perkembangan hukum kesehatan di indonesia

13
Perkembangan Hukum Kesehatan di Indonesia 1 Dony Septriana Rosady 2 A. Pendahuluan 1. Perkembangan Hukum Kesehatan di Indonesia Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kesehatan merupakan salah satu indikator penting dalam menilai kesejahteraan suatu bangsa. Bangsa yang maju dan sejahtera senantiasa memiliki indeks kesehatan yang baik. Sehingga untuk mewujudkan kesejahteraan umum maka bidang kesehatan perlu diberikan perhatian penting. Pengaturan yang baik terhadap bidang kesehatan merupakan titik tolak dalam melakukan upaya pelayanan kesehaan yang baik guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karenanya hukum kesehatan, baik berupa produk perundang-undangan maupun turunannya, memiliki peran sentral sebagai bagian sistem kesehatan nasional sekaligus bagian dari sistem hukum nasional. Sejak beberapa dekade terakhir, hukum kesehatan mengalami perkembangan secara bertahap. Perkembangan ini dipengaruhi berbagai aspek yang terkait kebutuhan masyarakat untuk hidup secara sehat. Kemajuan di berbagai bidang sosial, ekonomi, politik, bahkan teknologi telah banyak mempengaruhi kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Kemajuan ini mendorong terjadinya pergeseran paradigma masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang baik. Masyarakat semakin kritis akan kebutuhannya, termasuk didalamnya kesadaran akan hak pelayanan kesehatan yang baik. Perbedaan persepsi yang dipahami antara praktisi kesehatan dan 1 Disampaikan dalam Health Law Policy Forum 2013, Bandung, 13 November 2013. 2 Praktisi Hukum Kesehatan

Upload: dony-septriana-rosady

Post on 15-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • Perkembangan Hukum Kesehatan di Indonesia1

    Dony Septriana Rosady2

    A. Pendahuluan

    1. Perkembangan Hukum Kesehatan di Indonesia

    Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

    Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan

    seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

    mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

    yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

    Kesehatan merupakan salah satu indikator penting dalam menilai

    kesejahteraan suatu bangsa. Bangsa yang maju dan sejahtera senantiasa

    memiliki indeks kesehatan yang baik. Sehingga untuk mewujudkan

    kesejahteraan umum maka bidang kesehatan perlu diberikan perhatian

    penting. Pengaturan yang baik terhadap bidang kesehatan merupakan titik

    tolak dalam melakukan upaya pelayanan kesehaan yang baik guna

    meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karenanya hukum

    kesehatan, baik berupa produk perundang-undangan maupun turunannya,

    memiliki peran sentral sebagai bagian sistem kesehatan nasional sekaligus

    bagian dari sistem hukum nasional.

    Sejak beberapa dekade terakhir, hukum kesehatan mengalami

    perkembangan secara bertahap. Perkembangan ini dipengaruhi berbagai aspek

    yang terkait kebutuhan masyarakat untuk hidup secara sehat. Kemajuan di

    berbagai bidang sosial, ekonomi, politik, bahkan teknologi telah banyak

    mempengaruhi kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Kemajuan ini

    mendorong terjadinya pergeseran paradigma masyarakat terhadap kebutuhan

    akan pelayanan kesehatan yang baik. Masyarakat semakin kritis akan

    kebutuhannya, termasuk didalamnya kesadaran akan hak pelayanan kesehatan

    yang baik. Perbedaan persepsi yang dipahami antara praktisi kesehatan dan

    1 Disampaikan dalam Health Law Policy Forum 2013, Bandung, 13 November 2013.

    2 Praktisi Hukum Kesehatan

  • masyarakat penerima layanan kesehatan dapat berujung pada mispersepsi

    diantara kedua belah pihak. Oleh karenanya hukum kesehatan menjadi hal

    yang penting untuk dipahami, untuk mendudukkan antara hak dan kewajiban

    masing-masing pihak dalam upaya pelayanan kesehatan.

    Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan

    langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal

    ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan

    masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak

    penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi,

    sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan

    hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum Kedokteran merupakan

    bagian dari hukum kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan atau pelayanan

    kedokteran (medical care/service).3

    Hukum kesehatan dapat terbilang merupakan bidang hukum yang masih

    muda dibanding dengan cabang ilmu hukum yang lain. Perkembangan hukum

    kesehatan sebagai bidang ilmu tersendiri dimulai saat diselenggarakannya

    World Congress on Medical Law di Belgia pada tahun 1967. Perkembangan

    hukum kesehatan dilanjutkan dengan pelaksanaan World Congress of the

    Association for Medical Law yang diadakan secara berkala hingga saat ini.

    Perkembangan hukum kesehatan di Indonesia diinisiasi pada tahun 1982

    di Jakarta dengan dimulainya pembentukan kelompok studi Hukum

    Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah Sakit

    Ciptomangunkusumo. Pada tahun 1983 di Jakarta dibentuklah Perhimpunan

    untuk Hukum Kedokteran Indonesia (PERHUKI). Kemudian perhimpunan

    tersebut berubah menjadi Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia

    (PERHUKI) pada kongres I PERHUKI di Jakarta pada tahun 1987.4

    2. Ruang Lingkup Hukum Kesehatan

    3 Hanafiah, M.J, Amir, A., 1999, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Jakarta : EGC.

    4 Ibid

  • Ruang lingkup peraturan hukum untuk kegiatan pelayanan kesehatan

    mencakup didalamnya aspek-aspek di bidang hukum perdata, hukum pidana,

    hukum administrasi, bahkan sudah memasuki aspek hukum tatanegara. Dalam

    bidang perdata misalnya hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan

    pelayanan kesehatan, pengaturan tentang informed consent, akibat kelalaian

    perdata berikut tuntutannya dalam pelayanan kesehatan, dan sebagainya.

    Bidang pidana misalnya terkait pengaturan tentang surat keterangan medis

    berupa visum et repertum, kesaksian di pengadilan, kebenaran isi surat

    keterangan medis, menyimpan rahasia, peresepan obat-obatan terbatas atau

    narkotika dan psikotropika, pengguguran kandungan, dan sebagainya. Bidang

    hukum administrasi terkait dengan perizinan praktik, standar prosedur

    operasional, persyaratan pendidikan keahlian, dan sebagainya.5

    Hukum kesehatan juga mencakup komponen-komponen hukum bidang

    kesehatan yang bersinggungan satu dengan yang lainnya, yaitu hukum

    kedokteran/kedokteran gigi, hukum keperawatan, hukum farmasi klinik,

    hukum rumah sakit, hukum klinik, hukum kesehatan masyarakat, hukum

    kesehatan lingkungan, hukum administrasi kesehatan dan sebagainya.6

    B. Pembahasan

    Perkembangan hukum kesehatan tidak dapat terlepas dari perkembangan

    hukum kesehatan positif yang berlaku. Undang-Undang tentang Kesehatan

    telah tiga kali diimplementasikan dalam tiga produk hukum berupa undang-

    undang. Undang-undang tersebut adalah:

    a. Undang-Undang Nomor 90 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

    Kesehatan

    b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

    c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan7

    Terdapat perbedaan diantara ketiga produk hukum tersebut. Perbedaan

    tersebut terlihat dari jumlah pasal berikut isi dari undang-undang tersebut. Pada 5 Bambang Poernomo, 2008, Hukum Kesehatan, Yogyakarta : Aditya Media.

    6 Hanafiah, Op.Cit

    7 Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

  • Undang-Undang Nomor 90 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan terdapat

    17 pasal yang membahas tentang kesehatan dan disahkan oleh Pejabat Presiden

    Republik Indonesia, Djuanda. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang

    Kesehatan memuat 90 pasal dan disahkan oleh Presiden Republik Indonesia,

    Soeharto. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, sebagai

    undang-undang terbaru tentang kesehatan, memuat 205 pasal terkait bidang

    kesehatan dan disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Soesilo Bambang

    Yudhoyono.

    Perkembangan tentang hukum kesehatan yang berlaku di Indonesia terlihat

    dari jumlah pasal dan isi undang-undang yang mengatur tentang kesehatan dari

    ketiga produk hukum undang-undang kesehatan tersebut. Undang-Undang Nomor

    90 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan mengatur bidang kesehatan

    melalui 17 pasal. Dalam undang-undang tersebut telah dipahami bahwa kesehatan

    merupakan hak warga negara dan mereka berhak pula dilibatkan dalam upaya

    kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah. Definisi kesehatan yang tercantum

    dalam undang-undang tersebut masih terlalu sederhana karena hanya membatasi

    kesehatan sebagai kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial, dan bukan hanya

    keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Upaya kesehatan berupa

    upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif telah mulai dibahas dalam

    undang-undang ini dan pemerintah dapat menjalankan tugasnya untuk :

    a) pencegahan dan pemberantasan penyakit,

    b) pemulihan kesehatan,

    c) penerangan dan pendidikan kesehatan pada rakyat,

    d) pendidikan tenaga kesehatan,

    e) perlengkapan obat-obatan dan alat-alat kesehatan,

    f) penyelidikan-penyelidikan,

    g) pengawasan, dan

    h) lain-lain usaha yang diperlukan.

    Disamping pemenuhan kebutuhan akan akses pelayanan kesehatan,

    undang-undang ini mengatur pula pemenuhan kebutuhan yang dapat menunjang

    derajat kesehatan. Hal ini tertulis dalam Pasal 5 yang berbunyi:

  • Pemerintah berusaha mencukupi keperluan rakyat yang pokok untuk hidup sehat,

    yang terdiri dari sandang-pangan, perumahan dan lain-lain, serta melakukan

    usaha-usaha untuk mempertinggi kemampuan ekonomi rakyat.

    Pasal 6 mengatur tentang upaya pemerintah melakukan pencegahan

    penyakit dengan menyelenggarakan hygiene lingkungan termasuk kebersihan,

    pengebalan (immunisasi), karantina, dan hal-hal lain yang dianggap perlu. Pasal 7

    mengatur tugas pemerintah dalam memberantas penyakit menular dan penyakit

    endemis (penyakit rakyat). Pasal 8 berisi tentang akses pelayanan kesehatan yang

    merata dan terjangkau bagi seluruh warga negara. Oleh karena itu pemerintah

    mengadakan balai pengobatan, pusat kesehatan, sanatorium, rumah sakit dan

    lembaga-lembaga lain yang diperlukan. Dalam bidang kesehatan kerja pemerintah

    juga melakukan usaha-usaha khusus untuk menjamin kesehatan pegawai, buruh

    dan golongan-golongan karya lain beserta keluarganya sesuai dengan fungsi dan

    lingkungan hidupnya. Diatur pula bahwa pemerintah mengatur dan menggiatkan

    usaha-usaha dana sakit.

    Pengaturan tentang upaya preventif dan promotif juga diatur dalam Pasal

    9. Dalam pasal 9 tersebut pemerintah melakukan usaha-usaha agar rakyat

    memiliki pemahaman dan kesadaran tentang pemeliharaan dan perlindungan

    kesehatan. Selain itu pemerintah dapat mengadakan usaha-usaha khusus terkait

    dengan kesehatan keturunan dan pertumbuhan anak yang sempurna, baik dalam

    lingkungan keluarga, maupun dalam lingkungan sekolah serta lingkungan

    masyarakat remaja dan keolahragaan.

    Pengaturan tentang sumber daya manusia di bidang kesehatan diatur

    dalam Pasal 10. Pemerintah mengadakan, mengatur, mengawasi dan membantu

    pendidikan tenaga kesehatan. Pemerintah menetapkan penggunaan dan

    penyebaran tenaga kesehatan pemerintah maupun swasta sesuai dengan keperluan

    masyarakat dengan mengingat keseimbangan antara jumlah tenaga yang

    diperlukan dan tenaga yang tersedia. Pemerintah mengatur kedudukan hukum,

    wewenang dan kesanggupan hukum tenaga kesehatan. Pemerintah mengawasi dan

    membimbing tenaga kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dengan

    memperhatikan norma-norma keagamaan.

  • Pengaturan tentang farmasi diatur dalam Pasal 11, berisi tentang

    kewajiban pemerintah di dalam bidang farmasi. Pemerintah berusaha mencukupi

    keperluan rakyat akan obat. Pemerintah menguasai, mengatur dan mengawasi

    persediaan, pembuatan, penyimpanan, peredaran dan pemakaian obat, obat

    (termasuk obat bius dan minuman keras), bahan obat, alat dan perbekalan

    kesehatan lainnya. Obat, bahan obat, alat dan perbekalan kesehatan yang

    diharuskan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam Farmakopee Indonesia

    dan peraturan-peraturan lain. Dan obat-obat asli Indonesia harus dilakukan

    penelitain kepadanya dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

    Penelitian-penelitian di dalam bidang kesehatan juga merupkan salah satu

    tugas pemerintah. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 90 Tahun 1960 tentang

    Pokok-Pokok Kesehatan juga menyebutkan bahwa pemerintah menyelenggarakan

    penyelidikan-penyelidikan tentang keadaan kesehatan rakyat. Penyelidikan yang

    dimaksud meliputi statistik, penyelidikan laboratorium, penyelidikan masyarakat,

    bedah mayat dalam keadaan darurat serta percobaan hewan dengan mengingat

    perkembangan ilmu pengetahuan termasuk ilmu tenaga atom.

    Dalam menjalankan tugasnya pemerintah memiliki beberapa alat

    perlengkapan Pemerintah dalam lapangan kesehatan berupa Departemen

    Kesehatan, Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah, dan Alat-alat dan badan-badan

    Pemerintah yang lain. Sedangkan untuk pengaturan tugas, susunan dan wewenang

    serta hubungan satu dengan lainnya ditetapkan dengan peraturan-peraturan

    perundangan yang lain.

    Pengelolaan usaha kesehatan swasta telah diatur khusus dalam pasal 14.

    Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa pemerintah mengatur, membimbing,

    membantu dan mengawasi usahausaha kesehatan badan-badan swasta. Dalam

    menjalankan usaha-usaha swasta dalam bidang kesehatan harus sesuai dengan

    fungsi sosialnya.

    Diatur pula bahwa rumah sakit, balai pengobatan dan lembaga-lembaga

    kesehatan swasta lainnya harus memenuhi syarat-syarat minimal yang ditetapkan

    oleh Menteri Kesehatan. Pengaturan usaha pengobatan diluar ilmu kedokteran

    juga menjadi tanggung jawab pemerintah melalui upaya pengawasan. Hal ini

  • untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan masyarakat. Perusahaan

    yang bergerak dalam bidang farmasi dan alat-alat kesehatan juga diwajibkan

    untuk bekerja sesuai dengan rencana dan pimpinan Pemerintah.

    Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang

    Kesehatan cukup signifikan dibanding undang-undang kesehatan sebelumnya. Hal

    tersebut ditandai dengan jumlah pasal yang memuat 90 pasal terkait bidang

    kesehatan. BAB I berisi tentang ketentuan umum memuat definisi dari istilah

    yang digunakan dalam undang-undang tersebut. Kesehatan didefinisikan sebagai

    keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

    hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan dimaknai sebagai

    setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan

    oleh pemerintah dan atau masyarakat. Kemudian definisi tenaga kesehatan

    dibatasi sebagai setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

    memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

    kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

    upaya kesehatan. Upaya kesehatan dilakukan di dalam sarana kesehatan. Di dalam

    undang-undang ini, sarana kesehatan didefinisikan sebagai tempat yang

    digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

    BAB II berisi tentang asas dan tujuan dari undang-undang kesehatan.

    Pembangunan kesehatan diselenggarakan berasaskan perikemanusiaan yang

    berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan

    kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, serta

    kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri. Pembangunan kesehatan

    bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

    bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

    BAB III berisi pasal-pasal terkait hak dan kewajiban bahwa setiap orang

    mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal

    dan berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat

    kesehatan perseorangan, keluarga, dan lingkungannya.

    Pemerintah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya bertugas

    mengatur, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan,

  • menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat,

    menggerakkan peran serta masyarakat dalam menyelenggaraan dan pembiayaan

    kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan kesehatan

    bagi masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin, dan bertanggung jawab

    untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

    Pemerintah dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

    masyarakat dapat menyelenggarakan uapaya kesehatan dengan pendekatan

    pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

    penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

    dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Adapun upaya-

    upaya yang dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992

    adalah sebagai berikut:

    a. kesehatan keluarga.

    b. perbaikan gizi.

    c. pengamanan makanan dan minuman.

    d. kesehatan lingkungan.

    e. kesehatan kerja.

    f. kesehatan jiwa.

    g. pemberantasan penyakit.

    h. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

    i. penyuluhan kesehatan masyarakat.

    j. pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

    k. pengamanan zat adiktif.

    l. kesehatan sekolah.

    m. kesehatan olah raga.

    n. pengobatan tradisional.

    o. kesehatan matra.

    Disamping upaya tersebut diatur pula upaya kesehatan keluarga yang

    meliputi kesehatan suami istri dan juga anggota keluarga yang lain. Pengaturan

    upaya pengaturan kelahiran, kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan,

    persalinan, pasca persalinan dan masa di luar kehamilan dan persalinan, upaya

  • untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, hingga upaya kehamilan

    diluar cara alami. Diatur pula kesehatan anak, kesehatan manula, pengamanan

    makanan dan minuman, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, kesehatan jiwa,

    pemberantasan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,

    penyuluhan kesehatan masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat

    kesehatan, pengamanan zat adiktif, kesehatan sekolah, kesehatan olah raga,

    pengobatan tradisional. Kesehatan matra diatur dalam Pasal 48 meliputi kesehatan

    lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, serta kesehatan kedirgantaraan.

    Peraturan ini juga mengatur tentang sumber daya kesehatan. Sumber daya

    kesehatan meliputi:

    a. Tenaga Kesehatan.

    b. Sarana Kesehatan.

    c. Perbekalan Kesehatan.

    d. Pembiayaan Kesehatan.

    e. Pengelolaan Kesehatan.

    f. Penelitian dan pengembangan kesehatan.

    Pengaturan tentang pidana di bidang kesehatan berikut dengan penyidikan

    diatur dalam beberapa pasal. Ketentuan pidana dapat berupa tindakan medis

    terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan, penghimpunan dana dari

    masyarakat untuk penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang tidak sesuai

    dengan perundang-undangan, transplantasi organ dengan tujuan komersial,

    mengedarkan makanan dan minuman tidak memenuhi standar, produksi dan

    mengedarkan sediaan farmasi berupa obat dan bahan obat tidak memenuhi

    farmakope Indonesia, dan lain-lain.

    Produk perundangan terakhir tentang kesehatan adalah Undang-Undang

    Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Terdapat 205 pasal terkait aturan

    tentang kesehatan pada undang-undang tersebut. Dalam undang-undang ini yang

    dimaksud kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual

    maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

    sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan kondisi tersebut maka dibutuhkan

    adanya sumber daya di bidang kesehatan. Sumber daya di bidang kesehatan

  • adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat

    kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan

    untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,

    pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

    Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan

    perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap

    hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma

    agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

    kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

    kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

    pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

    Disebutkan dalam Pasal 4 bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Hak

    tesebut meliputi hak yang sama atas akses sumber daya di bidang kesehatan,

    memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau,

    menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya,

    mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan,

    mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan

    bertanggung jawab, serta memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya

    termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari

    tenaga kesehatan.

    Hak selalu diiringi oleh kewajiban yang harus dipenuhi. Adapun

    kewajiban setiap orang dalam bidang kesehatan yaitu ikut mewujudkan,

    mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

    tingginya. Pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya

    kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan. Selain itu setiap

    orang juga berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh

    lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial, berperilaku hidup sehat

    untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-

    tingginya, serta menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang

    menjadi tanggung jawabnya. Kewajiban untuk turut serta dalam jaminan

  • kesehatan sosial diatur pula dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 36 Tahun

    2009 tentang Kesehatan.

    Perencanaan, pengaturan, penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan

    penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat di

    bidang pelayanan publik menjadi tanggung jawab pemerintah. Oleh karenanya

    pemerintah bertanggung jawab atas:

    a. ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun

    sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-

    tingginya.

    b. ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi

    seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-

    tingginya.

    c. ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan

    kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang

    setinggi-tingginya.

    d. memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala

    bentuk upaya kesehatan.

    e. ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien,

    dan terjangkau.

    f. pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial

    nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

    Pembangunan kesehatan harus didukung oleh sumber daya di bidang

    kesehatan yang memadai. Menjadi tanggung jawab pemerintah, seperti yang

    diamanatkan undang-undang, untuk mengatur sumber daya di bidang kesehatan

    ini. Adapun yang termasuk sumber daya di bidang kesehatan meliputi tenaga

    kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, perbekalan kesehatan, teknologi dan

    produk teknologi.

    Derajat kesehatan masyarakat yang baik dicapai dengan

    menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.

    Upaya pelayanan kesehatan dilakukan dalam bentuk upaya preventif, promotif,

    kuratif, dan rehabilitatif. Upaya pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui

  • kegiatan pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional, peningkatan

    kesehatan dan pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan

    kesehatan, kesehatan reproduksi, keluarga berencana, kesehatan sekolah,

    kesehatan olahraga, pelayanan kesehatan pada bencana, pelayanan darah,

    kesehatan gigi dan mulut, penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan

    pendengaran, kesehatan matra, pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan

    alat kesehatan, pengamanan makanan dan minuman, pengamanan zat adiktif;

    dan/atau bedah mayat. Masing-masing kegiatan diatur di dalam beberapa pasal

    terpisah.

    C. Simpulan

    Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara dan menjadi

    kewajiban bagi negara untuk menjamin terpenuhinya hak-hak warga negara.

    Kesehatan juga dipahami sebagai salah satu indikator kesejahteraan

    sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

    Tahun 1945. Seluruh upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat

    kesehatan masyarakat sudah seharusnya diberikan secara adil dan merata,

    tanpa diskriminasi, dan berkesinambungan guna terpenuhinya kualitas sumber

    daya manusia yang baik. Dengan sumber daya manusia yang baik maka

    harapannya bangsa Indonesia kedepan memiliki ketahanan nasional dan daya

    saing yang semakin tinggi.

    Perkembangan hukum kesehatan yang terjadi dari waktu ke waktu

    merupakan konsekuensi logis dari meningkatnya kebutuhan dan tantangan

    dalam bidang kesehatan. Hukum yang ada selalu mengikuti perkembangan

    dari objek yang diaturnya. Sehingga tidak heran terkadang hukum tertinggal

    dari kejadian yang memerlukan pengaturannya. Oleh karenanya menjadi

    penting bagi seluruh pihak baik tenaga kesehatan, aparat hukum, pemerintah,

    bahkan masyarakat untuk senantiasa mengikuti perkembangan hukum

    kesehatan yang berlaku.

    Bagi tenaga kesehatan, pemahaman yang baik terhadap hukum kesehatan

    dapat menjamin perlindungan profesi selama melakukan tindakan profesional

    sejalan dengan kode etik profesi dan hukum yang berlaku. Begitu pula bagi

  • penegak hukum, pemahaman yang baik tentang hukum kesehatan dapat

    memberikan gambaran yang utuh terkait kasus-kasus hukum di bidang

    kesehatan yang sedang ditanganinya agar mampu memberikan pandangan

    hukum dan keputusan hukum yang berkeadilan.

    Bagi pemerintah, mengikuti perkembangan hukum yang berlaku menjadi

    masukan dalam mengambil kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan tanpa

    bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku. Masyarakat juga

    memiliki kepentingan untuk memahami hukum kesehatan karena terkait

    dengan hak dan kewajibannya dalam bidang kesehatan.

    Referensi

    Bambang Poernomo, 2008, Hukum Kesehatan, Yogyakarta : Aditya Media.

    Hanafiah, M.J, Amir, A., 1999, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Jakarta :

    EGC.

    Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta : Rineka

    Cipta.

    Undang-Undang Nomor 90 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

    Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan