perlakuan akuntansi pajak atas sewa guna usaha

20
1 PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DENGAN METODE CAPITAL LEASE PADA PT. TRI ATMA CIPTA Oleh : Enis Prihastuti, SE, M.Si ABSTRACT One type of financing capital goods used darisumbereksternalyang started many companies in Indonesia than borrowing from a bank is financing lease (leasing). Through leasing, companies can optimize the economic resources of the company to gain an advantage over the use of capital goods to the company's operations. As a profit-oriented entity must not be separated from the regulatory and tax obligations. Leasing activity itself is set in the implementation of tax laws, the tax treatment for the course have differences with commercial accounting treatment due to the tax provisions that specifically regulate it, and tax obligations related to the recognition of leased capital goods. This study on the lease transactions with capital lease, the lessee ie, PT. TRI ATMA COPYRIGHT analysis method based on the tax laws on leasing activities are regulated in the Decree of the Minister of Finance No. 1169/KMK.01/1991, Minister of Finance Regulation No. 96/PMK.03/2009 classification of intangible assets as well as Law No. . 36 Year 2008 on Income Tax and Law No. 42 of 2009 on Value Added Tax. The result can be that the implementation of the lease with the capital lease in accordance with applicable regulations, which meet all of the criteria listed in the tax laws. Keywords: Accounting taxes, leasing, lease Capital ABSTRAKSI Salah satu jenis pembiayaan barang modal dari sumber eksternal yang mulai banyak digunakan perusahaan di Indonesia selain pinjaman dari bank adalah pembiayaan sewa guna usaha (leasing). Melalui sewa guna usaha, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh keuntungan atas penggunaan barang modal tersebut terhadap kegiatan operasional perusahaan.Sebagai suatu entitas yang berorientasi pada laba tentunya tidak lepas dari peraturan dan kewajiban perpajakan.Kegiatan sewa guna usaha sendiri pelaksanaannya telah diatur dalam undang-undang perpajakan,Perlakuan untuk perpajakan tentunya memiliki perbedaan dengan perlakuan akuntansi komersial dikarenakan adanya ketentuan-ketentuan perpajakan yang secara khusus mengaturnya, serta kaitannya dengan kewajiban perpajakan atas pengakuan barang modal yang disewagunausahakan. Penelitian ini atas transaksi sewa guna usaha dengan metode capital lease pada pihak penyewa yaitu, PT. TRI ATMA CIPTA dengan metode analisis berdasarkan pada peraturan perpajakan tentang kegiatan sewagunausaha yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 tentang penggolongan aktiva berwujud serta Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentangPajak Penghasilan dan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan

Upload: jegdis83

Post on 19-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

akuntansi

TRANSCRIPT

  • 1

    PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA

    DENGAN METODE CAPITAL LEASE PADA PT. TRI ATMA CIPTA

    Oleh : Enis Prihastuti, SE, M.Si

    ABSTRACT

    One type of financing capital goods used darisumbereksternalyang started many

    companies in Indonesia than borrowing from a bank is financing lease (leasing).

    Through leasing, companies can optimize the economic resources of the company

    to gain an advantage over the use of capital goods to the company's operations. As

    a profit-oriented entity must not be separated from the regulatory and tax

    obligations. Leasing activity itself is set in the implementation of tax laws, the tax

    treatment for the course have differences with commercial accounting treatment

    due to the tax provisions that specifically regulate it, and tax obligations related to

    the recognition of leased capital goods.

    This study on the lease transactions with capital lease, the lessee ie, PT. TRI

    ATMA COPYRIGHT analysis method based on the tax laws on leasing activities

    are regulated in the Decree of the Minister of Finance No. 1169/KMK.01/1991,

    Minister of Finance Regulation No. 96/PMK.03/2009 classification of intangible

    assets as well as Law No. . 36 Year 2008 on Income Tax and Law No. 42 of 2009

    on Value Added Tax. The result can be that the implementation of the lease with

    the capital lease in accordance with applicable regulations, which meet all of the

    criteria listed in the tax laws.

    Keywords: Accounting taxes, leasing, lease Capital

    ABSTRAKSI

    Salah satu jenis pembiayaan barang modal dari sumber eksternal yang mulai

    banyak digunakan perusahaan di Indonesia selain pinjaman dari bank adalah

    pembiayaan sewa guna usaha (leasing). Melalui sewa guna usaha, perusahaan

    dapat mengoptimalkan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk

    memperoleh keuntungan atas penggunaan barang modal tersebut terhadap

    kegiatan operasional perusahaan.Sebagai suatu entitas yang berorientasi pada laba

    tentunya tidak lepas dari peraturan dan kewajiban perpajakan.Kegiatan sewa guna

    usaha sendiri pelaksanaannya telah diatur dalam undang-undang

    perpajakan,Perlakuan untuk perpajakan tentunya memiliki perbedaan dengan

    perlakuan akuntansi komersial dikarenakan adanya ketentuan-ketentuan

    perpajakan yang secara khusus mengaturnya, serta kaitannya dengan kewajiban

    perpajakan atas pengakuan barang modal yang disewagunausahakan.

    Penelitian ini atas transaksi sewa guna usaha dengan metode capital lease

    pada pihak penyewa yaitu, PT. TRI ATMA CIPTA dengan metode analisis

    berdasarkan pada peraturan perpajakan tentang kegiatan sewagunausaha yang

    diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 tentang penggolongan

    aktiva berwujud serta Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentangPajak

    Penghasilan dan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan

  • 2

    Nilai. Hasilnya didapat bahwa pelaksanaan sewa guna usaha dengan metode

    capital lease telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu memenuhi semua

    kriteria yang tercantum dalam peraturan perpajakan tersebut.

    Kata Kunci :Akuntansi pajak, leasing, Capital lease

    PENDAHULUAN

    Dana mempunyai peranan penting dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan

    dapat menggunakan dana tersebut sebagai alat penambahan investasi melalui penanaman barang

    modal. Dalam hal pengadaan barang modal, ada beberapa alternatif pembiayaan yang bisa dilakukan

    oleh perusahaan, yaitu pembiayaan dari sumber internal dan pembiayaan dari sumber eksternal.

    Pembiayaan dari sumber internal dihasilkan sendiri di dalam perusahaan yang berasal dari modal

    perusahaan. Sedangkan pembiayaan dari sumber eksternal berasal dari luar perusahaan, diantaranya

    adalah pinjaman bank, sewa guna usaha (leasing), dan lain-lain. Sewa guna usaha (leasing) adalah

    kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak

    opsi (capital lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh

    pihak penyewa selama jangka waktu tertentu serta melakukan pembayaran secara berkala kepada

    pihak yang menyewakan berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Dalam penyediaan barang

    modal secara sewa guna usaha terdapat hak opsi yang merupakan suatu hak kepada pihak penyewa

    untuk membeli barang modal yang disewagunausahakan atau memperpanjang jangka waktu perjanjian

    sewa guna usaha pada akhir masa sewa. Kegiatan sewa guna usaha tersebut dikategorikan berdasarkan

    pihak yang menyewakan (lessor) dan pihak yang menyewa (lessee). Sebagai suatu entitas yang

    berorientasi pada laba dengan mengoptimalkan segala sumber-sumber ekonomi yang dimiliki untuk

    memperoleh keuntungan yang optimal tentunya tidak lepas dari peraturan dan kewajiban perpajakan.

    Kegiatan sewa guna usaha sendiri pelaksanaannya telah diatur dalam undang-undang perpajakan, baik

    sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) maupun sewa guna usaha dengan hak opsi (capital

    lease). Perlakuan untuk perpajakan tentunya memiliki perbedaan dengan perlakuan akuntansi

    komersial dikarenakan adanya ketentuan-ketentuan perpajakan yang secara khusus mengaturnya, serta

    kaitannya dengan kewajiban perpajakan atas pengakuan barang modal yang disewagunausahakan.

    LANDASAN TEORI.

    Pengertian pajak menurut Soemitro (2007:2) adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-

    undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung

    dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dalam sistem self assessment,

  • 3

    Wajib Pajak harus menghitung sendiri utang pajaknya sehingga laporan keuangan itu sangat

    membantu perhitungan. Selain untuk kebutuhan informasi bagi manajemen, laporan keuangan juga

    dipakai sebagai bahan untuk mengetahui dan menilai tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap

    administrasi pajak, terutama dalam aktivitas pemeriksaan bahkan penyidikan pajak.

    Pengertian sewa guna usaha (leasing) menurut Baridwan (2004:1) adalah :

    Pembiayaan barang modal yang didalamnya ada suatu perjanjian yang memberikan hak untuk

    menggunakan harta, pabrik, atau alat-alat yang umumnya mempunyai jangka waktu tertentu. Pihak-

    pihak yang langsung terlibat dalam perjanjian ini adalah yang menyewa (lessee) dan yang

    menyewakan atau (lessor). Harta, pabrik, atau alat-alat milik yang menyewakan, hak penggunaannya

    diserahkan pada pihak yang menyewa dengan menerima pembayaran uang sebagai sewa setiap

    periode.

    Perusahaan melakukan aktivitas sewa guna usaha atas pembiayaan barang modal berupa aktiva tetap

    dengan menggunakan metode capital lease, dimana aktivitas sewa guna usaha (leasing) tersebut

    pelaksanaannya telah diatur dalam undang-undang perpajakan.

    Dalam peraturan perpajakan berupa Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 yang

    mengatur tentang kegiatan sewa guna usaha yang berisi tentang aturan pelaksanaan transaksi sewa

    guna usaha, serta perlakuan Pajak Penghasilan (PPh) yang diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun

    2008 dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 2009,

    termasuk juga menerapkan objek leasing berupa aktiva tetap sesuai dengan penggolongannya yang

    diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 tentang penggolongan aktiva

    berwujud untuk keperluan penyusutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya penyusutan yang

    sesuai dengan masa manfaat beserta tarif penyusutan yang telah ditetapkan berdasarkan penggolongan

    aktiva tetap dalam kaitannya dengan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh).

    Sehingga dari perlakuan perpajakan tersebut diperoleh suatu informasi keuangan yang berguna bagi

    pihak manajemen berupa informasi keuangan fiskal yang berisi tentang kesesuaian pelaksanaan sewa

    guna usaha dengan memperhatikan peraturan perpajakan mengenai kegiatan sewa guna usaha

    berdasarkan metode yang digunakan, serta dalam hubungannya dengan pembebanan angsuran sewa

    dan pembebanan atas penyusutan aktiva tetap dalam perhitungan pajak penghasilan perusahaan.

    Analisis Data

    1 Perhitungan Besarnya Angsuran Sewa

  • 4

    Penentuan besarnya angsuran sewa untuk setiap periode menggunakan rumus sebagai berikut

    (Cristian, 2010:1) :

    Pmt = (HP NS) + [(HP x i) n]

    n

    Keterangan :

    Pmt = Besarnya sewa tiap periode

    HP = Nilai awal kontrak

    NS = Taksiran nilai sisa

    i = Tingkat suku bunga

    n = Banyaknya transaksi sewa guna usaha

    Penentuan nilai awal kontrak atau harga perolehan harus diketahui sebelum menghitung angsuran

    sebagai dasar perhitungan pada sewa guna usaha ini. Nilai awal tersebut merupakan harga final yang

    telah dinegosiasikan antara lessor dan lessee yang termuat dalam perjanjian sewa guna usaha.

    2 Perhitungan Besarnya Angsuran Bunga

    Angsuran bunga dihitung berdasarkan pada nilai sisa yang dihitung dari harga perolehan setelah

    dikurangi nilai residu. Penentuan bunga angsuran menggunakan rumus (Baridwan, 2004:6) :

    Angsuran bunga = Tingkat suku bunga x Nilai kontrak sewa

    3 Perhitungan Besarnya Angsuran Pokok

    Angsuran pokok dihitung dari angsuran sewa berdasarkan rumus diatas dan dikurangi dengan angsuran

    bunga, yang dihitung sesuai dengan tingkat bunga yang telah ditetapkan. Secara umum penentuan

    pokok angsuran menggunakan rumus (Baridwan, 2004:6) :

    Angsuran pokok = Angsuran sewa Angsuran bunga

    4. Analisis Berdasarkan Peraturan Perpajakan

    a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991, tentang kegiatan sewa guna usaha

    digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :

    1.Jumlah pembayaran sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus

    dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

    2.Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal

    Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III dan 7 (tujuh) tahun untuk

    golongan bangunan.

    5. Jumlah Pembayaran Sewa Minimum

  • 5

    Pembayaran sewa minimum adalah pembayaran yang merupakan kewajiban lessee yang harus

    dilaksanakan atau diharapkan dapat terlaksana dalam hubungannya dengan aktiva sewa guna usaha.

    Dinyatakan dengan rumus (Baridwan, 2004:6) :

    Pembayaran sewa minimum = Angsuran sewa x Jangka waktu sewa

    6. Penyusutan Aktiva Tetap

    Penyusutan aktiva tetap menggunakan metode penyusutan garis lurus, dimana beban penyusutan

    periodik sepanjang masa pemakaian aktiva tetap adalah sama besarnya. Rumus untuk menghitung

    penyusutan adalah (Jusup, 2005:164) :

    Penyusutan = Harga perolehan aktiva Nilai residu

    Umur ekonomis aktiva

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Hasil Penelitian

    1.Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap PT. TRI ATMA CIPTA

    Aktiva tetap dicatat sebesar nilai perolehannya. Penyusutan aktiva tetap dihitung dengan menggunakan

    metode garis lurus (straight-line method), berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva

    tersebut.

    Aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aktiva tetap

    berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aktiva tetap tersebut

    dibukukan dalam (pendapatan atau beban lain-lain) pada tahun yang bersangkutan.

    2.Transaksi Sewa Guna Usaha Pada PT. TRI ATMA CIPTA

    Transaksi sewa guna usaha yang dilakukan PT. TRI ATMA CIPTA adalah transaksi pengadaaan

    kendaraan truk barang. Kendaraan tersebut digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Adapun

    alasan-alasan perusahaan memilih pembelian kendaraan dengan cara leasing karena :

    a. Menghemat modal kerja perusahaan

    b. Leasing memberi pembiayaan sampai 100% atas barang yang disewa

    c. Sewa guna usaha tidak menuntut jaminan tambahan yang berarti

    d. Pembiayaan yang diajukan membutuhkan waktu yang relatif singkat dan prosedurnya mudah

    e. Melindungi dari resiko keusangan aktiva tetap

    Sewa guna usaha PT. TRI ATMA CIPTA adalah sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease)

    dengan teknis pelaksanaan sewa guna usaha langsung (direct lease).

    Berikut ini daftar kendaraan PT. TRI ATMA CIPTA secara capital lease pada tahun 2012 :

  • 6

    Tabel.Daftar Aktiva Sewa Guna Usaha PT. TRI ATMA CIPTA

    Tahun 2012

    Sumber: Data diolah

    Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi sewa guna usaha (leasing) tersebut adalah :

    a. Pihak Pertama (Lesso ) : PT. HARAPAN BARU GROUP

    b. Pihak Kedua (Lessee) : PT. TRI ATMA CIPTA

    Rincian transaksinya adalah sebagai berikut :

    1) Mitsubishi fuso truck FM 517 HS 220PS. Transaksi dilakukan pada tanggal 28 februari 2012

    dengan jangka waktu sewa selama 4 (empat) tahun.

    a) Harga Kendaraan : Rp. 421.300.000

    b) Tingkat suku bunga tetap (flat) : 7,5% per tahun

    c) Nilai sisa : Rp. 46.000.000

    d) Asuransi kendaraan : Rp. 2.880.000

    e) Dikenakan PPN sebesar 10% dari harga jual kendaraan

    f) Lessee mempunyai hak opsi untuk membeli kendaraan sebesar nilai sisa pada akhir masa sewa

    2) Mitsubishi cold diesel truck FE 71 110PS. Transaksi dilakukan pada tanggal 28 februari 2012

    dengan jangka waktu sewa selama 3 (tiga) tahun.

    a) Harga Kendaraan : Rp. 183.750.000

    b) Tingkat suku bunga tetap (flat) : 9,6% per tahun

    c) Nilai sisa : Rp. 21.750.000

    d) Asuransi kendaraan : Rp. 1.260.000

    e) Dikenakan PPN sebesar 10% dari harga jual kendaraan

    Keterangan Jumlah

    (unit)

    Tanggal

    Perolehan

    Umur

    Ekonomis

    (tahun)

    Nilai

    Perolehan

    (rupiah)

    Mitsubishi Fuso Truck FM 517 HS 220PS 1 28/02/2012 10 421.300.000

    Mitsubishi Cold Diesel Truck FE 71 110PS 1 28/02/2012 10 183.750.000

    Jumlah 605.050.000

  • 7

    f) Lessee mempunyai hak opsi untuk membeli kendaraan sebesar nilai sisa pada akhir masa sewa

    Pembahasan

    1. Perhitungan Atas Transaksi Sewa Guna Usaha

    a. Mitsubishi fuso truck FM 517 HS 220PS :

    1) Perhitungan angsuran sewa per bulan

    Pmt = (HP - NS) + [(HP x i) n]

    n

    Diketahui : HP = 421.300.000

    NS = 46.000.000

    i = 0,625% per bulan atau 0,00625

    n = 48

    Pmt = (421.300.000 - 46.000.000) + [(421.300.000 x 0,00625) 48]

    48

    = 375.300.000 + 2.633.125 (48)

    48

    = 375.300.000 + 126.390.000

    48

    = Rp. 10.451.875

    2) Perhitungan angsuran bunga per bulan

    Angsuran bunga = Tingkat suku bunga x Nilai kontrak sewa

    = 0,625/100 x 421.300.000

    = Rp. 2.633.125

    3) Perhitungan angsuran pokok per bulan

    Angsuran pokok = Angsuran sewa Angsuran bunga

    = 10.451.875 - 2.633.125

    = Rp. 7.818.750

    4) PPN = 10% x Barang kena pajak

    = 10% x 421.300.000

    = Rp. 42.130.000

    5) Perhitungan penyusutan aktiva tetap

  • 8

    Penyusutan = 421.300.000 - 46.000.000

    10

    = 375.300.000

    10

    = Rp. 37.530.000 per tahun

    b. Mitsubishi cold diesel truck FE 71 110PS :

    1) Perhitungan angsuran sewa per bulan

    Pmt = (HP NS) + [(HP x i) n]

    n

    Diketahui : HP = 183.750.000

    NS = 21.750.000

    i = 0,8% per bulan atau 0,008

    n = 36

    Pmt = (183.750.000 - 21.750.000) + [(183.750.000 x 0,008) 36]

    36

    = 162.000.000 + 1.470.000 (36)

    36

    = 162.000.000 + 52.920.000

    36

    = Rp. 5.970.000

    2) Perhitungan angsuran bunga per bulan

    Angsuran bunga = Tingkat suku bunga x Nilai kontrak sewa

    = 0,8/100 x 183.750.000

    = Rp. 1.470.000

    3) Perhitungan angsuran pokok per bulan

    Angsuran pokok = Angsuran sewa - Angsuran bunga

    = 5.970.000 - 1.470.000

    = Rp. 4.500.000

    4) PPN = 10% x Barang kena pajak

    = 10% x 183.750.000

  • 9

    = Rp. 18.375.000

    5) Perhitungan penyusutan aktiva tetap

    Penyusutan = 183.750.000 - 21.750.000

    10

    = 162.000.000

    10

    = Rp. 16.200.000 per tahun

    2 Pencatatan Atas Transaksi Sewa Guna Usaha

    a. Untuk Mitsubishi fuso truck FM 517 HS 220PS :

    1) Mencatat pada saat lessee memperoleh aktiva

    Aktiva SGU - Capital lease Rp. 421.300.000

    Hutang SGU - Capital lease Rp. 421.300.000

    2) Mencatat PPN saat memperoleh aktiva

    PPN Masukan Rp. 42.130.000

    Kas Rp. 42.130.000

    3) Mencatat pada saat pembayaran angsuran sewa

    Hutang SGU - Capital lease Rp. 7.818.750

    Kas Rp. 7.818.750

    4) Mencatat atas pembebanan Angsuran bunga

    Beban bunga - Capital lease Rp. 2.633.125

    Kas Rp. 2.633.125

    5) Mencatat penyusutan aktiva

    Beban penyusutan - Capital lease Rp. 3.127.500

    Akumulasi penyusutan - Capital lease Rp. 3.127.500

    (Rp. 37.530.000/12 = Rp. 3.127.500)

    6) Mencatat beban asuransi atas aktiva leasing

    Beban asuransi Rp. 2.880.000

    Kas Rp. 2.880.000

    b. Untuk Mitsubishi cold diesel truck FE 71 110PS :

    1) Mencatat pada saat lessee memperoleh aktiva

  • 10

    Aktiva SGU - Capital lease Rp. 183.750.000

    Hutang SGU - Capital lease Rp. 183.750.000

    2) Mencatat PPN saat memperoleh aktiva

    PPN Masukan Rp. 18.375.000

    Kas Rp. 18.375.000

    3) Mencatat pada saat pembayaran angsuran sewa

    Hutang SGU - Capital lease Rp. 4.500.000

    Kas Rp. 4.500.000

    4) Mencatat atas pembebanan Angsuran bunga

    Beban bunga - Capital lease Rp. 1.470.000

    Kas Rp. 1.470.000

    5) Mencatat penyusutan aktiva

    Beban penyusutan - Capital lease Rp. 1.350.000

    Akumulasi penyusutan - Capital lease Rp. 1.350.000

    (Rp. 16.200.000/12 = Rp. 1.350.000)

    6) Mencatat beban asuransi atas aktiva leasing

    Beban asuransi Rp. 1.260.000

    Kas Rp. 1.260.000

    3 Transaksi Sewa Guna Usaha Menurut Peraturan Perpajakan

    Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991, tentang kegiatan sewa

    guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria

    berikut :

    1).Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan

    nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

    2).Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan

    I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan.

    3).Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

    Transaksi sewa guna usaha yang terjadi pada PT. TRI ATMA CIPTA atas pembelian 1 unit mitsubishi

    fuso truck FM 517 HS 220PS dan 1 unit mitsubishi cold diesel truck FE 71 110PS apabila penulis uji

    dengan tiga kriteria tersebut akan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

    1) Mitsubishi fuso truck FM 517 HS 220PS

  • 11

    Kriteria 1 :

    Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama 4 tahun :

    Pembayaran sewa minimum = Angsuran sewa x Jangka waktu sewa

    Rp. 10.451.875 x 48 bulan = Rp. 501.690.000

    Nilai hak opsi = Rp. 46.000.000

    Jumlah = Rp. 547.690.000

    Harga Perolehan barang modal + keuntungan (bunga) :

    Rp. 421.300.000 + Rp. 126.390.000 = Rp. 547.690.000

    Karena jumlah angsuran selama masa sewa guna usaha ditambah nilai sisa dapat menutupi harga

    perolehan barang modal + bunga lessor, maka kriteria 1 sebagai transaksi capital lease terpenuhi.

    Kriteria 2 :

    Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 tanggal 15 mei 2009 tentang

    penggolongan aktiva berwujud untuk keperluan penyusutan, bahwa kendaraan Mitsubishi fuso truck

    tersebut digolongkan sebagai barang modal golongan II.

    Masa sewa guna usaha menurut perjanjian adalah 48 bulan (4 tahun), dimana untuk barang modal

    golongan II masa sewa sekurang-kurangnya 36 bulan (3 tahun) maka kriteria 2 sebagai transaksi

    capital lease terpenuhi.

    Kriteria 3:

    Menurut perjanjian sewa guna usaha, lessee memiliki hak opsi untuk membeli aktiva sewa guna usaha

    pada akhir masa sewa guna usaha, maka kriteria 3 sebagai transaksi capital lease terpenuhi.

    Kesimpulan Akhir :

    Dengan terpenuhinya semua kriteria yang dipersyaratkan oleh ketentuan perpajakan yang berlaku,

    maka transaksi sewa guna usaha atas 1 unit mitsubishi fuso truck FM 517 HS 220PS dapat

    dikategorikan sebagai transaksi capital lease.

    2) Mitsubishi cold diesel truck FE 71 110PS

    Kriteria 1 :

    Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama 3 tahun :

    Pembayaran sewa minimum = Angsuran sewa x Jangka waktu sewa

    Rp. 5.970.000 x 36 bulan = Rp. 214.920.000

    Nilai hak opsi = Rp. 21.750.000

    Jumlah = Rp. 236.670.000

  • 12

    Harga Perolehan barang modal + keuntungan (bunga) :

    Rp. 183.750.000 + Rp. 52.920.000 = Rp. 236.670.000

    Karena jumlah angsuran selama masa sewa guna usaha ditambah nilai sisa dapat menutupi harga

    perolehan barang modal + bunga lessor, maka kriteria 1 sebagai transaksi capital lease terpenuhi.

    Kriteria 2 :

    Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 tanggal 15 mei 2009 tentang

    penggolongan aktiva berwujud untuk keperluan penyusutan, bahwa kendaraan Mitsubishi cold diesel

    truck tersebut digolongkan sebagai barang modal golongan II.

    Masa sewa guna usaha menurut perjanjian adalah 36 bulan (3 tahun), dimana untuk barang modal

    golongan II masa sewa sekurang-kurangnya 36 bulan (3 tahun) maka kriteria 2 sebagai transaksi

    capital lease terpenuhi.

    Kriteria 3:

    Menurut perjanjian sewa guna usaha, lessee memiliki hak opsi untuk membeli aktiva sewa guna usaha

    pada akhir masa sewa guna usaha, maka kriteria 3 sebagai transaksi capital lease terpenuhi.

    Kesimpulan Akhir :

    Dengan terpenuhinya semua kriteria yang dipersyaratkan oleh ketentuan perpajakan yang berlaku,

    maka transaksi sewa guna usaha untuk 1 unit mitsubishi cold diesel truck FE 71 110PS dapat

    dikategorikan sebagai transaksi capital lease.

    4. Perlakuan Perpajakan Terhadap Transaksi Sewa Guna Usaha

    a. Pajak Penghasilan (PPh)

    Selama masa sewa guna usaha, PT. TRI ATMA CIPTA tidak boleh

    melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa guna usahakan, sampai

    saat PT. TRI ATMA CIPTA menggunakan opsi untuk membeli barang modal

    tersebut, artinya pembebanan penyusutan yang dilakukan selama masa sewa akan

    dilakukan koreksi untuk perhitungan pajak.

    1) Setelah PT. TRI ATMA CIPTA menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, PT.

    TRI ATMA CIPTA melakukan penyusutan dan dasar penyusutan adalah nilai sisa (residual value)

    barang modal yang bersangkutan, yaitu :

    a) Mitsubishi fuso truck FM 517 HS 220PS = Rp. 46.000.000

    b) Mitsubishi cold diesel truck FE 71 110PS = Rp. 21.750.000

  • 13

    2) Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh PT. TRI ATMA CIPTA kecuali

    pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto PT. TRI

    ATMA CIPTA sepanjang transaksi sewa guna usaha tersebut memenuhi ketentuan, yaitu :

    Beban sewa - Capital lease

    a) Tahun pajak 2012

    Rp. 10.451.875 x 10 = Rp. 104.518.750

    Rp. 5.970.000 x 10 = Rp. 59.700.000

    Jumlah Rp. 164.218.750

    b) Tahun pajak 2013

    Rp. 10.451.875 x 12 = Rp. 125.422.500

    Rp. 5.970.000 x 12 = Rp. 71.640.000

    Jumlah Rp. 197.062.500

    c) Tahun pajak 2014

    Rp. 10.451.875 x 12 = Rp. 125.422.500

    Rp. 5.970.000 x 12 = Rp. 71.640.000

    Jumlah Rp. 197.062.500

    d) Tahun pajak 2015

    Rp. 10.451.875 x 12 = Rp. 125.422.500

    Rp. 5.970.000 x 2 = Rp. 11.940.000

    Jumlah Rp. 137.362.500

    e) Tahun pajak 2016

    Rp. 10.451.875 x 2 = Rp. 20.903.750

    3) PT. TRI ATMA CIPTA tidak memotong PPh pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang

    dibayar atau terutang berdasarkan ketentuan sewa guna usaha dengan hak opsi.

    b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

    Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 15 Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991, atas

    penyerahan jasa dalam transaksi SGU dengan hak opsi dari lessor kepada lessee merupakan jasa

    financial leasing yang dikecualikan dari pengenaan PPN, dengan demikian lessor bukan merupakan

    Pengusaha Kena Pajak (PKP).

    Oleh karena truk digunakan PT. TRI ATMA CIPTA untuk kegiatan operasional maka lessor tidak

    berhak mengkreditkan PPN Masukan atas penyerahan truk kepada lessee. Sedangkan yang berhak

  • 14

    mengkreditkan PPN masukan adalah PT. TRI ATMA CIPTA. Dengan demikian, faktur pajak truk

    yang dibuat supplier adalah atas nama dan NPWP PT. TRI ATMA CIPTA.

    PPN Masukan = Rp. 42.130.000 + Rp. 18.375.000

    = Rp. 60.505.000

    Jumlah PPN masukan sebesar Rp. 60.505.000 tersebut dapat dikreditkan dengan PPN keluaran

    perusahaan pada akhir masa Pajak Pertambahan Nilai, karena PT. TRI ATMA CIPTA merupakan

    Pengusaha Kena Pajak (PKP).

    5. Koreksi Fiskal Terhadap Transaksi Sewa Guna Usaha

    Adanya Perbedaan antara Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 dengan

    kebijakan Akuntansi Komersial tersebut, berdampak pada Pajak Penghasilan terhutang PT. TRI

    ATMA CIPTA,maka akan mengalami koreksi, baik koreksi positif sebesar biaya penyusutan atas

    aktiva sewa guna usahanya, karena menurut Keputusan Menteri Keuangan tersebut biaya penyusutan

    atas aktiva sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha tidak boleh diakui (tidak boleh dikurangkan

    dari Penghasilan bruto PT. TRI ATMA CIPTA) termasuk juga atas pembebanan bunga sewa serta

    pengakuan terhadap kepemilikan aktiva sebelum hak opsi untuk membeli dilakukan. Koreksi negatif

    dilakukan atas pembebanan sewa berdasarkan pada angsuran sewa yang terdiri atas angsuran bunga

    dan angsuran pokok.

    Akibatnya Pajak Penghasilan PT. TRI ATMA CIPTA yang terhutang kepada administrasi pajak

    selama masa sewa guna usaha harus disesuaikan.

    Berikut ini daftar rekening yang harus dikoreksi atas transaksi untuk perhitungan pajak penghasilan :

    Tabel.Perhitungan Koreksi Fiskal Terhadap Sewa Guna Usaha

    Tahun Pajak Rekening Koreksi Positif Koreksi Negatif

    2012 Beban penyusutan - Capital lease

    Rp. 37.530.000 x 10

    12

    Rp. 16.200.000 x 10

    12

    Rp. 31.275.000

    Rp. 13.500.000

    Rp. 44.775.000

    -

    Beban bun ga - Capital lease

    Rp. 2.633.125 x 10

    Rp. 1.470.000 x 10

    Rp. 26.331.250

    Rp. 14.700.000

    Rp. 41.031.250

    -

  • 15

    Beban sewa/leasing

    Rp. 10.451.875 x 10

    Rp. 5.970.000 x 10

    -

    Rp. 104.518.750

    Rp. 59.700.000

    Rp. 164.218.750

    2013 Beban penyusutan - Capital lease

    Rp. 37.530.000

    Rp. 16.200.000

    Rp. 53.730.000

    -

    Beban bunga - Capital lease

    Rp. 2.633.125 x 12

    Rp. 1.470.000 x 12

    Rp. 31.597.500

    Rp. 17.640.000

    Rp. 49.237.500

    -

    Beban sewa/leasing

    Rp. 10.451.875 x 12

    Rp. 5.970.000 x 12

    -

    Rp. 125.422.500

    Rp. 71.640.000

    Rp. 197.062.500

    2014

    Beban penyusutan - Capital lease

    Rp. 37.530.000

    Rp. 16.200.000

    Rp. 53.730.000

    -

    Beban bunga - Capital lease

    Rp. 2.633.125 x 12

    Rp. 1.470.000 x 12

    Rp. 31.597.500

    Rp. 17.640.000

    Rp. 49.237.500

    -

    Beban sewa/leasing

    Rp. 10.451.875 x 12

    Rp. 5.970.000 x 12

    -

    Rp. 125.422.500

    Rp. 71.640.000

    Rp. 197.062.500

    Sumber: Data diolah

    2015 Beban penyusutan - Capital lease

    Rp. 37.530.000

    Rp. 16.200.000 x 2

    12

    Rp. 37.530.000

    Rp. 2.700.000

    Rp. 40.230.000

    -

  • 16

    Berdasarkan koreksi fiskal tersebut diatas maka selama masa sewa guna usaha perlu dilakukan koreksi

    terhadap beban penyusutan aktiva, beban bunga, dan beban sewa yang dapat diartikan bahwa

    pengakuan kepemilikan atas aktiva tetap belum dapat akui oleh PT. TRI ATMA CIPTA sebagai pihak

    lessee sebelum menggunakan hak opsi untuk membeli aktiva tersebut.

    6 Pelaksanaan Opsi Atas Sewa Guna Usaha

    Pada akhir masa sewa, pihak penyewa atau lessee mempunyai hak untuk membeli aktiva tetap yang

    dilease sejumlah nilai sisa atau nilai residu yang telah disepakati dalam perjanjian sewa. Sesuai dengan

    Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tanggal 27 Nopember 1991, PT. TRI

    ATMA CIPTA diperkenankan untuk melakukan penyusutan atas aktiva tetap berupa kendaraan

    tersebut setelah PT. TRI ATMA CIPTA menggunakan hak opsinya. Dasar penyusutan yang digunakan

    adalah nilai sisa (hak opsi) kendaraan yang bersangkutan. Umur ekonomis yang digunakan untuk

    menyusutkan aktiva tersebut menurut ketentuan perpajakan adalah 8 (delapan) tahun sesuai dengan

    penggolongan kelompok aktiva tetap dalam penentuan tarif penyusutan.

    Beban bunga - Capital lease

    Rp. 2.633.125 x 12

    Rp. 1.470.000 x 2

    Rp. 31.597.500

    Rp. 2.940.000

    Rp. 34.537.500

    -

    Beban sewa/leasing

    Rp. 10.451.875 x 12

    Rp. 5.970.000 x 2

    -

    Rp. 125.422.500

    Rp. 11.940.000

    Rp. 137.362.500

    2016 Beban penyusutan - Capital lease

    Rp. 37.530.000 x 2

    12

    Rp. 6.255.000

    -

    Beban bunga - Capital lease

    Rp. 2.633.125 x 2

    Rp. 5.266.250

    -

    Beban sewa/leasing

    Rp. 10.451.875 x 2

    -

    Rp. 20.903.750

  • 17

    Untuk metode penyusutan, antara peraturan perpajakan dengan kebijakan akuntansi tidak ada

    perbedaan, yaitu PT. TRI ATMA CIPTA menggunakan metode garis lurus dalam penentuan besarnya

    penyusutan aktiva tetap.

    a. Bila pada tanggal 28 februari 2015 PT. TRI ATMA CIPTA memutuskan untuk menggunakan hak

    opsi untuk membeli truk mitsubishi cold diesel FE 71 110PS yang di sewa guna usaha dengan

    membayar sejumlah nilai sisa maka Pencatatan oleh PT. TRI ATMA CIPTA atas transaksi ini adalah :

    Kendaraan Rp 135.150.000

    Akm. Peny. Aktiva - Capital lease Rp. 48.600.000

    Hutang SGU - Capital lease Rp 21.750.000

    Aktiva SGU - Capital lease Rp. 183.750.000

    Kas Rp. 21.750.000

    b. Bila pada tanggal 28 februari 2016 PT. TRI ATMA CIPTA memutuskan untuk menggunakan hak

    opsi untuk membeli truk mitsubishi fuso FM 517 220PS yang di sewa guna usaha dengan membayar

    sejumlah nilai sisa maka Pencatatan oleh PT. TRI ATMA CIPTA atas transaksi ini adalah :

    Kendaraan Rp. 269.180.000

    Akm. Peny. Aktiva - Capital lease Rp. 150.120.000

    Hutang SGU - Capital lease Rp. 46.000.000

    Aktiva SGU - Capital lease Rp. 421.300.000

    Kas Rp. 46.000.000

    Nilai buku pada akhir masa leasing inilah yang akan menjadi dasar bagi PT. TRI ATMA CIPTA untuk

    melakukan penyusutan truk yang akan dibeli. Sedangkan jangka waktu yang dipergunakan adalah sisa

    umur ekonomis truk tersebut, dalam hal ini masing-masing adalah 7 (tujuh) dan 6 (enam) tahun.

    Terdapat perbedaan antara akuntansi komersial dengan perpajakan dalam penentuan nilai yang

    digunakan sebagai dasar dalam penyusutan truk yang dibeli. Seperti yang telah disebut di atas bahwa

    akuntansi komersial menggunakan nilai buku pada saat akhir masa leasing sebagai dasar untuk

    melakukan penyusutan terhadap truk yang dibeli. Berbeda dengan peraturan perpajakan Keputusan

    Menteri Keuangan nomor 1169/KMK.01/1991 pasal 16 ayat 1 (b) yang menyantumkan bahwa setelah

    lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut lessee melakukan penyusutan

    dengan dasar penyusutan adalah nilai sisa (residual value) barang modal bersangkutan.

    Menurut perpajakan yang menjadi dasar adalah nilai sisa yakni sebesar Rp. 21.750.000 untuk truk

    mitsubishi cold diesel FE 71 110PS dan Rp. 46.000.000 untuk truk mitsubishi fuso FM 517 220PS.

  • 18

    c. Besarnya penyusutan berdasarkan peraturan perpajakan untuk truk mitsubishi cold diesel FE 71

    110PS

    Penyusutan = Harga perolehan aktiva - Nilai residu

    Umur ekonomis aktiva

    = 21.750.000 - 0

    8

    = Rp. 2.718.750 per tahun

    d. Besarnya penyusutan berdasarkan peraturan perpajakan untuk truk mitsubishi fuso FM 517 HS

    220PS

    Penyusutan = Harga perolehan aktiva - Nilai residu

    Umur ekonomis aktiva

    = 46.000.000 - 0

    8

    = Rp. 5.750.000 per tahun

    Kesimpulan

    Berdasarkan uraian dapat di simpulkan bahwa transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi yang

    dilaksanakan oleh perusahaan telah sesuai dengan ketentuan perpajakan begitu juga tentang kriteria

    transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease) sebagaimana telah diatur dalam pasal 3

    (tiga) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 disebutkan bahwa objek leasing

    berupa kendaraan truk barang digolongkan sebagai aktiva tetap golongan II yang berkaitan dengan

    penentuan tarif penyusutan aktiva tetap yang diatur dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang

    Pajak Penghasilan (PPh).Sedangkan Prinsip akuntansi komersial terhadap sewa guna usaha berbeda

    dengan prinsip akuntansi perpajakan. Pada akuntansi komersial mengakui adanya penyusutan atas

    aktiva sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha, sedangkan ketentuan pajak memperkenankan

    pengakuan penyusutan setelah lessee menggunakan hak opsinya untuk membeli aktiva tersebut.

    Pembayaran angsuran sewa guna usaha yang dibayar setiap bulannya kepada lessor harus diakui

    sebagai beban sewa oleh lessee dalam menghitung penghasilan kena pajak dan menurut ketentuan

    perpajakan merupakan biaya yang dapat diakui sebagai biaya yang mengurangi penghasilan bruto.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 19

    Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting Edisi delapan cetakan pertama, Yogyakarta: BPFE.

    _______. 2008. Intermediate Accounting Edisi delapan cetakan kedua, Yogyakarta: BPFE.

    Cristian, Petra. 2010. Cara Perhitungan Cicilan Leasing (bunga flat dan efektif),

    http:/cicilanleasing.blogspot.com Diakses pada tanggal 17 April 2012.

    IAI. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.

    Jusup, Al Haryono. 2005. Dasar-dasar Akuntansi, Yogyakarta: STIE YKPN.

    Weygandt, Jerry J., Kieso, Donald E., Kimmel, Paul D. 2002. Akuntansi Intermediete, terjemahan

    Emil Salim, Edisi Sepuluh, Jakarta: Erlangga.

    Muljono, Djoko. 2006. Akuntansi Pajak, Yogyakarta: ANDI OFFSET.

    Nasution, Manahan. 2003. Akuntansi Sewa Guna Usaha (Leasing) Menurut Pernyataan SAK No.30,

    Sumatera Utara: USU.

    Pajak, Direktorat Jenderal. 2010. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 129/PJ/2010 tentang

    Pajak Pertambahan Nilai atas Sewa Guna Usaha, http:/www.pajak.go.id Diakses pada tanggal 20

    April 2012.

    Pajak, Direktorat Jenderal. 2009. Undamg-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan

    Nilai (PPN), http:/www.pajak.go.id Diakses pada tanggal 20 April 2012.

    Pajak, Direktorat Jenderal. 2009. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 tentang

    penggolongan aktiva berwujud untuk keperluan penyusutan, http:/www.pajak.go.id Diakses pada

    tanggal 20 April 2012.

    Pajak, Direktorat Jenderal. 2008. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat

    atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan http:/www.pajak.go.id Diakses

    pada tanggal 20 April 2012.

  • 20

    Pajak, Direktorat Jenderal. 2007. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum

    dan Tata Cara Perpajakan, http:/www.pajak.go.id Diakses pada tanggal 20 April 2012.

    Pajak, Direktorat Jenderal. 1991. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

    1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha, http:/www.pajak.go.id Diakses pada tanggal

    20 April 2012.

    Prabowo, Yusdianto. 2002. Akuntansi Perpajakan Terapan, Jakarta: Grasindo.

    Simamora, Henry. 2000. Akuntansi (cetakan pertama), Jakarta: Salemba Empat.

    Soemitro, Rochmat. 2007. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Bandung : PT. Gresco.