perlindungan guru dan tenaga...

20
i OLEH : ROHANIYA, M. Pd. NIP. 19790906 200604 2 020 PERLINDUNGAN GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (HUKUM, PROFESI, K3 DAN HaKI) SMK MUHAMMADIYAH 1 METRO KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN Jalan Tawes 21 Polos Yosodadi Metro Timur Kota Metro Telp.(0725) 43721 Fax. (0725) 48254 Email : [email protected] LAMPUNG 2016

Upload: phamxuyen

Post on 09-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

OLEH :

ROHANIYA, M. Pd. NIP. 19790906 200604 2 020

PERLINDUNGAN GURU DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN (HUKUM, PROFESI, K3 DAN HaKI)

SMK MUHAMMADIYAH 1 METRO

KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN Jalan Tawes 21 Polos Yosodadi Metro Timur Kota Metro Telp.(0725) 43721

Fax. (0725) 48254 Email : [email protected]

LAMPUNG 2016

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan yang Maha Esa, hanya dengan

izin-Nya terlaksana segala kebajikan serta segala kesuksesan. Dengan

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel

yang bertopik “Perlindungan Guru dan Tenaga Kependidikan (Hukum,

Profesi, K3 dan HaKI)’ ini dengan baik. Artikel ini disusun untuk

meningkatkan kompetensi menulis dan juga untuk menambah wawasan,

pemahaman dan pengalaman penulis selaku pendidik dalam

melaksanakan tugas.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal

Guru dan Tenaga Kependidikan dan Direktorat Pembinaan Guru

Pendidikan Menengah, serta Panitia Simposium GTK Tingkat Nasional

Tahun 2016 karena telah memotivasi penulis untuk menghasilkan karya

ilmiah berupa artikel ini.

Penulis berharap artikel ini dapat berguna bagi diri penulis pribadi

dan para pembaca pada umumnya, sehingga dapat berperan dalam

perkembangan keilmuan dalam bidang pendidikan. Akhirnya, tak ada

gading yang tak retak, begitu juga penulisan artikel ini. Saran dan kritik

yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan artikel ini agar

dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Lampung, Nopember 2016

Penulis

Rohaniya, M.Pd.

iii

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………...……………………. i KATA PENGANTAR...…………..……………………… ii DAFTAR ISI …………………….…………..…………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengantar…………………………………………… 1

B. Masalah……….. …………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN DAN SOLUSI

A. Pembahasan …………….…..…….………………. 5

B. Solusi…………………………………………….….. 15

BAB III KESIMPULAN DAN HARAPAN

A. Kesimpulan …..……………………………………. 16

B. Harapan……………………..……………..……..… 16

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengantar

Di dalam UUD 1945 pasal 28D ayat 1 dan di dalam UU Nomor 39

tahun 1999 pasal 3 ayat 2 Tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan

bahwa, “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan

hukum”.1 Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada

hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk dari Tuhan.2 Hak

merupakan anugerah Tuhan yang wajib di hormati, di junjung tinggi dan

di lindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi

kehormatan serta perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia.

Sebagai seorang manusia, guru juga memiliki hak yang harus di

lindungi, di hormati, di pertahankan dan tidak boleh di abaikan, di kurangi

atau di rampas oleh siapapun. Salah satu hak guru adalah hak

memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas

kekayaan intelektual. Berbagai pihak yang harus memberi perlindungan

terhadap guru dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana tertuang dalam

pasal 39 ayat 1 UU Nomor 14 Tahun 2005 yaitu: pemerintah, pemerintah

daerah, masyarakat, organisasi profesi dan/ atau satuan pendidikan.

Perlindungan yang diberikan kepada guru meliputi perlindungan

hukum, perlindungan profesi serta perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja.3 Dengan adanya perlindungan – perlindungan tersebut

maka guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan tenang, nyaman

dan tidak menghawatirkan hal- hal buruk akan menimpanya.

1 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28D (ayat 1)

2 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999

3 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 39 (ayat 2)

2

B. Masalah

Guru adalah pendidik professional yang bertugas untuk mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, mengevaluasi dan

menilai peserta didik, namun tidak sedikit guru yang merasa tidak nyaman

dan tidak tenang dalam melaksanakan tugasnya, hal ini disebabkan oleh

berbagai faktor diantaranya : ketidak pastian status kepegawaian, ketidak

pastian kesejahteraan, ketidak pastian pengembangan profesi dan

ketidak pastian advokasi hukum.

Sebagai sebuah profesi, dalam bekerja guru memerlukan jaminan

dan perlindungan perundang-undangan dan aturan yang pasti. Hal ini

sangat penting agar selain memperoleh rasa aman, guru juga memiliki

kejelasan tentang hak dan kewajibannya,apa yang boleh dan tidak boleh

mereka lakukan serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pihak lain

kepada mereka, baik sebagai manusia, pendidik dan pekerja (Abduhzen

:2008).4

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

merupakan jaminan dan perlindungan bagi guru dan dosen dalam

menjalankan profesinya. Dalam pasal 39 Undang-undang nomor 14

tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan :

1. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi,

dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap

guru dalam pelaksanaan tugas.

2. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi

perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 2 mencakup

perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan

4 http://pirdausm.blogspot.co.id/2008/12/perlindungan-guru-dalam-profesinya.html (Diakses 5

Nopember, pukul 20.28 WIB)

3

diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta

didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.

4. Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 mencakup

perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang

tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan,

pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang

dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.

5. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana

dimaksud pada ayat 2 mencakup perlindungan terhadap risiko

gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu

kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.

Permasalahannya adalah sampai saat ini belum ada peraturan

pelaksanaan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 yang secara teknis

operasional mengatur berbagai macam perlindungan terhadap guru,

termasuk perlindungan hukum. Akibatnya, saat dihadapkan dengan

kasus hukum tertentu posisi guru menjadi sangat lemah.

Guru dalam kasus-kasus tertentu,selain diadukan sebagai pelaku

kekerasan terhadap siswa, juga menjadi korban kekerasan dari siswa

dan/ atau orang tua siswa. Guru dilaporkan melanggar hak perlindungan

anak ketika memberikan sanksi pelanggaran disiplin kepada siswa,

seperti menjewer, mencubit, membentak, lari mengelilingi halaman

sekolah, push up beberapa kali, menghormat bendera dalam kondisi

cuaca panas sampai akhir pelajaran, membersihkan toilet dan lain

sebagainya. Jenis-jenis hukuman disiplin tersebut saat ini tidak lagi

mendidik dan bahkan dianggap dianggap melanggar Undang-undang

Perlindungan Anak, walaupun jenis hukuman disiplin tersebut pada masa

lampau dianggap hal yang lumrah dalam dunia pendidikan.

Hukuman disiplin yang diberikan kepada siswa harus berpedoman

kepada tata tertib sekolah dan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

4

Perlindungan Anak, namun fakta dilapangan menunjukkan masih banyak

guru yang belum mengetahui dan memahami Undang-Undang

Perlindungan Anak.

Selain dilaporkan melanggar hak perlindungan anak ketika

memberikan sanksi pelanggaran disiplin, tak jarang guru juga menjadi

korban kekerasan siswa atau orang tua siswa. Kasus kekerasan terhadap

guru yang masih hangat diperbincangkan yaitu kasus kekerasan dalam

bentuk pemukulan terhadap seorang guru di SMK 2 Makasar yang

dilakukan oleh orang tua siswa pada 10 Agustus 2016. Menurut berita

yang di rilis oleh fajaronline.com tanggal 10 Agustus 2016 kasus tersebut

berawal saat sang guru bernama Dasrul (52 Tahun) menagih tugas

Pekerjaan Rumah yang diberikan kepada siswa kelas yang sedang

diajarnya. Salah seorang siswa bernma Airul Aliq Sadang (15 Tahun)

tidak mengerjakan tugas itu, sehingga ditegur oleh sang guru, saat di

tegur siswa tersebut menendang pintu sambil mengucapkan kata-kata

kotor, “Sundala”. Hal tersebut membuat guru naik pitam hingga

menampar siswa tersebut, siswa tersebut kemudian mengadu kepada

orang tuanya dan tidak berselang lama orang tua siswa tersebut yang

bernama Adnan Achmad (38 Tahun) datang ke sekolah untuk menemui

kepala sekolah namun tidak bertemu, saat berjalan dikoridor orang tua

siswa tersebut bertemu dengan bapak guru Dasrul hingga terjadilah

penganiayaan tersebut. Akibat penganiayaan tersebut korban mengalami

luka memar pada bagian pelipis dan mengeluarkan darah dari hidung.

Dengan adanya kasus tersebut nampak bahwa seorang guru

sebagai tenaga pendidik berada pada posisi dilematis antara tuntutan

profesi dengan perlakuan masyarakat, yang mana pada satu sisi guru

dituntut untuk mampu menghantarkan peserta didik untuk mencapai

tujuan pendidikan, namun pada lain sisi disaat berupaya menegakkan

kedisiplinan guru dibenturkan dengan Undang-Undang Perlindungan

Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

5

BAB II

PEMBAHASAN DAN SOLUSI

A. Pembahasan

Perlindungan guru dalam melaksanakan tugas dan hak atas

kekayaan intelektual tertuang dalam Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang Perlindungan :

1. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi,

dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap

guru dalam pelaksanaan tugas.

2. Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan

profesi dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak

kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, diskriminatif, intimidasi

atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta

didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.

4. Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan

yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan,

pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang

dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.

5. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup

perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan

kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan

lingkungan kerja dan/atau resiko lain. 5

Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah

perlindungan hukum bagi guru. Frasa perlindungan hukum yang

dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang terkait dengan upaya

5 UU No. 14 Tahun 2005, Op.cit., Pasal 39

6

mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan

bagi guru dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.6

1. Perlindungan hukum

Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali

atau tindakan semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi

menimpanya dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul

akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,

birokrasi atau pihak lain, berupa:

a. Tindak kekerasan

b. Ancaman, baik fisik maupun psikologis

c. Perlakuan diskriminatif

d. Intimidasi dan

e. Perlakuan tidak adil

Sudahkah guru mendapatkan perlindungan hukum tersebut ?

Sampai saat ini memang belum ada yang mengevaluasinya namun

setelah mencermati beberapa kasus yang menimpa para guru maka

dapat dikatakan perlindungan bagi guru masih sangat rendah. Ada guru

yang dipidanakan karena memberikan sanksi yang dinilai berlebihan

kepada peserta didik yang dianggap melanggar undang-undang

perlindungan anak, ada guru yang di terror karena mengadukan

penyimpangan dana BOS.

Dalam hal lain, ada juga guru yang dianiaya oleh siswa dan/atau

orang tua siswa, hal ini banyak terjadi pada sekolah-sekolah menengah

dimana siswa sudah dapat mengekspresikan sikap dan kepribadiannya,

siswa sudah mulai berani melawan kepada gurunya dan sampai

kepada siswa yang mengadukan guru yang tidak disukainya tersebut

kepada orang tua dan jika orang tua tidak cerdas dalam menanggapi

6 http://profdikguru.blogspot.co.id/2015/05/perlindungan-hak-hak-guru.html?view=mosaic

(Diakses 10 Nopember, pukul 09.27 WIB)

7

pengaduan anaknya tersebut maka gurulah yang akan menjadi korban

kekerasan orang tua.

2. Perlindungan profesi

Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap

pemutusan hukubungan kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar,

pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap

profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru

dalam melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah perlindungan

profesi dijelaskan berikut ini.

a. Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan

bidang keahlian, minat, dan bakatnya.

b. Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan

tugas-tugas profesional dilakukan dengan mempertimbangkan

pendapat Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

c. Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja

atau kesepakatan kerja bersama.

d. Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus

mengikuti prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan kerja

bersama.

e. Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib

melindungi guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar.

f. Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan

pandangan.

g. Setiap guru memiliki kebebasan untuk:

1) Mengungkapkan ekspresi

2) Mengembangkan kreatifitas, dan

3) Melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam

proses pendidikan dan pembelajaran.

8

h. Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya

dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi,

atau pihak lain.

i. Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari

berbagai ancaman, tekanan, dan rasa tidak aman.

j. Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik

k. Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi:

1) Penetapan taraf penguasaan kompetensi

2) Standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan

3) Menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan

khusus.

l. Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi,

meliputi:

1) Mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar

keyakinan akademik

2) Memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi

profesi guru, dan

3) Bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi.

m. Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan

formal, meliputi:

1) Akses terhadap sumber informasi kebijakan

2) Partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan formal, dan

3) Memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat

yang lebih tinggi atas dasar pengalaman terpetik dari lapangan.

Dalam hal perlindugan profesi guru, kenyataan dilapangan

banyak di temukan guru yang mengampu atau mengajar mata

pelajaran yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya, minat dan

bakat nya. Seorang guru dengan latar belakang pendidikan Fisika yang

seharusnya mengajar mata pelajaran fisika namun karena berbagai

alasan di beri tugas untuk mengajar Bahasa Inggris atau mata

9

pelajaran lain yang tidak sesuai dengan bidangkeahliannya. Tentu saja

hal ini menyimpang dari amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005

. 3. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup

perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan

kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan

lingkungan kerja, dan/atau resiko lain. Beberapa hal krusial yang terkait

dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk rasa

aman bagi guru dalam bertugas, yaitu:

a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam

melaksanakan tugas harus mampu diwujudkan oleh pengelola

satuan pendidikan formal, pemerintah dan pemerintah daerah.

b. Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari

ancaman psikis dan fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta

didik, atasan langsung, teman sejawat, dan masyarakat luas.

c. Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan

terhadap :

1) Resiko gangguan keamanan kerja

2) Resiko kecelakaan kerja

3) Resiko kebakaran pada waktu kerja

4) Resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau

5) Resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan mengenai ketenagakerjaan.

d. Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari

peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau

pihak lain.

e. Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang

ditimbulkan akibat:

1) Kecelakaan kerja

2) Kebakaran pada waktu kerja

10

3) Bencana alam

4) Kesehatan lingkungan kerja, dan/atau

5) Resiko lain.

f. Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap

kesehatan kerja, akibat:

1) Bahaya yang potensial

2) Kecelakaan akibat bahan kerja,

3) Keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,

4) Frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,

5) Resiko atas alat kerja yang dipakai, dan

6) Resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.

Terkait dengan perlindungan terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja (K3), terutama para guru honorer/ swasta selama ini

masih mendapatkan honorarium sangat jauh dibawah Upah Minimum

Regional, dan juga belum adanya jaminan kesehatan bagi guru honorer

dimana PNS mendapat fasilitas Asuransi Kesehatan (Askes)/ BPJS,

buruh dan karyawan mendapat fasilitas Jamsostek(Jaminan Sosial

Tenaga Kerja) yang kini bertransformasi menjadi BPJS

Ketenagakerjaan, sementara ketika guru honorer menderita sakit,

mereka harus berobat dengan biaya sendiri dengan honorarium yang

diterima sangat kecil untuk biaya hidup satu bulan saja tidak cukup

apalagi jika harus membayar iuran BPJS secara mandiri.

4. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual

Pengakuan HaKI merupakan hak yang timbul atas hasil olah pikir

yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna bagi

manusia. Objek yang diatur dalam HaKI adalah karya-karya yang timbul

atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. HaKI terdiri dari dua

kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan

11

Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman.7

Bagi guru, perlindungan HaKI dapat mencakup:

a. Hak cipta atas penulisan buku

b. Hak cipta atas makalah

c. Hak cipta atas karangan ilmiah

d. Hak cipta atas hasil penelitian

e. Hak cipta atas hasil penciptaan

f. Hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan

g. Hak paten atas hasil karya teknologi.8

Jenis-jenis upaya perlindungan hukum bagi guru diantaranya:9

1. Konsultasi

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,

perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan

HaKI, guru dapat berkonsultasi kepada pihak-pihak yang kompeten.

Konsultasi itu dapat dilakukan kepada konsultan hukum, penegak hukum,

atau pihak-pihak lain yang dapat membantu menyelesaikan persoalan

yang dihadapi oleh guru tersebut.

Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu

pihak tertentu yang disebut dengan klien, dengan pihak lain yang

merupakan konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien untuk

memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya. Konsultan hanya bersifat

memberikan pendapat hukum, sebagaimana diminta oleh kliennya.

Keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri

7 Dirjen Hak Kekayaan Inelektual Kemkumham, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual

8 http://profdikguru.blogspot.co.id/2015/05/perlindungan-hak-hak-guru.html?view=mosaic,

Op.cit. 9 http://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2015/11/profesi-kependidikan-perlindungan-

dan.html (Diakses 10 Nopember, pukul 10.20 WIB)

12

oleh para pihak meskipun adakalanya pihak konsultan juga diberikan

kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa

yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut.

2. Mediasi

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,

perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan

HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa

antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pihak-pihak

lain yang dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat membantu

memediasinya.

3. Negosiasi dan Perdamaian

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,

perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan

HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa

antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,

penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang negosiasi

kepada guru atau kelompok guru.

4. Konsiliasi dan perdamaian

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,

perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan

HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa

antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,

penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang konsiliasi atau

perdamaian.

5. Advokasi Litigasi

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,

perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan

HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi

sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,

13

pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru

seharusnya dapat memberikan advokasi litigasi.

Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi

merupakan pekerjaan pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh

pengacara dan hanya merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan

praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini kemudian melahirkan

pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai advokasi.

Seolah-olah, advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari

organisasi yang berkaitan dengan ilmu dan praktik hukum semata.

Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak

sepenuhnya benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit karena

pengaruh yang cukup kuat dari padanan kata advokasi itu dalam bahasa

Belanda, yakni advocaat yang tak lain berarti pengacara hukum atau

pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata advocate dalam

pengertian bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan menjadi lebih

luas.

6. Advokasi Nonlitigasi

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum,

perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan

HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi

sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,

pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru

seharusnya dapat memberikan advokasi nonlitigasi.

Dengan demikian, disamping melalui litigasi, juga dikenal alternatif

penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut nonlitigasi.

Alternatif penyelesaian sengketa nonlitigasi adalah suatu pranata

penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau dengan cara

mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri.

14

Dewasa ini cara penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik

yang cukup tajam, baik dari praktisi maupun teoritisi hukum.10

Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi,

perlindungan K3, dan perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan

menggunakan asas-asas sebagai berikut:

1. Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama,

latar budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru.

2. Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat

berasal dari guru atau lembaga mitra, atau keduanya.

3. Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru

memiliki manfaat bagi peningkatan profesionalisme, harkat, martabat,

dan kesejahteraan mereka, serta sumbangsihnya bagi kemajuan

pendidikan formal.

4. Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi

guru dilakukan dengan menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari

lembaga mitra atau pihak lain yang peduli.

5. Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan

masalah yang dihadapi oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang

demokratis atau mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

6. Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan

pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru terfokus pada pokok

persoalan.

7. Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru

dapat dilakukan dengan pendekatan formal, informal, litigasi,

nonlitigasi, dan lain-lain.11

Permasalahan-permasalahan diatas merupakan contoh bahwa

perlindungan hukum bagi guru belum sepenuhnya didapatkan meskipun 10 http://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2015/11/profesi-kependidikan-perlindungan-

dan.html (Diakses 10 Nopember, pukul 10.20 WIB) 11 www.kesharlindungdikmen.com/.../amsori%20slide%20perlindungan%20hukum.ppt (Diakses

10 Nopember, pukul 22.15 WIB)

15

telah jelas payung hukumnya yaitu UU Nomor 14 Tahun 2005 bagian ke

tujuh pasal 39 dan PP Nomor 74 Tahun 2008 bagian ke sembilan pasal

40,41 dan 42.

B. Solusi

Untuk keperluan perlindungan bagi guru, solusi terbaik adalah perlu

adanya Rancangan Undang - Undang Perlindungan Guru. Undang-

Undang itu nantinya diharapkan bisa menjadi aturan yang komprehensif

untuk mengatur peran guru dan sekaligus melindungi tugas dalam

pendidikan (Reni Marlinawati).12 Jika memang dirasa tidak

memungkinkan merancang Undang – Undang maka sebaiknya

pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah terkait perlindungan guru

sebagai tindak lanjut dari Pasal 39 ayat (2) UU No 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen.

Regulasi perlindungan guru selama ini terkesan berbenturan

dengan pasal dalam UU Perlindungan Anak, dimana kurang adanya

sinkronisasi antara Undang-undang perlindungan anak, dengan UU Nomor 14

Tahun 2005 bagian ke tujuh pasal 39 dan PP Nomor 74 Tahun 2008

bagian ke sembilan pasal 40,41 dan 42. Sehingga diharapkan dalam

Undang - Undang perlindungan guru ataupun Peraturan Pemerintah yang

baru nanti akan diatur mengenai batasan sanksi yang bisa diberikan guru

kepada anak didik.

12

http://politik.news.viva.co.id/news/read/808850-rancangan-undang-undang-perlindungan- guru-digulirkan (Diakses 5 Nopember, pukul 20.53 WIB)

16

BAB III

KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah penulis

uraikan diatas maka dapat disimpulakan:

1. Guru belum mendapatkan perlindungan sebagaimana yang tertuang

dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 bagian ke tujuh pasal 39 dan PP

Nomor 74 Tahun 2008 bagian ke sembilan pasal 40,41 dan 42.

2. Dalam melaksanakan profesinya guru masih harus dicemaskan

dengan permasalahan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan

kerja.

3. Dalam memberi sanksi dalam rangka mendisiplinkan siswa yang

melanggar, guru dibenturkan dengan Undang –Undang Perlindungan

Anak.

B. Harapan Penulis

Dalam kaitannya dengan perlindungan guru dan tenaga pendidik

harapan saya selaku penulis diantaranya:

1. Agar pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan satuan

pendidikan selalu memberikan dukungan dan perlindungan kepada

guru dalam melaksanakan tugasnya.

2. Agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan guru terutama

guru honorer.

3. Agar satuan pendidikan memberikan perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja kepada guru dan tenaga pendidik, berupa

4. Agar Masyarakat memberikan dukungan kepada guru dalam

melaksanakan tugasnya.

17

DAFTAR PUSTAKA

Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang - Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia (HAM)

Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

http://pirdausm.blogspot.co.id/2008/12/perlindungan-guru-dalam

profesinya.html (Diakses 5

Nopember, pukul 20.28 WIB)

http://profdikguru.blogspot.co.id/2015/05/perlindungan-hak-hak-

guru.html?view=mosaic

(Diakses 10 Nopember, pukul 09.27 WIB)

Dirjen Hak Kekayaan Inelektual Kemkumham, Buku Panduan Hak

Kekayaan Intelektual

http://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2015/11/profesi-kependidikan-

perlindungan-.html (Diakses 10 Nopember, pukul 10.20 WIB)

www.kesharlindungdikmen.com/.../amsori%20slide%20perlindungan%20h

ukum.ppt (Diakses 10 Nopember, pukul 22.15 WIB)

http://politik.news.viva.co.id/news/read/808850-rancangan-undang-

undang-perlindungan- guru-digulirkan (Diakses 5 Nopember, pukul

20.53 WIB)