perlindungan guru dan tenaga...
TRANSCRIPT
i
OLEH :
ROHANIYA, M. Pd. NIP. 19790906 200604 2 020
PERLINDUNGAN GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN (HUKUM, PROFESI, K3 DAN HaKI)
SMK MUHAMMADIYAH 1 METRO
KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN Jalan Tawes 21 Polos Yosodadi Metro Timur Kota Metro Telp.(0725) 43721
Fax. (0725) 48254 Email : [email protected]
LAMPUNG 2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan yang Maha Esa, hanya dengan
izin-Nya terlaksana segala kebajikan serta segala kesuksesan. Dengan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel
yang bertopik “Perlindungan Guru dan Tenaga Kependidikan (Hukum,
Profesi, K3 dan HaKI)’ ini dengan baik. Artikel ini disusun untuk
meningkatkan kompetensi menulis dan juga untuk menambah wawasan,
pemahaman dan pengalaman penulis selaku pendidik dalam
melaksanakan tugas.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan dan Direktorat Pembinaan Guru
Pendidikan Menengah, serta Panitia Simposium GTK Tingkat Nasional
Tahun 2016 karena telah memotivasi penulis untuk menghasilkan karya
ilmiah berupa artikel ini.
Penulis berharap artikel ini dapat berguna bagi diri penulis pribadi
dan para pembaca pada umumnya, sehingga dapat berperan dalam
perkembangan keilmuan dalam bidang pendidikan. Akhirnya, tak ada
gading yang tak retak, begitu juga penulisan artikel ini. Saran dan kritik
yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan artikel ini agar
dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Lampung, Nopember 2016
Penulis
Rohaniya, M.Pd.
iii
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………...……………………. i KATA PENGANTAR...…………..……………………… ii DAFTAR ISI …………………….…………..…………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengantar…………………………………………… 1
B. Masalah……….. …………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN DAN SOLUSI
A. Pembahasan …………….…..…….………………. 5
B. Solusi…………………………………………….….. 15
BAB III KESIMPULAN DAN HARAPAN
A. Kesimpulan …..……………………………………. 16
B. Harapan……………………..……………..……..… 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Di dalam UUD 1945 pasal 28D ayat 1 dan di dalam UU Nomor 39
tahun 1999 pasal 3 ayat 2 Tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan
bahwa, “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum”.1 Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk dari Tuhan.2 Hak
merupakan anugerah Tuhan yang wajib di hormati, di junjung tinggi dan
di lindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia.
Sebagai seorang manusia, guru juga memiliki hak yang harus di
lindungi, di hormati, di pertahankan dan tidak boleh di abaikan, di kurangi
atau di rampas oleh siapapun. Salah satu hak guru adalah hak
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual. Berbagai pihak yang harus memberi perlindungan
terhadap guru dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana tertuang dalam
pasal 39 ayat 1 UU Nomor 14 Tahun 2005 yaitu: pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, organisasi profesi dan/ atau satuan pendidikan.
Perlindungan yang diberikan kepada guru meliputi perlindungan
hukum, perlindungan profesi serta perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja.3 Dengan adanya perlindungan – perlindungan tersebut
maka guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan tenang, nyaman
dan tidak menghawatirkan hal- hal buruk akan menimpanya.
1 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28D (ayat 1)
2 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999
3 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 39 (ayat 2)
2
B. Masalah
Guru adalah pendidik professional yang bertugas untuk mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, mengevaluasi dan
menilai peserta didik, namun tidak sedikit guru yang merasa tidak nyaman
dan tidak tenang dalam melaksanakan tugasnya, hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor diantaranya : ketidak pastian status kepegawaian, ketidak
pastian kesejahteraan, ketidak pastian pengembangan profesi dan
ketidak pastian advokasi hukum.
Sebagai sebuah profesi, dalam bekerja guru memerlukan jaminan
dan perlindungan perundang-undangan dan aturan yang pasti. Hal ini
sangat penting agar selain memperoleh rasa aman, guru juga memiliki
kejelasan tentang hak dan kewajibannya,apa yang boleh dan tidak boleh
mereka lakukan serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pihak lain
kepada mereka, baik sebagai manusia, pendidik dan pekerja (Abduhzen
:2008).4
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
merupakan jaminan dan perlindungan bagi guru dan dosen dalam
menjalankan profesinya. Dalam pasal 39 Undang-undang nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan :
1. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi,
dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap
guru dalam pelaksanaan tugas.
2. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi
perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 2 mencakup
perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan
4 http://pirdausm.blogspot.co.id/2008/12/perlindungan-guru-dalam-profesinya.html (Diakses 5
Nopember, pukul 20.28 WIB)
3
diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta
didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
4. Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 mencakup
perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang
tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan,
pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang
dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
5. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 mencakup perlindungan terhadap risiko
gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu
kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
Permasalahannya adalah sampai saat ini belum ada peraturan
pelaksanaan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 yang secara teknis
operasional mengatur berbagai macam perlindungan terhadap guru,
termasuk perlindungan hukum. Akibatnya, saat dihadapkan dengan
kasus hukum tertentu posisi guru menjadi sangat lemah.
Guru dalam kasus-kasus tertentu,selain diadukan sebagai pelaku
kekerasan terhadap siswa, juga menjadi korban kekerasan dari siswa
dan/ atau orang tua siswa. Guru dilaporkan melanggar hak perlindungan
anak ketika memberikan sanksi pelanggaran disiplin kepada siswa,
seperti menjewer, mencubit, membentak, lari mengelilingi halaman
sekolah, push up beberapa kali, menghormat bendera dalam kondisi
cuaca panas sampai akhir pelajaran, membersihkan toilet dan lain
sebagainya. Jenis-jenis hukuman disiplin tersebut saat ini tidak lagi
mendidik dan bahkan dianggap dianggap melanggar Undang-undang
Perlindungan Anak, walaupun jenis hukuman disiplin tersebut pada masa
lampau dianggap hal yang lumrah dalam dunia pendidikan.
Hukuman disiplin yang diberikan kepada siswa harus berpedoman
kepada tata tertib sekolah dan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
4
Perlindungan Anak, namun fakta dilapangan menunjukkan masih banyak
guru yang belum mengetahui dan memahami Undang-Undang
Perlindungan Anak.
Selain dilaporkan melanggar hak perlindungan anak ketika
memberikan sanksi pelanggaran disiplin, tak jarang guru juga menjadi
korban kekerasan siswa atau orang tua siswa. Kasus kekerasan terhadap
guru yang masih hangat diperbincangkan yaitu kasus kekerasan dalam
bentuk pemukulan terhadap seorang guru di SMK 2 Makasar yang
dilakukan oleh orang tua siswa pada 10 Agustus 2016. Menurut berita
yang di rilis oleh fajaronline.com tanggal 10 Agustus 2016 kasus tersebut
berawal saat sang guru bernama Dasrul (52 Tahun) menagih tugas
Pekerjaan Rumah yang diberikan kepada siswa kelas yang sedang
diajarnya. Salah seorang siswa bernma Airul Aliq Sadang (15 Tahun)
tidak mengerjakan tugas itu, sehingga ditegur oleh sang guru, saat di
tegur siswa tersebut menendang pintu sambil mengucapkan kata-kata
kotor, “Sundala”. Hal tersebut membuat guru naik pitam hingga
menampar siswa tersebut, siswa tersebut kemudian mengadu kepada
orang tuanya dan tidak berselang lama orang tua siswa tersebut yang
bernama Adnan Achmad (38 Tahun) datang ke sekolah untuk menemui
kepala sekolah namun tidak bertemu, saat berjalan dikoridor orang tua
siswa tersebut bertemu dengan bapak guru Dasrul hingga terjadilah
penganiayaan tersebut. Akibat penganiayaan tersebut korban mengalami
luka memar pada bagian pelipis dan mengeluarkan darah dari hidung.
Dengan adanya kasus tersebut nampak bahwa seorang guru
sebagai tenaga pendidik berada pada posisi dilematis antara tuntutan
profesi dengan perlakuan masyarakat, yang mana pada satu sisi guru
dituntut untuk mampu menghantarkan peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan, namun pada lain sisi disaat berupaya menegakkan
kedisiplinan guru dibenturkan dengan Undang-Undang Perlindungan
Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
5
BAB II
PEMBAHASAN DAN SOLUSI
A. Pembahasan
Perlindungan guru dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual tertuang dalam Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang Perlindungan :
1. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi,
dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap
guru dalam pelaksanaan tugas.
2. Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan
profesi dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak
kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, diskriminatif, intimidasi
atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta
didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
4. Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan
yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan,
pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang
dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
5. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup
perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan
kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan
lingkungan kerja dan/atau resiko lain. 5
Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah
perlindungan hukum bagi guru. Frasa perlindungan hukum yang
dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang terkait dengan upaya
5 UU No. 14 Tahun 2005, Op.cit., Pasal 39
6
mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan
bagi guru dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.6
1. Perlindungan hukum
Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali
atau tindakan semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi
menimpanya dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul
akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi atau pihak lain, berupa:
a. Tindak kekerasan
b. Ancaman, baik fisik maupun psikologis
c. Perlakuan diskriminatif
d. Intimidasi dan
e. Perlakuan tidak adil
Sudahkah guru mendapatkan perlindungan hukum tersebut ?
Sampai saat ini memang belum ada yang mengevaluasinya namun
setelah mencermati beberapa kasus yang menimpa para guru maka
dapat dikatakan perlindungan bagi guru masih sangat rendah. Ada guru
yang dipidanakan karena memberikan sanksi yang dinilai berlebihan
kepada peserta didik yang dianggap melanggar undang-undang
perlindungan anak, ada guru yang di terror karena mengadukan
penyimpangan dana BOS.
Dalam hal lain, ada juga guru yang dianiaya oleh siswa dan/atau
orang tua siswa, hal ini banyak terjadi pada sekolah-sekolah menengah
dimana siswa sudah dapat mengekspresikan sikap dan kepribadiannya,
siswa sudah mulai berani melawan kepada gurunya dan sampai
kepada siswa yang mengadukan guru yang tidak disukainya tersebut
kepada orang tua dan jika orang tua tidak cerdas dalam menanggapi
6 http://profdikguru.blogspot.co.id/2015/05/perlindungan-hak-hak-guru.html?view=mosaic
(Diakses 10 Nopember, pukul 09.27 WIB)
7
pengaduan anaknya tersebut maka gurulah yang akan menjadi korban
kekerasan orang tua.
2. Perlindungan profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap
pemutusan hukubungan kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar,
pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap
profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru
dalam melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah perlindungan
profesi dijelaskan berikut ini.
a. Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan
bidang keahlian, minat, dan bakatnya.
b. Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dilakukan dengan mempertimbangkan
pendapat Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
c. Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja
atau kesepakatan kerja bersama.
d. Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus
mengikuti prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
e. Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib
melindungi guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar.
f. Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan
pandangan.
g. Setiap guru memiliki kebebasan untuk:
1) Mengungkapkan ekspresi
2) Mengembangkan kreatifitas, dan
3) Melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam
proses pendidikan dan pembelajaran.
8
h. Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya
dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi,
atau pihak lain.
i. Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari
berbagai ancaman, tekanan, dan rasa tidak aman.
j. Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik
k. Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi:
1) Penetapan taraf penguasaan kompetensi
2) Standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan
3) Menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan
khusus.
l. Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi,
meliputi:
1) Mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar
keyakinan akademik
2) Memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi
profesi guru, dan
3) Bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi.
m. Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan
formal, meliputi:
1) Akses terhadap sumber informasi kebijakan
2) Partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan formal, dan
3) Memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat
yang lebih tinggi atas dasar pengalaman terpetik dari lapangan.
Dalam hal perlindugan profesi guru, kenyataan dilapangan
banyak di temukan guru yang mengampu atau mengajar mata
pelajaran yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya, minat dan
bakat nya. Seorang guru dengan latar belakang pendidikan Fisika yang
seharusnya mengajar mata pelajaran fisika namun karena berbagai
alasan di beri tugas untuk mengajar Bahasa Inggris atau mata
9
pelajaran lain yang tidak sesuai dengan bidangkeahliannya. Tentu saja
hal ini menyimpang dari amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005
. 3. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup
perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan
kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan
lingkungan kerja, dan/atau resiko lain. Beberapa hal krusial yang terkait
dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk rasa
aman bagi guru dalam bertugas, yaitu:
a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas harus mampu diwujudkan oleh pengelola
satuan pendidikan formal, pemerintah dan pemerintah daerah.
b. Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari
ancaman psikis dan fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta
didik, atasan langsung, teman sejawat, dan masyarakat luas.
c. Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan
terhadap :
1) Resiko gangguan keamanan kerja
2) Resiko kecelakaan kerja
3) Resiko kebakaran pada waktu kerja
4) Resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
5) Resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan mengenai ketenagakerjaan.
d. Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari
peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau
pihak lain.
e. Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang
ditimbulkan akibat:
1) Kecelakaan kerja
2) Kebakaran pada waktu kerja
10
3) Bencana alam
4) Kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
5) Resiko lain.
f. Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap
kesehatan kerja, akibat:
1) Bahaya yang potensial
2) Kecelakaan akibat bahan kerja,
3) Keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
4) Frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
5) Resiko atas alat kerja yang dipakai, dan
6) Resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.
Terkait dengan perlindungan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), terutama para guru honorer/ swasta selama ini
masih mendapatkan honorarium sangat jauh dibawah Upah Minimum
Regional, dan juga belum adanya jaminan kesehatan bagi guru honorer
dimana PNS mendapat fasilitas Asuransi Kesehatan (Askes)/ BPJS,
buruh dan karyawan mendapat fasilitas Jamsostek(Jaminan Sosial
Tenaga Kerja) yang kini bertransformasi menjadi BPJS
Ketenagakerjaan, sementara ketika guru honorer menderita sakit,
mereka harus berobat dengan biaya sendiri dengan honorarium yang
diterima sangat kecil untuk biaya hidup satu bulan saja tidak cukup
apalagi jika harus membayar iuran BPJS secara mandiri.
4. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual
Pengakuan HaKI merupakan hak yang timbul atas hasil olah pikir
yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna bagi
manusia. Objek yang diatur dalam HaKI adalah karya-karya yang timbul
atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. HaKI terdiri dari dua
kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan
11
Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman.7
Bagi guru, perlindungan HaKI dapat mencakup:
a. Hak cipta atas penulisan buku
b. Hak cipta atas makalah
c. Hak cipta atas karangan ilmiah
d. Hak cipta atas hasil penelitian
e. Hak cipta atas hasil penciptaan
f. Hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan
g. Hak paten atas hasil karya teknologi.8
Jenis-jenis upaya perlindungan hukum bagi guru diantaranya:9
1. Konsultasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,
perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan
HaKI, guru dapat berkonsultasi kepada pihak-pihak yang kompeten.
Konsultasi itu dapat dilakukan kepada konsultan hukum, penegak hukum,
atau pihak-pihak lain yang dapat membantu menyelesaikan persoalan
yang dihadapi oleh guru tersebut.
Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu
pihak tertentu yang disebut dengan klien, dengan pihak lain yang
merupakan konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien untuk
memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya. Konsultan hanya bersifat
memberikan pendapat hukum, sebagaimana diminta oleh kliennya.
Keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri
7 Dirjen Hak Kekayaan Inelektual Kemkumham, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual
8 http://profdikguru.blogspot.co.id/2015/05/perlindungan-hak-hak-guru.html?view=mosaic,
Op.cit. 9 http://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2015/11/profesi-kependidikan-perlindungan-
dan.html (Diakses 10 Nopember, pukul 10.20 WIB)
12
oleh para pihak meskipun adakalanya pihak konsultan juga diberikan
kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa
yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut.
2. Mediasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,
perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan
HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa
antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pihak-pihak
lain yang dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat membantu
memediasinya.
3. Negosiasi dan Perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,
perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan
HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa
antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang negosiasi
kepada guru atau kelompok guru.
4. Konsiliasi dan perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,
perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan
HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa
antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang konsiliasi atau
perdamaian.
5. Advokasi Litigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,
perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan
HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi
sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
13
pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru
seharusnya dapat memberikan advokasi litigasi.
Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi
merupakan pekerjaan pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh
pengacara dan hanya merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan
praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini kemudian melahirkan
pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai advokasi.
Seolah-olah, advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari
organisasi yang berkaitan dengan ilmu dan praktik hukum semata.
Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak
sepenuhnya benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit karena
pengaruh yang cukup kuat dari padanan kata advokasi itu dalam bahasa
Belanda, yakni advocaat yang tak lain berarti pengacara hukum atau
pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata advocate dalam
pengertian bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan menjadi lebih
luas.
6. Advokasi Nonlitigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,
perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan
HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi
sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru
seharusnya dapat memberikan advokasi nonlitigasi.
Dengan demikian, disamping melalui litigasi, juga dikenal alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut nonlitigasi.
Alternatif penyelesaian sengketa nonlitigasi adalah suatu pranata
penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau dengan cara
mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri.
14
Dewasa ini cara penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik
yang cukup tajam, baik dari praktisi maupun teoritisi hukum.10
Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan K3, dan perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan
menggunakan asas-asas sebagai berikut:
1. Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama,
latar budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru.
2. Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat
berasal dari guru atau lembaga mitra, atau keduanya.
3. Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru
memiliki manfaat bagi peningkatan profesionalisme, harkat, martabat,
dan kesejahteraan mereka, serta sumbangsihnya bagi kemajuan
pendidikan formal.
4. Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi
guru dilakukan dengan menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari
lembaga mitra atau pihak lain yang peduli.
5. Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan
masalah yang dihadapi oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang
demokratis atau mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
6. Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru terfokus pada pokok
persoalan.
7. Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru
dapat dilakukan dengan pendekatan formal, informal, litigasi,
nonlitigasi, dan lain-lain.11
Permasalahan-permasalahan diatas merupakan contoh bahwa
perlindungan hukum bagi guru belum sepenuhnya didapatkan meskipun 10 http://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2015/11/profesi-kependidikan-perlindungan-
dan.html (Diakses 10 Nopember, pukul 10.20 WIB) 11 www.kesharlindungdikmen.com/.../amsori%20slide%20perlindungan%20hukum.ppt (Diakses
10 Nopember, pukul 22.15 WIB)
15
telah jelas payung hukumnya yaitu UU Nomor 14 Tahun 2005 bagian ke
tujuh pasal 39 dan PP Nomor 74 Tahun 2008 bagian ke sembilan pasal
40,41 dan 42.
B. Solusi
Untuk keperluan perlindungan bagi guru, solusi terbaik adalah perlu
adanya Rancangan Undang - Undang Perlindungan Guru. Undang-
Undang itu nantinya diharapkan bisa menjadi aturan yang komprehensif
untuk mengatur peran guru dan sekaligus melindungi tugas dalam
pendidikan (Reni Marlinawati).12 Jika memang dirasa tidak
memungkinkan merancang Undang – Undang maka sebaiknya
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah terkait perlindungan guru
sebagai tindak lanjut dari Pasal 39 ayat (2) UU No 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen.
Regulasi perlindungan guru selama ini terkesan berbenturan
dengan pasal dalam UU Perlindungan Anak, dimana kurang adanya
sinkronisasi antara Undang-undang perlindungan anak, dengan UU Nomor 14
Tahun 2005 bagian ke tujuh pasal 39 dan PP Nomor 74 Tahun 2008
bagian ke sembilan pasal 40,41 dan 42. Sehingga diharapkan dalam
Undang - Undang perlindungan guru ataupun Peraturan Pemerintah yang
baru nanti akan diatur mengenai batasan sanksi yang bisa diberikan guru
kepada anak didik.
12
http://politik.news.viva.co.id/news/read/808850-rancangan-undang-undang-perlindungan- guru-digulirkan (Diakses 5 Nopember, pukul 20.53 WIB)
16
BAB III
KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah penulis
uraikan diatas maka dapat disimpulakan:
1. Guru belum mendapatkan perlindungan sebagaimana yang tertuang
dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 bagian ke tujuh pasal 39 dan PP
Nomor 74 Tahun 2008 bagian ke sembilan pasal 40,41 dan 42.
2. Dalam melaksanakan profesinya guru masih harus dicemaskan
dengan permasalahan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan
kerja.
3. Dalam memberi sanksi dalam rangka mendisiplinkan siswa yang
melanggar, guru dibenturkan dengan Undang –Undang Perlindungan
Anak.
B. Harapan Penulis
Dalam kaitannya dengan perlindungan guru dan tenaga pendidik
harapan saya selaku penulis diantaranya:
1. Agar pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan satuan
pendidikan selalu memberikan dukungan dan perlindungan kepada
guru dalam melaksanakan tugasnya.
2. Agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan guru terutama
guru honorer.
3. Agar satuan pendidikan memberikan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja kepada guru dan tenaga pendidik, berupa
4. Agar Masyarakat memberikan dukungan kepada guru dalam
melaksanakan tugasnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang - Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia (HAM)
Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
http://pirdausm.blogspot.co.id/2008/12/perlindungan-guru-dalam
profesinya.html (Diakses 5
Nopember, pukul 20.28 WIB)
http://profdikguru.blogspot.co.id/2015/05/perlindungan-hak-hak-
guru.html?view=mosaic
(Diakses 10 Nopember, pukul 09.27 WIB)
Dirjen Hak Kekayaan Inelektual Kemkumham, Buku Panduan Hak
Kekayaan Intelektual
http://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2015/11/profesi-kependidikan-
perlindungan-.html (Diakses 10 Nopember, pukul 10.20 WIB)
www.kesharlindungdikmen.com/.../amsori%20slide%20perlindungan%20h
ukum.ppt (Diakses 10 Nopember, pukul 22.15 WIB)
http://politik.news.viva.co.id/news/read/808850-rancangan-undang-
undang-perlindungan- guru-digulirkan (Diakses 5 Nopember, pukul
20.53 WIB)