perkembangan sistem akuntansi pemerintah pusat

24
STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH (PUSAT DAN DAERAH) A.PENDAHULUAN Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat lamban dalam merespons tuntutan perkembangan zaman dibandingkan akuntansi sektor swasta. Akuntansi pemerintahan di Indonesia juga belum berperan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja birokrasi. pemerintah dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode lama, output yang dihasilkan oleh akuntansi pemerintahan di Indonesia sering tidak akurat, terlambat, dan tidak informatif, sehingga tidak diandalkan dalam pengambilan keputusan. Malah, segala kekurangan ada dalam akuntansi pemerintahan pada periode tersebut sering menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya praktek-praktek KKN. Oleh karena itu diperlukan lembaga dan strategi yang tepat untuk mengembangkan sistem akuntansi pemerintahan yang baik sehingga dapat mewujudkan akuntabilitas dan good governance. Hal ini diwujudkan dengan dibentuknya Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) serta diundangkannya tiga paket keuangan negara, yang menjadi dorongan yang kuat untuk memperbaharui sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia. SAPP ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan yang diperlukan dalam melakukan manajemen keuangan pemerintah serta untuk mendukung transparansi Laporan Keuangan Pemerintah dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah dalam

Upload: indah-mustika-dewi

Post on 24-Jul-2015

1.352 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH

(PUSAT DAN DAERAH)

A. PENDAHULUAN

Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat lamban dalam

merespons tuntutan perkembangan zaman dibandingkan akuntansi sektor swasta.

Akuntansi pemerintahan di Indonesia juga belum berperan sebagai alat untuk

meningkatkan kinerja birokrasi. pemerintah dalam memberikan pelayanan publik kepada

masyarakat. Pada periode lama, output yang dihasilkan oleh akuntansi pemerintahan di

Indonesia sering tidak akurat, terlambat, dan tidak informatif, sehingga tidak diandalkan

dalam pengambilan keputusan. Malah, segala kekurangan ada dalam akuntansi

pemerintahan pada periode tersebut sering menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya

praktek-praktek KKN.

Oleh karena itu diperlukan lembaga dan strategi yang tepat untuk mengembangkan

sistem akuntansi pemerintahan yang baik sehingga dapat mewujudkan akuntabilitas dan

good governance. Hal ini diwujudkan dengan dibentuknya Badan Akuntansi Keuangan

Negara (BAKUN) serta diundangkannya tiga paket keuangan negara, yang menjadi

dorongan yang kuat untuk memperbaharui sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia.

SAPP ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan yang diperlukan dalam

melakukan manajemen keuangan pemerintah serta untuk mendukung transparansi

Laporan Keuangan Pemerintah dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah dalam mencapai

pemerintahan yang baik, yang meliputi Akuntabilitas, Manajerial dan Transparansi.

Berdasarkan uraian di atas, maka makalah ini akan membahas mengenai sejarah

sistem akuntansi di indonesia, faktor yang mendorong adanya perubahan sistem

akuntansi serta perkembangan sistem akuntansi pemerintahan baik pusat dan daerah.

Page 2: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

B. PEMBAHASAN

1. Awal Sistem Akuntansi Pemerintahan

Pada awal pemerintahan Indonesia, sistem pemerintahan dan pengelolaan

keuangan negara masih sederhana yaitu menggunakan sistem pembukuan tunggal

(single entry). Sistem pembukuan tunggal merupakan sistem pencatatan yang mencatat

masing-masing transaksi pada satu catatan tunggal, yang biasanya dipakai ketika

organisasi atau perusahaan masih berada pada tahap awal operasi. Sistem ini

diwariskan oleh pemerintah Belanda, berdasarkan pada Indonesische

Compatibiliteitswet Staatbladst (kemudian menjadi UU Nomor 9 Tahun 1968 tentang

Perbendaharaan Indonesia).

Keunggulan sistem ini adalah mudah digunakan dan dipahami oleh para

pengguna sistem, sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:

a. Tidak ada evaluasi atas transaksi yang dicatat

b. Persiapan neraca dapat menyebabkan kesalahan

c. Tidak dapat ditelusuri secara rinci transaksi yang telah dicatat, sehingga tidak

dapat dilakukan audit

d. Tidak terdapat sistem akuntansi yang terpusat dan teratur untuk keperluan

pengendalian internal.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebelum tahun 1982,

pemerintah Indonesia belum memiliki wacana tentang transparansi dan akuntabilitas

dalam pengelolaan keuangan negara. Penyusunan laporan keuangan pemerintah seperti

neraca belum dapat dilakukan, sehingga fungsi audit terhadap keuangan negara belum

berjalan dengan baik.

2. Faktor Pendorong Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah

Beberapa faktor penting yang menjadi pendorong tumbuh pesatnya

perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia akhir-akhir ini antara lain,

adalah:

a. Ditetapkannya tiga paket UU yang mengatur Keuangan Negara

Pasal 32 (1) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan

hahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan

keuangan yang disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi

pemerintahan.

Page 3: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

b. Ditetapkannya UU tentang pemerintahan daerah dan UU tentang

penmbangan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah

Pasal 184 ayat 1; UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menyatakan bahwa laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan

Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

c. Profesi akuntansi

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah lama menginginkan adanva standar

akuntansi di sektor publik sebagai hal yang paralel dengan telah adanya lebih

dahulu standar akuntansi di sektor komersil.

d. Birokrasi

Pemerintahan merupakan penyusun dan sekaligus pemakai yang berkepentingan

akan adanya suatu akuntansi pemerintahan yang handal. Dengan

diundangkannya tiga paket keuangan negara mendorong birokrat secara serius

menyiapkan sumber daya, sarana, dan prasarananya.

e. Masyarakat (LSM dan wakil rakyat)

Masyarakat melaiui LSM dan wakil rakyat di DPR, DPD, dan DPRD juga

menaruh perhatian terhadap praktik good governance pada pemerintahan di

Indonesia. Ditetapkannya undang-undang yang menyangkut tiga paket

keuangan negara dan pemerintahan daerah merupakan cerminan dari kontribusi

aktif para wakil rakyat di DPR. Di samping itu, pertanggungjawaban atas

pelaksanaan APBN/APBD memerlukan persetujuan dari DPR/DPRD.

f. Sektor Swasta

Perhatian dari sektor swasta mungkin tidak terlalu signifikan karena akuntansi

pemerintahan tidak terlalu berdampak secara langsung atas kegiatan dari sektor

swasta. Namun, penggunaan teknologi informasi dan pengembangan sistem

informasi berbasis akuntansi akan mendorong sebagian pelaku bisnis di sektor

swasta untuk ikut menekuninya.

Page 4: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

g. Akademisi

Akademisi terutama di sektor akuntansi menaruh perhatian yang cukup besar

atas perkembangan pengetahuan di bidang akuntansi pemerintahan. Perhatian

ini sangat erat kaitannya dengan penyiapan SDM yang menguasai kemampuan

di bidang akuntansi pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan tenaga

operasional dan manajer akuntansi di pemerintahan. Beberapa anggota Komite

Standar Akuntansi Pemerintahan saat ini berasal dari perguruan tinggi. Di

samping itu, jurusan akuntansi pada perguruan tinggi sudah lama memberikan

kepada mahasiswa S1 mata kuliah akuntansi pemerintahan. Beberapa perguruan

tinggi juga sudah mulai menawarkan spesialisasi akuntansi sektor publik pada

program magister akuntansinya.

h. Dunia Internasional (lender dan investor)

World Bank, ADB, dan JBIC, merupakan lembaga internasional (lender), yang

ikut berkepentingan untuk berkembangnya akuntansi sektor publik yang baik di

Indonesia. Perkembangan akuntansi tadi diharapkan dapat meningkatkan

transparansi dan akuntanbilitas dari proyek pembangunan yang didanai oleh

lembaga tersebut. Lembaga ini, baik langsung maupun secara tidak langsung,

ikut berperanan dalam mendorong terwqjudnya standar akuntansi pemerintahan

yang menopang perubahan akuntansi pemerintahan di Indonesia.

i. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

UU 17/2003 dan UU 15/2004 menyebutkan bahwa Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBN/APBD diperiksa oleh BPK. Untuk dapat memberikan

opininya, BPK memerlukan suatu standar akuntansi pemerintahan yang diterima

secara umum. Perhatian BPK terhadap pengembangan akuntansi pemerintahan

sangat besar antara lam ditandai dengan partisipasi dari lembaga ini dalam

pembahasan tiga paket UU dengan DPR. Selain itu, pasal 32 (2) UU No. 17

Tahun 2001 mengamanatkan bahwa standar akuntansi pemerintahan ditetapkm

dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahuiu mendapat pertimbangan

dari BPK.

Page 5: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

j. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

APIP yang meliputi Bawasda, Irjen, dan BPKP merupakan auditor intern

pemerintah yang berperan untuk membantu pimpinan untuk terwujudnya sistem

pengendalian intern yang baik sehingga dapat mendorong peningkatan kinerja

instansi pemerintah sekaligus mencegah praktek-praktek KKN. Akuntansi

pemerintahan sangat erat kaitan dan dampaknya terhadap sistem pengendalian

intern sehingga auditor intern mau tidak mau harus memiliki kemampuan di

bidang akuntansi pemerintahan sehingga dapat berperan untuk mendorong

penerapan akutansi pemerintahan yang sedang dikembangkan.

3. Dasar Hukum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat berbasis double entry

memiliki dasar hukum sebagai berikut:

a. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

c. Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 2000, khususnya Bab VI tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran.

d. Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991 tanggal 24 Mei 1991

tentang Sistem Akuntansi Pemerintah.

e. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1135/KMK.O1/1992 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN).

f. Surat Menteri Keuangan RI No. S-984/KMK.018/1992 perihal Pengesahan

Daftar Perkiraan Sistem Akuntansi Pemerintah.

4. Modernisasi Sistem Akuntansi Pemerintah

Modernisasi sistem akuntansi di sektor pemerintah dimulai tahun 1982.

Modernisasi dilakukan sebagi upaya untuk meningkatkan transparansi akuntabilitas

keuangan negara oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN). Sistem

Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang disusun oleh BAKUN terdiri dari dua sistem

utama yang terpadu, yaitu:

a. Sistem Akuntansi Pusat (SAP) yang diselenggarakan oleh BAKUN

Terdiri dari beberapa sub sistem yang melaporkan secara terpusat seluruh

perkiraan dan transaksi keuangan pemerintah pusat sebagai suatu entitas, dan arus

kas pemerintah pusat yang dikendalikan oleh unit-unit Direktorat Jenderal

Page 6: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Anggaran (DJA). Sistem ini diberlakukan kepada Kantor Akuntan Regional

(KAR), yang merupakan perwakilan BAKUN di setiap provinsi, dan sistem

Kantor Akuntansi Regional Khusus (KAR-K) di kantor pusat BAKUN.

b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang diselenggarakan oleh departemen atau

lembaga pemerintah non-departemen.

SAI merupakan bagian dari SAPP yang mengelola transaksi-transaksi keuangan

melalui APBN, yang terdiri dari beberapa sub sistem yang disesuaikan dengan

struktur organisasi kementerian negara/lembaga pada umumnya.

Untuk mendorong terwujudnya penerapan SAPP di daerah, BAKUN

bekerjasama dengan Departemen Dalam Negeri membentuk Tim Studi

Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Manajemen Keuangan Daerah. selain itu,

pemerintah juga mengeluarkan Keppres Nomor 17 Tahun 2000 untuk mewajibkan

departemen/lembaga pemerintah dalam menyelenggarakan pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi

Anggaran dan Neraca.

Walaupun target jangka waktu bagi penerapan sistem ini adalah empat tahun

yang dimulai pada Tahun Anggaran 1993/1994, namun hingga tahun 2001 belum ada

departemen/non-departemen yang menerapkan SAPP secara penuh. Rendahnya

penerapan sistem ini pada tingkat daerah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

a. Kurangnya sosialisasi yang terencana

b. Kurangnya sumber daya manusia

c. Resistensi dari pengguna sistem terhadap perubahan

d. Kurang koordinasi antarlembaga terkait

Hal tersebut terjadi hingga UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah

Pusat dan Daerah diterapkan guna memberikan keleluasaan pada daerah untuk

mengelola keuangannya sebagai wujud reformasi akuntansi.

Reformasi akuntansi pemerintah didukung dengan terbitnya UU Nomor 17

tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mewajibkan adanya suatu Standar

Akuntansi Pemerintahan sebagai basis penyusunan laporan keuangan instansi

pemerintah, diperkuat dengan UU Pemeriksaan Keuangan Negara. UU tersebut

menyatakan kebutuhan mendesak akan Standar Akuntansi sebagai basis penyusunan

Page 7: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

dan audit laporan keuangan instansi pemerintah oleh BPK. Tanpa standar BPK tidak

dapat menerbitkan opini audit.

UU Perbedaharaan Negara Nomor 1 tahun 2004 mempunyai implikasi jadwal

kerja amat ketat dan bersanksi. Bentuk pertanggungjawaban APBN/APBD adalah

laporan keuangan yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Agar

dalam penyusunan standar akuntansi pemerintahan objektif maka dalam tahun 2002

(sebelum disahkan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara) menteri

keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Pernerintah

daerah.

Menurut ketentuan UU No. 1 Tahun 2004 Menteri atau pimpinan lembaga

selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan dan disampaikan paling

lambat 2 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Menteri Keuangan menyusun

laporan keuangan pmerintah pusat untuk disampaikan kepada presiden dalam tiga

bulan setelah tahun anggaran yang lalu berakhir setidak-tidaknya meliputi Laporan

realisasi APBN. neraca, laporan arus kas dan catatan atas lapuran keuangan yang

dilampiri laporan keuangan perusahaan negara. Selanjutnya, BPK membuat laporan

hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dilengkapi dengan opini seperti umumnya

dilakukan auditor eksternal

5. Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah sudah beberapa kali dilakukan

perubahan dan penyempurnaan dengan beberapa kali dikeluarkannya peraturan-

peraturan pemerintah khususnya Keputusan Menteri Keuangan. Pengembangan dan

implementasi Sistem Akuntansi Pemerintah dapat kita telusuri sejak dikeluarkannya

Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 476/ KMK.01/1991 pada tanggal 21

Mei 1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sampai pada tahun 2005,

Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991

tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sistem akuntansi pemerintah pusat telah

dikembangkan dan diimplementasikan secara bertahap. Tahap pertama dilaksanakan

mulai tahun anggaran 1993/1994, dan diikuti dengan tahap-tahap berikutnya, dan

yang pada tahun anggaran 1999/2000, implementasi SAPP telah mencakup seluruh

Departemen/Lembaga di seluruh propinsi.

Page 8: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Berbagai perubahan dan penyempurnaan terus dilakukan oleh pernerintah

dalam rangka pengembangan sistem akuntansi pernerintah pusat. Pada tahun 2005,

pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan No

59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf o Undang-undang

Nomor l Tahun 2004; tentang Perbendaharaan Negara. Menteri Keuangan selaku

Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan sistem akutansi dan pelaporan

keuangan negara sehingga perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Penerapan Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat (SAPP) adalah untuk unit-unit

organisasi pemerintah pusat yang keuangannya dikelola langsung oleh pemerintah

pusat, seperti lembaga tertinggi Negara (MPR), lembaga tinggi negara (DPR, DPA,

MA), departemen atau lembaga nondepartemen, Sedangkan SAPP tidak diterapkan

untuk pemerintah daerah, BUMN/BUMD bank pemerintah, dan lembaga keuangan

milik pemerintah.

Terdapat tujuh ciri-ciri Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yaitu:

a. Sistem yang Terpadu

Dalam penyusunan sistem digunakan pendekatan bahwa keseluruh Pemerintah

Pusat merupakan kesatuan akuntansi dan ekonomi tunggal. Presiden sebagai

pengelola utama dan DPR sebagai badan yang bertugas menelaah dan

mengevaluasi pelaksanaannya. Dengan dasar kesatuan tunggal maka sistem

akuntansi dan pelaporan keuangan dikembangkan dengan terpadu, yang terdiri

dari berbagai subsistem. Subsistem-subsistem ini masing-masing merupakan

bagian yang integral dari sistem yang menyeluruh.

b. Akuntansi Anggaran

Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara digunakan sebagai

landasan operasional keuangan tahunan Pemerintah dan dengan disahkannya

UU-APBN maka pelaksanaan anggaran dapat dilaksanakan. Untuk itu

diperlukan akuntansi yang membukukan anggaran serta realisasinya. dengan

demikian pertanggung.jawaban dapat cepat serta mudah dalam hal

pengawasannya.

c. Sistem Tata Buku Berpasangan

Page 9: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

d. Basis Kas untuk Pendapatan dan Belanja

Penggunaan basis kas ini sesuai dengan Undang-Undang Perbendarahaan

Indonesia dan Keppres Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

e. Standar dan Prinsip Akuntansi

Standar dan prinsip akuntansi adalah norma atau aturan dalam praktek yang

dapat diterima oleh profesi, dunia usaha, dan departemen/lembaga pemerintah

yang berkcpentingan dengan laporan keuangan.

f. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi

Sistem dirancang agar pelaksanaan akuntansi dilakukan secara berjenjang dan

dimulai pada sumber data di daerah atau propinsi dan digunakan sebagai

pedoman penyusunan unit-unit akuntansi baik di tingkat wilayah maupun ting-

kat pusat.

g. Perkiraan Standar yang Seragam

Perkiraan yang digunakan unit akuntansi dan mata anggaran pada unit

operasional anggaran dan pelaksanaan anggaran sama, baik klasifikasi maupun

istilahnya agar dapat memastikan bahwa anggaran dan laporan realisasinya

menggunakan istilah yang sama, serta meningkatkan kemampuan sistem

akuntansi untuk memberikan informasi/laporan yang relevan, berarti, dan dapat

diandalkan. Selain itu dapat digunakan untuk memudahkan pengawasan atas

ketaatan dengan pagu yang ditentukan dalam UU-APBN dan dalam dokumen

allotment (DIK/DIP/SKO), serta memungkinkan perbandingan data laporan

keuangan, baik dalam satu laporan maupun antarlaporan.

Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat, yang selanjutnya disebut SAPP, adalah

serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari

pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi

keuangan dan operasi keuangan Pernerintah Pusat. SAPP terdiri dari Sistem

Akuntansi Pusat (SAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang menghasilkan

Laporan Keuangan Pernerintah Pusat. SAP memproses data transaksi Kas Umum

Page 10: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Negara dan Akuntansi Umum, sedangkan SAI memproses data transaksi keuangan

dan barang yang dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga.

6. Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Pengembangan akuntansi di tingkat pemerintah daerah telah dilakukan melalui

Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) sejak tahun 1986. Perubahan

penting yang secara koinsidental terjadi adalah reformasi di bidang keuangan negara.

Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan UU di bidang

perbendaharaan negara yang terbentuk semenjak zaman kolonial maka pada abad 21

ini telah ditetapkan tiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang

menjadi landasan hukum reformasi di bidang keuangan negara, yaitu Undang-

Undang No. 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004

tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara.

Arti penting akuntabilitas dalam good governance ini tampaknya sangat

disadari sebagaimana terlihat dari aturan yang dituangkan dalam peraturan

pemerintah tersebut di atas. Penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan antara

lain berisikan Ncraca, Laporan Perhitungan Anggaran dan Laporan Arus Kas.

Tuntutan akuntabilitas dan good governance muncul sebagai konsekuensi

logis dari implikasi progresivitas pembaharuan yang dituntut oleh masyarakat.

Pembaruan-pembaruan tersebut, pada dasarnya menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. Pembaruan anggaran, melalui perubahan struktur anggaran, proses penyusunan

anggaran, perubahan format clan administrasi pelaksanaannya, serta penerapan

standar akuntansi;

b. Pembaruan pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam

memanfaatkan dana, prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana

pinjaman, dan pembelanjaan defisit, dan

c. Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan,

maupun dalam perhitungannya.

Kata kunci dari seluruh pembaharuan di atas adalah Kinerja, yang secara

khusus ditegaskan dalam pasal Peraturan Pemerintah  yang mengatur bahwa APBD

disusun berdasarkan kinerja yang tolok ukurnya perlu dikembangkan sehingga dapat

dievaluasi atau diukur.

Page 11: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Perangkat perundang-undangan otonomi daerah yang terdiri dari UU Nomor

22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999

tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang kini telah

diubah dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Daerah, serta aturan pelaksanaannya yang berupa PP Nomor 105 Tahun 2000

tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, maka terhitung

tahun anggaran 2001, telah terjadi pembaharuan di dalam manajemen keuangan

daerah. Dengan adanya otonomi ini, daerah diberikan kewenangan yang luas untuk

mengurus rumah tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan

pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas

untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah.

Namun demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti

bahwa pemerintah daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang

dimilikinya sekehendaknya, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Hak dan kewenangan

yang luas yang diberikan kepada daerah, pada hakikatnya merupakan amanah yang

harus dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan, baik kepada

masyarakat di daerah maupun kepada Pemerintah pusat yang telah membagikan

dana perimbangan kepada seluruh daerah di Indonesia,

Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini,

ditandai dengan perubahan yang sangat mendasar, mulai dari sistem peng-

anggarannya, perbendaharaan sampai kepada pertanggungjawaban laporan

keuangannya. Sebelum bergulirnya otonomi daerah, pertanggungjawaban laporan

keuangan daerah yang harus disiapkan oleh Pemerintah Daerah hanya herupa

Laporan Perhitungan Anggaran dan Nota Perhitungan dan sistem yang digunakan

untuk menghasilkan laporan tersebut adalah MAKUDA (Manual Administrasi

Keuangan Daerah) yang diberlakukan sejak tahun 1981.

Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa

pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

manajemen keuangan yang sehat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105

Tahun 2001, pernerintah daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan sistem dan

prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk Peraturan Daerah. Sistem

Page 12: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

tersebut sangat diperlukan dalam memenuhi kewajiban pemerintah daerah dalarn

membuat laporan pertanggungjawaban kuangan daerah yang bersangkutan.

Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan

yang harus dibuat oleh Kepala Daerah adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran,

Nota Perhitungan, Laporan Arus Kas dan Neraca Daerah. Kewajiban untuk

menyampaikan laporan keuangan daerah ini diberlakukan sejak 1 Januari 2001,

sampai pada akhirnya saat ini pemerintah sudah mempunyai standar akuntansi

pemerintahan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah daerah di dalam

membangun sistem akuntansi keuangan daerahnya, yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintahan Nomor 24 Tahun 2005.

Neraca dan laporan arus kas merupakan bentuk laporan yang baru pemerintah

daerah dan untuk dapat menyusunnya diperlukan adanya standar akuntansi. Sistem

akuntansi keuangan pemerintahan yang diterapkan sejak bangsa ini merdeka 59

tahun yang lalu didasarkan Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (ICW)

Staatblads 1928, yang memang tidak diarahkan atau ditujukan untuk menghasilkan

laporan neraca dan laporan arus kas.

Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem

pertangungjawaban keuangan daerah, sistem lama yang digunakan oleh Pemda baik

pernerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota yaitu Manual Administrasi

Keuangan Daerah (MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981 tidak dapat lagi

mendukung kebutuhan Pemda untuk menghasilkan laporan keuangan dalam bentuk

neraca dan laporan arus kas. Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan tersebut

diperlukan suatu sistem akuntansi keuangan daerah yang didasarkan atas standar

akuntansi pemerintahan.

Sistem yang lama (MAKUDA) dertgan ciri-ciri antara lain Single Entry

(pembukuan tunggal), Incremental Budgeting (penganggaran secara tradisional)

yang:

a. Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh

daerah. atau dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.

b. Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga

manajemen atau publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang

menyebabkan adanya kenaikan atau penurunan kas daerah.

Page 13: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

c. Sistem yang lama (MAKUDA) ini juga tidak dapat membantu daerah untuk

menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis kiner'ja

sesuai tuntutan masyarakat.

d. Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh

daerah, atau dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.

Perbedaan MAKUDA dengan PP Nomor 105 Tahun 2001

Perbedaan MAKUDA PP 105/2001Sistem Pencatatan Single entry (pembukuan

tunggal atau tidak berpasangan)

Double entry, untuk menyusun neraca diperlukan adanya sistem pencatatan yang akurat.

Jenis Anggaran Dual budget (rutin dan pembangunan), dokumen anggaran DIKDA dan DIPDA

Anggaran terpadu

Orientasi Incremental budget, fokus pada jenis belanja, input oriented

Performance budget (basis kinerja), output oriented

Laporan yang dihasilkan Laporan perhitungan anggaran dan nota perhitungan

Laporan perhitungan anggaran, nota perhitungan, neraca daerah, laporan arus kas

Pengakuan dan Pencatatan Belanja dan

Pendapatan

Basis kas, diakui pada saat kas dibayar atau diterima dari kas daerah.Belanja modal tidak diakui sebagai aset tetap, dicatat pada LRA.

Basisi kas pada saat dibayarkan atau diterima, pada pencatatan menggunakan basis modifikasi kas.Belanja modal dan investasi dicatat pada Neraca Daerah.

Struktur Anggaran Anggaran berimbang dan dinamis, dengan struktur anggaran pendapatan daerah sama dengan belanja daerah, tidak ada anggaran surplus atau defisit. Pinjaman tercatat sebagai penerimaan.

Adanya surplus atau defisit anggaran, dengan struktur:Pendapatan : xxxBelanja : (xxx)Surplus (defisit) xxxPembiayaan xxx

Pembiayaan digunakan untuk menutup defisit anggaran, sumber dana dari pinjaman dan penjualan aset daerah atau kekayaan daerah yang dipisahkan.

Page 14: Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah sebagaimana yang

dikehendaki ketentuan perundang-undangan yang ada telah direspons oleh

pemerintah pusat dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai asosiasi profesi yaitu

dengan dihentuknya "Kornite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah".

Komite ini bertugas untuk merumuskan dan mengembangkan konsep Standar

Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, yang keanggotaannya terdiri dari kalangan

birokrasi (Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri dan BPKP), IAI dan

kalangan akademisi.

Dengan adanya Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, isu

mcngenai siapa yang berkewenangan untuk menetapkan standar akuntansi

pernerintah pusat dan pemerintah daerah sudah dapat terpecahkan. Berdasarkan UU

Nomor 1 tahun 2004, pemberlakuan Standar Akuntansi Pemerintahan yang

dihasilkan oleh Komite Standar setelah meminta pertimbangan BPK ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah. Standar akuntansi pemerintahan yang dihasilkan oleh

Komite ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam praktek-praktek akuntansi

yang telah diterapkan oleh Pemerintah Daerah saat ini dan untuk masa yang akan

datang.

C. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

http://mitoyono.blogspot.com/2011/01/sistem-akuntansi-pemerintah-daerah.html. Diakses

tanggal 21 April 2012