perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah pada …digilib.uinsby.ac.id/34965/1/devi maulida...

92
PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH PADA MUSEUM MPU TANTULAR KABUPATEN SIDOARJO (Tinjauan PSAP No. 07 Tahun 2010) SKRIPSI Oleh: DEVI MAULIDA NIM : G02215003 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM PROGRAM STUDI AKUNTANSI SURABAYA 2019

Upload: others

Post on 31-Jan-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH

PADA MUSEUM MPU TANTULAR KABUPATEN SIDOARJO

(Tinjauan PSAP No. 07 Tahun 2010)

SKRIPSI

Oleh:

DEVI MAULIDA

NIM : G02215003

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SURABAYA

2019

i

PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH

PADA MUSEUM MPU TANTULAR KABUPATEN SIDOARJO

(Tinjauan PSAP No. 07 Tahun 2010)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Akuntansi

Oleh:

DEVI MAULIDA

NIM : G02215003

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SURABAYA

2019

ii

iii

iv

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vi

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah pada Museum Mpu Tantular Kabupaten Sidoarjo (Tinjauan PSAP No. 07 Tahun 2010)”. Aset bersejarah merupakan aset pemerintah yang memiliki karakter khusus dibandingkan dengan golongan aset lainnya. Nilai budaya, pendidikan, lingkungan dan sejarah menjadikan aset bersejarah sangat penting keberadaanya, karenanya perlu dilakukan perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah pada Museum Mpu Tantular Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah pada Museum Mpu Tantular Sidoarjo Ditinjau PSAP 07 Tahun 2010.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data yang diperlukan diperoleh melaluihasil wawancara dengan informan penelitian, serta data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen pendukung. Analisis data dengan cara penyajian dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Museum Mpu Tantular Sidoarjo masih mengaitkan pengertian aset bersejarah dengan cagar budaya. Pihak Museum dalam hal pengakuan aset bersejarah menganut pada undang-undang tentang cagar budaya dan peraturan pemerintah tentang museum. Penilaian aset bersejarah pada Museum Mpu tantular Sidoarjo dinilai sesuai dengan pada waktu membelinya. Praktik akuntansi aset bersejarah dalam hal pengungkapan dan penyajian yaitu disajikan dalam laporan keuangan sebagai biaya modal pada saat waktu membeli atau dengan memasukkan dengan nama benda koleksi. Berdasarkan analisis yang dilakukan, praktik akuntansi yang diterapkan pada Museum Mpu Tantular Sidoarjo masih belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu tidak disajikan dengan nilai nol dan tidak diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan tanpa nilai dengan mencantumkan jumalah kuantitas unit dari aset bersejarah tersebut.

Kata kunci : Akuntansi Aset Bersejarah, PSAP 07, Museum, Catatan atas Laporan Keuangan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hiadayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah pada Museum Mpu Tantular

Kabupaten Sidoarjo (Tinjauan PSAP No. 07 Tahun 2010)”. Skripsi ini disusun

untuk menyelesaikan Studi Jenjang Strata 1 (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.

Penulis menyadari sepenuhnya telah mendapat dorongan , dukungan, dan

bimbingan dari berbagai pihak yang yang telah menyumbangkan pikiran, waktu,

tenaga, dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Masdar Hilmy, S.Ag., MA, Ph.D, selaku Rektor UIN Sunan Ampel

Surabaya.

2. Dr. H. Ah. Ali Arifin, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Sunan Ampel Surabaya.

3. Siti Musfiqoh, M.EI, selaku ketua Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam.

4. Imam Buchori, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi yang telah

memberikan kritik serta saran saat pengajuan judul skripsi.

5. Noor Wahyudi, M. Kom, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi yang

telah memberikan saran dan membantu memeriksa kesamaan judul di prodi.

6. Nurlailah, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

memberikan saran, motivasi, dan membimbing saya dalam menyelesaikan

skripsi.

7. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

8. Pihak Museum Mpu Tantular Sidoarjo yang telah meluangkan waktunya dan

bersedia dijadikan objek penelitian dalam menyelesaikan skripsi.

9. Bapak, Ibu beserta kakak dan keluraga yang senantiasa memberikan do’a,

pengertian, dan dukungan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

viii

10. Teruntuk orang spesial, makasih udah mau dengerin aku kalau lagi marah

atau ngambek, selalu memberikan dukungan serta do’a, dan mau

bantusampai terselesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat Laily Fadilah Cs, Eryanti Dian Lestari, Laily Fadilah, dan

Winda Agrita Syakuranti yang selalu memberikan masukan, semangat serta

do’a, dan medengarkan keluh kesah saya selama mengerjakan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat BPJS, Riza Novita Sari, Linda Muludina, Ainur Rokhmah<,

Adam Hakeem, Aditiya Putri, dan Terya Nur Jannah yang selalu setia

mendengarkan keluh kesah saya dan selalu ada di saat saya membutuhkan

bantuan.

13. Sahabat-sahabat Istri Sholeh Idaman Suami, Cindy Trisya, Robiyatul

Adawiyah, dan Mujannatul Khofifah yang siap mendengarkan cerita aku

tentang skripsi dan selalu memberikan semangat agar cepet

menyelesaikannya.

14. Teman-teman akuntansi angkatan 2015 yang telah menemani perjalanan

kuliah saya, selalu menyemangati dan mendo’akan yang terbaik untuk

skripsi saya.

15. Teman-teman keluarga besar KKN 55, terima kasih telah menjadi keluarga

baru yang selalu memberikan semangat dan do’a agar dapat meyelesaikan

skripsi ini.

16. Untuk saudaraku Ika Salsabila yang setiap saat selalu mengingatkan untuk

mengerjakan skripsi.

17. Untuk mbak Lya , yang bolehin aku ijin di sela-sela kerja dan selalu

memberikan semangat untuk cepet menyelesaikan skripsi.

18. Serta seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 25 Juli 2019

Penulis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ............................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

PENGESAHAN .................................................................................................... iv

PERNYATAAN PUBLIKASI ............................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii

DAFTAR TABLE ................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ........................................................... 9

C. Rumusan Masalah ................................................................................... 10

D. Kajian Pustaka ........................................................................................ 10

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 19

F. Kegunaan Hasil Penelitian ...................................................................... 19

G. Definisi Operasional ............................................................................... 20

H. Metode Penelitian ................................................................................... 21

I. Sistematika Pembahasan ........................................................................ 26

BAB II PERLAKUAN AKUNTANSI DAN STANDAR AKUNTANSI

PEMERINTAHAN TENTANG ASET BERSEJARAH ........................................ 29

A. Aset Bersejarah ....................................................................................... 29

1. Pengertian Aset Bersejarah dan Cagar Budaya ............................... 29

2. Karakteristik Aset Bersejarah.......................................................... 35

B. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 07

Tahun 2010 ............................................................................................. 35

1. Pengertian Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) . 35

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

x

2. Perlakuan Akuntansi Aset Bersejarah ............................................. 38

a. Pengakuan Aset Bersejarah ...................................................... 39

b. Penilaian Aset Bersejarah ......................................................... 39

c. Pengukuran Aset Bersejarah ..................................................... 40

d. Penyajian Aset Bersejarah ........................................................ 41

e. Pengungkapan Aset Bersejarah ................................................ 41

C. Fiat Measurement Theory (Teori Pengukuran Fiat) .............................. 42

1. Pengertian Fiat Measurement Theory ............................................. 42

2. Pengukuran Fiat Measurement Theory ........................................... 43

BAB III PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH PADA

MUSEUM MPU TANTULAR SIDOARJO .......................................................... .... 45

A. Profil Museum Mpu Tantular ................................................................. 45

1. Sejarah Museum Mpu Tantular ....................................................... 45

2. Struktur Organisasi Museum Mpu Tantular Sidoarjo ..................... 47

3. Visi dan Misi Museum Mpu Tantular ............................................. 49

4. Benda Koleksi Museum Mpu Tantular Sidoarjo ............................. 50

B. Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah pada Museum Mpu

Tantular Kabupaten Sidoarjo .................................................................. 52

1. Perlakuan Aset Bersejarah Museum Mpu Tantular Sidoarjo .......... 52

2. Pengakuan Aset Bersejarah Museum Mpu Tantular Sidoarjo ........ 53

3. Penilaian Aset Bersejarah Museum Mpu Tantular Sidoarjo ........... 54

4. Pengukuran Aset Bersejarah Museum Mpu Tantular Sidoarjo ....... 56

5. Penyajian Aset Bersejarah Museum Mpu Tantular Sidoarjo .......... 57

C. Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah pada Museum Mpu

Tantular Kabupaten Sidoarjo Ditinjau dari PSAP Nomor 07 Tahun

2010 ......................................................................................................... 62

1. Pengakuan Aset Bersejarah Ditinjau PSAP 07 ............................... 62

2. Penilaian Aset BersejarahDitinjau PSAP 07 ................................... 64

3. Penyajian Aset Bersejarah Ditinjau PSAP 07 ................................. 65

4. Pengungkapan Aset Bersejarah Ditinjau PSAP 07 ......................... 65

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xi

BAB IV ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH PADA MUSEUM MPU TANTULAR SIDOARJO DITINJAU DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH NOMOR 07 TAHUN 2010 ........................................................................................................ .... 67

A. Analisis Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah pada Museum

Mpu Tantular Sidoarjo ............................................................................ 67

1. Pengakuan Aset Bersejarah Museum Mpu Tantular Sidoarjo ........ 67

2. Penilaian Aset Bersejarah Museum Mpu Tantular Sidoarjo ........... 67

3. Penyajian Aset Bersejarah Museum Mpu TantularSidoarjo ........... 68

4. Pengungkapan Aset Bersejarah Museum Mpu Tantular Sidoarjo .. 69

B. Analisis Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah pada Museum

Mpu Tantular Sidoarjo Ditinjau dari PSAP Nomor 07 Tahun 2010 ...... 70

1. Pengakuan Aset Bersejarah Ditinjau PSAP 07 ............................... 70

2. Penilaian Aset Bersejarah Ditinjau PSAP 07 .................................. 71

3. Penyajian Aset Bersejarah Ditinjau PSAP 07 ................................. 72

4. Pengungkapan Aset Bersejarah Ditinjau PSAP 07 ......................... 73

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 75

A. Kesimpulan ............................................................................................. 75

B. Saran ........................................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 77

LAMPIRAN ............................................................................................................... 79

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Museum Mpu Tantular ...................................... 49

Gambar 3.2 Hiasan Garudaye ................................................................................ 50

Gambar 3.3 Sepeda Kayu,Shimponion, Sepeda Motor Uap ................................. 50

Gambar 3.4 Batu-Batuan ....................................................................................... 51

Gambar 3.5 Keris-Keris ......................................................................................... 51

Gambar 3.6 Bagan Alur Pengendalian Aset Bersejarah ........................................ 58

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 15

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Koleksi Museum Mpu Tantular Sidoarjo .................. 52

Tabel 3.2 Jurnal Mengenai Aset Bersejarah di Museum Mpu Tantular

Sidoarjo ........................................................................................................ 62

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pengertian atau

pendefinisian akuntansi sebagai bidang pengetahuan. Artinya, kedudukan

akuntansi dalam tatanan (taksonomi) pengetahuan juga akan menentukan

pengertian dan lingkup teori akuntansi. Lagi pula, kejelasan status

akuntansi mempunyai implikasi terhadap arah studi dan praktik

akuntansi.1

Jadi, akuntansi didefinisi sebagai seperangkat pengetahuan karena

wilayah materi dan kegiatan cukup luas dan dalam serta telah membentuk

kesatuan pengetahuan yang terdokumentasi secara sistematis dalam

bentuk literatur. Selain itu akuntansi sebagai penyedia jasa (service

activity) mengisyaratakan bahwa akuntansi yang akhirnya harus

diterapkan untuk merancang dan menyediakan jasa berupa informasi

keuangan harus bermanfaat untuk kepentingan sosial dan ekonomik

negara tempat akuntansi diterapkan (to be useful in making aconomic

decisions).Secara umum pengertian tersebut tidak berbeda dengan

akuntansi pada umumnya, dan perbedaan terletak pada jenis transaksi

yang dicatat, penggunaannya dan standar akuntansi yang digunakan.

1 Suwardjono, Teori Akuntansi “Perekayasaan Pelaporan Keuangan”, (BPFE-Yogyakarta: 2016), hlm.9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Sistem akuntansi yang dirancang dan diselenggarakan harus tetap

mengacu pada ukuran yang disepakati umum yaitu standar akuntansi

pemerintahan. Standar akuntansi mengatur antara lain: (1) pengertian

(definition); (2) pengakuan (recognition); (3) penilaian atau pengukuran

(measurment); dan (4) penyajian (disclosure). Dalam akuntansi aset

bersejarah termasuk dalam aset tetap, aset tetap sendiri merupakan aktiva

berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun

terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi entitas pemerintahan,

tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal entitas

pemerintah dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun2.

Untuk aset tetap sendiri merupakan sumber daya yang memiliki

empat karakteristik yaitu: (1) berujud atau memiliki ujud (bentuk atau

ukuran tertentu); (2) digunakan dalam operasi perusahaan; (3) mempunyai

masa manfaat jangka panjang; dan (4) tidak dimaksudkan untuk diperjual-

belikan. Aset semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama

dan diharapkan dapat memberi manfaat pada perusahaan selama

bertahun-tahun.3

Suatu benda berwujud diakui sebagai aktiva dan dikelompokkan

sebagai aktiva tetap apabila:

a. Mempunyai manfaat ekonomi di masa yang akan datang/jasa

potensialnya diperoleh entitas.

2Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto, sistem akuntansi sektor publik: konsep untuk pemerintahan daerah, jil.2, (Jakarta: Salemba Empat, 2003), hlm.245. 3Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi, (STIE YKPN: t.t), hlm. 133.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

b. Aktiva tersebut pengukurannya jelas dan terbebas dari bias.

Menurut PSAP 07 tahun 2010 aset bersejarah adalah aset yang

menyediakan kepentingan publik dari aspek budaya, lingkungan, dan

sejarahnya yang dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya dalam

jangka waktu yang tidak terbatas. Yang termasuk dalam aset bersejarah

adalah bangunan bersejarah, monument, situs-situs purbakala seperti

candi dan karya seni.

Benda-benda bersejarah dan cagar budaya di Museum Mpu Tantular

termasuk dalam aset bersejarah. Aset bersejarah ini dilindungi oleh

pemerintah dan undang-undang (Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010

tentang Cagar Budaya). Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan

sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur

Cagar Budaya apabila memenuhi kriteri salah satunya berusia 50 (lima

puluh) tahun atau lebih.

Keberadaan aset bersejarah yang menyimpan nilai seni, budaya,

pendidikan, sejarah, pengetahuan, dan lain-lain menjadikan aset

bersejarah sangat perlu untuk dilindungi keberadaanya dengan membuat

sistem pengendalian dan pencatatan yang sesuai terhadap aset bersejarah

tersebut. Selain pencatatan sebagai bentuk pengendalian keberadaan aset

bersejarah mengingat setiap tahun selalu ada benda-benda purbakala yang

hilang ataupun rusak, pencatatan akuntansi juga diperlukan supaya aset

bersejarah yang masuk dalam salah satu aset daerah dapat diukur, dinilai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dan disajikan secara akurat dalam laporan keuangan. Agar dapat

menerapkan akuntansi yang sesuai pada aset bersejarah, terlebih dahulu

harus mengetahui definisi dan karakteristik unik dari aset bersejarah

tersebut dengan begitu akan bisa ditentukan metode perlakukan akuntansi

yang sesuai untuk aset bersejarah.

Perlakuan akuntansi ini menyangkut pengakuan, penilaian, dan

pengungkapan dari aset bersejarah. Dalam hal pengakuan aset bersejarah

beberapa ahli masih memperdebatkan diakui sebagai aset ataukah sebagai

kewajiban. Penilaian terhadap aset bersejarah akan sulit dilakukan dan

menemukan metode yang dapat diterima umum dari penilaian aset

bersejarah. Ketidakmungkinan menjual aset bersejarah di pasar terbuka

dan tujuan sosial yang ada di dalam aset bersejarah menjadikan akuntan

sulit untuk mendapatkan penilaian yang relevan atau menunjukkan nilai

jasa yang potensial yang ada pada aset tersebut. Dengan adanya

permasalahan pengakuan dan penilaian aset bersejarah, maka secara

otomatis terdapat masalah pada pengungkapan aset tersebut.Secara

umum perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah cenderung bervariasi

tergantung pada sifat entitas yang menanganinya dan juga sifat dari aset

tersebut. Aset bersejarah tidak hanya memiliki nilai seni dan budaya saja

namun juga nilai ekonomi yang terkandung di dalamnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Pentingnya akuntansi untuk aset bersejarah bukanlah tanpa tujuan.

Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menjamin ketersediaan

informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan yang relevan

dengan kebutuhan pengguna (stakeholder) dalam hal organisasi pengelola

aset bersejarah. Jika suatu organisasi atau entitas melakukan perlakuan

akuntansi dengan benar dan sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan.

Maka dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut sudah mencapai tujuan

yang di inginkannya. Dan apabila suatu organisasi tersebut belum

menerapkan yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, akan terjadi

kesinambungan atau ketidaksesuaian dalam pencatatan atau pengakuan

aset terebut dalam laporan keuangan.

Menurut KA Subbag Tata Usaha, perlakuan akuntansi untuk aset

bersejarah pada Museum Mpu Tantular Sidoarjo, sama halnya dengan

aset-aset yang dimilki di Museum. Dengan berapa uang yang dikeluarkan,

itu yang di pertanggungjawabkan atau dibuatkan Surat Pertanggung

Jawaban (SPJ). Jadi, sebelum melakukan perencanaan pembelian koleksi

atau barang lain harus sudah tahu mengenai perkiraan harga. Sebelum itu

juga harus melakukan survei terlebih dahulu, biasanya dengan datang ke

barang antik. Dengan begitu dapat diketahui kualitas bendanya. Maka

dari itu melakukan pencatatan keuangan untuk alokasi anggran ke benda-

benda bersejarah caranya itu berbeda dengan membeli aset lainnya. Dapat

diketahui bahwa perlakuannya berbeda dengan aset lainnya. Terdapat di

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 tahun 2015 Tentang

Museum.4

Menurut Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, aset

bersejarah diakui sama dengan aset-aset lainnya. Untuk penilaian aset

tetap pada waktu lampau, dinilai dengan tak terhigga tetapi untuk

sekarang aset bersejarah mempunyai nilai sesuai dengan nilai pada saat

dibeli atau akad. Dan diungkapkannya sama dengan aset lainnya di neraca

serta masuk pada akun aset bercorak kebudayaan dengan nama aset

bersejarah.5

Dalam perlakuan akuntansi aset bersejarah terdapat pihak-pihak yang

terlibat didalamnya, diantaranya ialah KA Subbag Tata Usaha dan

Keuangan dari pihak Museum serta pihak Pemerintahan Provinsi. Selain

itu juga melibatkan bagian dari staff koleksi mengenai apa saja koleksi

yang dimiliki oleh Museum, dan bagain dari staff yang berada di

Pemerintahan Provinsi.

Aset bersejarah merupakan aset milik pemerintah dan mendapatkan

perlakuan akuntansi yang khusus. Perlakuan akuntansi aset bersejarah

sangat bervariasi tergantung pada sifat aset bersejarah dan tergantung

pada peraturan pemerintahan yang mengaturnya. Dalam praktiknya

4 Hasil wawancara dengan Ibu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha oleh pihak Museum Mpu Tantular Sidoarjo 5 Hasil wawancara dengan Bapak Ansori selaku KA Subbag Tata Usaha oleh pihak Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

penelitian pengukuran aset bersejarah memberikan hasil yang berbeda-

beda di setiap tempat ataupun Negara.

Tidak hanya tempat wisata yang berfungsi sebagai sarana rekreasi

dengan tujuan untuk bergembira dan menenangkan pikiran bersama

sahabat dan keluarga, untuk di Jawa Timur terdapat cukup banyak

museum yang merupakan destinasi wisata yang bersifat edukasi dan

digunakan sebagai wisata untuk pelajar maupun masyarakat umum,

antara lain Museum Sepuluh Nopember Surabaya, Museum Brawijaya

Bintaldam V/Brawijaya Kota Malang, Museum Anjuk Ladang Kabupaten

Nganjuk, Pusat Informasi Majapahit Kabupaten Mojokerto, Museum Mpu

Tantular Sidoarjo, dan lain-lain.

Salah satu alasan pemilihan Museum Mpu Tantular Sidoarjo sebagai

objek penelitian yaitu selain termasuk dalam salah satu museum yang

dimilki Jawa Timur. Dan alasan peneliti memilih penelitian aset

bersejarah pada museum karena museum merupakan organisasi nirlaba

pemerintah yang harus melaporkan dan mempertanggungjawabkan

keuangannya kepada negara. Dalam layaknya organisasi nirlaba yang lain

yaitu dengan melaporkan Neraca, Laporan Laba Rugi, Arus Kas, dan

Catatan atas Laporan Keuanga. Dalam laporannya organisasi akan

melaporkan aset, kewajiban, dan ekuitas. Pada museum sebagaian besar

asetnya masuk dalam kategori aset bersejarah. Aset bersejarah perlu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

dilaporkan dalam laporan keuangan dan terpisah posisinya dari aset

operasional organisasi.

Hal yang membuat peneliti ingin mengungkapkan bagaimana

perlakuan akuntansi yang ada pada Museum Mpu Tantular Sidoarjo.

Peneliti menganggap bahwa koleksi-koleksi yang dimilki oleh Museum

tersebut cukup berharga dan sudah seharusnya Museum Mpu Tantular

sebagai instansi yang dimiliki pemerintah harus

mempertanggungjawabkan seluruh aktivitas ekonomisnya kepada

masyarakat.

Aset bersejarah harus diakui oleh Museum saat hak kepemilikannya

berpindah ke tangan Pemerintah Daerah, dan kemudian diakui dalam

lapran keuangan di bagian Neraca. Aset bersejarah yang dilaporkan dalam

laporan keuangan merupakan aset bersejarah yang dapat dinilai nilai

pasarnya. Bagi aset bersejarah yang tidak tercantum dalam Neraca akan

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan sebatas unit yang

dimiliki oleh Museum. Aset bersejarah dilaporkan sesuai dengan nilai

pasar aset tersebut dan nilai eksternal yang melekat dari aset tersebut,

diantaranya nilai budaya, keindahan dan kelangkaan yang melekat pada

aset tersebut.

Permasalahan yang ada pada Museum Mpu Tantular Sidoarjo ialah

tidak menerapkannya standar akuntansi yang berlaku di Indonesia

sehingga tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

No 07 Tahun 2010. Dari sebab masalah diatas terjadi pada pencatatan

aset bersejarah yang dicatat pada laporan keuangan sebagai aset,

seharusnya di jelaskan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Berdasarkan

latar belakang diatas peneliti akan mengadakan penelitian yang diberi

judul “PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH

PADA MUSEUM MPU TANTULAR KABUPATEN SIDOARJO

(Tinjauan PSAP No. 07 Tahun 2010)”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

I. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi

masalah yang muncul adalah :

1. Kriteria mengenai benda aset bersejarah dan cagar budaya pada

Museum Mpu Tantular Sidoarjo.

2. Sistem Pengendalian benda aset bersejarah yang diterapkan pada

Museum.

3. Pengukuran nilai ekonomi untuk benda aset bersejarah pada

Museum.

4. Penilaian terhadap benda aset bersejarah pada Museum.

5. Penyajian serta pengungkapan pada laporan keuangan yang

seharusnya sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

6. Perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah pada Museum Mpu

Tantular Kabupaten Sidoarjo.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

7. Perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah pada Museum Mpu

Tantular Kabupaten Sidoarjo ditinjau dari PSAP No. 07 Tahun

2010.

II. Batasan Masalah

Dari masalah yang ada untuk menghindari ruang lingkup yang meluas

dan dapat mencapai tujuan penelitian, maka perlu disampaikan

batasan masalahnya sebagai berikut :

1. Perlakuan akuntansi aset bersejarah pada Museum Mpu Tantular

Sidoarjo.

2. Perlakuan akuntansi aset bersejarah pada Museum Mpu Tantular

Sidoarjo berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan No. 07 tahun 2010.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, agar mudah dipahami

maka rumusan masalah pada penelitian ini diantaranya yakni :

1. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah pada Museum

Mpu Tantular Sidoarjo?

2. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah pada Museum

Mpu Tantular Sidoarjo ditinjau dari PSAP No. 07 tahun 2010?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/ penelitian

yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang kan diteliti

sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang kan dilakukan ini tidak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian/ penelitian yang telah

ada. Berikut merupakan penelitian yang pernah dilakukan :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mia Rizky Safitri dan Mirna Indriani

pada tahun 2017 : “Praktik Akuntansi Untuk Aset Bersejarah Studi

Fenomenologi Pada Museum Aceh”. Dengan hasil penelitian : (1)

sesuai dengan definisi dan karakteristik aset bersejarah, museum aceh

dikategorikan sebagai aset bersejarah; (2) untuk pengakuan biaya

yang dikeluarkan pada tiap pembelian benda koleksi museum di

bebankan pada anggaran belanja tahunan instansi; (3) pihak museum

memiliki cara tersendiri dalam menetapkan harga perolehan akan

suatu aset yang didapatkan.6

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mar’atus Sholikhah dan Bety Nur

Achadiyah pada tahun 2017 : “Perlakuan Akuntansi Untuk Aset

Bersejarah Candi Rimbi Jombang”. Dengan hasil penelitian : (1)

pemerintah mengakui candi rimbi sebagai aset dala kelompok aset

tetap; (2) untuk pengukuran dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu saat

awal pengakuan dan setelah pengakuan; (3) penyajian aset bersejarah

dalam laporan keuangan pemerintah merupakan final action dari

tahap pengakuan dan pengukuran; dan (4) pengungkapan atas nilai

yang disajikan.7

6Mia Rizky Safitri dan Mirna Indriani, Praktik Akuntansi Untuk Aset Bersejarah Studi Fenomenologi Pada Museum Aceh, (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA)), Vol. 2, No. 2, (2017), hlm. 1-9. 7Mar’atus Sholikah dan Bety Nur Achadiyah, Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah “Candi Rimbi” Jombang, (Jurnal Nominal), Vol. VI, No. 2, 2017.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

3. Penelitian dilakukan oleh Retha Maya Masitta (UNDIP) pada tahun

2015 : “Problematika Akuntansi Heritage Assets: Pengakuan,

Penilaian, dan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan (Studi Kasus

pada Pengelolaan Museum Jawa Tengah Ronggowarsito)”. Dengan

hasil penelitian : pihak-pihak terkait masih mengalami kesulitan

dalam melakukan penilaian atau valuasi ekonomi yang sama untuk

diterapkan pada semua jenis Heritage Assets. Pengadaan koleksi

hanya berpedoman pada harga yang sesuai dengan peraturan Gubenur

tentang Standardisasi Biaya Kegiatan dan Honorarium Biaya

Pemeliharaan dan Standardisasi Harga Pengadaan Barang/ Jasa

Kebutuhan pemerintah Provinsi jawa Tengah.8

4. Penelitian dilakukan oleh Frista Haditswara (UIN Malik Ibrahim

Malang) pada tahun 2017 : “Analisis Perlakuan Akuntansi Aset

bersejarah Sesuai PSAP 07 Tahun 2010 Pada Pengelolaan Informasi

Majapahit”. Dengan hasil penelitian : dalam hal pengakuan aset

bersejarah telah sesuai dengan PSAP 07 yaiitu dengan diakui setelah

adanya surat ketetapan dari pihak berwenang, selain itu kriteria umur

berdasarkan UU tentang cagar budaya juga dipertimbangkan dalam

menentukan pengakuan dari aset bersejarah. Untuk penilaian aset

bersejarah masih mengalami kesulitan untuk menentukan metode

yang digunakan, namun telah sesuai dengan PSAP 07 yaitu aset

8Retha Maya Masitta, Problematika Akuntansi Heritage Assets: Pengakuan, Penilaian, dan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan (Studi Kasus pada Pengelolaan Museum Jawa Tengah Ronggowarsito), (Skripsi__ Universitas Dipenogoro, 2015)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

bersejarah dinilai dengan niali nol. Dalam hal pengungkapan dan

penyajian telah sesuai dengan PSAP 07 yaitu disajikan dengan nilai

nol dan diungkapkan pada CaLK tanpa nilai dengan mencantumkan

jumlah kuantitas unit dari aset bersejarah tersebut.9

5. Penelitian dilakukan oleh Ampe Daryanti (UIN Alauddin Makassar)

pada tahun 2018 : “Analisis Perlakuan Akuntansi Pada Aset

Bersejarah (Studi pada Pengelolaan Fort Rotterdam Makassar)”.

Dengan hasil penelitian : bahwa situs bersejarah tersebut merupakan

salah satu aset tetap bersejarah yang diakui sebagai inventaris. Dari

segi penilaian, tidak dilakukan penilaian apapun dikarena belum

adanya kebijakan yang pasti terkait dengan penilaian suatu warisan

bersejarah. Dari segi penyajian dan pengungkapan, disajikan dan

diungkapkan di dalam Catatan Ringkas Barang Milik Negara

(CaRBMN).10

6. Penelitian dilakukan oleh Rebeca Arlinda P.I (USMS) pada tahun

2017 : “Analisis Perlakuan Akuntansi Heritage Assets dan Potensi

Penignkatan Pendapatan Asli Daerah Atas Pemanfaatan Aset

Bersejarah Sebagai Obyek Wisata (Studi kasus pada pengelolaan

Situs Manusia Purba Sangiran)”. Dengan hasil penelitian : bahwa

balai pelestarian belum menerapkan standar akuntansi mengenai aset

bersejarah secara penuh khususnya bagi aset bersejarah yang berupa

9Firsta Haditswara, Analisis Perlakuan Akuntansi Aset bersejarah Sesuai PSAP 07 Tahun 2010 Pada Pengelolaan Informasi Majapahit, (Skripsi__ UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017). 10Ampe Daryanti, Analisis Perlakuan Akuntansi Pada Aset Bersejarah (Studi pada Pengelolaan Fort Rotterdam Makassar), (Skripsi__ UIN Alauddin Makassar, 2018).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

fosil dan artefak namun pengelola sudah membuat Database koleksi

untuk semua aset bersejarah yang dimiliki. Pengelolaan pendapatan

dan bagi hasi telah sesaui dengan perjanjian kerjasama antara

Pemerintah pusat, pemerintah provinsis jawa tengah dan pemerintah

daerah kabupaten sragen dan karanganyar.11

7. Penelitian dilakukan oleh Desy Wulandari (UNAIR) pada tahun 2016

: “Penerapan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah: Pengakuan, Penilaian

dan pengungkapkannya dalam Laporan Keuangan Pemeritah Daerah

(Studi Kasus pada Museum Anjuk Ladang Nganjuk Kabupaten”.

Dengan hasil penelitian : pihak Museum Anjuk Ladang masih

mengaitkan pengertian aset bersejarah dengan cagar budaya. Pihak

Museum mengakui Aset bersejarah dengan “tanpa nilai” karena umur

aset tidak dapat ditentukan dengan mudah. Dalam praktik akuntansi

aset bersejarah pada pengelolaan Museum Anjuk Landang masih

belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah, karena

tidak melakukan penilaian dan tidak menyajikan aset bersejarah

dalam Catatan atas Laporan Keuangan.12

11Rebecca Arlinda P.I, Aanalisis Perlakuan Akuntansi Heritage assets dan Potensi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Atas Pemanfaatan Aset Bersejarah Sebagai Obyek Wisata (Studi Kasus pada Pengelolaan Situs Manusia Purba Sangiran), (Skripsi __ Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2017). 12Desy Wulandari, Penerapan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah: Pengakuan, Penilaian dan pengungkapkannya dalam Laporan Keuangan Pemeritah Daerah (Studi Kasus pada Museum Anjuk Ladang Nganjuk Kabupaten, (Skripsi__UNAIR, 2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Penelitian di atas sebagian besar menjelaskan tentang perlakuan

akuntansi aset bersejarah yang disesuaikan dengan standar akuntansi yang

berlaku yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 07 ataupun

kesesuaiannya dengan Undang-Undang tentang cagar budaya, selain itu

juga yang membahas mengenai aset bersejarah menurut beberapa aspek

baik dari aspek akuntansi maupun aspek cagar budaya.

Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

terkait dengan penelitian perlakuan akuntansi aset bersejarah sebagai

bahan perbandingan pembeda dan persamaan bagi peneliti seperti pada

tabel di bawah adalah

Tabel 1.1

Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Judul

Penelitian Perbedaan Persamaan

1.

Mia Rizky Safitri dan Mirna Indriani (2017)

Praktik Akuntansi Untuk Aset Bersejarah Studi Fenomenologi Pada Museum Aceh

1. Metode penilitian yang digunakan menggunakan pendekatan fenomenologi.

2. Cakupan pembahasan tidak membahas mengenai kriteria aset bersejarah atau cagar budaya

Menggunakan acuan standar akuntansi yang sama yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 07 tentang aset tetap.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

2.

Mar’atus Sholikhah dan Bety Nur Achadiyah (2017)

Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah Candi Rimbi Jombang

1. Objek peneltian pada Candi Rimbi Jombang

2. Cakupan pembahasan tidak membahas mengenai kriteria aset bersejarah atau cagar budaya

Menggunakan acuan standar akuntansi yang sama yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 07 tentang aset tetap.

3. Retha Maya Masitta (2015)

Problematika Akuntansi Heritage Assets: Pengakuan, Penilaian, dan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan (Studi Kasus pada Pengelolaan Museum Jawa Tengah Ronggowarsito)

1. Menggunakan PSAP 07 dan IPSAS 17

2. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus

3. Cakupan pembahasan tidak membahas mengenai pengendalian aset bersejarah

Membahas mengenai perlakuan aset bersejarah

4. Frista Haditswara (2017)

Analisis Perlakuan Akuntansi Aset bersejarah Sesuai PSAP 07 Tahun 2010 Pada Pengelolaan Informasi Majapahit

1. Objek penelitian pada Pengelolaan Informasi Majapahit

2. Cakupan pembahasan tidak membahas mengenai kriteria aset bersejarah atau cagar budaya

3. Metode yang

1. Menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 07

2. Metode penelitian kualitatid deskriptif

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

digunakan menggunakan kualitatif deskriptif

5. Ampe Daryanti (2018)

Analisis Perlakuan Akuntansi Pada Aset Bersejarah (Studi pada Pengelolaan Fort Rotterdam Makassar)

1. Metode kualitatif dengan paradigma interpretif menggunakan pendekatan etnografi

2. Objek penelitian pada Pengelolaan Fort Roterdam

3. Cakupan pembahasan tidak membahas mengenai kriteria aset bersejarah atau cagar budaya

Menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 07 tentang aset tetap

6. Rebeca Arlinda P.I (2017)

Analisis Perlakuan Akuntansi Heritage Assets dan Potensi Penignkatan Pendapatan Asli Daerah Atas Pemanfaatan Aset Bersejarah Sebagai Obyek Wisata (Studi kasus pada pengelolaan Situs Manusia Purba Sangiran)

1. Objek penelitian pada Pengelolaan Situs Manusia Purba Sangiran

2. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus

3. Cakupan pembahasan tidak membahas mengenai kriteria aset

Membahas mengenai perlakuan aset bersejarah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

bersejarah atau cagar budaya

7. Desy Wulandari (2016)

Penerapan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah: Pengakuan, Penilaian dan pengungkapkannya dalam Laporan Keuangan Pemeritah Daerah (Studi Kasus pada Museum Anjuk Ladang Nganjuk Kabupaten

1. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus

2. Objek penelitian pada Museum Anjuk Ladang Kabupaten Nganjuk

3. Cakupan pembahasan tidak membahas mengenai kriteria aset bersejarah atau cagar budaya

Membahas mengenai perlakuan aset bersejarah

Tabel diatas menunjukkan perbedaan penelitian sekarang dengan

penelitian terdahulu, dimana sebagian besar dari penelitian terdahulu

tentang perlakuan akuntansi aset bersejarah adalah mengulas makna aset

bersejarah dan perlakuan akuntansi aset bersejarah sesuai dengan PSAP

07 ataupun IPSAS 17, namun belum ada yang juga membahas kriteria

mengenai benda bersejarah dan cagar budaya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan bentuk perlakuan (pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan) dalam pelaporan keuangan aset

bersejarah pada Museum Mpu Tantular Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk menganalisis kesesuaian standar pelaporan yang digunakan

oleh Museum Mpu Tantular Kabupaten Sidoarjo berdasarkan Standar

Akuntansi Pemerintah No. 07 Tahun 2010.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis. Maka dari itu

dapat ditijau dari dua aspek, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Memberikan manfaat untuk perkembangan Teori Akuntansi

selanjutnya khususnya mengenai akuntansi aset bersejarah.

Mengingat aset bersejarah masih menjadi suatu hal yang problematik

di dunia akuntansi. Dan juga adanya pengaruh aspek kebudayaan dan

sejarah dalam praktik akuntansi, sehingga dapat memicu adanya

penelitian dan perbaikan pengetahuan akuntansi yang bersifat

kontekstual. Serta memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai

perlakuan akuntansi aset bersejarah yang sesuai dengan standar

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

akuntansi yang berlaku yakni Standar akuntansi Pemerintah No. 07

Tahun 2010.

2. Manfaat praktis

Sebagai bahan informasi, yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengelolaan dan pelestarian heritage assets bagi

Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Daerah serta bagi entitas

permuseuman.

G. Definisi Operasional

Adapun untuk mempermudah memahami pembahasan dalam

penelitian ini, maka perlu adanya definisi operasional yang jelas untuk

menghindari kesalah pahaman yang berhubungan dengan judul penelitian

diatas. Maka perlu dipahami berbagai isitilah maupun kata-kata berikut:

1. Perlakuan Akuntansi

Perlakuan akuntansi adalah suatu kebijakan-kebijakan atau

langkah-langkah yang dilakukan dalam proses akuntansi yang

meliputi pengakuan, pengukuran, pencatatan dan penyajian informasi

keuangan dalam laporan keuangan suatu entitas.

2. Aset Bersejarah

Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau dikuasai

oleh pemerintah yang karena umur dan kondisinya aset tetap tersebut

harus dilindungi oleh peraturan yang berlaku dari segala macam

tindakan yang dapat merusak aset tetap tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

3. Museum Mpu Tantular Sidoarjo

Museum Negeri Mpu Tantular adalah sebuah museum negeri yang

berlokasi di kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Awalnya

museum ini bernama Stedelijk Historisch Museum Soerabaia,

didirikan oleh Godfried von Faber pada tahun 1933 dan diresmikan

pada tanggal 25 Juli 1937. Saat ini, museum ini dikelola oleh Unit

Pelaksana Teknis pada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

4. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 07

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 atau PSAP

07 adalah Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) tentang

Akuntansi Aset Tetap. PSAP 07 terdapat dalam lampiran Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, yaitu Lampiran I.08 untuk Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual dan dalam lampiran II.08

untuk SAP Berbasis Kas Menuju Akrual.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Denzin dan Lincoln

(1987) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang

terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang

ada.13

13Lexy J. Melong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakrya Offset, 2006), hal 5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Jadi, penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tidakan, dan lain-lain. Secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.14

1. Data yang dikumpulkan

Adapun data-data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini antara

lain adalah:

a. Data kartu inventaris barang mengenai barang yang dimiliki

serta dibeli oleh pihak Museum Mpu Tantular Kabupaten

Sidoarjo.

b. Data koleksi museum yang dimiliki oleh pihak Museum Mpu

Tantular Kabupaten Sidoarjo.

c. Foto koleksi yang dimilki pada Museum Mpu Tantular

Kabupaten Sidoarjo.

d. Buku induk museum

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti antara lain sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Penelitian primer membutuhkan data atau informasi dari sumber

pertama, biasanya kita sebut dengan responden. Data atau

14Ibid.,6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

informasi diperoleh melalui pihak Museum Mpu Tantular

Kabupaten Sidoarjo meliputi KA Subbag Bagian Tata Usaha,

Bagian Keuangan, serta Kasi Koleksi serta Dinas Budaya dan

Pariwisata Provinsi Jawa Timur ialah KA Subbag Tata Usaha.

b. Sumber data sekunder

Penelitian sekunder menggunakan bahan yang bukan dari sumber

pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi

untuk menjawab masalah yang diteliti.15 Data sekunder yang

terkait dengan penelitian adalah dokumen-dokumen yang berasal

dari sumber buku, dokumen pribadi, dokumen resmi pada

Museum Mpu Tantular Kabupaten Sidoarjo dan Dinas Budaya

dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Data sekunder yang

digunakan berkenaan dengan penelitian ini adalah dokumen

seputar sejarah dan profil Museum Mpu Tantular, struktur

organisasi, tugas pokok dan fungsi, data koleksi aset bersejarah

pada Museum Mpu Tantular.

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,

maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar

data yang ditetapkan.

15Jonathan Sarwono, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006), hlm 286, jil 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,

berbagai sumber, dan berbagai cara. Dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan

dengan interview (wawancara), dan dokumentasi.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada

natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan

teknik pengumpulan data lebih banyak pada wawancara mendalam

(in depth interview) dan dokumentasi.16

a. Wawancara

Pada penelitian ini, menggunakan metode wawancara terbuka

dengan metode teknik semiterstruktur, yaitu jenis wawancara ini

sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan

wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana

pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan

secara lebih teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh

informan. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan

pihak KA Subbag Keuangan dan KA Subbag Tata Usaha Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur serta KA

16Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2015), hlm 62.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Subbag Keuangan dan KA Subbag Tata Usaha Museum Mpu

Tantular Kabupaten Sidoarjo.

b. Dokumentasi

Sebagai bukti bahwa informasi yang telah disampaikan sesuai

dengan yang terjadi di lapangan. Peneliti melakukan dengan cara

membaca dan menyimpulkan dari berkas atau arsip yang ada

pada Museum Mpu Tantular Sidoarjo. Untuk mendapatkan

berkas atau arsip dari pihak-pihak yang terkait, peneiti harus

melalui serangkaian prosedur dan negoisasi. Setelah

mendapatkan yang dibutuhkan, berkas tersebut dianalisis,

dibandingkan dan dihubungkan satu sama lain sehingga

informasi dapat digali sebanyak-banyaknya.

4. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, perlu adanya pengolahan data dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Organizing : suatu proses dalam pengolahan data yang dipakai

untuk mengatut data-data yang telah didapatkan lalu diperiksa

dengan cermat sehingga akan diperoleh susunan beberapa bahan-

bahan yang kemudian akan digunakan untuk merumuskan

masalah dari penelitian.

b. Editing : Proses editing merupakan proses dimana peneliti

melakukan klarifikasi, keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan

data yang sudah terkumpul.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

c. Analyzing : menelaah data-data yang ada, kemudian hasilnya

dicatat dan dikualifikasikan menurut metode analisis yang sudah

direncanakan untuk dijadikan acuan pada tahap kesimpulan.

5. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis

menggunakan analisis kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan

gambaran berupa kata-kata yang tertulis atau perkataan dari orang-

orang dan perilaku yang kiranya dapat diamati. Analisa dapat

dilakukan setelah pengumpulan data dianggap telak dilaksanakan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di

lapangan. Kemudian data disusun dan setelah itu dapat ditarik

kesimpulan, sehingga menemukan hasil dari permasalah yang ada

yang akhirnya dapat berlaku pada Museum Mpu Tantular Kabupaten

Sidoarjo.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk

memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam studi ini dan agar

dapat dipahami permasalahannya secara sistematis. Oleh karena itu,

penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa sub bab yang masing-masing

bab terdapat beberapa sub bab sehingga tergambar keterkaitan yang

sistematis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Adapun sistematika pembahasannya disusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan batasan

masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,

kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,

dan sistematika pembahasan.

BAB II : KERANGKA TEORITIS atau KERANGKA KONSEPSINAL

Berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian,

penelitian-penelitian sejenisnya yang terlebih dahulu dilakukan,

merinci tentang perlakuan akuntansi, standar akuntansi

pemrintahan tentang aset bersejarah, serta kerangka teoritis yang

digunakan dalam penelitian ini.

BAB III : DATA PENELITIAN

Berisi penjelasan mengenai hasil penelitian meliputi gambaran

umum tentang Museum Mpu Tantular Sidoarjo, dokumen

mengenai koleksi apa saja yang terdapat dalam Museum Mpu

Tantular Sidoarjo.

BAB IV : ANALISIS DATA

Dengan menguraikan hasil penelitian dari bab III, mengenai

perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah pada Museum Mpu

Tantular Sidoarjo berdasarkan standar akuntansi pemerintah

tentang aset bersejarah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

BAB V : PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dari analisa masalah dan saran-saran

dari penulis, sehingga dapat menjadi acuan untuk penelitian

selanjutnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

BAB II

PERLAKUAN AKUNTANSI DAN STANDAR AKUNTANSI

PEMERINTAHAN TENTANG ASET BERSEJARAH

A. Aset Bersejarah

1. Pengertian Aset Bersejarah dan Cagar Budaya

International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) 17 – Property, Plans, and Equipment menyatakan bahwa, “ beberapa aset dinyatakan sebagai aset warisan karena budaya mereka, lingkungan, atau signifikasi sejarahnya.”17

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 07 berdasarkan

Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010, aset bersejarah adalah aset

yang menyediakan kepentingan publik dari aspek budaya, lingkungan,

dan sejarahnya yang dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya

dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Dalam aset bersejarah antara

lain meliputi bangunan bersejarah, monument, situs-situs purbakala

seperti candi, karya seni, dan lain-lain.18 Aset bersejarah biasanya

dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan, dan aset bersejarah

itu sendiri termasuk dalam situs cagar budaya.

Berbeda dengan Undang-Undang Tentang Cagar Budaya

sebelumnya yaitu UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar

Budaya, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 terdapat hal baru yang

berbeda, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis. Secara

17International Public Sector Acoounting Standards (IPSAS) 17: Property, Plant, and Equipment. 2011. December 18Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sekretariat Negara. Jakarta.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

filosofis, tidak hanya terbatas pada benda tetapi juga meliputi bangunan,

situs, struktur, dan kawasan Cagar Budaya yang terdapat di darat

ataupun di air. Satuan atau gugusan Cagar Budaya itu perlu dilestarikan

karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan. Secara

sosiologis, Undang-Undang ini mencakup kepemilikan, penguasaan,

pengalihan, kompensasi, dan intensif. Secara yuridis, Undang-Undang

ini mengatur berbagai hal mengenai pelestarian yang meliputi

perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. Di dalamnya juga

tercantum tugas dan wewenang para pemangku kepentingan serta

ketentuan pidana.19

Definis Cagar Budaya berdasarkan Pasal 1, Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya20, yaitu :

“Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.”

Benda Cagar Budaya yang dimaksud pada Pasal 1 ayat 2 Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2010, Benda Cagar Budaya adalah benda alam

dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak,

berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-

sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah

19Djoko Dwiyanto. Paham Keselamaan Dalam Budaya Jawa. Ampera Utama. Yogyakarta, 2012, hlm 67. 20Undang-undang Republik indonesia No 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

perkembangan manusia. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan

yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk

memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan

beratap.

Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari

benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan

ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk

menampung kebutuhan manusia. Dikatakan Benda Cagar Budaya,

Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila

memenuhi kriteria :

a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;

b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;

c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

agama, dan/atau kebudayaan; dan

d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di

air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya

dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau

bukti kejadian pada masa lalu. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan

ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang

letaknya berdekatan dan/atau memeperlihatkan ciri tata ruang yang

khas. Berdasarkan Pasal 3, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

pelestarian Cagar Budaya itu sendiri bertujuan untuk melestarikan

warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia, mengingatkan harkat

dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya, memperkuat kepribadian

bangsa, meningkatkan kesejahteraan rakyat, mempromosikan warisan

budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

Diperlukan pelestarian sebagai upaya yang dinamis untuk

mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara

melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Perlindungan

dilakukan dengan cara mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,

kehancuran, atau kemusnahan dengan penyelamatan, pengaman, zonasi,

pemeliharaan, dan pemugaran, pengembangan, penelitian, revitalisasi,

adaptasi, serta pemanfaatan Cagar Budaya.

Di dalam Undang-Undang ini mengatur mengenai Register Nasional

Cagar Budaya yang dilakukan melalui pendaftaran, pengkajian,

penetapan, pencatatan, pemeringkatan, dan penghapusan yang diatur

dalam Pasal 28 sampai dengan 52. Pemerintahan Kabupaten/Kota

bekerja sama dengan setiap orang dalam melakukan pedaftaran. Selain

itu, Register Nasional Cagar Budaya juga melibatkan Tim Ahli Cagar

Budaya dan Kurator. Tim Ahli Cagar Budaya adalah kelompok ahli

pelestarian dari berbagai bidang ilmu yang memiliki sertifikat

kompetensi untuk memeberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan,

dan pengahpusan Cagar Budaya. Kurator adalah orang yang karena

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

kompetensi keahliannya bertanggung jawab dalam pengelolaan koleksi

museum.

Setiap orang berhak memperoleh dukungan teknis atau kepakaran

dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah atas upaya pelestarian cagar

Budaya yang dimiliki atau yang dikuasai, yang dilakukan berdasarkan

hasil studi kelayakan yang dapat dipertanggung jawabkan secara

akdemis, teknis, dan administratif. Dalam upaya pelestarian Cagar

Budaya, dilarang dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau

menggagalkannya. Dalam Pasal 95 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2010, di dalam melakukan perlindungan, pengenbangan, dan

pemanfaatan Cagar Budaya, Pemerintah dan Pemerintahan Daerah

mempunyai tugas sesuai dengan tingkatannya, antara lain :

a. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan

kesadaran dan tanggung jawab akan hak dan kewajiban masyarakat

dalam pengelolaan Cagar Budaya;

b. Mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang dapat menjamin

terlindunginya dan termanfaatkannya Cagar Budaya;

c. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan Cagar Budaya;

d. Menyediakan informasi Cagar Budaya untuk masyarakat;

e. Menyelenggarakan promosi Cagar Budaya;

f. Memfasilitasi setiap orang dalam melaksanakan pemanfaatan dan

promosi Cagar Budaya;

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

g. Menyelenggrakan penanggulangan bencana dalam keadaan darurat

untuk benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan yang telah

dinyatakan sebagai Cagar Budaya serta memberikan dukungan

terhadap daerah yang mengalami bencana;

h. Melakukan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi terhadap

pelestarian warisan budaya; dan

i. Mengalokasikan dana bagi kepentingan pelestarian Cagar Budaya.

Di dalam pelestarian dan perlindungan budaya, sering kali terjadi

tindakan kriminal baik tindak pidana kejahatan maupun tindak pidana

pelanggaran yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu seperti merusak,

mencuri Cagar Budaya, serta tindakan-tindakan lain yang tidak

bertanggung jawab. Oleh karena itu di dalam Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2010 mengatur mengenai tindak pidana yang termuat dalam

Pasal 101 sampai dengan 115 yang menentukan hukuman minimum

terhadap siapapun yang melakukan pelanggran berdasarkan Undang-

Undang ini.

Definisi tentang aset bersejarah di Indonesia seringkali dikaitkan

dengan definisi cagar budaya yang diatur dalam undang-undang di atas.

Undang-undang tentang cagar budaya merupakan pondasi dalam

perlakuan aset bersejarah sehingga aset bersejarah di Indonesia

dilindungi hukum yang legal. Perlakuan aset bersejarah di Indonesia

telah diatur dalam standar yakni Pernyataan Standar Akuntansi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

pemerintah (PSAP) No 07 yang menerangkan mengenai aset

pemerintah.

2. Karakteristik Aset Bersejarah

Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan

kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset

bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen, tempat-tempat

purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (work of

art). Karakteristik-karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai

ciri khas dari suatu aset bersejarah, yaitu:

a. Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak

mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan

berdasarkan harga pasar;

b. Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara

ketat pelepasannya untuk dijual;

c. Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat

selama waktu berjalan walaupun kodisi fisiknya semakin menurun;

d. Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa

kasus dapat mencapai ratusan tahun.

B. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 07 Tahun 2010

1. Pengertian Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)

SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan

demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan

pemerintah di Indonesia.

Laporan keuangan pemerintah ditujukan untuk memenuhi tujuan

umum pelaporan keuangan, namun tidak untuk memenuhi kebutuhan

khusus pemakainya. Penggunaan istilah “laporan keuangan” meliputi

semua laporan dan berbagai penjelasannya yang mengikuti laporan

tersebut.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Setiap

entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib

menerapkan SAP. Selain itu, diharapkan adanya upaya pengharmonisan

berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

dengan SAP.

SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat,

pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah

pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan

organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan Tentang Aset Bersejarah, Pernyataan

ini tidak mengharuskan pemerintah untuk menyajikan aset bersejarah

(heritage assets) di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah

unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan

atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai. Biaya untuk perolehan,

konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan sebagai belanja

tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk seluruh

biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut

dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.

Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya

kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan

bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut,

aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap

lainnya. Untuk aset bersejarah lainnya, potensi manfaatnya terbatas

pada karakteristik sejarahnya, sebagai contoh monumen dan

reruntuhan(ruins).

Standar Akuntansi Pemerintah No 7 berdasarkan PP No 71 Tahun

2010menjelaskan beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah

dikarenakankepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh aset

bersejarah meliputi:bangunan bersejarah, monumen, reruntuhan, candi,

museum, situs arkeologi,kawasan konservasi hingga karya seni.

Asetbersejarah mempunyai beberapa aspek yang membedakannya

dengan aset- aset lain,diantaranya adalah:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

a. Nilai budaya, lingkungan, pendidikan dan sejarah yang terkandung

di dalam aset tidak mungkin sepenuhnya tercermin dalam istilah

moneter;

b. Terdapat kesulitan untuk mengidentifikasi nilai buku berdasarkan

harga pasar yang sepenuhnya mencerminkan nilai seni, budaya,

lingkungan, pendidikan atau sejarah. Terdapat larangan dan

pembatasan yang sah menurut undang- undang untuk masalah

penjualan;

c. Keberadaan aset tidak tergantikan dan nilai aset memungkinkan

untuk bertambah seiring berjalannya waktu, walaupun kondisi fisik

aset memburuk;

d. Terdapat kesulitan untuk mengestimasikan masa manfaat aset

karena masa manfaat yang tidak terbatas, dan pada beberapa kasus

bahkan tidak bisa didefinisikan;

e. Aset tersebut dilindungi, dirawat serta dipelihara.

2. Perlakuan Akuntansi Aset Bersejarah

Perlakuan akutansi adalah suatu kebijakan-kebijakan atau langkah-

langkah yang dilakukan dalam proses akuntansi yang meliputi

pengakuan, pengukuran, pencatatan, dan penyajian informasi keuangan

dalam laporan keuangan suatu entitas. Perlakuan aset bersejarah adalah

kegiatan mengakui, menilai, menyajikan, dan mengungkapkan aset

bersejarah sesuai dengan ketetuan yang berlaku yaitu Pernyataan

Standar Akuntasi Pemerintahan No 07 Tahun 2010, sehingga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

menghasilkan informasi keuangan mengenai aset bersejarah yang

handal.

a. Pengakuan Aset Bersejarah

Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan

diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau beban yang

dapat diukur dengan handal. Pengakuan atas aset didasarkan pada

keterpenuhan definisi aset, kemanfaatan ekonomi yang mengalir ke

entitas serta memiliki nilai dan biaya yang dapat diukur dengan

andal. Meskipun aset bersejarah merupakan aset yang tergolng ke

dalam aset tetap, namun pada pernyataannya beberapa aset

bersejarah tidak dapat diukur dengan handal.

b. Penilaian Aset Bersejarah

Aset tetap pada prinsipnya dinilai dengan menggunakan biaya

perolehan, apabila biaya perolehan suatu aset adalah tanpa nilai atau

tidak dapat diidentifkasi maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai

wajar pada saat perolehan. Namun pada keyataannya, beberapa aset

bersejarah sulit untuk dinilai, disamping merupakan aset yang

secara khusus lebih dikaitkan dengan nilai sejarahnya, aset juga

umunya diperoleh dengan berbagai macam cara, baik dengan cara

donasi, hibah, rampasan, sitaan dan pembangunan yan telah terjadi

selama beberapa periode yang lalu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

Namun, khusus pada aset bersejarah yang memberikan potensi

manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai

contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran,

untuk kasus tersebut aset akan diterapkan prinsip penilaian yang

sama seperti aset tetap pada umumnya. Penggunaan fair value

dalam menilai aset bersejarah merupakan metode yang paling umum

digunakan. Menurut Pernytaan Standar Akuntansi Pemerintahan

(PSAP) 07 Tahun 2010, penilaian kembali (revaluation) tidak

diperbolehkan karena SAP menganut penilaian aset berdasarkan

biaya perolehan atau harga pertukaran. Apabila terjadi perubahan

harga secara signifikan, pemerintah dapat melakukan revaluasi atas

aset yang dimilki agar nilai aset tetap pemerintah yang ada sat ini

mencerminkan nilai wajar sekarang.

c. Pengukuran Aset Bersejarah

Kriteria dari suatu benda diakui sebagai pengakuan aset karena

benda tersebut dapat diukur nilainya. Pengukuran merupakan proses

penetapan jumlah rupiah pada saat perolehan dan diakui serta

dimasukkan dalam laporan keuangan baik di neraca atau laba rugi.

Menurut PSAP 07 Tahun 2010 menyatakan bahwa aset tetap dinilai

dengan biaya perolehan, apabila penilaian aset tetap dengan biaya

perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan

pada nilai wajar. Apabila pengukuran aset bersejarah memiliki

karakteristik yang sama maka aset tersebut diperlukan sama dengan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

aset tetap. Pengukuran aset bersejarah dapat menggunakan metode

tertentu misalnya hostorical cost ataupun nilai wajar pada saat

pengakuan awal.

d. Penyajian Aset Bersejarah

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No. 07 Tahun 2010

menyatakan bahwa aset berejarah harus disajikan dalam bentuk

unit, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit

monumen, dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

e. Pengungkapan Aset Bersejarah

Standar Akuntansi Pemerintahan No 07 Tahun 2010

menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip akuntansi dan

pelaporan keuangan, salah satunya adalah pengungkapan lengkap

(full disclosure). Pengungkapan lengkap berarti laporan keuangan

menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan pengguna.

Dapat disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan

atau Catatan atas Laporan Keuangan.

Menurut PSAP No 07 Tahun 2010, aset bersejarah diungkapkan

dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) saja tanpa nilai,

kecuali untuk beberapa aset bersejarah yang memberikan potensi

manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya,

misalnya gedung untuk ruang perkantoran, aset tersebut aset

tersebut akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset

tetap lainnya. Jadi, aset bersejarah dapat diungkapkan dengan dua

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

(2) cara yaitu pertama, dimasukkan dalam CaLK hanya ditulis

sejumlah unit dan keterangan tentaang aset tersebut. Dan yang

kedua, dimasukkan dalam neraca hanya yang memberikan potensi

manfaat kepada pemerintah selain nilai sejarahnya.

C. Fiat Measurement Theory (Teori Pengukuran Fiat)

1. Pengertian Fiat Measurment Theory (Teori Pengukuran Fiat)

Teori pengukuran umumnya berfokus pada pengembangan suatu

alat ukur atau instrumen dengan bantuan seorang analis yang dapat

mengukur atribut yang dimiliki oleh suatu objek, fenomena maupun

sistem yang diteliti. Suwardjono mendefinisikan pengukuran

(measurement) sebagai penentuan besarnya unit pengukur (jumlah

rupiah) yang akan dilekatkan pada suatu objek (elemen atau pos) yang

terlibat dalam suatu transaksi, kejadian atau keadaaan untuk

merepresentasi makna atribut (atribute) objek tersebut.21 Atribut

merupakan sesuatu yang melekat pada suatu objek yang

menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung oleh objek tersebut.

Istilah pengukuran sering dibatasi penggunaannya untuk menentukan

jumlah rupiah pada saat pemerolehan atau terjadinya suatu objek.22

Fiat Measurement Theory atau teori pengukuran fiat pertama kali

diperkenalkan oleh Torgerson. Pengukuran Fiat (fiat berarti dekrit)

merupakan hal khas dalam ilmu-ilmu sosial dan dalam akuntansi untuk

21 Suwardjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan KeuanganEdisi Ketiga. 2016. Yogyakarta:BPFE 22 Ibid.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

menggunakan definisi yang dibangun secara arbitrer (acak) untuk

menghubungkan properti-properti tertentu yang diamati ke suatu konsep

tertentu.23

2. Pengukuran Fiat Measurment Theory

Pengukuran fiat tidak mendasarkan pengukurannya pada teori yang

telah adasehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan

berbagai cara dimana skala dapat dibuat. Torgerson juga menambahkan

bahwa dalam akuntansi misalnya, berbagai dewan standar akuntansi

menentukan skala akuntansi dengan fiat, bukan dengan mengacu pada

teori pengukuran yang telah dikonfirmasi sebelumnya.24

Teori pengukuran fiat sangat diperlukan ketika melakukan

pengukuran ekonomi terhadap aset bersejarah. Pada dasarnya aset

bersejarah merupakan aset yang biasanya tidak diketahui nilai

perolehannya, karena aset tersebut telah diperoleh selama beberapa

dekade dan umumnya bukti-bukti maupun teori-teori yang mendasari

aset tersebut tidak ada. Maka dari itu, penggunaan teori fiat akan sangat

membantu entitas pengelola dalam menilai aset bersejarah karena

penentuan atas atribut maupun nilai yang melekat pada aset tersebut

dapat dilakukan dengan tanpa menunggu adanya konfirmasi atas teori-

teori yang dibangun terkait dengan suatu asetbersejarah.

23 Godfrey, J., A. Hodgson, S. Holms , dan A. Tarca. 2010. Accounting Theory. John Wiley & Sons: Australia. 24Torgerson, W. S. 1958. Theory and methods of scaling. New York: John Wiley & Sons, Inc.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

Pengukuran atas aset bersejarah sangat penting dilakukan karena

dengan mengukur suatu aset maka kita dapat mengetahui nilai dari

objek tersebut. Dalam memudahkan untuk melakukan suatu pengukuran

sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat dan dapat diandalkan kita

dapat memilih tipe pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek

yang diukur. Namun, perlu ditegaskan bahwa hal tersebut seharusnya

tidak dilakukan begitu saja semata-mata untuk menaikkan nilai aset atas

dasar harapan dan ramalan. Jadi, harus ada alasan yang kuat atau suatu

kondisi khusus untuk dapat melakukan pengukuran.25

25Suwardjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga. 2016. Yogyakarta:BPFE

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

BAB III

PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH

PADA MUSEUM MPU TANTULAR SIDOARJO

A. Profil Museum Mpu Tantular

1. Sejarah Museum Mpu Tantular

Museum Negeri Provinsi Jawa Timur Mpu Tantular merupakan

kelanjutan dari Stedelijk Historisch Museum Surabaya yang didirikan

oleh Godfried Hariowald Von Faber, pada tahun 1933. Pada awalnya

lembaga ini hanya memamerkan koleksinya disuatu ruangan kecil di

readhuis Ketabang, kemudian atas kemurahan hati seorang janda

bernama Ny. Han Tjiong King, museum dipindahkan ke Tegalsari yang

memiliki bangunan lebih luas. Selanjutnya masyarakat pemerhati

museum mulai berinisiatif untuk memindahkan museum ke tempat yang

lebih memadai yaitu di jalan Pemuda no. 3 Surabaya, yang diresmikan

pada tanggal 25 Juni 1937.

Sepeninggalan Von Faber museum dikelola oleh Yayasan

Pendidikan Umum yang didukung oleh Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Museum ini dibuka untuk umum pada tanggal 23 Mei

1972, dengan nama Museum Jawa Timur. Tanggal 13 Februari 1974,

museum berubah status menjadi Museum Negeri dan diresmikan pada

tanggal 1 November 1974 dengan nama Museum Negeri “Mpu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

Tantular” Propinsi Jawa Timur. Dengan bertambahnya koleksi, membuat gedung di

jalan pemuda no 3 tidak lagi mencukupi hingga akhirnya pada tanggal 12 Agustus

1977 secara resmi museum menempati gedung baru di jalan Taman Mayangkara no.

6 Surabaya.

Seiring dengan berjalannya waktu, koleksi museum semakin bertambah,

demikian juga berbagai kegiatan edukatif kultural yang dilaksanakan di museum,

sehingga membutuhkan tempat yang semakin luas, akhirnya pada tanggal 14 Mei

2004 museum kembali menempati lahan baru di Sidoarjo, tepatnya di jalan raya

Buduran, Kec. Buduran, Kab. Sidoarjo. Pada waktu itu museum diresmikan oleh

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Provinsi Jawa Timur, Bapak Dr. H.

Rasiyo,Msi.

Bangunan museum terdiri dari sebelas buah yang berdiri di atas lahan seluas

3,28 hektar. Adapun susunan bangunannya, bagian depan terdapat joglo, kemudian

bangunan-bangunan lainnya terdiri dari gedung tata usaha dan ruang kepala

museum, gedung perpustakaan, gedung pameran tetap (gedung majapahit), galeri

Von Faber, gedung pameran tuna netra, ruang kerja koleksi, storage, gedung

preparasi, laboratorium konservasi, gedung bimbingan edukasi dan mushola26.

Terpilihnya nama Mpu Tantular pada Museum Negeri Jawa Timur ialah dengan

maksud mengabdikan pandangan hidupnya yang hingga kini tetap terwujud dalam

nasional Power Element bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika.

Mpu Tantular adalah seorang pujangga dari Kerajaan Majapahit, yang terkenal

dengan kitab Arjunawiwaha dan Sutasoma. Pada kitab sutasoma inilah tercantum

kata-kata Bhineka Tunggal Ika, yang sampai sekarang dipakai sebagai semboyan

bangsa indonesia. Nama Mpu Tantular juga mengandung pengertian yang

26Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Buku Panduan Museum Mpu Tantular.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

tersembunyi, Mpu berarti Ibu, yaitu titik pusat segala gerak dan pandangan hidup,

Tantular berarti tak tertulari, tak terpengaruh, tak menyimpang, tak berubah, jadi

tetap mengkhusukan dari pada ajaran agama untuk mencapai kehidupan yang abadi.

Dengan Pemberian nama tersebut diharapkan museum dapat mewarisi hakekat dan

kemurniannya.27

2. Struktur organisasi

Berikut adalah struktur organisasi dari Museum Mpu Tantular beserta tugas-

tugasnya28:

a) Kepala Museum, mempunyai tugas:

Memimpin, mengkoordinasi, mengawasi, dan mengendalikan pelaksanaan

tugas dan fungsi museum di wilayah kerjanya.

b) Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas:

(1) Melaksanakan pengelolaan surat menyurat, urusan rumah tangga dan

kearsipan;

(2) Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian dan keuangan;

(3) Melaksanakan pengelolaan perlengkapan dan peralatan kantor;

(4) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Museum.

c) Seksi Koleksi dan Konservasi, mempunyai tugas:

(1) Menyusun rencana kegiatan dan program kerja;

(2) Melaksanakan survei dan pengadaan koleksi;

(3) Melaksanakan inventerasasi dan katalogisasi koleksi;

(4) Melaksanakan penyusunan sumber data koleksi;

(5) Melaksanakan dokumentasi dalam bentuk tulisan, suara, dan visual;

27Ibid,. 28http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/5634 , diakses 19/02/2019 pukul 19.17 wib

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

(6) Melaksanakan penyusunan naskah petunjuk koleksi, penyusunan naskah

buku tentang koleksi dan penelitian naskah kuno;

(7) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Museum.

(8) Melaksanakan konservasi, fumigasi, restorasi, dan reproduksi koleksi;

(9) Melaksanakan perawatan gedung dan peralatan teknis museum;

d) Seksi Preparasi dan Bimbingan Edukasi, mempunyai tugas:

(1) Menyusun rencana kegiatan dan program kerja;

(2) Melaksanakan penyusunan pedoman materi bimbingan untuk setiap

jenjang pendidikan;

(3) Melaksanakan bimbingan edukatif kultural, kegiatan pelajar, mahasiswa,

dan pengunjung;

(4) Melaksanakan pemutaran film dokumenter;

(5) Melaksanakan museum keliling;

(6) Melaksanakan penyusunan skenario video program tentang koleksi;

(7) Melaksanakan penyusunan narasi slide program dan pembuatan alat

peraga;

(8) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Museum.

(9) Melaksanakan tata pameran dan renovasi pameran tetap;

(10) Melaksanakan tata pameran khusus dan keliling;

(11) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Museum.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Museum Mpu Tantular

Sumber : Unit Tata Usaha Museum Mpu Tantular, (2016)

3. Visi dan Misi Museum Mpu Tantular

a) Visi

“Memajukan kebudayaan bangsa sehingga kemajuan adab, memiliki jati diri

dan kebanggan nasional yang akhirnya lebih memperkuat persatuan dan

kesatuan bangsa.”

b) Misi

Mengoptimalkan pemanfaatan Museum Mpu Tantular dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya sebagai tempat penyimpanan, perawatan dan pemanfaatan

warisan budaya dan alam untuk kepentingan penelitian penelitian dalam rangka

menunjang program pendidikan dan pariwisata di Jawa Timur.29

29Abas Amirudin. 2009. Potensi Museum Mpu Tantular Sebagai Daya Tarik Wisata Jawa Timur, (Tugas Akhir : Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009).

Kepala UPT Museum Mpu Tantular

Seksi Koleksi dan Konservasi

Seksi Preparasi dan Bimbingan Edukasi

Sub. Bagan Tata Usaha

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

4. Benda Koleksi Museum Mpu Tantular

Museum Mpu Tantular terkenal dengan koleksi benda-benda yang antik dan

menarik, seperti koleksi sepeda tinggi,sepeda kayu, hiasan garudeya dan masih

banyak lagi koleksi-koleksi yang menarik. Selain itu tiket masuknya juga sangat

murah sehingga semakin membuat tempat itu ramai dikunjungi oleh masyarakat

kota Sidoarjo maupun luar kota.

Gambar 3.2 Gambar 3.3

Hiasan Garudeya Sepeda Kayu,Shimponion,Sepeda Motor Uap

Di galeri ini berisikan anatara lain seperti aneka ragam busana pengantin

tradisional dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Ada pula busana pengantin

tradisional Surabaya Pegon, Sumenep, Banyuwangi, Ponorogo dan lain-lain. Pada

bagian lainnya dipajang apik koleksi batik tulis, topeng, aneka alat rumah tangga

dari keramik, juga alat-alat pertukangan dan pertanian tempo dulu.

Tak ketinggalan ranjang-ranjang kayu antik dengan ukiran yang sangat

menawan. Menambah keindahan dan kekomplitan dari museum ini. Selain tempat

istirahat yang disediakan berupa kursi di dalam museum, pengunjung juga bisa

melepas lelah di beberapa gazebo yang tersebar di berbagai sudut. Dan untuk anak-

anak bisa bermain dengan permainan yang sudah di sediakan yaitu berada di

belakang loket, sehingga anak bila berkunjung ke tempat ini tidak akan bosan

dengan pengetahuan sejarawan saja.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

Selain memamerkan koleksi di pameran tetap, museum juga melaksanakan

berbagai kegiatan yang bersifat Edukatif-Kultural, diantaranya Pameran Keliling,

Program Museum Masuk Sekolah, Ceramah/Seminar, Lomba, Peragaan/Pergelaran

Koleksi, Pemutaran Slide/video serta Bimbingan Khusus Karya Tulis bagi Pelajar

dan Mahasiswa. Beberapa Koleksi antara lain tanduk kerbau, homo sapiens,

petanen, keris, garudeya, durga, uang kertas, uang kancing, damarwulan, serat

yusuf, symphonion, sepeda tinggi, ukiran, dan lukisan.

Gambar 3.4 Gambar 3.5 Batu-batuan Keris-keris

Saldo koleksi aset bersejarah pada Museum Mpu Tantular Sidoarjo pada tahun

1974 sampai dengan 31 Desember 2018 adalah sebanyak 15.236 unit. Jumlah unit

tersebut terdiri dari saldo awal sebanyak 15.081, mutasi tambahan sebanyak 155

unit, dan mutasi kurang sebanyak 0 unit.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

Tabel 3.1

Daftar Jumlah Koleksi Museum Mpu Tantular Sidoarjo

Uraian Jenis Transaksi Kuantitas

Saldo Awal Barang Bersejarah 15.236 Unit

Perubahan / Koreksi Barang Bersejarah (positif)

0

Mutasi kurang Aset Bersejarah Meliputi :

Uraian Jenis Transaksi Kuantitas

Perubahan / Koreksi Barang Bersejarah 0

Penghapusan barang bersejarah 0 Sumber : data dari Bagian Koleksi.

B. Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah pada Museum Mpu Tantular Kabupaten

Sidoarjo

1. Perlakuan Aset Bersejarah

Perlakuan akuntansi aset bersejarah tak lepas dari peranan penting dalam

memahami makna dari aset bersejarah itu sendiri termasuk pemahaman mengenai

makna koleksi-koleksi benda bersejarah di Museum Mpu Tantular sebagai aset

bersejarah. Alasan mengenai hubungan penting antara pemahaman makna aset

bersejarah dan perlakuan akuntansinya adalah pengaruhnya terhadap aspek

pengakuan, penilaian, penyajian, dan pengungkapannya. Aset bersejarah merupakan

benda yang termasuk dalam cagar budaya.

Bu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha mengatakan, “bahwa Aset Bersejarah merupakan cagar budaya. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaanya karena memilki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.”30

30 Hasil Wawancara dengan Ibu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha, pada 28-01-2019

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

2. Pengakuan Aset Bersejarah

Pengakuan aset bersejarah adalah salah satu perlakukan akuntansi untuk

menetapkan suatu aset dapat diakui sengan resmi menjadi golongan aset berejarah.

Mengenai pengertian aset bersejarah tidak lepas dari bahasan tentang kriteria-

kriteria khusus yang harus dimiliki olek suatu benda agar dapat digolongkan

menjadi aset bersejarah. Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai

Benda cagar budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila

memenuhi kriteria31:

a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;

b. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidkian, agama,

dan/atau kebudayaan;

c. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Benda Cagar Budaya dapat:

a. Berupa benda alam dan/atau benda buatan manusia yang manfaatkan oleh

manusia, serta sisa-sisa biota yang dapat dihubungkan dengan sejarah manusia;

b. Bersifat bergerak atau tidak bergerak;

c. Merupakan kesatuan atau kelompok

Bangunan Cagar Budaya dapat:

a. Berunsur tunggal atau banyak;

b. Berdiri bebas atau menyatu dengan informasi alam.

Struktur Cagar Budaya dapat:

a. Berunsur tunggal atau banyak;

b. Sebagian atau seluruhnya menyatu dengan formasi.

31 Undang – Undang Republik Indonesia Tentang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

Bu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha mengatakan, “bahwa kriteria yang membedakan aset bersejarah dengan aset tetap lainnya terdapat dalam Undang-Undang RI Tentang Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintahan RI Tentang Museum. Benda cagar budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.”32

3. Penilaian Aset Bersejarah

Penilaian merupakan hal yang penting dalam menetukan jumlah nominal yang

tertera dalam suatu aset untuk selanjutnya bisa dijadikan dan diungkapkan dalam

laporan keuangan. Secara konsep banyak sekali metode yang dapat dipilih dalam

menentukan niali dari suatu aset bisa dengan meggunakan pendektan nilai wajar,

pendekatan biaya perolehan dan lain-lain, namun penilaian aset bersejarah tidak

mudah seperti penilaian aset teap lainnya.

Metode yang digunakan dalam penilaian aset bersejarah ialah dengan metode

penghapusan dan pengalihan koleksi. Untuk penghapusan dan pengalihan koleksi,

dapat dihapus apabila rusak, hilang, musnah, dan/atau material atau bahannya

membahayakan. Serta koleksi dapat dialihkan kepemilikannya jika tidak sesuai lagi

dengan visi dan misi Museum, dan/atau jumlahnya terlalu banyak. Dilakukannya

penghapusan dan pengalihan Cagar Budaya tersebut sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, apabila koleksi itu hilang dapat dihapus setelah lebih dari 6

(enam) tahun sejak koleksi diketahui hilang maksudnya dengan tidak menghapus

catatan dalam Registrasi dan Inventarisasi serta untuk koleksi yang dihapus karena

hilang ditemukan kembali, nomor Registrasi dan Inventarisasi yang lama

diberlakukan kembali33.

32 Hasil Wawancara dengan Ibu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha, pada 28-01-2019 33 Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 Tentang Museum

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

Penghapusan koleksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 dilakukan oleh tim

penghapusan koleksi yang dibentuk dengan keputusan kepala Museum. Tim

tersebut bertanggung jawab melakukan kajian dan aspek ilmkiah dan fisik.34

Dengan ketentuan lebih lanjut mengenai penghapusan koleksi diatur dengan

peraturan Menteri.

Pak Kuncoro selaku Kasi Koleksi mengatakan, “bahwa dalam metode penghapusan untuk menghilangkan atau penghapusan dapat dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan atau lebih serta adapun syarat yang dilakukan yaitu dengan melalui pengkajian dan persetujuan. Beberapa orang yang dapat diajukan pertanyaan apabila terjadi kehilangan barang penting ialah Kepala Museum, Kasi Koleksi, dan Wali Koleksi.”35

Sesuai dengan apa yang terdapat pada undang-undang cagar budaya,

bahwasannya yang sudah tercatat dalam Register Nasional hanya dapat dihapus

dengan Keputusan Menteri atas rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya di tingkat

Pemerintah36, yang selanjutnya keputusan tersebut harus ditinjak lanjuti oleh

Pemerintah Daerah.

Penghapusan Cagar Budaya dilakukan apabila musnah, hilang dan dalam

janhgka waktu 6 (enam) tahun tidak ditemukan, mengalami perubahan wujud dan

gaya sehingga kehilangan keasliannya, atau di kemudian hari diketahui statusnya

bukan Cagar Budaya37. Penghapusan tersebut terjadi dengan tidak menghilangkan

data dalam Register Nasional Cagar Budaya dan dokumen yang menyertainya serta

wajib dicatat ulang ke dalam Register Nasioanl Cagar Budaya apabila ditemukan

kembali.

34 Ibid,. hal. 33 35 Hasil Wawancara dengan Bapak Sri Edy Cahjo Kuncoro selaku Kasi Koleksi, pada 16-05-2019 36 UU No 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya pasal 50 tentang penghapusan 37 UU No 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya pasal 51 tentang penghapusan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

Agar Museum memiliki nilai yang andal, pemilik Museum wajib menyediakan

dana Pengelolaan Museum. Untuk museum milik Pemerintahan atau Pemerintahan

Daerah pendanannya berasal dari:

a. Anggaran pendapatan dan belanja negara;

b. Anggaran pendapatan dan belanja daerah;

c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pemerintah atau Pemerintahan Daerah dapat memberikan bantuan pendanaan

kepada setiap orang atau masyarakat hukum adat yang memiliki Museum. Bantuan

pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk pembangunan

museum, revitaslisasi museum, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Serta Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan dana untuk penyelamatan

koleksi dalam keadaan darurat.

Jadi aset bersejarah memang tidak dinilai secara nominal, tidak ada nilai rupiah

yang melekat dari aset bersejarah karena sampai sekarang belum ada yang bisa

menentukan metode apa yang cocok untuk digunakan sebagai dasar penentuan nilai

dari aset bersejarah itu.

4. Pengukuran Aset Bersejarah

Koleksi dapat berupa:

a. Benda utuh

b. Fragmen

c. Benda hasil perbanyakan atau replika

d. Spesimen

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

e. Hasil rekrontuksi

f. Hasil restorasi

Bu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha Museum mengatakan, “bahwasannya untuk menjadi pembeda antara aset bersejarah dengan aset tetap itu terletak pada undang-undang dan peraturannya. Kalau di aset bersejarah menggunakan undang-undang cagar budaya dan peraturan pemerintahan tentang permuseuman.”38

Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)39 harus memenuhi syarat:

a. Sesuai dengan visi dan misi Museum

b. Jelas asal usulnya

c. Diperoleh dengan cara yang sah

d. Keterawatan

e. Tidak mempunyai efek negatif bagi kelangsungan hidup manusia dan alam

Bu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha Museum mengatakan, “bahwa aset bersejarah tidak dapat diukur nilai ekonominya.”40

5. Penyajian Aset Bersejarah

Untuk melindungi keberadaan aset bersejarah dengan menempatkan pada

Museum dikarenakan sifatnya yang mudah rusak atau pun untuk menjaga benda-

benda cagar budaya tersebut agar tidak hilang sebelum nantinya.

Pak Kuncoro selaku Kasi Koleksi mengatakan, “bahwa dalam pengadaan koleksi harus dilakukan oleh 1 tim. Terdapat syarat yaitu harus melakukan kajian oleh tim serta dinyatakan layak atau tidaknya masuk ke dalam benda cagar budaya, benda bersejarah, atau benda budaya.”41

38 Hasil Wawancara dengan Ibu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha, pada 28-01-2019 39UU No 66 Tahun 2015 Tentang Museum Pasal 14 Tentang Pengelolaan Administrasi Koleksi 40Hasil Wawancara dengan Ibu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha, pada 28-01-2019 41Hasil Wawancara dengan Bapak Sri Edy Cahjo Kuncoro selaku Kasi Koleksi, pada 16-05-2019

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

Gambar 3.6

Bagan alur pengendalian aset bersejarah

Keterangan :

1. Meregistrasi barang atau benda yang datang pada bagian registrasi untuk

dilakukan pencatatan kelengkapan benda yang masuk.

2. Diberikan kepada wali koleksi atau memegan koleksi untuk dimasukkan atau

dicatatan di buku inventarisasi.

3. Setelah semua selesai dimasukkan ke dalam gudang penyimpanan.

4. Dari gudang penyimpanan, dapat dilihat terlebih dahulu bahwa benda tersebut

termasuk ke dalam konservasi atau restorasi.

5. Dalam ruang pengendalian atau karantina, untuk dilakukan persiapan

pemberian label atau keterangan mengenai benda tersebut.

6. Benda bersejarah tersebut siap untuk dipamerkan kepada masyarakat.

Pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan setiap orang yang memiliki

atau menguasai Cagar Budaya untuk wajib mendaftarkannya tanpa dipungut biaya

serta dapat berpartisipasi dalam melakukan pendaftaran terhadap benda, bangunan,

struktur, dan lokasi yang diduga sebagai Cagar Budaya walaupun tidak memiliki

Registrasi InventarisasiGudang

Penyimpanan

Konservasi / Restorasi

Ruang Pengendali / Karantina

Pameran

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

atau menguasainya.Selain itu juga Pemenrintahan kabupaten/kota melaksanakan

pendaftaran Cagar Budaya yang dikuasai oleh Negara ataupun yang tidak diketahui

pemiliknya sesuai dengan tingkat kewenangannya, kalaupun ada yang terdapat di

luar negeri dapat dilaksanakan oleh perwakilan Republik Indonesia luar negeri.

Untuk hasil pendaftaran tersebut harus menyertai dan dilengkapi dengan

deskripsi serta dokumentasinya, apabila Cagar Budaya tersebut tidak didaftarkan

oleh pemiliknya dapat diambil alih oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah42.

Setelah hasil pendaftaran itu selesai lalu diserahkan kepada Tim Ahli Cagar Budaya

untuk dikaji kelayakannya sebagai Cagar Budaya atau bukan Cagar Budaya,

pengkajian sendiri bertujuan untuk identifikasi dan klasifikasi terhadap benda,

bangunan, struktur, lokasi dan satuan ruang geografis yang diusulkan untuk

ditetapkan sebagai Cagar Budaya.

Tim Ahli Cagar Budaya ditetapkan dengan adanya keputusan dari Menteri

untuk tingkat nasional, Gubenur untuk tingkat provinsi, dan Bupati/Wali Kota

untuk tingkat kabupaten/kota. Dalam melakukan kajian, Tim Ahli Cagar Budaya

dapat dibantu oleh unit pelaksana teknis atau satuan kerja perangkat daerah yang

bertanggung jawab di bidang Cagar Budaya. Selama proses pengkajian, benda,

bangunan, struktur, atau lokasi hasil penemuan atau yang didaftarkan, dilindungi

dan diperlakukan sebagai Cagar Budaya. Pengkajian terhadap koleksi museum yang

didaftarkan dilakukan oleh kurator, setelah itu diserahkan kepada Tima Ahli Cagar

Budaya.

Setelah itu Bupati/Wali Kota menegluarkan penetapan status Cagar Budaya

paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah rekomendasi diterima dari Tim Ahli Cagar

Budaya yang menyatakan benda, bangunan, struktur, lokasi dan/atau satuan ruang

42 UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

geografis yang didaftarkan layak sebagai Cagar Budaya.Setelah tercatat dalam

Register Nasional Cagar Budaya, pemilik Cagar Budaya berhak memperoleh

jaminan hukum berupa surat keterangan status Cagar Budaya dan surat keterangan

kepemilikan berdasarkan bukti yang sah serta penemu situs Cagar Budaya berhak

mendapatkan kompensasi.

Untuk situs Cagar Budaya yang berada di 2 (dua) kabupaten/kota atau bahkan

lebih ditetapkan sebagai Cagar Budaya provinsi, sedangkan situs Cagar Budaya

yang berada di 2 (dua) provinsi atau lebih ditetapkan sebagai Cagar Budaya

nasional.Pemerintah membentuk sistem Register Nasional Cagar Budaya untuk

mencatat data Cagar Budaya, dengan mencatat koleksi museum yang sudah

memenuhi kriteria sebagai Cagar Budaya.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pemeringkatan Cagar Budaya

berdasarkan kepentingannya menjadi peringkat nasional, peringkat provinsi, dan

peringkat kabupaten/kota bedasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya. Cagar

Budaya yang tidak lagi memenuhi syarat yang ditetapkan sebagai peringkat

nasional, peringkat provinsi, atau peringkat kabupaten/kota dapat dikoreksi

peringkatnya berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya disetiap tingkatan.

Peringkat Cagar Budaya dapat dicabut apabila Cagar Budaya itu musnah,

kehilangan wujud dan bentuk aslinya, kehilangan sebagaian besar unsurnya, dan

tidak lagi sesuai dengan syarat sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 42, Pasal 43,

dan Pasal 44.Pendanaan Pelestarian Cagar Buadaya menjadi tanggung jawab

bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Pendanaan

tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, hasil pemanfaatan Cagar Budaya, dan/atau sumber

lain yang sah dan tidak mengikat sesuai degan peraturan perundang-undangan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran untuk

Perlindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Kompensasi Cagar Budaya dengan

memperhatikan prinsip proporsional. Selain itu juga Pemerintah dan Pemerintah

Daerah menyediakan dana cadangan untuk penyelamatan Cagar Budaya dalam

keadaan darurat dan penemuan yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya.

Pengungkapan adalah menyajikan informasi keuagan secara lengkap kepada

pengguna laporan keuangan. Aset bersejarah merupakan aset milik pemerintah yang

tidak diharuskan disajikan dalam neraca namun diungkapkan pada catatan atas

laporan keuangan.

Laporan keuangan yang dibuat oleh Museum Mpu Tantular Sidoarjo yaitu

berupa berkas fisik Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) dan melalui aplikasi SIBAKU

(Sistem Informasi Penatausahaan dan Akuntansi Berbasis Akrual) dengan

menyajikan dan mengungkapkan sesuai dengan berkas fisik SPJ. Aplikasi SIBAKU

merupakan aplikasi untuk melaporkan semua proses akuntansi dari sisi uang,

aplikasi tersebut milik Provinvi Jawa Timur. Untuk pelaporanmnya setiap akhir

bulan berupa Laporan Pajak, Laporan Pembukuan SPJ, Laporan Pemotongan Pajak

dan sebagainnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

Tabel 3.2

Jurnal Mengenai Aset Bersejarah di Museum Mpu Tantular Sidoarjo

Pada saat mencatat realisasi belanja modal

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Belanja Modal XXX

Pengadaan Koleksi XXX

Sumber : data dari Bagian Keuangan.

Pada saat memperoleh barang / Aset Bersejarah

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Benda Koleksi / Aset Bersejarah

XXX

Aset Tetap Bersejarah di Museum

XXX

Sumber : data dari Bagian Keuangan.

Berdasarkan tabel tersebut, diungkapkan sebagai biaya modal pada Neraca

pada Laporan Keuangan Museum bukan sebagai belanja investasi tetapi sebagai

belanja barang pada tahun berjalan.

Bu Nina selaku KA Subbag TU mengatakan, “bahwa aset bersejarah disajikan dalam laporan keuangan sebagai biaya modal pada saat waktu membeli.”43 Staff Bagian Keuangan Museum mengatakan, “bahwa aset bersejarah masuk dalam kolom aset dengan nama sebagai benda koleksi. Dan aset bersejarah sebetulnya tidak dapat dihitung dan diukur karena yang dapat diambil ialah nilai sejarahnya.”44

C. Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah pada Museum Mpu Tantular Kabupaten

Sidoarjo Ditinjau dari PSAP No. 07 Tahun 2010

1. Pengakuan Aset Bersejarah

Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2010 pasal 41 bagian kelima tentang

pemeringkatan cagar budaya menjelaskan tentang pemeringkatan cagar budaya

berdasarkan kepentingannya menjelaskan bahwa cagar budaya dapat

43 Hasil Wawancara dengan Ibu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha, pada 28-01-2019 44 Hasil Wawancara dengan Staff Bagian Keuangan, pada 16-05-2019

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

dikelompokkan menjadi aset nasional, aset provinsi, dan aset kabupaten

berdasarkan beberapa kriteria yang telah dijelaskan. Bahwasannya Museum Mpu

Tantular Sidoarjo hingga saat ini termasuk dalam kelompok aset provinsi. Alasan

untuk pemeringkatan adalah untuk perlindungan sesuai dengan peringkatnya dan

untuk pengelolaan cagar budaya sesuai peringkatnya.

Jika benda-benda tersebut telah diketahui tingkatannya, maka peran dari pihak

museum terhadap cagar budaya tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah sebagai

fasilitator dan pendampingan pelestarian baik perlindungan, pengembangan, dan

pemanfaatan.

Bu Nina selaku KA Subbag TU mengatakan, “bahwa di Museum ini hanya menerapkan UU Tentang Cagar Budaya dan UU Tentang Museum. Disini ya mbak tidak menerapkan PSAP Tentang Aset Bersejarah yang mbak maksud kan. Karena dari dulu kami hanya menerapkan Undang-Undang itu saja.”45

Berdasarkan hasil yang dilakukan, seluruh benda koleksi benda bersejarah yang

berada di Museum Mpu Tantular Sidoarjo diakui sebagai aset bersejarah atau benda

cagar budaya. Hal tersebut dapat terlihat dari upaya pihak museum dalam merawat,

membersihkan dan menjaga benda-benda bersejarah agar tidak mengalami

kerusakan, karena aset bersejarah diharapkan dapat dilestarikan dalam waktu yang

tidak terbatas. Selain itu juga, pihak museum melakukan pengontrolan terhadap

kondisi fisik dari aset bersejarah tersebut, untuk menghindari adanya kerusakan

atau kehilangan.

Sedangkan untuk bangunan dan tanah tempat penyimpanan benda bersejarah,

diakui sebagai aset tetap didalam laporan neraca. Sebab bangunan dan tanah

tersebut bukanlah merupakan banguna bersejarah, sehingga bangunan dan tanah

tersebut diakui sebagai aset tetap. Akan tetapi, untuk benda-benda bersejarahnya

diakui sebagai aset bersejarah atau benda cagar budaya. 45 Hasil Wawancara dengan Ibu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha, pada 28-01-2019

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

2. Penilaian Aset Bersejarah

Proses selanjutnya setelah megakui aset bersejarah adalah penilaian. Penilaian

merupakan aspek penting lain yang melekat pada aset. Secara teoritis penilaian

dilakukan untuk mengetahui berap nilai keuangan dari sebuah aset, terdapat

berbagai macam metode yang bisa digunakan dalam menilai sebuah aset. Namun

tidak semua aset mudah dinilai, salah satunya yaitu aset bersejarah. Hingga saat ini,

penilaian untuk aset bersejarah sulit dilakukan, dikarenakan karakteristik dari aset

bersejarah yang berbeda dengan aset pada umumnya.

Untuk itu penilaian aset bersejarah yang berada di Museum Mpu Tantular

Sidoarjo belum dilakukan. Hal tersebut karena aset bersejarah memiliki nilai

sejatrah untuk ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang, bukan manfaat

ekonomi. Aset bersejarah juga tidak diperjual belikan, karena aset bersejarah

diharapkan dapat dilestarikan dalam waktu yang tidak terbatas. Sedangkan nilai

untuk aset, merupakan nilai keuangan yang dapat memberikan manfaat ekonomi

dimasa yang akan datang. Penilaian untuk aset bersejarah bersinggungan dengan

harga perolehan dari aset tersebut, meskipun pihak museum memberikan imbalan

jasa dan mengeluarkan biaya dalam menemukan aset bersejarah, akan tetapi hal

tersebut bukan menjadi tolak ukur dalam menentukan harga perolehan dari aset

bersejarah.

PSAP No. 07 menjelaskan bahwa penilai kembali atau revaluasi aset tetap pada

umumnya tidak diperkenankan karena standar akuntansi pemerintahan menganut

penilai aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Selain itu PSAP

No. 07 juga tidak membahas secara khusus bagaimana cara untuk menilai aset

bersejarah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

Bu Nina selaku KA Subbag TU mengatakan, “disini kami menilai benda-benda bersejarah atau cagar budaya pada saat awal transaksi sesuai dengan harga perolehan dan memberikan imbalan jasa kepada orang yang sudah menemukan, dan sudah dijelaskan di UU Tentang Cagar Budaya.46

3. Penyajian Aset Bersejarah

Proses selanjutnya setelah dilakukan penilaian adalah penyajian aset bersejarah,

meskipun untuk penilaian aset bersejarah belum dilakukan oleh pihak museum,

akan tetapi aset bersejarah tetap harus disajikan didalam sebuah laporan keuangan,

sebagai bentuk pertanggung jawaban pihak museum kepada pemerintah. Sesuai

dengan PSAP No. 07 Paragraf 68 menyatakan bahwa aset bersejarah harus disajikan

dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit

monumen, dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai

Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak museum yaitu Laporan Realisasi

Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan

Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas

laporan Keuangan. Maka dari semua laporan yang dibuat, benda-benda bersejarah

hanya disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Staff Bagian Keuangan mengatakan, “di Museum ini kami tidak menjelaskan di Catatan atas laporan keuanga sesuai kata mbaknya tadi, kami mencatat di Neraca yang masuk dalam Aset dengan nama Benda Koleksi itu saja.”47

4. Pengungkapan Aset Bersejarah

Pengungkapan aset bersejarah didalam sebuah Laporan Keuangan merupakan

salah satu bentuk pertanggungjawaban atas penghelolaan aset tersebut. Aset

bersejarah merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh publik, sehingga pihak

museum memiliki tanggungjawab untuk mengungkapkannya dan melaporkannya

dalam laporan keuangan. Karena aset bersejarah tidak memiliki nilai keuangan yang

46Hasil Wawancara dengan Ibu Nina selaku KA Subbag Tata Usaha, pada 28-01-2019 47Hasil Wawancara dengan Staff Bagian Keuangan, pada 16-05-2019

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

pasti, maka aset bersejarah tidak bisa dilaporkan atau diungkapkan dalam Laporan

Posisi Keuangan, sebab semua aset yang dilaporkan dalam Laporan Posisi

Keuangan memiliki nilai.

Menurut PSAP No. 07 Tahun 2010, aset bersejarah merupakan aset tetap yang

dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah yang karena umur dan kondisinya aset

tersebut harus dilindungi oleh peraturan yang berlaku dari segala macam tindakan

yang dapat merusak aset bersejarah tersebut. Terkait dengan penyajian dan

pengungkapannya dalam laporan keuangan, aset bersejarah diungkapkan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan, namun hal tersebut sudah memenuhi kewajiban

pemeritah dalam pengungkapan aset bersejarah.

Bu Nina selaku KA Subbag TU mengatakan, “kami disini tidak membuat laporan secara khusus mengenai aset bersejarah, namun untuk melaporkan biaya-biaya pemeliharaan yang telah dilakukan. Dan kami hanya melaukan pelaporan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur mengenai laporan yang kami buat setiap bulan dan tahunnya.”48

48Hasil Wawancara dengan Ibu Nina selaku Bagian Keuangan, pada 16-05-2019

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

BAB IV

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH

PADA MUSEUM MPU TANTULAR SIDOARJO DITINJAU DARI

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH NO. 07 TAHUN

2010

A. Analisis Perlakukan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah pada Museum Mpu Tantular

sidoarjo

1. Pengakuan Aset Bersejarah

Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan, benda-benda

bersejarah yang berada di Museum Mpu Tantular Sidoarjo diakui sebagai Aset

Bersejarah atau Benda Cagar Budaya. Beberapa kriteria yang dapat mendukung

benda-benda bersejarah tersebut memilki nilai kultural, lingkungan, pendidikan dan

sejarah yang dapat memberikan manfaat ilmu pengetahuan bagi seluruh bangsa

Indonesia.

Informan telah menjelaskan mengenai penggolongan benda-benda bersejarah

sebagai golongan dari kelompok aset, lebih tepatnya benda koleksi karena aset

bersejarah memiliki karakteristik-karakteristik yang unik dan berbeda dari aset-aset

yanglain, dengan begitu akan mempengaruhi bagaimana pengakuan secara

akuntansi dari aset bersejarah tersebut.Hingga saat ini terdapat metode yang tepat

untuk mengetahui nilai keuangan dari sebuah aset bersejarah yaitu dengan penilaian

publik dan penilaian pemerintah.

2. Penilaian Aset Bersejarah

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa penilaian aset

bersejarah dilakukan saat aset bersejarah tersebut diperoleh, baik melalui temuan,

hibah, ataupun pembelian. Namun aset bersejarah tersebut juga dapat dilakukan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

penghapusan atau dihilangkan apabila telah musnah atau hilang dalam jangka

waktu 6 tahun tidak ditemukan atau berubah wujud keasliannya. Karena aset

bersejarah tidak dapat diukur nilai ekonominya. Serta semuanya mengacu pada

Undang-undang Cagar Budaya dan Peraturan Tentang Museum.

Dilaporkannya benda-benda tersebut dengan tanpa nilai dalam sebuah laporan

keuangan bukan berarti bahwa benda-benda bersejarah tersebut tidak memiliki

nilai. Karena sampai saat ini pemerintah mengalami kesulitan dalam memberikan

nilai terhadap benda-benda bersejarah. Kesulitan dalam menentukan nilai dari aset

bersejarah tersebut dilatar belakangi oleh berbagai faktor. Karena aset bersejarah

tidak untuk diperjual belikan.

Hingga saat ini benda-benda yang berada di Museum Mpu Tantular Sidoarjo

tidak memiliki nilai keuangan. Penilai tersebut akan berpengaruh terhadap

pelaporan untuk benda bersejarah tersebut. Bagaimanapun benda bersejarah

tersebut diakui sebagai aset bersejarah, akan tetapi untuk pelaporannya didalam

keuangan tidak masuk kedalam ketegori aset tetap dan aset lancar.

3. Penyajian Aset Bersejarah

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa aset bersejarah yang

dikelola oleh Museum Mpu Tantular Sidoarjo menyajikan dalam laporan keuangan

sebagai biaya modal pada saat waktu mebelinya. Namun sebagai entitas pemerintah

yang mengelola aset publik Museum Mpu Tantular Sidoarjo harus menyusun

laporan keuangan yang sesuai denagn PSAP 01 secara periodik. Komponen-

komponen laporan keuangan menurut PSAP 01 adalah sebagai berikut :

a) Laporan Realisasi Anggaran

b) Laporan Perunahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

c) Neraca

d) Laporan Operasional (LO)

e) Laporan Arus Kas (LAK)

f) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

g) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Museum Mpu Tantular Sidoarjo tidak membuat laporan keuangan seperti telah

ditetapkan pada PSAP 01. Dalam pelaksanaannya pihak Museum Mpu Tantular

Sidoarjo hanya membuat neraca dan yang dibuat hanya laporan kinerja Museum

Mpu Tantular Sidoarjo yang didukung dengan catatan-catatan pengeluaran yang

dilakukan oleh Museum Mpu Tantular Sidoarjo. Laporan keuangan yang disusun

berupa laporan keuangan bulanan atas penggunaan biaya pemeliharaan dan

perawatan.

4. Pengungkapan Aset Bersejarah

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, pihak museum

mengungkapkan aset bersejarah sebagi aset dengan nama benda koleksi. Kerena

aset bersejarah tersebut tidak dapat dihitung dan diukur hanya dapat diambil nilai

sejarahnya. Apabila suatu aset bersejarah disajikan dalam neraca, maka dalam

Catatan atas Laporan Keuangan harus dijelaskan mengenai informasi alasan

pegakuan aset bersejarah, metode yang digunakan dalam menilai aset bersejarah,

serta rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode. Terkait dengan

kesulitan dalam penilaian aset bersejarah yang dilakukan pihak Museum mpu

Tantular Sidoarjo, hal tersebut berdampak pada pengungkapan aset bersejarah dlam

laporan keuangan. Sehingga, Museum Mpu Tantular Sidoarjo mengungkapkan aset

bersejarah dalam Catatan atas laporan Keuangan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

Laporan keuangan yang dibuat oleh pemerintah merupakan bentuk

tanggungjawab kepada publik dalam pengelolaan aset publik. Aset bersejarah

merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh publik, sehingga keberadannya

membutuhkan perhatian dari pemerintah dalam melestarikannya dan menjaganya

dengan baik. Dalam hal ini, seharusnya Museum Mpu Tantular Sidoarjo

mengungkapkan aset bersejarah dalak laporan keuangan yaitu Catatan atas Laporan

Keuangan.

B. Analisis Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah Pada Museum Mpu Tantular

Sidoarjo Ditinjau dari PSAP Nomor 07 Tahun 2010

1. Pengakuan Aset Bersejarah

Berdasarkan hasil dari wawancara, dapat diketahui bahwa benda-benda

bersejarah tersebut memiliki karakteristik dari aset bersejarah. Pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintahan 07 meyebutkan bahwa:

“pengakuan aset akan sangat andal abila telah diterima dan diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada penguasaannya dipindahakan”

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah 07 mengenai aset bersejarah dalam

paragraf 66 juga menjelaskan bahwa aset bersejarah biasanya dibuktikan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai bagaimana aset bersejarah

dapat diakui lebih spesifik dijeaskan dalam Undang-undang Nomo 11 Tahun 2010

yang berkaitan pula dengan karakteristik khusus benda-benda cagar budaya.

Jadi jika terdapat temuan benda bersejarah dan benda temuan tersebut setelat

diteliti oleh tim ahli dapat memenuhi karakteristik aset bersejarah, maka benda

bersejarah akan diakui secara resmi sebagai aset bersejarah oleh pemerintah setellah

surat ketetpan oleh Bupati/Walikota, Gubenur atau Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan telah turun. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bu Nina, bahwa

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

untuk dapat diakui menjadi aset bersejarah harus memnuhi kriteria aset bersejarah

yang terdapat dalam Undang-undang Republik Indonesia Tentang Cagar Budaya

dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Museum. Dari penjelaan

diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa benda bersejarah yang berada di Museum

Mpu Tantular Sidoarjo dapat diakui sebagai aset bersejarah, yang keberadannya

harus dilindungi dan dijaga kelestarianya.

Pengakuan benda-benda koleksi di Museum Mpu Tantular Sidoarjo sebagai

aset dapat meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pihak Museum

itu sendiri, karena dengan mengakuinya sebagai aset dapat terus dilakukan

pemeliharaan terhadap koleksi-koleksi sebagai aset bersejarah yang dimiliki oleh

pemerintah. Sehingga keberlangsungan Museum Mpu Tantular Sidoarjo akan

terjaga dalam waktu yang tidak terbatas.

2. Penilaian Aset Bersejarah

Berdasarkan hasil dari wawancara, bahwa museum menilai aset bersejarah

pada waktu awal transaksi yang sesuai dengan harga perolehan atau imbalan jasa

kepada yang sudah menemukan. Berdasarkan PSAP 07 Tahun 2010 terdapat dua

metode yang dapat diterapkan yaitu metode biaya atau metode revaluasi. Metode

biaya digunakan untuk aset bersejarah yang tidak memiliki nilai namun dapat

ditentukan harga perolehannya dan metode revaluasi digunakan untuk aset

bersejarah yang memiliki nilai wajar.

Menurut PSAP 07 Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui

sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus

diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai,

biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.

Benda-benda yang berada di Museum Mpu Tantular Sidoarjo didapat dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

masyarakat yang menemukan benda bersejarah dan membeli dari kolektor benda

bersejarah.

Jadi perlakuan akuntansi mengenai penilaian aset bersejarah pada Museum

Mpu Tantular Sidoarjo berdasarkan data yang diperoleh dari informan telah sesuai

dengan standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAP 07 bahwa aset bersejarah secara

nomina memang tidak dapat dinilai, namun pada aset bersejarah memiliki

karakteristik unik yang menunjukkan nilai ilmunya dari aset tersebut yaitu nilai

kultural, lingkungan, pendidikan, dan nilai sejarahnya yang tidak dapat

digambarkan sebagai nilai keuangan berdasarkanharga pasar.

3. Penyajian Aset Bersejarah

Berdasarkan keterangan yang sudah diberikan oleh pihak museum diketahui

bahwa semua aset bersejarah yang dikelola oleh Museum Mpu Tantular Sidoarjo

hanya disajikan sebagai aset dan juga disajikan pada Neraca saja yang seharusnya

dapat disajikan pada Laporan Keuangan bagian Catatan atas Laporan Keuangan.

Apabila merujuk PSAP 07 penyajian aset bersejarah dalam Laporan Keuangan,

maka aset bersejarah yang dimiliki oleh pemerintah cukup dilaporkan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan. Namun dalam CaLK dilaporkan dengan tanpa

nilai, hanya berupa unit koleksi yang dimiliki.

Jadi dalam penyajiannya dalam laporan keuangan koleksi aset bersejarah pada

Museum Mpu Tantular Sidoarjo belum sesuai dengan standar akuntansi yang

berlaku yaitu PSAP 07 bahwa aset bersejarah harus disajikan dalambentuk unit.

Karena PSAP mengharuskan entitas untuk menyajikan aset bersejarah dalam

bentuk unit bukan nominal rupiah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

4. Pengungkapan Aset Bersejarah

Berdasarkan hasil dari wawancara, museum tidak membuat laporan secara

khusus melainkan melaporkan biaya-biaya pemeliharaan yang selama ini telah

dilakukan. Setelah itu, melaporkannya kepada Dinas setiap bulan dan tahunnya.

Apabila suatu aset bersejarah disajikan di neraca dengan nilai pada saat setelah

penilaian maka nilai yang disajikan di neraca harus dijelaskan dalam Catatan atas

Laporan Keuangan, selain itu Catatan atas Laporan Keuangan harus memuat

informasi mengenai alasan pengakuan aset bersejarah, metode yang digunakan

untuk pengukuran, kondisi dari aset bersejarah, serat rekonsiliasi jumlah tercatat

pada awal dan akhir periode.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pihak Museum Mpu

Tantular Sidoarjo tidak menerapkan apa yang tercantum dalam PSAP Nomor 07

Tahun 2010, yaitu benda-benda bersejarah yang berada di Museum Mpu Tantular

Sidoarjo dilaporkan dalam Biaya Modal dengan nilai sesuai pada saat melakukan

transaksi atau pembelian. Jika aset bersejarah dilaporkan didalam Neraca, maka

aset bersejarah harus memiliki nilai keuangan. Walaupun aset bersejarah hanya

dilaporkan dalam Biaya Modal, pihak Museum Mpu Tantular Sidoarjo sudah

menerapkan standar akuntansi yang berlaku saat ini mengenai penyajian aet

bersejarah dalam Laporan Keuangan.

Sampai saat ini pengungkapan aset bersejarah di indonesia berpedoman pada

PSAP 07 Tahun 2010, yaitu diungkapkan dalam CaLK. Penyajian aset bersejarah

dalam laporan keuangan baik dalam Neraca mapun CaLK bergantung pada

kepentingan penyusunan laporan keuangan. Tujuan pemerintah untuk melaporkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

asert bersejarah dalam laporan keuangan adalah sebagai bentuk

pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat untuk melaporkan segala aset

negara yang dimiliki oleh pemerintah.

Apabila suatu saat Museum Mpu Tantular Sidoarjo telah menerapkan

perlakukan akuntansi yang tepat harus mengungkapkan pada Catatan atas Laporan

Keuangan lengkap dengan beberapa informasi yang terkait dengan koleksi yang

dimiliki yaitu alasan pengakuan koleksi aset bersejarah sebagai aset, metode yang

digunakan dalam pengukuran. Penyajian aset bersejarah dalam neraca harus

diimbangi dengan penjelasan mengenai aset bersejarah di Catatan atas laporan

Keuangan.

Apabila berpedoman pada PSAP 07 Tahun 2010 Museum Mpu Tantular

Sidoarjo sebaiknya menyajikan dan melaporkan aset bersejarah yang dikelolanya.

Museum dapat menyajikan dan melaporkan aset bersejarah dalam Catatan atas

Laporan Keuangan secara lengkap dengan nama, unit, kondisi, dan komponen yang

ada dalam aset bersejarah tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahwa aset bersejarah termasuk ke dalam cagar budaya, cagar budaya adalah

warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan

cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya

yang perlu dilestarikan keberadaanya. Dalam pengakuannya, aset bersejarah

berbeda dengan aset-aset lainnya yaitu terdapat dalam undang-undang Republik

Indonesia tentang cagar budaya dan peraturan pemerintahan Republik indonesia

tentang museum. Dan dinilai sesuai dengan pada waktu membelinya. Aset

bersajarah tidak dapat diukur nilai ekonominya karena yang dapat diambil ialah

nilai manfaat dari sejarah tersebut. Serta disajikan dalam laporan keuangan sebagai

biaya modal pada saat waktu membeli atau dengan masuk aset dengan nama benda

koleksi.

2. Hasil dari penelitian bahwa laporan keuangan yang disusun oleh Museum Mpu

Tantular Sidoarjo belum sepenuhnyan menerapkan PSAP No. 07 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Menurut PSAP 07 Tahun 2010,

menyatakaan bahwa tidak mengharuskan pemerintah untuk menyajikan aset

bersejarah di neraca namun harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan

Keuangan serta harus disajikan dalam bentuk unit.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya mengenai perlakuan

akuntansi untuk aset bersejarah pada Museum Mpu Tantular Sidoarjo, maka peneliti

mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat berguna, yaitu :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

1. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mejelaskan perlakuan akuntansi aset

bersejarah yang lain secara konkrit. Dan dapat menganalisis serta meneliti secara

lebih spesifik mengenai metode penilaian aset bersejarah yang sangat sesuai dan

juga dapat megidentifikasi penentuan baiay-biaya imbal jasa pada aset bersejarah.

2. Perlu adanya pelatihan, diklat dan penelitian yang lebih mendalam mengenai

penentuan metode penilaian aset bersejarah. Hal ini dilakukan agar nilai dari aset

bersejarah dapat diidentifikasi secara jelas sehingga informasi yang disajikan

pemerintah dalam laporan keuangan menjadi lebih relevan.

3. Bagi pemerintah diharapkan dapat memperbaiki standar akuntansi terkait dengan

aset bersejarah khususnya penentuan metode penilaian yang digunakan.

4. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mewawancarai informan dari kalangan

Museum Mpu Tntular Sidoarjo dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsis

Jawa Timur. Untuk itu, kiranya pada penelitian selanjutnya informan yang

diwawancarai tidak hanya berasal dari pihak Museum dan Dinas saja, melainkan

juga berasal baik dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset daerah, Akademisi dan

masyarakat luas.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, Abas. 2009. Potensi Museum Mpu Tantular Sebagai Daya Tarik Wisata Jawa Timur, (Tugas Akhir __ Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009).

Arlinda, Rebecca P.I. Analisis Perlakuan Akuntansi Heritage assets dan Potensi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Atas Pemanfaatan Aset Bersejarah Sebagai Obyek Wisata (Studi Kasus pada Pengelolaan Situs Manusia Purba Sangiran), (Skripsi __ Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2017).

Artini, Dini Fajratul (2016) Komunikasi Pemasaran Museum Mpu Tantular.Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/5634 , diakses 19/02/2019 pukul 19.17 wib.

Bastian, Indra dan Gatot Soepriyanto. Sistem Akuntansi Sektor Publik: Konsep untuk Pemerintahan Daerah, jil.2, (Jakarta: Salemba Empat, 2003), hlm.245.

Daryanti, Ampe. Analisis Perlakuan Akuntansi Pada Aset Bersejarah (Studi pada Pengelolaan Fort Rotterdam Makassar), (Skripsi__ UIN Alauddin Makassar, 2018).

Dwiyanto, Djoko. 2012. Paham Keselamaan Dalam Budaya Jawa. Ampera Utama. Yogyakarta. Hlm.67.

Godfrey, J., A. Hodgson, S. Holms , dan A. Tarca. 2010. Accounting Theory. John Wiley & Sons: Australia.

Haditswara, Firsta. Analisis Perlakuan Akuntansi Aset bersejarah Sesuai PSAP 07 Tahun 2010 Pada Pengelolaan Informasi Majapahit, (Skripsi__ UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017).

Hasil wawancara dengan KA Subbag Tata Usaha Dinas Budaya dan Pariwisata Provisnsi Jawa Timur.

Hasil wawancara dengan KA Subbag Tata Usaha Museum Mpu Tantular Sidoarjo.

Hasil wawancara dengan Kasi Koleksi Museum Mpu Tantular Sidoarjo.

Hasil wawancara dengan Staff Bagian Keuangan Museum Mpu Tantular Sidoarjo.

International Public Sector Accounting Standarda (IPSAS) 17: Property, Plant, and Equipment. 2001. December.

Jusup, Haryono. Dasar-Dasar Akuntansi, (STIE YKPN: t.t), hlm. 133.

Masitta, Retha Maya. Problematika Akuntansi Heritage Assets: Pengakuan, Penilaian, dan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan (Studi Kasus pada Pengelolaan Museum Jawa Tengah Ronggowarsito), (Skripsi__ Universitas Dipenogoro, 2015).

Melong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakrya Offset, 2006), hal 5.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 Tentang Museum.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Buku Panduan Museum Mpu Tantular.

Republik Indonesia. 2010. peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 No. 123. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2010. Lampiran 1.01. peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No.07 – Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 No. 123. Sekretariat Negara. Jakarta.

Safitri, Mia Rizky dan Mirna Indriani. Praktik Akuntansi Untuk Aset Bersejarah Studi Fenomenologi Pada Museum Aceh, (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA)), Vol. 2, No. 2, (2017), hlm. 1-9.

Sarwono, Jonathan. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006), hlm 286, jil 1.

Sholikah, Mar’atus dan Bety Nur Achadiyah. Perlakuan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah “Candi Rimbi” Jombang, (Jurnal Nominal), Vol. VI, No. 2, 2017.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2015), hlm 62.

Suwardjono. Teori Akuntansi “Perekayasaan Pelaporan Keuangan”, (BPFE-Yogyakarta: 2016), hlm.9.

Torgerson, W. S. 1958. Theory and methods of scaling. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Undang-Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

Wulandari, Desy. Penerapan Akuntansi Untuk Aset Bersejarah: Pengakuan, Penilaian dan pengungkapkannya dalam Laporan Keuangan Pemeritah Daerah (Studi Kasus pada Museum Anjuk Ladang Nganjuk Kabupaten, (Skripsi__UNAIR, 2016).