perkawinan ayam arab dengan inseminasi buatan (ib...
TRANSCRIPT
ARTIKEL
PERKAWINAN AYAM ARAB DENGAN INSEMINASI BUATAN (IB)
MENGGUNAKAN MESIN TETAS MANUAL TERHADAP FERTILITAS
DAN DAYA TETAS
Oleh:
ANA WAHYUNI
13.1.04.01.0055
Dibimbing oleh :
1. Dr. Fitriani, MP
2. drh. Dianita Dwi Sugiartanti, M.Sc.
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2017
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 1||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 2||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 3||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 4||
PERKAWINAN AYAB ARAB DENGAN INSEMINASI BUATAN (IB)
MENGGUNAKAN MESIN TETAS MANUAL TERHADAP FERTILITAS DAN
DAYA TETAS
ANA WAHYUNI
13.1.04.01.0055
FAKULTAS PETERNAKAN
Email: [email protected]
Fitriani1
dan Dianita Dwi Sugiartanti2
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK
Ana Wahyuni : Perkawinan Ayam Arab dengan Inseminasi Buatan (IB) Menggunakan Mesin Tetas Manual Terhadap Fertilitas dan Daya Tetas. Skripsi. Program Studi Peternakan. Fakultas Peternakan.
Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat fertilitas dan daya tetas hasil perkawinan ayam arab
dengan inseminasi buatan dalam mesin tetas manual. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan Bapak Saiful
Karang Rejo, Tulung Agung, pada tanggal 17 April sampai 17 Mei 2017. Jumlah telur yang digunakan yaitu 72
butir telur berasal dari perkawinan ayam arab dengan perbandingan jantan dan betina 50 : 500 ekor . ayam
dikandangkan secara individu, pakan yang diberikan campuran jagung, dedak, dan kosentrat. IB dilakukan 3 kali
dalam seminggu , penampungan semen dilakukan dengan massage (urut) dan ditampung dengan gelas kemudian
di IB pada betina arab.Dengan menggunakan analisa Chi Kuadrat kemudian dilanjut dengan uji kontigensi
(keadaan yang diliputi ketidakpastian antara fertil atau tidak, pengaruh harapan fertil), Korelasi ( hubungan
anatara dua variabel yang bersifat kuantitatif) dan Regresi ( pengaruh antara 2 variabel atau lebih). Parameter
yang diamati meliputi fertilitas dan daya tetas telur.Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
presentase fertilitas tertinggi diperoleh pada tahap 1 dan 2 dengan nilai 73,61%, sedangkan presentase terendah
pada tahap 3 dengan nilai 66,66%. Sedangkan presentase daya tetas tertinggi pada tahap 1 dengan nilai 83,01% ,
dan presentase terendah pada tahap 3 dengan nilai 79,16%. Kebersihan dalam penampungan semen ayam dan
seleksi telur seperti kebersihan cangkang telur, telur terlalu kecil maupun terlalu besar perlu diperhatikan. Suhu
dan kelembapan pada mesin tetas harus selalu konstan untuk menghindari kematian pada embrio dan kegagalan
dalam penetasan.
Kata Kunci : Ayam Arab, Inseminasi Buatan, Mesin Tetas Manual.
A. PENDAHULUAN
Pengembangan peternakan
merupakan bagian intergal dari
pembangunan pertanian yang salah satu
misinya adalah menyediakan pangan asal
ternak yang bergizi dan berdaya saing
tinggi dengan memanfaatkan sumber daya
peternakan secara optimal. Seiring
perkembangan dan pertumbuhan penduduk
yang sangat cepat di Indonesia ini
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 3||
berdampak pada tingkat konsumsi
masyarakat meningkat, pada khususnya
akan kebutuhan daging unggas maupun
telurnya yang kaya akan sumber protein
utama. Hal ini harus diimbangi dengan
persediaan yang cukup untuk memenuhi
ketersediaan pangan, sehingga ketahanan
pangan yang mengandung protein tinggi
tetap terpenuhi. Salah satunya ayam Arab,
Perkawinan ayam Arab dengan ayam Arab
dengan teknik Inseminasi Buatan
menggunakan mesin penetas telur yang
otomatis ( di dalam inkubator) sehingga
dalam proses penetasan telur menjadi lebih
mudah, hemat, dan praktis dengan hasil
penetasan yang lebih baik.
Penetasan telur menggunakan
mesin tetas, dipengaruhi oleh mutu mesin
tetas dan manajemen penetasan, dan faktor
yang mempengaruhi pada telur tetas adalah
fertilitas dan daya tetas telur. Juga
dipengaruhi oleh kondisi pemeliharaan
induk yaitu sex ratio (perbandingan ayam
jantan dan betina), dan umur induk.
Ayam arab merupakan ayam
pendatang berasal dari ayam lokal Belgia.
Ayam ini bersifat gesit, aktif, dan memiliki
daya tahan tubuh yang kuat (Darmana dan
Sitanggang, 2002). Ayam arab memiliki
keunggulan semua sifat yang ada pada
ayam buras, seperti tahan penyakit,
konsumsi ransum yang rendah, serta
mudah dipelihara. Namun, ayam arab ini
hampir tidak memiliki sifat mengeram,
sehingga produksi telurnya lebih banyak
(Iskandar dan Sartika, 2008). Menurut
Hetzell (1985), hilangnya sifat mengeram
ini disebabkan oleh proses domestikasi dan
terjadinya mutasi-mutasi alamiah dari sifat-
sifat mengeram. Oleh sebab itu, dalam
mendapatkan keturunan ayam arab
berikutnya, maka dapat dilakukan
penetasan buatan atau dilakukan pentasan
dengan menggunkan mesin penetas.Ayam
Arab lebih menguntungkan dibandingkan
dengan ayam kampung, karena ayam
kampung hanya mampu memproduksi
telur 39 -130 butir per tahun, sedangkan
Ayam Arab bila dibudidayakan secara
intensif setiap tahun dapat bertelur hingga
280 butir (Binawati, 2008). Dengan teknik
Inseminasi Buatan maka dilakukan
perkawinan ayam Arab dengan Ayam Arab
untuk menghasilkan bibitan ayam Arab
petelurProses perkawinan melalui IB
fertilitas tertinggi yang dapat dicapai
adalah 80% dan melalui perkawinan alam
hanya 20 – 30% (Anonymous, 2000).
Fertilitas dan daya tetas
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya umur telur tetas sebelum
ditetaskan, menurut Rasyaf (1990),
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 4||
semakin lama umur telur (terhitung sejak
telur keluar dari kloaka) akan semakin
buruk kualitas telurnya. Keberhasilan dari
Inseminasi Buatan ini dipengaruhi
beberapa faktor di antaranya yaitu tingkat
pengenceran, pengenceran dapat dilakukan
dengan NaCl fisiologis 0,9% dan kuning
telur. Melalui IB ini seekor pejantan yang
diambil semennya dapat mengawini betina
lebih dari satu. Menurut (Toelihere,1993)
pengencer yang baik hendaknya murah
praktis dan mempunyai daya preservasi
yang tinggi.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di rumah
Bapak Syaiful Dusun Nggrenjeng, Desa
Tulung Rejo, Kecamatan Karang Rejo
Kabupaten Tulungagung.
Materi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 500 ekor ayam
arab betina yang sedang produktifdan
50 ekor ayam arab jantan. Telur yang
digunakan dalam setiap tahap yaitu 72
butir telur.
Penlitian ini menggunakan
analisa Chi Kuadrat Kemudian dilanjut
dengan uji Kontigensi, Korelasi dan
Regresi.
Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah fertilitas dan daya
tetas.
Fertilitas = Jumlah telur yang fertil X100%
Jumlah telur yang ditetaskan
Dayatetas=Jumlah telur yang menetasX100
Jumlah telur yang fertil
Penampungan semen dilakukan
dengan menggunakan metode massage
(pengurutan). Hasil sperma di letakkan
dalam gelas ukur yang di ambil
menggunakan spet (bagian yang digunakan
untuk keperluan suntik). Pengambilan
semen ayam dilakukan antara jam 13.30 –
15.00 dengan frekuensi pengambilan
semen 3x seminggu (senin, rabu, jumat).
Pengumpulan telur 7 hari setelah
ayam bertelur dan disimpan di suhu kamar.
Brahmantio, dkk (2002), menyatakan
bahwa penyimpanan pada suhu kamar
(300C) cocok untuk jangka pendek 1-3
hari, sedangkan penyimpanan pada suhu
rendah (150C) dapat digunakan pada
penyimpanan 5-7 hari, suhu kamar yang
lebih rendah menyebabkan penyusutan
telur, penyimpanan telur ditetaskan tidak
boleh lebih dari 7 hari.
Telur yang sudah dikoleksi selama 7
hari setelah ayam bertelur dimasukkan
mesin penetas manual kapasitas 3000 butir
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 5||
telur. Penetasan merupakan proses
perkembangan embrio didalam telur
sampai menetas. Fertilitas umumnya
ditentukan mulai candling atau
peneropongan telur pada hari ke 7 masa
inkubasi. Pada hari ke 17 untuk
mengetahui telur yang mati. Pemutaran
telur dilakukan 4 kali setiap hari sebanyak
yaitu (hari ke 1 - 17) pada pagi, siang,
sore, lama penetasan adalah 21 hari.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Presentase Fertilitas
Fertilitas dapat dilihat pada grafik dibawah
ini.
Grafik 4.1 : Persentase Fertilitas Hasil
Perkawinan Ayam Arab dengan Ayam
Arab menggunakan teknologi IB.
Dari Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa
selama percobaan 3 tahapan dimana 1 dan
2 lebih tinggi, mempunyai korelasi (r =
0,75) menunjukkan tingginya fertilitas
diikuti fertil yang meningkat hal ini
ditunjukkan dengan persamaan Regresi ŷ =
78,24 + 3,48 yang berarti semakin tinggi
fertilitas diikuti naiknya jumlah fertil
3,48% ini disebabkan ayam yang mendapat
asupan makanan yang berkualitas dan baik
sesuai dengan (uji proksimat PK 22,48)
dapat dilihat (di lampiran 2), ini
kemungkinan ayam jantan dan betina
sebagai reseptor / penerimanya tercukupi
makanannya. Sperma yang disuntikkan
sudah benar – benar masuk didalam kloaka
sehingga terjadi fertilisasi. Penelitian ini
juga dipengaruhi oleh kualitas semen,
semen yang di suntikkan pada ayam betina
arab adalah semen segar sehingga tingkat
fertilnya lebih tinggi. Toelihere (1993)
melaporkan bahwa sejauh ini IB pada
unggas hanya menggunakan semen segar
dengan atau tanpa bahan pengencer, karena
semen sesudah ditampung pada suhu
kamar harus dipakai dalam waktu tidak
lebih dari 2 jam. Pada tahapan ke 3 fertil
lebih rendah dari tahap 1 dan 2. Dilihat
rendahnya angka fertilitas ini bisa
disebabkan oleh semen tercampur
kotoran/cairan, perlakuan terhadap ayam
Arab betina setelah di IB, karena dosis
yang disuntikkan 0,25 ml dan setelah di
Inseminasi langsung dilepas ke kandang
kembali dengan kasar sehingga semen
belum sampai masuk pada saluran
reproduksi dengan tepat sehingga semen
keluar kembali, juga bisa disebabkan
FERTILITAS 100
50
0
y = -3,475x + 78,243
R² = 0,75 I II
TAHAPAN 1
TAHAPAN 2
TAHAPAN 3 III
Fert
ilita
s
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 6||
penyuntikan dilakukan ketika ayam belum
mengeluarkan telur sehingga masih ada
telur di dalam reproduksi ayam betina arab
/ terhalang sehingga sperma tidak masuk
ke dalam reproduksinya dengan sempurna.
Toelihere (1993) menyatakan bahwa
eksudat kloaka yang juga disebut cairan
transparanen berasal dari lipatan lympa
dari protodaeum dan berbagai daerah
vaskuler dekat pangkal vasa deverentia,
kehadirannya dalam semen yang
ditampung tidak dapat dihindarkan maka
kadar tertentu akan membahayakan daya
tahan hidup semen.
Menurut Fitriani (2013) semakin
banyak pengencer semakin encer pula
volume media semen akibatnya
kemampuan hidup semen dalam media
pengencer lemah yang diinseminasikan ke
itik sebelum mencapai tempat untuk
fertilisasi yaitu infundibulum semen
terlebih dahulu tersimpan dalam lipatan –
lipatan atau crypta sarang semen, sewaktu
sel kuning telur diovulasikan dan
memasuki infundibulum, dinding saluran
telur melurus dan membebaskan semen
untuk menuju kantong kecambah pada sel
telur. Juga yang dinyatakan oleh Sauveur
(1979) bahwa untuk mencapai
infundibulum semen harus melewati suatu
blokade cairan grandula infundibulum.
Toelihere (1993) menyatakan bahwa
sesudah penampungan semen harus
diperlakukan dengan hati – hati untuk
mencegah cold shock atau pemanasan
tinggi, kontaminasi dengan air, urine dan
bahan – bahan kimia, pengocokkan atau
goncangan yang berlebih – lebihan, sinar
matahari.
Persentase Daya Tetas
Persentase Daya Tetas dapat dilihat pada
grafik dibawah ini.
Grafik 4.2 : Jumlah Persentase Daya
Hasil Perkawinan Ayam Arab dengan
Ayam Arab Menggunakan Teknik IB
Terlihat pada grafik diatas daya tetas
tertinggi pada tahap 1 dan 2 mempunyai
korelasi (r = 0,99) menunjukkan semakin
tingginya daya tetas diikuti jumlah telur
yang menetas , kali ini ditunjukkan dengan
persaman regresi ŷ 84,95 + 1,925 yang
berarti semakin tinggi daya tetas diikuti
naiknya telur yang menetas 1,925% ,
1
DAYA TETAS 100
50
y = - ,925x + 84,95 0
R² = 0,9998
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
I II III
Day
a Te
tas
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 7||
0,
penurunan terjadi pada tahap ke 3.
Peningkatan serta penurunan tingkat daya
tetas ini bisa disebabkan pada saat
penanganan telur sebelum penetasan, serta
ketika proses penetasan dimana ketika
koleksi telur terjadi sesuatu yang
menyebabkan kerusakan telur tertentu
disebabkan peneropongan hari ke 6 kurang
telitinya antara yang fertil dan tidak fertil,
pencahayaan, panas yang tidak merata dan
suhu relatif sama sehingga mempengaruhi
daya tetas telur. Juga telur tidak dilakukan
pemindahan ke mesin pemecah telur
akhirnya menjelang menetas banyak ayam
yang jatuh ke bawah sehingga ayam
banyak yang mati. Ensminger (1980) dan
Hafez (1987) mengatakan bahwa daya
tetas dipengaruhi oleh faktor genetik,
pakan dan penanganan penetasan, namun
demikian faktor yang sangat berperan
adalah pakan induk dan penanganan
penetasan.
Hubungan Fertilitas dengan Daya Tetas
Grafik 4.3: Hubungan Fertilitas dan
Daya Tetas hasil perkawinan ayam arab
dengan teknologi IB.
Daya tetas adalah persentase telur-
telur yang menetas dari jumlah telur yang
fertil. Pada grafik diatas dapat dilihat
bahwasaannya fertilitas tinggi
mendapatkan daya tetas yang tinggi pula,
fertilitas diikuti fertil yang meningkat hal
ini mempunyai korelasi (r = 0,75)
ditunjukkan dengan persamaan regresi ŷ =
78,24 + 3,48 yang berarti semakin tinggi
fertil diikuti naiknya 3,48%. Sedangkan
daya tetas mengalami persamaan dalam
peningkatan daya tetas dikarenakan jenis
mesin penetas manual yang digunakan
sama dan suhu dan pencahayaan yang
relatif sama, mempunyai korelasi (r = 0,99)
menunjukkan semakin tingginya daya tetas
diikuti daya tetas yang meningkat, kali ini
ditunjukkan dengan persamaan regresi ŷ
=84,95 + 1,925 yang berarti semakin tinggi
daya tetas diikuti naiknya 1,925%, Jadi
hubungan antara fertilitas dan daya tetas
adalah fertilitas mempengaruhi tingkat
daya tetas. Sesuai menurut North (1980),
fertilitas yang tinggi diperlukan untuk
menghasilkan daya tetas yang tinggi.
Brata (1989) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan fertilitas adalah
100y = -1,925x +
50 R² = 0,9998
Hubungan Fertilitas dengan Daya Tetas
y = -3,475x + 78,243
84,95 R² = 75
0
Fertilitas
Daya Tetas
I II III
Axi
s Ti
tle
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 8||
persentase telur-telur yang
memperlihatkan adanya perkembangan
embrio, tanpa memperhatikan apakah
telur-telur tersebut menetas atau tidak
dari sejumlah telur yang dieramkan.
Selanjutnya dinyatakan bahwa dengan
mengetahui fertilitas maka dapat
dibedakan telur-telur yang bertunas atau
tidak. Kedaan ini menguntungkan
pembibit, tetapi fertilitas justru tidak
dapat ditentukan dulu sebelum telur-telur
ditetaskan. Ditambahkan juga bahwa
fertilitas yang tinggi diperlikan untuk
menghasilkan dan meningkatkan daya
tetas.
Pada grafik 4.3 dapat dilihat
peningkatan daya tetas terjadi pada tahap 1
dan 2 sedangkan tahap ke 3 mengalami
penurunan, itu dapat disebabkan oleh
penempatan telur kurang merata dalam
mesin tetas,sehingga penerimaan cahaya
kurang, suhu kurang merata atau terhalang
rak telur yang diatasnya sehingga proses
perkembangan embrio tidak terjadi.
Menurut (Lestari, dkk, 2013) bahwa
keberhasilan penetasan salah satunya
ditentukan oleh kualitas telur. Telur tetas
yang baik adalah telur yang berbentuk oval
yang memiliki perbandingan garis tengah
bagian yang lebar dan garis tengah bagian
yang panjang 3:4 atau memiliki indeks
bentuk telur 75 persen, penurunan motilitas
pada suhu rendah berkurang disebabkan
pengaruh aktivitas spermatozoa.
D. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan fertilitas tertinggi terdapat
pada tahap 1 dan 2 dengan nilai 73,61%,
sedangkan presentase terendah yaitu pada
tahap 3 dengan nilai 66,66%. Pada
prensate daya tetas nilai tertinggi terdapat
pada tahap 1 degan nilai 83,01%,
presentase daya tetas terendah yaitu pada
tahap 3 dengan nilai 79,16%.
Saran
Kebersihan dalam penampungan
semen ayam dan seleksi telur seperti
kebersihan cangkang telur, telur terlalu
kecil maupun terlalu besar perlu
diperhatikan. Suhu dan kelembapan pada
mesin tetas harus selalu konstan untuk
menghindari kematian pada embrio dan
kegagalan dalam penetasan.
E. DAFTAR PUSTAKA
Achmanu dan Muharlien, 20011. Ilmu
Ternak Unggas.UB Pres. Malang.
Anggorodi. R . 1985. Ilmu Makanan
Ternak Unggas. Gramedia. Jakarta.
Anonymous, 2000. Mula Duck Metzinfo “
metzer farm. Com. Internet.
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 9||
Binawati, K. 2008. Pengaruh Lanskeptur Terhadap Kualitas Telur Ayam
Arab. Journal Of Science. 1 (2) : 28
– 34.
Brata, B. 1989. Pengaruh Frekuensi
Selama Penyimpanan Telur Tetas
Puyuh (cortunix – cortunix
japonica) Terhadap Daya Tetas.
Laporan Penelitian. Universitas
Bengkulu.
Darmana, W. , Sitanggang. 2002.
Meningkatkan Produktivitas Ayam
Arab Petelur. Cetakan I.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Diniati. 2013. Pengaruh Waktu
Dimulainya Pendinginan Selama
Penetasan Terhadap Daya Tetas
Telur Itik Persilangan Clhateuo Alabio. [skripsi]. Bogor (ID)
Institut Pertanian Bogor.
Ensminger, M.E., 1980. Poultry Science
(Animal Agricultural Series). 2 nd
edition. The Interstate Printers &
Publishers, Inc. Danville. Illinois.
Fadillah, dkk, R. A. Polana. S. Alam dan
E. Purwanto. 2007. Sukses Beternak
Ayam Broiler. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Fitriani, 2011. Tingkat Pengencer dan
Dosis Semen Entog terhadap
Fertilitas Telur Hasil Persilangan
Entog dengan Itik Melalui
Teknologi IB. Veterinaria medika.
Vol 4, no 3. Unair. Surabaya.
Hafez, E. S. E. 1987. Reproduction In
Farm Animals.5th
.Lea and Febiger,
Philadelphia.
Harun MAS, Veenelaas RJ, Visser MGH, Van Kampen. 2001. Artificial
Incubation Of Muscovy Duck Eegs;
Why Some Eeg hatch and others, do
not. Poult Sci. 80 : 219 – 224.
Jaya Samudera, D.J. dan B. Cahyono.
2005. Pembibitan Itik . Penebar
Swadaya. Jakarta .
Kortlang C. F. H. F. 1985. The Incubation
Of Duck Eeg. In Duck Production
Science and word partice. Farrel, D.
J. And Staplenton, P.(ed). University
Of Ne England . pp. 168 – 177.
Lestari S., Saleh, D. M., dan Maidaswar. 2013. Profil Kualitas Semen Segar
Sapi Pejantan Limousin Dengan
Umur Yang Berbeda Di Balai
Inseminasi Buatan Lembang Jawa
Barat. JurnalIlmu Peternakan. 1(3):
1165-1172.
Linawati. 2009. Formulasi Strategi
Pengembangan Usaha Ayam Arab
Petelur di Trias Farm Kabupaten
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
North, 1978. Commercial Chicken
Production Manual 3th
. edition Avi Publishing Co. Inch, Conecticut.
Pambudhi, W. 2003. Mengenal Ayam Arab
Merah. Cetakan Ke-1. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Pambudhi. 2003. Beternak Ayam Si
Tukang Bertelur. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Ana Wahyuni│13.1.04.01.0055
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 10||
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Fakultas Kedokteran
Veteriner. Jurusan Reproduksi. IPB.
Bogor.
Priyatno. 2004. Membuat kandang ayam.
Cetakan ke-8. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Rasyaf, M. 1993. Mengelola Itik
Komersial. Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono, B. 2001. Ayam Arab Petelur
Unggul. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Sastrodiharjo, S dan H. Resnawai. 2003.
Inseminasi Buatan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Setioko. A. R. 2012. Teknologi Inseminasi
Buatan Untuk Meningkatkan
Produktifitas Itik Hibrida Serati
Sebagai Penghasil Daging. Balai
Penelitian Ternak. Bogor.
Simanjuntak, l,. 2002. Tiktok Unggas
Pedaging Hasil Persilangan itik dan
Entog. Penerbit PT Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Sodak , Juliana F. 2011. Karakteristik fisik
dan Kimia Telur Ayam Arab Pada
dua Peternakan di Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.
Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas
Air. Cetakan ke-2. Trubus
Agriwidya. Ungaran.
Suprijatna, E. 2005. Ayam Buras Krosing
Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutiyono. Riyadi, S dan Kismiati, S. 2006. Fertilitas dan Day Tetas Telur dari
Ayam Petelur Hasil Inseminasi
Buatan semen ayam kampung yang
diencerkan dengan bahan berbeda.
Fakultas peternaka. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Suyatno. Otomatis Mesin Tetas Untuk
Meningkatkan Produksi DOC (Day
Old Chick) Pengajar. Fak.
Peternakan. UMM.
Toelihere. M. R. 1987. Inseminasi Buatan
Pada Ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung.
Toelihere, M. R. 1985. Inseminasi Buatan
Pada Ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung.
Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan
pada ternak. Penerbit Angkasa
Bandung. Anggota IKAPI. Jawa
Barat.
---------------------. 1993. Fisiologi
Reproduksi Pada Ternak. Penerbit
Angkasa. Bandung.
Tullet, S. G. 1990. Science and the art of
incubation. Pult. Sci. 69 : 1-15.
Udjianto, A ., Purnama, R.D. 2004.
Inseminasi Buatan Pada Ayam Buras
Dengan Metode Deposisi Intra
Uterina. Balai Penelitian Ternak.
Bogor.
Wiharto. 1986. Petunjuk beternak ayam.
Cetakan ke-2. Lembaga Penerbitan
Universitas Brawijaya Malang.
Simki-Techsain Vol. 01 No. 07 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX