perkembangan perkebunan teh jolotigo …lib.unnes.ac.id/22616/1/3111409029-s.pdf · kecamatan talun...

48
i PERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH JOLOTIGO KECAMATAN TALUN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 1957-1996 (PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI) SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Oleh Vika Praharwati NIM. 3111409029 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

Upload: vantuong

Post on 14-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

i

PERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH JOLOTIGO

KECAMATAN TALUN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

1957-1996

(PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI)

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

Oleh

Vika Praharwati

NIM. 3111409029

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Selalu berjuang, berusahalah dan gapailah cita-citamu”

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan yang demikian itu sungguh

berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Yaitu mereka yang yakin bahwa

mereka akan menemui Rabbnya dan kembali kepadaNya (QS. Al Baqarah 45-46).

Skripsi ini sebagai bukti perjuanganku

Saya persembahkan

Untuk orang – orang yang selalu menyayangi

dan memberikan motivasi saya untuk menjadi

pribadi yang lebih baik

Bapak Kukuh Eddy Pranowo (Alm) dan Ibu Hj.

Retno Adi H. (Almh) yang tercinta, selalu

mendukung dan mendoakan saya walau jauh

disana.

Keluarga tercinta yang mungkin tidak dapat

saya sebutkan satu persatu yang selalu

memberikan semangat dan doanya, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini

Segenap Dosen dan Guruku, terima kasih atas

ilmu yang diberikan

Sahabat-sahabatku tercinta, mahasiswa Ilmu

Sejarah ’09 kenanga bersama kalian adalah hal

yang terindah yang tidak dapat dilupakan.

vi

PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah- Nya, serta limpahan Sholawat dan

salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang

mengajarkan kepada kita semua agar senantiasa bersyukur kepada-Nya. Rasa

syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena telah diberikan kemudahan,

kelancaran dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Bagi penulis, lulus

tepat waktu atau molor adalah suatu pilihan yang ada pada pribadi masing-

masing. Penulis berharap agar skripsi ini bukan karya terakhir dari penulis,

semoga suatu saat penulis bisa membuat karya yang dapat bermanfaat bagi

masyarakat pada umumnya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan pada penulis baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pada hakekatnya penulis adalah

makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Penulis membutuhkan dukungan,

semangat, bantuan dan bimbingan dari orang lain. Penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum,Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu

dengan segala kebijakannya.

2. Dr. Subagyo M.Pd.Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang.

vii

3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S, M.Pd.Ketua Jurusan Sejarah Universitas Negeri

Semarang, terima kasih atas nasehat, petuah dan kebijakan yang

membantu penulis selama proses perkuliahan.

4. Drs. Bain, M. Hum.Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan

bimbingan, semangat dan nasehat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan bekal ilmu pada penulis.

6. Bapak Taryadi selaku informan kunci, semua karyawan PTPN IX

(Persero), dan seluruh pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan

tulisan ini.

Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Penulis berharap

skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi pada dunia pendidikan.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih banyak dan selamat membaca.

Semarang, Maret 2015

Penulis

viii

SARI

Vika Praharwati. 2015. Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo Kecamatan

Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1957-1996 (Pengaruhnya Terhadap

Kehidupan Sosial Ekonomi). Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci: Perkembangan, Perkebunan, Sosial, Ekonomi

Perkebunan teh Jolotigo merupakan salah satu usaha yang dikelola oleh

PTP. Nusantara IX (Persero) Devisi Tanaman Tahunan yang merupakan salah

satu Badan Usaha Negara (BUMN). PTP. Nusantara IX mengelola 15 unit kebun

teh dan 8 pabrik gula yang tersebar diseluruh Jawa Tengah. Perkebunan teh

Jolotigo terletak diantara di Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan dan jenis

tanaman yang dihasilkan antara lain kopi, teh, kina dan karet. Berdasarkan dengan

keberadaan Perkebunan Teh Jolotigo dalam penelitian ini, muncul beberapa

permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana perkembangan perkebunan teh Jolotigo di

Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan dari tahun 1957-1990, (2) Bagaimana

pengaruh perkebunan teh Jolotigo terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat

Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan tahun 1957-1990.

Peneliti menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik

sumber, interpretasi, dan historiografi. Teknik mendapatkan sumber penulis

lakukan dengan observasi, wawancara, dokumen, studi pustaka dan studi

dokumen. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan sumber sejarah dari

wawancara dan didukung dengan dokumen dari Perkebunan Teh Jolotigo,

Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Pekalongan dan Perpustakaan Daerah Provinsi

Jateng.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh

informan bahwa perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo pada masa

Pemerintahan Belanda, komoditi yang ditanam ada 4 yaitu: kopi, teh, kina dan

karet. Pada jaman itu peralatan masih sangat sederhana dan masih menggunakan

tenaga manusia. (1) Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo pada awal

kepemimpinan Belanda bisa dikatakan sangat baik, karena pada waktu itu

Belanda menggunakan sistem suatu manajemen perkebunan yang menerapkan

pelestarian lingkungan. Pada masa Pemerintahan Belanda, perkebunan Jolotigo

ditanami tanaman Kopi lalu dirasa tidak cocok lalu diganti Teh, Kina, dan Karet.

Pada masa ini semua peralatan sangat minim dan memakai peralatan sedarhana,

bahkan tempat pemetikannyapun jauh dari pabrik. Teh yang dihasilkan adalah teh

hitam dan pemasarannya hanya ke Eropa. Pada masa Pemerintahan Jepang

semuanya dipangkas habis, sehingga mengurangi pemasukan perekonomian

terhadap perkebunan. Dampakanya masa Pemerintahan RI perkebunan di bawah

Administratur R. Soemardjo. Pada tahun 1960 pabrik dibangun, lalu administratur

yang pertama dirangkep menjadi pimpimnan dan sinder. Teh yang dihasilkan

adalah teh hitam lalu mulai di export ke berbagai negara tetangga. (2) Sumbangan

ix

yang diberikan oleh Perkebunan teh Jolotigo terhadap kehidupan sosial ekonomi

masyarakat Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan anatara lain: a). Dari segi

sosial semakin meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan,

b). Dari segi ekonomi kesejahteraan masyarakat semakain meningkatnya terlihat

dari alat-alat transportasi, membuka luas kesempatan kerja, meningkatnya

kesejahteraan keluarga baik di bidang kesehatan, pendidikan, atapun pemenuhan

kebutuhan sehari-hari.

x

DAFTAR ISI

Hal

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... i

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... ii

PERNYATAAN .................................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

PRAKATA ............................................................................................................ v

SARI..................................................................................................................... vi

DAFTAR ISI........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 6

F. Tinjauan Pustaka..................................................................................6

G. Metode Penelitian. ................................................................................. 8

BAB II KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFISPERKEBUNAN TEH

JOLOTIGO. ........................................................................................................ 16

A. Lokasi Perkebunan Teh Jolotigo.......................................................... 16

B. Luas Wilayah Perkebunan Teh Jolotigo............................................... 18

xi

C. Kondisi Geografis ............................................................................... 24

D. Kondisi Demografis............................................................................. 27

BAB III PERKEMBANGAN TEH JOLOTIGO KECAMATAN TALUN

1957-1990.............................................................................................. 29

A. Sejarah Berdirinya Perkebunan Teh Jolotigo...................................... 29

1. Pada Masa Penjajahan Belanda....................................................... 29

2. Pada Masa Penjajahan Jepang......................................................... 34

4.Pada Masa Kemerdekaan................................................................. 38

B. Sejarah Perkebunan Teh Jolotigo Sampai Tahun 1957 ....................... 39

C. Nasionalisasi Perkebunan Teh Jolotigo................................................ 43

D. Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo Kecamatan Talun Kabupaten

Tahun 1957-1990.................................................................................. 44

BAB IV PENGARUH PERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH

JOLOTIGO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT KECAMATAN TALUN KABUPATEN

PEKALONGAN................................................................................................. 63

A. pengaruh Perkebunan Teh Jolotigo Sosial Ekonomi......................... 63

B. Pengaruh Perkebunan Teh Jolotigo Terhadap Kehidupan Sosial

Masyarakat Kecamatan Talun............................................................ 66

C. Pengaruh Perkebunan Teh Jolotigo Terhadap Kehidupan Ekonomi

Masyarakat Kecamatan Talun............................................................ 69

BAB V PENUTUP…......................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

xii

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 77

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1: Luas areal Perkebunan XVII (Persero) Bagian Selatan.......................... 20

Tabel 2 : Luas areal PT Perkebunan XVIII (Persero) Bagian Utara..................... 22

Tabel 3 : Luas areal PT Perkebunan XVIII (Persero) Bagian Doro......................

23

Tabel 4: Keadaan Penduduk Kecamatan Talun menurut umur dan jenis kelamin

tahun 1960,1980, dan 1990.................................................................... 27

Tabel 5: Nama Administratur Kebun Jolotigo dari tahun 1875 s/d 2012............. 42

Tabel 6 : Produksi Teh Per Tahun (Kg. Kering Budidaya Teh) 1974 s/d 1979.... 56

Tabel 7: Jenis Teh, Pemasaran, dan Pengelompokkan Mutu Teh Produksi PT

Perkebunan Jolotigo................................................................................ 57

Tabel 8 : Jumlah Karyawan Di PTP Nysantara IX Jolotigo................................. 59

Tabel 9 : Mata pencaharian penduduk Kecamtan Talun tahun 1960, 1980, dan

1990......................................................................................................... 65

Tabel 10 : Sarana transportasi masyarakat Kecamtan Talun tahun 1960, 1980, dan

1990......................................................................................................... 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkebunan Indonesia sudah diperkanalkan oleh pemerintah kolonial

Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah.Hal

tersebut merupakan salah satu sisi sejarah yang mempunyai pengaruh cukup luas

bagi Indonesia dalam waktu yang cukup panjang.Belanda sebagai salah satu

negara penjajah mempunyai peran dalam sejarah Perkebunan terutama yang

meletakkan dasar bagi perkebunan di Indonesia. Tujuan dari kebijakan

Perkebunan adalah meningkatkan penghasilan devisa, dan memperluas lapangan

kerja bagi masyarakat sekitar.

Perkebunan mulai masuk ke Indonesia sebagai sistem perekonomian

komersial yang bercorak kolonial.Istilah ini berbeda dengan istilah sistem kebun

pada negara jajahan sebelum masa pra kolonial.Sistem kebun dipahami sebagai

salah satu bagian dari sistem pertanian tradisional yang merupakan usaha

tambahan / pelengkap, Dalam kapitalis sistem perkebunan dipahami sebagai

bentuk usaha pertanian skala besar dan kompleks.

Perkebunan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang

mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian

Nasional.Bidang usaha perkebunan terdiri dari usaha budidaya perkebunan dan

usaha industri perkebunan. Usaha industri perkebunan meliputi industri gula pasir

2

dari tebu, teh hitam dan teh hijau, kopi, kakao, kina, karet kelapa sawit, lada serta

industri perkebunan lainnya.

Perkebunan besar di Indonesia dalam perkembangannya tidak lepas dari

sistem penjajahan Belanda.Masyarakat Indonesia semula hanya mengenal sistem

pangan.Namun, abad ke- 17 Belanda telah mengubah pertanian dengan sistem

perkebunan (Mubyarto, 1992: 15).

Menurut catatan sejarah, tanaman teh sudah dikenal sejak abad ke-

17.Tanaman ini telah diperkenalkan oleh para penjajah Belanda yang datang di

Pulau Jawa. Dengan cara ini penduduk kemudian mengenal cara bercocok tanam

teh. Pembudidayaan teh pada saat itu masih menggunakan sarana dan prasarana

yang sederhana.Kepemilikan teh itu sendiri sifatnya adalah milik pribadi yaitu

milik para penjajah Belanda, di mana mereka mempunyai modal yang cukup guna

pembangunan perkebunan (Sugiyanti, 2007: 1).

Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial

Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah.Hal

tersebut merupakan salah satu sisi sejarah yang mempunyai pengaruh cukup luas

bagi bangsa Indonesia dalam waktu yang cukup panjang.Belanda sebagai salah

satu negara penjajah mempunyai peran dalam sejarah Perkebunan terutama yang

telah meletakkan dasar bagi Perkebunan di Indonesia. Pada dasarnya tujuan dari

kebijaksanaan Perkebunan adalah meningkatkan penghasilan devisa.

Pendapatan petani Perkebunan, memperluas lapangan kerja dan

meningkatkan hasil-hasil Perkebunan bagi sektor-sektor lain terutama sektor

3

industri.Usaha Perkebunan rakyat di Indonesia melibatkan petani dalam jumlah

yang banyak, oleh karena itu sub sektor Perkebunan rakyat merupakan lapangan

kerja bagi penduduk pedesaan serta menjadi sumber utama pendapatan penduduk.

Sebagai salah satu sektor yang diandalkan, Perkebunan dituntut untuk ikut

bertanggung jawab dalam menangani masalah pengangguran yang semakin

banyak dari tahun ketahun. Selain tanggung jawab tersebut, tanggung jawab lain

yang harus dipikul adalah peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarga

(Mubyarto, 1992: 187).

Produksi perkebunan teh di Indonesia mengalami pasang surut.Keadaan

tersebut dapat dibuktikan dengan hasil produksi pada tahun 1870-1910 mengalami

peningkatan.Akan tetapi, pada tahun 1930-1939 hasil produksi mengalami

penurunan.Naiknya produksi disebabkan adanya persaingan kuantitas dan kualitas

produksi teh di dunia.(Rofiq, 1998: 13-14).

Proses ini berlangsung sejak bulan Desember 1957 yang dikenal sebagai

proses “Nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing”. Peristiwa ini

pengambilalihan berjalan secara spontan dan Unilateral (langsung dan

menyeluruh).(Kartodirjo, 1991: 174). Pada masa pendudukan Belanda yang ke

dua tahun 1947 semua perkebunan dikuasai oleh pemiliknya kembali, tetapi sejak

bulan September 1950 perkebunan milik Pemerintah Hindia Belanda

pengelolaannya diserahkan kepada Pusat Perkebunan Negara (PPN) sedang milik

Swasta Asing tetap dikuasai pemiliknya. Bentuk organisasi perkebunan pada

tahun 1950 sampai 1960 berubah menjadi PPN Lama/ Baru yang dibagi menjadi

4

Rayon / Unit, tanggal 10 Desember 1957 dan seluruh perkebunan Belanda diambil

alih penguasaannya oleh Pemerintah (Nasionalisasi) (Sejarah PT.Perkebunan

Nusantara IX Persero).

Dalam hal ini penulis memfokuskan perkembangan perkebunan teh

Jolotigo yang berada satu-satunya di Kabupaten Pekalongan.Tepatnya di desa

Jolotigo, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan.Perkebunan teh Jolotigo ini

belum banyak dikenal oleh banyak orang, karena perkebunan ini bisa dibilang

dalam pengelolaannya masih kurang diperhatikan.Tidak banyak orang yang

mengetahui tentang lokasi perkebunan ini.Perkebunan Teh Jolotigo ini hanya

terkenal di luar negeri, karena kebanyakan hasil produksi teh ini diekspor ke

berberapa negara.Sehingga untuk pemasarannya didalam negeri sendiri kurang

dipromosikan.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui apakah

perkebunan teh Jolotigo memberi pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi

masyarakat Jolotigo kecamatan Talun.Oleh karena itu, penulis ingin mengkajinya

dalam skripsi yang berjudul “Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo Kecamatan

Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1957-1996 (Pengaruhnya Terhadap

Kehidupan Kehidupan Sosial Ekonomi)”.

B. Permasalahan

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan permasalahan sebagai

berikut :

5

1. Bagaimana Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo di Kecamatan

Talun Kabupaten Pekalongan dari Tahun 1957-1990?

2. Bagaimana penngaruh Perkebunan Teh Jolotigo terhadap kehidupan

sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan

tahun 1957-1990?

C. Tujuan

Tujuan dalam penulisan skripsi ini mendasarkan pada permasalahan di

atas maka tujuan penulisan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui perkembangan perkebunan teh Jolotigo di Kecamatan

Talun Kabupaten Pekalongan.

2. Mengetahui pengaruh perkembangan perkebunan teh Jolotigo terhadap

kehidupan sosial, ekonomi Masyarakat Kecamatan Talun Kabupaten

Pekalongan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain

sebagai berikut :

1. Memberikan sumbangan bagi penelitian sejarah terutama sejarah dalam

bidang sosial.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan refrensi dalam pengkajian lebih lanjut

dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

3. Memberikan informasi mengenai perkembangan perkebunan teh

Jolotigo di Pekalongan tahun 1957-1996.

E. Ruang Lingkup Penelitian

6

Agar dalam penelitian ini tidak terjadi salah pengertian dan sesuai dengan

konsep, maka perlu dibatasi ruang lingkupnya.Ruang lingup dalam penelitian ini

ada tiga, yaitu lingkup tematikal, lingkup wilayah (spatial scope), dan lingkup

waktu (temporal scope).

Lingkup tematikal adalah berkaitan dengan permasalahan utama yang

akan dibahas dalam penelitian ini yaitu perkebunan teh Jolotigo di Kecamatan

Talun Kabupaten Pekalongan tahun 1957-1996.

Lingkup wilayah (spatial scope) adalah di Kecamatan Talun Kabupaten

Pekalongan.Pemilihan wilayah penelitian ini didasarkan ada asumsi masyarakat

Jolotigo merupakan subjek yang langsung merasakan dampaknya.

Sedangkan ruang lingkup waktu (temporal scope) adalah batasan waktu

terjadinya peristiwa sejarah yang menjadi objek penelitian.Yaitu tahun 1957

sampai tahun 1996.Dimana pada tahun 1957 adalah tonggak sejarah dilakukannya

Nasionalisasi perkebunan di Indonesia. Sedangkan tahun 1996 telah terjadi

restrukturisasi kembali dimana Kebun Belimbing/ Jolotigo masuk dalam

kelompok PTP Nusantara IX (Persero) yang berkedudukan Direksi di Surakarta

dan Semarang.

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah tahap penelurusan sumber dan menelaah sumber

kepustakaan.Tinjauan pustaka merupakan aspek yang paling penting dalam

penulisan sejarah.Dengan adanya tinjauan ini penulis dapat memperoleh sumber-

sumber pustaka yang dapat mendukung penulisan yang dilakukan.

7

Ahmad Rofiq dalam bukunya berjudul Perkebunan “DariNes ke Pir

“(1998).Membahas tentang awal perkebunan di Indonesia sampai perkebunan inti

rakyat.Pembahasan dalam buku ini adalah pembangunan perkebunan besar yang

dilakukan oleh orang asing dari Belanda.Pembangungan perkebunan besar ini

membawa dampak bagi pembangunan perkebunan rakyat.Khususnya masyarakat

luar Jawa pada tahun 1953 telah mulai pembangunan perkebunan

rakyat.Pembangunan ini membuahkan hasil yang cukup baik, dalam hal ini dapat

dilihat dari pengahasilan perkebunan rakyat seperti teh, gula, kopi, karet yang

terus meningkat pada tahun 1967.

Mubyarto dan kawan-kawan dalam bukunya berjudul “Tanah dan Tenaga

Kerja Perkebunan: Kajian Sosial – Ekonomi” (1992). Membahas mengenai

perkembangan perkebunan secara kronologis.Dalam buku ini prioritas

pembahasannya adalah tanah dan tenaga kerja perkebunan menurut

perkembangannya.Tanah dan tenaga merupakan faktor penting dalam usaha

perkebunan.Tanah yang subur sangat diperlukan sebagai tempat tumbuhnya bagi

komodit-komoditi yang diusahakan termasuk teh.

Dalam buku ini juga dijelaskan tentang kondisi perkebunan setelah

kemerdekaan.Kemerdekaan yang telah dicapai olrh bangsa Indonesia

menumbuhkan harapan baru bagi rakyat Indonesia. Selain tanah, tenaga kerja

adalah faktor lain yang cukup vital. Selama pendudukan penjajah Belanda, posisi

bangsa Indonesia hanya sebagai kuli kasar.

8

Ita Setiawati dan Nasikun dalam buku Teh : Kajian Sosial-Ekonomi

(1991). Membahas tentang aspek-aspek sosial ekonomi, maupun aspek budaya

sosial serta tinjauan singkat pengelolaan teh.Dalam buku ini pembahasannya

sangat kronologis memberikan gambaran yang jelas tentang perkembangan teh,

kondisi perkebunan teh di Indonesia, serta segala mekanisme yang

menompangnya. Buku ini difungsikan sebagai pedoman dasar yang baku, yang

tersusun dan bersumber dari sejarah perkembangan perkebunan teh di Indonesia

baik di Jawa maupun di luar Jawa.

Pabrik-pabrik teh di Indonesia sejak tahun 1943 mulai dirubah oleh

Pemerintah Jepang menjadi pabrik-pabrik yang lebih menguntungkan.Pabrik-

pabrik tersebut antara lain pabrik tekstil, obat, mesin, cat, baterai, listrik, kertas,

arang kayu, dan onderdil mobil.Pergantian pabrik tersebut terjadi di Jawa dan

Sumatera.Akibat pengalihan tersebut banyak pengangguran di Jawa maupun di

luar Jawa.Keadaan tersebut sangat memperhatikan karena banyak pengurangan

tenaga kerja di setiap pabrik.

Buku profil “Perkebunan Jolotigo pekalongan” (2000). Menjelaskan

tentang sejarah berdirinya perkebunan Jolotigo, letak geografis perkebunan

Jolotigo, luas area perkebunan Jolotigo, struktur organisasi perkebunan teh

Jolotigo, cara pengolahan teh, dan kepedulian kebun Jolotigo terhadap masyarakat

sekitar.

9

G. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode

sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan

peninggalan masalampau (Gottschalk, 1975: 32). Penulisan sebuah rangkaian

peristiwa yang bersifat sistematis dan objektif.Adapun langkah-langkah dalam

metode sejarah meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.

1. Heuristik

Heuristik yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau yang berupa

keterangan-keterangan, kejadian-kejadian, benda peninggalan masa lamapu

dan bahan tulisan. Dalam mengumpulkan data ini dilakukan bebearapa teknik

pengumpulan data, yaitu :

a. Sumber primer

Sumber primer adalah informan yang diperoleh langsung

daripelaku sejarah atau saksi yang secara langsung oleh mata kepala

sendiri atau saksi dengan panca indera.Sumber primer yang penulis

gunakan dalam penelitian ini adalah sumber buku yang tertulis, yaitu

wawancara langsung dengan pelaku yang mengetahui langsung mengenai

perkembangan Perkembangan Teh Jolotigo.Adapun dalam hal ini penulis

melakukan wawancara dengan lisan dengan Bapak Taryadi, sebagai

seketaris Perkebunan.

b. Sumber Sekunder

10

Sumber sekunder merupakan kesaksian daripada yang bukan

merupakan saksi pandangan mata, yakni dari seseorang tidak hadir pada

peristiwa yang dikisahkannya (Gostchalk, 1975: 35).Sumber-sumber yang

digunakan oleh penulis diantaranya buku-buku tentang perkebunan, buku-

buku-buku tentang perkembangan perkebunan teh pada masa sebelum

nasionalisasi dan perkembangan perkebunan teh sesudah nasionalisasi.

Buku-buku tersebut diperoleh dari perpustakaan jurusan sejarah,

perpustakaan Universitas Negeri Semarang, dan depo Arsip kabupaten

Pekalongan. Adapun penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan:

a. Observasi

Tekhnik observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang

dilakukan dengan terjun langsung pada objek penelitian atau tempat-

tempat yang berkaitan topik yang diteliti.Tekhnik pengumpulan data

melalui observasi dilakukan dengan mengunjungi secara lansung ke

Perkebunan Teh Jolotigo Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan.

b. Wawancara

Metode wawancara ini digunakan oleh peneliti sebagai alat

pengumpul langsung mengenai beberapa jenis data sosial, karena tidak

semua data yang diperoleh melalui observasi dapat memenuhi kebutuhan

dalam menjawab kesalahan. Wawancara dilakukan dilakukan secara

langsung dengan para staff karyawan pabrik. Tujuan dari wawancara ini

11

untuk mengetahui perkembangan perkebunan teh Jolotigo di Kecamatan

Talun.

Tujuan dilakukan wawancara antara lain : merekonstruksi secara

lisan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Narasumber dalam

wawancara merupakan tokoh yang sejaman dengan peristiwa, baik itu

merupakan tokoh, secara langsung, masyarakat sekitar, maupun orang

yang terkena dampak langsung dalam peristiwa tersebut. Pada teknik

wawancara dalam penelitian ini, beberapa tahapan yang dilakukan

penullis diantaranya :

1) Menentukan informan yang akan diwawancarai.

2) Membuat instrument pertanyaan.

3) Mengunjungi rumah informan.

4) Melaksanakan wawancara dengan informan.

Wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara terstruktur,

dimana penulis menggunakan panduan pertanyaan yang sebelumnya

telah disusun.Kegiatan wawancara dilakukan dengan merekam.Penulis

mempersiapkan alat perekam dan beberapa hal-hal yang dianggap

penting.

c. Studi pustaka

Studi pustaka merupakan kegiatan untuk memperoleh data dengan

mencari dan membaca buku literatur. Metode kepustakaan dilakukan

dengan mencari koleksi yang ada di Perpustakaan Pusat Universitas

12

Negeri Semarang, Perustakaan Jurusan Sejarah Universitas Negeri

Semarang, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Badan Arsip

dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Pekalongan.

2. Kritik Sumber

Tahap ini merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan data yang

tingkat kebenarannya atau kredibilitasnya paling tinggi dengan melalui seleksi

data yang terkumpul. Kritik sumber ini dibedakan menjadi dua, yakni :

a. Kritik Ekstern

Kritik Ekstern yaitu yang bertujuan untuk menguji otensitas, asli

tidaknya sumber yang dipakai.Pada kritik ekstern penulis melakukan

pengecekan terhadap data-data yang telah diperoleh berupa sumber-

sumber tertulis seperti pemilihan informan untuk melakukan tekhnik

wawancara, buku-buku refrensi, artikel majalah yang mengupas

mengenai kondisi perekonomian masyarakat sekitar Jolotigo.

Kritik ekstern merupakan penilaian sumber dari aspek fisik dari

sumber tersebut.Kritik ini lebih dulu dilakukan sebelum kritik intern

yang lebih menekankan pada isi sebuah dokumen. Ada tiga pertanyaan

penting yang daapat diajukan dalam proses kritik ekstern, yaitu: (1)

adakah sumber itu memang sumber yang dikenhendaki? (2) adakah

sumber itu asli atau turunan, (3) adakah sumber itu utuh atau telah

diubah-ubah? (Wasino, 2007:51).

13

Kritik ekstern mengarah pada pengujian terhadap aspek luar dari

sumber. Otentisitas mengacu pada materi sumber sezaman.Jenis-jenis

dari materi sumber, dokumen atau arsip adalah kertas dengan jenis,

ukuran, bahan, kualitas dan lain-lain.Dokumen ditulis dengan tangan atau

diketik, ataukah ketik komputer.Demikian pula jenis tintanya

apakahkualitas bagus, atau jenis isi ulang (Suhartono 2010:36).

Dengan penelitian ini kritik sumber yang dilakukan adalah kritik

sumber terhadap dokumen mengenai Laporan Singkat Kebun: “Jolotigo/

Tombo- Wonodadi/Doro” Atas kunjungan Gubernur Kepala Daerah TK.

I. Jawa Tengah tanggal 7 November 1979 tentang kepemilikan

Perkebunan Jolotigo, lokasi perkebunan, keadaan sosial karyawan dan

hasil produksi teh. Kritik sumber yang dilakukan, menelisik apakah ini

sumber yang dikenhendaki atau tidak.Sumber yang asli atau bukan,

kemudian melihat jenis kertas, ukuran, bahan dan kualitas.Sehingga

dalam penulisan penelitian ini, mendapatkan data yang akurat.

b. Kritik Intern

Kritik intern berujuan untuk mengungkapkan apakah isi sumber

yang digunakan dapat dipercaya atau tidak, misalnya dengan

membandingkan dengan sumber lain. Kritik intern dilakukan terhadap

informasi atau sumber dengan menganalisa kebenaran untuk memperoleh

jawaban apakah relevan dengan penelitian yang dimaksud.Cara

melakukan kritik intern adalah membandingkan isi atau informan dengan

sumber lainnya.

14

Kritik intern yang dilakukan penulis adalah dengan melihat asal

sumber.Penulis melihat siapa yang mengarang buku yang digunakan

penulis untuk penulisan skripsi ini.Selain itu juga mengacu pada

dokumen arsip yang dimiliki oleh Perkebunan Teh Jolotigo, dan hasil

dari observasi, wawancara dan penelitian.

Kritik intern dari hasil wawancara penulis lakukan dengan cara

membandingkan wawancara antara keterangan informan yang satu

dengan informan yang lainnya. Penulis mengambil kesimpulan dari

setiap keterangan yang dijelaskan para informan.Kemudian hasil dari

wawancara penulis menemukan bahwa keterangan yang disampaikan

para informan relevan dengan masalah yang dikaji penulis.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah proses menyusun, merangkai antara fakta

sejarah dengan sejarah lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat

dimengerti dan bermakna. Tujuannya agar data yang mampu

mengungkapkan permasalahan yang ada, sehingga diperoleh

pemecahannya. Dalam teknik ini tidak semua fakta dapat dimasukkan,

harus dipilih yang relevan dengan gambaran cerita yang akan disusun

didalam menginterpretasikan penelitian dalam bentuk karangan sejarah

ilmiah, sususan harus secara kronologis dan berurutan sehingga dapat

dipahami. (Gottschalk, 1975:131).

15

Interpretasi merupakan proses mengkait-kaitkan fakta yang

diperoleh penulis untuk dikumpulkan menjadi satu untuk ditulis menjadi

satu rangkaian cerita secara kronologis. Hal ini dimaksudkan untuk

memilih mana yang relevan dan yang mana tidak relevan. Setelah itu

penyusunan data akan dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti

menggolongkannya dalam pola atau kategori.Untuk memberikan makna

kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan

antara berbagai konsep.

4. Historiografi

Historiografi merupakan tahap terakhir dari metode sejarah,

dimana penulis sudah menyusun ide-ide tentang hubungan satu fakta

dengan fakta yang lain melalui kegiatan interpretasi maka langkah akhir

dari penulisan atau menyusun cerita sejarah. Bentuk dari cerita sejarah ini

akan ditulis secara kronologi dengan topik yang jelas sehingga akan

mudah untuk dimengerti dan dengan tujuan agar pembaca mudah

memahami tulisan tersebut.

73

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada rumusan masalah maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa:

Pada masa Pemerintahan Belanda, perkebunan Jolotigo ditanami tanaman

Kopi lalu dirasa tidak cocok lalu diganti Teh, Kina, dan Karet.Pada masa ini

semua peralatan sangat minim dan memakai peralatan sedarhana, bahkan tempat

pemetikannyapun jauh dari pabrik.Teh yang dihasilkan adalah teh hitam dan

pemasarannya hanya ke Eropa.Pada masa Pemerintahan Jepang semuanya

dipangkas habis, sehingga mengurangi pemasukan perekonomian terhadap

perkebunan.

Sehingga berdampak buruk terhadap masyarakat sekitar.Masa

Pemerintahan RI perkebunan di bawah Administratur R. Soemardjo.Pada tahun

1960 pabrik dibangun, lalu administratur yang pertama dirangkep menjadi

pimpimnan dan sinder.Teh yang dihasilkan adalah teh hitam lalu mulai di export

ke berbagai negara tetangga.

Pengaruh yang diberikan oleh Perkebunan Teh Jolotigo terhadap

kehidupan sosial ekkonomi masyarakat Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan

antara lain :

74

a. Dari segi sosial

Semakin meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya

pendidikan hal itu dilihat dari sarana transportasi sebagai sarana antar

jemput sekolah.

b. Dari segi ekonomi

Kesejahteraan karyawan, pegawai dan masyarakat meningkat, semakin

membuka peluang luas dalam lapangan pekerjaan, dan adanya

peningkatan dalam hal kesehatan.

75

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Arsip

Badan Pusat Statisik. Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1960

Badan Pusat Statistik. Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1980

Badan Pusat Statistik. Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1990

Burger. D. H. 1962. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Jakarta: Negara

Praja Paramita

Clifford Greetz. 1985. Involusi Pertanian. Jakarta: Bharata Karya Aksara

Dokumen PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Jolotigo

Gotschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ikhwan.1989. Pembibitan Tanaman Teh Di Perkebunan XVIII (Persero) Jolotigo-

TW-Doro Kab. Pekalongan (Laporan Kerja Praktek). Pekalongan:

Universitas Pekalongan

Kartodirjdo, Sartono dan Djoko Suryo. 1991. Sejarah Perkebunan di Indonesia:

kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media

Marjono.2001, Irigasi dan Perkebunan Di Karisidenan Besuki 1870-1930.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Mubyarto dkk. 1992. Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan. Yogyakarta: Aditya

Media

Puspasari, Ria Eka. 2010. Laporan Magang Di PTPN IX (Persero) Kebun

Jolotigo Pekalongan (Proses Produksi Teh Hitam). Surakarta: Universitas

Sebelas Maret.

Poesponegoro, Mawarti Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah

Nasional Indonesia IV. Jakarta: Balai Pustaka

-------------------, 1984.Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.

76

Profil Singkat PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Devisi Nusantara Tanaman

Tahunan Kebun Jolotigo

Rofiq, Ahmad,.DKK.1998. Perkebunan Dari NES ke PIR. Jakarta: Puspa Swara

Roestam, Soepardjo. 1979. Laporan-Singkat Kebun: “Jolotigo/Tombo-

Wonodadi/Doro”. PTP Perkebunan XVIII (Persero)

Setiawati, Ita dan Nasikun. 1991. Teh: Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta:

Aditya Media.

Sugiyanti, 2007.Perkembangan Perkebunan Teh Semugih Kecamatan Moga

Kabupaten Pemalang Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial

Ekonomi Pada Tahun 1957-2008. Semarang: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu

Sosial UNNES.

Internet

http//WWW.Wordpress.com/kebijakan-pemerintah-pendudukan-Jepang-dibidang-

ekonomi/15-Januari-2015

http//WWW.Sosro.Com/Ind/it-sej.Teh.htm/26-Januari-2015

http//WWW.erakas.blogspot.com/cultuurstelsel-tanam-paksa-1830/10-Februari-

2015

http//pensa-sb.info/2360/kebijakan-ekonomi-pemerintahan-jepang/12-Februari-

2015

77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

78

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kebun Teh Jolotigo?

2. Jenis tanaman apa saja yang ditanam?

3. Bagaimana kondisi perkebunan sebelum nasionalisasi pada tahun 1957?

4. Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi perkebunan Teh Jolotigo

setelah diambilalih dan bagaimana usaha untuk mengatasi kendala-kendala

tersebut pada tahun awal 1960?

5. Berapa luas areal perkebunan Jolotigo?

6. Bagaimana perkembangan perkebunan Teh Jolotigo tahun 1957-1996?

7. Bagaimana perkembangan jumlah tenaga kerja di perkebunan dari tahun

1957-1996?

8. Ada berapa jenis tenaga kerja di perkebunan Teh Jolotigo?

9. Bagaimana status tenaga kerja tahun 1957-1996?

10. Adakah pelatihan khusus yang diberikan pihak perkebunan dalam

meningkatkan kinerja tenaga kerja?

11. Dari mana sajakah pekerja yang bekerja di perkebunan Teh Jolotigo?

12. Kendala apa saja yang dihadapi dalam memasarkan hasil produksi dan

bagaimana cara mengatasinya?

13. Bagaimanakah hubungan pihak pabrik dengan masyarakat sekitar?

14. Bagaimanakah kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jolotigo

sendiri setelah tahun 1960-1990?

79

15. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan perkebunan

Jolotigo tahun 1957-1996?

16. Bagaimana cara mengangkut teh dari perkebunan ke pabrik?

17. Negara / Daerah mana saja yang dijadikan negara pemasaran?

18. Bagaimana sistem organisasi dalam perkebunan Teh Jolotigo?

19. Apakah ada gejolak-gejolak sosial yang terjadi antara pihak pabrik dengan

masyarakat dan bagaimana cara mengatasinya?

20. Bagaimana sumbangan pabrik Teh Jolotigo terhadap Negara?

21. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap keberadaan perkebunan teh

Jolotigo?

22. Seberapa besar pengaruh dari perkebunan teh Jolotigo terhadap ekonomi

masyarakat Jolotigo?

23. Apakah dengan adanya perkebunan teh Jolotigo selain jadi pekerja

perkebunan teh ada mata pencaharian lain? Apakah mata pencaharian itu?

24. Apakah upah dari perkebunan Teh belum mencukupi kebutuhan sehari-

hari, sehingga harus mencari mata pencaharian lain?

25. Apakah pada tahun 1957-1996, pernah diadakan agrowisata?

26. Bagaimanakah hubunagan Perkebunan Jolotigo dengan Perkebunan lain?

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92