

untuk hari-hari indah yang kita lalui bersama

13. Keluarga Youth Association of Bidikmisi Limardhotillah IAIN Salatiga,

khususnya sahabat seperjuanganku angkatan 2012.

14. Semua pihak yang telah membantu, baik do‟a, motivasi, maupun

dukungannya.

Tiada balasan yang dapat penulis berikan kecuali jazakumullah khoiron.

Semoga semua amal sholeh kalian diterima di sisi Allah SWT, amin.

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

xi

Dalam skripsi ini penyusun menyadari bahwa masih banyak sekali

kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun demi lebih baiknya skripsi ini. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi banyak orang, khususnya bagi penulis. Amin

Salatiga, 08 September 2016

Penulis

Hafsari Ayu Wardani

NIM 214-12-011

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

xii

ABSTRAK

Wardani, Hafsari Ayu. 2016. Perlindungan Hukum Batik Selotigo Pasca

Berlakunya PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis, UU

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek Dan Fatwa DSN MUI Nomor 1

Tahun 2005 tentang HKI. Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum

Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing: Dra Siti Muhtamiroh, M.SI.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Hak Kekayaan Intelektual, Batik.

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan sebuah hak yang berkenaan

dengan kekayaan intelektual yang timbul karena kemampuan intelektual

seseorang maupun kelompok menciptakan sesuatu atau menemukan sebuah karya

dibidang teknologi, pengetahuan, seni dan sastra. Merek merupakan salah satu

bagian yang terdapat dalam HKI. Salah satu contoh dari hasil kekayaan intelektual

adalah Batik Selotigo. Peneliti melakukan penelitian mengenai bagaimana

Perlindungan Hukum Batik Selotigo Pasca Berlakunya PP Nomor 51 Tahun 2007

tentang Indikasi Geografis, UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek Dan Fatwa

DSN MUI Nomor 1 Tahun 2005 tentang HKI. Tujuan penelitian ini aalah untuk

mengetahui perlindungan hukum Batik Selotigo pasca berlakunya PP Nomor 51

Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis, UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

Dan Fatwa DSN MUI Nomor 1 Tahun 2005 tentang HKI.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Peneliti

menggunakan yuridis normatif yaitu pendekatan dari sudut kadiah-kaidah dan

pelaksanaan peraturan yang berlaku di masyarakat untuk menjawab permasalahan

tersebut.

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Batik Selotigo tidak dapat

mendapatkan perlindungan hukum dari PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang

Indikasi Geografis karena Batik Selotigo termasuk produk yang telah menjadi

generik. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh UU Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek dilaksanakan oleh DISPERINDAGKOP dan UMKM Kota

Salatiga. Wujud perlindungannya berupa pemakaian batik pada hari-hari tertentu,

pembinaan dan sosialisasi. Perlindungan yang diberikan oleh MUI melalui Fatwa

No 1 Tahun 2005 tentang HKI tidak mempunyai pengaruh dan kekuatan hukum

yang kuat di masyarakat. Fatwa MUI ini lebih terkesan sebagai sebuah himbauan

kepada masyarakat untuk tidak melakukan kejahatan-kejahatan di bidang HKI.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

xiii

DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................ i

LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii

JUDUL ............................................................................................................ iii

NOTA PEMBIMBING .................................................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... IX

ABSTRAK ....................................................................................................... XII

DAFTAR ISI .................................................................................................. XIII

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... XV

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. XVI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 4

E. Penegasan Istilah ................................................................................. 5

F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 7

G. Metode Penelitian ................................................................................ 13

H. Sistematika Penelitian .......................................................................... 18

BAB II KERANGKA TEORI

A. Hak Kekayaan Intelektual ................................................................... 19

B. Merek ................................................................................................... 26

C. Indikasi Geografis ................................................................................ 38

D. HKI dalam Pandangan Hukum Islam .................................................. 43

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Sejarah Batik dan Perkembangannya ............................................ 48

B. Sejarah Batik Selotigo ................................................................... 49

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

xiv

C. Pendaftaran Batik Selotigo ............................................................. 53

D. Pemasaran Batik Selotigo .............................................................. 56

E. Proses Pembuatan Batik Selotigo .................................................. 58

F. Harga Batik Selotigo ...................................................................... 69

G. Merek Batik Selotigo Dilindungi Berdasarkan UU Nomor 15 Tahu

2001 tentang Merek ...................................................................... 72

H. Batik Selotigo Ditinjau Dari PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang

Indikasi Geografis .......................................................................... 73

BAB IV PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Batik Selotigo Pasca Berlakunya PP Nomor 51

Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis............................................... 77

B. Perlindungan Hukum Batik Selotigo Pasca Berlakunya UU Nomor

15 Tahun 2001 Tentang Merek ...................................................... 78

C. Perlindungan Hukum Batik Selotigo Pasca Berlakunya Fatwa DSN

MUI Nomor 1 Tahun 2005 tentang HKI ......................................... 88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 91

B. Saran ........................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Prasasti Watu Rumpuk ............................................................... 53

Gambar 3.2 Canting ........................................................................................ 59

Gambar 3.3 Nyamplung .................................................................................. 60

Gambar 3.4 Wajan .......................................................................................... 60

Gambar 3.5 Pewarna ....................................................................................... 61

Gambar 3.6 Cap Batik Selotigo ............................................................. 64

Gambar 3.7 Cap Batik Selotigo ............................................................ 64

Gambar 3.8 Proses Cap Batik Selotigo .......................................................... 65

Gambar 3.9 Kain yang Telah Diwarna .......................................................... 66

Gambar 3.9 Batik Selotigo dengan Warna Alam ............................................ 67

Gambar 3.10 Batik Selotigo dengan Warna Klasik ......................................... 68

Gambat 3.11 Batik Selotigo dengan Warna Biasa ........................................... 69

Gambar 4.1 Batik Selotigo Tulis ................................................................... 81

Gambar 4.2 Batik Selotigo Cap ....................................................................... 82

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis

2. UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

3. Fatwa DSN MUI Nomor 1 Tahun 2005 tentang HKI

4. Wawancara dengan Kepala Bidang Perindustrian DISPERINDAGKOP

dan UMKM Kota Salatiga

5. Wawancara dengan Pencipta Batik Selotigo

6. Surat Nota Pembimbing

7. Surat Izin Penelitian KESBANGPOL di DISPERINDAGKOP dan

UMKM Kota Salatiga

8. Surat Izin Penelitian di Sentra Batik Selotigo

9. Lembar Konsultasi Skripsi

10. Daftar Riwayat Hidup

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam hal.

Hampir semua kekayaan alam, budaya, seni, baik yang berasal dari alam

maupun yang merupakan hasil karya manusia bisa ditemukan di Indonesia.

Hampir setiap daerah yang menjadi bagian dari negara Indonesia

mempunyai hasil daerah yang khas yang berbeda dari lainnya, baik itu

berupa hasil alam, seperti rempah, karet, ataupun berupa hasil kesenian

dan budaya dari penduduk di daerah tersebut, seperti tarian, lagu daerah

dan lainnya.

Salah satu kekayaan Indonesia yang juga menjadi salah satu ciri

khas Indonesia di berbagai penjuru dunia adalah batik. Hampir seluruh

daerah yang ada di Indonesia mempunya ciri dan bentuk serta motif batik

yang berbeda dengan daerah lainnya.

Saat ini perkembangan hukum di Indonesia mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Indonesia saat ini, khususnya Ditjen

HKI telah membuat regulasi mengenai perlindungan hasil karya individu

maupun kelompok. Regulasi yang dibuat oleh pemerintah berwujud dalam

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.Ada berbagai peraturan yang

mengatur mengenai hak paten, cipta, desain industri, serta merek dan

Indikasi Geografis.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

2

Indikasi Geografis merupakan salah satu ruang lingkup dari HKI

(Hak Kekayaan Inteletkual) selain Paten, Hak Cipta, Informasi

Rahasia/Rahasia Dagang, Merek dan beberapa jenis HKI lainnya. Indikasi

Geografis merupakan sebuah nama dagang yang dikaitkan, dipakai atau

dilekatkan pada kemasan suatu produk dan berfungsi menunjukkan asal

tempat produk tersebut. Asal tempat itu mengisyaratkan bahwa kualitas

produk tersebut amat dipengaruhi oleh tempat asalnya, sehingga produk

itu bernilai unik di benak masyarakat, khususnya konsumen, yang tahu

bahwa tempat asal itu memang punya kelebihan khusus dalam

menghasilkan suatu produk (Ayu, 2006: 1).

Indonesia merupakan negara dengan keragaman budaya dan

sumber daya alami. Dari segi sumber daya alami banyak produk daerah

yang telah lama dikenal dan mendapatkan tempat di pasar internasional

sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Keterkenalan produk

tersebut seharusnya diikuti dengan perlindungan hukum yang bisa untuk

melindungi komoditas tersebut dari praktek persaingan curang dalam

perdagangan. Mengenai Indikasi Geografis ini, TRIPs (Trade Related

Aspects of Intellectual Property Rights)telah mengaturnya pada Section 3

Article 22-24. Untuk memastikan adanya perlindungan terhadap Indikasi

Geografis di negara-negara anggota perjanjian TRIPs ini adalah setiap

negara anggota diharuskan untuk menyediakan legal means atau cara-cara

atau upaya hukum untuk melindungi Indikasi Geografis dalam hukum

nasional mereka (Ayu, 2006: 33). TRIPs merupakan perjanjian multilateral

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

3

yang paling lengkap mengatur tentang HKI termasuk di dalamnya

pengaturan tentang Indikasi Geografis yaitu dalam Pasal 22 sampai

dengan Pasal 24. Indikasi Geografis merupakan suatu tanda yang

digunakan pada barang-barang yang memiliki keaslian geografis yang

spesifik dan memiliki kualitas atau reputasi berdasar tempat asalnya itu.

Pada umumnya, Indikasi Geografis merupakan nama tempat dari asal

barang-barang tersebut. Produk-produk pertanian biasanya memiliki

kualitas yang terbentuk dari tempat produksinya dan dipengaruhi oleh

faktor-faktor lokal.

Ada banyak ragam kreasi batik dari berbagai kota di Indonesia,

tidak terkecuali Kota Salatiga. Salatiga mempunyai batik khas daerah,

yaitu Batik Selotigo. Nama batik ini sangat khas dengan Kota Salatiga,

yang mana dalam bahasa jawa Selotigo mempunyai arti tiga batu.

Batik Selotigo mempunyai ciri khas yang berbeda dengan produk

lainnya. Perbedaan batik plumpungan dengan produk batik dari daerah

lainnya terletak pada motif yang diusungnya. Batik Selotigo mempunyai

ciri khas dengan motif batu-batuan dengan motif yang unik.

Pencipta telah mendaftarkan Batik Selotigo ke Ditjen HKI. Untuk

mengetahui praktik perlindungan hukum yang dilakukan oleh Ditjen HKI

berdasarkan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah serta MUI sebagai

organisasi yang mewakili Islam dan upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Salatiga, maka penulis mengangkat penelitian yang

berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

4

BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI

GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN

FATWA DSN MUI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG HKI”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perlindungan hukum Batik Selotigo pasca berlakunya PP

Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis?

2. Bagaimana perlindungan hukum Batik Selotigo pasca berlakunya UU

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek?

3. Bagaimana perlindungan hukum Batik Selotigo pasca berlakunya

Fatwa DSN-MUI Nomor 1 Tahun 2005 tentang HKI?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum Batik Selotigo pasca

berlakunya PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum Batik Selotigo pasca

berlakunya UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum Batik Selotigo pasca

berlakunya Fatwa DSN-MUI Nomor 1 Tahun 2005 tentang HKI.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis. Manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Secara teoritis dapat menambah khasanah pengetahuan hukum, baik

hukum positif maupun Islam mengenai implementasi peraturan-

peraturan tentang HKI di masyarakat.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

5

2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai

referensi atau landasan hukum dalam pengambilan keputusan

khususnya bagi seseorang yang mempunyai karya supaya dapat

melindungi hasil karyanya.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak menimbulkan masalah dalam pemahaman terhadap

judul skripsi ini maka perlu kiranya penulis untuk menegaskan istilah

tersebut “PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA

BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI

GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN

FATWA DSN MUI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG HKI”:

1. Perlindungan

Perlindungan adalah hal (perbuatan dan sebagainya)

memperlindungi (KBBI, 2007: 674).

Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan

martabat serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang

dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari

kewenangan ( Hardjon, 1987: 5). Perlindungan hukum menurut

Phillipus M. Hardjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai

tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif. Perlindungan

hukum yang bersifat preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa yang mengarahkan tindakan sengketa pemerintah bersikap

hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi, dan

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

6

perlindungan represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya

sengketa termasuk penangannya di lembaga peradilan (Hardjon, 1987:

5).

2. Hak Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual, dalam penulisan ini disingkat "HKI"

adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property

Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang

menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.

Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil

dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah

karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual

manusia ( Ditjen HKI, 2013: 5).

3. Merek

Merek merupakan suatu tanda yang berupa gambar, nama,

kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari

unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan

dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (Ditjen HKI, 2013: 28).

4. Indikasi Geografis

Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan

daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis

termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua

faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang

dihasilkan (Marbun, dkk, 2012: 131).

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

7

5. Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah merupakan bentuk perundang-undangan

yang dibuat atau ditetapkan oleh presiden untuk melaksanakan

Undang-undang(KBBI, 2007: 76)

6. Undang-Undang

Undang-undang adalah ketentuan dan peraturan negara yang

dibuat oleh pemerintah (menteri, badan eksekutif, dsb), disahkan oleh

parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat, badan legislatif, dsb),

ditandatangani oleh kepala negara (presiden, kepala pemerintah, raja),

dan mempunyai kekuatan yang mengikat (KBBI, 2007: 1245).

7. Fatwa

Fatwa adalah jawab (keputusan, pendapat) yang diberikan oleh

mufti tentang suatu masalah (KBBI, 2007: 314).

F. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini sudah banyak penelitian, skripsi, serta karya ilmiah lain

yang membahas dan melakukan penelitian terhadap perlindungan hak

merek dan Indikasi Geografis pada objek yang berbeda-beda.

Puji Tri Nuzuli dalam tulisannya yang berjudul “Pendaftaran

Indikasi Geografis Atas Barang-Barang Hasil Pertanian/Perkebunan di

Aceh”. Dia memfokuskan pembahasan pada masalah keberadaan barang

berpotensi untuk dilindungi Indikasi Geografis sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku di Aceh serta pendaftaran Indikasi

Geografisatas barang-barang yang memiliki potensi untuk didaftarkan

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

8

Indikasi Geografis di Aceh. Dari hasil penelitiannya, dapat diperoleh

kesimpulan bahwa di Aceh terdapat barang-barang yang berpotensi untuk

dilindungi sebagai hasil dari Indikasi Geografis. Pemerintah selama ini

telah memberikan suatu tindakan yang positif dalam didaftarkannya suatu

Indikasi Geografis khas masyarakat Aceh. Pemerintah daerah setelah

didaftarkannya Indikasi Geografis tersebut hanya meninjau setahun sekali

keberadaan masyarakat setempat dan perkebunan kopi rakyat, monitoring

atau pengamatan hanya dilakukan oleh Dinas Perkebunan di Provinsi

Aceh untuk melihat sejauh mana perkembangan, penjualan dan labelisasi

dari kopi Gayo ini.

Antoneyte Octaviany dalam skripsinya yang berjudul

“Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Batik Plumpungan”

membahas tentang eksistensi Batik Plumpungan di Kota Salatiga dilihat

dari Undang-Undang Nomor 19 tahun 2001 tentang Hak Cipta serta upaya

yang dilakukan oleh pemerintah Salatiga untuk melindungi usaha Batik

Plumpungan serta kendala apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah Kota

Salatiga dalam pemberian perlindungan hukum kepada Batik Plumpungan.

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah keberadaan

atau eksistensi Batik Plumpungan secara budaya, ekonomi, dan hukum

belum maksimal. Secara budaya eksistensi Batik Plumpungan belum

dikenal secara luas di masyarakat. Banyak dari anggota masyarakat yang

belum mengetahui motif dasar Batik Plumpungan yang unik ini diambil

dari batu Prasasti yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Usaha Batik

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

9

Plumpungan ini juga dapat dikembangkan menjadi usaha unit kecil dan

menengah, karena Batik Plumpungan dapat menyerap tenaga kerja yang

cukup banyak. Tetapi di dalam praktek, pekerja yang membuat batik di

galeri yang dimiliki oleh pencipta, hampir sebagian besar berasal dari

Pekalongan. Secara hukum keberadaan motif dasar Batik Plumpungan ini

sedang dalam proses pendaftaran, tapi batik dengan motif unik ini sudah

rentan untuk dijiplak atau ditiru oleh pihak lain dengan mempergunakan

motif dasar yang sama. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk

menghargai hasil karya orang lain inilah yang menyebabkan batik ini

rentan untuk ditiru. Kendala modal menjadi alasan banyak pihak, batik

Plumpungan sulit berkembang di kota asalnya.

Milsida Fandy dan Henry Soelistyo Budi Hardijan Rusli juga telah

melakukan penelitian dengan tema yang sama. Karya mereka berjudul

“Aspek Hukum Perlindungan Indikasi Geografis di Indonesia”. Fokus

penelitian mereka adalah mengenai penyelesaian permasalahan Indikasi

Geografis yang terjadi di Indonesia yaitu kasus kopi Toraja serta aspek

pengaturan Indikasi Geografis di Indonesia. Hasil penelitian yang

dikemukakan dalam penelitian ini yaitu analisis terhadap aspek pengaturan

Indikasi Geografis perlu dirujukkan pada Undang-undang mengenai

merek, yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Sebelum

diundangkannya Undang-undang tersebut, Indikasi Geografis diatur dalam

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek yang merupakan

perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992. Dalam Undang-

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

10

Undang Nomor 15 Tahun 2001, masalah Indikasi Geografis diatur dalam

Pasal 56 - 60. Sedangkan untuk penyelesaian terhadap sengketa kopi

Toraja, penulis memberikan dua opsi, yaitu pihak Indonesia mengajukan

pendaftaran kopi Toraja sebagai Indikasi Geografis. Bila dapat disetujui,

maka pihak Jepang yang saat ini telah mendaftarkan kopi Toraja dapat

diberi kesempatan menggunakan tanda tersebut untuk jangka waktu 2

(dua) tahun terhitung sejak tanda tersebut terdaftar sebagai Indikasi

Geografis. Artinya, apabila pihak Jepang dianggap beritikad baik dalam

menggunakan tanda Kopi Toraja maka ia dijinkan untuk menggunakan

tanda tersebut selama 2 tahun. Setelah itu tanda kopi Toraja dikembalikan

kepada pihak Indonesia. Skenario seperti ini harus didukung dengan

tersedianya ketentuan mengenai tata cara permohonan pendaftaran

Indikasi Geografis. Ini berarti, pemerintah harus segera mengeluarkan

peraturan pemerintah sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 56 (9)

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Sedangkan opsi

kedua adalah pihak Indonesia dapat mengajukan gugatan pembatalan

pendaftaran terhadap kopi Toraja. Dasar dari gugatan pembatalan itu

adalah "bahwa Indikasi Geografis kopi toraja adalah milik masyarakat

(adat) Toraja".

Dalam tesis yang ditulis Andris pada tahun 2015 yang berjudul

“Penerapan Prinsip Itikad Baik Terhadap Indikasi Geografis Kopi

Arabika Toraja Indonesia yang Didaftarkan Sebagai Merek Dagang

Toarco Toraja oleh Key Coffee (Perusahaa Jepang) Berdasarkan

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

11

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan Peraturan

Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis”. Fokus

penelitian adalah penerapan prinsip itikad baik terhadap Indikasi Geografis

Kopi Arabika Toraja Indonesia yang didaftarkan sebagai merek dagang

Toarco Toraja oleh Key Coffee Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun

2007 tentang Indikasi Geografis dan tindakan hukum apa yang dapat

dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia terkait dengan adanya

pendaftaran merek Toarco Toraja oleh pihak Key Coffee Jepang. Hasil

penelitiannya yaitu dalam kasus Kopi Arabika Toraja, pendaftaran Toarco

Toraja oleh Key Coffee (Perusahaan Jepang) sebagai merek dagang

merupakan pelanggaran terhadap Kopi Arabika Toraja sebagai Indikasi

Geografis Indonesia yang pendaftaran mereknya berdasarkan itikad tidak

baik sebagaimana di atur dalam Pasal 4 UU Merek 2001 bahwa merek

tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon

yang beritikad tidak baik. Bahwa nama Toraja merupakan kepemilikan

dari masyarakat dataran tinggi Toraja, hal tersebut diperkuat semenjak

Kopi Arabika Toraja dilindungi sistem hukum Indikasi Gerografis yang

kepemilikannya bersifat komunal. Tindakan hukum yang dapat dilakukan

oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2001 tentang Merek terkait dengan adanya pendaftaran merek

Toarco Toraja oleh pihak Key Coffee Jepang yang pendaftaran mereknya

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

12

berdasarkan itikad tidak baik antara lain, mengajukan permohonan

pembatalan merek Toarco Toraja, dan menuntut ganti kerugian.

Skripsi yang ditulis Reza Fanani pada tahun 2015 berjudul

“Perlindungan Hukum Hak Cipta terhadap Pencipta Motif Seni Batik

Kontemporer di Yogyakarta”. Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah

bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh pihak lain dalam membajak karya

cipta motif seni batik pencipta, perlindungan hukum hak cipta motif seni

batik kontemporer di Yogyakarta dan upaya hukum yang dilakukan

pencipta dalam menyelesaikan pelanggaran karya cipta motif seni

batiknya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelanggaran hak cipta

seni batik merupakan pelanggaran atas hak eksklusif yang dimiliki oleh

pencipta. Hak eksklusif pencipta terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.

Pelanggaran hak moral berupa pengakuan pihak lain atas karya ciptaan

motif seni batik pencipta berupa penjiplakan atas motif seni batik yang

sama persis dengan yang dibuat oleh seorang pencipta yang sesungguhnya.

Perlindungan hukum hak cipta seni batik kontemporer dapat dilakukan

dengan tindakan preventif dan represif. Sedangkan upaya hukum untuk

menyelesaikan pelanggaran hak cipta seni batik kontemporer di

Yogyakarta dilakukan dengan jalur non litigasi, yaitu dengan negosiasi

dan musyawarah antara pencipta dengan pihak penjiplak atau pembajak

motif seni batik.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

13

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah yuridis normatif,

yaitu pendekatan dari sudut kaidah-kaidah dan pelaksanaan peraturan

yang berlaku di dalam masyarakat, yang dilakukan dengan cara

meneliti data sekunder terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan

mengadakan penelitian terhadap data primer yang ada di lapangan.

Sedangkan metode pendekatannya dengan yuridis empiris adalah

penelitian yang berusaha menghubungkan antara norma hukum yang

berlaku dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Penelitian berupa

studi yuridis normatif, yaitu berusaha menemukan proses bekerjanya

hukum (Soekanto, 1984: 52).

2. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini penulis hadir dan ikut serta dalam kegiatan

produksi, serta kegiatan lain yang dilakukan oleh pencipta Batik

Selotigo.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sentra produksi Batik Selotigo,

yaitu di Salatiga tepatnya di JL Salatiga-Bringin KM 2 Watu Rumpuk

Salatiga.

4. Sumber Data

a. Sumber Data Primer :

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

14

1) Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong,

2000: 90). Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah

pencipta Batik Selotigo serta DISPERINDAGKOP DAN

UMKM Kota Salatiga.

2) Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh berdasarkan

studi kepustakaan dimaksudkan untuk membandingkan antara

teori dan kenyataan yang terjadi di lapangan. Melalui studi

kepustakaan ini diusahakan pengumpulan data dengan

mempelajari buku-buku, majalah, surat kabar artikel dan

internet serta referensi lain yang berkaitan dan berhubungan

dengan dengan penelitian ini.

Data skunder dalam penelitian ini mencakup :

a) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang

mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan

perundang-undangan atau putusan-putusan pengadilan Dalam

penelitian ini yang digunakan adalah bahan hukum primer yaitu

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun

2007 tentang Indikasi Geografisdan Fatwa DSN-MUI Nomor 1

tahun 2005 tentang HKI.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

15

b) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,

misalnya hasil penelitian, hasil karya ilmiah para sarjana,

artikel-artikel, internet, buku–buku yang berhubungan erat

dengan pokok permasalahan yang akan diteliti.

c) Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder, contohnya adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3) Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan secara langsung dari

sumbernya di tempat penelitian. Pada pengumpulan data secara

primer, penulis menggunakan beberapa teknik guna

memperoleh data antara lain :

a) Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara

langsung pada objek yang diteliti dan dimungkinkan untuk

memberi penelitian pada objek yang diteliti. Dalam

penelitian ini penulis akan ikut serta dalam kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh pencipta Batik Selotigo,

pembatik, serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan

dengan Batik Selotigo.

b) Indepth Interview (wawancara mendalam), karena

penelitian yang digunakan menggunakan dasar penelitian,

maka pengumpulan data dengan wawancara secara

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

16

mendalam dianggap paling tepat karena dimungkinkan

untuk mendapat informasi secara detail dari objek yang

diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara langsung

terhadap informan yang berpedoman pada daftar

pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti sebelumnya.

Peneliti akan melakukan wawancara kepada pencipta,

pembatik, pegawai Batik Selotigo serta

DISPERINDAGKOP DAN UMKM Kota Salatiga.

5. Analisis Data

Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan ataupun

diperoleh dianalisa secara kualitatif dengan cara menggambarkan

masalah secara jelas, mengumpulkan, informasi pencipta, pembatik,

pegawai Batik Selotigo dan DISPERINDAGKOP DAN UMKM Kota

Salatiga, kemudian membandingkan antara informan satu dengan

informan yang lainnya mengenai kevalidan data.

6. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam suatu penelitian, validalitas data mempunyai pengaruh

yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian

sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik

untuk memeriksa keabsahan data. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian

(Moleong, 2004: 330). Pengecekan keabsahan data dalam penelitian

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

17

ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara satu dengan

wawancara yang lainnya, hasil wawancara dengan observasi dan hasil

observasi dengan observasi yang lainnya.

7. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melalui empat tahap

sebagai berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi

pokok pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada

dosen pembimbing dalam penyusunan proposal penelitian,

dilanjutkan penyelesaian perizinan lokasi penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan

dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi penelitian. Pada

tahap ini penulis memulai terjun ke lapangan tempat penelitian

tersebut dilakukan.

c. Tahap analisis data

Meliputi analisis data yang diperoleh melalui observasi,

dokumentasi dan wawancara mendalam dengan pencipta,

pembatik, pegawai Batik Selotigo serta DISPERINDAGKOP DAN

UMKM Kota Salatiga.

d. Tahap Penulisan Laporan

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

18

Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua

rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pada pemberian

makna. Selain itu peneliti melakukan konsultasi kepada dosen

pembimbing guna penyusunan laporan selengkapnya.

H. Sistematika Penelitian

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan masalah, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan

pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Kajian pustaka

Bab III : Paparan data dan hasil penelitian meliputi : gambaran umum

batik, gambaran umum tentang Batik Selotigo, Batik Selotigo ditinjau dari

PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis, dan Batik Selotigo

dilindungi UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Bab IV : Perlindungan hukum Batik Selotigo pasca berlakunya PP Nomor

51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis, UU Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek, dan Fatwa DSN MUI Nomor 1 Tahun 2005.

Bab V : Penutup ; kesimpulan dan saran.

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

19

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Hak Kekayaan Intelektual

1. Pengertian HKI

Hak Kekayaan Intelektual, disingkat "HKI" merupakan suatu

hak yang berada dalam ruang lingkup kehidupan teknologi, ilmu

pengetahuan, maupun seni dan sastra. HKI merupakan hak yang

berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir

manusia yang diekspresikan dalam bentuk ciptaan atau temuan, baik

berupa karya cipta seni, sastra dan teknologi (Budhiwaskito,dkk :

2000, 2).

Ada juga definisi lain mengenai HKI, HKI adalah padanan

kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR),

yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasilkan suatu

produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya HKI

adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu

kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-

karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia

(Ditjen HKI: 2003, 3).

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

20

2. Sejarah Perundang-undangan HKI di Indonesia

a. Perundang-undangan HKI Masa Penjajahan Belanda

Perundang-undangan HKI Masa Penjajahan Belanda Pada

zaman pemerintahan Hindia Belanda dalam peraturan tahun 1910

hak kekayaan intelektual disebut hak oktrooi (Budhiwaksito, 2000:

2).

Menurut peraturan 1910, menyatakan bahwa suatu temuan

hendaknya dimintakan hak paten, segala dokumennya dikirim ke

Den Haag. Biro paten di Belanda yang akan memberikan oktrooi

kepada si peminta (Budhiwaksito, 2000: 3).

Sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia telah

mempunyai Undang-undang tentang HKI yang sebenarnya

merupakan pemberlakuan peraturan perundang-undangan

pemerintahan Hindia Belanda yang berlaku di Belanda,

diberlakukan di Indonesia sebagai negara jajahan Belanda

berdasarkan prinsip konkordasi (Sutedi, 2009: 1-2).

Pada waktu itu, yang baru mendapatkan pengakuan baru

tiga bidang, yaitu hak cipta, merek dagang dan industri, dan paten

(Sutedi, 2009:1-2)

Adapun peraturan perundang-undangan Belanda bidang

HKI yaitu (Sutedi, 2009:1-2):

1) Auterswet 1912 (Undang-Undang Hak Pengarang 1912,

Undang-Undang Hak Cipta: S. 1912-600).

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

21

2) Reglemen Industriele Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak

Milik Industrial Kolonial 1912: 1912-545 jo S. 1913-214).

3) Octrooiwet 1910 (Undang-undang Paten 1910: S 1910-33 yis S.

1911-33, S. 1922-54).

b. Perundang-undangan HKI Pasca Proklamasi Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan Pasal 2 Aturan

Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dan Peraturan

Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, maka ketentuan peraturan

perundang-undangan HKI zaman penjajahan Belanda, demi hukum

diteruskan keberlakuannya, sampai dengan dicabut dan diganti

dengan Undang-undang baru hasil produk legislasi Indonesia.

Setelah 16 (enam belas) tahun Indonesia merdeka, tepatnya pada

tahun 1961 barulah Indonesia mempunyai peraturan perundang-

undangan HKI dalam hukum positif pertama kalinya dengan

diundangkannnya Undang-Undang tentang Merek pada tahun

1961, disusul dengan Undang-Undang tentang Hak Cipta pada

tahun 1982, dan Undang-Undang tentang Paten tahun 1989

(Sutedi, 2009: 4).

Undang-Undang tentang Merek pertama Indonesia lahir

pada tahun 1961 dengan diundangkannya Undang-Undang tentang

Merek Dagang dan Merek Perniagaan pada tanggal 11 Oktober

1961 dan mulai berlaku tanggal 11 November 1961 yang juga

dikenal dengan nomenklaturUndang-Undang Nomor 21 Tahun

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

22

1961. Dengan diundangkan dan diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 1961, maka Reglement Industrial Eigendom

kolonien 1912 (Peraturan Hak Milik Industrial Kolonial 1912:

S.1912-545 jo. S.1913-214) tersebut dinyatakan dicabut dan tidak

berlaku lagi. Pada tahun 1992 terjadi pembaruan hukum merek di

Indonesia, dengan diundangkan dan diberlakukannya Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 1992 yang mencabut dan menggantikan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961. Selanjutnya, pada tahun

1997 terjadi lagi penyempurnaan terhadap Undang-Undang Nomor

19 Tahun 1992, dengan diundangkan dan diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997, dan terakhir pada tahun

2001, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 jo.Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 1997 tersebut diubah dan disempurnakan serta

diganti dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

(Sutedi, 2009:4).

Undang-Undang mengenai Hak Cipta di Indonesia yang

pertama pasca kemerdekaan lahir pada tahun 1982, dengan

diundangkan dan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1982. Kemudian pada tahun 1987, Undang-Undang Nomor

6 Tahun 1982 tersebut diubah dan disempurnakan dengan

diundangkan dan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1987. Selanjutnya pada tahun 1997, Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1997 jo.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

23

Dan terakhir pada tahun 2001, Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1997 jis.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1982 tersebut diubah dan disempurnakan serta

diganti dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 (Sutedi,

2009:5).

Pada saat ini masalah-masalah yang berkaitan dengan

(HKI) di Indonesia diatur oleh Ditjen HKI-Kementrian Hukum dan

HAM.

Di Indonesia masalah HKI mulai dikenal dengan menjadi

anggota pada (Budhiwaskito dkk, 2000: 2):

1. Paris Convention (Konvensi Paris, 1883). Pada konvensi ini

yang dibahas adalah masalah kekayaan industri.

2. WIPO (World Intellectual Property Organization, 1967) adalah

organisasi dunia yang menangani kekayaan intelektual dengan

tugas melaksanakan pengadministrasian konvensi di bidang

HKI, mendorong kerja sama internasional di bidang HKI dan

membantu negara sedang berkembang membangun sistem

HKI.

3. Bidang HKI

Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu

(Budhiwaksito dkk, 2000: 3-4):

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

24

a. Hak Cipta (copyright);

b. Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang

mencakup:

1) Paten (patent);

2) Desain industri (industrial design);

3) Merek (trademark);

4) Penanggulangan praktek persaingan curang (repression of

unfair competition);

5) Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design ofintegrated

circuit);

6) Rahasia dagang (trade secret)

4. Pengaturan HKI dalam TRIPs

Lahirnya persetujuan TRIPs dalam putaran Uruguay (GATT)

pada dasarnya merupakan dampak dari kondisi perdagangan dan

ekonomi internasional yang dirasa semakin luas, yang tidak lagi

mengenal batas-batas negara.1

Negara yang pertama kali

mengemukakan lahirnya TRIPs yaitu Amerika, sebagai antisipasi yang

menilai bahwa WIPO (World Intellectual Property Organization) yang

bernaung di bawah PBB tidak mampu melindungi HKI mereka di

pasar internasional, yang mengakibatkan neraca perdagangan mereka

menjadi negatif (Sutedi, 2009: 46).

1 TRIPs merupakan perjanjian internasional di bidang HKI terkait perdagangan. Perjanjian ini merupakan salah satu kesepakatan di bawah organisasi perdagangan dunia atau WTO (World Trade Organization)

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

25

Alasan-alasan mereka mengenai kelemahan WIPO yaitu

(Sutedi, 2009: 46):

a. WIPO merupakan sebuah organisasi yang anggotanya terbatas,

sehingga ketentuan-ketentuannya tidak dapat diberlakukan

terhadap non anggotanya.

b. WIPO tidak memiliki mekanisme untuk menyelesaikan dan

menghukum setiap pelanggaran HKI. Di samping itu, WIPO

dianggap juga tidak mampu mengadaptasi perubahan struktur

perdagangan internasional dan perubahan tingkat invasi teknologi.

Sejak tahun 1982, Amerika berusaha memasukkan permasalahan

HKI ke forum perdagangan GATT. Pemasukan HKI ini pada

mulanya ditentang oleh negara-negara berkembang (kompeten).

GATT merupakan forum perdagangan multilateral, sedangkan HKI

tidak ada kaitannya dengan perdagangan. Namun akhirnya, mereka

bisa menerimanya setelah dengan argumentasi bahwa kemajuan

perdagangan (internasional) suatu negara bergantung pada

kemajuan/keunggulan teknologinya, termasuk perlindungan HKI

nya.

Dengan masuknya HKI, GATT yang semula hanya mengatur

12 permasalahan kini telah ada 15 permasalahan, tiga dari

permasalahan tersebut merupakan kelompok new issue, yaitu TRIPs

(masalah HKI), TRIMs (masalah investasi) dan Trade is

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

26

Service(masalah perdagangan yang berkaitan dengan sektor jasa)

(Sutedi, 2009: 46).

TRIPs sendiri mempunyai tujuan untuk melindungi dan

menegakkan hukum hak milik intelektual guna mendorong timbulnya

inovasi, pengalihan, penyebaran teknologi, serta diperolehnya manfaat

bersama antara pembuat dan pemakai pengetahuan teknologi, dengan

cara menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta

berkesinambungan antara hak dan kewajiban (Sutedi, 2009: 47).

Pengaturan HKI yang diatur dalam TRIPs tidak semuanya

langsung diterapkan dalam hukum di Indonesia. TRIPs digunakan

untuk mengisi ruang lingkup HKI yang belum diatur oleh di hukum

di Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut (Sutedi, 2009: 48):

1. Rental Right bagi pemegang hak cipta rekaman video /film dan

komputer program.

2. Perlindungan bagi Performers, Producer of Phonograms (Sound

Recording) and Broadcasts.

3. Perlindungan atas Lay-out Design daripada Integrated Circuits.

4. Perlindungan terhadap Undisclosed Information.

B. Merek

1. Pengertian Merek

Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika

terdapat iklim persaingan usaha yang sehat dan di sini merek

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

27

mempunyai peranan yang sangat penting yang memerlukan pengaturan

yang lebih memadai (Sutedi, 2009: 89).

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-

huruf, angka-angka, susunan warana, atau kombinasi dari unsur-unsur

tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan

perdagangan barang atau jasa (UU Nomor 15 Tahun 2001).

Merek juga merupakan suatu tanda pembeda atas barang atau

jasa bagi satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai tanda

pembeda, maka merek dalam satu klasifikasi barang/jasa tidak boleh

memiliki persamaan antara satu dengan yang lainnya, baik pada

keseluruhan maupun pada pokoknya (Sutedi, 2009: 91).

Pengertian memiliki persamaan pada keseluruhannya yaitu

apabila mempunyai persamaan dalam hal asal, sifat, cara pembuatan,

dan tujuan pemakaiannya. Sedangkan untuk pengertian persamaan

dalam pokoknya yaitu apabila memilki persamaan pada persamaan

bentuk , persamaan cara penempatan, dan persamaan pada bunyi

ucapan (Sutedi, 2009:91).

2. Macam-macam Merek

Ada beberapa macam merek yang dikenal dalam dunia

perdagangan. Adapun macam-macam merek tersebut adalah (Ditjen

HKI, 2013: 28):

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

28

a. Merek Dagang

Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang

yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan

barang-barang sejenis lainnya.

b. Merek Jasa

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yag

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-

jasa sejenis lainnya.

c. Merek Kolektif

Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada

barang/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang

diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara

bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa

sejenis lainnya.

3. Dasar Hukum Perlindungan Merek

Pada sistem hukum Indonesia, merek dan segala hal yang

berkaitan dengan merek diatur dalam Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek.

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

29

4. Fungsi Merek

Fungsi merek yaitu (Ditjen HKI, 2013: 36):

a. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan

seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan

hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya.

b. Alat promosi, sehingga dalam mempromosikan hasil produksinya

cukup dengan menyebut mereknya.

c. Jaminan atas mutu barangnya.

d. Penunjuk asal barang/jasa yang dihasilkan.

Sedangkan fungsi merek untuk didaftarkan yaitu (Ditjen HKI,

2013: 36):

a. Sebagai bukti kepemilikan hak atas merek yang didaftarkan.

b. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama pada

keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan

pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenisnya.

c. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang

sama pada keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran

untuk barang/jasa sejenisnya.

5. Pemohon

Pemohon adalah pihak yang dapat mngajukan permohonan

pendaftaran merek. Yang dapat mengajukan permohonan yaitu (Ditjen

HKI, 2013: 29):

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

30

a. Orang/perorangan

b. Perkumpulan

c. Badan hukum (CV, Firma, Perseroan)

6. Permohonan Pendaftaran Merek

Menurut pasal 7 ayat 1, permohonan pendaftaran merek

diajukan secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia kepada

Ditjen HKI dengan mencantumkan:

a. Tanggal, bulan, dan tahun;

b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon

c. Nama lengkap dan alamaat kuasa apabila permohonan diajukan

melalui kuasa;

d. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan menggunakan

unsur warna;

e. Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali

dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.

Yang dimaksud dengan hak prioritas adalah hak pemohon

untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang

tergabung dalam ParisConvention For the Protection of Industrial

Property atau Agreement Establishing the World Trade Organization

untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara

asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota

salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut

dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

31

Convention for the Protection of Industrial Property (Asyhadie, 2014:

220-221).

Permohonan dapat dilakukan oleh satu orang atau beberapa

orang secara bersama-sama, atau badan hukum. Dalam permohonan

diajukan oleh beberapa orang yang sama-sama berhak atas merek

tersebut, maka (Asyhadie, 2014: 221):

1. Semua nama pemohon harus dicantumkan dalam surat

permohonan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat

mereka;

2. Surat permohonan pendafataran harus ditandatangani oleh salah

satu dari pemohon yang berhak atas merek tersebut dengan

melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon yang

mewakilkan;

3. Apabila permohonan pendaftaran dilakukan oleh seorang kuasa,

surat kuasa harus ditandatangani oleh semua pihak yang berhak

atas merek tersebut.

Selanjutnya dalam waktu sepuluh hari terhitung sejak tanggal

disetujuinya permohonan untuk didaftar, Ditjen HKI akan

mengumumkan permohonan tersebut dalam Berita Resmi Merek.

Pengumuman tersebut akan berlangsung selama tiga bulan yang

dilakukan dengan menempatkannya dalam Berita Resmi Paten yang

diterbitkan secara berkala, atau dengan menempatkannya pada sarana

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

32

khusus yang dengan mudah serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat

misalnya internet (Hasyim, 2009: 211).

Menurut pasal 28 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001,

merek terdaftar mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka waktu

10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu

perlindungan itu dapat diperpanjang.

7. Merek yang Tidak Dapat Didaftarkan

Menurut pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek, merek tidak dapat didaftarkan atas dasar permohonan

yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik. Yang

dimaksud dengan pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang

mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun

untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak

lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak

lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau

menyesatkan konsumen.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 pada pasal 5

menyatakan bahwa merek tidak dapat didaftarkan apabila merek

tersebut mengandung salah satu unsur:

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

33

a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum.

Yang termasuk dalam pengertian bertentangan dengan

moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum adalah apabila

penggunaan tanda tersebut dapat menyinggung perasaan,

kesopanan, ketentraman atau keagamaan dari khalayak umum atau

dari golongan masyarakat tertentu.

b. Tidak memiliki daya pembeda.

Tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila

tanda tersebut terlalu sederhana seperti satu tanda garis atau satu

tanda titik, ataupun teralu rumit sehingga tidak jelas.

c. Telah menjadi milik umum.

d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa

yang dimohonkan pendaftarannya.

Sedangkan permohonan harus ditolak oleh Ditjen HKI apabila

merek tersebut (Djaja, 2009: 196-197):

a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek milik lain yang sudah terdaftar terlebih dahulu untuk

barang dan/atau jasa yang sejenis.

Yang dimaksud mempunyai persamaan pada pokoknya

adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang

menonjol antara merek yang satu dengan merek yang lain yang

dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

34

bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara

unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam

merek-merek tersebut.

b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang

dan/atau jasa yang sejenis.

c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan Indikasi Geografis yang sudah dikenal.

d. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama

badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan

tertulis dari yang berhak.

e. Merupakan tiruan, atau menyerupai nama atau singkatan nama,

bendera, lambang, atau simbol atau lambang negara atau lembaga

nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis

dari pihak yang berwenang.

f. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau stempel resmi yang

digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas

persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

Menurut keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.03-

HC.02.01 Tahun 1991, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

merek terkenal adalah merek dagang yang secara umum telah dikenal

dan dipakai pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

35

badan, baik di wilayah Indonesia maupun di luar negeri (Hasyim,

2009: 210).

Pendaftaran merek hanya dapat diajukan untuk satu kelas

barang atau jasa. Kelas barang atau jasa dalam kelompok jenis barang

atau jasa yang mempunyai persamaan dalam sifat, cara pembuatan,

dan tujuan penggunaannya. Apabila mereka akan dimintakan

pendaftarannya untuk lebih dari satu kelas, maka permintaan akan

pendaftarannya harus diajukan secara terpisah (Hasyim, 2009: 210).

8. Keabasahan Merek

Merek-merek yang didaftarkan dinyatakan sah utuk masa

sepuluh tahun dan dapat diperbarui untuk periode sepuluh tahun

berikutnya. Apabila pendaftaran tidak diperbarui, register akan

menghapus merek dari daftar. Merek yang sudah didaftar tidak dapat

diubah selama masih dalam masa terdaftar atau masa perpanjangan,

kecuali yang berhubungan dengan penggantian nama dan alamat

pemilik apabila merek itu mencakup nama dan alamat pemilik merek.

Merek terdaftar dapat diserahkan, dicabut, dan dinyatakan tidak

berlaku lagi. Merek terdaftar dapat diserahkan terkait sebagian atau

semua barang atau jasa yang terdaftar dengan merek itu.

9. Penghapusan Merek

Merek yang telah terdaftar pada dasarnya dapat dihapuskan

atas prakarsa Ditjen HKI atau berdasarkan permohonan pemilik merek.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

36

Penghapusan ini dilakukan jika (Ditjen HKI, 2013: 38):

a. Merek tidak digunakan selama tiga tahun berturut-turut dalam

perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau

pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang diterima oleh

Ditjen HKI.

b. Merek digunakan untuk jenis barang dan jasa yang tidak sesuai

dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya,

termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang

didaftar.

Merek yang sudah terdaftar dapat dihapuskan karena empat

kemungkinan, yaitu (Ditjen HKI, 2013: 38):

1. Atas prakarsa Ditjen HKI.

2. Atas permohonan dari pemilik merek yang bersangkutan.

3. Atas putusan pengadilan.

4. Tidak diperpanjang jangka waktu pendafataran mereknya.

10. Peralihan Hak atas Merek Terdaftar

Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek menerangkan bahwa hak atas merek terrdaftar dapat

beralih atau dialihkan karena:

a. Pewarisan;

b. Wasiat;

c. Hibah;

d. Perjanjian;

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

37

e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-

undangan.

Yang dimaksud dengan sebab-sebab lain yang dibenarkan

oleh peraturan perundang-undangan yaitu sepanjang tidak

bertentangan dengan Undang-undang ini, misalnya kepemilikan

merek karena pembubaran badan hukum yang semula pemilik

merek (Djaja, 2009: 214).

Untuk pengalihan hak atas merek sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1), wajib dimohonkan pencatatannya kepada

Ditjen HKI untuk dicatat dalam dalam daftar umum merek (pasal 40

ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek).

Pengalihan hak atas merek ini dilakukan dengan menyertakan

dokumen yang mendukungnya antara lain sertifikat merek serta bukti-

bukti lain yang mendukung kepemilikan tersebut, kemudian wajib

dimohonkan pencatatannya kepada Direktorat Merek untuk dicatat

dalam daftar umum merek. Pencatatan ini dimaksudkan agar akibat

hukum dari pengalihan hak atas merek terdaftar tersebut berlaku

terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dan terhadap pihak ketiga.

Yang dimaksud dengan pihak-pihak yang bersangkutan adalah

pemilik merek dan penerima pengalihan hak atas merek. Adapun yang

dimaksud dengan pihak ketiga adalah penerima lisensi. Namun, tujuan

penting dari adanya kewajiban untuk mencatatkan pengalihan hak atas

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

38

merek adalah untuk memudahkan pengawasan dan mewujudkan

kepastian hukum (Sutedi, 2009: 94).

Ketentuan pada pasal 42 Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 menyebutkan bahwa pengalihan hak atas merek terdaftar hanya

dicatat oleh Ditjen HKI apabila disertai pernyataan tertulis dari

penerima pengalihan bahwa merek tersebut akan digunakan bagi

perdagangan barang dan/atau jasa.

C. Indikasi Geografis

1. Pengertian Indikasi Geografis

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi

Geografis menyatakan bahwa Indikasi Geografis merupakan suatu

tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor

lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau

kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan ciri dan kualitas

tertentu pada barang yang dihasilkan.

Sedangkan pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek menyatakan bahwa Indikasi Geografis merupakan

suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena

faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau

kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan ciri dan kualitas

tertentu pada barang yang dihasilkan.

Jadi, dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa yang dinamakan Indikasi Geografis adalah suatu indikasi atau

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

39

identitas suatu barang yang berasal dari suatu tempat, daerah atau

wilayah tertentu yang menunjukkan adanya kualitas, reputasi serta

karakteristik yang dapat dijadikan atribut dari barang tersebut.

Tanda Indikasi Geografis dapat berupa nama dan logo, yaitu

nama tempat atau daerah geografis maupun tanda lainnya yang

menunjukkan asal tempat barang yang dilindungi oleh Indikasi

Geografis (http://119.252.174.21/indikasi-geografis/?book=buku-

indikasi-geografis-indonesia).

2. Dasar Hukum

Dasar hukum Indikasi Geografis adalah Peraturan Pemerintah

Nomor 51 Tahun 2007. Sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 51

Tahun 2007 dikeluarkan, dasar hukum Indikasi Geografis masih ikut

dalam payung hukum yang sama dengan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek, yaitu pada pasal 56 sampai pasal 58.

3. Indikasi yang Tidak Dapat Didaftarkan

Menurut ketentuan pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 51

Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis, Indikasi Geografis tidak dapat

didaftarkan apabila tanda yang dimohonkan pendaftarnya:

a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, moralitas

agama, kesusilaan atau ketertiban umum;

b. Menyesatkan atau memperdaya masyarakat mengenai: ciri,sifat,

kualitas, asal sumber, proses pembuatan barangdan/atau

kegunaannya;

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

40

c. Merupakan nama geografis setempat yang telah digunakansebagai

nama varietas tanaman, dan digunakan bagi varietastanaman yang

sejenis; atau

d. Telah menjadi generik.

4. Jangka Waktu Perlindungan Indikasi Geografis

Jangka waktu perlindungan Indikasi Geografis menurut pasal 4

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi

Geografis yaitu dilindungi selama karakteristik khas dan kualitas yang

menjadi dasar bagi diberikannya perlindungan atas Indikasi Geografis

tersebut masih ada.

5. Pemohon

Permohonan pendaftaran Indikasi Geografis diajukan secara

tertulis dalam bahasa Indonesia. Pasal 5 PP Nomor 51 Tahun 2007

menyebutkan bahwa Indikasi Geografis dapat diajukan oleh:

a. Lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi

barang yang bersangkutan, yang terdiri atas:

1) Pihak yang mengusahakan barang yang merupakan hasil alam

atau kekayaan alam;

2) Produsen barang hasil pertanian;

3) Pembuat barang-barang kerajinan tangan atau hasil industri;

4) Pedagang yang menjual barang tersebut.

b. Lembaga yang diberi kewenangan untuk itu;

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

41

c. Kelompok konsumen barang tertentu.

Yang dimaksud dengan lembaga yang mewakili masyarakat di

daerah yang memproduksi barang adalah lembaga yang diberi

kewenangan untuk mendaftarkan Indikasi Geografis dan lembaga itu

merupakan lembaga pemerintah atau lembaga resmi lainnya seperti

koperasi, asosiasi, dan lain-lain (Djaja, 2009: 220).

6. Tata Cara Pengajuan Permohonan Pendaftaran

Menurut pasal 6 PP Nomor 51 Tahun 2007, tata cara

pendaftaran Indikasi Geografis yaitu:

a. Permohonan pendaftaran diajukan secara tertulis dalam Bahasa

Indonesia oleh pemohon atau melalui kuasanya dengan mengisi

formulir dalam rangkap tiga kepada Ditjen HKI.

b. Permohonan sebagaimana yang dimaksud harus mencantumkan

persyaratan administrasi sebagai berikut:

1) Tangggal, bulan, dan tahun.

2) Nama lengkap, kewarganegaraan dan alamat pemohon.

3) Nama lengkap dan alamat kuasa, apabila permohonan diajukan

melalui kuasa.

c. Permohonan sebagaimana di maksud pada ayat (1) harus dilampiri:

1) Surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui

kuasa.

2) Bukti pembayaran biaya pendaftaran dan pemeriksaan

substantif kepada kantor kas negara.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

42

d. Permohonan sebagaimana pada ayat (1) harus dilengkapi dengan

buku persyaratan.

e. Permohonan dapat diajukan kepada Ditjen HKI:

- Dengan alamat : Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual,

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Jl. H. R.

Rasuna Said Kav. 8-9, Kuningan, Jakarta Selatan 12190, atau

- Melalui Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi

Manusia yang ada di seluruh provinsi di Indonesia.

f. Permohonan diajukan dengan menggunakan formulir permohonan

resmi Indikasi Gografis dari Ditjen HKI.

7. Manfaat Indikasi Geografis

Adapun manfaat Indikasi Geografis yaitu (Ditjen HKI, 2013:

2-3):

a. Memperjelas identifikasi produk dan menetapkanstandar produksi

dan proses.

b. Menghindari praktik persaingan diantara para pemangku

kepentingan Indikasi Geografis, menghindari praktik kecurangan

memberikan perlindungan dari penyalahgunaan reputasi Indikasi

Geografis.

c. Menjamin kualitas produk Indikasi Geografis sebagai produk asli

sehingga memberikan kepercayaan pada konsumen.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

43

d. Membina produsen lokal, mendukung koordinasi, dan memperkuat

organisasi sesama pemegang hak dalam rangka menciptakan,

menyediakan, dan memperkuat citra nama dan reputasi produk.

e. Meningkatnya produksi dikarenakan didalam Indikasi Geografis

dijelaskan dengan rinci tentang produk berkarakter khas dan unik.

f. Reputasi suatu kawasan Indikasi Geografis akan ikut terangkat,

selain itu Indikasi Geografis juga dapat melestarikan keindahan

alam, pengetahuan tradisional, serta sumberdaya hayati, hal ini

tentunya akan berdampak pada pengembangan agrowisata.

D. HKI dalam Pandangan Hukum Islam.

Dalam hukum Islam, sebenarnya masalah HKI belum dibahas

secara utuh oleh para ulama. Hal ini karena pada masa Rasulullah dan

setelahnya belum dikenal mengenai permasalahan HKI.

Islam sangat menghargai kreativitas karya individu, apalagi

kreativitas manusia dalam usaha merubah nasib perjalanan hidupnya

dengan cara benar. Salah satu cara dalam mencari usaha yaitu dengan

mengumpulkan kekayaan dengan sepuas-puasnya, asalkan dengan jalan

yang halal dan disalurkan menurut cara-cara yang dibenarkan oleh hukum

syara‟.

Dalam masalah HKI ini, yang menjadi fokus dari para ulama

adalah mengenai hak milik yang ada dalam HKI. Melihat banyaknya

pelanggaran yang terjadi pada HKI, maka MUI sebagai wadah para ulama

dan masyarakat Islam, mengeluarkan fatwa mengenai HKI, yaitu Fatwa

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

44

MUI Nomor 1 Tahun 2005 tentang Perlindungan HKI. Dalam Islam,

digariskan bahwa segala sesuatu yang diperoleh dengan cara yang sah (ben

ar dan halal) seperti (http://jurnal.stmikelrahma.ac.id/assets/file/Aris%20B

adaruddin%20Thoha_stmikelrahma.pdf) :

1. Harta yang diperoleh dari kerja keras

2. Harta yang diambil dari benda yang tidak bertuan

3. Harta yang diambil atas dasar saling meridhai

4. Harta yang diperoleh dari waris, wasiat, hibah dan lain sebagainya

Adalah wajib dilindungi baik oleh individu maupun masyarakat. Dari

penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa HKI adalah harta yang

diperoleh dengan cara yang sah, yaitu merupakan hasil kerja keras dan

kreatif baik dari individu maupun kelompok, dan ini menjadi dasar bahwa

HKI merupakan milik (kekayaan) yang harus dijaga dan dilindungi baik

oleh pemilik maupun masyarakat.

Menurut Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2005, dalil-dalil yang

menjelaskan bahwa Islam melindungi HKI yaitu (Depag, 2003: 315-317):

1. Al Qur‟an

a. Surah An Nisa‟ ayat 29:

أن تكونتجارةعنت راضمنكمولا ت اياأي هاالذينآمنوالتأكلواأموالكمب ي نكمبالباطلل ت لواأن فسكمإناللهكانبكمرحيما

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

45

janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha

Penyayang kepadamu”(Q.S. An Nisa‟: 29).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam Islam, dilarang untuk

memakan harta orang lain dengan cara bathil.

b. Surah As Syu‟ara ayat 183

ا[381/الشعراء(اا]381)اولت بخسواالناسأشياءهولت عث وافيالرضمفسدينا

Artinya:

“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan

janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat

kerusakan” (Q.S. As Syu‟ara: 183).

c. Al Baqarah ayat 279

لافإن لمت فعلوافأذنوابربناللهورسولوإن تبتمفلكمرءوسأموالكملتظلمون ولتظا/البرة(ا]979)امونا

Artinya:

“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),

maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.

Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu

pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)

dianiaya” (Q.S. Al Baqarah:279).

2. Hadis

Hadis Nabi berkenaan dengan harta kekayaan atau hak:

a. نامنت ركمالفلا ورثتهومنت رككلفإلي

Artinya:

“ Barang siapa meninggalkan harta (kekayaan), maka (harta itu)

untuk ahli warisnya dan barang siapa meninggalkan keluarga

(miskin), serahkan kepadaku”

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

46

b. إندماءكموأموالكمعليكمحرام ا Artinya:

“Sesungguhnya darah (jiwa) dan hartamu adalah haram (mulia,

dilindungi)....”

c. الاألاولايلالمرئاخطب ا نامالااخيواشىء امااناارسولااللواصاماف (يثربانبواعمران فسامنو...ا)رواهااحمدافىاسندهاباباحديثاابطيباإلا

Artinya:

Rasulullah saw menyampaikan khutbah kepada kami, sabdanya :

“Ketahuilah, tidak halal bagi seseorang sedikit pun dari harta

saudaranya kecuali dengan kerelaan hatinya....” (H.R. Ahmad).

Hadis Nabi berkenaan dengan larangan berbuat dzalim: a. احرمتاالظلماعلىان فسىاوجعلتواب ي نكمامرماافلاايا عبادىاانى

(,اباباتحريماالظلم)رواهامسلماتظالموا......

Artinya:

“Hai para hamba-Ku! Sungguh Aku telah haramkan kezaliman

atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman itu sebagai hal yang

diharamkan diantaramu; maka, janganlah kamu saling

menzalimi…” (H.R Muslim).

b. لايظلمواولايسلمو....)رواهاالبخارىافىاصحيحو.اااخوالمسلماالمسلمااا(كتاب:االمظالم

Artinya:

“Muslim adalah saudara muslim (yang lain), ia tidak boleh

menzalimi dan menganiaya..” (H.R Bukhari).

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

47

c. راولاضرارالضرا Artinya: “Tidak boleh mmebahayakan (merugikan) diri sendiri dan tidak

boleh pula membahayakan (merugikan) orang lain” (H.R Ibnu

Majah)

3. Qawaid Fiqh (Depag, 2003: 316-317):

a. الضرراي زالا Artinya:

“ Bahaya kerugian harus dihilangkan”

b. صالحام اعلىاجلباالم د درءاالمفاسدام

Artinya:

“Menghindarkan mafsadat didahulukan atas mendatangkan

maslahat”

c. مناالرااماف هواحرام ااكلامااي ت ولدا Artinya: “Segala sesuatu yang lahir (timbul) dari sesuatu yang haram

adalah haram”.

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

48

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Sejarah Batik dan Perkembangannyadi Indonesia

Sebelum membahas mengenai perlindungan hukum merek Batik

Selotigo, peneliti akan membahas secara singkat mengenai batik di

Indonesia serta perkembangannya. Menurut Hamzuri, batik adalah lukisan

atau gambar pada kain mori yang dibuat dengan menggunakan alat

bernama canting.2 Kegiatan melukis atau menggambar atau menulis pada

mori dengan canting disebut membatik. Hasil dari membatik adalah batik

atau batikan yang berupa macam-macam motif dan mempunyai sifat-sifat

khusus yang berupa macam-macam motif dan mempunyai sifat-sifat

khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri (Hamzuri, 1989: 6).

Secara etimologi, kata batik berasal dari Bahasa Jawa, “Amba”,

yang mempunyai arti lebar, luas, kain, dan “titik” yang berarti titik. Dari

kata tersebut kemudian berkembang menjadi “batik”, yang artinya yaitu

menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang lebar

(Wulandari, 2011: 4)

Batik merupakan suatu budaya Indonesia, yang telah dikenal pada

zaman dahulu. Pada zaman dahulu, batik biasanya hanya digunakan di

2Canting merupakan alat menggambar, tepatnya untuk melukiskan cairan malam pada kain dalam membuat corak, mampu melukiskan ragam hias paling rumit sesuai dengan ketrampilan pembatik.

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

49

lingkungan kerajaan maupun keraton. Sebelum mendapatkan pengakuan

dari UNESCO, batik menjadi sebuah perdebatan mengenai apakah batik

asli berasal dari Indonesia atau tidak. Akan tetapi setelah ada pengakuan

dari UNESCO, jelas bahwa batik berasal dari Indonesia.

Batik merupakan suatu budaya Indonesia yang telah dikenal pada

zaman Majapahit. Pengerjaan batik terbatas yaitu pada lingkungan keraton

dan hasilnya hanya digunakan untuk pakaian raja dan keluarga serta

pengikutnya. Dikarenakan pengikutnya tinggal di luar keraton, maka

keterampilan membatik ini dibawa mereka keluar keraton dan dikerjakan

di tempat masing-masing (Umam, 2007: 6).

Bukti bahwa orang Jawa sudah melakukan kegiatan membatik

pada abad ke 10 adalah dengan adanya keterangan atau dokumentasi pada

Prasasti Gulung-gulung (929 M) yang menunjukkan bahwa masa itu Jawa

sudah ada usaha kerajinan kain dan batik. Dalam prasasti juga terurai

mengenai proses pembuatan kain dan batik (Yuliati, 2009: 7).

B. Sejarah Batik Selotigo

Batik merupakan kerajinan khas dari daerah Indonesia. Batik

mempunyai motif yang beragam dan karakteristik yang berbeda-beda. Hal

ini karena batik diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dan setiap

daerah mempunyai ciri khas yang berbeda-beda.

Saat ini batik yang merupakan salah satu bagian dari warisan dunia

yang berasal dari Indonesia telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO

pada 2 Oktober 2009. Dengan adanya pengakuan dari dunia ini, maka

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

50

negara lain tidak akan bisa mengklaim batik sebagai bagian dari mereka.

Hal ini juga pasti memberikan keuntungan kepada pihak Indonesia, karena

ketika sebuah produk telah diakui oleh dunia secara tidak langsung produk

tersebut telah mempunyai nama di dunia dan ini menguntungkan juga

pada pemasaran batik itu sendiri.

Setiap batik mempunyai sejarah serta cerita yang berbeda-beda.

Biasanya, sejarah dari batik tersebut berkaitan dengan sejarah dari daerah

tempat batik tersebut diproduksi maupun berkaitan dengan budaya yang

ada di daerah tersebut, begitu juga dengan Batik Selotigo yang berasal dari

kota kecil di Jawa Tengah, yaitu berasal dari Kota Salatiga.

Keinginan untuk menjadikan Kota Salatiga sebagai salah satu kota

penghasil batik datang dari seorang warga Kota Salatiga yang bernama

Bapak Fatichun, yang selanjutnya dalam penulisan ini akan disebut

sebagai pencipta.

Gagasan meciptakan batik dengan ciri khas Kota Salatiga muncul

setelah pencipta mengikuti sebuah workshop pelatihan batik yang

diadakan oleh Pemerintah Kota Salatiga. Pada waktu itu, pencipta menjadi

salah satu peserta dalam workshop tersebut. Bersama dengan kedua

temannya, pencipta berkesempatan mendapatkan ilmu tentang dunia batik.

Ada banyak hal yang didapatkan oleh pencipta dalam workshop

yang berlangsung selama tiga hari tersebut, diantaranya mengenai

pengetahuan dan pelatihan, cara pembuatan batik, cara memasarkan batik,

dan cara merawat batik. Workshop yang hanya berlangsung selama tiga

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

51

hari tersebut mempunyai dampak yang besar bagi pencipta. Pencipta yang

merupakan seorang pensiun pegawai negeri sipil, dengan bekal yang

pencipta peroleh akhirnya memberanikan diri untuk membuat batik yang

dapat menjadi ciri khas Kota Salatiga (wawancara dengan Bapak Fatichun

pada tanggal 17 Maret 2016).

Pencipta tidak hanya mendapatkan ilmu mengenai membatik dari

workshop yang pencipta ikuti saja, akan tetapi pencipta sebelumnya

mempunyai pengalaman yang cukup banyak di bidang batik. Pencipta

pernah melakukan kerjasama dengan seseorang temannya di bidang batik.

Kerjasama yang dilakukan selama hampir lima tahun ini, mulai tahun

2005-2009 ini memberikan wawasan yang cukup banyak mengenai dunia

usaha di bidang batik.

Dengan misinya untuk menjadikan Salatiga sebagai salah satu kota

penghasil batik di Indonesia serta modal yang pencipta miliki, akhirnya

pada tahun 2009 pencipta membuka sebuah usaha mandiri di bidang batik.

Usaha ini tidak hanya fokus terhadap penjualan batik, akan tetapi juga

fokus pada pembuatan batik. Produk yang dijual oleh pencipta di produksi

langsung oleh pencipta bersama pegawai-pegawainya. Pada tahun 2009,

gambar batik batu Prasasti Watu Rumpuk diproses menjadi kain batik.

Proses pembatikan dilakukan di daerah asalanya, yaitu Kota Salatiga.

Sesuai dengan misinya untuk menjadikan Salatiga sebagai salah

satu kota penghasil batik yang ada di Indonesia, pencipta memberikan

nama pada hasil batik ciptaannya dengan nama Batik Selotigo. Filosofi

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

52

dari nama Batik Selotigo sangat berkaitan erat dengan Kota Salatiga. Batik

Selotigo merupakan sebuah nama yang tidak asing bagi masyarakat

Salatiga. Kota Salatiga mempunyai kaitan yang erat dengan prasasti Watu

Rumpuk. Prasasti Watu Rumpuk merupakan sebuah prasasti yang menjadi

cikal bakal dari adanya Kota Salatiga. Prasasti ini berada desa Watu

Rumpuk Salatiga. Prasasti Watu Rumpuk merupakan prasasti yang terdiri

dari batu-batu yang tertumpuk. Prasasti ini menjadi salah satu tanda suatu

tempat pada masa kejayaan Raja Bhanu. Prasasti Watu Rumpuk terdiri

dari tiga batu besar dan tiga batu kecil yang saling berjejeran. Tiga batu

besar yang ada di Prasasti Watu Rumpuk inilah yang digunakan oleh

pencipta sebagai motif dasar Batik Selotigo (wawancara dengan Bapak

Fatichun pada tanggal 17 Maret 2016).

Gambar 3.1

Prasasti Watu Rumpuk

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

53

Kata Selotigo terdiri dari dua suku kata, yaitu Selo dan Tigo.

Menurut Bahasa Jawa, Selomempunyai arti batu. Sedangkan Tigo dalam

bahasa Indonesia artinya tiga. Jadi Selotigo artinya tiga batu. Ini sesuai

dengan motif yang pemilik gunakan pada batiknya, yaitu motif batu-

batuan dari prasasti Watu Rumpuk (wawancara dengan Bapak Fatichun,

pada tanggal 17 Maret 2016).

C. Pendaftaran Batik Selotigo

Untuk melindungi hasil ide kreatifitasnya yang kemudian berwujud

menjadi sebuah produk, pencipta mendaftarkan produknya ke

KEMENKUMHAM, khususnya Ditjen HKI. Hal ini dilakukan untuk

menghindari banyaknya tindak kejahatan yang belakangan ini semakin

marak terjadi di bidang HKI, seperti penjiplakan motif, merek, dan lain-

lain.

Pada tahun 2009, pencipta Batik Selotigo mendaftarkan hasil

produksinya di Ditjen HKI kantor wilayah Semarang. Pendaftaran

dilakukan di Ditjen HKI Semarang karena Kota Salatiga menjadi salah

satu kota yang menjadi kewenangan absolut dari Ditjen HKI Semarang.

Ada dua hal yang didaftarkan oleh pencipta di Ditjen HKI Semarang. Dua

hal tersebut adalah merek dan motif Batik Selotigo. Setelah didaftarkan ke

Ditjen HKI, pencipta mulai memperkenalkan Batik Selotigo sebagai salah

satu ciri khas Kota Salatiga kepada masyarakat, baik masyarakat Kota

Salatiga maupun masyarakat luar Kota Salatiga.

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

54

Dalam proses pendaftaran ini, tahap-tahap serta berkas-berkas yag

harus di penuhi cukup rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Pencipta

mendaftarkan Batik Selotigo secara individu ke Ditjen HKI Semarang.

Pendaftaran yang dilakukan secara individu dilakukan dengan cara

pencipta datang langsung ke kantor Ditjen HKI Semarang tanpa

didampingi oleh Pemerintah Kota Salatiga dan dengan membayar biaya

pendaftaran sendiri.

Pencipta lebih berinisiatif mendaftarkan Batik Selotigo secara

individu dikarenakan ada beberapa alasan. Alasan yang diungkapkan oleh

pencipta yaitu (wawancara dengan pencipta, pada tanggal 20 Maret 2016):

1. Merupakan hasil kreatifitas individu

Pencipta merasa bahwa dalam membuat Batik Selotigo adalah

hasil kreatifitasnya sendiri, baik dalam hal ide pembuatan motif

maupun pembuatan merek Batik Selotigo. Apabila Batik Selotigo

didaftarkan melalui perantara Pemerintah Kota Salatiga, pencipta

khawatir Batik Selotigo akan dianggap sebagai milik Pemerintah Kota

Salatiga.

2. Proses yang rumit

Pencipta berpendapat bahwa apabila proses pendaftaran Batik

Selotigo ke Ditjen HKI dilakukan dengan bantuan Pemerintah Kota

Salatiga, proses yang dibutuhkan untuk melakukan pendaftaran ke

Ditjen HKI akan lebih lama. Ada beberapa izin tertulis yang harus

dilakukan oleh pencipta di beberapa instansi Pemerintah Kota Salatiga

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

55

supaya dapat melakukan pendaftaran ke Ditjen HKI. Apabila batik

Selotigo didaftarkan secara individu, maka proses-proses tersebut tidak

perlu dilakukan oleh pencipta.

Biaya yang harus dikeluarkan oleh pencipta dalam proses

pendaftaran Batik Selotigo pada waktu itu, yaitu tahun 2009 sebesar

Rp. 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah), dengan rincian Rp.

650.000 (enam ratus lima puluh ribu rupiah) merupakan biaya

pendaftaran merek, sedangkan Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah)

digunakan untuk biaya sertifikat merek. Pencipta telah memilih untuk

mendaftarkan Batik Selotigo secara individu, maka biaya tersebut

semuanya ditanggung oleh pencipta. Pihak Pemerintah Kota Salatiga

sebenarnya mempunyai anggaran khusus yang digunakan untuk

membantu warga Kota Salatiga yang ingin mendaftarkan produk hasil

kreatifitasnya ke Ditjen HKI. Biaya bantuan tersebut akan diberikan

apabila orang yang mempunyai produk tersebut menyerahkan berkas-

berkas yang diminta oleh Pemerintah Kota Salatiga. Adapun berkas

yang diminta oleh Pemerintah Kota Salatiga untuk memberikan biaya

pendaftaran produk adalah proposal mengenai produk yang akan

didaftarkan dan fotocopy KTP pemilik produk (wawancara dengan Ibu

Ani Badijah pada tanggal 5 Mei 2016).

Adapun dalam proses pendaftaran di Ditjen HKI, ada beberapa

berkas yang harus dipersiapkan. Adapun berkas yang harus dibawa

dalam proses pendaftaran yaitu:

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

56

1. Surat pernyataan di atas kertas bermeterai cukup yang

ditandatangani oleh pemohon (bukan kuasanya), yang menyatakan

bahwa merek yang dimohonkan adalah miliknya;

2. Surat kuasa khusus, apabila permohonan pendaftaran diajukan

melalui kuasa;

3. Salinan resmi akte pendirian badan hukum atau fotokopinya yang

dilegalisir oleh notaris, apabila pemohon badan hukum;

4. 24 (dua puluh empat) lembar etiket merek (empat lembar

dilekatkan pada formulir) yang dicetak di atas kertas;

5. Bukti prioritas asli dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia,

apabila permohonan diajukan menggunakan hak prioritas;

6. Fotokopi kartu tanda penduduk pemohon;

7. Bukti pembayaran biaya permohonan.

Proses pendaftaran akan diproses apabila berkas yang telah

disebutkan diatas sudah lengkap.

D. Pemasaran Batik Selotigo

Saat ini Batik Selotigo tidak hanya mempunyai daya tarik bagi

masyarakat Kota Salatiga saja, akan tetapi permintaan pasar sudah banyak

yang berasal dari luar Kota Salatiga.

Pengenalan Batik Selotigo ke masyarakat lebih banyak dilakukan

oleh pencipta sendiri. Batik Selotigo dikenalkan ke publik melalui

berbagai cara. Salah satunya adalah Batik Selotigo dikenalkan melalui

event-event yang ada di berbagai tempat. Misalnya saja, Batik Selotigo

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

57

sering dikenalkan ke publik melalui fashion show yang diadakan di Hotel

Patra Jasa Semarang dan DP Mall Semarang. Selain itu pencipta juga

membuat pamflet/brosur yang mana ketika pembeli datang ke tempat

penjualan Batik Selotigo, pembeli dapat meminta brosur yang telah

disediakan oleh pegawai (wawancara dengan Bapak Fatichun Pada

Tanggal 17 Maret 2016). Pencipta juga sudah membuat blog mengenai

Batik Selotigo, akan tetapi blog ini belum dimanfaatkan secara maksimal

oleh pencipta. Blog yang dibuat oleh pencipta belum menceritakan

mengenai Batik Selotigo secara mendetail. Dalam blog ini pencipta hanya

menceritkan mengenai alamat sentra Batik Selotigo. Sehingga masyarakat

umum, khususnya luar Kota Salatiga belum banyak yang mengetahui

keberadaan Batik Selotigo. Dari berbagai cara yang digunakan untuk

memperkenalkan Batik Selotigo ke masyarakat, sampai saat ini cara yang

dianggap paling efektif adalah dengan cara fashion show. Tidak hanya itu,

perkenalan Batik Selotigo ke masayarakat juga dilakukan melalui media

dan surat kabar seperti Suara Merdeka.

Seiring berjalannya waktu, Batik Selotigo saat ini tidak hanya

dikenal di Kota Salatiga dan sekitarnya, tetapi Batik Selotigo sudah

dikenal di kancah internasional. Batik Selotigo sudah sampai di Amerika

dan Kanada. Asal mula Batik Selotigo sampai di Amerika dan Kanada

yaitu warga Amerika dan Kanada yang sedang berkunjung ke Indonesia

mengunjungi sentra Batik Selotigo dan membeli Batik Selotigo kemudian

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

58

membawa Batik Selotigo ke Amerika dan Kanada untuk diperkenalkan di

Amerika dan Kanada.

E. Proses Pembuatan Batik Selotigo

Proses pembuatan Batik Selotigo dilakukan seperti batik lainnya.

Batik Selotigo dibuat dengan dua cara, yaitu dengan cara tulis dan

menggunakan cap. Batik tulis dan cap juga hanya diterapkan pada bahan

dari serat alami seperti katun, sutra, wol dan kain mori (Wawancara

pembatik Batik Selotigo, Bapak Sardi pada tanggal 17 Maret 2016).

1. Batik Selotigo Tulis

Secara umum proses pembuatan batik melalui tiga tahapan

yaitu pemberian lilin pada kain, pewarnaan, dan pelepasan lilin dari

kain.

Alat-alat yang yang diperlukan dalam proses pembuatan batik

tulis yaitu:

a. Canting

Canting adalah alat untuk membatik, biasanya terbuat dari

bahan tembaga yang ujungnya menyerupai paruh burung.

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

59

Gambar 3.2

Canting

b. Gawangan

Gawangan adalah tempat untuk meletakkan kain yang akan

dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu.

c. Nyamplung

Nyamplung merupakan bak penampung yang digunakan

untuk meletakkan canting.

Gambar 3.3

Nyamplung

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

60

d. Wajan

Wajan berupa wajan kecil untuk mencairkan malam atau

lilin. Wajan ini dapat terbuat dari tembaga atau tanah liat.

Gambar 3.4

Wajan

e. Anglo/kompor kecil

Anglo digunakan untuk memanaskan wajan.

f. Malam/lilin

Malam/lilin terbuat dari campuran berbagai jenis bahan

yang berupa gondorukem, lemak minyak kelapa, dan parafin.

g. Bahan Pewarna

Pewarna dapat menggunakan pewarna kimia/buatan atau

dengan pewarna alami (diambil dari kulit kayu soga, daun indigo,

dan lain-lain).

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

61

Gambar 3.5

Pewarna

Adapun langkah pembuatan Batik Selotigo dengan cara tulis yaitu:

a. Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan

pensil.

b. Setelah motif selesai dibuat, kain disampirkan di gawangan.

c. Kompor/ anglo dinyalakan, malam/lilin kemudian ditaruh di

dalam wajan dan wajan dipanaskan dengan api kecil sampai

malam mencair sempurna. Api tetap dinyalakan dengan api

kecil.

d. Bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna)

ditutupi dengan lilin malam.

e. Proses mulai dilakukan dengan cara mengambil sedikit malam

cair dengan menggunakan canting, ditiup-tiup sebentar

sebentar supaya tidak terlalu panas, kemudian canting

digoreskan dengan mengikuti motif yang telah ada.

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

62

f. Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna dengan warna

tertentu tertutup malam, maka proses selanjutnya adalah proses

pewarnaan. Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak

tertutup oleh lilin dilakukan dengan mencelupkan kain tersebut

pada warna tertentu. Bahan pewarna disiapkan dalam ember,

kemudian kain dicelupkan dalam larutan pewarna. Kain dicelup

dengan warna yang dimulai dengan warna-warna muda,

kemudian dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap.

g. Setelah kain dicelupkan, kain tersebut dijemur dan dikeringkan.

h. Setelah itu adalah proses nglorot, dimana kain yang telah

berubah warna tadi direbus dengan air panas. Proses ini

bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin sehingga motif

yang telah digambar menjadi terlihat jelas. Apabila

menginginkan beberapa warna tertentu pada batik yang dibuat,

maka proses 3,4, dan lima dapat diulang beberapa kali

tergantung jumlah warna yang diinginkan.

i. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan

kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin

(menggunakan alat canting) untuk menahan warna berikutnya.

j. Proses kemudian dilanjutkan dengan proses pencelupan warna

yang kedua, pemberian malam lagi, pencelupan ketiga dan

seterusnya.

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

63

k. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah

dibatik dicelupkan ke campuran air soda untuk mematikan

warna yang menempel pada batik dan untuk menghindari

kelunturan.

l. Proses terakhir adalah mencuci/direndam air dingin dan

dijemur sebelum dapat digunakan dan dipakai.

2. Proses Pembuatan Batik Selotigo dengan Cap

Proses pembuatan batik Selotigo cap tidak seperti proses

pembuatan batik tulis yang menggunakan canting. Pada proses

pembuatan batik cap alat yang digunakan adalah cap berupa stempel

besar yang terbuat dari tembaga yang sudah di desain dengan motif

tertentu dengan dimensi 20 cm x 20 cm.

Gambar 3.6

Cap Batik Selotigo

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

64

Gambar 3.7

Cap Batik Selotigo

Adapun proses pembuatan Batik Selotigo cap adalah sebagai

berikut:

a. Kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah dilapisi dengan

alas yang lunak.

b. Malam/lilin direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan

malam tetap dalam kondisi 60 (enam puluh) sampai dengan 70

(tujuh puluh) derajat Celcius.

c. Cap lalu dimasukkan kedalam cairan malam tadi dengan

mencelupkan kurang lebih yang 2 (dua) cm tercelup cairan malam

pada bagian bawah cap.

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

65

d. Cap kemudian diletakkan dan ditekankan dengan kekuatan yang

cukup di atas kain mori yang telah disiapkan tadi. Cairan

malam/lilin di biarkan meresap ke dalam pori-pori kain mori

hingga tembus ke sisi lain permukaan kain mori.

Gambar 3.8

Proses cap Batik Selotigo

e. Setelah proses cap selesai, kain mori selanjutnya akan masuk ke

proses perwanaan. Proses pewarnaan dilakukan dengan cara

mencelupkan kain mori ke dalam tangki yang berisi warna.

f. Cairan malam/lilin yang telah terserap pada permukaan kain tidak

akan terkena dalam proses pewarnaan ini. Setelah proses

pewarnaan selesai, dilanjutkan dengan proses selanjutnya yaitu

penghilangan berkas motif cairan malam melalui proses

penggodogan atau ngelorot, sehinggan akan tampak dua warna,

yaitu warna dasar asli kain mori dan warna setelah proses

Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

66

pewarnaan dilakukan. Apabila ingin memberikan kombinasi

pewarnaan lagi, maka proses harus dilakukan dari awal lagi.

Gambar 3.9

Kain yang telah diwarna

g. Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses

pembersihan dan pencerahan warna dengan soda.

h. Selanjutkan dikeringkan dan disetrika.

Ada tiga warna ciri khas yang dimiliki Batik Selotigo yang

dibuat dengan cara cap, yaitu warna alam, warna klasik, dan warna

biasa. Perbedaan mendasar dari tiga warna tersebut terdapat pada jenis

pewarna yang digunakan dan proses pewarnaan batik.

Batik Selotigo dengan warna alam diproses dan dibuat dengan

menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam. Bahan yang

digunakan oleh pencipta untuk membuat Batik Selotigo warna alam

berasal dari kulit kayu. Hampir semua kulit kayu dapat digunakan

dalam proses pewarnaan Batik Selotigo, tetapi kulit kayu yang sering

Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

67

digunakan oleh pembatik adalah pewarnaan dari kulit kayu Jati dan

Secang.

Gambar 3.10

Batik Selotigo dengan warna alam

Sedangkan Batik Selotigo dengan warna klasik dibuat dengan

menggunakan pewarna dari tekstil. Proses pewarnaan ini dilakukan

secara berulang-ulang sampai warna Batik Selotigo menjadi bagus.

Batik Selotigo dengan warna klasik mempunyai ciri warna yang lebih

berani dan lebih matang apabila dibandingkan dengan warna klasik

dan warna biasa.

Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

68

Gambar 3.11

Batik Selotigo dengan warna klasik

Batik Selotigo dengan warna biasa juga dibuat dengan

menggunakan pewarna tekstil. Perbedaan antara Batik Selotigo warna

klasik dengan warna biasa terletak pada proses pewarnaannya. Proses

pewarnaan warna biasa hanya dilakukan sebanyak dua kali, sedangkan

proses pewarnaan warna klasik dilakukan lebih dari tiga kali.

Sehingga, warna yang didapatkan dalam Batik Selotigo dengan warna

biasa tidak sebagus warna klasik.

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

69

Gambar 3.11

Batik Selotigo dengan warna biasa

Banyak tidaknya pembuatan batik tergantung pada stok yang

masih dimiliki dan tergantung pada banyaknya permintaan pasar.

F. Harga Batik Selotigo

Harga Batik Selotigo dijual di pasar dengan harga yang cukup

terjangkau.

Untuk batik yang dibuat dengan cara dicap, ada perbedaan harga

pada setiap warnanya. Untuk warna alam, Batik Selotigo di beri label

harga dengan harga Rp. 250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Sedangkan untuk warna klasik di beri label harga dengan harga Rp.

150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah), dan untuk warna biasa harganya

cukup terjangkau yaitu sekitar Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah).

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

70

Harga setiap warna Batik Selotigo cap ini dibedakakan

berdasarkan pewarna yang digunakan. Warna alam lebih mahal

dibandingkan dengan warna klasik dan warna biasa karena pewarna yang

digunakan dalam pewarnaan warna alam berasal dari kulit kayu seperti

kulit kayu Jati dan Secang. Sedangkan untuk warna klasik diberi harga

yang lebih mahal daripada warna biasa karena pemilihan warna klasik

lebih mencolok dan kualitasnya lebih bagus jika dibandingkan dengan

warna biasa.

Batik yang dibuat dengan tulis mempunyai harga yang lebih mahal

daripada batik yang pembuatannya dengan cap. Untuk batik tulis, harga

yang diberikan yaitu antara Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah) sampai

dengan Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah). Tinggi rendahnya harga Batik

Selotigo tulis tergantung pada tingkat kesulitan pembuatan dan kerumitan

motif. Semakin rumit dan sulit pengerjaan batik yang dibuat, maka

semakin mahal pula harga batik tersebut.

Saat ini, ketertarikan dan minat masyarakat Kota Salatiga untuk

menggunakan batik khas Kota Salatiga mulai mengalami peningkatan

yang cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi yang

meningkat.

Pencipta Batik Selotigo dalam melakukan perdagangan selalu

menggunakan prinsip kualitas dan kuantitas barang. Yang dimaksudkan

dengan kualitas barang oleh pencipta adalah pencipta selalu berprinsip

bahwa Batik Selotigo harus mempunyai kualitas kain, kualitas motif, dan

Page 87: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

71

kualitas warna yang baik dan tidak luntur. Apabila kualitas Batik Selotigo

bagus, maka pembeli akan datang kembali untuk membeli Batik Selotigo.

Dengan begitu, penjualan Batik Selotigo akan mengalami penjualan yang

meningkat karena kualitas yang bagus dan harga yang terjangkau oleh

kalangan masyarakat.

Pencipta dalam melaksanakan kegiatan operasional bisnisnya di

bantu oleh tiga orang pegawai, yang satu pegawai fokus pada pembuatan

Batik Selotigo cap, dan dua orang pegawai lainnya fokus pada penjualan

dan pemasaran Batik Selotigo.

Proses produksi Batik Selotigo tidak hanya dilakukan di Salatiga

saja. Untuk produksi Batik Selotigo dengan menggunakan teknik tulis

proses produksinya dilakukan di kota Pekalongan. Sedangkan yang di

Salatiga hanya fokus terhadap produksi Batik Selotigo cap dan pemasaran

Batik Selotigo.

Pencipta mengatakan bahwa besar kemungkinan produksi Batik

Selotigo tidak hanya terfokus pada produksi kain saja, akan tetapi pencipta

mulai mengembangkan variasi produk Batik Selotigo kedalam bentuk

kerajinan yang lain. Pencipta mulai memikirkan untuk membuat produk

sepatu, tas, souvenir, syal dan yang lainnya dengan bahan dasar tetap

berasal dari Batik Selotigo.

Sampai saat ini Batik Selotigo telah banyak mendapatkan

penghargaan dari berbagai pihak. Salah satunya penghargaan yang pernah

Page 88: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

72

diperoleh oleh pencipta adalah penghargaan dari Pemerintah kota Salatiga

pada tahun 2012.

G. Merek Batik Selotigo Dilindungi Berdasarkan UU Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek

Era perdagangan global saat ini hanya dapat dipertahankan jika

terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Disini merek memegang

peranan yang sangat penting yang memerlukan sistem pengaturan yang

lebih memadai.

Salah satu dari banyaknya merek yang terdaftar adalah merek batik

dari Kota Salatiga, yaitu Batik Selotigo. Merek yang digunakan pada batik

yang berasal dari Kota Salatiga ini cukup unik. Dengan lahirnya Batik

Selotigo menunjukkan adanya kemampuan intelektual manusia yang telah

dijelaskan sebelumnya.

Pada tahun 2009, Batik Selotigo telah didaftarkan ke Ditjen HKI

Kantor wilayah Semarang sebagai salah satu merek terdaftar. Batik

Selotigo dapat didaftarkan ke Ditjen HKI karena Batik Selotigo tidak

termasuk dalam kategori merek yang tidak dapat didaftarkan. Pada pasal 5

UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, merek tidak dapat didaftarkan

apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur:

1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.

2. Tidak memiliki daya pembeda.

Page 89: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

73

3. Telah menjadi milik umum.

4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang

dimohonkan pendaftarannya.

Adapun permohonan merek yang harus ditolah oleh Ditjen HKI apabila

merek tersebut:

1. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang

dan/atau jasa yang sejenis.

2. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

Indikasi Geografis yang sudah dikenal.

Dari uraian mengenai permohonan merek yang harus ditolak oleh

Ditjen HKI, merek Batik Selotigo tidak termasuk kategori yang ditolak

permohonannya.

Dengan demikian, Batik Selotigo secara hukum telah sah

mendapatkan perlindungan hukum dari negara karena telah memenuh

syarat-syarat pendaftaran merek dan telah didaftarkan di Ditjen HKI.

H. Batik Selotigo Ditinjau Dari PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang

Indikasi Geografis.

Pencipta Batik Selotigo, Bapak Fatichun dalam wawancara yang

dilakukan pada tanggal 16 Maret 2016 mengatakan bahwa saat ini belum

mendaftarkan Batik Selotigo sebagai salah satu produk Indikasi Geografis.

Page 90: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

74

Dalam PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis

menyebutkan bahwa Indikasi Geografis merupakan suatu tand ayang

menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan

geografis termasuk faktor alam, manusia, dan kombinasi dari kedua faktor

tersebut, memberikan ciri dan kualitas teretentu pada barang yang

dihasilkan.

Pasal 2 UU Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis

menyebutkan bahwa ruang lungkup Indikasi Geografis meliputi:

1. Tanda sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1 merupakan nama

tempat atau daerah maupun tanda tertentu lainnya yang menunjukkan

asal tempat dihasilkannya barang yang dilindungi oleh Indikasi

Geografis.

2. Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa hasil

pertanian, produk olahan, hasil kerajinan tangan, atau barang lainnya

sebagaimana dimaksud pada ayat pasal 1 angka 1.

3. Tanda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilindungi sebagai Indikasi

Geografis apabila telah terdaftar dalam daftar umum Indikasi Geografis

di Direktorat Jenderal

4. Indikasi Geografis terdaftar tidak dapat berubah menjadi milik umum.

5. Tanda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dipergunakan

pada barang yang memenuhi persyaratan sebagaimana dalam buku

persyaratan.

Page 91: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

75

Dari ketentuan yang terdapat pada pasal 2 tersebut, Batik Selotigo

telah memenuhi syarat untuk didaftarkan sebagai salah salah satu produk

dari Indikasi Geografis.

Pasal 3 PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis

menyatakan secara jelas bahwa Indikasi Gografis tidak dapat didaftarkan

apabila tanda yang dimohonkan pendaftarannya:

1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, moralitas

agama, kesusilaan atau ketertiban umum.

2. Menyesatkan atau memperdaya masyarakat mengenai: ciri, sifat,

kualitas, asal sumber, proses pembuatan barang, dan/atau

kegunaannya

3. Merupakan nama geografis setempat yang telah digunakan sebagai

nama varietas tanaman, dan digunakan bagi varietas tanaman yang

sejenis

4. Telah menjadi generik.

Dari empat syarat yang telah disebutkan pada pasal 3 PP Nomor 51

Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis, pada ayat 1, 2 dan 3 pasal tersebut

Batik Selotigo tidak termasuk dalam kategori Indikasi Geografis yang

tidak dapat didaftarkan. Akan tetapi, pada ayat 4 yaitu telah menjadi

generik, Batik Selotigo memenuhi unsur tersebut. Pada penjelasan PP

Nomor 51 Tahun 2007 pasal 3 ayat (4) disebutkan bahwa indikasi yang

bersifat generik adalah indikasi tentang suatu barang yang telah menjadi

milik umum karena sering digunakan dalam bahasa sehari-hari, dan

Page 92: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

76

karenanya tidak dilindungi. Yang termasuk dalam kategori indikasi yang

bersifat generik adalah tahu, tempe, batik, jeruk bali, pisang ambon, dan

sebagainya. Jadi Batik Selotigo yang merupakan salah satu batik yang

dimiliki oleh Indonesia tidak dapat didaftarkan karena telah menjadi

generik.

Page 93: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

77

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Batik Selotigo Pasca Berlakunya PP Nomor 51

Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis.

Batik Selotigo merupakan salah satu produk di bidang kerajinan

yang mempunyai ciri khas yang berbeda dengan batik lainnya, seperti

Batik Plumpungan, batik Cirebon, Batik Bakaran, dan lain-lain. Ciri khas

Batik Selotigo terletak pada motif yang tersusun dari tiga batu besar yang

kemudian dikombinasikan dengan motif lain.

Pasal 1 (1) menyatakan bahwa Indikasi Geografis adalah suatu

tandayang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor

lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau

kombinasi kedua faktor tersebut memberikan ciri dan kualitas tertentu

pada barang yang dihasilkan. Pasal 3 PP Nomor 51 Tahun 2007 berbunyi

Indikasi Geografis tidak dapat didaftar apabila tanda yang dimohonkan

pendaftarannya:

1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, moralitas agama,

kesusilaan atau ketertiban umum.

2. Menyesatkan atau memperdaya masyarakat mengenai: ciri, sifat,

kualitas, asal sumber, proses pembuatan barang, dan/atau

kegunaannya.

Page 94: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

78

3. Merupakan nama geografis setempat yang telah digunakan sebagai

nama varietas tanaman, dan digunakan bagi varietas tanaman yang

sejenis.

4. Telah menjadi generik.

Dari beberapa syarat yang telah disebutkan diatas, pada pasal 3

ayat (1), (2) dan (3), Batik Selotigo tidak termasuk dalam kategori yang

dimaksud. Akan tetapi, pada ayat (4) yang berbunyi “telah menjadi

generik”, Batik Selotigo termasuk dalam kategori tersebut. Dalam

penjelasan pasal 3 ayat (4), beberapa indikasi yang bersifat generik adalah

tempe, tahu, jeruk bali, pisang ambon, dan batik.

Oleh karena itu walaupun pencipta mempunyai ide untuk

mendaftarkan Batik Selotigo menjadi salah satu produk Indikasi

Geografis, hal tersebut tidak dapat dilakukan karena Batik Selotigo

termasuk barang yang tidak dapat didaftarkan karena telah menjadi

generik. Dengan alasan tersebut, maka Batik Selotigo tidak akan

mendapatkan perlindungan berdasarkan PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang

Indikasi Geografis.

B. Perlindungan Hukum Batik Selotigo Pasca Berlakunya Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

Kota Salatiga merupakan sebuah kota kecil akan tetapi memiliki

letak yang strategis karena Kota Salatiga berada di tengah-tengah tiga

kota besar yaitu Solo, Semarang, dan Yogyakarta.

Page 95: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

79

Dengan adanya letak kota yang strategis ini juga membantu

industri-industri yang ada di Kota Salatiga ini berkembang lebih pesat,

karena daerah pemasarannya tidak hanya didalam kota saja, akan tetapi

dapat menjangkau kota-kota yang ada disekitarnya.

Salah satu industri dan seni yang mulai menjadi ciri khas Kota

Salatiga adalah seni batik. Batik Selotigo termasuk salah satu batik yang

melengkapi keragaman budaya yang dimiliki oleh Kota Salatiga selain

Batik Plumpungan dan Batik Randu. Batik Selotigo memiliki motif yang

khas dan cenderung berbeda dengan batik daerah lainnya. Motif yang

tertuang pada sehelai kain adalah murni dari buah imajinasi pembatik.

Banyak sisi positif yang didapatkan oleh pencipta melalui

penggunaan merek Batik Selotigo. Pertama, orang akan lebih mudah untuk

menghafal nama Batik Selotigo. Kedua, merek Batik Selotigo mempunyai

padanan kata yang hampir sama dengan Kota Salatiga, sehingga orang

yang berada di luar Kota Salatiga secara tidak langsung akan mengenal

Batik Selotigo sebagai salah satu batik yang di miliki oleh Kota Salatiga.

Pada tahun 2009, merek Batik Selotigo sudah didaftarkan oleh

pencipta, Bapak Fatichun ke Ditjen HKI. Pendaftaran dilakukan tidak lain

sebagai bentuk kesadaran hukum yang tinggi dari pencipta. Pencipta

menyadari bahwa hasil karyanya harus didaftarkan dengan maksud

sebagai tindakan preventif dan represif. Berbagai tindak kejahatan sering

terjadi dibidang HKI. Pelanggaran yang sangat mungkin terjadi adalah

penjiplakan merek, motif, dan lain-lain. Pencipta melakukan tindakan

Page 96: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

80

preventif dengan maksud karya yang pencipta hasilkan tidak dijiplak oleh

orang lain. Sedangkan tindakan represif dilakukan dengan maksud apabila

terjadi tindak pidana pelanggaran terhadap Batik Selotigo pencipta akan

mendapatkan bantuan dari Ditjen HKI berupa kesaksian apabila

penyelesaian pelanggaran diselesaikan melalui jalur hukum.

Merek batik Selotigo memperoleh perlindungan hukum melalui

UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek karena Batik Selotigo tidak

temasuk merek yang tidak dapat didaftarkan berdasarkan pasal 5:

1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, merek

Batik Selotigo sendiri tidak bertentangan dengan Undang-undang yang

berlaku, moralitas agama, kesusilaan ataupun ketertiban umum. Merek

Batik Selotigo lebih dominan sebagai ciri khas dari Kota Salatiga yang

kental akan budayanya.

Batik Selotigo ini lebih memperkenalkan sejarah Kota Salatiga

kepada masyarakat, dimana dalam Batik Selotigo ini masyarakat dapat

mengetahui bahwa di kota kecil Salatiga ini terdapat sebuah prasasti

yang mana prasasti tersebut juga salah satu hal yang menjadi cikal

bakal dari Kota Salatiga.

2. Tidak memiliki daya pembeda.

Tentunya Batik Selotigo ini tidak termasuk dalam kategori ini.

Batik Selotigo ini mempunyai daya pembeda dengan produk batik lain.

Page 97: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

81

Selama ini belum pernah ada batik di Indonesia yang menggunakan

motif tiga batu besar yang berasal dari prasasti Watu Rumpuk.

Walaupun Batik Selotigo ini menggunakan motif dasar tiga

batu besar dari prasasti Watu Rumpuk, akan tetapi sampai saat ini

motif batik yang digunakan semakin berkembang.

Gambar 4.1

Batik Selotigo Tulis

Page 98: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

82

Gambar 4.2

Batik Selotigo Cap

3. Telah menjadi milik umum.

Batik Selotigo juga tidak termasuk milik umum karena selama

ini belum ada yang mendaftarkan Batik Selotigo ke Ditjen HKI dengan

nama pendaftar milik umum.

Batik Selotigo pertama kali didaftarkan ke Ditjen HKI oleh

pencipta atas nama individu. Hal tersebut dikarenakan hasil karya

tersebut merupakan hasil karya yang diciptakan oleh individu, bukan

diciptakan oleh kolektif maupun oleh masyarakat umum secara

bersama-sama.

Dengan berbagai uraian yang telah disebutkan di atas, tentunya

Batik Selotigo sudah sepatutnya mendapatkan perlindungan hukum

karena sudah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh negara

berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Page 99: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

83

Ditjen HKI telah memberikan perlindungan hukum kepada

merek Batik Selotigo selama 10 (sepuluh) tahun. Apabila terjadi tindak

kejahatan dan pelanggaran terhadap Batik Selotigo maka pencipta

dapat melakukan gugatan ke Pengadilan.

Pada hakikatnya, yang dinamakan perlindungan hukum

menurut Phillipus M. Hardjon ada dua hal penting, yaitu perlindungan

hukum bersifat preventif dan tindakan hukum bersifat represif

(Hamzuri, 1989: 6). Perlindungan hukum yang bersifat preventif

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa yang mengarahkan

tindakan sengketa pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan

keputusan berdasarkan diskresi. Upaya perlindungan hukum preventif

terhadap Batik Selotigo dalam hal ini dilaksanakan oleh Pemerintah

Kota Salatiga yang dalam hal ini dilaksanakan oleh

DISPERINDAGKOP dan UMKM Kota Salatiga.

Adapun bentuk upaya hukum preventif yang dilakukan oleh

DISPERINDAGKOP dan UMKM Kota Salatiga yaitu:

1. Pemakaian Batik Selotigo di saat-saat tertentu

Pada hari-hari tertentu pegawai-pegawai instansi

Pemerintah di Kota Salatiga dihimbau untuk memakai Batik

Selotigo. Dengan menggunakan Batik Selotigo di acara-acara

penting Kota Salatiga, dapat membantu memperkenalkan Batik

Selotigo ke masyarakat Salatiga dan luar Salatiga.

Page 100: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

84

2. Pembinaan

Upaya yang dilakukan oleh DISPERINDAGKOP dan

UMKM untuk perkembangan Batik Selotigo lebih mengarah

kepada pembinaan kepada pencipta Batik Selotigo. Biasanya

pembinaan tersebut dilakukan melalui program-program serta

kegiatan yang dilakukan oleh DISPERINDAGKOP DAN UMKM

Kota Salatiga. Kegiatan pembinaan biasanya dilakukan dengan

mengadakan pertemuan secara rutin dengan pemilik industri-

industri yang ada di Salatiga, salah satunya dengan pencipta Batik

Selotigo.

3. Sosialisasi

Selain dengan pembinaan, usaha yang sering dilakukan

oleh DISPERINDGAKOP dan UMKM Kota Salatiga adalah

dengan melakukan sosialiasasi. Sosialisasi ini bertujuan untuk

memperkenalkan Batik Selotigo ke masyarakat Kota Salatiga

maupun luar Salatiga. Kegiatan sosialisasi ini berupa kegiatan

pameran yang diadakan Pemerintah Kota Salatiga. Dalam kegiatan

pameran ini, produk-produk yang dimiliki Kota Salatiga, yang

termasuk salah satunya Batik Selotigo diperkenalkan ke

masyarakat. Pameran ini biasanya diadakan satu tahun sekali.

Pemerintah Kota Salatiga juga banyak mengikutkan Batik Selotigo

ke pameran batik tingkat regional dan nasional. Batik Selotigo

sudah pernah mengikuti pameran sampai ke berbagai kota besar

Page 101: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

85

yang ada di Indonesia. Diantara kota besar yang pernah diikuti oleh

Batik Selotigo dalam pameran yaitu Jakarta, Batam, dan Bandung.

Pameran ini juga tidak hanya diadakan oleh

DISPERINDAGKOP DAN UMKM Kota Salatiga saja, akan tetapi

pameran-pameran ini juga sering dilakukan oleh BAPPEDA, BPPT,

BAPERMAS, dan lain-lain.

Pemerintah Kota Salatiga hanya membantu dalam hal

perlindungan hukum Batik Selotigo dengan cara-cara sosialisasi dan

pembinaan. Hal itu dikarenakan Batik Selotigo itu milik individu dan

pendaftarannya dilakukan secara individu tanpa melalui Pemerintah

Kota Salatiga.

Pemilik merek terdaftar mendapatkan perlindungan hukum

represif atas pelanggaran hak atas merek baik dalam wujud gugatan

perdata maupun berdasarkan tuntutan hukum pidana. Perlindungan

hukum yang diberikan oleh UU Nomor 15 Tahun 2001 terdapat dalam

pasal ketentuan perdata diatur dalam Pasal 76, Pasal 77, Pasal 78 dan

Pasal 79 serta terdapat dalm ketentuan pidana yaitu Pasal 90, Pasal 91,

Pasal 92, Pasal 93 dan Pasal 94. Gugatan perdata diajukan kepada

Pengadilan Niaga oleh pemilik merek yang hak nya dilanggar berupa:

1. Gugatan ganti rugi

2. Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan

merek tersebut.

Page 102: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

86

Dalam mewujudkan perlindungan hukum pada Batik

Selotigo, ada beberapa kendala yang dialami oleh Pemerintah Kota

Salatiga. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberian

perlindungan hukum ini adalah:

1. Sosialisasi tentang HKI yang kurang.

Masyarakat Kota Salatiga tidak mengetahui bahwa motif

serta merek Batik Selotigo ini dimiliki oleh individu. Sehingga

apabila seseorang ingin menggunakan juga motif serta merek Batik

Selotigo harus terlebih dahulu meminta izin kepada pencipta Batik

Selotigo.

2. Kurangnya pengetahuan hukum yang dimiliki oleh Masyarakat

Masih banyak warga Salatiga yang belum memahami arti

penting poduk hasil kreativitasnya didaftarkan ke Ditjen HKI.

Masyarakat masih menganggap bahwa hasil ciptaannya yang

bernilai ekonomis tidak akan digunakan oleh orang lain.

Masyarakat juga belum banyak yang mengetahui mengenai HKI

itu sendiri.

Kurangnya kesadaran masyarakat inilah yang membuat

Batik Selotigo belum banyak dikenal oleh masyarakat dan

keberadaannya pun belum mendapatkan apresiasi dari masyarakat,

khususnya masyarakat Kota Salatiga.

Page 103: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

87

3. Belum banyak orang yang mengetahui adanya Batik Selotigo di

Salatiga

Batik Selotigo ini sendiri sulit berkembang dikotanya

sendiri, Salatiga. Hal ini karena masyarakat belum banyak yang

tahu bahwa di Salatiga juga terdapat batik Selotigo yang tidak

kalah saing dengan Batik Plumpungan dan Batik Randu..

Perkembangan usaha Batik Selotigo pun juga semakin lama

mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan

yang sepi pada hari-hari biasa. Omset penjualan dari Batik Selotigo

hanya mengalami kenaikan ketika ada saat-saat penting dan hari-hari

besar. Seperti halnya pada hari raya Idul Fitri, pada saat mendekai hari

raya Idul Fitri ini prosentase penjualan Batik Selotigo mengalami

kenaikan. Begitu juga pada saat kenaikan kelas, pada saat kenaikan

kelas omset penjualan Batik Selotigo mengalami kenaikan. Hal

tersebut dikarenakan batik Selotigo digunakan sebagai salah satu

seragam sekolah di sekolah-sekolah yang ada di Kota Salatiga.

Kurangnya sosialisasi dari pemeritah kota Salatiga ini

sendirilah yang menyebabkan Batik Selotigo kurang dikenal di kota

asalnya sendiri, bahkan Batik Selotigo lebih dikenal di kota lain.

Kota Salatiga sebenarnya mempunyai potensi yang tinggi

sebagai salah satu kota yang mempunyai berbagai industri yang khas

Kota Salatiga, karena kota Salatiga merupakan kota yang sangat

strategis dan Kota Salatiga merupakan salah satu tujuan wisata di

Page 104: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

88

Indonesia. Kota Salatiga terletak diantara kota-kota besar, yaitu

Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Sehingga pada dasarnya Salatiga

merupakan kotayang tepat untuk memulai perkembangan usaha, salah

satunya adalah Batik Selotigo.

Dengan dasar tersebut, tentunya untuk melakukan pemasaran

Batik Selotigo ke berbagai kota pun juga besar peluangnya. Akan

tetapi melihat keadaan dimana masyarakat Kota Salatiga masih

mempunyai minat yang rendah untuk mengembangkan usahayang

terdapat di Kota Salatiga, terutama kesadaran untuk mencintai produk

dalam kota masih rendah, maka hal ini membuat Batik Selotigo

kurang berkembang di kota aslinya, Salatiga.

C. Implementasi Fatwa DSN-MUI Nomor 1 Tahun 2005 tentang HKI

Terhadap Perlindungan Batik Selotigo.

Pembahasan yang komprehensif mengenai HKI pertama kali

dibahas dalam pertemuanMajma, Fiqh Al-Islamy di Quwait pada tahun

1988, dimana dalam pertemuan tersebut diputuskan dan ditetapkan bahwa

secara umum, hak atas suatu karya ilmiah, hak atas merek dagang dan logo

dagang merupakan hak milik yang keabsahannya dilindungi oleh syari‟at

Islam yang merupakan kekayaan yang menghasilkan pemasukan bagi

pemiliknya khususnya dimasa kini merupaka „urf yang diakui sebagai

jenis dari suatu kekayaan dimana pemiliknya berhak atas semua itu, boleh

diperjualbelikan dan merupakan komoditi (Thoha, 2016: 12).

Page 105: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

89

Dalam forum Neenteenth Islamic Conference Foreign Ministers di

Kairo yang berlangsung tanggal 31 Juli-05 Agustus 1990 mengatakan

bahwa Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan salah satu hak

asasi manusia dalam Islam (http://saifudiendjsh.blogspot.co.id/2013/10/ha

k-kekayaan-intelektual-dalam-hukum.html).

Dari berbagai peraturan yang ada, serta ditambah dengan adanya

Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2005 yang dikeluarkan pada musyawarah

nasional VII pada tanggal 19-22 Jumadil Akhir 1426 H atau bertepatan

dengan 26-29 Juli 2005 M, jelas bahwa Islam mengatur mengenai

perlindungan HKI ini, baik hak cipta, merek maupun yang lainnya.

MUI sebagai wadah perkumpulan para Ulama di Indonesia yang

mewakili umat Islam disini mengeluarkan fatwa tersebut tidak lain sebagai

bentuk upaya perlindungan yang diberikan oleh Islam kepada hak-hak dari

individu. Islam sangat menghargai hak-hak dari setiap orang.

Dengan adanya fatwa MUI tersebut, dalam Islam segala sesuatu

yang merupakan hasil kreativitas seseorang tersebut dilindungi dan segala

sesuatu bentuk kejahatan serta pelanggaran yang dilakukan adalah

perbuatan dzalim dan dosa.

Pada realitanya, Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2005 yang ada dalam

kehidupan bermasyarakat secara riil hanyalah sebuah fatwa. Tidak ada

wujud nyata dari perlindungan hukum yang dilakukan oleh MUI. Bahkan,

banyak yang belum mengetahui bahwa Islam mengatur tentang HKI

melalui fatwa yang dikeluarkan oleh MUI ini.

Page 106: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

90

Dikeluarkannya Fatwa MUI tersebut disebabkan oleh lemahnya

penegak hukum dan kesadaran masyarakat. Dengan adanya fatwa tersebut

diharapakan adaya kesadaran dari masyarakat mengenai HKI. Fatwa yang

dikeluarkan oleh MUI bukanlah segala-galanya, akan tetapi fatwa ini

merupakan sebuah pendekatan moral kepada masyarakat. Dengan

pendekatan moral inilah Islam yang diwakili oleh MUI melakukan

perlindungan hukum.

Yang terjadi di masyarakat selama ini adalah hanya Undang-

undang yang mengatur mengenai HKI ini. Dari pihak MUI sendiri pun

tidak pernah ada sosialisasi ataupun pendekatan moral kepada masyarakat

mengenai perlindungan Islam terhadap HKI ini. Padahal seharusnya

sosialisasi yang dilakukan oleh MUI ini dapat menjadi salah satu bentuk

perlindungan hukum yang dilakukan oleh Islam dan dengan adanya fatwa

MUI ini pelanggaran terhadap HKI semakin berkurang, karena mayoritas

penduduk di Indonesia adalah umat muslim.

Page 107: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dijabarkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam PP Nomor 51 tahun 2007

tentang Indikasi Geografis, Batik Selotigo tidak dapat mendapatkan

perlindungan dari PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi

Geografis dan tidak dapat didaftarkan sebagai salah satu produk

Indikasi Geografis karena Batik Selotigo telah menjadi generik.

2. Perlindungan HKI terhadap Batik Selotigo berdasarkan UU No 15

Tahun 2001 tentang Merek dilaksanakan oleh DISPERINDAGKOP

dan UMKM Kota Salatiga. Bentuk perlindungan hukum yang

diberikan adalah:

a. Pemakaian Batik Selotigo di saat-saat tertentu

b. Pembinaan

c. Sosialisasi

3. Perlindungan yang diberikan oleh MUI sebagai wadah yang mewakili

umat Islam di Indonesia terhadap HKI tidak maksimal. Walaupun MUI

telah mengeluarkan fatwanya dengan fatwa No 1 Tahun 2005 tentang

HKI, akan tetapi fatwa yang dikeluarkan oleh MUI hanya bersifat

Page 108: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

92

himbauan. Tidak ada upaya yang dilakukan secara spesifik untuk ikut

melindungi HKI dan meminimalisir adanya pelanggaran terhadap HKI.

B. Saran

Ada beberapa saran dari penyusun yang direkomendasikan

terhadap pihak-pihak yag terkait, diantaranya:

1. MUI selaku wadah umat Islam yang menjadi panutan bagi umat Islam

di Indonesia sebaiknya dalam mengeluarkan sebuah fatwa mempunyai

kekuatan yang lebih absolut.

2. Pemilik dan Pemerintah kota Salatiga sebaiknya lebih giat untuk

memperkenalkan Batik Selotigo, baik kepada masyarakat Kota

Salatiga maupun ke masyarakat luar Salatiga

Page 109: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

93

DAFTAR PUSTAKA

Asyhadie, Zaeni. 2014. Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia.

Jakarta: Sinar Grafika.

Ayu, Miranda Risang.2006. Memperbincangkan Hak Kekayaan Intelektual

Indikasi Geografis. Bandung: Alumni.

Damian, Eddy. 2005. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumni. Cetakan III.

Departemen Agama. 2003. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta:

Departemen Agama.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Ditjen HKI. 2013. Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual. Tangerang:

Kemenkumham.

Ditjen Industri Kecil Menengah. 2007. Kebijakan Pemerintah Dalam

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan Liberalisasi Perdagangan

Jasa Profesi Di Bidang hukum. Jakarta: Departemen Perindustrian.

Djaja, Ermansyah. 2009. Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar

Grafika. Cetakan I.

Gautama, Sudargo. 1989.Hukum Merek Indonesia. Bandung: Citra Adytia Bakti.

Hamzuri. 1989. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan. Cetakan III.

Hardjon, Phillipus M. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia.

Surabaya: PT Bina ilmu.

Hasyim, Farid. 2009. Hukum Dagang. Jakarta: Sinar Grafika.

Lewis, Arthur. 2009. Dasar-Dasar Hukum Bisnis. Bandung Nusamedia.

Marbun, Rocky,dkk. 2012. Kamus Hukum Lengkap. Jakarta: Visimedia.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Sutedi, Adrian. 2009. Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika.

Edisi I Cetakan I.

Page 110: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

94

Umam, Zacky Khoirul. 2007. Keunggulan Batik Sebagai Warisan Budaya:

Pendekatan Industri Budaya Untuk Masa Depan Pelestarian Tradisi dan

Daya Saing Bangsa. Jakarta: Yayasan KADIN Indonesia.

Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara: Makna Filosofi, Cara Pembuatan dan

Industri Batik. Yogyakarta: ANDI. Edisi I.

Yuliati, Dewi. 2009. Mengungkap Sejarah dan Pesona Motif Batik Semarang.

Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro. Cetakan I.

Peraturan

Fatwa DSN-MUI Nomor 1 Tahun 2005 Tentang HKI

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 Tentang Indikasi Geografis.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Skripsi

Andris. 2015. Penerapan Prinsip Itikad Baik Terhadap Indikasi Geografis Kopi

Arabika Toraja Indonesia Yang Didaftarkan Sebagai Merek Dagang

Tarco Toraja oleh Key Coffe (Perusahaan Jepang) Berdasarkan Undang-

undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek dan Peraturan Pemerintah

Nomor 51 Tahun 2007 Tentang Indikasi Geografis. Tesis. Bandung:

Universitas Padjajaran.

Fanani, Reza. 2015. Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Pencipta Motif

Seni Batik Kontemporer Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Fandy, Milsida,dkk. Aspek Hukum Perlindungan Indikasi Geografis Di Indonesia.

Artikel.

Nuzzuli, Puji Tri. 2014. Pendaftaran Indikasi Geografis Atas Barang-Barang

Hasil Pertanian/Perkebunan di Aceh. Tesis. Medan : Universitas Sumatra

Utara .

Octaviany, Antoneyte. 2015. Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual

Batik Plumpungan. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Internet

Chaerul, Andi Anas. 2015. Pandangan Islam tentang Hak Kekayaan Intelektual

(Online), (http://andianaschaerul.blogspot.co.id/2013/03/pandangan-islam-

tentang-haki-hak.html, diakses 15 Mei 2016).

Page 111: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

95

Saifudin. 2013. Hak Kekayaan Intelektual Dalam Hukum Islam (Online),

(http://saifudiendjsh.blogspot.co.id/2013/10/hak-kekayaan-intelektual-

dalam-hukum.html, diakses pada jum‟at 14 mei 2016).

Thoha, Aris Badaruddin. 2016. Hak Atas Kekayaan Intelektual Dalam Perspektif

Islam (Online), http://jurnal.stmikelrahma.ac.id/assets/file/Aris%20Badaru

ddin%20Thoha_stmikelrahma.pdf, diakses pada Minggu, 8 Februari 2016)

Page 112: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

96

WAWANCARA DENGAN DISPERINDAGKOP DAN UMKM KOTA

SALATIGA BIDANG PERINDUSTRIAN

Oleh Ibu Ani Badijah

(Kepala Bidang Peindustrian DISPERINDAGKOP DAN UMKM Kota Salatiga)

1. Apakah Disperindag sering mengadakan pelatihan-pelatihan terutama

dibidang industri?

Ya, kita sering mengadakan pelatihan, biasanya enam bulan sekali

2. Kenapa usaha batik Selotigo harus menjadi binaan Disperindagkop dan

UMKM Kota Salatiga?apakah tidak bisa menjadi usaha mandiri?

Karena industrinya ada di Salatiga, jadi otomotis menjadi binaan

Pemerintah Kota Salatiga

3. Apa saja biasanya bentuk kegiatan yang dilakukan oleh DISPERINDAG?

Biasanya pelatihan kemudian nanti kunjungan ke sentra industri di suatu

tempat.

4. Apakah batik Selotigo sudah secara resmi diakui sebagai salah satu yang

menjadi ciri khas dari kota Salatiga?

iya

5. Apakah ada usaha-usaha khusus yang dilakukan oleh pemkot untuk

memperkenalkan batik Selotigo ke masyarakat?

Ada

6. Kalau ada, bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh pemkot?

Pameran dan sosialisai

Page 113: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

97

7. Batik Selotigo juga bisa didaftarkan berdasarkan indikasi geografis,

apakah batik selotigo bisa didaftarkan berdasarkan indikasi geografis?

Bisa saja, tergantung sama pemiliknya.

8. Kalau belum, mengapa belum didaftarkan?apakah akan ada kemugkinan

akan didaftarkan berdasarkan indikasi geografis?

Kalau soal itu tidak tau, karena itu urusan pemilik Batik Selotigo

9. Bagaimana proses pendafataran merek batik Selotigo pada waktu itu?

Dilakukan secara pribadi

10. Apakah pendaftarannya dilakukan secara pribadi atau dilakukan oleh

pemerintah kota Salatiga?bagaimana dengan beban biayanya?

dilakukan pribadi, jadi ya biaya sendiri

11. Apakah ada dana khusus yang dialokasikan khusus untuk pendaftaran

barang-barang hasil produksi yang mempunyai potensi untuk menjadi

salah satu ciri khas dari kota Salatiga?

Sebenarnya ada, tergantung masyarakat mau biaya dari kita atau dana

pribadi

12. Apakah proses pendaftaran batik Selotigo pada waktu itu harus ada

persetujuan dari pemkot Salatiga terlebih dahulu?

Tidak, karena pendaftarannya dilakukan pribadi

13. Apakah batik Selotigo merupakan salah satu binaan dari Disperindag?

Iya

14. Biasanya apa saja kegiatan yang dilakukan oleh Disperindag terhadap

usaha2 binaan, terutama kepada batik Selotigo?

Page 114: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

98

Semua kegiatan kita samakan baik Batik Selotigo maupun usaha yang

lainnya. Acaranya sosialisasi itu.

15. Apakah pemkot pernah membuat acara khusus dimana dalam acara

tersebut batik Selotigo diperkenalkan ke masyarakat luar kota Salatiga?

Kita mengikutkan pameran yang diadakan di luar kota seperti Mataram

dan Bali

16. Apa saja hambatan yang terjadi untuk mewujudkan perlindungan terhadap

batik Selotigo?

Kurangnya kesadaran masyarakat akan hukum, Batik Selotigo milik

pribadi jadi kami tidak dapat bertindak banyak.

17. Apa saja langkah yang dilakukan untuk melindungi batik Selotigo selain

dengan pendaftaran ke Ditjen HKI?

Tidak ada

18. Bagaimana sistem yang diterapkan untuk melindungi Batik

Selotigo?apakah hanya dengan pengecekan secara rutin atau lain

sebagainya?atau hanya cukup dengan didaftarkan saja?

Kadang-kadang kita melakukan pengawasan (controling)

19. Apakah Disperindag sering melakukan kontrol terhadap batik Selotigo?

Jarang

20. Apakah ada momen-momen khusus dimana instansi-instansi penting di

Salatiga menggunakan batik Selotigo?

Ada, sekarang ada seragam sekolah yang berasal dari Batik Selotigo

21. Apakah sejauh ini ada pengawasan yang dilakukan oleh pihak Ditjen HKI?

Page 115: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

99

Tidak tahu

22. Apakah ada kemungkinan bahwa pemegang hak merek ini dimiliki oleh

Pemkot?

Tidak ada

23. Bukankah sebuah produk yang biasanya menjadi icon sebuah kota itu hak

nya dipegang oleh pemkot?seperti ukir jepara?

Itu beda, itu kan ukir jepara udah ada dari zaman dahulu, kalau Batik

Selotigo kan baru saja ada dan itu hasil kreativitas pribadi

24. Bagaimana eksistensi batik Selotigo ini sendiri?baik di Salatiga maupun

luar Salatiga?

Sejauh ini tidak ada perkembangan yang signifikan

25. Bagaimana minat masyarakat terhadap batik Selotigo?apakah ada

peningkatan?

Minat masyarakat masih kurang

26. Kalau belum ada peningkatan, apakah akan ada upaya yang akan

dilakukan untuk membuat ketertarikan masyarakat kepada batik Selotigo

meningkat?

Dengan pameran dan sosialisasi

27. Kalau semisal suatu saat nanti ada plagiat terhadap batik Selotigo apa yang

akan dilakukan?

kami tidak dapat membantu apa-apa karena itu milik pribadi.

28. Batik Plumpungan juga merupakan batik khas Salatiga, mengapa batik

plumpungan tidak bisa bertahan?

Page 116: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

100

Karena kesibukan dari pemilik batik plumpungan dan tidak bisa fokus

mengurus batik plumpungan

29. Apa yang membedakan batik Selotigo dengan batik Plumpungan?padahal

itu sama2 batik khas Salatiga?

Motifnya mungkin.

30. Apakah batik Selotigo sudah pernah mendapatkan penghargaan?

pernah

31. Pada ps 6 ayat 3 poin h, itu dalam proses pendaftaran haki juga ada proses

pengujian dan pengawasan, bagaimana saat itu proses yang pengawasan

dan pengujian yang dilakukan oleh ditjen haki?apakah pihka pemkot juga

ikut membantu selama proses itu berlangsung?

Kami tidak tahu soal itu

32. Sejak kapan batik Selotigo diperkenalkan pertama kali pada

masyarakat?dan dengan cara bagaimana?

2009, pameran

33. Dalam hal batik selotigo, apakah yang dipatenkan?motif, nama batik atau

yang lain?

Motif dan merek

Page 117: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

101

Wawancara dengan pencipta Batik Selotigo, Bapak Fatichun.

1. Bagaimana asal mula membuka usaha Batik Selotigo?

Pada waktu itu saya mengikuti workshop yang dilakukan oleh pemerintah

Kota Salatiga selama tiga hari bersama kedua orang teman saya, setelah

penelitian saya mempunyai ide untuk membuka usaha batik kemudian

saya membuka usaha batik pada tahun 2009

2. Apakah bapak mempunyai ketrampilan dibidang batik sebelumnya?

Dulu saya pernah melakukan kerja sama dengan teman saya selama lima

tahun mulai tahun 2004-2009, dibidang batik juga

3. Darimana ide bapak mendapatkan ide menggunakan merek “batik

Selotigo”

Saya hidup di Salatiga, di daerah saya Watu Rumpuk terdapat prasasti

yang menjadi cikal bakal Salatiga, yaitu prasasti Watu Rumpuk, itu terdiri

tiga baru besar dan tiga batu kecil. Kemudian prasasti tersebut saya

jadikan motifnya. Untuk namanya, saya orang Salatiga jadi saya ingin

menggunakan nama yang dapat memperkenalkan Salatiga, jadi saya

gunakan nama Selotigo, selo artinya batu dan tigo artinya tiga.

4. Bagaimana pendaftaran Batik Selotigo waktu itu?

Saya melakukannya secara individu dan dengan biaya sendiri

5. Berapa biayanya?

Waktu itu biayanya 750.000

6. Apa alasan bapak mendaftarkan Batik Selotigo?

Page 118: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

102

Saya sadar, perlindungan hukum penting, jadi saya mendaftarkan supaya

tidak terjadi tindak kejahatan yang dilakukan orang lain kepada karya

saya.

7. Apa saja berkas yang harus bapak persiapkan?

Surat pernyataan, akte pendirian usaha, ktp dan uang.

8. Bagaimana pemasaran Batik Selotigo?

Pemasarannya sudah sampai luar Salatiga, sudah sampai Amerika dan

Kanada

9. Bagaimana cara memperkenalkan Batik Selotigo ke masyarakat?

Melalui pameran di DP Mall, hotel Patra Jasa, fashion show, blog, dan

media.

10. Apakah pembuatan batik Selotigo dilakukan di Salatiga Saja?

Tidak, Salatiga khusus produksi cap dan yang tulis fokus di Pekalongan

11. Apa ciri khas Batik Selotigo?

Ada tiga warna yang diusung batik Selotigo, warna alam, klasik, dan biasa

12. Apa perbedaan antara tiga warna tersebut?

Kalau warna alam itu pewarnaannya dari bahan alami, dari kulit kayu jati

dan secang. Kalau warna klasik itu dari pewarna tektstil tetapi kualitas

warnanya lebih bagus apabila dibandingkan dengan warna biasa.

13. Bagaimana ketertarikan masyarakat terhadap batik Selotigo?

Semakin baik, saat ini sudah banyak orang yang membeli batik Selotigo.

14. Apakah Batik Selotigo pernah mendapatkan penghargaan?

Iya, pernah dari Pemerintah Kota Salatiga

Page 119: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

103

15. Bagaimana prinsip bisnis anda?

Saya selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas barang.

Page 120: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

104

Page 121: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

105

Page 122: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

106

Page 123: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

107

Page 124: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

108

Page 125: PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2850/1...BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001, DAN

109

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Hafsari Ayu Wardani

Nama Panggilan : Ayu

Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 24 September 1993

Alamat : Desa Guyangan RT 03 RW 02 Kecamatan

Trangkil Kabupaten Pati

Agama : Islam

Nomor Hp : 082137149954

Fakultas : Syari‟ah

Riwayat Pendidikan :

1. TK PKK Desa Guyangan

2. SD Negeri Guyangan lulus tahun 2006

3. MTs Yayasan Pendidikan Islam Raudlatul Ulum Guyangan lulus

tahun 2009

4. MA Yayasan Pendidikan Islam Raudlatul Ulum Guyangan lulus tahun

2012

Pengalaman Organisasi :

1. Youth Association Of Bidik Misi IAIN Salatiga 2012-2016

2. Jam‟iyyatul Qurro‟ wal Huffadz IAIN Salatiga 2012-2014

3. Kelompok Studi Ekonomi Islam IAIN Salatiga 2012-2014

4. Al Khidmah Kampus Kota Salatiga 2012-2013

Salatiga, 08 Sepetember 2016

Hafsari Ayu Wardani

NIM 214-12-011